Pengelompokkan alat ukur
Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, tentunya kita memerlukan
instrument/alat yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang kita
butuhkan. Instrumen evaluasi hasil belajar yang disebut juga alat penilaian yang akan
digunakan, tergantung dari metode/teknik evaluasi yang dipakai, apakah teknik tes atau
teknik non tes. Apabila menggunakan teknik tes maka alat penilaiannya berupa tes ,
sedangkan teknik non-tes alat penilaiannya berupa macam-macam penilaian non-tes.
Setelah jelas tentang teknik evaluasi hasil belajar dan alat penilaian. Berikut ini akan
diuraikan prosedur penyusunan alat penilaian secara garis besar.
Prosedur yang perlu ditempuh untuk menyusun alat penialainya tes adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan bentuk tes yang akan disusun, yakni kegiatan yang
dilaksanakanevaluator untuk memilih dan menentukan bentuk tes yang akan disusun
dan digunakan sesuai dengan kebiutuha. Bentuk tes ada dua yakni tes objektif dan tes
esai(tes subjektif) berdasarkan bentuk pertanyaan yang ada dalam tes tersebut
(Arikunto,1990: 160 dan 163;Nurkancana,1986:27).
Yang dimaksud tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir soal yang
dapat dijawab dengan memilih salah satu alternative yang benar dari sejumlah
alternative yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa
perkataan atau symbol. Dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif
(Arikunto,1990:163; Nurkancana,1986:27). Bentuk tes objektif terdiri dari ;
- Tes benar-salah adalah tes yang butir-butir soalnya menghasruskan siswa
mwmpwrtimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau salah
(Bloom,1981:189).
- Tes pilihan berganda adalah tes yang butir-butir soalanya selalu terdiri dari dua
komponen utama: stemyang menghadap siswa kepada satu pernyataan langsung
atau sebuah pernyataan tak lengkap dan dua atau lebih jawaban yang satu lebih
benar dan sisanyua salah(sebagai pengecoh).(Bloom,1981:191)
- Siswa menjoodohkan adalah tes yang butir-butir soalnya tersdiri dari satu daftar
premis dan satu dafytar jawaban yang sesuai (Bloom,1981:190 Arikunto,1990:172;
Nurkancana,1986:40).
- Tes melengkapi merupakan tes yang butir-butir soalnya terdiri dari aklimat
pernyataan yang belum sempurna, diman siswa diminta untuk melengkapi kalimat
dengan satu atau beberapa kata pada titik-titik yang tersedia (Arikunto,1990:175;
Nurkancana,1986:36).
Secangkan tes surjektif/esai merupakan bentuk tes yang terdiri dari suatu
pernyataan atau perintah yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata yang relative panjang (Arikunto,1990:161; Nurkancana,1986:41-42).Ciri-ciri
pertanyaan atau perintah esai-esai diawali dengan kata-kata seperti jelaskan,
bagaimana, mengapa, bandingkan,jabarkan,kemukakan, dan yang lainnya. Bentuk tes
juga bisa dibagi menjadi jenis butir soal memberikan jawaban dan butir soal pilihan.
Jenis butir soal memberikan jawaban terdiri dari pertanyaan esai dan butir-soal jawaban
singkat . Sedangkan jenis buti soal pilihan terdiri dari butir soal betul-salah , butir soal
menjodohkan, dan butir soal pilihan ganda. (Bloom,1981:185-191). Untuk dapat
menentukan secara tepat bentuk tes yang akan disusun, evaluator perlu
mempertimbangkan karakteristik aspek-aspek sasaran evaluasi yang akan diatur.
2. Membuat kisi-kisi butir soal, yakni kegiatan yang dilaksanakan evaluator untuk
membuat suatu tabel yang memuat tentang perincian aspek isi dan aspek perilaku
beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki.
3. Menulis butir soal, yakni kegiatan yang dilaksanakan evaluator setelah membuat kisi-
kisi soal. Berdasarkan kisi-kisi soal inilah evaluator menulis soal deng memperhatikan
hal-hal berikut :
- Bahas yang digunakan sederhana dan mudah dipahami
- Tidak mnegndung penafsiran ganda atau membinggungkan
- petunjuk pengerjaan butir soal perlu diberikan untuk setiap bentuk soal, walaupun
sudah diberikan petunjuk umum
- Berdasarkan kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal tes hasil belajar
Untuk tiap-tiap soal memiliki kaidah-kaidah penulisan sendiri. Kaidah-kaidah penulisan
butir soal-benar-salah meliputi :
- Meyakinkan sepenuh ya bahwa butir soal tersebut dapat dipastikan benar atau salah
- Jangan menulis butir soal yang memindahkan satu kalimat secara harfiah dari teks
- Jangan menulis butir soal yang memperdayakan
- Menghindari pernyataan yang negatif
- Menghindari pernyataan berarti ganda
- Menggunakan suatu bentuk yang tepat
- Menghindari kata-kata kunci,seperti pada umumnya, semua, dan yang lain
- Menghindari jawaban benar yang berpola(Bloom,1981:189-190)
Sedangkan kaidah yang harus diperhatikan dalam penulisan soal pilihan ganda
meliputi :
- Pokok soal yang merupakan permasalahan hareus dirumuskan secara jelas
- Perumusan pokok soal dan alternative jawaban hendaknya merupakan pernytaan
yang diperlukan saja.
- Untuk soal satu hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar
- Pada pokok soal sedapat mungkin perumusan pernyataan yang bersifat negatif
- Alternatif jawaban sebaiknya logis dan pengecoh harus berfungsi
- Diusahakan agar tidak ada petunjukuntuk jawaban yang benar
- Diusahakan agar mencegah penggunaaan pilihan jawaban yang terakhir berbunyi
“semua pilihan jawaban diatas benar” atau “semua pilihan jawaban diats salah”
- Diusahakan agar pilihan jawaban homogeny, baik baik dari segi isi, maupun
panjang pendeknya pernyataan.
- Apabila pilihan jawaban berbentuk angka yang tekecil di atas dan terbesar dibawah
- Didalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang
bersifat tidak tentu, seperti seringkali,kadang-kadang,pada umumnya, dan yang
sejenis.
- Diusahakan agar jawaban butir soal yag satu tidak bergantung dari jawaban butir
soal yang lain.
- Dan merakit soal di usahakan agar jawaban yang benar (kunci jawaban) letaknya
tersebar di antara a,b,c, dan/atau yang lain ditentukan secara acak, sehingga tidak
terjadi pola jawaban tertentu. (Depdikbud,1985:21-28;Bloom,1981:196-198).
Adapun kaidah penulisan bentuk soal menjodohkan meliputi :
- Meyakinkan antara premis dan pilihan yang dijodohkan keduanya homogeny
- Menggunakan bnentuk yang cocok
- Dasar untuk menjodohkan setiap premis dan pilihan dibuat secara jelas
Bloom,1981:191)
Kaidah penulisan untuk bentuk soal melengkapi meliputi :
- Meyakinkan bahwa pernyataan dapat dijawab dengan kata atau penggalan kalimat
yang mudah atau yang khusus, dan hanya ada satu jawaban yang benar
- Menggunakan bnentuk yang cocok
- Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi
- Menghindari pemberian petunjuk kearah jawaban yang benar (Bloom,1981:188-
189).
Untuk penulisan bentuk soal esai perlu diperhatikan kaidah berikut :
- Meyakinkan bahwa pernyataan telah terarah
- Jangan memberikan izin atau memerintah peserta ujian untuk memilih di antara
beberapa pertanyaan esai yang akan merka jawab
- Terlebih dahulu memutuskan cara memberikan skor pada pertanyaan
esai(Bloom,1981:185-186)
4. Menata soal, yakni kegiatan terakhir dari penyudunan alat penilaian tes yang harus
dilaksanakan oleh evaluator berupa pengelompokan butir-butir soal berdasarkan bentuk
soal dan sekaligus melengkapi peteunjuk pengerjaannya.
TEKNIK TES
A. Teknik Tes
Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda
antara individu yang satu dengan individu yang lain. Tidak ada individu yang persis
sama , baik dari segi fisik maupun psikis.
Senada dengan adanya perbedaan individu itu, maka selalu perlu diciptakan alat
untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah yang
lazim disebut tes. Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka orang lain akan
berhasil mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis yang
berbeda- beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang lain,
maka kemudian timbul pula bermacam – macam tes.
1. Pengertian tes
Tes, testing, tester, dan testee memiliki pengertian yang berbeda. Tes adalah alat
atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Testing
berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian,
Tester adalah orang yang melaksanakan tes , atau pembuat tes, tau eksperimentor, yaitu
orang yang sedang melakukan percobaan(eksperimen) ; sedangkan testee ( mufrad) dan
testee jamak adalah pihak yang dikenai tes atau pihak yang sedaqng dikenai percobaan.
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anatasi dalam karya tulisnya berjudul
Psikological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai
standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara melluas, serta dapat betul – betul
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atu tingkah laku
individu.
Dari definisi – defini tersebut diatas sekiranya dapat dipahami bahwa dalam
dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam
rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan , yang berbentuk pemberian
tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan, atau perintah – perintah
oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi ; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai – nilai yang dicapai oleh testee
lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
2. Fungsi Tes
Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu
A. sebagai alat pengukur peserta didik . Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
B. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut
akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah
ditentukan, telah dapat dicapai.
3. Penggolongan Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan sebgai
berikut :
a. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau
kemajuan belajar peserta didik. Adapun dapat dibedakan menjadi 6 golongan yaitu :
1. Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk. Materi tes
pada tes seleksi ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan
yang akan diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya yaitu, menyeleksi atau melakukan
penyaringan, maka materi tes seleksi berdiri atas butir – butir soal yang cukup sulit.
Sebagai tindak lanjut dari tes seleksi maka para calon yang dipandang memiliki batas
persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan peserta tes yang lulus dan dapat
diterima sebagai siswa baru
2. Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pretest. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan
sebelum bahan pelajaran diberikan kepadapeserta didik .
Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan – bahan penting yang
seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum peljaran diberikan
kepada mereka. Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindakan selanjutnya adalah
a. Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai
dnegan baik oleh peserta didik maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal
itu tidak akan diajari lagi
b. Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta diidk baru sebagian saja, maka
diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta
didik.
3. Tes Akhir
Tes akhir dikenal dengan istilah postest. Tes akhir dilaksanakan dnegan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai dengan sebebaik – baiknya oleh para peserta didik.
Isi materi tes akhir ini adalah bahan – bahan pelajaran yang tergolong penting,
yang telah diajarkan kepada peserta didik dan biasanya naskah tes akhir dibuat sama
dengan naskah tes awal.Dengan demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil tes
akhir lebih baik atau lebih jelek daripada hasil tes awal.
4. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat,
jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Tes diagnostik bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan apakah
peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan
untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya.
Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan –
bahan tertentu biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa,tes ini dapat
dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
5. Tes formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui , sejauh
manakah peserta didik telah terbentuk setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu. Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahui hasil
tes formatif adalah jika :
a. Materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran
dilanjutkan dnegan pokok bahasan yang baru.
b. Jika ada bagian – bagian yang belum dikuasai maka sebelum dilanjutkan dengan
pokok bahasan yang baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian –
bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik. Dari uraian tersebut diatas maka
menjadi jelaslah bahwa tujuan dari tes formatif itu adalah untuk memperbaiki
tingkat penguasaan peserta didik dan sekaligus juga untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
6. Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah, tes ini dengan istilah “
Ulangan Umum” atau “ EBTA( Evaluasi Belajar Tahap Akhir)”, dimana hasilnya
digunakan untuk mengisi nilai rapor atau mengisi ijazah
( STTB) . Tes sumatif ini pada umumnya disusun oleh dasar materi pelajaran yang telah
diberikan selama satu caturwulan atau satu semester. Dengan demikian materi tes
sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes formatif.
Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama.
Butir – butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih
sulit atau lebih berat daripada butir – butir soal tes formatif.
Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang
melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu sehingga ditentukan :
a. Kedudukan dari masing – masing peserta didik di tengah- tengah kelompoknya.
b. Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pelajaran selanjutnya
( yang lebih tinggi),
c. Kemajuan peserta didik , untuk diinformasikan kepada pihak keluarga, petugas
bimbingan dan konseling , lembaga – lembaga pendidikan lainnya, atau pasaran
kerja, yang tertuang dalam bentuk rapor atau surat tanda tamat belajar.
b. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkap
Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak – tidak dapat
dibedakan menjadi lima golongan, yaitu :
1. Tes intelegensi (Intellegency test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengungkapkan atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2. Tes kemampuan (aplitude test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengungkapkan kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki
oleh testee.
3. Tes sikap ( altitude test) , yaitu salah satu jenis kata yang dipergunakan untuk
mengungkapkan predisposisi atau kecendrungan seseorang untuk melakukan
suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa indivisu –
individu maupun objek – objek tertentu.
4. Tes kepribadian (Personality test) , yakni tes yang dilaksanakan dnegan tujuan
mengungkap ciri – ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat
lahiriah seperti gaya bicara,cara berpakaian, nada suara,hobi atau kesenangan,
dan lain- lain.
5. Tes hasil belajar, yang sering dikenal dengan tes pencapaian(achievement test)
, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian
atau prestasi belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar dengan
didefinisikan sebagai cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan
penilaian hasil belajar,yang berbetuj tugas dan serangkaian tugas yang harus
dijawab , atau perintah – perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga
kegiatan dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku prestasi
belajar testee.
c. Penggolongan lain
Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Tes individual ( Individual test) , yakni tes dimana tester hanya berhadapan
dengan satu orang testee saja, dan
2. Tes Kelompok ( group test) , yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih
dari satu orang testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes , tes dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1. Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan
2. Speed test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni ;
1. Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon ( jawaban) yang tertuang
dalam bentuk kata – kata atau kalimat , baik secara lisan maupun secara tulisan,
dan
2. Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon ( jawaban) dari testee
bukan berupa ungkapan kata – kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan
atau gerakan(perbuatan tertentu).
Akhirnya bila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Tes Tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam
mengajukan butir – butir pertanyaan – pertanyaan atau soalnya dilakukan secara
tertulis dan testee memberikan jawabannya secara tertulis.
2. Tes lisan ( nonpencil and paper test) , yakni tes dimana tester di dalam mengajukan
pertanyaan – pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee
memberikan jawabannya secara lisan pula.
B. Teknik Non tes
Sebelumnya dikatakan bahwa kegiatan “mengukur” atau “melakukan
pengukuran” adalah merupakan kegiatan yang umum dilakukan dan tindakan yang
mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar. Kegiatan “ mengukur” itu
pada umumnya berbentuk tes dengan berbagai variasi. Dalam praktek teknik tes inilah
yang lebih sering dipergunakan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
Pernyataan di atas tidak harus diartikan bahwa teknik tes adalah satu – satunya
teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang
dapat dipergunakan yaitu teknik non tes. Dengan teknik non tes maka penilaian atau
evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “ menguji” peserta didik ,
melainkan dilakukan dengan pengamatan secara sistematis ( observation), melakukan
wawancara ( interview) , menyebarkan angket ( questionaire),dan memeriksa atau
meneliti dokumen – dokumen ( documentary analysis). Teknik non tes pada umumnya
memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik
dari segi ranah sikap hidup ( affective domain) dan ranah keterampilan ( psycomotoric
domain), sedangkan teknik tes sebagaimana telah dikemukakan sebelum ini lebih
banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses
berfikirnya ( cognitive domain).
1. Pengamatan ( observation )
Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan – bahan
keterangan ( = data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap phenomena – phenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah
laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur /
menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru
pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas , dsb.
Observasi dapat dilakukan baik secara partisipatif maupun non partisipatif serta
experimental (observasi yang dilakukan dalam situasi buatan/bentuk observasi yang
dilakukan dalam situasi yang wajar) pada observasi berpartisipasi observer (pendidik
yang melakukan penilaian) melibatkan diri ditengah-tengah kegiatan observee (peserta
ddik), sedangkan observasi non partisipasi, evaluator berada diluar sistem.
Jika observasi digunakan sebagai alat evaluasimaka harus diingat bahwa
pencatatan hasil observasi itu pada umumnya jauh lebih sukar daripada mencatat
jawaban dari peserta didik yang diberikan dalam tes, sebab respon yang diperoleh dalam
observasi berupa tingkah laku. Kesulitannya terjadi karena observer selaku evaluator
harus dengan secara cepat mencatatnya karena setiap tingkah laku peserta didik harus
dicatat untuk menilai makna dari tingkah laku tersebut.
Observasi yang dilakukan harus dilaksanakan secara matang, dikenal dengan
istilah observasi sistematis yaitu dilaksanakan dengan berlandaskan pada kerangka kerja
yang memuat faktor-faktor yang telah diatur katagorinya, isi dan luas materi juga
dibatasi, sehingga pengamatan dan pencatatan yang dilakukan bersifat selektif. Faktor-
faktor apa saja yang tercantum dalam pedoman observasi itulah yang diamati dan
dicatat. Pedoman observasi ini wujud kongkretnya adalah sebuah atau beberapa
formulir yang dimuat segi-segi, aspek-aspek, atau tingkah laku yang perlu diamati dan
dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan.
Dalam evaluasi hasil belajar dimana digunakan observasi non sistematis, yaitu
observasi dimana observer atau evaluator dalam melakukan pengamatan dan pencatatan
tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti, maka kegiatan observasi disisni semata-
mata hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.Contohnya, seorang guru
pendidikan agam islam dalam bulan ramadhan mengadakan observasipada satu atau
beberapa masjid, untuk mengetahui dan menilai keaktifan siswa-siswanya dalam
menjalankan ibadah dalam menjalankan sholat tarawih dan witir
Penilaian atau evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dengan melakukan
observasi itu disampinbg memiliki kebaikan juga terdapat kekurangan.Diantara segi
kebaikannya yaitu :
a. Data observasi itu diperoleh secara langsung dilapangan, yakni dengan melihat dan
mengamati kegiatan atau ekspresi peserta didiki dalam melakukan sesuatu
sheingga dengan demikian datanya bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek
kepribadian peserta didik menurut kenyataan
b. Data hasil observasi dapat mencangkup beberapa aspek kepribadian masing-
masing individu pesaerta didik. Jadi, pengolahannya tidak hanya menekan pada
satu aspek saja
Adapun kelemahannya yaitu :
a. Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan
dengan baik dan benar oleh para pengajar.Guru yang tidak atau kurang memiliki
kecakapan atau keterampilan dalam melakukan observasi, maka hasilnya menjadi
kurang dapat diyakini kebenarannya.Untuk menghasilkan data observasi yang baik
guru harus mampu membedakan antar : apa yang tersurat, dnegan apa yang tersirat.
b. Kepribadian atau persoanaliti dari observer ( evaluator) seringkali mewarnai
kedalam penilaian yang dilakukan dengan observasi. Pemikiran yang mungkin
melekat pada diri observer ( evaluator) dapat mengakibatkan sulit dipisahkannya
secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya
c. Data yang diperoleh dari observasi umumnya baru dapat mengungkap “kulit
luar”nya saja. Adapun apa saja yang terjadi dibalik hasil pengamatan itu belum
dapat diungkap secara tuntas hanya dengan melakukan observasi saja , karena itu
observasi harus didukung dnegan cara – cara lainnya misalnya dengan melakukan
wawancara.
2. Wawancara
Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan – bahan keterangan
yang dilaksanakan dnegan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak , berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara
yang sering dilakukan yaitu :
a. Wawancara terpimpin yang juga sering dikenal dnegan istilah wawancara
terstrktur
b. Wawanacara tidak terpimpin yang sering dikenal dnegan istilah wawancara
sederhana atau wawancara tidak sistematis atau wawancara bebas.
Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak yang
diperlukan; misalnya wawancara sengan peserta didik ,dll. Dalam rangka menghimpun
bahan – bahan dan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didik . wawancara ini
sudah dipersiapkan yaitu , dengan berpegang pada panduan wawancara yang butir –
butir itemnya terdiri dari hal – hal yang dipandang perlu guna mengungkap kebiasaan
hidup sehari – hari peserta didik,dsb. Diantara kelebihan yang dimiliki oleh wawancara
adalah , bahwa dengan melakukan wawancara, wawancara sebagai evaluator dapat
melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat
diperoleh hasil penilaian yang lengkap dan mendalam. Melalui wawancara, data dapat
diperoleh dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif; pertanyaan yang kurang jelas
dapat diulang dan sebaliknya, jawaban yang belum jelas dapat diminta lagi dnegan lebih
terarah dan lebih bermakna.
Wawancara dapat dilengkapi dnegan alat bantu berupa tape recorder ( alat
perekam suara) , sehingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan
lebih lengkap. Alat bantu perekam suara itu akan sangat membantu pewawancara delam
mengatagorikan dan menganalisis jawaban yang diberikan oleh peserta didik untuk
akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan
kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu.
Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini
pewawancara ( evaluator) dihadapkan pada kesulitan . Sebaiknya hasil wawancara itu
dicatat seketika. Mencatat hasil wawancara terpimpin tidaklah sulit, sebab pewawancara
sudah dilengkapi dnegan alat bantu berupa pedoman wawancar; sebaliknya mencatat
hasil wawancara bebas adalah jauh lebih sulit ,oleh karena itu pewawancara harus
terampil dalam mencatat pokok – pokok jawaban yang diberikan oleh narasumber.
3. Angket ( questionaire)
Angket ( questionaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
penilaian hasil belajar . Berbeda dengan wawancara , dengan menggunakan angket
pengukuran data sebagai hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga.
Hanya saja jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya apalagi jika pertanyaan – pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang
tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang
diperkirakan akan memberikan kepuasan kepada pihak penilai. Angket dapat diberikan
langsung kepada peserta didik , dapat pula diberikan kepada orang tua mereka.Pada
umumnya tujuan penggunaan angket dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk
memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Selain itu dimaksudkan untuk
memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program
pembelajaran.
Data yang dapat dihimpun dari kuisioner misalnya adalah data yang
berhubungan dengan kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam
mengikuti pelajaran , cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar,
motivasi dan minat belajar, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu ,
pandangan siswa terhadap proses belajar dan sikap mereka terhadap guru.
4. Pemeriksaan dokumen ( documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta
didik tanpa menguji ( teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen – dokumen misalnya dokumen yang
memuat informasi mengenai riwayat hidup ( auto biografi), sampai kapan dan dimana
peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak di dalam keluarga, sejak
kapan diterima sebagai siswa, darimana sekolah asalnya , apakah ia pernah tinggal
kelas, apakah ia pernah meraih juara kelas, apakah ia memiliki keterampilan khas,
pernah meraih penghargaan karena keterampilan yang dimilikinya, apakah yang
bersangkutan pernah menderita penyakit serius, berapa lama dirawat dirumah sakit, dan
sebagainya.
Berbagai informasi mengenai peserta didik , orang tua maupun lingkungannya
bukan tidak mungkin pada saat – saat tertentu diperlukan sebagai pelengkap dalam
melakukan evaluasi belajar. Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa dalam
rangka evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata – mata dilakukan
dengan menggunakan alat berupa tes hasil belajar. Teknik – teknik nontes juga
menempati kedudukan penting dalam rangka evaluasi belajar, lebih – lebih evaluasi
yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap
guru, minatnya, bakatnya, tingkahlakunya, dan sikapnya, serta lainnya, kesemuanya itu
tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengukurnya.