LAPORAN HASIL
PENERAPAN REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA
DEMPLOT 55 HA DILAHAN SANG HYANG SERY
SUKAMANDI SUBANG
JAWA BARAT
OLEH
PT. TUNAS HARMONI ABADI
2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan pangan di negeri berkembang akan meningkat 60% pada tahun 2030
dan dua kali lipat (100%) di tahun 2050. Menurut salah satu peneliti pangan Bahnassi,
Draggan And Yoyo (2011), krisis pangan dunia dimulai tahun 2007 dengan
melonjaknya penduduk dunia bilayang kekurangan pangan.
Bila tidak dilakukan gebrakan teknologi dalam bidang teknologi pertanian, maka
terdapat 1,1 milyard penduduk kekurangan pangan dan 25.000 orang mengalami
kondisi klrisis. Dengan terobosan yang dilakukan melaui perkawinan teknologi jajar
legowo terjadi peningkatan hasil yang signifikan yakni 9,8 – 11 ton/ha yang dilakukan
oleh PT. Tunas Harmoni Abadi bekerjasama dengan Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Di Indonesia, beras merupakan pangan utama. Konsumsi beras Indonesia
adalah tertinggi di dunia dengan rata-rata 139 kg per kapita per tahunnya, walaupun
ada beberapa provinsi yang mengkonsumsi dibawah 100 kg/tahun seperti Maluku dan
Bali. Potensi ketahanan pangan Indonesia sangat potensial dikembangkan, asal semua
pihak serius mau memikirkannya. Dengan proses pertanian tradisional benar – benar
ditinggalkan, teknik tersebut dianggap tidak produktif karena hasilnya yang kurang
optimal.Hampir 100 % beras yang dikonsumsi penduduk Indonesia merupakan hasil
pertanian modern dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang
intensif.Menurut WHO (lembaga kesehatan dunia) selama beberapa tahun terakhir
banyak bermunculan penyakit akibat keracunan zat kimia yang digunakan dalamk
usahatani tanaman pangan (Pupuk dan pestisida kimia). Salah satu peneliti,
(Saenander et. 2010) menyatakan dari hasil kajiannya bahwa pestisida kimia bekerja
mulai dari daun, batang, akar terus hingga ke biji beras.
Aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan separuh takaran dosis
standar pupuk kimia (anorganik) dapat menghemat biaya pemupukan.Beberapa hasil
pengujian lapang terhadap tanaman kentang, jagung dan padimenunjukkan hasil yang
menggembirakan, karena selain dapat menghemat biaya pupuk, juga dapat
meningkatkan produksi khususnya untuk dosis 75 persen pupuk kimia (anorganik)
ditambah 25 persen pupuk organik (Goenadi et. al., 1998). Pada kombinasi 75 persen
pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik tersebut biaya pemupukan
dapat dihemat sebesar 20,73 persen untuk tanaman kentang ; 23,01 persen untuk
jagung ; dan 17,56 persen untuk padi. Produksi meningkat masing-masing 6,94 persen
untuk kentang, 10,98 persen untuk jagung, dan 25,10 persen untuk padi. Penggunaan
pupuk organik hingga 25 persen akan mengurangi biaya produksi sebesar 17 hingga 25
persen dari total biaya produksi.
TEKNOLOGI BIOTA DENGAN POLA ORGANIK
Respon padi dengan pola SRI terhadap pupuk dan pestisida organik dengan
menambahkan mineral organik dan mineral alami sehingga menjadi pupuk organik plus.
Mineral alami yang dapat ditambahkan yakni dari tepung darah menambah unsur N dan
P, tepung tulang menambah unsur K dan P, sedangkan tepung cangkang menambah
unsur Ca.
Dari hasil uji lapangan yang dilakukan Tim Peneliti dan Fakultas Pertanian
Unhas diperoleh hasil yang sangat signifikan apabila pola SRI di jajar
legowokan.Terdapat jumlah anakan yang sangat signifikan dengan rata-rata 52 anakan
produktif.Hasil penelitian(Yassi, dkk, 2015), menunjukkan bahwa aplikasi pupuk cair
majemuk lengkap pada pertanaman padi pada tiga tekstur tanah liat, lempung dan pasir
menunjukkan hasil yang signifikan pada hampir semua komponen pertumbuhan dan
produksi tanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah
bulir dan produksi yang dicapai 7,6 t.ha-1) dibandingkan tanpa aplikasi Biota diperoleh
produksi 5.4 t.ha-1 saat penelitian terjadi musim kemarau. Selanjutnya diperoleh bahwa
pertanaman padi pada tekstur lempung dengan sistem legowo 4:1 nyata lebih tinggi
yakni sebesar 7,6 t.ha-1dibanding tekstur liat 7,1 t.ha-1 dan tekstur pasir diperoleh 6,4
t.ha-1. Dari hasil uji lapangan di Sukamandi seluas 55 ha produksi dicapai kisaran
produksi antara 6,4t.ha-1 kadar air 13-14% – 9.8 t.ha-1GKG kadar air 17% atau 7,1 t.ha-
1 GKP – 10,5 t.ha-1 GKP denganrata – rata 8,8 t.ha-1 GKP.Pelaksanaan uji lapangan
tersebut hanya mencapai 60% dimana beberapa komponen teknik budidaya tidak
terlaksana sesuai anjuran antara lain keterlambatan pengendalian gulma, pengelolaan
air, waktu pemupukan dan keterlambatan panen.
Hasil uji lapangan pada lahan seluas 100 ha yang dilakukan A. Yassi (2015)
pada musim tanam gadu pada penerapan model pertanian modern dengan tiga sistem
tanam yakni sistem tanam tegel, SRI dan Legowo 2:1 pada komponen pengamatan
panjang malai, jumlah bulir dan produksi per hektar diperoleh hasil (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata panjang malai (cm), jumlah bulir per malai (buah)dan Produksi per Hektar (t.ha-1)
Umur
Sistem Tanam
Biota Plus + 50% dosis pupuk (urea, ZA dan
NPK)
Urea, ZA dan NPK (dosis 100%)
Panjang
malai
Tegel 25,6 22,8
SRI 29,3 24,5
Legowo 2:1 25,1 23,9
Jumlah
bulir
Tegel 10,1 9,5
SRI 13,8 9,7
Legowo 2:1 10,2 9,6
Produksi Per
hektar
Tegel 9,8 8,1
SRI 11,088 8,8
Legowo 2:1 9,1 8,7
Hasil uji lanjut pada Tabel 1, pada pengamatan panjang malai, jumlah bulir
permalai dan produksi per hektar menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pemberian
pupuk organik “Biota plus” + 50% dosis pupuk an organik memperlihatkan panjang
malai tertinggi sebesar 29,3 cm pada sistem tanam pola SRI disusul sistem tanam tegel
dan legowo 2:1. Sedangkan nilai rata-rata jumlah bulir per malai diperoleh nilai
tertinggi pada sistem tanam pola SRI sebanyak 13,8 buah berturut-turut sistem legowo
sebesar 10,2 buah dan sistem tanam tegel sebesar 10,1 buah. Selanjutnya pada
pengamatan produksi per hektar menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk
organik cair lengkap “Biota plus ”+ 50% dosis pupuk anorganik memberikan produksi
per hektar tertinggi antara 9,1 – 11,088 t.ha-1. Produksi tersebut diperoleh tertinggi
pada pola SRI sebanyak 11,088 t.ha-1.
Pestisida organik dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni Pestisida Nabati
dimana bahan-bahannya berasal dari tumbuh – tumbuhan yang mengandung zat anti
serangga dan Pestisida Hewani dimana pestisida yang berasal dari hewan dengan
bahan baku yang tidak banyak seperti urine sapi (Andoko, 2006).
Dengan rekayasa teknologi Biota sebagai teknologi dengan pola organik maka
diharapkan 3 – 4 tahun kedepan tanah akan semakin subur dimana kimia tercuci
sehingga tanah tidak mengandung lagi zat – zat kimia yang pada akhirnya tercipta padi
organik yang mana dengan 1 ha akan menuju millionare 5 tahun kedepan, dengan
analisa sebagai berikut :
Jika 1 Ha menghasilkan 6.000 kg beras, maka :
6.000 Kg x Rp. 25.000 = Rp. 150.000.000
Jika selama 5 tahun dengan jumlah panen 12 kali panen, maka :
12 x Rp. 150.000.000 = Rp. 1.800.000.000
Pendapatan perbulan petani selama 5 tahun :
Rp. 1.800.000.000/60 = Rp. 13.300.000.
Yang Satu Milyar didepositokan dengan bunga 7% per tahun maka pendapatan petani
untuk hari esok (pensiun) Rp. 5.883.330/bulan. Dengan mengelola padi organik
peluang pasarnya sangat besar dimana dengan kemajuan ekonomi banyak yang
mencari beras organik karena dampak positifnya juga terhadap kesehatan sangat baik.
PENGELOLAAN TANAMAN DENGAN REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA
1. Dengan wadah sesuai jumlah benih yang akan ditanam, mula-mula seleksi benih
bernas melalui perendaman benih dengan air bersih dan larutan garam indikator
telur sebagai ukuran salinitas. Masukkan benih ke dalam baskom, aduk benih
hingga 3 kali lalu semua benih yang terapung di angkat kemudian dipindahkan
ke baskom lain yang berisi air biasa. Masukkan benih kedalam satu karung, lalu
dibagi dua untuk selanjutnya direndamselama kurang lebih 24 jam (gambar 1).
Gambar 1. Proses seleksi benih bernas dengan air bersih dan larutan garam
2. Proses perendaman dengan air bersih ditambahkan Biota Plus 10 cc / 10liter air
+ Hormax 10 ccr + Hatake 10 cc.
Gambar 2. Benih yang akan direndam dicampur dengan Biota Plus dan hormex
3. Bibit yang sudah direndam, diperam selama 24 jam. Apabila sudah mencapai 10
jam sebaiknya disiram dengan sisa air rendaman tadi.
Gambar 3. Hasil benih yang telah diperam
Gambar 4. Benih yang telah disemai dengan kepadatan berjarak 3 mm
4. Sebelum dihambur, disemprot dengan Biota Plus dan Hormax masing-masing
40cc/tangki.
Gambar 5. Kondisi persemaian padi
5. Benih dihambur agak jarang, jarak antara benih sekitar 3 mm benih satu dengan
yang lainnya.
Gambar 6. Pertumbuhan benih dipersemaian umur 3 hari
6. Benih umur 5 hari disemprot lagi dengan Biota 20 cc dan Hormax 30 cc.
Gambar 7. Kondisi bibit yang telah disemai berumur 8 hari
7. Benih umur 10 hari disemprot lagi dengan Biota 30 cc, Pesnab 30 cc / tangki.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi hari jam 06.00 maksimal jam 9.
8. Setelah dicabut agar akarnya direndam pada larutan yang telah disediakan pada
petak kecil seperti pada gambar 8.
Gambar 8. Proses pencabutan bibit dan perendaman akar bibit
9. Sehari sebelum dipindahkan agar dilakukan pupuk dasar NPK 50 kg + Urea 50 kg.
10. Penyemprotan I :Biota + Pesnab + hormon masing-masing 30 cc / tangki pada
umur 10 -15 hari.
Pa umur 15 hari setelah tanam.
12. Proses penyemprotan ke 2 biota plus + pestisida nabati dan Pemupukan kedua
dengan pupuk padat 50 kg NPK + 50 kg Urea pada umur 20 - 25 hari
Gambar 9. Proses penyemprotan pada lahan pertanamanPemupukan kedua dengan
pupuk padat 50 kg NPK + 50 kg Urea pada umur 20 hari.
Gambar 10. Kondisi pertanaman legowo 4:1 dan legowo 2:1
13. Penyemprotan ke 3 :Biota + Pesnab + Hormax pada umur 35 -40 hari dengan dosis
masing-masing 30 cc / tangki.
Gambar 11. Pertanaman padi umur 35 hari setelah tanam sebelum penyemprotan
kedua dengan sistem tanam legowo 4:1
14.Penyemprotan KE 4 biota plus + Hatake ) hormon pada umur 45-50 hari.
Gambar 12. Penyemprotan KE 4 umur 45 hari setelah tanam legowo 4 :1
Gambar 12. Penyemprotan kedua umur 45 hari setelah tanam legowo 2 :1
15. Penyemprotan KE 5 biota plus + pestisida nabati . Tanaman Padi yang berumur
50-55 hari.
Gambar 13. Kondisi pertanaman padi berumur 55 -60 hari
16. Padi yang mengunakan rekayasa teknologi Biota pupuk padat dikurangi 50 % dari
rekomendasi teknis masing-masing wilayah.Tanaman Padi yang berumur 95 hari.
17. Pengambilan ubinan pada tanaman padi dengan rekayasa teknologi biota olen prof
amir yasin mendapat hasi ubinan gabah kering giling 9 ton per hektar
18. Panen teknologi biota yang dilaksanakan di sukamandi bersama GM PT.
Syanghyang ,Direktur Benih Kementeri Pertenian ,Diretur PT.Tri Harmoni Abadi
PENGELOLAAN AIR
Tanaman padi bukanlah tanaman yang selalu terendam air, karena apabila
selalu terendam maka kurang lebih 50% akar tidak sehat. Proses pemasukan air akan
dilakukan jika kondisi lahan mencapai kapasitas lapang dan menunjukkan adanya
keretakan (teknologi pemberian air dengan cara terputus-putus)
PENGELOLAAN PUPUK PADAT
Setiap tahap pemupukan harus dikeluarkan air dari lahan sawah sampai pada
kondisi macak-macak. Waktu pemupukan dilakukan pada pagi hari atau sore hari.
Pemberian pupuk padat dilakukan tiga kali.
PANEN
Penentuan panen berdasarkan pengamatan visual tanaman dengan ciri jika rata-
rata minimal 90% bulir masak penuh dan berwarna kuning disertai daun mengering,
indikator lain sebagai pembanding yakni berdasarkan deskripsi umur tanaman.
ANALISIS USAHA TANI PADI KEBIASAAN PETANI SYANG HYANG SERY DI SUKAMANDI
DENGAN PAKET REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA
NO PARAMETER KEBIASAAN PETANI PAKET REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA
1 REKOMENDASI PEMAKAIAN PETANI REKOMENDASI TEKNOLOGI BIOTA
JM
L
SATUA
N HARGA TOTAL
JM
L
SATUA
N HARGA TOTAL
BENIH 20 kg Rp 8.000 Rp 160.000 20 kg Rp 8.000 Rp 160.000
UREA 200 kg Rp 1.850 Rp 370.000 100 kg Rp 1.850 Rp 185.000
NPK 300 kg Rp 2.350 Rp 705.000 150 kg Rp 2.350 Rp 352.500
Rp 1.235.000 Rp 697.500
BIOTA PLUS ltr Rp - 4 ltr Rp 125.000 Rp 500.000
PESTISIDA KIMIA 1 paket Rp 970.000 Rp 970.000 0 paket Rp - Rp -
HORMON btl Rp - 2 btl Rp 75.000 Rp 150.000
HATAKE sek Rp - 4 sek Rp 20.000 Rp 80.000
PESTISIDA NABATI btl Rp - 4 btl Rp 95.000 Rp 380.000
JUMLAH Rp 970.000 Rp 1.110.000
JUMLAH (1) Rp 2.205.000 Rp 1.807.500
SEWA LAHAN 1 ha Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 1 ha Rp10.000.000 Rp 10.000.000
BIAYA OLA LAHAN 1 ha Rp 1.330.000 Rp 1.330.000 1 ha Rp 1.330.000 Rp 1.330.000
TANAM 1 ha Rp 1.150.000 Rp 1.150.000 1 ha Rp 1.150.000 Rp 1.150.000
PEMELIHARAAN 1 ha Rp 270.000 Rp 270.000 1 ha Rp 270.000 Rp 270.000
PEMUPUKAN 1 ha Rp 500.000 Rp 500.000 1 ha Rp 500.000 Rp 500.000
JUMLAH (2) Rp 13.250.000 Rp 13.250.000
JUMLAH (1+2) Rp 15.455.000 Rp 15.057.500
SELISI BIAYA Rp 397.500
3 PRODUKSI 500 KG Rp 5.300 Rp 26.500.000 700 KG Rp 5.300 Rp 37.100.000
4 KEUNTUNGAN Rp 11.045.000 Rp 22.042.500
5 SELISI KE UNTUNGAN Rp10.997.500
RENCANA USAHA KELOMPOK ( RUK )
PELAKSANAAN PENANAMAN PADIDENGAN TEKNOLOGI BIOTA
NAMA KLP .TANI : …………………………………………….
DESA/KELURAHAN : …………………………………………….
KECAMATAN : …………………………………………….
RINCIAN KEBUTUHAN KELOMPOK :
KOMODITI : PADI
VARIETAS : …………………………………………….
LUAS LAHAN : 1 (SATU) Ha
NO URAIAN KEBUTUHAN VOLUME SATUAN HARGA SATUAN JUMLAH
2 Pupuk & Pestisida
a. Urea 100 Kg Rp 1.800 Rp 180.000
b. NPK 150 Kg Rp 2.300 Rp 345.000
Jumlah Rp 525.000
c. Pupuk Organik Cair Lengkap 4 Ltr Rp 125.000 Rp 500.000
d. Pestisida Nabati 4 btl Rp 95.000 Rp 380.000
e. Hormon 2 btl Rp 75.000 Rp 150.000
f. Hatake 4 bks Rp 20.000 Rp 80.000
Jumlah Rp 1.110.000
Total Rp 1.635.000
……………...……………………..2016
Menyetujui,
Petugas Ketua Kelompo
…………………………….. .
NB. Disiapkan Tenaga Pengawalan dari Tim Pelaksan Teknologi Biota
PELAKSANAANREKAYASA TEKNOLOGI BIOTA
PADA TANAMAN PADI
A. Pemilihan benih dan Persamaian : 1. Cara pemilihan benih : ambil baskon/ember diisi air lalu masuk telur ayam kedalam air ,
masukkan air garam sampai telur mengapung, telur dikeluarkan baru masukkan benih di putar baru di diamkan , benih yang tenggelam itulah benih yang unggul yang bisa punya anakan sampai 40 anakan.
2. Benih padi yang sudah diseleksi dicuci kembali , setelah itu direndam dengan menggunakan pupuk POCL Biota Plus dan Hormon dengan dosis 10 cc : 10 liter air selama 12 jam .
3. Benih siap dihambur ditempat persemaian , pada umur 1 minggu dilakukan penyemprotan POCL Biota Plus dengan dosis 10 cc : 10 liter air
4. 2 hari Bibit sebelum dicabut disemprot POCL biota plus dan diusahak dicabut pada umur 12 S/d 14 hari
B. Penanaman dan Pemeliharaan : 1. Bibit padi yang sudah dicabut dicelupkan akarnya pada larutan POCL Biota Plus ,
Pestisida nabati dan Hormon dengan dosis 10 cc : 7 liter air selama 1 jam. 2. Bibit ditanam dengan sistem legowo 2 : 1 atau 4 :1 3. Pemupukan
1. Pemeliharaan 1. Pada umur ( 10 -15 hari ) setelah tanam o UREA : 100 kg o NPK : 50 kg Penyemprotan :
o POCL Biota Plus , Hormon & Hatake : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 7 liter air )
o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 20 tangki. 2. Pada umur ( 20-25 hari ) setelah tanam o UREA : 50 kg o NPK : 50 kg Penyemprotan :
o POCL Biota Plus : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 5 liter air ) o Pestisida nabati : 1 botol ( disemprost bersamaan dg pupukdosisi 30 cc
1.tangki ) o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 30 tangki.
3. Pada umur ( 30-35 hari ) setelah tanam Penyemprotan :
o POCL Biota Plus : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 5 liter air ) o Pestisida nabati : 1 botol ( disemprost bersamaan dg pupukdosisi 30 cc
1.tangki) o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 30 tangki
4. Pada umur ( 40-45 hari ) setelah tanam Penjemprotan :
o POCL Biota Plus , Hormon & Hatake : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 7 liter air )
o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 30 tangki.
5. Pada umur ( 50 -55 hari ) setelah tanam Penyemprotan :
o POCL Biota Plus : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 5 liter air ) o Pestisida nabati : 1 botol ( disemprost bersamaan dg pupukdosisi 30 cc
1.tangki) o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 30 tangki
NB : Waktu penyemprotan pada :
- pagi hari jam 7 sampai 10 - Sore hari jam 3 sampai 6
Top Related