7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
1/25
LAPORAN
PENELITIAN DPP
TAHUN ANGGARAN 2013
PENGARUH JENIS KAYU TERHADAP PERTUMBUHAN
DUA JENIS JAMUR SEBAGAI PRAPERLAKUAN PADA
PEMANFAATANNYA UNTUK ENERGI
Nama Tim Peneliti
Denny Irawati, S.Hut, M.Si, Ph.D
Dr.Ir. J.P. Gentur Sutapa, M.Sc
LABORATORIUM ENERGI KAYU
BAGIAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
2/25
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................ 2
C. Manfaat ...................................................................................................... 3
II. STUDI PUSTAKA 4
A.
Gamal ........................................................................................................ 4
B.Lamtoro ..................................................................................................... 5
C.Johar .......................................................................................................... 5
D.
Jamur konsumsi ......................................................................................... 6E.Media pertumbuhan jamur ........................................................................ 8
III. METODE PENELITIAN............................................................................. 9
A. Bahan penelitian ........................................................................................ 9
B. Alat penelitian ............................................................................................ 9
C. Prosedur pelaksanaan ................................................................................. 9
D. Analisis hasil .............................................................................................. 12
IV. HASIL PENELITIAN .................................................................................. 14
V. PEMBAHASAN ............................................................................................ 16
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18
LAMPIRAN ............................................................................................................ 20
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
3/25
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Rata-rata Kandungan Kimia Serbuk Kayu (%) dan Hasil Analisis
Statistik 1 Faktor...................................................................................... 14
Tabel 2. Nilai Rata-rata Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur (mm/hari)......... 15
Tabel 3. Analisis Keragaman Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur ................ 15
Tabel 4. Analisis Tukey Nilai Rata-rata Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur 15
Tabel 5. Korelasi antara Kandungan Kimia Serbuk Kayu (%) dan Kecepatan
Pertumbuhan Miselia .................................................................................. 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan alir penelitian ........................................................................... 13
Gambar 2. A. Grafik pertumbuhan miselia jamur Kuping; B. Grafik pertumbuhanmiselia jamur Shiitake............................................................................ 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto pertumbuhan miselia jamur Kuping ......................................... 20
Lampiran 2. Foto pertumbuhan miselia jamur Shiitake ....................................... 21
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
4/25
iv
ABSTRAK
Semakin berkurangnya potensi bahan bakar fosil menuntut usaha yang semakin keras
untuk menemukan jenis bahan bakar pengganti yang dapat diperbaharui. Kayu dapat
digunakan sebagai bahan baku bio-etanol. Sebagai bahan baku bio-etanol serbuk kayu
memiliki keunggulan, yaitu potensinya berlimpah, harganya murah dan tidak bersaingdengan penggunaan manusia sebagai sumber bahan makanan. Akan tetapi sebagai materi
lignoselulotik, kendala yang dihadapi serbuk kayu sebagai bahan baku etanol adalah
adanya kandungan lignin di dalam kayu. Oleh karena itu untuk meningkatkan produk
etanol dari kayu diperlukan tindakan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi
kandungan ligninnya terlebih dahulu.
Proses pendegradasian lignin dari dalam kayu dapat dilakukan secara biologi denganmenggunakan jamur pelapuk putih. Beberapa jenis jamur yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat seperti jamur kuping (Auricularia auricula-judae) dan jamur shiitake (Lentinusedodes) ternyata juga merupakan jamur pelapuk putih dan secara selektif dapat
mendegradasi lignin di dalam kayu, sehingga pembudidayaan jenis-jenis jamur yang dapat
dikonsumsi tersebut dapat merupakan cara pretreatmen untuk mengurangi kadar ligninpada serbuk kayu. Pembudidayaan jamur konsumsi ini perlu terus ditingkatkan, karena
selain menghasilkan jamur yang dapat dimakan, limbah medianya juga merupakan potensi
yang besar untuk bahan baku bio-etanol.
Sejauh ini jenis jamur seperti yang tersebut di atas telah banyak dibudidayakan oleh
masyarakat dengan menggunakan kayu Sengon sebagai medianya. Belum ada penelitian
untuk menggunakan jenis kayu lain untuk budidaya jamur konsumsi tersebut. Namun
sesungguhnya setiap spesies jamur memiliki persyaratan kondisi pertumbuhan yang
berbeda, khususnya media, yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan
miselia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh interaksi antara
jenis media dengan jenis jamur terhadap pertumbuhan miselia.
Penelitian ini dilakukan dengan menumbuhkan jamur kuping (A. auricula-judae) dan
jamur shiitake (L. edodes) pada media yang terbuat dari kayu gliriside, lamtoro, dan johar.
Sebelum diinokulasi dengan jamur, masing-masing media dianalisis kandungan kimianya(ekstraktif, holoselulosa, alfaselulosa, Klason lignin, lignin terlarut asam, dan abu). Media
jamur dibuat dari serbuk kayu yang ditambah dengan nutrisi dan mineral. Kemudian kedalam media tersebut juga ditambahkan air hingga kadar air media mencapai kurang lebih
70%. Media seberat 20 g kemudian dimasukkan kedalam petri disk, disterilisasi, dandiinokulasi dengan bibit masing-masing jamur. Pertumbuhan miselia jamur diukur dengan
cara mengukur panjang miselia yang nampak pada permukaan media setiap 2 hari hingga
pertumbuhan miselia memenuhi petri disk.
Terdapat interaksi antara jenis kayu dan jenis jamur terhadap pertumbuhan miseliaKayu Lamtoro dan Gliriside merupakan jenis yang baik untuk pertumbuhan miselia jamur
Kuping dengan kecepatan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,56 dan 2,16 mm/hari,
sedangkan kayu Gliriside dan Johar merupakan jenis yang terbaik untuk pertumbuhan
miselia jamur Shiitake, dengan kecepatan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,25 dan 2,04
mm/hari. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara komponen kimia kayu dengan kecepatan pertumbuhan miselia masing-masing
jamur.
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
5/25
v
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Krisis bahan bakar fosil tengah melanda dunia. Semakin berkurangnya potensi bahan
bakar fosil menuntut usaha yang semakin keras untuk menemukan jenis bahan bakar
pengganti yang dapat diperbaharui. Di Indonesia sendiri produksi minyak bumi sudah tidak
mampu mencukupi kebutuhan dalam negerinya sejak tahun 2004. Jumlah kendaraan
bermotor yang membutuhkan bahan bakar bensin terus bertambah. Oleh karena itu perlu
dicari bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor yang produksinya dapat
diperbaharui (renewable).
Salah satu materi yang dapat digunakan sebagai bahan baku produksi bio-etanol
adalah bahan lignoselulotik, misalnya kayu. Sebagai bahan baku produksi bio-etanol, kayumemiliki keunggulan yaitu potensinya yang cukup besar di Indonesia (kurang lebih 42,2
juta m3 untuk tahun 2010) dan tidak bersaing dengan penggunaan lain yang merupakan
kebutuhan utama manusia yaitu sumber makanan (Anonimus, 2010). Akan tetapi kayu
juga memiliki kelemahan sebagai bahan baku bio-etanol yaitu adanya kandungan lignin
yang menyebabkan rendahnya laju hidrolisis. Hasil penelitian yang sudah kami lakukan
sebelumnya yaitu pada bahan baku limbah serbuk kayu jati, meranti dan sengon, yang
diberi pretreatmen biologi (menggunakan jamur P. chrysosporium yang merupakan jamur
pelapuk putih untuk mendegradasi lignin) dapat meningkatkan kadar etanol yang
dihasilkan sebesar 26,68-76,90%, dibanding serbuk yang tidak diberi pretreatmen (Irawati,
et al., 2009). Lignin menyebabkan aksesibilitas enzim menjadi rendah terhadap
polisakarida.
Beberapa jenis jamur yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat seperti jamur tiram
(Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia sp.), dan jamur shiitake (Lentinus edodes)
ternyata juga merupakan jamur pelapuk putih. Pembudidayaan jenis-jenis jamur yang
dapat dikonsumsi tersebut dapat merupakan cara pretreatmen untuk mengurangi kadar
lignin pada serbuk kayu sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya hidrolisisnya
(Contreras et al., 2000; Hideno et al., 2007; Irawati et al., 2012a). Oleh karena itu
pembudidayaan jamur konsumsi ini perlu terus ditingkatkan, karena selain menghasilkan
jamur yang dapat dimakan, limbah medianya juga merupakan potensi yang besar untuk
bahan baku bio-etanol.
Sejauh ini jenis jamur seperti yang tersebut di atas telah banyak dibudidayakan oleh
masyarakat dengan menggunakan kayu Sengon sebagai medianya. Belum ada penelitian
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
6/25
vi
untuk menggunakan jenis kayu lain untuk budidaya jamur konsumsi tersebut, khususnya di
Indonesia. Sebenarnya bukan hanya kayu Sengon yang dapat digunakan sebagai media.
Quimio dalam Chang dan Quimio (1982) menyatakan bahwa jamur Kuping dapat tumbuh
dengan baik pada media yang terbuat dari kayu Lamtoro (Leucaena leucocephala Lam de
Wit) dibanding pada media yang terbuat dari kayu yang lain.
Di Indonesia terdapat beberapa pohon berkayu yang termasuk dalam famili
Leguminoceae yang sama dengan Sengon yang belum diketahui sifat kesesuaiannya bila
digunakan sebagai media pertumbuhan jamur, antara lain Gamal (Gliricidia sepium (Jaqc.)
Steud.) , Lamtoro (L. leucocephala Lam de Wit), dan Johar (Samanea saman (Jaqc.)
Merr.). Kayu dari pohon-pohon tersebut tidak banyak digunakan untuk industri karena
bentuk dan ukuran batang utamanya yang tidak begitu bagus. Masyarakat banyak
menanam pohon-pohon tersebut sebagai tanaman pagar dan memanfaatkan daunnya
sebagai pakan ternak. Sejauh ini kayu dari batang pohon tersebut hanya digunakan sebagai
kayu bakar, walaupun ada kemungkinan dapat juga digunakan sebagai media pertumbuhan
jamur. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memanfaatan kayu-kayu tersebut
sebagai media pertumbuhan jamur yang sekaligus merupakan usaha untuk mendegradasi
kandungan ligninnya secara alami. Setiap spesies jamur memiliki persyaratan kondisi
pertumbuhan yang berbeda, khususnya media, yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan, produksi badan buah, serta keefektifannya dalam mendegradasi lignin.
B.Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengkaji pengaruh interaksi antara jenis media dengan jenis jamur terhadap pertumbuhan
miselia.
C.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis spesies
kayu yang tepat sebagai media untuk pertumbuhan jamur kayu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi (pH,
kadar air, dan kerapatan) yang optimal untuk pertumbuhan miselia beberapa jenis
jamur kayu.
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
7/25
vii
D.Landasan Teori dan Hipotesis
Jamur kuping (Auricularia sp.) dan jamur shiitake (L. edodes) merupakan jamur
pelapuk putih dan dapat mendegradasi lignin di dalam kayu yang sesuai yang digunakan
sebagai media pertumbuhannya. Jenis jamur yang berbeda memiliki persyaratan kondisi
pertumbuhan yang berbeda, khususnya media, yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan, produksi badan buah, serta keefektifannya dalam mendegradasi lignin.
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan terori yang ada, maka hipotesis awal
yang diajukan pada penelitian ini adalah: diduga terdapat pengaruh interaksi antara jenis
media dengan jenis jamur terhadap pertumbuhan miselia.
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
8/25
viii
II. STUDI PUSTAKA
A.Gamal
Gamal (Gliricidia sepium) adalah tumbuhan sejenis perdu yang sering digunakan
sebagai pagar hidup atau peneduh. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan daerah tropis
dengan persebaran yang cukup luas yang dibuktikan dengan banyaknya nama daerah yang
digunakan untuk menyebut tumbuhan ini. Di Laos tumbuhan ini biasa disebut dengan
kh,noyz, kh,danflangx, sedangkan di Filipina biasa disebut dengan kakawate, dan di
Malaysia biasa disebut dengan bunga Jepun. Taksonomi atau sistematika dari Gamal
adalah sebagai berikut (Heyne, 1987):
Kingdom : Plantae
Divisio :Magnoliophyta
Class :Magnoliopsida
Ordo :Fabales
Famili : Legumonoceae
Genus :Gliricidia
Species : Gliricidia sepium (Jaqc.) Steud.
Gamal memiliki ciri yaitu biasanya bercabang banyak, dengan tinggi pohon antara
215 m dan diameter batang bisa mencapai sekitar 15-30 cm. Warna kulit batangnya
adalah coklat keabu-abuan hingga keputih-putihan dan kadang kala beralur dalam pada
batang yang tua. Gamal memiliki daun majemuk menyirip, dengan ukuran panjang 15-30
cm. Anak daun berpasangan yang terletak berhadapan atau hampir berhadapan dengan
bentuk jorong atau lanset. Karangan bunga dari tumbuhan ini berupa malai berisi 25-50
kuntum dengan panjang 5-12 cm. Bunga berkelopak 5, berwarna hijau terang, dengan
mahkota bunga putih ungu dan 10 helai benangsari yang berwarna putih. Umumnya bunga
muncul di akhir musim kemarau, ketika pohon tak berdaun. Tumbuhan Gamal ini memilikibuah polong berbiji 3-8 butir, bentuknya pipih memanjang, dengan ukuran 10-15 cm 1.5-
2 cm. Pada saat masih muda buahnya berwarna hijau kuning dan akhirnya coklat
kehitaman bila sudah mengering (Purwanto, 2007).
Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup,peneduh tanaman (kakao, kopi, dan
teh), atau sebagai rambatan (vanili dan lada). Perakaran gamal merupakan penambat
nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendalierosi dangulma.Daun-
daun gamal mengandung banyakprotein dan mudah dicerna, sehingga cocok untuk pakan
ternak.Sedangkan kayunya biasanya digunakan sebagai kayu bakar.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perduhttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gliricidia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gliricidia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gliricidia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pagar_hidup&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kakaohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kopihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Vanilihttp://id.wikipedia.org/wiki/Ladahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nitrogenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Erosihttp://id.wikipedia.org/wiki/Gulmahttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ternakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ternakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gulmahttp://id.wikipedia.org/wiki/Erosihttp://id.wikipedia.org/wiki/Nitrogenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ladahttp://id.wikipedia.org/wiki/Vanilihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kopihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kakaohttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pagar_hidup&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gliricidia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Perdu7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
9/25
ix
B.Lamtoro
Lamtoro atau yang biasa disebut juga petai cina, merupakan tumbuhan perdu yang
berasal dari daerah tropis di benua Amerika. Tumbuhan ini dikenal pula dengan aneka
sebutan, antara lain:petai belalang, petai jawa(Malaysia); lamandro(Papua Nugini); ipil-
ipil, elena, kariskis (Filipina); dan krathin (Thailan). Sedangkan taksonomi atau
sistematika dari Lamtoro adalah sebagai berikut (Heyne, 1987):
Kingdom : Plantae
Divisio :Magnoliophyta
Class :Magnoliopsida
Ordo :Fabales
Famili : Legumonoceae
Genus :Leucaena
Species :Leucaena leucocephala Lam de Wit
Pohon Lamtoro dapat mencapai tinggi hingga 20 m, walaupun kebanyakan hanya
memiliki tinggi sekitar 2-10 m. Percabangannya rendah dan banyak, dengan kulit batang
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-bintil dan berlentisel.Daunnya majemuk
dan berbentuk menyirip rangkap. Bunganya juga berbentuk majemuk berupa bongkol
bertangkai panjang yang berkumpul dalam malai berisi 2-6 bongkol. Tiap-tiap bongkol
tersusun dari 100-180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan
berdiameter 12-21 mm, di atas tangkai sepanjang 2-5cm.Buahnyapolongberbentuk pita
lurus, pipih dan tipis. Buah Lamtoro mengandung 15-30 biji yang terletak melintang dalam
polongan, berbentuk bulat telur sungsang atau bundar telur terbalik. Bijinya mirip petai,
namun berukuran lebih kecil dan berpenampang lebih kecil (Purwanto, 2007).
Daun-daun dan ranting muda Lamtoro merupakan pakan ternak. Sedangkan buah
Lamtoro biasa dikonsumsi oleh manusia. Lamtoro diketahui juga dapat menghasilkan zat
penyamak dan zat pewarna merah, coklat dan hitam dari kulit batang, daun, dan
polongnya. Kayu Lamtoro sangat disukai sebagai kayu bakar. Sebenarnya kayu Lamtoro
memiliki sifat pengerjaan yang cukup baik (mudah dikeringkan dan mudah dikerjakan),
hanya sayangnya kayu ini jarang yang memiliki ukuran besar, batang bebas cabang
umumnya pendek dan banyak mata kayu, karena pohon ini banyak bercabang-cabang.
C.Johar
Johar adalah namapohonpenghasil kayu yang sering ditanam sebagai peneduh tepijalan.Johar dapat tumbuh baik pada berbagai kondisi tempat tumbuh, akan tetapi paling
http://id.wikipedia.org/wiki/Benua_Amerikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bongkolhttp://id.wikipedia.org/wiki/Malaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sentimeterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polonghttp://id.wikipedia.org/wiki/Petaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Petaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Polonghttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sentimeterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Malaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bongkolhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Benua_Amerika7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
10/25
x
cocok pada dataran rendah tropika (dibawah 1200 m dpl) dengan iklim muson dan curah
hujan antara 5002800 mm pertahun. Tumbuhan ini berasal dari Thailan, namun saat ini
sudah menyebar secara luas. Beberapa nama daerah untuk tumbuhan ini adalah ijuwar
(Betawi, Sunda), johor (Malaysia), dan bujuk atau dulang (Sumatra). Taksonomi atau
sistematika dari Johar adalah sebagai berikut (Heyne, 1987):
Kingdom : Plantae
Divisio :Magnoliophyta
Class :Magnoliopsida
Ordo :Fabales
Famili : Legumonoceae
Genus : Samanea
Species : Samanea saman (Jaqc.) Merr.
Pohon Johar dapat mencapai tinggi hingga 30 m, namun rata-rata tinggi pohon
tersebut adalah 2-20 m. Pohon Johar memiliki batang lurus dan pendek, dengan diameter
batang jarang melebihi 50 cm. Kulit batangnya berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang
yang muda dan percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat.
Daunnya menyirip genap, dengan panjang 10-35 cm. Memiliki tangkai daun bernemtuk
bulat torak sepanjang 1,5-3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya. Bunga dari tumbuhan
ini terkumpul dalam malai di ujung ranting, panjangnya 15-60 cm, berisi 10-60 kuntum
yang terbagi lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) malai rata. Buahnya berbentuk
polong memipih, berbiji 20-30 buah dengan tepi yang menebal. Bijinya sendiri berbentuk
bundar telur pipih, dengan ukuran 6,5-8 6 mm, dan berwarna coklat terang mengkilap.
Johar sering ditanam di lahan masyarakat dengan sistem agroforestri. Johar juga
biasa ditanam dihutan baik sebagai tanaman sela, tanaman tepi atau penghalang angin.
Pohon ini juga digunakan sebagai penaung di perkebunan-perkebunan teh, kopi atau
kakao.Saat ini Johar kerap juga ditanam sebagai pohon peneduh tepi jalan, pohon hias di
taman-taman, dan sebagai tanaman untuk merehabilitasi lahan tambang. Daun-daun johar,
bunga dan polongnya yang muda dapat dijadikan pakan ternak dan juga sebagai mulsa
yang dapat menyuburkan tanah (Jensen, 1999).
D.Jamur Konsumsi
Pengertian jamur disini adalah makrofungi yang memiliki tubuh buah yang besar
dibandingkan yang memiliki bagian vegetatifnya yang mikroskopis. Dalam bahasa Inggrisjamur yang bisa di konsumsi ini biasa disebut mushroom (Gandjar et al., 2006). Jamur
http://id.wikipedia.org/wiki/Tropikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Malaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polonghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kopihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kakaohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kakaohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kopihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tehhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polonghttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Malaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliopsidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Tropika7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
11/25
xi
merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses
fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil
zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme
lain. Dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa, bahan makanan tersebut diuraikan
menjadi senyawa yang dapat diserap untuk pertumbuhan (Parmijo dan Andoko, 2008).
Hanya beberapa jamur yang bisa dikonsumsi dari ribuan jenis jamur yang tumbuh
dibumi ini. Dari sedikit jumlah tersebut, ada 5 jenis yang memiliki nilai ekonomi untuk
dibudidayakan, yaitu jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur champignon dan
jamur shiitake. Pemanfaatan jamur konsumsi oleh manusia bukan hanya karena lezat tetapi
juga karena adanya kandungan gizi di dalam jamur tersebut, antara lain : mineral, serat,
protein, serta beberapa asam amino esensial. Bahkan adapula beberapa yang dinyakini
memiliki khasiat sebagai obat.
Pembudidayaan jamur telah banyak dilakukan oleh masyarakat. Tahapan dari
budidaya jamur ini adalah : 1). pembuatan spawn atau inokulum, 2). pembuatan kompos
yaitu substrat yang akan ditumbuhi oleh jamur, dan 3). pengaturan lingkungan
pertumbuhan agar diperoleh produksi jamur yang maksimal. Berbagai limbah pertanian
dan kehutanan seperti jerami, bagase dan serbuk kayu dapat digunakan sebagai media
pertumbuhan jamur.
Jamur Kuping (Aur icularia sp.)
Jamur ini disebut dengan jamur kuping karena memang bentuknya mirip telingan
(kuping) dengan warna coklat muda hingga kemerah-merahan. Tubuh buahnya berlekuk-
lekuk selebar 3-8 cm. Permukaan atas jamur ini agak mengilap, berurat dan berbulu halus
mirip beludru di bagian bawahnya. Tangkai buahnya pendek, menempel dimedia tumbuh
(substart) dengan cara membuat lubang di permukaannya (Parmijo dan Andoko, 2008).
Secara alami jamur kuping dapat tumbuh diberbagai jenis kayu diberbagai lokasi.
Namun lokasi tumbuh yang paling baik adalah di kayu-kayu lapuk yang ada di dataran
rendah bersuhu hangat sampai pegunungan berhawa sejuk. Besaran suhu yang dapat
ditoleransi oleh jamur kuping adalah 16-36o
C, tetapi idealnya 26-28o C. Pada fase
pembentukan miselium, jamur kuping memerlukan kadar air sekitar 62%, kelembaban
udara 60-75%, dan kadar oksigen tidak terlalu tinggi. Saat memasuki pertumbuhan tubuh
buah, jamur ini memerlukan suhu 16-22o C dengan kelembaban udara 80-90% dengan
kadar oksigen tinggi (Chang dan Quimio, 1982).
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
12/25
xii
Jamur Shiitake (Lentinus edodes)
Jamur shiitake merupakan salah satu jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan,
dan biasanya dibudidayakan pada media berupa log kayu, namu saat ini telah banyak juga
dibudidayakan dengan menggunakan bag log(Snchez, 2010). Jamur shiitake mempunyai
tudung seperti bentuk payung, warna tudung kuning kemerahan atau coklat gelap. Lebar
tudung bervariasi antara 2,5-9 cm dan terdapat selaput kutikula. Bagian bawah tudung
terdapat lamela yang berisi spora. Tangkai tudung berwarna seperti tudungnya dan sedikit
agak keras. Panjang tangkai tudung 3-9 cm dan diameternya 0,5-1,5 cm.
Jamur shiitake baik tumbuh pada daerah dataran tinggi. Suhu dan kelembaban
optimum untuk pertumbuhan jamur shiitake adalah 22-25oC dan 60-70%. Pada fase
pembentukan tubuh buah kadar air media yang optimum adalah 70-80% (Suhardiman,
1998). Akan tetapi sesungguhnya terdapat juga varietas shiitake yang dapat tumbuh pada
suhu rendah. Chen (2001) menyatakan bahwa terdapat 4 varietas jamur Shiitake bila
dikelompokkan berdasarkan suhu pembentukan badan buahnya, yaitu: suhu rendah
(berbuah pada suhu kurang dari 10oC); suhu sedang (berbuah pada suhu antara 10-18oC);
suhu tinggi (berbuah pada suhu lebih dari 20oC); dan kisaran suhu yang luas (dapat
berbuah pada suhu antara 5-35oC).
E. Media Pertumbuhan Jamur
Berbagai limbah pertanian dan kehutanan seperti jerami, bagase dan serbuk kayu
dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Nutrisi untuk tumbuh jamur
didapatkan dari dalam media dan kandungan dari media sangat bervariasi tergantung
kepada tipe dari jamur yang akan ditumbuhkan (Nair dalam Chang dan Quimio, 1982).
Terkadang terdapat jenis jamur tertentu yang membutuhkan media yang dikomposkan
terlebih dahuli sebelum digunakan, akan tetapi ada juga jenis jamur yang dapat
menggunakan media segar untuk pertumbuhannya. Hasil penelitian sebelumnya pada
jamur Kuping, didapatkan hasil bahwa media yang terbuat dari kayu Sengon memberikan
hasil produksi badan buah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan media yang terbuat
dari kayu Meranti dan Jati (Irawati et al, 2012b). Hasil penelitian lain pada jamur Shiitake
menyebutkan bahwa perlakuan pengkondisian terhadap kayu Sugi sebelum digunakan
sebagai media pertumbuhan jamur Shiitake dapat meningkatkan produktifitas badan buah
(Meguro et al, 2002). Media buatan yang disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan
alamiah dari jamur sangat diperlukan untuk produksi jamur dalam jumlah yang besar.
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
13/25
xiii
III. METODE PENELITIAN
A. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu gliriside, lamtoro, dan johar
yang diperoleh dari pekarangan atau hutan rakyat di daerah Yogyakarta. Dua spesies jamur
konsumsi jenis pelapuk putih yaitu spesies Auricularia auricula (jamur kuping) dan
spesies Lentinus edodes (jamur shiitake). Bahan kimia untuk menganalisis komponen
kimia kayu dan untuk pembuatan media jamur.
B. Alat penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
Alutoklaf
Cawan petri
Meja steril untuk inokulasi
Peralatan pengujian komponen kimia kayu
Oven
Timbangan
Inkubator
Ayakan 10 dan 60 mesh
C. Prosedur pelaksanaan
a.
Analisis komponen kimia kayu
Kayu dan media yang akan digunakan terlebih dahulu dianalisis komponen kimianya
antara lain ekstraktif, holoselulosa, alfaselulosa, lignin dan kadar abu (ASTM D-1102 s.d
1110) dengan metode sebagai berikut :
Ekstraktif
Sebanyak 2 g sampel serbuk kayu dimasukkan dalam cawan saring. Selanjutnya
cawan saring seisinya dimasukkan dalamsoxhlettsedemikian sehingga ujung cawan saring
lebih tinggi dari ujung sifon dan sampel didalamnya lebih rendah dari titik ini. Cawan
saring lalu ditutup dengan sepotong saringan dari logam agar tidak ada serbuk yang hilang.
Ekstraksi dilakukan dengan 200 ml alkohol benzen (alkohol : benzen = 1 : 2) selama 4-6
jam. Sesudah selesai, cawan saring itu dikeluarkan darisoxhlettdan dihisap dengan pompa
vakum hingga isinya kering. Kemudian dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
14/25
xiv
benzen dan dihisap lagi dengan pompa vakum. Selanjutnya cawan saring dan isisnya
dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-1050C dan ditimbang sampai beratnya konstan.
%100tanker_
tanker___%
uringB
uringBawalBeksk
Holoselulosa
Sebanyak 0,70 g (0,05 g) serbuk bebas ekstraktif dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan A (60 ml HCl + 20 g NaOH, ditambahkan
aquades hingga 1000 ml) dan secara hati-hati dimasukkan pula 1 ml larutan B (200 g
NaClO2dalam 1000 ml aquades). Erlenmeyer dimasukkan ke dalam penangas air dengan
suhu 70 20C dan digoyang setiap 30 menit. Pada menit ke 45, 90, dan 150, ditambahkan
1 ml larutan B dan erlenmeyer digoyang-goyang setiap penambahan larutan B. Sesudah 4
jam, erlenmeyer dimasukkan ke dalam penangas air es dan ditambahkan 15 ml aquades es.
Seluruh isi erlenmeyer disaring menggunakan cawan saring yang sudah diketahui berat
kosongnya. Untuk membersihkan seluruh isi erlenmeyer, dilakukan pencucian dengan 100
ml larutan asam asetat 1%. Cawan saring dihisap dan dicuci dengan 2-5 ml aseton yang
dibiarkan menetes keluar karena beratnya, kemudian dihisap lagi selama 3 menit.
Selanjutnya cawan saring beserta isinya dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-1050C dan
ditimbang sampai beratnya konstan.
%100tanker_
tanker__%
uringSBEB
uringsaholoseluloBholok
Alfaselulosa
Ke dalam cawan saring yang masih berisi holoselulosa ditambahkan beberapa cc
NaOH 17,5% dengan menggunakan pipet. Cawan saring diletakkan dalam gelas arloji
yang berisi air hingga holoselulosa terendam oleh air kurang lebih 1 cm selama 5 menit.Setelah itu ditambahkan 3 ml larutan NaOH 17,5% dan diaduk selama 1 menit, dan
didiamkan selama 35 menit. Setelah 35 menit dimasukkan 6 ml aquades, dan cawan saring
dikeluarkan dari gelas arloji. Cawan saring beserta isinya dihisap pelan-pelan dan dicuci
dengan 60 ml aquades sambil terus dihisap. Setelah penghisapan dihentikan, ditambahkan
10 ml larutan asam asetat 10% dan diaduk serta dihisap lagi hingga kering. Selanjutnya
cawan saring dicuci kembali dengan 60 ml aquades dan dengan 10 ml aseton. Cawan
saring beserta isinya dikeringkan dalam tanur dan ditimbang sampai beratnya konstan.
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
15/25
xv
%100tanker_
tanker__%
uringSBEB
uringsaalfaseluloBalfak
Lignin
Sebanyak 1 g ( 0,1 g) serbuk bebas ekstraktif dipindahkan ke dalam gelas piala
ukuran 1000 ml dan dicernakan dengan 400 ml air panas di atas penangas air 1000C selama
3 jam. Setelah itu serbuk disaring dengan cawan saring dan dibiarkan kering. Setelah
kering dipindahkan ke dalam gelas piala dan ditutup dengan gelas arloji. Dengan perlahan
sambil diaduk ditambahkan 15 ml H2SO472%, lalu didiamkan selama 2 jam dengan sering
diaduk. Setelah 2 jam serbuk dicuci dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1000 ml.
Selanjutnya konsentrasi asam dibuat menjadi 3% dengan menambahkan 560 ml aquades.
Larutan tersebut lalu didihkan di bawah pendingin tegak selama 4 jam dan diusahakan agar
volume tetap dengan menambah air panas sewaktu-waktu. Setelah bahan-bahan yang tidak
larut dibiarkan mengendap dan disaring dengan cawan saring, kemudian cawan saring
tersebut dicuci dengan air panas hingga bebas dari asam. Cawan saring beserta isinya
dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-1050C dan ditimbang hingga beratnya konstan.
%100tanker_
tanker__%
uringSBEB
uringligninBlignink
Lignin terlarut asam
Lignin terlarut asam diukur dengan menggunakan larutan bening yang diperoleh dari
pengukuran Klason lignin. Konsentrasi H2SO4dari larutan disesuaikan hingga menjadi 3%,
dan kemudian absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 205 nm. Larutan 3% H2SO4digunakan sebagai blanko (Lin and Dence 1992).
Abu
Sebanyak 2 g ( 0,1 g) serbuk dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah
diketahui beratnya. Selanjutnya ditempatkan dalam tanur pada suhu 600C selama 4 jam.
Setelah 4 jam, untuk menyempurnakan pembakaran, maka tutup tanur dibuka selama
kurang lebih 1 menit sehingga sampel berubah menjadi abu secara sempurna. Setelah itu
didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai beratnya konstan .
%100tanker_
__% uringB
abuBabuk
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
16/25
xvi
b. Pembuatan media
Kayu Gamal, kayu Lamtoro, dan kayu Johar dibuat serbuk dengan ukuran 980 mesh
dan kemudian digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Ke dalam serbuk kayu
tersebut kemudian ditambahkan bekatul sebanyak 12,5% sebagai tambahan nutrisi. pH
media diatur pada kisaran 6-7 dengan penambahan CaCO3sebanyak 6% dari total media.
Kadar air media diatur dengan menambahkan air hingga Ka mencapai 60-75%.
c. Pengukuran kecepatan pertumbuhan
Untuk mengukur laju pertumbuhan miselia, media sebanyak 20 g dengan kadar air 60%,
65%, 70%, dan 75% dimasukkan ke dalam cawan petri (diameter 90 mm). Pada setiap
kombinasi jenis kayu dan jamur dibuat 5 kali ulangan. Media yang telah dimasukkan ke
dalam cawan petri, kemudian di sterilisasi dalam autoclaf pada suhu 121oC selama 20 min,
and diinokulasi dengan miselia jamur Kuping atau jamur Shiitake yang sebelumnya
ditumbuhkan terlebih dahulu di media PDA (potato dextrose agar). Kemudian inokulum
tersebut diinkubasi pada kondisi gelap (di dalam inkubator) dengan suhu pembiakan 25oC.
Diameter dari koloni jamur diukur setiap 3 hari di 4 arah hingga pertumbuhan miselia
memenuhi seluruh cawan petri.
E.
Analisis hasil
Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, menggunakan
dua faktor perlakuan, yaitu : jenis kayu untuk media (A) dan jenis jamur (B). Faktor A
terdiri dari 3 taraf, yaitu : kayu Gamal, kayu Lamtoro, dan kayu Johar. Sedangkan faktor B
berupa jenis jamur, terdiri dari 2 taraf, yaitu : jamur Kuping dan jamur Shiitake.
Banyaknya ulangan yang digunakan adalah 3, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak
3 x 2 x 3 = 18 sampel. Parameter yang diamati adalah kecepatan pertumbuhan miselia.
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
17/25
xvii
Selengkapnya prosedur penelitian yang akan dilakukan digambarkan pada bagan alir
dibawah ini :
Gambar 1. Bagan alir penelitian
Serbuk kayu Gamal,
Lamtoro, dan Johar
Analisis kimia kayu
Pembuatan media autoklaft
121oC, 15 atm selama 20 menit
Inokulasi selama 3 dan 4bulan, dengan diukur
pertumbuhan miselianya
setiap 2 hari
Analisis kecepatan
pertumbuhan miselia
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
18/25
xviii
IV. HASIL PENELITIAN
A. Komponen Kimia Kayu
Kayu merupakan bahan lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin
dan ekstraktif. Pada jenis kayu yang berbeda maka jenis dan komposisi masing-masing
komponen kayu tersebut juga berbeda. Nilai rata-rata kandungan kimia serbuk kayu dan
hasil analisis statistik 1 faktor yaitu jenis kayu disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Nilai Rata-rata Kandungan Kimia Serbuk Kayu (%) dan Hasil Analisis Statistik 1 Faktor.
Sifat Kimia Gliriside Lamtoro Johar ANOVA
Kadar ekstraktif 5,18 0,14 c 1,98 0,20 a 3,12 0,40 b **
Kadar Klason lignin 27,47 0,39 c 22,00 0,28 b 20,16 0,79 a **
Kadar lignin terlarut asam 1,35 0,05 a 1,48 0,03 b 2,60 0,01 c **
Kadar holoselulosa 83,85 0,12 83,56 1,07 84,97 0,55 ns
Kadar -selulosa 53,72 0,55c 43,69 0,97 a 47,15 0,44 b **
Kadar hemiselulosa 30,12 0,43a 39,87 2,05 b 37,82 0,11 b **
Kadar abu 1,79 0,06 b 1,56 0,11 a 1,44 0,03 a **
Keterangan: hasil yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu baris berarti tidak berbeda nyata
berdasar analisis Tukey pada = 5%. **: berbeda sangat nyata pada = 1%. ns:tidak berbeda nyata.
Kadar ekstraktif, kadar Klason lignin, dan kadar -selulosa tertinggi terdapat pada
kayu Gliriside dan secara statistik terdapat perbedaan yang sangat nyata antara jenis kayu
yang satu dengan yang lain. Kadar lignin terlarut asam tertinggi terdapat pada kayu Johar
dan secara statistik terdapat perbedaan yang sangat nyata antara jenis kayu yang satu
dengan yang lain. Kadar hemiselulosa dihitung berdasarkan pengurangan antara kadar
holoselulosa dan kadar -selulosa. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
kadar hemiselulosa pada kayu Lamtoro dan Johar, tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada kayu
Gliriside. Demikian halnya dengan kadar abu, secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara kadar abu pada kayu Lamtoro dan Johar, tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada kayu
Gliriside. Kayu Gliriside memiliki kadar abu yang paling tinggi dibanding kedua jenis kayu yang
lain.
B. Kecepatan Pertumbuhan Miselia
Hasil pengukuran rata-rata kecepatan pertumbuhan pada dua aras jenis jamur dan
jenis limbah kayu dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan hasil pengukuran penambahan
pertumbuhan miselia disajikan pada Lampiran 1.
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
19/25
xix
Tabel 2. Nilai Rata-rata Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur (mm/hari)
Jenis kayuJenis jamur
Rata-rataKuping Shiitake
Gliriside 2,16 0,30 2,25 0,22 2,20
Lamtoro 2,56 0,02 1,41 0,09 1,98
Johar 1,29 0,49 2,04 0,22 1,67Rata-rata (%) 2,00 1,90 1,95
Untuk mengetahui pengaruh interaksi jenis kayu dan jenis jamur serta masing-
masing faktor terhadap kecepatan pertumbuhan miselia jamur, dilakukan analisis
keragaman terhadap data hasil pengukuran tersebut. Hasil analisis statistik kecepatan
pertumbuhan miselia jamur ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Keragaman Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur
Sumber Variasi DB KT F. Hit Sig KeteranganJenis jamur 1 0,065 0,884 0,360 ns
Jenis kayu 2 0,580 7,942 0,003 **
Interaksi 2 1,864 25,515 0,000 **
Error 18 0,073
Total 23
Keterangan: **: berbeda sangat nyata pada = 1%. ns: tidak berbeda nyata.
Hasil analisis keragaman kecepatan pertumbuhan miselia pada faktor jenis jamur dan
jenis kayu menunjukkan bahwa interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang
nyata terhadap kecepatan pertumbuhan miselia pada taraf signifikansi 1%. Faktor jenis
kayu juga menunjukkan kecendungan yang sama yaitu memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kecepatan pertumbuhan miselia pada taraf signifikansi 1%. Akan tetapi, faktor
jenis jamur secara statistik tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Uji lanjut
untuk mengetahui taraf-taraf dari interaksi kedua faktor yang menunjukkan perbedaan
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Tukey Nilai Rata-rata Kecepatan Pertumbuhan Miselia Jamur (mm/hari)Jenis kayu
Jenis jamur
Kuping Shiitake
Gliriside 2,16 0,30 b 2,25 0,22 b
Lamtoro 2,56 0,02 c 1,41 0,09 a
Johar 1,29 0,49 a 2,04 0,22 b
Keterangan: hasil yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasar analisis Tukey pada = 5%.
Hasil uji lanjut dengan menggunakan metode Tukey diketahui bahwa kayu Lamtoro
memberikan kecepatan pertumbuhan miselia yang paling rendah untuk jenis jamur Shiitake
demikian pula kayu Johar untuk jenis jamur Kuping, dan berbeda nyata dengan kombinasi
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
20/25
xx
antara jenis kayu dan jenis jamur yang lain. Kombinasi antara kayu Lamtoro dengan jamur
Kuping memberikan kecepatan pertumbuhan yang paling tinggi.
C. Korelasi antara Komponen Kimia Kayu dengan Kecepatan Pertumbuhan Miselia
Hasil analisis korelasi antara kandungan komponen kimia kayu dengan kecepatan
pertumbuhan miselia pada masing-masing jenis jamur yaitu Kuping dan Shiitake disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5.Korelasi antara Kandungan Kimia Kayu (%) dan Kecepatan Pertumbuhan Miselia.
Sifat Kimia r Kuping r Shiitake
Kadar ekstraktif 0,54 ns 0,39 ns
Kadar Klason lignin -0,04 ns 0,85 ns
Kadar lignin terlarut asam 0,68 ns -0,99 ns
Kadar holoselulosa 0,86 ns -0,91 nsKadar -selulosa 0,53 ns 0,40 ns
Kadar hemiselulosa -0,40 ns -0,53 ns
Kadar abu -0,14 ns 0,89 ns
Keterangan: ns: tidak berbeda nyata. Tanda negatif (-) berati terdapat hubungan yang berlawanan.
Secara statistik tidak terlihat adanya hubungan yang signifikan antara semua jenis
komponen kimia kayu dengan kecepatan pertumbuhan.
V. PEMBAHASAN
Pertumbuhan miselia kedua jenis jamur pada media yang terbuat dari 3 jenis kayu
yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 2. Secara statistik terlihat perbedaan yang
signifikan pada kecepatan pertumbuhan miselia jamur pada setiap jenis kayu. Pertumbuhan
miselia jamur Kuping tercepat terdapat pada media yang terbuat dari kayu Lamtoro (2,56
mm/hari), sedangkan miselia jamur Shiitake pertumbuhannya cepat pada media yang
terbuat dari kayu Gliriside (2,25 mm/hari) maupun Johar (2,04 mm/hari). Pertumbuhan
paling lambat dari miselia jamur Kuping terlihat pada media yang tebuat dari kayu Johar,
sedangkan pertumbuhan paling lambat dari miselia jamur Shiitake terlihat pada media
yang tebuat dari kayu Lamtoro.
Kecepatan pertumbuhan miselia jamur dipengaruhi oleh kandungan komponen kimia
pada media pertumbuhannya (Obadi, et al., 2003). Pada penelitian kali ini secara statistik
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kimia kayu dengan kecepatan
pertumbuhan miselia masing-masing jamur (Tabel 5). Hal ini mungkin disebabkan karena
terbatasnya jenis kayu yang digunakan (3 jenis) sebagai sampel sehingga belum cukup
untuk menggambarkan pengaruh dari masing-masing komponen kimia terhadap kecepatan
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
21/25
xxi
pertumbuhan miselia. Akan tetapi apabila dilihat dari besarnya nilai korelasi (r) pada
masing-masing jenis jamur, diketahui bahwa jenis jamur yang berbeda dipengaruhi oleh
komponen kimia kayu yang belum tentu sama.
Gambar 2. A. Grafik pertumbuhan miselia jamur Kuping;
B. Grafik pertumbuhan miselia jamur Shiitake.
Kecepatan pertumbuhan miselia jamur Kuping cenderung dipengaruhi oleh kadar
holoselulosa kayu. Semakin tinggi kadar holoselulosa dalam kayu maka kecepatan
pertumbuhan miselia jamur Kuping semakin tinggi pada jenis kayu tersebut. Hal ini
mungkin disebabkan karena holoselulosa merupakan sumber karbon yang digunakan oleh
miselia jamur Kuping untuk tumbuh.
Dilain pihak, hal ini berkebalikan dengan kecepatan pertumbuhan miselia jamur
Shiitake yang cendenrung berbanding terbalik dengan kadar lignin terlarut asam dan
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Pertumbuhan(mm)
Hari ke-
Gliriside
Johar
Lamtoro
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Pertumbuha
n(mm)
Hari ke-
Gliriside
Johar
Lamtoro
A
B
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
22/25
xxii
holoselulosa kayu. Tingginya kadar holoselulosa dalam kayu tidak menambah kecepatan
pertumbuhan miselia jamur Shiitake. Kadar lignin kayu menunjukkan kecenderungan
pengaruh yang berbanding lurus dengan kecepatan pertumbuhan miselia jamur Shiitake.
Hal ini mungkin berarti bahwa berbeda dengan jamur Kuping, jamur Shiitake mengambil
karbon yang bersumber dari lignin kayu.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
interaksi antara jenis kayu dan jenis jamur terhadap pertumbuhan miselia. Kayu Lamtoro
merupakan jenis yang terbaik untuk pertumbuhan miselia jamur Kuping, sedangkan kayu
Gliriside dan Johar merupakan jenis yang terbaik untuk pertumbuhan miselia jamur
Shiitake.
Saran yang untuk penelitian kedepan adalah, selain kecepatan pertumbuhan miselia
sebaiknya dilakukan pula pengukuran densitas miselia, karena dari pengamatan yang telah
dilakukan terlihat adanya perbedaan ketebalan miselia pada masing-masing jenis kayu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 1984. Annual Book of ASTM Standards. D-1102 s.d 1110 Standard Method of
Wood Chemistry. Philladelphia. USA.
Anonimus, 2010. Statistik Kehutanan Indonesia 2010. http://www.dephut.go.id/files/
stat2010_buk.pdf. download: 5 Mei 2012.
Chang, S.T. dan T.H. Quimio, 1982. Tropical mushrooms: biological nature and
cultivation methods. The Chinese University Press. Hong Kong.
Chen, A.W., 2001. Cultivation of Lentinula Edodes on Synthetic Logs. The Mushroom
Growers Newsletter.
Contreras, A.M.L., P.A.M. Claassen, H. Mooibroek, dan W.M. De Vos, 2000. Utilisation
of Saccharides in Extruded Domestic Organic Waste by Clostridium Acetobutylicum
ATCC 824 for Production of Aceton, Butanol and Ethanol. Appl Microbiol
Biotechnol 54:162-167.
Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari, 2006. Mikologi : Dasar dan Terapan. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Vol. II dan III, Diterjemahkan oleh Badan
Litbang Dep. Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Hideno, A., H. Aoyagi, S. Isobe, dan H. Tanaka, 2007. Utilization Of Spent SawdustMatrix After Cultivation Of Grifola Frondosa As Substrate For Ethanol Production
http://www.dephut.go.id/files/http://www.dephut.go.id/files/7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
23/25
xxiii
By Simultaneous Saccharification And Fermentation. Food Sci. Technol. Res.
13(2):111-117.
Irawati, D., N.R. Azwar, W. SyafiI, dan I.M. Artika, 2009. Pemanfaatan Serbuk Kayu
Untuk Produksi Etanol Dengan Perlakuan Pendahuluan Delignifikasi Menggunakan
JamurPhanerochaete Chrysosporium. Jurnal Ilmu Kehutanan. 3:13-22.Irawati, D., S. Yokota, T. Niwa, Y. Takashima, C. Ueda, F. Ishiguri, K. Iizuka, dan N.
Yoshizawa, 2012a. Enzymatic saccharification of spent wood-meal media made of 5different tree species after cultivation of edible mushroom Auricularia polytricha.
Journal of Wood Science. 58:180-183.
Irawati, D., C. Hayashi, Y. Takashima, S. Wedatama, F. Ishiguri, K. Iizuka, N. Yoshizawa,dan S. Yokota, 2012b. Cultivation of the edible mushroom Auricularia polytricha
using sawdustbased substrate made of three Indonesian commercial plantationspecies,Falcataria moluccana, Shorea sp., and Tectona grandis. Micol Aplicada Int.
24:33-41.
Jensen, M., 1999.Trees Commonly Cultivated in Southeast Asia: an illustrated field guide.
2nd Ed. FAO - RAP Publication.
Lin, S.Y. dan C.W. Dence, 1992. Methods in lignin chemistry. Springer Verlag. Berlin.
Meguro, S., E. Ishii, dan S. Kawachi, 2002. Cultivation of shiitake in sugi wood meal Ih
effects of seasoning treatment for wood meal on mycelial growth. J Wood Sci.
48:516-520.
Obadi, M., J. Cleland-Okine, dan K. A. Vowotor, 2003. Comparative study on the growthand yield ofPleurotus ostreatus mushroom on different lignocellulosic by-products.
J.Ind. Microbiol. Biotechnol.30: 146-149.
Parjimo, H. dan A. Andoko, 2008. Budidaya Jamur : Jamur Kuping, Jamur Tiram dan
Jamur Merang. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Purwanto, I., 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Snchez, C., 2010. Cultivation of Pleurotus ostreatus and other edible mushrooms. Appl
Microbiol Biotechnol. 85:13211337.
Suhardiman, P., 1998. Jamur Shitake. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sumaryono, W., 2005. Policy and R&D on Biofuel and Biomass in Indonesia. Dalamproceeding Biomass Asia Workshop 2, 13-15 Desember 2005, hal. 6, Bangkok,
Thailand.
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
24/25
xxiv
LAMPIRAN 1. Foto pertumbuhan miselia jamur Kuping
A. Pada media serbuk kayu Gliriside
B.
Pada media serbuk kayu Lamtoro
C. Pada media serbuk kayu Johar
Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18
Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18
Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18
7/24/2019 Pengaruh Jenis Kayu Terhadap Pertumbuhan Dua Jenis Jamur
25/25
LAMPIRAN 2. Foto pertumbuhan miselia jamur Shiitake
A. Pada media serbuk kayu Gliriside
B. Pada media serbuk kayu Lamtoro
C. Pada media serbuk kayu Johar
Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18
Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18
Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6 Hari ke-10 Hari ke-18
Top Related