PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS
ANAK USIA DINI
DISUSUN OLEH:
:stripped:
Di download dari : http://rental-sukses.blogspot.com
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS :stripped:
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel v
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Uraian Materi 1
B. Landasan 4
C. Tujuan dan Fungsi 6
BAB II. PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK 8
A. Hakikat Perkembangan Fisik Motorik Anak 8
B. Definisi Gerakan Motorik Halus 9
C. Perkembangan Motorik Kasar dan Perkembangan Motorik Halus 10
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 12
BAB III. ASPEK PERKEMBANGAN MOTORIK DAN KETERHUBUNGANNYA DENGAN ASPEK
FISIK
DAN INTELEKTUAL ANAK 25
A. Pendahuluan 25
B. Berbagai Pandangan Mengenai Perkembangan Motorik Anak 25
BAB IV. KARAKTERISTIK DAN PENGEMBANGAN GERAKAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK
USIA DINI 28
1. Tahap Perkembangan Anak Usia 0-12 bulan/Tahun Pertama 28
A. Pengantar 28
B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 0-12 bulan 30
C. Pengembangan Motorik Halus Usia 0-12 bulan 31
2. Tahap Perkembangan Anak Usia 1-2 tahun/Tahun Kedua 32
A. Pengantar 32
B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-2 tahun 33
C. Pengembangan Motorik Halus Usia 1-2 tahun 34
3. Tahap Perkembangan Anak usia 2-3 tahun/Tahun ketiga 35
A. Pengantar 35
B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak 2-3 tahun 36
C. Pengembangan Motorik Halus Usia 2-3 tahun 36
4. Tahap Perkembangan Anak Usia 3-4 tahun/Tahun Keempat 37
A. Pengantar 37
B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 tahun 38
C. Pengembangan Motorik Halus Usia 3-4 tahun 39
5. Tahap Perkembangan Anak Usia 4-6 tahun/Tahun Kelima 39
A. Pengantar 39
B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-6 tahun 42
C. Pengembangan Motorik Halus Usia 4-6 tahun 43
BAB V. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK 45
1. Lingkup Pengembangan Motorik Halus 45
2. Kurikulum Pengembangan Motorik Halus 47
3. Rancangan Program Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini 48
4. Pemilihan Metode 49
BAB VI. PENILAIAN PROGRAM PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK 53
A. Alat Penilaian dalam Pengembangan Fisik Motorik Anak 54
1. Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak di TK 54
a. Observasi 54
b. Catatan Anekdot 55
c. Portofolio 55
2. Prinsip-prinsip Penilaian 56
B. Contoh Rancangan Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak 56
C. Analisis 59
BAB VII. KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI 61
A. Perkembangan Motorik Halus dan Pemecahan Masalah Visuo-Motor 61
B. Tahapan Perkembangan Motorik Halus dan Pemecahan Masalah Visuo-Motor 62
C. Keterlambatan Perkembangan Motorik Halus 63
BAB VIII. Bermain Bagi Anak Upaya Tumbuh Kembang Optimal 65
A. Pengertian Bermain 65
B. Jenis Bermain 66
C. Manfaat Bermain 66
DAFTAR PUSTAKA 69
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 0-12 bulan 31
Tabel 2. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 12 bulan-2 tahun 34
Tabel 3. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 2-3 tahun 36
Tabel 4. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 3-4 tahun 39
Tabel 5. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 4-5 tahun 43
Tabel 6. Tabel Kurikulum Pengembangan Motorik Halus Anak 47
Tabel 7. Tabel Contoh Pengembangan Kegiatan Dalam Program
Pengembangan Motorik Halus Anak 50
Tabel 8. Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak
Melempar-Menangkap 57
Tabel 9. Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak
Meronce 57
Tabel 10. Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak
Pra-menulis 58
Tabel 11. Contoh Lembar Catatan Anekdot 60
BABI PENDAHULUAN
A. Uraian Materi
Pendidikan anak usia dini 0-8 tahun menurut Jamaris (2003) telah cukup lama menjadi perhatian
beberapa tokoh atau para ahli filsafat seperti Plato (427 - 347 B.C) dan Aristoteles (394 - 323 B.C). Plato
mengemukakan pendidikan yang paling tepat untuk mendidik anak adalah sebelum usia 6 tahun . Seorang
ahli pendidikan lainnya seperti John Amus Comenicus (1592 - 1672) dalam bukunya "The School of
Infant" menyatakan pendidikan anak telah berada dalam pangkuan ibunya. Comenicus berpendapat
pendidikan anak berlangsung sejalan dengan aktivitas bermain karena bermain adalah realisasi dari
pengembangan diri kehidupan anak. Sedangkan John Peztalozzi (1746 - 1827) berpendapat bahwa
pendidikan dimulai di rumah, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain.
Frederik Froebel (1792 - 1852), ahli pendidikan anak di Jerman menyimpulkan bahwa pendidikan
anak usia dini merupakan landasan terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya. Dan menurut Froebel
aktivitas bermain merupakan alat pendidikan yang menjadi pusat dari seluruh kegiatan anak. Maria
Montessori (1870 - 1953), ahli pendidikan anak dari Italia yang menekankan pentingnya masa peka yaitu
masa dimana anak telah siap melakukan berbagai kegiatan yang ia butuhkan dan merupakan factor yang
perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.
Menurut Husein dkk (2002), pembinaan dan pengembangan potensi anak bangsa dapat diupayakan
melalui pembangunan di berbagai bidang yang didukung oleh atmosfir masyarakat belajar. Anak usia dini
memiliki kedudukan sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki posisi dan
fungsi strategis dalam pembangunan manusia yang berkualitas terutama pembangunan pendidikan yang
menjadi bagian integral dalam pembangunan suatu bangsa, sehingga tanggung jawab pengembangan dan
pembinaan potensi anak yang seyogyanya dilakukan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat melalui
jalur pendidikan formal, nonformal dan/atau informal (UU Sisdiknas 2003 No. 26).
Pengembangan anak usia dini penting untuk diselenggarakan dalam membantu meletakkan dasar
pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta baik dalam keluarga maupun di
kelompok bermain, Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Taman Kanak-kanak sebelum memasuki
pendidikan dasar. . Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dalam masa ini anak usia dini berada pada usia kurun
waktu yang disebut masa peka yaitu saat anak untuk menerima rangsangan yang cukup baik, terarah, dan
di dorong ke tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian diharapkan kemampuan
dasar anak usia dini dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan benar. Menurut Konvensi Hak Anak
yang diakui secara internasional, pada dasarnya setiap anak memiliki hak yang sama seperti orang dewasa
lainnya untuk memperoleh perlakuan yang semestinya. Hak anak tersebut meliputi : 1) hak atas
kelangsungan hidup (survival), 2) hak untuk berkembang (development), 3) hak atas perlindungan
(protection), dan 4) hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat (participation).
Di Indonesia dewasa ini pengembangan dan pembinaan potensi anak usia dini tengah mendapatkan
perhatian serius dari sejumlah pihak khususnya dari pemerintah, karena disadari benar bahwa anak usia
dinilah yang akan menjadi penerus generasi yang akan datang. Untuk mewujudkan generasi yang unggul
dan tangguh serta mampu bersaing menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang diperlukan
upaya pengembangan dan pembinaan anak yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya.
Sebagaimana tertuang dalam hasil konferensi Genewa tahun 1997, aspek-aspek perkembangan yang perlu
diperhatikan pada anak usia dini yaitu kognitif, bahasa, sosial, moral, emosi dan kepribadian serta
keterampilan motorik. Agar semua aspek ini dapat berkembang dengan baik, maka diperlukan suatu
sistem pengembangan dan pembinaan anak usia dini yang berkualitas, salah satu komponen sistem
pengembangan tersebut adalah program pengembangan keterampilan motorik secara tepat dan terarah.
Seperti dikemukakan Husein dkk (2002) anak usia dini berada pada lima tahun pertama yang disebut
The Golden Years, masa ini merupakan masa emas perkembangan anak. Anak pada usia tersebut
memiliki potensi demikian besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk
perkembangan keterampilan motoriknya artinya perkembangan keterampilan motorik sebagai
perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan motorik dan kontrol motorik. Keterampilan motorik
anak usia dini tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik, kontrol motorik tidak
akan optimal tanpa kebugaran tubuh, kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik.
Anak usia dini yang berusia 2-6 tahun memiliki energi yang tinggi. Energi dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktifitas yang diperlukan dalam meningkatkan keterampilan fisik, baik yang
berkaitan dengan peningkatan keterampilan motorik kasar, seperti berlari, melompat,
bergantung, melempar bola atau menendangnya, maupun motorik halus seperti menggunakan jari-jari
untuk menyusun puzzle, memilih balok, dan menyusun menjadi bangunan tertentu.
Kegiatan fisik dan pelepasan energy dalam jumlah besar merupakan ciri aktifitas anak pada masa ini.
Hal ini disebabkan oleh energy yang dimiliki anak dalam jumlah yang besar tersebut memerlukan
penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik, baik kegiatan fisik yang berkaitan dengan motorik kasar
maupun gerakan motorik halus.
Selanjutnya program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini seringkali terabaikan atau
dilupakan oleh orang tua, pembimbing, atau bahkan guru sendiri. Hal ini dikarenakan mereka belum
memahami bahwa program pengembangan keterampilan motorik menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan anak usia dini. Bertitik tolak dari hal tersebut diatas dirasakan perlu dikembangkan
sebuah model program pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini, agar semua pihak yang
berkepentingan khususnya para pendidik dapat memahami dan mampu menerapkan pada anak didiknya.
Secara khusus model program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK), Guru Taman Kanak-
kanak , pembimbing atau pamong kelompok bermain, dan pengurus Tempat Penitipan Anak (TPA) usia
dini, serta orangtua dalam membina aspek: fisik, jasmani, sosial serta psikologis serta mengembangkan
potensi anak usia dini yang memiliki karakter unik untuk mencapai kematangan secara optimal agar dapat
menjadi manusia dewasa yang berkepribadian utuh di kemudian hari.
Terdapat sejumlah factor yang mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik pada anak usia
dini, antara lain keturunan, makanan bergizi, masa pralahir, perkembangan intelegensia, pola asuh atau
peran ibu, kesehatan, perbedaan budaya dan ekonomi sosial, perbedaan jenis kelamin, dan adanya
rangsangan dari lingkungan serta aktivitas jasmani (Husein dkk, 2002).
Berbagai manfaat dapat diperoleh anak usia dini ketika ia makin terampil menguasai keterampilan
motoriknya. Selain kondisi badan makin sehat karena bergerak, ia juga akan lebih mandiri dan percaya
diri. Selanjutnya menurut Semiawan (2002) anak usia dini yang dibimbing melalui program
pengembangan keterampilan motorik secara tepat biasanya diikuti dengan berkembangnya keterampilan-
keterampilan lainnya seperti keterampilan sosial yang positif (keterampilan kerjasama, disiplin, fairness).
B. Landasan
Bahan ajar tentang model program pengembangan motorik pada anak usia dini merupakan upaya
untuk memperkaya atau melengkapi ketersediaan bahan ajar yang telah ada khususnya tentang
pengembangan keterampilan motorik anak usia dini atau program aktivitas bermain/olahraga.
Pertimbangan pengembangan keterampilan motorik anak usia dini perlu mengacu pada landasan
berikut:
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis ialah dasar-dasar hukum yang ada atau peraturan yang berlaku di Indonesia dan
berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pendidikan/pembimbingan anak usia dini.
Landasan tersebut sesuai dengan hakekat pendidikan anak usia dini:
1. Pancasila dan UUD 1945
2. UU no. 29 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional tentang Pendidikan anak usia dini, dan
Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Nomor: 3390
3. PP Nomor 27 Tahun 1990 pasal 3 Tentang Pendidikan Prasekolah bertujuan untuk membantu
meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.
2. Landasan empiris
Kondisi di lapangan menunjukkan kecenderungan bahwa lembaga-lembaga formal serta masyarakat luas
telah memberi perhatian kepada pendidikan anak usia dini. Namun disatu pihak keadaan tersebut belum
terdukung oleh ketersediaan bahan ajar atau buku-buku yang memberikan bekal kebutuhan calon
pembimbing anak usia dini seperti para mahasiswa PGTK/PG PAUD dan guru TK yang berkaitan dengan
topic pengembangan keterampilan motorik anak usia dini masih dirasakan belum lengkap atau memadai,
yang berakibat pada proses perkuliahan menjadi kurang variatif. Selanjutnya harapan berbagai pihak agar
tersedianya buku-buku pendidikan anak usia dini khususnya terkait dengan pengembangan keterampilan
motorik yang dapat digunakan secara mudah dan ringkas serta memberikan kemungkinan untuk
pengembangannya dapat terimplementasi dengan baik sesuai dengan harapan pengguna.
3. Landasan Psikologis
Karakteristik psikologis manusia perlu dipertimbangkan secara menyeluruh dalam merancang
program pengembangan karena akan melibatkan manusia baik secara langsung maupun tidak. Kondisi
psikologis setiap individu berbeda karena perbedaan tahap perkembangan, latar belakang sosial budaya,
juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi inipun akan berbeda pula
bergantung pada konteks, peranan dan status individu diantara individu-individu yang lainnya. Interaksi
pembimbingan tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta
didik maupun kondisi pendidiknya.
Anak usia dini adalah individu yang sedang berada dalam masa atau proses perkembangan. Tugas
utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu perkembangan mereka secara optimal. Isi
pendidikan perlu disesuaikan dengan pola- pola perkembangan anak.
Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami individu sebagian besar terjadi karena proses
belajar, baik yang berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman,
penerapan maupun pemecahan masalah. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya menciptakan
berbagai kegiatan pembelajaran agar anak belajar seperti kegiatan belajar mana yang dapat memberikan
hasil secara optimal dan bagaimana proses pelaksanaannya yang mampu memberikan stimulasi tepat.
Oleh karena satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program pengembangan
keterampilan motorik anak usia dini adalah psikologi perkembangan anak usia dini.
4. Landasan Sosio-Antropologis
Landasan sosio-antropologis pendidikan mengacu pada seperangkat konsep sosiologis umum yang
menjadi sandaran atau dasar titik tolak dalam menyusun program pengembangan kegiatan yang
disarankan. Landasan sosio-antropologis merupakan aspek penting, karena kegiatan pendidikan sebagai
salah satu aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek kehidupan masyarakat pada
umumnya. Selanjutnya objek-objek sosial budaya yang terkait antara lain mencakup (1) organisasi sosial,
(2) kebudayaan, (3) sosialisasi, (4) tingkatan sosial, (5) perkumpulan-
perkumpulan, (6) penduduk dan ekologi. Objek-objek tersebut hendaknya menjadi pertimbangan bagi kita
dalam menyusun program pengembangan kegiatan pendidikan yang tidak lepas dari lingkungan sosial
budaya.
Lingkungan sosial budaya yang membantu terjadinya proses sosialisasi anak khususnya anak usia
dini adalah (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan sepermainan, (3) lingkungan sekolah.
5. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini
Mengacu pada pendekatan Developmentally Approriate Practice (DAP), pendidikan anak usia dini
bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (The whole child) agar kelak menjadi manusia
Indonesia seutuhnya melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, mendidik dan demokratis yang
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.
Setiap anak dipandang unik, meskipun pola perkembangan dan pertumbuhan anak sama, kecepatan
anak mencapai setiap tahap perkembangan berbeda-beda. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini perlu
memperhatikan kebutuhan anak baik dalam kelompok usia maupun kebutuhan sebagai individual.
Anak dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia. Pendidikan anak usia dini
memperkenalkan anak dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial agar
kelak dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Perkembangan setiap anak ditentukan oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Pendidikan anak
usia dini mengembangkan faktor genetis agar anak berkembang secara optimal melalui rancangan yang
menyesuaikan dengan ketentuan individunya dan memperhatikan bakatnya. Sedangkan faktor lingkungan
pendidik perlu merancang lingkungan belajar yang menarik, menyenangkan dan menantang. Anak usia
dini khususnya usia taman kanak-kanak belajar terbaik melalui interaksi dengan benda- benda konkrit
bermakna, teman sebaya, dan orang yang lebih dewasa.
C. Tujuan dan Fungsi
1. Tujuan model program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini. Tujuan model program
pengembangan keterampilan motorik anak usia dini meliputi pengembangan keterampilan motorik
kasar dan motorik halus.
a. Pengembangan keterampilan motorik kasar
1.mampu meningkatkan keterampilan gerak.
2.mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani.
3.mampu menanamkan sikap percaya diri.
4.mampu bekerjasama.
5.mampu berperilaku disiplin, jujur dan sportif.
b. Pengembangan keterampilan motorik halus
1. mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.
2. mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata.
3. mampu mengendalikan emosi.
2. Fungsi model program pengembangan keterampilan motorik halus anak usia dini. Setelah mengetahui
tujuan dari pengembangan keterampilan motorik, kita perlu mengetahui fungsi pengembangannya.
a. Fungsi model program pengembangan keterampilan motorik kasar
1. sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan kesehatan untuk anak usia
dini.
2. sebagai alat untuk membentuk, membangun dan memperkuat tubuh anak usia dini.
3. sebagai alat untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak usia dini.
4. sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosional.
5. sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosial.
6. sebagai alat untuk menambahkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.
b. Fungsi model program pengembangan keterampilan motorik halus
1. sebagai alat untuk mengembangkan ketrampilan gerak kedua tangan.
2. sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata.
3. sebagai alat untuk melatih penggunaan emosi.
BAB II
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK
A. Hakikat Perkembangan Fisik Motorik Anak
Perkembangan fisik motorik anak usia dini telah dimulai sejak lahir di dunia yaitu sejak anak
berumur 0 tahun. Semakin anak bertambah usianya, akan semakin banyak pula kemampuan motorik yang
dikuasainya. Apabila seorang anak tidak mampu melakukan keterampilan motorik sesuai dengan tingkat
perkembangan usianya, maka orang tua maupun pendidik (guru) dituntut untuk memastikan apakah anak
tersebut mengalami permasalahan atau hambatan dengan kemampuan motoriknya.
Perkembangan motorik anak berkaitan dengan pertumbuhan fisiknya, dimana dengan pertumbuhan fisik
yang optimal secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari- hari.
Secara langsung, pertumbuhan fisik akan menentukan keterampilannya dalam bergerak. Misalnya anak
berusia 4 tahun yang bentuk tubuhnya sesuai dengan usianya, maka ia akan dapat melakukan hal-hal yang
lazim dilakukan anak seusianya seperti bermain dan bergaul dengan lingkungan keluarga atau teman-
temannya. Apabila ia mengalami hambatan tertentu, seperti tubuhnya terlalu gemuk atau malas dan lemas
bergerak, maka anak akan mengalami kesulitan untuk mengikuti permainan yang dilakukan teman-teman
sepermainannya. Tentunya hal seperti ini dapat membuatnya mengalami kesulitan lain dalam aspek
kehidupannya, seperti aspek sosial emosionalnya. Sementara itu secara tidak langsung, pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan fisik dan motoriknya akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. Ini semua tercermin dari pola penyesuaian diri anak secara umum, misalnya jika
seorang anak kurang terampil menendang bola maka ia akan tersisih ketika sang anak diajak bermain
sepak bola oleh teman-temannya. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa keterampilan motorik itu
mencakup keterampilan gerak yang sangat perlu dikembangkan oleh anak guna kepentingan
perkembangan dirinya di usia selanjutnya.
Perkembangan motorik menurut Sujiono dkk (2007) adalah proses seorang anak belajar untuk
terampil menggerakkan anggota tubuhnya. Untuk itu, anak dapat belajar dari orang tua atau guru tentang
beberapa pola gerakan yang dapat mereka lakukan yang dapat melatih ketangkasan, kecepatan, kekuatan,
kelenturan, serta ketepatan koordinasi tangan dan mata. Mengembangkan kemampuan motorik sangat
diperlukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Steefel (dalam Sujiono, dkk, 2007),
membagi 3 keterampilan motorik anak, yaitu :
1. Keterampilan Lokomotorik, yaitu keterampilan untuk berlari, meloncat, meluncur.
2. Keterampilan non-lokomotorik, yaitu kemampuan untuk menggerakkan bagian tubuh dengan anak
diam di tempat, yang mengasah keterampilan anak untuk mengangkat, mendorong, melengkung,
berayun dan menarik.
3. Keterampilan menerima/menangkap benda atau menangkap dan melempar bola.
Namun secara umum, ada dua macam keterampilan motorik yaitu keterampilan motorik kasar dan
motorik halus. Pada mata kuliah ini akan secara khusus menyoroti perkembangan dan pengembangan
motorik halus pada anak usia dini.
B. Definisi Gerakan Motorik Halus
Sujiono, dkk (2007) mendefinisikan gerakan motorik halus sebagai kemampuan yang hanya
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak
terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
selain itu juga memerlukan kematangan mental anak dan kemampuan kognitif anak.
Gerakan motorik halus adalah gerakan-gerakan yang merupakan hasil koordinasi otot-otot halus yang
menuntut adanya kemampuan mengontrol gerakan-gerakan halus (Reber, 2001). Dibandingkan dengan
keterampilan motorik kasar, yang mengandalkan kekuatan untuk mengoordinasikan gerakan, pada
gerakan motorik halus ini anak dituntut untuk melakukan gerakan-gerakan kecil yang tidak hanya
mengandalkan kekuatan, tetapi juga membutuhkan keterampilan yang ada pada diri anak. Contoh dari
gerakan motorik halus adalah menggenggam, menjahit, meronce, meremas, menggambar, menulis dan
sebagainya.
C. Perkembangan Motorik Kasar dan Perkembangan Motorik Halus
1.Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat,
bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam
meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat
menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau
bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan
kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda,
balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus
dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan
jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir
sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok
menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara
sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun
koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan,
lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
3. Perkembangan Otak dan Susunan Syaraf Pusat
Perkembangan otak manusia yang sangat pesat terjadi pada masa prenatal dan beberapa bulan setelah
kelahiran pada masa sebelum kelahiran diperkirakan 250.000 sel-sel otak terbentuk setiap menit melalui
proses pembelahan sel yang disebut mitosis. Setelah lahir sebagian besar sel-sel otak yang berjumlah 100
milyar terbentuk secara matang perkembangan yang dimulai dari atas yaitu kepala dan berlanjut secara
teratur ke bagian bawah tubuh. Pada usia 4-5 tahun kepala anak hanya berukuran seperlima dari ukuran
tubuhnya dan pada usia 6 tahun kepada anak memiliki ukuran sepertujuh dari ukuran kepalanya. Pada
usia 6 tahun anak telah memiliki proporsi tubuh yang akan mewarnai proporsi tubuhnya di masa
dewasa. Secara normal bertambah tinggi badan selama masa kanak-kanak hanya sebanyak 2,5 inchi
setahun dan berat badan secara normal hanya bertambah 2,5-3,5 kilogram setahun.
4. Prinsip-prinsip Perkembangan Fisiologis Anak Usia Taman Kanak-kanak
Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik
kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik.
Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak
terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama perkembangan motorik
adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktek.
5. Kematangan Syaraf
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang dewasa. Syaraf-
syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya.
Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan
motorik mengalami prosesneurogical maturation. Pada anak usia 5 tahun syaraf-syaraf yang berfungsi
mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan
motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti
berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus
yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun
puzzle, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak
ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak
keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu
kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil
melompat dan mengendarai sepeda.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada
motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau
berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat
mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan
motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai
kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal.
Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan
tetapi perlu di dukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik
kasar dan motorik halus.
D. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Perkembangan berbeda dengan pertumbuhan tetapi saling terkait dalam proses perkembangan.
Pertumbuhan merupakan proses kuantitatif yang menunjukkan perubahan yang dapat diamati secara fisik.
Pertumbuhan dapat diamati melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar
kepala anak. Misalnya seorang anak kecil menjadi tinggi dan besar. Sedangkan perkembangan merupakan
proses kualitatif yang menunjukkan bertambahnya kemampuan (ketrampilan) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang beraturan dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
pematangan. Perkembangan berkaitan dengan aspek kemampuan motor, intelektual, sosial, emosional,
dan bahasa. Misalnya anak menjadi lebih cerdas atau lebih fasih berbicara.
A. Perkembangan Fisik
1. Teori pendukung perkembangan motor anak : teori kematangan (maturational theory)
Teori ini mengajarkan bahwa anak mempunyai waktu kematangan masing-masing. Pada saat anak telah
matang maka ia siap melakukan suatu hal yang baru.. Dari sudut pandang neurologis, kematangan sel
syaraf akan membuat anak siap melakukan hal- hal baru. Kematangan tidak perlu dipengaruhi oleh
latihan-latihan, tetapi memberikan pengalaman yang menyenangkan dan dengan cara yang tepat dapat
berpengaruh pada kematangan.
2. Perkembangan Fisik meliputi:
a. Perkembangan Motorik Kasar
Motorik kasar anak akan berkembang sesuai dengan usianya (age appropriateness). Orang dewasa tidak
perlu melakukan bantuan terhadap kekuatan otot besar anak. Jika anak telah matang, maka dengan
sendirinya anak akan melakukan gerakan yang sudah waktunya untuk dilakukan. Misalnya : seorang anak
usia 6 bulan belum siap duduk sendiri, maka orang dewasa tidak perlu memaksakan dia duduk di sebuah
kursi.
Tahapan motorik kasar untuk anak :
1) Merangkak
2) Berdiri
3) Memanjat
4) Berjalan
5) Berlari
6) Menendang
7) Menangkap
8) Melompat
9) Meluncur
10) Lompat tali
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendukung motorik kasar anak misalnya :
1) Berjalan dengan berbagai gerakan
2) Mencari jejak
3) Berjalan seperti binatang
4) Berjalan naik turun tangga
5) Berbaris, melangkah, berjinjit, berjalan seperti gerakan kuda lari
6) Berlari seperti pecutan kuda
7) Berjalan di tempat
8) Lompatan kanguru
9) Melompat dengan trampoline kecil
10) Melompat seperti katak
11) Berjalan dengan papan titian maju, mundur, ke samping, membawa benda.
12) Place two poles between 2 cahirs' backs and have children to duck
13) Pick up chips/put down chips. (mengambil barang-barang di lantai dan mengumpulkannya ke dalam
basket)
14) Membungkuk/mengumpulkan makanan
15) Bermain terowongan
16) Bermain kursi ditutup selimut
17) Menginjak alas dengan berbagai bahan seperti kartun /plastic bekas telur, kain perca, potongan gelas
aqua, sabut kelapa, dsb)
18) Melemparkan barang-barang ke mulut harimau )
19) Kursi bermusik
Bermain dengan aturan. Untuk 3 tahun ke atas.
Berdiri di lingkaran dan berputar dengan musik. Kursi diambil 1, jika music berhenti, masing-masing
harus mendapatkan 1 kursi.
Untuk anak toodler, boleh digunakan asai kursinya tidak diambil. Semua anak dapat kursi.
20) Hula hop, senam dan lagu.
21) Bermain outdoor
22) Menggulung/menendang/melempar/menangkap
b. Perkembangan motorik halus.
Motorik halus mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan jari-jarinya, khususnya ibu jari
dan jari telunjuk. Kemampuan motorik halus ada bermacam- macam, yaitu ;
1) Memegang (grasping)
a) Palmer grasping
Anak menggenggam sesuatu benda dengan menggunakan telapak tangannya.
Biasanya usia anak di bawah 1.5 tahun lebih cenderung menggunakan genggaman ini. Anak merasa lebih
mudah dan sederhana dengan memegang benda menggunakan telapak tangan. Kadang kita bisa
mengamati anak memungut kismis, tetapi kemudian sering diacak-acak memakai telapak tangan.
Karena motorik halus yang belum berkembang dengan baik, maka anak perlu mendapatkan alat-alat yang
lebih besar untuk melatih motorik halusnya. Jangan memberi crayon / kuas yang kecil pada anak usia 1,5-
2 tahun, tetapi gunakan yang lebih besar. Demikian pula jika memberikan piring, gunakan piring yang
lebih cekung dan sendok yang lebih panjang dan kecil, sehingga ketika anak mengambil sesuatu dari
piringnya, ada penahan pada dinding piring.
b) Pincer grasping
Perkembangan motorik halus yang semakin baik akan menolong anak untuk dapat memegang tidak
dengan telapak tangan, tetapi dapat menggunakan jari-jarinya. Ketika anak sedang makan, maka cara
memegang sendoknya pun akan lebih baik, menyerupai cara orang dewasa memegang.
1) Mencoret
Anak senang mencoret-coret (mark-makings) menggunakan beberapa alat tulis seperti crayon, spidol
kecil, spidol besar, pensil warna, kuas, dsb. Coretan ini akan makin bermakna seiring dengan
perkembangan kemampuan motorik halus dan kognisi anak.
c. Koordinasi tangan mata
Koordinasi mata tangan memiliki 2 aspek yaitu
1) Kemampuan menolong diri sendiri (self help skill)
Kemampuan untuk menolong diri sendiri misalnya :
mencuci tangan
menyisir rambut
menggosok gigi
memakai pakaian
makan dan minum sendiri, dsb
2) Kemampuan untuk pembelajaran
Koordinasi tangan dan mata anak dapat dilatih dengan banyak melakukan aktivitas misalnya :
membuka bungkus permen
membawa gelas berisi air tanpa tumpah
membawa bola di atas piring tanpa jatuh
mengupas buah
bermain playdough
meronce, menganyam, menjahit
melipat
menggunting
mewarna, menggambar dan menulis
menumpuk mainan, dsb
Setiap gerakan yang dilakukan anak akan melibatkan koordinasi tangan dan mata juga gerakan motorik
kasar dan halus. Makin banyak gerakan yang dilakukan anak, maka makin banyak pula koordinasi yang
diperlukannya. Karena itu, anak perlu mendapatkan banyak kegiatan yang menunjang motorik kasar dan
halus anak, yang tentunya dirancang dengan baik sesuai dengan usia perkembangan anak.
B. Perkembangan Sosial Emosional
1. Kelekatan Pra kelahiran
Lingkungan prenatal adalah fisiological environment.
Pengaruh psikologis selama kehamilan akan berpengaruh pada fisiological anak.
Sejak dari kandungan anak sudah memiliki ikatan emosional dengan ibunya.
Di dalam kandungan, ibu sudah memiliki rasa penerimaan terhadap bayi (physiological attachment).
Ikatan ini membuat bayi bisa bertahan selama berada di dalam kandungan ibu. Ketika bayi dilahirkan,
dengan pemotongan tali pusar yang menghubungkan bayi dan anak, maka kelekatan fisik (physical
attachment) menjadi terputus dan mulailah ikatan secara psikologis (psychological attachment) antara ibu
dan anak. Penelitian menemukan bahwa ikatan psikologis berperan bagi anak itu nantinya
untuk mempertahankan hidupnya di dunia ini.
2. Teori tentang kelekatan bayi:
a. Ethological Explanation (John Bowlby- 1969)
Teori ini percaya pada peranan pengasuh (ibu, nenek, bibi, dll), konsistensi, dan lingkungan. Pengasuh
yang sering bersama anak dapat membaca tanda-tanda / respon anak. Demikian juga lingkungan yang
konsisten akan membuat anak lebih dekat dengan orang-orang dan situasi yang selalu bersama anak.
Diperlukan objek lekat yang memenuhi kebutuhan psikologis anak.
Bowlby menjelaskan sejumlah kunci yang menunjukkan kelekatan anak pada orang dewasa :
1) Seorang anak dilahirkan dengan predisposisi untuk lekat pada pengasuhnya.
2) Seorang anak akan dapat mengatur perilakunya dan menjaga hubungan kelekatan dengan orang yang
dekat dengannya yang merupakan kunci kemampuan bertahan hidupnya secara fisik dan psikologis.
3) Perkembangan social sangat berhubungan dengan perkembangan kognisi.
Seorang bayi berusia 6 bulan ke atas bertemu dengan wanita selain ibunya, dia mulai bisa mengenali
bahwa dia bukan ibunya. Seorang bayi mengenali ibunya dengan menunjukkan senyum
4) Seorang anak akan memelihara hubungan dengan orang lain jika orang tersebut banyak menunjukkan
fungsinya yang bertanggungjawab pada diri anak itu.
5) Jika orangtua tidak mampu menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan anak, maka anak akan
mengalami hambatan dalam perkembangan emosi dan kemampuan berpikirnya.
6) Perilaku anak seperti tersenyum, memanggil, menangis, menggelayut menunjukkan perilaku kelekatan
pada orang yang ada di hati anak.
Lebih jauh, teori Eric Ericson (teori psikososial) mengemukakan kepercayaan dasar yang perlu dibangun
di dalam diri anak. Kasih sayang membuat anak lebih bisa bertahan hidup, karena itu kasih sayang
merupakan kebutuhan paling mendasar di dalam diri anak..
Harslow pernah melakukan percobaan dengan simpanse. Dalam penelitiannya ia memberikan simpanse
suatu makanan yang dibungkus dengan logam dan suatu benda (bukan makanan) yang dibungkus dengan
bulu-bulu. Ternyata simpanse memilih makanan yang dibungkus logam, tapi hanya sebentar, lalu pindah
ke makanan yang dibungkus bulu-bulu. Bayi sekalipun diberi makanan tetapi jika ibunya tidak
memberikan dengan rasa kasih sayang, mungkin saja anak tidak mau makan/minum. Jadi kebutuhan anak
yang utama adalah rasa nyaman. Apapun yang dibutuhkan anak seperti rasa lapar, haus, ganti popok, dll
akan terpenuhi jika rasa nyaman terlebih dahulu diperoleh anak itu.
Anak merasa lekat pada seseorang, hanya lewat perasaannya. Kadang di lembaga anak usia dini seorang
anak lekat pada guru yang satu, tetapi tidak pada guru yang lain. Atau mungkin pada pembantu yang
satu bukan yang lain. Mungkin saja seorang anak tidak mau sama sekali pada orang lain. Jika seseorang
dekat pada seorang anak, maka orang tersebut akan bisa membaca segala tanda dari anak. Baik saat bayi
tersenyum ataupun menangis. Misalnya : seorang bayi menangis, maka orang yang terdekat akan
mengetahui apakah tangis bayi itu tangis kelaparan, kedinginan, ketakutan, tidak nyaman, dsb. Orang
tersebut akan mudah mengenali tangis anak yang terdengar berbeda-beda, sehingga diapun merespon
dengan cara yang berbeda-beda. Dia sangat mengetahui bahwa jika tangisnya menunjukkan rasa lapar,
maka bayi tersebut langsung diam begitu mendengar sang ibu yang sedang membuatkan air minum dan ia
mendengar suara air termos dituang ke dalam botol. Ibu mungkin merespon tangis bayi anak yang
menunjukkan rasa tidak nyaman dengan menggendongnya, atau tangis karena mengompol dengan segera
mengganti popok si bayi, dll.
b. Psychoanalytic Explanation (Sigmund Freud)
Teori ini mengatakan bahwa kelekatan anak bukan pada sesuatu yang psikis,
tetapi lebih pada makanan. Anak terikat pada pengasuh karena makanan, karena kebutuhan rasa lapar
terpenuhi Saat lahir kebutuhan dasar yang harus dipenuhi adalah rasa lapar. Jadi dia tidak perduli siapa
yang memberikan makanan pada bayi, dia hanya perlu kebutuhan rasa lapar dan haus terpenuhi. Teori
Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan yang mendasar adalah makanan. Lihat di panti asuhan, mereka
merasa dekat dengan pengasuh yang sering memberi makanan kepada mereka. Bayi jika tidak diberi
makanan, dia akan mati. Bayi masih bisa merasa bertahan tanpa kasih sayang asai ada makanan.
Dengan adanya attachment anak dapat membangun hubungan dari simple to complex. Anak sudah tahu
cara bagaimana agar ia dapat didekati oleh orangtuanya. Jadi antara yang psychoanality dan ethological
bisa saling memahami. Freud memang hanya pada insting. Bowlby tidak hanya pada makanan, tetapi
lebih keseluruhan, termasuk attachment.
3. Anak mengetahui cara untuk menyesuaikan diri. Kemampuan ini dimiliki anak lebih baik daripada
orangtua.
Studi mengenai situasi yang asing oleh Mary Ainsworth (murid dari Joh Bowlby) mengatakan bahwa
anak memiliki beberapa kelekatan, yaitu :
a. Kelekatan yang nyaman (secure attachment)
1) Anak lebih baik dilatih untuk mengeksplor segala sesuatu sendiri, jika memungkinkan orangtua
menjauh, sehingga anak bisa melalukan segala sesuatu atas kemauan sendiri.
2) Kemandirian akan membuat anak lebih mudah memiliki kelekatan yang nyaman. Anak berada dalam
situasi yang beragam, kadang bisa mandiri kadang bisa bersama ibu, atau orang lain.
3) Anak perlu membangun rasa percaya pada orang lain dan lingkungannya.
4) Anak yang mendapatkan penghargaan dari orang-orang yang dicintainya, akan memberikan rasa
percaya diri pada anak itu.
5) Karakter yang terbangun pada masa usia dini seperti kemandirian, ketekunan, percaya diri, dll akan
berdampak pada hubungan yang baik di masa selanjutnya.
b. Kelekatan yang tidak nyaman (insecure attachment).
Anak bisa ditakut-takuti ibunya karena :ia percaya pada ibunya, juga karena dia tidak bisa membedakan
yang riil dan imajinasi, logika anak belum berjalan dengan baik.
Orangtua yang sering menunjukkan perilaku cemas dalam kehidupan sehari-harinya akan memicu anak
untuk mudah cemas pula. Orangtua yang berada dalam kondisi sosial yang rendah, hubungan dengan
orang lain yang sangat kurang, kurang dapat mengendalikan diri, mudah marah, dll akan mudah
terinternalisasi dalam diri anak. Orangtua juga sering menunjukkan sikap yang tidak konsisten pada anak
baik secara langsung maupun tidak langsung Perilaku-perilaku tersebut memicu rasa tidak nyaman bagi
anak.
Kelekatan tidak nyaman akan muncul ketika anak mengalami kecemasan pada beberapa hal berikut,
yaitu:
1) Kecemasan pada orang asing (stranger attachment)
Kecemasan pada orang asing (stranger anxiety ) adalah normal pada perkembangan social anak. Karena
itu orangtua perlu berhati-hati dalam memberikan anaknya pada orang lain. Selama dia asing bagi anak
itu, maka anak tidak akan pernah mau bersama orang itu. Kecemasan berpisah biasanya muncul setelah
anak mencapai usia tertentu, khususnya menjelang masuk ke sekolah.
Bagaimana cara agar anak bisa berangkat ke sekolah tanpa ditunggu orangtua dan merasa nyaman ? Yang
terpenting adalah membangun rasa percaya anak di lingkungan barunya. Beberapa masukan berikut ini
bisa dicoba, mungkin dapat membantu anak agar lebih berani ke sekolah : u Orangtua melakukan
orientasi lebih dulu terhadap sekolah itu, sehingga anak merasa mengenal sekolah itu dan tidak kaget.
Kalau perlu anak bermain bebas di sekolah itu selama beberapa waktu, sehingga anak tidak asing dengan
bangunan dan suasana sekolah, juga wajah orang-orang yang ada di sekolah termasuk para guru.
(i Setelah anak merasa kenal dengan lingkungan barunya, anak mulai dapat
dimasukkan ke sekolah, dengan pendampingan dari orangtua/pengasuh sampai anak merasa dekat
dengan para guru dan teman-teman di sekolah.
l)Secara berangsur, orangtua/pengasuh mulai menjauh dari anak, sampai akhirnya anak berani untuk
ditinggalkan di sekolah sendiri.
2) Menghindari orang lain (avoidant attachment)
Anak tampak selalu menghindari dari orang-orang yang tidak dekat dengan dirinya. Anak membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk bisa mempercayai orang sehingga dia bisa dekat dengan orang tersebut.
3) Kecemasan disorganisasi (disorganized attachment).
Disorganized attachment bisa terjadi ketika anak mendapatkan perlakuan yang berbeda dari orang- orang
di sekelilingnya, sehingga dia kesulitan untuk membedakan perilaku orang-orang di sekitarnya.
Misalnya : ada anak yang ragu-ragu dengan pengasuhnya, karena perilaku pembantunya ketika ada
orangtuanya baik, ketika tidak ada orangtuanya menjadi tidak baik.
Rasa percaya anak pada lingkungannya terpengaruh oleh kondisi anak saat masa bayi (0-18 bulan).
Menurut Erick Erickson, anak yang cenderung pada waktu bayi kurang mendapatkan perlindungan dan
kenyamanan dari orangtua dan lingkungannya, maka anak itu akan tumbuh dengan perasaan tidak percaya
pada sekelilingnya (mistrust).
C. Perkembangan Kognisi
1. Teori pendukung perkembangan kognisi anak dari Piaget.
Teori Perkembangan kognisi adalah teori yang mempelajari cara anak berpikir, memberikan alasan dan
merasakan dunianya.
Ada 4 tahap, yaitu :
a. Sensorimotor: 0-2 tahun
Disebut sensorimotor karena pembelajaran anak hanya melibatkan panca indra. Anak belajar untuk
mengetahui dunianya hanya mengandalkan indera yaitu melalui meraba, membau, melihat, mendengar,
dan merasakan. Ketika seorang bayi merangkak, mendekati mainan, maka yang ia lakukan adalah :
- melihat dengan penglihatan
- gerakan mainan itu
- memegang dan merabanya
- membau
- memasukkan ke mulut untuk merasakan.
Pada rentang usia ini anak terus menerus bergerak. Dengan bergerak dia menjelajahi lingkungannya dan
belajar hal-hal baru. Jika anak dilarang bergerak, maka kemampuan kognisinya tidak akan berkembang.
Sebagai contoh, kalau anak dihambat gerakannya dengan “baby-walker", atau digendong terus dengan
selendang, diikat dsb maka gerakan anak menjadi terbatas, padahal dia ingin bebas bergerak untuk
mengambil mainan. Proses anak itu mengambil mainan dan memainkannya merupakan proses kognisi.
Karena anak berada dalam masa sensorimotor, maka bagi anak usia 0-2 th bukan merupakan hal yang sia-
sia bermain dengan gerakan (sensorimotor) lewat meraba, membanting, menyentuh, dsb.. Jadi jelaslah,
bahwa perkembangan kognisi harus melewati perkembangan motor.
1) Tahap-tahap perkembangan sensorimotor:
Tahap 1: Refleks. Usia : lahir sampai 1 bulan
Kemampuan berpikir anak sangat sederhana, sekedar gerakan-
gerakan refleks saja.
Tahap 2 : Reaksi awal yang berulang-ulang . Usia : 1-4 bulan Anak mulai belajar menggunakan anggota
tubuhnya sendiri.
Dia belajar menggunakan anggota tubuhnya sendiri.
Disebut sebagai reaksi awal karena gerakannya berulang-ulang mengikuti pola berikut: aksi - berulang -
aksi Kegiatan yang berulang-ulang tersebut menjadi perkembangan kognisi awai.
Tahap 3 : Reaksi pengulangan kedua. Usia : 4-10 bulan Merupakan reaksi lanjutan dari tahap awal yang
melibatkan benda- benda lain di luar dirinya. Anak belajar secara kebetulan.
Contoh :
- Anak mengetuk-ngetuk mainan
-Anak menjatuhkan benda-benda berulang-ulang.
Anak senang melakukan hal itu, karena ia senang mendengar bunyinya, matanya mengikuti arah benda,
tanpa disadari belajar tentang gravitasi (bahwa benda kalau dilemparkan bisa jatuh).
Tahap 4 : Koordinasi skema lanjutan. Usia : 10-12 bulan Anak melakukan gerakan berulang-ulang
dengan suatu tujuan..
Contoh : Anak mengetuk-ngetuk benda.
Tahap 5 : Reaksi pengulangan ketiga. Usia : 12-18 bulan
Anak melakukan gerakan berulang-ulang, dengan menggunakan object-object yang baru, tetapi masih
menggunakan cara-cara
yang lama. Gerakan anak sudah menunjukkan level yang lebih tinggi.
Contoh : anak membuang-buang barang.
Tahap 6 : awal berpikir - fungsi simbolik. Usia : 18-24 bulan
Anak menemukan alat-alat baru melalui kombinasi mental. Dia dapat menggabungkan benda yang satu
dengan yang lainnya. Contoh :
- Anak mau mengambil sesuatu, lalu pakai alat lain
- Ibu berpura-pura tidur, anak memperhatikan, lalu suatu saat anak pura-pura tidur.
- Anak mau mengambil sesuatu di meja besar. Dia tidak bisa. Dia akan memukul-mukul meja dengan
kedua tangannya dengan harapan barang itu bergerak mendekati dia. Ternyata tidak bisa, lalu ia tarik
taplak, sedikit demi sedikit, akhirnya ditariknya seluruh taplak itu dan dia mendapatkan bendanya,
sementara benda lain di taplak itu ikut terjatuh.
Jadi lingkungan perlu mendukung anak untuk belajar. Ketika lingkungan mengekang anak, maka anak
tidak saja tidak berkembang secara fisik, tetapi juga secara kognitif. Karena itu Piaget berkata bahwa
perkembangan kognisi diawali dengan masa sensori motor. Gerakan pada masa sensorimotor merupakan
langkah awal agar pikiran anak berkembang.
2) Implikasi untuk masyarakat dalam memahami perkembangan anak usia sensorimotor adalah:
Tahap 1: memberi tahu orangtua yang memiliki anak usia 0-1 bulan, bahwa ada refleks-refleks tertentu.
Tahap 2 : memberitahu orangtua bahwa anak masih belajar dengan anggota badannya. Orangtua perlu
mengamati anak usia dini, dan tidak melarang ketika anak bermain dengan anggota badannya.
Tahap 3 : mendukung anak dengan alat-alat apapun yang ada dirumah untuk dimainkan, menjauhkan
benda-benda yang tajam dan runcing.
Tahap 4 : anak diberi kesempatan dengan memberikan lingkungan yang bersih dan nyaman, orangtua
terlibat aktif.
Tahap 5 : menghindarkan anak dari barang-barang yang berbahaya
Tahap 6; mendampingi anak bermain, memberikan alat-alat yang dapat dimainkan anak untuk bermain
peran.
b. Pra-operasional: 2-7 tahun
Pada masa ini dibagi 2 periode yaitu usia 2-4 tahun disebut masa prakonseptual, dan usia 4-7 tahun
sebagai masa intuitif.
Pada masa ini anak masih belajar menggunakan panca indranya, tetapi sudah bisa menggunakan bahasa
berupa kata-kata yang mewakili suatu benda yang tidak dapat dilihatnya.
Masa pra operasional merupakan masa keingintahuan. Anak selalu bertanya dan menyelidiki hal-hal
yang baru. Anak yang banyak bertanya menunjukkan bahwa anak itu sedang berpikir. Mereka selalu
ingin tahu dan ingin mencoba semua yang ada di lingkungannya. Cara berpikirnya masih egosentris,
artinya ia hanya memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, dan tidak menyadari bahwa
pandangan orang lain tidak sama dengan pandangannya. Dia hanya berpikir bahwa segala sesuatu yang
ada di dunia ini diciptakan untuk dirinya dan kenikmatannya. Dia belum dapat menggunakan alasan-
alasan logis, tetapi lebih banyak menggunakan alasan-alasan intuitif. Karena itu diapun akan berpikir
bahwa orang dewasa berpikir seperti dirinya. Contoh ; seorang anak melihat ibunya sedang menggoreng
di dapur, la senang mendengar bunyi ikan digoreng, asap yang keluar dari penggorengan, dan bau harum
yang dihasilkan dari proses menggoreng itu. Dia berpikir,"Wah, ibu sedang bermain masak- masakan".
Diapun ingin ikut-ikut membantu ibu memasak.
Pada masa ini anak sulit menerima alasan orang lain, dan cenderung memaksa orang untuk mengerti
dirinya. Tidak heran jika tidak mendapatkan yang diinginkannya, dia akan menangis, menggulung-gulung
di lantai, dsb. Orangtua akhirnya memberikan apa yang dikehendakinya, karena mungkin dia malu pada
orang lain. Solusi yang terbaik adalah mengabaikan saja, dan tetap konsisten dengan kesepakatan semula,
agar anak tidak memanfaatkan kelemahan orangtua sebagai senjata.
c. Operasional konkrit: 7 -11 tahun
Karakteristik dari perkembangan masa operasional konkrit adalah;
1) Anak mampu menunjukkan operasi mental, artinya anak bisa membuat sesuatu secara mental
2) Mampu berpikir kebalikan
Misalnya : anak ditakut-takuti "kalau tidak makan nanti ditangkap polisi". Anak bisa bilang,"mama dulu
yang akan ditangkap polisi".
3) Operasi dapat digunakan pada obyek-obyek yang ada.
4) Dapat mengelompokkan benda-benda sesuai dengan karakteristiknya.
5) Mampu berpikir konservasi
6) Dapat menghubungkan waktu dan tempat.
d. Operasional formal: 12 tahun ke atas
Karakteristik dari perkembangan masa operasional formal adalah :
1) Dapat memikirkan masa depan, abstrak dan hipotesis.
2) Dapat memberikan alasan yang mengandung kesimpulan
3) Dapat berpikir lebih luwes, logis dan sistematis
Anak pada usia ini dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu memahami kondisi orang
lain. Misalnya ; jika orangtua mengatakan tidak memiliki uang, dan perlu menunda pembelian sampai
jumlah uang cukup, maka anak bisa memahami..
2. Unsur-unsur kognisi
a. Asimilasi
Kemampuan anak untuk menyimpan informasi yang didapatnya dari lingkungannya ke dalam pikirannya.
Contoh : seorang anak mempunyai mainan putar-putar. Dia mencoba menyentuhnya. Dia melihat ada tali,
lalu tanpa sengaja ia menarik tali itu. Waktu ditarik ternyata berputar dan berbunyi.
b. Akomodasi
Semakin banyak anak memiliki pengalaman, semakin banyak pula anak akan berpikir.
Contoh : seorang bayi usia 8 bulan yang sudah bisa duduk tanpa sengaja mengambil mainan dan
menggelindingkannya. Benda tersebut bergerak. Bayi itu mengamatinya, dan dia belajar dengan
menyentuhnya, membanting, menggelindingkannya, demikian berulang-ulang.
Anak akan mengulangi apa yang pernah dipelajarinya kemarin pada hari ini, dan apa yang dipelajarinya
pada hari ini akan dipelajarinya lagi besok.
c. Adaptasi
Apa yang sudah menjadi pengetahuan anak akan mengalami perkembangan.
Dia sekarang tidak hanya menyentuh mainan saja, tapi langsung menarik.
Contoh : Suatu hari anak-anak diajak ke peternakan. Guru menerangkan tentang membedakan telur bagus
dan telur rusak. Guru memperagakan bagaimana menunjukkan kualitas telur sambil memberi penjelasan
kepada anak bahwa telur dikatakan bagus jika dipungut dengan jari lalu diangkat ternyata telur tidak
putus, tetapi menyambung seperti benang.. Minggu depannya anak-anak diajak ke peternakan lagi untuk
memecah telur, dan ternyata semua anak memecah telur dan melakukan gerakan seperti pengalaman guru
ketika menerangkan, yaitu memungut dan mengangkatnya ke atas. Itu artinya : pengalaman masa lalu
dibawa untuk belajar hari ini. Jika hari ini tidak diberi pengalaman baru, maka ia tidak akan belajar besok.
3. Implikasi dari teori perkembangan kognisi
a. Bagaimana anak belajar ?
1) Anak belajar harus menggunakan panca inderanya dengan menggunakan benda- benda konkrit.
2) Anak belajar dengan melakukan/mengalami langsung
3) Anak belajar sesuai dengan kecepatan dan minat masing-masing
4) Belajar lebih menekankan proses dari pada hasil akhir
b. Bagaimana guru mengajar ?
1) Guru memberikan pengalaman yang nyata.
2) Guru memberikan pengalaman sesuai dengan usia anak agar anak dapat mengeksplor dan
memanipulasi mainan dan lingkungannya.
3) Guru sebagai fasilitator memberikan pengalaman yang bervariasi dan bahan yang berbeda-beda
sehingga anak dapat melakukan permainan yang beragam.
BAB III
Aspek Perkembangan Motorik dan Keterhubungannya dengan Aspek Fisik dan Intelektual
Anak
I. PENDAHULUAN
Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat
bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini. Perkembangan anak adalah segala perubahan
yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif,
emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancytoddlerhood di usia 0-3
tahun, early childhood usia 3-6 tahun, dan middle childhood usia 6- 11 tahun). Masing-masing aspek
tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri. Pada usia 1 bulan, misalnya pada aspek motorik kasarnya,
anak sudah bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam
rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar
biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Perkembangan anak berlangsung
dalam proses yang holistic atau menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung
dalam kegiatan yang holistik. Demikian pun dalam kaitan dengan kecerdasan motorik anak, tentu saja
dipengaruhi oleh aspek perkembangan yang lainnya, terutama dengan kaitan fisik dan intelektual anak.
Dalam makalah ini akan coba di paparkan apa yang dimaksud dengan kecerdasan motorik, pentingnya
perkembangan motorik anak, bagaimana proses perkembangan motorik anak pada usia middle age atau
anak anak (3-5) tahun dan stimulasi apa saja yang bisa diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan
motorik anak usia 3-5 tahun.
II. Berbagai Pandangan Mengenai Perkembangan Motorik Anak
Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua
organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002)
mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang
sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi
perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya
pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi
tinggi, berat dan proposi.
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang
diungkapkan Petterson (1996)
During middle childhood, The body and brain undergo important growth changes, leading to better motor
coordinator, greater strength and more skilfull problem-solving. Health and nutrition play an important
part in these biological developments.
Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti usia sebelumnya.
Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maksimal dari pada usia sebelumnya.
The period of middle childhood, from age six to age twelve is, also remarkably free from desease.
The average child suffers fewer bouts of illness than during The years before school entry, and The
risk of death for a contemporary Australian or New Zealand child is lower than at any earlier or
later period during The life span. (Petterson, 1996)
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot,
otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari,
naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang
dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot
m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik
anak dibagi menjadi dua:
1. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.
2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong,
melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998;
Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002)
Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya
sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender
pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa
anak perempuan pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %-10 % lebih baik dari pada anak laki-
laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laki-laki
dari pada perempuan. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau
kematangan fisik anak, Motor development comes about through The unfolding of a genetic plan or
maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung
berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan
fisik anak.
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System
Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk
membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang
memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. misalnya ketika anak melihat mainan dengan
beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut
memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut,
anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
.....to develop motor skill, infants must perceive something in The environment that motivates
them to act and use their perceptions to fine-tune their movement. Motor skills represent solutions to The
infant's goal."
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka
dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari
banyak faktor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk
bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung
pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah
matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil
mainannya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun
berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa
kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang
lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring
dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang
baik berhubungan erat dengan self-esteem.
BAB IV
KARAKTERISTIK DAN PENGEMBANGAN
GERAKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA DINI
1. Tahap Perkembangan Anak Usia 0-12 bulan / tahun Pertama
A. Pengantar
Pada tahun pertama ini, khususnya ketika anak memasuki usia 3 bulan, anak akan mengalami masa
penyesuaian sebagai individu yang lebih bebas diluar "tubuh ibunya". Pada masa ini, seluruh organ tubuh
anak mengalami proses pematangan dan hal ini membutuhkan bantuan orang tua untuk membantu
anaknya mengembangkannya dalam menjalani proses tumbuh kembangnya dengan optimal. Selama
menjalani tahun pertama kehidupannya ini (usia 0-12 bulan) anak akan memulai proses dalam rangka
mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar yang merupakan penopang utama pertumbuhannya,
yaitu antara lain kemampuan fisik yang mencakup kesehatan, kekuatan otot tubuh, keterampilan motorik,
kemampuan kognisi dan keterampilan sosial emosional.
Pada masa bayi ini, anak tidak hanya menyesuaikan diri dengan lingkungannya tetapi juga harus
menyesuaikan diri dengan tubuhnya. Di masa yang sangat dini ini anak menyadari bahwa ia memiliki
organ-organ tubuh misalnya tangan. Kemudian ia akan belajar menggerakkan tangan itu sesuai dengan
keinginannya hingga akhirnya ia menemukan bahwa ia juga dapat melakukan banyak hal dengan
tangannya tersebut. Selain itu, pada masa ini pulalah anak belajar mengembangkan diri untuk
menyelaraskan gerakannya. Awainya dengan belajar mengangkat badan, menggerakkan tangan dan kaki
hingga memadukan gerakan-gerakan itu untuk membalikkan tubuhnya, yang mana hal ini merupakan
paduan antara kemampuan motorik kasar dan juga motorik halus anak. Sesungguhnya keterampilan
motorik kasar dan motorik halus harus berjalan secara simultan/berkesinambungan, namun pada
perkuliahan ini kita hanya akan secara spesifik membahas mengenai motorik halus anak saja.
Menurut Hurlock (1996) keterampilan motorik halus pada tahun pertama ini dapat berkembang secara
secara optimal jika memperhatikan 3 hal penting, yaitu :
1. Adanya kesempatan untuk berlatih
Orang tua diharapkan memberikan kesempatan pada bayi atau anaknya untuk berlatih mengembangkan
kemampuan motorik halusnya, sehingga perkembangan motorik halus anak akan semakin berkembang
secara optimal. Contohnya bila pada awainya seorang anak tidak dapat melakukan gerakan yang
bersamaan seperti meraih dan menggenggam secara sempurna, dengan berlatih yang berkesinambungan
maka lama-kelamaan anak akan mampu melakukan gerakan tersebut secara bersamaan.
2. Rangsangan untuk belajar
Orang tua diharapkan dapat menyediakan sarana untuk merangsang anak belajar mengembangkan
keterampilan motorik halusnya. Sarana yang harus disediakan orang tua tidak harus selalu berupa benda
yang mahal tetapi tetap harus memperhatikan tingkat keamanannya bagi sang anak, dan juga tidak harus
selalu mengeluarkan biaya, dimana disini orang tua dapat menggunakan kemampuan fisiknya sendiri
untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anaknya tsb, seperti memberi jarinya untuk
digenggam oleh anaknya, bertepuk tangan. dll.
3. Memberi contoh yang baik
Hal ini bertujuan untuk memberi contoh atau bimbingan yang benar kepada anak agar anak mampu
melakukan sesuatu juga secara benar dan mandiri (tanpa dibantu). Pada perkembangan anak usia dini ini
pemberian contoh ini dapat dilakukan berulang-ulang agar anak semakin menguasai kemampuan
motoriknya secara optimal.
B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 0-12 bulan
Adapun beberapa karakteristik perkembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah :
1. Menghisap jempol
2. Mencoba meraih sesuatu benda didekatnya
3. Mencoba menggenggam, membuka dan menutup telapak tangannya (bermain-main dengan
tangannya)
4. Memasukan benda-benda ke dalam mulutnya
5. Mengkoordinasikan kedua tangannya (tangan kanan dan kiri) misalnya memegang atau meraih benda
dengan kedua tangannya sekaligus.
6. Menggunakan jari untuk menjemput suatu benda dengan jarinya
7. Memindahkan benda dari tangan satu ketangan lainnya
8. Menahan barang yang dipegangnya
9. Memasukan dan mengeluarkan benda dari wadahnya
10. Membuka dan menutup suatu benda
Menurut Hurlock (1996) penggunaan tangan oleh bayi pada tahun pertama ini sebenarnya tidak
didominasi oleh penggunaan tangan manapun, baik tangan sebelah kanan atau kirinya, karena pada tahap
ini khususnya pada bulan-bulan pertama bagi bayi, penggunaan kedua tangannya ini sama baiknya, atau
sering disebut dengan Ambidextrous, dimana tidak ada tangan yang lebih disukai untuk digunakan.
Kebanyakan bayi akan menggunakan tangannya secara bergantian tergantung dari posisi orang/benda
yang ingin diraihnya. Bila benda yang ingin diraihnya lebih dekat dengan tangan kanannya maka tangan
inilah yang akan digunakannya, dan begitu pula sebaliknya.
C. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 0-12 bulan
Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 0 bulan - 12 bulan
Tujuan
Pengembanga
n
(potensi)
Media (Alat permainan) Prosedur (Tahapan Pemberian Stimulasi)
Motorik Halus a. Bola plastik/bola
kain yang lembut,
benda yang
berbunyi (spt. yang
bergemerincing)
Stimulator menyediakan bola plastik dengan berbagai macam
warna yang menarik dan meletakkannya di sekeliling badan bayi,
secara perlahan kemudian agak dijauhkan untuk merangsang
bayi agar mau mulai menjangkau atau menahan benda-benda tsb.
Bila anak berumur 6 bulan mulai ajarilah ia untuk melempar bola
yang digenggamnya.
b. Teeth play Stimulator menyediakan teeth play dengan warna yang menarik,
ringan dan mudah digenggam dan telah dihigieniskan yang kmd.
diberikan kepada anak yang mulai menunjukkan keinginannya
untuk memasukan benda kedalam mulutnya.
c. Boneka Stimulator menunjukkan boneka itu terlebih dahulu kepada bayi
kmd. meletakkannya di salah satu sisi bayi agar boneka itu
berusaha disentuh dan dipegangnya.
d. Alat-alat
konstruksi (spt. Balok,
segitiga, silinder) —» ±
usia anak 6 bulan
keatas
Taruh balok-balok yang ringan dan mempunyai warna yang
menarik bagi anak dan kmd. Taruh sekitar ± 150 cm dari tempat
dimana anak duduk dan bila anak tertarik maka ia akan segera
merangkak dan mendekati balok tsb dan berusaha untuk
meraihnya, menggenggam serta mengamatinya. Kmd bisa saja
stimulator menginstruksikan anak tsb untuk memasukan balok
tsb kedalam sebuah wadah yang telah
disediakan.
e. Buku/majalah Berikan buku/majalah pada saat anak
duduk dan biarkan anak membolak-
balik halaman buku/majalah
f. Puzzle Berikan pada anak puzzle satu keping,
ketika anak telah memegang kepingan
puzzle tsb, kmd ajarilah anak untuk
memasukan potongan puzzle tsb
kedalam bingkainya
g. Potongan- potongan balok
yang kecil (manik-
manik), biji-bijian,
makanan/snaek yang
mpy bentuk yg ditaruh
didalam mangkuk
Ketika anak dalam posisi duduk taruh
dihadapan anak potongan- potongan
balok yang berukuran kecil atau biji-
bijian atau snack yang ditaruh didalam
mangkuk, kmd. suruh/contohkan anak
untuk mengambil benda-benda tsb.
dengan jarinya (dgn cara menjimpit
benda- benda tsb.) —► Catatan:
Perhatikan tingkat keamanannya —*
jangan sampai benda-benda kecil yang
dapat berbahaya dapat masuk kedalam
mulut anak.
2.Tahap perkembangan usia 12 buian/1 tahun -2 tahun / Tahun Kedua
A.Pengantar
Berkaitan dengan tahap tumbuh kembangnya, keterampilan baru anak di tahun kedua ini adalah adanya
kemampuan anak untuk dapat berdiri sendiri, berjalan tanpa di bantu dan makan sendiri. Ia juga akan
mulai ingin melakukan berbagai hal sendiri, tanpa ingin dibantu oleh orang lain. Namun tingkah laku
anak pada tahun kedua ini juga tidak didominasi oleh tingkah laku yang spontan, tetapi tingkah laku yang
sudah mulai terkendali karena dalam beraktivitas anak telah menggunakan otot dan otaknya.
Keterampilan-keterampilan yang menjadi tongak baru tumbuh kembangnya ini akan turut mempengaruhi
tumbuh kembang motorik halusnya, kognitif dan juga semua aspek yang akan berkembang dalam dirinya.
Dari aspek perkembangan motoriknya, anak akan mengalami masa aktif yang bergerak kesana kemari
tanpa
mengenal rasa lelah. Anak juga senang mencorat-coret, belajar memegang benda - benda yang
membutuhkan koordinasi yang lebih banyak, misalnya belajar memegang krayon atau pensil warna.
belajar untuk melakukan kegiatan menolong diri sendiri, seperti, menyisir rambutnya, memakai sepatu
tanpa tali/ sandal, dst. Pada usia ini identitas anak juga sudah mulai muncul dimana anak mulai menyebut
dirinya sendiri dengan kata aku dan merasa senang jika namanya dipanggil.
B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 12 bulan/ 1-2 tahun
Adapun beberapa karakteristik perkembangan keterampilan motorik halus anak
pada usia ini adalah anak mampu:
1. Melakukan kegiatan dengan satu tangan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis dan menggambar
bentuk-bentuk sederhana ( ex. Menggambar lingkaran dan garis yang tidak beraturan)
2. Memegang pensil/krayon dengan belum sempurna (kadang memegang dengan kedua jarinya tetapi
kadang dengan menggunakan kelima jarinya)
3. Mengaduk sendok dalam gelas/cangkir
4. Mencoba makan sendiri atau membuka buka buku/majalah tanpa dibantu orang lain
5. Menggambar benang kusut
6. Menyusun balok (dua sampai tiga balok)
7. Menyisir rambut atau menyikat giginya
8. Melepas sepatu yang tidak bertali
9. Menggulung, menguleni, menekan dan menarik adonan atau tar,ah liat.
10. Menyobek kertas
11. Membuka atau menutup pintu/toples (model toples yang cara membukanya ditarik)
Semua kegiatan yang masuk dalam karakteristik perkembangan anak pada usia ini anak masih perlu
banyak bantuan dari orangtua atau guru.
C. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 12 bulan-2 tahun
Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah
sebagai berikut:
Tabel2
Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 12 bulan - 2 tahun
Tujuan
Pengembangan
(potensi)
Media (Alat
permainan)
Prosedur (Tahapan Pemberian Stimulasi)
Motorik Halus Gelas plastik
dan sendok
atau gelas
plastik dan
tutup gelas
Berikan anak gelas plastik dan sendoknya, biarkan anak
memainkannya diharapkan anak dapat bermain mengaduk
sendok didalam gelas atau meletakkan tutup gelas diatas gelas
Kertas Dan
krayon/pensil
Berikan anak kertas dan krayon d i hadapan anak, diharapkan
agar anak mau mengambil krayon dan mencorat-coret di kertas
tsb.
Pintu Dekatkan anak pada sebuah pintu yang gagang pintunya dapat
diraih anak, biarkan anak untuk mencoba membuka dan
menutup pintu tsb. (catatan ortu hrs diperhatikan agar anak
tidak terjepit pintu)
Kaleng bekas
dan kayu
pemukul
kecil/sendok
Contohkan cara memainkan permainan ini, yaitu dengan
memukulkan kayu pemukul kecil/sendok pada kaleng bekas,
kmd biarkan anak memukul kaleng bekas ini sesuka hati.
Puzzle Berikan puzzle sederhana dan biarkan anak untuk mencoba
menyusunnya secara acak dan b?ntu anak jika kelihatan anak
membutuhkan
Toples
plastik
Berikan anak sebuah toples plastik, biarkan ia mencoba untuk
mencoba membuka atau menutup toples tsb.
3. Tahap perkembangan usia 2 tabun -3 tahun / Tahun Ketiga
A. Pengantar
Pada saat anak memasuki usia 3 tahun, biasanya seorang anak akan semakin mandiri dan akan
semakin mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan usia ini anak mulai menyadari apa
yang ia rasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan apa yang belum dapat dilakukan. Selain itu
pada tahap usia ini keterampilan motorik anak juga semakin berkembang pesat, dimana anak akan senang
melakukan apa saja, termasuk menggunakan tubuhnya untuk melakukan aktivitas yang disukainya.
Terbatasnya tempat dan kesempatan bagi anak untuk bergerak dapat membuat anak tertinggal dalam
menguasai suatu keterampilan motorik. Hal ini dapat terjadi karena seringkali guru atau orangtua terlalu
membatasi ruang gerak anak dengan alasan keamanan, sehingga anak seringkali dilarang melakukan
kegiatan “trial dan error”, dimana hal ini tidak saja dapat menghambat perkembangan motoriknya tetapi
juga dapat menghambat perkembangan imajinasi dan kreativitas anak.
Pada usia ini, anak juga sudah mampu mengendalikan gerak motorik halusnya, hal ini disebabkan
karena perkembangan otot-ototnya kian sempurna. Kemampuan mengendalikan gerak inilah yang
membuat anak 2 tahun lebih (mendekati usia 3 tahun) tampak semakin senang menggambar,
menggunting ataupun bermain tangkap 'bola. Saat menggunakan gerakan motorik halusnya, anak pada
usia ini perlu adanya stimulus dari orangtua ataupun gurunya, hal ini dipicu karena gerakan motorik halus
ini merupakan gerakan yang meliputi gerakan-gerakan kecil yang menggunakan jari-jari tangan dan
pergelangan tangannya, dimana gerakan motorik halus ini terkadang lebih sulit dari pada gerakan motorik
kasar ketika dilakukan.
B.Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-3 tahun
Adapun beberapa karakteristik perkembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini anak
mampu:
1. Meronce/merangkai manik-manik
2. Melempar dan menangkap bola dari jarak pendek (± 15 cm) —» belum begitu terarah arah
lemparannya
3. Menggambar garis lurus vertikal
4. Membuka tutup botol dengan model botol yang memutar tutup botolnya
5. Menyusun balok tiga sampai lima balok
6. Menumpuk benda dari benda yang terkecil sampai yang terbesar
7. Mengancingkan dan memasang kancing baju
8. Mencuci dan mengelap tangannya sendiri
9. Makan sendiri
10. Membawa wadah yang ringan tanpa menjatuhkan isinya
C.Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 2-3 tahun
Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3
Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 2-3 tahun
Tujuan
Pengembangan
(potensi)
Media (alat
permainan)
Prosedur
(Tahapan Pemberian Stimulasi)
Motorik Halus Baju yang
berkancing
Pakaikan anak baju yang ada kancingnya, biarkan anak mencoba
untuk mengancingkan bajunya sendiri tanpa dibantu.
Toples plastik yang
berputar
Berikan anak sebuah toples plastik, biarkan ia mencoba untuk
mencoba membuka atau
menutup toples tsb.
Balok Berikan anak permainan balok, berikan contoh pada anak agar mereka
menyusun balok-balok tsb tanpa terjatuh (diharapkan anak bisa
menyusun 3 sampai 5 balok)
Manik-manik Berikan anak manik-manik dengan variasi lubang (dari yang agak kecil-
besar), biarkan anak mencoba meronce sesuai dengan keinginannya
Kertas gambar dengan pola
garis putus-putus dan pensil
Sediakan kertas yang sudah ada pola garis putus-putus, diharapkan anak
dapat menghubungkan garis satu dengan garis lainnya.
Gayung/baskom tempat air dan
lap/handuk tangan
Suruh sendiri anak untuk mencuci tangannya pada gayung atau baskom
yang telah diisi air dan mengelap tangannya pada handuk/lap tangan
yang telah disediakan
Makanan (spt.nasi) pada piring
plastik dan sendok
Suruh anak untuk makan makanan pada piring tsb. sendiri.
Mangkuk plastik yang diisi
snack
Suruh anak membawa mangkuk yang telah diisi snack dari suatu tempat
setempat lainnya (jaraknya jangan terlalu jauh)
4.Tahap perkembangan anak usia 3-4 tahun (Tahun keempat)
A.Pengantar
Anak pada tahap perkembangan usia ini akan semakin terampil dalam menguasai berbagai keterampilan
seperti keterampilan motorik, sosial- emosional dan juga bahasanya. Pada perkembangan motorik
halusnya anak sudah mampu untuk memegang benda-benda, seperti gelas atau pensil, dan ia sudah mulai
mahir membuat coretan-coretan. Oleh karena itu anak pada tingkat perkembangan ini memerlukan lebih
banyak kesempatan untuk melatih
keterampilannya, sehingga seperti telah diuraikan diatas sebaiknya guru atau orang tua memberikan anak
untuk bereksplorasi, biarkan anak melakukan “trial and error” , dengan kegiatan yang dilakukannya.
Penguasaan motorik halus anak sama pentingnya dengan penguasaan motorik kasarnya, dan dalam
penguasaan motorik halus ini, diperlukan kematangan mental anak. Contohnya keterampilan anak dalam
membuat gambar. Selain diperlukan keterampilan motorik halus, yakni pergelangan dan jari-jari tangan,
juga diperlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya sebuah gambar. Untuk
menggambar lingkaran misalnya, anak perlu untuk memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum
menerjemahkannya dalam bentuk gambar.
B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 tahun Adapun beberapa karakteristik
perkembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini anak mampu:
1. Meremas kertas
2. Memakai dan membuka baju dan sepatu sendiri
3. Menggambar garis vertikal dan horisontal serta lingkaran
4. menyusun menara empat sampai tujuh balok
5. Melempar dan menangkap bola dengan lebih terarah (jarak lempar sudah agak jauh)
6. Menggunting kertas dengan bentuk-bentuk sederhana namun terkadang hasilnya belum teratur
7. Mewarnai gambar
8. Mengkoordinasikan tangannya secara selaras dengan musik untuk menari
C.Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 3 — 4 tahun
Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak
pada usia ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 3-4 tahun
Tujuan
Pengembangan
(potensi)
Media (Alat
permainan)
Prosedur (Tahapan Pemberian Stimulasi)
Motorik Halus Kertas bekas Beri anak selembar kertas bekas, kemudian suruh anak untuk
meremas kertas tersebut
Pakaian
berkancing dan
sepatu yang bertali
Sediakan beberapa pakaian dan sepatu kemudian suruh anak mencoba
memakai dan melepas pakaian dan sepatu tsb.
Kertas dan pensil Beri anak kertas yang berisi bergaris putus-putus yang berpola
lingkaran dan garis silang , kmd suruh anak dengan menggunakan
pensil untuk menghubungkan garis putus-putus tsb. menjadi sebuah
gambar lingkaran dan garis silang
Balok kayu Sediakan balok kayu yang berwarna menarik dengan jumlah balok 10
buah, kmd. Suruh anak menyusun balok-balok itu secara vertikal,
diharapkan anak pada usia ini sudah mampu menyusun balok
sebanyak 5-7 balok.
Radio tape Perdengarkan anak suara musik, contohkan anak beberapa gerakan
tangan yang sederhana, diharapkan anak dapat mengikuti gerakan-
gerakan yang dicontohkan tsb.
5.Tahap perkembangan usia 4-6 tahun (tahun kelima)
A. Pengantar
Usia 4 sampai 5 tahun merupakan tahapan usia yang biasa digolongkan sebagai usia prasekolah, karena
pada masa ini sebagian besar anak-anak sudah mengikuti
pendidikan ‘formal” seperti di kelompok bermain, Taman Kanak-kanak ataupun sanggar-sanggar kreatif
yang disediakan untuk anak. Pada saat ini anak sudah dianggap mampu untuk mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan baik secara fisik maupun mental. Namun hampir seluruh kegiatan dalam dunia prasekolah
ini melibatkan unsur bermain. Melalui kegiatan bermain, mereka dapat mempelajari banyak hal dan dapat
semakin mengasah keterampilan motorik mereka.
Masalah perkembangan yang menyangkut perkembangan motorik anak usia ini tidaklah sebanyak
yang dialami anak di usia sebelumnya, dimana keterampilan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas
melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan
motorik anak (baik kasar atau halus) berhubungan erat dengan kegiatan bermain yang merupakan
aktivitas utama anak prasekolah ini. Semakin kuat dan terampilnya gerak seorang anak, akan
membuatnya senang bermain dan tak lelah menggerakkan seluruh anggota tubuhnya saat bermain.
Pergerakan anggota tubuh anak saat bermain ini juga akan mempunyai banyak manfaat untuk
perkembangan dalam hidup anak seperti perkembangan dalam aspek kognitif, sosial - emosional dan juga
dalam aspek kesehatan jasmani. Jika anak banyak bergerak maka anak akan terampil menguasai gerakan-
gerakan motoriknya. Selain kondisi anak yang semakin sehat, anak juga akan menjadi lebih percaya diri
dan mandiri. Anak menjadi semakin yakin dalam mengerjakan segala kegiatan karena ia tahu akan
kemampuan fisiknya. Perkembangan lainnya yang berhubungan dengan kemampuan motorik anak adalah
anak akan semakin cepat bereaksi, mengkoordinasikan gerak mata dan tangan dan ia juga akan semakin
tangkas dalam bergerak.
Dalam buku Balita dan Masalah Perkembangannya (2001) dan Hurlock (1996), secara umum ada 3
tahap perkembangan keterampilan motorik pada anak-anak usia
ini, yaitu tahap kognitif, asosiatif dan autonomous. Pada tahap kognitif, anak akan berusaha memahami
keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Pada
tahapan ini, kesadaran mental anak berusaha mengembang strategi tertentu untuk mengingat gerakan
serupa yang pernah dilakukan di masa lalu.
Pada tahap asosiatif, anak banyak belajar dengan cara “trial and error” , dan ketika ia membuat suatu
kesalahan pada penampilan atau gerakan dan ia mengetahui dimana letak kesalahannya maka ia akan
membuat suatu koreksi/perbaikan, agar kelak kemudian hari ia tidak membuat kesalahan lagi. Tahap ini
merupakan tahap perubahan strategi dari tahap sebelumnya, yaitu dari tahap "apa yang harus dilakukan”
ke “bagaimana cara melakukannya ”.
Pada tahap autonomous , gerakan yang ditampilkan anak merupakan sebuah respon yang lebih
sempurna dari sebuah stimulus dengan lebih sedikit kesalahan yang dibuat. Di sini anak sudah mampu
melakukan suatu gerakan dengan secara otomatis.
Melihat tahapan-tahapan di atas, apakah itu berarti dengan melatih gerakan yang diinginkan dapat
membuat seorang anak menguasai gerakan tersebut? Jawabannya adalah tidak selalu. Pada anak-anak
tertentu latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab, ada anak yang
memiliki masalah pada susunan sarafnya, sehingga dapat menghambatnya melakukan keterampilan
motorik tertentu. Selain itu, banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak,
termasuk faktor genetik, kekurangan gizi, pola asuh dan perbedaan latar belakang budaya. Rendahnya
berat badan saat lahir dan adanya malnutrisi juga dapat menghambat keterampilan motorik tertentu anak.
10. Mengoleskan mentega
11. Mengikat tali sepatu dengan sedikit bantuan
12. Membangun menara dari balok yang terdiri dari 9-12 balok
13. Menulis angka dan huruf kapital
14. Menulis nama panggilannya
15. Menggambar orang (dengan bentuk gambar yang sederhana, misal hanya gambar kepala, badan
dengan kaki dan tangan seperti lidi)
16. Menggambar dengan tema gambar yang sederhana (misal gambar pemandangan alam)
17. Menjiplak gambar lingkaran dan bujur sangkar
18. Menggunting gambar dengan rapi
19. Makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu
20. Membuka dan menutup retsleting
21. Menggunakan klip untuk menyatukan 2 kertas
22. Meraut pensil
23. Menganyam kertas
24. Menjahit dengan pola jahitan yang sederhana
C.Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 4 — 6 tahun
Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 5
Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia 4-5 tahun
Tujuan
Pengembangan
(potensi)
Media (Alat permainan) Prosedur
(Tahapan Pemberian Stimulasi)
Motorik Halus Kertas dan Pensil Berikan anak kertas putih dan pensil, kmd. suruh anak
untuk menggambar orang atau pemandangan alam
Gambar berpola yang telah
dipotong-potong, lem kertas,
kertas untuk menempel
Berikan anak beberapa pola gambar yang telah
dipotong- potong kmd. suruh anak untuk menempel
gambar-gambar tsb. pada kertas putih.
Jarum, benang / tali sepatu dan
kain
Sediakan anak jarum tangan, benang/tali sepatu dan kain dan kmd. Suruh
anak untuk menjahitkan benang pada kain secara sederhana/dgn pola
yang sederhana.
Buku bergambar dan pensil
wama/krayon/spidol
Sediakan buku bergambar yang belum ada warnanya, kmd. suruh anak
untuk mewarnai buku tsb. dengan rapi.
Kertas bergambar dengan pola
garis putus-putus
Sediakan kertas bergambar dengan pola garis putus-putus lurus,
melengkung dan miring, dan kmd. diharapkan anak dapat menarik garis
sesuai dengan pola garisnya
Kertas warna, kertas
bergambar dan lem
Sediakan potongan kertas warna, kertas bergambar yang telah diwarnai
sesuai dengan potongan kertas yang telah disediakan, kmd. suruh anak
untuk menempelkan potongan kertas warna pada kertas bergambar yang
telah diwarnai tsb. yang disesuaikan dengan warnanya.
Sepatu bertali Sediakan sepatu bertali, diharapkan dapat memasang sepatunya lalu
menalikan dan melepaskan tali sepatunya dengan sedikit bantuan/tar.pa
bantuan sama sekali
Gunting dan kertas gambar
yang berpola
Beri anak gunting dan kertas gambar yang berpola, kmd. suruh anak
untuk menggunting gambar dengan rapi mengikuti pola gambar yang
tersedia.
Potongan-potongan kertas
untuk menganyam dan media
anyamannya
Sediakan Potongan-potongan kertas untuk menganyam dan media
anyamannya, kmd. suruh anak menganyam sesuai pola yang telah
dicontohkan
BAB V
RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK
Setiap gerakan anak sebenarnya melibatkan 3 unsur penting yaitu otot, otak dan syaraf. Jika salah
satu dari ketiga unsur tersebut tidak berfungsi dengan baik maka gerakan yang dihasilkan juga tidak akan
bermakna atau tidak terjadi gerakan sama sekali. Berdasarkan unsur otot yang dilibatkan saat bergerak
maka secara umum, pengembangan fisik motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik
halus.
1. Lingkup Pengembangan Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot kecil misalnya otot jari
tangan, otot muka dan lain-lain. Gerakan motorik halus, terutama yang melibatkan otot jari dan otot
tangan, biasanya menimbulkan kecermatan yang tinggi, ketekunan, dan koordinasi antara mata dan otot
kecil. Beberapa gerakan yang dapat dimasukkan dalam gerakan motorik halus misalnya menggunting,
merobek, menggambar, menulis, melipat, meronce, menjahit, meremas, menggenggam, menyusun balok,
mengiris, melotot, tertawa.
Khusus untuk TK, pengembangan kegiatan motorik halus akan lebih diarahkan pada latihan otot
tangan dan jari. Keterampilan ini digunakan untuk makan, berpakaian, menulis, menggunting, dan
menggunakan alat bermain konstruktif. Sama halnya dengan keterampilan motorik kasar, gerakan
motorik halus pun akan berkembang sesuai dengan usia anak. Salah satunya adalah tahap perkembangan
menulis dan mencoret anak, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Sribbling Stage
Merupakan tahap mencoret atau membuat goresan
2. Kurikulum Pengembangan Motorik Halus Anak
Berikut ini akan diuraikan contoh pembuatan kurikulum pengembangan motorik halus anak sesuai
dengan kurikulum tahun 2004 (Sujiono, 2007) :
Tabel 6
Tabel Kurikulum Pengembangan Motorik Halus Anak
No. Hasil Belajar Kelompok TK - A Usia 4-5
tahun
Kelompok TK — B Usia 5-6 tahun
INDIKATOR
1. Anak mampu
menggerakkan jari tangan
untuk kelenturan otot dan
koordinasi
Menjiplak atau meniru gambar,
dengan pola garis tegak, datar,
miring, lengkung dan lingkaran
Menjiplak atau meniru gambar, dengan
pola garis tegak, datar, miring,
lengkung dan lingkaran
2. Meniru melipat kertas dengan
sederhana (1 — 6 lipatan)
Meniru melipat kertas dengan
sederhana (7 - 12 lipatan)
3. Menjahit jelujur 10 lubang
dengan tali sepatu
Menjahit pola jelujur dan silang 15
lubang dengan menggunakan tali
sepatu, benang wol dan rafia
4. Merobek kertas Mampu menggambar orang dengan
bagian-bagiannya
5. Mampu membuat gambar
lingkaran dan segiempat
Mampu membuat lingkaran dan bujur
sangkar
6. Mampu membuat suatu bentuk
dengan bahan platisin/tanah
liat
Menyusun menara balok ( ± 7-12 balok,
bahkan dapat lebih)
7. Makan, mencuci dan melap
tangan, berpakaian, mandi,
menyisir rambut dengan sedikit
bantuan
Makan, mencuci dan melap tangan,
berpakaian, mandi, menyisir, mengikat
tali sepatu rambut tanpa bantuan
8. Menggunting bebas Menggunting dengan berbagai media
berdasarkan bentuk/pola (lurus,
lengkung, gelombang, zig- zag,
lingkaran, segiempat, segitiga)
9. Menyusun menara minimal
8 kubus
Menyusun menara minimal 12 kubus
10. Anak mampu menggerakkan
lengannya guna melatih
kelenturan otot dan
koordinasi
Melambungkan dan
menangkap bola (diam di
tempat)
Melambungkan dan menangkap bola
(bergerak/bsambil berjalan)
11. Melempar dan menangkap
bola besar secara terarah
(dengan jarak ± 1-2 meter)
Melempar dan menangkap bola besar,
bola sedang dan bola kecil (tenis) dengan
memutar badan, mengayunkan lengan dan
melangkah
12. Memantulkan bola besar
sambil berjalan
Memantulkan bola besar, bola sedang dan
bola kecil sambil berjalan
3. Rancangan Program Pengembangan Fisik Motorik anak usia dini (4-6 tahun)
Program kegiatan pengembangan fisik motorik untuk anak usia TK merupakan program kegiatan
yang terintegrasi dalam kegiatan belajar dan bermain. Kegiatan pengembangan fisik motorik bukan
merupakan kegiatan yang terpisah dengan kegiatan lain. Oleh karena itu, guru perlu menyusun rancangan
program kegiatan dengan sebaik- baiknya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun rancangan program kegiatan pengembangan fisik motorik berikut:
1.Menentukan Tujuan / Aspek yang akan dikembangkan
Tujuan merupakan sasaran atau harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengembangan fisik motorik
anak.
2.Pemilihan Bentuk Kegiatan yang akan dilaksanakan
Guru perlu memilih dan menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Pemilihan
kegiatan ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik anak. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan kegiatan antara lain :
a. Melibatkan seluruh anak
b. Menyenangkan dan dilakukan melalui bermain
c. Dapat menyalurkan energi dan aspirasi anak
d. Membangkitkan keinginan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi
e. Mendorong anak untuk kreatif
f. Tidak membosankan
g. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak
h. Memberikan kebebasan pada anak untuk mengembangkan kegiatan sesuai dengan imajinasinya
i. Sesuai dengan tema dan lingkungan
3.Pemilihan Alat dan Bahan yang akan digunakan
Pemilihan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya berdasarkan
prinsip-prinsip berikut:
a. Bersifat multiguna
b. Bahan yang digunakan mudah di dapat dan murah
c. Bahan yang digunakan aman untuk anak
d. Alat yang digunakan dapat membangkitkan kreativitas anak
e. Sesuai dengan fungsi dan tujuannya
f. Alat dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak
4.Pemilihan Metode
Beberapa metode yang dianggap sesuai dan dapat digunakan pada kegiatan belajar dan mengajar di
TK, antara lain metode : pemberian tugas, karya wisata, praktek langsung, bermain peran, demonstrasi,
bercerita, sosiodrama, bercakap-cakap.
Dalam program kegiatan pengembangan fisik motorik anak di TK, metode yang dapat digunakan
adalah metode yang sesuai dengan tujuan dan fungsinya pembelajarannya.
Namun metode yang paling banyak digunakan untuk pengembangan motorik adalah demonstrasi,
penugasan, praktek langsung dan sosiodrama, meskipun tidak menutup kemungkinan penggunaan metode
lainnya baik digunakan secara terpisah maupun terintegrasi satu metode dengan metode lainnya.
Berikut ini akan diberikan contoh cara penguraian pengembangan fisik motorik halus anak yang
setiap indikator yang ingin dikembangkan harus memperhatikan aktivitas yang sesuai, metode dan media
yang dapat digunakan. Pengembangan tersebut dapat dalam bentuk tabel, sebagai berikut:
Tabel 7
tabel Contoh Pengembangan Kegiatan dalam Program
Pengembangan Motorik Halus Anak
No. Tujuan
Belajar/Aspek yang
dikembangkan
Aktivitas peserta yang dapat
dilakukan
Metode Media
1. Mengurus diri sendiri tanpa
bantuan
Memperagakan cara mengurus diri
sendiri, ex. Mandi, merapikan
pakaian, menyisir rambut, makan,
menggosok gigi
Pantomim
Praktek
Langsung
Alat-alat
kebersihan
2. Mengikat tali sepatu Latihan mengikat tali sepatu
a. Guru memperaga kan cara
mengikat tali sepatu
b. Anak mengikuti contoh yang
diberikan guru
Lomba mengikat tali sepatu
Demonstrasi,
Pemberian
tugas
1. Tali sepatu
2. Sepatu bertali
3. Membuat berbagai
bentuk/pola dengan play
dough/tanah
liat/platisin/pasir
1. Latihan meremas, menyubit,
menggenggam
2. Membuat bentuk sederhana (ex.
Pemberian
tugas
play
dough/tanah
liat/platisin/pasi r,
adonan
2. Menggunting dengan bentuk yang
lebih kompleks dengan pola dari
guru
dan lem
8. Menyusun
menara minimal
8 balok
Menyusun balok ke samping kmd. ke
atas mulai dari 4 balok secara bertahap
Menyusun kertas dengan berbagai
bentuk geometri hingga menjadi suatu
bentuk yang bermakna
Praktek
langsun
g
Balok-balok yang berbentuk
segiempat/kotak , kertas origami,
lem, gunting
9. Membuat
lingkaran dan
segiempat
Mebirukan membuat
lingkaran/segiempat dengan berbagai
alat/media yang sesuai
Praktek
langsun
g
Berbagai alat yang dapat langsung
dipergunakan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pada saat
dilaksanakan
kegiatan
10. Memegang
pensil
Menirukan/men contoh garis tegak,
lurus, miring, lengkung, dengan
spidol, atau krayon
Membuat garis tegak, lurus, miring,
lengkung, dengan spidol, atau krayon
3. Mewarnai gambar sederhana
Mewarnai gambar yang lebih
kompleks
5. Meniru berbagai gambar/bentuk
sederhana dengan spidol/krayon
dengan berbagai ukuran
6. Menggambar bebas sesuai
keinginan sendiri
Praktek
langsun
g
Berbagai jenis kertas, spidol,
krayon, pensil
Guru dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan dengan lebih bervariasi, sesuai dengan kreatifitas
guru itu sendiri yang disesuaikan dengan tujuan, kondisi sekolah dan tingkat perkembangan anak.
BAB VI
PENILAIAN PROGRAM PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK
Pengertian penilaian disini ialah suatu usaha yang berguna untuk mendapatkan informasi secara
berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang suatu proses, dan hasil dari pertumbuhan dan t
perkembangan yang telah dicapai anak didik melalui program kegiatan belajar. Penilaian mencakup
proses dan hasil kegiatan anak didik yang berkaitan pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan
yang telah direncanakan dalam program kegiatan belajar. Penilaian dalam program belajar ini digunakan
untuk melakukan evaluasi terhadap tujuan yang ingin dicapai, apakah program berjalan sesuai dengan
yang diharapkan atau tidak. Selain itu penilaian juga dilakukan terhadap metode, alat dan bahan yang
digunakan, apakah telah sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga dapat membantu anak
mengembangkan kemampuannya secara optimal.
Adapun fungsi dari penilaian tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar.
2. Menginformasikan kepada orang tua tentang ketercapaian pertumbuhan dan perkembangan anaknya
agar dapat memperbaiki dan meningkatkan bimbingan dan motivasi.
3. Sebagai bahan pertimbangan guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan
minat dan kemampuan anak didik yang memungkinkan anak didik dapat mencapai kemampuan
secara optimal.
4. Sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan dalam memberikan pembinaan selanjutnya.
5. Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
6. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dan perubahan
kurikulum
A. Alat Penilaian dalam Pengembangan Fisik Motorik Anak
1. Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak di TK
Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak di TK dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai
berikut:
a. Observasi/Pengamatan
1.Pengertian Observasi
Observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan keterangan-keterangan atau informasi tentang
sesuatu dengan cara melihat, mendengarkan dan mengamati semua peristiwa, mencatatnya secara cermat,
dan teliti yang dilakukan pengamat terhadap objek/orang yang diamati.
2.Tujuan Observasi
a).Memahami prilaku anak
pengamatan dilakukan terhadap anak usia dini karena anak usia dini ini belum mempunyai kemampuan
untuk membaca dan menulis. Mereka juga belum dapat mengungkapkan diri dan perasaannya seperti
anak-anak yang lebih tua, sehingga dengan mengamati aktivitas yang dilakukan anak kita dapat
memahami prilaku yang dilakukan anak
b).Mengevaluasi perkembangan anak
Melalui observasi dapat dipertimbangkan perilaku anak secara umum dengan tujuan melihat kemajuan
anak secara menyeluruh sehingga dapat memudahkan pemahaman guru terhadap perkembangan anak
selanjutnya dan menentukan langkah yang diambil guru selanjutnya yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
3.Observasi terhadap perkembangan fisik motorik anak
Anak usia dini berada dalam periode perkembangan fisik motorik yang paling penting karena pada usia
ini perkembangan motorik anak mengalami perkembangan yang sangat pesat yang meliputi
perkembangan motorik kasar dan halus. Untuk perkembangan keterampilan motorik halus anak
melibatkan otot kecil tubuh yang secara spesifik meliputi tangan dan jari. Keterampilan ini digunakan
untuk makan, berpakaian, menulis, menggunting dan menggunakan alat bermain konstruksi.
b.Catatan Anekdot
Merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi-situasi tertentu. kesimpulan
catatan tersebut meliputi aktivitas anak yang bersifat positif dan negatif. Catatan anekdot ini juga
merupakan catatan singkat peristiwa penting perhatian guru secara individu terhadap anak didiknya.
Catatan anekdot ini mempunyai 5 karakteristik, yaitu :
1.Merupakan hasil observasi langsung
2.Isinya harus tepat, akurat, singkat dan spesifik tentang suatu peristiwa
3.Interpretasi suatu insiden dicatat terpisah dengan insiden lainnya
4.Catatan anekdot ini meliputi konteks prilaku
5. Catatan anekdot berfokus pada yang tipikal atau tidak biasa untuk anak yang diamati
c. Portofolio
1.Pengertian
Portofolio adalah kumpulan atau koleksi sistematik karya baik yang dikembangkan anak dan guru yang
dapat berfungsi sebagai dasar untuk
menelaah usaha, perbaikan, proses dan pencapaian pada satu bagian/lebih aspek. Portofolio juga dapat
diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, seperti bundle (kumpulan hasil pekerjaan anak yang disimpan
dalam suatu kumpulan).
2.Fungsi Portofolio
Portofolio menawarkan sebuah kerangka yang dinamik yang berlandaskan pada apa yang sedang
dilakukan murid, yang juga memiliki potensi untuk memberdayakan guru dan murid dalam melakukan
refleksi terhadap kegiatan yang dilakukan.
2.Prinsip-prinsip Penilaian
Beberapa prinsip penilaian yang harus diperhatikan dalam kegiatan penilaian adalah
sebagai berikut:
a.Menyeluruh e. Mendidik
b.Berkerkesinambungan f. Kebermaknaan
c.Berorientasi pada proses dan tujuan g. Kesesuaian
d.Objektif
B.Contoh Rancangan Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak
Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh rancangan penilaian fisik motorik anak, yang secara
spesifik akan menguraikan mengena! rancangan penilaian motorik halus pada anak usia TK.
Tabel 8
Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Lokomotor Anak
melempar - Menangkap
No. Indikator Nama Anak Nama Anak
BS BDB TB BS BDB TB
1. Melempar
a. Menggelindingkan bola di lantai
b. Melempar dengan dua tangan
c. Melempar dengan satu tangan
d. Memantulkan bola ke lantai
e. Memantulkan bola ke dinding
2. Menangkap
a. Menangkap bola dari depan (searah)
b. Menangkap bola dari samping
Tabel9
Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak
Meronce
No. Indikator Nama Anak Nama Anak
BS BDB TB BS BDB TB
1. Memegang tali dengan satu tangan dan
memegang manik-manik dengan tangan
yang lain
2. Menyusun manik-manik besar pada tali
yang kaku
3. Memasukan tali pada lubang manik- manik
4. Meronce manik-manik sedang pada tali
yang kaku
5. Menarik benag/tali dari manik- manik
6. Meronce manik-manik kecil pada tali
yang kaku
7. Meronce berbagai jenis media
(macaroni, sedotan, kacang polong, dll)
dengan jarum dan benang
Tabel 10
Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak
Pra-menulis
No. Indikator Nama Anak Nama Anak
BS BDB TB BS BDB TB
1. Membuat gambar lingkaran
2. Membuat garis tegak
3. Membuat garis horisontal
4. Membuat huruf H
5. Membuat garis miring kanan
6. Membuat garis miring kiri
7. Membuat huruf V
8. Membuat tanda +
9. Membuat bentuk bujur sangkar
10. Membuat bentuk segitiga
11. Membuat bentuk persegi panjang
12. Menulis nama pendek
13. Menulis nama lengkap
Keterangan :
BS : Bisa
BDB : Bisa dengan bantuan TB : Tidak Bisa
Catatan: Setiap poin indikator dilakukan/dicobakan pada anak paling sedikit 3 kali
C. Analisis :
1. Observasi
Berikut ini akan diuraikan cara menganalisis suatu kegiatan setelah dilakukannya observasi.
a. Bagi Anak
1. Jika dari 3 kali mencoba melakukan dan dari 2 kali percobaan anak bisa melakukan gerakan/perilaku
yang diharapkan sendiri/tanpa bantuan maka anak tersebut dapat diartikan dapat melakukan
gerakan/perilaku yang diharapkan tersebut dengan baik.
2. Jika dari 3 kali mencoba melakukan 2 kali percobaan anak bisa melakukan gerakan/perilaku yang
diharapkan dengan dibantu maka berarti anak belum dapat melakukan gerakan/perilaku yang
diharapkan tersebut dengan baik.
3. Jika dari 3 kali mencoba melakukan 2 kali percobaan anak tidak bisa melakukan gerakan/perilaku
yang diharapkan dengan dibantu maka berarti anak tidak dapat dapat melakukan gerakan/perilaku
yang diharapkan tersebut dengan baik.
4. Jika anak tidak pernah mau mencoba melakukan gerakan/perilaku yang diharapkan maka kemampuan
anak belum dapat dinilai dan memerlukan motivasi yang lebih besar.
b. Bagi Guru
1. Jika sebagian besar dari jumlah murid dapat melakukan suatu gerakan/perilaku yang diharapkan
dengan baik maka berarti proses pembelajaran sudah baik dan dapat dilakukan pada tingkatan yang
lebih sulit/tinggi
2. Jika setengah dari jumlah murid dapat melakukan suatu gerakan/perilaku yang diharapkan dengan
baik maka berarti proses pembelajaran cukup baik dan dapat diulang jika diperlukan.
3. Jika sebagian besar dari jumlah murid tidak dapat melakukan suatu gerakan/perilaku yang diharapkan
dengan baik maka berarti proses pembelajaran tidak berhasil dan perlu dilakukan perbaikan dalam
proses pembelajaran tersebut.
2. Catatan Anekdot
Contoh catatan anekdot untuk anak TK
Tabel 11
Contoh Lembar Catatan Anekdot
Catatan Anekdot
Nama Anak : Ana
Umur : 4 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelompok : A
Hari/Tanggal Catatan Komentar
Senin/25 Agustus 2008 Ana tidak mau menulis namanya,
dia berkata : “aku enggak mau nulis
namaku, soalnya aku enggak suka
dengan namaku”. Ana sama sekali
tidak mau melakukan gerakan
menulis walau sudah dibujuk
Ana tidak mau menulis
namanya, mungkin dia
mengalami suatu penghinaan
terhadap namanya. Secepat
mungkin untuk mencari tahu
penyebab ketidaksukaan Ana
terhadap namanya ini, baik dari
Ana sendiri, orang tua ataupun
teman-temannya.
Mengetahui,
Pengamat/Guru Kepala Sekolah
( )
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. (1996). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi
Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga Reber, A.S. (2001). Dictionary of psychology. London,
Penguin/Viking. Second Edition.
Seri Ayah Bunda. (2001). Balita dan Masalah Perkembangannya. Jakarta : Yayasan Aspirasi Pemuda
Jakarta
Sujiono, B., dkk (2007) Metode Pengembangan Fisik. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka. Sujino,
Y.N. dan Sujiono, B. (2005). Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Penerbit Yayasan Citra
Pendidikan Indonesia
. Jurnal Psikologi Perfcembangan.www.tipskeluarga.com
http://www.ummieroup.co.id
http://parentingislami.wordpress.com
Top Related