PENGARUH BAHAN BAKAR KENDARAAN
DAN PERUBAHAN SUHU TERHADAP POLUSI
UDARA
SKRIPSI
WAKHIDATUL MUKAROMAH
NPM 1711090045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442 H / 2021 M
ii
PENGARUH BAHAN BAKAR KENDARAAN
DAN PERUBAHAN SUHU TERHADAP POLUSI
UDARA
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Fisika
OLEH :
WAKHIDATUL MUKAROMAH
NPM 1711090045
Jurusan : Pendidikan Fisika
Pembimbing I : Indra Gunawan, M.T
Pembimbing II : Welly Anggraini, M.Si
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442 H / 2021 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Dalam penelitian diperlukan penjelasan yang lebih detail
terkait dengan judul penelitian agar pembaca tidak mengalami
kesalahan saat mengartikan dan memahami penelitian yang diinginkan
peneliti. Oleh karena itu, peneliti akan menjelaskan maksud dan
tujuan dari penelitian ini yang berjudul “Dampak Perubahan Suhu dan
Bahan Bakar Mobil terhadap Pencemaran Udara”. Peneliti akan
menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam judul sebagai
berikut:
1. Polusi udara
Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 mengenai
Pengendalian Pencemaran Udara, adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi dan atau komponene lain ke dalam udara
ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
memenuhi fungsinya.
2. Perubahan suhu
Suhu adalah sifat yang menentukan apakah sebuah benda
berada dalam keseimbangan termal dengan benda lain menurut
Raymond Serway dan John W. Jewett (2010). Suhu ialah alat ukur
panas dan dinginnya suatu benda, dan alat yang digunakan untuk
mengukur suhu adalah termometer. Namun dalam penelitian ini
peneliti menggunakan peralatan Thermo Hygro. Alat ini
menggabungkan dua fungsi antara termometer dan higrometer.
Higrometer adalah alat yang digunakan untuk mengontrol suhu dan
kelembaban ruangan tertutup dan terbuka atau udara luar.
3. Bahan bakar kendaraan
Pada hakitkatnya suatu kendaraan pasti menggunakan bahan
bakar untuk menjalankan kendaraannya. Peneliti akan mencoba
2
memeriksa kendaraan yang menggunakan bahan bakar Premium,
Pertalite, Pertamax dan Bio Solar.
B. Latar Belakang Masalah
Mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan kendaraan,
yang mana kendaraan tersebut memberikan dampak positif bagi
kehidupan manusia, diantaranya mempermudah manusia pergi ke
suatu tempat baik jauh maupun dekat. Namun, dari kendaraan juga
terdapat dampak negatif bagi kesehatan manusia. Resiko kesehatan
akibat aktivitas manusia terjadi karena pada dasarnya setiap kegiatan
selalu mempunyai dampak lingkungan dan kesehatan. Resiko
kesehatan adalah dampak negatif yang hanya bisa dikelola, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali. Masalah kesehatan lingkungan
yang muncul menimbulkan pertanyaan antara lain tentang besarnya
resiko kesehatan akibat pajanan bahaya lingkungan, pengendalian
resiko tanpa menghentikan kegiatan sumber risiko, serta keefektifan
perangkat hukum dan teknologi yang tersedia dalam melindungi
kesehatan orang yang terpajan dari efek yang merugikan kesehatan1.
Namun tidak hanya itu saja, di daerah pedesaan juga sekarang sudah
sedikit tercemar akibat asap atau emisi yang dikeluarkan dari
kendaraan, seperti di beberapa desa yang ada di Provinsi Lampung.
Berdasarkan ayat Al Qur‟an Surah An-Nahl (16) : 8 yang
menjelaskan tentang alat transportasi yang pada mulanya manusia
menggunakan binatang sebagai kendaraan, sebagai berikut:
لذي ٱوهى يديلزيحٱأرسل بين بشزا
٨٤ما ءطهىرالسما ءٱوأنزلنامنۦ رحمته
Artinya : “dan (Dia menciptakan) kuda, bighal, dan keledai,
agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.”
1 Rumselly, Komelis U. 2016. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kualitas Udara Ambien Di Kota Ambon. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 2
Juli 2016: 158–163
3
Di akhir ayat ini sepertinya menyiratkan bahwa akan ada
mobil baru. Misalnya pesawat terbang. Uniknya, pesawat terbang juga
tidak lepas dari peran hewan, lebih tepatnya terinspirasi dari
penampilan burung yang mampu terbang di udara yang dijelaskan
dalam QS al Mulk (67): 19 yang artinya “dan tidak memperhatikan
kepada burung-burung yang melebarkan sayapnya dan mengatupkan
sayapnya di udara.Tidak ada jalan lain selain orang yang paling baik
hati. Jika diperluas maknanya, banyak kendaraan akan menggunakan
binatang sebagai logo dari namanya. Misalnya ada Ferrari atau Logo
Lamborghini di Pesawat Terbang, dan nama kendaraannya, Seperti
Eagle Airlines, Tang Amfibi, Mobil Ceper Sepeda Motor2.
Emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor dapat
berupa karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon
(HC), sulfur dioksida (SO2), timbal (Pb), karbondioksida (CO2) dan
debu (PM10) . Diantara pencemar tersebut, karbon monoksida (CO)
merupakan salah satu pencemar yang dihasilkan oleh mesin kendaraan
bermotor3. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyatakan pada
tahun 2012 kendaraan bermotor menyumbang 70,5% karbon
monoksida (CO), 18,34% hidrokarbon (HC), 8,89% nitrogen oksida
(NOx), 1,33% bahan partikulat dan 0,88% Sulphur. oksida (SOx).
Emisi gas buang kendaraan bermotor dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu usia, kondisi pengoperasian, jenis dan perawatan4. Selain itu,
emisi gas buang kendaraan bermotor juga dipengaruhi oleh faktor
meteorologi seperti kecepatan angin, suhu dan kelembaban5. Semua
2 Rosidin, 2018. Transportasi Qur’ani Tafsir Tarbawi Terma Rakiba dan
Derivasinya. dialog Ilmu. Dilihat: Sabtu, 07 Juli 2018
https://www.dialogilmu.com/2018/07/transportasi-dalam-perspektif-alquran.html 3 Linna, S S. dkk. 2011. Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas
dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah Media Engineering
Vol 1(2)
4 Boedisantoso, R. dan William, Y. 2015. Analisis Beban Emisi Udara CO dan NO2 akibat Sektor Transportasi Darat di Kota Probolinggo. Jurnal Purifikasi,
15(2), 88–107.
5Aprilina, K., Imelda U. B, dan Edvin A. 2016. Hubungan antara
Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) dan Suhu Udara terhadap Intervensi Anthropogenik (Studi Kasus Nyepi Tahun 2015 di Provinsi Bali). Puslitbang BMKG,
Jakarta.
4
kendaraan yang berbahan mesin pasti saja menggunakan bahan bakar
kendaraan.
Bahan bakar kendaraan ada bermacam-macam, antara lain
Bensin dan Bio Solar. Ada banyak jenis Bensin di sana, diantaranya
bahan bakar jenis Premium, Pertalite, dan Pertamax. Berikut ini
adalah hasil penjualan Bio Solar di Pertamina AKR Bumiagung,
Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
dalam 5 tahun terakhir.
Tabel 1.1 Jumlah Penjualan Solar di Pertamina AKR Bumiagung
Tahun 2016-20206
No Tahun Jumlah Penjualan
1 2016 2 324 660 Liter
2 2017 2 991 898 Liter
3 2018 2 603 808 Liter
4 2019 487 884 Liter
5 2020 876 085 Liter
Terlihat dari data tersebut, bahwa setiap tahun kinerja
penjualan mengalami peningkatan dan penurunan. Dalam data tahun
2016 hingga tahun 2017, penjualan solar meningkat, namun penjualan
turun di tahun-tahun berikutnya. Sedangkan data yang diperoleh dari
Pertamina SPBU Bumiagung adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2 Jumlah Penjualan Bahan Bakar di Pertamina SPBU
Bumiagung Tahun 2016-20207
No Tahun Jenis dan Jumlah Penjualan Bahan Bakar Kendaraan
(Liter)
Premium Pertalite Pertamax Bio Solar
1 2016 4 593 261 - - 3 444 202
2 2017 3 532 542 668 092 - 6 784 220
6 Dhesi, “ Hasil Wawancara dan Data Laporan Tahunan di Pertamina AKR
Bumiagung. Bumiagung : Pertamina AKR pada Sabtu, 06 Februari 2021 Pukul 14.15
WIB pm.
7 Johan, “ Hasil Wawancara dan Data Laporan Tahunan di Pertamina SPBU Bumiagung. Bumiagung : Pertamina SPBU pada Sabtu, 07 Februari 2021
Pukul 14.10 WIB pm.
5
3 2018 2 657 485 636 739 - 7 726 535
4 2019 3 124 811 625 374 28 9959 6 906 970
5 2020 3 655 098 557 911 250 043 7 271 831
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jenis bahan bakar
kendaraan Pertamina SPBU Bumiagung mengalami peningkatan dan
penurunan. Pada tahun 2017 ditambahkan jenis bahan bakar Pertalite,
dan pada tahun 2019 muncul Pertamax. Selama ini BBM yang ada di
Pertamina ada 4 jenis, yaitu Premium, Pertalite, Pertamax, dan Bio
Solar. Selain itu, volume penjualan tahunan mengalami peningkatan
dan penurunan, namun jenis bahan bakar Bio Solar mengalami
peningkatan. Dari hasil tersebut merupakan salah satu faktor penyebab
adanya pencemaran udara.
Namun, masalah pencemaran udara bukan hanya akibat itu
saja, tetapi juga banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti
kebakaran hutan dan pembuangan limbah pabrik di sungai atau di
beberapa kawasan pemukiman. Kebakaran hutan menyebabkan polusi
udara yang sangat besar karena asap dari kebakaran tersebut membuat
udara kotor dan tidak higienis, sehingga makhluk hidup tidak mungkin
bernapas dan merasakan udara yang segar. Dari masalah tersebut akan
menimbulkan perubahan suhu pada atmosfer bumi, sehingga manusia
akan merasakan panas dan dingin, perubahan tersebut sangatlah tidak
baik bagi keberlangsungan kehidupan. Namun, tidak hanya itu saja
yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara, sebagian besar di
Negara berkembang mengalami kejadian ekstrim. Salah satunya
adalah Indonesia. Indonesia termasuk negara dengan curah hujan yang
tinggi, sehingga suhu berubah dengan cepat. Diantara faktor-faktor
tersebut menimbulkan faktor baru, yaitu terjadinya perubahan suhu.
Badan Meteorologi dan Iklim Geofisika (BMKG) mencontohkan
bahwa dalam tiga tahun terakhir Indonesia, khususnya Provinsi
Lampung, adalah sebagai berikut:
6
Gambar 1.1 Anomali Suhu Udara Tahun 2017-2019
8
Dari data tersebut diperoleh perubahan suhu udara rata-rata
dalam 3 tahun terakhir mengalami penurunan pada tahun 2017 ke
tahun 2018 yakni 0.240C ke 0.18
0C dan mengalami kenaikan pada
tahun 2018 ke tahun 2019 yakni 0.180C ke 0.77
0C. Berdasarkan hal
tersebut, dapat mengakibatkan kelembaban di udara yang tidak teratur.
Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa udara sebagai pembawa
kabar gembira, apabila udara tersebut dalam kondisi tidak tercemar
atau bersih. Fungsi pemantauan kualitas udara di dalam Al-Qu‟an
dijelaskan di dalam surat Al-Furqan ayat 48 Allah SWT berfirman:
8 BMKG. 2020. Perubahan Iklim. BMKG. Dilihat: Kamis, 13 September 2020 Pukul 21.30 WIB pm https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=ekstrem-perubahan-
iklim
7
لذي ٱوهى يديلزيحٱأرسل بين بشزا
٨٤ما ءطهىرالسما ءٱوأنزلنامنۦ رحمته
Artinya : “Dialah yang meniupkan angin (udara) sebagai
pembawa kabar gembira, yaitu dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya
(hujan). Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih”.
Udara merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan,
namun seiring dengan meningkatnya penggunaan alat transportasi
terutama transportasi darat, kualitas udara telah mengalami perubahan.
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh
pencemaran udara. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara
dalam jumlah tertentu dan berada di udara dalam waktu yang cukup
lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan9.
Berdasarkan data Gambar 1.2 Grafik Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) Tahun 2019 untuk Negara Indonesia dan
terutama Provinsi Lampung ternyata terdapat ISPU untuk kriteria baik
indeksnya sebesar 52, kriteria sedang indeksnya 88, kriteria tidak
sehat indeksnya 1 dan kriteria tidak ada data indeksnya 2. Berdasarkan
data kriteria indeks tersebut Provinsi Lampung termasuk ke dalam
kriteria sedang untuk Pencemaran Udaranya di tahun 2019.
Sedangkan di Provinsi Lampung memiliki beberapa kabupaten,
diantaranya adalah kabupaten Pesawaran.
9 Wardhana, Wisnu A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.
Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.
8
Gambar 1.2 Data ISPU Hari Baik Tahun 201910
Secara geografis, kabupaten Pesawaran merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Lampung, yang diresmikan pada 2 November
2007 berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tentang
pembentukan Kabupaten Pesawaran. Kabupaten ini semula
merupakan salah satu bagian dari kabupaten Lampung Selatan. Secara
geografis, kabupaten Pesawaran terletak pada koordinat 104,920
–
105,340 BT dan 5,12
0 – 5,84
0 LS. Dengan luas kabupaten ini adalah
1.173,77 km2
atau 117,377 Ha. Kabupaten ini memiliki 11 kecamatan
salah satunya adalah kecamatan Tegineneng. Kecamatan ini dilalui
oleh Jalan Raya Lintas Sumatera yang merupakan bagian dari AH25.
Kecamatan ini memiliki 16 kelurahan, salah satunya kelurahan
Bumiagung. kelurahan ini berada di jalan Lintas tengah Sumatera
yang dapat dibilang padat penduduk dan padat akan kendaraan yang
melintasi kelurahan tersebut, baik dari arah utara maupun selatan.
Sehingga peneliti sangat tertarik melakukan penelitian di kelurahan
tersebut, dengan lokasi di Stasiun Klimatologi Klas IV BMKG
Tegineneng, Lampung. Dari kedua tabel jumlah penjualan bahan
bakar dan data perubahan suhu yang didukung dengan lokasi
penelitian yang sesuai dan telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai PENGARUH BAHAN BAKAR
KENDARAAN DAN PERUBAHAN SUHU TERHADAP
POLUSI UDARA.
C. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, peneliti
mendapatkan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bahan bakar kendaraan berpengaruh terhadap polusi udara,
karena adanya emisi yang dikeluarkan dari bahan bakar
kendaraan tersebut yang menyebabkan udara tidak lagi bersih.
10 ISPU. 2020. Data ISPU Jumlah Hari Baik. ISPU. Dilihat: 13 September
2020 Pukul 15.00 WIB am http://iku.menlhk.go.id/aqms/arsip
9
2. Adanya Inversi suhu dapat mengakibatkan polusi udara yang
serius, karena inversi dapat menyebabkan polutan terkumpul
di dalam atmosfer yang lebih rendah dan tidak menyebar.
Kemudian berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar
masalah tidak meluas perlu adanya batasan masalah sebagai berikut:
1. Tempat yang digunakan penelitian adalah Stasiun Klimatologi
Klas IV BMKG Provinsi Lampung.
2. Parameter yang diamati dari penelitian kedua pertamina
adalah polusi udara akibat perubahan suhu dan bahan bakar
kendaraan.
3. Sifat fisika yang diamati adalah polusi udara dan perubahan
suhu.
4. Daerah yang digunakan penelitian di Jalan Lintas Tengah
Sumatera dan lebih tepatnya di Pertamina SPBU Bumiagung
Tegineneng, Pertamina AKR Bumiagung Tegineneng dan
Stasiun Klimatologi Klas IV BMKG Provinsi Lampung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apakah terdapat pengaruh bahan bakar kendaraan terhadap
polusi udara?
2. Apakah terdapat perubahan suhu terhadap polusi udara?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh
tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh polusi udara
akibat bahan bakar kendaraan.
2. Untuk mengetahui apakah perubahan suhu berpengaruh
terhadap pencemaran udara.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat
menjelaskan teori yang digunakan, mengembangkan ilmu
10
pengetahuan dan memberikan hasil dari hipotesis mengenai
Pengaruh Polusi Udara dengan Perubahan Suhu Akibat Bahan
Bakar Kendaraan.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jenis
bahan bakar kendaraan yang memiliki pengaruh yang sangat
kecil terhadap polusi udara.
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Pada penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengambil
referensi dari beberapa penelitian terdahulu diantaranya sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Irma Dita Kurniawati, Ulfa
Nurullita dan Mifbakhuddin tahun 2017 yang berjudul
“Indikator Pencemaran Udara Berdasarkan Jumlah
Kendaraan dan Kondisi Iklim” bahwa kesimpulan yang
diperoleh adalah ada hubungan jumlah kendaraan dan
kelembaban udara dengan konsentrasi karbon monoksida (p <
0,05), tidak ada hubungan antara suhu udara dan kecepatan
angin dengan konsentrasi karbon monoksida (p > 0,05)11
.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Wildan Habibi yang berjudul
“Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bensin Jenis
Pertalite dan Pertamax Pada Mesin Bertorsi Besar (
Honda Beat Fi 110 Cc )” dengan hasil penelitiannya adalah
menunjukkan nilai oktan dari bahan bakar pada putaran 2000
rpm untuk torsi paling tinggi sebesar 18 Nm (Pertamax), daya
tertinggi di putaran 2000 Rpm sebesar 5.1 Kw, diperoleh
kadar emisi gas buang paling rendah dan kadar emisi gas
buang tertinggi diperoleh pada putaran 1750 rpm. Untuk kadar
emisi gas CO terendah pada bahan bakar Pertalite dengan nilai
oktan 90 adalah 0.12 ppm dan Pertamax dengan nilai oktan 92
11 Kurniawati, Irma D., Nurullita, Ulfa., dan Miftakhuddin. Indikator
Pencemaran Udara Berdasarkan Jumlah Kendaraan dan Kondisi Iklim (Studi di Wilayah Terminal Mangkang dan Terminal Penggaron Semarang). J. Kesehat. Masy.
Indonesia. 12 (2): 2017 ISSN 1693-3443
11
adalah 0,10 pada putaran Rpm 3250. Begitu pula dengan gas
untuk Pertalite 4,32 dan Pertamax sebesar 4.30. Gas HC
Pertalite 90 sebesar 0.3 ppm dan Pertamax 92 sebesar
0.28ppm. Sedangkan untuk Pertalite sebesar 20.6ppm dan
untuk Pertamax sebesar 20,69. Efek dari variasi putaran mesin
serta penggunaan bahan bakar yang nilai oktannya berbeda
akan mempengaruhi karakteristik emisi gas buang, setelah
dianalisis dengan grafik menunjukkan perbedaan yang
signifikan, gas CO, HC. Nilai oktan bahan bakar dan variasi
putaran mesin berpengaruh signifikan terhadap karakteristik
Daya, Torsi, dan Emisi gas buang12
.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Amrullah, Sungkono dan Eko
Prastianto yang berjudul “Analisis pengaruh Penggunaan
Bahan Bakar Premium dan Pertamax terhadap Prestasi
Mesin” dengan hasil penelitian yang dilakukan yaitu semakin
besar pembebanan yang diberikan maka prestasi mesin yang
dihasilkan semakin meningkat. Dimana, pemakaian bahan
bakar (Fc) pada bahan bakar Premium sebesar 0.292 kg/jam -
0.536 kg/jam dan bahan bakar Pertamax sebesar 0.2306
kg/jam - 0.4647 kg/jam, sedangkan efisiensi termal (ηth) pada
bahan bakar Premium sebesar 16.006% - 44.690 % dan bahan
bakar Pertamax sebesar 19.288, 31.035, 42.202, 49.598 %
serta emisi gas buang yang dihasilkan Pertamax lebih besar
dibandingkan dengan bahan bakar Premium, dimana nilai
karbon monoksida (CO) pada bahan bakar Premium sebesar 8
ppm, 8 ppm, 9 ppm, 10 ppm - 11 ppm, dan bahan bakar
Pertamax sebesar 10 ppm, 10 ppm, 10 ppm,10 ppm –11
ppm13
.
4. Nahlah Mustafa Kamal (2015) dengan judul Studi Tingkat
Kualitas Udara pada Kawasan Mall Panakkukang di
Makassar dengan hasil Penelitian yang dilakukan adalah
12 Habibi, Moh. Wildan. 2016. Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bensin
Jenis Pertalite Dan Pertamax Pada Mesin Bertorsi Besar ( Honda Beat Fi 110 Cc ) .
Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri
13 Amrullah, Sungkono dan Prastianto, Eko. 2018. Analisis Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium dan Pertamax terhadap Prestasi Mesin.
Universitas Muslim Indonesia: Universitas Muslim Indonesia
12
Perkembangan kendaraan bermotor dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan yang pesat. Mall yang merupakan
pusat aktivitas perbelanjaan mendatangkan para pengunjung
dengan membawa kendaraan bermotor, sehingga
menyebabkan penurunan kualitas udara di kawasan Mall
Panakkukang mengalami pencemaran. Pencemaran ini terjadi
di kawasan parkiran Mall Panakkukang. Penelitian ini
dilakukan di kawasan parkiran Mall Panakkukang selama 1
hari dengan metode otomatis menggunakan mobil
laboratorium yang dilengkapi sensor udara ambien. Metode
yang digunakan adalah pemantauan kualitas udara dengan
metode perhitungan ISPU. Hasil penelitian diperoleh
konsentrasi pencemar SO2 6,245 μg/m3, CO 500 μg/m3,
13,55 μg/m3, NO2 300 μg/m3, 66,105 μg/m3, Cl2 31,03
μg/m3. Dari keempat polutan tersebut tidak ada yang
melampaui baku mutu udara ambien. Sedangkan polutan yang
tidak terdapat di baku mutu udara ambien hasilnya adalah H2
0.0051 μg/m3, H2S 52,92 μg/m3, CO2 7,62 μg/m3. Hasil
ISPU di Mall Panakkukang dengan polutan NO2 11,69 SO2
31,87 dalam kategori baik sedangkan untuk polutan CO 100,4
kategori sedang14
.
5. Sandri Linna Sengkey, Freddy Jansen, Steenie Wallah (2011)
dengan judul Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu
Lintas dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro
dengan hasil Penelitian yang dilakukan adalah udara yang
tercemar dapat menimbulkan berbagai dampak bagi kesehatan
manusia. Pencemaran udara salah satunya diakibatkan oleh
kendaraan bermotor. Dari beberapa polutan yang dihasilkan
CO adalah salah satu pencemar yang paling dominan
dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui konsentrasi CO yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor di ruas jalan Sam Ratulangi Manado.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode survey dan
observasi lapangan. Analisis data menggunakan pemodelan
14 Kamal, N M. 2015. Studi Tingkat Kualitas Udara pada Kawasan Mall
Panakukang di Makassar. Skripsi Teknik Lingkungan. Universitas Hasanuddin
13
polusi udara skala mikro. Untuk menentukan persentase CO
yaitu dengan membandingkan hasil perhitungan pemodelan
dengan hasil pengukuran udara ambien. Dari penelitian ini
diperoleh hasil konsentrasi CO di ruas jalan Samratulagi
7.242,99 μg/m3 sampai 15.577,07 μg/m3. Hasil tersebut
masih di bawah baku mutu udara ambien nasional. Dari
pengukuran persentase yang dihasilkan adalah 80,22%-92%
pencemaran udara oleh CO berasal dari kendaraan bermotor15
.
6. Ginting Ivana Amerta Putri (2017), yang berjudul Analisis
Pengaruh Jumlah Kendaraan Bermotor dan Faktor
Meteorology (Suhu, Kelembaban dan Kecepatan Angin
terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Udara
Ambien Roadside (Studi Kasus Pintu Tol Amplas dan
Pintu Tol Tanjung Morawa) dengan hasil penelitian
diperoleh konsentrasi CO di pintu Tol Amplas dan Morawa
tidak ada yang melebihi baku mutu udara ambien menurut PP.
No 41 Tahun 1999. Hasil uji korelasi dan regresi linear
menunjukkan bahwa hubungan jumlah kendaraan terhadap
konsentrasi CO memiliki korelasi yang kuat dan positif
dengan r = 0.808 dan r2 = 65,2%. Hubungan antara suhu
dengan konsentrasi CO cukup kuat dan negatif dengan r =
0,461 dan r2 = 21,2%%. Hubungan antara kecepatan angin
dengan konsentrasi CO kuat dan negative dengan r = 0,741
dan r2 = 54,9% dan hubungan kelembaban udara dengan
konsentrasi CO lemah dan positif dengan r = 0,238 dan r2 =
5,7%16
.
7. Romansyah, Muqorrobin Tahun 2019 Analisis Korelasi
Karbon Monoksida (Co) dan Particulate Matter (PM10)
dengan Kendaraan Bermotor dan Faktor yang
Berhubungan (Studi Kasus Pasar Induk Tradisional
15 Linna, S S.dkk. 2011. Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas
dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol 1(2)
16 Ginting, I A P. 20177. Analisis Pengaruh Jumlah Kendaraan Bermotor
dan Faktor Meteorology (Suhu, Kelembaban dan Kecepatan Angin Terhadap
Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Udara Ambien Roadside (Studi Kasus Pintu Tol Amplas dan Pintu Tol Tanjung Morawa). Tugas Akhir. Teknik Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
14
Bojonegoro) dengan hasil pengukuran CO dan PM10
menunjukkan bahwa parameter tersebut masih memenuhi
baku mutu udara ambien berdasarkan PP. No 41 tahun 1999
kecuali CO pada titik sampling 1. Hasil korelasi menunjukkan
bahwa, kendaraan bermotor dengan konsentrasi CO dan PM10
memiliki korelasi yang kuat dan signifikan (r = 0,71 dan
0,84), temperatur udara dengan konsentrasi CO dan PM10
lemah dan tidak signifikan (r = 0,25 dan 0,40), kecepatan
angin dengan konsentrasi CO dan PM10 sangat kuat dan
signifikan (r = -0,75 dan -0,70) dan kelembaban udara dengan
CO dan PM10 sangat lemah (r = -0,073 dan 0,2)17
.
8. Ahmad Zaky Maulana tahun 2012 Analisis Beban Pencemar
udara SO2, NO2 dan HC dengan Pendekatan Line Source
Modeling (Studi Kasus di Jalan Magelang Yogyakarta
dengan hasil perhitungan menunjukkan konsentrasi pencemar
terbesar adalah NO2 sebesar 211,342 μg/m3 yang terjadi pada
siang hari. Jenis kendaraan pikap/truk berkontribusi dalam
menghasilkan beban pencemar. Beban pencemar tertinggi
yang dihasilkan adalah NO2 sebesar 299 ton/tahun18
.
9. D. A Suryanto tahun 2012 Analisis Tingkat Polusi Udara
terhadap Pengaruh Pertumbuhan Kendaraan Studi Kasus
DKI Jakarta dengan hasil penelitian adalah (1) model untuk
tingkat polutan HC adalah
, (2) model untuk tingkat polutan CO adalah
, dan (3) model untuk
tingkat polutan NO adalah
, sedangkan untuk model konsumsi BBM adalah (1)
model konsumsi solar adalah
17 Romansyah, Muqorrobin. 2019. Analisis Korelasi Karbon Monoksida (Co) dan Particulate Matter (PM10) dengan Kendaraan Bermotor dan Faktor yang
Berhubungan (Studi Kasus Pasar Induk Tradisional Bojonegoro). Tugas Akhir.
Teknik Lingkungan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
18 Ahmad Zaky Maulana, “Analisis Beban Pencemar Udara SO2, No2 dan HC dengan Pendekatan Line Source Modeling (Studi Kasus di Jalan Magelang
Yogyakarta),” Widyariset Vol. 15, No. 3 (2012
15
, (2) model konsumsi premium adalah
.19
Oleh karena itu, untuk membedakan antara penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya terletak pada konteks lokasi, sistem
penganalisisan, objek yang diukur dan perbandingan jumlah bahan
bakar kendaraan yang menimbulkan polusi terbesar, sehingga
dibuatlah penelitian ini yang berjudul Pengaruh Bahan Bakar
Kendaraan dan Perubahan Suhu Terhadap Polusi Udara.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan adalah rangkaian
pembahasan yang termuat dan tercakup dalam penelitian di
skripsi, dimana antara satu bab dengan bab lainnya saling
berhubungan secara organik yang tidak bisa dipisahkan antara
satu dan lainnya. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
maka sistematika pembahasan di skripsi ini dibagi kedalam
beberapa bab yaitu:
Bab I, berisi pemaparan data-data yang
melatarbelakangi perlunya penelitian ini dilakukan terkait
dengan pengaruh perubahan suhu dan bahan bakar kendaraan
terhadap polusi udara yang didukung dengan penelitian yang
relevan.
Bab II, berisi tentang pemaparan dan mendeskripsikan
beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian sebagai
landasan teori dan pengajuan hipotesis. Landasan teori yang
digunakan menjelaskan tentang konsep dasar, jenis-jenis
polusi udara dan hubungan konsep satu dengan konsep
lainnya.
Bab III, berisi tentang pemaparan mengenai metode
penelitian. Pada bab ini, mengulas tentang tempat penelitian,
instrumen penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, tahapan
pengumpulan data, dan pengujian hipotesis.
19 D.A Suryanto, “Analisis Tingkat Polusi Udara terhadap Pengaruh
Pertumbuhan Kendaraan Studi Kasus DKI Jakarta,” UG Jurnal Vol. 6, No. 12 (2012)
16
Bab IV, berisi tentang hasil dan pembahasan
mengenai penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini
memaparkan data-data yang diperoleh.
Bab V, berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi
dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
17
BAB II
LANDASAN TEORI dan PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Teori yang Digunakan
Salah satu sektor yang dapat meningkatkan ekonomi suatu
kawasan adalah sektor industri.Walaupun demikian, apabila
perkembangan industri tidak mempertimbangkan lingkungan, maka
permasalahan yang besar akan terjadi. Pengalaman buruk ini telah
dialami pada masa-masa beberapa dekade yang lalu. Umumnya
industri mengonsumsi 37% energi dan menghasilkan 50% karbon
dioksida, 90% sulfur dioksida, serta berbagai bahan kimia beracun.
Konsentrasi industri-industri besar di suatu tempat menyebabkan
kerusakan lingkungan lokal yang parah serta lingkungan global.
Gambar 2.1 menunjukkan bagaimana aktivitas suatu industri dalam
mengeksploitasi sumber alam dan pada saat yang sama mengeluarkan
bahan pencemar ke lingkungan20
.
20 Machdar, Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran
(Pencemaran Air, Pencemaran Udara dan Kebisingan). Sleman: Deepublish (CV
Budi Utama)
18
Pengurangan
Sumber alam dan
Kerusakan
Ekologi
Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Produksi Yang Menghasilkan
Limbah21
Berdasarkan pembahasan di atas, diketahui bahwa sektor
industri sangat berperan penting dalam kemajuan ekonomi, namun
walaupun begitu dari sektor industri dapat menyebabkan beberapa
pencemaran, seperti pencemaran air, udara dan kebisingan.
1. Polusi atau Pencemaran Udara
Udara merupakan suatu lingkungan yang sangat penting bagi
keberlangsungan makhluk hidup, seperti halnya dengan air dan
tanaman. Udara juga menjadi salah satu fasilitas makhluk hidup yang
telah diberikan oleh Tuhan sang Pencipta Alam Semesta. Namun,
21 ibid
Energi
Bahan
Baku
Air
Pekerja
Kapital
Peningkatan ekonomi
dan tenaga kerja
Proses
produksi
Pencemaran :
- Air
- Udara
- Kebisingan Produk
samping
(limbah)
Produk
19
dengan perkembangan zaman ini membuat udara tidak sebersih
dahulu zaman Nabi Adam, karena zaman ini telah mengalami
kemajuan teknologi yang sangat pesat, seperti banyaknya pabrik-
pabrik bahkan kendaraan yang mampu merusak udara.
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan,
namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat
industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang
dulunya segar, kini kering dan kotor22
. Suatu campuran gas yang
terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran
gas tersebut tidak selalu konstan merupakan udara23
.
Udara sangatlah penting bagi kehidupan manusia, karena
udara merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup baik di darat, air
maupun udara. Dimana akhir-akhir ini sedang digencarkan banyak
sekali pencemaran, mulai dari pencemaran air, tanah, bahkan sampai
ke pencemaran udara.
Berdasarkan peraturan tentang Udara bersih dikeluarkan pada
tahun 1956, akibat dari tragedi tewasnya sekitar 4000 orang yang
disebabkan oleh “asap” di kota London pada tahun 1952. Di Amerika
Serikat, peraturan pengendalian pencemaran udara dikeluarkan pada
tahun 1955. Sebelum tahun 1950-an, pencemaran udara merupakan
masalah besar pada daerah yang banyak industrinya, dimana batubara
digunakan sebagai bahan bakar. Sumber bahan pencemar dari
batubara, termasuk partikel (asap hitam atau jelaga), karbon dioksida,
hidrokarbon tidak terbakar, dan logam berat. Di Indonesia sendiri
peraturan pengendalian pencemaran udara diatur melalui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 yang terdiri
dari 59 pasal24
.
22 Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: ITB
23
Ferdiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
24
Machdar, Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran
(Pencemaran Air, Pencemaran Udara dan Kebisingan). Sleman: Deepublish (CV
Budi Utama)
20
Menurut Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 mengenai
Pengendalian Pencemaran Udara, yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasuknya zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya25
.
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan
pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas
dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat pencemar ke
dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan
akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut,
juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia misalnya akibat
aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat
proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah
tangga26
.
Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri
disertai dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor,
mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas dan hasil produksi
sampingan, yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara.
Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah
industri Indonesia menyebabkan adanya gangguan pernapasan, iritasi
pada mata dan telinga, serta timbulnya penyakit tertentu. Selain itu
juga mengakibatkan gangguan jarak pandang (visibility) yang sering
menimbulkan kecelakaan lalu lintas (terutama lalu lintas di udara dan
laut)27
.
Secara umum ada dua kelompok standar kualitas udara, yaitu
kualitas udara ambien (lingkungan) dan kualitas udara emisi industri.
Aturan umum yang digunakan untuk diperlihatkan bahwa suatu
batasan emisi bahan pencemar tertentu adalah sama dengan 30 kali
daripada standar udara lingkungan. Hal ini dilakukan dengan
25 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendaian
Pencemaran Udara. Jakarta 26 Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: ITB
27 ibid
21
pertimbangan bahwa suatu emisi akan diencerkan dalam lingkungan
udara. Kemampuan udara lingkungan untuk mengencerkan emisi
tergantung pada banyak faktor, termasuk kualitas udara lingkungan
dan densitas emisi. Dengan bertambahnya pencemaran udara
lingkungan, kemampuan untuk mengencerkan emisi semakin kecil.
Laju alir emisi juga penting, dengan bertambah besar laju emisi akan
bertambah rendah emisi standarnya28
.
Tabel 2.1 Komponen dan Konsentrasi Bahan Pencemar Udara2930
Parameter Konsentrasi ppb Perkiraan waktu
tinggal Udara bersih Udara tercemar
Partikel
CO
CO2
SO2
NO
NO2
HNO2
HNO3
O3
NH3
CH4
N2O
H2S
Pb
120
320.000
0,2-10
0,01-0,6
0,1-1
0,001
0,02-0,3
20-80
1-6
1.500
300
0,2
5 x 10-3
μg/m3
>100 g/m3
1.000-10.000
400.000
20-200
50-750
50-250
1-8
3-50
100-500
10-25
2.500
0,3-3 μg/m3
65 Hari
15 Tahun
40 Hari
1 Hari
1 Hari
1 Hari
20 Hari
8-10 Tahun
10-150 Tahun
Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air
dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida (CO2). Jumlah uap air
yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu.
28 Machdar, Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran
(Pencemaran Air, Pencemaran Udara dan Kebisingan). Sleman: Deepublish (CV Budi Utama)
29 Seinfield, J. 1986. Atmospheric Chemistry and Physics of Air Pollution,
John Wiley, New York
30 Machdar, Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran (Pencemaran Air, Pencemaran Udara dan Kebisingan). Sleman: Deepublish (CV
Budi Utama)
22
Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah, yaitu 0.03%. Konsentrasi CO2
mungkin naik, tetapi masih dalam kisaran berapa per seratus persen,
misalnya di sekitar proses-proses yang menghasilkan CO2 seperti
pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di sekitar kumpulan
manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena pernapasan.
Konsentrasi CO2 yang relatif rendah dijumpai di atas kebun atau
ladang tanaman yang sedang tumbuh atau di udara yang baru melalui
lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorbsi
CO2 oleh tanaman selama fotosintesis dan kelarutan CO2 di dalam air,
tetapi pengaruh proses-proses tersebut terhadap konsentrasi total CO2
di udara sangat kecil, karena rendahnya konsentrasi CO231
.
Tabel 2.2 Komposisi Udara Kering dan Bersih3233
Komponen Formula Proses Volume Ppm
Nitrogen
Oksigen
Argon
Karbon Dioksida
Naon
Helium
Metana
Kripton
N2
O2
Ar
CO2
Ne
He
CH4
Kr
78.08
20.95
0.934
0.0314
0.00182
0.000524
0.0002
0.000114
780 800
209 500
9 340
314
18
5
2
1
2. Sumber Pencemaran Udara
Salah satu teknologi yang menyebabkan pencemaran adalah
kendaraan bermotor, sebagai salah satu sarana transportasi dan
mobilitas manusia. Sebagian besar polusi udara (70%) disebabkan
oleh kegiatan transportasi. Hingga saat ini pembicaraan tentang
masalah polusi udara sangat sering didengar, baik dikalangan
intelektual maupun orang awam, bahkan masalah polusi udara ini
telah menjadi masalah dunia, dimana semua orang turut merasakan
akibatnya. Polusi udara adalah masuknya bahan-bahan pencemar ke
31 Ferdiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
32 Stoker, H. S dan Seager, S. I. 1972. Environmental Chemistry: Air and Water Pollution. Sott, Foresman and Co., London
33 Ferdiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
23
dalam udara ambien yang dapat mengakibatkan rendahnya bahkan
rusaknya fungsi udara34
.
Gambar 2.2 Sumber Pencemaran Udara dari Kendaraan
35
Seperti tampak pada gambar ilustrasi di atas, terlihat bahwa
hasil dari industri maupun kendaraan bermotor adalah peningkatan
suhu udara, dan pencemaran udara oleh gas-gas CO2, SO2, NOx dan
lain-lain36
.
Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat
penting adalah akibat kendaraan bermotor di darat. Kendaraan
bermotor merupakan sumber pencemaran udara yaitu dengan
dihasilkan gas CO, NOx, hidrokarbon, SO2, dan tetraethyl lead, yang
merupakan bahan logam timah yang ditambahkan ke dalam bensin
berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah
terjadinya letupan pada mesin. Parameter-parameter penting akibat
aktivitas ini adalah CO, Partikulat, NOx, HC, Pb, dan SOx37
.
Emisi pencemaran udara oleh industri sangat tergantung dari
jenis industri dan prosesnya. Emisi industri selain akibat prosesnya
juga diperhitungkan pencemaran udara dari peralatan yang
digunakannya (utilitas). Berbagai industri dan pusat pembangkit
tenaga listrik menggunakan tenaga dan panas yang berasal dari
34 Arifin, Zainal dan Sukoco. 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan. Bandung: Alfabeta
35 Swisscontact. 2001. Analisis Motor Bensin berdasarkan Hasil Uji Emisi
Gas Buang. Swisscontact Jakarta
36 Arifin, Zainal dan Sukoco. 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan. Bandung: Alfabeta
37 Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara.Bandung: ITB
24
pembakaran arang dan bensin, hasil sampingan dari pembakaran
tersebut adalah SOx, asap dan bahan pencemar lainnya38
.
Pembakaran sampah merupakan kegiatan ketiga yang
dideteksi mempunyai peranan besar dalam pencemaran udara. Sampah
perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, di kota-kota
besar, dimana masyarakat tidak dapat menangani sendiri
pembuangannya. Begitu pula sampah yang berasal dari industri, pasar,
pertokoan, kaki lima dan sampah jalanan. Sampah yang tidak dikelola
dengan baik juga dapat menjadi sumber penularan penyakit dan
mencemari lingkungan. Proses pembakaran sampah walaupun
skalanya kecil sangat berperan dalam menambah jumlah zat yang
perlu diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah,
adalah emisi partikulat akibat proses pembakaran, sedangkan emisi
dari dekomposisi yang perlu diperhatikan adalah emisi HC dalam
bentuk gas metana39
.
Kegiatan rumah tangga mengemisikan pencemaran udara
yaitu dari proses pembakaran untuk keperluan pengolahan makanan.
Parameter udara yang diemisikan ke atmosfer juga identik dengan
parameter-parameter yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor,
kecuali senyawa tambahan di dalam bahan bakar seperti Pb40
.
Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90% dari
jumlah polutan seluruhnya, dapat dibedakan menjadi 5 kelompok
yaitu CO, NOx, HC, SOx dan Partikel. Toksisitas kelima kelompok
polutan tersebut berbeda-beda seperti tabel berikut.
Tabel 2.3 Toksisitas Relatif Polutan Udara4142
Polutan Level Toleransi Toksisitas
Relatif Ppm μg/m3
CO 32.0 40 000 1.00
38 ibid
39 ibid
40 Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara.Bandung: ITB
41 Babcook, I. R. Jr. 1970. A combined Pollution Index For Measurement of total air pollution. J. Air Pol. Contr. Assoc. 20: 643-659
42 Ferdiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
25
HC
SOx
NOx
Partikel
0.50
0.25
19 300
1 430
514
375
2.07
28.0
77.8
106.7
Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan
adalah partikel-partikel, diikuti berturut-turut dengan NOx, SOx,
Hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon
monoksida43
.
Tabel 2.4 Bahan Pencemar Udara yang Utama dan Sumbernya4445
Bahan
Pencemar
Sumber Aktivitas
Pem
ban
gk
it l
istr
ik
Lal
u L
inta
s
Pem
anas
Ru
ang
an
Kil
ang
Min
yak
Per
tam
ban
gan
Kim
ia,
Far
mas
i
Ind
ust
ri,
Lo
gam
dan
lai
n-l
ain
Inse
nte
rasi
Lim
bah
Per
tan
ian
Partikel
CO2
SOx
NOx
VOC
O3
HC
Logam Berat
43 ibid
44 Keily, G. 1998. Environmental Engineering, International Editions,
McGraw-Hill International. Singapore
45 Machdar, Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran (Pencemaran Air, Pencemaran Udara dan Kebisingan). Sleman: Deepublish (CV
Budi Utama)
26
Pb
Hg
Cu
Cd
Zn
CFC
3. Jenis Pencemaran Udara
Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa partikel
(debu, aerosol, timah hitam), gas (CO, NOx, SOx, H2S, Hidrokarbon),
dan energi (Suhu dan Kebisingan). Berdasarkan dari kejadian
terbentuknya pencemaran terdiri dari pencemaran primer (yang
diemisikan langsung oleh sumber) dan pencemaran sekunder (yang
terbentuk karena reaksi di udara antara berbagai zat). Sedangkan pola
emisi, akan menggolongkan pencemaran dari sumber titik (point
source), atau sumber garis (line source), dan sumber area (area
source).
Dilihat secara kimiawi, banyak sekali macam bahan
pencemaran (puluhan ribu bahkan tak terbatas), sebagai contoh dari
asap rokok telah diidentifikasi lebih dari 200 macam bahan pencemar.
Namun, biasanya yang menjadi perhatian adalah pencemaran utama
(major air pollutant) yaitu golongan oksida karbon (CO, CO2), oksida
belerang (SO2,SO3), oksida nitrogen ( N2O, NO, NO3), senyawa hasil
reaksi fotokimia, partikel (asap, debu, asbestos, metal, minyak, garam,
sulfat), senyawa anorganik (asbestos, HF, H2S, NH3, H2SO4, HNO3),
hidrokarbon (CH4, C4H10), unsur radioaktif (Tritium, Radon), energi
panas (suhu) dan kebisingan.
Gas di udara dengan reaksi fotokimia dapat membentuk bahan
pencemar sekunder, misalnya peroxyl radikal dengan oksigen akan
membentuk ozon dan nitrogen dioksida berubah menjadi nitrogen
monoksida dengan oksigen dan sebagainya. Pemaparan dari gas
terhadap manusia pada umumnya melalui pernapasan dan cara
27
penanggulangannya terutama dengan mengurangi pembebasan bahan
pencemar secara langsung ke udara, misalnya dengan menggunakan
“gas scrubber”, alat tambahan pada knalpot dan sebagainya.
Partikel dengan ukuran antara 0,01-5μm merupakan sumber
pencemaran udara yang utama karena keadaannya tidak terlihat secara
nyata dan terus berbeda di atmosfer untuk waktu yang cukup lama dan
kemungkinan besar dengan proses kimia dapat berubah menjadi bahan
pencemar sekunder. Dampak negatif dari bahan-bahan pencemar ini,
biasanya berupa gangguan pada bahan-bahan bangunan, tanaman dan
hewan serta manusia46
.
a. Karbon Monoksida
1) Sumber Karbon Monoksida di Udara
Karbon Monoksida (CO) adalah suatu komponen
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa
yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas rata -
192oC. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96.5%
dari berat air dan tidak larut di dalam air. Karbon
monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu
proses sebagai berikut.
a) Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau
komponen yang mengandung karbon.
b) Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang
mengandung karbon pada suhu tinggi.
c) Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi
karbon monoksida dan O.
Pembentukan karbon monoksida hanya terjadi jika
reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen murni.
Jika yang terjadi adalah pembakaran komponen yang
mengandung karbon di udara, prosesnya lebih kompleks
dan terdiri dari beberapa tahap reaksi. Secara sederhana
pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui
beberapa tahap sebagai berikut:
2C + O2 2CO
46 Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara.Bandung: ITB
28
2CO + O2 2CO2
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat
daripada reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan
intermediate pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat
merupakan produk akhir, jika jumlah CO2 tidak cukup
untuk melangsungkan reaksi kedua. Reaksi antara karbon
monoksida dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida
dengan reaksi sebagai berikut.
CO2 + C 2CO
Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang
umumnya terdapat pada industri-industri, misalnya pada
pembakaran di dalam furnish. Karbon dioksida dan CO
terdapat pada keadaan ekuilibrium pada suhu tinggi
dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 CO + O
Suhu tinggi merangsang pembentukan CO dan O.
Sebagai contoh, pada suhu 2960oC terjadi disosiasi CO2
sebanyak 1% menjadi CO dan O, sedangkan pada suhu
2495 o
C sebanyak 5% CO2 yang terdisosiasi menjadi CO
dan O. Jika campuran pada ekuilibrium pada suhu tinggi
tiba-tiba didinginkan, CO akan tetap berada dalam
campuran yang telah didinginkan tersebut, karena
dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium
yang baru pada suhu rendah.
2) Penyebab Karbon Monoksida di Udara
Jika dilihat dari sumber-sumber yang memproduksi
CO, maka seharusnya pencemaran CO di udara cukup
tinggi, tetapi ternyata hal ini tidak terjadi atau dengan kata
lain jumlah pencemaran CO di udara jauh lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah yang dilepaskan di atmosfer.
Mekanisme alami dimana karbon monoksida hilang dari
udara dan pembersih CO dari udara kemungkinan terjadi
karena beberapa proses sebagai berikut:
29
a) Reaksi atmosfer yang berjalan sangatlah lambat,
sehingga jumlah CO yang hilang sangat sedikit.
b) Aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam
bentuk tanah dapat menghilangkan CO dengan
kecepatan relatif tinggi dari udara.
Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan CO
yang utama (sekitar 59.2%), maka daerah-daerah yang
berpenduduk padat dengan lalu lintas ramai
memperlihatkan tingkat polusi CO yang tinggi.
Konsentrasi CO di udara waktu dalam satu hari
dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan
bermotor yang ada. Semakin ramai kendaraan bermotor
yang ada, semakin tinggi polusi CO di udara.
Konsentrasi CO di udara pada tempat tertentu
dipengaruhi oleh kecepatan emisi (pelepasan) CO di
udara dan kecepatan disperse serta pembersihan CO dari
udara. Kecepatan dispersi dipengaruhi langsung oleh
faktor-faktor meteorologi seperti kecepatan dan arah
angin, turbulensi udara dan stabilitas atmosfer.
3) Pengaruh Karbon Monoksida terhadap Lingkungan
a) Pengaruh CO terhadap Tanaman
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
CO selama 1 sampai 3 minggu pada konsentrasi sampai
100 ppm tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tanaman tingkat tinggi. Akan tetapi,
kemampuan untuk fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas
akan terhadap dengan pemberian CO selama 25 jam pada
konsentrasi 2000 ppm. Demikian pula kemampuan untuk
fiksasi nitrogen oleh bakteri terdapat pada akar tanaman
juga terhambat dengan pemberian CO sebesar 100 ppm
selama satu bulan, karena konsentrasi CO di udara jarang
mencapai 100 ppm, meskipun dalam waktu sebentar.
Maka pengaruh CO terhadap tanaman-tanaman biasanya
tidak terlihat secara jelas.
30
b) Pengaruh CO terhadap Manusia
Pengaruh beracun CO terhadap tubuh terutama
disebabkan oleh reaksi antara CO dengan Hemoglobin
(Hb) di dalam darah. Hemoglobin di dalam darah secara
normal berfungsi dalam sistem transport untuk membawa
oksigen dalam bentuk oksihemoglobin (O2Hb) dari paru-
paru ke sel-sel tubuh, membawa CO2 dalam bentuk O2Hb
dari sel-sel ke paru-paru. Faktor penting yang
menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah
konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana
semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam
bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap
kesehatan manusia. Hubungan antara konsentrasi COHb
di dalam darah dan pengaruhnya terhadap kesehatan
dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam
Darah terhadap Kesehatan Manusia4748
Konsentrasi COHb
dalam darah (%)
Pengaruhnya terhadap Kesehatan
<1.0
1.0 - 2.0
2.0 - 5.0
≥5.0
10.0 - 80.0
Tidak ada pengaruh.
Penampilan agak tidak normal.
Pengaruhnya terhadap sistem
saraf sentral, reaksi panca indra
tidak normal, benda terlihat agak
kabur.
Perubahan Fungsi jantung dan
pulmonari.
Kepala pening, mual, berkunang-
kunang, pingsan, kesukaran
bernafas, kematian.
47 Stoker, H. S dan Seager, S. I. 1972. Environmental Chemistry: Air and Water Pollution. Sott, Foresman and Co., London
48 Ferdiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
31
Secara normal sebenarnya darah mengandung COHb
dalam jumlah sekitar 0.5%. Jumlah ini berasal dari CO
yang diproduksi oleh tubuh selama metabolisme
pemecahan heme, yaitu komponen dari hemoglobin.
Sisanya berasal dari CO yang terdapat di udara dalam
konsentrasi rendah. Persen ekuilibrium COHb di dalam
darah manusia yang mengalami kontak dengan CO pada
konsentrasi kurang dari 100 ppm dapat ditentukan
menggunakan rumus sebagai berikut:
%COHb dalam darah = 0.16 x (konsentrasi CO di + 0.5
udara dalam paru)
Dimana nilai 0.5 merupakan persentase normal COHb
di dalam darah.
Tabel 2.6 Data Ekuilibrium antara COHb di dalam
Darah dengan CO di Udara49
Konsentrasi CO di
Udara (ppm)
Konsentrasi Ekuilibrium
COHb di dalam darah (%)
10
20
30
50
70
2.1
3.7
5.3
8.5
11.7
Polusi udara oleh CO juga terjadi selama merokok.
Asap rokok mengandung CO dengan konsentrasi lebih
dari 20000 ppm. Selama dihisap, konsentrasi tersebut
diencerkan menjadi 400-500 ppm. Konsentrasi CO yang
tinggi di dalam asap rokok yang terhisap tersebut
mengakibatkan kadar COHb di dalam darah meningkat.
49 ibid
32
Gambar 2.3 Pengaruh Jenis AKtivitas Fisik dan
Waktu terhadap Konsentrasi COHb di dalam
Darah5051
Tabel 2.7 Konsentrasi COHb di dalam Darah
Perokok5253
Kategori Perokok Median
Ekuilibrium COHb
di dalam Darah (%)
Tidak pernah merokok
Bekas perokok
Perokok dengan pipa
Perokok ringan (<1/2 pak/hari)
Perokok sedang (1/2-2
pak/hari)
Perokok berat ( >2 pak/hari)
1.3
1.4
1.7
2.3-3.8
5.9
6.9
4) Kontrol terhadap Polusi Karbon Monoksida
Berbagai cara telah dilakukan untuk mengontrol emisi
CO dari kendaraan bermotor, cara-cara tersebut
diantaranya:
a) Modifikasi mesin pembakar untuk mengurangi
jumlah polutan yang terbentuk selama pembakaran.
b) Pengembangan reaktor sistem exhaust, sehingga
pembakaran berlangsung sempurna dan polutan yang
berbahaya diubah menjadi polutan yang lebih aman.
50 Wolf, P. C. 1971. Carbon Monoxide-measurement and monitoring in
urban air. Environm, Sci and Technol. 5: 212-218
51 Ferdiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
52 Stoker, H. S dan Seager, S. I. 1972. Environmental Chemistry: Air and Water Pollution. Sott, Foresman and Co., London
53 Ferdiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
33
c) Pengembangan substitusi bahan bakar untuk bensin,
sehingga menghasilkan polutan dengan konsentrasi
rendah selama pembakaran.
d) Pengembangan sumber tenaga yang rendah polusi
untuk menggantikan mesin pembakaran yang ada.
Contoh dari reaktor sistem exhaust, misalnya reaktor
exhaust termal dan reaktor katalitik. Reaktor exhaust
termal terdiri dari suatu wadah yang bersuhu tinggi yang
menempel pada mesin. Reaktor kedua disebut dengan
reaktor katalitik menggunakan suatu bed yang berisi
butiran bahan katalis yang menjadi aktif pada suhu
sedang.
(a) Reaktor Exhaust Termal
(b) Reaktor Katalitik
Gambar 2.4 Bagan Reaktor Buangan Gas54
b. Nitrogen Oksida
1) Pembentukan Nitrogen Oksida
Nitrogen Oksida (NOx) adalah kelompok gas yang
terdapat di atmosfer yang terdiri dari gas nitrogen oksida
(NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Nitrogen oksida
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau,
54 ibid
Udara
Ekshaust
Ruang
Suhu
Tinggi
Ke
Atmosfer
Ke
Atmosfer Udara
Bed
Ekshaust
Ke Atmosfer
34
sebaliknya nitrogen dioksida mempunyai warna coklat
kemerahan dan berbau tajam.
Oksida yang lebih rendah yaitu NO, terdapat di
atmosfer dalam jumlah lebih besar daripada NO2.
Pembentukan NO dan NO2 mencakup reaksi antara
nitrogen dan oksigen di udara, sehingga membentuk NO,
kemudian reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih
banyak oksigen membentuk NO2. Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut.
N2 + O2 2NO
2NO + O2 2NO2
Udara terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen dan
20% volume oksigen. Dalam proses pembakaran, suhu
yang digunakan biasanya mencapai 12,10oC – 17,65
oC
dengan adanya udara, oleh karena itu reaksi ini
merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi
pembentukan NO merupakan hasil samping dalam proses
pembakaran.
2) Sumber Polusi Nitrogen Oksida
Konsentrasi NOx di udara di daerah perkotaan
biasanya 10-100 kali lebih tinggi dari pada di udara
pedesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan
dapat mencapai 0.5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO,
emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk, karena sumber utama NOx yang diproduksi
oleh manusia adalah pembakaran, dan kebanyakan
pembakaran disebabkan oleh kendaraan, produksi energi
dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx yang
dibuat manusia berasal dari pembakaran arang, minyak,
gas alam dan bensin.
3) Siklus Fotolitik Nitrogen Dioksida
Tahapan-tahapan fotolitik NO2 sebagai berikut:
35
a) NO2 mengabsorbsi enersi dalam bentuk sinar
ultraviolet dari matahari.
b) Enersi yang diabsorbsi tersebut memecah molekul-
molekul NO2 menjadi molekul-molekul NO dan
atom-atom oksigen (O). Atom oksigen yang terbentuk
bersifat sangat reaktif.
c) Atom-atom oksigen akan bereaksi dengan oksigen
atmosfer (O2) yang merupakan polutan sekunder.
d) Ozon akan bereaksi dengan NO membentuk NO2 dan
O2, sehingga reaksi menjadi lengkap.
Gambar 2.5 Siklus NO2 Fotolitik55
Reaksi yang mungkin mengganggu terhadap siklus
fotolitik tersebut adalah jika terdapat hidrokarbon yang
sering dihasilkan bersama-sama dengan sumber NOx.
Hidrokarbon akan berinteraksi sedemikian rupa, sehingga
siklus tersebut menjadi tidak seimbang, sehingga NO
akan diubah menjadi NO2 dengan kecepatan lebih tinggi
daripada disosiasi NO2 menjadi NO dan O. Keadaan ini
mengakibatkan terkumpulnya ozon di atmosfer.
4) Penyebaran Nitrogen Oksida
Konsentrasi NOx di udara dalam suatu kota bervariasi
sepanjang hari tergantung dari sinar matahari dan
55 EPA (Environmental Protection Agency). 1971. Air quality criteria for
nitrogen oxides. Air Pol. COntr. Office Publ. No. Ap: 84
36
aktivitas kendaraan. Perubahan konsentrasi NOx
berlangsung sebagai berikut:
a) Sebelum matahari terbit, konsentrasi NO dan NO2
tetap stabil pada konsentrasi sedikit lebih tinggi dari
konsentrasi minimum sehari-hari.
b) Segera setelah aktivitas manusia meningkat (jam 6-8
pagi) konsentrasi NO meningkat terutama karena
meningkatkan aktivitas lalu lintas yaitu kendaraan
bermotor. Konsentrasi NO tertinggi pada saat ini
dapat mencapai 1-2 ppm.
c) Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan
sinar ultraviolet, konsentrasi NO2 meningkat, karena
perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder.
Konsentrasi NO2 pada saat ini dapat mencapai 0.5
ppm.
d) Konsentrasi ozon meningkat dengan menurunnya
konsentrasi NO sampai kurang dari 0.1 ppm.
e) Jika intensitas energi solar (sinar matahari) menurun
pada sore hari (jam 5-8 sore) konsentrasi NO
meningkat kembali.
f) Energi matahari tidak tersedia untuk mengubah NO
menjadi NO2 (melalui reaksi hidrokarbon), tetapi O3
yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan
NO. Akibatnya terjadi kenaikan konsentrasi NO2 dan
penurunan konsentrasi O3.
5) Pengaruh Nitrogen Oksida terhadap Lingkungan
a) Pengaruh NOx Terhadap Tanaman
Adanya NOx di atmosfer akan mengakibatkan
kerusakan tanaman, tetapi sukar ditentukan apakah
kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh NOx
atau karena polutan sekunder yang diproduksi dalam
siklus fotolitik NO2. Beberapa polutan sekunder
diketahui bersifat sangat merusak tanaman.
Perubahan dengan fumigasi tanaman-tanaman dengan
NO2 menunjukkan terjadinya bintik-bintik pada daun
jika digunakan konsentrasi 1.0 ppm, sedangkan
37
dengan konsentrasi yang lebih tinggi (3.5 ppm atau
lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan turunan daun56
.
b) Pengaruh NOx Terhadap Manusia
Kedua bentuk nitrogen oksida, yaitu NO dan
NO2 sangat berbahaya terhadap manusia. Penelitian
aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun
daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan
terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan
kematian. Pada konsentrasi yang normal ditemukan di
atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak
berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambien yang
normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2
yang lebih beracun.
c) Kontrol Terhadap Polusi Nitrogen Oksida
Penelitian dan pengembangan kontrol
terhadap polusi NOx terutama diarahkan pada dua
macam metode kontrol yaitu modifikasi kondisi
pembakaran untuk menurunkan NOx yang dihasilkan
dan metode lainnya adalah cara untuk menghilangkan
NOx dari gas pembuangan.
Pada metode pembakaran dua tahap, sebagian
bahan bakar dibakar dengan udara dalam jumlah
stoikiometri lebih rendah dari yang tersedia, sehingga
oksigen yang tersedia tidak berlebih dan mengurangi
produksi NO. Pada tahap kedua pembakaran
dilanjutkan setelah penyuntikan udara ke dalam
campuran. Dengan cara menghilangkan panas di
antara dua tahap, suhu dimana pembakaran terjadi
pada keadaan udara berlebih menjadi lebih rendah,
sehingga konsentrasi NO yang terbentuk juga
berkurang.
56 Stoker, H. S dan Seager, S. I. 1972. Environmental Chemistry: Air and
Water Pollution. Sott, Foresman and Co., London
38
Metode adsorpsi tidak praktis digunakan
untuk mengontrol produksi NOx dari kendaraan
bermotor, tetapi efektif digunakan untuk
mengadsorpsi gas yang keluar dari teropong asap.
Gas yang keluar dilakukan melalui adsorber padat
atau cair, dimana NOx akan bertahan. Sistem absorbsi
yang mengandung air akan lebih efektif digunakan,
terutama jika air tersebut mengandung komponen
alkali atau asam sulfat. Sistem yang telah
dikembangkan dapat menghilangkan NO2 dan sulfur
oksida sekaligus.
c. Hidrokarbon dan Oksidan Fotokimia
1) Sumber Hidrokarbon dan Oksidan Fotokimia
Hidrokarbon dan Oksidan Fotokimia merupakan
komponen polutan udara yang berbeda, tetapi mempunyai
hubungan satu sama lain. Hidrokarbon merupakan
polutan primer, karena dilepaskan ke udara secara
langsung, sedangkan oksidan fotokimia merupakan
polutan sekunder yang dihasilkan di atmosfer dari reaksi-
reaksi yang melibatkan polutan primer.
a) Hidrokarbon
Hidrokarbon dapat dibedakan atas tiga
kelompok berdasarkan struktur molekulnya, yaitu
hidrokarbon alifatik, aromatik dan alisiklis Molekul
hidrokarbon alifatik tidak mengandung cincin atom
karbon, dan semua atom karbon tersusun dalam rantai
lurus atau bercabang. Molekul hidrokarbon aromatik
mengandung cincin enam karbon (cincin benzena)
dan setiap atom karbon dalam cincin tersebut hanya
mengandung satu atom tambahan, yaitu C atau H.
Hidrokarbon alisiklis adalah hidrokarbon yang
mengandung struktur cincin selain benzena.
39
Gambar 2.6 Beberapa Contoh Hidrokarbon
57
b) Oksidan Fotokimia
Oksidan fotokimia adalah komponen
atmosfer yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu
proses kimia yang membutuhkan sinar, yang akan
mengoksidasi komponen-komponen yang tidak
segera dapat dioksidasi oleh gas oksigen. Senyawa
yang terbentuk merupakan polutan sekunder yang
diproduksi, karena interaksi antara polutan primer
dengan sinar.
Hidrokarbon merupakan komponen yang
berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi
ini juga melibatkan siklus fotolitik O2. Polutan
sekunder yang paling berbahaya yang dihasilkan oleh
reaksi hidrokarbon dalam siklus tersebut adalah ozon
(O3) dan peroksi asetil nitrat, yaitu salah satu
komponen yang paling sederhana dari grup
peroksiasetilnitrat (PAN).
Bahaya polusi hidrokarbon bukan disebabkan
oleh hidrokarbon tersebut, melainkan oleh produk-
produk reaksi fotokimia yang melibatkan
hidrokarbon. Hidrokarbon tidak bereaksi langsung
dengan sinar matahari, tetapi sangat reaktif terhadap
komponen-komponen lainnya yang diproduksi secara
fotokimia. Beberapa reaksi yang mungkin terjadi
57 Ferdiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
40
diantara bermacam-macam reaksi adalah sebagai
berikut:
(1) Radikal bebas bereaksi cepat dengan NO
membentuk NO2. Karena NO dihilangkan
dari siklus tersebut, akibatnya mekanisme
normal untuk menghilangkan O3 dari siklus
tidak terjadi, sehingga konsentrasi O3
meningkat.
(2) Radikal bebas dapat bereaksi dengan O2 dan
NO2 membentuk peroksiasetilnitrat.
(3) Radikal bebas dapat bereaksi dengan
hidrokarbon lainnya dan komponen oksigen
membentuk komponen-komponen organik
lainnya yang tidak diinginkan.
Campuran produk-produk sebagai akibat
hidrokarbon di dalam siklus NO2 disebut smog
fotokimia yaitu terdiri dari kumpulan O3, CO, PAN,
dan komponen-komponen organik lainnya termasuk
aldehid, keton, dan alkil nitrat.
2) Pengaruh Hidrokarbon dan Oksidan Fotokimia terhadap
Lingkungan
a) Pengaruh terhadap tanaman
Polusi udara fotokimia mengakibatkan
kerusakan pada tenunan tanaman. Komponen
fotokimia yang paling merusak tanaman adalah
ozon, tetapi kelompok PAN juga berperan dalam
menyebabkan kerusakan tersebut. Pengaruh ozon
yang dapat terlihat langsung pada tanaman adalah
terjadinya pemucatan, karena kematian sel-sel
pada permukaan daun, di mana daun yang lebih
tua lebih sensitif terhadap kerusakan tersebut.
Etilen (C2H4) merupakan satu-satunya
hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan
tanaman pada konsentrasi ambien 1 ppm atau
kurang. Pengaruh etilen terhadap tanaman
41
terutama adalah menghambat pertumbuhan,
perubahan warna daun, dan kematian bagian-
bagian bunga.
b) Pengaruh terhadap manusia
Tabel 2.8 Toksisitas Dua Macam Hidrokarbon
Aromatik58
Hidrokarbon Konsentrasi
(ppm)
Pengaruh
Benzene
C6H6
100
3000
7500
Iritasi membran
mukosa.
Lemas setelah ⅟ 2 – 1
jam.
Pengaruh berbahaya
setelah ⅟ 2 – 1 jam.
Kematian setelah 5-10
menit.
Sedikit pusing, lemah,
dan berkunang-kunang
setelah 8 jam.
Kehilangan
koordinasi, bola mata
terbalik setelah 8 jam.
Dua macam reaksi yang terjadi karena pengaruh ozon
terhadap bahan-bahan tersebut, yaitu:
(1) Pemecahan ikatan karbon, sehingga atom-atom
karbon yang terdapat pada polimer panjang
tersebut terpecah-pecah, akibatnya bahan
menjadi lebih cair dan kekuatan lenturnya hilang.
(2) Terbentuk ikatan silang pada rantai karbon,
sehingga terbentuk ikatan-ikatan baru di antara
rantai karbon yang paralel, akibatnya bahan
menjadi kurang elastis dan lebih rapuh.
58 Stoker, H. S dan Seager, S. I 1972. Environmental Chemistry : Air and
Water Pollution. Scott, Foreman and Co., London
42
Reaksi-reaksi tersebut terjadi pada konsentrasi ozon
ambien yang jauh lebih rendah dari pada konsentrasi
yang mengakibatkan pengaruh merugikan pada manusia.
3) Kontrol terhadap Hidrokarbon dan Polutan Fotokimia
Ozon dan PAN merupakan polutan sekunder, oleh
karena itu kontrol terhadap polutan tersebut tergantung
dari kontrol terhadap prekursor primer, yaitu hidrokarbon
dan nitrogen oksida. Ada 4 macam teknik yang telah
digunakan untuk mengontrol emisi, hidrokarbon dari
sumbernya, yaitu insinerasi, adsorpsi, dan kondensasi.
Pada metode adsorbsi gas-gas buangan dilakukan pada
bed yang terdiri dari adsorber granular terbuat dari karbon
aktif.
Pada metode adsorpsi, caranya hampir sama dengan
metode adsorpsi, hanya bedanya gas-gas buangan
mengalami kontak dengan cairan di mana hidrokarbon
akan larut atau tersuspensi. Metode kondensasi dilakukan
berdasarkan kenyataan bahwa pada suhu yang cukup
rendah gas hidrokarbon akan mengalami kondensasi
menjadi cairan. Kontrol emisi hidrokarbon dari kendaraan
bermotor lebih kompleks, karena masalahnya bukan saja
berasal dari buangan hidrokarbon tetapi juga penguapan
hidrokarbon. Kontrol tersebut terdiri dari sistem kolektor
yang mentransport uap bahan bakar dari tangki bahan
bakar dan karburator ke suatu wadah berisi karbon aktif.
Pada sistem ini uap yang terkumpul dapat dikembalikan
ke sistem induksi bahan bakar dan dibakar di dalam
mesin. Metode yang dilakukan terhadap produk akhir
yang diinginkan dari pembakaran CO dan hidrokarbon.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Pembakaran
Hidrokarbon CO2 + H2O
Pembakaran
CO CO2
43
d. Sulfur Oksida
1) Reaksi Pembentukan Sulfur Oksida
Polusi oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh
dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur
dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3), dan keduanya
disebut SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik
bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan
sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
S + O2 SO2
2SO2 + O2 2SO3
Adanya SO3 di udara dalam bentuk gas hanya
mungkin jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap
air terdapat dalam jumlah cukup seperti biasanya, SO3 dan
air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat
(H2SO4) dengan reaksi sebagai berikut:
SO3 + H2O H2SO4
Oleh karena itu, komponen yang normal terdapat di
dalam atmosfer bukan SO3, melainkan H2SO4. Jumlah
H2SO4 atmosfer ternyata lebih tinggi dari pada yang
dihasilkan dari emisi SO3, hal ini menunjukkan bahwa
produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme-mekanisme
lainnya.
2) Sumber Polusi Sulfur Oksida
Masalah yang ditimbulkan oleh polutan yang dibuat
manusia adalah dalam hal distribusinya tidak merata,
sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu, bukan dari
jumlah keseluruhannya, sedangkan polusi dari sumber
alam biasanya lebih tersebar merata. Transportasi bukan
merupakan sumber utama polutan SOx, tetapi pembakaran
bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber utama
polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang, minyak
bakar, gas, kayu, dan lain sebagainya. Sumber SOx yang
kedua adalah dari proses-proses industri seperti industri
pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri
44
peleburan baja, dan sebagainya. Perbandingan antara
konsentrasi H2SO4 dan SO2 dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a) Jumlah uap air di udara.
b) Waktu dimana kontaminan sulfur terdapat di
udara.
c) Jumlah partikel katalitik yang terdapat di udara.
d) Jumlah sinar matahari.
e) Jumlah pengendapan.
3) Pengaruh Sulfur Oksida terhadap Lingkungan
a) Pengaruh SOx terhadap tanaman
Kerusakan tanaman oleh SO2 dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu konsentrasi SO2 dan waktu
kontak. Kerusakan tiba-tiba (akut) terjadi jika
kontak dengan SO2 pada konsentrasi tinggi dalam
waktu sebentar, dengan gejala beberapa bagian
daun menjadi kering dan mati, dan biasanya
warnanya memucat. Kontak dengan SO2 pada
konsentrasi rendah dalam waktu lama
menyebabkan kerusakan kronis, yang ditandai
dengan menguningnya warna daun, karena
terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil.
b) Pengaruh SOx terhadap manusia
Pengaruh utama polutan SOx terhadap
manusia adalah iritasi sistem pernapasan,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar
5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu
yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1-2
ppm. Polutan dianggap polutan yang berbahaya
bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit kronis pada
sistem pernapasan dan kardiovaskular. Individu
dengan gejala tersebut sangat sensitif terhadap
45
kontak dengan SO2, meskipun dengan konsentrasi
yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih.
c) Pengaruh SOx terhadap benda lain
Kerusakan akibat polutan SO2 terhadap bahan
lain terutama disebabkan oleh asam sulfat yang
diproduksi, jika SO3 bereaksi dengan uap air di
atmosfer. Salah satu pengaruh SO2 terhadap
bahan lain adalah terhadap cat, dimana waktu
pengeringan dan pengerasan beberapa cat
meningkat, jika mengalami kontak dengan SO2.
Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai
korosi metal adalah sebagai berikut:
(1) Kecepatan korosi meningkat pada daerah
industri.
(2) Kecepatan korosi meningkat pada musim
gugur dan salju, karena polutan partikel
dan sulfur oksida lebih terkonsentrasi
dalam pembakaran bahan bakar untuk
pemanasan.
4) Kontrol terhadap Polusi Sulfur Oksida
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dan mengontrol emisi SOx adalah sebagai
berikut:
a) Penggunaan bahan bakar bersulfur rendah.
b) Substitusi sumber energi lainnya untuk bahan
pembakaran.
c) Penghilangan sulfur dari bahan bakar sebelum
pembakaran.
d) Penghilangan SOx dari gas buangan.
e. Partikel
1) Jenis dan Sifat Partikel
Polusi udara karena partikel-partikel tersebut
merupakan masalah lingkungan yang perlu mendapat
perhatian, terutama daerah perkotaan. Berbagai jenis
46
polutan partikel dan bentuk-bentuknya yang terdapat
melayang di udara.
Tabel 2.9. Berbagai Komponen Partikel dan Bentuk
yang Umum terdapat di Udara59
Komponen Bentuk
Karbon
Besi
Magnesium
Kalsium
Aluminium
Sulfur
Titanium
Karbonat
Silicon
Fosfor
Kalium
Natrium
Fe2O3, Fe3O4
MgO
CaO
Al2O3
SO2
TiO2
CO3
SiO2
P2O5
K2O
Na2O
Sifat partikel lainnya yang penting adalah
kemampuannya sebagai tempat absorbsi (adsorpsi secara
fisik) atau khemisorpsi (sorpsi disertai dengan interaksi
kimia). Sifat ini merupakan fungsi dari luas permukaan
yang pada umumnya luas untuk kebanyakan partikel. Jika
molekul yang terabsorbsi tersebut larut di dalam partikel,
maka keadaannya disebut absorbsi. Jenis sorpsi tersebut
sangat menentukan tingkat bahaya dari partikel.
59 Ferdiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara. Sleman: PT Kanisius
47
Gambar 2.7 Hubungan antara Diameter Partikel dengan
Velositas Pengendapan di dalam Udara Tidak Bergerak
pada Suhu 0oC dengan Tekanan 760 mm (Densitas Partikel
1 g/cm3)60
2) Sumber Polusi Partikel
Terdapat hubungan antara ukuran partikel polutan
dengan sumbernya. Partikel yang berdiameter lebih besar
dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis
seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan dan
pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki.
Partikel yang berukuran diameter diantara 1-10 mikron
biasanya termasuk tanah, debu dan produk-produk
pembakaran dari industri lokal dan pada tempat-tempat
tertentu juga terdapat garam laut. Partikel yang
mempunyai diameter antara 0,1-1 mikron terutama
merupakan produk-produk pembakaran dan aerosol
fotokimia. Partikel yang mempunyai diameter kurang dari
0,1 mikron belum diidentifikasi secara kimia, tetapi
diduga dari sumber-sumber pembakaran.
Unit untuk menyatakan konsentrasi partikel adalah
mikrogram per m3 (μg/m
3). Untuk mengubah dari μg/m
3
60 Stoker, H. S dan Seager, S. I 1972. Environmental Chemistry : Air and
Water Pollution. Scott, Foreman and Co., London
48
menjadi ppm dengan dasar volume, diperlukan data
mengenai berat molekul partikel tersebut, karena
komposisi partikel yang bervariasi, maka sulit untuk
menentukan berat molekulnya.
3) Pengaruh Partikel terhadap Lingkungan
a) Pengaruh partikel terhadap tanaman
Pengaruh partikel terhadap tanaman terutama
adalah dalam bentuk debunya, dimana debu tersebut
jika bergabung dengan uap air atau air hujan gerimis,
membentuk kerak yang tebal pada permukaan daun,
dan tidak dapat tercuci dengan air hujan, kecuali
dengan menggosoknya. Lapisan kerak tersebut akan
mengganggu proses fotosintesis pada tanaman, karena
menghambat masuknya sinar matahari dan mencegah
pertukaran CO2 dengan atmosfer.
b) Pengaruh partikel terhadap manusia
Polutan partikel termasuk ke dalam tubuh
manusia terutama melalui sistem pernafasan, oleh
karena itu pengaruh yang merugikan langsung. Faktor
yang paling berpengaruh terhadap sistem pernapasan
terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran
partikel yang menentukan seberapa jauh penetrasi
partikel ke dalam sistem pernafasan. Partikel-partikel
yang masuk dan tertinggal di dalam paru-paru
mungkin berbahaya bagi kesehatan, karena tiga hal
penting, yaitu:
(1) Partikel tersebut mungkin beracun karena
sifat-sifat kimia dan fisiknya.
(2) Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak
bereaksi), tetapi jika tertinggal di dalam
saluran pernapasan dapat mengganggu
pembersihan bahan-bahan lain yang
berbahaya.
(3) Partikel-partikel tersebut mungkin dapat
membawa molekul-molekul gas yang
berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi
49
atau mengadsorbsi, sehingga molekul-
molekul gas tersebut dapat mencapai dan
tertinggal di bagian paru-paru yang sensitif.
Karbon merupakan partikel yang umum
dengan kemampuan yang baik untuk
mengabsorbsi molekul-molekul gas pada
permukaannya.
c) Pengaruh partikel terhadap bahan lain
Partikel-partikel yang terdapat di udara dapat
mengakibatkan berbagai kerusakan pada berbagai
bahan. Jenis dan tingkat kerusakan yang dihasilkan
oleh partikel dipengaruhi oleh komposisi kimia dan
sifat fisik partikel tersebut. Kerusakan pasif terjadi
jika partikel menempel atau mengendap pada bahan-
bahan yang terbuat dari tanah, sehingga harus sering
dibersihkan. Proses pembersihan sering
mengakibatkan cacat pada permukaan benda-benda
dari tanah tersebut. Kerusakan kimia terjadi jika
partikel yang menempel bersifat korosif atau partikel
tersebut membawa komponen lain yang bersifat
korosif.
d) Pengaruh partikel terhadap radiasi solar dan iklim
Partikel yang terdapat di atmosfer
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi solar
yang dapat mencapai permukaan bumi. Pengaruh ini
disebabkan oleh penyebaran dan absorbsi sinar oleh
partikel. Salah satu pengaruh utama adalah penurunan
visibilitas. Iklim dapat dipengaruhi oleh polusi
partikel dalam dua cara. Partikel dalam atmosfer
dapat mempengaruhi pembentukan awan, hujan dan
salju dengan cara berfungsi sebagai inti, dimana air
mengalami kondensasi, selain itu penurunan jumlah
radiasi solar yang mencapai permukaan bumi, karena
adanya partikel dapat mengganggu keseimbangan
panas pada atmosfer bumi.
50
4) Kontrol terhadap Emisi Partikel
Teknik untuk mengontrol emisi partikel semua
didasarkan pada penangkapan partikel sebelum
dilepaskan ke atmosfer. Metode yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut dipengaruhi oleh ukuran
partikel. Beberapa alat yang digunakan untuk tujuan
tersebut diantaranya sistem ruang pengendapan gravitasi,
kolektor siklon, penggosok/sikat basah dan presipitator
elektrostatik.
f. Inversi Suhu dan Pengaruh Rumah Kaca
1) Inversi Suhu
Inversi suhu dapat mengakibatkan masalah polusi
yang serius, bukan karena merupakan sumber polusi,
tetapi karena dapat menyebabkan polutan terkumpul di
dalam atmosfer yang lebih rendah dan tidak menyebar.
Kadang-kadang pola gerakan udara yang normal
terganggu jika suatu lapisan udara dingin, misalnya dari
laut, mengalir ke dalam lapisan yang rendah dan
menggantikan udara yang lebih hangat sampai lapisan
berikut di atasnya. Jika hal ini terjadi, suhu udara akan
menurun dari permukaan bumi sampai lapisan tertentu
(misalnya sampai 1500 atau 300 ft). Keadaan normal ini
kemudian digantikan dengan keadaan yang tidak normal
dimana suhu udara, misalnya dari 300 ft sampai 500 atau
600 ft naik secara berlapis. Di atas lapisan ini, keadaan
suhu tetap normal yaitu suhu akan menurun dengan
semakin tingginya lapisan atmosfer. Suhu pada lapisan
tersebut (misalnya diantara 300 ft sampai 500 atau 600 ft)
disebut lapisan inversi.
51
Gambar 2.8 Inversi Suhu dan Polusi Udara yang
Terperangkap di Lapisan Inversi61
2) Pengaruh Rumah Kaca
Pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi antara
CO2 atmosfer yang jumlahnya meningkat dengan radiasi
solar, meskipun sinar matahari terdiri dari bermacam-
macam panjang gelombang, kebanyakan radiasi yang
mencapai permukaan bumi terletak pada kisaran sinar
tampak (visible). Hal ini disebabkan ozon, yang terdapat
secara normal tanpa putusan atmosfer bagian atas,
menyaring sebagian besar sinar ultraviolet (dengan
panjang gelombang lebih pendek dari pada sinar tampak).
Uap air atmosfer dan CO2 mengabsorbsi sebagian besar
sinar infrared (panjang gelombang lebih panjang dari
pada sinar tampak) yang dapat dirasakan pada kulit kita
sebagai panas. CO2 berfungsi sebagai filter satu arah yang
menyebabkan sinar tampak melewatinya dengan satu
arah, tetapi menghambat sinar dengan panjang gelombang
lebih untuk melaluinya dari arah yang berlawanan.
Keadaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.10 H2O dan
ozon juga berfungsi sebagai filter atau penyaring seperti
halnya CO2, tetapi konsentrasinya tidak banyak
dipengaruhi oleh aktivitas manusia, sehingga
pengaruhnya terhadap suhu atmosfer tidak nyata.
61 Ehrlich, P. R dan Ehrlich, A. H. 1970. Population, Resources and
Environment. W. H. Freeman Co., dan Francisco
52
Gambar 2.9 Transformasi Sinar Radiasi yang terjadi
pada Permukaan Bumi62
4. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
Komponen berbahaya yang ada dalam berpolusi
adalah unsur partikel yang sangat kecil dan halus, atau PM2.5.
Kendaraan, pabrik dan fasilitas industri mengeluarkan bahan
tersebut. Perkiraan bahan PM2.5 memasuki bangunan dan
paru-paru manusia lebih cepat masuk pada orang tua dan
khususnya anak-anak karena lebih rentan. Anak-anak
menghisap 50% lebih banyak udara per Ib dari berat badannya
dibandingkan dengan orang dewasa, maka resikonya menjadi
tinggi, khususnya jika mereka menderita asma.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) adalah
angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan
kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu
yang didasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia,
nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. Parameter-
parameter kualitas udara dan meteorologi di stasiun
pemantauan adalah sebagai berikut:
a. Molekul partikel tersuspensi, dalam hal ini partikel
dengan ukuran 10μm (PM10).
b. Sulfur Dioksida (SO12), Karbon Monoksida (CO2), Ozon
(O3), dan Nitrogen Dioksida (NO2) .
c. Parameter Meteorologi meliputi temperatur udara,
kelembaban udara, radiasi sinar matahari, kecepatan dan
arah hembusan angin dan durasi hembusan angin.
62 Wagner,R.H.1971. Environment and Man. W.W. Norton and Co., Inc.,
New York.
53
Data hasil pemantauan kualitas udara ambien secara
otomatis dan kontinyu dipublikasikan kepada masyarakat
dalam bentuk Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
Perhitungan nilai ISPU berdasarkan hasil pengukuran secara
terus menerus selama 24 jam, rumusnya adalah:
( )
Dimana :
I = angka ISPU.
Ia = ISPU batas atas.
Ib = ISPU batas bawah.
Xa = Konsentrasi ambien atas.
Xb = Konsentrasi ambien bawah.
Xx = Konsentrasi nyata hasil pengukuran63
.
Perhitungan Standar Baku Pencemaran Udara
menurut Keputusan Kepala Bapedal No.107 tahun 1997 Batas
Indeks Satuan Pencemaran Udara dalam satuan SI sebagai
berikut:
Tabel 2.10 Standar Baku Pencemaran Udara
Indeks
Standar
Pencemaran
Udara
24 jam
PM10
μg/m3
24 jam
SO2
μg/m3
8 jam
CO
μg/m3
1 jam
O3
μg/m3
1 jam
NO2
μg/m3
50
100
200
300
400
500
50
150
350
420
500
600
80
365
800
1600
2100
2620
5
10
17
34
46
57,5
120
235
400
800
1000
1200
(2)
(2)
1130
2260
3000
3750
Volume udara yang diambil dalam penelitian dapat
dihitung dengan rumus berikut.
63 Arifin, Zainal dan Sukoco. 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan.
Bandung: Alfabeta
54
Keterangan :
Qs1 = Laju awal terkoreksi pada pengukuran pertama
(m3/menit).
Qs2 = Laju awal terkoreksi pada pengukuran kedua
(m3/menit).
t = Durasi pengambilan sampel atau pengujian
(menit).
V = Volume udara yang diambil (m3)
64.
Untuk menghitung konsentrasi Total Suspended
Particulate (TSP) dengan menggunakan rumus berikut65
.
( )
Dengan :
C adalah Konsentrasi TSP (μg/m3).
W1 adalah Berat Filter awal (g).
W2 adalah Berat Filter akhir (g).
V adalah Volumen (m3).
106
adalah Konversi g ke μg.
(
)P
Dengan :
P adalah faktor konversi dengan nilai antara 0.17 dan
0.2.
adalah lama pengambilan sampel.
adalah waktu dalam 24 jam.
adalah konsentrasi udara rata-rata dengan waktu
pengambilan sampai selama 24 jam (μg/m3).
64 Nashihatul Afidah, “Analisis Hubungan Konsentrasi Total Suspended
Particulate (TSP) di Dalam dan di Luar Ruangan dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan (Studi Kasus : PT Japfa So God Sidoarjo)” (Disertasi, Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, 2019), 48
65 Rita Mukhtar, Isa Ansyori, dkk., “Perbandingan Pengukuran Konsentrasi Partikulat di Udara Ambien Menggunakan Alat High Volume Air Sampler dan Gent
Stacked Filter Unit Sampler,” Jurnal Ecolab Vol. 9, No. 1 Januari (2015): 19
55
Tabel 2.11 Kategori Indeks Pencemaran Udara66
ISPU TSP PM2.5 PM10 Kategori
0-50 0-75 0-15 0-50 Baik
51-100 76-260 16-65 51-150 Sedang
101-200 261-375 66-150 151-350 Tidak Sehat
201-300 376-625 151-250 351-420 Sangat
Tidak Sehat
>300 >625 >251 >421 Berbahaya
WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air
Quality and Method of Measurement telah menetapkan
beberapa tingkat konsentrasi polusi udara dalam hubungan
dengan akibatnya terhadap kesehatan maupun lingkungan
pada tahun 1964 sebagai berikut:
a. Tingkat I Konsentrasi dan waktu paparan yang tidak
ditemui akibat apa-apa, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
b. Tingkat II Konsentrasi yang mungkin dapat ditemui
iritasi pada pancaindra, akibat berbahaya pada tumbuh-
tumbuhan, pembatasan pemeliharaan atau akibat-akibat
lain yang merugikan pada lingkungan (adverse level).
c. Tingkat III Konsentrasi yang mungkin menimbulkan
hambatan pada fungsi-fungsi faali yang vital serta
perubahan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit
menurun atau pemendekan umur (serious level).
d. Tingkat IV Konsentrasi yang mungkin menimbulkan
penyakit akut atau kematian pada golongan populasi yang
peka (emergency level).
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 45 1997 tentang Indeks Standar Pencemaran udara
sebagai berikut.
66 Windi Silvia, Djoko M. Hartono dan Irma Gusniani, “Studi Kualitas Udara Parameter Total Suspended Particulate (Studi Kasus: UKM CV Ligar)”
Jurnal UI, (2013): 3
56
Tabel 2.12 Indeks Standar Pencemaran Udara67
Kategori Rentang Penjelasan
Baik 0-50 Tingkat kualitas udara yang
tidak memberikan efek bagi
kesehatan manusia atau
hewan dan tidak berpengaruh
pada tumbuhan, bangunan
atau nilai estetika.
Sedang 51-100 Tingkat kualitas udara yang
tidak berpengaruh pada
kesehatan manusia maupun
hewan, tetapi berpengaruh
pada tumbuhan yang sensitif
dan nilai estetika.
Tidak Sehat 101-199 Tingkat kualitas udara yang
bersifat merugikan pada
manusia ataupun kelompok
hewan yang sensitif atau bisa
menimbulkan kerusakan
pada tumbuhan ataupun nilai
estetika.
Sangat
tidak sehat
200-299 Tingkat kualitas udara yang
dapat merugikan kesehatan
pada sejumlah segmen
populasi yang terpapar.
Berbahaya 300-lebih Tingkat kualitas udara
berbahaya yang secara umum
dapat merugikan kesehatan
yang serius.
67 Nurbiantara, Setiawan. 2010. Skripsi “ Pengaruh Polusi Udara terhadap
Fungsi Paru pada Polisi Lalu Lintas”. Surakarta: Perpustakaan.uns.ac.id
57
5. Dampak Pencemaran Udara
Pencemaran udara karena partikel debu biasanya
menyebabkan penyakit kronis seperti bronchitis kronis, emfisema
paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru. Sedangkan bahan
pencemaran gas yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk
ke dalam tubuh sampai ke paru-paru yang pada akhirnya diserap
oleh sistem peredaran darah. Kadar Timbal (Pb) yang tinggi di
udara dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala
keracunan dini mulai ditunjukkan dengan terganggunya fungsi
enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia,
kerusakan ginjal dan lain lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat
akumulatif. Keracunan gas CO timbul sebagai akibat
terbentuknya karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afinitas
CO yang lebih besar dibandingkan oksigen (O2) terhadap Hb
menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh
tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen ke
seluruh tubuh ini akan membuat sesak napas dan dapat
menyebabkan kematian, apabila tidak segera mendapatkan udara
segar kembali. Sedangkan bahan pencemar udara seperti SOx,
NOx, H2S dapat merangsang saluran pernapasan yang
mengakibatkan iritasi dan peradangan68
.
6. Pengendalian Pencemaran Udara
a. Penelitian dan Pemantauan
Pengendalian pengelolaan pencemaran udara perlu
mempertimbangkan keserasian antara faktor-faktor sumber
emisi, pengaruh/dampak, kondisi sosial, ekonomi dan politik
serta melakukan pengukuran lapangan sesuai dengan kondisi.
Langkah pertama, dalam pengelolaan pencemaran udara
adalah dengan melakukan pengkajian/identifikasi mengenal
macam sumber model dan pola penyebaran serta
pengaruh/dampaknya. Sumber pencemaran udara yang sering
dikenal dengan sumber emisi adalah tempat di mana
pencemaran udara mulai dipancarkan ke udara. Langkah
68 Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara.Bandung: ITB
58
selanjutnya adalah mengetahui dan mengkomunikasikan
tentang pentingnya pengelolaan pencemaran udara dengan
mempertimbangkan keadaan sosial lingkungannya, yang
berhubungan dengan demografi, kondisi sosial ekonomi,
sosial budaya dan psikologi serta keseimbangan ekonomi.
Juga perlu dukungan politik, baik dari segi hukum, peraturan,
kebijakan maupun administrasi untuk melindungi
pelaksanaan pemantauan, pengendalian dan pengawasan.
Untuk melakukan pengukuran lapangan dalam rangka
pemantauan pencemaran udara diperlukan pemilihan metode
secara tepat sesuai dengan kemampuan jaringan pengamatan,
penempatan peralatan/instrumen yang diperlukan untuk
pengambilan sampel dan kebutuhan peralatan beserta ahlinya
untuk keperluan analisis.
b. Peraturan Perundangan
Upaya pengendalian pencemaran lingkungan,
khususnya udara saat ini masih bersifat sektoral, baik
legislatif maupun institusinya. Peraturan perundangan dalam
kaitannya dengan upaya penanggulangan pencemaran yang
bersifat nasional adalah Undang-Undang No. 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Adapun bentuk peraturan berupa peraturan, instruksi atau
keputusan menteri untuk tingkat pusat/departemen,
sedangkan untuk tingkat daerah berupa peraturan daerah atau
keputusan/instruksi Gubernur. Beberapa peraturan tentang
upaya pengendalian pencemaran misalnya yang diterapkan
untuk sektor industri, Sektor pertambangan dan Sektor
transportasi.
c. Teknologi Pengendalian Pencemaran
Upaya teknologi pengendalian pencemaran udara
dapat dilakukan melalui:
1) Pengendalian pada sumbernya
59
Pengendalian pada sumbernya yaitu pengendalian
pencemaran debu/partikel, pengendalian gas dan pengelolaan
buangan kendaraan bermotor.
2) Pengendalian lingkungan
Suatu teknologi pengendalian pencemaran umumnya
terkait dengan peraturan tentang baku mutu pencemaran,
sehingga pemilihan alternatif dari bentuk teknologi
pengendalian pencemaran tergantung pula dari ketat atau
tidaknya peraturan. Pada umumnya teknologi pengendalian
pencemaran akan mengacu kepada pembiayaan, sehingga hal
tersebut akan terkait pula dengan ekonomi suatu negara.
Upaya penanggulangan pencemaran udara dari segi teknologi
pada prinsipnya mencakup dua masalah yaitu pengendalian
pada sumbernya dan pengendalian lingkungannya.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan usaha
pengendalian pada sumbernya merupakan usaha yang paling
berhasil, namun akan lebih baik lagi apabila diikuti dengan
pengendalian lingkungan.69
7. Bahan Bakar Kendaraan
Transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang
terdiri yang dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem
kontrol, yang memungkinkan orang dan barang dapat
berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien
dalam setiap waktu, untuk mendukung aktivitas manusia70
.
Transportasi merupakan penyerap bahan bakar terbesar yang
berasal dari sumber fosil yang langka dan tidak dapat
diperbaharui. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi
penggunaan BBM, sehingga dapat meminimalisir dampak
negatif dari perkembangan sistem transportasi. Sektor
transportasi sangat menggantungkan pada BBM, sehingga
50% dari konsumsi BBM dunia. Transportasi jalan raya
mengkonsumsi sekitar 80% dari konsumsi sektor transportasi.
Dibandingkan dengan tahun 1990, pada tahun 2000 konsumsi
69 Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara.Bandung: ITB 70 Morlok, Edward K., “Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi”,
(Jakarta: Erlangga, 1984)
60
BBM sektor transportasi dunia naik 25% dan diproyeksikan
kenaikannya mencapai 90% sampai tahun 2030 (Departemen
ESDM, 2004).
Penggunaan energi sektor transportasi dalam
mendorong dan menunjang berbagai sektor, kenyataannya
90% berupa BBM yang cenderung tumbuh 8,6% per tahun
yang lebih besar daripada konsumsi rumah tangga 3,7%,
pembangkit listrik 4,6%, tetapi sedikit lebih kecil dari
pertumbuhan industri 9,1%. Cadangan BBM berbasis fosil
atau minyak bumi yang tidak terbarukan sudah sangat
menipis, yaitu cadangan terbukti hanya sekitar 3,7% miliar
Barrel (2008) dengan produksi pertahun 0,36 miliar barel atau
hanya cukup untuk sekitar 11 tahun71
. Hal ini apabila tidak
ditemukan sumur minyak baru melalui eksplorasi energi.
Transportasi jalan pengkonsumsi BBM terbesar di sektor
transportasi utamanya solar dan bensin, yaitu mencapai 88%.
Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang cepat, 21,17%
per tahun menyebabkan konsumsi BBM yang cukup besar dan
menimbulkan pertambahan pencemaran udara72
.
Tidak bisa dipungkiri sekarang kendaraan bermotor
sebagai alat transportasi yang sangat diminati di masyarakat.
Bersamaan dengan itu muncul banyak jenis sepeda motor
terutama jenis motor skuter matic yang dirasa paling mudah
dan nyaman. Bahan bakar minyak yang dipakai yaitu bahan
bakar minyak jenis Premium, Pertalite, Pertamax, dan
Pertamax Plus73
.
Pada umumnya kendaraan bermotor menggunakan
bahan bakar bensin yang menghasilkan emisi gas buang
kendaraan bermotor dan menimbulkan pencemaran udara.
71 Dewan Energi Nasional Republik Indonesia. 2010. Naskah Kebijakan
Energi. Jakarta: DEN RI 72 .Budi sitorus, R.Didiet Rachmat Hidayat, dan Oce Prasetya. 2014.
Pengelolaan Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang Efektif pada Transportasi Darat.
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) Vol 01 No 2, Juli 2014
73 Moh.Wildan Habibi, “Analisis Pengguna Bahan Bakar Bensin Jenis Pertalite dan Pertamax pada Mesin Bertorsi Besar (Honda Beat FI 110 CC)”
(Disertasi, Universitas Nusantara PGRI,2016)
61
Emisi gas buang kendaraan bermotor menghasilkan gas
Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NO), Tetraethyl
Lead (TEL), Sulfur Dioksida (SO2), dan Hidrokarbon.74
Agar
mesin dapat bekerja dengan baik, keberadaan TEL di dalam
bensin sangat dibutuhkan75
. TEL digunakan untuk menaikkan
nilai oktan pada bahan bakar bensin. Di Indonesia berdasarkan
nilai oktannya bahan bakar bermesin bensin yang dikeluarkan
pertamina terbagi menjadi Pertamax racing dengan nilai oktan
100, Pertamax turbo dengan nilai oktan 98, Pertamax dengan
nilai oktan 92, Pertalite dengan nilai oktan 90, dan Premium
dengan nilai oktan 88. Semakin tinggi angka oktan, maka
harga perliternya pun umumnya lebih tinggi (mahal). Namun,
belum tentu jika mengisi bensin beroktan tinggi pada mesin
mobil atau motor akan menghasilkan tenaga yang lebih tinggi
pula. Perlu diketahui, bahwa setiap jenis mesin mobil ataupun
sepeda motor memiliki spesifikasi mesin yang berbeda-beda76
.
74 Soedomo,M. 2001. Pencemaran Udara. Bandung : ITB
75 Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta :
Rineka Cipta
76 Amrullah Sungkono dan Eko Prastianto. Analisis Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium dan Pertamax terhadap Prestasi Mesin. (Universitas Muslim
Indonesia : Universitas Muslim Indonesia, 2018)
62
Bahan padat 0.005%
NOx 0.08%
HC 0.05%
CO 0.85%
Bahan Beracun 1%
Gambar 2.10. Konsentrasi Emisi Kendaraan
Bermotor77
Dari gambar tersebut sebagian besar gas buangan
terdiri dari 72% N2, 18.1% CO2, 8.2% H2O, 1.2% Gas Argon
(gas mulia), 1.1% O2, dan 1.1% Gas beracun yang terdiri dari
0.13% NOx, 0.09% HC dan 0.9% CO. Selain dari gas buang
unsur HC dan CO, emisi dapat keluar melalui penguapan yang
terjadi pada tangki bahan bakar saat pengisian bahan bakar
kendaraan. Pada motor bensin besarnya emisi gas buang
seiring dengan besarnya penambahan jumlah campuran udara
dan bahan bakar, karena masuk ke dalam silinder78
.
Pada motor diesel, besarnya emisi dalam bentuk
opasitas (ketebalan asap) tergantung banyaknya bahan bakar
yang disemprotkan (dikaburkan) ke dalam silinder, karena
pada motor diesel yang dikompresikan adalah udara murni.
Dengan kata lain, semakin kaya campuran maka semakin
besar konsentrasi NOx, CO dan asap. Sementara itu, semakin
kurus campuran konsentrasi NOx, CO dan asap juga semakin
77 Swisscontact, Analisis Motor Bensin berdasarkan Hasil Uji Emisi Gas
Buang” Swisscontact Jakarta (2001) 78 Arifin, Zainal dan Sukoco. Pengendalian Polusi Kendaraan. (Bandung:
Alfabeta, 2009)
CO2
N2 H2O
63
kecil79
. Catatan: 100% CO yang ada di udara adalah hasil
pembuangan dari mesin diesel sebesar 11% dan mesin bensin
89% CO adalah Karbon Monoksida, HC (Hydrocarbon), NOx
adalah istilah dari Oksida-Oksida Nitrogen yang digabung dan
dibuat satu ( NO, NOx, N2O). Polusi emisi buang dari mesin
diesel dapat digolongkan berupa partikulat, residu karbon,
pelumas tidak terbakar, sulfat, dan lain-lain80
.
Gas buang mesin diesel sebagian besar berupa
partikulat berada pada dua fase yang berbeda, namun saling
menyatu, yaitu fase padat terdiri dari residu/kotoran, abu,
bahan adiktif, bahan korosif, dan keausan mental. Fase cair
terdiri dari minyak pelumas tak terbakar. Gas buangan berupa
cair akan meresap ke dalam fase pada, gas ini disebut partikel.
Partikel-partikel tersebut berukuran mulai dari 100 mikron
hingga kurang dari 0.01 mikron. Partikulat yang berkurang
dari 10 mikron memberikan dampak bagi visibilitas udara
karena partikel tersebut akan memudarkan cahaya.
Berdasarkan ukurannya, partikulat dikelompokkan menjadi
tiga, sebagai berikut:
a. 0.01-10 μm disebut partikel smog/kabut/asap.
b. 10-50 μm disebut dengan dust/debu.
c. 50-100 μm disebut dengan ash/abu. Partikulat pada gas buangan mesin diesel berasal dari
partikel susunan bahan bakar yang masih berisikan kotoran
kasar (debu/abu). Hal itu dikarenakan pemrosesan bahan
bakarnya kurang baik. Bahan bakar diesel di Indonesia banyak
mengandung kotoran, misalnya solar. Biasanya solar tidak berwarna bening, namun
berwarna agak gelap. Ini menandakan bahwa terdapat kotoran
di dalam bahan bakar. Dengan demikian, pada saat terjadi
pembakaran, kotoran tersebut terurai dari susunan partikel
yang lain dan tidak terbakar. Semakin banyak residu dalam
79 ibid
80 ibid
64
bahan bakar (dengan mesin secanggih apapun) akan
menghasilkan gas buang dengan kepulan asap hitam81
.
8. Suhu
Temperatur (suhu) adalah salah satu dari tujuh
besaran pokok SI. Fisikawan mengukur suhu dalam Skala
Kelvin yang unit saryannya disebut Kelvin82
. Untuk
mengetahui konsep suhu, peril didefinisikan dua istilah yang
sering digunakan yaitu kontak termal dan keseimbangan
termal. Keseimbangan termal adalah situasi dimana dua benda
tidak akan bertukar energi melalui kalor ataupun radiasi
elektromagnetik jika mereka berada dalam kontak termal.
Sedangkan kontak termal adalah pertukaran energi diantara
dua benda melalui proses yang diakibatkan oleh suhu. Jadi,
Suhu adalah sifat yang menentukan apakah sebuah benda
berada dalam keseimbangan termal dengan benda lainnya83
.
Suatu percobaan sederhana disarankan oleh John
Locke pada tahun 1690. Seseorang diminta untuk
mencelupkan salah satu tangannya ke dalam wadah berisi air
dingin dan tangan lainnya ke dalam wadah berisi air panas.
Setelah itu keduanya berssama-sama dimasukkan kedalam air
yang kepanasannya diantara yang panas dan dingin tersebut.
Air terasa lebih hangat oleh tangan pertama dan terasa lebih
sejuk oleh tangan kedua. Penilaian kita mengenai suhu
menjadi keliru. Oleh karena itu, kita membutuhkan alat untuk
mengukur suhu84
.
Alat untuk mengukur suhu dan besarnya disebut
dengan termometer85
. Adapun jenis-jenis termometer sebagai
berikut.
a. Termometer Zat Cair
81 ibid
82 David Halliday, Robert Resnick dan Jeari Walker. Fisika Dasar Edisi ke
tujuh jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 514 83 Raymond A. Serway, John W. Jewett, Jr. Fisika untuk Sains dan Teknik.
(Jakarta: Salemba Teknika, 2010) hlm. 3 84 Ainie Khuriah R.S. Termodinamika. (Universitas Diponegiro: Universitas
diponegoro, 2007) hlm. 21 85 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan
Anak Usia DIni dan Pendidikan Masyarakat, dan DIrektorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan. Suhu, Kalor, dan Energi di Sekitarku-Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Paket B Setara SMP/MTs. (Jakarta, 2017) hlm. 3
65
1) Termometer Laboratorium
Bentuknya panjang dengan skala dari -100C
sampai 1100C menggunakan rakda atau alcohol.
2) Termometer Suhu Badan
Termometer ini digunakan untuk mengukir suhu
badan manusia. skala yang ditulis antara 350C dan
420C.
b. Termometer Zat Padat
1) Termometer Bimetal
Termometer Bimetal merupakan thermometer
yang menggunakan logam sebagai bahan untuk
menunjukkan adanya perubahan suhu dengan
prinsip logam akan memuai jika dipanaskan dan
menyusut jika didinginkan.
2) Termokopel
Termometer yang terdiri dari dua jenis logam
yang dihubungkan dan membentuk rangkaian
tertutup. Pengukuran suhu berdasarkan pada
perubahan besarnya aliran listrik pada kawat86
.
Prinsip kerja termometer yaitu ketika suhu naik,
volume zat dalam tabung termometer akan bertambah dan
bergerak naik keatas pipa kapiler. Jika kenaikan atau
perubahan suhu semakin besar maka ketinggian zat cair dalam
tabung akan semakin bertambah. Skala yang terdapat dalam
tabung kaca dapat menunjukkan pertambahan suhu tersebut.
Untuk menentukan skala suhu mula-mula dipilih sifat
termometrik X yang besarnya berubah dengan perubahan
suhu. Untuk mendefinisikanskala suhu, kita dapat memilih
hubungan antara suhu T dari suatu thermometer berbanding
lurus dengan sifat termometrik X. Setiap sistem yng berada
pada kesetimbangan termal dengan thermometer tersebut
berlaku:
86 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan
Anak Usia DIni dan Pendidikan Masyarakat, dan DIrektorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan. Suhu, Kalor, dan Energi di Sekitarku-Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Paket B Setara SMP/MTs. (Jakarta, 2017) hlm. 3-4
66
Adalah sebuah tetapan yang nilainya masih harus dihitung.
Untuk menghitung a harus ditentukkan titik tetap terlebih
dahuhu. Pada titik tetap ini semua thermometer harus
memberikan pembacaan yang sama untuk suhu T. Sejak tahun
1954 hanya ada satu titik tetap standard yaitu titik tripel air.
Titik tripel air adalah suhu oada saat es, air dan uao dalam
keadaan seimbang. Secara kehendak titik tripel ini ditetapkan
273,16 K. Dengan demikian a dapat ditentukan, dari
persamaan diatas akan diperoleh:
adalah besaran bersifat termometrik pada titik triper air.
Jadi, untuk setiap thermometer berlaku hubungan berikut87
.
( )
Sejak tahun 1954, suhu 273,16 K ditetapkan sebagai
harga suhu pada saat bentuk padat, cair dan gas dari air dalam
kesetimbangan. Keadaan pada saat tiga fase zat murni dalam
kesetimbangan disebut titik tripel zat. Titik tripel air adalah
0,01 K (pada 1 atm) lebih tinggi dari titik es/titik beku normal
air. Jadi, air membeku pada 273,15K yang didefinisikan
sebagai 00C pada skala suhu Celcius. Hubungan antara skala
Kelvin dengan skala centigrade ditulis:
( ) ( ) Dua skala lain yang bisa digunakan dalam keteknikan
di AS dan Inggris adalah suhu Rankine TR (ditulis 0R)
Fahrenheit (ditulis 0F). Hubungan antara skala suhu Rankine
dan suhu Kelvin dituliskan sebagai:
( )
Sedangkan hubungan suhu dalam skala Fahreinheit
TF dengan Rankine dan skala suhu Celcius, dinyatakan
sebagai88
:
( ) ( ) (
)
87 Ainie Khuriah R.S. Termodinamika. (Universitas Diponegiro: Universitas diponegoro, 2007) hlm. 23-24
88 Ibid, hln.25
67
Skala suhu sebuah thermometer ditetapkan dengan
patokan titik bawah yaitu dengan memasukkan termometer ke
dalam wadah berisi es dan suhu air yang mendidih sebagai
titik tetap atas pada tekanan 1 atmosfer. Terdapat 4 macam
skala thermometer89
, yaitu Celcius, Fahreinheit, Reamur dan
Kelvin. Perbedaan antara skala itu adalah angka pada titik
tetap bawah dan titik tetap atas pada skala termometer
tersebut90
.
Gambar 2.11 Skala Suhu dari Nol Mutlak sampai
Titik Didih91
a. Skala Celcius
Pada skala celcius digunakan titik lebur es murni
sebagai titik bawah ditandain dengan angka 0. Sedangkan
untuk menyatakan titik tetap atas digunakan titik didih air
pada tekanan atmosfer dan ditandai dengan angka 100,
sehingga ada 100 pembagian skala.
89 Raymond A. Serway, John W. Jewett, Jr. Fisika untuk Sains dan Teknik. (Jakarta: Salemba Teknika, 2010) hlm. 136
90 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan
Anak Usia DIni dan Pendidikan Masyarakat, dan DIrektorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan. Suhu, Kalor, dan Energi di Sekitarku-Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Paket B Setara SMP/MTs. (Jakarta, 2017) hlm. 4
91 Ibid, hlm. 4
68
b. Skala Kelvin
Pada skala kelvin penentuan nol derajat digunakan
suhu terendah yang dimiliki oleh suatu partikel yang
setara dengan -2730C, yaitu keadaan dimana energi
kinetik partikel sama dengan nol, sehingga tidak ada
panas yang terukur. Setiap satu skala kelcin sama dengan
satu skala celcius, sehingga titik tetap bawah dan titik
tetap atas skala kelvin masing-masing adalah 273K dan
273K. Pada kelvin tidak ada suhu mutlak atau skala
termodinamika, karena kelvin sudah menjadi ketetapan
satuan SI.
c. Skala Reamur
Memiliki titik didih air 800R dan titik bekunya 0
0R.
Rentang temperaturnya berada pada temperature 00R -
800R dan dibagi dalam 80 skala.
d. Skala Fahreinheit
Pada skala Fahrenheit penentuan suhu nol derajat
digunakan suhu campuran es dan garam. Titik bawah dan
titik tetap atas dinyatakan pada skala 32 dan 212,
sehingga 180 pembagian skala.
Gambar 2.12 Perbandingan Skala Celcius, Kelvin,
Fahrenheit dan Reamur
Adapun perbandingan skala suhu sebagai berikut92
:
Skala C : Skala R : Skala F : Skala K = 100 : 80 : 180 : 100
Skala C : Skala R : Skala F : Skala K = 5 : 4 : 9 : 5
( ) ( ) = 5 : 4 : 9 : 5
92 Ibid, hlm. 5
69
Contoh. Tentukan 780C = ………. K
Jawab. Dengan menggunakan persamaan perbandingan suhu
diperoleh:
K
9. Alat yang digunakan dalam Penelitian
a. Alat Pengukur Polusi atau Pencemaran Udara
1) Alat AWQMS-Pro
Gambar 2.13 Alat Ukur Polusi udara AWQMS_Pro
Alat polusi udara ini dinamakan AWQMS-Pro. Alat
ini tidak hanya mendeteksi kualitas udara, namun juga
dapat mendeteksi cuaca, seperti kecepatan udara, panas
matahari dan lain-lain. Parameter alat (dapat
menyesuaikan kebutuhan) antara lain CO, NO2, SO2, O3,
CO2, VOC, PM2,5, PM10, Wind Speed, Wind Direction,
Temperature, Humidity, Air Pressure, Rain, Solar
Radiation, dan sebagainya. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor
P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 tentang Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang terbaru,
parameter yang diujikan adalah partikulat PM10, partikulat
PM2,5, karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2),
Sulfur Dioksida (SO2), ozon (O3), dan Hidrokarbon (HC) 93
.
2) Portable Planktonic Bacteria Sampler
93 Bima, Instrumen. 2020. AWQMS-Pro – Alat Ukur ISPU. Jakarta:
Cakrawala. Dilihat : Kamis, 16 Desember 2020 https://cbinstrument.com/awqms-pro-
alat-ukur-ispu/
70
Gambar 2.14 Alat Ukur Polusi Udara Portable
Planktonic Bacteria Sampler
PBS-E Planktonic Bacteria Sampler adalah
alat sampling penghisap dengan multi hole efisiensi
tinggi yang dirancang sesuai dengan Anderson
Particle Impact Principle94.
3) Portable HVAS (High Volume Air Sampler)
Gambar 2.15 Alat Ukur Polusi Udara HVAS
Portable HVAS adalah alat sampling di udara
indoor (dalam ruangan) maupun outdoor (luar
ruangan) untuk mengukur polutan atau partikel
lingkungan, uji coba nuklir dan biohazard, industri,
pemerintah dan militer, studi dan bahaya udara ranjau,
debu pabrik, analisis kimia, radiologis dan
toksikologi, serta jenis penelitian lainnya dalam
mengontrol kualitas dan aplikasi pengujian, yang
sangat ringan, sehingga mudah dibawa kemana-mana.
94 Bima, Instrumen. 2020. Portable Planktonic Bacteria Sampler - Alat Ukur ISPU. Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21 Desember 2020
https://cbinstrument.com/portable-planktonic-bacteria-sampler-norda-type-pbs-e/
71
Alat ini digunakan dalam atmosfer normal dan non-
eksplosif95
.
4) HAZ-SCANNER Air Quality Monitoring System
Portable
Gambar 2.16 Alat Ukur Polusi Udara HAZ-
SCANNER
HAZ-SCANNER dengan desain yang tahan
akan cuaca ekstrim serta ringan untuk dibawa.
Namun, perlunya penjagaan yang ketat pada alat ini
apabila dibawa ke lapangan. Alat ini dapat
menampilkan kadar zat-zat di udara secara langsung
dan berkala. Selain portable, alat ini secara bersamaan
dapat mengukur PM2,5 dan PM10. Jenis gas yang dapat
dipantau dengan alat ini adalah ammonia, metana,
karbon dioksida, karbon monoksida, ozon, sulfur
dioksida, dan lainnya, serta menampilkan temperatur
udara sekitar dalam hitungan Fahrenheit. Alat ini juga
dilengkapi dengan sensor yang telah dikalibrasi, kabel
data, aplikasi khusus dalam USB, dan masih banyak
lagi96
.
5) Air Sampler Impinger Portable
95 Bima, Instrumen. 2020. Portable HVAS (High Volume Air Sampler – Alat
Ukur ISPU. Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21 Desember 2020
https://cbinstrument.com/portable-hvas-high-volume-air-sampler-staplex/
96 Bima, Instrumen. 2020. HAZ-SCANNER – Alat Ukur ISPU. Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21 Desember 2020 https://cbinstrument.com/haz-scanner-
him-6000-air-quality-monitoring-system/
72
Gambar 2.17 Alat Ukur Polusi Udara Air Sampler
Impinger Portable
Air Sampler Impinger tipe HU-POT adalah
alat untuk mengambil sampling 6 gas di udara ambien
secara bersamaan melalui media basah (media
tangkap dengan absorbent), sehingga dapat mengukur
polutan atau debu udara di dalam maupun luar
ruangan97
.
6) Digital HVAS (High Volume Air Sampler)
Gambar 2.18 Alat Ukur Polusi Udara Digital
HVAS
High Volume Air Sampler (HVAS) adalah
alat yang berfungsi untuk pengambilan sampel udara
di dalam atau di luar ruangan menggunakan Mass
Flow Control (MFC), sehingga mampu mengukur
pengukuran PM2,5, PM10, dan TSP selama 24 jam
secara terus menerus. Alat ini memiliki motor
berkecepatan tinggi, dengan pelindung segala cuaca
sehingga membuat tahan lama, dan komponen
elektronik ruggedized untuk pengambilan sampel
97 Bima, Instrumen. 2020. Air Sampler Impinger Portable – Alat Ukur ISPU. Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21 Desember 2020
https://cbinstrument.com/air-sampler-impinger-lengkap/
73
yang akurat. Volumetric Flow Control (VFC) pada
HVAS didukung dengan pelindung yang memastikan
permukaan filter bersandar pada posisi horizontal.
Desain aerodinamis ini memungkinkan pengumpulan
partikel untuk PM2,5, dan PM10 atau TSP98
.
7) AQmesh-Air Quality Monitoring System Device
Gambar 2.19 Alat Ukur Polusi Udara AQmesh
Device
AQmesh Device adalah alat untuk mengukur
polutan utama di udara ambien, baik di luar maupun
di dalam ruangan. Alat ini menggunakan teknologi
sensor kecil terbaik yang dikombinasikan dengan
pengolahan data yang berasal dari perbandingan
global yang luas dengan data referensi. Alat ini
didesain dengan Regulasi Pemerintah dalam
pengukuran ambien yang mengacu sesuai Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.14/MENLHK/KUM.1/7/2020
tentang Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
yang terbaru, parameter yang diujikan adalah
partikulat PM10, partikulat PM2,5, karbon monoksida
(CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2),
98 Bima, Instrumen. 2020. Digital HVAS (High Volume Air Sampler – Alat Ukur ISPU. Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21 Desember 2020
https://cbinstrument.com/hvas-high-volume-air-sampler/
74
ozon (O3), dan hidrokarbon (HC). Berikut adalah data
monitoring AQmesh99.
Gambar 2.20 Data Monitoring AQmesh
8) Ambient Air Monitoring
Gambar 2.21 Alat Ukur Polusi Udara Ambient Air
Monitoring
Alat ini berfungsi untuk mengukur kualitas
udara yang pada daerah tertentu. Ada berbagai tempat
yang dapat diukur dengan alat ini, sebut saja di pusat
kota. Kualitas udara yang dimaksud adalah kualitas
udara ambien local, dimana udara yang ada di satu
tempat dapat memiliki kualitas yang menurun
diakibatkan oleh sejumlah faktor, misalnya adalah
adanya kendaraan diesel ataupun karena udara
bercampur dengan emisi pembangkit listrik. Zat udara
yang dapat dipantau melalui alat ukur ini adalah
deposisi debu, kandungan nitrogen, yaitu mono
hydrogen yang menjadi salah satu zat buangan dari
adanya pembakaran pada suhu yang sangat tinggi.
Alat ini berhubungan dengan usaha pemantauan
99 Bima, Instrumen. 2020. AQmesh- Air Quality Monitoring System Device – Alat Ukur ISPU. Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21 Desember
2020https://cbinstrument.com/air-quality-monitoring-aqmesh-device/
75
lingkungan, misalnya pemantauan kadar debu di
udara di daerah Pertambangan.
Pemerintah telah menunjukkan konsen
mereka terhadap upaya pemantauan lingkungan
termasuk salah satunya adalah pemantauan kualitas
udara, dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 mengenai
Pengendalian Pencemaran Udara. Dalam Undang-
Undang ini, diatur beberapa jenis debu dan gas
dengan kadar mereka untuk mengontrol suatu daerah
dengan indikator kualitas udaranya100
.
Berdasarkan beberapa alat di atas, dengan ini peneliti
akan menggunakan alat ukur polusi udara Digital HVAS.
b. Alat Pengukur Suhu
Gambar 2.22 Alat Ukur Suhu yang digunakan
c. Alat untuk Bahan Bakar Kendaraan
Adapun alat bantu untuk mengukur bahan bakar
kendaraan, sebagai berikut.
1. Genset 4 Tak untuk Bahan Bakar Premium, Pertalite
dan Pertamax.
100 Alat, Uji. 2020. Ada Beragam Alat Uji Lingkungan yang Perlu Kita Tahu. Kucari.com dilihat: Senin, 21 Desember 2020 https://www.kucari.com/alat-uji-
lingkungan/
76
Gambar 2.23 Alat Ukur Jumlah Bahan Bakar
Kendaraan Jenis Premium, Pertalite dan Pertamax
2. Traktor (edet) untuk Bahan Bakar Kenaraan Jenis
Bio Solar.
Gambar 2.24 Alat Ukur Jumlah Bahan Bakar
Kendaraan Jenis Bio Solar
B. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ada dua,
adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1
H0 : tidak terdapat pengaruh polusi udara akibat bahan bakar
kendaraan.
Ha : terdapat pengaruh polusi udara akibat bahan bakar
kendaraan.
Hipotesis 2
H0 : tidak terdapat pengaruh perubahan suhu akibat bahan
bakar kendaraan.
Ha : terdapat pengaruh perubahan suhu akibat bahan bakar
kendaraan.
107
DAFTAR RUJUKAN
Buku
Anie Khuriah R.A. Termodinamika. (Universitas Diponegoro:
Universitas Diponegoro, 2010)
Arifin, Zainal dan Sukoco. Pengendalian Polusi Kendaraan.
(Bandung: Alfabeta, 2009)
David haliday, Robert Reznick dan Jeari Walker. Fisika Dasar ke
Tujuh Jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 2010)
Ferdiaz, Srikandi, Polusi Air dan Udara, (Sleman: PT Kanisius,1992)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, dan
Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan. Suhu,
Kalor, dan Energi di Sekitarku-Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Paket B Setara SMP/MTs. (Jakarta, 2017)
Machdar, Izarul, Pengantar Pengendalian Pencemaran (Pencemaran
Air, Pencemaran Udara dan Kebisingan). (Sleman:
Deepublish (CV Budi Utama), 2018)
Martono Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan
Analisis Data Sekunder Edisi Revisi. (Depok: Rajagarfindo
Persada, 2012)
Morlok, Edward K., Pengantar Teknik dan Pperencanaan
Transportasi. (Jakarta: Erlangga, 1984)
Notoatmojo Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan. (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2010)
Parlah H., Perencanaan dan Toksikologi Logam Berat, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008)
Raymond A. Serway, John W. Jewett, Jr. Fisika untuk Sains dan
Teknik. (Jakarta: Salemba Teknika, 2010)
Soedomo Moestikahadi, Pencemaran Udara, (Bandung: ITB, 2001)
108
Sugiyono, Agus, “Strategi Penggunaan Energi di Sektor
Transportasi.” (Bandung: BPPT, 1998)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, (Bandung: Alfabeth, 2008)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013)
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung:
Alfabeta, 2015)
Sugiyono, Agus, “Strategi Penggunaan Energi di Sektor
Transportasi.” (Bandung: BPPT, 1998)
Suliyanto, EKONOMETRIKA TERAPAN: Teori &Aplikasi dengan
SPSS. (Yogyakarta: Andi, 2011)
Wardhana, Wisnu A., Dampak Pencemaran Lingkungan. (Yogyakarta
: Penerbit Andi Offset, 2004)
Yuberti dan Antomi Saregar, Pengantar Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika & Sains. Bandar Lampung: AURA,
2017)
Internet
Alat Uji. 2020. Ada Beragam Alat Uji Lingkungan yang Perlu Kita
Tahu. Kucari.com dilihat: Senin, 21 Desember 2020
https://www.kucari.com/alat-uji-lingkungan/
Bima, Instrumen. 2020. “Air Sampler Impinger Portable – Alat Ukur
ISPU” Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21 Desember
2020 https://cbinstrument.com/air-sampler-impinger-
lengkap/
Bima, Instrumen. 2020. AQmesh- Air Quality Monitoring
System Device – Alat Ukur ISPU. Jakarta: Cakrawala.
Dilihat : Senin, 21 Desember
2020https://cbinstrument.com/air-quality-monitoring-
aqmesh-device/
109
Bima, Instrumen. 2020. “AWQMS-Pro – Alat Ukur ISPU” Jakarta:
Cakrawala. Dilihat : Kamis, 16 Desember 2020
https://cbinstrument.com/awqms-pro-alat-ukur-ispu/
Bima, Instrumen. 2020. “Digital HVAS (High Volume Air Sampler –
Alat Ukur ISPU” Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21
Desember 2020 https://cbinstrument.com/hvas-high-volume-
air-sampler/
Bima, Instrumen. 2020. “HAZ - SCANNER – Alat Ukur ISPU”
Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21 Desember 2020
https://cbinstrument.com/haz-scanner-him-6000-air-quality-
monitoring-system/
Bima, Instrumen. 2020. “Portable HVAS (High Volume Air Sampler –
Alat Ukur ISPU” Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21
Desember 2020 https://cbinstrument.com/portable-hvas-
high-volume-air-sampler-staplex/
Bima, Instrumen. 2020. “Portable Planktonic Bacteria Sampler - Alat
Ukur ISPU” Jakarta: Cakrawala. Dilihat : Senin, 21
Desember 2020 https://cbinstrument.com/portable-
planktonic-bacteria-sampler-norda-type-pbs-e/
BMKG. 2020. “Perubahan Iklim” BMKG. Dilihat: Kamis, 13
September 2020 Pukul 21.30 WIB pm
https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=ekstrem-perubahan-iklim
ISPU. 2020. “Data ISPU Jumlah Hari Baik” ISPU. Dilihat: 13
September 2020 Pukul 15.00 WIB am
http://iku.menlhk.go.id/aqms/arsip
Rosidin. 2018. Transportasi Qur’ani Tafsir Tarbawi Terma Rakiba
dan Derivasinya. Dialog Ilmu. Dilihat: Sabtu, 07 Juli 2018
https://www.dialogilmu.com/2018/07/transportasi-dalam-
perspektif-alquran.html
Uswatun, Hasanah. 2014. Thermo Hygro (Alat Pengukur Suhu Udara
dan Kelembaban). Digital Meter Indonesia by ukurdanuji.
Dilihat: 16 Mei 2014 https://digital-meter-
indonesia.ciom/thermo-hygro-alat-pengukur-suhu-udara-dan
-kelembaban/
110
Wikipedia. 2021. Bahan Bakar. Wikipedia.org dilihat: 02
Februari 2021 pukul 07:21 WIB am
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar
Zenius. 2021. Perubahan Suhu. Zenius.net dilihat: 02 Februari
2021 Pukul 07:33 WIB am https://www.zenius.net/prologmateri/fisika/a/735/perub
ahan-
Jurnal
Ahmad Zaky Maulana, “Analisis Beban Pencemar Udara SO2,
No2 dan HC dengan Pendekatan Line Source Modeling
(Studi Kasus di Jalan Magelang Yogyakarta),”
Widyariset Vol. 15, No. 3 (2012): 502
Arif Budiman, “Pencemaran udara : Dampak Pencemaran
Udara pada Lingkungan” Jurnal Berita Dirgantara Vol.
2 No 01 (Maret 2001): 21
Babcook, I. R. Jr, “a Combined Polution Index For Measurement Of
Total Air Pollution,” J. Air Pol. Contr. Assoc, 20 (1970):
643-659
Boedisantoso, R., dan William, Y, “Analisis Beban Emisi Udara CO
dan NO2 Akibat Sektor Transportasi Darat di Kota
Probolinggo” Jurnal Purifikas, 15 (2), (2015): 88-107
Budi Sitorus, R. Didiet Rachmat Hidayat dan Oce Preasetya,
Pengelolaan Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang Efektif
pada Transportasi Darat, Jurnal Manajemen Transportasi
dan Logistik (JMTransLog) Vol. 01 No. 02 (Juli 2014)
D.A Suryanto, “Analisis Tingkat Polusi Udara terhadap
Pengaruh Pertumbuhan Kendaraan Studi Kasus DKI
Jakarta,” UG Jurnal Vol. 6, No. 12 (2012): 02
Ehrlich, P. R dan Ehrlich, A. H, “Population, Resources and
Environment. (W. H. Freeman Co., and Francisco, 1970)
111
EPA (Environmental Protection Agency), “Air quality criteria for
nitrogen oxides” Air Pol. COntr. Office Publ. No. Ap
(1971): 84
Kamal, N. M, “Studi Tingkat Kualitas Udara pada Kawasan Mall
Panakukang di Makassar” (Disertasi, Universitas
Hasanuddin, 2015)
Keily, G, “Environmental Engineering, International Editions,
McGraw-Hill International” (Disertasi, Singapore, 1998)
Kurniawati, Irma D., Nurullita, Ulfa., dan Miftakhuddin, “Indikator
Pencemaran Udara Berdasarkan Jumlah Kendaraan dan
Kondisi Iklim (Studi di Wilayah Terminal Mangkang dan
Terminal Penggaron Serang),” J. Kesehat. Masy. Indonesia.
12(2), (2017): ISSN 1693-3443
Linna, S S. dkk. “Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas
dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro,” Jurnal
Ilmiah Media Enginering Vol 1 (2), (2011)
Rita Mukhtar, Isa Ansyori, dkk., “Perbandingan Pengukuran
Konsentrasi Partikulat di Udara Ambien Menggunakan Alat
High Volume Air Sampler dan Gent Stacked Filter Unir
Sampler,” Jurnal Ecolab Vol. 9, No. 1 Januari (2015): 19
Rumselly Komelis U, “Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Kualitas Udara Ambien di Kota Ambon,” Jurnal Kesehatan
Lingkungan Vol. 8, No. 2 Juli (2016): 158–163
Seinfield J., “ Atmospheric Chemistry and Physics of Air Polution”
John Wiley, New York (1986)
Stoker, H. S and Seager, S. I., “Environmental Chemistry : Air and
Water Pollution” Scott, Foreman and Co., London (1972)
Swisscontact, Analisis Motor Bensin berdasarkan Hasil Uji Emisi Gas
Buang” Swisscontact Jakarta (2001)
Tessa Nur Padillah dan Riza Ibnu Adam, “Analisis Regresi Berganda
dalam Estimasi Produktifitas Tanaman Padi di Kabupaten
Karawang”. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika
ISSN: 2460-7797 (2019) : 118
112
Wagner, R.H., “Environment and Man” W.W. Norton and CO., Inc.,
New York (1971)
Windi Silvia, Djoko M. Hartono dan Irma Gusniani, “Studi Kualitas
Udara Parameter Total Suspended Particulate (Studi Kasus:
UKM CV Ligar)” Jurnal UI, (2013): 3
Wolf, P. C., “Carbon Monoxide-Measurement and Monitoring in
Urban Air,” Environm, Sci and Technol. 5 (1971): 212-218
Skripsi
Amrullah Sungkono dan Eko Prastianto. Analisis Pengaruh
Penggunaan Bahan Bakar Premium dan Pertamax terhadap
Prestasi Mesin. (Universitas Muslim Indonesia : Universitas
Muslim Indonesia, 2018)
Apriliani,K., Imelda,U.B., dan Edvin, A. Hubungan antara
Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) dan Suhu Udara
terhadap Intervensi Anthropogenik (studi Kasus Nyepi
Tahun 2015 di Provinsi bali). (Jakarta: Puslitbang
BMKG,2015)
Dewan Energi Nasional Republik Indonesia. Naskah Kebijakan
Energi. (Jakarta: DEN RI, 2010)
Ginting, I. A. P, “Analisis Pengaruh Jumlah Kendaraan dan Faktor
Meteorologi (Suhu, Kelembaban dan Kecepatan Angin)
terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Udara
Ambien Roadside (Studi Kasus : Pintu Tol Amplas dan Pintu
Tol Tanjung Morawa)” (Disertasi, Universitas Sumatera
Utara, 2017).
Moh.Wildan Habibi, “Analisis Pengguna Bahan Bakar Bensin Jenis
Pertalite dan Pertamax pada Mesin Bertorsi Besar (Honda
Beat FI 110 CC)” (Disertasi, Universitas Nusantara
PGRI,2016), 6.
Muqorrobin Romansyah , “Analisis Korelasi Karbon Monoksida (CO)
dan Particullate Metter (PM10) dengan Kendaraan Bermotor
dan Faktor yang Berhubungan (Studi Kasus Pasar Induk
113
Tradisional Bojonegoro)” (Disertasi, UIN Sunan Ampel,
2019). 5
Nashihatul Afidah, “Analisis Hubungan Konsenstrasi Total
Suspended Particulate (TSP) di Dalam dan di Luar Ruangan
dan Faktor-Faktor yang Berhubungan (Studi Kasus : PT
Japfa So God Sidoarjo)” (Disertasi, Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel, 2019), 48
Nurbiantara Setiawan, “ Pengaruh Polusi Udara terhadap Fungsi
Paru pada Polisi Lalu Lintas”. (Disertasi, Surakarta:
Perpustakaan.uns.ac.id, 2010)
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara: Jakarta
Wawancara
Dhesi, “ Hasil Wawancara dan Data Laporan Tahunan di Pertamina
AKR Bumiagung. Bumiagung : Pertamina AKR pada Sabtu,
06 Februari 2021 Pukul 14.15 WIB pm.
Johan, “ Hasil Wawancara dan Data Laporan Tahunan di
Pertamina SPBU Bumiagung. Bumiagung : Pertamina SPBU
pada Sabtu, 07 Februari 2021 Pukul 14.10 WIB pm
Top Related