PENGGUNAAN MEDIA KARIKATUR DALAM
KEMAMPUAN MENULIS PANTUN PADA SISWA KELAS VII
DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
Faakhirah
NIM 11150130000061
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
2019
i
ii
i
ABSTRAK
Faakhirah. 11150130000061. Skripsi “Penggunaaan Media Karikatur
dalam Kemampuan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII di SMP Muhammadiyah
17 Ciputat Tahun Pembelajaran 2018/2019”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd dan Didah
Nurhamidah, M.Pd.
Skripsi ini meneliti tentang penggunaan media karikatur dalam kemampuan
menulis pantun peserta didik kelas VII. Peneliti memilih media karikatur karena
dianggap sebagai media yang mudah dipahami oleh peserta didik serta masih
kurang bervariasinya media yang digunakan dalam menulis pantun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah peserta didik mampu
membuat pantun sesuai dengan gambar yang telah ditentukan oleh peneliti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari: pengamatan
(observasi), wawancara, tes, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan melalui
berbagai aspek penilaian, yaitu: kesesuaian dengan gambar dan jenis, kesesuaian
dengan kriteria pantun, ketentuan imajinasi, ketepatan diksi dan ejaan, dan
ketepatan dan kemenarika isi pantun.
Peserta didik memperoleh rata-rata keseluruhan 60 yang termasuk ke dalam
kategori C (cukup). Hal ini dapat dilihat dari pemerolehan nilai peserta didik dengan
kriteria A (baik sekali) sebanyak 8 orang atau 32%, Adapun yang memperoleh
kriteria B (baik) sebanyak 7 orang atau 28%, kriteria C (cukup) sebanyak 7 orang
atau 28%, dan kriteria D (kurang) sebanyak 3 orang atau 12%. Maka dari itu, dapat
dikatakan bahwa penggunaan media gambar karikatur mampu menghasilkan nilai
yang cukup dalam kemampuan menulis pantun di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.
Kata Kunci: Media, karikatur, menulis, pantun
ii
ABSTRACT
Faakhirah. 11150130000061. Thesis "Using of Caricature Media in Pantun
writing ability in class VII students at SMP Muhammadiyah 17 Ciputat year of
learning 2018/2019". Department Of Indonesian Language and Literature
Education, Faculty Of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta. Instructor: Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd and Didah
Nurhamidah, M.Pd.
This thesis examines using of caricature media in the ability to write Pantun
learners class VII. Researcher chose caricature media because it is regarded as an
easy-to-understand media by learners and used media variation in pantun writing is
still less. The research aims to know and describe whether learners are able to make
pantuns according to determined caricature by researcher.
The method used in this research is a descriptive qualitative method.
Technique of data collection consisists of several things: observation, interviews,
tests, and documentation. This research is conducted through various aspects of
assessment, namely: conformity with images and types, conformity with pantun
criteria, the provisions of imagination, correctness and spelling, and the accuracy
and frankness of pantun content.
Learners acquire an overall average of 60 which belongs to category C
(enough). It can be seen from the score of learner which belongs to category A is 8
people or 32%, category B is 7 people or 28%, category C is 7 people or 28%, as
of category D is 3 people or 12%. It can be said that using of caricature media is
capable of generating sufficient score in ability to write pantun in SMP
Muhammadiyah 17 Ciputat.
Keywords: Media, caricature, writing, Pantun
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji dan syukur atas ke hadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah dengan judul Penggunaaan Media Karikatur dalam Kemampuan
Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Tahun
Pembelajaran 2018/2019.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis
banyak mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat kerja keras penulis
serta nasihat, saran, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, dengan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., dan Didah Nurhamidah, M.Pd., selaku
Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, membimbing,
memotivasi, dan memberi arahan dengan sepenuh hati selama proses
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama melaksanakan studi di UIN Syarif Hidayatullah.
iv
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif
Hidayatullah yang telah membantu penulis dalam meminjamkan buku yang
diperlukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Guru dan Staf SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam memperoleh data yang
diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh peserta didik kelas VII C SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang
telah mengizikan dan membantu penulis dalam memperoleh data yang
diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teristimewa untuk keluarga tercinta, kedua orang tua (Ayahanda Abdul
Khalik Bashir dan Ibunda Suaibah) dan segenap keluarga yang telah
mendidik, mendoakan, dan selalu memberikan dukungan baik dukungan
moral maupun finansial. Semoga Allah selalu menjaga, melindungi,
menyayangi, dan memberikan kesehatan serta kebaikan dunia maupun
akhirat.
10. Sahabat-sahabat tercinta (Rizki Fitriana Asria, Dina Widayanti, Siti Lazmi
Latifah, dan Peni Rosmalawati) yang telah memberikan pengalaman dan
pembelajaran berharga kepada penulis selama ini, selalu memberikan
dukungan, membantu, memotivasi selama penulis melaksanakan studi di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selalu mendengarkan keluh kesah
penulis, serta menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman seperjuagan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2015, khususnya kelas B yang telah memberikan semangat,
dukungan, pengalaman, dan motivasi selama penulis melaksanakan studi di
UIN Syarif Hidayatullah hingga menyelesaikan skripsi ini.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis berdoa dan berharap
semoga semua doa dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis
akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna baik isi maupun menyampaiannya.
v
Segala saran, kritik, dan masukan yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan dan diterima dengan besar hati oleh penulis. Besar harapan penulis
skripsi ini untuk membantu meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia dan
dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, serta dunia pendidikan.
Tangerang, 15 Oktober 2019
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORETIS ............................................................... 9
A. Media ................................................................................................. 9
1. Pengertian Media ......................................................................... 9
2. Fungsi Media Pembelajaran ......................................................... 10
3. Manfaat Media Pembelajaran ...................................................... 11
4. Peranan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ............... 13
B. Karikatur ............................................................................................ 14
1. Asal Mula Karikatur ..................................................................... 14
2. Pengertian Karikatur .................................................................... 16
3. Manfaat Karikatur ........................................................................ 17
vii
4. Perbedaan Karikatur dan Vinyet ................................................. 18
C. Kemampuan Menulis ......................................................................... 19
1. Pengertian Kemampuan Menulis ................................................. 19
2. Tujuan Menulis ............................................................................ 21
3. Manfaat Menulis .......................................................................... 22
4. Ciri-ciri Penulisan yang Baik ....................................................... 24
D. Pantun ................................................................................................. 25
1. Pengertian Pantun......................................................................... 25
2. Klasifikasi Jenis Pantun ............................................................... 27
3. Ciri-ciri Pantun .......................................................................... 28
E. Hasil Penelitian Relevan ................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 32
A. Tempat dan Waktu .......................................................................... 32
B. Metode Penelitian............................................................................ 32
C. Objek dan Subjek Penelitian ........................................................... 33
D. Instrumen Penelitian........................................................................ 33
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 40
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 46
A. Deskripsi Sekolah ........................................................................... 46
1. Sejarah Sekolah ......................................................................... 46
2. Profil SMP Muhammadiyah 17 Ciputat .................................... 46
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Moto SMP Muhammadiyah 17
Ciputat ....................................................................................... 47
4. Guru dan Tenaga Kependidikan................................................ 48
5. Kurikulum ................................................................................. 51
B. Deskripsi Pengumpulan Data .......................................................... 51
C. Analisis Kemampuan Menulis Pantun Peserta Didik Kelas
VII C ............................................................................................... 52
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 115
viii
A. Simpulan ........................................................................................... 115
B. Saran .................................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 117
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
3.1 Rubrik Penilaian Menulis Pantun .......................................................... 33
3.2 Kesesuaian Pantun dengan Gambar dan Jenis Pantun ........................... 34
3.3 Kesesuaian Pantun dengan Kriteria Pantun ............................................ 36
3.4 Kekuatan Imajinasi ................................................................................. 37
3.5 Ketepatan Diksi dan Ejaan dalam Pantun .............................................. 38
3.6 Ketepatan dan Kemenarikan Isi Pantun ................................................. 39
3.7 Penentuan Kriteria Skor Nilai Peserta Didik ......................................... 40
4.1 Daftar Guru SMP Muhammadiyah 17 Ciputat ....................................... 48
4.2 Tenaga Kependidikan SMP Muhammadiyah 17 Ciputat........................ 50
4.3 Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik ........................................................ 50
4.4 Analisis Kemampuan Menulis Pantun Peserta Didik ............................. 53
4.5 Hasil Nilai Menulis Pantun Peserta Didik .............................................. 112
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 3 : Hasil Tulisan Pantun Peserta Didik Kelas VII
Lampiran 4 : Hasil Wawancara Guru dan Peserta Didik
Lampiran 5 : Media Gambar Karikatur
Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 8 : Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Jurusan
Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari manusia karena
bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan sesama. Bahasa
memudahkan seseorang dalam memperoleh, memahami suatu gagasan, dan
menyampaikan informasi. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, memenuhi sifat
manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia.
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan ide,
gagasan, dan pemikiran seseorang kepada orang lain. Bahasa meupakan sebuah
sistem yang berwujud lambang, berupa bunyi, bersifat konvensional, unik,
universal, produktif, dinamis, bermakna, bervariasi, berfungsi sebagai alat interaksi
sosial, dan merupakan identitas penturnya.
Penggunaan bahasa dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu bahasa lisan dan
tulis. Bahasa lisan adalah suatu bahasa yang diungkapkan melalui ucapan atau
dilisankan, sedangkan bahasa tulis adalah suatu bahasa yang dituliskan dalam
bentuk huruf. Kedua jenis bahasa tersebut sangat penting dalam berkomunikasi.
Keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat aspek. Aspek kebahasaan
tersebut meliputi keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
Keempat keterampilan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Salah satu
yang dituju melalui pembelajaran bahasa Indonesia adalah kemampuan
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan menulis merupakan model utama bagi siswa dalam
pembelajaran berbahasa. Hal itu dikarenakan keterampilan menulis dapat mengasah
perkembangan pengetahuan siswa. Menulis adalah keterampilan produktif dengan
menggunakan tulisan. Menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-
kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pemikiran dalam suatu
struktur tulisan yang teratur. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang
harus dikuasai oleh peserta didik. Kemampuan menulis dapat membuat peserta
2
didik berpikir lebih terarah, rasional, dan ilmiah sehingga dapat memengaruhi
tingkat keberhasilan dalam belajar.
Keterampilan menulis sangatlah penting bagi siswa, untuk melanjutkan
kependidikan yang lebih tinggi, menyusun karya ilmiah, dan lain sebaginya.
Menulis merupakan salah satu cara seseorang untuk mengeluarkan pendapat, isi
hati, maupun hal-hal yang pernah terjadi dalam hidupnya. Selain itu, dengan
keterampilan menulis ini dapat mendorong siswa untuk membuat sebuah karya,
salah satunya ialah pantun.
Pantun tergolong sebagai sebuah karya sastra yang menggunakan bahasa
sebagai bentuk penyampaiannya kepada pendengarnya. Pantun termasuk dalam
jenis karya sastra puisi lama yang merupakan warisan budaya bangsa yang wajib
dikenal dan dipelihara. Pantun menjadi salah satu materi yang terdapat dalam bab
awal di semester genap yaitu pada pembahasan “puisi rakyat”. Materi ini menjadi
salah satu yang harus dikuasai oleh peserta didik di kelas VII. Pantun yang
merupakan bentuk puisi dalam kesusastraan Melayu terluas dikenal oleh kalangan
masyarakat terutama di bagian Sumatera karena melalui pantun para leluhur
mewariskan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan cara menghibur
maupun mendidik.
Perkembangan pantun di kalangan masyarakat khususnya peserta didik
masih kurang jika dibandingkan dengan karya sastra lainnya, seperti puisi, cerpen,
novel, dan lain sebagainya. Hal tersebut terhambat oleh beberapa faktor, salah
satunya karena kurangnya pemahaman mengenai pemilihan kata atau diksi yang
menjadi bagian penting dalam pembuatan pantun. Selain itu, peserta didik pada saat
ini masih banyak yang tidak siap untuk mengikuti pembelajaran, terutama pada
pelajaran bahasa Indonesia dalam materi menulis pantun. Hal tersebut dianggap
sulit dan kurangnya motivasi peserta didik untuk mempelajari materi tersebut
dengan baik sehingga dalam proses kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia
tidak berjalan dengan lancar. Kesulitan yang dihadapi siswa banyak terpengaruh
saat mencari ide atau sulit berimajinasi, artinya dalam kegiatan menulis pantun
siswa cenderung tidak bisa mendapatkan inspirasi.
3
Guru harus memiliki metode penyampaian yang menarik, agar peserta didik
di kelas merasa tertarik dan ingin lebih mengetahui lebih jauh tentang pantun.
Biasanya, banyak guru yang melakukan metode ceramah sehingga membuat
peserta didik hanya sekedar menerima materi tanpa ada umpan balik dari peserta
didik. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang
sedang disampaikan oleh guru disebabkan oleh kegiatan yang membosankan atau
menjemukan. Maka dari itu, untuk menghindari gejala tersebut, seorang guru harus
menyusun pembelajaran dengan sedemikian rupa sehingga dapat merangsang dan
menantang peserta didik untuk mengetahui lebih dalam tentang suatu pembelajaran,
yaitu pantun.
Pada pembelajaran yang berkaitan dengan karya sastra yaitu yang memiliki
kaitan erat dengan segi berpikir dan berimajinasi. Hal ini menjadi hambatan bagi
peserta didik untuk mendapatkan inspirasi dan membuat karya sastra atau pantun.
Inilah penyebab jika seorang guru hanya sekadar menyampaikan materi saja
menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan metode atau media pendukung
lainnya dan menyepelakan apakah peserta didik paham terhadap materi yang
disampaikannya atau tidak. Sebagai seorang guru haruslah memiliki metode yang
menarik, seperti diskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. Selain itu, seorang guru
juga memerlukan alat atau bahan yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses
belajar mengajar dengan cara menggunakan media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian
siswa sehingga siswa dapat mendengarkan dan menerima mata pelajaran dengan
baik. Ruang lingkup media pembelajaran meliputi semua alat, bahan, peraga, serta
sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran. Media tersebut dapat
memberikan rangsangan pada siswa untuk belajar. Media pembelajaran dapat
dipahami sebagai media yang dapat digunakan dalam proses belajar dengan tujuan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran sendiri memiliki peranan yang sangat penting dalam
proses pembelajaran karena melalui media tersebut dapat menarik perhatian peserta
didik dan membantu seorang guru dalam proses belajar mengajar untuk
memperjelas makna atau pesan yang hendak disampaikan sehingga dapat mencapai
4
tujuan pembelajaran dengan baik dan sempurna. Berbagai media yang dapat
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sangatlah beragam, mulai dari media
yang sederhana sampai media yang bersifat digital. Salah satu media sederhana
yang dapat digunakan adalah media karikatur.
Media karikatur menjadi pilihan peneliti untuk dijadikan sebagai alat atau
media dalam pembelajaran pantun. Hal tersebut digunakan agar siswa memiliki
pandangan baru dan diharapkan siswa dapat berkembang, baik tentang
pengembangan imajinasi maupun yang berkaitan dengan kreativitas siswa. Media
karikatur sama halnya dengan media gambar, tetapi media karikatur dianggap oleh
peneliti memiliki keistimewaan atau kelebihan, yaitu lebih modern dan lebih
menarik untuk dijadikan sebagai salah satu media atau alat penunjang dalam proses
belajar mengajar. Hal itu dikarenakan media karikatur ini memiliki daya tarik
tersendiri, yaitu karikatur yang digambarkan secara berlebihan dibandingkan
dengan media gambar yang lainnya.
Maka dari itu, secara tidak langsung media karikatur memberikan variasi
baru sehingga siswa tidak merasa bosan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain
dapat menarik perhatian siswa, media ini juga dapat membuat siswa untuk mudah
memahami materi yang disampaikan oleh guru dan mampu mempertajam daya
pikir dan daya imajinasi peserta didik. Media karikatur yang terlihat sepele akan
memberikan dampak yang tinggi apabila guru dapat memanfaatkannya dengan
baik. Melalui penggunaan media karikatur, peserta didik dituntut berpikir kritis dan
memiliki kepekaan atau kepedulian dari gambar yang dilihatnya sehingga ia
mampu menuangkan ide kritisnya melalu tulisan, yaitu membuat sebuah pantun.
Gambar karikatur yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
media sosial, yaitu instagram. Gambar karikatur yang disediakan dari sumber
tersebut harus disesuaikan dengan jenis yang diajarkan agar siswa dapat
menghubungkan gambar tersebut dengan konsep yang sudah ia pelajari, seperti:
pantun kasih sayang, pantun jenaka, dan pantun nasihat. Ketiga jenis pantun
tersebut dipilih oleh peneliti karena jenis ini yang lebih banyak dibuat oleh peserta
didik pada saat pertemuan pertama.
5
Gambar karikatur yang terdapat di instagram cenderung pada gambar
seseorang dengan pasangannya. Hal tersebut membuat peneliti harus mencari dan
menyeleksi gambar karikatur yang ada sehingga dapat disesuaikan dengan jenis
pantun yang telah dipilih. Beberapa gambar karikatur yang telah didapat dalam
instagram lebih cenderung pada tema kasih sayang dan nasihat. Pada tema kasih
sayang gambar yang banyak ditemukan seperti gambar karikatur keluarga,
sepasang kekasih, dan persahabatan. Gambar yang bertema nasihat, seperti gambar
seorang guru, seorang yang sedang bersepeda di lingkungan yang bersih, dan
gambar peserta didik dengan gurunya. Sedangakan gambar yang bertema jenaka
sangat terbatas. Peneliti hanya menemukan dua gambar yang dianggap termasuk
gambar karikatur yang bertema jenaka, yaitu gambar karikatur Warkop DKI, dan
seorang laki-laki.
Media gambar karikatur merupakan media pembelajaran dalam bentuk
gambar yang bermuatan humor dengan objek manusia atau benda. Media karikatur
merupakan salah satu jenis media yang dapat diamati oleh indera penglihatan atau
dapat dilihat, dipandang, diperhatikan, dan disimak oleh peserta didik dengan baik.
Penggunaan gambar karikatur dengan pembalajaran menulis pantun dapat
membantu siswa dalam bernalar untuk menjelaskan apa yang dilihatnya, tetapi bagi
peserta didik yang sulit bernalar dengan cepat dapat menentukan kata kunci terlebih
dahulu sehingga dapat mempermudah untuk menulis sebuah pantun.
Melalui karikatur siswa dapat melihat, mengamati, serta dapat
membayangkan peristiwa apa yang hendak disampaikan oleh gambar karikatur
tersebut. Selain itu, siswa dapat merenungkan mengapa peristiwa tersebut terjadi
serta dapat memberikan pernyataan atas peristiwa dan akhirnya mengemukakan ide
atau gagasannya melalui fakta yang tampak pada gambar karikatur.
Alasan menggunakan media gambar karikatur agar siswa lebih mudah untuk
mencari ide dan gagasan tentang apa gambar yang diperlihatkan tersebut. Cara ini
dapat membantu siswa untuk bepikir lebih kreatif. Siswa diharapkan dapat menulis
pantun sesuai dengan media gambar karikatur tersebut. Pembelajaran dengan
menggunakan media gambar karikatur sangat membantu siswa untuk mengaitkan
6
materi menulis pantun tersebut dengan kejadian-kejadian di lingkungannya atau
pengalaman siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, pembelajaran menulis pantun akan lebih
baik lagi, jika menggunakan media pembelajaran yang menarik, yang dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik, dan mampu memberikan ruang bagi
kretiavitas peserta didik, dan mudah dipahami. Media gambar karikatur dalam
menulis pantun dipilih dalam penelitian ini disebabkan media dalam pembelajaran
menulis pantun masih kurang efektif.
Sesuai dengan pemaparan di atas, peneliti melakukan penelitian mengenai
‘Penggunaan Media Karikatur dalam Kemampuan Menulis Pantun di SMP
Muhammadiyah 17 Ciputat Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019’.
Penggunaan media gambar karikatur pada pembelajaran pantun diharapkan dapat
membuat siswa lebih tertarik dalam menuangkan ide atau gagasan, dan perasaannya
melalui pantun sehingga pembelajaran menulis pantun tidak lagi menjadi hal yang
membosankan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis dapat mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Terbatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan ide atau gagasan
dalam menulis pantun.
2. Menulis pantun dianggap sulit oleh peserta didik.
3. Kurangnya inovasi guru dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa,
khususnya pada materi menulis pantun dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
4. Guru belum mengoptimalkan media yang tepat dalam pembelajaran menulis
pantun.
5. Perlunya bentuk media karikatur dalam pembelajaran menulis pantun.
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, muncul banyak permasalahan yang harus
diselesaikan. Agar peneliti ini lebih terfokus, maka perlu ada pembatasan masalah.
Penelitian ini dibatasi pada penggunaan media karikatur dalam kemampuan
menulis pantun yang bertema pantun kasih sayang, pantun jenaka, dan pantun
nasihat di sekolah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat kelas VII C Tahun Pelajaran
2018-2019.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti,
yaitu “bagaimana penggunaan media karikatur dalam kemampuan menulis pantun
di sekolah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat kelas VII C Tahun Pelajaran 2018-
2019?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan penggunaan media karikatur dalam kemampuan menulis pantun
di sekolah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat kelas VII C Tahun Pelajaran 2018-
2019.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan mengenai menulis pantun dengan
menggunakan media gambar karikatur dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pendukung pemikiran tentang
penelitian berikutnya, guna untuk mengembangkan media pembelajaran.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai evaluasi diri guru untuk meningkatkan kualitas dalam kegiatan
proses belajar mengajar di kelas, tidak hanya terkait kemampuan menulis
pantun saja, tetapi juga berperan menumbukan motivasi. Selain itu, Guru
mampu menggunakan media pembelajaran yang bervariasi.
b. Bagi Siswa
Sebagai bahan masukan agar siswa memiliki ketertarikan terhadap pelajaran
bahasa Indonesia khususnya materi pembelajaran menulis pantun.
c. Bagi Peneliti
Mampu mengembangkan kreatifitas untuk menggunakan serta menemukan
media atau bahan ajar yang lebih baik untuk meningkatkan keterampilan
menulis pantun siswa.
9
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Media
1. Pengertian Media
Arsyad menjelaskan bahwa “kata media berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam
bahasa Arab, media adalah perantara (وسلئلم) atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan”.1
Roestiyah dalam Darmanto menyamakan pengertian alat bantu dan media.
Media dalam pengajaran disebut alat bantu pengajaran. Pendapat ini
didasarkan pada fungsi media atau alat bantu tersebut berfungsi untuk
membantu guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Namun,
Sadiman dalam Darmanto membedakan media dengan alat bantu
pengajaran. Menurutnya, alat bantu pengajaran mengacu pada alat-alat
tertentu, biasanya peralatan visual yang digunakan guru untuk membantu
memperjelas uraiannya, memotivasi belajar, memberi pengalaman konkret,
mempertinggi daya serap dan retensi belajar peserta didik. Media bukan
hanya merupakan alat bantu guru tetapi sebagai alat yang digunakan untuk
menyalurkan pesan. Jadi, media mempunyai jangkauan yang lebih luas
daripada alat bantu mengajar.2
Gagne’ dan Briggs secara implisit mengatakan “bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan
isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset,
video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer.” 3
Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, maka media merupakan suatu
alat atau media yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi
dari kegiatan pembelajaran secara menyeluruh dan juga dapat digunakan untuk
menyampaikan maksud tertentu kepada peserta didik.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronik untuk
1 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), cet. 16, h. 3. 2 Darmanto, Media Pembelajaran, 2015, h. 10,
(http://repository.unikama.ac.id/85/1/Media.pdf). Diakses pada 08 April 2018 pukul 21.24 WIB. 3 Azhar Arsyad, op. cit., h. 4.
10
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-
pesan pengajaran.
Selain itu, Hamalik juga mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.4
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan alat yang dapat mendukung atau membantu dalam
proses belajar mengajar. Bukan hanya itu, dengan menggunakan sebuah media
pembelajaran dapat membuat siswa lebih mudah untuk mengetahui sebuah
makna atau hal yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran dengan baik dan
tepat. Penggunaan media dapat dikatakan sebagai sumber belajar untuk wahana
fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat
menarik minat siswa untuk belajar terutama dalam materi pantun.
2. Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz dalam Cecep Kustandi mengemukakan empat fungsi
pembelajaran khususnya media visual, yaitu:
a. Fungsi Atensi
Media visual merupakan inti, yaitu berfungsi untuk menarik perhatian
serta mengarahkan perhatian peserta didik untuk tetap berkonsentrasi
kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna gambar yang
ditampilkan atau diperihatkan.
b. Fungsi Afektif
Media visual dapat terlihat rasa suka atau tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (membaca) atau menulis. Hal ini terlihat dari keadaan
peserta didik tersebut.
4 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 15.
11
c. Fungsi Kognitif
Media visual dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa media gambar dapat memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar tersebut.
d. Fungsi Kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual
yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang
lemah membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Media pembelajaran berfungsi untuk membantu
peserta didik yang lemah atau lambat dalam memahami dan menerima
pelajaran yang disajikan oleh guru.5
Berdasarkan empat poin di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penggunaan media gambar (visual) dapat mempermudah peserta didik untuk
memahami serta secara tidak langsung dapat mengingat isi dari gambar tersebut
dan akhirnya peserta didik bisa mengembangkan isi yang ada dalam gambar
memalui bentuk tulisan.
3. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar proses
interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran
lebih efektif dan efesien. Namun, secara khusus manfaat media pembelajaran
ialah sebagai berikut:
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
Melalui penggunaan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda
antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan
informasi.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
5 Cecep Kustandi dan bambang Sitipto, Media Pembelajaran; Manual dan Digital, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2016), cet. 2, h. 19-20.
12
Melalui penggunaan media pembelajaran dapat menarik perhatian
sekaligus memperjelas materi atau informasi yang ingin disampaikan
kepada peserta didik.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan interaktif.
Melalui penggunaan media pembelajaran dapat menimbulkan interaktif.
Artinya, tidak hanya guru, tetapi juga peserta didik diharapkan menjadi
lebih aktif .
d. Efisien dalam waktu dan tenaga.
Dengan menggunakan media pembelajaran, proses pembelajaran tidak
akan memerlukan banyak waktu untuk menjelaskan atau lain
sebagainya, tetapi dapat mempersingkat atau tidak membuang-buang
waktu.
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Artinya, melalui penggunaan
media maka dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan lebih
baik.
f. Media memungkinkan proses belajaran dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja, yaitu dengan menggunakan media pembalajaran peserta
didik dapat melangsungkan pelajaran di mana saja, baik dalam kelas
ataupun di luar.
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar.
h. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Artinya,
dengan adanya media guru memiliki banyak waktu luang sehingga ia
dapat memanfaatkannya dengan cara membantu peserta didik yang sulit
memahami pelajaran dan lain sebagainya.6
Sadiman dalam Nunuk Surya dan Leo Agung menyatakan bahwa media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,
misalnya:
6 Nunuk Surya dan Leo Agung, Strategi Belajar-Mengajar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2012), h. 154-155.
13
1) Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar,
film, atau model.
2) Objek yang kecil dapat dibantu dengan menggunakan proyektor,
gambar.
3) Gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-
speed photograpy
4) Kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan
pemutaran film, video, foto, maupun VCD.
5) Objek yang terlalu kompleks, misalnya (mesin-mesin) dapat disajikan
dengan model diagram, dan lain sebagainya.
6) Konsep yang terlalu luas, misalnya (gunung berapi, gempa bumi,
iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film,
gambar, dan lain-lain.7
Berbagai pendapat tersebut menunjukkan bahwa media sangat
diperlukan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media diharapkan akan
lebih membantu peserta didik dalam menerima pelajaran dari guru bidang studi
sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang materi pantun.
4. Peranan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pemanfaatan media pengajaran pada hakikatnya bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran. Melalui bantuan media,
siswa diharapkan menggunakan sebanyak mungkin alat inderanya untuk
mengamati, mendengar, merasakan, meresapi, menghayati dan pada akhirnya
memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil belajar.
Beberapa peranan media dalam pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
a. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
7 Ibid., h. 157-158.
14
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa
untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-
kunjungan ke museum atau kebun binatang.8
B. Karikatur
1. Asal Mula Karikatur
Asal mula karikatur “caricature” (bahasa Inggris), “caricatuur”
(bahasa Belanda), “karikatur (bahasa Jerman)” dan dari kata Italia caricare, yang
berarti “to load” atau “to surcharge” atau dalam bahasa Indonesianya memuat,
dalam hal ini memuat berlebihan.
“Kata “karikatur” populer dan dipergunakan orang dalam kehidupan
dunia seni pada sekitar tahun 1665. Seorang seniman bernama Gian Lorenzo
Bernini yang merupakan orang Italia yang dikenal sebagai pematung dan arsitek
yang memperkenalkan kata-kata “caricatura” ketika ia datang ke Prancis”.
Karikatur sendiri sudah mulai diperkenalkan oleh sebuah grup ahli seni
rupa di kota Italia, grup tersebut disebut “kaum Garracci”. Grup ini dipimpin
oleh seorang seniman yang bernama Agostino Garraci. Gambar-gambar yang ia
buat bermula dengan gambar diri mereka sendiri yang digunakan untuk bahan
tertawaan dan menghibur. Pada masa itu, negeri mereka sedang dalam keadaan
kacau, di mana tengah berkembang korupsi, prostitusi, demoralisasi, dan
kemunafikan. Maka dari itu, mereka membuat gambar yang memperlihatkan
8 Azhar Arsyad, op. cit., h. 26-27.
15
situasi tersebut secara berlebihan. Kemudian, pelukis Lorenzo Bernini
membawa gaya berekspresi mereka ke Prancis dan Paris karena kedua tempat
tersebut merupakan pusat segala macam seni budaya. Setelah itu, banyaknya
seniman yang mulai mengikuti gaya melukis mereka. Meskipun cara melukisnya
berbeda, tapi memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu ingin
menggambarkan situasi maupun menyinggung petinggi-petinggi negara yang
kemudiam digambarkan dalam bentuk yang berlebihan.
Salah satu karikaturis yang sudah terkenal ialah Francisco Goya. Goya
dikenal sebagai pelukis yang berani dan memiliki ciri khas sendiri dalam
melukis. Dikatakan pelukis yang berani karena hal tersebut terlihat dari
keberaniannya mengkritik Raja Spanyol dan petinggi-petinggi dalam istana. Hal
tersebut menyebabkan ia harus berurusan dengan Inquisi (polisi rahasia
Spanyol). Ciri khas yang dimiliki Goya dalam lukisannya ialah: lukisannya yang
sangat eksotis dan gambar karikatur yang menyeramkan.
Berkaitan dengan lukisan yang amat ekstrem atau menyeramkan juga
diperlihatkan oleh pelukis Belgia, yaitu James Ensor yang karya-karyanya
diekspose pada abad XIX dan XX. Lukisannya dapat dikatakan sebagai lukisan
yang lebih menyeramkan jika dibandingkan milik Goya.
James Ensor mendapatkan tempat yang istimewa dalam golongan
lukisan yang terlalu berani dan mendekati gambar yang gila (tidak masuk akal),
yang seakan-akan hendak menyesuaikan dengan kegilaan lingkungan yang
dianggapnya tidak beradab sekaligus menyinggung situasi lingkungannya secara
keras.
Atas pendiriannya dalam melukis akhirnya pada tahun 1903 ia dapat
pengakuan dari Raja Belgia. Ia diangkat sebagai “Knight of the Order of
Leopold” (pendekar kehormatan dari Raja Leopold). Selain itu, pada tahun 1992
ia diangkat menjad Baron. James Ones meninggal pada tahun 1949 di umur 89
tahun.
Berikut pelukis-pelukis besar pada masa itu:
a. Albrecht Durer;
b. Honore Daumier;
16
c. Toulouse Lautrec;
d. Francisco Goya;
e. James Ensor.9
2. Pengertian Karikatur
Kata karikatur sering kita dengar dan terasa tidak asing, tetapi
kenyataannya sedikit banyak orang yang tidak mengetahui arti “karikatur”.
Bukan hanya itu, sangat sedikit teori yang mengemukakan definisi tentang
karikatur.
Beberapa pengertian karikatur yang dijadikan sebagai referensi ialah
dari Encyclopedia Britannica yang mendefinisikan karikatur sebagai berikut:
“A caricature is the distorted presentation of a person, type or action,
commonly a silent feature, is seized upon the exagerated, or pictures or animals,
birds or vegetables are subtituted for bart of human being or analogy is made
to animal actions”.10
Karikatur adalah suatu bentuk gambar yang sifatnya klise, sindiran,
kritikan, dan lucu. Karikatur merupakan ungkapan perasaan seseorang yang
diekspresikan agar diketahui khalayak. Karikatur seringkali berkaitan dengan
masalah-masalah politik dan sosial. karikatur sebagai media komunikasi yang
mengandung pesan, kritik, sindiran dengan tanpa banyak komentar, tetapi
cukup dengan rekaan gambar yang sifatnya lucu sekaligus mengandung makna
yang dalam (pedas).
Karikatur adalah satire dalam bentuk gambar atau patung. Satire yang
dimaksud ialah suatu yang bersifat ironi, sindiran, dan suatu tragedi yang
memiliki unsur komedi. Sindiran-sindiran yang ada dalam karikatur dikemas
dalam bentuk lucu atau dapat dijadikan sebagai bahan tertawaan sehingga tidak
menimbulkan kesan yang terlalu menyinggung. Sebuah karikatur tidak hanya
selalu berisi hal-hal yang lucu atau bersifat komedi, tetapi terkadang ada juga
9 Augustin Sibarani, Karikatur dan Politik, (Jakarta: Garba Budaya, ISAI, dan PT Media Lintas
Inti Nusantara, 2001), cet. 1, h. 11-16. 10 Ibid., h. 9-11.
17
karikatur yang menggambarkan situasi yang memprihatinkan atau
menyedihkan.11
Arti karikatur yang sebenarnya adalah “potret wajah yang diberi muatan
lebih” yang berkesan distortif ataupun demormatif.12 Dalam komunikasi
instruksional, karikatur dapat digunakan sebagai media intstruksional asal
bersifat edukatif, artinya dengan media karikatur akan menuntut kreativitas
guru dan peserta didik serta melatih peserta didik berpikir kritis dan memiliki
kepekaan atau kepedulian sosial.13
Salah satu media pembelajaran yang sangat bagus untuk digunakan
adalah media gambar ‘karikatur’. Media krikatur adalah media pembelajaran
yang berbentuk gambar yang bermuatan humor dengan objek manusia atau
benda. Media karikatur merupakan salah satu jenis media yang dapat diamati
oleh indera penglihatan atau dapat dilihat, dipandang, diperhatikan, dan disimak
oleh siswa.14
Maka dari itu, peserta didik akan lebih tertarik dengan menggunakan
media yang berbentuk gambar dibandingkan dengan media yang berbentuk
tulisan, karena melihat gambar jauh lebih muda dan sederhana. Gambar
memiliki suatu simbol yang jelas dan mudah untuk dipahami meskipun dapat
dikatakan sebagai bentuk yang berdiri sendiri karena tidak disertai dengan
tulisan.
3. Manfaat Karikatur
Media karikatur menjadi pilihan peneliti untuk digunakan dalam materi
menulis pantun. Hal itu didasari dengan berbagai manfaat yang dapat menjadi
acuan peneliti. Berikut beberapa manfaat dengan menggunakan media karikatur:
11 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 79. 12 Saugi Riyandi, “Realitas Simbolik di Balik Kasus KPK vs Polisi: Analisis Semiotik pada
Karikatur Portal Cicak dan Budaya di Surat Kabar Koran Tempo Edisi September 2009”, (Jakarta:
UIN, 2009) 13 Ahmad Rohani, op. cit., h. 80. 14 Dendy Dwi Parendra, Nym. Wirya, dan I Gst Ngurah Japa, “Pemanfaatan Media Karikatur
untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas V SD”, Jurnal Universitas Pendidikan Ganesa, Singaraja Vol. 1, Nomor 1, 2013, h. 4.
18
a. Penggunaan media karikatur dapat menarik perhatian maupun minat
peserta didik dalam meningkatkan kemampuan belajar;
b. Mampu memperjelas makna bahan yang ingin diajarkan sehingga lebih
mempermudah peserta didik untuk memahami dan menguasai materi
pembelajaran dengan baik;
c. Penggunaan media karikatur menjadi salah satu bentuk variasi media
mengajar di kelas agar komunikasi tidak semata-mata berjalan satu arah
saja sehingga pembelajaran di kelas tidak akan bosan maupun tergolong
pasif karena peserta didik menjadi lebih aktif;
d. Penggunaan media karikatur dapat meningkatkan kegiatan peserta didik
di dalam kelas karena tidak hanya guru yang berperan aktif, tetapi peserta
didik dituntut untuk memahami dan mengamati pesan yang terdapat
dalam media karikatur tersebut.15
Penggunaan media karikatur menjadi pilihan peneliti dikarenakan media
ini masih menjadi bagian media gambar, hanya saja dalam media gambar
karikatur memiliki ciri khas tersendiri, yaitu digambar secara berlebihan.
Penggunaan media ini diharapkan agar peserta didik lebih tertarik dengan
materi yang disampaikan oleh guru sehingga peserta didik dapat memahami
materi pembelajaran secara keseluruhan.
4. Perbedaan Karikatur dengan Vinyet (vignette)
Karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang
efektif dan mengena dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial. Gambar
karikatur adalah salah satu media penyampaian pesan yang digambar sederhana
dan menyalahi anatomi.16 Selain itu, karikatur juga dapat diartikan sebagai
gambar olok-olokan yang mengandung sindiran, lelucon, dan lain sebagainya.
15 Raafi Allen Kurniawan dan Maryam Isnaini, “Penggunaan Media Gambar Karikatur untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV SDN Jajartunggal II Surabaya”,
JPGSD, Vol. 02, 2014, h.4. 16 Heru Dwi Waluyanto, “Karikatur Sebagai Karya Komunikasi Visual dalam Penyampaian
Kritik Sosial”, Jurnal, Nirmana No. 2, Vol. 2, 2009, h. 128-131.
19
Vinyet merupakan gambar ilustrasi yang berbentuk dekoratif yang
berfungsi sebagai pengisi ruang yang kosong pada kertas narasi. Kata vinyet
berasal dari bahasa Penacis yaitu Vignette yang berarti batang anggur, di
Perancis sendiri vinyet merupakan seni hias baku yang biasanya berbentuk
hiasan yang digunakan dalam seni grafika atau arsitektur. Selain itu, ada juga
yang mengartikan vinyet sebagai sebuah sketsa dengan gambar yang unik dan
dekoratif.17
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa karikatur dan
vinyet memiliki perbedaan yang sangat jelas, yakni karikatur diartikan sebagai
gambar yang digambarkan secara berlebihan yang memiliki maksud dan tujuan
tertentu atau dapat digunakan juga sebagai lelucon, sedangkan vinyet sebagai
gambar yang ciri khasnya pada pinggir gambar (mengisi ruang yang kosong).
C. Kemampuan Menulis
1. Pengertian Menulis
Kata kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan.
Menulis adalah kegiatan memaparkan isi jiwa, pengalaman, ide, gagasan
dengan menggunakan grafis, dalam hal ini identik dengan pengertian
mengarang. Pendapat ini menjelaskan bahwa kata menulis pada hakikatnya
adalah suatu proses berpikir yang teratur sehingga yang ditulis mudah dipahami
pembaca.
Kegiatan menulis memang bukanlah pekerjaan mudah, tetapi juga
bukan pekerjaan yang sulit. Menulis sebagai keterampilan yang butuh
komitmen. Komitmen untuk terus menulis dan tidak berehenti. Selain
komitmen, menulis juga dapat disebut sebagai proses, yaitu proses menuangkan
ide dalam pikiran ke dalam bentuk tertulis. Kedua hal ini menjadi kata kunci
yang paling penting dalam aktivitas menulis.18 Betty Mattix menyatakan bahwa
“Writing is a process of discovery. Writing assignments can challenge someone
17 Amirah Silfia Kareem, “Seni Vinyet adalah”, dalam https://www.dictio.id/t/seni-vinyet-
adalah/23482, Diakses pada 12 November 2019 pukul 07.15 WIB. 18 Syarifudin Yunus, Kompetensi Menulis Kreatif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), cet.1, h. 19.
20
to broaden their knowledge”.19 Maksudnya ialah menulis merupakan suatu
kegiatan yang dapat menantang seseorang untuk memperluas wawasan atau
pengetahuannya karena melalui menulis seseorang akan mendapatkan
pengetahuan dari berbagai sudut pandang.
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam
bentuk bahasa tulis dengan tujuan memberi tahu, meyakinkan, dan menghibur.
Pokok permasalahan di dalam tulisan disebut gagasan atau pikiran. Gagasan
tersebut menjadi dasar bagi berkembangnya sebuah tulisan tersebut. Gagasan
pada sebuah tulisan bisa bermacam-macam tergantung pada keinginan
penulis.20
Guntur Tarigan menjelaskan “bahwa menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif”.21
Menulis merupakan suatu keterampilan yang membutuhkan latihan
secara terus-menerus agar keterampilan ini tidak hanya dapat dipertahankan,
tetapi juga ditingkatkan kualitasnya.22
Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang
menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Menulis dapat dikatakan
suatu kegiatan produktif dan ekspresif.23
Menulis menurut Gie yang diistilahkan mengarang, yaitu segenap
rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
19 Betty Mattix Dietsch, Reasoning and Writing Well: A Rhetoric, Research Guide, Reader,
and Handbook, (New York: McGraw-Hill, 2006), p. 5. 20 Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis, Terampil Berbahasa Menyusun Karya
Tulis Akademik, Memandu Acara (MC-Moderator), dan Menulis Surat, (Bandung: Alfabeta, 2017),
h. 69. 21 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), h. 3. 22 Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom dan Resensi,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 24. 23 Sabarti Akhaidah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.Ridwan, Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2016), cet. 6, h. 2.
21
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk
dipahami. 24
Selain itu, Dalman juga mengemukakan bahwa menulis “merupakan
suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara
tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis sebagai
penyampai pesan, isi tulisan saluran atau media, dan pembaca”.25
Menulis dalam kehidupan kita sekarang ialah salah satu keterampilan
yang sangat dibutuhkan. Menulis dapat digunakan untuk mencatat, melaporkan,
dan memengaruhi pembaca atau orang lain. Hal ini dapat tercapai jika penulis
menyusun dan membuat sebuah tulisan yang baik dan dapat mengutarakan hal
yang ingin disampaikan dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada pikiran,
ide, dan penggunaan kata-kata yang jelas dan benar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu kegiatan untuk mengungkapkan ide, gagasan atau
pemikiran yang disampaikan dengan bahasa tulis.
2. Tujuan Menulis
Tujuan menulis adalah mengungkapkan ide, gagasan, perasaan,
pendapat secara jelas dan efektif kepada pembaca karena itu ada beberapa
unsur dalam tulisan yang perlu diperhatikan untuk mencapai penulisan yang
efektif. Hugo Harting mengklasifikasikan beberapa tujuan penulisan, sebagai
berikut:
a. Tujuan penugasan (assignment purpose). Tujuan penugasan ini berarti
menulis tidak memiliki tujuan sama sekali. Penulis menulis karena
ditugaskan, bukan atas keinginannya sendiri.
b. Tujuan altruistik (altruistic purpose). Penulis bertujuan untuk
menyenangkan pembaca, dengan menghindarkan kedukaan pembaca.
Penulis ingin menolong pembaca untuk memahami, menghargai
24 Gie The Liang, Terampil Mengarang, (Yogyakarta: Andi, 2002), h. 3. 25 Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet. 5, h. 3.
22
perasaan dan penalarannya, serta ingin membuat hidup pembaca lebih
mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya tersebut.
c. Tujuan persuasif (persuasive purpose). Tujuan penulis adalah untuk
meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang disampaikan.
d. Tujuan Informasi, tujuan penerangan (informational purpose). Tujuan
penulis adalah memberikan informasi atau keterangan kepada para
pembaca.
e. Tujuan pernyataan diri (self-exspressive purpose). Tujuan penulis
adalah untuk menyatakan atau memperkenalkan diri kepada
pembacanya.
f. Tujuan kreatif (creative purpose). Tujuan penulis adalah untuk
mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.
g. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose). Tujuan penulis
adalah memecahkan permasalahan. Penulis ingin menjelaskan,
menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran
dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh
pembacanya.26
Dari beberapa poin di atas, peneliti lebih memfokuskan tujuannya pada
tujuan kreatif. Hal tersebut didasari atas keinginan dalam pencapaian menulis
dalam materi pantun yang berdasarkan atas pemikiran atau gagasan peserta
didik itu sendiri. Peneliti mengharapkan agar peserta didik dapat membuat
sebuah karya tulis “pantun” yang baik dengan menggunakan diksi atau sumber
pemikiran yang kreatif.
3. Manfaat Menulis
Manfaat menulis dalam pembelajaran di kelas dapat membuat peserta
didik untuk menuangkan pemikirannya serta dapat mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya selama ini. Beberapa siswa berpendapat bahwa
26 Henry Guntur Tarigan, op. cit., h. 25-26.
23
kegiatan menulis adalah sebuah kegiatan yang membosankan dan kurang
menyenangkan.
“Many student think that they have a lot of trouble with writing, because
they have false expectations about the writing process: how easy it
should be and how long it should take, for example”.27
Maksudnya ialah peserta didik berpikir bahwa mereka memiliki banyak
kesulitan dalam menulis karena ia memiliki ekspektasi yang salah, misalnya
menulis itu mudah dan membutuhkan waktu yang lama.
Kegiatan menulis banyak mempunyai manfaat bagi penulis maupun
bagi orang lain yang membacanya, seperti yang diungkapkan oleh Sabarti
Slamet tentang manfaat menulis, yaitu:
a. Melalui menulis seseorang dapat melihat serta mengenali kemampuan
maupun potensi yang ada dalam diri tentang permasalahan yang
ditulisnya;
b. Manfaat menulis dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan
beberapa gagasan atau pemikiran;
c. Mampu memperluas pemikiran dan serta wawancara baik dalam ilmu
teoretis maupun terapan;
d. Mampu menjelaskan dan mempertegas masalah yang rumit atau sulit
dipahami.
e. Dapat memilih pendapat;
f. Dapat memotivasi diri sendiri untuk belajar, membaca, dan memperluas
wawasannya;
g. Dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.28
Berdasarkan poin-poin yang diungkapkan oleh Sabarti Slamet tentang
manfaat menulis di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya
manfaat menulis begitu banyak. Melalui menulis seseorang dapat
menyampaikan dan mengembangkan pemikiran-pemikirannya. Seseorang yang
27 William Vesterm, Reading and Writing Short Arguments, (New York: McGraw-Hill, 2006),
p. 24. 28 Mul Tafifin, “Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 52 Konawe
Selatan”, Jurnal Humanika, Nomor. 15, Vol. 3, 2015, h. 4-5.
24
menulis tidak hanya sekedar menulis, tetapi dapat memotivasi dirinya untuk
terus membaca agar gagasan yang disampaikannya dapat dipahami atau
diterima oleh kalangan luas serta dapat meningkatkan kualitas bahasa tulisnya.
4. Ciri-ciri Penulisan yang Baik
Sebuah tulisan atau karangan dapat dikatakan baik apabila memenuhi
syarat-syarat atau kriteria tertentu. Enre mengemukakan ciri-ciri tulisan yang
baik adalah bermakna, jelas, bulat, utuh, ekonomis, dan memenuhi serta
mengerti makna tulisan tersebut. Selain itu, pembaca akan lebih mudah
memahami maksud dari sebuah tulisan jika penulis dapat mengorganisasikan
tulisan yang baik. Tulisan dikatakan ekonomis apabila sebuah tulisan atau
karangan tersebut padat dan menggunakan diksi yang tepat sehingga pembaca
tidak membuang waktu percuma. Seorang penulis juga harus dapat
menggunakan bahasa baku sesuai dengan kaidah gramatiknya. Selain itu,
menurut Mc. Mahan dan Day dalam Tarigan menyebutkan ciri tulisan yang
baik, yaitu:
a. Jujur
Tulisan yang dikatakan baik ialah tulisan yang berisi kejadian fakta atau
yang sebenar-benarnya. Artinya, tidak memalsukan gagasan atau ide
yang ingin disampaikan.
b. Jelas
Tulisan yang dikatakan baik adalah tulisan yang memiliki maskud dan
pesan yang jelas tanpa membuat pembaca bingung dan menerka maksud
dari tulisan tersebut.
c. Singkat
Tulisan yang dikatakan baik adalah tulisan yang baik dan jelas, tanpa
membuang-buang waktu pembaca untuk membacanya.
25
d. Usahakan keanekaragaman
Tulisan yang dikatakan baik ialah tulisan yang menggunakan kalimat
yang beranekaragam atau bervariasi sehingga menjadi lebih menarik.29
D. Pantun
1. Pengertian Pantun
Pantun menempati posisi yang dominan dalam kehidupan sehari-hari
orang Melayu. Pantun dapat dikatakan sebagai unsur utama yang bersifat
condition qua noon dalam permainan anak-anak, dalam hubungan percintaan,
upacara adat, permainan, lirik lagu nyanyian rakyat, dan upacara daur hidup
orang Melayu mulai dari buaian hingga sampai ke liang lahad.30
Bagi masyarakat Melayu, pantun pada zaman dahulu memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pantun sering digunakan
dalam upacara adat istiadat maupun dalam berkomunikasi antar masyarakat,
khususnya orang tua. Jika pembicaraan mengarah pada sebuah nasihat, maka
masyarakat-masyarakat secara tidak langsung mengemukakan pantun yang
berisi sebuah nasihat, begitu juga di saat situasi bersenda gurau maka
masyarakat akan melantunkan pantun-pantun yang berjenis jenaka atau
sindiran.31
“Pantun merupakan sebuah sastra lisan yang pertama kali dibukukan
oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau. Beliau merupakan seorang
sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji.32
Pantun adalah puisi lama yang mempunyai tiga ciri. Pertama, terdiri atas
empat baris yang berpola a-b-a-b. Kedua, setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
Ketiga, dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris berikutnya sebagai
isi. Sejak kemunculannya, pantun biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia
29 Henry Guntur Tarigan, op. cit., h. 7. 30 Tajuddin Noor Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia: Pantun, Puisi, Peribahasa, Gurindam,
dan Majas, (Yogyakarta: Araska, 2015), h. 9. 31 Eko Sugiarto, Mengenal Sastra Lama: Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, dan Contoh,
(Yogyakarta: ANDI, 2015), h. 36. 32 Mutia Dwi Pangesti, Buku Pintar Pantun dan Peribahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Nusantara Indonesia, 2015), cet. 1, h. 14.
26
sebagai alat untuk memelihara bahasa dan mengakrabkan pergaulan
antarsesama.33
Pangesti Mengemukakan bahwa Pantun merupakan salah satu jenis puisi
lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun
berasal dari kata patutun dalam bahasa Minangkabau yang berarti
”petuntun”. Dalam bahasa Jawa, misalnya dikenal sebagai parikan, dalam
bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal
sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik
(atau baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak
akhir dengan pola a-b-a-b. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan
namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.34
Rizal mengungkapkan pantun merupakan puisi asli anak negeri
Indenesia dan bangsa-bangsa serumpun Melayu (Nusantara), milik budaya
bangsa. Pantun (puisi lama) adalah benar-benar berasal dari kesusastraan anak
negeri sendiri. Hampir seluruh daerah di Indonesia dan di Tanah Rumpun
Melayu terdapat hasil kesusastraan berbentuk puisi yang mempunyai struktur
dan persyaratan seperti pantun. Pantun adalah suatu bentuk puisi yang paling
mudah dimengerti dan mudah ditangkap maksud maupun artinya. Mencerna
dan membaca pantun tidak sesulit membaca dan mencerna puisi-puisi lain
(puisi bebas).35
Poerwadaminta mengemukakan bahwa “pantun adalah sebangsa sajak
pendek, tiap-tiap kuplet biasnya empat baris (ab-ab) dan dua baris yang dahulu
biasanya untuk tumpuan saja. Sebangsa sindiran dan berpantun-pantun berarti
menyanyikan pantun (membawakan pantun bersambut); memantuni artinya
menyindir dengan pantun”.36
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah
bentuk puisi lama yang sudah menjadi kebanggaan para pencinta karya sastra
karena pantun merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan atau
nasihat dengan mudah, yakni mudah dipahami dan mudah dicernah oleh
33 Ristri Wahyuni, Kitab Lengkap Puisi, Prosa, dan Pantun Lama, (Jogjakarta: Saufa, 2014),
cet. 1, h. 38. 34 Mul Tafifin, op. cit., h. 5. 35 Yose Rizal, Apresiasi Puisi dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Grafika Mulia, 2010), h. 12-13. 36 Dewi Purwanti, “Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Dengan Menggunakan Model
Berpikir Berbicara Menulis (Think Talk Write)”, Jurnal Diksatrasia, Vol. 1, Nomor 2, 2017, h. 54.
27
pendengarnya. Selain itu, pantun di beberapa tempat masih diminati oleh
masyarakatnya. Maka dari itu, sebuah pantun harus terus dilestarikan agar tetap
dikenal oleh penerus bangsa. Kebudayaan tersebut jangan sampai hilang dan
tenggelam dengan budaya modern yang ada.
2. Klasifikasi Jenis Pantun
Jenis pantun dapat diklasifikasikan berdasarkan: bentuk fisik, kelompok
umur pemakainya, dan fungsi sosialnya.
Berdasarkan bentuk fisiknya:
a) Pantun kilat
b) Pantun biasa
c) Pantun berkait
Perbedaan dari ketiganya terletak pada jumlah barisnya per bait, dan
jumlah baitnya. Berdasarkan jumlah barisnya: dua baris (pantun kilat), dan
empat baris (pantun biasa, dan pantun berkait). Berdasarkan jumlah baitnya:
satu bait (pantun kilat dan patun biasa), dan lebih dari satu bait, minimal dua
bait yaitu pantun berkait.
Berdasarkan kelompok pemakainya
a) Pantun anak-anak (pantun biasa, dan pantun terkait)
b) Pantun anak muda (pantun kilat, pantun biasa, dan pantun berkait),
dan
c) Pantun orang tua (pantun kilat, pantun biasa, dan pantun berkait).
Berdasarkan fungsi sosialnya:
a) Pantun bermain untuk anak-anak
b) Pantun bersenda gurau untuk anak-anak
c) Pantun asmara untuk anak muda
d) Pantun dukacita untuk anak muda
e) Pantun jenaka untuk anak muda
f) Pantun pujian untuk anak muda
g) Pantun sindiran untuk anak muda
h) Pantun agama untuk orang tua
28
i) Pantun adat istiadat untuk orang tua, dan
j) Pantun nasihat untuk orang tua.37
3. Ciri-ciri pantun
Ciri-ciri pantun dapat dilihat dari bentuknya, yang dinamakan ciri ialah
tanda khas. Jadi, ciri tidak boleh diubah karena menjadi identitas pantun
tersebut. Apabila diubah cirinya, maka sebuah pantun akan berubah menjadi
seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya. Berikut beberapa Ciri-ciri
pantun:
a) Tiap bait terdiri atas empat larik (baris);
b) Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata;
c) Rima atau pola akhir dari setiap baris adalah a-b-a-b ataupun a-a-a-a;
d) Baris pertama dan kedua berisi sampiran, sedangkan pada baris ketiga
dan keempat merupakan isi (makna).38
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Suatu penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan sebagai
titik ukur dan acuan untuk penelitian-penelitan berikutnya. Oleh karen itu, sangat
penting untuk melihat penelitian-penelitian sebelumnya untuk mengetahui
relevansinya terhadap penelitian yang akan datang. Pada bagian ini, peneliti
mengambil beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu:
Pertama, skripsi yang dibuat oleh Arifatul Latifah Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis
Pantun Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,
Interest, Assessment,Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun pada kelas VII F
SMP N 24 semarang. Subjek penelitian ini adalah kemampuan menulis pantun yang
sesuai dengan syarat pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang yang
berjumlah 31 siswa. Berdasarkan hasil penelitian peningkatan keterampilan
menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,
37 Tajuddin, op. cit., h. 17. 38 Eko Sugiarto, op. cit., 5.
29
Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun, peneliti memberi
saran (1) pembelajaran menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance,
Relevance, Iii Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun dapat
dijadikan alternatif pembelajaran sebagaimana yang ditunjukan dari hasil penelitian
ini yang terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam menulis
pantun dan perubahan perilaku siswa ke arah positif, (2) penelitian menggunakan
model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,
Satisfaction) dengan media kartu pantun diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian
menulis pantun.39 Perbedaan dari penelitian Arifatul Latifah dengan penelitian ini
ialah pada penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran ARIAS
(Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu,
sedangkan pada penelitian ini peneliti ingin meneliti bagaimana penggunaan atau
penerapan media karikatur dalam pembelajaran menulis pantun. Sementara
persamaannya ialah subjek penelitiannya, yaitu kelas VII.
Kedua, skripsi yang dibuat oleh Alvina Rizky Utami Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan dengan judul Pengaruh Media Karikatur Terhadap
Kemampuan Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Medan Tahun
Pembelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasih eksperimen two group post-test design. Instrumen yang digunakan untuk
menjaring data adalah tes uraian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji “t”. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan
menulis teks anekdot siswa tanpa menggunakan media karikatur tergolong dalam
kategori cukup dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh siswa adalah 66,04,
sedangkan kemampuan menulis teks anekdot siswa dengan menggunakan media
karikatur tergolong baik dengan rata-rata (mean) yang diperoleh siswa 76,6.
Selanjutnya uji hipotesis menunjukkan 𝑡o > 𝑡tabel dan 7,23> 2,03 pada taraf
signifikan α = 0,05. Dengan demikian berarti h0 ditolak dan ha diterima, artinya
39 Arifatul Latifah, “Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Menggunakan Model
Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan Media Kartu
Pantun pada Kelas VII F SMP N 24 Semarang”, Jurnal, (Semarang: UNES, 2015).
30
ada pengaruh media karikatur terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa
kelas X SMA Negeri 11 medan tahun pembelajaran 2016/2017.40 Perbedaan
penelitian ini dengan yang ingin diteliti oleh peneliti ialah subjek penelitiannya.
Pada penelitian ini subjeknya ialah siswa-siswi kelas VII SMP Muhammadiyah 17
Ciputat Tahun Pembelajaran 2018/2019, sedangkan pada penelitian Alvina Rizky
Utami ialah siswa kelas X SMA Negeri 11 Medan Tahun Pelajaran 2016/2017.
Sementara persamaannya ialah media yang digunakan, yaitu media karikatur.
Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Nur Hidayat, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dengan Judul Pengaruh
Media Gambar Terhadap Kemampuan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTS
Almursyidiyyah Pamulang, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017. Hasil penelitian yang dilakukan
didapatkan hasil kemampuan siswa dalam menulis pantun melalui media gambar
ialah dengan rata-rata mencapai 80 dari 29 siswa dengan hipotesis yang diajukan
adalah hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) dengan Hipotesa alternatif
(Ha): Penggunaan media gambar dalam menulis pantun berpengaruh secara
signifikan terhadap keterampilan menulis pantun pada siswa kelas VII MTs. Al-
Mursyidiyyah Hipotesa nihil (Ho): Penggunaan media gambar dalam menulis
pantun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pantun
siswa kelas VII MTs. Al-Mursyidiyyah. Hasilnya ialah (Ha) diterima yaitu
memperoleh 80 dengan begitu media gambar yang digunakan berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan menulis pantun mereka.41 Perbedaan penelitian ini
dengan yang ingin diteliti oleh peneliti ialah hal yang ingin dicapai atau dilihat.
Pada penelitian ini peneliti ingin melihat apakah peserta didik dapat menggunakan
media karikatur dalam menulis pantun, sedangkan pada peneliti Nur Hidayat ialah
40 Alvina Rizky Utami, “Pengaruh Media Karikatur Terhadap Kemampuan Menulis Teks
Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017”, Skripsi, (Medan:
UNIMED, 2017). 41 Nur Hidayat, “Pengaruh Media Gambar Terhadap Kemampuan Menulis Pantun pada Siswa
Kelas VII MTS Almursyidiyyah Pamulang, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017”,
Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017).
31
melihat pengaruh media tersebut serhadap menulis pantun mereka. Sementara
persamaannya ialah subjek penelitiannya, yaitu kelas VII dan objek penelitiannya,
yaitu pantun.
Keempat, skripsi yang ditulis oleh Arief Kurniatama Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Peningkatan Keterampilan
Menulis Teks Pantun dengan Model Pembelajaran Mencari Pasangan Bagi Siswa
kelas XI MIA 1 MAN Godean Sleman. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah
siswa Kelas XI MIA 1 MAN Godean Sleman yang berjumlah 32 siswa. Hasil
penelitian, Pertama yaitu peningkatan proses tampak pada aspek proses belajar,
keaktifan siswa, perhatian, dan situasi belajar. Peningkatan tersebut terjadi secara
bertahap mulai dari tahap pratindakan, siklus I, dan siklus II. Kedua, peningkatan
hasil dalam keterampilan menulis teks pantun dengan model pembelajaran mencari
pasangan dapat dilihat dari hasil menulis siswa. Pada tahap pratindakan, rata-rata
nilai siswa sebesar 53, 25 dengan keterangan siswa tuntas berjumlah 2 siswa. Pada
siklus I, nilai rata-rata siswa naik menjadi 73,44 dengan keterangan siswa tuntas
berjumlah 16 siswa. Selanjutnya, pada siklus II rata-rata nilai siswa sebesar 88,15
dengan ketuntasan 100% siswa tuntas.42 Perbedaan penelitian ini dengan yang ingin
diteliti oleh peneliti ialah model pembelajaran, pada penelitian milik Arief
Kurniatama ia menggunakan model pembelajaran mencari pasangan bagi siswa,
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti ialah tidak menggunakan
metode, melainkan menggunakan media, yaitu gambar karikatur. Sementara
persamaannya ialah objek penelitiannya, yaitu pantun.
42 Arief Kurniatama, “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Pantun dengan Model
Pembelajaran Mencari Pasangan Bagi Siswa Kelas XI MIA 1 MAN Godean Sleman”, Skripsi, UNY,
2016.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 17, Ciputat.
Beralamat Jalan Ir. H. Juanda Nomor.21, Rempoa, Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15412. Adapun pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 26 Maret 2019 sampai dengan 15 Oktober 2019.
B. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.1 Cara
atau metode ilmiah berarti kegiatan penelilitian yang didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Peter Woods mengemukakan
“Qualitative research is concerned with life as it is lived, things as they happen,
situasions as they are constructed in the day-to-day, moment-to-moment course of
events”.2 Kutipan tersebut menyatakan bahwa penelitian kualitatif selalu berkaitan
dengan hal-hal yang sering dijalani, seperti hal-hal yang sering terjadi atau situasi
yang dibangun dalam peristiwa sehari-hari, dan dari waktu ke waktu.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif
deskriptif, yaitu penelitian dengan cara menggambarkan objek penelitian pada saat
keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian
dianalisis dan diinterprestasikan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan pada makna, penalaran, definisi suatu
situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan hal tersebut, penelitian
yang peneliti lakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
1 Emzir, Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008), h. 3. 2 Peter Woods, Successful Writing for Qualitative Researchers, (New York: Routledge Falmer,
2006), p. 3.
33
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah 17,
Ciputat yang berjumlah 32 orang, yang terdiri dari 11 Perempuan dan 21 Laki-laki.
Alasan peneliti menjadikan kelas VII C sebagai subjek penelitiannya karena
saran/anjuran dari guru bahasa Indonesia sekaligus kelas ini merupakan kelas
unggul dan kelas yang sangat aktif di antara kelas VII lainnya. Adapun objek
penelitian ini ialah pantun yang ditulis oleh peserta didik kelas VII C SMP
Muhammadiyah 17 tahun pelajaran 2018/2019.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan dalam penelitian untuk menggali
suatu permasalahan-permasalahan yang ada sehingga dapat mengungkap
persoalan-persoalan yang ada.3 Jika peneliti ingin mengumpulkan data, maka
peneliti lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai instrumen (alat
pengumpul data).4 Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan dengan buku Nurgiyantoro, sebagai berikut:
Tabel 3.1:
Rubrik Penilaian Menulis Pantun
(Dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori Burhan Nurgiyantoro) 5
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar
dan jenis yang telah
ditentukan
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
3 Abdul Halim Hanafi, Metode Penelitian Bahasa untuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi,
(Jakarta: Diadit Media Press, 2011), cet. 1, h. 112 4 Ibid., h. 121. 5 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
BPFE, 2016), h. 470-526.
34
3. Kekuatan imajinasi
4. Ketepatan diksi dan ejaan
5. Ketepatan dan kemenarikan
isi pantun
Jumlah skor:
Nilai:
Keterangan: 1= Sangat Kurang
2= Kurang
3= Cukup
4= Baik
5= Sangat Baik
Berdasarkan rubrik penilaian di atas, itu merupakan modifikasi dari rubrik
penilaian berdasarkan rangsangan gambar dan rubrik penilaian tugas menulis
puisi (pantun). Namun, pada poin kedua dan kelima tidak termasuk pada kedua
rubrik tersebut, tetapi itu menjadi bagian dari rubrik penilaian karena menurut
peneliti hal tersebut penting dan memiliki kaitan yang sangat erat dalam menilai
suatu tulisan (pantun). Pada poin kedua merupakan bagian penting dalam menulis
pantun karena merupakan kriteria atau ketetapan yang harus ada dalam menulis
pantun, sedangkan pada poin kelima menjadi bagian yang dianggap penting bagi
peneliti karena ketepatan penggunaan kata antar sampiran atau isi sangatlah perlu
agar kata setiap baris memiliki kaitan satu sama lainnya sekaligus dengan
penggunaan kata yang sesuai itu akan membuat pantun tersebut menjadi lebih
menarik.
Tabel 3.2:
Penilaian Aspek Kesesuaian Pantun dengan Gambar dan Jenis Pantun
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian kesesuaian
pantun dengan gambar
dan jenis yang telah
Sangat baik: apabila peserta
didik dapat menulis pantun
yang sesuai dengan gambar, dan
5
35
ditentukan, berikut aspek
yang dinilai:
a. Pantun yang dibuat
oleh peserta didik
sesuai dengan gambar
yang telah ditentukan;
b. Pantun yang dibuat
sesuai dengan jenis
yang telah ditentukan.
c. Pantun yang dibuat
memiliki tema yang
sesuai dengan jenis
pantun.
jenis yang ditentukan oleh
peneliti serta peserta didik dapat
membuat tema yang sesuai
dengan jenis pantun secara
detail.
Baik: apabila peserta didik
dapat menulis pantun yang
memiliki keterkaitan dengan
gambar, dan jenis yang
ditentukan oleh peneliti serta
peserta didik dapat membuat
tema yang sesuai dengan jenis
pantun.
4
Cukup: apabila peserta didik
dapat menulis pantun yang
sesuai dengan gambar dan
sesuai dengan jenis yang
ditentukan oleh peneliti, namun
tidak dapat membuat tema yang
sesuai dengan jenis pantun.
3
Kurang: apabila peserta didik
mampu menulis pantun yang
sesuai dengan gambar tetapi
tidak sesuai dengan jenis pantun
yang telah ditentukan oleh
peneliti serta tidak menentukan
tema dari jenis pantun tersebut.
2
Sangat Kurang: apabila
peserta didik mampu menulis
pantun, namun tidak sesuai
1
36
dengan gambar dan jenis pantun
yang telah ditentukan oleh
peneliti serta tidak dapat
menentukan tema dari pantun
tersebut.
Tabel 3.3:
Penilaian Aspek Kesesuaian Pantun dengan Kriteria Pantun
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian aspek kesesuaian
pantun dengan kriteria
pantun yang meliputi:
1. Tiap bait terdiri dari
4 baris;
2. Tiap baris terdiri dari
8-12 suku kata;
3. Sajak yang berirama,
sesuai dengan rumus
penulisan pantun,
yaitu a-b-a-b atau a-
a-a-a;
4. Kedua baris pertama
merupakan sampiran
dan baris ketiga dan
keempat merupakan
isi.
Sangat baik: apabila keempat
aspek tersebut telah terpenuhi
atau ada dalam sebuah pantun.
5
Baik: apabila 3 dari empat
aspek tersebut telah terpenuhi
atau ada dalam sebuah pantun.
4
Cukup: apabila 2 dari empat
aspek tersebut telah terpenuhi
atau ada dalam sebuah pantun.
3
Kurang: apabila 1 dari empat
aspek tersebut telah terpenuhi
atau ada dalam sebuah pantun.
2
Sangat Kurang: apabila
peserta didik tidak dapat
memenuhi keempat aspek
tersebut.
1
37
Tabel 3.4
Penilaian Aspek Kekuatan Imajinasi
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian aspek kekuatan
imajinasi, meliputi aspek
berikut:
1. Kreativitas
2. Pengembangan ide
yang sesuai dengan
gambar.
3. Imajinasi yang
mengandung hal
baru atau mengikuti
perkembangan
zaman serta kata
yang jarang
digunakan dalam
membuat pantun.
Sangat baik: apabila
kreativitas dan pengembangan
ide peserta didik sangat sesuai
dengan gambar dan memenuhi
kekuatan imajinasi.
5
Baik: apabila kreativitas dan
pengembangan ide peserta
didik sudah sesuai dengan
gambar dan memenuhi
kekuatan imajinasi.
4
Cukup: apabila kreativitas dan
pengembangan ide peserta
didik cukup sesuai atau
berkaitan dengan gambar dan
cukup memenuhi kekuatan
imajinasi.
3
Kurang: apabila kreativitas
dan pengembangan ide peserta
didik cukup sesuai atau
berkaitan dengan gambar, tetapi
tidak memenuhi kekuatan
imajinasi.
2
Sangat Kurang: apabila
kreativitas dan pengembangan
ide peserta didik tidak sesuai
atau berkaitan dengan gambar,
dan tidak memenuhi kekuatan
imajinasi.
1
38
Tabel 3.5
Penilaian Aspek Ketepatan Diksi dan Ejaan dalam Pantun
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian aspek ketepatan
diksi dan ejaan dalam
pantun meliputi sebagai
berikut:
1. Penggunaan bahasa
yang baik dan baku
2. Kesalahan dalam
menulis ejaan.
Sangat Baik: apabila peserta
didik telah menggunakan ejaan
dan gaya bahasa yang sudah
baku tanpa ada kesalahan
apapun.
5
Baik: apabila peserta didik
telah menggunakan ejaan dan
gaya bahasa yang sudah baku,
namun masih ada 1-2
kesalahan.
4
Cukup: apabila peserta didik
telah menggunakan ejaan dan
gaya bahasa yang sudah baku,
namun masih ada 3-4
kesalahan.
3
Kurang: apabila peserta didik
cukup bisa menggunakan ejaan
dan gaya bahasa yang baku,
namun masih ada 5-6
kesalahan.
2
Sangat Kurang: apabila
peserta didik tidak mampu
menggunakan ejaan dan gaya
bahasa yang baku ‘kesalahan
lebih dari enam’.
1
39
Tabel 3.6
Penilaian Aspek Ketepatan dan Kemenarikan Isi Pantun
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Ketetapan dan
kemenarikan isi pantun,
meliputi sebagai berikut:
1. Isi pantun yang
memiliki makna yang
dapat diambil oleh
pembacanya
2. Penggunaan kata yang
bervariasi sehingga
pantun menjadi lebih
menarik.
3. Ketepatan kata yang
digunakan antar
sampiran ataupun isi.
Sangat Baik, apabila peserta
didik dapat memenuhi ketiga
kriteria yang meliputi ketepatan
dan kemenarikan isi pantun
secara detail atau dijelaskan
secara lugas.
5
Baik, apabila peserta didik
dapat memenuhi 3 kriteria yang
meliputi ketepatan dan
kemenarikan isi pantun yang
kurang detail.
4
Cukup, apabila peserta didik
dapat memenuhi 2 kriteria
dalam aspek ketepatan dan
kemenarikan isi pantun.
3
Kurang, apabila peserta didik
dapat memenuhi 1 kriteria
dalam aspek ketepatan dan
kemenarikan isi pantun.
2
Sangat Kurang: apabila
peserta didik tidak dapat
memenuhi ketiga kriteria
tersebut dalam aspek ketepatan
dan kemenarikan isi pantun.
1
Rumus untuk menentukan nilai akhir peserta didik dalam kemampuan
menulis pantun sesuai dengan rumus yang ada dalam buku Anas Sudijono, yaitu
sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100
(Anas Sudijono)6
6 Anas Sidijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 2016), cet. 15, h. 318.
40
Adapun untuk menentukan kriteria kemampuan menulis pantun dengan
bermacam-macam perolehan, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang sesuai
dengan Burhan Nurgiyantoro, sebagai berikut:
Tabel 3.7
Penentuan Kriteria Skor Terhadap Presentase Nilai Peserta Didik
Menurut Burhan Nurgiyantoro7
Interval Presentase
Tingat Penguasaan
Nilai Ubahan Skala
Empat Keterangan
1-4 D-A
86-100 4 A Baik Sekali
76-85 3 B Baik
56-75 2 C Cukup
10-55 1 D Kurang
E. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan bahan keterangan atau fakta yang telah dicatat (recorded)
dan dapat di observasi. Saat penelitian bahasa, data yang diperoleh berupa kata-
kata, ucapan, tulisan (prosa, puisi, berita, dan sebagainya), naskah, kurikulum
bahasa, perencanaan bahasa, dan lainnya.8
Pengumpulan data menjadi metodologi selanjutnya. Pengumpulan data
dalam penelitian tentu memiliki cara yang harus dilakukan peneliti karena dalam
mengumpulkan data harus dilakukan sesuai dengan aturan yang menjadi ketepatan
cara pengumpulan data. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan, selalu ada hubungan antara
metode pengumpulan data dengan masalah yang ingin dipecahkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Namun, dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan
7 Nurgiyantoro, op. cit., h. 277 8 Abdul Halim Hanafi, op. cit., h. 123.
41
data dengan menggunakan sumber data langsung (primer), yaitu data langsung
diberikan kepada peneliti tanpa adanya perantara atau orang lain.
Jadi, teknik pengumpulan merupakan tahapan yang sistematis dan standar
untuk memperoleh atau mendapatkan data yang sesuai dengan masalah yang
peneliti lakukan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengamatan (Observasi)
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono mengemukakan “bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.”9 Pengamatan (observasi) merupakan
cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat
dan terencana. Objek yang dimaksud di sini dapat berwujud orang (peserta
didik), kegiatan, keadaan, benda, dan lain sebagainya.10
Kegiatan pengamatan ini sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian
karena ia akan memberikan informasi valid yang tidak dapat diperoleh melalui
kegiatan tes.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan atau data dengan tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan responden (peserta didik, guru) dengan melakukan tanya jawab yang
hanya berasal dari pewawancara (sepihak). Kegiatan wawancara ini
menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (lembar pertanyaan).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.11
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016),
cet. 23, h. 145. 10 Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 111. 11 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja, 2008), h. 186.
42
“Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil”.12
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bidang studi bahasa
Indonesia di SMP Muhammadiyah 17 bertujuan untuk mengetahui
permasalahan yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menulis
pantun dan media yang pernah digunakan oleh guru mata pelajaran bahasa
Indonesia dalam materi pantun. Selanjutnya, peneliti juga mewawancarai
beberapa peserta didik untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang
sering dialami selama pelajaran bahasa Indonesia terutama materi pantun.
3. Tes
Tes merupakan salah satu alat penilaian untuk melihat hasil proses belajar
peserta didik, apakah telah mencapai tujuan pembelajaran ataukah belum. Oleh
karena itu, salah satu fungsi dari tes ini ialah untuk mengetahui sejauh manakah
usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.13
Berkaitan dengan hal ini, peneliti memberikan tes berupa tes praktik. Tes
praktik ialah tes yang dilakukan siswa untuk mengukur kemampuan siswa dalam
membuat sebuah pantun dengan menggunakan media gambar karikatur. Tingkat
kemampuan peserta didik dapat diartikan sebagai hasil atau keberhasilan yang
diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Peneliti
memberikan tes kepada peserta didik menggunakan tiga jenis pantun, yaitu:
gambar karikatur yang bertema keluarga, sepasang kekasih, dan persahabatan.
Setelah itu, peneliti meminta peserta didik untuk membuat sebuah pantun dari
media gambar karikatur yang telah dibagikan oleh peneliti kepada masing-
masing peserta didik.
12 Sugiyono, op. cit., h. 137. 13 Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. 1, h. 1-2.
43
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan salah satu bukti yang berbentuk catatan tertulis
tentang berbagai kegiatan atau peristiwa yang terjadi di waktu yang lalu
(sebelumnya). Dokumen yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk tulis, tetapi
semua dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti juga
disebut dokumen karena dapat dikatakan sebagai sumber informasi tentang
penelitian tersebut.14
Dokumen adalah sebuah data yang ditujukan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter yang merupakan data
relevan dalam penelitian.15
Dokumentasi yang di maksud dalam penelitian ini ialah lembar kerja peserta
didik, data-data, dan foto-foto selama pelaksanaan penelitian ini berlangsung.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah
data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk
dipahami dan juga bermanfaat dengan tujuan untuk menemukan solusi
permasalahan terutama masalah yang ada dalam sebuah penelitian. Selain itu,
analisis data juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengubah
data hasil dari sebuah penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa
dipergunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan.
Bogdan dalam Sugiyono menyatakan bahwa data analysis is the process of
sytematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes,
and other materials that you accumulate to increase your own
understanding of them and to enable you to present what you have
discovered to others. Analsis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah difahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.16
14 W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), cet. 6, h. 123 15 Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: ALFABETA, 2010), cet.8,
h.105 16 Sugiyono, op. cit., h. 244.
44
Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan sebuah data
sehingga dapat dipahami, dan juga untuk membuat kesimpulan atau menarik
kesimpulan mengenai karakteristik populasi yang berdasarkan data yang diperoleh
dari sampel, yang biasanya ini dibuat dengan dasar pendugaan dan pengujian
hipotesis.17
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai langkah, yaitu:
1. Data Rediction (Reduksi Data)
Redusi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Maka dari itu, data yang diperoleh dari hasil reduksi akan memberikan
gambaran lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data.
2. Data Display (penyajian data)
Setelah dilakukan reduksi data, maka selanjutnya ialah menyajikan data.
Penelitian kualitatif cenderung penyajian datanya berbentuk teks yang
bersifat naratif. Tujuan dari langkah ini yaitu dapat mempermudah
peneliti untuk memahami sekaligus dapat merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami sebelumnya.
3. Conclusion Drawing/verifikasi
Langkah selanjutnya ialah menarik kesimpulan dan memverifikasi.
Pada penarikan kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung pada tahap
pengumpulan data tersebut. Namun, apabila kesimpulan awal telah
didukung oleh bukti-bukti yang valid maka dapat dikatakan bahwa
kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel.18
Berkaitan dengan pemaparan di atas, proses analisis data yang dilakukan
oleh peneliti setelah pertemuan di kelas yaitu peneliti mencatat poin-poin penting
17 Rizky, Teknik Analisis Data Kualitatif, Kuantitatif, Menurut para ahli (Lengkap), 2019,
dalam http://pastiguna.com/teknik-analisis-data/#Teknik_Analisis_Data. Diakses pada 29
November 2018 pukul 19.38 WIB. 18 Sugiyono, op. cit., h. 247-252.
45
saat mulai melakukan penelitian sehingga saat ingin melakukan penjabaran secara
menyeluruh peneliti telah memiliki gambaran terlebih dahulu. Pada waktu
dilakukan pencatatan lapangan melalui observasi atau pengamatan tentang kegiatan
pembelajaran di kelas, peneliti akan langsung mencatat poin-poin yang
menggambarkan situasi atau suasana kelas. Pada pelaksanaan penelitian ini, data
yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif atau menggambarkan secara jelas.
Setelah kegiatan tersebut selesai dilakukan, maka peneliti akan membuat sebuah
simpulan dari hasil penelitiannya tersebut. Begitu juga dengan teknik
pengumpulaan data yang digunakan oleh peneliti sangat memengaruhi tingkat
keberhasilan suatu penelitian. Pengumpulan data yang dimaksud adalah untuk
memperoleh data dan informasi mengenai penggunaan media karikatur dalam
kemampuan menulis pantun pada pembelajaran bahasa Indoenesia.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Sekolah
1. Sejarah Singkat SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 17 Ciputat terletak di Jl.
Ir. H. Juanda No. 211 Rt. 4 Rw. 9 Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten, Indonesia. Semenjak berdirinya, SMP
Muhammadiyah 17 di kelola langsung oleh Muhammadiyah Cabang Ciputat.
Penerimaan murid baru di SMP Muhammadiyah 17 dimulai pada tanggal 15 Juli
1964 dengan jumlah siswa sebanyak 51 orang. Pada tanggal 10 Oktober 1964
secara resmi SMP Muhammadiyah 17 di resmikan di bekas balai desa Ciputat,
dengan kepala sekolah Drs. Abd. Rahman Partosentono. Pada awal berdirinya
SMP Muhammadiyah 17 memakai nama SMPM, karena keadaan masyarakat
Ciputat pada saat itu belum bersimpati penuh terhadap organisasi
Muhammadiyah.
Pada tahun 1965 nama SMPM berubah menjadi SMP Muhammadiyah
I7, dan pada tahun yang sama atas usul Pimpinan Muhammadiyah ranting
Rempoa Adnan Thaher, SMP Muhammadiyah 17 dipindahkan ke desa Rempoa.
2. Profil SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
Alamat Sekolah : Jl. Ir. H. Juanda, No. 211 Rempoa, Ciputat
Timur
Kode Pos : 15412
Kelurahan : Rempoa
Kecamatan : Ciputat Timur
Kabupaten/Kota : Tangerang Selatan
Provinsi : Banten
Telepon : (021) 7401364
Nama Yayasan (Bagi Swasta) : Majelis Pendidikan Dasar dan Menegah
Cabang Ciputat Timur
47
Email :
NSS : 202280310003
NSM : 204020417053
NDS : 2002040011
NPSN : 20603576
Jejang Akreditasi : Terakreditasi “A”
Tahun Didirikan : 10 Oktober 1964
Tahun Beroperasi : 10 Oktober 1964
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Moto SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
Visi
“Terunggul dalam prestasi, teladan dalam bersikap dan bertindak, konsisten
dalam menjalankan ajaran agama”.
Misi
1. Mewujudkan peningkatan kualitas/mutu lulusan.
2. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
Islam.
3. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong, dan cinta tanah
air.
4. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA/SMK
negeri.
5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.
Tujuan
1. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat
dan bakat peserta didik.
3. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik.
48
4. Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat
yang mandiri dan berguna.
5. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih
lanjut.
Moto
“Cerdas, berkualitas, berakhlakul karimah”
4. Guru dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.1
Daftar Guru di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
No Nama Jabatan
Struktural Jurusan Guru
1 Drs. Sayuti
Sufriatna, Mm
Kepala
Sekolah
Magister
Manajemen
IPS Terpadu
2
Drs. H.
Ahmad
Mulyadi
Wakasek
Bidang
Kurikulum
Sejarah Dan
Budaya Islam
IPS Terpadu
3
Tatang
Setiawan, S.Pd.
Wakasek
Bidang
Kesiswaan
Matematika
MTK
4 Drs. Sobari
Wakasek
Bidang
Ismuba
Peradilan
Agama
PKN
5 Maryadi Hm,
Se. Mm
Wakasek
Bidang
Humas
Magister
Manajemen
Bimbingan
Konseling
6
Amir
Mahmud,
S.Pd.
Guru Ilmu
Pendidikan
PKN
7 Hj. Latifah,
S.Ag. Guru
Pendidikan
Agama Islam
PAI
8 Hj. Diana Dewi,
S.Pd. Guru Bahasa Inggris
Bahasa
Inggris
9 Dra. Nurida Guru Pendidikan
Agama Islam
PAI
10 Didah
Nuryatin, S.Pd. Guru Bahasa Inggris Bahasa
Inggris
49
11 Muhtar, S.Pd.I Guru Pendidikan
Agama Islam PAI
12 Nurlita
Marya, S.Pd. Guru
IPS IPS Terpadu
13 Sholihin, S.Pd Guru Mu'alimin
Muhammadiyah Prakarya
14 Dra. Kasrah Guru Bahasa Indonesia Bahasa
Indonesia
15
Muhamad
Pahrudin,
S.Pd
Guru/Kep.
Lab. Ipa
Pendidikan
Biologi
IPA
Terpadu
16
Ely
Rahmawati,
S.Pd
Guru Bahasa Indonesia Bahasa
Indonesia
17
Nur Esa
Prasetio,
S.Hum
Guru/ Pemb.
Ipm
Sarjana
Humaniora Seni Budaya
18 Muhamad
Tantowi, Ss Guru
Bahasa Dan
Sastra Inggris
Bahasa
Inggris
19
Tomi
Nurdamarsah,
S.Pd
Guru/Kep.
Perpustakaan
Pendidikan
Sejarah
Kemuhamm
adi
yahan
20 Fitaya
Qurrotu Aini Guru Psikologi
Bimbingan
Konseling
21
Deni
Kurniawan,
S.Pd
Guru Ilmu
Keolahragaan Penjaskes
22 Surya
Dwiguna Guru
Sains Tek / Teknik
Informatika TIK
23 Woelan
Saradifa, S.Pd Guru Piket
Tarbiyah/Ilmu
Pengetahuan
Sosial
Guru Piket
24 Ahmad
Akbar, S.Pd
Staf
Perpustakaan
Ilmu
Pendidikan Sosial
Staf
Perpustakaan
25
Irma
Rahmaniar,
S.Pd
Guru Pendidikan
Matematika Matematika
26 Herlina, S.Pd Guru Bahasa
Indonesia
27 Evi Puspita,
S.Pd Guru
IPA
Terpadu
50
28 Endar Arifin,
S.Pd Guru Matematika
29 Siti Badriyati
Chaniago Guru Bahasa Arab
Tabel 4.2
Daftar Tenaga Kependidikan di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
No Nama Tempat Nbm Nuptk Jabatan
Struktural
1
Muhamad Ali
Jafar Sidiq,
Shi
Brebes 121499
0
Kepala Tata
Usaha
2 Rosmaida
Tumanggor Napasingkam 943197
54567456
46300012
Bendahara
Sekolah
3 Upi Mayang
Sari, Se Jakarta
121499
1
Staf
Administrasi
4
Muhammad
Azka Adrian
Basuni
Jakarta Staf
Administrasi
5 Hilda Ayuni
Syam Jakarta,
Staf
Perpustakaan
6 Surawan Madiun, Caraka
7 Paing Boy Pemalang, Caraka
8 Ade Setiawan Subang, Scurity
Tabel 4.3
Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII A 21 11 32
2 VII B 22 10 32
3 VII C 21 11 32
4 VII D 21 9 30
51
5 VIII A 18 13 31
6 VIII B 18 14 32
7 VIII C 19 13 32
8 VIII D 18 14 32
9 XI A 19 16 35
10 XI B 20 15 35
11 XI C 20 14 34
12 XI D 19 15 34
TOTAL 236 155 391
5. Kurikulum
Adapun kurikulum yang digunakan pada SMP Muhammadiyah 17
dalam proses belajar mengajar ialah: pada kelas tujuh sekolah ini menggunakan
kurikulum 2013, tetapi pada kelas delapan dan sembilan ia masih
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
B. Deskripsi Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, pada
tahun ajaran 2018/2019 semester Genap. Penelitian ini dilukukan di kelas VII C
dengan jumlah peserta didik 32 orang.
Pada tahap ini, peneliti mulai melakukan observasi di sekolah tersebut.
Sekolah ini merupakan sekolah tempat peneliti melakukan PLP (Praktik
Lapangan Persekolahan). Maka dari itu, peneliti dapat dikatakan dengan mudah
untuk meminta izin dengan kepala sekolah untuk melakukan penelitian. Namun,
peneliti tetap datang ke sekolah untuk bertemu kepala sekolah sekaligus
memberikan surat penelitian. Selain menghubungi kepala sekolah, peneliti juga
menghubungi guru bahasa Indonesia di kelas VII.
Alasan peneliti memilih kelas VII C karena merupakan rekomendasi
dari guru bahasa Indonesia yang menurutnya kelas tersebut merupakan kelas
yang paling aktif jika dibandingkan dengan ketiga kelas lainnya.
52
Setelah peneliti mendapat izin dan persetujuan dari kepala sekolah dan
guru bahasa Indonesia, peneliti langsung melakukan penelitian di kelas tersebut.
penelitian di kelas dilaksanakan dua kali yaitu pada 11 April 2019 dan 15 April
2019. Pada pertemuan pertama, peneliti menjelaskan materi tentang pantun.
Selain menjelaskan materi, peneliti juga menguji kemampuan menulis peserta
didik guna untuk melihat kemampuan menulis pantun siswa secara umum.
Setelah selesai melakukan praktik, peneliti kemudian membahas sedikit hal yang
berhubungan dengan pertemuan berikutnya, yaitu membuat pantun dari media
gambar “karikatur”. Hal itu dilakukan supaya peserta didik memiliki gambaran
tentang kegiatan yang akan dilakukan berikutnya.
Pada pertemuan kedua, peneliti memberikan gambar karikatur secara
tersusun kepada peserta didik sesuai dengan jenis yang telah ditentukan, yaitu
pantun kasih sayang, pantun jenaka, dan pantun nasihat. Gambar dibagikan
secara tersusun agar peserta didik yang berdampingan tidak mendapatkan
gambar atau jenis pantun yang sama. Cara ini digunakan agar data yang
diperoleh tidak memiliki kesamaan antar peserta didik. Setelah peneliti selesai
memberikan gambar “karikatur”, peserta didik kemudian dituntut untuk
membuat pantun di lembar jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Namun,
sebelum membuat pantun siswa harus menentukan tema apa yang akan ia bahas
dalam pantun tersebut, misalnya jenis pantun berkasih-kasih dengan tema
“pasangan” atau lain sebagainya.
Upaya pengumpulan data ini ialah untuk memperoleh kemampuan
peserta didik dalam membuat pantun menggunakan media karikatur. Peneliti
melakukan tes praktik menulis pantun kepada seluruh peserta didik yang hadir
pada saat pelaksanaan. Peserta didik diberikan waktu mengerjakan sekitar empat
puluh menit.
C. Analisis Kemampuan Menulis Pantun Peserta Didik Kelas VII C
Berikut merupakan hasil analisis data peserta didik dalam menulis
pantun dengan menggunakan media gambar karikatur. Analisis menulis
53
pantun terdiri dari beberapa kategori, yaitu (sangat kurang, kurang, cukup,
baik, dan sangat baik).
Tabel 4.4
Analisis Kemampuan Menulis Pantun Peserta Didik Kelas VII C
Nama : Agung Mulyadi
Kelas : VII C
Tema : Pasar malam (jenaka)
Kode : JPNTN (2)
Baju item celana Hitam
Belinya di pasar malam
Kalo ada yang ngajak Berantem
gue hajar sampe merem
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
16
16
25× 100 = 64
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Agung memperoleh nilai
64 yang termasuk dalam tingkat penguasaan cukup. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaan pertama, yaitu aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis
yang telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Agung memperoleh
skor 3 (cukup). Hal tersebut dibuktikan dari pantun yang dibuat oleh Agung telah
54
sesuai dengan unsur yang ada dalam gambar, yaitu Agung mampu
menyesuaikan tema dan pantun yang ia buat sesuai dengan gambar. Ini dapat
dibuktikan dari baris ketiga dari pantun ‘kalo ada yang ngajak berantem’, dari
kata tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pantun ini memiliki kesesuaian
dengan gambar. Salah satu yang dapat diartikan dari gambar tersebut ialah
seakan-akan mengolok-olok lawan bicaranya ataupun saling menantang.
Namun, dari kelebihan pada poin kesesuaian pantun dengan gambar, pantun ini
juga memiliki kekurangan pada kesesuaian tema yang menyebabkan poin yang
dapat diperoleh hanya 3. Tema pantun yang dibuat oleh Agung dapat dikatakan
tidak sesuai dengan gambar maupun isi pantun. Tema yang di ambil oleh Agung
adalah “pasar malam”.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Agung memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik karena
pantun yang dibuat oleh Agung telah memenuhi tiga kriteria pantun yang telah
ditentukan, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, sajak yang berirama dan sesuai
dengan rumus penulisan pantun, yaitu a-a-a-a, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, sedangkan
pada poin tiap baris terdiri dari suku kata 8-12 tidak dapat terpenuhi dalam
pantun ini karena pada baris ke empat hanya ada tujuh suku kata. Hal ini terlihat
pada baris kempat yang hanya ada 7 suku kata saja.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 4 (baik), pantun Agung tergolong dalam baik karena ia dapat
mengembangkan kreativitasnya dan dapat menuangkan ide yang memiliki
keterkitan dengan gambar yang telah diberikan oleh peneliti, kekuatan imajinasi
terlihat pada baris ketiga dan keempat. Hal tersebut dikatakan kuat karena
menurut peneliti isi baris tersebut termasuk hal yang baru dan tergolong
kekuatan imajinasi yang dimiliki oleh peserta didik.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Agung mendapat skor 1 (sangat kurang) karena masih
banyak penggunakan ejaan yang tidak benar dan gaya bahasa yang kurang baku.
Kesalahan yang ada dalam pantun ini lebih dari enam. Selanjutnya, gaya bahasa
55
yang kurang baku terlihat pada kata hitam yang ditulis item, kata kalau ditulis
kalo, kata sampai ditulis sampe, dan kata ‘ngajak; juga tergolong kata yang tidak
baku. Kata baku dari kata ‘ngajak’ ialah ajak atau mengajak. Selanjutnya,
penulisan ejaan yang tidak tepat terlihat pada awal baris dan tengah, yakni huruf
“g” pada kata gue ditulis menggunakan huruf kecil, di mana seharusnya
menggunakan huruf kapital, dan kata ini juga merupakan kata sapaan atau
cakapan yang tidak formal (gaul), serta kesalahan ejaan pada kata “Hitam dan
Berantem” yang seharusnya ditulis menggunakan huruf kecil karena berada pada
akhir kalimat.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Agung mendapatkan skor 4 (baik) karena peserta didik dapat
memenuhi ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun
yang kurang detail. Kurang detail yang dimaksud ialah pada poin pertama yakni
makna yang dapat diperoleh dalam pantun ini, yaitu kurang tergambarkan secara
langsung, tetapi peneliti menyimpulkan maknanya ialah jika ada seseorang (A)
yang berlaku kurang baik kepada seseorang (B), maka orang B bisa melakukan
hal yang lebih kurang baik pula kepada orang A tersebut begitu juga sebaliknya,
tetapi, makna yang terdapat pada poin ini sebenarnya tidak baik untuk dijadikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hasil penilaian tersebut, Agung menunjukkan tidak mendapatkan
skor 5 (sangat baik), namun masih ada beberapa poin yang memperoleh 4 (baik).
Maka dari itu, poin 4 itu dapat digolongkan ke dalam kelebihan karena temasuk
ke dalam kategori baik. Sedangkan kelemahannya terlihat pada ketepatan diksi
dalam pantun dengan memperoleh skor 1 (sangat kurang). Penyebab ia
mendapatkan 1 poin pada ketepatan diksi dan ejaan karena masih banyak
menggunakan kata yang tidak baku dalam tulisan yang ia buat dengan kata lain
menggunakan bahasa sehari-hari.
56
Nama : Trio Sugiarto
Kelas : VII C
Tema : Mendoakan Ibu (nasihat)
Kode : JPNTN (7)
Jalan-jalan ke jombang
Jangan lupa beli duku
Kalau ada umur panjang
aku akan mendoakan ibuku
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
19
19
25× 100 = 76
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Trio memperoleh nilai 76
yang termasuk dalam tingkat penguasaan baik. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Trio memperoleh skor 5
(sangat baik) karena pantun yang Trio buat sesuai dengan gambar yang diberikan
oleh peneliti dan ia dapat menentukan tema yang sesuai dengan gambar tersebut.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Trio memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik karena
hanya 3 dari empat aspek tersebut yang terpenuhi atau ada dalam sebuah pantun.
Adapun aspek yang tidak tepat atau terpenuhi yaitu pada aspek poin kedua, yang
57
mana seharusnya tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, tetapi pada baris pertama
hanya terdapat tujuh suku kata. Selanjutnya, sajak ini berirama a-b-a-b, dan
kedua baris pertama merupakan sampiran dan baris ketiga merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 3 (cukup), pantun Trio tergolong dalam cukup karena ia dapat
mengembangkan kreativitasnya dan dapat menuangkan ide yang cukup
berkaitan dengan gambar dan cukup memenuhi kekuatan imajinasi. Kekuatan
imajinasi terlihat pada baris kedua, yaitu kata duku. Hal ini dikatakan kuat
karena peserta didik dapat berpikir secara lebih luas yang tidak hanya ada dalam
lingkup sekolahnya saja, namun ia mampu mengembangkan imajinasinya di luar
lingkungan sekolahnya.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Trio mendapat skor 4 (baik) karena telah menggunakan
gaya bahasa yang sudah baku, namun masih ada satu kesalahan dalam penulisan
ejaan. Hal ini terlihat pada awal baris keempat, yakni Trio menuliskan huruf ‘a’
dengan huruf kecil yang seharusnya ditulis kapital karena terletak diawal.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Trio mendapatkan skor 3 (cukup) karena peserta didik dapat
memenuhi dua kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun.
Kriteria yang tidak dipenuhi ialah penggunaan kata yang bervariasi. Hal ini dapat
dibuktikan pada baris ketiga dan keempat yang merupakan isi, di mana kata
tersebut sudah sering digunakan pada penyampaian pantun dalam kehidupan
sehari-hari atau dapat dikatakan kurang menarik.
Trio menunjukkan kelebihan pada kesesuaian dengan gambar dan jenis,
dapat dilihat bahwa ia memperoleh skor 5 pada aspek penilaian tersebut. Namun,
pada empat aspek lainnya ia mendapatkan skor 4 dan tiga. Kelemahannya dapat
dilihat pada aspek penilaian kekuatan imajinais dan ketepatan dan kemenarikan
isi pantun, karena pada kedua aspek itu ia memperoleh skor 3 atau tergolong
dalam kategori cukup.
58
Nama : Falah Andrian
Kelas : VII C
Tema : Cinta Guru (nasihat)
Kode : JPNTN (8)
ada coca-cola di dekat bazar
ketemu burung kakak tua
di sekolah enaknya belajar
cintai guru sampai tua
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
21
21
25× 100 = 84
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Falah memperoleh nilai 84
yang termasuk dalam tingkat penguasaan baik. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Falah memperoleh skor 5
(sangat baik) karena pantun yang Falah buat sesuai dengan gambar dan jenis
yang ditentukan oleh peneliti dan ia juga dapat menentukan tema yang sesuai
dengan gambar tersebut. Dikatakan sesuai dengan gambar karena dalam pantun
masih didukung oleh penggunaan kata ‘sekolah’ karena dalam gambar yang
disediakan ada gambar sekolah yang berada tepat dibelakang peserta didik dan
guru. Selain itu, Falah juga mampu membuat tema yang sesuai dengan isi dari
59
pantun yang ia buat, yaitu ‘cintai guru’, kata ini terlihat pada baris terakhir pada
pantun.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Falah memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
poin ini dapat dilihat dari baris pertama yang terdiri dari 11 suku kata, baris
kedua terdiri dari 9 suku kata, baris ketiga terdiri dari 10 suku kata, dan baris
keempat terdiri dari 8 suku kata. selanjutnya sajak ini berirama a-b-a-b, dan
kedua baris pertama merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat
merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 4 (baik), pantun Falah tergolong dalam baik karena ia dapat
mengembangkan kreativitasnya dan dapat menuangkan ide yang sudah sesuai
dengan gambar dan memenuhi kekuatan imajinasi. Kekuatan imajinasi terlihat
pada sampiran pantun yaitu penggunaan kata cola-cola dan dilanjutkan di baris
berikutnya. Hal ini dikatakan kuat karena peserta didik dapat berpikir secara
lebih luas yang tidak hanya ada dalam lingkup sekolahnya saja, namun ia mampu
mengembangkan imajinasinya dengan hal-hal yang ada dalam lingkungan
sehari-harinya.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Falah mendapat skor 3 (cukup) karena telah
menggunakan gaya bahasa yang sudah baku, namun masih ada 4 kesalahan
dalam penulisan huruf kapital, hal ini terlihat pada tiap awal pantun yang mana
kata tersebut seharusnya ditulis menggunakan huruf kapital, tetapi Falah
menggunakan huruf kecil.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Falah mendapatkan skor 4 (baik) karena ia dapat memenuhi ketiga
kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun. Selain itu, makna
yang ingin disampikan dalam pantun tersebut dapat dipahami dengan mudah
60
karena Falah langsung menggambarkan pesan apa yang ingin ia sampaikan,
yaitu sebagai peserta didik haruslah selalu mencintai (menghormati) guru.
Falah menunjukkan kelebihannya pada bagian kekuasaan dengan gambar
dan jenis serta kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan kelemahan dalam
pantun ini terlihat pada ketepatan diksi dan ejaan yang masuk pada kategori
cukup.
Nama : Salsa Salamah
Kelas : VII C
Tema : Perhatikan guru saat sedang menjelaskan (nasihat)
Kode : JPNTN (6)
di atas pohon ada seekor tupai
yang sedang mencari makan
Jika ingin menjadi anak pandai
Perhatikan guru jika sedang menjelaskan
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
23
23
25× 100 = 92
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Salsa memperoleh nilai 92
yang termasuk dalam tingkat penguasaan sangat baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
61
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Salsa memperoleh skor 5
(sangat baik) karena pantun yang Salsa buat sesuai dengan gambar dan jenis
yang ditentukan oleh peneliti dan ia juga dapat menentukan tema yang sesuai
dengan gambar tersebut. Dikatakan sesuai dengan gambar karena pantun
tersebut sangat sesuai dengan gambar yang diberikan oleh peneliti, gambar
tersebut memperlihatkan seorang guru yang sedang menjelaskan materi
pelajaran, sekaligus ia mampu menentukan tema yang tepat dengan gambar,
yaitu “Perhatikan guru saat sedang menjelaskan”.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Salsa memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik karena
hanya tiga dari empat aspek yang telah terpenuhi atau ada dalam sebuah pantun,
yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, sajak yang berirama a-b-a-b, dan kedua baris
pertama merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi,
sedangkan yang tidak terpenuhi ialah tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata karena
pada baris keempat terdapat 14 suku kata, artinya melebihi kriteria yang telah
ditentukan atau yang ada dalam penulisan pantun.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik), pantun Salsa tergolong dalam kategori sangat
baik karena ia dapat mengembangkan kreativitasnya dan dapat menuangkan ide
yang sudah sesuai dengan gambar dan memenuhi kekuatan imajinasi. Kekuatan
imajinasi terlihat pada sampiran pantun yaitu penggunaan kata ‘tupai’ dan sangat
berkaitan dengan sampiran berikutnya. Hal ini dikatakan kuat karena peserta
didik dapat berpikir secara lebih luas yang tidak hanya ada dalam lingkup
sekolahnya saja atau yang ada pada gambar, namun ia mampu mengembangkan
imajinasinya dan kreativitasnya yang sangat sesuai dengan gambar.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Salsa mendapat skor 4 (baik) karena ia telah
menggunakan gaya bahasa yang sudah baku, namun ada dua kesalahan dalam
penulisan huruf kapital pada awal baris. Hal ini terlihat pada awalan huruf “d
62
dan y” yang seharusnya ditulis menggunakan huruf kapital karena berada pada
awal baris, yaitu pada baris pertama dan baris kedua.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Salsa mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia dapat memenuhi
ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara detail.
Selain itu, makna yang ingin disampikan dalam pantun tersebut dapat dipahami
dengan mudah karena Salsa langsung menggambarkan pesan apa yang ingin ia
sampaikan, yaitu jika seseorang ingin menjadi anak yang pandai atau ingin
memahami materi pelajaran dengan baik, maka perhatikan di saat guru sedang
menjelaskan atau menyempaikan materi. Tidak hanya itu, pantun ini juga
menggunakan kata yang sesuai atau tepat antar sampiran maupun isi.
Salasa menunjukkan kelebihannya pada 3 aspek penilaian, yaitu
kesesuaian dengan gambar dan jenis, kekuatan imajinasi, dan ketepatan dan
kemenarikan isi pantun, sedangkan kelemahannya dapat dikatakan tidak ada,
karena pada poin kedua dan keempat Salsa mendapatkan skor 4 yang tergolong
dalam kategori baik.
Nama : Muhammad Adrian R.
Kelas : VII C
Tema : Sepeda (nasihat)
Kode : JPNTN (7)
Sore-sore jam tiga
Jalanxx naik sepeda
biar kita gembira
marilah kita berolah raga
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
63
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor: 20
Nilai: 20
25× 100 = 80
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Adrian memperoleh nilai
80 yang termasuk dalam tingkat penguasaan baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Adrian memperoleh skor 5
(sangat baik) karena pantun yang Adrian buat sesuai dengan gambar dan jenis
yang ditentukan oleh peneliti dan ia juga dapat menentukan tema yang sesuai
dengan gambar tersebut. Dikatakan sesuai dengan gambar karena pantun
tersebut menggunakan kata ‘sepeda’, di mana pada gambar memperlihatkan
seorang ibu yang sedang mengendarai sepeda, sekaligus ia mampu menentukan
tema yang sangat tepat dengan gambar yang telah ditentukan. Tema yang Adrian
buat ialah “sepeda”.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Adrian juga memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik
karena hanya tiga aspek yang terpenuhi atau ada dalam pantun, yaitu tiap bait
terdiri dari 4 baris, sajaknya berirama a-a-a-a, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, sedangkan
pada aspek ‘tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata’ tidak dapat dipenuhi oleh
Adrian, karena pada baris pertama dan ketiga hanya terdapat tujuh suku kata,
yang artinya tidak memenuhi kriteria yang telah ada.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik), pantun Adrian tergolong dalam kategori
sangat baik karena ia dapat mengembangkan kreativitasnya, dapat menuangkan
ide yang sudah sesuai dengan gambar, dan memenuhi kekuatan imajinasi.
Kekuatan imajinasi terlihat pada sampiran maupun pada isi pantun karena ia
64
mampu membuat pantun yang masih memiliki keterkaitan dengan isi pantun
yang terlihat pada sampiran baris kedua dan isi baris keempat.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Adrian mendapat skor 3 (cukup) karena ia telah
menggunakan gaya bahasa yang sudah baku, namun ada empat kesalahan dalam
penulisan ejaan, yaitu kata ‘olahraga’ dengan imbuhan ber- yang ditulis berolah
raga (yang seharusnya ditulis secara sambung/serangkai), penulisan jalan-jalan
yang disingkat menjadi jalanxx, dan penggunaan huruf kecil pada awal baris
ketiga dan keempat yang seharusnya ditulis menggunakan huruf kapital.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Adrian mendapatkan skor 3 (cukup) karena ia dapat memenuhi 2
kriteria dalam aspek ketepatan dan kemenarikan isi pantun, yaitu isi pantun yang
memiliki makna yang dapat diambil oleh pembacanya dan penggunaan kata
yang bervariasi sehingga pantun menjadi lebih menarik, tetapi pada poin ketiga
yaitu ketepatan kata yang digunakan antar sampiran dan isi masih tergolong
kurang tepat karena penggunaan kata yang dipakai kurang memiliki keterkaitan
antar satu sama lainnya atau kurang tepat. Hal ini terlihat antar sampiran baris
satu maupun kedua, begitu juga pada isi baris ketiga, yaitu penggunaan “biar hati
gembira kemudian diikuti pada baris keempat yakni marilah kita berolahraga”.
Ardian menunjukkan kelebihannya pada 2 aspek penilaian, yaitu
kesesuaian dengan gambar dan jenis dan kekuatan imajinasi, sedangkan
kelemahannya terlihat pada poin ketepatan diksi dan ejaan ketepatan serta
kemenarikan isi pantun karena tergolong dalam kategori cukup. Namun, pada
poin kesesuaian dengan kriteria pantun tidak dapat dikatakan kelemahan karena
mendapatkan skor 4 atau tergolong dalam kategori baik.
65
Nama : Dewa Pratama
Kelas : VII C
Tema : Teman (berkasih-kasih)
Kode : JPNTN (4)
Si Dilan lagi di taman
Dengan Milea berduaan
Lebih baik kita berteman
Daripada kita berpacaran
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
25
25
25× 100 = 100
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Dewa memperoleh nilai
100 yang tergolong dalam tingkat penguasaan sangat baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Dewa memperoleh skor 5
(sangat baik) karena pantun yang Dewa tulis sangat sesuai dengan gambar, dan
jenis yang ditentukan oleh peneliti serta peserta didik dapat membuat tema yang
sesuai dengan jenis pantun. Tema yang dibuat oleh Dewa ialah ‘teman’, kata ini
tercantum dalam pantun pada baris ke 3, yaitu isi. Dewa membuat tema yang
sangat sesuai dengan isi atau makna yang ingin ia sampaikan dari pantun
tersebut.
66
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Dewa juga memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan
sangat baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam
sebuah pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku
kata, di mana pada baris pertama terdiri dari 8 suku kata, baris kedua terdiri dari
8 suku kata, baris ketiga terdiri dari 9 suku kata, dan pada baris keempat terdiri
dari 10 suku kata. Selanjutnya, sajak yang berirama dan sesuai dengan rumus
penulisan pantun, yaitu a-a-a-a, dan kedua baris pertama merupakan sampiran
dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik), pantun Dewa tergolong dalam kategori sangat
baik karena ia dapat mengembangkan kreativitasnya dan dapat menuangkan ide
yang sudah sesuai dengan gambar dan memenuhi kekuatan imajinasi. Kekuatan
imajinasi dan kreativitasnya terlihat pada sampiran karena ia mampu
menggunakan sampiran dengan mengikuti zaman. Hal ini terlihat pada
penggunaan kata ‘Dilan dan Milea’. Kedua kata tersebut merupakan nama tokoh
yang berada dalam sebuah film yang terkenal dalam lingkungan masyarakat
terutama dalam lingkup remaja.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Dewa mendapat skor 5 (sangat baik) karena ia telah
menggunakan gaya bahasa yang sudah baku dan tidak ada kesalahan dalam
penulisan ejaan.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Dewa mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia dapat memenuhi
ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara detail.
Dikatakan tepat dan menarik karena pantun tersebut menggunakan sampiran
yang sangat menarik seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya,
sedangkan ketepatan ialah ketepatan penggunaan antar sampiran dan isi, kedua
hal ini dibuktikan ketika pantun tersebut dibaca. Selain itu, pesan yang ingin
disampaikan dalam pantun ini dianggap oleh peneliti tersirat dalam baris ketiga
dan keempat. Adapun pesan yang ingin disampaikan adalah hubungan atau
67
status pertemanan sangat berarti dibandingkan dengan status percintaan.
Artinya, ia tidak ingin menghancurkan hubungan pertemanannya dengan cara
mengubah statusnya tersebut menjadi ‘sepasang kekasih’.
Dewa menunjukkan kelebihannya pada kelima aspek penilaian, yaitu
kesesuaian dengan gambar dan jenis, kesesuaian dengan kriteria pantun, dan
kekuatan imajinasi, ketepatan diksi dan ejaan ketepatan serta ketepatan dan
kemenarikan isi pantun. Kelima aspek penilain tersebut dapat capai dengan baik.
Pantun ini sangat didukung oleh aspek kekuatan imajinasi Dewa karena ia
mampu menggunakan kata dan ide yang tergolong baru.
Nama : Candra Setyawan
Kelas : VII C
Tema : Berpacaran tidak muhrim jika menikah langsung muhrim
(berkasi-kasih)
Kode : JPNTN (4)
Jalan-jalan beli gorengan
berdoa jika ada musibah
Janganlah engkau pacaran
lebih baik langsung menikah
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
20
20
25× 100 = 80
68
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Candra memperoleh nilai
80 yang termasuk dalam tingkat penguasaan baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Candra memperoleh skor 4
(baik) karena pantun yang Candra tulis memiliki keterkaitan dengan gambar, dan
jenis yang ditentukan oleh peneliti serta mampu membuat tema yang sesuai
dengan jenis pantun. Hal yang mendasari pantun ini tergolong pada skor 4 karena
penetapan tema yang kurang tepat atau tidak efisien, yaitu ‘berpacaran tidak
muhrim jika menikah langsung muhrim’. Tema yang dibuat oleh Candra
sangatlah panjang sehingga di saat dibaca terdengar kurang menarik.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Dewa memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yakni pada baris pertama terdapat 9 suku kata, baris kedua 9 suku kata, baris
ketiga 8 suku kata, dan baris keempat 9 suku kata, dan sajak yang berirama a-b-
a-b serta kedua baris pertama merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat
merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 3 (cukup), pantun Candra tergolong dalam kategori cukup
karena ia mampu mengembangkan kreativitas dan mengembangan idenya cukup
sesuai atau berkaitan dengan gambar dan cukup memenuhi kekuatan imajinasi.
Kekuatan imajinasi digambarkan oleh Candra melalui sampiran baris satu dan
kedua. Namun, sampiran ini dianggap oleh peneliti kurang memiliki keterkaitan
sehingga hal tersebut menjadi salah satu yang mendasari pantun yang dibuat oleh
Candra mendapat skor 3.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Candra mendapat skor 4 (baik) karena ia telah
menggunakan gaya bahasa yang sudah baku, namun masih ada dua kesalahan
69
dalam penulisan ejaan. Hal ini terlihat pada bagian awal penulisan yaitu
penggunaan huruf kecil yang harusnya kapital pada huruf ‘b’ dan ‘l’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Candra mendapatkan skor 4 (baik) karena ia dapat memenuhi ketiga
kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara kurang
detail. Dikatakan kurang detail karena pantun tersebut menggunakan sampiran
yang dianggap oleh penulis kurang memiliki keterkaitan dengan gambar serta
kurangnya penggunaan kata yang bervariasi sehingga menyebabkan pantun
tersebut kurang menarik saat dibaca. Peneliti memberikan skor 4 karena
menganggap bahwa pantun ini masih dapat tergolong dalam ketiga kriteria yang
telah ditentukan, walaupun masih kurang tepat.
Candra menunjukkan kelebihannya pada 1 aspek penilaian, yaitu pada
kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan yang termasuk kelemahan dalam
pantun ini terlihat pada aspek kekuatan imajinasi.
Nama : M. Hafizh Qusoyi
Kelas : VII C
Tema : -- (nasihat)
Kode : JPNTN (6)
Jalan-Jalan ke pasar baru
Jangan lupa membeli pir
hormatilah ibu guru
agar kamu selalu pintar
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
70
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
16
16
25× 100 = 64
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Hafizh memperoleh nilai
64 yang termasuk dalam tingkat penguasaan cukup. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Hafizh memperoleh skor 3
(cukup) karena pantun yang Hafizh tulis sesuai dengan gambar dan sesuai
dengan jenis yang ditentukan oleh peneliti, namun ia tidak dapat membuat tema
dari jenis pantun yang telah ditentukan. Hal yang mendasari pantun ini tergolong
pada skor 3 ialah Hafizh tidak membuat tema dari gambar yang telah diberikan
sehingga peneliti menyimpulkan bahwa Hafizh tidak mampu membuat tema.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Hafizh memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yakni pada baris pertama terdapat sembilan suku kata, baris kedua ada delapan
suku kata, baris ketiga delapan suku kata, dan baris keempat ada sembilan suku
kata, dan sajak yang berirama a-b-a-b serta kedua baris pertama merupakan
sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 3 (cukup), pantun Hafizh tergolong dalam kategori cukup
karena ia mampu mengembangkan kreativitas, mengembangan ide yang sesuai
atau berkaitan dengan gambar, dan cukup memenuhi kekuatan imajinasi. Pantun
ini dapat dikatakan cukup memenuhi kekuatan imajinasi karena ia mampu
menggunakan kata yang tidak ada di lingkungan sekolah atau pada saat proses
belajar menulis pantun tersebut. Ini digambarkan pada bagian sampiran, yaitu
71
‘jalan-jala ke pasar baru, jangan lupa membeli pir’. Hafizh mampu memikirkan
hal yang ada dalam lingkup pasar, salah satunya yaitu buah ‘pir’.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Hafizh mendapat skor 3 (cukup) karena ia telah
menggunakan gaya bahasa yang baku, namun masih ada tiga kesalahan dalam
penulisan ejaan. Kesalahan ini terdapat pada bagian awal kata yang seharusnya
ditulis dengann huruf kapital, tetapi Hafizh menulis menggunakan huruf kecil,
yaitu pada huruf ‘h’ dan ‘a’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Hafizh mendapatkan skor 2 (kurang) karena ia hanya mampu
memenuhi satu kriteria dalam aspek ketepatan dan kemenarikan isi pantun, yaitu
isi pantun yang memiliki makna sehingga dapat diambil oleh pembacanya atau
pendengarnya, sedangkan dua kriteria lainnya peneliti tidak ditemukan dalam
pantun yang dibuat oleh Hafizh, penggunaan kata bervariasi yang membuat
pantun menjadi lebih menarik dan ketepatan kata yang digunakan antar sampiran
dan isi. Pada bagian ketepatan kata yang digunakan antar sampiran dan isi
kurang menarik dapat dibuktikan pada sampiran kedua menuju isi di baris
keempat yang menyebabkan pantun ini kurang menarik saat dibaca. Maka dari
itu, dapat disimpulkan bahwa pantun ini kurang memiliki hubungan antar satu
sama lainnya.
Hafizh mampu menunjukkan kelebihannya pada 1 aspek penilaian, yaitu
pada kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan yang termasuk kelemahan
dalam pantun ini adalah ketepatan dan kemenarikan isi pantun yang memperoleh
skor 2 (kurang).
72
Nama : Fitri Nur Fadillah
Kelas : VII C
Tema : Berkasih-kasih (nasihat)
Kode : JPNTN (8)
Bermain pasir bersama teman-temanku
bersamamu aku berseru-seru
Terima kasih kepada guruku
Namamu akan ku kenang slalu
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
19
19
25× 100 = 76
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Fitri memperoleh nilai 76
yang termasuk dalam tingkat penguasaan baik. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Fitri memperoleh skor 2
(kurang) karena Fitri hanya mampu menulis pantun yang sesuai dengan gambar
tetapi tidak sesuai dengan jenis pantun yang telah ditentukan oleh peneliti serta
tidak menentukan tema dari jenis pantun tersebut. Penguraian di atas telah
menggambarkan bahwa pantun yang Fitri buat tidak sesuai dengan ketentuan
penilaian yang telah dibuat oleh peneliti sehingga Fitri hanya mendapatkan skor
73
2. Fitri sebenarnya membuat sebuat tema pada pantun ini, namun tidak sesuai
dengan isi pantun dan jenis pantun.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Fitri memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik karena
hanya tiga aspek yang mampu Fitri penuhi atau ada dalam sebuah pantun, yaitu
tiap bait terdiri dari 4 baris, sajak yang berirama a-a-a-a, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, sedangkan
yang tidak mampu ia penuhi ialah tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata karena
pada baris pertama terdapat 13 suku kata yang artinya lebih dari ketentuan dalam
membuat pantun.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 4 (baik), pantun Fitri tergolong dalam kategori baik karena ia
mampu mengembangkan kreativitas dan mengembangkan idenya sesuai dengan
gambar serta mampu memenuhi kekuatan imajinasi. Ini dapat dibuktikan pada
sampiran baris pertama dan kedua. Sampiran ini dikatakan oleh peneliti
memiliki kekuatan imajinasi karena pada gambar diperlihatkan peserta didik
yang berada di lapangan sekolah bersama-sama. Penggunaan kata ‘pasir’ dapat
menggambarkan situasi di depan sekolah, sedangkan kata ‘berseru-seru’ dapat
digambarkan oleh peserta didik yang sedang berada dilapangan sekolah
bersama-sama.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Fitri mendapat skor 4 (baik) karena ia telah
menggunakan gaya bahasa yang baku, namun masih ada satu kesalahan dalam
penulisan ejaan. Ini dapat dilihat dari penulisan ‘slalu’ yang seharusnya ditulis
selalu.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Fitri mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia mampu memenuhi
ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara detail.
Peneliti dapat mengklasifikasi pada ‘sangat baik’ karena Fitri mampu membuat
sebuah pantun yang memiliki makna yang dapat diambil oleh pembaca atau
pendengarnya, yaitu sebagai seorang murid kita harus berterima kasih kepada
74
guru yang telah mengajarkan banyak hal dan selalu mengingat kebaikan beliau
selama-lamanya. Bukan hanya itu, dalam pantun ini juga menggunaan beberapa
kata yang bervariasi sehingga membuat pantun menjadi lebih menarik, yiatu
penggunakan kata berseru-seru yang memiliki arti memanggil atau menarik
perhatian dengan bersuara serta penggunaan kata yang tepat antar sampiran
maupun isi yang menyebabkan pantun ini menjadi lebih menarik.
Fitri mampu menunjukkan kelebihannya pada dua aspek penilaian, yaitu
pada dan ketepatan dan kemenarikan isi pantun, sedangkan yang termasuk
kelemahan dalam pantun ini adalah kesesuaian gambar dan jenis yang dibuat
oleh Fitri yang mendapatkan skor 2 (kurang). Ketiga aspek lainnya termasuk
kategori baik karena mendapat skor 4 (baik).
Nama : Ketara Arifah Maharani
Kelas : VII C
Tema : Nasihat (jenaka)
Kode : JPNTN (8)
Jalan-jalan pergi ke pantai
di pantai banyak batu berjajar
hai kalian yang ingin pandai
rajin-rajin lah belajar
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor: 20
75
Nilai: 20
25× 100 = 80
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Ketara memperoleh nilai 80
yang termasuk dalam tingkat penguasaan baik. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Ketara memperoleh skor 2
(kurang) karena Ketara hanya mampu menulis pantun yang sesuai dengan
gambar tetapi tidak sesuai dengan jenis pantun yang telah ditentukan oleh
peneliti serta tidak menentukan tema yang tepat dari jenis pantun yang telah
diberikan oleh peneliti.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Ketara memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yakni pada baris pertama terdapat sembilan suku kata, pada baris kedua ada
sepuluh suku kata, pada baris ketiga ada sembilan suku kata, dan pada baris
keempat ada delapan suku kata. Selanjutnya, sajak yang a-b-a-b, dan kedua baris
pertama merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik), pantun Ketara tergolong dalam kategori
sangat baik karena ia mampu mengembangkan kreativitas dan mengembangan
idenya yang sangat sesuai dengan gambar serta mampu memenuhi kekuatan
imajinasi. Hal ini terlihat pada bagian sampiran pantun, yaitu ‘jalan-jalan pergi
ke pantai, di pantai banyak batu berjajar’. Secara tidak langsung Ketara
mengembangkan kedua barisan sampiran itu berdasarkan gambar yang ia lihat.
Pada gambar tersebut memperlihatkan ada beberapa batu yang tersusun di
pinggir pantai. Dapat disimpulkan bahwa Ketara mampu mengembangkan
imajinasinya sesuai dengan gambar yang diberikan dengan baik.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Ketara mendapat skor 3 (cukup) karena ia telah
76
menggunakan gaya bahasa yang baku, namun masih ada empat kesalahan dalam
penulisan ejaan. Kesalahan penulisan ejaan terlihat pada kata awal yang
seharusnya ditulis dengan menggunakan huruf kapital, tetapi Ketara menulis
menggunakan huruf kecil, yaitu pada huruf ‘d’, ‘h’, dan ‘r’. Selain itu juga
terdapat satu kesalahan penulisan, yaitu pada kata ‘rajin-rajin lah’ yang
seharusnya ditulis secara serangkai ‘rajin-rajinlah’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Ketara mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia mampu memenuhi
ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara detail.
Pantun ini dikatakan memiliki ketepatan dan kemenarikan yang secara detail
karena Ketara mampu menunjukkan makna pantun dengan sangat jelas, yakni
seorang pelajar yang ingin menjadi pintar haruslah rajin-rajin belajar karena itu
merupakan hal utama untuk menjadi seseorang yang sukses. Selain itu, ketepatan
kata yang digunakan Ketara pada akhir sampiran yang membuat pantun ini
menjadi lebih menarik di saat dibaca.
Ketara mampu menunjukkan kelebihannya pada 3 aspek penilaian,
yaitu pada kesesuaian dengan kriteria pantun dan ketepatan, kekuatan imajinasi,
dan kemenarikan isi pantun, sedangkan yang termasuk kelemahan dalam pantun
ini adalah kesesuaian gambar dan jenis yang mendapatkan skor 2 (kurang).
Nama : Muhammad Zikry
Kelas : VII C
Tema : Hormati Ibu (nasihat)
Kode : JPNTN (7)
jalan-jalan ke pasar baru
jangan lupa membeli pisang
marilah menghormati ibu
agar umurmu panjang
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
77
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
18
18
25× 100 = 72
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Zikry memperoleh nilai 72
yang termasuk dalam tingkat penguasaan cukup. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Zikry memperoleh skor 3
(cukup) karena Zikry mampu menulis pantun yang sesuai dengan gambar, dan
jenis yang ditentukan oleh peneliti, tetapi ia tidak mampu membuat tema yang
sesuai dengan jenis pantun secara detail. Kesesuaian pantun Zikry dengan
gambar karikatur terlihat pada penggunaan kata ‘ibu’ dalam pantun, karena
gambar karikatur tersebut secara tidak langsung juga menggambarkan sosok
seorang ibu.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Zikry juga memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik karena
hanya tiga aspek yang mampu terpenuhi atau ada dalam sebuah pantun, yaitu
tiap bait terdiri dari 4 baris, sajak yang berirama a-b-a-b, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, sedangkan
aspek tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata tidak mampu ia penuhi karena pada
bait terakhir hanya ada 7 suku kata saja.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 4 (baik), pantun Zikry tergolong dalam kategori baik karena
ia mampu mengembangkan kreativitas dan mengembangan idenya sesuai
78
dengan gambar serta mampu memenuhi kekuatan imajinasi. Hal ini dapat dilihat
pada bagian sampiran di mana ia menunjukkan kekuatan imajinasinya dengan
menggunakan kata ‘pisang’, ini diartikan oleh peneliti bahwa Zikry mampu
mengembangkan imajinasinya sesuai dengan situasi lingkungan sehari-harinya
yang mana ‘pisang’ merupakan salah satu buah yang sangat disukai oleh orang-
orang di lingkungan kita.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Zikry mendapat skor 3 (cukup) karena ia telah
menggunakan gaya bahasa yang baku, namun masih ada empat kesalahan dalam
penulisan ejaan. Kesalahan penulisan ejaan terlihat pada setiap kata awal yang
seharusnya ditulis dengan menggunakan huruf kapital, tetapi Zikry menulisnya
dengan huruf kecil.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Zikry mendapatkan skor 4 (baik) karena ia mampu menulis pantun
yang memiliki keterkaitan dengan gambar, dan jenis yang ditentukan oleh
peneliti serta ia dapat membuat tema yang sesuai dengan jenis pantun. Pantun
yang dibuat oleh Zikry ini memiliki pesan yang dapat diambil oleh pembaccanya
atau pendengarnya yang digambarkan dengan jelas, yaitu sebagai seorang anak
kita haruslah menghormati orang tua kita, terutama ibu yang mana menurut
Zakry dapat memperpanjang umurmu. Poin yang dapat diambil dalam pantun ini
ialah ‘hormatilah ibu/orang tua’, tetapi pada bagian isi terakhir menurut peneliti
kurang sesuai karena umur telah ditetukan oleh Allah.
Zikry mampu menunjukkan kelebihannya pada satu aspek penilaian,
yaitu kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan kelemahan dalam pantun ini
adalah kesesuaian dengan gambar dan jenis, ketepatan diksi dan ejaan karena
Zikry pada aspek penilaian itu mendapat skor 3 dalam kategori cukup.
79
Nama : Muhammad Zahran
Kelas : VII C
Tema : Keluargaku Tersayang (nasihat)
Kode : JPNTN (6)
pergi kepasar Beli alaT dan-dan
pasarnya pasar tanah aBang
cinta pacar jangan Berlebihan
hanya keluargaku yg kusayang
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
19
19
25× 100 = 76
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Zahran memperoleh nilai
76 yang termasuk dalam tingkat penguasaan baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Zahran memperoleh skor 4
(baik) karena Zahran mampu menulis pantun yang memiliki keterkaitan dengan
gambar, dan jenis yang ditentukan oleh peneliti serta ia dapat membuat tema
yang sesuai dengan jenis pantun. Keterkaitan dengan gambar dimaksud ialah
pantun yang Zahran buat tidak sepenuhnya sama dengan yang dimaksud oleh
peneliti. Berhubungan dengan hal ini maka peneliti memberikan poin 4 karena
peneliti masih menemuka kesamaan yang digambarkan pada isi yang adanya
80
kata ‘kusayang’ yang memiliki maksud yang sama dengan gambar yaitu
berkasih-kasih. Namun bertolak dengan hal ini, maksud dari gambar ialah
berkasih-kasih dengan pasangan bukan dengan keluarga.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Zahran memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yaitu pada baris pertama ada 11 suku kata, pada baris kedua ada sembilan suku
kata, pada baris ketiga ada 10 suku kata, dan pada baris keempat ada 11 suku
kata. Selanjutnya, sajak yang berirama a-b-a-b, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 4 (baik), pantun Zahran tergolong dalam kategori baik karena
ia mampu mengembangkan kreativitas dan mengembangan idenya sesuai
dengan gambar serta mampu memenuhi kekuatan imajinasi. Hal ini tergambar
pada bagian sampiran yang menggunakan kata ‘alat dandan’ yang mana kata
tersebut merupakan kata yang lebih dekat dengan kalangan perempuan, tetapi
Zahran sebagai laki-laki mampu memikirkan hal tersebut dan sangat sesuai
dengan sampiran berikutnya maupun isi pantun tersebut.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Zahran mendapat skor 1 (sangat kurang) karena terdapat
penggunaan gaya bahasa yang tidak baku dan banyak kesalahan dalam penulisan
ejaan. Ini dapat dilihat pada pantun di atas. Sama halnya temannya yang lain,
Zahran melakukan kesalahan penulisan yang sama yaitu pada awal kata yang
mana seharusnya ditulis dengan huruf kapital, tetapi ia tulis dengan huruf kecil
dan ada juga penulisan huruf kapital ditengah-tengah pantun. Selanjutnya, kata
yang menujukkan tempat, seperti kata “kepasar” harus di tulis secara terpisah
karena kata tersebut menujukkan tempat. Pada penggunaan gaya bahasa tidak
baku terlihat dalam penulisan ‘yg’ yang seharusnya ditulis yang, dan penulisan
kata ‘dan-dan’ yang seharusnya ditulis dandan atau berdandan.
81
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Zahran mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia mampu menulis
pantun yang memenuhi ketiga kriteria, meliputi ketepatan dan kemenarikan isi
pantun secara detail. Pantun yang dibuat oleh Zahran memiliki pesan yang dapat
diambil oleh pembaca atau pendengarnya, yaitu cinta seorang kepada pacarnya
tidak boleh melebihi rasa sayangnya kepada keluarganya terutama kepada ayah
dan ibunya. Selain itu, penggunaan kata yang bervariasi seperti kata ‘dandan’
yang membuat pantun ini menjadi lebih menarik.
Zahran mampu menunjukkan kelebihannya pada dua aspek penilaian,
yaitu kesesuaian dengan kriteria pantun, dan ketepatan dan kemenarikan isi
pantun, sedangkan kelemahan dalam pantun ini adalah ketepatan diksi dan ejaan
yang mana pada aspek ini Zahran memperoleh skor 1 yang termasuk dalam
kategori sangat kurang.
Nama : Afrian Syarif
Kelas : VII C
Tema : Belajar (nasihat)
Kode : JPNTN (6)
naik mobil jalannya lurus
di supirin sama orang kurus
marilah kita belajar terus
agar kita menjadi sukses
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
82
Jumlah skor:
Nilai:
18
18
25× 100 = 72
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Syarif memperoleh nilai 72
yang termasuk dalam tingkat penguasaan cukup. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Syarif memperoleh skor 4
(baik) karena Syarif mampu menulis pantun yang memiliki keterkaitan dengan
gambar, dan jenis yang ditentukan oleh peneliti serta ia dapat membuat tema
yang sesuai dengan jenis pantun. Keterkaitan pantun yang dibuat oleh Syarif
dengan gambar dan jenis pantun terlihat pada bagian isi yang menggunakan kata
‘belajar’. Kata tersebut secara tidak langsung menggambarkan maksud dari
gambar yang telah ditentukan oleh peneliti, serta Syarif juga membuat tema
‘belajar’ pada pantunnya tersebut.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Syarif memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yakni pada baris pertama ada sembilan suku kata, baris kedua ada 10 suku kata,
baris ketiga 10 suku kata dan pada baris keempat sembilan. Selanjutnya, sajak
yang berirama a-a-a-a, dan kedua baris pertama merupakan sampiran dan baris
ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 3 (cukup). Pada bagian ini Syarif masuk dalam kategori cukup
karena ia mampu mengembangan ide yang cukup sesuai atau berkaitan dengan
gambar dan cukup memenuhi kekuatan imajinasi. Kesesuaian dengan gambar
dan memenuhi kekuatan imajinasi dapat dibuktikan dalam pantun yang telah
dibuat oleh Syarif. Sama halnya yang telah dijelsakan di poin pertama bahwa
Syarif mampu menggunakan kata ‘belajar’ dalam pantunnya yang secara tidak
langsung berkaitan dengan gambar yang memperlihatkan seorang guru yang
83
sedang menyampaikan materi pelajaran, sedangkan kekuatan imajinasi dapat
dilihat pada bagain sampiran pantun, yang menggunakan kata ‘lurus dan kurus’.
Syarif mampu memilih kata yang cukup sesuai sehingga dapat digolongkan
dalam kekuatan imajinasi yang cukup baik.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Syarif mendapat skor 2 (kurang) karena terdapat
penggunaan gaya bahasa yang tidak baku dan adanya lima kesalahan dalam
penulisan ejaan. Penggunaan kata tidak baku terlihat pada kata ‘disupirin’ yang
seharusnya ‘sopir’. Kata sopir merupakan kata baku dari supir, sedangkan
kesalahan ejaan terlihat pada bagain penulisan awalan kata disetiap barisnya
yang seharusnya menggunakan huruf kapital, tetapi Syarif menggunakan huruf
kecil, yaitu ‘n’, ‘d’, ‘m’, dan ‘a’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Syarif mampu memenuhi ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan
kemenarikan isi pantun yang kurang detail. Dikatakan kurang detail karena kata
yang digunakan dalam pantun ini masih kurang bervariasi sehingga peneliti
dapat menggolongkan pantun ini pada kategori baik. Selain itu, pantun yang
dibuat oleh Syarif secara tidak langsung memperlihatkan makna dengan cukup
jelas yaitu sebagai peserta didik kita harus terus belajar karena dengan belajar
kita dapat menjadi orang yang cerdas.
Syarif mampu menunjukkan kelebihannya pada satu aspek penilaian,
yaitu kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan kelemahan dalam pantun ini
adalah ketepatan diksi dan ejaan. Pada bagian ini Syarif memperoleh skor 2 yang
termasuk dalam kategori kurang.
84
Nama : Rasya Fadillah Putra
Kelas : VII C
Tema : Sahabat (berkasih-kasih)
Kode : JPNTN (5)
pergi ke pasar beli kurma
jangan lupa beli batu asah
mungkin sekarang kita bersama
mungkin nanti kita berpisah
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
22
22
25× 100 = 88
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Rasya memperoleh nilai 88
yang termasuk dalam tingkat penguasaan sangat baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Rasya memperoleh
skor 4 (baik) karena ia mampu membuat pantun yang dapat dikatakan sesuai
dengan gambar dan jenis yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu jenis pantun
berkasih-kasih. Rasya membuat pantun dengan tema ‘sahabat’.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Rasya memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
85
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yaitu pada baris pertama terdapat sembilan suku kata, baris kedua terdapat 10
suku kata, baris ketiga ada 10 suku kata, dan baris keempat terdapat sembilan
suku kata. Selanjutnya, sajak yang berirama dan sesuai dengan rumus penulisan
pantun, yaitu a-b-a-b, dan kedua baris pertama merupakan sampiran dan baris
ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik). Pada bagian ini Rasya masuk dalam kategori
sangat baik karena ia mampu mengembangan ide yang sangat sesuai dengan
gambar dan memenuhi kekuatan imajinasi. Kekuatan imajinasi terlihat pada
bagian sampiran, yaitu penggunaan kata ‘batu asah’ yang merupakan kata yang
jarang kita temukan dalam kalangan anak-anak atau peserta didik. Kata tersebut
lebih sering digunakan oleh orang dewasa atau orang tua. Batu asah ialah sebuah
batu yang sering digunakan untuk mempertajam pisau atau lainnya.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Rasya mendapat skor 3 (cukup) karena ia telah mampu
menggunakan gaya bahasa yang baku, tetapi masih ada empat kesalahan dalam
penulisan ejaan. Kesalahan ejaan terlihat pada bagain penulisan awalan kata di
setiap barisnya yang seharusnya menggunakan huruf kapital, tetapi Rasya
menggunakan huruf kecil, yaitu di huruf ‘p’, ‘j’, ‘m’, dan ‘m’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Rasya mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia dapat memenuhi
ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara detail.
Pantun yang dibuat oleh Rasya memiliki makna bahwa seseorang yang saat ini
bersama mungkin pada suatu saat nanti akan berpisah. Kesimpulannya adalah
sewaktu-waktu perpisahan dari sebuah pertemuan pasti akan terjadi disetiap
orang. Selain itu, kelebihan yang dapat dilihat dalam pantun ini juga terbukti
pada penggunaan kata yang bervariasi, seperti yang telah dijelaskan pada poin
sebelumnya, bahwa Rasya mampu mengembangkan kreativitasnya dalam
membuat pantun dengan menggunakan kata yang jarang digunakan dalam
kehidupan sehari-harinya. Selanjutnya, ketepatan kata yang digunakan antar
86
sampiran dan juga isi dapat dikatakan oleh peneliti sangat sesuai sehingga saat
pantun tersebut dibaca akan terdengar baik.
Pada pantun yang dibuat oleh Rasya dapat dilihat ada 3 kelebihan yang
dimilikinya, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun, kekuatan
imajinasi, dan ketepatan serta kemenarikan isi pantun, sedangkan kelemahannya
terlihat pada poin ketepatan diksi dan ejaan.
Nama : Muhamad Nazriel Ilham
Kelas : VII C
Tema : -- (jenaka)
Kode : JPNTN (1)
bermain bola bersama tegar
Mainnya di rumah dirlih
enaknya ke pantai anyer
Melihat pantai yg sangat jernih
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
14
14
25× 100 = 56
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Ilham memperoleh nilai 56
yang termasuk dalam tingkat penguasaan cukup. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
87
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini Ilham memperoleh
skor 2 karena ia hanya mampu membuat sebuah pantun yang sesuai dengan
gambar, tetapi tidak sesuai dengan jenis yang telah ditentukan oleh peneliti serta
ia juga tidak membuat tema dari pantun yang telah ia buat.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Ilham memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yakni pada baris pertama ada 10 suku kata, pada baris kedua ada delapan suku
kata, pada baris ketiga ada delapan suku kata, dan pada baris keempat ada 10
suku kata. Selanjutnya, sajak yang berirama a-b-a-b, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 3 (cukup). Bagian ini, pantun yang dibuat oleh Ilham termasuk
kategori cukup karena ia mampu mengembangkan ide yang berkaitan dengan
gambar sehingga cukup memenuhi kekuatan imajinasi. Hal ini dapat dilihat pada
bagian isi pantun. Penggambaran kekuatan imajinasi tersebut terdapat pada kata
‘pantai anyer’. Kata tersebut menggambarkan bahwa Ilham mampu
mengembangkan imajinasi dengan baik walaupun kata yang ia gunakan tersebut
terdengar kurang sesuai jika dibaca secara keseluruhan.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Ilham mendapat skor 2 (kurang) karena ia telah mampu
menggunakan gaya bahasa yang baku, tetapi masih ada lima kesalahan dalam
penulisan ejaan. Kesalahan ejaan terlihat pada bagain penulisan awalan kata
yang seharusnya menggunakan huruf kapital, tetapi Ilham menggunakan huruf
kecil. Kesalahan penulisan ejaan juga terlihat pada kata ‘yg’ yang seharusnya
ditulis ‘yang’ (tidak disingkat) serta pada penulisan nama, yaitu Tegar dan
Dirlih.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun. Bagian
ini Ilham mendapatkan skor 2 (kurang) karena ia hanya mampu memenuhi satu
88
kriteria dalam aspek ketepatan dan kemenarikan isi pantun, yakni pantun yang
ia buat memiliki makna yang dapat diambil oleh pembacanya. Secara tidak
langsung Ilham ingin menyampaikan bahwa pantai yang terlihat bersih dan
airnya jernih akan terasa lebih menyenangkan. Berbeda dengan dua aspek
penilaian lainnya, Ilham kurang mampu memilih kata yang memiliki keterkaitan
antar isi maupun sampiran serta ia juga tidak dapat menggunakan kata-kata yang
bervariasi sehingga pantun ini terdengar kurang menarik. Penggunaan kata yang
kurang sesuai terlihat pada bagian sampiran menuju isi. Secara umum, pantun
yang dibuat oleh Ilham sudah tepat, tetapi jika dikaitkan dengan indra pendengar
pantun ini akan terdengar kurang sinkron antar kata yang telah disebutkan di
atas.
Ilham mampu menunjukkan kelebihannya pada satu aspek penilaian,
yaitu kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan kelemahan dalam pantun ini
yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis, ketepatan diksi dan ejaan
serta ketepatan dan kemenarikan isi pantun. Pada bagian ini Ilham memperoleh
skor 2 yang termasuk dalam kategori kurang.
Nama : Nindhita Kirana Rainandi
Kelas : VII C
Tema : Nasehat (nasihat)
Kode : JPNTN (7)
ada anak membeli es
ketika pulang mamanya marah
Jika ingin menjadi org sukses
Janganlah engkau bolos sekolah
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
89
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
22
22
25× 100 = 88
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Kirana memperoleh nilai
88 yang termasuk dalam tingkat penguasaan sangat baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini Kirana
memperoleh skor 5 (sangat baik) karen ia mampu membuat sebuah pantun yang
sesuai dengan gambar, jenis yang telah ditentukan dan ia juga membuat tema
yang sama dengan jenis yang telah ditentukan, yaitu ‘nasihat’. Alasan peneliti
memberi skor 5 karena tema yang dibuat oleh Kirana sesuai dengan isi yang
ingin disampaikan dalam pantun tersebut, yakni berisi nasihat.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Kirana juga memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan
sangat baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yakni pada baris pertama ada delapan suku kata, baris kedua terdapat 10 suku
kata, baris ketiga 11 suku kata, dan baris keempat 10 suku kata. Selanjutnya,
sajak yang berirama a-b-a-b, dan kedua baris pertama merupakan sampiran dan
baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 4 (baik). Tahap ini, Kirana mampu mendapatkan skor 4 karena
ia dapat mengembangkan ide sesuai dengan gambar yang telah diberikan oleh
peneliti dan dapat memenuhi kekuatan imajinasi. Kedua hal ini dapat dilihat
dalam sampiran yang digunakan oleh Kirana, penggunaan kata ‘membeli es dan
mamahnya marah’. Kata yang digunakan tersebut dapat dikatakan sudah
90
memenuhi kekuatan imajinasi karena kata-kata tersebut sering diucapkan dalam
lingkungan masyarakat bukan di lingkungan sekolah.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Kirana mendapatkan skor 3 (cukup) karena ada satu
penggunaan gaya bahasa yang tidak baku. Ini terlihat pada bagian tema yang
ditulis oleh Kirana, yaitu ‘nasehat’ kata tersebut merupakan kata yang tidak
baku. Kata baku dari kata tersebut ialah ‘nasihat’. Kesalahan tidak hanya terlihat
pada bagian itu, tetapi juga ada tiga kesalahan dalam penulisan ejaan. Kesalahan
penulisan ejaan ini dapat dilihat pada bagian awal kata yang seharusnya ditulis
dengan huruf kapital, tetapi Kirana menuliskannya dengan huruf kecil. Selain
itu, kesalahan ejaan juga terlihat pada penulisan ‘orang’ yang tertulis ‘org’. Jadi,
jumlah kesalahan pada aspek ini ada empat. Maka dari itu, Kirana mendapatkan
skor 3 (cukup).
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun. Bagian
ini Kirana mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia mampu memenuhi ketiga
kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara detail, yakni
pantun yang dibuat oleh Kirana mengandung pesan atau makna yang ingin
disampaikan kepada pendengar atau pembacanya. Makna yang ingin
disampaikan yaitu jika seseorang ingin menjadi orang yang sukses atau berhasil,
maka ia harus rajin ke sekolah atau tidak boleh bolos dalam pembelajaran. Selain
itu, ketepatan kata yang digunakan antar sampiran dan isi saling
berkesinambungan sehingga terdengar sangat menarik.
Kirana mampu menunjukkan kelebihannya pada tiga aspek penilaian,
yaitu aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis, kesesuaian dengan kriteria
pantun, dan ketepatan dan kemenarikan isi pantun. Tetapi, kelemahan dalam
pantun ini terlihat pada bagian ketepatan diksi dan ejaan dalam pantun.
91
Nama : Muhamad Farrel D.
Kelas : VII C
Tema : Kasih (berkasih-kasih)
Kode : JPNTN (4)
ada dugong di empang
yang sedang berenang-renang
wahai kamu pacarku sayang
Janganlah engkau selalu menghilang
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
22
22
25× 100 = 88
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Farrel memperoleh nilai 88
yang termasuk dalam tingkat penguasaan sangat baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Farrel memperoleh skor 5
(sangat baik) karena ia mampu membuat pantun yang sesuai dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan oleh peneliti serta ia mampu membuat tema yang
tepat dengan gambar tersebut. Tema yang Farrel buat adalah ‘kasih’ yang
menggambarkan secara keseluruhan isi dari pantun yang ia buat.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Farrel memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik karena
92
hanya tiga aspek yang terpenuhi atau ada dalam sebuah pantun, yaitu tiap bait
terdiri dari 4 baris, sajak yang berirama a-a-a-a, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, sedangkan
aspek dalam penilaian ini yang tidak terpenuhi ialah tiap baris terdiri dari 8-12
suku kata. Hal ini terlihat pada baris pertama yang hanya ada tujuh suku kata
saja.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik), pantun Farrel tergolong dalam kategori sangat
baik karena ia mampu mengembangkan kreativitas dan mengembangan idenya
yang sangat sesuai dengan gambar serta mampu memenuhi kekuatan imajinasi.
Hal ini tergambar pada bagian sampiran yang digunakan oleh Farrel, yaitu kata
‘dugong’ dan dilanjutkan dengan sampiran berikutnya. Kata dugong dikatakan
sebagai kata yang mengandung kekuatan imajinasi karena kata tersebut
tergolong kata yang jarang digunakan dalam lingkungan sehari-hari, tetapi ia
mampu menggunakan kata tersebut dan dapat mengembangkan idenya pada
baris berikutnya.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Farrel mendapat skor 3 (cukup) karena ia mampu
menggunakan gaya bahasa yang baku, namun masih ada tiga kesalahan dalam
penulisan ejaan. Sama halnya dengan temannya yang lain, Farrel melakukan
kesalahan penulisan yang sama yaitu pada awal kata yang mana seharusnya
ditulis dengan huruf kapital, tetapi ia tulis dengan huruf kecil, yakni pada huruf
‘a’, ‘y’, dan ‘w’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Farrel mampu memenuhi ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan
kemenarikan isi pantun secara detail. Pantun yang dibuat oleh Farrel
mengandung makna atau pesan yang secara tidak langsung dapat diambil oleh
pembaca atau pendengarnya, yaitu sebagai seorang pasangan atau kekasih
jangan kerap kali menghilang tanpa memberi kabar atau lain sebagainya.
selanjutnya, ketepatan kata yang digunakan antar sampiran atau isi sangat sesuai
93
dan tepat, dan penggunaan kata yang bervariasi sehingga membuat pantun ini
menjadi lebih menarik saat dibaca atau didengar.
Farrel mampu menunjukkan kelebihannya pada empat aspek penilaian,
yaitu kesesuaian dengan gambar dan jenis, kesesuaian dengan kriteria pantun,
kekuatan imajinasi, dan ketepatan dan kemenarikan isi pantun, sedangkan
kelemahan dalam pantun ini adalah ketepatan diksi dan ejaan yang mana pada
aspek ini Farrel memperoleh skor 3 yang termasuk dalam kategori cukup.
Selanjutnya, pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun tidak dapat
digolongkan ke dalam kelemahan karena tergolong dalam kriteria baik.
Nama : Fadhilah Ramadhan
Kelas : VII C
Tema : Jalan-jalan ke empang (jenaka)
Kode : JPNTN (1)
Jalan-jalan ke empang
Nemu sendok di pinggir empang
Hati siapa yg ga bimbang
Si botak minta di kepang
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
22
22
25× 100 = 88
94
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Fadhillah memperoleh nilai
88 yang termasuk dalam tingkat penguasaan sangat baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis yang
telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Fadhillah memperoleh skor
5 (sangat baik) karena ia mampu membuat pantun yang sesuai dengan gambar
dan jenis yang telah ditentukan oleh peneliti serta ia mampu membuat tema yang
tepat dengan gambar tersebut. Tema yang Fadhillah buat adalah ‘jalan-jalan ke
empang’. Kata tersebut juga digunakan oleh Fadhillah pada baris pertama dalam
pantun yang ia buat.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Fadhillah memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik karena
hanya tiga aspek yang terpenuhi atau ada dalam sebuah pantun, yaitu tiap bait
terdiri dari 4 baris, sajak yang berirama a-a-a-a, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, sedangkan
aspek dalam penilaian ini yang tidak terpenuhi ialah tiap baris terdiri dari 8-12
suku kata. Hal ini terlihat pada baris pertama yang hanya ada tujuh suku kata
saja.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik) karena pantun yang dibuat oleh Fadhillah
mengandung aspek kekuatan imajinasi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
pemilihan kata yang digunakan dalam pembuatan pantun tersebut. kata ‘botak’
yang digunakan oleh Fadhillah sangat sesuai dengan gambar karikatur (JPNTN
1), yakni jenis pantun jenaka. Selain itu, pengembangan ide yang Fadhillah buat
sesuai dengan gambar yang telah diberikat tersebut. Gambar tersebut
memperlihatkan seorang laki-laki yang sedang berdiri di pinggir pantai dengan
kondisi rambut yang tidak ada (botak).
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Fadhillah mendapat skor 3 (cukup) karena ia dapat
membuat pantun dengan satu kesalahan penulisan ejaan, yaitu kata ‘yg’
seharusnya ditulis ‘yang’ dan masih ada dua kesalahan dalam penggunaan gaya
95
bahasa yang baku. Hal ini terlihat pada penulisan ‘nemu’ dan ‘ga’. Kata tersebut
tergolong dalam kata yang tidak baku. Kata baku dari kata ‘nemu’ ialah “temu”
dan kata baku dari ‘ga’ ialah ‘tidak’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Fadhillah mampu memenuhi ketiga kriteria yang meliputi ketepatan
dan kemenarikan isi pantun secara detail. Pantun yang dibuat oleh Fadhillah
mengandung unsur lucu/jenaka. Ini terlihat pada bagian isi pantun, yakni ‘hati
siapa yang ga bimbang si botak minta di kepang’. Selain itu, dalam pantun ini
juga menggunakan kata yang tepat antar sampiran maupun isinya dan
menggunakan kata yang cukup bervariasi sehingga pantun yang dibuat oleh
Fadhillah terdengar sangat menarik saat dibacakan atau didengar.
Fadhillah mampu menunjukkan kelebihannya pada tiga aspek
penilaian, yaitu kesesuaian dengan gambar dan jenis, kekuatan imajinasi, dan
ketepatan dan kemenarikan isi pantun, sedangkan kelemahan dalam pantun ini
adalah ketepatan diksi dan ejaan yang mana pada aspek ini Fadhillah
memperoleh skor 3 yang termasuk dalam kategori cukup, sedangkan kesesuaian
dengan kriteria pantun mendapatkan skor 4, artinya tergolong dalam kriteria
baik.
Nama : Khairul Agus Triantoro
Kelas : VII C
Tema : Keluarga (berkasih-kasih)
Kode : JPNTN (3)
kue serabi kue putu
makannya dipinggir jalan
Jadilah keluarga nomor satu
Jangan sampai terlupakan
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
96
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
22
22
25× 100 = 88
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Khairul memperoleh nilai
88 yang termasuk dalam tingkat penguasaan sangat baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada tahap penilaian pertama ini, Khairul
memperoleh skor 4 (baik) karena ia mampu membuat pantun yang dapat
dikatakan sesuai dengan gambar dan jenis yang telah ditentukan oleh peneliti,
yaitu jenis pantun berkasih-kasih. Khairul membuat pantun dengan tema
‘keluarga’. Kata tersebut juga digunakan oleh Khairul di dalam pantun yang ia
buat, kata ini terlihat pada bagian baris ketiga yang merupakan isi dari pantun
tersebut.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Khairul memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yakni pada baris pertama terdiri dari sembilan suku kata, baris kedua terdiri dari
delapan suku kata, baris ketiga terdiri dari 11 suku kata, dan baris keempat terdiri
dari delapan suku kata. Selanjutnya, sajak yang a-b-a-b, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik). Pada bagian ini Khairul masuk dalam kategori
sangat baik karena ia mampu mengembangan ide yang sangat sesuai dengan
97
gambar dan memenuhi kekuatan imajinasi. Kekuatan imajinasi terlihat pada
bagian sampiran, yaitu penggunaan kata ‘kue serabi kue putu’ yang merupakan
kata yang jarang kita gunakan dalam kalangan sekolah. Kata tersebut sering
digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga atau dikalangan masyarakat. Khairul juga
mampu mengembangkan idenya sesuai dengan gambar karikatur yang telah
diberikan oleh peneliti, yaitu suatu gambar yang memperlihatkan kebersamaan
antar orang tua dan anak-anaknya.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Khairul mendapat skor 3 (cukup) karena ia telah mampu
menggunakan gaya bahasa yang baku, tetapi masih ada tiga kesalahan dalam
penulisan ejaan. Kesalahan ejaan terlihat pada setiap awal kata yang mana
seharusnya menggunakan huruf kapital, tetapi Khairul menggunakan huruf kecil
serta penulisan ‘dipinggir’ yang seharunya ditulis secara terpisah, yakni ‘di’ dan
‘pinggir’ karena kata tersebut menunjukkan tempat.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Khairul mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia dapat memenuhi
ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara detail.
Pantun yang dibuat oleh Khairul memiliki makna bahwa keluarga merupakan
kelompok atau orang-orang yang harus kita nomor satukan dalam banyak hal,
jangan sampai keluarga dilupakan atau tidak diperdulikan. Selain itu,
penggunaan kata yang bervariasi digunakan oleh Khairul. Hal ini telah
dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa Khairul mampu mengembangkan
kreativitasnya dalam membuat pantun dengan menggunakan kata yang jarang
digunakan dalam kalangan anak sekolah merupakan aspek penting yang dinilai
oleh peneliti.
Pada pantun yang dibuat oleh Khairul dapat dilihat ada 3 kelebihan yang
dimilikinya, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun, kekuatan
imajinasi, dan ketepatan serta kemenarikan isi pantun, sedangkan kelemahannya
terlihat pada poin ketepatan diksi dan ejaan.
98
Nama : Delia Tri Agustya N.
Kelas : VII C
Tema : Perlakuan dan sikap haruslah dijaga (berkasih-kasih)
Kode : JPNTN (3)
Pohon Jati kuat kayunya
Pohon kapuk tinggi batangnya
Kalau ingin kuat persahabatannya
Perlakuan dan sikap haruslah diJaga
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
23
23
25× 100 = 92
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Delia memperoleh nilai 92
yang termasuk dalam tingkat penguasaan sangat baik. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada aspek ini, Delia mendapatkan skor 5 (sangat
baik) karena ia mampu membuat pantun yang sangat sesuai dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan oleh peneliti serta Delia mampu membuat tema yang
sangat sesuai dengan isi yang telah ia buat. Tema yang dibuat oleh Delia ialah
“perlakuan dan sikap haruslah dijaga”. Kata tersebut juga terlihat dalam pantun,
yaitu pada baris terakhir.
99
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Delia memperoleh skor 4 (baik), dapat dikatakan baik karena
hanya tiga aspek yang terpenuhi atau ada dalam sebuah pantun, yaitu tiap bait
terdiri dari 4 baris, sajak yang berirama a-a-a-a, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, sedangkan
aspek dalam penilaian ini yang tidak terpenuhi ialah tiap baris terdiri dari 8-12
suku kata. Hal ini terlihat pada baris keempat, ada 13 suku kata yang artinya
melebihi kriteria yang telah ditentukan dalam menulis pantun
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 5 (sangat baik). Bagian ini, Delia juga mendapatkan skor
sangat baik karena ia mampu mengembangkan idenya yang termasuk dalam
kekuatan imajinasi. Kata yang mengandung kekuatan imajinasi menurut peneliti
ialah pada bagian sampiran. Kata yang digunakan oleh Delia merupakan kata
yang cukup jarang digunakan oleh anak peserta didik kelas VII sehingga peneliti
menganggap bahwa Delia sangat kompeten dalam mengembangkan ide dalam
membuat pantun ini.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Delia mendapat skor 4 (baik) karena ia telah mampu
menggunakan gaya bahasa yang baku, tetapi masih ada dua kesalahan dalam
penulisan ejaan. Kesalahan ejaan terlihat pada bagain penulisan kata ‘Jati dan
Jaga’ yang mana kata tersebut terdapat di tengah-tengah baris yang seharusnya
ditulis menggunakan huruf kecil saja.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Delia mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena ia dapat memenuhi
ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun secara detail.
Pantun yang dibuat oleh Delia mengandung makna yang dapat diambil oleh
pembacanya, yakni seseorang yang ingin pertemanannya bertahan lama, maka
ia harus menjaga sikap, prilaku serta perkataannya agar tidak menyakiti dan
menyebabkan persahabatan tersebut hancur. Selain itu, ketepatan kata yang
digunakan antar sampiran maupun isi sangat sesuai sehingga membuat pantun
ini terdengar sangat menarik di saat dibacakan atau didengar.
100
Delia menunjukkan kelebihannya pada 3 aspek, yaitu pada aspek
kesesuaian dengan gambar dan jenis, kekuatan imajinasi, dan ketepatan serta
kemenarikan isi pantun, sedangkan untuk bagian kelemahannya dapat dikatakan
oleh peneliti tidak ada karena pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun dan
ketepatan diksi dan ejaan masih tergolong baik.
Nama : Haikal Syakib
Kelas : VII C
Tema : Sahabat/teman (berkasih-kasih)
Kode : JPNTN (2)
Jalan-jalan kerumah jajang
Jangan lupa membeli ubi
Kalau Ada umur yang panjang
Boleh kah kita bertemu Lagi
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
14
14
25× 100 = 56
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Haikal memperoleh nilai 56
yang termasuk dalam tingkat penguasaan cukup. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada aspek ini, Haikal mendapatkan skor 1 (sangat
101
kurang) karena ia mampu menulis pantun, namun tidak sesuai dengan gambar
dan jenis pantun yang telah ditentukan oleh peneliti serta tidak dapat menentukan
tema yang sesuai dengan jenis pantun yang telah ditentukan oleh peneliti. Pantun
yang dibuat oleh Haikal tergolong dalam jenis pantun jenaka, tetapi ia membuat
pantun yang dapat digolongkan dalam jenis pantun nasihat.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Haikal memperoleh skor 5 (sangat baik), dapat dikatakan sangat
baik karena keempat aspek tersebut telah terpenuhi atau ada dalam sebuah
pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
yakni pada baris pertama terdiri dari sembilan suku kata, baris kedua terdiri dari
sembilan suku kata, baris ketiga terdiri dari sembilan suku kata, dan baris eempat
terdiri dari 10 suku kata. Selanjutnya, sajak yang berirama dan sesuai dengan
rumus penulisan pantun, yaitu a-b-a-b atau a-a-a-a, dan kedua baris pertama
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 1 (sangat kurang). Bagian ini, Haikal hanya mampu
mengembangkan kreativitas dan idenya, namun tidak sesuai atau berkaitan
dengan gambar dan tidak memenuhi kekuatan imajinasi. Maksud tidak
memenuhi kekuatan imajinasi karena kata yang tedapat dalam isi pantun Haikal
termasuk kata yang sering digunakan pada pantun-pantun terdahulu, yakni kata
“kalau ada umur yang panjang bolehlah kita bertemu lagi”.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Haikal memperoleh skor 3 (cukup) karena ia mampu
menggunakan gaya bahasa yang baku, tetapi masih ada empat kesalahan dalam
penulisan ejaan, yaitu pada penulisan ‘kerumah’ yang seharusnya ditulis secara
terpisah ‘ke rumah’ karena kata tersebut menunjukkan tempat, penulisan ‘boleh
kah’ yang seharusnya ditulis serangkai. Selain itu, ada juga kesalahan penulisan
yang seharusnya ditulis dengan menggunakan huruf kecil, tetapi Haikal
menuliskannya dengan huruf kapital.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Haikal mendapatkan skor 4 (baik) karena Haikal mampu memenuhi
102
ketiga kriteria yang meliputi ketepatan dan kemenarikan isi pantun namun
kurang detail. Hal ini dapat dilihat dari kriteria pertama yakni makna yang bisa
diambil oleh pembaca atau pendengarnya. Makna yang dapat diambil ialah jika
kita memiliki umur yang manjang semoga kita bisa bertemu lagi dilain waktu.
Selanjutnya, ketepatan kata yang digunakan oleh Haikal antar sampiran maupun
isi cukup sesuai serta ia juga menggunakan beberapa kata yang bervariasi
sehingga pantun ini cukup terdengar menarik apabila dibaca atau didengar.
Haikal menunjukkan kelebihannya pada satu aspek, yaitu pada aspek
kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan untuk bagian kelemahannya
terlihat pada aspek kesesuaian dengan gambar dan jenis, dan kekuatan imajinasi
yang mendapatkan skor 1 (sangat kurang).
Nama : Davina Idnu Diva
Kelas : VII C
Tema : -- (berkasih-kasih)
Kode : JPNTN (4)
Pacaran tidak perlu
hanya akan membuang waktu
Mending kita menghemat waktu
ayo kita kepenghulu
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor: 13
103
Nilai: 13
25× 100 = 52
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Davina memperoleh nilai
52 yang termasuk dalam tingkat penguasaan kurang. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada aspek ini, Davina memperoleh skor 1 (kurang)
karena ia mampu membuat sebuah tulisan yang sesuai dengan gambar yang telah
diberikan, tetapi tulisan yang ia buat tidak dapat dikatakan sebagai pantun karena
tulisan tersebut tidak ada sampirannya melainkan termasuk isi keempat baris
tersebut. Selain itu, ia juga tidak membuat tema dari tulisan yang ia buat, Davina
hanya menuliskan jenis pantun yang ia buat, yaitu berkasih-kasih’.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Davina memperoleh skor 3 (cukup), dapat dikatakan cukup karena
dari keempat kriteria yang harus dipenuhi ia hanya mampu memenuhi dua aspek
saja, yakni tiap bait terdiri dari empat baris dan sajak yang berirama a-a-a-a,
sedangkan aspek yang tidak terpenihi ialah aspek ‘terdiri dari 8-12 suku kata’
dan ‘pantun terdiri dari sampiran dan isi’. Hal ini dapat dibuktikan pada baris
pertama yang hanya terdiri dari tujuh suku kata saja yang artinya tidak
memenuhi kriteria serta pantun yang Davina buat hanya terdiri dari isi saja (tidak
ada sampirannya).
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 3 (cukup). Bagian ini, Davina hanya mampu mengembangkan
kreativitas dan idenya dan masih memiliki kaitan dengan gambar serta cukup
memenuhi kekuatan imajinasi. Maksud cukup memenuhi kekuatan imajinasi
karena kata yang digunakan dalam tulisannya tersebut menggunakan kata-kata
yang jarang digunakan dalam kalangan peserta didik, meskipun begitu tulisan
ini tidak bisa digolongkan sebagai sebuah pantun karena tidak memenuhi kriteria
dalam membuat pantun.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Davina memperoleh skor 3 (cukup) karena ia mampu
104
menggunakan gaya bahasa yang baku, tetapi masih ada tiga kesalahan dalam
penulisan ejaan, yaitu pada penulisan awal baris yang seharusnya ditulis
menggunakan huruf kapital, tetapi Davina menggunakan huruf kecil. Selain itu,
ada kesalahan penulisan pada kata ‘kepenghulu’ yang seharusnya ditulis secara
terpisah, yaitu ke penghulu.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Davina mendapatkan skor 3 (cukup) karena Davina dapat memenuhi
dua kriteria dalam aspek ketepatan dan kemenarikan isi pantun. Isi tulisan yang
dapat diambil oleh pembacanya atau pendengarnya, yaitu tidak perlu terlalu
menjalin hubungan yang disebut ‘pacaran’ yang hanya akan membuang-buang
waktu, lebih baik langsung mengikat janji atau yang disebut menikah. Selain itu,
penggunaan kata yang cukup bervariasi dalam tulisan tersebut cukup bervariasi
sehingga apabila dibaca akan terdengar cukup menarik. Meskipun begitu, tulisan
ini tetap tidak dapat digolongkan dalam materi pantun karena keempat baris yang
ditulis oleh Davina termasuk kedalam isi pantun serta dapat disimpulkan bahwa
tulisan Davina tersebut tidak memiliki sampiran.
Davina tidak menunjukkan kelebihannya dalam tulisannya tersebut
karena semua aspek tergolong kedalam skor cukup, kurang, dan sangat kurang.
Ia tidak memperoleh skor yang tergolong baik maupun sangat baik.
Nama : Muhammad Rakha Purnomo
Kelas : VII C
Tema : -- (nasihat)
Kode : JPNTN (6)
Rajin-Rajinlah berlajar
Supaya kamu pintar
Jangan lupa belajar
agar kamu pintar
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
105
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
11
11
25× 100 = 44
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Rakha memperoleh nilai 44
yang termasuk dalam tingkat penguasaan kurang. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada aspek ini, Rakha memperoleh skor 1 (kurang)
karena ia mampu membuat sebuah tulisan yang sesuai dengan gambar yang telah
diberikan, tetapi tulisan yang ia buat tidak dapat dikatakan sebagai pantun karena
tulisan tersebut tidak ada sampirannya melainakan termasuk isi keempat baris
tersebut. Selain itu, ia juga tidak membuat tema dari tulisan yang ia buat, Rakha
hanya menuliskan jenis pantun yang ia buat, yaitu nasihat.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Rakha memperoleh skor 3 (cukup), dapat dikatakan cukup karena
dari keempat kriteria yang harus dipenuhi ia hanya mampu memenuhi dua aspek
saja, yakni tiap bait terdiri dari 4 baris dan sajak yang berirama, yiatu a-a-a-a.
sedangkan aspek yang tidak terpenuhi ialah aspek ‘terdiri dari 8-12 suku kata’
dan ‘pantun terdiri dari sampiran dan isi’. Hal ini dapat dibuktikan pada baris
kedua, ketiga, dan keempat yang hanya terdiri dari tujuh suku kata dan enam
suku kata saja, artinya tidak memenuhi kriteria serta pantun yang Rakha buat
hanya terdiri dari isi saja (tidak ada sampirannya).
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 2 (kurang). Bagian ini, Rakha hanya mampu mengembangkan
kreativitas dan idenya dan masih memiliki kaitan dengan gambar, tetapi tidak
106
memenuhi kekuatan imajinasi. Dimaksud tidak memenuhi kekuatan imajinasi
karena kata yang digunakan dalam tulisannya tersebut hanya menggunakan kata
yang ada dalam lingkung sekolah saja, ia tidak mampu mengembangkan idenya
secara lebih luas, serta ia hanya menggunakan kata pintar dan belajar diakhiran
baris, baik itu yang dikatakan isi atau sampiran.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Rakha memperoleh skor 4 (baik) karena ia mampu
menggunakan gaya bahasa yang baku, tetapi masih ada dua kesalahan dalam
penulisan ejaan, yaitu pada penulisan awal baris yang seharusnya ditulis
menggunakan huruf kapital, tetapi Rakha menggunakan huruf kecil serta
penulisan ‘Rajin-Rajinlah’ yang seharusnya ditulis ‘Rajin-rajinlah’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Rakha mendapatkan skor 2 (kurang) karena Rakha mampu memenuhi
satu kriteria dari tiga kriteria yang telah ditentukan, yaitu makna yang dapat
diambil pembacanya atau pendengarnya. Makna yang dapat diambil ialah
seseorang haruslah rajin belajar agar orang tersebut menjadi pintar. Namun, dua
kriteria lainnya tidak dapat dipenuhi oleh Rakha, yaitu penggunaan kata yang
bervariasi serta ketepatan kata antar isi dan sampiran karena tulisan yang dibuat
oleh Rakha tidak tergolong dalam patun.
Rakha tidak menunjukkan kelebihannya dalam tulisannya tersebut
karena semua aspek tergolong kedalam skor cukup, kurang, dan sangat kurang.
Ia tidak memperoleh skor yang tergolong baik maupun sangat baik. Sama halnya
yang telah disebutkan di atas, bahwa tulisan ini tidak termasuk dalam pantun
karena tulisan yang dibuat oleh Rakha tidak sesuai dengan kriteria dalam
penulisan pantun. Sebuah pantun harus memiliki sampiran dan isi, tetapi pada
tulisan Rakha tidak adanya sampiran melainkan hanya ada isi saja.
107
Nama : Melisa Dia Listi
Kelas : VII C
Tema : Pasangan (nasihat)
Kode : JPNTN (6)
Buang sampah disiang hari
Siram Tanaman dipagi hari
Jika kamu sayang sama pasanganmu
Jagalah pasanganmu dengan baik
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor:
Nilai:
15
15
25× 100 = 60
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Melisa memperoleh nilai
60 yang termasuk dalam tingkat penguasaan cukup. Nilai tersebut dapat
dibuktikan dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada aspek ini, Melisa memperoleh skor 3 (cukup)
karena ia mampu membuat sebuah pantun yang memiliki keterkaitan dengan
gambar, dan mampu membuat sebuah tema yang sesuai dengan gambar, tetapi
ia tidak membuat pantun sesuai dengan jenis yang telah ditentukan, yaitu
berkasih-kasih. Pantun yang dibuat oleh Melisa dapat dikatakan berisi sebuah
nasihat. Maka dari itu, pantun ini mendapatkan skor 3. Kesesuian gambar dengan
108
tema terlihat pada gambar yang menunjukkan sepasang kekasih dan tema yang
dibuat oleh Melisa adalah ‘pasangan’.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Melisa memperoleh skor 4 (baik), dikatakan baik karena Melisa
mampu memenuhi tiga dari empat aspek yang terlah ditentukan dalam membuat
sebuah pantun. Aspek yang tidak dapat dipenuhi oleh Melisa ialah aspek sajak
yang berirama a-b-a-b atau a-a-a-a. Hal ini dapat terlihat pada bagian isi pantun
yang dibuat oleh Melisa.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 3 (cukup). Bagian ini, Melisa mampu mengembangkan
kreativitas dan mengembangkan idenya yang cukup sesuai atau berkaitan
dengan gambar dan cukup memenuhi kekuatan imajinasi. Hal ini dapat
dibuktikan dari bagian sampiran. Kedua baris tersebut terlihat cukup menarik
karena memiliki keterkaitan, begitu juga dengan bagian isi pantun meskipun
sajak yang digunakan oleh Melisa tidak saling berirama.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Melisa memperoleh skor 3 (cukup). Poin keempat ini
Melisa memperoleh skor 3 karena ia telah menggunakan gaya bahasa baku,
tetapi masih ada tiga kesalahan dalam penulisan. Hal ini dapat dilihat pada
bagian penulisan ‘Tanaman’ yang seharusnya ditulis menggunakan huruf kecil
semua, yaitu ‘tanaman’ karena kata tersebut berada ditengah-tengah baris kedua.
Selanjutnya, kesalahan juga terlihat pada kesalahan dalam penggunaan kata ‘di’
yaitu pada kata ‘disiang, dipagi’ yang seharusnya ditulis secara terpisah, yaitu
‘di siang, di pagi’ karena kata tersebut menunjukkan tempat.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Melisa mendapatkan skor 2 (kurang) karena Melisa mampu
memenuhi satu kriteria dari tiga kriteria yang telah ditentukan, yaitu makna yang
dapat diambil pembacanya atau pendengarnya. Makna yang dapat diambil ialah
sebagai seorang yang memiliki pasangan dan sangat menyayanginya, maka
engkau harus menjaganya dengan baik. Namun, pada kedua kriteria yang lain
yang berkaitan dengan penggunaan kata, yaitu kata yang bervariasi dan
109
kesesuian kata antar sampiran dan isi dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa
pada bagian ini Melisa kurang mampu untuk memenuhi semua yang telah
ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. Maka dari itu, ia memperoleh skor 2 yaitu
kurang.
Melisa mampu menunjukkan kelebihannya dalam tulisannya tersebut
yakni pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan kelemahannya
terlihat pada empat aspek penilaian yang lain, yaitu aspek kesesuaian dengan
gambar dan jenis, aspek kekuatan imajinasi, aspek ketepatan diksi dan ejaan, dan
aspek ketepatan dan kemenarikan isi pantun. Selain itu, tulisan ini dapat
dikatakan peneliti bahwa tidak termasuk dalam pantun karena tulisan yang
dibuat oleh Melisa tidak sesuai dengan kriteria dalam penulisan pantun. Sebuah
pantun harus menggunakan sajak yang berirama, yaitu a-a-a-a atau a-b-a-b.
Nama : Suci Nur Nabila
Kelas : VII C
Tema : Janganlah lupa padaku sahabatku (berkaish-kasih)
Kode : JPNTN (5)
wahai tiga sahabatku
jangan lah engkau lupa padaku
jika kau lupa padaku
aku akan membencimu
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan
√
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
√
3. Kekuatan imajinasi √
4. Ketepatan diksi dan ejaan √
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
√
Jumlah skor: 12
110
Nilai: 12
25× 100 = 48
Berdasakan hasil penilaian menulis pantun, Suci memperoleh nilai 48
yang termasuk dalam tingkat penguasaan kurang. Nilai tersebut dapat dibuktikan
dari aspek penilaian yang digunakan, yaitu:
Penilaian pertama, yaitu pada aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah ditentukan. Pada aspek ini, Suci memperoleh skor 3 (cukup)
karena ia mampu membuat sebuah tulisan yang masih berkaitan dengan gambar
yang telah diberikan oleh peneliti, dan membuat pantun yang masih memiliki
kaitan dengan jenis yang telah ditentukan, tetapi alasan yang membuat peneliti
menempatkan tulisan Suci pada skor 3 karena tulisan yang dibuat oleh Suci ini
hanya memiliki sedikit kaitan dengan gambar yang dan tema yang telah
ditentukan oleh peneliti, dan jika ditempatkan pada poin 4 itu dapat dikatakan
kurang tepat dan kurang adil dengan tulisan yang dibuat oleh peserta didik yang
lainnya.
Penilaian kedua, yaitu pada aspek kesesuaian dengan kriteria pantun.
Pada tahap ini Suci memperoleh skor 4 (baik), dikatakan baik karena Suci
mampu memenuhi tiga aspek yang telah ditentukan dalam membuat sebuah
pantun. Aspek yang tidak dapat dipenuhi oleh Suci ialah aspek sampiran dan isi
yang tidak terpaparkan dengan jelas pada tulisan tersebut. Tulisan ini hanya
mengandung isi saja, tetapi tidak ada sampiran yang terlihat pada baris satu dan
dua. Adapun aspek yang terpenuhi ialah tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
yang terlihat pada baris pertama ada selapan suku kata, kedua ada 10 suku kata,
ketiga ada delapan, dan baris keempat ada delapan suku kata juga. Tiap bait
terdiri dari 4 baris, dan saja yang berirama a-a-a-a.
Penilaian ketiga, yaitu pada aspek kekuatan imajinasi dengan
memperoleh skor 3 (cukup). Bagian ini, Suci mampu pengembangkan
kreativitas dan mengembangkan idenya yang cukup sesuai atau berkaitan
dengan gambar, tetapi tidak memenuhi kekuatan imajinasi. Ini dapat didukung
dari tulisan yang telah dibuat oleh Suci yang memperlihatkan bahwa ia cukup
mengembangkan kreativitas dan idenya yang cukup sesuai dengan gambar yang
111
telah diberikan oleh peneliti, sedangkan pada bagian kekuatan imajisi dapat
dikatakan bahwa Suci tidak memenuhinya karena ia hanya menggunakan kata
yang saling berkaitan dengan kata sebelumnya tanpa menggunakan kata atau
istilah yang ada diluar lingkupnya.
Penilaian keempat, yaitu pada aspek ketepatan diksi dan ejaan dalam
pantun. Pada bagian ini Melisa memperoleh skor 2 (kurang). Poin keempat ini
Suci memperoleh skor 2 karena Suci telah mampu menggunakan gaya bahasa
yang baku, tetapi masih ada 5 kesalahan dalam penulisan ejaan. Hal ini dapat
dibuktikan pada bagian awal baris yang seharusnya ditulis menggunakan huruf
kapital, tetapi Suci menggunakan huruf kecil. Selain itu, juga terlihat pada
kesalahan pada penulisan ‘jangan lah’ yang seharusnya ditulis serangkai
‘janganlah’.
Penilaian kelima, yaitu ketetapan dan kemenarikan isi pantun, pada
bagian ini Suci mendapatkan skor 1 (sangat kurang) karena ia tidak dapat
memenuhi ketiga kriteria yang telah ditentukan pada poin ini, yaitu isi pantun
yang dapat diambil oleh pembaca, penggunaan kata yang bervariasi, dan
ketepatan kata antar sampiran dan isi. Salah satu yang dapat dilihat yaitu pesan
dalam pantun ini sebenarnya terlihat sangat jelas, tetapi peneliti menganggap
bahwa pesan tersebut tidak dapat diambil oleh pembacanya secara langsung atau
perlunya penjelasan yang lebih akan pesan yang ingin disampaikannya tersebut
sehingga peneliti menempatkan aspek keempat ini pada skor 1.
Suci mampu menunjukkan kelebihannya dalam tulisannya tersebut pada
aspek kesesuaian dengan kriteria pantun, sedangkan kelemahannya terlihat pada
empat aspek penilaian yang lain, yaitu aspek kesesuaian dengan gambar dan
jenis, aspek kekuatan imajinasi, aspek ketepatan diksi dan ejaan, dan aspek
ketepatan dan kemenarikan isi pantun.
112
Tabel 4.5
Hasil Nilai Menulis Pantun Peserta Didik Kelas VII SMP
Muhammadiyah 17 Ciputat
NO NAMA
Nilai Total
Skor
1 2 3 4 5 Kriteria
1 Adellia Putri Rahmadani - - - - - 0 -
2 Afrian Syarif 4 5 3 2 4 72 C
3 Agung Mulyadi 3 4 4 1 4 64 C
4 Andri Surya Lesmana - - - - - 0 -
5 Candra Setyawan 4 5 3 4 4 80 B
6 Chairul Aqna - - - - - 0 -
7 Davina Idnu Diva 1 3 3 3 3 52 D
8 Delia Tri Agustya Ningzy 5 4 5 4 5 92 A
9 Dewa Pratama 5 5 5 5 5 100 A
10 Fadhilah Ramadhan 5 4 5 3 5 88 A
11 Falah Andrian 5 5 4 3 4 84 B
12 Fandi Famungkas - - - - - 0 -
13 Fitri Nur Fadillah 2 4 4 4 5 76 B
14 Haikal Syakib 1 5 1 3 4 56 C
15 Ketara Arifah Maharani 2 5 5 3 5 80 B
16 Khairul Agus Triantoro 4 5 5 3 5 88 A
17 Melisa Dia Listi 3 4 3 3 2 60 C
18 Muhamad Farrel Dzakhwan 5 4 5 3 5 88 A
19 Muhamad Nazriel Ilham 2 5 3 2 2 56 C
20 Muhammad Adrian Ramadhan 5 4 5 3 3 80 B
21 Muhammad Hafizh Qusoyi 3 5 3 3 2 64 C
22 Muhammad Rakha Purnomo 1 2 2 4 2 44 D
113
23 Muhammad Zahran 4 5 4 1 5 76 B
24 Muhammad Zikry 3 4 4 3 4 72 C
25 Natasha Putri Alifia - - - - - 0 -
26 Nindhita Kirana Rainandi 5 5 4 3 5 88 A
27 Rafly Akbar - - - - - 0 -
28 Rasya Fadillah Putra 4 5 5 3 5 88 A
29 Salsa Salamah 5 4 5 4 5 92 A
30 Suci Nur Nabila 3 4 2 2 1 48 D
31 Suci Ramadhani - - - - - 0 -
32 Trio Sugiarto 5 4 3 4 3 76 B
Data yang terdapat pada tabel di atas merupakan hasil penilaian peserta
didik dalam menulis pantun yang telah diberi nilai sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan oleh peneliti. Pembuatan pantun dibantu dengan menggunakan media,
yaitu media gambar karikatur. Tabel di atas menunjukkan bahwa kelas VII C yang
berjumlah 32 peserta didik, yang mana pada saat peneliti melakukan penelitian
hanya ada 25 peserta didik yang hadir. Nilai tertinggi dari tabel di atas ialah 100
yang diperoleh oleh Dewa Pratama, sedangkan nilai terendah dengan skor 44
diperoleh oleh Muhammad Rakha Purnomo.
Apabila disimpulkan secara keseluruhan, maka dapat dikatakan bahwa
peserta didik kelas VII C SMP Muhammadiyah 17 Ciputat mampu menulis pantun
dengan menggunakan media gambar karikatur. Peserta didik kelas VII secara
keseluruhan telah mampu menulis sebuah pantun sesuai dengan gambar yang
diberikan oleh peneliti serta mampu membuat tema yang berkaitan dengan jenis
pantun yang telah ditentukan sebelumnya, tetapi peserta didik masih mengalami
kesulitan pada aspek diksi dan ejaan, masih banyak peserta didik yang mengalami
kesalahan dalam menggunakan gaya bahasa baku serta kesalahan dalam penulisan
ejaan, seperti penulisan huruf kapital dan lain sebagianya.
Kegiatan menulis pantun ini masih ada beberapa peserta didik dianggap
oleh peneliti yang tidak memenuhi kriteria menulis pantun sehingga tulisan peserta
114
didik tersebut tidak tergolong dalam jenis pantun. Peserta didik ini ialah Davina
Idnu Diva, Suci Nur Nabila, Melisa Dia Listi, dan Muhammad Rakha Purnomo.
Kelemahan yang banyak ditemukan dari peserta didik tersebut ialah pantun yang ia
buat merupakan isi pantun. Maksudnya, dari baris pertama hingga baris keempat
merupakan isi, di mana seharusnya sebuah pantun itu dua baris pertama merupakan
sampiran dan dua baris terakhir adalah isi. Selanjutnya, beberapa peserta didik yang
disebutkan di atas juga tidak mampu mengembangkan idenya sesuai dengan
gambar dan jenis pantun yang telah diberikan oleh peneliti sehingga memengaruhi
aspek penilaian lainnya.
115
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan perolehan data di lapangan dan pengolahan data, maka
diperolah kesimpulan akhir mengenai penelitian menggunakan media gambar
karikatur terhadap kemampuan menulis pantun peserta didik kelas VII SMP
Muhammadiyah 17 Ciputat. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti
dapat diketahui bahwa penggunaan media karikatur dalam menulis pantun telah
menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dibuktikan ada 15 peserta didik dari 25
peserta didik yang hadir tergolong ke dalam nilai yang sangat baik, baik, sedangkan
ada 10 peserta didik yang tergolong dalam cukup dan kurang.
Adapun hasil analisis terhadap kemampuan menulis pantun peserta didik
memperoleh rata-rata keseluruhan 60% yang termasuk ke dalam kategori C
(cukup). Hal ini dapat dibuktikan dengan perolehan nilai peserta didik dengan
kriteria A (baik sekali) sebanyak 8 orang atau 32%, Adapun yang memperoleh
kriteria B (baik) sebanyak 7 orang atau 28%, kriteria C (cukup) sebanyak 7 orang
atau 28%, dan kriteria D (kurang) sebanyak 3 orang atau 12%. Hasil analisis ini
juga menunjukkan masih ada beberapa siswa yang masih tidak memahami atau
mengetahui ketentuan-ketentuan dalam membuat pantun, yaitu sebuah pantun
terdiri dari sampiran dan isi, berpola a-b-ab atau a-a-a-a, dan penggunaan ejaan atau
diksinya yang masih banyak kesalahan. Hal ini terlihat pada beberapa peserta didik,
yaitu: Davina Idnu Diva, Suci Nur Nabila, Melisa Dia Listi, dan Muhammad Rakha
Purnomo.
Penggunaan media gambar karikatur dapat melatih peserta didik untuk
mengembangkan imajinasi dan mengembangkan idenya sesuai dengan gambar
yang ia lihat. Selain itu, peserta didik juga dapat lebih fokus dengan apa yang akan
ia tulis melalui media gambar karikatur dengan cara menentukan tema dari jenis
pantun yang telah diberikan serta peserta didik mampu meggunakan kata baku dan
ejaan yang sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
116
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
mengemukakan beberapa saran, yaitu:
1. Bagi guru, sebagai seorang guru haruslah membiasakan diri dengan
menggunakan media pembelajaran guna untuk menarik perhatian peserta
didik dalam belajar. Penggunaan media juga harus disesuaikan dengan
materi yang ingin disampaikan.
2. Bagi peneliti, lebih memperluas wawasan dan memperdalam teknik
mengelola kelas terutama dalam pembelajaran menulis pantun dengan
menggunakan media gambar karikatur.
117
DAFTAR PUSTAKA
Akhaidah, Sabarti. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Idonesia. Jakarta:
Erlangga. 1992.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2013.
----------------------------. Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Dalman. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers. cet. 5. 2016.
Darmanto, “Media Pembelajaran”, http://repository.unikama.ac.id/85/1/Media.pdf,
diakses pada 8 Juli 2019.
Dietsch, Betty Mattix. Reasoning and Writing Well: A Rhetoric, Research Guide,
Reader, and Handbook,. New York: McGraw-Hill. 2006.
Emzir. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2008.
Ganie, Tajuddin Noor. Buku Induk Bahasa Indonesia: Pantun, Puisi, Peribahasa,
Gurindam, dan Majas. Yogyakarta: Araska. 2015.
Gulo, W. Metode Penelitian. Jakarta: PT Grasindo. cet 6. 2010.
Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. 2005.
Hanafi, Abdul Halim. Metode Penelitian Bahasa untuk Penelitian, Tesis, dan
Disertasi. Jakarta: Diadit Media Press. cet. 1. 2011.
Kareem, Amirah Silfia. “Seni Vinyet adalah”, dalam https://www.dictio.id/t/seni-
vinyet-adalah/23482. Diakses pada 12 November 2019.
Kuncoro, Mudrajad. Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom dan
Resensi. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2009.
Kurniawan, Raafi Allen dan Maryam Isnaini, “Penggunaan Media Gambar
Karikatur untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV
SDN Jajartunggal II Surabaya”. JPGSD. Vol. 02. 2014.
Kustandi, Cecep dan bambang Sitipto. Media Pembelajaran; Manual dan Digital.
Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. 2, 2016.
Liang, Gie The. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi. 2002.
Mudjijo. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 1, 1995.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. 2008.
118
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE. 2016.
Nurjamal, Daeng dkk. Terampil Berbahasa Menyusun Karya Tulis Akademik,
Memandu Acara (MC-Moderator), dan Menulis Surat. Bandung: Alfabeta.
2017.
Parendra, Dendy Dwi. dkk., “Pemanfaatan Media Karikatur untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Narasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V
SD”. Jurnal Universitas Pendidikan Ganesa, Singaraja Vol. 1, Nomor 1,
2013.
Pangesti, Mutia Dwi. Buku Pintar Pantun dan Peribahasa Indonesia,. Jakarta:
Pustaka Nusantara Indonesia. cet. 1. 2015.
Purwanti, Dewi. “Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Dengan Menggunakan
Model Berpikir Berbicara Menulis (Think Talk Write)”. Jurnal Diksatrasia.
Vol. 1. Nomor 2. 2017.
Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: ALFABETA. cet.8. 2010
Rizal, Yose. Apresiasi Puisi dan Sastra Indonesia. Jakarta: Grafika Mulia. 2010.
Rizky, “Teknik Analisis Data Kualitatif, Kuantitatif, Menurut para ahli (Lengkap)”,
http://pastiguna.com/teknik-analisis-data/#Teknik_Analisis_Data. Diakses
pada 29 November 2018.
Rohani, Ahmad. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997.
Sibarani, Augustin. Karikatur dan Politik. Jakarta: Garba Budaya, ISAI, dan PT
Media Lintas Inti Nusantara. 2001.
Sidijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Rajawali. Cet. 15. 2016.
Sugiarto, Eko. Mengenal Sastra Lama: Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, dan Contoh.
Yogyakarta: ANDI. 2015).
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Cet. 23. 2016.
Surya, Nunuk dan Leo Agung. Strategi Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Penerbit
Ombak. 2012.
Tafifin Mul. “Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 52
Konawe Selatan”. Jurnal Humanika. Nomor. 15. Vol. 3. 2015.
119
Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa. 2008.
Vesterm, William. Reading and Writing Short Arguments. New York: McGraw-
Hill. 2006.
Wahyuni, Ristri. Kitab Lengkap Puisi, Prosa, dan Pantun Lama. Jogjakarta: Saufa.
cet. 1. 2014.
Waluyanto, Heru Dwi. “Karikatur Sebagai Karya Komunikasi Visual dalam
Penyampaian Kritik Sosial”. Jurnal Nirmana. Nomor. 2. Vol. 2. 2009.
Woods, Peter. Successful Writing for Qualitative Researchers. New York:
Routledge Falmer. 2006.
Yunus, Syarifudin. Kompetensi Menulis Kreatif. Bogor: Ghalia Indonesia, cet.1.
2015.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RPP
(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Sekolah : SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/Genap
Materi Pokok : Puisi Rakyat (Pantun)
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Kompetensi Inti
K1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun,
percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan
regional.
K3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasaingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
K4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
4.10 Mengungkapkan gagasan,
perasaan, pesan dalam bentuk puisi
rakyat secara lisan atau tulis dengan
memperhatikan struktur, rima, dan
penggunaan bahasa.
4.10.1. Peserta didik mampu menulis
pantun berdasakan ide yang
direncanakan atau yang ia peroleh
berdasarkan rangsangan media
gambar karikatur
4.10.2. Peserta didik mampu menulis
pantun sesuai dengan struktur, dan
penggunaan bahasa, dan jenis pantun
yang ditentukan.
C. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran tentang menulis pantun, peserta didik
dapat:
1. Mengetahui dan memahami struktur dalam menulis pantun.
2. Menulis pantun sesuai dengan struktur menulis pantun, dan PUEBI
secara baik dan benar.
D. Materi
1. Pengetahuan Langkah-langkah Membuat Teks Pantun
2. Keterampilan
Praktik menulis pantun
E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific learning
2. Model Pembelajaran : Active learning (pembelajaran aktif).
3. Metode : Ceramah, tanya jawab
F. Media Pembelajaran 1. Papan tulis/white board
2. Spidol
3. Gambar karikatur (gambar karikatur nasihat, jenaka, dan berkasih-
kasih atau kasih sayang)
G. Sumber Belajar a. Titik Harsiati, dkk. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas VII
Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
b. Eko Sugiarto, Mengenal Sastra Lama: Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, dan
Contoh. Yogyakarta: C.V Andi Offset. 2015.
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
Guru:
Orientasi
1. Memasuki ruang kelas.
2. Melakukan pembukaan
dengan salam pembuka.
3. Mengondisikan kelas agar
dalam keadaan yang bersih,
rapi, dan nyaman.
Religius
15 menit
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
4. Menyiapkan fisik dan psikis
peserta didik dalam
mengawali kegiatan
pembelajaran.
5. Meminta salah satu peserta
didik memimpin doa untuk
memulai pembelajaran.
6. Memeriksa kehadiran
peserta didik sebagai sikap
disiplin.
Apersepsi
1. Mengaitkan
materi/kegiatan
pembelajaran yang akan
dilakukan dengan
materi/kegiatan
sebelumnya.
2. Mengajukan pertanyaan
kepada peserta didik yang
memiliki kaitannya dalam
pembelajaran menulis
pantun.
Motivasi
1. Menyampaikan tujuan
pembelajaran pada
pertemuan yang sedang
berlangsung.
2. Memberikan gambaran
tentang pelajaran yang akan
dipelajari.
3. Apabila materi/kegiatan ini
dikerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh, maka
peserta didik diharapkan
dapat menulis pantun sesuai
dengan ide yang telah ia
direncanakan atau yang ia
peroleh melalui rangsangan
media gambar karikatur,
serta sesuai dengan struktur,
Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
rima, dan penggunaan
bahasa.
Pemberian Acuan
1. Memberitahukan materi
pelajaran yang akan dibahas
pada pertemuan saat itu.
2. Memberitahukan tentang
kompetensi inti,
kompetensi dasar,
indikator, dan KKM pada
pertemuan yang
berlangsung.
Kegiatan
Inti
Mengamati
1. Peserta didik mengamati
penjelasan guru yang berkaitan
dengan materi pantun.
2. Peserta didik mengamati pantun
yang ditulis oleh guru sebagai
salah satu contoh serta salah
satu peserta didik dituntut untuk
menentukan pantun tersebut
terbasuk ke dalam jenis apa.
3. Guru memperlihatkan media
karikatur yang dapat dikatakan
mengandung jenis pantun
(nasihat, jenaka, dan berkasih-
kasih) kepada peserta didik.
Menanya :
1. Guru memberikan kesempatan
peserta didik untuk bertanya
jawab mengenai materi yang
telah dijelaskan.
2. Peserta didik bertanya berkaitan
cara mengetahui pantun itu
termasuk jenis apa. Misalnya:
bagaimana langkah-langkah
membuat pantun dan
bagaimana cara menentukan
jenis pantun yang kita buat?
Menalar :
Literasi
Rasa ingin tahu
50 menit
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
1. Peserta didik secara mandiri
menulis pantun berdasarkan
dengan ide yang telah ia
rencanakan atau peroleh
berdasarkan rangsangan media
gambar karikatur serta
mambuat pantun yang sesuai
dengan struktur, dan
penggunaan bahasa, dan jenis
pantun yang ditentukan.
Menyajikan/mengomunikasikan: 1. Salah satu peserta didik
menyajikan atau membacakan
hasil menulis pantun yang telah
ditulis di lembar kerja dengan
baik dan benar.
Berpikir kritis
(Critical
thinking)
Komunikatif
(Communicative)
Kegiatan
Penutup
Kegiatan guru bersama peserta
didik
Kegiatan peserta didik:
1. Membuat rangkuman/simpulan
pelajaran.
2. Melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
3. Memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
Kegiatan guru:
1. Melakukan penilaian
terhadap hasil tulisan atau
pekerjaan peserta didik.
2. Memberikan penghargaan
kepada peserta didik yang
memiliki kinerja yang baik.
3. Mengagendakan pekerjaan
rumah (jika diperlukan).
4. Menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya.
Kreativitas
(Creativity)
HOTS
15 menit
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
5. Menutup kegiatan belajar
mengajar.
I. Penilaian 1. Teknik Penilaian:
a. Penilaian Sikap :Observasi/pengamatan
b. Penilaian Pengetahuan :tes tertulis
c. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/ Praktik atau keterampilan
proses.
2. Pembelajaran Remedial
Tulis kegiatan pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:
a. Pembelajaran ulang
b. Bimbingan perorangan
c. Belajar kelompok
3. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian yang dilakukan peneliti, peserta didik
yang telah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran
pengayaan untuk perluasan ataupun pendalaman materi (kompetensi),
antara lain dalam bentuk tugas pengajaran soal-soal dengan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi.
Ciputat, 15 April 2019
Mengetahui,
Guru Bahasa Indonesia
Herlina, S.Pd
Mahasiswa Peneliti
Faakhirah
LAMPIRAN MATERI PANTUN
1. Definisi Pantun
Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang disampaikan secara lisan.
Namun, pada Perkembangannya pantun disampaikan secara tertulis. Pantun
berasal dari bahasa Minangkabau, patuntun yang artinya “patuntun”.
2. Struktur Teks Pantun
a. Bait: Banyaknya sebuah baris dalam pantun biasanya 2 baris, 4 baris, 6
baris, dan 8 baris
b. Larik: larik adalah kumpulan beberapa kaa yang memiliki arti dan bisa
membentuk sampiran dan isi.
c. Rima: Rima adalah pola akhiran atau huruf vokal terakhir dalam pantun
d. Sampiran dan isi: Sampiran adalah bagian yang terletak pada baris 1 dan
2 yang merupakan pengantar menuju isi pantun, sedangkan isi ialah
bagian pantun yang terletak pada barisan 3 dan 4 yang merupakan
isi/kandungan/tujuan dalam sebuah pantun.
3. Macam-macam Struktur Teks Pantun
a. Struktur Teks Pantun Biasa
Sampiran dan ada isi. Sampiran yang terletak pada baris 1 dan 2,
sedangkan isi terletak pada baris 3 dan 4.
b. Struktur Teks Pantun Karmina
Pantun karmina hanya terdiri dari dua baris. Oleh karena itu pantun ini
disebut juga pantun kilat. Strukturnya: baris 1 adalah sampiran dan baris
2 adalah isi.
c. Struktur Teks Pantun Talibun
Pantun talibun mempunyai baris lebih dari empat. Mulai dari 6 baris dan
berikutnya. Yang memiliki rima berbeda-beda.
4. Jenis-jenis Pantun
a. Pantun Nasihat
b. Pantun Agama
c. Pantun Jenaka
d. Pantun Berkasih-Kasih
e. Pantun Anak
f. Pantun Adat Istiadat
5. Langkah-langkah Membuat Pantun
a. Memahami karakteristik pantun.
b. Memnentukan tema
c. Menentukan sampiran dan menulis isi
Namun, sebelum langkah di atas diterpakan, terlebih dahulu peserta
didik harus menentukan jenis pantun yang ingin ia buat.
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
LAMPIRAN PENILAIAN
1. Penilaian Sikap
Petunjuk:
a. Amati perkembangan sikap siswa menggunakan instrumen jurnal pada setiap
pertemuan.
b. Isi jurnal dengan menuliskan sikap atau perilaku siswa yang menonjol, baik
yang positif maupun negatif. Untuk siswa yang pernah memiliki catatan
perilaku kurang baik dalam jurnal, apabila telah menunjukkan perilaku
(menuju) yang diharapkan, perilaku tersebut dituliskan dalam jurnal (meskipun
belum menonjol).
Jurnal sikap sosial peserta didik
Nama sekolah : SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT
Tahun pelajaran : 2018/2019
Kelas/Semester : VII/C
No. Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir
Sikap
1. Adellia Putri Rahmadani
2. Afrian Syarif
3. Agung Mulyadi
4. Andri Surya Lesmana
5. Candra Setyawan
6. Chairul Aqna
7. Davina Idnu Diva
8. Delia Tri Agustya Ningzy
9. Dewa Pratama
10. Fadhilah Ramadhan
11. Falah Andrian
12. Fandi Famungkas
13. Fitri Nur Fadillah
14. Haikal Syakib
15. Ketara Arifah Maharani
16. Khairul Agus Triantoro
17. Melisa Dia Listi
18. Muhamad Farrel Dzakhwan
19. Muhamad Nazriel Ilham
20. Muhammad Adrian R.
21. Muhammad Hafizh Qusoyi
22. Muhammad Rakha P.
23. Muhammad Zahran
24. Muhammad Zikry
25. Natasha Putri Alifia
26. Nindhita Kirana Rainandi
27. Rafly Akbar
28. Rasya Fadillah Putra
29. Salsa Salamah
30. Suci Nur Nabila
31. Suci Ramadhani
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan (tes tertulis)
No. Materi Indikator Bentuk
tes
No.
Soal
1.
Pantun Disajikan tugas pribadi, siswa mampu
Mengidentifikasi pengertian pantun serta
mengidentifikasi struktur dan langkah
dalam sebuah pantun.
Uraian
1
2
Butir Soal
1. Apa yang kamu ketahui tentang pantun?
2. Sebutkan struktur dan langkah-langkah dalam sebuah pantun!
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan (tes tertulis)
Peserta didik dituntut untuk membuat atau menulis sebuah pantun di lembar kerja
yang telah disediakan:
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Nama :
Kelas/Semester :
Tema :
Kode :
1. Berdasarkan karikatur yang kamu dapat, silahkan buat sebuah teks pantun
sesuai dengan tema yang telah ditentukan!
Kata Kunci: Sampiran (a-b-a-b)
atau (a-a-a-a)
Pedoman Penilaian:
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar dan
jenis yang telah di tentukan
2. Kesesuaian dengan kriteria
pantun
3. Kekuatan imajinasi
4. Ketepatan diksi dan ejaan
5. Ketepatan dan kemenarikan isi
pantun
Jumlah skor:
Nilai: Jumlah Skor siswa x 100
Jumlah Skor maksimal
Keterangan:
1. Skor 1: Sangat Kurang, tidak ada aspek penilaian yang benar.
2. Skor 2: Kurang, ada sedikit aspek penilaian yang benar.
3. Skor 3: Cukup, jumlah aspek penilaian benar dan salah seimbang.
4. Skor 4: Baik, ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan.
5. Skor 5: Sangat baik, tepat sekali.
Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Pantun
Penilaian Aspek Kesesuaian dengan Gambar dan Jenis
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian kesesuaian
dengan gambar dan jenis
yang telah ditentukan,
berikut aspek yang dinilai:
Sangat baik: apabila peserta
didik dapat menulis pantun
yang sesuai dengan gambar, dan
jenis yang ditentukan oleh
peneliti serta peserta didik dapat
5
d. Pantun yang dibuat
oleh peserta didik
sesuai dengan gambar
yang telah ditentukan;
e. Pantun yang dibuat
sesuai dengan jenis
yang telah ditentukan.
f. Pantun yang dibuat
memiliki tema yang
sesuai dengan jenis
pantun.
membuat tema yang sesuai
dengan jenis pantun secara
detail.
Baik: apabila peserta didik
dapat menulis pantun yang
memiliki keterkaitan dengan
gambar, dan jenis yang
ditentukan oleh peneliti serta
peserta didik dapat membuat
tema yang sesuai dengan jenis
pantun.
4
Cukup: apabila peserta didik
dapat menulis pantun yang
sesuai dengan gambar dan
sesuai dengan jenis yang
ditentukan oleh peneliti, namun
tidak dapat membuat tema yang
sesuai dengan jenis pantun.
3
Kurang: apabila peserta didik
mampu menulis pantun yang
sesuai dengan gambar tetapi
tidak sesuai dengan jenis pantun
yang telah ditentukan oleh
peneliti serta tidak menentukan
tema dari jenis pantun tersebut.
2
Sangat Kurang: apabila
peserta didik mampu menulis
pantun, namun tidak sesuai
dengan gambar dan jenis pantun
yang telah ditentukan oleh
1
peneliti serta tidak dapat
menentukan tema dari pantun
tersebut.
Tabel 3.3:
Penilaian Aspek Kesesuaian dengan Kriteria Pantun
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian aspek kesesuaian
dengan kriteria pantun
meliputi:
5. Tiap bait terdiri dari
4 baris;
6. Tiap baris terdiri dari
8-12 suku kata;
7. Sajak yang berirama,
sesuai dengan rumus
penulisan pantun,
yaitu a-b-a-b atau a-
a-a-a;
8. Kedua baris pertama
merupakan sampiran
dan baris ketiga dan
keempat merupakan
isi.
Sangat baik: apabila keempat
aspek tersebut telah terpenuhi
atau ada dalam sebuah pantun.
5
Baik: apabila 3 dari empat
aspek tersebut telah terpenuhi
atau ada dalam sebuah pantun.
4
Cukup: apabila 2 dari empat
aspek tersebut telah terpenuhi
atau ada dalam sebuah pantun.
3
Kurang: apabila 1 dari empat
aspek tersebut telah terpenuhi
atau ada dalam sebuah pantun.
2
Sangat Kurang: apabila
peserta didik tidak dapat
memenuhi keempat aspek
tersebut.
1
Tabel 3.4
Penilaian Aspek Kekuatan Imajinasi
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian aspek kekuatan
imajinasi, meliputi aspek
berikut:
4. Kreativitas
5. Pengembangan ide
yang sesuai dengan
gambar.
Sangat baik: apabila
kreativitas dan pengembangan
ide peserta didik sangat sesuai
dengan gambar dan memenuhi
kekuatan imajinasi.
5
Baik: apabila kreativitas dan
pengembangan ide peserta
didik sudah sesuai dengan
gambar dan memenuhi
kekuatan imajinasi.
4
Cukup: apabila kreativitas dan
pengembangan ide peserta
didik cukup sesuai atau
berkaitan dengan gambar dan
cukup memenuhi kekuatan
imajinasi.
3
Kurang: apabila kreativitas
dan pengembangan ide peserta
didik cukup sesuai atau
berkaitan dengan gambar, tetapi
tidak memenuhi kekuatan
imajinasi.
2
Sangat Kurang: apabila
kreativitas dan pengembangan
ide peserta didik tidak sesuai
atau berkaitan dengan gambar,
1
dan tidak memenuhi kekuatan
imajinasi.
Tabel 3.5
Penilaian Aspek Ketepatan Diksi dan Ejaan dalam Pantun
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian aspek ketepatan
diksi dan ejaan dalam
pantun meliputi sebagai
berikut:
3. Penggunaan bahasa
yang baik dan baku
4. Kesalahan dalam
menulis ejaan.
Sangat Baik: apabila peserta
didik telah menggunakan ejaan
dan gaya bahasa yang sudah
baku tanpa ada kesalahan
apapun.
5
Baik: apabila peserta didik
telah menggunakan ejaan dan
gaya bahasa yang sudah baku,
namun masih ada 1-2
kesalahan.
4
Cukup: apabila peserta didik
telah menggunakan ejaan dan
gaya bahasa yang sudah baku,
namun masih ada 3-4
kesalahan.
3
Kurang: apabila peserta didik
cukup bisa menggunakan ejaan
dan gaya bahasa yang baku,
namun masih ada 5-6
kesalahan.
2
Sangat Kurang: apabila
peserta didik tidak mampu
menggunakan ejaan dan gaya
1
bahasa yang baku ‘kesalahan
lebih dari enam’.
Tabel 3.6
Penilaian Aspek Ketepatan dan Kemenarikan Isi Pantun
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Ketetapan dan
kemenarikan isi pantun,
meliputi sebagai berikut:
4. Isi pantun yang
memiliki makna yang
dapat diambil oleh
pembacanya
5. Penggunaan kata yang
bervariasi sehingga
pantun menjadi lebih
menarik.
6. Ketepatan kata yang
digunakan antar
sampiran ataupun isi.
Sangat Baik, apabila peserta
didik dapat memenuhi ketiga
kriteria yang meliputi ketepatan
dan kemenarikan isi pantun
secara detail atau dijelaskan
secara lugas.
5
Baik, apabila peserta didik
dapat memenuhi 3 kriteria yang
meliputi ketepatan dan
kemenarikan isi pantun yang
kurang detail.
4
Cukup, apabila peserta didik
dapat memenuhi 2 kriteria
dalam aspek ketepatan dan
kemenarikan isi pantun.
3
Kurang, apabila peserta didik
dapat memenuhi 1 kriteria
dalam aspek ketepatan dan
kemenarikan isi pantun.
2
Sangat Kurang: apabila
peserta didik tidak dapat
memenuhi ketiga kriteria
1
tersebut dalam aspek ketepatan
dan kemenarikan isi pantun.
Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Pantun
Penentuan Kriteria dengan Penghitungan untuk Skala Empat
Interval Persentase
Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan Skala Empat Keterangan
1–4 D–A
86 – 100 4 A Sangat Baik
76 – 85 3 B Baik
56 – 74 2 C Cukup Baik
10 – 55 1 D Kurang Baik
Berdasarkan tabel di atas, siswa dikatakan mendapatkan kategori sangat
baik apabila memperoleh nilai 86-100. Kemudian, siswa dikatakan mendapatkan
kategori baik apabila memperoleh nilai 76-85, mendapatkan kategori cukup baik
apabila memperoleh nilai 56-74, dan mendapatkan kategori kurang baik apabila
memperoleh nilai 10-55.
Hasil Wawancara dengan Peserta Didik Kelas VII C
SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
Informan 1: Fitri Nur Fadillah
1. Menurut kamu, Bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh guru bahasa
Indonesia?
Jawab: ibunya seru, suka menasihati juga.
2. Dalam pembelajaran adakah kesulitan yang kamu alami dalam proses
belajar? jika ada, kesulitan seperti apa?
Jawab: keadaan kelas yang kadang berisik
3. Sebelumnya pernahkah ibu guru mata pelajaran menggunakan media? Jika
pernah media seperti apa?
Jawab: pernah, pakai media karton
4. Apakah kamu suka dengan materi pantun/menyukai pantun?mengapa?
Jawab: suka, tapi lebih suka kalau mendengarkan orang membacanya.
5. Hal apa yang paling sulit menurut kamu dalam membuat pantun?
Jawab: gampang-gampang susah. Susahnya nyari lampirannya.
6. Bagaimana menurut kamu dengan penggunaan media karikatur?
Jawab: Bagus, cukup membantu.
7. Adakah keinginan kamu, terutama dalam kegiatan pelajaran bahasa
Indonesia kedepannya?
Jawab: ingin coba menggunakan media lain lagi, seperti media bergambar
dan ada suarnya.
Informan 2: Ketara Arifah Maharani
1. Menurut kamu, Bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh guru bahasa
Indonesia?
Jawab: ibunya asik, kadang-kadang suka bikin ketawa jadinya seru.
2. Dalam pembelajaran adakah kesulitan yang kamu alami dalam proses
belajar? jika ada, kesulitan seperti apa?
Jawab: kadang-kadang sulit paham sama materinya.
3. Sebelumnya pernahkah ibu guru mata pelajaran menggunakan media? Jika
pernah media seperti apa?
Jawab: pernah, kalau tidak salah pakai media karton di materi deskripsi.
4. Apakah kamu suka dengan materi pantun/menyukai pantun?mengapa?
Jawab: suka, tapi kadang-kadang juga susah.
5. Hal apa yang paling sulit menurut kamu dalam membuat pantun?
Jawab: susah buat menyamakan isi sama sampiranya.
6. Bagaimana menurut kamu dengan penggunaan media karikatur?
Jawab: mempermudah
7. Adakah keinginan kamu, terutama dalam kegiatan pelajaran bahasa
Indonesia kedepannya?
Jawab: semoga bisa tambah paham dengan materi bahasa Indonesia.
Informan 3: Delia Tri Agustya Ningzy
1. Menurut kamu, Bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh guru bahasa
Indonesia?
Jawab: ibunya seru, dan menyenagkan.
2. Dalam pembelajaran adakah kesulitan yang kamu alami dalam proses
belajar? jika ada, kesulitan seperti apa?
Jawab: sulit paham karena kelas terlalu berisik.
3. Sebelumnya pernahkah ibu guru mata pelajaran menggunakan media? Jika
pernah media seperti apa?
Jawab: pernah, tapi lupa.
4. Apakah kamu suka dengan materi pantun/menyukai pantun?mengapa?
Jawab: suka, karena cukup menantang untuk mencari sampiran dan isinya
5. Hal apa yang paling sulit menurut kamu dalam membuat pantun?
Jawab: sulit menentukan isi.
6. Bagaimana menurut kamu dengan penggunaan media karikatur?
Jawab: mempermudah. Jadi, lebih cepat masuk ke otak (paham).
7. Adakah keinginan kamu, terutama dalam kegiatan pelajaran bahasa
Indonesia kedepannya?
Jawab: semoga semakin memperhatikan jika ibu mejelaskan.
Informan 4: Davina Idnu Diva
1. Menurut kamu, Bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh guru bahasa
Indonesia?
Jawab: seru, baik, baiklah ibunya.
2. Dalam pembelajaran adakah kesulitan yang kamu alami dalam proses
belajar? jika ada, kesulitan seperti apa?
Jawab: ada, seperti membuat pantun. Terlihat mudah tapi susah.
3. Sebelumnya pernahkah ibu guru mata pelajaran menggunakan media? Jika
pernah media seperti apa?
Jawab: pernah, pakai media kertas karton. Tapi jarang, lebih sering pakai
papan tulis.
4. Apakah kamu suka dengan materi pantun/menyukai pantun?mengapa?
Jawab: suka. tapi kalau di suruh buat masih susah.
5. Hal apa yang paling sulit menurut kamu dalam membuat pantun?
Jawab: sulit mencari akhiran yang sama.
6. Bagaimana menurut kamu dengan penggunaan media karikatur?
Jawab: bagus, cukup memudahkan.
7. Adakah keinginan kamu, terutama dalam kegiatan pelajaran bahasa
Indonesia kedepannya?
Jawab: semoga semakin memperhatikan jika ibu mejelaskan.
Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia
SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
Informan: Bu Erlina, S.Pd
1. Bagaiman cara ibu untuk mengenal kepribadian peserta didik pada awal
pembelajaran?
Jawab: pada awal saya mengajar di SMP Muhammadiyah, saat perkenalan
diri saya minta semua siswa menjabarkan kepribadiannya di kertas. Hal
yang ia tidak suka dari seorang guru. Hal itu agar saya lebih mengenal
kepribadian masing-masing.
2. Bagaimana sikap peserta didik disaat ibu meminta pendapat maupun
jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan materi bahasa
Indonesia?
Jawab: bermacam-macam, ada yang tetap cuek saat di tanya. Ada yang
benar-benar bisa menjawab dengan baik.
3. Apa ibu memiliki cara untuk menghadapi peserta didik yang kurang aktif
dan kurang rasa ingin belajar, terutama pada materi pantun? Jika ada cara
seperti apa?
Jawab: biasanya, saat proses belajar mengajar, saya akan meminta peserta
didik yang suka berisik atau yang lainnya duduk di barisan paling depan.
Hal itu saya lakukan agar mereka bisa mendengarkan dengan baik. Selain
itu, kalau ada yang berisik dan tidak bisa dinasihati, saya akan meminta dia
untuk meringkas 1 bab dari buku yang sedang kita pelajari hari itu.
4. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, biasanya media apa yang ibu
gunakan dalam proses belajar mengajar?
Jawab: sebelumnya saya pernah menggunakan media karton pada materi
deskripsi. Saat itu peserta didik saya minta untuk membawa satu karton lalu
menuliskan/mendeskripsikan sesuatu. Ditulis dengan semenarik mungkin,
nanti baru dikumpulkan kepada saya. Kalau untuk media Powerpoint (PPT)
di sini saya baru beberapa kali, karena in focus yang terbatas dan kita harus
menyiapkannya sendiri. Jadi, cukup sulit.
5. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, menurut ibu kesulitan seperti apa
yang dialami siswa terutama dalam materi menulis pantun?
Jawab: kalau peserta didik biasanya sulit untuk memahami materi, mungkin
masih kelas VII jadi sifat kekanak-kanakannya masih terabawa. Jadi kita
cukup ekstra untuk menyampaikan materi. Jika, masih ada yang tidak
paham kita ulangi lagi pelajarannya. Kalau untuk materi patun menurut saya
mereka cukup mengalami kesulitan disaat diminta untuk menentukan
lampirannya dan membuat rima a-a-a-a atau a-b-a-b. Sejauh ini itu saja.
6. Dari berbagai kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam proses
pembelajaran, menurut ibu cara seperti apa agar peserta didik lebih tertarik
dalam pembelajaran?
Jawab: kalau menurut saya kita harus menggunakan beberapa bentuk
kegiatan yang bermacam-macam di kelas, misalnya membuat kelompok,
berdiskusi. Selain itu, kegiatan belajar juga tidak harus di kelas aja. tapi juga
bisa dilaksanakan di luar, misalnya di perpustakaan. Hal ini, menurut saya
cukup membantu peserta didik dalam menghadapi beberapa kesulitan. Tapi
sebagai guru kita juga harus perhatikan penyebab kenapa anak tersebut
kurang tertarik dan lain sebagainya.
7. Berdasarkan media yang saya gunakan pada saat penelitian, bagaimana
pendapat ibu dengan media tersebut?
Jawab: menurut saya, bagus. Peserta didik terlihat antusias saat kamu
mengeluarkan gambar-gambar itu. mereka tertawa. Apalagi gambar yang
cowok di pantai itu. terlihat sangat lucu. Media ini juga terlihat kekinian.
Jadi, semoga kedepannya saya bisa menggunakan media ini baik di materi
pantun atau yang lainnya.
8. Banyaknya media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dan
dapat menarik perhatian siswa, menurut ibu alat/media seperti apa yang
dapat menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran?
Jawab: kalau saya sendiri sepertinya media audio visual cukup menarik,
karena peserta didik bisa melihat gambar dan juga mendengarkan suaranya.
Tapi, sayangnya di sini sangat terbatas in focus. Jadi, cukup sulit untuk
menggunakan media ini.
MEDIA GAMBAR KARIKATUR
DOKUMENTASI PENELITIAN
RIWAYAT PENULIS
Faakhirah, lahir di Pulau Kijang 18 Juli 1997. Anak
pertama dari tiga bersaudara ini lahir dari pasangan Abdul
Khalik Bashir dan Suaibah. Perempuan yang akrab dipanggil
Yaya berasal dari Sanglar, Kabupaten Indra Giri Hilir, Riau.
Namun, karena melanjutkan pendidikan di Jakarta penulis
kemudian tinggal di Jl. Puring Mas III Blok C.9 nomor 8.
Kakak dari Nurul Fajri dan Khairul Munzir ini
mengawali pendidikannya di SDN 006 Seb. Sanglar pada tahun 2003-2009,
dilanjutkan ke SMPS Islam Al-husniyah dari tahun 2009 sampai 2012, kemudian
melanjutkan sekolah menengah atasnya di SMAS Islam Al-husniyah pada tahun
2012-2015. Penulis kemudian melajutkan pendidikannya di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah melalui jalur Mandiri. Putri Riau ini mengambil Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Selama menjadi Mahasiswa, perempuan yang gemar memasak ini sempat
berkecimpung di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Penulis menyelesaikan S-
1 dengan menulis skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Karikatur dalam
Kemampuan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII di SMP Muhammadiyah 17
Ciputat Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Top Related