Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament)
Untuk meningkatkan Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa
Pada Pelajaran TIK
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Komputer
Peneliti: Erol J Tetelepta
NIM: 702012074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
2
3
4
5
1
1. Pendahuluan
Pendidikan menjadi suatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia agar mampu bersaing dengan sesamanya. Pembelajaran saat ini yang terjadi
disekolah – sekolah seharusnya berpusat terhadap siswa bukan berpusat terhadap guru. Yang
terjadi sekarang ini guru lebih banyak memberikan materi pelajaran melalui metode
ceramah dan cenderung monoton didalam kelas, sedangkan siswa hanya pasif dan
mendengarkan, sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan membuat siswa tidak
berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran, sehinga siswa tidak mempunyai minat
dan ketertarikan dalam proses belajar.
Kurangnya guru dalam menggunakan metode dan media pembelajaran membuat
minat siswa belajar menjadi berkurang dalam mengikuti pembelajaran di kelas yang
berdampak terhadap hasil belajar siswa yang rendah. berdasarkan pra siklus yang dilakukan
di kelas IX SMP Negeri 4 Salatiga menunjukkan dari 27 siswa hanya 7 siswa yang
mendapatkan nilai diatas batas ketuntasan minimal, hasil pra siklus terdapat juga minat
belajar siswa (50) dan nilai rata-rata (62) sudah terlihat dari hasil tersebut dibawah dari batas
KKM yaitu 69 yang ditentukan oleh sekolah. Untuk mengatasi hal ini salah satu cara
penerapan model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran kooperatif yang
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda, dimana setiap siswa harus saling bekerja sama untuk
memahami materi pelajaran. Dalam hal ini salah salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai alternatif guru di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa Kelas IX SMP
4 Negeri Salatiga untuk meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran TIK. Pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan serta mengubah paradigma
pembelajaran TIK dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa dan mendorong
guru agar dapat mengadakan modifikasi dan inovasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga
dapat tercipta suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar da hasil belajar
siswa, Penelitian ini hanya berkaitan dan membahas mengenai model pembelajaan
kooperatif tipe TGT serta hanya mengukur pada minat belajar dan hasil belajar siswa yang
2
hanya dilihat dari sisi aspek kognitif. Secara garis besar membagi hasil belajar dalam 3 ranah
yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. [8]
2. Tinjauan Pustaka
Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini yang dilakukan oleh
[1] yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Ketrampilan Sosial Siswa Di Sekolah Dasar”
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan keterampilan sosial
siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), serta mengetahui bagaimana
peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran ini dan respon yang diberikan
siswa. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Teknik pengumpulan
data menggunakan metode observasi dan angket. Aktivitas siswa mengalami peningkatan
selama tiga siklus, pada siklus I yaitu 68%, pada siklus II meningkat 73,33% dan pada siklus
tiga menjadi 88%. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa dari siklus I sampai siklus
III yaitu 67,14%, 72,86%, dan 84,29%. Minat belajar siswa mengalami peningkatan pada
siklus I mencapai 59,22% pada siklus II mencapai 74,02%, dan meningkat pada siklus III
menjadi 84,02%. Respon yang diberikan siswa pada siklus I sampai siklus III yaitu 65,12%,
74,16% dan 82,98%. Dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada
Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN Semambung Sidoarjo.
Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama meneliti tentang Model
Pembelajaran Kooperatif TGT, tetapi yang berbeda disini meneliti minat belajar dan hasil
belajar siswa pada siswa IX di SMP Negei 4. Media yang digunakan dalam proses
pembelajaran adalah power point dibuat Penyajiannya menarik karena ada permainan
warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto, Agar bisa
menarik perhatian para siswa untuk lebih fokus dalam pembelajaran, proses pembelajaran
juga diterapakan sebuah game untuk membuat siswa tidak merasa bosan dalam proses
belajar sehingga pelajaran yang berlangsung tidak membosankan dan membuat minat
belajar siswa semakin bertambah.
Model Pembelajaran Koopertif menggunakan tipe Team Games Tournament (TGT)
3
Defenisi konseptual pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan inforamsi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang
didalmnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajaran sendiri dan di dorong
utnutk meningkatkan pembelajaran, Biasanya pembelajaran kooperatif menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok kecil selama beberapa minggu atau bulan untuk kemudian di uji
secara individual, sebelumnya kelompok-kelompok siswa ini diberikan penejlasan/pelatihan
tentang: 1) bagaimana menjadi pendengar yang baik, 2) bagaimana member penjelasan yang
baik, 3) bagaiman mengajukan pertanyaan yang baik, dan 4) bagaimana saling membantu
dan menghargai satu sama lain dengan cara-cara yang baik pula. siswa akan diberikan
kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka, otomatis dalam lingkungan
pembelajaran kooperatif siswa harus menjadi partisipan aktif dan mulalui kelompoknya
dapat membangun komunitas pembelajaran yang saling membantu antara satu sama lain.
Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif membantu siswa
dalam belajar bekerjasama baik dalam menyelesaikan tugas, maupun dalam aktifitas belajar.
[2]
Sejak awal 1970-an banyak peneliti untuk melihat metode pembelajran kooperatif di
ruang kelas menampilkan beberapa metode pembelajaran dan membagi metode-metode
tersebut dalam 3 kategori: 1) metode-metode Student Teams Learning, 2) metode-metode
Supported Cooperative Learning, dan 3) metode-metode Informal, semua metode-metode
ini didasarkan pada prinsip bahwa siswa harus belajar bersama dan bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Inilah 3
kategori yang ada sehingga memunculkan model-model atau tipe-tipe dari pembelajaran
kooperatif. [2]
Pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada mulanya berasal
dari metode-metode Student Teams Learning, yang mulanya dikembangkan oleh David
DeVries dan Keith Edwards, metode ini sama seperti didalam STAD, akan tetapi
menggantikan kuis dengan turnamen mingguan dan ada unsur kegembiraan dari penggunaan
permainan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain, dalam
proses pelaksaan permainan ini bersifat tim akan tetapi saat siswa sedang bermain temannya
tidak diperbolehkan membantu, karena dari hal ini akan dilihat tanggung jawab individual
dari siswa. [2]
4
Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Teams Games Tournament
Persiapan pembelajaran yaitu guru perlu menyusun materi agar dapat disajikan
dalam bentuk presentasi kelas, belajar kelompok dan turnamen akademik. Beberapa
perangkat pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran diantaranya rancangan
program pembelajaran, bahan ajar presentasi kelas, lembar kerja kegiatan kelompok, lembar
kerja turnamen akademik dan lembar tes hasil belajar siswa. Selanjutnya guru menempatkan
siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang. Pembagian
kelompok ini berdasarkan kemampuan akademik sehingga dalam satu kelompok ini terdiri
dari siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah. [ 3]
Presentasi kelas, yaitu guru memperkenalkan materi pembelajaran yang akan
dibahas dengan cara pengajaran secara langsung. Presentasi kelas disini bukan berarti guru
menyampaikan seluruh materi pembelajaran, melainkan guru hanya memberikan pokok
materi pembelajaran. Pengembangan pokok materi pembelajaran akan dikembangkan oleh
siswa sendiri, ini merupakan Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam
proses pembelajaran yakni Team Games Tournament (TGT). [9]
Belajar kelompok merupakan kegiatan paling penting pada pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Siswa akan dibagi pada kelompok kecil yang anggotanya
telah dikondisikan oleh guru agar menjadi kelompok heterogen. Pada tahap ini siswa
mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang diberikan dalam lembar kerja secara
berkelompok. Setiap kelompok dalam kegiatan ini melakukan diskusi untuk memecahkan
masalah serta saling membantu dalam memahami materi yang sedang dipelajari. [ 3]
Tournament, Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi siswa ke dalam meja-
meja turnamen. Setelah masing-masing siswa berada dalam meja turnamen berdasarkan
unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set seperangkat turnamen. Satu
set seperangkat turnamen terdiri dari soal turnamen terdiri dari soal turnamen, kartu soal,
lembar jawaban, gambar smile, dan lembar skor turnamen. Semua seperangkat soal untuk
masing-masing meja adalah sama. [3]
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor
tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tembahan nilai tugas siswa. Selain itu
diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi dan minat belajar.
3. Metode Penelitian
5
Penelitian ini merupakan jenis penilitian tindakan kelas atau biasa disebut dengan
classroom action. Penelitian tindakan dilakukan ketika sekelompok orang/ siswa
diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti/ guru menetapkan suatu tindakan untuk
mengatasinya. Model yang digunkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart yang merupakan
pengembangan dari model Kurt Lewin. Model ini mencakup beberapa siklus dan pada
masing-masing siklus meliputi tahapan perencanaan (planing), pelaksanaan (act), observasi
(observing) dan refleksi (reflecting) [4]. Tahapan-tahapan tersebut berlangsung secara
berulang-ulang sampai tujuan penelitian tercapai. Penelitian model spiral Kemmis dan
McTaggart memiliki 4 tahapan, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan
(observe), dan refleksi (reflect). [5]
Dalam pelaksanan Penelitian tindakan kelas yang akan digunakan pada siswa Kelas
IX SMP NEGERI 4 SALATIGA, peneliti memilih SMP 4 NEGERI SALATIGA,
berdasarkan masalah yang ditemukan peniliti disekoalah yaitu siswa malas dalam belajar
dan kurang untuk memperhatikan guru karena guru yang sanggat monoton dalam proses
belajar sehingga siswa menjadi malas dalam minat belajar. dengan masalah yang ditemukan
peniliti, maka penelitian ini akan menerapkan proses bagian TGT yaitu: Pra kegiatan
pembelajaran TGT yang meliputi: 1). Materi 2). Membagi siswa Kedalam Kelompok dan
didalam mengelompokan siswa ditentuakn oleh guru berdasarkan karakteristik-
karakteristiknya 3). Membagi siswa dalam Meja Turnament dan yang berikut proses kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang meliputi: 1). Pembukaan 2). Pengembangan 3).
Belajar Kelompok 4). Validasi Kelas 5). Tournamet. Semua ini akan dilakukan dengan
menggunakan beberapa komponen yang ada didalam TGT yang nantinya menjadi variable
(table) dalam penelitian ini. Tetapi didalam penelitian ini hasil belajar hanya diambil
berdasarkan hasil test ahkir dari setiap siklus.
Setelah itu ada siklus model dalam penelitian ini yaitu yang dapat dilihat pada gambar 1 di
bawah ini,
Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Observasi
6
Gambar 1 Siklus Peneletian Tindakan Kelas [6]
Pada gambar 1 terdapat siklus yang di buat oleh Kemmis dan Mc. Taggart yang
merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Model ini mencakup beberapa siklus
dan pada masing-masing siklus meliputi tahapan perencanaan (planing), pelaksanaan (act),
observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Tahapan-tahapan tersebut berlangsung
secara berulang-ulang sampai tujuan penelitian tercapai.
Tabel 1 Tahapan – Tahapan penerapan PTK
Tahapan Kegiatan Keterangan
1.Perencenaan
Menciptakan kondisi
anak anak dalam belajar
7
2. Tindakan tahapan
TGT
3. Observasi
4. refleksi
guru membagikan siswa
kedalam kelompok kecil
Memberikan
penjelasan materi
Guru memberikan
sebuah game kepada
masing-masing
kelompok
Guru mengamati minat
belajar siswa selama
proses belajar
berlangsung
guru mengetahui sejauh
mana minat peserta
didik dalam mengikuti
pembelajran
guru mengetahui tingkat
keberhasilan strategi,
metode sudah tercapai
apa belum
Pembentukan kelompok
ditentukan oleh guru
mengambil data minat
belajar siswa
Semua ini harus diperhatiakn dalam kegiatan refleksi adalah minat belajar siswa
dalam proses TGT berlangsung, karena dari hal ini kita dapat melihat motivasi siswa dalam
mencermati proses belajar yang disampaikan guru, dan juga keadaann yang menghambat
proses TGT berlangsung. Setelah proses siklus 1 telah dilakukan maka hasil dari siklus 1
akan menjadi data yang nantinya akan digunakan dalam proses siklus 2 yang dimana proses
siklus 2 memiliki alur dan rancangan yang sama dengan siklus 1 akan tetapi ada perbedaan
di beberap bagian yaitu: Penyusunan Rancangan Pembelajaran, Menyusun Lembar Kerja
Siswa, Menyiapkan sarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang baru. Dalam
pelaksanaannya tindakan yang dilakukan sesuai dengan apa yang tercantum dalam
Penyusunan Rancangan Pembelajarana (RPP) yang meliputi tahap Pembuka, tahap kegiatan
Inti, tahap kegiatan pembelajaran dan kegiatan pertandingan, yang tarakhir kegiatan
konfirmasi. Setelah itu proses sikuls 2 berlangsung tetap melakukan pengamatan dan
8
observasi dikarenakan hasil dari obesrvasi dan pengamatan akan menjadi Hasil evaluasi
reaksi dari kegiatan ini yang digunakan untuk menarik kesimpulan apakah penelitian ini
sudah mencapai indikator yang ditetapkan.
Pada penelitian ini, observasi difokuskan untuk mengamati proses belajar siswa pada
mata pelajaran TIK menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournament). Pada pelaksanaannya, observasi dalam penelitian dilengkapi dengan lembar
observasi sebagai intrumen penelitian. Lembar observasi yang digunakan berupa angket
minat belajar dan lembar observasi penilaian proses belajar siswa dalam bentuk tes ahkir
disetiap siklus. Checklist digunakan untuk mengambil data proses pembelajaran TGT (Team
Games Tournament) selama pembelajaran berlangsung, tetapi didalam peneletian ini nilai
hasil test ahkirlah yang menjadi alat ukur keberhasilan dari metode TGT yang diterapkan.
Teknik Analisis Data Pada penelitian ini, analisis data yang dilakukan menggunakan
teknik analisis data deskriptif kuantitatif yang berupa sekor hasil test berlajar siswa dari
proses pembelajaran siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Teknik analisis data, menggunakan
teknik manual yang digunakan untuk menghitung pensekoran skala likert sebagai berikut:
Mencari nilai tertinggi =
Mencari nilai terendah =
Mencari rata-rata =
Hasil pengurangan kemudian dibagi dengan jumlah skor tertinggi dari setiap
pertanyaan : 24 ∶ 4 = 6
Hasil dari angka ini digunakan untuk membuat interval untuk mengukur hasil dari para
responden. yang dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini
Tabel 2 interval minat belajar siswa. [7]
Tingkat Penguasaan Kategori
Jumlah Pertanyaan x Jumlah Skor Tertinggi : 8 𝑥 4 = 32
Jumlah Pertanyaan x Jumlah Skor Terendah : 8𝑥 1 = 8
Jumlah Tertinggi – Jumlah Terendah : 32 – 8 = 24
9
0 – 34 35 – 54 55 – 64 65 – 84 85 - 100
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
Untuk menghitung rata-rata setiap siklus adalah
Keterangan
X = Rata-rata Kelas
∑x = Jumlah Seluruh Skor
N = Banyaknya siswa
4. Hasil penelitian
Berdasarkan siklus yang sudah disiapkan maka penelitian ini di awali dengan
perencanaan, dalam proses ini ada siklus yang nanti akan dibahas yaitu awalnya minat siswa
belajar tanpa menggunakan TGT dan Setelah menggunakan TGT semuanya ini akan
dirangkum menjadi satu hasil tetapi dalam proses peneliti telah melakukan 2 siklus.
Siklus I
Perencenaan, Dalam perencanaan peneliti telah menyiapkan segala kebutuhan yang di
perlukan dalam proses penelitian, berupa RPP, materi yang di ajarkan dan penerapan TGT serta
menciptakan kondisi dalam belajar di buat sedemikian nyamannya dengan membentuk raungan
kursi kelas leter U, seperti mengkondisi kelas agar anak tidak ribut dalam proses belajar,
Suasana hati siswa juga dipengaruhi dengan suasana belajar di kelas, kalau suasana kelas sudah
dikondisikan maka anak bisa memulai proses tindakan kelas nantinya.
Tindakan, dalam tindakan proses belajar berlangsung seperti biasa, guru mengajar
dengan model TGT dan membagikan siswa kedalam beberapa kelompok untuk mengikuti
game yang nanti dilakukan. Setelah melihat dari perencanaan maka, peneliti menyiapkan
tindakan yang nantinya diterapkan dalam proses pelaksanaan TGT. Dalam proses ini guru
telah melihat dan mengelompokan siswa di kelas secara heterogen. Proses pengelompokan
10
di lakukan berdasarkan nilai yang dimiliki saat tes yang dilakukan guru sebelumnya, dan
mencari informasi mengenai kemampuan setiap siswa di dalam kelas seperti pada tabel 1.
Kelompok TGT
KELOMPOK TGT
Nama Kelopok 1
Nama kelompok 2
Nama Kelompok 3
Nama Kelompok 4
Arif N Dewi Islamiyati Ahmad Vera S
Yose Rizal Nova Yunisa Putri Naila Aqilla F
Lutfie M G R Bagas S Aldino Faridz T
Farid Zain Nabila P B Dwi adi Wisnu C
Audiva B A Oktavian Dafni Tirta W
Dwi P.W Delphina Afral Wahyu T
Mayumi R W Intan
Tabel 3. Kelompok TGT yang sudah di atur secara hetorogen
Pemilihan kelompok dipilih berdasarkan nilai pra siklus, jadi di dalam kelompok ada
yang berkemampuan rendah sedang dan tinggi. Langkah-langkah metode pembelajaran
Team Game Tournament yang (TGT) diterapkan yaitu: 1) Pelajaran diawali dengan
memberikan pelajaran, selanjutnya diumumkan kepada semua siswa untuk melaksanakan
pembelajaran Team Game Tournamen (TGT) dan siswa diminta untuk membentuk
kelompok yang ditentukan oleh guru. Kepada siswa disampaikan bahwa mereka untuk
bekerja sama dengan kelompok belajar selama beberapa pertemuan, mengikuti turnamen
akademik untuk memperoleh poin bagi nilai tim mereka serta diberitahukan tim yang
mendapat nilai tinggi akan mendapat penghargaan. 2) Kegiatan dalam turnamen adalah
persaingan pada meja turnamen dari dari Tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada
permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja
turnamen yang ditetapkan. 3) Game yang diterapkan dalam metode ini kartu bernomor, Cara
bermain game ini salah satu siswa mengocok dan mengambil kartu bernomor dan carilah
soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan. Pada akhir didalam
game ini kelompok yang sudah menyelesaikan game bisa pindah ke-game berikutnya dan
yang belum menyelesaikan game belum bisa pindah ke-game berikutnya. Pada ahkir siklus
dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar dari metode Team Game Tournament (TGT).
Refleksi, Dalam tahap reflesksi ini peneliti telah menggunakan proses TGT di dalam
proses belajar, terlihat minat belajar siswa mulai meningkat dari hasil sebelumnya, sebelum
mengunakan TGT. Siklus I terlihat minat belajar siswa 67% dan rata-rata nilai siswa 67,03
11
%, tetapi ada 10 siswa yang mempunyai nilai dibawa KKM yang ditentukan oleh seokolah,
hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 4. Diagram Minat belajar siswa yang sudah menggunakan TGT siklus I
Tabel 5. Diagram Nilai Siswa yang sudah menggunakan TGT siklus I
Siklus II
Perencenaan, Berdasarkan hasil pada tindakan kelas siklus I, maka rencana
tindakan kelas siklus II perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan
pelaksanaan tindakan kelas siklus II. Dalam siklus II merupakan pembelajaran dengan
konsep lanjutan dari konsep di siklus 1, model pembeljaran dan RPP masih sama. Dalam
sangattinggi
tinggirendah
sangatrendah
7%
67%
26%
0%
Minat Belajar Siklus I
Series1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nilai siswa siklus I
12
Prosedur game/turnamen peneliti upayakan memodifikasi game lagi, agar minat dan
semangat belajar siswa semakin meningkat.
Tindakan, dalam tindakan masih sama dengan siklus I membagikan siswa kedalam
beberapa kelompok secara heterogen, game yang digunakan masih sama dengan siklus 1
hanya tampilan game dibuat sedikit berbeda.
Refeleksi, Dalam tahap reflesksi ini peneliti masih menggunakan metode TGT, hasil
dari siklus I menjadi acuan bagi siklus II dalam siklus II terlihat minat belajar siswa ada
peningkatan dari pada sebelumnya. Hasil siklus II minat belajar siswa 81% dan nilai rata-
rata 85,1% didalam siklus II terdapat 1 siswa yang mempunyai nilai di bawa KKM ini berarti
ada peningkatan dari siklus I. Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan dari hasil
tindakan kelas siklus I sampai siklus II yang telah dilakukan, hasilnya mengalami perubahan
yang positif, yaitu meningkatnya minat belajar dan hasil belajar baik dari aspek kognitif.
Untuk lebih jelas hasil dari siklus II akan di tampilkan pada tabel 3 dan 4.
Tabel Diagram 6. Minat Belajar
siswa yang sudah mengunakan TGT siklus II
Sangat tinggi tinggi rendah sangatrendah
81%
19%0% 0%
Minat Belajar Siklus IISeries1
13
Table diagram 7.hasil nilai
siswa yang sudah mengunakan TGT siklus II
Paparan hasil ini membuktikan bahwa, penggunaan model TGT memberikan
kontribusi terhadap hasil belajar kognitif siswa pada kelas IX SMP Negeri 4 Salatiga. Hal
ini berarti model TGT sangat efektif digunakan dalam proses pembelajaran untuk
menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, dan berdampak positif pada
peningkatan hasil belajar siswa yang lebih baik. Semua ini terilihat berdasarkan data yang
didapatkan dan dapa dilihat pada table 6.
NO Indikator Siklus I Siklus II
1 Jumlah siswa 27 27
2 Minat belajar 67% 81%
3 Nilai rata-rata 67% 85%
4 Nilai tertinggi 80 92
5 Nilai terendah 55 69
6 Jumlah siswa yang tuntas 17 26
7 Jumalah siswa yang tidak tuntas 10 1
Tabel 8. Data nilai siswa siklus I dan II
Peningkatan hasil belajar siswa dan minat belajar siswa tidak bisa berhasil apabila
tidak ditunjang dengan perbaikan aktivitas mengajar guru pada setiap siklus. Peningkatan
ini dipengaruhi oleh hasil refleksi dan perbaikan proses mengajar guru di kelas.
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nilai Siswa Siklus II
14
Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan hasil
belajar and minat belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor ini diantaranya
suasana kelas yang mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT juga dapat meningkatkan aktivitas siswa di kelas karena
kegiatan siswa telah dikondisikan dan terarah sesuai dengan tujuan yang telah disusun.
Keberhasilan ini juga tidak lepas dari kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran
di kelas.
5. Diskusi
Peneliti telah melakukan Berdasarkan siklus yang sudah disiapkan maka penelitian
ini di awali dengan perencanaan, dalam proses ini ada pra siklus dan siklus 1,2 yang sudah
di tampilkan datanya yaitu awalnya minat siswa belajar tanpa menggunakan TGT dan
Setelah menggunakan TGT data tersebuat dapat dilihat perbandingannya, terjadi
peningkatan yang signifikan dengan adanya TGT ini. Untuk penelitian menggunakan
metode TGT guru harus benar-benar mengatur waktu dengan baik, jika pengolahan waktu
pembelejaran tidak benar maka yang bisa terjadi proses belejar mengajar tidak dapat selesai
dengan apa yang direncanakan. Dapat disimpulkan Hasil belajar dan minat belajar setiap
siklus penelitian tindakan kelas ini dapat meningkat karena terjadi perbaikan proses
pembelajaran yang dilakukan pada setiap siklus. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
memperluas pokok bahasan atau menambah jumlah sampel atau jumlah kelas.
15
Daftar Pustaka
[1] Sofyantoro Aziz Hargo, Suprayitno, 2013, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Di
Sekolah Dasar, Surabaya: PGSD FIP Universitas Surabya
[2] Salvin Robert E, 2005, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung Penerbit
Nusa Media.
[3] Robert E. Slavin. 2008. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
[4] Rejeki Ning Endah Sri ,2009, Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas Viii G Semester 2 Smp Negeri 2
Toroh Grobogan1, JURNAL LEMLIT, Volume 3 Nomer 2.
[5] Endang Mulyatiningsih. (2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:
Alfabeta
[6] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek, (Jakatra: Bumi, Aksara
2009), h. 16.
[7] Depdiknas, Pedoman Umum Sistem Pengujian Hasil Belajar, http://www.google.com
(13juli 2012)
[8] R Nuryani. 2008. Strategi Belajar Mengajar Bioligi. UM Press. Malang
[9] Rosdiana. 2008. Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas VIIIB SMP Pergis Maros. (Skripsi Onlie). STKIP
Maros. R
Top Related