1
PENGEMBANGAN TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENINGAKATAN
PERTUMBUHANEKONOMI DAERAH
(Studi Kasus: Kabupaten Tuban Tahun 2011-2016)
M. Ashof Sulaiman
Ekonomi Pembangunan Universitas Trunojoyo Madura
Abstrak
Kabupaten Tuban merupakan kawasan strategi dalam pengembangan
wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang berupa perbatasan antara
segi enam emas Tuban-Lamongan-bojonegor dan kawasan perbatasan propinsi
Jawa Tengah- Jawa Timur melalui kerja sama RATUBANGNEGORO. Dengan
potensi daerah pariwisata,pertanian, industri pertambangan, hutan produksi,
perikanan dari potensi tersebut dapat mendongkrak perekonomian kabupaten
tuban. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi di kabupaten tuban tersebut tiap
tahunya mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 6,84 dan pada tahun 2016
mencapai 4,90 seiring dengan tinggiya potensi daerah yang belum dimanfaatkan
secara optimal, dari penurunan tersebut juga dipengaruhi dari pertumbuhan
persektor ekonomi yang dimiliki oleh kabupaten tuban. Dengan adanya hal
tersebut perlu adanya peningkatan dari tiap indikator permasalahan pertumbuhan
ekonomi kabupaten Tuban. Data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan
kuantitatif dari BPS maupun pada RJMD kabupaten Tuban tahun 2016-2021. Dan
mentode yang digunakan dalam penelitian pada diskriptif kuantitatif dengan
membandingkan dari indikator pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
daerah, Jawa Timur maupun Nasional dari tahun 2011-2016. Dan hasil penelitian
menunjukkan pertumbuhan ekonomi kabupaten tuban dapat dikatakan memiliki
tipologi daerah yang maju tapi tertekan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi,
sebab dalam PDRB perkapita tiap tahunnya mengalami peningkatan akan tetapi
dalam pertumbuhan ekonomi tiap tahunya mengalami penurunan. Stategi dalam
Pettumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tuban yaiatu mengunakan 2 prinsip
pembangunan ekonomi daerah yang dilakukan secara menyeluruh, 1).
pembangunan mengenai Ekonomi wilayah 2). pembangunan yang merumuskan
pada manajemen pembangunan daerah yang Pro-bisnis
Kata Kunci: Indikator Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Ekonomi, Tipologi Daerah
2
Pendahuluan
Dalam artian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan dalam suatu perekonomian. Kemajuan sutau
perekonomian di tentukan oleh besaranya pertumbuhan yang di tujukan oleh
perubahan output yang dihasilkan oleh suatau daerah atau negara. Dalam suatu
perkembangan ekonomi bisa dilihat dari 2 indikator yaitu pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan perkapita yang menjadi acuan suatu negara dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi.
Begitu juga Kabupaten tuban yang merupakan kawasan yang strategi
dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, kabupaten tuban yang terletak di
perbatasan antara segi enam emas, yang terdiri dari tuban-lamongan-bojonegoro
dan kawasan perbatasan propinsi jawa tengah-Jawa Timur melalui kerja sama
dengan RATUBANGNEGORO. Dengan potensi yang dimiliki oleh kabupaten
tuban dari segi pariwisata, pertanian,industri, pertambangan, hutan produksi dan
perikanan. Dengan banyak nya potensi tersebut dapat meningkatkan
perekonomian kabupaten tubah tiap tahunya. Akan tetapi dari segi pertumbuhan
ekonomi kabupaten tuban mengalami fluktuatif naik-turun seiring dengan
perkembangan ekonomi daerah tiap tahun nya yang dapat dilihat pada laju
pertumbuhan PDRB kabupaten tuban pada tahun 2010-2016.
Laju Pertumbuhan PDRB dan PDRB Per Kapita Tuban, Jawa Timur dan
Nasional berdasarkan Harga Konstan2010 (%), 2011 – 2016
No Tahun
Laju Pertumbuhan PDRB PDRB Per capita (Rp 000)
Kabupaten
Tuban
Jawa
Timur Indonesia Kabupaten tuban Propinsi Jawa Timur Indonesia
1. 2011 6.84 6,44 6,17 18.961,18 27.864,26 30.112,37
2. 2012 6.29 6,64 6,03 21.226,17 29.508,40 31.519,93
3. 2013 5.85 6,08 5,56 24.192,08 31.093,39 32.874,76
4. 2014 5,47 5,86 5.02 35,519.92 32.703,80 34.127,72
5. 2015 4,89 5,44 4,79 37,256.03 43.500,30 45.176,20
6. 2016 4,90 5.55 5.14
Sumber: BPS, Statistik Indonesia, BPS Jawa Timur, BPS Tuban, 2016
Berdasarkan pada data laju pertumbuhan PDRB tuban mengalami
penurunan pada tahun 2011-2015, dari tahun 2011 sekitar 6.84 persen akan tetapi
pada tahun 2015 mengalami penurunan mencapai 4.89. dengan adanya penurunan
tersebut menandakan kabupaten tuban masih belum optimal dalam memanfaatkan
3
potensi daerah yang tinggi, meskipun pada tahun 2016 meningkat hanya 1 digit,
mencapai 4,90. Dari adanya permasalahan tersebut juga dibandingkan pada
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional, pertumbuhan ekonomi
kabupaten tuban masih rendah. Begitu juga berdasarkan pada perbadingan PDRB
perkapita antara kabupaten tuban, Propinsi Jawa Timur dan Nasional pada tahun
2010-2015, kabupaten tuban masih kalah dengan PDRB perkapita baik dari
propinsi Jawa Timur maupun Nasional. Berdasarakan pada tahun 2015 PDRB
perkapita kabupaten tuban mencapai 41.810,67 dan propinsi Jawa Timur
mencapai 43.500,30 dan pada PDRB perkapita Nasional mencapai 45.176,20.
Dengan adanya hal tersebut PDRB perkapita kabupaten Tuban dikatakan masih
rendah, sebab dengan adanya data PDRB Jawa Timur Maupun Nasional menjadi
acuan dalam program pembangunan daerah yang bersifat hirarki.
Adanya penurunan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
tersebut juga dipengaruhi dari sektor-sektor unggulan yang dimiliki oleh
kabupaten tuban. Seperti pada sektor pertanian yang teknenal dengan dearah
agribisnis, berdasarkan pada (BPS kabupaten tuban tahun 2017) laju pertumbuhan
riil PDRB menunjukkan pertanian dari tahun 2012 sebesar 7.47 akan tetapi
sampai pada tahun 2016 sektor pertanian mengalami penurunan yang sebesar
3.76dan begitu juga pada sektor pertambagan dan penggalihan, pengadaan listrik,
perdagangan dan insustri pengolahan yang tiap tahunya mengalami penurunan,
dengan adanya hal tersebut perlu adanya peningkatan dalam pengelolaan potensi
daerah yang lebih baik lagi agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
kabuaten tuban pada tahun selanjutnya. Dari adanya penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pertumbuhan kabupaten tuban pada tahun 2011-2016 yang
masih mengalami permasalahan dalam mengembangkan ekonomi daerah, dan
bagaimana cara mengelolah potensi yang dimiliki oleh kabupaten tuban dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kajian teori
Dalam pembangunan ekonomi deerah di tujukan agar dapat menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dalam tolak ukur kerberhasilan ekonomi dapat
dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, semakin kecil ketimpangan
pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Kuncoro(2004).
Dalam mengukur Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan
keberhasilan suatu pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya
indikator keberhasilan pembangunan (Todaro, 2006). Ada tiga macam ukuran
untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan
output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output
digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh
adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan
4
output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya
saing wilayah tersebut (melalui pertumbuhan produktivitas). Sedangkan
pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan
kesejahteraan ekonomi.
Dari teori pembangunan daerah menurut Harold Domar (2010) pembangunan
ekonomi yang dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu mencapai
pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability).
1. Pertumbuhan (Growth), tujuan yang pertama adalah pertumbuhan
ditentukan sampai dimana kelangkaan sumberdaya dapat terjadi atas
sumberdaya manusia, peralatan, sumber daya alam dapat dialokasikan
secara maksimal dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan
produktif.
2. Pemerataan (equilty), dalam hal ini mempunyai implikasi dalam
pencapaian pada tujuan yang ketiga, sumberdaya dapat berkelanjutan
maka tidak boleh terfokus hanya pada satu daerah saja sehingga manfaat
yang diperoleh dari pertumbuhan dapat dinikmati semua pihak dengan
adanya pemerataan.
3. Berkelanjutan (sustainabilitiy), pembangunan daerah harus memenuhi
syarat-syarat bahwa penggunaan sumber daya baik yang di traskasikan
melalui sistem pasar maupun diluar sistem pasar harus tidak melampaui
kapasitas kemampuan produksi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita (boediono
1985) secara tradisional pembangunan ekonomi ini ditujukan untuk peningkatan
berkelanjutan pada produk domestik bruto/PDB atau produk domestik regional
bruto/ PDRB (Saragih 2003, kuncoro 2004). Namun demikian, dalam realita
pengunaannya indikator ini saja kurang mencerminkan makna pertumbuhan yang
sebenarnya. Sebagai alternatif yang digunakan pendapatan perkapita ( income per
capita). Indikator ini menentukan kemampuan suatu negara/daerah untuk
meningkatkan PDB/PDRB agar dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
Gambaran ini menunjukan bahwa terdapat kemungkinan daerah mengalami
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun tingkat pendapatan perkapitanya
rendah dikarenakan laju pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi.
Metode penelitian
Dalam teknik yang digunakan dalam penelitian ini peneliti menggunakan
jenis metode deskriptif kuantitatif dengan cara spesifikasi, siistematis, terancang
dan terstruktur dan banyak menggunakan angka pada saat pengumpulan data
hingga pada sat melakukan interpretasi hasil dengan menggunakan perbandingan
laju pertumbuhan ekonomi antar kabupaten maupaun Jawa Timur dan Nasional
5
dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.laju pertumbuhan riil PDRB, PDRB
perkapita, laju pertumbuhan PDRB dan Presentase kontribusi terhadap PDRB.
Menurut Sugiyono, (2012) dalam melakukan penelitian yang baik, maka harus
mendapatkan data yang valid dengan tujuan untuk ditemukan, dikembangkan dan
dibuktikan, sesuai dengan pengetahuan tertentudan mudah untuk dipahami dalam
penyelesain sebuah permasalahan dalam penelitian.
Metode yang digunakan yaitu data sekunder, dengan data yang digunakan
pada perbandingan data kabupaten tuban, Jawa Timur, Nasional yaitu pada data
laju pertumbuhan PDRB Tuban, Jawa Timur dan Nasional berdasarkan Harga
konstan tahun 2010-2016, dan PDRB Percapita dan laju pertumbuhan ekonomi
pada harga konstan seluruh kabupaten/kota dipropinsi jawa timur tahun 2014-
2016, PDRB per kapita kabupaten tuban, Jawa Timur dan indonesia tahun 2010-
2015, Presentase Kontribusi Terhadap Jumlah PDRB Atas Harga Konstan
Kabupaten/Kota Jawa Timur (Persen) 2014-2015.
Dalam mentukan struktur dan pola yang dikembangkan suatu
kabupaten/kota yaitu dapat dikatahui Dengan menggunakan dua indikator itu,
dapat dikembangkan 4(emapat) tipologi daerah untuk mengetahui gambaran pola
dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah (kuncoro 2004)
keempat tipologi daerah apakah daerah masih maju, tumbuh atau tertinggal maka
bisa dilihat sebagai berikut:
1. Daerah cepat maju dan tumbuh ( high growh and high income)
Adalah daerah yang memiliki tingkat ekonomi dan pendapatan perkapita
yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata kabupaten dan kota
2. Daerah maju dan tertekan (High Income But Low Growh)
Adalah daerah yang memiliki tingkat pendapatan perkapita lebih tinggi,
namun pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata-rata
kabupaten dan kota.
3. Daerah berkembang cepat (High Growh But Low Income)
Adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi, namun tingkat pendapatan perkapitanya masih lebih rendah
dibanding rata-rata kabupaten dan kota.
4. Daerah relatif tertinggal (low Growh Low Income)
Adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan rata-rata
pendpatan perkapita lebih rendah dibandingkan rata-rata kabupaten kota.
6
Empat tipologi daerah (sumber: kuncoro 2004)
Menurut Herry Darwanto 2016 dalam pembangunan ekonomi daerah
yaiatu memberikan solusi jangka panjang dan jangka pendek yaitu adanya isu
ekonomi daerah yang dihadapi, perlu mengkoreksi adanya kebijakan yang keliru,
pembangunan daerah merupakn pembangunan yang secara menyeluruh, 2 prisip
dalam pembangunan ekonomi daerah yang perlu diiperhatikan yaitu 1). mnegenai
ekonomi wilayah 2). merumuskan manajemen pembangunan daerah yang pro-
bisnis yaitu:
1. mengenai ekonomi wilayah
dalam isu-isu utama yang dikenali dalam pembangunan ini anatar lain:
a. perkembangan penduduk dan urbanisasi
b. sektor pertanian
c. sektor pariwisata
d. kualitas lingkungan
e. keterkaitan wilayah dan aglomerasi
2. manajemem pembangunan daerah yang Pro-bisnis
dalam pembangunan ini ada dua hal yang berperan dalam menciptakan
pembangunan yang pro-bisnis yaitu Pemerintah sebagai pengatur dan
memiliki wewenag dalam pengelolaan daerah dan pengusaha/stakeholder
yang memiliki ide dan segi pendanaan dalam pengembangan daerah.
prinsip manajemen pembangunan yang pro-bisnis antara lain:
a. menyedikan informasi kepada pengusaha
b. memberikan kepastian dan memberikan kebijakan
c. mendorong sektor jasa dan perdagangan
d. meningkatkan daya saing pengusaha daerah
e. membentuk ruang yang mendorong kegiatan ekonomi
7
Hasil Penelitian
Berdasarakan pada hasil pendahuluan diatas yaitu masih adanya
permasalah terhadap laju pertumbuhan PDRB Tuban yang tiap tahunya
mengalami penurunan, maka peneliti akan mengembangkan lagi pada 2 indikator
pertumbuhan ekonomi, pendapatan pekapita dan perubahan outup perpekerja tiap
sektor pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya adata tersebut peneliti
membandingkan dari pertumbuhan kabupaten tuban dari tahun 2012-2016 pada
laju pertumbuhan rill PDRB persektor.
Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Tuban (Persen), Persektor Pekerjaan
2012─2016
Lapangan Usaha /Industry 2012 2013 2014* 2015* 2016**
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/Agriculture, 7.47 5.20 3.67 4.35 3.76
Forestry and Fishing
B Pertambangan dan Penggalian/Mining and Quarrying 3.72 -0.29 13.33 6.71 4.67
C Industri Pengolahan /Manufacturing 6.07 8.05 3.72 5.56 4.20
D Pengadaan Listrik dan Gas /Electricity and Gas 10.94 5.09 6.99 0.81 1.03
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 5.35 7.20 2.23 2.68 3.99
Daur Ulang /Water supply, Sewerage, Waste
F Konstruksi /Construction 3.08 3.13 3.36 0.90 1.21
G
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.84 8.69 6.68 3.57 7.98
H Transportasi dan Pergudangan 9.90 10 68 12.50 8.91 9.17
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.16 6.93 9.51 9.18 9.05
J Informasi dan Komunikasi 10.76 2.95 8.95 8.79 9.16
K Jasa Keuangan dan Asuransi 12.07 12.97 7.64 7.30 7.05
L Real Estat /Real Estate Activities 9.12 8.27 9.77 7.99 8.22
M,N Jasa Perusahaan /Business Activities 6.41 7.71 9.95 8.72 7.27
O
Administrasi Pemerintahan, Pertaha
an dan Jaminan 1.90 1.59 0.33 4.28 6.53
P Jasa Pendidikan /Education 8.79 8.57 8.96 7.31 6.78
Q Jasa Kesehatan dan Kegia an Sosial 10.29 8.55 10.77 8.72 6.98
R,S,T,U Jasa lainnya /Other Services Activities 4.82 6.62 7.12 5.41 6.92
8
PDRB TANPA MIGAS /GRDP NON M IGAS 6.82 6.04 5.54 5.11 5.06
PDRB MIGAS GRDP M IGAS
6.29 5.85 5.47 4.89 4.90
Sumber: BPS Publikasi Kabupaten Tuban Tahun 2017
Berdasarkan data laju pertumbuhan rill persektor tersebut, kabanyakan
mengalami penurunan dari masing-masing tiap sektor, berdasarkan pada sektor
unggulan yang dimiliki oleh kabupaten tuban yaitu sektor pertanian dan perikanan
pada tahun 2012 yaitu mencapai pertumbuhan 7.47 persen, akan tetapi pada tahun
2016 laju pertumbuhan sektor pertanian dan perikanan hanya tumbuh mencapai
3.76. dan begitu juga pada sektor utama lainanya pada pengadaan listrik dan gas
dikabupaten tuban pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sekitar 10.94, akan
tetapi pertumbuhan pengadaan listrik dan gas tersebut tidak dibarengi pada tahun
2016 yang mengalami penurunan hanya mencapai 1.03 persen. Begitu juga pada
sektor utama lainya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dikabupaten
tuban, pada tahunnya sedikit mengalami penurunan. Dengan adanya hal tersebut
perlu adanya kebijakan yang baru dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada tahun selanjutnya, agar dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
persektor.
Peranan PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(persen)2012 - 2016
Lapangan Usaha/Industry 2011*2 2013 2014* 2015* 2016**
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 20.29 20.69 20.74 21.35 21.20
B Pertambangan dan Penggalian 8.77 8.35 9.37 9.12 9.10
C Industri Pengolahan/Manufacturing 29.19 29.14 28.52 28.36 27.51
D Pengadaan Listrik dan GAS 0.11 0.10 0.10 0.10 0.10
E Pengadaan ari, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
F Konstruksi/Construction 14.22 14.10 13.99 13.49 13.27
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Sepeda Motor 12.35 12.74 12.53 12.42 13.09
H Transportasi dan Pergudangan 0.48 0.51 0.56 0.61 0.67
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.76 0.78 0.83 0.89 0.94
J Informasi dan Komunikasi 4.84 4.50 4.34 4.33 4.50
K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.81 1 95 1.99 2.08 2.17
9
L Real Estat/Real Estate Activities 1.27 1 32 1.32 1.39 1.43
M,N Jasa Perusahaan/Business Activities 0.18 0.19 0.20 0.20 0.21
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Jaminan Sosial Wajib 2 59 2.46 2.23 2.22 2.29
P Jasa Pendidikan/Education 1.52 1.56 1.61 1.67 1.69
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.43 0.44 0.47 0.49 0.51
R,S,T,U Jasa lainnya 1.12 1.10 1.15 1.21 1.26
PDRB TANPA MIGAS /GRDP NON MIGAS 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
PDRB MIGAS GRDP MIGAS 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS Publikasi Kabupaten Tuban Tahun 2017
Berdasarkan pada PDRB perkapta dari tiap sektor yang dimiliki oleh
kabupaten tuban terdapat 5 sektor yang mengalami penurunan dan 12 sektor
mengalami peningkatan pada tahun 2011-2016. pada sektor yang mengalami
penurunan tersebut yaitu sektor industri pengelolaan, sektor sektor pengelolaan
listrik dan Gas, sektor sektor kontruksi, sektor infromasi dan komunikasi, sektor
administrasi pemerintahan, pertahanan jaminan sosial wajib. dari kelima sektor
tersebut masih mengalami permasalahan dalam peningkatan PDRB perkapita tiap
tahunnya. dan dari tingginya kontribusi dari PDRB perkapita kabupaten tuban
yaitu pada sektor indutri yaitu pada tahun 2016 sebesar 27,51 persen, akan tetapi
masih mengalami penerunan dari tiap tahunnya, dan sektor pertanian mencapai
21.20 persen dengan pertumbuhan dari tahun 2011-2016 mencapai 1,09 persen.
dari adanya hal tersebut dapat memberikan dampak terhadap perlambatan
terhadap pertumbuhan PRDB perkapita di kabupaten tuban.
PDRB Dan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Seluruh
Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Timur (Persen) 2014-2016
Kabupaten PDRB perkapita Laju Pertumbuhan PDRB
2014 2015 2016 2014 2015 2016
Bojonegoro 39.934.83 46,892.81 57,187.37 2.29 17.42 21.95
Tuban 35,519.92 37,256.03 39,081.76 5.47 4.89 4.90
Lamongan 21,099,94 22,316.88 23,623.79 6.30 5.77 5.86
Sumber: BPS Kabupaten Tuban dan BPS Jawa Timur tahun 2017
Berdasarakan pada data PDRB perkapita dan laju pertumbuhan PDRB
tahun 2014-2016 perbandingan antara kabupaten yang sekarisidenan, yaitu
kabupaten Bojonegoro, kabupaten Tuban, kabupaten Lamongan. Yaitu kabupaten
10
Bojonegoro yang paling tinggi baik dari laju PDRB perkapi maupun laju
pertumbuhan ekonomi yang dimiliki pada masing-masing kabupaten, dengan
adanya hal tersebut laju PDRB perkapita dan laju pertumbuhan PDRB kabupaten
tuban masih kalah dengan kabupaten bojonegoro dan kabupaten lamongan dari
segi laju pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya hal tersebut laju pertumbuhan
PDRB yang dimiliki oleh kabupaten tuban masih rendah di bandingkan ke-3
kabupaten.
Presentase Kontribusi Terhadap Jumlah PDRB Atas Harga Konstan
Kabupaten/Kota Jawa Timur (Persen) 2014-2015
Kabupaten Presentase kontribusi terhadap
jumlah PDRB
2014 2015 2016
Bojonegoro 3.27 2.86 2.98
Tuban 2.83 2.84 2.80
Lamongan 1.66 1.69 1.70
Sumber : BPS, Jawa Timur, 2017
Berdasarakan pada data presentase kontribusi masing-masing kabupaten
karisidenan tuban tersebut. Kontribusi yang paling tinggi terhadap Jumlah PDRB
kabupaten Bojonegoro memiliki kontribusi yang paling tinggi dalam
menyumbang PDRB kabupaten Bojonegoro, dapat dikatakan kontribusi
kabupaten tuban terhadap PDRB masih kalah dengan kabuapten bojonegoro.
Berdasarkan pada data Presentase kontribusi terhadap PDRB tahun 2016,
kabupaten bojonegoro mencapai 2,98 persen dan kabupaten tuban mencapai 2.80
persen dan kabupaten lamongan hanya mencapai 1.70 persen dengan adanya hal
tersebut kontribusi yang dimiliki kabupaten tuban terhadap PDRB kabupaten
masih rendah.
Berdasarkan teori menurut (kuncoro 2004) Dalam mentukan struktur dan
pola yang dikembangkan suatu kabupaten/kota yaitu dapat dikatahui Dengan
menggunakan dua indikator itu, dapat dikembangkan 4(empat) tipologo daerah
untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-
masing daerah. Berdasarakan pada tipologi yang dikembangkan oleh kabupaten
tuban yaitu kabupaten tuban berada pada nomer ke-2 yaitu daerah maju dan
tertekan (High Income But Low Growh) daerah yang memiliki tingkat pendapatan
perkapita lebih tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yanga lebih rendah
dibanding rata-rata kabupaten dan kota yang memiliki sidat karisidenan antara
kabupaten bojonegoro, kabupaten tuban dan kabupaten lamongan yang dapat
dilihat pada data PDRB Dan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Seluruh Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Timur (Persen) 2014-2016. Sebab
dalam data tersebut kabupaten tuban memiliki tingkat pendapaten perkapita yang
11
tiap tahun meningkat, meskpin kalah dengan kabupaten bojonegoro akan tetapi
masih tinggi dibandinkan dengan PDRB Perkapita dikabupaten lamongan. Dan
pada laju pertumbuhan ekonomi yang dimiliki oleh kabupaten masih rendah
dibandingkan dari kedua kabupaten bojonegoro maupun kabupaten lamongan.
Dengan adanya hal tersebut dapat dikatakan kabupaten tuban memiliki tipologi
daerah yang maju tapi tertekan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan pada purtumbuhan ekonomi dikabupaten tuban yang masih
rendah maka dalam peningkatan pembangun ekonomi tesebut menurut Herry
Darwanto, Dalam pembangunan ekeonomi tersebut memiliki 2 prinsip
pembangunan ekonomi daerah, mengentai:
1. Ekonomi wilayah
Peningkatan ekononomi dikabupaten tuban harus memperharikan 5
indikator pembangunan ekonomi
a. perkembangan penduduk dan urbanisasi yaitu semmaikin tingginya
jumlah tenga kerja yang dimiliki oleh kabupaten tuban maka akan
meningkatan pada arus perdagangan barang dan jasa
b. sektor pertanian, dalam sektor pertanian yang dimiliki kabupaten
tuban yaiatu masih menggunakan pada teknologi yang tradisional
dan belum adanya swasembada pada. oleh karena itu adanaya
peran pemerintah dan kelompok masyarakat dalam peningakatan
mengembangkan kedua sektor tersebut.
c. sektor pariwisata, dalam pengelolaan pariwisata dikabupaten tuban
yaitu kebnayakan masih dipegang oleh masyarakat setempat, oleh
karena itu dalam pengembangan pariwiasata yang ada dikabupaten
tuban masih belum bisa berkembang, dengan adanya hal tersebut
perlu adanya kebijakan pemerintah dalam pengelolaan pariwisata
yang dimiliki oleh kabupaten tuban.
d. kualitas lingkungan, yaitu menjdikan salah satu pendukung untuk
meningkatan pada sektor investasi daerah, khususnya dikabupaten
tuban yang masih terkenal asli, perlu diembangkan pada
pembangunan infrasturktur daerah.
e. keterkaiatan antar wilayah dan aglomerasi, peningkatan kualitas
jarungan trasnpoertasi perdagangan barang dan jasa dikabupaten
tuban.
2. manajemen pembangunan pro-bisnis
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dikabupaten tuban juga harus
memperhatikan pada pembangunan yang bersifat bisnis/ peranan
stakeholder sebagai penunjang dalam pembangunan daerah. yang
harus diperhatikan adalah:
a. penyediaan informasi kepada pengusaha, dalam peneingkatan
kerjasama terhadap stakeholder yaitu perlunya pengembangan
12
infromasi yang dimiliki oleh kabupaten tuban. agar investor akan
menanamkan modal di kabupaten tuban memiliki akses yang baik.
b. memberikan kepastian dan kebijakan, disini perna pemerintah yaitu
harus adanya perlakuan yang baik dan tidak akan merugikan pada
stekeholder yang menanam modal kabupaten tuban.
c. peningkatan pada sektor jasa dan perdagangan, yaitu dalam
pengolahan hasil alam yang dimiliki oleh kabupaten tuban sebelum
di ekspor, seharusnya pada penggunaan produk barang jadi, sebab
sebab memiliki income yang tinggi.
d. peningkatan daya saing pengusaha daerah melalui bantuan
terhadap pemerintah kabupaten tuban.
e. peningkatan lahan ekonomi yang dijadikan sebagai sumber
investasi daearah, melalui ekonomi kreatif.
Kesimpulan
Dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah salah satunya harus
mengetahu bagaimana indikator yang harus di perbaiki dan digunakan dalam
acuan pertumbuhan ekonomi, indikator tersebut adalah pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita maupun laju persektor PDRB. Berdasarkan pada potensi
alam yang dimiliki kabupaten tuban yaitu pada sektor pertanian dan perikanan,
sektor energi gas alam dan industri pengelolaan yang menjadi tumpuhan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten tuban, akan tetapi dalam data
persektor Rill PDRB kedua sektor tersebut megalami penurunan dalam kontribusi
Pertumbuhan PDRB kabupaten tuban pada tahun 2012-2016. Disamping itu juga
menjadi dampak dari laju pertumbuhan ekonomi kabupaten tuban yang pada
tahun 2011-2016 tiap tahunya mengalami penurunan. Akan tetapi dengan
penurunan laju pertumbuhan ekonomi tersebut masih dibarengi dengan
perkembangan PDRB perkapita kabupaten tuban yang tiap tahun nya mengalami
peningkatan meskipun belum terlalu tinggi yang pada tahun 2016 mencapai
39,081.76. Dengan adanya hal tersebut dapat dikatakan kabupaten tuban memiliki
tipologi daerah yang maju tapi tertekan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Sebab pertumbuhan ekonomi tiap tahunya mengalami penurunan akan tetapi
PDRB pendapatan perkapita mengalami peningkatan. dalam peningkatan
pembangunan ekonomi Kabupaten Tuban yaitu mengunakan 2 prinsip
pembangunan ekonomi daerah yang dilakukan secara menyeluruh, 1).
pembangunan mengenai Ekonomi wilayah 2). pembangunan yang merumuskan
pada manajemen pembangunan daerah yang Pro-bisnis.
13
Daftar Pustaka
Amin pujiati, 2015, “analisis pertumbuhan ekonomi dikarisidenan semarang era
desentralisasi fiskal” jurnal ekonomi pembangunan Universitas negeri
semarang.
BPS, Kabupaten Tuban, Tahun 2017, “PDRB Pendapatan Perkapita Kabuapten
Tuban Tahun 2010-2015”
BPS, Kabupaten Tuban Tahun 2017, “Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten
Tuban Tahun 2013-2016”
Perda Nomor 24 Tahun 2016 “Tentang Rencana Pembangunan Jangkan Menegah
Daerah Kab. Tuban 2016-2021”
BPS, Kabupaten Tuban, Tahun 2017, “Presentase Kontribusi Terhadap Jumlah
PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten/Kota Jawa Timur (Persen) 2014-
2016”
Kuncoro, Mudrajat. 2004. “Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi,
Perencanaan,Perencanaan, Strategi dan Peluang’. Penerbit Erlangga.
Priyo Hari Adi, 2005. “dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi (studi pada kabupaten dan kota se Jawa-bali). Jurnal interdispliner
kritis UKSW. Universitas kristen satya wacana.
Saragih, Juli Panglima. 2003. “Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi”.Penerbit Ghalia Indonesia.
Todaro, 2006. “indikator keberhasilan pembangunan”Penerbit Ghalia Indonesia
Top Related