PENGARUH MODEL ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADAPEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIATERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMP
NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG BERKEMAMPUANAKADEMIK BERBEDA
(Skripsi)
Oleh
NINDA NINGTYAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ii
ABSTRAK
PENGARUH MODEL ARGUMENT DRIVEN INQUIRY (ADI) PADAPEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA
TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASISISWA SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG
BERKEMAMPUAN AKADEMIK BERBEDA
Oleh
NINDA NINGTYAS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari penggunaan
model pembelajaran ADI, kemampuan akademik siswa, dan interaksi antara
model pembelajaran ADI dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan
argumentasi siswa. Model pembelajaran ADI diyakini tepat untuk digunakan
karena materi sistem pencernaan pada manusia merupakan materi yang objeknya
nyata dan dapat dilihat langsung oleh siswa serta siswa dapat mengobservasi
fenomena yang berkaitan dengan sistem pencernaan, sehingga siswa tidak
kesulitan saat merancang penyelidikan ilmiah.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar
Lampung. Sampel penelitian adalah kelas VIII 4 dan VIII 5 yang dipilih dari
populasi dengan teknik cluster random sampling. Penelitian kuasi eksperimen ini
menggunakan desain Pretest Postest Non Equivalent Control Group Design. Jenis
data yang digunakan yaitu data kuantitatif berupa data keterampilan argumentasi
iii
siswa diperoleh dari nilai pretes dan postes. Sementara, data kualitatif berupa hasil
observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran dan hasil analisis angket tanggapan
siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ADI. Data kuantitatif dalam
penelitian ini dianalisis secara statistik dengan uji ankova pada taraf nyata 5%. Uji
lanjut dilakukan terhadap nilai pretes dan postes yaitu dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT). Uji prasyarat berupa normalitas dan homogenitas dari nilai pretes
dan postes. Data keterlaksanaan sintaks pembelajaran model ADI dan
konvensional serta data tanggapan siswa secara deskriptif dalam bentuk
persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
penggunaan model ADI terhadap keterampilan argumentasi siswa dengan angka
signifikansi 0,000. Sedangkan, kemampuan akademik dan interaksi antara model
pembelajaran ADI dengan kemampuan akademik tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap keterampilan argumentasi siswa dengan angka
signifikansi 0,314 dan 0,572. Hasil analisis keterlaksanaan sintaks model
pembelajaran ADI menunjukkan bahwa “hampir seluruh kegiatan terlaksana”
dengan persentase rataan Persentase Keterlaksanaan Sintaks (PKS) sebesar 75 ≤
PKS ≤ 100. Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran sistem
pencernaan pada manusia dengan model ADI memiliki persentase tanggapan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan model konvensional.
Kata kunci: model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI), keterampilanargumentasi, kemampuan akademik.
PENGARUH MODEL ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA
PEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA
TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMP
NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG BERKEMAMPUAN
AKADEMIK BERBEDA
Oleh
NINDA NINGTYAS
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan dari pasangan suami istri Sudibyo dengan
Ngadilah yang merupakan putri pertama dan mempunyai
seorang kakak laki laki serta adik perempuan. Penulis dilahirkan
di Harjowinangun pada 11 Desember 1996.
Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-Fattah (2003-2004),
SD N 1 Tepung Sari (2004-2009), SMP N 1 Belitang (2009-2012), SMA N 1
Belitang (2012-2014). Penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi
FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Selama menempuh pendidikan S1, Penulis aktif di kegiatan organisasi sebagai
Garuda Muda BEM FKIP Unila (2015-2016). Penulis juga pernah mendapatkan
pengalaman sebagai asisten praktikum ekologi hewan pada semester 8.
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 2 Negara
Batin dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karta Jaya , Kecamatan Negara
Batin, Way Kanan.
ix
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyanyang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWTkarena atas karunia rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Teriring doa, rasa syukur, dan segala kerendahan hati.Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-
orang yang sangat berharga dalam hidupku:
Ayahku (H. Sudibyo, S.Pd.) dan Ibuku (Hj. Ngadilah, S.Pd.)Yang senantiasa mencintaiku dan menyayangiku dengan penuh kasih sayang,mendoakanku agar aku menjadi orang yang sukses, mengorbankan segalanyauntuk kebahagiaanku dan cita-citaku, menasehatiku agar aku menjadi pribadiyang lebih baik lagi dan tidak pernah menyerah, kalian merupakan motivasi
terbesarku dan aku berjanji akan membahagiakan kalian.
Kakakku (Nuzuli Aditya, S.Pd.) dan Adikku (Afifah)Untuk kakakku dan adikku satu-satunya yang ingin aku bahagiakan.
Yang selalu menghiburku dan menyayangiku.
Para Pendidikku (Guru dan Dosen)Yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, membimbingku tanpa lelah,
nasehat-nasehat yang berharga, dan kasih sayang yang tulus.
Teman-Teman Seperjuanganku Pendidikan Biologi Angkatan 2014Yang senantiasa membantuku, memberiku motivasi, memberikan kenangan yang
indah selama perkuliahan.
Almamaterku tercinta. Universitas Lampung
x
Motto
“Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan maka Allah memberikemudahan padanya di dunia dan akhirat. Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu
maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”(HR. Muslim)
"Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orangyang berilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”(Q.S. Al-Mujadillah: 11)
“Jika bisa dipermudah kenapa dipersulit, jika bisa dipercepat kenapa mesti diperlambat”(Joko Widodo)
xi
SANWACANA
Alhamdulillah Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunianya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul “PENGARUH MODEL ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA
PEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA TERHADAP
KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMP NEGERI 13 BANDAR
LAMPUNG BERKEMAMPUAN AKADEMIK BERBEDA”.
Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita. M.Si., selaku Ketua Jurursan PMIPA FKIP Universitas
Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
yang telah memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai
4. Dr. Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing I yang telah dengan
sabar membimbing hingga skripsi ini selesai,
5. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku pembimbing II atas bimbingan
dan motivasinya,
xii
6. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku pembahas atas kritik dan saran perbaikan
yang sangat berharga,
7. Ibu Retno dan siswa-siswi kleas VIII.4 dan VIII.5 SMP Negeri 13 Bandar
Lampung atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian berlangsung,
8. Ayah, Ibu, Mas Adit, dan Afifah yang tiada hentinya memberikan kasih
sayang, doa, motivasi, dan inspirasi serta memberikan banyak dukungan moril
dan materil kepada penulis,
9. Sahabat perjuangan tim skripsi ADI Cherry, Nurul, Herfita, Werda, Dewi,
Liza, Puput, Shella, dan Nurlida, atas bantuan, dukungan, motivasi, dan
kerjasamanya,
10. Sahabat-sahabat seperjuangan di bangku perkuliahan Dewie, Dara, Ulfa, dan
Nay, atas doa, bantuan, dan motivasi dalam menyusun skripsi ini,
11. Sahabatku sejak kecil Tia, Flatya, Shanty, Fera, Ajeng, Novi, dan Omyzha,
atas doa dan motivasi selama Penulis menyusun skripsi ini,
12. Teman seperjuangan KKN-PPL Esty, Anita, Anggun, Desti, Shindi, Merry,
Anisa, dan Kak Putu, atas doa dan motivasi selama Penulis menyusun skripsi.
13. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2014 dan 2015 atas kebersamaan selama
masa-masa perkuliahan,
14. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, Oktober 2018Penulis
Ninda Ningtyas
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................... xvDAFTAR GAMBAR .................................................................................. xviDAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1A. Latar Belakang dan Masalah ........................................................... 1B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8C. Tujuan Penelitian............................................................................. 9D. Manfaat Penelitian........................................................................... 10E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 12A. Pembelajaran IPA............................................................................ 12B. Model Pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) ................... 14C. Kemampuan Akademik................................................................... 19D. Keterampilan Argumentasi ............................................................. 21E. Analisis Materi Pokok Sistem Pencernaan...................................... 24F. Kerangka Pikir ................................................................................ 32G. Hipotesis Penelitian......................................................................... 35
III. METODE PENELITIAN..................................................................... 36A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 36B. Populasi dan Sampel ....................................................................... 36C. Desain Penelitian............................................................................. 37D. Prosedur Penelitian.......................................................................... 38E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 39F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 46G. Teknik Pengelompokkan Siswa ...................................................... 50
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 52A. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Argument-Driven
Inquiry (ADI) Terhadap Keterampilan Argumentasi Siswa ........... 52B.Pengaruh Kemampuan Akademik Siswa yang Berbeda Terhadap
Keterampilan Argumentasi Siswa................................................... 56C.Pengaruh Interaksi Antara Model Pembelajaran Argument Driven
Inquiry (ADI) dengan Kemampuan Akademik Berbeda Terhadap
xiv
Keterampilan Argumentasi Siswa................................................... 57D. Keterlaksanaan Pembelajaran Sistem Pencernaan Pada Manusia
dengan Model ADI.......................................................................... 58E. Keterlaksanaan Pembelajaran Sistem Pencernaan Pada Manusia
dengan Model Konvensional........................................................... 60F. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Sistem Pencernaan Pada
Manusia dengan Model ADI ........................................................... 61G. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Sistem Pencernaan Pada
Manusia dengan Model Konvensional ............................................ 63H. Pembahasan ..................................................................................... 64
V SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 68DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 70
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kerangka Analisis Keterampilan Argumentasi Ilmiah ........................... 242. Rancangan Penelitian Faktorial 2x2 ....................................................... 373. Denah Perlakuan Faktorial 2x2............................................................... 374. Kerangka Analisis Keterampilan Argumentasi Ilmiah ........................... 415. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran................................... 436. Interpretasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ................................. 447. Angket Tanggapan Siswa........................................................................ 458. Kriteria Pengelompokkan Siswa............................................................. 519. Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogrof Smirnov Test ............... 5210. Uji Homogenitas Data Pretest dengan Levene’s Test of
Equality of Error Variances.................................................................... 5311. Uji Homogenitas Data Postest dengan Levene’s Test of
Equality of Error Variances.................................................................... 5312. Hasil Uji Pengaruh Antar Subyek .......................................................... 5413. Data Keterampilan Argumentasi Sebelum dan Sesudah Penerapan
Model Pembelajaran ADI....................................................................... 5514. Perbandingan Rerata Nilai Keterampilan Argumentasi pada
Kedua Model Pembelajaran .................................................................... 5515. Keterampilan Argumentasi Pada Siswa Berkemampuan Akademik
Atas dan Bawah ..................................................................................... 5616. Keterampilan Argumentasi Pada Siswa Berkemampuan Akademik
Atas dan Bawah dengan Model yang Berbeda ....................................... 5717. Hasil Analisis Keterlaksanaan Sintaks ADI melalui Pengamatan
Aktivitas Guru dan Siswa ....................................................................... 5918. Hasil Analisis Keterlaksanaan Sintaks Model Konvensional
melalui Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa ..................................... 6119. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Sistem Pencernaan Pada
Manusia dengan Model ADI .................................................................. 6220. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Sistem Pencernaan Pada
Manusia dengan Model Konvensional ................................................... 63
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Tahapan Model Pembelajaran ADI .......................................... 182. Skema Argumentasi Toulmin .............................................................. 233. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ................................. ....................... 34
4. Bagan Hubungan Antar Variabel Bebas, Variabel Terikat, danVariabel Moderat ................................................................................. 34
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Kisi-Kisi Pedoman Kuisioner Guru ..................................................... 762. Lembar Kuesioner Guru ...................................................................... 773. Kisi-Kisi Kuesioner Siswa ................................................................... 824. Lembar Kuesioner Siswa ..................................................................... 835. Lembar Observasi Laboratorium ......................................................... 856. Lembar Observasi Pembelajaran ......................................................... 877. Silabus Sistem Pencernaan Pada Manusia ........................................... 908. RPP Sistem Pencernaan Pada Manusia untuk Kelas Eksperimen ....... 929. RPP Sistem Pencernaan Pada Manusia untuk Kelas Kontrol .............. 10110. Contoh LKPD dan Kunci Jawaban Kelas Eksperimen ....................... 10611. Contoh LKPD dan Kunci Jawaban Kelas Kontrol............................... 11912. Instrumen Tes Keterampilan Argumentasi .......................................... 12313. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran................................ 12914. Lembar Kuesioner Tanggapan Siswa .................................................. 13415. Data Nilai Keterampilan Argumentasi................................................. 13516. Data Nilai Kemampuan Akademik ...................................................... 13917. Data Rerata Keterampilan Argumentasi Sebelum dan Sesudah
Penerapan Model Pembelajaran ADI................................................... 14118. Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 14219. Hasil Uji Homogenitas......................................................................... 14420. Hasil Uji Ankova ................................................................................. 14521. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) ................................................. 14622. Data Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ADI
Oleh Guru............................................................................................. 14723. Data Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ADI
Oleh Siswa ........................................................................................... 14924. Data Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Konvensional Oleh Guru ..................................................................... 15125. Data Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Konvensional Oleh Siswa .................................................................... 15226. Data Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Model ADI .............. 15327. Data Tanggapan Siswa Terhdap Pembelajaran Model
Konvensional ....................................................................................... 15528. Contoh Hasil Pretes dan Postes Siswa ................................................. 157
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pada saat ini bangsa Indonesia sudah memasuki abad 21, dimana tantangan
global sangatlah banyak, salah satunya dibidang pendidikan. Tuntutan tersebut
diantaranya adalah siswa membutuhkan pikiran, komunikasi tulis dan verbal,
kerja tim, kreativitas, keterampilan meneliti, dan kemampuan memecahkan
masalah untuk bersaing dan tumbuh dengan baik di masa depan. Namun
demikian, menurut Sudiarta (2015, dalam Widowati, 2015: 3) lingkungan
pendidikan di Indonesia kurang mendukung berkembangnya keterampilan
tersebut pada siswa. Pengembangan berbagai keterampilan tersebut masih
rendah. Hal ini berdampak terhadap prestasi siswa Indonesia di dunia
Internasional, khususnya pada mata pelajaran IPA.
Berdasarkan hasil studi PISA (Programme for Internasional Student
Assessment) diketahui bahwa prestasi siswa di Indonesia dibidang IPA
menduduki peringkat 60 dari 69 negara peserta pada tahun 2012. Peringkat
tersebut diketahui bahwa siswa Indonesia masih rendah dalam kemampuan
literasi sains yaitu diantaranya mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan
fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan
peralatan sains (PISA result, 2014: 232). Rendahnya peringkat tersebut dapat
2
menggambarkan bagaimana sistem pembelajaran yang ada di Indonesia yaitu
kurang sesuainya penerapan pola pendidikan yang ada dengan tuntutan dan
kebutuhan siswa. Selama ini pola pengajaran yang terjadi hanya menuntut pada
hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa melihat bagaimana proses yang
harus dijalani.
Pada abad 21 ini, masalah-masalah sosial ilmiah terus berkembang dalam
lingkungan masyarakat melalui media cetak dan media lainnya seperti rekayasa
genetika, teknologi reproduksi, keamanan pangan, pemanfaatan nuklir, bayi
tabung dan lain sebagainya. Masalah–masalah seperti ini menuntut siswa untuk
dapat membuat keputusan pribadi dan memberikan argumentasinya agar tidak
terjebak dalam isu–isu negatif yang menyebar dimasyarakat. Menurut Silviana
(2015: 547), siswa sebagai generasi masa depan, dipersiapkan untuk terampil
mengambil peran dalam masalah yang terkait sosial-ilmiah. Maka dari itu,
pembelajaran sains sudah seharusnya menghubungkan konsep sains dalam
permasalahan sosial. Berdasarkan alasan–alasan yang dikemukakan,
pembelajaran di sekolah perlu membekali dan melatih siswa dengan
kemampuan berargumentasi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Bell & Linn
(2002, dalam Bricker & Bell, 2008: 474) yang menyatakan bahwa dalam
pembelajaran sains perlu dimasukkan keterampilan argumentasi, karena dapat
digunakan untuk membantu siswa untuk terlibat dalam kontruksi gagasan
ilmiah serta belajar tentang bagaimana cara kerja ilmiah. Menurut Cho &
Jonassen (2002: 5) keterampilan argumentasi menyangkut kemampuan
penalaran informal dan melibatkan pemecahan masalah, membuat pernyataan,
3
mengambil keputusan yang didukung dengan data dan bukti serta membentuk
sebuah gagasan dan ide.
Pentingnya pengembangan argumentasi dalam pembelajaran juga diungkapkan
oleh beberapa ahli, yaitu menurut Keraf (2010:3) argumentasi adalah suatu
usaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka percaya
dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara. Dalam mengemukakan argumentasi, untuk membuktikan pendapat
tersebut benar atau tidak maka seseorang harus mengumpulkan sejumlah fakta.
Penggunaan argumen adalah penting untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam memahami serta mempraktekkan cara berdebat secara ilmiah dan
valid agar dapat menguak inti pengetahuan sains (Osborne, 2004: 996). Dalam
pendidikan sains, siswa harus memiliki kesempatan untuk terlibat dalam
kegiatan yang mengharuskan mereka menggunakan bahasa dan penalaran sains
dengan sesame siswa dan guru agar mengetahui cara membangun dan
mengevaluasi argumen ilmiah (Osborne, 2004: 48).
Untuk mengembangkan kemampuan argumentasi pada siswa, maka diperlukan
sebuah model pembelajaran yang bisa memfasilitasinya. Bilig dan Khun (1996,
dalam Osborne, 2004: 996) menyatakan bahwa proses pembelajaran yang
melibatkan argumen dalam pembelajaran harus melibatkan siswa pada kegiatan
diskusi kelompok sehingga siswa dapat memiliki kesempatan untuk berlatih
metode ilmiah dalam menyetujui dan menyanggah ide–ide mereka selain
mempelajari konsep. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
4
melatih keterampilan argumentasi siswa adalah dengan menerapkan model
inkuiri. Menurut Hamalik (2003: 220) pembelajaran inkuiri merupakan suatu
model pembelajaran yang berpusat pada siswa, kelompok-kelompok siswa
dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban atas pertanyaan
pertanyaan. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
dapat membantu siswa untuk mengintegrasikan konsep-konsep yang telah
mereka ketahui sebelumnya dengan peristiwa-peristiwa yang mereka amati di
laboratorium.
Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan pada bulan November terhadap 18
guru IPA SMP baik swasta maupun negeri di Kota Bandar Lampung yang telah
menerapkan kurikulum 2013, didapatkan data bahwa 82% guru telah
menerapkan model inkuiri dalam kegiatan pembelajaran IPA. Namun, dalam
pelaksanaanya penggunaan inkuiri belum memberdayakan keterampilan
argumentasi siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil angket bahwa hampir semua
(89%) guru belum pernah menilai keterampilan argumentasi siswa sebagai
bagian dari evaluasi proses dan hasil belajar. Demikian juga dengan SMP
Negeri 13 Bandar Lampung. Hasil wawancara dengan guru-guru IPA di SMP
Negeri 13 Bandar Lampung menunjukkan bahwa pembelajaran untuk materi
pada sistem pencernaan pada manusia belum menggunakan model ADI. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sampson & Gleim (2009, dalam Demircioglu & Ucar,
2015: 268) bahwa beberapa guru IPA memiliki masalah dalam
mengintegrasikan argumentasi dan menggunakan penyelidikan ilmiah di kelas
5
mereka, serta melibatkan siswa ikut dalam penelitian ilmiah untuk membantu
mereka memahami perkembangan konsep penting dalam sains.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilaksanakan pada 1.193 siswa dari 25
sekolah SMP di kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa semua siswa
menyatakan keterampilan argumentasi perlu dimiliki oleh mereka. Meskipun
demikian, dari total 1193 siswa, 63% menyatakan mampu berbicara lancar dan
berani menyatakan pendapat didepan kelas, 70% menyatakan tertarik
memberikan komentar terhadap pendapat orang lain, 77% dapat memberikan
alasan yang kuat untuk mendukung suatu pendapat, dan 59% merasa yakin
dapat memberikan sanggahan terhadap suatu pendapat. Hasil ini menunjukkan
bahwa siswa tersebut memiliki potensi untuk dapat mengembangkan
keterampilan argumentasi jika mereka dilibatkan dalam wacana argumentatif.
Berdasarkan hasil observasi terhadap kondisi laboratorium di 13 SMP se-
Bandar Lampung, menunjukkan bahwa keadaan laboratorium sudah cukup
baik dan sesuai dengan standar prosedur laboratorium IPA. Dengan demikian,
laboratorium pada beberapa sekolah tersebut dapat menunjang proses
pembelajaran IPA yang menerapkan model pembelajaran ADI khususnya di
SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan hasil analisis angket
guru terhadap guru-guru IPA SMP se-Bandar Lampung bahwa semua guru
sudah melaksanakan kegiatan praktikum di dalam laboratorium. Model
pembelajaran ADI dirancang untuk membuat kegiatan laboratorium lebih
edukatif bagi siswa, karena siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan
6
kemudian merenungkan apa yang mereka ketahui dan apa yang telah mereka
pelajari selama di laboratorium (Sampson, dkk., 2012: 1).
Argument-Driven Inquiry (ADI) adalah salah satu model pembelajaran yang
merupakan pengembangan dari inkuiri dan terbukti dapat mengembangkan
keterampilan argumentasi. Namun demikian, hasil survei menunjukkan bahwa
guru di SMP Negeri 13 Bandar Lampung belum pernah menggunakan model
pembelajaran ADI dalam kegiatan pembelajaran.
Sistem pencernaan pada manusia termasuk dalam materi pokok yang diajarkan
pada siswa kelas VIII SMP/MTs. Dalam mempelajari materi pokok tersebut,
siswa diharapkan dapat mencapai Kompetensi Dasar (KD) 3.5 yaitu
menganalisis sistem pencernaan pada manusia dan memahami gangguan yang
berhubungan dengan sistem pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan sistem
pencernaan dan KD 4.5 menyajikan hasil penyelidikan tentang pencernaan
mekanis dan kimiawi. Model pembelajaran ADI diyakini tepat untuk
digunakan karena materi sistem pencernaan pada manusia merupakan materi
yang objeknya nyata dan dapat dilihat langsung oleh siswa. Siswa dapat
mengobservasi fenomena yang berkaitan dengan sistem pencernaan pada
manusia secara langsung, sehingga siswa tidak sulit merancang penyelidikan
ilmiah. Hal ini didasarkan penelitian bahwa model pembelajaran ADI
merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain untuk membantu
siswa dalam memahami penjelasan ilmiah, belajar cara menghasilkan bukti
ilmiah, dan merefleksikan pengetahuan ilmiah kepada siswa untuk
7
mengembangkan metode mereka sendiri dalam memperoleh data, melakukan
investigasi, menggunakan data untuk menjawab pertanyaan penyelidikan,
menulis, dan berpikir lebih reflektif. Model ADI memberikan kesempatan bagi
siswa untuk terlibat dalam argumentasi ilmiah dan peer-review (Sampson,
dkk., 2010: 219).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran ADI dapat
mengembangkan keterampilan argumentasi siswa. Dalam beberapa tahun
terakhir, semakin banyak penelitian tentang keterampilan argumentasi pada
pembelajaran sains melalui model pembelajaran ADI. Ginanjar, dkk (2015: 37)
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ADI dapat
meningkatkan kemampuan argumentasi ilmiah siswa SMP, baik argumentasi
lisan maupun argumentasi tertulis. Marhamah, dkk (2017: 51) menyimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran ADI dapat meningkatkan kemampuan
berargumentasi siswa pada konsep Pencemaran Lingungan di kelas X SMA
Negeri 1 Ciawigebang. Fauzia (2014: 64) menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran ADI dengan metode investigasi sains berpengaruh
terhadap peningkatan kemampuan argumentasi siswa. Demikian pula
Demircioglu & Ucar (2015: 267) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
model pembelajaran ADI merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan
prestasi akademik dan proses sains siwa.
Selain model pembelajaran, kemampuan berargumentasi siswa juga
dipengaruhi oleh faktor lain, salah satunya yaitu kemampuan akademik siswa.
8
Aspek ini perlu dipahami karena kemampuan akademik yang berbeda juga
berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar siswa. Dengan kata lain,
tingkat keberhasilan belajar seseorang dapat dipengaruhi dari kemampuan
akademiknya. Kemampuan akademik dapat dikategorkan menjadi tiga
kategori, yakni kemampuan akademik atas, sedang, dan bawah (Nasution, 1988
dalam Muhlisin, 2016: 495). Menurut Nurmaliah (2009: 18-21) kemampuan
akademik mempengaruhi tingkat berpikir dan siswa berkemampuan akademik
tinggi mempunyai tingkat penalaran lebih baik dibanding dengan yang
berkemampuan akademik rendah. Adanya pengaruh kemampuan akademik
terhadap keberhasilan belajar memberi informasi bahwa dalam proses belajar
mengajar perlu memperhatikan kemampuan akademik yang berbeda (Muhlisin,
2016: 495).
Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan di atas dan mengingat pentingnya
kemampuan argumentasi pada siswa, maka perlu dilakukan penelitian untuk
membekali siswa agar mereka dapat memiliki kemampuan argumentasi yang
baik. Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Argument–Driven Inquiry (ADI) pada Pembelajaran
Sistem Pencernaan pada Manusia terhadap Keterampilan Argumentasi pada
Siswa SMP Negeri 13 di Bandar Lampung Berkemampuan Akademik
Berbeda”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
9
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Argument–
Driven Inquiry (ADI) yang signifikan pada pembelajaran system
pencernaan pada manusia terhadap keterampilan argumentasi siswa kelas
VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung?
2. Apakah kemampuan akademik yang berbeda berpengaruh secara signifikan
terhadap keterampilan argumentasi siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Bandar Lampung?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model
pembelajaran ADI dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan
argumentasi siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Signifikansi pengaruh dari penggunaan model Argument –Driven Inquiry
(ADI) pada pembelajaran system pencernaan pada manusia terhadap
keterampilan argumentasi siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar
Lampung.
2. Signifikansi pengaruh dari kemampuan akademik siswa yang berbeda
terhadap keterampilan argumentasi siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Bandar Lampung.
3. Signifikansi pengaruh antara model pembelajaran ADI dengan kemampuan
akademik berbeda terhadap keterampilan argumentasi siswa kelas VIII
SMP Negeri 13 Bandar Lampung.
10
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
mengajar dengan menggunakan model Argument-Driven Inquiry (ADI)
pada materi sistem pencernaan pada manusia di kelas VIII SMP Negeri 13
Bandar Lampung.
2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar siswa yang berbeda
untuk dapat meningkatkan kemampuan argumentasi siswa dalam belajar
biologi.
3. Bagi guru, dapat memberikan informasi tentang penerapan model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata pelajaran biologi di SMP.
4. Bagi sekolah dapat dapat dijadikan bahan masukan dalam usaha
meningkatkan mutu pembelajaran biologi agar dalam menyusun perangkat
pembelajaran memikirkan model yang dapat mengembangkan keterampilan
argumentasi siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) merupakan sebuah
model pembelajaran berorientasi inkuiri yang menekankan pada kegiatan
berargumentasi, penyelidikan, menulis, dan mereview. Sintaks model ADI
meliputi delapan tahap, yaitu: (1). Identifikasi masalah; (2). Merancang
metode dan mengumpulkan data; (3). Membuat argumen tentatif; (4). Sesi
argumentasi; (5).Penulisan laporan investigasi masing-masing siswa;
11
(6). Double-blind peer review; (7). Revisi laporan berdasarkan hasil dari
peer review; (8). Diskusi eksplisit dan reflektif tentang penyelidikan
2. Kemampuan akademik adalah kemampuan siswa yang ditunjukkan oleh
nilai raport mata pelajaran IPA pada jenjang kelas sebelumnya yaitu kelas
VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Kemampuan akademik berbeda
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok atas, sedang, dan bawah.
Untuk menentukannya kelompok ini dengan mengurutkan nilai siswa,
kemudian diambil 33,3% siswa urutan teratas mewakili siswa
berkemampuan akademik atas, 33,3% siswa urutan tengah-tengah mewakili
siswa berkemampuan akademik sedang, dan 33,3% siswa urutan terbawah
mewakili siswa berkemampuan akademik bawah.
3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Bandar Lampung yang menggunakan kurikulum 2013 dengan jumlah
sampel sebanyak 10 kelas.
4. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 13 Bandar
Lampung sebanyak 2 kelas sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.
5. Materi yang diteliti adalah materi pada KD (Kompetensi Dasar) 3.5 yaitu
menganalisis sistem pencernaan pada manusia dan memahami gangguan
yang berhubungan dengan sistem pencernaan, serta upaya menjaga
kesehatan sistem pencernaan dan KD 4.5 menyajikan hasil penyelidikan
tentang pencernaan mekanis dan kimiawi.
6. Keterampilan argumentasi diukur menggunakan tes berbentuk essay. Tes
dikembangkan dengan mengacu kepada The Competiting Theories
Category oleh Osborne, dkk (2004).
12
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
Pendidikan merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Menurut
Wisudawati (2013: 5) mengatakan bahwa perkembangan kurikulum di
Indonesia pada tahun 2013 untuk pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik dan menuntut guru
memiliki kreativitas dan pola berpikir tingkat tinggi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran IPA dikelas. Sebagai suatu disiplin ilmu, IPA mempunyai objek,
persoalan dan metode pemecahan masalah (Djohar, 2006: 1).
Pembelajaran IPA idealnya tidak hanya mempelajari tentang produk saja,
tetapi juga memperhatikan aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat
benar-benar memahami IPA secara utuh sesuai dengan hakikat IPA. Oleh
karena itu, guru sebaiknya menyiapkan pengalaman belajar bagi siswa yang
menekankan pada aspek produk, proses, sikap, dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. IPA sebagai mata pelajaran mengandung tiga aspek,
ialah produk IPA, proses IPA, dan sikap IPA (Djohar, 2006: 2). Proses ilmiah
adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilaksanakan dalam rangka menemukan
produk ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi,
memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah
13
meliputi prinsip, konsep, hukum, dan teori. Produk ilmiah berupa pengetahuan-
pengetahuan alam yang telah ditemukan dan diuji secara ilmiah. Sikap ilmiah
merupakan keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau
mengembangkan pengetahuan baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati,
obyektif, dan jujur (Bundu, 2006: 11). Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa IPA menurut hakikatnya adalah suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah dan sikap ilmiah
melalui suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan
mempelajari IPA haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai
proses ilmiah. Seseorang dapat menemukan pengetahuan baru dan
menanamkan sikap yang ada dalam dirinya melalui proses ilmiah tersebut.
Pembelajaran IPA, menurut Rohandi (1998: 113) merupakan proses konstruksi
pengetahuan (sains) melalui aktivitas berpikir anak. Peserta didik dibimbing
untuk menelusuri masalah, mencari penjelasan mengenai fenomena yang
dilihat, dan melakukan eksperimen untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Sedangkan menurut Herawati (2000: 113) pembelajaran IPA
merupakan integrasi antara proses inkuiri dan pengetahuan sehingga
pengembangan konsep IPA harus dikaitkan dengan pengembangan
keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah. Peserta didik dilatih untuk
mengembangkan keterampilan menjelajah lingkungan dan memecahkan
masalah. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
14
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-
hari (Trianto, 2014: 53). Menurut Cullingford (dalam Rohandi, 2009: 118),
pembelajaran IPA seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal
ini penting agar siswa tidak hanya diberikan teori saja tanpa mengetahui
proses lahirnya teori tersebut. Dengan demikian, siswa tidak sekedar
menghafal melainkan memahami teori. Selain itu, pembelajaran tersebut
dapat mendorong siswa untuk mengekspresikan kreativitasnya,
mengembangkan cara berpikir logis, dan kemampuan untuk
membangkitkan penjelasan ilmiah.
B. Model Pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI)
Secara umum sains merupakan kegiatan pembentukan argumen–argumen
ilmiah dengan cara mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan
memperdebatkan beragam penjelasan atas suatu fenomena (Osborne, 2004:
996). Sebagai inovator dalam pembelajaran, guru harus bisa menetukan model
pembelajaran yang akan digunakan agar tujuan belajar tercapai. Dalam
menentukan model pembelajaran guru juga harus memperhatikan faktor yang
lainnya yaitu karakteristik materi dan ketersediaan sarana prasarana yang ada
di sekolah.
Model pembelajaran ADI merupakan model yang efektif untuk meningkatkan
prestasi akademik dan keterampilan sains siswa yang dapat disesuaikan untuk
kelas laboratorium ( Demircioglu & Ucar, 2015: 267). Model pembelajaran
15
ADI dikembangkan oleh Sampson & Gleim (2009: 465) sebagai model
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan siswa dengan cara melakukan penyelidikan di laboratorium
sehingga siswa dapat berkontribusi melalui argumentasi ilmiah, membaca, dan
menulis.
Model pembelajaran ADI dirancang untuk mencapai tujuan dari penyelidikan
ilmiah sebagai upaya untuk mengembangkan sebuah argumen yang
mendukung penjelasan dari suatu pertanyaan penelitian (Sampson & Gleim,
2009: 465). Model pembelajaran ADI berbeda dengan metode lainnya yaitu
siswa memiliki kesempatan untuk merancang dan menemukan penelitian
sendiri, mengumpulkan dan menganalisis data, serta terlibat dalam proses
argumentasi dimana mereka dapat berbagi dan mendukung ide-ide mereka.
Metode ini terdiri dari peer review yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengoreksi kekurangan mereka (Demircioglu & Ucar, 2015: 269).
Model pembelajaran ADI dirancang untuk membuat kegiatan laboratorium
lebih edukatif bagi siswa karena siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan
kemudian memikirkan apa yang mereka ketahui dan apa yang telah mereka
pelajari selama di laboratorium (Sampson, dkk., 2012: 1). Beberapa hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ADI dapat
mengembangkan keterampilan argumentasi siswa. Sampson, dkk (2012: 7)
melaksanakan penelitian pada siswa SMA. Hasil penelitiannya menyimpulkan
16
bahwa siswa memiliki keterampilan dan pemahaman tentang sifat dari
penyelidikan ilmiah serta menghasilkan argumen yang lebih baik setelah
menggunakan model pembelajaran ADI. Selain itu, hasil penelitian
Demircioglu & Ucar (2015: 267) menyimpulkan bahwa model pembelajaran
ADI merupakan model yang efektif untuk meningkatkan prestasi akademik dan
proses sains siswa, dan itu bisa disesuaikan untuk kelas laboratorium. Fauzia
(2014: 64) melaksanakan penelitian pada siswa SMA Negeri di Kota Garut.
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ADI
dengan metode investigasi sains berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan argumentasi siswa.
Sintaks model pembelajaran ADI terdiri dari delapan tahap, yaitu: 1). Tahap
identifikasi masalah; 2). Tahap merancang metode dan mengumpulkan data;
3). Tahap membuat argumen tentatif; 4). Tahap sesi argumentasi; 5). Tahap
penulisan laporan investigasi masing-masing siswa; 6). Tahap double-blind
peer review; 7). Revisi laporan berdasarkan hasil dari peer review; 8). Tahap
diskusi eksplisit dan reflektif tentang penyelidikan (Sampson & Gleim, 2009:
2). Keseluruhan tahap dalam model pembelajaran ADI ditunjukkan pada
Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat bahwa model pembelajaran ADI
dirancang untuk memastikan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk terlibat
dalam praktikum selama penyelidikan laboratorium dan menerima umpan balik
serta bimbingan eksplisit dalam penyelidikan ilmiah agar siswa dapat
meningkatkan kemampuan sains mereka selama proses kegiatan pembelajaran
berlangsung (Sampson, dkk., 2012: 3-4).
17
Tahap pertama model pembelajaran ADI adalah identifikasi masalah. Pada
tahap identifikasi masalah guru menjelaskan topik permasalahan yang akan
dipelajari dalam kegiatan laboratorium. Tahap ini dirancang untuk menarik
perhatian siswa agar menyelesaikan masalah berdasarkan fenomena yang
disajikan guru. Tahap kedua adalah merancang metode dan mengumpulkan
data. Pada tahap ini siswa bekerja dalam kelompok kolaboratif berdiskusi
mengenai prosedur pengumpulan data untuk mengatasi masalah atau menjawab
pertanyaan penelitian. Selanjutnya, tahap membuat argumen tentatif dimana
siswa diminta untuk membangun sebuah argumen yang terdiri dari penjelasan,
bukti, dan alasan. Pada tahap keempat yaitu sesi argumentasi, dimana siswa
dari masing-masing kelompok dapat berbagi argumen dan memberi sanggahan
terhadap argumen kelompok lain serta mengkritik pekerjaan orang lain untuk
menentukan claim yang paling valid atau bisa diterima. Pada tahap kelima
yaitu penulisan laporan investigasi masing-masing siswa yang didalamnya
berisi tujuan penyelidikan, metode yang digunakan, dan memberikan argumen
yang beralasan. Kemudian, pada tahap keenam yaitu double-blind peer review
yang dilakukan secara berpasangan dengan kelompok. Lembar review sebagai
rubrik penilaian laporan investigasi digunakan untuk mengevaluasi kualitas
laporan investigasi dan memberi ruang kepada siswa dalam memberikan
umpan balik kepada kelompok lainnya. Kelompok yang mereview berhak
memutuskan apakah laporan investigasi dapat diterima atau perlu direvisi
berdasarkan kriteria pada lembar review. Tahap ketujuh, yaitu revisi laporan.
Pada tahap ini laporan investigasi yang telah direview dikembalikan ke
kelompok asalnya untuk ditulis ulang berdasarkan review. Tahap terakhir yaitu
18
diskusi eksplisit dan reflektif tentang penyelidikan yang bertujuan untuk
menyediakan tempat bagi siswa menyimpulkan tentang apa yang telah mereka
pelajari selama penyelidikan (Sampson & Gleim, 2009: 2-6).
Adapun sintaks model pembelajaran ADI menurut Sampson, dkk (2012: 2)
adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Tahapan Model Pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI)
Sumber: (Sampson, dkk., 2012: 2)
Stage 1 : Identification of The Task and the Research
Question
Stage 2 :Collect and Analyze
Data
Stage 3 : Develop a Tentative Argument
Stage 4 : Argumentation Session
Stage 5 : Write an Investigation Report
Stage 6 :Double
Blind Group
Peer Preview
Stage 8: Explicit and Reflective Discussion
Stage 7: Revises
and Submits
his/her Report
Collect
Additional
Data
If needed,
groups can...
If needed,
groups can...
Individual
student then..
Small groups of student then...
Groups then...
Each group then shares their argument during an...
Individual students then...
The reports then go through a..
The teacher then lead a...
Each
student then...
19
C. Kemampuan Akademik
Kemampuan akademik menurut Muhlisin (2016: 495) merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi proses berpikir seseorang. Siswa akademik atas
lebih mampu merencanakan, memilih strategi dalam melaksanakan tugas, dan
mampu mengevaluasi apa yang telah dilakukannya dibandingkan siswa
akademik rendah. Menurut Krishnawati dan Suryani (2010 dalam Fauzi, 2013:
14 ) kemampuan akademik adalah bagian dari kemampuan intelektual yang
umumnya tercermin dalam prestasi akademik (nilai hasil belajar). Prestasi
akademik terdiri dari dua definisi kelompok besar yang digunakan saat menilai
prestasi akademik. Kelompok pertama menurut Gbati (1988 dalam Coetzee,
2011: 20) yaitu prestasi akademik mengacu pada nilai numerik pengetahuan
siswa yang mengukur tingkat adaptasi siswa terhadap karya akademik dan
sistem pendidikan. Kelompok kedua menurut Khadivi (1982 dalam Coetzee,
2011: 20) adalah akademik bergantung pada prestasi akademik siswa dan pada
dirinya sendiri.
Kemampuan akademik awal siswa dapat digunakan sebagai indikator
pengetahuan awal siswa yang akan berpengaruh terhadap hasil pencapaian
belajar. Seperti yang dinyatakan oleh Bransford, dkk (2000, dalam Fauzi 2013:
17) secara signifikan pengetahuan awal, keterampilan, dan konsepsi
mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat, memberi alasan,
memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan baru.
20
Tingkat keberhasilan belajar seseorang dapat dipengaruhi dari kemampuan
akademiknya. Kemampuan akademik dapat dikategorikan menjadi 3, yakni :
kemampuan akademik atas, sedang, dan bawah. Setiap kategori tentunya
mempunyai perbedaan lama waktu dalam memahami sesuatu konsep atau
materi tertentu (Nasution, 1988 dalam Muhlisin, 2016: 495). Hal ini sesuai
dengan yang kemukakan oleh Joyce, dkk (2009, dalam Muhlisin 2016: 495)
bahwa waktu menyebabkan kemampuan akademik menjadi berbeda. Waktu
lebih lama akan dibutuhkan oleh siswa kemampuan akademik rendah untuk
memahami konsep dibanding siswa kemampuan akademik atas. Jika diberikan
waktu lebih banyak siswa kemampuan akademik bawah akan berhasil
mencapai target kognitif tertentu seperti siswa akademik atas.
Menurut Nurmaliah (2009: 18-21) kemampuan akademik mempengaruhi
tingkat berpikir dan siswa berkemampuan akademik tinggi mempunyai tingkat
penalaran yang lebih baik dibanding dengan siswa yang berkemampuan
akademik rendah. Adanya pengaruh kemampuan akademik terhadap tingkat
keberhasilan memberikan informasi bahwa dalam proses pembelajaran perlu
memperhatikan kemampuan akademik berbeda, khususnya agar bisa
mensejajarkan kemampuan akademik bawah dengan kemampuan akademik
atas. Seperti yang dinyatakan oleh Muhlisin (2016: 495) strategi atau model
pembelajaran menjadi hal penting untuk dapat menyesuaikan kesenjangan
antara kemampuan akademik atas dan akademik bawah.
21
D. Keterampilan Argumentasi
Argumentasi adalah kegiatan verbal yang bisa dilakukan secara lisan maupun
tertulis. Argumentasi juga merupakan kegiatan sosial dan rasional yang
bertujuan untuk menyakinkan orang lain secara logika agar mereka percaya
dan terpengaruh dengan sudut pandang penulis atau pembicara (Eemeren, dkk.,
2002: 1-2). Selain itu, menurut Binkley (1995: 138 dalam Driver, dkk., 2000:
292) melalui argumentasi penulis atau pembicara berusaha untuk
mempengaruhi keputusan orang lain dengan membujuk orang lain untuk
mendukung keputusannya. Inilah sebabnya mengapa, ketika pendapat kita telah
dipengaruhi oleh alasan orang lain, kita berpikir bahwa yang membuat kita
yakin bukan penulis atau pembicara melainkan alasan yang disampaikan juga.
Argumentasi merupakan suatu pernyataan yang diberikan kepada orang lain
dengan menyertakan bukti dan alasan logis supaya dapat diterima oleh
pendengar. Argumentasi dalam pembelajaran sains sangat diperlukan untuk
membangun pondasi yang kuat dalam memahami suatu konsep.
Argumen sangat penting karena untuk mengetahui pandangan mana yang lebih
baik daripada yang lain. Argumen adalah bagaimana kita menjelaskan dan
mempertahankannya. Argumen yang bagus tidak hanya mengulang kesimpulan
tetapi, memberikan alasan dan bukti sehingga dapat meyakinkan orang lain
(Weston, 2000: 11-12). Namun, agar argumen dapat dianggap meyakinkan,
mereka harus konsisten dengan kriteria epistemologis yang digunakan oleh
ilmuwan besar yaitu "apa yang dipercaya" sebagai pengetahuan ilmiah yang
valid dan dapat dipertanggungjawabkan (Sampson & Clark, 2008: 448-449).
22
Dengan berargumentasi, siswa ditantang untuk menyatakan pendapatnya
sendiri mengenai suatu fenomena dengan mengesampingkan pendapat yang
sudah ada sebelumnya. Penting bagi guru dan siswa untuk memahami
bagaimana argumen dalam sains berbeda dari argumen yang digunakan dalam
konteks sehari-hari (Sampson & Schleigh, 2016: 9). Oleh karena itu,
argumentasi perlu dianggap serius oleh siswa dan diajarkan secara eksplisit di
kelas sains melalui pengajaran dan metode pemodelan yang tepat (Duschl &
Osborne, 2002 dalam Demircioglu & Ucar, 2015: 268).
Kualitas argumen ilmiah seseorang dapat dievaluasi dengan menggunakan 4
indikator yakni pemberian claim yang sesuai dengan pertanyaan, menganalisis,
data untuk menguatkan claim, memberikan penjelasan yakni menghubungkan
data dengan claim, serta memberikan teori yang sesuai (Sampson, dkk., 2010:
221). Indriati (2001: 79) menyatakan bahwa argumentasi yang kuat harus
mengandung lima ciri-ciri. Lima ciri-ciri tersebut antara lain: 1). klaim (claim),
2). bukti afirmatif (setuju) dan bukti kontradiktif (bantahan), 3).
garansi/justifikasi (warrant), 4). kompromi (concessions), 5). sumber aset
(reservations).
Stephen Toulmin mengembangkan suatu pola argumentasi yang dikenal
sebagai Toulmin`s Argumentation Pattern (TAP). TAP memiliki enam
komponen utama yaitu data, claim (pendirian), warrant (dasar kebenaran),
backing (dukungan), qualifiers (modalitas), dan reservation. Berikut ini skema
TAP adalah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
23
Gambar 2. Toulmin`s Argumentation Pattern
Sumber: (Sampson & Clark, 2008: 450).
Pola argumentasi Stephen Toulmin sangat efektif digunakan untuk mengukur
kemampuan berargumentasi seseorang. Menurut Toulmin (2003: 94-101 dalam
Sampson & Clark, 2008: 450-451) enam kategori penting dalam argumentasi
yaitu: claim, data, warrant, backing, quallifier, dan rebuttal. Deskripsi dari 6
kategori dalam Model Argumen Toulmin adalah sebagai berikut: claim
merupakan pernyataan yang tidak beralasan. Data merupakan fakta yang
digunakan untuk membuktikan claim. Warrant merupakan pernyataan logis
yang membuktikan hubungan data dengan claim. Backing adalah teori dasar
yang mendukung warrant sehingga hubungan antara data dan klaim tidak akan
dipertanyakan. Rebuttal adalah sebuah bantahan dari argumen. Quallifer
merupakan pernyataan yang membatasi argumen atau bantahan dari argumen.
Toulmin menjelaskan proses pembuatan argumen ilmiah meliputi
menggunakan data, warrant, dan backing untuk meyakinkan orang lain tentang
keabsahan klaim tertentu (Driver, dkk., 2000: 287-313).
Data So.(Quallifier). Claim
On account of....
Backing
Since....
Warrant
Unless...
Rebuttal
24
Kerangka kerja analisis argumentasi berdasarkan TAP dimodifikasi oleh
Osborne, dkk (2004: 1008) untuk mengukur kualitas keterampilan argumentasi
disajikan dalam Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Kerangka Analisis Keterampilan Argumentasi Ilmiah Kategori Keterangan
Level 1 Argumentasi berupa claim sederhana dengan claim
berlawanan
Level 2 Argumentasi berupa claim dan disertai data, jaminan, atau
dukungan tetapi tidak mengandung sanggahan
Level 3 Argumentasi mengandung serangkaian claim disertai data,
jaminan atau dukungan dan sesekali sanggahan yang lemah
Level 4 Argumentasi mengandung claim disertai satu sanggahan yang dapat
diidentifikasi jelas dan tepat, dan mengandung beberapa claim
Level 5 Bila argumentasinya luas namun tetap terkait dengan materi
pembelajaran dengan lebih dari satu sanggahan yang jelas dan tepat
E. Analisis Materi Pokok Sistem Pencernaan
Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran IPA SMP adalah KD 3.5
memahami sistem pencernaan pada manusia dan memahami gangguan yang
berhubungan dengan sistem pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan
sistem pencernaan. Untuk mencapai KD tersebut, pembelajaran IPA
diarahkan pada materi pokok sistem pencernaan terdiri dari sub materi zat
makanan, organ pencernaan, enzim pencernaan, kelainan atau penyakit pada
sistem pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan sistem pencernaan.
Makanan yang masuk di dalam tubuh akan melalui serangkaian proses yang
sebelum akhirnya diserap oleh sel–sel tubuh. Oleh karena itu, makanan harus
diubah terlebih dahulu menjadi bentuk yang dapat diserap oleh sel tubuh.
Proses itu dinamakan pencernaan. Proses pencernaan dilakukan oleh
25
sekumpulan organ pencernaan yang ada di dalam tubuh (Pujiyanto, 2014:
143).
Sistem perncernaan adalah proses menghancurkan makanan menjadi zat–zat
sederhana sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh
tubuh secara fisika maupun secara kimia (Pearce, 2006: 176). Sistem
pencernaan makan manusia digambarkan secara lengkap seperti berikut :
1) Zat Makanan
Menurut Pujiyanto (2014: 144) makanan dikatakan bergizi jika
mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang
cukup. Setidaknya makanan mengandung nutrisi berupa karbohidrat,
protein, lemak,vitamin, dan mineral. Berikut ini adalah pembahasannya.
a). Karbohidrat
Karbohidrat merupakan suatu molekul yang tersusun atas rangkaian
atom-atom C (karbon), H (hidrogen), danO (oksigen) dengan rumus
molekul (CnH2nOn). Karbohidrat yang terkandung dalam berbagai
jenis bahan makanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
monosakarida, disakarida, dan polisakarida (Kemendikbud, 2014:
140).
b). Protein
Protein merupakan senyawa kimia yang tersusun atas unsur-unsur
hidrokarbon, yaitu C (karbon), H (hidrogen), dan O (oksigen), serta N
(nitrogen) dan membentuk rangkaian yang disebut asam
26
amino/peptide. Dua kelompok asam amino penyusun protein, yaitu
asam amino esensial dan nonesensial. Protein berfungsi untuk
menghasilkan jaringan baru, sumber energi, dan pembentuk antibodi
(Irnaningtyas, 2013: 242-244).
c). Lemak
Lemak merupakan rangkaian hidrokarbon yang mengandung P
(fosfat). Setiap molekul lemak tersusun atas asam lemak dan gliserol.
Sumber lemak dapat berasal dari hewan dan disebut dengan lemak
hewani, misalnya lemak daging, mentega, susu, ikan basah, kuning
telur dan minyak ikan. Sumber lemak yang bersal dari tumbuhan
disebut lemak nabati. Contohnya adalah kelapa, kemiri, kacang-
kacangan, dan alpukat. Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan
pelarut vitamin A, D, E, dan K (Kemendikbud, 2014: 141).
d). Vitamin
Vitamin dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi harus ada di dalam
tubuh. Vitamin berfungsi sebagai koenzim dan biokatalisator yang
mengatur proses metabolisme tubuh (Irnaningtyas, 2013: 246).
e). Mineral
Mineral juga sangat dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam jumlah
relative kecil. Mineral berfungsi untuk proses pembangunan sel,
membantu reaksi kimia tubuh, mengangkut oksigen ke seluruh tubuh,
serta pembentukan dan pemeliharaan tulang (Kemendikbud, 2014:
148).
27
2) Organ Pencernaan
Proses pencernaan makanan berlangsung secara mekanik dan kimiawi.
Pencernaan secara mekanik melibatkan saluran pencernaan, sedangkan
pencernaan secara kimia melibatkan enzim-enzim pencernaan yang
berasal dari kelenjar pencernaan (Pujiyanto, 2014: 158). Sistem
pencernaan pada manusia meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Kelenjar pencernaan
terdapat pada ludah, lambung, pankreas, dan hati (Irnaningtyas, 2013:
265). Berikut ini penjelasan singkat mengenai organ saluran pencernaan
Mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur
(saliva). Air liur mengandung mukosa (lendir), senyawa antibakteri
dan enzim amilase. Pencernaan makanan dirongga mulut terjadi
secara mekanik dan kimiawi (Kemendikbud, 2014: 150-151).
Kerongkongan
Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan
masuk ke dalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang
memanjang dari bagian belakang rongga mulut sampai permukaan
kerongkongan. Setelah melalui faring, bolus menuju kerongkongan.
Otot kerongkongan berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan
meremas yang mendorong bolus ke dalam lambung (Kemendikbud,
2017: 83).
28
Lambung
Setelah dari esophagus, makanan masuk ke lambung. Di dalam
lambung terjadi pencernaan mekanik dan kimia.Secara mekanik otot
lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus. Secara kimiawi bolus
tercampur dengan getah lambung yang mengandung HCl, enzim
pepsin, dan renin. Setelah melalui proses pencernaan selama 2-4 jam
bolus menjadi bahan berwarna kekuningan yang disebut kimus (bubur
usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus
(Kemendikbud, 2014: 152).
Usus halus
Usus halus merupakan kompartemen kanal alimentaris
terpanjangdengan panjang 6 m. Bagian 25 cm pertama atau lebih dari
usus halus membentuk duodenum, persilangan jalur utama digesti.
Disinilah kimus dari lambung bercampur dengan getah – getah
pencernaan dari pankreas, hati, kantung empedu, serta sel kelenjar dari
usus halus sendiri (Campbell, 2012: 42).
Usus besar
Kanal alimentaris berakhir di usus besar, yang mencakup kolon,
sekum, dan rektum. Usus halus bersambung dengan usus besar pada
sambungan berbentuk T, tempat sebuah sfingter mengontrol
pergerakan material. Salah satu lengan T merupakan kolon sepanjang
1,5 meter yang mengarah ke rektum dan anus fungsinya untuk
memulihkan air yang telah memasuki kanal alimentaris sebagai getah-
getah pencernaan. Lengan lain membentuk kantong yang disebut
29
sekum yang berfungsi untuk memfermentasi material yang teringesti.
Umbai cacing, penjuluran serupa jari dari sekum manusia, memiliki
peranan kecil dan tak tergantikan dalam imunitas (Campbell, 2012:
54).
Anus
Rektum merupakan bagian akhir dari usus besar. Rektum merupakan
tempat penampungan sementara sisa–sisa pencernaan sebelum
dikeluarkan melalui lubang pengeluaran yang disebut anus (Pujiyanto,
2014: 163).
3) Enzim Pencernaan
Kelenjar pencernaan berperan untuk menghasilkan enzim-enzim dalam
membantu pencernaan makanan secara kimiawi. Menurut Irnaningtyas
(2013: 267-270) kelenjar pencernaan terdiri dari :
Kelenjar saliva
Di dalam mulut terdapat tiga pasang kelenjar saliva, yaitu kelenjar
parotid, submandibula, dan sublingual. Fungsi kelenjar saliva yaitu
melarutkan makanan untuk pengecapan rasa, melumasi makanan
agar mudah ditelan, dan menguraikan amilum menjadi maltosa.
Pankreas
Pankreas terletak secara horizontal di bagian belakang bawah
lambung. Enzim – enzim yang terdapat di pankreas yaitu
tripsinogen, kimotripsin, lipase, amilase, karboksipeptidase,
aminopeptidase, dipeptidase.
30
Hati
Hati berfungsi untuk menyekresikan empedu untuk mengemulsikan
dan mengabsorbsi lemak, mempertahankan homeositas gula darah,
menyimpan gula dalam bentuk glukagon, dan menyintesis lemak
dari karbohidrat dan protein.
Empedu
Empedu berupa kantong berbentuk seperti terong, berukuran 8 – 10
cm, berwarna hijau, dan terdapat pada lekukakan di bawah lobus
kanan hati. Empedu berfungsi menyimpan cairan empedu yang
disekresikan oleh sel–sel hati.
4) Gangguan pada Sistem Pencernaan dan Upaya Pencegahannya
Gangguan sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain pola makan yang salah, program diet yang ekstrim,
bulimia, gaya hidup, makanan yang tidak sehat, atau proses pemasakan
atau penyimpanan makanan yang salah (Irnaningtyas, 2013: 273).
Menurut Kemendikbud (2017: 193-196) gangguan sistem pencernaan
dan upaya pencegahannya antara lain sebagai berikut.
a). Obesitas
Obesitas adalah salah satu kondisi tubuh memiliki kandungan lemak
berlebih, sehingga dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan.
Obesitas umumnya disebabkan karena konsumsi makanan yang
berlebih dan kurangnya aktivitas tubuh. Upaya untuk mencegah atau
31
menangani obesitas adalah dengan berolahraga dan mengatur pola
makan.
b). Karies gigi
Karies gigi atau gigi berlubang merupakan kerusakan akibat infeksi
bakteri yang merusak lapisan gigi sehingga merusak struktur gigi.
Pada umumnya hal ini disebabkan karena kurangnya menjaga
kebersihan mulut. Oleh karenanya, upaya pencegahannya dengan
memperhatikan kebersihan mulut caranya minimal menyikat gigi 2
kali sehari dan berkumur dengan obat kumur.
c). Mag (Gastritis)
Sakit Mag merupakan penyakit yang menyebabkan terjadinya
peradangan atau iritasi pada lapisan lambung. Mag dapat diakibatkan
peningkatan asam lambung, stres, makan tidak teratur, mengkonsumsi
makanan yang terlalu pedas atau asam, dan infeksi bakteri
Helicobacter pylori. Mag dapat dicegah dengan cara makan teratur,
makan secukupnya, cuci tangan sebelum makan, menghindari
makanan yang memicum produksi asamlambung berlebih seperti
makanan asam, pedas, dan kopi.
d). Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati. Virus hepatitis B
merupakan penyebab utama, selain itu disebabkan juga oleh bakteri,
jamur, protozoa, dan penggunaan obat secara terus menerus.
32
e). Diare
Diare adalah penyakit pada saluran usus besar yang disebabkan oleh
infeksi bakteri dan protozoa, seperti Entamoeba coli. Upaya
pencegahan diare dengan menjaga kebersihan makanan, cuci tangan
sebelum makan, minum air yang dimasak atau air kemasan yang
higienis, dan jaga kebersihan diri.
f). Kontipasi
Konstipasi merupakan kondisi feses keras atau kering sehingga sulit
dikeluarkan. Penyebabnya adalah kurangnya asupan makanan berserat
atau kurang minum. Upaya pencegahannya adalah tidak sering
menahan buang air besar, makan makanan yang berserat, dan minum
cukup banyak air.
F. Kerangka Pikir
Hasil belajar yang baik menjadi tuntutan dalam pendidikan di Indonesia,
salah satunya adalah kemampuan mengkomunikasikan pendapat yang dikenal
dengan berargumentasi. Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berargumentasi siswa adalah
model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI). Pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran ADI mengutamakan keterlibatan siswa
secara aktif dalam kegiatan penyelidikan, berargumentasi, membaca
(mereview), dan menulis. Selama kegiatan pembelajaran, guru tidak
mendominasi kegiatan yang ada di kelas, melainkan siswalah yang aktif
bekerja.
33
Selama proses pembelajaran dengan model ADI siswa harus mampu
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk dapat bekerjasama di dalam suatu kelompok dengan melibatkan
kemampuan komunikasi baik secara lisan dan tertulis. Melalui tahapan-
tahapan tersebut siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah secara
sistemastis dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Selain itu,
keterlibatan siswa secara langsung selama pembelajaran berlangsung akan
membuat materi yang diterima menjadi lebih mudah dipahami dan diingat
oleh siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ADI diyakini dapat
meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa.
Tingkat keberhasilan belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan
akademiknya. Pengetahuan awal, keterampilan, dan konsep yang dimiliki
siswa secara signifikan mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat,
memberi alasan, memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan baru.
Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat memahami suatu
materi lebih mudah bila siswa tersebut dapat menghubungkan materi yang ia
pelajari dengan pengetahuan sebelumnya yang telah ia pahami dibanding
dengan yang berkemampuan akademik rendah. Hal tersebut secara tidak
langsung dapat berpengaruh terhadap keterampilan argumentasi siswa.
Kemampuan akademik mempengaruhi tingkat berpikirdan siswa yang
berkemampuan akademik tinggi mempunyai tingkat penalaran yang lebih
baik.
34
Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas, variabel
terikat, dan variabel moderat.Variabel bebas ditunjukkan dengan penggunaan
model pembelajaran ADI, variabel moderatnya adalah kemampuan akademik,
sedangkan variabel terikat adalah kemampuan argumentasi siswa.
Hubungan antara variabel bebas, variabel moderat, dan variabel terikat
ditunjukkan pada gambar berikut.
X2
Y X1
Tantangan global abad 21
Kualitas keterampilan
argumentasi siswa meningkat
Model pembelajaran Argument
Driven Inquiry (ADI)
Pendidikan sains
Permasalahan dalam
kehidupan sosial Muncul permasalahan
dalam bidang
pendidikan
Perbedaan
kemampuan
akademik siswa
35
Gambar 4. Bagan Hubungan Antar Variabel Bebas, Variabel Terikat, dan
Variabel Moderat
Keterangan:
X1 = Variabel bebas (model pembelajaran ADI)
X2= Variabel moderat (kemamapuan akademik berbeda)
Y = Variabel terikat (keterampilan argumentasi)
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran ADI terhadap
keterampilan argumentasi.
H0 =Tidak ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran ADI
terhadap keterampilan argumentasi.
2. H1= Ada pengaruh yang signifikan dari kemampuan akademik terhadap
keterampilan argumentasi.
H0 =Tidak ada pengaruh yang signifikan dari kemampuan akademik
terhadap keterampilan argumentasi.
3. H1= Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran
ADI dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan
argumentasi.
H0 = Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model
pembelajaran ADI dengan kemampuan akademik terhadap
keterampilan argumentasi.
36
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII.4 dan VIII.5 SMP Negeri 13 Bandar
Lampung yang beralamatkan di Jalan Marga No.57, Beringin Raya,
Kemiling, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei 2018.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Bandar Lampung yang berjumlah 314 orang yang terbagi kedalam 10 kelas.
Sampel dicuplik dari populasi dengan teknik cluster random sampling yaitu
dengan cara mengacak kelas dari populasi siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Bandar Lampung yang terbagi ke dalam 10 kelas tersebut. Cluster sampling
adalah cara penentuan sampel dengan unit populasi yang akan diacak bukan
individu- individu dari anggota populasi melainkan rumpun populasi sebagai
unit sampel penelitian. Dua kelompok sampel yang ditetapkan sebagai
sampel, yaitu kelas VIII.4 dan VIII.5. Adapun jumlah sampel sebanyak 64
siswa (Sugiyono, 2010: 120).
37
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment. Rancangan
penelitiannya adalah Pretest Postest Non Equivalent Control Group Design.
Unit perlakuan yang digunakan adalah faktorial 2x2. Faktor pertama adalah
model pembelajaran, yaitu Argument-Driven Inquiry (ADI) dan
konvensional. Faktor kedua adalah kemampuan akademik yaitu kemampuan
akademik atas dan bawah. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan
argumentasi. Struktur desainnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Rancangan Penelitian Faktorial 2x2
Kemampuan Akademik (K)Model Pembelajaran (M)
ADI (M1) Konvensional (M2)Atas (K1) K1M1 K1M2
Bawah (K2) K2M1 K2M2
Berdasarkan rancangan di atas, maka denah perlakuan yang akan diberikan
ditunjukkan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Denah Perlakuan Pretes dan PostesPretest Perlakuan PostestO1 K1M1 O2
O3 K1M2 O4
O5 K2M1 O6
O7 K2M2 O8
Keterangan:K1M1 = Kelompok siswa berkemampuan akademik atas diberi pembelajaran
dengan ADIK1M2 = Kelompok siswa berkemampuan akademik atas diberi pembelajaran
konvensionalK2M1 = Kelompok siswa berkemampuan akademik bawah diberi
pembelajaran dengan ADIK2M2 = Kelompok siswa berkemampuan akademik bawah diberi
pembelajaran konvensionalO1, O3, O5, O7 = PretestO2, O4, O6, O8 = Postest
38
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan survey dengan
menyebarkan angket, mengobservasi kegiatan pembelajaran IPA di
dalam kelas dan kelengkapan sarana laboratorium.
b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat
mengenai permasalahan yang akan dikaji.
c. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang diteliti
untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.
d. Menyusun RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP kelas
eksperimen dibuat dengan menggunakan model pembelajaran ADI.
e. Membuat instrumen penelitian yaitu tes keterampilan argumentasi.
f. Melakukan uji validasi instrumen oleh pembimbing.
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian kepada siswa.
h. Menganalisis hasil uji validitas dan uji realibilitas instrument.
i. Melakukan revisi instrumen penelitian yang tidak valid dan reliabel.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Memberikan test awal (pre-test) untuk mengukur keterampilan
argumentasi siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).
b. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model ADI
39
pada pembelajaran serta mengobservasi jalannya pembelajaran
dengan bantuan observer.
c. Memberikan test akhir (post-test) untuk mengukur peningkatan
keterampilan argumentasi siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
3. Tahap Akhir
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
a. Mengolah data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dan
instrumen pendukung penelitian lainnya.
b. Membandingkan hasil analisis data tes antara sebelum perlakuan dan
setelah diberi perlakuan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan
keterampilan argumentasi siswa antara pembelajaran dengan model
pembelajaran ADI dengan tanpa model pembelajaran ADI.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
langkah-langkah menganalisis data.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat diuraikan secara
lengkap sebagai berikut:
1. Jenis Data
a) Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data keterampilan
argumentasi siswa pada sistem pencernaan manusia yang diperoleh dari
nilai pretes dan postes.
b) Data Kualitatif
Data kualitatif yang digunakan adalah data hasil observasi
40
keterlaksanaan pembelajaran materi sistem pencernaan manusia dengan
model pembelajaran ADI. Selain itu, data tanggapan siswa mengenai
penggunaan model pembelajaran ADI dalam pembelajaran digunakan
sebagai data kualitatif.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
a) Pretes dan Postes
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Data kemampuan argumentasi berupa nilai pretes dan postes.
Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik
eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir
pembelajaran, baik eksperimen maupun kontrol. Tes digunakan untuk
mengukur keterampilan argumentasi siswa dalam menjawab soal
berbentuk esai dikembangkan mengacu kepada The Competiting
Theories Category oleh Osborne, dkk (2004) Pertanyaan test
berhubungan dengan 4 indikator penilaian yang digunakan untuk
mengukur kualitas argumen ilmiah siswa yakni pemberian claim yang
sesuai dengan pertanyaan, menganalisis, data untuk menguatkan claim,
memberikan penjelasan yakni menghubungkan data dengan claim, serta
memberikan teori yang sesuai (Sampson, dkk., 2010: 221).
Keterampilan argumentasi siswa dapat diukur dengan menggunakan
kerangka kerja yang dimodifikasi TAP oleh Osborne, dkk (2004: 1008).
41
Format disajikan kerangka kerja analisis argumentasi pada Tabel 4.
berikut ini.
Tabel 4. Kerangka Analisis Keterampilan Argumentasi IlmiahKategori KeteranganLevel 1 Argumentasi berupa claim sederhana dengan claim
berlawananLevel 2 Argumentasi berupa claim dan disertai data, jaminan, atau
dukungan tetapi tidak mengandung sanggahanLevel 3 Argumentasi mengandung serangkaian claim disertai
data,jaminan atau dukungan dan sesekali sanggahan yanglemah
Level 4 Argumentasi mngandung claim disertai satu sanggahanyangdapat diidentifikasi jelas dan tepat, dan mengandungbeberapa claim
Level 5 Bila argumentasinya luas namun tetap terkait dengan materipembelajaran dengan lebih dari satu sanggahan yang jelas dantepat
Tes digunakan untuk mengukur keterampilan argumentasi siswa dalam
menjawab soal-soal berbentuk esai. Sebelum instrumen tes
keterampilan argumentasi digunakan, terlebih dahulu dilakukan analisis
validitas isi, konstruk, dan empiris. Analisis validitas isi dan konstruk
oleh pembimbing, sedangkan validitas empiris dengan rumus korelasi
product moment. Berikut ini rumus korelasi product moment:
r = N∑XY − (∑X)( ∑ )√{N ∑ X2 − (∑X)2}{N∑Y2(∑ )2}Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = jumlah sampelX = skor butir soalY = skor total
Sumber: (Arikunto, 2005: 72).
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung> r tabel dengan α = 0,05 maka
alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung< r tabel
42
maka alat ukur tersebut adalah tidak valid. Uji validitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan SPSS 17 for windows.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai
indeks r11 sebagai berikut (Arikunto, 2005: 72):
1. Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : tinggi
2. Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : cukup
3. Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : agak rendah
4. Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
5. Antara 0,000 sampai dengan 0,00 : sangat rendah
Selain uji validitas, dilakukan juga uji reliabilitas untuk mengetahui
tingkat kepercayaan. Menurut Arikunto (2008: 109) instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Rumus yang digunakan adalah Alpha Cronbach (Arikunto, 2008: 109).
= ( − 1) ∑Keterangan: = reliabilitas instrumen
= skor tiap-tiap itemn = banyaknya butir soal
= varians total
Kriteria uji reliabilitas dengan rumus alpha adalah apabila r hitung> r tabel,
maka alat ukur tersebut reliabel dan juga sebaliknya, jika r hitung< r tabel
maka alat ukur tidak reliabel. Dalam penelitian ini, dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows dengan model
43
Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0
sampai 1. Menurut Sujianto (2009: 97) kuesioner dinyatakan reliabel
jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran
kemantapan alpha yang diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai Alpha Cronbach`s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliabel.
2. Nilai Alpha Cronbach`s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak
reliabel.
3. Nilai Alpha Cronbach`s 0,40 sampai dengan 0,60 berarti cukup
reliabel.
4. Nilai Alpha Cronbach`s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai Alpha Cronbach`s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel.
Nilai validitas pada keempat soal adalah 0,651, 0,556, 0,506, dan 0,532
dengan kriteria sedang sehingga seluruh soal dinyatakan valid dan nilai
reliabilitas 0,626 sehingga soal dinyatakan reliabel. Setelah instrumen
valid dan reliabel, kemudian dibagikan kepada sampel sesungguhnya.
Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap
nomor soal.
Teknik Penskoran nilai pretes dan postes yaitu:
= × 100Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari
item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skormaksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
44
b) Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model ADI
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran melalui aktivitas guru dan siswa berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang diamati. Lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran memuat beberapa indikator yang dikembangkan untuk
menjadi fokus pengamatan sesuai sintaks pembelajaran. Lembar
observasi ini berupa daftar cek yang dikembangkan oleh peneliti
dengan mengadaptasi lembar observasi oleh Hasnunidah (2016: 387).
Lembar observasi ini diisi dengan cara memberi tanda checklist pada
salah satu kolom penilaian yang telah ditentukan. Kolom penilaian
terdiri atas kriteria terlaksana, kurang, dan tidak terlaksana. Lembar
observasi diisi oleh observer. Format observasi keterlaksanaan
pembelajaran disajikan pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Keterlaksanaan PembelajaranSintaks
PembelajaranAktivitas
GuruTerlaksana Aktivitas
SiswaTerlaksana
Data keterlaksanaan pembelajaran dianalisis secara deskriptif kualitatif
dalam bentuk persentase. Setiap indikator pada sintaks pembelajaran
yang terlaksana diberi skor 2, kurang terlaksana diberi skor 1, dan tidak
terlaksana diberi skor 0. Setelah itu, dilakukan penghitungan persentase
keterlaksanaan dengan rumus :
Tidak
Ya
Kurang
Tidak
Kurang
Ya
45
Keterlaksanaan pembelajaran (%) = ∑∑ × 100%Kemudian persentase yang sudah didapat ditentukan berdasarkan
kategorinya. Berikut tabel interpretasi keterlaksanaan model
pembelajaran.
Tabel 6.Interpretasi Keterlaksanaan Model PembelajaranPKS (%) KriteriaPKS = 0 Tidak ada kegiatan terlaksana0 < PKS < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana25 ≤ PKS < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksanaPKS = 50 Setengah kegiatan terlaksana50 ≤ PKS < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana75 ≤ PKS < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksanaPKS = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
PKS = Persentase keterlaksanaan sintaks.Sumber :(Hasnunidah, 2016: 387).
c) Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
Kuisioner atau angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap pembelajaran yang dialami. Kuesioner tanggapan mahasiswa
diadaptasi dari Hasnunidah (2016: 397). Pernyataan dalam kuesioner
menggunakan skala Likert. Setiap siswa diminta menjawab pertanyaan
dengan jawaban ya, ragu, atau tidak. Format tanggapan kuisioner siswa
disajikan pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Tanggapan Siswa
No PernyataanTanggapan
Ya Ragu Tidak
46
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dianalisis juga secara
deskriptif kualitatif dalam bentuk persentase. Setiap indikator pada
sintaks pembelajaran yang terlaksana diberi skor 2, kurang terlaksana
diberi skor 1, dan tidak terlaksana diberi skor 0. Setelah itu, dilakukan
penghitungan tanggapan siswa dengan rumus :
Persentase tanggapan (%) = ( )( ) × 100%Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat
ditentukan dan dilihat pada persentase hasil penelitian dengan
klasifikasi angka sebagai berikut :
a. 76% - 100% : baik
b. 56% - 75% : cukup
c. 40% - 55% : kurang baik
d. 0% - 39% : tidak baik(Tohirin, 2007: 48).
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 3 macam data yaitu data hasil tes, data hasil
observasi,dan data hasil kuesioner. Data nilai keterampilan argumentasi diuji
statistik menggunakan Ankova atau analisis kovarian. Analisis kovarian
digunakan untuk menguji perbedaan perlakuan terhadap sekelompok data
hasil postest setelah disesuaikan dengan pengaruh kovariat yaitu pretest. Uji
lanjut digunakan apabila ditemukan perbedaan hasil belajar, dalam hal ini
keterampilan argumentasi yang signifikan antar kelompok perlakuan dengan
uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji Ankova dan uji BNT dalam penelitian ini
47
menggunakan software SPSS versi 17 for Windows pada taraf nyata 5%.
Kriteria pengujiannya adalah jika
a > maka hipotesis diterima, dan jika
b < maka hipotesis ditolak.
Asumsi uji Ankova adalah data berdistribusi normal dan memili varians yang
homogen. Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan kriteria uji menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih
besar dari 5% atau 0,05. Sementara uji Homogenitas menggunakan Levene’s
Test of Equality of Error Variances dengan kriteria uji menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan homogen jika signifikansi lebih besar dari
5% atau 0,05
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal atau tidak.
a. Rumusan Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi tidak normal
b. Rumus statistik dengan Uji Chi Kuadrat (x2)
= ( − )Keterangan :x2 : Harga chi kuadrat
48
Oi : Frekuensi hasil pengamatanEi : Frekuensi yang diharapkanSumber : (Sudjana, 2002: 273).
c. Kriteria uji
Data akan berdistribusi normal jika hitung< tabel dengan dk = k-1
dengan taraf signifikansi 5% (Pratisto, 2004: 5).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dilakukan setelah diketahui data berdistribusi
normal. Uji homogenitas 2 varians digunakan untuk mengetahui apakah
data hasil belajar siswa dari 2 kelompok sampel mempunyai varians yang
homogen atau tidak, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Rumusan hipotesis
Ho : = (data hasil belajar siswa memiliki varians yang
homogen)
Ha : ≠ (data hasil belajar memiliki varians yang tidak
homogen)
b. Rumusan statistik yang digunakan adalah uji-F
= [( ) / ] − [∑ / ]− 1= [ ] – [(∑ ) / ]− − 1
Keterangan:= kuadrat jumlah data perkelompok= kuadrat jumlah data seluruhnya= data/nilai= banyak data perkelompok= banyak kelompok data
=
49
c. Kriteria uji
Terima Ho jika Fhitung< Ftabel, dan tolak, jika sebaliknya (Pratisto,
2004: 13).
3. Model Matematis Ancova dengan Satu Covariate
a. Rumusan statistik yang digunakan Model matematis Ancova dengan 1
covariate := + + += 1,2, …… ,= 1, 2, … . ,Keterangan := nilai keterampilan argumentasi pada perlakuan i ke j=nilai kovariat pada observasi yang bersesuaian dengan= pengaruh perlakuan ke-i= koefisien regresi linier= random error= banyaknya kategori pada perlakuan= banyaknya observasi pada kategori ke-i
b Asumsi dalam Ancova
1. X adalah fixed, diukur tanpa error dan independen terhadap
perlakuan (tidak dipengaruhi oleh perlakuan).
2. ɛij mengikuti sebaran NID (o,σ2).
3. β≠0 yang mengindikasikan bahwa antara x dan y terdapat
hubungan linier.
c. Hipotesis
H0 : τ1 = τ2 = ...= τa = 0
H1 : sekurang-kurangnya ada satu τi ≠ 0, i = 1, 2, ...a
50
H0 = = = ⋯ = 0 (tidak ada pengaruh perbedaan perlakuan
terhadap peubah respon)
H1 = sekurang – kurangnya ada satu ≠ 0, = 1, 2, … . . , (ada
pengaruh perbedaan perlakuan terhadap peubah respon)
d. Kriteria Keputusan Uji
- Jika angka sig > 0,05 maka H0 diterima yang berarti tidak ada
pengaruh perbedaan perlakuan terhadap peubah respon
- Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh perbedaan
perlakuan terhadap peubah respon.
G. Teknik Pengelompokkan Siswa
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini mengambil subyek
penelitianpada kelas yang memiliki kemampuan kognitif yang heterogen.
Sehingga dalam pelaksanaan penelitian, siswa dikelompokkan berdasarkan
kemampuan kognitifnyake dalam 2 kelompok yaitu tinggi dan rendah.
Penentuan kelompok ini berdasarkan hasil nilai raport mata pelajaran IPA
pada jenjang kelas sebelumnya yaitu kelas VII. Pengelompokkan siswa
berdasarkan kemampuan kognitifnya, dilakukandengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentang.
2. Menentukan banyak kelas interval menggunakan rumus:
Banyak kelas = 1 + 3,3 log
Keterangan:
n = banyak data
3. Membagi rentang dengan banyak kelas untuk menentukan panjang interval.
51
4. Menentukan mean menggunakan rumus:
= ∑ .∑Keterangan: = nilai rata-rata siswa∑ . = jumlah frekuensi dikalikan dengan nilai siswa∑ = jumlah frekuensi
5. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:
= ∑ − (∑ )Keterangan: SD = standar deviasi
= jumlah frekuensi dikalikan dengan kuadrat nilain= jumlah subyek
6. Menghitung mean + SD dan mean – SD
7. Menentukan kriteria pengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke
dalamkategori tinggidan rendah.
Tabel 8. Kriteria Pengelompokkan SiswaKriteria Pengelompokkan KelompokNilai ≥ mean + SD Tinggi TinggiNilai < mean – SD Rendah Rendah
68
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian diantaranya yaitu sebagai
berikut:
1. Penggunaan model ADI berpengaruh signifikan terhadap keterampilan
argumentasi siswa. Rerata keterampilan argumentasi siswa yang diajarkan
dengan model ADI adalah (73,18 ± 7,48)
2. Kemampuan akademik berpengaruh tidak signifikan terhadapa
keterampilan argumentasi siswa (p>0,05). Rerata keterampilan
argumentasi pada siswa berkemampuan akademik tinggi adalah (58,33)
sedangkan pada siswa berkemampuan akademik rendah adalah (56,19).
3. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan akademik
berpengaruh tidak signifikan (p>0,05). Rataan keterampilan argumentasi
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ADI pada siswa
berkemampuan akademik tinggi (73,63 ± 8,09) sedangkan untuk siswa
berkemampuan akademik rendah adalah (72,72 ± 7.19). Untuk siswa yang
diajarkan dengan model inkuiri terbimbing, rataan pada siswa
berkemampuan akademik tinggi (41,50 ± 6,25) sedangkan untuk siswa
berkemampuan akademik rendah adalah (38,00 ± 4,71).
69
B. Saran
Saran-saran dalam penelitian ini, antara lain:
1. Peneliti selanjutnya perlu memperhatikan keterlaksanaan seluruh sintaks
model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) agar keterampilan
argumentasi siswa lebih meningkat.
2. Peneliti selanjutnya perlu memperhatikan alokasi waktu agar pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan sintaks model pembelajaran ADI.
3. LKPD ADI ini hanya menyajikan materi Sistem Pencernaan, diharapkan
guru/peneliti lain untuk mengembangkan LKPD pada materi yang lain.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Bricker, L. A., & Bell, P. 2008. Conceptualizations of Argumentation FromScience Studies and the Learning Sciences and Their Implications for thePractices of Science Education. University of Washington. Seattle.
Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah danPembelajaran Sains di SD. Jakarta: Depdiknas.
Campbell. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Cho, K & Jonassen, D. 2002. The Effect of Argumentation Scaffolds onArgumentation and Problem Solving. ETR & D.
Coetzee, L. R. 2011. The Relationship Between Students’ Academic Self-Concept,Motivation And Academic Achievement at The University Of The FreeState. University of South Africa.
Djohar. 2006. Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan.Yogyakarta: CV. Garfika Indah.
Demircioglu, T., & Ucar, S. 2015. Investigating the Effect of Argument DrivenInquiry in Laboratory Instruction. Educational Sciences: Theory andPractice. 15(1): 267-283.
Driver, R., Newton, P. & Osborne, J. 2000. Establishing the Norms of ScientificArgumentation in Classrooms. Science Education. 84(3): 287-313.
Eemeren, V., Grotendorst, R & Henkemans, A. 2002. Argumentation: Analysis,Evaluation, Presentation. Lawrence Erlbaum Associates Publisher.London.
Fauzi, A. 2013. Pengaruh Kemampuan Akademik terhadap KeterampilanMetakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi Siswa Kelas X Dengan
71
Penerapan Strategi Pembelajaran Cooperative Script di Malang. Malang:Universitas Negeri Malang.
Fauzia, N. H. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen denganMetode Investigasi Sains terhadap Peningkatan Kemampuan ArgumentasiSiswa pada Materi Fluida Statis. Bandung: Universitas PendidikanIndonesia.
Ginanjar, W. S., Setiya, S., & Muslim. 2005. Penerapan Model Argument DrivenInquiry dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan KemampuanArgumentasi Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Pengajaran MIPA. Bandung.20(1): 32-37.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasnunidah, N. 2016. Pengaruh Argument-Driven Inquiry dengan ScaffoldingTerhadap Keterampilan Argumentasi, Keterampilan Berpikir Kritis, danPemahaman Konsep Biologi Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPAUniversitas Lampung (Disertasi). Malang: Universitas Negeri Malang.
Indriati, E. 2001. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Berdasarkan Kurikulum2013. Jakarta: Erlangga.
Karmana, I. W. 2011. Strategi Pembelajaran, Kemampuan Akademik,Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Hasil Belajar Biologi. Jurnal IlmuPendidikan. Mataram. 17(5): 378-386.
Kemendikbud. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTS Kelas VIISemester 1 Cetakan ke- 1. Jakarta: Kementrian Pendidikan danKebudayaan.
Kemendikbud. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTS Kelas VIISemester 1 Cetakan ke- 2. Jakarta: Kementrian Pendidikan danKebudayaan.
Keraf, G. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Marhamah, Ofi. S., Ilah, N., & Ina, S. 2017. Penerapan Model Argument-DrivenInquiry (ADI) dalam Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswapada Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas X SMA Negeri 1Ciawigebang. Jurnal Pengajaran MIPA. Kuningan. 9(2): 46-54.
Muhlisin, A., Herawati, S., Mohamad, A., & Fatchur, R. 2016. AnalisisKeterampilan Metakognitif Ditinjau dari Kemampuan Akademik Berbeda
72
pada Perkuliahan Konsep Dasar IPA. Prosiding Seminar Nasional Biologi.9(11): 493-496.
Nurrahman, A. 2018. Efektivitas Model Pembelajaran ADI dalam MeningkatkanKeterampilan Argumentasi Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. Bandar Lampung. 7(2): 1-13.
Nurmaliah, C. 2009. Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa SMP Negeri diKota Malang Berdasarkan Kemampuan Awal, Tingkat Kelas, dan JenisKelamin. Jurnal Biologi Edukasi. 1(2): 18-21.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). 2014. PISA2012 Result: what Student Know and Can do : Student Performance inMathematics, Reading and Science [Revised edition February 2014]. 1:232.
Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. 2004. Enhancing The Quality ofArgumentation in School Science. Journal of Research in ScienceTeaching. 41(10). 994 – 1020.
Pearce, E. C. 2006.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:PT.Gramedia.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan RancanganPercobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia.
Prayitno, B. 2010. Potensi pembelajaran Kooperatif dalam MemberdayakanPrestasi Belajar Siswa Under Achievment (Upaya Mensejajarkan PrestasiBelajar Siswa Akademik Bawah dengan Siswa Akademik Atas). ProsidingSeminar Biologi FKIP UNS 2010. 7 (1), 370-378.
Pujiyanto, S. 2014. Menjelajah Dunia Biologi 2 untuk Kelas XI SMA dan MA.Jakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:Remaja Rosda Karya.
Rohandi, R. 2009. Memberdayakan Anak melalui Pendidikan Sains. Artikel,Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.
Sampson, V & Schleigh, S. 2016. Scientific Argumentation in Biology 30Classroom Activities. NSTA Press. Virginia.
Sampson, V & Gleim, L. 2009. Argument Driven Inquiry to Promote theUnderstanding of Important Concepts & Practices in Biology. TheAmerican Biology Teacher. 71(8): 465-472.
73
Sampson, V & Clarck, D. 2008. Assesment of The Ways Students GenerateArguments in Science Education: Current Persperctives andRecomendations for Future Directions. Science Education. 92(2): 447-472.
Sampson, V., Grooms, J & Walker, J. P. 2010. Argument-Driven Inquiry as aWay to Help Students Learn How to Participate in ScientificArgumentation and Craft written Arguments: An Exploratory Study.Science Education. 95(2): 217-257.
Sampson, V., Grooms, J., Enderle, P., & Southerland. 2012. Using LaboratoryActivities That Emphasize Argumentation and Argument to Help HighSchool Students Learn How to Engage in Scientific Inquiry andUnderstand The Nature of Scientific Inquiry. Paper presented at the annualinternational conference of the National Association for Research inScience Teaching (NARST). Indianapolis, ID.
Silviana. 2015. Review: Membentuk Keterampilan Argumentasi Siswa Melalui IsuSosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Prosiding Simposium NasionalInovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015). Bandung.
Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdikarya.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sujianto, A. E. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan. Jakarta:Grasindo.
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, danImplementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Bumi Aksara.
Weston, A. 2000. A Rulebook for Arguments Third Edition. Hackett PublishingCompany.
Widowati, A., Sabar, N., & Putri, A. 2015. Pengembangan Bahan Ajar IPABerpendekatan Authentic Inquiry Learning Untuk MeningkatkanKemampuan Problem Solving dan Sikap Ilmiah Peserta Didik SMP.Laporan Penelitian. Yogyakarta: UNY.
Warouw, Z. W. M. 2009.Pengaruh Pembelajaran Metakognitif (M) dalamStrategi Cooperative Script dan Reciprocal Teaching pada KemampuanAkademik Berbeda terhadap Kemampuan dan Keterampilan Metakognitif,
74
Berpikir Kritis, Hasil Belajar Biologi Siswa, serta Retensinya di SMPNegeri Manado. Skripsi. Manado: FMIPA.
Wisudawati, A. 2013. Metodologi Pembelajaran IPA. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Wulaningsih. 2012. Penaruh Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Sekolah terhadapPrestasi Belajar pada Kompetensi Mengelola Kartu Aktiva Tetap SiswaKelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Muhammadiyah CawasTahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Akuntansi FEUNY.
Top Related