PENGARUH MADU DAN SARI BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) SERTA CAMPURANNYA TERHADAP JUMLAH LEMPENG TOTAL
BAKTERI PADA KARKAS DAGING AYAM BROILER
Oleh :drh. ARYA MAHDI, S.Kh
NIDN : 0727077103
FAKULTAS MIPA PRODI BIOLOGIUNIVERSITAS PGRI
BANYUWANGI2009
LEMBAR PENGESAHANPENGARUH MADU DAN SARI BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) SERTA CAMPURANNYA TERHADAP JUMLAH LEMPENG TOTAL
BAKTERI PADA KARKAS DAGING AYAM BROILER
LAPORAN PENELITIAN
Disusun oleh :
drh. Arya Mahdi, S.Kh
Banyuwangi, 12 Desember 2009Universitas PGRI Banyuwangi
Program Studi Biologi
Menyetujui,Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat
Drs. H. Ayip Misdi Riyanto, SH, MH
PENGARUH MADU DAN SARI BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) SERTA CAMPURANNYA TERHADAP JUMLAH LEMPENG TOTAL
BAKTERI PADA KARKAS DAGING AYAM BROILER
drh. Arya Mahdi, S.KhFakultas MIPA Prodi Biologi Universitas PGRI Banyuwangi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan jumlah lempeng total bakteri setelah direndam dengan campuran madu dan sari buah mengkudu. Karkas ayam broiler dipotong menjadi enam bagian dan masing-masing bagian dilakukan lima kali ulangan. Enam bagian dari karkas daging ayam yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya : P0 adalah control, P1 adalah sampel dengan perlakuan 100 ml
madu, P2 adalah sampel dengan perlakuan 100 ml sari buah mengkudu, P3 adalah sampel dengan perlakuan campuran antara madu dan sari buah mengkudu dengan perbandingan 1 : 1, P4 adalah sampel dengan perlakuan campuran antara madu dan sari buah mengkudu dengan perbandingan 1 : 2, P5 adalah sampel dengan perlakuan campuran madu dan sari buah mengkudu dengan perbandingan 2 : 1. Uji TPC, sampel diencerkan menjadi 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6. Analisis data menggunakan Uji ANOVA, jika terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelompok perlakuan, dilanjutkan dengan uji LSD 1%. Hasil penelitian menunjukkan semua perlakuan memberikan pengaruh penurunan jumlah bakteri terhadapa kontrol.
Kata kunci : TPC, Madu, Mengkudu.
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Telah diketahui sejak dahulu madu memiliki banyak peran dalam
pengolahan makanan dan minuman, terbukti dari banyaknya resep
makanan dan minuman yang menggunakan madu. Zaman bangsa Mesir
menggunakan madu sebagai bahan untuk mengawetkan daging, kulit dan
digunakan sebagai ramuan rahasia untuk mengawetkan mayat raja atau
mumi. Efek bakteriostatik madu disebabkan oleh beberapa sifat yang
ditemukan, diantaranya pengaruh keasaman, tekanan osmosis dan adanya
enzim.
Selain madu, akhir-akhir ini buah mengkudu juga banyak dibicarakan
sebagai Medicinal Herbs, yang diyakini mempunyai banyak khasiat
kesehatan. Mengkudu mengandung phytokimia diantaranya oligo dan
polisakarida yang berfungsi sebagai prebiotik, yaitu sebagai serat makanan
yang dapat difermentasi oleh koloni bakteri. Selain itu mengkudu juga
mengandung scopoletin. Zat scopoletin ini mempunyai khasiat pengobatan
diantaranya adalah sebagai zat anti radang dan anti alergi, dan scopoletin
adalah salah satu di antara zat yang terdapat dalam buah mengkudu yang
dapat mengikat serotonin yang berfungsi pada saluran pencernaan untuk
mengatur nafsu makan dan pergerakan usus (Waha, 2008). Damnacanthal
merupakan kandungan zat di dalam mengkudu yang berfungsi sebagai zat
anti kanker, zat anti kanker pada mengkudu merupakan yang paling efektif
melawan sel abnormal (Waha, 2008). Acubin, L.asperuloside, Alizarin dan
beberapa zat antraquinon telah terbukti sebagai zat anti bakteri. Zat yang
terdapat dalam buah mengkudu telah terbukti menunjukkan kekuatan
melawan golongan bakteri infeksi : Eschericia coli, Staphylococcus aureus,
Bacillus subtilis, Proteus morganii dan juga buah mengkudu juga dapat
mengontrol dua golongan bakteri yang mematikan (patogen), yaitu
Salmonella dan Shigella (Waha, 2008). Buah mengkudu adalah buah yang
sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu
makan dan menurunkan lemak (Mursito, 2002). Ditambahkan oleh Purbaya
(2002) bahwa mengkudu dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
memperbaiki kelenjar yang rusak atau terganggu, mengatur siklus energi
tubuh, mengatur temperatur tubuh dan mencegah stres.
Derajat sanitasi dengan menggunaan indeks mikroorganisme telah
banyak dilakukan yaitu berdasarkan penghitungan jumlah mikroorganisme
tertentu dalam makanan. Eschericia coli, Staphylococcus aureus, merupakan
beberapa bakteri kontaminan yang dapat mencemari makanan seperti susu
dan daging. Selain sebagai flora normal pada usus manusia dan hewan,
kuman ini juga ditemukan pada tanah, air dan debu. Menurut SNI 7388:2009,
batas maksimum cemaran mikroba dalam daging ayam segar adalah Total
Plate Count (TPC) 1 x 106 CFU/g, koliform 1 x 102 CFU/ml, Escherichia coli 1 x
101 CFU/ml, Salmonella sp. Negatife/25g, Staphylococcus aureus 1 x 102
CFU/g, Campylobacter sp negatife/25g (BSNi, 2009).
Karkas ayam pedaging merupakan produk pangan hewani yang
sensitif terhadap mikroorganisme dan berresiko sebagai penyebab penyakit
dan keracunan karena mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen
serta mudah rusak karena komponen penyusunnya yang sangat baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme (Attahmid, 2009). Selama transportasi
unggas, khususnya karkas ayam, banyak terkontaminasi oleh feses. Sering
terjadi juga kontaminasi silang yang terjadi selama di Rumah Potong Unggas
(RPU). Kontaminasi bakterial yang utama selama proses pemotongan terjadi
pada tahap pencabutan bulu (defeathering) dan pengeluaran organ viscera
(eviscerating). Selama eviserasi, mikroorganisme dapat berpindah dari
karkas ke karkas yang lain melalui tangan pekerja, pisau, dan alat pengeluar
jeroan (Lukman, 2009).
Karkas yang ditangani dengan baik dan benar dapat memperlambat
pertumbuhan mikroorganisme dan memperpanjang lama penyimpanan
produk karkas ayam pedaging. Madu dan mengkudu, adalah alternatif yang
dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan
memperpanjang umur penyimpanan produk karkas ayam pedaging. Dengan
penelitian ini diharapkan, madu dan mengkudu serta campurannya dapat
menghambat pertumbuhan bakteri sehingga masa simpan daging atau
karkas ayam broiler menjadi lebih lama.
I.2 Tujuan Peneltian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penambahan madu dan sari buah madu pada
krakas ayam pedaging terhadap pertumbuhan bakteri patogen.
2. Mengetahui pengaruh penambahan madu dan sari buah madu pada
krakas ayam pedaging terhadap umur simpannya
I.3 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada khalayak umum tentang cara
memperpanjang umur simpan produk krakas ayam pedaging.
2. Memberikan informasi tambahan tentang manfaat madu dan saribuah
mengkudu
I.4 Hipotesis
Penambahan madu dan sari mengkudu merupakan cara alami untuk
menghambat bakteri patogen dan memperpanjang umur simpan pada
krakas ayam pedaging karena adanya senyawa bakteriostatik pada madu
dan probiotik pada saribuah mengkudu.
II. TINJUAN PUSTAKA
II.1. Madu
II.1.1 Deskripsi Madu Dan Proses Terbentuknya Madu
Madu dibuat oleh lebah dengan bahan baku nektar yang diproduksi
oleh bunga (Gojemerac, 1983). Menurut asal nektarnya terdapat tiga jenis
madu, yaitu madu flora, madu ekstra flora dan madu embun (honeydew).
Madu flora dihasilkan dari nektar bunga. Madu yang berasal dari beraneka
ragam flora disebut madu poliflora dan bila dari satu jenis flora disebut
monoflora. Madu ektra flora dihasilkan dari nektar yang terdapat di luar
bunga yaitu bagian tanaman lain seperti daun, cabang atau batang. Madu
embun dihasilkan dari cairan ekskresi serangga famili Lechanidae psyllidae
dan lechnidaeyang eksudatnya diletakkan pada bagian tanaman
(Winarno,1982).
II.1.2 Komposisi Madu
Zat-zat yang terkandung dalam madu merupakan senyawa yang
sangat kompleks. Menurut Sihombing (1997), terdapat 181 macam zat atau
senyawa dalam madu.
Kadar air dalam madu secara langsung menentukan kualitas madu,
jika kadar airnya tinggi maka kualitas madu menjadi rendah. Kadar air dalam
madu dipengaruhi oleh iklim, pengolahan sat panen dan jenis nektar atau
cairan yang dikumpulkan oleh lebah. Air yang terkandung dalam sisiran
madu berasal dari nektar yang telah dimatangkan oleh lebah.
Konsentrasinya tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses
pematangan madu termasuk kondisi, cuaca, kadar air awal dari nektar, laju
sekresi serta kekuatan koloni lebah (white, 1979).
Glukosa dan fruktosa merupakan komponen utama madu yang
merupakan gula sederhana dan termasuk ke dalam kelompok monosakarida
(NHB, 1995). Campuran sebanding antara glukosa dan fruktosa merupakan
gula invert yang berasal dari hidrolisis sukrosa akibat aktivitas enzim
invertase (Hart, 1990).
Madu mengandung bermacam-macam enzim diantaranya enzim
diastase, glukosa oksidase, katalase, peroksidase, fosfatase dan protease
(White, 1979). Menurut Jhonsons (2001), enzim glukosa oksidase dan
katalase merupakan komponen antioksidan yang berupa enzim. Doner
(1991) menjelaskan bahwa glukosa oksidase mengkatalisa β-D glukosa
dengan molekul oksigen menjadi D-gluconalacton dan hidrogen peroksida.
Hasil dari reaksi ini akan menghasilkan asam glukonat yang dapat berfungsi
sebagai senyawa pengkelat. Peranan enzim katalase sebagai antioksidan
ditunjukkan dengan mereduksi hidrogen peroksida.
Madu dapat digolongkan sebagai makanan asam, karena pH sekitar
4,4-6,1. Nilai pH madu cukup rendah disebabkan asam organik yang
terdapat dalam madu (NHB, 1997). Total asam dalam madu berjumlah
sedikit tetapi mempengaruhi kestabilan madu terhadap mikroorganisme.
Asam glukonat merupakan asam organik utama yang terkandung dalam
madu. Selain itu juga mengandung asam asetat, butirat, piroglutamat,
piruvat, malat dan sitrat.
II.1.3 Kegunaan Madu
Dewasa ini madu selain dikonsumsi langsung, juga digunakan dalam
industri roti dan kue. Industri lain yang memanfaatkan madu diantaranya
adalah industri minuman, kosmetik dan farmasi (White, 1979). Madu telah
digunakan sejak lama sebagai pengawet dan pemanis. Winarno (1982)
menjelaskan bahwa zaman Mesir dan Yunani kuno madu digunakan
mengawetkan dagingg hingga hasilnya masih tetap segar dalam waktu yang
lama.
Krakas ayam pedaging merupakan bahan pangan sumber protein
hewani yang memiliki zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dan biasanya
krakas ayam ini memiliki umur simpan yang tidak lama, dari pustaka diatas
madu bisa diaplikasikanj pada krakas ayam pedaging agar memiliki umur
simpan yang lebih lama.
II.2 Mengkudu
II.2.1 Buah Mengkudu
Mengkudu (Basa Aceh: keumeudee, Jawa: pace, kemudu, kudu);
cangkudu (Sunda), kodhuk (Madura), tibah (Bali) berasal daerah Asia
Tenggara, tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman ini
adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga),
ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi),
Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m.
Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna
putih. Buahnya merupakan buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau
mengkilap dan memiliki totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih
dengan bintik-bintik hitam.
Tanaman mengkudu atau pace atau yang di Jawa Barat dikenal dengan
nama mengkudu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan mudah di
daerah tropis seperti Indonesia dan Malaysia (HEYNE, 1987). Mengkudu
salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan karena
mengandung beberapa zat yang berguna antara lain: alkaloid, antrakinon,
flavonoid, tanin dan saponin sehingga dapat mengobati penyakit yang
disebabkan oleh cacing (Sjamsuhidayat dan Hutapea, 1991;Wijayakusuma et
al.,1996; Murdiati et al., 2000). Sehubungan dengan hal tersebut pada tahun
1993 dalam rangka pengembangan obat herbal pemerintah melalui Badan
POM telah memasukkan mengkudu ke dalam 9 tanaman obat unggulan
(Djauhariya, 2006). Mengingat khasiat buah mengkudu, maka di Indonesia
telah terdapat tiga merek dagang yang telah memperoleh izin dari Depkes.
Salah satu diantaranya adalah merek Javanony, produknya sudah dipasarkan
di pasar internasional dan berhasil meraih penghargaan pada 1999 sebagai
The Best Asian Product dalam pameran industri pangan di Jakarta
(Djauhariya Dan Tirtoboma, 2001). Produk olahan mengkudu berupa jus,
ekstrak buah dalam kapsul dan produk olahan lainnya seperti kosmetik telah
diekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Timur Tengah dan
beberapa negara Eropa.
Buah yang masih muda berwarna hijau, tua warnanya menjadi
kuning keputihan, kalau matang berwarna putih transparan dan bertekstur
lunak, dan daging buahnya mulai mengandung banyak air serta bau yang
tidak sedap. Bau ini timbul karena terjadi pencampuran antara bau asam
kaproat dan bau asam kaprik yang agak busuk, selain itu juga disebabkan
oleh reaksi pembusukan. Beberapa jenis bakteri pembusuk dapat
menguraikan protein yang terdapat pada buah mengkudu menjadi senyawa
karbon sederhana (Aldehida atau Keton) yang menimbulkan bau busuk
(Waha, 2002)
Kalsifikasi mengkudu adalah
Filum : Angiospermae
Sub filum : Dycotiledones
Divisi : Lignosae
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Citrifolia
Nama Ilmiah: : Morinda citrifolia
II.2.2 Kandungan Buah Mengkudu
1. Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan
bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein,
viamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah
dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada
mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa
yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin,
lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines,
trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll.
2. Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan
pemulihan sel-sel tubuh.
3. Zat anti bakteri. Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah
mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti
Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus,
Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat
mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella
montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S .
flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.
4. Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti
peradangan dan anti-alergi.
5. Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu
paling efektif melawan sel-sel abnormal.
6. Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di
dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya
mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan
pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar.
Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya.
Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein
yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
II.2.3 Sari Buah Mengkudu
Pemakaian mengkudu terasa mulai marak di tanah air dikarenakan
beberapa penelitian dan pernyataan para ahli tentang banyaknya manfaat
yang dapat diambil ketika mengkonsumsi mengkudu atau noni. Salah
satunya adalah sebagai obat-obatan. Namun karena proses yang rumit,
dengan jangka waktu yang lama dan memerlukan perhatian terhadap
sterilisasi yang baik serta sistem manajemen dan teknologi yang kurang
memadai, sehingga produksi sari buah mengkudu tidak berjalan begitu saja
di tengah-tengah masyarakat.
Bahan baku untuk memproduksi sari buah mengkudu adalah buah
mengkudu yang segar. Bahan baku buah mengkudu tidak tergantung pada
musim sehingga dapat memperoleh bahan baku setiap waktu.
Selain ketersedian bahan baku, grading merupakan salah satu aspek
penunjang proses produksi yang menentukan kualitas produksi.
Ketika sari buah dengn kualitas rendah inilah yang dapat
dimanfaatkan sebagai pengawet pada penelitian ini yaitu sebagai antibakteri
penghambat pembusukan sehingga memperpanjang waktu simpan krakas
ayam pedaging.
III. METODE PENELITIAN
III.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi fakultas MIPA
Universitas PGRI Banyuwangi selama dua bulan yakni pada bulan Maret –
Mei 2011.
III.2 Bahan dan Alat
Sampel Penelitian
Sampel penelitian berupa karkas ayam yang dibeli dari pasar
tradisional dan dipotong menjadi enam bagian secara random.
Alat Penelitian
Alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Blender/juicer, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pengaduk, gunting, pinset,
timbangan elektrik, bunsen, korek api, pisau, sprayer, kompor gas, tabung
gas, panci, kertas, kapas gulung, baskom, penyaring, rotator, auto clave,
petri dish, aluminium voil, tabung erlenmeyer, gelas ukur, beker glass.
Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang dibutuhkan antara lain : media Nutrient Agar
(Plate-Count-Agar:Merck 1.05463.), Pepton Water (buffered): Merck
1.07228.0500, aquadest, alkohol 96 %, spiritus, madu sumbawa, mengkudu,
karkas ayam.
III.3 Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan Penelitian
Media dan pelarut yang akan digunakan disterilisasi pada autoclav
1210C dengan tekanan 15 atmosfer selama 15 menit.
Persiapan Alat-alat Penelitian
Semua alat-alat penelitian dari kaca (pipet dan cawan petri) yang
akan digunakan disterilisasi kering pada oven dengan suhu 1600C selama 1
jam.
Pembuatan Sari Buah Mengkudu
Buah mengkudu setengah matang dicuci bersih lalu dipotong kecil-
kecil dan diblender, kemudian disaring dengan kain saring (ampasnya
dibuang). Sari buah mengkudu yang sudah didapat dimasukkan kedalam
gelas ukur untuk persiapan perendaman.
Perendaman Sampel
Karkas ayam dari pasar tradisional yang sudah dipotong menjadi
enam bagian secara random. Masing-masing bagian dari karkas ayam
dimasukkan kedalam beker glass yang sudah diberi label, diantaranya yaitu :
P0 = sampel tanpa perlakuan (kontrol)
P1 = Madu.
P2 = Sari Buah Mengkudu.
P3 = Campuran Madu dan Sari Buah Mengkudu (1 : 1).
P4 = Campuran Madu dan Sari Buah Mengkudu (1 : 2).
P5 = Campuran Madu dan Sari Buah Mengkudu (2 : 1).
Perendaman dilakukan selama dua jam.
III.4 Perlakuan Sampel
Lima bagian sampel yang diberi perlakuan kemudian dipotong dan
diambil 25 gram/bagian karkas ayam dan dimasukkan kedalam tabung
erlenmeyer yang berisi larutan BPW 0,1% yang sudah diberi label (P1, P2,
P3, P4, P5). Jadi, untuk masing-masing tabung erlenmeyer terisi 25 mg
sampel + 225 ml BPW 0,1%.
Penghitungan jumlah bakteri dilakukan pada pengenceran 10-3, 10-4,
10-5 dan 10-6 dengan menghitung jumlah koloni dalam 1 ml sampel.
Sampel yang telah diberi perlakuan melalui pengenceran 10-3, 10-4,
10-5 dan 10-6 dimasukkan ke dalam cawan petri steril dengan cara pipeting.
Media Nutrient Agar (NA) steril yang telah didinginkan sampai suhu 45 0C –
50 0C dituangkan sebanyak 15 ml. Cawan petri digerakkan secara berputar-
putar horisontal supaya media merata. Media didiamkan hingga memadat,
kemudian cawan petri diinkubasikan dengan posisi terbalik di dalam
inkubator, selama 24-48 jam pada suhu 37 0C. Koloni bakteri yang tumbuh
dicatat dan dihitung.
III.5 Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan uji F. Jika terdapat perbedaan nyata diantara kelompok
perlakuan (p<0,05), maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk
menentukan perlakuan yang terbaik (Kusriningrum, 2008). Analisis statistika
dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows 17.0
IV. HASIL dan PEMBAHSAN
Prinsip dari metode ini adalah apabila sel bakteri yang masih hidup
ditumbuhkan pada media agar, maka sel tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. Jumlah bakteri dihitung dengan mengalikan
jumlah koloni yang tumbuh pada media dengan pengencerannya (Penn,
1991). Hasil pertumbuhan koloni bakteri dapat dilihat pada gambar 1. 1
Gambar 1. 1 Pertumbuhan koloni bakteri pada P0 dengan pengenceran 10-3, 10-4, 10-5, 10-k.
Koloni bakteri yang tumbuh kemudian dihitung jumlah bakterinya dengan
menggunakan Standard Plate Count. Data hasil Kumulatif Jumlah Total
Bakteri ditampilkan dalam. Data yang diperoleh kemudian ditransformasikan
ke log y (lihat tabel 1.1).
1.1 Hasil Penghitungan Log jumlah bakteri
UlanganPerlakuan
P0 P1 P2 P3 P4 P5I 7.23 5.04 5.79 4.53 5.76 5.74II 5.38 5.30 5.15 4.41 4.83 4.91III 5.26 4.71 5.28 5.18 5.23 5.26IV 6.18 5.11 4.45 5.28 5.08 4.78V 6.11 4.48 5.04 5.18 5.11 4.92
Rata-rata SPC
6.0312a 4.9282b 5.1398b 4.9155b 5.2011
b 5.1213b
Standard ±.789 ±.3310 ±.4810 ±.4079 ±.343 ±.3882
Deviasi 29 8 1 7 42 8*superskrip yang berbeda pada baris yang sama, berbeda nyata (P<0,05).
Keterangan : P0 : Sampel tanpa perlakuanP1 : MaduP2 : Mengkudu P3 : Campuran Madu dan Sari Buah Mengkudu (1 : 1)P4 : Campuran Madu dan Sari Buah Mengkudu (1 : 2)P5 : Campuran Madu dan Sari Buah Mengkudu (2 : 1)
Dari tabel analisis diketahui bahwa, semua perlakuan berbeda sangat
nyata terhadap sampel atau P0, tetapi diantara masing-masing perlakuan
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Setelah data ditransformasikan
ke dalam bentuk log, kemudian data dianalisis dengan uji F. Jika terdapat
perbedaan yang nyata diantara kelompok perlakuan (P<0,05), maka
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Secara statistik, data
diolah dengan menggunakan SPSS for Windows 17.0
V. KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian Pengaruh Madu dan Sari Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) terhadap jumlah lempeng total bakteri pada karkas
ayam broiler dapat disimpulkan bahwa:
1. Perlakuan menggunakan madu dan sari buah mengkudu serta
campurannya dapat menurunkan jumlah total lempeng bakteri pada
karkas daging ayam broiler.
2. Masing-masing perlakuan dengan menggunakan madu dan sari buah
mengkudu serta campurannya memberikan pengaruh yang sama
dalam menghambat pertumbuhan bakteri pada kontrol.
3. Masing-masing perlakuan dengan menggunakan madu dan sari buah
mengkudu serta campurannya dapat memperpanjang masa simpan
karkas daging ayam broiler.
V.2 Saran
Perlu diteliti lanjut tentang efektifitas madu jika di kombinasi dengan
ampas mengkudu yang sudah merupakan limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, J.R. 2006. Analisis Metode Penghitungan Jumlah Escherichia coli antara TPC, MPN, dan spektofotometer. Universitas Airlangga. Surabaya.
Abubakar dan M. Wahyudi. 1994. Pengaruh Pemotongan Sebelum atau Sesudah Rigor Mortis Terhadap Penampakan Karkas Broiler. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. Hlm. 135-139.
Attahmid, N.F.U. 2009. Strategi Manajemen Mutu Proses Produksi Karkas Ayam Pedaging Di Rumah Pemotongan Ayam (RPA) PT. SIERAD PRODUCE, Tbk, Parung, Bogor [M.Si. Thesis]. Institut Pertanian Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Pusat Standardisasi-LIPI. Jakarta.
Bajry, H.A. 2010. Khasiat Madu Untuk Kesehatan. //http.www.id.shvoong.com/medicine-and-health/2044418-khasiat-madu-untuk –kesehatan. [2 Nopember 2010]
Bangun A. P. dan B.Sarwono, 2002, Khasiat dan Manfaat Mengkudu, Agro Media Pustaka, Jakarta, hal : 7-49.
Bararah, V.F. 2010. Madu Bisa Untuk Antibakteri. //http.www. sudarjanto.multiply.com/journal/item/16165/Madu-Bisa-Untuk-Antibakteri. detikHealth.com. [2 Nopember 2010]
Djauhariya, E., Mono Rahardjo dan MAIMUN. 2006. Ciri morfologi dan mutu mengkudu (Morinda citrifolia L.) di beberapa daerah di Pulau Jawa. Bul. Plasma Nutfah. 12: 1-9.
Frazier, W.C. and D.C. Westhoff. 1998. Food Microbiology. 4th ed. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Limited. New Delhi. Pages 276, 382.
Jawetz, E., J.L. Melnick, dan E.A. Adelberg. 1995. Medical Microbiology. 20 th
Ed. Trentice-Hall International Inc. London.
Kusriningrum, R. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press : Indonesia. 43-62, 172-173.
Pelczar, M.J. and Chan E.C.S. 1988. “Dasar-Dasar Mikrobiologi II”, Alih bahasa oleh Ratna Sri Hadioetomo, Teja Imas, S. Sutami Tjitrosomo, Sri Lestari Angka. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 452-456.
Purbaya, M. 2002. Mengenal dan memanfaatkan Khasiat Buah Mengkudu. CV. Pionir Jaya, Bandung.
Schelgel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi VI. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Todar, K. 2008. Staphylococcus aureus. Todar’s Online Textbook of Bacteriology. Madison, Wiconsin.
Triwibowo, H.W. 1996. Konsentrasi Efektif Madu Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme dan Pengaruhnya Terhadap pH Dingin. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
Wati R.A., N.D. Asti, R. Rahmasari, P. Wulandari, dan Z. Rifai. 2008. Kajian Pemberian Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia Lignosae) Sebagai Antibakteri Alami Salmonella thypimurium Dan Pengaruhnya Terhadap Performa Ayam Pedaging. Dalam: Laporan Akhir Program Kreatifitas Mahasiswa 2008. IPB. Bogor.
Top Related