Pengantar Diskusi BinwilUnit Utama Kemenkes dengan
Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota
Rencana Kerja Percepatan Eliminasi Tuberkulosis
Missing Cases
0
200
400
600
800
1000
1200
19
90
19
94
19
98
20
02
20
06
20
10
20
14
659.43564,6% belum dilaporkan
Lebih dari Separuh Pasien TBC yang Ditangani Tidak Terlaporkan
730.000 kasus TBC sudahdiobati di fasilitas layanankesehatan(Hasil Sementara Inventory study 2017)
369.435 kasus TBC sudah diobati namunbelum dilaporkan(Under reported) : 36,2%
290.000 kasus TBC belum terjangkau danterdeteksi(unreacheable and undetected) : 28,4%
360.565 kasus TBC sudah dilaporkan keSITT (35,4%)
Insidens TBC 1.020.000(WHO, 2017)
Belum Terjangkau dan Belum Terdeteksi
Belum Terlaporkan
• Penemuan dan pelacakan kontak
• Skrining di tempat khusus• Pelacakan pasien mangkir• Pengendalian faktor risiko• Promosi kesehatan
• Penerapan PPM berbasiskab/kota
• Wajib Lapor danPenguatan surveilans
• Manajemen Layanan TB yang terintegrasi (HIV, DM, gizi, rokok, penyakitparu, dll)
• Sinkronisasi dengan BPJS (data dan sistem rujuk balik)
360.56535,4% sudah dilaporkan di SITT
Hanya dua provinsi yang memiliki CDR lebih dari 70% (DKI Jakarta dan Sulawesi Utara)
Peta Case Detection Rate TBC per Provinsi Tahun 2017
Peta Case Detection Rate TBC per Kabupaten/Kota Tahun 2017
Dari 514 kabupaten/kota didapatkan bahwa:
1. Ada 336 Kab/Kota memiliki CDR <40%2. Ada 128 Kab/Kota memiliki CDR >=40 sampai <70%3. Ada 18 Kab/Kota memiliki CDR >=70% sampai <90%
4. Ada 28 Kab/Kota memiliki CDR >=90%
Compliance : Kepatuhan Minum Obat
Peta Success Rate TBC per Kabupaten/Kota Tahun 2017
Dari 514 kabupaten/kota didapatkan bahwa:
1. Ada 164 Kab/Kota memiliki SR <85%2. Ada 103 Kab/Kota memiliki SR >=85% sampai <90%
3. Ada 247 Kab/Kota memiliki SR>=90%
Penanggulangan TBC Resistan Obat
Tahun 2017
• 15 % dari estimasi insiden TB RR/MDR (4848 dari
32,000 kasus)
• 44 % dari estimasi kasus TB RR/MDR dari yang
semua kasus TB yang dilaporkan (4848 dari 11,000
kasus)
Walaupun penemuan kasus TB MDR meningkattiap tahunnya tetapi masih rendah dibandingkandengan jumlah kasus yang diperkirakan
37% pasienbelum memulaipengobatan:- Under
reporting- Meninggal- Menolak
diobati
• Pelayanan TB RO di 360 RS dan Balkes
• Penerapan pengobatanTB RO jangka pendek (9 bulan) dan penggunaanobat baru
• Desentralisasi layanansampai ke tingkatpuskesmas
• Dukungan psikososial(pendampingan pasiendan pemeberianenabler)
• Penanganan efeksamping melaluirujukan berjenjang
Penemuan Kasus TBC RO Tahun 2009 – 2017
PENANGGULANGAN STUNTING
Pokok Bahasan Diskusi Kelompok
• Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Stunting
• Intervensi spesifik Gizi, Kesga, Kesling dan Promkes
• Intervensi sensitif
Proses Diskusi:
1. Peserta diskusi mengidentifikasi penyebab masalah stunting di daerah masing-masing
2. Identifikasi kegiatan spesifik penanggulangan stunting puskesmas, kabupaten/kota dan
Provinsi melalui entri point PIS-PK
3. Integrasi Kegiatan Sensitif Gizi Lintas Sektor melalui entri point Germas Hidup Sehat.
ACEH (23 Kab/Kota)• R (0); M (5)• T (14) ; ST (4)
PETA PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN, PER PROVINSI(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
SUMBAR (19 Kab/Kota)• R (0); M (10)• T (8) ; ST (1)
JAMBI (11 Kab/Kota)• R (1); M (8)• T (2); ST (0)
SUMATERA UTARA (33 Kab/Kota)• R (1); M (14)• T (13); ST (5)
RIAU (12 Kab/Kota)• R (0); M (7)• T (5); ST (0)
KEP. RIAU (7 Kab/Kota)• R (3); M (3)• T (1); ST (0)
SUMSEL (17 Kab/Kota)• R (5); M (10)• T (2); ST (0)
BENGKULU (10 Kab/Kota)• R (0); M (5)• T (5); ST (0)
LAMPUNG (15 Kab/Kota)• R (0); M (6)• T (9); ST (0)
KEP. BABEL (7 Kab/Kota)• R (0); M (6)• T (1); ST (0)
BANTEN (8 Kab/Kota)• R (0); M (4)• T (4); ST (0)
DKI JAKARTA (6 Kab/Kota)• R (1); M (5)• T (0); ST (0)
PAPUA (29 Kab/Kota)• R (1); M (9)• T (14); ST (5)
PAPUA BARAT (13 Kab/Kota)• R (0); M (3)• T (9); ST 1()
MALUKU 11( Kab/Kota)• R (0); M (3)• T (7); ST (1)
SULTENG (13 Kab/Kota)• R (0); M (0)• T (12); ST (1)
JABAR(27 Kab/Kota)• R (2); M (16)• T (8); ST (1)
JATENG (35 Kab/Kota)• R (0); M (21)• T (14); ST (0)
DIY (5 Kab/Kota)• R (1); M (4)• T (0); ST (0)
JATIM (38 Kab/Kota)• R (6); M (21)• T (9); ST (2)
BALI ( 9Kab/Kota)• R (4); M (5)• T (0); ST (0)
NTB (10 Kab/Kota)• R (0); M (0)• T (9); ST (1)
NTT (22 Kab/Kota)• R (0); M (3)• T (8); ST (11)
SULSEL (24 Kab/Kota)• R (0); M (2)• T (15); ST (7)
SULTRA (1 Kab/Kota)• R (0); M (3)• T (9); ST (5)
SULUT 15( Kab/Kota)• R (1); M (6)• T (7); ST (1)
GORONTALO (6 Kab/Kota)• R (0); M (2)• T (4); ST (0)
MALUKU UTARA (10 Kab/Kota)• R (3); M (5)• T (2); ST (0)
SULBAR(6 Kab/Kota)• R (0); M (0)• T (4); ST (2)
KALBAR (14 Kab/Kota)• R (0); M (1)• T (9); ST (4)
KALTENG (14 Kab/Kota)• R (0); M (1)• T (8); ST (5)
KALTARA (5 Kab/Kota)• R (0); M (1)• T (3); ST (1)
KALSEL (13 Kab/Kota)• R (1); M (2)• T (7); ST (3)
KALTIM (10 Kab/Kota)• R (0); M (1)• T (9); ST (0)
Masalah kesehatan masyarakat (WHO 2010) terbagi menjadi:• Rendah (R), prev <20%• Medium (M), prev berada diantara 20-
29%• Tinggi (T), prev berada diantara 30-39%• Sangat Tinggi (ST), prev ≥40%
13
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi DimensiIntervensi paling menentukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
*PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini
**Komoditas makanan di Jakarta 94% lebih
mahal dibanding dengan di New Delhi, India.
Buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal
dari di Singapura.
Sumber: RISKESDAS 2013, SDKI 2012,
SUSENAS berbagai tahun
Sumber: Kemenkes dan Bank Dunia (2017)
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik
• Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
• 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
• 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care,
Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
• 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD*
• 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
• Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
• Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
3. Kurangnya akses ke makanan begizi**
• 1 dari 3 ibu hamil anemia
• Makanan bergizi mahal
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
• 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
• 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses
ke air minum bersih
14
RENCANA AKSI DAERAH MULTI
SEKTOR PENANGGULANGAN STUNTING
Pendidikan
Kesehatandan Gizi
PenguatanSurveilansKesehatan,
Gizi, & Pangan
Pelayanankesehatan
dasar, Pemberia
nSuplementasi Gizi
Penyediaan Air bersihdan
Sanitasi
Peningkatan AksesPangan
KERANGKA RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN STUNTING
4
5
1
2
3
▪ Sosialisasi, orientasi danadvokasi surveilans kesehatan, gizi, dan pangan
▪ Pemantauan pertumbuhandi Posyandu
▪ Pemeriksaan Kehamilan, persalinan nakes▪ Imunisasi dasar lengkap▪ Tablet Tambah Darah bagi Ibu
Hamil & Remaja Putri• Vitamin A bagi Ibu Nifas, Anak 6-11
bln, dan Anak 11-59 bln• PMT bagi Balita Kurus & Bumil KEK• Pemberian Obat Cacing bagi Balita, obat diare (zink)
KEMENKES,Kemen PU PR
▪ Penyediaan sarana & prasarana STBM sanitarian kit, kit kesling, cetakan jamban)
• Pembangunan SPAM di kawasan MBR• Pembangunan IPAL kawasan, IPLT,
TPA/TPS, sarana SANIMAS, drainase
Kementan, BPOM, Kemen KKP
▪ Pemanfaatan pekarangan/ KRPLDesa Mandiri Pangan
• Optimalisasi Reproduksi Hewan• Desa Pangan Aman• Pemasaran Hasil Kelautan & Perikanan
▪ Kelas Ibu Hamil▪ Penyelenggaraan PAUD▪ Kelas Parenting▪ Pelatihan Guru dan Tenaga Kependidikan▪ Bina Keluarga Baduta▪ Bina Keluarga Remaja▪ KIE Gizi
KEMENKES,Kemendikbud, BKKBN,Kemen PPPA,Kemendes
KEMENKES
KEMENKES
Kementan
Mekanisme DiskusiKelompok
15
Penyelamatan 1000 HPK
MasalahStunting
IdentifikasiFaktor
Penyebab
Identifikasi Kegiatan• Spesifik Gizi, Kesga, Kesling,
Kesjaor, Promkes
Rencana Aksi Daerah• Puskesmas• Kab/Kota• Provinsi
?
KESGA:- ANC (K4)- Pel.
Neonatal (KN1)
- Kelas IbuHamil
GIZI:- Pemantauan
Pertumbuhan- PMBA (IMD, ASI E, MP-
ASI)- TTD Bumil- PMT Bumil dan balita- Pemberian Kapsul Vit.A- Promosi garam
beriodum
KESLING:- STBM- Jamban
Sehat
PROMKES:- PHBS- Germas- PPM
KESJAOR:- GP2SP
PILIHAN DAERAH:
?
?
Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:1. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil
untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.
2. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.3. Mengatasi kekurangan iodium.4. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.5. Melindungi ibu hamil dari Malaria.
IIbu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:1. Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI
jolong/colostrum).2. Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23
bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI.2. Menyediakan obat cacing.3. Menyediakan suplementasi zink.4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.5. Memberikan perlindungan terhadap malaria.6. Memberikan imunisasi lengkap.7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Kegiatan Pra 1000 HPKRemaja : TTD Rematri, Konseling kesehatanPranikah, Program Gizi Anak Sekolah (Progras),Transformasi UKS
GERMAS HIDUP SEHATKonsumsi sayur, buah dan ikan
Sanitasi dan Air BersihPMT balita & Bumil Berbasis pangan Lokal
Pendampingan Posyandu----
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING
16
I. Intervensi Ibu Hamil:
1. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk
mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.
2. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
3. Mengatasi kekurangan iodium.
4. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
5. Melindungi ibu hamil dari Malaria.
II. Intervensi Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
1. Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI
jolong/colostrum).
2. Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
III. Intervensi Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23
bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI.
2. Menyediakan obat cacing.
3. Menyediakan suplementasi zink.
4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria.
6. Memberikan imunisasi lengkap.
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
INTERVENSI SPESIFIK
1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan
Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi,
serta Gizi pada Remaja.
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga
Miskin.
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
INTERVENSI SENSITIF
RENCANA AKSI DAERAH (RAD) DAN INSTRUMEN MONITORING DAN
EVALUASI RAD DALAM PENINGKATAN CAKUPAN DAN MUTU IMUNISASI
LATAR BELAKANG
EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM IMUNISASI
TAHUN 2015-2017
No Indikator
2015 2016 2017 2018 2019
Target # % Target # % Target # % Target Target
1
% Kab/Kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap (RPJMN)
75 66 88 80 80,4 100,5 85 85,4 100,5 90 95
2
% anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap (Renstra)
91 86,9 95,5 91,5 91,6 100,1 92 92,04 100 92,5 93
3
% anak usia 12-24 bulan mendapat imunisasiDPT-HB-Hib lanjutan (Renstra)
35 37,1 106 40 51 127,5 45 56,6 125,5 55 70
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) vs Kejadian KLB PD3IIndonesia, 2015-2017
2016
Nasional 91,6%
2017
Nasional 92%
2015
Nasional 86,5%
Kelengkapan danKetepatan Laporan?
<80%
80% - <91%
≥91%
1 KLB PD3I
Keterangan:
Tidak Lapor
KepadatanPenduduk?
PEMETAAN DAERAH1. Cakupan Imunisasi (IDL, Campak Baduta, BIAS Td Kelas II)2. Surveilans PD3I (KLB PD3I, Kelengkapan danKetepatan Laporan)3. Kepadatan penduduk
RisikoTinggi
RisikoSedang
RisikoRendah
RAD RAD RAD
MONEV
MONEV
MONEV
Kerangka Konsep
Tools Pemetaan Daerah Berisiko
Rencana Aksi Daerah
Top Related