1
PENGARUH ROA, DPK, INFLASI DAN BI RATE TERHADAP MARGIN
PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
DiajukankepadaFakultasEkonomidanBisnis
UntukMemenuhiPersyaratanMeraihGelarSarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
Rilo Wahyudi
NIM:1113085000049
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Rilo Wahyudi
Alamat :Jl. H. Ilyas RT 004/03 No.39, Rempoa, Ciputat
Timur, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia.
Telepon : 08978336924
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Oktober 1995
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
SD SDN Cempaka Putih Tangerang
Selatan 2002 2007
SMP SMP Muhammadiyah 8 Jakarta 2007 2010
SMA SMA Negeri 108 Jakarta 2010 2013
Perguruan
Tinggi
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Tangerang
Selatan 2013 2017
vi
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/ Institusi Tahun
Wakil Ketua Rukun Remaja RT 004 RW 03 2012-2017
Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbankan
Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2015
Koordinator Biro Project Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2015-2016
D. KEMAMPUAN
Mampu bekerja secara tim maupun individu
Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Wors, Excel dan Powerpoint)
Mampu berkomunikasi dengan baik
E. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Basirin
Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 25 Mei 1968
Pendidikan Terakhir : SMA
Ibu : Surani
Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 5 November 1971
Pendidikan Terakhir : SD
vii
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the effects of Return On Assets (ROA),
third party funds, inflation and BI rate on margin rate of murabaha. This study
took sample from five of the sharia banking in Indonesia in a span of January
2012 until December 2015. The study is using the method of analysis on the regression
panel data by using program Eviews 9.0.This study using panel data regression
methods to test the hyphothesis. With the Fixed Effect Model (FEM) method.
The result show that according parcial third parti fundspositive significant
influence to margin murabaha wtih the sig. 0.0170<0.005. BI rate positive significant
influence to margin murabaha wtih the sig. 0.0099<0.005. Return On Asset (ROA) not
influence to margin murabaha wtih the sig. 0.2499>0.005. Inflationnot influence to margin murabaha wtih the sig. 0.0821>0.005. The result show that according simultan
ROA, third parti funds, inflation and BI rate significant influence to margin murabaha
wtih the sig. 0.00000<0.005.
Key words : FEM, Return On Asset (ROA), third parti funds, inflation, BI rate,
margin of murabaha.
viii
ABSTRAK
Skripsi ini membahas berbagai variabel yang memiliki pengaruh terhadap
margin pembiayaan murabahah perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini
mengambil sampel penelitian lima bank umum syariah di Indonesia dalam rentang
waktu penelitian mulai dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan
menggunakan program komputer Eviews (Software) versi 9.0. Margin Murabahah
sebagai variabel dependen, sedangkan ROA, DPK, Inflasi dan BI rate sebagai
variabel independen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi panel data
dengan pendekatan fixed effect.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel DPKberpengaruh
secara positif signifikan terhadap margin murabahah dengan nilai sig.
0.0170<0.005. BI rate berpengaruh positif signifikan terhadap margin murabahah
dengan nilai sig.0.0099<0.005. Return On Asset (ROA) tidak memiliki pengaruh
terhadap margin murabahah dengan nilai sig. 0.2499>0.005. Inflasi tidak memiliki
pengaruh terhadap margin murabahah dengan nilai sig. 0.0821>0.005. Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel ROA,
DPK, Inflasi dan BI rate berpengaruh terhadap margin murabahah dengan nilai
sig. 0.00000.
Kata kunci : FEM, Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi,
BI rate, margin murabahah.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan segala
nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI rateTerhadap
Margin Pembiayaan Murababah Perbankan Syariah di Indonesia” dengan baik.
Shalawat serta salah penulis haturkan kepada Nabi Muhammad salllallahu alaihi
wassalam yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbinagan dan bantuan serta
semangat dan doa dari semua orang disekeliling penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya izinkanlah penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Bapak Basirin dan Ibu Surani yang selalu memberikan
dukungan, motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yng sangat berharga selama perkuliahan
3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyelesaian penulisan
skripsi hingga skripsi ini selesai.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti
dalam penyelesaian perkuliahan strata satu ini.
5. Ibu Erika Amelia, SEI., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis selama perkuliahan serta
jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.
x
7. Teman-teman Perbankan Syariah 2013 yang sudah menenami dan selalu
memberikan motivasi selama kuliah, especially for my beloved Ajeng Kurnia
Rahmawatiningrum yang selalu menemani dikala letih dan lara.
8. Teman-teman HMJ Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Teman-teman BEM FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabat-sahabati KOMFEIS yang selalu memberikan banyak pembelajaran
berorganisasi sekaligus berkeluarga.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Jakarta, Mei 2017
Rilo Wahyudi
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIAN SKRIPSI ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 13
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 14
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 16
A. Struktur Modal ...................................................................................... 16
B. Pembiayaan............................................................................................ 17
C. Pembiayaan Murabahah ........................................................................ 21
D. Return On Asset (ROA) ........................................................................ 42
E. Dana Pihak Ketiga (DPK) ..................................................................... 44
F. Inflasi ..................................................................................................... 46
xii
G. BI rate ................................................................................................... 50
H. Penelitian Sebelumnya .......................................................................... 52
I. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 61
J. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................... 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 67
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 67
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................... 67
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 70
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 71
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 86
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 88
A.Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 88
B. Deskripsi Data ....................................................................................... 98
C. Analisis Dan Pembahasan ................................................................... 112
D. Analisis Hasil Estimasi Regresi .......................................................... 116
E. Analisis Model Regresi Data Panel ..................................................... 120
F. Persamaan Model Regresi Setiap Bank ............................................... 122
G. Interpretasi ........................................................................................... 124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 131
A. Kesimpulan ......................................................................................... 131
B. Saran .................................................................................................... 133
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 135
LAMPIRAN ........................................................................................................ 140
xiii
DAFTAR TABEL
1.1 Persentase Margin Murabahah Bank Umum Syariah ....................................... 6
2.1 Margin Keuntungan Annuitas .......................................................................... 39
2.2 Margin Keuntungan Rata-rata .......................................................................... 40
2.3 Margin Keuntungan Menurun .......................................................................... 41
2.4 Margin Keuntungan Flat .................................................................................. 42
2.5 Klasifikasi Tingkat ROA Menurut BI .............................................................. 43
2.6 Tingkat Inflasi .................................................................................................. 50
2.7 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................................... 56
3.1 Bank Umum Syariah di Indonesia ................................................................... 69
3.2 Daftar Sampel Penelitian.................................................................................. 70
4.1 Pendapatan Margin Murabahah Objek Penelitian............................................ 99
4.2 Return On Asset (ROA) Objek Penelitian ...................................................... 102
4.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Objek Penelitian .................................................. 105
4.4 Tingkat Inflasi Indonesia................................................................................ 107
4.5 Tingkat BI rate ............................................................................................... 109
4.6 Statistik Deskriptif Antar Variabel ................................................................ 111
4.7 Statistik Deskriptif Antar Variabel Objek Penelitian ..................................... 111
4.8 Regresi Data Panel: Pooled Least Square (PLS) ........................................... 113
4.9 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM) ............................................ 114
4.10 Uji Chow ...................................................................................................... 114
4.11 Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM) ...................................... 115
4.12 Uji Hausman ................................................................................................ 115
4.13 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM)........................................ 117
4.14 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM)........................................ 120
4.15 Model Regresi Setiap Bank .......................................................................... 122
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Murabahah dengan Pesanan ............................................................................. 33
2.2 Murabahah Tanpa Pesanan .............................................................................. 33
2.3 Pembayaran Cicilan ......................................................................................... 34
2.4 Pembayaran Tunai ............................................................................................ 34
2.5 Skema Murabahah ............................................................................................ 35
2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................................ 61
xv
DAFTAR GRAFIK
1.1 Total Aset Perbankan Syariah ............................................................................ 3
1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah ......................................................................... 4
1.3 Pergerakan ROA dan Margin Murabahah Bank Umum Syariah ...................... 7
1.4 Pergerakan Margin Murabahah, Inflasi dan BI rate ........................................ 11
4.1 Rata-rata Pendapatan Margin Murabahah Objek Penelitian .......................... 100
4.2 Rata-rata ROA Objek Penelitian .................................................................... 103
4.3 Rata-rata DPK Objek Penelitian ................................................................... 106
4.4 Tingkat Inflasi Indonesia................................................................................ 108
4.5 Tingkat BI rate ............................................................................................... 110
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Model Pooled Least Square (PLS) .................................................. 140
Lampiran 2: Model Fixed Effect Model (FEM) ................................................... 142
Lampiran 3: Uji Chow ......................................................................................... 144
Lampiran 4: Model Random Effect Model (REM) .............................................. 146
Lampiran 5: Uji Hausman .................................................................................... 148
Lampiran 6: Data Variabel Penelitian .................................................................. 150
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi
bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti
menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk
keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak
zaman Rasulullah Saw. Ada sahabat yang melaksanakan fungsi pinjam-meminjam
uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang dan ada pula yang
memberikan modal kerja (Karim, 2013).
Fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit,
menyalurkan dana dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam. Jelas di zaman Rasulullahh Saw. fungsi
perbankan telah dilakukan, meskipun tidak sepenuhnya melaksanakan seluruh
fungsi perbankan yang ada seperti saat ini (Karim, 2013).
Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang beroperasi tidak ubahnya
sama seperti perusahaan lainnya, yaitu tujuannya mencari keuntungan. Dalam
perjalanannya, bank telah berkembang dan dapat dikategorikan menjadi 2
golongan besar, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional
merupakan bank yang menjalankan usahanya atau operasionalnya dengan sistim
bunga, sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan usahanya atau
operasionalnya berdasarkan syariat Islam yang tidak mengenal adanya istilah riba
2
atau bunga (Supriyono, 2010). Sedangkan menurut Karim (2004) bank syariah
merupakan suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima
pinjaman, memberikan pinjaman dan memberikan pelayanan jasa yang
berlandaskan pada prinsip syariah Islam.
Di Indonesia sendiri perbankan syariah mulai diperkenalkan pada tahun 1992,
pemerintah mulai memperkenalkan sistim pebankan ganda dimana bank dapat
beroperasi dengan prinsip bagi hasil atau menggunakan prinsip bunga secara
berdampingan, hal tersebut tertuang pada Undang-Undang Perbankan No. 7
Tahun 1992, tentang dual banking system.
Penerapan sistem keuangan dan perbankan ganda mulai lebih terarah
semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan baru No. 10 Tahun 1998.
Semenjak itu, bermunculan lembaga-lembaga keuangan syariah yang beroperasi
berdampingan dengan lembaga keuangan konvensional. Seperti halnya di
Malaysia, lembaga keuangan syariah di Indonesia tumbuh menjadi lembaga
keuangan alternatif bagi masyarakat yang menginginkan pelayanan jasa keuangan
yang sesuai dengan prinsip syariah, sekaligus menjadi pesaing langsung lembaga
keuangan konvensional dalam produk dan jasa yang ditawarkan (Ascarya, 2006).
Perkembangan bank syariah di Indonesia kini telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak dilikuidasi
karena kegagalan sistem bunganya, sementara perbankan yang menerapkan sistem
syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Tidak hanya itu, ditengah-tengah
krisis keuangan global yang melanda dunia pada ujung akhir tahun 2008, lembaga
3
49.566.1
97.5
145.4
195
242.2
272.3296.2 305.5
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2104 2015 Jul-16
Total Aset
keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis (Hasan,
2014).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga dapat dilihat dari total
aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terus mngalami
peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada grafik 1.1 yang
menunjukkan perkembangan total aset gabungan dari Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah pada tahun 2008-2016. Menurut Statistik Perbankan Syariah
(SPS) yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Juli
2016 total aset perbankan syariah telah mencapai 305,5 triliun rupiah.
Grafik 1.1
Total Aset Perbankan Syariah Tahun 2008 – Juli 2016
(dalam triliun rupiah)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah
Mencermati perkembangan perbankan syariah di Indonesia sekilas memang
cukup membanggakan. Namun, jika dibandingkan dengan bank konvensional,
perkembangan bank syariah hingga saat ini masih kurang menunjukkan
pertumbuhan yang menggembirakan. Disamping itu, praktek perbankan syriah
saat ini masih sangat didominasi oleh pembiayaan murabahah.
4
Produk penyaluran dana (Pembiayaan) pada bank syariah dapat dikategorikan
menjadi tiga prinsip, yaitu prinsip jual-beli dengan akad murabahah, salam dan
istishna, prinsip bagi-hasil dengan akad mudharabah dan musyarakahdan prinsip
sewa dengan akad ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT) (Karim, 2013).
Beragamnya pembiayaan yang ditawarkan tidak menjadikan setiap
pembiayaan tersebut laku di pasaran, realitanya hanya tiga jenis pembiayaan yang
paling sering dilakukan oleh bank syariah, yaitu pembiayaan murabahah,
musyarakah dan mudharabah. Namun, dari ketiga pembiayaan tersebut
pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang paling populer. Murabahah
selalu mendominasi portofolio dari setiap laporan keuangan Bank Umum Syariah
setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada grafik 1.2 yang menunjukkan
mendominasinya pembiayaan murabahah dalam 3 tahun terakhir.
Grafik 1.2
Pembiayaan Perbankan Syariah Tahun 2014 - 2016
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah
Volume pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam rentan
waktu 3 tahun terakhir mencapai 632 triliun rupiah, dengan porsi 365.1 triliun
disalurkan pada murabahah, 175.7 triliun pada musyarakah dan 43,9 triliun pada
mudharabah, sementara 47.3 triliun pada pembiayaan lain.
Murabahah58%Musyarakah
28%
Mudharabah7%
pembiayaan lain7%
5
Transaksi yang paling banyak dilakukan oleh bank syariah saat ini adalah
murabahah, bahkan BPR Syariah hampir seluruh transaksinya adalah murabahah.
Salah satu alasannya adalah dalam murabahah ini risiko bagi bank syariah lebih
kecil (Wiroso, 2011). Hal tersebut membuat akad murabahah menjadi akad yang
paling banyak dipilih bank syariah dalam pembiayaan dan dipilih nasabah dalam
memakai jasa bank syariah.Mendominasinya pembiayaan murabahah
dikarenakanproduk ini tergolong Natural Certainty Contract (NCC) dimana cash
flow dan waktu pembiayaan sudah ditetapkan dan ditentukan sejak awal kontrak
yang memungkinkan tidak banyak timbulnya risiko yang akan diderita oleh pihak
bank dan nasabah selama pembiayaan berjalan (Karim, 2013).
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Karim,
2004). Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan murabahah diambil oleh bank
syariah melalui margin pada setiap pembiayaan murabahah yang
dilakukan(Nurhayati dan Wasilah, 2013).
Secara sederhana nilai margin dapat diketahui melalui biaya yang telah
dikeluarkan (cost recovery), cost recovery bisa didekati dengan membagi proyeksi
jumlah biaya operasional bank dengan target volume pembiayaan murabahah.
Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah dengan
keuntungan yang diinginkan bank. Keuntungan yang diinginkan bank inilah yang
banyak menuai kritikan, karena dalam prakteknya keuntungan yang diinginkan
6
atas margin yang diberikan mengacu pada suku bunga pasar yang berlaku dalam
hal ini adalah BI rate, sementara bank syariah merupakan bank yang dalam
teorinya tidak mengenal adanya istilah bunga atau riba.
Penetapan margin keuntungan pembiayaan ditetapkan atas rekomendasi dari tim
ALCO (Asset Liabilities Committe) bank syariah (Karim, 2013). tabel 1.1 menyajikan
rata-rata margin yang diberikan kepada para nasabah pembiayaan murabahah oleh
Bank Umum Syariah dalam enam tahun terakhir.
Tabel 1.1
Persentase Margin Murabahah Bank Umum Syariah
Tahun Persentase Margin
Murabahah
2010 15.32%
2011 14.72%
2012 13.69%
2013 13.18%
2014 13.68%
2015 13.37%
Juli 2016 12.92%
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah
Rata-rata margin murabahah yang diberikan oleh bank syariah sangat
fluktuatif dan tidak menentu, hal tersebut yang menjadikan margin pembiayaan
murabahah ini menarik untuk diteliti. Belum adanya aturan syariah yang
mengatur tentang penentuan margin murabahah menjadikan bank-bank syariah
berlomba-lomba dalam memberikan margin murabahah yang ideal kepada para
nasabah. Hal tersebut dilakukan karena telah terbukti bahwa pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan yang paling diandalkan oleh bank-bank
syariah dalam mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keputusan manajemen perusahaan
perbankan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat
7
dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank. Sementara
faktor eksternal bank (faktor yang berasal dari luar perusahaan), meliputi
kebijakan moneter, fluktuasi nilai tukar, tingkat inflasi, volatilitas tingkat bunga
dan inovasi instrument keuangan (Siamat, 2005).
Penelitian ini akan mencari faktor-faktor apa saja yang menentukan besar
atau kecilnya margin murabahah yang diberikan oleh bank syariah kepada
nasabah, faktor-faktor tersebut merupakan faktor internal dan eksternal bank.
Faktor internal bank terdiri dari rasio Return On Asset (ROA) dan Jumlah Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun. Serta faktor eksternal bank yang terdiri dari
inflasi dan BI rate.
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)
setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau
total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan
dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran
keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah
perusahaan (Astuti, 2004).
Grafik 1.3
Pergerakan ROA dan Margin BUS Tahun 2013 – Juli 2016
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah
13.18% 13.68% 13.37% 12.92%
1.43%0.41% 0.49% 0.63%
2013 2014 2015 2016
Margin
ROA
8
Rasio ROA yang baik mencerminkan manajemen yang efektif dalam
menggunakan aktiva yang dimiliki bank, dan untuk mewujudkannya pihak
manajemen harus cermat dalam setiap kegiatan usaha bank, termasuk dalam
menentukan margin untuk pembiayaan murabahah, laba yang diproduksi oleh
bank-bank syariah mayoritas datang dari pembiayaan murabahah melalui
marginnya.. ROA merupakan cerminan laba yang dicetak oleh bank, maka
semakin tinggi ROA semakin tinggi pula margin murabahah yang dicetak. Akan
tetapi dari grafik 1.3 tidak terlihat pergerakan yang sejalan antara ROA dengan
margin murabahah, dimana setiap tahunnya pergerakan dua variabel tersebut
selalu tidak sejalan. Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih (2010),
menemukan bahwa Return on Asset (ROA) secara signifikan mempengaruhi
margin murabahah.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahcmad Nurdany menemukan bahwa besar
kecilnya margin murabahah dipengaruhi oleh rasio Return On Asset (ROA) yang
dimiliki bank, rasio ROA yang baik akan membuat ekspektasi masyarakat
terhadap suatu bank menjadi tinggi, rasio ROA yang baik menyebabkan keinginan
masyarakat untuk bertransaksi dengan bank semakin meningkat (Nurdany, 2012).
Faktor internal lain yang dapat mempengaruhi margin murabahah adalah
Dana Pihak Ketiga (DPK), dalam perbankan syariah DPK dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Bank berkewajiban untuk menjaga kelikuiditasan dana ini
dan berkewajiban untuk memberi insentif atau bonus kepada para pemilik dana.
Semakin kompetitifnya dunia perbankan, insentif atau bonus dapat diberikan
sesuai kebijakan dari bank syariah yang bersangkutan (Hasan, 2014).
9
Pembiayaan murabahah merupakan produk yang ideal bagi bank syariah
dalam menyalurkan DPK, disamping risiko yang kecil, bank syariah juga harus
menjaga kelikuiditasan dana ini, karena dana ini dapat diambil kapan saja oleh
pemilik dana. Semakin banyak Dana Pihak Ketiga yang terhimpun, semakin besar
pula kewajiban bank dalam memberi nisbah bagi hasil. Nisbah bagi hasil yang
dibagikan kepada pemilik dana diperoleh dari laba daari setiap kegiatan usaha,
termasuk pembiayaan murabahah melalui marginnya. Oleh karena itu, dalam
menetapkan margin yang diberikan, manajemen bank harus memperhatikan DPK
yang telah terhimpun. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, DPK yang
disalurkan ke dalam bentuk pembiayaan hampir 57% disalurkan dalam bentuk
pembiayaan murabahah, untuk menjaga kelikuiditasan dana dan jatuh tempo
maka margin yang ditetapkan harus memperhatikan jumlah DPK yang ada.
(Rahma, 2016) dalam penelitian yang dilakukannya menemukan bahwa Dana
Pihak Ketiga berpengaruh secara parsial terhadap margin murabahah.
Selain faktor internal bank faktor eksternal bank juga dapat mempengaruhi
margin murabahah yang diinginkan, faktor eksternal tersebut yaitu inflasi dan BI
rate. Semakin tinggi inflasi semakin mahal juga komoditas yang diperjual-
belikan. Dalam pembiayaan murabahah, komoditas yang mahal menyebabkan
harga beli atas komoditas tersebut menjadi mahal dan bank syariah juga akan
menjual komoditas tersebut dengan harga jual yang tinggi pula kepada nasabah.
Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi yang secara umum disebabkan
oleh tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentuan
harga, pencetakan uang dan sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki
10
oleh masyarakat (Putong, 2003). Pendapatan masyarakat yang rendah serta harga
barang-barang yang tinngi akan mengurangi margin yang didapatkan oleh bank
melalui murabahah, karena inflasi yang tinngi menyebabkan daya beli masyarakat
berkurang.
Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional perusahaan
yang dalam hal ini keputusan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
kinerja keuangan perbankan termasuk margin murabahah yang
diberikan.Penelitian yang dilakukan oleh (Satya, 2013), menemukan signifikansi
antara inflasi terhadap margin murabahah.
Tidak adanya aturan dalam menentukan margin murabahah, membuat bank
syariah di Indonesia menjadikan BI rate menjadi rujukan dalam menentukan
margin murabahah(Arumdhani, 2011). Alasan utamanya adalah demi persaingan
usaha dengan bank-bank lain. Karena dalam pembiayaan murabahah pembayaran
angsuran bersifat fixed sampai akad berakhir, jika dalam periode akad ternyata BI
rate melonjak naik maka bank akan mengalami kerugian usaha. Jadi bank-bank
syariah di Indonesia menjadikan BI rate sebagai rujukan dalam menetapkan
margin, meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan teori bahwa bank syariah tidak
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (BI rate). Hal ini didukung oleh penelitian
(Fakhrina, 2015) yang menemukan signifikasi antara BI rate dengan margin
murabahah.
BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh
bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi
sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter (Puspopranoto, 2004). Sedangkan
11
menurut kamus bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Pergerakan margin murabahah, inflasi dan BI rate dapat dilihat pada Grafik
1.4 yang akan menunjukkan pergerakan antara tingkat margin murabahah, inflasi
dan BI rate di waktu yang sama.
Grafik 1.4
Pergerakan Margin Murabahah, Inflasi dan BI rate
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, data diolah
Grafik 1.4 menunjukkan betapa fluktuatifnya ketiga variabel tersebut, namun
yang perlu dicermati adalah pergerakan yang sama antara margin murabahah dan
BI rate di setiap tahunnya, sementara inflasi tidak selalu sejalan pergerakannya
dengan margin murabahah karena hanya pada tahun 2015 dimana margin dan
inflasi mengalami pergerakan menurun secara bersama.
Telah banyak studi yang meneliti tentang faktor apa saja yang mempengaruhi
margin pembiayaan murabahah, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
(Rahma, 2016) dimana ia menggunakan ROA, biaya overhead, volume
pembiayaan dan bagi hasil DPK sebagai variabel, ia menemukan hanya variabel
bagi hasil DPK yang berpengaruh terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan
2013 2014 2015 Jul-16
Margin 13.18% 15.43% 13.36% 12.98%
Inflasi 8.38% 8.36% 3.35% 1.74%
BI rate 7.50% 7.75% 7.50% 6.50%
13.18%15.43%
13.36% 12.98%
8.38% 8.36%
3.35%1.74%7.50% 7.75%
7.50% 6.50%
12
dengan (Zaenuri, 2012) dimana ia menemukan signifikansi antara DPK terhadap
margin murabahah. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian (Izzuddin,
2013) dimana ia tidak menemukan signifikansi antara DPK terhadap margin
murabahah. Penelitian yang dilakukan (Pisol dkk, 2012) pada bank syariah di
Malaysia menemukan bahwa dalam menentukan margin keuntungan bank akan
memperhatikan dana yang terhimpun.
Di sisi lain (Nurdany, 2012) mencoba menggunakan variabel rasio keuangan
seperti ROA, ROE, Net Core Operatinal Margin (NCOM), Operational
Efficiency Ratio (OER) untuk mencari pengaruh terhadap pendapatan margin
murabahah, ia menemukan ROA, ROE dan NCOM berpengaruh secara parsial
namun variabel OER tidak berpengaruh. Hal ini sejalan dengan penelitian
(Purwaningsih, 2010) yang menemukan signifikansi antara ROA terhadap margin
murabahah. Namun tidak sejalan dengan (Rahma, 2016). Lin Purwaningsih dalam
penelitiannya selain menggunakan variabel ROA ia juga menggunakan variabel
Biaya operasional, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan suku bungapinjaman bank
konvensional dan target laba. Secara keseluruhan hanya variabel target laba yang
tidak berpengaruhh terhadap margin murabahah.
Kenda Satya dalam penelitiannya menggunakan variabel lain seperti FDR,
BOPO, Inflasi dan tingkat suku bunga (Satya, 2013). Ia menemukan hanya
variabel inflasi dan FDR yang berpengaruh terhadap margin murabahah, hal ini
tidak sejalan dengan penelitian (Zaenuri, 2012) yang menemukan signifikansi
antara BI rate terhadap margin murabahah dan tidak menemukan signifikansi
antara inflasi dengan margin murabahah. Hal tersebut juga tidak sejalan dengan
13
(Fakhrina, 2015) dan (Sari, 2012) yang menemukan pengaruh antara BI rate
dengan margin murabahah. Penelitian yang dilakukan pada bank syariah di Iran
dan Malaysia oleh (Zandi dan Arriffin, 2012) menemukan bahwa dalam
menentukan tingkat margin keuntungan bank syariah di Iran dan Malaysia masih
merujuk pada tingkat suku bunga yang berlaku.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan meneliti lebih lanjut dalam
bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI Rate
Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
mengemukakan beberapa rumusan masalah penelitian, diantaranya adalah:
1. Bagaimana ROA secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah
Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. Bagaimana DPK secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah
Bank Umum Syariah di Indonesia?
3. Bagaimana Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah
Bank Umum Syariah di Indonesia?
4. Bagaimana BI rate secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah
Bank Umum Syariah di Indonesia?
5. Apakah ROA, DPK, Inflasi dan BI rate secara simultan berpengaruh terhadap
margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia?
14
6. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi margin murabahah
Bank Umum Syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar ROA berpengaruh secara
parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besarDPK berpengaruh secara
parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besarInflasi berpengaruh secara
parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
4. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar BI rate berpengaruh
secara parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
5. Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar ROA, DPK, Inflasi dan
BI rate berpengaruh secara simultan terrhadap margin pembiayaan
murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
6. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi
margin muranahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
15
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendapatkan
pengalaman serta wawasan yang lebih mengenai perbankan syariah terutama
pembiayaan murabahah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menginterpretasikan
pengetahuan-pengetahuan serta teori-teori yang telah di pelajari dari bangku
kuliah dan prakteknya untuk bisa diimplementasikan di kehidupan. Penelitian ini
juga diperuntukkan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1
(S1).
2. Bagi Dunia Akademik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peserta didik di
bangku kuliah untuk kepentingan kegiatan belajar mengajar dan juga bagi peneliti
selanjutnya dengan tema yang sama.
3. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini juga sangat berguna untuk dijadikan bahan pertimbangan
Bank Umum Syariah di Indonesia dalam melakukan pembiayaan murabahah.
Penelitian ini juga berguna bagi bank syariah untuk dijadikan sarana informasi
sebagai pengambilan keputusan investasi melalui pembiayaan murabahah.
4. Bagi Nasabah
Penelitian ini dapat dijadikan sarana informasi bagi para nasabah bank
syariah dalam melakukan pembiayaan murabahah. Dengan informasi yang ada
para nasabah dapat memilih pembiayaan murabahah yang ideal dan kapan waktu
yang tepat dalam melakukan pembiayaan tersebut.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Struktur Modal
Capital structure atau struktur modal menurut (Brigham dan Gapenski),
merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan
belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan
menerbitkan saham (Rodoni dan Ali, 2014).
Weston dan Copeland (2005) mengatakan bahwa struktur modal adalah
pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan
modal pemegang saham. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1992) struktur
modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara
utang jangka panjang dengan modal sendiri (Rodoni dan Ali, 2014).
Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan
belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau
paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua
sumber utama, yaitu berasal dari internal dan eksternal perusahaan (Rodoni dan
Ali, 2014).
Struktur modal terbagi pada dua bagian penting, Capital structure (struktur
modal) terdiri dari debt dan equity. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai
penjumlahan nilai dari utang dan ekuitas perusahaan (Rodoni dan Ali, 2014).
Untuk mencari nilai perusahaan kita dapat mencarinya dengan rumus sebagai
berikut:
17
V = B + S
Di mana:
V = nilai perusahaan
B = nilai pasar bond (obligasi)
S = nilai pasar stock (saham)
Menurut (Rodoni dan Ali, 2014), permasalahan dalam struktur modal adalah
bagaimana agar perusahaan dapat memadukan komposisi dana permanen yang
digunakan dengan mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya modal
perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham. Jika perpaduan tersebut dapat
dilakukan maka komposisi sumber pembiayaan yang optimal akan terbentuk.
B. Pembiayaan
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio, 2009). Sementara
menurut (Muhammad, 2011), secara luas pembiayaan dapat diartikan sebagai
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
Menurut (Sumiyanto, 2008), pembiayaan adalah aktivitas menyalurkan dana
yang terkumpul kepada anggota pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan
dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif, menguntungkan dan dikelola
oleh anggota yang jujur dan bertanggung jawab. Sementara menurut (Wiroso,
2011) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
18
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
Rivai dan Veithzal mengatakan bahwa pembiayaan adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan
kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga keuangan dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu (Rivai dan Veithzal, 2008).
Kredit dalam sistem perbankan Islam lebih diartikan dengan pembiayaan.
Dalam sistem pembiayaan ini terdapat beberapa konsep yang diterapkan oleh
bank syariah dalam memberikan modal ataupun kredit bagi nasabah perbankan,
antara lain dengan menggunakan sistem kerjasama atau bagi hasil, sistem
pemberian barang modal dan sistem pemberian barang konsumtif. Kesemuanya
itu menggunakan akad yang disesuaikan dengan akad yang ada dalam hukum fiqh
Islam (Hasan, 2014).
Menururt (Karim, 2013) ,dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara
garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual-beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu
penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:
19
a. Pembiayaan Murabahah
Murabahah (al-bai’bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.
Murabahah, yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-
beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli
bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).
b. Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara
pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara
nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun
dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang
harus ditentukan secara pasti.
c. Pembiayaan Istishna’
Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
2. Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual-beli, tapi perbedaannya terletak pada
objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang, pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.
20
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang pada nasabah,
karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiya bittamlik (sewa
yang diikuti dengan perpindahannya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual
disepakati pada awal perjanjian.
3. Prinsip Bagi-Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi-hasil adalah
sebagai berikut:
a. Pembiayaan Musyarakah
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja
sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-
sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun tidak berwujud.
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua belah pihak atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi
100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian mudharib.
4. Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga
akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,
tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.
21
a. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan
modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
b. Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali
kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
c. Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya
dalam empat hal, yaitu: sebagai pinjaman talangan haji, sebagai pinjaman
tunai dari produk kartu kredit, sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dan
sebagai pinjaman kepada pengurus bank.
d. Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan tertentu,
seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.
e. Kafalah (Garansi Bank)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran
suatu kewajiban pembayaran.
C. Pembiayaan Murabahah
Menurut (Antonio, 2001), murabahah adalah suatu pembiayaan dengan akad
jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati,
dimana penjual harus member tahu harga produk yang ia beli dan menentukan
22
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Sementara menurut (Djuwaini,
2010), murabahah merupakan salah satu jual beli amanan (atas dasar
kepercayaan), sehingga harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan harus
diketahui secara jelas.
Menurut (Karim, 2013) murabahah adalah transaksi jual-beli dimana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
ditambah keuntungan (margin).
Menurut (Siamat, 2004), pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual-beli
antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan
oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan ditambah dengan margin / keuntungan yang disepakati
antara bank syariah dan nasabah.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal
yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah
penjual secara jelas member tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang
tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual
dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehingga
akhirnya diperoleh kesepakatan (Nurhayati dan Wasilah, 2013).
Murabahah menurut (Wiroso, 2005) adalah kegiatan terpenting dari jual beli
dan prinsip dengan akad ini mendominasi pendapatan bank di bank syariah. atas
penerimaan angsuran murabahah yang dillakukan secara tunai, maka terdapat
23
aliran kas masuk atas pendapatan margin. Sehingga pendapatan margin
murabahah tersebut merupakan unsur pendapatan operasional bank syariah.
Selanjutnya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
juga memberikan definisi tentang murabahah dalam Penjelasan Pasal 19 ayat (1)
huruf D. Menurut Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf D tersebut, yang dimaksud
dengan akad murabahah adalah Akad Pembiayaan suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
Sudarsono mengatakan dalam jual beli murabahah penjual menyebutkan
harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atas laba
dalam jumlah tertentu (Sudarsono, 2003). Murabahah merupakan suatu bentuk
jual beli yang harus tunduk pada kaidah hukum umum jual beli yang berlaku
dalam Muamalah Islam (Muhammad, 2000). Bank syariah memiliki peranan
intermediasi dimana salah satu kegiatan yang dilakukannya adalah menyalurkan
dana pihak ketiga yang ada kepada para nasabah yang memerlukan pembiayaan
(Karim, 2006).
Kesimpulannya, Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati yang oleh penjual dan
pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contract (yakni
memberikan kepastian pembiayaan baik dari segi jumlah maupun waktu, cash
flownya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh kedua
belah pihak yang bertransaksi di awal akad). Dikategorikan sebagai natural
24
certainty contract karena dalam Murabahah ditentukan berapa requaired rate of
profitnya (besarnya keuntungan yang disepakati) (Karim, 2003).
Menurut Abdullah Saeed, murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam
perbankan syariah, pada prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok, yaitu
harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar
kontrak pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut (Saeed, 1996):
1. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga
pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase
dari total harga plus biaya-biayanya.
2. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.
3. Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh penjual dan penjual
harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli.
4. Pembayaran ditangguhkan.
Abdullah Saeed juga mengatakan bank-bank syariah pada umumnya
mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada
para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin nasabah tidak memiliki
uang untuk membayar. Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas
murabahah dalam operasi investasi perbankan syariah, antara lain (Saeed, 1996):
1. Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan
dibandingkan dengan sistim Profit Loss Sharing (PLS), cukup memudahkan.
2. Mark-up dalam murabahah dapat diterapkan sedemikian rupa sehingga
memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding
25
dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjaadi saingan bank-
bank Islam.
3. Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari
bisnis-bisnis dengan sistim PLS.
4. Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencammpuri
manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan
mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.
Alasan-alasan tersebutlah yang membuat pembiayaan murabahah hingga kini
menjadi pembiayaan yang paling populer dibandingkan pembiayaan-
pembiayaan lain pada bank Islam.
1. Sumber Hukum Akad Murabahah
Al-Quran dan Al-hadits telah mengatur tentang bagaimana cara jual-beli
dengan benar, dimana telah dijelaskan bahwa jual-beli dengan cara hutang piutang
harus ada pencatatannya dan dilarang ada unsur riba di dalamnya. Barang yang
diperjual-belikan juga harus barang yang diperbolehkan dalam Islam.
a. Al-Quran
1) Q.S. An-Nisa (29)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”(QS 4:29)
2) Q.S. Al-Ma‟idah (1)
26
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya” (QS. 5:1).
3) Q.S. Al-Baqarah (275)
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”(QS. 2:275)
4) Q.S. Al-Baqarah (280)
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. 2:280)
5) Q.S. Al-Ma‟idah (2)
27
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-
id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya
dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah
berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. 5:2)
6) Q.S. Al-Baqarah (282)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
28
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. 2:282)
b. Al-Hadits
Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” (HR. Al-
Baihaqi, dan shahih menurut Ibnu Hibban).
Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan:
jual beli beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur
29
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk
dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahahn bila ia menjual
dan membeli serta di dalam menagih haknya.” (Dari Abu Hurairah).
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia,
Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senentiasa
menolong hamba Nua selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR.
Muslim).
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu
menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya.” (HR. Abu
Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah
suatu kezaliman.” (HR. Bukhari & Muslim).
“Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus
keberkahannya.” (HR. Al Bukhari).
2. Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
Ketentuan hukum dalam FATWA DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Murabahah ini adalah sebagai berikut :
a. Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari‟ah:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari‟ah Islam.
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
30
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,
dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan
ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
b. Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:
1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang
atau aset kepada bank.
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih
dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah
harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah
31
disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat; kemudian
kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar
uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil
bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh
bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang
muka, maka
a) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal
membayar sisa harga.
b) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat
pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah
wajib melunasi kekurangannya.
c. Ketiga : Jaminan dalam Murabahah:
1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya.
2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat
dipegang.
d. Keempat : Utang dalam Murabahah:
32
Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah
tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan
pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang
tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan utangnya kepada bank.
1) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir,
ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
2) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap
harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh
memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan.
e. Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:
1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian utangnya.
2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika
salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
f. Keenam : Bangkrut dalam Murabahah:
1) Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya,
bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali,
atau berdasarkan kesepakatan.
33
3. Skema Murabahah
Menurut (Nurhayati dan Wasilah, 2013), ada dua jenis akad murabahah,
yaitu:
a. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah
ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat
mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang
dipesannya.
Jika bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang
dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah
yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat,
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka
penurunan nilai tersebut menjadi bebean penjual dan akan mengurangi nilai
akad.
Gambar 2.1
Murabahah Dengan Pesanan
34
b. Murabahah tanpa pesanan; murabahah jenis ini tidak bersifat mengikat
Gambar 2.2
Murabahah Tanpa Pesanan
Menurut (Karim, 2013) pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai
atau cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam
harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Pembayaran Murabahah
secara tunai atau cicilan:
a. Pembayaran Secara Cicilan
Gambar 2.3
Pembayaran Cicilan
b. Pembayaran Secara Tunai
Gambar 2.4
Pembayaran Tunai
35
c. Skema Murabahah
Gambar 2.5
Skema Murabahah
4. Penetapan Margin Keuntungan
Menentukan margin keuntungan dan nisbah bagi hasil pada bank syariah
harus berlandaskan prinsip-prinsip amanah, sidiq, fathanah dan tabligh (Karim,
2013). Margin keuntungan ditetapkan oleh bank syariah terhadap produk-produk
pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis
yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun
36
waktu (timing), seperti pembiayaan ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam,
istishna dan termasuk murabahah (Karim, 2013).
Margin keuntungan adalah presentase tertentu yang ditetapkan per tahun
perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun
ditetapkan 360 hari, perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka
setahun ditetapkan 12 bulan (Karim, 2013).
a. Referensi Margin Keuntungan
Referensi margin keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan
dalam rapat ALCO bank syariah. penetapan margin keuntungan pembiayaan
berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari tim ALCO bank syariah,
dengan mempertimbankan hal berikut: (Karim, 2013)
1) Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)
DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah
atau tingkat rata-rata margin dari beberapa bank syariah sebagai
kompetitor langsung.
2) Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)
ICMR adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional atau
tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang menjadi
kompetitor langsung.
3) Expeected Competitive Return for Investors (ECRI)
ECRI adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat
diberikan kepada dana pihak ketiga.
4) Acquiring Cost
37
Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan bank yang langsung
terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
5) Overhead Cost
Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak
langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
b. Penetapan Harga Jual
Selanjutnya Adiwarman Karim menyebutkan setelah memperoleh
referensi margin keuntungan, bank melakukan penetapan harga jual. Harga
jual adalah penjumlahan harga beli/harga pokok/harga perolehan bank dan
margin keuntungan (Karim, 2013).
( Harga Jual = Referensi Margin + Harga Beli )
c. Pengakuan Angsuran Harga Jual
Menurut (Karim, 2013) angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga
pokok dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan angsuran dapat dihitung
dengan menggunakan empat metode, yaitu:
1) Margin Keuntungan Menurun
Perhitungan margin ini akan semakin menurun sesuai dengan
menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran harga
pokok, jumlah angsuran yang dibayar nasabah setiap bulan semakin
menurun.
2) Margin Keuntungan Rata-rata
Margin keuntungan dalam metode ini akan menurun perhitungannya
secara tetap dan jumlah angsuran dibayar nasabah tetap setiap bulan.
38
3) Margin Keuntungan Flat
Margin keuntungan flat adalah margin keuntungan terhadap nilai harga
pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya.
4) Margin Keuntungan Annuitas
Metode ini mengasumsikan margin keuntungan yang diperoleh dari
perhitungan secara anuitas. Perhitungan anuitas adalah suatu cara
pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan
margin keuntungan secara tetap.
d. Persyaratan Untuk Perhitungan Margin Keuntungan
Menurut karim dalam menghitung margin keuntungan diperlukan
komponen-komponen yang harus tersedia, yaitu: jenis perhitungan margin
keuntungan, plafond pembiayaan sesuai jenis, jangka waktu pembiayaan,
tingkat margin keuntungan pembiayaan dan pola tagihan atau jatuh tempo
tagihan (Karim, 2013).
5. Perhitungan Margin Keuntungan
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dalam menghitung angsuran dapat
dihitung dengan menggunakan metode menurun, rata-rata, flat dan annuitas,
berikut adalah ilustrasi dari keempat metode tersebut: (Karim, 2013).
39
a. Margin Keuntungan Annuitas
Tabel 2.1
Margin Keuntungan Annuitas
Contoh:
- Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00
- Jangka waktu pembiayaan dalam bulan, JWK = 12, atau 1 tahun
- Margin keuntungan setahun, MRG = 16%
- k = angsuran ke 1,2,3,…,… dan seterusnya.
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut
- Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00
No. Tanggal Pokok Margin
Keuntungan
1 05-04-2000 APPB (1) APPB (12)
2 05-05-2000 APPB (2) AMPB (2)
3 05-06-2000 APPB (3) AMPB (3)
12 05-04-2001 APPB (12) AMPB (12)
Dimana angsuran (k) =
APPB (k) = Harga pokok (k) = [ (1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐾−1
(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐽𝐾𝑊−1 ] x PLFN x (MRG/12)
AMPB (k) =Margin keuntungan(k)=[(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐽𝑊𝐾−1
(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝑊−1 ]–1 x Harga Pokok (k)
Misalkan kita ingin mengetahui angsuran ke-3:
40
Angsuran harga pokok (3) =
[ 1+0.0133 3−1
1+0.0133 12− 1 ] x 100,000,000 x 0.0133 = Rp.7,948,478.09
Angsuran margin keuntungan (3) = Harga pokok + Margin keuntungan
[ 1+0.0133 12
1+0.0133 3−1 -1 ] x 7,948,478.09 = Rp.1,122,447.72
Total angsuran ke (3) = Rp.9,070,925.81
b. Margin Keuntungan Rata-rata
Tabel 2.2
Margin Keuntungan Rata-rata
Contoh:
1. Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00
2. Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
3. Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16%
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut:
- Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00
- APPB = PLFN/12 (1 tahun – 12 Bulan)
- Margin keuntungan = ((JWK + 1) / 2*JWK)) *PLFN* (MRG/12)
No. Tanggal Pokok Margin Keuntungan
1 05-04-2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN*
(MRG/12)
2 05-05-2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN*
(MRG/12)
3 05-06-2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN*
(MRG/12)
12 05-04-2001 APPB ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN*
(MRG/12)
Maka rumusnya adalah:
Angsuran (i)
= harga pokok (i) + Margin keuntungan (i), untuk I = 1 s/d JWK
41
Harga Pokok
APPB = 100,000,000/12 = Rp.8,333,333.33
Margin Keuntungan
((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN* (MRG/12)
((12+1)/(2*12)) *100,000,000* (0,16/12) = Rp.720,000.00
Total = Rp.9,053,333.33
c. Margin Keuntungan Menurun
Tabel 2.3
Margin Keuntungan Menurun
Contoh:
1. Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00
2. Jangka waktu pembiayaan 1 tahun
3. Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16%
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut:
- Angsuran harga pokok per bulan, APBN = (PLFN/12) = Rp.8,333,333.33
- Pencairan 05-03-2000
No. Tanggal Pokok Margin Keuntungan
1 05-04-2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12
2 05-05-2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12
3 05-06-2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12
12 05-04-2001 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12
Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka:
APPB = Pokok = 8,333,333.33
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12 = Margin Keuntungan
((100,000,000-((2-1)*8,333,333.33))*0.16/12 = Rp.1,222,222.22
Angsuran (2)
Angsuran Harga Pokok + Angsuran Margin Keuntungan
Rp.8,333,333.33 + Rp.1,222,222.22 =Rp.9,555,555.55
Dan seterusnya sampai angsuran selesai
42
d. Margin Keuntungan Angsuran Flat
Tabel 2.4
Margin Keuntungan Flat
Contoh:
- Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00
- Jangka waktu pembiayaan dalam bulan, JWK = 12, atau 1 tahun
- Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16%
- k = angsuran ke 1,2,3…,… dan seterusnya.
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut:
- pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00
- APPB(k) = Harga pokok(k) = PLFN/JWK
- APMB(k) = Margin keuntungan(k) = (PLFN/JWK) * (MRG/12)
Maka angsuran ke 5:
Angsuran harga
pokok(5)
= (100,000,000/12) = Rp.8,333,333.33
Angsuran margin
keuntungan (5)
=(100,000,000/12)*(0.16/12) = Rp.444,444.44
Total Rp.8,777,777.77
D. Return on Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)
setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau
total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan
43
dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran
keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah
perusahaan (Astuti, 2004).
ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan
rata-rata aktiva (Average Assets). Keuntungan bagi paara pemilik bank merupakan
hasil dari tinggkat keuntungan (Profitability) dan tingkat laverage yang dapat
dipakai.
Menurut (Arifin, 2006) terdapat 2 (dua) rasio yang biasanya dipakai untuk
mengukur kinerja bank. Salah satunya yaitu rasio Return on Assets (ROA). ROA
adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata
(average assets). Keuntungan (profitability) dan tingkat laverage yang dapat
dipakai.
Semakin tinggi nilai rasio Return On Asset (ROA) maka diasumsikan semakin
baik kinerja bank dalam mengelola ekuitasnya. Secara umum belum ada batasan
minimal ROA ini dianggap baik, namun untuk melihat Return On Asset suatu
bank dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐴 =Laba Sebelum Pajak
Rata −rata Total aset x 100%
Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/18/PBI/2012 klasifikasi
tingkat ROA adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5
Klasifikasi Tingkat ROA Menurut BI
Tingkat ROA Predikat
Diatas 1,22% Sehat
0,99% - 1,22% Cukup Sehat
0,77% - 0,99% Kurang Sehat
Dibawah 0,77% Tidak Sehat
44
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan tabel 2.5, semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
penggunaan aset yang dimiliki untuk mencetak laba.
E. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank yang biasa disebut
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasional bank. Dana pihak ketiga ini relative lebih mudah dan dominan asalkan
dapat memberikan bunga dan fasilitas yang menarik bagi masyarakat (Kasmir,
2002).
Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh perusahaan yang berasal
dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah,
rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain (Rodoni, 2009).
Bahwasanya bank umum kegiatan usahanya menghimpun dana masyarakat
dapat menyelenggarakan rekening giro (demand deposit). Artinya, fungsi setoran
dari bank timbul jika nasabah bank menyetorkan uang tunai atau cek-cek ke bank.
Dengan demikian, semakin banyak nasabah bank melakukan setoran, semakin
besar persediaan uang tersebut dalam jumlah tertentu dapat digunakan oleh bank
untuk memberikan pinjaman kepada nasabah atau masyarakat yang
membutuhkannya (Aziz, 2010).
45
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi
adalah pembentukan modal, dimana sumber pengarahan modal dalam negeri yang
dapat digunakan untuk pembiayaan pebangunan, salah satunya berasal dari
tabungan masyarakat. Tabungan sukarela berperan penting dalam pertumbuhan
ekonomi dimana tabungan dianggap bagian yang tidak terpisahkan dengan
berlangsungnya revolusi industri.
Menurut (Ismail, 2010) Dana Pihak Ketiga biasanya lebih dikenal dengan
dana masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari
masyarakat meliputi masyarakat individu, maupun usaha, antara lain:
1. Giro
Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi hasil, dan
pengambilan dananya menggunakan cek, biasanya digunakan oleh perusahaan
atau yayasan dan atau bentuk badan hukum lainnya dalam proses keuangan
mereka. Dalam giro meskipun pihak bank tidak memberikan bagi hasil, namun
pihak bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang besarnya tidak
ditentukan di awal tergantung kepada kebijakan bank.
2. Tabungan
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008,
tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana
berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
46
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini
memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah
membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil.
Akan tetapi jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan
yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena bagi hasil yang ditawarkannya
pun kecil namun biasanya jumlah nasabah yang menggunakan tabunga lebih
banyak daripada produk penghimpunan yang lain.
3. Deposito
Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai jumlah minimal
tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan.
Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu
yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum
jatuh tempo yang telah disepakati, akan tetapi bagi hasil yang ditawarkan jau lebih
tinggi daripada tabungan biasa maupun tabungan berencana (Al-Arif, 2012).
F. Inflasi
Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu
institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bank
sangat renntan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya (Rivai,dan
Andria 2009). Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum
dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu (Karim, 2008.).
1. Karakteristik Inflasi
47
Menurut (Rahardja dan Manurung, 2005), iInflasi adalah kenaikan harga
barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga
komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi:
a. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daaripada
harga periode sebelumnya. Misalnya, harga sabun mandi 80 gram per unit
kemarin adalah Rp 1.000,00. Hari ini menajadi Rp 1.100,00. Berarti harga
sabun per unit hari ini Rp 100,00 lebih mahal dibanding harga kemarin. Dapat
dikatakan telah terjadi kenaikan harga sabun. Perbandingan tingkat harga bisa
dilakukan dengan jaarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan,
triwulan dan setahun.
Perbandingan harga juga bisa dilakukan berdasarkan patokan musim.
Misalnya, pada musim paceklik harga beras bisa mencapai Rp 3000,00 per
kilogram. Sebab harga gabah telah naik. Tetapi di musim panen, harganya
dapat lebih murah, karena harga gabah juga biasanya lebih murah. Dengan
demikian, dapat dikatakan pada musim paceklik selalu terjadi kenaikan harga
beras.
b. Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika
kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Harga
buah mangga harum manis di Jakarta, jika belum musimnya dapat mencapai
Rp 10.000,00 per kilogram. Tetapi jika sudah musimnya, sekitar akhir tahun,
dapat dibeli hanya dengan harga Rp 4.000,00 – 5.000,00 per kilogram. Jadi
48
harga mangga pada periode-priode tertentu akan mengalami kenaikan dua
sampai tiga kali lipat. Tetapi kenaikan harga mangga yang sangat tajam
tersebut tidak menimbulkan inflasi, karena harga-harga komoditas lain tidak
naik. Mangga harum manis bukanlah komoditas pokok, sehingga tidak
memiliki dampak besar terhadap stabilitas harga.
Ceritanya akan lain jika yang naik adalah harga bahan bakar minyak
(BBM). Pengalaman Indonesia menunjukan setiap pemerintah menaikan
harga BBM, harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan
komoditas strategis, maka kenaikan harga BBM akan merambat kepada
kenaikan harga komoditas yang lain.
Jika harga mangga harum manis naik, harga BBM belum tentu naik.
Tetapi jika harga BBM naik, harga mangga harum manis di Jakarta pasti naik.
Sebab, biaya transportasinya naik. Kenaikan harga BBM juga membuat harga
jual produk-produk industri, khususnya kebutuhan pokok, merambat naik.
Sebab biaya operasional untuk menjalankan mesin-mesin pabrik menjadi
lebih mahal. Bahkan, kenaikan harga BBM akan mengundang kaum buruh
menuntut kenaikan upah harian, untuk memelihara daya daya beli mereka.
c. Berlangsung Terus-Menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan
inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan
dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat
apakahh kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu
yang lebih panjang adalah triwulan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan
49
bahwa inflasi tahun ini adalah 10%, berarti akumulasi inflasi adalah 10% per
tahun. Inflasi triwulan rata-rata 2,5% (10%:4), sedangkan inflasi bulanan
sekitar 0,83% (10%:12).
Sementara menurut (Putong, 2003) inflasi adalah naiknya harga-harga
komoditi secara umum yang disebabkan oleh tidak singkronnya antara
program pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan
uang dan sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh
masyarakat.
2. Efek Inflasi Terhadap Investasi
Inflasi merupakan presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu
tahun tertentu. Atau dengan kata lain, adanya penurunan dari nilai mata uang yang
berlaku. (Sukirno, 2000) menyatakan ada 3 akibat penting dari inflasi yang terkait
dengan investasi, yaitu:
a. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif
Dalam hal ini pemilik modal cenderung menggunakan uangnya untuk
investasi yang bersifat spekulatif. Mereka menganggap membeli rumah atau
menyimpan barang berharga lebih menguntungkan daripada investasi pada
sektor produktif.
b. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi
Untuk menghindari penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan. Makin
tinggi tingkat inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat bunga
yang tinggi akan mengurangi kemauan pemilik modal untuk mengembangkan
sektor-sektor produktif. Apabila dikaitkan dengan profitabilitas bank, maka
50
dengan rendahnya investasi maka investor juga akan mengurangi hutang di
bank sehingga menurunkan profitabilitas bank.
c. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu Negara di masa yang akan
datang
Rentannya ekonomi suatu Negara akan berakibat minimnya investor yang
akan masuk dan investasi di Negara tersebut. Para investor akan berfikir lagi
untuk berinvestasi di Negara yang bersangkutan.
Terdapat macam-macam ukuran tingkat inflasi, macam-macam ukuran
inflasi, menurut (Atmadja, 1999), yaitu:
Tabel 2.6
Tingkat Inflasi
No Nama Inflasi Tingkat Inflasi
1 Inflasi ringan dibawah 10% (single digit)
2 Inflasi sedang 10% - 30%
3 Inflasi tinggi 30% - 100%
4 Hyperinflation lebih dari 100%
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat
mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu
wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan
golongan masyarakat manakah yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi
yang sedang terjadi.
G. BI Rate
Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga
yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus
peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa
51
depan (McConnell, 2008). Long mengartikan suku bunga sebagai harga dimana
daya beli dapat bergeser dari masa depan ke masa kini dipinjam hari ini dengan
janji untuk membayar kembali dengan bunga di masa depan (Long, 2002).
Colander mengungkapkan bahwa suku bunga adalah harga yang dibayarkan
untuk pemakaian atau penggunaan aset keuangan. Ketika deposan menyetorkan
sejummlah dana ke dalam account atau tabungan, bank membayarkan bunga
kepada deposan untuk menggunakan atau menyalurkan dana deposan tersebut
(Colander, 2004).
Sedangkan Judisseno mengungkapkan bahwa suku bunga adalah penghasilan
yang diperoleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya untuk
digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan
mmenggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya (Judisseno, 2005).
Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia
yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan
yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI
dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada
operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional
kebijakan moneter. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).
52
(Muhammad, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan
riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barang-
barang murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang
tersebut. Menurut (Puspopranoto, 2004) BI rate adalah suku bunga dengan tenor
satu bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodik untuk jangka
waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter.
Sedangkan menurut kamus bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga kebijakan
yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat
Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)
di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran
operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar
Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh
perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit
perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan,
sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (www.bi.go.id).
53
H. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) dengan judul penelitian Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Margin Murabahah Bank Syariah Di Indonesia
dengan menggunakan 11 sampel bank syariah, menemukan bahwa variabel ROA,
biaya overhead dan pembiayaan tidak beroengaruh terhadap margin murabahah
secara parsial, namun variabel bagi hasil DPK berpengaruh terhadap margin
murabahah secara parsial.
Fakhrina (2015) mencoba meneliti pengaruh dari suku bunga konvensional
dan deposito bank konvensional terhadap margin murabahah bank syariah, ia
menemukan bahwa margin murabahah di Indonesia dipengaruhi oleh kedua
faktor tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bank syariah belum bisa
melepaskan diri dari pengaruh sistem bunga yang memang mendominasi dunia
perbankan di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh satya (2013) dengan judul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah Pembiayaan Konsumtif di Bank
Kaltim Syariah menunjukan hasil penelitian bahwa Variabel FDR, BOPO, Inflasi
dan tingkat suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap margin
murabahah. Variabel FDR dan inflasi secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap margin murabahah, sementara BOPO dan suku bunga tidak berpengaruh
secara parsial. Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah inflasi
kerena beta Inflasi > dari nilai beta FDR, BOPO, dan tingkat suku bunga
54
Penelitian (Izzuddin, 2013) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada BRI Syariah dan
Bank Mega Syariah) menunjukan bahwa DPK, biaya overhead, NPF, BI rate dan
inflasi berpengaruh secara simultan terhadap margin pembiayaan murabahah.Dari
pengujian secara parsial variabel DPK berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.378.
Variabel biaya overhead berpengaruh positif signifikan terhadap margin
murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.000. Variabel NPF berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t
sebesar 0.415. Variabel BI rate berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.643. Variabel
inflasi berpengaruh negatif tidak siginifikan terhadap margin pendapatan
murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.563..
Penelitian yang dilakukan (Sari, 2012) dengan judul Pengaruh Pembiayaan
Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pendapatan
Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri, menemukan bahwa R Square
sebesar 85,4% dan secara simultan variabel pembiayaan murabahah dan suku
bunga BI berpengaruh signifkan. Secara parsial pembiayaan murabahah
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan margin murabahah dengan
tingkat signifikasi sebesar 0,000, sementara tingkat suku bunga Bank Indonesia
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan margin murabahah pada
PT. Bank Syariah Mandiri dengan tingkat signifikasi sebesar 0,827.
55
Penelitian (Zaenuri, 2012) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Biaya
Operasional, Volume Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI
Rate terhadap Margin Murabahah (Studi Kasus pada PT Bank BRISyariah)
menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara biaya
operasional dan bagi hasil DPK dengan margin murabahah. Selain itu variabel
lainnya yaitu volume pembiayaan murabahah dan BI rate (suku bunga) juga
memiliki signifikasi meskipun berhubungan negatif dengan margin murabahah.
Adapun inflasi regional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap margin
murabahah.
Penelitian yang dilakukan (Purwaningsih, 2010) dengan judul Analisis Faktor
Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan
Murabahah (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.), menunjukkan
biaya operasional, Return on Assets (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), suku
bunga pinjaman bank konvensional/Basel Lending Rate secara signifikan
mempengaruhi margin murabahah. Sedangkan profit target tidak berpengaruh
signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah.
Penelitian yang dilakukan di luar Indonesia tentang murabahah juga telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu. (Pisol dkk, 2012) menemukan bahwa bank
syariah di Malaysia dalam menentukan tingkat margin keuntungan pembiayaan
murabahah mempertimbangkan dana yang terhimpun oleh bank (cos of fund),
biaya overhead serta risk premium. Sementara (Zandi dan Ariffin) menemukan
bank syariah di Iran dan Malaysia masih menggunakan suku bunga dalam
menentukan tingkat margin yang diinginkan bank dalam pembiayaan murabahah.
56
57
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1 Yusro
Rahma,
(2016)
Faktor-
Faktor
Yang
Mempengar
uhi Margin
Murabahah
Bank
Syariah Di
Indonesia
ROA, biaya
overhead,
pembiayaan
dan bagi
hasil DPK
Sampel
yang
digunakan
BUS
Variabel
yang
digunakan
ROA dan
DPK
Menggunak
an regresi
berganda
Periode
2011 –
2013
Variabel
yang
digunakan
biaya
overhead
dan
pembiayaan
Secara simultan
variabel ROA,
biaya overhead,
pembiayaan dan
bagi hasil DPK
berpengaruh
terhadap margin
murabahah.
Secara parsial
hanya variabel
DPK yang
mempengaruhi
terhadap margin
murabahah,
sementara ROA,
biaya overhead
dan pembiayaan
tidak
berpengaruh
secara parsial
terhadap margin
murabahah.
2 Agus
Fakhrina,
(2015)
Pengaruh
Suku
Bunga
Kredit Dan
Deposito
Bank
Konvension
al Terhadap
Margin
Pembiayaan
Murabahah
Bank
Syariah Di
Indonesia
Suku bunga
kredit (BI
rate), Suku
bunga
deposito
dan margin
murabahah
Sampel
yang
digunakan
BUS
Variabel
yang
digunakan
BI rate
Menggunak
an regresi
berganda
Periode
2011 –
2014
Variabel
yang
digunakan
suku bunga
deposito
Secara simultan
suku bunga bank
konvensional
dan depposito
bank
konvensional
berpengaruh
terhadap margin
murabahah.
Secara parsial
BI rate dan
Deposito bank
konvensional
berpengaruh
secara signifikan
terhadap margin
murabahah
bank syariah di
Indonesia.
58
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
3 Kenda
Satya,
(2013)
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Penetapan
Margin
Murabahah
Pembiayaan
Konsumtif
di Bank
Kaltim
Syariah
FDR,
BOPO,
Inflasi dan
tingkat suku
bunga
Variabel
yang
digunakan
inflasi dan
BI rate
Menggunak
an regresi
berganda
Periode
2009 –
2012
Sampel
yang
digunakan
UUS
Variabel
yang
digunakan
FDR dan
BOPO
Penelitian
menemukan
pengaruh yang
signifikan secara
simultan antara
FDR, BOPO,
inflasi dan BI
rate terhadap
margin
murabahah,
sementara
secara parsial
hanya inflasi
dan FDR yang
berpengaruh
secara
signifikan.
Variabel yang
paling dominan
dalam
mempengaruhi
margin
murabahah
adalah variabel
inflasi.
4 Muham
mad
Izzuddin
Kurnia,
(2013)
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Pendapatan
Margin
Pembiayaan
Murabahah
(Studi
Kasus Pada
BRI
Syariah dan
Bank Mega
Syariah)
DPK, biaya
overhead,
NPF, BI
rate ,inflasi
dan margin
pembiayaan
murabahah.
Sampel
yang
digunakan
BUS
Variabel
yang
digunakan
DPK,
inflasi dan
BI rate
Menggunak
an regresi
berganda
Periode
2009 –
2012
Variabel
yang
digunakan
biaya
overhead
dan NPF
DPK, NPF, BI
rate dan inflasi
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap margin
pendapatan
murabahah.
Biaya overhead
berpengaruh
signifikan
terhadap margin
murabahah.
Secara simultan
variabel DPK,
biaya overhead,
NPF, BI rate
59
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
dan inflasi
berpengaruh
terhadap margin
murabahah.
5 Liana
Purnama
Sari,
(2012)
Pengaruh
Pembiayaan
Murabahah
dan Tingkat
Suku
Bunga BI
terhadap
Pendapatan
Margin
Murabahah
pada PT
Bank
Syariah
Mandiri
Pembiayaan
Murabahah,
Tingkat
Suku Bunga
Bank
Indonesia
dan
pendapatan
margin
murabahah
Sampel
yang
digunakan
BUS
Variabel
yang
digunakan
BI rate
Menggunak
an regresi
linier
berganda
Periode
2009 –
2012
Variabel
yang
digunakan
pembiayaan
murabahah
Secara simultan
variabel
pembiayaan
murabahah dan
suku bunga BI
berpengaruh
signifkan.
Secara parsial
pembiayaan
murabahah
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pendapatan
margin
murabahah,
sementara
tingkat suku
bunga Bank
Indonesia tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pendapatan
margin
murabahah.
6 Fikri
Zaenuri,
(2012)
Pengaruh
Variabel
Biaya
Operasional
, Volume
Pembiayaan
Murabahah
, Bagi Hasil
DPK,
Inflasi dan
BI Rate
terhadap
Margin
Murabahah,
biaya
Operasional
, Volume
Pembiayaan
Murabahah,
Bagi Hasil
DPK,
Inflasi dan
BI Rate
Sampel
yang
digunakan
BUS
Menggunak
an regresi
data panel
Variabel
yang
digunakan
DPK,
Inflasi dan
Periode
2009 –
2011
Variabel
yang
digunakan
biaya
operasional
dan volume
pembiayaan
murabahah.
Biaya
operasional dan
bagi hasil DPK
mempengaruhi
margin
murabahah
secara
signifikan dan.
Volume
pembiayaan
murabahah dan
BI rate
60
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Margin
Murabahah
(BRI
Syariah)
mempengaruhi
margin
murabahah
secara
signifikan.
Inflasi tidak
memiliki
signifikansi
terhadap margin
murabahah.
7 Achmad
Nurdany
(2012)
Analisis
Pengaruh
Rasio
Keuangan
Rentabilitas
Terhadap
Pendapatan
Margin
Murabahah
Bank
Syariah
(Studi
Kasus Pada
Pt. Bank
Mega
Syariah
Periode
2005-2012)
ROA, ROE,
Net Core
Operatinal
Margin
(NCOM),
Operational
Efficiency
Ratio
(OER)
Sampel
yang
digunakan
BUS
Variabel
yang
digunakan
ROA
Menggunak
an regresi
linier
berganda
Periode
2005 –
2012
Variabel
yang
digunakan
ROE,
NCOM dan
OER
Secara simultan
semua variabel
independen
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen,
secara parsial
ROA, ROE,
NCOM
berpengaruh
terhadap
pendapatan
margin
murabahah.
Sementara OER
tidak
berpengaruh
secara parsial.
8 Gholamr
eza
Zandi &
Noraini
Mohd.
Ariffin
Some Issues
on
Murabahah
Practices in
Iran and
Malaysian
Islamic
Banks
Pembiayaan
Murabahah Sampel
yang
digunakan
BUS
Menggunak
an metode
penelitian
deskriptif
Praktek
murabahah pada
bank Islam di
Iran dan
Malaysia masih
menggunakan
suku bunga
pasar dalam
menentukan
tingkat
kauntungan
yang diinginkan
dari murabahah
61
Tabel 2.7
Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
9 M. Pisol
dkk.
(2012)
Sharia
Views on
the
Component
s of Profit
Rate in Al-
Murabahah
Asset
Financing
in
Malaysian
Islamic
Bank
Cost of
fund,
overhead
cost, banks
profit
margin dan
risk
premium
cost
Sampel
yang
digunakan
BUS
Menggunak
an metode
penelitian
komparatif
Di Malaysia,
dalam
menentukan
tingkat margin
keuntungan
pada murabahah
mempertimbang
kan beberapa
faktor yaitu Cost
of fund (dana
yang
terhimpun),
overhead cost
(biaya
operasional),
keuntungan
margin yang
diinginkan bank
dan risk
premium cost.
10 Lin
Purwani
ngsih,
(2010)
Analisis
Faktor
Eksternal
dan Faktor
Internal
yang
Mempengar
uhi Margin
Pembiayaan
Murabahah
(PT. Bank
Muamalat
Tbk.)
Biaya
operasional,
(ROA),
(SBI), suku
bunga
pinjaman
bank
konvension
al, profit
target dan
margin
murabahah
Sampel
yang
digunakan
BUS
Variabel
yang
digunakan
ROA dan
BI rate
Menggunak
an regresi
linier
berganda
Periode
2000 –
2009
Variabel
yang
digunakan
biaya
operasional
dan SBI
Biaya
operasional,
Return on Assets
(ROA),
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI),
suku bunga
pinjaman bank
konvensional/Ba
sel Lending Rate
secara signifikan
mempengaruhi
margin
murabahah.
Sedangkan
profit target
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap margin
pembiayaan
murabahah.
62
I. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menganalisis pengaruh dari internal bank seperti rasio keuangan
bank ROAdan DPK yang terhimpun serta pengaruh dari eksternal bank yaitu
kondisi ekonomi makro yaitu inflasi dan BI rate terhadap margin murabahah.
Maka kerangka dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai
berikut:
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran Penelitian
Objek Penelitian
Margin Murabahah
Common Effect
ROA, DPK, Inflasi dan
BIrate
Uji t
Metode Estimasi Data
Panel
Uji Signifikasi
Fixed Effect
Uji Chow
Uji F
Uji Hausman
Random Effect
Adjusted R2
Interpretasi
Pemilihan Model Regresi
Panel
Uji Lagrange Multiplier
63
J. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Good dan Scates (1954) dalam (Suharyadi dan Purwanto, 2008) menyatakan
bahwa hipotesis adalah sebuah dugaan atau referensi yang dirumuskan serta
diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati dan
digunakan sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan Kerlinger (1973) dalam (Suharyadi dan Purwanto, 2008)
mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan yang bersifat dugaan dari hubungan
antara kedua variabel atau lebih variabel.
Sesuai dengan kerangka pemikiran dan untuk memberi arah pada proses
penelitian ini, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
1. Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)
setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva
atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan
aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat
dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai
salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian,
semakin efektiflah perusahaan (Astuti, 2004). Investasi Bank Syariah
mayoritas untuk pembiayaan murabahah untuk mendapatkan laba yang
maksimal demi membuat ROA yang sehat maka margin murabahah yang
diberikan oleh pihak manajemen akan memperhatikan ROA bank tersebut
di waktu yang sama.
64
Penelitian yang dilakukan (Purwaningsih, 2010) menemukan signifikasi
antara ROA dan margin murabahah, sementara penelitian yang dilakukan
(Rahma, 2016) tidak menemukan signifikasi diantara variabel tersebut.
Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan
dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap
margin murabahah
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap margin
murabahah
2. Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh perusahaan yang
berasal dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu,
perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain
(Rodoni, 2009). Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah dihimpun melalui
tabungan, giro dan deposito. Menurut (Nurfiani, 2007) semakin banyak
dana yang dihimpun maka semakin banyak pula biaya yang diperlukan
bank untuk memberi timbal balik atas dana yang dihimpun oleh nasabah.
Untuk itu margin yang diinginkan bank harus memperhatikan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang terhimpun, agar likuiditas dana dapat terjaga.
Murabahah dapat dikatakan akad yang ideal untuk menyalurkan dana
yang terhimpun karena pembiayaan murabahah merupkan pembiayaan
yang risikonya tidak sebesar pembiayaan lain karena pembiayaan ini
bersifat fixed dari segi angsuran dan jangka waktu pembiayaan.
65
Penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016), (Zaenuri (2012) dan
(Nurfiani, 2007) menemukan signifikasi antara DPK dan margin
murabahah, sementara (Izzuddin, 2013) tidak menemukan signifikasi
diantara dua variabel tersebut.
Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan
dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK terhadap margin
murabahah
Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK terhadap margin
murabahah
3. Menurut (Rahardja dan Manurung, 2005), iInflasi adalah kenaikan harga
barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Kenaikan harga
barang akan mempengaruhi komoditas yang diperjual-belikan dalam
pembiayaan murabahah. Semakin tinggi harga barang semakin tinggi pula
harga jual yang diberikan bank kepada nasabah. Sudah pasti inflasi
mempengaruhi komoditas murabahah, namun apakah inflasi juga
mempengaruhi pihak manajemen dalam memberikan margin murabahah
kepada para nasabah. Penelitian yang dilakukan (Satya, 2013) menemukan
pengaruh inflasi terhadap margin murabahah, sementara (Izzuddin, 2013)
dan (Zaenuri, 2012) tidak menemukan pengaruh antara inflasi dan margin
murabahah. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah
66
dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap margin
murabahah
Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap margin
murabahah
4. Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank
Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sekap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh BI dan diumumkan kepada public. BI rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada public (www.bi.go.id).(Muhammad, 2005)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya mark-up
adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi,
suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barang-barang
murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang
tersebut. BI rate yang mempengaruhi disini maksudnya BI rate dijadikan
rujukan dalam penetapan nisbah, bonus, ujrah dan termasuk margin
67
murabahah pada bank syariah. Penelitian yang dilakukan oleh (Fahkrina,
2015), (Zaenuri, 2012), (Purwaningsih, 2010) dan (Nurfiani, 2007)
menemukan pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap maargin
murabahah. Sementara (Satya, 2013), (Izzuddin, 2013) dan (Sari, 2012)
tidak menemukan pengaruh antara dua variabel tersebut.
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap
margin murabahah
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap margin
murabahah
5. H0: Tidak terdapat pengaruh secara simultan variabel Return On Asset
(ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi dan BI rate terhadap margin
murabahah.
Ha: Terdapat pengaruh secara simultan variabel Return On Asset (ROA),
Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi dan BI rate terhadap margin
murabahah.
131
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganilisis rasio Return On Assets
(ROA) dan juga jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah serta kondisi
makro ekonomi Indonesia yaitu inflasi dan BI rate, terhadap pendapatan margin
murabahah perbankan syariah di Indonesia periode 2012- 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank syariah yang
dijadikan sampel, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data
juga berasal dari informasi lainnya seperti dari brosur perusahaan (Koran, buku),
website perusahaan dan dari internet.
Penelitian ini berkaitan dengan banyak variabel, namun penulis membatasi
variabel penelitian menjadi variabel Return On Assets (ROA), Dana Pihak Ketiga
(DPK), inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan margin murabahah
sebagai variabel dependen. Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data
runtun waktu (time series) dan data silang (cross section) selama.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian
(Suharyadi dan Purwanto, 2008). Sampel yang baik pada umumnya memiliki
karakteristik sebagai berikut (Kuncoro, 2009):
68
1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh jawaban yang
dikehendaki.
2. Sampel yang baik mengidentifikasi probabilitas dari setiap unit analisis untuk
menjadi sampel.
3. Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengarih (misalnya
kesalahan) dalam pemilihan sampel.
4. Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang diterapkan
dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika..
Penarikan Sampel pada penelitian ini menggunakan metode. Purposive
(Purposive Sampling). Penarikan sampel purposive adalah penarikan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada
kepentingan atau tujuan penelitian.
Penarikan dengan sampel purposive dibagi menjadi dua cara, yaitu (a)
convenience sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan keinginan peneliti
sesuai dengan tujuan penelitian, dan (b) judgment sampling, yaitu penarikan
sampel berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008).
Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia sampai saat ini, menurut laporan
Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) per Juli 2016, berjumlah 12. Bank-bank tersebut dapat dilihat pada tabel
3.1 sebagai berikut.
69
Tabel 3.1
Bank Umum Syariah di Indonesia
No. Nama Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Victoria Syariah
3 PT. Bank BRI Syariah
4 PT. Bank Jabar Banten Syariah
5 PT. Bank BNI Syariah
6 PT. Bank Syariah Mandiri
7 PT. Bank Mega Syariah
8 PT. Bank Panin Syariah
9 PT. Bank Syariah Bukopin
10 PT. BCA Syariah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia
12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
13 PT. Bank Aceh Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
Dengan metode Purposive Sampling yang dipilih dalam pemilihan sampel
penelitian ini, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 5 Bank
Umum Syariah (BUS). Bank-bank syariah tersebut adalah Bank Bukopin Syariah,
Bank Mega Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan BRI Syariah.
Adapun kriteria-kriteria dipilihnya Bank Umum Syariah yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah:
1. Bank Umum Syariah (BUS) tersebut terdaftar di Bank Indonesia (BI) dan di
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
2. Bank Umum Syariah (BUS) tersebut memiliki data yang lengkap yang
dibutuhkan terkait variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian selama
periode 2012 – 2015 yang tersaji dalam laporan keuangan masing-masing
sampel.
70
3. Laporan Keuangan Bank Umum Syariah (BUS) yang menjadi sampel telah di
audit, sehingga data yang diambil kemungikinan tidak akan mengalami
perubahan.
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Syariah Bukopin
2 PT. Bank Mega Syariah
3 PT. BCA Syariah
4 PT. Bank BNI Syariah
5 PT. Bank BRISyariah
Sumber: Olahan Peneliti
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan data sekunder, data tersebut
diperoleh langsung dari laporan keuangan bank syariah masing-masing sampel
yang didapat dari website dan Bank Indonesia (BI). Metode yang digunakan
dalam mengumpulkan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series)
dan data silang (cross section) yang diambil dari laporan keuangan bank syariah
dengan sekala triwulan (per tiga bulan) selama periode 2012 triwulan 1 – 2015
triwulan 4.
2. Library Research
Library Research merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi
dengan membaca, mempelajari dan menganalisis literatur yang bersumber dari
71
buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini untuk
mendapatkan konsep yang tersusun dan memperoleh data yang valid.
4. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam dari
perpustakaan merupakan literatur lama, karena ilmu selalu berkembang seiring
berjalannya waktu.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan
penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga berkembang yaitu internet,
sehingga data yang diperoleh merupakan data sesuai dengan perkembangan
zaman.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel, analisis data
panel dipilih karena data dari penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data
runtun waktu (time series) dan data silang (cross section).
1. Metode Analisis Regresi Data Panel
Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan
data silang (cross section). Data panel diperkenalkan oleh Howles pada tahun
1950. Data runtut waktu biasanya meliputi satu objek (misalnya harga saham,
kurs mata uang atau tingkat inflasi), tetapi meliputi beberapa periode (harian,
bulanan, kuartalan, tahunan dan sebagainya) (Baltagi, 2005).
Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek, sering disebut responden,
(misalnya perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya laba, biaya iklan,
72
laba ditahan dan tingkat investasi) (Winarno, 2007). Banyak alasan mengapa data
panel lebih baik digunakan dalam model-model regresi dibandingkan data time
series ataupun cross section, diantaranya menurut (Baltagi, 2005) adalah:
a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, Negara, daerah
dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen.
Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat
dipertimbangan dalam perhitungan.
b. Kombinasi data time series dan data cross section akan memberikan
informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara
variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.
c. Studi pada data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan
dinamis dibandingkan studi berulang-ulang dari cross section.
d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diukur oleh data time series dan cross section,
misalnya efek dari upah minimum regional.
e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih
kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.
f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.
Diantara sekian banyak kegunaan dari data panel, salah satu manfaat yang
paling dirasakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan data panel mengatasi
masalah kekurangan data yang tidak dapat dipenuhi oleh data time series.
73
Penyelesaian model-model panel data bila dilihat dari kesalahan
pengganggunya dapat dipecahkan dengan Fixed Effect Model (FEM) atau Random
Effect Model (REM).
Kedua metode ini menghasilkan koefisien yang sangat berbeda antara satu
sama lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena asumsi yang digunakan diantara
kedua metode tersebut tidak sama. Pada FEM, varians error dari observasi satu
dengan observasi lainnya dianggap konstan.
Sementara dalam REM, varians error diasumsikan tidak sama. Akibat
ketidaksamaan dua asumsi tersebut bisa saja terjadi perbedaan keputusan dalam
melihat signifikansi dari variabel-variabel independen yang disertakan dalam
model.
Salah satu metode ekonometrik yang lazim digunakan untuk menganalisis
apakah lebih tepat FEM atau REM untuk memecahkan sistem persamaan panel
data adalah dengan Hausman-test. Selain itu berdasarkan beberapa keunggulan
dari masing-masing kedua model tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh
(Gujarati, 2003), dapat juga dilihat secara apriori model manakah yang lebih tepat.
Keunggulan yang dimaksud adalah sebagai berikut (Dariyanto dan
Hafizrianda, 2010).
a. Jika jumlah data time series (T) besar dan jumlah unit cross section (N)
kecil, maka ada sedikit perbedaan nilai parameter hasil estimasi dengan
FEM dan REM. Berarti pilihan berdasarkan pada layaknya pergitungan
mungkin FEM lebih dipilih.
74
b. Bila T kecil dan N besar, estimasi yang diperoleh dari kedua model
tersebut sangat berbeda sekali. Jika individu atau unit-unit cross section
bersifat tidak random, maka FEM yang tepat. Namun, bila unit analisis
bersifat random maka REM lebih cepat.
c. Jika error component individu dan satu atau lebih variabel independent
berkorelasi, maka estimasi dengan REM akan bias, sementara hasil dari
estimasi FEM unbiased.
d. Jika T kecil dan N besar, dan asumsi yang digunakan adalah REM, maka
estimasi REM lebih efisien dibanding FEM.
2. Estimasi Model Data Panel
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa
teknik yang ditawarkan, menurut (Nachrowi, 2006) untuk mengestimasi
parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang dapat
ditawarkan, yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan
Random Effect Model (REM).
a. Pooled Least Square
Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross
section atau time series sebagaimana telah dipelajari sebelumnya. Akan
tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus menggabungkan
data cross-section dengan time-series (pool data).
Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan
pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode PLS.
75
Bila kita punya asumsi bahwa α dan β akan sama (konstan) untuk setiap
data time series dan cross section, maka α dan β dapat diestimasi dengan
model berikut dengan menggunakan NxT pengamatan.
Yit = α + βXit + εit;i=1,2,….N; t = 1,2,….,T
Pertanyaannya apakah asumsi bahwa α dan β konstan realistis? Dalam
penelitian ini penulis mengamati pengaruh ekonomi makro dan rasio
keuangan bank terhadap margin murabahah perbankan syariah. Apakah
realistis jika dibuat suatu model, dimana Return On Assets (ROA) dan Dana
Pihak Ketiga (DPK)mempunyai intercept yang sama dengan Inflasi dan BI
rate?
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua buah teknik yang
biasanya digunakan untuk membuat model dari data panel, yaitu Metode Efek
Tetap (Fixed Effect Model) dan Metode Efek Random (Random Effect
Model).
b. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan
model memungkinkan adanya intercept ini mungkin berubah untuk setiap
individu dan waktu. Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran
pembentukan model tersebut.
Asumsi pembuatan model yang menghasilkan α konstan untuk setiap
individu (i) dan waktu (t) kurang realistis. Dalam efek tetap (Fixed Effect
Model) atau disingkat (FEM) kita dapat mengatasi hal tersebut, karena
metode ini memungkinkan adanya perubahan α pada setiap i dan t.
76
Secara matematis model FEM dinyatakan sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + β𝑋𝑖𝑡 + 𝑦2𝑊2𝑡 + 𝑦3𝑊3𝑡 + …+ 𝑦𝑁𝑊𝑁𝑡 + 𝛿2𝑍𝑖2 + …+ 𝛿𝑇𝑍𝑖𝑇
+ εit
Dimana:
𝑌𝑖𝑡 = Variabel terikat untuk individu ke-I dan waktu ke-t
𝑋𝑖𝑡 = Variabel bebas untuk individu ke-I dan waktu ke-t
𝑊𝑖𝑡 dan 𝑍𝑖𝑡 variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut:
𝑊𝑖𝑡 = 1; untuk individu I;I = 1,2,…, N
= 0 ; lainnya.
𝑍𝑖𝑡 = 1; untuk periode t; t=1,2…,T
= 0 ; lainnya
Dari model diatas terlihat bahwa sesungguhnya FEM adalah sama dengan
regresi yang menggunakan dummy variabel sebagai variabel bebas, sehingga
dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS). Dengan diestimasinya
tersebut menggunakan OLS, maka akan memperoleh estimator yang tidak
bias dan konsisten.
c. Model Efek Random (Random Effect)
Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar individu dan atau waktu
dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random, perbedaan
tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa
error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section.
77
Pada FEM perbedaan karakteristik individu dan waktu diakommodasikan
pada intercept-nya berubah antar individu dan antar waktu. Sementara Model
Efek Random atau Random Effect Model (REM) perbedaan karakteristik
individu dan waktu diakomodasikan pada eror dari model. Mengingat ada dua
komponen yang mempunyai kontribusi pada pembentukan error, yaitu
individu dan waktu, maka random error untuk komponen individu, error
komponen waktu dan error gabungan.
Dengan demikian, persamaan REM diformulasikan sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + β𝑋𝑖𝑡 + 휀𝑖𝑡 ; 휀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑉𝑡 + 𝑊𝑖𝑡
Dimana:
𝑢𝑖 : komponen error cross-section
𝑉𝑖 : komponen error time-series
𝑊𝑖𝑡 : komponen error gabungan
Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error tersebut adalah:
𝑢𝑖~N 0,𝜎𝑢2 ;
𝑉𝑡~N 0,𝜎𝑢2 ;
𝑊𝑖𝑡~N 0,𝜎𝑢2 ;
Melihat persamaan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa REM
menganggap efek rata-rata dari data cross section dan time series
direpresentasikan dalam intercept.
Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time series
direpresentasikan dalam 𝑉𝑡 dan deviasi untuk data cross section dinyatakan
dalam 𝑢𝑖 . Kita telah mengetahui bahwa:
78
휀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑉𝑡 + 𝑤𝑖𝑡
Dengan demikian varians dari error tersebut dapat dituliskan dengan:
𝑉𝑎𝑟 𝜖𝑖𝑡 = 𝜎𝑢2 + 𝜎𝑣2 + 𝜎𝑤2
3. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel
Menurut (Nachrowi dan Usman, 2006) untuk menentukan model data panel
yang dipilih, diperlukan pengujian beberapa tahap, yaitu
a. Chow Test, untuk memilih antara PLS dan FEM
b. Hausmann Test, untuk memilih antara FEM dan REM
Keunggulan pendekatan FEM dapat membedakan efek individual dan efek
waktu, FEM tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen eror tidak memiliki
korelasi dengan variabel bebas yang memungkinkan sulit dipenuhi.
Sedangkan keunggulan pendekatan REM mempunyai parameter lebih sedikit
sehingga derajat kebebasannya lebih besar dibandingkan dengan FEM (Nachrowi
dan Usman, 2006).
Ada 2 tahapan dalam memilih metode estimasi data panel. Pertama-tama kita
akan membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian dilakukan uji
Chow. Jika hasil menunjukkan model PLS yang diterima, maka model PLS-lah
yang akan dianalisa.
Tapi jika model FEM yang diterima, maka tahap kedua yang dijalankan yakni
melakukan perbandingan lagi dengan model REM. Setelah itu dilakukan
pengujian dengan Hausman test untuk menentukan model mana yang akan
dipakai, apakah FEM atau REM.
a. Uji Chow
79
Uji Chow (F statistik) adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
model mana yang lebih baik di antara Pooled Least Square (PLS) atau Fixed
Effect Model (FEM) yang lebih tepat digunakan dalam penelitian (Juanda dan
Junaidi, 2012).
Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah:
𝐶𝐻𝑂𝑊 =N−1
NT−N−K
Dimana:
N : jumlah data cross section
T : jumlah data time series
K : jumlah variabel penjelas
Pengujian Uji Chow memiliki hipotesis, hipotesis dari uji chow adalah
sebagai berikut:
H0 : model menggunakan pendekatan Pooled Least Square (PLS)
H1 : model menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik, jika F statistik lebih besar
dari F tabel maka H0 ditolak. Nilai Chow menunjukkan nilai F statistik. Jika
nilai Chow yang kita dapat lebih besar dari nilai F tabel, maka kita
menggunakan Fixed Effect Model (Juanda dan Junaidi, 2012).
Atau kita dapat melihat kepada nilai probabilitas cross section F dan Chi
Square, dengan ketentuan:
Jika probabilitas < 0,05 berarti H0 ditolak
Jika probabilitas > 0,05 berarti H0 diterima
80
b. Uji Hausmann
Uji Hausmann digunakan untuk menentukan model Fixed Effect Model
(FEM) atau Random Effect Model (REM) yang paling tepat digunakan
(Juanda dan Junaidi, 2012).
Pengujian uji Hausmann dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0 : model menggunakan pendekatan Random Effect Model (REM)
H1 : model menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Statistik uji Hausmann ini mengikuti distribusi Chi Square dengan degree
of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen.
H=(βRE - βFE)1 (ΣFE – ΣRE)
-1 (βRE – βFE)
keterangan:
βRE : Random Effect Estimator
βFE : Fixed Effect Estimator
ΣFE : Matriks Kovarians Fixed Effect
ΣRE : Matriks Kovarians Random Effect
Menurut (Juanda dan Junaidi, 2012) jika nilai statistik Hausmann lebih
besar dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah model
fixed effect, sedangkan sebaliknya bila nilai nilai statistik Hausmann lebih
kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah random effect, dengan
ketentuan:
Jika probabilitas < 0,05 maka ditolak H0
81
Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0
c. Uji Asumsi Klasik
Kelebihan penelitian menggunakan data panel adalah data yang
digunakann menjadi lebih informatif, variabilitasnya lebih besar, kolineariti
yang lebih rendah diantara variabel dan banyak derajat bebas (degree of
freedom) dan lebih efisien. Panel data dapat mendeteksi dan mengukur dampak
dengan lebih baik dimana hal ini tidak bisa dilakukan dengan metode cross
section maupun time series.
Pengujian asumsi kalsik tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena
penelitian ini menggunakan jenis data panel yang membolehkan identifikasi
parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang tertata atau tidak
mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik (Verbeek, 2004).
Panel data memungkinkan mempelajari lebih kompleks mengenai perilaku
yang ada dalam model sehingga pengujian data panel tidak memerlukan uji
asumsi klasik (Gujarati, 1992).
4. Uji Statistik
Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan
beberapa pengujian (Gujarati, 2003):
a. Uji t-Statistik (Parsial)
Uji statistik T digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang dimasukan dalam model regresi secara individual terhadap variabel
dependen (Ghazali, 2013).
Uji t-statistik parsial dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus:
82
tibj
Sbj
keterangan:
ti : Nilai t hitung
bj : Koefisien regresi
Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi
Dimana:
Sbj = 𝑆𝑒2
𝐷𝑒𝑡 {𝐴} (𝐾𝑖𝑖)
keterangan:
Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi
Se : Kesalahan baku estimasi
Det [A] : Determinasi Maktriks A
Kii : Kofaktor Matriks A
Dimana:
SeΣ Y−Ỹ ²
n−k
keterangan:
Se : Kesalahan baku estimasi
(Y - Ỹ)2
: Kuadrat selisih nilai Y riil dnegan nilai Y prediksi
n : ukuran sampel
k : Jumlah variabel yang diamati
83
Hipotesis:
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
H1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika probabilitas < 0,05 maka tolak H0
Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0
Jika t-hitung ≤ T-tabel : H0 diterima dan H1 ditolak
Jika t-hitung ≥ T-tabel : H0 ditolak dan H1 diterima
b. Uji F-Statistik (Simultan)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat (Ghazali, 2013).
Hipotesis:
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
H1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen.
Uji F-Statistik dapat diselesaikan dengan rumus:
84
Keterangan:
F : Nilai F hitung
R2
: koefisien determinasi
n : jumlah cross section
T : jumlah time series
K : jumlah variabel independen
Dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika probabilitas < 0,05 maka tolak H0
Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0
Jika f-hitung ≤ F-tabel : H0 diterima dan H1 ditolak
Jika f-hitung > F-tabel : H0 ditolak dan H1 diterima
c. 𝑅2 Adjusted
Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang
dapat dilihat melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian ini
lebih dari dua (Winarno, 2007).
Pengujian koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa besar
garis regresi sesuai dengan data akrualnya. Koefisien determinasi ini
mengukur persentase total varian variabel dependen Y yang dijelaskan oleh
variabel independen dalam garis regresi. Nilai 𝑅2 selalu terletak di antara 0
dan 1 (0 <𝑅2< 1). Semakin besar 𝑅2
, semakin baik hasil untuk model regresi
tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara
keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen.
85
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap penambahan satu variabel independen, maka 𝑅2 pasti meningkat tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen atau tidak.
Uji Adjusted R square dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus:
𝑅2 = 𝐸𝑆𝑆
𝑇𝑆𝑆
keterangan:
R2 : koefisien determinasi
ESS : Explained Sum of Square
TSS : Total Sum of Square
Untuk mengatasi permasalah tersebut, suatu pengukuran kelayakan yang
sesuai lainnya telah dikembangkan. Ukuran yang merupakan modifikasi dari
𝑅2 ini memberikan penalty bagi penambahan variabel penjelas yang tidak
menurunkan residual secara signifikan. Ukuran ini disebut Adjusted 𝑅2
(Ariefianto, 2012).
5. Model Empiris
Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen,
maka digunakan model regresi data panel dengan persamaan sebagai berikut:
𝑌𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + 𝛽3𝑋3𝑖𝑡 + 𝛽4𝑋4 + 휀𝑖𝑡
Keterangan:
Y = Margin Murabahah , i = 1,2,…N (untuk individu)
t = 1,2,…N (untuk waktu)
86
X1 = ROA terhadap Margin Murabahah
X2 = DPK terhadap Margin Murabahah
X3 = Inflasi terhadap Margin Murabahah
X4 = BI rate terhadap Margin Murabahah
Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu
melalui software statistik dan ekonometrik dalam PC yang sesuai, yaitu program
E-views versi 9.0.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Margin Murabahah (Y)
Margin murabahah adalah selisih antara harga jual dan harga beli yang telah
disepakati bersama antara pihak bank dengan debitur pada pembiayaan
murabahah.
2. Return On Asset (ROA) (X1)
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)
setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau
total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan laba.
3. Dana Pihak Ketiga (DPK) (X2)
DPK adalah dana yang dihimpun oleh bank dari masyarakat yang kemudian
disalurkan kedalam pembiayaan kepada nasabah peminjam yang membutuhkan
dengan menggunakan dana yang diperoleh tersebut. Bank berkewajiban
87
memberikan nisbah atau bonus kepada pemilik dana, nisbah atau bonus tersebut
diperoleh bank melalui kegiatan investasi yang dananya diperoleh dari DPK.
4. Inflasi (X3)
Inflasi adalah tingkat inflasi regional per bulan yang menjadi sebuah indikator
untuk melihat tingkat perubahan dandianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi.
5. BI rate (X4)
BI rate, adalah suku bunga bank Indonesia yang digunakan sebagai salah satu
rujukan dalam menetapkan tingkat suku bunga pada bank konvensional ataupun
margin pembiayaan murabahah pada banksyariah. Tidak adanya acuan dalam
menetapkan margin, membuat BI rate dijadikan rujukan dalam menentukan
margin oleh bank syariah.
131
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank syariah merupakan suatu lembaga yang melaksanankan tiga fungsi
utama yaitu menerima pinjaman, memberikan pinjaman dan memberikan
pelayanan jasa yang berlandaskan pada prinsip syariah Islam. Bank Islam atau di
Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi
memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha
(investasi, jual beli atau lainnya) berlandaskan prinsip syariah, yaitu aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
penyimpanan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat keadilan, maslahah,
sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang
nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan
meragukan (gharar) (Karim, 2013).
Sedangkan menurut (Siamat, 2004) bank syariah adalah bank yang
menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu mengacu
kepada Al-Qur‟an dan Hadits, berusaha sesuai dengan prinsip syariat Islam yang
dimaksud disini adalah beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam antara lain
misalnya menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur-unsur riba dan
melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan perdagangan.
89
Jika dalam konsep konvensional memaksimumkan profit merupakan tujuan
utama dari sebuah bank komersil, sebaliknya bank Islam yang selain mencari
keuntungan juga mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan nilai-nilai Islam
dengan bertransaksi secara adil, bisnis yang halal, tidak menerapkan sistem bunga,
tidak monopoli dan mengeluarkan zakat (Haron, 1997). Pembentukan bank
syariah semula memang banyak diragukan, karena banyak yang menganggap
bahwa sistem perbankan bebas bunga (interest free) adalah suatu yang tidak lazim
dan tidak mungkin dilakukan serta adanya pertanyaan tentang bagaimana bank
akan membiayai operasinya.
Tetapi dilain pihak, bank Islam adalah satu alternatif sistem ekonomi Islam,
yang dapat menentramkan para penganut agama Islam, karena dapat menjalankan
kebutuhan mereka di dunia tanpa melanggar aturan (syariat) yang ada dalam Al-
Qur‟an dan Hadits (Hamidi, 2003). Sistem ekonomi berbasis syariah, memiliki
karakteristik positif yang menonjol juga memiliki aspek keadilan dan kejujuran
dalam bertransaksi. Dimana dalam ekonomi syariah melakukan suatu sistem
untuk menawarkan investasi yang ber-etika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi serta menghindari adanya suatu
kegiatan yang bersifat spekulatif dalam bertransaksi keuangan (Rivai, 2010).
Perbankan syariah di Indonesia telah tumbuh dan berkembang, dari pertama
berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992 sampai saat ini
berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) per Juli 2016 yang dikeluarkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah Bank Umum Syariah berjumlah 12
BUS, dengan jumlah 456 Kantor Cabang, 1.161 Kantor Cabang Pembantu dan
90
182 Kantor Kas. Tidak hanya Bank Umum Syariah, perkembangan tersebut juga
diikuti oleh jumlah Unit Usaha Syariah yang hingga saat ini tercatat sudah
mencapai 22 Unit Usaha Syariah dengan 149 Kantor Cabang, 135 Kantor Cabang
Pembantu dan 44 Kantor Kas yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.
Setelah mendeskripsikan Bank Syariah secara umum, selanjutnya penulis
akan sedikit membahas 5 Bank Umum Syariah yang menjadi objek dari penelitian
ini, bank-bank tersebut yaitu:
1. PT Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank
Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank
konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk.
PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank
Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan
merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan
nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin
Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank
Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh
kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor
24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank
Umum dan Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
91
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang
dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003.
Dalam perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui
tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun
2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian
Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan
Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah
Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008
Kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf
Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan
akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 Kantor Pusat
dan Operasional, 11 Kantor Cabang, 7 Kantor Cabang Pembantu, 4 Kantor Kas, 1
unit mobil kas keliling, dan 76 Kantor Layanan Syariah, serta 27 mesin ATM
BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin
(www.syariahbukopin.co.id).
2. PT Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan
pada 14 Juli diakuisisi oleh CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora
(d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak
92
awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum
konvensional itu menjadi bank umum syariah.
Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu
dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank
Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia
(BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank
Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum
konvensional menjadi bank umum syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian,
pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo
BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-
nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010
sampai dengan sekarang, melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama
menjadi PT Bank Mega Syariah.
Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa", CT
Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung
jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank umum syariah
terbaik di industri perbankan syariah nasional.
Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank.
Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan
93
terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di
industri perbankan nasional.
Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat
umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar
dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari
Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah
mencapai Rp787,204 miliar.
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank Mega
Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehati-hatian, serta
menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam melakukan
kegiatan usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan perbankan yang
semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah kantor cabang di seluruh
Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus mengukuhkan
semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki
pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin
berperan lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas
memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa.
Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat
dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas
jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik,
94
tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu
akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu
bank umum syariah terbaik di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari
Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima
setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank
ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung secara
online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu
tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi
kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia (www.megasyariah.co.id).
3. PT Bank BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa
tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi syariah
semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah,
maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat
dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, .PT.Bank Central Asia, Tbk
(BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang
nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah.
Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan
Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji Rezeki
Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan usaha dan
perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA Syariah. Akta
perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
95
dalam Surat Keputusannya No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010.
Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA
Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank
Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance.
Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank umum
syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur
BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan memperoleh
izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi beroperasi sebagai
bank umum syariah (www.bcasyariah.co.id).
4. BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan
dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan
yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998,
pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI
dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan
Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang
dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor
Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional
perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.
Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma‟ruf
96
Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga
telah memenuhi aturan syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010
tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI
Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa
status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana
tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah
sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010
tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu
dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan
syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan
syariah juga semakin meningkat. Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai
65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil
Layanan Gerak dan 20 Payment Point (www.bnisyariah.co.id).
5. BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008,
maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi
beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula
97
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan
perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah bank
ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah
dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah
dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk
yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah.
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember
2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses
spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan
dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT.
Bank BRISyariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,
jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada
segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel
modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi dengan
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah
dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan
98
dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah
(www.brisyariah.co.id).
B. Deskripsi Data
Data yang akan dideskripsikan pada penelitian ini terdiri dari satu data
dependen yaitu margin murabahah dan data independen yang berjumlah empat,
yaitu Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi dan BI rate.
1. Deskripsi Variabel Margin Murabahah
Biaya yang telah dikeluarkan (cost recovery) bisa didekati dengan membagi
proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target volume pembiayaan
murabahah. Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah
dengan keuntungan yang diinginkan bank. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga
jual pada skema murabahah merupakan jumlah dari harga beli bank ditambah
dengan cost recovery dan ditambah dengan keuntungan yang diinginkan.
Sedangkan margin merupakan selisih dari harga jual dikurangi dengan harga beli
(Zaenuri, 2012).
Semakin murah harga jual yang ditawarkan bank syariah dapat dijadikan
petunjuk bahwa bank syariah tersebut beroperasi dengan efisien. Harga jual
pembiayaan murabahah yang relatif murah, maka akan mendorong sektor riil
untuk lebih berkembang lagi (Perwataatmadja, 2004).
Berikut adalah pendapatan margin murabahah yang diperoleh oleh lima bank
syariah yang menjadi objek penelitian dari tahun 2012 triwulan I sampai dengan
2015 triwulan IV.
99
Tabel 4.1
Pendapatan Margin MurabahahObjek Penelitian
Periode 2012 – 2015 (dalam Jutaan Rupiah)
Pendapatan Margin Murabahah
2012 2013 2014 2015
Bukopin
Syariah
T 1 36999 51461 63517 68954
T 2 80344 105729 126904 134852
T 3 129239 166471 195807 199356
T 4 183716 229291 262719 262893
Mega
Syariah
T 1 223697 287115 303167 215095
T 2 455875 591245 592761 412734
T 3 707460 895827 856897 588587
T 4 980869 1213053 1115128 742151
BCASyariah
T 1 10047 13125 19297 31376
T 2 19475 25698 40169 69350
T 3 29988 38521 51565 109753
T 4 41809 54142 89607 155220
BNI
Syariah
T 1 111050 173699 285613 417637
T 2 236166 369196 604306 849185
T 3 370559 595205 955343 1297748
T 4 527024 854003 1450260 1741998
BRI
Syariah
T 1 201361 250714 340296 378358
T 2 416414 525497 669754 739359
T 3 645033 824143 1020236 1098634
T 4 887848 1133476 1335164 1458382
Rata-rata 314749 419881 518925 548581
Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah
Berdasarkan tabel 4.1, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012
pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar
Rp980.869.000 pada triwulan IV, dan terendah oleh BCA Syariah sebesar
100
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
Bukopin Syariah
Mega Syariah
BCA Syariah BNI Syariah BRI Syariah
2012
2013
2014
2015
Rp10.047.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin murabahah dari ke
lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2012 sebesar Rp 314.748.650.
Pada tahun 2013 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh Bank
Mega Syariah pada triwulan IV sebesar Rp 1.213.053.000 dan terendah oleh BCA
Syariah sebesar Rp 13.125.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin
murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2013 sebesar Rp
419.880.550.
Pada tahun 2014 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh BNI
Syariah sebesar Rp 1.450.260.000 pada triwulan IV dan terendah oleh Bank BCA
Syariah sebesar Rp 19.297.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin
murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2014 sebesar Rp
518.925.500.
Pada tahun 2015 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh BNI
Syariah sebesar Rp 1.741.998.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA
Syariah sebesar Rp 31.376.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin
murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2015 sebesar Rp
548.581.100.
Grafik 4.1
Rata-rata Pendapatan Margin MurabahahObjek Penelitian
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
101
Berdasarkan grafik 4.1, pendapatan margin murabahah diantara ke lima bank
syariah sangat fluktuatif setiap tahunnya dan tidak ada satu bank syariah yang
selalu mendominasi pendapatan margin murabahah.
Pendapatan margin bank Bukopin Syariah selalu di bawah rata-rata setiap
tahunnya, sementara pendapatan margin bank Mega Syariah selalu di atas rata-
rata. BNI Syariah dan BRI Syariah selalu mengalami peningkatan dalam
pendapatan margin setiap tahunnya. Pada tahun 2012 – 2013 pendapatan margin
BCA Syariah selalu di atas rata-rata, namun di tahun 2014 – 2015 pendapatan
margin BCA Syariah di bawah rata-rata.
2. Deskripsi Variabel Return On Asset (ROA)
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)
setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau
total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan
dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran
keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah
perusahaan (Astuti, 2004).
ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan
rata-rata aktiva (Average Assets). Keuntungan bagi paara pemilik bank merupakan
hasil dari tingkat keuntungan (Profitability) dan tingkat laverage yang dapat
dipakai.
Laba yang dihasilkan oleh bank syariah mayoritas datang dari produk
pembiayaan murabahah, maka semakin tinggi volume pembiayaan murabahah
102
maka semakin tinggi laba yang didapat dari margin murabahah dan semakin
tinggi pula ROA dari bank syariah tersebut.
Tabel 4.2
Return On Assets (ROA) Objek Penelitian
(dalam persentase)
Return On Assets (ROA)
2012 2013 2014 2015
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 0.54 1.08 0.22 0.35
Triwulan 2 0.52 1.04 0.27 0.49
Triwulan 3 0.61 0.79 0.23 0.66
Triwulan 4 0.55 0.69 0.27 0.79
Mega
Syariah
Triwulan 1 3.52 3.57 1.18 -1.21
Triwulan 2 4.13 2.94 0.99 -0.73
Triwulan 3 4.11 2.57 0.24 -0.34
Triwulan 4 3.81 2.33 0.29 0.3
BCA
Syariah
Triwulan 1 0.39 0.92 0.86 0.71
Triwulan 2 0.74 0.97 0.69 0.78
Triwulan 3 0.69 0.99 0.67 0.86
Triwulan 4 0.84 1.01 0.76 1.00
BNI
Syariah
Triwulan 1 0.63 1.62 1.22 1.2
Triwulan 2 0.65 1.24 1.11 1.3
Triwulan 3 1.31 1.22 1.11 1.32
Triwulan 4 1.48 1.37 1.27 1.43
BRI
Syariah
Triwulan 1 0.17 1.71 0.46 0.53
Triwulan 2 1.21 1.41 0.03 0.78
Triwulan 3 1.34 1.36 0.2 0.8
Triwulan 4 1.19 1.15 0.08 0.76
Rata-rata 1.42 1.49 0.6 0.58
Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah
Berdasarkan tabel 4.2, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012
ROA tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah pada triwulan II sebesar 4.13%
103
dan terendah oleh BRI Syariah sebesar 0.17% pada triwulan I, rata-rata ROA dari
ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2012 sebesar 1.42%.
Pada tahun 2013 ROA tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar
3.57% pada triwulan I dan terendah oleh Bank Bukopin Syariah sebesar 0.69%
pada triwulan IV, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada
tahun 2013 sebesar 1.49%.
Pada tahun 2014 ROA tertinggi dicapai oleh Bank BNI Syariah sebesar
1.27% pada triwulan IV dan terendah oleh BRI Syariah sebesar 0.03% pada
triwulan II, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun
2014 sebesar 0.60%.
Pada tahun 2015 ROA tertinggi dicapai oleh Bank BNI Syariah sebesar
1.43% pada triwulan I dan terendah oleh Bank Mega Syariah sebesar -1.21% pada
triwulan I, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun
2015 sebesar 0.58%.
Grafik 4.2
Rata-rata ROAObjek Penelitian
Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah, diolah kembali
-1
0
1
2
3
4
5
Bukopin Syariah
Mega Syariah
BCA Syariah BNI Syariah BRI Syariah
2012
2013
2014
2015
104
.ROA bank Mega Syariah berdasarkan grafik 4.2, pada tahun 2012 di atas
rata-rata, sementara ke empat bank syariah lain berada di bawah rata-rata. Begitu
pula di tahun 2013 di saat ROA bank syariah lain di bawah rata-rata, ROA bank
Mega Syariah tetap di atas rata-rata. Pada tahun 2014 ROA dari semua bank
syariah di atas menunjukkan di atas rata-rata, begitu pula di tahun selanjutnya.
Namun, hanya bank Mega Syariah yang jauh di bawah rata-rata pada tahun 2015.
3. Deskripsi Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat diterapkan
dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah
dan al-musaqah. Namun prinsip yang paling banyak digunakan adalah al-
musyarakah, al-mudharabah. Bagi hasil ini juga akan diberikan kepada pemilik
Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu pemilik dana tabungan maupun pemilik dana
deposito sebagai imbal hasil karena mereka menginvestasikan dananya di
perbankan syariah (Rahma, 2016).
Dalam penyaluran dana yang bersumber dari dana pihak ketiga bank harus
cermat, penyaluran dana yang disalurkan ke dalam pembiayaan murabahah
menjadi pilihan utama pada umumnya bagi bank-bank syariah di Indonesia,
karena pembiayaan ini merupakan pembiayaan dengan risiko yang lebih rendah
dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain. Disamping harus menyalurkan
dananya, bank harus menjaga kelikuiditasan dana tersebut. Berikut adalah data
DPK bank syariah yang menjadi sampel penelitian:
105
Tabel 4.3
Dana Pihak Ketiga(DPK) Objek Penelitian
(Jutaan Rupiah)
2012 2013 2014 2015
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 2240430 3079920 3428774 3915239
Triwulan 2 2476161 3204602 3372243 4061048
Triwulan 3 2609448 3352211 3449246 4337818
Triwulan 4 2850784 3272262 3994957 4756303
Mega
Syariah
Triwulan 1 5124808 7251018 7073389 5075152
Triwulan 2 5019289 7046031 6898350 4429784
Triwulan 3 6531083 7107187 6755362 4008673
Triwulan 4 7090422 7730738 5821319 4268834
BCA
Syariah
Triwulan 1 938446 1200456 1680808 2379674
Triwulan 2 925413 1283684 1861348 2713701
Triwulan 3 951829 1418684 1886345 2605729
Triwulan 4 1261824 1703049 2338709 3255154
BNI
Syariah
Triwulan 1 6921122 10683235 12613835 17422874
Triwulan 2 7247944 10386112 13509005 17321427
Triwulan 3 7721027 10960565 14932565 18930222
Triwulan 4 8980035 11488209 16246405 19322756
BRI
Syariah
Triwulan 1 8899482 13011182 13990979 17562001
Triwulan 2 9410923 13832170 15116585 17310457
Triwulan 3 10153407 13924879 15496505 18863643
Triwulan 4 11948889 14349712 16947388 20123658
Rata-rata 5465138 7314295 8370706 9633207
Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah
Berdasarkan tabel 4.3, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012
DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah pada triwulan IV sebesar Rp
11.948.889.000 dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp 925.413.000 pada
triwulan II, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun
2012 sebesar Rp 5.465.138.300.
106
Pada tahun 2013 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp
14.349.712.000 pada triwulan IV dan terendah oleh Bank BCA Syariah sebesar
Rp 1.200.456.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum
Syariah diatas pada tahun 2013 sebesar Rp 7.314.295.300.
Pada tahun 2014 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp
16.947.388.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp
1.680.808.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah
diatas pada tahun 2014 sebesar Rp 8.370.705.850.
Pada tahun 2015 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp
20.123.658.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp
2.379.674.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah
diatas pada tahun 2015 sebesar Rp 9.633.207.350.
Grafik 4.3
Rata-rata DPKObjek Penelitian
Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah, data diolah
Berdasarkan grafik 4.3, DPK dari bank Bukopin Syariah, Mega Syariah dan
BCA Syariah selama 2012 – 2015 selalu di bawah rata-rata, sementara BNI
0
5000000
10000000
15000000
20000000
Bukopin Syariah
Mega Syariah
BCA Syariah
BNI Syariah
BRI Syariah
2012
2013
2014
2015
107
Syariah dan BRI Syariah merupakan bank yang selalu di atas rata-rata atas DPK
yang telah terhimpun selama periode 2012 - 2015.
4. Deskripsi Variabel Inflasi
Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu
institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bank
sangat rentan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya (Rivai,dan
Andria 2009).Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum
dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu (Karim, 2008.).
Harga beli komoditas dalam pembiayaan murabahah salah satunya
ditentukan oleh tingkat inflasi yang ada, semakin tinggi infasi maka semakin
tinggi pula harga beli yang dikeluarkan pihak bank dalam membeli barang
pesanan murabahah, semakin tinggi harga beli yang dikeluarkan maka semakin
tinggi pula harga jual yang diberi oleh pihak bank kepada nasabah pembiayaan
murabahah. Tingginya harga jual yang ditetapkan bank akan menurunkan volume
pembiayaan murabahah, yang menyebabkan menurunnya pendapatan bank dari
margin murabahah yang dilakukan. Berikut adalah tabel dari data inflasi dari
tahun 2012 – 2015.
Tabel 4.4
Tingkat Inflasi Indonesia
2012 2013 2104 2105
Triwulan 1 3.97 5.90 7.32 6.38
Triwulan 2 4.53 5.90 6.70 7.26
Triwulan 3 4.31 8.40 4.53 6.83
Triwulan 4 4.30 8.38 8.36 3.35
Rata-rata 4.27 7.14 6.72 5.95
Sumber : Bank Indonesia, data diolah
108
Berdasarkan tabel 4.4, pada tahun 2012 tingkat inflasi terendah berada pada
triwulan I sebesar 3.97% dan tertinggi pada triwulan II sebesar 4.53%, rata-rata
tingkat inflasi pada tahun 2012 sebesar 4.27%.
Pada tahun 2013 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan I dan II sebesar
5.90% dan tertinggi pada triwulan III sebesar 8.40%, rata-rata tingkat inflasi pada
tahun 2013 sebesar 7.14%.
Pada tahun 2014 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan III sebesar
4.53% dan tertinggi berada pada triwulan IV sebesar 8.36%, rata-rata tingkat
inflasi pada tahun 2014 sebesar 6.72%.
Pada tahun 2015 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan IV sebesar
3.35% dan tertinggi berada pada triwulan II sebesar 7.26%, rata-rata tingkat
inflasi pada tahun 2015 sebesar 5.95%.
Grafik 4.4
Tingkat Infasi Indonesia
(dalam persentase)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan grafik 4.4, terlihat bahwa tingkat inflasi tertinggi selama tahun
2012 - 2015 berada pada tahun 2013 triwulan 3 dan 4 dan terendah pada tahun
2015 triwulan ke empat. Dari grafik di atas terlihat bahwa tingkat inflasi Indonesia
sangat fluktuatif baik dari segi tahun ke tahun maupun Triwulan.
3.97
5.97.32
6.38
4.535.9
6.7 7.26
4.31
8.4
4.53
6.83
4.3
8.38 8.36
3.35
2012 2013 2014 2015
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4
109
5. Deskripsi Variabel BI Rate
BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada public (www.bi.go.id).
(Muhammad, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan
riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barang-
barang murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang
tersebut.
Semakin tinggi bunga pasar yang berlaku, maka semakin tinggi pula nisbah
bagi hasil maupun margin bank syariah. Hal tersebut selalu dilakukan oleh setiap
bank syariah dalam rangka persaingan usaha dengan bank-bank syariah maupun
konvensional.
Tabel 4.5
Tingkat BI rate
BI rate
2012 2013 2014 2015
Triwulan 1 5.75 5.75 7.50 7.50
Triwulan 2 5.75 6.00 7.50 7.50
Triwulan 3 5.75 7.25 7.50 7.50
Triwulan 4 5.75 7.50 7.75 7.50
Rata-rata 5.75 6.62 7.56 7.50
Sumber : Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan tabel 4.5, pada tahun 2012 BI rate tidak mengalami perubahan
dari triwulan I sampai IV yaitu sebesar 5.75%. Pada tahun 2013 BI rate terendah
110
berada pada triwulan I sebesar 5.75% dan tertinggi berada pada triwulan IV
sebesar 7.50%, rata-rata BI rate pada tahun 2013 sebesar 6.62%.
Pada tahun 2014 BI rate terendah berada pada triwulan I,II dan III sebesar
7.50% dan tertinggi berada pada triwulan IV sebesar 7.75%, rata-rata BI rate pada
tahun 2014 sebesar 7.56%. Pada tahun 2015 BI rate tidak mengalami perubahan
dari kuartal 1 sampai 4 yaitu sebesar 7.50%.
Grafik 4.5
Tingkat BI rate
.Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan grafik 4.5, untuk variabel BI rate terlihat bahwa laju BI rate
selama hampir 6 tahun terakhir sangat setabil, tidak ada pergerakan secara
menanjak dan menurun yang sangat signifikan. BI rate tertinggi berada pada
tahun 2014 kuartal terakhir.
6. Analisis Statistik Deskriptif Antar Variabel
Menurut (Mulyono, 2005), statistik deskriptif berhubungan dengan
peringkasan seperangkat data dan penyajiannya dalam bentuk yang dapat
dipahami. Tabel di bawah merupakan tampilan output untuk statistik deskriptif
dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yang terdiri dari 5 Bank
Umum syariah yang diobservasi, yaitu Bank Bukopin Syariah, Bank Mega
5.75 5.75
7.5 7.5
5.75 6
7.5 7.5
5.75
7.25 7.5 7.5
5.75
7.5 7.75 7.5
2012 2013 2014 2015
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4
111
Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan BRI Syariah serta kondisi makro
ekonomi Indonesia.
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Antar Variabel
MARGIN ROA DPK INFLASI BI_RATE
Mean 450533.9 1.029250 7695837. 6.026250 6.859375
Median 286364.0 0.850000 6643223. 6.140000 7.500000
Maximum 1741998. 4.130000 20123658 8.400000 7.750000
Minimum 10047.00 -1.210000 925413.0 3.350000 5.750000
Std. Dev. 423078.3 0.949046 5624128. 1.647160 0.838968
Skewness 1.019791 1.471114 0.670261 -0.010354 -0.495260
Kurtosis 3.188633 6.151901 2.166935 1.694535 1.309016
Jarque-Bera 13.98494 61.97062 8.303320 5.682228 12.80185
Probability 0.000919 0.000000 0.015738 0.058361 0.001660
Sum 36042716 82.34000 6.16E+08 482.1000 548.7500
Sum Sq. Dev. 1.41E+13 71.15435 2.50E+15 214.3379 55.60547
Observations 80 80 80 80 80
Sumber : Hasil Output E-Views diolah kembali
Berdasarkan tabel 4.6, kita bisa melihat bahwa nilai rata-rata ROA dari ke
tujuh bank umum syariah yang diobservasi sebesar 1.208%, sedangkan NPF dari
ke tujuh bank umum syariah yang diobservasi sebesar 2.762%. Rata-rata inflasi
yang terjadi pada periode yang dijadikan penelitian adalah sebesar 5.67%,
sedangkan BI rate selama periode penelitian adalah sebesar 6.78%.
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Antar Variabel
Objek Penelitian
Margin ROA DPK Inflasi BI rate
Bukopin Syariah Mean 143640.8 0.56 3400090 6.02 6.85
Mega Syariah Mean 636353.8 1.73 6076965 6.02 6.85
BCA Syariah Mean 49946.38 0.80 1775303 6.02 6.85
BNI Syariah Mean 677437.0 1.21 12792959 6.02 6.85
BRI Syariah Mean 745291.8 0.82 14433866 6.02 6.85
Sumber: Hasil output E-views data diolah kembali
112
Berdasarkan tabel 4.7, maka kita dapat melihat bahwa nilai mean terbesar
untuk margin murabahah dimiliki oleh Bank BRI Syariah dengan angka sebesar
Rp 745.291.800, lalu diikuti oleh BNI Syariah dengan Rp 677.437.000 dan Bank
Mega Syariah dengan Rp 636.353.800.
Sedangkan untuk ROA terbesar dimiliki oleh Bank Mega Syariah dengan
rata-rata ROA sebesar 1.73%, lalu diikuti oleh Bank BNI Syariah sebesar 1.21%
dan BRI Syariah dengan 0.82%. Dan untuk DPK terbesar dimiliki oleh BRI
Syariah dengan rata-rata DPK sebesar Rp 14.433.866.000 , diikuti oleh BNI
Syariah dengan rata-rata sebesar Rp 12.792.959.000 dan Bank Mega Syariah
dengan rata-rata sebesar Rp 6.076.965.000.
Meskipun BRI Syariah paling banyak dalam menghasilkan margin
murabahah namun ROA dari bank tersebut masih kalah dengan Bank Mega
Syariah yang pendapatan marginnya dibawah BRI Syariah dan BNI Syariah. Bank
yang paling besar dalam menghimpun dana dari pihak ketiga adalah Bank BRI
Syariah yang diikuti oleh BNI Syariah dan Bank Mega Syariah. Sementara BCA
Syariah merupakan bank yang paling rendah dalam menghimpun dana pihak
ketiga dibandingkan dengan ke empat bank syariah yang lain.
C. Analisis dan Pembahasan
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi data panel,
dalam regresi data panel terdapat 3 model estimasi, yaitu estimasi Pooled Least
Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM).
113
Untuk memilih estimasi model mana yang terbaik digunakan Uji Chow untuk
memilih antara PLS dan FEM, jika yang dipilih adalah FEM maka harus
dibandingkan lagi dengan REM dengan Uji Hausman.
Seperti yang telah di bahas di bab sebelumnya, bahwa penelitian ini tidak
melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu, jadi estimasi model akan langsung
dilakukan untuk menentukan model mana yang paling baik bagi penelitian ini.
1. Estimasi Model Data Panel
Dalam analisa model data panel dikenal 3 macam pendekatan estimasi, yaitu
pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS), pendekatan efek tetap
(Fixed Effect Model) dan pendekatan efek acak (Random Effect Model).
a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)
Pertama-tama dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan
Pooled Least Square,secara sederhana model ini menggabungkan (Pooled)
seluruh data time-series dan cross-section dan kemudian mengestimasi model
dengan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai salah satu syarat untuk
melakukan Uji F-Restricted.
Dari hasil pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti
tampilan sebagai berikut:
Tabel 4.8
Regresi Data Panel
Pooled Least Square (PLS)
R-squared 0.806272
Adjusted R-squared 0.795357
Sumber: E Views 9.0, data diolah. Lampiran 1
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
114
Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Fixed
Effect Model untuk dibandingkan dengan Pooled Least Square. Dari hasil
pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai
berikut:
Tabel 4.9
Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM)
R-squared 0.879397
Adjusted R-squared 0.864997
Sumber: E Views, data diolah. Lampiran 2
c. Uji Chow
Untuk memilih model mana yang digunakan, perlu dilakukan Uji Chow
untuk memilih antara Pooled Least Square atau Fixed Effect Model. Berikut
adalah hasil Uji Chow:
Tabel 4.10
Uji Chow
Effect Test Prob.
Cross-Section F 0.0000
Uji Hasil Metode yang Digunakan
Chow FEM Fixed Effect Model
Sumber: Hasil output E-Views diolah kembali. Lampiran 3.
Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari
F-Statistik. Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
α (5%), maka tolak H0. Nilai probabilitas F-statistik model pertama adalah
0.0000, dengan demikian metode data panel yang tepat antara Pooled Least
Square (PLS) dengan Fixed Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model
(FEM).
115
Karena hasil uji chow menunjukkan tingkat signifikasi di bawah 0.05
sehingga kesimpulan yang diambil adalah tolak H0 dan model yang dipilih
adalah Fixed Effect Model (FEM).
d. Random Effect Model (REM)
Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Random
Effect Model untuk dibandingkan dengan Fixed Effect Model. Dari hasil
pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai
berikut:
Tabel 4.11
Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM)
R-squared 0.806272
Adjusted R-squared 0.795357
Sumber:Hasil Output E-views Data diolah. Lampiran 4
e. Uji Hausman
Untuk memilih metode data panel yang digunakan, perlu dilakukan lagi
Uji Hausman untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect
Model. Berikut adalah hasil Uji Hausman:
Tabel 4.12
Uji Hausman
Test Summary Prob.
Cross-Section Random 0.0000
Uji Hasil Metode yang Digunakan
Hausman FEM Fixed Effect Model
Sumber: Hasil output E-Views diolah kembali. Lampiran 5
Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas
dari Cross-section random. Jika nilai probabilitas statistik hausman lebih
besar dari tingkat signifikasi α (5%), maka terima H0. Nilai probabilitas
116
statistik hausman model pertama adalah 0.0000, dengan demikian metode
data panel yang tepat antara Random Effect Model (REM) dan Fixed Effect
Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM).
Hasil uji hausman menunjukkan tingkat signifikasi di bawah 0.05 sehingga
kesimpulan yang diambil adalah tolak H0 dan model yang dipilih adalah
Fixed Effect Model (FEM).
D. Analisis Hasil Estimasi Regresi
Setelah dilakukan uji chow dan uji hausman terhadap ketiga model estimasi
(Pooled Least Square, Fixed Effect Model dan Random Effect Model), hasil yang
diperoleh adalah menggunakan Fixed Effect Model (FEM) pada penelitian ini.
Jadi Fixed Effect Model (FEM), merupakan model yang paling cocok untuk
digunakan dalam penelitian ini.
Selanjutnya Fixed Effect Model (FEM) akan di analisis untuk dilihat
bagaimana hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
Berikut ini adalah hasil estimasi model regresi menggunakan model Fixed
Effect Model (FEM).
117
Tabel 4.13
Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:22
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.804111 4.268834 -1.125392 0.2644
ROA? 0.114327 0.098504 1.160642 0.2499
DPK? 0.855449 0.349544 2.447331 0.0170
INFLASI? -0.439721 0.249088 -1.765327 0.0821
BI_RATE? 2.455532 0.925336 2.653666 0.0099
Fixed Effects (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH—C -0.174137
_MEGA_SYARIAH--C 0.780727
_BCA_SYARIAH--C -0.809814
_BNI_SYARIAH--C 0.067787
_BRI_SYARIAH--C 0.231211
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.879397 Mean dependent var 12.40000
Adjusted R-squared 0.864997 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.481806 Akaike info criterion 1.488253
Sum squared resid 15.55321 Schwarz criterion 1.764261
Log likelihood -47.55361 Hannan-Quinn criter. 1.598559
F-statistic 61.06780 Durbin-Watson stat 2.252460
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil output E-Views
Setelah menentukan model estimasi, selanjutnya akan dilakukan uji adjusted
R square untuk melihat seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel
dependen, serta uji statistik yang terdiri dari uji F (simultan) dan uji t (parsial).
1. Uji Adjusted 𝐑𝟐
Uji ini ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel dependen. Hal tersebut dapat dilihat dari
118
persentase Adjusted R2, semakin besar Adjusted R2
square maka semakin baik
hasil model regresi.
Nilai Adjusted-R2 penelitian ini sebesar 0.864997, hal tersebut menunjukkan
bahwa variabel-variabel independen dalam model regresi di atas mampu
menjelaskan variabel margin murabahah sebesar 86.49% dan terdapat variabel
lain di luar variabel penelitian ini yang mempengaruhi pendapatan margin
murabahah dari ke lima bank umum syariah sebesar 13.51%.
Artinya terdapat pengaruh sebesar 86.49% antara X1 (ROA), X2 (DPK), X3
(Inflasi) dan X4 (BI rate) terhadap variabel Y (Margin Murabahah). Hal ini
mengindikasikan model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini mampu
menjelaskan keadaan yang sebenarnya dengan baik.
2. Uji F-Statistik (Simultan)
Uji ini akan menunjukkan apakah semua variabel independen (ROA, DPK,
Inflasi dan BI rate) yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Margin Murabahah).
Nilai probabilitas F-statistik pada model Fixed Effect Model (FEM)
menunjukkan angka sebesar 0.0000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat
signifikasi 𝛼 (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel bebas
(ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) secara simultan berpengaruh terhadap variabel
terikat (Margin Murabahah).
119
3. Uji t-Statistik (Parsial)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (ROA,
DPK, Inflasi dan BI rate) yang dimasukkan dalam model regresi secara individual
terhadap variabel dependen (Margin Murabahah).
a. Uji ROA terhadap Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik ROA sebesar 1.1606 dan nilai
signifikasi sebesar 0.2499. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%,
berarti tidak ditemukan siginifikasi antara Return On Assets (ROA) terhadap
Pendapatan Margin Murabahah, karena 0.2499 > 0.05. sehingga disimpulkan
variabel ROA secara parsial tidak berpengaruh terhadap Margin Murabahah.
b. Uji DPK terhadap Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik DPK sebesar 2.4473 dan nilai
signifikasi sebesar 0.0170. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%,
berarti ditemukan siginifikasi antara Dana Pihak Ketiga(DPK) terhadap
Pendapatan Margin Murabahah, karena 0.0170 < 0.05. sehingga disimpulkan
variabel DPK secara parsial berpengaruh terhadap Margin Murabahah.
c. Uji Inflasi terhadap Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik Inflasi sebesar -0.4397 dan nilai
signifikasi sebesar 0.0821. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%,
berarti tidak ditemukan siginifikasi antara Inflasi terhadap Pendapatan Margin
Murabahah, karena 0.0821 > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan variabel
Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Margin Murabahah.
120
d. Uji BI rate terhadap Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik BI rate sebesar 2.4555 dan nilai
signifikasi sebesar 0.0099. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%,
berarti ditemukan siginifikasi antara BI rate terhadap Pendapatan Margin
Murabahah, karena 0.0099 < 0.05. sehingga disimpulkan variabel BI rate
secara parsial berpengaruh terhadap Margin Murabahah.
E. Analisis Model Regresi Panel Data
Berikut ini persamaan model regresi panel data dengan Fixed Effect Model
(FEM), yaitu:
Tabel 4.14
Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:22
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.804111 4.268834 -1.125392 0.2644
ROA? 0.114327 0.098504 1.160642 0.2499
DPK? 0.855449 0.349544 2.447331 0.0170
INFLASI? -0.439721 0.249088 -1.765327 0.0821
BI_RATE? 2.455532 0.925336 2.653666 0.0099
Fixed Effects (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH—C -0.174137
_MEGA_SYARIAH--C 0.780727
_BCA_SYARIAH--C -0.809814
_BNI_SYARIAH--C 0.067787
_BRI_SYARIAH--C 0.231211
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.879397 Mean dependent var 12.40000
Adjusted R-squared 0.864997 S.D. dependent var 1.311296
121
S.E. of regression 0.481806 Akaike info criterion 1.488253
Sum squared resid 15.55321 Schwarz criterion 1.764261
Log likelihood -47.55361 Hannan-Quinn criter. 1.598559
F-statistic 61.06780 Durbin-Watson stat 2.252460
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil output E-Views
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model reresi antara
variabel dependen (Margin Murabahah) dan variabel independen (ROA, DPK,
Inflasi dan BI rate) sebagai berikut:
Marginit= -4.804111 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+
2.455532BIit
Dari Persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Konstanta sebesar -4.804111 menunjukkan bahwa jika variable
independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan
periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah sebesar -4.804111.
2. Koefisien regresi sebesar 0.114327 menunjukkan jika nilai ROA pada
observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan
margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 0.114327.
3. Koefisien regresi sebesar 0.855499 menunjukkan jika nilai Dana Pihak
Ketiga (DPK) pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka
akan menaikan margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 0.855499.
4. Koefisien regresi sebesar -0.439721 menunjukkan jika nilai Inflasi pada
observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan
menurunkanmargin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar -0.439721.
122
5. Koefisien regresi sebesar 2.455532 menunjukkan jika nilai BI ratepada
observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan
margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 2.455532.
F. Persamaan Model Regresi Setiap Bank
Tabel 4.15
Model Regresi Setiap Bank Fixed Effect (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH—C -0.174137
_MEGA_SYARIAH--C 0.780727
_BCA_SYARIAH--C -0.809814
_BNI_SYARIAH--C 0.067787
_BRI_SYARIAH--C 0.231211
Sumber: Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, maka didapat persamaan model regresi tiap
bank umum syariah sebagai berikut:
1. Persamaan Model Bank Bukopin Syariah
Returnit = -0.174137 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -
+ 2.455532BIit
Konstanta sebesar -0.174137 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan
periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada Bukopin
Syariah menurun sebesar 0.174137.
2. Persamaan Model Regresi Bank Mega Syariah
Returnit = 0.780727 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+
2.455532BIit
Konstanta sebesar 0.780727 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan
123
periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada Mega Syariah
meningkat sebesar 0.780727.
3. Persamaan Model Regresi BCA Syariah
Returnit= -0.809814 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+
2.455532BIit
Konstanta sebesar -0.809814 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan
periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BCA Syariah
menurun sebesar 0.809814.
4. Persamaan Model Regresi BNI Syariah
Returnit= 0.067787 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+
2.455532BIit
Konstanta sebesar 0.067787 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan
periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BNI Syariah
meningkat sebesar 0.067787.
5. Persamaan Model Regresi BRI Syarriah
Returnit= 0.231211 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+
2.455532BIit
Konstanta sebesar 0.231211 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan
periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BRI Syariah
meningkat sebesar 0.231211.
124
G. Interpretasi
1. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, variabel ROA tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variable margin murabahah. Artinya margin yang diharapkan melalui
pembiayaan murabahah tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya ROA. Rasio
ROA yang baik atau buruk bukan menjadi perhatian utama bank syariah dalam
menentukan besar kecilnya margin murabahah yang diharapkan dalam
pembiayaan murabahah.
Menurut (Nurdany, 2012) rasio ROA yang baik akan membuat ekspektasi
masyarakat terhadap suatu bank menjadi tinggi, rasio ROA yang baik
menyebabkan keinginan masyarakat unntuk bertransaksi dengan bank semakin
meningkat. Popularitas murabahah di mata masyarakat, membuat pembiayaan ini
merupakan pilihan utama masyarakat dalam bertransaksi dengan bank syariah,
semakin banyak transaksi murabahah semakin tinggi pula margin yang diperoleh
bank. Namun, dalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan
antara ROA dengan margin murabahah, hal tersebut dikarenakan ROA dari bank
syariah yang menjadi sampel secara rata-rata dapat dikatakan kurang sehat karena
menunjukkan angka dibawah 0.99% dan cenderung menurun setiap tahunnya.
Selanjutnya nilai koefisien variabel ROA sebesar 0.114327 memiliki arah
yang positif. Hal ini menunjukkan, jika ROA meningkat sebesar satu poin maka
margin murabahah akan naik sebesar 0.11%.
Rasio Return On Asset (ROA) diperoleh dari membandingkan antara
pendapatan bersih (Net Income) dengan rata-rata aktiva (Average Assets). ROA
125
dari ke lima bank syariah yang dijadikan objek penelitian tidak mempengaruhi
margin murabahah yang diperoleh. Namun, dengan hubungan yang positif antara
ROA dan pendapatan margin murabahah, semakin besarnya pendapatan margin
maka semakin baik pula ROA bank tersebut.
Murabahah dengan marginnya merupakan pendapatan utama bank syariah
sekarang ini. Murabahah menjadi populer dalam dunia perbankan syariah karena
pembiayaan ini memiliki risiko yang rendah dibandingkan pembiayaan lainnya.
Oleh karena itu banyak bank syariah di Indonesia cenderung menginvestasikan
dana yang dihiimpun ke dalam pembiayaan ini.
Selain bank syariah, nasabah juga ikut andil dalam membuat pembiayaan
murabahah menjadi populer, hal itu dikarenakan sifat konsumtif masyarakat
Indonesia yang membuat permintaan atas pembiayaan murabahah menjadi tinggi.
Semakin tinggi permintaan semakin tinggi volume pembiayaan murabahah dan
semakin tinggi pula margin yang diperoleh.
Tingginya margin akan menyebabkan tingginya pendapatan yang diperoleh
bank syariah. Besarnya pendapatan dan lebih kecilnya rata-rata aktiva bank
tersebut akan membuat rasio Return On Asset (ROA) menjadi besar. Artinya
semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula pendapatan margin murabahah.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) yang
menemukan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap margin murabahah. Tetapi
hal ini bertolak belakang dengan temuan dari (Purwaningsih, 2010) yang
menemukan pengaruh signifikan dan positif atas variabel ROA terhadap margin
126
murabahah, sementara temuan dari (Nurdany, 2012) menemukan signifikansi
antara ROA dan pendapatan margin murabahah namun negatif.
2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga(DPK) Terhadap Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, variabel Dana Pihak Ketiga(DPK) berpengaruh
secara signifikan terhadap margin murabahah.Nilai koefisien variabel Dana Pihak
Ketiga(DPK) diperoleh sebesar 0.855449 memiliki arah yang positif. Hal ini
berarti setiap peningkatan satu poin pada Dana Pihak Ketiga(DPK) akan
meningkatkan margin murabahah sebesar 0.85%.
Artinya semakin banyak DPK yang terhimpun semakin banyak pula
kewajiban bank dalam memenuhi nisbah atau bonus yang diperjanjikan kepada
pemilik dana. Bonus atau nisbah yang diperjanjikan membuat bank meningkatkan
volume dari pembiayaan murabahah demi mendapatkan margin yang akan dibagi-
hasil dengan para pemilik dana sesuai kontrak.
Melihat risiko yang rendah dibandingkan dengan produk pembiayaan yang
lain, murabahah menjadi produk pembiayaan utama dalam menginvestasikan
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun. Dimana dari pembiayaan ini, hasil
usaha, akan dibagi-hasilkan sesuai dengan akad.
Bagi hasil yang akan dibagikan kepada pihak ketiga diperoleh dari margin
murabahah, jadi semakin tinggi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun maka
semakin tinggi pula investasi yang dilakukan bank syariah pada pembiayaan
murabahah yang secara otomatis akan meningkatkan pendapatan margin atas
pembiayaan yang dilakukan.
127
Hal ini sejalan dengan temuan dari (Rahma, 2016) yang menemukan bahwa
bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh terhadap margin
murabahah dari 11 bank yang diteliti, dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0000.
Penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) juga menemukan signifikasi
antara DPK terhadap margin murabahah pada Bank BRI Syariah dengan tingkat
signifikasi sebesar 0.0000.Penelitian yang dilakukan pada bank syariah di
Malaysia oleh (Pisol dkk, 2012), menunjukkan bahwa dalam menetapkan margin
keuntungan bank syariah akan meperhatikan dana yang terhimpun.
Namun, hal ini tidak sejalan dengan temuan dari (Izzuddin, 2013) dimana ia
tidak menemukan signifikasi variabel DPK terhadap margin murabahah pada
Bank Mega Syariah dan BRI Syariah.
3. Pengaruh Inflasi Terhadap Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap margin
murabahah. Selanjutnya nilai koefisien variabel inflasi sebesar -0.439721
memiliki arah yang negatif. Berarti margin yang diberikan oleh bank syariah
kepada nasabah pembiayaan murabahah tidak dipengaruhi oleh tingkat inflasi
yang ada, dan dengan hubungan yang negatif berarti setiap kenaikan satu poin
inflasi menyebabkan penurunan margin murabahah sebesar 0.43%.
Semakin tinggi tingkat inflasi maka margin murabahah yang diperoleh akan
semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan inflasi membuat daya beli
masyarakat menurun dikarenakan kenaikan harga barang-barang, Murabahah
sangat erat kaitannya dengan inflasi, karena inflasi akan membuat komoditas dari
murabahah menjadi mahal dan ketika komoditas mahal masyarakat akan
128
mengurungkan niat untuk membeli barang tersebut sehingga margin yang didapat
oleh bank anak menurun juga.
Inflasi membuat komoditas dari pembiayaan murabahah menjadi tinggi nilai
belinya, dengan nilai beli yang tinggi, maka akan menyebabkan nilai jual yang
diberikan oleh bank syariah kepada nasabah menjadi tinggi juga.
Nilai jual yang tinggi dapat menyebabkan margin yang tinggi dan angsuran
yang tinggi pula. Tidak idealnya pembiayaan murabahah saat inflasi sedang
tinggi akan menyebabkan para calon nasabah mengurunkan niat untuk membeli
suatu komoditas melalui pembiayaan murabahah karena nilai komoditas tersebut
akan menjadi sangat mahal karena efek inflasi.
Secara teori kenaikan inflasi akan menyebabkan daya beli masyarakat
menjadi menurun, dan hal tersebut menyebabkan pembiayaan murabahah menjadi
menurun saat inflasi sedang tinggi-tingginya. Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan (Satya, 2013) dimana ia menemukan signifikasi namun
negatif antara variabel inflasi terhadap margin murabahah.
Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Zaenuri, 2012) yang menemukan variabel inflasi tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap margin murabahah dengan probabilitas t-statistik sebesar
0.418. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Izzuddin,
2013) dimana variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin
murabahah dengan tingkat probabilitas t-statistik sebesar 0.563.
129
4. Pengaruh BI Rate Terhadap Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, variabel BI rate berpengaruh secara signifikan
terhadap margin murabahah. Selanjutnya nilai koefisien variabel BI rate sebesar
2.455532 memiliki arah yang positif. Artinya jika BI rate mengalami peningkatan
sebesar satu poin maka akan mempengaruhi margin murabahah sebesar 2.45%.
Hal ini menandakan dalam menetapkan margin murabahah bank syariah yang
masih mengacu kepada BI rate dan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya BI
rate.
Tidak adanya aturan dalam penentuan margin pembiayaan murabahah bagi
bank syariah, menjadikan dunia perbankan syariah di Indonesia masih menjadikan
BI rate sebagai salah satu rujukan dalam penetapan margin murabahah.Bank
syariah yang secara teori tidak dipengaruhi oleh suku bunga pasar, ternyata masih
dibayang-bayangi oleh suku bunga pasar dalam kegiatan usahanya.
Persaingan usaha merupakan alasan utama mengapa BI rate masih dijadikan
rujukan oleh bank syariah dalam menentukan margin. Karena jika margin lebih
besar dibandingkan suku bunga yang berlaku maka nasabah akan berpaling dan
mencari bank lain yang memberikan margin yang ideal bagi mereka. Sebaliknya,
jika margin dibawah suku bunga pasar maka bank tersebut akan kalah dalam
persaingannya dengan bank-bank lain.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fakhrina, 2015),
(Zaenuri, 2012) dan (Purwaningsih, 2010) yang menemukan signifikasi antara BI
rate terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan oleh (Zandi dan
130
Arriffin, 2012) juga menemukan bahwa suku bunga mempengaruhi margin
keuntungan murabahah pada bank syariah di Iran dan Malaysia.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Satya, 2013),dimana iatidak menemukan signifikasi antara BI rate terhadap
margin murabahah. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Sari, 2012) dimana ia tidak menemukan signifikasi antara BI rate
terhadap margin murabahah, ia menemukan signifikasi sebesar 0.827 yang lebih
besar dari 0.05 dan juga tidak sejalan dengan (Izzuddin, 2012).
5. Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI rate Secara Simultan Terhadap
Margin Murabahah
Berdasarkan tabel 4.14, secara simultan variabel Return On Asset (ROA),
Dana Pihak Ketiga (DPK), Ifnlasi dan BI rate berpengaruh terhadap margin
murabahah. Maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena terdapat
pengaruh yang signifikan antara ROA, DPK, Inflasi dan BI rate terhadap margin
murabahah.
Nilai probabilitas F-statistik pada model Fixed Effect Model (FEM)
menunjukkan angka sebesar 0.0000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat
signifikasi 𝛼 (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel bebas
(ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) secara simultan berpengaruh terhadap variabel
terikat (Margin Murabahah).
131
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan hasil olahan data yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel independen Return
On Asset (ROA) dengan tingkat signifikasi 0,2499 secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) yang menemukan
bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap margin murabahah. Tetapi hal ini
bertolak belakang dengan temuan dari (Purwaningsih, 2010) yang
menemukan pengaruh signifikan dan positif atas variabel ROA terhadap
margin murabahah, sementara temuan dari (Nurdany, 2012) menemukan
signifikansi antara ROA dan pendapatan margin murabahah namun negatif.
2. Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK) dengan tingkat signifikasi 0,0170 secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan dengan temuan dari
(Rahma, 2016) yang menemukan bahwa bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK)
mempunyai pengaruh terhadap margin murabahah dari 11 bank yang diteliti.
Penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) juga menemukan signifikasi
antara DPK terhadap margin murabahah pada Bank BRI Syariah dan
penelitian ini sejalan dengan (Pisol dkk, 2012). Namun, hal ini tidak sejalan
132
dengan temuan dari (Izzuddin, 2013) dimana ia tidak menemukan signifikasi
variabel DPK terhadap margin murabahah pada Bank Mega Syariah dan BRI
Syariah.
3. Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel inflasi dengan tingkat
signifikasi 0.0821 secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
margin murabahah. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Satya, 2013) dimana ia menemukan signifikasi namun negatif
antara variabel inflasi terhadap margin murabahah. Namun, penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) yang
menemukan variabel inflasi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap
margin murabahah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Izzuddin, 2013) dimana variabel inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap margin murabahah.
4. Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel BI rate dengan
tingkat signifikasi 0.0099 secara parsial berpengaruh secara signifikan
terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Fakhrina, 2015), (Zaenuri, 2012) dan (Purwaningsih, 2010)
yang menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah.
Penelitian yang dilakukan oleh (Zandi dan Arriffin, 2012) juga menemukan
bahwa suku bunga mempengaruhi margin keuntungan murabahah pada bank
syariah di Iran dan Malaysia. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Satya, 2013), dimana iatidak menemukan
signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah. Penelitian ini juga
133
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2012) dimana ia
tidak menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah, ia
menemukan signifikasi sebesar 0.827 yang lebih besar dari 0.05 dan juga
tidak sejalan dengan (Izzuddin, 2012).
5. Hasil uji regresi data panel menemukan bahwa variabel Return On Asset
(ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi dan BI rate secara simultan atau
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah dengan
tingkat signifikasi sebesar 0,0000.
6. Hasil uji regresi data panel menemukan bahwa variabel BI rate merupakan
variabel yang paling dominan terhadap pendapatan margin murabahah
dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0170. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dalam menjalankan kegiatan usahanya ke lima bank syariah yang menjadi
objek penelitian masih menjadikan BI rate sebagai rujukan atau acuan dalam
menentukan margin murabahah. Belum adanya regulasi dalam menentukan
margin menjadikan bank syariah di Indonesia masih menjadikan BI rate
sebagai pertimbangan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Hal tersebut
bertolak belakang dengan teori bahwa dalam kegiatan usahanya bank syariah
terlepas dari bunga dalam hal ini adalah BI rate.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini maka saran untuk penelitian selanjutnya
1. Hendaknya penelitian selanjutnya menambahkan sampel penelitian baik dari
jumlah bank dalam objek ataupun rentang waktu penelitian, sehingga
134
memiliki titik observasi yang lebih banyak dan mencerminkan keadaan
sebenarnya. Serta memasukkan variabel lainnya guna mengetahui adakah
variabel-variabel lain yang mempengaruhi besar kecilnya margin murabahah
diluar variabel penelitian ini, dan bagaimana hubungan yang terjadi di antara
variabel-variabel tersebut.
2. Bagi pihak bank hendaknya memperhatikan BI rate dalam menentukan
margin yang diinginkan dalam pembiayaan murabahah serta kewajiban
dalam memberi bonus dan nisbah bagi hasil kepada para pemilik dana agar
margin yang diinginkan menjadi ideal untuk nasabah dan khususnya bagi
bank sendiri.
3. Bagi masyarakat umum penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
memutuskan untuk melakukan pembiayaan murabahah, agar pembiayaan
yang dilakukan tidak terlalu mahal bagi masyarakat sehingga masyarakat
mampu menjalankan kewajibannya sebagai nasabah.
135
Daftar Pustaka
Al-Qur‟an dan Al-Hadist
Al Arif, Nur, Rianto, “Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah”, Alfabeta,
Bandung, 2012
Antonio, Muhammad, Syafi‟I, “Bank Syariah dari Teori ke Praktek Cetakan 1”,
Gemma Insani, Jakarta, 2001.
Antonio, Muhammad, Syafi‟i, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema
Insani, Jakarta, 2009.
Ariefianto, Moch. Doddy “Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan
Menggunakan Eviews”, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2012.
Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2006.
Arumdhani, Astri, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga
Terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah
Mandiri”, Universitas Komputer Indonesia, 2011.
Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa
Negara”, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2006.
Astuti, Dewi, “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2004.
Atmadja, Adwin S. “Inflasi di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan
Pengendaliannya”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, 1999.
Aziz, Abdul, “Manajemen Investasi Syariah”, Alfabeta, Bandung, 2010.
Baltagi, B. H. “Econometrics Analysis of Panel Data”, Chichester, Wiley, 2005.
Colander, D. C, “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2004.
Daryanto, Arief dan Hafizrianda, Yundi, “Model-Model Kuantitatif: Untuk
Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah”, PT. Penerbit IPB Press,
Bogor, 2010.
Djuwaini, Dimyauddin, “Pengantar Fiqh Muamalah”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010.
136
Fakhrina, Agus, “Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Deposito Bank Konvensional
Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia”,
STAIN Pekalongan, 2015.
Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20
Edisi 7”, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
Gujarati, Damodar N. “Essentials of Econometrics”. New York: McGraw-Hill,
1992.
Gujarati, Damodar, “Basic Econometrics” (4th
ed.), The Mcgraw-Hill Companies,
2003.
Hamidi, Luthfi, “Jejak-Jejak Ekonomi Syariah”, Senayan Abadi Publishing,
Jakarta, 2003.
Haron, Sudin, “Islamic Banking, Rules & Regulations”, Pelanuk Publication,
Malaysia, 1997.
Hasan, Ihsan N. “Perbankan Syariah: Sebuah Pengantar”, Referensi, GP Press
Group, Jakarta, 2014.
Ismail, “Manajemen Perbankan”, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010.
Izzudin, Muhammad, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Margin
Murabahah (Studi kasus pada BRI Syariah dan Bank Mega Syariah)”,
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.
Judisseno, R, “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2005.
Juanda, Bambang dan Junaidi, “Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi”,
IPB Press, Bogor, 2012.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Pertama”,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Kedua”, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Ketiga”, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi kelima”, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.
137
Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002.
Long, J. B. “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2002.
McConnell, C. R. “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2008.
Muhammad, “Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer”, UII Press,
Yogyakarta, 2000.
Muhamad, “Manajemen Bank Syariah”, UUP AMPY KPN, Yogyakarta, 2005
Muhammad, “Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer”, UII Press,
Yogyakarta, 2011.
Pisol, dkk, “ Sharia Views on the Components of Profit Rate In Al-Murabahah
Asset Financing in Malaysian Islamic Bank”, World Academy of Science,
Engineering and Technology, 2012.
Nachrowi, D, “Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga
Penerbit FE UI, Jakarta, 2006.
Nachrowi, Djalal N dan Usman, Hardius, “Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2006.
Nurdany, Achmad, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Rentabilitas Terhadap
Pendapatan Margin Murabahah Bank”, Program Studi Ekonomi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), 2013.
Nurhayati, Siti dan Wasilah, ”Akuntansi Syariah di Indonesia” Edisi 3, Salemba
Empat, Jakarta, 2013.
Perwataatmadja, Karnaen dan Antonio, Safi‟I, Muhammad, “Apa dan Bagaimana
Bank Islam”, Cetakan Ketiga, Dana Bahkti Prima Yasa, Yogyakarta, 1992.
Purwaningsih, Lin, “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang
Mempengaruhi Margin Pembiayaan Studi Kasus pada PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk.”, Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.
Puspopranoto, Sawaldjo, “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan”, Pustaka
LP3ES, Jakarta, 2004.
Putong, Iskandar, “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Edisi II, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2003.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala, “Teori Ekonomi Makro”, Lembaga
Penerbit FE UI, Depok, 2005.
138
Rahma, Yusro, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Murabahah Bank
Syariah di Indonesia”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Rivai dan Andria, “Bank and Financial Institution Management”, edisi keempat,
BP FEUI, Jakarta. 2009.
Rivai dan Veithzal, “Bank and Financial Institution Management: Conventional
and Sharia System”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Rivai dan Veithzal, “Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi
Menghadapi KrisisNamun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan
Perbankan dan Ekonomi Global”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Rodoni, Ahmad, “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2009.
Rodoni, Ahmad dan Ali Herni, “Manajemen Keuangan Modern”, Mitra Wacana
Media, Jakarta, 2014.
Saeed, Abdullah, “Islamic Banking and Interest, A Study of Prohibition of Riba
and its Contemporary Interpretation”, E.J.Brill, Leiden, 1996.
Sari, Purnama, Liana,”Pengaruh Pembiayaan Murabahah Dan Tingkat Suku
Bunga Bank Indonesia Terhadap Pendapatan Margin Murabahah Pada
PT Bank Syariah Mandiri”, Program Studi Akuntansi, STIE MDP, 2013.
Satya, Kenda,”Faktor-Faktor yang Memprngaruhi Penetapan Margin Murabahah
Pembiayaan Konsumtif di Bank Syariah”, Universitas Mulawarman
Samarinda, 2013.
Siamat, Dahlan, ”Manajemen Lembaga Keuangan” Edisi keempat, LP FE UI,
Jakarta, 2005.
Sudarsono, Heri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Ekonisia, Yogyakarta,
2003.
Suharyadi dan Purwanto, “Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”
Edisi 2 Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Sukirno, Sadono, “Makro Ekonomi Modern”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2000.
Sumiyanto, Ahmad, “BMT Menuju Koperasi Modern”, ISES Consulting
Indonesia, Yogyakarta, 2008.
Supriyono, Maryanto, “Buku Pintar Perbankan”, Andi, Yogyakarta, 2010.
139
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Verbeek, Marno, “A Guide to Modern Econometrics 2nd
edition”, John Wiley &
Sons, Ltd, England, 2004.
Winarno, Wing, Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007.
Wiroso, “Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah”, PT.
Grasindo, Jakarta, 2005
Wiroso, “Produk Perbankan Syariah”, LPFE Usakti, Jakarta, 2011.
Zaenuri, Fikri, “Analisis Pengaruh Variabel Biaya Operasional, Volume
Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI rate Terhadap
Margin Murabahah (Studi Kasus pada PT Bank BRISyariah), Universitas
Indonesia, 2012.
Zandi, Gholamreza dan Ariffin, Mohd, Noraini, “Some Issues on Murabahah
Practices in Iran and Malaysian Islamic Banks”, International Islamic
University of Malaysia (IUM), Kuala Lumpur, Malaysia.
www.bi.go.id diakses pada 25 November 2016
www.bcasyariah.co.id diakses pada 25 November 2016
www.bnisyariah.co.id diakses pada 25 November 2016
www.brisyariah.co.id diakses pada 25 November 2016
www.megasyariah.co.id diakses pada 25 November 2016
www.ojk.go.id diakses pada 25 November 2016
www.syariahbukopin.co.id diakses pada 25 November 2016
140
Lampiran 1: Model Pooled Least Square (PLS)
1. Hasil Model Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:20
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.977293 1.467239 -6.800046 0.0000
ROA? 0.188226 0.089705 2.098274 0.0394
DPK? 1.258149 0.082673 15.21844 0.0000
INFLASI? -0.570972 0.301094 -1.896324 0.0620
BI_RATE? 2.012809 0.756152 2.661910 0.0096 R-squared 0.806272 Mean dependent var 12.40000
Adjusted R-squared 0.795357 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.593197 Akaike info criterion 1.856944
Sum squared resid 24.98364 Schwarz criterion 2.010281
Log likelihood -65.56386 Hannan-Quinn criter. 1.918225
F-statistic 73.87313 Durbin-Watson stat 1.463727
Prob(F-statistic) 0.000000
2. Representations
Estimation Command: ===================== LS MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH
141
MARGIN_MEGA_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_MEGA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BCA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BNI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BRI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH
3. Residual Tables
-0.8
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
_BUKOPIN_SYARIAH Residuals
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
_MEGA_SYARIAH Residuals
-1.2
-0.8
-0.4
0.0
0.4
0.8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
_BCA_SYARIAH Residuals
-1.2
-0.8
-0.4
0.0
0.4
0.8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
_BNI_SYARIAH Residuals
-1.2
-0.8
-0.4
0.0
0.4
0.8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
_BRI_SYARIAH Residuals
142
Lampiran 2: Fixed Effect Model (FEM)
1. Hasil Model Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:22
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.804111 4.268834 -1.125392 0.2644
ROA? 0.114327 0.098504 1.160642 0.2499
DPK? 0.855449 0.349544 2.447331 0.0170
INFLASI? -0.439721 0.249088 -1.765327 0.0821
BI_RATE? 2.455532 0.925336 2.653666 0.0099
Fixed Effects (Cross)
_BUKOPIN_SYARIAH--C -0.174137
_MEGA_SYARIAH--C 0.780727
_BCA_SYARIAH--C -0.809814
_BNI_SYARIAH--C 0.067787
_BRI_SYARIAH--C 0.231211 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.879397 Mean dependent var 12.40000
Adjusted R-squared 0.864997 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.481806 Akaike info criterion 1.488253
Sum squared resid 15.55321 Schwarz criterion 1.764261
Log likelihood -47.55361 Hannan-Quinn criter. 1.598559
F-statistic 61.06780 Durbin-Watson stat 2.252460
Prob(F-statistic) 0.000000
2. Representations
Estimation Command: ===================== LS(CX=F) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH
143
MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -0.174136912901 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BUKOPIN_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = 0.780726783002 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_MEGA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_MEGA_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -0.809814298001 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BCA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BCA_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = 0.0677868046118 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BNI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BNI_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = 0.231210501476 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BRI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BRI_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BRI_SYARIAH
144
Lamipran 3: Uji Chow
1. Hasil Model Redundant Fixed Effects Tests
Pool: RILO
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 10.156078 (4,67) 0.0000
Cross-section Chi-square 36.020501 4 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: MARGIN?
Method: Panel Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:24
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.977293 1.467239 -6.800046 0.0000
ROA? 0.188226 0.089705 2.098274 0.0394
DPK? 1.258149 0.082673 15.21844 0.0000
INFLASI? -0.570972 0.301094 -1.896324 0.0620
BI_RATE? 2.012809 0.756152 2.661910 0.0096 R-squared 0.806272 Mean dependent var 12.40000
Adjusted R-squared 0.795357 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.593197 Akaike info criterion 1.856944
Sum squared resid 24.98364 Schwarz criterion 2.010281
Log likelihood -65.56386 Hannan-Quinn criter. 1.918225
F-statistic 73.87313 Durbin-Watson stat 1.463727
Prob(F-statistic) 0.000000
2. Representations Estimation Command: ===================== LS(CX=F) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH
145
MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -0.174136912901 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BUKOPIN_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = 0.780726783002 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_MEGA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_MEGA_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -0.809814298001 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BCA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BCA_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = 0.0677868046118 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BNI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BNI_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = 0.231210501476 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BRI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BRI_SYARIAH - 0.439721268571*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BRI_SYARIAH
146
Lampiran 4:Random Effect Model (REM)
1. Hasil Model
Dependent Variable: MARGIN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/20/17 Time: 08:25
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.977293 1.191722 -8.372167 0.0000
ROA? 0.188226 0.072860 2.583380 0.0118
DPK? 1.258149 0.067148 18.73683 0.0000
INFLASI? -0.570972 0.244555 -2.334740 0.0224
BI_RATE? 2.012809 0.614162 3.277325 0.0016
Random Effects (Cross) _BUKOPIN_SYARIAH--
C 3.11E-12
_MEGA_SYARIAH--C 2.14E-11
_BCA_SYARIAH--C -1.04E-11
_BNI_SYARIAH--C -1.02E-11
_BRI_SYARIAH--C -3.94E-12 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 7.52E-07 0.0000
Idiosyncratic random 0.481806 1.0000 Weighted Statistics R-squared 0.806272 Mean dependent var 12.40000
Adjusted R-squared 0.795357 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.593197 Sum squared resid 24.98364
F-statistic 73.87313 Durbin-Watson stat 1.463727
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.806272 Mean dependent var 12.40000
Sum squared resid 24.98364 Durbin-Watson stat 1.463727
147
2. Representations Estimation Command: ===================== LS(CX=R) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = 3.11148280786e-12 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = 2.14413080008e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_MEGA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -1.03852430652e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BCA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = -1.02264633668e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BNI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = -3.94120543414e-12 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BRI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH
148
Lampiran 5: Uji Hausman
1. Hasil Model
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: RILO
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 40.624314 4 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. ROA? 0.114327 0.188226 0.004394 0.2649
DPK? 0.855449 1.258149 0.117672 0.2404
INFLASI? -0.439721 -0.570972 0.002238 0.0055
BI_RATE? 2.455532 2.012809 0.479051 0.5224
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: MARGIN?
Method: Panel Least Squares
Date: 03/20/17 Time: 08:25
Sample: 2012Q1 2015Q4
Included observations: 16
Cross-sections included: 5
Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.804111 4.268834 -1.125392 0.2644
ROA? 0.114327 0.098504 1.160642 0.2499
DPK? 0.855449 0.349544 2.447331 0.0170
INFLASI? -0.439721 0.249088 -1.765327 0.0821
BI_RATE? 2.455532 0.925336 2.653666 0.0099 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.879397 Mean dependent var 12.40000
Adjusted R-squared 0.864997 S.D. dependent var 1.311296
S.E. of regression 0.481806 Akaike info criterion 1.488253
Sum squared resid 15.55321 Schwarz criterion 1.764261
Log likelihood -47.55361 Hannan-Quinn criter. 1.598559
F-statistic 61.06780 Durbin-Watson stat 2.252460
Prob(F-statistic) 0.000000
149
2. Representations Estimation Command: ===================== LS(CX=R) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = 3.11148280786e-12 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = 2.14413080008e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_MEGA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -1.03852430652e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BCA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = -1.02264633668e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BNI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = -3.94120543414e-12 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BRI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH - 0.570971967035*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH
150
Lampiran 6: Data Variabel Penelitian
Nama Bank Tahun Margin ROA DPK Inflasi BI rate
BUKOPIN_SYARIAH 2012 T1 36999 0.54 2240430 3.97 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2012 T2 80344 0.52 2476161 4.53 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2012 T3 129239 0.61 2609448 4.31 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2012 T4 183716 0.55 2850784 4.3 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2013 T1 51461 1.08 3079920 5.9 5.75
BUKOPIN_SYARIAH 2013 T2 105729 1.04 3204602 5.9 6
BUKOPIN_SYARIAH 2013 T3 166471 0.79 3352211 8.4 7.25
BUKOPIN_SYARIAH 2013 T4 229291 0.69 3272262 8.38 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2014 T1 63517 0.22 3428774 7.32 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2014 T2 126904 0.27 3372243 6.7 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2014 T3 195807 0.23 3449246 4.53 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2014 T4 262719 0.27 3994957 8.36 7.75
BUKOPIN_SYARIAH 2015 T1 68954 0.35 3915239 6.38 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2015 T2 134852 0.49 4061048 7.26 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2015 T3 199356 0.66 4337818 6.83 7.5
BUKOPIN_SYARIAH 2015 T4 262893 0.79 4756303 3.35 7.5
MEGA_SYARIAH 2012 T1 223697 3.52 5124808 3.97 5.75
MEGA_SYARIAH 2012 T2 455875 4.13 5019289 4.53 5.75
MEGA_SYARIAH 2012 T3 707460 4.11 6531083 4.31 5.75
MEGA_SYARIAH 2012 T4 980869 3.81 7090422 4.3 5.75
MEGA_SYARIAH 2013 T1 287115 3.57 7251018 5.9 5.75
MEGA_SYARIAH 2013 T2 591245 2.94 7046031 5.9 6
MEGA_SYARIAH 2013 T3 895827 2.57 7107187 8.4 7.25
MEGA_SYARIAH 2013 T4 1213053 2.33 7730738 8.38 7.5
MEGA_SYARIAH 2014 T1 303167 1.18 7073389 7.32 7.5
MEGA_SYARIAH 2014 T2 592761 0.99 6898350 6.7 7.5
MEGA_SYARIAH 2014 T3 856897 0.24 6755362 4.53 7.5
MEGA_SYARIAH 2014 T4 1115128 0.29 5821319 8.36 7.75
MEGA_SYARIAH 2015 T1 215095 -1.21 5075152 6.38 7.5
MEGA_SYARIAH 2015 T2 412734 -0.73 4429784 7.26 7.5
MEGA_SYARIAH 2015 T3 588587 -0.34 4008673 6.83 7.5
MEGA_SYARIAH 2015 T4 742151 0.3 4268834 3.35 7.5
BCA_SYARIAH 2012 T1 10047 0.39 938446 3.97 5.75
BCA_SYARIAH 2012 T2 19475 0.74 925413 4.53 5.75
BCA_SYARIAH 2012 T3 29988 0.69 951829 4.31 5.75
BCA_SYARIAH 2012 T4 41809 0.84 1261824 4.3 5.75
151
Nama Bank Tahun Margin ROA DPK Inflasi BI rate
BCA_SYARIAH 2013 T1 13125 0.92 1200456 5.9 5.75
BCA_SYARIAH 2013 T2 25698 0.97 1283684 5.9 6
BCA_SYARIAH 2013 T3 38521 0.99 1418684 8.4 7.25
BCA_SYARIAH 2013 T4 54142 1.01 1703049 8.38 7.5
BCA_SYARIAH 2014 T1 19297 0.86 1680808 7.32 7.5
BCA_SYARIAH 2014 T2 40169 0.69 1861348 6.7 7.5
BCA_SYARIAH 2014 T3 51565 0.67 1886345 4.53 7.5
BCA_SYARIAH 2014 T4 89607 0.76 2338709 8.36 7.75
BCA_SYARIAH 2015 T1 31376 0.71 2379674 6.38 7.5
BCA_SYARIAH 2015 T2 69350 0.78 2713701 7.26 7.5
BCA_SYARIAH 2015 T3 109753 0.86 2605729 6.83 7.5
BCA_SYARIAH 2015 T4 155220 1 3255154 3.35 7.5
BNI_SYARIAH 2012 T1 111050 0.63 6921122 3.97 5.75
BNI_SYARIAH 2012 T2 236166 0.65 7247944 4.53 5.75
BNI_SYARIAH 2012 T3 370559 1.31 7721027 4.31 5.75
BNI_SYARIAH 2012 T4 527024 1.48 8980035 4.3 5.75
BNI_SYARIAH 2013 T1 173699 1.62 10683235 5.9 5.75
BNI_SYARIAH 2013 T2 369196 1.24 10386112 5.9 6
BNI_SYARIAH 2013 T3 595205 1.22 10960565 8.4 7.25
BNI_SYARIAH 2013 T4 854003 1.37 11488209 8.38 7.5
BNI_SYARIAH 2014 T1 285613 1.22 12613835 7.32 7.5
BNI_SYARIAH 2014 T2 604306 1.11 13509005 6.7 7.5
BNI_SYARIAH 2014 T3 955343 1.11 14932565 4.53 7.5
BNI_SYARIAH 2014 T4 1450260 1.27 16246405 8.36 7.75
BNI_SYARIAH 2015 T1 417637 1.2 17422874 6.38 7.5
BNI_SYARIAH 2015 T2 849185 1.3 17321427 7.26 7.5
BNI_SYARIAH 2015 T3 1297748 1.32 18930222 6.83 7.5
BNI_SYARIAH 2015 T4 1741998 1.43 19322756 3.35 7.5
BRI_SYARIAH 2012 T1 201361 0.17 8899482 3.97 5.75
BRI_SYARIAH 2012 T2 416414 1.21 9410923 4.53 5.75
BRI_SYARIAH 2012 T3 645033 1.34 10153407 4.31 5.75
BRI_SYARIAH 2012 T4 887848 1.19 11948889 4.3 5.75
BRI_SYARIAH 2013 T1 250714 1.71 13011182 5.9 5.75
BRI_SYARIAH 2013 T2 525497 1.41 13832170 5.9 6
BRI_SYARIAH 2013 T3 824143 1.36 13924879 8.4 7.25
BRI_SYARIAH 2013 T4 1133476 1.15 14349712 8.38 7.5
BRI_SYARIAH 2014 T1 340296 0.46 13990979 7.32 7.5
BRI_SYARIAH 2014 T2 669754 0.03 15116585 6.7 7.5
152
Nama Bank Tahun Margin ROA DPK Inflasi BI rate
BRI_SYARIAH 2014 T3 1020236 0.2 15496505 4.53 7.5
BRI_SYARIAH 2014 T4 1335164 0.08 16947388 8.36 7.75
BRI_SYARIAH 2015 T1 378358 0.53 17562001 6.38 7.5
BRI_SYARIAH 2015 T2 739359 0.78 17310457 7.26 7.5
BRI_SYARIAH 2015 T3 1098634 0.8 18863643 6.83 7.5
BRI_SYARIAH 2015 T4 1458382 0.76 20123658 3.35 7.5
Top Related