Download - Pengaruh Pend Ortu

Transcript

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DALAMMENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKASISWA KELAS III SDN ORO ORO OMBO MADIUN

OLEH :NURUL RAHMAWATI / PGSD 7DNPM. 09. 141. 160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKANIKIP PGRI MADIUN2013BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPembelajaran matematika berfungsi membekali siswa agar siap beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan dinamika perubahan masyarakat. Dengan demikian matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting bagi siswa. Oleh karena itu, pengetahuan matematika harus dimengerti dan dipahami sedini mungkin oleh siswa.Mengingat pentingnya matematika bagi kehidupan, maka matematika perlu dipelajari sejak di sekolah dasar. Adapun yang menjadi tujuan dari pembelajaran matematika menurut GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) secara umum yaitu :1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, efektif dan efisien.2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.Realitas menunjukkan banyak siswa yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Salah satu faktor penyebabnya adalah pola pembelajaran yang kurang mengaitkan materi dengan dunia nyata. Apalagi dengan peserta didik yang kerja otak kanan lebih dominan dalam aktivitas kesehariannya. Dengan asumsi seperti ini, maka pelajaran matematika akan menjadi sebuah penghambat dalam proses pembelajaran bagi sebagian siswa tersebut.Utomo dan Ruijter (Suparno, 2000:31) memaparkan bahwa pada latihan pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga guru menerangkan seluruh penyelesaiannya. Menurut Herman (2010:1) salah satu penyebab rendahnya penguasaan matematika siswa adalah guru tidak memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Matematika dipelajari oleh kebanyakan siswa secara langsung dalam bentuk yang sudah jadi (formal), karena matematika dipandang oleh kebanyakan guru sebagai suatu proses yang prosedural dan mekanistis.RME adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan proses of doing mathematics, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inventing sebagai kebalikan dari teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan reasoning-nya, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.Pendekatan ini didasarkan pada konsep Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Dengan ide utamanya adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994). Usaha untuk membangun kembali ide dan konsep matematika tersebut melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam pengertian bahwa tidak hanya situasi yang ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan (Heuvel, 1998).Dalam pendekatan RME siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, sekaligus dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Bagi guru, pendekatan RME berangkat dari persoalan dalam dunia nyata untuk memotivasi siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan RME, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan, serta bahan ajar yang disusun sebaik mungkin, sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah yang dapat diteliti adalah sebagai berikut :1. Matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan, monoton, dan menakutkan, sehingga banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut.2. Pola pendekatan pembelajaran matematika di kelas masih belum maksimal, ditandai dengan pembelajaran yang monoton, kurang demokratis, klasikal, dan memposisikan siswa sebagai objek.3. Guru tidak memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya.4. Pembelajaran yang digunakan oleh guru bersifat konvensional yakni ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas perlu mengalami perubahan.5. Praktik pembelajaran di sekolah kurang relevan dengan kehidupan nyata di sekitar siswa dan di luar sekolah.

C. Batasan MasalahFokus masalah PTK ini adalah pendekatan realistic mathematics education dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.

D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :1. Pendekatan RME seperti apa yang lebih efektif meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun?

E. Tujuan PenelitianDari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah :1. Menemukan pendekatan yang efektif dalam pembelajaran matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun melalui pendekatan realistic mathematics education.2. Mengungkap dampak PMR bagi pengembangan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran matematika dan peningkatan prestasi belajarnya.

F. Manfaat Penelitian1. Bagi siswaHasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka menggunakan realitas lingkungan sebagai daya dukung proses pembelajaran matematika.2. Bagi guruHasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka menentukan strategi efektif dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik.3. Bagi sekolahHasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

G. Definisi Operasional1. Pembelajaran disebut efektif jika pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan tingkat ketuntasan tertentu.2. Pendekatan PMR adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran, sehingga mencapai tujuan secara lebih baik dari pada yang lalu.3. Realita adalah hal-hal yang nyata atau konkrit, dapat diamati atau dipahami siswa dengan cara membayangkan.4. Realitas lingkungan adalah tempat siswa berada, baik di sekolah, di lingkungan keluarga, maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa.5. Prestasi belajar adalah hasil belajar kognitif yang dicapai oleh siswa dibuktikan dengan skor hasil tes.6. Peningkatan prestasi belajar matematika adalah pertambahan kemampuan siswa memahami matematika dilihat dari ketetapan dan kecepatan mengerjakan soal bila dibandingkan sebelumnya, dan menumbuhkan rasa senang siswa terhadap pelajaran matematika.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pembelajaran di Kelas RendahPembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran (silabus) yang telah dikembangkan oleh guru. Pembelajaran konkrit lebih sesuai diberikan pada siswa kelas rendah (kelas 1,2,3) di Sekolah Dasar. Proses pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar dan sistem penilaian sesuai dengan taraf perkembangan siswa.Hal lain yang harus dipahami yaitu proses belajar harus dikembangkan secara interaktif. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus-respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Sementara itu, siswa kelas rendah di Sekolah Dasar masih banyak membutuhkan perhatian karena kurang terfokus dalam konsentrasi, serta kurang memperhatikan kecepatan dan aktivitas belajar sehingga hal ini memerlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif.Banyak strategi yang dapat digunakan dalam proses belajar di kelas rendah Sekolah Dasar, namun penggunaan atau pemilihan strategi belajar harus mempertimbangkan variabel-variabel yang terlibat dalam suatu proses belajar mengajar. Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani mengemukakan pendapat, memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain, dan mampu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Dalam pengembangan kreativitas siswa, proses pembelajaran dapat diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan melalui permainan sehari-hari.Untuk siswa SD kelas rendah, dianjurkan menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah strategi pembelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa dengan melibatkan beberapa mata pelajaran. Prioritas pembelajaran tematik adalah terciptanya pembelajaran bersahabat, menyenangkan, dan bermakna. Karakteristik pembelajaran tematik pada siswa adalah fleksibel, tidak ada pemisahan mata pelajaran dan dapat mengembangkan bakat sesuai dengan minat siswa, menumbuhkembangkan kreativitas siswa, kemampuan sosial, belajar bertahan lama, dan menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah.

B. Pembelajaran Matematika SDMatematika merupakan mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Puskur, 2008).Matematika merupakan ilmu pasti dan konsisten yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya pikir siswa dan menunjang berbagai disiplin ilmu pengetahuan lainnya serta aspek-aspek perkembangan kehidupan yang terkait dengan penguasaan berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi.Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari SD agar siswa memilki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.Tujuan umum pelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan yang ada di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif (Mushlisoh, 1991). Suyatinah dkk. (1999)Pada buku kurikulum Pendidikan Dasar 1994 (1994:70), tujuan pengajaran matematika SD adalah sebagai berikut :1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama.4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

C. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)RME tidak dapat dipisahkan dari Institut Freudenthal. Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht University, Belanda. RME atau PMR merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang didasari atas pandangan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia (Gravemeijer, 1994). Matematika diusahakan dekat dengan kehidupan siswa, harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dan bila mungkin harus real bagi siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan yang leluasa untuk belajar melakukan aktivitas bekerja matematika, siswa diberi kesempatan mengembangkan strategi belajarnya dengan berinteraksi serta bernegosiasi baik dengan sesama siswa maupun dengan guru (Streefland, 1991).Penerapan RME memberikan harapan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan RME lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan menggunakan metode konvensional ( Trisna, 2005; Hasanah, 2005; Fauzan, 2001).Menurut De Lange, Treffers, Gravemeijer yang dikutip dalam Darhim (2004) ada lima karakteristik RME, yaitu:1. Menggunakan masalah kontekstual. Masalah kontekstual sebagai peluang bagi aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana suatu konep matematika yang diinginkan muncul.2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal. Perhatian diarahkan pada pengenalan model, skema, dan simbolisasi daripada mentransfer rumus atau matematika formal secara langsung.3. Menggunakan kontribusi siswa. Kontribusi yang besar pada proses pembelajaran diharapkan datang dari murid sendiri dimana mereka ditutut dari cara-cara informal ke arah yang formal atau standar.4. Terjadinya interaktivitas dalam proses pembelajaran. Negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses pembelajaran secara konstruktif dengan menggunakan strategi informal murid sebagai jantung untuk mencapai yang formal.5. Menggunakan berbagai teori belajar yang relevan, saling terkait, dan terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya. Pendekatan holistik, menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan keintegrasian harus diwujudkan dalam pemecahan masalah.Sama halnya dengan yang diuraikan di atas, Reewijk dikutip oleh Marpaung (2007) merumuskan prinsip RME itu dengan singkat dalam 5 pokok, (a) Dunia nyata, (b) Produksi bebas dan konstruksi, (c) Matematisasi, (d) Interaksi dan (e) Aspek pembelajaran secara terintegrasi. Selanjutnya Marpaung (2007) merumuskan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) sebagai berikut:1. Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktivitas manusia).2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual/realistik.3. Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri.4. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.5. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar).6. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi ke luar sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data).7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antara siswa dan siswa, juga antara siswa dan guru.8. Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model).9. Guru bertindak sebagai fasilitator (Tut Wuri Handayani).10. Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan (santun, terbuka,komunikatif dan menghargai pendapat siswa).Ciri Pembelajaran yang Berorientasi RME diantaranya :1. Pemberian perhatian yang cukup besar pada reinvention yakni siswa diharapkan membangun konsep dan struktur matematika bermula dari intuisi mereka masing-masing;2. Pengenalan konsep dan abstraksi melalui hal yang konkrit; diawali dari pengalaman siswa serta berasal dari lingkungan sekitar siswa; diharapkan siswa tertarik terhadap aktivitas matematika tersebut; siswa belajar dari pengalamannya sendiri bukan pengalaman gurunya;3. Pembelajaran didesain dan diawali dari pemecahan masalah terhadap masalah kontekstual yang ada di sekitar siswa atau yang dapat dipikirkan siswa;4. Selama proses matematisasi, diharapkan siswa mengkonstruksi gagasannya sendiri, menemukan solusi suatu masalah, dan membangun atau memperoleh suatu konsep secara mandiri, tidak perlu sama antar siswa satu dengan siswa lainnya bahkan dengan gurunya sekalipun;5. Pembelajaran matematika tidak hanya memberi penekanan pada komputasi, serta mementingkan langkah prosedural (algoritmis) serta drill;6. Penekanan lebih pada pemahaman yang mendalam pada konsep dan pemecahan masalah; dengan penyelesaian masalah yang tidak rutin dan mungkin jawabannya tidak tunggal;7. Siswa belajar matematika dengan pemahaman, membangun secara aktif pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan awal;8. Terdapat interaksi yang kuat antara siswa dengan siswa lainnya, menyangkut hasil pemikiran para siswa yang dikonfrontir dengan siswa lainnya.

D. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)PAKEM merupakan strategi dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif serta dapat mengembangkan keterampilan, kreativitas, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. PAKEM membantu guru agar dapat mengajar secara variatif sehingga tercipta suasana belajar yang tidak membosankan dan juga tepat sasaran. Siswa pun dapat lebih memahami materi yang diberikan, memiliki motivasi belajar, dan lebih berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam menerapkan PAKEM, ada hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya sebagai berikut :1. Memahami sifat yang dimiliki anak2. Mengenal anak secara perorangan 3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar4. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.

Kompetensi lulusanProses pembelajaranApabila digambarkan dalam bentuk skema maka proses belajarnya adalah sebagai berikut:

Siswa

PAKEM

Keterangan bagan di atas :Dalam proses pembelajaran, guru menerapkan model PAKEM agar siswa aktif dan kreatif sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan. Dengan demikian, diharapkan kompetensi kelulusan dapat tercapai.Sesuai dengan namanya PAKEM memuat empat karakteristik utama yakni:a. Pembelajaran AktifPembelajaran aktif maksudnya adalah sebuah proses aktif membangun makna, pemahaman, informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Dalam proses belajar peserta didik tidak semestinya dianggap seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi. Karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru (Ismail, 2008 : 46).Pembelajaran dikatakan aktif jika dalam proses pembelajaran guru dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa bebas bertanya dan mengemukakan gagasan. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif (Umi Supraptiningsih, 2005 : 7).Pembelajaran ini menitik beratkan pada siswa aktif artinya aktif membangun konsep, aktif bertanya, aktif mengemukakan gagasan, aktif mempertanyakan gagasan dan aktif melakukan kegiatan. Untuk itu, guru harus juga aktif artinya membantu kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, dan mempertanyakan gagasan siswa (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.12).Menurut Depdiknas (dalam suwartiningsih, 2009 : 8) aktif diartikan peserta didik maupun guru berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. Guru harus menciptakan suasanan peserta didik aktif dalam pembelajaran baik aktif bertanya, memberi tanggapan, mengungkapkan ide maupun mendemonstrasikan gagasan. Namun demikian menurut Joel Wein (1997:1), keterlibatan aktif guru disini hanya dalam perannya sebagai seorang pelatih, pengarah, dan penolong; bukan pihak yang mendominasi proses pembelajaran. Siswalah yang berada dalam posisi pengajaran diri mereka sendiri. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami. Beberapa contoh pembelajaran aktif yang bisa meningkatkan pembelajaran di kelas adalah mengacu pada tujuan, melibatkan siswa, menggunakan seni, gerakan dan indra, serta meragamkan langkah kegiatan (Pat Hollingsworth, 2008 : viii-ix).Beberapa contoh pembelajaran aktif seperti pembelajaran berpasang-pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, terlibat aktif dalam kerja kelompok, atau membuat laporan singkat dan sebagainya. Disarankan agar guru menjadi pemandu sepanjang tahap awal pembelajaran, kemudian biarkan anak melakukan praktik keterampilan baru, selanjutnya berikan informasi-informasi baru yang belum diketahui siswa selama pembelajaran. Caranya bermacam-macam, misalnya mengajak mengungkapkan pengalaman mereka membantu orang tua di rumah. Dengan cara seperti ini, siswa akan terdorong untuk secara aktif mengeksplorasi pengalaman hidupnya untuk kemudian diungkapkan dalam berbagai bentuk, seperti cerita lisan, tulisan atau gambar.b. Pembelajaran kreatifPembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain (Umi Supraptiningsih, 2005:7). Pembelajaran ini menitik beratkan pada siswa kreatif, artinya kreatif merancang/membuat sesuatu. Untuk itu, guru harus juga kreatif, artinya mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu belajar, dan memanfaatkan lingkungan (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.13).Menurut Anang Santoso (2009 : 2) pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang pelaksanaannya banyak diwarnai penciptaan-penciptaan baru.Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) berpendapat bahwa kretaif dapat diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membuat alat bantu belajar, menciptakan teknik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan belajarnya.Pembelajaran yang kreatif mengandung arti bahwa seorang guru harus dapat menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Di sini guru perlu memahami perbedaan tingkat kemampuan tiap siswa dan tiap kelasnya. Siswa kelas 1 tentu memiliki kemampuan yang berbeda dengan siswa kelas 6. Siswa kelas 6 relatif sudah mahir menulis sehingga aktivitas seperti ini tidak akan menimbulkan masalah.Bardasarkan pemahaman seperti digambarkan di atas, seorang guru tidak hanya dituntut kreatif tetapi juga inovatif dalam menciptakan aktivitas belajar yang berbeda dari satu kelas ke kelas yang lain, dari satu kelompok siswa ke kelompok siswa yang lain. Kreativitas guru juga berkaitan dengan pemanfaatan media belajar yang sesuai untuk menjelaskan suatu materi kepada para siswa. Seorang guru dituntut untuk kreatif dan memiliki kepekaan terhadap berbagai media yang ada di sekitarnya yang dapat dipakai untuk proses belajar di kelas. Guru juga dapat memanfaatkan media belajar yang berbasiskan teknologi informasi komunikasi (Information and Communication Technology) yang saat ini tengah berkembang pesat.Teknologi seperti komputer, handphone, dan internet dapat dipakai sebagai media untuk memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada siswa. Namun yang perlu diingat bahwa media belajar tidak perlu sesuatu yang mahal. Media belajar dapat dirancang dari benda atau sesuatu yang sederhana yang ada di lingkungan sekitar, misalnya dari barang-barang bekas atau dari aktivitas masyarakat di sekitar seperti bertani, berdagang, dan sebagainya. Dengan strategi dan media belajar yang kreatif seperti itu, siswa tentu akan semakin terdorong untuk juga berkreasi dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya.c. Pembelajaran efektifPembelajaran efektif adalah proses pembelajaran yang berhasil atau yang mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan dengan mendayagunakan sumber daya pembelajaran yang ada. Guru menggunakan kemampuan profesionalnya untuk menggerakkan sumber daya pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Syafaruddin dan Irwan Nasution, 2006 : 212).Menurut Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) efektif diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan atau kompetensi yang merupakan pijakan utama suatu rancangan pembelajaran.Pembelajaran yang efektif berkaitan dengan pertanyaan: sejauh mana proses belajar yang dijalankan mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Situasi belajar yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tersebut tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang seharusnya dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Menurut Suparlan, M.Ed (2009) jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya sebagai sebuah permainan biasa. Oleh karena itu, hal yang krusial dari seorang guru adalah mempersiapkan dan merancang aktivitas belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam tahapan ini, guru perlu bertanya pada diri sendiri apakah aktivitas yang dirancangnya dapat membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan atau sebaliknya tidak akan memberi dampak apa-apa bagi mereka. Setiap alternatif pilihan aktivitas pembelajaran sedapat mungkin dipertimbangkan efektifitasnya. Hal ini antara lain berarti bahwa seorang guru tidak perlu memaksakan sebuah aktivitas yang rumit apabila indikator atau tujuan pembelajarannya hanya memerlukan aktivitas pembelajaran yang sederhana. Sebaliknya, seorang guru pun tidak sepantasnya menyederhanakan aktivitas pembelajaran jika indikatornya menuntut aktivitas yang lebih banyak atau rumit. Berkenaan dengan itu, lesson plan atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasa dibuat oleh seorang guru hendaknnya tidak dibuat seadanya tetapi benar-benar dipikirkan dengan matang apakah dapat diterapkan dan efektif menjadi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

d. Pembelajaran menyenangkanPembelajaran menyenangkan menitik beratkan pada siswa yang merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran, artinya senang mencoba atau berbuat, senang bertanya, senang mengemukakan pendapat, senang mempertanyakan gagasan orang lain. Pembelajaran ini tidak membuat anak takut, artinya takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap sepele. Dalam hal ini guru juga ikut senang dalam melaksanakan pembelajaran (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.14). Menurut Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar mengajar yang hidup semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif dan mendorong pemusatan peserta didik terhadap pembelajaran.Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan dengan penciptaan suasana belajar yang aman, menyenangkan, dan menarik bagi siswa sehingga mereka tergerak untuk terlibat dan memusatkan perhatiannya secara penuh pada kegiatan tersebut. Menurut hasil penelitian, besarnya perhatian yang diberikan seorang siswa terhadap pembelajaran terbukti meningkatkan hasil belajar siswa tersebut (Suparlan 2009). Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menarik perhatian para siswa sehingga mereka akhirnya tergerak untuk memusatkan perhatian pada kegiatan belajar yang telah direncanakan oleh guru. Suasana belajar yang dimaksud antara lain adalah suasana belajar yang menyenangkan dan didukung oleh lingkungan yang aman dan bahan ajar yang relevan. Kegiatan pembelajaran harus menyenangkan karena siswa-siswa pada usia SD umumnya berada pada usia bermain sehingga ketertarikan mereka terhadap aktivitas belajar akan tumbuh jika mereka merasa aktivitas tersebut menyenangkan seperti yang mereka rasakan saat bermain. Untuk itu guru, harus merancang aktivitas belajar yang sedemikian rupa sehingga siswa tidak merasakan sebagai beban tetapi layaknya sebuah permainan dimana di dalamnya ada kegembiraan, interaksi sosial, interaksi dengan alam, namun dengan sejumlah aturan.Suasana belajar yang menyenangkan biasanya terjadi ketika dilaksanakan bersama orang lain misalnya dalam bentuk diskusi, kerja kelompok, bermain peran, bereksperimen, dan sebagainya. Selain memyenangkan, melalui bentuk aktivitas seperti ini, para siswa sebenarnya diarahkan untuk membangun pengetahuan secara bersama karena pada dasarnya pengetahuan bukan milik perseorangan melainkan tersebar dalam berbagai bentuk dan kondisi sebagai kekayaan kolektif.Melalui aktivitas bersama, para siswa akan berbagi pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri masing-masing ke arah yang lebih baik. Pengaturan kelas juga menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk membantu para siswa belajar dengan senang dan mau berbagi pengetahuan dan keterampilan kepada yang lain. Misalnya, tempat duduk siswa tidak harus selalu menggunakan pola berjejer kebelakang dengan guru berada dibagian paling depan. Tempat duduk dapat dirancang dengan berbagai pola sesuai kebutuhan belajar. Selain itu pembelajaran yang menyenangkan juga dapat diciptakan guru melalui berbagai cara yang sederhana, misalnya menggunakan mimik dan bahasa tubuh dalam menjelaskan suatu materi, memberikan selingan humor, menggunakan alat peraga, serta memberi waktu istirahat dan jeda yang teratur. Dengan cara pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan seperti yang telah disebutkan diatas, kita yakin siswa akan merasa belajar sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam dirinya akan tumbuh kecintaan terhadap aktivitas belajar seumur hidupnya (life- long education).

E. Prestasi BelajarDalam pendidikan, prestasi belajar merupakan faktor yang sangat penting dan sering dijadikan pokok pembicaraan atau permasalahan antar pendidik, karena prestasi belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran.Prestasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri-sendiri yakni prestasi dan belajar, tetapi dalam pembahasan ini kedua kata sangan berhubungan.Berikut ini diberikan pengertian prestasi dan pengertian belajar menurut beberapa para ahli :1. Suharsini Arikunto (1998:5) berpendapat bahwa prestasi adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2. Nana Sudjana (1998:5) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan proses hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang belajar.3. Gozali (dalam Suhito, 1989:4) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil kerja suatu lapangan yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan.4. Oemar Hamalik (dalam Suhito, 1989:4) mengemukakan prestasi adalah hasil interaksi baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu yang bersangkutan.Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang ditandai adanya perubahan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang belajar.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Hipotesis TindakanPeneraan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika di kelas III sekolah dasar efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat penelitianPenelitian ini akan diadakan pada kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun. Alasan mengambil mata pelajaran dan kelas ini, karena sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.2. Waktu penelitianWaktu penelitian yaitu selama dua bulan, yaitu pada bulan awal November sampai akhir bulan Desember tahun ajaran 2012/2013.

C. 00Desain Penelitian

? 4? 3? 2? 1Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain putaran spiral. Kegiatan penelitian dimulai dengan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, seperti disajikan pada gambar.

? 4? 3? 2? 1 Siklus I : (1) Perencanaan I, (2) Tindakan I, (3) Observasi I, dan(4) Refleksi I. Siklus II : (1) Revisi Rencana I, (2) Tindakan II, (3) Observasi II, dan (4) Refleksi II.Penelitian ini direncanakan dua siklus. Namun demikian, jika hasilnya belum optimal, akan dilakukan siklus 3. Kegiatan pada masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran matematika kelas III dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya yaitu bulan November-Desember 2012. Tindakan, meliputi proses pembelajaran melalui PMR kelas III semester 1. Observasi, dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.

D. Subjek dan Objek PenelitianSubyek dalam penelitian ini adalah kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun, dengan jumlah siswa 30 orang. Obyek penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan PMR dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.

E. Setting PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2012-2013 di SDN Oro Oro Ombo madiun, dimulai pada awal November 2012, Minggu I, II, III, dan IV. Setting penelitian ini adalah lingkungan kelas tempat subjek melakukan kegiatan pembelajaran, dan lingkungan secara umum pada kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.

F. Metode Pengumpulan DataData penelitian dikumpulkan melalui tes, observasi, dan catatan lapangan. Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun. Peningkatan prestasi belajar berupa data tindakan belajar atau hasil belajar. Metode pengumpulan data yaitu observasi, tes, dan catatan lapangan.Instrumen yang dipakai adalah pedoman observasi, soal tes, dan lembar catatan. Pedoman observasi yang digunakan memuat garis besar sejauh mana minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data sebelum tindakan, baik dari guru maupun pengamat langsung di lapangan. Lembar soal tes digunakan untuk menguji kemampuan dan prestasi belajar siswa.

G. Teknik Analisis DataAnalisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis dan dikaitkan dengan peningkatan prestasi belajar matematika dengan pendekatan realistic.Data penelitian diperoleh mulai observasi langsung pada objek penelitian untuk mengungkap sejauh mana peningkatan minat dan prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika. Observasi langsung dilaksanakan pada kondisi awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat digunakan tindakan kelas berupa penggunaan RME. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif teknik persentase.

H. Jadwal PenelitianNo.KEGIATANWAKTU

November (minggu ke)Desember (minggu ke)

12341234

1.Perencanaan

2.Proses pembelajaran

3.Evaluasi proses pembelajaran

4.Evaluasi hasil pembelajaran

5.Pengumplan data PTK

6.Analisis data PTK

7.Penyusunan hasil PTK

8.Pelaporan hasil PTK

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2010. Karya Tulis Inovatif. Bandung : PT Remaja RosdakaryaSugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : AlfabetaSuharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka CiptaWalle, J. A. 2008. Matematika Pengembangan Pengajaran. Jakarta : Erlanggahttp://p4tkmatematika.org/2008/09/rme-salah-satu-pendekatan-pembelajaran-yang-menyenangkan/http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/22/matematika-realistik/

LAMPIRAN1. Lembar observasi terhadap keaktifan siswa kelas III pada saat proses belajar mengajar matematika berlangsungNo.Nama SiswaAspek yang Diamati

Bertanya kepada guruMenjawab pertanyaanMengemukakan pendapatmemecahkan masalah

1234123412341234

1.

2.

3.

4.

dst

Persentase

2. Lembar observasiNo.PernyataanYaTidak

1.Siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh

2.Siswa mengindahkan perintah guru

3.Siswa bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran

4.Siswa serius memperhatikan penjelasan guru

5.Siswa serius belajar kelompok

6.Siswa serius belajar matematika secara individu

7.Siswa dengan senang belajar matematika secara individu

8.Siswa semangat saat diberikan soal jajakan

9.Siswa bergairah dalam mengerjakan soal latihan

dst