PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS
POTENSI LOKAL MELALUI PENDEKATAN
KEMITRAAN (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
ZHARFANI FAZA FIRDAUSYA
NIM. 135030100111138
Dosen Pembimbing
Dr. Riyanto, Drs., M.Hum
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2017
ii
MOTTO
“KEBERUNTUNGAN DALAM HIDUP SAYA KARENA DO’A YANG
SELALU DIPANJATKAN ORANGTUA SAYA TERUTAMA IBU”
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
ZHARFANI PERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA
Kedua orang tua, Mama Anik Masanah dan Ayah Agus Salim Dwi yang
telah memberikan dukungan moril maupun materiil serta empat saudara ku,
mbak Zahra, dek Elmira, dek Fatkhan dan dek Zikra yang selalu
memberikan dukungan, semangat dan doanya.
Teman-teman Administrasi Publik 2013
Diyan Wahyuningtyas yang telah membantu saya dalam pengerjaan awal
dan akhir skripsi ini. Gresela teman seperjuangan dosen pembimbing. Linda,
Alisa, Christina dan lainnya yang juga membantu saya di saat saya tidak
tahu. Dukungan dari kalian yang telah mengantarkanku kompre di tahun
2017.
Teman-teman kos di Malang “MJCC 105”
Atika, Leni, Syhnta, Elva dan Bella yang selalu mengingatkan, memberikan
semangat dan dukungan dari kalian yang telah mengantarkanku kompre di
tahun 2017.
Teman-teman
Terimakasih untuk semua orang yang telah terlibat didalam pembuatan
skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas
dukungan, semangat dan doa kalian telah mengantarkan saya kompre di
Tahun 2017. Kalian semua sangat berharga untuk saya.
iv
v
iv
vii
RINGKASAN
Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis
Potensi Lokal Melalui Pendekatan Kemitraan (Studi di Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten), Pembimbing: Dr. Riyanto, Drs.,
M.Hum., 105 Hal.+xv
Desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan yang menawarkan
keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan
sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur
bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang
unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai
komponen kepariwisataan. Salah satu desa di Kabupaten Klaten yang menjadi desa
wisata yaitu Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten dan telah
menjadi desa wisata yang berhasil dalam mengembangkan wisata di desa tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengembangan desa
pariwisata berbasis potensi lokal serta kemitraan. Jenis penelitian yang digunakan
adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan desa pariwisata
berbasis potensi lokal melalui pendekatan kemitraan bahwa Pengembangan potensi
lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo dilakukan dengan pelibatan
masyarakat, promosi pariwisata, dan sarana prasarana. Kemitraan yang terjalin
antara Pemerintah Desa Ponggok maupun BUMDes Desa Ponggok dengan pihak
ketiga melalui proses kesepakatan dan perjanjian. Dimana kemitraan yang terjalin
saling menguntungkan kedua belah pihak.
Saran terhadap Pemerintah Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten Pengemasan produk-produk wisata yang ditawarkan perlu
ditingkatkan kualitasnya supaya memberikan hiburan baru untuk wisatawan
sehingga wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Desa Wisata Ponggok.
Memperketat pengawasan dan memperjelas perjanjian dengan pihak ketiga.
Diharapkan kepada Pemerintah Desa Ponggok serta pengurus wisata Desa
Ponggok untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan wisata untuk para
wisatawan serta masyarakat selalu turut aktif dalam pengelolaan pengembangan
desa wisata.
Kata Kunci: Pengembangan, Kemitraan, Desa Wisata
viii
SUMMARY
Zharfani Faza Firdausya, 2017, Development of Potential Local Village
Based Tourism through Partnership Approach (Study in Ponggok Village,
Polanharjo Sub-district, Klaten District), Advisor: Dr. Riyanto, Drs., M.Hum.,
105 Pg. + xv
The tourist village is a rural area that offers a whole atmosphere that reflects
the authenticity of the countryside both from socio-economic, socio-cultural life,
customs, everyday life, possesses typical building architecture and village spatial
structure, or unique and exciting economic activities that have potential The
development of various components of tourism. One of the villages in Klaten
Regency is a village of Ponggok Village, Polanharjo Sub-district, Klaten Regency
and has become a successful tourist village in developing tourism in the village.
This study aims to describe the development of tourism villages based on
local potential as well as partnerships. The type of research used is descriptive
research with qualitative approach.
The results show that the development of local potential based tourism village
through a partnership approach that Development of local potency in Ponggok
Village, Polanharjo Sub-district is done with community involvement, tourism
promotion, and infrastructure. Partnership between Ponggok Village Government
and BUMDes Desa Ponggok with third parties through agreement and agreement
process. Where a partnership exists mutually beneficial to both parties.
Suggestion to Ponggok Village Government Polanharjo Sub-district Klaten
Regency Packaging of tourism products offered need to be improved in order to
provide a new entertainment for tourists so that tourists are interested to visit
Ponggok Tourism Village. Tighten supervision and clarify agreements with third
parties.
Expected to Ponggok Village Government and Ponggok Village Tourism
Board to always improve the quality of tourist services for the tourists and the
community is always active in managing the development of village tourism.
Keywords: Development, Partnership, Tourism Village
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah
serta hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis Potensi Lokal Melalui Pendekatan
Kemitraan (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten
Klaten). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjan Administrasi Publik (S.AP) pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya;
2. Bapak Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;
3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;
4. Bapak Dr. Riyanto M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan dorongan moril serta
saran selama membimbing saya;
x
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis;
6. Bapak H. Junaedi Mulyono, SH selaku Kepala Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten
7. Mbak Sari selaku pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Ponggok
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, 08 Juni 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
MOTTO ……………………………………………………………………. ii
LEMBAR PERSEMBAHAN …………………………………………….. iii
TANDA PENGESAHAN …………………………………………………. iv
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ……………………………………… v
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI …………………………..... vi
RINGKASAN ……………………………………………………………... vii
SUMMARY ………………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….… xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….... xv
BAB I : PENDAHULUAN ...……………………………………………..…1
A. Latar Belakang …………………………………………...………………1
B. Rumusan Masalah ……………………………….………………………9
C. Tujuan Penelitian …………………………….…………………………..9
D. Konstribusi Penelitian ……………….………………………………….. 9
E. Sistematika Penulisan ………………..…………………………………10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………….……………………………..13
A. Desa …………………….………………………………………………13
1. Pengertian Desa …………………………………………………….13
2. Desa Wisata ..……………………………………………………….13
B. Pemerintah Desa .……………………………………………………….17
1. Pengertian Pemerintah Desa .……………………………………….17
2. Otonomi Desa …..…………………………………………………..18
C. Pariwisata ..……………………………………………………………..19
1. Pengertian Pariwisata ….…………………………………………...19
2. Jenis-jenis Pariwisata ……………………………………………….19
D. Pengembangan Potensi Pariwisata ……………………………………..23
1. Definisi Pengembangan …………………………………………….23
2. Upaya Pengembangan …..………………………………………….24
3. Potensi Pariwisata ………………………………………………….29
4. Promosi Pariwisata …………………………………………………31
E. Kemitraan ………………………………………………………………32
1. Pengertian Kemitraan ………………………………………………32
2. Bentuk-bentuk Kemitraan ………………………………………….33
xii
3. Prinsip-prinsip Kemitraan ………………………………………….35
4. Langkah-langkah Kemitraan ……………………………….………36
5. Manfaat Kemitraan ……………………………………………........37
BAB III : METODE PENELITIAN..…….………………………………..41
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………….41
B. Fokus Penelitian .………………………………………………………..41
C. Lokasi dan Situs Penelitian ……………………………………………..42
D. Jenis dan Sumber Data. ………………………………………………….43
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………44
F. Analisis Data ….…………………………………………………………46
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………..49 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian ………………49
1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten ………………………………. 49
2. Gambaran Umum Situs Penelitian …………………………………. 54
a. Gambaran Umum Desa Ponggok ………………………………. 54
b. Gambaran Umum BUMDes ……………………………………. 58
B. Penyajian Data …………………………………………………………..64
a) Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten …………………………………………………... 65
1. Pelibatan atau Peran Masyarakat ……………………………… 65
2. Promosi Pariwisata …………………………………………….. 68
3. Sarana dan Prasarana ………………………………………….. 74
b) Kemitraan dalam Pengembangan Desa Pariwisata di Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten …………………………. 82
1. Bentuk Kemitraan ……………………………………………... 82
2. Manfaat Kemitraan ……………………………………………. 83
C. Analisis dan Interpretasi ………………………………………………...84
a) Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten …………………………………………..……… 84
1. Pelibatan atau Peran Masyarakat ………………………………. 85
2. Promosi Pariwisata …………………………………………….. 87
3. Sarana dan Prasarana …………………………………………... 90
b) Kemitraan dalam Pengembangan Desa Pariwisata di Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten …………………………. 92
1. Bentuk Kemitraan ……………………………………………... 93
2. Manfaat Kemitraan ……………………………………………. 94
BAB V : PENUTUP ………………………………………………………..96 A. Kesimpulan ……………………………………………………………...96
B. Saran …………………………………………………………………….97
DAFTAR PUSTAKA ……………………………...……………………… 99
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman (2014) 48
2 Peta Kabupaten Klaten 50
3 Peta Wilayah Desa Ponggok 54
4 Logo BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok 60
5 Struktur Organisasi BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok 64
6 Sertifikat Saham 67
7 Promosi melalui Unggahan Akun Resmi Umbul Ponggok 69
8 Unggahan Wisatawan 70
9 Promosi melalui website resmi 71
10 Sarana prasarana snorkling dan icon wisata 75
11 Gazebo dan Muster point 76
12 Halaman Ponggok Ciblon dan Tugu Masuk Desa Ponggok 77
13 Kios Penjual Makanan Minuman dan Minimarket Oleh-oleh 78
14 Sarana dan Prasarana Kolam Renang Anak dan Dewasa 79
15 Loket Ponggok Ciblok dan Halaman Depan Umbol Ponggok 80
16 Atraksi di Umbul Ponggok 81
xiv
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1 Penerimaan PAD Desa dari hasil BUMDes Ponggok 7
2 Pemerintahan Administratif Kabupaten Klaten 52
3 Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten 53
4 Jumlah Penduduk Desa 55
5 Jenis Pelayanan pada Umbul Ponggok 72
6 Jumlah Pengunjung Umbul Ponggok 84
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1 Surat Ijin Riset dari BAPPEDA Kabupaten Klaten 99
2 Foto Kegiatan 100
3 Pedoman Wawancara 101
4 Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2011 103
5 Curriculum Vitae 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantu dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Indonesia Tahun 1945. Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah).
Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkruen, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan
absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
pemerintah pusat. Urusan pemerintahan konkruen adalah urusan pemerintahan
yang dibagi anatara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkruen yang diserahkan ke Daerah
menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah. Urusan pemerintahan umum adalah
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan (UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah).
Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh semua Daerah. Urusan wajib meliputi pendidikan, kesehatan,
2
pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman,
ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan sosial. Urusan
pemerintahan pilihan adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Urusan pilihan meliputi
kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya
mineral, perdagangan, perindustrian dan transmigrasi. (UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah).
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa).
Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
Penyelenggara pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan Pancasila,
UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika (UU
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa).
3
Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan
adanya pariwsata, suatu Negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat
obyek wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata.
Berkembangnya sektor pariwisata di suatu Negara akan menarik sektor lain untuk
berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri
pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat,
peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya.
Sektor pariwisata daerah merupakan salah satu sektor strategis dalam
menggerakkan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya revolusi 3T, transport,
telecommunication, tourism, menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata telah
menjadi salah satu kekuatan yang mampu mempercepat penyatuan dunia dalam
integrasi ekonomi dan pergerakan manusia lintas daerah dan bahkan lintas Negara
(Rusman dalam Nurif 2006:3).
Desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan
suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial
ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan
struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan
menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen
kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan
wisata lainnya (Hadiwijiyo,2012:68-69).
Mengembangkan suatu kawasan pariwisata daerah juga berarti mendesain
suatu kawasan agar mampu memenuhi dan memuaskan keinginan dan ekspektasi
4
pelanggannya. Pelanggan yang dimaksud disini,antara lain: prtama yaitu penduduk
dan masyarakat daerah tersebut yang membutuhkan layanan publik yang memadai.
Kedua apa yang disebut TTI (trader, tourist, investor) baik dari dalam maupun luar
daerah. Ketiga, talent (SDM berkualitas). Developer (pengembang), organiszer
(event organizer) dan seluruh pihak yang memiliki konstribusi dalam membangun
keunggulan bersaing suatu kawasan pariwisata.
Melihat posisi strategis wilayah Kabupaten Klaten yang merupakan daerah
penyangga dua kota besar yakni Surakarta (Solo) dan Yogyakarta, memiliki luas
wilayah mencapai 65,556 ha terdiri atas 391 desa dan 10 kelurahan dengan jumlah
penduduk sekitar 1.345.871 jiwa. Klaten bagian utara berbatasan dengan
Kabupaten Boyolali (Jateng), sebelah timur Kabupaten Sukoharjo (Jateng), sebelah
barat Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta), dan sebelah selatan Kabupaten Gunung
Kidul (DI Yogyakarta). Dilihat dari aspek sumber daya alam, pertambangan di
Kabupaten Klaten sangat potensial khususnya yang terkenal adalah pasir dan air
sehingga perlu dikelola dengan baik dengan mengindahkan keseimbangan
lingkungan hidup.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031 bahwa untuk
mengarahkan pembangunan di Kabupaten Klaten yang berdaya guna, berhasil
guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan serta dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, mewujudkan dinamisasi, dan keterpaduan pembangunan
antar sektor, antar daerah, dan antara Pemerintah Daerah dan masayarakat perlu
membentuk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten.
5
Dalam paragraf 7 terkait kawasan peruntukan pariwisata pasal 36 ayat 2
huruf (h) keunikan lokal sebagai desa wisata meliputi: a) desa wisata kebondalem
kidul Kecamatan Prambanan; b) desa wisata melikan Kecamatan Wedi; c) desa
wisata duwet Kecamatan Ngawen; d) desa wisata Soran Kecamatan Ngawen; e)
desa wisata Ponggok Kecamatan Polanharjo; f) desa wisata plawikan Kecamatan
Jogonalan; g) desa wisata Jimbung Kecamatan Kalikotes; h) desa wisata krakitan
Kecamatan Bayat; i) desa wisata pokak Kecamatan Ceper; j) desa wisata lainnya
sesuai dengan karakteristik wilayah.
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No.3 Tahun 2014 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Klaten 2014-2029 pasal 4 ayat (1)
visi pembangunan kepariwisataan Kabupaten Klaten merupakan penjabaran dari
visi pembangunan Kabupaten Klaten yaitu Terwujudnya Klaten yang Toto Titi
Tentrem Kerto Raharjo. Pasal 5 ayat 2 huruf (a) strategi yang digunakan adalah
dengan: 1) mengembangkan kepariwisataan Kabupaten Klaten dalam struktur tata
ruang pariwisata yang terpadu, dan 2) pengembangan Sistem Keruangan Wisata
Terpadu melalui pembentukan Kawasan Strategis Pariwisata ( KSP ) dengan tema-
tema pengembangan khusus. Kabupaten Klaten dibagi ke dalam beberapa KSP sbb:
a) KSP 1 , merupakan wilayah dengan daya tarik utama Wisata Budaya ( Candi )
dan daya tarik pendukung Industri Kreatif; b) KSP 2, merupakan wilayah dengan
daya tarik utama Wisata Belanja dan daya tarik pendukung Wisata Kuliner; c) KSP
3, merupakan wilayah dengan daya tarik utama Wisata Budaya ( Ziarah ) dan daya
tarik pendukung Desa Wisata; d) KSP 4, merupakan wilayah dengan daya tarik
utama Wisata Tirta dan daya tarik pendukung Agrowisata; e) KSP 5, merupakan
6
wilayah dengan daya tarik utama Wisata Alam dan daya tarik pendukung Wisata
Minat Khusus; f) KSP 6, merupakan wilayah dengan daya tarik utama Industri
Kreatif dan daya tarik pendukung Wisata Budaya; g) KSP 7, merupakan wilayah
dengan daya tarik utama Desa Wisata dan daya tarik pendukung Wisata Budaya
Desa Ponggok adalah desa di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten,
Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Desa Ponggok saat ini telah dikembangkan
menjadi desa wisata air, mengingat Desa Ponggok memiliki potensi air yang
melimpah. Di Desa Ponggok terdapat beberapa umbul seperti Umbul Ponggok,
Umbul Besuki, Umbul Sigedang, dan beberapa umbul disekitarnya seperti Umbul
Kapilaler, Umbul Kajen, Umbul Ingas Cokrotulung, Umbul Nilo, Umbul Manten,
dll. Pada setiap umbul ini dapat dijumpai pemandangan alam yang indah serta air
yang jernih, didukung dengan suasana pedesaan yang asri maka sangat sesuai jika
desa ini dikembangkan menjadi sebuah desa wisata.
Desa Ponggok dengan potensi wisata airnya yang berbentuk umbul-umbul
nyatanya belum seluruhnya dikembangankan. Sejauh ini yang berkontribusi besar
dalam pengembangan pariwisata adalah umbul Ponggok. Berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Ponggok kegiatan
pengembangan wisata Desa Ponggok dilakukan untuk seluruh umbul, dimana
masing-masing umbul memiliki daya tarik dan ciri khas masing-masing. Promosi
maupun pengembangan wisata memang menitikberatkan di Umbul Ponggok,
sementara umbul-umbul lain belum dilakukan pengembangan. Padahal
pencanangan Desa Ponggok sebagai Desa Wisata Air mulai tahun 2007. Selama 10
tahun berjalan yang terlihat wujud pengembangannya adalah Ponggok.
7
Walaupun pengembangannya belum sesuai dengan Rencana Jangka
Menengah Desa (RPJMDes) Ponggok tetapi Pendapatan Asli Desa (PAD) Ponggok
banyak bersumber dari sektor pariwisata. Hal yang menarik untuk dikaji adalah
bagaimana pengembangan pariwisata di Desa Ponggok dapat berkontribusi baik
pada pendapatan desa dan berdampak pada masyarakat walaupun kegiatan
pengembangan yang dilakukan dilapangan terkesan timpang dan hanya
menekankan pada daya tarik satu umbul saja.
Pengembangan desa wisata di Desa Ponggok diwadahi oleh BUMDes. Hal
ini sesuai dengan UU No.6 Tahun 2014 pasal 85 ayat (1) pembangunan kawasan
perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa,
dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat.
Tabel 1. Penerimaan PAD Desa dari Hasil Usaha Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)
TAHUN JUMLAH (Rp)
2010 30.000.000
2011 55.000.000
2012 70.000.000
2013 80.000.000
2014 350.000.000
Sumber : RPJMDES Desa Ponggok 2014-2019
Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara berlangsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
8
kesejahteraan masyarakat desa. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan
instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi.
Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteran
ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Disamping
itu, keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga memberikan sumbangan
bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu
melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.
Pengembangan pariwisata di Desa Ponggok yang dikelola oleh Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) dilakukan dengan cara kemitraan.
Kemitraan hakikatnya merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam
suatu pembangunan. Kemitraan ini didasari atas hubungan yang memiliki ikatan
usaha yang didalamnya terdapat kegiatan yang saling menguntungkan bagi
pelakunya. Kemitraan ini timbul tentunya karena adanya saling membutuhkan oleh
para pelakunya yang satu sama lain saling memiliki kekurangan dan kelebihan,
sehingga nantinya apabila telah dilakukan kemitraan maka akan diperoleh manfaat
yang lebih baik. Kemitraan dalam pengembangan desa wisata di Desa Ponggok ini
masih belum maksimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengangkat penelitian dengan judul “Pengembangan Desa Wisata Berbasis
Potensi Lokal Melalui Pendekatan Kemitraan (Studi di Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten)”
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten?
2. Bagaimana kemitraan dalam pengembangan Desa Wisata di Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mendiskripsikan pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten.
2. Mendiskripsikan kemitraan dalam pengembangan Desa Wisata di Desa
Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten
D. Konstribusi Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif
pada bidang akademis dan praktis sebagai berikut :
1. Konstribusi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi akademis sebagai
berikut :
10
(a) Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
bagi pengembangan ilmu administrasi publik terutama terkait dengan
pengembangan pariwisata
(b) Bagi peneliti lain, sebagai bahan banding dan referensi yang bermanfaat
apabila diperlukan bagi peneliti-peneliti lain yang berminat dalam rangka
mengadakan penelitian yang serupa di daerah lain
2. Konstribusi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi praktis sebagai
berikut :
(a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
maupun masukan bagi stakeholder terutama Pemerintah Desa Ponggok
dalam rangka pengembangan potensi pariwisatanya.
(b) Masyarakat umum, dalam memahami dinamika pembangunan daerah
khususnya pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Klaten yang
nantinya diperuntukkan hiburan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya
di Desa Ponggpk.
(c) Investor, dalam memperoleh gambaran mengenai peluang dan prospek
investasi yang cukup menjanjikan di Kabupaten Klaten, khususnya di
Desa Ponggok.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, makalah akan disajikan dalam lima bagian yang saling
berkaitan. Bagian-bagian tersebut secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
11
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini terdiri dari lima sub bab. Pertama, akan
mendiskripsikan latar belakang. Kedua, perumusan masalah. Ketiga,
tujuan penelitian. Keempat, kontribusi penelitian. Kelima,
sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab II menjelaskan dan mencantumkan teori-teori yang
berkaitan dengan topik penelitian. Yaitu : desa, pemerintah desa,
pariwisata, pengembangan potensi pariwisata, potensi pariwisata,
promosi pariwisata dan kemitraan
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan dan menggambarkan jenis penelitian,
fokus penelitian, lokasi atau situs penelitian, jenis data dan sumber
data, teknik yang dipakai pada proses pengumpulan data, dan
analisis data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian yang terdiri dari dua sub
bab. Pertama, akan menguraikan tentang gambaran umum
pariwisata Kabupaten Klaten. Kedua, menguraikan hasil dan fokus
penelitian mengenai kesesuaian pengembangan potensi pariwisata
12
dan kemitraan di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten. Ketiga,
menganalisis dan interpretasi data
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran
yang disampaikan oleh peneliti terkait dengan permasalahan yang
diangkat
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Desa
1. Pengertian Desa
Menurut UU Desa No.6 Tahun 2014 yang dimaksud desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita
kemerdekaan berdasarkan UUD 1945. Dalam perjalanan ketatanegaraan Republik
Indonesia, desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi
dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat
menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
2. Desa Wisata
Banyak konsep atau definisi tentang pariwisata pedesaan. Pengertian atau
definisi tersebut dapat berdasarkan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang
dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan tradisi yang ada di desa tersebut.
Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai obyek sekaligus juga
14
sebagai subyek dari kepariwisataan. Sebagai suatu obyek maksudnya adalah bahwa
kehidupan pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai
subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya merupakan
penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kepariwisataan, dan yang dihasilkan
oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Peran
aktif dari masyarakat sangat menentukan dalam kelangsungan kegiatan pariwisata
pedesaan.
Selanjutnya menurut Pariwisata Ini Rakyat (PIR) dalam Hadiwijiyo
(2012:68-69), yang dimaksud dengan desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan
yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik
dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan
perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi,
akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya.
Merujuk kepada definisi desa wisata di atas, desa-desa yang bisa
dikembangkan dalam program desa wisata akan memberikan contoh yang baik bagi
desa lainnya. Penetapan suatu desa dijadikan desa wisata harus memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain sebagai berikut:
a) Aksesbilitas baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan
menggunakan berbagai jenis alat transportasi;
15
b) Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,
makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek
wisata;
c) Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan
yang tinggi terhadap desa wisata serta wisatawan yang datang ke
desanya;
d) Keamanan di desa tersebut terjamin;
e) Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai;
f) Beriklim sejuk atau dingin;
g) Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas
Lebih lanjut, pembangunan desa wisata bertujuan:
a) Mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan
dengan menyediakan obyek wisata alternatif;
b) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa
wisata;
c) Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk desa,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi pemerataan
pembangunan ekonomi di desa;
d) Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik,
agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (ruralisasi);
16
e) Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di
desanya, sehingga mengurangi urbanisasi;
f) Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumi dengan
penduduk pribumi;
g) Memperkokoh persatuan bangsa, sehingga bisa mengatasi disintegrasi
Prinsip pengembangan desa wisata yaitu sebagai salah satu produk wisata
alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang
berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain:
memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, menguntungkan
masyarakat setempat, berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan
timbal balik dengan masyarakat setempat, melibatkan masyarakat setempat,
menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang
mendasarinya seperti antara lain:
a) Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal untuk
mendorong peran serta masyarakat demi berkembangnya desa wisata
b) Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan
ekonomi tradisional lainnya
c) Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses
pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang akan dikembangkan
d) Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat
(Sastrayuda, 2010)
17
B. Pemerintah Desa
1. Pengertian Pemerintah Desa
Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
Penyelenggara pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan Pancasila,
UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.
Penyelenggara pemerintah desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.
Penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan asas: (UU N0. 6 Tahun 2014
Tentang Desa, Pasal 24)
a. kepastian hukum;
b. tertib penyelenggaraan pemerintahan;
c. tertib kepentingan umum;
d. keterbukaan;
e. proporsionalistas;
f. profesionalitas;
g. akuntabilitas;
h. efektivitas dan efisiensi;
i. kearifan lokal;
j. keberagaman; dan
k. partisipatif
Kepala desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa mempunyai
wewenang:(UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 26 ayat (2))
18
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama BPD;
b. Mengajukan rancangan peraturan desa;
c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama
BPD;
d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai
APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
e. Membina kehidupan masyarakat desa;
f. Membina perekonomian desa;
g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunkuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
2. Otonomi Desa
Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan
hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh
dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan
berdasarkan asul-usul desa, urusan yang menjadi wewenang pemerintahan
Kabupaten atau Kota diserahkan pengaturannya kepada desa. Pelaksanaan hak,
wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut tanggungjawab untuk
memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat yang dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Widjaja, 2001:166)
19
C. Pariwisata
1. Pengertian Pariwisata
Menurut Suwantoro (2004:4) pada hakikatnya pariwisata berhubungan erat
dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal
karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang mengahsilkan upah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalan wisata merupakan suatu
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan anatara lain
untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.
Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk
kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha yang lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,
menyatakan bahwa pariwsata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.
2. Jenis-jenis Pariwisata
Pariwisata mempunyai beberapa jenis, jenis-jenis pariwisata yang telah
dikenal dewasa ini, antara lain:
a. Wisata Budaya
Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan
untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan
kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri,
20
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara
hidup mereka, budaya dan seni mereka
b. Wisata Kesehatan
Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan sorang wisatawan dengan tujuan
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia
tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan
rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas
menagndung mineral yang dapat menyembuhkan tempat yang
mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang
menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya
c. Wisata olahraga
Ini dimaksudkan dengan wisatawan-wisatawan yang melakukan
perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud
mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau
Negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup dan lain-lain
d. Wisata Komersial
Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-
pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran-
pameran industri, pameran dagang dan sebagainya
e. Wisata Industri
Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau
orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana
terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan
21
tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian termasuk dalam
golongan wisata industry ini
f. Wisata politik
Jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau
mengambil bagian dengan aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti
misalnya perayaan HUT RI di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moscow,
penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya
g. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan
wisata konvensi. Berbagai Negara pada dewasa ini membangun wisata
konvemsi dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-
ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi,
musyawarah, konvemsi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat
nasional maupun internasional
h. Wisata Sosial
Wisata ini termasuk wisata remaja (youth tourism). Yang dimaksud
dengan jenis wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah
serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat
ekonomi lemah (atau dengan kata lain tidak mampu membayar segala
sesuatu yang bersifat luks) untuk mengadakan perjalanan, seperti
misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani, dan
sebagainya
i. Wisata Pertanian
22
Wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan
ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, lading pembibitan dan
sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan
dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil
menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan
berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang
dikunjungi
j. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikabari dengan kegiatan olahraga air, lebih-lebih
di danau, bengawan, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar,
menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar,
balapan mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan
pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi
perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau Negara-negara
maritime
k. Wisata cagar alam
Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau
biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan
mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan
daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi
undang-undang
l. Wisata Buru
23
Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki
daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan
digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini
diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah Negara yang bersangkutan
m. Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat
istiadat, dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata
pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-
tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang
diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat
pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda
n. Wisata Bulan Madu
Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati,
pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas
khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka
(Pendit, 1990:36-42)
D. Pengembangan Potensi Pariwisata
1. Definisi Pengembangan
Paturusi (2001 : 55) mengungkapkan bahwa pengembangan adalah suatu
strategi yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan
kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi
24
wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan
daya tarik wisata maupun bagi pemerintah.
Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan
keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Dengan adanya
pembangunan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat
melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa kekawasan tersebut. Dengan kata
lain pengembangan pariwisata melalui penyediaan fasilitas infrastruktur,
wisatawan, dan penduduk setempat akan saling diuntungkan. Pengembangan
tersebut hendaknya sangat memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek budaya,
sejarah dan ekonomi daerah tujuan wisata. Berdasarkan pengertian diatas maka
pengembangan adalah suatu kegiatan menata dan memajukan suatu obyek wisata
untuk dikembangkan lebih layak.
2. Upaya Pengembangan Pariwisata
Menurut pendapat Soebagyo (2012:156-158), pengembangan pariwisata
yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Pengelola pariwisata melibatkan masyarakat setempat.
Dalam mengelola pariwisata hendaknya memperhatikan dampak yang
ditimbulkan dari wisata tersebut. Sehingga dapat diketahui apakah wisata
tersebut memberikan konstribusi terhadap masyarakat setempat yang
lokasinya dekat dengan tempat wisata sehingga dapat memberikan
sembangsih pada ekonomi masyarakat sekitar.
25
b. Kegiatan promosi yang dilakukan harus beragam
Kegaiatan promosi merupakan hal yang penting untuk dilakukan dan
bertujuan untuk memperkenalkan suatu tempat wisata. Kegiatan tersebut
dapat berupa program-program kerja maupun yang berupa kegiatan promosi
yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sistem informasi dan melakukan
kerjasama dengan pusat-pusat informasi pariwisata
c. Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan
pemerintah daerah setempat.
Membangun kerjasama dengan menerapkan sistem yang jujur, terbuka dan
professional dengan mutu pelayanan yang memadai. Selain itu kerjasama di
anatara penyelenggara juga perlu dibangun. Kerjasama dengan agen biro
perjalanan, penyelenggara tempat wisata, engusaha jasa akomodasi dan
komponen-komponen yang terkait lainnya merupakan hal yang sangat
penting bagi keamanan kelancaran dan kesuksesan pariwisata
d. Mendorong masyarakat untuk berperan dalam kegiatan yang
menguntungkan secara ekonomi
Mengajak masyarakat sekitar agar menyadari peran, fungsi dan manfaat
pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang
yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara
ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memasarkan produk
lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan ketrampilan dan
pengadaan modal bagi usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan.
26
e. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk
menunjang kelancaran pariwisata.
Pengadaan sarana dan prasarana, perbaikan jalan, telepon, angkutan, pusat
perbelanjaan wisata dan fasilitas lain di sekitar lokasi wisata sangat
diperlukan. Hal tersebut dilakukan untuk memfasilitasi kebutuhan
pengunjung sehingga dapat diperoleh kepuasan dari pengunjung yang
datang ke tempat wisata
Komponen pengembangan pariwisata menurut Suryana (2015:33), di
berbagai literature dimuat berbagai macam komponen wisata. Namun ada beberapa
komponen wisata yang selalu ada dan merupakan komponen dasar dari wisata.
Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Komponen-
komponen wisata tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Atraksi dan Kegiatan Wisata
Kegiatan wisata disini dapat berupa semua hal yang berhubungan dengan
lingkungan, kebudayaan, keunikan, suatu daerah dan kegiatan-kegiatan
lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan
untuk mengunjungi sebuah obyek wisata. Dalam hal ini kegiatan wisata
dapat memberikan daya tarik tersendiri yang dapat mendatangkan minat
pengunjung untuk datang
b. Akomodasi
Akomodasi yang dimaksud adalah semisal penginapan dan berbagai jeis
fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pelayanan untuk para
wisatawan yang berniat untuk menginap selama perjalanan wisata yang
27
mereka lakukan. Sehingga pengunjung dapat memanfaatkan liburan lebih
lama di tenpat wisata tersebut dan tentunya dapat meningkatkan
pendapatan melalui jasa sewa penginapan
c. Fasilitas dan pelayanan wisata
Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang
dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Pelayanan wisata secara
umum berkaitan dengan infrastruktur yang dibutuhkan oleh pengunjung
wisata. Fasilitas seperti jalan masuk menuju tenpat wisata perlu diadakan
dan juga penyediaan fasilitas tempat umum bagi pengunjung
d. Fasilitas dan Pelayanan Transportasi
Fasilitas yang berhubungan dengan transportasi, akses dari dan menuju
kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan tempat wisata
yang dapat ditempuh oleh pengunjung, meliputi semua jenis fasilitas dan
pelayanan yang berhubungan dengan transportasi jalur darat, air dan
udara
e. Infrastruktur Lain
Infrastruktur yang dimaksud adalah seperti penyediaan air bersih,
drainase, saluran air kotor, dan telekomunikasi (telepon umum).
Penyediaan infrastruktur pendukung untuk kelangsungan dan kebutuhan
pengunjung wisata. Dapat dikatakan merupakan fasilitas pendukung
suatu tempat wisata
f. Elemen Kelembagaan
28
Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan
untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termaksud
perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan;
menyusun strategi, marketing, dan program promosi; menstrukturi
organisasi wisata sektor umum dan swasta; peraturan dan perundang-
undangan yang berhubungan dengan wisata; menentukan kebijakan
penanaman modal bagi sektor publik dan swasta mengendalikan
Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata menurut
Dimjati (1999) adalah :
1) Wisatawan (tourism) dengan melakukan penelitian tentang
wisatawan sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan yang
diharapkan datang
2) Pengangkutan (transportasi) adalah bagaiman fasilitas transportasi
yang tersedia baik dari Negara asal atau angkutan ke obyek wisata
3) Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat,
dilakukan dan dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi
4) Fasilitas pelayanan (service facilities)
5) Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang
akan dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia
Dalam rangka mengembangkan objek wisata perlu segera dilaksanakan
inventarisasi terhadap potensi nasional objek wisata alam secara bertahap sesuai
prioritas dengan memperhatikan nilai keunggulan saing dan keunggulan banding,
29
kekhasan objek, kebijaksanaan pengembangan serta ketersediaan dana dan tenaga.
Potensi objek wisata alam yang sudah ditemukan segera diinformasikan dan
dipromosikan kepada calon penanam modal. Perlu dikembangkan sistem kemitraan
dengan pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat yang ada, dalam rangka
mendukung optimalisasi pengembangan objek wisata alam. Peranan pemerintah
daerah dalam pengembangan objek wisata alam sangat penting dengan
melaksanakan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan serta monitoring
pengembangan objek wisata alam.
E. Potensi Pariwisata
Menurut Sumihardjo (2008:12) yang dimaksud dengan potensi adalah segala
sumber-sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai kemampuan dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga penulis menyimpulkan
bahwa potensi merupakan sumber daya yang dimiliki suatu daerah untuk
dikembangkan.
Sumber daya adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Sumberdaya alam
adalah keseluruhan faktor fisik, kimia, biologi, dan sosial yang membentuk
lingkungan sekitar kita. (Cutter, 2004:58) menyatakan bahwa sumberdaya alam
adalah semua yang berasal dari bumi, biposfer, dan atmosfer yang keberadaannya
tergantung pada aktivitas manusia. Semua bagian lingkungan alam kita (biji-bijian,
pepohonan, tanah, air, udara, matahari, sungai) adalah sumberdaya alam.
Bagaimana keberadaan sumberdaya alam tersebut sangat tergantung pada pilihan-
pilihan bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh umat manusia. Biji, benih, pohon,
30
air, udara, matahari, sungai, dikatakan sumberdaya ketika kita mengetahui nilai
gunanya.
Nilai guna atau manfaat suatu sumberdaya tergantung pada berbagai
konteks ekonomi, politik, dan budaya. Kita pahami bagaimana sumberdaya
ada/muncul, digunakan/dimanfaatkan, bahkan diperebutkan pada akhirnya. Cara
manusia memanfaatkan sumberdaya alam terus bekembang dari waktu kewaktu.
Diawali dengan cara berburu dan meramu sampai dengan pemanfaatan berbagai
teknologi terkini yang terus berkembang. Dari sekedar mencukupi kebutuhan dasar
pada periode waktu tertentu sampai dengan pemenuhan kebutuhan melampaui
kebutuhan dasar manusia, berikut penumpukan sumberdaya alam untuk waktu yang
terbatas.
Sumber-sumber daya alam banyak sekali macamnya merupakan bahan dasar
bagi pengelolaan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Sumberdaya alam
akan benar-benar berguna apabila pemanfaatannya lebih menyangkut kebutuhan
manusia. Pengelolaan yang kurang menyangkut kebutuhan manusia di samping
akan merusak lingkungan sekitarnya juga akan menjadi boomerang bagi manusia
sendiri. Oleh karena itu, dalam pengelolaan sumberdaya alam harus berdasarkan
prinsip-prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Berwawasan
lingkungan artinya mempertimbangkan kelestarian dan jangan sampai
menimbulkan dampak negative bagi lingkungan hidup. Berkelanjutan, artinya
pengelolaan sumberdaya alam jangan sampai penuh perlu dipikirkan kelanjutannya.
Sumber daya alam merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Manusia
sangat bergantung pada sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
31
Sumberdaya alam didunia ini jumlahnya tetap sedangkan populasi manusia makin
berkembang. Oleh sebab itu sumberdaya alam harus dikelola dan dimanfaatkan
searif dan sehemat mungkin supaya generasi penerus masih bisa merasakannya.
Sumberdaya alam merupakan kekayaan yang dimiliki oleh alam yang tidak bisa
dihasilkan oleh manusia.
F. Promosi Pariwisata
Didalam melakukan promosi atau pemasaran suatu usaha pariwisata tentu
harus memperhatikan strategi yang tepat guna memaksimalkan potensi objek wisata
yang sukses. Menurut Pitana dan Diarta (2009:177), promosi merupakan kegiatan
komunikasi dimana organisasi penyelenggara pariwisata berusaha mempengaruhi
khalayak darimana penjualan produknya bergantung. Supaya dapat menarik
pembeli, produk itu harus diperkenalkan kelebihannya dari produk lainnya dan
dimana dapat membeli produk tersebut. Seperti pengertian diatas hal tersebut juga
menjadi dasar untuk melakukan promosi wisata yang dilakukan pengelola wisata.
Dengan adanya promosi yang dibuat secara menarik akan mendatangkan minat
pengunjung wisata. Menurut Francois Vellas dan Lionel Bechel (2008:69),
kemajuan dalam lingkungan teknologi telah mentransformasi industri pariwisata
dan organisasi harus memantau dengan ketat bagaimana teknologi mempengaruhi
usaha mereka. Mereka harus memastikan tidak tertinggal dan mendapat keuntungan
dari adanya teknologi baru. Perkembangan dalam komunikasi merubah distribusi,
promosi serta operasi produk dan jasa pariwisata, termasuk sistem distribusi global,
internet, komunikasi elektronik, pembuatan tiket, dan transfer dama secara
elektronik.
32
G. Kemitraan (Partnership)
Dalam jurnal makalahnya yang berjudul Good Governance membangun
masyarakat yang demokratis dan nasional oleh Hanapiah (2007:3-4) terdapat
beberapa prinsip. Prinsip-prinsip good governance tersebut adalah:
1) Partisipasi masyarakat, dalam pengambilan keputusan politik atau Negara
2) Daya tanggap pemerintah, terhadap setiap kepentingan masyarakat
3) Transparansi, dalam kerangka arus sistem informasi antara pemerintah dan
publik, antara publik, dan antar lembaga pemerintah
4) Berkadilan, tanpa diskriminasi, dalam kerangka pembiasaan kesejahteraan
publik
5) Efektivitas kerja dan efisiensi sumber dan anggaran
6) Akuntabilitas publik, dalam rangka pemeliharaan legitimasi pemerintah di
mata publik
7) Kesetaran publik
8) Pluralism publik
9) Kebebasan publik
1. Pengertian Kemitraan (Partnership)
Kemitraan hakikatnya merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam
suatu pembangunan. Kemitraan ini didasari atas hubungan yang memiliki ikatan
usaha yang didalamnya terdapat kegiatan yang saling menguntungkan bagi
pelakunya. Kemitraan ini timbul tentunya karena adanya saling membutuhkan oleh
para pelakunya yang satu sama lain saling memiliki kekurangan dan kelebihan,
sehingga nantinya apabila telah dilakukan kemitraan maka akan diperoleh manfaat
yang lebih baik.
Menurut Sulistiyani (2004:129) arti kata kemitraan jika dilihat secara
etimologis yang diadaptasi dari kata partnership yang mempunyai kata dasar
partner. Bertolak dari itulah maka kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk
persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama
33
atas dasar kesepakatan dan saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas disuatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga
dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Dari pendapat tersebut maka kemitraan
dapat terbentuk jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Terdapat dua pihak atau lebih
b) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan
c) Ada kesepakatan, dan
d) Saling membutuhkan
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa partnership merupakan gabungan
dari dua atau lebih individu maupun kelompok untuk melakukan usaha yang
dilakukan secara bekerja sama dengan visi yang sama untuk mencapai tujuan dan
saling menguntungkan satu sama lain. Dalam partnership terjadi pertukaran
informasi untuk beradaptasi dengan organisasi pendukung dalam partisipasinya
mengatasi masalah global. Selain itu partnership merupakan sarana untuk
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan yang lebih luas.
Partnership juga sebagai cara kerjasama untuk menyelesaikan masalah yang
menyangkut finansial, sehingga kualitas antar aktor yang terlibat menjadi
pertimbangan.
2. Bentuk-bentuk Kemitraan/Partnership
Kemitraan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui model-model
dalam penerapan kemitraan itu sendiri. Menurut Sulistiyani (2004:130) model-
model kemitraan terbagi atas sebagai berikut:
34
a) Pseudo partnership (kemitraan semu). Merupakan sebuah persekutuan yang
terjadi antara dua pihak atau lebih, namun sesungguhnya pihak tersebut
tidak melakukan kerjasama secara seimbang satu dengan yang lain. Bahkan
ada satu pihak yang belum tentu paham secara benar akan makna serta
tujuan sebuah kerjasama itu dilakukan dan disepakati. Kemitraan ini
merupakan kemitraan yang unik karena pada kemitraan ini kedua pihak atau
lebih merasakan akan pentingnya melakukan kerjasama tetapi pihak
tersebut belum mengerti dan memahami substansi yang diperjuangkan dan
memberikan manfaat apa
b) Mutualism partnership (Kemitraan Mutualistik). Kerjasama ini merupakan
persekutuan dua belah pihak atau lebih yang saling menyadari betapa
pentingnya mereka melakukan kemitraan. Pentingnya melakukan kemitraan
adalah dapat memberikan manfaat lebih sehingga akan mencapai tujuan
secara optimal. Oleh karena itu, dua organisasi atau kelompok atau lebih
yang memiliki status sama rata atau berbeda akan melakukan kerjasama.
Manfaat saling-silang antara pihak-pihak yang melakukan kerjasama ini
dapat diperoleh sehingga saling menunjang satu dengan lain
c) Conjungtion partnership (Kemitraan melalui peleburan atau
pengembangan). Conjungtion partnership adalah kemitraan yang
dianalogikan sebagai paramecium. Dua paramecium ini melakukan
konjungsi untuk mendapatkan energi dan kemudian terpisah satu dengan
yang lainnya kemudian melakukan pembelaan diri. Dari analogi tersebut,
maka suatu organisasi atau kelompok-kelompok atau perorangan yang
35
memiliki kelemahan dalam melakukan usaha atau partnership kegiatan
dapat melakukan kemitraan dengan model ini. Dua pihak atau lebih dapat
melakukan konjungsi dalam rangka meningkatkan kemampuan masing-
masing
3. Prinsip-prinsip Partnership
Menurut Sulistiyani (2004), hubungan partnership dapat berjalan baik jika
dilandasi oleh prinsip-prinsip yang mendukungnya, antara lain:
a) Kesamaan visi-misi, kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan
visi dan misi dan tujuan organisasi. Kesamaan dalam visi dan misi menjadi
motivasi dan perekat pola kemitraan atau kerjasama. Dua atau lebih
lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama
b) Kepercayaan. Setelah ada kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya
yang tidak kalah penting adalah rasa saling percaya antar pihak yang
bermitra. Oleh karena itu, kepercayaan adalah modal dasar membangun
jejaring dan kemitraan/kerjasama. Untuk dapat dipercaya maka komunikasi
yang dibangun harus dilandasi itikad (niat) yang baik dan menjunjung tinggi
kejujuran
c) Saling menguntungkan. Asas saling menguntungkan merupakan fondasi
yang kuat dalam membangun kemitraan. Jika dalam bermitra adala salah
satu pihak yang merasa dirugikan, merasa tidak mendapat manfaat lebih,
maka akan mengganggu keharmonisan dalam bekerja sama. Antara masing-
masing dan merasa diuntungkan
36
d) Efisiensi dan efektivitas. Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk
mencapai tujuan yang sama diharapkan mampu meningkatkan efisiensi
waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi tersebut tentu saja tidak mengurangi
kualitas proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektivitas pencapaian
tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra kerja.
Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang
bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi
lebih efektif
e) Komunikasi timbal balik. Komunikasi timbal balik atas dasar saling
menghargai satu sama lain merupakan fundamen dalam membangun
kerjasama. Tanpa komunikasi timbal balik maka akan terjadi dominasi satu
terhadap yang lainnya yang dapat merusak hubungan yang sudah dibangun
f) Komitmen yang kuat. Jejaring kerjasama akan terbangun dengan kuat dan
permanen jika ada komitmen satu sama lain terhadap kesepakatan-
kesepakatan yang dibuat bersama
4. Langkah-langkah Partnership
Kemitraan dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuannya jika menetapkan
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan. Menurut Kamil dalam Kurniawati
(2013: 24-25) terdapat langkah-langkah kemitraan yang dapat diterapkan, yaitu:
a) Identifikasi intern lembaga. Pada tahapan ini mengidentifikasi komponen-
komponen yang belum dimiliki untuk menyelenggarakan program yang
akan menjadi kebutuhan program, langkah awal yang harus dilakukan
37
lembaga adalah menimbang komponen apa yang harus ada pada
penyelenggaraan program tersebut
b) Merumuskan aspek yang perlu dimitrakan. Dari hasil kegiatan identifikasi,
langkah, selanjutnya adalah menyusun prioritas kebutuhan berdasarkan data
hasil identifikasi, sehingga dari hasil kegiayan ini akan diketahui
komponen-komponen mana yang akan dimitrakan terlebih dahulu
berdasarkan tahapan kegiatan pelaksanaan program dan juga menyusun
kriteria-kriteria hasil identifikasi lembaga dibuat aspek-aspek yang akan
dibutuhkan untuk penyelenggaraan program, kebutuhan tersebut akan
menjadi aspek yang akan dimitrakan dengan lembaga lain dan juga
menentukan kriteria calon mitra
c) Setelah diketahui komponen-komponen yang akan dimitrakan, langkah
selanjutnya adalah mencari lembaga calon mitra yang sesuai dengan
kebutuhan dan kriteria yang telah ditentukan
d) Membuat kesepakatan dengan lembaga calon mitra
e) Setelah ada calon yang ditentukan berdasarkan kriteria yang dibutuhkan,
maka langkah selanjutnya adalah membuat kesepakatan yang berkenaan
dengan hak dan kewajiban mitra kerja, keputusan tersebut berdasarkan
persetujuan kedua belah pihak. Selanjutnya membuat perarturan-peraturan
yang disepakati bersama, yang akan menjadi pedoman kedua belah pihak
dalam rangka melaksanakan jaringan kemitraan
5. Manfaat Kemitraan
a. Produktivitas
38
Chase and Aquilano dalam Hafsah (2000:54) mengungkapkan bahwa
dalam era ekonomi global dimana mekanisme pasar menjadi acuan semua
pelaku ekonomi, maka kata kunci yang menjadi indikator keunggulan
adalah produktivitas. Secara umum produktivitas didefinisikan dalam
model ekonomi sebagai output dibagi dengan input. Dengan kata lain
produktivitas akan meningkat apabila dengan input yang sama dapat
diperoleh hasil yang lebih tinggi atau sebaliknya dengan tingkat hasil yang
sama hanya membutuhkan input yang lebih rendah.
b. Efisiensi
Efisiensi erat kaitannya dengan produktivitas. Dalam teori Operations
Management (Schonberger and Knod dalam Hafsah. 2000:55) menjelaskan
bahwa produktivitas dirumuskan sebagai hasil perkalian antara efisiensi
dan utilisasi. Sedangkan Chase and Aquilano dibagi dengan efisiensi, dan
mendefinisikan efisiensi sebagai doing things right atau mendapatkan hasil
sesuai yang diinginkan.
c. Jaminan Kualitas, kuantitas dan kontinuitas
Produk akhir ari suatu kemitraan ditentukan oleh dapat tidaknya diterima
pasar. Indikator diterimanya suatu produk oleh pasar adalah adanya
kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen (market driven quality
ataudriven quality) loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada
jaminan mutu dari suatu produk. Jaminan kualitas semakin terasa apabila
produk kita diekspor (Hafsah, 2000:57-58)
39
Hafsah (2000:59) menjelaskan tentang kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
yang biasa disingkat “Tiga Tas” sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan
produktivitas yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada
gilirannya menjamin keuntungan perusahaan mitra. “Tiga Tas” ini
memerlukan manajemen yang mantap, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi. Sehingga perlu disertai
dengan prosedur dan petunjuk teknis yang jelas dan disiplin yang ketat.
“Tiga Tas” ini juga merupakan perekat kemitraan, apabila berhasil dapat
melangengkan kelangsungan kemitraan ke arah penyempurnaan.
d. Resiko
Hafsah (2000:60) mengungkapkan bahwa setiap kegiatan bisnis atau usaha
ada resiko. Bahkan satu norma yang dianut oleh dunia usaha bahwa
keuntungan/kesuksesan yang besar biasanya mengandung konsekuensi
resiko yang besar dapat ditanggung bersama (risk sharing) tentunya pihak-
pihak yang bermitra akan menanggung resiko secara proposional sesuai
dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh.
Selanjutnya Hafsah (2000:60) menuliskan tentang manajemen resiko, yaitu
dalam teori manajemen resiko dilihat dari sudut finansial, perusahaan besar
biasanya menerapkan falsafah “tidak menaruh seluruh telurnya dalam satu
keranjang (do not put your all eggs in one basket), artinya dengan modal
yang ada diusahakan untuk mendiversikasi usahanya dalam beberapa
kegiatan. Hal ini akan mudah tercapai apabila perusahaan tersebut
bekerjasama atau bermitra dengan pihak lain.
40
e. Sosial
Dengan kemitraan usaha bukan hanya memberikan dampak positif dengan
saling menguntungkan melainkan dapt memberikan dampak sosial (social
benefit) yang cukup tinggi. Ini berarti Negara terhindar dari kecemburuan
sosial yang bisa berkembang menjadi gejolak sosial akibat ketimpangan.
Demikian pula melalui kemitraan dapat menghasilkan persaudaraan antar
pelaku ekonomi yang berbeda status. Ini sesungguhnya merupakan wujud
dari keadilan sosial dan keadilan ekonomi seperti diamanatkan UUD 1945
(Hafsah. 2000:61)
f. Ketahanan Ekonomi Nasional
Dalam mendorong terciptanya kemitraan usaha yang sering dilakukan
adalah dengan menciptakan iklim kondusif berupa peraturan, mewujudkan
model atau pola kemitraan yang sesuai, yaitu dengan menyediakan
prasarana penunjang (listrik, sarana transportasi, telepon, dan lainnya).
Dengan adanya upaya dan fasilitas fisik diharapkan akan terwujud
kemitraan. Produktivitas, efektifitas, dan efisiensi akan meningkatyang
akhirnya akan bermuara pada meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan
para pelaku kemitraan (Hafsah, 2000:62). Kemudian Hafsah (2000:62)
menuliskan bahwa dengan adanya peningkatan pendapatan yang diikuti
tingkat kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik
otomatis akan mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku
yang terlibat dalam kemitraan usaha yang pada gilirannya mampu
meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Penelitian deskriptif (penggambaran), yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan
apa yang terjadi pada saat melakukan penelitian. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan mengintepretasikan kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa, melainkan
hanya mendeskripsikan informasi apa adanya secara objektif. (Sugiyono 1992).
Dengan menggunakan jenis ini penulis bermaksud mendapatkan data, gambaran
dan menggali informasi yang mendalam tentang Pengembangan Desa Pariwisata
Berbasis Potensi Lokal Melalui Pendekatan Kemitraan. Pendekatan kualitatif
dipilih agar dapat menggali informasi secara mendalam mengenai Pengembangan
Desa Pariwisata Berbasis Potensi Lokal Melalui Pendekatan Kemitraan.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif sangatlah penting berkaitan
dengan perumusan masalah maupun data yang akan dikumpulkan dan diolah untuk
kemudian dianalisis. Fokus ini bertujuan untuk menentukan batas penelitian yang
akan dilakukan sehingga memperjelas batasan dan mempertajam bahasan. Dalam
fokus penelitian dapat berkembang sesuai dengan perkembangan masalah
penelitian di lapangan, dimana segala sesuatu dalam penelitian ini ditentukan dari
hasil akhir pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan.
42
Menurut Moleong (2009:97) fokus pada dasarnya adalah masalah pokok
yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang
diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah atau kepustakaan lainnya. Fokus
penelitian merupakan tahap awal pelaksanaan penelitian, dengan demikian
penelitian akan memperoleh gambaran secara umum tentang objek yang akan
diteliti.
Berdasarkan pada masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka fokus dari
penelitian ini adalah:
1. Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten.
a. Pelibatan atau Peran Masyarakat
b. Promosi Pariwisata
c. Sarana dan Prasarana
2. Kemitraan dalam Pengembangan Desa Pariwisata di Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.
a. Bentuk Kemitraan
b. Manfaat Kemitraan
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kabupaten
Klaten sedangkan situsnya adalah Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten serta BUMDes Desa Ponggok bahwa lokasi dan situs dipilih
dengan pertimbangan merupakan salah satu desa wisata dan kawasan sumber air
43
yang dalam pengelolaan dan pengembangannya secara maksmimal oleh pemerintah
desa untuk memajukan potensi sumber daya alam berbasis kemitraan. Sehingga
bisa menarik para wisatawan untuk menikmati wisata air di Desa Ponggok dan
sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal serta
menjadikannya tempat rekrasi yang diminati. Situs penelitian adalah tempat dimana
peneliti dapat menangkap dan mengetahui keadaan sebenarnya dari objek yang
diteliti guna memperoleh data yang valid dan akurat. Situs penelitian ini adalah
BUMDes dan Desa Ponggok dengan pertimbangan bahwa situs tersebut
mempunyai data yang valid dalam pengembangan desa pariwisata.
D. Jenis dan Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain (Basrowi & Suwandi, 2008). Berdasarkan penyataan diatas jenis data
dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Data Primer
Data Primer menurut Narimawati (2008:98) adalah data yang berasal dari
sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi
ataupun dalam bentuk file. Adapaun sumber dari data primer didapatkan
melalui informan dan peristiwa. Informan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kepala Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten
44
b. Pengurus Wisata Air Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten
Klaten
c. Wisatawan Desa Ponggok (2)
d. Masyarakat Desa Ponggok (2)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung memberikan data
kepada peneliti. Data sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung
keperluan data primer. Data sekunder dapat berupa buku, literature, dan
bacaan-bacaan (Sugiyono, 2008:402). Adapun data sekunder dalam
penelitian ini bersumber dari:
a. RPJMDes
b. AD/ART BUMDes Ponggok
c. Website resmi Kabupaten Klaten dan Desa Ponggok
E. Teknik Pengumpulan Data
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang memenuhi standar data yang
diterapkan (Sugiyono, 2014:224). Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara
dengan informan, observasi an penelusuran dokumen. Informan adalah orang yang
dianggap tepat dan mampu serta dipercaya untuk memberikan data dan informasi
guna menangkap suatu fenomena. Dengan demikian peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data demi menunjang penelitian ini, antara lain:
1. Wawancara
45
Salah satu metode pengumpulan data yang efektif ialah dengan cara
melakukan wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya langsung
kepada informan. Esterberg dalam Sugiyono (2014:231) mendefinisikan
wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti,
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tatap muka dan
melalui media (telfon atau teks). Sedangkan teknik pengumpulan informan yang
digunakan adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2013:218-219)
purposive sampling adalah teknik pengumpulan informan dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan ini dapat berupa informan dianggap paling tau mengenai apa
yang trejadi.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan data dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti serta merupakan proses yang kompleks tersusun dari
proses biologis dan psikologis. Nasution dalam Sugiyono (2014:226)
mendefinisikan observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Dalam
menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan
dan ingatan peneliti. (Usman dan Akbar 2003:54).
Kata lain dari metode observasi yaitu pengamatan. Istilah dari pengamatan
itu sendiri adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memahami dan
46
mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Ada dua indera yang sangat
vital dalam melakukan pengamatan, yakni mata dan telinga. Dalam penelitian ini
observasi dilakukan pada desa Ponggok serta masyarakatnya. Teknik pengamatan
yang dilakukan adalah observasi non partisipasi adalah proses pengamatan tanpa
ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan
sebagai pengamat (Margono, 2005:161-162). Panjang observasi 2 bulan terhitung
dari bulan Maret hingga bulan Mei.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah ada (Sugiyono,
2014:240). Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti dalam rangka pengumpulan
data di lapangan. Sebagai pelengkap dari catatan lapangan maka peneliti juga
memanfaatkan smartphone agar mudah dalam mengulang ingatan tentang kondisi
lapangan dan jalannya wawancara dan mendokumentasikan gambar. Dokumen
didapatkan dengan cara mengcopy data dengan dikirim email, kepingan CD, dan
pemberian hardcopy langsung. Dokumen didapatkan dengan cara mengkopi data
dari computer, melalui email, melalui kepingan CD, serta hardcopy langsung.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dan
diinterpretasikan dimana data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Menurut
47
Miles, Huberman dan Sadana (2014:12) bahwa analisis data terdiri dari tiga alur,
diantaranya sebagai berikut:
1. Kondensasi Data
Kondensasi data mengacu proses penelitian, memfokuskan,
meyederhanakan, abstraksi, dan/atau mengubah data yang muncul dalam
kumpulan bahan dari catatan lapangan yang ditulis, catatan wawancara,
dokumen, dan bahan-bahan empiris lainnya. Dengan kondensasi data
peneliti dapat mempertajam, menggolongkan, memfokuskan, membuang
data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Langkah kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian
merupakan penyusunan informasi-informasi yang memungkinkan adanya
penarikan kesimpulan dan mengambil tindakanpenyajian data melipti
berbagai jenis matriks, grafik, dan jaringan. Semua dirancang untuk
menyusun informasi agar penulis dapat menganalisis dan menarik suatu
kesimpulan. Dalam penyajian data tersebut terdapat data-data wawancara
dengan informan, data tabel kunjungan wisata yang digunakan peneliti
untuk menjelaskan hasil penelitian
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Setalah data dikumpulkan dan dianalisis, maka data tersebut dapat ditarik
suatu kesimpulan. Kesimpulan akhir mungkin tidak muncul sampai
pengumpulan data selesai. Oleh karena itu, kesimpulan diverifikasi berupa
48
pengumpulan data atau dapat juga dengan melakukan salinan dalam
kumpulan data yang lain. Menjelaskan bagaiman realita di lapangan dengan
teori yang ada. Sehingga dapat diketahui apakah sesuai dengan teori atau
ada faktor lain yang mempengaruhi sehingga tidak semuanya sesuai dengan
teori.
Gambar 1 : Model Analisis Data Interaktif
Sumber: Miles, Hubeman, dan Saldana (2014:13)
Data
Collection Data Display
Data
Condensation
Condusions
Drawing/
Verifying
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, akan disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang
terbagi atas gambaran umum dan hasil penelitian disesuaikan dengan fokus yang
telah ditetapkan. Gambaran umum mencakup gambaran umum lokasi penelitian
Kabupaten Klaten dan situs penelitian Desa Ponggok dan BUMDes Desa Ponggok.
Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan melalui pengembangan desa wisata dan
kemitraan. Hasil penelitian dan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian
Gambaran umum lokasi dan situs penelitian dijelaskan dengan gambaran
umum Kabupaten Klaten, gambaran umum Desa Ponggok, dan BUMDes Desa
Ponggok sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten
Gambaran umum lokasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten Klaten baik
dalam kondisi geografis maupun demografis sebagai berikut:
Kondisi geografis Kabupaten Klaten terletak pada 110° 26’ 14” - 110° Bujur
Timur, 7° 32’ 19” - 7° 48’ 33” Lintang Selatan.
Batas Wilayah :
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunungkidul (DIY)
Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY)
50
Kondisi geologis Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 dataran :
Sebelah Utara : Dataran Lereng Gunung Merapi
Sebelah Timur : Membujur Dataran Rendah
Sebelah Selatan : Dataran Gunung Kapur
Gambar 4.2 Peta Kabupaten Klaten
Sumber: Pemerintah Kabupaten Klaten
Kondisi Topografi Kabupaten Klaten terletak diantara Gunung Merapi dan
Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75 hingga 160 meter di atas
permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng gunung merapi di bagian utara
areal miring, wilayah datar dan berbukit dibagian selatan. Jika ditinjau dari
ketinggiannya, Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan yang berada
pada ketinggian bervariasi, yaitu 9,72 persen terletak di ketinggian 0-100 meter dari
permukaan air laut. 77,52 persen terletak di ketinggian 100-500 meter dari
permukaan air laut dan 12,76 persen terletak di ketinggian 500-1.000 meter dari
permukaan air laut. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan
51
musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temparatur udara rata-
rata 28-30 derajat celcius dengan kecepatan angina rata-rata sekitar 153 milimeter
setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari (350mm) dan
curah hujan terendah pada bulan Juli (8m). Sebagian besar wilayah kabupaten ini
adalah dataran dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan,
bagian dari sistem gunung merapi. Ibukota Kabupaten ini berada di jalur utama
Solo-Yogyakarta.
Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran, sebelah utara yaitu
dataran lereng gunung merapi (wilayah bagian utara) membentang di sebelah utara
meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang,
Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Sebelah timur yaitu membujur dataran rendah
(wilayah bagian tengah) yang meilputi wilayah kecamatan : manisrenggo, Klaten
Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Kalikotes, Ngawen, Kebonarum, Wedi,
Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan,
Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom dan Polanharjo. Sebelah selatan yaitu
dataran gunung kapur (wilayah bagian selatan) yang membujur di sebelah selatan
meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat, Cawas dan sebagian
Gantiwarno. Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah
dan didukung dengan banyaknya sumber air, maka daerah Kabupaten Klaten
merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali
dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi (Pemeritah Kabupaten Klaten).
52
Kabupaten Klaten terdiri atas 26 kecamatan, yang terbagi lagi menjadi
sejumlah desa dan kelurahan.
Tabel 2. Pemerintahan Administratif Kabupaten Klaten
Kecamatan Desa Kelurahan Dukuh Luas Wilayah
(Km2)
01. Prambanan
02. Gantiwarno
03. Wedi
04. Bayat
05. Cawas
06. Trucuk
07. Kalikotes
08. Kebonarum
09. Jogonalan
10. Manisrenggo
11. Karangnongko
12. Ngawen
13. Ceper
14. Pedan
15. Karangdowo
16. Juwiring
17. Wonosari
18. Delanggu
19. Polanharjo
20. Karanganom
21. Tulung
22. Jatinom
23. Kemalang
24. Klaten Selatan
25. Klaten Tengah
26. Klaten Utara
16
16
19
18
20
18
7
7
18
16
14
13
18
14
19
19
18
16
18
19
18
17
13
11
3
6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
6
2
183
149
178
228
238
171
99
65
202
252
35
124
42
151
161
208
149
37
44
48
185
207
214
112
97
124
24,43
25,64
24,38
39,43
34,47
33,81
12,98
9,67
26,70
26,96
26,74
16,97
24,45
19,17
29,26
29,79
31,14
18,78
23,84
24,06
32,00
25,53
51,66
14,43
8,92
10,38
Sumber : BPS Kabupaten Klaten
53
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Klaten 2012-
2015
Kecamatan
2012 2013 2015
Prambanan 49.977 50.047 49.030
Gantiwarno 41.306 41.402 34.459
Wedi 55.904 55.988 47.374
Bayat 64.231 64.513 53.434
Cawas 66.071 66.085 50.530
Trucuk 83.817 84.042 70.601
Kalikotes 38.471 38.677 33.512
Kebonarum 21.541 21.629 17.879
Jogonalan 58.825 58.968 54.337
Manisrenggo 42.463 42.642 39.622
Karangnongko 37.899 37.865 32.564
Ngawen 45.068 45.199 40.534
Ceper 63.961 64.312 58.729
Pedan 49.117 49.253 42.736
Karangdowo 51.120 51.111 38.644
Juwiring 61.110 60.942 53.802
Wonosari 63.177 63.432 58.473
Delanggu 44.949 45.030 39.564
Polanharjo 46.542 46.627 36.555
Karanganom 49.239 49.218 40.865
Tulung 54.888 54.937 45.583
Jatinom 58.593 58.621 54.150
Kemalang 35.656 35.767 35.768
Klaten Selatan 42.724 42.960 43.448
Klaten Tengah 44.152 44.205 40.046
Klaten Utara 43.113 43.435 46.556
Kabupaten Klaten 1.313.914 1.316.907 1.158.795
Sumber: BPS Kabupeten Klaten
54
2. Gambaran Umum Situs Penelitian
Gambaran umum situs penelitian diuraikan melalui gambaran umum Desa
Ponggok dan BUMDes Desa Ponggok sebagai berikut:
a. Gambaran Umum Desa Ponggok
Gambar 4.3 Peta Wilayah Desa Ponggok
Sumber: Pemerintah Desa Ponggok 2014-2019
Ponggok adalah desa di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Propinsi
Jawa Tengah dengan luas wilayah Desa Ponggok 77,2255 Ha. Desa Ponggok
berbatasan dengan Desa Cokro, Kecamatan Tulung di sebelah Utara, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Nganjat, Kecamatan Polanharjo, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Njeblog, Kecamatan Karanganom, dan sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Dalangan. Kecamatan Tulung. Secara orbitasi jarak Desa
55
Ponggok ke Kecamatan Polanharjo yaitu 3km, jarak ke Ibu Kota Kabupaten Klaten
yaitu 15km dan jarak dari Jalan Jogja-Solo yaitu 10km. (rpjm)
Secara administrasi Desa Ponggok terbagi menjadi 4 dukuh yang terbagi
dalam 6 Rw dan 12 Rt. Ditinjau dari jumlah penduduk, Desa Ponggok memiliki
2.036 penduduk yang terbagi dalam 609 KK dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 1.017 penduduk dan 1.019 penduduk perempuan.
Paparan administrasi Desa Ponggok untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel
2 berikut ini:
Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Desa Februari 2017
Dukuh Laki-laki Perempuan
1. Umbulsari 323 318
2. Kiringan 216 229
3. Ponggok 408 395
4. Jeblogan 104 115
Sumber : Pemerintah Desa Ponggok
1) Sejarah Desa Ponggok
Keberadaaan Desa Ponggok sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu. Hal
ini dapat dirunut dari jejak peninggalan masa lampau. Tahun 1920-an Desa
Ponggok adalah kawasan industri karena adanya Pabrik Gula Ponggok
(Suikerfabriek Ponggok). Letak Pabrik Gula Ponggok tepatnya di seberang jalan
raya, timur Umbul Ponggok sekarang. Parik-pabrik gula yang berdekatan dengan
Ponggok antara lain Suikerfabriek TjokroToeloeng, Suikerfabriek Karanganom,
Suikerfabriek Djatinom, dan Suikerfabriek Delanggoe. Pada masa itu wilayah
Ponggok secara administratif merupakan wilayah kawedanan Ponggok. Keluarga-
56
keluarga Belanda sudah banyak yang tinggal di Ponggok karena sebagian besar
karyawan Pabrik Gula Ponggok adalah warga Belanda seperti administrator,
manajer, juru buku, dll. Keluarga-keluarga tersebut tinggal di “Loji-loji” yang dulu
rumahnya di sebelah utara Umbul Ponggok. Sekitar tahun 1930-an karena kondisi
ekonomi, sosial politik dunia sedang krisis dan masa perjuangan Indonesia
membawa dampak kemunduran bagi Pabrik Gula Ponggok dan akhirnya
operasional pabrik gula ditutup.
Diantara peninggalan kejayaan Pabrik Gula Ponggok yang sekarang masih
ada adalah Umbul Ponggok. Dahulu Umbul Ponggok adalah mata air yang
dijadikan sebuah water reservoir yang berfungsi sebagai tampungan air untuk
kebutuhan operasional Pabrik Gula Ponggok dan Pabrik Gula Karanganom, selain
itu untuk pengairan perkebunan tebu di wilayah Polanharjo, Karanganom, dan
Ceper. Setelah pabrik gula tidak beroperasional lagi, keberadaan water reservoir
Ponggok masih difungsikan sebagai pengairan sawah dan perkebunan sampai
sekarang. Masyarakat sekitar lebih sering menyebutnya Umbul Ponggok (mata air
Ponggok) karena sumber airnya memang berasal dari mata air alami yang
mempunyai kualitas bags untuk kebutuhan air minum warga sekitar.
Seiring dengan perkembangan jaman, Umbul Ponggok adalah potensi objek
yang luar biasa, selain untuk kebutuhan seperti pengairan sawah dan air minum,
dapat juga sebagai objek wisata. Pemerintah Desa Ponggok dan masyarakat dengan
inovasi dan kreasinya “menyulap” Umbul Ponggok menjadi objek wisata yang unik
dengan tema snorkeling, diving dan foto underwater. Untuk menarik minat wisata
maka terkenal dengan julukan “Bunaken van Klaten”. Sensasi menyelam dalam air,
57
menikmati keindahan underwater dengan rasa air tawar yang segar dan dingin
seperti snorkeling, diving di Bunaken (Pemerintah Desa Ponggok)
2) Visi dan Misi Desa Ponggok
a) Visi
Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Desa
Ponggok harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipatif,
inovatif, serta produktif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang
keadaan masa depan, berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan, dibangun
melalui proses refleksi dan proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur yang dianut
oleh seluruh komponen stakeholders. Berpijak atas dasar kondisi obyektif serta
perkembangan situasi dan tantangan di masa mendatang, maka visi Desa Ponggok
adalah:
“Terwujudnya Desa Wisata Ponggok yang Mandiri, Mampu Dalam
Pengelolaan Potensi Desa dan Pembangunan Berkelanjutan Untuk
Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera, Berkualitas, Berbudaya,
Maju, Adil, Demokratis dan Peduli Terhadap Lingkungan”
b) Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan
tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa
mengabaikan mandate yang diberikannya. Sesuai dengan Visi Desa Ponggok, maka
Misi Desa Ponggok adalah:
a) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
b) Meningkatkan kualitas SDM masyarakat
58
c) Meningkatkan partisipasi masyarakat
d) Mengembangkan teknologi informasi
e) Membangun infrastruktur sarana dan prasarana desa
f) Mengembangkan seluruh potensi desa
g) Melestarikan kearifan lokal
h) Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
i) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
j) Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
k) Membangun kerjasama dan kemitraan strategis
l) Mengembangkan kegiatan keagamaan
b. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Tirta Mandiri Desa Ponggok
1) Sejarah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri Desa Ponggok
BUMDes merupakan instrument pendayagunaan ekonomi lokal dengan
berbagai ragam jenis potensi. Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha
ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan BUMDes juga memberikan
sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan
desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatakan kesejahteraan rakyat
secara optimal.
Bahwa dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
sebagaimana diamanatkan dalam Bab VII bagian kelima yang menyatakan
Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat dan desa. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan pendirian BUMDes,
maka berdasarkan Pasal 78 PP 72 Tahun 2005 tentang Desa, Bahwa Pemerintah
59
Kabupaten Klaten No. 20 Tahun 2006 menetapkan tentang Badan Usaha Milik
Desa.
Berdasarkan Undang-Undang dan peraturan di atas, maka muncul gagasan
dari Kepala Desa Ponggok melalui mekanisme musyawarah sebagai wujud
melembagakan demokrasi lokal dengan mempertemukan BPD, Pemerintah Desa
dan Kelompok warga untuk membahas isu-isu strategis salah satunya soal pendirian
BUMDes. Mendirikan BUMDes pada dasarnya membangun tradisi berdemokrasi
di desa untuk mencapai derajat ekonomi masyarakat desa yang lebih tinggi. Dengan
berbekal daftar inventarisasi potensi dan peta asset desa, forum musyawarah Desa
Ponggok melakukan praktik deliberative democracy untuk menyepakati gagasan
pengelolaan dan pemanfaatan asset-aset desa melalui BUMDes. Dengan
pertimbangan yang matang Pemerintah Desa Ponggok mendirikan BUMDes pada
tanggal 15 Desember 2009 berdasarkan keputusan yang dituangkan dalam
Peraturan Desa No. 6 Tahun 2009 dengan nama BUMDes Tirta Mandiri
(Pemerintah Desa Ponggok).
2) Profil Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri
Sebagai desa yang memiliki potensi alam yang berlimpah dan merupakan
salah satu desa wisata di Kabupaten Klaten, sangat masuk akal apabila Pemerintah
Desa Ponggok tidak ingin menyia-nyiakan potensi strategis ini. Langkah kongkrit
yang diambil untuk mewujudkan harapan diatas adalah mendirikan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri sebagai pengelola potensi dan aset desa serta
mengembangkan perekonomian yang menguntungkan. Pembentukan BUMDes ini
60
juga dimaksudkan guna mendorong/menampung seluruh kegiatan peningkatan
pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat istiadat/budaya
setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk dikelola
masyarakat melalui program proyek pemerintah dan pemerintah daerah.
BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok ini juga sebagai pengelola pariwisata
Desa Ponggok. Desa Ponggok merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten
Klaten karena kekayaan air dan alam yang berlimpah. BUMDes Tirta Mandiri
memiliki Logo dan Arti seperti dibawah ini:
Gambar 4.4 Logo BUMDes Tirta Mandiri
Sumber: AD/ART BUMDes Tirta Mandiri
a) Tulisan TM sebagai motto nilai kemandirian, kemapanan dan kemantapan,
kepanjangan dari Tirta Mandiri
Tirta berarti air merupakan kekhususan atau kekasan dari Desa Ponggok.
Mandiri berarti berdiri sendiri
b) Tiga air yang bergelombang yang artinya bahwa BUMDes mempunyai 3
tujuan utama yang tertera pada Bab IV pasal 6
61
c) Tiga air yang bergelombang yang tidak sama besarnya berarti komposisi
yang kompak
d) Titik biru merupakan asas dari managemen BUMDes yaitu satu asas
pancasila
e) Oval hijau berarti berwawasan lingkungan Desa Ponggok
f) Visual warna:
- Warna biru tua simbolisasi dari sikap dan sifat yang teguh
- Warna biru muda mempunyai karakter yang cerah dan menggambarkan
kegembiraan dan kebanggaan dalam melayani masyarakat Desa
Ponggok
- Warna hijau simbolisasi dari ramah lingkungan
3) Visi dan Misi BUMDes Tirta Mandiri
Visi BUMDes Tirta Mandiri
Sejalan dengan Visi Desa Ponggok yaitu :
“Menjadi Desa Wisata yang mandiri, mampu dalam pengelolaan desa dan
pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
berkualitas, berbudaya, maju, adil, demokratis dan peduli terhadap
lingkungan”.
Misi BUMDes Tirta Mandiri yaitu :
a) Mengembangkan asset yang ada untuk terus dapat dimaksimalkan sebagai
sumber pendapatan desa yang berkelanjutan
b) Mampu menganalisa potensi, peluang dan tantangan untuk menyusun
rencana usaha yang mengikuti trend pasar atau menciptakan pasar baru
62
c) Pengelolaan keuangan yang sehat berikut dengan strategi perencanan
investasi yang tepat dan tingkat resiko yang rendah
d) Peningkatan kinerja dan kapasitas SDM BUMDes untuk dapat tercapainya
BUMDes yang handal dan terpercaya
e) Strategi promosi produk barang dan jasa efektif untuk
menarik/menumbuhkan kepercayaan investor untuk penanaman modal di
BUMDes dengan pembagian hasil rasional (BUMDes Ponggok Tahun
2016)
4) Pengelolaan Desa Wisata
Berdasarkan Peraturan Desa, wisata yang ada di Desa Ponggok dikelola oleh
BUMDes Tirta Mandiri. Bahwa dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Bab VII bagian
kelima yang menyatakan Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik
Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa dengan harapan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa.
Adapun susunan organisasi dan tugas pokoknya sebagai berikut:
1) Susunan Organisasi Pengelola BUMDes Tirta Mandiri terdiri dari:
a. Dewan Komisaris
1. Komisaris Utama : Junaedi Mulyoono, SH
2. Anggota Komisaris :
a) Bidang Hukum dan Kebijakan Publik : Yani Setiadi, S.Sos
63
b) Bidang Ekonomi dan Bisnis : Sunarno dan Ira Herawati
c) Bidang Pengembangan SDM : Sugeng Raharjo, Sarjono,
dan Untoyo
d) Dewan Pengawas : Tri Nuryanto, Puguh Sarwono dan Yeti
Rahayu
b. Pengurus BUMDes :
1. Direktur Utama : Joko Winarno, S.Pt
2. Direktur Pengembangan : Untung Hari Margana
3. Bendahara : Arum Setyarini
4. Sekretaris : Nurul Huda
5. Administrasi : Emi Kurniasari
c. Karyawan BUMDes
1. Manajer operasional : Sentot
2. Korlap : Suwito
3. Staff Keamanan : Purwo Budiono
4. Staff Kebersihan : Marjuki dan Subekti
5. Staff Parkir : Agus Suwarno, Agus Pamungkas, dan
Suroto
6. Staff Tiketing : Sri Nur I dan Anis Mayda
7. Staff Persewaan : Joko Sungkono, Ignasius L, Elfana M,
Selvina, dan Siti Mardiyah
64
Gambar 4.5 Strutur Organisasi BUMDes Tirta Mandiri
Sumber: BUMDes Tirta Mandiri
B. Penyajian Data
Pada bagian ini disajikan data terkait pengembangan potensi lokal di Desa
Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten serta Kemitraan dalam
Pengembangan Desa Pariwisata Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten
Klaten. Terkait pengembangan potensi lokal diuraikan dengan pelibatan atau peran
masyarakat, promosi pariwisata, dan sarana prasarana. Sedangkan terkait dengan
kemitraan diuraikan melalui bentuk dan manfaat kemitraan. Secara lebih rinci
sebagaimana diuraikan berikut:
DEWAN
KOMISARIS
DIREKTUR BADAN
PENGAWAS
BENDAHARA
PERALATAN PARKIR KEAMANAN KEBERSIHAN TIKET
SEKRETARIS
MANAJER
PERSONALIA
MANAJER
OPERASIONAL
KORLAP UNIT
PAB
KORLAP UMBUL
PONGGOK
KORLAP
PERSEWAAN
65
a) Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten
Upaya pengembangan potensi pariwisata lokal di Desa Ponggok dilakukan
melalui kegiatan pelibatan atau peran masyarakat, promosi pariwisata dan sarana
dan prasarana yang diuraikan melalui penyajian data berikut:
1. Pelibatan atau Peran Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa
Ponggok salah satu bentuk pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok adalah
dengan pelibatan atau peran serta masyarakat. Hal ini didasarkan pada hasil
wawancara berikut:
“berada didataran rendah antara gunung merbabu dan merapi kita diberi
anugrah Allah sumber daya alam yang sangat berlimpah khususnya air yang
menjadikan kita dari potensi itu dapat dijadikan sebuah pendapatan. Kalau dulu air
hanya digunakan untuk mencuci dan pertanian dimana air itu kita gunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya untuk pariwisata, perikanan
dan lain-lain…..potensi kesuburan tanah sangat subur sekali, Desa Ponggok untuk
pertanian bisa 2 tahun sebanyak 5 kali”
Melalui hasil wawancara tersebut terlihat bahwa upaya pelibatan atau peran
serta masyarakat dan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes) Ponggok dijelaskan bahwa pengembangan potensi desa juga meliputi
pertanian dan perikanan. Selain dikembangkan untuk daerah wisata, sumber air
yang melimpah dimanfaatkan oleh warga Desa Ponggok untuk membudidayakan
ikan, terutama ikan nila. Desa ponggok memiliki lahan potensial seluas 8 ha dan
66
lahan yang digunakan untuk perikanan seluas 5 ha dengan penghasilan produksi
0.57 ton perhari. Selain budidaya ikan nila di Desa Ponggok juga terdapat budidaya
udang galah dan nila, dimana budidaya ini dapat menghasilkan 1 kwintal perbulan.
Selain udang galah dan nila, warga desa juga mulai mengembangkan budidaya ikan
koi sebagai alternatif untuk mendapatkan penghasilan. Disektor pertanian di Desa
Ponggok bisa 2 tahun sebanyak 5 kali memanen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa
Ponggok salah satu bentuk pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok adalah
dengan pelibatan atau peran serta masyarakat. Hal ini didasarkan pada hasil
wawancara berikut:
“Pemerintah secara profil desa digunakan sebagai dasar data dimana kita
melangkah menjadi desa wisata…program satu rumah satu mahasiswa
dimana untuk menyiapkan orang-orang untuk melanjutkan program-
program… Ada yang namanya saham masyarakat yang mana saya dulu
pernah ngomong ke masyarakat bahwa kita tidak bisa membangun jalan yang
mulus, gedung dan insfrastruktur yang mewah, tetapi kita akan membangun
sebuah sistem yang mana sistem ini nanti yang akan membangun fisik , jalan,
masyarakat, pertanian, pariwisata, budaya” (wawancara pada 27 maret 2017)
Melalui hasil wawancara tersebut terlihat bahwa upaya pelibatan atau peran
serta masyarakat dilakukan dengan program satu rumah satu mahasiswa yang
diharpak dapat menyiapkan generasi muda untuk melanjutkan program-program,
khususnya terkait pengembangan potensi lokal Desa Ponggok. Selain itu pelibatan
atau peran masyarakat juga dilakukan melalui penanaman saham masyarakat di
BUMDes. Melalui penanaman saham tersebut diharapkan dapat membangun
sebuah sistem untuk pelaksanaan pembangun fisik jalan, masyarakat, pertanian,
pariwisata dan budaya.
67
Pelibatan atau peran masyarakat melalui kegiatan penanaman saham.
Masyarakat dapat menanam saham di BUMDes Desa Ponggok sesuai dengan
kemampuan. Pembelian satu saham hanya berlaku untuk satu kartu keluarga. Jadi,
jika satu nama kartu keluarga sudah membeli saham besar dia tidak bisa membeli
saham sedang, kecil maupun besar untuk yang kedua kalinya.
Gambar 4.6 Sertifikat Saham
Sumber: RPJMDes Desa Ponggok
Hasil wawancara lain terkait dengan pelibatan atau peran serta masyarakat
diperoleh melalui wawancara dengan Bapak Marsono sebagai salah satu
masyarakat setempat juga menggambarkan bahwa masyarakat dilibatkan dalam
pengelolaan wisata sebagaimana tergambar dalam cuplikan wawancara berikut:
“masyarakat menyetujui menjadi desa wisata. Manfaat adanya desa wisata
adanya pembangunan-pembangunan masyarakat bisa ikut serta didalam
68
pembangunan, misal menanam saham, jika ada lowongan pekerjaan bisa
bekerja disini untuk masyarakat desa siapa yang mau bekerja disini”
(wawancara pada 27 maret 2017)
Dari hasil wawancara tersebut diatas dan juga hasil observasi penulis
pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok dalam hal pelibatan atau peran serta
masyarakat dilakukan dengan program satu rumah satu mahasiswa sebagai upaya
peningkatan kualitas SDM, penanaman saham oleh masyarakat sekitar, dan juga
adanya peluang kerja atau pengelolaan potensi wisata oleh masyarakat setempat.
Konsep One Village One Product (OVOP) atau produk unggulan kawasan
pedesaan di Desa Ponggok telah diimplementasikan oleh kelompok perempuan
yang tergabung dalam UKM Nila Murni yang didampingi oleh Ketua TP PKK Desa
Ponggok. Hasil produk UKM Nila Murni ada berbagai jenis olahan makanan
berbahan dasar ikan seperti pangsit, cipir dan pastel ikan nila bahkan stik dari duri
ikan nila. Produk-produk tersebut dijual dibeberapa stan lokal desa seperti Toko
BUMDes Tirta Mandiri dan counter khusus di Kantor Desa Ponggok dan melayani
pesanan online.
2. Promosi Pariwisata
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa
Ponggok salah satu bentuk pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok adalah
dengan promosi pariwisata.. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara berikut:
“promosi melalui IT. Strategi marketing kita melalui IT ada, dari mulutu
kemulut ada, kerjasama dengan media, instansi terkait misal ada seminar kita
ikut kita gratiskan kita dapat marketingnya”
Dari hasil wawancara tersebut promosi pariwisata yang dilakukan oleh Desa
Ponggok adalah dengan pemanfaatan IT atau teknologi informasi. Selain itu, media
promosi juga dari mulut ke mulut serta pengiriman wakil dari Desa Ponggok untuk
69
mengikuti seminar terkait dengan marketing pariwisata. Selain melalui wawancara,
hasil penelitian mengenai promosi pariwisata yang dilakukan Desa Ponggok juga
didapatkan melalui hasil observasi sebagai berikut:
Gambar 4.7 Promosi melalui unggahan akun instagram resmi umbul
ponggok
Sumber: Instagram @umbulponggokklaten
Berdasarkan gambar diatas upaya promosi wisata dilakukan melalui
unggahan akun instagram resmi dari @umbulponggokklaten. Unggahan
gambar terdiri dari banyak spot-spot wisata air termasuk untuk kegiatan
mengabadikan gambar. Media promosi instagram juga dimanfaatkan oleh
70
pengunjung untuk mengunggah pengalamannya berwisata underwater di
umbul ponggok Kabupaten Klaten.
Gambar 4.8 Unggahan wisatawan untuk mempromosikan umbul ponggok melalui
tanda pagar (#)
Sumber: Instagram Pengunjung
Berdasarkan gambar diatas, kegiatan promosi desa wisata Ponggok dilakukan
dengan penggunaan tanda pagar (#) pada setiap unggahan akun. Pada gambar
diatas, penggunaan tanda pagar (#) digunakan untuk mempermudah dalam
pencarian spot-spot wisata khususnya wisata umbul ponggok. Pemberian tanda
71
pagar (#) digunakan pengunjung untuk menandai berbagai spot di desa wisata
Ponggok.
Gambar 4.9 Promosi desa wisata Ponggok melalui website resmi
Sumber: Pemerintah Desa Ponggok
72
Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa selain akun instagram media
promosi yang digunakan adalah web dengan nama laman “umbul ponggok fun
photography”. Melalui laman web ini telah tersedia berbagai obejk wisata beserta
dengan harga paketnya. Menu-menu lain mengenai informasi dan pemesanan, total
pengunjung web, artikel, dan informasi lain-lain sudah tersedia dilaman web.
Melalui hasil observasi tersebut media promosi yang seringkali digunakan
adalah media sosial instagram dan web. Unggahan pada akun instagram
memperlihatkan wahana wisata under water umbul ponggok dan snorkling. Selain
itu promosi pariwisata juga dilakukan dari mulut ke mulut (menceritakan
pengalaman kepada orang lain terkait wisata di Desa Ponggok) dan seminarterkait
marketing promosi pariwisata.
Kegiatan promosi juga dilakukan dengan adanya paket wisata dari BUMDes.
Bagi yang berminat berwisata di semua wisata yang ada di desa wisata Ponggok,
telah disiapkan beberapa paket pelayanan wisata oleh BUMDes Tirta Mandiri
Tabel 5. Jenis Pelayanan pada Umbul Ponggok
No. Uraian Persewaan Alat & Paket Harga
1. Paket Kamera Underwater untuk durasi 30
menit, maksimal 4 orang
Rp. 60.000
2. Paket Kamera Underwater untuk durasi 1
jam, maksimal 7 orang
Rp. 100.000
3. Paket Power Dive (Walker), sudah
termasuk dokumentasi (hanya foto)
Rp. 150.000
4. Paket Power Dive (Walker), sudah
termasuk dokumentasi (foto & video)
Rp. 200.000
5. Paket Diving, sudah termasuk
dokumentasi, tabung oksigen, kaki katak,
Rp. 250.000
73
swim suit & googles, bimbingan sebelum
menyelam
6. Paket Prewedding Standar, waktu
pemotretan 1 hari, 3 crew fotografer, biaya
sewa tempat pemotretan, dokumentasi
Rp. 1.500.000
7. Paket Prewedding Full, waktu pemotretan
2 hari, 3 crew fotografer, 1 orang make up
artis, wardrobe-ukuran kostum memakai
ukuran umum, biaya sewa tempat
pemotretan, dokumentasi disimpan dalam
CD dan dicetak
Rp. 2.000.000
8. Persewaan Loker/unit Rp. 3.000
9. Persewaan alat pelampung/unit Rp. 7.000
10. Persewaan alat kaki katak/unit Rp. 7.000
11. Persewaan alat masker snorkel/unit Rp. 13.000
12. Persewaan property foto – sepeda Rp. 30.000
13. Persewaan property foto – TV/Laptop &
Kursi
Rp. 60.000
14. Persewaan property foto – jet sky Rp. 150.000
15. Persewaan property foto – tenda & set
kursi
Rp. 100.000
16. Persewaan Properti foto – becak/motor/set
love/ayunan
Rp. 100.000
17. Sewa tempat untuk sesi pemotretan
prewedding
Rp. 300.000
18. Tiket masuk/orang Rp. 15.000
19. Tiket Paket (tiket masuk, snorkel,
pelampung)
Rp. 30.000
Sumber : Pemerintah Desa Ponggok
Berdasarkan tabel diatas, wisata umbul ponggok merupakan sebuah tempat
wisata keluarga dengan biaya yan cukup terjangkau, dengan harga tiket masuk Rp
15.000/orang. Untuk tiket paket yang sudah meliputi snorkel dan pelampung
dikenakan tarif sebesar Rp. 30.000. Untuk penyewaan fasilitas paket kamera
74
underwater untuk durasi 30 menit, maksimal 4 orang dikenakan tarif Rp 60.000,00.
Penyewaan paket kamera underwater untuk durasi 1 jam, maksimal 7 orang
dikenakan tarif Rp 100.000,00. Penyewaan paket power dive (Walker), sudah
termasuk dokumentasi (hanya foto) Rp 150.000,00. Penyewaan paket power dive
(Walker), sudah termasuk dokumentasi (foto & video) Rp 200.000,00. Penyewaan
paket diving, sudah termasuk dokumentasi, tabung oksigen, kaki katak, swim suit
& googles, bimbingan sebelum menyelam Rp 250.000,00. Penyewaan paket
prewedding standar, waktu pemotretan 1 hari, 3 crew fotografer, biaya sewa tempat
pemotretan, dokumentasi Rp 1.500.000,00. Penyewaan paket prewedding full,
waktu pemotretan 2 hari, 3 crew fotografer, 1 orang make up artis, wardrobe-ukuran
kostum memakai ukuran umum, biaya sewa tempat pemotretan, dokumentasi
disimpan dalam CD dan dicetak Rp 2.000.000,00
3. Sarana dan prasarana
Hasil penelitian terkait dengan sarana dan prasarana wisata yang ada di Desa
Ponggok selain di dapatkan dari hasil wawancara lebih banyak didapatkan melalui
pengamatan atau observasi dilapangan. Dari hasil wawancara mengenai sarana dan
prasarana di Desa Ponggok dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa Ponggok
dapat dieketahui bahwa pembangunan sarana dan prasarana dapat dilakukan
melalui dukungan dari pihak ketiga. Hal ini sebagaimana dinyatakan bahwa untuk
pembangunan masuk didalam sumbangan pihak ketiga contohnya aqua dan dinas
PU (wawancara tanggal 27 maret 2017).
Berdasarkan hasil observasi penulis pada bulan maret 2017 sarana dan
oprasarana di Desa Ponggok untuk pengembangan pariwisata lokal adalah adanya
75
jalan menuju area wisata yang sudah baik (beraspal), adanya fasilitas kolam renang
untuk orang dewasa dan untuk anak-anak, pnyewaan alat snorkling dan alat-alat
renang, kios-kios, gazebo untuk tempat istirahat pengunjung dan jasa penginapan
atau home stay. Hal ini didukung dari wawancara Ibu Bertha selaku pengunjung di
Ponggok Ciblon yang mengatakan bahwa:
“saya terbiasa kesini jadi sudah tahu, terus selain itu dipikir juga daripada
kolam renang di Solo airnya tidak berganti, kalau disinikan airnya mengalir terus
kalau untuk kesehatan lebih sehat lagi dibanding dengan air kolam yang tidak
berganti dan kesehatannya juga terjaga. Untuk akses jalan kesini sudah bagus.
Sarana dan prasarana sudah memadai” (wawancara pada tanggal 24 Maret 2017)
Adapun sarana dan prasarana tersebut terdokumentasi dalam beberapa foto
sebagai berikut:
Gambar 4.10 sarana prasarana berupa perlengkapan snorkling (kiri) dan salah satu
icon wisata Desa Ponggok (kiri)
76
Gambar diatas merupakan sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Wisata
Ponggok. Gambar disebelah kiri merupakan prasarana untuk wisata snorkling atau
susur air ataupun rafting berupa jaket pelampung. Telah disediakan banyak jaket
pelampung di area wisata yang disewakan kepada pengunjung. Sementara gambar
sebelah kanan adalah gambar salah satu ikon wisata Desa Ponggok berbentuk
seperti lingkaran. Area ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan berkumpul,
beristirahat, dan berkesenian.
Gambar 4.11 Gazebo (atas) dan muster point (bawah)
Berdasarkan gambar diatas, terdapat sarana wisata seperti gazebo (atas) dan
muster point (bawah). Gazebo dapat dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat,
77
makan, dan menyimpan barang. Sementara muster point (titik kumpul) digunakan
untuk briefing atau berkumpul pada kegiatan wisata yang dilakukan secara
berkelompok.
Gambaran 4.12 Halaman Ponggok Ciblon (atas) dan tugu masuk Desa Ponggok
(bawah)
Pada gambar diatas terlihat sarana Desa Wisata Ponggok yakni halaman
Ponggok Ciblon (Atas) dan Tugu masuk Desa Wisata Ponggok (bawah). Halaman
78
ponggok ciblon dimanfaatkan sebagai taman bermain anak-anak maupun lokasi
berteduh untuk pengunjung. Tugu masuk Dsa Ponggok ditujukan untuk
mempermudah pengunjung dalam melakakuan berjalan dikawasan wisata Desa
Ponggok.
Gambar 4.13 Kios sebagai fasilitas kuliner wisatawan (atas) dan minimarket untuk
sebagai pusat oleh-oleh (bawah)
79
Pada gambar diatas terlihat sarana wisata berupa kios-kios. Kios pada gmbar
atas merupakan kios kuliner sedangkan kios digambar bawah adalah minimarket
sebagai pusat oleh-oleh Desa Wisata Ponggok. Hal ini ditujukkan untuk
memfasilitasi pengunjung untuk kegiatan kuliner dan pembelian souvenir.
Gambar 4.14 Sarana kolam renang anak (kiri) dan sarana kolam renang dewasa
(kanan)
Berdasarkan gambar diatas, salah satu sarana wisata di Desa Ponggok adalah
sarana kolam renang. Sarana kolam renang ada yang ditujukkan untuk anak-anak
(kiri) dan untuk dewasa (kanan). Khusus untuk kolam renang anak telah
dilengkapai dengan saran seluncuran air dan pancuran air. Sedangkan kolam renang
untuk dewasa sudah sesuai dengan standar nasional. Kolam renang dewasa terlihat
sangat luas. Sehingga wisatawan dapat berenang dengan nyaman.
80
Gambar 4.15 Loket wisata ponggok ciblon (kanan) dan tampak depan umbol
ponggok (bawah)
Berdasarkan gambar diatas, kawasan wisata Desa Ponggok sudah dilengkapi
dengan loket masuk untuk pembayaran tiket wisata sebagaimana terlihat pada
81
gmabra atas. Sedangkan gambar bawah merupakan tampilan umbol ponggok jika
dilihat dari luar area.
Gambar 4.16 Atraksi pariwisata di Desa Ponggok
Berdasarkan gambar diatas, atraksi pariwisata di Desa Ponggok banyak
diunggah di akun instagram sebagaimana terlihat pada gambar berbagai pose dan
atraksi dilakukan dibawah air. Pada saat tertentu atraksi pariwisata diwujudkan
dalam bentuk acara hiburan contohnya pada saat tahun baru menghadirkan berbagai
musisi untuk menarik generasi muda.
82
b) Kemitraan dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten
Kemitraan dalam pengembangan desa pariwisata dikaji melalui bentuk dan
manfaat kemitraan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bentuk Kemitraan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa
Ponggok bahwa bentuk kemitraan dalam pengembangan desa wisata di Desa
Ponggok dapat di gambarkan melalui cuplikan wancara sebagai berikut :
“Semua. Ada bentuk kerjasama, universitas, profesi, perusahaan swasta,
bumn, pemerintah daerah, dll. swasta ada aqua, ada Mou dgn aqua, setiap
meminum satu liter bantu Desa Ponggok Rp 1,25. Pembangunan jalan masuk
ke dalam apbdes yaitu pihak ketiga (AQUA). Kerjasama dengan masyarakat
ada saham masyarakat, yg mana kita bangun sistem yg akan membangun
fisik, masyarakat, budaya” kalau dg swasta yaitu CSR (AQUA. BNI)”
(wawancara pada 27 maret 2017)
Melalui hasil wawancara tersebut kemitraan yang dijalin oleh pemerintah
Desa Ponggok melibatkan kerjasama dengan universitas, profesi, perusahaan
swasta, BUMN dan pemerintah daerah. Lebih rinci terkait kemitraan dengan pihak
swasta dilakukan dengan pendatanganan MoU dimana setiap meminum 1 liter
AQUA Desa Ponggok akan mendapatkan Rp 1,25. Selain itu pembangunan jalan
juga dibantu oleh AQUA melalui kontribusinya dalam APBDes. Selain pihak luar
Desa Ponggok, kemitraan juga terjalin dengan masyarakat melalui saham di
BUMDes dan CSR oleh AQUA dan BNI. Kerjasama dengan kelompok masyarakat
contohnya dengan UKM Nila Murni. Kerjasama ini juga bermaksud untuk
mengenalkan produk lokal Desa Ponggok kepada pengunjung Umbul Ponggok
selain itu juga peserta atau tamu program Study Desa yang mengadakan study
83
banding maupun kunjungan ke Desa Ponggok. Kerjasama dengan pihak universitas
maupun profesi berupa kunjungan dan study banding.
2. Manfaat Kemitraan
Berdasarkan hasil observasi pada bulan maret 2017 dan catatan penulis
berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari terjalinnya kemitraan
antara Desa Ponggok dengan masyarakat, pihak swasta maupun pemerintah daerah:
a. Manfaat untuk Desa Ponggok
Desa Ponggok memperoleh Rp 1,25 per satu liter dari penjualan air mineral
AQUA, selain itu Desa Ponggok juga memperoleh dana dari AQUA untuk
pembangunan sarana dan prasarana contohnya jalan.
b. Manfaat untuk Masyarakat Desa Ponggok
Masyarakat Desa Ponggok yang menanam saham di BUMDes memperoleh
keuntungan saham dari saham yang dimilikinya di BUMDes Desa Ponggok.
Selain itu masyarakat Desa Ponggok juga dapat bekerja sebagai pengelola
wisata Desa Ponggok. Dari pihak swatsa, anak usia sekolah di Desa
Ponggok memperoleh beasiswa untuk siswa-siswa berprestasi.
c. Manfaat untuk Swasta
Salah satu pihak swasta yang bekerjasama dengan Desa Ponggok yaitu
AQUA. Melalui kemitraan tersebut AQUA dapat melakukan pemanfaatan
sumber air untuk produksi usaha atau perusahaan.
Manfaat dari pengembangan desa wisata melalui kemitraan ini juga menyebabkan
bertambahnya jumlah pengunjung, hal ini sesuai dengan tabel dibawah :
84
Tabel 6. Jumlah Pengunjung Umbul Ponggok
Tahun Jumlah Pengunjung
2015 367.019
2016 495.621
Sumber: BUMDes Desa Ponggok
C. Analisis dan Interpretasi Data
Pada bagian ini dipaparkan hasil analisis dan hasil interpretasi data yang
didasarkan dengan teori upaya pengembangan pariwisata dan referensi-referensi
yang terkait dengan potensi dan pengembangan wisata. Analisis dan interpretasi
data pengembangan potensi wisata Desa Ponggok dikaji melalui upaya
pengembangan dan kemitraannya yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten
Pengembangan potensi wisata di Desa Ponggok sebagaimana dikemukakan
diatas ditujukan untuk memajukan obyek-obyek wisata di Desa Ponggok, berbagai
upaya perbaikan sarana dan prasarana seperti pembangunan jalan beraspal,
pembangunan penginapan, penambahan obyek wisata. Upaya ini bertujuan untuk
meningkatkan daya tarik wisata. Pengembangan potensi desa wisata ponggok dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar seperti tersedianya lowongan kerja
sebagai pengelola obyek wisata serta adanya tambahan pendapatan dari jasa
pneginapan dan saham. Keuntungan bagi pemerintah desa yaitu meningkatkan
pendapatan asli desa.
85
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Paturusi (2001 : 55) mengungkapkan
bahwa pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan untuk memajukan,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik
wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan manfaat
bagi masyarakat disekitar objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah.
Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan
bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Dengan kata lain pengembangan
pariwisata melalui penyediaan fasilitas infrastruktur, wisatawan, dan penduduk
setempat akan saling diuntungkan.
Kajian pengembangan pariwisata Desa Ponggok dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pelibatan atau peran masyarakat
Menurut pendapat Soebagyo (2012:156-158), pengembangan pariwisata
yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Pengelola pariwisata melibatkan masyarakat setempat.
Dalam mengelola pariwisata hendaknya memperhatikan dampak yang
ditimbulkan dari wisata tersebut. Sehingga dapat diketahui apakah wisata
tersebut memberikan konstribusi terhadap masyarakat setempat yang
lokasinya dekat dengan tempat wisata sehingga dapat memberikan
sembangsih pada ekonomi masyarakat sekitar. Pengelolaan pariwisata di
Desa Ponggok melibatkan pengelolaan dari masyarakat sekitar. Hal ini
86
terlihat dari penyediaan lapangan kerja untuk masyarakat sekitar. Sehingga
pariwisata di Desa Ponggok (snorkling, underwater, outbond, susur sungai,
wisata konsrevasi alam, dll) dapat memberikan konstribusi ekonomis pada
masyarakat sekitar.
b. Mendorong masyarakat untuk berperan dalam kegiatan yang
menguntungkan secara ekonomi
Mengajak masyarakat sekitar agar menyadari peran, fungsi dan manfaat
pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang
yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara
ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memasarkan produk
lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan ketrampilan dan
pengadaan modal bagi usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan. Upaya
untuk mendorong masyarakat dalam berperan dalam pengembangan wisata
adalah dengan adanya sistem saham serta pengoptimalan sumber daya alam
di Desa Ponggok. Adanya sumber daya alam yang mendukung seperti
umbul menjadi peluang unuk memperoleh keuntungan bagi warga yang
diwujudkan dalam bentuk saham. Adanya tanah desa yang disewakan oleh
pemerintah desa dengan harga murah kepada masyarakat memberikan
peluang bagi pembudidayaan ikan. Masyarakat diberikan kesempatan untuk
memasarkan produk lokal berupa ikan serta membantu mereka untuk
meningkatkan ketrampilan dan pengadaan modal bagi usaha-usaha yang
mendatangkan keuntungan melalui BUMDes dan mini market desa.
87
Elemen kelembagaan dalam pengembangan pariwisata di Desa Ponggok
adalah melalui BUMDes. BUMDes melakukan perencanaan, menyusun strategi,
promosi, strukturisasi, dan kebijakan penanaman modal sebagai tertuang dalam
AD/ART BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok. Hal ini sesuai dengan komponen
pengembangan pariwisata menurut Suryana (2015:33) salah satunya adalah melalui
Elemen Kelembagaan. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang
diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termaksud
perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan; menyusun
strategi, marketing, dan program promosi; menstrukturi organisasi wisata sektor
umum dan swasta; peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan
wisata; menentukan kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta
mengendalikan.
2. Promosi Pariwisata
Upaya promosi yamg dilakukan oleh Desa Ponggok adalah dengan
memanfaatkan media informasi internet (instagram, web resmi) serta menjalain
kerjasama dengan instansi yang berkaitan dengan pariwisata dalam bentuk seminar
pemasaran. Promosi yang dilakukan melalui media sosial diantara adalah dengan
mengunggah daya tarik wisata Desa Ponggok oleh web atau akun resmi maupun
dari para wisatawan yang sudah berkunjung dengan menambahkan tanda pagar (#).
Upaya ini juga sejalan dengan pendapat Pitana dan Diarta (2009:177), bahwa
promosi merupakan kegiatan komunikasi dimana organisasi penyelenggara
pariwisata berusaha mempengaruhi khalayak darimana penjualan produknya
bergantung. Melalui penggunaan internet dan tanda pagar (#) maka kemungkinan
88
akan banyaknya orang-orang yang mengenal pariwisata Desa Ponggok akan
semakin besar. Unggahan berupa foto dan pengalaman berwisata dari wisatawan
yang pernah berkunjung di Desa Ponggok dapat dijadikan testimony untuk
mempengaruhi orang lain untuk berwisata di Desa Ponggok. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soebagyo (2012:156-158), pengembangan pariwisata dapat dilakukan
dengan kegiatan promosi yang beragam. Kegiatan tersebut dapat berupa program-
program kerja maupun yang berupa kegiatan promosi yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan sistem informasi dan melakukan kerjasama dengan pusat-pusat
informasi pariwisata.
Kegiatan wisata disini dapat berupa semua hal yang berhubungan dengan
lingkungan, kebudayaan, keunikan, suatu daerah dan kegiatan-kegiatan lain yang
berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan untuk mengunjungi
sebuah obyek wisata. Atraksi dan kegiatan pariwisata yang ditawarkan oleh Desa
Ponggok adalah umbul-umbul yang memiliki daya tarik yang berbeda-beda antara
lain:
a) Umbol ponggok sebagai tempat resepsi, café, dam live music
b) Kawasan waduk galau dan banyu mili sebagai ruang terbuka hijau wisata
kuliner dan pemancingan
c) Kawasan umbul besuki sebagai wahan wisata alam (outbond, susur
sungai, jogging track, lomba mincing, dan pelatihan mitigasi bencana)
d) Kawasan umbul seigedang-umbul cokro sebagai wisata konservasi alam,
kebun buah, mini zoo dan edukasi pengelolaan air minum
89
e) Kawasan perikanan ponggok sebagai wisata penelitian dan
pengembangan ikan, resto dan homestay.
Atraksi di Desa Ponggok tersebut sebagaimana diungkapkan sebagai
komponen pengembangan pariwisata. Komponen pengembangan pariwisata
menurut Suryana (2015:33) antara lain adalah atraksi dan kegiatan wisata Atraksi
wisata juga terlihat dengan adanya perayaan tahun baru dengan ponggok night run
dengan hiburan berupa live music yang disukai oleh generasi muda. Keunikan yang
ditawarkan di Desa Ponggok yaitu berupa underwater view dengan berbagai macam
tema di umbul ponggok. Upaya pengengembanag atraksi wisata yang dilakukan
Desa Ponggok sejalan dengan pendapat Dimjati (1999) bahwa Atraksi/obyek wisata
(attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan dan dibeli di daerah tujuan wisata
(DTW) yang dikunjungi. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara
promosi yang akan dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia. Upaya
pengembangan paket juga telah disediakan oleh pengelola obyek wisata.
Wisata umbul ponggok merupakan sebuah tempat wisata keluarga dengan
biaya yan cukup terjangkau, dengan harga tiket masuk Rp 15.000/orang. Untuk
tiket paket yang sudah meliputi snorkel dan pelampung dikenakan tarif sebesar Rp.
30.000. Untuk penyewaan fasilitas paket kamera underwater untuk durasi 30 menit,
maksimal 4 orang dikenakan tarif Rp 60.000,00. Penyewaan paket kamera
underwater untuk durasi 1 jam, maksimal 7 orang dikenakan tarif Rp 100.000,00.
Penyewaan paket power dive (Walker), sudah termasuk dokumentasi (hanya foto)
Rp 150.000,00. Penyewaan paket power dive (Walker), sudah termasuk
dokumentasi (foto & video) Rp 200.000,00. Penyewaan paket diving, sudah
90
termasuk dokumentasi, tabung oksigen, kaki katak, swim suit & googles, bimbingan
sebelum menyelam Rp 250.000,00. Penyewaan paket prewedding standar, waktu
pemotretan 1 hari, 3 crew fotografer, biaya sewa tempat pemotretan, dokumentasi
Rp 1.500.000,00. Penyewaan paket prewedding full, waktu pemotretan 2 hari, 3
crew fotografer, 1 orang make up artis, wardrobe-ukuran kostum memakai ukuran
umum, biaya sewa tempat pemotretan, dokumentasi disimpan dalam CD dan
dicetak Rp 2.000.000,00
3. Sarana dan Prasarana
Upaya pengembangan pariwisata melalui saran prasarana dilakukan dengan
perbaikan jalan, adanya fasilitas wisata seperti umbul, kolam renang, fasilitas
bermain anak, dan lain-lain. Serta adanya pembangunan penginapan berupa
bungalow. Hal ini sesuai dengan pendapat Soebagyo (2012:156-158),
pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan pengembangan sarana dan
prasarana. Pengadaan sarana dan prasarana, perbaikan jalan, telepon, angkutan,
pusat perbelanjaan wisata dan fasilitas lain di sekitar lokasi wisata sangat
diperlukan. Hal tersebut dilakukan untuk memfasilitasi kebutuhan pengunjung
sehingga dapat diperoleh kepuasan dari pengunjung yang datang ke tempat wisata.
Komponen pengembangan pariwisata menurut Suryana (2015:33), dilakukan
dengan pengembangan akomodasi, fasilitas dan pelayanan wisata, fasilitas dan
pelayanan transportasi, dan infastruktur lain. Dalam pengembangannya di Desa
Ponggok dapat diuraikan sebagai berikut:
91
a. Akomodasi
Akomodasi yang dimaksud adalah semisal penginapan dan berbagai jeis
fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pelayanan untuk para
wisatawan yang berniat untuk menginap selama perjalanan wisata yang
mereka lakukan. Sehingga pengunjung dapat memanfaatkan liburan lebih
lama di tenpat wisata tersebut dan tentunya dapat meningkatkan
pendapatan melalui jasa sewa penginapan. Upaya pengembangan
pariwisata melalui akomodasi yang dilakukan oleh Desa Ponggok belum
maksimal dikarena untuk penginapan bagi wisatawan luar kota masih
menginap dirumah warga.
b. Fasilitas dan pelayanan wisata
Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang
dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Pelayanan wisata secara
umum berkaitan dengan infrastruktur yang dibutuhkan oleh pengunjung
wisata. Fasilitas seperti jalan masuk menuju tenpat wisata perlu diadakan
dan juga penyediaan fasilitas tempat umum bagi pengunjung. Upaya
pengembangan pariwisata melalui fasilitas dan pelayanan wisata di Desa
Ponggok yaitu jalan yang sudah beraspal, listrik. Pada saat penelitian
dilakukan fasilitas dan pelayanan wisata masih berfokus di di umbul
ponggok dan ponggokciblon sebagai destinasi wisata unggulan. Sehingga
umbul-umbul lain belum maksimal dalam pemanfaatannya.
c. Fasilitas dan Pelayanan Transportasi
92
Fasilitas yang berhubungan dengan transportasi, akses dari dan menuju
kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan tempat wisata
yang dapat ditempuh oleh pengunjung, meliputi semua jenis fasilitas dan
pelayanan yang berhubungan dengan transportasi jalur darat, air dan
udara.upaya pengembangan pariwisata di Desa Ponggok masih terbatas
pada kendaraan pribadi. Belum adanya angkutan umum khusus untuk
mengantarkan wisatawan yang tidak mempunyai kenadaraan pribadi.
b) Kemitraan dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Ponggok
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten
Dijalinnya kemitraan antara Pemerintah Desa Ponggok ataupun BUMDes
Desa Ponggok dengan pihak ketiga tidak terjadi begitu saja. Semua kemitraan yang
terjalin ada karena adanya kesepakatan dua belah pihak atau lebih untuk
bekerjasama dan saling menguntungkan. Contohnya Pemerintah Desa Ponggok
atau BUMDes Desa Ponggok dengan AQUA. Kemitraan yang terjalin antara kedua
belah pihak tersebut saling menguntungkan karena Desa Ponggok memperoleh Rp.
1,25 dari setiap pembelian 1 liter AQUA oleh konsumen dan AQUA dapat
memanfaatkan potensi air yang ada di Desa Ponggok sebagai bahan utama produksi
mereka. AQUA juga melakukan pembangunan jalan beraspal. Jalan beraspal dapat
bermanfaat bagi kedua belah pihak, karena wisatawan yang akan berkunjung ke
Desa Ponggok dapat menikmati perjalanan yang nyaman selain itu jalan beraspal
juga mempermudah AQUA untuk mendistribusikan produknya. Akan tetapi
kemitraan yang terjalin dengan pihak AQUA semakin lama dapat menyebabkan
kerugian bagi Desa Ponggok. Sumber air yang di ekploitasi oleh pihak AQUA yang
93
berkepanjangan dapat menyebabkan kekeringan. Sedangkan kerjasama dengan
UKM Nila Murni dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. UKM
Nila Murni dapat memasarkan produk olahannya sedangkan untuk pemerintah Desa
Ponggok dapat mengenalkan hasil perikanan kepada wisatawan melalui hasil
olahan UKM Nila Murni. Kerjasama Pemerintah Desa Ponggok dengan pihak
universitas maupun profesi yang berupa study banding bisa menguntungkan kedua
belah pihak. Dimana mereka dapat berbagi pengetahuan untuk menambah
pengetahuan terkait pengembangan pariwisata.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistiyani (2004:129) arti kata kemitraan
jika dilihat secara etimologis yang diadaptasi dari kata partnership yang
mempunyai kata dasar partner. Bertolak dari itulah maka kemitraan dapat dimaknai
sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk
suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan saling membutuhkan dalam
rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas disuatu bidang usaha tertentu atau
tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Dari pendapat
tersebut maka kemitraan dapat terbentuk jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a) Terdapat dua pihak atau lebih
b) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan
c) Ada kesepakatan, dan
d) Saling membutuhkan
1. Bentuk Kemitraan
Kemitraan yang terjalin antara kedua belah pihak tersebut saling
menguntungkan karena Desa Ponggok memperoleh Rp. 1,25 dari setiap pembelian
94
1 liter AQUA oleh konsumen dan AQUA dapat memanfaatkan potensi air yang ada
di Desa Ponggok sebagai bahan utama produksi mereka. AQUA juga melakukan
pembangunan jalan beraspal. Jalan beraspal dapat bermanfaat bagi kedua belah
pihak, karena wisatawan yang akan berkunjung ke Desa Ponggok dapat menikmati
perjalanan yang nyaman selain itu jalan beraspal juga mempermudah AQUA untuk
mendistribusikan produknya. Sehingga kedua belah pihak melakukan bentuk
kerjasama mutualism partnership.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistiyani (2004:130) model kemitraan
mutualism partnership (Kemitraan Mutualistik). Kerjasama ini merupakan
persekutuan dua belah pihak atau lebih yang saling menyadari betapa pentingnya
mereka melakukan kemitraan. Pentingnya melakukan kemitraan adalah dapat
memberikan manfaat lebih sehingga akan mencapai tujuan secara optimal. Oleh
karena itu, dua organisasi atau kelompok atau lebih yang memiliki status sama rata
atau berbeda akan melakukan kerjasama. Manfaat saling-silang antara pihak-pihak
yang melakukan kerjasama ini dapat diperoleh sehingga saling menunjang satu
dengan lain. Dimana dikatakan Kemitraan Mutualistik dengan pihak AQUA karena
AQUA memberikan CSR dan bagi hasil kepada Pemerintah Desa Ponggok.
Sedangkan Pemerintah Desa Ponggok memberikan ijin kepada AQUA untuk
beroperasi dan mengekploitasi potensi air Desa Ponggok.
2. Manfaat Kemitraan
Kemitraan yang terjalin antara kedua belah pihak tersebut saling
menguntungkan karena Desa Ponggok memperoleh Rp. 1,25 dari setiap pembelian
1 liter AQUA oleh konsumen dan AQUA dapat memanfaatkan potensi air yang ada
95
di Desa Ponggok sebagai bahan utama produksi mereka. AQUA juga melakukan
pembangunan jalan beraspal. Jalan beraspal dapat bermanfaat bagi kedua belah
pihak, karena wisatawan yang akan berkunjung ke Desa Ponggok dapat menikmati
perjalanan yang nyaman sehingga dengan kemudahan akses menuju destinasi
wisata yang ada di Desa Ponggok kenaikan jumlah wisatawan bisa terjadi. Selain
itu jalan beraspal juga mempermudah AQUA untuk mendistribusikan produknya.
Sehingga output yang di keluarkan oleh Pemerintah Desa Ponggok kepada pihak
ketiga seimbang bahkan bisa lebih besar dalam perolehan keuntungan.
Pembangunan sarana dan prasarana sebagian dibiayai oleh pihak ketiga selaku
investor. Sehingga kas Pemerintah Desa bisa digunakan untuk pembangunan di
sektor lainnya. Untuk pihak ketiga contohnya AQUA, juga memperoleh
keuntungan yang besar. Dengan memanfaatkan potensi air yang ada di Desa
Ponggok, AQUA dapat memproduksi produknya sehingga AQUA dapat tetap
beroperasi dan memperoleh pemasukan dari hasil penjualan produknya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Chase and Aquilano dalam Hafsah (2000:54)
mengungkapkan bahwa dalam era ekonomi global dimana mekanisme pasar
menjadi acuan semua pelaku ekonomi, maka kata kunci yang menjadi indikator
keunggulan adalah produktivitas. Secara umum produktivitas didefinisikan dalam
model ekonomi sebagai output dibagi dengan input. Dengan kata lain produktivitas
akan meningkat apabila dengan input yang sama dapat diperoleh hasil yang lebih
tinggi atau sebaliknya dengan tingkat hasil yang sama hanya membutuhkan input
yang lebih rendah.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai
pengembangan desa wisata melalui pendekatan lokal berbasis kemitraan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo
dilakukan dengan pelibatan masyarakat, promosi pariwisata, dan sarana
prasarana. Pelibatan maysarakat dilakukan dengan menaman saham di
BUMDes, pengelolaan tempat wisata oleh warga, serta beasiswa
pendidikan. Promosi yang dilakukan yaitu melalui web resmi umbul
ponggok maupun web resmi Desa Ponggok dimana anggaran untuk web
resmi Desa Ponggok dibiayai oleh Pemerintah Desa/BUMDes Desa
Ponggok. Promosi yang dilakukan oleh masyarakat setempat melalui
sosial media pribadi mereka dan menceritakan secara langsung kepada
teman-teman mereka yang belum pernah berkunjung ke wisata Desa
Ponggok. Sarana dan prasarana diwujudkan dengan adanya kondisi jalan
yang baik, fasilitas kolam renang untuk dewasa dan anak-anak,
penyewaan alat snorkling dan alat renang, kios-kios, gazebo, dan
homestay. Dimana anggaran untuk pembangunan sarana dan prasarana
ini diperoleh dari pihak ketiga.
97
2. Kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Desa Ponggok maupun
BUMDes Desa Ponggok dengan pihak ketiga melalui proses
kesepakatan dan perjanjian. Dimana kemitraan yang terjalin saling
menguntungkan kedua belah pihak. Bentuk kemitraan yang terjalin
adalah mutualism partnership. Manfaat yang diperoleh dari kemitraan
adalah AQUA sebagai investor utama pembangunan Desa Ponggok
sebagai Desa Wisata dan manfaat ekonomis yang diperoleh AQUA dari
kegiatan eksploitasi sumber daya air.
B. Saran
Dalam mencapai sebuah pengembangan yang direncanakan diperlukan
sebuah kemitraan untuk saling bekerjasama dalam mengelola desa wisata
Ponggok, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Untuk itu perlu adanya
solusi supaya pengembangan desa wisata Ponggok dapat memberikan
keuntungan bagi semua stakeholder yang terlibat dalam pengembangan maupun
untuk para wisatawan. Berikut beberapa saran-saran yang diharapkan mampu
membantu pengembangan desa wisata melalui potensi lokal berbasis kemitraan
Desa Wisata Ponggok ini supaya semakin baik, diantaranya adalah :
1. Pengemasan produk-produk wisata yang ditawarkan perlu ditingkatkan
kualitasnya supaya memberikan hiburan baru untuk wisatawan sehingga
wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Desa Wisata Ponggok.
2. Pengembangan paket wisata untuk beberapa umbul yang sudah
dikembangkan beserta sarana transportasi pendukungnya.
98
3. Memperketat pengawasan dan memperjelas perjanjian kepada AQUA
selaku investor utama. Mengingat kegiatan eksploitasi sumber daya air
telah mempengaruhi debit air di Desa Ponggok.
4. Transparansi perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga terutama AQUA
sebagai investor utama
5. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta
maupun masyarakat sekitar dalam berbagai kegiatan kepariwisataan
untuk menunjang pengembangan pariwisata di Desa Ponggok, misalnya
mengadakan kegiatan pelatihan untuk masyarakat lokal dalam
pembuatan produk khusus seperti kaos yang bertema Umbul Ponggok
sebagai ciri khas Desa Wisata Ponggok.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa Ponggok
Kecmatan Polanhajo Kabupaten Klaten Tahun 2016
Dimjati, Achmad. 1999. Usaha Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Berbasis Masyarakat
(Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta: Graha Ilmu
Hafsah, Mohammad Jafar, Dr Ir. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan
Strategi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hannapiah, Pipin. Good Governance, Membangun Masyarakat yang
Demokratis dan Nasionalis. November 2007
Kurniawati, Kartika Dwi. 2013.Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat dalam
Mengembangkan Desa Agrowisata. Malang: Universitas Brawijaya
Miles, Matthew B., A. Michael Huberman, dan Johnny Saldana. 2014.
Qualitative Data Analysis A Methods Sourcebook edition 3. Los Angeles,
USA : Sage Publications, Inc.
Nariwati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Bandung: Agung Media
Nurif, Muchammad. 2006. Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata
Dengan Pendekatan Marketing Palces. Tesis Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya
Paturusi, Samsul A. 2001. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata,
Materi Kuliah Perencanaan Kawasan Pariwisata, Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana Denpasar, Bali
Pendit, Nyoman S. 1990. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 3 Tahun 2014 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Klaten Tahun 2014-2029
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 7 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Klaten TAHUN 2005-
2025
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2013
Pitana, I Gede; Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Ponggok Tahun 2016
Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata
Soebagyo, 2012. Strategi Pengembangan PariwisataDi Indonesia. Jurnal
Liquidity, Vol.1, No.2, hlm 153-158
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: CV
Alfabeta
Sulistiyani, Ambar. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.
Yogyakarta: Gava Media
Sumihardjo, Tumar. 2008. Penyelengaraan Pemerintah Daerah Melalui
Pengembangan Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Bandung:
Fokusmedia
100
Suryana, Liga. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung: Alfabeta
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Usman, Husaini dan R. Purnomo Setyadi Akbar. 2003. Pengantar Statistika.
Jakarta: PT Pradnya Paramita
Vellas, Francois dan Lionel Becherel. 2008. Pemasaran Pariwisata
Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Inodnesia
Widjaja, H.A.W. 2003. Otonomi Desa. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Internet:
About “BPS Kabupaten Klaten” diakses tanggal 17 Mei 2017 pukul 17.27 WIB
dari (https://klatenkab.bps.go.id/)
About “BUMDes Ponggok” diakses tanggal 6 Maret 2017 pukul 16.17 WIB
(http://bumdestirtamandiri.co.id/)
About “Desa Ponggok” diakses tanggal 6 Maret 2017 pukul 16.05 WIB
(http://desaponggok.id/)
About “Kabupaten Klaten” diakses tanggal 14 Mei 2017 pukul 13.40 WIB dari
(http://klatenkab.go.id/geografi-dan-topografi-kabupaten-klaten/)
About “Umbul Ponggok” diakses tanggal 6 Maret 2017 pukul 20.59 WIB
(http://umbulponggok.co.id/persewaan-alat-paket/)
About “Wisata Desa Ponggok” diakses tanggal 6 Maret 2017 pukul 15.46 WIB
(http://wisataponggok.com/umbul-ponggok-tempo-doeloe-dan-
sekarang/)
About “Desa Ponggok” diakses tanggal 22 Juli 2017 pukul 06.18 WIB
(http://klatenponggok.desa.kemendesa.go.id/ )
Top Related