perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH KARAKTERISTIK KEPALA DAERAH DAN
KARAKTERISTIK KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP
TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN WAJIB DALAM
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia
Tahun 2008)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RUDI ISMOYO
NIM. F 0307079
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
I Presented this Thesis to:
My Father and Mother
My Sister
All of My Friend Around the World
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan, akan datang kemudahan. Maka
kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada Allah
kamu berharap.”
(Q.S. Asy-Syarrh: 6-8)
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
mengerjakan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang
meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka
akan kembali kepada-Nya.”
(Q.S. Al Baqarah: 45-46)
The higher the voice the smaller the intellect.
(Ernest Newman)
Always do your best. What you plant now, you will harvest later.
(Og Mandino)
Learning is the beginning of wealth. Learning is the beginning of health.
Learning is the beginning of spirituality. Searching and learning is where the
miracle process all begins.
(Jim Rohn)
No matter how many goals you have achieved, you must set your sights on a
higher one.
(Jessica Savitch)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
“Pengaruh Karakteristik Kepala Daerah dan Karakteristik Keuangan
Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2008)”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan
pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan yang terbaik. Namun, penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangannya, karena banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi,
berkat adanya bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas
segala bimbingan dan bantuan kepada:
1. Allah SWT, Sang Pencipta yang telah memberikanku ridho-Nya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Doddy Setiawan, S.E., M.Si., Ak. selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. Dra. Setianingtyas Honggowati, M.Si., Ak., selaku pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing
dan mengarahkan penulisan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta
seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan,
dan pelayanan kepada penulis.
7. My Father and Mother yang selalu memberikan kasih sayang, semangat,
perhatian, dan doa yang tak pernah ada putusnya.
8. Sutaryo S.E., M.Si. Ak., yang telah banyak memberikan ilmunya kepada
penulis.
9. Dyah Prabaningrum, S.E. yang telah memberikan saran dan sharing
pengalamannya dalam mengerjakan skripsi.
10. The Excellent Group KTB (Angga, Peka, Irla, Ndok, Nhanie, Ayuk, Anis,
Adikur, dll) atas persahabatan yang telah diberikan.
11. Angga, Diana, Eliza, Andin, dan Reni yang telah menambah pengalaman
hidup penulis.
12. Angga, Diana, Andin, Adhikur, dan Ira atas kerjasamanya selama magang.
13. Dedi dan Dela atas tempat dan kerjasamanya dalam belajar kompre.
14. Teman-teman mahasiswa akuntansi FE UNS angkatan 2007 atas
kebersamaan dan kerjasamanya selama penulis menimba ilmu di sini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
15. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat dan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................v
KATA PENGANTAR ..................................................................................vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiv
ABSTRAK ....................................................................................................xv
ABSTRACT ..................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................8
E. Sistematika Penulisan...................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS .................................................................................. 10
A. Tinjauan Pustaka..........................................................................10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Standar Akuntansi Pemerintahan.............................................10
2. Pengertian Laporan Keuangan dan Tujuan Laporan
Keuangan pemerintah Daerah ...............................................11
3. Pengungkapan Informasi dalam Laporan Keuangan
(Disclosure) ...........................................................................14
4. Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah ................................................................15
5. Karakteristik Keuangan Pemerintah Daerah dan Tingkat
Kelengkapan ..........................................................................17
6. Karakteristik Kepala Daerah dan Tingkat Kelengkapan .........19
B. Pengembangan Hipotesis .............................................................21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................29
A. Jenis Penelitian.............................................................................29
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...................29
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data .............................30
D. Definisi dan Pengukuran Variabel ...............................................30
1. Variabel Dependen ..................................................................31
2. Variabel Independen ................................................................32
F. Metode Analisis Data ...................................................................36
1. Uji Asumsi Klasik....................................................................36
2. Pengujian Hipotesis .................................................................39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...............................................42
A. Hasil Pengumpulan Data............................................................42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1. Pemilihan Sampel ..................................................................42
2. Elemen Pengungkapan Wajib................................................43
B. Statistik Deskriptif......................................................................44
C. Uji Asumsi Klasik ......................................................................47
1. Uji Normalitas........................................................................47
2. Uji Autokorelasi.....................................................................48
3. Uji Heteroskedastisitas ..........................................................49
4. Uji Multikolonieritas..............................................................50
D. Hasil Pengujian Hipotesis ..........................................................51
1. Uji Signifikansi-F ..................................................................52
2. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji Signifikansi-t) .................51
3. Uji Koefisien Determinasi .....................................................55
E. Pembahasan ..................................................................................56
BAB V PENUTUP` .....................................................................................61
A. Kesimpulan ................................................................................61
B. Keterbatasan ...............................................................................63
C. Implikasi .....................................................................................63
D. Saran...........................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................66
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Kriteria Uji Durbin-Watson .......................................................37
Tabel IV.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .....................................................45
Tabel IV.2. Hasil Uji Normalitas ...................................................................48
Tabel IV.3. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................49
Tabel IV.4. Hasil Uji Herteroskedastisitas....................................................50
Tabel IV.5. Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................51
Tabel IV.6. Hasil Uji Signifikansi-F.............................................................52
Tabel IV.7. Hasil Uji Signifikansi-t ..............................................................54
Tabel IV.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi................................................56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Elemen Pengungkapan Wajib Berdasarkan SAP......................71
Lampiran II Daftar Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota yang Menjadi
Sampel........................................................................................73
Lampiran III Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................76
Lampiran IV Hasil Uji Normalitas.................................................................77
Lampiran V Hasil Uji Heteroskedasitas .......................................................78
Lampiran VI Hasil Uji Multikolonieritas dan Hipotesis................................79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
PENGARUH KARAKTERISTIK KEPALA DAERAH DAN KARAKTERISTIK KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP
TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN WAJIB DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2008)
Rudi Ismoyo
NIM. F0307079
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik kepala daerah dan karakteristik keuangan pemerintah derah terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan kepala daerah, umur kepala daerah, tingkat pendidikan kepala daerah, masa jabatan kepala daerah, current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), assets turnover (AT), operating revenues to total revenues (ORTR), operating revenues to operating expenses (OROE).
Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling pada pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia selama tahun 2008. Sebanyak 80 pemerintah daerah digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Terdapat 34 item pengungkapan untuk mendeteksi tingkat kelengkapan pengungkapan wajib berdasarkan SAP.
Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib adalah latar belakang pendidikan kepala daerah, current ratio (CR), assets turnover (AT), operating revenues to operating expenses (OROE). Akan tetapi, umur kepala daerah, level pendidikan kepala daerah, masa jabatan kepala daerah, debt to equity ratio (DER), dan operating revenues to total revenues (ORTR) tidak menunjukkan pengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Kata kunci: karakteristik kepala daerah, karakteristik keuangan, pengungkapan
wajib, pemerintah daerah, laporan keuangan pemerintah daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF REGIONAL HEAD AND LOCAL GOVERNMENT’S FINANCIAL CHARACTERISTICS ON THE LEVEL
OF MANDATORY DISCLOSURE COMPLETENESS IN LOCAL GOVERNMENT FINANCIAL STATEMENT
(Empirical Study on Local Government in Indonesia Year 2008)
Rudi Ismoyo NIM. F0307079
This study aimed to analyze the influence of regional head (regent or mayor) and local government’s financial characteristics on the level of mandatory disclosure completeness in local government financial statement in Indonesia. Factors tested in this study are educational level of regional head, age of regional head, educational background of regional head, tenure of regional head, current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), assets turnover (AT), operating revenues to total revenues (ORTR), and operating revenues to operating expenses (OROE).
Collecting data used a purposive sampling method in local government in Indonesia during the years 2008. A total of 80 local government are used as samples in this study. There are 34 items disclosure to detect the level of mandatory disclosure completeness in local government financial statement in accordance with Government Accounting Standard (Standar Akuntansi Pemerintahan).
This study used multiple regression to examine the factors that influence the level of mandatory disclosures. The result showed that the independent variables that significantly affect to mandatory disclosure are educational background of regional head, current ratio (CR), assets turnover (AT), and operating revenues to operating expenses (OROE). However, educational level of regional head, age of regional head, debt to equity ratio (DER), and operating revenues to total revenues (ORTR) did not show significant influence to mandatory disclosure.
Keywords: regional head characteristics, financial characteristics, mandatory
disclosure, local government, local government financial statement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tujuan umum pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi
keuangan yang bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan bagi pihak-
pihak pengguna laporan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan
dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah intepretasi apabila laporan keuangan
dilengkapi dengan pengungkapan (disclosure) yang memadai. Suwardjono (2005)
menyebutkan bahwa terdapat dua sifat pengungkapan, yaitu pengungkapan yang
bersifat wajib dan pengungkapan yang bersifat sukarela. Pengungkapan sukarela
merupakan pilihan bebas manajemen untuk memberikan informasi akuntansi dan
informasi lainnya yang dipandang relevan untuk keputusan oleh para pemakai
laporan keuangan tersebut, sedangkan pengungkapan bersifat wajib meliputi
pengungkapan yang didasarkan atas ketentuan/standar yang berlaku.
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh
peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otoriter (Chariri dan Ghozali, 2003:
247). Untuk sektor publik di Indonesia, pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib di Indonesia masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya
pemerintah daerah yang mengungkapkan secara penuh, yaitu rata-rata sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
52,57 % (Mandasari, 2009), 54,54 % (Retnoningsih, 2009), dan 22 % (Lesmana,
2010).
Penelitian ini memfokuskan pada kelengkapan pengungkapan wajib akun-
akun yang terdapat pada neraca yang tertuang dalam SAP. Neraca mendapatkan
perhatian penting karena merupakan laporan yang memberikan gambaran utuh
dari suatu entitas (pemerintah daerah) pada suatu titik waktu (Bastian, 2006: 432).
Neraca memberikan informasi penting kepada manajemen pemerintah daerah,
pihak legislatif daerah, para kreditor, serta masyarakat luas tentang posisi atau
keadaan dari kekayaan atau aktiva daerah beserta kewajiban dan ekuitas dananya
pada tanggal tertentu (Bastian, 2006: 433).
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa pengungkapan dalam laporan
keuangan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Alsaeed (2006) menyatakan bahwa
karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.
Bamber et al. (2010) menyatakan bahwa karakteristik demografis seorang
manajer puncak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela yang
dilakukan perusahaan. Retnoningsih (2009) menyatakan bahwa karakteristik
parlemen berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib. Mandasari (2009)
dan Lesmana (2010) menyatakan bahwa karakteristik pemerintah daerah
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib.
Hambrick daan Mason (1984) dalam upper echelons theory menyatakan
bahwa keluaran sebuah organisasi dapat dilihat sebagai cerminan dari nilai dan
kognitif dari manajer puncak dalam organisasi tersebut. Hal tersebut telah
diaplikasikan oleh Bamber et al. (2010) dengan meneliti keterkaitan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
karakteristik manajer puncak dengan luas pengungkapan sukarela. Bamber et al.
(2010) memproksikan karakteristik manajer puncak menggunakan umur, latar
belakang fungsional, latar belakang militer, dan latar belakang pendidikan.
Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik manajer puncak berpengaruh terhadap
pengungkapan. Penelitian yang dilakukan Mandasari (2009) juga menyatakan
bahwa latar belakang pendidikan ekonomi/akuntansi dari kepala daerah
berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib.
Kepala daerah mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mensyaratkan perlu diperlakukannya
pertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam bentuk laporan keuangan (neraca
daerah, arus kas, dan realisasi anggaran) oleh kepala daerah. Informasi yang
diperoleh dalam laporan keuangan sangat tergantung pada tingkat pengungkapan
(disclosure) dari laporan tersebut. Oleh karena itu kepala daerah juga bertanggung
jawab atas pengungkapan yang dilakukan.
Faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan adalah
karakteristik keuangan. Karakteristik keuangan perusahaan sering diproksikan
dengan berbagai macam rasio keuangan. Beberapa penelitian empiris terdahulu
menunjukkan bahwa karakteristik keuangan mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan. Dahawy (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio leverage
maka akan menyediakan informasi secara lebih banyak untuk memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kebutuhan kreditor jangka panjang. Wallace (1994) menyatakan bahwa kesehatan
suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas (diukur
dengan current ratio) berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Fitriani (2001)
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa net profit margin mempengaruhi
pengungkapan laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Lesmana (2010)
menunjukkan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah mempengaruhi tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib pemerintah daerah. Perwitasari (2010)
menjelaskan bahwa profit margin (PM), debt to equity ratio (DER), long term
liabilities to total assets (LTTA), dan operating revenues to operating expenses
(OROE) berpengaruh terhadap tingkat accountability disclosure.
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Bamber et al.
(2010). Jika Bamber et al. (2010) menggunakan pengungkapan sukarela pada
sektor swasta, penelitian ini menggunakan pengungkapan wajib untuk sektor
publik. Bamber et al. (2010) menggunakan manajer puncak di sektor swasta
sedangkan penelitian ini menggunakan manajer puncak di sektor publik (kepala
daerah). Peneliti juga menambahkan karakteristik keuangan pemerintah daerah
yang mengacu pada penelitian Perwitasari (2010) untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Karakteristik keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio (CR), debt to equity (DER),
assets turnover (AT), operating revenues to total revenues (ORTR), operating
revenues to operating expenses (OROE).
Penelitian tentang kepatuhan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan
pemerintah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dilakukan karena akan memberikan gambaran tentang sifat perbedaan tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib antar pemerintah daerah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta memberikan petunjuk tentang kondisi pemerintah pada
suatu masa laporan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Kepala Daerah dan
Karakteristik Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat
Kelengkapan Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/kota di
Indonesia Tahun 2008)”.
B. Rumusan Masalah
Penelitian mengenai pengungkapan wajib laporan keuangan pada sektor
publik masih sedikit, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Berdasarkan penjelasan
pada bagian latar belakang masalah, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah seperti berikut ini.
1. Apakah terdapat pengaruh level pendidikan kepala daerah terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah
di Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh latar belakang kepala daerah terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah
di Indonesia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Apakah terdapat pengaruh umur kepala daerah terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah di
Indonesia?
4. Apakah terdapat pengaruh masa jabatan kepala daerah terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah
di Indonesia?
5. Apakah current ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah di
Indonesia?
6. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah di
Indonesia?
7. Apakah assets turnover ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah di
Indonesia?
8. Apakah operating revenues to total revenues berpengaruh terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah
di Indonesia?
9. Apakah operating revenues to operating expenses berpengaruh terhadap
tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah
daerah di Indonesia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti berikut ini.
1. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh level pendidikan kepala
daerah terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan
keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
2. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh latar belakang kepala
daerah terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan
keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
3. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh umur kepala daerah
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan
pemerintah daerah di Indonesia.
4. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh masa jabatan kepala
daerah terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan
keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
5. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh current ratio terhadap
tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah
daerah di Indonesia.
6. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh debt to equity ratio
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan
pemerintah daerah di Indonesia.
7. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh assets turnover ratio
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan
pemerintah daerah di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh operating revenues to total
revenues ratio terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam
laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
9. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh operating revenues to
operating expenses ratio terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib
dalam laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dapat
memberikan masukan yang berguna antara lain sebagai berikut.
1. Bagi pemerintah pusat selaku regulator dalam pembuatan Standar Akuntansi
Pemerintahan, hasil penelitian ini dapat dijadikan tolok ukur penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan dalam LKPD.
2. Bagi pemerintah daerah sebagai pengguna Standar Akuntansi Pemerintahan,
hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam penyediaan dan
pengelolaan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan dalam LKPD.
3. Bagi profesi di bidang akademik, hasil penelitian ini dapat memberikan bahan
referensi bagi peneliti-peneliti lain pada bidang kajian sejenis.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian dan hasil penelitian ini dipaparkan dengan sistematika penulisan
sebagai berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini memaparkan tinjauan pustaka dan review penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian tentang pengaruh karakteristik kepala daerah dan
karakteristik keuangan pemerintah daerah terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan ruang lingkup penelitian, populasi dan sampel serta teknik
pengambilan sampel penelitian, variabel dan pengukuran variabel penelitian, data
dan sumber data serta teknik pengambilan data penelitian dan model penelitian
serta analisis data penelitian yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data dan analisis data penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis dan interpretasi hasil pengujian untuk
membuktikan secara empiris hipotesis yang telah dinyatakan dalam penelitian.
BAB V: PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan yang diambil dari seluruh pembahasan
sebelumnya, keterbatasan, saran dan implikasi penelitian yang dapat diajukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Standar Akuntansi Pemerintahan
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal
tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai
kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah di Indonesia. Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. SAP diterapkan di lingkup
pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
lingkungan pemerintah pusat/ daerah, jika menurut peraturan perundang-
undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dibutuhkan dalam rangka
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa
laporan keuangan yang setidaknya meliputi laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Pasal 2 ayat (1) dan (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 menyebutkan bahwa SAP
dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP).
Terdapat 11 PSAP dalam SAP. Dengan adanya SAP diharapkan tercipta
transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/ daerah
guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
2. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut SAP (2005), laporan keuangan peerintah daerah (LKPD) adalah
suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada,
yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva)
dan/atau kewajiban suatu entitas pemerintah pada saat tertentu atau perubahan
atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan. LKPD merupakan laporan yang terstruktur
mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan. LKPD disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Tujuan umum LKPD adalah menyajikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja
keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. LKPD
terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer,
dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Laporan keuangan pemerintah daerah pokok terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan. Laporan realisasi anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur-
unsur yang terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan,
sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran. Neraca menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu. Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non
anggaran.
Laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan dengan basis
kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, serta
basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan sepenuhnya basis
akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan,
maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan
yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan pemerintah
daerah dengan menggunakan basis akrual tetap menyajikan laporan realisasi
anggaran berdasarkan basis kas.
Entitas pelaporan dalam laporan keuangan pemerintah daerah adalah unit
pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/ daerah
atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Setiap entitas pelaporan
mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta
hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur
pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen,
transparansi, dan keseimbangan antargenerasi. Pelaporan keuangan pemerintah
seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Pengungkapan Informasi dalam Laporan Keuangan (Disclosure)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat dipahami
dan tidak menimbulkan salah intepretasi apabila laporan keuangan dilengkapi
dengan pengungkapan (disclosure) yang memadai. Pengungkapan merupakan
bagian integral dari pelaporan keuangan dan langkah akhir dalam proses akuntansi
yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan.
Evans (2003) membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang
menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau
media masa lain serta informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak
termasuk dalam pengertian pengungkapan. Sementara itu, Wolk et al. (2001)
memasukkan pula statement keuangan segmental dan statemen yang merefleksi
perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan.
Jenis pengungkapan dalam laporan keuangan meliputi pengungkapan
wajib dan pengungkapan sukarela (Suwardjono, 2005). Pengungkapan wajib
adalah informasi yang harus disediakan oleh manajemen yang diwajibkan untuk
diungkapkan kepada publik oleh badan yang mengatur. Pengungkapan wajib
meliputi laporan keuangan perusahaan, catatan atas laporan keuangan, dan
informasi pelengkap.
Beberapa penilitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan laporan keuangan telah dilakukan. Alsaeed (2006) menyatakan
bahwa karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan
sukarela. Bamber et al. (2010) menyatakan bahwa karakteristik demografis
seorang manajer puncak bepengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dilakukan perusahaan. Retnoningsih (2009) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa karakteristik parlemen (DPRD) berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan wajib. Mandasari (2009) menyatakan bahwa karakteristik
pemerintah daerah terhadap tingkat pengungkapan wajib. Perwitasari (2010)
menyatakan bahwa Rasio keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap
tingkat accountability disclosure pemerintah daerah.
4. Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.
Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada SAP.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan
sesuai dengan SAP yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dibutuhkan dalam rangka
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa
laporan keuangan yang setidaknya meliputi laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos
yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
termasuk penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh standar
akuntansi pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
menyebutkan bahwa SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) dan dilengkapi dengan pengantar standar akuntansi
pemerintahan. Terdapat 11 PSAP dalam SAP. Pengungkapan minimal yang
disyaratkan dalam PSAP diantaranya pada akun-akun yang tercantum dalam
neraca, yaitu PSAP nomor 5 sampai dengan PSAP Nomor 11.
Penelitian tentang praktik pengungkapan wajib di sektor publik pernah
dilakukan oleh Mandasari (2009), Lesmana (2010), dan Retnoningsih (2009).
Mandasari (2009) dan Lesmana (2010) menjelaskan bahwa karakteristik
pemerintah daerah berpengaruh terhadap pemenuhan pengungkapan wajib LKPD.
Retnoningsih (2009) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa karakteristik
parlemen/ Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berpengaruh terhadap
pemenuhan pengungkapan wajib dalam LKPD.
Penelitian ini memfokuskan pada kepatuhan pengungkapan wajib akun-
akun yang terdapat pada neraca yang tertuang dalam standar akuntansi
pemerintahan. Neraca mendapatkan perhatian penting karena merupakan laporan
yang memberikan gambaran utuh dari suatu entitas (pemerintah daerah) pada
suatu titik waktu (Bastian, 2006: 432). Neraca memberikan informasi penting
kepada manajemen pemerintah daerah, pihak legislatif daerah, para kreditor, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
masyarakat luas tentang posisi atau keadaan dari kekayaan atau aktiva daerah
beserta kewajiban dan ekuitas dananya pada tanggal tertentu (Bastian, 2006: 433).
5. Karakteristik Keuangan dan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan
Karakteristik keuangan sering di proksikan dengan berbagai macam rasio
keuangan. Meric et. Al (2008) menggunakan karakteristik keuangan dari
perusahaan di Amerika dan Uni Eropa untuk dibandingkan, yaitu current ratio
(CUR), quick ratio (QUR), inventory turnover (ITR), total assets turnover (TAT),
equity ratio (EQR), net profit margin (NPM), return on assets (ROA), dan return
on equity (ROE).
Untuk sektor publik, Cohen (2006) melakukan penelitian mengenai
karakteristik informasi keuangan pemerintah dengan menggunakan variabel
profitability ratio yang di ukur dengan return on equity (ROE), return on assets
(ROA), profit margin (PM), liquidity ratio yang di ukur dengan current ratio
(CR), capital structure ratio yang di ukur dengan debt to equity (DER) dan long
terms liabilities to assets (LTTA), performance ratio yang di ukur dengan assets
turnover (AT), operating revenues to total revenues (ORTR), operating revenues
to operating expenses (OROE). Hasil yang diperoleh bahwa indikator keuangan
yang menggunakan indikator rasio di atas dipengaruhi oleh jumlah populasi dan
pendapatan per kapita penduduk pemerintah daerah di Yunani.
Entitas yang yang memiliki kondisi keuangan yang baik cenderung lebih
lengkap dalam melakukan pengungkapan (Wallace, 1994). Hal tersebut dapat
dilihat dari beberapa penelitian terkait pengaruh karakteristik keuangan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tingkat kelengkapan pengungkapan. Almilia dan Retrinasari (2007) meneliti
tentang pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio net profit margin, ukuran
perusahaan, dan status perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib dan luas pengungkapan sukarela. Hasilnya menunjukkan bahwa rasio
likuiditas, rasio leverage, besar perusahaan, dan status perusahaan berpengaruh
terhadap luas pengungkapan wajib, serta tidak ada variabel yang berpengaruh
terhadap luas pengungkapan sukarela. Simanjuntak dan Widiastuti (2004) meneliti
tentang pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, dan umur
perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan. Hasilnya menunjukkan
bahwa leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, dan umur
perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Subiyantoro (1998) meneliti tentang pengaruh
total aktiva, total penjualan, rasio ungkitan, rentabilitas ekonomi, profit margin,
rasio likuiditas, dan tipe industri terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan.
Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kelengkapan pengungkapan dipengaruhi
oleh total aktiva, rasio ungkitan, dan rasio likuiditas secara signifikan. Perwitasari
(2010) menjelaskan bahwa pemerintah daerah yang memiliki profit margin (PM),
debt to equity ratio (DER), long term libilities to total assets (LTTA) dan
operating revenues to operating expense (OROE) lebih lengkap dalam
pengungkapan akuntabilitas. Oleh karena itu, pemerintah daerah yang memiliki
kondisi keuangan yang baik akan lebih memiliki kepatuhan terhadap standar dan
lebih lengkap dalam melakukan pengungkapan wajib.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6. Karakteristik Manajer Puncak dan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan
Hambrick dan Mason (1984) dalam upper echelons theory menyatakan
bahwa outcome sebuah organisasi, baik strategi maupun efektivitas, dipandang
sebagai cerminan nilai dan kognitif dari seseorang eksekutif dalam sebuah
organisasi. Terdapat beberapa penelitian terkait argumen tersebut. Berthand dan
Schoar (2003) meyatakan bahwa seorang manajer berpengaruh terhadap perliaku
organisasi dan kinerja organisasi. Manner (2010) menyatakan karakteristik CEO
berpengruh terhadap corporate social performance. Finkelstein dan Hambrick
(1990) menyatakan bahwa masa jabatan manajer puncak berpengaruh terhadap
outcome sebuah organisasi.
Beberapa penelitian terkait pengaruh seorang eksekutif terhadap outcome
akuntansi sebuah organisasi juga telah dilakukan. Bamber et al. (2010) meneliti
pengaruh seorang eksekutif dalam melakukan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Bamber et al. (2010) memproksikan karakteristik seorang manajer
puncak dengan umur, latar belakang fungsional, latar belakang militer, dan
pendidikan master of business administration (MBA). Hasilnya menunjukkan
bahwa seorang manajer berpengaruh secara signifikan terhadap pengeungkapan
sukarela. Seorang manajer juga berpengaruh signifikan terhadap discretionary
accruals, aktivitas off-balance-sheet, dan konservatisme (Ge et al., 2009). Dyreng
et al. (2010) meneliti pengaruh seorang eksekutif terhadap penghindaran pajak
sebuah perusahaan. Hasilnya menunjukan bahwa seorang eksekutif berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Finkelstein dan Hambrick (2010) meneliti pengaruh masa jabatan manajer puncak
terhadap outcome sebuah organisasi.
Untuk sektor publik, Seeba et al. (2009) menyatakan bahwa karakteristik
manajer puncak (kepala daerah) berpengaruh terhadap strategi dan kinerja
pemerintah daerah di Dubai. Seeba et al. (2009) memproksikan karakteristik
kepala daerah menggunakan age, education levels, tenure, serta alignment dan
performance. Penelitian yang dilakukan Mandasari (2009) juga menunjukkan
bahwa latar belakang pendidikan kepala daerah berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan wajib.
Literatur keuangan menyatakan bahwa terdapat sedikit peran untuk
idiosinkrasi seorang manajer, tetapi literatur manajemen strategi menyatakan
bahwa seorang individu mempengaruhi keluaran sebuah perusahaan. Bamber et
al. (2010) meneliti apakah manajer berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan. Dengan menelusuri manajer setiap perusahaan, Bamber et al.
(2010) menemukan bahwa seorang manajer puncak berpengaruh terhadap
pengungkapan. Gaya pengungkapan seorang manajer dihubungkan dengan
karakteristik demografis yang diperoleh dari latar belakang mereka, yaitu manajer
yang berasal dari keuangan, akuntansi, dan hukum, manajer yang lahir sebelum
Perang Dunia II, serta manajer yang memiliki latar belakang militer
menegembangkan gaya pengungkapan yang berbeda-beda. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa manajer yang berasal dari keuangan dan akuntansi, serta
dengan latar belakang militer lebih tepat dalam melakukan pengungkapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pengaruh seorang manajer puncak dalam pengungkapan bergantung pada:
(1) luas tindakan manajer sebagai seorang agen yang berlawanan dengan seorang
individu yang memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda (2) Pilihan seorang
manajer terhadap kebijakan yang dipilih (Bamber et al., 2010; Hambrick, 2007).
Penelitian dalam bidang psikologi menyimpulkan bahwa sesorang
mengembangkan gaya komunikasi yang berbeda-beda (Pennebaker dan King,
1999 dalam Bamber et al., 2010). Jika seorang manajer memiliki gaya komunikasi
yang berbeda-beda, seperti keterbukaan pikiran dan transparansi, hal tersebut
tentu akan mempengaruhi karakteristik pengungkapan sebuah organisasi (Bamber
et al., 2010).
B. Pengembangan Hipotesis
Dearbon dan Simon (1958) menemukan bahwa ketika sebuah kelompok
eksekutif dari beberapa area fungsional diberikan sebuah masalah yang sama dan
diminta untuk menyelesaikannya dalam perspektif yang luas, mereka
mendefinisikan masalah secara garis besar sesuai dengan aktivitas dan tujuan dari
area mereka. Penelitian empiris menegaskan bahwa manajer mengejar strategi
yang sesuai dengan keahlian fungsional mereka (misalnya, Smith dan White,
1987; Thomas et al., 1991; Jensen dan Zajac, 2004). Bamber et al. (2010)
menyatakan bahwa manajer yang berasal dari keuangan mendukung anggaran
yang lebih detail dan teliti, yang menunjukkan bahwa manajer yang memiliki latar
belakang keuangan atau akuntansi dapat mengembangkan gaya pengungkapan
yang lebih tepat. Milne dan Patten (2002) menyatakan bahwa seorang individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
yang memiliki pengalaman dalam bidang akuntansi/bisnis lebih mungkin untuk
memahami praktik pelaporan keuangan dan informasi akuntansi yang terkandung
dalam annual report. Mandasari (2010) menjelaskan bahwa kepala daerah yang
memiliki latar belakang pendidikan ekonomi/akuntansi berpengaruh terhadap
pemenuhan pengungkapan wajib LKPD.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut.
H1= Latar belakang pendidikan ekonomi/akuntansi kepala daerah
berpengaruh berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam LKPD.
Upper echelons theory menyatakan bahwa usia seorang manajer secara
positif berhubungan dengan kecenderungan untuk melihat lebih banyak informasi,
mengevaluasi informasi dengan lebih akurat, dan lebih lama dalam mengambil
keputusan (Hambrick dan Mason, 1984). Bamber et al. (2010) berargumen bahwa
eksekutif lahir sebelum Perang Dunia II dapat mengembangkan gaya komunikasi
yang lebih konservatif dan lebih tepat dalam melakukan pengungkapan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut.
H2= Umur kepala daerah berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam LKPD.
Dalam literatur upper echelons, level pendidikan dihubungkan dengan
keterbukaan pikiran, toleran terhadap ambiguitas, dan kemampuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memproses informasi yang kompleks. Level pendidikan dari seorang manajer
puncak telah menjadi subjek dari berbagai macam penelitian. Hitt dan Taylor
(1991) penelitian menemukan bahwa eksekutif yang memiliki level pendidikan
yang lebih tinggi memiliki kognitif yang lebih kompleks. Eksekutif yang memiliki
pendidikan lebih tinggi cenderung lebih lebih dalam melakukan pengungkapan
karena memiliki kognitif yang lebih baik (Hambrick dan Mason, 1984).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut.
H3= Level pendidikan kepala daerah berpengaruh terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD.
Masa jabatan didefinisikan sebagai lama waktu seseorang menduduki
jabatan sebagai seorang pemimpin dalam sebuah organisasi. Terdapat beberapa
penelitian yang menggunakan masa jabatan seorang eksekutif untuk memprediksi
outcome sebuah organisasi (Thomas et al., 1991; Hambrick dan Mason, 1984;
Ellis dan Child, 1973; Wiersema dan Bantel, 1992; Bantel dan Jackson, 1989).
Ellis dan Child (1973) berpendapat bahwa semakin lama masa jabatan
berhubungan dengan konservatisme dan penghindaran risiko. Salancik (1977)
dalam Finkelstein dan Hambrick (1990) menyatakan bahwa ketika seorang
manajer mencapai kesuksesan dalam sebuah organisasi, mereka cenderung untuk
mempertahankan cara-cara untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
H4= Masa jabatan kepala daerah berpengaruh terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD.
Rasio likuiditas/current ratio merupakan perbandingan antara jumlah
harta lancar pemerintah daerah dengan jumlah hutang lancar yang dimiliki
pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam memenuhi kewajiban lancar pemerintah dengan harta lancar yang dimiliki
pemerintah daerah. Angka current ratio yang tinggi mengindikasikan bahwa
pemerintah daerah mempunyai jumlah harta lancar yang mencukupi untuk
menjamin hutang lancar dan kegiatan operasional dalam rangka memberikan
pelayanan bagi publik. Cooke (1989) menjelaskan bahwa tingkat likuiditas dapat
dipandang dari dua sisi. Disatu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan
menunjukkan kuatnya kondisi keuangan entitas. Entitas semacam ini cenderung
untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar
karena ingin menunjukkan bahwa entitas tersebut kredibel. Wallace et al. (1994)
menyatakan bahwa likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja
manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, entitas dengan
likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak
eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen.
Penelitian tentang hubungan antara rasio likuiditas dengan kelengkapan
pengungkapan telah dikemukakan oleh Fitriani (2001). Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa rasio likuiditas mempunyai hubungan positif dengan
kelengkapan pengungkapan. Kondisi entitas yang sehat, yang antara lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan
pengungkapan yang lebih lengkap. Pemerintah daerah yang kondisi keuangannya
kuat akan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap karena
ingin menunjukkan kepada pihak ekstern bahwa entitas tersebut kredibel.
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian di atas, maka hipotesis
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H5= Current ratio berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan
wajib dalam LKPD.
Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak
tertagihnya suatu utang. Cohen (2006) membagi leverage menjadi dua macam
rasio, yaitu debt to equity ratio dan long terms liabilities to total assets.
Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah total hutang
dengan jumlah total ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Rasio ini
menggambarkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan jaminan bagi
seluruh total hutang dengan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
Menurut Schipper (1981) tambahan informasi diperlukan untuk
menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak
mereka sebagai kreditor. Oleh karena itu entitas dengan rasio leverage yang tinggi
memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditor jangka
panjang, Sehingga entitas akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif.
Naim dan Rakhman (2000) membuktikan bahwa rasio leverage mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Botosan (1997) juga
meregresikan tingkat pengungkapan dengan ukuran perusahaan, leverage, dan
status listing perusahaan. Hasilnya hanya ukuran perusahaan dan leverage
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Pemerintah
daerah akan memberikan informasi yang komprehensif dalam laporan
keuangannya untuk menghilangkan keragu-raguan kreditor terhadap pemenuhan
hak-haknya.
H6= Debt to equity ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam LKPD.
Cohen (2006) membagi rasio kinerja menjadi 3 macam, yaitu, assets
turnover ratio (AT), operating revenues to total revenues (ORTR), operating
revenues to operating expenses (OROE). Asset turnover ratio (AT) merupakan
perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah asset
pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan daerah dalam
menggunakan jumlah aset daerah yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan
asli daerah (PAD). Operating revenues to total revenues (ORTR) merupakan
perbandingan jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah total pendapatan
daerah. Rasio ini memberi penggambaran tentang kontribusi PAD terhadap
jumlah total pendapatan pemerintah daerah. Operating revenues to operating
expenses (OROE) merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah
dengan jumlah pengeluaran daerah untuk memperoleh pendapatan asli daerah
tersebut. Angka OROE ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dalam memperoleh pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah
yang terjadi dalam suatu periode anggaran.
Kinerja pemerintah daerah diukur melalui 3 aspek, yaitu ekonomi,
efisisensi, dan efektivitas (Mardiasmo, 2007). Pemerintah daerah dengan angka
rasio kinerja (AT, ORTR, dan OROE) yang tinggi mengindikasikan bahwa
pemerintah daerah tersebut mempunyai kemampuan yang baik dalam
mengoptimalkan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga lebih lengkap dalam
melakukan pengungkapan karena ingin menunjukkan bahwa pemerintah derah
tersebut efektif, efisien, dan ekonomis dalam menjalankan operasinya. Atas dasar
hasil penelitian dan logika teori ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut.
H7= Assets turnover ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam LKPD.
H8= Operating revenues to total revenues ratio berpengaruh terhadap
tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD.
H9= Operating revenues to operating expenses ratio berpengaruh
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam
LKPD.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik kepala
daerah dan karkteristik keuangan pemerintah daerah terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib. Karakteristik kepala daerah yang digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
penelitian ini adalah latar belakang pendidikan kepala daerah, umur kepala
daerah, level pendidikan kepala daerah, dan masa jabatan kepala daerah, serta
karakteristik keuangan pemerintah daerah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah current ratio (CR), debt to equity (DER), assets turnover (AT), operating
revenues to total revenues (ORTR), operating revenues to operating expenses
(OROE). Kerangka pikir dalam penelitian ini ditunjukkan oleh gambar berikut.
Gambar II.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Karakteristik Kepala Daerah · Latar belakang pendidikan
kepala daerah · Umur kepala daerah · Level pendidikan kepala
daerah · Masa jabatan kepala derah
Tingkat kelengkapan pengungkapan wajib
Karakteristik Keuangan Pemerintah Daerah · Current ratio (CR) · Debt to equity (DER) · Assets turnover (AT) · Operating revenues to
total revenues (ORTR) · Operating revenues to
operating expenses (OROE)
Variabel Independen Variabel Dependen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini berupa studi empiris dengan tujuan untuk memperoleh bukti
empiris terkait pengaruh karakteristik kepala daerah dan karakteristik keuangan
pemerintah daerah terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Penelitian
ini meneliti tingkat kelengkapan pengungkapan wajib pada pemerintah daerah
kabupaten/kota untuk tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian dengan
data berjenis cross section.
B. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi merupakan kelompok orang, kejadian, atau peristiwa yang
menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2006). Populasi yaitu
sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu (sekaran, 2006). Populasi yang digunakan sebagai sample frame
penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia.
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang
diharapkan memiliki karakteristik yang mewakili populasinya (Sekaran, 2006).
Sampel penelitian ini diperoleh dan dipilih dari populasi secara purposive
sampling dengan kriteria pemilihan sampel seperti berikut ini.
1. Pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia yang menerbitkan laporan
keuangan pemerintah daerah tahun 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Pemerintah daerah dengan laporan keuangan tahun 2008 mendapat opini
audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa atau paragraf penjelas (unqualified opinion with
explanation language), dan wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Adapun laporan keuangan dengan opini tidak wajar (adverse opinion) dan
tidak memberi opini (disclaimer opinion) tidak digunakan dalam sampel
penelitian dengan pertimbangan bahwa informasi yang tersaji dalam laporan
keuangan dengan opini tersebut tidak wajar dan tidak dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.
3. Pemerintah daerah dengan yang memiliki data dan informasi kepala daerah
yang bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang
diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2006). Profil kepala daerah diperoleh dari
website masing-masing pemerintah daerah dan sumber lain dari internet,
sedangakan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun 2008 diperoleh
dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).
D. Definisi dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji secara
sistematis, yaitu seperti berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi fokus utama dalam
penelitian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam LKPD berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP). Penelitian ini memfokuskan pada kelengkapan pengungkapan wajib akun-
akun yang terdapat pada neraca yang tertuang dalam SAP. Neraca mendapatkan
perhatian penting karena merupakan laporan yang memberikan gambaran utuh
dari suatu entitas (pemerintah daerah) pada suatu titik waktu (Bastian, 2006: 432).
Neraca memberikan informasi penting kepada manajemen pemerintah daerah,
pihak legislatif daerah, para kreditor, serta masyarakat luas tentang posisi atau
keadaan dari kekayaan atau aktiva daerah beserta kewajiban dan ekuitas dananya
pada tanggal tertentu (Bastian, 2006: 433).
Street dan Gray (2001) dan Al Shiab (2008) menyebutkan bahwa terdapat
dua pendekatan untuk mengukur tingkat pengungkapan wajib, yaitu pendekatan
dikotomi dan pendekatan alternatif. Pengukuran untuk indeks pengungkapan
wajib setiap sampel pemerintah daerah dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan dikotomi. Penentuan skor bersifat dikotomi, yaitu
sebuah item diberi skor 1 (satu) apabila diungkap oleh perusahaan dan 0 (nol) jika
tidak diungkap.
Rumus yang digunakan dalam menentukan tingkat pengungkapan wajib
adalah.
å
å
=
=
=
==
m
ii
n
ii
j
dM
dTC
1
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Cj is indeks pengungkapan wajib dalam neraca untuk setiap pemerintah
daerah dan 10 ££ jC . T merupakan total item yang diungkap (di) oleh
pemerintah daerah j. M merupakan jumlah maksimum item yang diwajibkan
diungkap (di) oleh pemerintah daerah j.
2. Variabel Independen
a. Umur Kepala Daerah (AGE)
Upper echelons theory menyatakan bahwa usia seorang manajer
secara positif berhubungan dengan kecenderungan untuk melihat lebih banyak
informasi, mengevaluasi informasi dengan lebih akurat, dan lebih lama dalam
mengambil keputusan (Hambrick dan Mason, 1984). Bamber et al. (2010)
berargumen bahwa eksekutif lahir sebelum Perang Dunia II mengembangkan
gaya komunikasi yang lebih konservatif dan lebih tepat dalam melakukan
pengungkapan. Indikator untuk variabel ini umur seorang kepala daerah.
b. Level Pendidikan Kepala Daerah (LEVEL)
Eksekutif yang memiliki level pendidikan yang lebih tinggi memiliki
kognitif yang lebih kompleks (Hitt an Taylor, 1991). Eksekutif yang memiliki
level pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki kemampuan untuk
memproses informasi yang lebih kompleks dan lebih tepat dalam melakukan
pengungkapan (Bamber et. al, 2010). Indikator untuk variabel ini adalah ‘1’
untuk kepala daerah lulusan strata 1 atau yang memiliki level pendidikan yang
lebih tinggi dan ‘0’ untuk kepala daerah dengan level pendidikan di bawah
strata 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c. Latar Belakang Pendidikan Kepala Daerah (BACKG)
Milne and Patten (2002) menyatakan bahwa seorang individu yang
memiliki pengalaman dalam bidang akuntansi/bisnis lebih mungkin untuk
memahami praktik pelaporan keuangan dan informasi akuntansi yang
terkandung dalam annual report. Konsekuensinya, latar belakang akuntansi/
bisnis akan mempengaruhi pemahaman mengenai laporan keuangan.
Mandasari (2010) menjelaskan bahwa kepala daerah yang memiliki latar
belakang pendidikan ekonomi/akuntansi berpengaruh terhadap pemenuhan
pengungkapan wajib LKPD. Indikator untuk variabel ini adalah ‘1’ untuk latar
belakang ekonomi/ akuntansi dan ‘0’ non ekonomi/akuntansi.
d. Masa Jabatan Kepala Daerah (TENURE)
Masa jabatan adalah didefinisikan sebagai lama waktu seseorang
menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin dalam sebuah organisasi.
Terdapat beberapa penelitian yang menggunakan masa jabatan seorang
eksekutif untuk memprediksi outcome sebuah organisasi (Thomas et al., 1991;
Hambrick and Mason, 1984; Ellis and Child, 1973; Wiersema and Bantel,
1992; Bantel and Jackson, 1989). Ellis and Child (1973) berpendapat bahwa
semakin lama masa jabatan berhubungan dengan konservatisme dan
penghindaran risiko. Salancik (1977) dalam Finkelstein dan Hambrick (1990)
menyatakan bahwa ketika seorang manajer mencapai kesuksesan dalam
sebuah organisasi, mereka cenderung untuk mempertahankan cara-cara untuk
mencapai kesuksesan tersebut. Indikator untuk variabel ini lama masa jabatan
seorang kepala daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
e. Current Ratio (CR)
Current ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
pemerintah daerah dalam menjamin pemenuhan kewajiban lancar dengan
harta lancar yang dimiliki. Kedua angka dalam penghitungan rasio ini dihitung
dengan menggunakan data dalam neraca pemerintah. Semakin tinggi angka
rasio ini memberi penggambaran bahwa pemerintah daerah mempunyai sisa
aktiva lancar yang cukup untuk menjamin pemenuhan kewajiban lancar.
Untuk menentukan besarnya rasio ini, menurut Cohen (2006) formula yang
dapat digunakan adalah seperti berikut.
CR = sLiabilitieCurrent
AssetsCurrent
f. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah total
hutang pemerintah dengan total ekuitas dana. Rasio ini menggambarkan
kemampuan pemerintah dalam memberi jaminan pemenuhan seluruh jumlah
hutang dengan jumlah ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah pada
tanggal tertentu. Kedua angka rasio ini ditentukan dengan menggunakan
angka dalam neraca pemerintah. Untuk menentukan besarnya rasio ini,
menurut Cohen (2006) formula yang dapat digunakan adalah seperti berikut.
DER = EquityDebt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
g. Assets Turnover (AT)
Assets turnover merupakan perbandingan jumlah pendapatan asli
daerah dengan jumlah total asset yang dimiliki oleh Pemda. Angka rasio ini
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperoleh
pendapatan asli daerah dengan menggunakan total asset yang dimiliki oleh
pemerintah daerah yang bersangkutan, semakin tinggi angka rasio ini
menandakan bahwa semakin baik kemampuan pemerintah dalam
mengusahakan asset yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan bagi
daerah. Menurut Cohen (2006) formula untuk menghitung angka rasio ini
adalah seperti berikut ini.
AT = AssetsTotal
enuesRevOperatingTotal
h. Operating Revenues to Total Revenues (ORTR)
Operating revenues to total revenues adalah perbandingan antara
jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah seluruh pendapatan yang
diterima oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Kedua angka yang
digunakan dalam penghitungan rasio ini diambil dari neraca pemerintah.
Untuk menentukan jumlah angka rasio ini, formula yang digunakan adalah
formula yang dinyatakan oleh Cohen (2006) seperti berikut ini.
ORTR = enuesRevOperatingTotal
SubsidiesvenuesReOperatingTotal -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
i. Operating Revenues to Operating Expenses (OROE)
Operating revenues to operating expenses merupakan perbandingan
antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah belanja operasi daerah
dalam suatu periode tertentu. Untuk menentukan jumlah angka rasio ini angka
yang digunakan adalah angka dalam laporan realisasi anggaran. Angka rasio
ini menunjukkan kemampuan pemerintah dalam memperoleh pendapatan asli
daerah dengan belanja operasi yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu.
Untuk menentukan angka rasio ini formula yang digunakan oleh peneliti
adalah formula yang digunakan oleh Cohen (2006) berikut ini.
OROE = ExpensesOperating
enuesRevOperatingTotal
E. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2009), uji normalitas data dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi
kriteria sebaran atau distribusi normal. Salah satu cara agar data dapat
berdistribusi normal adalah dengan menggunakan lewat pengamatan nilai
residual. Cara lain dengan melihat distribusi dan variabel-variabel yang
akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan
dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua
variabel berdistribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan uji ini dapat diketahui
apakah distribusi nilai-nilai sampel yang teramati terdistribusi normal.
Kriteria dalam pengujian normalitas dalam pengujian ini adalah jika
probability value (p-value) lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian
5%, maka data variabel terdistribusi secara normal. Jika p-value lebih
besar dari tingkat signifikansi penelitian 5%, maka data variabel
terdistribusi secara tidak normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji suatu model regresi linear,
untuk melihat keberadaan korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan periode t-1 (Ghozali, 2009). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Pendeteksian gejala ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-
Watsonn yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin-Watson dengan
nilai d tabel. Kriteria untuk menentukan terjadinya autokorelasi atau tidak
menggunakan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut.
Tabel III.1. Kriteria Uji Durbin-Watson
Interval Kriteria d-W < dL Ada autokorelasi positif dL < d-W < dU Tanpa kesimpulan dU < d-W < 4-dU Tidak ada autokorelasi 4-dU < d-W < 4-dL Tanpa kesimpulan d-W > 4-dL Ada autokorelasi negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variasi (varians) variabel
tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan
yang terjadi tidak random (acak), tetapi menunjukkan hubungan yang
sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Gejala
heteroskedastisitas terjadi pada model yang menggunakan data sample
secara cross section.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas,
dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser. Apabila nilai signifikansi >
0,05, maka model tersebut bebas dari heteroskedastisitas. Namun, jika
nilai signifikansi < 0,05, maka terdapat heteroskedasitas.
d. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas adalah situasi adanya korelasi antara variabel
independen yang satu dengan variabel independen yang lainnya. Gejala
multikolonieritas dapat diuji dengan meregresikan model analisis dan
melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan
tolerance value dan varian inflating factor (VIF). Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF yang tinggi (karena VIF= 1/tolerance). Apabila nilai tolerance
diatas 0,10 dan VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolonieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Pengujian Hipotesis
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah model regresi berganda. Analisis regresi berganda dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model
regresi untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dinyatakan sebagai
berikut:
INDEKS = α + β1 LEVEL + β2 AGE + β3 BACKG + β4 TENURE + β5
CR + β6 DER + + β7 AT + β8 ORTR + β9 OROE + e
Keterangan:
INDEKS = Indeks Kelengkapan Pengungkapan Wajib,
α = Konstanta
β1, β2, β3,…, β9 = Koefisien regresi
AGE = Umur kepala daerah
LEVEL = Level pendidikan kepala daerah
BACKG = Latar belakang pendidikan kepala daerah
TENURE = Masa jabatan kepala daerah
CR = Current ratio
DER = Debt to equity ratio
AT = Assets turnover
ORTR = Operating revenues to total revenues
OROE = Operating revenues to operating expenses
e1 = Standart error
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh
karakteristik kepala daerah dan karakteristik keuangan pemerintah daerah
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dengan tingkat signifikansi
yang masih bisa ditoleransi ditetapkan sebesar 0,05 (α = 5%). Pengujian
hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah.
a. Pengujian Regresi Secara Simultan (Uji Signifikansi-F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji
signifikansi-F dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.
Kriteria pengambilan kesimpulan adalah bahwa hipotesis penelitian diterima
jika probability value (p-value) < 0.05, yang dapat diartikan bahwa variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Sebaliknya, hipotesis penelitian ditolak jika probability value (p-value) > 0.05,
yang dapat diartikan bahwa variabel inependen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Pengujian Regresi Parsial (Uji Signifikansi-t)
Pengujian regresi parsial merupakan pengujian terhadap masing-
masing variabel independen yang dilakukan untuk melihat apakah masing-
masing variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Uji signifikansi-t dalam penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi 5%. Kriteria pengambilan kesimpulan adalah hipotesis penelitian
diterima jika p-value < 0.05, yang dapat diartikan bahwa masing-masing
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
hipotesis penelitian ditolak jika probability value (p-value) > 0.05, yang dapat
diartikan bahwa masing-masing variabel inependen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
c. Pengujian Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien
determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi berganda untuk variabel
independen dan variabel dependen dengan bantuan program SPSS versi 16.00.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Sehingga dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R2 untuk menilai
model regresi, karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris terkait pengaruh
karakteristik kepala daerah dan karakteristik keuangan pemerintah daerah
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Karakteristik kepala daerah
diproksikan dengan level pendidikan, latar belakang pendidikan, umur, dan masa
jabatan kepala daerah. Karakteristik keuangan diproksikan dengan current ratio
(CR), debt to equity ratio (DER), asset turnover (AT), operating revenue to total
revenue (ORTR), dan operating revenue to total expense (OROE). Tingkat
pengungkapan wajib dihitung berdasarkan jumlah butir yang wajib diungkapkan
pemerintah daerah dalam laporan keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
1. Pemilihan Sampel
Sampel penelitian ini adalah pemerintah daerah kabupaten/ kota di
Indonesia yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu
pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia yang menerbitkan laporan
keuangan pemerintah pada tahun 2008 dengan opini audit wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa pengecualian dengan bahasa atau
paragraf penjelas (unqualified opinion with explanation language), dan wajar
dengan pengecualian (qualified opinion), serta pemerintah daerah yang memiliki
data dan informasi kepala daerah yang bertanggung jawab atas laporan keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tersebut. Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, maka jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 pemerintah
daerah kabupaten/ kota. Nama–nama pemerintah daerah kabupaten/ kota yang
menjadi sampel dapat dilihat pada lampiran II.
2. Elemen Pengungkapan Wajib
Pengungkapan wajib dalam penelitian ini didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Elemen yang wajib diungkapkan pemerintah daerah dalam laporan keuangan
adalah elemen-elemen yang tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 24
tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan diantaranya yang tertuang
dalam PSAP nomor 5 sampai dengan PSAP nomor 9. Elemen-elemen tersebut di
antaranya seperti yang tercantum dalam lampiran I.
Kepatuhan pengungkapan wajib dapat dinyatakan dalam bentuk indeks
yang pengukurannya mengadopsi pengukuran pada sektor privat yang dilakukan
oleh Almilia dan Retrinasari (2007) berikut ini.
a. Memberi skor untuk setiap item pengungkapan secara dikotomi, dimana jika
suatu item diungkapkan diberi nilai satu dan jika tidak diungkapkan akan
diberi nilai nol.
b. Skor yang diperoleh setiap pemerintah daerah dijumlahkan untuk
mendapatkan skor total.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Menghitung indeks kelengkapan pengungkapan wajib dengan cara membagi
total skor yang diperoleh dengan total skor yang diharapkan dapat diperoleh
oleh pemerintah daerah.
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif penelitian ini dilakukan guna mencari nilai minimum,
maksimum, mean dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian. Hasil dari
pengujian statistik deskriptif ditunjukkan oleh tabel IV.1.
Tabel IV.1. menunjukkan nilai LEVEL yang tertinggi adalah 1, sedangkan
yang terendah 0. Untuk rata-rata sebesar 0,8875. Dengan standar deviasi 0,31797
dapat dinyatakan bahwa penyebaran data LEVEL berada di antara 0,56953 sampai
dengan 1,20547. Rata-rata sebesar 0,8875 menunjukkan bahwa lebih banyak
pemerintah daerah yang memiliki kepala daerah berpendidikan minimal S-1.
Nilai AGE yang paling tinggi adalah 67 yang paling rendah adalah 36
sedangkan rata-ratanya adalah 53,175. Dengan standar deviasi 7,48463 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data AGE berada di antara 45,69037 sampai
dengan 60,65963. Umur tertua dimiliki oleh Bupati Boyolali, yaitu 67 tahun.
Nilai BACKG yang tertinggi adalah 1 sedangkan yang terendah 0. Untuk
rata-rata sebesar 0,5. Dengan standar deviasi 0,50315 dapat dinyatakan bahwa
penyebaran data BACKG berada di antara -0,00315 sampai dengan 1,00315.
Rata-rata sebesar 0,5 menunjukkan bahwa sebagian besar pemerintah daerah telah
memiliki kepala daerah tidak memiliki latar belakang pendidikan ekonomi/
akuntansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel IV.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LEVEL 80 .00 1.00 .8875 .31797 AGE 80 36.00 67.00 53.1750 7.48463 BACKG 80 .00 1.00 .5000 .50315 TENURE 80 1.00 9.00 4.2375 2.56186 CR 80 .26 35219.46 9.0402E2 4873.98972 DER 80 .00 .08 .0107 .01796 AT 80 .00 .38 .0395 .04361 ORTR 80 -73.86 1.00 -12.3378 11.59860 OROE 80 .01 .44 .0897 .07428 INDEKS 80 .09 .44 .2897 .07430 Valid N (listwise) 80 Definisi Variabel: AGE = Umur kepala daerah LEVEL = Level pendidikan kepala daerah BACKG = Latar belakang pendidikan kepala daerah TENURE = Masa jabatan kepala daerah CR = Current ratio DER = Debt to equity ratio AT = Assets turnover ORTR = Operating revenues to total revenues OROE = Operating revenues to operating expenses
Sumber: Hasil pengolahan data
Nilai TENURE yang paling tinggi adalah 9, yang paling rendah adalah 1
sedangkan rata-ratanya adalah 4,2375. Dengan standar deviasi 2,56186 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data TENURE berada di antara 1,67564 sampai
dengan 6,79936. Masa Jabatan terlama dimiliki oleh Walikota Semarang, Depok,
Cilegon, serta Bupati Bantul dan Sleman, yaitu selama 9 tahun.
Nilai CR yang paling tinggi adalah 35219,46, yang paling rendah adalah
0,2615 sedangkan rata-ratanya adalah 904,02. Dengan standar deviasi 4873,99
dapat dinyatakan bahwa penyebaran data CR berada di antara -3969,97 sampai
dengan 5778,01. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mempunyai jumlah harta lancar yang mencukupi untuk menjamin hutang lancar
dan kegiatan operasional dalam rangka memberikan pelayanan bagi publik.
Angka CR tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Bangka Tengah dan CR terendah
dimiliki oleh Kabupaten Pendeglang.
Nilai DER yang paling tinggi adalah 0,0763, yang paling rendah adalah
0,00000169 sedangkan rata-ratanya adalah 0,01068. Dengan standar deviasi
0,01796 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data DER berada di antara -0,0072
sampai dengan 0,02864. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah
mempunyai jumlah hutang yang rendah sehingga mempunyai risiko yang rendah
untuk tidak mampu membayar hutangnya.
Nilai AT yang tertinggi adalah 0,3812, sedangkan yang terendah 0,0021.
Untuk rata-rata sebesar 0,0395. Dengan standar deviasi 0,03951 dapat dinyatakan
bahwa penyebaran data AT berada di antara -0,00410 sampai dengan 0,0831.
Rata-rata nilai AT sebesar 0,0395 menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum
mampu mengoptimalkan penggunaan aset untuk mendapatkan jumlah pendapatan
asli daerah yang tinggi..
Nilai ORTR yang paling tinggi adalah 1, yang paling rendah adalah -73,86
sedangkan rata-ratanya adalah -12,338. Dengan standar deviasi 11,5986 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data ORTR berada di antara -23,936 sampai
dengan -0,7392. Rata-rata nilai ORTR sebesar -12,338 menunjukkan bahwa
pemerintah daerah belum mampu memperoleh jumlah pendapatan asli daerah
yang tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi yang tinggi pula pada total
pendapatan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Nilai OROE yang tertinggi adalah 0,43541, sedangkan yang terendah
0,0102. Untuk rata-rata sebesar 0,0897. Dengan standar deviasi 0,07428 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data OROE berada di antara 0,01543 sampai
dengan 0,16399. Rata-rata nilai OROE sebesar 0,0897 menunjukkan bahwa
pemerintah daerah belum mampu memperoleh pendapatan asli daerah untuk
menutup jumlah pengeluaran daerah yang terjadi dalam suatu periode anggaran.
Nilai INDEKS yang tertinggi adalah 0,44, sedangkan yang terendah 0,088.
Untuk rata-rata sebesar 0,2897. Dengan standar deviasi 0,0743 dapat dinyatakan
bahwa penyebaran data INDEKS berada di antara 0,2154 sampai dengan 0,3640.
Rata-rata nilai INDEKS sebesar 0,2897 menunjukkan bahwa tingkat
pengungkapan wajib dalam LKPD masih rendah.
C. Uji Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan
signifikan dan representatif jika data yang digunakan mempunyai kualitas tidak
menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa uji normalitas,
heteroskedastisitas, dan multikolonieritas.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi secara
normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi
nilai residual normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini dilakukan menggunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
residu atas persamaan model regresi yang digunakan dalam penelitian. Hasil uji
normalitas dapat dilihat dalam tabel IV.2.
Tabel IV.2. Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 80
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .06154082
Absolute .100
Positive .050
Most Extreme Differences
Negative -.100
Kolmogorov-Smirnov Z .895
Asymp. Sig. (2-tailed) .399 Sumber: Hasil pengolahan data
Hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa dengan
menggunakan uji statistik besarnya Kolmogorov-Smirnov adalah 0,895 dan
signifikan pada 0,399. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di
antara anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series
dalam waktu (untuk data time series) atau korelasi antara tempat yang berdekatan
(untuk data cross sectional). Untuk menguji adanya pengaruh autokorelasi dalam
penelitian ini digunakan metode Durbin-Watson test. Sampel sebanyak 80 dan
variabel yang menjelaskan sebanyak 9 macam variabel, maka nilai dU dan dL pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tingkat kepercayaan 5% (a = 0,05) adalah dU =1,745 dan dL = 1,259, maka
didapatkan nilai 4 – dU yaitu 4 – 1,745 = 2,255.
Hasil perhitungan memperoleh nilai Durbin-Watson (D-W) = 2,169
(Lampiran VI). Hal ini berarti nilai D-W berada di daerah bebas autokorelasi,
yaitu nilai dU < D-W < 4- dU yaitu 1,745 < 2,169 < 2,255, seperti terlihat dalam
Tabel IV.3.
Tabel IV.3. Hasill Uji Autokorelasi
D-W dL dU 4-dU Interval Kriteria
2.169 1.259 1.745 2.255 1.745 > 2.169 > 2.255 Tidak ada autokorelasi
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel IV.3. menunjukkan bahwa nilai D-W berada di daerah bebas
autokorelasi, yaitu dU < D-W < 4- dU yaitu 1,745 < 2,169 < 2,255, sehingga
dapat dinyatakan bahwa tidak ada gangguan autokorelasi dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas dalam model, digunakan uji Glejser. Hasil dari uji
heteroskedastisitas ditunjukkan tabel IV.3.
Tabel IV.3. menunjukkan bahwa signifikansi dalam tiap model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,05 atau 5% sehingga dapat
dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam semua model
regresi penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel IV.4.
Hasill Uji Heteroskedastisitas Model Sig. Kriteria Keterangan
(Constant) .078 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas LEVEL .888 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas AGE .809 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas BACKG .526 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas TENURE .545 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas CR .118 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas DER .523 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas AT .346 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas ORTR .197 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas OROE .787 α > 5% Tidak terjadi heteroskedastisitas Definisi Variabel: AGE = Umur kepala daerah LEVEL = Level pendidikan kepala daerah BACKG = Latar belakang pendidikan kepala daerah TENURE = Masa jabatan kepala daerah CR = Current ratio DER = Debt to equity ratio AT = Assets turnover ORTR = Operating revenues to total revenues OROE = Operating revenues to operating expenses
Sumber: Hasil pengolahan data
4. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya
hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model regresi.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance
inflation factor (VIF) dengan kriteria, jika tolerance value < 0,01 dan VIF > 10%
maka terjadi multikolonieritas dan jika tolerance value > 0,01 atau VIF < 10%
maka tidak terjadi multikolonieritas. Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada
Tabel IV.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel IV.4. menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua variabel
dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai value inflating
factor (VIF) untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih kecil
dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model-model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala
multikolonieritas.
Tabel IV.5. Hasil Uji Multikolonieritas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant) LEVEL .782 1.279 AGE .878 1.138 BACKG .831 1.203 TENURE .886 1.129 CR .930 1.076 DER .912 1.097 AT .843 1.186 ORTR .891 1.123 OROE .943 1.060 Definisi Variabel: AGE = Umur kepala daerah LEVEL = Level pendidikan kepala daerah BACKG = Latar belakang pendidikan kepala daerah TENURE = Masa jabatan kepala daerah CR = Current ratio DER = Debt to equity ratio AT = Assets turnover ORTR = Operating revenues to total revenues OROE = Operating revenues to operating expenses Sumber: Hasil pengolahan data
D. Hasil Pengujian Hipotesis
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris terkait pengaruh
karakteristik keuangan dan karakteristik kepala daerah terhadap tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kelengkapan pengungkapan wajib. Untuk tujuan penelitian tersebut, maka dalam
melakukan analisis data penelitian dengan menggunakan model regresi berganda.
Pengujian hipotesis terdiri dari uji signifikansi-F, uji signifikansi-t dan uji koefisien
determinasi yang dipaparkan seperti di bawah ini.
1. Uji Signifikansi-F
Uji signifikansi-F dilakukan guna menentukan good of fit test atau uji
kelayakan model regresi untuk digunakan dalam melakukan analisis hipotesis
dalam penelitian. Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini adalah probability
value (p-value). Apabila p-value dalam hasil pengujian lebih kecil dari 5%, maka
dapat dinyatakan bahwa model layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi
dalam penelitian. Sebaliknya, jika p-value lebih besar dari 5%, maka dapat
dinyatakan bahwa model tidak layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis
penelitian. Berikut disajikan hasil uji signifikansi-F dalam penelitian ini.
Tabel IV.6. Hasil Uji Signifikansi-F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .137 9 .015 3.560 .001a
Residual .299 70 .004 1
Total .436 79
a. Predictors: (Constant), OROE, CR, LEVEL, TENURE, DER, ORTR, AGE, AT, BACKG
b. Dependent Variable: INDEKS
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa p-value dari model regresi yang
digunakan dalam penelitian lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%
sebesar 0,001. Hasil ini mengindikasikan bahwa model regresi yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi pengujian
hipotesis.
2. Uji Koefisien Regresi Parsial ( Uji Signifikansi-t)
Uji signifikansi-t dimaksudkan untuk pengujian pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian sebagaimana
dinyatakan dalam hipotesis penelitian ini. Selain untuk menguji pengaruh tersebut,
uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui tanda koefisien regresi masing-
masing variabel independen sehingga dapat ditentukan arah pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan
kesimpulan atas hasil pengujian adalah nilai p-value yang dihasilkan, Apabila p-
value lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian dapat diterima atau didukung oleh data penelitian.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji signifikansi-t), terlihat bahwa variabel
karakteristik keuangan yang diproksikan dengan CR, AT, dan OROE memiliki
nilai p-value kurang dari 0,05, yaitu masing-masing sebesar 0,050, 0,038, dan
0,003. Hasil tersebut menunjukan bahwa variabel CR, AT, dan OROE secara
parsial berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Dengan
demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa CR, AT, dan OROE berpengaruh
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib diterima.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji signifikansi-t), terlihat bahwa variabel
karakteristik keuangan perusahaan yang diproksikan dengan DER dan ORTR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
memiliki nilai p-value lebih dari 0,05 yaitu masing-masing sebesar 0,636 dan
0,342, artinya variabel DER dan ORTR secara parsial tidak berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa
DER dan ORTR perusahaan berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib ditolak.
Tabel IV.7. Hasil Uji Signifikansi-t
Variabel B t Sig.
(Constant) .257 4.245 .000 LEVEL -.037 1.404 .165 AGE .000 -.446 .657 BACKG .038 2.357 .021** TENURE .005 1.532 .130 CR 3.120E-6 1.993 .050 DER -.204 -.475 .636 AT .389 2.118 .038** ORTR .000 -.957 .342 OROE .311 3.046 .003** Definisi Variabel: AGE = Umur kepala daerah LEVEL = Level pendidikan kepala daerah BACKG = Latar belakang pendidikan kepala daerah TENURE = Masa jabatan kepala daerah CR = Current ratio DER = Debt to equity ratio AT = Assets turnover ORTR = Operating revenues to total revenues OROE = Operating revenues to operating expenses * signifikan pada α= 1%, ** signifikan pada α= 5 %, *** signifikan pada α= 10 %
Sumber: Hasil pengolahan data
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji signifikansi-t), terlihat bahwa variabel
karakteristik kepala daerah yang diproksikan dengan latar belakang pendidikan
(BACKG) memiliki nilai p-value kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,021, artinya
bahwa variabel latar belakang pendidikan (BACKG) secara parsial berpengaruh
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Dengan demikian, hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan (BACKG) berpengaruh
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib diterima..
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji signifikansi-t), terlihat bahwa variabel
karakteristik kepala daerah yang diproksikan dengan level pendidikan (LEVEL),
umur (AGE) dan masa jabatan (TENURE) memiliki nilai p-value lebih dari 0,05
yaitu masing-masing sebesar 0,165, 0,657, dan 0,130, artinya bahwa variabel level
pendidikan (LEVEL), umur (AGE) dan masa jabatan (TENURE) secara parsial
tidak berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Dengan
demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa level pendidikan (LEVEL), umur
(AGE) dan masa jabatan (TENURE) berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib ditolak.
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Untuk
model regresi dengan satu variabel independen koefisien determninasi
ditunjukkan oleh nilai R2 dan untuk model regresi dengan menggunakan dua atau
lebih variabel independen koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai adjusted
R2. Penelitian ini menggunakan nilai adjusted R2.
Hasil pengujian menghasilkan nilai adjusted R2 sebesar 0,226. Hasil ini
menunjukkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang terdiri dari
karakteristik kepala daerah karakteristik keuangan pemerintah daerah mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menjelaskan 22,6% variabel dependen. Sementara itu, sisanya sebesar 77,4%
dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
Tabel IV.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1 .560a .314 .226 .06538
a. Predictors: (Constant), OROE, CR, LEVEL, TENURE, DER, ORTR, AGE, AT, BACKG
b. Dependent Variable: INDEKS
Sumber: Hasil pengolahan data
E. PEMBAHASAN
Hasil pengujian menunjukan bahwa level pendidikan kepala daerah tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dengan
tanda koefisien regresi positif. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Hambrick dan Mason (1984), serta Bamber et al. (2010) bahwa level
pendidikan eksekutif berpengaruh terhadap outcome sebuah organisasi dalam hal
ini adalah pengungkapan wajib. Hal ini dimungkinkan karena walaupun kepala
daerah memiliki kognitif yang lebih baik, mereka belum tentu mengerti dan
paham mengenai akuntansi dan pelaporannya, terutama dalam hal pengungkapan.
Selain itu, mayoritas dari kepala daerah berpendidikan strata 1 sehingga tidak
terlihat pengaruhnya terhadap pengungkapan.
Hasil pengujian menunjukan bahwa latar belakang pendidikan kepala
daerah berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib
dengan tanda koefisien regresi positif. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pemerintah daerah yang memiliki kepala daerah berlatar belakang pendidikan
ekonomi/ akuntansi semakin tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan wajibnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa eksekutif yang memiliki latar belakang
pendidikan ekonomi/ akuntansi memiliki pengetahuan yang lebih mengenai
pengungkapan wajib (Hambrick dan Mason, 1984). Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Bamber et al. (2010) dan Mandasari (2009) bahwa latar
belakang pendidikan kepala daerah berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan.
Hasil pengujian juga menunjukan bahwa masa jabatan kepala daerah tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dengan
tanda koefisien regresi positif. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tinggi
rendahnya masa jabatan kepala daerah tidak mempengaruhi tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib wajib, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
Hambrick dan Finkelstein (1990). Hal ini dimungkinkan karena kepala daerah
yang memiliki masa jabatan yang lama belum tentu belajar dari pengalaman-
pengalaman sebelumnya terkait dengan akuntansi dan pelaporannya, terutama
dalam hal pengungkapan wajib berdasarkan SAP.
Hasil pengujian juga menunjukan bahwa umur kepala daerah tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dengan
tanda koefisien regresi positif. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tinggi
rendahnya umur kepala daerah tidak mempengaruhi tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib wajib, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
Bamber et al. (2010). Hal ini dimungkinkan karena walaupun seorang manajer
yang lebih tua berhubungan dengan kecenderungan untuk melihat lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
informasi, mengevaluasi informasi dengan lebih akurat, dan lebih lama dalam
mengambil keputusan (Hambrick dan Mason, 1984), kepala daerah yang memiliki
umur yang lebih tua belum tentu memiliki pemahaman yang memadai mengenai
akuntansi dan pelaporannya, terutama terkait pengungkapan wajib.
Hasil pengujian menunjukan bahwa current ratio berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dengan tanda koefisien regresi
positif. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi current ratio
semakin tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah yang memiliki current ratio yang tinggi
cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih lengkap kepada
pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa pemerintah daerah tersebut kredibel.
Hasil penelitian ini konsisten dengan Fitriani (2001) dan Subiyantoro (1996)
bahwa current ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan.
Hasil pengujian menunjukan bahwa debt to equity ratio (DER) tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dengan
tanda koefisien regresi positif. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Fitriani (2001) yang mengungkapkan bahwa tingkat leverage tidak berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan wajib. Hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan Naim dan Subiyantoro (1996), serta Dahawy (2009) yang menyatakan
bahwa DER berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan. Hal ini
dimungkinkan karena sebagian besar pemerintah daerah memiliki utang yang
sangat kecil dan sebagian besar utangnya adalah berupa utang pajak dan utang
kepada pemerintah. Pemerintah daerah tidak berhubungan langsung dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kreditur karena segala sesuatunya diatur oleh pemerintah pusat. Pemerintah
daerah hanya mempunyai kewajiban mengangsur melalui pemerintah pusat
sehingga kurang menaruh perhatian pada pengungkapan.
Hasil pengujian menunjukan bahwa asset turnover (AT) berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dengan tanda
koefisien regresi positif. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa semakin
tinggi AT semakin tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah yang memiliki AT yang tinggi cenderung
untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih lengkap kepada pihak luar
karena ingin menunjukkan bahwa pemerintah daerah tersebut efisien, efektif, dan
ekonomis dalam menggunakan asetnya sehingga entitas akan menyediakan
informasi secara lebih komprehensif.
Hasil pengujian menunjukan bahwa operating revenue to total revenue
(ORTR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib. Hal ini konsisten dengan penelitian Perwitasari (2010) yang
menyatakan bahwa ORTR tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan.
Operating revenue dalam operating revenue to total revenue di peroleh melalui
pengurangan pendapatan asli daerah (PAD) dan subsidi yang diberikan oleh
pemerintah. Subsidi diperoleh dari dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi
khusus (DAK). Dana alokasi umum adalah merupakan transfer yang bersifat
umum (block grant) yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk
tujuan mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fiskalnya dan
didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip-pinsip tertentu yang secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima
lebih banyak daripada daerah kaya. Dengan kata lain, tujuan alokasi DAU adalah
dalam rangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antar pemda
di Indonesia (Kuncoro, 2004). DAK merupakan dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dialokasikan ke daerah kabupaten/
kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung
tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko, 2002). Kebutuhan khusus adalah
kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau
kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dengan adanya
subsidi kemungkinan menyebabkan ketidakefisienan dalam operasi karena
terdapat sumber daya yang berlebih sehingga pemerintah daerah kurang menaruh
perhatian pada kelengkapan pengungkapan.
Hasil pengujian juga menunjukan bahwa operating revenue to total
expense (OROE) berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dengan tanda koefisien regresi positif. Hal ini konsisten
dengan penelitian Perwitasari (2010) yang menyatakan bahwa OROE
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa semakin tinggi OROE semakin tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah yang memiliki OROE yang
tinggi cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih lengkap
kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa pemerintah daerah tersebut
efisien, efektif, dan ekonomis dalam menggunakan asetnya sehingga entitas akan
menyediakan informasi secara lebih komprehensif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktik pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah
daerah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) di Indonesia masih
sangat rendah. Rata-rata nilai pengungkapan wajib sebesar 29 %, dengan nilai
tertinggi sebesar 44 % dan terendah sebesar 8 %. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah belum menyajikan semua informasi yang seharusnya
diungkapkan dalam laporan keuangan. Pemerintah daerah belum sepenuhnya
memahami informasi apa saja yang wajib diungkapkan dalam laporan keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Variabel karakteristik keuangan yang diproksikan dengan current ratio
(CR), assets turnover (AT), dan operating revenue to total expense (OROE)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib sedangkan debt to equity ratio (DER) dan operating
revenue to total revenue (ORTR) secara parsial tidak berpengaruh signifikan.
Current ratio (CR), asset turnover (AT), dan operating revenue to total
expense (OROE) yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
CR, AT, dan OROE semakin tinggi pula tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib. Hal tersebut dimungkinkan karena pemerintah daerah yang yang
memiliki kondisi keuangan yang baik serta ekonomis, efektif, dan efisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dalam dalam operasinya lebih lengkap dalam melakukan pengungkapan untuk
menunjukkan bahwa pemerintah daerah tersebut kredibel.
Variabel karakteristik kepala daerah yang diproksikan dengan latar
belakang pendidikan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib sedangkan level pendidikan, umur, dan masa
jabatan secara parsial tidak berpengaruh signifikan. Kepala daerah yang
memiliki latar belakang ekonomi/ akuntansi dimungkinkan akan lebih banyak
mengetahui tentang kepatuhan terhadap standar akuntansi pemerintahan (SAP).
Kepala daerah yang memiliki latar belakang ekonomi/akuntansi dimungkinkan
lebih mengetahui informasi apa saja yang harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
Hasil uji signifikansi-F menunjukkan bahwa karakteristik keuangan dan
karakteristik kepala daerah secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib. Hasil pengujian koefisien
determinasi menghasilkan nilai adjusted R2 sebesar 0,226. Hasil ini
menunjukkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang terdiri dari
karakteristik kepala daerah karakteristik keuangan pemerintah daerah mampu
menjelaskan 22,6% variabel dependen. Sementara itu, sisanya sebesar 77,4%
dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini. Hal ini menunjukkan
bahwa masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dalam LKPD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang diharapkan dapat
disempurnakan pada penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan pemerintah daerah
tahun 2008. Penggunaan tahun yang lebih baru dapat memberikan
gambaran yang lebih terkini dari praktik pengungkapan laporan keuangan
oleh pemerintah daerah di Indonesia.
2. Penelitian ini menggunakan data cross section, sehingga hanya
memberikan gambaran pada satu waktu tertentu saja. Penggunaan data
time series mungkin akan memberikan gambaran dari waktu ke waktu atas
pengungkapan wajib laporan keuangan dan dapat dilihat trend atau
kecenderungan dari masing-masing pemerintah daerah.
3. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib yang belum diuji. Nilai adjusted R2 dalam penelitian ini adalah
22,6% sehingga masih banyak faktor yang mempengaruhi tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya
dapat menambah faktor-faktor lain yang terkait dengan kelengkapan
pengungkapan.
C. Implikasi
Temuan penelitian ini memberikan implikasi penting terkait dengan
penyusunan laporan keuangan oleh pemerintah daerah. Rendahnya tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pengungkapan wajib laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya
memahami apa saja yang wajib diungkapkan dalam laporan keuangan.
Setiap kepala daerah mempunyai kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan APBD dengan membuat laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD) setiap tahunnya. Namun, untuk membuat laporan
keuangan tersebut sangatlah didukung dengan pemahaman dan penguasaan
terhadap akuntansi mulai dari menjurnal, mengelompokkan, mengikhtisarkan,
menyajikan dan menganalisis transaksi-transaksi keuangan. Kepala daerah
harus menguasai dan memahami akuntansi agar memahami apa saja yang
wajib diungkapkan dalam laporan keuangan sehingga dapat sehingga
pengelolaan keuangan negara menjadi lebih transparan.
Pemerintah daerah juga harus bijak dalam mengelola aset lancar,
kewajiban lancar, pendapatan asli daerah, dan beban operasionalnya dengan
baik karena ketika suatu pemerintah daerah memiliki kondisi keuangan yang
sehat, serta efektif, efisien, dan ekonomis dalam operasinya, mereka
cenderung untuk lebih lengkap dalam melakukan pengungkapan.
Tidak adanya sanksi dari pemerintah pusat berkaitan dengan kewajiban
pengungkapan hal-hal yang wajib diungkapkan dalam laporan keuangan,
menjadikan pemerintah daerah kurang memberikan perhatian yang besar pada
masalah ini. Selaku regulator, pemerintah pusat dapat mengembangkan sistem
reward dan punishment untuk meningkatkan tingkat pengungkapan wajib laporan
keuangan pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah termotivasi untuk
meningkatkan tingkat pengungkapan wajib laporan keuangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
D. Saran
Berdasarkan uraian di atas, saran yang diajukan peneliti untuk
penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan data laporan keuangan yang lebih baru dari tahun 2008
sehingga dapat memperoleh hasil terkini mengenai praktik pengungkapan
laporan keuangan oleh pemerintah daerah.
2. Menggunakan data time series sehingga dapat memberikan gambaran dari
waktu ke waktu atas pengungkapan wajib laporan keuangan. Selain itu
dapat dilihat trend atau kecenderungan dari masing-masing pemerintah
daerah.
3. Menambah variabel lain yang dapat diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD
seperti karakteristik auditor pemerintah (BPK RI).
Top Related