Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Mengajar Pada Materi Himpunan Siswa Kelas VII
SMP Mater Alma Ambarawa
Disusun untuk persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
AGNES DAYINTA PRAMESTISIWI
202013023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK
MENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGAJAR PADA
MATERI HIMPUNAN SISWA KELAS VII
SMP MATER ALMA AMBARAWA
Agnes Dayinta Pramestisiwi1)
, Erlina Prihatnani2)
1)Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga; [email protected]
2) Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga; [email protected]
Abstrak
Pencapaian hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Mater Alma
Ambarawa belum mencapai KKM. Hasil Belajar menunjukkan bahwa
persentase ketuntasan siswa hanya mencapai 43,5% dengan rata- rata 51,7.
Oleh karena itu dilakukan PTK dengan menerapkan model Discovery
Learning (DL) sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan hasil belajar
tersebut. Model DL mempunyai sintak yaitu stimulasi, identifikasi masalah,
pengumpulan data, pengolahan data, dan verifikasi sehingga siswa dapat
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Model PTK yang digunakan
adalah model Kemmis & Mc Taggart dengan 4 tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah 24 siswa kelas
VII B SMP Mater Alma Ambarawa pada semester I Tahun Ajaran 2017/2018.
Penelitian ini dilakukan pada pembelajaran matematika materi himpunan.
Hasil tes setelah diberikan tindakan kelas menunjukkan bahwa persentase
ketuntasan meningkat menjadi 78,2% dengan rata-rata 74,1. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran DLdapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa
Kata kunci : discovery learning, hasil belajar matematika, PTK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Matematika merupakan pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran matematika
sebagai salah satu ilmu dasar memiliki nilai penting yang dapat diterapkan dalam berbagai
kehidupan. Suherman (2001: 29) berpendapat bahwa matematika merupakan ratu atau
sumber ilmu dari ilmu yang lain, dengan kata lain matematika tumbuh dan berkembang untuk
dirinya sendiri sebagai suatu ilmu serta dapat melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam
pengembangan dan operasionalnya. Mengingat pentingnya matematika pemerintah
menetapkan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di setiap
jenjang termasuk pada jenjang pendidikan menengah.
Pembelajaran matematika sekolah menengah menurut Permendiknas memiliki tujuan
(1) emahami konsep matematika, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat (3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah (4) mengomunikasikan
gagasan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Akan tetapi
masih terdapat sekolah yang belum bisa mencapai tujuan pembelajaran matematika dilihat
dari rendahnya hasil belajar dalam pembelaharan matematika. Salah satunya pada SMP Mater
Alma Ambarawa.
Kunandar(2011:62) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau
kompetensi tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai
peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sudjana (majid,2014:27)
menyatakan bahwa salah satu keberhasilan proses belajar mengajjar dilihat dari hasil belajar
yang dicapai oleh siswa. Observasi dilakukan selama 2 kali pertemuan. Hasil dari observasi
menunjukkan bahwa proses belajar tidak berfokus pada siswa. Proses yang terjadi adalah
transfer ilmu yang diberikan guru terhadap siswa tanpa menggali pengetahuan yang diketahui
oleh siswa, sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk aktif disaat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Proses belajar selanjutnya adalah pemberian contoh soal. Seperti
halnya dalam mempelajari konsep, pada tahap ini pun guru masih merupakan pihak yang
paling mendominasi. Hal ini dapat dilihat bagaimana guru sebagai pihak yang mengajukan
pertanyaan dan guru pula yang menyelesaikan soal tersebut.
Hasil dari proses pembelajaran seperti itu tidak optimal. Berdasarkan data dari daftar
nilai guru terlihat sebagian besar (56,5%) tidak mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu
65. Rata-rata kelas yang dicapai 23 siswa kelas VII hanya sebesar 51,7. Oleh karena itu perlu
adanya upaya tindak lanjut dari permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika
siswa kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan standar proses dan standar
isi. Pemilihan model hendaknya memperhatikan hakikat belajar, karakteristik siswa dan juga
karakteristik mata pelajaran. Menurut paham kontruktivisme, pengetahuan tidak bisa
dipindahkan dari guru ke siswa (Suparno, 2004). Oleh karena itu perlu adanya penerapan
model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran untuk mengkontuksi pengetahuan yang dipelajari. Hal ini senada dengan
kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk berperan aktif. Kurikulum 2013 menganjurkan
bahwa kegiatan belajar mengajar untuk menggunakan pendekatan saintifik yang terdiri dari 5
langkah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan
mengkomunikasikan. Pendekatan ini lebih efektif jika diimplementasikan didalam kelas
dibandingkan dengan pendekatan tradisional.
Untuk memperkuat makna dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik perlu
diaplikasikan model pembelajaran yang berbasis penelitian atau penemuan, salah satunya
model Discovery Learning(DL)atau pembelajaran penemuan. Bruner (Winataputra,
2008:318) menyatakan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan.J. Richard (Roestiyah:2006) berpendapat bahwa DLialah suatu cara mengajar yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi,
seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Terdapat 6
sintakDLyang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (Illahi, 2012: 87) yaitu
stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), data collection (pengumpulan data), problem
statement (pernyataan/ identifikasi masalah), data prosesing (pengolahan data), verivikasi
(pembuktian), dan generalisation (menarik kesimpulan/generalisasi).
Keberhasilan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan hasil
belajar sudah dibuktikan dalam beberapa penelitian, diantaranya penelitian Habib Rifai pada
siswa kelas IV dalam mata pelajaran matematika materi bangun ruang dan Bambang
Supriyanto yang menerapkan discovery learning pada materi keliling dan luas lingkaran.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika siswa kelas
VII SMP Mater Alma Ambarawa, maka dilakukan penelitian dalam upaya memperbaiki
proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar. Adanya teori dan hasil penelitian
tentang DLmenjadi dasar pemilihan model DLuntuk diterapkan pada pembelajaran
matematika dalam upaya tindak lanjut atas permasalahan yang terjadi. Diharapkan penelitian
ini dapat dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika di kelas guna memperbaiki
hasil belajar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah
penelitian yang menyangkut metode pembelajaran Discovery Learning dengan pendekatan
saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yaitu
“Apakah penyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan sintaks Discovery Learning
dengan pendekatan saintifik, serta pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tersebut
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Virgo Fidelis Bawen
Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017?”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
tujuan penelitian yaitu menyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan sintaks
Discovery Learning dan pendekatan saintifik, serta melaksanaan pembelajaran sesuai
perencanaan tersebut dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Virgo
Fidelis Bawen Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Hasil Belajar
Kunandar (2011:62) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai
peserta didik setelah mengikuti belajar mengajar. Hamalik (Oemar:2007:30) menyatakan
bahwa hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang
yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik.
Sedangkan menurutSudjana (Kunandar, 2011:276), hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
suatu kemampuan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dikuasasi sehingga
menimbulkan perubahan baik pada diri seseorang yang dapat diukur melalui alat pengukuran
berupa tes yang disusun secara terencana.
Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari
siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian
sehingga ie menemukan informasi baru. Belajar penemuan, membantu siswa dapat membuat
perkiraan, merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan
prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.Bruner
(Schunk, 2012: 372) mengatakan bahwa Discovery Learning mengacu pada penguasaan
pengetahuan untuk dirinya sendiri dengan cara perumusan dan pengujian hipotesis-hipotesis,
bukan sekedar membaca dan mendengarkan penjelasan dari guru melainkan dengan
penalaran induktif. Penalaran induktif berarti siswa mempelajari contoh-contoh spesifik
dahulu, setelah itu barulah merumuskan aturan-aturan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip
umum.Mulyasa (Illahi, 2012: 32) mendefinisikan Discovery Learning sebagai model
pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung di lapangan, tanpa harus selalu
bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku. Menurut Kurniasih
& Sani (2014: 64) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri.
Langkah Pembelajaran Model Discovery Learnig
Berdasarkan langkah-langkah Discovery Learning yang disampaikan para ahli, maka
langkah Discovery Learning dalam penelitian ini mengacu pada langkah yang disampaikan
Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (Illahi, 2012: 87) & Syah (Hosnan, 2014: 289). Berikut
langkah-langkah atau sintaks Discovery Learning dalam penlitian ini.
1. Stimulasi (Pemberian rangsangan): Guru memberikan permasalahan kepada siswa
2. Problem statement (Identifikasi masalah): Siswa diberi kesempatan untuk
mengidentifikasi masalah yang telah diberikan yang dipandang lebih menarik dan
fleksibel untuk dipecahkan.
3. Data collection (Pengumpulan data): Siswa mengumpulkan informasi dari masalah yang
telah diberikan.
4. Data processing (Pengolahan data): Siswa mengolah informasi yang telah dikumpulkan
untuk mengukur tingkat kepercayaan informasi yang telah dikumpulkan
5. Verifikasi: Membuktikan hasil pengolahan dan penaksiran
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Saur Tampubolun (2014:19) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelasnya melalui refleksi diri. Tujuan dari
penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki kinerja sebagai pendidik , sehingga hasil
belajar peserta didik menjadi meningkat dan secara sistem mutu pendidikan pada satuan
pendidikan juga meningkat. Sehingga dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan perbaikan dari permasalaha di dalam kelas sehingga meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di dalam kelas.
2. Prinsip PTK
Ada beberapa prinsip pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dalam bukunya Saur
Tampubolon (2014:22) mengemukakan bahwa ada sepuluh prinsip pelaksanaan yaitu :
1. Tugas utama pendidik adalah mendidik, sehingga dalam PTK tidak mengganggu proses
pembelajaran di dalam kelas
2. Dalam PTK tidak dijumpai terminologi populasi dan sampel serta variabel, namun
diasumsikan sebagai konsep motivasi dan/atau proposisi, yaitu gabungan dari beberapa
konsep seperti motivasi belajar
3. Metodologi penelitian yang digunakan harus andal untuk memungkinkan pendidik
dapat mengembangkan pembelajaran yang diterapkan dikelas tertentu, dan dapat
dilakukan dengan prinsip SMART (S=specific atau masalahnya khusus, M=manageable
atau dapat dikelolla dengan efektif dan efisien, A=acceptable atau dapat diterima semua
pihak yang berkepentingan, R=realistic atau operasional/praktis, dan T=time-bound
atau tindakan yang dilakukan terhadap siswa sudah ditentukan jangka waktunya)
4. Masalah dari penelitian yang diambil harus bisa dipecahkan oleh pendidik, tidak terlalu
kompleks dan sesuai dengan kebutuhan pendidik
5. Kegiatan meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, serta tetap
diselenggarakan dengan bersandar pada alur dan kaidah ilmiah
6. Analisis data PTK dengan statistik deskriptif, tidak harus dengan statistik inferensial
dan model path analysis
7. Upaya empirisdan sistematis dengan melakukan SWOT analysis yang terdiri dari sua
analisis, yaitu: (1) analisis lingkungan internal (ALI) yang meliputi: S= strenght=
kekuatan W= weakness= kelemahan O= opportunity= peluang, dan T= threat=
tantangan.
8. Menggunakan tindakan prespektif kelas, di mana permasalahan tidak hanya dilihat dari
prespektif kelas, melainkan juga dalam konteks satuan pendidikan sesuai dengan visi
misinya. Tahapan-tahapan PTK selaras dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi
9. Judul penelitian bersifat spesifik dan fleksibel. Bersifat spesifik berarti difokuskan pada
materi pembelajaran dari kompetensi dasar tertentu untuk beberapa siklus, bersifat
fleksibel berarti difokuskan pada mata pelajaran s materi ajar bersifat luwes dalam satu
semester tanpa mengganti judul penelitian beberapa siklus sampai mencapai indikator
keberhasilan
10. Teknik pengambilan nilai standar kompetensi(SK) berasal dari rata-rata nilai
kompetensi dasar (KD), begitu juga nilai kempetensi dasar berasal dari rata- rata nilai
indikator.
11. PTK bukan remedical teaching, sehingga RPP setiap pertemuan/siklus berbeda,
sementara SK , pendekatan, dan model pembelajaran sama
12. Banyaknya siklus tergantung pada ketercapaian indikator keberhasilan penelitian
3. Model Kemmis & Mc. Taggart
Model Kemmis & Mc Taggart ini merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.
Penelitianini terdapat 4 tahap dalam setiap siklus yang perlu dilakukan yaitu perencanaan
(plan), pelaksanaan (act), observasi dan refleksi. Dalam penelitian ini tindakan dan observasi
dijadikan menjadi satu kesatuan.
MODEL PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan karena adanya permasalahan dalam suatu kelas.
Permasalahan yang berupa kesulitan yang dialami siswa tersebut oleh guru/peneliti,
dipelajari, dicermati dan ditemukan penyebabnya untuk ditemukan bentuk pemecahannya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan sebagai refleksi diri yang bertujuan untuk
memecahkan masalah nyata yang berfokus pada suatu kelas. PTK dalam penelitian ini
menggunakan model spiral Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini terdiri dari siklus-siklus.
Setiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi
dan refleksi.
Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Mater Alma Ambarawa semester I Tahun
pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dirancang sejak November 2016 dan dilaksanakan pada
tanggal 17 Oktober 2017 hingga tanggal 1 November 2017. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VII B SMP MaterAlma Ambarawa dengan jumlah siswa sebanyak 23 orang yaitu
9 siswa laki- laki dan 14 siswa perempuan.
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan.
Adapun terdapat 3 indikator keberhasilan yaitu 1) Rata-rata kelas mencapai KKM 2)
Persentase siswa yang masuk kategori tumtas mencapai minimal 75% 3)Terjadi peningkatan
rata-rata pada siklus sebelumnya. Siklus ini akan berjalan terus dengan tahap berurutan
sampai mencapai tujuan yang ditentukan, sesuai dengan indikator kinerja.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pra Siklus
Tahap awal yang dilakukan peneliti adalah observasi. Observasi dilakukan selama 2
hari pada mata pelajaran matematika di SMP Mater Alma. Hasil observasi menunjukkan
bahwa proses pembelajaran matematika di kelas VII matematika masih berfokus pada guru,
sehingga pembelajaran berlangsung dengan guru yang mendominasi pelaksanaan proses
belajar. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana guru langsung memberikan dan menjelaskan
materi, tanpa memberikan siswa kesempatan untuk terlibat langsung dan mambangun
pengetahuan pada materi yang dipelajari. Siswa sebagai subjek pembelajaran hanya
menerima materi yang disampaikan guru.
Hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak optimal. Hal ini salah satunya dilihat
dari rekapitulasi hasil tes tengah semester yang ditampilkan pada Tabel 1. Rata-rata dari 23
siswa tersebut hanya mencapai 51,7. Nilai ini masih di bawah KKM ditentukan yaitu 65.
Selain itu, siswa yang masuk dalam kategori tuntas juga hanya mencapai 43,5%, sedangkan
56,5% siswa lainya tidak mencapai KKM.
Tabel 1.
Hasil Belajar Matematika Siswa pada Prasiklus
Jumlah
Siswa
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai
Rata-rata
Kelas
Siswa yang
Tuntas
Siswa yang
Belum Tuntas
Jumlah % Jumlah %
23 83 10 51,7 10 43,5 13 56,5
Siklus 1
Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah berdiskusi dengan guru untuk
menentukan materi dan waktu pelaksanaan tindakan, dilanjutkan dengan perencanaan
penyususnan perangkat pembelajaran seperti membuat PPT, lembar kerja siswa (LK), nama
identitas kelompok dan identitas siswa, penyusunan RPP sesuia dengan standar proses
kurikulum 2013, penyusunan lembar observasi untuk kegiatan guru, lembar observasi respon
siswa, dan lembar observasi lingkungan. Peneliti juga menyusun kisi-kisi intrumen observasi
dan intrumen tes sekaligus melakukan validasi instrumen dengan pakar yaitu dosen
matematika dan guru matematika untuk intrumen tes hasil belajar.
Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan (7 jam pelajaran). Pelaksanaan siklus
dimulai pada hari Selasa, 7 November 2018 dan berakhir pada hari Selasa, 14 November
2018. Tujuan pertemuan pertama siswa dapat menentukan himpunan dan bukan himpunan,
menentukan anggota dan bukan anggota himpunan, menentukan cara penyajian himpunan,
menemukan konsep himpunan semesta, memahami kardinalitas, memahami macam-macam
diagram venn, dan memahami konsep himpunan kosong.
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama siklus I terdiri dari tiga kegiatan
discovery learning. Pada pertemuan pertama dimulai dari pendahuluan dengan melakukan
doa bersama yang dipimpin oleh siswa dan mengecek kehadiran sisiwa. Guru menyiapkan
peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengajak
siswa menirukan gerakan pada video. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
secara acak sehingga terbentuk kelompok heterogen, masing- masing kelompok
beranggotakan 5-6 orang.
Pada kegiatan discovery learning yang pertama guru memberi stimulasi dengan
menampilkan tayangan slide yang berisi beberapa macam kumpulan dan mengklarifikasi
beberapa kumpulan pada kelompok himpunan atau bukan himpunan. Siswa didalam
kelompok mencermati dan mengidentifikasi ciri-ciri himpunan dan bukan himpunan. Setelah
itu kelompok mengumpulkan data dan mencoba mengklarifikasi kumpulan yang belum
dikategorikan pada kelompok himpunan atau bukan himpunan, sehingga siswa secara
langsung dalam membangun dan mengembangkan pengetahuan terkait materi himpunan.
Guru menjadi fasilitator ketika siswa mengolah data. Siswa memeriksa jawaban sementara
yang didapatkan saat pengolahan data dengan mempresentasikan di depan kelas dan guru
yang mengoreksi hasil jawaban siswa saat melakukan presentasi. Selanjutnya siswa menarik
kesimpulan jawaban tentang ciri-ciri himpunan dan bukan himpunan.
Pada kegiatan discovery learning yang kedua, guru kembali memberikan stimulasi
terkait keanggotaan dalam himpunan dan memperkenalkan tanda anggota dan bukan anggota.
Siswa didalam kelompok mencermati dan memahami cara menentukan keanggotaan. Siswa
mengumpulkan data dan menentukan keanggotaan dari himpunan yang diberikan. Siwa
menyebutkan anggota dari suatu himpunan. Siswa kembali mempresentasikan hasil diskusi.
Guru mengoreksi hasil jawaban siswa saat presentasi, menarik kesimpulan, dan meminta
siswa melengkapi LK terkait dengan keanggotaan. Pada kegiatan discovery learning yang
ketiga yaitu memahami jenis- jenis penyajian himpunan, guru memberikan stimulasi dengan
memberikan kertas yang berisi contoh penyajian himpunan secara acak pada masing masing
kelompok. Guru menempelkan kertas pada papan tulis yang berisi tabel untuk
mengkategorikan tiga macam penyajian himpunan. Siswa dalam kelompok mencoba
mengklasifikasikan contoh penyajian himpunan dan menempelkan hasil jawaban pada tabel
yang disediakan. Setelah semua siswa menempelkan jawaban pada tabel, masing- masing
kelompok mempresentasikan hasil jawabannya dan kelompok lain mengkoreksi, Guru
mengkoreksi jawaban siswa dan menarik kesimpulan. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
Pertemuan kedua, terdiri dari tiga kegiatan discovery learning, untuk mengawali
pelajaran guru memberi salam dan mengecek kehadiran siswa. Seperti halnya pertemuan
pertama, siswa dibagi didalam kelompok. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari
kedua yaitu menemukan konsep himpunan semesta, memahami kardinalitas, memahami
macam-macam diagram Venn, dan memahami konsep himpunan kosong. Guru meminta
siswa menuliskan anggota himpunan dari himpunan yang diberikan, siswa bekerjasama
didalam kelompok. Guru meminta siswa menuliskan hasil jawaban pada papan tulis, lalu
mengajarkan siswa menggambar diagram venn dari himpunan yang telah dituliskan
kelompok sekaligus memperkenalkan kardinalitas, himpunan kosong, dan himpunan semesta.
Siswa memahami cara menggambar diagram venn dan diberi kesempatan untuk bertanya.
Guru memperkenalkan macam- macam diagram venn. Siswa dalam kelompok memahami
cirri- cirri dan perbedaan pada setiap diagram venn. Masing- masing kelompok diberikan
satu soal cerita dan diminta menggambar diagram venn. Kelompok mengummpulkan data
dan mulai menggambar diagram venn. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas dan kelompok lain memberi tanggapan. Guru mengkoreksi jawaban kelompok,
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, dan menarik kesimpulan.
Observasi
Pengamatan ini difokuskan pada aktifitas yang dilakukan siswa pada saat proses
pembelajaran, serta aktifitas yang dilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan yang menggunakan model Discovery Learning dalam
pembelajaran matematika. Hasil rekapitulasi pengisian lembar observasi pada siklus 1 dapat
dilihat pada Tabel2.
Tabel 2
.Rekapitulasi Pengisian Lembar Observasi Siklus I
Indeks Hasil Observasi
Rata rata
persentase setiap
pertemuan (%)
Simpulan
I II Rata-
rata (%) Kategori
Indeks Observasi Pembelajaran Guru 81,4 82,1 81,75 Baik
Indeks Observasi Pembelajaran Siswa 78,2 80,6 80,15 Baik
Indeks Observasi Kondidi Lingkungan 90 85 87,5 Sangat Baik
Dari hasil data observasi yang dilakukan pada siklus 1 diperoleh hasil observasi
sebagai berikut.
1. Siswa sudah termotivasi dengan baik.
2. Siswa menjadi aktif dalam melakukan kegiatan menggunakan model Discovery
Learning.
Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Adapun hasil belajar pada siklus 1 dapat
dilihat pada Tabel3.
Tabel 3
Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I
Jumlah
Siswa
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai
Rata-rata
Kelas
Siswa yang
Tuntas
Siswa yang
Belum Tuntas
Jumlah % Jumlah %
23 95 50 74.1 18 78,2 5 21,8
Nilai tertinggi yang dicapai pada siklus I adalah 95, sedangkan nilai terendahnya
adalah 50 dengan nilai rata-rata kelas 74,1 Masih terdapat 5 siswa yang belum tuntas,
dimana kelemahan dari 5 siswa tersebut adalah pasif dan tidak focus dalam pembelajaran dan
kurang memahaminya materi yang diajarkan. Namun demikian, siswa yang tuntas sebanyak
78,2% (18 siswa) sehingga dari ketercapaian klasikal siswa yang tuntas sudah mencapai 75%.
Jika dilihat dari persentase ketercapaian ketuntasan pelaksanaan siklus I dapat dikatakan
berhasil karena sudah mencapai indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang sudah
ditetapkan yaitu 75% sehingga siklus pada PTK ini berhenti pada siklus I.
Refleksi
Keterlaksanaan pembelajaran discovery learning pada siklus I sudah mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Pada proses pelaksanan discovery learningberdampak pada
keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran dan siswa dapat dengan bebas
mengembangkan pengetahuannya terkait materi himpunan. Pada pembelajaran ini siswa
menjadi lebih memahami materi karena terlibat langsung didalam proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada SMP Mater Alma Ambarawa.
Deskripsi antar siklus
Berdasarkan uraian diatas penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua tahapan
pelaksanaan yaitu tahap prasiklus dan siklus I. Kedua tahapan tersebut merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain, artinya pelaksanaan siklus I perbaikan
dari prasiklus. Perbandingan dari hasil belajar matematika tiap tahapan siklus tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1, sedangkan Rekapitulasi data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Antar Siklus
Tabel 4.
Perbandingan Hasil Belajar Antar Siklus
Kategori Jumlah %
Tetap 1 4,3
Naik 18 78,2
Turun 3 13.04
Berdasarkan pada Gambar 1 dan rekapitulasi pada Tabel 6, diperoleh fakta bahwa
sebagian besar siswa (78,2%) mengalami kenaikan nilai dari prasiklus ke siklus I, meski
masih terdapat nilai tetap (4,3%) dan nilai yang turun (13,04%). Berdasarkan data yang
disajikan dalam Gambar 1 terdapat beberapa karakter pencapaian hasil belajar diantaranya:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sisw
a 1
Sisw
a 2
Sisw
a 3
Sisw
a 4
Sisw
a 5
Sisw
a 6
Sisw
a 7
Sisw
a 8
Sisw
a 9
Sisw
a 1
0
Sisw
a 1
1
Sisw
a 1
2
Sisw
a 1
3
Sisw
a 1
4
Sisw
a 1
5
Sisw
a 1
6
Sisw
a 1
7
Sisw
a 1
8
Sisw
a 1
9
Sisw
a 2
0
Sisw
a 2
1
Sisw
a 2
2
Sisw
a 2
3
Series 1
Series 2
1. Siswa dengan hasil belajar konsisten lebih dari KKM pada kedua siklus, misalnya
siswa nomor 22. Siswa tersebut memiliki kemampuan matematika yang baik akan
tetapi siswa ini mudah puas dengan apa yang dicapai sehingga siswa ini mengerjakan
tes tidak secara maksimal.
2. Siswa dengan hasil belajar di kedua siklus telah mencapai KKM dan mengalami
kenaikan diantaranya siswa nomor 2, 3, 6, 14, dan 23. Siwa tersebut memiliki
kemampuan matematika yang baik dan disertai adanya daya juang untuk memperoleh
hasil maksimal.
3. Siswa yang hasil belajar matematika tidak mencapai KKM pada prasiklus mengalami
kenaikan dan mencapai ketuntasan pada siklus I, contohnya siswa nomor absen 1, 4,
5, 7, 8, 9, 11, 12, 19, 20, dan 21 . Hal ini dikarenakan adanya keinginan siswa untuk
memperbaiki nilai dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Keinginan mendapat
nilai yang maximal terlihat pada siswa nomor 9 dimana mengalami kenaikan nilai
yang sangat tinggi.
4. Siswa yang hasil belajar matematika telah mengalami kenaikan namun tetap belum
mencapai KKM. Sebenarnya siswa tersebut sudah mempunyai keinginan untuk
medapatkan nilai yang baik, akan tetapi usaha yang dilakukan belum maksimal.
Tabel 4.
Hasil Belajar Matematika Antar Siklus
Sik
lus
Jumlah
Siswa
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai
Rata-
rata
Kelas
Siswa yang
Tuntas
Siswa yang
Belum Tuntas
Jumlah %
Jumlah %
Pra 23 83 10 51,7 10 43,6 13 56,4
I 23 95 50 74,1 18 78,2 5 21,8
Dari Tabel6 terlihat bahwa dari pra siklus ke siklus I terjadi peningkatan rata-rata
kelas dari 51,7 menjadi 74,1 dengan ketuntasan yang juga terjadi peningkatan sebesar 22,2%
yaitu dari 43,5% menjadi 78,2%. Tabel 4 menunjukan peningkatan jumlah siswa tuntas dari
prasiklus ke siklus 1. Kondisi tersebut juga diiringi dengan menurunnya jumlah siswa yang
tidak tuntas dari 1 siswa menjadi 5 siswa. Persentase ketuntasan kelas VII A yang dicapai
pada prasiklus ke siklus I tersebut telah mencapai indikator keberhasilan ketuntasan klasikal
yaitu minimal 75% siswa tuntas KKM, serta nilai rata-rata kelas juga telah mencapai KKM
yang telah ditentukan yaitu 65, sehingga pelaksanaan pembelajaran dihentikan pada siklus 1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan DL untuk meningkatkan hasil belajar
mengajar siswa kelas VII B SMP Mater Alma Ambarawa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata- rata hasil belajar siswa setelah akhir siklus sebesar 74,1 telah mencapai KKM
dengan persentase siswa yang termasuk kategori tuntas sebesar 78,2% dan telah melampaui
batas ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan DL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Mater Alma
Ambarawa.
Saran
Penelitian Tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran discovery learning
ini menunjukkan bahwa model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VII B di SMP Mater Alma Ambarawa. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa salah
satu faktor yang dapat menentukan pencapaian hasil belajar adalah siswa terlibat langsung
dalam mengkontruksi pengetahuan yang sedang dipelajari, oleh karena itu disarankan bagi
siswa untuk bersifat aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya berperan sebagai
pendengar dan hanya mendapat transfer ilmu dari guru. Adapun bagi guru disarankan untuk
menggunakan DL untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Bagi peneliti lain dapat meneliti
dampak yang mungkin dapat diberikan oleh DL selain terhadap hasil belajar, misalnya
terhadap kemampuan berfikir kritis. DL dapat meningkatkan hasil belajar salah satunya
karena adanya prinsip kontruktivisme pada DL,oleh karena itu disarankan begi peneliti lain
untuk meneliti penerapan model pembelajaran lain yang juga berdasarkan kontruktivisme
dalam kaitan sebagai upaya untuk menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
DimyatidanMudjiono. 2006. BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta
Dimyati, dkk. 2002. BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta
Slameto.2010. BelajardanFaktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:PTRinekaCipta
Sudjana, Nana.1990. PenelitianHasil Proses BelajarMengajar. Bandung:
RemajaRosdaKarya
Hamalik, Oemar. 2007. Proses BelajarMengajar. Bandung: Rosda
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia
Hudoyo, Herman. 2000. PengembanganKurikulumdanPengembanganMatematika. Malang:
UNM.
Illahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational
Skill. Jogjakarta: DIVA Press.
Ismunanto, dkk. 2011. EnsiklopediaMatematika. Jakarta: PT LenteraAbadi
Ngermanto, Agus. 2013. Einstein CilikMatematik. Bandung: Khazanah
Sanjaya. 2013. PenelitianPendidikanJenis, MetodedanProsedur. Jakarta: KencanaPrenada
Media Group
Slameto.2010. BelajardanFaktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT RinekaCipta
Sriyono, dkk.1992. TehnikBelajarMengajardalam CBSA. Jakarta: RinekaCipta
Sugiyono. 2008. MetodePenelitianPendidikan, PendekatanKuantitaif, Kualitatifdan R&D.
Bandung: Alfabeta
Top Related