1
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN
MANAJERIAL, RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN
FIRM SIZE, TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2015-2017
Wan Nur Aniza1 , Fatahurrazak2 , Sri Ruwanti 3
Email : [email protected]
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH), Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
ABSTRAK
Manajemen Laba didefinisikan sebagai tindakan manajer dalam
memaksimumkan dan meminimumkan laba perusahaan dengan tujuan tertentu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, return on asset, debt to equity ratio, dan
firm size terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
bursa efek Indonesia tahun 2015-2017. Metode pengambilan sampel penelitian ini
adalah purposive sampling dan didapatkan 25 sampel yang memenuhi kriteria dari
154 perusahaan yang menjadi data observasi. Teknis analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Dan hasil pengujian
mendapatkan hasil bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, debt
yo equity ratio, dan firm size tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dan
return on asset berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci : manajemen laba, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
return on asset, debt to equity ratio, firm size
PENDAHULUAN
Laba merupakan informasi paling potensial yang terdapat dalam Laporan
Keuangan. Laba adalah pendapatan yang diperoleh atas penjualan barang atau jasa
pada periode tertentu pada suatu perusahaan. Menurut Generally Accepted
Accounting Priciples (GAAP) No. 1, informasi laba pada umumnya merupakan
faktor penting dalam mengukur kinerja manajemen, selain itu informasi laba
tersebut membantu pemilik dan pihak lain yang berkepentingan terhadap
perusahaan melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang
akan datang. Sehingga perubahan atas informasi laba bersih suatu perusahaan
dengan berbagai cara akan sangat berpengaruh bagi setiap pengguna informasi
laba, salah satunya adalah dengan manajemen laba.
Terjadinya praktik manajemen laba biasanya timbul berdasarkan berbagai
alasan baik untuk kepentingan manajer maupun demi kepentingan perusahaan.
Biasanya, tindakan manajer untuk memanipulasi informasi laba demi kepentingan
perusahaan karena pada umumnya investor akan lebih memperhatikan informasi
laba sebagai dasar untuk melihat kinerja perusahaan.
2
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi tindakan manajemen laba,
yaitu dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
Dengan adanya Good Corporate Governance dapat membantu para pengguna
informasi keuangan untuk lebih yakin bahwa laporan keuangan yang dihasilkan bebas
dari pelanggaran (fraud) (Afrelia, 2017).
Mekanisme Good Corporate Governance dalam penelitian ini menggunakan
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Serta diluar GCG dalam
penelitian ini menggunakan Return On Asset, Debt to Equity Ratio, dan Firm Size
untuk mengukur pengaruhnya terhadap manajemen laba.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, return on asset, debt to equity
ratio dan firm size terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2015-2017 baik secara parsial maupun
simultan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, return on asset, debt
to equity ratio dan firm size terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2015-2017.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976), menjelaskan hubungan keagenan sebagai suatu
kontrak antara satu atau lebih prinsipal dengan pihak lainnya (agent) untuk
melaksanakan sejumlah pekerjaaan atas nama principal, yang melibatkan
pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agent. Prinsipal
dan agent diasumsikan sebagai orang ekonomi yang rasional dan umumnya
termotivasi oleh kepentingan pribadi tapi mereka membedakan penghargaan atas
preferensi, kepercayaan, dan informasi, dalam hal ini pihak prinsipal adalah
pemegang saham (shareholder) dan pihak agent adalah manajemen.
Tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan
individu baik (prinsipal maupun agen) mengevaluasi lingkungan dimana
keputusan harus diambil (the belief revision role). Kedua, untuk mengevaluasi
hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudahkan pengalokasian
hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (the performance
evaluasion role) (Utami, 2018).
Manajemen Laba (Earning Management)
Menurut Copeland (1968) dalam Arthawan dan I Wayan (2018),
manajemen laba adalah suatu tindakan memaksimumkan atau meminimumkan
laba untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut Heally dan Wahlen (1998),
manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam
pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan,
yang bertujuan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja
ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang
menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan tersebut. Jadi dapat
disimpulkan bahwa praktik manajemen laba akan mengurangi kredibilitas suatu
laporan keuangan sebagai sarana untuk komunikasi antara manajer dengan pihak
eksternal perusahaan (Utami, 2018).
3
Ada empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan
atas laba sebagai berikut (Perdana, 2012),:
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba mengalihkan expected
future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan
laba di masa yang akan datang.
2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi
sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi
dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen mencoba memindahkan
beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di
masa yang akan datang.
3. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke
masa mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
discretionary accrual, sebagai proksi dari earning management (Utami, 2018) .
a) Menghitung total accrual:
TAit = NIit – CFOit
Dimana:
TA = Total Akrual
NIit = Laba bersih perusahaan i dalam periode t
CFOit = Arus kas operasi perusahaan i dalam periode t
b) Menghitung nilai accruals dengan persamaan regresi linier sederhana atau
ordinary least square (OLS) :
TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1) +e
Dimana :
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
dikurangi pendapatan di tahun t-1
PPEt = Nilai aktiva tetap – akumulasi penyusutan pada perusahaan i
pada periode ke t
β1 = Fitted cooficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total accruals e = error
c) Nilai Non Discreationary Accrual (NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit =β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1 - ΔRect/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait - 1)
Dimana :
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
4
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
β1 = Fitted cooficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total accruals
d) Discreationary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut :
DAit = TAit / Ait-1 – NDAit
Dimana :
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
Kepemilikan Institusional (X1) Kepemilikan institusional diukur dari jumlah kepemilikan saham yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pensiun dan
lainnya. Rumus yang digunakan untuk variable ini adalah (Fitri, 2018).:
Kepemilikan Manajerial (X2)
Kepemilikan manajerial dilihat dari seberapa banyak saham perusahaan
yang dimiliki oleh seorang manajer perusahaan. Rumus yang digunakan untuk
variabel ini adalah (Riana, 2018):
Return On Asset (X3)
Return on asset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Berikut adalah rumus yang
digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas aset (Hery 2016:193):
Debt to Equity Ratio (X4)
Rasio Utang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Berikut adalah rumus yang
digunakan untuk menghitung rasio utang terhadap modal (Hery 2016:193):
Firm Size (X5)
Ukuran perusahaan merupakan pengklasifikasian besar dan kecilnya
perusahaan dengan berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar
saham dan lain-lain (Perdana, 2012).
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung firm size dalam
penelitian ini menggunakan:
Firm Size = Total Aktiva
5
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Hipotesis
H1: Diduga Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap anajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-
2017.
H2: Diduga Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Manajemen laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2015-2017.
H3: Diduga Return on asset berpengaruh terhadap Manajemn laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Thun 2015-
2017.
H4: Diduga Debt to equity ratio berpengaruh terhadap Manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-
2017.
H5: Diduga Firm Size berpengaruh terhadap Manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017.
H6: Diduga Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Return On
Asset, Debt to Equity Ratio, dan Firm Size berpengaruh terhadap
Manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini objek dan ruang lingkup yang digunakan adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia peiode 2015-2017
dengan cara mencari data di internet dengan alamat pencarian www.idx.co.id yang
merupakan situs resmi Bursa Efek Indonesia.
Metode Penelitian
Jenis dan sumber data yang digunakkan dalam penelitian ini menggunakan
jenis dan sumber data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek
Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan
Manajerial Manajemen
laba Return On Asset
Debt to Equity
Ratio
Firm Size
H1
H2
H3
H
4 H5
H6
6
Indonesia pada tahun 2015-2017 yang telah dipublikasikan. Data tersebut
diperoleh dari www.idx.co.id dan pusat referensi pasar modal Bursa Efek
Indonesia. Pemilihan Bursa Efek Indonesia sebagai sumber pengambilan data
dengan alasan Bursa Efek Indonesia merupakan perusahaan efek terbesar di
Indonesia.
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017, yaitu sebanyak 154 perusahaan.
Metode pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik penentuan sample dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2016:85).
Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2017. Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sample dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2015-2017.
2. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan secara lengkap
per 31 Desember yang telah di audit periode 2015-2017.
3. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan dengan
menggunakan satuan mata uang Rupiah selama periode 2015-2017.
4. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba selama periode 2015-2017.
5. Perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional dan manajerial selama
periode penelitian.
Jumlah perusahaan yang dijadikan populasi adalah 154 perusahaan, dan
setelah dilakukan seleksi sampel, maka diperoleh sampel sebanyak 25 perusahaan
dan 75 data observasi.
Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan menguji
hipotesis yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif dan analisis linear
berganda dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft excel 2010
dan SPSS 20. Dalam analisis ini, terdiri dari uji statistik deskriptif, uji asumsi
klasik (uji normalitas, multikoliniearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas), dan
uji hipotesis (uji t, uji f dan koefisien determinasi). Metode ini digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebas.
Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, return on asset, debt
to equity ratio, dan firm size terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2015-2017.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Analisis Deskriptif
Pengujian deskriptif ini dilakukan terhadap data sampel setiap variabel
pada tahun penelitian 2015-2017. Hasil pengujian statistik deskriptif dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
7
Table 4.2.
Hasil Pengujian Descriptive Statistik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
MANAJEMEN LABA 75 -.07038 .18920 .0157742 .03730818
KI 75 .05143 .96091 .6359790 .19594441
KM 75 .00001 .38009 .0739676 .09320699
ROA 75 .00076 .26404 .0633270 .04553486
DER 75 .12484 2.06656 .6893579 .43774322
FZ 75 .13378 295.64600 18.9824434 55.22351322
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Hasil Uji Normalitas
Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila memiliki nilai signifikan
lebih besar dari nilai probabilitas, yaitu 0,05 atau apabila nilai p > 0,05 maka data
dapat dikatakan berdistribusi normal. Hasil pengujian One Sampel Kolmogorov-
Smirnov sebelumnya memiliki nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,012 lebih
kecil dari tarif signifikan yaitu 0,05 (p > 0,05) sehingga data yang digunakan
dalam penelitian tidak terdistribusi normal.
Untuk mendapatkan data berdistribusi normal maka salah satu cara yang
dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mentransformasi data
menjadi outlier. Ghozali (2016:40), Outlier adalah kasus atau data yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi
lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel
tunggal atau variabel kombinasi.
Tabel 4.4.
Hasil Pengujian Normalitas
(Data Setelah Dilakukan Outlier)
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Setelah dilakukan outlier, hasil pengujian One Sampel Kolmogorov-
Smirnov Test pada table 4.4. diatas menunjukkan bahwa model penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,117
lebih besar dari tarif signifikan yaitu 0,05 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa data setelah dilakukan outlier yang digunakan dalam penelitian ini telah
terdistribusi normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 65
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .02368349
Most Extreme Differences Absolute .148
Positive .148 Negative -.089
Kolmogorov-Smirnov Z 1.192
Asymp. Sig. (2-tailed) .117
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
8
Uji Multikolinieritas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam penelitian ini,
dapat dilakukan pengujian sebagai berikut:
1. Jika nilai VIF (Variance Influence Factor) >10 atau jika tolerance < 0.10,
maka menunjukkan adanya multikolonieritas dalam model regresi.
2. Jika nilai VIF (Variance Influence Factor) <10 atau jika tolerance > 0.10,
maka menunjukkan tidak terjadinya multikolonieritas dalam model regresi.
Hasil pengujian multikolinearitas pada pengujian ini menggunakan program
SPSS 20.0 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5.
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.5 diatas, dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Variabel Kepemilikan Institusional menunjukkan nilai tolerance sebesar
0,451 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 2,216 < 10, maka dapat disimpulkan
bahwa variable Kepemilikan Institusional yang digunakan dalam penelitian
ini tidak terjadi multikolinearitas.
2. Variabel Kepemilikan Manajerial menunjukkan nilai tolerance sebesar
0,475 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 2,104 < 10, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel Kepemilikan Manajerial yang digunakan dalam penelitian
ini tidak terjadi multikolinearitas.
3. Variabel Return On Asset menunjukkan nilai tolerance sebesar 0,798 > 0,10
dan nilai VIF sebesar 1,253 < 10, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Return On Asset yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi
multikolinearitas.
4. Variabel Debt To Equity Ratio menunjukkan nilai tolerance sebesar 0,754 >
0,10 dan nilai VIF sebesar 1,326 < 10, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel Debt To Equity Ratio yang digunakan dalam penelitian ini tidak
terjadi multikolinearitas.
5. Variabel Firm Size (Ukuran Perusahaan) menunjukkan nilai tolerance
sebesar 0,802 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 1,247 < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa variable Firm Size yang digunakan dalam penelitian ini
tidak terjadi multikolinearitas.
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -.037 .022
KI .037 .026 .248 .451 2.216
KM .002 .051 .006 .475 2.104
ROA .273 .087 .411 .798 1.253
DER .012 .009 .181 .754 1.326
FZ -6.288E-006 .000 -.005 .802 1.247
9
Uji Autokorelasi
Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson
tersebut dapat dilihat dari tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Hasil Pengujian Autokorelasi
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4.6. di atas dapat dilihat
bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson test menunjukkan nilai
1,851 dengan jumlah unit analisis (n) sebanyak 65 dan jumlah variabel bebas (k)
adalah 5 sehingga nilai dU (k,n = 5,65) adalah 1,7673. Hal ini menunjukkan
bahwa data tersebut terbebas dari autokorelasi dikarenakan nilai dU sebesar
1,7673 lebih kecil dari nilai dW sebesar 1,851 dan nilai dW lebih kecil dari 4-dU
sebesar 4-1,7673 = 2,2327 atau dapat dibuat persamaan seperti 1,7673 < 1,851 <
2,2327.
Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Spearman’s Rho. Uji
Spearman’s Rho adalah uji yang mengkorelasikan nilai residual (Unstandardized
Residual) dengan masing-masing variabel independen. Model regresi yang baik
tidak mengandung heteroskedastisitas. Jika signifikansi korelasi kurang dari 0,05
(< 0,05) maka pada model terjadi masalah heteroskedastisitas. Hasil uji
heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.7. sebagai berikut :
Tabel 4.7.
Hasil Pengujian Hetoroskedastisitas
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .448a .201 .133 .02466662 1.851
a. Predictors: (Constant), FZ, KI, ROA, DER, KM b. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Correlations
KI KM ROA DER FZ Unstandardized Residual
Spearman's rho
KI
Correlation Coefficient 1.000 -.509** -.159 .349** .094 -.093
Sig. (2-tailed) . .000 .207 .004 .456 .459
N 65 65 65 65 65 65
KM
Correlation Coefficient -.509** 1.000 -.141 -.132 -.504** -.036
Sig. (2-tailed) .000 . .261 .294 .000 .778
N 65 65 65 65 65 65
ROA
Correlation Coefficient -.159 -.141 1.000 -.250* .448** .007
Sig. (2-tailed) .207 .261 . .044 .000 .956
N 65 65 65 65 65 65
DER
Correlation Coefficient .349** -.132 -.250* 1.000 -.042 -.045
Sig. (2-tailed) .004 .294 .044 . .742 .723
N 65 65 65 65 65 65
FZ
Correlation Coefficient .094 -.504** .448** -.042 1.000 .016
Sig. (2-tailed) .456 .000 .000 .742 . .901
N 65 65 65 65 65 65
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient -.093 -.036 .007 -.045 .016 1.000
Sig. (2-tailed) .459 .778 .956 .723 .901 .
N 65 65 65 65 65 65
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
10
Berdasarkan output pada tabel 4.7 diatas, diketahui bahwa nilai sig untuk
variabel Kepemilikan Institusional sebesar 0,459. Nilai sig untuk variabel
Kepemilikan Manajerial sebesar 0,778. Nilai sig untuk variabel Return On Asset
(ROA) sebesar 0,956. Nilai sig untuk variabel Debt To Equity (DER) sebesar
0,723. Nilai sig untuk variabel Firm Size (Ukuran Perusahaan) sebesar 0,901.
Dapat dilihat bahwa semua variabel mempunyai nilai sig > 0,05, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa model penelitian yang digunakan terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
Pengujian Analisis Regresi Liniear Berganda
Pengujian regresi berganda ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh antara satu varabel independen terhadap variabel dependen dengan
menggunakan program SPSS 20. Hasil pengujian data dilihat dalam tabel 4.8.
sebagai berikut :
Tabel 4.8.
Hasil Pengujian Regresi Berganda Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -.037 .022 -1.698 .095
KI .037 .026 .248 1.431 .158 .451 2.216
KM .002 .051 .006 .036 .972 .475 2.104
ROA .273 .087 .411 3.156 .003 .798 1.253
DER .012 .009 .181 1.352 .182 .754 1.326
FZ -6.288E-006 .000 -.005 -.036 .971 .802 1.247
a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan tabel pengujian regresi di atas maka model analisis regresi
berganda antara independen terhadap variabel dependen dapat di tranfromasikan
dalam model persamaan berikut ini :
Manajemen Laba = -0,037 + 0,037KI + 0,002KM + 0,273ROA + 0,012DER -
6,288E-006FZ+ ε
Dari persamaan regresi linear diatas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut :
1. Konstanta (α)
Nilai konstanta sebesar -0,037 menyatakan bahwa jika variabel kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, ROA, DER, dan Firm Size sama
dengan nol, maka tidak akan ada peningkatan Manajemen Laba sebesar -
0,037 atau 3,7%.
2. Koefisien Regresi (β1) Variabel Kepemilikan Institusional (X1)
Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar 0,037. Nilai (β1) yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan Kepemilikan Institusional sebesar
satu persen, maka akan menaikkan Manajemen Laba sebesar 0,037 atau
3,7% dengan asumsi variabel independen lain tetap.
3. Koefisien Regresi (β2) Variabel Kepemilikan Manajerial (X2)
Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar 0,002. Nilai (β2) yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan Kepemilikan Manajerial sebesar
satu persen, maka akan menaikan Manajemen Laba sebesar 0,002 atau 0,2%
dengan asumsi variabel independen lain tetap.
11
4. Koefisien Regresi (β3) Variabel Return On Asset
Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar 0,273. Nilai (β3) yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan return on asset sebesar satu
persen, maka akan menaikkan manajemen laba sebesar 0,273 atau 27,3%
dengan asumsi variabel independen lain tetap.
5. Koefisien Regresi (β4) Variabel Debt To Equity Ratio
Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar 0,012. Nilai (β3) yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan debt to equity ratio sebesar satu
persen, maka akan menaikkan manajemen laba sebesar 0,012 atau 1,2%
dengan asumsi variabel independen lain tetap.
6. Koefisien Regresi (β5) Variabel Firm Size
Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar -6,288E-006. Nilai (β3) yang
negative menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan firm size sebesar satu
persen, maka akan menurunkan manajemen laba sebesar -6,288E-006
dengan asumsi variabel independen lain tetap.
Pengujian Hipotesis
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Kriteria signifikansi simultan adalah tingkat signifikan 0,05. Jika F hitung >
F tabel, tingkat signifikan < 0,05 maka H0 ditolak (ada pengaruh signifikan). Jika
F hitung < F tabel, tingkat signifikan > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada
pengaruh signifikan). Hasil pengujian uji F dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9.
Hasil Pengujian Silmutan (Uji F)
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (uji-f) pada tabel 4.9 dapat
diketahui bahwa tingkat signifikansi yaitu 0,019 < 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Sementara itu dapat juga dilihat dari Fhitung
dibanding dengan nilai Ftabel. Fhitung memiliki nilai sebesar 2,959. Nilai Ftabel pada
tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = df pembilang (k-1) ; df
penyebut (n-k). Jumlah variabel penelitian (k) berjumlah 5, dan jumlah data (n)
sebanyak 65. Jadi df pembilang (5-1) = 4 dan df penyebut (65-5) = 60, sehingga
Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) adalah 2,53. Jadi Fhitung> Ftabel
(2,959 > 2,52) dan tingkat signifikansi sebesar 0,019 < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak artinya kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, return on asset, debt to equity ratio, firm size secara
simultan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017.
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .009 5 .002 2.959 .019b
Residual .036 59 .001
Total .045 64 a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA b. Predictors: (Constant), FZ, KI, ROA, DER, KM
12
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2016:97), menyatakan bahwa uji statistik t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Kriteria
signifikansi parameter individual (uji statistik t) yaitu jika signifikansi > 0,05
maka H0 diterima (tidak ada pengaruh) dan jika signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak (ada pengaruh). Hasil dari uji parsial atau uji t dapt dilihat pada tabel 4.10.
sebagai berikut:
Tabet 4.10.
Hasil Pengujian Parsial (Uji t)
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual (uji-t) pada tabel
4.10 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel kepemilikan institusional memiliki tingkat signifikansi 0,158 >
0,05. Variabel return on equity ini juga memiliki nilai thitung sebesar 1,431 <
1,670649 (ttabel α = 0,05, df = (65-4-1) = 60). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, yang berarti variabel kepemilikan
institusional secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Variabel kepemilikan manajerial memiliki tingkat signifikansi 0,972 > 0,05.
Variabel firm size ini juga memiliki nilai thitung sebesar 0,036 < 1,670649
(ttabel α = 0,05, df = (65-4-1) = 60). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H2
ditolak dan H0 diterima, yang berarti variabel kepemilikan manajerial secara
parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Variabel Return On Asset (ROA) memiliki tingkat signifikansi 0,003 < 0,05.
Variabel Return On Asset ini juga memiliki nilai thitung sebesar 3,156 >
1,670219 (ttabel α = 0,05, df = (65-4-1) = 60). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa H3 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel Return On Asset
secara parsial berpengaruh terhadap manajemen laba.
4. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki tingkat signifikansi 0,182 >
0,05. Variabel Debt To Equity Ratio ini juga memiliki nilai thitung sebesar
1,352 < 1,670649 (ttabel α = 0,05, df = (65-4-1) = 60). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa H4 ditolak dan H0 diterima, yang berarti variabel Debt To
Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
5. Variabel Firm Size memiliki tingkat signifikansi 0,971 > 0,05. Variabel Debt
To Equity Ratio ini juga memiliki nilai thitung sebesar -0,036 > -1,670649
(ttabel α = 0,05, df = (65-4-1) = 60). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H5
ditolak dan H0 diterima, yang berarti variabel Firm Size secara parsial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.037 .022 -1.698 .095
KI .037 .026 .248 1.431 .158
KM .002 .051 .006 .036 .972
ROA .273 .087 .411 3.156 .003
DER .012 .009 .181 1.352 .182
FZ -6.288E-006 .000 -.005 -.036 .971
13
Koefisien Determinasi (R²)
Nilai koefisien determinasi dalam liniear berganda ditunjukkan dengan
adjusted R2. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat dari tabel 4.11.
berikut ini:
Tabel 4.11.
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.11 diatas dapat
dilihat bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,133 atau 13,3% . Hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel dependen yaitu manajemen laba dapat
dijelaskan oleh variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, return on asset, debt to equity ratio, dan firm size 13,3% sedangkan
sisanya yaitu 86,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan
dalam penelitian ini.
Pembahasan
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba atau dengan kata lain H1 ditolak dan H0
diterima. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai kepemilikan institusional yang
diperoleh sebesar 0,158 yang lebih besar dari nilai signifikan 5%. Hal ini berarti
bahwa dengan adanya kepemilikan institusional belum mampu mendeteksi adanya
pengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Aryanti,
Kristanti, dan Hendratno (2017), kepemilikan institisional tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Peneliti Aryanti, dkk (2017), menyebutkan pada
umumnya investor insitusi tidak menjalankan perannya secara efektif sebagai
sophisticated investors yang dapat melakukan pengawasan atau monitoring
terhadap kinerja manajemen untuk membatasi manajemen dalam mengambil
tindakan atau kebijakan yang akan berdampak pada tindakan manajemen laba.
Investor institusi hanya menjalankan perannya sebagai transient investors
(pemilik sementara perusahaan) yang justru hanya berfokus pada laba yang
bersifat jangka pendek saja, sehingga adanya kepemilikan institusional belum
tentu dapat meningkatkan monitoring secara efektif terhadap manajemen yang
akan berpengaruh pada berkurangnya kebijakan manajemen dalam melakukan
manajemen laba. Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Ardiyansyah
(2014), bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .448a .201 .133 .02466662
a. Predictors: (Constant), FZ, KI, ROA, DER, KM
b. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
14
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba atau dengan kata lain H2 ditolak dan
H0 diterima. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai kepemilikan institusional yang
diperoleh sebesar 0,972 yang lebih besar dari nilai signifikan 5%. Hal ini berarti
bahwa dengan adanya kepemilikan manajerial belum mampu mengurangi adanya
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.
Kepemilikan manajerial yang rendah tidak mampu mempengaruhi manajer
dalam melakukan manajemen laba, dikarenakan kepentingan manajer belum
selaras dengan kepentingan para pemegang saham. Sehingga meski pada suatu
perusahaan memiliki kepemilikan manajerial, namun tingkat kepemilikannya
relatif kecil, maka tindakan manajemen laba masih belum mampu di hindarkan
oleh perusahaan.
Hasil penelitian mendukung penelitian Ardiyansyah (2014), yang
mengatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Peneliti Ardiyansyah (2014), menyebutkan bahwa porsi
kepemilikan saham manajerial yang dimiliki relatif kecil sehingga kepemilikan
manajerial tidak mampu untuk mempengaruhi manajemen laba. Penelitian ini juga
mendukung hasil penelitian Sudiyanto (2016), bahwa jumlah kepemilikan saham
yang dimiliki manajerial rendah sehingga besar kemungkinan terjadi adanya
ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas.
Pengaruh Return On Asset terhadap Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on asset berpengaruh
terhadap manajemen laba atau dengan kata lain H3 diterima dan H0 ditolak. Hal
ini dapat dibuktikan dengan nilai return on asset yang diperoleh sebesar 0,003
yang lebih kecil dari nilai signifikan 5%. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
return on asset suatu perusahaan maka dapat meningkatkan tindakan manajemen
laba pada suatu perusahaan.
Semakin tinggi return on asset yang dihasilkan suatu perusahaan, maka
dapat berpengaruh terhadap penerapan manajemen laba. Semakin tinggi return on
asset menunjukkan asset yang dimiliki perusahaan digunakan dengan semaksimal
mungkin sehingga dapat memperoleh keuntungan atau laba. Ketika laba yang
dihasilkan perusahaan sangat tinggi pada periode tertentu, maka terdapat
kemungkinan terjadi penurunan laba pada waktu periode berikutnya. Sehingga
manajer akan mengatur laba agar laba yang dilaporkan tidak terlalu besar
sehingga kelebihan laba yang tidak dilaporkan dapat disajikan untuk laporan laba
pada periode berikutnya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Yatulhusna (2016) yang
mengatakan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Peneliti Yatulhusna (2016),
menyebutkan bahwa semakin tinggi profitabilitas yang dihasilkan suatu
perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan asset dengan baik
sehingga dapat menghasilkan laba. Ketika laba yang dihasilkan pada periode
tertentu terlalu tinggi, maka kemungkinan terjadi penurunan laba pada periode
berikutnya, maka untuk menghindari hal tersebut manajer akan mengatur laba
agar laba tidak dilaporkan tidak terlalu besar sehingga kelebihan laba dapat
15
dilaporkan di tahun berikutnya. Tindakan ini juga bertujuan agar minat investor
dalam membeli saham tidak berkurang, karena investor lebih menyukai laba yang
stabil. Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Puspitosari (2015),
menyebutkan bahwa semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemungkinan
perusahaan melakukan manajemen laba. Perusahaan dengan laba yang tinggi
cenderung melakukan manajemen laba guna mengurangi jumlah pajak yang harus
dibayarkan kepada negara. Tindakan ini biasanya dilakukan dengan melakukan
income decreasing atau penurunan laba.
Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba atau dengan kata lain H4 ditolak dan H0
diterima. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai debt to equity ratio yang diperoleh
sebesar 0,182 yang lebih besar dari nilai signifikan 5%. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi debt to equity ratio suatu perusahaan tidak mempengaruhi
tindakan manajemen laba pada suatu perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat DER yang tinggi berarti memiliki liabilitas
yang lebih besar jika dibandingkan dengan ekuitas yang dimiliki, hal ini akan
mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Namun, apabila
perusahaan berhasil mengelola utangnya dengan baik, efisien dan tepat sasaran,
profit perusahaan akan meningkat secara signifikan dan tidak akan ada masalah
terhadap kesulitan keuangan. Selain itu, ketika DER suatu perusahaan tinggi
tindakan manajemen laba tidak akan membantu dalam pemenuhan kewajiban,
karena pemenuhan kewajiban tidak bisa dihindari dengan tindakan manajemen
laba, karena kewajiban harus tetap dipenuhi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Gusfina (2016), yang
menyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai DER perusahaan tidak akan
mempengaruhi tindakan manajemen laba. Dan pemenuhan kewajiban harus tetap
terpenuhi dan tidak dapat dihindarkan dengan manajemen laba. Penelitian ini juga
mendukung hasil penelitian Puspitosari (2015) menyatakan bahwa debt to equity
ratio tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Peneliti Puspitosari (2015),
menyebutkan bahwa manajemen tidak terlalu mempertimbangkan rasio debt to
equity ratio dalam melakukan manajemen laba.
Pengaruh Firm Size terhadap Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa firm size tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba atau dengan kata lain H5 ditolak dan H0 diterima. Hal
ini dapat dibuktikan dengan nilai return on asset yang diperoleh sebesar 0,971
yang lebih kecil dari nilai signifikan 5%. Hal ini berarti firm size tidak dapat
meningkatkan manajemen laba pada suatu perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Puspitosari (2015), menyatakan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Peneliti
Puspitosari (2015), menyebutkan bahwa baik perusahaan besar maupun kecil
memiliki kecenderungan melakukan manajemen laba. Penelitian ini juga
mendukung hasil penelitian Yatulhusna (2015), menyatakan bahwa ukuran
Perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Lusi dalam (Yatulhusna,
2015), menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak menjadi pertimbangan satu-
satunya bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi, tapi masih ada
16
faktor-faktor lain yang lebih penting untuk dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan investasi, seperti tingkat keuntungan, prospek usaha perusahaan dimasa
yang akan datang dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berkut :
1. Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2017.
2. Kepemilika Manajerial tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2017.
3. Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2017.
4. Debt To Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2017.
5. Firm Size tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.
6. Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Return On Asset,
Debt To Equity Ratio, dan firm secara bersama-sama memiliki pengaruh
terhadap Manajemen Laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.
SARAN
Adapun saran yang dapat di rekomendasiakan untuk penelitian selanjutnya
berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti selanjutnya dapat
menambah variabel independen berupa rasio keuangan ataupun faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi nilai dari manajemen laba.
2. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk melakukan perluasan sampel
penelitian yang tidak hanya terfokus pada perusahaan manufaktur dan
memperhatikan periode tahun penelitian yang dapat menggunakan periode
tahun dan rentang waktu yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Afrelia, Yeyen. 2017. Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Ukuran Komite
Audit, Keahlian Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial terhadap
Manajemen laba Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Dasar dan Kimia Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2013-2015. Jurnal Universitas Maritim Raja Ali Haji.
17
Ardiyansyah, Muhammad. 2014. Pengaruh Corporate Governance, Leverage Dan
Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bei Periode 2009-
2013. Jurnal Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Arthawan, Putu Teddy dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana. 2018. Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana.
Vol.22.1. Januari (2018): 1-29. ISSN: 2302-8556.
Aryanti, Inne, Farida Titik Kristanti, Dan Hendratno. 2017. Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dan Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer (JRAK).
Universitas Telkom. Volume 9, No 2, Oktober 2017, Hal. 66-70. ISSN
2088-5091 (print) 2597-6826 (online).
Fitri, Yanti. 2018. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Current Ratio, Debt to
Asset Ratio, Return On Asset terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2014-2016.
Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Ghozali, Imam. 2016. Alikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gusfina, Faruzia. 2016. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Debt to Equity ratio
(DER), Return on assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Assets
(DAR) Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013. Jurnal Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Grasindo, ISBN 978-602-
375-540.
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior
Agency Cost, and Ownership Structure”, Journal of Finance Economics
3, pp. 305-360.
Perdana, Riko. 2012. Pengaruh Firm Size, Leverage, Good Corporate
Governance, Dan Profitabilitas Terhadap Earning Management (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(Bei) Periode 2007-2010). Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.
Puspitosari, Lety. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah Periode 2010-2013. Jurnal
MIX. Universitas Islam Sultan Agung. Volume VI, No. 2.
18
Sudiyanto, Yayan. 2016. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Dan
konsekuensinya Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan
Yang Melakukan Right Issue Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-
2013). Skripsi. Universitas Bengkulu.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Utami, Julyta. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Aset Pajak Tangguhan, Beban
Pajak Tangguhan Dan Akrual Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2016. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Yatulhusna, Najmi. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013).
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Top Related