Jurnal Manajemen Inovasi, Volume. 11, Issue 1, pp. 32-45, 2020
E-ISSN: 2721-1452
jurnal.unsyiah.ac.id/JInoMan
32
PENGARUH CITRA MEREK DAN MEREK
PERUSAHAAN TERHADAP PILIHAN KONSUMEN
YANG DIMEDIASI EKUITAS MEREK (STUDI PADA
MEREK PASTA GIGI PEPSODENT)
RUDI PERMANA GINTING1*, PERMANA HONNEYTA LUBIS2
1,2)Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 1*)corresponding email: [email protected]
Abstract: The aim of this study is to investigate the effect of Brand Image and
Corporate Branding on Costumer Choice with Brand Equity as Mediating variable. The
present study was conducted on 100 costumer of Pepsodent in Banda Aceh. The
sampling using probability sampling method. This study uses three variables, namely
the independent variable, dependent variable, and mediating variable. HLM is used as
a method of analysis to determine the effect of variables which involved in this research.
Questionnaires measured using a Likert’s Scale. Test validity, reliability, normality, and
analysis regression using SPSS Statistics 20. The findings indicate that Brand Image
and Corporate Branding has positive influence on Brand Equity and Costumer Choice;
Brand Equity mediate the relationship between Brand Image and Corporate Branding
on Costumer Choice.
Keywords: Brand Image, Corporate Branding, Costumer Choice, Brand Equity
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Citra Merek dan
Merek Perusahaan terhadap Pilihan Konsumen dengan Ekuitas Merek sebagai variabel
mediasi. Penelitian ini dilakukan pada 100 konsumen pasta gigi merek Pepsodent di
Banda Aceh. Pengambilan sampel menggunakan metode probability sampling.
Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan
variabel mediasi. Metode analisis adalah HLM digunakan sebagai metode analisis untuk
mengetahui pengaruh dari variabel-variabel yang terlibat. Kuesioner diukur
menggunakan Skala Likert. Uji validitas, reliabilitas, normalitas, dan analisis regresi
menggunakan SPSS Statistics 20. Hasil menunjukkan Citra Merek dan Merek
Perusahaan pengaruh secara positif terhadap Ekuitas Merek dan Pilihan konsumen,
Citra Merek dan Merek Perusahaa memiliki memediasi hubungan antara Citra Merek
dan Merek Perusahaan terhadap Pilihan Konsumen.
Kata kunci: Citra Merek, Merek Perusahaan, Pilihan Konsumen, Ekuitas Merek
PENDAHULUAN
Seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk serta meningkatnya
daya beli konsumen guna memenuhi
kebutuhan nya, menjadikan Indonesia
sebagai pasar yang berpotensi untuk
perusahaan dari dalam maupun luar
negeri. Persaingan di pasar Indonesia
menjadi semakin ketat karena semakin
banyaknya produk yang beredar, baik
barang impor maupun barang lokal.
Karena kejadian tersebut menyebabkan
perusahaan kecil, menengah, hingga
besar mengambil kesempatan besar
tersebut untuk bersaing.
Salah satu manufaktur terbesar di
Indonesia adalah Unilever, Unilever
Indonesia telah tumbuh menjadi
perusahaan terdepan untuk produk
Home and Personal Care serta Foods &
Ice Cream di Indonesia. Beragam item
produknya di Indonesia seperti Lux,
Pepsodent, dan yang lainnya. Unilever
adalah perusahaan multinasional yang
33
berkantor pusat di Rotterdam, Belanda
dan London. Unilever didirikan pada
tahun 1930 sebagai hasil penggabungan
dari produsen margarin dari Belanda,
Margarine Unie dan produsen sabun dari
Inggris, Lever Brothers. Penggabungan
ini sangatlah masuk akal, mengingat
sabun dan margarin sama-sama
berbahan baku minyak sawit, sehingga
proses impor bahan baku dari Afrika
dapat berjalan dengan lebih efisien.
Unilever merupakan produsen barang
rumah tangga terbesar ketiga di dunia,
jika didasarkan pada besarnya
pendapatan pada tahun 2012, di
belakang P&G dan Nestle. Unilever saat
ini menjual produknya ke lebih dari 190
negara termasuk Indonesia. Unilever
dibagi menjadi empat divisi utama,
yakni makanan, minuan dan eskrim,
perawatan tubuh, perawatan rumah
tangga.
Salah satu brand yang sudah
dikenal lama di Indonesia adalah produk
pasta gigi Pepsodent. Perjalanan
panjang Pepsodent menunjukkan
semakin kuatnya brand ini. Berbagai
upaya inovasi produk yang telah
dikembangkan Unilever seperti
kemasan, rasa, warna, ukuran dan
merancang produknya sesuai dengan
segmentasi pasarnya yakni anak-anak
dan dewasa guna melengkapi
kebutuhan konsumen nya berjalan
sukses.
Hal penting untuk menjaga
kesehatan gigi adalah pasta gigi.
Sekarang ini kesadaran untuk menjaga
kesehatan gigi sudah tinggi, dan dari hal
semakin banyak produsen
memproduksi pasta gigi yang beraneka
ragam. Selain Pepsodent, saat ini ada
beberapa merek terkenal di Indonesia
yaitu CloseUp, Sensodyne, Zact,
Systema nano, dll. Oleh sebab itu,
sebagai produsen pasta gigi tertua di
Indonesia harus bisa mengikuti
perkembangan untuk terus
mendapatkan eksistensi dan tetap
menjadi pilihan konsumen di Indonesia.
Agar dapat diterima oleh konsumen,
setiap perusahaan harus memiliki
pengetahuan tentang perilaku
konsumen. Hal yang paling tidak
terbatas dalam hal pemasaran terkait
dengan pesaingan perusahaan tidak
cukup dilihat dari kegunaan suatu
produk, karena adanya merek yang
mampu memberi pengaruh lebih
mendalam kepada penggunanya. Untuk
membedakan suatu produk/jasa dari
berbagai perusahaan melalui nama,
symbol, desain, dan tanda atau yang
biasanya disebut dengan merek. Dari
yang sudah dijelaskan, untuk lebih
dikenal konsumen merek dapat
digunakan sebagai pembeda. Untuk
melihat sejauh mana merek tersebut
diketahui oleh calon konsumen atau
pembeli bisa dilihat dari ekuitas merek
atau Kekuatan Merek.
Citra merek bisa dijelaskan
sebagai apa yang mewakili merek
melalui berbagai pendapat yang didapat
melalui pengalaman masa lalu.
Pembelian berulang-ulang yang
dilakukan oleh konsumen terhadap
suatu produk terjadi karena konsumen
tersebut memiliki citra positif terhdap
merek itu. Citra merek telah menjadi
variabel yang dapat mempengaruhi
konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian suatu produk.
Beberapa contoh manfaat yang
didapatkan dari citra merek yang
pertama adalah produk bermerek pasti
ada dalam pikiran konsumen karena
sudah memiliki citra merek yang kuat.
Jika semakin berpengaruh citra merek
produk tersebut, menyebabkan niat beli
konsumen jadi lebih tinggi. Manfaat
citra merek yang kedua adalah lebih
mudah mendapatkan loyalitas
pelanggan, ketika sebuah perusahaan
telah memiliki citra merek yang kuat,
konsumen lah yang akan mencari
produk yang dikeluarkan perusahaan.
Manfaat ketiga dari citra merek adalah
34
memberi perusahaan peluang untuk
menentukan harga yang lebih tinggi.
Apabila citra merek telah terbentuk kuat
dimata konsumen maka perusahaan
akan bisa menetapkan harga yang lebih
tinggi dengan tidak takut konsumen
akan berpaling atau berlaih ke merek
lain, dikarenakan loyalitas konsumen
tersebut. Ekuitas merek akan terbentuk
karena disebabkan oleh citra merek.
Yang dimaksud dengan ekuitas
merek itu terkait dengan nama dan
symbol, atau berbagai hal yang
menyangkut keyakinan terhadap merek
yang digunakan sehingga
mempengaruhi nilai dari produk atau
jasa, karena promosi yang dilakukan
terhadap merek sudah dikenal akan
lebih efektif.
Citra merek dan merek
perusahaan diduga merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi ekuitas dari
merek. Dilihat dari hasil yang
dikemukan oleh Keller (2012:274) Citra
merek merupakan representasi
keseluruhan persepsi terhadap merek
dan dibentuk dari informasi dan
pengalaman masa lalu terhadap merek
itu. Citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap berupa keyakinan dan
preferensi terhadap suatu merek.
Konsumen yang memiliki citra positif
terhadap suatu merek, akan lebih
memungkinkan untuk melakukan
pembelian.
Dari penjelasan tersebut unilever
merupakan perusahaan manufaktur
yang terus mendapatkan perhatian oleh
kompetitor untuk disaingi, jadi harus
menjaga kualitas dan meningkatkan
kebutuhan atau keinginan konsumen
yang terus berubah agar dapat bersaing
dengan perusahaan lain yang terus-
menerus muncul dengan variasi dan
kreatifitas yang baru dan semua itu
harus dilakukan untuk menarik
perhatian konsumen. Karena hal
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
variabel-variabel yang dapat membuat
konsumen memilih suatu produk pasta
gigi dari beberapa faktor yang bisa
mempengaruhinya.
Dalam literature branding
terhadap merek telah banyak dilakukan
penelitian, dimana para peneliti prihatin
tentang penilaian konsumen mengenai
merek dari produk. Namun, karena
masyarakat sudah memeliki
pengetahuan yang lebih mengenai
produk dan perusahaan, seperti
tanggung jawab social (CSR),
keterlibatan masyarakat, serta
lingkungan kerja pegawai perusahaan,
maka merek perusahaan menjadi
semakin penting dan mendapat
perhatian lebih dari para peneliti
pemasaran.
Melihat dari fenomena yang telah
telah dijelaskan, membuat penelitian ini
mengambil judul “pengaruh citra merek
dan merek perusahaan terhadap pilihan
konsumen melalui mediasi ekuitas
merek studi dilakukan pada pelanggan
merek pasta gigi pepsodent di Kota
Banda Aceh”.
Adapun dari uraian diatas
membuat peneliti ingin melakukan
penelitian lebih lanjut terkait pengaruh
citra merek, merek perusahaan, ekuitas
merek, dan keputusan pembelian
konsumen merek pasta gigi pepsodent
di Kota Banda Aceh, dengan tujuan : 1)
Untuk menganalisis pengaruh Citra
Merek terhadap Pilihan Konsumen pada
pelanggan merek pasta gigi Pepsodent
di Banda Aceh. 2) Untuk menganalisis
pengaruh Merek Perusahaan terhadap
Pilihan Konsumen pada pelanggan
merek pasta gigi Pepsodent di Banda
Aceh. 3) Untuk menganalisis pengaruh
Citra Merek terhadap Ekuitas Merek
pada pelanggan merek pasta gigi
Pepsodent di Banda Aceh. 4) Untuk
mengalisisis pengaruh Merek
Perusahaan terhadap Ekuitas Merek
pada pelanggan merek pasta gigi
Pepsodent di Banda Aceh. 5) Untuk
Menganalisis pengaruh Ekuitas Merek
35
terhadap Pilihan Konsumen pada
pelanggan merek pasta gigi Pepsodent
di Banda Aceh. 6) Untuk menganalisis
pengaruh Citra Merek terhadap Pilihan
Konsumen melalui mediasi Ekuitas
Merek pada pelanggan merek pasta gigi
Pepsodent di Banda Aceh. 7) Untuk
menganalisi pengarus Merek
Perusahaan terhadap Pillihan Konsumen
melalui mediasi Ekuitas Merek pada
pelanggan merek pasta gigi Pepsodent
di Banda Aceh.
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Pilihan Konsumen
Perilaku konsumen merupakan
proses dari seeorang sebelum membeli,
menggunakan, dan mengevaluasi
produk atau jasa setelah dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhannya.
Keputusan pembelian adalah tindakan
dari konsumen untuk mau membeli atau
tidak terhadap produk. Dari berbagai
faktor yang mempengaruhi konsumen
dalam melakukan pembelian suatu
produk atau jasa, biasanya konsumen
selalu mempertimbangkan kualitas,
harga dan produk yang sudah dikenal
oleh masyarakat. Sebelum konsumen
memutuskan untuk membeli, biasanya
konsumen melalui beberapa tahap
terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan
masalah, (2) pencarian informasi. (3)
evaluasi alternatif, (4) keputusan
membeli atau tidak, (5) perilaku pasca
pembelian (Kotler, 2017).
Ekuitas Merek
Keller (2013) menyatakan bahwa
brand equity atau ekuitas merek adalah
keinginan dari seseorang untuk
melanjutkan menggunakan suatu
merek atau tidak. Pengukuran dari
ekuitas merek sangatlah berhubungan
kuat dengan kesetiaan dan bagian dari
pengukuran dari pengguna baru
menjadi pengguna setia. Untuk
mengukur ekuitas merek, dapat
mengadopsi empat indicator yang
dibangun oleh (Aaker 1991) adalah
sebagai berikut : 1) Kesadaran Merek
(Brand Awareness), 2) Asosiasi Merek
(Brand associations), 3) Persepsi
Kualitas (Perceived Quality), 4)
Loyalitas Merek (Brand Loyalty).
Citra Merek
Menurur Keller (2000) citra merek
adalah persepsi konsumen terhadap
citra merek produk yang akan
dikonsumsi atau dipakai. Menurut Keller
(2013:97) indikator utama yang
membentuk citra sebuah merek, yaitu
1) Identitas Merek (Brand Identity)
mencakup : warna, logo, lokasi, nama
perusahaan, slogan, dan lain-lain. 2)
Personalitas Merek (Brand Personality)
mencakup : karakter tegas, kaku,
berwibawa, murah senyum, kreatif,
independen, dan lain-lain. 3) Asosiasi
Merek (Brand Association) mencakup :
sponsorship, social responsibility, isu-
isu yang kuat terkait dengan merek,
symbol, ataupun person, dan makna
yang sudah melekat kuat pada merek.
Merek Perusahaan
Merek perusahaan didefinisikan
sebagai proses sistematis yang
diterapkan oleh suatu organisasi untuk
menciptakan citra merek yang
menguntungkan dan mempertahankan
reputasi citra merek perusahaan melalui
interaksi dengan internal dan eksternal
pemangku kepentingan (Chang, et. al,
2009). Terdapat lima hal penting yang
harus diperhatikan dalam membangun
sebuah corporate branding yang akan
dibangun (Aaker, 2004) yaitu : 1)
People, 2) Values and Priorities, 3)
Innovation, 4) Perceived Quality, 5)
Concern for Costumers.
Dalam penelitan yang dilakukan
oleh Shamsuddoha M & Nedelea (2010)
membuktikan bahwa brand image
berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan konsumen dalam membeli
36
mobil. Seperti telah dijelaskan di atas,
bahwa brand image berhubungan
dengan persepsi konsumen. Oleh sebab
itu, jika suatu produk memiliki merek
yang unik dan terkenal, merek dari
produk tersebut akan tertinggal dalam
benak konsumen, pada akhirnya produk
tersebut akan dipertimbangkan untuk
dibeli.
Merek perusahaan tidak terikat
pada satu produk tertentu, tetapi
mengintegrasikan atribut korporasi
umum produk dan manfaat, hubungan
dengan banyak orang, program dan
nilai-nilai sosial dan serta kredibilitas
perusahaan (Keller, 1998). Menurut
Nizar Souiden et. Al (2008) dalam
jurnalnya yang berjudul “The Effect Of
Corporate Branding Dimensions On
Consumers' Product Evaluation: A
Cross-Cultural Analisis”, melalui empat
dimensi corporate branding yaitu
corporate name recognation, corporate
image, corporate reputation dan
corporate loyalty/commitment
menyatakan bahwa ada pengaruh
keempat dimensi tersebut yang
mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen.
H1 :Citra Merek memiliki pengaruh
terhadap Pilihan Konsumen
H2 :Merek Perusahaan memiliki
pengaruh terhadap Pilihan
Konsumen
Keller (1993) mempertimbangkan
pengaruh sikap merek dan citra merek
terhadap ekuitas merek. Hasil
menunjukkan bahwa ekuitas merek
dapat mempengaruhi keputusan
pembelian kepada konsumen dan
hasilnya menyarankan agar fokus pada
konstruk itu yaitu menciptakan ekuitas
merek lebih relevan bagi manajer
daripada mencoba mengukurnya
sebagai hasil kinerja keuangan.
Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Methaq (2016)
mengeksplorasi peran variabel
independen (citra merek dan merek
perusahaan) pada ekuitas merek dan
dampak ekuitas merek pada pilihan
konsumen. Ketika pelanggan memiliki
aspek positif dari perusahaan dan
produknya, seperti brand image dan
corporate branding mereka biasanya
membentuk brand equity dan hal ini
menuntun mereka untuk memiliki
pilihan dari produk dan layanan
perusahaan.
H3: Citra Merek memiliki pengaruh
terhadap Ekuitas merek
H4: Merek Perusahaan memiliki
pengaruh terhadap Ekuitas Merek
Penelitian Methaq (2016)
mengeksplorasi variabel independen
Brand Image dan Corporate Branding
terhadap Costumer’s Choice pada 105
responden pengguna telepon pintar
telah menemukan citra merek dan
merek perusahaan pada ekuitas merek
dan dampak ekuitas merek pada pilihan
konsumen.
Penelitian lain yang masih terkait
dilakukan oleh Singgih Purnomo (2018)
menganalisis pengaruh brand image
dan corporate branding terhadap brand
equity dan dampaknya pada loyalitas
pelanggan pada 100 orang pelanggan
operator seluler telkomsel di kota
semarang menunjukkan variabel brand
image dan corporate branding signifikan
secara positif mempengaruhi brand
equity, dan corporate branding
signifikan mempengaruhi loyalitas
konsumen, brand image tidak
mempengaruhi loyalitas pelanggan,
hasil variabel lain brand equity sebagai
variabel yang turut campur
(intervening) menunjukkan memiliki
pengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
H5 : Ekuitas Merek memiliki pengaruh
terhadap Pilihan Konsumen
Jurnal Manajemen Inovasi, Volume. 11, Issue 1, pp. 32-45, 2020
E-ISSN: 2721-1452
jurnal.unsyiah.ac.id/JInoMan
37
H6 : Citra Merek memiliki pengaruh
terhadap Pilihan Konsumen yang
dimediasi oleh Ekuitas Merek
H7 :Merek Perusahaan memiliki
pengaruh terhadap Pilihan
Konsumen yang dimediasi oleh
Ekuitas Merek
Untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas mengenai keterkaitan antara
setiap faktor/variabel yang
mempengaruhi faktor lainnya maka
dibentuk sebuah kerangka pemikiran
yang benar. Berdasarkan tinjauan dari
landasan teori dan penelitian
sebelumnya, maka dapat disusun suatu
kerangka pemikiran dalam penelitian
ini, yaitu dapat dilihat dari gambar yang
disajikan pada Gambar 1.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan
analisis pada level individual, sehingga
yang menjadi populasi adalah pengguna
pasta gigi merek Pepsodent di Kota
Banda Aceh. Dalam penelitian yang
dilakukan ini, sampel yang diambil dari
populasi adalah sebanyak 100 orang.
Karena menurut Roscoe (1975) yang
dikutip Sekaran (2006) ukuran sampel
yang baik adalah lebih dari 30 dan
kurang dari 500. Namun, jika sampel
dipecah kedalam subsampel:
(Pria/wanita, umur, dan sebagainya),
ukuran sampel yang baik adalah
minimum 30 untuk tiap kategori. maka
teknik pengambilan sampel dilakukan
secara non probability sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Jenis non probability sampling
yang dipilih adalah convenience
sampling yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, anggota
populasi yang ditemui peneliti dan
bersedia menjadi responden dijadikan
sampel (Sangadji & Sopiah, 2010).
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan
informasi yang sesuai dengan objek
penelitian ini penulis melakukan
kegiatan metode pengumpulan data
dengan kuesioner. Dalam penelitian ini
peneliti menyebar kuesionernya
menggunakan dua cara yaitu secara
langsung dan secara online (seperti
WhatsApp, Line, dll) dalam bentuk
Google Form. Kuesioner tersebut berisi
pertanyaan ataupun pernyataan yang
berhubungan dengan variabel penelitian
yaitu Citra Merek, Merek Perusahaan,
38
Ekuitas Merek, dan Pilihan Konsumen,
masing-masing pertanyaan atau
pernyataan akan disediakan pilihan
jawaban yang akan dipilih oleh
responden.
Dalam kuisioner responden
diminta untuk menyatakan tingkat
persetujuan mengikuti skala
pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan
menggunakan skala likert. Skala likert
adalah skala yang dirancang untuk
memungkinkan responden menjawab
berbagai tingkatan pertanyaan pada
setiap butir pertanyaan. Dalam skala
likert, jawaban yang mendukung
pertanyaan mendapat skor yang tinggi
sedangkan untuk jawaban yang tidak
atau kurang mendukung diberi skor
rendah dan satu pilihan dinilai (score)
dengan jarak interval 1 (Sugiyono,
2006:86). Dalam skala likert ada 5
(lima) tingkatan jawaban untuk
menentukan nilai.
Variabel Operasional
Dalam penelitian untuk mengukur
pengaruh Citra Merek dan Merek
Perusahaan terhadap Pilihan Konsumen
dengan Ekuitas Merek sebagai variabel
mediasi. maka peralatan yang
digunakan adalah Hierarchical Linear
Modelling (HLM). Variabel operasional
dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (Independent)
Citra Merek (Brand Equity)
Merek Perusahaan (Corporate
Branding)
2. Variabel Terikat (Dependent)
Pilihan Konsumen (Costumer’s
Choice)
3. Variabel Mediasi (Intervening)
Ekuitas Merek (Brand Equity)
Peralatan Analisis Data
Untuk mengetahui Pengaruh Citra
Merek dan Merek Perusahaan terhadap
Pilihan Konsumen : Peran Mediasi oleh
Ekuitas Merek pada pelanggan merek
pasta gigi Pepsodent. Metode yang
digunakan dalam peneliti dalam
penelitian ini adalah Hierarchical Linear
Modelling (HLM), Baron dan Kenny
(1986), dengan bantuan SPSS 20 for
Windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam
penelitian ini merupakan ciri-ciri
responden yang diteliti. Mereka memiliki
jenis kelamin, status hubungan, umur,
pendidikan dan penghasilan. responden
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
58% (58 orang), dan responden
perempuan sebanyak 42% (42 orang).
Karakteristik usia menunjukkan jumlah
responden termuda dengan kelompok
umur 20-25 tahun sebanyak 39% (39
orang), dan responden tertua dengan
kelompok umur diatas 35 tahun
sebanyak 10% (10 orang). Jumlah
responden yang dilihat dari status
hubungan menunjukkan bahwa
responden yang telah menikah
sebanyak 45% (45 orang), dan
responden yang belum menikah
sebanyak 55% (55 orang). Karakteristik
keempat yaitu sektor pendidikan
menunjukkan bahwa jumlah terbanyak
terdapat pada kelompok berpendidikan
S1 dengan jumlah 61% (61 orang), dan
paling sedikit pada kelompok
berpendidikan S2, yakni 6% (6 orang).
karakteristik yang terakhir yaitu
responden yang dikelompokkan dari
hasil pendapatannya. Maka tabel
tersebut menunjukkan bahwa
responden yang berpenghasilan
dibawah Rp2.000.000-Rp2.999.999
menunjukkan jumlah terbanyak yakni
33% (33 orang), dan penghasilan
Rp5.000.000-lebih menunjukkan
jumlah yang sedikit yakni 5% (5 orang).
Uji Validitas
39
Indikator masing-masing konstruk
harus memiliki muatan faktor (loading
factor) yang signifikan terhadap
konstruk yang diukur sehingga dalam
penelitian ini pengujian validitas
instrument yang digunakan adalah
Confirmatory Factor Analysis (CFA),
dimana setiap item pertanyaan harus
mempunyai loading factor yang lebih
dari 0,40 (Hair et. al, 2006). Dalam CFA
kita juga harus melihat pada output dari
component matrix atau rotated
component matrix yang harus diekstrak
secara sempurna. Selain itu, untuk
menguji variabel saling berhubungan
diperlihatkan oleh nilai determinasi (R)
yang mendekati 0, nilai KMO (Keiser-
Meyer-Olkin) harus lebih besar dari 0,5,
uji Bartlett dan uji MSA.
Pada tabel 1 menunjukkan hasil dari
analisis faktor dari variabel independen,
variabel mediasi dan variabel dependen
dengan menggunakan program SPSS 20
for windows. Variabel pada tabel
merupakan Pilihan Konsumen, untuk
dapat melihat konstruk dari variabel
diukur dengan empat pertanyaan. Hasil
dari pengujian tersebut menunjukkan
bahwa dari semua variabel item
pertanyaan memiliki korelasi konstruk
yang dapat menjadi suatu pengukuran
yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari nilai
eigen sebesar 3,089 dengan loading
faktor yang memiliki interval 0,668
hingga 0,853.
Tabel 1. Matriks Principal Component Analysis Variabel Dependen (n=100)
Sumber : Data Primer (diolah), 2019
Tabel 2. Matriks Principal Component Analysis Variabel Independen (n=100)
No. Item Faktor Muatan Faktor
1. Pasta gigi merek Pepsodent sudah dikenal banyak orang. 0,710 2. Pasta gigi merek Pepsdoent adalah mudah diingat konsumen. 0,835
3. Pasta gigi merek Pepsodent dikembangkan di pabrik yang berteknologi tinggi.
0,797
4. Pasta gigi merek Pepsodent mudah diucapkan. 0,753 5. Pasta gigi merek Pepsodent mempunyai ciri khas disetiap produk. 0,720
Nilai Eigen 3,814
Varians yang dapat dijelaskan % 76,280 Kaiser-Meyer-Olkin Measure Of Sampling Adequacy 0,832 Barlet’s Test Of Sphericity 0,000
Sumber : Data Primer (diolah), 2019
Varian yang dapat dijelaskan
(varians explained) pada faktor sebesar
77,222%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin
Measure Of Sampling Adequacy pada
variabel dependen tersebut sebesar
0,796 dan hasil Uji Barlet’s Test Of
No. Item Faktor Pilihan Konsumen Muatan
Faktor
1. Saya membeli pasta gigi merek Pepsodent karena keinginan saya sendiri.
0,853
2. Saya membeli pasta gigi merek Pepsodent karena sudah terbiasa membelinya.
0,817
3. Saya membeli pasta gigi merek Pepsodent karena memberikan banyak variasi yang saya sukai.
0,751
4. Saya membeli pasta gigi merek Pepsodent karena keluarga dan
teman saya menggunakan merek tersebut. 0,668
Nilai Eigen 3,089 Varians yang dapat dijelaskan % 77,222 Kaiser-Meyer-Olkin Measure Of Sampling Adequacy 0,796
Barlet’s Test Of Sphericity 0,000
40
Sphericity menunjukkan signifikan
0,000 (p < 0,01). Variabel independen
pertama pada penelitian ini merupakan
citra merek, untuk mengukur konstruk
dari variabel tersebut telah diukur
dengan lima item pertanyaan. Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa dari
variabel tersebut semua item
pertanyaan memiliki korelasi konstruk
sehingga dapat menjadi suatu
pengukuran yang tepat. Hal ini dapat
dilihat dari nilai eigen sebesar 3,814
dengan loading faktor yang memiliki
interval 0,710 hingga 0,835. Varian
yang dapat dijelaskan (varians
explained) pada faktor sebesar
76,280%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin
Measure Of Sampling Adequacy pada
variabel dependen tersebut sebesar
0,832 dan hasil Uji Barlet’s Test Of
Sphericity menunjukkan signifikan
0,000 (p < 0,01).
Variabel independen kedua pada
penelitian ini adalah Merek Perusahaan,
untuk mengukur konstruk dari variabel
tersebut telah diukur dengan 5 item
pertanyaan. Dari hasil
Tabel 3. Matriks Principal Component Analysis Variabel Independen (n=100)
No. Item Faktor Muatan
Faktor
1. Sumber daya manusia yang ada pada perusahaan Unilever
sudah sangat profesional. 0,837
2. Perusahaan Unilever adalah perusahaan yang
berkompetensi tinggi. 0,834
3. Perusahaan Unilever terus melakukan inovasi-inovasi yang
menarik. 0,872
4. Perusahaan Unilever dipercaya mempunyai produk yang
berkualitas tinggi. 0,818
5. Saya mengetahui dan mendukung program tanggung jawab
sosial yang dilakukan Unilever. 0,827
Nilai Eigen 3,510
Varians yang dapat dijelaskan % 70,197
Kaiser-Meyer-Olkin Measure Of Sampling Adequacy 0,855
Barlet’s Test Of Sphericity 0,000
Sumber : Data Primer (diolah), 2019
Tabel 4. Matriks Principal Component Analysis Variabel Mediasi (n=100)
No. Item Faktor Ekuitas merek Muatan
Faktor
1. Produk pasta gigi Pepsodent dapat diingat dengan baik. 0,686
2. Produk pasta gigi Pepsodent mempunyai warna yang
menarik dan bervariasi. 0,636
3. Produk pasta gigi Pepsodent memiliki karakterisitk yang
lebih baik dibandingkan dengan merek lain. 0,712
4. Saya dan keluarga selalu memakai pasta gigi merek
Pepsodent 0,745
Nilai Eigen 2,778
Varians yang dapat dijelaskan % 69,448
Kaiser-Meyer-Olkin Measure Of Sampling Adequacy 0,763
Barlet’s Test Of Sphericity 0,000
Sumber : Data Primer (diolah), 2019
pengujian menunjukkan bahwa dari
variabel tersebut semua item
pertanyaan memiliki korelasi konstruk
sehingga dapat menjadi suatu
pengukuran yang tepat. Hal ini dapat
41
dilihat dari nilai eigen sebesar 3,510
dengan loading faktor yang memiliki
interval 0,669 hingga 0,760. Varian
yang dapat dijelaskan (varians
explained) pada faktor sebesar
70,197%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin
Measure Of Sampling Adequacy pada
variabel dependen tersebut sebesar
0,855 dan hasil Uji Barlet’s Test Of
Sphericity menunjukkan signifikan
0,000 (p < 0,01).
Variabel mediasi pada penelitian
ini adalah ekuitas merek, untuk
mengukur konstruk dari variabel
tersebut telah diukur dengan empat
item pertanyaan. Dari hasil pengujian
menunjukkan bahwa dari variabel
tersebut semua item pertanyaan
memiliki korelasi konstruk sehingga
dapat menjadi suatu pengukuran yang
tepat. Hal ini dapat dilihat dari nilai
eigen sebesar 2,778 dengan loading
faktor yang memiliki interval 0,636
hingga 0,745. Varian yang dapat
dijelaskan (varians explained) pada
faktor sebesar 69,448%. Nilai Kaiser-
Mayer-Olkin Measure Of Sampling
Adequacy pada variabel Mediasi
tersebut sebesar 0,763 dan hasil Uji
Barlet’s Test Of Sphericity menunjukkan
signifikan 0,000 (p < 0,01).
Uji Reliabilitas
Ukuran reliabilitas dianggap
handal berdasarkan pada Cronbach
Alpha 0,60 (Malholtra, 2003). Jika
derajat kehandalan data lebih besar dari
Cronbach Alpha (α), maka hasil
pengukuran dapat dipertimbangkan
sebagai alat ukur dengan tingkat
ketelitian dan konsistensi pemikiran
yang baik. Hasil uji reliabilitas dapat
dilihat pada tabel 6 .
Pengujian Hipotesis
Hasil analisis regresi menyatakan
bahwa citra merek memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap pilihan
konsumen dengan nilai koefisien 0,205
dengan probabilitas > 0,05, dan ini
membukti hipotesis 1 diterima. Hasil
analisis regresi menyatakan bahwa
merek perusahaan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap pilihan
konsumen dengan nilai koefisien 0,194
dengan probabilitas > 0,05, dan itu
membuktikan hipotesis 2 diterima. Hasil
analisis regresi menyatakan bahwa citra
merek memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap ekuitas merek
dengan nilai koefisien 0,495 dengan
probabilitas > 0,05, dan ini
membuktikan hipotesis 3 diterima. Hasil
analisis regresi menyatakan bahwa
merek perusahaan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap ekuitas
merek dengan nilai koefisien 0,464
dengan probabilitas > 0,05, dan ini
membuktikan hipotesis 4 diterima. Hasil
analisis regresi menyatakan bahwa
ekuitas merek berpengaruh positif dan
signifikan secara langsung dengan nilai
koefisien 0,502 dengan probabilitas >
0,05, dan ini membuktikan hipotesis 5
diterima. bahwa citra merek, Merek
Perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap Pilihan Konsumen melalui
ekuitas merek sebagai pemediasi
dengan nilai koefisien regresi (β)
sebesar 0,205 dan 0,194 dengan
probabilitas < 0,05. Nilai (β) meningkat
dari 0,205 menjadi 0,249 dan 0,194
menjadi 0,233 ketika variabel mediasi
dimasukkan ke dalam model. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
pengaruh citra merek dan Merek
Perusahaan terhadap Pilihan Konsumen
dengan ekuitas merek sebagai
pemediasi secara parsial
42
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Jumlah Item
Cronbach’s Alpha Keterangan
Hitung Standar
1. Pilihan Konsumen 4 0,899 0,60 Handal
2. Citra merek 5 0.920 0,60 Handal 3. Merek Perusahaan 5 0,892 0,60 Handal 4. Ekuitas merek 4 0,853 0,60 Handal
Sumber : data primer (diolah), 2019
Tabel 7. Ringkasan Hasil Analisis Regresi untuk Menguji Efek Mediasi dari
ekuitas merek
Ekuitas Merek Pilihan Konsumen
(Z) (Y)
Tahap Persamaan Tahap 1(β) Tahap 2(β) Tahap 3(β)
Citra Merek (X1) 0,495 0,205 0,249
Merek Perusahaan (X2) 0,464 0,194 0,233
Ekuitas Merek (Z) 0,502
R 0,763 0,534 0,864
R2 0,582 0,128 0,746 ∆R2 0,574 0,173 0,738
*Signifikan pada tingkat p < 0,01
Sumber : data primer (diolah), 2019
sehingga ketujuh hipotesis
diterima.Berdasarkan hasil pengujian
regresi linear diatas maka persamaan
pertama dapat diuraikan sebagai berikut
:
Y = 0,205 X1
Pada persamaan diatas
menjelaskan bahwa nilai beta koefisien
regresi Citra merek (X1) 0,205. Artinya
ketika Citra merek pada pengguna pasta
gigi merek pepsodent Banda Aceh
meningkat, maka pilihan konsumen
akan meningkat. Persamaan kedua
dapat dibuat garis persamaan sebagai
berikut :
Y = 0,194 X2
Dari Persamaan diatas
menjelaskan bahwa nilai beta koefisien
regresi Merek Perusahaan (X2) positif
0,194, artinya ketika Merek Perusahaan
(X2) pada pengguna pasta gigi merek
pepsodent di Banda Aceh meningkat,
maka Pilihan Konsumen (Y) akan
meningkat. Persamaan ketiga dapat
dibuat garis persamaan sebagai berikut
:
Z = 0,495 Y
Pada persamaan diatas
menjelaskan bahwa nilai beta koefesien
bernilai positif 0,495, artinya citra
merek pada pengguna pasta gigi merek
pepsodent di Banda Aceh meningkat,
maka ekuitas merek akan meningkat.
Persamaan keempat dapat dibuat garis
persamaan sebagai berikut:
Z = 0,464 X2
Pada persamaan diatas
menjelaskan bahwa nilai beta koefisien
regresi positif 0,464, artinya ketika
Merek Perusahaan pada pengguna pasta
gigi merek pepsodent di Banda Aceh
meningkat, maka ekuitas merek akan
meningkat. Persamaan kelima dapat
dibuat garis persamaan sebagai berikut
:
Y = 0,502 Z
Dari persamaan ini dapat
dijelaskan bahwa nilai beta koefisien
regresi ekuitas merek (Z) positif 0,502,
artinya ketika ekuitas merek pada
pengguna pasta gigi merek pepsodent
Banda Aceh meningkat, maka akan
43
meningkatkan Pilihan Konsumen (Y).
Persamaan keenam dapat dibuat garis
persamaan sebagai berikut :
Y = 0,205 X1 + 0,495 Z
Pada persamaan diatas dijelaskan
bahwa nilai beta koefisien regresi citra
merek (X1) positif 0,205 dan Ekuitas
merek (Z) positif 0,495 artinya ketika
citra merek pada pelanggan merek
pasta pepsodent di Banda Aceh
meningkat akan meningkat juga Pilihan
Konsumen (Y). Koefisien Ekuitas merek
(Z) bernilai positif sebesar 0,495 artinya
ketika Ekuitas merek tinggi akan
meningkatkan tingkat Pilihan Konsumen
(Y) yang dialami oleh pengguna pasta
gigi merek pepsodent di Banda Aceh.
Persamaan terakhir dapat dibuat garis
persamaan sebagai berikut :
Y = 0,194 X2 + 0,464 Z
Maka dari persamaan tersebut
dapat menjelaskan bahwa nilai beta
koefisien regresi Merek Perusahaan (X2)
positif 0,194. Artinya ketika Merek
Perusahaan pada pengguna pasta gigi
merek pepsodent Banda Aceh
meningkat maka akan meningkatkan
Pilihan Konsumen (Y). Koefisien Ekuitas
merek (Z) bernilai positif sebesar 0,464
artinya ketika Ekuitas merek tinggi akan
meningkatkan tingkat Pilihan Konsumen
(Y) yang dialami oleh pengguna pasta
gigi merek pepsodent di Banda Aceh.
Hasil pengujian hipotesis 1
menunjukkan bahwa citra merek
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pilihan konsumen pada
pengguna pasta gigi merek pepsodent di
Banda Aceh. Ini sesuai dengan hasil
penelitian dari Methaq Ahmed Sallam
yang menemukan bahwa citra merek
dapat mempengaruhi pilihan konsumen.
Hasil pengujian hipotesis 2
menunjukkan merek perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pilihan konsumen pada
pelanggan merek pasta gigi Pepsodent
di Banda Aceh. Ini sesuai dengan
penelitian Methaq Ahmed Sallam yang
menyatakan bahwa merek perusahaan
dapat mempengaruhi pilihan konsumen.
Hasil pengujian hipotesis 3
menunjukkan bahwa citra merek
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ekuitas merek pada pelanggan
merek pasta gigi Pepsodent di Banda
Aceh. Ini sesuai dengan penelitian
Methaq Ahmed Sallam yang
menyatakan bahwa citra merek dapat
mempengaruhi ekuitas merek. Hasil
pengujian hipotesis 4 menunjukkan
bahwa merek perusahaan berpengaruh
positif terhadap ekuitas merek pada
pelanggan merek pasta gigi Pepsodent
di Banda Aceh. Ini sesuai dengan
penelitian Methaq Ahmed Sallam yang
menyatakan bahwa merek perusahaan
dapat mempengaruhi ekuitas merek.
Hasil pengujian hipotesi 5
menunjukkan bahwa ekuitas merek
berpengaruh positif terhadap pilihan
konsumen pada pelanggan merek pasta
gigi Pepsodent di Banda Aceh. Ini sesuai
dengan penelitian Agung Nugraha yang
menyatakan bahwa ekuitas merek
dapat mempengaruhi pilihan konsumen.
Hasil pengujian hipotesis 6 dan 7
menunjukkan bahwa citra merek
berpengaruh positif terhadap pilihan
konsumen melalui mediasi ekuitas
merek pada pelanggan merek pasta gigi
Pepsodent di Banda Aceh. Ini sesuai
dengan penetilitian Singgih Purnomo
yang menyatakan bahwa citra merek
dan merek perusahaan berpengaruh
terhadap ekuitas merek dimana ekuitas
merek menjadi berpengaruh lebih besar
terhadap pilihan konsumen sebagai
mediasi.
PENUTUP
Dari uraian pembahasan
penelitian yang telah dilakukan
mengenai pengaruh citra merek dan
merek perusahaan terhadap ekuitas
merek dan dampaknya terhadap pilihan
konsumen dapat diambil beberapa
44
kesimpulan dan saran yang dianggap
penting dalam penenlitian ini antara
lain:
1. Citra merek dan merek
perusahaan merupakan prediktor
yang kuat terhadap ekuitas merek
pada pengguna pasta gigi merek
pepsodent di kota Banda Aceh.
Artinya ketika citra merek dan
Merek perusahaan di pandang
bagus atau tinggi oleh konsumen
maka ekuitas merek terhadap
produk tersebut akan meningkat.
2. Ekuitas merek merupakan
prediktor terhadap pilihan
konsumen pada pengguna pasta
gigi merek pepsodent di banda
aceh. Artinya ketika ekuitas merek
pada produk tersebut tinggi akan
membuat pilihan konsumen
meningkat.
3. Citra merek dan merek
perusahaan merupakan prediktor
terhadap ekuitas merek dan
kemudian berdampak terhadap
pilihan konsumen pada pengguna
merek pasta gigi pepsodent di
Kota Banda Aceh. Artinya ketika
citra merek dan Merek perusahaan
tinggi akan membuat ekuitas
merek menjadi kuat serta
selanjutnya berpengaruh secara
positif terhadap pilihan konsumen.
Guna kepentingan lebih lanjut,
ada beberapa saran yang diajukan oleh
penulis yang dapat dipertimbangkan
oleh peneliti selanjutnya dan pihak
sekolah, yaitu sebagai berikut:
1. Citra merek dan Merek
perusahaan harus menjadi
perhatian bagi manajemen
perusahaan. Manajemen Rumah
sakit harus menjaga citra merek
dan Merek perusahaan agar
produk nya tetap akan dibeli oleh
konsumen, karena variabel-
variabel tersebut telah terbukti
dapat mempengaruhi pilihan
konsumen.
2. Ekuitas merek merupakan variabel
lain yang dapat meperkuat
hubungan citra merek dan merek
perusahaan terhadap pilihan
konsumen. Pihak perusahaan
diharapkan terus melakukan
inovasi dan memperkuat ekuitas
merek untuk terus meningkatkan
keputusan pembelian.
REFERENSI
Aaker, D. A., & Biel, A. L. (1993). Brand
Equity & Advertising:
Advertising’s Role in Building
Strong Brands. Hillsdale:
Lawrence Erlbaum Associates.
Kotler, Amstrong. (2001). Prinsip-
prinsip pemasaran, Edisi
keduabelas, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Aaker, D . A. (2004). Leveraging The
Corporate Brand. California
Management Review, Vol. 46(3),
6 – 18.
Chang, A, Chiang, H., & Han T. (2015).
Investigating the dual-route
effects of corporate branding on
brand equity. Asia Pacific
Management Review, Vol. 20,
120-129.
Chang, Hsin Hsin and Liu, Ya Ming.
(2009), “The Impact of Brand
Equity on Brand Preference and
Purchase Intentions in The
Service Industries”, The Service
Industries Journal, Vol. (29), No.
(12), 1687–1706.
Cooper, Donald R., dan Pamela, S.
Schindler. (2006). Metode Riset
Bisnis, Volume 1. PT Media
Global Edukasi. Jakarta.
Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan SPSS.
Semarang: Badan Penerbit
UNDIP
Hsieh, Y.M. and Hsieh, A.T. (2008),
“Enhancement of service quality
with job standardization”, The
45
Service. Industries Journal, Vol.
21(3), 147-66.
James B.Faircloth, Louis M. Capella &
Bruce L. Alford. (2015). The
effect of brand attitude and
brand image on brand equity.
Journal of marketing theory and
practice, Vol (9), 61-75.
Keller, K. L. (2013). Conceptualizing,
measuring and managing
customer based brand equity.
Journal of Marketing, 57, 274.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller,
(2009). Manajemen Pemasaran,
Jilid 1, Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Kotler, Philip. (2001). Manajemen
Pemasaran di Indonesia : Buku 1
Analisis Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian.
Jakarta : Salemba Empat.
Kotler, Amstrong. (2001). Prinsip-
prinsip pemasaran, Edisi
keduabelas, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Kotler, Philip., dan Gary Armstrong.,
(2014), Dasar-Dasar
Pemasaran, Edisi kesembilan,
Jilid 1, dialih bahasakan oleh
Alexander Sindoro, Jakarta:
Indeks
Roy, D., & Banerjee, S. (2007). Caring
strategy for integration of brand
identity with brand image.
International Journal of
Commerce and Management,
17(1/2), 140-148.
Roscoe. (1975). dikutip dari Uma
Sekaran, (2006), Metode
Penelitian Bisnis, Salemba
Empat, Jakarta.
Schiffman, G Leon & Kanuk, L. Leslie.
(2000). Consumer Behavior.
Seventh Edition. Upper Saddle
River: Prentice Hall
International, Inc
Schmitt, Bernd dan Alex Simonson.
(1997). Marketing Aesthetics.
New York. The Free Press.
Schultz, Makjen., Yun, Mi antorini., &
Csaba, Fabian F. (2005).
Corporate Branding :
Purpose/People/Process:
Towards the second wave of
corporate branding. Denmark:
Narayana Press.
Sallam Methaq Ahmed. (2016). The
Impact of Brand Image and
corporate branding on
Consumer’s Choice: The Role of
Brand Equity. International
Journal of Marketing Studies.
Vol. 8(1)
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah.
(2010). Metodologi Penelitian –
Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Edisi I. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Singgih Purnomo. (2018). Analisis
pengaruh brand image dan
corporate branding terhadap
brand equity serta dampaknya
pada loyalitas pelanggan.
operator seluler telkomsel
di kota semarang.
http://eprints.undip.ac.id
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sangaji, Etta Mamang dan Sopiah.
(2010). Metodologi Penelitian. ANDI.
Yogyakarta.
Uma Sekaran, (2006). Metodologi
Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4,
Buku 2, Jakarta: Salemba
Empat.
Uma sekaran, (2006). Research
Methods For Business, Edisi 4,
Buku 1, Jakarta: Salemba
empat.
Top Related