PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK TWO STAY TWO STRAY TERHADAP
KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA
KELAS V MIN 15 BINTARO
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nurmalinda NIM. 109018300040
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
NURMALINDA (109018300040), “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak
Ceritasiswa Kelas V Min 15 Bintaro Jakarta Selatan”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang cara menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif teknik
Two Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa. Penelitian
ini dilakukan di MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2012/2013.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen
dengan desain penelitian The One Group Pretest-Posttest Design. Sampel
dalam penelitian ini adalah tujuh puluh delapan siswa yang terdiri dari tiga
puluh sembilan siswa untuk kelas eksperimen dan tiga puluh sembilan siswa
untuk kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes yang
berbentuk soal uraian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa keterampilan
menyimak siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknik Two Stay Two Stray lebih baik daripada yang menggunakan
model pembelajaran konvensional. Dan dilihat dari hasil rata-rata, siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two
Stay Two Stray mendapat nilai rata-rata lebih tinggi dibanding siswa yang diajar
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Two Stay Two Stray, Keterampilan
Menyimak.
ii
ABSTRACT
NURMALINDA (109018300040), “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Ceritasiswa
Kelas V Min 15 Bintaro Jakarta Selatan”. Skripsi of Department of Elementary
School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University, 2013.
This research is aimed to get a deep understanding about the use of
cooperative learning, specifically in Two Stay Two Stray technique on students’
listening story comprehension. This research was conducted at MIN 15 Bintaro
Tangerang Selatan academic year 2012/2013. The research method used in this
research was a quasi-experimental study with The One Group Pretest-Posttest
Design. The sample in this research was 78 students, consisting of 39 students
from the experimental class and 39 students from the control class. The
research instrument used in this research was essay questions. The result of the
study revealed that students’ listening comprehension taught by using Two Stay
Two Stray technique was better than by using conventional teaching. It could be
seen from the mean scores in the class that was taught by using Two Stay Two
Stray technique was higher than the class that was taught by using conventional
teaching.
Keywords : Cooperative Leraning, Two Stay Two Stray, Listening
Comprehension.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis
diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita
yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai’I M.Ed, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Fauzan, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus dosen
pembimbing.
3. Ibu Hindun, M.Pd, dosen pembimbing yang telah memberi masukan,
ilmu, semangat, dan arahan yang amat bermanfaat kepada penulis
selama penyusunan skripsi.
4. Seluruh staf dan dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis
selama kuliah.
5. Bapak A. Taufiqillah S.Ag., M.M, kepala MIN 15 Bintaro, Jakarta
Selatan yang telah memberikan izin serta bimbingan, dan masukan
selama penelitian.
6. Para siswa dan siswi MIN 15 Bintaro khususnya VA dan VB yang
telah banyak membantu selama proses penelitian berlangsung.
7. Teristimewa kepada Ayah dan Ibuku, Bapak Asiandi dan Ibu Saida
yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, melimpahkan kasih
iv
sayang, dan memberikan dukungannya baik moril maupun materil
kepada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini, dan adik-adikku
tersayang Muhammad Fachri, Ayu Nurhalyzah, dan Muhammad
Azhar Arbian yang selalu memberi semangat dan mendoakan selama
penulisan skripsi ini.
8. Rizky Chairani, Diah Nuriza, Yanita Puspitasari, dan Maria Ulfah,
sahabat tersayang yang selalu memberikan doa, semangat, dan
motivasi selama penulisan skripsi ini.
9. Deswinda, Anike, Nurfaizah, Nety, Haffas, Didin, Awal, dan Frendi
yang selalu memberikan semangat serta tempat berkeluh kesah.
10. Teman-teman PGMI B 2009 yang telah memberikan semangat dan
pengaruh positif dalam menyusun skripsi ini.
11. Adik-adik kelas PGMI yang telah membantu, memberi semangat dan
mendoakan selama penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di HMI Cab. Ciputat
khususnya HMI Komtar, HMI Komfaksy, dan DEMA UIN Jakarta
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mengajarkan dan
memberikan pengalaman penulis dalam berorganisasi serta
memberikan semangat penulis dalam menyusun skripsi.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Akhir kata, harapan
penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya
mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta, Februari 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan teoretis ................................................................................... 8
1. Hakikat Keterampilan Menyimak Cerita ................................................. 8
a. Pengertian Menyimak .......................................................................... 8
b. Tahap – Tahap Menyimak ................................................................... 8
c. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar .................................... 10
d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak ............................... 11
e. Unsur – Unsur Menyimak ................................................................... 14
f. Definisi Cerita ..................................................................................... 15
2. Hakikat Model Pembelajaran ................................................................... 16
a. Pengertian Model Pembelajaran ......................................................... 16
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ................................................... 16
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ............................................... 18
vi
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ......................................................... 19
e. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ............................................ 20
f. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ....................................... 22
g. Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray ................................. 23
h. Langkah-Langkah Model – Model Pembelajaran Tipe Two Stay
Two Stray ............................................................................................ 24
i. Kelebihan dan Kekurangan Two Stay Two Stray ............................... 26
B. KERANGKA BERPIKIR ........................................................................ 27
C. PENELITIAN YANG RELEVAN .......................................................... 38
D. HIPOTESIS PENELITIAN ..................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 32
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................. 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 34
a. Populasi ............................................................................................... 34
b. Sampel ................................................................................................. 34
D. Variabel Penelitian ................................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 35
F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 35
G. Teknik Pengolahan Data .......................................................................... 36
a. Uji Validitas ......................................................................................... 36
b. Uji Reliabilitas ..................................................................................... 36
c. Taraf Kesukaran .................................................................................. 37
d. Daya Pembeda ..................................................................................... 37
H. Teknik Analisis Data ................................................................................ 38
a. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................ 38
I. Hipotesis Statistik ..................................................................................... 39
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah .......................................................................................... 40
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 42
C. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................... 46
D. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................... 50
E. Analisis Data ............................................................................................ 54
F. Pengajuan Hipotesis ................................................................................. 57
G. Pembahasan .............................................................................................. 59
H. Keterbatasan Peneltitian ........................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................. 63
B. Saran ......................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 20 - 21
Tabel 3.1 Indeks Taraf Kesukaran 33
Tabel 3.2 Indeks Daya Pembeda 33
Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen 39-40
Table 4.2 Daftar Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol 40-42
Table 4.3 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen 42
Table 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Eksperimen 43
Table 4.5 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kelas Kontrol 44
Table 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol 45
Table 4.7 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen 46
Table 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Eksperimen 47
Table 4.9 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol 48
Table 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kontrol 49
Table 4.11 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 50
Table 4.12 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 51
Table 4.13 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Ekperimen Dan Kelas Kontrol 52
Table 4.14 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 53
Table 4.15 Hasil Uji T-Test 54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara Guru
Lampiran 2 Kisi – Kisi Instrumen
Lampiran 3 Instrumen Penelitian
Lampiran 4 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian
Lampiran 5 Silabus Pembelajaran
Lampiran 6 Materi Ajar
Lampiran 7 RPP Kelas Eksperimen pertemuan ke-I
Lampiran 8 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan ke-II
Lampiran 9 RPP Kelas Kontrol Pertemuan ke-I
Lampiran 10 RPP Kelas Kontrol Pertemuan ke-II
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-I Kelas Eksperimen
Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-II Kelas Eksperimen
Lampiran 13 Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-I Kelas Kontrol
Lampiran 14 Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-II Kelas Kontrol
Lampiran 15 Cerita Rakyat Untuk Lembar Kerja Siswa
Lampiran 16 Cerita Rakyat Untuk Pretest-Posttest
Lampiran 17 Pedoman Penskoran
Lampiran 18 Hasil Uji Validitas
Lampiran 19 Soal Pretest Dan Posttest
Lampiran 20 Nilai Hasil Belajar Siswa Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 21 Kegiatan Belajar Mengajar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang menentukan
maju mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya
manusia sebagai subjek pembangunan yang baik, diperlukan modal dari
hasil pendidikan itu sendiri, salah satunya dengan menyelenggarakan proses
pembelajaran yang memadai. Proses pembelajaran dapat berlangsung pada
pendidikan formal maupun non formal. Bahkan dikenal pula dengan istilah
“long life education” atau pendidikan sepanjang hayat, sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja.
Program pengajaran di lembaga pendidikan diatur dalam UU No.20
tahun 2003, begitu pula dengan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
telah diterapkan dalam kurikulum. Pembaharuan-pembaharuan dalam
kurikulum telah terlaksana, dari mulai kurikulum 1994 sampai dengan
kurikulum 2013. Saat ini semua lembaga pendidikan menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi dasar siswa sesuai dengan fungsi bahasa
Indonesia itu sendiri. Hakikat fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
Penguasaan bahasa yang baik akan mempermudah proses komunikasi dan
memberikan kepercayaan diri bagi seseorang untuk berekspresi dan
bersosialisasi.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah terdiri
dari empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak,
membaca, menulis, dan berbicara. Empat keterampilan tersebut saling
mempengaruhi untuk bersosaliasi, dari empat keterampilan tersebut maka
2
peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
berbahasa.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran
keterampilan berbahasa bukan pengajaran tentang bahasa semata.
Keterampilan berbahasa tersebut yaitu keterampilan reseptif (menyimak dan
membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara). Pengajaran
bahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif dan kemudian
dilanjutkan dengan pengajaran produktif untuk tahap selanjutnya, yang
kemudian keempat keterampilan tersebut dapat bersatu padu sebagai
kegiatan berbahasa yang terpadu.
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus kita latih adalah
keterampilan menyimak. Disadari atau tidak, setiap hari hari kita tidak
pernah luput dari kegiatan menyimak karena menyimak merupakan sendi
pertama dalam mempelajari bahasa. Sebelum anak berbicara, yang pertama
dilakukan adalah menyimak atau medengarkan. Begitu pula saat dia belajar
membaca dan menulis, pertama-tama dia menyimak dan hasil yang
disimaknya selama ini akan diinterpretasikan dalam bentuk tulisan.
Kegiatan menyimak mempunyai tujuan yang berbeda-beda, tetapi
tujuan utamanya untuk mendapatkan suatu informasi. Keterampilan
menyimak perlu konsentrasi tinggi dan harus dapat menghiraukan
gangguan-gangguan yang ada. Dalam kegiatan pembelajaran keterampilan
menyimak tidak mudah dilakukan oleh para siswa jika mereka tidak dapat
mengabaikan faktor-faktor yang dapat menghambat terjadinya proses
menyimak. Banyak faktor yang dapat menghambat terjadinya proses
menyimak dengan baik, yaitu faktor internal yang ditimbulkan dari dalam
diri siswa/penyimak seperti gangguan kesehatan dan tidak berkonsentrasi.
Faktor lain, timbul dari faktor eksternal siswa, seperti kondisi kelas yang
3
kurang kondusif, cuaca yang tidak mendukung dan suara-suara yang dapat
mengganggu konsentrasi seperti suara kendaraan.
Hal tersebut senada dengan kenyataan yang ada, yakni hasil belajar
siswa dalam pembelajaran menyimak masih rendah, karena adanya siswa
yang tidak memiliki keberanian dalam mengungkapkan kembali apa yang
dijelaskan oleh guru, kosakata yang digunakan ketika menjelaskan kembali
masih tidak jelas, dan kurangnya motivasi dan aksi dari siswa dalam
pembelajaran menyimak. Selain faktor dari siswa, terdapat juga faktor dari
guru yaitu belum efektifnya model pengajaran yang digunakan. Dalam
proses belajar mengajar, biasanya guru hanya menggunakan teknik dikte
(imla) pada pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran
menyimak, sehingga siswa cenderung merasa bosan dalam menerima
pengajaran menyimak Dalam pembelajaran menyimak siswa tidak hanya
semata-mata menyimak lalu ditinggalkan begitu saja, tetapi siswa juga
harus mampu menjabarkan kembali apa yang disampaikan atau dijelaskan
oleh guru.
Guru sebagai pengelola proses belajar dan salah satu sumber belajar
memang memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa.
Sehingga guru menciptakan tantangan baru dalam belajar agar siswa
antusias dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan
situasi dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana, salah satu
pembelajaran yang berhasil diantaranya dilihat dari kadar kegiatan siswa
belajar. Makin tinggi kegiatan siswa, makin tinggi peluang berhasilnya
pengajaran. Ini berarti guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi,
pendekatan dan metode yang banyak meibatkan keaktifan siswa dalam
belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial.
4
Berkaitan dengan hal tersebut, peranan guru sebagai salah satu
komponen pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran. Untuk itu, guru harus menentukan bentuk kegiatan
pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat melibatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran
kelompok.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya pembelajaran menyimak pada bidang studi bahasa Indonesia,
diantaranya guru harus lebih dapat memahami siswa secara psikologis.
Seperti diketahui bahwa siswa lebih suka bertanya pada temannya daripada
bertanya pada guru, dari titik ini guru dapat mengarahkan siswa untuk
belajar secara kelompok dengan teman-temannya. Pembelajaran kelompok
sejak dahulu sudah dilaksanakan, tapi masih belum efektif. Berdasarkan
wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di MIN 15 Bintaro,
beliau mengatakan pembelajaran tidak efektif dikarenakan pembelajaran
kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai. Dan kerjasama antar
siswa tidak terjalin dengan rapih, dan penguasaan materi yang minim.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu variasi dari model
pembelajaran dimana siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan yang heterogen sehingga mereka saling
memabntu antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. Dalam
pembelajaran siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif.
Ada beberapa macam teknik kooperatif learning yang dapat
diterapkan, salah satunya Two Stay Two Stray. Teknik Two Stay Two Stray
dalam satu kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa
bertugas sebagai pemberi informasi bagi tamunya dan dua siswa lagi
bertamu ke kelompok lain yang secara terpisah. Pembelajaran dengan
5
menggunakan model Two Stay Two Stray ini belum pernah diterapkan pada
MIN 15 Bintaro.
Model pembelajaran teknik Two Stay Two Stray menekankan pada
pemberian dan pencarian informasi kepada kelompok lain. Dengan begitu
tentunya siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang
diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak
langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh
anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Selain itu, tujuan
penggunaan model pembelajaran ini adalah guna meningkatkan
keterampilan belajar siswa dalam menyimak cerita pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengajukan judul
tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two
Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V MIN 15
Bintaro, Jakarta Selatan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa dalam menyimak materi pelajaran masih sangat
rendah.
2. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan kembali
penjelasan atau materi yang telah disampaikan guru.
3. Guru tidak menggunakan model-model pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat belajar siswa.
4. Model pembelajaran konvensional yang tidak efektif
C. Pembatasan Masalah
6
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis dalam hal ini
membatasi permasalahan pada:
1. Kemampuan siswa dalam menyimak materi pelajaran masih sangat
rendah.
2. Guru tidak menggunakan model-model pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat
pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray terhadap
keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif teknik
Two Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN
15 Bintaro, Jakarta Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Bagi Siswa
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
menyimak siswa.
Bagi Guru
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau
masukan untuk memperoleh gambaran mengenai model pembelajaran
kooperatif teknik two stay two stray dalam meningkatkan
keterampilan menyimak cerita siswa sehingga dapat dijadikan
alternatif pembelajaran disekolah.
7
Bagi Sekolah
1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar di sekolah dasar sebagai perbaikan dan
mengembangkan mutu pendidikan.
8
BAB II
LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teoretis
1. Hakikat Keterampilan Menyimak Cerita
a. Pengertian Menyimak
Keterampilan menyimak adalah salah satu bentuk
keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Pada waktu proses
pembelajaran, keterampilan ini jelas mendominasi aktivitas ssiwa
atau mahasiswa dibanding keterampilan lainnya.1 Menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan.2
b. Tahap-tahap Menyimak
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan
menyimak pada para siswa sekolah dasar, Ruth G.Strickland (dalam
Henry Guntur Tarigan) menyimpulkan adanya sembilan tahap
menyimak, mulai dari yang ridak berketentuan sampai pada yang
amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu dapat dilukiskan
sebagai berikut:
1 Op.cit., Iskandar Wassid h.227
2 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa Bandung, 2008) h.31
9
Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak
merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai
dirinya.
Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat
gangguan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal
diluar pembicaraan.
Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu
kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan
apa yang terpendam dalam hati sang anak.
Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau
mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting.
Menyimak sekali-kali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang
disimak; perhatian secara seksama berganti dengan keasyikan
lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang
menarik hatinya saja.
Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman
pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak
benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang
disampaikan sang pembicara.
Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan
membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan;
Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti
jalan pikiran sang pembicara.
Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan
pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.3
3 Ibid., h.31-32
10
c. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar
Tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para siswa
terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil
berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis.
Khusus mengenai keterampilan menyimak, terdapat uraian
sebagai berikut :
Taman Kanak-Kanak (4 - 6 tahun) :
Menyimak pada teman-teman sebaya dalam kelompok,
kelompok bermain
Mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang terhadap
cerita atau dongeng.
Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang
sederhana.
Kelas Satu ( 5 - 7 tahun) :
Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau
untuk dapat mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-
pertanyaan.
Dapat mengulangi secara tepat sesuatu yang telah didengarnya
Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan
Kelas Dua ( 6 - 8 tahun ) :
Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat
Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
Sadar akan situasi, kapan sebaiknya menyimak, kapan pula
sebaiknya tidak usah menyimak.
11
Kelas Tiga dan Empat ( 7 - 10 tahun ) :
Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu
sumber informasi dan sumber kesenangan.
Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan
mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud
tertentuserta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
bersangkutan dengan hal itu.
Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi –
ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
Kelas Lima dan Enam ( 9 - 12 tahun )
Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan - kekeliruan,
kesalahan – kesalahan – kesalahan, propaganda – propaganda,
dan petunjuk – petunjuk yang keliru.
Menyimak pada aneka ragam cerita, puisi, rima kata-kata, dan
memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru.4
d. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Menyimak
1) Faktor lingkungan
Para guru harus menyadari benar betapa besar pengaruh
lingkungan terhadap keberhasilan menyimak khususnya
keberhasilan belajar para siswa pada umumnya; baik yang
menyangkut lingkungan fisik ruangan kelas, maupun yang
berkaitan dengan suasana sosial kelas.
2) Faktor fisik
Lingkungan fisik juga mungkin sekali turut bertanggung jawab
atas ketidakefektifan menyimak seseorang. Ruangan mungkin
4 Ibid.,h.64
12
sekali terlalu panas, lembap, ataupun terlalu dingin, suara atau
bunyi bising yang mengganggu dari jalan, dari kamar sebelah,
atau dari beberapa ruangan tempat penyimak berada. Disekolah,
para guru hendaklah dengan cermat dan teliti mempersiapkan
suatu lingkungan kelas belajar yang tidak mudah mendatangkan
bagi kegiatan menyimak.
3) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis mencakup masalah-masalah antara lain:
a. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara
dengan aneka sebab dan alasan
b. Keegosentrisan dan asyiknya terhadap minat pribadi serta
masalah pribadi
c. Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya
perhatian sama sekali terhadap pokok pembicaraan
d. Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru,
terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap pembicara
Faktor psikologis yang baik dapat memberikan pengaruh
yang baik, dan faktor psikologis yang negatif memberi pengaruh
yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Guru yang bijaksana
akan meningkatkan serta memanfaatkan faktor psikologis yang
positif ini; dan sebaliknya, guru harus mengurangi serta
mencegah timbulnya faktor psikologis yang negatif bagi
penyimak.
4) Faktor pengalaman
Pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan
menyimak. Kosa kata simak juga turut mempengaruhi kualitas
menyimak. Makna-makna yang dipancarkan oleh kata-kata asing
13
cenderung untuk mengurangi serta menyingkirkan perhatian para
siswa.
5) Faktor sikap
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama
mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak,
orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan
menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal
yang tidak menarik dan menguntungkan baginya. Kedua hal ini
memberi dampak bagi penyimak, masing-masing dampak positif
dan dampak negatif. Sebagai pendidik, tentunya para guru akan
memilih dan menanmkan dampak positif kepada anak didiknya
dari segala bahan yang disajikannya, khususnya bahan simakan.
Menyajikan pelajaran dengan baik dengan materi yang menarik,
ditambah lagi dengan penampilan yang mengasikkan dan
mengagumkan, jelas sangat menguntungkan dan sekaligus juga
membentuk sikap yang positif kepada para siswa
6) Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan
seseorang. Kalau kita sebagai penyimak tidak yakin bahwa kita
akan memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari suatu
penyimakan, sedikit sekali kemungkinan bahwa kita akan mau,
apalagi bergairah, menyimak pada sesuatu apabila kita sedang
melamun, mengantuk, atau tidur-tiduran.
7) Faktor jenis kelamin
Beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada
umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara
memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula. Sebagai
guru harus lebih bijaksana mengahadapi para siswa putra dan
siswa putri dalam kegiatan menyimak dalam keadaan kelas,
14
misalnya dalam pemilihan bahan dan cara mengevaluasi
keberhasilan keaktifan atau kegiatan menyimak itu.
8) Faktor Peranan Dalam Masyarakat
Kemauan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita
dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, kita ingin sekali
menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-siaran radio dan televisi
yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran
baik di tanah air kita maupun luar negeri. Sebagai seorang
berpendidikan (mahasiswa), kita diharapkan dapat menyimak
lebih seksama dan penuh perhatian.5
e. Unsur-unsur Menyimak
Unsur-unsur dasar menyimak ialah sebagai berikut :
1. Pembicara, yang dimaksud pembicara adalah orang yang
menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan
oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah nara
sumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang
menerima pesan.
2. Penyimak, penyimak yang baik ialah yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika
penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik.
Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat
melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.
3. Bahan simakan, bahan simakan merupaakn unsur penting dalam
komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksud
dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan
pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa
konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak
5 Ibid., h.104-114
15
menyampaikan bahan siamakan dengan baik, pesan itu tidak
dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya
kegagalan dalam berkomunikasi.
4. Bahasa lisan, bahasa lisan merupakan media yang dipakai untuk
menyimak. Pembicara menyampaikan gagasan dengan bahasa
lisan. Bahasa lisan merupakan tuturan yang disampaikan
pembicara dan dianggap penyimak melalui alat pendengaran.
Untuk menyampaikan gagasan, pembicara dapat memilih kata-
kata, kalimat, lagu, gaya yang paling tepat untuk mewadahi
gagasan agar ia dapat menyampaikan gagasan.6
f. Definisi Cerita
Cerita sama dengan tuturan yang membentangkan
bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian).7 Bercerita
cenderung interaksinya searah, yakni dari pembicara, kepada
pendengar. Sebaliknya pendengar tidak berkesempatan berinteraksi
dengan pembicara.
Fungsi cerita :
1. Sarana menyampaikan pesan seperti menjelaskan sesuatu hal,
kejadian, peristiwa, dan sebagainya kepada pendengar.
2. Dapat meningkatkan keterampilan berbahasa.8
6 Isah Cahyani dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar,
(Bandung: UPI PRESS, 2007), cet.1, h. 28 7 Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta:Universitas Terbuka,
2005), cet.17, h.6.5 8 Ibid., h.6.11
16
2. Hakikat Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
moetode, dan teknik pembelajran.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk didalamnya buku-buku,
film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Adapun
menurut Soekamto, model pembelajaran.
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran aktif yang
menekankan aktivitas siswa bersama-sama secara kelompok dan tidak
individual. Siswa secara berkelompok mengembangkan kecakapan
hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah, pengambilan
keputusan, berfikir logis, berkomunikasi efektif, dan bekerja sama.9
Menurut Nuruhayati (dalam Rusman) ,pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam
satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar
kooperatif, siswa belajar dengan anggota lainnya.10
Dalam model ini
9 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV WACANA PRIMA,
2009), h.54 10
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet. 2 h.203
17
siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya
sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa
belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat
melakukannya seorang diri.
Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2007) mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama.11
Senada dengan Eggen and Kauchak, Lie
(dalam Made Wena,2009) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih
bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Walaupun dalam
pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar
utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain.12
Sejauh ini, pembelajaran kooperatif dipercaya sebagai
pembelajaran yang efektif bagi semua siswa, pembelajaran yang
menjadi bagian integratif bagi perubahan paradigma sekolah saat ini,
dan pembelajaran yang mendorong terwujudnya interaksi dan
kerjasama yang sehat diantara guru-guru yang terbiasa bekerja secara
terpisah dari orang lain.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar
dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran
11
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet.1, h.42. 12
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta:Bumi
Aksara,2009), Cet.1, h.189
18
kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas
dengan lebih efektif. 13
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan
secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar.
Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Terdapat tiga fungsi manajemen, yaitu: (a) Fungsi
manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah
ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai,
bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan
untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (b) Fungsi
manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c)
Fungsi manajemen sebagai control, menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
13
Rusman, op.cit., h. 203
19
3. Kemauan Untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip
kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam
pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik,
pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang
maksimal.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangka mancapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.14
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pembelajaran
kooperatif adalah ketika siswa belajar dalam kelompok mereka dapat
saling menghargai pendapat orang lain, memberi kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan pendapat dan menyampaikan
pendapat mereka secara berkelompok sehingga melatih siswa untuk
mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan, yaitu:
1) Hasil belajar akademik
Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif adalah bahwa
selain membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan
14
Rusman, op.cit., h. 207-208
20
hubungan kelompok yang lebih baik diantara para siswa, pada
saat yang sama juga dapat membantu siswa memperbaiki
prestasi siswa dan tugas-tugas akademik lainnya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek terhadap penerimaan
yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama
lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial.
Tujuan ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki karena
manusia adalah makhluk sosial.15
e. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa prinsip yang
membedakannya dengan pelajaran lain. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari proses pembelajarannya yang lebih menekankan pada
proses kerja sama dalam kelompok. Ada empat prinsip dalam
pembelajaran kooperatif, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
15
Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif. (Surabaya: University Press,
2001), Cet.2, h. 7-10
21
1) Prinsip Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu
penyelesaian tugas sangat tergantng kepada usaha yang
dilakukan setiap anggota kelompoknya. Dengan demikian,
semua anggota dalam kelompok akan merasa saling
ketergantugan.
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang
pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada
setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus
memiliki tanggung jawab sebagai tugasnya.
3) Interaksi Tatap Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan
yang luas kepada setiap angota kelompok untuk bertatap muka
saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan
masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-
masing.
4) Partisipasi dan Komunikasi Aktif
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat
mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini
sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan. Oleh
sebab itu, sebelum melakukan koperatif, guru harus membekali
siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan cara memberi
22
kesempatan siswa menyampaikan gagasan dan ide-ide yang
dianggap baik dan berguna.16
f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam
pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-
langkah itu ditunjukkan pada Tabel 2.1
Table 2.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase-2
Menyajikan informasi
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok - kelompok belajar
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta:Kencana, 2009), h.102
23
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Fase-5
Evaluasi
Fase-6
Memberikan penghargaan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.17
g. Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two
Stay Two Stray (TSTS) atau “Dua Tinggal Dua Tamu”. Teknik Two
Stay Two Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
anak usia didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu dapat memberikan
17
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana,
2010), Ed.1, Cet.4, h.66-67
24
kesempatan kepada siswa untuk membagikan informasi dengan
kelompok lain.18
Struktur Two Stray Two Stay memberikan kesempatan
kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada
kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu. Dalam kondisi ini siswa bekerja
sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain.
Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja
manusia saling bergantung satu sama lainnya.
3. Langkah – langkah Model Pembelajaran Two Stay Two
Stray:
Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana
bisa
Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk
didiskusikan dan dikerjakan bersama.
Setelah selesai, dua anggota dari masing-masing kelompok
diminta meninggalkan kelompoknya dan masin-masing bertamu
kedua anggota dari kelompok lain.
Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing
informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka.
“Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan
melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.
Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil
pekerjaan mereka semua.19
18
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), Cet.IV, h.61 19
Miftahul Huda, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011)
h.140-141
25
Agus Suprijono (dalam Agus Supriyono) mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk
guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang
harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok
usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain untuk saling
berkomunikasi, kemudian anggota kelompok yang tidak
mendapatkan tugas sebagai duta atau tamu mempunyai kewajiban
menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah
menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut, lalu dua
orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada
semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya,
mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali
ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertamu maupun
mereka yang bertugas menerima tamu mencocokan dan membahas
hasil kerja yang mereka tunaikan.20
Dalam pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray
guru berperan sebagai pembimbing dan pengarah jalannya proses
pembelajaran. Guru membimbing kelompok-kelompok yang
mengalami kesulitan ketika bertukar informasi dan berdiskusi
dengan temannya. Setelah pelaksanaan teknik Two Stay Two Stray
siswa bersama guru membahas pekerjaan kelompok dan membuat
kesimpulan, sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
20
Agus Supriyono, Cooperative learning Teori dan Aplikasi Paikem,
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), h.29
26
h. Kelebihan dan Kekurangan Two Stay Two Stray
Model pembelajaran Two Stay Two Stray memiliki kelebihan antara
lain:
1) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
2) Belajar siswa lebih bermakna
3) Lebih berorientasi pada keaktifan berfikir siswa
4) Meningkatkan motivasi dan belajar siswa
5) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan
konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah
6) Memberikan kesempata kepada siswa untuk menciptakan
kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman
sekelompoknya
7) Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap temannya
8) Meningkatkan motivasi belajar
Sedangkan kekurangan model pembelajaran Two Stay Two Stray
adalah:
1) Membutuhkan waktu yang lama
2) Siswa cenderung tidak mau belajar kelompok, terutama yang
terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk
bekerja sama.
3) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, dan
tenaga)
4) Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya
diskusi, dan siswa yang kurang pandai memiliki kesemapatan
yang sedikit untuk mengeluarkan pendapat.
5) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolan kelas.
27
B. Kerangka Berpikir
Keterampilan berbahasa
terdiri dari empat aspek.
Keterampilan
menyimak
Keterampilan
berbicara
Keterampilan
membaca
Keterampilan
menulis
Keterampilan menyimak
cerita bagi peserta didik
Kesulitan mengungkapkan
kembali isi cerita
Kurangnya motivasi Pendidik menggunakan
teknik dikte (imla)
Memilih model
pembelajaran yang bisa
meningkatkan
keterampilan menyimak.
Model pembelajaran kooperatif Two
Stay Two Stray
Meningkatkan keterampilan belajar siswa
dalam menyimak cerita.
28
C. Penelitian Yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan
Menyimak Cerita Siswa peneliti mengutip penelitian yang relevan yaitu:
a. Penelitian terdahulu yang relevan di bidang pendidikan, yaitu: penelitian
yang telah dilakukan berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif
yang diterapkan di antaranya : Fitriah Ulfah dengan judul Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa di Mts Al Falah, Grogol
Utara, Jakarta Barat tahun 2010. Persamaan penelitian Fitriah Ulfah
dengan skripsi ini yaitu menggunakan model pembelajaran Two Stay
Two Stray, sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian Fitria Ulfah
meneliti mata pelajaran Matematika di Mts Al Falah, sedangkan
penelitian ini meneliti mata pelajaran Bahasa Indonesia di MIN 15
Bintaro, Jakarta Selatan, peneliti ingin mengetahui apakah keberhasilan
metode ini dapat diimplementasikan pada semua mata pelajaran.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitriah dengan judul Penerapan
Model Pembelajaran Koperatif dengan Teknik Two Stay Two Stray untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS di MTs Mathlaul Anwar Bogor tahun
2011. Penelitian Nurul Fitriah memiliki persamaan dengan skripsi ini
yaitu menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Adapun
perbedaannya yaitu pada penelitian Nurul Fitrian meneliti pada mata
pelajaran IPS di MTs Mathlaul Anwar dengan menggunakan metode
penelitian kelas atau Classroom Action Research, sedangkan penelitian
ini meneliti pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MIN 15 Bintaro
dengan metode Quasi Eksperimen.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Ita Qamariah dengan judul Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berargumentasi Pendidikan Agama Islam
29
dengan Metode Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas XI di SMA Al
Muniroh Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur pada tahun 2010
menunjukkan dari hasil kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
Metode Two Stay Two Stray memiliki dampak positif dalam
meningkatkan keterampilan berargumentasi siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu rata-rata
siklus I (6,2%), dan siklus II (8,6%). Sedangkan penggunaan Metode
Two Stay Two Stray di SMA Al Muniroh Ujung Pangkah Gresik
termasuk kategori cukup baik, hal ini dapat dilihat dari hasil presentasi
yang diperoleh sebesar (49,3%) dan keterampilan berargumentasi siswa
menunjukkan presentasi sebesar (41,7%). Persamaan penelitian Ita
Qamariah dengan skripsi ini yaitu menggunakan model pembelajaran
Two Stay Two Stray, sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian Ita
Qamariah meneliti pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
peningkatan keterampilan berargumentasi siswa dengan metode
Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan penelitian ini meneliti pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia untuk pemahaman siswa terhadap
keterampilan menyimak cerita dengan menggunakan Metode Quasi
Eksperimen.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Diyah Saraswati dengan judul Penerapan
Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemahaman
Konsep dan Minat pada mata pelajaran Matematika di kelas VIII SMPN
5 Pemalang, Jawa Tengah tahun 2012 menunjukkan hasil penelitiannya
bahwa presentasi minat belajar siswa sebelum diterapkan model Two
Stay Two Stray sebesar 15, 8 %. Sedangkan presentasi minat belajar
siswa setelah diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray
sebesar 31,58%, sedangkan peserta didik yang sangat berminat pada
kelas ekspositori sebesar 18,42%. Persamaan penelitian Diyah Saraswati
dengan skripsi ini yaitu menggunakan model pembelajaran Two Stay
30
Two Stray. Adapun perbedaannya yaitu pada penelitian Diyah Saraswati
meneliti mata pelajaran Matematika di kelas VIII SMPN 5 Pemalang,
sedangkan penelitian ini meneliti mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
pemahaman keterampilan menyimak cerita siswa di MIN 15 Bintaro,
Jakarta Selatan, peneliti ingin mengetahui apakah keberhasilan model ini
dapat diimplementasikan pada semua mata pelajaran.
e. Penelitian yang dilakukan oleh Nanang Khuzaini dengan judul
Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Matematika dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) Pokok
Bahasan Trigonometri Siswa Kelas XB MAN Godean Yogyakarta tahun
2012 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray prestasi belajar
siswa mengalami peningkatan dari 66,73 % pada siklus I menjadi 79,60
pada siklus II. Penelitian Nanang Khuzaini dengan skripsi ini yaitu
menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray.
Adapun perbedaannya yaitu penelitian Nanang Khuzaini meneliti mata
pelajaran Matematika di MAN Godean Yogyakarta untuk peningkatan
minat dan prestasi, sedangkan penelitian ini meneliti pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan terhadap
keterampilan menyimak cerita.
31
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan deskripsi teoretis
yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Ho : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V
MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan.
H1 : terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN
15 Bintaro, Jakarta Selatan
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan pada semester
ganjil tahun pelajaran 2013-2014 yaitu pada tanggal 4 November – 4 Desember 2013.
Adapun tahapan-tahapannya meliputi:
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah membuat judul, pembuatan proposal,
pembuatan instrumen penelitian, permohonan izin ke sekolah yang
direncanakan sebagai tempat penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah uji coba instrumen dan pengambilan
data di lapangan.
3. Tahap penyusunan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengolahan data dan konsultasi untuk
menyusun laporan dan persiapan ujian.
B. METODE DAN DESAIN PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian quasi
eksperimen. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 . Kelompok yang dikenai tindakan atau
treatment disebut kelompok eksperimen (Experimental Group), sedangkan
kelompok lain yang tidak dikenai tindakan atau treatment disebut kelompok
kontrol (Control Group).2 Dalam penelitian ini kelompok eksperimen
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2010), cet.VIII, h.77 2 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), Cet.I, h.211
33
memperoleh perlakuan khusus yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
Two Stay Two Stray, sedangkan kelompok kontrol dengan menerapkan model
pembelajaran konvensional
Desain penelitian yang digunakan yaitu Desain penelitian ini
menggunakan Non Randomized Subject Pretest-Posttest Only .3 Pada desain ini,
kelompok eksperimen maupun kelompok kelompok kontrol tidak dipilih secara
random. Model desainnya adalah:
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Pretest
Eksperimen
T
XE
T
Kontrol -
Keterangan:
XE : Perlakuan yang diberi Model pembelaran kooperatif teknik Two Stay
Two Stray
T : Tes yang diberikan pada kedua kelompok
Berdasarkan tabel dan keterangan diatas, perlakuan yang dimaksud yaitu
dapat berupa penggunaan metode mengajar tertentu, model penilaian, dan
sebagainya.4 Pretest yang diberikan adalah tes baku untuk mengukur
keberhasilan pencapaian tujuan instruksional. Setelah treatment atau
3 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2011), Cet.I,
h.77 4 Zainal Arifin, loc.cit
34
perlakuan diberikan (diajar dengan metode A dalam periode tertentu)
diadakan posttest. (Posttest ini bisa sama dengan pretest atau yang
seperti/setaraf pretest).5
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
a. Populasi
Menurut Hadari Nawawi (dalam S. Margono) populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai
sumber data yang memiliki karekteristik tertentu di dalam suatu penelitian.6
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MIN 15
Bintaro, Jakarta Selatan. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa
kelas V MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.7 Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V-A
berjumlah 39 siswa dan kelas V-B berjumlah 39 siswa MIN 15 Bintaro
semester genap tahun pelajaran 2012/2013 .
D. VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu:
1. Variabel Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray . Variabel ini
menduduki posisi sebagai variabel independen (bebas) yakni masukan yang
memberi pengaruh terhadap hasil, variabel ini disimbolkan dengan huruf X.
5 Moh Kasiram, op.cit., h.215
6 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 118
7 Sugiyono. op. cit ,h.118
35
2. Variabel kemampuan menyimak cerita. Variabel ini menduduki posisi sebagai
variabel dependen (terikat) yakni hasil sebagai pengaruh variabel independen,
variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data diperlukan teknik atau
cara pengumpulan data. Pada penelitian ini cara yang digunakan untuk
memperoleh data yaitu menggunakan tes.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.8 Tes yang dipergunakan
adalah tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis
tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang
diberikan secara tertulis pula.9 Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa
pretest dan postest. Pretest adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan model
pembelajaran Two Stay Two Stray dan postest adalah tes hasil belajar sesudah
menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Tes tersebut berupa tes
keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan,
pada pokok bahasan Cerita Rakyat yang berbentuk uraian.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang
digunakan adalah tes objektif berupa soal uraian pada konsep cerita rakyat untuk
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT Rineka
Cipta, 2006) cet.XIII, h.150 9 S.Margono, op.cit., h.170
36
mengetahui kemampuan menyimak siswa. Sebelum penelitian dilaksanakan,
terlebih dahulu instrumen di uji cobakan kepada kelas VI (enam) untuk
mengetahui nilai validitas dan reliabilitas instrumen.
G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes ini terlebih dahulu
diujicobakan kepada responden diluar kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran soal.
a. Uji Validitas
Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil
tes sesuai dengan penggunaan tujuan tes. Validitas terkait dengan ranah yang
akan diukur dengan alat yang dipakai untuk mengukur serta skor hasil
pengukurannya.10
Setelah dilakukan uji validitas pada tiap-tiap butir soal dengan
menggunakan ANATES uraian versi 4.0.5, maka didapat 10 butir soal yang valid
dari 12 soal yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, dan 12 yang akan diujikan
sebagai soal pretest dan posttest siswa. (Hasil Pengolahan Data Terlampir Pada
Lampiran 18)
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat evaluasi, menunjuk pada satu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang jika tes tersebut sudah dapat memberikan hasil yang
tetap.11
Adapun perhitungannya menggunakan ANATES uraian versi 4.0.5. hasil
pengujian reliabilitas tes yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien
10
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 2012), cet.3, h.152 11
Suharsismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,2007),
Cet.VII, h.86
37
reliabilitas internal seluruh item sebesar 0,64. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran. (Hasil Pengolahan Data Terlampir Pada Lampiran 18)
c. Taraf Kesukaran
Uji taraf kesukaran instrumen bertujuan mengetahui soal-soal yang
mudah, sedang, dan sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau tidak terlalu sukar.12
Adapun perhitungannya menggunakan
ANATES uraian versi 4.0.5.
Menurut ketentuan yang sering diikuti, taraf kesukaran diklasifikasikan
dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.2
Indeks Taraf Kesukaran
Nilai (P) Kategori
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
d. Daya Pembeda
Daya beda butir soal (item discrimination) merupakan suatu
pernyataan tentang seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan
kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah.13
Adapun
perhitungannya menggunakan program ANATES uraian Versi 4.0.5.
12
Ibid., h.207 13
Nurgiyantoro, op.cit., h.197
38
Klarifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3. 3
Indeks Daya Pembeda
Daya beda soal Keterangan
0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
H. TEKNIK ANALISIS DATA
Untuk mendapatkan hipotesis penelitian dari data yang
diperoleh,dilakukan perhitungan statistik dan membandingkan kemampuan
menyimak cerita siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan
statistik meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. Uji persyaratan
analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homonegitas.
a. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada
dua kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data,
dalam peneliltian ini peneliti menggunakan bantuan program komputer
SPSS 16.0.
Adapun kriteria pengujiannya adalah jika nilai Signifikansi (Asym
Sig 2 tailed) > 0,05, maka data berdistribusi normal, tetapi jika nilai
Signifikansi (Asym Sig 2 tailed) < 0,05, maka data tidak berdistribusi
normal.
39
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Untuk mengetahui homogenitas suatu data,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan program komputer
SPSS 16.0 pada Analiyze-Compare Means-One-way ANOVA.
3. Uji Hipotesis (Uji-t)
Untuk uji hipotesis, peneliti menggunakan program computer
SPSS 16.0 pada Paired Sample T-Test yang bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan antara dua variabel yang
terdapat dalam penelitian ini.
Adapun kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikansi t-
test lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis diterima,
tetapi jika nilai signifikansi t-test lebih besar dari taraf signifikansi
0,05 maka hipotesis ditolak.
I. HIPOTESIS STATISTIK
Dalam penelitian ini hipotesis statistik yang digunakan adalah:
21: oH
211 : H
1 : Nilai rata-rata keterampilan menyimak cerita siswa yang diberi
pembelajaran Two Stay Two Stray.
2 : Nilai rata-rata keterampilan menyimak cerita siswa yang diberi
pembelajaran konvensional.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
1. Sejarah Singkat Berdirinya MIN Bintaro
Sebelum lahirnya MIN Bintaro, ada proses perjuangan yang
cukup panjang yang melibatkan guru, orangtua siswa dan warga
sekitar tempat berdirinya MIN Bintaro, yaitu di kelurahan Bintaro
Kecamatan Pesanggrahan
MIN Bintaro sebelumnya merupakan kelas jauh (KJ) dari
MIN Petukangan Selatan. Sejak berdirinya pada tahun 1996 MIN
Bintaro dan MIN Petukangan Selatan di pimpin oleh satu orang
kepala madrasah. Baru pada tahun 2004 MIN Bintaro dinyatakan
mandiri berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen
Agama Provinsi DKI Jakarta. Sejak Tahun 2004 MIN Bintaro
dipimpin oleh Kepala Madrasahnya, Bapak Asim S.Ag.
Ada perjuangan yang tidak boleh dilupakan, beberapa orang
guru yang boleh dikatakan penggagas berdirinya MIN Bintaro, yang
pada waktu itu menjadi guru dan kepala madrasah si MIN
Petukangan Selatan, yaitu Bapak Abd. Rosyid, Bapak A.Taufiqillah,
dan Bapak Muhimin, merekalah yang berulang kali mengusulkan
agar dibangun gedung untuk MIN Bintaro. Setelah berdirinya
gedung untuk MIN Bintaro, mereka jualah yang berjuang mencari
siswa, membersihkan gedung dari semak belukar, dan yang lebih
berat lagi menyelesaikan sengketa jalan menuju MIN Bintaro,
Antara Depag, warga sekitar asli dan ahli waris masing mengklaim
tanah milik mereka.
Secara berurutan, kepala sekolah yang pernah memimpin
MIN Bintaro adalah sebagai berikut:
a. Drs. Abdul Rosyid : 1997 – 1999
b. H. Moh. Noor Hasan : 2000 – 2004
c. Asim, S.Ag : 2004 – 2008
41
d. Drs. H. Cecep Suhendi : 2009 – 2010
e. A. Taufiqillah, S.Ag : 2010 – Sampai Sekarang
2. Lokasi Sekolah
MIN 15 Bintaro terletak di Jalan Mawar Raya Nomor 1 RT
002/013, Jakarta Selatan 12330.
3. Visi dan Misi
Visi MIN 15 Bintaro:
“Terwujudnya lembaga pendidikan dasar yang kompeten dalam
pembinaan imtaq sertta berkualitas dalam pengembangan ilmu,
sejalan kemajuan iptek”.
Indikator Visi:
a. Terwujudnya lingkungan madrasah yang islami
b. Terwujudnya lingkungan madrasah yang kondusif untuk
terciptanya proses pembelajaran yang inovatif
c. Terwujudnya peningkatan sumber daya manusia (pendidik
dan tenaga kependidikan)
d. Meningkatnya proses pembelajaran yang memanfaatkan
kemajuan IPTEK
e. Terwujudnya rencana induk pengembangan sarana prasarana
pendidikan
f. Terwujudnya peningkatan kualitas lulusan dalam akademik
maupun non akademik
g. Terwujudnya madrasah sebagai pusat pembelajaran, pusat
disiplin, pusat kebudayaan, dan pusat dakwah.
42
Misi MIN 15 Bintaro:
a. Menanamkan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia
melalui pengamalan ajaran agama.
b. Mengoptimalkan proses KBM dan Bimbingan Keagamaan.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) 15 Bintaro, Jakarta Selatan sebanyak empat kali pertemuan
terhadap dua kelompok siswa di kelas V, yaitu kelas Va sebagai
kelas eksperimen dan kelas Vb sebagai kelas kontrol. Sampel yang
digunakan sebanyak tujuh puuh delapan siswa, tiga puluh sembilan
siswa di kelas eksperimen dan tiga puluh sembilan di kelas kontrol.
Kelas Va sebagai kelas kontrol melakukan pembelajaran Bahasa
Indonesia secara koonvensional dan kelas Vb sebagai kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
Two stay two stray.
Materi yang diajarkan adalah materi tentang cerita rakyat.
Untuk mengetahui kemampuan keterampilan menyimak siswa pada
pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) yang diberikan kepada kedua kelompok kelas.
Instrumen penelitian adalah tes berbentuk uraian dengan
jumlah 10 butir soal yang telah melalui proses validasi. Kedua kelas
diteliti yaitu kelas Vb sebagai kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray dan kelas
Va sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional diberikan tes soal tentang cerita rakyat yang sama. Hal
ini bertujuan agar dapat mengetahui perbedaan hasil belajar
kemampuan menyimak Bahasa Indonesia dari kedua kelas tersebut.
Berikut akan disajikan data hasil penelitian berupa hasil
perhitungan akhir. Data pada penelitian ini adalah data yang
terkumpul dari tes yang telah diberikan kepada siswa MIN 15
43
Bintaro Jakarta Selatan, berupa data hasil tes keterampilan
menyimak yang dilaksanakan sebelum pembelajaran (pretest) dan
sesudah pembelajaran (posttest).
Tabel 4.1
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
No Nama Pretest Posttest
1 AA 42.5 50
2 AB 52.5 85
3 AC 80 90
4 AD 75 77.5
5 AE 75 92.5
6 AF 37.5 40
7 AG 57.5 82.5
8 AH 37.5 80
9 AI 70 75
10 AJ 40 55
11 AK 55 77.5
12 AL 40 62.5
13 AM 50 50
14 AN 30 67.5
15 AO 35 75
16 AP 72.5 80
17 AQ 70 77.5
18 AR 37.5 57.5
19 AS 70 80
20 AT 60 67.5
21 AU 42.5 75
22 AV 40 77.5
23 AW 35 50
24 AY 62.5 72.5
44
25 AZ 67.5 87.5
26 BA 47.5 65
27 BB 65 80
28 BC 62.5 75
29 BD 57.5 77.5
30 BE 37.5 50
31 BF 55 62.5
32 BG 67.5 82.5
33 BH 67.5 70
34 BI 50 67.5
35 BJ 67.5 67.5
36 BK 52.5 57.5
37 BL 30 50
38 BM 50 77.5
39 BN 42.5 50
Jumlah 2087 2920
Rata-Rata 53,52 74,87
Tabel 4.2
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol
No Nama Pretest Posttest
1 AA 50 67.5
2 AB 30 45
3 AC 52.5 85
4 AD 45 52.5
5 AE 37.5 82.5
6 AF 52.5 85
7 AG 55 55
8 AH 70 80
9 AI 60 85
45
10 AJ 37.5 70
11 AK 62.5 65
12 AL 57.5 57.5
13 AM 50 60
14 AN 47.5 87.5
15 AO 75 80
16 AP 75 90
17 AQ 52.5 82.5
18 AR 55 67.5
19 AS 30 52.5
20 AT 42.5 42.5
21 AU 45 70
22 AV 37.5 55
23 AW 70 77.5
24 AY 52.5 75
25 AZ 60 65
26 BA 62.5 65
27 BB 42.5 55
28 BC 37.5 50
29 BD 70 85
30 BE 62.5 90
31 BF 47.5 65
32 BG 50 82.5
33 BH 42.5 50
34 BI 40 57.5
35 BJ 27.5 40
36 BK 60 82.5
37 BL 42.5 50
38 BM 65 82.5
39 BN 50 60
Jumlah 2002 2482
46
Rata-Rata 51,34 63,65
C. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik two stay two stray. Nilai yang diperoleh siswa dari pretest
yang dilakukan terhadap kelompok Two stay two stray dapat
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen
N Valid 39
Missing 0
Mean 53.52
Median 52.50
Mode 37.50
Std. Deviation 1.428
Variance 204.1
Range 50.00
Minimum 30.00
Maximum 80.00
Sum 2087
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa untuk hasil
kelompok eksperimen diperoleh data sebanyak 39 dengan jumlah 2087.
Nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen adalah 53,52 dengan varians
204,1dan standar deviasi sebesar 1,428. Nilai tertinggi dikelas eksperimen
adalah 80,00 dan nilai terendahnya yaitu 30,00. Nilai tengah pada kelas
eksperimen adalah 52,50 dan modus pada data pretest kelompok
eksperimen yaitu 37,50.
Data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi sebagai berikut:
47
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Eksperimen
Nilai Frekuensi Frekuensi %
27,5 1 2.6
30 2 5.1
37,5 4 10.3
40 1 2.6
42,5 4 10.3
45 2 5.1
47,5 2 5.1
50 4 10.3
52,5 4 10.3
55 2 5.1
57,5 1 2.6
60 3 7.7
62,5 3 7.7
65 1 2.6
70 3 7.7
72,5 2 5.1
75 2 5.1
80 1 2.6
Total 39 100.0
Selain bentuk tabel data pretest kelompok eksperimen, juga
disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut :
48
Gambar 4.1
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
27.5 30 37.5 40 42.5 45 47.5 50 52.5 55 57.5 60 62.5 65 70 72.5 75 80
Tabel 4.5
Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol
N Valid 39
Missing 0
Mean 51.34
Median 50.00
Mode 37.50
Std. Deviation 1.237
Variance 153.2
Range 47.50
Minimum 27.50
Maximum 75.00
Sum 2002
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa untuk hasil
kelompok kontrol diperoleh data sebanyak 39 dengan jumlah 2002. Nilai
rata-rata pretest kelompok kontrol adalah 51,54 dengan varians 153,2 dan
standar deviasi sebesar 1,237. Nilai tertinggi dikelas kontrol adalah 75,00
dan nilai terendahnya yaitu 27,50. Nilai tengah pada kelas kontrol adalah
50,00 dan modus pada data pretest kelompok kontrol yaitu 37,50.
49
Data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol
Selain bentuk tabel data pretest kelompok kontrol, juga digambarkan
ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Nilai Frekuensi Frekuensi %
27,5 1 2.6
30 2 5.1
37,5 4 10.3
40 1 2.6
42,5 4 10.3
45 2 5.1
47,5 2 5.1
50 4 10.3
52,5 4 10.3
55 2 5.1
57,5 1 2.6
60 3 7.7
62,5 3 7.7
65 1 2.6
70 3 7.7
75 2 5.1
Total 39 100.0
50
Gambar 4.2
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Kontrol
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
27.5 30 37.5 40 42.5 45 47.5 50 52.5 55 57.5 60 62.5 65 70 75
D. Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilaksanakan pretest dan dilanjutkan dengan 2 kali
pertemuan, maka pada tahap terakhir yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pemberian posttest kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis deskripsi data
posttest kelompok eksperimen dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.7
N Valid 39
Missing 0
Mean 74.87
Median 75.00
Mode 67.50
Std. Deviation 9.596
Variance 92.08
Range 42.50
Minimum 50.00
Maximum 92.50
Sum 2920
51
Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa untuk hasil
kelompok eksperimen diperoleh data sebanyak 39 dengan jumlah 2920.
Nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen adalah 74,87 dengan varians
92,08 dan standar deviasi sebesar 9,596. Nilai tertinggi dikelas eksperimen
adalah 92,50 dan nilai terendahnya yaitu 50,00. Nilai tengah pada kelas
eksperimen adalah 75,00 dan modus pada data posttest kelompok
eksperimen yaitu 67,50.
Data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Eksperimen
Nilai Frekuensi Frekuensi %
50 1 2.6
60 2 5.1
62,5 1 2.6
65 3 7.7
67,5 5 12.8
70 4 10.3
75 5 12.8
77,5 3 7.7
80 3 7.7
82,5 5 12.8
85 3 7.7
87,5 1 2.6
90 2 5.1
92,5 1 2.6
Total 39 100.0
52
Selain bentuk tabel data posttest kelompok eksperimen, juga
digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4.3
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok
Eksperimen
0
1
2
3
4
5
6
50 60 62.5 65 67.5 70 75 77.5 80 82.5 85 87.5 90 92.5
East
Tabel 4.9
Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol
N Valid 39
Missing 0
Mean 63.65
Median 65.00
Mode 55.00
Std. Deviation 1.279
Variance 163.7
Range 52.50
Minimum 40.00
Maximum 92.50
Sum 2482
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa untuk hasil
posttest kelompok kontrol diperoleh data sebanyak 39 dengan
jumlah 2482. Nilai rata-rata posttest kelompok kontrol adalah 63,65
53
dengan varians 163.7 dan standar deviasi sebesar 1.279. Nilai
tertinggi dikelas eksperimen adalah 92,50 dan nilai terendahnya
yaitu 40,00. Nilai tengah pada kelas kontrol adalah 65,00 dan modus
pada data posttest kelompok kontrol yaitu 55,00.
Data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kontrol
Nilai Frekuensi Frekuensi %
40 1 2.6
42,5 1 2.6
45 1 2.6
50 4 10.3
52,5 2 5.1
55 5 12.8
57,5 3 7.7
62,5 2 5.1
65 5 12.8
67,5 2 5.1
70 2 5.1
72,5 1 2.6
75 4 10.3
77,5 1 2.6
80 1 2.6
82,5 1 2.6
85 1 2.6
87,5 1 2.6
92,5 1 2.6
Total 39 100.0
Selain bentuk tabel data posttest kelompok kontrol, juga
digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
54
Gambar 4.4
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol
0
1
2
3
4
5
6
40
42.5 45 50
52.5 55
57.5
62.5 65
67.5 70
72.5 75
77.5 80 85
87.5
92.5
E. ANALISIS DATA
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas Pretest
Untuk menentukan normalitas, peneliti menggunakan SPSS
16 for Windows pada. Uji normalitas data ini dilakukan untuk
mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan
metode Kolmogorov-Smirnov.
Syarat suatu data dikatakan
berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai > 0,05.
Hasil uji normalitas data pretest dari kedua sampel penelitian
dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
KELAS
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
PRETEST 1EKSPERIMEN .139 39 .056
2KONTROL .078 39 .200*
55
KELAS
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
PRETEST 1EKSPERIMEN .139 39 .056
2KONTROL .078 39 .200*
Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukkan
bahwa hasil pretest kelompok eksperimen signifikansinya 0,056. Hal
itu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena
signifikansinya 0,056 > 0,05. Begitu pun dengan hasil pretest
kelompok kontrol signifikansinya 0,200. Hal itu juga menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,200 > 0,05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil pretest baik kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol keduanya berdistribusi
normal
b. Uji Normalitas Posttest
Uji normalitas data posttest juga dilakukan untuk mengetahui
apakah data tersbut berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows dalam
menghitung uji normalitas hasil posttest yang berfungsi untuk
mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Syarat
suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai
> 0,05.
Hasil uji normalitas data posttest dari kedua sampel
penelitian dapat disajikan dalam tabel berikut:
56
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
KELAS
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
POSTTEST 1.EKSPERIMEN .104 39 .200*
2.KONTROL .121 39 .162
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil
posttest kelompok eksperimen signifikansinya 0,200. Hal itu
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena
signifikansinya 0,200 > 0,05. Sedangkan data hasil posttest
kelompok kontrol signifikansinya 0,162. Hal itu juga menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,162 > 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan dari data hasil posttest bahwa baik
kelompok eksperimen maupun kontrol keduanya berdistribusi
normal.
c. Uji Homogenitas Pretest
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
hasil kedua kelompok memiliki tingkat varian data yang sama atau
tidak. Data yang akan diuji homogenitasnya adalah data hasil pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kemudian dapat dilihat
hasil uji homogenitas pada tabel berikut: SPSS 16.0 for Windows
yaitu One Way Anova.
Tabel 4.13
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.195 1 76 .143
57
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pretest di atas,
menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah 0,143. Maka
dengan hasil uji homogenitas di atas dapat disimpulkan bahwa
varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,143 > 0,05.
d. Uji Homogenitas Posttest
Uji homogenitas juga dilakukan pada data hasil posttest. Data
hasil posttest didapat dari nilai tes yang diberikan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberi perlakuan yaitu
model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray untuk
kelompok eksperimen dan metode konvensional untuk kelompok
kontrol. Kriteria pengambilan keputusan adalah signifikansinya lebih
dari 0,05. Analisis ini menggunakan program SPSS 16.0 for
Windows yaitu One Way Anova
Tabel 4.14
Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.400 1 76 .069
Berdasarkan hasil uji homogenitas data posttest di
atas, menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah 0,069.
Maka dengan hasil uji homogenitas di atas dapat disimpulkan bahwa
varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,069 > 0,05.
F. Pengajuan Hipotesis
Pengujian hipotesis dengan menggunakan T-Test bertujuan
untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata tes pemahaman bacaan
antara kelompok eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray dengan kelompok
kontrol yang menggunakan metode konvensional. Analisis data
dengan T-Test menggunakan program SPSS 16.0 for Windows yaitu
58
Paired Sample Test. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika
signifikansi t-test > 0,05 maka terima H0 dan jika signifikansi t-test
< 0,05 maka tolak H0 atau terima H1.
Tabel di bawah ini merupakan hasil dari perbedaan rata-rata
tes keterampilan menyimak cerita antara kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two
stray dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode
konvensional dalam pembelajaran.
Tabel 4.15
Hasil Uji T-Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
posttest
Eksperimen
- Kontrol
1.12179E1 11.94659 1.91299 7.34531 15.09058 5.864 38 .000
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dijelaskan di bab II, bahwa:
a. H0
Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Two
stay two stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa
a. H1
Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Two stay
two stray terhadap keterampilan menyimak cerita siswa
Berdasarkan tabel 4.14 pada sig. (2-tailed) adalah 0,000. Hal
tersebut dapat terlihat dari perhitungan uji tes keterampilan menyimak
antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu jika > 0,05 maka H0
diterima. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,000 < 0,05,
59
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai
rata-rata tes keterampilan menyimak cerita kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
G. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pembelajaran pada kelompok eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray dan
kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
terlihat bahwa hasil belajar kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata.
Hal ini dapat ditunjukkan dari pretest dan posttest siswa. Nilai tertinggi
yang didapatkan dari hasil pretest kelas eksperimen adalah 80, dan terendah
30, hingga didapatkan nilai rata-rata 53. Sedangkan hasil pretest yang
didapatkan dari kelas kontrol adalah 75, dan terendah 27.5, hingga
mendapatkan nilai rata-rata 51. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pretest
siswa kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan kelas kontrol.
Namun, setelah dilakukan penelitian peningkatan nilai dapat dilihat
dari hasil posttest siswa. Kelas eksperimen mendapatkan nilai 92.5 untuk
nilai tertinggi, 50 untuk nilai terendah, dan 75 untuk nilai rata-ratanya.
Sedangkan hasil posttest yang didapatkan dari kelas kontrol yaitu 92.5 untuk
nilai tertinggi, 40 untuk nilai terendah, dan 64 untuk nilai rata-rata. Dengan
demikian setelah perlakuan menunjukkan adanya pengaruh Two stay two
stray terhadap penguasaan konsep, dimana kelas eksperimen menunjukkan
nilai yang lebih baik daripada kelas kontrol. Karena dalam teknik Two stay
two stray siswa belajar dengan sesama siswa dalam keadaan gotong royong
dan mempunyai banyak kesempatan untuk bertukar informasi dan
meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray ada proses demokrasi
dan peran aktif siswa. Sehingga susasana belajar pun berlangsung dalam
interaksi yang saling percaya, terbuka, dan memberikan kesempatan bagi
siswa untuk memproleh dan memberi masukan diantara anggota
kelompoknya maupun dengan anggota kelompok lainnya.
60
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran secara
diskusi. Dalam pembelajarn kooperatif, semua siswa (semua anggota
kelompok) terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing-
masing, sementara belajar diskusi walaupun juga berkelompok tetapi hanya
didominasi oleh siswa tertentu saja. Dalam belajar diskusi, struktur
kelompok tidak teridentifikasi, sementara dalam pembelajaran kooperatif
setiap siswa memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing. Dengan
demikian, dinamika kelompok pada pemeblajaran kooperatif lebih terlihat.
Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama berlangsungnya
pembelajaran, diketahui bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray siswa dituntut
untuk dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya yang berbeda-beda
dan jumlah yang sedikit. Pada kelompok dengan jumlah anggota yang besar
menyebabkan diskusi berlangsung kurang efektif karena hanya anggota
tertentu saja yang mendominasi diskusi pada masing-masing kelompok.
Namun, pada awal pembelajaran, pelaksanaan treatment pada
kelompok eksperimen mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang
baru bagi guru maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian.
Selain itu pada waktu pengelompokkan, terkadang menimbulkan kegaduhan
dalam kelas yang cukup menyita waktu pembelajaran. Karena pada
pembelajaran biasanya, guru tidak terbiasa membentuk kelompok belajar.
Selain itu, dari beberapa siswa yang merasa tidak cocok dengan teman
dalam satu kelompoknya sehingga menimbulkan perselisihan yang bisa
menyita waktu dan juga proses penyerapan materi pelajaran dari siswa dan
untuk siswa menjadi kurang maksimal. Hambatan yang terjadi secara
perlahan-lahan dapat berkurang dikarenakan siswa mulai tertarik dengan
model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray. Terlihat dari
siswa yang mulai terbiasa dengan teman lain dalam kelompoknya dan mulai
menerima perbedaan, yang membuat siswa saling membutuhkan karena
adanya suatu masalah yang harus dikerjakan bersama. Hal ini
mempermudah siswa dalam memahami permasalahan yang diberikan.
61
Berbeda dengan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol,
dimana siswa kurang dapat termotivasi untuk meningkatkan aktivitas
pembelajaran. Seringkali siswa yang pandai merasa dirinya mampu
mengerjakan tugasnya sendiri, sedangkan siswa yang kurang pandai hanya
bertugas menyalin saja. Hal ini dapat berakibat kemampuan siswa kurang
dapat meningkat. Selain itu siwa juga masih merasa takut untuk
mengeluarkan pendapat atau bertanya jika ada sesuatu hal yang belum
dimengerti. Ini membuat guru kurang memahami siswa mana yang kurang
dapat menyerap materi pelajaran.
Secara umum dari kedua objek kelompok yang diteliti, nampak
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik Two stay two stray lebih membuat siswa aktif dan kooperatif. Siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menggali informasi dari berbagai
sumber serta kooperatif dalam memecahkan pertanyaan-pertanyaan selama
berdiskusi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan hasil penelitian Rima
Ulfah Dewi “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two stay
two stray(TSTS) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep
Archaebacteria dan Eubacteria di SMAN 3 Karawang” telah didapatkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray
dianggap berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Demikian hal ini lebih
menguatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif
teknik Two stay two stray berpengaruh terhadap keterampilan menyimak
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
H. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya
telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian agar diperoleh hasil yang
maksimal. Akan tetapi, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan
sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan
diantaranya :
62
1. Kondisi siswa yang sempat merasa bingung karena tidak terbiasa
dengan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray.
2. Siswa yang terbiasa hanya menerima informasi yang diberikan
oleh guru (teacher centered)
3. Alokasi waktu yang masih kurang sehingga diperlukan persiapan
dan pengaturan kelas yang baik.
63
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray dapat
mempengaruhi keterampilan menyimak cerita siswa di MIN 15 Bintaro
Jakarta Selatan, hal ini terlihat dari nilai rata-rata posttest kelas eksperimen
sebesar 74,87 dan posttest kelas kontrol sebesar 63,65. Uji Hipotesis pada
hasil posttest dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows yang
menghasilkan kelompok eskperimen dan kelompok kontrol signifikansinya
0,000 < 0,05 karena H1 dapat diterima jika < 0,05.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang:
1. Model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam upaya
meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk itu, penelitian
selanjutnya, disarankan untuk mencoba menerapkan model kooperatif
teknik Two Stay Two Stray pada materi lain.
2. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum
melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan model
kooperatif teknik Two Stay Two Stray dilakukan pembiasaan terlebih
dahulu. Misalnya, dalam beberapa pertemuan sebelum penelitian, pada
kelas tersebut diterapkan teknik Two Stay Two Stray sehingga pada waktu
penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan mengikuti proses
pembelajaran.
64
3. Guru hendaknya memiliki kemampuan pengelolaan kelas pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga setiap siswa dapat ikut
aktif dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara,2009
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT
Rineka Cipta, 2006
Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Bandung: UPI PRESS, 2007
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima,
2009
Huda, Miftahul. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011
Ibrahim, Muslimin, dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya, 2000
Kasiram. Moh. Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press, 2008
Lie, Anita. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo, 2008
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2012
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2009
Sahara, Siti dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia.. Jakarta: FITK PRESS,2009
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta:Kencana, 2009
Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia, 2000
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010
Supriyono, Agus. Cooperative learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009
Suralaga, Fadhilah dan Solicha, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga
Penelitian, 2010
Tarigan, Djago. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta:Universitas
Terbuka, 2005
Tarigan, Henry Guntur. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung, 2008
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana,
2010
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007
Wassis, Iskandar dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009
Lampiran 1
WAWANCARA GURU
Penulis : “Bagaimana keadaan siswa pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia
berlangsung?”
Guru : “ Pada saat pembelajaran berlangsung biasanya tidak semua fokus,
ada beberapa siswa yang menyimak dan ada pula yang bersenda gurau dengan
temannya”
Penulis : “Apakah siswa aktif bertanya ketika mereka mengalami kesulitan
pada saat pembelajaran berlangsung?”
Guru : “ Hanya beberapa siswa yang aktif dan cenderung malu-malu ketika
ada pertanyaan yang saya lontarkan”
Penulis : “ Apa saja bentuk kesulitan yang dialami ketika proses pembelajaran
berlangsung?”
Guru : “ selalu ada kendala yang biasanya memang terjadi pada saat
pembelajaran berlangsung, misalnya siswa yang gaduh jadi sulit buat
mengkondisikannya.”
Penulis : “Metode apa yang biasa digunakan pada saat pembelajaran Bahasa
Indonesia?”
Guru : “ saya biasanya menggunakan metode diskusi kelompok sama
ceramah saja, tapi saya menggunakan ice breaking kalau siswa sudah kelihatan
jenuh”
Penulis : “ Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, ada beberapa keterampilan
yang diantaranya adalah keterampilan menyimak. Bagaimana hasil belajar siswa
mengenai keterampilan menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas V?”
Guru :“ ada siswa yang memiliki hasil belajar tinggi, dan ada pula siswa
yang memiliki hasil belajar rendah”
Penulis : “Bagaimana kemampuan menyimak yang dimiliki oleh siswa kelas V
?”
Guru :”kemampuan menyimak siswa masih kurang yah, seperti siswa yang
kurang berani mengungkapkan kembali apa yang disampaikan oleh gurunya, tidak
ada aksi jadinya. Dan kosakata yang disampaikan oleh siswa pun masih kurang dan
terlihat kurang mendapat respon dari teman-temannya”
Penulis : “Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak cerita siswa?”
Guru : “ Dari guru sendiri terutama harus meningkatkan kinerja
mengajarnya, dan menggunkan metode-metode atau model pembelajaran yang bisa
menumbuhkan semangat belajar anak sehingga anak menjadi percaya diri dan bisa
untuk menyampaikan apa yang ditelah diajarkan gurunya”
Penulis : “Pernahkah menerapkan model pembelajaran kooperatif ?”
Guru : “ belum pernah”
Guru Bidang Study
Kuratul Aeni, S.Pd
KISI KISI SOAL INSTRUMEN
Nama Sekolah : MIN 15 Bintaro
Kelas/ Semester : V/1(satu)
Standar Kompetensi : Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat
secara lisan
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya
Materi Indikator Soal Nomor Soal
Cerita
Rakyat
1. Menyebutkan
pengertian cerita
rakyat
2. Menyebutkan
unsur intrinsik
cerita rakyat.
3. Menyebutkan
contoh cerita
rakyat beserta
asal daerah cerita
rakyat .
4. Menjelaskan
tema pada cerita
rakyat.
5. Menjelaskan
tokoh utama dan
tokoh tambahan
pada cerita
rakyat.
1. Apa yang dimaksud
dengan cerita rakyat ?
2. Sebutkan unsur-unsur
instrinsik yang ada
dalam cerita rakyat!
3. Sebutkan tiga contoh
judul cerita rakyat
beserta daerah
asalnya!
4. Jelaskan tema yang
terdapat pada cerita
rakyat diatas!
5. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan
tokoh utama dan
tokoh tambahan pada
cerita rakyat?
6. Siapakah tokoh utama
dan tokoh tambahan
dalam cerita tersebut?
1
2
3
4
5
6
6. Menyebutkan
nama-nama
tokoh dalam
cerita rakyat
7. Menyebutkan
watak tokoh
dalam cerita
rakyat
8. Menjelaskan alur
dalam cerita
rakyat
9. Menyebutkan
pengertian latar
dan jenis latar
pada cerita
rakyat.
10. Menjelaskan
amanat dalam
sebuah cerita
rakyat.
7. Sebutkan tokoh-tokoh
yang terdapat dalam
cerita rakyat di atas!
8. Jelaskan watak dari
setiap tokoh-tokoh
dalam cerita tersebut.
9. Bagaimanakah alur
yang terdapat pada
cerita tersebut?
10. Apa yang dimaksud
dengan latar (setting)
dalam cerita rakyat?
11. Bagaimanakah latar
tempat, waktu, dan
suasana dalam cerita
tersebut?
12. Jelaskan amanat yang
terkandung dalam
cerita tersebut .
7
8
9
10
11
12
Jumlah soal 12
Lampiran 3
SOAL INSTRUMEN
UJI VALIDITAS
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VI (enam)
==========================================================
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ?
2. Sebutkan unsur-unsur instrinsik yang ada dalam cerita rakyat!
3. Sebutkan tiga cerita rakyat yang kamu ketahui beserta daerah asalnya!
4. Jelaskan tema yang terdapat pada cerita “Mencari Raja Tidur” diatas?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh pendamping dalam cerita
rakyat?
6. Siapa sajakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita “Mencari Raja Tidur”?
7. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita rakyat diatas!
8. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita “Mencari Raja Tidur”?
9. Bagaimanakah alur yamg terdapat pada cerita “Mencari Raja Tidur”?
10. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat?
11. Jelaskan latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita “Mencari Raja Tidur” ?
12. Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita “Mencari Raja Tidur” ?
Lampiran 4
Kunci Jawaban Pretest Posttest
1. Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu masyarakat atau daerah yang
kemudian diwariskan secara turun-temurun.
2. Malin Kundang berasal dari Sumatra Barat
Danau Toba berasal dari Sumatra Utara
Tangkuban Perahu berasal dari Jawa Barat
3. Tema dalam cerita Mencari Raja Tidur adalah Kesungguhan seseorang akan
menghasilkan sesuatu yang baik.
4. Tokoh utama adalah tokoh yang menggerakan cerita dari awal hingga akhir.
Tokoh tambahan adalah tokoh yang peranannya lebih sedikit dari tokoh utama atau biasa
disebut tokoh pendamping.
5. Tokoh utama dalam cerita ini yaitu Raja Jungur, Putri Serindu, dan Anak Lumang.
Sedangkan tokoh tambahannya yaitu Pengawal dan Menteri.
6. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita Mencari Raja Tidur
- Raja Jungur
- Putrid Serindu
- AnakLumang
7. Raja Jungur : Arif dan Bijaksana
Putri Serrindu : Baik hati dan bijaksana
Anak Lumang : Ulet, suka bekerja, dan rajin
8. Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai tempat, waktu, dan susasana dalam
cerita rakyat.
9. Latar tempat : istana, dan pedesaan
Latar waktu : pagihari
Latar suasana : bingung dan bahagia
10. Amanat dalam cerita ini adalah kita harus memiliki sifat ulet, rajin, dan tekun supaya
mudah mendapatkan sesuatu. Karena barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan
berhasil.
Lampiran 5
S I L A B U S
Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA
Kelas / Semester : V / 1
Mendengarkan: 1. Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
Kompetensi Dasar Materi Pokok Nilai-Nilai Indikator Kegiatan Pembelajaran Waktu Penilaian Alat/Sumber
1.1Menanggapi penjelasan nara sumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll) dengan memperhatikan santun berbahasa.
Penjelasan nara sumber
Bersahabat/ Berkomunikatif
o Menentukan pokok-pokok pembicaraan
o Mengajukan pertanyaan sesuai dengan pokok-pokok pembicaraan
o Menanggapi isi penjelasan nara sumber
o Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan personalia sekolah lainnya*)
o Mendengarkan cerita dari berbaga nara sumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll)
o Mencatat pokok-pokok isi penjelasan dari nara sumber
o Menyimpulkan isi penjelasan dari nara sumber
4 JP - Tes Lisan - Tes praktek
- Buku cerita - Radio - CD
1.2Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya
Teks cerita rakyat
Gemar Membaca
o Menyebutkan nama-nama tokoh dalam cerita rakyat
o Menjelaskan watak tokoh dalam cerita
o Menentukan latar cerita o Mencari bahan bacaan dari
perpustakaan daerah*) o Membaca buku novel dan cerita
pendek*)
o Membaca teks cerita rakyat ( sesuai dengan buku cerita yang ada)
o Mendaftar nama-nama tokoh dalam cerita rakyat
o Diskusi tentang watak tokoh, latar, amanat dalam cerita rakyat
o Menceritakan kembali secara tertulis dengan kalimat runtut dan mudah dipahami
6 JP - Tes Lisan - Tes praktek
Buku cerita rakyat (disesuaikan dengan yang ada)
Berbicara: 2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara
Kompetensi Dasar Materi Pokok Nilai-Nilai Indikator Kegiatan Pembelajaran Waktu Penilaian Alat/Sumber
2.1Menanggapi sesuatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
Persoalan atau peristiwa
Bersahabat / Berkomunikasi
o Menjelaskan masalah atau peristiwa yang terjadi di sekolah dengan runtut
o Memberikan komentar atau
o Menjgamati kebersihan lingkungan kelas dan halaman sekolah
o Memanggapi keadaan atau
8 JP
- Tes Lisan - Tes praktek
- Ruang Kelas - Lingkungan Sekolah
Lampiran 5
pemecahannya dengan memperhati-kan pilihan kata dan santun berbahasa
saran dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun
o Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas*)
keadaan yang dilihat o Memecahkan masalah yang
dilihat siswa
2.2Menceritakan hasil pengamatan / kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar
Laporan hasil pengamatan
Kreatif o Menulis pokok-pokok hasil pengamatan
o Melaporkan hasil pengamatan dengan kalimat efektif dan bahasa yang runtut
o Membuat karya tulis tentang hal baru tapi terkait dengan materi pelajaran*)
o Mengamati Taman Sekolah o Menyusun hasil pengamatan o Melaporkan hasil pengamatan
dengan kalimat efektif dan bahasa yang runtut
o Menanggapi hasil laporan pengamatan
8 JP
- Tes Lisan - Tes praktek
- Taman Sekolah
2.3Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhati-kan pilihan kata dan santun berbahasa
Wawancara dengan nara sumber
Rasa ingin tahu
o Menentukan pokok-pokok isi wawancara dengan nara sumber
o Menyimpulkan isi wawancara o Bertanya atau membaca
sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran*)
o Menyusun daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan topik serta menggunakan kalimat tanya yang benar
o Melakukan wawacara terhadap dengan tokoh (polisi, pedagang, petani, perajin, dll)
o Menyusun laporan hasil wawancara
o Menyampaikan hasil laporan wawancara
8 JP
- Tes Lisan - Tes praktek
- Pedagang disekitar Sekolah
Membaca: 3. Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata/menit, dan membaca puisi
Kompetensi Dasar Materi Pokok Nilai-Nilai Indikator Kegiatan Pembelajaran Waktu Penilaian Alat/Sumber
3.1Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat
Teks percakapan (Tanda baca: tanda seru, tanda petik Imbuhan ter- Preposisi alat (dengan), sebab (karena))
Gemar membaca
o Menentukan pokok-pokok isi percakapan
o Menentukan tanda baca, imbuhan, dan preposisi.
o Menuliskan rangkuman isi percakapan
o Membaca buku dan tulisan yang terkait dengan mata pelajaran*)
o Mengamati teks percakapan o Membacakan teks percakapan
dengan lafal dan intonasi yang wajar
o Diskusi membahas tentang tokoh-tokoh/pelaku dalam percakapan, isi pokok percakapan atau tema percakapan
10 JP - Tes Lisan - Tes Tertulis
Buku Bahasa Indonesia Kls. V
Lampiran 5
o Membaca buku novel dan cerita pendek*)
3.2Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit
Teks bacaan yang panjang-nya 200–300 kata
Rasa ingin tahu
o Menentukan gagasan utama suatu teks
o Mencatat gagasan utama suatu teks
o Mengajukan pertanyaan sesuai dengan isi teks
o Menjawab pertanyaan tentang isi teks
o Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran*)
o Mengamati teks yang panjangnya kurang lebih 200-300 kata.
o Membaca teks bacaan dengan batas waktu tertentu
o Menuliskan pikiran utama o Membuat pertanyaan sesuai
dengan teks o Menjawab pertanyaan sesuai
dengan teks
12 JP - Tes Lisan - Tes Tertulis
- Buku Bahasa Indonesia Kls. V
3.3 Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat
Puisi Gemar membaca
o Menentukan jeda/ penggalan kata yang tepat untuk memperjelas arti/makna
o Menjelaskan arti kata tertentu dalam puisi
o Membaca buku novel dan cerita pendek*)
o Membaca buku atau tulisan tentang alam, sosial, budaya, seni, teknologi*)
o Mengamati dan memperhati-kan contoh puisi
o Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat
o Menggunakan ekspresi yang tepat (sedih, haru, gembira, dll)
o Membacakan puisinya ke depan kelas
10 JP - Tes Lisan - Tes Tertulis
- Creativitas Siswa
Menulis: 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis
Kompetensi Dasar Materi Pokok Nilai-Nilai Indikator Kegiatan Pembelajaran Waktu Penilaian Alat/Sumber
4.1Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan
Gambar Seri Preposisi: tanpa Imbuhan: ber- Kalimat utama dan kalimat penjelas
Kreatif o Mengurutkan gambar seri secara logis
o Menentukan judul karangan o Membuat berbagai kalimat baru
dari sebuah kata*) o Membuat karya tulis tentang hal
baru tapi terkait dengan materi pelajaran*)
o Siswa mengamati empat gambar seri yang diacak
o Mengurutkan empat gambar seri yang diacak
o Menuliskan judul cerita seri o Mengembangkan butir-butir
pokok karangan menjadi karangan yang padu
12 JP - Tes Lisan - Tes Tertulis
- Gambar seri
Lampiran 5
4.2Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dll.) dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan ejaan
Surat Undangan
Kreatif o Menyebutkan jenis-jenis surat undangan
o Mengidentifikasi cirri-ciri bahasa surat undangan
o Menggunakan ejaan yang tepat dalam membuat surat undangan
o Membuat berbagai kalimat baru dari sebuah kata*)
o Membuat karya tulis tentang hal baru tapi terkait dengan materi pelajaran*)
o Mengamati contoh-contoh surat undangan
o Membuat surat undangan (ulangan tahun, kegiatan sekolah, dll)
o Menyampaikan informasi untuk orang lain dalam bentuk surat undangan dengan kalimat yang efektif
12 JP - Tes Lisan - Tes Tertulis
- Surat undangan - Kreativitas Siswa
4.3Menulis dialog sederhana antara
dua atau tiga tokoh dengan memperha-tikan isi serta perannya
Naskah dialog (Percakapan)
Kreatif o Menyusun kerangka dialog/ percakapan
o Memerankan dialog/percakapan o Menjelaskan isi percakapan o Menentukan peran tokoh dalam
percakapan o Membuat berbagai kalimat baru
dari sebuah kata*) o Membuat karya tulis tentang hal
baru tapi terkait dengan materi pelajaran*)
o Mengamati contoh naskah percakapan/ dialog
o Menyusun teks dialog/ percakapan
o Membacakan teks dialog di depan kelas
o Diskusi membahas dialog dan peran masing-masing pelaku dalam dialog
10 JP - Tes Lisan - Tes Tertulis
- Buku Bahasa Indonesia Kls. V
Keterangan: Tanda bintang (*) adalah indikator Nilai PBKB
Lampiran 6
MATERI AJAR
Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah suatu cerita yang berkembang di masyarakat dan diwariskan secara turun
temurun melalui lisan. Cerita rakyat juga merupakan cerita yang dikaitkan dengan keadaan atau
bukti-bukti peninggalan.Beberapa contoh cerita rakyat yang berkembang di Indonesia adalah:
a. Malin Kundang
b. Ande-ande Lumut
c. Bawang Merah - Bawang Putih
d. Wayang Beber
Unsur – Unsur Instrinsik dalam cerita rakyat terdiri dari :
1. Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema selalu berkaitan dengan berbagai
pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, religius dan sebagainya. Dalam
hal tersebut, tema sering diartikan sebagai ide atau tujuan utama cerita.
2. Watak
Watak dalam cerita rakyat adalah sifat yang dimiliki oleh masing-masing tokoh –tokoh yang ada
dalam cerita. Sifat-sifat dalam cerita biasay terdapat sifat antagonis yaitu sifat yang kurang baik
seperti, jahat, sombong, angkuh, dan lain-lain. Sedangkan kebalikan dari sifat antagonis yaitu
sifat protagonist yaitu sifat baik yang dimiliki suatu tokoh dalam cerita, seperti baik hati, suka
menolong, dan sebagainya.
3. Latar
Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai, tempat, waktu, dan suasana dalam cerita.
Jadi, latar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu,dan suasana.
a. Latar Tempat
Latar tempat adalah segala sesuatu yang menjelaskan tentang tempat terjadinya peristiwa
dalam cerita.
b. Latar Waktu
Latar waktu adalah waktu terjadinya peristiwa dalam cerita..
c. Latar Suasana
Latar suasana adalah penjelasan mengenai suasana pada saat peristiwa terjadi.
4. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dari sebuah karya sastra.
Adakalanya amanat berupa pesan moral.
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
NAMA SEKOLAH : MIN 15 Bintaro
KELAS/SEMESTER : V/I (satu)
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
ALOKASI WAKTU : 2x35 menit
PERTEMUAN KE : 1
A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
B. KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya
C. INDIKATOR
Menyebutkan pengertian cerita rakyat
Menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
Menyebutkan nama tokoh dalam cerita rakyat
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menyebutkan pengertian cerita rakyat
Siswa dapat menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Siswa dapat menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Siswa dapat menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
Siswa dapat menyebutkan nama tokoh dalam cerita rakyat
E. NILAI KARAKTER
Religious, Rasa Ingin Tahu, Tekun, Semangat, Aktif, Percaya Diri, Bersahabat
F. MATERI
Cerita Rakyat
G. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, pemberian tugas
H. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah – Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Nilai Karakter
a. Kegiatan awal 10 menit Religius
Disiplin
Semangat
Rasa ingintahu
Tekun
Aktif
Percayadiri
- Guru memberikan salam dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmallah dan kemudian
berdoa sebelum memulai pelajaran.
- Ice breaking untuk membangkitkan semangat siswa
- Guru menyampaikan materi yang akan diadakan
serta tujuannya.
- Untuk mengetahui pengetahuan siswa guru
melakukanapersepsi
b. Kegiatan inti 50 menit
b.1 Eksplorasi 20 menit
- Guru memberi penjelasan tentang materi cerita
rakyat
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok,
masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang
(pembagian kelompok bersifat heterogen)
- Guru memberikan Lembar Kerja Siswa kepada tiap
kelompok
- Setiap kelompok membaca uraian materi yang ada
dalam Lembar Kerja Siswa.
b.2 Elaborasi
- Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi
mengerjakan Lembar Kerja Siswa untuk membahas
permasalahan yang terdapat dalam Lembar Kerja
Siswa.
- Dua orang siswa dari tiap kelompok pergi bertamu
ke kelompok yang lain sesuai dengan format yang
telah ditentukan oleh guru.
- Dua orang siswa ini bertukar pendapat dengan
kelompok lain mengenai permasalahan dalam LKS
dan anggota kelompok yang tetap tinggal dalam
kelompok bertugas sebagai tuan rumah yang akan
memberikan penjelasan dan tukar pendapat
mengenai permasalahan dalam LKS dengan anggota
dari kelompok lain.
- Siswa yang bertamu kembali ke kelompok masing-
masing dan menjelaskan hasil temuannya kepada
temannya yang tetap tinggal dalam kelompok.
- Siswa mempresentasikan jawaban hasil diskusi
kelompoknya didepan kelas.
20 menit
b.3 Konfirmasi 10 menit
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
c. Kegiatan Penutup 10 menit
Guru mengulang kembali mengenai materi cerita
rakyat dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
I. SUMBER BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar
J. PENILAIAN
No. Indikator Teknik Bentuk Instrumen
1.
2.
3.
4.
5.
Menyebutkan pengertian cerita rakyat
Menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Menjelaskan tokoh utama dan tokoh
tambahan dalam cerita rakyat
Menyebutkan nama nama tokoh dalam
cerita rakyat.
Tes
Tulisan
Terlampir
Mengetahui, Jakarta, 22 November 2013
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Kuratul Aeni, S.Pd. Nurmalinda
NIP.197610032003122002 NIM. 109018300040
Mengetahui,
Kepala MIN 15 Bintaro
A.Taufiqillah, S.Ag
NIP. 196812291997031002
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
NAMA SEKOLAH : MIN 15 Bintaro
KELAS/SEMESTER : V/I (satu)
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
ALOKASI WAKTU : 2x35 menit
PERTEMUAN KE : 2
A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
B. KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya
C. INDIKATOR
Menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
Menyebutkan pengertian latar pada cerita rakyat.
Menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
Menjelaskan amanat dalam cerita rakyat
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan pengertian latar pada cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan amanat dalam certa rakyat
E. NILAI KARAKTER
Religious, Rasa Ingin Tahu, Tekun, Semangat, Aktif, Percaya Diri, Bersahabat
F. MATERI
Cerita Rakyat
Lampiran 8
G. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, pemberian tugas
H. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah – Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Nilai
Karakter
a. Kegiatan awal 10 menit Religius
Disiplin
Semangat
Rasa ingin
tahu
Tekun
Aktif
Percaya diri
- Guru memberikan salam dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmallah dan kemudian
berdoa sebelum memulai pelajaran.
- Ice breaking untuk membangkitkan semangat siswa
- Guru menyampaikan materi yang akan diadakan
serta tujuannya.
- Untuk mengetahui pengetahuan siswa guru
melakukan apersepsi
b. Kegiatan inti 50 menit
b.1 Eksplorasi 20 menit
- Guru memberi penjelasan tentang materi cerita
rakyat
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok,
masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang
(pembagian kelompok bersifat heterogen)
- Guru memberikan Lembar Kerja Siswa kepada tiap
kelompok
- Setiap kelompok membaca uraian materi yang ada
dalam Lembar Kerja Siswa.
b.2 Elaborasi 20 menit
- Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi
mengerjakan Lembar Kerja Siswa untuk membahas
permasalahan yang terdapat dalam Lembar Kerja
Siswa.
- Dua orang siswa dari tiap kelompok pergi bertamu
ke kelompok yang lain sesuai dengan format yang
telah ditentukan oleh guru.
- Dua orang siswa ini bertukar pendapat dengan
kelompok lain mengenai permasalahan dalam LKS
dan anggota kelompok yang tetap tinggal dalam
kelompok bertugas sebagai tuan rumah yang akan
memberikan penjelasan dan tukar pendapat
mengenai permasalahan dalam LKS dengan anggota
dari kelompok lain.
- Siswa yang bertamu kembali ke kelompok masing-
masing dan menjelaskan hasil temuannya kepada
temannya yang tetap tinggal dalam kelompok.
- Siswa mempresentasikan jawaban hasil diskusi
kelompoknya didepan kelas.
b.3 Konfirmasi 10 menit
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
c. Kegiatan Penutup 10 menit
Guru mengulang kembali mengenai materi cerita
rakyat dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
I. SUMBER BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar
J. Penilaian
No. Indikator Teknik Bentuk Instrumen
1.
2.
3.
4.
Menyebutkan watak tokoh dalam
cerita rakyat
Menyebutkan pengertian latar pada
cerita rakyat.
Menjelaskan macam-macam latar
pada cerita rakyat
Menjelaskan amanat dalam cerita
rakyat
Tes
Tulisan
Terlampir
Mengetahui, Jakarta, 22 November 2013
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Kuratul Aeni, S.Pd. Nurmalinda
NIP.197610032003122002 NIM. 109018300040
Mengetahui,
Kepala MIN 15 Bintaro
A.Taufiqillah, S.Ag
NIP. 196812291997031002
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
NAMA SEKOLAH : MIN 15 Bintaro
KELAS/SEMESTER : V/I (satu)
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
ALOKASI WAKTU : 2x35 menit
PERTEMUAN KE : 1
A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
B. KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsurcerita rakyat yang didengarnya
C. INDIKATOR
Menyebutkan pengertian cerita rakyat
Menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
Menyebutkan nama tokoh dalam cerita rakyat
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menyebutkan pengertian cerita rakyat
Siswa dapat menyebutkan asal daerah cerita rakyat .
Siswa dapat menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Siswa dapat menjelaskan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita rakyat
Siswa dapat menyebutkan nama tokoh dalam cerita rakyat
E. NILAI KARAKTER
Religious, Rasa Ingin Tahu, Tekun, Semangat, Aktif, Percaya Diri, Bersahabat
F. MATERI
Cerita Rakyat
Lampiran 9
G. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Konvensional
Metode Pembelajaran : Ceramah dan Tanya jawab
H. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah – Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Nilai
Karakter
a. Kegiatan awal 10 menit Religius
Disiplin
Semangtat
Rasa ingin
tahu
Tekun
Aktif
Percaya
diri
- Guru memberikan salam dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmallah dan kemudian
berdoa sebelum memulai pelajaran.
- Ice breaking untuk membangkitkan semangat siswa
- Guru menyampaikan materi yang akan diadakan
serta tujuannya.
- Untuk mengetahui pengetahuan siswa, guru
melakukan apersepsi
b. Kegiatan inti 50 menit
b.1 eksplorasi 20 menit
- Guru memberi penjelasan tentang materi cerita
rakyat
- Guru memberikan arahan tentang materi pelajaran.
b.2 elaborasi 20 menit
- Guru memberikan pertanyaan lisan kepada siswa,
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi yang telah disajikan.
- Siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal-soal
yang ada di buku tulis.
- Setelah soal-soal latihan dikerjakan, kemudian hasil
kerja siswa dikumpulkan dan diberi nilai oleh guru.
b.3 konfirmasi 10 menit
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
c. Kegiatan Penutup 10 menit
Guru mengulang kembali mengenai materi cerita
rakyat dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
I. SUMBER BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar
J. PENILAIAN
No. Indikator Teknik Bentuk Instrumen
1.
2.
3.
4.
5.
Menyebutkan pengertian cerita rakyat
Menyebutkan asal daerah cerita
rakyat .
Menjelaskan tema pada cerita rakyat.
Menjelaskan tokoh utama dan tokoh
tambahan dalam cerita rakyat
Menyebutkan nama nama tokoh
dalam cerita rakyat.
Tes
Tulisan
Terlampir
Mengetahui, Jakarta, 22 November 2013
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Kuratul Aeni, S.Pd. Nurmalinda
NIP.197610032003122002 NIM. 109018300040
Mengetahui,
Kepala MIN 15 Bintaro
A.Taufiqillah, S.Ag
NIP. 196812291997031002
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
NAMA SEKOLAH : MIN 15 Bintaro
KELAS/SEMESTER : V/I (satu)
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
ALOKASI WAKTU : 2x35 menit
PERTEMUAN KE : 2
A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
B. KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya
C. INDIKATOR
Menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
Menyebutkan pengertian latar pada cerita rakyat.
Menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
Menjelaskan amanat dalam cerita rakyat
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan pengertian latar pada cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan macam-macam latar pada cerita rakyat
Siswa dapat menjelaskan amanat dalam cerita rakyat
E. NILAI KARAKTER
Religious, Rasa Ingin Tahu, Tekun, Semangat, Aktif, Percaya Diri, Bersahabat
F. MATERI
Cerita Rakyat
Lampiran 10
G. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, pemberian tugas
H. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah – Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Nilai
Karakter
a. Kegiatan awal 10 menit Religius
Disiplin
Semangat
Rasa ingin
tahu
Aktif
Tekun
Percaya
diri
- Guru memberikan salam dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmallah dan kemudian
berdoa sebelum memulai pelajaran.
- Ice breaking untuk membangkitkan semangat siswa
- Guru menyampaikan materi yang akan diadakan
serta tujuannya.
- Untuk mengetahui pengetahuan siswa, guru
melakukan apersepsi.
b. Kegiatan inti 50 menit
b.1 eksplorasi 20 menit
- Guru memberi penjelasan tentang materi cerita
rakyat
- Guru memberikan arahan tentang materi pelajaran.
b.2 elaborasi 20 menit
- Guru memberikan pertanyaan lisan kepada siswa,
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi yang telah disajikan.
- Siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal-soal
yang ada di LKS.
- Setelah soal-soal latihan dikerjakan, kemudian hasil
kerja siswa dikumpulkan dan diberi nilai oleh guru.
b.3 konfirmasi 10 menit
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
c. Kegiatan Penutup 10 menit
Guru mengulang kembali mengenai materi cerita
rakyat dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
I. SUMBER BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar
J. Penilaian
No. Indikator Teknik Bentuk Instrumen
1.
2.
3.
4.
Menyebutkan watak tokoh dalam
cerita rakyat
Menyebutkan pengertian latar pada
cerita rakyat.
Menjelaskan macam-macam latar
pada cerita rakyat
Menjelaskan amanat dalam cerita
rakyat
Tes
Tulisan
Terlampir
Mengetahui, Jakarta, 22 November 2013
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Kuratul Aeni, S.Pd. Nurmalinda
NIP.197610032003122002 NIM. 109018300040
Mengetahui,
Kepala MIN 15 Bintaro
A.Taufiqillah, S.Ag
NIP. 196812291997031002
LEMBAR KERJA SISWA
====================================================================
NAMA KELOMPOK : 1.
2.
3.
4.
KELAS :
Jawablah pertanyaan-pertanyaam dibawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ?
2. Sebutkan tiga contoh judul cerita rakyat beserta daerah asalnya!
3. Jelaskan tema yang terdapat pada cerita “Si Lancang” diatas!
4. Apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan pada cerita
rakyat?
5. Siapa sajakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita “Si
Lancang” ?
6. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita “Si Lancang” diatas!
Lampiran 11
LEMBAR KERJA SISWA
====================================================================
NAMA KELOMPOK : 1.
2.
3.
4.
KELAS :
Jawablah pertanyaan-pertanyaam dibawah ini !
1. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita “Si Lancang”?
2. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat?
3. Tuliskan latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita “Si Lancang”?
4. Tuliskan amanat yang terkandung dalam cerita “Si Lancang”?
Lampiran 12
LEMBAR KERJA SISWA
====================================================================
NAMA KELOMPOK : 1. 5.
2. 6.
3. 7.
4. 8.
KELAS :
Jawablah pertanyaan-pertanyaam dibawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ?
2. Sebutkan tiga contoh judul cerita rakyat beserta daerah asalnya!
3. Jelaskan tema yang terdapat pada cerita “Si Lancang” diatas!
4. Apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan pada cerita
rakyat?
5. Siapa sajakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita “Si
Lancang” ?
6. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita “Si Lancang” diatas!
Lampiran 13
LEMBAR KERJA SISWA
====================================================================
NAMA KELOMPOK : 1. 5.
2. 6.
3. 7.
4. 8.
KELAS :
Jawablah pertanyaan-pertanyaam dibawah ini !
1. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita “Si Lancang”?
2. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat?
3. Tuliskan latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita “Si Lancang”?
4. Tuliskan amanat yang terkandung dalam cerita “Si Lancang”?
Lampiran 14
MENCARI RAJA TIDUR
Tersebutlah Raja Jungur yang arif dan bijaksana dari tanah Rejang,
Bengkulu. Ia mempunyai seorang putri cantik jelita bernama Putri Serindu. Sudah
lama sang Raja ingin punya menantu.
Ketika ditanya, Putri Serindu ingin menikah dengan Raja Tidur. Raja pun
mengadakan sayembara. Siapa saja yang bisa tidur paling lama, maka dia yang
akan dijadikan sebagai Raja Tidur dan akan menjadi suami Putri Serindu.
Banyak orang mengikuti sayembara itu. Diantaranya, Anak Lumang,
seorang pemuda yatim piatu pembuat bubu yang tampan. Setiap hari ia membuat
bubu dan menjualnya di pasar. Bubu adalah alat untuk menangkap ikan.
Anak Lumang ingin mengikuti sayembara itu sambil membuat bubu.
Akhirnya, ia akan membuat bubu dulu sebelum mengikuti sayembara itu.
Saat perlombaan dimulai, semua peserta mulai memejamkan matanya.
Namun, Anak Lumang malah bekerja membuat bubu. Pekerjaannya sbaru selesai
menjelang subuh. Walau tugasnya sudah selesai dan sudah merasa mengantuk, ia
tak langsung tidur. Ia membereskan dulu semua sisa-sisa pekerjaannya itu. Setelah
semuanya beres, barulah ia tidur dengan amat pulas.
Pagi-pagi sekali Putri Serindu berkeliling untuk menilai semua peserta
satu persatu didampingi Raja, pengawal dan para Menteri. Putri Serindu terpesona
dengan keindahan bubu yang digantung di dinding milik Anak Lumang. Ia juga
sempat melihat tas Anak Lumang yang berisi perlengkapan membuat bubu.
Putri Serindu jadi tahu, rupanya pemuda ini membuat bubu dulu sebelum
tidur. Tentu saja ia menjadi kelelahan dan bisa tidur nyenyak. Putri Serindu
tersenyum bahagia dan merasa lega hatinya. Ia sudah menemukan tambatan
hatinya.
Ternyata, Raja Tidur yang dimaksud bukanlah pemuda yang suka tidur,
melainkan yang suka bekerja, ulet, dan rajin, sehingga ketika waktu tidur tiba, ia
Lampiran 15
bisa tidur dengan nyenyak. Akhirnya, Anak Lumang memenangkan sayembara.
Raja Jungur dan Permaisuri gembira. Pesta pernikahan berlangsung meriah
selama tujuh hari tujuh malam. Kedua mempelai pun hidup rukun dan bahagia.
Sumber: 101 Cerita Nusantara
SI LANCANG
Pada zaman dahulu di daerah Kampar, Riau hiduplah si Lancang bersama
ibunya. Mereka hidup sangat miskin. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, si
Lancang berniat merantau.
Pada suatu hari, ia meminta izin kepada ibunya. Ibunya berpesan agar di
rantau orang kelak, si Lancang selalu inggat kepada ibu dan kampung
halamannya. Ibunya berpesan agar si Lancang jangan menjadi anak durhaka. Si
Lancang pun berjanji kepada ibunya akan selalu ingat ibu dan kampung
halamannya. Ibunya menjadi terharu saat si Lancang mencium lututnya untuk
minta doa.
Di rantau si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya
raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikabarkan pula, ia pun
mempunyai tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saudagar yang
kaya. Sementara itu, ibu si Lancang masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang
sangat miskin.
Pada suatu hari, si Lancang berlayar ke Andalas. Berita kedatangan si
Lancang didengar oleh ibunya. Dengan perasaan terharu, ia bergegas menyambut
kedatangan anak satu-satunya tersebut. Begitu menyatakan bahwa dirinya adalah
ibu si Lancang, tidak ada seorang kelasi pun yang mempercayainya. Dengan
kasarnya, ia mengusir ibu tua tersebut. Ia bersikeras minta untuk dipertemukan
dengan anaknya si Lancang. Keadaan itu menimbulkan keributan. Mendengar
kegaduhan di atas geladak, si Lancang dengan diiringi ketujuh istrinya
mendatangi tempat itu. “Engkau Lancang.....anakku! Oh.... betapa rindunya hati
emak padamu!”
Mendengar sapaan itu, dengan congkaknya si Lancang menepis. Anak
durhaka ini pun teriak, “Mana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin
seperti kamu. Kelasi! Usir perempuan ini!” Ibu yang malang ini akhirnya pulang
Lampiran 16
dengan perasaan hancur. Sesampainya di rumah ia berdoa, “Ya, Tuhanku ...
hukumlah si anak durhaka itu.”
Dalam sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut menghancurkan
kapal-kapal dagang milik si Lancang. Harta benda miliknya juga terbang kemana-
mana. Kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang
terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi
sungai Oguong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang
bendera kapal si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang di beri
nama Danau si Lancang.
----- SELESAI -----
PEDOMAN PENSKORAN
1. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab “cerita dari daerah” 2
Siswa menjawab “cerita yang berasal dari suatu daerah” 3
Siswa menjawab “cerita yang berkembang disuatu
masyarakat atau daerah kemudian diwariskan secara
turun temurun”
4
2. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab satu cerita rakyat beserta daerahnya 2
Siswa menjawab dua cerita rakyat beserta daerahnya 3
Siswa menjawab tiga cerita rakyat beserta daerahnya 4
3. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab “seseorang yang ulet” 2
Siswa menjawab “kerajinan seseorang” 3
Siswa menjawab “kesungguhan seseorang akan
menghasilkan sesuatu yang baik” 4
4. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab “tokoh utama adalah tokoh paling
utama dan tokoh tambahan adalahh tokoh pendamping.” 2
Siswa menjawab “tokoh utama adalah tokoh yang selalu
ada dalam cerita, dan tokoh tambahan adalah tokoh
pendamping.”
3
Siswa menjawab “tokoh utama adalah tokoh yang
menggerakan cerita dari awal hingga akhir, dan tokoh
tambahan adalah tokoh yang peranannnya lebih sedikit
4
Lampiran 17
dari tokoh utama.”
5. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab “Tokoh utamanya yaitu Raja Jungur
dan Putri Serindu. Tokoh tambahannya anak Lumang” 2
Siswa menjawab “Tokoh utamanya Putri Serindu dan
Anak Lumang. Tokoh tambahannya Raja Jungur dan
pengawal”
3
Siswa menjawab “Tokoh utamanya Raja Jungur, Putri
Serindu, Anak Lumang. Tokoh Tambahannya Pengawal
dan Menteri”
4
6. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab satu tokoh 2
Siswa menjawab dua tokoh 3
Siswa menjawab semua tokoh yang ada dalam cerita 4
7. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab satu tokoh dengan wataknya 2
Siswa menjawab dua tokoh dengan wataknya 3
Siswa menjawab semua tokoh yang ada dalam cerita
dengan wataknya 4
8. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab “latar adalah tempat” 2
Siswa menjawab “latar adalah waktu dan tempat dalam
cerita” 3
Siswa menjawab “segala keterangan mengenai tempat,
waktu, dan susasana dalam cerita rakyat” 4
9. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi jawaban tidak tepat 1
Siswa menjawab latar tempat 2
Siswa menjawab latar tempat dan waktu 3
Siswa menjawab latar tempat, waktu, dan suasana. 4
10. Kriteria Jawaban Skor
Siswa tidak memberikan jawaban 0
Siswa menjawab akan tetapi tidak tepat 1
Siswa menjawab “Setiap orang harus rajin” 2
Siswa menjawab “haruus bersungguh-sungguh dalam
melakukan sesuatu” 3
Siswa menjawab “kita harus memiliki sifat ulet, rajin,
dan tekun supaya mudah mendapatkan sesuatu. Karena
barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan
berhasil.
4
Skor jadi yang diperoleh siswa yang menjawab suatu butir soal uraian ditetapkan dengan
jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor mentah maksimumnya kemudian
dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal
(SBS) adalah :
cb
aSBS
Keterangan:
SBS = skor butir soal
A = skor mentah yang diperoleh siswa untuk butir soal
B = skor mentah maksimum soal
C = bobot soal
Lampiran 18
Hasil Anates Uji Validitas Tes Keterampilan Menyimak Siswa
RekapAnalisisButir
Rata-Rata = 16.29 (26,26)
SimpangBaku = 7,56 (3,25)
KorelasiXy = 0.67 (0,47)
ReliabilitasTes = 0.81 (0,64)
ButirSoal = 12
JumlahSubyek = 31
No No ButirAsli T Dp (%) T.Kesukaran Korelasi Sign.Korelasi
1 1 4.29 12.50 Sedang 0.493 Signifikan
2 2 1.44 9.38 Sedang 0.257 -
3 3 1.53 37.50 Mudah 0.605 SangatSignifikan
4 4 3.21 11.00 Sukar 0.448 Signifikan
5 5 3.56 21.88 Sukar 0.635 SangatSignifikan
6 6 2.85 31.25 Sedang 0.556 Signifikan
7 7 4.33 40.63 SangatMudah 0.650 SangatSignifikan
8 8 4.58 28.13 Sedang 0.545 SangatSignifikan
9 9 -… -6.25 Sukar 0.108 -
10 10 3.03 12.50 Sedang 0.474 Signifikan
11 11 3.42 12.00 Sedang 0.569 SangatSignifikan
12 12 4.97 10.00 Sukar 0.570 SangatSignifikan
SOAL PRETEST & POSTTEST
Nama :
No. Absen :
Kelas :
==========================================================
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat ?
2. Sebutkan tiga contoh judul cerita rakyat yang kamu ketahui beserta daerah asalnya!
3. Apa tema pada cerita“Mencari Raja Tidur”?
4. Apa yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan?
5. Siapa sajakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita “Mencari Raja Tidur”?
6. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita rakyat diatas!
7. Jelaskan watak dari setiap tokoh-tokoh dalam cerita “Mencari Raja Tidur”?
8. Apa yang dimaksud dengan latar (setting) dalam cerita rakyat?
9. Tuliskan latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita “MencariRaja Tidur” ?
10. Tuliskan amanat yang terkandung dalam cerita “Mencari Raja Tidur” ?
Lampiran 19
No Nama Pretest Posttest Nama PreTest PostTest
1 Ahmad Amar Amrullah 42.5 50 Adrian Nurmahesa 50 67.5
2 Aditya Bayu Prakoso 52.5 85 Agits Bundanaeji 30 45
3 Afifa Syafarina 80 90 Akhla Sabila 52.5 85
4 Aisyah Yunita 75 77.5 Akira Naposo 45 52.5
5 Alfira Nurislami 75 92.5 Alfina Putri 37.5 82.5
6 Alya Nursafina 37.5 40 Andhika Rizki 52.5 85
7 Ana Nursyifa 57.5 82.5 Anindya Putri 55 55
8 Ardina Salsabila 37.5 80 Arya Raihan Akbar 70 80
9 Asa Ramadhan 70 75 Asyifa Berti 60 85
10 Bintang Radjasa 40 55 Awwalia Syifa 37.5 70
11 Daffa Dwi Saputra 55 77.5 Azimah Wafda 62.5 65
12 Devi Nanda Rosalia 40 62.5 Azzahra Feby 57.5 57.5
13 Gilang Fathiraja 50 50 Cyndi Zahwalia 50 60
14 Haikal Fakhrin Junaedi 30 67.5 Danica Damayanti 47.5 87.5
15 Harina Islami 35 75 Defa Antlu 75 80
16 Herbrian Kurnia Alam 72.5 80 Farkha Mutiara 75 90
17 Kaila Malinda 70 77.5 Felicia P 52.5 82.5
18 Kaila Safa 37.5 57.5 Friska Wiwit 55 67.5
19 Lyra Nurazizah 70 80 Hendar Rasyid 30 52.5
20 M. Al Hazami 60 67.5 Ivan Fadhilah 42.5 42.5
21 M. Andri Ramadhan 42.5 75 Kinanti Zahra 45 70
22 M. Danang Ikhsanuddin 40 77.5 M. Aditya Anta 37.5 55
23 M. Ilham Hansiz 35 50 M. Amar 70 77.5
24 M. Novendra Khadafi 62.5 72.5 M. Putra Rizki 52.5 75
25 Maya Salsabila 67.5 87.5 M. Rozi N 60 65
26 Maulidya Fatma Rani 47.5 65 Muamar Khadafi 62.5 65
27 Mayra Azahra Larasati 65 80 Muzaki Audi 42.5 55
28 Mutiara Nazila 62.5 75 Nabila Fahdah 37.5 50
Lampiran 20
29 Nadya Fadhilla Utami 57.5 77.5 Nuha Amirah 70 85
30 Raihan Nurikhsan 37.5 50 Nunji Abdiya 62.5 90
31 Rangga Adi Pratama 55 62.5 Razwan Sakti 47.5 65
32 Rayhan Danu Putra 67.5 82.5 Rendi Kurnia 50 82.5
33 Rifdah Ananda 67.5 70 Shalihah B.C 42.5 50
34 Satrio Wicaksono 50 67.5 Shakila Elza 40 57.5
35 Silmi Ridhaiya Ulya 67.5 67.5 Syahrul Arya 27.5 40
36 Syalwa Desrinda 52.5 57.5 Syifa Aulia 60 82.5
37 Syifa Arofah 30 50 Yasmin Hana Fatin 42.5 50
38 Wahyu Aji Sukmawan 50 77.5 Yesita Maya Zahra 65 82.5
39 Zuhad Dzawafa 42.5 50 Yudha Trijaya 50 60
JUMLAH
2087.5
2717.5
JUMLAH
2002.5
2650
NILAI TERTINGGI 80 92.5 NILAI TINGGI 75 90
RATA-RATA 53.52564 69.67949 RATA-RATA 51.34615 67.94872
NILAI TERENDAH 30 40 NILAI RENDAH 27.5 40
Lampiran 21
KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama lengkap Nurmalinda
adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Tempat dan tanggal lahir di
Tangerang 02 Mei 1991. Penulis bertempat
tinggal di jalan Haji Abdullah RT 004 RW 003
nomor 05, Kec. Kelapa Dua, Tangerang.
Penulis menempuh pendidikan di TK
Kartika X (1996-1997). Melanjutkan pendidikan
Sekolah Dasar di SD Negeri Pakulonan 1 (1997-
2003). Melanjutkan pendidikannya menengah pertamanya di MTs Negeri 1
Tangerang (2003-2006), dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA
Negeri 2 Tangerang (2006-2009).
Penulis aktif berkecimpung dalam organisasi kampus baik internal
maupun eksternal. Pada tahun 2010-2012 penulis tercatat sebagai pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan PGMI, tahun 2012-2013 penulis menjabat sebagai
Bendahara Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan serta merangkap sebagai Kepala Bidang Pengabdian Masyarakat
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Tarbiyah, dan tahun 2013-2014
penulis tercatat sebagai Sekretaris Bidang Ekonomi Dewan Eksekutif Mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini penulis tengah menjadi pengajar di SD
Islam Al Kautsar, Bintaro.
Top Related