Download - PENGERTIAN RADIKALISASI

Transcript
Page 1: PENGERTIAN RADIKALISASI

PENGERTIAN RADIKALISASI

Secara semantik, radikalisme ialah paham atau aliran yang menginginkan

perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, cet. th. 1995, Balai Pustaka). Dalam

Ensiklopedi Indonesia (Ikhtiar Baru - Van Hoeve, cet. 1984) diterangkan bahwa

“radikalisme” adalah semua aliran politik, yang para pengikutnya menghendaki

konsekuensi yang ekstrim, setidak-tidaknya konsekuensi yang paling jauh dari

pengejawantahan ideologi yang mereka anut. Dalam dua definisi ini “radikalisme”

adalah upaya perubahan dengan cara kekerasan, drastis dan ekstrim. Adapun dalam

Kamus Ilmiyah Populer karya Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry (penerbit

Arkola Surabaya, cet. th. 1994) diterangkan bahwa “radikalisme” ialah faham politik

kenegaraan yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan besar sebagai jalan

untuk mencapai taraf kemajuan. Dalam definisi terakhir ini “radikalisme” cenderung

bermakna perubahan positif.

Dampak Radikalisme dan Fanatisme yang Nyatadi Indonesia

Radikalisasi dalam beragama muncul di tengah panggung politik secara global.

Demikian pula Indonesia dalam proses berdemokrasi memiliki problem yang berat menghadapi

masalah ini. Maraknya kekerasan atas nama agama, teror bom yang terjadi belakangan,

merupakan bukti bahwa ada ancaman yang serius dalam kehidupan berdemokrasi bangsa

ini.

Bukan barang baru. Dapat dimafahami bahwa kekerasan yang mengatasnamakan

nama agama ini memang bukan barang baru dalam sejarah peradaban (kebiadaban)

manusia. Kekerasan atas nama agama seringkali muncul dari perbedaan dalam

memahami kitab suci, Tuhan, dan agama itu sendiri. Pebedaan-perbedaan pemahaman

kemudian melahirkan fanatisme-fanatisme sektarian dan semakin melembaga.

Fanatisme dan ketiadaan pemahaman tentang esensi beragama dan ber-Tuhan pada

level akar rumput inilah, yang membuat pemeluk agama melihat agama lain dari

kacamata kepicikan yang sempit, sehingga cenderung merendahkan agama lain, atau

tafsiran agama dari kelompok agama yang berbeda dengan mereka. Bagi mereka,

tindakan kekerasan atas nama agama tidak pernah salah, karena Tuhan dan kebenaran

Page 2: PENGERTIAN RADIKALISASI

adalah monopoli mereka. Pelaku tindakan kekerasan atas nama agama memang

merasa paling beriman di muka bumi. Karena menganggap diri sebagai makhluk

agung di antara manusia, mereka mengangkat dirinya sebagai orang yang paling dekat

dengan Tuhan. Mereka memandang dirinya berhak memonopoli kebenaran, seakan-

akan mereka telah menjadi wakil Tuhan yang sah untuk mengatur dunia ini

berdasarkan tafsiran monolitik mereka terhadap teks suci. Perkara pihak lain akan

mati, terancam, binasa, dan babak belur akibat perbuatan anarkis mereka, sama sekali

tidak menjadi pertimbangan. Inilah jenis manusia yang punya hobi “membuat

kebinasaan di muka bumi”, tetapi merasa telah berbuat baik. Padahal semua agama

tidak pernah mengajarkan kekerasan dan tidak pernah membenarkan adanya

kekerasan.

Bangkitnya gerakan radikalisme agama dewasa ini, secara historis sulit dilepaskan dari

reaksi negatif atas gelombang modernitas yang membanjiri negara-negara Muslim pada

awal abad ke-20. Pengaruh modernitas ini bukan hanya pada dimensi kultural, tetapi juga

dimensi struktural-institusional, seperti sains dan teknologi serta instrumen modern lainnya,

khususnya pandangan mengenai kesadaran kebangsaan yang melahirkan konstruksi negara-

bangsa modern.

Page 3: PENGERTIAN RADIKALISASI

Tidak seperti di negara-negara Eropa Barat di mana kesadaran nasional berakar,

tumbuh, dan berkembang dari perlawanan terhadap kekuasaan feodal dan negara

absolut, gelombang nasionalisme di Asia, Afrika, dan negara-negara Muslim di

Semenanjung Arab, Timur Tengah, lahir justru dari perlawanan terhadap kolonialisme

Eropa.

Situasi itu tentu saja membawa dampak traumatis sehingga hadirnya ideologi

nasionalisme di negara-negara Muslim mengalami ketegangan yang tajam, bahkan

perlawanan dari unsur-unsur pembentuknya. Di samping realitas masyarakatnya yang

sangat plural, dipertentangkannya konsepsi negara-bangsa sekuler modern dengan

universalisme tatanan berdasar agama, telah mempertajam ketegangan dan benturan

politik-ideologis yang menghambat perkembangan kesadaran kebangsaan.

Akibatnya, konstruk negara-bangsa modern di negara-negara Muslim umumnya

mengalami delegitimasi dan ancaman terus-menerus. Dan, kondisi ini diperparah oleh krisis

yang dialami negara-bangsa sendiri berikut kelemahan-kelemahannya yang mendasar, serta

kenyataan akan minimnya basis kultural bagi terbentuknya civil society modern dalam

masyarakat.

Dalam perspektif historis, radikalisme agama di Tanah Air adalah warisan dari

ketidakmampuan sebagian kelompok Islam menegosiasikan dogma dan doktrin

keagamaannya dengan realitas sosial dan kebutuhan masyarakat tentang pentingnya

wawasan kebangsaan sebagai entitas yang menjamin pluralisme. Antagonisme politik

dan ideologis antara Islam dan negara ini, dapat ditelusuri dari masa pergerakan

kebangsaan, ketika elite politik terlibat dalam perdebatan tentang kedudukan Islam di

alam Indonesia merdeka.

Kendati ada upaya mencari jalan keluar dari ketegangan ini pada awal tahun 1970-an,

kecenderungan legalistik, formalistik, dan simbolistik masih berkembang pada

sebagian aktivis Islam pada dua dasawarsa pertama pemerintahan Orde Baru. (Bahtiar

Effendy, 2001)

Dalam segi pelanggaran norma-norma Pancasila, radikalisme agama ini bahkan

hampir melanggar seluruh sila pada Pancasila. Dari pelanggaran dalam beragama

hingga pelanggaran sosial. Banyak pihak yang menjadi korban dalam tindakan

kekerasan yang sering terjadi. Tindakan yang berawal dari pemikiran sempit yang

mengatas namakan agama. Dan pada akhirnya penyimpangan tersebut tentu dapat

membawa pengaruh-pengaruh buruk lainnya jika tidak segera ditangani.

Page 4: PENGERTIAN RADIKALISASI

KESIMPULAN

Bagaimana mungkin kehidupan kerukunan beragama kita bisa harmonis

seperti yang dikonsepsikan pancasila bahwa ketuhanan kita adalah ketuhanan yang

berkebudayaan yakni ketuhanan yang saling menghargai meskipun berbeda-beda

keyakinan. Jika saja pemerintah tidak bertindak tegas kepada organisasi-organisasi

yang belakangan ini menggunakan kekerasaan terhadap kelompok minoritas dalam

beribadat memeluk kepercayaannya. Padahal sudah jelas, negara ini di merdekakan

bukan hanya untuk satu golongan saja tapi semua untuk semua, itulah semangat para

pendiri republik ini.

Cita-cita kebangsaan kita sudah jelas yakni Pancasila. Ke depan tinggal

bagaimana pemimpin republik ini bisa memberi keteladanan kepada rakyatnya. Tanpa itu,

Pancasila hanya akan kita jadikan slogan belaka dan kita adalah bagian yang membuatnya

kabur dan usang.

Indonesia ditengah kemajemukan budaya dan kepercayaan atau identik

dengan perbedaan dalam keberagaman sudah seharusnya menyemai dan

memanamkan tolerasi serta memupuk rasa kasih sayang terhadap sesama guna

memetik buah kebersamaan demi terciptanya kemajuan bangsa yang di cita-citakan.

Fanatisme perlu ditekan bahkan dibasmi yang dianggap sebagai suatu virus yang bisa

berdampak luas, dengan masyarakt tetap memegang prinsip-prisip yang subtansi dan

esesi yang hakiki.

Indonesia damai, aman, dan sejahtera tentulah merupakan cita-cita semua

warga bangsa. Oleh karena itu, marilah satukan keinginan dan bulatkan tekad untuk

terus berusaha menciptakan kedamaian dengan “membumikan” sikap toleransi dalam

beragama, berbangsa dan bernegara. Sudah saatnya semua pihak melakukan berbagai

upaya secara lebih komprehensif dan terarah untuk menciptakan kehidupan

keagamaan yang toleran dan damai di bumi Indonesia. Jika tidak, maka kekerasan

atas nama agama, akan menjadi “bom waktu” yang siap meledak setiap saat, bukan

hanya menghancurkan umat beragama, tetapi juga bangsa Indonesia tercinta ini.

Agama mengajarkan manusia untuk menerima segala perbedaan sebagai rahmat atau

anugerah Tuhan, mengajarkan kebaikan dan kedamaian hidup manusia.

Buddha mengajarkan kesederhanaan, Kristen mengajarkan cinta kasih,

Konfusianisme mengajarkan kebijaksanaan, dan Islam mengajarkan kasih sayang bagi

Page 5: PENGERTIAN RADIKALISASI

seluruh alam.

Semoga tulisan ini mampu membangkitkan toleransi dan rasa cinta kasih

sesama manusia tanpa melihat latar belakang suku, agama, ras ataupun golongan. “tiada yang

salah dengan perbedaandan segala yang kita punya, yang salah hanyalah sudut pandang kita

yang membuat kita terpisah, karena tak seharusnya perbedaan menjadi jurang. Bukankah

kita diciptakan untuk dapat saling melengkapi mengapa ini yang terjadi.” (Mengapa Ini yang

Terjadi-Tere feat Valent)