Download - PENGEMBANGAN WISATA LUMPUR SIDOARJO

Transcript

PENERAPAN MATERIAL LOKAL LIMBAH LUMPUR LAPINDO SEBAGAI MATERIAL HEMAT ENERGI PADA WISATA EDUKASI

DRAFT PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh :AINY MUYASSAROH105060500111050

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN ARSITEKTUR2014LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MATERIAL LOKAL LIMBAH LUMPUR LAPINDO SEBAGAI MATERIAL HEMAT ENERGI PADA WISATA EDUKASI

DRAFT PROPOSAL SKRIPSIDiajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh :AINY MUYASSAROH105060500111050

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Agung Murti Nugroho, ST.,MT.Ph.DNIP. 19740915 200012 1 001DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang 11.2 Identifikasi Masalah11.3 Rumusan Masalah 11.4 Batasan Masalah11.5 Tujuan1.6 Manfaat1.7 Kerangka Pikir

BAB II TINJAUAN TEORI32.1 Teknologi Material Lokal Limbah lumpur lapindo 42.1.1 Definisi Material Bangunan Lokal2.1.2 Definisi Material Hemat Energi2.1.3 Embodied Energi Pada Material Bangunan2.1.4 Konsep Hemat energi pada Material Bangunan2.1.5 Lumpur Lapindo2.1.6 Proses pembuatan Material Bangunan dari limbah lumpur lapindo2.1.7 Ragam Material Limbah Lumpur Lapindo2.2 Wisata Edukasi2.2.1 Pengertian Wisata Edukasi2.2.2 Ruang dan Elemen-elemen Pada Wisata Edukasi2.3 Studi Terdahulu/ Kajian Komparasi2.3.1 Penerapan Blok Porits pada bangunan sederhana di ITS Surabaya2.3.2 Penerapan Blok tanah pada bangunan rumah tinggal 2.3.3 Penerapan material recycle pada Ecogreen Park Batu2.3.4 Penerapan material lumpur lapindo pada pusat penelitian di sidoarjo2.3 Kerangka Teori BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Umum3.2 Metode Perumusan gagasan (merumuskan cara penyelesaian masalah)3.3 Pengumpulan data3.3.1 Data Primer3.3.2 Data Sekunder3.4 Metode Pengolahan Data3.5 Diagram Alur

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada 29 mei 2006 terdapat fenomena semburan lumpur panas di dusun Balongnongo desa Renokenongo tepatnya pada PT Lapindo Brantas Porong Sidoarjo. Fenomena ini merupakan peristiwa yang terjadi pertama kali di Indonesia yang berawal dari area pengeboran PT Lapindo Brantas. Sampai saat ini fenomena semburan lumpur panas lapindo ini masih berlangsung karena terjadi kegagalan dalam mengatasi penutupan semburan lumpur panas lapindo ini sehingga sampai adanya pengalihan tanggung jawab dari PT Lapindo Brantas dialihkan menjadi peristiwa bencana alam sehingga saat ini masalah ini menjadi tanggung jawab pemerintah.Dari fenomena semburan lumpur panas lapindo ini mengakibatkan dampak dan masalah yang sangat besar, diantaranya yakni: dampak lingkungan yang mngakibatkan tenggelamnya kawasan pemukiman, pertanian dan perindustrian, matinya vegetasi dikawasan damapk semburan lumpur panas lapindo. Dampak social yang mngakibatkan banyaknya korban kehilangan rumah, harta benda serta kehilangan pekerjaan. Dampak ekonomi yakni matinya peronomian di sekitar kawasan damak semburan lumpur lapindo.Dari beberapa dampak dan masalah diatas masalah yang paling bertambahnya volume limbah lumpur lapindo setiap tahunnya yang setiap harinya semburan ini menyemburkan rata-rata volume 15 ribum3 / hari. Ini masih terjadi sampai belum berhentinya semburan lumpur panas lapindo.Untuk mangatasi masalah bertambahnya volume semburan lumpur panas lapindo pada tahun 2007 dosen ITS Bapak DR. Ir. Vincencius Totok Noerwasito, M.T. telah mengembangkan limbah lumpur lapindo menjadi material bahan bangunan. Material bahan yang dinamakan dengan BLOK PORITS. Seiring dengan pengembangan penelitian selanjutnya ada berbagai jenis bahan bangunan yang dikembangkan dari limbah lumpur lapindo.Saat ini pengembangan material limbah lumpur lapindo terdapat cara pengolahan yakni Pengolahan limbah lumpur lapindo sebagai material bahan bangunan dengan proses pembakaran yang dilaksanakan di Desa Mojotamping Mojosari yang merupakan tempat pembuangan lumpur Lapindo. Namun proses ini menghasilkan limbah yang cukup banyak dari proses pembakaran ini Pengolahan limbah Lumpur lapindo sebagai material bahan bangunan dengan proses pemadatan dan pengeringan yang dilakukan dikawasan dampak lumpur lapindo sehingga tidak lebih hemat energi dan ramah lingkungan dibandingkan dengan pengolahan dengan proses pembakaran.Salah satu pengembangan konsep hemat energi yakni dengan konservasi limbah sehingga untuk pengembangan konsep hemat energi ini yakni dengan mengolah lumpur lapindo menjadi material bahan bangunan. Sehingga yang berpotensi untuk dikembangkan adalah pengolahan lumpur lapindo yang melalui proses pemadatan dan pengeringan yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Selain itu, material lumpur lapindo ini juga bisa berpotensi untuk dikembagkan menjadi bahan struktural maupun nonstruktural.Untuk mewadahi dan mengaplikasikan penggolahan limbah ini maka dibutuhkan wadah untuk menampung pengolahan limbah ini. Sesuai dengan rencana pengembangan kawasan menurut Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) maka wadah yang sesuai adalah pengaplikasikan konsep limbah lumpur lapindo pada wisata edukasi yang nantinya akan diterpakan pada elemen-elemen bangunan serta sebagi bahan struktural dan nonstruktural pada wisata edukasi ini.

1.2 Identifikasi Masalah1. Penerapan Limbah lumpur lapindo sebagai material hemat energi dengan proses pemadatan dan pengeringan pada wisata edukasi Pada kawasan Lumpur lapindo2. Limbah lumpur lapindo diterapkan pada bangunan-bangunan yang fungsinya menarik pengunjung untuk datang ke wisata edukasi sehingga dibutuhkan elemen-elemen arsitektural yang dapat memperlihatkan bentuk limbah lumpur lapindo sehingga dapat menarik pengunjung yang datang ke wisata edukasi ini.

1.3 Rumusan MasalahBagaimana penerapan material lokal dari limbah lumpur lapindo sebagai material hemat energi dengan proses pemadatan dan pengeringan pada bangunan wisata edukasi lumpur lapindo?

1.4 Batasan Masalah1. Limbah lumpur lapindo sebagai material bangunan yang hemat energi2. Proses pengolahan limbah melalui proses pemadatan dan pengeringan tnpa melalui proses pembakaran.3. Bentukan material limbah lumpur lapindo ini disesuaikan sesuai kebutuhan desain pada wisata edukasi lumpur lapindo1.5 TujuanMaterial dari Limbah lumpur lapindo ini dapat diterapkan pada wisata edukasi lumpur lapindo sebagai material hemat energi.1.6 Manfaat1. Bagi LingkunganLimbah lumpur lapindo sebagai material bangunan pada wisata edukasi ini untuk mengurangi volume lumpur laipndo yang ada dikawasan lumpur lapindo serta dikawasan pembuangan lumpur lapindo yakni Ngoro Mojosari. Serta dapat mengurangi dampak linkungan terutama matinya kawasan sekitar lumpur lapindo dari segi social, budaya, dan ekonomi.2. Bagi MasyarakatPengolahan limbah lumpur lapindo sebagai material bangunan ini selain bermanfaat bagi lingkungan, berdampak juga untuk masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan karena kehilangan pekerjaan yang disebabkan dampak semburan lumpur lapindo ini bisa mengembangkan pekerjaan ini sebagai mata pencaharian baru serta meningkatkan perokonomian di sekitar kawasan dampak lumpur lapindo.3. Bagi MahasiswaDengan pengembangan material ini diharapkan mahasiswa lebih peka pada kondisi saat ini yang banyak sekali instanisasi pada material fabrikasi padahal apabila lebih peka lagi banyak sekali potensi material lokal yang dapat dikembangkan menjadi material lokal yang lebih ramah lingkungan salah satunya yakni dengan pengolahan limbah lumpur lapindo ini

1.7 Kerangka PikirLatar Belakang1. Fenomena Semburan Lumpur lapindo yang terjadi di desa Renokenongo porong2. Dampaknya volume limbah lumpur lapindo terus bertambah setiap tahunnya Karena belum berhentinya semburan sampai saat ini.3. Pada tahun 2007 ITS Bapak DR. Ir. Vincencius Totok Noerwasito, M.T. telah mengembangkan limbah lumpur lapindo menjadi material bahan bangunan4. Salah satu pengembangan konsep hemat energi yakni dengan konservasi limbah sehingga untuk pengembangan konsep hemat energi. pengolahan lumpur lapindo yang melalui proses pemadatan dan pengeringan yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Selain itu, material lumpur lapindo ini juga bisa berpotensi untuk dikembagkan menjadi bahan struktural maupun nonstruktural.5. Sesuai dengan rencana pengembangan kawasan menurut Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) maka wadah yang sesuai adalah pengaplikasikan konsep limbah lumpur lapindo pada wisata edukasi yang nantinya akan diterpakan pada elemen-elemen bangunan serta sebagi bahan struktural dan nonstruktural pada wisata edukasi ini.

Rumusan Masalah Bagaimana penerapan material lokal dari limbah lumur lapindo sebagai material hemat energi dengan proses pemadatan dan pengeringan pada bangunan wisata edukasi lumpur lapindo?

Tujuan Material dari Limbah lumpur lapindo ini dapat diterapkan pada wisata edukasi lumpur lapindo sebagai material hemat energi.

Batasan Masalah4. Limbah lumpur lapindo sebagai bahan struktural dan nonstruktural.5. Proses pengolahan limbah melalui proses pemadatan dan pengeringan tnpa melalui proses pembakaran.6. Bentukan material limbah lumpur lapindo ini disesuaikan sesuai kebutuhan desain pada wisata edukasi lumpur lapindo

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Teknologi Material Lokal Limbah Lumpur Lapindo2.1.1 Definisi Material Bangunan LokalMenurut Baris Der Petrossian dalam tulisannya di Building Issue No2 Volume 10 tahun 2001 yang berjudul Contrucction and environment improving energy efficiency menyebutkan bahwa material lokal merupakan material bangunan yang mudah diperoleh di daerah sekitar area pembangunan contoh dari material lokal diantaranya batu kali, kayu, bamboo, dan lain-lain. Material lokal menjadi salah satu persyaratan untuk material ramah lingkungan atau sering disebut dengan material Green Product, material ini merupakan material ideal untuk perkembangan masa depan arsitektur yang saat ini sering disebut dengan sustainable architecture. Menurut Berge, Bjorn (2000) Material lokal adalah material yang tidak membutuhkan banyak pemborosan transportasi. Sedangkan dalam sisi desain, material lokal dianggap mampu memberi identitas pada bangunan.Sehingga material lokal merupakan material Lokal merupakan material bangunan yang mudah diperoleh di sekitar area pembangunan sehingga tidak membutuhkan banyak pemborosan transportasi.

2.1.2 Definisi Material Bangunan Hemat EnergiMenurut Imelda akmal dalam buku seri rumah ide hemat energy edisi 1 menyebutkan bahwa material hemat energi adalah material local, material alami yang dapat diperbarui, memiliki nilai konsumsi energy yang rendah, tidak mengandung racun, dan tidak mengeluarkan banyak polusi saat diproduksi.Material hemat energy adalah material bangunan untuk masa depan yang memilki energy transportasi yang rendah, dan pengolahan yang tidak membutuhkan banyak energy dan efisiensi dalam hal pemakain minyak bumi. (Totok Noerwasito, 2007)Sedangkan material hemat energy menurut Berge, Bjorn pada bukunya the ecology of building materials mengatakan bahwa penggunaan material lebih hemat energy dalam proses produksi serta proses pendistribusian material bangunan, tidak menyebabkan polusi ssat produksi dan tidak menyisakan banyak limbah.Sehingga dapat disimpulakan bahwa material hemat energy merupakan material local yang dapat diperbarui dengan persyaratan memiliki energy transportasi distribusi rendah, proses produksi yang tidak membutuhkan banyak energy terutama dalam penggunaan minyak bumi, tidak menimbulkan bnyak polusi dan limbah saat produksi berlangsung.

2. 1.3 Embodied Energy Pada Material Bangunan Menurut Petrossian (2001) Embodied Energy material bangunan adalah energy yang dipergunakan oleh material bangunan dalam proses produksi, transportasi, Konstruksi, pemeliharaan, perbaikan, dan pembongkaran material bangunan.Embodied energy pada material bangunan sebagian besar jumlah energy yang digunakan terjadi pada proses produksi bahan bangunan. Ini dikarenakan pada proses produksi terdapat 3 tingkatan Jumlah energy diantaranya : Low energy, Medium energy dan high energy. Adapun untuk material bangunan yang memiliki high energy dan medium energy merupakan material bangunan yang menggunakan minyak bumi pada saat proses produksi. (petrasian dkk, 2001)Perbedaan embodied energy pada beberapa material lokal ditunjukkan pada table dibawah ini :Tabel 1 Embodied Energy material bangunan Per m2Material bangunanEmbodied Energi

Per m2

Bata Merah 15 cm525

Batako 14 cm294

Beton Ringan 10cm228

Papan kayu 3 cm10.2

Blok Tanah 15cm178.5

Kaca 6mm225.3

Sumber : Goerge Baird (1997)Dari table 1 menunjukkan bahwa pemakaian minyak bumi pada proses produksi material lokal sangat berpengaruh pada embodied energy. Ini ditunjjukkan bahawa semakin material itu tidak menggunakan minyak bumi dalam proses produksi maka semakin kecil embodied energy yang dikeluarkan begitu pula dengan sebalinya. Dalam table 1 embodied paling rendah ditunjukkan pada material kayu namun karena kayu tidak tahan lama terhadap cuacadan maintanancenya relative besar dan dampak lingkungan yang relative berat akibat penebangan liar ini merupakan kelemahan kayu untuk dijadikan sebagai sustainable material untuk masa depan arsitektur.

2.1.4 Konsep Hemat Energi Pada Material BangunanArsitektur hemat energy merupakan arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran dan penerapan energy dengan cara meminimalisir penggunaannya tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan. Arsitektur hemat energy bedasarkan pada prinsip konservasi energy (sumber yang tidak dapat diperbarui) sehingga muncul istilah form follow energy (jimmy priatman 2002)Saat ini industry bangunan mengkonsumsi sumber daya alam dalam jumlah banyak. Tidak hanya mengeksplorasi material mentah untuk bahan produksi akan tetapi juga mengkonsums sumber daya lain untuk menghasilkan energy selama proses produksi, distribusi dan penggunaan material di lapangan.Sehingga material bangunan dituntut untuk memaksimalkan potensi materoal dengan menjalankan prinsip-prinsip 1. Menggunakan materiala local2. Material hemat energy sebagai prioritas3. Prinsip padat karya4. Membiarkan bangunan mongering secara alami5. Teknik membangun yang mengoptimalkan re-use dan recyclingSumber : Berge, Bjorn (2000)Dari beberapa uaraian tentang material dan hemat energi dalam arsitektur maka parameter dari material local yang sesuai dengan konsep hemat energi harus memenuhi :

1. Proses Produksi Dalam proses produksi material hemat energi harus memenuhi beberapa syarat yakni a. Metode produksi yang harus sesuai ramah lingkungan, tidak membutuhkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi contohnya minyak bumi, tidak mengeksploitasi alam dengan penggunaaan kayu untuk proses produksi.2. Bahan BakuBahan baku juga merupakan kriteria materiala hemat energi. Bahan baku yang sesuai dengan keteentuan konsep hemat energi disesuakan dengan :a. Sumber daya bahan Baku yakni bagaimana bahan baku ini diperoleh, apakah sesuai dengan ketentuan material hemat energi yang tidaka memperbolehkan penggunanaan material yang tidak dapat diperbarui, merusak ekosistem lingkungan dan lain sebagainya.b. Kandungan Bahan baku untuk material hemat energi tidak diperbolehkan bahan baku yang mengandung karbonc. Potensi Daur Ulang material hemat energi juga dituntut agar dapat mendaur ulang. Ini dikarenakan semakin menipisnya sumber daya untuk digunakan sebagai bahan baku material bangunan.3. Transportasi a. Distribusi bahan baku, dalam material hemat energi distribusi bahan baku sebisanya tidak menggunakan transportasi yang berlebih, dan yang paling baik adalah bahan baku diperoleh di lokasi proses produksib. Distribusi material jadi, distribusi material jadi tidak berbeda jauh dengan distribusi bahan baku bahkan material hemat energi harusnya tidak memerlukan transportasi karena material jadi diproduksi di lokasi pembangunan.4. Energi a. Energi saat produksi, alat-alat, listrik, SDM merupakan energi yang digunakan saat memproduksi material. Dalam pembuatan material hemat energi harus diminimkan penggunaan listrik, energi minyak bumi dan lain sebagainya. b. Daya tahan material5. Pencemarana. Pencemaran saat produksi, dalam proses produksi material hemat energi tidak diperbolehkan untuk mencemari lingkungan. b. Limbah yang dihasilkan saat produksi, persyaratan material hemat energi juga tidak diperbolehkan mnghasilkan limbah dalam memproduksinya, apabila menghasilkan limbah maka setidaknya limbah yang dihasilkan itu dapat didaur ulang kembali menjadi material bangunan.Sehingga, material hemat energi harus memenuhi beberapa kriteria atau parameter operasional konsep material hemat energi tersebut.

2.1.5 Lumpur LapindoLumpur Lapindo merupakan lumpur yang berasal dari semburan lumpur panas didaerah Porong Kabupaten Sidoarjo. Lumpur lapindo ini bersal dari kegagalan PT Lapindo Brantas dalam pengebran gas shingga timbul lubang dari pengeboran tersebut dan mengakibatkan semburan lumpur dan mengakibatkan kerugian disegala aspek.Lokasi disekitar semburan lumpur lapindo ini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar material bangunan salah satunya blok tanah liat dan material sejenisnya, ini dikarenakan besarnya volume lumpur lapindo semakin hari akan semakin bertambah sehingga apabila dimanfaatkan sebagai material bangunan akan dapat mengurangi volume lumpur lapindo.Menurut Totok Noerwasito (2007) kandungan lumpur lapindo terdiri dari sand 17.86%, Slit 10.71% dan clay 71.43%.. apabila ditinjau dari persyaratan material bangunan blok tanah padat, lumpur lapindo tidak memenuhi karena kandungan claynya lebih dari 45%.

2.1.6 Proses Pembuatan Material Bangunan dari Limbah Lumpur LapindoProses pengolahan material bangunan dari limbah lumpur lapindo tidak menggunakan proses pembakaran, karena dapat dibayangkan betapa besar kubikasi kebutuhan kayu yang berkualitas baik yang digunakan pada saat roses pembakaran sehingga dampak kerusakan lingkungan bagi hutan akan semakin besar akibat pembuatan bata serta polusi udara yang dihasilkan akibat proses pembakaran sangat mengganggu polusi udara saai ini.Adapun proses produksinya yakni dengan metode pemadatan dan pengeringan. Proses pembuatannya diantaranya adalah:1. Pemilihan Bahan dasarPemilihan bahan dasar dari segala kotoran yang mengganggu, antara lain bahan organic atau tumbuh-tumbuhan lainnya.2. Homogenisasi atau PengadukanPencampuran adukan antara tanah lapindo, semen dan kapur dengan komposisi semen dan kapur sebesar 7%.3. Pencetakan dan PemadatanPencetakan dan pemadatan campuran yang tidak lengket, dengan menggunakan tekanan, sehingga campuran benar-benar padat.4. Pelepasan CetakanPelepasan cetakan merupakan tahap tersulit, karena sering blok melekat pada dinding cetakan, sehingga apabila dikeluarkan dari cetakan blok menjadi rusak sehingga perlu cetakan yang khusus untuk penanganan ini.5. PengeringanSetelah dicetak maka material bangunan yang basah dilindungi dari panas matahri, dengan cara menutup dengan plastic atau bahan linnya agar blok tidak mendapat sinar matahari langsung6. TestSetelah cukup kering baru, material bangunan dapat dipakai Test yakni untuk mengetahui materipengetesan terhadapt kuat tekan dan ketahanan terhadap air. Kuat tekan normal minimal 30 kg/cm3 dan tahan dalam perendaman selama 1 minggu. Adapun material bangunan yang memenuhi persyaratan maka segera dapat dipakai sebagai material bangunan dinding, atap dan lantai. Pada proses pembuatan ini sangat sedikit mengalami kerusakanatau tidak dapat dipakai. 7. KontrolControl dilakukan pada bentuk cetakan, tidak terdapat retak-retak meskipun kecil, rata pada semua permukaan balok, homogn waran campuran dan bersuara nyaring apabila dipukul

Sehingga proses yang digunakan untuk membuat material bangunan dari limbah lumpur lapindo ini yakni dengan menggunakan proses pemadatan dan pengeringan. Karena dengan proses ini dampak kerusakan lingkungan akibat pemakaian kayu sebagai bahan bakar tidak terjadi serta tidak ada pencemaran polusi udara yang disebabkan saat pembakarn dan tidak ada limbah akibat ketidak berhasilan proses produksi karena apabila terjadi keruskan maka material ini dapat di recycle menjadi material baru. (sumber : Totok Noerwasito 2007)

2.1.7 Ragam Material Lumpur Lapindo Blok PoritsBlok Porits merupakan salah satu jenis dari blok tanah padat, sedangkan porits adalah nama dari blok tanah padat yang dibuat oleh peneliti (Totok Noerwasito) dari singkatan Porong ITS yang berarti blok dari lumpur lapindo yang didesain oleh ITS.Pengolahan blok porits ini tidak menggunakan proses pembakaran melainkan dengan proses pemadatan dan pengeringan. Bahan dasar blok porits sendiri tidak 100% dari lumpur lapindo Karena kandungan clay mencapai 71.43% sedangkan pada persyaratan bahan bangunan dinding kandungan claynya tidak lebih dari 45% sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut maka blok porits ini mneggunakan bahan dasar campuran dengan komposisi semen 7%, kapur 7%, dan selebihnya adalah prosentasi lumpur lapindo. Dari komposisi tersebut maka kuat tekan yang dihasilkan adalah 30-35 kg/cm2 sesuai dengan standart untuk dinding nonstructural dan cukup tahan air. . (sumber : Totok Noerwasito 2007) GentengPrinsip pengolahan genteng dari limbah lumpur lapindo tidak jauh berbeda dengan blok porits yakni dengan cmapuran semen dan kapur dengan prosentasi 7% dan melalui proses pemadatan dan pengeringan. (sumber : Totok Noerwasito 2007)

Paving BlockPaving block juga merupakan salah satu produk material hasil olahan dari limbah lumpur lapindo dengan metode pemadatan dan pengeringan. Bentuk dari paving blok sendiri dapat menyesuaikan sesuai deasin bangunan. (sumber : Totok Noerwasito 2007)

Grass blockTidak jauh beda dengan paving block grass block pun mengalami metode pengolahan yang sama dengan Bentuk material yang dapat menyesuaikan desain. (sumber : Totok Noerwasito 2007)

2.1.6 Material Bangunan Struktural dan Non strukturalArsitektur tidak akan terlepas dari struktur ini telah ada sejak Vitruvius mengidentifikasi tiga komponen dasar arsitektur yakni firmitas, utilitas dan Venustas. Dari tiga komponen dasar tersebut firmitas yang merupakan sebuah kekokohan merupakan kualitas paling dasar yang harus dimiliki olehbangunan. oleh karena itu bangunan memerlukan kebutuhan untuk mengkokohkan bangunan tersebut sehingga yang diperlukan adalah struktur. Dalam material bangunan terdapat dua jenis material diantranya adalah material struktural merupakan material yang nantinya akan memikul beban bangunan. Salah satu syarat dari material struktural adalah bahan harus kuat dan kokoh. material nonstrukturalmerupakan material yang tidak memikul beban bangunan karena hanya digunakan untuk elemen decorative pada bangunan. Namun material non struktural dapat dianggap memikul apabila elemen penyebaran beban harus kaku. (sumber : Widjojo, Sutopo Edi & Prabowo, Bhakti (1975)

2.2 Wisata Edukasi2.2.1 Pengertian Wisata EdukasiWisata edukasi merupakan salah satu jenis dari theme park. Theme park sendiri memiliki arti yang lebih luas dari sekedar taman bertema. Menurut Michael sorkin dalam buku A variation on theme park: the new American city and the end of public space mengatakan bahwa theme park merupakan dunia atau tempat yang memiliki ciri antara lain tidak terikat pada geografi tertentu, lingkungan yang terkontrol dan teramati dan memberikan stimulus tanpa henti.Sedangkan wisata sendiri menurut Soetomo (1994) yang bedasarkan ketentuan dari WATA (world Association of Travel Agent) wisata adalah perjalanan yang dilakukan wisatawan dalam suatu perjalanan pariwisata. Pengertian Edukasi sendiri secara etimologis berasal dari kata latin yaitu Educare yang artinya memunculkan, membawa,melahirkan. Dalam pengertian secara luas edukasi merupakan setiap tindakan, pengalaman yang memiliki efek formatif pada kepribadian, karakter, oikiran dan kemampuan fisik dalam individu.Sedangkan menurut Rendra Suroso (2004) edukasi adalah upaya dari subyek terhadap obyek untuk mengubah cara memperoleh pengembangan pengetahuan menuju cara tertentu yang diinginkan subyek.sedangkan Edu tourism merupakan suatu program dimana pengunjung wisata melakukan perjalanan wisata dengan tujuan utama adalah mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi (Rodger, 1998, hal 28)sehingga wisata edukasi merupakan suatu tempat yang memiliki arena atau fasilitas yang memberikan suatu pengalaman, kesenangan, kesedihan, keprihatinan dan stimulus tanpa henti pada pengunjung tanpa melupakan nilai edukasi dalam belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi

2.2.2 Ruang dan Elemen-elemen pada wisata edukasiRuang merupakan sesuatu yang penting dalam wisata edukasi.semua kegiatan dan kehidupan pengunjung sangat berkaitan dengan aspek ruang. Adanya hubungan antara pengunjung dengan sesuatu obyek baik secara visual maupun indra pendengar, indra perasa, indra penciuman akan selalu menimbulkan kesan ruang.Sedangkan u wadah yang tmenurut Immanuel kant (Edward paul, 1972 :the encyclopedia of phyloshopy, vol 3 dan 4 Mac Millian Publishing hlm. 308) mengatakan bahwa ruang bukanlah sesuatu yang objektif sebagai hasil pemikiran dan perasaan manusia. Sedangkan menurut filsuf plato berpendapat bahwa : ruang adalah suatu kerangka atau wadah dimana objek dan kejadian tetentu berada.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ruang merupakan suatu wadah yang tidak nyata namun dapat dirasakan keberadaannya oleh manusia.Adapun elemen-elemen pembentuk ruang diantranya adalah: LantaiLanati merupakan bidang alas atau the base, pengaruhnya terhadap pembentukan ruang sangat besar. Karena bidang ini erat hubungannya dengan fungsi ruang. Permukaan lantai terbagi menjadi dua macam material, yakni Material keras : misalkan pving block, grass block, batu, kerikil, pasir dan aspalMaterial lunak : misalakan rumput dan berbagai macam jenis tanaman. DindingSebagai pembatas ruang, dinding atau dapat disebut dengan the verticals dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:1. Dinding massif 2. Dinding transparan dan3. Dinding semu Atap atau penutupAtap atau overhead seperti halnya dinding terbagi menjadi dua bentuk yakni penutup atap massif dan penutup atap transparan(sumber :Rustam Hakim 2012)2.3 Obyek Komparasi2.3.1 Penerapan Blok Porits pada bangunan sederhana di SurabayaPenerapan blok porits pertama kali yakni sebagi dinding pada bangunan eksperimen di ITS Surabaya yang bangunan tersebut dikembangkan dengan menggunakan material paving dan genteng dari Lumpur Lapindo.Bangunan eksperimen ini memiliki ukuran 3 x 3 m dengan tinggi 3 m. penggunaan kolom bangunan ini dari blok porits dengan tulangan bamboo. Sedangkan pondasi menggunakan blok rolage. Sehingga bnegunan ini merupakan bangunan yang relative murah daripada bangunan sejenis apabila menggunakan bata merah.selain itu bangunan ini tidak perlu adanya finishing dinding karena dibiarkan dinding ekspos.

Material blok porits ini setelah diteliti lebih lanjut ternyata mampu menurunkan panas pada siang hari yang merupakan hasil pengukuran lapangn pada bulan terpanas di Surabaya yakni bulan November. Material blok porits ini mampu menurunkan panas sampai 1.7 derajat celcius dalam bangunan.

2.3.2 Penerapan Bata lempung pada bangunan rumah tinggal Bata lempung merupakan material lokal yang memiliki karakteristik dapat didesain sesuai dengan kebutuhan. Ini dikarenakan bata lempung memiliki sifat sangat fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan jenis bangunannya. Adapun jenis bangunan yang bisa mengaplikasikan bata lempung diantaranya adalah rumah murah, rumah mewah atau exclusive, kompleks perumahan bahkan bangunan komersil.

Bata lempung ini sangat supel sehingga dapat beradaptasi dengan rancangan arsitektur yang sederhana maupun yang rumit dan dapat diterpkan pada bangunan sederhana maupun mewah.

Bata lempung banyak berperan aktif pada bangunan sesuai dengan karakteristi bangunannya. Bata lempung ini juga merupakan material lokal yng relatif lebih murah daripada bata merah. Selain itu juga bata lempung juga merupakan materal bangunan struktural mautpun non struktural dan juga merupakan art material. Sehingga penerapan material ini memberi tantangan pada arsitek untuk mengoptimalkan pemakaian bata lempung

2.3.3 Penerapan material lumpur lapindo pada pusat penelitin di sidoarjoPusat penelitian lumpur lapindo sidoarjo berfungsi sebagai pusat penelitian kandungan lumpur lapindo. Fungsi bangunan ini merupakan bangunan yang mewadahi aktifitas metal working atau pembenahan mesin-mesin kerja. Konsep pada bangunan ini adalah konsep bangunan bentang panjang menggunakan struktur baja WF dan material lumpur lapindo yang merupakan material zero waste dengan konsep low cost dengan tersedianya material bangunan yang murah dan memperkuat sumber daya lokal karena penerapan lokalitas pada bangunan

2.4 Kerangka TeoriTujuanMaterial dari Limbah lumpur lapindo ini dapat diterapkan pada wisata edukasi lumpur lapindo sebagai material hemat energy.

Studi komparasi dan tinjauan penelitian sebelumnya. Penerapan blok porits pada bangunan percobaan Penerapan bata tanah liat sebagai dinding alternative Penerapan material lumpur lapindo pada wisata edukasiTeori tentang wisata edukasi Definisi wisata edukasi Ruang dan elemen-elemen pembentuk ruang pada wisata edukasiTeori tentang teknologi material material local, material hemat energy embodied material konsep hemat energy material limbah lumpur lapindo proses ragam material structural dan nonstrukturalRumusan MasalahBagaimana penerapan material local dari limbah lumpur lapindo sebagai material hemat energy dengan proses pemadatan dan pengeringan pada bangunan wisata edukasi lumpur lapindo?

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Metode Umum Identifikasi material dan proses untuk mengenali karakteristik material dipadukan dengan identifikasi mengenali karakter dan sifat bangunan sehingga dapat mengaplikasikan material limbah lumpur lapindo pada ruang luar dan ruang dalam pada bangunan wisata edukasi di kawasan semburan lumpur lapindo.3.2 Metode Perumusan Gagasan (merumuskan cara penyelesaian masalah)Pengembangan material limbah lumpur lapindo merupakan salah satu penyelesaian masalah dari banyakanya masalah akibat semburan lumpur panas lapindo. Ini dikarenakan pengembangan limbah lumpur lapindo sebagai material bangunan selain dapat mengurangi volume limbah lumpur lapindo diharapkan dapat menghidupkan kembali kawasan sekitar lumpur lapindo yang mati karena adanya fenomena semburan lumpur panas ini. Untuk limbah lumpur lapindo dikembangkan menjadi material bangunan sehingga nantinya diterapkan pada wisata edukasi ini. Material bangunan ini memiliki potensi sebagai material hemat energi, material ramah lingkungan dan material masa depan. Pengembangan material ini sudah tidak lagi menggunakan proses pembakaran namun dengan menggunakan proses pencetakan dan pengeringan sehingga material ini memang hemat energy dan dapat dikembangkan menjadi industri masyarakat disekitar kawasan bencana semburan lumpur lapindo.Wisata edukasi dipilih sebagai objek desain karena adanya rencana pengembangan kawasan semburan lumpur lapindo menjadi wisata edukasi yang fungsinya mewadahi, mengedukasi semua tentang lumpur lapindo sehingga lumpur lapindo yang saat ini menjadi bencana dapat bermanfaat bagi masyarakat.3.3 Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan literatur mengenai pengembangan material limbah lumpur lapindo sesuai dengan konsep material hemat energi.3.3.1 Data primerSurvei lapangan ke pusat semburan lumpur lapindo dan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk memperoleh data tentang volume dan jenis kandungan dari limbah lumpur lapindo serta memperoleh data kondisi tapak secara langsung di lokasi yakni di kawasan perencanaan pengembangan di desa pajarakan kedungcangkring dan Besuki.3.3.2 Data Sekunder1. Studi Literatur dan referensi 1) Proses produksi material limbah lumpur lapindo yang sesuai dengan material hemat energi.2) Memahami konsep material hemat energi.3) kekuatan material limbah lumpur lapindo 4) memahami konsep wisata edukasi sehingga material limbah lumpur lapindo dapat diaplikasikan ke bangunan wisata edukasi2. Studi Komparasi Studi komparasi dibutuhkan untuk 1) mendapatkan informasi objek desain yang telah terbangun mengenai pengaplikasian limbah lumpur lapindo untuk elemen-elemen bangunan pada ruang luar dan ruang dalam wisata edukasi dan cara pemasangannya.2) Mendapatkan wawasan tentang jenis material limbah lumpur lapindo yang memiliki variasi bentuk, warna, tekstur, dimensi, dan karakter bangunan.3. Peraturan Pemerintah Daerah1) Rencana pengembangan kawasan di sekitar semburan lumpur lapindo menurut Badan penanggulangan lumpur Sidoarjo (BPLS)2) RTRW, RDTRK, Tata guna lahan kabupaten sidoarjo

3.4 Metode pengolahan Data Pengolahan data dibagi dalam 2 bagian. Bagian pertama merupakan bagian desain arsitektur dan bagian kedua masuk dalam bidang sains bangunan yang fokus pada penerapan material limbah lumpur lapindo sebagai material hemat energi. Penerapan ini selain dalam rangka mengurangi volume limbah limpur lapindo juga dapat mengurangi penggunaan energi pada material bangunan. Prinsip yang digunakan dalam hal tersebut adalah prinsip arsitektur hemat energi pada material bangunan.Pengolahan data pada bidang sains dimulai dengan memahami pokok pemahaman dari arsitektur hemat energy terutama pada aspek material bangunan sehingga diperoleh parameter material hemat energi kemudian mengkontekstualkan dengan permasalahan lapangan. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan batasan tahap pengolahan limbah lumpur lapindo ini.Dalam ranah desain arsitektur fokus pada penerapan material limbah lumpur lapindo sebagai elemen pada ruang luar dan ruang dalam wisata edukasi. Pengolahan data pada elemen ruang dengan mengkonstektualkan pada ragam material limbah lumpur lapindo sehingga penerapan material limbah lumpur lapindo ini dapat diterapkan di area wisata edukasi ini.

3.5 Diagram alur Pengumpulan data

Sintesa 2Material limbah lumpur lapindo ini merupakan material hemat energi sesuai dengan kriteria atau parameterMaterial bangunanTujuan 2 : mengurangi volume limbah lumpur lapindo dengan menerapkannya pada wisata edukasiData Sekunder1. Literatur dan referensia. Proses produksib. Konsep hemat energi pada materialc. Kekuatan materiald. Konsep wisata edukasi2. Studi komparasi3. Peraturan pemerintah daerah Pengolahan dataData PrimerTentang volume dan kandungan limbah lumpur lapindo serta kondisi tapak perencanaan wisata edukasi

Desain arsitektural (wisata edukasi)Tujuan 1 : mengedukasi masyarakat tentang semua sisi lain dari lapindo

Penerapan material limabah lumpur lapindo pada wisata edukasi

Sintesa 1Penerapan material limbah lumpur lapindo ini disesuaikan dengan ragam material limbah lumpur lapindo yang terdiri dari bata, genteng, paving blok, grass blok dan lain-lain yang nantinya diterpakan di ruang dalam dan ruang luar wisata edukasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Baris Der petrossian, construction and environment improving energy efficiency, Building issue No2 Vol 10, 200. LHSC Lund University, Lund Sweden. 2001.2. Berge, Bjorn. The ecology of Building Materials. (Oxford: Architectural Press, 2000) Hal 73. Baird, Goerge, The energy embodied in buildings material, Newzeland 19974. Priatman, Jimmy, Arsitektur Hijau, Jakarta.20025. Ken Yeang, The Green Skyscrapers, Prester, Munich, London, Newyork.19996. Noerwasito, Totok, Blok Tanah Liat Material Lokal Sebagai Bahan bangunan dinding untuk bangunan sederhana kasus Blok porits dari lumpur lapindo Surabaya.20077. Riggasi, Vincent, Blocs de terre Comdrime Vol 1 Manuel de Production, cra-Terre eag, Grenoble, France. 19958. Widjojo, Sutopo Edi & Prabowo, Bhakti. Ilmu Bahan Bangunan, Jakarta : Depdikbud. 19759. Sorkin, Michael, A variation on Theme Park10. Soetomo, WATA (World Association of Travel Agent)11. Suroso, Rendra, edukasi natural dan arsitektur kognitif, Bandung Fe Institute, 200412. Lothar A kreck, Internasional tourism13. Noerwasito, Totok, ( 2001), Bata Lempung Bahan Bangunan Dinding Alternative, Dimensi Teknik Arsitektur Vol 29 No. 2. Desember 2001, Universitas Kristen Petra Surabaya.14. Hakim, Rustam, Komponen perancangan arsitektur lansekap-edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta.201215. Satwiko, Prasasto, Arsitektur Sadar Energi, Penerbit Andi, Yogyakarta.200516. Edward paul, 1972 :the encyclopedia of phyloshopy, vol 3 dan 4 Mac Millian Publishing hlm. 30817. www.andyrahmanarchitect.com/project