perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT (Teams Games Tournament) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TLOMPAKAN III
KECAMATAN TUNTANG TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh
ERNY YUNIKA PUTRI
K7107030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI TLOMPAKAN III KECAMATAN TUNTANG TAHUN
AJARAN 2010/2011
OLEH
ERNY YUNIKA PUTRI
NIM K7107030
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program S1 PGSD
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Erny Yunika Putri, NIM K7107030. PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL
CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI
TLOMPAKAN III KECAMATAN TUNTANG TAHUN AJARAN
2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk: (1) Meningkatkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Tlompakan III, (2) Memaparkan cara penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan, (3) Memaparkan cara mengatasi kendala yang
terjadi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan.
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD Negeri
Tlompakan III. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari
tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
pencatatan arsip, dan tes. Teknik analisis data menggunakan model deskriptif
komparatif dan analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV
SD Negeri Tlompakan III, yaitu ditandai dengan: Siswa kelas IV sebanyak 18
anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan 39%, siklus I
(KKM 60) 50%, siklus II (KKM 65) 94%, dan siklus III (KKM 70) 100% siswa
belajar tuntas., (2) Cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) merupakan perwujudan lima langkah penerapan
pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament) yaitu presentasi kelas, kerja
tim/kelompok, permainan, turnamen, dan rekognisi tim/kelompok. (3) Cara
mengatasi kendala yang terjadi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) ini adalah: (a) Pembentukan tim/kelompok
belajar dilakukan oleh guru berdasarkan urutan nomor absen untuk mengatasi
kebingungan siswa saat membentuk kelompok. (b) Pemilihan ketua tim/kelompok
belajar oleh guru yang bertanggung jawab pada kegiatan kerja kelompok untuk
mengatasi kurangnya kerja sama diantara anggota kelompok.
Berdasarkan simpulan yang dibuat, dapat diajukan suatu rekomendasi
bahwa pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III
tahun ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Erny Yunika Putri, NIM K7107030. APPLICATION OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL TYPE TGT (Teams Games Tournament) TO
INCREASE THE STUDENT’S ABILITY OF STORY FRACTION
PROBLEM SOLVING IN IV GRADE SD NEGERI TLOMPAKAN III SUB
DISTRICT OF TUNTANG, 2010/2011. Minithesis, Surakarta, Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University of Surakarta,
April 2011.
The aim of this classroom action research are (1) to increase the
student’s ability of story fraction problem solving in IV Grade SD Negeri
Tlompakan III, (2) describing about cooperative learning model application type
TGT (Teams Games Tournament) to increase their ability in story fraction
problem solving, (3) describing about strategies to counter the obstacles in
cooperative learning model application type TGT (Teams Games Tournament) to
increase the student’s ability in story fraction problem solving.
Subjects of this research are students of IV Grade SD Negeri Tlompakan
III. Type of research is class action research includes three cyclic, every cyclic
includes four stages: they are planning, acting, observing, and reflecting. Data
collecting technique used in this research is observation, recording the
documentation, and test. Analysis data used in this research is descriptive
comparative and interactive analysis includes three components, they are data
reduction, data display, and drawn the conclusion or verification.
Based on research results, it concluded that (1) cooperative learning
model application type TGT (Teams Games Tournament) is able to increase
student’s ability in story fraction problem solving in IV Grade SD Negeri
Tlompakan III, it indicated with as much as 18 Fourth Grade students experience
the increasing of their learning achievement, that is, before class action 39%
Cyclic I (KKM 60) 50%, Cyclic II (KKM 65) 94%, and Cyclic III (KKM 70)
100% of students are mastered their learning, (2) the way of cooperative learning
application type TGT (Teams Games Tournament) is a manifestation of five
stages learning model application of TGT model, they are class presentation, team
working, games, tournament, and team/group recognition, (3) strategies to counter
the obstacles in cooperative learning model application type TGT (Teams Games
Tournament) are (a) making the team/group learning by teacher based on
presentation student number to avoids the student complication in making group,
(b) choosing the chief of learning group/team by teacher who responsible in
teamwork activities to counter less teamwork between the members of group.
Based on the conclusion it may be proposed about recommendation that
mathematic learning through cooperative learning model type TGT (Teams
Games Tournament) is able to increase the student’s ability in story fraction
problem solving of IV Grade Students SD Negeri Tlompakan III, 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Mengajari orang bagaimana belajar tumbuh secara mandiri mungkin
merupakan pelayanan terbesar yang kita berikan bagi orang lain.”
(Oliver Wendell Holmes)
“Nilai seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung jawab,
mencintai hidup dan pekerjaannya.”
(Kahlil Gibran)
“Menjalani kehidupan dengan ketulusan dan kerelaan hati, akan membuahkan
hasil yang manis.”
“Cita-cita, usaha, dan doa yang tulus akan menuntun kita menuju kesuksesan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
~ Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian,
dukungan, dan doa restu ~
~ Kakak terkasih yang telah membantuku ~
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas karunia-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011” ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya
kepada semua pihak, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M. Pd. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M. Pd. Selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd. Selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. Hartono, M. Hum. Selaku Pembimbing II yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
6. Tanjiatun, S. Pd. Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tlompakan III Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang.
7. Orangtua penulis yang telah memberikan doa restu dan dukungan.
8. Kakakku terkasih yang selalu meluangkan waktu untuk membantu penulis
dalam pembuatan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Teman-teman di PGSD sebagai teman seperjuangan dalam pembuatan skripsi
ini.
10. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca
umumnya.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iv
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………. v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 5
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………….. 7
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams
Games Tournament) ……………………………………….. 7
a. Pengertian Model Pembelajaran ……………………….. 7
b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran ……………………….. 8
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif …………… 10
d. Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ……………. 13
e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(Teams Games Tournament) …………………………… 14
f. Langkah-Langkah Pembelajaran TGT (Teams
Games Tournament) ……………………………………. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
g. Kelebihan dan Kelemahan TGT (Teams Games
Tournament) …………………………………………… 17
h. Jenis Skor dan Nilai pada Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Teams Games Tournament)………………... 17
2. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan ... 18
a. Pengertian Matematika …………………………………. 18
b. Pengertian Pembelajaran Matematika ………………….. 20
c. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ………………. 21
d. Pengertian Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita …... 22
e. Tinjauan Mengenai Soal Cerita ………………………… 22
f. Pengertian Pecahan …………………………………….. 24
g. Konsep Pecahan di SD …………………………………. 26
h. Macam-Macam Pecahan ……………………………….. 30
i. Materi Pembelajaran …………………………………… 31
j. Langkah-Langkah Pembelajaran Menyelesaikan Soal
Cerita Pecahan dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Teams Games Tournament) ……………………. 36
B. Penelitian yang Relevan ………………………………………... 42
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………… 43
D. Hipotesis Tindakan …………………………………………….. 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….. 46
B. Subjek Penelitian ……………………………………………….. 46
C. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………. 46
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………... 48
E. Validitas Data …………………………………………………... 50
F. Teknik Analisis Data …………………………………………… 51
G. Indikator Kinerja ……………………………………………….. 53
H. Prosedur Penelitian …………………………………………….. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Deskripsi Tempat Penelitian …………………………….. 62
B. Deskripsi Data Awal …………………………………………… 63
C. Deskripsi Data Tindakan ……………………………………….. 66
D. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………... 85
E. Pembahasan Perumusan Masalah ……………………………… 93
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ……………………………………………………….. 100
B. Implikasi ………………………………………………………... 102
C. Saran …………………………………………………………… 103
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 105
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ……………...64
Tabel 2 Hasil Tes Awal …………………………………………………...65
Tabel 3 Hasil Tes Siklus I ………………………………………………... 73
Tabel 4 Hasil Tes Siklus II ………………………………………………..80
Tabel 5 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I ………………………… 87
Tabel 6 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Diberikan Tindakan Siklus I …………………………………….. 87
Tabel 7 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II ……………………….. 89
Tabel 8 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa pada Tindakan Siklus I
dan Siklus II ……………………………………………………... 89
Tabel 9 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus III ………………………. 91
Tabel 10 Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan Tindakan
dan Tes Akhir Setelah Dilaksanakan Tindakan ………………… 92
Tabel 11 Nilai Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan ……………………... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alur Kerangka Berpikir ……………………………………… 44
Gambar 2 Bagan Siklus PTK Suharsimi Arikunto ……………………... 47
Gambar 3 Model Analisis Interaktif ……………………………………. 51
Gambar 4 Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan ………………………... 65
Gambar 5 Grafik Tes Siklus I …………………………………………... 73
Gambar 6 Grafik Tes Siklus II ………………………………………….. 80
Gambar 7 Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus I ………………………... 87
Gambar 8 Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum
dan Setelah Diberikan Tindakan Siklus I ……………………. 88
Gambar 9 Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus II ……………………….. 89
Gambar 10 Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I
dan Siklus II …………………………………………………. 90
Gambar 11 Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus III ………………………. 91
Gambar 12 Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan
Tindakan dan Tes Akhir Setelah Dilaksanakan Tindakan ….. 92
Gambar 13 Grafik Nilai Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan …………… 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian …………………………………… 108
Lampiran 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ……………………... 113
Lampiran 3 Indikator Pecahan …………………………………………. 114
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……………… 115
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II …………….. 122
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ……………. 129
Lampiran 7 Lembar Kerja Kelompok Siklus I ………………………… 133
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa Siklus I ……………………………… 136
Lampiran 9 Lembar Kerja Kelompok Siklus II ………………………... 139
Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa Siklus II ……………………………... 142
Lampiran 11 Lembar Kerja Kelompok Siklus III ……………………….. 145
Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa Siklus III ……………………………. 148
Lampiran 13 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I ……………... 153
Lampiran 14 Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I ………………….. 156
Lampiran 15 Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus I …………… 159
Lampiran 16 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II ……………. 161
Lampiran 17 Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus II …………………. 164
Lampiran 18 Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus II …………... 167
Lampiran 19 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus III ……………. 169
Lampiran 20 Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus III ………………… 172
Lampiran 21 Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus III ………….. 175
Lampiran 22 Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ………. 177
Lampiran 23 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I ………………….. 178
Lampiran 24 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II …………………. 179
Lampiran 25 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus III ………………… 180
Lampiran 26 Nilai Tes Sebelum Tindakan ……………………………… 181
Lampiran 27 Tabel Data Nilai pada Siklus I …………………………….. 182
Lampiran 28 Tabel Data Nilai pada Siklus II …………………………… 183
Lampiran 29 Tabel Data Nilai pada Siklus III …………………………... 184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 30 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus I …………………………… 185
Lampiran 31 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus II …………………………… 186
Lampiran 32 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus III ………………………….. 187
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan
suatu bangsa. Pendidikan membantu manusia dalam pengembangan potensi
dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi, sebagaimana
tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yaitu:
Pendidikan membuat watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Selaras dengan sistem pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.
20 Tahun 2003, pelaksanaan pendidikan tentunya perlu mendapat proporsi yang
cukup agar diperoleh out put yang unggul. Penanaman pendidikan ini tentunya
harus mengacu pada arah perbaikan, khhususnya adalah peningkatan kemampuan
akademis. Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah dengan memaksimalkan
kegiatan pembelajaran di sekolah.
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik apabila
ada komunikasi positif antara guru dengan siswa, guru dengan guru, dan antara
siswa dengan siswa. Oleh karena itu, komunikasi positif harus diciptakan agar
pesan yang ingin disampaikan, khususnya materi pembelajaran dapat diterima
dengan baik oleh siswa. Guru diharapkan mampu membimbing aktivitas dan
potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran yang sesuai. Hal ini perlu dilaksanakan agar kualitas pembelajaran
pada mata pelajaran apapun menjadi optimal. Salah satu mata pelajaran yang
perlu mendapat perhatian lebih adalah Matematika.
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar abstrak yang dapat
berupa fakta, konsep, operasi dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang
menjadi objek-objek lain, misalnya pola pikir deduktif dan konsisten, struktur-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
struktur dalam Matematika yang ada dewasa ini, juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
Matematika. Pelajaran Matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan
dimulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi.
Matematika sebagai ilmu dasar begitu cepat mengalami perkembangan,
hal itu terbukti dengan makin banyaknya kegiatan Matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Disamping itu juga sangat diperlukan siswa dalam mempelajari dan
memahami mata pelajaran lain. Akan tetapi pada kenyatannya banyak siswa
merasa takut, enggan dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran Matematika.
Banyak siswa yang kurang tertantang untuk mempelajari dan menyelesaikan soal-
soal Matematika.
Soal yang paling rumit dalam Matematika adalah soal cerita dan biasanya
nilai siswa akan rendah pada soal dengan tipe seperti ini (soal cerita Matematika),
karena untuk dapat menyelesaikan soal cerita Matematika dengan benar seorang
siswa perlu memahami apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan. Memahami
apa yang diketahui berarti memahami informasi yang tersurat maupun yang
tersirat di dalamnya. Sedangkan memahami apa yang ditanyakan berarti mengerti
tentang istilah atau konsep-konsep yang berkaitan dengan yang ditanyakan.
Setelah itu dilanjutkan dengan langkah atau proses penyelesaian (www.
Pontianakpost. com, diakses 14 Januari 2011).
Faktor penyebab rendahnya nilai Matematika pokok bahasan soal cerita
pecahan adalah kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan guru. Selama
pembelajaran Matematika berlangsung, guru hanya menggunakan metode
ceramah saja. Hal ini menyebabkan kejenuhan pada siswa dan tidak munculnya
keaktifan dari diri siswa. Oleh sebab itu perlu dipilih model pembelajaran yang
tepat. Untuk memilih suatu model pembelajaran perlu memperhatikan beberapa
hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang
tersedia, kondisi siswa dan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Apabila dalam pemilihan model pembelajaran kurang tepat dapat mempengaruhi
kemampuan siswa. Kemampuan siswa tidak terlepas dari bagaimana siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mengalami proses belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat
diharapkan siswa mampu dengan mudah menerima informasi yang diberikan oleh
guru. Model-model yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara lain
model konvensional, kuantum, kontekstual, kooperatif dan sebagainya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap guru kelas, diketahui bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III masih rendah. Nilai siswa kelas
IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011 setelah
diadakan tes awal, diketahui bahwa dari 18 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-
laki dan 10 siswa perempuan diperoleh rata-rata kelas 55,6. Siswa yang mendapat
nilai di atas nilai ≥ 60 adalah 7 siswa dan 11 siswa memperoleh nilai ≤ 59.
Bertolak dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SD Negeri
Tlompakan III Kecamatan Tuntang, pada mata pelajaran Matematika KKM yang
harus dicapai siswa kelas IV adalah 60. Hasil yang diperoleh dari tes awal
tersebut, yang memperoleh nilai di atas KKM ada 7 siswa, sedangkan yang lain
masih di bawah KKM. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada materi
pecahan yaitu menyelesaikan soal cerita, hasil yang diperoleh memang masih
rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif
pemecahan agar dapat memberi perubahan yang lebih baik dalam menguasai
materi operasi pecahan.
Berkaitan dengan keadaan tersebut, akan digunakan suatu model
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). TGT merupakan
suatu tipe pembelajaran yang menekankan siswa belajar dalam kelompok
heterogen yang beranggotakan 3 sampai 5 orang. Kelompok heterogen meliputi
tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin, suku (ras), dan status sosial.
TGT adalah suatu tipe dalam model pembelajaran kooperatif. TGT
mendorong siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya, menerapkan dan
mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide pengetahuannya, belajar
memecahkan masalah, dan mendiskusikan masalah pelajaran. Selain itu waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kegiatan pembelajaran lebih singkat dan keaktifan siswa lebih optimal karena
dalam TGT proses pembelajarannya bervariasi yaitu ada tahap presentasi kelas,
diskusi tim, permainan (games), turnamen, dan rekognisi tim.
Alasan pemilihan TGT adalah karena pelaksanaan TGT dibagi menjadi
lima tahap pembelajaran yaitu tahap presentasi kelas, diskusi tim, permainan
(games), turnamen, dan rekognisi tim. Dalam tiap tahapan kegiatan dilakukan
untuk saling bekerja sama dalam setiap tim. Selain itu pembelajaran akan lebih
bervariasi dan menyenangkan karena disertai dengan permainan-permainan
akademik. Dengan penerapan TGT, diharapkan siswa kelas IV SD Negeri
Tlompakan III dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi siswa, guru, dan pihak sekolah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengambil judul
penelitian: “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT (Teams Games Tournament) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI TLOMPAKAN III KECAMATAN TUNTANG TAHUN AJARAN
2010/2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada
siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran
2010/2011?
2. Bagaimana langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) dalam rangka meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan
III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran
2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada
siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran
2010/2011.
2. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dalam rangka meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan
Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.
3. Mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD
Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT akan merangsang keaktifan dan
kreatifitas siswa, sehingga siswa akan mempunyai kesempatan dalam
meningkatkan kemampuan masing-masing.
b. Pembelajaran kooperatif tipe TGT mendorong siswa untuk aktif
mengkonstruksi pengetahuannya dan bekerja sama mendiskusikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
masalah yang dihadapi sehingga dapat mempermudah siswa dalam
mempelajari Matematika khususnya soal cerita pokok bahasan pecahan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, menambah pengalaman mengajar.
b. Bagi peneliti, bermanfaat untuk menemukan solusi dalam kemampuan
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan pada mata pelajaran
Matematika siswa kelas IV SD.
c. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan.
d. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan kepala sekolah dalam usaha
perbaikan proses pembelajaran para guru dalam menggunakan sarana dan
prasarana sehingga hasil belajar siswa lebih baik dan mutu sekolah dapat
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Aunurrahman (2009:75), model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan
dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Atau dapat diartikan sebagai perangkat
rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan
pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-
tempat lain yang melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Agus Suprijono (2009:46) mengemukakan bahwa “model pembelajaran
adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas maupun tutorial”.
Akhmad Sudrajat (2010) menjelaskan model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
(http:/akhmadsudrajat.wordpress.com/pengertian-pendekatan-strategi-metode-
teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/ diakses 3 Januari 2011)
Arends dalam Trianto (2007:5) menyatakan “The term teaching model
refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax,
environment, and management system”. Istilah model pembelajaran mengarah
pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Menurut Dahlan dalam Isjoni (2009:72) menguraikan bahwa “model
mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk
kepada pengajar di kelas”.
Joice dan Weil (1992) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,
dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
(http:/zaifbio.wordpress.com/model-model-pembelajaran/ diakses 6 Januari 2011)
Adapun Soekamto dalam Trianto (2007:5) mengemukakan maksud dari
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pola mengajar yang dilakukan oleh guru selama proses
pembelajaran di kelas.
b. Jenis- Jenis Model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli.
Pengembangan model tersebut didasarkan pada konsep teori yang selama ini
dikembangkan. Mengingat banyaknya model pembelajaran yang telah
dikembangkan, Bruce Joyce et.al (2000) mengelompokkan menjadi empat
rumpun yaitu: model pemrosesan informasi (processing informatioan model),
model pribadi (personal model), model interaksi sosial (social model), dan model
perilaku (behavior model).
(http:/blog.bukukita.com/users/putrid/?1102 diakses 3 Januari 2011)
Model pembelajaran pemrosesan informasi terdiri dari model
pembelajaran yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon
terhadap stimulus yang datang dari lingkungan. Dalam prosesnya ditempuh
langkah-langkah seperti mengorganisasi data, memformulasikan masalah,
membangun konsep, dan rencana pemecahan masalah, serta penggunaan simbol
verbal dan nonverbal. Banyak model pembelajaran yang tergolong pada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
model ini, yaitu: Inductive Thinking (Classification-Oriented), Concept
Attainment, Scientific Inquiry, dan Inquiry Training.
Model pribadi berorientasi pada perkembangan diri individu.
Pelaksanaannya lebih menekankan pada upaya membantu individu dalam
membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik serta lebih memperhatikan
kehidupan emosional siswa. Upaya pembelajaran lebih diarahkan pada menolong
siswa untuk dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Yang tergolong pada kelompok
model pembelajaran ini adalah: Nondirective teaching dan Enhancing self esteem.
Model interaksi sosial mengutamakan pada hubungan individu dengan
masyarakat atau orang lain, dan memusatkan perhatiannya pada proses dimana
realita yang ada dipandang sebagai negosiasi sosial. Prioritas utama diletakkan
pada kecakapan individu dalam berhubungan dengan orang lain. Yang tergolong
pada kelompok model pembelajaran ini diantaranya : Partner in learning,
Structured inquiry, Group Investigation, dan Role Playing.
Model pembelajaran perilaku dibangun atas dasar teori yang umum, yaitu
kerangka teori perilaku. Salah satu cirinya adalah kecenderungan memecahkan
tugas belajar kepada sejumlah perilaku yang kecil-kecil dan berurutan serta dapat
terukur. Belajar dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyeluruh, tetapi
diuraikan dalam langkah-langkah yang konkrit dan dapat diamati. Mengajar
berarti mengusahakan terjadinya perbuatan dalam perilaku siswa, dan perubahan
tersebut haruslah teramati. Termasuk dalam model perilaku ini adalah: Mastery
learning, Direct Instruction, Simulation, Social learning, dan Programmed
Schedule.
Stalling dalam Aunurrahman (2009:76) membagi model pembelajaran
menjadi lima kelompok, yaitu:
1) The Exploratory Model, model ini bertujuan untuk mengembangkan
kreativitas dan independensi siswa.
2) The Group Process Model, model ini diarahkan untuk
mengembangkan kesadaran diri, rasa tanggung jawab, dan kemampuan
bekerja sama antara siswa.
3) The Developmental Cognitive Model, yang menitikberatkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4) The Programmed Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan melalui modifikasi tingkah laku.
5) The Fundamental Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar melalui pengetahuan faktual.
Joyce dan Weil (1992) menjelaskan model pembelajaran menjadi empat
kelompok, yaitu: model interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model
personal, dan model modifikasi tingkah laku.
(http:/zaifbio.wordpress.com/model-model-pembelajaran/ diakses 6 Januari 2011)
Lapp dkk dalam Aunurrahman (2009:76) berpendapat model
pembelajaran dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1) The Classical Model, guru lebih menitikberatkan peranannya dalam
pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang
disajikannya.
2) The Tecnological Model, yang lebih menitikberatkan peranan
pendidikan sebagai transisi informasi, lebih dititikberatkan untuk
mencapai kompetensi individual siswa.
3) The Personalized Model, proses pembelajaran dikembangkan dengan
mmperhatikan minat, pengalaman, dan perkembangan siswa untuk
mengaktualisasi potensi-potensi individualitasnya.
4) The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi
antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam
proses pembelajaran.
Abdul Azis Wahab (2007:56) mengemukakan jenis-jenis model
pembelajaran adalah a) interaksi sosial, b) pemrosesan informasi, c) personal, dan
d) modifikasi perilaku.
Berpijak dari uraian tersebut di atas, maka jenis-jenis model
pembelajaran adalah interaksi sosial, informasi, personal, dan perilaku.
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Eggen and Kauchak dalam Trianto (2007:42) mengemukakan bahwa
“pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.
Robert E. Slavin (2009:8) mengemukakan bahwa dalam model
pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang
beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.
Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan
bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (1) positive
interdependence (saling ketergantungan positif), (2) personal responsibility
(tanggung jawab perseorangan), (3) face to face promotive interaction (interaksi
promotif), (4) interpersonal skill (komunikasi antaranggota), dan (5) group
processing (pemrosesan kelompok).
Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008:134) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim.
David W. Johnson, Roger T. Johnson, dan Mary Beth Stanne (2000)
menyatakan bahwa “Cooperative learning is one of the most widespread and
fruitful areas of theory, research, and practice in education”. Yang berarti
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memiliki banyak
keberhasilan dalam riset maupun dalam pendidikan.
(http:/www.cooperation.org/pages/cl-methods.html diakses 3 Januari 2011)
Richard M. Felder dan Rebecca Brent (2007) berpendapat “Cooperative
learning is an approach to groupwork that minimizes the occurrence of those
unpleasant situations and maximizes the learning and satisfaction that result from
working on a high-performance team”. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pendekatan yang dibentuk kelompok kerja yang memperkecil kesalahan individu
dan memaksimalkan pelajaran serta kepuasan karena keaktivan kerja kelompok.
(http:/www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/papers/CLChapter.pdf
diakses 3 Januari 2011)
Agus Suprijono (2009:54) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuknya yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.
Anita Lie (2008:28) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah
“pembelajaran gotong royong”, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-
tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara
terarah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2008:31) menyatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus
ditetapkan. Kelima unsur tersebut yaitu:
1) Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan
mereka. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa
bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa
berhasil.
2) Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur Model Pembelajaran
Kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model pembelajaran kerja
kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
3) Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil
pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari
satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Jadi,
para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal
dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi
pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4) Komunikasi antaranggota
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan
proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi
komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Proses ini sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar
dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5) Evaluasi proses kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif, waktu evaluasi tidak
perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan
selang beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran
kooperatif.
Berpijak dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berbasis
kelompok dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas dirinya sendiri
dan orang lain dalam memahami suatu materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
d. Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009:73) dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Student Team
Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Teams Games Tournament, 4) Group
Investifation, 5) Rotating Trio Excghange, dan 6) Group Resume.
Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh
Arends (2001), yaitu: (1) Student Team Achievement Division (STAD), (2) Group
Investigation, (3) Jigsaw, dan (4) Structural Approach. Sedangkan dua
pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah (1) Cooperatif
Integrated Reading and Compositio (CIRC) digunakan pada pembelajaran
membaca dan menulis pada tingkat 2-8 tahun (setingkat TK sampai SD), dan
Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran Matematika
untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/metode-pembelajaran-kooperatif/ diakses 3
Januari 2011)
Robert E. Slavin (2009:10) menyebut beberapa tipe pembelajaran
kooperatif antara lain Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams
Games Tournaments, Cooperatif Integrated Reading and Compositio (CIRC), dan
Team Accelerated Instruction (TAI).
Bertolak dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa tipe-tipe model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah Student Team
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournaments, Group
Investifation(GI), Rotating Trio Excghange, Group Resume, Cooperatif Integrated
Reading and Compositio (CIRC), dan Team Accelerated Instruction (TAI).
e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament)
Isjoni (2009:83) berpendapat bahwa “TGT adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda”.
Robert E. Slavin (2009:163) menyatakan Teams Games Tournament
(TGT) artinya adalah bentuk pembelajaran yang terdapat dalam pembelajaran
kooperatif yang paling tua dan paling banyak digunakan dalam penelitian
pendidikan, termasuk juga dalam penyampaian materi di kelas. Dalam TGT
menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor
kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007) dalam British Journal of
Educational Technology: “TGT cooperation is more effective than interpersonal
competition in facilitating positive maths attitudes, but not in promotting maths
performance”. Pembelajaran kooperatif TGT sangat efektif untuk bersaing
antarindividu dan juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam
matematika, tetapi tidak dapat memelihara pekerjaannya dalam pembelajaran
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok yang berbeda kemampuan
yang menggunakan sistem turnamen akademik yang diikuti oleh seluruh siswa
dan efektif untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika.
f. Langkah-Langkah Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
Langkah-langkah pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
menurut Robert E. Slavin (2009:143) meliputi 5 tahap yaitu: 1) Presentasi kelas,
2) Kerja tim atau kelompok, 3) Permainan atau games, 4) Turnamen, dan 5)
Rekognisi tim.
1) Presentasi Kelas
Tahap awal yang dilakukan dalam pembelajaran TGT (Teams Games
Tournament) yaitu presentasi kelas. Pada tahap ini guru memberikan
penjelasan kepada para siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Kegiatan ini bisa divariasi oleh guru dengan mengadakan tanya jawab
dengan siswa atau menugaskan siswa untuk mengerjakan soal di papan
tulis.
2) Kerja Tim/Kelompok
Tahap berikutnya setelah presentasi kelas yaitu kerja tim/kelompok.
Pada tahap ini yang harus dilakukan pertama kali adalah pembentukan
tim/kelompok. Siswa satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang
berbeda jenis kelamin, ras/suku, agama, dan berbeda kemampuan. Tetapi
pada dasarnya semua siswa mempunyai kemampuan yang setara
sewaktu diadakan pembelajaran dengan menerapkan TGT (Teams
Games Tournament). Setelah tim/kelompok terbentuk, guru memberikan
tugas yang harus dikerjakan oleh semua anggota tim/kelompok. Hal
yang paling penting pada tahap ini adalah kerja sama oleh semua
anggota tim/kelompok. Jika ada anggota tim/kelompok yang belum
menguasai materi pembelajaran, tugas anggota yang lain adalah
membantu agar anggota yang belum bisa tersebut mampu menguasai
materi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Permainan
Tahap selanjutnya yaitu permainan. Sebelum dilakukan permainan harus
dibentuk kelompok bermain yang anggotanya berbeda dari
tim/kelompok saat kerja tim/kelompok. Permainan yang dilakukan
adalah permainan akademik yang menggunakan kartu soal yang masing-
masing kartu mempunyai skor yang berbeda tergantung pada tingkat
kesukaran soal yang tertera pada kartu soal.
Langkah-langkah permainan yang dilakukan yaitu:
a) Siswa menempatkan diri pada kelompok bermainnya.
b) Siswa menyiapkan alat tulis.
c) Salah satu siswa pada kelompok bermain mengacak kartu soal
yang sudah disediakan guru.
d) Tiap siswa dalam kelompok bermain dibagikan sebuah kartu
olaeh siswa yang telah mengacak kartu.
e) Siswa boleh menukar kartu soal yang didapatkan dengan siswa
lain dalam satu anggota. Pnukaran kartu soal berdasarkan
kesepakatan dari kedua belah pihak.
f) Siswa mulai menjawab/mengerjakan kartu soal yang telah
didapatkan.
g) Siswa boleh mengambil kartu soal yang berikutnya asal sudah
selesai menjawab kartu soal yang sebelumnya.
h) Kelompok bermain menyudahi permainan jika kartu soalnya
sudah habis.
i) Tiap siswa mempunyai skor bermain yang berbeda. Skor didapat
jika jawaban kartu soal benar.
j) Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan
maju ke turnamen pada akhir unit.
4) Turnamen
Tahap selanjutnya yaitu turnamen. Turnamen dilakukan pada akhir unit
yang dipimpin oleh guru. Turnamen diikuti oleh perwakilan satu orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
siswa dari tim/kelompok kerja yang memperoleh skor bermain tertinggi.
Pada tahap ini akan terpilih satu kelompok terbaik.
5) Rekognisi Tim
Pada turnamen sudah terpilih satu tim/kelompok belajar yang terbaik.
Kelompok yang terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru
berupa pujian dan hadiah dari guru. Hal ini dilakukan untuk memacu
kelompok lain agar terus giat belajar.
g. Kelebihan dan Kelemahan TGT (Teams Games Tournament)
1) Kelebihan TGT (Teams Games Tournament)
Kelebihan TGT antara lain: (a) Mudah divariasikan dengan berbagai media
pembelajaran seperti komik, VCD, teka-teki silang, roda impian, kartu bridge,
scrabble, dan kartu soal. (b) Meningkatkan rasa percaya diri pada siswa. (c)
Meningkatkan kekompakan antaranggota kelompok. (d) Mengeratkan
hubungan antaranggota kelompok. (e) Waktu pembelajaran lebih singkat. (f)
Keterlibatan siswa lebih optimal.
2) Kelemahan TGT (Teams Games Tournament)
Kelemahan TGT (Teams Games Tournament) menurut Slavin (2009:7) yaitu:
(a) Memerlukan persiapan yang rumit dalam pelaksanaannya. (b) Bila terjadi
persaingan yang negative maka hasilnya akan buruk. (c) Bila ada siswa yang
malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok maka pembelajaran tidak
akan berjalan dengan semestinya. (d) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar akan dapat mengganggu
berjalannya proses pembelajaran.
h. Jenis Skor dan Nilai pada Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams
Games Tournament)
Jenis skor dan nilai yang ada pada pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) adalah:
1) Skor permainan
Skor permainan didapat dari tahap permainan yang dilakukan siswa.
Siswa yang mengerjakan kartu soal dengan benar, cepat, dan jumlahnya
banyak akan memperoleh skor yang tinggi.Skor permainan digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
untuk menentukan siswa yang akan maju mewakili tim/kelompoknya
mengikuti turnamen.
2) Skor turnamen
Skor turnamen diperoleh siswa saat mengikuti turnamen. Skor yang
didapat merupakan hasil usaha dari individu siswa tetapi atas nama
kelompok. Skor turnamen digunakan untuk menetukan kelompok terbaik
dalam pembelajaran menggunakan TGT (Teams Games Tournament).
3) Nilai kelompok
Nilai kelompok diambil dari Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang
diberikan guru untuk dikerjakan secara kelompok. Pengambilan nilai
kelompok dilakukan pada saat kerja tim/kelompok. Nilai kelompok yang
diperoleh akan membantu siswa dalam perolehan nilai akhir karena nilai
akhir diambil dari rata-rata nilai kelompok dan nilai individu.
4) Nilai individu
Nilai individu didapat dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan
siswa setelah tahap permainan atau setelah turnamen. Nilai individu
merupakan nilai yang mengukur kemampuan tiap individu dalam
penguasaan materi pembelajaran yang dipelajari.
5) Nilai akhir
Nilai akhir merupakan nilai dari hasil rata-rata nilai kelompok dan nilai
individu.
2. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a. Pengertian Matematika
Mata pelajaran Matematika adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran
tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan
satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan
berkomunikasi dengan mnggunakan bilangan dan simbol-simbol serta lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin, dan menghargai kegunaan
Matematika. Di bawah ini dikemukakan pendapat tentang Matematika.
Istilah Matematika seperti yang dikutip Andi Hakim Nasution dalam
Karso (1998:1.33) berasal dari bahasa Yunani methein atau manthenein yang
artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata
Sanskerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.
Ruseefendi dalam Karso (1998:1.33) menyatakan bahwa Matematika itu
terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi,
aksioma-aksioma dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study
and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the
responsibilities laid upon those whose task it is to teach it. Most prominent among
these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one
professional group may benefit from the experience of others. Matematika
mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini. Matematika
memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary
(antarcabang ilmu pengetahuan, oleh karena itu para pakar bisa memperoleh
pengetahuan dari cabang ilmu lain.
(www.tandf.co.uk/../0020739x.asp diakses 6 Januari 2011)
Menurut Kline dalam Karso (1998:1.34) menyatakan bahwa Matematika
itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat disempurnakan karena dirinya
sendiri, tetapi keberadaannya itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial ekonomi dan alam.
Johnson dan Myklebust yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:252)
menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis dan praktis untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut Lerner dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:252) Matematika
disamping sebagai bahan simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kualitas.
Sutawijaya sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah dkk (2007:11),
menyatakan bahwa Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang
disusun menggunakan lambang dan penalaran deduktif.
Sedangkan menurut Gail A. William (1983:3) menyatakan Matematics is
beautiful and useful creation of the human mind and spirit. Matematika adalah
sebuah kreasi yang indah dan berguna dalam pikiran dan jiwa manusia.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2007
menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika
adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda abstrak, disusun dengan
menggunakan bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan
keruangan yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya
pikir manusia serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Pengertian Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4), pembelajaran Matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar
matematika di sekolah.
Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:21.5), pembelajaran
Matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Depdikbud dalam http://pembelajaran matematika.htm diakses 6 Januari
2011 menyebutkan bahwa pembelajaran Matematika mempunyai ciri-ciri, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
1) memiliki obyek yang abstrak, 2) memiliki pola pikir yang deduktif dan
konsisten, 3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep
dan struktur-struktur Matematika yang bersifat deduktif, konsisten, dan tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
c. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan mata pelajaran Matematika di SD menurut KTSP (2007:42)
adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,
dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat, melakukan manipulasi
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan Matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Tujuan umum dan khusus yang ada dalam KTSP SD/MI merupakan
pelajaran Matematika di sekolah yang memberikan gambaran belajar tidak hanya
di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif.
Pembelajaran Matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan
pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat Matematika, ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
berarti hakikat Matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran
Matematika. Oleh karenanya hasil-hasil pembelajaran Matematika menampakkan
kemampuan menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain
yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.
d. Pengertian Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Robbins (1996:50) menyatakan kemampuan (ability) merujuk ke suatu
kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
(http://www.scribd.com/doc/Proposal-Penelitian-Pengaruh-Kemampuan-Dan-
Motivasi-Kerja-Kepala-Sekolah-Terhadap-Kualitas-Penerapan-Manajemen-
Berbasis-Sekolah diakses 14 Januari 2011)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:801), menyelesaikan
adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan dsb, menyempurnakan (kalimat
dsb); (2) menjadikan berakhir; menamatkan. Jadi menyelesaikan merupakan suatu
tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyudahi atau mengakhiri suatu
pekerjaan yang telah dimulainya.
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi suatu
persoalan atau permasalahan.
Kemampuan menyelesaikan soal cerita merupakan suatu kapasitas yang
dimiliki seseorang untuk menyudahi atau mengakhiri persoalan dalam
Matematika yang tersembunyi di dalam suatu kalimat dengan segala pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya terdahulu atau sebelumnya.
e. Tinjauan Mengenai Soal Cerita
Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana tes
uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa.
Permasalahan Matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya
dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita (verbal).
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009:2), soal cerita adalah soal
yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat
merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin
besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita
yang disajikan. Sementara itu, menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009:2),
soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Dalam hal
ini, soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan
dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah soal Matematika yang berbentuk cerita yang terkait
dengan pokok bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran Matematika.
Dalam soal cerita, siswa dituntut kemampuannya untuk mengorganisir
jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan sehingga soal
cerita dapat digunakan sebagai indikator ketidakmampuan/kesulitan yang dialami
siswa dalam menyelesaikan seperangkat tes soal cerita.
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009:2) mengungkapkan bahwa untuk
menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan awal, yaitu
kemampuan untuk:
a. menentukan hal yang diketahui dalam soal,
b. menentukan hal yang ditanyakan,
c. membuat model matematikanya,
d. melakukan perhitungan,
e. menginterpretasikan jawaban model permasalahan semula.
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita sebagaimana
yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika Sekolah Dasar dalam
Marsudi Raharjo (2009:2), yaitu:
a. membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada
dalam soal,
b. menuliskan kalimat matematika,
c. menyelesaikan kalimat matematika, dan
d. menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan.
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama dalam
menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Hudoyo
dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009:3) memberikan petunjuk:
a. baca dan bacalah ulang masalah tersebut; pahami kata demi kata, kalimat dmi
kalimat,
b. identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut,
c. identifikasikan apa yang dicari,
d. abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan, dan
e. jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi
berbeda dengan masalah yang dihadapi.
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi dalam
Marsudi Raharjo (2009:3), bahwa untuk menyelesaikan soal Matematika
umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-langkah:
a. membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat,
b. memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang
diminta/ditanyakan dalam soal, operasi apa yang diperlukan,
c. membuat model matematika dari soal,
d. menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapat
jawaban dari model tersebut, dan
e. menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk bisa menyelesaikan
soal cerita dengan benar, siswa harus mampu memahami soal, membedakan apa
yang diketahui dan ditanyakan, membuat model matematikanya, menyelesaikan
model matematika tersebut, dan menuliskan jawaban akhir sesuai permintaan soal.
f. Pengertian Pecahan
Cholis Sa’dijah (2003:73) mengemukakan bahwa pecahan merupakan
bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b,
ditulis b
a dengan syarat b ≠ 0. Dengan demikian secara simbolik pecahan dapat
dinyatakan sebagai salah satu: (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan
persen, dan (4) pecahan campuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Menurut Muchtar A. Karim (1998:6.4) pecahan adalah perbandingan
bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan bagian
yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula.
Maksud dari “perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu
benda” adalah apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama,
maka setiap perbandingan itu dengan kseluruhan bendanya menciptakan lambang
dasar suatu pecahan. Sedangkan maksud dari “himpunan bagian yang sama
terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula” yaitu suatu
himpunan dibagi atas himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap
himpunan bagian yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan
menciptakan lambang dasar suatu pecahan.
Menurut Heruman (2008:43), pecahan diartikan sebagai bagian dari
sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian
yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang
dinamakan dengan pembilang. Adapun yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai satuan dan dinamakan penyebut.
Pecahan (Roy Hollands dalam www.wikipedia.org.wiki/pecahan.com
diakses 3 Januari 2011) terdiri dari pembilang dan penyebut. Pecahan adalah suatu
bentuk bilangan, dengan a, b bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0. a disebut
pembilang dan b disebut penyebut.
Soewito, dkk (1993:152) menyatakan pecahan adalah bilangan yang
lambangnya terdiri dari pasangan berurutan bilangan bulat a dan b (dengan b≠0)
yang merupakan penyelesaian persamaan bx = a, ditulis b
a atau a : b.
Menurut Kamus Matematika, pecahan adalah 1) hasil dari pembagian; 2)
suatu perbandingan. Suatu pecahan dapat ditulis dengan b
a dimana a dan b adalah
yang dibandingkan dengan 1.
Pecahan yang dipelajari anak Sekolah Dasar merupakan bagian dari
bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk b
a, dengan a dan b merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bilangan bulat dan tidak sama dengan nol. Secara simbolik pecahan dapat
dinyatakan sebagai salah satu dari: (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3)
pecahan persen, dan (4) pecahan campuran.
Bertolak dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pecahan adalah suatu bentuk bilangan perbandingan yang ditulis dalam bentuk b
a,
dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0.
g. Konsep Pecahan di SD
Menurut Bell di dalam bukunya “A Riview of Research in Mathematical
Educational Part A” dalam Siti Kamsiyati (2006:342) mengemukakan bahwa
konsep pecahan di SD terdiri atas 7 subkonsep yang diurutkan menurut tingkat
kesulitan yaitu:
1) Bagi suatu himpunan, bagian-bagiannya kongruen (Part group
congruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan dengan
memperhatikan “a” objek himpunan tersebut.
Contoh:
4
3 objek yang diberi bayangan atau yang diarsir.
2) Bagian dari suatu daerah, bagian-bagiannya kongruen (Part whole
congruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan daerah
geometris yang dibagi ke dalam b bagian yang kongruen dan
memperhatikan a bagian.
Contoh:
4
3 gambar yang diberi bayangan atau yang diarsir.
3) Bagian suatu himpunan, bagian-bagiannya tidak kongruen (Part group
noncongruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
himpunan yang terdiri dari b objek yang tidak kongruen dan
memperhatikan a objek dalam himpunan tersebut.
Contoh:
4
3 objek yang diberi bayangan atau yang diarsir.
4) Bagian dari suatu himpunan, perbandingan (Part group comparison).
Siswa mengasosiasikan himpunan a/b dengan perbandingan relatif dua
himpunan A dan B. dalam hal ini banyaknya objek pada himpunan A
adalah a dan himpunan B adalah semua objek kongruen.
Contoh:
HIMPUNAN A
HIMPUNAN B
Himpunan A adalah 4
3 himpunan B.
5) Garis bilangan
Contoh:
0 X 1
Titik pada garis bilangan yang diberi tanda X mengatakan 4
3.
6) Bagian suatu daerah perbandingan (Parts whole comparison). Siswa
mengasosiasikan pecahan a/b dengan perbandingan relative dua
geometri A dan B. Jumlah bagian yang kongruen dalam gambar A
adalah a, sedang dalam gambar B adalah b semua gambar A dan B
kongruen.
Contoh:
A B
Gambar A adalah 4
3 gambar B.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
7) Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya tidak kongruen (Parts whole
noncongruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan
daerah geometri yang sudah dibagi ke dalam b bagian yang sama
dalam luas, tetapi tidak kongruen dan memperhatikan a bagian.
Contoh:
4
3 bagian yang diberi bayangan atau diarsir.
Dengan demikian tujuh subkonsep tadi dapat dikelompokkan menjadi
tiga model, yaitu:
a) Model bagian suatu himpunan (Parts group model), terdiri dari
subkonsep 1, 3 dan 4.
b) Model bagian suatu daerah luasan atau geometri (Parts whole
model), terdiri dari subkonsep 2, 6 dan 7.
c) Model garis bilangan (Number ine model), terdiri atas subkonsep 5.
Sedangkan menurut Purwoto (2003:44), cara menanamkan konsep
pecahan diperlukan alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak,
misalnya beberapa gambar bangun-bangun datar dari karton yang telah dipotong-
potong menjadi bagian yang lebih kecil dan saling kongruen atau bilah dari
bambu/kayu pipah (triplek) yang diberi warna perbagian. Alat-alat peraga di atas
sangat berguna untuk memperluas pemahaman siswa terhadap bilangan pecahan.
Contoh 1:
Siswa disuruh menggambar bangun berbentuk lingkaran, persegi, dan
persegi panjang (masing-masing mnyatakan satu). Kemudian siswa disuruh
membuat garis yang membagi bangun-bangun di atasnya menjadi dua bagian
yang sama besarnya dalam berbagai cara misalnya untuk bentuk persegi menjadi:
Setiap bagian diberi tabel 2
1. Siswa harus menentukan dalam beberapa
cara mereka dapat membentuk sebuah daerah persegi menjadi dua sama besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(pada gambar di atas ada 6 cara, atau jika dilanjutkan dapat lebih dari 6 cara).
Cara di atas dapat diteruskan untuk membentuk daerah tertentu menjadi bagian 3
1
dan 3
2 atau pecahan-pecahan yang lain.
Contoh 2:
Siswa disuruh menggambar daerah yang dibagi-bagi menjadi bagian-
bagian yang kongruen. Mereka disuruh mengarsir bagian sejumlah bangun seperti
gambar di bawah ini.
Dengan memandang keseluruhan bagian satu, mereka menggunakan
pecahan untuk memberi nama bagian yang diarsir. Siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut untuk setiap daerah.
Misalnya:
- Menjadi berapa bagian kongruen daerah yang dipisah-pisahkan?
- Berapa bagiankah daerah yang diarsir?
- Apa nama pecahan bagi daerah yang diarsir?
- Apa nama pecahan bagi daerah yang tidak diarsir?
Untuk menemukan nama-nama lain bagi bilangan pecah yang sama dapat
dilakukan pembelajaran sebagai berikut:
(1) Kepada siswa dibagikan kertas yang bergambar seperti:
1
1/4
1/2
1/4
1/4
1/4
1/2
1/3
1/3
1/3
1/6 1/6
1/6
1/6
1/6
1/6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(2) Siswa disuruh menggunting daerah-daerah persegi panjang dan
bagian-bagiannya. Dengan menempelkan guntingan daerah yang
sesuai antara yang satu dengan yang lainnya, mereka mengisi titik-
titik yang kosong berikut sehingga pernyataan matematikanya
menjadi benar.
2
1=
4
... ;
3
1=
6
... dst
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konsep
bilangan pecahan di Sekolah Dasar sangatlah diperlukan, hal ini bertujuan agar
siswa mudah dalam memahami pengertian pecahan. Untuk itu dalam
menanamkan konsep pecahan diperlukan alat peraga yang tepat dan sesuai dengan
kondisi anak.
h. Macam-Macam Pecahan
Menurut Purwoto (2003:44) macam-macam pecahan meliputi:
1) Pecahan sederhana, yaitu pecahan yang pembilang dan penyebutnya
merupakan bilangan-bilangan bulat yang koprim. (FPB dari
pembilang dan penyebut adalah 1).
Contoh: 5
2,
9
4,
15
14, dst
2) Pecahan murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari
penyebut.
Contoh: 2
1,
3
2,
4
3, dst
3) Pecahan tidak murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih besar
dari penyebut.
Contoh: 3
4,
5
6,
7
8, dst
4) Pecahan Mesir, yaitu pecahan dengan pembilang 1.
Contoh: 2
1,
3
1,
4
1, dst
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
5) Pecahan campuran, yaitu suatu bilangan yang terbentuk atas bilangan
cacah dan pecahan biasa.
Contoh: 43
1, 2
3
2, 6
9
4, dst
i. Materi Pembelajaran
Cara terbaik untuk menjelaskan pecahan adalah dengan membagi
makanan, buah, kertas, atau benda-benda lain menjadi dua, tiga, empat, atau lima
bagian yang sama. Dalam pembelajaran ini peneliti menggunakan kertas lipat dan
alat peraga lainnya untuk media pembelajaran.
1) Pecahan 2
1 dan
4
1
a) Mengenal Pecahan 2
1 dan
4
1
.Daerah yang diarsir adalah 1 bagian dari keseluruhan (2 bagian). Artinya
2
1 dari keseluruhan.
Daerah yang diarsir adalah 1 bagian dari kseluruhan (4 bagian). Artinya
4
1 dari keseluruhan.
b) Menuliskan Nilai Pecahan secara Visual atau Melalui Gambar
Nilai pecahan 2
1 dapat digambarkan dengan
Nilai pecahan 3
1 dapat digambarkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c) Penjumlahan Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama
Silvi telah menyelesaikan 5
1 pekerjaan, sedangkan Robi telah
menyelesaikan 5
2 bagian. Berapa bagian pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh mereka berdua?
Diketahui : Pekerjaan Silvi 5
1 dan pekerjaan Robi
5
2.
Ditanyakan : Jumlah pekerjaan mereka berdua?
Jawab :
Dalam peragaan berikut, kita akan menunjukkan hasil penjumlahan
5
1+
5
2=…
dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya
5
1
5
1 +
5
2=
5
21 =
5
3
Ada hal yang harus diperhatikan dalam penulisan proses
penjumlahan ini, terutama dalam penulisan penyebut, karena
penyebut tidak dijumlahkan. Adapun penulisan penyebut menjadi
satu penyebut harus dilakukan agar terbntuk dalam pemikiran siswa
bahwa bilangan penyebut harus sama dan tidak dijumlahkan.
Jadi, pekerjaan yang telah mereka selesaikan adalah 5
3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(2) Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama
Budi mempunyai kue 2
1 bagian. Kemudian diberi ibu
4
1 bagian.
Berapa jumlah kue Budi sekarang?
Diketahui : Kue Budi 2
1 bagian. Diberi ibu
4
1 bagian.
Ditanyakan : Jumlah kue Budi?
Jawab :
Melalui peragaan akan ditunjukkan penjumlahan pecahan yang
berpenyebut tidak sama, dalam soal ini 2
1 +
4
1 = …. Kata kunci
“penjumlahan” dalam peragaan pecahan dapat diganti dengan kata
“penggabungan”.
satu bagian dipotong lalu digabungkan
2
1 +
4
1 =
4
3
Dari peragaan tampak 2
1 +
4
1 =
4
3 (Biarkan dulu sementara jika
siswa mengalami kebingungan). Biarkan siswa menganalisis sendiri
permasalahan ini. Sangat diharapkan agar siswa secara sendiri atau
berkelompok dengan bimbingan guru dan dibantu dengan media
peraga, dapat menentukan pecahan senilai dari 2
1 =
4
2sehingga
dapat mengubah penjumlahan dari pecahan berpenyebut tidak sama
menjadi penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Pada akhirnya,
jika sudah terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama ini penyebut harus
disamakan terlebih dahulu, dan dua penyebut diganti dengan satu
penyebut, sehingga dapat ditulis:
2
1 +
4
1 =
4
2 +
4
1 =
4
12 =
4
3
Jadi, jumlah kue Budi ada 4
3 bagian.
(3) Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama
Ani mempunyai kue 3
2 bagian. Kemudian ia memakannya
3
1
bagian. Berapa kue Ani yang tersisa?
Diketahui : Kue Ani 3
2 bagian. Dimakan
3
1 bagian.
Ditanyakan : Sisa kue?
Jawab :
Dengan peragaan kita akan menunjukkan pengurangan 3
2 -
3
1 = …
Satu bagian yang diarsir dihapus 3
2 -
3
1 =
3
12 =
3
1
Penulisan dua penyebut menjadi satu penyebut harus dilakukan agar
terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa bilangan penyebut harus
sama dan tidak dikurangkan.
Jadi, sisa kue Ani ada 3
1 bagian.
(4) Pengurangan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama
Ibu mempunyai kue 2
1 bagian, kemudian dimakan adik
4
1 bagian.
Berapa sisa kue ibu sekarang?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Diketahui : Kue ibu 2
1 bagian. Dimakan adik
4
1 bagian.
Ditanyakan : Sisa kue ibu?
Jawab :
Akan diperagakan pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak
sama, yaitu 2
1-
4
1 = …. Dalam peragaan, kata “pengurangan” dapat
diganti dengan “diambil”.
2
1 dilipat menjadi
4
2
sisa = 4
1 diambil
4
1 bagian
Dari peragaan tampak 2
1 -
4
1 =
4
1 (sementara ini biarkan siswa
kebingungan). Gugahlah siswa untuk menganalisisnya, baik secara
sendiri atau berkelompok Biarkan siswa menganalisis sendiri
permasalahan ini. Sangat diharapkan agar siswa secara sendiri atau
berkelompok dengan bimbingan guru dan dibantu dengan media
peraga, dapat menentukan pecahan senilai dari 2
1 =
4
2 sehingga
dapat mengubah pengurangan dari pecahan berpenyebut tidak sama
menjadi pengurangan pecahan berpenyebut sama. Pada akhirnya,
jika sudah terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa dalam
pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama ini penyebut harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
disamakan terlebih dahulu, dan dua penyebut diganti dengan satu
penyebut, sehingga dapat ditulis:
2
1 -
4
1 =
4
2 -
4
1 =
4
1
Jadi, sisa kue ibu sekarang 4
1 bagian.
j. Langkah-Langkah Pembelajaran Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament)
Pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) membutuhkan
persiapan yang matang. Persiapan yang perlu dilakukan oleh guru meliputi:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di
dalamnya memuat Standar Kompetensi, Komptensi Dasar, Indikator,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan aspek lain yang
dibutuhkan dalam pembelajaran.
2) Membuat media, kartu soal, Lembar Kerja Kelompok (LKK),
Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Penilaian Kelompok, Lembar
Penilaian Individu, dan Lembar Observasi.
Setelah persiapan yang dilakukan selesai, langkah-langkah pembelajaran
menyelesaikan soal cerita pecahan menggunakan tipe TGT (Teams Games
Tournament) yaitu:
1) Presentasi Kelas
Guru menjelaskan materi pembelajaran penjumlahan, pengurangan,
dan soal cerita pecahan dengan menggunakan media gambar
pecahan.
a) Penjumlahan pecahan berpenyebut sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Persegi 1 Persegi 2 Persegi 3
4
2 +
4
1 =
4
3
b) Penjumlahan berpenyebut tidak sama
Kue Kue Kue
Mirna Wayan Mirna dan Wayan
2
1 +
4
1 =
4
3
Untuk menyamakan penyebutnya, carilah KPK dari 2 dan 4. KPK dari 2
dan 4 adalah 4.
2
1 =
22
21
x
x =
4
2 sehingga
2
1 +
4
1 =
4
2 +
4
1 =
4
3
c) Pengurangan berpenyebut sama
Persegi I Persegi II Persegi III
4
3 -
4
2 =
4
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d) Pengurangan soal cerita pecahan berpenyebut tidak sama
Bu Mia mempunyai pita yang panjangnya 8
7 m. Diberikan kepada Devi
4
1 m. Berapa meter pita Bu Mia sekarang? Untuk menentukan panjang
pita Bu Mia setelah dipotong, kita harus mengurangkan panjang pita
mula-mula dengan panjang pita yang diberikan kepada Devi, yaitu 8
7 -
4
1.
Diketahui : Pita Bu Mia 8
7m, diberikan Devi
4
1 m
Ditanya : Sisa pita Bu Mia
Jawab : 8
7 -
4
1 = ...
Untuk mengurangkan kedua pecahan berpenyebut tidak sama, kita harus
menyamakan penyebut kedua pecahan tersebut. Setelah penyebutnya
sama, kita tinggal mengurangkan kedua pembilang dari pecahan-pecahan
tersebut, sedangkan penyebutnya tetap.
Agar lebih jelas, perhatikan uraian berikut.
8
7 -
4
1 =
18
17
x
x -
24
21
x
x =
8
7 -
8
2 =
8
27 =
8
5 (KPK dari 8 dan 4 adalah
8)
Jadi, panjang pita Bu Mia sekarang adalah 8
5 m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) Kerja Tim/Kelompok
Pemberian tugas kelompok dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) tentang
soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan baik yang berpenyebut sama
dan yang tidak sama.
Contoh tugas kelompok:
a) Selesaikan penjumlahan di bawah ini dengan menggunakan kertas
lipat! Berikan kesimpulan!
5
1 +
5
2 = …
Hasil pekerjaan:
dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya
5
1
5
1 +
5
2=
5
21 =
5
3
Kesimpulan: Penjumlahan berpenyebut sama, yang dijumlahkan
hanya pembilangnya saja. Penyebutnya tetap/sama.
b) Selesaikan penjumlahan di bawah ini dengan menggunakan kertas
lipat! Berikan kesimpulan!
2
1 +
4
1 = …
satu bagian dipotong lalu digabungkan
2
1 +
4
1 =
4
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kesimpulan: Penjumlahan yang berpenyebut tidak sama, penyebut
harus disamakan terlebih dahulu, dan dua penyebut diganti dengan
satu penyebut, sehingga dapat ditulis:
2
1 +
4
1 =
4
2 +
4
1 =
4
12 =
4
3 (mencari KPK penyebut)
c) Selesaikan pengurangan di bawah ini dengan menggunakan kertas
lipat! Berikan kesimpulan!
3
2 -
3
1 = …
Satu bagian yang diarsir dihapus 3
2 -
3
1 =
3
12 =
3
1
Kesimpulan: Pengurangan berpenyebut sama yang dikurangkan hanya
pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tetap.
d) Selesaikan pengurangan di bawah ini dengan menggunakan kertas
lipat! Berikan kesimpulan!
2
1-
4
1 = …
2
1 dilipat menjadi
4
2
sisa = 4
1 diambil
4
1 bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kesimpulan: Menyamakan penyebut dulu dengan mencari KPK
penyebut.
2
1 -
4
1 =
4
2 -
4
1 =
4
1
3) Permainan
Permainan dengan kartu soal yang berisi soal-soal tentang penjumlahan
pecahan, pengurangan pecahan, dan soal cerita tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan. Tiap kartu soal mempunyai skor tergantung pada tingkat
kesulitan soal. Soal tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut
sama mempunyai skor 10 tiap satu nomor soal dijawab benar. Soal tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama mempunyai skor
30. Dan soal yang berisi tentang soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan mempunyai skor 50 tiap nomor yang dijawab benar.
Contoh kartu soal:
4) Turnamen
Turnamen dilaksanakan pada akhir unit untuk memilih kelompok
terbaik. Turnamen berisi kuis-kuis tentang soal-soal cerita penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang harus dijawab peserta turnamen secara lisan.
5) Rekognisi Tim/Kelompok
Kelompok terbaik mendapatkan penghargaan dari guru berupa hadiah
dan pujian untuk menambah semangat dalam belajar. Khususnya dalam
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan.
Kartu Soal
Penjumlahan
Pecahan
18
5 +
18
4 = ...
Skor: 10
Kartu Soal
Pengurangan
Pecahan
7
6 -
14
1 = ...
Skor: 30
Kartu Soal Cerita Pecahan
Adik membeli kue 2 bagian.
Kemudian diberikan
temannya
3
1bagian. Berapa
sisa kue adik?
Skor: 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Penelitian yang Relevan
Sumarni (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Usaha Peningkatan
Keterampilan Berbicara dengan Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games
Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas IV SDN Pilangsari I Kecamatan Ngrampal
Kabupaten Sragen” menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif model
TGT keterampilan berbicara siswa tiap siklusnya mengalami perubahan secara
signifikan. Secara berturut-turut (Siklus I dan II) ketrampilan berbicara siswa
kelas IV SD Negeri Pilangsari 1 adalah 60,5 pada prasiklus, 64,3 pada siklus I,
siklus II sebesar 65,8 untuk turnamen dan 69 siklus I, 74 siklus II untuk afektif.
Untuk psikomotor adalah 67 siklus I, 75 siklus II dimana data tersebut didapat
melalui pengamatan.
Penelitian Sumarni tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament). Selain memiliki persamaan, kedua
penelitian ini memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Sumarni untuk
meningkatkan ketrampilan berbicara pada siswa kelas IV SDN Pilangsari I
Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen, sedangkan penelitian ini untuk
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV
SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.
Roiatul Amri (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Memahami Peristiwa Proklamasi Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Siswa Kelas V SDN Grajegan 01
Tawangsari, Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010” menyimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SDN
Grajegan 01 Tawangsari, Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010 yaitu adanya
peningkatan kemampuan memahami peristiwa proklamasi pada tes awal 48,93,
pada siklus pertama 68,92, kemudian pada siklus kedua 77,14. Adanya
peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa pada tes awal hanya 41,67%,
pada tes siklus pertama 71,43%, dan pada siklus kedua menjadi 100%.
Penelitian Roiatul Amri tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tipe TGT (Teams Games Tournament). Selain memiliki persamaan, kedua
penelitian ini memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Roiatul Amri
untuk meningkatkan kemampuan memahami peristiwa proklamasi pada siswa
kelas V SDN Grajegan 01 Tawangsari, Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010,
sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang
Tahun Ajaran 2010/2011.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Matematika dikatakan berhasil apabila sebagian besar
siswa telah mendapat nilai di atas KKM yang telah ditetapkan. SD Negeri
Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011 menetapkan KKM
mata pelajaran Matematika adalah 60. Tapi pada kenyataannya kemampuan
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III masih rendah
terbukti dengan diadakannya tes awal masih banyak siswa yang memperoleh nilai
di bawah KKM. Hal ini disebabkan pembelajaran guru yang kurang variatif. Guru
hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran Matematika,
khususnya dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan. Hal ini
menyebabkan kejenuhan pada siswa dan tidak munculnya keaktifan pada diri
siswa.
Upaya agar siswa terdorong untuk aktif belajar, di antaranya adalah
penyajian materi yang menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan semangat
dan minat untuk belajar. Hal itu dapat dilakukan dengan mengubah model
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), siswa melakukan
pembelajaran secara berkelompok. Tipe TGT ini juga menyajikan materi
pelajaran dalam permainan-permainan akademik yang tentunya sangat menarik
minat siswa. Hal ini didasari atas sifat dasar anak yang senang bermain. Oleh
karena itu, pembelajaran tidak akan terkesan membosankan ataupun menakutkan
karena siswa sudah merasa tertarik dan tertantang dengan permainan-permainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
akademik yang disajikan dalam rangkaian pembelajaran dengan menggunakan
tipe TGT ini. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT), siswa dapat belajar sambil bermain, dapat berlatih bahwa
ketergantungan dengan orang lain itu pasti ada, sehingga sikap saling
membutuhkan dan kerja sama dapat terbentuk.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan
soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan
Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.
Hubungan variabel penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dengan kmampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dapat dilihat pada gambar 1:
Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Masih menggunakan model
pembelajaran konvensional
(ceramah) saat
menyelesaikan soal cerita
pecahan
Penerapan model
pembelajaran kooperatif
tipe TGT saat
menyelesaikan soal cerita
pecahan
Dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat
meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita
pecahan
Kemampuan
menyelesaikan soal
cerita pecahan
masih rendah
Siklus I Penjumlahan
Berpenyebut sama
dan tidak sama
Siklus III
Menyelesaikan soal
cerita pecahan
Siklus II
Pengurangan
berpenyebut sama
dan tidak sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,
penelitian ini diharapkan dapat membawa perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan kualitas pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III. Sehingga dapat diajukan sebuah
hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) maka kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada
siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran
2010/2011 akan meningkat”.
“Penerapan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) akan meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III
Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011”.
“Untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan tujuan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV
SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tlompakan III Kecamatan
Tuntang siswa kelas IV. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan.
Diantaranya waktu, biaya, dan keberadaan sample untuk memudahkan peneliti
memperoleh data. Di samping itu tempat lokasinya mudah dijangkau oleh
peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2010/2011 selama
kurang lebih 3 bulan, yaitu dimulai pada bulan Januari sampai Maret 2011. Tahap
perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Januari, tahap pelaksanaan bulan
Maret.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SD Negeri Tlompakan III Kecamatan
Tuntang kelas IV. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IV
yang berjumlah 18 orang yaitu laki-laki 8 orang dan 10 orang perempuan dan
tidak ada anak yang berkebutuhan khusus.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih
menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa
data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan, maka bentuk pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis
penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat
tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflecting). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan
pada gambar 2 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 2: Bagan siklus penelitian tindakan kelas (Suharsimi Arikunto,
2006:12).
Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini, sebagian besar berupa data kualitatif. Data atau informasi tersebut
meliputi :
1. Informan, yaitu siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan
Tuntang
2. Tempat dan Peristiwa
a. Tempat : Ruang Kelas IV
b. Peristiwa : Proses pembelajaran melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
SIKLUS II
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Tindak Lanjut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Arsip dan Dokumen
a. Arsip : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran
Matematika
b. Dokumen : Daftar nilai digunakan untuk mendapatkan data nilai
siswa sebelum dilakukan tindakan
4. Hasil Tes
Untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan dalam
pembelajaran Matematika setelah dilakukan tindakan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Observasi
Menurut Yulius Slamet (2006:85), observasi adalah teknik pengumpulan
data yang bersifat nonverbal. Notoatmojo dalam Sandjaja (2006: 141)
mendefinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian
untuk menyadari adanya rangsangan yang timbul yang telah menimbulkan
kesadaran untuk melaksanakan pengamatan.
Basrowi dan Suwandi (2008: 127) menyatakan bahwa observasi
bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa dalam
pembelajaran. Dengan dilaksanakannya observasi, diharapkan gejala kekeliruan
atau ketidakberhasilan dalam perencanaan tindakan dapat diketahui lebih awal
sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana tindakan sebelum berjalan lebih
lanjut. Observasi yang dilakukan adalah adalah observasi langsung.
Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang dilakukan
tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi
dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang
untuk mengetahui hasil belajar afktif dan psikomotorik selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT). Selain itu juga dilakukan observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
terhadap guru yang mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT). Yang menjadi pengamat (observer) adalah guru kelas
IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang.
2. Pencatatan Arsip
a. Arsip
1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang ruang lingkup materi,
tujuan, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, dan materi pokok kelas
IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang.
2) Silabus tentang alokasi waktu dan tema yang diajarkan.
b. Dokumen
Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa tindakan dan hasil
observasi proses pembelajaran. Menurut St. Y. Slamet dan Suwarto (2007:53)
dokumen merupakan bahan tertulis maupun film yang dapat digunakan sebagai
sumber data. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158), metode dokumentasi dapat
dilaksanakan dengan pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau
kegiatan yang akan dicari datanya dan check-list yakni variabel yang akan
dikumpulkan datanya. Dokumen digunakan sebagai sumber data karena dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan dapat digunakan untuk
meramalkan.
Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumen
pribadi dan dokumen resmi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
dilaksanakan dengan menggunakan dokumen resmi. Dokumen resmi untuk
menjaring data awal yang berupa Daftar Nilai Matematika kelas IV SD Negeri
Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun 2010/2011 pada pokok bahasan
pecahan. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan siswa dokumen yang
digunakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, foto proses pembelajaran,
dan hasil tes akhir siswa.
3. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:138), tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
individu atau kelompok. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang
peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan. Dalam penelitian ini
menggunakan tes akhir bentuk uraian. Tes yang dilakukan ada dua macam dalam
tiap siklusnya. Tes yang pertama adalah dengan menggunakan Lembar Kerja
Kelompok (LKK) yang dikerjakan secara kelompok dan tes kedua dengan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan secara individu.
E. Validitas Data
Informasi yang dikumpulkan oleh peneliti dari penelitian harus diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan. Beberapa cara yang
digunakan adalah menggunakan validitas isi dan trianggulasi data atau sumber.
1. Validitas Isi
Sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalamnya mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan oleh
guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan
validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan dengan materi yang diajarkan di kelas IV sd
Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun 2010/2011, maka pada
penyusunan dilakukan dengan cara memerinci kurikulum ataupun materi
pelajaran.
2. Triangulasi Data atau Sumber
Menurut Sugiyono (2008:125), triangulasi diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber.
Teknik ini dilaksanakan agar dapat memberikan informasi yang lebih
tepat sesuai keadaan siswa berkesulitan menyelesaikan soal cerita pecahan.
Dalam penelitian ini dengan melakukan pengecekan dari data hasil observasi
siswa, hasil pencatatan arsip, dan data hasil tes akhir siswa. Melalui cara ini data
sejenis bisa teruji kemantapan, kebenaran, dari sumber berbeda sehingga
diharapkan dapat memberi informasi yang lebih tepat sesuai keadaan sisi kelas IV
SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
F. Teknik Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi diklasifikasikan
sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian dihubungkan dengan
data kualitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.
Data hasil tes dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni dengan
membandingkan hasil tes antarsiklus. Yang dianalisis adalah perubahan hasil
belajar sebelum dan sesudah mengalami tindakan tergantung dari berapa banyak
siklusnya. Selanjutnya data hasil tes antarsiklus dibandingkan sehingga dapat
mencapai batas ketercapaian atau ketuntasan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif.
Menurut Sugiyono (2008:91), analisis data model interaktif terdiri dari tiga
komponen analisis yaitu (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan simpulan
atau verifikasi. Aktivitas ketiga komponen tersebut dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus.
Secara jelas langkah-langkah analisis data dapat dilihat pada gambar 3:
Gambar 3: Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Penyajian Data
(Data Display)
Reduksi Data
(Data Reduction) Kesimpulan-kesimpulan
Penarikan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar di atas menunjukkan langkah-langkah yang harus dilakukan
peneliti adalah:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini didapat data skor permainan, data skor
turnamen, data hasil belajar afektif, data hasil belajar psikomotorik, dan data hasil
tes akhir pada tiap siklusnya. Peneliti tidak memakai data skor permainan dan
data skor turnamen karena skor keduanya hanya digunakan penentuan turnamen
dan penentuan kelompok terbaik saja.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian
data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan
memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain
berdasarkan penyajian data tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-
penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis
kualitatif yang valid. Untuk menampilkan data-data tersebut agar lebih menarik
maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam penelitian ini data
disajikan dengan menggunakan foto untuk kegiatan siswa kelas IV SD Negeri
Tlompakan III dengan pembelajaran TGT, serta tabel dan diagram batang untuk
sajian data hasil nilai tes akhir pada tiap siklusnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi dan disajikan, langkah
terakhir adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari data-data yang telah
didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan.
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang
utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di
lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data
yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu yang
merupakan validitasnya. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini berdasarkan
data yang telah terkumpul, yang didapat dari penelitian tindakan kelas pada siswa
kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang
menjadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011 melalui model
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), indikator penelitian ini
bersumber dari silabus KTSP Matematika IV dan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). KKM pada siklus I adalah 60, dapat terpenuhi apabila ≥ 75% dari
jumlah siswa dapat menyelesaikan soal cerita pecahan dan mendapat nilai ≥ 60.
KKM pada siklus II adalah 65, dapat terpenuhi apabila ≥ 75% dari jumlah siswa
dapat menyelesaikan soal cerita pecahan dan mendapat nilai ≥ 65. Dan KKM
pada siklus III adalah 70, dapat terpenuhi apabila ≥ 75% dari jumlah siswa dapat
menyelesaikan soal cerita pecahan dan mendapat nilai ≥ 70. Tiap siklus diadakan
peningkatan KKM agar terjadi peningkatan kualitas pada kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III
Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus yang masing-
masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam
satu siklus ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2x35 menit. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pada prasiklus, dalam pembelajarannya peneliti hanya dengan menggunakan
metode ceramah dan pemberian tugas. Untuk meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III
Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011 diadakan observasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011 dengan model
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan
sebagai berikut :
1. Siklus Pertama (Siklus I)
a. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar penilaian.
5) Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanan Tindakan
Peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata
pelajaran Matematika dengan KD memecahkan masalah perhitungan termasuk
yang berhubungan dengan pecahan yang ditulis dalam model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Pembelajaran yang telah disusun ini akan dilaksanakan dua
kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan ini pembelajaran yang akan dilaksanakan tentang pecahan
yaitu dengan indikator proses dapat menggunakan media untuk menyelesaikan
soal operasi penjumlahan pecahan, indikator produk dapat menyelesaikan soal
operasi penjumlahan pecahan, dan indikator ketrampilan sosial dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan soal
operasi penjumlahan pecahan.
Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi:
a) Pembelajaran dimulai dengan doa dan presensi siswa.
b) Apersepsi oleh guru dengan cerita yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan.
c) Pembentukan kelompok belajar yang disesuaikan dengan urutan nomor
absen.
d) Penjelasan singkat materi yang akan dipelajari oleh guru.
e) Siswa menerima tugas kelompok dari guru yaitu menemukan bagaimana
cara menghitung penjumlahan pecahan dengan menggunakan alat peraga
berupa kertas lipat.
f) Mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
g) Mencocokkan hasil kerja kelompok.
h) Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran hari ini.
i) Siswa menulis pekerjaan rumah.
j) Pembelajaran ditutup dengan pemberian nasehat oleh guru agar siswa rajin
belajar.
2) Pertemuan Kedua
Langkah pembelajarannya adalah:
a) Pembelajaran dimulai dengan doa dan presensi siswa.
b) Apersepsi oleh guru tentang kegiatan yang akan dilakukan hari ini.
c) Mengulang pembelajaran pada pertemuan pertama secara singkat.
d) Pembentukan kelompok bermain yang diacak oleh guru.
e) Siswa mendengarkan aturan permainan yang dijelaskan oleh guru.
f) Pelaksanaan permainan kartu soal yang berisi soal-soal tentang
penjumlahan pecahan. Tiap kartu berisi satu soal dan masing-masing soal
memiliki skor tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal.
g) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu.
h) Pembelajaran ditutup dengan nasehat oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran Matematika dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observasi juga dilakukan terhadap guru
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran
penjumlahan pecahan. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri
Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011.
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan
dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah:
a) Penampilan guru di depan kelas.
b) Cara menyampaikan materi pelajaran.
c) Cara pengelolaan kelas.
d) Cara penggunaan alat pelajaran.
e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
g) Waktu yang diperlukan guru dalam mengajar.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika.
c) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi.
d) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.
e) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.
f) Kerja sama dalam kelompok.
d. Tahap Analisis
Peneliti, guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil yang didapat dari pelaksanaan tindakan siklus I belum dapat
memenuhi target yang diinginkan pihak peneliti, guru, dan kepala sekolah karena
siswa belum tuntas belajar kurang dari 75%. Oleh karena itu peneliti akan
melanjutkan siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2. Siklus Kedua (Siklus II)
a. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar penilaian.
5) Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanan Tindakan
Peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata
pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar mengurangkan pecahan.
Adapun langkah pembelajarannya yaitu:
1) Pertemuan Pertama
a) Doa dan presensi.
b) Apersepsi tentang pembelajaran hari ini yaitu tentang pengurangan
pecahan.
c) Penjelasan materi oleh guru tentang pengurangan pecahan. Pada
prinsipnya cara pengerjaan pengurangan pecahan hampir sama dengan
penjumlahan pecahan.
d) Kelompok belajar mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) sesuai
waktu yang ditentukan oleh guru.
e) Guru memberikan waktu agar siswa yang pandai membimbing siswa lain
dalam satu kelompok yang mengalami kesulitan.
f) Pemberian pekerjaan rumah.
g) Guru menutup pembelajaran dengan membuat kesimpulan bersama siswa
tentang pelajaran yang telah dilakukan.
2) Pertemuan Kedua
a) Doa dan Presensi.
b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa pada
pembelajaran kali ini.
c) Siswa bersama guru mencocokkan pekerjaan rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
d) Pembentukan kelompok bermain.
e) Guru membacakan skor permainan pada saat permainan pertama.
f) Pelaksanaan permainan kartu soal dengan peraturan yang sama dengan
permainan pada pertemuan pertama.
g) Pembelajaran diselingi dengan gerak dan lagu “Di Sini Senang Di Sana
Senang”.
h) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
i) Menutup pembelajaran dengan mmbuat kesimpulan pelajaran hari ini.
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran Matematika dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observasi juga dilakukan terhadap guru
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran
pengurangan pecahan. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri
Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011.
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan
dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah:
a) Penampilan guru di depan kelas.
b) Cara menyampaikan materi pelajaran.
c) Cara pengelolaan kelas.
d) Cara penggunaan alat pelajaran.
e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
g) Waktu yang diperlukan guru dalam mengajar.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika.
c) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi.
d) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
e) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.
f) Kerja sama dalam kelompok.
d. Tahap Analisis
Peneliti, guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil tindakan siklus II sudah mencapai target siswa tuntas belajar
lebih dari 75%. Tetapi berdasarkan hasil diskusi dengan guru dan kepala sekolah,
peneliti melanjutkan ke siklus III agar penelitian lebih maksimal.
3. Siklus Ketiga (Siklus III)
a. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar penilaian.
5) Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanan Tindakan
Peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata
pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan pecahan.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah:
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus III adalah:
a) Doa dan Presensi.
b) Apersepsi materi pembelajaran dengan menggunakan cerita kehidupan
sehari-hari.
c) Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari hari ini dengan
memberikan contoh secukupnya.
d) Pemberian tugas dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) oleh guru pada
kelompok belajar.
e) Pelaksanaan permainan kartu soal oleh kelompok bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
f) Pembacaan skor pada saat permainan kedua.
g) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
2) Pertemuan Kedua
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus III adalah:
a) Doa dan Presensi.
b) Penyampaian kegiatan pembelajaran hari ini.
c) Pembacaan skor pada permainan ketiga.
d) Siswa menjumlahkan sendiri berapa total skor yang diperoleh. Satu orang
dari tiap kelompok belajar yang mendapat skor terbanyak berhak mewakili
kelompoknya untuk mengikuti turnamen.
e) Sebelum turnamen dimulai, semua siswa menyanyikan lagu “Suka-Suka”
untuk menambah semangat dan mengurangi ketegangan.
f) Pelaksanaan turnamen yang terdiri dari empat babak.
g) Setelah turnamen selesai, siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
untuk lebih memantapkan penguasaan materi pecahan.
h) Pemberian penghargaan kepada kelompok terbaik yang berhasil
memenangkan turnamen.
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran Matematika dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observasi juga dilakukan terhadap guru
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran
menyelesaikan soal cerita pecahan. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SD
Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011.
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan
dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah:
a) Penampilan guru di depan kelas.
b) Cara menyampaikan materi pelajaran.
c) Cara pengelolaan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
d) Cara penggunaan alat pelajaran.
e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
g) Waktu yang diperlukan guru dalam mengajar.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika.
c) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi.
d) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.
e) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.
f) Kerja sama dalam kelompok.
d. Tahap Analisis
Peneliti, guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Dari hasil tindakan siklus III didapatkan hasil yang sangat
memuaskan karena 100% siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III tuntas belajar.
Dengan demikian tujuan penelitian dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang dapat
tercapai secara maksimal. Peneliti, guru, dan kepala sekolah mengambil
kesepakatan bahwa penelitian tidak dilanjutkan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Deskripsi Tempat Penelitian
Lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini
adalah Sekolah Dasar Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang.
Sekolah Dasar Negeri Tlompakan III merupakan Sekolah Dasar yang
berkualitas menengah. Sekolah ini memiliki bangunan sekolah yang membentuk
huruf “L”. Halaman sekolah dan lapangan olah raganya sangat luas. Gedung
sekolah dikelilingi oleh kebun-kebun milik warga setempat yang banyak
ditumbuhi pepohonan. Hal ini menambah kesejukan sekolah.
Sekolah ini secara keseluruhan memiliki enam kelas, dengan jumlah
seluruh siswa-siswi yang terdaftar pada tahun ajaran 2010/ 2011 adalah sebanyak
130 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 25 siswa, kelas II sebanyak 25 siswa,
kelas III sebanyak 27 siswa, kelas IV sebanyak 18 siswa, kelas V sebanyak 18
siswa, dan kelas VI sebanyak 17 siswa.
SD Negeri Tlompakan III dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan
jumlah tenaga pengajar seluruhnya ada 11 orang yaitu 6 guru kelas, 1 guru Agama
Islam, 1 guru Agama Katholik, 2 guru wiyata bakti, dan 1 penjaga sekolah.
Pembelajaran Matematika yang dilaksanakan di SD Negeri Tlompakan
III kelas IV belum melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) khususnya untuk pembelajaran
menyelesaikan soal cerita pecahan, sehingga hasil belajar siswa belum mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
peneliti mengadakan penelitian di kelas IV dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam
pembelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. Deskripsi Data Awal
Proses pembelajaran yang baik didasari oleh adanya hubungan
interpersonal yang baik antara siswa-guru dan atau siswa-siswa serta penggunaan
model pembelajaran tepat dalam penyampaian materi pembelajaran. Penelitian
menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu
psikologis utama dalam mempengaruhi belajar akademis. Untuk mengoptimalkan
kondisi sosio emosional di kelas maka diperlukan adanya pengelolaan kelas yang
dinamis dan sesuai dengan apa yang menjadi kesenangan siswa. Begitupun juga
dalam pembelajaran Matematika, untuk meningkatkan kemampuan siswa
menyelesaikan soal cerita pecahan, hendaknya memperhatikan kondisi sosio
emosional di kelas, karena emosi positif dapat merangsang otak dapat bekerja
secara efektif dan efisien sehingga dalam kondisi ini siswa dapat mengoptimalkan
seluruh kemampuannya untuk berpikir kritis, fokus pada pembelajaran,
melakukan eksperimen, bertanya atau menjawab pertanyaan, bekerjasama dan
lain-lain. Sebaliknya keadaan stres dan rasa takut akan menghambat kerja otak
dan memperlambat proses berpikir dan mengingat.
Perlu disadari bahwa ketika proses pembelajaran berlangsung, seluruh
aspek kejiwaan siswa dan guru akan terlibat, bukan hanya fisik, pikiran, perasaan,
pengalaman dan bahasa tubuh, tapi emosi juga terlibat. Ini menunjukkan bahwa
pada setiap pembelajaran prosesnya tidak sederhana seperti yang kita bayangkan
selama ini. Wajar saja bila pada awal pembelajaran Matematika ketika guru
memasuki ruang belajar dengan wajah suram, maka proses pembelajaran
berlangsung dalam suasana menegangkan dan melelahkan. Siswa tidak berani
bertanya apalagi mengemukakan pendapat yang berbeda dengan guru. Suasana
demokrasipun lenyap. Selama proses pembelajaran berlangsung jiwa siswa berada
dalam ketidaknyamanan. Pembelajaran tidak menghasilkan hasil yang
memuaskan.
Berdasarkan hasil penelitian awal melalui observasi dan tes awal,
gambaran pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan
III Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tentang menyelesaikan soal cerita
pecahan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
1. Guru kurang fokus saat mengajar.
2. Guru kurang ramah saat melaksanakan pembelajaran.
3. Guru kurang menghargai jawaban atau pendapat siswa.
4. Guru tidak dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif.
5. Guru kurang memunculkan keaktifan siswa.
6. Guru kurang memotivasi siswa.
Sedang permasalahan yang ditemui pada diri siswa yaitu:
1. Siswa tampak kurang nyaman saat pembelajaran, ini terlihat dari:
a. Siswa tidak ada yang berani mengajukan petanyaaan.
b. Tidak berani tampil di depan kelas.
c. Berwajah tegang dan sikap duduk terlihat sangat kaku.
d. Menunjukkan sikap jenuh yang ditunjukkan dengan siswa mengantuk.
2. Pembelajaran kurang meninggalkan kesan yang menarik dan bermanfaat bagi
diri siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari tes awal tentang
pecahan yaitu:
Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
mendapatkan nilai rendah. Dengan demikian hasil belajar siswa kelas IV SD
Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang perlu ditingkatkan. Perolehan nilai
siswa pada tes awal berdasarkan lampiran 26 ditunjukkan pada tabel 1:
Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan
No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 29 - 40 7 39%
2 41 - 52 4 22%
3 53 - 64 2 11%
4 65 - 76 1 6%
5 77 - 88 3 16%
6 89 - 100 1 6%
Jumlah 18 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan Tabel 1 maka dapat dilihat pada gambar 4:
74
2 13
1
6%
16%
6%
11%
22%
39%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
Gambar 4. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan
Tabel 2. Hasil Tes Awal
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 30
Nilai Tertinggi 100
Rata-rata Nilai 55,6
Siswa belajar tuntas 39%
Berdasarkan data dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan,
siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III sebanyak 18 siswa hanya 7 siswa atau
39% yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 11
siswa atau 61% memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60. Maka
peneliti mengadakan konsultasi dengan dewan guru untuk melaksanakan
pembelajaran melalui model pembelajaran koopratif tipe TGT (Teams Games
Tournament).
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata
kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 55,6 di mana hasil tersebut
masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan
sekolah yaitu sebesar 60. Sedangkan besarnya prosentase siswa tuntas pada materi
pecahan sebesar 39% saja, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mencapai lebih dari 85%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan
tindak lanjut untuk meningkatkan pemahaman, prestasi belajar, aktivitas siswa
pada kegiatan pembelajaran, khususnya untuk materi pokok pecahan.
Dari hasil tes awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara
bahwa penguasaan materi pecahan terutama penjumlahan dan pengurangan serta
menyelesaikan soal cerita pecahan oleh siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III
masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban
yang kurang dari yang diharapkan memberikan indikasi bahwa siswa masih belum
begitu paham pada beberapa indikator belajar materi pokok pecahan. Untuk
mengupayakan penyelesaian dari permasalahan-permasalahan maka peneliti dan
wali kelas IV mengadakan kerjasama untuk mengadakan penelitian tindakan
kelas. Pada pelaksanaannya peneliti bertindak sebagai pengajar dan wali kelas IV
sebagai observer.
C. Deskripsi Data Tindakan
Deskripsi data tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
diskripsi tindakan siklus I dan paparan tindakan siklus II dan siklus III.
1. Deskripsi Tindakan Siklus I
Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan data perencanaan,
data tindakan, data observasi dan data refleksi.
a. Diskripsi Data Perencanaan
Berdasarkan deskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran matematika tentang pecahan maka peneliti
membuat perencanaan tindakan siklus I yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu
perencanaan persiapan, RPP siklus I, dan membuat pedoman observasi. Selain itu
guru juga menetapkan jadwal pelajaran matematika yaitu tanggal 2 dan 6 Maret
2011. Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 2 Maret 2011 dan pertemuan kedua pada hari Sabtu tanggal 6
Maret 2011, sesuai dengan jadwal pelajaran matematika pada saat itu. Kegiatan
selanjutnya adalah melakukan penelaahan terhadap program pengajaran
berdasarkan kurikulum yang digunakan saat ini yaitu KTSP untuk mempersiapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
rencana pembelajaran matematika yang sesuai dengan materi yaitu tentang
pecahan.
1) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai titik tolak pembelajaran untuk
mengkondisikan dan membuat komitmen atas peraturan dan konsekuensi yang
akan dilaksanakan pada pembelajaran matematika tentang pecahan. Adapun
langkah-langkah perencanaan persiapan guru adalah sebagai berikut:
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Sabtu, 27
Februari 2011 di ruang guru SD Negeri Tlompakan III. Peneliti dan guru kelas IV
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian
ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan
dalam 2 prtemuan (dengan alokasi waktu 2x35 menit) yaitu pada hari Selasa, 2
Maret 2011 dan Sabtu, 6 Maret 2011.
Dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006
kelas IV, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran materi
menjumlahkan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama menggunakan media
kertas lipat dan gambar pecahan.
Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : Menjumlahkan pecahan
Indikator :
1. Proses
Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan.
2. Produk
Menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan.
3. Ketrampilan Sosial
Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan soal
operasi penjumlahan pecahan.
Alasan pemilihan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
yaitu peneliti ingin meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD
Negeri Tlompakan III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
a. Peneliti bersama guru merancang dan menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dengan indikator siswa dapat menggunakan media untuk
menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan (proses), menyelesaikan
soal operasi penjumlahan pecahan (produk), dan bekerjasama dan berinteraksi
dengan teman kelompok saat mengerjakan soal operasi penjumlahan pecahan
(ketrampilan social). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan dua
kali pertemuan masing-masing pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran.
b. Menyiapkan media kertas lipat, kartu soal, dan gambar pecahan yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
c. Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru (Lampiran 13,
14, dan 15).
d. Menyiapkan Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
setelah dilaksanakan pembelajaran (Lampiran 7 dan 8).
e. Merancang setting kelas dengan menata tempat duduk sesuai dengan ruangan
kelas dan model pembelajaran yang akan dipakai.
f. Menyiapkan lembar penilaian.
2) Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada
siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament) dengan media kertas lipat, permainan kartu soal, dan gambar
pecahan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun,
dilaksanakan dua kali pertemuan.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan ini materi matematika yang diajarkan adalah mengenai
penjumlahan pecahan. Pembelajaran diawali dengan doa dan presensi. Kemudian
guru menjelaskan gambaran pembelajaran hari ini.
Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan tahap eksplorasi yaitu
pembagian siswa menjadi beberapa kelompok belajar. Pembagian kelompok
belajar dipimpin oleh guru dan anggota kelompok diurutkan sesuai dengan nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
absen kelas. Dalam satu kelas dibagi menjadi empat kelompok, yang masing-
masing kelompok beranggotakan empat atau lima orang. Setelah itu guru
memberikan sebuah cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
Pada tahap elaborasi guru memberikan penjelasan singkat tentang
penjumlahan pecahan, kemudian berdasarkan cerita yang diberikan guru tiap-tiap
kelompok menggunakan media kertas lipat untuk menyelesaikan penjumlahan
pecahan.
Tahap selanjutnya yaitu konfirmasi. Pada tahap ini kelompok diberi
tugas untuk mendiskusikan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Dalam diskusi ini
diharapkan semua anggota mampu menyelesaikan penjumlahan pecahan. Jika ada
anggota yang belum paham, tugas dari anggota yang lain adalah membimbing.
Setelah selesai perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas. Siswa bersama-sama dengan guru menanggapi hasil
presentasi yang telah disampaikan. Nilai dari Lembar Kerja Kelompok ini akan
digabungkan dengan nilai dari Lembar Kerja Siswa pada pertemuan kedua nanti.
Kegiatan penutup guru melakukan tanya jawab untuk mengambil
kesimpulan pembelajaran hari ini. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah
agar siswa tetap belajar dan mengulang pelajaran hari ini.
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua siklus I ini, guru mengawali pembelajaran dengan
doa dan mengadakan presensi.
Tahap eksplorasi guru memulai dengan tanya jawab tentang pelajaran
pada pertemuan pertama. Hal ini untuk mengingatkan siswa agar tidak lupa pada
pelajaran yang lalu. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok bermain
yang berbeda dari kelompok sebelumnya.
Setelah kelompok bermain siap, guru membagikan kartu soal dan
menjelaskan aturan permainannya. Siswa harus menjawab soal dengan benar agar
dapat memperoleh skor. Tiap kartu soal mempunyai skor yang berbeda tergantung
pada tingkat kesulitan soal.
Tahap konfirmasi, siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa untuk
dikerjakan secara individu. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, Lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Kerja Siswa dibahas guru bersama dengan siswa. Nilai dari pengerjaan Lembar
Kerja Siswa diambil sebagai data akhir seperti yang tertera pada lampiran 27.
Pembelajaran diakhiri dengan kesimpulan tentang pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan guru memberikan nasehat agar siswa selalu rajin belajar.
3) Observasi
Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa ketika
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Di samping itu guru kelas IV
juga melakukan pengamatan ketika peneliti mengajar pembelajaran matematika
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament). Pengamatan ditujukan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan
III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011. Di samping itu juga dilakukan
pengamatan pada peneliti yang melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) saat pembelajaran
menyelesaikan soal cerita pecahan.
a) Hasil observasi bagi guru
Dari data lampiran 13 pada akhir pertemuan siklus diperoleh hasil
observasi sebagai berikut:
(1) Penampilan guru di depan kelas sudah sangat baik.
(2) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi pembelajaran.
(3) Guru sudah baik dalam menggunakan alat dan media pembelajaran.
(4) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.
(5) Guru dalam merespon pertanyaan dan pendapat siswa sudah cukup baik.
(6) Guru sudah baik dalam memberi pujian dan merayakan keberhasilan siswa.
(7) Interaksi antara guru dengan siswa sudah baik.
(8) Guru sudah cukup baik dalam memberikan motivasi kepada siswa.
(9) Guru sudah baik dalam memberikan bimbingan pada individu dan kelompok
yang mengalami kesulitan saat melakukan diskusi.
(10) Guru sudah baik dalam pengelolaan waktu pembelajaran yang disesuaikan
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b) Hasil observasi bagi siswa
Dari data lampiran 14 pada akhir pertemuan siklus I diperoleh data hasil
belajar afektif siswa sebagai berikut:
(1) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah baik.
(2) Perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang disampaikan
oleh guru.
(3) Penghargaan siswa terhadap guru sudah baik.
(4) Kemauan siswa dalam menerapkan hasil pelajaran sudah baik.
(5) Siswa sudah baik dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat.
(6) Siswa sudah menunjukkan peningkatan semangat yang baik dalam
pembelajaran.
(7) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.
(8) Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas
kelompok sudah baik.
Dari data lampiran 15 pada akhir pertemuan siklus I diperoleh data hasil
belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:
(1) Semangat siswa untuk segera memasuki kelas sudah baik.
(2) Keinginan untuk mencatat bahan pelajaran sudah cukup baik.
(3) Tingkat kesopanan, keramahan, dan rasa hormat siswa terhadap guru sudah
baik.
(4) Siswa cukup baik saat bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang
belum jelas.
(5) Keakraban dan komunikasi siswa dengan guru sudah cukup baik..
4) Analisis dan Refleksi
Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 9 siswa
yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus II untuk materi
pengurangan pecahan.
Dari hasil analisa data perkembangan kemampuan siswa pada tes siklus I
dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa yang tuntas naik 11% dengan
nilai batas tuntas 60 ke atas, siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebesar 50%,
yang semula pada tes awal hanya terdapat 39% siswa yang mencapai batas tuntas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 30 dan
pada siklus I menjadi 32,5. Untuk nilai tertinggi pada tes awal dan siklus I sama
yaitu 100. Rata-rata kelas pada tes awal sebesar 55,6 naik pada tes siklus I sebesar
63,67. Nilai tersebut belum di atas rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru,
peneliti dan sekolah.
Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain:
a) Bagi Guru
(1) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat
proses pembelajaran.
(2) Guru kurang optimal dalam membangkitkan keaktifan siswa.
(3) Guru hanya menunjuk siswa yang berani dan dianggap mampu
mengerjakan saja (belum menyeluruh).
(4) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran, dapat terlihat masih ada beberapa siswa yang ramai.
(5) Guru belum optimal memberikan pujian bagi siswa yang telah menjawab
pertanyaan dengan benar.
b) Bagi Siswa
(1) Masih ada beberapa siswa yang belum mampu menguasai materi
pembelajaran yang diberikan guru.
(2) Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran, namun masih perlu
ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal.
2. Deskripsi Data Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal
9 Maret 2011 sampai tanggal 13 Maret 2011. Perencanaan kegiatan dilaksanakan
dua kali pertemuan. Tiap pertemuan lamanya 2x35 menit. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-
siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Adapun tahapan yang dilaksanakan
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus
I diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) belum menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan yang cukup signifikan.
Hasil dari penelitian pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel 3. Hasil Tes Siklus I
Keterangan Tes Siklus I
Nilai terendah 32,5
Nilai tertinggi 100
Rata-rata nilai 63,67
Siswa belajar tuntas 50%
Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 5:
32.5
100
63.67
50%
0
20
40
60
80
100
Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar
tuntas
Tes Siklus I
Gambar 5. Grafik Tes Siklus I
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I sebanyak
18 siswa hanya 9 siswa atau 50% yang memperoleh nilai di atas batas nilai
ketuntasan minimal. Sebanyak 9 siswa atau 50% memperoleh nilai di bawah batas
nilai ketuntasan minimal yaitu 60. Oleh karena itu peneliti menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran kembali melalui model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament) dengan indikator yang berbeda dan menaikkan
batas nilai minimal yang harus dicapai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin tanggal
8 Maret 2011 di ruang guru SD Negeri Tlompakan III. Peneliti dan guru kelas IV
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian
ini. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan (dengan alokasi waktu 2x35 menit tiap pertemuannya) yaitu pada
hari Selasa, 9 Maret 2011 dan Sabtu, 13 Maret 2011.
Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Proses
Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan.
2. Produk
Menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan.
3. Ketrampilan Sosial
Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan soal
operasi pengurangan pecahan.
Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
serta meningkatkan dan mempertahankan pencapaian penguasaan materi yang
ditujukan untuk memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang
pengurangan pecahan. Jika pada siklus I siswa tlah mempelajari tentang
penjumlahan pecahan, dalam siklus II ini siswa mempelajari tentang pengurangan
pecahan sebagai rangkaian materi yang saling mempengaruhi. Pembelajaran ini
direncanakan dalam dua kali pertemuan yang setiap pertemuan alokasi waktunya
2 jam pelajaran.
Pertemuan pertama mengacu pada kegiatan penjelasan materi dan kerja
kelompok, sedangkan pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan
pertama yaitu permainan dan tes individu.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama kegiatan yang akan dilakukan adalah
penjelasan materi dan kegiatan kelompok oleh kelompok belajar. Pembelajaran
dimulai dengan berdoa dan dilanjutkan dengan presensi. Tidak lupa guru
menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Kegiatan inti (eksplorasi) diawali dengan pembagian kelompok belajar.
Setelah semua siswa siap dengan kelompok belajarnya, dilanjutkan dengan sedikit
penjelasan dari guru tentang pengurangan pecahan.
Pada tahap elaborasi, siswa bersama kelompok belajarnya menggunakan
kertas lipat untuk menyelesaikan soal pengurangan pecahan. Langkah-langkah
kegiatannya yaitu:
a) Ambil kertas lipat secukupnya.
b) Ketua kelompok belajar membagi tugas masing-masing anggota.
c) Tiap siswa mengerjakan tugas masing-masing sesuai soal pengurangan
pecahan yang diberikan guru.
Contoh soal: 4
3 -
4
2= …
persegi 1 persegi 2 persegi 3
4
3 -
4
2 =
4
1
Jadi, 4
3 -
4
2 =
4
1
d) Perwakilan tiap kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan
kelas.
Pada tahap konfirmasi, masing-masing kelompok mengerjakan Lembar
Kerja Kelompok (LKK). Siswa bersama guru mencocokkan hasil diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kelompok, kemudian mengambil kesimpulan dari diskusi kelompok yang telah
dilaksanakan.
Pembelajaran ditutup dengan tanya jawab dan pemberian tugas rumah.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah
permainan dan tes evaluasi secara individu. Pembelajaran dimulai dengan berdoa
dan dilanjutkan dengan presensi. Tidak lupa guru menyampaikan kegiatan yang
akan dilakukan pada hari ini dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Tahap eksplorasi, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
bermain. Guru menjelaskan aturan permainan yang masih sama seperti peraturan
pada permainan saat tindakan siklus I. Hal ini bertujuan agar siswa semakin jelas
dan memahami aturan permainan.
Setelah kelompok bermain siap, guru membagikan kartu soal dan
menjelaskan aturan permainannya. Siswa harus menjawab soal dengan benar agar
dapat memperoleh skor. Tiap kartu soal mempunyai skor yang berbeda tergantung
pada tingkat kesulitan soal.
Tahap konfirmasi, siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa untuk
dikerjakan secara individu. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, Lembar
Kerja Siswa dibahas guru bersama dengan siswa. Lembar Kerja Siswa ini sebagai
tes akhir pada siklus II, yang hasilnya bisa dilihat pada lampiran 28.
Pembelajaran diakhiri dengan kesimpulan tentang pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan guru memberikan nasehat agar siswa selalu rajin belajar.
c. Observasi
Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament). Observasi ini ditujukan pada kegiatan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran, aktivitas atau partisipasi serta untuk mengetahui kemampuan siswa.
Kseluruhan data ynag diperoleh dalam kegiatan ini termasuk hasil lembar krja
siswa baik kelompok maupun individu. Sebagai bahan atau masukan untuk
menganalisis perkembangan kemampuan siswa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Selain itu peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
juga melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama proses
pembelajaran serta ketrampilan guru dalam mengajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Observasi dilakukan oleh guru
kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang.
1) Hasil observasi guru
Dari data lampiran 16 pada akhir pertemuan siklus II dapat dilihat
aktivitas guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Penampilan guru di depan kelas sudah sangat baik.
b) Guru dalam menyampaikan materi sudah baik.
c) Guru dalam menggunakan alat dan media pelajaran sudah baik.
d) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.
e) Guru sudah baik dalam merespon pertanyaan dan pendapat dari siswa.
f) Guru sudah baik dalam memberi pujian dan merayakan keberhasilan siswa
dalam menjawab pertanyaan dengan benar.
g) Guru sudah baik dalam berinteraksi dengan siswa.
h) Guru sudah cukup baik dalam memberi motivasi kepada siswa.
i) Guru sudah baik dalam membimbing siswa baik kelompok maupun individu.
j) Guru dapat mengelola waktu dengan baik.
2) Hasil observasi siswa
Dari data lampiran 17 pada akhir pertemuan siklus II diperoleh data hasil
belajar afektif siswa sebagai berikut:
a) Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru sudah sangat baik.
b) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru sudah baik.
c) Penghargaan siswa terhadap guru sudah sangat baik.
d) Kemauan siswa untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik.
e) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah sangat baik.
f) Semangat siswa dalam pembelajaran sudah sangat baik.
g) Kemauan berdiskusi siswa dengan teman kelompok sudah baik.
h) Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil sudah baik.
Dari data lampiran 18 pada akhir pertemuan siklus II diperoleh data hasil
belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
a) Ketertiban siswa memasuki kelas pada saat guru datang sudah sangat baik..
b) Kemauan siswa mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan
sistematis sudah sangat baik.
c) Kesopanan, keramahan, dan rasa hormat siswa terhadap guru sudah baik.
d) Keberanian siswa bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum
jelas sudah baik.
e) Keakraban dan komunikasi siswa dengan guru saat pembelajaran sudah baik.
d. Analisis dan Refleksi
Setelah siklus II selesai dilakukan, hasil analisis data terhadap
pelaksanaan pembelajaran pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak
sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) sudah menunjukkan hasil yang baik dan meningkat bila
dibandingkan dengan tindakan siklus I. Meskipun demikian, akan dilanjutkan
tindakan siklus III untuk memaksimalkan pencapaian hasil belajar siswa dengan
menaikkan batas nilai minimal yang dalam tindakan siklus I yaitu 65 menjadi 70
pada tindakan siklus III. Di samping itu, dalam pelaksanaan siklus II masih
terdapat I siswa yang belum tuntas.
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes
siklus II dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa yang tuntas naik 44%
dengan nilai batas minimal 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar pada siklus II
sebesar 94%, yang semula pada siklus I hanya terdapat 50% siswa yang mencapai
batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar
32,5 dan pada siklus II menjadi 63,5. Untuk nilai tertinggi, pada siklus I dan siklus
II sama yaitu 100. Untuk nilai rata-rata kelas ada kenaikan dari yang semula 63,67
pada siklus I menjadi 86,14 pada siklus II.
Dalam penelitian tindakan masih banyak ditemukan kekurangan-
kekurangan, antara lain:
a) Bagi Guru
(1) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat
proses pembelajaran.
(2) Guru kurang optimal dalam membangkitkan keaktifan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
(3) Guru hanya menunjuk siswa yang berani dan dianggap mampu
mengerjakan saja (belum menyeluruh).
(4) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran, dapat terlihat masih ada beberapa siswa yang ramai.
(5) Guru belum optimal mmberikan pujian bagi siswa yang telah menjawab
pertanyaan dengan benar.
b) Bagi Siswa
(1) Masih ada beberapa siswa yang belum mampu menguasai materi
pembelajaran yang diberikan guru.
(2) Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran, namun masih perlu
ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal.
3. Deskripsi Data Siklus III
Tindakan siklus III dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai
tanggal 18 Maret 2011 sampai tanggal 20 Maret 2011. Perencanaan kegiatan
dilaksanakan dua kali pertemuan. Tiap pertemuan lamanya 2x35 menit. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang
terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Adapun tahapan
yang dilaksanakan meliputi:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus
I diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) belum menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan yang cukup signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4. Hasil Tes Siklus II
Keterangan Tes Siklus II
Nilai terendah 63,5
Nilai tertinggi 100
Rata-rata nilai 86,14
Siswa belajar tuntas 94%
Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 6:
63.5
100
86.1494%
0
20
40
60
80
100
Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar
tuntas
Tes Siklus II
Gambar 6. Grafik Tes Siklus II
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa pada siklus II
sebanyak 18 siswa hanya 1 siswa atau 6% yang belum mampu mencapai nilai
batas minimal yang ditetapkan pada siklus II yaitu 65. Sebanyak 17 siswa atau
94% sudah mampu mencapai nilai batas minimal. Meskipun demikian, peneliti
dan guru kelas IV sepakat untuk mengadakan tindakan siklus III dengan indikator
yang berbeda dan menaikkan nilai ketuntasan minimal menjadi 70. Hal ini
dikarenakan agar pencapaian materi siswa bisa lebih maksimal dan menyeluruh
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament).
Kegiatan perencanaan tindakan III dilaksanakan pada hari Senin tanggal
15 Maret 2011 di ruang guru SD Negeri Tlompakan III. Peneliti dan guru kelas IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian
ini. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus III dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan (dengan alokasi waktu 2x35 menit tiap pertemuannya) yaitu
pada hari Kamis, 18 Maret 2011 dan Sabtu, 20 Maret 2011.
Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran pada siklus III adalah sebagai berikut:
1. Proses
Menggunakan media untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
pecahan
2. Produk
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
3. Ketrampilan Sosial
Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan pecahan
Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
serta meningkatkan dan mempertahankan pencapaian penguasaan materi yang
ditujukan untuk memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Jika pada siklus II siswa telah
mempelajari tentang pengurangan pecahan, dalam siklus III ini siswa mempelajari
tentang permasalahan berbentuk soal cerita yang berhubungan dengan
penjumlahan dan pengurangan pecahan sebagai rangkaian materi yang saling
mempengaruhi. Pembelajaran ini direncanakan dalam dua kali pertemuan yang
setiap pertemuan alokasi waktunya 2 jam pelajaran.
Pertemuan pertama mengacu pada kegiatan penjelasan materi, kerja
kelompok, dan permainan. Pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan
pertama yaitu tes individu dan turnamen.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama siswa akan mempelajari tentang soal cerita
tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan pembelajaran dimulai
dengan berdoa bersama dan presensi oleh guru. Guru juga menyampaikan
gambaran pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran hari ini.
Kegiatan inti diawali dengan tahap eksplorasi yaitu guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok belajar. Kemudian untuk mengingatkan kembali
materi yang telah lalu, siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Tahap eksplorasi dilanjutkan dengan tahap elaborasi yaitu dengan guru
memberikan suatu permasalahan dalam bentuk soal cerita tentang penjumlahan
dan pengurangan kepada masing-masing kelompok. Guru membimbing dan
mengawasi jalannya diskusi kelompok belajar.
Pada tahap konfirmasi, perwakilan dari tiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Hasil diskusi kelompok akan
membantu nilai tes akhir. Pada tahap ini juga dilakukan permainan dengan kartu
soal tentang soal cerita tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Sebagai tindak lanjut, guru memberi nasehat agar siswa-siswa selalu rajin belajar.
2) Pertemuan Kedua
Kegiatan pada pertemuan kedua adalah turnamen yang diwakili dari
masing-masing kelompok belajar yang memperoleh skor tertinggi dalam
kelompoknya. Pembelajaran diawali dengan doa dan presensi. Kemudian guru
menjelaskan bahwa hari ini akan diadakan turnamen.
Tahap eksplorasi, siswa dan guru mengadakan tanya jawab untuk
mengingat materi yang telah dipelajari. Kemudian guru membagikan skor
permainan siklus I, II, dan III. Siswa menjumlahkan perolehan skor yang didapat.
Satu siswa yang memperoleh skor tertinggi pada kelompok belajar akan mewakili
kelompoknya untuk mengikuti turnamen.
Tahap elaborasi, guru menjelaskan peraturan turnamen. Turnamen
dilaksanakan dalam tiga babak. Babak pertama berisi soal-soal cerita tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
penjumlahan pecahan. Babak kedua berisi soal-soal cerita tentang pengurangan
pecahan. Babak ketiga merupakan campuran dari soal cerita tentang penjumlahan
dan pengurangan pecahan. Dalam akhir turnamen, ada dua kelompok yang
memperoleh nilai yang sama. Akhirnya diadakan satu babak tambahan yang
hanya diikuti oleh dua kelompok yang nilainya sama.
Tahap konfirmasi, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi
yang dirasa masih sulit. Siswa dan guru bersama-sama membahas soal pada
turnamen. Kemudian siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa sebagai tes akhir
pada siklus III yang hasilnya bisa dilihat pada lampiran 29.
Pembelajaran ditutup dengan pengumuman kelompok terbaik yang
berhasil memenangkan turnamen. Guru memberikan sedikit hadiah kepada
kelompok terbaik agar menjadi pemacu semangat bagi siswa semua.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama
mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Pengamatan juga ditujukan
pada ketrampilan guru dalam mengajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament). Yang melakukan pengamatan adalah guru
kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang.
1) Hasil observasi guru
Dari data lampiran 19 pada akhir pertemuan siklus III dapat dilihat
aktivitas guru adalah sebagai berikut:
a) Penampilan guru di depan kelas sudah sangat baik.
b) Guru dalam menyampaikan materi sudah sangat baik.
c) Guru dalam menggunakan alat dan media pelajaran sudah sangat baik.
d) Guru sudah sangat baik dalam mengelola kelas.
e) Guru sudah baik dalam merespon pertanyaan dan pendapat dari siswa.
f) Guru sudah baik dalam memberi pujian dan merayakan keberhasilan siswa
dalam menjawab pertanyaan dengan benar.
g) Guru sudah sangat baik dalam berinteraksi dengan siswa.
h) Guru sudah baik dalam memotivasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
i) Guru sudah sangat baik dalam membimbing kelompok maupun individu.
j) Guru dapat mengelola waktu dengan baik.
2) Hasil observasi siswa
Dari data lampiran 20 pada akhir pertemuan siklus III diperoleh data
hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:
a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran dari guru sudah sangat baik.
b) Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan guru sudah sangat baik.
c) Penghargaan siswa terhadap guru sudah sangat baik.
d) Kemauan siswa untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik.
e) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah sangat baik.
f) Semangat siswa dalam pembelajaran semakin meningkat.
g) Kemauan berdiskusi siswa dengan teman kelompok sudah sangat baik.
h) Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil sudah baik.
Dari data lampiran 21 pada akhir pertemuan siklus III diperoleh data
hasil belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:
a) Ketertiban siswa memasuki kelas pada saat guru datang sudah sangat baik.
b) Keinginan siswa mencatat bahan pelajaran dengan sangat baik dan sistematis
sudah baik.
c) Kesopanan, keramahan, dan rasa hormat siswa terhadap guru sudah sangat
baik.
d) Keberanian siswa bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai bahan
pelajaran yang belum jelassudah sangat baik.
e) Keakraban dan komunikasi yang terjalin antara siswa dan guru pada saat proses
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) sudah sangat baik.
3) Analisis dan Refleksi
Setelah pelaksanaan, hasil analisis data terhadap pelaksanaan
pembelajaran pecahan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament), secara umum telah menunjukkan hasil yang
diharapkan yaitu lebih dari 85% siswa yang telah mencapai batas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan pengamatan dan analisis kemampuan siswa maka guru dan
peneliti sepakat untuk mengakhiri siklus tindakan penelitian dalam pembelajaran
pecahan ini.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, II, dan III dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan kemampuan dan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III, baik hasil belajar kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:
a. Kemauan menerima pelajaran dari guru meningkat.
b. Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d. Siswa aktif dalam pembelajaran.
e. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.
f. Kerjasama dalam kelompok meningkat.
g. Tugas individu dan tugas kelompok dikerjakan dengan baik.
h. Siswa sudah berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
2. Perkembangan hasil belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:
a. Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
b. Menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh.
c. Mau mencatat dan merangkum bahan bahan pelajaran dengan baik dan
sistematis.
d. Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai
bahan pelajaran yang masih belum jelas.
e. Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.
f. Segera membentuk kelompok diskusi.
g. Akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
3. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa sebagai berikut:
Dalam mengolah data yang dilaksanakan pada lampiran dapat
didiskripsikan sebagai berikut:
a. Data Nilai Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Tindakan
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata
kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 55,6. Hasil tersebut masih
di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah
yaitu sebesar 60. Sedangkan besarnya prosentase siswa tuntas pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan sebesar 39% saja, dari pihak sekolah
ketuntasan siswa mencapai lebih dari 85%. Dari hasil analisis tes awal tersebut,
maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman, prestasi
belajar, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran khususnya untuk materi pokok
pecahan.
b. Data Nilai Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan
siswa menerima materi penjumlahan pecahan.
Proses pembelajaran disampaikan dengan strategi yang terencana
dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan
siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan diskusi kelompok,
mempresentasikan, melakukan permainan akademik, tugas individu, dan diakhiri
dengan diadakannya turnamen.
Pada siklus I dilaksanakan tindakan berupa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan
kemampuan menyelesaikan soal cerita. Hasil nilai menyelesaikan soal cerita
pecahan dapat dilihat pada tabel 5:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I
No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 29 - 40 2 11%
2 41 - 52 3 17%
3 53 - 64 6 33%
4 65 - 76 2 11%
5 77 - 88 2 11%
6 89 - 100 3 17%
Jumlah 18 100%
Lebih jelasnya, nilai hasil menyelesaikan soal cerita pecahan pada siklus I dapat
dilihat pada gambar 7:
2 36
2 2 3
17%
11%11%
33%
17%
11%
0
5
10
15
20
25
30
35
29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
Gambar 7. Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus I
Dari hasil tes awal dan siklus I dapat dilihat perbandingannya. Bahwa
ada peningkatan nilai. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 6:
Tabel 6. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Diberikan Tindakan Siklus I
Keterangan Tes Awal Tes Siklus I
Nilai terendah 30 32,5
Nilai tertinggi 100 100
Rata-rata nilai 55,6 63,67
Siswa belajar tuntas 39% 50%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8:
30
100
55.6
32.5
100
63.67
39%
50%
0
20
40
60
80
100
120
Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar
tuntas
Tes Awal
Tes Siklus I
Gambar 8. Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan
Setelah Diberikan Tindakan Siklus I.
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes
siklus I tabel… dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa yang tuntas
naik 11% dengan nilai batas tuntas 60 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklua I
sebesar 50%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 39% siswa mencapai
batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal
sebesar 30 dan pada siklus I menjadi 32,5. Untuk nilai tertinggi terdapat kesamaan
nilai yaitu 100 dan rata-rata nilai yang pada tes awal sebesar 55,6 naik menjadi
63,67 pada tes siklus I. Rata-rata nilai tersebut belum di atas nilai yang diinginkan
dari pihak guru, peneliti, dan sekolah.
c. Data Nilai Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk
memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan
mengenai pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Kegiatan
pembelajaran disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Dari penelitian hasil nilai siswa dapat dilihat pada tabel 7:
Tabel 7. Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II
No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 29 - 40 0 0
2 41 - 52 0 0
3 53 - 64 1 6%
4 65 - 76 2 11%
5 77 - 88 6 33%
6 89 - 100 9 50%
Jumlah
18 100%
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 9:
0 0 1 26
9
0% 0%
50%
33%
11%6%
0
10
20
30
40
50
60
29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
Gambar 9. Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus II
Dari hasil tes siklus I dan siklus II dapat dilihat perbandingannya. Bahwa
ada peningkatan nilai. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 8:
Tabel 8. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa pada Tindakan Siklus I dan
Siklus II
Keterangan Tes Siklus I Tes Siklus II
Nilai terendah 32,5 63,5
Nilai tertinggi 100 100
Rata-rata nilai 63,67 86,14
Siswa belajar tuntas 50% 94%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 10:
32.5
100
63.6763.5
100
86.14
50%
94%
0
20
40
60
80
100
120
Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar
tuntas
Tes Siklus I
Tes Siklus II
Gambar 10. Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I dan
Siklus II
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes
siklus II tabel 8 dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa yang tuntas
naik 44% dengan nilai batas tuntas 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus
II sebesar 94%, yang semula pada siklus I hanya terdapat 50% siswa mencapai
batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat siklus I
sebesar 32,5 dan pada siklus II menjadi 63,5. Untuk nilai tertinggi terdapat
kesamaan nilai yaitu 100 dan rata-rata nilai yang pada siklus I sebesar 63,67 naik
menjadi 86,14 pada tes siklus II. Rata-rata nilai tersebut sudah di atas nilai yang
diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah. Akan tetapi dilanjutkan ke siklus
III untuk memaksimalkan penelitian.
d. Data Nilai Matematika Siswa Kelas IV Siklus III
Siklus III merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk
memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan
mengenai penyelesaian masalah dalam bentuk soal cerita yang berkaitan tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan pembelajaran disampaikan
dengan strategi terencana sebagaimana siklus III dan kegiatan pembelajaran
dilaksanakan lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam
pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir
pembelajaran mencapai nilai KKM yaitu 70 dan prosentase siswa yang tuntas
mencapai 100%.
Pelaksanaan pembelajaran pecahan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada siklus III ini
ditekankan pada kemampuan siswa untuk menyelsaikan soal cerita pecahan.
Hasil menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV pada siklus III
dapat dilihat pada tabel 9:
Tabel 9. Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus III
No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 29 - 40 0 0%
2 41 - 52 0 0%
3 53 - 64 0 0%
4 65 - 76 3 17%
5 77 - 88 7 39%
6 89 - 100 8 44%
Jumlah
18 100%
Lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada gambar 11:
0 0 03
7 8
0% 0% 0%
44%
39%
17%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
Gambar 11. Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Hasil penelitian menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV
SD Negeri Tlompakan III dari tes awal, siklus I, siklus II, dan siklus III
menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai siswa. Perbandingan hasil
menyelesaikan soal cerita pecahan dapat dilihat pada tabel 10:
Tabel 10. Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan Tindakan
dan Tes Akhir Setelah Dilaksanakan Tindakan
Keterangan Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III
Nilai terendah 30 32,5 63,5 70
Nilai tertinggi 100 100 100 100
Rata-rata nilai 55,6 63,67 86,14 86,72
Siswa belajar
tuntas
39% 50% 94% 100%
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 12:
0
20
40
60
80
100
120
Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus
II
Tes Siklus
III
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai
Siswa belajar tuntas
Gambar 12. Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan
Tindakan dan Tes Akhir Setelah Dilaksanakan Tindakan
1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal yaitu 30, pada tes siklus I
menjadi 32,5, kemudian siklus II 63,5 dan meningkat lagi pada tes siklus III
menjadi 70.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal, tes siklus I, tes siklus II,
dan tes siklus III sama yaitu 100.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
3) Nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 55,6, tes
siklus I menjadi 63,67, kemudian pada tes siklus II naik menjadi 86,14 dan
pada siklus III 86,72.
4) Untuk siswa tuntas belajar, pada tes awal (KKM= 60) sebanyak 39%, pada tes
siklus I (KKM= 60) sebanyak 50%, tes siklus II (KKM= 65) sebanyak 94%
dan pada tes siklus III (KKM= 70) menjadi 100%.
Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
siklus III, secara umum sudah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru
dalam pembelajaran semakin mantap dan luwes.
Prosentase hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa dalam mengajukan
pertanyaan, mengeluarkan pendapat dalam kelompok, dan menyelesaikan soal-
soal latihan. Dengan adanya partisipasi siswa yang aktif dan kreatif, pembelajaran
di kelas khususnya pembelajaran Matematika lebih hidup dan menyenangkan.
Pada akhirnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III meningkat.
Berdasarkan peningkatan kemampuan yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.
E. Pembahasan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Langkah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
terlihat dalam penjabaran proses pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan.
Kendala-kendala yang dijelaskan dalam tiap siklus telah dapat diatasi dalam
perbaikan siklus berikutnya. Secara garis besar, penelitian ini telah menjawab
rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti. Perumusan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran
2010/2011?
2. Bagaimana langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) dalam rangka meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan
III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011?
3. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran
2010/2011?
Jawaban untuk perumusan masalah di atas dipaparkan dalam
pembahasan hasil berikut:
1. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
Kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD
Negeri Tlompakan III tahun ajaran 2010/2011 dapat meningkat dengan
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament). Peningkatan tersebut bukan hanya pada nilai tes akhir saja, tetapi
pada proses pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan juga. Keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari siklus I sampai siklus III.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Selain keaktifan, terlihat pula terjadi peningkatan pada aspek
keberanian, kreativitas, dan inisiatif siswa.
Peningkatan hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada
siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 11:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 11. Nilai Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
No. Nilai Frekuensi
Siklus I Siklus II Siklus III
1 29 – 40 2 0 0
2 41 – 52 3 0 0
3 53 – 64 6 1 0
4 65 – 76 2 2 3
5 77 – 88 2 6 7
6 89 - 100 3 9 8
Jumlah 18 18 18
Lebih jelasnya dapat dibuat grafik yang menunjukkan peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan dari siklus I sampai dengan siklus III dapat
dilihat pada gambar 13 :
01
23
456
78
910
Siklus I Siklus II Siklus III
Frekuensi
29 – 40
41 – 52
53 – 64
65 – 76
77 – 88
89 - 100
Gambar 13. Grafik Nilai Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa
peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan meningkat setelah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
2. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(Teams Games Tournament)
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) dalam pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal
cerita pecahan adalah sbagai berikut:
a. Siklus I
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan adalah
perwujudan komponen pokok tipe TGT (Teams Games Tournament). Hal ini
seperti yang dijelaskan pada kajian teori yang menyatakan lima tahapan tipe TGT
(Teams Games Tournament) yaitu: presentasi kelas, kerja tim/kelompok,
permainan, turnamen, dan rekognisi tim/kelompok.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan pada siklus
I, langkah-langkahnya sebagai berikut:
Komponen presentasi kelas dilaksanakan dengan guru memberikan
penjelasan tentang materi yang dipelajari yaitu tentang pengurangan pecahan.
Penjelasan yang diberikan guru pada tahap presentasi kelas ini tidak seluruhnya,
tetapi hanya bagian-bagian penting saja sehingga pada tahap selanjutnya siswa
dapat mengembangkan penjelasan dari guru. Tahap kerja tim/kelompok diawali
dengan pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar ini berkewajiban
menyelesaikan tugas yang diberikan guru yaitu menghitung pengurangan pecahan
dengan menggunakan kertas lipat. Tahap permainan, diawali dengan
pembentukan kelompok bermain yang anggotanya berbeda dengan kelompok
belajar. Kemudian dilanjutkan dengan permainan menggunakan kartu soal
pecahan yang masing-masing kartu mempunyai skor yang berbeda tergantung
pada tingkat kesukaran soal. Tahap turnamen akan dilaksanakan pada akhir unit
(menyelesaikan Kompetensi Dasar). Tahap rekognisi tim, guru memilih kelompok
terbaik pada saat proses kerja tim/kelompok yang telah dilaksanakan tadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
b. Siklus II
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tahap presentasi kelas pada siklus II lebih singkat waktunya bila
dibandingkan saat siklus I. Hal ini dilakukan agar memaksimalkan kerja
kelompok belajar dalam bekerjasama memecahkan suatu masalah yang berkaitan
dengan materi pembelajaran. Tahap kerja tim diberikan waktu yang agak lama
dengan permasalahan yang agak sulit. Kelompok belajar diberi tugas untuk
menyelesaikan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Tahap permainan dilaksanakan
dengan kelompok bermain mengerjakan soal-soal pada kartu soal pecahan dengan
sungguh-sungguh. Pada tahap rekognisi tim guru memberikan tanda bintang
kepada kelompok terbaik.
c. Siklus III
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan pada siklus
III lebih ditekankan pada kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan. Adapun
langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament) pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tahap presentasi kelas dilakukan jika ada pertanyaan dari siswa saat
berlangsungnya kerja tim/kelompok. Kelompok belajar pada siklus ini
mengerjakan soal-soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan. Saat permainan, kelompok bermain memainkan kartu soal
gabungan dari kartu soal siklus I dan siklus II yang sudah pernah dimainkan dan
dikerjakan siswa sebelumnya. Siklus III ini merupakan Kompetensi Dasar yang
terakhir. Oleh karena itu, diadakan turnamen yang diwakili oleh tiap kelompok
belajar. Yang mewakili adalah siswa yang mempunyai skor tertinggi dari hasil
permainan pada tiap kelompok belajar. Tahap terakhir yang dilakukan adalah
rekognisi tim yaitu dengan mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan
hadiah kepada kelompok terbaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3. Cara Mengatasi Kendala Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan terdapat
kendala-kendala. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Adapun
cara-cara mengatasinya dalam tiap siklus adalah sebagai berikut:
a) Siklus I
Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan siklus I adalah: 1) siswa kurang
memahami model pembelajaran yang dihadirkan guru dalam pembelajaran dan 2)
siswa kurang dapat bekerjasama saat pelaksanaan kerja kelompok.
Kendala-kendala tersebut setelah dianalisa ditemukan penyebabnya
yaitu: 1) siswa terbiasa menggunakan pembelajaran konvensional yang lebih
menekankan pada keaktifan guru. Dengan kata lain siswa belum terbiasa
menggunakan pembelajaran yang bervariasi. 2) Pada pembelajaran konvensional
yang dipakai adalah kerja secara individu, jadi siswa belum begitu terbiasa
bekerja secara kelompok. Pada saat pembentukan kelompok siswa juga
mengalami kebingungan.
Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan cara: 1) mengenalkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) secara
bertahap pada saat proses pembelajaran berlangsung dan 2) kelompok dibentuk
oleh guru berdasarkan urutan nomor absen.
b) Siklus II
Kendala pada siklus I telah dapat diatasi dengan baik. Pada pembelajaran
siklus II juga menemui kendala yaitu: siswa masih cenderung bekerja secara
individu saat mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Siswa yang kurang
pandai selalu bergantung pada pekerjaan siswa lain yang pandai. Siswa yang
kurang pandai tersebut malah sibuk bermain sendiri, mengobrol dengan teman
lain, atau hanya melamun.
Analisa terhadap kendala yang terjadi pada siklus II dilaksanakan dan
ditemukan penyebabnya yaitu: siswa kurang mengerti arti dari kerja kelompok
karena terbiasa belajar dan mengerjakan tugas secara individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Kendala tersebut dapat diatasi dengan guru menjelaskan arti dari kerja
kelompok yaitu memecahkan suatu masalah secara bersama secara gotong royong
semua anggota kelompok dan saling membantu jika mengalami kesulitan. Selain
itu guru juga memilih ketua kelompok yang bertugas membagi tugas masing-
masing anggota kelompok dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja
kelompok.
c) Siklus III
Perbaikan pembelajaran yang masih kurang pada siklus II dilaksanakan
pada siklus III ini. Pelaksanaan pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan
pada siklus III ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) dengan menekankan pada kerja sama kelompok
belajar dan diadakannya turnamen untuk membuktikan kelompok terbaik yang
mampu bekerjasama dan mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh.
Perbaikan pelaksanaan pembelajaran terutama dalam kerja sama
kelompok dilaksanakan dengan pemberian soal cerita tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan dengan jumlah yang banyak tapi waktu pengerjaan sedikit.
Dalam hal ini guru membimbing ketua kelompok untuk membagi semua soal
pada semua anggota kelompok.
Pelaksanaan pembelajaran siklus III telah dilaksanakan. Proses
pembelajaran terlaksana sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Selama proses
pembelajaran sudah tidak ditemukan lagi kendala yang cukup berarti. Penelitian
ini kemudian diakhiri karena indikator yang telah ditetapkan sudah tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III
Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011. Ini dapat dilihat dari:
1. Hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD
Negeri Tlompakan III dapat meningkat dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament), terlihat dari
adanya peningkatan rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 55,6, siklus I
63,67, siklus II 86,14, dan pada siklus III menjadi 86,72. Untuk siswa tuntas
belajar, pada tes awal (KKM= 60) sebanyak 39%, siklus I (KKM= 60)
sebanyak 50%, siklus II (KKM= 65) sebanyak 94% dan siklus III (KKM= 70)
menjadi 100%.
2. Cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang
tahun ajaran 2010/2011 adalah penerapan lima langkah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) yang meliputi:
a. Presentasi kelas
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan II, presentasi kelas dilakukan oleh
guru dengan menjelaskan materi tentang penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Pada siklus III, presentasi kelas dilakukan oleh siswa yang
mengerjakan soal cerita tentang pecahan di depan kelas kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
menjelaskan cara mengerjakan soal cerita pecahan tersebut kepada teman satu
kelas.
b. Kerja tim/kelompok
Setelah kegiatan presentasi kelas, pembelajaran dilanjutkan dengan kerja
tim/kelompok. Dalam kegiatan ini, guru memberikan tugas/soal yang harus
dikerjakan oleh tim/kelompok secara bersama-sama. Nilai kerja tim/kelompok
ditentukan oleh kerja sama semua anggota tim/kelompok belajar.
c. Permainan
Kegiatan permainan dilakukan dengan membentuk kelompok bermain yang
anggotanya berbeda dari kelompok belajar. Permainan dalam pembelajaran ini
merupakan permainan akademik yang berupa permainan kartu soal tentang
pecahan. Tiap kartu soal mempunyai skor yang berbeda tergantung pada
tingkat kesukaran soal. Total skor tiap siswa pada siklus I, II, dan III
menentukan siapa yang akan mewakili tim/kelompok belajar maju mengikuti
turnamen kelas.
d. Turnamen
Turnamen diadakan pada siklus III karena pada siklus ini merupakan akhir
dari Kompetensi Dasar tentang pokok bahasan pecahan. Turnamen ini
dilakukan oleh empat siswa yang masing-masing merupakan wakil dari
tim/kelompok belajar. Turnamen ini menentukan tim/kelompok belajar yang
terbaik.
e. Rekognisi tim/kelompok
Tahap terakhir dari pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament)
adalah memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik yang berhasil
memenangkan turnamen. Penghargaan yang diberikan berupa pujian dan
hadiah sebagai penambah motivasi dan semangat agar semua siswa terpacu
untuk menjadi yang terbaik.
3. Kendala-kendala yang terjadi dalam penelitian ini adalah:
a. Siswa mengalami kebingungan saat pembentukan kelompok.
Solusi yang digunakan yaitu pembentukan tim/kelompok belajar dilakukan
oleh guru berdasarkan urutan nomor absen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
b. Kurangnya kerja sama antaranggota kelompok.
Solusi yang digunakan yaitu pemilihan ketua tim/kelompok belajar oleh guru
yang bertanggung jawab pada kegiatan kerja kelompok.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dalam pelaksanaan pembelajaran pecahan. Model yang dipakai
dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 3
siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2011 dan Sabtu, 6 Maret
2011. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Maret 2011 dan Sabtu, 13 Maret
2011 dan siklus III dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Maret 2011 dan Sabtu, 20
Maret 2011. Adapun indikatornya adalah: (1) Menggunakan media untuk
menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan (proses), menyelesaikan soal
operasi penjumlahan pecahan (produk), dan bekerjasama dan berinteraksi dengan
teman kelompok saat mengerjakan soal operasi penjumlahan pecahan
(ketrampilan sosial). (2) Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi
pengurangan pecahan (proses), menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan
(produk), dan bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat
mengerjakan soal operasi pengurangan pecahan (ketrampilan sosial). (3)
Menggunakan media untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
pecahan (proses), menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
(produk), dan bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan (ketrampilan sosial).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan implikasi teoretis dan
implikasi praktis hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament). Penelitian ini juga dapat dipertimbangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
untuk menambah model pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi
pelajaran bagi siswa.
Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat menjadi
salah satu model pembelajaran Matematika bagi siswa karena model pembelajaran
tipe ini menggunakan permainan dan turnamen akademik yang dapat menarik
minat siswa untuk belajar. Di samping itu juga melatih siswa untuk belajar
memecahkan masalah secara besama-sama.
2. Implikasi Praktis
Penelitian telah membuktikan bahwa pembelajaran Matematika
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
bagi siswa.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektivan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat bagi siswa.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk
membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu
penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada hakikatnya
dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan
sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi
semaksimal mungkin.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada kelas IV SD Negeri
Tlompakan III tahun ajaran 2010/2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri Tlompakan III pada khususnya
sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Membantu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament) dalam rangka meningkatkan kemampuan belajar siswa.
2. Bagi Guru
a. Sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran, hendaknya guru membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran dan mempersiapkan media
pembelajaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika (materi pecahan)
diharapkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament) karena terdapat permainan dan turnamen akademik
yang sangat menarik.
c. Untuk meningkatkan keaktifan, kretivitas siswa, dan keefektivan
pembelajaran diharapkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament).
d. Adanya tindak lanjut terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament).
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab. 2007. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung:
Alfabeta.
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik Taktik
dan Model Pembelajaran. http://wordpress.com. Diakses tanggal 3
Januari 2011.
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Cholis Sa’dijah. 2003. Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Rineka Cipta.
Basrowi & Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Galia
Indonesia.
David W. Johnson, dkk. 2000. Methods. http:/www.cooperation.org/pages/cl-
methods.html Diakses tanggal 3 Januari 2011
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
__________________________________ . 2003. Kamus Besar Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.
Jakarta: Depdiknas.
Fengfeng Ke dan Barbara Graboswki. 2007. British Journal of Educational
Technology Vol 38 No 2 2007. 249-259. Gameplaying for Maths
Learning: Cooperatif or Not? USA.
Gail. A. Williams. 1983. My Changing Perpection Of Mathematics. The
Mathematics Teacher.
Hamdani. 2003. Soal Cerita Matematika. www. Pontianakpost. com. Diakses
tanggal 14 Januari 2010.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Isjoni dan Mohd. Arif Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Karso. 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan
Mutu Guru Kelas SD Setara DII.
Marsudi Raharjo. 2009. Pembelajaran Soal Cerita di SD. Sleman: PPPPTK.
Muchtar A. Karim. 1998. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nyimas Aisyah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Dirjen Dikti Depdiknas.
Purwoto. 2003. Pendidikan Matematika Materi Penataran Tertulis Sistem Belajar
Mandiri. Bandung: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Robbins. 1996. Proposal Penelitian Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja
Kepala Sekolah terhadap Kualitas Penerapan Manusia Sekolah.
http://www.scibd.com. Diakses tanggal 14 Januari 2011.
Roiatul Amri. 2010. Peningkatan Kemampuan Memahami Peristiwa Proklamasi
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Siswa
Kelas V SDN Grajegan 01 Tawangsari, Sukoharjo Tahun Ajaran
2009/2010. Skripsi idak diterbitkan. Surakarta: UNS.
Sandjaja. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Sisdiknas. 2003. UU RI No. 23 Tahun 2003. CV Aneka Ilmu.
Siti Kamsiyati. 2006. Widya Sari Jurnal Ilmiah Pendidikan, Sejarah dan Sosial
Budaya. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Pecahan.
Salatiga: Widya Sari.
Slavin, E. Robert. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik.
Bandung: Nusa Med Aneka Ilmu. 2003.
St. Y. Slamet & Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Surakarta: UNS Press.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sumarni. 2009. Usaha Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan
Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT)
Pada Siswa Kelas IV SDN Pilangsari I Kecamatan Ngrampal
Kabupaten Sragen. Skripsi idak diterbitkan. Surakarta: UNS.
Taylor, Francis Group. 2008. www.tandf.co.uk/../0020739x.asp (Jurnal Penelitian
Internasional) Diakses tanggal 6 Januari 2011.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publiser.
Yulius Slamet. 2006. Metode Penelitian Sosial. UNS Press.
http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-
kooperatif/ Diakses tanggal 3 Januari 2011.
http:/blog.bukukita.com/users/putrid/?1102 Diakses tanggal 3 Januari 2011
http://franciscusti.Blogspot.com2008/06/pembelajaran-merupakan-proses.html
Diakses tanggal 6 Januari 2011
http://pembelajaran matematika.htm Diakses tanggal 6 Januari 2011
www.wikipedia.org.wiki/pecahan.com Diakses tanggal 3 Januari 2011
http:/www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/papers/CLChapter.pdf
Diakses tanggal 3 Januari 2011
http:/zaifbio.wordpress.com/2009/07/01/model-model-pembelajaran/Diakses
tanggal 6 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Lampiran 1
DOKUMENTASI PENELITIAN
Siswa sedang memperhatikan penjelasan guru.
(Tahap Presentasi Kelas)
Siswa mengerjakan tugas kelompok.
(Tahap Kerja Tim/Kelompok)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Siswa saling membantu dan bekerja sama saat kerja kelompok.
(Tahap Kerja Tim/Kelompok)
Siswa mengerjakan tugas kelompok mewakili kelompok belajarnya.
(Tahap Kerja Tim/Kelompok)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Siswa memulai permainan kartu soal bersama kelompok bermainnya.
(Tahap Permainan)
Siswa bermain kartu soal dengan gembira.
(Tahap Permainan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Perwakilan dari kelompok belajar mengikuti turnamen.
(Tahap Turnamen)
Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa secara individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Kelompok terbaik yang memenangkan turnamen.
(Tahap Rekognisi Tim/Kelompok)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Lampiran 2
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)
DARI PENELITI
Nama Sekolah : SD Negeri Tlompakan III
Kelas / Semester : IV / II
Tahun Ajaran : 2010/2011
Mata Pelajaran : Matematika
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
No. Kompetensi Dasar KKM
1. 6. 2. Menjumlahkan pecahan. 60
2. 6. 3. Mengurangkan pecahan. 65
3. 6. 4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
pecahan.
70
Jumlah 195
Rata-rata 65
Kab. Semarang, 27 Februari 2011
Mengetahui
Kepala Sekolah
SD Negeri Tlompakan III
Tanjiatun Anastasia, S. Pd
NIP. 19571213 197802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Lampiran 3
INDIKATOR PECAHAN
No. INDIKATOR
1 a. Menjumlahkan berpenyebut sama.
b. Menjumlahkan berpenyebut tidak sama.
2 a. Mengurangkan berpenyebut sama.
b. Mengurangkan berpenyebut sama.
3 a. Menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan penjumlahan
pecahan.
b. Menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan pengurangan
pecahan.
Kab. Semarang, 27 Februari 2011
Mengetahui
Kepala Sekolah
SD Negeri Tlompakan III
Tanjiatun Anastasia, S. Pd
NIP. 19571213 197802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SD Negeri Tlompakan III
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4 x 35 menit)
A. Standar Kompetensi (SK) : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar (KD) : 6. 2 Menjumlahkan pecahan
C. Indikator :
Proses :
6.2.1 Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi penjumlahan
pecahan.
Produk :
6.2.2 Menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan.
Keterampilan Sosial :
6.2.3 Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan
soal operasi penjumlahan pecahan.
D. Materi Pokok : Pecahan
E. Tujuan Pembelajaran :
Proses :
Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan
diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menggunakan media untuk
menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan.
Produk :
Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan
diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menyelesaikan soal operasi
penjumlahan pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Keterampilan Sosial :
Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dan
berinteraksi dengan baik dalam kelompok.
F. Pendekatan Pembelajaran : Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
G. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah bervariasi
2. Tanya Jawab
3. Diskusi Kelompok
4. Penugasan
H. Kegiatan Pembelajaran :
PERTEMUAN I
1. Kegiatan Awal (10 Menit)
a. Salam / Doa.
b. Presensi dan mengkondisikan kelas.
c. Apersepsi
Siswa diberi gambaran tentang pembelajaran hari ini.
d. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti (50 Menit)
a. Eksplorasi
1) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang pecahan.
2) Siswa melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan
dengan pecahan.
3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok yang dipilih oleh guru.
b. Elaborasi
1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang penjumlahan pecahan
berpenyebut sama dan tidak sama.
2) Siswa menggunakan media yang disediakan guru (kertas lipat) untuk
memudahkan dalam melakukan penjumlahan pecahan.
3) Siswa melakukan diskusi kelompok.
4) Perwakilan dari salah satu kelompok memperagakan cara penyelesaian
penjumlahan dengan kertas lipat di depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
c. Konfirmasi
1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami
kesulitan.
2) Tiap kelompok menerima Lembar Kerja Kelompok untuk dikerjakan
secara kelompok.
3) Guru membimbing jalannya diskusi kelompok.
4) Siswa bersama guru mencocokkan hasil kerja kelompok.
3. Kegiatan Akhir (10 Menit)
a. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR).
b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
c. Guru menutup pelajaran dengan nasehat.
PERTEMUAN II
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Salam / Doa.
b. Presensi dan mengkondisikan kelas.
c. Apersepsi
Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
d. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Siswa melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya.
2) Siswa diingatkan kembali tentang penjumlahan pecahan.
3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok dengan anggota yang berbeda
dari kelompok sebelumnya.
b. Elaborasi
1) Tiap kelompok bermain kartu soal sesuai aturan yang dijelaskan oleh
guru.
2) Siswa dibimbing oleh guru saat melakukan permainan.
3) Penghitungan skor masing-masing siswa jika permainan sudah selesai.
4) Empat orang siswa yang mendapat skor tertinggi berhak mengikuti
turnamen untuk berkompetisi mewakili kelompoknya pada akhir unit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
c. Konfirmasi
1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami
kesulitan.
2) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu.
3) Siswa bersama guru mencocokkan hasil pekerjaan.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
a. Siswa mencatat pekerjaan rumah (PR).
b. Guru menutup pembelajaran.
I. Media / Alat :
1. Kertas Lipat
2. LKS (Lembar Kerja Siswa)
3. Kartu Soal
4. LKK (Lembar Kerja Kelompok)
J. Sumber :
1. Silabus KTSP Tahun 2008 untuk Kelas IV.
2. Buchori, dkk. 2007. Gemar Belajar Matematika 4. Semarang: Aneka Ilmu.
3. Teguh, dkk. 2008. Hitunganku Matematika 4. Jakarta: Bumi Aksara.
K. Penilaian :
1. Prosedur : Tes proses dan tes akhir
2. Jenis : Tertulis
3. Bentuk : Uraian
4. Alat Tes : Lembar soal, Kunci Jawaban, Kriteria Penilaian, dan
Lembar Pengamatan Siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Kab. Semarang, 1 Maret 2011
Guru Kelas IV Peneliti
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
Mengetahui
Kepala Sekolah
SD Negeri Tlompakan III
Tanjiatun Anastasia, S. Pd
NIP. 19571213 197802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
MATERI
1. Penjumlahan Dua Pecahan Berpenyebut Sama
Untuk menunjukkan kebenaran hasil penjumlahan, kita dapat
menggunakan potongan kertas yang diarsir.
Cermati gambar berikut ini.
Persegi 1 Persegi 2 Persegi 3
4
2 +
4
1 =
4
3
Daerah yang diarsir pada persegi 1 adalah 4
2, sedangkan pada persegi
2 adalah 4
1. Jika daerah yang diarsir tersebut digabungkan, maka
menghasilkan daerah arsiran sebesar 4
3, seperti tampak pada persegi 3.
Jadi, 4
2 +
4
1 =
4
12
= 4
3
2. Penjumlahan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak Sama
Mirna mendapat kue 2
1 bagian dan Wayan mendapat kue
4
1 bagian.
Dapatkah kalian menjumlahkan bagian kue yang diberikan pada Mirna dan
Wayan? Untuk mengetahuinya perhatikan gambar berikut.
Cara menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama, yaitu
pecahan pertama + pecahan kedua
= pembilang pecahan pertama + pembilang pecahan kedua
penyebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Kue Kue Kue
Mirna Wayan Mirna dan Wayan
2
1 +
4
1 =
4
3
Jumlah bagian kue yang diberikan kepada Mirna dan Wayan adalah 4
3
bagian.
Bagaiman cara menjumlahkan kedua pecahan itu? Untuk menjumlahkan
keduanya, penyebutnya harus disamakan. Penyebut yang baru adalah KPK dari
penyebut pecahan semula. Setelah sama, baru dijumlahkan seperti ketika
menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama.
Untuk menyamakan penyebutnya, carilah KPK dari 2 dan 4. KPK dari 2
dan 4 adalah 4.
2
1 =
22
21
x
x =
4
2 sehingga
2
1 +
4
1 =
4
2 +
4
1 =
4
3
Contoh:
a. 3
1 +
6
1 =
6
2 +
6
1 =
6
3 (KPK dari 3 dan 6 adalah 6)
b. 10
2 +
2
1 =
10
2 +
10
5 =
10
52 =
10
7 (KPK dari 10 dan 2 adalah 10)
Untuk menjumlahkan dua bilangan pecahan yang penyebutnya
tidak sama, samakan penyebutnya, kemudian jumlahkan
pembilangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SD Negeri Tlompakan III
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4 x 35 menit)
A. Standar Kompetensi (SK) : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar (KD) : 6. 3 Mengurangkan pecahan
C. Indikator :
Proses :
6.3.1 Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi pengurangan
pecahan.
Produk :
6.3.2 Menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan.
Keterampilan Sosial :
6.3.3 Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan
soal operasi pengurangan pecahan.
D. Materi Pokok : Pecahan
E. Tujuan Pembelajaran :
Proses :
Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan
diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menggunakan media untuk
menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan.
Produk :
Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan
diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menyelesaikan soal operasi
pengurangan pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Keterampilan Sosial :
Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dan
berinteraksi dengan baik dalam kelompok.
F. Pendekatan Pembelajaran : Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
G. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah bervariasi
2. Tanya Jawab
4) 3. Diskusi Kelompok
5) 4. Penugasan
2. H. Kegiatan Pembelajaran :
PERTEMUAN I
1. Kegiatan Awal (10 Menit)
a. Salam / Doa.
b. Presensi dan mengkondisikan kelas.
c. Apersepsi
Siswa diberi gambaran tentang pembelajaran hari ini.
d. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti (50 Menit)
a. Eksplorasi
1) Siswa diingatkan kembali tentang penjumlahan pecahan.
2) Siswa melakukan tanya jawab tentang pengurangan pecahan.
3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok.
b. Elaborasi
1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengurangan pecahan
berpenyebut sama dan tidak sama.
2) Siswa menggunakan media yang disediakan guru (kertas lipat) untuk
memudahkan dalam melakukan pengurangan pecahan.
3) Siswa diberi suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
4) Siswa melakukan diskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
5) Perwakilan dari salah satu kelompok memperagakan cara penyelesaian
pengurangan dengan kertas lipat di depan kelas.
c. Konfirmasi
1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami
kesulitan.
2) Tiap kelompok menerima Lembar Kerja Kelompok untuk dikerjakan
secara kelompok.
3) Guru membimbing jalannya diskusi kelompok.
4) Siswa bersama guru mencocokkan hasil kerja kelompok.
3. Kegiatan Akhir (10 Menit)
a. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR).
b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
c. Guru menutup pelajaran dengan nasehat.
PERTEMUAN II
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Salam / Doa.
b. Presensi dan mengkondisikan kelas.
c. Apersepsi
Siswa bersama guru menyanyikan lagu “Di Sini Senang Di Sana Senang”.
d. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Siswa melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya.
2) Siswa diingatkan kembali tentang pengurangan pecahan.
b. Elaborasi
1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok.
2) Tiap kelompok bermain kartu soal sesuai aturan yang dijelaskan oleh
guru.
3) Dalam bermain siswa dibimbing oleh guru.
4) Penghitungan skor masing-masing siswa jika permainan sudah selesai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
5) Empat orang siswa yang mendapat skor tertinggi berhak mengikuti
turnamen untuk berkompetisi mewakili kelompoknya pada akhir unit.
c. Konfirmasi
1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami
kesulitan.
2) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu.
3) Siswa bersama guru mencocokkan hasil pekerjaan.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
1) Siswa mencatat pekerjaan rumah (PR).
2) Guru menutup pembelajaran.
4. I. Media / Alat :
1. Kertas Lipat
2. LKS (Lembar Kerja Siswa)
3. Kartu Soal
4. LKK (Lembar Kerja Kelompok)
5. J. Sumber :
1. Silabus KTSP Tahun 2008 untuk Kelas IV.
2. Buchori, dkk. 2007. Gemar Belajar Matematika 4. Semarang: Aneka Ilmu.
3. Teguh, dkk. 2008. Hitunganku Matematika 4. Jakarta: Bumi Aksara.
6. K. Penilaian :
1. Prosedur : Tes proses dan tes akhir
2. Jenis : Tertulis
3. Bentuk : Uraian
4. Alat Tes : Lembar soal, Kunci Jawaban, Kriteria Penilaian, dan
Lembar Pengamatan Siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Kab. Semarang, 8 Maret 2011
Guru Kelas IV Peneliti
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
Mengetahui
Kepala Sekolah
SD Negeri Tlompakan III
Tanjiatun Anastasia, S. Pd
NIP. 19571213 197802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
MATERI
1. Pengurangan Dua Pecahan Berpenyebut Sama
Cermati gambar berikut.
Persegi I Persegi II Persegi III
4
3 -
4
2 =
4
1
Gambar tersebut menunjukkan lingkaran dengan daerah arsiran 4
3 diambil
4
2,
sisanya adalah 4
1.
Jadi, 4
3 -
4
2 =
4
1
2. Pengurangan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak Sama
Bu Mia mempunyai pita yang panjangnya 8
7 m. Diberikan kepada Devi
4
1 m.
Berapa meter pita Bu Mia sekarang? Untuk menentukan panjang pita Bu Mia
setelah dipotong, kita harus mengurangkan panjang pita mula-mula dengan
panjang pita yang diberikan kepada Devi, yaitu 8
7 -
4
1.
Untuk mengurangkan kedua pecahan berpenyebut tidak sama, kita harus
menyamakan penyebut kedua pecahan tersebut. Setelah penyebutnya sama,
Cara mengurangkan dua pecahan berpenyebut sama, yaitu
pecahan pertama – pecahan kedua
= pembilang pecahan pertama – pembilang pecahan kedua
penyebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
kita tinggal mengurangkan kedua pembilang dari pecahan-pecahan tersebut,
sedangkan penyebutnya tetap.
Agar lebih jelas, perhatikan uraian berikut.
8
7 -
4
1 =
18
17
x
x -
24
21
x
x =
8
7 -
8
2 =
8
27 =
8
5 (KPK dari 8 dan 4 adalah 8)
Jadi, panjang pita Bu Mia sekarang adalah 8
5 m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS III
Satuan Pendidikan : SD Negeri Tlompakan III
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4 x 35 menit)
A. Standar Kompetensi (SK) : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar (KD) : 6. 2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
pecahan
C. Indikator :
Proses :
6.2.1 Menggunakan media untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pecahan
Produk :
6.2.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Keterampilan Sosial :
6.2.3 Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
D. Materi Pokok : Pecahan
E. Tujuan Pembelajaran :
Proses :
Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan
diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menggunakan media untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
Produk :
Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan
diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan pecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Keterampilan Sosial :
Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dan
berinteraksi dengan baik dalam kelompok.
F. Pendekatan Pembelajaran : Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
G. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah bervariasi
2. Tanya Jawab
3. Diskusi Kelompok
4. Penugasan
L. Kegiatan Pembelajaran :
PERTEMUAN I
1. Kegiatan Awal (10 Menit)
a. Presensi dan mengkondisikan kelas.
b. Apersepsi
Siswa diberi gambaran tentang pembelajaran hari ini.
c. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti (40 Menit)
a. Eksplorasi
1) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan.
2) Siswa melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan
dengan pecahan.
3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok.
b. Elaborasi
1) Siswa memperhatikan permasalahan yang diberikan guru yang
berkaitan dengan pecahan.
2) Siswa berdiskusi tentang permasalahan yang telah disampaikan guru.
3) Perwakilan dari salah satu kelompok menuliskan jawabannya di papan
tulis.
4) Siswa bermain kartu soal bersama kelompoknya.
5) Menghitung skor tiap anak dari hasil permainan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
c. Konfirmasi
1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
2) Tiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja Kelompok.
3) Guru membimbing jalannya diskusi kelompok.
4) Siswa bersama guru mencocokkan hasil kerja kelompok.
3. Kegiatan Akhir (20 Menit)
a. Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
c. Guru menutup pelajaran dengan nasehat.
PERTEMUAN II
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Presensi dan mengkondisikan kelas.
b. Apersepsi
Siswa diberi gambaran tentang pembelajaran hari ini.
c. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Siswa melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya.
2) Siswa diingatkan kembali tentang pencapaian skor tiap anak.
3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang aturan main turnamen.
b. Elaborasi
1) Tiap kelompok menempatkan diri pada posisi yang sudah disiapkan.
2) Siswa dibimbing oleh guru saat melakukan turnamen.
3) Turnamen dimulai dan dipimpin oleh guru.
4) Penghitungan skor tiap kelompok.
c. Konfirmasi
1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami
kebingungan.
2) Siswa bersama guru membahas soal yang sulit.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
a. Pengumuman kelompok terbaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
b. Pemberian penghargaan pada kelompok terbaik.
c. Siswa mencatat pekerjaan rumah (PR).
d. Guru menutup pembelajaran.
J. Media / Alat :
1. LKS (Lembar Kerja Siswa)
2. Kartu Soal
3. LKK (Lembar Kerja Kelompok)
K. Sumber :
1. Silabus KTSP Tahun 2008 untuk Kelas IV.
2. Buchori, dkk. 2007. Gemar Belajar Matematika 4. Semarang: Aneka Ilmu.
3. Teguh, dkk. 2008. Hitunganku Matematika 4. Jakarta: Bumi Aksara.
L. Penilaian :
1. Prosedur : Tes proses dan tes akhir
2. Jenis : Tertulis
3. Bentuk : Uraian
4. Alat Tes : Lembar soal, Kunci Jawaban, Kriteria Penilaian, dan
Lembar Pengamatan Siswa.
Kab. Semarang, 17 Maret 2011
Guru Kelas IV Peneliti
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
Mengetahui
Kepala Sekolah
SD Negeri Tlompakan III
Tanjiatun Anastasia, S. Pd
NIP. 19571213 197802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Lampiran 7
LEMBAR KERJA KELOMPOK (LKK)
SIKLUS I
Kelompok : ...
Anggota : …
A. Tentukan hasil penjumlahan pecahan di bawah ini!
1. 12
5 +
12
6 = ... 6.
3
1 +
6
1 = ...
2. 9
4 +
9
2 = ... 7.
4
3 +
8
3 = ...
3. 6
1 +
6
4 = ... 8.
9
2 +
3
2 = ...
4. 8
3 +
8
3 = ... 9.
9
3 +
18
2 = ...
5. 18
5 +
18
4 = ... 10.
6
4 +
12
5 = ...
B. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan uraian singkat!
1. Ibu akan membuat kue. Bahan yang diperlukan, yaitu gula 8
3 kg, tepung
8
4 kg,
dan mentega 8
1 kg. Berapa kilogram berat ketiga bahan tersebut?
2. Pita Ana panjangnya 4
1 meter. Pita Dela panjangnya
5
2 meter. Berapa panjang
pita mereka semua?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Kunci Jawaban
A. 1. 12
11 6.
6
3
2. 9
6 7.
8
9
3. 6
5 8.
9
8
4. 8
6 9.
18
8
5. 18
9 10.
12
13
B. 1. Diketahui : Gula 8
3 kg
Tepung 8
4 kg
Mentega 8
1 kg
Ditanyakan : Berat ketiga bahan tersebut?
Jawab : 8
3 +
8
4 +
8
1 =
8
143 =
8
8 = 1
Jadi, berat ketiga bahan tersebut adalah 1 kg.
2. Diketahui : Pita Ana 4
1 meter
Pita Dela 5
2 meter
Ditanyakan : Panjang pita semuanya?
Jawab : 4
1 +
5
2 =
54
51
x
x +
45
42
x
x
= 20
5 +
20
8
= 20
13
Jadi, panjang pita semuanya 20
13 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Kriteria Penilaian
1. Bagian A, satu nomor dijawab benar diberi skor 1.
2. Bagian A, dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.
3. Total skor bagian A jika benar semua = 10.
4. Bagian B: a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.
b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.
c. Jawaban benar diberi skor 3.
5. Total skor bagian B tiap nomornya jika benar semua = 5.
6. Total skor bagian B jika benar semua = 10.
7. Nilai Akhir (NA) = Total skor A + Total skor B
2
= 2
1010x 10
= 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Lampiran 8
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SIKLUS I
Nama : ...
Kelas : ...
No. Absen : ...
A. Tentukan hasil penjumlahan pecahan di bawah ini!
1. 13
4 +
13
7 = ... 6.
3
1 +
4
3 = ...
2. 9
4 +
9
5 = ... 7.
3
2 +
8
3 = ...
3. 7
5 +
7
2 = ... 8.
9
2 +
3
1 = ...
4. 8
1 +
8
3 = ... 9.
9
5 +
18
2 = ...
5. 18
5 +
18
9 = ... 10.
6
2 +
12
5 = ...
B. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan uraian singkat!
1. Nenek membeli gula 4
1 kg dan tepung
4
2 kg. Berapa kg berat belanjaan
Nenek?
2. Ayah mempunyai sawah 4
3 hektar. Kemudian membeli lagi
4
3 hektar. Berapa
hektar sawah Ayah semua?
3. Lebar jalan di kampung adalah 10
3 dam. Lalu lebarnya ditambah
5
1 dam.
Berapa dam lebar jalan kampung sekarang?
4. Untuk keperluan pesta, paman membeli daging sapi 2 kuintal. Karena masih
kurang, kemudian membeli lagi 8
3 kuintal. Berapa kuintal daging yang
diperlukan untuk pesta tersebut?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Kunci Jawaban
A. 1. 13
11 6.
12
13
2. 9
9 atau 1 7.
24
25
3. 7
7 atau 1 8.
9
5
4. 8
4 9.
18
12
5. 18
14 10.
12
9
B. 1. Diketahui : Gula 4
1 kg
Tepung 4
2 kg
Ditanyakan : Berat semua belanjaan Nenek?
Jawab : 4
1 +
4
2 =
4
21 =
4
3
Jadi, berat semua belanjaan Nenek adalah 4
3 kg.
2. Diketahui : Sawah 4
3 hektar
Membeli lagi 4
3 hektar
Ditanyakan: Sawah Ayah semua?
Jawab : 4
3 +
4
3 =
4
33 =
4
6
Jadi, sawah Ayah semua ada 4
6 hektar.
3. Diketahui : Lebar jalan 10
3 dam
Ditambah 5
1 dam
Ditanyakan: Lebar jalan kampung sekarang?
Jawab : 10
3 +
5
1 =
10
3 +
25
21
x
x
= 10
3 +
10
2
= 10
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Jadi, lebar jalan kampung sekarang adalah 10
5 dam.
4. Diketahui : Daging sapi awal 2 kuintal
Membeli lagi 8
3 kuintal
Ditanyakan: Banyak daging yang diperlukan untuk pesta tersebut?
Jawab : 2 + 8
3 =
1
2 +
8
3
= 81
82
x
x +
8
3
= 8
16 +
8
3
= 8
19
Jadi, banyak daging yang diperlukan untuk pesta adalah 8
19 kuintal.
Kriteria Penilaian
1. Bagian A, satu nomor dijawab benar diberi skor 1.
2. Bagian A, dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.
3. Total skor bagian A jika benar semua = 10.
4. Bagian B: a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.
b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.
c. Jawaban benar diberi skor 3.
5. Total skor bagian B tiap nomornya jika benar semua = 5.
6. Total skor bagian B jika benar semua = 20.
7. Nilai Akhir (NA) = Total skor A + Total skor B
3
= 3
2010x10
= 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Lampiran 9
LEMBAR KERJA KELOMPOK
SIKLUS II
Kelompok : ...
Anggota : …
A. Tentukan hasil pengurangan berikut!
1. 5
3 -
5
1 = ... 6.
3
1 -
6
1 = ...
2. 15
8 -
15
5 = ... 7.
3
2 -
9
1 = ...
3. 25
13 -
25
11= ... 8.
2
1 -
13
6 = ...
4. 13
9 -
13
5 = ... 9. 3 -
4
1 = ...
5. 12
6 -
12
5 = ... 10. 5 -
10
1 = ...
B. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan uraian singkat!
1. Adik membeli kue 2 bagian. kemudian diberikan pada temannya 3
1 bagian.
Berapa sisa kue adik sekarang?
2. Ibu membeli minyak 3 liter. Di jalan tumpah 4
1 liter. Sampai di rumah, ibu
mengisikan minyak ke kompor sebanyak 3
1 liter. Berapa sisa minyak Ibu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Kunci Jawaban
A. 1. 5
2 6.
6
1
2. 15
3 7.
9
5
3. 25
2 8.
13
1
4. 13
4 9.
4
11
5. 12
1 10.
10
49
B. 1. Diketahui : Kue adik 2 bagian
Diberikan pada temannya 3
1 bagian
Ditanyakan : Sisa kue adik sekarang?
Jawab : 2 - 3
1 =
1
2 -
3
1
= 31
32
x
x -
3
1
= 3
5
Jadi, sisa kue adik adalah 3
5 bagian.
2. Diketahui : Minyak Ibu 3 liter
Tumpah 4
1 liter
Diisikan ke kompor sebanyak 3
1 liter
Ditanyakan : Sisa minyak Ibu?
Jawab : 3 - 4
1 -
3
1 =
1
3 -
4
1 -
3
1
= 121
123
x
x -
34
31
x
x -
43
41
x
x
= 12
36 -
12
3 -
12
4
= 12
29
Jadi, sisa minyak Ibu 12
29 liter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Kriteria Penilaian
1. Bagian A, satu nomor dijawab benar diberi skor 1.
2. Bagian A, dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.
3. Total skor bagian A jika benar semua = 10.
4. Bagian B: a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.
b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.
c. Jawaban benar diberi skor 3.
5. Total skor bagian B tiap nomornya jika benar semua = 5.
6. Total skor bagian B jika benar semua = 10.
7. Nilai Akhir (NA) = Total skor A + Total skor B
2
= 2
1010x10
= 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Lampiran 10
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SIKLUS II
Nama : ...
Kelas/ No. : ...
A. Tentukan hasil pengurangan pecahan di bawah ini!
1. 14
9 -
14
5 = 6.
8
3 -
4
1 =
2. 9
5 -
9
4 = 7.
15
5 -
5
1 =
3. 29
17 -
29
15 = 8.
8
1 -
24
1 =
4. 15
14 -
15
9 = 9.
20
1 -
30
1=
5. 23
8 -
23
5 = 10. 2 -
3
1 =
B. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan uraian singkat !
1. Bibi membeli minyak goreng 1 liter. Telah digunakan untuk menggoreng ikan
8
3 liter. Berapa liter sisanya?
2. Ibu membeli minyak tanah 8
6 liter. Telah digunakan untuk mengisi kompor
8
5
liter. Berapa liter minyak tanah yang belum digunakan?
3. Pak Herman mempunyai sawah 1 hektar. Disewakan 16
4 hektar. Sisanya
digarap sendiri. Berape hektar sawah yang digarap sendiri?
4. Pak Karta membeli pupuk sebanyak 8
7 kuintal. Telah digunakan untuk
memupuk tanaman di sawah 8
5 kuintal. Berapa kuintal pupuk yang belum
dipergunakan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Kunci Jawaban
A. 1. 14
4 6.
8
1
2. 9
1 7.
15
2
3. 29
2 8.
24
2
4. 15
5 9.
60
1
5. 23
3 10.
3
5
B.
1. Diketahui : Minyak goreng 1 liter
Untuk menggoreng ikan 8
3 liter
Ditanyakan : Sisa minyak?
Jawab : 1 - 8
3 =
8
8 -
8
3 =
8
5
Jadi, sisa minyak Bibi sebanyak 8
5 liter.
2. Diketahui : Minyak tanah 8
6 liter
Untuk mengisi kompor 8
5 liter
Ditanyakan : Minyak tanah yang belum digunakan?
Jawab : 8
6 -
8
5 =
8
1
Jadi, minyak tanah yang belum digunakan sebanyak 8
1 liter.
3. Diketahui : Sawah 1 hektar
Disewakan 16
4 hektar
Ditanyakan : Sawah yang digarap sendiri?
Jawab : 1 - 16
4 =
16
16 -
16
4 =
16
12
Jadi, sawah yang digarap sendiri adalah 16
12 hektar.
4. Diketahui : Membeli pupuk sebanyak 8
7 kuintal
Untuk memupuk tanaman di sawah 8
5 kuintal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Ditanyakan : Pupuk yang belum dipergunakan?
Jawab : 8
7 -
8
5 =
8
2
Jadi, pupuk yang belum digunakan adalah 8
2 kuintal.
Kriteria Penilaian
1. Bagian A, satu nomor dijawab benar diberi skor 1.
2. Bagian A, dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.
3. Total skor bagian A jika benar semua = 10.
4. Bagian B: a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.
b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.
c. Jawaban benar diberi skor 3.
5. Total skor bagian B tiap nomornya jika benar semua = 5.
6. Total skor bagian B jika benar semua = 20.
7. Nilai Akhir (NA) = Total skor A + Total skor B
3
= 3
2010x10
= 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Lampiran 11
LEMBAR KERJA KELOMPOK (LKK)
SIKLUS III
Kelompok : ...
Anggota : …
Kerjakan soal berikut dengan menggunakan cara yang benar !
1. Ani mempunyai roti 2
1 bagian, kemudian Ani memberikan
3
1 bagiannya
kepada Andi. Berapa sisa roti Ani?
2. Pekerjaan yang harus diselesaikan Vivi dalam sebuah kelompok 3
5 bagian.
Apabila ia telah menyelesaikan 3
2 bagian, berapa bagian pekerjaan Vivi yang
tersisa?
3. Budi mempunyai 3
2 bagian kue. Kue tersebut diberikan kepada Ida
5
2 bagian.
Berapa sisa kue Budi?
4. Ibu menabungkan 3
2 uang belanjanya. Sebulan kemudian Ibu mengambil
6
2
uang tabungannya. Berapa sisa uang tabungan Ibu sekarang?
5. Bak mandi berisi 6
5 bagian. Kemudian digunakan untuk mandi
6
1 bagian dan
untuk mencuci 6
2 bagian. Berapa sisa air dalam bak mandi tersebut?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Kunci Jawaban
1. Diket : Roti Ani 2
1 bagian, memberikan
3
1 bagiannya kepada Andi
Ditanya : Sisa roti Ani?
Jawab : 2
1 -
3
1 =
6
23 =
6
1
Jadi, sisa roti Ani 6
1 bagian.
2. Diket : Pekerjaan Vivi 3
5 bagian, ia telah menyelesaikan
3
2 bagian
Ditanya : Bagian pekerjaan Vivi yang tersisa?
Jawab : 3
5 -
3
2 =
3
3 = 1
Jadi, bagian pekerjaan Vivi yang tersisa adalah 1 bagian.
3. Diket : Kue Budi 3
2 bagian, diberikan pada Ida
5
2 bagian
Ditanya : Sisa kue Budi?
Jawab : 3
2 -
5
2 =
15
610 =
15
4
Jadi, sisa kue Budi 15
4 bagian.
4. Diket : Ibu menabungkan 3
2 uang belanjanya, lalu diambil
6
2 uang
tabungannya
Ditanya : Sisa uang tabungan Ibu sekarang?
Jawab : 3
2 -
6
2 =
6
24 =
6
2
Jadi, sisa uang tabungan Ibu sekarang 6
2 bagian.
5. Diket : Bak mandi berisi 6
5 bagian, untuk mandi
6
1 bagian, untuk
mencuci 6
2 bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Ditanya : Sisa air dalam bak mandi tersebut?
Jawab : 6
5 -
6
1 -
6
2 =
6
2
Jadi, sisa air dalam bak mandi 6
2 bagian.
Kriteria Penilaian
1. Tiap nomor : a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.
b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.
c. Jawaban benar diberi skor 3.
2. Total skor jika benar semua = 25.
3. Nilai Akhir = 25 x 4
= 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Lampiran 12
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SIKLUS III
Nama : ...
No. Absen : ...
1. Ibu mengambil 4
3 kain untuk membuat sapu tangan, kemudian adik
mengambil kain 3
2 untuk membuat taplak meja. Berapa buah kain yang
diambil Ibu dan adik?
2. Intan mempunyai pita 2
1 meter berwarna merah, tiga hari kemudian Intan
membeli pita berwarna biru 4
1 meter. Berapakah panjang pita yang dimiliki
Intan?
3. Andi disuruh Ibu untuk belanja membeli gula 6
4 kg dan beras
4
1 kg.
Berapakah jumlah belanjaan Andi?
4. Siska membeli kain batik 15
4 meter. Karena kurang, keesokan harinya Siska
membeli 5
2 meter. Berapa kain batik yang dibeli Siska?
5. Ibu membeli kue 12
3 bagian untuk acara arisan. Ternyata kue yang dibeli ibu
kurang, lalu membeli lagi 4
2 bagian. Berapa kue yang dibeli Ibu?
6. Andi membeli kue sebanyak 4
3 bagian. Kemudian
6
2 bagian diberikan kepada
adiknya. Berapa sisa kue Andi?
7. Jeni mempunyai pita 2
1 meter berwarna hijau, kemudian
7
2 meter ia gunakan
untuk membuat hiasan dinding. Berapa sisa pita yang dimiliki Jeni?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
8. Santi disuruh Ibu membeli gula 6
4 kg dan beras
4
1 kg. Lalu
7
2 bagian gula
terjatuh. Berapa sisa gula yang Santi bawa sekarang?
9. Siska membeli kain batik 8
6 meter kemudian ia gunakan untuk membuat baju
sebanyak 5
2 meter. Berapa sisa kain batik yang dimiliki Siska?
10. Ibu membeli kue 4
3 untuk acara arisan. Setelah arisan selesai kue Ibu ternyata
masih tersisa 9
3. Berapa kue Ibu yang habis dimakan tamu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Kunci Jawaban
1. Diket: Ibu mengambil 4
3 kain untuk membuat sapu tangan. Adik mengambil
kain 3
2 untuk membuat taplak meja.
Ditanya: Kain yang diambil Ibu dan adik
Jawab : 4
3 +
3
2=
12
89 =
12
17
Jadi, kain yang diambil Ibu dan adik adalah 12
17
2. Diket: Intan mempunyai pita 2
1 meter berwarna merah, tiga hari kemudian
Intan membeli pita berwarna biru 4
1 meter.
Ditanya: Pita milik Intan
Jawab: 2
1 +
4
1 =
4
12 =
4
3
Jadi, pita milik Intan ada 4
3 meter.
3. Diket: Andi disuruh Ibu untuk belanja membeli gula 6
4 kg dan beras
4
1 kg
Ditanya: Jumlah belanjaan Andi
Jawab: 6
4 +
4
1 =
12
38 =
12
11
Jadi, jumlah belanjaan Andi 12
11 kg
4. Diket: Siska membeli kain batik 15
4 meter. Siska membeli lagi
5
2 meter.
Ditanya: Jumlah kain batik Siska
Jawab: 15
4 +
5
2 =
15
64 =
15
10
Jadi, jumlah kain batik Siska 15
10 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
5. Diket: Ibu membeli kue 12
3 bagian untuk acara arisan. Lalu membeli lagi
4
2
bagian.
Ditanya: Jumlah kue Ibu
Jawab: 12
3 +
4
2 =
12
63 =
12
9
Jadi, jumlah kue Ibu 12
9 bagian.
6. Diket: Andi membeli kue sebanyak 4
3 bagian. Kemudian
6
2 bagian diberikan
kepada adiknya.
Ditanya: Sisa kue Andi
Jawab: 4
3 -
6
2 =
12
49 =
12
3
Jadi, sisa kue Andi 12
3 bagian.
7. Diket: Jeni mempunyai pita 2
1 meter berwarna hijau, kemudian
7
2 digunakan
untuk hiasan dinding.
Ditanya: Sisa pita Jeni
Jawab: 2
1 -
7
2 =
14
47 =
14
3
Jadi, sisa pita Jeni 14
3 meter.
8. Diket: Santi disuruh Ibu membeli gula 6
4 kg dan beras
4
1 kg. Lalu
7
2 bagian
gula terjatuh.
Ditanya: Sisa gula yang Santi bawa
Jawab: 6
4 -
7
2 =
42
1228 =
42
16
Jadi, sisa gula yang Santi bawa 42
16 kg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
9. Diket: Siska membeli kain batik 8
6 meter kemudian ia gunakan untuk membuat
baju sebanyak 5
2 meter
Ditanya: Sisa kain batik Siska
Jawab: 8
6 -
5
2 =
40
1630 =
40
14
Jadi, sisa kain batik Siska 40
14 meter
10. Diket: Ibu membeli kue 4
3 untuk acara arisan. Setelah arisan selesai kue Ibu
ternyata masih tersisa 9
3.
Ditanya: Kue Ibu yang termakan
Jawab: 4
3 -
9
3 =
36
1227 =
36
15
Jadi, kue Ibu yang termakan 36
15 bagian.
Kriteria Penilaian
1. Tiap nomor : a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.
b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.
c. Jawaban benar diberi skor 3.
2. Total skor jika benar semua = 50.
3. Nilai Akhir = 50 x 2
= 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Lampiran 13
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Penampilan guru di depan
kelas.
Cara menyampaikan materi
pelajaran.
Cara penggunaan alat dan
media pelajaran.
Cara pengelolaan kelas.
Cara merespon pertanyaan
dan pendapat siswa.
Memberi pujian dan
perayaan keberhasilan siswa.
Interaksi dengan siswa.
Memotivasi siswa.
Memberi bimbingan
individu/kelompok.
Pengelolaan waktu.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 24 29
Rata-rata 2,4 2,9
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 : kurang baik
2 : cukup baik
3 : baik
4 : sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Aktivitas Guru
1. Penampilan guru di depan kelas.
(1) Tidak berwibawa sebagai seorang guru dan tidak ramah terhadap siswa
(2) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi tidak ramah terhadap siswa
(3) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi kurang ramah terhadap siswa
(4) Berwibawa sebagai sorang guru dan ramah terhadap siswa
2. Cara menyampaikan materi pelajaran.
(1) Tidak runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(2) Runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(3) Runtut, jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(4) Runtut, jelas, dan mudah dipahami siswa
3. Cara penggunaan alat dan media pelajaran.
(1) Media tidak efektif dan tidak efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan
siswa
(2) Media efektif dan efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan siswa
(3) Media efektif dan efisien, bermakna, tidak melibatkan siswa
(4) Media efektif dan efisien, bermakna, melibatkan siswa
4. Cara pengelolaan kelas.
(1) Tidak menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak
menegur
(2) Menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak menegur
(3) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, tidak menegur
(4) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, menegur
5. Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
(1) Tidak memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias
(2) Memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias
(3) Memberikan acuan, hangat, tidak antusias
(4) Memberikan acuan, hangat, antusias
6. Memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa.
(1) Tidak bermakna, tidak hangat dan antusias, negatif
(2) Bermakna, tidak hangat dan antusias, kurang positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
(3) Bermakna, hangat dan antusias, kurang positif
(4) Bermakna, hangat dan antusias, positif
7. Interaksi dengan siswa.
(1) Tidak relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan
kontak pandang
(2) Relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan
kontak pandang
(3) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, tidak mengadakan kontak
pandang
(4) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, mengadakan kontak pandang
8. Memotivasi siswa.
(1) Tidak membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak
memusatkan perhatian
(2) Membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak memusatkan
perhatian
(3) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, tidak memusatkan
perhatian
(4) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, memusatkan perhatian
9. Memberi bimbingan individu/kelompok.
(1) Diskusi tidak terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak
maksimal
(2) Diskusi terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak maksimal
(3) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat tidak maksimal
(4) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat maksimal
10. Pengelolaan waktu.
(1) Guru tidak pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam
RPP
(2) Guru pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
(3) Guru sering melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
(4) Guru selalu melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Lampiran 14
Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I
Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kemauan untuk menerima
pelajaran dari guru.
Perhatian siswa terhadap apa
yang dijelaskan oleh guru.
Penghargaan siswa terhadap
guru.
Kemauan untuk menerapkan
hasil pelajaran.
Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat.
Semangat dalam KBM.
Kemauan berdiskusi dengan
teman sekelompok.
Keberanian siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusi.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 16 24
Rata-rata 2 3
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 : kurang baik
2 : cukup baik
3 : baik
4 : sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K710703
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Afektif Siswa
1. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru
(1) Rendah
(2) Kurang
(3) Tinggi
(4) Sangat tinggi
2. Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru
(1) Tatapan mata tidak fokus pada guru, tidak menguasai materi
(2) Tatapan mata kurang fokus pada guru, kurang menguasai materi
(3) Tatapan mata fokus pada guru, kurang menguasai materi
(4) Tatapan mata fokus pada guru, menguasai materi
3. Penghargaan siswa terhadap guru
(1) Tidak sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(2) Kurang sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(3) Sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(4) Sangat sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
4. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
(1) Tidak memiliki kemauan
(2) Kemauan kurang
(3) Memiliki kemauan
(4) Kemauan sangat tinggi
5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat
(1) Tidak ada hasrat sama sekali
(2) Kurang memiliki hasrat
(3) Berhasrat
(4) Sangat berhasrat
6. Semangat dalam KBM
(1) Tidak bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan terpaksa
(2) Kurang bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan kepasrahan
(3) Bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan antusias
(4) Sangat bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
7. Kemauan berdiskusi dengan teman sekelompok
(1) Tidak antusias dan tidak bekerjasama
(2) Kurang antusias dan tidak bekerjasama
(3) Antusias dan kurang bekerjasama
(4) Antusias dan bekerjasama
8. Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
(1) Tidak mau mempresentasikan hasil diskusi
(2) Malu mempresentasikan hasil diskusi
(3) Mempresentasikan hasil diskusi setelah ditunjuk guru
(4) Mengangkat tangan untuk mempresentasikan hasil diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Lampiran 15
Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus I
Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
Segera memasuki kelas pada
saat guru datang.
Mencatat bahan pelajaran
dengan baik dan sistematis.
Sopan, ramah, dan hormat
kepada guru saat
pembelajaran.
Mengangkat tangan dan
bertanya kepada guru
mengenai bahan pelajaran
yang belum jelas.
Akrab, mau bergaul dan
berkomunikasi (meminta
bimbingan) dengan guru saat
pembelajaran.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 11 13
Rata-rata 2,2 2,6
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 : kurang baik
2 : cukup baik
3 : baik
4 : sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Psikomotorik Siswa
1. Segera memasuki kelas pada saat guru datang
(1) Memasuki kelas setelah disuruh guru
(2) Memasuki kelas bersamaan dengan guru amsuk kelas
(3) Memasuki kelas ketika melihat guru akan masuk kelas
(4) Memasuki kelas 10 menit sebelum pelajaran dimulai
2. Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis
(1) Tidak mencatat
(2) Mencatat, tidak baik, tidak sistematis
(3) Mencatat, baik, tidak sistematis
(4) Mencatat, baik, sistematis
3. Sopan, ramah, dan hormat kepada guru saat pembelajaran
(1) Tidak sopan, tidak ramah, tidak hormat
(2) Sopan, tidak ramah, tidak hormat
(3) Sopan, ramah, tidak hormat
(4) Sopan, ramah, hormat
4. Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan
pelajaran yang belum jelas
(1) Tidak bertanya
(2) Malu bertanya
(3) Ragu bertanya
(4) Berani bertanya
5. Akrab, mau bergaul dan berkomunikasi (meminta bimbingan) dengan
guru saat pembelajaran
(1) Tidak akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi
(2) Akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi
(3) Akrab, mau bergaul, tidak berkomunikasi
(4) Akrab, mau bergaul, berkomunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Lampiran 16
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus II
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Penampilan guru di depan
kelas.
Cara menyampaikan materi
pelajaran.
Cara penggunaan alat dan
media pelajaran.
Cara pengelolaan kelas.
Cara merespon pertanyaan
dan pendapat siswa.
Memberi pujian dan
perayaan keberhasilan siswa.
Interaksi dengan siswa.
Memotivasi siswa.
Memberi bimbingan
individu/ kelompok.
Pengelolaan waktu.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 25 30
Rata-rata 2,5 3
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 : kurang baik
2 : cukup baik
3 : baik
4 : sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Penjelasan Lembar Observasi Aktivitas Guru
1. Penampilan guru di depan kelas.
(1) Tidak berwibawa sebagai seorang guru dan tidak ramah terhadap siswa
(2) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi tidak ramah terhadap siswa
(3) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi kurang ramah terhadap siswa
(4) Berwibawa sebagai sorang guru dan ramah terhadap siswa
2. Cara menyampaikan materi pelajaran.
(1) Tidak runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(2) Runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(3) Runtut, jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(4) Runtut, jelas, dan mudah dipahami siswa
3. Cara penggunaan alat dan media pelajaran.
(1) Media tidak efektif dan tidak efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan
siswa
(2) Media efektif dan efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan siswa
(3) Media efektif dan efisien, bermakna, tidak melibatkan siswa
(4) Media efektif dan efisien, bermakna, melibatkan siswa
4. Cara pengelolaan kelas.
(1) Tidak menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak
menegur
(2) Menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak menegur
(3) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, tidak menegur
(4) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, menegur
5. Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
(1) Tidak memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias
(2) Memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias
(3) Memberikan acuan, hangat, tidak antusias
(4) Memberikan acuan, hangat, antusias
6. Memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa.
(1) Tidak bermakna, tidak hangat dan antusias, negatif
(2) Bermakna, tidak hangat dan antusias, kurang positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
(3) Bermakna, hangat dan antusias, kurang positif
(4) Bermakna, hangat dan antusias, positif
7. Interaksi dengan siswa.
(1) Tidak relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan
kontak pandang
(2) Relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan
kontak pandang
(3) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, tidak mengadakan kontak
pandang
(4) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, mengadakan kontak pandang
8. Memotivasi siswa.
(1) Tidak membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak
memusatkan perhatian
(2) Membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak memusatkan
perhatian
(3) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, tidak memusatkan
perhatian
(4) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, memusatkan perhatian
9. Memberi bimbingan individu/kelompok.
(1) Diskusi tidak terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak
maksimal
(2) Diskusi terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak maksimal
(3) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat tidak maksimal
(4) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat maksimal
10. Pengelolaan waktu.
(1) Guru tidak pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam
RPP
(2) Guru pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
(3) Guru sering melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
(4) Guru selalu melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Lampiran 17
Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus II
Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kemauan untuk menerima
pelajaran dari guru.
Perhatian siswa terhadap apa
yang dijelaskan oleh guru.
Penghargaan siswa terhadap
guru.
Kemauan untuk menerapkan
hasil pelajaran.
Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat.
Semangat dalam KBM.
Kemauan berdiskusi dengan
teman sekelompok.
Keberanian siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusi.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 24 28
Rata-rata 3 3,5
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 : kurang baik
2 : cukup baik
3 : baik
4 : sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Afektif Siswa
1. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru
(1) Rendah
(2) Kurang
(3) Tinggi
(4) Sangat tinggi
2. Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru
(1) Tatapan mata tidak fokus pada guru, tidak menguasai materi
(2) Tatapan mata kurang fokus pada guru, kurang menguasai materi
(3) Tatapan mata fokus pada guru, kurang menguasai materi
(4) Tatapan mata fokus pada guru, menguasai materi
3. Penghargaan siswa terhadap guru
(1) Tidak sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(2) Kurang sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(3) Sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(4) Sangat sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
4. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
(1) Tidak memiliki kemauan
(2) Kemauan kurang
(3) Memiliki kemauan
(4) Kemauan sangat tinggi
5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat
(1) Tidak ada hasrat sama sekali
(2) Kurang memiliki hasrat
(3) Berhasrat
(4) Sangat berhasrat
6. Semangat dalam KBM
(1) Tidak bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan terpaksa
(2) Kurang bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan kepasrahan
(3) Bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan antusias
(4) Sangat bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
7. Kemauan berdiskusi dengan teman sekelompok
(1) Tidak antusias dan tidak bekerjasama
(2) Kurang antusias dan tidak bekerjasama
(3) Antusias dan kurang bekerjasama
(4) Antusias dan bekerjasama
8. Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
(1) Tidak mau mempresentasikan hasil diskusi
(2) Malu mempresentasikan hasil diskusi
(3) Mempresentasikan hasil diskusi setelah ditunjuk guru
(4) Mengangkat tangan untuk mempresentasikan hasil diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Lampiran 18
Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus II
Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
Segera memasuki kelas pada
saat guru datang.
Mencatat bahan pelajaran
dengan baik dan sistematis.
Sopan, ramah, dan hormat
kepada guru saat
pembelajaran.
Mengangkat tangan dan
bertanya kepada guru
mengenai bahan pelajaran
yang belum jelas.
Akrab, mau bergaul dan
berkomunikasi (meminta
bimbingan) dengan guru saat
pembelajaran.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 14 16
Rata-rata 2,8 3,2
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
2 : kurang baik
3 : cukup baik
4 : baik
5 : sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Psikomotorik Siswa
1. Segera memasuki kelas pada saat guru datang
(1) Memasuki kelas setelah disuruh guru
(2) Memasuki kelas bersamaan dengan guru amsuk kelas
(3) Memasuki kelas ketika melihat guru akan masuk kelas
(4) Memasuki kelas 10 menit sebelum pelajaran dimulai
2. Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis
(1) Tidak mencatat
(2) Mencatat, tidak baik, tidak sistematis
(3) Mencatat, baik, tidak sistematis
(4) Mencatat, baik, sistematis
3. Sopan, ramah, dan hormat kepada guru saat pembelajaran
(1) Tidak sopan, tidak ramah, tidak hormat
(2) Sopan, tidak ramah, tidak hormat
(3) Sopan, ramah, tidak hormat
(4) Sopan, ramah, hormat
4. Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan
pelajaran yang belum jelas
(1) Tidak bertanya
(2) Malu bertanya
(3) Ragu bertanya
(4) Berani bertanya
5. Akrab, mau bergaul dan berkomunikasi (meminta bimbingan) dengan
guru saat pembelajaran
(1) Tidak akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi
(2) Akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi
(3) Akrab, mau bergaul, tidak berkomunikasi
(4) Akrab, mau bergaul, berkomunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
Lampiran 19
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus III
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Penampilan guru di depan
kelas.
Cara menyampaikan materi
pelajaran.
Cara penggunaan alat dan
media pelajaran.
Cara pengelolaan kelas.
Cara merespon pertanyaan
dan pendapat siswa.
Memberi pujian dan
perayaan keberhasilan siswa.
Interaksi dengan siswa.
Memotivasi siswa.
Memberi bimbingan
individu/ kelompok.
Pengelolaan waktu.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 35 37
Rata-rata 3,5 3,7
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
2 : kurang baik
3 : cukup baik
4 : baik
5 : sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Aktivitas Guru
1. Penampilan guru di depan kelas.
(1) Tidak berwibawa sebagai seorang guru dan tidak ramah terhadap siswa
(2) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi tidak ramah terhadap siswa
(3) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi kurang ramah terhadap siswa
(4) Berwibawa sebagai sorang guru dan ramah terhadap siswa
2. Cara menyampaikan materi pelajaran.
(1) Tidak runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(2) Runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(3) Runtut, jelas, dan tidak bisa dipahami siswa
(4) Runtut, jelas, dan mudah dipahami siswa
3. Cara penggunaan alat dan media pelajaran.
(1) Media tidak efektif dan tidak efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan
siswa
(2) Media efektif dan efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan siswa
(3) Media efektif dan efisien, bermakna, tidak melibatkan siswa
(4) Media efektif dan efisien, bermakna, melibatkan siswa
4. Cara pengelolaan kelas.
(1) Tidak menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak
menegur
(2) Menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak menegur
(3) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, tidak menegur
(4) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, menegur
5. Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
(1) Tidak memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias
(2) Memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias
(3) Memberikan acuan, hangat, tidak antusias
(4) Memberikan acuan, hangat, antusias
6. Memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa.
(1) Tidak bermakna, tidak hangat dan antusias, negatif
(2) Bermakna, tidak hangat dan antusias, kurang positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
(3) Bermakna, hangat dan antusias, kurang positif
(4) Bermakna, hangat dan antusias, positif
7. Interaksi dengan siswa.
(1) Tidak relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan
kontak pandang
(2) Relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan
kontak pandang
(3) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, tidak mengadakan kontak
pandang
(4) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, mengadakan kontak pandang
8. Memotivasi siswa.
(1) Tidak membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak
memusatkan perhatian
(2) Membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak memusatkan
perhatian
(3) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, tidak memusatkan
perhatian
(4) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, memusatkan perhatian
9. Memberi bimbingan individu/kelompok.
(1) Diskusi tidak terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak
maksimal
(2) Diskusi terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak maksimal
(3) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat tidak maksimal
(4) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat maksimal
10. Pengelolaan waktu.
(1) Guru tidak pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam
RPP
(2) Guru pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
(3) Guru sering melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
(4) Guru selalu melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Lampiran 20
Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus III
Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kemauan untuk menerima
pelajaran dari guru.
Perhatian siswa terhadap apa
yang dijelaskan oleh guru.
Penghargaan siswa terhadap
guru.
Kemauan untuk menerapkan
hasil pelajaran.
Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat.
Semangat dalam KBM.
Kemauan berdiskusi dengan
teman sekelompok.
Keberanian siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusi.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 29 30
Rata-rata 3,6 3,75
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
2 : kurang baik
3 : cukup baik
4 : baik
5 :sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Afektif Siswa
1. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru
(1) Rendah
(2) Kurang
(3) Tinggi
(4) Sangat tinggi
2. Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru
(1) Tatapan mata tidak fokus pada guru, tidak menguasai materi
(2) Tatapan mata kurang fokus pada guru, kurang menguasai materi
(3) Tatapan mata fokus pada guru, kurang menguasai materi
(4) Tatapan mata fokus pada guru, menguasai materi
3. Penghargaan siswa terhadap guru
(1) Tidak sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(2) Kurang sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(3) Sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
(4) Sangat sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru
4. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
(1) Tidak memiliki kemauan
(2) Kemauan kurang
(3) Memiliki kemauan
(4) Kemauan sangat tinggi
5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat
(1) Tidak ada hasrat sama sekali
(2) Kurang memiliki hasrat
(3) Berhasrat
(4) Sangat berhasrat
6. Semangat dalam KBM
(1) Tidak bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan terpaksa
(2) Kurang bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan kepasrahan
(3) Bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan antusias
(4) Sangat bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
7. Kemauan berdiskusi dengan teman sekelompok
(1) Tidak antusias dan tidak bekerjasama
(2) Kurang antusias dan tidak bekerjasama
(3) Antusias dan kurang bekerjasama
(4) Antusias dan bekerjasama
8. Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
(1) Tidak mau mempresentasikan hasil diskusi
(2) Malu mempresentasikan hasil diskusi
(3) Mempresentasikan hasil diskusi setelah ditunjuk guru
(4) Mengangkat tangan untuk mempresentasikan hasil diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
Lampiran 21
Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus III
Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
Segera memasuki kelas pada
saat guru datang.
Mencatat bahan pelajaran
dengan baik dan sistematis.
Sopan, ramah, dan hormat
kepada guru saat
pembelajaran.
Mengangkat tangan dan
bertanya kepada guru
mengenai bahan pelajaran
yang belum jelas.
Akrab, mau bergaul dan
berkomunikasi (meminta
bimbingan) dengan guru saat
pembelajaran.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 18 19
Rata-rata 3,6 3,8
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara
memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 : kurang baik
2 : cukup baik
3 : baik
4 : sangat baik
Observer Peneliti
Guru Kelas IV
CR. Ngatmi Erny Yunika Putri
NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Psikomotorik Siswa
1. Segera memasuki kelas pada saat guru datang
(1) Memasuki kelas setelah disuruh guru
(2) Memasuki kelas bersamaan dengan guru amsuk kelas
(3) Memasuki kelas ketika melihat guru akan masuk kelas
(4) Memasuki kelas 10 menit sebelum pelajaran dimulai
2. Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis
(1) Tidak mencatat
(2) Mencatat, tidak baik, tidak sistematis
(3) Mencatat, baik, tidak sistematis
(4) Mencatat, baik, sistematis
3. Sopan, ramah, dan hormat kepada guru saat pembelajaran
(1) Tidak sopan, tidak ramah, tidak hormat
(2) Sopan, tidak ramah, tidak hormat
(3) Sopan, ramah, tidak hormat
(4) Sopan, ramah, hormat
4. Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan
pelajaran yang belum jelas
(1) Tidak bertanya
(2) Malu bertanya
(3) Ragu bertanya
(4) Berani bertanya
5. Akrab, mau bergaul dan berkomunikasi (meminta bimbingan) dengan
guru saat pembelajaran
(1) Tidak akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi
(2) Akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi
(3) Akrab, mau bergaul, tidak berkomunikasi
(4) Akrab, mau bergaul, berkomunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
Lampiran 22
Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan
No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 29 - 40 7 39%
2 41 - 52 4 22%
3 53 - 64 2 11%
4 65 - 76 1 6%
5 77 - 88 3 16%
6 89 - 100 1 6%
Jumlah 18 100%
74
2 13
1
6%
16%
6%
11%
22%
39%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Lampiran 23
Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I
No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 29 - 40 2 11%
2 41 - 52 3 17%
3 53 - 64 6 33%
4 65 - 76 2 11%
5 77 - 88 2 11%
6 89 - 100 3 17%
Jumlah 18 100%
2 36
2 2 3
17%
11%11%
33%
17%
11%
0
5
10
15
20
25
30
35
29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
Lampiran 24
Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II
No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 29 - 40 0 0
2 41 - 52 0 0
3 53 - 64 1 6%
4 65 - 76 2 11%
5 77 - 88 6 33%
6 89 - 100 9 50%
Jumlah
18 100%
0 0 1 26
9
0% 0%
50%
33%
11%6%
0
10
20
30
40
50
60
29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Lampiran 25
Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus III
No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 29 - 40 0 0%
2 41 - 52 0 0%
3 53 - 64 0 0%
4 65 - 76 3 17%
5 77 - 88 7 39%
6 89 - 100 8 44%
Jumlah
18 100%
0 0 03
7 8
0% 0% 0%
44%
39%
17%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase
Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Lampiran 26
Nilai Tes Sebelum Tindakan
NO NAMA NILAI
1 A 40
2 B 40
3 C 70
4 D 40
5 E 50
6 F 80
7 G 50
8 H 80
9 I 60
10 J 60
11 K 40
12 L 80
13 M 50
14 N 100
15 O 40
16 P 50
17 Q 40
18 R 30
JUMLAH
RATA-RATA
1010
55,6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
Lampiran 27
Tabel Data Nilai Pada Siklus I
NO NAMA NILAI
KELOMPOK
NILAI
INDIVIDU
RATA-RATA
1 A 43 50 46,5
2 B 43 63 53
3 C 43 83 63
4 D 43 43 43
5 E 100 90 100
6 F 100 87 93,5
7 G 100 60 80
8 H 100 70 85
9 I 100 80 90
10 J 55 80 67,5
11 K 55 57 56
12 L 55 73 64
13 M 55 60 57,5
14 N 55 90 72,5
15 O 30 35 32,5
16 P 30 77 53,5
17 Q 30 67 48,5
18 R 30 50 40
JUMLAH 1067 1215 1146
RATA-RATA
KELAS
59,28 67,5 63,67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
Lampiran 28
Tabel Data Nilai Pada Siklus II
NO NAMA NILAI
KELOMPOK
NILAI
INDIVIDU
RATA-
RATA
1 A 70 60 65
2 B 70 87 78,5
3 C 70 93 81,5
4 D 70 87 78,5
5 E 100 97 98,5
6 F 100 97 98,5
7 G 100 83 91,5
8 H 100 100 100
9 I 100 33 66,5
10 J 100 100 100
11 K 100 87 93,5
12 L 100 87 93,5
13 M 100 87 93,5
14 N 100 100 100
15 O 80 47 63,5
16 P 80 83 81,5
17 Q 80 90 85
18 R 80 83 81,5
JUMLAH 1600 1501 1550,5
RATA-RATA
KELAS
88,89 83,39 86,14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
Lampiran 29
Tabel Data Nilai Pada Siklus III
NO NAMA NILAI
KELOMPOK
NILAI
INDIVIDU
RATA-
RATA
1 A 100 58 79
2 B 100 88 94
3 C 100 88 94
4 D 100 76 88
5 E 88 82 85
6 F 88 94 91
7 G 88 62 75
8 H 88 100 94
9 I 88 88 88
10 J 100 100 100
11 K 100 84 92
12 L 100 94 97
13 M 100 60 80
14 N 100 94 97
15 O 88 76 82
16 P 88 52 70
17 Q 88 82 85
18 R 88 52 70
JUMLAH 1692 1430 1561
RATA-RATA
KELAS
94 79,44 86,72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
Lampiran 30
LEMBAR KISI-KISI SOAL SIKLUS I
KD Indikator Pokok
Bahasan C1 C2 C3 Alat
Penilaian M S
D
S
K
M S
D
S
K
M S
D
S
K
6.2
Men
Jumlah
kan
pecahan
Proses
6.2.1
Menggu
nakan
media
untuk
menyele
saikan
soal
operasi
penjumla
han
pecahan.
Penjum
lahan
pecahan
X
X
X
X
LKK (A
no. 1-5)
LKK (A
no. 6-10)
LKK (B
no. 1)
LKK (B
no 2)
Produk
6.2.2
Menyele
saikan
soal
operasi
penjumla
han
pecahan.
X
X
X
X
LKS (A
no. 1-5)
LKS (A
no. 6-10)
LKS (B
no. 1 dan
2)
LKS (B
no. 3 dan
4)
Ketrampil
an Sosial
6.2.3
Bekerjasa
ma dan
berinterak
si dengan
teman
kelompok
saat
mengerja
kan soal
operasi
penjumla
han
pecahan
Lembar
Observa
si Hasil
Belajar
Afektif
dan
Lembar
Observa
si Hasil
Belajar
Psikomo
torik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
Lampiran 31
LEMBAR KISI-KISI SOAL SIKLUS II
KD Indikator Pokok
Bahasan C1 C2 C3 Alat
Penilaian M S
D
S
K
M S
D
S
K
M S
D
S
K
6.3
Mengu
rangkan
pecahan
Proses
6.3.1
Menggu
nakan
media
untuk
menyele
saikan
soal
operasi
pengura
ngan
pecahan.
Penjum
lahan
pecahan
X
X
X
LKK (A
no. 1-5)
LKK (A
no. 6-10)
LKK (B
no. 1 dan
2)
Produk
6.3.2
Menyele
saikan
soal
operasi
pengura
ngan
pecahan.
X
X
X
X
LKS (A
no. 1-5)
LKS (A
no. 6-10)
LKK (B
no. 2 dan
4)
LKK (B
no. 1dan
3)
Ketrampil
an Sosial
6.2.3
Bekerjasa
ma dan
berinterak
si dengan
teman
kelompok
saat
mengerja
kan soal
operasi
pengura
ngan
pecahan
Lembar
Observa
si Hasil
Belajar
Afektif
dan
Lembar
Observa
si Hasil
Belajar
Psikomo
torik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
Lampiran 32
LEMBAR KISI-KISI SOAL SIKLUS III
KD Indikator Pokok
Bahasan C1 C2 C3 Alat
Penilaian M S
D
S
K
M S
D
S
K
M S
D
S
K
6.3
Menye
lesaikan
masalah
yang
berkait
an
dengan
pecahan
Proses
6.3.1
Menggu
nakan
media
untuk
menyele
saikan
masalah
pecahan.
Penjum
lahan
pecahan
X
X
LKK (no.
2 dan 5)
LKK (no.
1, 3, dan
4)
Produk
6.3.2
Menyele
saikan
masalah
pecahan.
X
LKS (no.
1-10)
Ketrampil
an Sosial
6.3.3
Bekerjasa
ma dan
berinterak
si dengan
teman
kelompok
saat
menyele
saikan
masalah
pecahan
Lembar
Observa
si Hasil
Belajar
Afektif
dan
Lembar
Observa
si Hasil
Belajar
Psikomo
torik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SURAT KETERANGAN
No.
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala SD Negeri Tlompakan III menerangkan bahwa:
Nama : Erny Yunika Putri
NIM : K7107030
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 11 Februari 1988
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan : IP
Program Studi : PGSD
Tingkat/Semester : IV/VIII
Alamat : Tlompakan RT 4 RW 2, Tuntang, Kab. Semarang.
Universitas : Universitas Sebelas Maret
Yang bersangkutan telah melaksanakan penelitian di SD Negeri Tlompakan III, Tuntang,
Kab. Semarang pada tanggal 2-20 Maret 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III
Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.”
Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Kab. Semarang, 22 Maret 2011
Kepala SD Negeri Tlompakan III
Tanjiatun Anastasia, S. Pd
NIP. 19571213 197802 2 001
PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG
DINAS PENDIDIKAN
UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN TUNTANG
SEKOLAH DASAR NEGERI TLOMPAKAN III Alamat: Desa Tlompakan Kec. Tuntang Kab. Semarang
50773
Top Related