i
PENGARUH MANAJEMEN LABA, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN, PREDIKSI KEBANGKRUTAN DAN DEBT
DEFAULT TERHADAP PENGUNGKAPAN OPINI AUDIT
GOING CONCERN
Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Transportasi dan Utilitas
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis guna memenuhi tugas
akhir sebagai syarat meraih gelar sarjana ekonomi
Penyusun:
ADAM VERDIAN
1113082000033
PROGAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 / 1439 H
ii
PENGARUH MANAJEMEN LABA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN,
PREDIKSI KEBANGKRUTAN DAN DEBT DEFAULT TERHADAP
PENGUNGKAPAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Transportasi dan Utilitas
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ADAM VERDIAN
1113082000033
Di Bawah Bimbingan
Atiqah, SE, MS.Ak
19820120 200912 2 004
PROGAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 / 1439 H
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Jum’at 14 Juli 2017 telah dilaksanakan uji komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Adam Verdian
No. Induk Mahasiswa : 1113082000033
Progam Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Manajemen Laba, Pertumbuhan
Perusahaan, Prediksi Kebangkrutan dan Debt
Default Terhadap Pengungkapan Opini Audit Going
Concern. Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Transportasi dan Utilitas yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-
2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 14 Juli 2017
1. Hepi Prayudiawan,SE.,Ak.,MM.,CA
NIP: 19720516 200901 1 006 Penguji 1
2. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak
NIP: 19800416 200901 2 006 Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 25 Januari 2018 telah dilaksanakan Uji Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Adam Verdian
No. Induk Mahasiswa : 1113082000033
Progam Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Manajemen Laba, Pertumbuhan
Perusahaan, Prediksi Kebangkrutan dan Debt
Default Terhadap Pengungkapan Opini Audit Going
Concern. Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Transportasi dan Utilitas yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-
2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Uji Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 25 Januari 2018
3. Hepi Prayudiawan,SE.,Ak.,MM.,CA ( .............................. )
NIP: 19720516 200901 1 006 Ketua Penguji
4. Atiqah, SE., MS.Ak ( .............................. )
NIP: 19820120 200912 2 004 Sekretaris
5. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak ( .............................. )
NIP: 19800416 200901 2 006 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Adam Verdian
No. Induk Mahasiswa : 1113082000033
Progam Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Manajemen Laba, Pertumbuhan
Perusahaan, Prediksi Kebangkrutan dan Debt
Default Terhadap Pengungkapan Opini Audit Going
Concern. Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Transportasi dan Utilitas yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-
2016
Menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan skripsi merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus menerima sanksi berdasarkan tata tertib di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lembar pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.
Tangerang Selatan, Desember 2017
( Adam Verdian )
1113082000033
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Adam Verdian
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Juni 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Status : Belum Kawin
6. Alamat : Villa Pamulang Mas, Jl. Alamanda Mas II,
Blok L2/ 12A, Bambu Apus, Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten
7. Telepon : 0812 8156 5909
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Cressendo Tahun 1999-2001
2. SD Negeri 6 Ciputat Tahun 2001-2007
3. SMP Negeri 17 Tangerang Selatan Tahun 2007-2010
4. SMK Negeri 1 Tangerang Selatan Tahun 2010-2013
5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sukardi
2. Ibu : Elvieana Soelistyo Herawati
3. Adik : Cahya Adhi Franata dan Danny Darmawan
4. Anak Ke : Pertama dari Tiga Bersaudara
vii
THE INFLUENCE OF EARNINGS MANAGEMENT, COMPANY GROWTH,
BANKRUPTCY PREDICTION AND DEBT DEFAULT TO ACCEPTANCE
GOING CONCERN AUDIT OPINION
ABSTRACT
The purpose of this research is to find the influence of earnings
management, company growth, bankruptcy prediction and debt default to
acceptance going concern audit opinion.
This research were used as many as 22 firm’s annual financial reports
samples during 2012-2016. Sample determination method used in this research
was purposive sampling. The hypothesis in this research was tested using logistic
regression analysis.
The results of this research indicated that the earnings management,
company growth and debt default had no significant effect on going concern audit
opinion. While bankruptcy prediction affected the going concern audit opinion.
Keywords : going concern audit opinion, earnings management, company
growth, bankruptcy prediction and debt default
viii
PENGARUH MANAJEMEN LABA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN,
PREDIKSI KEBANGKRUTAN DAN DEBT DEFAULT TERHADAP
PENGUNGKAPAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen laba,
pertumbuhan perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default terhadap
pengungkapan opini audit going concern.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 22 perusahaan selama
periode 2012-2016. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Hipotesis dalam penelitiaan ini diuji menggunakan
analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa manajemen laba, pertumbuhan
perusahaan dan debt default tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
opini audit going concern. Sedangkan prediksi kebangkrutan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan opini audit going concern.
Kata kunci : opini audit going concern, manajemen laba, pertumbuhan
perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Manajemen Laba, Pertumbuhan Perusahaan, Prediksi
Kebangkrutan dan Debt Default Terhadap Pengungkapan Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Sub Sektor Infrastruktur, Transportasi dan Utilitas yang
terdaftar di BEI 2012-2016”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Sang teladan yang telah
membawa kita ke jaman kebaikan ini.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur
Alhamdullillah penulis haturkan atas karunia Allah SWT skripsi ini dapat
diselesaikan. Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Sukardi dan Ibu Elvieana Soelistyo
Herawati yang selalu dengan ikhlas memberikan dukungan dengan penuh
perhatian, kasih sayang, semangat dan doa yang tiada henti kepada penulis.
2. Kedua adikku Cahya Adhi Franata dan Danny Darmawan yang telah
menyemangati dan selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
3. Tante Evi Kurnia Novianti, Tante Fifing Kurnia Novianti dan Om Ali Khojali
Soto Kita yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani proses
perkuliahan. Kakek penulis Almarhum Hartoyo Soewatno dan Oma Sudiyati
serta keluarga besar penulis yang telah banyak memberikan penulis semangat
dan motivasi.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,MM.,CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Atiqah, SE.,MS.AK selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama
menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian
skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan.
8. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik, Ibu
Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak dan seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
9. Dhia Indah Fitri, S.KH yang selalu sabar mendukung penulis dari titik
terendah serta memberikan dukungan, perhatian dan semangat kepada penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat penulis dikampus M. Abdurrahman Fajar, Nur Hanifah, Fadhilah
Rahmi Karim, Dany Andrean, Ricky Rizki Ramadhan, Kharensyah Akhiria,
Shalahuddin Al Qadr yang selalu memberikan support, selalu setia menemani,
berbagi suka duka, berbagi cerita, berbagi ilmu dan perhatian terbaiknya
kepada penulis.
11. Teman-teman VAIRA NEFA. Ihsan, Ridion, Neza, Ema, Cakra, Nabila, Nia,
Vivi, Erixa, Heafsy dan teman-teman piknik lainnya yang telah memberikan
penulis pengalaman dan petualangan paling berharga dalam menjalani
penatnya perkuliahan dengan piknik bersama.
12. Hugo, Fahreza, Dzaky, Meli, Dyah, Sapta, Dina, Agias, Raisa, Jibril, Weka,
Syahrul dan Teman-teman Akuntansi UIN Jakarta 2013 serta teman-teman
satu bimbingan terimakasih atas segala informasi dan doanya selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Kelompok KKN Alhena 149, terimakasih atas pelajaran hidupnya.
14. Sahabat penulis Hadillah Imam Priambudi, Desti Fahmi Sagita dan Idham
Mucharam yang selalu memberikan semangat dan perhatiannya.
xi
15. Sedulur BisMania Community Tangerang Raya yang telah mempercayakan
penulis dalam membantu mengelola komunitas disaat penulis sedang
menyelesaikan kewajiban skripsinya. Sejatinipun Seduluran.
16. Keluarga besar Soto Mie Bogor Taman Yasmin Cabang Pamulang, Adam dan
Yusuf. Serta Personil Kaki Lima Gria Jakarta yang telah memberikan penulis
motivasi dan pelajaran berharga terutama dalam membagi waktu.
17. Seluruh Staf Tata Usaha serta Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
18. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengaharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Tangerang Selatan, Januari 2018
( Adam Verdian )
xii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I - PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................... 13
1. Teori Agensi .............................................................................. 13
2. Manajemen Laba ....................................................................... 14
3. Pertumbuhan Perusahaan ........................................................... 16
4. Prediksi Kebangkrutan .............................................................. 17
5. Debt Default .............................................................................. 19
6. Opini Audit Going Concern ...................................................... 20
B. Penelitian Sebelumnya ................................................................... 24
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 32
xiii
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 33
BAB III – METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 38
B. Metode Penentuan Sample ............................................................. 38
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 39
D. Metode Analisis Data ..................................................................... 40
1. Statistik Deskriptif ..................................................................... 40
2. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ............................. 41
3. Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Test) ................ 41
4. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square) .................. 42
5. Uji Matriks Klasifikasi .............................................................. 42
6. Uji Signifikansi Regresi Logistik .............................................. 43
7. Analisis Hipotesis ...................................................................... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ..................................................... 44
1. Variabel Dependen .................................................................... 44
2. Variabel Independen .................................................................. 45
3. Tabel Operasional Variabel ....................................................... 51
BAB IV – HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian .......................................................... 53
1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 53
2. Deskripsi Sampel Penelitian ...................................................... 55
B. Analisis Data Penelitian .................................................................. 56
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................... 57
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................... 60
a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) .............. 61
b. Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Test) 63
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square) ... 65
d. Hasil Uji Matriks Klasifikasi ............................................... 66
e. Hasil Uji Signifikansi Regresi Logistik ............................... 67
C. Pembahasan ...................................................................................... 68
xiv
BAB V – PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 77
B. Implikasi ......................................................................................... 78
C. Keterbatasan ................................................................................... 80
D. Saran ............................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 82
LAMPIRAN ................................................................................................... 86
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1. Tabel Penelitian Sebelumnya .................................................................... 24
3.1. Tabel Operasional Variabel....................................................................... 51
4.1. Tabel Seleksi Sampel Dengan Kriteria ..................................................... 53
4.2. Tabel Daftar Perusahaan ........................................................................... 54
4.3. Tabel Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit ............................ 56
4.4. Tabel Descriptive Statistics ....................................................................... 57
4.5. Tabel Iteration History 0 ........................................................................... 62
4.6. Tabel Iteration History 1 ........................................................................... 63
4.7. Tabel Hosmer and Lemeshow Test ........................................................... 64
4.8. Tabel Model Summary .............................................................................. 65
4.9. Tabel Classification .................................................................................. 66
4.10. Tabel Variables in the Equation ............................................................. 67
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1. Skema Kerangka Pemikiran ...................................................................... 32
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Lampiran 1 – Daftar Sampel Perusahaan ..................................................... 87
2. Lampiran 2 – Hasil Operasional Variabel .................................................... 88
3. Lampiran 3 – Hasil Output SPSS ................................................................. 94
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keberlanjutan usaha suatu perusahaan merupakan salah satu
indikator keberhasilan dalam dunia bisnis. Hal ini merupakan sinyal baik
bagi pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut, terutama para
investor dan kreditor karena dalam membuat keputusan investasi maupun
pemberian kredit, salah satu hal yang menjadi pertimbangan mereka adalah
kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa yang akan
datang. Oleh sebab itu, investor dan kreditor memerlukan laporan keuangan
yang andal yang merupakan cerminan dari kinerja perusahaan sebagai
instrumen penting dalam pengambilan keputusan.
Tetapi pada kenyataannya, masih banyak pengguna laporan
keuangan yang belum bisa menginterpretasikan laporan keuangan terkait
dengan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Oleh sebab itu, salah satu upaya agar tidak terjadi kesalahan
dalam pengambilan keputusan, diperlukan auditor independen untuk menilai
kewajaran laporan keuangan dan menilai kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan usahanya. Kewajiban auditor independen untuk memperhatikan
kelangsungan hidup perusahaan telah diatur dalam Standar Audit Seksi 341.
IAPI (2011) menyatakan apabila auditor menemukan kesangsian besar atas
2
kelangsungan hidup klien, auditor harus memberikan opini audit going
concern dalam laporan auditnya.
Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi
pertimbangan auditor dalam menilai ketidakmampuan atas kelangsungan
hidup suatu entitas dalam menjalankan kegiatan usahanya (Edward, 2013).
Di Indonesia, pentingnya opini audit going concern didasari oleh banyaknya
perusahaan yang kelangsungan hidupnya diragukan. Selama tahun 2012-
2016, terdapat 15 perusahaan yang di delisting secara paksa oleh BEI karena
kelangsungan hidupnya diragukan. Ketidakmampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dapat merugikan berbagai pihak
yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut, khususnya para
investor dan kreditor. Oleh sebab itu, peran opini audit going concern
menjadi penting supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan
keputusan oleh pengguna laporan keuangan.
Seperti yang terjadi pada perusahaan sektor transportasi adalah saat
meningkatnya transportasi online di kuartal 1 2016 dimana saham PT. Blue
Bird, Tbk (BIRD) sempat mengalami penurunan karena model bisnisnya
yang dinilai berisiko karena menggunakan sistem komisi terhadap
pengemudinya yang nantinya berisiko ditinggalkan pengemudinya karena
menurunnya penumpang karena adanya transportasi online yang lebih
murah dan nyaman. Sementara di PT Express Transindo Utama, Tbk
(TAXI) yang menjalankan unit Taksi Express sahamnya justru cenderung
aman karena sistem bisnisnya yang memberikan fasilitas kepada para
3
pengemudinya untuk memiliki mobil yang digunakannya selama ini
sehingga modalnya tetap berputar dengan menjual unit armadanya ke
pengemudi. Dari kedua unit perusahaan taksi konvensional baik Blue Bird
dan Express pada akhir tahun 2015 mendapatkan opini wajar dalam laporan
auditnya. Ini juga membuktikan dengan adanya opini wajar saja tidak cukup
untuk menarik investor untuk berinvestasi tanpa mengetahui prediksi sebuah
perusahaan untuk kedepannya seperti dengan adanya opini audit going
concern ini.
Di awal 2016 BEI sempat melakukan pengkajian kembali penilaian
going concern perusahaan. Karena tak semua perusahaan yang tercatat di
BEI memiliki kelangsungan usaha yang prospektif dimasa depan dan BEI
mengakui ada beberapa perusahaan yang kelangsungan usahanya masih
dipertanyakan. Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI
mengatakan, salah satu kriteria perusahaan yang disebut tidak memiliki
kelangsungan usaha adalah jika tidak memiliki pendapatan atau kinerjanya
terus merugi. Beberapa perusahaan tercatat tidak memiliki pendapatan
utama karena lini usahanya tengah berhenti. "Misalnya perusahaan tambang
yang menghentikan kegiatan pertambangannya, jadi tidak ada pendapatan.
Itu kami pertanyakan," ujarnya, Rabu (10/2). Ada juga perusahaan yang
memiliki banyak beban utang sehingga membuat kerugian bertahun-tahun.
Belum lama ini, BEI misalnya menanyakan kelangsungan usaha PT. Arpeni
Pratama Ocean Line, Tbk (APOL). APOL sedang dalam proses
restrukturisasi utang. PT. Sekawan Intipratama, Tbk (SIAP) juga dinilai
4
masih belum memiliki going concern yang jelas, terutama setelah
operasional pertambangan dihentikan.
Terkait dengan pentingnya opini audit yang dikeluarkan auditor,
maka auditor harus bertanggung jawab untuk mengeluarkan opini audit
going concern yang sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Ada
beberapa faktor yang dapat dikaji sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern yaitu manajemen laba, pertumbuhan
perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default.
Kelangsungan hidup entitas bisnis bergantung dengan kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan terutama dalam bidang keuangan.
Manajemen bertanggungjawab terhadap penyusunan laporan keuangan
untuk periode tertentu yang kemudian akan dijadikan landasan untuk
pengambilan keputusan keuangan. Berdasarkan teori agensi, dalam suatu
entitas terdapat pihak investor (stockholder) dan pihak manajemen yang
masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda-beda (Jensen dan
Meckling, 1976). Praktik manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan
oleh pihak manajemen dengan menaikkan atau menurunkan laba yang
dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas dalam
jangka panjang (Anggoro dan Arif, 2016).
Lana (2014) mengungkapkan bahwa praktik manajemen laba
berpengaruh terhadap opini audit going concern, sedangkan M. Haris dan
Sudarno (2013) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa praktik
5
manajemen laba tidak berdampak terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi
peluang perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi
rasio pertumbuhan penjualan perusahaan, akan semakin kecil kemungkinan
auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Monica dan Ni Ketut,
2016).
Enggar dan Evi (2013) dalam penelitiannya mengungkapkan
bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini
audit going concern. Sedangkan Andi (2012) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bersaing salah satunya
sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang tidak
mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan
tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan.
Salah satu yang dihadapai perusahaan adalah kesulitan keuangan ,sehingga
perusahaan yang tidak mampu mengantisipasi serta mempersiapkan diri
untuk menghadapi kesulitan keuangan maka usahanya bisa semakin
mengecil, agar kelangsungan hidup suatu perusahaan tetap terjaga, maka
pihak manajemen harus dapat mempertahankan atau terlebih lagi
meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri agar tidak terjadi kebangkrutan
di masa datang.
6
Analisis mengenai kebangkrutan suatu perusahaan sangat penting
bagi berbagai pihak. Hal ini dikarenakan kebangkrutan suatu perusahaan
tidak hanya akan merugikan pihak perusahaan saja, tetapi juga merugikan
pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan tersebut. Oleh karena itu,
analisis prediksi kebangkrutan dapat dilakukan untuk memperoleh
peringatan awal kebangkrutan ( tanda- tanda kebangkrutan). Semakin awal
tanda-tanda kebangkrutan tersebut diketahui, maka akan semakin baik bagi
pihak manajemen. Manajemen bisa segera melakukan perbaikan-perbaikan
agar perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Disamping itu, bagi pihak
eksternal perusahaan, prediksi kebangkrutan ini bisa digunakan sebagai
landasan dalam pengambilan keputusan finansial.
Enggar dan Evi (2013) dalam penelitiannya mengungkapkan
bahwa prediksi kebangkrutan berpengaruh positif terhadap pemberian opini
audit going concern. Dan Holiawati dan M. Rianton (2016) dalam
penelitiannya juga mengungkapkan bahwa prediksi kebangkrutan secara
signifikan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga
merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor
dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Seperti yang
tercantum dalam PSA No. 30, bahwa indikator going concern yang banyak
digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah
kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang (default).
7
Debt default dianggap sebagai faktor yang memengaruhi opini audit
going concern oleh auditor. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat
besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk
menutupi hutangnya sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi
perusahaan. Apabila hutang ini tidak mempu dilunasi, maka kreditor akan
memberikan status default (Siti Qolilah et al, 2016).
Muammar Khaddafi (2015) dalam penelitiannya mengungkapkan
bahwa debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern. Sedangkan Elia dan Maria (2016) dalam penelitiannya
membuktikan bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap opini audit
going concern.
Penelitian ini mengacu kepada jurnal Lana Suryani (2014) yang
dimodifikasi oleh peneliti dengan menambahkan variable prediksi
kebangkrutan dan debt default karena menurut peneliti dengan adanya
prediksi kebangkrutan maka auditor dapat menentukan bagaimana
perusahaan dalam beberapa tahun kedepan dan dengan tidak adanya status
default maka keuangan perusahaan dapat dibilang cukup baik.
Bidang yang diamati pada penelitian ini adalah perusahaan sektor
infrastruktur, transportasi dan utilitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2012-2016. Selama setahun terakhir dari berbagai media yang
diamati peneliti, terjadi penurunan penggunaan taksi konvensional akibat
adanya fenomena taksi online. Berdasarkan penuturan Ketua Umum
Organisasi Angkutan Darat (Organda), Adrianto Djokosoetono (2016)
8
mengungkapkan, rata-rata pendapatan operator taksi konvensional merosot
hingga 20% per tahun sejak 2 tahun yang lalu. Selain dirasakan perusahaan,
penurunan ini otomatis berimbas pada terpangkasnya pendapatan dari
pengemudi taksi sendiri. Dan yang peneliti amati lainnya adalah Menteri
Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi yang mengatakan
pembangunan ini dilakukan sebagai langkah nyata dalam mendukung
program Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan pemerataan dan
mengurangi ketimpangan serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Negara dengan pembangunan perekonomian yang baik tentu mempunyai
pendapatan yang meningkat, pertumbuhan ekonomi yang lancar, dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan infrastruktur
transportasi menunjang pembangunan ekonomi sehingga tercipta
pemerataan kesejahteraan dan ekonomi yang berkeadilan. Keberhasilan
pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai
penghubung distribusi ekonomi, politik, dan sosial budaya.Tanpa adanya
sarana dan prasarana transportasi yang baik dan memadai, maka
pembangunan perekonomian dapat terhambat. Oleh sebab itu, peneliti
tertarik untuk menjadikan perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan
utilitas sebagai bidang yang diamati dalam penelitian ini.
Mengingat opini audit going concern yang dapat membantu
pengguna laporan keuangan sebagai initial warning atas kebangkrutan
perusahaan, masih adanya auditor yang merasa kesulitan dalam membuat
keputusan terkait pemberian opini audit going concern, banyaknya
9
perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan utilitas yang menunjukkan
kesangsian besar atas kelangsungan hidup mereka, serta peranan
infrastruktur dan transportasi yang vital dalam membangun perekonomian
nasional, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Manajemen Laba, Pertumbuhan Perusahaan, Prediksi
Kebangkrutan Dan Debt Default Terhadap Pengungkapan Opini Audit
Going Concern Pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Transportasi
Dan Utilitas Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-
2016”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah
dipaparkan, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap pengungkapan opini
audit going concern?
2. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
opini audit going concern?
3. Apakah prediksi kebangkrutan berpengaruh pada pengungkapan opini
audit going concern?
4. Apakah debt default berpengaruh pada pengungkapan opini audit going
concern?
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah
dipaparkan, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan opini
audit going concern.
2. Menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap
pengungkapan opini audit going concern.
3. Menganalisis pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap pengungkapan
opini audit going concern.
4. Menganalisis pengaruh debt default terhadap pengungkapan opini audit
going concern.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta berguna
bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
akuntansi khususnya dalam bidang auditing dengan memberikan bukti
empiris mengenai pengaruh praktik manajemen laba, pertumbuhan
perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default terhadap opini audit
going concern pada perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan
utilitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.
11
Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkuat temuan-
temuan dari penelitian sebelumnya.
2. Bagi Auditor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktik
bagi auditor dalam memberikan jasa audit yang berkualitas terhadap
kliennya dan agar auditor dalam memberikan opini audit juga
memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan dimasa mendatang
karena dalam hal audit, auditor tidak hanya mengaudit laporan keuangan
saja. Tetapi juga memberikan saran terbaik bagi perusahaan bagi
kelangsungan hidup usahanya melalui opini audit going concern ini.
Selain itu auditor juga dapat mendalami faktor-faktor yang
menyebabkan klien mendapatkan opini audit going concern seperti
faktor manajemen laba, pertumbuhan perusahaan, prediksi kebangkrutan
dan debt default.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan penulis mengenai pengaruh praktik manajemen laba,
pertumbuhan perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default
terhadap opini audit going concern pada perusahaan sektor infrastruktur,
transportasi dan utilitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012-2016.
12
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi
penelitian yang akan datang serta dapat memberikan perbandingan
dalam mengadakan penelitian terkait dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perusahaan dalam mendapatkan pengungkapan opini
audit going concern.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai suatu kontrak, dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta
pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama
prinsipal, yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan
keputusan kepada agen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak
tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka, maka ada
kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan
terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi agen, maka prinsipal
merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu mengakomodasi
kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak
yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi yaitu sebagai
berikut:
a. Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya, baik agen
maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama
sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan
untuk keuntungan dirinya sendiri.
14
b. Risiko yang diterima agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah
kecil, yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai
imbalan yang diterimanya.
Dalam hal ini karena hubungan keagenan dalam teori agensi
terdapat prinsipal atau pemilik perusahaan melakukan bentuk kerjasama
terhadap agen yaitu auditor. Auditor sebagai agen ditugaskan untuk
mengevaluasi pertanggungjawaban keuangan manajemen dan memberikan
pendapat mengenai kewajaran dari laporan keuangannya serta memberikan
peringatan dini terhadap kondisi keuangannya dalam menilai
kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.
2. Manajemen Laba
Manajemen laba yang dilakukan oleh para menajer pada
pencatatan penyusunan laporan keuangan perusahaan menyebabkan
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tidak akurat dan tidak
menggambarkan nilai yang sesungguhnya. Usaha-usaha yang dilakukan
manajemen dalam merekayasa laporan keuangan sering menggambarkan
bahwa perusahaan dalam kondisi tidak baik sehingga auditor dapat
mengeluarkan opini going concern.
Kualitas laba mencerminkan kelanjutan laba dimasa mendatang.
Manajemen laba yang dilakukan para manajer berdampak pada kualitas
laba perusahaan, sehingga laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan
15
tidak menggambarkan secara akurat laba dari aktivititas bisnisnya. Dalam
kondisi demikian, maka auditor dapat mengeluarkan opini going concern,
dengan dasar kondisi atau peristiwa lain (M. Haris dan Sudarno, 2011).
Sulistyanto (2008) dalam Ingrid dan Yeterina (2014) menjelaskan
bahwa manajemen laba merupakan upaya manajer perusahaan untuk
mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk
mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi
perusahaan.
Terdapat motivasi yang mendorong manajer untuk berperilaku
oportunis yang sejalan dengan tiga hipotesis utama dalam teori akuntansi
positif (Positive Accounting Theory), yaitu bonus plan hypothesis, debt
covenant hypothesis dan political cost hypothesis (Watts dan Zimmerman,
1990). Dalam bonus plan hypothesis dijelaskan bahwa pemilik
perusahaan berjanji manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja
perusahaan mencapai jumlah tertentu. Janji bonus inilah yang merupakan
alasan bagi manajer untuk mengelola dan mengatur laba perusahaan pada
tingkat tertentu sesuai dengan yang disyaratkan agar dapat menerima
bonus. Menurut debt covenant hypothesis, disebutkan bahwa dalam
konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur laba
perusahaan agar kewajiban hutang perusahaan yang seharusnya
diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya.
Menurut political cost hypothesis, disebutkan bahwa manajemen laba
disebabkan adanya regulasi dari pemerintah, misalnya regulasi dalam
16
penetapan pajak. Besar kecilnya pajak tergantung pada besar kecilnya
laba perusahaan. Semakin besar laba perusahaan, maka semakin besar
pula pajak yang akan ditarik oleh pemerintah. Kondisi inilah yang
merangsang manajer untuk mengelola dan mengatur laba perusahaan agar
besarnya pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi.
3. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan aset
perusahaan. Dengan semakin meningkatnya aset perusahaan akan
menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kekuatan untuk berkembang
dan mengindikasikan kemampuan perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya (Enggar dan Evi, 2013).
Perusahaan yang mengalami pertumbuhan, menunjukkan
aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga
perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan
hidupnya. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan
negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen
perlu untuk mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan merupakan kegiatan
operasi utama perusahaan. Penjualan perusahaan yang meningkat dari
tahun ke tahun memberi peluang perusahaan untuk memperoleh
peningkatan laba (Abdul dan Baldric, 2014).
17
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi
cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk
mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Karena kebangkrutan
merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit
going concern, maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan
perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk
menerima opini going concern (Andi, 2012).
Altman (1968) dan Petronela (2004) dalam Abdul dan Badric
(2014) mengemukakan bahwa, perusahaan dengan negatif growth
mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan
sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan.
Karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk
memberikan opini audit going concern.
4. Prediksi Kebangkrutan
Salah satu hal terpenting yang harus diputuskan oleh auditor
adalah apakah perusahaan dapat mempertahakan kelangsungan hidupnya
(going concern). Laporan keuangan dengan modifikasi tentang going
concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor ada resiko
bahwa perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnisnya. Kebangkrutan
sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan gagal
atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban karena
18
perusahaan mengalami kekurangan dana untuk menjalankan atau
melanjutkan usahanya (Eko dan Ivan, 2013).
Kebangkrutan dapat diartikan pula kesulitan keuangan yang
sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu lagi menjalankan
operasinya dengan baik. Sedangkan financial distress adalah kesulitan
keuangan yang mungkin mengawali kebangkrutan. Kebangkrutan juga
sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan (Edward,
2013).
Salah satu model prediksi kebangkrutan yang digunakan dalam
memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan adalah model Altman
(1968) yang menemukan bahwa perusahaan dengan probabilitas serta
solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan yang
dikenal dengan Z Score Model. Tetapi model yang hanya dapat
digunakan diperusahaan manufaktur tersebut telah dimodifikasi pada
tahun 1995. Altman melakukan modifikasi model untuk meminimalisir
efek industri karena keberadaan variabel perputaran aset (X5). Dengan
model yang dimodifikasi, model Altman dapat diterapkan pada semua
perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan non-
manufaktur. Altman dan Mcgough (1974) dalam Enggar dan Evi (2013)
menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan
suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82%, sedangkan
dengan menggunakan opini audit tingkat keakuratannya hanya mencapai
46%. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaa model prediksi
19
kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan
pemberian opini audit.
5. Debt Default
Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga
merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor
dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Seperti yang
tercantum dalam PSA No. 30, bahwa indikator going concern yang banyak
digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah
kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang (default). Penyebab
defaultnya suatu hutang disebabkan oleh kurangnya likuiditas perusahaan
untuk membayar hutang pokok dan bunganya pada saat jatuh tempo (PSA
No. 30).
Dapat diakatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan
faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur
kesehatan keuangan perusahaan. Chen dan Church (1992) telah melakukan
penelitian tentang pengaruh pemeringkat obligasi yang gagal bayar
(default) dengan penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian
Chen dan Church (1992) memberikan bukti yang empiris bahwa adanya
suatu asosiasi yang kuat antara pemeringkat obligasi yang gagal bayar
dengan penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan penerbit
obligasi tersebut. Penelitian Chen dan Church (1992) ini didukung oleh
hasil penelitian Muammar Khaddafi (2015) yang menyatakan bahwa
20
perusahaan yang mengalami default akan menerima opini audit going
concern. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka
aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi
hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan.
Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan
status default. Perusahaan yang gagal membayar hutangnya (debt default)
memiliki potensi yang lebih besar untuk menerima opini going concern
dari auditor,
6. Opini Audit Going Concern
Evaluasi mengenai going concern perusahaan merupakan
pekerjaan krusial bagi seorang auditor. Auditor harus menilai kemampuan
perusahaan untuk bertahan hidup melalui investigasi yang komprehensif
tentang kejadian dan kondisi yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup perusahaan tersebut. Auditor akan berhadapan dengan bukti-bukti
yang kompleks dan mungkin saling bertentangan antara satu dengan yang
lainnya. Auditor mengumpulkan bukti dalam waktu yang berbeda dan
mengintegrasikan informasi dari bukti baru tersebut untuk membuat suatu
pertimbangan (judgment). Pertimbangan audit terkonsentrasi pada asersi
laporan keuangan tertentu, yaitu mulai dari keyakinan awal atas asersi
tersebut hingga proses perbaikan setelah menerima dan menilai bukti
audit yang baru. Pada proses pertimbangan audit, hasil prosedur yang
dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk
21
berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dipertimbangkan karena
mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai
kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi
tersebut.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengindikasikan
bahwa apabila auditor mendapatkan bukti audit mengenai suatu pengujian
selama masa interim, auditor harus menentukan bukti audit tambahan apa
yang harus diperoleh untuk masa tersisa. Dalam melakukan penugasan
umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan
perusahaan. Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan audit. Dengan demikian auditor harus
memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Auditor akan mengeluarkan kualifikasi laporan audit jika dalam
menjalankan auditnya gagal mengkonfirmasi kepatuhan klien terhadap
peraturan yang berlaku.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29), jenis-jenis
opini audit sebagai berikut:
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan (Unqualified Opinion with Explanatory Language)
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
d. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
22
Going Concern merupakan kelangsungan hidup suatu badan
usaha. Dengan adanya going concern, maka suatu perusahaan
dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam
jangka panjang. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going
concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor
terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari
sudut pandang auditor, keputusan itu melibatkan beberapa tahap
analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi
ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar
hutang dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan
keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukan
hal yang berlawanan (Contrary Information). Biasanya informasi
yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan ketidakmampuan
satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa
melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui
bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang
dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (PSA no 30).
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan
auditor untuk memastikan bahwa apakah perusahaan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Para
pemakai laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit
going concern ini sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan.
23
Pengeluaran opini audit going concern ini sangat berguna bagi para
pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat
dalam berinvestasi. Investor perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan, terutama yang menyangkut kelangsungan hidup
perusahaan tersebut. Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung
jawab yang besar untuk mengeluarkan opini audit going concern yang
konsisten dengan keadaan sesungguhnya.
Kewajiban auditor mengungkapkan dampak kondisi ekonomi
terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai
kelangsungan hidup perusahaan adalah:
a. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan
modal kerja.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada
saat jatuh tempo dalam jangka pendek.
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak
diasuransikan seperti gempa bumi atau banjir atau masalah
perburuhan yang tidak biasa.
d. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang
sudah terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan
untuk beroperasi.
24
B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variable Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Lana Suryani (2014)
Praktik Manajemen Laba,
Pertumbuhan Perusahaan, Price
Earning Ratio, Audit Report Lag
Terkait Penerimaan Opini Audit
Going Concern.
- Variabel
manajemen laba
dan pertumbuhan
perusahaan
- Penelitian ini
menambahkan
variabel prediksi
kebangkrutan
dan debt default
- Objek dalam
penelitian ini
menggunakan
perusahaan
sektor
infrastruktur,
transportasi dan
utilitas yang
terdaftar di BEI
2012-2016
Praktik manajemen laba, price
earning ratio serta audit report
lag berpengaruh pada
penerimaan opini audit going
concern, sedangkan
pertumbuhan perusahaan tidak
ditemukan memiliki pengaruh
pada penerimaan opini audit
going concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
25
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variable Hasil
Persamaan Perbedaan
2. Andi Kartika (2012)
Pengaruh Kondisi Keuangan dan
Non Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Going Concern
Pada Perusahaan Manufaktur di
BEI.
- Variabel
Pertumbuhan
Perusahaan
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
manajemen laba,
prediksi
kebangkrutan
dan debt default
- Objek dalam
penelitian ini
menggunakan
perusahaan
sektor
infrastruktur,
transportasi dan
utilitas yang
terdaftar di BEI
2012-2016
Kondisi keuangan, kualitas
audit, dan opinion shopping
tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern
Opini audit tahun sebelumnya
dan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
26
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variable Hasil
Persamaan Perbedaan
3. Enggar Nursasi dan Evi Maria
(2013)
Analisis Opini Audit Going
Concern: Prediksi Kebangkrutan,
Leverage Dan Pertumbuhan
Perusahaan Pada Perusahaan
Perbankan Dan Pembiayaan Yang
Go Public Di BEI.
- Variabel Prediksi
Kebangkrutan dan
Pertumbuhan
Perusahaan
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
manajemen laba
dan debt default
- Objek dalam
penelitian ini
menggunakan
perusahaan
sektor
infrastruktur,
transportasi dan
utilitas yang
terdaftar di BEI
2012-2016
Prediksi kebangkrutan
berpengaruh positif terhadap
pemberian opini audit going
concern. Sedangkan leverage
dan pertumbuhan perusahaan
tidak berpengaruh terhadap
pemberian opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variable Hasil
Persamaan Perbedaan
4. Siti Qolillah, Abdul Halim dan
Retno Wulandari (2016)
Analisis Yang Memengaruhi
Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia.
- Variabel Lain:
debt default
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
manajemen laba,
pertumbuhan
perusahaan dan
prediksi
kebangkrutan
- Objek dalam
penelitian ini
menggunakan
perusahaan
sektor
infrastruktur,
transportasi dan
utilitas yang
terdaftar di BEI
2012-2016
Debt default dan audit lag
berpengaruh negatif terhadap
opini audit going concern,
sementara kondisi keuangan
perusahaan, auditor client
tenure, dan ukuran perusahan
berpengaruh positif terhadap
opini audit going concern dan
variabel kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap opini audit
going concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variable Hasil
Persamaan Perbedaan
5. Monica Krissindiastuti dan Ni
Ketut Rasmini (2016)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Opini Audit
Going Concern.
- Variabel
pertumbuhan
perusahaan
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
manajemen laba,
prediksi
kebangkrutan
dan debt default
- Objek dalam
penelitian ini
menggunakan
perusahaan
sektor
infrastruktur,
transportasi dan
utilitas yang
terdaftar di BEI
2012-2016
Audit tenure dan pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif
pada opini audit going concern.
Reputasi KAP dan opinion
shopping berpengaruh positif
pada opini audit going concern.
Sedangkan ukuran perusahaan
dan opini audit sebelumnya tidak
berpengaruh pada opini audit
going concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variable Hasil
- Persamaan - Perbedaan
6. Muammar Khaddafi (2015)
Effect Of Debt Default, Audit
Quality And Acceptance Of Audit
Opinion Going Concern In
Manufacturing Company In
Indonesia Stock Exchange
- Variabel debt
default
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
manajemen laba,
pertumbuhan
perusahaan dan
prediksi
kebangkrutan
Variabel debt default, kualitas
audit dan opini audit oleh uji F,
secara bersamaan berpengaruh
terhadap penerimaan opini going
concern dengan signifikansi
0,000. Sedangkan hasil uji t,
variabel debt default, kualitas
audit dan opini audit
berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini going concern,
dengan tingkat signifikansi
0,006, 0,022 dan 0,004.
7. Maria Tsipouridou dan
Charalambos Spathis (2014)
Audit opinion and earnings
management: Evidence from
Greece.
- Variabel earnings
management
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
pertumbuhan
perusahaan,
prediksi
kebangkrutan
dan debt default
Hasil penelitian menunjukkan
pendapat audit tidak terkait
dengan manajemen laba.
Karakteristik keuangan klien,
seperti profitabilitas dan ukuran
merupakan faktor penentu
keputusan opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variable Hasil
- Persamaan - Perbedaan
8. Eko Budi Santoso dan Ivan
Yudhistira Wiyono (2013)
Pengaruh Reputasi Auditor,
Prediksi Kebangkrutan,
Disclosure dan Leverage
Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
- Variabel prediksi
kebangkrutan
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
manajemen laba,
pertumbuhan
perusahaan dan
debt default
- Objek dalam
penelitian ini
menggunakan
perusahaan
sektor
infrastruktur,
transportasi dan
utilitas yang
terdaftar di BEI
2012-2016
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prediksi kebangkrutan
menggunakan model Z-score
dan leverage mempengaruhi
penerimaan going concern opini
audit. Pengujian hipotesis juga
menunjukkan bahwa reputasi
dan pengungkapan auditor tidak
mempengaruhi opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variable Hasil
- Persamaan - Perbedaan
9. Holiawati dan M. Rianton Ajie
Setiawan (2016)
Relationship Bankruptcy
Prediction, Company Growth and
Going Concern Opinion,
Evidance From Indonesia.
- Variabel
bankruptcy
prediction dan
company growth
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
manajemen laba
dan debt default
Prediksi kebangkrutan (model
Altman Z-score) berpengaruh
signifikan terhadap opini audit
going concern. Untuk
pertumbuhan perusahaan juga
memiliki pengaruh signifikan.
10. José Luis Gallizo, Ramon
Saladrigues (2016)
An analysis of determinants of
going concern audit opinion:
Evidence from Spain stock
exchange
- Variabel financial
decline
- Penelitian ini
menambahkan
variabel
manajemen laba,
pertumbuhan
perusahaan dan
debt default
Financial decline menyebabkan
auditor memberikan opini audit
going concern. Diaudit oleh
sebuah perusahaan audit kecil
memungkinkan perusahaan
memperoleh opini audit going
concern.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi (2017)
32
C. Kerangka Berpikir
Gambar. 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Variabel Dependen
Manajemen Laba
Discretionary Accrual (DA)
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan Penjualan
Prediksi Kebangkrutan
Altman Z Score
Debt Default
Variable Dummy
Pengungkapan Opini Audit
Going Concern
Variable Dummy
Metode Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Opini Audit Going Concern
Perusahaan Sektor Infrastruktur, Transportasi dan Utilitas
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016
Basis Teori : Teori Agensi
Variabel Independen
Variabel Dependen
Manajemen Laba
Discretionary Accrual (DA)
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan Penjualan
Prediksi Kebangkrutan
Altman Z Score
Debt Default
Variable Dummy
Pengungkapan Opini Audit
Going Concern
Variable Dummy
33
D. Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Pengungkapan Opini Audit
Going Concern
Manajemen laba yang dilakukan oleh para menajer pada
pencatatan penyusunan laporan keuangan perusahaan menyebabkan
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tidak akurat dan dan
tidak menggambarkan nilai yang sesungguhnya. Usaha-usaha yang
dilakukan manajemen dalam merekayasa laporan keuangan sering
menggambarkan bahwa perusahaan dalam kondisi tidak baik sehingga
auditor dapat mengeluarkan opini going concern (M. Haris dan Sudarno,
2013).
Dampak yang terjadi karena adanya manajemen laba adalah
kualitas laba yang dipertanyakan. Karena kualitas laba akan
mencerminkan kelanjutan laba dimasa mendatang. Manajemen laba yang
dilakukan para manajer berdampak pada kualitas laba perusahaan,
sehingga laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan tidak sesuai
dengan aktivititas bisnisnya. Dalam kondisi demikian, maka auditor dapat
mengeluarkan opini going concern karena suatu kondisi tertentu
Lana (2014) dan Yunita (2012) mengungkapkan bahwa praktik
manajemen laba berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern,
sedangkan M. Haris dan Sudarno (2013) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa praktik manajemen laba tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern.
34
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
Ha1: Manajemen laba berpengaruh terhadap pengungkapan opini
audit going concern
2. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Opini
Audit Going Concern
Perusahaan yang mengalami pertumbuhan, menunjukkan aktivitas
operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan
dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya.
Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif
berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu
untuk mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama
perusahaan. Penjualan perusahaan yang meningkat dari tahun ke tahun
memberi peluang perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba (Abdul
dan Baldric, 2014).
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi
cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk
mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Karena kebangkrutan
merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit
going concern, maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan
35
perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk
menerima opini going concern (Andi, 2012).
Andi (2012) dan Monica dan Ni Ketut (2016) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan
Hans (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit
going concern.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
Ha2: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan opini audit going concern
3. Pengaruh Prediksi Kebangkrutan Terhadap Pengungkapan Opini
Audit Going Concern
Kebangkrutan dapat diartikan pula kesulitan keuangan yang sangat
parah sehingga perusahaan tidak mampu lagi menjalankan operasinya
dengan baik. Sedangkan financial distress adalah kesulitan keuangan yang
mungkin mengawali kebangkrutan. Kebangkrutan juga sering disebut
likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan (Edward, 2013). Salah
satu hal terpenting yang harus diputuskan oleh auditor adalah apakah
perusahaan dapat mempertahakan kelangsungan hidupnya (going
concern). Laporan keuangan dengan modifikasi tentang going concern
36
mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor ada resiko bahwa
perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnisnya.
Enggar dan Evi (2013), Edward (2013) dan Holiawati dan M.
Rianton (2016) penelitiannya mengungkapkan bahwa prediksi
kebangkrutan secara signifikan berpengaruh positif terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
Ha3: Prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap pengungkapan
opini audit going concern
4. Pengaruh Debt Default Terhadap Pengungkapan Opini Audit Going
Concern
Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga
merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor
dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Seperti yang
tercantum dalam PSA No. 30, bahwa indikator going concern yang banyak
digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah
kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang (default). Penyebab
defaultnya suatu hutang disebabkan oleh kurangnya likuiditas perusahaan
untuk membayar hutang pokok dan bunganya pada saat jatuh tempo (PSA
No. 30).
37
Muammar Khaddafi (2015), Siti Qolilah et al (2016) dan Zulfikri
(2016) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa debt default
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Sedangkan Elia dan Maria (2016) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
Ha4: Debt default berpengaruh terhadap pengungkapan opini audit
going concern
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada permasalahan yang akan
diteliti yaitu pengaruh manajemen laba pertumbuhan perusahaan, prediksi
kebangkrutan dan debt default terhadap pengungkapan opini audit going
concern. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor
infrastruktur, transportasi dan utilitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2012-2016.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi atau sudah
diolah (Ghozali, 2013). Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan seluruh perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan utilitas
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012-2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel pada
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel
dengan menggunakan kriteria tertentu (Andi, 2012). Kriteria yang diambil
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan utilitas yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012-2016.
39
2. Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang asing pada laporan
keuangannya.
3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya dan telah diaudit
secara berturut–turut pada bulan Desember periode 2012-2016.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengaruh praktik manajemen laba, pertumbuhan
perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default terhadap pengungkapan
opini audit going concern peneliti menggunakan dua cara dalam memperoleh
data yaitu:
1. Penelitian Pustaka
Peneliti memperoleh data mengenai masalah yang diteliti
melalui buku, jurnal, tesis, internet, serta perangkat lain yang berkaitan
dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan
Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan
mengambil data laporan keuangan perusahaan sektor infrastruktur,
transportasi dan utilitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2012-2016.
40
D. Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan menguji
hipotesis yaitu dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan
menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for Social Science) versi
22.0. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya dan teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas data
pada variabel bebasnya (Ghozali, 2013). Adapun tahapan dalam regresi
logistik adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemenangan distribusi) (Ghozali, 2013). Mean digunakan untuk
memperkirakan nilai rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.
Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel.
Maksimum dan minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan
maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran
keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat
untuk dijadikan sampel penelitian. Analisis statistik deskriptif dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui deskripsi tentang manajemen
laba, pertumbuhan perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default
41
pada perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan utilitas yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.
2. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian keseluruhan model (overall model fit) dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada awal (Block
Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block
Number=1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihoptesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Berdasarkan hipotesis ini, maka H0 harus diterima dan Ha harus
ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan
fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa
model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Log likelihood
pada regresi logistik mirip dengan pengertian Sum of Square Error pada
model regresi, sehingga penurunan Log likelihood menunjukkan model
regresi semakin baik.
3. Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Test)
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau
sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data
42
sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow Goodness of Fit lebih besar daripada 0.05 maka hipotesis nol
tidak dapat ditolak dan berarti model mampu mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai
dengan data observasinya (Ghozali, 2013).
4. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square)
Uji koefisien determinasi dengan menggunakan Nagelkerke R
Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar variabel independen mampu menjelaskan dan mempengaruhi
variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi antara 1 sampai
dengan 0. Jika nilai semakin mendekati 1 maka model dianggap semakin
goodness of fit, sementara jika semakin mendekati 0 maka model dianggap
tidak goodness of fit (Ghozali, 2013).
5. Uji Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan sektor infrastruktur,
transportasi dan utilitas menerima opini going concern. Kekuatan prediksi
dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan sektor
infrastruktur, transportasi dan utilitas menerima opini going concern
adalah sebesar 100%.
43
6. Uji Signifikansi Regresi Logistik
Pengujian dengan model regresi logistik digunakan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian:
a. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikansi 5% (α = 0,05).
b. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada
signifikansi p-value. Jika taraf signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
dan jika taraf signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.
7. Analisis Hipotesis
Penelitian ini menggunakan Software SPSS versi 22.0 untuk
memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Penelitian ini akan menggunakan alat analisis regresi logistik
untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dengan ke empat
variabel independen. Tujuan analisis regresi logistik ialah menggunakan
nilai-nilai variabel independen yang diketahui, untuk meramalkan nilai
variabel dependen.
44
Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
sebagai berikut:
Ln 𝐺𝐶
1−GC = α + β1 ML DA + β2 PP + β3 PKB + β4 DD + e
Keterangan:
Ln 𝐺𝐶
1−GC = Variable Dummy Opini Audit Going Concern
α = Konstanta
β1 ML DA = Variable Manajemen Laba dengan Discretionary
Accrual sebagai proksinya
β2 PP = Variable Pertumbuhan Penjualan
β3 PKB = Variable Prediksi Kebangkrutan
β4 DD = Variable Debt Default
e = error
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan
opini audit going concern. Opini audit going concern merupakan opini
audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah
perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP,
2001). Auditor melakukan evaluasi terhadap perusahaan sebelum
menentukan apakah terdapat kesangsian atas kelangsungan usaha suatu
45
perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy.
Opini going concern (GC) diberi kode 1 sedangkan opini audit non going
concern (NGC) diberi kode 0.
2. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah manajemen laba,
pertumbuhan perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default.
a. Manajemen Laba
Manajemen laba yang dilakukan oleh para menajer pada
pencatatan penyusunan laporan keuangan perusahaan menyebabkan
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tidak akurat dan
tidak menggambarkan nilai yang sesungguhnya. Usaha-usaha yang
dilakukan manajemen dalam merekayasa laporan keuangan sering
menggambarkan bahwa perusahaan dalam kondisi tidak baik sehingga
auditor dapat mengeluarkan opini going concern.
Dalam pengukuran manajemen laba ini diskresionari akrual
diukur menggunakan model Friedlan (1994). Model Friedlan
merupakan pengembangan model Healy (1985) dan model De Angelo
(1986). Model ini merupakan model yang relatif sederhana karena
mneggunakan total akrual (total accruals) sebagai proksi manajemen
laba. Alasan penggunaan total akrual adalah karena total akrual
memiliki potensi untuk mengungkap cara-cara manajemen laba baik
itu menaikkan maupun menurunkan laba dan total akrual
46
mencerminkan keputusan manajemen, yaitu untuk menghapus aset,
pengakuan atau penundaan pendapatan dan menganggap biaya atau
modal suatu pengeluaran.
Perhitungan discretionary accruals menurut model Friedlan
(1994) adalah sebagai berikut:
DACpt = (TACpt / SALEpt) – (TACpd / SALEpd)
Keterangan :
DACpt : Discretionary accruals pada periode tes
TACpt : Total accruals pada periode tes
TACpd : Total accruals pada periode dasar
SALEpt : Penjualan pada periode tes
SALEpd : Penjualan pada periode dasar
b. Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi
cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk
mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Karena kebangkrutan
merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit
going concern, maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan
perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk
menerima opini going concern (Andi, 2012).
47
Perhitungan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan adalah
dengan menggunakan pertumbuhan penjualan karena penjualan yang
terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang perusahaan
untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan perusahaan, akan semakin kecil kemungkinan
auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Monica dan Ni
Ketut, 2016).
Perhitungan dengan mengukur pertumbuhan penjualan adalah
sebagai berikut.
PP = (PBt – P Bt-1) / PBt-1
Keterangan:
PP : Pertumbuhan Penjualan
PBt : Penjualan Bersih tahun sekarang
PBt-1 : Penjualan Bersih satu tahun sebelumnya
c. Prediksi Kebangkrutan
Analisis mengenai kebangkrutan suatu perusahaan sangat
penting bagi berbagai pihak. Hal ini dikarenakan kebangkrutan suatu
perusahaan tidak hanya akan merugikan pihak perusahaan saja, tetapi
juga merugikan pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, analisis prediksi kebangkrutan dapat
dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-
48
tanda kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut
diketahui, maka akan semakin baik bagi pihak manajemen. Manajemen
bisa segera melakukan perbaikan-perbaikan agar perusahaan tidak
mengalami kebangkrutan. Disamping itu, bagi pihak eksternal
perusahaan, prediksi kebangkrutan ini bisa digunakan sebagai landasan
dalam pengambilan keputusan finansial.
Perhitungan untuk mengukur prediksi kebangkrutan adalah
dengan menggunakan Model yang dikembangkan oleh Edward I.
Altman pada tahun 1968 yang dimodifikasi pada tahun 1995. Altman
melakukan modifikasi model untuk meminimalisir efek industri karena
keberadaan variabel perputaran aset (X5). Dengan model yang
dimodifikasi, model Altman dapat diterapkan pada semua perusahaan
baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan non manufaktur.
Dalam Model Altman Z-Score Modifikasi, Altman mengeliminasi
variabel X5, yaitu rasio penjualan terhadap total aset, sehingga model
modifikasinya menjadi sebagai berikut (Queenaria dan Rustiana,
2015).
49
Z”-Score = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4
Keterangan:
X1 = working capital / total assets
X2 = retained earnings / total assets
X3 = earnings before interest and taxes / total assets
X4 = market value of equity / total assets
Dari hasil perhitungan Model Altman Modifikasi diperoleh
nilai Z”-Score yang dibagi dalam tiga kategori sebagai berikut:
1. Jika nilai Z” > 2,60 maka perusahaan termasuk dalam kategori
sehat.
2. Jika nilai 1,10 < Z” < 2,60 maka perusahaan termasuk dalam
kategori grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat
atau tidak sehat).
3. Jika nilai Z” < 1,10 maka perusahaan termasuk dalam kategori
tidak sehat.
d. Debt Default
Debt default dianggap sebagai faktor yang memengaruhi opini
audit going concern oleh auditor. Ketika jumlah hutang perusahaan
sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak
dialokasikan untuk menutupi hutangnya sehingga akan mengganggu
kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mempu
50
dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default (Siti Qolilah et
al, 2016).
Pengukuran untuk mengukur debt default ini adalah dengan
menggunakan variabel dummy. Yaitu 1 apabila perusahaan
mendapatkan status default dan 0 apabila perusahaan tidak
mendapatkan status default. Sebuah perusahaan dapat dikatakan dalam
keadaan default hutangnya apabila memenuhi salah satu kondisi
dibawah ini (Chen dan Church, 1992) yaitu:
1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar hutang pokok
atau bunganya
2. Persetujuan perjanjian hutang dilanggar, jika pelanggaran perjanjian
tersebut tidak dituntut atau telah dituntut kreditor untuk masa
kurang dari satu tahun.
3. Perusahaan sedang dalam proses negosiasi restrukturisasi hutang
yang jatuh tempo.
51
3. Tabel Operasional Variabel
Tabel 3.1
Tabel Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Manajemen Laba
(X1)
(Friedlan, 1994)
discretionary accruals model
Friedlan (1994)
DACpt = (TACpt / SALEpt) –
(TACpd / SALEpd)
Keterangan :
DACpt : Discretionary accruals
pada periode tes
TACpt : Total accruals pada
periode tes
TACpd : Total accruals pada
periode dasar
SALEpt : Penjualan pada periode
tes
SALEpd : Penjualan pada periode
dasar
Skala
Rasio
Pertumbuhan
Perusahaan (X2)
(Monica dan Ni
Ketut, 2016)
PP = (PBt – P Bt-1) / PBt-1
Keterangan:
PP : Pertumbuhan Penjualan
PBt : Penjualan Bersih tahun
sekarang
PBt-1 : Penjualan Bersih satu tahun
sebelumnya
Skala
Rasio
Prediksi
Kebangkrutan (X3)
(Queenaria dan
Rustiana, 2015)
Altman Z Score
Z”-Score = 6,56 X1 + 3,26 X2 +
6,72 X3 + 1,05 X4
Keterangan:
X1 = working capital / total assets
X2 = retained earnings / total
assets
X3 = earnings before interest and
taxes / total assets
X4 = market value of equity / total
assets
Skala
Rasio
Bersambung pada halaman selanjutnya
52
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Tabel Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Debt Default (X4)
(Chen dan Church,
1992)
Variabel ini diukur dengan
menggunakan variabel dummy.
Perusahaan dengan status debt
default diberi kode 1 sedangkan
perusahaan non debt default diberi
kode 0.
Skala
Nominal
Opini Audit Going
Concern (X5)
Variabel ini diukur dengan
menggunakan variabel dummy.
Opini going concern (GC) diberi
kode 1 sedangkan opini audit non
going concern (NGC) diberi kode
0.
Skala
Nominal
Sumber: Diolah dari berbagai referensi (2017)
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor
infrastruktur, transportasi dan utilitas yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2012-2016. Tahun penelitian yang dipilih
dalam penelitian ini adalah tahun 2012-2016 agar waktu pengamatan
panjang sehingga peneliti dapat menganalisis perkembangan perusahaan
selama lima tahun berturut-turut. Pemilihan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling dengan seleksi kriteria pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Tabel Seleksi Sampel Dengan Kriteria
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan Sektor Infrastruktur, Transportasi dan
Utilitas yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016 48
2. Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang
asing pada laporan keuangannya (20)
3.
Perusahaan yang mempublikasikan laporan
keuangannya dan telah diaudit secara berturut–turut
pada bulan Desember periode 2012-2016
(6)
Jumlah Sampel Tiap Periode 22
Periode Penelitian 5
Jumlah Sampel Akhir 110
Sumber: Diolah dari berbagai referensi (2017)
54
Dari total 110 perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan
utilitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016 jumlah
perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut untuk periode tersebut
berjumlah 48 perusahaan. Dari 48 perusahaan, terdapat 6 perusahaan yang
laporan keuangan tahunnya tidak tersedia dan terdapat juga 20 perusahaan
yang menggunakan mata uang asing dalam laporan keuangannya.
Berdasarkan data tersebut maka perusahaan yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel adalah sebanyak 22 perusahaan dengan periode 5 tahun
sehingga jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 110. Daftar
perusahaan yang telah memenuhi kriteria dan menjadi sampel penelitian
disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Tabel Daftar Perusahaan
No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1. PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Tbk APOL
2. PT. Adi Sarana Armada, Tbk ASSA
3. PT. Cardig Aero Services, Tbk CASS
4. PT. Cipta Marga Nusaphala Persada, Tbk CMNP
5. PT. XL Axiata, Tbk EXCL
6. PT. Smartfren Telecom, Tbk FREN
7. PT. Inti Bangun Sejahtera, Tbk IBST
8. PT. Indosat, Tbk ISAT
9. PT. Jasa Marga (Persero), Tbk JSMR
10. PT. Leyand International, Tbk LAPD
11. PT. Nusantara Infrastructure, Tbk META
12. PT. Mitra Internasional Resources, Tbk MIRA
13. PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri, Tbk NELY
14. PT. Steady Safe, Tbk SAFE
15. PT. Solusi Tunas Pratama, Tbk SUPR
16. PT. Express Transindo Utama, Tbk TAXI
17. PT. Tower Bersama Infrastructure, Tbk TBIG
Bersambung pada halaman selanjutnya
55
Tabel 4.2 (Lanjutan)
Tabel Daftar Perusahaan
No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan
18. PT. Telekom Indonesia, Tbk TLKM
19. PT. Pelayaran Tempuran Emas, Tbk TMAS
20. PT. Sarana Menara Nusantara, Tbk TOWR
21. PT. Truba Alam Manunggal Engineering, Tbk TRUB
22. PT. Weha Transportasi Indonesia, Tbk WEHA
Sumber: Diolah dari berbagai referensi (2017)
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive
sampling. Melalui metode purposive sampling diharapkan sampel dapat
mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian
yang telah dijelaskan sebelumnya. Sampel dipilih dengan tujuan agar
tersedianya data yang dibutuhkan didalam penelitian.
Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan tahunan dan laporan
keuangan auditee pada tahun penelitian dapat diketahui jenis opini yang
diterima masing-masing perusahaan selama periode peneltian. Opini
tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis opini audit, yaitu opini
audit going concern (GC) dan opini audit non going concern (NGC).
Distribusi perusahaan tersebut disajikan dalam tabel 4.3.
56
Tabel 4.3
Tabel Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit
Opini /
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 Total
GC 5 5 6 6 5 27
22.72% 22.72% 27.28% 27.28% 22.72% 24.54%
NGC 17 17 16 16 17 83
77.28% 77.28% 72.72% 72.72% 77.28% 75.46%
Total 22 22 22 22 22 110
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber: Diolah dari berbagai referensi (2017)
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada tahun 2012
jumlah perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan utilitas yang
memperoleh opini audit going concern adalah sebanyak 5 perusahaan atau
22.72% dari perusahaan total. Pada tahun 2013 jumlah perusahaan sampel
yang memperoleh opini audit going concern tetap sama sebanyak 5
perusahaan. Namun pada tahun 2014 jumlah perusahaan sampel yang
memperoleh opini audit going concern bertambah 1 perusahaan yaitu
sebanyak 6 perusahaan atau 27,28% dari perusahaan total. Pada tahun
2015 jumlah perusahaan sampel yang memperolah opini audit going
concern kembali sama yaitu sebanyak 6 perusahaan. Dan pada tahun 2016
perusahaan sampel yang memperoleh opini audit going concern kembali
berkurang 1 perusahaan yaitu sebanyak 5 perusahaan.
B. Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi logistik agar diperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel
57
independen terhadap variabel dependen. Vaiabel independen dalam penelitian
ini adalah manajemen laba, pertumbuhan perusahaan, prediksi kebangkrutan
dan debt default. Sedangkan variabel dependen yaitu opini audit going
concern.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 110
data observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian 5
tahun dari data tahun 2012-2016 dengan jumlah perusahaan sampel
sebanyak 22 perusahaan.
Tabel 4.4
Tabel Descriptive Statistics Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
MLDA 110 ,00036 6,07013 ,4178867 ,85505284
PP 110 ,00963 8,63318 ,3229944 ,83147510
PKB 110 ,03481 291,58639 13,1528836 48,77076625
DD 110 0 1 ,14 ,345 GC 110 0 1 ,25 ,432 Valid N (listwise) 110
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.4, hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif dijelaskan sebagai berikut:
a. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Manajemen Laba (ML
DA)
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel manajemen
laba dengan discretionary accrual (ML DA) dengan pengukuran
menggunakan model Friedlan (1994) menunjukkan nilai minimum
sebesar 0,00036, nilai maksimum sebesar 6,07013 dengan nilai rata-
58
rata sebesar 0,41789 dan standar deviasi 0,85506. Nilai rata-rata
sebesar 0,41789 dari nilai maksimum sebesar 6,07013 menunjukkan
bahwa dari 110 sampel perusahaan infrastruktur, transportasi dan
utilitas terdapat lebih banyak perusahaan yang menerima discretionary
accrual daripada perusahaan yang tidak menerimanya.
b. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Pertumbuhan
Perusahaan (PP)
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel pertumbuhan
perusahaan (PP) dengan pengukuran menggunakan pertumbuhan
penjualan menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00963, nilai
maksimum sebesar 8,63318 dengan nilai rata-rata sebesar 0,32299 dan
standar deviasi 0,83148. Nilai minimum sebesar 0.00963 atau nilai
terendah dari pertumbuhan perusahaan dengan pengukuran
menggunakan pertumbuhan penjualan terdapat pada PT. Indosat, Tbk
(ISAT) pada tahun 2014 karena pendapatan yang diperoleh pada tahun
2014 yang sebesar Rp 24.085.101.000.000,- hanya meningkat sebesar
Rp 229.829.000.000,- dari tahun 2013 yang sebesar Rp
23.855.272.000.000,-. Dan pertumbuhan perusahaan maksimum atau
yang tertinggi sebesar 8,63318 terdapat pada PT. Inti Bangun
Sejahtera, Tbk (IBST) pada tahun 2012 karena pendapatan tahun 2011
yang hanya Rp 42.944.342.695,- mengalami kenaikan pendapatan
59
yang cukup tinggi sebesar Rp 370.746.111.083,- karena pendapatan
pada tahun 2012 sebesar Rp 413.690.453.778,-.
c. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Prediksi Kebangkrutan
(PKB)
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel prediksi
kebangkrutan (PKB) dengan pengukuran menggunakan Altman Z
Score menunjukkan nilai minimum sebesar 0,03481, nilai maksimum
sebesar 291,58639 dengan nilai rata-rata sebesar 13,15289 dan standar
deviasi 48,77077. Nilai minimum sebesar 0.03481 atau nilai terendah
dari Z Score terdapat pada PT. Jasa Marga (Persero), Tbk pada tahun
2016. Dan nilai maksimum atau yang tertinggi sebesar -291,58639
terdapat pada PT. Steady Safe, Tbk (SAFE) pada tahun 2012 karena
telah mengalami penurunan modal kerja secara berturut-turut sejak
tahun 2012 hingga tahun 2016 sehingga memiliki Z Score < 1,10 dan
sangat jauh nilainya sehingga penyebabkan perusahaan mendapatkan
penilaian perusahaan yang tidak sehat.
d. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Debt Default (DD)
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel debt default
(DD) menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar
1 dengan nilai rata-rata sebesar 0,14 dan standar deviasi 0,345.
Perusahaan yang mendapatkan status default berjumlah 3 perusahaan
60
yang terdapat pada PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Tbk (TBK), PT.
Smartfren Telecom, Tbk dan PT. Steady Safe, Tbk yang mendapatkan
status default selama 5 tahun berturut-turut sejak tahun 2012 hingga
tahun 2016. Berarti dari 110 sampel perusahaan yang diteliti hanya
13,63% sampel perusahaan yang mendapatkan status default dan
86,37% sampel perusahaan yang tidak mendapatkan status default.
e. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Opini Audit Going
Concern (GC)
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel opini audit
going concern (GC) menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai
maksimum sebesar 1 dengan nilai rata-rata sebesar 0,25 dan standar
deviasi 0,432.
Dari 110 sampel perusahaan yang diteliti hanya 24,54% sampel
perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern (GC) atau
berarti hanya 27 sampel perusahaan. Dan terdapat 75,46% sampel
perusahaan yang tidak mendapatkan opini audit going concern (NGC)
atau berarti lebih banyak perusahaan yang tidak mendapatkannya
sebanyak 83 perusahaan.
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Karena variabel dependen bersifat dummy (menerima opini going
concern atau tidak menerima opini going concern), maka pengujian
61
terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik.
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya dan teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas data
pada variabel bebasnya (Ghozali, 2013). Adapun tahapan dalam regresi
logistik adalah sebagai berikut:
a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian keseluruhan model (overall model fit) dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada awal
(Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block
Number=1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihoptesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Berdasarkan hipotesis ini, maka H0 harus diterima dan Ha harus
ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan
berdasarkan fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data
input.
62
Tabel 4.5
Tabel Iteration History 0
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0 1 122,831 -1,018
2 122,603 -1,120
3 122,603 -1,123
4 122,603 -1,123
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 122,603 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 22.0, pada tabel 4.5
menunjukkan bahwa nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration
History 0) adalah sebesar 122,603. Secara matematis, angka tersebut
signifikan pada alpha 5% dan berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak.
Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data
(sebelum dimasukkan variabel bebas ke dalam model regresi)
(Ghozali, 2013). Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara
nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration History 0) dengan -2 Log
Likelihood akhir (tabel Iteration History 1).
63
Tabel 4.6
Tabel Iteration History 1 Iteration History
a,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant MLDA PP PKB DD
Step 1 1 75,440 -1,609 ,330 -,068 ,001 3,408
2 69,938 -2,068 ,454 -,122 ,002 4,839
3 68,738 -2,161 ,477 -,155 ,008 5,648
4 66,517 -2,226 ,457 -,162 ,042 5,762
5 51,463 -3,190 ,170 -,187 ,533 3,835
6 49,707 -3,776 ,159 -,197 ,632 5,107
7 49,511 -3,922 ,159 -,211 ,659 6,175
8 49,459 -3,929 ,159 -,213 ,661 7,186
9 49,440 -3,929 ,159 -,213 ,661 8,189
10 49,433 -3,929 ,159 -,213 ,661 9,191
11 49,431 -3,929 ,159 -,213 ,661 10,191
12 49,430 -3,929 ,159 -,213 ,661 11,191
13 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 12,191
14 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 13,191
15 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 14,191
16 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 15,191
17 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 16,191
18 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 17,191
19 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 18,191
20 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 19,191
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 122,603 d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.6 tersebut terjadi
penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan akhir sebesar
73,174. Penurunan tersebut dapat diartikan bahwa penambahan
variabel bebas ke dalam model regresi memperbaiki model fit atau
dengan kata lain model fit dengan data.
b. Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Test)
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s
64
Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok
atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan
data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer
and Lemeshow Goodness of Fit lebih besar daripada 0.05 maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2013).
Selanjutnya ditunjukkan tabel 4.7, Hosmer and Lemeshow
Goodness of Fit yang menunjukkan bisa tidaknya model memprediksi
nilai observasi:
Tabel 4.7
Tabel Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 13,223 8 ,104
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi adalah sebesar 0,104. Nilai signifikansi yang diperoleh
tersebut telah memenuhi syarat dengan nilai diatas 0,05 (α) 5% yang
berarti hipotesis 0 (H0) tidak dapat ditolak atau dengan kata lain model
diterima. Hal ini berarti model mampu memprediksi nilai observasinya
atau model dapat diterima karena cocok dengan data observasi nya
sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
65
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square)
Uji koefisien determinasi dengan menggunakan Nagelkerke R
Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan
mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square
bervariasi antara 1 sampai dengan 0 . Jika nilai semakin mendekati 1
maka model dianggap semakin goodness of fit, sementara jika semakin
mendekati 0 maka model dianggap tidak goodness of fit (Ghozali,
2013).
Tabel 4.8
Tabel Model Summary Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 49,429a ,486 ,723
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.8 adalah tabel model summary. Pada tabel ini nilai
Nagelkerke R Square menunjukkan nilai 0,723. Hal ini berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen dalam penelitian ini adalah sebesar 72,3%. Sisanya sebesar
27,7% dijelaskan oleh variabel independen lain diluar model penelitian
ini, misalnya price earning ratio, audit report lag, Rasio Leverage,
Reputasi Auditor, Disclosure dan lain sebagainya. Dapat dikatakan
bahwa variasi variabel independen dalam penelitian ini yaitu
manajemen laba, pertumbuhan perusahaan, prediksi kebangkrutan dan
66
debt default mampu menjelaskan variasi variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu opini audit going concern sebesar 72,3%.
d. Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan sektor
infrastruktur, transportasi dan utilitas menerima opini going concern.
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan utilitas menerima
opini going concern adalah sebesar 100%.
Tabel 4.9
Tabel Classification
Classification Tablea
Observed
Predicted
Y Percentage
Correct NGC GC
Step 1 GC
NGC 83 0 100,0
GC 6 21 77,8
Overall Percentage 94,5
a. The cut value is ,500
Sumber: Output SPSS
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa menurut prediksi,
perusahaan yang memperoleh opini audit going concern adalah 27,
sedangkan berdasarkan observasi sesungguhnya adalah 21. Jadi
ketepatan model ini adalah 21/27 atau 77,8%. Sedangkan prediksi
perusahaan yang memperoleh opini audit non going concern adalah
83, sedangkan menurut observasi sesungguhnya adalah 83. Jadi
67
ketepatan model ini adalah 83/83 atau 100%. Ketepatan dari prediksi
keseluruhan model ini adalah sebesar 94,5%.
e. Hasil Uji Signifikansi Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh variabel manajemen laba, pertumbuhan perusahaan, prediksi
kebangkrutan dan debt default terhadap variabel dependen opini audit
going concern dengan menggunakan analisis regresi logistik yang
hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Tabel Variables in the Equation Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a MLDA ,159 ,340 ,219 1 ,640 1,172
PP -,213 1,017 ,044 1 ,834 ,808
PKB ,661 ,180 13,447 1 ,000 1,936
DD 19,191 3298,968 ,000 1 ,995 216121821,704
Constant -3,929 ,743 27,976 1 ,000 ,020
a. Variable(s) entered on step 1: MLDA, PP, PKB, DD.
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.10 maka model regresi yang terbentuk
adalah sebagai berikut:
Ln 𝐺𝐶
1−GC = -3,929 + 0,159 X1 – 0,213 X2 + 0,661 X3 + 19,191 X4 + e
Berdasarkan pengujian regresi logistik sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam
empat bagian. Bagian pertama membahas pengaruh manajemen laba
(MLDA) terhadap opini audit going concern (GC) (H1). Bagian kedua
68
membahas pengaruh pertumbuhan perusahaan (PP) terhadap opini
audit going concern (GC) (H2). Bagian ketiga membahas pengaruh
prediksi kebangkrutan (PKB) terhadap opini audit going concern (GC)
(H3). Bagian keempat membahas pengaruh debt default (DD) terhadap
opini audit going concern (GC) (H4).
C. Pembahasan
1. Pengaruh Manajemen Laba (MLDA) terhadap Opini Audit Going
Concern (GC)
Berdasarkan persamaan model regresi yang terbentuk diatas maka
dapat dijelaskan bahwa hipotesis pertama menyebutkan bahwa manajemen
laba mempunyai pengaruh pada opini audit going concern. Pengukuran
manajemen laba menggunakan model Friedlan (1994) dengan mencari
diskresionari akrualnya. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa
manajemen laba memiliki koefisien senilai 0,159 dan tingkat signifikansi
senilai 0,640 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut dapat
membuktikan bahwa manajemen laba tidak mempunyai pengaruh pada
opini audit going concern, maka H1 tidak berhasil didukung atau dengan
kata lain ditolak.
Dari hasil penelitian ini dapat dianalisa bahwa auditor tidak
memberikan opini audit going concern berdasarkan perilaku manajemen
laba yang dilakukan perusahaan. Meskipun dengan adanya perilaku
manajemen laba yang membuat laporan keuangan menjadi tidak akurat
69
dan tidak menunjukkan keadaan aslinya tetapi auditor tidak mengeluarkan
opini audit going concern. Dikarenakan auditor kemungkinan lebih
menilai bagaimana penyajian laporan keuangannya apakah sudah sesusai
dengan prinsip akuntansi dan kondisi keuangan perusahaan lainnya yang
sebenarnya seperti kondisi hutang, kondisi keuangan dalam memprediksi
kebangkrutan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa manajemen laba
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Lana (2014) dan Yunita
(2015) yang menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh signifikan
terhadap opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini konsisten
dengan temuan M. Haris dan Sudarno (2013) yang menemukan bahwa
manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa auditor memberikan
opini audit going concern perusahaan tidak berdasarkan pada perilaku
manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pemberian opini audit going
concern yang diberikan oleh auditor tidak melihat keberlanjutan laba tetapi
lebih didasarkan pada kondisi keuangan perusahaan tersebut. KAP sebagai
pemberi opini nampaknya akan banyak mempertimbangkan kondisi
keuangan perusahaan sebagai pijakan awal dalam menentukan opini going
concern. Sedangkan adanya manajemen laba mempengaruhi auditor dalam
memberikan jenis opini auditnya apakah dalam penyusunan laporan sudah
70
disajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum atau
tidak (M. Haris dan Sudarno, 2013).
Dan penelitian ini tidak konsisten dengan hasil dari penelitian yang
dilakukan Lana (2014) yang memberi kesimpulan bahwa apabila terjadi
peningkatan nilai praktik manajemen laba maka kemungkinan penerimaan
opini audit going concern juga meningkat.
2. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan (PP) terhadap Opini Audit
Going Concern (GC)
Berdasarkan persamaan model regresi yang terbentuk diatas maka
dapat dijelaskan bahwa hipotesis pertama menyebutkan bahwa
pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh pada opini audit going
concern. Pengukuran pertumbuhan perusahaan diukur menggunakan
rumus pertumbuhan penjualan dengan melihat nilai rasio peningkatan
penjualan dari tahun ke tahunnya. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa
pertumbuhan perusahaan memiliki koefisien senilai -0,213 dan tingkat
signifikansi senilai 0,834 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut
dapat membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak mempunyai
pengaruh pada opini audit going concern, maka H2 tidak berhasil didukung
atau dengan kata lain ditolak.
Dari hasil penelitian ini dapat dianalisa bahwa auditor tidak
memberikan opini audit going concern berdasarkan pertumbuhan
perusahaan yang dihitung menggunakan pertumbuhan penjualan.
71
Meskipun pertumbuhan penjualannya terlihat menurun tetapi belum tentu
laba yang dimiliki perusahaan juga ikut turun dikarenakan menurunnya
penjualan juga menurunkan beban-beban yang dihasilkan perusahaan.
Auditor kemungkinan lebih menilai bagaimana beban yang dikeluarkan
perusahaan, produksi yang tetap dijalankan perusahaan dan hal lainnya
yang akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan dimasa
mendatang.
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Andi (2012), Ira
(2012), Abdul dan Badric (2012) dan Monica dan Ni Ketut (2016) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini konsisten
dengan temuan Hans (2012), Enggar dan Evi (2013), Lana (2014) dan Feri
dan Bambang (2015) yang menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa auditor memberikan
opini audit going concern perusahaan tidak berdasarkan pada pertumbuhan
perusahaan dalam memberikan opini audit going concern karena
peningkatan penjualan belum tentu berbanding lurus dengan peningkatan
laba. Pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa diasumsikan akan
secara otomatis berpengaruh positif terhadap laba yang diperoleh
72
perusahaan. Peningkatan beban operasional juga harus diperhitungkan,
beban operasional yang lebih tinggi dari peningkatan penjualan akan
mengakibatkan laba bersih yang negatif dan berdampak pada menurunnya
saldo laba ditahan perusahaan (Feri dan Bambang, 2015).
Dan penelitian ini tidak konsisten dengan hasil dari penelitian yang
dilakukan Andi (2012) yang memberi kesimpulan bahwa perusahaan yang
mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang negatif mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut tidak dapat mempertahankan posisi
ekonominya dan kemungkinan tidak dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Sehingga auditor cenderung memberikan opini
audit going concern kepada perusahaan yang mengalami pertumbuhan
negatif.
3. Pengaruh Prediksi Kebangkrutan (PKB) terhadap Opini Audit Going
Concern (GC)
Berdasarkan persamaan model regresi yang terbentuk diatas maka
dapat dijelaskan bahwa hipotesis pertama menyebutkan bahwa prediksi
kebangkrutan mempunyai pengaruh pada opini audit going concern.
Pengukuran prediksi kebangkrutan diukur menggunakan Altman Z Score
Modifikasi dengan melihat nilai rasio dari Z Score yang dihasilkan
perusahaan untuk mengetahui tingkatan kategori perusahaan yang
diprediksi bangkrut atau sehat. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa
prediksi kebangkrutan memiliki koefisien senilai 0,661 dan tingkat
73
signifikansi senilai 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut
dapat membuktikan bahwa prediksi kebangkrutan mempunyai pengaruh
pada opini audit going concern, maka H3 diterima.
Dari hasil penelitian ini dapat dianalisa bahwa auditor memberikan
opini audit going concern berdasarkan prediksi kebangkrutan perusahaan
yang dinilai menggunakan Altman Z Score. Karena perusahaan yang
sedang dalam kondisi keuangan cenderung akan kesulitan dalam
memperoleh modal tambahan baik dari calon investor maupun krediturnya
karena mereka nantinya akan mempertimbangkan juga apakah dana yang
akan diinvestasikan atau dipinjamkan dapat kembali untung atau
dikembalikan lagi dengan mudah karena kondisi perusahaan yang belum
jelas kelangsungan hidupnya.
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa prediksi kebangkrutan
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Enggar dan Evi (2013), Eko dan
Ivan (2013), Edward (2013) dan Holiawati dan M. Rianton (2016) yang
menyatakan bahwa prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan terhadap
opini audit going concern.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa auditor memberikan
opini audit going concern perusahaan berdasarkan prediksi kebangkrutan
perusahaan dengan melihat nilai dari Z scorenya. Semakin rendah nilai Z
score perusahaan akan memperbesar keraguan auditor akan kelangsungan
hidup perusahaan sehingga akan semakin memperbesar kemungkinan
74
auditor untuk mengeluarkan opini going concern terhadap perusahaan
(Eko dan Ivan, 2013). Sebaliknya, semakin tinggi nilai Z score yang
dimiliki oleh suatu perusahaan maka keadaan perusahaan tersebut akan
semakin baik dan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini audit
going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan
(Edward. 2013).
4. Pengaruh Debt Default (DD) terhadap Opini Audit Going Concern
(GC)
Berdasarkan persamaan model regresi yang terbentuk diatas maka
dapat dijelaskan bahwa hipotesis pertama menyebutkan bahwa debt
default mempunyai pengaruh pada opini audit going concern. Pengukuran
debt default diukur menggunakan variabel dummy dengan indikator status
default Chen and Church (1992). Hasil pengujian memperlihatkan bahwa
debt default memiliki koefisien senilai 19,191 dan tingkat signifikansi
senilai 0,995 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut dapat
membuktikan bahwa debt default tidak mempunyai pengaruh pada opini
audit going concern, maka H4 tidak berhasil didukung atau dengan kata
lain ditolak.
Dari hasil penelitian ini dapat dianalisa bahwa auditor tidak
memberikan opini audit going concern berdasarkan status hutang
perusahaan. Meskipun dengan adanya status default yang terdapat pada
perusahaan maupun dengan ketidaksanggupan perusahaan dalam
75
membayarkan hutang ataupun bunganya tetapi auditor tidak mengeluarkan
opini audit going concern. Dikarenakan auditor kemungkinan lebih
menilai bagaimana keberlangsungan perusahaan dari faktor produksinya
maupun penjualannya walaupun untuk saat ini perusahaan belum dapat
membayarkan hutangnya tetapi jika produksi dan penjualannya terus
lancar maka auditor akan mempertimbangkan hal lain dalam
mengeluarkan opini audit going concern.
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa debt default
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Herawati dan Hendra
(2015), Muammar Khaddafi (2015), Zulfikri (2016) dan Siti Qolilah et al
(2016) yang menyatakan bahwa debt default berpengaruh signifikan
terhadap opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini konsisten
dengan temuan Rizki dan Indah (2014), Fini dan Siska (2015) serta Elia
dan Maria (2016) yang menemukan bahwa debt default tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa auditor memberikan
opini audit going concern perusahaan tidak berdasarkan pada status default
atau status hutang yang dimiliki perusahaan dalam memberikan opini audit
going concern. Hal ini disebabkan, walaupun perusahaan dalam kondisi
debt default yaitu gagal membayar pokok hutang dan bunganya pada saat
jatuh tempo auditor, belum tentu akan memberikan opini audit going
concern hanya karena kondisi tersebut, tetapi auditor lebih
76
mempertimbangkan kondisi perusahaan yang mengalami kerugian operasi
yang berulang kali terjadi sejak tahun sebelumnya dan defisit (Elia dan
Maria, 2016).
Dan penelitian ini tidak konsisten dengan hasil dari penelitian yang
dilakukan Siti Qolilah et al (2016) yang menunjukkan bahwa debt default
berpengaruh terhadap auditor dalam mengeluarkan opini audit going
concern, hal ini dapat dikatakan bahwa semakin meningkat kegagalan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, maka semakin
kecil potensi kelangsungan hidup perusahaan.
77
BAB V
PENUTUP
D. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba,
pertumbuhan perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default terhadap
pengungkapan opini audit going concern. Data dalam penelitian ini berjumlah
110 sampel perusahaan yang diambil dari perusahaan sektor infrastruktur,
transportasi dan utilitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-
2016 yang telah memenuhi kriteria penelitian. Berdasarkan pada data yang
telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan model regresi logistik, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going
concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian M. Haris dan
Sudarno (2013) yang juga menyatakan bahwa manajemen laba tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern.
2. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini
audit going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Hans
(2012), Enggar dan Evi (2013), Lana (2014) dan Feri dan Bambang
(2015) yang juga menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern.
78
3. Prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going
concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Enggar dan Evi
(2013), Eko dan Ivan (2013), Edward (2013) dan Holiawati dan M.
Rianton (2016) yang juga menyatakan bahwa prediksi kebangkrutan
berpengaruh terhadap opini audit going concern.
4. Debt default tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going
concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Rizki dan Indah
(2014), Fini dan Siska (2015) serta Elia dan Maria (2016) yang juga
menyatakan bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap opini audit
going concern.
E. Implikasi
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
akuntansi khususnya dalam bidang auditing dengan memberikan bukti
empiris mengenai pengaruh praktik manajemen laba, pertumbuhan
perusahaan, prediksi kebangkrutan dan debt default terhadap opini audit
going concern pada perusahaan sektor infrastruktur, transportasi dan
utilitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.
Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkuat temuan-
temuan dari penelitian sebelumnya. Dan bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang
akan datang serta dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan
79
penelitian terkait dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perusahaan dalam mendapatkan pengungkapan opini audit going
concern.
2. Bagi Auditor
Berdasarkan hasil penelitian ini, yang menunjukkan bahwa
prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap opini audit going concern
yang diukur menggunakan Altman Z Score Modifikasi dengan melihat
nilai rasio dari Z Score yang dihasilkan perusahaan untuk mengetahui
tingkatan kategori perusahaan yang diprediksi bangkrut atau sehat.
Auditor dapat mempertimbangkan pengukuran ini dalam menerbitkan
opini audit going concern karena pentingnya keberlangsungan usaha
kedepannya sangat mempengaruhi investor dalam menanamkan modalnya.
3. Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian ini, yang menunjukkan bahwa
prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap opini audit going concern
yang diukur menggunakan Altman Z Score Modifikasi dengan melihat
nilai rasio dari Z Score yang dihasilkan perusahaan untuk mengetahui
tingkatan kategori perusahaan yang diprediksi bangkrut atau sehat.
Perusahaan dapat mempertimbangkan hal ini yang nantinya dapat
berpengaruh terhadap masuknya investor ataupun kreditor yang akan
menginvestasikan maupun meminjamkan modalnya terhadap perusahaan.
Karena dengan adanya prediksi kebangkrutan ini auditor akan
mempertimbangkan untuk mengeluarkan opini audit going concern.
80
F. Keterbatasan
Penelitian ini mempuyai keterbatasan yang mungkin dapat
melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terbatasnya variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini seperti
manajemen laba yang terbatas pada pengukuran diskresionari akrualnya
dan pertumbuhan perusahaan yang hanya diukur menggunakan
pertumbuhan penjualan.
2. Data penelitian ini terbatas pada periode 2012-2016.
3. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan sektor
infrastruktur, transportasi dan otomotif.
G. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal, diantaranya:
1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel yang
memiliki keterkaitan dengan opini audit going concern, seperti dengan
mengganti manajemen laba diskresionari akrual menjadi manajemen laba
rill atau menambahkan variabel lainnya baik keuangan maupun non
keuangan.
2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah periode penelitian.
81
3. Penelitian lebih lanjut diharapkan menambahkan ruang lingkup
perusahaan yang diteliti, seperti perusahaan sektor properti dan real estate,
perusahaan sektor keuangan atau perusahaan sektor perdagangan, jasa dan
investasi.
82
DAFTAR PUSTAKA
Advetorial. (2017, Oktober 20). Berkeadilan, Pembangunan Infrastruktur
Transportasi Tunjang Pemerataan Kesejahteraan dan Ekonomi yang.
Dipetik November 28, 2017, dari Tribun News:
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/10/20/pembangunan-
infrastruktur-transportasi-tunjang-pemerataan-kesejahteraan-dan-ekonomi-
yang-berkeadilan
Asep. (2014, Juni 4). Bagaimana Cara Auditor Memeriksa Aspek Going Concern
Perusahaan. Dipetik Juli 8, 2017, dari Politeknik Praktisi Bandung:
http://www.praktisi.ac.id/?op=news&v=157
Bahri, S., & Widyawati, N. (2015). Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada
Perusahaan Yang Di Delisting Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen Volume 4, Nomor 8.
Chen, K. C., & Church, B. K. (1992). Default on Debt Obligations and The
Issuance of Going-Concern Report. Auditing : Journal Practice and
Theory, Fall, 30-49.
Christiani, I., & Nugrahanti, Y. W. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 16. No. 1, 52-62.
Friedlan, J. M. (1994). Accounting Choices of Issuers of Initial Public Offerings.
Contemporary Accounting Research Vol. 11 No. l-I (Summer 1994), 1-31.
Gallizo, J. L., & Saladrigues, R. (2016). An analysis of determinants of going
concern audit opinion: Evidence from Spain stock exchange. Mnia science
IC, 1-16.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Progam IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haris, M., & Sudarno. (2011). Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan,
Manajemen Laba dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Opini
Audit Going Concern. Jurnal Universitas Diponegoro 2011.
83
Hidayah, Y. N. (2015). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Praktik Manajemen Laba, Price Earning Ratio dan Pemberian
Opini Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Going Concern.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pandanaran ISSN :
2502-7697.
Hinarno, E., & Osesoga, M. S. (2016). Pengaruh Kualitas Auditor, Kondisi
Keuangan, Kepemilikan Perusahaan, Disclosure, Pertumbuhan Perusahaan
dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Ultima
Accounting Vol. 8 No. 2.
Idris, M. (2016, Maret 15). Pendapatan Operator Taksi Menurun Hingga 20%
dengan Kehadiran Uber dan GrabCar. Dipetik Juli 8, 2017, dari Detik
News: http://news.detik.com/berita/3165540/pendapatan-operator-taksi-
menurun-hingga-20-dengan-kehadiran-uber-dan-grabcar
Indrastiti, N. (2016, Februari 10). BEI kaji kembali penilaian going concern
emiten. Dipetik Juli 20, 2017, dari Kontan:
http://investasi.kontan.co.id/news/bei-kaji-kembali-penilaian-going-
concern-emiten
Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory Of The Firm: Managerial Behaviour
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics.
Vol. 3, No. 4, 305-360.
Juniarto, H. (2012). Pengaruh Kondisi Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan dan
Kualitas Audit Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Wholesale and Retail Trade di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi – Vol. 1, No. 2, Maret 2012.
Kartika, A. (2012). Pengaruh Konisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini GOing Concern Pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, 25-40.
Khaddafi, M. (2015). Effect Of Debt Default, Audit Quality and Acceptance Of
Audit Opinion Going Concern In Manufacturing Company In Indonesia
Stock Exchange. European Journal Of Business and Innovation Research
Vol 3, No. 3, pp. 34-51.
Krissindiastuti, M., & Rasmini, N. K. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Opini Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol. 14, 451-481.
84
Nugroho, A. P., & Dharma, A. B. (2016). Analisis Manajemen Laba dan Kinerja
Keuangan Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Seminar
Nasional & Call For Paper DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam
Batik Surakarta ISBN : 978–979.
Nursasi, E., & Maria, E. (2013). Analisis Opini Audit Going Concern: Prediksi
Kebangkrutan, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan Pada Perusahaan
Perbankan dan Pembiayaan Yang Go Public di BEI. Jurnal El Dinar Vol.
1, No. 2.
Qolilah, S., Halim, A., & Wulandari, R. (2016). Analisis Yang Mempengaruhi
Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Mahasiswa.
Rahman, A., & Siregar, B. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi.
Rahmat, Z. (2016). Pengaruh Debt Default, Disclosure, Audit Client Tenure, dan
Audit Lag Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia. JOM
Fekon, Vol.3 No.1 (Februari) 2016.
Rianton, & Holiawati. (2016). Relationship Bankruptcy Prediction, Company
Growth and Going Concern Opinion, Evidance From Indonesia.
International Journal Of Core Engineering & Management (IJCEM)
Volume 3, Issue 4.
Santoso, E. B., & Wiyono, I. Y. (2013). Pengaruh Reputasi Auditor, Prediksi
Kebangkrutan, Disclosure dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern. AKRUAL Jurnal Akuntansi 4 (2) e-ISSN: 2502-
6380, 139-154.
Saraswati, R., Sulistyo, & Mustikowati, R. I. (2016). Pengaruh Good Corporate
Governance dan Financial Distress Terhadap Manajemen Laba (Studi
Kasus pada Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2014). Journal Riset Mahasiswa.
Setiawan, S. R. (2016, Maret 22). Saham Blue Bird Anjlok karena Model
Bisnisnya Dinilai Berisiko. Dipetik Juli 8, 2017, dari Kompas:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/03/22/171052026/Saham.Bl
ue.Bird.Anjlok.Karena.Model.Bisnisnya.Dinilai.Berisiko.
85
Suryani, L. (2014). Praktik Manajemen Laba, Pertumbuhan Perusahaan, Price
Earning Ratio, Audit Report Lag Terkait Penerimaan Opini Audit Going
Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.1, 154-170.
Tsipouridou, M., & Spathis, C. (2014). Audit Opinion and Earnings Management:
Evidence from Greece. Science Direct.
Wibisono, E. A. (2013). Prediksi Kebangkrutan, Leverage, Audit Sebelumnya,
Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Going Concern Perusahaan
Manufaktur BEI. Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, 362-373.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1 – Daftar Sampel Perusahaan
No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1. PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Tbk APOL
2. PT. Adi Sarana Armada, Tbk ASSA
3. PT. Cardig Aero Services, Tbk CASS
4. PT. Cipta Marga Nusaphala Persada, Tbk CMNP
5. PT. XL Axiata, Tbk EXCL
6. PT. Smartfren Telecom, Tbk FREN
7. PT. Inti Bangun Sejahtera, Tbk IBST
8. PT. Indosat, Tbk ISAT
9. PT. Jasa Marga (Persero), Tbk JSMR
10. PT. Leyand International, Tbk LAPD
11. PT. Nusantara Infrastructure, Tbk META
12. PT. Mitra Internasional Resources, Tbk MIRA
13. PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri, Tbk NELY
14. PT. Steady Safe, Tbk SAFE
15. PT. Solusi Tunas Pratama, Tbk SUPR
16. PT. Express Transindo Utama, Tbk TAXI
17. PT. Tower Bersama Infrastructure, Tbk TBIG
18. PT. Telekom Indonesia, Tbk TLKM
19. PT. Pelayaran Tempuran Emas, Tbk TMAS
20. PT. Sarana Menara Nusantara, Tbk TOWR
21. PT. Truba Alam Manunggal Engineering, Tbk TRUB
22. PT. Weha Transportasi Indonesia, Tbk WEHA
88
Lampiran 2 – Hasil Operasional Variabel
No. Nama
Perusahaan MLDA PP PKB DD GC
2012
1 APOL -0,29939 -0,09514 -9,59304 1 1
2 ASSA 0,55579 0,39909 0,28813 0 0
3 CASS 0,10503 0,25224 4,24464 0 0
4 CMNP 1,60740 0,12449 3,29520 0 0
5 EXCL -0,19860 0,14839 0,60479 0 0
6 FREN -0,59267 0,72809 -3,65589 1 1
7 IBST 1,20805 8,63318 1,56888 0 0
8 ISAT -3,86355 0,09204 0,67820 0 0
9 JSMR -1,23719 0,15249 0,36192 0 0
10 LAPD 0,09126 -0,06180 -0,87547 0 0
11 META -0,10781 0,16550 0,72088 0 0
12 MIRA -1,62210 -0,88500 -9,04971 0 1
13 NELY 0,11533 0,18411 2,88387 0 0
14 SAFE -0,12662 -0,29978 -75,33253 1 1
15 SUPR 0,36211 0,59963 1,32586 0 0
16 TAXI 0,04495 0,53938 1,31597 0 0
17 TBIG 0,50961 0,76843 0,87197 0 0
18 TLKM -2,51397 0,08266 3,23640 0 0
19 TMAS 0,41454 0,13330 -0,16303 0 0
Bersambung pada halaman selanjutnya
89
Lampiran 2 – Hasil Operasional Variabel (Lanjutan)
No. Nama
Perusahaan MLDA PP PKB DD GC
2012
20 TOWR -0,27092 0,37213 0,55876 0 0
21 TRUB -0,49047 -0,35904 -0,57610 0 1
22 WEHA -0,09132 0,17136 0,49308 0 0
2013
1 APOL -0,16985 -0,06524 -13,63183 1 1
2 ASSA -0,24577 0,28345 -0,13565 0 0
3 CASS 0,01180 0,31108 4,53563 0 0
4 CMNP 0,05650 0,06541 3,41981 0 0
5 EXCL -0,02208 0,01408 0,61852 0 0
6 FREN 0,15243 0,47278 -4,68810 1 1
7 IBST -0,13222 0,08365 4,50661 0 0
8 ISAT -0,20041 0,06407 -0,39381 0 0
9 JSMR -0,08625 0,04375 0,53197 0 0
10 LAPD -0,11310 -0,10608 -1,46006 0 0
11 META 0,05697 0,57494 2,26954 0 0
12 MIRA 0,01779 -0,30627 -7,78581 0 1
13 NELY -0,16390 -0,06781 2,16970 0 0
14 SAFE 0,94925 -0,23316 -196,46361 1 1
15 SUPR -0,15239 0,58686 1,60613 0 0
Bersambung pada halaman selanjutnya
90
Lampiran 2 – Hasil Operasional Variabel (Lanjutan)
No. Nama
Perusahaan MLDA PP PKB DD GC
2013
16 TAXI 0,22720 -0,99868 0,47070 0 0
17 TBIG 0,06003 0,56842 0,41979 0 0
18 TLKM -0,06547 0,07550 3,15834 0 0
19 TMAS 0,02502 0,27372 -0,45802 0 0
20 TOWR -0,01285 0,41138 0,22550 0 0
21 TRUB 0,79065 0,21079 0,43479 0 1
22 WEHA 0,11792 0,17716 0,25766 0 0
2014
1 APOL 0,61403 -0,25044 -15,63285 1 1
2 ASSA 0,12598 0,11913 -0,53204 0 0
3 CASS -0,00238 0,15246 4,44228 0 0
4 CMNP -0,04492 0,35116 4,06177 0 0
5 EXCL -0,13795 0,10322 0,05667 0 0
6 FREN 0,34372 0,21638 -4,37404 1 1
7 IBST -0,93551 0,07497 3,27646 0 0
8 ISAT 0,10609 0,00963 -1,11572 0 0
9 JSMR 0,06042 0,57491 0,65768 0 0
10 LAPD -0,18989 -0,44409 -2,31901 0 1
11 META 0,32559 0,15961 1,83614 0 0
Bersambung pada halaman selanjutnya
91
Lampiran 2 – Hasil Operasional Variabel (Lanjutan)
No. Nama
Perusahaan MLDA PP PKB DD GC
2014
12 MIRA -0,55379 -0,16970 -6,94659 0 1
13 NELY -0,00479 0,06455 1,65079 0 0
14 SAFE -0,16023 -0,22002 -253,87548 1 1
15 SUPR -1,19333 0,27596 -2,00628 0 0
16 TAXI 0,00888 0,29524 0,73285 0 0
17 TBIG -0,18747 0,22907 -0,79694 0 0
18 TLKM 0,01380 0,08110 2,82278 0 0
19 TMAS -0,01630 0,21959 0,38188 0 0
20 TOWR 0,17111 0,28433 1,11351 0 0
21 TRUB -0,22786 -0,13218 -3,65706 0 1
22 WEHA -0,11661 0,01245 0,35189 0 0
2015
1 APOL -1,34680 -0,19554 -41,70771 1 1
2 ASSA -0,17531 0,22130 -0,52551 0 0
3 CASS 0,03879 0,07322 5,76686 0 0
4 CMNP -0,06658 0,17148 2,64394 0 0
5 EXCL 0,05393 -0,02489 -0,27431 0 0
6 FREN 0,28569 0,02415 -3,37826 1 1
7 IBST 0,28019 0,05089 2,38467 0 0
Bersambung pada halaman selanjutnya
92
Lampiran 2 – Hasil Operasional Variabel (Lanjutan)
No. Nama
Perusahaan MLDA PP PKB DD GC
2015
8 ISAT 0,01002 0,11141 -0,84415 0 0
9 JSMR 0,03931 0,07334 0,09724 0 0
10 LAPD -0,20912 -0,05370 -2,87977 0 1
11 META -0,10600 0,25186 1,67220 0 0
12 MIRA 0,51316 0,03883 -6,98595 0 1
13 NELY -0,00036 -0,12130 2,26517 0 0
14 SAFE 0,12831 -0,27107 -280,89463 1 1
15 SUPR 0,68899 0,66602 0,75286 0 0
16 TAXI -0,42422 0,09033 0,87025 0 0
17 TBIG 0,00926 0,03458 0,97813 0 0
18 TLKM -0,02049 0,14241 3,14392 0 0
19 TMAS -0,04108 -0,03913 1,63545 0 0
20 TOWR 0,63874 0,08855 2,80845 0 0
21 TRUB -6,07013 -0,92992 -7,01097 0 1
22 WEHA -0,21710 -0,31114 -3,30836 0 0
2016
1 APOL 1,23953 -0,33813 -50,02652 1 1
2 ASSA -0,02476 0,12767 -0,25928 0 0
3 CASS -0,06218 0,08964 5,05023 0 0
Bersambung pada halaman selanjutnya
93
Lampiran 2 – Hasil Operasional Variabel (Lanjutan)
No. Nama
Perusahaan MLDA PP PKB DD GC
2016
4 CMNP -0,03291 0,51618 2,69743 0 0
5 EXCL 0,02177 -0,06709 -0,41844 0 0
6 FREN -0,15219 0,20214 -3,73304 1 1
7 IBST -0,18018 0,38841 2,71332 0 0
8 ISAT 0,10285 0,09026 -0,48888 0 0
9 JSMR 0,00979 -0,10315 0,03481 0 0
10 LAPD 0,17566 0,10172 -2,81100 0 1
11 META -0,18300 0,59628 1,69397 0 0
12 MIRA -0,37143 -0,22007 -9,20043 0 1
13 NELY -0,12955 -0,16663 2,41294 0 0
14 SAFE -0,68469 -0,90917 -291,58639 1 1
15 SUPR -0,14740 0,01993 1,10050 0 0
16 TAXI -0,16977 -0,36273 1,63165 0 0
17 TBIG -0,31931 0,08477 0,50718 0 0
18 TLKM 0,04257 0,13529 3,00058 0 0
19 TMAS -0,02422 0,08260 0,68560 0 0
20 TOWR -0,14541 0,13050 2,40150 0 0
21 TRUB -4,42796 -0,96452 -4,53108 0 0
22 WEHA -0,15765 -0,16570 -3,02706 0 0
94
Lampiran 3 – Hasil Output SPSS
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
MLDA 110 ,00036 6,07013 ,4178867 ,85505284
PP 110 ,00963 8,63318 ,3229944 ,83147510
PKB 110 ,03481 291,58639 13,1528836 48,77076625
DD 110 0 1 ,14 ,345
OGC 110 0 1 ,25 ,432
Valid N (listwise) 110
Regresi Logistik
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 110 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 110 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 110 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
0 0
1 1
95
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 122,831 -1,018
2 122,603 -1,120
3 122,603 -1,123
4 122,603 -1,123
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 122,603
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
,001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Y
Percentage Correct 0 1
Step 0 Y 0 83 0 100,0
1 27 0 ,0
Overall Percentage 75,5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1,123 ,222 25,693 1 ,000 ,325
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables MLDA 3,507 1 ,061
PP ,009 1 ,926
PKB 18,918 1 ,000
DD 53,392 1 ,000
Overall Statistics 56,260 4 ,000
96
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant MLDA PP PKB DD
Step 1 1 75,440 -1,609 ,330 -,068 ,001 3,408
2 69,938 -2,068 ,454 -,122 ,002 4,839
3 68,738 -2,161 ,477 -,155 ,008 5,648
4 66,517 -2,226 ,457 -,162 ,042 5,762
5 51,463 -3,190 ,170 -,187 ,533 3,835
6 49,707 -3,776 ,159 -,197 ,632 5,107
7 49,511 -3,922 ,159 -,211 ,659 6,175
8 49,459 -3,929 ,159 -,213 ,661 7,186
9 49,440 -3,929 ,159 -,213 ,661 8,189
10 49,433 -3,929 ,159 -,213 ,661 9,191
11 49,431 -3,929 ,159 -,213 ,661 10,191
12 49,430 -3,929 ,159 -,213 ,661 11,191
13 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 12,191
14 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 13,191
15 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 14,191
16 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 15,191
17 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 16,191
18 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 17,191
19 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 18,191
20 49,429 -3,929 ,159 -,213 ,661 19,191
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 122,603
d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached.
Final solution cannot be found.
97
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 73,174 4 ,000
Block 73,174 4 ,000
Model 73,174 4 ,000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 49,429a ,486 ,723
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached.
Final solution cannot be found.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 13,223 8 ,104
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Y = 0 Y = 1
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 11 10,777 0 ,223 11
2 11 10,725 0 ,275 11
3 9 10,691 2 ,309 11
4 11 10,621 0 ,379 11
5 11 10,437 0 ,563 11
6 10 10,056 1 ,944 11
7 9 9,604 2 1,396 11
8 10 8,271 1 2,729 11
9 1 1,818 10 9,182 11
10 0 ,000 11 11,000 11
98
Classification Tablea
Observed
Predicted
Y
Percentage Correct 0 1
Step 1 Y 0 83 0 100,0
1 6 21 77,8
Overall Percentage 94,5
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a MLDA ,159 ,340 ,219 1 ,640 1,172
PP -,213 1,017 ,044 1 ,834 ,808
PKB ,661 ,180 13,447 1 ,000 1,936
DD 19,191 3298,968 ,000 1 ,995 216121821,704
Constant -3,929 ,743 27,976 1 ,000 ,020
a. Variable(s) entered on step 1: MLDA, PP, PKB, DD.
Correlation Matrix
Constant MLDA PP PKB DD
Step 1 Constant 1,000 ,049 -,253 -,788 ,000
MLDA ,049 1,000 -,385 -,224 ,000
PP -,253 -,385 1,000 ,014 ,000
PKB -,788 -,224 ,014 1,000 ,000
DD ,000 ,000 ,000 ,000 1,000
Top Related