Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2044
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KARAKTERISTIK
PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL DENGAN MANAJEMEN
LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Disusun Oleh:
SUHARIYANTO, M.Ak.
NIDN : 0410086804
STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh good governance,
karakteristik perusahaan terhadap struktur modal dengan manajemen laba sebagai
moderat. "Studi kasus Perusahaan Manufaktur tercatat di Bursa Efek Periode 2014-
2016.
Populasi penelitian ini semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada 2014-2016 yang terdaftar di Direktori Pasar Modal
Indonesia (2016), berjumlah 146 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI digunakan sebagai penduduk, karena perusahaan memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar. Sampel diambil dengan teknik
purposive sampling, berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh sampel diperoleh 82
perusahaan. Metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi
berganda, dengan bantuan program SPSS for Windows Release 17.0.
Hasil penelitian, dengan manajemen laba sebagai variable moderasi diperoleh
Tangibility, Size, Growth, Liquidity, Komisaris independen, Institutional Ownership
dan Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal,
sedangkan Profitability berpengaruh negatif terhadap struktur modal dengan
manajemen laba sebagai variable moderasi.
Mengukur struktur struktur modal dengan menggunakan manajemen laba
sebagai moderating kurang dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan, karena
hasil self-assessment cenderung mengandung unsur subjektivitas. Adanya tekanan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2045
regulasi juga menyebabkan perusahaan tidak sepenuhnya memenuhi tanggung
jawabnya kepada pemangku kepentingan.
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan manufaktur harus
menerapkan mekanisme pengelolaan modal dan manajemen pendapatan yang lebih
baik sehingga tanggung jawab mereka terhadap pemangku kepentingan dapat dipenuhi
dan tidak hanya untuk memenuhi tuntutan dan kepentingan peraturan dari sekelompok
pemangku kepentingan.
Kata kunci : struktur modal, profitability, tangibility, Size, Growth, likuiditas,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan insulasi
pendapatan.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka menghadapi era Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA), sebenarnya sudah disepakati dan sudah diberlakukan mulai
dari tahun 2015, di Indonesia dimana dalam menghadapi berlakunya MEA banyak
menghadapi tantangan dan tantangan tersebut bisa dari ekternal beberapa tantangan
baik eksternal maupun internal. Tantangan tersebut selain dari eksternal juga berasal
dari internal. Dan tingkat persaingan didalam perdagangan yang semakin ketat dan
Indonesia belum begitu siap yang akan mengakibatkan neraca pembayarn kita akan
mengalami defisit, semakin besarnya defisit neraca perdagangan Indonesia dengan
Negara ASEAN lainnya, dan bagaimana Indonesia dapat meningkatkan daya tarik
investasi. Sementara itu, tantangan internal Indonesia antara lain adalah rendahnya
pemahaman masyarakat terhadap AEC dan ketidaksiapan daerah menghadapi AEC.
Salah satu industri yang akan menghadapi persaingan ketat dengan berlakunya
MEA adalah industri manufaktur. Karena dengan adanya MEA ini barang-barang akan
masuk ke Indonesia dengan bebas, dengan harga yang lebih murah, terutama barang
dari Cina akan masuk di Indonesia dengan harga yang sangat murah. Hal ini akan
mengganggu produksi di dalam negeri, dimana biaya produksi dalam negeri akan
semakin meningkat yang berpengaruh pada harga pokok produk tersebut. Produk yang
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2046
dihasilkan apabila dijual akan lebih mahal bila dibandingkan dengan harga impor dari
negara Asean terutama negara Cina. Terlepas dari banyaknya teori, model, dan
penelitian yang mencoba menjelaskan masalah struktur modal. Masalahnya masih
belum terselesaikan. Namun, mengikuti kemajuan terkini dalam teori agensi, tata kelola
perusahaan, dan keuangan perilaku, perlu dicari hubungan antara hasil penerapan
beberapa mekanisme tata kelola perusahaan.Celah informasi antara pemegang saham
dan agensi karena yang menjalankan perusahaan menghasilkan masalah keagenan
(Jensen dan Meckling, 1976). Masalah agensi dapat meningkatkan biaya operasi, biaya
pengawasan dan pengendalian perilaku agen, serta beberapa kerugian yang terjadi
karena proses pengambilan keputusan yang optimal oleh agensi (Fama dan Jensen,
1983). Ada kemungkinan manajer dalam mengambil tindakan/keputusan berdasarkan
kepentingan pribadinya tanpa memperhatikan kepentingan pemegang saham (Najjar,
2010). Benturan kepentingan dan risiko perilaku oportunistik dapat meningkatkan biaya
modal (La Rocca, 2007). Kondisi tersebut harus dicegah dengan menggunakan
mekanisme sinkronisasi berbagai kepentingan stakeholder perusahaan. Upaya harus
dilakukan untuk meminimalkan masalah Agensi serta meningkatkan kepercayaan
investor. Struktur good corporate governance, Struktur Kepemilikan, Struktur Modal,
dan Mekanisme Pengungkapan Modal Intelektual merupakan elemen penting untuk
meminimalkan Biaya Modal dan meningkatkan Kinerja Perusahaan.
Corporate governance adalah mekanisme yang berfungsi untuk memastikan bahwa
setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer dan karyawan sejalan dengan tujuan
perusahaan dan melindungi kepentingan stakeholder’s untuk meningkatkan
kepercayaan investor. Struktur kepemilikan dapat digunakan sebagai alat untuk
menjaga keseimbangan dari berbagai kepentingan baik di dalam perusahaan maupun
pengendalian manajemen perusahaan. Kebijakan Struktur Modal dapat mencegah
perilaku oportunistik agensi. Utang menghasilkan komitmen manajer untuk membayar
arus kas masa depan (Jensen, 1986). Utang memainkan peran penting dalam
mekanisme Corporate Governance (Florackis, 2012). Perusahaan dengan Corporate
Governance yang buruk memiliki tingkat leverage dan tingkat leverage yang lebih
tinggi sebagai pengganti Corporate Governance dalam meminimalkan konflik agensi
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2047
(Jiraporn et al., 2012). Utang juga bisa meningkatkan nilai perusahaan (Modigliani
Miller, 1963). Tidak hanya utang yang meminimalisir masalah keagenan, tapi juga
mendorong perusahaan untuk lebih transparan. Manajemen perusahaan berusaha
mengurangi biaya dan informasi asimetris dengan mengungkapkan lebih banyak
informasi untuk memenuhi kebutuhan kreditur (Prencipe, 2004). Penyingkapan akan
menghilangkan ketidakpastian, mengurangi perkiraan risiko dan menurunkan biaya
ekuitas. Selain meminimalkan ketidakpastian, investor akan bersedia menerima dividen
rendah dalam arti biaya yang lebih rendah sekali dibandingkan dengan ekuitas
perusahaan (Whiting et al., 2011). Salah satu jenis informasi yang akan diungkapkan
adalah Intellectual Capital (IC) karena IC memiliki peran vital dalam meningkatkan
kinerja bisnis yang lebih tinggi. Selain itu, Intellectual Capital juga akan mendorong
atau mempromosikan value driver sebuah perusahaan (Kamukama et al., 2011).
Pengungkapan IC yang lebih tinggi dapat mempengaruhi informasi asimetris,
menurunkan biaya modal ekuitas dan menurunkan suku bunga (Orens, 2009). Informasi
asimetris berpengaruh positif terhadap biaya modal (Amstrong et al., 2011). Oleh
karena itu, pemegang saham memerlukan informasi yang berkaitan dengan IC untuk
proses pengambilan keputusan (Yi et al., 2010).
Menurut Penelitian secara umum, bahwa Corporate Governance di Indonesia
menunjukkan praktik Corporate Governance yang buruk (Stern Stewart & Company).
Implementasi Corporate Governance saat ini oleh perusahaan-perusahaan Indonesia,
terutama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, hanya dalam bentuk format atau
simbolisme dan juga arah awal terhadap tingkat wacana kepatuhan perusahaan
(Sembel, 2013). Terlepas dari lemahnya penerapan Corporate Governance, menurut
Jobplanet, platform komunitas online yang menampilkan informasi perusahaan dan
lowongan kerja, merilis daftar perusahaan terbaik di Indonesia pada 2016. Perusahaan-
perusahaan yang masuk dalam daftar perusahaan terbaik tersebut memiliki tingkat
kepuasan karyawan tertinggi. Artinya, mereka dinobatkan secara langsung oleh
karyawan mereka sebagai perusahaan terbaik untuk bekerja. Tentunya itu akan
membuat perusahaan-perusahaan tersebut menjadi incaran para pencari kerja di tahun
2017.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2048
Temuan beberapa penelitian menunjukkan berbagai jenis informasi. Jiraporn dkk.,
(2012) yang melakukan studi tentang pengaruh Corporate Governance terhadap modal
Struktur dan korelasi antara kualitas Leverage dan Corporate Governance
menunjukkan bahwa perusahaan dengan Corporate Governance yang buruk memiliki
pengaruh yang tinggi. Sebaliknya, temuan penelitian yang dilakukan oleh Sheikh et al.,
(2012), Bokpin dkk., (2009) menyebutkan korelasi positif antara Tata Kelola
Perusahaan dan struktur modal. Temuan Sheik et al., (2012), Struktur Kepemilikan
memiliki pengaruh negatif terhadap Struktur Modal, sementara Bokpin dkk., (2009),
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap hutang jangka panjang atau ekuitas.
Menurut (Hidalgo et al., (2011), Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
Pengungkapan Modal Intelektual menunjukkan dan memperkuat paradigma bahwa
pemegang saham / investor institusional memiliki efek negatif dalam pengungkapan
sukarela sementara kepemilikan yang berlebihan oleh investor institusi mungkin
memiliki dampak negatif terhadap pengungkapan / pengambilan keputusan strategis.
Faktor penentu struktur modal dalam bentuk karakteristik perusahaan terdiri dari
ukuran perusahaan, pertumbuhan, profitabilitas, likuiditas, tangibility yang menjadi
pertimbangan dalam keputusan perusahaan terhadap pendanaan saat ini yang menarik
untuk dikaji karena sampai saat ini belum diketahui bagaimana perusahaan manufaktur
publik di Indonesia memutuskan untuk struktur yaitu pilihan dana modal secara internal
dan eksternal, serta hutang dan ekuitas.
Menurut Huang dan Song (2006), mem-perkirakan model OLS untuk menentu-kan
faktor penentu struktur modal. Mereka dalam penelitiannya menyimpul-kan bahwa
size perusahaan dan aset tetap ber-pengaruh positif terhadap leverage, sementara
profitabilitas, perisai pajak non-hutang, growth, kepemilikan saham manajerial
berdampak negatif terhadap rasio struktur modal.
Menurut Ferri dan Jones (1979), berbeda dengan penelitian yang dilakukan Huang
dan Song (2006) , menyimpul-kan bahwa Size Perusahaan mempenga-ruhi struktur
modal perusahaan namun tidak secara positif karena dihipotesiskan. Juga karena hasil
penelitian ini, leverage operasional memiliki dampak negatif terhadap rasio hutang
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2049
perusahaan sedangkan risiko bisnis bukan merupakan penentu yang signifikan dari
struktur modal perusahaan.
Menurut Gumanti (2000) menyatakan bahwa manajemen laba akan muncul
atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan karena mereka
mengharapkan manfaat dari tindakan yang dilakukannya. Kondisi ini menjadi
menarik untuk diamati karena mampu memberikan gambaran akan perilaku
manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu.
Menurut Healy & Wahlen (1998) manajemen laba terjadi ketika manajemen
menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk
mengubah laporan keuangan sebagai dasar kinerja perusahaan yang bertujuan
menyembunyikan dari pemilik atau pemegang saham, untuk mempengaruhi hasil
kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Berdasarkan uraian diatas dan hasil penelitian sebelumnya, pengaruh langsung
struktur aset, struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan tidak
menunjukkan hasil yang konsisten. Selanjutnya, belum ada penelitian yang mengulas
pengaruh tidak langsung good gavernance dan karekateristik perusahaan (profitability,
size, tangibility, growth, dan liquidity), terhadap struktur modal dengan menggunakan
manajemen laba sebagai Variabel Moderasi. Menurut Brigham dan Houston, salah satu
faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah struktur aset. Sebuah perusahaan di
mana aset mayoritas berasal dari aset tetap akan memprioritaskan sumber dana melalui
pinjaman. Perusahaan dengan sejumlah besar aset tetap akan memiliki lebih banyak
pinjaman karena aset tetap dapat dijadikan agunan. Selain itu, ukuran perusahaan juga
mempengaruhi struktur modal perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan,
semakin banyak yang mereka pinjam. Sebuah perusahaan besar yang memiliki reputasi
baik di pasar lebih cenderung memiliki pinjaman sebagai sumber dana. Semakin besar
pinjamannya, semakin besar ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar
mungkin mencerminkan pencapaian keuntungan yang lebih baik di masa depan. Jadi
tujuan penelitian ini ada dua. Pertama, untuk mengetahui pengaruh langsung good
gavernance dan karekateristik perusahaan (profitability, size, tangibility, growth, dan
liquidity), terhadap struktur modal perusahaan. Kedua, untuk mengetahui pengaruh
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2050
tidak langsung good gavernance dan karekateristik perusahaan (profitability, size,
tangibility, growth, dan liquidity), terhadap struktur modal perusahaan dengan struktur
modal sebagai Variabel Moderasi.
2. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:
a. Kepemilikan institusional merupakan alat monitoring yang efektif dalam
mengontrol perilaku manajer agar sesuai dengan kepentingan pemegang saham,
dengan demikian, kebijakan struktur modal dengan menajemen laba sebagai
Variabel Moderasi akan dipengaruhi oleh investor institusional.
b. Tata kelola perusahaan (corporate governance) merupakan salah satu sistem
kontrol yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga
kinerja perusahaan menjadi lebih baik yang dapat mempengaruhi kebijakan
struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi.
c. Peran komisaris independen sangat berarti dalam mengontrol perilaku direksi
agar operasional perusahaan berjalan sesuai aturan.
d. Kesempatan bertumbuh menunjukkan kondisi perusahaan sedang dalam posisi
baik untuk berinvestasi, sehingga perusahaan membutuhkan modal besar, dan
hal ini akan mempengaruhi kebijakan struktur modal dengan menajemen laba
sebagai Variabel Moderasi .
e. Laba perusahaan dapat dijadikan sumber dana internal yang memiliki biaya
paling murah dibandingkan sumber dana eksternal. Hal ini akan mempengaruhi
kebijakan struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi .
f. Likuditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai
kewajiban jangka pendeknya, jika perusahaan dalam kondisi kesulitan
likuiditas, maka perusahaan akan memanfaatkan liabilitas untuk menambah
modal, sehingga mempengaruhi kebijakan struktur modal dengan menajemen
laba sebagai Variabel Moderasi .
g. Arus kas menjadi penting dalam mendukung kelancaran operasional
perusahaan, jika perusahaan dalam kondisi krisis arus kas, maka akan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2051
diperlukan sumber dana eksternal, hal ini akan mempengaruhi struktur modal
dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi .
h. Likuditas yang tinggi akan memudahkan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajiban jangka pendeknya, hal ini akan mempengaruhi struktur modal
perusahaan dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi.
i. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan, semakin besar
perusahaan, maka akan semakin besar kebutuhan perusahaan terhadap modal,
hal ini akan mempengaruhi kebijakan struktur modal dengan menajemen laba
sebagai Variabel Moderasi.
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah uraikan, tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh profitability sebagai proksi dari firm
characteristic secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba
sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
b. Untuk menganalisis pengaruh size sebagai proksi dari firm characteristic secara
parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel
Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
c. Untuk menganalisis pengaruh tangibility sebagai proksi dari firm characteristic
secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai
Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
d. Untuk menganalisis pengaruh growth sebagai proksi dari firm characteristic
secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai
Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
e. Untuk menganalisis pengaruh liquidity sebagai proksi dari firm characteristic
secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen laba sebagai
Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
f. Untuk menganalisis pengaruh managerial ownership sebagai proksi dari
ownership structure secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2052
laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI.
g. Untuk menganalisis pengaruh institutional ownership sebagai proksi dari
ownership structure secara parsial terhadap struktur modal dengan menajemen
laba sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI.
h. Untuk menganalisis pengaruh komisaris independen secara parsial terhadap
struktur modal dengan menajemen laba sebagai Variabel Moderasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Struktur Modal
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan
modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang
maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan
dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur modal adalah
kombinasi antara utang saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan
untuk merencanakan mendapatkan modal. Kebijakan struktur modal melibatkan adanya
suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian. Risiko yang lebih tinggi cenderung
akan menurunkan harga saham, tetapi ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih
tinggi akan menaikkannya. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai
suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan
harga saham perusahaan. Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori
Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak
relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi
untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001:31) yaitu:
a. Tidak terdapat agency cost,
b. Tidak ada pajak,
c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
perusahaan,
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2053
d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek
perusahaan di masa depan,
e. Tidak ada biaya kebangkrutan,
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan
dari hutang,
g. Para investor adalah price-takers,
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market
value).
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan
berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields)
dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”
(p.81). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan
(bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan
dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan
perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang
berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal.
Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam
penggunaan dana.
Menurut Teori Keagenan (Agency Approach), struktur modal disusun untuk
mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang
saham dengan manager adalah konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager
ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut.
Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik leagenan free cash flow.
Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan dipaksa untuk
mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2054
2. Profitability
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang
lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi akan berinvestasi menggunakan utang yang relatif
kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan
untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan Profitability (profitabilitas) didefinisikan sebagai rasio laba
sebelum bunga, pajak dan penyusutan terhadap jumlah aktiva (Dessomsak, et al. 2004).
Teori pecking order mendalilkan bahwa manajer lebih memilih untuk membiayai
proyek-proyek internal, karena adanya asimetri informasi antara manajer dan investor
luar. Selain itu, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi memilih untuk tidak
menaikkan ekuitas eksternal untuk menghindari potensi dilusi kepemilikan. Jadi, ada
hubungan terbalik antara profitabilitas dan leverage.
3. Size
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari
pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan
usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator
bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, di mana perusahaan
dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam
menjalankan usahanya. Perusahaan besar pada umumnya memiliki berbagai kelebihan
yang dapat mempengaruhi tingkat leverage-nya dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (firm size) memiliki
hubungan positif dengan tingkat leverage perusahaan. Fama dan Jensen (1983)
menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk menyediakan lebih banyak
informasi bagi para pemberi pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil (Huang
dan Song, 2002). Ferry dan Jones (1979) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat
diukur melalui dua cara, yaitu rata-rata total aktiva dan rata-rata total penjualan untuk
tahun yang bersangkutan hingga beberapa tahun.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2055
4. Tangibility
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam
aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu
modal sendiri, sedangkan utang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar
aktivanya dan terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan
kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva
terhadap struktur modal suatu perusahaan. Chen dan Jiang (2001) menyatakan bahwa
tangibility merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan aktiva total perusahaan.
Pada umumnya teori-teori struktur modal menyatakan bahwa hubungan antara
tangibility dan leverage adalah positif. Jensen dan Meckling (1976) dalam
penelitiannya mengenai agency cost, ownership dan struktur modal menyatakan bahwa
biaya
Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang
menguntungkan. Teori agensi menggambarkan hubungan yang negatif antara growth
opportunity dan leverage. Di mana, perusahaan keagenan dari hutang (agency cost of
debt) antara manajer dan para pemegang saham dengan para kreditur terjadi ketika para
manajer bermaksud untuk memanfaatkan kekayaan para kreditur untuk keuntungan
(benefits) para manajer dan pemegang saham.
5. Growth
dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam
berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan. Pihak manajemen yang
menginginkan pertumbuhan (growth), ekuitas eksternal perusahaan yang dimiliki lebih
bernilai dibandingkan kesempatan investasi yang besar (Jung, Kim, dan Stulz dalam
Parlak, 2010:149). Dengan demikian utang memiliki nilai bagi perusahaan yang tidak
memiliki kesempatan investasi sebagai pembatas pada biaya keagenan (Berger, Ofek
and Yermack, 1997 dalam Parlak, 2010:149).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2056
6. Liquidity
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan
aktiva lancar yang dimiliki. Perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi, berarti
perusahaan tersebut memiliki cukup banyak dana yang dapat digunakan untuk
membiayai aktivitas perusahaan. Sehingga semakin tinggi tingkat likuiditas, akan
semakin rendah struktur modal yang digunakan. Salah satu yang menjadi perhatian
utama dari kebanyakan analisis keuangan yaitu perusahaan akan mampu memenuhi
kewajiban untuk melunasi pinjamannya. Suatu analisis likuiditas yang lengkap
mensyaratkan penggunaan anggaran kas, tetapi dengan membandingkan jumlah kas dan
aktiva lancar lainnya terhadap kewajian lancar, analisis rasio menyediakan suatu ukuran
atas likuiditas yang cepat dan mudah digunakan. Rasio likuiditas bisa memberi sinyal
yang berbeda kepada khalayak yang berbeda. Dari sudut pandang investor institusional,
ini menandakan situasi negatif yang akan dihadapi perusahaan. Tingginya likuiditas
menandakan risiko default yang rendah dalam membayar kewajiban jangka pendek
untuk perusahaan. Sejak memiliki banyak aset likuid, yang bisa dengan cepat
dikonversi menjadi uang tunai, dengan likuiditas tinggi perusahaan dapat lebih mudah
mencari pinaman dengan asetnya sebagai jaminannya guna untuk mendanai investasi
masa depan atau memenuhi kewajiban hutang (Brigham & Houston 2007, 87-88).
7. Corporate Governance
Lahirnya corporate governance dilatarbelakangi adanya agency theory. Teori
keagenan menjelaskan adanya potensi perbedaan kepentingan antara agen (manajemen
perusahaan) dengan pemegang saham. Syakhroza (2002) mendefinisikan corporate
governance secara lebih gamblang, mudah dan jelas dikatakan bahwa corporate
governance adalah suatu sistim yang dipakai “Board” untuk mengarahkan dan
mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling, and supervising) pengelolaan
sumber daya organisasi secara efisien, efektif, Menemukan bahwa variabel
profitability, taxes, dan liquidity bepengaruh terhadap leverage, sedangkan variabel
tangibility, non-debt tax shield, cost of debt, dan size tidak berpengaruh secara
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2057
signifikan terhadap leverageekonomis, dan produktif (E3P) dengan prinsip-prinsip
transparant, accountable, responsible, independent, dan fairness (TARIF) dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
8. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan perusahaan termasuk di dalamnya adalah
a. kepemilikan manajerial dan
b. kepemilikan institusional.
Menurut teori agency, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk
mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham (Faisal,
2005).
Dalam konteks teori agency, para manajer merupakan agen yang mengelola kegiataan
bisnis organisasi atas nama pemilik perusahaan.
9. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang dijabarkan sebelumnya, Sofilda
dan Marayani (2007) denganVariabel dependen Struktur Modal dan variable
Independen sizen tangibility, non debt tax shield, dan depreciation diperoleh hasil
Menemukan bahwa size tangibility, non debt tax shield, dan depreciation berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal. Penelitan berikutnya adalah Amjad dan Bilal (2013)
dengan Var.dependent, capital structure dan Var. Independen: size, tangibility,
profitability, growth opportunities and liquidity diperoleh hasil size, tangibility,
profitability, growth opportunities and liquidity berpengaruh signifikan terhadap capital
structure.
Penelitian Collins dan Filibus (2012), dengan Var.dependent: struktur modal, nilai
pasar Var. Independent: nilai pasar perusahaan, ukuran, Leverage dengan hasil
Menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif antara nilai pasar dengan rasio
utang-ekuitas. Hubungan negatif antara rasio total-debt/total-capital perusahaan dengan
nilai pasar perusahaan, ukuran berpengaruh positif terhadap nilai pasarnya. Leverage
perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai pasar.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2058
Afza dan Hussain (2011), dengan Var. dependen : leverage dan Var. Independen :
profitability, taxes, liquidity, tangibility, non-debt tax shield, cost of debt, dan size
diperoleh hasil. Chitiavi (2013), obyek penelitian di Listed Non-Financial Firms on
Nairobi Securities Exchange Kenya.dengan Var.dependent : struktur modal dan Var.
Independen : Corporate Governance diperolah hasil GCG terbukti berpengaruh
terhadap struktur modal.
Akram Bodaghi (2010), obyek penelitian Iranian Listed Companies dengan
Var.dependent : struktur modal Var. Independen : debt to equity ratio, CEO dan
Direktur pengembalian aset dengan hasil. Hasil menunjukkan bahwa ukuranperusahaan
secara signifikan berkorelasi negatif dengan rasio liabilitas terhadap ekuitas. Namun
perilaku pembiayaan perusahaan tidak ditemukan secara signifikan dipengaruhi oleh
CEO / Ketua dualitas dan kehadiran direktur non-eksekutif di papan. Namun, variabel
kontrol ukuran perusahaan dan pengembalian aset yang ditemukan memiliki dampak
yang signifikan terhadap struktur modal.
10. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
Dalam menentukan komposisi sumber pembiayaan yang akan digunakan, harus
dipertimbangkan terlebih dahulu dampak dari keputusan yang akan diambil karena
keputusan tersebut akan berpengaruh terhadap laba operasi perusahaan.
Terdapat hubungan antara kemampuan memperoleh keuntungan (profitability) dengan
rasio utang dalam pecking order theory dan trade-off theory. Dalam pecking order
theory, cenderung berhubungan negatif (profitabilitas terhadap rasio utang), sementara
trade-off theory cenderung berhubungan positif antara profitabilitas terhadap rasio
utang (Benito, 2003; Krasker, 1986; Myers, 1984; Myers dan Majluf,1984 dalam
Kardeniz, et al. 2009:597).
H1 : Terdapat pengaruh negatif Profitability terhadap Struktur Modal
H1a : Terdapat pengaruh managemen laba terhadap Profitability dan
Struktur Modal.
Chen dan Hammes (2003) mengatakan bahwa perusahaan besar mempunyai akses
yang lebih baik ke pasar modal dibandingkan perusahaan kecil. Selain itu, sebuah
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2059
perusahaan yang ukurannya besar dan sahamnya tersebar luas, biasanya memiliki
kekuatan tersendiri dalam menghadapi masalah bisnis dan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba lebih tinggi karena usaha atau bisnisnya didukung oleh aset
yang besar sehingga kendala perusahaan seperti peralatan yang memadai dan
sebagainya dapat teratasi.
Berdasarkan trade-off theory, terdapat hubungan yang positif antara ukuran
perusahaan (firm size) dengan rasio utang, karena perusahaan besar cenderung
memiliki kemungkinan yang lebih rendah terhadap kesulitan keuangan. Biaya
kebangkrutan yang lebih rendah memungkinkan perusahaan besar mengambil
keuntungan dari leverage (Ang, 1992; Antoniou, et al. 2002; Bevan dan Danbolt, 2002
dalam Karadeniz, et al. 2009:597). Hal ini berbeda dengan pecking order theory, yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara size dan rasio utang, dimana
asimetri informasi banyak terjadi dalam perusahaan besar (Karadeniz, et al. 2009:597).
Oleh karena itu, biaya yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar terhadap modal,
cenderung lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil (Rajan dan Zingales,
1995; Zou dan Xiao,2006 dalam Kardeniz, et al. 2009:597). Penelitian empiris yang
telah dilakukan menemukan bahwa, terdapat hubungan yang positif antara dua variabel
(size dan rasio utang), sehingga mendukung trade-off theory (Dalbor and Upneja, 2002;
Gaud, et al. 2005; Huang and Song, 2006 dalam Karadeniz, et al. 2009:297).
H2 : Terdapat pengaruh positif Size terhadap Struktur Modal
H2a : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Size dan Struktur
Modal.
Chen dan Jiang (2001) menyatakan bahwa tangibility merupakan perbandingan
antara aktiva tetap dengan aktiva total perusahaan. Pada umumnya teori-teori struktur
modal menyatakan bahwa hubungan antara tangibility dan leverage adalah positif.
Secara teoritis, tangibility memiliki hubungan positif dengan struktur modal (Harris &
Raviv 1988), Dessomsak, et al. (2004) menyatakan tangibility didefinisikan sebagai
rasio aktiva tetap terhadap jumlah aktiva. Karadeniz, et al. (2009:597) menyebutkan
bahwa trade-off theory berhubungan positif antara tangibility dengan rasio utang.
Selain itu, perusahaan akan mendapatkan utang lebih mudah disebabkan oleh
pertumbuhan nilai pada tangibility (Harris dan Raviv, 1991; Myers, 1977; Myers dan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2060
Majluf, 1984; Thornhill, et al. 2004 dalam Karadeniz, et al. 2009:597). Bagaimanapun
juga dalam pecking order theory, perusahaan yang memiliki lebih banyak tangibility
akan sedikit memiliki informasi yang tidak seimbang. Karena itu perusahaan akan
cenderung bergantung pada ekuitas keuangan (Karadeniz, et al. 2009:597).
Dengan mempertimbangkan maturity (jatuh tempo), pecking order theory
menyatakan bahwa tangibility berhubungan positif terhadap utang keuangan jangka
panjang dan berhubungan negatif terhadap utang keuangan jangka pendek (Feikadis
dan Rovolis, 2007; Qian, et al. 2007 dalam Karadeniz, et al. 2009:597) serta dinyatakan
pula bahwa terdapat hubungan yang positif antara tangibility terhadap rasio leverage
(Booth, et al. 2001; Chen, 2004; Fattouh, et al. 2003; Pandey, 2004 dalam Karadeniz
2009:597).
H3 : Terdapat pengaruh positif Tangibility terhadap Struktur Modal
H3a : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Tangibility dan Struktur
Modal.
Dalam penelitian Smith dan Watts (1992) dalam Parlak (2010:149) menemukan
bahwa terjadi hubungan yang negatif antara leverage dengan pertumbuhan.
Pertumbuhan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi rasio ekuitas utang pada
perusahaan berdasarkan hasil analisis regresi dengan menggunakan trade off theory dan
pecking order theory (Cassar dan Holmes, 2003 dalam Afza dan Hussain, 2011:221).
H4 : Terdapat pengaruh positif Growth terhadap Struktur Modal
H4 : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Growth dan Struktur
Modal.
Perusahaan dengan rasio likuiditas tinggi nampaknya memiliki risiko gagal bayar
rendah, mereka dapat menggunakan leverage yang tinggi tergantung pada tingkat rasio
likuiditas. Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas memiliki
hubungan positif dengan leverage perusahaan (Karadeniz et al., 2009). Berbeda, ada
perdebatan untuk hubungan negatif di antara mereka. Pertama, rasio likuiditas yang
tinggi dapat memberi sinyal kinerja buruk dengan piutang usaha yang tidak stabil, yang
kemungkinan berubah menjadi piutang macet. Kedua, karena hutang jangka pendek
juga memiliki biaya agensi sendiri, ketika tingkat biaya agensi ini tinggi, kreditur dapat
menolak atau membatasi jumlah pinjaman perusahaan (Myers & Rajan 1998).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2061
H5 : Terdapat pengaruh positif Liquidity terhadap Struktur Modal
H5a : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Liquidity dan Struktur
Modal.
Manajerial ownership yaitu pemegang saham dari pihak manajemen yang secara
aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Diukur
dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajer. Teori keagenan yang
dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling menyatakan jika manajer memiliki
kepemilikan saham yang tinggi di dalam perusahaan, maka mereka akan mengurangi
tingkat hutang secara optimal. Hal ini dikarenakan penggunaan hutang yang tinggi akan
meningkatkan risiko kebangkrutan, sehingga dilakukan pembatasan terhadap
penggunaan hutang untuk menghindari kerugian yang dialami pemegang saham bila
perusahaan mengalami kebangkrutan
H6 : Terdapat pengaruh negatif Managerial Ownsership terhadap Struktur
Modal.
H6a : Terdapat pengaruh manajemen laba terhadap Managerial Ownsership
dan Struktur Modal.
Kepemilikan manajerial (insider) atas sekuritas perusahaan dapat menyamakan
kepentingan insider dengan pihak ekstern dan akan mengurangi peranan hutang
sebagai mekanisme untuk meminimumkan agency cost. Semakin meningkatnya
kepemilikan oleh insider, akan menyebabkan insider semakin berhati-hati dalam
menggunakan hutang dan menghindari perilaku opportunistic, karena mereka ikut
menanggung konsekuensi dari tindakannya, sehingga mereka cenderung menggunakan
hutang yang rendah (Faisal 2000 dalam Murni dan Andriana, 2007).
Konsisten dengan teori yang dikemukakan oleh Friend dan Hasbrouck (1988);
Friend dan Lang (1988) dalam Masdupi (2005), menghipotesakan bahwa insiders
perusahaan mempunyai kepentingan yang lebih besar dalam menjamin kelangsungan
hidup perusahaan karena risiko hutang non-diversifiable manajemen lebih besar dari
investor publik. Dengan kata lain, apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang,
maka akan mengacam likuiditas perusahaan dan posisi manajemen. Insiders yang
kepemilikannya lebih besar dalam perusahaan akan memiliki keinginan yang lebih
besar dalam meminimalkan risiko struktur modal.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2062
Murni dan Andriana (2007) menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh masih rendahnya kepemilikan saham oleh insiders dibandingkan
dengan kelompok lainnya dalam perusahaan. Hasil ini bertentangan dengan
Wahidahwati (2002), yang menemukan pengaruh negatif yang signifikan antara
kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang
H7 : Terdapat pengaruh positif Institutional Ownership terhadap Struktur
Modal.
H7a : Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Institutional Ownership
dan Struktur Modal.
Komisaris independen merupakan orang yang diangkat berdasarkan keputusan
RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi
dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Komisaris independen adalah pihak luar
perusahaan yang menilai kinerja perusahaan dan mengambil keputusan untuk kemajuan
perusahaan, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Semakin kuat komisaris
independen, maka pendanaan modal akan semakin besar, karena berpengaruh kepada
keputusan yang diambil. Perusahaan akan memilih hutang untuk dijadikan sumber
pendanaan modal perusahaan karena mempunyai risiko yang lebih kecil dan untuk
mencegah terjadinya moral hazzard. Selain itu komisaris independen juga
mempertimbangkan jika menerbitkan saham, akan bertambah pula kepentingan antar
pemegang saham. Komisaris independen akan memberikan saran dan kebijakan terbaik
untuk perusahaan seperti pemilihan modal.
H8 : Terdapat pengaruh negatif Komisaris Independen terhadap Struktur
Modal .
H8a :Terdapat pengaruh Manajemen Laba terhadap Komisaris Independen
terhadap Struktur Modal.
C. METODE PENELITIAN
1. Metode yang Digunakan
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode causality
research dengan pengujian hipotesis untuk menjelaskan pengaruh GCG (managerial
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2063
ownership, institutional ownership, komisaris independen), Firm Characteristic
(profitability, size, tangibility, growth, liquidity), terhadap Struktur Modal dengan
manajemen laba sebagai Variabel Moderasi. Subjek penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012 - 2016. Penelitian
ini akan menggunakan analisis data panel.
2. Operasional Variabel
- Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam
penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah Struktur Modal Struktur
perusahaan dalam penelitian ini diproksikan sebagai debt to equity ratio (DER).
- Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah:
a. Firm Charactreristic
1) Profitability,
2) Size,
3) Tangibility,
4) Growth
5) Liquidity
b. GCG
1) Managerial Ownership;
2) Institutional Ownership.
3) Komisaris Independen
3. Variable Variabel Moderasi (Manajemen Laba)
Variabel Moderasi yaitu "tipe variabel-variabel yang mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak
langsung". Variabel Moderasi merupakan variabel yang terletak diantara variabel
independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2064
4. Variabel dan Pengukuran
Variabel Dependen adalah Atruktur modal dengan indicator Debt to Equity Ration
dengan pengukuran variable DER = Hutang/Equity, Variabel Independen adalah
Profitability dengan indokator ROE dengan pengukuran Laba berih dibagi Equitas, Size
dengan indicator Asset dengan alat ukur Log (total Aset), Tangibility dengan indicator
Tangibility dengan alat ukur adalah Fixed asset dibagi total asset, Growth dengan
indicator Sale dengan pengukuran selisih penjualan tahun t dikurang tahun sebelumnya
dibagi tahun sebelumnya, Liquidity dengan indicator Current Ratio dengan pengukuran
total current asset dibagi total current liability, manajeria Ownership dengan indicator
Besarnya persentase kepemilikan saham oleh manajer terhadap jumlah saham yang
beredar dengan pengukuran kepemilikan saham managerial dibagi jumlah saham yang
beredar, Institutional Ownership, dengan indicator Besarnya persentase kepemilikan
saham oleh institusi terhadap jumlah saham yang beredar dengan pengukuran
kepemilikan saham institutional dibagi jumlah saham yang beredar, Komisaris
Independen dengan indicator Komisaris independen dengan pengukuran Jumlah
komisaris independen dibagi dengan total jumlah dewan komisaris, Manajemen laba
sebagai moderasi dengan indicator Total Accrual dengan pengukuran lsbs bersih
dikurangi cash opersional.
5. Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2014- 2016. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
non probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dimana setiap elemen populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sampel, dan kriteria pemilihan sampel disesuaikan dengan tujuan
penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
diperoleh dalam bentuk yang sudah tertera dan dikumpulkan serta diolah pihak lain dan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2065
sudah dalam bentuk publikasi. Data yang dikumpulkan merupakan data laporan
keuangan perusahaan, yaitu neraca dan laporan laba rugi, persentase kepemilikan
manajerial, institusional, data komisaris independen dari tahun 2014- 2016.
7. Model Persamaan Regresi Data Panel
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Firm Characteristic
(profitability, size, tangibility, growth, liquidity, business risk), Ownership Structure
(managerial ownership, institutional ownership), dan Komisaris Independen terhadap
Struktur Modal. Adapaun model persamaan regresi data panel di bagi menjadi dua
model yaitu:
a. Model Faktor yang menentukan Struktur Modal
DER1it = β0 +β1PRF1it + β2SZEit + β3TAGit + β4GWTit + β5LIQit +β6
MOit + β7IOit+ β8KIit + e (1)
DER2it = β0 + β1MLPRFit + β2MLSZEit + β3MLTAGit + β4MLGWTit +
β5MLLIQit + β6MLMOit + β7MLIOit + β8MLKIit + e (2)
Dimana:
DER = Capital Structure perusahaan i dalam waktu t
PRF = Profitability sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i
dalam waktu t
SZE = Size sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu
t
TAG = Tangibility sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam
waktu t
GWT = Growth sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam
waktu t
LIQ = Liquidity sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam
waktu t
MO = Managerial Ownership sebagai proksi dari Ownership Structure
perusahaan i dalam waktu t
OI = Institutional Ownership sebagai proksi dari Ownership Structure
perusahaan i dalam waktu t
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2066
KI = komisaris independen perusahaan i dalam waktu t
ML = Manajemen laba
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Unit Penelitian
Konsentrasi dari aktivitas ekonomi secara spesial, terutama pada industri
manukfaktur telah terjadi fenomena menarik untuk dianalisis. Pada industri manufaktur,
konsentrasi spesial ditentukan oleh biaya upah, biaya transportasi dan akses pasar serta
ekstenalitas . Industri manufaktur dikelompokkan dalam kategori industri semen
,barang galian non logam, industri arang lainnya, industri kertas dan barang cetakan,
serta industri barang kayu dan hasil hutan, pakan ternak, garmen dan tekstil, Otomotif,
makanan dan minuman, keramik, pembuatan keperluan peralatan rumah
tangga,pembuatan kabel dan farmasi.
Tabel 4.1.
Hasil Descriptive Statistics
VARIABEL N MINIMUM MAXIMUM MEAN STD.
DEVIATION
STRUKTUR MODAL 246 0 8 1,0291 0,97287
PROFITABILITY 246 0 1,46 0,1611 0,21329
TANGIBILITY 246 0,04 0,82 0,3686 0,17239
UKURAN
PERUSAHAAN 246 5,13 8,42 6,3688 0,7103
GROWTH 246 -0,51 3,12 0,0913 0,27785
LIQUIDITY 246 0,03 15,16 2,5275 2,27909
MANOWN 246 0 0,81 0,0513 0,12704
MANINST 246 0,19 507,81 3,0106 32,31644
KOMINS 246 0 0,8 0,3893 0,12237
MLPROF 246 -49,23 191,65 1,4107 21,34738
MLTAG 246 -6,25 70,67 0,4966 5,911
MLSIZE 246 -23,48 45,8 -0,1501 5,47909
MLGROWTH 246 -372,9 1604,69 12,6257 173,84707
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2067
MLLIQUIDITY 246 -12,53 31,83 0,2517 3,11767
MLMNAOWN 246 -76,95 627,33 4,4432 55,39511
MLMANINST 246 -2,55 1,75 -0,0111 0,23194
MLKOM 246 -3194,91 191,57 -11,55 204,9048
VAR00001 246 -24,62 63,88 0,3101 7,44573
Sumber data: Idx. Co. Id 2016 (diolah).
2. Analisa Deskriptif
Jumlah populasi perusahaan manufaktur tersebut dipilih untuk menjadi sample
Hasil Descriptive Statistics penelitian sebanyak 146 perusahaan.
Berdasrkan tabel 4.1 diatas dapat diperoleh informasi bahwa jumlah data sebanyak
246 dengan dependen Struktur modal dihasilkan standar deviasi minimum terletak
pada komisaris institutional sebesar 0.12237, nilai maximum terletak pengaruh
manajemen laba terhadap managerial ownership sebesar 204,90480
3. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil Uji Kolmogorov- Smirnov melalui penggunaan bantuan
program SPSS versi 17.0 for windows, diperoleh hasil variable yang mempunyai
sebaran distribusi normal adalah Tangibility sebesar 0,090 dan Size sebesar 0,088
lebih besar dari 0,05, nilai residualnya berdistribusi normal sedangkan valiabel
yang lainnya dalam penelitian data berdistribusi tidak normal.
b. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.2 Hasil Uji Multi Kolinieritas
Variabel Pendekatan Struktur Modal
Dengan Independent
Pendekatan Struktur Modal
Indepndent Dengan Moderasi
Toleransi VIF Toleransi VIF
PROFITTABILITY 0,955 1,047 0 1856,854
TANGBILITY 0,812 1,232 0,212 4,708
UKURAN PERUSAHAAN 0,901 1,11 0,054 18,38
GROWTH 0,957 1,045 0,001 1474,388
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2068
LIQUIDITY 0,729 1,371 0,663 1,509
MANOWN 0,787 1,271 0,121 8,263
MANINST 0,956 1,046 0,487 2,054
KOMINS 0,952 1,05 0,498 2,009
Sumber data: Idx. Co. Id 2016 (diolah).
Dalam pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan linier
diantara dua variabel bebas atau lebih dalam model regresi. Kriteria untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau
variance inflation factor (VIF). Batas dari tolerance value adalah 0,1 sehingga
apabila tolerance value dibawah 0,1 maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan
variance tolerance factor (VIF) merupakan kebalikan dari tolerance value, karena
VIF = 1/tolerance. Batas VIF adalah 10 jika nilai VIF diatas 10 maka terjadi
multikolinieritas (Ghozali, 2001). Adapun hasil pengujian multikolinearitas adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.2, hasilnya menunjukkan bahwa dalam pengujian multikolinearitas
dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 for windows diperoleh
nilai tolerance pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang
lebih kecil dari 10. Sehingga menunjukkan bahwa model regresi tidak terdapat
permasalahan multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji utokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel
gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam model sampel kecil
maupun dalam sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah
dengan percobaan d (Durbin-Watson). Hasil perhitungan dilakukan pembandingan
dengan Ftabel. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai durbin watson < F tabel,
maka diantara variabel bebas dalam persamaan regresi tidak ada autokorelasi,
demikian sebaliknya.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2069
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Dependent Struktur Modal
Keterangan Pendekatan Struktur
Modal dengan
Independent
pendekatan struktur
modal independent
dengan
Data Tahun
2014-2016
DW Dependen DW Dependen dI du 4-du 4-dI
1782 1830 1.287 1.776 02.24 2.713
Sumber data: Idx. Co. Id 2016 (diolah).
a. Predictors: (Constant), PROF, TAG, SIZE,GRWT,LIQ, KOMINT, MO,KI
b. Predictors: (Constant), MLPROF, MLTAG,MLSZE,MLGrwt,MLLOQ, MLKom int,
MLMO, MLKI
c. Dependent variable : Struktur Modal
4. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Uji Hipotesis Secara Parsial ( uji t)
Berdasarkan Tabel 4.4 dalam pengujian Pengaruh GCG dan Karekteristik
Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan Variabel Manajemen laba sebagai
Moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2016 secara parsial. Dimana terlihat dari pendekatan struktur moal
dengan variable independen dan pendekatan struktur modal dengan variable
independen yang dimoderasi manajemen laba menunjukkan hasil pengujian
heterokedastisitas dengan uji Glejser Glejser dengan bantuan SPSS versi 17.0. Pada
tingkat significan 5% (e = 0,05) dengan pada pendekatan fakor berdasarkan tabel
4.3, diperoleh informasi dengan pendekatan dependen dengan independen diperoleh
nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,782 dan sedangkan dengan pendekatan
dependen dan independen dengan variable moderasi diperoleh nilai Durbin-Watson
sebesar 1,380. Nilai Durbin-Watson (DW) ini lebih besar dari Durbin lower (dl)
sebesar 1.287 dan kurang dari 4 - (du) sebesar 2.240 maka pada tahun 2016,
persamaan ini tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2070
Struktur modal dan independen yang sinifikan adalah Tangibility sebesar 0,013
dan Liquidity sebesar 0,000, sedangkan dengan di mederasi Manajemen laba
hasilnya yang significan dibawah 0,05 adalah Profitability sebesar 0,000, Size
sebesar 0,044, Liquidity sebesar 0,011 dan Manajerial Ownership sebesar 0,047.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2071
B Std. Error B Std. Error
Const. 1,141 0,566 2,013 0,045 0,993 0,064 15,487 0
Profitability 0,349 0,273 1,278 0,203 -0,472 0,123 -3,836 0
Tangibility -0,921 0,366 -2,516 0,013 0,027 0,022 1,19 0,235
Size 0,065 0,084 0,772 0,441 0,097 0,048 2,027 0,044
Growth 0,241 0,209 1,15 0,251 0,053 0,013 3,901 0
Liquidity -0,183 0,029 -6,266 0 0,061 0,024 2,558 0,011
Manajemen Own. 0,131 0,505 0,26 0,795 0,006 0,003 1,996 0,047
Manajemen Inst. -0,001 0,002 -0,351 0,726 0,519 0,377 1,375 0,17
Komisaris Independen 0,497 0,476 1,043 0,298 0 0 -0,472 0,637
Tangibility = 0,013*** Profitability = 0 ***
Liquidity = 0,000*** Size = 0,044 *
Liquidity = 0,011 **
Manajemen Own = 0,047*
t Sig
UnstandardizedCpefficie
nts
UnstandardizedCpeffic
ients
Model
Pendekatan Struktur Modal dengan
Independen
Pendekatan Struktur Modal dan
Independen dengan Moderasi
t Sig
b. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi diperlukan untuk melihat kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi.
Adapun hasil analisis koefisien determinasi (lihat tabel 4.5).
Tabel 4.4
Coefficients
Sumber data: Idx. Co. Id 2016 (diolah).
Tabel 4.5
Hasil Analisis Koefisien Determinasi dengan dependen Struktur Modal
Model Summary (b)
Sumber data: Data 2016 (diolah)
Dari tabel 4.5 diatas, dengan pendekatan independen terhadap struktur modal
Keterangan
Pendekatan Struktur
Modal dengan
Independent
Pendekatan Struktur Modal
Independet dengan Moderasi
Adjusted R square Adjusted R square
Data tahun 2014-2016 0,163 0,036
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2072
diperoleh nilai Adjusted R square (adj R²) sebesar 0.163, sedangkan dengan
pendekatan independen dengan variable moderasi diperoleh nilai Adjusted R square
(adj R2) sebesar 0.036 ini berarti variable Profitabilitas, Tangibility, Size, Growth,
Liquidity, managerial Institutional, Komisaris Institutional dengan manajemen laba
sebagai Variabel Moderasi hasil yang diperoleh sebesar 16.30 % dan 3,6% sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variable lain diluar model.
c. Uji Signifikan Simultan (Uji – F )
Uji statistik F diperlukan untuk memperoleh informasi variabel independen
berpengaruh secara bersama–sama terhadap variabel dependen
Dari hasil perhitungan Uji Anova dengan tingkat kepercayaan 95 %, pada tahun
2014-2016 dengan pendekatan struktur modal dengan independen diperoleh nilai F
sebesar 6.971 dengan signifikan 0.00 dan dengan pendekatan struktur modal dengan
independen dan dimoderasi diperoleh hasil sebesar 2,158 dengan signifikan 0,031
variable Profitabilitas, Tangibility, Size, Growth, Liquidity, managerial inst., Komisari
Int. terhadap struktur modal dengan manajemen laba sebagai Variabel Moderasi.
5. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pengujian dengan uji statistik F diatas (lihat tabel 4.7) hasil perhitungan Uji F
dengan tingkat kepercayaan 95 persen diperoleh informasi bahwa pada tahun 2014- 2016
variabel TL, PR yang diVariabel Moderasi EA yang di Variabel Moderasi EA berpengaruh
terhadap struktur modal karena angka signifikan lebih lebih kecil dari 0.05. Sedangkan IO,
KI, SIZE, yang diVariabel Moderasi EA, menunjukan angka signifikan diatas 0,05 berarti
persamaan regresi dalam penelitian ini tidak mempunyai asumsi heteroskedastisitas
Dari hasil pengujian Uji statistik dengan Uji-t (lihat tabel 4.4) selama penelitian periode
2014- 2016 dapat disusun persamaan :
DER1it = 1,141 + 0,349PROit - 0,921TAGangit +0,065Sizeit + 0,241GRWit - 0,183LIQit -
0,001MIit + 0,497KIit + 0.131MO8it X + e (1)
DER2it = 0,993 - 0,472MLPROit + 0,027TAGit + 0,097MLSIZEit + 0,053GRWit +
0,061LIQit + 0,519MLMIit + 0,000KIit + 0,006MLMOit+ e (2)
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2073
Dari persamaan pertama (1) diatas ß sebesar 1,141 yang berarti jika variabel independen
tetap maka Struktur Modal sebesar 1.141. Koefisien ß Profitabilitas sebesar 0.249 artinya
bahwa setiap kenaikan profitabilitas satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan Struktur
modal sebesar 0.249, Tangibility perusahaan sebesar minus sebesar 0.921 artinya bahwa
setiap penurunan Tangibility perusahaan satu poin maka akan berpengaruh terhadap
kenaikaan struktur modal sebesar 0.921. Koefisien size sebesar 0.065 artinya bahwa setiap
kenaikan size satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.065.
Koefisien growth sebesar 0.241 artinya bahwa setiap kenaikan growth satu poin akan
berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.221. Koefisien ß Liquidity minus
sebesar 0.183 artinya bahwa setiap penurunan Liquidity satu poin akan berpengaruh terhadap
struktur modal sebesar 0.183. Koefisien managerial institusional sebesar minus 0.001 artinya
bahwa setiap penurunan MI satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal
sebesar 0.001. Koefisien ß komisaris independen sebesar 0.497 artinya bahwa setiap kenaikan
komisaris Independen satu poin akan berpengaruh terhadap struktur modal sebesar 0.497.
Koefisien ß managerial ownership sebesar 0.131 artinya kenaikan satu point managerial
ownership akan berpengaruh terhadap struktur modal sebesar 0.131. Sementara pengaruh
independen dengan adanya moderasi hubungan antara independn terhadap setuktur modal di
persamaan dua (2) diatas ß sebesar 0.933 yang berarti jika variabel independen tetap maka
Struktur Modal sebesar 0.933. Koefisien ß Profitabilitas sebesar 0.249 artinya bahwa setiap
kenaikan profitabilitas satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan Struktur modal sebesar
0.249, Tangibility perusahaan sebesar sebesar 0.027 artinya bahwa setiap kenaikan
Tangibility satu poin maka akan berpengaruh terhadap kenaikaan struktur modal sebesar
0.027. Koefisien size sebesar 0.097 artinya bahwa setiap kenaikan size satu poin akan
berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.097. Koefisien growth sebesar 0.053
artinya bahwa setiap kenaikan growth satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan struktur
modal sebesar 0.053. Koefisien ß Liquidity sebesar 0.061 artinya bahwa setiap kenaikan
Liquidity satu poin akan berpengaruh terhadap struktur modal sebesar 0.061. Koefisien
managerial institusional sebesar 0.519 artinya bahwa setiap kenaikan MI satu poin akan
berpengaruh terhadap kenaikan struktur modal sebesar 0.519. Koefisien ß komisaris
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2074
independen sebesar 0.000 artinya komisaris Independen tidak mempunyai berpengaruh
terhadap struktur modal. Koefisien ß managerial ownership sebesar 0.006 artinya setiap
kenaikan satu poin akan managerial ownership berpengaruh terhadap struktur modal sebesar
0.006.
E. KESIMPULAN
Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh good governance, karekterikstik
perusahaan terhadap struktur modal dengan Manajemen laba sebagai Variabel Moderasi
untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI di Indonesia dengan menggunakan
metode purposive sampling data tahun 2014- 2016
1. Analisis Diskriptif, diperoleh informasi bahwa jumlah data sebanyak 246 dengan
dependen Struktur modal dihasilkan standar deviasi minimum terletak pada komisaris
institutional sebesar 0.12237, nilai maximum terletak pengaruh manajemen laba terhadap
managerial ownership sebesar 204,90480
2. Uji Normalitas, diperoleh hasil diperoleh hasil variable yang mempunyai sebaran
distribusi normal adalah Tangibility sebesar 0,090 dan Size sebesar 0,088 lebih besar dari
0,05, nilai residualnya berdistribusi normal sedangkan valiabel yang lainnya dalam
penelitian data berdistribusi tidak normal.
3. Uji Multikolinearitas dua pendekatan, diperoleh hasil diperoleh nilai tolerance pada
masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10.
Sehingga menunjukkan bahwa model regresi tidak terdapat permasalahan
multikolinearitas.
4. Uji Autokorelasi diperoleh hasil Pengujian Autokorelasi dengan pendekatan dependen
dengan independen diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,782 dan sedangkan
dengan pendekatan dependen dan independen dengan variable moderasi diperoleh nilai
Durbin-Watson sebesar 1,380. Nilai Durbin-Watson (DW) ini lebih besar dari Durbin
lower (dl) sebesar 1.287 dan kurang dari 4 - (du) sebesar 2.240 maka pada tahun 2014-
2016, persamaan ini tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
5. Uji Hipotesis secara Parsial ( uji t), diperoleh hasil Pada tingkat significan 5% (e = 0,05)
dengan pada pendekatan fakor struktur modan dan independen yang sinifikan adalah
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2075
Tangibility sebesar 0,013 dan Liquidity sebesar 0,000, sedangkan dengan di mederasi
Manajemen laba hasilnya yang significan dibawah 0,05 adalah Profitability sebesar
0,000, Size sebesar 0,044, Liquidity sebesar 0,011 dan Manajerial Ownership sebesar
0,047.
6. Analisis Koefisien Determinasi, pendekatan independen terhadap struktur modal diperoleh
nilai Adjusted R square (adj R²) sebesar 0.163, sedangkan dengan pendekatan independen
dengan moderasi diperoleh nilai Adjusted R square (adj R2)
sebesar 0.036 ini berarti
variable Profitabilitas, Tangibility, Size, Growth, Liquidity, managerial inst., Komisari
Int.dengan manajemen laba sebagai Variabel Moderasi sebesar sebesar 16.30 % dan
0.036% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variable lain diluar model.
7. Uji Signifikan Simultan (Uji – F ), dengan tingkat kepercayaan 95 %, pada tahun 2014-
2016 dengan pendekatan struktur modal dengan independen diperoleh nilai F sebesar
6.971 dengan signifikan 0.00 dan dengan pendekatan independen yang variable moderasi
diperoleh hasil sebesar 2,158 dengan signifikan 0,031 variable Profitabilitas, Tangibility,
Size, Growth, Liquidity, managerial inst., Komisari Int. terhadap struktur modal dengan
manajemen laba sebagai Variabel Moderasi..
REFERENSI :
Brigham, Eugene F and Joel F.Houston,2006.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan alih
bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu,Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta
Brown, L., & Caylor, M. (2006). Corporate Governance and Firm Valuation, Journal of
Accounting and Public Policy, Volume 25, issue 4, July/August. 409-434
Chen, R., S, Huang, W.W, Chang, Y.H., & Wang, J.Y. (2013). The Impact of
Management and Outside Block holders Ownership on Capital Structure. The 2nd
IBSM, International Conference on Business and Management 2 – 4 October 2013,
Chiang Mai – Bangkok
Fama, E. F., & Jensen, M. C. (1983). Separation of Ownership and Control, Journal
of Law andEconomics, 26, 2: 301-326.
Ferry, M.G., dan Jones, W.H. (1979). Determinants of financial structure: A new
methodological approach. Journal of Finance, 01 XXXXIV(3).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2076
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program SPSS, Edisi
ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harris, M. & Harris, M.(1991). The theory of capital structure. Journal of Finance 46,
297-356.
Heng, T, Azrbaijani S, Tze O. (2012). Board of Directors and Capital Structure:
Evidence from Leading Malaysian Companies. Asian Social Science, 8(3),
March 2012. http://dx.doi.org/10.5539/ass.v8n3p123
Huang, G, & Song, F.M. (2006). The determinants of capital structure: Evidence
from China. China Economic Review, 17, 14– 36 URL: http://dx.doi.org/10.5539
ass.v8n3p123
Hutchinson, R. and R. Hunter (1995)," Determinant of capital structure in the retailing
sector in the UK", The International Review of Retail, Distribution and Consumer
Research, 5(1), 63-78.
Hussainey, K., & Aljifri, k. (2012). Corporate governance mechanisms and capital
structure in UAE. Journal of Applied Accounting Research, 13(2), 145- 160.
http://dx.doi.org/10.1108/09675421211254849
Horne, James C. Van dan Wachowicz, John M. Jr. 2001, Fundamentals Of Financial
Management, New Jersey, Pearson Prentice Hall
Horne, James C. Van dan Wachowicz , John M. Jr. 2005 , Prinsip – Prinsip
Manajemen Keuangan, edisi bahasa Indonesia terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny
Arnos Kwary. Jakarta : Salemba Empat.
Javed Iqbal ( 2007) “A Test of CAPM on the Karachi Stock Exchange”
Jensen, M. C and Meckling, W.H.( 1976) Theory of the Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial Economics, Oktober,
1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.
Kep4I 77/M4MBU/2002. (2002). Keputusan menteri Badan Usaha Milik Negara
tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik
Negara . Jakarta: Menteri BUMN.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2077
Kim, H.(1978), "A Mean-Variance Theory of Optimal Capital Structure and Corporate
Debt Capacity", Journal of Finance, 33, 45-63.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good
Corporate Governance di Indonesia. Jakarta.
Maurizio La Rocca, (2007) "The influence of corporate governance on the relation
between capital structure and value", Corporate Governance: The international
journal of business in society, Vol. 7 Issue: 3, pp.312- 325,
https://doi.org/ 10.1108/14720700710756580
Modigliani, F. & Miller, M. (1963). Corporate Income Taxes and the Cost of Capital:a
Correction, American Economic Review 53, 433-443
Mokhtari (2013) “hubungan antara institutional ownership with firm value and
earnings quality pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange
(TSE).OECD (2004) “ peran dan tanggung jawab dewan komisaris sebagai pihak
pengawas jalannya manajemen perusahaan.”
Myers, S. and Rajan, R. (1998) The Paradox of Liquidity. The Quarterly Journal of
Economics, 113, 733-771. http://dx.doi.org/10.1162/003355398555739
Najjar, N. and K. Petrov (2011),"Capital Structure of Insurance Companies in Bahrain",
International Journal of Business and Management, 6(11), 138-145.
Ozkan, A. (2001)," Determinants of Capital Structure and Adjustment to Long Run
Target: Evidence from UK Company Panel Data", Journal of Business Finance &
Accounting, 28(1 &2), 175-198
Ruan (2011) “Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan
melalui pilihan struktur modal, menggunakan sampel pada perusahaan yang terdaftar
di pasar saham China dari tahun 2002 sampai 2007.
Sheikh, N.A.S. and Wang, Z. (2012). Effects of corporate governance on capital
structure: empirical evidence from Pakistan. Corporate governance. The
International journal of Business in society, 12(5), 629–641.
http.//dx.doi.org/10.1108/14720701211275569
Scott (2006) “Given that managers can choose accounting policies from a set (for
example, GAAP), it is hat ural to expected that they will choose policies so
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2078
as to maximize their own utulity and/on the market valve of the firm”
Sukamuja, Sukmawati. (2004) ”Good Corporate Governance di Sektor Keuangan:
Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta)
”. BENEFIT, Vol.8, No. 1, h. 1425
Sundjaja Ridwan S. dan Inge Barlian (2003) Manajemen Keuangan 1, Edisi
kelima. Jakarta: Literata Lintas Media
Top Related