i
PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN
MEMBACA SISWA KELAS II B SD NEGERI DAYUHARJO
TAHUN PELAJARAN 2016-2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Hilarius Alvin Krisnawan
NIM : 131134030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan penulis kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan nikmat sehat, berkat, sempat,
juga penyertaan sehingga penulis dapat dengan lancar menyelesaikan skripsi
ini.
2. Bapak Andreas Ismono dan Ibu Theresia Rina Titik Kristanti yang selalu
memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.
3. Adik saya Vincentia Indira Oktaviani yang selalu memberikan semangat
kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.
4. Agnes Rahayu Epifani yang selalu memberikan dukungan, penyertaan, dan
juga motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Teman dekat juga sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
terima kasih atas keceriaan, semangat dan kebersamaan selama ini.
6. Teman-teman angkatan 2013 terima kasih atas kebersamaan selama kurang
lebih 4 tahun ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Siapa pun yang pada saat bekerja tidak mencintai pekerjaannya, itulah buruh.”
(presiden, dalang, ibu rumah tangga, dll)
“Sudjiwotedjo”
“Tidak hanya ilmu, doa, kesempatan, maupun keberuntungan yang mendekatkan
pada pintu rezeki, tetapi juga teman”
(Hilarius Alvin K)
“Doa tanpa usaha itu bohong
Usaha tanpa doa itu sombong”
(Bambang Widoyoko)
“Ojo dumeh, ojo gumunan”
(NN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 Mei 2017
Peneliti
Hilarius Alvin Krisnawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Hilarius Alvin Krisnawan
Nomor Mahasiswa : 131134030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN
MEMBACA SISWA KELAS II B SD NEGERI DAYUHARJO
TAHUN PELAJARAN 2016-2017
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 4 Mei 2017
Yang menyatakan
Hilarius Alvin Krisnawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA
SISWA KELAS II B SD NEGERI DAYUHARJO
TAHUN PELAJARAN
2016-2017
Hilarius Alvin Krisnawan
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari
permasalahan dan juga adanya potensi terkait dengan pendidikan anti korupsi.
Masalah yang dihadapi adalah belum adanya media penunjang terkait penanaman
nilai pendidikan anti korupsi. Penelitian ini difokuskan pada pembuatan media
berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk
pembelajaran membaca siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research
and Development atau R&D). Penelitian ini bertujuan mengembangkan produk
dan mendeskripsikan kualitas buku cerita bergambar untuk siswa kelas II B SD
Negeri Dayuharjo. Penelitian ini melalui tujuh langkah pengembangan penelitian
yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4)
validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan
wawancara analisis kebutuhan dan kuisioner. Wawancara yang digunakan untuk
analisis kebutuhan kepada guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo, sedangkan
kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media bahan ajar oleh dosen ahli dan
guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo. Uji coba produk melalui kuisioner
dilakukan kepada 6 siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo sebagai subjek
penelitian.
Hasil validasi dosen ahli dan guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo dengan
total skor keseluruhan 4,31 dengan kategori “sangat baik”. Hasil uji coba produk
kepada 6 siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo dengan total skor keseluruhan
4,31dengan kategori “sangat baik”.
Kata kunci: pendidikan anti korupsi, buku cerita bergambar, pembelajaran
membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF PICTURE STORY BOOKS
BASED ON ANTI-CORRUPTION EDUCATION ON READING
LEARNING TO ELEMENTARY SCHOOL
STUDENTS CLASS II B OF DAYUHARJO STATE ELEMENTARY
SCHOOL YEAR 2016 – 2017
Hilarius Alvin Krisnawan
Sanata Dharma University
2017
This research was a development research that came from problem and
other potential related to Anti-Corruption Education. The problem was there was
no supported media that planted values related to Anti-Corruption Education. This
research focused on making media such as picture books based on anti-corruption
on reading learning for second grade B student of Dayuharjo state elementary
school.
This Research and Development or R & D aimed to develop product and
know the quality of picture books for second grade B students of Dayuharjo state
elementary school. This research used 7 steps of development, those were (1)
problem and potential, (2) data collection, (3) product design, (4) design
validation, (5) design revision, (6) product trials, and (7) product revision.
Instrument used in this research was a question list for interview about needs
analysis and questioner. The interview about needs analysis was for second grade
B teacher of Dayuharjo state elementary school, and the questioner was used for
quality validation in teaching materials by lecture and second grade B teacher of
Dayuharjo state elementary school. The product trial through questioner was for 6
second grade student B of Dayuharjo State Elementary School as the subject of
this research.
The lecture and teacher‟s validation result was 4,31 in total that was
including in category of “very good”. The product trial result of 6 second grade B
student of Dayuharjo state elementary school was 4,31 in total that was “very
good.”
Keywords: Anti-corupption education, picture books, reading learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat
dan penyertaan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang
berjudul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti
Korupsi Untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas II B SD Negeri Dayuharjo
Tahun Ajaran 2016-2017” dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti
mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak
terkait kepentingan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Maka pada kesempatan ini
peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Kepala Program Studi PGSD.
3. Apri Damai Sagita Krisandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi Program Studi
PGSD.
4. Brigita Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah membimbing dan memberi dukungan kepada peneliti sehingga
dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
5. Apri Damai Sagita Krisandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II
yang telah membimbing dan juga mendukung sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Para validator yang telah berkenan meluangkan waktu dan juga membantu
dalam proses validasi produk.
7. Drs. Abu Yamin Kepala Sekolah SD Negeri Dayuharjo yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian di SD Negeri Dayuharjo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Guru SD Negeri Dayuharjo yang telah membantu pelaksanaan analisis
kebutuhan dan mengijinkan siswa untuk berpartisipasi dalam uji coba
produk yang dikembangkan oleh peneliti.
9. Seluruh siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo yang telah bersedia
berpartisipasi dalam pelaksanaan uji coba produk.
10. Bapak Andreas Ismono dan Ibu Theresia Rina Titik Kristanti yang selalu
memberikan doa, semangat, cinta kasih, dan dukungan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.
11. Adik Vincentia Indira Oktaviani yang selalu memberikan semangat kepada
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.
12. Agnes Rahayu Epifani yang selalu memberikan dukungan, penyertaan, dan
juga motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih
untuk setiap chat yang selalu mengingatkan dalam mencicil tugas skripsi.
GBU
13. Teman-teman PGSD angkatan 2013, teman-teman PPL, teman payung
skripsi dan teman-teman lain yang mendukung serta ikut mendoakan.
14. Member To School For School : Spesial Muhammad Ais Erwin & Dyah
Nevi Anggraini. Terima kasih Arif Sae, Iyus, Danang, Albertin, Ristiana
Putri, dan teman-teman lain yang telah membantu.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini memiliki banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran
dari berbagai pihak demi perbaikan karya ilmiah ini.
Yogyakarta, 4 April 2017
Peneliti,
Hilarius Alvin Krisnawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... ........ iv
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
1.5 Definisi Operasional .............................................................................. 9
1.6 Spesifikasi Produk ................................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................... 11
2.1.1 Pendidikan Anti Korupsi ....................................................... ....... 11
2.1.1.1 Pengertian Korupsi ........................................................ 11
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi ................................ . 16
2.1.1.3 Nilai-Nilai Terkait Pendidikan Anti Korupsi.................19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.1.3.1 Kejujuran .......................................................... 19
2.1.1.3.2 Kepedulian ........................................................ 19
2.1.1.3.3 Kemandirian ..................................................... 20
2.1.1.3.4 Kedisiplinan ...................................................... 20
2.1.1.3.5 Tanggung Jawab ............................................... 20
2.1.1.3.6 Kerja Keras ....................................................... 21
2.1.1.3.7 Sederhana .......................................................... 21
2.1.1.3.8 Keberanian ........................................................ 21
2.1.1.3.9 Keadilan ............................................................ 21
2.1.2 Buku Cerita Bergambar .................................................................. 22
2.1.2.1 Unsur-Unsur Cerita ....................................................... 24
2.1.2.2 Kriteria Buku Cerita yang Baik bagi Anak....................28
2.1.3 Pengertian Membaca ..................................................................... .29
2.1.3.1 Tujuan Membaca ........................................................... 30
2.1.3.2 Gerakan Literasi Sekolah .............................................. 31
2.1.3.3 Prinsip-Prinsip Literasi Sekolah .................................... 33
2.1.3.4 Langkah-Langkah Kegiatan Membaca Literasi ............ 34
2.1.3.4.1 Membacakan Nyaring ...................................... 35
2.1.3.4.2 Membaca Dalam Hati ...................................... 37
2.1.4 Tahap Perkembangan Anak ........................................................... 38
2.1.4.1 Perkembangan Anak SD Kelas Bawah ......................... 42
2.2 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 45
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 49
2.4 Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 52
3.2 Prosedur Pengembangan ....................................................................... 59
3.2.1 Potensi dan Masalah ..................................................................... 60
3.2.2 Pengumpulan Data ....................................................................... 61
3.2.3 Desain Produk .............................................................................. 61
3.2.4 Validasi Desain ............................................................................ 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.2.5 Revisi Desain ................................................................................ 62
3.2.6 Uji Coba Produk ........................................................................... 62
3.2.7 Revisi Produk ................................................................................. 62
3.3 Setting Penelitian .................................................................................. 63
3.3.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 63
3.3.2 Subjek Penelitian .......................................................................... 63
3.3.3 Waktu Penelitian .......................................................................... 63
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 64
3.4.1 Wawancara .................................................................................... 64
3.4.2 Kuesioner ....................................................................................... 65
3.5 Instrumen Penelitian............................................................................... 65
3.5.1 Wawancara ................................................................................... 66
3.5.2 Kuisioner ...................................................................................... 67
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 70
3.6.1 Teknik Analisa Data Kualitatif .................................................... 70
3.6.2 Teknik Analisa Data Kuantitatif .................................................. 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
4.1 Hasil Penelitian Pengembangan ............................................................. 73
4.1.1 Proses Pengembangan Buku Cerita .............................................. 73
4.1.1.1 Potensi dan Masalah ..................................................... 73
4.1.1.2 Pengumpulan Data ...................................................... 74
4.1.1.3 Desain Produk Awal ................................................... 77
4.1.1.3.1 Konsep Buku .................................................. 77
4.1.1.3.2 Tokoh .............................................................. 77
4.1.1.3.3 Format dan Ukuran Buku ............................... 78
4.1.1.3.4 Isi dan Tema Buku .......................................... 79
4.1.1.3.5 Judul Buku ...................................................... 79
4.1.1.3.6 Desain Gambar ............................................... 80
4.1.1.3.7 Teknik Pengerjaan .......................................... 81
4.1.1.3.8 Warna .............................................................. 83
4.1.1.3.9 Tipografi .......................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.1.1.3.10 Teknik Cetak .................................................. 84
4.1.1.4 Validasi................................................................................ 84
4.1.1.4.1 Data Hasil Validasi Dosen Ahli ...................... 85
4.1.1.4.2 Data Hasil Validasi Guru Kelas II B ............... 88
4.1.1.5 Revisi Desain ...................................................................... 89
4.1.1.6 Uji Coba Produk ................................................................. 93
4.2 Kualitas Buku Cerita .............................................................................. 95
4.3 Pembahasan ........................................................................................... 96
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 101
5.2 Keterbatasan Pengembangan ............................................................. 102
5.3 Saran .................................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 103
LAMPIRAN ...................................................................................................... 106
BIODATA PENULIS ....................................................................................... 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap Membaca Nyaring ....................................................................35
Tabel 2.2 Tahapan Membaca dalam Hati ...........................................................37
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................................66
Tabel 3.2 Pedoman Uji Validasi Produk untuk Pakar dan Guru ........................68
Tabel 3.3 Contoh Instrumen Kuesioner Uji Validasi Pakar dan Guru ................68
Tabel 3.4 Konversi Nilai Skala Lima ..................................................................71
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara ............................................................75
Tabel 4.2 Pengenalan Tokoh Harsa ....................................................................78
Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Cerita Bergambar oleh Dosen............................85
Tabel 4.4 Komentar Buku Cerita Bergambar oleh Guru Kelas ..........................88
Tabel 4.5 Revisi Desain Buku Cerita Bergambar oleh Dosen ...........................89
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Coba Produk ......................................................93
Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Validator ...............................................................95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Judul Buku ................................................................................... 80
Gambar 4.2 Gambar Sketsa Tangan................................................................. 81
Gambar 4.3 Gambar Sketsa Tangan yang Belum diberikan Warna ................ 82
Gambar 4.4 Gambar Sesudah Diwarnai Menggunakan Adobe Photoshop
CS6 .................................................................................................................. 82
Gambar 4.5 Font untuk Judul Buku ................................................................. 83
Gambar 4.6 Font untuk Isi Cerita ..................................................................... 84
Gambar 4.7 Sampul Depan Sebelum Revisi .................................................... 90
Gambar 4.8 Sampul Depan Setelah Revisi Diberi Gradasi Warna .................. 90
Gambar 4.9 Gambar Sampul Depan Awal ....................................................... 91
Gambar 4.10 Gambar Sampul Setelah Revisi .................................................. 91
Gambar 4.11 Box Caption Sebelum Revisi ..................................................... 92
Gambar 4.12 Box Caption Setelah Revisi........................................................ 92
Gambar 4.13 Gambar Gaya Tipografi Sebelum Revisi ................................... 94
Gambar 4.14 Gambar Gaya Tipografi Setelah Revisi ..................................... 94
Gambar 4.15 Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Validasi ............................. 96
Gambar 4.16 Caption Bahasa Yang Digunakan dalam Buku Cerita ............... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II B ................................. 107
Lampiran 2. Hasil Validasi Dosen Ahli .......................................................... 109
Lampiran 3. Hasil Validasi Guru Kelas II B .................................................... 112
Lampiran 4. Hasil Uji Coba Produk 6 Siswa ................................................... 116
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian..................................................................... 134
Lampiran 6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian .................................... 135
Lampiran 7. Dokumentasi ................................................................................ 136
Lampiran 8. Buku Cerita Bergambar (Dicetak Terpisah) ................................ 138
Lampiran 9. Biodata Penulis ............................................................................ 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan anti korupsi dalam Syarbini dan Arbain (2014 : 7) adalah usaha
sadar untuk memberi pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi
yang dilakukan dari pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal pada
lingkungan keluarga, dan pendidikan non formal di masyarakat. Pendidikan anti
korupsi dapat dikatakan sebagai sikap penolakan terhadap berkembangnya budaya
korupsi. Korupsi menurut Wijaya (2014 : 4) memiliki pengertian sebagai
sekumpulan kegiatan yang menyimpang dan merugikan orang lain. Tindakan
korupsi meliputi berbagai bentuk perbuatan, dimulai dari skala kecil hingga yang
berpengaruh terhadap kepentingan orang banyak.
Penolakan terhadap tindakan korupsi merupakan mentalitas dalam membina
kemampuan generasi mendatang untuk mampu mengidentifikasi berbagai
kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan memperbaharui sistem nilai
warisan dengan situasi-situasi tertentu (Mukodi dan Burhanuddin, 2014 : 114).
Pembinaan generasi muda terhadap bahaya budaya korupsi dapat dilakukan
melalui institusi pendidikan seperti halnya sekolah. Sekolah menjadi wahana yang
strategis dalam pengenalan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Dikatakan strategis
karena disadari atau tidak, anak-anak memeroleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan bermula dari pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menjadi waktu bagi guru dalam menginternalisasi nilai-nilai terkait suatu mata
pelajaran tertentu, seperti halnya nilai-nilai pendidikan anti korupsi.
Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), istilah korupsi mungkin akan
terasa asing di telinga anak terutama bagi anak kelas II. Pemahaman terkait nilai-
nilai pendidikan anti korupsi penting untuk diberikan sejak dini terutama pada
anak usia SD. Berdasarkan hasil wawancara pada guru kelas II B SD Negeri
Dayuharjo, menuturkan bahwa pendidikan anti korupsi penting untuk diberikan
pada anak. Menurut narasumber pendidikan anti korupsi secara tidak langsung
disampaikan melalui penanaman nilai-nilai anti korupsi yang diimplementasikan
dalam 2 mata pelajaran yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Bahasa
Indonesia.
Pentingnya penanaman nilai anti korupsi menurut narasumber berdasarkan
pengaplikasian nilai pendidikan anti korupsi yang selalu bersinggungan dengan
dunia anak. Narasumber memberikan contoh bahwa nilai pendidikan anti korupsi
hadir semisal mengajarkan akan nilai kejujuran yang diimplementasikan dalam
mata pelajaran PKn. Nilai ini dapat ditemukan dalam bab yang membahas nilai
kejujuran maupun terdapat dalam soal. Selain itu, penggambaran nilai pendidikan
anti korupsi juga dapat dimunculkan dalam cerita pada bacaan terkait amanat
maupun karakter tokoh pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini menjadi
alasan mengapa pendidikan anti korupsi perlu diberikan pada anak SD terutama
kelas bawah.
Pengenalan nilai pendidikan anti korupsi pada anak dapat dilakukan dengan
beragam cara, salah satunya melalui buku cerita bergambar. Buku bergambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menurut Nurgiyantoro (2010:152) adalah buku bacaan cerita anak yang di
dalamnya terdapat gambar-gambarnya. Bahan bacaan anak memiliki kesan penuh
gambar, warna, tersaji dengan kemasan buku yang menarik, karakter tokoh mudah
dikenali, dan alur cerita yang sederhana. Buku bergambar dipergunakan untuk
bacaan anak di usia awal sampai usia yang lebih besar dan bahkan, tidak jarang
juga, untuk orang dewasa. Buku bergambar merupakan perpaduan antara tulisan
dan gambar. Melalui gambar dapat diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk
lebih realistis (Anitah, 2009: 8). Penggambaran dalam bentuk yang lebih realistis
ditunjukkan lewat hadirnya media pembelajaran di kelas. Media tersebut seperti
gambar tokoh pahlawan, pakaian tradisional, rumah adat maupun
keanekaragaman hayati yang ditempelkan di dinding-dinding ruang kelas.
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
oleh guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan di dalam diri
siswa (Wijaya, 2014 : 51). Pembelajaran di kelas dapat terselenggara dengan baik
apabila terdapat hubungan yang saling mendukung antara guru dan juga siswa.
Guru menjalankan tugas utama sebagai pendidik dan pengajar, sementara siswa
membalas bantuan yang diberikan oleh guru dengan bersikap kooperatif guna
mencapai kompetensi ataupun kecakapan yang ditetapkan oleh guru dalam
pembelajaran. Kompetensi siswa dalam proses pembelajaran dibutuhkan guna
mendukung penyampaian materi yang diberikan oleh guru. Salah satu kompetensi
yang perlu dimiliki oleh siswa adalah kompetensi dalam hal membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Membaca merupakan suatu kegiatan berpikir untuk memahami dan
mengetahui maksud dari keterangan yang diberikan oleh penulis. Menurut
Dalman (2013: 5) membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif untuk
menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Informasi hadir
melalui karya tulisan penulis berupa gagasan, pengalaman dan lain sebagainya.
Dalam usaha memperoleh informasi yang diberikan oleh penulis, pembaca harus
mampu menginterpretasikan maksud dari tulisan penulis. Dengan demikian
pembaca harus mampu menyusun pengertian-pengertian yang tertuang dalam
kalimat-kalimat yang disajikan oleh pengarang sesuai dengan konsep yang
terdapat pada diri pembaca (Haryadi, 2007:77).
Di Indonesia minat baca terbilang masih rendah. Hasil survei UNESCO
pada 2011 menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya
0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih mau
membaca buku secara serius (jurnalasia.id, 30/04/2016). Berdasarkan survei
tersebut, ditemukan fakta di lapangan berupa hasil wawancara yang dilakukan
pada guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo pada 29 November 2016, yang
menunjukkan kompetensi terkait membaca belum terpenuhi oleh anak di sekolah
tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan (hasil wawancara terlampir), ada
sedikitnya 1 anak dari total 29 anak kelas II B SD Negeri Dayuharjo yang belum
dapat membaca, 3 anak kurang cermat dalam mengeja dan sebagian besar kurang
memahami bacaan yang dibaca. Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui
bahwa pembelajaran membaca perlu ditingkatkan pada siswa kelas bawah. Selain
itu, menurut penuturan guru kesulitan anak dalam membaca juga dipengaruhi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kebijakan pemerintah yang diterapkan di sekolah yaitu berupa larangan
penerimaan anak baru melalui tes membaca. Oleh karena itu, ditemukan banyak
anak yang belum dapat membaca memasuki jenjang pendidikan SD dikarenakan
oleh sistem penerimaan siswa baru berdasarkan usia anak.
Membaca sebagai salah satu cara dalam memperoleh informasi terus
diusahakan hadir di sekitar lingkungan belajar anak. Hal ini terlihat dengan
adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS sebagai upaya menyeluruh yang
dilakukan di lingkungan sekolah memiliki tujuan menanamkan budaya membaca
sebagai kebiasaan yang menyenangkan dan ramah pada anak agar warga sekolah
mampu mengelola pengetahuan. Penanaman kebiasaan membaca anak dilakukan
dengan pembiasaan membaca oleh anak di sekolah dengan kisaran waktu 15
menit sebelum pelajaran dimulai dan sesudah pelajaran selesai. Sebagai gerakan
yang partisipatif, GLS melibatkan seluruh elemen terutama bagi peserta didik
yang diwujudkan melalui pembiasaan membaca.
Tahapan keterampilan membaca anak senada dengan perkembangan anak
yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan anak oleh Piaget
dibagi menurut empat tahap seperti (1) tahap sensorimotor yang berlangsung sejak
anak lahir hingga berusia dua tahun, (2) tahap praoperasional yang berlangsung
dari usia dua tahun sampai dengan anak berusia tujuh tahun, (3) tahap operasional
konkret yang berlangsung dari usia tujuh tahun sampai dengan dua belas tahun,
(4) tahap operasional formal yang berlangsung pada usia dua belas tahun sampai
dengan dewasa (Salkind, 2009: 328). Pada anak kelas II SD, anak masuk pada
tahapan operasional konkret. Menurut Jarvis (2011:142) pada tahap ini, anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi
hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang
kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan
kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa
objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap operasional konkret masih
mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. Hal ini
merupakan kecenderungan dari anak usia sekolah awal di mana perkembangan
berbanding lurus dengan logika terkait objek fisik yang abstrak. Semakin matang
pola berpikir anak, semakin dapat pula menyelesaikan tugas-tugas yang
mempergunakan logika pada objek yang berbentuk abstrak.
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti akan mencoba mengembangkan
buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran
membaca siswa kelas II SD. Buku cerita bergambar ini diharapkan dapat memberi
motivasi anak untuk meningkatkan keterampilan membaca sekaligus
memperkenalkan nilai pendidikan anti korupsi disesuaikan dengan tampilan buku,
isi cerita, maupun karakter tokoh menurut karakteristik siswa kelas II SD. Buku
yang akan dikembangkan merupakan buku cerita bergambar berbasis pendidikan
anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo
tahun pelajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan
anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas II B SD Negeri
Dayuharjo tahun pelajaran 2016/2017?
2. Bagaimana kualitas produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti
korupsi yang layak untuk pembelajaran membaca siswa kelas II B SD Negeri
Dayuharjo tahun pelajaran 2016/2017?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian pengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti
korupsi adalah :
1. Menjelaskan bagaimana proses pengembangan buku cerita bergambar
berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas II
B SD Negeri Dayuharjo tahun pelajaran 2016/2017.
2. Mendeskripsikan bagaimana kualitas pengembangan buku cerita bergambar
berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas II
B SD Negeri Dayuharjo tahun pelajaran 2016/2017.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1`Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan mampu memotivasi dan memperkenalkan siswa
untuk mengetahui lebih dalam mengenai pendidikan anti korupsi melalui
buku cerita bergambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.4.2 Bagi Guru
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan membuat guru dapat mempergunakan
buku cerita bergambar ini sebagai referensi dalam mengajar khususnya
mengajarkan nilai anti korupsi. Selain itu, melalui pengembangan buku cerita
bergambar ini diharapkan dapat menambah variasi pada kegiatan
pembelajaran membaca sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan
menarik minat siswa dalam belajar membaca.
1.4.3 Bagi Sekolah
Pengembangan buku cerita bergambar ini diharapkan menambah
perbendaharaan buku cerita bergambar di sekolah. Selain itu, hadirnya buku
cerita bergambar ini juga dapat dipergunakan sebagai referensi milik sekolah
dalam pengenalan nilai anti korupsi pada siswa khususnya kelas bawah.
1.4.4 Bagi prodi PGSD
Penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti
korupsi ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma
terkait dengan pengembangan buku cerita bergambar untuk pembelajaran
membaca kelas II SD.
1.4.5 Bagi Peneliti
Memberikan tambahan wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam
mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi.
Peneliti mengharapkan melalui hadirnya buku cerita bergambar berbasis
pendidikan anti korupsi ini dapat membantu dalam pembelajaran membaca
anak sekaligus memperkenalkan nilai anti korupsi yang bersinggungan
dengan dunia anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5 Definisi Operasional
1. Membaca adalah kegiatan aktif yang dilakukan untuk memperoleh
informasi terkait makna tulisan penulis yang didapatkan melalui berbagai
media tulis atau media lainnya.
2. Buku cerita bergambar adalah buku yang dibuat dengan memadukan cerita,
gambar dan bahasa yang sederhana serta dikemas halaman sampul yang
menarik.
3. Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana dalam
memberikan penanaman dan penguatan nilai-nilai dalam membentuk sikap
anti korupsi yang diharapkan mampu diwujudkan generasi muda dalam
usaha melawan korupsi.
1.6 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah :
1. Disesuaikan menurut tahap perkembangan anak yaitu konkret dan bahasa
yang digunakan sederhana.
2. Pembuatan buku cerita bergambar didesain penuh warna dan dikemas
menarik supaya meningkatkan minat anak dalam membaca.
3. Dilengkapi dengan komponen kata pengantar, panduan penggunaan buku,
kesimpulan, dan refleksi.
4. Bersifat kontekstual atau terkait dengan lingkungan sekitar anak.
5. Buku cerita bergambar dicetak dengan menggunakan kertas ivory 230 pada
bagian sampul buku, sedangkan isi buku dicetak dengan kertas AP (Art
Paper) berukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
6. Buku ini dibuat menggunakan gambar manual yang dipadukan ke dalam
Adobe Photoshop CS6.
7. Produk buku cerita bergambar memiliki jumlah halaman sebanyak 26 lembar
sudah termasuk sampul bagian depan dan belakang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pendidikan Anti Korupsi
2.1.1.1 Pengertian Korupsi
Korupsi merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh negara-negara
di dunia tak terkecuali di Indonesia. Korupsi bagaikan penyakit yang sukar
disembuhkan dan merupakan fenomena yang kompleks (Wijaya, 2014 : 4). Istilah
korupsi dalam Syarbini dan Arbain (2014 : 4) berasal dari bahasa Latin
“corruptus” atau “corruptio” yang berarti “to abuse” (menyalahgunakan) atau
“to deviate” (menyimpang). Korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(dalam Wijaya, 2014 : 4) adalah busuk, palsu, suap.
Korupsi adalah tindakan yang menyebabkan negara menjadi bangkrut dengan
pengaruh luar biasa seperti hancurnya perekonomian, pelayanan kesehatan tidak
memadai, dan rusaknya sistem pendidikan sehingga membudaya dalam kehidupan
bangsa indonesia. Korupsi menurut Hamzah (dalam Syarbini dan Arbain, 2014 :
7) adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian, dan kata-kata atau ucapan yang
memfitnah. Korupsi diartikan secara lebih luas adalah perbuatan yang merugikan
orang lain dan juga menyimpang. Perbuatan merugikan dan menyimpang ini perlu
mendapat perhatian khusus oleh negara. Di Indonesia, korupsi tergolong ekstra
ordinary crime, karena telah merusak tidak hanya keuangan Negara dan potensi
ekonomi Negara, tetapi juga telah meluluhlantahkan pilar-pilar sosio budaya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
moral, politik, dan tatanan hukum dan keamanan sosial (Syarbini dan Arbain,
2014 : 27).
Lebih lanjut, untuk menganalisis secara detail tentang konsep korupsi, Harahap
(dalam Mukodi dan Burhanuddin, 2014 : 12) membagi korupsi menjadi 7 (tujuh)
tipologi, yakni:
a. Korupsi Transaktif (transactive corruption), yaitu kesepakatan timbal balik
antara pihak pemberi dan penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan
dengan aktif diusahakan keuntungan oleh kedua-duanya. Misalnya, transaksi
ilegal luar negeri, transaksi penyelundupan, dan menyalahgunakan dana.
b. Korupsi Memeras (exportive corruption), yaitu perilaku dengan pihak pemberi
dipaksa menyuap guna mencegah kerugian yang mengancam dirinya,
kepentingannya, atau orang-orang yang bersamanya, seperti intimidasi,
penyiksaan, menawarkan jasa perantara dan konflik kepentingan.
c. Korupsi Investif (investivecorruption), adalah pemberian barang dam jasa tanpa
ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang
dibayangkan akan diperoleh di masa mendatang. Misalnya penyuapan dan
penyogokan, meminta komisi, menerima hadiah uang jasa, dan uang pelicin.
d. Korupsi Perkerabatan (nepotisic corruption) adalah menunjuk perilaku yang
tidak sah terhadap teman atau sanak saudara memegang jabatan atau tindakan
yang memberikan perlakuan khusus dalam bentuk uang atau bentuk lain
kepada mereka yang bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku,
seperti pertemanan dan menutupi kejahatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
e. Korupsi Defensif (defensive corruption) adalah perbuatan korban korupsi
pemerasan demi mempertahankan diri, seperti menipu, mengecoh, mencurangi
dan memperdayai, serta memberi kesan salah.
f. Korupsi Otogenik (autogenic corruption) adalah korupsi yang dilakukan sendiri
tanpa melibatkan orang lain, seperti menipu, mencuri, merampok, tidak
menjalankan tugas, memalsu dokumen, menyalahgunakan telekomunikasi, pos,
stempel, kertas surat kantor, dan hak istimewa jabatan.
g. Korupsi Dukungan (support corruption) adalah korupsi yang secara tidak
langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain, tindakan
yang dilakukan untuk melindungi dan memperkuat korupsi kekuasaan yang
sudah ada, seperti memalsu peraturan, menjegal pemilihan umum dan lain
sebagainya.
Menyikapi fenomena tersebut diperlukan suatu upaya yang holistik dalam
pemberantasan korupsi baik dari segi aparat penegak hukum, kebijakan
pengelolaan negara sampai ke pendidikan formal di sekolah (Aditjondro, 2002).
Di lingkungan sekolah banyak ditemukan praktik korupsi mulai dari yang paling
sederhana seperti menyontek, berbohong, melanggar aturan sekolah, masuk
sekolah terlambat, sampai menggelapkan uang pembangunan sekolah yang
bernilai puluhan juta rupiah (Wijaya, 2014 : 4). Terkait contoh tersebut, apabila
dihubungkan pada konsep korupsi menurut tipologi, perbuatan menyontek,
berbohong, melanggar aturan sekolah, masuk sekolah terlambat maupun
penggelapan uang sekolah termasuk konsep tipologi korupsi defensif dan
otogenik. Kebijakan pengelolaan sebagai antisipasi terkait tindakan korupsi di
lingkungan sekolah dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai luhur dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
beberapa mata pelajaran di sekolah. Pengintegrasian nilai-nilai luhur tersebut
dilakukan sebagai upaya membentuk perilaku siswa yang anti korupsi. Melalui
perilaku anti korupsi, mata rantai virus korupsi dapat terputus.
Upaya pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan harus dilaksanakan
karena tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan merupakan wahana yang sangat
strategis untuk membina generasi muda agar menanamkan nilai-nilai kehidupan
termasuk anti korupsi (Wijaya, 2014 : 24). Pendidikan menurut John Dewey
(dalam Syarbini dan Arbain, 2014 : 3) adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia. Pengertian pendidikan juga dikemukakan oleh Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga mengemukakan
pengertian pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha ini termasuk dalam
pengembangan potensi peserta didik dalam segala aspek dalam diri (intern peserta
didik), kemudian pada lingkup yang lebih luas seperti lingkup masyarakat dalam
hidup berbangsa dan bernegara.
Melihat peran sentral pendidikan bagi pemberantasan korupsi, pendidikan
anti korupsi penting ditanamkan pada generasi muda sebagai upaya sadar dan
terencana menanggulangi bahaya tindakan korupsi. Pendidikan anti korupsi dalam
pengertiannya adalah usaha sadar untuk memberi pemahaman dan pencegahan
terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan dari pendidikan formal di sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pendidikan informal pada lingkungan keluarga, dan pendidikan non formal di
masyarakat. Pendidikan anti korupsi tidak berhenti pada pengenalan nilai-nilai
anti korupsi saja, akan tetapi, berlanjut pada pemahaman nilai, penghayatan nilai
dan pengamatan nilai anti korupsi menjadi kebiasaan hidup sehari-hari.
Pendidikan anti korupsi secara umum dikatakan sebagai pendidikan koreksi
budaya yang bertujuan untuk mengenalkan cara berfikir dan nilai-nilai baru
kepada peserta didik (Syarbini dan Arbain, 2014 :7).
Pendidikan anti korupsi adalah penanaman dan penguatan nilai-nilai dasar
yang diharapkan mampu membentuk sikap anti korupsi dalam diri peserta didik
(Wijaya, 2014 : 24). Melalui penanaman nilai dasar anti korupsi dapat
meningkatkan sikap tidak toleran pada tindakan korupsi sehingga mewujudkan
nilai-nilai dalam usaha melawan korupsi di kalangan generasi muda.
Upaya pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan bukan suatu alternatif
melainkan suatu keharusan atau kewajiban (Wijaya, 2014 : 24). Hal ini
dikarenakan oleh upaya yang dilakukan oleh pemerintahan tidak mampu
mematahkan keyakinan bahwa negara ini memang negara yang korup. Fakta
terkait kasus korupsi dapat diketahui melalui pemberitaan di televisi, surat kabar,
maupun media informasi lainnya. Tertangkapnya oknum pejabat pemerintahan,
seniman maupun oknum yang bekerja di berbagai bidang, merupakan gambaran
bahwa korupsi terjadi hampir di semua bidang dan sektor pembangunan.
Keberhasilan penanggulangan pemberantasan korupsi tidak hanya bergantung
pada penegakkan hukum saja, namun ditentukan pula pada aspek tindakan
preventifnya. Tindakan preventif ini diartikan bahwa korupsi dapat dicegah secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dini dengan menguatkan pendidikan anti korupsi di sekolah/madrasah (Mukodi
dan Burhanuddin, 2014 : 113).
Melalui penjelasan di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pendidikan
anti korupsi merupakan usaha sadar dan terencana dalam memberikan penanaman
dan penguatan nilai-nilai dalam membentuk sikap anti korupsi yang diharapkan
mampu diwujudkan generasi muda dalam usaha melawan korupsi. Pendidikan
anti korupsi berwujud dalam pengintegrasian suatu mata pelajaran di sekolah.
Pendidikan anti korupsi di sekolah merupakan salah satu cara dalam memutus
mata rantai korupsi di Indonesia melalui sektor pendidikan.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan anti korupsi merupakan langkah pencegahan sejak dini terjadinya
korupsi. Strategi ini punya dampak baik dalam penanggulangan korupsi. Hanya
saja, pendekatan preventif ini memang tidak dapat dinikmati langsung, tetapi akan
terlihat hasilnya dalam jangka panjang (Mukodi dan Burhanuddin, 2014 : 113).
Usaha dalam pemberian pengetahuan dan pemahaman mengenai korupsi tentu
saja memiliki tujuan.
Tujuan pendidikan anti korupsi menurut Syarbini dan Arbain (2014 : 13)
adalah untuk :
1. Menanamkan nilai dan sikap hidup anti korupsi kepada warga sekolah.
Penanaman nilai dan sikap hidup anti korupsi kepada warga sekolah
merupakan tujuan utama dalam menerapkan pendidikan anti korupsi di
lingkungan pendidikan. Dengan penanaman nilai dan sikap kepada warga
sekolah, secara sadar telah mengajak warga sekolah untuk dapat menjadikan
sekolah sebagai wadah penanaman nilai-nilai kebaikan dalam diri pendidik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
peserta didik, dan tenaga kependidikan serta warga sekolah secara menyeluruh.
Dengan adanya penanaman nilai dan sikap anti korupsi di lingkungan warga
sekolah dan menjadikan warga sekolah anti terhadap korupsi maka tujuan
pendidikan anti korupsi dapat terwujud.
2. Menumbuhkan kebiasaan perilaku anti korupsi kepada warga sekolah.
Ala bisa karena biasa. Itulah sepenggal kalimat sederhana yang sering
dilontarkan oleh kebanyakan orang. Melalui sebuah pembiasaan yang baik dan
terus-menerus dilakukan secara konsisten dalam bersikap dan berperilaku akan
menghadirkan sebuah stigma positif dalam diri setiap warga sekolah.
Kebiasaan perilaku anti korupsi kepada warga sekolah ini merupakan upaya
untuk melatih, membimbing, dan membina diri insan pendidikan dan lembaga
pendidikan untuk dapat bersikap jujur dan amanah dalam setiap perilaku yang
dilakukannya serta dapat memiliki tanggung jawab yang besar terhadap diri,
masyarakat, dan negara.
3. Mengembangkan kreativitas warga sekolah dalam memasyarakatkan dan
membudayakan perilaku anti korupsi.
Tujuan terakhir dari pendidikan anti korupsi adalah pengembangan kreativitas
masyarakat dan membudayakan perilaku anti korupsi di lingkungan sekolah.
Hal ini sangat penting dan memiliki peranan besar dalam menciptakan sekolah
yang terbebas dari korupsi. Menjadikan sekolah sebagai wahana anti korupsi
dan menjadikan sebuah kebiasaan (budaya) di sekolah adalah solusi logis untuk
dapat membebaskan sekolah dari virus-virus korupsi. Sebab, begitu banyak
lembaga pendidikan sudah terjangkiti oleh virus korupsi bahkan sudah menjadi
amalan sehari-hari dalam diri lembaga pendidikan. Oleh karena itu, penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kiranya membudayakan perilaku anti korupsi di setiap sekolah secara universal
dan dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dan terintegrasi dalam setiap
mata pelajaran guna menjadikan sekolah sebagai media untuk dapat
memberantas virus korupsi sampai ke akar-akarnya.
Tujuan pendidikan anti korupsi juga disampaikan oleh Wijaya (2014 : 25)
berikut ini :
1. Membangun kehidupan sekolah sebagai bagian dari masyarakat melalui
penciptaan lingkungan belajar yang berbudaya integritas (anti korupsi), yaitu
jujur, disiplin, adil, tanggung jawab, bekerja keras, sederhana, mandiri, berani,
peduli, dan bermasyarakat.
2. Mengembangkan potensi kalbu/nurani peserta didik melalui ranah afektif
sebagai manusia yang memiliki kepekaan hati dan selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya sebagai wujud rasa cinta tanah air serta didukung wawasan
kebangsaan yang kuat.
3. Menumbuhkan sikap, perilaku, kebiasaan terpuji sejalan dengan nilai universal
dan tradisi budaya bangsa yang religius.
4. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang profesional dan bertanggung jawab
sebagai generasi penerus bangsa.
5. Menyelenggarakan manajemen sekolah secara terbuka, transparan, profesional,
serta bertanggung jawab.
Pada hakikatnya tujuan pendidikan anti korupsi adalah untuk menanamkan
nilai dan sikap dalam penciptaan lingkungan belajar yang terbuka, transparan,
profesional, serta bertanggung jawab demi menumbuhkan kebiasaan perilaku anti
korupsi pada warga sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.1.1.3 Nilai-Nilai Terkait Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan anti korupsi secara internal sangat dipengaruhi oleh nila-nilai anti
korupsi yang tertanam dalam diri seseorang. Menurut Nanang dan Romie (dalam
Mukodi dan Burhanuddin, 2014 : 79) terdapat 9 (sembilan) nilai anti korupsi,
yaitu 1) kejujuran, 2) kepedulian, 3) kemandirian, 4) kedisiplinan, 5) tanggung
jawab, 6) kerja keras, 7) kesederhanaan, 8) keberanian, dan 9) keadilan.
2.1.1.3.1 Kejujuran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jujur diartikan sebagai 1) lurus hati,
tidak berbohong, berkata apa adanya, 2) tidak curang dengan mengikuti aturan
yang berlaku, 3) tulus, ikhlas. Nilai kejujuran ibarat sebuah mata uang yang
berlaku dimana-mana termasuk dalam kehidupan di sekolah/madrasah. Prinsip
kejujuran harus dipegang teguh oleh peserta didik. Nilai kejujuran di
sekolah/madrasah dapat diwujudkan oleh peserta didik dalam bentuk tidak
melakukan kecurangan akademik seperti tidak menyontek saat ujian, tidak
melakukan kecurangan akademik, tidak memalsukan nilai, dan sebagainya.
2.1.1.3.2 Kepedulian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline v1.3, peduli diartikan
sebagai sikap mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan. Nilai kepedulian
dapat diwujudkan oleh peserta didik dalam beragam bentuk, diantaranya berusaha
ikut memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan
sumber daya di sekolah atau madrasah, memantau kondisi infrastruktur
lingkungan sekolah atau madrasah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.1.1.3.3 Kemandirian
Menurut Nanang dan Romie dalam (Mukodi dan Burhanuddin, 2014 : 85)
kondisi mandiri bagi peserta didik diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya. Nilai kemandirian dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk
mengerjakan tugas secara mandiri, mengerjakan ujian secara mandiri, dan
menyelenggarakan kegiatan kesiswaan dengan swadaya.
2.1.1.3.4 Kedisiplinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan. Sikap disiplin diperlukan dalam berkehidupan di
sekolah atau madrasah maupun masyarakat. Manfaat dari hidup yang disiplin
adalah peserta didik dapat mencapai tujuan hidupnya dengan efektif dan efisien.
Disiplin pada akhirnya juga dapat menambah rasa kepercayaan kepada orang lain.
Dalam berbagai situasi guru dituntut untuk dapat mengembangkan sikap disiplin
peserta didik.
2.1.1.3.5 Tanggung Jawab
Menurut Nanang dan Romie (dalam Mukodi dan Burhanuddin, 2014 : 88)
mendefinisikan tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah
perbuatan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Penerapan nilai
tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan
sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai yang baik, mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.1.1.3.6 Kerja Keras
Kerja keras didasarkan atas kemauan yang tinggi. Kerja keras dapat
diwujudkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam
melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil semata, tidak melakukan jalan
pintas, belajar dan mengerjakan tugas-tugas akademik dengan sungguh-sungguh.
2.1.1.3.7 Sederhana
Prinsip hidup sederhana merupakan indikator bagian penting dalam menjalin
hubungan antara sesama peserta didik. Hidup sederhana menjauhkan pada bentuk
kecemburuan sosial yang tak jarang berujung pada sebuah tindakan melawan
hukum. Prinsip hidup sederhana juga menghindari seseorang dari keinginan yang
berlebihan. Nilai kesederhanaan dapat diterapkan oleh peserta didik dalam bentuk
diantaranya hidup sesuai dengan kemampuan, hidup sesuai dengan kebutuhan,
tidak suka pamer kekayaan dan sebagainya.
2.1.1.3.8 Keberanian
Berani menyampaikan pendapat adalah modal awal untuk mencegah
terjadinya korupsi. Nilai keberanian dapat dikembangkan peserta didik
diantaranya melalui berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
bertanggung jawab terhadap segala bentuk kesalahan, berani menyampaikan
pendapat, dan sebagainya.
2.1.1.3.9 Keadilan
Keadilan diartikan dengan memberikan hak seimbang dengan kewajiban, atau
memberi sesuatu dengan kebutuhannya. Nilai keadilan dapat dikembangkan oleh
peserta didik diantaranya melalui bentuk memberikan saran perbaikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
semangat pada temannnya yang tidak berprestasi, tidak memilih teman dalam
bergaul berdasarkan suku, agama, ras dan antar golongan.
Terkait dengan 9 nilai pendidikan anti korupsi di atas, peneliti berusaha
memunculkan 4 nilai anti korupsi dalam pengembangan produk buku cerita
bergambar miliknya. Nilai pendidikan anti korupsi yang dimunculkan peneliti
seperti nilai kejujuran, tanggung jawab, sederhana, dan keberanian. Peneliti
memunculkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dimaksudkan agar anak dapat
mengambil amanat setelah membaca cerita tersebut.
2.1.2 Buku Cerita Bergambar
Buku bergambar (picture books) menurut Huck (dalam Nurgiyantoro,
2005 : 153) adalah buku yang menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu ilustrasi
dan tulisan. Ilustrasi (gambar) merupakan pendukung yang menguatkan dan
mengungkapkan pesan yang ingin disampaikan dalam buku secara lebih baik dan
jelas. Pemakaian gambar dalam memperkuat suatu pesan diperjelas oleh Gerlach
dan Ely (dalam Anitah, 2009:7-8) yang menyatakan bahwa:
Gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau
seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada pebelajar suatu
tempat, orang, dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan
pengalaman pebelajar sendiri. Gambar juga dapat memberikan gambaran
dari waktu yang telah lalu atau potret (gambaran) masa yang akan datang.
Gambar diyakini menarik perhatian anak dalam hubungan menumbuhkan
minat terhadap bacaan. Keberadaan gambar juga dapat menambah keindahan
buku yang ditampilkan lewat sampul halaman buku yang beraneka ragam dan
memperkuat gambaran terkait isi cerita. Isi cerita dalam buku bergambar juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
harus mempergunakan bahasa yang baik dan benar. Hal ini dimaksudkan agar
cerita dapat dipahami pembaca sesuai pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Bahasa yang diwujudkan dalam bentuk teks dan kata-kata merupakan
aspek yang penting dalam penulisan cerita. Menurut Huck dkk. (dalam
Nurgiyantoro, 2005 : 157) kata-kata dan teks dalam buku cerita bergambar sama
pentingnya dengan gambar ilustrasi. Hal itu akan membantu pembaca
mengembangkan sensitivitas awal ke imajinasi dalam penggunaan bahasa. Bahasa
dalam buku untuk anak-anak juga harus sederhana. Kesederhanaan tersebut
merujuk pada kemudahan pengenalan arti kata yang dapat membantu anak
memahami isi cerita. Pemahaman terkait isi cerita dibantu dengan gambar
merupakan keunggulan dari buku cerita bergambar. Oleh karena itu, buku cerita
bergambar tidak lepas dengan dunia anak-anak yang mengkreasikan gambar
menarik pada tiap halaman sampulnya. Meskipun, tidak jarang juga buku cerita
bergambar dikonsumsikan pada pembaca dewasa. Selain dilengkapi dengan
gambar yang menarik dan bahasa yang sederhana, penampilan buku secara fisik
dibuat agar menarik minat baca anak untuk membaca. Hal ini diperkuat menurut
pernyataan Nurgiyantoro (2005 : 158) yang menyatakan bahwa anak memiliki
bakat untuk menyenangi keindahan, maka hal itu perlu dipupuk lewat penampilan
keindahan bahasa dan gambar-gambar ilustrasi.
Buku cerita bergambar menurut Stewing (dalam Susanto, 2011) adalah
sebuah buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Sementara Mitchell (dalam
Nurgiyantoro, 2005 : 153) lebih menyukai istilah picture storybooks yaitu buku
cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks dan keduanya
saling menjalin. Kedua pengertian di atas memiliki persamaan pendapat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mengungkapkan bahwa buku cerita bergambar memadukan unsur cerita dan
gambar. Unsur cerita yang termuat pada teks, sedangkan gambar berperan sebagai
pelengkap cerita yang keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar
merupakan buku yang dibuat dengan memadukan cerita, gambar dan bahasa yang
sederhana serta dikemas halaman sampul yang menarik. Buku cerita bergambar
dibuat menarik agar membantu meningkatkan minat baca anak.
2.1.2.1 Unsur-Unsur Cerita
Menurut Nurgiyantoro (2005 : 7) mengatakan bahwa isi cerita anak tidak
harus yang baik-baik saja, seperti kisah anak rajin, suka membantu ibu, dan lain-
lain. Anak-anak juga dapat menerima cerita yang “tidak baik” seperti anak malas,
anak pembohong, kucing pemalas, atau bintang yang suka memakan sebangsanya.
Terkait beberapa contoh isi cerita di atas merupakan kesatuan dari berbagai
elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu dapat dibedakan ke dalam unsur
instrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada
di dalam, menjadi bagian dan ikut membentuk eksistensi cerita yang
bersangkutan. Unsur fiksi yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah
tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang
membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Berbeda dengan unsur
ekstrinsik, di pihak lain, adalah unsur yang berada di luar teks fiksi yang
bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh membangun cerita yang dikisahkan,
langsung atau tidak langsung (Nurgiyantoro, 2005 : 221).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Rampan (2012: 73) menyatakan bahwa sebuah cerita sebenarnya terdiri dari
pilar-pilar sebagai berikut. (1) tema, (2) tokoh, (3) latar, (4) alur, dan (5) gaya.
Pilar pertama merupakan tema atau disebut rancang bangun cerita yang
dikehendaki pengarang harus dilandasi amanat, yaitu pesan moral yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Namun, amanat ini harus dijalin secara menarik,
sehingga anak-anak tidak merasa sedang membaca wejangan moral. Pembaca
dihadapkan pada sebuah cerita yang menarik dan menghibur, dan dari bacaan itu
anak-anak atau orang tua mereka dapat membangun pengertian dan menarik
kesimpulan tentang pesan yang hendak disampaikan pengarang. Umumnya tema
yang dinyatakan secara terbuka dan gamblang tidak akan menarik minat pembaca.
Pilar kedua adalah tokoh. Secara umum, tokoh dapat dibagi dua yaitu tokoh
utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis). Tokoh utama ini biasanya
disertai dengan tokoh-tokoh sampingan yang umumnya ikut serta dan menjadi
bagian kesatuan cerita. Sebagai tokoh bulat, tokoh utama ini mendapat porsi
paling istimewa dibandingkan dengan tokoh-tokoh sampingan. Kondisi fisik atau
karakternya digambarkan secara lengkap, sebagaimana manusia sehari-hari.
Disamping itu, seiring pula dihadirkan tokoh datar, yaitu tokoh yang ditampilkan
secara satu isi (baik atau jahat), sehingga dapat melahirkan tanggapan memuja
atau membenci dari para pembaca. Penokohan harus memperlihatkan
perkembangan karakter tokoh. Peristiwa-peristiwa yang terbina dan dilema yang
muncul di dalam alur harus mampu membawa perubahan dan perkembangan pada
tokoh, sehingga lahir diidentifikasi pembaca pada tokoh yang muncul sebagai
hero atau sebagia antagonis yang dibenci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Pilar ketiga adalah latar. Peristiwa-peristiwa di dalam cerita dapat dibangun
dengan menarik jika penempatan latar waktu dan tempatnya dilakukan secara
tepat, karena latar berhubungan dengan tokoh, dan tokoh berkaitan erat dengan
karakter. Bangunan latar yang baik menunjukan bahwa cerita tertentu tidak dapat
dipindahkan ke kawasan lain, karena latarnya tidak menunjang tokoh dan
peristiwa-peristiwa khas yang hanya terjadi di suatu latar tertentu saja. Dengan
kata lain, latar menunjukan keunikan tersendiri dalam rangkaian kisah, sehinggga
mampu membangun tokoh-tokoh spesifik dengan sifat-sifat tertentu yang hanya
ada pada kawasan tertentu itu. Dengan demikian, tampak latar memperkuat tokoh
dan mengidupkan peristiwa-peristiwa yang dibina di dalam alur, menjadikan
cerita spesifik dan unik.
Alur merupakan pilar keempat. Alur menuntut kemampuan utama pengarang
untuk menarik minat pembaca. Secara sederhana, alur dapat dikatakan sebagai
rentetan peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Alur dapat dibina secara lurus,
dimana cerita dibangun secara kronologis. Peristiwa-peristiwa demi peristiwa
berkaiatan langsung satu sama lain hingga cerita berakhir. Alur juga dapat
dibangun secara episodik, dimana cerita diikat oleh episode-episode tertentu, dan
pada setiap episodenya ditemukan gawatan, klimaks dan leraian. Alur juga dapat
dibangun dengan sorot balik atau maju. Sorot balik adalah paparan informasi atau
peristiwa yang terjadi di masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa
kini, sementara alur maju merupakan wujud ancang-ancang untuk menerima
peristiwa-peristiwa tertentu yang nanti akan terjadi.
Pilar kelima adalah gaya. Disamping pilar-pilar lainnya, gaya menentukan
keberhasilan sebuah cerita. Secara tradisional dikatan bahwa keberhasilan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
cerita bukan pada apa yang dikatakan, tetapi bagaimana mengatakannya. Kalimat-
kalimat yang enak dibaca, ungkapan-ungkapan yang baru dan hidup, suspence
yang menyimpan kerahasiaan, pemecahan persoalan yang rumit namun penuh
tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa kemanusiaan, dan
sebagainya merupakan muatan gaya yang membuat pembaca terpesona.
Disamping sebagai tanda seorang pengarang, gaya tertentu mampu menyedot
perhatian pembaca untuk terus membaca. Bersama elemen lainnya, seperti
penggunaan sudut pandang yang tepat, pembukaan dan penutup yang memberi
kesan tertentu, gaya adalah salah satu kunci yang menentukan berhasil atau
gagalnya sebuah cerita.
Penyusunan kerangka buku cerita bergambar didasari oleh teori kelima pilar
cerita di atas. Kelima pilar tersebut seperti tema yang diangkat yaitu mengenai
nilai pendidikan anti korupsi berisi nilai kejujuran, tanggung jawab, keberanian,
dan juga sederhana. Selanjutnya mengenai tokoh, pengembangan buku cerita
bergambar ini mengambil beberapa tokoh seperti tokoh utama bernama Harsa,
Ibu, Pak Teten, dan kedua teman Harsa yaitu Jujuk dan Emen. Latar yang
digunakan dalam cerita seperti rumah Harsa, warung, dan juga jalan raya. Selain
itu, alur yang digunakan dalam pembuatan buku cerita menggunakan alur maju,
sehingga pemunculan masalah hingga penyelesaian masalah terdapat pada isi
cerita. Pilar cerita yang terakhir yaitu gaya. Buku cerita dilengkapi gambar dipadu
tulisan dan warna yang diharapkan memberi kesan buku terlihat lebih menarik.
Hal ini dilakukan supaya menumbuhkan minat baca anak ketika melihat tampilan
buku sehingga membantu anak dalam belajar membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.1.2.2 Kriteria Buku Cerita yang Baik bagi Anak
Kebutuhan akan bahan bacaan merupakan salah satu faktor bagi
perkembangan tahap membaca anak. Oleh sebab itu, guru maupun orang tua perlu
membimbing dan memperhatikan kebutuhan bacaan bagi anak-anaknya. Perlu
diketahui bahwa buku bacaan yang baik adalah buku bacaan yang : (1) dapat
memberikan nilai positif pada pembacanya; (2) disampaikan dalam bahasa yang
sederhana, enak dibaca dan penulisnya seakan ingin berbagi dengan pembaca,
bukan menggurui; (3) gaya penulisan tidak meledak-ledak; (4) menggunakan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, tidak menggunakan istilah asing yang
sebenarnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia Christantiowati (dalam
Santosa, 2008: 9).
Pendapat serupa juga dikatakan oleh Effendi, Bangsa, dan Yudani (2013)
yang mengatakan bahwa buku cerita yang baik meliputi: (a) tampilan visual buku
dirancang menggunakan tampilan full color; (b) tampilan visual buku lebih
dominan gambar dibandingkan dengan teks; (c) jenis huruf pada buku cerita
memiliki tingkat keterbacaan yang baik bagi anak-anak; (d) judul buku cerita
mewakili keseluruhan isi cerita dan menarik minat anak untuk membaca lebih
lanjut; dan (e) tampilan warna mampu memberikan kesan dan mudah ditangkap
oleh indera penglihatan anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria buku cerita yang
baik bagi anak dalam pengembangan buku cerita bergambar peneliti meliputi
penggunaan bahasa yang sederhana, enak dibaca bagi pembaca. Selain itu, buku
cerita yang baik memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang baik, tampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
visual buku full color, gambar lebih dominan dibandingkan teks, judul buku cerita
mewakili isi cerita, dan juga dapat memberikan nilai positif bagi pembaca seperti
nilai pendidikan anti korupsi.
2.1.3 Pengertian Membaca
Membaca merupakan kegiatan dalam menemukan berbagai informasi dalam
tulisan. Tulisan memiliki makna sebagai pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis kepada pembaca. Menurut Wassid dan Sunendar (2008 : 246) membaca
merupakan proses memperoleh makna dari apa yang tertulis dalam teks.
Mengetahui makna dari pikiran penulis merupakan cara dalam mendapatkan
informasi dengan sejelas mungkin terkait bahan bacaan yang sedang dibaca. Oleh
sebab itu, membaca juga merupakan kegiatan yang mempergunakan penalaran
dalam menangkap informasi yang diberikan oleh penulis.
Pengertian membaca juga disampaikan Subyakto (1998: 145) yang
mengemukakan membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena
bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya.
Kegiatan membaca pada pernyataan sebelumnya disebut sebagai keterampilan
berbahasa dipahami serupa oleh Pratiwi, dkk. (2007: 15) mengemukakan bahwa
membaca merupakan kegiatan berbahasa yang secara aktif menyerap atau
informasi atau pesan yang disampaikan melalui media tulis, seperti buku, artikel,
modul, surat kabar, atau media tulis lainnya. Disebut aktif karena membaca bukan
hanya sekedar memahami lambang tulis, tetapi juga membangun makna,
memahami, menerima, menolak, membandingkan, dan meyakini isi tulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Berdasarkan uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
kegiatan aktif yang dilakukan untuk memperoleh informasi terkait makna tulisan
penulis yang didapatkan melalui berbagai media tulis atau media lainnya. Pada
penelitian ini, peneliti ingin mengajak siswa kelas II SD untuk belajar membaca.
Cara yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memperkenalkan siswa pada
bahan bacaan berbentuk buku cerita bergambar bertemakan pendidikan anti
korupsi. Selain belajar membaca dilengkapi dengan penjelasan tampilan gambar,
siswa diharapkan mampu menangkap nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang
terdapat di dalam cerita tersebut.
2.1.3.1 Tujuan Membaca
Informasi dapat diperoleh melalui membaca. Informasi dibutuhkan untuk
memperkaya pengetahuan dari seseorang akan suatu peristiwa, asal-usul dan lain
sebagainya. Hal ini merupakan salah satu dari tujuan yang ingin dicapai pada
kegiatan membaca. Supriyadi mengemukakan dalam (1992: 117) tujuan membaca
sebagai berikut.
a. Mengisi waktu luang atau mencari hiburan.
b. Kepentingan studi (secara akademik).
c. Mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan.
d. Memperkaya perbendaharaan kosakata, dan lain-lain.
Selain itu, tujuan dari kegiatan membaca juga disampaikan oleh Zuchdi
dan Budiasih (2001: 24). Menurut Zuchdi dan Budiasih membaca meliputi
beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :
a. Mendapatkan informasi yaitu mencakup informasi tentang fakta dan kejadian
sehari-hari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
b. Membaca untuk meningkatkan citra diri,
c. Submilasi atau penyaluran yang positif,
d. Rekreatif yaitu untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan,
e. Membaca hanya karena iseng, dan
f. Untuk mencari nilai-nilai keindahan dan nilai kehidupan.
Pada umumnya tujuan membaca adalah untuk memperoleh informasi terkait
makna tulisan penulis yang didapatkan dari berbagai media. Namun secara
khusus, setiap orang memiliki tujuan tersendiri dalam membaca seperti
menambah ilmu pengetahuan, iseng mengisi waktu luang, mendapatkan
kesenangan, dan lain sebagainya.
2.1.3.2 Gerakan Literasi Sekolah
Literasi sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan
kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan
atau berbicara (dikdas.kemdikbud 2016: 2). Literasi juga bermakna praktik dan
hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO,
2003).
GLS merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat
partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid
peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat
yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku
kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dikdas.kemdikbud 2016: 7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Sebagai gerakan yang partisipatif, GLS melibatkan seluruh elemen terutama
bagi peserta didik yang diwujudkan melalui pembiasaan membaca. Pembiasaan
membaca ini selanjutnya diarahkan pada tahap pengembangan dan juga
pembelajaran. Oleh karena itu, variasi kegiatan GLS ini dapat berupa perpaduan
pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif. Keterampilan reseptif
merupakan keterampilan yang bersifat menerima meliputi keterampilan membaca
dan menyimak. Sedangkan keterampilan produktif merupakan keterampilan yang
bersifat mengungkap meliputi keterampilan menulis dan berbicara (Muchlisoh,
1992 : 119).
GLS sebagai upaya menyeluruh yang dilakukan di lingkungan sekolah
memiliki tujuan dalam menanamkan budaya membaca sebagai kebiasaan yang
menyenangkan dan ramah pada anak agar warga sekolah mampu mengelola
pengetahuan. Penanaman kebiasaan membaca anak dilakukan dengan pembiasaan
membaca oleh anak di sekolah dengan kisaran waktu 15 menit sebelum pelajaran
dimulai dan sesudah pelajaran selesai.
Kegiatan GLS pada tahap pembiasaan ini, memiliki prinsip dalam
pelaksanaan kegiatan membaca seperti bahan bacaan yang dibaca oleh anak dalam
kegiatan ini merupakan buku bacaan, bukan buku teks pelajaran. Selain itu peserta
didik diperkenankan memilih buku bacaan sesuai minat mereka dengan memberi
keleluasaan untuk membawa buku dari rumah. Kegiatan membaca tidak diikuti
oleh tugas lain seperti menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain.
Adapun dalam kegiatan membaca dapat diikuti dengan diskusi informal tentang
buku yang dibaca ataupun kegiatan yang menyenangkan lainnya terkait buku yang
dibacakan apabila waktu memungkinkan. Tanggapan dalam diskusi dan kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
lanjutan ini tidak dinilai/dievaluasi. Kegiatan membaca juga berlangsung dalam
suasana yang santai dan menyenangkan. Guru menyapa peserta didik dan
bercerita sebelum membacakan buku dan meminta mereka untuk membaca buku
(dikdas.kemdikbud 2016: 8).
2.1.3.3 Prinsip-prinsip Literasi Sekolah
Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi
sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi.
Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling beririsan
antar tahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik
dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran
literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
b. Program literasi yang baik bersifat berimbang
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap
peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi
membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan
jenjang pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan
memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan
remaja.
c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua
guru di semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun
membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru
semua mata pelajaran.
d. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun
Misalnya, „menulis surat kepada presiden‟ atau „membaca untuk ibu‟ merupakan
contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.
e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan
Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan
berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini
juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan
berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan
perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan
pandangan.
f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman
Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah.
Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia
agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural
(http://dikdas.kemdikbud.go.id).
2.1.3.4 Langkah-langkah Kegiatan Membaca Literasi
Kegiatan pelaksanaan gerakan literasi ini bertujuan untuk menumbuhkan
minat siswa terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca. Membaca buku
dilakukan selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dan 15 menit sesudah
pembelajaran selesai. Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah
membacakan buku dengan nyaring dan membaca dalam hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2.1.3.4.1 Membacakan Nyaring
Tujuan :
a. Memotivasi peserta didik agar mau membaca.
b. Membuat peserta didik dapat membaca dan gemar membaca.
c. Memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.
d. Membangun komunikasi antara guru dan peserta didik.
e. Guru / pustakawan / kepala sekolah menjadi teladan membaca.
Tabel 2.1 Tahap Membaca Nyaring
Tahap Membaca Kegiatan
1. Persiapan yang perlu
dilakukan
a. Memahami tujuan membacakan
nyaring, yaitu menumbuhkan minat
baca, memeragakan cara membaca, dan
menjadikan peserta didik lancar
membaca.
b. Mengetahui tingkat kemampuan
berpikir dan membaca peserta didik.
c. Memilih buku yang berkualitas baik
dan memiliki isi yang disesuaikan
dengan jenjang dan minat peserta didik.
d. Melakukan kegiatan prabaca dan
baca ulang dengan
Tujuan:
1. Mengetahui jalannya cerita, atau
isi/pesan dalam setiap buku yang
dibaca;
2. Mengetahui letak tanda-tanda baca
sehingga memungkinkan untuk
mengatur intonasi suara agar menarik
atau menentukan kapan harus jeda;
3. Mengantisipasi pertanyaan yang
ditanyakan oleh peserta didik; dan
4. Melakukan prediksi atau
menghubungkan isi bacaan dengan
topik lain yang relevan.
5. Menulis pertanyaan-pertanyaan
sebagai bahan diskusi.
6. Melatih intonasi, volume suara, dan
gerak tubuh agar dapat membacakan
buku dengan menarik serta ekspresi
wajah yang mendukung penceritaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Sebelum membacakan
nyaring
a. Memulai dengan menyapa peserta
didik dan menyebutkan alasan memilih
bacaan tersebut.
b. Menunjukkan sampul buku cerita
yang akan dibacakan dan
menyampaikan gambaran singkat
cerita.
c. Menyebutkan judul, pengarang, dan
ilustrator buku.
d. Menggali pengalaman peserta didik,
misalnya dengan menanyakan: Apakah
ada di antara mereka yang pernah
membaca buku tersebut? Apakah ada
yang memiliki buku itu? Atau, apakah
ada yang dapat menduga isi buku itu?
e. Mulai menyusuri ilustrasi, apabila
terdapat dalam buku atau bahan bacaan.
f. Membacakan buku dengan cara yang
sangat menarik.
3. Saat membacakan
Nyaring
a. Suara dapat didengar seluruh peserta
didik: tidak terlalu cepat, disertai
intonasi, ekspresi, dan gestur yang
sesuai isi cerita.
b. Bersikap ramah.
c. Menanggapi komentar dan
pertanyaan peserta didik.
d. Mengingatkan peserta didik untuk
menyimak.
e. Membagi informasi dan berdiskusi
selama membacakan buku.
f. Mengajak peserta didik aktif
bertanya.
g. Mengajak peserta didik untuk
menceritakan apayang dibacakan dan
apa yang dipikirkan (think aloud)
terkait bacaan.
4. Setelah membacakan
nyaring
a. Meminta peserta didik mengajukan
pertanyaan.
b. Guru mengajukan pertanyaan
seandainya peserta didik tidak bertanya.
c. Meminta peserta didik untuk
menceritakan ulang bacaan dengan
kata-katanya sendiri.
d. Meletakkan buku atau materi bacaan
di tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau oleh tangan peserta didik.
e. Mencatat judul buku yang telah
dibacakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Sumber:http://dikdas.kemdikbud.go.id
2.1.3.4.2 Membaca dalam hati
Membaca dalam hati (sustained silent reading) adalah kegiatan
membaca 15 menit yang diberikan kepada peserta didik tanpa
gangguan. Guru menciptakan suasana tenang, nyaman, agar peserta
didik dapat berkonsentrasi pada buku yang dibacanya.
Tabel 2.2 Tahapan Membaca Dalam Hati
Tahap Membaca Kegiatan
1. Persiapan membaca
dalam hati.
a. Memahami tujuan membaca dalam
hati, yaitu untuk menumbuhkan minat
baca peserta didik.
b. Memastikan agar bacaan sesuai
dengan tingkat keterampilan membaca
peserta didik.
2. Sebelum membaca
dalam hati dilakukan.
a. Menawarkan kepada peserta didik
apakah mereka memilih sendiri buku
yang ingin dibaca dari sudut baca kelas
atau membawanya sendiri dari rumah.
b. Membebaskan peserta didik untuk
memilih buku yang sesuai dengan
minat dan kesenangannya.
c. Memberi semangat kepada peserta
didik bahwa ia harus membaca buku
tersebut sampai selesai, dalam kurun
waktu tertentu, bergantung pada
ketebalan buku.
d. Membolehkan peserta didik untuk
mencari buku lain apabila isi buku
dianggap kurang menarik.
e. Membolehkan peserta didik untuk
memilih tempat yang disukainya untuk
membaca.
f. Menyediakan buku-buku dengan
jenis dan judul yang variatif.
3. Saat membaca dalam
hati
Peserta didik dan guru bersama-sama
membaca buku masing-masing dengan
tenang selama 15 menit.
4. Setelah membaca
dalam hati
Guru dapat menggunakan 5–10 menit
setelah membaca untuk bertanya
kepada peserta didik tentang buku yang
dibaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Sumber: http://dikdas.kemdikbud.go.id
Literasi sangat penting bagi siswa karena keterampilan dalam literasi
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mereka dan kehidupannya.
Keterampilan literasi yang baik akan membantu siswa dalam memahami teks
lisan, tulisan, maupun gambar/visual. Kemampuan literasi (membaca dan
menulis) di kelas awal berperan penting dalam menentukan keberhasilan belajar
siswa. Di tingkat ini, pembelajaran membaca dan menulis perlu diperkenalkan.
Kedua keterampilan tersebut tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi perlu
diajarkan. Jika pembelajaran literasi (membaca dan menulis) di kelas awal tidak
kuat, maka pada tahap membaca dan menulis lanjut siswa akan mengalami
kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai
(USAID, 2014 : 2).
2.1.4 Tahap Perkembangan Anak
Sepanjang jenjang kehidupan manusia, semenjak awal kehidupan dari lahir
sampai meninggal dunia, manusia selalu mengalami perubahan, baik perubahan
dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis, perubahan-perubahan
tersebut terus berlangsung karena terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
pada dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses tahapan
hidup manusia yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Pertumbuhan merupakan suatu proses perubahan psikologis dari proses
kematangan secara normal dalam perubahan fisik maupun psikisnya. Seperti
bertambah berat badan, bertambah tinggi badan dan lain sebagainya. Sedangkan
perkembangan memiliki pengertian proses perubahan kualitatif yang mengacu
pada kualitas fungsi-fungsi organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan
fungsi psikologis (Agustina, 2014 : 2).
Kehidupan manusia berlangsung dari beragam fase kehidupan, dimulai dari
manusia lahir hingga fase tua. Pada tiap fase ini manusia mengalami perubahan
yang berlangsung secara berkesinambungan. Menurut Santrock (dalam Agustina,
2014: 27) periode perkembangan itu terdiri atas tiga periode, yaitu
anak(childhood), remaja (adolescence), dan dewasa (adulthood). Dari ketiga
periode ini diklasifikasikan lagi menjadi beberapa periode yaitu: (1) periode anak
sebelum kelahiran (prenatal), masa bayi (infacy), masa awal anak-anak (early
childhood), masa pertengahan dan akhir anak-anak (midle and late childhood); (2)
periode remaja (adolescence), dan (3) periode dewasa: masa awal remaja (early
adulthood), masa pertengahan dewasa (midle adulthood), dan masa akhir dewasa
(late adulthood). Dan di setiap periode ini memiliki tugasnya masing-masing.
Tugas di tiap periode ini akan dilewati anak dalam proses yang sama, namun tidak
harus dalam umur yang sama pula.
Piaget (dalam Nurgiyantoro, 2005: 50) membedakan perkembangan
intelektual anak ke dalam empat tahapan. Tiap tahapan memiliki karakteristik
yang membedakannya dengan tahapan lain. Tahapan tersebut meliputi : tahap
sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasional
formal.
Pertama : tahap sensorimotor (the sensorymotor period, 0-2 tahun). Tahap ini
merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap
sensorimotor terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor).
Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat koordinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
persepsi indera dan aktivitas motor serta mengembangkan pemahaman sebab-
akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat
berkontak langsung. Anak mulai memahami hubungannya dengan orang lain,
mengembangkan pemahaman objek secara permanen. Pada usia anak 1-2 tahun,
anak pada tahapan ini menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung
perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai bunyi-bunyian yang bersajak
dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud dapat berupa nyanyian, kata-kata
yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam perkataan yang tidak dilagukan
(Nurgiyantoro, 2005: 50).
Kedua: tahap praoperasional (the preoperational period, 2-7 tahun). Dalam
tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan
aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam
tahap ini antara lain adalah bahwa (i) anak mulai belajar mengaktualisasi dirinya
lewat bahasa, bermain, dan menggambar (corat-coret). (ii) Jalan pikiran anak
masih bersifat egosentris, menempatkan dirinya sebagai pusat dunia, yang
didasarkan persepsi segera, dan pengalaman langsung karena masih kesulitan
menempatkan dirinya di antara orang lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu
dari sudut pandang orang lain. (iii) Anak mempergunakan simbol dengan cara
elementer yang pada awalnya lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat
bahasa dalam pembicaraan. (iv) Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di
mana anak mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan
dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam
kognisinya (Nurgiyantoro, 2005: 51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Ketiga: tahap operasional konkret (the concrete operational, 7-11 tahun). Pada
tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak
pada tahap ini antara lain adalah (i) anak dapat membuat klasifikasi sederhana,
mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi
warna, klasifikasi karakter tertentu. (ii) Anak dapat membuat urutan sesuatu
secara semestinya, mengurutkan abjad, angka, besar-kecil, dan lain-lain. (iii)
Anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan;
adanya perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi mudah untuk
mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang berbeda. (iv) Anak mulai
dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada
kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh orang
dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak karena jalan
pikirnya terbatas pada situasi yang konkret (Nurgiyantoro, 2005: 52).
Keempat: tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke
atas). Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak.
Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain adalah (i) anak sudah mampu
berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoritis, berargumentasi, dan menguji hipotesis
yang mengutamakan kemampuan berpikir. (ii) Anak sudah mampu memecahkan
masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah yang terkait
(Nurgiyantoro, 2005 : 53).
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penyusunan buku cerita bergambar
dengan mempertimbangkan perkembangan kognitif operasional konkret
berdasarkan usia anak kelas 2 SD yang memiliki kecenderungan belum dapat
diajak berpikir secara abstrak. Maka dari hal tersebut, peneliti menyusun buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
cerita bergambar dengan anak menampilkan cerita yang bersifat nyata atau
kontekstual mengangkat pemecahan masalah sederhana terkait cerita, bertemakan
pendidikan anti korupsi.
2.1.4.1 Perkembangan Anak SD Kelas Bawah
SD merupakan jenjang pendidikan sekolah pertama dalam kegiatan belajar
anak bersama dengan guru sekolah. Pada masa ini anak menjalani sebagian besar
kehidupannya di sekolah. Masa usia sekolah dasar sering pula disebut sebagai
masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa keserasian sekolah ini
secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada sebelumnya dan
sesudahnya. Sugiyanto dan Sudjarwo (dalam Agustina, 2014 : 93), masa ini dapat
dirinci lagi menjadi 2 fase yaitu sebagai berikut:
1. Karakteristik anak pada masa kelas-kelas bawah sekolah dasar (6-10
tahun)
Beberapa sifat khas anak pada masa ini antara lain adalah:
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi sekolah.
b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c. Adanya kecenderungan menuju diri sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain pada
kecenderungan meremehkan anak lain.
e. Jika tidak dapat menyelesaikan sesuatu hal, maka soal itu dianggapnya
tidak penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
f. Pada masa ini anak menghendaki nilai rapor yang baik, tanpa
mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai atau tidak.
Soemantri dan Saodih (dalam Agustina, 2014 : 94).
2. Karakteristik anak pada masa kelas-kelas tinggi SD (10-12 tahun)
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah :
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
b. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus.
d. Sampai kira-kira umur II tahun anak dapat membutuhkan seorang
guru orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan
memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur II tahun pada
umunya anak menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikannya sendiri.
e. Pada masa ini anak memandang (nilai rapor) sebagai ukuran yang
tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya
biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
g. Mengembangkan kata hati, moralitas suatu skala nilai-nilai. Soemantri
dan Saodih (dalam Agustina, 2014 : 95).
Perkembangan manusia itu ada periode-periodenya dan ada tugas-tugas yang
harus dilewati di setiap periode tersebut. Perkembangan yang baik adalah
perkembangan yang mengarah ke arah yang lebih positif dan sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
periodenya masing masing. Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut
Agustina (2014: 34) seperti:
1. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain.
2. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme
yang sedang tumbuh.
3. Belajar bergaul dan bersahabat dengan anak-anak sebaya.
4. Belajar peranan jenis kelamin.
5. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan
berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan
sehari-hari.
7. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan skala nilai-nilai.
8. Belajar membebaskan ketergantungan diri.
Pengembangan buku cerita bergambar disusun peneliti
mempertimbangkan dasar-dasar kecakapan membaca dan menulis anak.
Selain itu, peneliti juga ingin mengembangkan kata hati anak terkait nilai-nilai
yang terkandung dalam bacaan yang mencerminkan 4 nilai dalam pendidikan
anti korupsi yaitu kejujuran, tanggung jawab, sederhana, dan keberanian.
Memperkenalkan 4 sikap terpuji pendidikan anti korupsi diharapkan mampu
mengembangkan sikap yang sehat terhadap diri anak sebagai organisme yang
sedang tumbuh sesuai dengan tugas perkembangan usia anak sekolah di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
1.2 Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti
melakukan penelitian dengan mengambil beberapa penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut sebagai berikut :
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Yeni (2013) yang melakukan
penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui
Media Cerita Bergambar Siswa Kelas III SD Negeri Panggang, Bantul Tahun
Ajaran 2013/2014”. Pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses
pembelajaran membaca nyaring melalui media cerita bergambar pada siswa kelas
II B SD Negeri Panggang, Bantul. Selain itu, pada penelitian ini juga bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring melalui media cerita
bergambar. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian tindakan kelas.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) tes, 2)
observasi, dan 3) dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan proses pembelajaran
membaca nyaring. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan dalam
merespon guru saat melakukan tanya jawab tentang isi cerita yaitu sebesar 50%
dan peningkatan dalam menyimpulkan isi cerita yang dibacanya yaitu sebesar
41,67%. Hal ini menyebabkan kemampuan membaca nyaring siswa meningkat.
Penelitian kedua dilakukan oleh Wardhani (2011) dengan judul
“Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Konservasi Lingkungan untuk
Pembelajaran Membaca Siswa SD Kelas Rendah”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran profil buku cerita bergambar yang sesuai kebutuhan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dan guru, penilaian buku cerita bergambar dari guru dan ahli, dan prototipe buku
cerita bergambar yang telah diperbaiki berdasarkan penilaian guru dan ahli.
Penelitian ini menggunakan prosedur Research and Development (Penelitian dan
Pengembangan). Subjek penelitian ini yaitu model buku cerita bergambar untuk
siswa SD kelas bawah (kelas III) yang berbasis konservasi lingkungan. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu
melalui pemaparan dan simpulan data (verifikasi). Berdasarkan temuan tersebut,
dapat disimpulkan, pertama, siswa dan guru membutuhkan buku cerita bergambar
berbasis konservasi lingkungan. Kedua, buku cerita bergambar yang diharapkan
siswa adalah buku cerita yang ada materinya dikemas dengan menarik dan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Ketiga, buku cerita bergambar berbasis
konservasi lingkungan sudah sesuai dengan kebutuhan siswa.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Sri (2011) dengan judul “Pelaksanaan
Pendidikan Antikorupsi di SMP Keluarga Kudus.” Penelitian ini memiliki dua
tujuan, tujuan pertama penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan
pelaksanaan pendidikan sikap anti korupsi di SMP Keluarga Kudus. Tujuan yang
kedua yaitu untuk mendeskripsikan apa saja hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan pendidikan sikap anti korupsi di SMP Keluarga Kudus. Penelitian ini
menggunakan metodepenelitian kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif.
Penelitian ini berlokasi di SMP Keluarga Kudus. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi
pustaka yang diolah dan diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi untuk
pengecekan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan sikap anti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
korupsi di SMP Keluarga Kudus meliputi pembelajaran antikorupsi dan kegiatan
pembiasaan. Kegiatan pembiasaan melalui adanya warung kejujuran, telepon
kejujuran, Gerakan Anti Mencontek (GAM), penggunaan PIN anti korupsi dan
PILKAO. Dengan adanya pendidikan sikap anti korupsi di SMP Keluarga Kudus
dapat membentuk sikap jujur, tanggung jawab, berani, adil terbuka, kerja keras,
dan disiplin.
Berdasarkan ketiga penelitian relevan di atas peneliti akan melakukan
penelitian berupa pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti
korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo
tahun pelajaran 2016/2017. Peneliti meyakini bahwa penelitian yang telah
dilakukan memiliki ciri khusus dibandingkan dengan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Kekhasan penelitian ini mengacu pada aspek yang ingin
diajarkan pada anak yaitu nilai pendidikan anti korupsi. Pada ketiga penelitian
sebelumnya, pembelajaran menyangkut nilai pendidikan anti korupsi belum
diajarkan pada anak jenjang pendidikan SD seperti penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.
Selain itu, menurut pandangan peneliti, pembelajaran terkait nilai pendidikan
anti korupsi penting untuk diberikan pada anak jenjang pendidikan SD sebagai
upaya menanggapi ancaman budaya tindakan korupsi. Peneliti juga melihat bahwa
penelitian yang dilakukan dapat mengajarkan anak dalam membaca sekaligus
memahami bacaan dengan hadirnya gambar pendukung isi cerita. Peneliti juga
menyesuaikan isi cerita dibuat secara kontekstual. Hal ini supaya nilai-nilai
pendidikan anti korupsi dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Terkait beberapa penelitian relevan di atas, peneliti membuat literatur map yang
relevan dengan penelitian milik peneliti.
Bagan 2.1 Literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, peneliti akan membuat penelitian
pengembangan buku cerita bergambar. Penelitian ini dikhususnya terbatas bagi
siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo. Penelitian disesuaikan dengan kebutuhan
siswa yang diketahui memiliki kesulitan dalam membaca. Oleh karena itu, peneliti
berharap pengembangan buku cerita bergambar dapat digunakan sebagai referensi
dalam mengajarkan pembelajaran membaca anak sekaligus memperkenalkan
Yeni, (2013)
Peningkatan
Kemampuan
Membaca Nyaring
Melalui Media Cerita
Bergambar Siswa
Kelas III SD Negeri
Panggang, Bantul
Tahun Ajaran
2013/2014
Wardhani, (2011)
Pengembangan Buku
Cerita Bergambar
Berbasis Konservasi
Lingkungan untuk
Pembelajaran
Membaca Siswa SD
Kelas Rendah
Sri, (2011)
Pelaksanaan
Pendidikan Anti
korupsi di SMP
Keluarga Kudus
Pengembangan Buku
Cerita Bergambar
Berbasis Pendidikan
Anti Korupsi Untuk
Pembelajaran
Membaca Siswa
Kelas II B SD Negeri
Dayuharjo Tahun
Pelajaran 2016/2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang terdapat dalam buku bacaan. Dalam
penelitian ini, produk yang dihasilkan menggunakan pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual terletak bukan hanya terkait isi cerita yang diangkat oleh
peneliti, namun lebih dari itu peneliti ingin nilai yang terkandung dalam cerita
dapat diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Kerangka Berpikir
Pendidikan Anti Korupsi merupakan usaha sadar dan terencana dalam
memberikan penanaman dan penguatan nilai-nilai dalam membentuk sikap anti
korupsi yang diharapkan mampu diwujudkan generasi muda dalam usaha
melawan korupsi. Di samping merupakan usaha penanaman dan penguatan nilai
anti korupsi, pendidikan anti korupsi juga merupakan usaha dalam pengamalan
nilai-nilai anti korupsi menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Mengangkat
penanaman nilai menjadi kebiasaan hidup bukanlah sesuatu yang mudah untuk
dilakukan. Kebiasaan dapat terbentuk dalam waktu yang relatif lama. Oleh sebab
itu, pendidikan anti korupsi layak untuk diperkenalkan pada anak sedini
mungkin.
Pendidikan anti korupsi dewasa ini, dirasa perlu diperkenalkan pada anak
melihat fenomena korupsi yang kian menjadi-jadi menyeret pejabat publik di
berbagai sektor pemerintahan. Korupsi seakan-akan membudaya dan terus
menggerogoti karakter bangsa ini. Pengenalan nilai-nilai anti korupsi pada anak
dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya dengan buku cerita
bergambar. Buku cerita bergambar merupakan salah satu media efektif yang
dapat digunakan dalam pengenalan nilai pendidikan anti korupsi. Selain
dipercaya dekat dengan dunia anak yang menyukai tampilan penuh gambar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
buku cerita bergambar memungkinkan anak dapat menerima pesan yang
disampaikan oleh penulis seperti halnya nilai pendidikan anti korupsi.
Buku cerita bergambar menjadi media yang realistis diberikan pada anak
terutama bagi anak usia SD. Buku cerita bergambar juga dapat digunakan
sebagai bahan bacaan dalam proses latihan membaca anak, terutama bagi anak
yang benar-benar belum dapat membaca. Gambar yang dominan terdapat dalam
buku cerita bergambar bermanfaat untuk merangsang pikiran anak terhadap
maksud kejadian yang diceritakan dalam buku cerita bergambar tersebut. Oleh
sebab itu, sasaran peneliti kepada anak-anak yang belum dapat membaca
diharapkan melalui buku cerita bergambar ini, dapat sedikit membantu anak
untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar ini juga menggunakan bahasa
yang mudah untuk dimengerti disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Penggunaan buku cerita bergambar ini dapat menjadi salah satu referensi anak
untuk membantu memahami mengenai pendidikan anti korupsi terkait nilai-nilai
positif anti korupsi dalam cerita yang dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-
hari.
Berdasarkan oleh pemaparan yang ditulis di atas, peneliti bermaksud untuk
mengembangkan sebuah buku cerita terkait pendidikan anti korupsi dan
pembelajaran membaca untuk anak SD kelas II. Pengembangan buku cerita
bergambar yang disesuaikan oleh peneliti mengandung nilai-nilai terkait sikap
anti korupsi ini diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas II B SD
Negeri Dayuharjo?
2. Bagaimana kualitas produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti
korupsi yang layak untuk pembelajaran membaca siswa kelas II B SD
Negeri Dayuharjo?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan
jenis penelitian Research and Development (R&D). Menurut Borg dan Gall
(dalam Setyosari, 2013: 222) pengertian penelitian pengembangan adalah
suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Sementara menurut Sugiyono (2012: 404) penelitian kombinasi
adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan
antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara
bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang
lebih komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif.
Produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and Development
bermacam-macam. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan
melalui penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan
dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang
spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media
pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem
evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajar
tertentu, model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai,
sistem penggajian dan lain-lain (Sugiyono, 2012 : 412). Terkait dengan
pengertian di atas, peneliti melakukan penelitian dalam pengembangan buku
cerita bergambar mempergunakan metode penelitian dan pengembangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Berdasarkan oleh pendapat dari para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa penelitian dan pengembangan (R&D) adalah proses dalam pengembangan
produk melalui proses validasi sehingga diperoleh data yang komprehensif, valid,
reliabel, dan obyektif. Penelitian yang akan dikembangkan adalah berupa buku
cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca
kelas II B SD Negeri Dayuharjo.
Penelitian ini mengadopsi prosedur pengembangan milik Borg dan Gall
(dalam Setyosari, 2013: 237-239) dan pengembangan Sugiyono (2012: 409-427).
Langkah pelaksanaan pengembangan Borg dan Gall (dalam Setyosari, 2013: 237-
239) adalah:
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal
Penelitian dan pengumpulan informasi, yang meliputi kajian pustaka,
pengamatan atau observasi kelas, dan persiapan laporan awal.
2. Perencanaan
Merumuskan kemampuan, merumuskan tujuan khusus untuk menentukan
urutan bahan, dan uji coba skala kecil.
3. Pengembangan Format Produk Awal
Pengembangan format produk awal, atau draf awal, yang mencakup
penyiapan bahan-bahan pembelajaran, handbooks, dan alat evaluasi.
4. Uji Coba Awal
Uji coba awal, yang dilakukan pada 1-3 sekolah, yang melibatkan 6-12
subjek dan data hasil wawancara, observasi dan angket dikumpulkan dan
dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
5. Revisi Produk
Revisi produk, yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba awal. Hasil uji
coba lapangan tersebut diperoleh informasi kualitatif tentang program atau
produk yang dikembangkan. Berdasarkan data tersebut apakah masih
diperlukan untuk melakukan evaluasi yang sama dengan mengambil situs
yang sama pula. Produk yang telah direvisi kemudian diadakan uji coba.
6. Uji Coba Lapangan
Produk yang telah direvisi, berdasarkan hasil uji coba skala kecil,
kemudian diujicobakan lagi kepada unit atau subyek coba yang lebih
besar. Uji coba lapangan dilakukan terhadap sebanyak 5-15 sekolah
dengan melibatkan 30-100 subyek. Uji coba ini dikategorikan skala
sedang. Data kuantitatif hasil belajar dikumpulkan dan dianalisis sesuai
dengan tujuan khusus yang ingin dicapai, atau jika memungkinkan
dibandingkan dengan kelompok kontrol; sehingga diperoleh data untuk
melakukan revisi produk lebih lanjut.
7. Revisi Produk
Revisi produk, yang dikerjakan, berdasarkan hasil uji coba lapangan. Hasil
uji coba lapangan dengan melibatkan kelompok subyek lebih besar ini
dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan produk dalam mencapai
tujuannya dan mengumpulkan informasi yang dapat dipakai untuk
meningkatkan program atau produk untuk keperluan perbaikan pada tahap
berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
8. Uji Lapangan
Setelah produk direvisi, apabila pengembang menginginkan produk yang
lebih layak dan memadai maka diperlukan uji lapangan. Uji lapangan ini
melibatkan unit atau subyek yang lebih besar lagi. Uji lapangan ini bisa
melibatkan 10-30 sekolah atau terhadap 40-200 subjek; dan disertai
wawancara, observasi, dan penyampaian angket dan kemudian dilakukan
analisis. Hasil analisis ini kemudian menjadi bahan untuk keperluan revisi
produk berikutnya, atau revisi produk akhir.
9. Revisi Produk Akhir
Revisi produk akhir, yaitu revisi yang dikerjakan berdasarkan uji lapangan
yang lebih luas (field testing). Revisi produk akhir inilah yang menjadi
ukuran bahwa produk tersebut benar-benar dikatakan valid karena telah
melewati serangkaian uji coba secara bertahap.
10. Desiminasi dan Implementasi
Desiminasi dan implementasi, yaitu menyampaikan hasil pengembangan
(produk, prosedur, program, atau produk) kepada para pengguna dan
profesional melalui forum pertemuan atau menuliskan dalam jurnal, atau
dalam bentuk buku atau handbook.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sugiyono (2012: 409-427) memaparkan sepuluh langkah pengembangan
pada penelitian Research and Development, yaitu:
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi
adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai
tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan
dengan yang terjadi. Masalah juga dapat dijadikan potensi, apabila kita
dapat mendayagunakannya. Data potensi dan masalah tidak harus dicari
sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau
dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang
masih up to date.
2. Pengumpulan Data
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktula dan up to
date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode apa yang akan
digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan
yang ingin dicapai.
3. Desain Produk
Hasil akhir dari kegiatan penelitian dan pengembangan adalah berupa
desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk
harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan
sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional
akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional
karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran
rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan
cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut.
5. Revisi Desain
Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para
ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan
tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki
desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau
menghasilkan produk tersebut.
6. Uji Coba Produk
Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode mengajar baru
dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan revisi. Uji coba tahap
awal dilakukan dengan simulasi penggunaan metode mengajar tersebut.
Setelah disimulasikan, maka dapat diujicobakan pada kelompok terbatas.
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah
metode mengajar baru tersebut efektif dan efisien dibandingan metode
mengajar yang lama atau yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
7. Revisi Produk
Revisi produk memiliki tujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada
setelah dilakukan uji coba produk. Revisi akan terus dilakukan untuk
mendapatkan produk yang efektif dan efisien.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang
tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa metode
mengajar baru tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan
yang luas. Dalam operasinya, metode baru tersebut, tetap harus dinilai
kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih
lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian lembaga pendidikan
yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian,
sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk
dalam hal ini adalah metode mengajar.
10. Pembuatan Produk Masal
Bila produk yang berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan
efektif dalam beberapa kali pengujian, maka metode mengajar baru
tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Berdasarkan langkah-langkah menurut Borg dan Gall dan langkah-langkah
pengembangan menurut Sugiyono, peneliti menyimpulkan beberapa langkah
menurut kedua teori tersebut. Prosedur pengembangan dibuat menjadi tujuh
langkah agar sesuai dengan langkah penelitian yang dilakukan. Hal ini
dikarenakan dalam pengembangan produk ini hanya dilakukan pada uji
terbatas kepada siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo. Ketujuh langkah
penelitian sebagai berikut: (1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3)
desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; (6) uji coba produk ; dan
(7) revisi produk.
3.2 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan merupakan beberapa langkah penelitian yang
akan dilakukan. Melalui prosedur pengembangan penelitian tersebut akan
menghasilkan produk akhir yaitu buku cerita bergambar berbasis pendidikan
anti korupsi untuk pembelajaran membaca kelas II SD. Pengembangan model
langkah penelitian yang dilakukan menurut Borg dan Gall (dalam Setyosari,
2013: 237-239) dan Sugiyono (2012: 409- 427).
Peneliti mengadaptasi metode menurut Borg dan Gall maupun Sugiyono
pada penelitian ini. Hal ini menyesuaikan penelitian yang dilakukan dalam
pengembangan buku cerita bergambar. Langkah penelitian yang diambil
adalah sebagai berikut : 1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3)
desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; (6) uji coba produk dan
(7) revisi produk. Beberapa langkah penelitian pengembangan sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Bagan 3.1 Model Pengembangan Hasil Modifikasi
3.2.1 Potensi dan Masalah
Peneliti memulai langkah awal dalam pengembangan buku cerita
bergambar dengan mencari potensi dan masalah terkait pendidikan anti
korupsi pada sasaran penelitian yaitu pada anak kelas II B SD. Potensi dan
masalah didapatkan berdasarkan oleh hasil wawancara yang dilakukan pada
tanggal 29 November 2016 kepada wali kelas II B SD Negeri Dayuharjo.
Desain Produk
Hasil Uji Coba
Produk
Langkah 1
Potensi dan
Masalah
Analisis
Kebutuhan
Langkah 2
Pengumpulan
Data
Langkah 4
Validasi
Desain
Langkah 3
Desain Produk
Langkah 5
Revisi Desain
Langkah 6
Uji Coba
Produk
Langkah 7
Revisi Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tujuan dari dilakukannya wawancara yaitu untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran di kelas berdasarkan kesulitan pada pembelajaran membaca
serta mengetahui pandangan guru terkait pentingnya penanaman pendidikan
anti korupsi bagi siswa SD terutama di kelas II B SD Negeri Dayuharjo tahun
pelajaran 2016/2017.
3.2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah pada langkah pertama yaitu potensi
dan masalah telah ditemukan oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara dan kuesioner. Berdasarkan pengumpulan data yang
tersebut, hasil dipakai untuk memperkuat data dalam pengembangan buku
cerita anak berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca
kelas II B SD.
3.2.3 Desain Produk
Penelitian ini menghasilkan produk berupa buku cerita bergambar. Produk
buku cerita bergambar yang akan dihasilkan terdiri dari kemasan buku atau
cover, isi buku, dan anatomi buku. Penyusunan buku cerita bergambar
menyesuaikan usia anak kelas II SD dimana pengembangan buku cerita
dibuat dengan memperhatikan beberapa hal berikut seperti: pemilihan
gambar, penataan tulisan dan gambar, isi dari buku cerita, kesesuaian warna
gambar beserta kemasan buku dan lain sebagainya. Selain itu di dalam buku
ini terdapat anatomi buku yang mencakup ukuran dan format, jumlah
halaman, font yang dipakai, isi buku dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3.2.4 Validasi Desain
Pembuatan buku cerita bergambar apabila sudah selesai kemudian
divalidasikan kepada para ahli. Hal ini dimaksudkan untuk menilai produk
yang telah dibuat apakah memerlukan perbaikan ataukah sudah baik melalui
tanggapan yang diberikan oleh para ahli. Pada proses validasi desain,
penilaian belum berdasarkan fakta di lapangan. Validasi dilakukan oleh 2 ahli
yaitu 1 dosen ahli dan 1 guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo. Kritik dan
saran dari ahli digunakan untuk mengetahui kekurangan ataupun kelebihan
buku sebelum dilakukan revisi desain.
3.2.5 Revisi Desain
Pada proses revisi desain, produk dilakukan perbaikan dari kekurangan
yang dikemukakan oleh ahli. Revisi desain dilakukan untuk menyempurnakan
kekurangan yang terdapat dari produk menurut para ahli.
3.2.6 Uji Coba Produk
Pada proses uji coba produk akan dilakukan pada 6 siswa kelas II B SD
Negeri Dayuharjo tahun pelajaran 2016/2017. Uji coba produk dilakukan
untuk mengetahui bagaimana keefektifan produk yang telah dibuat dan
dikembangkan oleh peneliti.
3.2.7 Revisi Produk
Pada proses revisi produk dilakukan setelah melakukan uji coba lapangan.
Produk yang sudah diujicobakan pada siswa, akan mendapatkan masukan dari
siswa berupa kuesioner. Hasil revisi dari produk ini akan menjadi desain
produk akhir buku cerita bergambar anak berbasis pendidikan anti korupsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pada penelitian ini menggunakan 7 langkah pengembangan. Hal ini
dikarenakan oleh pengembangan produk buku cerita bergambar ini
dikembangkan secara terbatas. Dari beberapa langkah yang telah dilakukan,
peneliti berharap dalam proses pengembangan buku cerita bergambar ini
dapat bermanfaat sehingga layak digunakan untuk pembelajaran membaca
siswa SD kelas bawah.
3.3 Setting Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Dayuharjo yang akan diujicobakan
kepada 6 siswa kelas II B. SD Negeri Dayuharjo beralamatkan di jalan
Damai, Prujakan, Sindhuharjo, Ngaglik, Sleman. Peneliti melakukan
penelitian di sekolah tersebut merangkap dengan kegiatan PPL selama kurang
lebih 3 bulan yang merupakan salah satu program wajib di semester VI
program studi PGSD Universitas Sanata Dharma.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah 6 siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo
tahun pelajaran 2016/2017. Analisis kebutuhan pada penelitian ini dilakukan
kepada wali kelas II B SD Negeri Dayuharjo. Uji coba produk yang sudah di
revisi akan dilakukan kepada enam siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo
tahun pelajaran 2016/2017.
3.3.3 Waktu Penelitian
Pada penelitian terkait pengembangan produk buku cerita bergambar anak
berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca di kelas II B
SD Negeri Dayuharjo ini dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dengan bulan Maret 2017. Analisis kebutuhan yang dilakukan kepada wali
kelas II B pada tanggal 29 November 2016, dan uji coba produk dilakukan
pada tanggal 15 Maret 2017.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk
mengumpulkan suatu data. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
gabungan ketiganya (Sugiyono, 2012 : 193). Penelitian pengembangan buku
cerita bergambar ini mempergunakan pengumpulan data berupa wawancara
dan kuesioner. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur. Sementara untuk kuesioner dibagikan pada siswa
setelah melakukan uji coba produk demi mengetahui kelebihan maupun
kelemahan produk.
3.4.1 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2012
: 194). Pelaksanaan wawancara dilakukan guna melakukan analisis
kebutuhan. Analisis kebutuhan melalui proses wawancara dilakukan dengan
terlebih dahulu menyusun pertanyaan terstruktur. Pertanyaan tersebut akan
diberikan pada narasumber yaitu guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Wawancara dilakukan untuk memperoleh jawaban yang lebih terperinci
terkait penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
3.4.2 Kuesioner
Kuesioner digunakan pada tahap validasi produk yang diberikan pada
dosen ahli bahasa dan guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo. Kuesioner yang
diberikan pada ahli bahasa maupun guru kelas terdiri dari 17 pernyataan
meliputi aspek judul buku, warna, isi cerita, pesan terkait pendidikan anti
korupsi, bahasa yang digunakan, tampilan gambar, ketertarikan isi buku,
halaman, tata letak dan juga jenis huruf.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012: 148). Pada
penelitian ini peneliti menggunakan variabel buku cerita bergambar berbasis
pendidikan anti korupsi. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian
seperti wawancara dan kuisioner. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan
data awal seperti bagaimana ketersediaan buku cerita bergambar yang
dimiliki oleh perpustakaan sekolah dan mengetahui pentingnya pendidikan
anti korupsi untuk siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo. Peneliti juga
membuat kuesioner untuk digunakan sebagai bahan dalam memvalidasi
produk berupa buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti.
Berikut gambaran umum mengenai instrumen yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini melalui tabel pedoman di bawah ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3.5.1 Wawancara
Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa wawancara terstruktur
dalam penelitian ini, dimana wawanacara dilakukan oleh peneliti dengan
menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber.
Peneliti menyusun daftar pertanyaan ini untuk digunakan sebagai referensi
dalam mendapatkan data pada analisis kebutuhan. Pedoman terkait daftar
pertanyaan wawancara disusun oleh peneliti sebagai berikut :
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara Nomor
Aitem
Apakah Bapak/Ibu mengetahui keberadaan siswa yang saat ini
masih mengalami kesulitan dalam membaca? 1
Sejauh mana kesulitan yang siswa alami terkait dengan
pembelajaran di kelas yang tentunya mengandalkan
kemampuan siswa dalam membaca?
2
Kesulitan apa yang Bapak/Ibu temukanpada saat memberi
pelatihan membaca terhadap siswa yang bersangkutan? 3
Apakah siswa di sekolah ini tertarik dengan buku cerita
bergambar? 4
Apakah di sekolah ini telah menyediakan kelengkapan buku
bacaan bagi siswa seperti buku cerita bergambar? 5
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terkait penanaman nilai anti
korupsi bagi siswa sekolah dasar? 6
Seberapa penting menurut Bapak/Ibu penanaman nilai anti
korupsi bagi siswa sekolah dasar? Berikan beberapa alasan! 7
Pernahkah Bapak/Ibu memberikan pembelajaran di kelas
menyangkut penanaman nilai anti korupsi bagi siswa? Berikan
contoh!
8
Menurut Bapak/Ibu apakah sekolah membutuhkan buku cerita
bergambar untuk kebutuhan membaca siswa dalam bentuk
cerita tentang pendidikan anti korupsi?
9
Adakah saran yang mungkin dapat Bapak/Ibu berikan terkait
dengan buku cerita bergambar yang telah beredar menyangkut
kebutuhan pembelajaran membaca siswa?
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Terkait dengan isi tabel di atas memaparkan daftar pertanyaan wawancara
yang telah disusun oleh peneliti. Pertanyaan terkait wawancara sebanyak 10
butir pertanyaan.
3.5.2 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012: 199). Kuesioner dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk yang sudah
dikembangkan apakah sudah baik ataukah memerlukan masukan untuk
memperbaikki kekurangan. Kuesioner berbentuk penyataan dan peneliti
menggunakan kuesioner tertutup. Pelaksanaan pembagian kuesioner tertutup
dilakukan pada saat validasi terhadap produk yang akan dikembangkan yaitu
berupa buku cerita bergambar. Kuesioner diberikan dan akan dinilai oleh 1
dosen ahli/pakar yang memiliki kemampuan dalam menilai produk tersebut
dan 1 guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo. Penyusunan kuesioner terlebih
dahulu dilakukan dengan pembuatan pedoman validasi. Berikut terkait
pedoman kuesioner yang digunakan dalam menilai produk buku cerita
bergambar untuk pakar dan guru :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 3.2 Pedoman Uji Validasi Produk untuk Pakar dan Guru
No. Topik Nomor Pertanyaan
1.
Cover buku
a. Judul buku
b. Warna
1, 2, 3, 4
2.
Isi buku
a. Isi cerita
b. Pesan untuk pendidikan lingkungan
hidup
c. Bahasa yang digunakan
d. Tampilan gambar dan tulisan
e. Ketertarikan isi buku
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13
3.
Anatomi buku
a. Rancangan halaman
b. Tata letak
c. Jenis huruf
14, 15, 16, 17
Tabel di atas adalah pedoman dari kuesioner uji validasi produk yang akan
diberikan kepada ahli/pakar dan guru. Terkait dengan pedoman dari kuesioner uji
validasi produk maka peneliti menyusun instrumen kuesioner yang akan
digunakan dalam melakukan penilaian terhadap produk buku cerita bergambar.
Instrumen kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian pengembangan untuk
ahli/pakar dan guru adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Contoh Instrumen Kuesioner Uji Validasi Produk untuk Pakar
dan Guru
No. Aspek yang Dinilai Skor
Komentar 1 2 3 4 5
A. Cover buku
1. Judul buku cerita mewakili
keseluruhan isi cerita.
2.
Judul buku cerita menarik
minat siswa untuk membaca
lebih lanjut.
3. Judul cover buku membawa
pesan yang akan disampaikan.
4. Warna cover buku cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menarik minat siswa untuk
membaca lebih lanjut.
B. Isi buku cerita
5. Isi cerita mudah dipahami oleh
siswa kelas rendah.
6.
Isi buku cerita memberikan
pembelajaran nilai-nilai
pendidikan lingkungan hidup
berkaitan dengan kegiatan
sehari-hari.
7.
Isi buku cerita menggunakan
bahasa yang sederhana
sehingga mudah dibaca dan
dipahami siswa kelas rendah.
8.
Isi buku cerita memiliki gambar
dan teks yang saling
berhubungan.
9. Tampilan buku lebih dominan
gambar dibandingkan teks.
10. Gambar buku cerita jelas dan
mudah dibedakan.
11.
Ilustrasi buku cerita
memperjelas latar, rangkaian
cerita, penjiwaan dan karakter.
12. Gaya dan ketepatan bahasa
cocok untuk siswa kelas rendah.
13.
Isi buku berhasil memikat siswa
untuk terus mengikuti jalan
cerita.
C. Anatomi buku
14. Rancangan halaman buku
tertata dengan baik.
15. Pemilihan jenis huruf menarik
perhatian siswa.
16.
Jenis huruf pada buku cerita
memiliki tingkat mudah dibaca
yang baik bagi siswa.
17.
Tata letak/sistematika penulisan
tidak terlalu sempit
memudahkan siswa untuk
membaca.
Total Skor
Rata-rata skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono (2012: 332) merupakan proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Penelitian ini dianalisis
menggunakan dua teknik yaitu kualitatif dan kuantitatif.
3.6.1 Teknik Analisa Data Kualitatif
Teknik analisa data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara yang
dilakukan kepada wali kelas II B dan juga berdasarkan masukan yang
diterima dari ahli/pakar dan wali kelas II B SD Negeri Dayuharjo tahun
pelajaran 2016/2017 terkait validasi terhadap produk yang telah
dikembangkan. Masukan terkait kritik dan saran yang diberikan oleh penilai
baik itu dari ahli/pakar dan wali kelas II B SD Negeri Dayuharjo
dipergunakan sebagai referensi dalam memperbaiki atau untuk mengetahui
kelayakan produk terkait perbaikan desain yang dikembangkan. Peneliti
melakukan revisi terhadap produk tersebut sesuai dengan komentar dan saran
dari para validator.
3.6.2 Teknik Analisa Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari penilaian ahli/pakar dan wali kelas II B
SD Negeri Dayuharjo dalam proses validasi yang dilakukan dalam bentuk
angka. Data yang diperoleh dari lembar kuesioner yang telah dibuat oleh
peneliti kemudian dianalisis secara deskriptif melalui langkah-langkah
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
a. Pengumpulan data kasar.
b. Pemberian skor untuk analisis kuantitatif.
c. Skor yang telah diperoleh dikonversikan dari data kuantitatif ke data
kualitatif skala lima dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.4 Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif Skala Lima
(Widoyoko, 2009: 238)
Rumus Rerata Skor Klasifikasi x > Xi + 1,8 sb i >4,2 Sangat baik
Xi + 0,6 Sbi < ≤ Xi + 1,8 Sbi >3,4 – 4,2 Baik Xi - 0,6 Sbi < ≤ Xi + 0,6 Sbi >2,6 – 3,4 Cukup Xi - 1,8 Sbi < ≤ Xi + 0,6 Sbi >1,8 – 2,6 Kurang
≤ Xi – 1,8 sbi ≤1,8 Sangat Kurang
Keterangan :
Xi ( Rerata ideal) = (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
Sbi (Simpangan baku ideal) = (skor maksimum ideal – skor minimum
ideal).
= Skor empiris
Berdasarkan rumus konversi rerata nilai total di atas maka berikut
penjelasan perhitungan rerata total skor:
Xi = rerata ideal = (skor maksimum ideal + skor minimum
ideal)
= (5 + 1) = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Simpangan baku ideal (Sbi) = (skor maksimum ideal – skor minimum
ideal)
= (5–1) = 0,67
Sangat baik = > Xi + 1,8 Sbi
= >3 + (1,8 x 0,67)
= >3 + 1,206
= x > 4,206
Baik = Xi + 0,6 Sbi < ≤ Xi + 1,8 Sbi
= 3 + (0,6 x 0,67) <x ≤ 3 + (1,8 x 0,67)
= 3 + 0,402<x ≤ 3 + 1,206
= 3,402<x ≤ 4,206
Cukup baik = Xi –0,6 Sbi < ≤ Xi + 0,6 Sbi
= 3 – (0,6 x 0,67) <x ≤ 3 + (0,6 x 0,67)
= 3 – 0,402<x ≤ 3 + 0,402
= 2,598<x ≤ 3,402
Kurang baik = Xi – 1,8 Sbi < ≤ Xi – 0,6 Sbi
= 3 – (1,8 x 0,67) <x ≤ 3 – (0,6 x 0,67)
= 3 – 1,206<x ≤ 3 – 0,402
= 1,794<x ≤ 2,598
Sangat kurang baik = ≤ Xi – 1,8 SBi
= x ≤ 3 – (1,8 x 0,67)
= x ≤ 3 – 1,206
= x ≤ 1,794
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
4.1 Hasil Penelitian Pengembangan
Pada penelitian pengembangan ini terdapat permasalahan yang hendak
dikemukakan yaitu mengenai bagaimana pengembangan buku cerita bergambar
ini. Permasalahan tersebut akan dijelaskan melalui beberapa langkah berikut:
4.1.1 Proses Pengembangan Buku Cerita
Pengembangan buku cerita ini dijelaskan berdasarkan tahap yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya seperti :
4.1.1.1 Potensi dan Masalah
Langkah awal yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan
penelitian pengembangan buku cerita bergambar anak adalah melakukan
analisis kebutuhan. Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan cara
melakukan wawancara dengan wali kelas II B SD Negeri Dayuharjo.
Wawancara dilakukan di SD Negeri Dayuharjo yang beralamat lengkap
di jalan Damai, Prujakan, Sindhuharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Pelaksanaan wawancara dilakukan demi mendapatkan spesifikasi produk
yang sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah tersebut.
Kejujuran merupakan salah satu sikap yang melawan budaya
korupsi. Kejujuran perlu dipupuk sedini mungkin agar korupsi tidak
membudaya dan menggerogoti karakter generasi muda dewasa ini. Salah
satu cara dalam melawan budaya korupsi adalah melalui bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pendidikan. Pendidikan menjadi wahana yang paling rasional dalam
meletakkan nilai-nilai kejujuran pada siswa di lingkungan sekolah. Selain
melalui peran guru di sekolah, hadirmya media penunjang pendidikan
turut berperan dalam menyukseskan pendidikan karakter bagi siswa.
Media penunjang dapat berupa buku dan alat peraga pendidikan
lainnya. Buku menjadi media yang paling dekat dengan siswa. Terutama
untuk mengajarkan siswa dalam membaca dan menulis. Membaca
menjadi kegiatan yang tak terpisahkan dari buku. Melalui kegiatan
membaca, informasi terkait pesan yang disampaikan oleh penulis berupa
nilai maupun amanat sebuah karangan cerita, dapat tersampaikan dengan
baik untuk pembaca.
4.1.1.2 Pengumpulan Data
Peneliti dalam hal ini melakukan pengumpulan data dengan cara
wawancara dengan narasumber terkait yaitu dengan guru kelas.
Pelaksanaan wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi terkait
keberadaan siswa yang masih kesulitan dalam membaca dan juga untuk
mengetahui sejauh mana pengenalan nilai pendidikan anti korupsi melalui
pengembangan buku cerita bergambar ini mampu membantu siswa dalam
pembelajaran membaca.
Di bawah ini merupakan rangkuman hasil wawancara yang
dilakukan kepada guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara Rangkuman Hasil Wawancara
Apakah Bapak/Ibu mengetahui
keberadaan siswa yang saat ini masih
mengalami kesulitan dalam membaca?
Iya mengetahui. Terdapat 4 anak
dari jumlah keseluruhan siswa di
kelas sebanyak 29 anak.
Sejauh mana kesulitan yang siswa alami
terkait dengan pembelajaran di kelas yang
tentunya mengandalkan kemampuan
siswa dalam membaca?
Kesulitan yang siswa alami
seperti belum lancar ketika
membaca dan juga kurang cermat
dalam memahami bacaan.
Kesulitan apa yang Bapak/Ibu
temukanpada saat memberi pelatihan
membaca terhadap siswa yang
bersangkutan?
Sebenarnya tidak ada kesulitan
yang berarti ketika memberikan
pelatihan membaca, hanya saja
dibutuhkan kesabaran dan
pemilihan metode yang sesuai.
Apakah siswa di sekolah ini tertarik
dengan buku cerita bergambar?
Cukup tertarik terlebih buku
cerita bergambar dilengkapi
dengan gambar dan warna yang
dapat menarik minat siswa dalam
membaca.
Apakah di sekolah ini telah menyediakan
kelengkapan buku bacaan bagi siswa
sepertibuku cerita bergambar?
Buku cerita bergambar tersedia di
perpustakaan sekolah meskipun
jumlah buku bacaan tersebut
masih terbatas.
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terkait
penanaman nilai anti korupsi bagi siswa
sekolah dasar?
Cukup penting diberikan
penanaman nilai pendidikan anti
korupsi pada siswa SD
dikarenakan mengingat usia anak
yang masih cukup dini sehingga
nilai yang ditanamkan diharapkan
dapat lebih tertanam pada diri
anak melalui pengaplikasian
perilaku sehari-hari.
Seberapa penting menurut Bapak/Ibu
penanaman nilai anti korupsi bagi siswa
sekolah dasar? Berikan beberapa alasan!
Sangat penting, semisal contoh
nilai kejujuran yang saya temukan
sehari-hari di kelas seperti saat
siswa pernah menemukan uang
yang bukan miliknya kemudian
melaporkannya pada saya. Hal ini
dapat dijadikan contoh apabila
penanaman nilai anti korupsi
penting diberikan pada anak
seperti halnya nilai kejujuran.
Pernahkah Bapak/Ibu memberikan
pembelajaran di kelas menyangkut
penanaman nilai anti korupsi bagi siswa?
Berikan contoh!
Pernah, hal itu dapat
diintegrasikan pada pelajaran
PKN dan Bahasa Indonesia
terdapat nilai-nilai yang
menyangkut pendidikan anti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
korupsi seperti nilai kejujuran
pada pelajaran PKN, mengenal
amanat dari suatu cerita pada
pelajaran Bahasa Indonesia.
Menurut Bapak/Ibu apakah sekolah
membutuhkan buku cerita bergambar
untuk kebutuhan membaca siswa dalam
bentuk cerita tentang pendidikan anti
korupsi?
Boleh juga karena buku
bertemakan pendidikan anti
korupsi cukup penting diberikan
pada anak terkait nilai yang dapat
diteladani dari cerita tersebut.
Adakah saran yang mungkin dapat
Bapak/Ibu berikan terkait dengan buku
cerita bergambar yang telah beredar
menyangkut kebutuhan pembelajaran
membaca siswa?
Ada, buku cerita bergambar
sebaiknya dibuat semenarik
mungkin seperti penuh dengan
warna, gambar, bahasa yang
dipakai sederhana sehingga
mudah ditangkap anak, tidak
terlalu tebal, kontekstual dan lain
sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber,
terdapat 4 anak yang masih mengalami kesulitan dalam membaca dari total
keseluruhan jumlah siswa di kelas sebanyak 29 anak. Selain itu, narasumber
mengatakan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam membaca
lebih kepada kurang lancar dalam membaca seperti masih mengeja dan
kurang cermat dalam memahami bacaan. Hal itu terlihat dalam pembelajaran
sehari-hari apabila siswa membaca dan kurang cermat mengetahui maksud
dari bacaan. Kemudian narasumber juga menambahkan apabila sekolah
membutuhkan buku cerita bergambar mengingat terbatasnya ketersediaan
buku cerita bergambar yang dimiliki oleh sekolah.
Minimnya buku yang dimiliki oleh sekolah menurut narasumber
berbanding terbalik dengan ketertarikan siswa terhadap buku cerita
bergambar yang cukup besar. Hal ini dikatakan narasumber berdasarkan
temuan terhadap siswa meminjam buku di perpustakaan sekolah pada jam
istirahat dan setelah pulang sekolah. Oleh karena itu, narasumber cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
mengapresiasi buku cerita bergambar bertemakan pendidikan anti korupsi
dikarenakan oleh pentingnya nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dapat
diteladani anak setelah membaca cerita tersebut.
4.1.1.3 Desain Produk Awal
Pada langkah selanjutnya peneliti melakukan rancangan buku
cerita sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan terkait dengan prinsip
yang dijadikan langkah dalam penyusunan sebagai berikut :
4.1.1.3.1 Konsep buku
Konsep buku cerita ini mengambil contoh kehidupan sehari-hari
seorang anak yang disesuaikan dengan nilai-nilai terkait pendidikan anti
korupsi. Buku cerita ini bersifat kontekstual sehingga dekat dengan
kehidupan sehari-hari anak. Peneliti melihat bahwa pendidikan anti
korupsi sangat penting diberikan pada anak, terlebih nilai-nilai yang
dapat diteladani dari cerita yang mereka baca dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, peneliti berharap dengan adanya
buku cerita bergambar ini dapat membantu anak dalam berlatih membaca
juga mengenali nilai-nilai anti korupsi yang dihadirkan dalam cerita.
4.1.1.3.2 Tokoh
Tokoh utama pada buku cerita bergambar ini adalah seorang anak
laki-laki bernama Harsa. Harsa adalah anak yang jujur, rajin, dan patuh
terhadap perintah orang tua. Pemilihan tokoh dikarenakan oleh peneliti
mengharapkan anak-anak yang membaca buku cerita bergambar ini dapat
melihat contoh tindakan Harsa yang jujur, berani, sederhana, dan
bertanggung jawab terhadap perintah yang diberikan oleh ibunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Peneliti juga menginginkan apabila setelah membaca buku cerita
bergambar ini, pembaca mengetahui nilai-nilai terkait dalam cerita
merupakan nilai dalam pendidikan anti korupsi yang mampu untuk
diaplikasikan anak dalam kehidupan sehari-hari. Berikut tokoh Harsa
yang terdapat dalam cerita :
Tabel 4.2 Pengenalan Tokoh Utama Harsa
Gambar
Ciri-ciri
1. Tokoh Harsa memiliki
postur badan yang kurus
dan kulit berwarna putih
langsat.
2. Memiliki rambut lurus dan
berponi.
4.1.1.3.3 Format dan Ukuran Buku
Buku ini berukuran 21,2 cm x 29,7 cm atau sama dengan ukuran
kertas A4 dengan halaman sebanyak 26 halaman sudah termasuk sampul
bagian depan dan belakang. Selain itu, buku cerita bergambar ini
dilengkapi dengan tambahan 3 soal yang terdapat di halaman 19 dalam
bentuk refleksi yang mengajak anak untuk dapat merefleksikan cerita
yang telah mereka baca. Pada halaman sebelumnya yaitu halaman 18
terdapat kesimpulan cerita yang memberikan penjelasan bahwa melalui
cerita yang telah mereka baca, anak sebenarnya sudah mempelajari nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
terkait pendidikan anti korupsi yaitu nilai kejujuran, keberanian,
tanggung jawab dan kesederhanaan.
4.1.1.3.4 Isi dan Tema Buku
Isi dalam buku ini merupakan hasil dari karangan peneliti yang
dibuat berdasarkan pengalaman pribadi dan disesuaikan dengan nilai-
nilai dalam pendidikan anti korupsi yang dapat diteladani oleh pembaca.
Peneliti juga mengambil tema yang disesuaikan dengan lingkungan
terdekat anak, sehingga diharapkan dapat diaplikasikan di kehidupan
sehari-hari pembaca. Peneliti dalam hal ini juga memberikan kesan pada
buku yang dikembangkan dengan gambar, warna yang cerah, bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami sehingga mampu menarik perhatian
anak untuk membaca dan memahami isi cerita.
4.1.1.3.5 Judul Buku
Judul buku yang digunakan oleh peneliti pada buku cerita
bergambar ini adalah “Manisnya Kejujuran”. Buku ini berisi tentang
nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditunjukkan melalui perilaku
tokoh yang terdapat di dalam cerita seperti perilaku jujur, sederhana,
berani dan bertanggung jawab. Berikut adalah gambar judul buku yang
dibuat oleh peneliti :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.1 Judul Buku
4.1.1.3.6 Desain Gambar
Gambar yang dibuat dalam buku cerita bergambar menggunakan
sketsa manual yang sederhana. Sketsa gambar ini memberikan kesan
sederhana dan jelas sehingga tidak membuat anak bingung ketika melihat
gambar. Selain itu, gambar dilengkapi dengan tampilan benda-benda yang
memperjelas latar suatu tempat yang mendukung suasana dalam cerita
agar terlihat lebih nyata.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 4.2 Gambar Sketsa Tangan
4.1.1.3.7 Teknik Pengerjaan
Pada proses pengerjaan buku cerita bergambar ini menggunakan
teknik yang menggabungkan pengerjaan secara manual dan juga
komputer. Langkah yang dilakukan seperti sketsa digambar secara
manual atau menggunakan sketsa tangan kemudian dilakukan tracing,
pemrosesan, dan diwarnai menggunakan program Adobe Photoshop CS6.
Contoh tampilan gambar sebelum dan sesudah berikan warna sebagai
berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Gambar 4.3 Gambar Sketsa Tangan yang Belum Diberikan Warna
Gambar 4.4 Gambar yang sudah diwarnai
menggunakan Adobe Photoshop CS6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
4.1.1.3.8 Warna
Warna yang digunakan dalam pengembangan buku cerita
bergambar ini adalah warna terang yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi dalam cerita berjudul “Manisnya Kejujuran” ini.
4.1.1.3.9 Tipografi
Penggunaan gaya tipografi yang digunakan peneliti dalam
pengembangan buku cerita bergambar ini meliputi 2 gaya yaitu Arial
Bold dan Arial Black untuk judul buku cerita sekaligus nama pengarang
buku. Selain itu, peneliti menggunakan gaya tipografi Comic Sans untuk
digunakan pada kata pengantar, panduan penggunaan buku, isi cerita,
kesimpulan, refleksi, dan juga biodata penulis. Penggunaan tipografi ini
menurut peneliti dikarenakan oleh jenis gaya tipografi mudah untuk
dibaca dan juga menarik bagi anak untuk dibaca. Tampilan font yang
digunakan sebagai berikut :
Gambar 4.5 Font Arial Bold dan Arial Black untuk Judul Buku
Arial Bold
Arial
Black
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Gambar 4.6 Font Comic Sans untuk isi cerita
4.1.1.3.10 Teknik Cetak
Jenis kertas yang digunakan oleh peneliti dalam mencetak cover
buku cerita bergambar adalah kertas ivory 230 sedangkan jenis kertas
yang digunakan peneliti untuk mencetak isi buku adalah AP (Art Paper)
120. Teknik penjilidan yang digunakan menggunakan teknik penjilidan
stapler, sementara untuk isi buku cerita mengunakan cetakan bolak balik.
4.1.1.4 Validasi
Berdasarkan oleh hasil validasi dapat diperoleh skor rerata yang
mengacu pada tabel konveksi nilai skala lima berdasarkan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) yang telah sebelumnya pada bab 3 di tabel 3.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Pengembangan buku cerita bergambar disusun dengan terlebih dahulu
dilakukan penilaian kepada dosen ahli dan guru kelas II B SD Negeri
Dayuharjo. Hasil data validasi buku cerita bergambar anak oleh validator
sebagai berikut:
4.1.1.4.1 Data Hasil Validasi Dosen Ahli
Proses validasi buku cerita bergambar ini dilakukan oleh dosen ahli
pada tanggal 8 Maret 2017. Berdasarkan validasi tersebut diperoleh data
penilaian dan komentar pada buku cerita bergambar. Berikut merupakan
data hasil validasi pada buku cerita bergambar :
Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Cerita Bergambar oleh Dosen Ahli
1: sangat kurang baik; 2 : kurang baik; 3 : cukup baik; 4 : baik; 5 : sangat
baik
No. Aspek yang Dinilai Skor
Komentar 1 2 3 4 5
D. Sampul buku
1. Judul buku cerita mewakili
keseluruhan isi cerita.
√
2.
Judul sampul buku sesuai
dengan pesan yang akan
disampaikan.
√
3.
Judul buku cerita menarik
minat siswa untuk membaca
lebih lanjut
√
4.
Warna sampul buku cerita
menarik minat siswa untuk
membaca lebih lanjut.
√ tambahkan
gradasi
warna pada
background
5.
Tampilan sampul buku cerita
menggunakan gambar yang
menarik minat siswa
√ sebaiknya
gunakan 1
gambar saja
yang
menggambar
kan isi cerita
6.
Tampilan gambar pada sampul
buku cerita menggunakan
warna yang menarik minat
siswa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
E. Isi buku cerita
7.
Isi dalam buku cerita sederhana
sehingga mudah dipahami oleh
siswa kelas rendah.
√
8.
Isi cerita dibuat dengan
pendekatan kontekstual
sehingga siswa mudah
mengaitkan nilai dalam cerita
pada kehidupan sehari-hari.
√
9.
Gaya dan ketepatan kata cocok
untuk siswa kelas rendah.
√ Beberapa
kata di ganti
dengan
ungkapan
yang
sederhana
10.
Isi buku cerita memberikan
pembelajaran terkait nilai-nilai
pendidikan anti korupsi
berkaitan dengan kegiatan
sehari-hari.
√
11.
Perpaduan gambar dan teks
yang terdapat dalam buku cerita
bergambar saling berhubungan
sehingga menjelaskan isi terkait
cerita.
√
12.
Tampilan buku cerita
bergambar lebih dominan
gambar dibandingkan teks.
√
13.
Gambar pada buku cerita
bergambar jelas dan mudah
dibedakan.
√
14.
Ilustrasi yang terdapat pada
buku cerita memperjelas latar,
rangkaian cerita, penjiwaan dan
karakter.
√
15.
Isi buku berhasil memikat siswa
untuk terus mengikuti jalan
cerita.
√
F. Anatomi buku
16. Rancangan halaman buku
tertata dengan baik.
√
17. Pemilihan jenis huruf menarik
perhatian siswa.
√
18.
Pemilihan jenis huruf pada
buku cerita memiliki tingkat
mudah dibaca yang baik bagi
siswa.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
19.
Tata letak/sistematika penulisan
tidak terlalu sempit
memudahkan siswa untuk
membaca.
√
Total Skor 9 16 65
Rata-rata skor 87:19 : 4,57
Komentar umum dan saran perbaikan :
Kesimpulan :
Buku cerita bergambar yang dikembangkan dinyatakan:
(*Lingkari salah satu pada nomor)
1. Layak untuk digunakan uji coba lapangan tanpa revisi.
2. Layak untuk digunakan uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran.
3. Tidak layak untuk digunakan uji coba lapangan.
Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada penilaian acuan
patokan (PAP) dan berlandaskan tabel 3.6 yang terdapat pada bab III
terkait kategori dan kriteria produk pengembangan buku cerita bergambar.
Hasil yang didapatkan oleh peneliti dari dosen ahli pada bagian sampul
buku yaitu 5,5,4,3,3, dan 4 (sangat baik, sangat baik, cukup baik, baik, dan
cukup baik), pada bagian isi buku mendapatkan nilai 5,5,4,5,5,5,5,5, dan 5
(sangat baik, sangat baik, cukup baik, sangat baik, sangat baik, sangat
baik, sangat baik, sangat baik, dan sangat baik), sedangkan pada bagian
anatomi buku mendapatkan nilai 5,5,4, dan 5 (sangat baik, sangat baik,
cukup baik, dan sangat baik). Setelah dilakukan validasi diketahui bahwa
total nilai yang diperoleh oleh peneliti dari dosen ahli adalah 90 dengan
Penyusunan buku telah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
rata-rata skor (x) sebesar 4,57. Berdasarkan skor yang didapatkan, produk
yang dikembangkan oleh peneliti memiliki kriteria “sangat baik”. Hasil ini
menunjukkan bahwa buku cerita layak digunakan dengan revisi sesuai
saran yang telah diberikan oleh dosen ahli.
4.1.1.4.2 Data Hasil Validasi Guru Kelas II B SD Negeri Dayuharjo
Setelah melakukan validasi kepada dosen ahli, peneliti kemudian
melanjutkan validasi yang dilakukan oleh guru kelas II B SD Negeri
Dayuharjo. Validasi ini dilakukan pada tanggal 8 Maret 2017. Data hasil
validasi buku cerita bergambar oleh Guru Kelas II B SD Negeri Dayuharjo
dapat dilihat pada lampiran 3 penulisan skripsi ini.
Tabel 4.4 Komentar dari guru kelas II B SD Negeri Dayuharjo
Berdasarkan perhitungan penilaian acuan patokan (PAP) dan
dengan melihat tabel 3.6 yang terdapat pada bab III mengenai kategori dan
kriteria produk pengembangan buku cerita bergambar. Diketahui bahwa
total validasi yang diperoleh oleh peneliti dari guru kelas II B adalah 77
dengan rata-rata skor (x) sebesar 4,05. Berdasarkan hasil di atas
menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan oleh peneliti memiliki
No. Komentar
1. Gambar pada cover membingungkan. Diganti
dengan satu gambar yang lebih jelas.
2. Warna cover diganti yang lebih cerah.
3. Perhatikan penulisan, penggunaan tanda baca,
dan lain-lain.
4. Kertas terlalu kaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
kriteria “baik”. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari guru kelas II B,
maka dapat disimpulkan bahwa buku cerita layak digunakan dengan revisi
sesuai dengan saran.
4.1.1.5 Revisi Desain
Revisi desain dilakukan berdasarkan hasil validasi yang sudah
didapatkan oleh peneliti terkait beberapa komentar yang diperoleh dari
dosen ahli. Berlandaskan komentar-komentar yang tersebut, peneliti
melakukan perbaikan supaya diperoleh produk penelitian yang lebih
baik. Revisi produk yang dilakukan peneliti berdasarkan komentar dari
dosen ahli selaku validator adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Revisi Desain Buku Cerita Bergambar dari Dosen Ahli
Hal. Komentar Dosen Ahli Revisi
Sampul Tambahkan gradasi warna pada
background
Telah ditambahkan gradasi
warna pada sampul buku
sesuai komentar dosen ahli.
Sampul Sebaiknya gunakan 1 gambar
saja yang menggambarkan isi
cerita
Tampilan sampul buku telah
diperbaiki dengan
mengganti gambar sesuai
saran yang diberikan oleh
dosen ahli.
9 Beberapa kata diganti dengan
ungkapan yang sederhana
Telah dilakukan perbaikan
terhadap kata-kata yang
digunakan dalam
percakapan cerita Manisnya
Kejujuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh dosen ahli,
peneliti melakukan revisi seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.7 Sebelum revisi
Gambar 4.8 Setelah revisi
Telah diberikan
gradasi warna pada
sampul buku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Gambar 4.9 Sebelum revisi
Gambar 4.10 Setelah revisi
Perubahan gambar
sampul buku
menjadi 1 gambar
pokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gambar 4.11 Sebelum revisi
Gambar 4.12 Setelah revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
4.1.1.6 Uji Coba Produk
Kegiatan uji coba produk dilakukan pada tanggal 15 Maret 2017.
Langkah yang dilakukan oleh peneliti seperti pembagian buku cerita
bergambar yang telah selesai divalidasi, disertai dengan penjelasan
terkait pengisian kuesioner pada siswa. Penjelasan dilakukan guna
mengantisipasi kesalahan dalam pengerjaan lembar kuesioner oleh siswa.
Siswa kemudian diminta oleh peneliti membaca buku cerita bergambar
berurutan dari halaman pertama hingga halaman yang terakhir. Ketika
siswa telah selesai membaca buku, peneliti menanyakan terkait isi cerita
yang telah mereka baca seperti pertanyaan mengenai tokoh, kronologi
cerita, amanat yang terkandung dalam cerita dan lain sebagainya. Siswa
kemudian diminta untuk mengisi lembar refleksi yang terdapat pada
bagian belakang buku yang memuat pertanyaan-pertanyaan terkait cerita
pada kertas yang telah disediakan oleh peneliti. Setelah selesai mengisi
lembar refleksi, siswa diminta untuk mengisi kuesioner terkait penilaian
kualitas buku cerita bergambar. Hasil kuesioner yang dilakukan terhadap
6 siswa dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Coba Produk
Siswa Ke : Total Skor Rata-rata Skor
Pertama 53 4,81
Kedua 49 4,45
Ketiga 52 4,72
Keempat 48 4,36
Kelima 43 3,90
Keenam 40 3,63
Rata-rata total 4,31
Sudah
diberikan
gradasi
warna pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
4.1.1.7 Revisi Produk
Produk buku cerita bergambar yang telah diujicoba diberikan komentar
oleh pakar. Kemudian peneliti menindaklanjuti komentar pakar dengan
melakukan revisi yang dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.13 Sebelum revisi
Gambar 4.14 Setelah revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Berdasarkan rekomendasi pakar, peneliti melakukan revisi terkait dengan
gaya tipografi yang digunakan pada buku cerita bergambar. Sebelum dilakukan
revisi, peneliti menggunakan jenis gaya tipografi Comic Sans, kemudian setelah
dilakukan revisi peneliti mengganti gaya tipografi berjenis Myrad Pro. Kebijakan
penggantian gaya tipografi dianjurkan pakar terkait dengan pemilihan gaya
tipografi yang memudahkan siswa dalam membaca.
4.2 Kualitas Buku Cerita
Terkait dengan hasil validasi yang dilakukan kepada 1 dosen ahli dan 1
Guru Kelas II B SD Negeri Dayuharjo mengenai produk yang dikembangkan
yaitu buku cerita bergambar, dapat dihitung skor rata-rata semua validator. Hasil
rekapitulasi data dari 2 validator yang akan dipaparkan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Validator
Rata-rata Kategori
Dosen ahli 4,57 Sangat baik
Guru kelas II B 4,05 Baik
Rata-rata 4,31 Sangat baik Terkait dengan hasil rekapitulasi yang dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti
memperoleh skor rata-rata 4,31 dengan kategori “sangat baik.” Hasil rekapitulasi
penilaian yang dilakukan oleh validator dalam bentuk diagram batang sebagai
berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Gambar 4.15 Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Validasi
4.3 Pembahasan
Penelitian pengembangan buku cerita bergambar ini dimulai dari
kebutuhan guru dalam penyediaan media berbentuk buku cerita bergambar demi
menambah referensi buku yang dapat digunakan siswa untuk belajar membaca
sekaligus mengenal nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan anti korupsi.
Kebutuhan akan pengembangan buku cerita bergambar digali melalui wawancara
dengan guru kelas II B yang turut mengapresiasi hadirnya buku cerita bergambar
anak berbasis pendidikan anti korupsi. Narasumber juga menambahkan bahwa
buku cerita bergambar merupakan media yang cukup efektif menarik perhatian
siswa untuk membaca sekaligus mencermati nilai-nilai yang terkandung dalam
cerita. Melalui membaca siswa diberikan gambaran terkait suatu peristiwa yang
terjadi di sekitarnya maupun di suatu tempat sesuai dengan latar yang diceritakan
dalam buku.
Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi
merupakan salah satu media dalam menanggapi fenomena korupsi yang terjadi di
berbagai sektor pemerintahan dewasa ini. Melalui pengembangan buku cerita
bergambar berbasis pendidikan anti korupsi, peneliti mencoba mengkreasikan
3,73,83,9
44,14,24,34,44,54,64,7
Dosen Ahli Guru Kelas II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
berbagai masukan dari narasumber terkait kelengkapan isi buku maupun berbagai
aspek yang membuat buku cerita bergambar tampil lebih menarik untuk siswa.
Tampilan buku yang menarik sangat penting untuk mendorong minat siswa dalam
membaca dan mencermati setiap nilai yang terkandung dalam cerita. Terlebih
membantu siswa dalam memahami nilai-nilai terkait pendidikan anti korupsi.
Pengembangan penelitian yang dilakukan mengadaptasi modifikasi dari
langkah pengembangan produk Borg dan Gall dan penelitian pengembangan
menurut Sugiyono (2012: 409-427). Adanya modifikasi menghasilkan tujuh
langkah penelitian yang disesuaikan oleh peneliti sehingga dapat digunakan untuk
mengembangkan produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi.
Penggunaan ketujuh langkah tersebut semata-mata ingin menciptakan
pengembangan produk yang lebih terarah dan jelas terkait dengan kualitas produk
yang dihasilkan.
Judul buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti yaitu
“Manisnya Kejujuran.” Penggunaan judul buku ini disesuaikan menurut isi cerita
dan juga nilai yang ingin diperkenalkan dalam buku. Buku cerita bergambar ini
menceritakan tentang perilaku seorang anak bernama Harsa yang jujur dan
bertanggung jawab dalam menjalankan perintah yang diberikan kepadanya. Tokoh
Harsa dalam cerita ini diharapkan dapat memberi gambaran pada pembaca dalam
menanggapi suatu persoalan secara bijaksana dan bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan, judul buku cerita dinilai menarik
perhatian pembaca, isi sudah memaparkan cerita yang sederhana sehingga tidak
membingungkan pembaca. Selain itu, buku cerita bergambar memapaparkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
gambar lebih dominan dari tulisan serta bahasa yang digunakan mudah ditangkap
oleh pembaca.
Buku cerita bergambar yang dibuat oleh peneliti menggunakan pendekatan
kontekstual atau dekat dengan lingkungan sekitar anak. Hal ini dikarenakan oleh
peneliti ingin setelah membaca buku cerita bergambar ini, pembaca dapat
mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ke dalam kehidupan
sehari-hari pembaca. Selain itu, di dalam buku cerita bergambar ini
mempergunakan tokoh manusia bukan hewan maupun karakter tokoh lain sebagai
pemeran dalam cerita. Hal ini disesuaikan agar pembaca dapat seolah-olah
menempatkan dirinya sendiri dalam sebuah persoalan mirip seperti tokoh cerita
Harsa. Buku cerita ini juga dibuat dengan latar tempat yang berbeda-beda, selain
di rumah Harsa tempat yang digunakan cerita ini seperti di warung Pak Teten,dan
juga jalan raya. Adapun suasana yang ditampilkan dalam cerita ini yaitu suasana
bimbang dan juga menyenangkan. Salah satu contoh gambaran cerita dalam buku
“Manisnya Kejujuran” adalah sebagai berikut :
Gambar 4.16 Bahasa yang Digunakan dalam Buku Cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Berdasarkan hasil validasi guru kelas II B, buku cerita menggunakan
bahasa yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami oleh anak. Gambar yang
digunakan juga sederhana yang membedakan tokoh yang satu dengan yang lain.
Narasumber menambahkan bahwa bahasa yang digunakan tidak terlalu panjang
sehingga cocok untuk digunakan siswa kelas bawah. Dalam penelitian ini, peneliti
berharap buku cerita yang dikembangkan dapat membantu anak dalam membaca
juga memperkenalkan nilai pendidikan anti korupsi melalui perpaduan gambar
dan tulisan yang mendukung isi cerita.
Buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti memuat
sebanyak 26 halaman sudah termasuk sampul depan dan juga sampul belakang. Isi
cerita dalam buku ini sebenarnya memiliki tebal 17 halaman. Selain itu, buku
cerita bergambar ini dilengkapi pula dengan tambahan kesimpulan di akhir cerita
juga lembar refleksi yang dapat dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan hasil validasi
guru kelas II B, jumlah halaman pada buku sudah sesuai kemampuan baca pada
anak kelas bawah karena isi cerita tidak terlalu panjang maupun terlalu singkat.
Pengembangan buku cerita bergambar anak milik peneliti menggunakan
jenis font Arial Bold yang digunakan pada judul sampul buku, Arial Black pada
penulisan penulis buku, dan juga Myrad Pro digunakan untuk penulisan isi cerita
berikut tambahan seperti kata pengantar, panduan penggunaan buku, kesimpulan
cerita, refleksi, dan juga biodata penulis. Berdasarkan hasil validasi yang telah
dilakukan oleh dosen ahli dan guru, pemilihan jenis dan ukuran font sudah sesuai
untuk digunakan pada anak-anak.
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kualitas yang terdapat pada pengembangan buku ini telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
baik. Buku cerita ini dapat digunakan guru sebagai media yang membantu dalam
proses pembelajaran membaca di kelas juga memperkenalkan nilai terkait
pendidikan anti korupsi. Selain itu, isi yang terdapat pada cerita menggunakan
kalimat yang sederhana juga tidak terlalu panjang sehingga mudah untuk
ditangkap oleh anak. Pengembangan buku cerita ini didesain mengguanakan
sketsa gambar manual kemudian diberikan warna menggunakan Adobe Photoshop
CS6 sehingga terkesan sederhana namun jelas untuk diikuti jalan cerita dimulai
dari awal sampai akhir.
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan kepada 1 dosen ahli dan 1 guru
kelas II B dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar berbasis pendidikan
anti korupsi yang dikembangkan oleh peneliti masuk dalam kategori sangat baik
dan layak untuk diujicobakan kepada siswa kelas II B SD Negeri Dayuharjo
dengan rata-rata skor 4,31. Hasil skor berkategori sangat baik tersebut, dipandang
oleh peneliti merupakan keberhasilan pengintegrasian nilai-nilai pendidikan anti
korupsi yang diungkapkan secara kontekstual dalam isi cerita. Pengungkapan isi
cerita secara kontekstual disesuaikan oleh peneliti mengacu pada tahap
perkembangan anak kelas II SD yang memasuki tahap operasi konkret. Tahapan
ini mengungkapkan apabila anak belum dapat menerima sesuatu secara abstrak
melainkan sesuatu yang dapat dipahami berdasarkan pemahaman logika anak
yang mulai secara stabil. Hal ini senada menurut Huck dkk. dalam (Nurgiyantoro,
2005 : 157) yang mengatakan bahwa kata-kata dan teks dalam buku cerita
bergambar sama pentingnya dengan gambar ilustrasi. Gambar ilustrasi akan
membantu anak mengembangkan sensitivitas awal ke imajinasi dalam
penggunaan bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengembangan buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti
dilaksanakan melalui tujuh langkah. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)
desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk,
dan (7) revisi produk. Penelitian dan pengembangan buku cerita
bergambar ini dilakukan melalui langkah-langkah pengembangan tersebut.
Hasil penelitian ini berupa produk buku cerita bergambar yang telah di
ujicobakan dengan enam Siswa SD Negeri Dayuharjo Kelas II B.
2. Buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk
pembelajaran membaca ini dikembangkan dengan kualitas yang teruji
sangat baik dan dapat dikatakan layak untuk digunakan dalam
pembelajaran membaca serta memperkenalkan nilai-nilai anti korupsi pada
siswa kelas bawah. Selain itu, buku ini telah dikembangkan melalui
beberapa tahapan salah satunya tahap validasi para ahli. Hasil validasi
terhadap buku yang dikembangkan peneliti memiliki skor rata-rata 4,31
dengan kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek desain buku, tujuan
pengembangan buku, tata bahasa, pendekatan yang digunakan juga isi
yang disesuaikan dengan nilai yang ingin ditonjolkan dalam cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
5.2 Keterbatasan Pengembangan
Penelitian pengembangan produk buku cerita bergambar memiliki
beberapa keterbatasan. Beberapa keterbatasan penelitian ini diantaranya :
1. Pelaksanaan waktu uji coba produk dirasa kurang memadai dikarenakan
oleh pihak sekolah memberikan waktu yang cukup terbatas untuk
melakukan uji coba produk.
5.3 Saran
Saran untuk penelitian pengembangan terkait dengan buku cerita
bergambar yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara terkait analisis kebutuhan sebaiknya dilakukan dengan
beberapa guru. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil maksimal secara
mendalam dan menyeluruh dalam menemukan akar permasalahannya.
2. Pelaksanaan waktu uji coba produk dapat dilakukan dengan waktu yang
relatif lebih lama. Hal ini dilakukan supaya mendapatkan hasil yang lebih
maksimal.
3. Pelaksanaan pengumpulan data sebaiknya dapat ditambahkan dengan
tahapan observasi. Hal ini dilakukan supaya data yang dihasilkan dapat
lebih lengkap dan sesuai kondisi yang dilihat oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Nora. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Deepublish.
Anitah, Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta : Yama Pustaka Bekerjasama
dengan FKIP UNS.
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra
Indonesia Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS.
Haryadi. 2007. Retorika Membaca Model, Metode dan Teknik. Semarang : Rumah
Indonesia.
Iskandar, Wassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT
Remaja Rosdakarya.
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi, Cet. X, Bandung: Nusa Media, 2011,hal. 142.
Mukodi dan Afid Burhanudin. 2014. Pendidikan Anti Korupsi (Rekontruksi
Interpretatif dan Aplikatif di Sekolah). Pacitan: LPPM Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Pratiwi, Yuni. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sadiman, Arif S, dkk. 2009. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya). Jakarta: Rajawali Press.
Salkind, Neil J. (2009). Teori-teori Perkembangan Manusia. Bandung: Nusa
Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Rajawali Press.
Subyakto, Sri Utari. 1998. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta : Depdikbud.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Peneitian Kombinasi (Mixedmethods). Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Supriyadi. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta :
Depdikbud.
Susanto, Hadi. 2011. Membangun Minat Baca Anak Usia Dini Melalui
Penyediaan Buku Bergambar. Makalah Malang : Perpustakaan UM.
Syahrini, Amirulloh dan Muhammad Arbain. (2014). Pendidikan Anti Korupsi
Konsep, Strategi, dan Implementasi Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah/
Madrasah. Bandung: Alfabeta.
Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Wijaya, David. 2014. Pendidikan Anti Korupsi untuk Sekolah dan Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT Indeks.
Refrensi Online: Aditjondro, George Junus. 2002. Bukan Persoalan Telur dan Ayam. Membangun
Suatu Kerangka Analisis Yang Lebih Holistik Bagi Gerakan Anti Korupsi Di
Indonesia. ejournal.unp.ac.id>article>download, diakses tanggal 04 Januari
2017 pukul 10.31 wib ).
Effendy, Y., Bangsa, G., & Yudani, H.D. 2013. Perancangan Buku Bergambar
Dang Gedunai untuk anak usia 4-5 tahun. Jurnal DKV Adiwarna, Universitas
Kristen Petra. Diunduh pada 6 Mei 2017 dari
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php?dkv/article/view/749/651
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
http://jurnalasia.id/berita/Minat-Baca-Indonesia-ke-60-dari-61-Negara/dilihat
tanggal 26 februari 2017 pukul 18.10 wib.
http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Proposal_Gerakan-
Literasi-Sekolah-Ditjen-Dikdasmen-Kemendikbud-ok.pdf (diunduhpada
tanggal 18 Desember 2016) pukul 20.54 Wib.
http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Panduan-Gerakan
Literasi-Sekolah-di-SD-Ditjen-Dikdasmen-Kemendikbud-ok.pdf (diunduhpada
tanggal 18 Desember 2016) pukul 20.59 Wib.
Santosa, Hari. 2008. Peran Buku Bacaan dan Lingkungan dalam Menunjang
Perkembangan Bahasa Anak. Diakses pada tanggal 6 Mei 2017 dari
http://digilib.um.ac.id/images/stories/pustakawan/pdfhasan/Peran%20buku%20
bacaan%20dan%20lingkungan%20dalam%20menunjungperkembangan%20ba
hasa%20anak.pdf
USAID PRIORITAS. 2014. BUKU SUMBER UNTUK DOSEN LPTK
Pembelajaran Literasi Kelas Awal SD/MI di LPTK.
www.prioritaspendidikan.org diakses pada 4 Februari 2017 pukul 12.33 wib.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
LAMPIRAN 1
Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II B SD Negeri Dayuharjo
Daftar Pertanyaan Wawancara Rangkuman Hasil Wawancara
Apakah Bapak/Ibu mengetahui
keberadaan siswa yang saat ini masih
mengalami kesulitan dalam membaca?
Iya mengetahui. Terdapat 4 anak
dari jumlah keseluruhan siswa di
kelas sebanyak 29 anak.
Sejauh mana kesulitan yang siswa alami
terkait dengan pembelajaran di kelas yang
tentunya mengandalkan kemampuan
siswa dalam membaca?
Kesulitan yang siswa alami
seperti belum lancar ketika
membaca dan juga kurang cermat
dalam memahami bacaan.
Kesulitan apa yang Bapak/Ibu
temukanpada saat memberi pelatihan
membaca terhadap siswa yang
bersangkutan?
Sebenarnya tidak ada kesulitan
yang berarti ketika memberikan
pelatihan membaca, hanya saja
dibutuhkan kesabaran dan
pemilihan metode yang sesuai.
Apakah siswa di sekolah ini tertarik
dengan buku cerita bergambar?
Cukup tertarik terlebih buku
cerita bergambar dilengkapi
dengan gambar dan warna yang
dapat menarik minat siswa dalam
membaca.
Apakah di sekolah ini telah menyediakan
kelengkapan buku bacaan bagi siswa
sepertibuku cerita bergambar?
Buku cerita bergambar tersedia di
perpustakaan sekolah meskipun
jumlah buku bacaan tersebut
masih terbatas.
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terkait
penanaman nilai anti korupsi bagi siswa
sekolah dasar?
Cukup penting diberikan
penanaman nilai pendidikan anti
korupsi pada siswa SD
dikarenakan mengingat usia anak
yang masih cukup dini sehingga
nilai yang ditanamkan diharapkan
dapat lebih tertanam pada diri
anak melalui pengaplikasian
perilaku sehari-hari.
Seberapa penting menurut Bapak/Ibu
penanaman nilai anti korupsi bagi siswa
sekolah dasar? berikan beberapa alasan!
Sangat penting, semisal contoh
nilai kejujuran yang saya temukan
sehari-hari di kelas seperti saat
siswa pernah menemukan uang
yang bukan miliknya kemudian
melaporkannya pada saya. Hal ini
dapat dijadikan contoh apabila
penanaman nilai anti korupsi
penting diberikan pada anak
seperti halnya nilai kejujuran.
Pernahkah Bapak/Ibu memberikan Pernah, hal itu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pembelajaran di kelas menyangkut
penanaman nilai anti korupsi bagi siswa?
berikan contoh!
diintegrasikan pada pelajaran
PKN dan Bahasa Indonesia
terdapat nilai-nilai yang
menyangkut pendidikan anti
korupsi seperti nilai kejujuran
pada pelajaran PKN, mengenal
amanat dari suatu cerita pada
pelajaran Bahasa Indonesia.
Menurut Bapak/Ibu apakah sekolah
membutuhkan buku cerita bergambar
untuk kebutuhan membaca siswa dalam
bentuk cerita tentang pendidikan anti
korupsi?
Boleh juga karena buku
bertemakan pendidikan anti
korupsi cukup penting diberikan
pada anak terkait nilai yang dapat
diteladani dari cerita tersebut.
Adakah saran yang mungkin dapat
Bapak/Ibu berikan terkait dengan buku
cerita bergambar yang telah beredar
menyangkut kebutuhan pembelajaran
membaca siswa?
Ada, buku cerita bergambar
sebaiknya dibuat semenarik
mungkin seperti penuh dengan
warna, gambar, bahasa yang
dipakai sederhana sehingga
mudah ditangkap anak, tidak
terlalu tebal, kontekstual dan lain
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
LAMPIRAN 2
HASIL VALIDASI DOSEN AHLI
1: sangat kurang baik; 2 : kurang baik; 3 : cukup baik; 4 : baik; 5 : sangat
baik
No. Aspek yang Dinilai Skor
Komentar 1 2 3 4 5
G. Sampulbuku
1. Judul buku cerita mewakili
keseluruhan isi cerita.
√
2.
Judulsampul buku sesuai
dengan pesan yang akan
disampaikan.
√
3.
Judul buku cerita menarik
minat siswa untuk membaca
lebih lanjut
√
4.
Warna sampul buku cerita
menarik minat siswa untuk
membaca lebih lanjut.
√ tambahkan
gradasi
warna
pada
backgroun
d
5.
Tampilan sampul buku cerita
menggunakan gambar yang
menarik minat siswa
√ sebaiknya
gunakan 1
gambar
saja yg
menggam
barkan isi
cerita
6.
Tampilan gambar pada sampul
buku cerita menggunakan
warna yang menarik minat
siswa
√
H. Isi buku cerita
7.
Isi dalam buku cerita sederhana
sehingga mudah dipahami oleh
siswa kelas rendah.
√
8.
Isi cerita dibuat dengan
pendekatan kontekstual
sehingga siswa mudah
mengaitkan nilai dalam cerita
pada kehidupan sehari-hari.
√
9. Gaya dan ketepatan kata cocok √ Beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
untuk siswa kelas rendah. kata di
ganti
dengan
ungkapan
yang
sederhana
10.
Isi buku cerita memberikan
pembelajaran terkait nilai-nilai
pendidikan anti korupsi
berkaitan dengan kegiatan
sehari-hari.
√
11.
Perpaduan gambar dan teks
yang terdapat dalam buku cerita
bergambar saling berhubungan
sehingga menjelaskan isi terkait
cerita.
√
12.
Tampilan buku cerita
bergambar lebih dominan
gambar dibandingkan teks.
√
13.
Gambar pada buku cerita
bergambar jelas dan mudah
dibedakan.
√
14.
Ilustrasi yang terdapat pada
buku cerita memperjelas latar,
rangkaian cerita, penjiwaan dan
karakter.
√
15.
Isi buku berhasil memikat siswa
untuk terus mengikuti jalan
cerita.
√
I. Anatomi buku
16. Rancangan halaman buku
tertata dengan baik.
√
17. Pemilihan jenis huruf menarik
perhatian siswa.
√
18.
Pemilihan jenis huruf pada
buku cerita memiliki tingkat
mudah dibaca yang baik bagi
siswa.
√
19.
Tata letak/sistematika penulisan
tidak terlalu sempit
memudahkan siswa untuk
membaca.
√
Total Skor 9 16 65
Rata-rata skor 87:19 : 4,57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Komentar umum dan saran perbaikan :
Kesimpulan :
Buku cerita bergambar yang dikembangkan dinyatakan:
(*Lingkari salah satu pada nomor)
1. Layak untuk digunakan uji coba lapangan tanpa revisi.
2. Layak untuk digunakan uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran.
3. Tidak layak untuk digunakan uji coba lapangan.
Penyusunan buku telah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
LAMPIRAN 3
HASIL VALIDASI GURU KELAS II B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
LAMPIRAN 4
HASIL UJI COBA PRODUK 6 SISWA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
LAMPIRAN 5
SURAT IZIN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN 6
SURAT KETERANGAN MELAKUKAN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
LAMPIRAN 8
BUKU CERITA BERGAMBAR (DICETAK TERPISAH)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
LAMPIRAN 9
BIODATA PENULIS
Hilarius Alvin Krisnawan lahir di Bantul, 12 Januari
1995, sebagai anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri
Mlati I mulai tahun 2001 hingga tamat pada tahun
2006. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 4 Ngaglik hingga
tamat tahun 2010. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Sleman
dan ditamatkan pada tahun 2013.
Penulis tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),
Universitas Sanata Dharma sejak tahun 2013. Pendidikan di perguruan tinggi
diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul : “Pengembangan Buku Cerita
Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi untuk PembelajaranMembaca
Siswa Kelas 2 B SD Negeri Dayuharjo Tahun Ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related