PENGAMALAN AGAMA ANAK DEPRIVASI PARENTAL
(Studi Kasus Pendampingan Anak Asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu Sarjana Sosial Islam
Oleh: YULI SETYANINGSIH
05220012
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2009
MOTTO
Ÿω uρ (#θãΖÎγ s? Ÿω uρ (#θçΡ t“øtrB ãΝçFΡr& uρ tβ öθ n=ôã F{$# βÎ) Ο çGΨä. t⎦⎫ ÏΖÏΒ÷σ •Β
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
(Ali Imran, 3: 139)1
∗ Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro, 2002), hlm 67
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan Untuk
1. Ayahanda dan Ibunda Tercinta 2. Suamiku Tersayang 3. Keluarga besar yang ada di rumah dan di luar kota 4. Almamaterku Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
KATA PENGANTAR
بســم اهللا الرحمـن الرحـيـم
الحـمد هللا رب العالـمـين وبه نستعين عـلى امورالدنيا والدين، أشـهـد ان الإله إالاهللا
صل عـلى سـيدنا محمد وحده الشـريك له وأشـهد أن محمدا عـبده ورسوله، اللـهم
.وعـلى آله وصحـبه ومن تـبعـهم بإحسـان إلى يوم الدين، أما بعد Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayahnya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad Saw. sebagai uswatun hasanah bagi umat manusia,
keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnahnya.
Tanpa disadari dan tidak bisa dipungkiri, bahwa selama proses
penyusunan ini telah banyak pihak yang dengan ikhlas membantu, baik
masukan dan saran serta dorongan, bimbingan dan kerjasamanya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segenap rasa hormat dan kerendahan hati penulis
menghaturkan Jazakumullahu khairan katsiran kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Bahri Ghazali, M.A, selaku Dekan Fakultas
Dakwah yang telah menyediakan sarana dan prasarana sehingga
penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Bapak Nailul Falah, S.Ag., M.Si, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga atas arahan dan
kemudahan selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Muhsin Kalida, S.Ag., M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, sumbangan pemikiran, pengarahan dan
meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Slamet, S.Ag., M.Si, selaku Penasehat Akademik yang senantiasa
memberi nasehat dan motivasi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan segenap karyawan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, bantuan dan pelayanan administrasi.
6. Pimpinan dan seluruh staff UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta atas perhatian dan pelayanan yang diberikan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah mengukir jiwaku dengan cinta
kasih dengan do’a dan tetesan air mata demi tercapai masa depan anak-
anaknya.
8. Suamiku, Qomaruzzaman yang selalu mendampingi, memotivasi dan
mendo’akanku sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman pengurus dan Alumni UKM KORDISKA yang telah
membantu memberikan informasi, pengalaman dan bertukar wacana dalam
berorganisasi.
10. Teman-teman jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2005 yang
telah banyak memberikan motivasi dan pengalaman yang berharga ketika
penyusun berkumpul, bercanda dan berdiskusi.
11. Teman-teman IMAKTA (Ikatan Mahasiswa Kebumen Yogyakarta).
12. Semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga teguran, tawasha bil haq, bantuan berbagai pihak tersebut
dapat dicatat sebagai kebaikan dan memperoleh balasan yang lebih besar dari
Allah azza wa jalla. Amiiiin… ya robbal ‘alamin.
Yogyakarta, 24 Jumadal Ula 1430 H 20 Mei 2009 M
Penulis
Yuli Setyaningsih 05220012
ABSTRAK
Pengamalan agama pada anak yang dibesarkan di keluarga yang mengalami disfungsi mempunyai resiko lebih besar dalam perkembangan jiwa agamanya. Minat dalam melakukan ibadah pada anak deprivasi parental cenderung berperilaku menyimpang, bersikap nakal dan tidak percaya diri sehingga berpengaruh pada aktivitas keagamaan mereka sehari-hari. Berdasarkan kenyataan ini, maka lingkungan keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian anak dan perkembangan agama yang ditanamkan sejak dini.
Anak deprivasi parental adalah kondisi anak yang tidak mempunyai orang tua atau salah satu orang tua meninggal dan meskipun kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak berperan dalam proses tumbuh kembangnya. Mereka kehilangan hak untuk dibina, dibimbing, diberikan kasih sayang dan perhatian. Dengan keberadaan anak deprivasi parental, sangat membutuhkan dukungan dalam beragama untuk masa depannya. Maka bidang anak asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga memberikan bantuan kepada mereka berupa dorongan spiritual, moral dan materiil. Dengan demikian, penulis merasa tertarik untuk meneliti pengamalan agama pada anak deprivasi parental, agar mereka terbangun minat belajar dan berperilaku keagamaan dengan baik.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, sehingga pengumpulan data menggunakan metode melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan metode analisis secara kritis tentang pengamalan shalat, puasa dan mengaji al-Qur’an dan semangat anak dalam beribadah pada anak deprivasi parental di bidang pendampingan anak asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga serta untuk mengetahui faktor pendukung serta faktor penghambat anak dalam aktivitas keagamaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengamalkan ibadah shalat, puasa dan mengaji al-Qur’an dengan baik walaupun keadaan keluarga yang tidak mempunyai ayah, tapi mereka tetap semangat dalam menjalankan aktivitas keagamaan dan diharapkan dapat menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Motivasi mereka untuk taat beragama yaitu, pertama karena kesadaran diri sendiri (motif intrinsik). Kedua, karena disuruh oleh orang tua atau orang lain dan lingkungan (motif ekstrinsik). Selain itu, faktor yang mendukung dan menghambatnya dapat dilihat dari faktor diri sendiri dan dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
Kata Kunci : Pengamalan Agama dan Anak Deprivasi Parental.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……...………..…………………... ii
NOTA DINAS PEMBIMBING………………………….……………...... iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………...... vii
ABSTRAK…………………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….... x
DAFTAR TABEL………………………………………………………..... xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………...………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Penegasan Judul………………. ……………………………........ 1
B. Latar Belakang Masalah…….. ……………………................ 4
C. Rumusan Masalah…………………...………………………. 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………… …………............. 8
E. Telaah Pustaka…...………………………………………... 9
F. Kerangka Teoritik…………………………………………. 11
1. Tinjauan Tentang Pengamalan Agama……………………… 11
2. Tinjauan Tentang Anak Deprivasi Parental………………..... 19
3. Motif Pengamalan Agama Anak Deprivasi Parental……… 23
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengamalan Agama Anak
Deprivasi Parental…………………………………………..
25
G. Metode Penelitian…………………………………………......... 29
H. Sistematika Pembahasan……………………………………….. 33
BAB II Gambaran Umum UKM KORDISKA dan Bidang Anak Asuh. 36
A. Sejarah KORDISKA……………………………………...……... 36
B. Maksud dan Tujuan KORDISKA ……..………………………... 37
C. Peran KORDISKA………………………………………………. 39
D. Bidang Gerak KORDISKA……………………………………… 39
E. Struktur Organisasi KORDISKA……...………………………… 43
F. Profil Anak Asuh KORDISKA………………………………...... 47
G. Data Anak Deprivasi Parental KORDISKA……………………. 50
H. Program Kerja Bidang Anak Asuh…………………………......... 52
BAB III Pengamalan Shalat, Puasa dan Mengaji Al-Qur’an Anak
Deprivasi Parental.........................................................................
60
A. Gambaran Umum Tiga Anak………………..………………… 61
B. Pengamalan Shalat Anak Deprivasi Parental dan Motif yang
Melatarbelakanginya…………………………………………...
65
C. Pengamalan Puasa Anak Deprivasi Parental dan Motif yang
Melatarbelakanginya …………………………………………..
69
D. Pengamalan Mengaji Al-Qur’an Anak Deprivasi Parental dan
Motif yang Melatarbelakanginya ……………………………...
73
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengamalan Agama Anak
Deprivasi Parental……………………………………………….
77
BAB IV PENUTUP……………………………………………………....... 80
A. Kesimpulan …………………………………………………… 80
B. Saran ………………………………………………………….. 81
C. Penutup……………………………………………………........ 82
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 80
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………. 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………... 82
DAFTAR TABEL
Tabel I : Daftar Anak Asuh KORDISKA…………………………………. 49
Tabel II : Daftar Anak Deprivasi Parental………………………………… 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara
Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 3 : Penetapan Pembimbing
Lampiran 4 : Kartu Konsultasi
Lampiran 5 : Persetujuan Proposal Skripsi
Lampiran 6 : Bukti Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 7 : Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 : Sertifikat KKN
Lampiran 10 : Sertifikat PPL
Lampiran 11 : Sertifikat Toefl
Lampiran 12 : Sertifikat Toafl
Lampiran 13 : Sertifikat Komputer
Lampiran 14 : Sertifikat Lain-lain
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk memperjelas dan menghindari kemungkinan terjadi salah
pemahaman dan pengertian tentang skripsi yang berjudul : “Pengamalan
Agama Anak Deprivasi Parental (Studi Kasus Pendampingan Anak Asuh
KORDISKA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)”, maka penting kiranya
penulis memberikan batasan dan penegasan dari judul tersebut, sehingga
maksud yang terkandung dalam judul di atas dapat dipahami dengan jelas.
1. Pengamalan Agama
Pengamalan berasal dari kata “amal” yang berarti perbuatan atau
pekerjaan, mendapat imbuhan pe-an yang mempunyai arti hal atau
perbuatan yang diamalkan.1
Pengamalan adalah 1. proses (perbuatan) atau melaksanakan, 2.
proses (perbuatan) menunaikan ( kewajiban tugas).2
Menurut Glock dan Stark ada lima macam dimensi keberagamaan yaitu keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual).3
Pengamalan diartikan juga ibadah (ritus), ibadah (ritus) adalah
bagian dari tingkah laku : seperti memakai pakaian khusus, mengorbankan
1 WJS Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985),
hlm 33. 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pustaka, 1976), hlm 25. 3 Jamaluddin Ancok, Fuad Nashori, Psikologi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994),
hlm 77.
nyawa dan harta, mengucapkan ucapan-ucapan formal tertentu, bersemedi
(mengheningkan cipta), berdo’a (bersembahyang), memuja, mengadakan
pesta, berpuasa, menari, berteriak, mencuci dan membaca.4
Sedangkan pengertian agama sebagai agama Islam, agama adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan kepada masyarakat manusia
melalui Nabi SAW sebagai Rasul.5
Jadi pengamalan agama adalah proses (perbuatan) melaksanakan
atau menunaikan kewajiban yang berupa pengamalan ajaran agama Islam
yang dibawa Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul.
Dalam judul skripsi ini penulis akan membatasi pembahasan yaitu
pengamalan agama ditinjau dari dimensi ritualistik, dimensi ekperiensial
dan dimensi intelektual, yaitu pengamalan sholat, pengalaman puasa dan
pengamalan mengaji al-Qur’an.
2. Anak Deprivasi Parental
Anak merupakan pemberian Allah yang diamanatkan kepada orang
tua yang membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang dan
perhatian agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Anak merupakan
individu yang belum dewasa yang masih membutuhkan didikan dan
bimbingan oleh orang yang lebih dewasa (orang tuanya, guru dan orang
yang lebih dewasa yang ada disekitarnya).6
4 Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat Penganut Sosiologi Agama, (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, 1994), hlm 4. 5 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta : UI Press, 1979), hlm.
24. 6 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 2002), hlm 56.
Anak juga mempunyai arti, masa dalam periode dari berakhirnya
masa bayi (3 tahun) hingga menjelang masa pubertas (12 tahun).7
Pada Konvensi Hak Anak di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB),
yang dimaksud anak dalam konvensi ini adalah setiap orang yang berusia
di bawah 18 (delapan belas) tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang
yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.8
Untuk mempersempit pembahasan, anak yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah anak yang sedang mengalami masa kanak-kanak awal
dan akhir yaitu anak usia 3-12 tahun.9
Deprivation, secara umum menunjuk pada kondisi hilangnya atau
tercabutnya sesuatu yang pernah dimiliki seseorang, kecacatan anggota
tubuh tipe deprivasi, misalnya dapat menimbulkan frustasi dan
kekecewaan yang mendalam, dan berjangka panjang daripada kecacatan
bawaan secara khusus, dalam hal kebutuhan atau gagal mengalami
pemuasan kebutuhan.10
Anak deprivasi parental adalah ketidakadaan atau ketidakhadiran
orang tua dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak. Deprivasi
parental ini dapat disebabkan oleh salah satu atau kedua orang tuanya
meninggal dunia atau meskipun kedua orang tuanya masih hidup, namun
sering ‘absen’ sehingga seorang anak dalam proses tumbuh kembangnya
7 Mursal dkk, Kamus Ilmu Jiwa Pendidikan, (Bandung: Al Ma’aruf, 1997), hlm 17. 8 Muhsin Kalida, Sahabatku Anak Jalanan, (Yogyakarta: Pustaka Alief, 2005), hlm 17. 9 Sarlito Wirawan, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm 37. 10 Andi Mappiare A.T, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm 84.
kehilangan hak untuk dibina, dibimbing diberikan kasih sayang, perhatian
dan lain sebagainya.11
3. KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
Korps Dakwah Islamiyyah Sunan Kalijaga (KORDISKA)
merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Ada beberapa bidang di KORDISKA, salah satunya
adalah bidang anak asuh yang bergerak untuk membantu dan mendukung
anak deprivasi parental, berupa pendampingan, bimbingan dan diarahkan
sesuai dengan nilai-nilai agama.
Berdasarkan penjelasan istilah di atas, yang dimaksud dari judul
skripsi “Pengamalan Agama Anak Deprivasi Parental (Studi Kasus
Pendampingan Anak Asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta)” adalah penelitian tentang pengamalan agama anak
deprivasi parental yang diasuh oleh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Karena keterbatasan tenaga, waktu dan dana, maka penulis
membatasi pada pengamalan shalat, puasa dan mengaji al-Qur’an pada
anak deprivasi parental.
B. Latar Belakang Masalah
Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber daya manusia yang sangat potensial bagi
pembangunan nasional. Dalam rangka tersedianya sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan
11 Andi Hakim Nasution dkk, Pembinaan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja
(Ciputat: Logos, 2002), hlm 72.
bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan
bimbingan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental, sosial serta perlindungan dari segala
kemungkinan yang membahayakan anak di masa mendatang.
Allah adalah Dzat yang baik dan manusia diciptakan dalam keadaan
yang baik, namun perkembangan selanjutnya ditentukan oleh manusia sendiri.
Fitrah agama yang diberikan pada manusia yaitu mempercayai dan mengakui
Allah SWT sebagai Tuhannya, sesuai dengan firman Allah Surat Al-A’raf ayat
172 sebagai berikut :
øŒÎ)uρ x‹s{r& y7 •/u‘ .⎯ÏΒ û© Í_t/ tΠyŠ#u™ ⎯ÏΒ óΟÏδ Í‘θßγ àß öΝåκtJ −ƒ Íh‘ èŒ öΝèδ y‰pκô− r&uρ #’n?tã öΝÍκŦ àΡr& àM ó¡s9r& öΝä3În/tÎ/ (
(#θ ä9$ s% 4’n?t/ ¡ !$ tΡô‰Îγ x© ¡ χ r& (#θ ä9θ à)s? tΠöθ tƒ Ïπyϑ≈ uŠÉ)ø9$# $ ¯ΡÎ) $ ¨Ζà2 ô⎯tã #x‹≈ yδ t⎦,Î#Ï≈ xî ∩⊇∠⊄∪
Artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".12
Dan untuk menentukan jalan hidupnya, Allah memberikan kebebasan
pada manusia. Jika manusia memilih jalan mentaati segala peraturan yang
diajarkan melalui utusan Nabi maka akan menerima balasan baik yaitu
kebahagiaan hidup di sunia dan akhirat. Tapi sebaliknya jika manusia
12 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2006), hlm 173.
mengingkari atau meninggalkan syari’at-Nya maka manusia akan menerima
balasan buruk sesuai perbuatannya.
Seiring perjalanan hidup yang diiringi oleh faktor internal (kondisi
fisik, psikis dan moralitas anggota keluarga) dan faktor eksternal (pengaruh
sosial-budaya), maka setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam.
Ada keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya (fungsional-
moral) tetapi ada juga keluarga yang mengalami keretakan dan
ketidakharmonisan (disfungsional).
Bila salah satu atau kedua orang tua meninggal, terjadinya perceraian
orang tua dan hubungan orang tua tidak baik serta orang tua yang mempunyai
kelainan akan mempengaruhi tumbuh kembangnya seorang anak. Ayah
sebagai pencari nafkah demikian pula seorang Ibu sebagai sumber kasih
sayang yang paling murni. Bila faktor tersebut terjadi, jelas akan
menimbulkan kegoncangan pada anak.13
Begitu juga bila orang tua terlalu sibuk di luar rumah atau ada di
rumah namun disibukkan dengan urusan sendiri, lebih-lebih bila mereka
mempunyai semboyan bahwa hidup itu untuk bekerja dan bukan bekerja untuk
hidup, sehingga seluruh waktunya digunakan untuk mencari uang. Akibatnya
anak akan hidup gersang tanpa kasih sayang.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi
mempunyai resiko yang lebih besar dalam perkembangan jiwanya
13 Dadang Hawari, Al- Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:
PT Dana Bakti Prima Yasa, 2004), hlm 747.
(berkepribadian anti sosial), daripada anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang harmonis dan utuh (sakinah).14
Dalam era globalisasi dan multikulturalisme ini, perubahan-perubahan
sosial berkembang begitu cepat, terjadinya pergeseran nilai-nilai moral dan
agama juga cukup dahsyat. Berdasarkan kenyataan ini, maka lingkungan
keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter anak.
Disamping itu, perlu juga adanya penyadaran yang benar pada anak akan
peranan orang tua pada usia awal dalam kehidupannya, sehingga menjadi anak
berakhlakul karimah.
Bidang Anak Asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang bergerak dalam bidang pendampingan anak, terutama dari keluarga
kalangan kurang mampu baik dari segi ekonomi maupun pendidikan umum
dan agama. Mereka diasuh dan dibina dengan diberikan bimbingan belajar
secara intens, agar terbangun minat belajar dan berperilaku keagamaan yang
baik.
Dengan keberadaan anak deprivasi parental, sangat membutuhkan
dukungan dalam beragama untuk masa depannya, maka bidang Anak Asuh
KORDISKA UIN Sunan Kalijaga merasa terpanggil untuk membimbing dan
memberi bantuan kepada mereka sehingga terhindar dari perbuatan anti-sosial
yang disebabkan faktor keluarga.
Bertolak dari pengamatan sementara dari latar belakang diatas, maka
penulis merasa tertarik mengadakan penelitian tentang pengamalan agama
14 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm 44.
anak deprivasi parental di Anak Asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengamalan agama anak deprivasi parental ?
2. Motif apa saja yang melatarbelakangi pengamalan agama anak deprivasi
parental ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pengamalan
agama anak deprivasi parental ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi pokok masalah diatas, maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan, menerangkan dan
menjelaskan:
a. Pengamalan agama anak deprivasi parental.
b. Motif yang melatarbelakangi pengamalan agama anak deprivasi
parental.
c. Faktor pendukung dan penghambat pengamalan agama anak deprivasi
parental.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
dapat diharapkan memenuhi beberapa hal, yaitu:
a. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pengamalan agama
anak deprivasi parental.
b. Penelitian ini sebagai sumber pemikiran untuk meningkatkan dan
mengembangkan pengkajian dalam disiplin Ilmu Dakwah, khususnya
di bidang Bimbingan dan Konseling Islam.
c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
yang berharga bagi Bidang Anak Asuh KORDISKA dalam hal
keagamaan.
E. Telaah Pustaka
Setelah dilakukan observasi melalui penelaahan secara khusus, terkait
dengan pengamalan agama anak deprivasi parental belum ada yang meneliti
secara detail, baik karya yang berbentuk buku maupun karya yang berbentuk
skripsi atau karya ilmiah lainnya. Adapun beberapa karya tulis yang hampir
memiliki kesamaan dalam penelitian ini, yaitu:
Skripsi karya Siti Fatimah, mahasiswi jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan
judul “Pengamalan Agama Islam Pada Anak di Dusun Papringan Ngentak
Sapen Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta” (2001).15 Fokus skripsi ini
membahas pengamalan agama Islam anak usia 6-12 tahun atau usia TK
(Taman Kanak-kanak) dan SD (Sekolah Dasar) serta faktor yang
mempengaruhinya di Dusun Papringan Ngentak Sapen Caturtunggal Sleman
Yogyakarta.
15 Siti Fatimah (93221528). Pengamalan Agama Islam Pada Anak di Dusun Papringan Ngentak Sapen Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta, Skripsi yang diajukan pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Yogyakarta : Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2001).
Skripsi karya Annisa Kurnia Wardani, mahasiswi jurusan
Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga dengan judul
“Urgensi Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Dini (Studi
Kasus di Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada Yogyakarta” (2008).16
Pembahasan dalam skripsi ini tentang urgensi dan metode yang digunakan
dalam penenman nilai-nilai keagamaan pada anak usia dini di Taman Kanak-
kanak Masjid Syuhada Yogyakarta.
Sedangkan buku yang menjadi acuan penulis adalah Pengalaman dan
Motivasi Beragama karangan Nico Syukur Dister Ofm,. Buku ini merupakan
acuan dasar atas kajian tentang psikologi agama mempelajari tentang
pengalaman beragama, motivasi orang melakukan agama dan teori-teori dasar
yang dilahirkan oleh tokoh-tokoh psikologi agama dalam hubungannya
dengan kontribusi bagi perkembangan psikologi agama.
Dari beberapa karya ilmiah maupun buku diatas belum ada penelitian
tentang bagaimana pengamalan agama anak dan motivasi dalam perilaku
agama anak deprivasi parental terutama pengamalan shalat, puasa dan
mengaji al-Qur’an di Anak Asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Selain itu, untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambatnya.
16 Annisa Kurnia Wardani (03470554). Urgensi Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pada
Anak Usia Dini (Studi Kasus di Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada’ Yogyakarta. Skripsi yang diajukan pada Jurusan Kependudukna Islam, (Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008).
F. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan Tentang Pengamalan Agama
a. Tinjauan tentang Pengamalan (Ibadah)
Ibadah berarti pengabdian. Dalam agama Islam ibadah hanya
diperuntukkan bagi Tuhan semata-mata. Ibadah merupakan tujuan
penciptaan manusia sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat
Adz-Dzariyat ayat 56 sebagai berikut :
$tΒuρ àM ø) n=yz £⎯ Åg ø:$# }§ΡM}$# uρ ωÎ) Èβρ߉ç7 ÷èu‹ Ï9 ∩∈∉∪
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.17
Dalam pengertian ibadah dan hakikatnya, bahwa ibadah
disyaratkan dari dua perkara, yaitu :
1) Mengerjakan setiap perkara yang disyariatkan Allah dan mengikuti
apa yang diserukan oleh RasulNya, meliputi segala perintah dan
laranganNya yang dihalalkan dan yang diharamkan. Inilah
perkara yang mendekati unsur taat dan tunduk kepada Allah.
2) Mengeluarkan ketetapan ini (yang disyariatkan) dari hati untuk
mencintai Allah Ta’ala praktis dalam keberadaan dirinya tiada
seorang pun yang lebih patut dicintai selain Allah saja. Dia adalah
dzat yang mempunyai Al-Fadlil (anugrah) dan Al Ihsan
(kebaikan) yang menciptakan manusia. Dia diciptakan untuk
17 Depag RI, Op Cit, hlm 523.
manusia, segala sesuatu yang ada di bumi, padanya dicukupkan
segala kenikmatan, baik yang lahir maupun yang batin. Dia
menciptakan manusia sebaik-baik ciptaan dan memberinya rupa
sebaik-baik rupa, manusia diberikan kemuliaan dan anugrah
melebihi kemuliaan dan anugrah yang diberikan pada makhluk
Tuhan yang lain.
b. Tinjauan tentang Agama
Agama berasal dari bahasa sansekerta (sancrite) yaitu dari kata
a (tidak) dan gam (kucar-kacir) yang berarti bahwa orang beragama
cenderung hidupnya terarah atau tidak kucar-kacir, dengan istilah lain
selaras dan sejalan. Dalam bahasa Arab terdapat istilah yang
mempunyai arti sesuai dengan makna agama yakni al-Din, atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion yang artinya hampir
sama dengan al-Din yakni hukum, aturan, hari pembalasan dan
kepatuhan.18
Agama merupakan petunjuk Allah yang terpenting dalam
bentuk kaidah perundang-perundangan yang ditunjukan kepada orang-
orang yang berakal budi agar mereka mampu berusaha di jalan yang
benar dalam rangka memperoleh kebahagian hidup di dunia dan di
akhirat.19
Dalam pandangan Sigmund Freud yang dikutip oleh Jalaluddin
18 Bahri Ghazali, Agama Masyarakat : Pengenalan Sejarah Agama-Agama, (Yogyakarta :
Pustaka Fahima, 2005), hlm 13. 19 M Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993),
hlm 267.
Rahmat dalam bukunya Psikologi Agama, keberagamaan dimaknai
sebagai sesuatu sikap mirip dengan "neurosis obsesional" yang
menjangkiti orang beragama. Agama, menurut Freud adalah suatu ilusi
yang sengaja diciptakan manusia dalam rangka mengatasi berbagai
macam problem psikologis yang menyedihkan, seperti rasa frustrasi,
depresi, narsisme atau rasa bersalah yang dihadapi manusia.20
Menurut Mahmud Syaltut yang penyusun kutip dari Quraisy
Shihab, menyatakan bahwa agama adalah ketetapan Illahi yang
diwahyukan kepada Nabi untuk menjadi pedoman hidup manusia.21
Senantiasa membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna,
meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tidak dapat
dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-
masalah kehidupan sehari-hari di dunia.22
Allah menciptakan manusia itu membawa fitrah ketauhidan
yakni mengetahui Allah Yang Maha Esa, mengakui dirinya sebagai
ciptaan-Nya, yang harus tunduk dan patuh pada ketentuan dan
petunjuk-Nya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-
Ruum ayat 30, sebagai berikut:
óΟÏ% r'sù y7 yγ ô_ uρ È⎦⎪ Ïe$# Ï9 $ Z‹ÏΖym 4 |NtôÜÏù «!$# © ÉL ©9$# tsÜsù }¨$ ¨Ζ9$# $ pκö n= tæ 4 Ÿω Ÿ≅ƒ ωö7s? È,ù= y⇐Ï9
«!$# 4 š Ï9≡sŒ Ú⎥⎪ Ïe$! $# ÞΟÍhŠs)ø9$# ∅ Å3≈ s9uρ usYò2 r& Ĩ$ ¨Ζ9$# Ÿω tβθßϑ n= ôè tƒ ∩⊂⊃∪
20 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama, (Yogyakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hlm
41. 21 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta : Mizan, 1992), hlm 209. 22 Jalaluddin Rahmat, Op Cit, hlm 65.
Artinya : ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.23
Ajaran ijtihad dalam Islam menjadi suatu bukti bahwa Islam
mendorong pemikiran bebas dan pengembangan ilmu bagi manusia
dengan dasar dan tujuan yang jelas, karena agama merupakan asas
motivasi dan tujuan hakiki bagi kehidupan manusia. Terlepasnya
agama akan memberikan kehidupan yang pincang, artinya terancam
kerusakan dan kehancuran.24
c. Bentuk Pengamalan Agama
Dalam syariat Islam tujuan akhir dari semua aktivitas hidup
manusia adalah pengabdian, penyerahan diri yang total terhadap
ketentuan Allah, sehingga terwujud sikap dan perilaku yang lahir dari
rasa yakin akan pengabdiannya kepada Allah. Ibadah juga motivasi,
dorongan, semangat hidup, yang bertujuan mendapat ridha Allah.
Secara garis besar, ibadah ada 2 macam yaitu:
1. Ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya,
yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan
Allah SWT, yang bersifat ritual (peribadatan), seperti shalat, zakat,
puasa dan haji.25
2. Ibadah ghairu mahdhah yaitu semua perbuatan yang mendatangkan
23 Depag RI, Op Cit, hlm 407. 24 Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung : PT Alma’arif, 1973), hlm 18. 25 A. Djazuli. Kaidah-kaidah Fikih : Kaidah-kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 114.
kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah
SWT, seperti minum, makan dan bekerja mencari nafkah.26
Dalam penelitian ini, karena faktor terbatasnya waktu, tenaga
dan dana, maka pengamalan agama anak deprivasi parental di Anak
Asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, difokuskan pada
bentuk ibadah mahdhah yaitu shalat, puasa dan ibadah ghairu
mahdhah yaitu mengaji al-Qur’an.
1) Shalat
Shalat merupakan sarana terpenting untuk menanamkan
keimanan kepada Allah dan perasaan selalu diawasi oleh-Nya.27
Shalat bagi anak merupakan bentuk latihan untuk melakukan salah
satu kewajiban muslim dengan tujuan agar terbiasa di masa yang
akan datang. Meskipun pada saat shalat, anak masih ikut-ikutan
tetapi hal tersebut merupakan suatu pembiasaan yang baik untuk
mendirikan shalat.
Sejak dini, seorang anak sudah harus dilatih ibadah shalat,
diperintahkan melakukannya dan diajarkan hal-hal yang haram dan
yang halal.28 Allah SWT berfirman dalam QS. Thaha ayat 132,
26 http://drlizaibadah.blogspot.com/2007/11/ibadah-shalat-puasa-zikir-shodaqah-haji.html,
19:52, Sabtu, 18 Desember 2008. 27 Adnan Hasan Shohih Baharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-laki, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996), hlm 105. 28 Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,
2001), hlm 126.
öãΒ ù&uρ y7 n= ÷δr& Íο 4θ n= ¢Á9$$ Î/ ÷É9 sÜô¹ $#uρ $ pκö n= tæ ( Ÿω y7 è= t↔ó¡nΣ $ ]% ø—Í‘ ( ß⎯øt ªΥ y7 è% ã—ötΡ 3 èπ t6 É)≈ yèø9$#uρ
3“ uθ ø)−G= Ï9 ∩⊇⊂⊄∪
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.29
Kalau shalat belum diwajibkan atas anak yang masih kecil
(belum baligh) mengingat mereka belum berstatus mukallaf, Islam
mewajibkan orang tua atau walinya untuk melatih dan
memerintahkan shalat pada mereka. Bersumber dari Abdullah bin
Umar r.a, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika mereka telah berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika mereka telah berusia dua belas tahun. Dan pisahkanlah mereka pada tempat tidur.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al Hakim).30
Islam menekankan kepada kaum muslim, untuk
memerintahkan anak menjalankan shalat ketika telah berusia tujuh
tahun. Hal itu dimaksudkan agar anak senang melakukan shalat dan
menjadi terbiasa sejak kecil, sehingga apabila semangat beribadah
sudah menyatu dalam jiwanya, diharapkan anak mempunyai
kepribadian dan semangat keagamaan yang tinggi.31
2) Puasa
29 Depag RI, Op Cit, hlm 321. 30 Jamaluddin Mahfuzh, Op Cit, hlm 128. 31 Ibid, hlm 128.
Puasa menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala
sesuatu” seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara
yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah
yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan
niat dan beberapa syarat.32
Dalam keadaan berpuasa, manusia bertaqarrub kepada-Nya
dengan meninggalkan apa yang diharamkan Allah dalam segala
hal, seperti dusta, kezhaliman dan pelanggaran terhadap orang lain
dalam masalah darah, harta dan kehormatan. Ibadah puasa adalah
rukun Islam yang ke empat yang diwajibkan kepada para muslim
untuk mengerjakannya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-
Qur’an Surat Al Baqarah ayat 183 sebagai berikut:
$ yγ •ƒ r'≈ tƒ t⎦⎪ Ï% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u™ |=ÏG ä. ãΝà6ø‹n= tæ ãΠ$ u‹Å_Á9$# $ yϑ x. |=ÏG ä. ’ n?tã š⎥⎪ Ï% ©!$# ⎯ÏΒ
öΝà6Î= ö7s% öΝä3ª= yè s9 tβθ à)−G s? ∩⊇∇⊂∪
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”33
Faktor yang menentukan kemampuan anak untuk belajar
berpuasa antara lain faktor keluarga, sekolah dan teman
sepermainan. Dalam keluarga, orang tua dituntut dekat dengan
32 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), hlm 220. 33 Depag RI, Op Cit, hlm 28.
anak selama berpuasa dalam rangka untuk bersabar dalam
beribadah dan menghadapi beban kehidupan.34
3) Mengaji Al-Qur’an
Dalam bentuk pengamalan agama yang berkaitan dengan
akhlak sangatlah luas yaitu terdapat pada seluruh aspek kehidupan
baik yang berhubungan dengan langsung dengan Allah maupun
terhadap sesama makhluk. Salah satunya adalah mengaji al-Qur’an.
Dengan mengajar dan melatih anak membaca al-Qur’an dan
menghayati isinya, maka keinginan untuk beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah semakin tinggi. Adapun motivasi
belajar berprestasi pada anak,35 yaitu :
a) Untuk mencapai sukses dan memperoleh pada tujuan akhir yang
dikehendaki.
b) Harapan untuk berhasil dengan maksimal.
c) Dorongan untuk mengatasi masalah hidup yang sulit secara
cepat dan tepat.
Dorongan semangat dalam membaca al-Qur’an sangat perlu
diterapkan dalam pendidikan keagamaan, Allah Ta’ala berfirman
dalam al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 9 sebagai berikut :
¨β Î) #x‹≈ yδ tβ#u™öà)ø9$# “ ωöκu‰ © ÉL ¯= Ï9 š†Ïφ ãΠuθ ø% r& çÅe³u; ムuρ t⎦⎫ÏΖÏΒ ÷σßϑ ø9$# t⎦⎪ Ï% ©!$# tβθè= yϑ ÷è tƒ
ÏM≈ys Î=≈ ¢Á9$# ¨β r& öΝçλm; #\ô_ r& #ZÎ6
x.
34 Muhammad Tholib, Dibawah Asuhan Nabi, (Yogyakarta : Hidayah Illahi, 2003), hlm 66. 35 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1983), hlm 78.
Artinya: “Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.36
Nabi Muhammad SAW bersabda:
’تعلم القران وعلمهخيرآم من Artinya: “Sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar
al-Qur’an dan mengajarkannya.”37
Apabila mulai sejak dini, anak sudah ditanamkan sikap
mental spritual yang mulia dengan nilai-nilai Qur’ani, maka peran
anak yang mempunyai kemampuan intelektual, keluhuran budi
pekerti serta kreatifitas yang islami akan menentukan dalam
mengemban tanggung jawab nasib bangsa dan agama.
2. Tinjauan Tentang Anak Deprivasi Parental
Maksud “anak” adalah anak yang hidup di lingkungan masyarakat,
ia belum mendapatkan pengakuan di sekitar lingkungan keluarga dan
masyarakat dalam mengambil keputusan, mereka masih membutuhkan
arahan dan binaan orang lain. Anak yang mengalami gangguan perilaku
sebagai anak yang secara nyata merespon lingkungan tanpa ada kepuasan
pribadi namun masih dapat diajarkan perilaku-perilaku yang dapat
diterima oleh masyarakat dan dapat memuaskan pribadinya.38
36 Depag RI, Op Cit, hlm 283. 37 Khalid bin Abdurrahman Al-‘Akk, Cara Islam Mendidik Anak, (Yogyakarta: Ad-Dawa’,
2006), hlm 236. 38 T. Sutjihati Somantri. Psikologi Anak Luar Biasa. (Bandung : PT. Refika Aditama,
2006), hlm 140.
Deprivasi parental memiliki arti hilangnya fungsi dan peran orang
tua dalam usaha membina, mendidik dan memberikan kasih sayang serta
perhatian kepada anak.39
Bila anak kehilangan peran dan fungsi ibunya, sehingga seorang
anak dalam proses tumbuh kembangnya kehilangan hak untuk dibina,
dibimbing, diberikan kasih sayang, perhatian dan sebagainya, maka anak
ini mengalami “deprivasi maternal”, bila seorang ayah yang tidak
berfungsi disebut sebagai “deprivasi paternal”, dan bila peran kedua
orang tua tidak berfungsi disebut “deprivasi parental”.40
Dalam keadaan deprivasi, anak tidak mendapat rangsang yang
cukup dari lingkungannya. Penelitian menunjukan bahwa anak dari orang
tua yang mengalami deprivasi dapat menunjukan sedikit keterlambatan
bicara, tetapi tidak berat. Bila anak kurang mendapat stimulasi tersebut,
maka kelainan bahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan
deprivasi semata-mata, tetapi juga kelainan saraf karena gizi.41
Oleh karena itu, kasih sayang dan perhatian orang tua serta anggota
keluarga yang lain sangat dibutuhkan oleh anak deprivasi parental.
Apabila hal tersebut tidak ada, anak akan mencarinya di luar rumah dan
bergabung dengan teman-temannya yang senasib. Selain untuk
memperoleh rasa aman dalam kelompoknya, dapat juga anak dengan
39 Dadang Hawari, Op Cit. hlm 212. 40 Ibid, hlm 741. 41 Mirza Maulana, Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas
dan Sehat. (Yogyakarta : Katakati, 2007), hlm 204.
sengaja melakukan perbuatan tercela dan menentang norma lingkungan
untuk memperoleh perhatian orang tuanya.42
Deprivasi parental terjadi karena adanya disfungsi keluarga,
berbagai penelitian telah dilakukan terhadap suasana rumah yang tegang,
hubungan orang tua dan anak, absennya orang tua dirumah, dan hal itu
sering menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan kenakalan pada
anak. Selama anak dalam proses tumbuh kembangnya, yang disebabkan
karena faktor keluarga yang mengalami disfungsi.
Adapun ciri disfungsi keluarga yang menyebabkan anak
mengalami deprivasi parental adalah sebagai berikut. :
1. Kematian salah satu atau kedua orang tua
Kematian orang tua merupakan psikotrauma bagi anak yang
sedang dalam proses pertumbuhan, kehilangan cinta kasih sayang
orang tua sering kali diikuti oleh berbagai kelainan pada anak,
misalnya kecemasan dan depresi. Para ahli berpendapat bahwa
kematian orang tua dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak,
yang selanjutnya anak mempunyai resiko tinggi untuk menjadi anak
nakal dan tindakan-tindakan anti sosial lainnya.
2. Kedua orang tua berpisah atau bercerai
42 T. Sutjihati Somantri. Op Cit, hlm 145.
Anak mempunyai resiko tinggi untuk menjadi anak nakal
dengan tindakan-tindakan anti sosial. Terlebih lagi kalau dalam
keluarga tersebut terjadi perceraian atau perpisahan antara ayah dan
ibu.
3. Hubungan orang tua yang tidak baik.
Suasana ketegangan di rumah mengakibatkan tingginya
prosentase perilaku menyimpang pada anak dan suasana yang hangat
diantara kedua orang tua menurunkan prosentase kenakalan pada anak.
4. Hubungan orang tua dengan anak tidak baik.43
Hubungan buruk antara orang tua dengan anak mengakibatkan
meningkatnya prosentase kenakalan pada anak baik itu anak laki-laki
ataupun anak perempuan yang ayah atau ibunya sering absen di rumah
dan tidak memperhatikan fisik maupun psikologinya.
5. Suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan.
Suasana dalam rumah tangga antara ayah, ibu dan anak tanpa
adanya kehangatan dan keakraban akan mempunyai resiko
meningkatnya kurang kasih sayang dalam keluarga.
6. Orang tua sibuk dan jarang di rumah.
Orang tua yang seringkali di luar rumah tanpa mengetahui dan
memperhatikan perkembangan anak, maka anak akan merasa tidak ada
yang memperhatikan dan mendidiknya di dalam keluarga, konsekuensi
43 Andi Hakim Nasution dkk, Op Cit, hlm 72.
pada perkembangan anak yang erat hubungannya dengan berbagai
perilaku yang menyimpang.
7. Salah satu atau kedua orang tua mempunyai kelainan kepribadian atau
gangguan kejiwaan.44
Kepribadian orang tua juga mempengaruhi perkembangan jiwa
anak, bila seorang atau kedua orang tuanya mempunyai kelainan
kepribadian, prosentase kenakalan anak akan jauh lebih tinggi daripada
kalau kedua orang tua tidak mengalami kelainan kepribadian.
3. Motif Pengamalan Agama Anak Deprivasi Parental
Menurut Nico Syukur Dister, motivasi ialah penyebab psikologi
yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan yang
dilakukan manusia.45
Pada mazhab psikologi Islam, motif utama itu adalah ibadah
kepada penciptanya, yang berarti semua tindakan menyembah secara sadar
dan atas kemauan sendiri demi untuk Tuhan dan diridhai olehNya,
termasuk yang dimaksud dengan ibadah formal.46 Adapun motif menurut
jajarannya terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Motif Ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya perangsang
dari luar, misalnya orang yang giat belajar karena diberitahu akan ada
ujian, belajar supaya orang tuanya senang dan sebagainya.
44 Syamsu Yusuf LN, Op Cit, hlm 44. 45 Nico Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Jakarta: Leppanas, 1982),
hlm 77-78. 46 Ibid, hlm 409.
2. Motif Intrinsik, yaitu motif yang berfungsi tidak memakai rangsangan
dari luar, tercipta dari individu itu sendiri. Misalnya orang yang gemar
membaca tidak ada orang lain yang mendorongnya, anak belajar karena
ingin menguasai pelajaran tertentu.
Allah menciptakan manusia itu membawa fitrah ketauhidan
yakni mengetahui Allah Yang Maha Esa, mengakui dirinya sebagai
ciptaan-Nya, yang harus tunduk dan patuh pada ketentuan dan
petunjuk-Nya, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat Ar-
Ruum ayat 30, sebagai berikut:
óΟÏ% r'sù y7 yγ ô_ uρ È⎦⎪ Ïe$# Ï9 $ Z‹ÏΖym 4 |NtôÜÏù «!$# © ÉL ©9$# tsÜsù }¨$ ¨Ζ9$# $ pκö n= tæ 4 Ÿω Ÿ≅ƒ ωö7s? È,ù= y⇐Ï9
«!$# 4 š Ï9≡sŒ Ú⎥⎪ Ïe$! $# ÞΟÍhŠs)ø9$# ∅ Å3≈ s9uρ usYò2 r& Ĩ$ ¨Ζ9$# Ÿω tβθßϑ n= ôè tƒ ∩⊂⊃∪
Artinya : ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.47
Ajaran ijtihad dalam Islam menjadi suatu bukti bahwa Islam
mendorong pemikiran bebas dan pengembangan ilmu bagi manusia
dengan dasar dan tujuan yang jelas, karena agama merupakan asas
motivasi dan tujuan hakiki bagi kehidupan manusia. Terlepasnya
agama akan memberikan kehidupan yang pincang, artinya terancam
kerusakan dan kehancuran.48
47 Depag RI, Op Cit, hlm 407. 48 Nasruddin Razak, Op Cit, hlm 18.
Dari pengertian di atas, motif pengamalan agama dapat
diartikan sebagai usaha yang ada dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu tindak keagamaan dengan
tujuan tertentu atau usaha yang menyebabkan seseorang beragama.
Menurut Nico Syukur Dister, motivasi beragama dibagi
menjadi empat, yaitu :
1. Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi
frustasi yang ada dalam kehidupan, baik frustasi karena kesukaran
dalam menyesuaikan diri dengan alam (frustasi alam), frustasi
sosial, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
2. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga
kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
3. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
memuaskan rasa ingin tahu manusia atau intelek tahu manusia.
4. Motivasi beragama karena ingin menjadi agama sebagai sarana
untuk mengatasi ketakutan. 49
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengamalan Agama Anak
Deprivasi Parental
Dalam proses interaksi edukatif melalui pengamalan agama anak
deprivasi parental, untuk mencapai tujuan secara optimal dan
menghasilkan produk yang diharapkan, maka memerlukan faktor-faktor
pendukung yang apabila faktor tersebut tidak tersedia akan menghambat
49 Nico Syukur Dister. Op Cit, hlm 81.
proses kehidupan. Adapun faktor yang mempengaruhi pengamalan agama
pada anak deprivasi parental dapat dilihat dari dua faktor, yaitu :
a. Faktor Intern
Faktor intern yaitu anak deprivasi parental.
Agama pada awal masa anak-anak sebagai sesuatu
kewajiban yang membebankan. Namun seiring dengan usia dan
pengetahuan serta pengalaman, maka agama menjadi suatu
kebutuhan. Ajaran dan ketentuan agama sangat dibutuhkan untuk
menumbuhkan jiwa pada ketenangan dan kestabilan.50
Anak dengan latar belakang pola asuh yang tidak positif
akan mengalami hambatan dalam menunjukan ketrampilan sosial,
khususnya ketrampilan berkomunikasi. Kegiatan di rumah berperan
sebagai media terapi bagi anak agar dapat beradaptasi dan
bersosialisasi dengan baik.51
b. Faktor Ekstern
1) Keluarga
Lingkungan pertama yang mewarnai pertumbuhan fisik,
psikis atau mental, kepribadian, emosional, komunikasi, pola
bermain dan perilaku anak deprivasi parental adalah lingkungan
keluarga.52
50 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm 137. 51 Furqon, Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, (Bandung :
Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm 71. 52 Abdul Hadis. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik, (Bandung: Alfabeta,
2006), hlm 111.
Anak sebagai subyek didik dalam keluarga membutuhkan
bimbingan dan pengarahan, sikap orang tua dalam keseharian akan
memberikan stimulus atau rangsangan dalam membentuk anak
berkepribadian yang mulia dan terpuji.53
Penanganan yang diberikan orang tua kepada anak deprivasi
parental sebaiknya bersifat terpadu dan menyeluruh, mencakup
aspek fisik, psikis, pemberian kegiatan di rumah (home training)
dan perhatian secara intensif. Sebaliknya, jika hanya
menggantungkan harapan pada orang lain tanpa ada usaha untuk
memperbaikinya, maka anak kurang mendapatkan perhatian dan
kasih sayang.54
Faktor penghambat dalam kehidupan keluarga, salah
satunya dilihat dari tingkat sosial ekonomi rendah yang
mengakibatkan kesulitan dalam keluarga, seperti munculnya
kejahatan pada anak. Perbaikan secara menyeluruh dan merata
sangat diperlukan sebagai upaya peningkatan yang terencana dan
terpadu.55
2) Sekolah
Lembaga pendidikan formal Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP), para orang tua dengan anak
deprivasi parental mengharapkan guru di sekolah agar :
53 Khamim Zarkasyi Putro. Orang Tua Sahabat Anak & Remaja. (Yogyakarta: Cerdas
Pustaka, 2005), hlm 117. 54 Abdul Hadis. Op Cit, hlm 113. 55 Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.
(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 1991), hlm 236.
a) Memahami kelebihan dan kekurangan anak didiknya,
b) Memuji perilaku yang baik atau positif,
c) Memberikan perhatian dan kasih sayang yang khusus, karena
salama dirumah kurang didapat dari orang tua,
d) Katakan dengan jujur kepada orang tua, kondisi atau
kemampuan anak pada umumnya.56
Pada lembaga pendidikan non formal, pergaulan anak
dengan teman sepermainan telah banyak menambah pengamalan
agama dalam kehidupan sehari-hari, sebaliknya apabila salah
memilih teman maka akan ikut dalam pergaulan yang tidak baik.57
Lingkungan sekolah maupun bidang Anak Asuh
KORDISKA UIN Sunan Kalijaga, dimana anak mendapatkan ilmu
pengetahuan yang akan memupuk kecerdasan dan pengembangan
bakatnya. Tapi apabila lingkungan sekolah kurang baik, maka akan
berpengaruh pada tingkah laku agama anak deprivasi parental.
3) Masyarakat
Lingkungan masyarakat akan mempengaruhi pengamalan
agama anak, karena pergaulan anak di masyarakat akan lebih
banyak menyita waktu, misalnya melalui kelompok bermain,
kelompok belajar atau yang lain akan mendapat perhatian dari
masyarakat.
56 Soemiarti Patmonodewo. Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003), hlm 135. 57 Zakiyah Darajat, Op Cit, hlm 46.
Pengalaman sosial merupakan penentu yang penting bagi
sikap sosial dan pola perilaku anak. Jika hubungan mereka
menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan sosial dan ingin
mengulanginya. Sebaliknya, jika hubungan itu tidak
menyenangkan, maka anak akan menghindarinya dan kembali
kepada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan hubungan
sosial.58
Dari beberapa faktor di atas, akan mempengaruhi cara
berpikir, bersosialisasi dan tumbuh rasa percaya diri pada anak.59
Yang terpenting anak deprivasi parental sangat membutuhkan
perhatian dan kasih sayang seperti anak yang lain dimanapun dia
tinggal.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu
penelitian yang pengumpulan datanya melalui cara terjun langsung ke
lapangan, dan penelitian kualitatif dimana penelitian ini memiliki
karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau
sebagaimana adanya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami
58 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978), hlm
257. 59 Wahyudi & Dwi Retna Damayanti. Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini di
Prasekolah Islam. (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm 3.
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.60
Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pendekatan fenomenologis, merupakan pandangan berfikir yang
menekankan (fokus) kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia.61
Dalam hal ini peneliti berusaha untuk memperoleh data dengan
mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dialami oleh
informaan, dan berusaha memahami arti dan memberikan interpretasi dari
peristiwa-peristiwa tersebut.
Pendekatan fenomenologis yang digunakan dalam penelitian ini
lebih mengarah kepada paradigma naturalistik,62 dalam pelaksanaannya
peneliti melihat setting dan respon secara keseluruhan atau holistik yaitu
dalam hal ini peneliti berinteraksi dengan responden dalam konteks yang
alami sehingga tidak memunculkan kondisi yang seolah-olah
dikendalikan oleh peneliti, dan memiliki sifat induktif yaitu
pengembangan konsep yang didasarkan atas data yang ada.
2. Penetapan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.63 Adapun yang
menjadi informan dalam penelitian ini adalah pengurus KORDISKA, anak
60 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hlm 6 61 Ibid, hlm 15. 62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm 13. 63 Lexy J. Moleong, Op Cit. hlm 90.
deprivasi dan keluarga anak deprivasi parental di bidang anak asuh
KORDISKA UIN Sunan Kalijaga yaitu AF, DN dan TP.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan keterangan yang lebih obyektif, konkrit dan
representatif maka digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan metode tanya jawab bertatap muka antara orang
yang mewancarai terhadap responden dengan menggunakan alat yang
sudah dirumuskan terlebih dahulu, petunjuk wawancara (interview
guide).64 Wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh tentang pengamalan agama anak deprivasi parental di
Anak Asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang
diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung. Juga meliputi
kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera. Pelaksanaannya bisa berupa tes,
kuesioner, rekaman gambar, atau rekaman suara.65
64 Moh. Nadzir, Op Cit, hlm 224. 65 Ibid, hlm 133.
Observasi dilakukan untuk mengetahui pengamalan agama,
motif yang melatarbelakangi dan faktor yang mempengaruhi
pengamalan shalat, puasa dan mengaji al-Qur’an pada anak deprivasi
parental yang didampingi oleh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
melakukan penyelidikan terhadap benda-benda tertulis, seperti buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian
dan sebagainya.66
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku
laporan, proposal, foto dan arsip-arsip yang berkaitan dengan
pengamalan agama anak deprivasi parental di KORDISKA UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Analisa Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.67
66 Suharsimi Arikunto, Op Cit, hlm 135. 67 Lexy J. Moleong, Op Cit, hlm 280
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk menganalisis dan
menginterpretasikan data yang berupa fakta-fakta dari hasil penelitian
yang tidak berwujud angka.68
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini ditempuh beberapa
prosedur sebagai berikut :
a. Menelaah seluruh data yang berhasil dikumpulkan
b. Mengadakan reduksi data
c. Display data
d. Mengumpulkan dan verifikasi.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penelitian ini dan dapat dipahami secara
sistematis, maka kerangka penyusunannya tersusun sebagai berikut:
Bab Pertama : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari penegasan judul,
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik,
metode penelitian dan sisitematika pembahasan.
Bab Kedua : Gambaran umum tentang UKM KORDISKA dan bidang anak
asuh. Bab ini terdiri dari sejarah berdirinya, maksud dan
tujuan, peran, bidang gerak, struktur organisasi, profil anak
asuh, data anak deprivasi parental dan program kerja bidang
anak asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
68 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta: Pskologi UGM Press, 1987),
hlm 4.
Bab Ketiga : Bab ini merupakan pokok dari skripsi, yang menjelaskan
pengamalan shalat, puasa dan mengaji al-Qur’an anak
deprivasi parental dan motif yang melatarbelakanginya serta
faktor pendukung dan penghambatnya.
Bab Keempat : Adalah bagian penutup yang merupakan kesimpulan dan
saran.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa :
1. Pengamalan ibadah shalat pada anak deprivasi parental, mereka dapat
belajar pasrah diri dan menerima dengan ikhlas terhadap apa yang dialami.
Sedangkan pengamalan puasa, rata-rata mereka jarang berpuasa walaupun
berpuasa hanya kalau disuruh orang tua. Sedangkan pengamalan mengaji
al-Qur’an, mereka rajin mengaji dibanding pengamalan ibadah shalat dan
puasa. Mereka mengaji bukan dirumah, akan tetapi karena aktif mengikuti
kegiatan TPA di dekat kampungnya dan di TPA KORDISKA. Walaupun
keadaan keluarga yang tidak mempunyai ayah, mereka tetap semangat
dalam menjalankan aktivitas keagamaan dan mereka berharap setelah
dewasa dapat menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
2. Motif yang melatarbelakangi pengamalan agama anak deprivasi parental
yaitu :
a. Karena disuruh oleh orang tua atau orang lain
Anak sejak lahir mengikuti agama atau kepercayaan orang tua
dan lingkungan masyarakat selama tumbuh kembang sang anak, jadi
anak termotivasi dalam mengamalkan ibadah shalat, puasa dan
mengaji al-Qur’an.
b. Karena kesadaran diri sendiri
Dengan kesadaran beragama yang tertanam dalam hati, hal ini
sangat baik bagi anak untuk menhambakan diri kepada Tuhan.
c. Karena lingkungan
Dari lingkungan keluarga atau lingkungan teman, sekolah
(guru) dan masjid dekat tempat tinggal serta aktif dalam mengikuti
kegiatan keagamaan di TPA.
3. Faktor pendukung dan penghambat anak deprivasi parental dalam
mengamalkan agama di Anak Asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh faktor intern (diri sendiri) maupun
ektern (keluarga, sekolah dan masyarakat). Begitu pula, bidang anak asuh
KORDISKA juga memberi pendampingan dan bimbingan belajar baik itu
berupa dukungan moril, materiil maupun spiritual bagi anak deprivasi
parental.
B. SARAN
1. Bagi Seorang Konselor
Memberikan pemahaman yang baik pada anak deprivasi parental
atas tidak hadirnya seorang ayah dalam tumbuh kembangnya anak, jangan
sampai anak benci dengan ayahnya sendiri karena ditinggal sejak kecil.
Untuk itu anak harus selalu dimotivasi dan diberi bekal nilai-nilai
keagamaan.
2. Bagi Pengurus Bidang Anak Asuh KORDISKA
Bagi kepengurusan sekarang dan kepengurusan ke depan
diharapkan mampu tetap konsisten dalam tanggung jawab, khususnya
bidang anak asuh dalam menangani anak deprivasi parental. Pengurus
dapat sebagai bagian dari keluarga, saudara maupun sebagai sahabat bagi
anak.
3. Bagi Keluarga dan Masyarakat
Anak adalah penerus kehidupan yang cemerlang, maka jangan sia-
siakan ataupun ditelantarkan. Karena pada diri anak yang mengalami
deprivasi parental membutuhkkan pendampingan dalam tumbuh
kembangnya sebagaimana anak yang lain dan telah terdapat rezkinya
masing-masing dari Tuhan Yang Maha Esa.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga terselesaikan skripsi
ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya
sebagai pembimbing, pendidik (konselor) dan pembaca pada umumnya serta
keilmuan Dakwah Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. Amiin ya robbal
’alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Akk, Khalid bin Abdurrahman, 2006, Cara Islam Mendidik Anak, Yogyakarta: Ad-Dawa’.
Ancok, Jamaluddin & Fuad Nashori, 1994, Psikologi Islam, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. Annisa Kurnia Wardani (03470554). Urgensi Penanaman Nilai-nilai Keagamaan
Pada Anak Usia Dini (Studi Kasus di Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada’ Yogyakarta. Skripsi yang diajukan pada Jurusan Kependudukna Islam, Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta. Arsip KORDISKA, 2007, Dokumen Panduan Program Kerja KORDISKA, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Baharits, Adnan Hasan Shohih, 1996, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak
Laki-laki, Jakarta: Gema Insani Press. Baharuddin, 2004, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darajat, Zakiah, 1996, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang. Depag RI, 2006, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro. Depdikbud, 1976, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka. Dister, Nico Syukur, 1982, Pengalaman dan Motivasi Beragama, Jakarta:
Leppanas. Djazuli, 2006, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam Dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana. Dokumen AD dan ART KORDISKA. Dokumen LPJ KORDISKA Periode 2007/2008. Furqon, 2005, Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar,
Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Ghazali, Bahri, 2005, Agama Masyarakat : Pengenalan Sejarah Agama-Agama, Yogyakarta : Pustaka Fahima.
Hadi, Sutrisno, 1987, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Pskologi UGM
Press. Hadis, Abdul, 2006, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik, Bandung:
Alfabeta. Hawari, Dadang, 2004, Al- Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: PT Dana Bakti Prima Yasa. Hurlock, Elizabeth B, 1978, Perkembangan Anak, Jakarta: Penerbit Erlangga. Kalida, Muhsin, 2005, Sahabatku Anak Jalanan, Yogyakarta: Pustaka Alief. Lexy J. Moleong, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya. M Arifin, 1993, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta : Bumi
Aksara. Mahfuzh, Jamaluddin, 2001, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar. Mappiare A.T, Andi, 2006, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. Maulana, Mirza, 2007, Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju
Anak Cerdas dan Sehat. Yogyakarta : Katakati. Mursal dkk, 1997, Kamus Ilmu Jiwa Pendidikan, Bandung: Al Ma’aruf. Nasution, Andi Hakim, 2002, Pembinaan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan
Remaja. Ciputat: Logos. Nasution, Harun, 1979, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : UI
Press. Nottingham, Elizabeth K, 1994, Agama dan Masyarakat Penganut Sosiologi
Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Patmonodewo, Soemiarti. 2003, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: PT Rineka
Cipta. Poerwadaminta, 1985, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Putro, Khamim Zarkasyi. 2005, Orang Tua Sahabat Anak & Remaja. Yogyakarta: Cerdas Pustaka.
Rahmat, Jalaluddin, 2000, Psikologi Agama, Yogyakarta : Raja Grafindo Persada. Rasjid, Sulaiman, 1994, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo. Razak, Nasruddin, 1973, Dienul Islam, Bandung : PT Alma’arif. Shihab, Quraish, 1992, Membumikan Al-Qur’an, Jakarta : Mizan. Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih. 1991, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan
Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Siti Fatimah (93221528). Pengamalan Agama Islam Pada Anak di Dusun
Papringan Ngentak Sapen Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta, Skripsi yang diajukan pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Yogyakarta : Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2001.
Soetomo, 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya : Usaha
Nasional. Sokolova, Irina V, 2008, Kepribadian Anak : Sehatkah Kepribadian Anak Anda,
Yogyakarta : Katahati. Somantri, T. Sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika
Aditama. Sujanto, Agus, 2002, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Aksara Baru. Sukardi, Dewa Ketut, 1983, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah,
Surabaya : Usaha Nasional. Tholib, Muhammad, 2003, Dibawah Asuhan Nabi, Yogyakarta : Hidayah Illahi. Wahyudi & Dwi Retna Damayanti. 2005, Program Pendidikan Untuk Anak Usia
Dini di Prasekolah Islam. Jakarta: Grasindo. Wirawan, Sarlito, 1986, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Bulan Bintang. Yusuf LN, Syamsu, 2002, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya. http://drlizaibadah.blogspot.com/2007/11/ibadah-shalat-puasa-zikir-shodaqah-
haji.html, 19:52, Sabtu, 18 Desember 2008.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Yuli Setyaningsih
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kebumen, 28 Juli 1987
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. Orang tua
6.1. Nama Ayah : Moh. Dalwan
6.2. Nama Ibu : Muntofingah
7. Nama Suami : Qomaruzzaman
8. Alamat Asal : Kalijirek RT.01/ RW.01 No.05 Kec.
Kebumen Kab. Kebumen Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan
1. SDN Kalijirek Kebumen Jawa Tengah (Lulus Th. 1999)
2. MTs Salafiyah Kebumen Jawa Tengah (Lulus Th. 2002)
3. MA Salafiyah Kebumen Jawa Tengah (Lulus Th. 2005)
4. Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Tahun Angkatan 2005 sampai sekarang).
Pengalaman Organisasi
1. Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Dakwah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Periode 2006-2007.
2. Koordinator Devisi Anak Asuh Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Dakwah
Islamiyah Sunan Kalijaga (UKM KORDISKA) UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta Periode 2007-2008.
3. Anggota Mitra Ummah BEM-J Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas
Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2005 sampai sekarang.
4. Sekretaris Umum IMAKTA (Ikatan Mahasiswa Kebumen Yogyakarta)
Periode 2007-2008.
5. Anggota Pelatihan SAR Darat KSR PMI Unit VII UIN Sunan Kalijaga
Yogyakata, tahun 2007.
6. Anggota “The Muhasabah Leadership Training”, tahun 2007.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat sesuai dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 24 Jumadal Ula 1430 H 20 Mei 2009 M
Pembuat
Yuli Setyaningsih
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pengurus KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
1. Bagaimana sejarah berdirinya KORDISKA UIN Sunan Kalijaga ?
2. Bagaimana maksud dan tujuan KORDISKA UIN Sunan Kalijaga ?
3. Bagaimana peran dan bidang gerak KORDISKA UIN Sunan Kalijaga ?
4. Bagaimana struktur organisasi KORDISKA UIN Sunan Kalijaga ?
5. Bagaimana profil bidang anak asuh KORDISKA UIN Sunan Kalijaga?
6. Ada berapa jumlah anak asuh KORDISKA dan anak asuh yang mengalami
deprivasi parental ?
7. Bagaimana program bidang anak asuh KORDISKA dalam memotivasi anak
deprivasi parental ?
B. Anak Deprivasi Parental Bidang Anak Asuh KORDISKA UIN Sunan
Kalijaga
1. Bagaimana pengamalan shalat, puasa dan mengaji al-Qur’an anak deprivasi
parental ?
2. Apa yang membuat mereka mau melaksanakan ibadah shalat, puasa dan
mengaji al-Qur’an ?
3. Apa harapan mereka setelah melaksanakan aktivitas beragama ?
4. Apa minat mereka sebelum dan sesudah melakukan aktivitas keagamaan ?
5. Apakah orang tua mereka menyuruh dan mengingatkan mereka kalau sudah
waktunya shalat ?
6. Kegiatan apa saja yang mereka ikuti selama puasa di bulan Ramadhan ?
7. Apakah orang tua mereka mengajarkan mereka mengaji al-Qur’an selama di
rumah ? Kapan waktunya ?
8. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pengamalan agama
anak deprivasi parental ?
9. Faktor apa yang mempengaruhi mereka mengamalkan agama setiap hari ?
10. Apa yang mereka rasakan selama hidup tanpa ada figur Ayah dalam
melakukan aktivitas keagamaan ? Berpengaruh positif atau negatifkah
dalam tumbuh kembang rutinitas ibadah ?
C. Keluarga Anak Deprivasi Parental KORDISKA UIN Sunan Kalijaga
1. Apakah orang tua selalu menyuruh anaknya dalam beribadah sehari-hari ?
2. Apa sikap dan peran orang tua dalam hal keagamaan bagi anaknya ?
3. Kalau sudah mendengar adzan waktu shalat, apakah orang tua melakukan
ibadah shalat dan mengajak anaknya untuk shalat berjama’ah ?
4. Apakah mereka mengajari anaknya untuk mengaji al-Qur’an selama di
rumah ?
5. Apakah mereka menunaikan puasa bulan Ramadhan dan mengajak anaknya
waktu sahur dan berbuka puasa ?
Top Related