PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR YANG BERSTATUS SITUS CAGAR BUDAYA OLEH
PT. TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR, PRAMBANAN DAN RATU BOKO, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR DAN
PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG
Akhmad Luqmanul Hakim dan Rainingsih Hardjo
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Billymoon H1 Nomor 9 Pondok Kelapa, Jakarta Timur, 13450, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Candi Borobudur dimanfaatkan sebagai obyek wisata untuk meningkatkan devisa negara dan mensejahterakan masyarakat sekitar. Walau sebagai obyek wisata, namun Candi Borobudur juga berstatus cagar budaya yang harus dilestarikan. Hal tersebut menyebabkan pengembangan sarana dan infrastruktur untuk aktraksi dan hiburan terbatas. Selain, itu Obyek Wisata Candi Borobudur dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara setiap hari, namun masih banyak masyarakat sekitar yang miskin. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivism dengan jenis penelitian deskriptif, murni, cross-sectional, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasilnya adalah pihak – pihak yang terkait telah berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan Obyek Wisata Candi Borobudur dan memberikan dampak kepada tiga segi yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan melalui terpenuhinya indikator – indikator dengan adanya berbagai hal seperti pelatihan dan pembinaan masyarakat, promosi dan pemasaran yang dilakukan, konservasi situs cagar budaya. Walau pengembangan berkelanjutan telah dilakukan dengan baik, namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan.
Kata kunci: Candi Borobudur; Berkelanjutan; Pariwisata; Pengembangan
Borobudur Temple Tourism Sustainable Development with the Status of Cultural Heritage Sites by PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Balai
Konservasi Borobudur and Pemerintah Kabupaten Magelang
Abstract
Borobudur is used as a tourist attraction to raising national foreign revenue and welfare of the surrounding community. Although as a tourist attraction, but Borobudur status as a cultural heritage that must be preserved. This led to the development of facilities and infrastructure for attraction and entertainment limited. In addition, Borobudur Temple visited by both domestic and foreign tourists every day, but there are still plenty of people around who are poor. This study uses the approach of post-positivism to the type descriptive approach, pure research, cross-sectional research, data collection techniques by depth interviews, observation, and literature study. The result is related parties has been instrumental in the development and utilization of Borobudur Temple and had an impact on three aspects, namely economic, social and environment through compliance indicators - indicators of the presence of a variety of things such as training and community development, promotion and marketing is done, conservation of cultural heritage sites. Although sustainable development has been done well, but there are still some things that need to be improved.
Keywords: Borobudur Temple, Development, Sustainability, Tourism
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
PENDAHULUAN
Menurut Salah Wahab (1975) pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,
2003:33). Demikian pula Wisata Candi Borobudur, pengembangannya dilakukan tidak hanya
bermanfaat untuk meningkatkan daya saingnya saja namun juga untuk meningkatkan
kemampuan regional seperti kesejahteraan masyarakat di sekitar Candi Borobudur. Candi
Borobudur terbagi menjadi 3 zona dimana kewenangan ketiga zona tersebut ditangani oleh 3
lembaga berbeda, yaitu (1) zona 1 ditangani oleh Balai Konservasi Borobudur; (2) zona 2
ditangani oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko; dan (3) zona
3 ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Magelang. Pengembangan Wisata Candi Borobudur
membuka peluang bagi masyarakat lokal untuk membuka usaha restoran, hotel/penginapan
maupun berdagang cinderamata. Selain pengembangan kegiatan usaha di sektor restoran,
hotel dan perdagangan terdapat beberapa desa wisata yang dikembangkan di sekitar Candi
Borobudur seperti Desa Wanurejo, Desa Candirejo, Desa Borobudur dan lainnya, dimana
masyarakat desa berpartisipasi dalam memperkaya pengalaman wisatawan yang berkunjung
melalui wisata minat khusus. Hal tersebut menjadi hal positif yang dapat menarik minat
wisatawan untuk berkunjung ke Wisata Candi Borobudur.
Walau pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata dapat menarik banyak
wisatawan, namun masih terdapat masalah. Pertama, selain sebagai obyek wisata, Candi
Borobudur juga berstatus sebagai cagar budaya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, suatu cagar budaya perlu dilestarikan dan dipelihara
untuk mencegah kerusakan akibat pengaruh alam dan/atau perbuatan manusia. Untuk
menjaga kelestarian Candi Borobudur, pemerintah mendirikan suatu Unit Pelayanan Teknis
yaitu Balai Konservasi Borobudur. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi
Borobudur, Balai Konservasi Borobudur mempunyai tugas melaksanakan konservasi dan
pelestarian Candi Borobudur dan Kawasan Cagar Budaya Borobudur. Karena pemanfaatan
Candi Borobudur oleh Unit Taman Wisata Candi Borobudur sebagai objek wisata bertujuan
untuk menarik banyak wisatawan, hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia. Walau tujuan utama wisatawan berkunjung adalah untuk
melihat atau mengagumi kemegahan Candi Borobudur, namun tanpa wisatawan sadari
kedatangan wisatawan dapat mempengaruhi kondisi Candi Borobudur. Oleh sebab itu, dalam
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
menjalankan tugasnya kedua pihak perlu memiliki hubungan kerjasama yang terintegrasi agar
kondisi Candi Borobudur dapat terjaga dan bertahan untuk masa mendatang.
Kedua, masih ada masyarakat miskin di daerah Kabupaten Magelang. Sebagai sebuah
kabupaten yang memiliki salah satu World Heritage Site yang dimanfaatkan sebagai obyek
wisata seharusnya Kabupaten Magelang dapat menghapus garis kemiskinan di dalam
kehidupan masyarakat, namun faktanya tidak demikian. Lebih dari itu, berdasarkan data dari
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah tercatat bahwa seluruh kecamatan di
Kabupaten Magelang memiliki daerah yang mengalami kemiskinan termasuk Kecamatan
Borobudur walaupun lokasinya berada di sekitar Candi Borobudur. Hal tersebut disebabkan
oleh status PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko sebagai salah
satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyebabkan sebagian besar penghasilan dari
pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata masuk ke dalam kas negara.
Alasan utama dari pemanfaatan Candi Borobudur sebagai sektor pariwisata adalah
untuk meningkatkan devisa negara serta untuk mensejahterakan masyarakat Kabupaten
Magelang. Namun, dalam pemanfaatan Candi Borobudur masih terdapat masalah, yaitu (1)
Unit Taman Wisata Candi Borobudur berusaha meningkatkan jumlah wisatawan namun
Candi Borobudur memiliki dua status sebagai obyek wisata dan sebagai situs cagar budaya;
(2) Masih adanya masyarakat miskin di daerah sekitar Candi Borobudur. Melakukan
pengembangan obyek wisata berbasis pengembangan berkelanjutan merupakan kunci untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut, sebab melalui pengembangan berkelanjutan manfaatnya
dapat dirasakan selama jangka panjang. Pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata
bertujuan untuk mensejahterakan masayarakat sehingga pengembangan berkelanjutan yang
dilakukan di Obyek Wisata Candi Borobudur harus memenuhi manfaatnya terhadap segi
ekonomi, sosial dan lingkungan. Manfaat pengembangan berkelanjutan Obyek Wisata Candi
Borobudur di segi ekonomi dapat dilihat melalui beberapa hal seperti apakah Obyek Wisata
Candi Borobudur membuka lapangan usaha untuk masyarakat dan adanya tindakan yang
dilakukan oleh pihak – pihak yang terkait untuk mengembangkan usaha masyarakat agar
dapat bertahan dalam jangka panjang. Untuk manfaat di segi sosial dapat dilihat melalui
beberapa hal seperti apakah kehidupan nilai sosial budaya masyarakat lokal tidak
tereksploitasi dari aktivitas pariwisata, sarana dan infrastruktur mendukung kebutuhan
wisatawan maupun masyarakat lokal serta pelestarian Candi Borobudur. Sedangkan manfaat
di segi lingkungan dapat dilihat melalui beberapa hal seperti apakah kondisi fisik maupun
kualitas lingkungan sekitar terjaga serta sumber daya mudah diperoleh. Untuk memenuhi
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
indikator – indikator tersebut, maka ketiga lembaga yang berwenang di 3 zona Candi
Borobudur perlu menjalankan peran masing – masing.
TINJAUAN TEORITIS
Definisi pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia, dengan
menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan (SPES, 1992:3).
Pembangunan berkelanjutan kemudian bertujuan menciptakan kehidupan yang lebih baik
untuk semua orang dalam cara yang akan terus berlangsung di masa mendatang seperti di
masa kini. Dengan kata lain, pengembangan berkelanjutan dilakukan berdasar pada prinsip-
prinsip logika pemeliharaan sumber daya dan keadilan di mana sumber daya tersebut dengan
cara yang dapat menguntungkan mereka yang mendapatkannya. Pembangunan berkelanjutan
memiliki tiga dimensi atau pilar, yaitu:
1. Ekonomi berkelanjutan, yang berarti membangkitkan kesejahteraan di level-level
berbeda dalam masyarakat dan menuju ke arah efektifitas biaya dari semua aktivitas
ekonomi.
2. Masyarakat/sosial berkelanjutan, yang berarti menghormati hak-hak manusia dan
peluang yang setara untuk semua masyarakat.
3. Lingkungan berkelanjutan, yang berarti melestarikan dan mempertahankan sumber
daya, khususnya sumber daya yang tidak dapat diperbaharui atau berharga untuk
mendukung hidup.
Pariwisata berada dalam posisi istimewa dalam kontribusinya untuk pembangunan
berkelanjutan. Pertama, karena pertumbuhan sektor pariwisata dan kontribusinya untuk
perekonomian. Kedua, karena pariwisata merupakan sebuah aktivitas yang melibatkan
hubungan istimewa antara pelanggan (wisatawan), industri, lingkungan dan komunitas lokal.
Hubungan istimewa ini muncul karena tidak seperti sektor-sektor lain, pelanggan (wisatawan)
dari sektor pariwisata berkunjung ke pihak produsen dan produk (obyek wisata). World
Tourism Organization (WTO) dalam United Nations Enviroment Programme (UNEP)
mendefinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai:
“Sustainable tourism development guidelines and management practices
areapplicable to all forms of tourism in all types of destinations, including mass
tourismand the various niche tourism segments. Sustainability principles refer to
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
theenvironmental, economic and socio-cultural aspects of tourism development, and
asuitable balance must be established between these three dimensions to guarantee
itslong-term sustainability.” (UNEP, 2005:11)
Dalam pariwisata berkelanjutan menurut UNEP terdapat 12 sasaran yang berdampak
kepada ekonomi, sosial dan lingkungan. 12 sasaran dalam pariwisata berkelanjutan tersebut
adalah:
1. Economic Vialibility
Untuk memastikan kelangsungan hidup dan daya saing destinasi pariwisata dan usaha-
usaha yang ada, supaya mereka mampu terus sejahtera dan memberikan keuntungan
dalam jangka panjang.
2. Local Prosperity
Untuk memaksimalkan kontribusi pariwisata kepada kesejahteraan ekonomi
masyarakat lokal destinasi, termasuk jumlah wisatawan yang menyewa tempat
menginap.
3. Employment Quality
Untuk memperkuat jumlah dan kualitas pekerjaan untuk lokal yang diciptakan dan
didukung oleh pariwisata, termasuk tingkat upah, kondisi pelayanan dan ketersediaan
untuk semua tanpa diskriminasi.
4. Social Equity
Untuk mencari keuntungan ekonomi dan sosial dari pariwisata yang dibagikan secara
luas dan adil.
5. Visitor Fulfillment
Untuk menyajikan pengalaman yang memuaskan dan aman untuk wisatawan.
6. Local Control
Untuk mengajak dan memberdayakan komunitas lokal dalam perencanaan dan
pembuatan keputusan mengenai pengelolaan dan masa depan pengembangan
pariwisata di wilayah mereka.
7. Community Wellbeing
Untuk memelihara dan memperkuat kualitas hidup dalam komunitas lokal, termasuk
struktur sosial dan akses ke sumber daya, amenitas dan sistem pendukung hidup,
menghindari segala bentuk ekploitasi sosial
.
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
8. Cultural Richness
Untuk menghormati dan meningkatkan warisan sejarah, keaslian budaya, tradisi dan
keistimewaan komunitas lokal.
9. Physical Integrity
Untuk memelihara dan meningkatkan kualitas bentang alam dan menghindari
kerusakan fisik dan visual lingkungan.
10. Biological Diversity
Untuk mendukung konservasi area-area alami, habitat dan satwa, dan meminimalisir
dampak pada mereka.
11. Resource Efficiency
Untuk meminimalisir penggunaan sumber daya yang langka dan tidak dapat
diperbaharui dalam pengembangan dan pengerjaan pelayanan dan fasilitas pariwisata.
12. Enviromental Purity
Untuk meminimalisir polusi udara, air dan tanah dari usaha-usaha pariwisata dan
wisatawan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan post-positivisme
menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data,
peneliti dan teori. Kedudukan teori bukan sebagai alat ukur atau menguji suatu hipotesa, akan
tetapi sebagai guidance atau pemandu agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan teknik
pengumpulan data wawancara, observasi dan studi literatur. Peneliti dalam melakukan
analisis menggunakan illustrative method dimana peneliti melakukan analisis pengembangan
berkelanjutan Obyek Wisata Candi Borobudur berdasarkan teori utama yang peneliti gunakan
yaitu teori Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dari World Tourism Organization (WTO).
Teori tersebut diturunkan menjadi indikator – indikator dalam operasionalisasi konsep yang
kemudian indikator – indikator ini digunakan sebagai pedoman analisis dari data – data yang
ditemukan di lapangan. Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian terhadap
terjadinya suatu fenomena atau aktivitas tertentu dilakukan. Dalam penelitian ini, lokasi
penelitian adalah wilayah Obyek Wisata Candi Borobudur di daerah Kabupaten Magelang
dimana penelitian difokuskan terhadap pengembangan obyek wisata.
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian, Obyek Wisata Candi Borobudur telah
mengalami pengembangan ke arah yang baik dengan menyediakan berbagai sarana dan
infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan wisatawan seperti tersedianya pos kesehatan, sarana
dan infrastruktur untuk mempermudah aksesbilitas. Selain itu, meskipun Candi Borobudur
dimanfaatkan sebagai suatu obyek wisata, kondisinya masih berdiri kokoh karena selalu
mengalami perawatan/konservasi secara rutin untuk mengatasi dampak dari lingkungan
maupun aktivitas wisatawan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar – gambar berikut.
Gambar
Gambar 1. Pos Kesehatan Jasa Raharja dan Ambulans di Obyek Wisata Candi Borobudur
Gambar 2. Jalur Masuk Untuk Kondisi Khusus
Gambar 3. Kereta Angkutan Taman di Wisata Candi Borobudur
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
Gambar 4. Pelapisan dan Tangga Candi Borobudur yang Dilapisi Kayu Karet
PEMBAHASAN
Agar pemanfaatan Candi Borobudur sebagai suatu obyek wisata dapat memberikan
dampak terhadap berbagai pihak, maka perlu adanya pengembangan/pembangunan yang
bersifat berkelanjutan. Berdasarkan United Nations Enviroment Programme (UNEP)
pengembangan pariwisata berkelanjutan harus memiliki dampak terhadap segi ekonomi,
sosial dan lingkungan. Dalam penelitian ini ketiga segi tersebut menjadi variabel sebagai
dasar analisis pengembangan Obyek Wisata Candi Borobudur.
Dalam analisis variabel ekonomi terdapat dimensi – dimensi berikut, economic
viability, local prosperity dan employment quality yang memiliki berbagai indikator. Dalam
pembahasan ditemukan bahwa pengembangan berkelanjutan Obyek Wisata Candi Borobudur
telah memberikan manfaat dalam perekonomian berbagai kalangan melalui terpenuhinya
indikator – indikator penelitian. Agar Obyek Wisata Candi Borobudur dapat memberikan
manfaat secara ekonomi bagi masyarakat maka, pihak Unit Taman Wisata Candi Borobudur
telah membuka peluang bagi masyarakat untuk berwirausaha menjadi pedagang. Selain itu,
PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko melalui Unit Taman Wisata
Candi Borobudur telah melakukan berbagai tindakan agar usaha masyarakat dapat
berkembang dan bertahan dalam jangka panjang melalui pelatihan/pembinaan mengenai
manajemen usaha, pelayanan, sopan santun dan cara menyajikan makanan yang bersih dan
sehat. Upaya lain yang dilakukan untuk membantu usaha masyarakat adalah melalui survei
keinginan pasar untuk lebih memahami hal yang dicari oleh wisatawan, kondisi pasar, dan
selera wisatawan. Selain melakukan pelatihan/pembinaan dan survei, PT. Taman Wisata
Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko juga bekerjasama dengan berbagai pihak baik
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
pemerintah maupun non-pemerintah untuk melakukan promosi dan pemasaran guna menarik
wisatawan potensial. Berbagai pihak yang memiliki mata pencaharian di Obyek Wisata Candi
Borobudur juga memperoleh jaminan kerja, seperti pegawai Balai Konservasi Borobudur dan
Unit Taman Wisata Candi Borobudur. Dalam menjalankan fungsi operasionalnya, Balai
Konservasi Borobudur mewajibkan pegawainya untuk mengikuti layanan BPJS agar
mendapatkan berbagai jaminan sosial. Hal tersebut merupakan penerapan UU No. 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dengan masuknya pegawai Balai Konservasi Borobudur ke
layanan BPJS, maka mereka mendapatkan berbagai jaminan seperti jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Selain mendapatkan berbagai
jaminan sosial dari BPJS, pegawai PNS Balai Konservasi Borobudur juga memiliki tunjangan
keluarga. Hal ini merupakan wujud dari penerapan PP Nomor 7 Tahun 1977 Tentang
Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, namun tunjangan keluarga tersebut tidak diperoleh
pegawai honorer karena belum diangkat sebagai pegawai tetap. Pengangkatan pegawai
honorer menjadi pegawai tetap dapat dilakukan melalui proses rekrutmen CPNS.
Berbeda dengan Balai Konservasi Borobudur, karena PT. Taman Wisata Candi
Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko merupakan salah satu BUMN sehingga pegawainya
tidak berstatus PNS. Untuk jaminan kerja, Unit Taman Wisata Candi Borobudur telah
mengikutsertakan pegawainya pada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Karena
pegawai Unit Taman Wisata Candi Borobudur tidak berstatus PNS maka mereka tidak
memperoleh tunjangan pensiun namun sebagai gantinya mereka memperoleh Program
Jaminan Pensiun. Terkait pemenuhan kewajiban pasca kerja/pemberian pesangon, Unit
Taman Wisata Candi Borobudur telah melakukan kerjasama dengan PT. Asuransi Jiwasraya
untuk mengikutsertakan pegawainya dalam program Jaminan Hari Tua.
Guide merupakan salah satu kalangan pekerja yang bermata pencaharian di Obyek
Wisata Candi Borobudur, walau demikian sayangnya guide tidak memperoleh jaminan kerja.
Dalam kesehariannya guide memperoleh akses ke berbagai fasilitas yang ada di Candi
Borobudur kecuali pos kesehatan karena guide bukanlah pegawai Unit Taman Wisata Candi
Borobudur ataupun wisatawan. Apabila guide mengalami kecelakaan kerja maka harus
menanggung sendiri biaya perawatannya karena guide juga tidak mengikuti asuransi. Guide
bukanlah pegawai dari instansi manapun melainkan hanya freelance yang tergabung di dalam
organisasi HPI sehingga tidak memiliki berbagai tunjangan kerja dan ataupun tunjangan
pensiun.
Dalam variabel ekonomi, hal lain yang ditemukan dalam pembahasan adalah
Pemerintah Kabupaten Magelang telah melakukan pelatihan/pembinaan terhadap masyarakat
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
untuk memulai usaha di sektor pariwisata. Usaha yang paling berkembang adalah usaha
homestay yang dapat mempengaruhi lama tinggal wisatawan melalui pelayanan yang
diberikan. Pemerintah Kabupaten Magelang juga memberikan pembinaan kepada masyarakat
desa untuk mengubah desa – desa yang ada menjadi desa wisata untuk menambah variasi
atraksi dan hiburan. Selain itu, ditemukan juga bahwa desa – desa wisata yang paling
berkembang hanya di daerah sekitar Candi Borobudur saja, karena masyarakat di desa – desa
daerah lain lebih memandang bahwa sektor pertanian menjadi sektor primer walaupun nilai
tawar sebagai petani rendah, sehingga pariwisata di Kabupaten Magelang belum banyak
berkembang dan masyarakatnya masih banyak yang miskin.
Dalam analisis variabel sosial terdapat dimensi – dimensi berikut, social equity, local
control, visitor fulfillment, community wellbeing dan cultural richness yang memiliki berbagai
indikator. Dalam pembahasan ditemukan bahwa pihak PT. Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan dan Ratu Boko melalui Unit Taman Wisata Candi Borobudur telah memenuhi
kewajibannya untuk menjalankan Program Corporate Social Responsibility (CSR) kepada
masyarakat. Hal tersebut merupakan wujud dari pelaksanaan Keputusan Menteri BUMN No:
PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina
Lingkungan yang kemudian diubah dengan PER-08/MBU/2013 sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri BUMN No. 09/MBU/07/2015 tanggal 3 Juli
2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan BUMN, yang terdiri atas
program kemitraan yaitu pengelolaan dana bergulir dalam bentuk pinjaman lunak kepada
UMKM, dan program Bina Lingkungan yaitu pengelolaan bantuan kepada lingkungan
dimana perusahaan melakukan kegiatan usaha. Namun, sayangnya masyarakat di luar wilayah
Wisata Candi Borobudur belum mendapatkan manfaat dari Program CSR maupun keberadaan
Candi Borobudur secara signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh Unit Taman Wisata Candi
Borobudur yang hanya memiliki dana terbatas. Dana untuk Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan sudah ditetapkan di dalam Permen BUMN No. 09/MBU/07/2015 Tentang
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan BUMN selain itu dalam peraturan ini
ditegaskan bahwa penyaluran Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan diutamakan
kepada wilayah sekitar BUMN. Karena Unit Taman Wisata Candi Borobudur berlokasi di
Kecamatan Borobudur sehingga penyaluran Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan dilaksanakan sebatas di daerah Kecamatan Borobudur. Unit Taman Wisata Candi
Borobudur tidak mempunyai wewenang untuk memberikan bantuan yang melebihi dari yang
telah ditetapkan dalam peraturan. Karena daerah yang paling merasakan manfaat dari Candi
Borobudur adalah wilayah di sekitarnya, sehingga menyebabkan adanya ketidaksetaraan di
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
Kabupaten Magelang. Sampai saat ini masih banyak daerah miskin di Kabupaten Magelang
terutama di luar Kecamatan Borobudur.
Dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat lokal di kawasan Wisata Candi
Borobudur hanya memiliki kendali di tingkat pemerintahan terendah saja yaitu pemerintahan
desa. Pemerintahan desa di kawasan Wisata Candi Borobudur diberi kewenangan untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan di daerah sekitarnya sebagai penerapan Peraturan
Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Masyarakat lokal akan menentukan
pengembangan desanya menjadi desa wisata dengan mempertimbangkan ciri khas desa yang
dapat menjadi daya tarik. Kemudian kepala desa akan berkoordinasi dengan tingkat
pemerintahan di atasnya untuk memberikan pembinaan/pelatihan. Selain di lingkup desa,
masyarakat lokal yang menjadi pelaku usaha memiliki peran dalam memberikan aspirasinya
melalui Forum Tata Kelola Pariwisata. Forum Tata Kelola Pariwisata dibentuk untuk
mempermudah para stakeholder pariwisata yang ada di kawasan Wisata Candi Borobudur
dalam berkomunikasi dan berperan dalam pengembangan sektor wisata. Dalam hal ini mereka
memiliki wewenang dalam membuat program – program untuk pembinaan/pelatihan
masyarakat yang kemudian dikoordinasikan kepada pihak yang terkait. Walau masyarakat
lokal memiliki peran dalam membuat berbagai keputusan dalam lingkup kecil di tingkatan
pemerintah terendah yaitu pemerintahan desa dan di dalam Forum Tata Kelola Pariwisata,
namun dalam tingkatan pemerintah di atasnya masyarakat kurang dilibatkan. Selama ini
aspirasi masyarakat kurang didengarkan oleh pemerintah pusat dalam pembuatan kebijakan
pemerintah terkait Wisata Candi Borobudur. Kebijakan yang dibuat tidak hanya
mempengaruhi pengembangan Wisata Candi Borobudur saja namun kehidupan masyarakat di
sekitarnya sebab pengembangan yang dilakukan dalam jangka panjang akan mengubah pola
hidup masyarakat menjadi berorientasi pariwisata. Forum Tata Kelola Pariwisata sebagai
Destination Management Organization (DMO) seharusnya menjadi perpanjangan tangan
pemerintah yang bergerak di sektor pariwisata dan menjadi jembatan sentra antara pemerintah
daerah maupun pusat sehingga masyarakat memiliki peluang untuk berperan aktif dalam
pembuatan kebijakan terkait Wisata Candi Borobudur terutama masyarakat sebagai subjek
pariwisata sangat berperan dalam menopang sektor pariwisata.
Dalam hasil penelitian ditunjukkan bahwa Obyek Wisata Candi Borobudur memiliki
berbagai sarana dan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, seperti pos
kesehatan dan ambulans yang berguna saat wisatawan mengalami kecelakaan. Apabila ada
wisatawan yang mengalami kecelakaan, maka akan di bawa ke Pos Kesehatan Jasa Raharja
untuk mendapatkan pertolongan medis. Seandainya kondisi wisatawan sudah kritis, maka
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
akan dibawa ke Rumah Sakit Muntilan menggunakan ambulans yang tersedia. Biaya
pengobatan selama perawatan wisatawan ditanggung oleh Unit Taman Wisata Candi
Borobudur, namun apabila wisatawan tidak dapat tertolong dan meninggal, maka Unit Taman
Wisata Candi Borobudur akan membayar kompensasi sebagai ganti rugi kepada keluarga dari
wisatawan yang meninggal. Kemudian tersedia jalur masuk untuk difabel, dan kereta taman
yang biasanya digunakan oleh wisatawan untuk mengelilingi zona 2 Obyek Wisata Candi
Borobudur, selain sarana dan infrastruktur tersebut masih ada toilet, restoran, hotel, pusat
customer service dan lain sebagainya, namun atraksi dan hiburan untuk anak – anak masih
kurang.
Wisata Candi Borobudur membuat peluang masyarakat lokal untuk berinteraksi
dengan wisatawan terutama mancanegara meningkat. Walau masyarakat lokal dan wisatawan
memilki pola kehidupan sosial yang berbeda, namun selama ini dampak terhadap kehidupan
sosial dari interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan mancanegara tidak terlalu
buruk. Terkadang wisatawan yang datang ke Wisata Candi Borobudur terutama wisatawan
mancanegara akan menginap di homestay yang tersedia di sekitar candi karena terdorong rasa
ingin tahu terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal. Kesederhanaan masyarakat yang tidak
dapat wisatawan mancanegara temui di negara asal merupakan hal yang unik. Walau peluang
interaksi masyarakat dengan wisatawan asing meningkat setelah Candi Borobudur
dimanfaatkan sebagai obyek wisata, namun hal tersebut tidak terlalu berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai sosial dan budaya masyarakat lokal.
Walau Candi Borobudur dimanfaatkan sebagai obyek wisata, namun pelestariannya
masih rutin dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur dengan dibantu oleh Unit Taman
Wisata Candi Borobudur. perawatan rutin yang selalu dilakukan adalah mengatasi
mikroorganisme yang muncul karena rembesan air di dinding batu candi dengan menyikat
dinding batu dan menyemprot dengan air bertekanan. Sedangkan perawatan rutin yang
dilakukan adalah untuk mengatasi kebocoran dan melapisi tangga candi dengan kayu dan
karet agar tidak terjadi keausan akibat gesekan langsung dengan alas kaki wisatawan.
Dalam analisis variabel lingkungan terdapat dimensi – dimensi berikut, phsysical
integrity, biological diversity, resource efficiency dan environmental purity yang memiliki
berbagai indikator. Dalam pembahasan ditemukan bahwa dampak Obyek Wisata Candi
Borobudur terhadap lingkungan alam di sekitarnya tidak terlalu signifikan. Daerah sekitar
Candi Borobudur masuk ke dalam Kawasan Strategis Nasional maka pembangunan
infrastruktur yang dilakukan terbatas dengan mengacu kepada Perpres No. 58 Tahun 2014
Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Candi Borobudur dan Sekitarnya. Dalam peraturan
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
tersebut dijelaskan bahwa karakter kawasan pedesaan harus dilindungi dari dampak
pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dapat menurunkan kualitas wilayahnya.
Peraturan tersebut berperan sebagai alat untuk meminimalisir dampak pariwisata kepada
kondisi lingkungan alam sekitar Candi Borobudur. Berdasarkan pernyataan tersebut maka
pembangunan di desa – desa sekitar Candi Borobudur menjadi obyek wisata minat khusus
harus dilakukan tanpa adanya pembukaan lahan pertanian maupun perkebunan milik
masyarakat. Masyarakat di daerah sekitar Candi Borobudurpun mulai menyadari keunikan
dan kesederhanaan desa yang dapat menjadi ciri khas sebagai daya tarik wisata sehingga
setiap pemanfaatan desa menjadi desa wisata dilakukan dengan pembangunan seminimal
mungkin tanpa mengubah kondisi fisik desa secara keseluruhan.
Sedangkan untuk meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh wisatawan di Zona
I, maka Balai Konservasi Borobudur berusaha meningkatkan kesadaran wisatawan dengan
melengkapi Zona I dengan papan peraturan mengenai hal – hal yang dilarang dilakukan oleh
wisatawan, seperti dilarang merokok, dilarang memanjat batu candi, dilarang buang sampah
sembarangan, dilarang coret – coret batu candi, dan dilarang menduduki stupa candi. Untuk
memastikan tidak terjadinya pelanggaran oleh wisatawan maka Unit Taman Wisata Candi
Borobudur membantu dengan menempatkan beberapa petugas keamanan di Zona I yang
berpatroli setiap saat.
Pemanfaatan lahan di desa – desa daerah Candi Borobudur pada umumnya adalah
untuk pemukiman, pekarangan, persawahan dan perkebunan. Perubahan tata guna lahan yang
terjadi hanya sebatas perubahan dari pekarangan menjadi usaha baru seperti toko atau
homestay. Sedangkan lahan persawahan dan perkebunan tidak dibuka untuk dibangun
infrastruktur baru karena persawahan dan perkebunan dapat dijadikan salah satu wisata minat
khusus. Walau ada beberapa desa seperti Desa Ngrajek yang mengubah sebagian lahan
pertanian menjadi kolam ikan karena bertambahnya masyarakat yang menjadi pedagang.
Namun sama halnya dengan persawahan dan perkebunan, kolam ikan atau budidaya ikan
sering menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara.
Selain itu keanekaragaman hayati di daerah sekitar Candi Borobudur masih terjaga,
sebab budaya masyarakat yang sederhana sehingga walau banyak desa wisata yang
berkembang namun sedikit pembangunan infrastruktur yang merusak ekosistem. Selain itu,
walau sektor pariwisata mulai berkembang di desa – desa namun sektor pertanian masih
menjadi sektor unggulan. Sehingga produk pertanian yang ada bermacam – macam.
Contohnya untuk persawahan dan perkebunan, mereka memiliki berbagai jenis produk,
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
seperti padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan untuk peternakan ada ayam, bebek
dan ikan.
Lebih dari itu, masyarakat maupun wisatawan memperoleh akses kepada sumber daya
dengan mudah dan adanya praktek R3 (Reduce, Reuse, Recycle) yang dilakukan untuk
mengolah kotoran gajah menjadi pupuk kompos oleh masyarakat serta pengolahan sampah di
TPA menjadi gas metan sebagai alternatif dari LPG. Walau demikian, pada saat peak season
Obyek Wisata Candi Borobudur berpeluang membawa dampak lingkungan seperti
pencemaran udara akibat kendaraan bermotor yang datang serta polusi suara akibat sound
system yang digunakan saat Waisak melebihi tingkat 70 dBA (dBA adalah satuan ukur dalam
pengukuran tingkat kebisingan) sementara Kementerian Lingkungan melalui KEP-
48/MENLH/11/1996 telah membatasi tingkat kebisingan yang wajar adalah 60 dBA. Walau
tidak berpengaruh terhadap batu candi namun polusi suara dapat berdampak buruk terhadap
kesehatan manusia.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik
dalam penelitian ini adalah ketiga instansi yang berwenang di ketiga zona Candi Borobudur,
yaitu Balai Konservasi Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu
Boko serta Pemerintah Kabupaten Magelang telah menjalankan peran masing – masing
dengan baik dalam pengembangan berkelanjutan Obyek Wisata Candi Borobudur dengan
terpenuhinya seluruh indikator. Meskipun demikian, masih ada beberapa bagian yang perlu
dioptimalkan.
SARAN
Dari berbagai permasalahan yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya,
terdapat beberapa saran yang direkomendasikan oleh peneliti, yaitu:
1. Pihak Unit Taman Wisata Candi Borobudur bekerjasama dengan Pemerintah
Kabupaten Magelang dan berbagai pihak untuk meningkatkan promosi Wisata Candi
Borobudur dan obyek wisata alternatif di Kabupaten Magelang.
2. Pemerintah Kabupaten Magelang harus lebih giat membina masyarakat agar pola
hidup mereka berorientasi pariwisata sehingga minat masyarakat untuk
mengembangkan objek wisata alternatif meningkat. Objek wisata alternatif diperlukan
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
sebab Wisata Candi Borobudur tidak berkontribusi secara signifikan untuk PAD.
Objek wisata alternatif paling tepat di Kabupaten Magelang adalah agrowisata karena
masyarakat sudah memiliki keahlian dasar yang diperlukan yaitu bertani dan memiliki
beragam hasil panen, masyarakat hanya perlu dibina agar pertanian mereka dapat
dikelola dari segi kepariwisataan.
3. Pihak Unit Taman Wisata Candi Borobudur lebih memperhatikan kebutuhan para
guide dan membuka channel dengan pihak travel untuk mempermudah guide
memperoleh pelanggan.
4. Menambah variasi atraksi dan hiburan untuk anak – anak agar mereka tidak cepat
bosan. Walau Candi Borobudur merupakan objek wisata dengan sejarah yang panjang
namun terkadang anak – anak belum dapat menampilkan apresiasi mereka dan
menganggap Wisata Candi Borobudur membosankan.
5. Aspirasi masyarakat lebih dilibatkan dalam membuat keputusan karena yang paling
menerima dampak dari pengembangan Wisata Candi Borobudur bukan wisatawan
yang hanya berkunjung selama beberapa hari melainkan masyarakat yang tinggal di
sekitar Candi Borobudur secara full-time.
6. Pihak Unit Taman Wisata Candi Borobudur bekerjasama dengan Balai Konservasi
Borobudur dan Pemerintah Kabupaten Magelang untuk mengatasi dampak lingkungan
dari wisatawan dan event yang dilakukan pada saat peak season.
DAFTAR REFERENSI
Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya
United Nations Environment Programme. 2005. Making Tourism More Sustainable: A Guide for Policy Maker. Madrid: World Tourism Management.
Yayasan SPES. 1992. Pembangunan Berkelanjutan: Mencari Format Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. 2010. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010, Nomor 130. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168. Sekretariat Negara. Jakarta.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur.
Pengembangan Berkelanjutan ..., Akhmad Luqmanul Hakim, FISIP UI, 2016
Top Related