PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI
TERHADAP INDEKS HARGA KONSUMEN
DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
2015-2019
SKRIPSI
Oleh
MUH. AKRAM PRATAMA AMIR
NIM 105711117116
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
i
PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI
TERHADAP INDEKS HARGA KONSUMEN
DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
2015-2019
SKRIPSI
Oleh
MUH. AKRAM PRATAMA AMIR
NIM 105711117116
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada program studi strata 1 Ekonomi Pembangunan
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
ii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah Muh Akram Pratama ini kupersembahkan untuk Ayah dan
Ibu serta Keluargaku, Yang senantiasa Memberikan Limpahan Do’a dan kasih
sayang. Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak H. Andi
Jam’an, SE, M.Si dan Bapak Irwan Abdullah Sos., MM yang senantiasa selalu
membimbing saya serta memberi dukungan dan Motivasi sehingga Penulis bisa
menyelesaikan Skripsi.
MOTTO HIDUP
Kita mungkin bisa menunda, tapi waktu tidak akan menunggumu, jalani setiap
langkah dengan penuh keyakinan tanpa perlu membawa setiap keraguan.
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah merupakan satu kata yang pantas diucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti
diberikan kepada Hamba-Nya. shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan
kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat
dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada hentinya dan tak ternilai
manakal penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan
Inflasi Terhadap Indeks Harga Konsumen Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2015 – 2019”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tuan penulis Bapak Muh. Amir dan Ibu Juniarti yang
senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, dukungan, kasih sayang dan
do’a tulus tampah pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa
mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. dan seluruh
keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan do’a restu yang telah
diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. semoga apa yang
telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang
kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
vii
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Ambo Asse Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., Selaku Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan
Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE, M.Si Selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi dapat di selesaikan.
5. Bapak Irwan Abdullah, Sos., MM selaku pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam proses penyusunan skripsi.
6. Bapak/ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah telah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti Kuliah.
7. Para Staf Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi
Pembangunan angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih kepada kedua orang tua saya bapak Muh. Amir Tiba S.Ag, dan
Ibu Juniarti S.Pd, yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik saya
hingga saat ini, semoga saya dapat menjadi anak yang berbakti kepada
kedua orang tua saya dan menjadi manusia yang bermanfaat.
viii
10. Terima kasih teruntuk semua keluarga/kerabat yang tidak bisa saya tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
11. Terima kasih kepada Sahabat dan Teman-teman yang hingga detik ini masih
selalu ada untuk memberi dukungan secara lansung dengan memberikan
motivasi, menyemangati dan saran dalam proses penulisan dan
penyelesaian skripsi ini. Terkhusus saya ucapkan terimakasih kepada
sahabatku yang berada di kontrakan Gerhana Alauddin Blok E/20 no.20 yang
menjadi salah satu tempat bagi penulis untuk saling membantu, saling
bertukar pikiran dan memberikan banyak dukungan bagi penulis. Dan kepada
sahabat grup Planning terima kasih karena selau hadir untuk menemani,
menghibur dan memberikan motivasi.
Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak
utamanya pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skirpsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fisabilil Haq fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
ix
ABSTRAK
MUH AKRAM PRATAMA AMIR, 2020. Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2019, Skripsi fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing Oleh pembimbing I H. Andi Jam’an, dan Pembimbing II Irwan Abdullah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015 sampai dengan 2019. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asosiatif. Teknik analisis data menggunakan regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) melalui program SPSS (Statistical Product Service Solutions) versi 22. Data yang digunakan yaitu data sekunder, dari Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015 sampai dengan 2019.
Hasil penelitian menujukkan bahwa secara parsial variabel Jumlah Uang Beredar berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan, dan Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan. Secara simultan Jumlah Uang Beredar dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini berarti menujukkan bahwa variabel Indeks Harga Konsumen dapat dipengaruhi oleh variabel Jumlah Uang Beredar dan Inflasi sebesar 66,6%. Sementara sisanya 33,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yaitu dari tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah. Kata Kunci : Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Indeks Harga Konsumen.
x
ABSTRACT
MUH AKRAM PRATAMA AMIR, 2020. The Effect of Money Supply and Inflation on the Consumer Price Index in South Sulawesi Province 2015-2019, Thesis, Faculty of Economics and Business, Department of Economic Development, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by supervisor I Dr. H. Andi Jam'an and Supervisor II Irwan Abdullah.
This study aims to determine the effect of the amount of money in circulation and inflation on the consumer price index in South Sulawesi Province for the period 2015 to 2019. The type of research used in this study is associative. The data processing technique uses multiple linear regression with the Ordinary Least Square (OLS) method through version 22 of the SPSS (Statistical Product Service Solutions) program. The data used is secondary data, from the Money Supply, Inflation and the Consumer Price Index in the Province. South Sulawesi for the period 2015 to 2019.
The results showed that partially the variable amount of money in
circulation has a significant effect on the Consumer Price Index in South Sulawesi Province, and inflation has no significant effect on the Consumer Price Index in South Sulawesi Province. Simultaneously, the Money Supply and Inflation have a significant effect on the Consumer Price Index in South Sulawesi Province. This means that the Consumer Price Index variable can be influenced by the variable amount of money supply and inflation by 66.6%. While the remaining 33.4% is influenced by other factors, namely the interest rate and the rupiah exchange rate. Keywords: Money Supply, Inflation and Consumer Price Index.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ...............................................................................................................
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10
A. Tinjauan Teori ........................................................................................ 10
1. Indeks Harga Konsumen .................................................................................. 10
2. Jumlah Uang Beredar ......................................................................................... 15
3. Inflasi ........................................................................................................................ 18
B. Tinjauan Empiris .................................................................................... 25
C. Kerangka Konsep ................................................................................... 27
D. Hipotesis ................................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 29
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 29
xii
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ...................................... 30
D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 34
F. Teknik Analisis ....................................................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 41
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 41
1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan ..................................... 41
B. Penyajian Data ....................................................................................... 42
C. Hasil Analisis Data ................................................................................. 46
1. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 47
2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ............................................. 52
3. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 55
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 57
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 60
A. Kesimpulan ............................................................................................ 60
B. Saran ..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62
LAMPIRAN ........................................................................................................ 65
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Indeks Harga Konsumen ............................................................... 5
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar ........................................ …7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................. …...25
Tabel 4.1 Jumlah Uang Beredar Provinsi Sulawesi Selatan ...................... …43
Tabel 4.2 Tingkat Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan .................................. …44
Tabel 4.3 Indeks Harga Konsumen Provinsi Sulawesi Selatan ................ …46
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ................................................................... …48
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... …49
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ …50
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ........................................... …52
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................. …54
Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan (Uji F) ........................................................... …55
Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial (Uji t) ............................................................... …56
xiv
DAFTAR GRAFIK
Nomor Judul Halaman
Grafik 1.1 Tingkat Inflasi ................................................................................ 6
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 27
Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas ....................................................... 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Rekapitulasi Data Seluruh Variabel .......................................................... 66
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 67
3. Hasil Regresi Linear Berganda ................................................................. 70
4. Hasil Uji Hipotesis..................................................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi merupakan hal yang penting dalam kehidupan masyarakat
sekarang ini maka tidak heran jika pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu
indikator penting dalam kesuksesan suatu Negara. Hal ini selaras dengan
Indeks Harga Konsumen yang merupakan indikator ekonomi dalam melihat
pertumbuhan ekonomi, menghitung perkembangan harga barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat dan dapat mengukur tingkat kemampuan daya
beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari dari melihat
mekanisme pasar dan tingkat harga suatu barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu meningkatkan faktor-faktor
produksi yang merangsang perkembangan ekonomi dalam skala besar.
Pertumbuhan ekonomi yang stabil akan berdampak dan berpengaruh pada
semakin meningkatnya pendapatan penduduk dan yang dapat mengukur
dan menghitung tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu Indeks Harga
Konsumen menjelaskan tentang tingkat pendapatan upah/gaji dan konsumsi
masyarakat, Jumlah Uang Beredar menjadi salah satu indikator yang
memperlihatkan terjadinya suatu kegiatan perekonomian dari masyarakat di
dalam menggunakan uang dan Inflasi merupakan suatu proses dari
terjadinya perubahan atau kenaikan harga barang dan jasa secara terus
menerus dalam waktu tertentu, sehingga menimbulkan penurunan nilai mata
2
uang yang berlaku di masyarakat dan ketika nilai mata uang menurun maka
akan terjadi kenaikan Jumlah Uang yang Beredar. Inflasi berkaitan secara
lansung dengan mekanisme pasar yang disebakan oleh berbagai faktor dan
menjadi salah satu faktor terjadinya Inflasi yaitu konsumsi masyarakat yang
meningkat dan tolak ukur dalam melihat konsumsi masyarakat yaitu Indeks
Harga Konsumen yang dihitung berdasarkan dari komoditas kelompok
sektor pengeluaran yang dikonsumsi masyarakat.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang ada di
Indonesia yang memiliki proporsi Indeks Harga Konsumen dari berbagai
komoditas kelompok sektor pengeluaran yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun. Jumlah Uang yang
Beredar merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya suatu
Inflasi yang diartikan dengan terjadinya kenaikan harga barang dan jasa
sehingga pengeluaran masyarakat meningkat, kenaikan atau penurunan
harga barang dan jasa mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan
daya beli masyarakat, terutama bagi para pekerja dengan penghasilan tetap.
Semakin tinggi tingkat kenaikan harga (Inflasi) maka semakin rendah daya
beli masyarakat. Kondisi ini dapat dilihat secara lansung di dalam Indeks
Harga Konsumen yang dapat menggambarkan secara lansung kondisi
perekonomian, tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat perubahan
harga barang dan jasa di Provinsi Sulawesi Selatan.
Indeks Harga Konsumen merupakan indikator penting terhadap pasar
keuangan dan menjadi indikator umum tingkat Inflasi di Indonesia yang
dihitung dan diumumkan ke publik setiap bulannya oleh Badan Pusat
Statistik (BPS). mengatakan bahwa Indeks Harga Konsumen memberikan
3
informasi mengenai perkembangan rata-rata perubahan harga sekelompok
barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi oleh rumah tangga dalam
suatu kurun waktu tertentu (Nurul, 2018:57).
Indeks Harga Konsumen merupakan indikator ekonomi yang menjadi
nomor indeks untuk mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh rumah tangga. Indeks Harga Konsumen sering digunakan
untuk mengukur tingkat Inflasi suatu Negara dan juga sebagai pertimbangan
dalam penyesuaian pendapatan upah/gaji dan lainnya. Untuk
memperkirakan nilai Indeks Harga Konsumen pada masa depan. Indeks
Harga Konsumen dapat diartikan dan menggambarkan secara lansung
sebagai indeks harga dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang masing-
masing diberi bobot menurut proporsi belanja masyarakat untuk komoditas
yang bersangkutan. Indeks Harga Konsumen mengukur harga sekelompok
barang dan jasa yang hanya ada beberapa barang yang bisa masuk dalam
perhitungan seperti barang dan jasa yang dikonsumsi oleh pekerja
professional, pekerja mandiri, warga kurang mampu, pengangguran hingga
pensiunan. Sementara yang tidak termasuk kedalam hitungan Indeks Harga
Konsumen yaitu barang dan jasa yang dikonsumsi pasukan bersenjata,
petani, narapidana serta pasien rumah sakit jiwa (Mankiw,G., Quah, E. &
Wilson,P, 2013).
Inflasi di Sulawesi Selatan diukur dari persentase perubahan Indeks
Harga Konsumen dan diumumkan ke publik setiap bulan (hari kerja
pertama) oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. Survei Biaya
Hidup (SBH) dilaksanakan di 90 kota, yang terdiri dari 34 ibu kota provinsi
dan 56 kabupaten/kota. Dari 90 kota tersebut diantaranya berada di Provinsi
4
Sulawesi Selatan yang meliputi Bulukumba, Watampone, Makasssar, Pare-
pare dan Palopo. Survei ini dilaksanakan di daerah perkotaan dengan
mencatat seluruh pengeluaran rumah tangga setiap bulannya dari tingkat
konsumsi barang dan jasa yang dilakukan oleh konsumen dan untuk
mengetahui peresentase perubahan Indeks Harga Konsumen di suatu
wilayah atau daerah di Indonesia untuk melihat tingkat pertumbuhan
ekonomi di daerah tersebut (Badan Pusat Statistik, 2019).
Menurut Mankiw (2003:72) mengatakan bahwa ketika masyarakat
membicarakan harga maka masyarakat langsung mengkaitkannya dengan
sejumlah uang, dengan sejumlah uang kita menentukan suatu nilai harga
yang harus dibayarkan untuk mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa..
Harga merupakan tingkat dari uang yang dipertukarkan untuk mendapatkan
barang atau jasa. Harga merupakan nilai dari sejumlah uang yang
mempunyai nilai yang sama dengan barang atau jasa yang akan kita
dapatkan, dengan kata lain bahwa harga berhubungan erat dengan
konsumsi dari subjeknya biasa disebut konsumen.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang ada di
Indonesia yang memiliki proporsi Indeks Harga Konsumen dari berbagai
komoditas kelompok sektor yang setiap tahunnya mengalami peningkatan
secara signifikan dari tahun ke tahun, serta Indeks Harga Konsumen
bermanfaat untuk mengetahui tingkat kenaikan pendapatan upah/gaji, harga
biaya produksi dan juga dapat dijadikan sebagai indikator ekonomi serta
untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah atau daerah di
Indonesia. Tingkat kenaikan dan penurunan Indeks Harga Konsumen juga
dapat menyebabkan fluktuasi, fluktuasi merupakan kenaikan dan penurunan
5
aktivitas ekonomi secara relatif dibandingkan dengan tren pertumbuhan
jangka panjang dari ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1:
Tabel 1.1
Indeks Harga Konsumen secara Umum
Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 2015-2019
Periode 2015 2016 2017 2018 2019
Januari 116,69 123,62 127,12 132,35 136,61
Februari 116,37 123,52 128,08 132,66 136,36
Maret 116,95 123,62 127,84 132,57 136,65
April 117,33 123,14 128,26 132,81 137,23
Mei 117,70 123,10 127,95 133,29 138,28
Juni 118,55 123,65 129,20 134,55 138,56
Juli 119,97 124,93 130,40 135,30 137,50
Agustus 120,41 124,38 130,07 135,16 138,99
September 121,06 123,78 129,98 134,00 138,78
Oktober 120,96 124,78 129,58 134,36 138,88
November 121,28 125,33 129,94 134,73 139,03
Desember 122,13 125,71 131,29 135,89 139,08
Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan tahun 2020 (diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan Indeks Harga Konsumen di
Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahun Meningkat. Dapat dilihat dari nilai
Indeks Harga Konsumen pada tahun 2015 di bulan Desember sebesar
122,13 dan peningkatan Nilai Indeks Harga Konsumen dari setiap tahun
naik secara signifikan hal ini dipengaruhi dari berbagai faktor yang
6
mempengaruhi, dan yang tertinggi yaitu ada pada tahun 2019 di bulan
Desember sebesar 139,08.
Inflasi merupakan salah satu permasalahan perekonomian yang
sering terjadi di Indonesia Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara
umum dan terus-menerus. Dapat dikatakan terjadi Inflasi apabila kenaikan
harga tersebut juga mempengaruhi kenaikan harga barang-barang
lainnya. Inflasi merupakan hal umum yang terjadi dalam perekonomian
sebagai akibat dari adanya permintaan dan penawaran barang dan jasa.
Dalam ilmu ekonomi Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme
pasar. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu komoditas dari
suatu kelompok barang atau jasa yang sangat berkembang dari berbagai
kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini dapat dilihat dari
grafik 1.1:
Grafik 1.1
Tingkat Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 2015-2019
Tingkat Inflasi
4,48 4,44
3,50
2,94
2,35
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan tahun 2020, (diolah)
7
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Inflasi terendah yang pernah
dialami oleh Sulawesi Selatan terjadi pada tahun 2019 dengan laju inflasi
sebesar 2,35 persen. Laju Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2015 dengan
inflasi sebesar 4,48 persen. Selama periode tahun 2015-2019, hampir
seluruh kelompok pengeluaran mengalami Inflasi kecuali kelompok
pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang pernah
mengalami penurunan indeks harga atau deflasi pada tahun 2015, 2016
dan 2019.
Menurut (Langi et al., 2014) pertumbuhan Jumlah Uang Beredar
mengakibatkan kenaikan harga-harga barang dan jasa yang akhirnya dapat
menyebabkan masyarakat ingin mendapatkan barang dan jasa yang
diinginkan melebihi output produksi. Jika harga barang dan jasa mengalami
kenaikan yang disebabkan dari jumlah konsumsi masyarakat yang semakin
meningkat, maka jumlah uang yang beredar juga akan meningkat.
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah Uang Beredar
Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 2015-2019
Periode Jumlah Uang Beredar (Rp Triliun)
2015 16.27
2016 11.17
2017 8.56
2018 19.38
2019 19.62
Sumber : Bank Indonesia Sulawesi Selatan tahun 2020, (diolah)
8
Berdasarkan pada penjelasan latar belakang masalah di atas, maka
penulis tertarik mengambil penelitian tentang “Pengaruh Jumlah Uang
Beredar dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi
Sulawesi Selatan 2015-2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang maka adapun rumusan masalah yang
dapat ditarik adalah:
1. Apakah Jumlah Uang yang Beredar berpengaruh Terhadap Indeks
Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan 2015 - 2019?
2. Apakah Inflasi berpengaruh Terhadap Indeks Harga Konsumen di
Provinsi Sulawesi Selatan 2015 - 2019?
3. Apakah Jumlah Uang yang Beredar dan Inflasi secara simultan
berpengaruh terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi
Selatan 2015 - 2019?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang dan identifikasi masalah, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Uang yang Beredar terhadap
Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan 2015 - 2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Konsumen
di Provinsi Sulawesi Selatan 2015 - 2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh simultan dari Jumlah Uang yang Beredar
dan Inflasi terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi
Selatan 2015-2019.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menerapkan ilmu yang didapatkan selama berkuliah di
Universitas Muhammadiyah Makassar serta mengetahui secara praktis
bagaimana Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap
Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2019.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan
gambaran serta sebagai referensi selanjutnya khususnya bagi
mereka yang ingin memperdalam pengetahuan tentang Indeks
Harga Konsumen.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan dan saran yang berguna bagi
perusahaan tentang bagaimana melihat kondisi pasar dan perilaku
konsumen dalam meningkatkan suatu nilai produksi dan melihat
secara lansung kondisi pasar dari Indeks Harga Konsumen.
c. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi sebuah karya
yang melengkapi pengetahuan dan wawasan yang ada di
perpustakaan Universitas Muhamamadiyah Makassar.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Indeks Harga Konsumen
Pengertian Indeks Harga Konsumen adalah angka indeks yang
menggambarkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat secara umum pada suatu periode tertentu dengan periode
waktu yang telah ditetapkan (Karlina, 2017:20). Indeks Harga Konsumen
bisa dikatakan sebagai indikator ekonomi yang sangat penting dan
digunakan untuk mewakili perubahan tingkat harga rata-rata eceran
ditingkat konsumen pada sejumlah jenis barang dan jasa tertentu
(Sumantri, 2019:26).
Indeks Harga Konsumen adalah angka indeks yang bertujuan untuk
menggambarkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat secara umum pada suatu periode tertentu dengan periode
waktu yang telah ditetapkan. Consumer Price Index (CPI) dapat diartikan
juga sebagai ukuran rata-rata perubahan harga barang dan jasa pada
periode tertentu (Noor Azhar Fauzi, 2012). Dan terjadi suatu hubungan
yang cukup erat antara Indeks Harga Konsumen dan inflasi, perubahan
Indeks Harga Konsumen mencerminkan adanya perubahan harga, ketika
harga-harga barang atau jasa pada suatu kelompok komoditi mengalami
kenaikan dapat dikatakan telah terjadi Inflasi pada kelompok komoditi
tersebut, yang melihat dampak dari terjadinya suatu peningkatan dalam
11
seluruh tingkat harga disebut Inflasi dan menjadi indikator utama dalam
melihat kondisi ekonomi (Ahmed dan Mortaza, 2005:79).
Menurut Mankiw (2003:72) mengatakan bahwa ketika masyarakat
membicarakan setiap tingkat harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh masyarakat langsung mengkaitkannya dengan sejumlah uang,
dengan sejumlah uang kita menentukan suatu nilai harga yang harus
dibayarkan untuk mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. Harga
merupakan tingkat uang yang dipertukarkan untuk mendapatkan barang
atau jasa. Harga merupakan nilai dari sejumlah uang yang mempunyai
nilai yang sama dengan barang atau jasa yang akan kita dapatkan,
dengan kata lain bahwa harga berhubungan erat dengan konsumsi dari
subjeknya biasa disebut konsumen.
Menurut Badan Pusat Statistik (2020), Indeks Harga Konsumen
adalah suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam
suatu periode, dari suatu kumpulan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.
Jenis barang dan jasa tersebut dikelompokkan menjadi 7 kelompok, yaitu
bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau,
perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga, transpor
dan komunikasi. Dihitung dari harga rata-rata suatu kualitas/merek barang
dan jasa bila dibandingkan dengan harga rata-rata kualitas/merek barang
dan jasa yang sama pada periode. Dilihat dari besarnya nilai perubahan
Indeks Harga Konsumen inflasi/deflasi yang terjadi setiap bulan,
sesungguhnya merupakan gabungan sumbangan atau andil dari jenis
12
barang dan jasa yang mengalami fluktuasi harga pada bulan yang
bersangkutan dari setiap periode mengalami perubahan dalam melihat
pertumbuhan ekonomi maka Indeks Harga Konsumen menjadi salah satu
indikator paling utama.
Indeks Harga Konsumen di Indonesia disusun berdasarkan indeks
bulanan sehingga Inflasi bulanan didefinisikan sebagai perbandingan
Indeks Harga Konsumen pada bulan periode tertentu dengan Indeks
Harga Konsumen bulan sebelumnya. Barang dan jasa yang dimasukkan
dalam Indeks Harga Konsumen untuk menghitung Inflasi telah mengalami
perkembangan dan perbaikan dari waktu ke waktu. Pada awal tahun
1950-an, dan hanya memperhitungkan harga sejumlah bahan makanan.
Daerah yang dipergunakan sebagai wilayah survei juga masih sangat
terbatas, yaitu hanya dihitung dari beberapa kota besar di Indonesia, yakni
daerah atau kota seperti: Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan
Pontianak. Dalam perkembangannya angka Indeks Harga Konsumen
tersebut terus mengalami penyempurnaan. Jumlah barang dan jasa yang
diperhitungkan dalam angka indeks terus mengalami pertambahan sesuai
dengan perkembangan kondisi sosial ekonomi konsumen di Indonesia.
Demikian juga dengan cakupan daerah yang diperhitungkan dalam
wilayah atau daerah yang di survei (Inflasi Bank Indonesia, 2019).
Indikator yang digunakan untuk melihat Indeks Harga Konsumen
dan mengukur tingkat Inflasi di suatu Negara adalah indeks harga.
Menurut Ahmed dan Mortaza (2005:15) indeks harga adalah anka yang
menunjukan rata-rata harga sekelompok barang. Secara umum dikenal 3
jenis indeks harga yaitu :
13
a. Indeks Harga Konsumen. (Consumer Price Indeks) indeks harga ini
mengukur tingkat harga barang-barang dan jasa d pasar yang
digunakan untuk menunjang kehidupan sehari hari. Indeks Harga
Konsumen dihitung dari 45 kota. Jumlah komuditas yang dicakup
sebanyak 259-352 komuditas yang terdiri atas tujuh kelompok, yaitu
bahan makanan jadi, rokok dan tembakau, perumahan, sandang,
kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga transport, dan komunikasi.
b. Indeks Harga Produsen merupakan suatu indeks dari harga bahan-
bahan baku, produk, dan peralatan modal serta mesin yang dibeli
perusahaan.
c. Produk Nasional Bruto adalah nilai pasar semua produk dan jasa
yang dihasilkan dalam satu tahun yang merupakan Indeks harga yang
menjadi perbandingan rasio antara Gross National Product (GNP)
nominal dan Gross National Product (GNP) riil.
Indeks Harga Konsumen merupakan salah satu indikator ekonomi
penting yang dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga
barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen. Penghitungan Indeks Harga
Konsumen ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari sekelompok
barang dan jasa (paket komoditas) yang pada umumnya dikonsumsi
masyarakat. Perubahan Indeks Harga Konsumen dari waktu ke waktu
menggambarkan tingkat kenaikan (Inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi)
harga dari barang dan jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Kenaikan
atau penurunan harga barang dan jasa mempunyai kaitan yang erat
dengan kemampuan daya beli masyarakat, terutama bagi para pekerja
dengan penghasilan tetap. Semakin tinggi tingkat kenaikan harga (Inflasi)
14
maka semakin rendah daya belinya dan begitu pula sebaliknya adapun
kegunaan lainnya dari Indeks Harga Konsumen yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai dasar indeksasi upah/gaji
2. Indikator moneter/perkembangan nilai uang
3. Asumsi APBN
4. indikator bagi pemerintah untuk melihat pertumbuhan ekonomi
5. Untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah
6. Sebagai dasar indeksasi nilai tambah bisnis, dll.
Umumnya barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan dibagi
ke dalam 11 kelompok seperti:
1. Makanan, minuman, dan tembakau
2. Pakaian dan alas kaki
3. Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya.
4. Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga
5. Kesehatan
6. Transportasi
7. Informasi, komunikasi dan jasa keuangan
8. Rekreasi, olahraga, dan budaya
9. Pendidikan
10. Penyediaan makanan dan minuman/restoran
11. Perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Untuk mengukur Indeks Harga Konsumen maka dilihat dari terjadinya
perubahan atau kenaikan harga yang ditunjukkan dari indeks kelompok
pengeluaaran yaitu dari 11 kelompok dan menjadi ukuran biaya
keseluruhan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen dan digunakan
15
untuk mengamati perubahan dalam biaya hidup sepanjang waktu dari
melilhat perilaku konsumen dalam memenuhi kebutuhannya dalam melihat
harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Indeks Harga
Konsumen merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis
tingkat/laju Inflasi (Badan Pusat Statistik, 2020).
2. Jumlah Uang Beredar
Menurut Bank Indonesia (2019). Menjelaskan bahwa Jumlah Uang
beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum,
dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestic
(tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang
menjadi komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang di pegang
masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang
dimiliki oleh sektor swasta domestic, dan surat selain saham yang
diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik
dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam
arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan
uang giral (giro berdenominasi rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang
kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas,
serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh
sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka
waktu sampai dengan satu tahun. Faktor yang mempengaruhi Uang
Beredar adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets / NFA) dan
Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam
Negeri Bersih antara lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah
16
Pusat (Net Claims on Central Government / NCG) dan Tagihan kepada
sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan dan
perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang
diberikan (Bank Indonesia, 2019).
Pertumbuhan Uang Beredar mengakibatkan kenaikan harga-harga
barang dan jasa yang akhirnya dapat menyebabkan masyarakat ingin
mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan melebih output produksi.
Jika barang dan jasa mengalami peningkatan, maka jumlah uang yang
beredar akan meningkat. Menurut (Langi et al, 2014).
Jumlah Uang Beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di
tangan masyarakat yang terdiri atas uang kartal dan uang giral. Terdapat
dua pengertian jumlah uang beredar yang hanya terdiri dari uang kartal
dan uang giral (Anas, 2006). Uang kartal adalah uang yang dipergunakan
sebagai alat pembayaran yang sah dalam masyarakat (M1). Uang giral
adalah uang yang beredar dan berlaku sebagai alat pembayaran yang sah
dikalangan tertentu, tetapi dapat mempengaruhi jumlah uang beredar (M2)
(Solikin 2002:14). Jumlah Uang beredar dalam arti luas meliputi uang
kartal, uang giral dan uang kuasai (simpanan rupiah valuta asing milik
penduduk yang sementara waktu kehilangan fungsinya sebagai alat
tukar). Uang kuasai adalah uang yang tidak diedarkan dan terdiri atas
deposito berjangka, tabungan dan rekening valuta asing milik swasta
domestik (Rahardja dan Manurung, 2008:112).
Menurut Hudaya, (2011) uang yang beredar adalah jumlah mata
uang yang dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral yang terdiri dari
uang logam dan uang kertas termasuk uang kuasi atau near money yang
17
meliputi deposito berjangka (time-deposit), tabungan (saving-deposit)
serta rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Hal ini
dikarenakan uang kuasi dapat diubah menjadi uang tunai yang fungsinya
sama seperti uang kartal.
Tambunan (2011:257) menyatakan bahwa terlalu banyak uang yang
beredar dalam masyarakat akan berdampak menimbulkan banyak
permintaan, dan sebaliknya terlalu sedikit uang yang dipegang oleh
masyarakat mengakibatkan rendahnya permintaan dalam masyarakat
yang mengakibatkan rendahnya kegiatan produksi yang dapat
mengakibatkan resesi ekonomi. Jadi stabilitas uang yang beredar berarti
stabilitas ekonomi untuk pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan.
Perkembangan Jumlah Uang Beredar menggambarkan secara
lansung dan mencerminkan setiap perubahan dan perkembangan
perekonomian. Perekonomian tumbuh dan berkembang menyebabkan
jumlah uang beredar juga bertambah. Apabila perekonomian semakin
maju, porsi penggunaan uang kartal (uang kertas dan logam) semakin
sedikit, digantikan uang giral. (Rahardja dan Manurung, 2008:324).
Menurut Putong & Andjaswati, (2008) menujukkan bahwa jumlah
uang beredar merupakan total persediaan uang dalam suatu saat tertentu
(biasaya satu tahun anggaran), Menurut Firdaus & Maya, (2011) teori
jumlah uang beredar yaitu stok jumlah uang beredar dalam perekonomian
Negara akan menentukan laju harga barang. Ada keterkaitan antara
perubahan dalam jumlah uang beredar dengan perubahan pendapatan
nasional. Fluktuasi ekonomi lebih disebabkan oleh perubahan jumlah
uang beredar merupakan faktor penting yang menyebabkan perubahan
18
penerimaan pendapatan nasional. Dapat disimpulkan bahwa apablia
jumlah uang beredar meningkat maka pendapatan nasional meningkat
berkorelasi positif.
3. Inflasi
Inflasi adalah gejala umum yang terjadi diberbagai belahan dunia
dan terjadi baik di negara maju maupun negara sedang berkembang.
Inflasi juga bukan masalah baru. Inflasi bahkan sudah dikenal sejak jaman
Romawi. Banyak negara yang dapat dengan baik mengendalikan laju
Inflasi dengan baik. Akan tetapi juga tidak sedikit negara yang meskipun
sudah berusaha keras, tetap mengalami laju Inflasi yang tinggi, bahkan
mengalami hiperinflasi.
Inflasi adalah ukuran aktifitas ekonomi yang juga sering digunakan
untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Secara lebih jelas inflasi
dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran ekonomi yang memberikan
gambaran tentang peningkatan harga rata-rata barang atau jasa yang di
produksi suatu sistem perekonomian. Sedangkan beberapa ahli
mengemukakan definisi Inflasi dan jenis-jenis Inflasi adalah sebagai
berikut:
Menurut Sadono Sukrino (2002:15) Inflasi didefinisikan sebagai
suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam perekonomian.
Dan diperkuat oleh pernyataan Mc Eachem (2000:133) Inflasi adalah
kenaikan terus menerus dalam rata-rata tingkat harga.
Dari definisi inflasi di atas, maka dapat diambil suatu pandangan
bahwa inflasi mengandung pengertian antara lain :
a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk naik
19
b. Kenaikan harga berlansung secara berkelanjutan
c. Kenaikan harga bukan pada satu barang tetapi beberapa tingkat
komoditi harga umum
1. Jenis Inflasi
Berdasarkan sifatnya Muana Nanga (2001:251) membagi Inflasi ke
dalam tiga tingkatan yaitu:
a) Inflasi Sedang (Moderate Inflation)
Kondisi ini ditandai dengan kenaikan laju Inflasi yang lambat dan
waktu yang relatif lama.
b) Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Kondisi ini ditandai dengan terjadinya kenaikan harga yang
cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan
kadang kala berjalan dalam waktu yang relative pendek serta
mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga minggu atau bulan
ini lebih tinggi dari minggu atau bulan yang lalu dan seterusnya.
Efeknya terhadap perekonomian lebih berat dari pada inflasi yang
merayap.
c) Inflasi Tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya Harga-harga naik
sampai lima atau enam kali. Masyarakat tidak lagi punya keinginan
untuk menyimpan uang karena nilai uang merosot dengan tajam
sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Sedangkan Mc Eachem (
2000:133) membagi inflasi berdasarkan sumbernya, yaitu: Demand
Pull Inflation terjadiya kenaikan harga secara berkelanjutan
disebabkan oleh kenaikan permintaan Permintaan agregat, Cosh
20
Push Inflation harga terus menerus mengalami kenaikan yang
disebakan oleh penurunan tingkat penawaran agregat.
2. Jenis Inflasi di Indonesia
Di indonesia, Inflasi dikelompokkan menjadi :
a) Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau
persisten (persistent component) di dalam peregerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
1) Interaksi permintaan-penawaran
2) Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, Inflasi
mitra dagang
3) Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.
b) Inflasi non inti, yaitu komponen Inflasi yang cenderung tinggi
volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.
Komponen Inflasi non inti terdiri dari:
1) Inflasi Komponen Begejolak (Volatie Food): Inflasi yang dominan
dipengaruhi oleh shock (kejutan) dalam kelompok bahan makanan
seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas
pangan internasional.
2) Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices):
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa
kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik,
tarif angkutan, dan lain-lain (Bank Indonesia, 2020)
Salah satu masalah ekonomi yang menjadi perhatian oleh para
pemikir ekonomi yaitu inflasi karena inflasi digunakan untuk mengukur
21
atau melihat stabilitas perekonomian pada suatu negara. Salah satu faktor
yang mengakibatkan gejolak perekonomian yang penting dan ditakuti oleh
pemerintah yaitu inflasi, karena dapat berpengaruh buruk pada struktur
biaya produksi dan tingkat kesejahteraan (Putri, 2017). Menurut (Langi et
al, 2014) Kenaikan Inflasi dapat menyebabkan persentase pertumbuhan
ekonomi menjadi tidak berarti yang kemudian berdampak pada naiknya
angka kemiskinan.
Pada awalnya Inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah Uang Beredar
atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut
mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan
Jumlah Uang Beredar yang diduga telah menyebabkan adanya harga-
harga. Dalam perkembangan lebih lanjut, Infllasi secara singkat dapat
diartikan sebagai suatu kecederungan meningkatnya harga-harga barang
dan jasa secara umum terus-menerus. Laju Inflasi pada umumnya
dinyatakan dala angka presentase (%). Inflasi ringan terjadi apabila
kenaikan harga berada di bawah 10%; Inflasi sedang antara 10 - 30%; dan
Inflasi berat antara 30 - 100% per tahun dan hiperinflasi atau Inflasi tidak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga nerada di atas 100% setahun.
Untuk mengetahui dan menghitung angka Laju Inflasi jenis ini terlebih
dahulu dilakukan penghitungan angka indeks dengan menggunakan
sejumlah barang dan jasa yang dipergunakan atau dikonsumsi oleh
masyarakat (Inflasi Bank Indonesia, 2019).
Setelah memahami apa yang disebut sebagai inflasi, pada bagian ini
akan dibahas tentang teori dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
22
terjadinya inflasi. Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai
Inflasi sebagai berikut :
a. Teori Kuantitas
Teori tentang Inflasi pada awalnya berkembang dari teori yang
dikenal dengan teori kuantitas (tentang uang). Teori kuantitas pada
dasarnya merupakan suatu hipotesis tentang faktor yang menyebabkan
perubahan tingkat harga ketika kenaikan Jumlah Uang Beredar
merupakan faktor penentu atau faktor yang mempengaruhi kenaikan
tingkat harga. Teori kuantitas tidak hanya menyatakan bahwa jumlah
uang beredar sebagai faktor penyebab perubahan tingkat harga. Teori
kuantitas uang juga terkait dengan teori tentang (1) proporsionalitas
jumlah uang dengan tingkat harga, (2) mekanisme transmisi moneter, (3)
netralitas uang, dan (4) teori moneter tentang tingkat harga.
b. Teori Keynes
Dalam perkembangannya tidak semua ekonom sependapat
dengan teori kuantitas uang. Contoh: para ekonom aliran Keynesian tidak
sepenuhnya sependapat dengan teori tersebut. Ekonom Keynesian
menyatakan bahwa teori kuantitas tidak valid karena teori tersebut
mengasumsikan ekonomi dalam kondisi full employment (kapasitas
ekonomi penuh). Dalam kondisi kapasitas ekonomi yang belum penuh,
maka ekspansi (pertambahan) uang beredar justru akan menambah
output (meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja) dan
tidak akan meningkatkan harga. Lebih lanjut dikatakan bahwa uang tidak
sepenuhnya netral, pertambahan uang beredar dapat mempunyai
pengaruh tetap (permanen) terhadap variabelvariabel riil seperti output
23
dan suku bunga. Pendekatan Keynes juga menyatakan bahwa teori
kuantitas yang mengasumsikan elastisitas dan perputaran uang (velocity
of circulation) adalah tetap juga tidak benar. Elastisitas dan perputaran
uang sangat sulit diprediksi dan banyak dipengaruhi oleh ekspektasi
masyarakat serta perubahan barang-barang yang merupakan substitusi
uang (financial assets). Hal tersebut terbukti bahwa dalam suatu
perekonomian yang sektor keuangannya telah maju dan terdapat
instrumen-instrumen keuangan yang berfungsi sebagai substitusi uang,
maka perputaran uang akan menjadi semakin sulit diprediksi.
c. Teori Strukturalis
Teori ini lebih didasarkan pada pengalaman negara-negara di
Amerika Latin. Pendekatan ini menyatakan bahwa inflasi, terutama di
negara berkembang, terutama lebih disebabkan oleh faktor-faktor
struktural dalam perekonomian. Menurut teori ini ada dua masalah
struktural di dalam perekonomian negara berkembang yang dapat
mengakibatkan inflasi. Pertama penerimaan ekspor tidak elastis, yaitu
pertumbuhan nilai ekspor yang lebih lambat dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh terms of trade
yang memburuk dan produksi barang ekspor yang kurang responsif
terhadap kenaikan harga (Inflasi Bank Indonesia, 2019).
Dilihat dari faktor-faktor utama yang menyebabkan inflasi, inflasi
dapat disebabkan dari sisi permintaan, sisi penawaran, maupun
ekspektasi. Faktor yang juga menyebabkan Inflasi tersebut dapat
merupakan gabungan dari ketiga faktor tersebut :
24
1) Inflasi Permintaan
Inflasi permintaan adalah Inflasi yang timbul sebagai hasil
interaksi antara permintaan dan penawaran domestik dalam jangka
panjang 10. Tekanan Inflasi dari sisi permintaan akan timbul apabila
permintaan agregat berbeda dengan penawaran agregat atau potensi
output yang tersedia. Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua variabel
penting yang selalu dijadikan piranti dalam melakukan berbagai
analisis ekonomi, termasuk dalam menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan Inflasi. Dua variabel tersebut adalah permintaan dan
penawaran agregat. Permintaan agregat pada dasarnya merupakan
jumlah seluruh kebutuhan konsumsi dan investasi dalam suatu
perekonomian. Sedangkan penawaran agregat adalah seluruh
potensi yang dimiliki oleh suatu perekonomian untuk menghasilkan
barang dan jasa yang diperlukan oleh perekonomian yang
bersangkutan.
2) Inflasi Penawaran
Faktor kedua yang menyebabkan Inflasi adalah faktor
penawaran, dan Inflasi yang ditimbulkan sering disebut sebagai cost
push atau supply shock inflation. Jenis Inflasi ini disebabkan oleh
kenaikan biaya produksi atau biaya pengadaan barang dan jasa.
Termasuk dalam jenis Inflasi ini adalah Inflasi yang disebabkan faktor
penawaran lainnya yang memicu kenaikan harga penawaran atas
suatu barang (termasuk barang-barang yang harus diimpor), serta
harga barang-barang yang dikendalikan oleh Pemerintah. Contoh:
adanya kenaikan harga minyak dunia, harga Bahan Bakar Minyak
25
(BBM), dan Tarif Dasar Listrik (TDL). Di samping itu, Inflasi juga
disebabkan oleh faktor alam misalnya, gagalnya panen atau panen
yang berlebih, faktor-faktor sosial ekonomi, misalnya adanya masalah
atau hambatan dalam distribusi suatu barang, atau faktor-faktor yang
timbul karena kebijakan tertentu, misalnya karena adanya kebijakan
tarif, pajak, pembatasan impor, dan kebijakan lainnya.
B. Tinjauan Empiris
Beberapa penelitiaan terdahulu dijadikan pedoman atau landasan
dalam penelitian, Pemilihan penelitian terdahulu didasari dengan kesamaan
antara variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Hal
yang menjadi acuan penelitian terdahulu ialah, judul penelitian, metode
penelitian dan hasil penelitian.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Dan Tahun
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1. Hamdan (2017)
Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Inflasi menurut Indeks Harga Konsumen dan Implikasinya terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif.
Variabel (X1) Indeks Harga Konsumen berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap Inflasi (X2) dan berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Berlian Karlina (2017)
Pengaruh Tingkat Inflasi, Indeks Harga Konsumen
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
Indeks Harga Konsumen (X1) tidak signifikan mempengaruhi PDB
26
Terhadap PDB di Indonesia Pada Tahun 2011-2015
kuantitatif. (Y) dan Tingkat Inflasi (X2) signifikan mempengaruhi PDB (Y).
3. Fazhar Sumantri, Umi Latifah (2019)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Konsumen
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
Variabel Suku Bunga Kredit (X1) mempunyai nilai regresi negatif yang artinya setiap kenaikan Suku Bunga Kredit akan menyebabkan penurunan pada nilai Indeks Harga Konsumen (Y). Variabel Uang Beredar (X2) mempunyai nilai regresi positif yang artinya setiap kenaikan Uang Beredar akan menyebabkan kenaikan pada nilai Indeks Harga Konsumen (Y).
4. Vivy Kristinae (2018),
Analisis Pengaruh Indeks Harga Konsumen Terhadap Inflasi” (Studi Kasus Inflasi Kota Palangka Raya dan Kab. Sampit di Kalimantan Tengah)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif
kesimpulannya bahwa Indeks Harga Konsumen Palangka Raya (X1), dan Indeks Harga Konsumen di kota Sampit berpengaruh secara signifikan terhadap Inflasi (Y) di Kalimantan Tengah.
5. Halida Sofiah Noor (2019),
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang artinya menggambarkan suatu subjek penelitian,
Deskriptif kualitatif
menyimpulkan bahwa dari sebelas sub kelompok umum dan bahan makanan yang ada di Indonesia sebagai komoditas makanan sub kelompok di Indonesia.
27
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan
atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2012).
Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
Indeks Harga Konsumen (Y) dipengaruhi oleh Jumlah Uang Beredar (𝑋1)
dan Inflasi (𝑋2). Maka untuk mengetahahui kerangka konsep pada
peneilitian ini, dapat dikemukakan pada kerangka berpikir yang dirumuskan
seperti dalam gambar 2.2:
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Dependen
Variabel Dependen
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Inflasi (𝑋2)
• Indeks Harga
Konsumen
• Jumlah Uang
Beredar
Indeks Harga Konsumen (Y)
• Makanan, Minuman dan
Tembakau
• Pakaian dan Alas Kaki
• Perumahan, Air, Listrik, Gas
dan Bahan Bakar Lainnya
• Transportasi
• Kesehatan
• Rekreasi, Olahraga dan
Budaya
• Pendidikan
• Penyediaan Makanan dan
Minuman/Restoran
• Perawatan Pribadi dan Jasa
Lainnya
• Informasi, Komunikasi dan
Jasa Keuangan
• Perlengkapan,Peralatan dan
Pemeliharaan Rutin Rumah
Tangga.
Uang yang Beredar (𝑋1)
• Jumlah Uang
28
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut maka hipotesis yang akan diduga
adalah:
1. Diduga Jumlah Uang yang Beredar berpengaruh signifikan Terhadap
Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan 2015 – 2019.
2. Diduga Inflasi berpengaruh signifikan Terhadap Indeks Harga Konsumen
di Provinsi Sulawesi Selatan 2015 – 2019.
3. DIduga Jumlah Uang yang Beredar dan Inflasi berpengaruh signifikan
terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan 2015-
2019.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Asosiatif. Penelitian asosiatif
adalah jenis penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan dua variabel atau lebih. Jenis penelitian ini hanya akan
menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti.
Pada penelitian ini, hasilnya akan diketahui bahwa variabel-variabel
yang diteliti saling terkait dan berkorelasi satu sama lain atau tidak,
termasuk signifikansi keterkaitan dan korelasi antara variabel atau tidak.
Penelitian ini ditunjang data-data kuantitatif yaitu banyak dijelaskan
dengan menggunakan tabel, grafik atau diagram sehingga lebih jelas dalam
mengartikan atau membacanya. Dalam prakteknya, metode ini juga bisa
berupa metode korelasional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini adalah menyangkut wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
sehingga pengambilan data Inflasi dan Indeks Harga Konsumen berasal dari
Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi dii
Jalan Haji Bau Nomor 6, Kelurahan Kunjung Mae, Kecamatan Mariso, Kota
Makassar (Kode Pos 90125). dan pengambilan data Jumlah Uang Beredar
berasal dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan
yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Nomor 3, Kota Makassar (Kode Pos
30
90113) Dalam bentuk pustaka cetak yang diterbitkan lansung oleh Badan
Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan dan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan.
Waktu penelitian direncanakan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga
September 2020.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap
dalam definisi konsep) tersebut secara operasional, secara praktik, secara
nyata dalam lingkup objek penelitian/objek yang diteliti. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi suatu variabel
terikat yang menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat.
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini:
a) Jumlah Uang Beredar (𝑋1) merupakan seluruh persediaan uang
dalam suatu perekonomian dan untuk melihat perilaku konsumsi
masyarakat dalam menggunakan uang. Indikatornya terdiri dari Uang
Kartal yang beredar di masyarakat meliputi uang kertas dan uang
logam dan Uang Giral merupakan seluruh nilai saldo rekening giro
atau rekening Koran yang dimiliki oleh masyarakat yang tersimpan di
bank-bank umum.
b) Inflasi (𝑋2) merupakan ukuran ekonomi yang memberikan gambaran
tentang peningkatan harga rata-rata barang atau jasa yang
diproduksi suatu produsen yang akan distribusikan ke masyarakat.
31
Indikatornya terdiri dari Indeks Harga Konsumen dan Uang yang
Beredar.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini:
Indeks Harga Konsumen (Y) merupakan angka yang dihitung dan
menjadi indeks yang menggambarkan perubahan tingkat suatu harga
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat secara umum pada
suatu periode tertentu dengan periode waktu yang telah ditetapkan.
Indikatornya terdiri dari:
a) Makanan, minuman, dan tembakau
b) Pakaian dan alas kaki
c) Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya.
d) Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga
e) Kesehatan
f) Transportasi
g) Informasi, komunikasi dan jasa keuangan
h) Rekreasi, olahraga, dan budaya
i) Pendidikan
j) Penyediaan makanan dan minuman/restoran
k) Perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Definisi operasional variabel penelitian merupakan penjelasan dari
masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap
indikator-indikator yang membentuknya.
32
3. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan oleh peneliti untuk menghitung
dan mengetahui hasil yang didapatkan apakah saling mempengaruhi
antara Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Indeks Harga
Konsumen, dengan menggunakan Model Regresi Common Effect
merupakan teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel,
hanya dilakukan dengan cara menggabungkan data cross section dan
time series dengan melihat perbedaan antar waktu dan mengukur
variabel bebas dan variiabel terikat dan akan dijadikan indikator variabel.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Data Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2017), Metode kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga
sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut
sebagai metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivism.
Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan
sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan
metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Yang
disebut metode kuantitatif Karena data penelitian berupa anngka-angka
dan analisis menggunakan statistik.
b. Data Sekunder
Dalam penelitian ini, menggunakan satu data yaitu data sekunder,
Sugiyono (2018;137) menjelaskan data sekunder merupakan sumber
yang tidak lansung memberikan data kepada pengumpul data misalnya
33
lewat dokumentasi. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter). Data
sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jumlah Uang
Beredar, Inflasi dan Indeks Harga Konsumen tahun 2015-2019 yang
diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan
dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan dan
dapat juga di akses melalui website www.bi.go dan www.bps.go.id.
D. Populasi dan Sampel
Sugiyono (2018:119) mengartikan bahwa setiap populasi sebagai
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pengertian tersebut,
menunjukkan bahwa populasi bukan hanya manusia tetapi bisa juga obyek
atau benda-benda subyek yang dipelajari seperti dokumen-dokumen yang
dapat dianggap sebagai objek penelitian.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan menurut
sugiyono (2011) pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Sumarni (2013:51) Sampel merupakan suatu bagian dari
populasi. Hal ini mencakup sejumlahh anggota yang dipilih dari populasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil semua populasi yaitu data dari
Jumlah Uang Beredar, data Inflasi dan data Indeks Harga Konsumen di
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015-2019 untuk dijadikan
sampel.
34
E. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses
peneliti dalam pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian. Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel
yang ada dalam hipotesis dan cara memperolehnya adalah melalui data
Sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek
atau subjek penelitian, yaitu berupa dokumen dan catatan (elektronik dan
non-elektronik) termasuk data yang sudah dipublikasi dan yang dibutuhkan
oleh peneliti.
Data yang dibutuhkan didasarkan pada data time-series (data dari
waktu ke waktu), yakni dari tahun 2015-2019.
Proses pengambilan data yang dilakukan adalah didasarkan pada
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui cara
pengumpulan, pengolahan dalam bentuk: penyortiran, mentabulasi hingga
mengkalkulasi sehingga data sesuai kebutuhan analisis.
F. Teknik Analisis
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi
linear berganda (multiple regression analysis model) dengan menggunakan
SPSS (Statistical Product Service Solutions), pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji asumsi klasik, seperti uji normalitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, analisis regresi linear berganda, uji
koefisien determinasi, uji F (simultan), dan uji t (parsial).
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini
35
menggunakan bantuan SPSS (Statistical Product Service Solutions) Versi
22 karena tidak semua data didapat langsung dari sumber terkait, beberapa
data dalam penelitian ini didapat dari suatu proses metode pemecahan
(interpolasi) dan peramalan data secara statistik.
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk memperoleh hasil yang
lebih akurat pada analisis regresi berganda. Terdapat beberapa asumsi
klasik regresi yang harus terpenuhi dahulu sebelum menggunakan
analisis regresi linear berganda sebagai alat untuk menganalisa pengaruh
dari setiap variabel yang diteliti. Ada beberapa uji asumsi klasik yang
harus dipenuhi agar kesimpulan dari regresi tersebut tidak biasa, yaitu uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskodesitas.
a. Uji Normalitas
menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel
bebas keduanya memiliki distribusi data normal atau tidak (Ghozali,
2011). Jika data tidak berdistribusi normal maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan bantuan program statistik.
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika probabilitas lebih besar dari
nilai alpha yang ditentukan, yaitu 5%, maka data dikatakan
berdistribusi normal, dan sebaliknya jika probabilitas kurang dari 5%,
maka data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Ghozali (2018:107) menyatakan bahwa uji multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
36
satu atau semua variabel bebas (independen). Multikolinieritas
merupakan hubungan linear antara variabel dependen di dalam regeresi
berganda. Multikolineritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi
antara variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat)
dalam suatu model regresi. Multikolineritas akan menyebabkan
estimator OLS mempunyai varian yang besar dengan demikian standar
error juga besar. Jika terdapat korelasi yang tinggi variabel independen
tersebut, maka hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen menjadi terganggu. Ada tidaknya multikolinearitas dalam
model regresi dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai
Tolerance. Jika nilai Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2018:111) uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji dalam satu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Jika waktu berkaitan satu
sama lainnya, masalah ini timbul karena resada problem autokorelasi.
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lain (data time series), sedangkan pada data crossection (silang
waktu) masalah autokorelasi jarang terjadi. Dalam suatu pengujian
dikatakan baik ketika bebas dari unsur autokorelasi, yang dapat
digunakan dalam melakukan pengujian autokorelasi adalah Runs Test.
37
Ghozali (2018:120) menerangkan bahwa runs test sebagai bagian dari
statistik non-parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah
antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Runs Test digunakan
dengan tingkat signifikansi 0.05. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random. Runst Test digunakan untuk melihat apakah data residual
terjadi secara random atau tidak (sistematis). Apabila nilai signifikansi
kurang dari signifikansi 0.05 yang berarti hipotesis nol ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi
autokorelasi antar nilai residual.
Runs Test dilakukan dengan membuat hipotesis dasar, yaitu:
: residual (res_1) random (acak)
: residual (res_1) tidak random
Dengan hipotesis dasar di atas, maka dasar pengambilan keputusan uji
statistik dengan Runs Test adalah (Ghozali, 2018;120):
a. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil < dari 0,05 maka terdapat
gejala autokorelasi.
b. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar > dari 0,05 maka tidak
terdapat gejala autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedasitisas dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang tidak tidak
terjadi heterokedasitas. Uji heterokedasitas bertujuan untuk meguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari
38
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,
2016:134). Jika variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedasitisitas atau tidak terjadi
heterokedasitisitas. Salah satu cara untuk memprediksi
heterokedasitisas dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan
Inflasi Terhadap Indeks Harga Konsumen, untuk melihat setiap pengaruh
antar variabel maka penelitian ini menggunakan model Regresi Linier
Berganda/Ordinar Least Square (OLS) yaitu :
Y = β0 + β1 𝐗𝟏+ β2 𝐗𝟐+ ɛ
Keterangan:
Y = Indeks Harga Konsumen
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi
β2 = Koefisien regresi
X1 = Jumlah Uang Beredar
X2 = Inflasi
ɛ = Eror Term
3. Uji Hipotesis
a. Uji koefisien determinasi (𝑅2)
Menurut Ghozali (2012:97) koefisien determinasi (𝑅2) merupakan alat
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
39
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel-variabel dependen.
b. Uji Simultan (Uji – F)
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji Anova (Analysis of
Variance) yaitu uji yang digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh
semua variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji apakah
model regresi yang ada signifikan atau tidak signifikan. Widarjono (2009)
uji F dapat dilakukan dengan membandingkan
Fhitung dengan Ftabel.
Hipotesis yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut:
1) H0 : βi = 0 dengan asumsi menyatakan bahwa,
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara semua variabel independen
secara bersama terhadap variabel dependen.
2) Ha : βi ≠ 0 dengan asumsi menyatakan bahwa,
Ha : Terdapat pengaruh secara bersama-sama semua variabel
independen terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan kesimpulan sebagai berikut :
a) Jika Fstatistik > Ftabel, maka H0 ditolak atau Ha diterima. Ini berartii
bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabell
dependen.
b) Sebaliknya jika Fstatistik < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. ini
berarti bahwa variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
40
c. Uji Parsial (Uji–t)
Uji tstatistik digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh masing
masing variabel bebas (variabel independen) terhadap variabel terikat
(variabel dependen). Dalam melakukan penelitian melakukan hipotesis
penelitian yaitu hipotesis nol (null hypothesis) dan hipotesis alternatif
(alternative hypothesis).
Menurut Widarjono (2009) prosedur uji t dengan membandingkan thitung
dengan ttabel. Langkah yang perlu diperhatikan dalam Uji t adalah
sebagai berikut:
1) Membuat hipotesis Ho dan Ha
Jika hipotesis positif, maka : H0 : βi ≤ 0 Ha : βi > 0
Jika hipotesis negatif, maka : H0 : βi ≥ 0 Ha : βi < 0
2) Menghitung tingkat keyakinan dan daerah kritis (Df = n – k – 1)
3) Menetukan nilai thitung dan ttabel dan membandingkan nilai ttabel dari
thitung.
Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
a) Jika t-hitung positif maka thitung > ttabel maka H0 ditolak atau menerima
Ha, sedangkan apabila thitung < ttabel maka H0 diterima atau menolak Ha.
b) Jika t-hitung negatif maka thitung > ttabel maka H0 diterima atau menolak
Ha, sedangkan apabila thitung < ttabel maka H0 ditolak atau menerima Ha.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi dari 34
Provinsi yang ada di Indonesia yang terletak dibagian selatan, Ibu
kotanya adalah Makassar. Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota
Makassar memiliki posisi yang sangat strategis, karena terletak di tengah-
tengah Kepulauan Indonesia. Tentunya dilihat secara ekonomis daerah
ini memiliki keunggulan komparatif dan Selat Makassar telah menjadi
salah satu jalur pelayaran internasional, disamping itu Kota Makassar
telah pula ditetapkan sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia
(KTI).
Secara geografis Letak Wilayah Sulawesi Selatan 0°12’ sampai
dengan 8’ Lintang Selatan dan 116°48’ sampai dengan 122°36’ Bujur
Timur yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah utara,
Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah timur. Batas di
Sebelah Barat Selat Makassar dan Laut Flores di sebelah selatan.
Luas Wilayah Sulawesi Selatan 46.717,48 km2 dengan Jumlah
Penduduk Tahun 2019 -+ 8.771,970 Jiwa dengan Kepadatan Penduduk
191,68 Jiwa/km2 yang tersebar di 24 Kabupaten/Kota yaitu 21 kabupaten
dan 3 kotamadya, 304 kecamatan, dan 2.953 desa/kelurahan, yang
memiliki 4 suku daerah yaitu suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.
Budaya masyarakat Sulawesi Selatan yang memiliki adat-istiadat
yang sangat beragam salah satunya Mappalli. Konon kata Mappali
42
(bahasa Bugis) atau Appalili (bahasa Makassar) berasal dari kata palili
yang artinya menjaga tanaman padi dari segala sesuatu yang akan
menganggu atau merusak tanaman padi. Budaya ini terus dipertahankan
dan dilestarikan oleh masyarakat Bugis Makassar.
Provinsi Sulawesi selatan terdiri dari 21 Kabupaten, 3 Kota
Madya, tercatat 307 kecamatan, 792 kelurahan dan 2.953 desa. pada
tahun 2019.
B. Penyajian Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, maka dengan ini peneliti
dapat menggambarkan variabel-variabel yang masuk dalam penelitian ini
dari variabel independen adalah Jumlah Uang Beredar dan Inflasi dan
Variabel Dependen Indeks Harga Konsumen. Data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan data Time Series atau data rentang waktu yang
dimulai dari dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Data yang
disajikan untuk menggambarkan setiap data variabel yang akan di olah
dengan menggunakan perangkat lunak (software) komputer SPSS
(Statistical Product Service Solutions) merupakan salah satu program
aplikasi yang paling banyak digunakan untuk analisis statistik dalam ilmu
sosial dalam membantu menghitung dan menganalisis data. SPSS banyak
digunakan dalam berbagai riset dan penelitian, oleh karena itu peneliti
memilih menggunakan SPSS (Statistical Product Service Solutions) versi
22 dalam menguji dan menganalisis data penelitian dengan metode analisis
regresi linear berganda. Penyajian data bertujuan untuk mengambarkan
perkembangan Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Indeks Harga Konsumen
di Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2019.
43
1. Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Provinsi Sulawesi Selatan
Pertumbuhan Uang Beredar mengakibatkan kenaikan harga-
harga barang dan jasa yang akhirnya dapat menyebabkan masyarakat
ingin mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan melebih output
produksi. Jika barang dan jasa mengalami peningkatan, maka jumlah
uang yang beredar akan meningkat. Menurut (Langi et al., 2014). Dalam
melihat tingkat konsumsi masyarakat dapat dilihat dari perkembangan
Jumlah Uang Beredar di wilayah atau daerah dalam menggambarkan
secara lansung tingkat kemampuan daya beli masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya.
Tabel 4.1
Jumlah Uang Beredar Provinsi Sulawesi Selatan
Periode
Jumlah Uang Beredar (Triliun Rp)
2015 2016 2017 2018 2019
Triwulan I 2.26
1.49
1.29 2.25 2.49
Triwulan II 4.06 5.02 3.18 6.08 6,98
Triwulan III 5.99 2.59 2.10 6.23 4.63
Triwulan IV 3.96 2.08 1.99 4.81 5.52
Sumber : Bank Indonesia Sulawesi Selatan tahun 2020, (diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 mengambarkan dan menjelaskan secara umum
bahwa perkembangan Jumlah Uang Beredar setiap periode mengalami
peningkatan dari awal periode tahun 2015 Triwulan I hingga
perkembangan Jumlah Uang Beredar di akhir periode tahun 2019 Triwulan
44
IV menjelaskan bahwa perkembangan jumlah uang beredar di Provinsi
Sulawesi Selatan terus meningkat setiap tahunnya yang disebabkan oleh
terjadinya mekanisme pasar dari perubahan atau kenaikan harga barang
dan jasa yang membuat tingkat konsumsi masyarakat semakin meningkat
dalam menggunakan uang untuk membeli barang dan jasa.
2. Perkembangan Inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan
Inflasi merupakan salah satu gejala, fenomena dan kejadian yang
menggambarkan situasi dan kondisi perekonomian suatu wilayah dalam
menjelaskan dan menggambarkan terjadinya perubahan harga barang dan
jasa yang mengalami kenaikan. Sehingga akan mengakibatkan nilai mata
uang mengalami pelemahan, dan jika terjadi secara terus menerus maka
akan mengakibatkan pada memburuknya kondisi ekonomi yang membuat
perekonomian secara menyeluruh dapat tergguncang dan merubah tatanan
stabilitas politik suatu Negara (Fahmi, 2011).
Tabel 4.2
Tingkat Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019
Periode
Inflasi (Persen %)
2015 2016 2017 2018 2019
Triwulan I 7.13 5.70 3.42 3.70 3.08
Triwulan II 8.06 4.30 4.49 4.14 2.98
Triwulan III 8.36 3.07 4.17 3.09 3.57
Triwulan IV 4.48 2.94 4.44 3.50 2.35
Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan tahun 2020, (diolah)
45
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Inflasi terendah yang pernah
dialami oleh Sulawesi Selatan terjadi pada periode tahun 2019 Triwulan IV
dengan laju inflasi sebesar 2,35 persen. Laju Inflasi tertinggi terjadi pada
periode tahun 2015 Triwulan IV dengan Inflasi sebesar 8.36 persen.
Selama periode tahun 2015-2019, hampir seluruh kelompok pengeluaran
mengalami Inflasi. Perkembangan Inflasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga barang dan jasa salah satu
faktor terjadinya Inflasi yaitu Jumlah Uang Beredar, ketika konsumsi
masyarakat semakin tinggi maka Jumlah Uang Beredar akan meningkat
sehingga akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang dan jasa.
3. Perkembangan Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang ada di
Indonesia yang memiliki proporsi Indeks Harga Konsumen dari berbagai
komoditas kelompok sektor pengeluaran yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun. Indeks Harga Konsumen
bisa dikatakan sebagai indikator ekonomi yang sangat penting dan
digunakan untuk mewakili perubahan tingkat harga rata-rata eceran ditingkat
konsumen pada sejumlah jenis barang dan jasa tertentu (Sumantri,
2019:26). Indeks Harga Konsumen merupakan salah satu indikator ekonomi
penting yang dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga
barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen. Indeks Harga Konsumen
menggambarkan secara umum dari tingkat pendapatan upah/gaji,
kemampuan daya beli masyarakat dan mekanisme pasar dalam melihat
tingkat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam
memenuhi kebutuhanya.
46
Tabel 4.3
Indeks Harga Konsumen Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 2015-2019
Periode
Indeks Harga Konsumen
2015 2016 2017 2018 2019
Triwulan I 116.54 123.62 127.84 132.57 136.65
Triwulan II 118.55 123.65 129.20 134.55 138.56
Triwulan III 121.06 124.78 129.98 134.00 138.56
Triwulan IV 122.13 125.71 131.29 135.89 139.08
Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan tahun 2020, (diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan Indeks Harga Konsumen di
Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahun Meningkat. Dapat dilihat dari nilai
Indeks Harga Konsumen pada periode tahun 2015 di Triwulan I sebesar
116.54 dan peningkatan nilai Indeks Harga Konsumen dari setiap tahun
naik secara signfikan dan yang tertinggi yaitu ada pada tahun 2019 di
Triwulan IV sebesar 139,08.
C. Hasil Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis variabel independen yaitu
Jumlah Uang Beredar dan Inflasi yang mempengaruhi variabel dependen
yaitu Indeks Harga Konsumen adalah dengan menggunakan teknik analisis
linear berganda dengan bantuan program SPSS (Statistical Product
Service Solutions) merupakan salah satu program aplikasi yang paling
47
banyak digunakan untuk analisis statistik dalam ilmu sosial dalam
membantu menghitung dan menganalisis data. oleh karena itu peneliti
memilih menggunakan SPSS (Statistical Product Service Solutions) versi
22 dalam menguji dan menganalisis data penelitian. Dalam model analisis
regresi linear berganda yang menjadi variabel dependen adalah Indeks
Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan variabel
independen adalah Jumlah Uang Beredar dan Inflasi. Sebelum dilakukan
analisis regresi linear berganda, maka dilakukan uji asumsi klasik sebagai
berikut:
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu melakukan Uji prasyarat
analisis atau yang sering disebut uji asumsi klasik dilakukan untuk
memastikan apakah model tersebut tidak terdapat masalah normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedasitas. Setiap uji
prasyarat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan
hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical
Product Service Solutions) versi 22. Jika semua uji tersebut terpenuhi,
maka model analisis layak untuk digunakan.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan dengan maksud untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel dependen dan independen
mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali,2011). Uji
Normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan bantuan SPSS
versi 22 untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak
48
dilihat pada basis Asymph. Sig (2-tailed). Dasar pengambilan
keputusan yaitu apabila Asymph. Sig (2-tailed) lebih dari 0,05 maka
data dikatakan berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Asymph.
Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka data tidak berdistribusi normal.
Hasil dari pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 20
Normal Parametersa,b Mean 1.2016
Std. Deviation .51724
Most Extreme Differences Absolute .139
Positive .136
Negative -.139
Test Statistic .139
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
Dari tabel 4.4 menujukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
yang diperoleh maka berdistribusi normal nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
adalah sebesar 0,200 dan nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Ghozali (2018:107) menyatakan bahwa uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
49
korelasi antar satu atau semua variabel bebas (independen).
Multikoliniearitas merupakan hubungan linear antara variabel
dependen di dalam regresi berganda. Jika terdapat korelasi yang
tinggi variabel independen tersebut, maka hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen menjadi terganggu. Ada
tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dan dijelaskan di dalam
model regresi dari Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai
Tolerance. Jika nilai Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas. Hasil dari uji multikolinearitas adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 137.538 3.412 40.315 .000
JUB 1.291 .545 .332 2.369 .030 .999 1.001
Inflasi -3.028 .576 -.737 -5.254 .000 .999 1.001
a. Dependent Variable: IHK
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.5 dengan
hasil perhitungan nilai Tolerance menujukkan bahwa nilai
tolerance di atas 0,10 dan hasil perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) di bawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolinearitas antar variabel independen dalam regresi.
50
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2018:111) uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji dalam satu model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala
autokorelasi dilakukan dengan Uji Runs, Runs Test digunakan
dengan tingkat signifikansi 0,05. Runst Test digunakan untuk melihat
apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
Apabila nilai signifikansi lebih dari signifikansi 0.05 yang berarti
hipotesis H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual
random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual
sedangkan apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random
atau terjadi autokorelasi antar nilai residual.
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.6 dapat dilihat nilai
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 1.12995
Cases < Test Value 10
Cases >= Test Value 10
Total Cases 20
Number of Runs 8
Z -1.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .251
a. Median
51
Asymp. Sig. (2-tailed) dengan nilai sebesar 0,251 > 0,05 sehingga
𝐇𝟎 tidak dapat ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang
dipergunakan tersebut (random). Dapat diketahui bahwa koefisien
bebas dari gangguan dan gejala autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedasitisas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari satu pengamatan
ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk memprediksi
heterokedasitisas dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot. Untuk
mengetahui ada tidaknya heterokedasitisas pada penelitian ini maka
gambar 4.1 menjelaskan sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
52
Dari gambar 4.1 scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik data
menyebar dan di bawah angka 0, titik data tidak mengumpul hanya di
atas dan di bawah saja, dan penyebaranya tidak membentuk pola, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian regresi linear berganda ini
tidak terdapat heterokedasitisas.
2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini terdapat dua variabel bebas, Jumlah Uang Beredar dan
Inflasi serta variabel terikat, yaitu Indeks Harga Konsumen. Untuk menguji
ada tidaknya pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel terikat maka
dilakukan pengujian model regresi dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 137.538 3.412 40.315 .000
JUB 1.291 .545 .332 2.369 .030 .999 1.001
Inflasi -3.028 .576 -.737 -5.254 .000 .999 1.001
a. Dependent Variable: IHK
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
Dari hasil uji regresi diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 137,538 + 1,291 X1- 3,028 X2
Keterangan:
Y = Indeks Harga Konsumen
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi
β2 = Koefisien regresi
53
X1 = Jumlah Uang Beredar
X2 = Inflasi
ɛ = Eror Term
Koefisien-koefisien pada persamaan regresi linear berganda pada tabel
4.8 dapat dipahami sebagai berikut:
a. Berdasarkan persamaan regresi menujukkan bahwa nilai konstanta
mempunyai arah koefisien regresi positif yaitu sebesar 137,538
Menujukkan bahwa apabila variabel lain mengalami peningkatan
sebesar 1% maka variabel Indeks Harga Konsumen mengalami
peningkatan sebesar 137,538%
b. Berdasarkan hasil penelitian dan uji regresi X1 Jumlah Uang Beredar
Provinsi Sulawesi Selatan bernilai positif sebesar 1,291, yang artinya
bahwa setiap kenaikan 1% Jumlah Uang Beredar maka Indeks Harga
Konsumen mengalami peningkatan sebesar 1,291%.
c. Berdasarkan hasil penelitian dan uji regresi X2 Inflasi provinsi Sulawesi
selatan bernilai negatif sebesar -3,028, yang artinya bahwa setiap
kenaikan sebesar 1% inflasi maka Indeks Harga Konsumen mengalami
penurunan sebesar 3,028%.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (𝑅2)
Menurut Ghozali (2012: 97) koefisien determinasi (R2) merupakan
alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol atau satu. uji koefisien determinasi (𝑅2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
54
variasi independen, maka dalam bentuk pengukuran ini perlu
diketahui melaui adjusted R square sebagai salah satu metode
perhitungan untuk mengetahui nilai yang mendekati satu variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, dapat dilihat pada
tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .816a .666 .627 4.26731
a. Predictors: (Constant), Inflasi, JUB
b. Dependent Variable: IHK
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
Dari tabel 4.8 menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi
(Adjusted R Square) sebesar 0,627 yang berarti bahwa variabel
independen Jumlah Uang Beredar dan Inflasi mempengaruhi variabel
dependen Indeks Harga Konsumen yaitu sebesar 62,7%, sementara
sisanya 37,3% dipengaruhi dari faktor-faktor lain yaitu dari tingkat suku
bunga dan nilai tukar rupiah.
b. Uji Simultan (Uji F)
Menurut (Karlina, 2017) uji signifikan F (simultan) digunakan untuk
menguji pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara bersama-sama. Uji secara simultan untuk
mengetahui apakah variabel independen Jumlah Uang Beredar dan
Inflasi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
55
variabel dependen Indeks Harga Konsumen. dari hasil uji simultan
dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 616.965 2 308.483 16.940 .000b
Residual 309.568 17 18.210
Total 926.533 19
a. Dependent Variable: IHK
b. Predictors: (Constant), Inflasi, JUB
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
Dari hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.9, variabel Jumlah
Uang Beredar (X1) dan Inflasi (X2) berpengaruh terhadap Indeks
Harga Konsumen (Y) secara simultan/bersama-sama menujukkan
hasil nilai Fhitung sebesar 16.940 dengan signifikan F sebesar 0.000
atau lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, Sehingga
Hasil ini menyatakan bahwa secara simultan semua variabel
independen yaitu Jumlah Uang Beredar (X1) dan Inflasi (X2)
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen
Indeks Harga Konsumen (Y).
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji signifikansi t digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen dalam menerangkan variabel dependen secara individual
(Wibowo dan Syaichu, 2013). Uji t merupakan uji secara parsial yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel
independen (Jumlah Uang Beredar dan Inflasi) terhadap variabel
56
dependen (Indeks Harga Konsumen). Uji Parsial (Uji t) digunakan
untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen
secara parsial atau secara individu dalam menerangkan variabel
independen. dari hasil uji parsial dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 137.538 3.412 40.315 .000
JUB 1.291 .545 .332 2.369 .030 .999 1.001
Inflasi -3.028 .576 -.737 -5.254 .000 .999 1.001
a. Dependent Variable: IHK
Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder tahun 2020
Berdasarkan hasil Uji Parsial (Uji t) melalui analisis regresi,
diperoleh hasil variabel independen yaitu Jumlah Uang Beredar (X1)
dan Inflasi (X2) terhadap variabel dependen Indeks Harga Konsumen
(Y) secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Harga
Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan nilai signifikansi variabel Jumlah Uang Beredar
mempunyai angka signifikan sebesar 0,030 karena nilai signifikan
lebih kecil dari 0,05 (0,030 < 0,05). Maka Berdasarkan
perbadingan nilai thitung dengan ttabel, hasil yang ditunjukkan
pada nilai thitung > ttabel (2,369 > 2.101) sehingga dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
57
Menyatakan bahwa variabel Jumlah Uang Beredar berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi
Selatan.
2. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi
Sulawesi Selatan
Berdasarkan nilai signifikansi variabel Inflasi mempunyai
angka signifikan sebesar 0,000 karena nilai signifikan lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05). Maka berdasarkan perbadingan nilai
thitung dengan ttabel, hasil yang ditunjukkan pada nilai thitung <
ttabel (-5,254 < 2.101) sehingga dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Menyatakan bahwa
variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan beberapa tahapan
pengujian maka interpretasi model secara rinci atau spesifik mengenai hasil
pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks Harga Konsumen di
Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2019
Berdasarkan hasil pengujian uji parsial (uji t) hipotesis X1, maka hasil
perhitungan yang diperoleh dari variabel Jumlah Uang Beredar memiliki
pengaruh yang berbanding lurus dan signifikan terhadap Indeks Harga
Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini dapat dilihat dari tabel
4.11 diketahui bahwa nilai thitung sebesar 2,369 dengan nilai signifikansi
(0,030) yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang diharapkan (0,05)
58
menujukkan bahwa Jumlah Uang Beredar memiliki pengaruh terhadap
Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan. Dari Tabel 4.10
diketahui bahwa nilai thitung sebesar 2,369 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,030. Maka untuk mengetahui variabel tersebut berpengaruh
atau tidak adalah dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Hasil
keofisien korelasi menujukkan nilai thitung sebesar 2,369 sedangkan ttabel
sebesar 2,101, sehingga thitung > ttabel (2,369 > 2,101) maka H0 ditolak
dan nilai thitung bertanda positif (+) yang menyatakan bahwa variabel
X1 Jumlah Uang Beredar berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini menjelaskan bahwa ketika Jumlah Uang Beredar meningkat
maka permintaan barang dan jasa akan mengalami kenaikan yang akan
mengakibatkan tingkat konsumsi masyarakat meningkat dalam
menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhanya dalam membeli
barang dan jasa, yang artinya setiap kenaikan Jumlah Uang Beredar
akan mengakibatkan terjadinya kenaikan Indeks Harga Konsumen di
Provinsi Sulawesi Selatan.
Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fazhar Sumantri dan Umi Latifah (2019) dengan judul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Indeks Harga Konsumen, yang menujukkan secara
parsial, Jumlah Uang Beredar berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Konsumen.
b. Pengaruh Inflasi Terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi
Selatan 2015-2019
59
Berdasarkan hasil pengujian uji parsial (uji t) hipotesis X2, maka hasil
perhitungan yang diperoleh adalah probabilitas signifikansi (0,000) yang
lebih kecil dari nilai signifikansi yang diharapkan (0,05) menujukkan Inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Konsumen di
Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini dilihat dari Tabel 4.11 diketahui bahwa
nilai thitung sebesar -5,254 maka untuk mengetahui variabel tersebut
berpengaruh atau tidak adalah dengan membandingkan nilai thitung
dengan ttabel. Maka hasil koefisien korelasi menujukkan nilai thitung
sebesar -5,254 sedangkan ttabel sebesar 2,101, sehingga thitung < ttabel
(-5,254< 2,101) H0 diterima dan nilai thitung bertanda negatif (-). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel X2 Inflasi mempunyai hubungan
berbanding terbalik (berlawanan) terhadap Indeks Harga Konsumen di
Provinsi Sulawesi Selatan, yang menujukkan bahwa jika Inflasi meningkat
maka Indeks Harga Konsumen Harga Konsumen akan menurun.
Hal ini menjelaskan bahwa ketika terjadi Inflasi atau setiap terjadinya
kenaikan harga barang dan jasa, maka akan menurunkan tingkat
kemampuan daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dalam
membeli barang dan jasa, yang menujukkan bahwa ketika Inflasi
meningkat maka akan meyebabkan turunnya Indeks Harga Konsumen di
Provinsi Sulawesi Selatan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fazhar Sumantri dan Umi Latifah (2019) dengan judul Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Indeks Harga Konsumen, yang menujukkan bahwa
secara parsial, Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
Konsumen.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pengaruh Jumlah Uang Beredar dan
Inflasi terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah Uang yang Beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2019.
2. Inflasi tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga
Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2019.
3. Jumlah Uang yang Beredar dan Inflasi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi
Selatan 2015-2019.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah dijelaskan
sebelumnya maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pemerintah mampu mengurangi terjadinya suatu
ketimpangan ekonomi yaitu harga barang dan jasa di Provinsi Sulawesi
Selatan yang ternyata masih sangat tinggi hal ini dapat dilihat dari
perbedaan harga barang dan jasa disetiap kabupaten dan kota di
Provinsi Sulawesi Selatan, harapan peneliti agar kedepan tingkat
kesenjangan ekonomi dari harga barang dan jasa bisa menurun dan
tingkat harga semakin stabil di setiap kabupaten dan kota, sehingga
61
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan bisa semakin
meningkat.
2. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode
penelitian berbeda dengan menggunakan data primer dalam mengukur
tingkat perubahan harga secara lansung ke lapangan, sehingga
penelitian selanjutnya memiliki gambaran secara lansung bagaimana
Jumlah Uang yang Beredar di masyarakat, tingkat perubahan harga dan
pola konsumsi masyarakat dalam membeli barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhannya. Sehingga penelitian selanjutnya dapat
menggambarkan secara lansung dan jelas bagaimana terjadinya
mekanisme pasar dan kesenjagan ekonomi dan masalah-masalah yang
dapat diangkat menjadi variabel penelitian.
62
DAFTAR PUSTAKA
Afiyah, S.N., 2018. Sistem Peramalan Indeks Harga Konsumen (IHK) Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing. Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Asia, (online), Vol. 12 No. 1 p. 56-64, April 2016. ISSN 2580-8397 (http://jurnal.stmikasia.ac.id/index.php/jitika/article/view. Diakses tanggal 11 Juni 2020).
Bank Indonesia 2020. Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan 2020
(https://www.bi.go.id., Diakses tanggal 16 Agustus 2020). Bank Indonesia 2019. Uang Beredar (M1) dan Faktor yang Mempengaruhi 2019
(https://www.bi.go.id/id/publikasi/perkembangan/pages/M1-2019.aspx, Diakses tanggal 5 April 2020).
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 2020. Inflasi Provinsi Sulawesi
Selatan 2019 (https://sulsel.bps.go.id. Diakses tanggal 12 Agustus 2020). Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 2020. Indikator Makro Sosial
Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan triwulan 1 - 2020 (https://sulsel.bps.go.id. Diakses tanggal 12 April 2020).
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 2020. Provinsi Sulawesi Selatan
Dalam Angka 2020 (https://sulsel.bps.go.id. Diakses tanggal 12 Agustus 2020).
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 2019. Indeks Harga Konsumen
Provinsi Sulawesi Selatan 2019 (https://sulsel.bps.go.id. Diakses tanggal 10 April 2020).
Dewi, Krishnanti., Adikara, P.P., dan Adinugroho, Sigit. 2018. Prediksi Indeks
Harga Konsumen (IHK) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Menggunakan Metode Support Vector Regression. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. (online) (http://www.j-ptiik.ub.ac.id/index., Diakses tanggal 11 Juni 2020).
Eachem, Mc. 2000. Ekonomi Makro, Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro
63
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS Yogyakarta: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro
Hamdan. 2017. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi menurut Indeks
Harga Konsumen dan Implikasinya terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba PangkalpinangVol 1, No. 1, Edisi Juli 2017, hal 89-101. (online). (http://www.stiepertiba.ac.id, diakses 9 April 2020).
Irham, Fahmi. 2011. Analisis Laporan Akuntansi. Bandung: Alfabeta Kristinae, Vivy. 2018. Analisis Pengaruh Indeks Harga Konsumen Terhadap
Inflasi ( Studi kasus pada Inflasi Palangka Raya dan Kab. Sampit Kalimantan Tengah. Jurnal Aplikasi dan Manajemen, Ekonomi dan Bisnis,Vol. 3 , No. 1, Oktober 2018 (online). (http://www.jameb.stimilashharanjaya.ac.id, diakses 10 April 2020).
Karlina, Berlian. 2017. Pengaruh Tingkat Inflasi, Indeks Harga Konsumen
Terhadap PDB di Indonesia Pada Tahun 2011-2015. Jurnal Ekonomika dan Manajemen Vol. 6 No. 1 April 2017, (online), (http://www.fe.budiluhur.ac.id, diakses tanggal 9 April 2020).
Langi, T. (et al). 2014. Analisis Pengaruh Suku Bunga BI, Jumlah Uang Beredar
dan Tingkat Kurs Terhadap Tingkat Inlasi di Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 44-58.
Mankiw,G., Quah, E. & Wilson, P. 2013. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta:
Salemba Empat ISBN 978-981-4384-85-8 (online) (https//id.m.wikipedia.org. diakses tanggal 23 Juni 2020).
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi, Edisi Kelima, Penerbit
Erlangga, Jakarta. Novia Nafisah, Respatiwulan. 2019. Analisis Faktor Indeks Harga Konsumen
Kota Semarang. Indonesian Journal of Applied Statistics Volume 2 No.2 November 2019. (online) (https//jurnal.uns.ac.id., diakses tanggal 14 Juni 2020).
Ningsih, Suhesti, dan Kristiyanti, L., 2019. Analisis Pengaruh Jumlah Uang
Beredar, Suku Bunga dan Nilai Tukar Terhadap Inflasi di Indonesia Periode 2014-2016. Jurnal manajemen Daya Saing (online) https://scholar.google.com diakses tanggal 29 Mei 2020).
Rahardja, P., dan Manurung, 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro Ekonomi &
Makro Ekonomi). Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sumantri, Fazhar., dan Latifah, Umi. 2019. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Indeks Harga Konsumen, jurnal Ekonomi dan Bisnis Widya Cipta, Volume 3 No. 1 Maret 2019, (online). (http://
64
ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta, diakses tanggal 4 April 2020).
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
AFABETA, CV Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
AFABETA Suarsiha, Siti., Achsanib N.A., dan Nuryartonob, Nunung. 2016. Dampak
Perubahan Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Konsumen Bahan Makanan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, (online), Vol. 17 No. 1 Juli 2016: 1-14 (http://www.researchgate.net, diakses tanggal 11 April 2020).
Tambunan, 2011. Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris Jakarta :
Ghalia Indonesia Usman, Z.U., 2019. Hubungan Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Nilai Tukar
Terhadap Pendapatan Nasional di Indonesia Menggunakan Model Dinamis. Jurnal Ekonomi Regional Unimal, Volume 02 Nomor 02 Agustus 2019. (online) (http://www.ojs.unimal.ac.id/index.php/ekonomi_regional, diakses tanggal 14 Juni 2020).
Wanto, Anjar., dan Windarto A.P. 2017. Analisis Prediksi Indeks Harga
Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation. Jurnal & Penelitian Teknik Informatika Volume 2 Nomor 2, Oktober 2017, (online), (https://scholar.google.com, diakses tanggal 28 Mei 2020).
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi Ketiga.
Yogyakarta : Ekonesia
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1 Rekapitulasi Data Seluruh Variabel
Periode Jumlah Uang Beredar (Rp.Triliun)
Inflasi (% persen) Indeks Harga Konsumen
2015
Triwulan I 2.26 7.13 116.54
Triwulan II 4.06 8.06 118.55
Triwulan III 5.99 8.36 121.06
Triwulan IV 3.96 4.48 122.13
2016
Triwulan I 1.49 5.7 123.62
Triwulan II 5.02 4.3 123.65
Triwulan III 2.59 3.07 124.78
Triwulan IV 2.08 2.94 125.71
2017
Triwulan I 1.29 3.42 127.84
Triwulan II 3.18 4.49 129.2
Triwulan III 2.1 4.17 129.98
Triwulan IV 1.99 4.44 131.29
2018
Triwulan I 2.25 3.7 132.57
Triwulan II 6.08 4.14 134.55
Triwulan III 6.23 3.09 134
Triwulan IV 4.81 3.5 135.89
2019
Triwulan I 2.49 3.08 136.65
Triwulan II 6.98 2.98 138.56
Triwulan III 4.63 3.57 138.56
Triwulan IV 5.52 2.35 139.08
67
Lampiran 2 Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 20
Normal Parametersa,b Mean 1.2016
Std. Deviation .51724
Most Extreme Differences Absolute .139
Positive .136
Negative -.139
Test Statistic .139
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
68
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 137.538 3.412 40.315 .000
JUB 1.291 .545 .332 2.369 .030 .999 1.001
Inflasi -3.028 .576 -.737 -5.254 .000 .999 1.001
a. Dependent Variable: IHK
3. Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 1.12995
Cases < Test Value 10
Cases >= Test Value 10
Total Cases 20
Number of Runs 8
Z -1.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .251
a. Median
69
4. Uji Heterokedasititas
70
Lampiran 3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 137.538 3.412 40.315 .000
JUB 1.291 .545 .332 2.369 .030 .999 1.001
Inflasi -3.028 .576 -.737 -5.254 .000 .999 1.001
a. Dependent Variable: IHK
71
Lampiran 4 Hasil Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .816a .666 .627 4.26731
a. Predictors: (Constant), Inflasi, JUB
b. Dependent Variable: IHK
2. Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 616.965 2 308.483 16.940 .000b
Residual 309.568 17 18.210
Total 926.533 19
a. Dependent Variable: IHK
b. Predictors: (Constant), Inflasi, JUB
3. Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 137.538 3.412 40.315 .000
JUB 1.291 .545 .332 2.369 .030 .999 1.001
Inflasi -3.028 .576 -.737 -5.254 .000 .999 1.001
a. Dependent Variable: IHK
72
73
74
BIOGRAFI PENULIS
Muh. Akram Pratama Amir, lahir di Makassar pada tanggal
28 Juli 1999, Putra Pertama dari pasangan Bapak Muh.
Amir dengan Ibu Juniarti.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2004 di
SDN Aeng Batu-batu Kabupaten Takalar, dan tamat pada
tahun 2010, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa
dan tamat pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun yang sama pula penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa dan
tamat pada tahun 2016. Melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2016,
penulis berhasil lolos seleksi dan terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Pembangunan di bawah naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Top Related