1
Pengaruh Model Problem Based Instruction (PBI)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Biologi STKIP PGRI
Lubuklinggau
Oleh: Linna Fitriani1 , Destien Atmi Arisandy, M. Pd
2, Dyani Triwulan S.W.S
([email protected], [email protected] )
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Problem Based
Instruction (PBI) terhadap Kemampuan Kreatif Mahasiswa Biologi STKIP PGRI
Lubuklinggau. Jenis penelitian ini ekperimen yang diawali dengan pemberian soal
pretes dan penerapan model pembelajaran pada kedua kelas penelitian yang diakhiri
dengan kegiatan postest. Pengolahan data pretes dan postes dengan menghitung jumlah
skor dan dikonversikan kedalam bentuk nilai kemudian menginterpretasi nilai tersebut
berdasarkan predikat. Dengan membandingkan hasil analisis data setiap kelas diketahui
adanya perbedaan pada setiap kelas, sehingga diperoleh kesimpulan ada pengaruh yang
signifikan model problem based instruction (PBI) terhadap kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa biologi STKIP PGRI Lubuk linggau.
Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Problem Based Instruction
A. Pendahuluan
Hakikat belajar diperguruan tinggi adalah untuk membangun pola berpikir dan
struktur kognitif dan mengembangkan kecakapan berpikir mahasiswa yang merupakan
alat utama dalam belajar (Nurhayati, 2011). Dengan kecakapan berpikir mahasiswa
diharapkan mampu mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki
sebelumnya dengan sikap dan tatanan nilai yang ada di lingkungannya untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar dan masalah kehidupan pada
umumnya.
Semakin baik kecakapan dalam menggunakan dan memanfaatkan informasi,
semakin banyak informasi dan pengetahuan potensial yang dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan hidup dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencapai
kemajuan hidupnya. Saat ini masih banyak dijumpai pembelajaran dikelas-kelas
diperguruan tinggi yang lebih diarahkan untuk mentransfer pengetahuan sebanyak-
banyaknya kepada pembelajar daripada mentransfer keterampilan untuk memperoleh,
menata, memanfaatkan pengetahuan secara optimal dan efektif. Strategi pembelajaran
2
yang demikian tidaklah salah tetapi dengan strategi ini, pembelajar akan tumbuh
menjadi kurang kreatif, miskin ide, dan pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Nasution (2004:4) mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan pelajaran bukan
hanya penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental itu, melainkan juga
mengembangkan sikap positif belajar, penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah
atas kemampuan sendiri. Ini berarti dalam proses belajar mengajar tidak hanya
ditekankan pada prinsip-prinsip fundamental, pengetahuan dan informasi yang
bersumber dari dosen, melainkan lebih menekankan pada usaha mahasiswa dalam
memperoleh pengetahuan dengan usahanya sendiri.
Fisiologi Tumbuhan merupakan salah satu cabang biologi yang mempelajari
tentang proses metabolisme pada tubuh tumbuhan, Lakitan (2010:12). Sehingga pokok
bahasan di dalamnya meliputi aspek-aspek yang harus dipahami mahasiswa agar bisa
memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan metabolisme pada tumbuhan.
Mahasiswa harus memiliki keterampilan dalam belajarnya agar dapat mencari
informasi, memanfaatkan dan mengolahnya agar dapat menjawab berbagai macam
masalah dalam pembelajaran Fisiologi Tumbuhan tersebut.
Berdasarkan observasi awal dimata kuliah Fisiologi Tumbuhan dosen sudah
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan yang
dimilikinya dengan menerapkan metode kooperatif yang memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk berdiskusi dalam membahas suatu permasalahan. Dari data yang di
dapat saat observasi awal nilai semester untuk dua tahun terakhir ini, yaitu tahun
2013/2014 nilai rata-rata dari sebagian mahasiswa mata kuliah fisiologi tumbuhan
masih dalam kategori cukup.
Hasil observasi lanjutan menunjukkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa
tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan
melalui lembar observasi menggunakan indikator aspek kemampuan berpikir kreatif
yaitu hanya 7,06% siswa yang menampakkan aspek kemampuan berpikir lancar
(fluency), sedangkan aspek kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir
orisinil (originality), kemampuan memeperinci (elaboration) dan kemampuan menila
(evaluation) masih belum nampak. Kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat penting
bagi perkembangan mental dan perubahan pola pikir siswa sehingga diharapkan proses
pembelajaran dapat berhasil. Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat
3
digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan adalah keterampilan berpikir
kreatif.
Penyebab masih rendahnya keterampilan berpikir kreatif siswa tersebut antara lain
adalah pembelajaran yang belum memberdayakan kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa. Melihat pentingnya berpikir kreatif ini, maka diupayakan adanya inovasi
dalam proses pembelajaran biologi khususnya pada mata kuliah fisiologi tumbuhan,
yaitu dengan adanya proses belajar yang menunjang mahasiswa untuk berpikir kreatif
dan memperoleh hasil belajar yang baik dalam situasi yang diorientasikan pada
masalah. Inovasi ini yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Instuction (PBI).
B. Landasan Teori
1. Hakikat Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat adanya
latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya dilakukan oleh manusia seumur
hidupnya, kapan saja dimana saja, baik di sekolah maupun di rumah dalam waktu yang
sudah ditentukan. Namun satu hal yang pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh
manusia senantiasa dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu (Hamalik, 2001:23).
Menurut Udin (2003) menyatakan bahwa : Belajar adalah suatu perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah
pengalaman. Menurut Anthony Robbins yang dikutip oleh Trianto (2007) menyatakan
bahwa : Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan)
yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Hamalik (2011:60) menyatakan bahwa belajar dalam konteks ilmu pendidikan
adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan pengertian belajar
secara umum diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku mengenai hal yang sudah
dipahami maupun yang baru sebagai hasil dari pengalaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati (2011) yang menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh individu secara sengaja, berlangsung
secara kesinambungan dan bertujuan untuk memperoleh perubahan pengetahuan,
4
keterampilan dan sikap positif sebagai pengalaman dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Menurut Slavin (1995) dalam Trianto (2007), Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh
antar siswa untuk memahami materi pelajaran biologi, unsur-unsur pembelajaran
kooperatif diantaranya: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, dan
akuntabilitas individual.
3. Model problem based instruction (PBI)
Problem Based Instruction (PBI) merupakan model pembelajaran yang
diorientasikan pada penyelesaian masalah (problem solving). Problem Based Instruction
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran, melalui
pengalaman belajar dalam kehidupan nyata. Arends dalam Trianto (2007:68)
menjelaskan bahwa problem based instruction merupakan pendekatan belajar yang
menggunakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
siswa, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir kreatif, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri. Peranan pengajar dalam PBI adalah mengajukan masalah,
memfasilitasi penyelidikan dan dialog mahasiswa. Adapun ciri-ciri utama PBI meliputi
suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan
autentik, kerjasama (kolaborasi), serta menghasilkan karya dan peragaan, (Trianto,
2007).
Model pengajaran ini sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir
tingkat tinggi, membantu mahasiswa memproses informasi yang telah dimilikinya, dan
membantu mahasiswa membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan
fisik di sekelilingnya. PBI utamanya dikembangkan untuk membantu mahasiswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual. Belajar secara otonom dan mandiri, (Ibrahim, 2001:7). Tugas Dosen adalah
membantu mahasiswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas
pelajaran.
Arends dalam Trianto (2007:69-70) menyatakan bahwa pengembangan Problem
Based Instruction (PBI) memiliki karakteristik sebagai berikut: Pengajuan pertanyaan
5
atau masalah, Adanya keterkaitan atar disiplin ilmu, Penyelidikan Autentik,
Menghasilkan dan Memamerkan Hasil Suatu Karya, dan Kolaborasi
Tabel 2.1 Tahapan Problem Based Instruction
Fase-Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Orientasi mahasiswa kepada
masalah
Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi
mahasiswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih
Fase 2
Mengorganisasikan mahasiswa
untuk belajar
Dosen membantu siswa dalam mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan permasalahan yang muncul pada aktivitas
belajar tersebut
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok
Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model serta membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan rekannya
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
(Adopsi dan adaptasi : Ibrahim & Nur, 2000 : 13)
4. Berpikir kreatif
Munandar (2001), menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan yang
berdasarkan pada data atau informasi yang tersedia, untuk menentukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada
kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Ini berarti bahwa makin banyak
kemungkinan jawaban yang diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah
seseorang, tetapi juga harus disertai mutu atau kualitas jawabannya.
Menurut struktur model intelek dari Guilford (1959:216), yang dijadikan
sebagai sumber utama gagasan tentang kreatifitas, dimana gambaran tentang intelegensi
manusia terdiri dari beberapa factor yang termasuk operasi produk divergen (berpikir
divergen) yang terdiri dari fluency, flexibility, dan elaboration. Menurut Evans (1991:4)
dalam Ratnaningsih (2007), komponen berfikir divergen terdiri atas problem sensitivity,
Fluency, Flexibility, Originality.
Tahap berpikir kreatif menurut Campbell David (Surya, 2013: 126): Persiapan
yaitu peletakan dasar, mempelajari masalah seluk beluk dan problematiknya.
6
Konsentrasi dengan memikirkan, meresapi masalah yang dihadapi. Inkubasi dengan
cara mengambil waktu untuk meninggalkan masalah, istirahat, waktu santai. Iluminasi
yaitu tahap menemukan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja dan jawaban
baru. Verifikasi atau produksi: dengan menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
praktis sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian dan cara
kerja.
Dalam prosesnya, hasil kreativitas meliputi ide-ide yang baru, cara pandang
berbeda, memecahkan rantai permasalahan, mengkombinasi kembali gagasan-gagasan.
Empat komponen kreativitas yaitu: (1) Kelancaran (fluency) yaitu mempunyai banyak
gagasan dalam berbagai kategori. (2) Keluwesan (flexibility) mempunyai gagasan-
gagasan yang beragam; (3) Keaslian (originality) yaitu mempunyai gagasan-gagasan
baru untuk memecahkan persoalan; (4) Elaborasi (elaboration) yaitu mampu
mengembangkan gagasan untuk memecahkan masalah secara rinci (Budiman, 2011: 2).
Kelancaran merujuk pada kemudahan untuk menghasilkan ide atau
menyelesaikan masalah. Keluwesan merujuk pada memunculkan ide-ide atau cara
berpikir baru, ditunjukkan juga dengan adanya ide yang beragam. Keaslian merujuk
pada kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang tidak biasa, juga terkait dengan
seberapa unik ide yang dihasilkan. Elaborasi merujuk pada kemampuan untuk
memberikan penjelasan secara detail atau rinci.
5. Kerangka Konseptual
Berikut kerangka konseptual dari penelitian ini :
6. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) terhadap kemampuan berpikir kreatif mahasiswa di STKIP PGRI
Lubuklinggau.
Model PBI
(Eksperimen)/X1
Konvensinal
(Kontrol)/X2
Kemampuan
Berpikir
Kreatif/Y
Perkuliahan
Fisiologi
Tumbuhan
7
7. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di
semester IV program studi biologi pada mata kuliah fisiologi tumbuhan di STKIP PGRI
Lubuklinggau. Sebelum memulai proses pembelajaran, terlebih dahulu diberikan tes
awal (pretest) yang sama kepada setiap kelas yang telah ditentukan di semester IV
program studi biologi di STKIP PGRI Lubuklinggau. Mengenai materi yang akan
diajarkan yaitu pada sub pokok bahasan Fisiologi Tumbuhan. Setelah tes awal (pretest)
selesai dilaksanakan, kedua kelas diberikan pembelajaran yang berbeda metodenya.
Kelas eksperimen pertama menggunakan model PBI dan kelas kontrol menggunakan
model pembelajaran konvensional yang tetap menerapkan pembelajaran yang biasa
dilakukan dosen.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, kedua kelas diberikan tes
akhir (postest) yang sama untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan
antara kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang menggunakan model PBI dan
kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Sehingga dengan membandingkan keduanya, selain bisa mengetahui apakah ada
perbedaan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol juga bisa diketahui adakah pengaruh model PBI terhadap kemampuan berpikir
kreatif mahasiswa pada mata kuliah fisiologi tumbuhan tersebut.
Teknik Analisis Data diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis menggunakan Uji t. Hipotesis statistik yang diajukan:
H0 : : Hipotesis nol atau pembanding, rata-rata kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa biologi menggunakan model PBI lebih kecil atau sama
dengan model pembelajaran konvensional
Hi : > : Hipotesis alternatif atau kerja, rata-rata kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa biologi menggunakan model PBI lebih besar dari model
pembelajaran konvensional.
8. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa
Data hasil penelitian diperoleh dari pelaksanaan tes awal (pretest) dan tes akhir
(postest) kemampuan berpikir kreatif terhadap mahasiswa yang memperoleh
pembelajaran yang menggunakan model PBI dan mahasiswa yang memperoleh
8
pembelajaran konvensional. Dari hasil tes awal dapat dilihat bahwa perbandingan nilai
tes awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol relatif sama, data tes akhir
memperlihatkan bahwa rata-rata nilai kelompok kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kelas kontrol.
Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran PBI terhadap hasil kemampuan
berpikir kreatif mahasiswa, maka dilakukan analisis terhadap data hasil post-test
mahasiswa yang memperoleh pembelajaran PBI dan Konvensional.
Tabel 1
Uji Normalitas Skor post-test Kemampuan Berpikir Kreatif
Aspek
Kemampuan Kelompok
Kolmogorov-
Smirnov Kesimpulan Ket.
Stad. Sig(2-
tailed).
Berpikir
Kreatif
PBI 2.27 0,894 Terima H0 Normal
Konv. 2.07 0,895 Terima H0 Normal
Berdasarkan kriteria normalitas, pembelajaran kooperatif model PBI dan
pembelajaran konvensional berdistribusi normal.
Tabel 2
Uji Homogenitas Varians Skor post-test Kemampuan Berpikir Kreatif
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.354 1 54 .554
Hasil perhitungan uji Levene data post-test kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa dengan pembelajaran model PBI maupun pembelajaran konvensional
mempunyai varians homogen
Tabel 3
Uji Independent Sample T-Test Rata-rata Post-test Kemampuan Berpikir Kreatif
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Nilai Equal variances assumed
.354 .554 -2.856 54 .006
Equal variances not assumed
-2.866 53.972 .006
9
Dari hasil uji t dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa
terdapat perbedaan antara rata-rata post-test kemampuan berpikir kreatif kelas konvensional
dan kelas PBI. Salah satu kelas yang rata-rata skor kemampuan awal berpikir kreatif yang
lebih tinggi dari yang lainnya artinya skor kemampuan akhir yang berbeda. Sehingga
dengan melihat perbedaan tersebut dapat dilihat ada pengaruh pembelajaran model PBI
terhadap kemampuan berpikir kreatif mahasiswa.
B. Deskripsi Komponen Kemampuan Berpikir Kreatif
1. Kelas Problem Based Instruction (PBI)
Pada kelas ini, indikator kemampuan berpikir kreatif yang paling tinggi
skornya adalah kemampuan untuk mengenal adanya suatu masalah dengan
perolehan skor sebesar 3,38 dan yang terendah adalah kemampuan untuk
membangun banyak ide yang beragam dan terperinci yaitu dengan skor 2,83.
Keterangan: (1). mengenal adanya suatu masalah., (2). Membangun banyak ide
secara mudah, (3). Mampu merincikan suatu masalah, (4). Membangun
banyak ide secara terperinci, (5). Menghasilkan ide-ide yang tidak umum /
luar biasa
Gambar 4.1 Diagram Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Kelas
PBI
2. Kelas Konvensional
Pada kelas dengan pembelajaran konvensional, komponen kemampuan
berpikir kreatif yang paling menonjol adalah kemampuan mahasiswa untuk
2,4
2,6
2,8
3
3,2
3,4
3,6
1 2 3 4 5
3,38 3,17 3,24 2,83 2,90
kelompok berpikirkreatif
10
membangun ide secara mudah dengan perolehan skor sebesar 2,81 sementara
yang terendah adalah kemampuan dalam membangun banyak ide yang tidak
umum/luar biasa dengan skor 2,67.
Keterangan: : (1). mengenal adanya suatu masalah., (2). Membangun banyak ide
secara mudah, (3). Mampu merincikan suatu masalah, (4). Membangun
banyak ide secara terperinci, (5). Menghasilkan ide-ide yang tidak umum /
luar biasa.
Gambar 4.3 Diagram Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Kelas
Konvensional
1. Pengaruh Model PBI terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif.
Penerapan pembelajaran model PBI mengkondisikan mahasiswa agar
berkolaborasi bersama kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pada awal pertemuan
terlihat kebingungan pada mahasiswa dengan soal-soal bentuk berpikir kreatif dan
sedikit berbeda. Namun setelah diberikan arahan proses pembelajaran pun berjalan
dengan baik. Adanya perbedaan hasil post-test menunjukkan bahwa pembelajaran
model PBI lebih efektif dan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif pada
mahasiswa.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa
Berdasarkan skor hasil post-tes Kemampuan berpikir kreatif mahasiswa ada
perbedaan hasil antara kelas yang diberikan pembelajaran model PBI dan model
konvensional. Kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik dari pada
mahasiswa pada kelas kontrol. Jika dilihat dari data primer, mahasiswa pada kelas PBI
memperoleh rata-rata skor 15,51 dengan skor maksimal 20 dan skor minimal 12,
sementara mahasiswa pada kelas Konvensional memperoleh rata-rata 13,85 dengan skor
2,55
2,6
2,65
2,7
2,75
2,8
2,85
2,9
1 2 3 4 5
2,78 2,85 2,67 2,81 2,74
KelompokBerpikir Kreatif
11
maksimal 18 dan skor minimal 10. Hal tersebut dikarenakan pengajaran berdasarkan
masalah akan membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir
sehingga bisa memecahkan permasalahan yang diberikan dalam proses pembelajaran.
(Trianto, 2007). Didukung oleh keunggulan dalam kolaborasi menurut Priyanto dalam
(Wena, 2011) yaitu pembelajaran kooperatif memiliki prinsip dasar yaitu mahasiswa
membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk tujuan bersama,
kemudian mahasiswa pandai dapat mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa
dirugikan.
Berdasarkan post-test mahasiswa pada kelas PBI memperoleh rata-rata skor
15,51 dengan skor maksimal 20 dan skor minimal 12, jika dilihat dari rata-rata skor
yang diperoleh maka ada pengaruh yang signifikan pada kelas eksperimen. Berbeda
dengan kelas konvensional yang memperoleh skor rata-rata 13,85, skor maksimum 18
dan minimum 10, perolehan rata-rata nilai lebih rendah
Dari lima komponen kemampuan berpikir kreatif, mahasiswa pada kelas
eksperimen memiliki kemampuan mengenal adanya suatu masalah lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol. Ini sesuai dengan karakteristik PBI yang menuntut
mahasiswa untuk lebih aktif dalam memecahkan masalah secara mandiri maupun
terbimbing (Trianto, 2007), dan juga berpikir kreatif mempunyai hubungan yang sangat
kuat dalam pemecahan masalah, (Rustaman, 2009). Mahasiswa dari kedua kelas
tersebut sama-sama memiliki kemampuan terendah untuk menghasilkan ide-ide yang
beragam dan terinci dan dalam menghasilkan ide-ide yang tidak umum/luar biasa.
Ketidakmampuan mereka dapat disebabkan oleh kemungkinan lemahnya persepsi dan
pola berpikir dari tiap individu dalam memahami dan menyikapi soal akibat kolaborasi
dengan masing-masing kelompok sehingga kurang menonjolkan originality dari setiap
mahasiswa. Akan tetapi, hal itu tetap sesuai dengan elemen dasar dari kemampuan
berpikir kreatif yaitu sensitivity, elaboration, originality, fluency dan fleksibelity.
Berpikir kreatif merupakan kebiasaan berpikir yang bersifat menggali,
menghidupkan imaginasi, intuisi, menumbuhkan potensi-potensi baru, membuka
pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman, merangsang pikiran-pikiran
yang tidak terduga. Pada pelaksaan pembelajaran, selain menggunakan pembelajaran
kooperatif juga dikondisikan pemberian permasalahan yang membangkitkan berpikir
kreatif mahasiswa, yaitu dengan memberikan lembar kerja mahasiswa (LKM 1) untuk
12
setiap kelompok mahasiswa, yang berisikan suatu uraian soal yang harus dicari rumusan
masalahnya, kemudian dilanjutkan dengan penerapan pembelajaran model PBI dengan
pembagian kelompok dan diberikan lembar kerja mahasiswa (LKM 2) yang tujuannya
adalah untuk menggali keluwesan (flexibility), keaslian (originality), kefasihan
(fluency), kepekaan (sensitivity) mahasiswa terhadap banyak ide juga menggali
kemampuan mahasiswa menyatakan banyak gagasan secara terperinci (elaboration).
Mengetahui pengaruh model PBI terhadap kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa berdasarkan rata-rata skor post-test pada kedua kelompok yang lebih
dispesifikkan menjadi dua kelompok, diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan
rata-rata skor post-test juga pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa model PBI berpengaruh secara sinifikan terhadap
kemampuan berpikir kreatif.
9. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat dikemukakan
Terdapat perbedaan yang signifikan hasil tes kemampuan berpikir kreatif antara
mahasiswa yang diajarkan dengan pembelajaran model Problem Based Instruction
(PBI) dan mahasiswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata
hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada kelas dengan pembelajaran model Problem
Based Instruction (PBI) sebesar 15,51 dan nilai rata-rata mahasiswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensionai 13,85. Ada pengaruh yang signifikan Model
Problem Based Instruction (PBI) terhadap Kemampuan berpikir kreatif mahasiswa
Bilogi STKIP PGRI Lubuklinggau
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta. Bumi Aksara
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bosch, N. 2008. Rubric for Creative Thinking Skills Evaluation. Diakses dari:
http://www.icyte.com/saved/adifferentplace/597016. (20 Februari 2015)
Budiman, H. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis
Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan
Software Cabri 3d. Jurnal Pendidikan MIPA 13 (1): 1-80.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
13
Guilford, J.P. (1950). Creativity, American Psychologist, Volume 5, Issue 9, 444– 454.
Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Phsycology and Education. New York.
Mc. Graw-Hill Book Co. Inc.
Hamalik O, . 2011. Psikologi Belajar dan Mengajar, Cetakan Pertama, Bandung Sinar
Baru.
Ibrahim, M & Nur, H. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Penerbit Unesa-
Universitas Press.
Karyanto, dkk. 2004. Bioedukasi Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi. FKIP UNS.
Lakitan, B. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. PT. Gramedia.
Munandar, U. S. 2001. Kreativitas dan Keterbakatan, strategi mewujudkan potensi
kreatif dan Bakat. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Nurhayati, E. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Nasution, F. 2001. Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana
Belajar dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal
IlmuKependidikan. Jilid 8 , tahun 2001- No. 1. Jakarta: LPTK.
Priyatno D, 2008. Mandiri Belajar SPSS, PT. Buku Kita. Yogyakarta
Ratnaningsih, N. 2007. Pengaruh Pembelajaran Kontektual Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah
Menengah Atas. Disertasi . Universitas Pendidikan Indonesia.
Rustaman, N. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung : tidak diterbitkan.
Rustaman, N.(2009). Pendidikan Biologi
http://file.upi.edu/Direktori/sps/prodi.pendidikan_ipa/195012311979032.nuryani_r
ustaman/pendidikan_biologi_dan_trend_penelitiannyav.pdf. (diakses, 6 Januari
2015).
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Peserta Didik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Putaka Belajar
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher.
Udin, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
Top Related