Download - PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

Transcript
Page 1: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING TERMS)

OLEH PT. CARREFOUR INDONESIA PASCA AKUISISI

PT. ALFA RETALINDO

(Analisis Putusan MA Nomor: 502 K/Pdt.Sus/2010)

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah & Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Muhammad Aryadillah

1110048000001

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/2015 M

Page 2: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING TERMS)

OLEH PT. CARREFOUR INDONESIA PASCA AKUISISI

PT. ALFA RETALINDO

(Analisis Putusan MA Nomor: 502 K/Pdt.Sus/2010)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Jurusan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

MUHAMMAD ARYADILLAH

1110048000001

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/2015 M

Page 3: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para
Page 4: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRIDII{G TERMS

OLEH PT. CARREFOUR INDONESIA PASCA AKIITSISI

PT. ALFA RETALINDO

(Analisis Putusan MA Nomor: 502 K/Pdt.Sus/2010)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah & Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Muhammad Arvadillah

1110048000001

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

NIP : 1972A203200701 1034

KONSENTRASI HUKUM BISNISPROGRAM STUDI ILMU IIUKUM

BAKULTAS SYARIAH DAi\ HTIKUM

TINIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARTF HIDAYATULLAH

JAKARTA1436 rv20r5 M

Dr. Alfitla SII. M. HumNIDN z 0404518402

Page 5: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para
Page 6: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para
Page 7: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul “PENERAPAN SYARAT - SYARAT

PERDAGANGAN (TRADING TERMS) OLEH PT. CARREFOUR

INDONESIA PASCA AKUISISI PT. ALFA RETALINDO (Analisis Putusan

MA Nomor: 502 K/Pdt.Sus/2010)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat-

syarat kelulusan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Jurusan Ilmu

Hukum Fakultas Syariah dan Hukum.

Selama penulisan skripsi ini penulis mendapatkan masukan dan

tambahan dari beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. JM. Muslimin, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH. MA selaku Ketua Program Studi Jurusan

Ilmu Hukum, dan Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Atas kesabaran dan dedikasinya untuk Program

Studi Ilmu Hukum.

3. Dr. Alfitra SH. M. Hum selaku pembimbing I dan Ibu Aliya Sandra

Dewi S.H, M.kn selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak

inspirasi, diskusi yang bermanfaat, saran, dan kritik sehingga

memberikan banyak motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

ii

4. Kedua orang tua yang tercinta Hasan S.Pd., MM, dan Nurhikmah S.Pd,

yang senantiasa memberi limpahan curahan doa, kasih sayang, dan

pengorbanan yang tak terhingga dan tiada batasnya kepada penulis.

Semoga ini menjadi salah satu kado persembahan terindah.

5. Ketiga adik penulis yang tersayang Rahmatun Nisa, Muhammad Reza

Ramdhani dan Muhammad Zidan Fadilah yang mudah-mudahan bisa

membanggakan bapak dan mamah.

6. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ihsan Pandeglang, KH. Asmuni M.

Noor guru sekaligus orang tua kedua penulis yang sudah memberikan

ilmu dan tauladannya yang tiada tandingannya, beserta para asatidz

dan tenaga pengajar khususnya Huzairi S.Pd (ka Huzer) penulis

ucapkan terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang penulis rasakan.

7. Teman-teman Ilmu Hukum 2010 yang menjadi motivator dalam

menyelesaikan penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan namanya

satu persatu, Zakaria, Syamsul, M. Rizki, Fathan, Mustafa, Wawan,

Andi dan seluruh teman-teman di konsentrasi Hukum Bisnis dan

Kelembagaan Negara, mudah-mudahan kita dipermudah dalam segala

hal.

8. Teman-teman seperjuangan penulis di Al-ihsan Agus, Diki, Rian, Iip,

Ali, Ibnu, Atut, Devi, Okta, Imam, dan teman-teman yang tidak

disebutkan satu per satu, mudah-mudahan kita dipermudah dalam

segala hal.

Page 9: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

9. Teman-teman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rizki Fauzi, Agus

Setiawan, Diki, Rian Hidayat, Syamsul, mudah-mudahan segala apa

yang diharapkan tercapai.

10. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN Pelukis) di Desa Sukaluyu,

terimakasih atas kebersamaannya, kekompakan, dan rasa

persahabatannya, semoga langgeng sampai nanti.

11. Chairunisa Juhriyah yang telah sabar menemani dan membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dan berjasa dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Ibu dan Bapak serta

teman-teman semua dengan berlipat ganda. Akhir kata penulis menyadari bahwa

tulisan ini masih belum sempurna, namun demikian penulis berharap semoga

karya ilmiah yang sederhana ini bermanfaat bagi pengembang ilmu pengetahuan

dan semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, Januari 2015

Penulis

Page 10: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 5

1. Pembatasan Masalah ....................................................... 5

2. Perumusan Masalah ........................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6

1. Tujuan Penelitian ............................................................ 6

2. Manfaat Penelitian .......................................................... 7

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu .................................... 8

E. Kerangka Konseptual ............................................................ 10

F. Metode Penelitian .................................................................. 14

1. Jenis Penelitian ................................................................ 14

2. Pendekatan Masalah ........................................................ 15

3. Bahan Hukum ................................................................. 16

4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ......................... 17

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 18

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM PERSAINGAN USAHA ........ 20

A. Pengertian dan Perkembangan Hukum Persaingan Usaha....... 20

1. Pengertian Hukum Persaingan Usaha ............................... 20

2. Perkembangan Hukum Persaingan Usaha ........................ 22

B. Regulasi Persaingan Usaha di Indonesia.................................. 23

1. Perjanjian yang Dilarang ................................................... 24

2. Kegiatan yang Dilarang ..................................................... 25

3. Posisi Dominan ................................................................. 26

C. Kedudukan KPPU dalam Hukum Persaingan Usaha ............... 28

1. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) .................. 28

Page 11: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

2. Tugas dan Wewenang KPPU ............................................ 30

3. Penyelesaian Perkara Oleh KPPU ..................................... 32

BAB III TINJAUAN UMUM RITEL DI INDONESIA ......................... 36

A. Pengertian dan Perkembangan Ritel di Indonesia .................... 36

1. Pengertian Ritel ................................................................. 36

2. Perkembangan Ritel di Indonesia ...................................... 38

B. Kebijakan Regulasi Ritel di Indonesia ..................................... 40

1. Kepres No. 118 Tahun 2000 ............................................. 40

2. Perpres No. 112 Tahun 2007 ............................................. 42

3. Permendag No. 53 Tahun 2008 ......................................... 44

C. Permasalahan Industri Ritel di Indonesia ................................ 45

1. Permasalahan Ritel Tradisional dengan Ritel Modern ...... 46

2. Permasalahan Ritel Modern dengan Pemasok .................. 48

BAB . IV ANALISIS PUTUSAN…………………………………………. 53

A. Posisi Kasus ............................................................................ 53

B. Analisis Putusan Mahkamah Agung ....................................... 58

C. Akibat Hukum Putusan Mahkamah Agung ............................ 61

1. Dampak Terhadap KPPU ................................................... 61

2. Dampak Terhadap PT. Carrefour Indonesia ..................... 63

3. Dampak Terhadap Persaingan Usaha di Indonesia ............ 65

BAB V PENUTUP………………………………………………………. 68

A. Kesimpulan ............................................................................. 68

B. Saran ........................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 71

Page 12: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi yang seiring dengan timbulnya kecenderungan

globalisasi perekonomian semakin banyak tantangan yang dihadapi dalam

dunia usaha, antara lain persaingan usaha atau perdagangan yang menjurus

kepada persaingan produk/komoditi dan tariff, sebab perekonomian sekarang

merupakan perdagangan globalisasi antar negara.1

Globalisasi juga mendorong masuknya barang/jasa dari negara lain dan

membanjiri pasar domestik baik ritel maupun non ritel. Pelaku usaha

domestik kini harus berhadapan dengan pelaku usaha dari berbagai negara,

dalam suasana persaingan tidak sempurna. Pelaku usaha besar dan

transnasional dapat menguasai kegiatan ekonomi domestik melalui perilaku

anti persaingan, seperti kartel, penguasaan pasar, penyalahgunaan posisi

dominan, merger, persekongkolan, dan sebagainya.

Memperhatikan persaingan antara pelaku usaha yang bertambah ketat

dan tidak sempurna (unfair competition), maka nilai-nilai persaingan usaha

yang sehat perlu mendapat perhatian lebih besar dalam sistem ekonomi

Indonesia. Penegakan hukum persaingan merupakan instrumen ekonomi yang

sering digunakan untuk memastikan bahwa persaingan antar-pelaku usaha

berlangsung dengan sehat dan hasilnya dapat terukur berupa peningkatan

1 Suharsil dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. II, 2010), h. 3.

Page 13: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

2

kesejahteraan masyarakat,2 sehingga terhindar dari praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat.

Secara filosofis persaingan usaha tidak sehat bertentangan dengan nilai

yang terkandung dalam Pancasila sila ke 5 yang berbunyi “keadilan sosial

bagi seluruh rakyat indonesia”. Dimana penerapan syarat-syarat perdagangan

(Trading Terms) yang diterapkan oleh PT. Carrefour Indonesia bertentangan

dengan Teori Keadilan yang dikemukakan oleh Jhon Rawls, bahwa keadilan

harus didasarkan pada keputusan moral yang dipertimbangkan secara

sungguh-sungguh dan sesuatu dikatakan adil jika dimaksudkan untuk

memaksimalisasi keuntungan dan keadilan.3

Secara sosiologis, persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan PT.

Carrefour Indonesia dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading

terms) kepada para pemasok, berpotensi merugikan Usaha Kecil Menengah

(UKM) yang memasok kepada PT. Carrefour Indonesia, serta merugikan

peritel tradisional yang disebabkan daya saing yang kurang berimbang.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

menginstruksikan bahwa perekonomian Indonesia disusun serta berorientasi

pada ekonomi kerakyatan. Pasal 33 UUD 1945 merupakan dasar acuan

normatif menyusun kebijakan perekonomian nasional yang menjelaskan

bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah berdasarkan demokrasi yang

2 Andi Fahmi Lubis, DKK, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks,

(Jakarta: GTZ, Cet. I, 2009), h. 13. 3 Damanhuri Fattah, Teori Keadilan Jhons Rawls, (Jurnal TAPIs Volume. 9, No.2,

Tahun 2013), h. 32

Page 14: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

3

bersifat kerakyatan dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

melalui pendekatan kesejahteraan dan mekanisme pasar.4

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, disusun berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoneia 1945, serta berasaskan

kepada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara

kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum dengan tujuan untuk

menjaga kepentingan umum dan melindungi konsumen, menumbuhkan iklim

usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat, dan

menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang,

mencegah praktek-praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

yang ditimbulkan pelaku usaha, serta menciptakan efektivitas dan efisiensi

dalam kegiatan usaha dalam rangka meningkatkan ekonomi nasional sebagai

salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.5

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat tidak melarang pelaku usaha

menjadi perusahaan besar. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 justru

mendorong pelaku usaha untuk dapat bersaing pada pasar yang bersangkutan.

Persaingan inilah yang mengacu pelaku usaha untuk melakukan efisiensi dan

inovasi-inovasi untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan harga

yang kompetitif dibandingkan dengan kualitas produk dan harga jual dari

4 Nigrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia, (Medan: Pustaka

Bangsa Press, 2004), h. 1. 5 C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta:

Sinar Grafika, Cet. IV, 2008), h. 187.

Page 15: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

4

pesaingnya. Persainganlah yang mendorong pelaku usaha menjadi pelaku

usaha yang dominan.6

Pelaku usaha ritel (peritel) khususnya peritel modern seringkali

menyalahgunakan posisi dominan dengan menggunakan market power

sebagai alat untuk meniadakan persaingan sehingga menimbulkan monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat serta menyingkirkan para peritel tradisional

karena dengan daya saing yang kurang berimbang dari mulai modal, sarana

dan prasarana, tempat, model pelayanan, dan kenyamanan konsumen dalam

berbelanja. Selain itu, permasalahan antara peritel dengan pemasok sering

terjadi karena lemahnya daya tawar pemasok terhadap peritel yang

mempunyai market power, dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan

(trading terms) terhadap para pemasok.

Kasus yang berkaitan dengan penguasaan pasar yang menimbulkan

terjadinya posisi dominan adalah kasus PT. Carrefour Indonesia yang

mengakuisisi PT. Alfa Retalindo, sehingga KPPU menduga adanya

persaingan usaha tidak sehat. Hasil Pemeriksaan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU), penguasaan pasar dan posisi dominan tersebut

disalahgunakan PT. Carrefour Indonesia dengan memberlakukan trading

term (syarat-syarat perdagangan) kepada pemasok. Sehingga

pasca akuisisi, trading term antara pelaku bisnis, pemasok dan retailer

cenderung naik dari tahun ke tahun tanpa justifikasi yang jelas. Format dan

6 Andi Fahmi Lubis, DKK.. Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks

(Jakarta: GTZ, Cet. I, 2009) h. 166.

Page 16: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

5

besaran syarat-syarat perdagangan (trading terms) juga dinilai melanggar

hukum dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang timbul yaitu

dasar pertimbangan KPPU menetapkan bahwa syarat-syarat perdagangan

(trading terms) PT. Carrefour Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo

sebagai pelanggaran dan bagaimana akibat hukum yang timbul setelah

dikeluarkannya putusan Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010 yang

mengangkat kasus KPPU dengan PT. Carrefour Indonesia.

Sehingga penulis tertarik untuk meninjau lebih dalam mengenai

persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia

dengan menganalisis putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor: 502

K/Ptd.Sus/2010, yang berjudul “PENERAPAN SYARAT-SYARAT

PERDAGANGAN (TRADING TERMS) OLEH PT. CARREFOUR

INDONESIA PASCA AKUISISI PT. ALFA RETALINDO (Analisis

Putusan MA Nomor 502 K/Ptd.Sus/2010 ).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian skripsi ini, penulis hanya akan membahas mengenai

akibat hukum pasca ditetapkannya putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor:

502 K/Pdt.Sus/2010 terkait penerapan syarat-syarat perdagangan (Trading

Terms) pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo oleh PT. Carrefour Indonesia,

sehingga secara jelas diduga melanggar pasal 17 huruf a Undang-Undang

Page 17: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

6

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Mengapa syarat-syarat perdagangan (trading terms) PT. Carrefour

Indonesia dianggap sebagai pelanggaran oleh KPPU?

b. Bagaimana akibat hukum pasca ditetapkannya putusan Mahkamah Agung

Nomor: 502K/Pdt.Sus/2010 terkait penerapan syarat-syarat perdagangan

(trading terms) Oleh PT. Carrefour Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa

Retalindo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui penerapan syarat-syarat perdagangan (trading term)

PT. Carrefour Indonesia yang diangap sebagai pelanggaran oleh KPPU.

b. Untuk mengetahui akibat hukum pasca ditetapkannya Putusan

Mahkamah Agung Nomor: 502 K/Pdt.Sus/2010 terkait penerapan

syarat-syarat perdagangan (trading terms) oleh PT. Carrefour Indonesia

setelah akuisisi PT. Alfa Retalindo.

Page 18: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

7

2. Manfaat Penelitian

Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai akibat hukum dari penerapan syarat-syarat perdagangan (trading

terms) yang dilakukan PT. Carrefour Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa

Retalindo yang diduga melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

oleh KPPU, pasca ditetapkannya putusan Mahkamah Agung Nomor: 502

K/Pdt.Sus/2010 dan memperkaya khazanah ilmiah dan ilmu hukum bisnis.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu:

1) Bagi Akademis

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan yang kelak dapat

diterapkan dalam dunia nyata sebagai bentuk partisipasi dalam

pembangunan negara dan masyarakat Indonesia berdasarkan pancasila dan

UUD 1945 serta dalam kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat

internasional.

2) Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat

untuk mengetahui penerapan pasal-pasal yang dilakukan oleh Mahkamah

Page 19: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

8

Agung dalam menangani kasus antara KPPU dan PT. Carrefour Indonesia

dalam hal hukum persaingan usaha di Indonesia.

3) Bagi Pemerintah

Guna memberikan masukan kepada pemerintah dan mahkamah

agung untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam kasus antara KPPU

dan PT. Carrefour Indonesia mengenai dugaan penguasaan pasar dengan

penerapan syarat-syarat perdagangan (trading terms) oleh PT. Carrefour

Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan kasus PT. Carrefour Indonesia yang

mengakuisisi PT. Alfa Retalindo dan menerapkan syarat-syarat perdagangan

(trading terms) yaitu Skripsi oleh Wulanda Roselina (2012) tentang “Akuisisi

PT. Alfa Retalindo, Tbk. Oleh PT. Carrefour Indonesia dalam Perspektif

Hukum Persaingan Usaha, dengan studi putusan KPPU Perkakar Nomor :

9/KPPU-L/2009 (Universitas Jember, Fakultas Hukum Tahun 2012)”. Karya

ilmiah ini menganalisis mengenai akibat hukum pelaksanaan akuisisi PT.

Alfa Retalindo, Tbk. oleh PT. Carrefour Indonesia bagi pasar modern ditinjau

dari hukum persaingan usaha.

Perbedaan penelitian Wulanda Roselina dengan penulis terletak pada

materi dan permasalahan yang dikaji, dimana penulis menganalisis tentang

penerapan syarat-syarat perdagangan (trading terms) oleh PT. Carrefour

Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo menurut putusan Mahkamah

Page 20: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

9

Agung Nomor: 502 K/Pdt.Sus/2010, dan mengenai landasan hukum KPPU

menganggap PT. Carrefour Indonesia melanggar syarat-syarat perdagangan.

Selanjutnya penelitian oleh Nurdinasari yang berjudul “Analisis Yuridis

Akuisisi Carrefour Terhadap Alfa Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat”, (Universitas Brawijaya, Fakultas Hukum) Tahun 2011).

Penelitian ini menjelaskan dalam perkembangannya PT. Carrefour Indonesia

melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat pasca akuisisi

dan melanggar pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. KPPU

sebagai lembaga otoritas persaingan usaha melakukan pemeriksaan terhadap

PT. Carrefour Indonesia yang pada akhirnya dikeluarkanlah putusan KPPU

No 09/KPPU-L/2009 yang di dalam putusannya, ternyata menganulir pasal

28 karena belum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur. Namun, KPPU

tetap dapat menetapkan sanksi administratif yang berupa pembatalan akusisi

PT. Carrefour Indonesia terhadap PT. Alfa Retalindo. (Analisis Yuridis

Akuisisi Carrefour Terhadap Alfa Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat, SKRIPSI. Universitas Brawijaya, 2011. Nurdinasari

Paramita)

Buku yang berjudul “Akuisisi PT. Carrefour Indonesia Terhadap PT.

Alfa Retailindo Ditinjau dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat” yang ditulis

oleh Angga Adilla Gussman S.H di bawah bimbingan Sularto S.H, C.N, M.

Page 21: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

10

Hum dan diterbitkan oleh Universitas Gajah Mada menjelaskan akuisisi yang

dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia terhadap PT. Alfa Retailindo dinilai

KPPU sebagai bentuk perbuatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,

terhadap Putusan KPPU tersebut PT. Carrefour Indonesia mengajukan

keberatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan putusan yang dikeluarkan

hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memenangkan gugatan PT.

Carrefour Indonesia terhadap KPPU.

Setelah melalui riset dan melihat pemeriksaan KPPU pada putusan

perkaranya, akuisis yang dilakukan PT. Carrefour Indonesia terhadap PT.

Alfa Retailindo melanggar Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 pasal 17 ayat

(1) dan pasal 25, melihat putusan hakim terkait permasalahan ini, dapat

dikatakan bahwa hakim tidak objektif melihat masalah ini dan putusan hakim

tidak tepat. Akuisisi yang dilakukan PT. Carrefour Indonesia ini juga

memiliki dampak negatif bagi pemasok barang ke gerai PT. Carrefour

Indonesia dimana Trading Terms terus meningkat dan pemasok sangat

dirugikan. (Akuisisi PT. Carrefour Indonesia Terhadap PT. Alfa Retailindo

Ditinjau dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Angga Aldilla Gusman S.H,

2011, Penerbit Universitas Gajah Mada; Yogyakarta).

E. Kerangka Konseptual

Suatu Kerangka Konsepsional merupakan kerangka yang

menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin diteliti.

Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti tetapi merupakan

Page 22: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

11

abstraksi dari gejala tersebut. Gejala biasanya dinamakan fakta sedangkan

konsep merupakan uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta

tersebut.7 Penulisan skripsi ini menggunakan definisi operasional sebagai

berikut:

1. Pelaku Usaha

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dimaksud

dengan pelaku usaha adalah setiap orang atau badan usaha, yang yang

berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang

ekonomi.

2. Pemasok

Pasal 1 ayat (7) Peraturan Presiden tentang Penataan dan Pembinaan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern mendefinisikan

pemasok adalah pelaku usaha yang secara teratur memasok barang kepada

Toko Modern dengan tujuan untuk dijual kembali melalui kerjasama

usaha.

3. Hukum Persaingan Usaha

Menurut Arie Siswanto, dalam bukunya yang berjudul ”Hukum

Persaingan Usaha” yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha

7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, Cet. III,

2008), h. 132

Page 23: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

12

(competition law) adalah instrument hukum yang menentukan tentang

bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Meskipun secara khusus

menekankan pada aspek “persaingan”, hukum persaingan usaha juga

menjadi perhatian dari hukum persaingan adalah mengatur persaingan

sedemikian rupa, sehingga ia tidak menjadi sarana untuk mendapatkan

monopoli.8

4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

KPPU adalah lembaga independen yang memiliki tugas utama

melakukan penegakkan hukum persaingan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam melaksanakan tugasnya,

KPPU diberi wewenang untuk menyusun pedoman yang berkaitan dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, sebagaimana tercantum dalam

pasal 35 huruf f.9

5. Toko Modern

Pasal 1 ayat (5) Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pedoman

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern, bahwa yang dimaksud dengan toko modern adalah toko dengan

sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran

yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store,

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.

8 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, Cet. II, 2009), h. 1. 9 Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 tahun 2009,

(Tanggal 1 Juli 2009).

Page 24: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

13

6. Persaingan Usaha Tidak Sehat

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha

dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan atau

jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur aatau melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha.

7. Penguasaan Pasar

Penguasaan pasar adalah kegiatan yang dilarang karena dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha

yang tidak sehat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19, Pasal 20, dan

pasal 21 Undang-Undang Anti Monopoli tersebut.

8. Posisi Dominan

Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang

dimaksud dengan posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha

tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan

dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi

tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan

kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan,

serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang

atau jasa tertentu.

Page 25: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

14

9. Perdagangan

Asal kata dari perdagangan adalah “dagang”, yang artinya adalah

perbuatan yang berkaitan dengan menjual dan membeli barang untuk

memperoleh keuntungan.10

10. Syarat Perdagangan (Trading Terms)

Pasal 1 ayat (10) Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pedoman

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern Syarat perdagangan (trading terms) adalah syarat-syarat dalam

perjanjian kerjasama antara Pemasok dan Toko Modern/Pengelola

Jaringan Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket yang

berhubungan dengan pemasokan produk-produk yang diperdagangkan

dalam Toko Modern yang bersangkutan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisis dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu;

sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti

tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.11

Sedangkan penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang

didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang

10

Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta, Rineka Cipta, Cet. V, 2007), h. 87

11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, Cet. III,

2008), h. 42.

Page 26: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

15

bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

dengan jalan menganalisanya, untuk kemudian mengusahakan suatu

pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala

yang bersangkutan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan

mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-

undangan dan keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku di

masyarakat atau juga yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di

masyarakat.12

2. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis

normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah Pendekatan Perundang-

Undangan (statute approach) dan Pendekatan Konsep (conceptual

approach), dan Pendekatan Kasus.13

Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-

aturan terkait bagaimana persaingan usaha yang sehat dalam penguasaan

suatu kegiatan pasar dimana dalam kasus tingkat kasasi di Mahkamah

Agung antara KPPU dengan PT. Carrefour Indonesia, KPPU menduga

bahwa PT. Carrefour Indonesia terbukti secara sah dan meyakinkan

12

Soerdjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan

di Dalam Penelitian Hukum, (Jakarta : Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia, 1979), h.

18. 13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Surabaya: Kencana, Cet. VI, 2010),

h. 96.

Page 27: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

16

melanggar Pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999, terkait penerapan syarat-syarat perdagangan

(trading terms) oleh PT. Carrefour Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa

Retalindo.

Pendekatan Konseptual (conceptual approach) diterapkan guna

memahami konsep-konsep persaingan usaha tidak sehat dan penguasaan

pasar yang mengakibatkan terjadinya posisi dominan.

Pendekatan Kasus (case approach) diterapkan dalam mengamati telaah

beberapa kasus yang sudah menjadi putusan pengadilan tetap yang

berhubungan dengan kasus Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat.

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer

meliputi perundangan-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim14

.

Dalam penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum primer adalah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Bahan Hukum Sekunder

14

Peter Mahmud marzuki. Penelitian Hukum, (Surabaya: Kencana, Cet. VI, 2010)

h. 141.

Page 28: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

17

Bahan Hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang

hukum meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan

komentar-komentar atas putusan pengadilan

c. Bahan non-Hukum

Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder yang dipandang perlu. Bahan non hukum dapat

berupa buku-buku mengenai Ilmu Politik, Ekonomi, Sosiologi, Filsafat,

Kebudayaan atau laporan-laporan penelitian non-hukum sepanjang

mempunyai relevansi dengan topik penelitian. Bahan-bahan non-hukum

tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas wawasan

peneliti.

4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan

sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih

sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap

bahan hukum tersebut yang akhirnya akan diketahui bagaimana hasil dari

analisis putusan Mahkamah Agung Nomor: 502 K/Pdt.Sus/2010

berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan mengapa

penerapan syarat-syarat perdagangan (trading terms) PT. Carrefour

Page 29: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

18

Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo masih dianggap sebagai

pelanggaran oleh KPPU.

G. Sistematika Penelitian

Skripsi disusun dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab,

masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab guna lebih memperjelaskan

ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Penulisan skripsi ini

mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”. Adapun urutan dan tata letak

masing-masing bab serta pokok pembahasnnya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, memuat: Latar Belakang, dilanjutkan

dengan Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Umum Persaingan Usaha Tidak Sehat (Unfair

Competitioni). Bagian ini akan membahas tentang pengertian hukum

persaingan usaha dan perkembangannya di Indonesia, kemudian dibahas juga

mengenai regulasi hukum dalam hukum persaingan usaha, dan pendekatan

yang digunakan dalam hukum persaingan usaha.

BAB III Tinjauan Umum Ritel di Indonesia. Bab ini membahas

mengenai pengertian ritel dan perkembangannya di Indonesia, kebijakan

regulasi ritel di Indonesia, dan permasalahan industri ritel di Indonesia.

BAB IV Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor:

520 K/Pdt.Sus/2010 terkait Penerapan Syarat-Syarat Perdagangan

Page 30: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

19

(trading terms) oleh PT. Carrefour Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa

Retalindo. Bab ini akan membahas mengenai upaya menaangani praktik

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dan mengapa penerapan syarat-

syarat perdagangan (trading terms) PT. Carrefour Indonesia pasca akuisisi

PT. Alfa Retalindo masih dianggap sebagai pelanggaran oleh KPPU, dan

akibat hukum pasca putusan Mahkamah Agung Nomor: 520 K/Pdt.Sus/2010

terkait penerapan syarat-syarat perdagangan (Trading Terms) oleh PT.

Carrefour Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo

BAB V Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan

skripsi ini, untuk itu penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil

penelitian, disamping itu penulis memberikan beberapa saran yang diangap

perlu.

Page 31: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

20

BAB II

TINJAUAN UMUM

HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA

A. Pengertian dan Perkembangan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia

1. Pengertian Hukum Persaingan Usaha

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha

adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan

persaingan usaha. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentu

pengertian hukum persaingan usaha yang demikian itu tidaklah mencukupi.

Oleh karenanya, perlu dikemukakan beberapa pengertian hukum persaingan

usaha dari para ahli hukum persaingan usaha.

Hukum persaingan usaha merupakan prasyarat ekonomi pasar bebas

yang memberikan empat keuntungan dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

Yaitu, terciptanya harga yang kompetitif, peningkatan kualitas hidup oleh

karena inovasi yang terus-menerus, mendorong dan meningkatkan mobilitas

masyarakat, serta adanya efisiensi baik efisiensi produktif maupun alokatif.

Namun demikian, keuntungan tersebut dapat kita nikmati hanya jika terdapat

faktor-faktor penentu, yaitu; stabilitas dan prediktabilitas hukum, keadilan,

pendidikan, dan kemampuan aparat penegak hukum.15

Menurut Arie Siswanto, dalam bukunya yang berjudul “Hukum

Persaingan Usaha” yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha

(competition law) adalah instrument hukum yang menentukan tentang

15

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, Cet. II, 2009), h. 2.

Page 32: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

21

bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Meskipun secara khusus

menekankan pada aspek “persaingan”, hukum persaingan juga menjadi

perhatian dari hukum persaingan yang mengatur persaingan sedemikian rupa,

sehingga tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli.

Sedangkan dalam Kamus Lengkap Ekonomi yang ditulis oleh

Christoper Pass dan Bryan Lowes, yang dimaksud dengan Competition Law

(hukum persaingan) adalah bagian dari perundang-undangan yang mengatur

tentang monopoli, penggabungan dan pengambilalihan, perjanjian

perdagangan yang membatasi dan praktik anti persaingan.16

Beberapa negara mengenal hukum persaingan dengan sebutan

Antitrust Law (hukum persaingan usaha) seperti di Amerika Serikat atau

Antimonopoly Law seperti di Jepang, atau Restrictive Trade Practices Law

seperti di Australia. Di Indonesia istilah yang sering digunakan adalah Hukum

Persaingan atau Hukum Antimonopoli. Terlepas dari penyebutan yang sangat

bervariasi, secara umum tujuan pokok dari hukum persaingan (hukum

persaingan usaha) adalah (a) menjaga agar persaingan antar pelaku usaha tetap

hidup, (b) agar persaingan yang dilakukan antar-pelaku usaha dilakukan

secara sehat, dan (c) agar konsumen tidak dieksploitasi oleh pelaku usaha.

Tiga tujuan umum ini sebenarnya dalam rangka mendukung system ekonomi

pasar yang dianut oleh suatu negara. Tanpa adanya hukum persaingan dalam

16

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Cet. II, 2009), h. 3.

Page 33: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

22

system ekonomi pasar tidak akan dapat dihindarkan praktek monopoli,

oligopoly, penetapan harga, dan lain sebagainya.17

2. Perkembangan Hukum Persaingan Usaha

Sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Indonesia

tidak memiliki hukum persaingan yang komprehensif. Pengaturan tentang

persaingan terdapat diberbagai peraturan perundang-undangan seperti Pasal

382bis KUHP yang menerangkan tentang persaingan usaha yang dilakukan

secara curang dan tidak jujur dan berkaitan dengan perbuatan penipuan,

kemudian Pasal 1365 KUHPerdata menjelaskan segala perbuatan yang

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang bersalah untuk

mengganti kerugian yang diderita orang atau pelaku usaha tersebut.18

Antitrust Law (Hukum Persaingan Usaha) sering dianggap inheren

ada di sebuah negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Eksistensi Hukum

Persaingan Usaha, sejak berlakunya Sherman Act di Amerika Serikat yang

merupakan bentuk formal pertama dari penegakan Hukum Persaingan Usaha,

telah melahirkan pro dan kontra. Golongan yang pro tentu menilai penting

Hukum Persaingan Usaha agar pasar tetap kompetitif dan konsumen

terlindungi dari pelaku-pelaku usaha yang bertindak abusive. Sedangkan

golongan yang kontra seringkali menganggap Hukum Persaingan Usaha justru

17

Hikmahanto Juwana, Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional. (Jakarta:

Lentera Hati, Cet. I, 2002), h. 53. 18

www.hukumonline.com, Udin Silalahi: Monopoli dan Perbuatan Curang.

Diakses pada 29 Agustus 2014 dari situs:

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol8378/monopoli-dan-perbuatan-curang.

Page 34: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

23

melanggar prinsip-prinsip dari ekonomi liberal dan cermin intervensi

berlebihan negara terhadap pasar.19

Dalam headlines KPPU, Pada rangkaian CPLG Meeting hari kedua

yang berlangsung pada tanggal 4 Februari 2013, terdapat presentasi dari

Delegasi Ekonomi APEC yang hadir dalam pembahasan agenda berupa

Laporan Ekonomi dan Presentasi dalam Update dan Perkembangan Kebijakan

Persaingan. Ekonomi APEC yang turut memberi presentasinya adalah

Australia, Brunei Darussalam, Chile, China, Indonesia, Jepang, Malaysia,

Rusia, Chinesse Taipei, Thailand, dan USA. Dalam presentasi ini, Delegasi

Ekonomi APEC memberi pemaparan terkait Pengenalan terhadap Hukum

Persaingan dan Perubahan terhadap Kebijakan dan Hukum Persaingan, serta

Penegakan Kebijakan dan Hukum Persaingan yang Disertai Kasus-kasus

Terkait.20

B. Regulasi Persaingan Usaha di Indonesia

Regulasi atau pengaturan persaingan usaha baru terwujud pada tahun

1999 saat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat disahkan. Kelahiran Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut ditunjang pula dengan tuntutan

19

www.law.ui.ac.id. Persaingan Usaha dan Peran Negara. Diakses pada 29

Agustus 2014 dari situs : http://law.ui.ac.id/v2/buletin/opini/67-persaingan-usaha-dan-peran-

negara 20

www.kppu.go.id, Perkembangan Hukum Persaingan di Indonesia. Diakses pada

29 Agustus 2014 dari situs: http://www.kppu.go.id/id/2013/02/perkembangan-hukum-

persaingan-di-indonesia/

Page 35: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

24

masyarakat akan reformasi total dalam tatanan kehidupan berbangsa dan

bernegara, termasuk penghapusan kegiatan monopoli di segala sektor.

Undang-undang tentang larangan praktik monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat yang dimaksudkan untuk menegakkan aturan hukum dan

memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha di dalam upaya

untuk menetapkan persaingan usaha yang sehat. Undang-undang ini

memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih mendorong percepatan

pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum, serta

sebagai implementasi dari semangat dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945.21

Secara substansi, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur 3

(tiga) larangan pokok, yaitu; (1) perjanjian yang dilarang, (2) kegiatan yang

dilarang, dan (3) larangan yang berkaitan dengan posisi dominan.22

1. Perjanjian Yang Dilarang

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan bahwa

Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk

mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama

apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.23

Adapun perjanjian yang

dilarang adalah sebagai berikut.

a. Melakukan praktek oligopoli (pasal 4)

b. Penetapan harga / price fixing (pasal 5, 6, 7, dan 8)

21

Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, Cet. II, 2004), h. 78. 22

Hikmahanto Juwana, Hukum ekonomi dan Hukum Internasional. (Jakarta:

Lentera Hati, Cet. I, 2002), h. 60-62. 23

Indoneisa, Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, No. 5. LN No. 33 Tahun 1999, ps. 1 Angka 17.

Page 36: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

25

c. Pembagian wilayah / market allocation (pasal 9)

d. Pemboikotan / boycott (pasal 10)

e. Kartel / cartel (pasal 11)

f. Trust (pasal 12)

g. Oligopsoni

h. Perjanjian tertutup

i. Perjanjian dengan pihak luar negeri.24

2. Kegiatan Yang Dilarang

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 kegiatan yang

dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha adalah sebagai berikut:

a. Monopoli (pasal 17)

b. Monopsoni (pasal 18)

c. Penguasaan pasar (pasal 19, 20, 21)

d. Persekongkolan (pasal 22, 23, 24)25

Perbedaan antara kegiatan yang dilarang dengan perjanjian yang

dilarang terletak pada jumlah pelaku usaha. Dalam perjanjian yang

dilarang paling tidak harus ada dua pelaku usaha karena suatu perjanjian

menghendaki paling tidak dua subjek hukum. Sementara dalam kegiatan

yang dilarang, tidak tertutup untuk dilakukan oleh satu pelaku.

Terhadap kegiatan yang dilarang diberi pengecualian, yaitu apabila

kegiatan tersebut dilakukan oleh pelaku usaha yang tergolong dalam usaha

kecil atau kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk

melayani anggotanya.26

24

Undang-Undang No.5 dan KPPU: Prosiding Rangkaian Lokakarya Terbatas

Masalah-Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004: Jakarta 17-

18 Mei 2004 /tim edtor, Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum,

2004). 25

Undang-Undang No.5 dan KPPU: Prosiding Rangkaian Lokakarya Terbatas

Masalah-Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004: Jakarta 17-

18 Mei 2004 /tim edtor, Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum,

2004). 26

Hikmahanto Juwana, Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional. (Jakarta: lentra

Hati, Cet. II, 2002), h. 60-62.

Page 37: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

26

3. Posisi Dominan

Larangan berikutnya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 adalah larangan yang berkaitan dnegan posisi dominan.

Secara esensial pengertian posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku

usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti, atau pelaku usaha

mempunyai posisi lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya dalam hal

kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pemasok atau penjualan,

serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan pasokan atau

permintaan barang atau jasa tertentu.27

Menurut Undang-Undang Antimonopoli (UU No.5/1999) ada tiga

bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang lazim sebagai berikut: 28

a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah

dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang atau jasa yang

bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas.

b. Membatasi pasar dan atau teknologi.

c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjad pesaing untuk

memasuki pasar yang bersangkutan.29

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

bahwa posisi dominan yang dilarang dalam dunia usaha dikategorikan

dalam 4 (empat) bentuk sebagai berikut:

27

Pasal 1 Angka (4), Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. No.5, LN No. 33 Tahun 1999. 28

Suhasril, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat di Indonesia. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 143. 29

Pasal 25 ayat (1), Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persangan Usaha Tidak Sehat. No.5, LN No.33 Tahun 1999.

Page 38: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

27

a. Batasan posisi dominan (pasal 25)

b. Jabatan rangkap (pasal 26)

c. Pemilikan saham (pasal 27)

d. Penggabungan, peleburan, dan pengambil alihan (pasal 28 dan 29).30

Adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pelaku usaha tetap

dapat menjalankan usahanya walaupun tidak diperbolehkan melanggar

Undang-Undang tersebut. Jadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persainga Usaha Tidak Sehat ini

bukan untuk mematikan perusahaan-perusahaan besar, tapi justru

mendorong perusahaan besar, asalkan berjuang dengan kemampuannya

sendri dan tidak melakukan praktik persaingan usaha yang tidak sehat.31

Asas yang digunakan sebagai landasan dalam pembentukan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 berdasar ketentuan Pasal 2 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999, yang merumuskan: “pelaku usaha di Indonesia

dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi

dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha

dan kepentingan umum,” sebenarnya adalah demokrasi ekonomi.32

Dengan demikian kelahiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan

perlindungan yang sama kepada setiap pelaku usaha dalam berusaha,

30

Suhasril, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat di Indonesia. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 144 31

Tarita Kooswanto, dkk. Keadaan Pasar Indonesia Pasca Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. ( Jurnal Private Law, Volume 2, No. 1, Tahun 2013), h. 62 32

Rahadi Wasi Bintoro, Aspek Hukum Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar

Modern, (Jurnal Dinamika Hukum, Volume 10, No. 3, Tahun 2010), h. 365

Page 39: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

28

dengan cara mencegah timbulnya praktik-praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha yang tidak sehat lainnya dengan harapan dapat

menciptakan iklim usaha yang kondusif, di mana setiap pelaku usaha dapat

bersaing secara wajar dan sehat.33

C. Kedudukan KPPU dalam Hukum Persaingan Usaha

1. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

KPPU merupakan lembaga negara komplementer (state auxiliary

organ)34

yang mempunya wewenang berdasarkan Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 untuk melakukan penegakan hukum persaingan usaha.

Dasar hukum pembentukan Komisi Pengawas adalah pasal 30 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan : “untuk

mengawasi pelaksanaan undang-undang ini dibentuk Komisi Pengawas

Persaingan Usaha”.35

Berlakunya undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai landasan

kebijakan persaingan diikuti dengan berdrinya Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) guna memastikan dan melakukan pengawasan

terhadap dipatuhinya ketentuan dalam Undang-Undang Anti Monopoli

tersebut. Kelembagaan KPPU diatur lebih lanjut dengan Keputusan

33

Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2004), h. 80. 34

Budi L. Kragmanto, Implementasi UU No. 5 Tahun 1999 oleh KPPU, (Jurnal

Ilmu Hukum Yustista, 2007), h. 2. 35 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di

Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. II. 2012), h. 277.

Page 40: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

29

Presden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan

Usaha sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 80

Tahun 2008.

KPPU sebagai lembaga pengawasan persaingan usaha merupakan

lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan

pemerintah serta pihak lain. Tujuan pembentukan KPPU ini adalah untuk

mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat demi

terwujudnya perekonomian Indonesia yang efisien melalui penciptaan

iklim usaha yang kondusif dan kompetitif, yang menjamin adanya

kesempatan berusaha. Perlu ditekankan bahwa melalui pengawasan yang

dimilikinya, KPPU diharapkan dapat menjaga dan mendorong agar system

ekonomi pasar lebih efisiensi produksi, konsumsi, dan alokasi, sehingga

pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat.36

Status Komisi diatur dalam pasal 30 ayat (2) Dalam ayat (3)

disebutkan bahwa :”Komisi bertangung jawab kepada presiden.”37

Komisi

bertanggung jawab kepada presiden disebabkan Komisi melaksanakan

sebagian dari tugas-tugas pemerintah, dimana kekuasaan tertinggi

36

Suyud Margono Tantangan Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia.

(Jurnal Hukum. Bisnis, Volume 19, Mei-Juni 2002), h. 5. 37

C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta:

Sinar Grafika, Cet. 4, 2008), h. 200.

Page 41: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

30

pemerintah berada dibawah presiden.38

Jadi, sudah sewajarnya jika Komisi

bertangung jawab kepada presiden.

2. Tugas dan Wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

KPPU adalah lembaga publik, penegak dan pengawas pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, serta wasit independen dalam

rangka menyelesaikan perkara-perkara yang berkaitan dengan larangan

monopoli dan persangan usaha tidak sehat.39

Adapun tugas dan wewenang

KPPU adalah sebagai berikut.

2.1. Wewenang KPPU

KPPU dalam kedudukannya sebagai pengawas, Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 pasal 36 dan pasal 47 telah memberikan

kewenangan khusus kepada Komisi. Secara garis besar, kewenangan

Komisi dapat dibagi dua, yaitu wewenang aktif dan wewenang pasif.40

Wewenang aktif adalah wewenang yang diberikan kepada komisi

melalui penelitian. Komisi berwenang melakukan penelitian terhadap

pasar, kegiatan, dan posisi dominan. Komisi juga berwenang melakukan

penyelidikan, menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau pemeriksaan,

memanggil pelaku usaha, memanggail dan menghadirkan saksi-saksi,

meminta bantuan penyelidikan, meminta keterangan dari instansi

38

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan memerintah menurut Undang-Undang

Dasar.” 39

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, Cet. II, 2009), h. 75. 40

Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di

Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. II. 2012), h. 78.

Page 42: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

31

pemerintah, mendapatkan dan meneliti dokumen dan alat bukti lain,

memutuskan dan menetapkan, serta menjatuhkan sanksi administratif.

Adapun wewenang pasif, menerima laporan dari masyarakat dari

atau dar pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat.

Menurut Pasal 36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 bawa

Wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut.41

a. Menerima laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku usaha tentang

dugaan telah terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha

tidak sehat.

b. Melakukan penelitian mengenai dugaan adanya kegiatan usaha atau

tindakan pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan

/atau persaingan persaingan usaha tidak sehat.

c. Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap kasus-kasus

dugaan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang

didapatkan karena laporan masyarakat, laporan pelaku usaha,

ditemukan sendiri oleh komisi pengawas dari hasil penelitian.

d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau pemeriksaan tentang adanya

suatu praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

e. Melakukan pemanggilan terhadap pelaku usaha yang diduga telah

melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Anti Monopoli.

f. Melakukan pemanggilan dan menghadirkan saksi-saksi, saksi ahli, dan

setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan

Undang-Undang Anti Monopoli.

g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi-

saksi, saksi ahli atau pihak lainnya yang tidak bersedia memenuhi

panggilan Komisi Pengawas.

h. Meminta keterangan dari nstansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang

melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Anti Monopoli

i. Mendapatkan, meneliti, dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti

lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan.

j. Memberikan keputusan atau ketetapan tentang ada atau tidaknya

kerugian bagi pelaku usaha fair, atau masyarakat.

k. Menginformasikan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diiduga

melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

41

Pasal 36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Page 43: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

32

l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan adminstratif kepada pelaku usaha

yang melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999.

2.2. Tugas KPPU

Atas kewenangan tersebut, maka komisi memiliki beberapa tugas

sebagaimana yang tertera dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999. 42

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat,

seperti; oligopoli, diskriminasi harga (price discrimination), penetapan

harga (price fixing/price predatory), pembagian wilayah (market

allocation), pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertical,

perjanjian tertutup, dan perjanjian dengan pihak luar negeri.

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/atau tindakan pelaku

usaha yang dilarang, seperti monopoli, monopsony, penguasaan pasar,

dan persekongkolan.

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan

posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli

dan/atau persaingan usaha yang tidak sehat, yang dapat timbul melalui

posisi dominan, jabatan rangkap, pemilikan saham, penggabungan,

peleburan, serta pengambilalhan.

d. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah

yang berkaitan dengan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha

tidak sehat.

e. Menyusun pedoman dan/atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999.

f. Memberi laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada presiden

dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

3. Penyelesaian Perkara oleh KPPU

Sebagai lembaga pengawas yang memliki fungsi mengakkan hukum

persaingan usaha, KPPU mengalami banyak hambatan dan tantangan yang

harus ditempuh, terlebih masalah hukum persaingan usaha merepukan

pengaturan hukum yang baru di negeri ini. Selama sepuluh tahun ini,

42

Pasal 35. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Page 44: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

33

KPPU tergolong aktif melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perlu

dievaluasi dampak Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat yang secara langsung maupun tidak

langsung telah dirasakan manfaatnya oleh dunia usaha dan masyarakat

luas di Indonesia.

Persaingan usaha yang sehat dapat menjadi bagian dari budaya

bangsa Indonesia yang pada akhirnya menghasilkan efisiensi,

produktifitas, dan daya saing bangsa yang semakin tinggi. Kehadiran

Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat dan hasil kinerja KPPU ini telah dirasakan oleh masyarakat.

Sejarah menunjukan bahwa KPPU telah sanggup menghasilkan

putusan pada awal tahun dibentuk dan berdrinya KPPU berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (Kepres 75/1999) dan Keputusan Presiden Nomor

164/M Tahun 2000 tentang Pengangkatan Anggota KPPU Masa Jabatan

2000-2005.

Dalam menyelesaikan dan memutuskan perkara seperti diuraikan di

atas, KPPU menangani perkara berdasarkan laporan yang masuk ke KPPU

ataupun berdasarkan inisiatif KPPU dalam melihat fenomena yang terjadi

dalam dunia usaha. Pelaksanaan kedua mekanisme ini sama mulai dari

proses pemeriksaan sampai kepada putusan, hanya sumber sampainya

kasus tersebut ke secretariat KPPU yang berbeda, pertama berdasarkan

Page 45: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

34

laporan, kedua berdasarkan inisiatif atau penelitian yang dilakukan sendiri

oleh KPPU.

Berikut ini diuraikan hasil putusan KPPU sejak tahun 2001 hingga

tahun 2009 dalam penegakan hukum yang dilakukan KPPU.

Tabel 1. Putusan KPPU (2001-2009)

2001 2 Putusan

2002 7 Putusan

2003 5 Putusan

2004 7 Putusan

2005 10 Putusan

2006 16 Putusan

2007 14 Putusan

2008 49 Putusan

2009 24 Putusan

Jumlah 134 Putusan

Keputusan yang dihasilkan KPPU bersifat mengikat, tetapi tidak

final, sebab masih dimungknkan kepada pihak terlapor untuk mengajukan

keberatan atas putusan KPPU kepada Pengadilan Negeri tempat terlapor

berdomisili, bahkan proses hukum ini juga dapat berlangsung hingga

tingkat Mahkamah Agung. Proses tersebut menunjukan bahwa terdapat

fungsi kontrol yang berimbang tetap dilakukan dalam

mengimplementasikan penegakan hukum persaingan usaha. Tugas KPPU

Page 46: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

35

dalam menyelesaikan perkara dan membuat putusan atau vonis

menunjukan bahwa kedudukan KPPU dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya untuk mengatasi praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat sudah sangat terukur. Hal ini terlihat dari kasus yang dilakukan

penyelidikan dan pemeriksaan sampai akhirnya memutus perkara

persaingan usaha dari tahun 2001-2009 seperti sudah diuraikan diatas.

Putusan KPPU terkait dengan perkara PT. Carrefour Indonesia

mengenai pemberlakuan syarat-syarat perdagangan (trading terms), para

pemasok merasa dirugikan atas pemberlakuan trading terms oleh PT.

Carrefour Indonesia karena setiap tahunnya terdapat penambahan jenis

item serta menaikkan biaya dan persentase fee trading terms. PT.

Carrefour Indonesia juga tidak membedakan antara pemasok berskala

besar dan pemasok berskala kecil dalam hal pemberlakuan syarat-syarat

perdagangan tersebut. Adanya Trading Terms melahirkan diskriminasi

karena terjadi penguasaan pasar yang dilakukan oleh PT. Carrefour

Indonesia.43

43

Alum Simbolon, Kedudukan Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Melaksanakan Wewenang Penegakan Hukum Persaingan Usaha, (Jurnal Mimbar Hukum,

Nomor 3, Volume 24, 2012), h. 377-569.

Page 47: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

36

BAB III

TINJAUAN UMUM

RITEL DI INDONESIA

A. Pengertian dan Perkembangan Ritel di Indonesia

1. Pengertian Ritel

Kata ritel berasal dari bahasa Prancis, retailer, yang berarti memotong

atau memecah sesuatu. Menurut Christina Whidya Utami dalam buku yang

berjudul Manajemen Ritel, Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami

sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara

langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan

penggunaan bisnis.

Masih dalam buku yang sama Christina Whidya Utami melanjutkan

definisi dari ritel sebagai berikut: “Ritel juga merupakan perangkat dari

aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-

produk dan layanan penjualan kepada konsumen untuk penggunaan atau

konsumsi perseorangan maupun keluarga”.44

Ritel merupakan sektor industri yang sangat terkenal dan sudah

mendominasi kehidupan masyarakat Indonesia turun-temurun sejak dahulu

kala. Hal ini ditandai dengan tersebarnya warung dan toko kelontongan di

hampir tiap daerah, mulai dari pelosok hingga kota besar. Industri ini tumbuh

dan berkembang sedemikian cepat seiring dengan pertambahan laju

44

Mumuh Mulyana, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Ritel Dalam

Meningkatkan Kinerja Perusahaan.(Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 10, No. 2, Tahun

2010), h. 165

Page 48: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

37

penduduk. Industri ini juga semakin popular sejak masuknya ritel modern di

Indonesia, yakni ketika Mart berlabel (Indomart, Alfamart, dan afiliasinya)

marak tumbuh bak jamur di musim hujan, hingga yang paling fenomenal

ketika ritel asing asal Prancis, Carrefour, masuk ke Indonesia dengan ekspansi

usahanya yang cukup mengundang kontroversi.45

Penggolongan ritel di Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan

sifatnya, yaitu ritel yang bersifat tradisional atau konvensional dan yang

bersifat modern. Ritel yang bersifat tradisional adalah sejumlah pengecer atau

pedagang eceran yang berukuran kecil dan sederhana, misalnya toko-toko

kelontongan, pengecer atau pedagang eceran yang berada di pinggir jalan,

pedagang eceran yang berada di pasar tradisional, dan lain sebagainya.

Kelompok bisnis ritel ini memiliki modal yang sedikit dengan fasilitas yang

sederhana. Ritel modern adalah sejumlah pedagang eceran atau pengecer

berukuran besar, misalnya dengan jumlah gerai yang cukup banyak dan

memiliki fasilitas toko yang sangat lengkap dan modern.46

Regulasi pemerintah mengenai bisnis ritel dengan diberlakukannya

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasar tradisional

merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah

45

Maria Madgalena Minarsih. Pedagang Kecil” Warung” Dalam Gempuran Ritel

Modern. (Jurnal Dinamika Sains, Volume 11, No.26, Tahun 2013), h. 86. 46

Euis Soliha, Analisis Industri Ritel di Indonesia. (Jurnal Bisnis dan Ekonomi,

Volume 15 No. 2 Tahun 2008), h. 130.

Page 49: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

38

Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah

termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los

dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya

masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan

proses jual beli barang dengan melalui tawar menawar.

Sedanglan Toko Modern merupakan toko dengan sistem pelayanan

mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk

Minimarket, Supermarket, Departement Store, Hypermarket ataupun grosir

yang berbentuk Perkulakan.47

2. Perkembangan Ritel di Indonesia

Perkembangan industri ritel di Indonesia dipelopori oleh pemerintah

dengan didirikannya Sarinah sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di

Jakarta. Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama bermunculan ritel-ritel

baru dan puncaknya pada tahun 1997 pemerintah melalui surat Keputusan

Menteri Keuangan Nomor : 455/KMK/01 tahun 1997 memberikan ijin masuk

bagi ritel-ritel asing seperti Carrefour dan Continent.48

Liberalisasi pasar ritel di Indonesia terjadi sejak ditandatanganinya LOI

(Letter of Intent) antara pemerintah Indonesia dengan Dana Moneter

Internasional (IMF) tahun 1998. Salah satu hasil LOI tersebut adalah

47

Tri Joko Utomo, Persaingan Bisnis Ritel: Tradisional Vs Modern. (Jurnal Fokus

Ekonomi Volume 6, No. 1, Tahun 2011): 122-133. 48

Muhammad Kholid Mawardi, Persaingan Industri Ritel di Indonesia Dengan

Model” Lima Kekuatan Pesaing M. Porter”. (Jurnal iqtishoduna 2008)

Page 50: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

39

memberikan kebebasan kepada investor asing masuk ke industri ritel.

Kebijakan liberalisasi pasar ritel ini diatur pertama kali dengan Keppres No.

99/1998 dan SK Menteri Investasi No. 29/SK/1998. Sejak tahun 1998 itulah

Carrefour salah satu retailer asing asal Prancis masuk ke Indonesia.

Saat ini kran investasi asing dibuka lebar-lebar melalui Undang-Undang

Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 dan Undang-Undang PT Nomor 40

Tahun 2007. Melalui kedua Undang-Undang ini peritel asing bukan saja boleh

berusaha membuka gerai di mana-mana di seluruh Indonesia, bahkan secara

agresif investor asing mulai „mencaplok‟ peritel-peritel lokal. Perusahaan ritel

Hero dan Alfa misalnya, adalah sebagian dari perusahaan ritel di Indonesia

yang sudah dirambah oleh investor asing.49

Sejalan dengan perkembangan jaman maka lahirlah ritel modern yang

dikelola dengan manajemen dan teknologi modern. Ritel modern memberikan

pelayanan jasa yang baik, ruangan nyaman full AC, penyajian barang-barang

yang menarik, konsumen dapat melayani sendiri, harga pasti, dan bahkan

dapat menjadi tempat rekreasi bagi keluarga dimana ritel modern

menyediakan semua kebutuhan rumah tangga (one stop shopping centre).50

Ketatnya persaingan menyebabkan peta industri ritel sering mengalami

perubahan, terutama akibat intensitas keluar-masuknya peritel asing serta

49

Ali Jusmoro, Persaingan Usaha Pasar Riitel di Indonesia, Siapa Yang Menang?.

(Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27, No. 1,Tahun 2008), h. 4 50

M. Udin Silalahi, Persaingan di Industri Ritel Ditinjau Dar Aspek Hukum

Persaingan Usaha. (Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27, No. 1, Tahun 2008), h. 6

Page 51: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

40

akuisisi yang dilakukan peritel. Akuisisi cenderung dilakukan peritel besar

untuk mengembangkan usaha ritelnya menjadi format yang beragam (multi-

format), seperti minimarket, supermarket dan hypermarket. Hal ini seperti

yang dilakukan PT. Carrefour. PT. Carrefour yang telah sukses dengan

format hypermarketnya kemudian mengembangkan format supermarket

dengan mengakusisi PT Alfa Retailindo.

B. Kebijakan Regulasi Ritel di Indonesia

1. Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 dan Keputusan Presiden No

118 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 96

Tahun 2000

Dorongan pertama lahir dari munculnya kebijakan yang pro terhadap

liberalisasi ritel, antara lain diwujudkan dalam bentuk mengeluarkan bisnis

ritel dari negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA). Hal ini antara

lain diwujudkan dalam bentuk Keputusan Presiden No 96/2000 tentang

Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan

Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman Modal dan Keputusan Presiden No

118/2000 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000

tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka

Dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman Modal.

Kebijakan tersebut telah menyebabkan tidak adanya lagi pembatasan

kepemilikan dalam industri ritel. Setiap pelaku usaha yang memiliki modal

Page 52: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

41

cukup untuk mendirikan perusahaan ritel di Indonesia, maka dapat segera

melakukannya. Akibatnya, pelaku usaha di industri ini terus bermunculan. Hal

yang kemudian nampak sering menjadi kontroversi adalah kehadiran para

pelaku usaha asing seperti Carrefour. 51

Adanya liberalisasi bisnis ritel tidak terlepas dari Keppres No.

96/2000 mengenai bidang usaha terbuka dan tertutup bagi penanaman modal

asing yang menggolongkan ritel sebagai bidang usaha terbuka bagi

penanaman modal asing dan swasta nasional. Hal itulah, yang kemudian

bisnis ritel kini mulai disesaki oleh berbagai aktor swasta nasional maupun

swasta asing. Prospek keuntungan yang bisa diraih dari bisnis ritel di

Indonesia memang sangat tinggi. Berdasarkan data dari Asosiasi

Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pada 2011, omzet ritel modern

tercatat Rp 42 triliun, kemudian meningkat lagi pada 2006 menjadi

Rp50,8 triliun dan pada 2008 meningkat menjadi Rp 58,5 triliun. Hal

tersebut berlanjut pada 2010 dimana bisnis ritel modern tumbuh 12% dan

tahun 2012 ini diperkirakan ritel modern akan tumbuh 13%-15%. Kondisi

itu tentunya sangat kontras dengan kondisi perekonomian yang dihadapi

pasar tradisional. Menurut data yang dihimpun dari Kementrian

51

www.kppu.co.id, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan

Dan Pembinaan Usaha Pasar Modern Dan Usaha Toko Modern. Diakses pada 3 September

2014 dari situs : http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ritel.pdf

Page 53: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

42

Perdagangan tahun 2011 menyebutkan pasar tradisional mengalami

pertumbuhan minus 8,1 % setiap tahunnya.52

2. Perpres No. 112/2007

Kebijakan publik yang berhubungan dengan sektor distribusi jasa,

dimana setelah ditandatangani LOI, kehadiran peritel asing cenderung

mengalami peningkatan sejak keran pertama kali dibuka dalam bentuk

Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, serta Toko Modern (biasa disebut

Perpres Pasar Modern), didalam peraturan ini diatur 6 (enam) pokok masalah

yakni; Definisi, Zonasi, Kemitraan, Syarat Perdagangan (Trading Terms),

Kelembagaan Pengawas, dan Sanksi.

Permasalahan yang berkaitan dengan Zonasi atau tata letak lokasi

kewenangannya dilimpahkan kepada pemerintah daerah (Bupati/Walikota

atau Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta), Perpres No. 112/2007 mengacu

pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dan

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan

Pengembangan Usaha Kecil serta Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

52

Wasisto Raharjo Jati. Dilema Ekonomi: Pasar Tradisional versus Liberalisasi Bisnis

Ritel di Indonesia. (Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 4, No.2 Tahun 2012), h.

224.

Page 54: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

43

Hal yang paling pokok dalam Perpres No. 112/2007 yang terkait dengan

pemerintah daerah adalah soal kebijakan pemberian izin bagi pendirian Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Pasar Modern. Diserahkan kepada

Pemerintah Daerah, Bupati/Walikota atau Gubernur untuk Daerah Propinsi

DKI Jakarta (Pasal 12). Kaitan dengan ini, jauh sebelum dikeluarkannya

Perpres No. 112/2007, Pemda Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta di Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Perda ini mengatur tentang ketentuan jenis

usaha perpasaran swasta, seperti Pasar Swalayan, Toserba, pusat pertokoan,

Mall/Supermall/Plaza, dan Pusat Perdagangan, kemudian tentang produk-

produk yang dijual, luas dan jarak tempat penyelenggaraan usaha, waktu

pelayanan serta kewajiban dan larangan, termasuk kewajiban memperoleh izin

penyelenggaraan dari Gubernur.

Perpress No. 112/2007, juga mengacu pada Peraturan Pemerintah No.

44 Tahun 1997 tentang Kemitraan. Dengan memberikan penekanan pada

pengembangan kemitraan antara Pemasok Usaha Kecil dengan perkulakan,

Hypermarket, Department Store, Supermarket, dan pengelola jaringan

minimarket (Pasal 9) dan sifat hubungan kerjasama yang berkeadilan, saling

menguntungkan dan tanpa tekanan antara pemasok dengan toko modern

(Pasal 11).

Kemudian dalam hal pengawasan, Pasal 15, Pemerintah Daerah diminta

untuk melakukan pengawasan agar kemitraan dapat berjalan seperti yang

Page 55: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

44

dimaksudkan dalam Perpres ini, begitu juga soal permintaan Izin Usaha Pusat

Perbelanjaan (IUPP) dan Izin Usaha Toko Modern (IUTM) oleh pelaku usaha

wajib dilengkapi analisa dampak lingkungan serta rencana kemitraan dengan

usaha kecil (Pasal 13).53

3. Permendag No. 53/M-DAG/Per/12/2008

Atas dasar Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, sebagai tindak

lanjutnya, Menteri Perdagangan mengeluarkan Peraturan yang berhubungan

dengan Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

Pasar Modern di tahun 2008, dengan Peraturan No. 53/M-

DAG/PER/12/2008. Dalam Permendag ini diatur ketentuan pendirian Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Pasar Modern selain minimarket, harus

melakukan analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat seperti:

struktur penduduk, tingkat pendapatan, kepadatan, penyerapan tenaga kerja,

ketahanan dan pertumbuhan pasar tradisional, dampak positif dan negatif yang

diakibatkan oleh jarak antara pasar modern dengan pasar tradisional kemudian

pengaturan perihal kemitraan, yaitu dalam pola kerjasama pemasaran,

penyediaan lokasi usaha peritel modern bagi Usaha Kecil Menengah (UKM),

kerjasama usaha dalam bentuk penerimaan pasokan barang dari pemasok

domestik dalam prinsip saling menguntungkan, jelas, wajar, berkeadilan dan

transparan serta disepakati kedua belah pihak seperti kesepakatan potongan

53

Dedie S. Martadisastra, Dampak Regulasi dan Persaingan Terhadap Hubungan Ritel

Modern dengan Pemasok Domestik. (Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 6 Tahun 2011), h. 79

Page 56: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

45

harga, biaya promosi dan biaya-biaya lain, dan mekanisme pemberian izin

dan pengaturan badan terkait dinas pejabat pemberi izin serta kewajiban

pelaporan.

Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan evaluasi terhadap pengelolaan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Pasar Modern dalam Permendag

No. 53 ini diserahkan kepada bupati/walikota atau gubernur untuk Pemerintah

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Pasal 18). Pembinaan berupa

penciptaan sistem manajemen pengelolaan pasar, pelatihan sumber daya

manusia, konsultasi, fasilitasi kerjasama, pembangunan dan perbaikan sarana

maupun prasarana pasar. Sedangkan pengawasan berhubungan dengan

pengelolaan pasar itu sendiri.54

C. Permasalahan Industri Ritel di Indonesia

Permasalahan dalam sektor ritel bermula sejak membanjirinya kekuatan

kapital asing yang masuk dalam industri ini pada tahun 1998. Dengan begitu,

bermunculan toko-toko modern asing dengan capital besar dalam format-format

seperti hypermarket, department store dan minimarket/convenience store. Secara

tidak disadari, kemudian kekuatan tersebut membentuk kekuatan raksasa dalam

industri ritel Indonesia. Dari sinilah kemudian muncul berbagai masalah sektor

ritel.

54

Dedie S. Martadisastra, Dampak Regulasi dan Persaingan Terhadap Hubungan Ritel

Modern dengan Pemasok Domestik. (Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 6, Tahun 2011). h. 9.

Page 57: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

46

Secara garis besar, permasalahan dalam sektor ritel terbagi dua yaitu,

permasalahan antara ritel tradisional dengan ritel modern, dan permasalahan

antara ritel modern dengan pemasok.

1. Permasalahan Ritel Tradisional dengan Ritel Modern

Maraknya perkembangan sektor ritel khususnya pasar modern, ternyata

tidak saja membawa dampak positif bagi konsumen dengan kemudahan serta

kenyamanan berbelanja. Namun juga memberikan dampak yang negatif bagi

keberlangsungan peritel tradisional. Bagi sebagian konsumen, pasar modern

memang memberikan alternatif belanja yang menarik. Selain menawarkan

kenyamanan dan kualitas produk, harga yang mereka pasang juga cukup

bersaing dibanding pasar tradisional. Hal tersebut dimungkinkan mengingat

besarnya kemampuan modal para peritel asing tersebut.

Dengan skala ekonomi yang besar, pasar modern dapat mempersempit

jalur distribusinya sehingga mampu menawarkan harga yang lebih murah

kepada konsumen. Sebaliknya, keadaan semacam ini jelas membuat risau para

pedagang kecil. Banyak dari pedagang kecil mendapat imbas langsung dengan

kehadiran pasar modern yaitu turunnya pendapatan mereka secara signifikan,

bahkan tidak jarang pedagang kecil yang tutup akibat berdirinya pasar modern

yang berdekatan.

Pertumbuhan pasar modern seolah-olah mematikan usaha pedagang

kecil. Pertumbuhan tersebut kemudian menciptakan market power ritel

Page 58: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

47

modern. Persaingan ritel head to head antara ritel tradisional dengan ritel

modern pun tidak terhindari. Permasalahan dalam persaingan antara ritel

tradisional dengan ritel modern merupakan permasalahan yang lebih terkait

dengan ketidaksebandingan daripada sebagai permasalahan yang persaingan

usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 yang telah dikeluarkan pun

belum mampu mengatasi permasalahan ini terutama dalam menciptakan equal

playing diantara keduanya.55

Pedagang tradisional yang terkena imbas langsung dari keberadaan

supermarket atau hypermarket adalah pedagang yang menjual produk yang

sama dengan yang dijual di kedua tempat tersebut. Meskipun demikian,

pedagang yang menjual makanan segar (daging, ayam, ikan, sayur-sayuran,

buah-buahan, dan lain-lain) masih bisa bersaing dengan supermarket dan

hypermarket mengingat banyak pembeli masih memilih untuk pergi ke pasar

tradisional untuk membeli produk tersebut. Keunggulan pasar modern atas

pasar tradisional adalah bahwa mereka dapat menjual produk yang relatif

sama dengan harga yang lebih murah, ditambah dengan kenyamanan

berbelanja dan beragam pilihan cara pembayaran. Supermarket dan

hypermarket juga menjalin kerja sama dengan pemasok besar dan biasanya

55

Putriani, Zonasi dan Pembatasan Trading Term Sebagai Upaya Mengatasi

Permasalahan Sektor Ritel.(di dalam buku Negara dan Pasar dalam Bingkai Kebijakan

Persaingan, KPPU RI, 2011), h. 67.

Page 59: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

48

untuk jangka waktu yang cukup lama. Hal ini yang menyebabkan mereka

dapat melakukan efisiensi dengan memanfaatkan skala ekonomi yang besar. 56

Apabila kita melihat berbagai persoalan yang mengemuka dalam

industri ritel Indonesia, maka sangat jelas bahwa persoalan utamanya terletak

pada ketidakmampuan pelaku usaha kecil ritel bersaing secara langsung

dengan para pelaku usaha ritel modern. Ketidakmampuan bersaing

dikarenakan semata-mata karena ketidaksebandingan/keseimbangan

kemampuan antara keduanya. Kemampuan kapital antara keduanya sangat

jauh berbeda satu sama lain. Value creation yang dihasilkan oleh kemampuan

kapital besar, tidak dapat dilakukan sama sekali oleh pelaku usaha kecil.

Tidak mengherankan apabila pelaku usaha kecil ritel semakin tersisih.57

2. Permasalahan Ritel Modern dengan Pemasok

Permasalahan dalam industri ritel dari waktu ke waktu terus

mengemuka. Berdasarkan analisis Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU), permasalahan dalam industri ritel yang terjadi saat ini, terbagi

menjadi dua kelompok besar. Pertama adalah terkait dengan terus

tersingkirnya pelaku usaha ritel kecil Indonesia dari pasar, sebagaimana yang

telah dibahas di atas. Kedua adalah munculnya tekanan terhadap para

56

Adri Poesoro, Pasar Tradisoonal di Era Persaingan Globa, (Newsletter Smeru, No.

22, Tahun 2007), h. 4 . 57

www.kppu.co.id, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan

Dan Pembinaan Usaha Pasar Modern Dan Usaha Toko Modern. Diakses pada 3 September 2014

dari situs : http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ritel.pdf. h. 11.

Page 60: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

49

pemasok kecil oleh pelaku usaha ritel modern yang memiliki kemampuan

kapital sangat besar.58

Persoalan berikutnya dari industri ritel terkait dengan

ketidakseimbangan posisi antara pemasok dengan pelaku usaha ritel.

Kekuatan pelaku usaha ritel modern telah mengubah situasi di industri ritel.

Ritel modern telah menjelma menjadi kekuatan yang luar biasa. Dalam

manajemen rantai pasokan produk sampai ke konsumen, ritel modern kini

menjadi bagian yang sangat menentukan. Ritel modern kini telah menjadi

favorit dalam pendistribusian produk karena kemampuannya mendatangkan

konsumen sangat besar.

Pemasok kini sangat bergantung kepada usaha ritel modern. Kekuatan

pemasok semakin bertambah lemah karena persaingan antarmereka juga

terjadi dengan sangat ketat, sementara peritel modern di satu wilayah tidak

memiliki banyak pesaing. Akibatnya, peritel modern dapat dengan sangat

leluasa menggunakan kekuatan pasarnya. Mulailah mereka menerapkan

berbagai persyaratan perdagangan (trading terms).59

Permasalahan utama hubungan antara pemasok dengan ritel modern,

terkait dengan munculnya trading terms, yang dianggap menjadi arena

eksploitasi pemasok oleh peritel modern. Sebagaimana dianalisis sebelumnya

58

www.kppu.co.id, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan

Dan Pembinaan Usaha Pasar Modern Dan Usaha Toko Modern. Diakses pada 3 September 2014

dari situs : http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ritel.pdf. h. 2. 59

Taufik Ahmad, Regulasi Persaingan Usaha di Industri Ritel. (Newsletter SMERU,

No. 22, Tahun 2007), h. 31.

Page 61: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

50

hal ini sesungguhnya lebih terkait dengan peran Pemerintah, yang harus

mengambil kebijakan untuk melindungi pelaku usaha pemasok dari

eksploitasi kekuatan market power yang sangat besar dari para peritel besar.

Dalam beberapa hal mungkin Pemerintah dapat mencontoh beberapa

pengaturan yang terjadi di beberapa negara lain seperti yang dengan tegas

melarang listing fee yang sangat excessive, atau melakukan batasan-batasan

terhadap komponen-komponen trading terms yang dianggap merugikan

pelaku usaha pemasok secara jangka panjang. Selain itu proses transparansi

dari trading terms juga harus menjadi pertimbangan utama Pemerintah saat

mengeluarkan kebijakan terkait hal tersebut.

Tugas lain dari Pemerintah adalah melakukan pemberdayaan terhadap

usaha pemasok untuk mendorong daya tawar mereka ketika berhadapan

dengan ritel modern. Bergabungnya mereka kedalam asosiasi mungkin dapat

menjadi salah satu senjata untuk meningkatkan daya tawar mereka. Hakikat

dari upaya perlindungan dan pemberdayaan pemasok adalah bagaimana

Pemerintah melakukan upaya penciptaan pengaturan yang dapat melahirkan

trading terms yang melindungi usaha pemasok serta mengembangkan

program yang dapat meningkatkan kemampuan tawar pemasok saat

berhadapan dengan peritel modern.60

60

www.kppu.co.id, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan

Dan Pembinaan Usaha Pasar Modern Dan Usaha Toko Modern. Diakses pada 3 September 2014

dari situs : http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ritel.pdf. h. 17.

Page 62: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

51

Kasus yang berkaitan dengan permasalahan antara pemasok dengan ritel

modern terjadi pada tahun 2009. Berawal dari akuisisi PT. Alfa Retailindo

oleh PT Carrefour Indonesia yang menerapkan trading terms yang sifatnya

merupakan tekanan terhadap para pemasok, sehingga mengakibatkan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Alasan PT Carrefour Indonesia

dalam mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk adalah untuk meningkatkan

penjualan dan menambah gerai serta untuk menambah format ritel modern

berupa supermarket sesuai dengan trend bisnis ritel yang berkembang

menjadi multiformat. Carrefour sendiri merupakan peritel yang berasal dari

Perancis, dimana pada tahun 1998 mendirikan gerai pertamanya di Indonesia.

Pada tahun 2003 PT Contimas Utama Indonesia menjadi surviving company,

dalam rangka melakukan merger dengan beberapa perusahaan dan berganti

nama menjadi PT Carrefour Indonesia. PT Carrefour Indonesia sendiri

memiliki image yang sangat baik di mata konsumen, sebagai tempat belanja

yang murah dan nyaman. Oleh karena kesuksesannya, maka tidak heran

Carrefour memiliki bargaining power yang kuat terhadap pemasoknya.61

Secara umum, terdapat beberapa syarat perdagangan yang diberlakukan

PT Carrefour Indonesia kepada pemasoknya, antara lain listing fee, fixed

rebate, minus margin, term of payment, regular discount, common assortment

61

Anna Maria Tri Anggraini, Peranan Industri Kecil-Menengah dalam Pembangunan

Ekonomi Indonesia: Ditinjau dari Perspektif Hukum Persaingan Usaha, (Jurnal Law Review,

Vol. XIII, No. 3, Tahun 2014), h. 456.

Page 63: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

52

cost, opening cost/ new store dan penalty. Pemasok menganggap listing fee

dan minus margin merupakan syarat perdagangan yang dianggap paling

memberatkan mereka. Trading terms mengenai listing fee tersebut

mensyaratkan pemasok wajib membayar biaya dalam memasok produk baru

kepada tiap gerai Carrefour, yang berfungsi sebagai jaminan apabila barang

tidak laku dan hanya diterapkan sekali, dan tidak dikembalikan (non-

refundable) yang besarannya berbeda antara pemasok kecil dan pemasok

besar, bahkan karena syarat-syarat perdagangan Carrefour dianggap

memberatkan salah satu saksi dari perusahaan pemasok.62

62

Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks & Konteks.(Jakarta:

GTZ, 2009), h. 141.

Page 64: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

53

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN

A. Kasus Posisi

Perkara ini bermula dari laporan masyarakat terkait dugaan monopoli

PT. Carrefour Indonesia melalui tindakan akuisisi PT. Alfa Retalindo yang

dilakukan pada tanggal 21 Januari 2008, manajemen PT. Carrefour Indonesia

mengumumkan secara resmi penandatanganan Share Purchase Agreement (SPA)

dengan PT. Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon Pte. Ltd, untuk membeli 75%

saham mayoritas di PT. Alfa Retalindo dengan total harga saham Rp. 674

miliar.63

Sebelumnya, tanggal 17 Desember 2007 dilakukan penandatanganan

Memorandum of Understanding (MoU) antara PT. Carrefour Indonesia, PT.

Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon Pte.Ltd. Jumlah saham Alfa milik PT.

Sigmantara Alfindo yang dibeli PT. Carrefour Indonesia sebesar 35% dan saham

Alfa milik Prime Horizon Pte.Ltd. yang dibeli PT. Carrefour Indonesia sebesar

45%.

Sehari setelah penandatanganan MoU, PT. Carrefour Indonesia

menyampaikan surat pemberitahuan kepada Bapepam-LK dan PT. Bursa Efek

Indonesia mengenai rencana pembelian saham PT. Alfa Retalindo sebesar 75%.

Kemudian rencana pembelian saham PT. Alfa Retalindo oleh PT. Carrefour

Indonesia diumumkan melalui surat kabar. Setelah melakukan penandatanganan

63

M. Udin Silalahi, KPPU, Merger, dan Akuisisi. (Harian Sinar Harapan, 13 Februari

2008).

Page 65: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

54

Share Purchase Agreement (SPA), serta pemberitahuan kepada Bapepam-LK dan

PT. Bursa Efek Indonesia mengenai penandatanganan SPA, PT. Carrefour

Indonesia mengumumkan di surat kabar nasional mengenai pembelian saham PT.

Alfa Retalindo pada tanggal 22 Januari 2008.64

Pasca akuisisi Alfa oleh PT. Carrefour Indonesia maka secara otomatis

PT. Alfa Retalindo akan meningkatkan daya saingnya melalui suntikan finansial

dan manajemen baru serta memasukan visi dan budaya PT. Carrefour Indonesia

ke PT. Alfa Retalindo. Dengan memasukan nilai-nilai PT. Carrefour Indonesia ke

PT. Alfa Retalindo, maka PT. Alfa Retalindo akan mempunyai standar yang sama

dengan PT. Carrefour Indonesia. Sebaliknya PT. Carrefour Indonesia

diuntungkan dengan mengambil alih saham PT. Alfa Retalindo, PT. Carrefour

Indonesia menjadi salah satu perusahaan asing yang mempunyai aset-aset berupa

tanah melalui anak perusahaannya PT. Alfa Retalindo.

Setelah diakuisisi oleh PT. Carrefour Indonesia, 30 gerai PT. Alfa

Retalindo, 14 gerai ganti nama menjadi Carrefour Express, dan 16 gerai menjadi

Carrefour. Dengan demikian, pasca mengakuisisi PT. Alfa Retalindo, PT.

Carrefour Indonesia beroperasi didua format, yaitu hypermarket dan

supermarket. Sehingga timbul dugaan adanya praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Karena

dengan diakuisisinya PT. Alfa Retalindo, PT. Carrefour Indonesia mempunyai

64

Putusan KPPU Perkara No.9/KPPU-L/2009 Tentang Akuisisi PT. Alfa Retalindo

oleh PT. Carrefour Indonesia.

Page 66: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

55

market power (kekuatan pasar)65

yang besar dan mampu menekan pemasok dan

meniadakan pilihan bagi pemasok untuk melakukan transaksi dagang dengan

pihak luar PT. Carrefour Indonesia.66

Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh KPPU selama pemeriksaan,

pangsa pasar PT. Carrefour Indonesia diketahui meningkat menjadi 57,99%

(2008) pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo yang sebelumnya sebesar 46,30% (2007)

pada pasar upstream pasokan barang/jasa sehingga secara hukum memenuhi

kualifikasi “monopoli” dan “posisi dominan”. Selanjutnya hasil pemeriksaan

menunjukan, penguasaan pasar dan posisi dominan PT. Carrefour Indonesia

tersebut disalahgunakan kepada para pemasok dengan meningkatkan dan

memaksakan potongan-potongan harga pembelian barang-barang pemasok

melalui skema yang disebut sebagai “trading terms”.

Oleh karena itu, KPPU menilai telah terdapat bukti yang sah dan

meyakinkan bahwa PT. Carrefour Indonesia melangggar Pasal 17 ayat (1) dan

Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sehingga dikeluarkanlah

Putusan KPPU No.9/KPPU-L/2009.

Pasal 17 ayat (1) UU No.5 Tahun 1999 menyatakan:

65

Murni, Analisis Ekonomi Terhadap Pasal-Pasal Hukum Persaingan Usaha Dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, (Arena Hukum, Volume 6, No. 1, Tahun 2012, Halaman

1-74), h. 25. 66

Detikfinance.com, KPPU Selidiki penjualan Makro. Diakses pada 2 oktober 2014

dari situs : http://finance.detik.com/read/2008/08/26/115101/994694/4/kppu-selidiki-penjualan-

makro.

Page 67: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

56

(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau

pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat”.

Sedangkan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU No.5 Tahun 1999 menyatakan:

(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk:

a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk

mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang

dan atau jasa yang bersaing baik dari segi harga maupun

kualitas.67

Terhadap putusan KPPU tersebut, PT. Carrefour Indonesia mengajukan

keberatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, salah satunya mengenai

penetapan trading terms (syarat-syarat perdagangan) PT. Carrefour Indonesia

yang dianggap sebagai pelanggaran oleh KPPU. Namun PT. Carrefour Indonesia

membantah bahwa ketentuan syarat-syarat perdagangan (trading terms) antara

PT. Carrefour Indonesia dan pemasok sama sekali tidak melanggar ketentuan

hukum yang berlaku. Trading terms dibuat sesuai dengan Perpres No. 112/2007

Pasal 8 ayat (3) dan (4) dan Permendag No. 53/2008 Pasal 7 ayat (2).

Kemudian putusan yang dikeluarkan hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan memenangkan gugatan PT. Carrefour Indonesia terhadap KPPU dengan

dikeluarkannya Putusan No. 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel pada tanggal 17

Februari 2010. Majelis Hakim PN Jaksel mengabulkan gugatan PT. Carrefour

Indonesia atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang

memvonis PT. Carrefour Indonesia telah melakukan monopoli dunia usaha.

67

Pande Radja Silalahi, Posisi Dominan & Pemilkan Silang; Studi Kasus Persaingan

Usaha, (Prosiding Kasus PT. Telkomsel dan Kasus Temasek, Tahun 2008)

Page 68: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

57

Putusan PN Jaksel menerima dan mengabulkan permohonan PT.

Carrefour Indonesia dan membatalkan putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2009

dan menyatakan bahwa PT. Carrefour Indonesia tidak terbukti melanggar Pasal

17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.68

Dengan adanya putusan tersebut, KPPU merasa tidak puas atas putusan yang

disampaikan oleh PN Jaksel yang memenangkan PT. Carrefour Indonesia.

KPPU mengajukan kasasi atas Putusan PN Jakarta Selatan No.

1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel, atas dasar ketentuan Pasal 30 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dan sekarang sudah

dirubah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang

Mahkamah Agung.

Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:

(1) Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau

penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan.

a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang

b. Salah dalam menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku

c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan yang mengaancam kelalaian itu dengan

batalnya putusan yang bersangkutan.69

68 Tempo.co. Pengadilan Menangkan Gugatan Carrefour atas Putusan KPPU, diakses

pada 1 Oktober 2014 dari situs :

http://www.tempo.co/read/news/2010/02/17/057226493/Pengadilan-Menangkan-Gugatan-

Carrefour-atas-Putusan-KPPU

69 Pasal 30 ayat (1), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung.

Page 69: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

58

Memori kasasi yang diajukan KPPU terkait putusan PN Jaksel Perkara

Nomor 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel adalah agar Mahkamah Agung membatalkan

putsan PN Jaksel karena salah dalam menerapkan Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25

ayat (1) huruf a, dan tetap menyatakan PT. Carrefour Indonesia terbukti secara

sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a,

sehingga PT. Carrefour Indonesia harus melepaskan seluruh kepemilikannya di

PT. Alfa Retalindo kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan PT. Carrefour

Indonesia dan membayar sanksi administratif berupa denda sebesar Rp.

25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang disetorkan ke kas negara.

Pada tanggal 21 Oktober 2010 majelis kasasi perkara ini mengabulkan

putusan majelis banding PN Jaksel yang memenangkan PT. Carrefour Indonesia

dan menolak permohonan kasasi dari KPPU, dengan dikeluarkannya Putusan

Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010. Namun, dalam putusannya terjadi

perbedaan pendapat (dissenting opinion) yaitu Hakim Agung Prof. Rehngena

Purba, SH., MS, yang menyatakan bahwa alasan-alasan KPPU sebagai pemohon

kasasi dapat dibenarkan.

B. Analisis Putusan Mahkamah Agung

Permasalahan penerapan syarat-syarat perdagangan (trading terms)yang

ditetapkan oleh PT. Carrefour Indonesia muncul karena syarat-syarat

perdagangan yang ada dijadikan sarana untuk menekan pemasok, terutama

pemasok dari sektor usaha kecil dan menengah, ataupun pesaing peritel. Adanya

persaingan dalam bisnis retail, khususnya pada hypermarket membuka celah

Page 70: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

59

untuk hal tersebut. Selama ini syarat-syarat perdagangan (trading terms) dalam

perjanjian dagang seringkali ditentukan secara sepihak dan cenderung

memberatkan pemasok, sehingga dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh peritel.

Apalagi peritel tersebut didukung dengan adanya kekuatan pasar (market power)70

seperti PT. Carrefour Indonesia yang sekarang berubah nama menjadi PT. Trans

Retail Indonesia setelah 100% sahamnya dibeli oleh CT Corp.71

Syarat-syarat perdagangan (trading terms) yang diterapkan PT.

Carrefour Indonesia pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo menunjukan masih adanya

market power yang dimiliki PT. Carrefour Indonesia, sehingga KPPU menduga

akan adanya persaingan usaha tidak sehat jika PT. Carrefour Indonesia

mengakuisisi PT. Alfa Retalindo, karena sebelumnya PT. Carrefour Indonesia

pernah diputus bersalah oleh KPPU setelah PT. Sari Boga Snack mengadukan

telah terjadi dominasi oleh PT. Carrefour Indonesia karena syarat-syarat

perdagangan (trading terms) yang memberatkan pemasok khususnya mengenai

listing fee dan minus margin72

, dan telah dikuatkan oleh Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan Putusan Nomor : 03/Pdt.KPPU/2005/PN.Jkt.Sel tanggal 15

November 2005 serta dikuatkan juga oleh Mahkamah Agung melalui Putusan

Mahkamah Agung Nomor 01K/KPPU/2006 tanggal 18 Januari 2007.73

70

Chandra Dewi Puspitasari, Penerapan Syarat-Syarat Perdagangan (Trading Terms)

Pada Bisnis Retail Modern. (CIVICS , Tahun 2009), h. 4. 71

carrefour.co.id, diakses pada tanggal 10 oktober 2014 dari situs :

http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/

72

Putusan KPPU No.2/KPPU-L/2005 73

Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Sus/2010

Page 71: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

60

Menurut KPPU, meningkatnya market power PT. Carrefour Indonesia

terbukti telah disalahgunakan oleh PT. Carrefour Indonesia kepada para

pemasoknya, hal ini terlihat ketika PT. Carrefour Indonesia menerapkan besaran

trading terms kepada para pemasok PT. Alfa Retalindo, memperhitungkan jenis

trading terms additional conditional rebate baik kepada pemasok PT. Carrefour

Indonesia dan PT. Alfa Retalindo berdasarkan total penjualan PT. Carrefour

Indonesia dan PT. Alfa Retalindo, dan memaksakan pemasok PT. Carefour

Indonesia untuk juga memasok ke PT. Alfa Retalindo.

Pasca akuisisi PT. Alfa Retalindo, potongan trading terms kepada

pemasok PT. Alfa Retalindo meningkat dalam kisaran sebesar 13% - 20%.

Pemasok tidak berdaya untuk menolak kenaikan tersebut karena faktual nilai

penjualan pemasok di PT. Carrefour Indonesia cukup signifikan sehingga

pemasok “mau tidak mau” mengikuti seluruh kemauan PT. Carrefour Indonesia

meskipun potongan trading terms sudah semakin memberatkan pemasok.74

Pasca akuisisi, syarat-syarat perdagangan (trading terms) kepada

pemasok PT. Alfa Retalindo meningkat sebesar 13-20 persen. Selain itu, PT.

Carrefour Indonesia melakukan competitor check (mengontrol persaingan),

sehingga PT. Carrefour Indonesia dapat mengetahui harga barang pemasok ke

tempat pesaing. Hal ini mempengaruhi besaran trading terms. Akibatnya,

besaran trading terms menjadi terbatas. Sebab, jenis trading terms PT. Carrefour

74

KPPU. Putusan Perkara No. 09/KPPU-L/2009 Tentang Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat Akuisisi PT. Alfa Retailindo oleh PT. Carrefour Indonesia.

(Majalah Kompetisi : Jejak Langkah KPPU 2009, KPPU: ISSN 1979-1259. Edisi 19 Tahun

2009), h. 11.

Page 72: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

61

Indonesia cenderung ditiru pelaku usaha lain sehingga trading terms cenderung

naik.

Para pemasok tidak fleksibel dalam bernegosiasi untuk

menentukan trading terms. Insentif pemasok atas produk baru juga akan

berkurang karena keuntungan terserap ke retail. Sebab terjadi pengaturan

koordinasi (coordinated conduct) dalam menentukan syarat-syarat perdagangan

(trading terms) kepada pemasok, dimana PT. Carrefour Indonesia

menjadi leader.75

C. Akibat Hukum Putusan Mahkamah Agung

Pasca Mahkamah Agung memutuskam bahwa menolak seluruh memori

kasasi yang diajukan oleh pihak KPPU maka secara sah Mahkamah Agung

mengeluarkan Putusan Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010. Oleh karena itu, bagian ini

akan membahas mengena dampak atau akibat hukum yang terjadi pasca Putusan

Mahkamah Agung tersebut dikeluarkan dan disahkan oleh majelis hakim.

1. Dampak Terhadap KPPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai institusi yang

mempunyai otoritas untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan usahanya agar tidak melakukan monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat, mendapat hambatan pasca kasus akuisisi PT. Alfa Retalindo oleh PT.

Carrefour Indonesia diputus secara sah oleh majelis hakim Mahkamah Agung

75

hukumonline.com, Pengadilan Nyatakan Carrefour Indonesia Tidak Monopoli.

Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 dari situs:

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b7cc7d01140a/pengadilan-nyatakan-carrefour-

indonesia-tidak-monopoli

Page 73: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

62

bahwa tidak terjadi tindakan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat oleh

PT. Carrefour Indonesia.

Implementasi fungsi pengawasan dari KPPU harus dioptimalkan dalam

kasus akuisisi tersebut, potensi kemampuan preventif dapat dilakukan oleh

KPPU sebelum terjadinya akuisisi. Penggunaan kewenangan untuk melakukan

pencegahan (tindakan preventif) dilakukan untuk mengurangi dampak dari

tindakan yang anti persaingan bagi masyarakat dan konsumen. Penegakan

hukum oleh KPPU yang menunggu terjadinya praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat seolah-olah terjadinya pembiaran, karena belum

ada peraturan yang mengatur setiap perusahaan wajib melaporkan kegiatan

merger dan akusisi kepada KPPU. Jadi, berkaca dari putusan Mahkamah

Agung perlu adanya peraturan khusus bagi KPPU terkait perusahaan yang

akan melakukan akuisisi harus terlebih dahulu meminta persetujuan dari

KPPU.

Akuisisi PT. Alfa Retalindo oleh PT. Carrefour Indonesia idealnya tidak

hanya dilaporkan kepada otoritas pasar modal melainkan juga kepada KPPU,

karena peran KPPU menjadi sangat penting untuk mengkaji dampak

persaingan dari akuisisi PT. Alfa Retalindo oleh PT. Carrefour Indonesia

apakah ada ketentuan Undang-Undang yang dilanggar atau tidak.

Oleh karena itu, pasca putusan Mahkamah Agung Nomor 502

K/Pdt.Sus/2010, KPPU perlu melakukan pengawasan perilaku PT. Carrefour

indonesa baik secara horizontal maupun vertikal. Ada dua hal penting yang

Page 74: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

63

harus dilakukan KPPU sebagai pengawasan terhadap PT. Carrefour Indonesia

pasca putusan Mahkamah Agung, pertama, pastikan bahwa PT. Carrefour

Indonesia tidak masuk ke pasar mini market melalui perusahaan yang

diakuisisinya yaitu PT. Alfa Retalindo. Kedua, mengawasi perilaku pasar PT.

Carrefour Indonesia dan PT. Alfa Retalindo, khususnya dibidang harga jual

atau tidak melakukan (predatory pricing) dan sistem pemasokan barang oleh

perusahaan kecil ke PT. Carrefour Indonesia dan ke PT. Alfa Retalindo tidak

menghambat perusahaan kecil untuk berkembang, trading terms harus

transparan sebagaimana diatur oleh Perpres No. 112/2007 dan Permendag No.

53/2008.

2. Dampaknya Terhadap PT. Carrefour Indonesia

Pasca Putusan Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010 kekuatan

pasar yang dimiliki PT. Carrefour Indonesia di pasar ritel modern akan

bertambah besar dengan diakuisisinya PT. Alfa Retalindo. Dengan adanya

Putusan Mahkamah Agung, maka pengakuisisian PT. Carrefour Indonesia

terhadap PT. Alfa Retalindo tentu akan sangat menguntungkan bagi PT.

Carrefour Indonesia. Market power PT. Carrefour Indonesia jelas terlihat

sebelum mengakuisisi PT. Alfa Retalindo. Kekuatan pasar PT. Carrefour

Indonesia akan semakin terasa setelah melakukan akuisisi.

Namun, peningkatan market power PT. Carrefour Indonesia pasca

akuisisi terbukti disalahgunakan dengan menekan pemasok melalui berbagai

ketentuan trading terms yang merugikan baik bagi pemasok PT. Carrefour

Page 75: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

64

Indonesia maupun pemasok PT. Alfa Retalindo. Tingginya barrier to entry

(penghalangan pelaku usaha lain untuk masuk pasar) menyebabkan perilaku

PT. Carrefour Indonesia sulit untuk dikoreksi melalui mekanisme pasar.

Apabila dilihat menurut prespektif hukum Islam, sangat jelas melarang

tindakan adanya menguasai pasar atau monopoli yang terjadi di sebuah pasar

karena ekonomi Islam berasaskan sistem distribusi sehingga ekonomi tidak

dimiliki oleh segelintiran pelaku usaha saja.76

Allah SWT berfirman dalam

Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 7 yang berbunyi:

Artinya:

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya

(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk

Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan

orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di

antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul

kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka

tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat

keras hukumannya.”(QS. Al-Hasyr-7)

Rasulullah SAW. mengaplikasikan ayat diatas dalam pemerintahannya

dengan membentuk lembaga pengawas pasar khusus yang disebut dengan Al-

76

Mustafa Kamal Rokan, Bisnis ala Nabi:Teladan RAsulullah SAW. dalam Berbisnis.

(Jakarta: Benteng Pustaka, 2013), h. 43

Page 76: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

65

Hisbah. Lembaga ini bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap

tindakan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dan kecurangan yang

dilakukan oleh pelaku usaha di pasar.77

3. Dampaknya Terhadap Persaingan Usaha di Indonesia

Secara umum, tidak semua tindakan akuisisi mendatangkan keuntungan,

namun ada juga yang mendatangkan kerugian akibat pengakuisisian sebuah

perusahaan. Tindakan akuisisi juga dapat dijadikan alat untuk mematikan

pesaing bisnis dengan cara membangkrutkan atau menutup perusahaan yang

diakuisisi. Tindakan akuisisi dapat berdapak merugikan kepentingan

masyarakat dan menumbuhkan persaingan tidak sehat antara perusahaan. Hal

ini penting mengingat jika akuisisi saham pada posisi dominan, maka pihak

yang mengakuisisi secara hukum memiliki kendali dalam manajemen

perusahaan.

Berdasarkan hal diatas, kasus pengambilalihan saham mayoritas PT.

Alfa Retalindo oleh PT. Carrefour Indonesia sebesar 75% bisa dikategorikan

posisi PT. Carrefour Indonesia dominan di dalam PT. Alfa Retalindo dan ini

dapat berdampak luas, apalagi setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah

Agung Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010 yang menyetujui tindakan akuisisi yang

dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia, karena selama ini PT. Alfa Retalindo

77

Rasulullah Saw. Adalah muhtasib (pengawas) pertama. Beliaulah yang memimpin

langsung inspeksi ke pasar, setelah tugas-tugasnya semakin padat Rasulullah Saw. Lalu

menyerahkan tugas mengawasi pasar itu kepada Sa’id bin al-“ashib Umayyah di Mekkah dan

Umar bin Khattab di Madinah. Muhamad Akram Khan, Al-Hisbah dan Ekonomi Islam.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2004), h. 11.

Page 77: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

66

salah satu perusahaan ritel yang memiliki lokasi dan pangsa pasar yang luas

dan berposisi dominan serta menyebar di berbagai pelosok daerah.

Di samping itu dampak dari putusan Mahkamah Agung Nomor 502

K/Pdt.Sus/2010 akan mematikan usaha kecil dengan adanya pengambilalihan

saham tersebut, karena bisnis ritel PT. Alfa Retalindo dan PT. Carrefour

Indonesia berdampingan dengan usaha kecil di berbagai daerah, sehingga

persaingan tidak sehat akan tumbuh dan berdampak negatif terhadap

keberadaan peritel kecil atau tradisional, padahal dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Bab VIII tentang

pengembangan Penanaman Modal Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan

Koperasi, dalam Pasal 13 ditentukan bahwa:

1. Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk

usaha mikro, menegah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka

untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha

mikro, kecil, menengah dan koperasi.

2. Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan usaha mikro,

kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan,

peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan

pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.78

Selain itu, putusan Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010 jika

ditinjau dari Perpres No. 112/2007 dan Perpres No 111/2007 yang mengatur

daftar negatif investasi, akuisisi PT. Alfa Retalindo oleh PT. Carrefour

Indonesia tidak terjadi benturan, karena bisnsis ritel tersebut tidak termasuk

dalam daftar negatif dan bidang-bidang usaha yang dilarang, baik secara

seratus persen atau sebagian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12

78

Pasal 13, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Page 78: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

67

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Namun

jika dicermati amanah Pasal 13 Undang-Undang Nomor 25 Taahun 2007

tentang Penanaman Modal, belum dijalankan sepenuhnya karena dengan

diberikannya berbagai izin usaha ritel besar seperti PT. Carrefour Indonesia

dan PT. Alfa Retalindo dengan sendirinya akan membunuh berbagai ritel

tradisional yang sebagian besar pelakunya adalah pengusaha kecil.79

79

Joni Emirzon, Analisis Hukum Pengalihan Saham PT. Alfa Retalindo Tbk. Oleh PT.

Carrefour Indonesia dari Perspektif UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU

Anti Monopoli dan UU Penanaman Modal, (Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27, No. 1, Tahun

2008) , h. 19.

Page 79: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penerapan syarat-syarat perdagangan (trading term) PT. Carrefour

Indonesia terbukti menghambat persaingan dengan menerapkan besaran

trading terms kepada para pemasok PT. Alfa Retalindo, memperhitungkan

jenis trading terms additional conditional rebate baik kepada pemasok

PT. Carrefour Indonesia dan PT. Alfa Retalindo berdasarkan total

penjualan PT. Carrefour Indonesia dan PT. Alfa Retalindo, dan

memaksakan pemasok PT. Carrefour Indonesia untuk juga memasok ke

PT. Alfa Retalindo yang dianggap sebagai pelanggaran oleh KPPU.

2. Dampak hukum pasca ditetapkannya Putusan Mahkamah Agung Nomor:

502 K/Pdt.Sus/2010 terkait penerapan syarat-syarat perdagangan (trading

terms) oleh PT. Carrefour Indonesia setelah akuisisi PT. Alfa Retalindo,

KPPU telah gagal mempertahankan putusannya, sedangakan PT.

Carrefour Indonesia merasa diuntungkan dengan adanya putusan tersebut,

dan bagi kondisi persaingan usaha di Indonesia khususnya berkaitan

dengan para peritel tradisional, hal itu merupakan hambatan karena daya

saing yang tidak berimbang.

Page 80: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

69

B. Saran

1. Perlu ditingkatkannya law enforcement Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Sehingga kondisi persaingan di Indonesia berjalan dengan sehat dan tidak

terjadi kecurangan yang dampaknya merugikan para pengusaha khususnya

para pengusaha kecil.

2. Kebijakan pembatasan trading terms dilakukan dengan menetapkan

besaran maksimal trading terms sehingga tidak memberatkan para

pemasok. Pembatasan nilai maksimal trading terms akan mendorong

dinikmatinya hasil efesiensi manufaktur oleh konsumen bukan oleh

peritel.

3. Pasar ritel Indonesia masih luas, maka untuk mempertahankan persaingan

usaha yang sehat dan efektif, sistem pemberian izin usaha harus

berdasarkan sistem zonasi sesuai dengan tata ruang wilayah kota setempat.

Sehingga hypermarket tidak bersaing secara langsung dengan pasar

tradisonal, pengecer kecil, atau hypermarket juga tidak bersaing dengan

minmarket sehingga dapat menguras pasar tradisional.

4. Adanya pengaturan industri ritel yang dilakukan melalui sebuah undang-

undang. Salah satu hal penting yang harus diatur dalam undang-undang

tersebut adalah tentang sanksi yang keras dan tegas terhadap

pelanggarannya serta penetapan lembaga penegak hukumnya. Berbasiskan

Page 81: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

70

best practices di berbagai negara, diusulkan agar lembaga penegak

hukumnya adalah KPPU.

5. Perlu ditingkatkan peraturan dan kewenangan yang lebih bijak terhadap

KPPU untuk melakukan tindakan preventif terhadap pengakuisisian

sebuah perusahaan khususnya, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.

6. PT. Carrefour Indonesia tidak menerapkan syarat-syarat perdagangan

(trading terms) yang memberatkan para pemasok, dan trading terms harus

diaplikasikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Perpres

No. 112/2007 dan Permendag No. 53/2008.

Page 82: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

71

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku dan Jurnal:

Anggraini, Anna Maria Tri. Peranan Industri Kecil-Menengah dalam

Pembangunan Ekonomi Indonesia: Ditinjau dari Perspektif Hukum

Persaingan Usaha, (Jurnal Law Review, Vol. XIII, No. 3, Tahun

2014).

Ahmad, Taufik. Regulasi Persaingan Usaha di Industri Ritel. (Newsletter

SMERU, No. 22, Tahun 2007).

Bintoro, Rahadi Wasi. Aspek Hukum Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar

Modern, (Jurnal Dinamika Hukum, Volume 10, No. 3, Tahun 2010).

Emirzon, Joni. Analisis Hukum Pengalihan Saham PT. alfa Retalindo Tbk.

Oleh PT. Carrefour Indonesia dari Perspektif UU No. 40 Tahun

2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU Anti Monopoli dan UU

Penanaman Modal. (Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27, No. 1, Tahun

2008).

Hermansyah. Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Cet. II, 2009).

Jati, Wasisto Raharjo. Dilema Ekonomi: Pasar Tradisional versus Liberalisasi

Bisnis Ritel di Indonesia. (Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 4 No.2 Tahun 2012).

Jusmoro, Ali. Persaingan Usaha Pasar Ritel di Indonesia, Siapa Yang

Menang?. (Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27, No. 1,Tahun 2008).

Juwana, Hikmanto. Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional. (Jakarta:

Lentera Hati, Cet. II, 2002).

Lubis, Andi Fahmi dkk. Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks &

Konteks.(Jakarta: GTZ, Cet. I, 2009).

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, (Surabaya: Kencana, Cet. VI,

2010).

Margono, Suyud. Tantangan Penegakan Hukum Persaingan Usaha di

Indonesia. (Jurnal Hukum. Bisnis, Volume 19, Mei-Juni 2002)

Mawardi, Muhammad Kholid Mawardi. Persaingan Industri Ritel di

Indonesia Dengan Model” Lima Kekuatan Pesaing M. Porter”.

(Jurnal iqtishoduna 2008)

Page 83: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

72

Martadisastra, Dedie S. Dampak Regulasi dan Persaingan Terhadap

Hubungan Ritel Modern dengan Pemasok Domestik. (Jurnal

Persaingan Usaha, Edisi 6 Tahun 2011)

Minarsih, Maria Madgalena. Pedagang Kecil” Warung” Dalam Gempuran

Ritel Modern. (Jurnal Dinamika Sains, Volume 11, No.26, Tahun

2013)

Mulyana, Mumuh. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Ritel Dalam

Meningkatkan Kinerja Perusahaan.(Jurnal Ilmiah Ranggagading,

Volume 10, No. 2, Tahun 2010)

Murni. Analisis Ekonomi Terhadap Pasal-Pasal Hukum Persaingan Usaha

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, (Arena Hukum,

Volume 6, No. 1, Tahun 2012, Halaman 1-74)

Kansil, C.S.T. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta:

Sinar Grafika, Cet. IV, 2008)

Khan, Muhamad Akram. Al-Hisbah dan Ekonomi Islam. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004)

Kragmanto, Budi L. Implementasi UU No. 5 Tahun 1999 oleh KPPU, (Jurnal

Ilmu Hukum Yustista, 2007)

Kooswanto,Tarita dkk. Keadaan Pasar Indonesia Pasca Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. ( Jurnal Private Law, Volume 2, No.

1, Tahun 2013)

Prayoda, Ayudha D. dkk, Persaingan Usaha dan Hukum Yang Mengaturnya.

(Jakarta: ELIPS, 2000)

Putriani. Zonasi dan Pembatasan Trading Term Sebagai Upaya Mengatasi

Permasalahan Sektor Ritel.(di dalam buku Negara dan Pasar dalam

Bingkai Kebijakan Persaingan, KPPU RI, 2011)

Puspitasari, Chandra Dewi. Penerapan Syarat-Syarat Perdagangan (Trading

Terms) Pada Bisnis Retail Modern. (CIVICS , Tahun 2009)

Poesoro, Adri. Pasar Tradisoonal di Era Persaingan Globa, (Newsletter

Smeru, No. 22, Tahun 2007)

Rokan, Mustafa Kamal. Bisnis ala Nabi:Teladan RAsulullah SAW. dalam

Berbisnis. (Jakarta: Benteng Pustaka, Cet. I, 2013)

Page 84: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

73

. Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di

Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. II. 2012)

Silalahi, M. Udin. Persaingan di Industri Ritel Ditinjau Dar Aspek Hukum

Persaingan Usaha. (Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27, No. 1, Tahun

2008)

Silalahi, Pande Radja. Posisi Dominan & Pemilkan Silang; Studi Kasus

Persaingan Usaha. (Prosiding Kasus PT. Telkomsel dan Kasus

Temasek, Tahun 2008)

Sirait, Ningrum Natasya. Ikhtisar Ketentuan Hukum Persaingan Usaha,

(Jakarta: The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program

(NLRP), 2010)

Sirait, Nigrum Natasya. Hukum Persaingan di Indonesia, (Medan: Pustaka

Bangsa Press, 2004)

Simbolon, Alum. Kedudukan Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Melaksanakan Wewenang Penegakan Hukum Persaingan Usaha.

(Jurnal Mimbar Hukum, Nomor 3, Volume 24, 2012)

Suharsil dan Mohammad Taufik Makarao. Hukum Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2010)

Sudarsono. Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. V, 2007)

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986)

dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat.(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994)

Soliha, Euis. Analisis Industri Ritel di Indonesia. (Jurnal Bisnis dan Ekonomi,

Volume 15 No. 2 Tahun 2008)

Usman, Rachmadi. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. (Jakarta: PT.

Gramdia Pustaka Utama, Cet. I, 2004)

Utomo, Tri Joko. Persaingan Bisnis Ritel: Tradisional Vs Modern. (Jurnal

Fokus Ekonomi Volume 6, No. 1, Tahun 2011)

Page 85: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

74

Yuniars, Tanti. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Agung

Media Mulia)

Silalahi, M. Udin. KPPU, Merger, dan Akuisisi. (Harian Sinar Harapan, 13

Februari 2008

Perundang-undangan :

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. (Lembaran

Negara RI Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara RI

Nomor 3817)

Undang-Undang Rwpublik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung.

Putusan KPPU Perkara No.9/KPPU-L/2009 Tentang Akuisisi PT. Alfa

Retalindo oleh PT. Carrefour Indonesia.

Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Sus/2010

Putusan KPPU No.2/KPPU-L/2005

Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan Pembnaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

KPPU: Prosiding Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-Masalah

Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004:

Jakarta 17-18 Mei 2004 /tim edtor, Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo,

(Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004)

. Putusan Perkara No. 09/KPPU-L/2009 Tentang Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Akuisisi PT. Alfa

Retailindo oleh PT. Carrefour Indonesia. (Majalah Kompetisi : Jejak

Langkah KPPU 2009, KPPU: ISSN 1979-1259. Edisi 19 Tahun

2009)

Page 86: PENERAPAN SYARAT - SYARAT PERDAGANGAN (TRADING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) terhadap para

75

Internet :

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, diakses pada 7 April 2014 dari

http://www.kppu.go.id/id/.

www.hukumonline.com, Udin Silalahi: Monopoli dan Perbuatan Curang.

Diakses pada 29 Agustus dari situs:

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol8378/monopoli-dan-

perbuatan-curang

, Pengadilan Nyatakan Carrefour Indonesia Tidak Monopoli.

Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 dari situs:

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b7cc7d01140a/pengadil

an-nyatakan-carrefour-indonesia-tidak-monopoli

www.law.ui.ac.id. Persaingan Usaha dan Peran Negara. Diakses pada 29

Agustus 2014 dari situs : http://law.ui.ac.id/v2/buletin/opini/67-

persaingan-usaha-dan-peran-negara

www.kppu.go.id, Perkembangan Hukum Persaingan di Indonesia. Diakses

pada 29 Agustus dari situs:

http://www.kppu.go.id/id/2013/02/perkembangan-hukum-

persaingan-di-indonesia/

, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang

Penataan Dan Pembinaan Usaha Pasar Modern Dan Usaha Toko

Modern. Diakses pada 3 September 2014 dari situs :

http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ritel.pdf

, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang

Penataan Dan Pembinaan Usaha Pasar Modern Dan Usaha Toko

Modern. Diakses pada 3 September 2014 dari situs :

http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ritel.pdf. h. 17

Detikfinance.com, KPPU Selidiki penjualan Makro. Diakses pada 2 oktober

2014 dari situs :

http://finance.detik.com/read/2008/08/26/115101/994694/4/kppu-

selidiki-penjualan-makro

Tempo.co. Pengadilan Menangkan Gugatan Carrefour atas Putusan KPPU,

diakses pada 1 Oktober 2014 dari situs :

http://www.tempo.co/read/news/2010/02/17/057226493/Pengadilan-

Menangkan-Gugatan-Carrefour-atas-Putusan-KPPU

Carrefour.co.id, diakses pada tanggal 10 oktober 2014 dari situs :

http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/