i
PENGARUH INFLASI, PERTUMBUHAN EKONOMI,
SURAT BERHARGA SYARI’AH NEGARA (SBSN)
TERHADAP DEFISIT ANGGARAN INDONESIA
TAHUN 2013 – 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
Amalia Nur Hikmah Sari
NIM 63020-15-0023
PROGDI S1 EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
i
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jalan Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
E-Email:administrasiiaiansalatiga.ac.id
ii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jalan Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
E-Email: administrasiiaiansalatiga.ac.id
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
Hayalah Persiapan, Pengetahuan, dan Pengalaman yang
membuat kita mampu bertahan hidup.
(rachel kelsey)
Orang yang mempunyai ilmu saja tidak cukup, jika tidak mempunyai
hati yang menunjukkan kepada kebaikan.
(KH. Achmad Izzuddin L.c., M.S.I)
Kemudahan Allah akan diberi selama kita memberi
kemudahan kepada orang lain
(KH. Achmad Izzuddin L.c., M.S.I)
viii
PERSEMBAHAN
1. Alhamdulillah, terimakasih kepada Allah SWT yang Maha
pengasih dan Maha penyayang atas segala nikmat sehingga tiada
alasan untuk penulis berhenti bersyukur dan selalu diberi
kemudahan.
2. Terimakasih Kepada Semua Anggota Keluargaku atas Do’a dan
dukungannya.
3. Terimaksih kepada Bapakku (Sariyadi) dan Ibuku (Musrifah) yang
tidak pernah lelah berjuang untuk kesuksesan anak-anaknya, dan
atas bimbinganya selama ini.
4. Terimakasih Kepada Kakak ku Arti Puji Lestari, Beni Arif Habibi,
Nening Muviddyah Sari yang terus memberikan dukungan dan
arahan dalam kuliah, adik-adikku dan keponakan-keponakanku
yang selalu menghibur dan mendukung dalam kuliah.
5. Terimaksih kepada Bapak Ari Setiawan, M.M. yang telah
membantu dan membimbing saya dalam membuat skripsi.
6. Terimaksih kepada seluruh teman-teman Ekonomi Syari’ah
angkatan 2015 yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi.
7. Terimakasih kepada sahabat-sahabat saya yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis
panjatkan atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat,taufiq,
hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul “”Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Surat Berharga
Syari’ah Negara (SBSN) terhadap Defisit Anggaran Indonesia Tahun
2013 – 2017.” Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan
kita dari Zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang ini.
Skripsi ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Salatiga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana dalam ilmu Ekonomi Syari’ah. Banyak piihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara moral maupun
spiritual, maka penulis inigin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
3. Bapak Qi Mangku Bahjatullah L.c., M.SI. selaku Ketua Program Studi S1-
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
4. Bapak Ari Setiawan, M.M. Selaku dosen pembimbing yang telah memberi
arahan, masukan dan menyempurnakan skripsi ini.
x
5. Segenap Bapak Ibu Dosen Program studi S1- Ekonomi Syari’ah Fakultas
ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
wawasan kepada penulis selama menempuh pendidikan.
6. Seluruh keluargaku yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini baik
secara moral maupun material.
7. Seluruh teman-teman Ekonomi Syari’ah angkatan 2015 terimakasih telah
memberikan do’a dan bantuan kepada penulis.
8. Seluruh pihak teman, sahabat yang telah membantu dan mendukung
terselesesainya skripski ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga
kritik dan saran penulis harapkan. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis
serahkan segalanya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca
dan mempelajarinya. Amin
Salatiga, 18 juni 2019
Amalia Nur Hikmah Sari
xi
ABSTRAK
Sari, Amalia Nur Hikmah. 2019. Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Surat
Berharga Syari’ah Negara Terhadap Defisit Anggaran Indonesia Tahun 2013 –
2017. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-Ekonomi
Syari’ah IAIN Salatiga. Pembimbing: Ari Setiawan, M.M.
Dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi, Defisit anggaran sering
dilakukan sebagai salah satu kebijakan terutama di Indonesia. APBN merupakan
instrumen untuk mengatur keluar masuknya keuangan negara guna membiayai
kegiatan pembangunan negara. Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel
dependen yaitu variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, Surat Berharga Syari’ah
Negara (SBSN) terhadap variabel independen yaitu Defisit Anggaran Indonesia
Periode 2013 – 2017. Penelitian ini menggunakan model regresi OLS (Ordinary
least Square melalui Program eviews 9. Hasil analisis menunjukkan hasil bahwa
variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan Surat Berharga Syari’ah Negara
(SBSN) berpengaruh secara simultan terhadap Defisit anggran Indonesia.
Sedangkan secara parsial variabel inflasi, Pertumbuhan ekonomi, dan Surat
Berharga Syariah berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Defisit
nggaran Indonesia. Jadi secara umum inflasi,pertumbuhan ekonomi dan surat
berharga Syariah Negara berpengaruh secara simultan terhadap Defisit anggaran
di Indonesia sebanyak 38,63%.
Kata Kunci: Defisit Anggaran Indonesia, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi,
SBSN
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ i
PENGESAHAN ...................................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................... iv
DECLARATION ................................................................................................... iv
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ............................................................... vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 9
BAB II ................................................................................................................... 11
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 11
A. LANDASAN TEORI ................................................................................... 11
1. Defisit Anggaran ....................................................................................... 11
2. Inflasi......................................................................................................... 16
3. Pertumbuhan Ekonomi .............................................................................. 20
4. Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) ...................................... 23
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 31
C. Kerangka Berfikir ......................................................................................... 35
D. Hipotesis ....................................................................................................... 36
BAB III ................................................................................................................. 39
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 39
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 39
xiii
B. Obyek penelitian dan waktu penelitian ........................................................ 39
C. Populasi dan sampel ..................................................................................... 39
D. Teknik pengumpulan data ............................................................................ 41
E. Definisi operasional variabel ........................................................................ 41
a) Variabel terikat (dependent variable) ....................................................... 42
b) Variabel bebas (independet variable) ....................................................... 42
F. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 42
G. Uji Instrumen Penelitian............................................................................... 42
I. Alat Analisis .................................................................................................. 43
1. Analisis deskriptif ..................................................................................... 43
2. Analisis regresi .......................................................................................... 44
3. Uji hipotesis .............................................................................................. 45
4. Uji asumsi klasik ....................................................................................... 46
BAB IV ................................................................................................................. 50
ANALISIS DATA ................................................................................................ 50
A. Statistik Deskriptif ....................................................................................... 50
1. Analisis Deskriptif .................................................................................... 50
2. Uji Stationeritas ......................................................................................... 51
3. Uji Regresi ................................................................................................ 52
4. Uji Hipotesis ............................................................................................. 53
5. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 55
6. Hasil pembahasan...................................................................................... 59
BAB V ................................................................................................................... 63
PENUTUP ............................................................................................................. 63
A. Kesimpulan .................................................................................................. 63
B. Saran ............................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 68
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Defisit Anggaran Tahun 2013-2017 ............................................... 2 Tabel 1.2 Tingkat Inflasi Tahun 2013-2017 ........................................................... 4 Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2013-2017 ......................... 5 Tabel 1.4 Tingkat Surat Berharga Syariah Negara Tahun 2013 – 2017 ................. 7 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................ .34
Tabel 4.1 Hasil Uji Deskriptif................................................................................50
Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas............................................................................52 Tabel 4.3 Uji Regresi ........................................................................................... .53 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ .....55 Tabel 4.5 Hasil Penyembuhan Normalitas ............................................................ 56
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 56 Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 57
Tabel 4.8 Hasil Uji Durbin Watson....................................................................... 58 Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 58
Tabel 4.10 Hasil Uji Hubber-White ...................................................................... 58 Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 62
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Kerangka Berfikir ............................................................................... 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Rosit (2010) Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat
ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki oleh masing-masing negara,
antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi, efisiensi,
budaya, kualitas manusia dan kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang
dianut oleh suatu negara akan menentukan seberapa besar peran pemerintah
dalam proses pembangunan, serta pola kebijakan yang dilakukan.
Dalam konsep ekonomi dikenal dua kebijakan ekonomi yang utama,
yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter
merupakan pengendalian sektor moneter, sedangkan kebijakan fiskal
merupakan pengelolaan anggaran pemerintah (budget) dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan APBN. Defisit (budget) merupakan
instrument untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,
mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.
Menurut Yuniarti (2016:217) kebijakan fiskal dalam islam bertujuan
menciptakan masyarakat yang didasarkan pada keseimbangan distribusi
kekayaan dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual secara
2
seimbang. Kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam lebih banyak
peranannya ketimbang ekonomi konvensional.
Kebijakan fiskal dalam kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu
mengharuskan kebijakan berimbang. Pada saat ini kebijakan anggaran dapat
menjadi kebijakan anggaran defisit (defisit bidget), anggaran surplus
(surplus budget). Salah satu keunggulan anggaran defisit adalah terdapat
penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan utang yang jelas lebih
transparan serta bisa diawasi masyarakat.
Tabel 1.1 Data Defisit Anggaran Tahun 2013-2017
Tahun
Defisit Anggaran
(milyar rupiah)
2013 -224,187,0
2014 -241.494,3
2015 -222.506,9
2016 -296.723,86
2017 -330.167,74
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Dari data defisit anggaran pada tabel 1.1 terlihat bahwa defisit
anggaran indoensia terus meningkat. Hanya pada tahun 2015 mengalami
penurunan dari 241.494.3 M menjadi 222.506.9 M. Kemudian meningkat
kembali pada tahun 2016 dan 2017. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
defisit anggaran dapat dijadikan sebagai kebijakan fiskal untuk
menumbuhkan pembangunan ekonomi, yaitu dengan tetap mengontrol
tingkat defisit anggaran guna menyokong pertumbuhan ekonomi. Jika
3
defisit ini semakin meningkat justru dapat membahayakan perekonomian.
Untuk itu perlu di dalami beberapa faktor yang dapat menjaga kestabilan
defisit anggaran tersebut.
Menurut Jhingan (2014:391-393) keuangan defisit atau defisit
anggaran merupakan metode paling mujarab bagi pembangunan ekonomi
di negara berkembang. Sifat dasar perekonomian negara terbelakang
biasanya sedemikian rupa sehingga investasi swasta yang cukup besar
tidak bisa muncul akibat berbagai faktor sosial, ekonomi dan
kelembagaan. Defisit anggaran juga berdampak ekpansioner, begitu
pertumbuhan ekonomi mendapatkan momentum maka inflasi di dalam
perekonomian terpacu lebih cepat yang kemudian menghendaki dosis
tambahan jumlah uang pada setiap tahapannya. Namun disisi lain jika
defisit anggaran tidak diawasi dengan baik dan melampaui batas aman
akan menimbulkan hal-hal yang justru akan mengakibatkan terjadinya
ambang bahaya terhadap perekonomian makro.
Kunarjo (2001:5) menguraikan dampak negatif kebijakan defisit
anggaran pemerintah bagi perekonomian. Dampak negatif ini dapat dilihat
dari pengaruhnya terhadap indikator ekonomi makro utama, yaitu
pertumbuhan ekononi, laju inflasi, tingkat pengangguran, tingkat suku
bunga acuan, serta tingkat konsumsi dan tabungan.
Dalam buku Jhingan (2014:391-393) juga dijelaskan bahwa defisit
anggaran sebagai piranti pembangunan ekonomi namun demikian bukan
4
pula suatu rakhmat yang tidak mengandung hal buruk. Bahaya tersebut
terkandung pada potensi inflasionernya. Kenaikan harga yang
berkepanjangan merupakan cara memacu pembangunan ekonomi yang
mengandung bahaya. Karena inflasi dapat merangsang transaksi yang
spekulatif dan tidak perlu. Ini merupakan penghambat utama
pembangunan ekonomi, menghambat tabungan domestik dan investasi
asing, menghancurkan hubungan perdagangan luar negeri, dan
menurunkan efiensi produk pada umumnya. Berikut ini adalah data inflasi
dari tahun 2013 -2017.
Tabel 1.2 Tingkat Inflasi Tahun 2013-2017
THN
BULAN
JAN FE
B MAR APR
ME
I
JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
2013 1.03 0.75 0.63 0.01 0,03 1.03 3.29 1.12 0.35 0.09 0.12 0.55
2014 1.07 0.26 0.08 0.02 0.16 0.43 0.93 0.47 0.27 0.47 1.5 0.51
2015 0.24 0.36 0.17 0.36 0.5 0.54 0.93 0.39 0.05 0.08 0.21 0.96
2016 0.51 0.9 0.19 0.45 0.24 0.66 0.69 0.02 0.22 0.14 0.47 0.42
2017 0.97 0.23 0.02 0.09 0.89 0.69 0.22 0.07 0.13 0.01 0.2 0.71
Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik )
Selain inflasi, menurut Setiawan (2016), defisit anggaran juga
dapat terjadi karena Untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih
baik diperlukanya investasi dan dana yang besar. Oleh karena itu
pemerintah akan melakukan kebijakan defisit untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Ketika dana dalam negeri tidak mencukupi, maka
pemerintah akan melakukan utang untuk menutupi kekurangan dana
tersebut. Karena untuk menghindari beban kepada masyarakat (pajak)
karena pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar di indonesia.
5
Berikut adalah tabel pertumbuhan ekonomomi triwulan I – triwulan IV
tahun 2013 – 2017.
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2013-2017
BULAN TAHUN
2013 2014 2015 2016 2017
Triwulan I 5.12 4.83 4.84 5.01 5.06
Triwulan II 5.02 4.78 5.08 5.01 5.17
Triwulan III 4.99 4.78 5.06 5.03 5.17
Triwulan IV 5.01 4.88 5.03 5.07 5.17
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Negara boleh melakukan kebijakan dengan menambah pengeluaran
pemerintah dan mengurangi penerimaan negara dengan melampaui batas
amannya. Oleh sebab itu negara tetap mebutuhkan kebijakan pemerintah
untuk menambah pendapatan negara salah satunya adalah dengan
melakukan pinjaman yang diperoleh dari dalam negeri atau luar negeri di
samping dari penarikan pajak, pendapatan dari badan usaha milik negara
dan industri dalam negeri, atau dengan dikeluarkannya Surat Berharga
Negara (SBN). Pinjaman-pinjaman yang berasal dari luar negerilah yang
paling membahayakan eksistensi suatu negara karena utang luar negeri
tidak pernah terlepas dari bunga sebagai return yang timbul dari adanya
pinjaman tersebut.
Menurut Ramadhan (2017) Surat Utang Negara diterbitkan sebagai
pinjaman negara yang bersumber dari para pemodal/investor baik dari
dalam maupun luar negeri. Mobilisasi dana melalui pasar keuangan
merupakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat secara optimal
dalam program pembiayaan pembangunan nasional melalui mekanisme
pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Penerbitan Surat
6
Utang Negara kepada publik merupakan salah satu potensi pembiayaan
untuk mengurangi beban dan risiko keuangan bagi negara di masa
mendatang.
Sedangkan di dalam Islam sendiri bunga dalam return pinjaman
sepeti itu itu dilarang, maka dari itu,sebagai langkah untuk mengurangi
ketergantungan negara dengan pinjaman utang luar negeri dan surat utang
negara yang masih mempunyai unsur riba, salah satu alternatifnya yaitu
dengan mengeuarkan Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN).
Dikutip dari balai diklat keuangan medan, dijelaskan bahwa sukuk
dapat menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian
antara arus kas penerimaan dan pengeluaran dari rekening kas negara
dalam satu tahun anggaran (cash-mismatch) dan untuk mengelola
portofolio utang Negara.
Dengan Surat Berharga Syariah Negara ini, ada instrumen fiskal
yang lain yaitu alternatif sumber pembiayaan APBN dari pasar modal baik
di dalam maupun di luar negeri. Sebagai Instrumen investasi yang
memberikan peluang bagi investor dan pelaku pasar untuk melakukan
diversifikasi portofolionya guna memperkecil resiko investasi dan dapat
mendorong terciptanya acuan imbal hasil (benchmark yield) bagi penilaian
harga instrumen keuangan lainnya, sehingga memberikan alternatif bagi
dunia usaha untuk memperoleh pembiayaan dari pasar modal.
7
Tabel 1.4 Tingkat Surat Berharga Syariah Negara Tahun 2013 – 2017
TAHUN
2013 2014 2015 2016 2017
224.187 241.494 222.507 296.723 330.167
Sumber: www.djppr.kemenkeu.go.id
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti
“Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Surat Berharga Syari’ah Negara
Terhadap Defisit Anggaran di Indonesia Tahun 2013-2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas permasalahan yang
akan dibahas dalam proposal ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh Inflasi terhadap Defisit Anggaran Negara
Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Defisit
Anggaran Negra Indonesia?
3. Bagaimanakah pengaruh Surat Berhaga Syari’ah Negara terhadap
Defisit Anggaran Negara Indonesia?
4. Bagaimanakah Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan ekonomi, Surat Berhaga
Syari’ah Negara secara bersama-sama mempengaruhi defisit anggaran
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap Defisit Anggaran Negara
Indonesia.
8
2. Untuk menganalisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Defisit
Anggaran Negara Indonesia
3. Untuk menganalisis pengaruh Surat Berhaarga Syariah Negara terhadap
Defisit Anggaran Negara Indonesia.
4. Untuk menganalisis Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan ekonomi, Surat
Berhaga Syariah Negara secara bersama-sama terhadap defisit anggaran
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis pada
Perkembangan Surat Berharga Syari’ah Negara, Inflasi,Pertumbuhan
ekonomi,Khususnya digunakan untuk mengontrol defisit anggaran
Negara Indonesia.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
pemerintah maupun lembaga yang berusaha menurangi atau
mencegah terjadinya defisit anggaran Nnegara Indoensia.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan di bidang teoritis maupun praktis yang berkaitan dengan
Ekonomi Syariah
4. Hasil penelitian ini juga dijadikan penulis sebagai sarana
pengaplikasian berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah.
9
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan alur
pemikiran penulis dari awal hingga kesimpulan akhir.adapun rencana
sistematika penulisan dari awal hingga akhir kesimpulan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang
masalah, yang berisikan landasan pemikiran secara garis besar alasan
dibuatnya penelitian tersebut.Dengan mencantumkan teori maupun data-
data secara real. Dengan latar belakang masalah yang ada, maka dapat di
rumuskan sebuah masalah sehingga mempunyai tujuan dan manfaat
penelitian yang akan dihasilkan. Perumusan masalah berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang memerlukan jawaban dalam penelitian.Tujuan dan
manfaat penelitian juga mengacu pada latar belakang masalah, perumusan
masalah dan hipotesis yang diajuakan.Bagian terakhir dalam bab ini
diuraikan sistematika penulisan dalam setiap bab yang akan di bahs dalam
skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam tinjauan pustaka berisi
tentang landasan teori yang membahas tentang variable yang
mempengaruhi variable dependent. Sebagai acuan maka diuraikan pula
penelitian sebelumnya yang relevan yang memilki keterkaitan dengan
hipotesis yang akan diajukan. Hal tersebut guna membantu dalam
merumuskan hipotesis serta dalam menganalisis hasil penelitian.Penelitian
sebelumnya merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang mempunyai
keterkaitan dengan penelitian ini.Sedangkan hipotesis mertupakan hasil
10
penelitian sementara atau dugaan hasil sementara atas permasalahan
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini berisi
tentang jenis data penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis
data dan skala pengukuran data serta hasil uji data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Bagian ini terdiri
dari deskripsi objek penelitian atau deskripsi data yang digunakan dalam
penelitian, serta analisis data dan pembahasan.
BAB V SIMPULAN SARAN. Bab ini adalah penutup dari skripsi
yang berisi simpulan dan saran bagi objek yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Defisit Anggaran
a. Pengertian Keuangan Defisit
Menurut Jhingan (2014:391) pengertian dari “Keuangan defisit
(deficit financing)” diartikan sebagai, setiap pengeluaran negara
yang melebihi penerimaan. Di negara maju, keuangan defisit
dipergunakan untuk mernggambarkan “suatu selisih pembelajaran
yang sengaja diciptakan antara penerimaan dan pengeluaran negara
atau defisit anggaran, metode pembelajaran dengan sejenis pinjaman
yang mengakibatkan tambahan netto pada pengeluaran nasional atau
pengeluaran agregat”. Jadi pengeluaran pemerintah yang dibiayai
dari masyarakat juga dimasukkan di dalam keuangan defisit. Metode
lain yang biasanya ditempuh ialah keuangan defisit melalui
“percetakan uang (created money)”.
Keuangan defisit bagi perekonomian terbelakang mempunyai
konotasi tinggi, dengan demikian tabungan sukarela yang ada maka
laju pertumbuhan pendapatan nyata akan menjadi terhambat.
Tabungan akan tetap rendah dan begitu pula investasi. Keuangan
defisit dengan demikian dianggap sebagai cara menembus jalan
buntu ini melalui tabungan paksa (wajib). Lagi pula, defisit anggaran
12
yang dibiayai dengan pinjaman dari masyarakat semata-mata berarti
pengalihan sumber yang ada untuk pembentukan modal. Tetapi
istilah keuangan defisit hanya diberlakukan pada pengeluaran yang
dibiayai oleh sarana tertentu yang cenderung meningkatkan biaya
total negara negara bersangkutan.
b. Faktor Terjadinya Defisit Anggaran
Menurut kunarjo (2001:2) penyebab defisit anggaran sebagai
berikut:
a) Mempercepat pertumbuhan ekonomi
Untuk mepercepat pembangunan diperlukan investasi yang
besar dan dana yang besar pula. Apabila dana dalam negeri tidak
mencukupi, biasanya negara melakukan pilihan dengan
meminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan warga
negara apabila kekurangan itu ditutup melalui penarikan pajak.
Negara memang dibebani tanggung jawab yang besar dalam
meningkatkan kesejahteraan warga negaranya.
b) Rendahnya daya beli masyarakat
Masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia yang
mempunyai pendapatan perkapita rendah, dikenal mempunyai
daya beli yang rendah pula. Sedangkan barang-barang dan jasa-
jasa yang dibutuhkan, harganya sangat tinggi karena sebagian
produksinya mempunyai komponen impor, sehingga masyarakat
yang berpendapatan rendah tidak mampu membeli barang dan
13
jasa tersebut. oleh karena itu, negara memerlukan pengeluaran
untuk mensubsidi barang-barang tersebut agar masyarakat miskin
bisa menikmatinya.
c) Penerbitan pendapatan masyarakat
Untuk mempertahankan politik, persatuan dan kesatuan
bangsa, harus mengeluarkna biaya untuk berbagai urusan negara.
Misalnya, untuk memberikan subsidi kepada masyarakat miskin
dan terpencil, agar masyarkat di wilayah itu dapat menikamati
hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang
lebih maju.
d) Melemahnya nilai tukar
Indonesia yang sejak tahun 1969 melakukan pinjaman luar
negeri, mengalami masalah apabila ada gejolak nilai tukar setiap
tahunnya.Masalah ini disebabkan karena nilai pinjaman dihitung
dengan valuta asing, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan
bunga pinjaman dihitung dengan nilai rupiah. Apabila nilai tukar
rupiah menurun terhadap mata uang dollar AS, maka yang akan
dibayarkan juga membengkak. Sebagai contoh APBN tahun
2000, disusun dengan asumsi kurs rupiah terhadap dollar AS
sebesar Rp.7.100,-, dalam perjalanan tahun anggaran telah
mencapai angka Rp.11000,-, lebih per US $1.00.
14
Apa artinya? Bahwa pembayaran cicilan pokok dan bunga
pinjaman yang diambil dari APBN akan bertambah, sehingga
lebih dari apa yang sudah dianggarkan sebelumnya.
e) Pengeluaran akibat krisis ekonomi
Pada kasus krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada
tahun 1997 berdampak pada meningkatnya pengangguran dan
penerimaan pajak menurun, sehingga berakibat pada menurunnya
sektor-sektor ekonomi. Dalam hal ini negara terpaksa
bertanggung jawab kepada masyarakat yang terkena dampak
krisis dengan mengeluarkan dana untuk membuat program-
program kemiskinan serta pemberdayaan masyarakat desa.
f) Realisasi yang menyimpang dari rencana
Apabila realisasi penerimaan negara meleset disbanding
dengan yang telah direncanakan, atau dengan kata lain rencana
penerimaan negara tidak dapat mencapai sasaran seperti apa yang
direncanakan, maka jika ini terjadi negara harus menutup
kekurangan, agar kinerja pembangunan dapat tercapai sesuai
dengan rencana semula
g) Pengeluaran karena inflasi
Penyusunan anggaran negara pada awal tahun, didasarkan
menurut standar harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu
sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak dapat dijamin
ketetapannya. Dengan kata lain, selama perjalanan tahun
15
anggaran standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang
menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-
harga itu berarti biaya program juga akan meningkat, akibatnya
negara terpaksa akan mengeluarkan dana untuk eskalasi dalam
rangka menambah standar harga itu.
c. Peranan Defisit Anggaran
Dalam buku Jhingan (2014:392) Keuangan defisit dapat
digunakan untuk mengembangkan overhead sosial dan ekonomi
seperti pembangunan infrastruktur negara.dengan menyediakan
modal yang berguna bagi masyarakat, keuangan defisit mampu
menembus kemacetan dan kekakuan struktural dan dengan itu
meningkatkan produktivitas. Lebih lanjut keuangan defisit dapat
meningkatkan pendapatan uang dapat memperbesar tabungan
masyarakat.
Keuangan defisit selalu berdampak ekspansioner, baegitu
pembangunan mendapatkan momentum, laju inflasi di dalam
perekonomian terpacu lebih cepat yang kemudian menghendaki
dosis tambahan jumlah uang pada setiap tahapannya:
a) Dengan naiknya investasi secara terus menerus keseluruhan
produk fisik mungkin menjadi lebih besar daripada sebelumnya
sehingga dengan demikian memerlukan kenaikan persediaan uang
untuk tujuan transaksi dalam jumlah yang sama.
16
b) Begitu perekonomian berkembang, sektor non uang secara
perlahan berubah menjadi sektor uang, sehingga permintaan akan
uang meningkat.
c) Proses pembangunan ekonomi yang berkesinambungan
menghasilkan peningkatan pendapatan dan dengan demikian
meningkatkan permintaan keseimbangan saldo kas (cash balance) di
pihak masyarakat.
Dalam hal surplus impor sebagai akibat naiknya bantuan luar
negeri, permintaan akan uang mungkin akan tetap lebih besar.
Melalui defisit anggaran itulah pemerintah dapat memenuhi semua
permintaan uang yang meningkat pada semua kasus tersebut. Jadi,
kebijaksanaan keuangan merupakan piranti penting dan mujarab bagi
pembentukan modal.
2. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan fenomena kenaikan harga barang dan jasa
dalam suatu perekonomian negara. “Inflasi adalah persentase tingkat
kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum
dikonsumsi rumah tangga. Ada barang yang harganya naik dan ada
yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang/jasa yang harganya
justru turun” (Data Strategis BPS, 2012:18).
Perhitungan tingkat inflasi dapat dilihat melalui Indeks Harga
Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index. Menurut Rahardja dan
17
Manurung (2008:173) perhitungan IHK di Indonesia dilakukan
dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok.
Komponen perhitungan dalam IHK diantaranya biaya sekelompok
barang-barang dan jasa-jasa di pasar, termasuk harga makanan,
pakaian, permukiman, bahan bakar, transportasi, dan komoditi lain
yang digunakan dalam menunjang kehidupan sehari-hari.
Sukirno (2008:165) menjelaskan bahwa “inflasi merupakan
fenoma terjadinya kenaikan harga secara bertahap”. Murni
(2006:202) menyatakan bahwa “inflasi ada dimana saja dan selalu
merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya
pertumbuhan moneter yang berlebihan dan tidak stabil”. Inflasi di
Indonesia diukur berdasarkan hasil survei BPS (Badan Pusat
Statistik) menggunakan persentase pertumbuhan nilai IHK (Indeks
Harga Konsumen).
b. Indikator Inflasi
Menurut Sutedi (2012), ada dua indikator inflasi, yaitu sebeagai
berikut:
a) Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum
digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK
dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan haraga dari paket
barang dan jasa yang dikonsumsi msyarakat.
18
b) Indeks Harga perdagangan besar merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditas yang
diperdagangkan di suatu daerah.
c. Penyebab terjadinya Inflasi
Penyebab Inflasi dalam ekonomi Islam, yang dikemukakan Al-
Maqrizi Taqyudin (1996) dalam buku yuniarti (2016:129) sebagai
berikut:
a) Natural Inflation
Natural Inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab
alamiah, yang manusia tidak mampu untuk mencegahnya.inflsi
ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunya penawaran
agregratif atau naiknya permintaan agregratif.
b) Human Error Inflastion
Human Error Inflastion, adalah inflasi yang terjadi karena ula
manusia. Seperti, korupsi, pajak yang tinggi, percetakan uang
berlebihan.
d. Teori Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.
Ada beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya inflasi.
Menurut sutedi (2012:122) Teori-teori tesebut, antara lain sebagai
berikut;
19
1. Teori Kuantitas
Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan
harapan (ekspekstasi) masyarakat mengenai kenaikan harga
terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah:
a) inflasi hanya dapat terjadi jika ada penambahan volume uang
beredar, baik uang kartal maupun giral.
b) laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspekstasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga pada masa mendatang
2. Teori Keynes
Teori ini memiliki pandangan bahwa hal yang paling
menentukan kestabilan kehidupan ekonomi adalah permintaan
masyarakat (effective demand).hal ini terkait dengan produksi dan
kapasitas produksi yang tersedia.
Dasar pemikiran model inflasi dari keynes ini, bahwa inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan
ekonomisnya.oleh sebab itu, permintaan efektif masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah
barang-barang yang tersedia (penawaran agregat, yang
menyebabkan inflationary gap.
20
3. Teori Strukturalis
Teori ini menitikberatkan pada negara-negara yang sedang
berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi
perekonomian, yaitu sebagai berilut:
a) ketidakstabilan penerimaan ekspor
Nilai ekspor tumbuh secara lamban dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebabnya, yaitu;
1) Di pasar dunia, harga barang ekspor dari negara tersebut
semakin memburuk.
2) Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap
kenaikan harga.
b) Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan di
dalam negeri.
3. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2008) Pertumbuhan ekonomi adalah
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah
dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang
dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada
21
umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang
dan jasa yang sama besarnya.
b. Faktor-Faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam Buku Sukirno (2015:429-430) dijelaskan beberapa
yang telah lama dipandang oleh ahli-ahli ekonomi sebagai sumber
penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi:
a) Tanah dan kekayaan alam lainnya
Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan
kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis
hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan
jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam
akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan
perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa
permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Di dalam setiap
negara di mana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat
banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan
ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan pertambangan)
yaitu sektor dimana kekayaan alam terdapat.Kekurangan
modal, kekurangan tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan
para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi
modern di satu pihak; dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis
kegiatan ekonomi (sebagai akibat dari pendapatan masyarakat
22
yang sangat rendah) di lain pihak, membatasi kemungkinan
untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi.
b) Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat
menjadi pendorong maupun penghambat kepada
perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan
memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut
memungkinkan negara itu menambah produksi. Di samping itu
sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja,
keterampilan penduduk akan semakin bertambah tinggi. Hal
ini akan menyebabkan produktivitas bertambah dan ini akan
selalu bertambah tinggi.
Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah dan ini
selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih
cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya perlu
diingat pula bahwa pengusaha adalah juga sebagian dari
penduduk.Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh sesuatu negara juga bergantung pada jumlah pengusaha
dalam ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk
kepada pertumbuhan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat
yang kemajuan ekonominya belum tinggi tetapi telah
menghadapi masalah kelebihan penduduk.
23
Sesuatu negara dipandang menghadapi masalah kelebihan
penduduk apabila jumlah penduduk adalah jauh berlebihan,
sebagai akibat dari ketidak-seimbangan iniproduktivitas
marjinal penduduk adalah jauh berlebihan. Ini berarti
penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan
pertambahan dalam produksi nasional, ataupun kalau ia
bertambah, pertambhan tersebut adalah terlalu terlambat dan
tidak dapat mengimbangi pertambahan penduduk.
c) Barang-barang modal dan teknologi
Barang-barang modal penting artinya alam mempertinggi
koefisienan pertubuhan ekonomi di dalam masyarakat yang
sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat
besar peranannya di dalam kegiatan ekonomi. Namun apabila
barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkat tingkat
teknologi tidak berkembang, kemajuan yang akan dicapai
adalah jauh lebih rendah daripada perkembangan masa kini.
Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam
pertumbuhan ekonomi.
4. Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara)
a. Pengertian Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara)
Menurut Wahid (2010:92-93) Sukuk dalam bahasa berasal dari
kata Sakk jamaknya sukuk atau sakaik yang berarti “memukul atau
membentur” dan juga dapat berarti “pencetakan atau menempa”.
24
dalam istilah sukuk berarti dokumen yang dijadikan sebagai bukti
penyertaan modal atau bukti utang terhadap kepemilikan suatu harta
yang bersifat jangka panjang.
Sementara itu Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.
32/DSN-MUI/IX/2002 Dalam buku Sutedi (2009:101)
mendefinisikan “Obligasi syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah
berupa bagi hasil /margin/fee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.”
b. Jenis Surat Berharga Syariah Negara
Dilihat dari Seri Penerbitan SBSN Jika dilihat dari seri
penerbitannya, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat
dikelompokkan dalam 7 macam, yaitu:
a. Islamic Fixed Rate (IFR)
Menurut fatwa MUI nomor 70 tahun 2008 tentang Metode
Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), Islamic Fixed Rate
(IFR) adalah seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang
diterbitkan Pemerintah di pasar perdana dalam negeri yang
ditujukan bagi investor dengan nominal pembelian yang cukup
besar. Seri ini telah diterbitkan sejak tahun 2008, dengan cara
bookbuilding (kegiatan penjaulan Surat Berharga Syariah Negara
25
(SBSN) kepada investor melalui agen penjual dimana penjual
mengumpulkan pemesanan pembelian dalam periode penawaran
yang telah ditentukan) dan dengan cara lelang sejak tahun 2009.
Islamic Fixed Rate (IFR) bersifat tradable (dapat
diperdagangkan) dengan tingkat imbal hasil tetap (Amin, 2016).
b. Sukuk Ritel (SR)
Sukuk Ritel (SR) adalah seri Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) yang diterbitkan Pemerintah dengan cara
bookbuilding di pasar perdana dalam negeri yang ditujukan bagi
investor individu atau orang perseorangan Warga Negara
Indonesia. Seri ini mulai diterbitkan pada tahun 2009 (Sejauh
penelusuran penulis, sampai saat ini telah diterbitkan dalam
sembilan seri yaitu SR-001/2009, SR- 002/2010, SR-003/2011,
SR-004/2012, SR-005/2013, SR- 006/2014, SR-007/2015, SR-
008/2016, dan SR-009/2017), bersifat tradable dengan imbal
hasil tetap.
c. Sukuk Negara Indonesia (SNI/ Global Sukuk)
Sukuk Negara Indonesia (SNI/ Global Sukuk) adalah seri
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diterbitkan
Pemerintah dalam denominasi valuta asin (US Dollar) dengan
cara bookbuilding. Seri ini mulai diterbitkan pada tahun 2009,
bersifat tradable dengan imbal hasil tetap.
d. Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI)
26
Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI) adalah Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) yang diterbitkan berdasarkan penempatan
Dana Haji dan Dana Abadi Umat dalam Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) oleh Departemen Agama dengan caraprivate
placement. Penerbitan ini merupakan tindak lanjut dari Nota
Kesepahaman (MoU) antara Menteri Keuangan dan Menteri
Agama pada bulan April 2009. Penerbitan Sukuk Dana Haji
Indonesia (SDHI) menggunakan akad Ijarah al-Khadamat dan
bersifat nontradable (tidak bisa diperdagangkan) (Amin, 2016).
e. Surat Pembendaharaan Negara-Syariah (SPN-S/ Islamic Treasury
Bills)
Surat Pembendaharaan Negara-Syariah (SPN-S/ Islamic
Treasury Bills) adalah Sukuk Negara jangka pendek yang
diterbitkan dalam rangka mendukung pengelolaan kas
pemerintah, yaitu guna mengelola cash mismatch pada Rekening
Kas Negara, dan mendukung pengembangan pasar uang syariah
(Islamic Money Market) domestik. Surat Pembendaharaan
Negara-Syariah (SPN-S/ Islamic Treasury Bills) memiliki fitur
antara lain bertenor jangka pendek, diterbitkan dalam denominasi
rupiah di pasar perdana dalam negeri secara diskonto, serta dapat
diperdagangkan di pasar sekunder (tradable). Untuk memenuhi
fitur-fitur tersebut, Surat Pembendaharaan Negara-Syariah (SPN-
S/Islamic Treasury Bills) distruktur dengan akad Ijarah Sale and
27
Lease Back dengan underlying asset berupa Barang Milik Negara
(BMN) berbentuk tanah dan/atau bangunan dan secara syariah
dapat diperdagangkan. Surat Pembendaharaan Negara-Syariah
(SPN-S/ Islamic Treasury Bills) yang diterbitkan adalah bertenor
6 bulan di mana penerbitan pertama kali dilakukan melalui lelang
pada tahun 2011. Hingga saat ini, Surat Pembendaharaan Negara-
Syariah (SPN-S/ Islamic Treasury Bills) diterbitkan secara reguler
melalui lelang di pasar perdana dalam negeri (Hadad, 2016).
f. Project Based Sukuk (PBS)
Sukuk Negara seri Project Based Sukuk (PBS) merupakan
Sukuk Negara yang diterbitkan dalam rangka pembiayaan proyek,
bertenor menengah-panjang, dalam denominasi rupiah di pasar
perdana dalam negeri, dengan tingkat imbalan tetap yang
dibayarkan setiap semester (semiannual), serta dapat
diperdagangkan di pasar sekunder. Sukuk Negara seri Project
Based Sukuk (PBS) distruktur dengan menggunakan akad Ijarah
Asset to be Leased dengan underlying asset berupa kombinasi
antara Barang Milik Negara (BMN) dan proyek, di mana sebagian
besar porsinya berupa proyek-proyek Pemerintah dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sukuk
Negara seri Project Based Sukuk (PBS) diterbitkan pertama kali
melalui lelang pada akhir tahun 2011 (namun pada saat itu tidak
ada penawaran (incoming bids) yang dimenangkan) dan ditujukan
28
untuk investor institusi dengan nominal pembelian yang besar.
Hingga saat ini, Sukuk Negara seri Project Based Sukuk (PBS)
diterbitkan secara reguler melalui lelang di pasar perdana dalam
negeri (Hadad, 2016).
g. Sukuk Negara Tabungan (ST)
Sukuk Tabungan (ST) merupakan varian dari Sukuk Ritel
yang merupakan instrumen investasi yang khusus ditujukan bagi
individu Warga Negara Indonesia. Sebagai salah satu varian
produk Sukuk Negara untuk investor individu, Sukuk Tabungan
(ST) dapat lebih terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia karena minimum pembelian yang lebih rendah yaitu
sebesar Rp. 2 juta. Sukuk Tabungan (ST) juga memberikan
imbalan tetap (fixed) yang dibayarkan setiap bulan, dan memiliki
jangka waktu yang sesuai dengan kebutuhan tabungan investasi
masyarakat yaitu 2 tahun. Meskipun Sukuk Tabungan (ST) tidak
dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-tradable), namun
memiliki fasilitas pencairan sebelum jatuh tempo (early
redemption) setelah dimiliki selama 1 tahun (12 bulan periode
imbalan). Sukuk Tabungan (ST) baru mulai diterbitkan pada
tahun 2016 menggunakan struktur akad wakalah dengan
underlying asset berupa kombinasi Barang Milik Negara (BMN)
dan proyek di mana porsi asset berwujudnya (tangible asset)
29
kurang dari 51% dari nilai nominal penerbitan sehingga Sukuk
Tabungan (ST) bersifat non-tradable (Hadad, 2016).
c. Menilai Tingkat Resiko Obligasi
Menurut Nadjib (2008, 353-354) Dalam setiap investasi untuk
mendapatkan keuntungan selalu muncul potensi adanya risiko
kerugian yang akan timbul apabila target keuntungan investasi
tersebut tidak sesuai dengan yang direncanakan dan yang diinginkan.
Setiap tindakan investasi mempunyai tingkat risiko dan keuntungan
yang berbeda-beda. Ada karakter investor yang menginginkan
tingkat keuntungan yang cukup tinggi di atas rata-rata keuntungan
normal sehingga harus siap mendapatkan potensi tingkat risiko yang
tinggi juga. Begitu juga ada investor yang mengharapkan tingkat
keuntungan yang relatif sedikit cenderung akan mendapatkan tingkat
risiko yang relatif kecil juga.
Untuk melakukan investasi obligasi, akan timbul beberapa jenis
risiko investasi yang berbeda hasilnya serta bisa berpengaruh dan
berkaitan satu dengan yang lain. Setiap risiko hendaknya dipahami
sebab akibatnya. Aspek penanganannya juga harus dikuasai penuh
oleh investor obligasi.Dengan pemahaman yang luas tentang risiko
investasi obligasi, tingkat keuntungan yang diharapkan bisa dicapai
secara maksimal dan tingkat kerugian yang tidak diinginkan dapat
dikurangi.
30
a) Interest Rate Risk
Salah satu faktor penentu apakah harga obligasi menarik atau
tidak adalah tingkat suku bunga yang diberikan kepada investor
obligasi. Apabila tingkat suku bunga lebih tinggi dari kupon/bagi
hasil obligasi maka investor cenderung menyimpan dananya pada
produk deposito ketimbang membeli obligasi, tentunya harga
obligasi cenderung turun begitu pula sebaliknya. Seorang bond
trader harus mampu melakukan antisipasi trend kenaikan tingkat
suku bunga untuk menghindari kerugian yang bisa terjadi pada
saat jual/beli obligasi tersebut.
b) Liquidity Risk
Untuk mengantisipasi kenaikan nilai suatu obligasi, harus
dipastikan bahwa investor yang akan membeli atau menjual
obligasi memilih obligasi yang sangat liquid. Artinya obligasi
tersebut cukup banyak beredar. Obligasi yang sangat liquid akan
sangat menguntungkan.
c) Foreign Exchange Rate Risk
Perdagangan pasar uang sangat global dan luas sekali
jangkauannya sehingga tingat jangkauan perdagangan produk
keuangan di luar negeri sangat mempengaruhi likuiditas produk
fixed income di dalam negeri. Pergerakan kurs valas sangat
menentukan harga dan perdagangan di pasar obligasi juga.
31
Dengan tidak stabilnya fluktuasi kurs valas maka otomatis
perdagangan obligasi juga ikut terpengaruh, bisa naik bisa turun.
d) Default Risk
Risiko yang terjadi akibat kesulitan memenuhi kewajiban
pembayaran bunga / bagihasil/ bonus atau prinsipal pada saatjatuh
tempo.
e) Inflation Risk merupakan risiko akibat fluktuasi tingkat inflasi.
B. Penelitian Terdahulu
1. Pengaruh Variabel Inflasi Terhadap Defisit Anggaran Indonesia
Menurut Suryani (2017) dalam penelitiannya tentang pengaruh
pinjaman luar negeri, surat utang negara, penerimaan pajak dan inflasi
terhadap defisit anggaran menunjukkan bahwa variabel inflasi
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap defisit anggaran
Indonesia.
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Satrianto (2015) tentang
determinan defisit anggaran dan utang luar negeri di indoensia yang
sependapat bahwa inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap defisit anggaran.
Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Ratnah (2015) dalam
penelitianya yang berjudul faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
defisit APBN Indoensia yang menunjukan bahwa inflasi berpengaruh
secara negatif terhadap defisit anggaran.
32
Penelitian lain dari skripsi Ramadhan (2018) tentang signifkansi
surat utang negara, inlasi dan sukuk negara terhadap defisit anggaran
yang juga menunjukan bahwa inflasi berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap defisit anggaran.
Menurut Haerani (2012) dalam skripsi yang berjudul analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi defisit APBN di indoensia yang
menunjukkan hasil bahwa inflasi juga berpengaruh secara negatif dan
signifikan.
2. Pengaruh Variabel Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Defisit
Anggaran Indonesia
Dalam penelitian Satrianto (2015) tentang determinan defisit
anggaran dan utang luar negeri di Indoensia variabel pertumbuhan
ekonomi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap defisit
anggaran di Indonesia.
Hasil serupa terdapat pada penelitian Ratnah (2015) tentang faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap defisit APBN Indoensia yang
menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap defisit anggaran.
Penelitian Haerani (2012) dalam skripsi yang berjudul analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi defisit APBN di Indoensia yang
menunjukan hasil pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap defisit anggaran Indonesia.
33
3. Pengaruh Variabel Surat Berharga Syari’ah Negara Terhadap
Defisit Anggaran Indonesia
Menurut Nasrullah (2015) dalam penelitiannya tentang analisis
komparatif sukuk negara atau surat berharga syariah negara (SBSN)
dengan obligasi negara dalam pembiayaan defisit anggaran berpendapat
bahwa sukuk atau surat berharga syariah negara (SBSN) berpengaruh
secara negatif terhadap defisit anggaran.
Dalam penelitian Parisi dan Rusdiana (2017) tentang The
Comparison of Sukuk and Bond Absorptio; Deficit Budget Financing in
Indonesia menunjukkan hasil bahwa sukuk negara atau surat berharga
syariah negara (SBSN) memiliki pengaruh negatif terhadap defisit
anggran Indonesia.
Sedangkan hasil lain terdapat dalam penelitian Ramadhan
(2018) tentang signifkansi surat utang negara, inflasi dan sukuk negara
atau surat berharga syariah negara (SBSN) terhadap defisit anggaran
yang menunjukkan bahwa sukuk berpengaruh secara postif terhadap
defisit anggran.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan di atas, terjadi
adanya perbedaan dalam hasil penelitian mengenai inflasi, pertumbuhan
ekonomi, surat berharga syariah negara (SBSN) terhadap Defisit
anggaran Indonesia. Maka dari itu peneliti mencoba menguji kembali
variabel-variabel tersebut. Beda penelitian dengan penelitian yang
terdahulu yaitu adanya perbedaan dalam segi variabel (adanya variabel
34
Islam surat berharga syariah negara (SBSN), obyek penelitian dan
tahun penelitian.
Berikut adalah tabel research gap atau gap penelitian-penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan judul yang penulis teliti.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO. Jurnal Variabel Hasil
1. Agustina Suryani
, JOM Feko,
Vol.4 No.1 2017
(X) Pinjaman luar negeri, surat utang
negara, penerimaan pajak, inflasi
(Y) Defisit Anggaran
variabel Inflasi mempunyai
pengaruh positif dan signifikan
terhadap defisit anggaran
2. Ratnah S, Jurnal
economic volume 3
nomor 2 desember
2015
(X) Nilai tukar riil, Harga minyak
dunia, tingkat inflasi, pertumbuhan
ekonomi, suku bunga rill
(Y) Defisit APBN
Variabel Inflasi dan variabel
pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negative signifikan
terhadap Defisit APBN Indonesia
3. Dwi wahyu
Ramadhan,
Skripsi UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta 2018
(X) Surat Utang Negara, Inflasi, Surat
Berharga Syari’ah Negara
(Y) Defisit Anggaran
Inflasi berpengaruh secara
negatif dan siginifikan terhadap
defisit anggaran indonesia
Sedangkan variabel SBSN
berpengaruh positif dan
signifikan
4. Wiwin haerani ,
Skripsi
Universitas
Hasanuddin
Makassar Tahun
2012
(X) nilai tukar riil, harga minyak dunia,
inflasi, suku bunga rill, melalui variabel
pertumbuhan ekonomi
(Y) Defisit APBN
Inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap defisit
anggaran dan Variabel
pertumbuhan ekonomi dalam
penelitian ini bertanda negatif
dan signifikan
5. Salman Al Parisi &
Aam Slamet
Rusydiana Tazkia
islamic finance and
business review
vol.10 no.2 2017
(X) Oblogasi,sukuk
(Y) defisit Anggaran
Variabel Sukuk memiliki
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap defisit anggaran
6. Aan Nasrullah ,
Jurnal Lentera:
kajian keagamaan,
(X) Sukuk Negara, Obligasi Negara
(Y) Defisit APBN
Sukuk Negara dapat
meminimalisir atau bahkan dapat
menghindari risiko gagal bayar
35
keilmuan dan
teknologi Vol. 1,
No.2, september
2015
(debt trap)
7. Alpon Satrianto,
jurnal kajian
ekonomi, vol4.No.7
2015
(X) Pertumbuhan ekonomi, Kurs, Harga
minyak dunia, inflasi
(Y) Defisit Anggaran
Variabel inflasi berpengaruh
secara signifikan dan positif
terhadap defisit anggaran,
sedangkan variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap
defisit anggaran
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori penelitian terdahulu yang sudah diuraikan, maka
kerangka penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel independen
yaitu: inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan, obligasi syariah (sukuk). ketiga
variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap defisit anggaran kerangka
pemikiran ini dapat digambarkan pada gambar sebagai berikut:
\
Gambar 2.1Kerangka Berfikir
Inflasi (X1)
Pertumbuan ekonomii
(X2)
ssukuk negara (X3)
S
(X3)
((X1
Defisit Anggaran (Y)
36
D. Hipotesis
Menurut Priadana dan Muis (2016: 77) Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam kalimat pertamnyaan.
Menurut penelitian terdahulu diatas maka hipotesis dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Inflasi Terhadap Defisit Anggaran Indoensia
Menurut Efendi (2009) penyusunan anggaran negara pada awal
tahun, didasarkan menurut standar harga yang telah ditetapkan. Harga
standar itu sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak dapat dijamin
ketepatannya. Dengan kata lain, selama perjalanan tahun anggaran
standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang menurun. Apabila
terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-harga itu berarti biaya
pembangunan program juga akan meningkat, sedangkan anggarannya
tetap sama. Semuanya ini akan berakibat pada menurunnya kuantitas
dan kualitas program, sehingga anggaran negara perlu direvisi. Dengan
begitu dampak dari terjadinya atau meningkatnya inflasi juga dapat
meningkatkan defisit anggaran negara.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suryani (2017) dan
Satrianto (2016) yang menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap defisit anggaran Indonesia.
37
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas maka dapat diambil hipotesis
dari penelitian ini sebagai berikut:
H1: Tingkat inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap defisit anggaran
2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Defisit Anggaran
Menurut Peacock dan Wiseman dalam penelitian Ratnah (2015),
bila produk domestik bruto meningkat maka akan berdampak kepada
peningkatan kegiatan ekonomi utamanya sektor riil dan dunia usaha
pada umumnya. Peningkatan kegiatan ekonomi akan membawa
pengaruh peningkatan penerimaan pemerintah melalui perpajakan,
karena bergairahnya perekonomian sehingga aktivitas dunia usaha
meningkat dan pada akhirnya keuntungan perusahaan meningkat pula.
Peningkatan aktivitas dan keuntungan perusahaan ini tentunya akan
meningkatkan perpajakan baik dari pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai maupun cukai. Penerimaan perpajakan merupakan
pos utama dalam penerimaan dalam negeri. Seperti dikemukakan dalam
penelitian Dalam penelitian Ratnah (2015) dan Penelitian Haerani
(2012) yang menunjukan hasil pertumbuhan ekonomi berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap defisit anggaran indonesia.
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas maka dapat diambil hipotesis
dari penelitian ini sebagai berikut:
H2: pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap defisit anggaran
38
3. Pengaruh surat berharga syari’ah negara terhadap Defisit
Anggaran
Nasrullah (2015) beban fiskal akibat pembayaran resiko nilai tukar
(exchange risk), pada dasarnya baik Obligasi Negara maupun Sukuk
Negara akan menghadapi resiko nilai tukar yang menyebabkan
bertambahnya beban fiskal akibat dari penurunan nilai tukar, terlebih
pada SBN yang berdenominasi Valuta Asing. Tetapi karena keunikan
sistem penerbitan Sukuk Negara, antara lain dengan skema bagi hasil
dan mengaharuskan adanya underlaying asset, penerbitan Sukuk
Negara diyakini mampu meminimalisir pembayaran yang diakibatkan
dari resiko nilai tukar. SBSN ini dapat menambah pendapatan negara
melalui surat utang yang diberikan kepada masyarakat tanpa harus
menambah utang luar negeri. Dengan begitu pemerintah dapat menutup
pembiayaan APBN melalui pendapatan negara yang didapat dari dalam
negeri.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nasrullah (2015), Parisi dan
Rusdiana (2017) yang menunjukkan hasil bahwa sukuk negara
memiliki pengaruh negatif terhadap defisit anggran indonesia.
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas maka dapat diambil
hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:
H3: Surat Berharga Syariah Negara berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap defisit anggaran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan,
penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif karena berupa analisis
data dan angka-angka kuantitatif yang diperhitungkan. penelitian
kuantitatif yaitu penelitian yang prosesnya berupa angka dan
dikumpulkan dari berbagai data yang diambil dari sumbernya.
Dalam pemaparannya penelitian kuantitatif lebih banyak
menampilkan dan memaknai angka-angka disertai dengan
gambar,grafik atau tampilan lainnya.
B. Obyek penelitian dan waktu penelitian
Penulis mengambil obyek penelitian yang diambil dari Indonesia
mencakup seluruh provinsi di Indoensia. Sedangkan waktu penelitian
diambil jangka waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2013-2017.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Menurut Priadana dan Muis (2016:8) populasi adalah sekelompok
orang, kejadian atau gejala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu. Sedangkan menurut Martono (2011) populasi merupakan
sekelompok data berupa obyek maupun subyek yan berada pada suatu
40
wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian, dan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan unit
dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi yang dipakai dalam
penelitian ini adalah data time series dari surat berharga syari’ah negara
(SBSN), inflasi, pertumbuhan ekonomi dari seluruh Indonesia dalam
periode 2013-2017.
2. Sampel
Dijelaskan oleh Supardi (2005:103) sampel penelitian yaitu bagian
dari yang dijadikan subyek penelitian sebagai “ wakil ” dari para
anggota populasi. Sampel dari penelitian ini yaitu semua data-data
mengenai laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, laporan keuangan
perkembangan Surat Berharga Syariah Negara dan tingkat Defisit
anggaran di Indoneisa pada tahun 2013-2017. Yang diperoleh dari BPS
(Badan Pusat Statistik) dan laporan keuangan lembaga pasar modal
syariah yang diambil dari website ojk (otoritas jasa keuangan). Maka
dari itu teknik pengambilan sampel dari penelitian ini dengan
menggunakan teknik sampel jenuh.
Menurut Sugiyono (2008:122) sampling jenuh yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan untuk
sampel.” Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut diperoleh,
jumlah sampel (n) dari data time series setiap bulan selama periode
2013-2017, yaitu sebanyak 60 sample.
41
D. Teknik pengumpulan data
Menurut Tika (2006:57) data adalah sekumpulan bukti atau fakta yang
dikumpulkan dan disajikan untuk tujuan tertentu. Berdasarkan sifatnya
data digolongkan menjadi dua: yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang dinyatalan dalam bentuk kalimat atau
uraian. Dan data kuantitatif adalah data yang bersifat angka. Menurut
sifatnya penelitian ini menggunakan data kuantitatif karena berupa angka
atau data.
Sedangkan berdasarkan sumber datanya, penelitian ini menggunakan
data sekunder. Menurut sugiyono (2008:402) sumber data sekuder adalah
sumber data yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data.
Data utama dalam penelitian ini meliputi data laju inflasi, pertumbuhan
ekonomi, laporan keuangan perkembangan Surat Berharga Syariah Negara
dan tingkat Defisit anggaran di Indoneisa pada tahun 2013-2017 yang
bersumber dari Website Badan Pusat Statistik (BPS) www.bps.co.id,
website OJK (www.ojk.go.id), website Bank Indonesia (www.bi.go.id), dan
website Departemen Keuangan (www.djppr.kemenkeu.go.id).
E. Definisi operasional variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu menggunakan
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent
variable).
http://www.bps.co.id/http://www.ojk.go.id/http://www.bi.go.id/http://www.djppr.kemenkeu.go.id/
42
a) Variabel terikat (dependent variable)
Menurut Priadana dan Muis (2016) variabel dependen adalah
sebuah ukuran yang dianggap sebagai akibat atau konsekuensi atas
terjadinya variabel perubahan perkembangan. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependennya adalah tingkat defisit anggaran negara
Indonesia (y).
b) Variabel bebas (independet variable)
Variabel independent merupakan sebuah ukuran yang menyatakan
sejauh mana sebuah variabel dapat dipandang sebagai yang
bertanggung jawab atas terjadinya variabel perubahan perkembangan.
Dalam penelitian ini variabel indepen (x) terdiri dari: inflasi (x1),
pertumbuhan ekonomi (x2), surat berharga syari’ah negara (x3).
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data time series.
Menurut priadana dan muis (2016:10) data time series adalah objek berupa
data runtun waktu. Dan kemudian diuji dengan aplikasi e-views 9.
G. Uji Instrumen Penelitian
Menurut Rosadi (2012) Uji stasioneritas (uji instrumen) merupakan
sifat yang penting dalam analisi runtun waktu. Pada model stasioner, sifat-
sifat statistik dimsa yang akan datang dapat diramalkan berdasarkan data
historis yang telah terjadi di masa lalu. Pengujian stasioneritas di dalam
43
data runtun waktu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai
berikut:
a) Untuk mendeteksi ketidak-stasioneran data dalam mean (rata-rata) dapat
digunakan plot dari data dalam urutan waktu, plot fungsi autokorelasi dan
plot fungsi autokorelasi parsial. Jika data mengandung komponen trend
maka plot ACF/PACF akan meluruh secara perlahan dan data non
stasioneritas dalam mean.
b) Untuk mendeteksi ketidakstastioneran dalam variasi dapat digunakan
plot ACF/PACF dari residual kuadrat.
c) Uji unit root test, terdapat berbagai metode untuk melakukan uji akar
uni, di antaranya dickey fuller, augmented dickey fuller, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini digunaan cara uji stasioneritas dengan uji unit
root test atau uji akar. Uji ini merupakan salah satu iji yang paling sering
digunakan dalam pengujian stasioneritas dari data, yakni melihat apakah
terdapat unit root di dalam model atau tidak. Dengan penilaian analisis
hipotesis nol ditolak jika nilai stasioneritas uji ADF memiliki nilai kurang
(lebih negatif) dibandingkan dengan nilai daerah kritik. Jika h0 ditolak
maka data stasioner.
I. Alat Analisis
1. Analisis deskriptif
Ghozali, (2016:19). Statistik deskriptif akan memberikan sebuah
intreprestasi deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
44
standar deviasi, varian, nilai maksimum, nilai minimum, sum, range,
kurtosis, dan skewness.
2. Analisis regresi
Menurut Rosadi (2012) Analisis regresi adalah suatu analisis statistik
yang digunakan untuk menjelaskan suatu variabel respons ( ouput,
dependent, dan endogen) y, dan menggunakan satu atau lebih variabel
input (x1 ...xk).
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi menggunakan metode
pengujian regresi menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Menurut
Ansofino (2016:20) Metode OLS (Ordinary Least Square) adalah suatu
ekonometrika dimana terdapat variabel independen yang merupakan
variabel penjelas dan variabel dependen sebagai variabel yang dijelaskan
dalam suatu persamaan linear.
Model regresi berganda secara umum dapat diberikan sebagai berikut:
Y= β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + ɛ
Dimana:
Y: defisit anggaran
Β0: konstanta dari persamaan regresi
X1: inflasi
X2: pertumbuhan ekonomi
X3: surat berharga syaria’ah negara
Ɛ : variabel residual atau prediction error
45
3. Uji hipotesis
Dalam buku Pridana dan Muis (2016) dijelaskan uji hipotesis meliputi
sebagai berikut:
a. Uji t
Uji satatistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas secara indiidual dalam menerangkan variasi
variabel terikat. Hipotesis nol (h0) yang hendak siuji adalah apakah
suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau: H0: b1 = 0 Artinya,
apakah suatu variabel independen bukan merpakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesi alternatifnya (ha),
parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau; Ha: bi tidak
sama dengan 0. Aratinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
b. Uji f
Uji statistik simultan (uji f) menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (h0) yang
hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama
dengan nol, atau h0 : b1 = b2=....=bk=0. Artinya, apakah semua
variabel independen bukan merupakan penjelasan yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (ha), tidak semua
parameter secara simultan sama dengan nol, atau ha : b1 tidak sama
dengan .... Tidak sama dengan bk tidak sama dnegan 0. Artinya, semua
46
variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang
signfikan terhadap variabel dependen.
c. Uji R2
Koefisisen determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat.
Formula menghitung koefisien determinasi adalah : R2 = (
TSS-
SSE)/TSS=SSR/TSS Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol
dan satu. Nilai r2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
4. Uji asumsi klasik
1) uji normalitas
Menurut Ansofino (2016) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah aam model regresi panel variabel-variabelnya berdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Jarque-
Bera (JB) dan chi square tabel. Uji JB didapat dari hitogram normality
sebagai berikut:
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0: data berdistribusi normal
H1: data tidak berdistribusi normal
Jika hasil dari JB hitung > chi square, maka H0 ditolak
Jika hasil dari JB hitung < chi square, maka H0 diterima
47
2) uji multikolinieritas
Rosadi (2012) Dalam model regresi diasumsikan tidak memuat
hubungan dependen si linear antarvariabel independen. Jika terjadi
hubungan dependensi linear yang kuat diantara variabel independen
maka dinamakan terjadi problem multikolinearitas. Jika terjadi
multikolinearitas maka nilai standard error menjadi tidak valid
sehingga hasil uji signifikansi koefisien dengan uji t tidak valid.
Dalam buku Ansofino (2016) dijelaskan metode dalam pengujian
multikolinearitas ada 2 yaitu metode auxiliary dan metode Variance
Inflation factor. Dalam penelitian ini menggunakan metode Variance
Inflation factor. Jika nilai VIF semakin membesar maka di duga ada
multikolinearitas.
3) uji heteroskedastisitasatis
Rosadi (2012) Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menganalisis apakah variansi dari error bersifat tetap/konstam
(homokedastik) atau berubah-ubah (heteroskedastik). Deteksi adanya
heteroskedastisitas dapat dilakukan secara grafis dengan melihat
apakah terdapat pola non-random dari plot residual atau residual
kuadratis terhadap suatu variabel independent x atau terhadap nilai
fitted variabel dependen y.
Didalam literatur dikenal banyak metode untuk pengujian
hetroskedastidita, diantaranya adalah. dan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode uji white. Dimana dihitung nilai stastistik uji
48
white uji white w =nr2
dengan n menunjukkan banyaknya data,
sedangkan r2
adalah nilai koefisien determinasi dari persamaan regresi
semu antara residual dengan variabel-variabel independen.
4) uji autokorelasi
Ansofino (2016) Autokorelasi merupakan korelasi antara satu
variabel gangguan dengan variabel gangguan lainnya. Sedangkan
asumsi penting OLS berkaitan dengan variabel gangguan adalah tidak
ada hubungan antara variabel gangguan satu dengan variabel
ganggguan lain. Jika terjadi Autokorelasi, estimator OLS tidak
menghasilkan estimator yang BLUE. Konsekwensinya yaitu standard
error mempunyai varian yang minimum. Standard error metode OLS
tidak dapat dipercaya kebenaranya dan uji distribusi t dah f tidak
dapat dipercaya untuk evaluasi hasil regresi.
Dalam penelitian ini digunakan metode Durbin Watson untuk
mendeteksi adanya autokorelasi atau tidak. Dengan kriteria
pengambilan kepustusan untuk menguji hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi
positif
Total 0 < d < dL
Tidak ada autokorelasi
positif
No decision dL ≤ d ≤ dU
Tidak ada autokorelasi
negative
Tolak 4 - dL< d < 4
Tidak ada autokorelasi
negative
No decision 4 - dU ≤ d ≤ 4 - dL
Tidak ada autokorelasi
positif / negatif
Tidak ditolak dU < d < 4 - dU
49
Adapun metode penyembuhan autokorelasi dapat dilakukan dengan
metode berikut:
1. ketika struktur Autokorelasi (p) diketahui, maka penyembuhan
autokorelasi dapat dilakukan dengan transformasi persamaan, dikenal
dengan metode General diffrerence equation. Jika terjadi autokorelasi,
maka dimasukkan variabel lag nya.
2. ketika struktur autokorelaso (p) tidak diketahui. Dapat deilakukan
dengan beberpa metode sebagai berikut: metode difference tingkat
pertama, dapat dilakukan juka R2
> d pada regresi awal, estimasi (p)
berdasarkan Berenbluttwebb, estimasi (p) berdasarkan statistik durbin
watson, estimasi (p) berdasarkan metode 2 langkah DW, estimasi (p)
berdasarkan metode Cochriane Orcutt.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Statistik Deskriptif
1. Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data
sekunder yang diambil dari data makro dari tiap provinsi di
Indonesia. Maka dari itu penulis mencamtumkan evaluasi variabel
penelitian sebelum melakukan analisis data. Adapun deskripsi dari
tiap variabel terdapat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Deskriptif
Deskripsi Defisit
Anggaran INFLASI PDB SBSN
Mean 250.1763 0.517500 7.296167 9.863200
Median 235.4450 0.375000 5.02000 8.989500
Maximum 330.1670 3.29000 50.7000 19.24900
Minimum 192.9450 0.01000 4.70000 1.107000
Std. Dev. 38.80749 0.569840 10.01966 0.151497
Observations 60 60 60 60
Sumber : data sekunder diolah, 2019
Dari data tabel 4.1 terlihat bahwa variabel defisit anggaran sebagai
variabel dependen (Y) mempunyai jumlah observasi sebanyak 60
dengan standar deviasi sebesar 38.80749 dengan nilai rata-rata (mean)
250.1763 ,adapun data tertinggi defisit anggaran yaitu 330.1670
dan data terendahnya 192.9450.
51
Variabel inflasi dengan standar deviasi 0.569840 dan nilai rata-
rata (mean) 0.517500 memiliki nilai terendah inflasi 0.10000 dan nilai
maksimum 3.290000, adapun jumlah obesvasi yaitu 60.
Variabel pertumbuhan ekonomi (PDB) dengan standar deviasi
10.01966 dan nilai rata-rata (mean) 7.296167 memiliki nilai terendah
4.70000 dan nilai maksimum 50.70000, adapun jumlah obesvasi yaitu
60.
Variabel Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN), dengan nilai
rata-rata (mean) 9.863200, dengan nilai sandar deviasi
sebesar 6.464666, dan nilai terendah dan nilai tertinggi nya
yaitu 1.107000 dan 19.24900. Adapun jumlah observasi dari variabel
SBSN adalah 60.
2. Uji Stationeritas
Sebelm melakukan uji data, terlebih dahulu penulis melakukan uji
stasioneritas, adalapun uji stasioneritas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Unit Root dengan uji ADF (Augmented-Dickey-
Fuller). berikut adalah hasil uji stasioneritas masing-masing variabel
dapat dilihat pada tabel 4.2:
52
Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas
No Variabel Probability Unit Root
Test
Keterangan
1 X1 – inflasi 0,0000 Uji stasioneritas root
second difference
2 X2 – Pertumbuhan
Ekonomi 0,0000
Uji stasioneritas root
second difference
3 X3 – Surat Berharga
syariah negara 0,0000
Uji stasioneritas root
second difference
4 Y- defisit anggaran 0.0000 Uji stasioneritas root
second difference
Sumber : Data Sekunder yang diolah,2019
Berdasarkan tabel 4.2, data yang diolah menunjukkan output
dengan nilai probability < 0.05. Maka ditetapkan uji stasioneritas untuk
masing-masing variabel dalam penelotian ini menggunakan uji root
second difference dan memenuhi ketentuan uji stasioneritas maka layak
untuk dilanjutkan dengan uji data selanjutnya.
3. Uji Regresi
Setelah lulus uji statsioneritas, maka peneliti harus melakukan uji
pemilihan model regresi, adapun dalam penelitian ini penulis
menggunakan model OLS Dalam penelitian ini digunakan analisis
regresi menggunakan metode pengujian regresi menggunakan OLS
(Ordinary Least Square). dimana terdapat variabel independen
(variabel penjelas) dan variabel dependen (variabel yang dijelaskan)
dalam suatu persamaan linear.
53
Tabel 4.3 Uji Regresi
Dependent Variable: D(DEFISITANGGARAN(-5),3)
Method: Least Squares
Date: 08/18/19 Time: 21:25
Sample (adjusted): 2013M09 2017M12
Included observations: 52 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.034791 0.204595 0.170047 0.8657
D(INFLASI(-5),3) -0.127657 0.116470 -1.096055 0.2785
D(PERTUMBUHANEKONOMI(-5),3) -0.017195 0.006059 -2.837834 0.0066
D(SBSN(-5),3) -0.155846 0.030939 -5.037260 0.0000 R-squared 0.393086 Mean dependent var 5.99E-15
Adjusted R-squared 0.355154 S.D. dependent var 1.836141
S.E. of regression 1.474463 Akaike info criterion 3.688269
Sum squared resid 104.3540 Schwarz criterion 3.838364
Log likelihood -91.89498 Hannan-Quinn criter. 3.745812
F-statistic 10.36289 Durbin-Watson stat 2.550385
Prob(F-statistic) 0.000023
Sumber: Data sekunder diolah,2019
4. Uji Hipotesis
Dalam Uji hipotesis terdapat beberapa uji statistika, diantaranya
uji t, uji f dan uji R2.
adapun hasil uji uji hipotesis tersebut sebagai
berikut:
a. Uji t (parsial)
Uji t berguna untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari
alfa α= 0.05 maka variabel independen secar
Top Related