perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENERAPAN METODE SILABA
DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA
PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
MUSTAHSIN
NIM X7210090
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Mustahsin
NIM : X 7210090
Jurusab/Program Studi : FKIP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN METODE SILABA
DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA
KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-
benar merupakan karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012
Yang membuat pertanyaan
Mustahsin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENERAPAN METODE SILABA
DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA
PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
MUSTAHSIN
NIM X7210090
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE SILABA DALAM
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II
SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012”
yang disusun oleh:
Nama : Mustahsin
NIM : X7210090
telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Oktober 2012
DosenPembimbing I Warsiti, M.Pd. NIP19500709197603 2001
DosenPembimbing II Drs. H. Setyo Budi, M.Pd. NIP 19580428 198403 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE SILABA DALAM
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II
SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012”
yang disusun oleh:
Nama : Mustahsin
NIM : X7210090
telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 12 Oktober 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd.
Sekretaris : Kartika Chrysti Suryandari, M. Si.
Anggota I : Warsiti, M. Pd.
Anggota II : Drs. H. Setyo Budi, M. Pd.
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si. NIP 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Mustahsin. PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menguji dapat tidaknya metode silaba meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012, (2) mendeskripsikan langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas II SD N 2 Pejagatan yang berjumlah 23 siswa. Sumber data berasal dari guru kelas II, teman sejawat, serta siswa kelas II. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, angket, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif model miles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan sesuai indikator kinerja. (2) Langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 adalah: a) Guru memberikan materi secara singkat sesuai tema, b) Siswa membentuk kelompok bermain, dan mendengarkan penjelasan aturan permainan, c) Siswa melakukan permainan babak pertama yang berkaitan dengan suku-suku kata, d) Siswa melanjutkan permainan babak kedua tentang perangkaian suku-suku kata menjadi kata bermakna, e) Di babak ketiga, siswa bermain permainan tentang perangkaian kata-kata acak menjadi kalimat sederhana. f) babak terakhir, siswa bersama kelompok membaca teks dengan metode silaba yang sekaligus sebagai tes psikomotor keterampilan membaca.
Kata kunci: metode silaba, keterampilan, membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Mustahsin: Application of Silaba Method in Increasing Reading Skill at Second Grade Student of State Elementary School 2 Pejagatan In Academic Year 2011/2012. Skripsi, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. October 2012. The purpose of this research were (1) examine capability of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012, (2) describe the right steps on application of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012. This research is a Class Room Action Research (CAR). The research was conducted in two cycles. Each cycle consist of planning, action, observation, and reflection. Subject were 23 second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012. The data source came from the second grade teacher, peers, and students. The data are collected by technique of observation, interview, questionnaire, testing, and documentation. The data were analysis using Miles and Huberman interactive model consist of three component ar: data reduction, data display, and conclusion drawing/verification.
The result showed that (1) silaba method can increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012 appropriate work indicator, (2) the right step application of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012 are: a) The teacher brief learning the subject of lesson, b) Students are make 5 groups and listening a rule of game, (c) Students are playing first stage game on occasion of syllable, (d) Student continuing second stage game on occasion of string up syllable to a means word. (e) In stage three, students are playing game on occasion of string up random word to good simple sentence, (f) The last stage, students in groups are reading text with silaba method, all at once to a reading skill test.
Key words: Silaba method, reading, skill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
Sukses selalu menyertai orang-orang yang ulet dan penuh
kepercayaan pada diri sendiri (Leonardo da vinci)
Keberhasilan tanpa menempuh resiko tak beda dengan kemenangan
tanpa kebanggaan (Pierre Corneila)
“Defer no time, delays have dangerous ends.” (William Shakespeare)
“Be modest, be respectful of others, try to understand.” (Lakhdar
Brahimi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu kusuntingkan karya ini untuk:
v My self … you can do it.
v My father and mother …you are super parent.
v My little sister and brother…you are my inspiration.
v My friend… without you, what is the meaning of me.
v My student in SD N 2 Pejagatan…I do love you.
v Mr. Imam Suyanto… thank you so much.
v Mrs. Kartika Chrysti…thank’s a lot
v Mrs. Warsiti … my motivation.
v Mr. H. Setya Budi.… thank’s for all.
v And for Indonesia…don’t give up.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE SILABA
DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA
KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Warsiti, M.Pd. selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Harun Setyo Budi, M.Pd, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SD N 2 Pejagatan, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna
pengambilan data dalam penelitian.
7. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN....................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK............................................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ ix
KATA PENGANTAR................................................................................................. x
DAFTAR ISI............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................... 5
A. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan ................................. 5
B. Kerangka Berpikir .................................................................................... 30
C. Hipotesis Tindakan................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 32
B. Subjek Penelitian ...................................................................................... 33
C. Data dan Sumber Data ............................................................................. 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
D. Pengumpulan Data ................................................................................... 34
E. Uji Validitas Data ..................................................................................... 44
F. Analisis Data ............................................................................................. 45
G.Indikator Kinerja Penelitian ..................................................................... 47
H. Prosedur Penelitian .................................................................................. 47
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 53
A. Deskripsi Pratindakan .............................................................................. 53
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................................... 53
1. Siklus 1 ............................................................................................... 54
2. Siklus 2 .............................................................................................. 71
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar siklus ............................................ 85
D. Pembahasan .............................................................................................. 87
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................................ 90
A. Simpulan ................................................................................................... 90
B. Implikasi ................................................................................................... 90
C. Saran.......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92
LAMPIRAN............................................................................................................... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Denah SD N 2 Pejagatan ...................................................................... 32
3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................... 33
3.3. Indikator Kinerja Penelitian .................................................................. 47
3.4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ........................................................ 47
4.1. Perbandingan Nilai Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ........... 86
4.2. Perbandingan Nilai Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ........... 86
4.3. Diagram Ketuntasan Tes Psikomotor Keterampilan Membaca......... 88
4.4. Diagram Ketuntasan Tes Kognitif Keterampilan Membaca .............. 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Cakupan Materi Membaca Kelas 2 Semester II ................................... 21
3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Keterampilan Membaca .......................... 38
3.2. Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklus I ...... 39
3.3. .... Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklus II 40
3.4. Kisi-Kisi Butir Angket Siswa ................................................................ 41
3.5. Kisi-Kisi Lembar observasi ................................................................... 43
3.6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ............................................................. 44
3.7. Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ........................... 48
3.8. Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus ............................ 50
4.1. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ............................ 57
4.2. Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ....................................... 59
4.3. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ........................... 63
4.4. Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ....................................... 64
4.5. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 3 ........................... 69
4.6. Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 3 ....................................... 70
4.7. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan I .......................... 74
4.8. Analisis Nilai Evaluasi Siklus II Pertemuan 1...................................... 75
4.9. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 .......................... 78
4.10 Analisis Nilai Evaluasi Siklus II Pertemuan 2...................................... 80
4.11. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 3 .......................... 82
4.12. Analisis Nilai Evaluasi Siklus II Pertemuan 3...................................... 84
4.13. Perbandingan hasil Tindakan Antar Siklus........................................... 85
4.14 Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Angket Siswa ......................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Nilai Keterampilan Membaca Siswa Kelas II Semester I ................... 96
2 Silabus Pembelajaran............................................................................. 97
3 Skenario Siklus 1 Pertemuan 1 ............................................................. 99
4 Lembar observasi ................................................................................... 101
5 Pedoman Wawancara (Daftar Pertanyaan) .......................................... 103
6 Instrumen Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ........................... 104
7 Instrumen Tes Kognitif Keterampilan Membaca ............................... 107
8 Instumen Angket Siswa ......................................................................... 110
9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ....................................... 112
10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II...................................... 160
11 Daftar Presensi Siklus I dan II .............................................................. 197
12 Rekap Hasil Observasi Siklus I ............................................................ 198
13 Rekap Hasil Observasi Siklus II ........................................................... 201
14 Sampel Hasil Wawancara...................................................................... 204
15 Sampel Hasil Pekerjaan Siswa Tertinggi dan Terendah ..................... 206
16 Data Hasil Angket Siswa....................................................................... 208
17 Data Hasil Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ......................... 214
18 Data Hasil Tes Kognitif Keterampilan Membaca .............................. 220
19 Foto Pembelajaran Siklus I dan II ........................................................ 226
20 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer................................... 232
21 Surat Ijin Menggunakan SD .................................................................. 236
22 Surat Keterangan Kepala Sekolah ........................................................ 237
23 Data Siswa Kelas II Semester I............................................................. 238
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan Negara Indonesia
di semua jenis dan jenjang sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi, memegang peranan penting dalam pembaruan dan peningkatan
mutu pendidikan. Perhatian dan kegiatan pendidikan pelajaran Bahasa Indonesia
dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca,
dan menulis) bukan lagi pengajaran tentang tata bahasa semata. Mambaca
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang saling terkait dan penting
dimiliki agar dapat berkomunikasi secara optimal. Seseorang akan memperoleh
berbagai pengetahuan baru yang semakin meningkatkan wawasannya sehingga
mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup kedepan.
Heckman (2006) menuliskan pendapatnya tentang membaca sebagai
berikut:
”Teaching children to read accurately and with comprehension is one of the main goals of early education. Reading is critical because a great deal of formal education depends upon being able to read with understanding. Reading difficulties will inevitably create educational difficul-ties, which, in turn, are a major source of economic and social disadvantage. But such difficulties may be reduced by suitable early intervention ” (Mengajarkan anak untuk membaca dengan teliti, dengan fasih, dan dengan pemahaman yang cukup adalah satu dari tujuan utama pendidikan awal. Membaca itu kritis karena tujuan utama pendidikan formal bergantung pada kemampuan membaca dengan pemahaman. Kesulitan membaca tidak bisa diacuhkan, karena menjadikan kesulitan pendidikan yang mana, perubahan itu akan mendatangkan kerugian di sumber utama yaitu sosial dan ekonomi. Tetapi kesulitan seperti itu mungkin dapat diatasi dengan tindakan yang cocok), Hulme C. and Snowling M.J., 2010: 139.
Burns, dkk (1996) menuliskan bahwa membaca merupakan sesuatu yang
vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun anak-anak yang tidak memahami
pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk membaca (Rahim,
2008: 1). Sedangkan John Gardner menyatakan “Masyarakat kompleks setiap jam
bergantung pada kapasitas membaca dan menulis warganya, membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pertimbangan rumit dan bertindak berdasarkan informasi yang luas (Ahuja, P dan
Ahuja, G.C. 2010: 5). Bila tidak demikian, perkembangan ekonomi dan sosial
modern mustahil terjadi”. Kedua pendapat diatas tentunya mengindikasikan
bahwa keterampilan membaca harus dikuasai seseorang yang pada hakikatnya
merupakan makhluk monodualis, yaitu selain berdiri sendiri, mereka juga
membutuhkan orang lain.
Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru SD N 2 Pejagatan,
kenyataan di lapangan adalah hampir di setiap kelas selalu ada siswa yang belum
menguasai keterampilan membaca dengan baik padahal dari sisi usia sudah
semestinya keterampilan tersebut dimiliki. Di kelas tinggi, siswa banyak
melakukan kesalahan membaca, terlihat saat pelaksanaan upacara bendera ketika
membaca teks protokol, do’a, maupun UUD 1945. Sarana dan prasarana
pendukung kegiatan membaca juga sangat kurang, buku-buku di perpustakaan
hanya berjumlah ratusan dan mulai usang dimakan usia, serta kondisi ruangannya
juga tidak nyaman.
Di kelas rendah terutama kelas II juga demikian, banyak siswa yang
belum menguasai keterampilan membaca. Berdasarkan dokumen nilai
keterampilan membaca siswa kelas II di semester I terlihat bahwa siswa belum
sepenuhnya menguasai keterampilan membaca, dari 23 siswa yang dinyatakan
tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 hanya 7 anak (30,43 %)
dan yang belum tuntas sebanyak 16 anak (69,56%). Kurangnya penguasaan
keterampilan membaca siswa tersebut menimbulkan banyak masalah. Guru
merasa kesulitan saat mengajarkan materi dengan banyak tuntutan membaca
didalamnya, sebab harus menjelaskan terus menerus secara indvidu, sementara
dari sisi waktu dan tenaga sangat terbatas. Siswa yang berkesulitan membaca
(belum menguasai keterampilan membaca) selalu berbuat gaduh saat mengerjakan
soal. Mereka sering jalan-jalan untuk melihat jawaban teman sehingga
pertengkaran pun kerap terjadi. Prestasi siswa yang berkesulitan membaca juga
jauh dari teman yang lancar membaca, hampir di semua mata pelajaran. Jika guru
tidak segera melakukan tindakan, maka permasalahan akan menjadi semakin
banyak dan prestasi siswa akan menjadi semakin buruk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Metode silaba menjadi pilihan yang memungkinkan diantara metode-
metode lainnya untuk diterapkan dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
membaca. Pertimbangannya adalah metode ini mudah dipasangkan dengan
strategi maupun media lain. Proses pembelajarannya dimulai dari pengenalan
berbagai suku kata yang dapat dibaca siswa, mengingat mereka telah masuk fase
pertama yang telah mengenal huruf serta mampu membaca suku kata dengan
baik. Beban siswa ketika bertemu kata-kata yang panjang dapat teratasi dengan
metode silaba yang menampilkan kata-kata menjadi beberapa suku-suku kata.
Melalui pengalaman saat pembelajaran, siswa yang berkesulitan membaca,
mampu membaca dengan metode silaba sedikit demi sedikit per suku kata hingga
akhir bacaan.
Peneliti semakin termotivasi untuk mengadakan penelitian, selain sebagai
tugas penelitian, juga merupakan tantangan. Agar peneliti dapat meningkatkan
keterampilan membaca siswa kelas II, maka peneliti mengajukan judul penelitian
”Penerapan Metode Silaba dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Pada
Siswa Kelas II SDN 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengajukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca
pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012?
2. Bagaimanakah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan
keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran
2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
1. Menguji dapat tidaknya metode silaba meningkatan keterampilan membaca
pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Mendiskripsikan langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan
keterampilan membaca pada siswa kelas II SDN 2 Pejagatan Tahun Ajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat
baik dari segi teoritis maupun segi praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan/teori baru tentang
membaca dengan menggunakan metode silaba, serta sebagai tambahan
dokumen ilmiah agar dapat ditindaklanjuti oleh peneliti berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa diharapkan merasa gembira dengan berbagai kegiatan pembelajaran
membaca yang menyenangkan.
b. Bagi Guru
Memberikan pandangan bagi guru kelas rendah dalam merancang
pembelajaran membaca maupun memperbaiki keterampilan membaca.
c. Bagi Lembaga Sekolah
Mampu melihat pentingnya keterampilan membaca, sehingga turut
mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai untuk peningkatan
minat baca.
d. Bagi Peneliti Lain
Mendapatkan gambaran tentang penerapan metode silaba dan keterampilan
membaca siswa sehingga dapat mengadakan penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Kelas II
a. Karakteristik Siswa Kelas II
Rentangan usia pada kelas dua secara umum adalah 7 sampai 8 tahun.
Anak dalam masa ini berada dalam stadium operasional konkrit (7-11 tahun)
Stadium operasional konkrit dapat digambarkan sebagai menjadinya positif
ciri-ciri yang negativ pada stadium berfikir pra-operasional, artinya anak
sekarang misalnya sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari satu dimensi
sekaligus juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain.
Kekurangannya adalah anak akan mampu untuk melakukan aktivitas logis
tertentu dalam situasi yang konkrit (Haditono, 2006)
Perkembanyan egosentrisme pada stadium operasional konkrit disebut
Elkind (1971) sebagai realitas asumtif, dimana anak melihat kenyataan
berdasarkan informasi yang terbatas dan tidak dipengaruhi oleh informasi baru
atau informasi yang bertentangan. Sekarang anak tidak lagi memandang orang
tua sebagai yang serba tahu, bahkan mereka lebih percaya pada teman-teman
sebaya atau pada guru yang dalam hal ini dinamakan Elkind (1971) sebagai
keseimbangan kognitif. Mereka juga sering menunjukkan kecerdikan dan
superiornya mereka dengan berbuat kenakalan-kenakalan (Haditono, 2006:
115-116).
Ros dan Roe (1990) berpendapat bahwa perkembangan bahasa pada
periode operasional masuk pada fase semantik, yaitu anak dapat membedakan
kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata (Zuchdi dan
Budiasih, 2001). Memang benar bahwa rata-rata anak kelas dua sudah
mengenal huruf dan dapat membaca dan maupun menulis kata-kata yang
pendek.
Zuchdi dan Budiasih juga mengemukakan bahwa anak-anak kelas dua
sudah dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara kronologis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
meskipun alurnya belum jelas. Anak-anak juga mulai dilatih menggunakan
kalimat yang agak panjang dengan konjungsi: dan, lalu, dan, kata depan di, ke,
dari. Tentu hal tersebut agar anak siap untuk menapaki jenjang selanjutnya
yang lebih kompleks (2001).
Kesimpulannya adalah bahwa anak-anak kelas dua masuk dalam
periode kognitif, operasional konkrit dan periode bahasa semantik dimana
mereka dapat melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi konkrit, mereka
sudah mengenal huruf dan dapat membaca dan maupun menulis kata-kata yang
pendek serta dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara
kronologis, meskipun alurnya belum jelas.
b. Pengertian Membaca
Mengenai pengertian membaca Rahim (2008) berpendapat,
”Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif” (hlm. 2). Menurut
peneliti membaca bagaikan sebuah permainan, jika kita belum memilliki modal
dasar dan aturannya kita tidak dapat melakukan permainan atau dalam hal ini
tidak mampu membaca. Hal ini terbukti ketika kita membaca huruf jawa, kita
perlu hafal simbol dan tata bacanya hal itu berarti ”Membaca merupakan
aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah,
mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan
(Abdurrahman, 2003: 200).
Menurut Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. (2010: 36) Membaca adalah
kecakapan memaknai dan menemukan arti. Proses pendekodean (memaknai
dan menemukan arti) ini berfungsi sebagai alat atau sarana bagi proses mental
ketika pembaca mencoba memperoleh makna dari bahan bacaan. Pendapat
tersebut tentu mengarah pada tujuan lanjut dari keterampilan membaca.
Zuchdi dan Budiasih mengemukakan bahwa membaca merupakan
salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif, karena seseorang
dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan dan pegalaman-pengalaman
baru (2001). Pendapat ini mengingatkan kita kembali tentang arti pentingnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kegiatan membaca yang saat ini semakin tergantikan dengan kegiatan lain,
seperti menonton televisi atau mendengarkan radio. Padahal terdapat
pengalaman yang tidak tergantikan dalam kegiatan membaca misalnya
khayalan atau imajinasi ketika membaca sesuatu. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Matedu (mengutip pernyataan Tampubolon) menjelaskan pada
hakikatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan
makna dari tulisan. Walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan
huruf-huruf. (2009)
Finocchiaro dan Bonomo mengatakan bahwa reading adalah bringing
meaning to and getting meaning from printed or written material, memetik
serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Para
pelajar harus dibantu untuk menanggapi atau memberi respon terhadap
lambang-lambang visual yang telah mereka tanggapi. Setiap kesulitan yang
berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jeda haruslah dijelaskan
terleb ih dahulu sebelum para pelajar membacanya (Tarigan, H.G. 2008).
Pendapat para ahli diatas menuju kesimpulan, membaca adalah
kegiatan reseptif yang melibatkan berbagai aktivitas secara serentak
(melafalkan tulisan, aktivitas visual, berfikir psikolinguistik dan metakognitif),
dalam melihat rangkaian simbol-simbol bahasa atau tulisan demi mencari
makna.
1) Manfaat Membaca
Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. (2010: 20-23) menuliskan dua manfaat
besar membaca yaitu a) pembaca mampu menggunakan bacaannya untuk
meningkatkan pemahamannya dan menemukan wawasan baru, b) membaca
memberikan kontribusi ide-ide yang membantu orang-orang menjernihkan
nila-nilai dan merumuskan keputusan-keputusan. Besarnya manfaat
membaca dapat digunakan guru untuk memberikan dorongan lebih bagi
siswa dalam menguasai keterampilan ini.
Di sisi lain, manfaat membaca juga diuraikan oleh Sukirno (2009:
3) dalam bukunya ”Sistem Membaca yang Efektif” yaitu dengan membaca
seseorang dapat: a) berkomunikasi dengan orang lain, b) memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
informasi kepada orang lain, c) menangkap isi bacaan dengan cepat dan
tepat, d) menumbuhkan sikap positif terhadap bacaan, e) bersifat kritis
terhadap informasi yang diterima, f) menghargai nilai-nilai luhur yang ada
dalam masyarakat, g) memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona dan
memahami khasanah kearifan yang banyak hikmah, h) mengembangkan
berbagai keterampilan yang berguna untuk mencapai sukses dalam hidup, i)
membukakan jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam,
dan lorong keahlian yang lebar di masa depan, dan j) memperbaiki
nasibnya menjadi lebih baik.
Pendapat Sukirno memberikan gambaran bahwa kegiatan membaca
memberikan banyak manfaat bagi para pelakunya, tetapi memerlukan peran
serta guru dalam merangsang dan menggali manfaat membaca agar peserta
didik dapat mendapatkan dan merasakan manfaatnya. Dengan kata lain,
besarnya manfaat membaca yang dapat diperoleh atau dirasakan siswa
merupakan hasil dari efektifnya kegiatan membaca yang dilakukan siswa
maupun baiknya kualitas pembelajaran membaca yang dilakukan guru,
sehingga dapat menjadi salah satu indikator dalam keterampilan membaca
yang menjadi fokus penelitian ini.
2) Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari dan
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan,
H.G. 2008). Goodman (1980); Heath (1980); Mason (1977); Mason &
McCormick (1981); dan Taylor (1983) menuliskan tentang pentingnya
tujuan membaca ”Children are more likely to become involved in formal
reading if they have seen reading, writing, and speaking as functional,
purpose, and useful. Studies of early reading behaviors clearly ilustrate that
young children acquire their first information about reading and writing
through their functional uses” (Anak akan memungkinkan untuk terlibat
dalam membaca formal jika mereka dapat melihat bahwa membaca,
menulis, dan berbicara itu memiliki fungsi, tujuan dan bermanfaat.
Perlakuan pada pelajaran membaca permulaan harus secara jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mengilustrasikan bahwa anak muda mendapatkan informasi pertama tentang
membaca dan menulis yang menyambung dengan tujuan penggunaan
(Morrow, 1993: 115)
Tarigan lebih lanjut mengemukakan tujuan membaca sebagai berikut.
a) Reading for details or facts, membaca untuk memperoleh rincian atau
fakta-fakta;
b) Reading for main ideas, membaca untuk memperoleh ide-ide utama,;
c) Reading or sequence or organization, membaca untuk mengetahui urutan
atau susunan organisasi cerita;
d) Reading for inference, membaca untuk menyimpulkan;
e) Reading to classify, membaca untuk mengelompokkan atau
mengklasifikasikan;
f) Reading for evaluate, membaca untuk menilai atau mengevaluasi;
g) Reading to compare of contrast, merupakan tujuan membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan, contohnya menemukan
bagaimana cara tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda, bagaimana
tokoh menyerupai pembaca (Tarigan, H.G. 2008).
Seseorang cenderung akan mudah memahami bacaannya jika
disertai atau mempunyai tujuan tertentu. Sehingga guru dapat menetapkan
tujuan membaca sesuai silabus yang berlaku, dengan harapan siswa mampu
menguasai keterampilan membaca sesuai fase perkembangannya. (Rahim,
2008), Lebih lanjut Rahim menuliskan tujuan membaca yang mencakup: a)
kesenangan, b) menyempurnakan membaca nyaring, c) menggunakan
strategi tertentu, d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, e)
mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, f)
memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, g)
mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, h) menampilkan suatu
eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks
dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan i)
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan pendapat ahli tentang tujuan membaca, maka tujuan
membaca dalam penelitian ini adalah: a) membaca untuk memperoleh ide-
ide utama, b) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi
cerita anak, c) membaca untuk menilai atau mengevaluasi, d) membaca
untuk memperbandingkan atau mempertentangkan, e) kesenangan, f)
menyempurnakan membaca nyaring, g) memperbaharui pengetahuannya
tentang suatu topik, h) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang
telah diketahuinya, i) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau
tertulis, j) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Kesepuluh tujuan membaca tersebut menjadi pedoman guru dalam
merumuskan fokus tujuan, setiap kegiatan membaca yang dilakukan siswa.
Jika tujuan membaca yang diinginkan tercapai, berarti kemampuan
membaca siswa menunjukan perkembangan yang baik, sekaligus dapat
menjadikan indikator untuk menguji keterampilan membaca siswa.
3) Proses dan Produk Membaca
Proses membaca merupakan proses kompleks yang melibatkan
unsur visik dan mental, seperti penjelasan Burns dkk. (1997) yang
menyatakan bahwa proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu
sensor, persepsi, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap,
dan gagasan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Membaca dimulai dengan sensor visual yang diperoleh melalui
pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan;
b) Kegiatan berikutnya adalah persepsi terhadap makna simbol tadi
berdasarkan pengalaman yang dimiliki;
c) Aspek urutan proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian
tulisan yang tersusun pada halaman dari kiri ke kanan kecuali tulisan
bahasa Arab;
d) Pengalaman merupakan aspek penting dimana pengalaman luas dan
kosakata yang banyak akan lebih cepat menangkap makna bacaan;
e) Membaca adalah berpikir untuk memahami makna kata, kalimat,
paragraf yang dibaca, kemudian menyimpulkan maknanya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
f) Untuk memperoleh kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis, pembaca memerlukan teori belajar membaca yang benar yang
diperoleh melalu i pembelajaran sedini mungkin, baik dirumah maupun
disekolah;
g) Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna
merupakan aspek asosiasi dalam membaca, tanpa asosiasi, pembaca
mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan;
h) Aspek sikap atau afektif pembaca yang sangat diperlukan adalah
mempunyai minat/kegemaran membaca yang kuat, memusatkan
perhatian saat membaca, dan mempunyai motivasi membaca untuk
kebutuhan hidup;
i) Pembaca yang sudah terampil akan mudah menangkap gagasan yang ada
di dalam bacaan, baik berupa pikiran pokok atau topik bacaan (Sukirno,
2009: 5).
Sembilan tahapan membaca yang dikemukakan Burns, merupakan
proses otomatis yang membutuhkan keterampilan dari hasil latihan dan
bimbingan yang berkelanjutan, sehingga proses tersebut dapat terlaksana
dengan baik. Sedangkan Ahuja, P. dan Ahuja, G.C mendefinisikan
membaca adalah proses ganda yaitu: a) proses indrawi (sensori) yang
bergantung pada keterampilan visual tertentu, melibatkan pengenalan
(identifikasi) simbol-simbol dimana mata memainkan peran penting dan, b)
proses pemahaman (perseptual) yaitu mengacu pada interpretasi segala
sesuatu yang kita pahami, kita persepsi (2010).
Seseorang akan melalui tiga komponen dasar dari proses
membaca, yaitu recording, decoding, dan, meaning. Recording merujuk
pada kata-kata dan kalimat, decoding (penyandian) adalah proses
penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata dan meaning, adalah
pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat mulai dari
pemahaman literal, interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording dan
decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu kelas I dan II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
SD (membaca permulaan), sedangkan proses memahami makna (meaning)
lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi (Rahim, 2008).
Proses membaca menunjukkan adanya mekanika gerakan mata
yang memperlihatkan bahwa mata menyimak bahan yang tercetak dalam
baris-baris huruf dengan serangkaian gerakan dan hentian, ada satu gerakan
kemudian satu hentian, dan demikian seterusnya hingga baris itu habis.
Gerakan mata dicirikan oleh istilah-istilah: fiksasi, regresi atau refiksasi,
kembali menyapu, dan gerakan antar fiksasi, dengan penjelasan sebagai
berikut.
a) Fiksasi adalah hentian oleh mata sedemikian rupa sehingga mata dapat
bereaksi terhadap stimulus grafis. Banyak dan lama fiksasi bergantung
pada kesulitan bahan atau kematangan pembaca;
b) Regresi atau refiksasi adalah gerakan balik, atau fiksasi dalam arah
kanan-ke kiri pada gerakan mata, dimana banyak pembaca balik kembali
ke belakang karena merasa kurang percaya diri dan merasa
membutuhkan pembacaan ulang terus menerus. Regresi dapat terjadi
karena pembaca terselang oleh sesuatu atau adanya ketakutan persepsi;
c) Kembali menyapu, ketika menyelesaikan suatu baris bacaan, pembaca
membuat sapuan penglihatan ke permulaan baris berikutnya. Jika seluruh
baris di bawahnya hilang karena satu dan lain sebab, maka pembaca
harus melokasikan tempas yang pas untuk melakukan refiksasi. Pembaca
yang payah, akan membuat fiksasi ekstra, bahkan refiksasi atau regresi
karena tidak memahami bahan bacaan. Pembaca seperti ini
membutuhkan latihan untuk meningkatkan pengenalan dan pemahaman
kata, bukan sekedar gerakan mata;
d) Gerakan antar fiksasi, merupakan gerakan mata dari fiksasi ke fiksasi
lainnya. Banyak bahan atau jumlah kata yang dipersepsi seseorang dalam
setiap fiksasi (hentian oleh mata) disebut rentang pengenalan. lebih lebar
rentang pengenalan, lebih sedikit jumlah fiksasi. Bentukan rentang
pengenalan bergantung pada faktor psikologis yang intrinsik, tetapi
kondisi tertentu seperti terlalu dini dan terlalu dipaksakan pada bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
bacaan yang sulit, boleh jadi merusak bentukan rentang pengenalan yang
wajar (Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. 2010). Teori gerakan mata diatas
membawa peneliti pada satu indikator yaitu efisiensi membaca, dimana
pembaca memperoleh sesuatu dengan waktu yang sesingkat mungkin,
atau dengan kata lain adalah kelancaran membaca.
Kegiatan membaca akan menghasilkan produk berupa komunikasi
dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Syafi’ie (1993)
menuliskan ”Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca
harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut”
(Rahim, 2008: 15). Pendidik memegang peranan penting dalam
membimbing siswa menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca
dengan baik.
4) Jenis-jenis Membaca
Jenis-jenis membaca bertalian erat hubungannya dengan tujuan
membaca, dengan banyaknya tujuan membaca, banyak juga jenis-jenis
membaca yang dilakukan seseorang. Berdasarkan tingkat pendidikan jenis
membaca ada dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan
sebagai berikut (Sukirno, 2009).
a) Membaca Permulaan
Membaca permulaan diberikan kepada peserta didik semenjak
di taman kanak-kanak, kelas 1, dan kelas 2 sekolah dasar. Membaca
Permulaan disajikan melalui dua cara yaitu membaca permulaan tanpa
buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca permulaan
tanpa buku maksudnya ketika membaca tanpa menggunakan buku
sebagai media pembelajaran yang telah tersedia agar tidak membebani
siswa.
Adapun membaca permulaan dengan buku maksudnya anak
telah diperkenalkan kepada tulisan yang terdapat dalam buku secara
berseri karena telah mengenal semua lambang bunyi, jadi fungsi
membaca di sini untuk melancarkan. Membaca permulaan dengan buku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
merupakan tahapan yang cocok bagi kelas dua dengan karakteristiknya
yang sudah membaca suku kata.
b) Membaca Lanjutan
Membaca lanjutan sudah diberikan kepada peserta didik sejak
kelas 3 sekolah dasar sampai di perguruan tinggi, tentu dengan tingkat
kesukaran yang disesuaikan dengan usia dan tingkat pendidikannya.
Jenis-jenis membaca lanjutan antara lain:
(1) Membaca pemahaman, yaitu membaca yang dilakukan dalam hati
secara cermat dan teliti untuk mengetahui isi bacaan sampai kepada
hal yang sekecil-kecilnya. Edwards (1957) menyatakan bahwa
membaca pemahaman adalah perkembangan berkesinambungan
menuju kecakapan membaca yang lebih besar dan terdiri dari
banyak tahapan dengan keberhasilan bergantung pada besar-
kecilnya motivasi, latar belakang, substansial yang terait dengan
konsep, kemampuan mempersepsi kata, kemampuan menalar, dan
kemampuan memahami makna; (Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. 2010:
50)
(2) Membaca kritis, yaitu membaca untuk mengetahui fakta-fakta yang
terdapat dalam bacaan, kemudian memberi perhatian kepada fakta-
fakta itu. Membaca kritis adalah jenis membaca tertinggi yang
dicapai seseorang, karena tidak sekedar mengetahui apa yang
dibaca, tetapi mengapa penulis membuat tulisan/karangan itu.
Membaca kritis memerlukan keterampilan untuk merangkum,
menganalisis, dan menilai gagasan yang ada dalam bacaan. Albert
et all (1961) mengemukakan bahwa membaca kritis (critical
reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana,
penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan
hanya mencari kesalahan; (Tarigan, H.G. 2008: 92)
(3) Membaca cepat, yakni kegiatan membaca secara cepat untuk
memahami gagasan pokok dalam bacaan secara cepat pula, tentu
perlu latihan secara teratur;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(4) Membaca bahasa atau membaca telaah bahasa, yaitu keterampilan
membaca untuk menelaah bahasa. Penekanannya adalah pada
latihan penelaahan hukum dan kaidah bahasa, seperti: pemakaian
huruf kapital, pengrtuasi, tanda baca, afiksasi, sinonim, homonim,
idiom, pola kalimat, peribahasa, defiasi kata, dan gaya bahasa;
(5) Membaca untuk keperluan studi, yaitu kegiatan membaca yang
bertujuan untuk mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan
studi seseorang. Misalnya membaca buku-buku pembelajaran yang
dianjurkan oleh para guru;
(6) Membaca untuk keperluan praktis, ialah membaca yang digunakan
untuk memenuhi keperluan sehari-hari sesuai dengan tugas kita
masing-masing, baik seorang siswa, mahasiswa, guru, dokter dan
lain-lain;
(7) Membaca bebas, yaitu keterampilan membaca yang penekanannya
terletak pada latihan kebiasaan mengisi waktu luang dengan
kegiatan membaca;
(8) Membaca di perpustakaan, yaitu kegiatan membaca di ruang
perpustakaan dengan memanfaatkan buku-buku di perpustakaan;
(9) Membaca teknik, yakni keterampilan membaca lisan atau membaca
bersuara atau membaca keras yang penekanannya terletak pada
kemampuan membaca dengan pengucapan atau pelafalan, intonasi,
jeda, dan pelaguan yang tepat sesuai dengan isi dan situasi bacaan.
Naskah yang baik untuk dibaca teknik antara lain : naskah
pancasila, UUD 1945, ikrar/janji/sumpah, naskah berita, naskah
pidato, naskah doa, naskah urutan upacara, kisah/biografi
seseorang, naskah pengumuman, atau naskah nonsastra;
(10) Membaca indah, yaitu keterampilan membaca nyaring/bersuara
yang sering d isebut juga dengan istilah membaca sastra, membaca
estetis, membaca ekspresif. Penekanannya terletak pada
kemampuan pengucapan, intonasi, jeda, penggambaran,
penghayatan, keindahan, dan keharuan yang terdapat dalam isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
bacaan. Naskah yang dibaca misalnya: puisi bebas atau puisi terikat
seperti pantun, syair, gurindam, cerpen, legenda, hikayat, dongeng,
dan naskah drama.
Tarigan, H.G. menuliskan bahwa jenis-jenis membaca ditinjau
dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca waktu dia membaca
(2008). Maka proses membaca dapat dibagi atas:
a) Membaca Nyaring
Membaca nyaring, membaca bersuara, membaca lisan (reading
out loud; oral reading; reading aloud) adalah suatu aktivitas atau
kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang
(Tarigan, H.G. 2008).
Membaca bersuara merupakan kegiatan membaca yang
dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan
kalimat dari bacaan yang kita hadapi (Mulyati, 2007).
Membaca teknik dan membaca indah adalah jenis membaca
yang masuk dalam kategori membaca nyaring. Perbedaannya adalah
membaca teknik ditujukan pada teks non sastra, sedangkan membaca
indah dikhususkan pada teks sastra (Sukirno, 2008).
b) Membaca dalam Hati
Membaca dalam hati (silent reading) merupakan kegiatan
membaca yang hanya mengandalkan kemampuan visual, pemahaman,
serta ingatan dalam menghadapi bacaan, tanpa mengeluarkan suara atau
menggerakkan bibir (Mulyati, 2007). Tujuan utama membaca dalam hati
adalah untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati
merupakam kunci bagi semua ilmu pengetahuan (Tarigan, H.G. 2008).
Para ahli sependapat untuk mememberikan jangka waktu yang lebih
banyak untuk membaca jenis ini ketika para pelajar meningkat dari kelas
rendah ke kelas tinggi, untuk itu guru harus menyiapkan para peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
didik di kelas rendah degan baik untuk menguasai keterampilan
membaca dalam hati.
Tarigan, H.G. lebih lanjut merinci jenis membaca dalam hati
yang terbagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif
(2008).
(1) Membaca Ekstensif
Membaca ektensif berarti membaca secara luas, obyeknya
meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Tuntutan membaca ektensif adalah memahami isi-isi
penting dengan cepat sehingga efisiensi tercapai.
Membaca ektensif meliputi:
(a) Membaca survey (survey reading), yaitu membaca untuk
mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, seperti meneliti
indeks-indeks, melihat-lihat judul-judul bab dan memeriksa
bagan atau skema buku yang bersangkutan;
(b) Membaca sekilas (skimming), adalah sejenis membaca yang
membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat,
memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta
mendapatkan informasi, penerangan;
(c) Membaca dangkal (superficial reading), ialah membaca
dengan tujuan memperoleh pemahaman yang dangkal yang
bersifat luaran, dan tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.
Biasanya dilakukan untuk kesenangan, membaca bacaan
ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang.
(2) Membaca Intensif
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan
penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap
suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman
setiap hari. Membaca telaah isi (content study reading) dan
membaca telaah bahasa (linguistic study reading) merupakan jenis
membaca yang masuk kelompok membaca intensif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Membaca telaah isi adalah bila kita biasanya ingin
mengetahui dan menelaah isi secara mendalam, serta ingin
membaca dengan teliti suatu bahan bacaan yang kita temukan
(menarik hati) setelah membaca sekilas. Membaca telaah isi terbagi
atas (a) membaca teliti, (b) membaca pemahaman, (c) membaca
kritis, (d) membaca ide.
Membaca telaah bahasa merupakan kegiatan membaca
yang berkaitan dengan bahasa (language) sebagai unsur
jasmaniyah, bersanding dengan unsur lain yaitu rohaniah berupa isi
(content) yang terdapaat dalam setiap bacaan. membaca telaah
bahasa mencakup (a) membaca bahasa asing (foreign language
reading), dan (b) membaca sastra.
Berkenaan dengan jenis-jenis membaca yang dilaksanakan dalam
penelitian ini, d irencanakan meliputi: a) membaca tanpa buku, b)
membaca dengan buku, c) membaca untuk keperluan praktis, d) membaca
di perpustakaan, e) membaca teknik, f) membaca sekilas (skimming), g)
membaca indah, dan h) membaca dangkal (superficial reading).
5) Pendekatan Membaca
Syafi’ie (1993) mengemukakan bahwa pendekatan dalam
pengajaran bahasa mengacu kepada teori-teori tentang hakikat bahasa dan
pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai landasan dan prinsip
pengajaran bahasa (Rahim, 2008: 31). Pendekatan-pendekatan yang
dimaksud adalah:
a) Pendekatan Komunikatif
Pendakatan ini mengarah kepada tujuan pengajaran yang
mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Prinsipnya,
pengejaran membaca harus didasarkan pada tujuan membaca dan
diarahkan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Zuhdi
dan Budiasih berpendapat bahwa pendekatan komunikatif merupakan
pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran nahwa kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam pembelajaran bahasa (2001)
b) Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Semiawan dan Joni (1993) memberikan batasan bahwa esensi
pendekatan ini terletak pada penghayatan pengalaman belajar yang
diprogramkan oleh siswa (Rahim, 2008: 32).
c) Pendekatan Terpadu
Pada praktiknya, aspek-aspek bahasa selalu tampil bersama,
sehingga pembelajaran bahasa dirancang baik dengan perpaduan antar
keterampilan membaca maupun dengan bidang studi yang lain. Waktu
satu hari dapat digunakan untuk mata pelajaran yang terkait dengan
menggunakan salah satu tema sebagai penyatunya. Yeager (1991)
menyatakan bahwa pembelajaran bahasa secara terpadu menaruh
penghargaan terhadap bahasa, dan dengan seksama meningkatkan
penguasaan bahasa siswa (Zuchdi dan Budiasih, 2001: 43).
d) Pendekatan Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang
mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil, siswa
bekerja sama dan saling membantu menyelesaikan tugas. Metode
kooperatif yang sering digunakan misalnya STAD (Student Teams
Achievement Divisions), CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition), dan TAI (Team assisted Individualization).
Berpedoman pada kurikulum KTSP yang menekankan
pembelajaran tematik pada kelas I dan II, maka pendekatan yang
semestinya peneliti gunakan adalah pendekatan terpadu dalam satu mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang memadukan empat keterampilan
berbahasa.
6) Strategi Membaca
Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala
sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Rahim mencantumkan tujuh model strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
membaca, yaitu: a) bawah-atas (bottom-up), b) atas-bawah (top-down), c)
model membaca campuran (eclectic), d) model strategi interaktif, e)
strategi KWL (Know-Want to Know-Learned), f) Strategi DRA (Directed
Reading Activity), dan g) Strategi DRTA (Directed Reading Thingking
Activity) (2008). Berbagai model tersebut memberikan pandangan kepada
peneliti untuk merancang pembelajaran yang variatif sehingga peserta
didik tidak merasa bosan dan antusias mengikutinya.
7) Teknik Membaca
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan
ajar yang telah disusun (dalam model), berdasarkan pendekatan yang
dianut. Teknik yang digunakan guru perlu memprtimbangkan situasi kelas,
lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain
(Zuchdi dan Budiasih, 2001).
Ahuja, P. dan Ahuja G.C. sedikitnya menulisakan empat teknik
membaca yang bertitik tolak dari asumsi bahwa pembaca telah
mengembangkan keteranpilan membaca frase, memahami struktur
paragraf dan dapat mengidentifikasi kata kunci, yang meliputi: a) SQ3R
(Survey, Question, Read, Recite, Review), b) SQ4R (Survey, Question,
Read, Recite, Repeat, Review), c) OK4R (Overview, key Ideas, Read,
Recall, Reflect, Review), dan PQRST (Preview, Question, Read,
Summarize, Test) (2010).
Beberapa Teknik membaca diatas, juga ditu liskan Sukirno dalam
buku ”Metode membaca yang efektif” seperti: metode STUDY (Survey the
entire assigment, Think of question, Understand your reading, Your review
the entire assigment) dan OK5R (Overview, key Ideas, Read, Record,
Recite, Review, Reflect). Di sisi lain, Tampubolon merinci teknik
membaca yang meliputi: a) baca-pilih (selecting), b) baca-lompat
(skipping), c) baca-layap (skimming), d) bata-tatap (scanning) (2009).
(Farida Rahim, 2008: 51-52)
Sedangkan Tarigan, J dan Tarigan, H.G. menuliskan teknik-
teknik pembelajaran membaca yang meliputi: a) lihat dan baca, b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menyusun kalimat, c) menceritakan kembali, d) parafrase, e) melanjutkan
cerita, f) mempraktekan petunjuk, g) baca dan terka, h) membaca sekilas
(skimming), i) membaca sepintas (scaning), dan j) SQ3R (survei, susun
pertanyaan, baca, ceritakan kembali, kaji ulang) (1986).
Sebelas teknik pembelajaran membaca tersebut cukup relevan
sebagai acuan dalam menciptakan suasana pembelajaran membaca yang
efektiv dan variatif. Keseluruhan teknik-teknik membaca yang ada,
manakala dibutuhkan akan menjadi sumber pilihan peneliti dalam
merancang pembelajaran membaca dengan metode silaba yang efektif,
yaitu memadukan metode silaba yang menjadi fokus, dengan teknik yang
sesuai.
8) Materi Membaca
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN
2 Pejagatan tahun 2010, maka cakupan materi membaca kelas 2 semester
II, jika dilihat dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatornya
adalah sebagai berikut (Dinas P dan K, 2010).
Tabel 2.1. Cakupan Materi Membaca Kelas 2 Semester II
SD N 2 Pejagatan
Standar
Kompetensi Kompetensi dasar Indikator
7. Memahami
ragam wacana
tulis dengan
membaca
nyaring dan
membaca
dalam hati.
7.1 Membaca nyaring teks
(15-20 kalimat)
dengan
memperhatikan lafal
dan intonasi yang
tepat.
- membaca teks cerita dengan
lafal dan intonasi yang tepat.
- menjawab dan mengajukan
pertanyaan dan isi bacaan
yang dibaca.
7.2 Menyebutkan isi teks
agak panjang (20-25
kalimat) yang dibaca
dalam hati
- memilih bacaan yang
disenangi
- menjelaskan isi bacaan yang
telah dibaca
- memberikan pendapat atau
komentar tentang isi bacaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Zuchdi dan Budiasih (2001) menuangkan beberapa materi
pembelajaran membaca bagi kelas 2 yang masih didasarkan pada
kurikulum terdahulu (GBPP 1994) sebagai berikut:
a) Persiapan (Pramembaca)
Pada tahap ini, siswa diajarkan: (1) sikap duduk yang baik,
(2) cara meletakkan atau menempatkan buku di meja, (3) cara
memegang buku, (4) cara membalik halaman buku yang tepat, (5)
Melihat atau memperhatikan gambar atau tulisan.
b) Setelah Pramembaca
(1) Materi paragraf (15 sampai 20 baris) dibaca dengan lafal dan
intonasi yang tepat dan wajar. Bahan untuk itu diambil dari buku
ajar, atau majalah anak-anak, misalnya Bobo, dengan memilih
wacana yang ada kaitannya dengan bidang studi IPA, IPS, atau
Matematika;
(2) Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya), bahan untuk
ini pun dapat diambil dari bacaan anak atau membuat sendiri;
(3) Huruf besar pada awal kalimat yang dapat dibuat sendiri atau
mengambil bahan bacaan anak yang sesuai dengan tingkat
kemampuan dan usia siswa;
(4) Bacaan dengan kalimat-kalimat sederhana (menggunakan huruf
kapital pada awal kalimat) untuk dipahami isinya;
(5) Cerita anak-anak (dengan memperhatikan jeda yang ada dalam
bacaan);
(6) Percakapan/dialog tentang suatu kegiatan (menggunakan tanda
baca titik dan tanda tanya pada akhir kalimat);
(7) Puisi anak-anak (dibaca secara kelompok).
Mengacu dua sumber materi membaca tersebut, peneliti tetap
berpedoman pada kurikulum KTSP yang berlaku, dengan menjadikan
sumber dari Zuchdi dan Budiasih sebagai pandangan maupun
perbandingan materi-materi yang semestinya dilalui (dikuasai) siswa di
kelas dua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c. Pengertian Keterampilan
Muttaqin mendefinisikan keterampilan sebagai usaha untuk
memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat dalam menghadapi
permasalahan belajar. Pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses
komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan
tepat melalui belajaran kerajinan dan teknologi rekayasa, dan teknologi
pengolahan (2008).
Pusat Bahasa, Depdiknas mendefinisikan keterampilan sebagai
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan dalam hal ini adalah
membaca, jadi keterampilan membaca adalah kecakapan seseorang dalam
membunyikan bahasa tulis untuk mencari makna (2008).
Keterampilan dapat diuraikan dengan kata seperti otomatik, cepat, dan
akurat. Meskipun demikian, adalah keliru menganggap keterampilan sebagai
tindakan tunggal yang sempurna, karena setiap pelaksanaan sesuatu yang
terlatih walaupun menulis huruf a, merupakan suatu rangkaian koordinasi
beratus-ratus otot rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi
kesalahan yang berkesimanbungan. Sesuai pendapat Cronbach bahwa
keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan,
(Hurlock, 1987: 154).
Kesimpulannya adalah keterampilan merupakan kecakapan yang
otomatik, cepat dan akurat sebagai usaha menyelesaikan tugas atau
menghadapi permasalahan belajar dan berkembang menjadi kebiasaan jika
dipelajari dengan baik.
d. Pengertian Keterampilan Membaca
Broughton, et all (1978) menyebutkan bahwa membaca merupakan
keterampilan yang kompleks, rumit dan melibatkan serangkaian keterampilan-
keterampilan yang lebih kecil, sehingga dapat dikatakan keterampilan
membaca mencakup tiga komponen yaitu,
1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca (keterampilan A);
2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik
yang formal (keterampilan B);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning
(keterampilan C) (Tarigan, H.G. 1983: 11).
Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk megenal bentuk-
bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas
suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam
hubungan-hubungan berpola yang teratur dan rapi. Keterampilan B merupakan
suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas
dengan bahasa. Keterampilan C atau ketiga (keterampilan intelektual)
merupakan kemampuan atau abilitas menghubungkan tanda-tanda hitam di atas
kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi,
dengan makna yang dikembangkan oleh kata-kata tersebut. Ahli lain
mengatakan bahwa keterampilan membaca merupakan jenis keterampilan
berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif yang berkaitan erat dengan 3 jenis
keterampilan berbahasa lainnya yaitu mendengar, berbicara, dan menulis
(Mulyati, 2007).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah keterampilan membaca
merupakan suatu kecakapan (otomatik, cepat dan akurat) yang kompleks,
untuk menyelesaikan suatu tugas yang bersifat reseptif dengan membunyikan
serangkaian simbol-simbol bahasa tulis melalui proses recording, decoding,
dan meaning.
Keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring
bagi kelas II adalah: 1) membaca dengan terang dan jelas, 2) membaca
dengan penuh perasaan, ekspresi, dan 3) membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa
terbata-bata (Tarigan, H.G. 2008). Keterampilan mambaca dalam hati
menuntut siswa kelas II SD untuk menguasai: 1) membaca tanpa gerakan-
gerakan bibir atau kepala, dan 2) membaca lebih cepat secara dalam hati
daripada secara bersuara.
e. Pengertian Peningkatan Keterampilan Membaca
Peningkatan merupakan kata berimbuhan dari kata tingkat yang
mendapat awalan pe-, dan akhiran –an. Pusat Bahasa, Depdiknas menuliskan
bahwa peningkatan merupakan proses, perbuatan, cara meningkatkan (usaha,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kegiatan, dan sebagainya). Mengacu kepada penelitian, maka peningkatan
yang dimaksud adalah usaha untuk meningkatkan keterampilan membaca
siswa kelas dua (2008).
Kesimpulan yang peneliti dapatkan dari definisi para ahli tersebut
adalah bahwa peningkatan keterampilan membaca merupakan suatu perbuatan
untuk meningkatkan kecakapan siswa dalam membunyikan bahasa tulis untuk
mencari makna.
Tarigan H.G. mencantumkan usaha dalam mengembangkan serta
meningkatan keterampilan membaca sebagai berikut.
1) Memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka memahami
keadaan dan seluk beluk kebudayaan;
2) Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna-makna kata-kata baru;
3) Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol;
4) Membantu para pelajar memahami struktur-struktur (termasuk struktur
kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi pelajar bahasa);
5) Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman (komprehension
skills) kepada para pelajar;
6) Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca
(2008).
Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. menuliskan usaha meningkatkan
keterampilan membaca melalui surat kabar, yaitu guru membantu para
siswanya dalam kegiatan-kegiatan berikut dengan bantuan surat kabar:
1) meningkatkan penguasaan kata, 2) menambah pundi-pundi pengetahuan
umum, 3) memperbaiki jangkauan mata, 4) meningkatkan kecepatan membaca,
5) mengembangkan keterampilan skimming dan scaning, 6) meningkatkan
fleksibilitas dalam membaca, 7) mengembangkan keterampilan membaca kritis
(2010).
Kesimpulan dari peneliti adalah, bahwa peningkatan keterampilan
membaca siswa kelas dua adalah suatu perbuatan untuk meningkatkan kecakapan
anak-anak kelas dua yang memasuki periode operasional konkrit dan masuk
periode bahasa semantik untuk menyelesaikan suatu kegiatan reseptif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(mendapatkan informasi) yang melibatkan sejumlah aktifitas fisik dan mental
secara serentak (melafalkan tulisan, aktivitas visual, berfikir psikolinguistik dan
metakognitif), dalam melihat rangkaian simbol-simbol bahasa atau tulisan demi
mencapai tujuan membaca tertentu.
2. Penerapan Metode Silaba
a. Pengertian Metode
Pusat Bahasa, Depdiknas memberi batasan tentang metode yaitu
merupakan cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk
mencapai maksud, metode juga dapat dikatakan sebagai cara kerja yang
teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah
guna mencapai maksud yang ditentukan (2008). Alya juga mendefinisikan
metode adalah cara teratur yang dapat digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan (2007).
Di sisi lain, metode diartikan sebagai rencana keseluruhan penyajian
bahan pembelajaran bahasa secara rapi dan tertib yang tidak ada bagian-
bagiannya yang berkontradiksi, dan kesemuanya itu didasarkan pendekatan
terpilih (Tarigan, J. dkk, 1997). Sumantri dan Permana menjelaskan bahwa
metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran
proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (2001).
Berdasarkan defin isi para ah li diatas, disimpulkan bahwa metode
adalah cara-cara teratur yang ditempuh guru berdasarkan pemikiran yang
matang untuk memudahkan menciptakan situasi pembelajaran yang
mendukung guna mencapai kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya
prestasi yang memuaskan.
b. Pengertian Metode Silaba
Chaer menuliskan batasan bahwa silaba adalah satuan ritmis terkecil
dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran yang mempunyai puncak
kenyaringan yang biasanya jatuh pada sebuah vokal. Satu silaba biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
meliputi satu vokal atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih. (Rufisa,
2010). Silaba yang dimaksudkan adalah suku kata (silabel), menurut Pusat
Bahasa, Depdiknas adalah struktur yang terjadi dari satu atau urutan fonem
yang merupakan konstituen kata (2008). Mengenai silaba yang merupakan
nama lain dari istilah suku kata, Tarigan, J, dkk. menuliskan ” ...keterampilan
membaca melalui metode Suku Kata atau Metode Silaba.” (1997: 5.8). Dari
definisi para ahli tentang silaba penulis menyimpulkan bahwa silaba
merupakan struktur satuan ritmis terkecil dalam satu arus ujaran dengan vokal
biasanya sebagai puncak kenyaringan dan urutan fonem yang ada menjadi
konstituen kata.
Metode silaba merupakan metode suku kata yang menyajikan suatu
kata ke dalam beberapa suku kata agar siswa dapat membacanya. Proses
pembelajaran membaca menulis permulaan (MMP) dengan metode ini diawali
dengan pengenalan suku kata, kemudian suku kata dirangkaikan menjadi kata-
kata bermakna (Tarigan, J. dkk, 1997: 5.8). Metode ini bersanding dengan
metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga yang semuanya
merupakan kelanjutan dari metode suku kata. Senada dengan pendapat
Tarigan, J. dkk. (1997), metode silaba didefinisikan sebagai proses
pembelajaran MMP yang diawali dengan pengenalan suku kata, seperti a) ba,
bi, bu, be, bo, b) ca, ci, cu, ce, co, c) da, di, du, de, do, d) ka, ki, ku, ke, ko, dan
seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata
bermakna. (Mulyati, 2011).
Pendapat tentang metode silaba, memberikan gambaran bahwa metode
silaba ialah cara teratur yang ditempuh untuk membantu siswa membaca
dengan cara menyajikan suatu kata ke dalam beberapa suku kata berdasarkan
pemikiran yang matang, serta situasi yang mendukung kelancaran proses
belajar, agar tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi, guna mencapai
maksud yang ditentukan.
Langkah-langkah pembelajaran MMP (Membaca dan Menulis
Permulaan) dengan metode silaba (suku kata) adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata misalnya: a) ba, bi, bu, be, bo,
b) ca, ci, cu, ce, co, c) da, di, du, de, do, dan d) ka, ki, ku, ke, ko.
2) Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata; contohnya: a) bo-
bi, cu-ci, da-da, ka-ki, b) bi-bi, ci-ca, da-du, ka-ku, c) ba-ca, ka- ca, du-
ka, ku- da, d) ko-ko, ci-ci, bo- bo, dan sebagainya.
3) Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana; a) ka-ki ku-da, b) ba-ca bu-ku, c) cu-ci ka-ki, d) ku-ku ci-ci
(dan sebagainya).
c. Pengertian Penerapan Metode Silaba
Pusat Bahasa, Depdiknas memberi batasan bahwa penerapan adalah
perbuatan menerapkan (2008). Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat
bahwa penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode,
dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan
tersusun sebelumnya
Kesimpulan yang diambil adalah bahwa penerapan metode silaba
ialah suatu perbuatan menerapkan cara yang teratur berdasarkan pemikiran
yang matang untuk menyelesaikan pekerjaan membaca demi mencapai maksud
dengan cara menjadikan kata menjadi suku-kata yang merupakan satuan ritmis
terkecil dalam satu arus ujaran dengan vokal biasanya sebagai puncak
kenyaringan dan menjadi pembentuk (konstituen) kata.
3. Hasil Penelitian yang Relevan
a. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Suzi Lediana Sari tentang
peningkatan keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan media
kartu bergambar (flash card) siswa kelas I SD Negeri I Nungkulan
Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011.
Tujuan penelitiannya adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca
permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui media kartu
bergambar (flash card) siswa kelas I SD Negeri 1 Nungkulan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dokumentasi dan tes, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik
analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi. Hasil
penelitian menunjukkan (1) Adanya peningkatan nilai rata-rata yang
diperoleh siswa pada pra tindakan 71; siklus pertama 72; dan siklus kedua
81, (2) Adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu pra
tindakan 68%; siklus pertama 88%; dan siklus kedua 100%. Kesimpulannya
adalah media pembelajaran kartu bergambar (flash card) dapat
meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas I SDN 01
Nungkulan Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran
2010/2011.
b. Penelitian tentang meningkatkan keterampilan membaca dengan
menggunakan media pias-pias kata pada siswa kelas II SDN 2 Selodoko
Kec. Ampel, Kabupaten Boyolalitahun pelajaran 2009/ 2010 oleh Siswanto.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca melalui
penggunaan media pias-pias kata. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dan tes, sedangkan teknik analisis data menggunakan
teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis
yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi. Hasilnya
adalah rata-rata kemampuan keterampilan membaca siswa relatif lebih tinggi
dibandingkan sebelum menggunakan media pias-pias kata. Nilai rata-rata
siswa sebelum menggunakan media pias-pias kata nilainya
59,3 dan nilai rata-rata siswa setelah menggunakan media pias-pias kata
pada siklus I nilainya
nilainya
adalah 80. Kesimpulannya pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan media pias-pias kata dapat meningkatkan keterampilan
membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Kerangka Berpikir
Membaca merupakan suatu kegiatan reseptif yang melibatkan berbagai
aktivitas serentak, dalam mencari makna melalui proses recording, decoding, dan
meaning. Anak kelas II SD berusia antara 7-8 tahun. Usia tersebut masuk dalam
periode kognitif operasional konkrit dan periode bahasa semantik dimana mereka
dapat melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi konkrit, anak sudah dapat
membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata serta
mereka sudah dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara
kronologis, meskipun alurnya belum jelas. Pada umur 7-8 tahun kebanyakan anak
telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata yang d iperlukan
untuk membaca yang diperolehnya di sekolah.
Keterampilan membaca siswa kelas dua SD N 2 Pejagatan sudah sampai
pada penguasaan membaca suku kata dan kata-kata sederhana (kata dasar), tetapi
siswa masih kesulitan untuk membaca rangkaian kata-kata yang panjang
(berimbuhan), sehingga proses recording (perekaman) belum terlaksana dengan
lancar, dan mempengaruhi proses maupun tujuan membaca selanjutnya yaitu
proses recording (penyandian) maupun meaning (pemaknaan).
Metode silaba ialah cara teratur yang ditempuh untuk membantu siswa
membaca dengan cara menyajikan suatu kata ke dalam beberapa suku kata
berdasarkan pemikiran yang matang, serta situasi yang mendukung kelancaran
proses belajar, agar tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi, guna
mencapai maksud yang ditentukan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
dari penerapan metode silaba adalah, metode ini cukup sederhana sehingga murah
dan mudah dilaksanakan oleh guru, mudah diterapkan dengan berbagai
pendekatan, teknik, maupun media pembelajaran bahasa yang beraneka macam.
Metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas
dua SD karena kesulitan yang dihadapi siswa ketika membunyikan kata-kata
panjang (berimbuhan) dapat teratasi dengan tampilan kata-kata panjang yang
ditemui, menjadi beberapa suku kata yang dapat dibaca dengan mudah sehingga
proses maupun tujuan selanjutnya dapat dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa metode silaba dapat
meningkatkan keterampilan membaca pada Siswa Kelas 2 SDN 2 Pejagatan.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori (kerangka teoretik), dan kerangka berfikir
(kerangka konseptual), dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
Jika penerapan metode silaba dilaksanakan sesuai skenario, maka dapat
meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan
Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD N 2 Pejagatan,
Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen. SD N 2 Pejagatan terletak ± 16
km sebelah timur pusat Kota Kebumen. SD ini letaknya berada di pinggir jalan
menuju Desa Sidogede, dekat dengan rumah penduduk, sehingga cukup mudah
dijangkau. Lapangan sepak bola yang luas untuk berbagai kegiatan dan
perpustakaan yang dapat dimanfaatkan untuk belajar membaca merupakan bagian
dari sarana dan prasarana sekolah ini. Pada tahun ajaran 2011/2012 SDN 2
Pejagatan memiliki siswa dengan jumlah 122 siswa, dan jumlah guru/karyawan
sebanyak 12 orang. Denah SD N 2 Pejagatan tampak sebagai berikut.
Gambar 3.1 Denah SD N 2 Pejagatan
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan November 2011
sampai bulan Juni 2012 pada kelas II Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan
berfokus pada keterampilan membaca. Penelitian ini terdiri dari dua siklus
dengan masing-masing siklus dialokasikan tiga pertemuan. Adapun jadwal
kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
U
S
KELAS 1
KELAS II
KELAS V
KELAS VI
KANTOR
RUANG
PERPUS
KELAS III
KELAS
IV
WC
lapangan sepak bola
jalan setapak
jalan menuju Desa Sidogede
rumah penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
No Uraian Kegiatan Bulan Des. Jan. Feb. Mar. April Mei Juni Juli Agt Sept
1. Pembuatan Proposal 2. Pembuatan Instrumen 3. Seminar konsep
penelitian
4 Siklus I - Pertemuan 1 - Pertemuan 2 - Pertemuan 3 5 Siklus II - Pertemuan 1 - Pertemuan 2 - Pertemuan 3 7 Penyusunan konsep
laporan
Ujian Skripsi 8 Revisi laporan 9 Penggandaan dan
penyerahan hasil.
Gambar 3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SDN 2 Pejagatan
pada Tahun Ajaran 2011/2012, yang berjumlah dua puluh tiga siswa, yang terdiri
atas dua belas siswa laki-laki dan sebelas siswa perempuan. Mayoritas siswa
adalah dari keluarga petani dan buruh yang pendidikannya tidak terlalu tinggi,
sehingga perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya tidak memadai.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data merupakan subyek penelitian di mana data menempel.
Sumber dapat berupa benda, gerak, manusia, tempat, dan sebagainya (Suharsimi
Arikunto, 2006: 145) . Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan yaitu
meliputi sumber data dari siswa, guru, dan dokumen.
1. Siswa
Siswa menjadi responden (orang yang menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan) dalam pelaksanaan teknik
angket (kuesioner) dan tes membaca. Siswa yang dimaksudkan yaitu seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
siswa kelas II SDN 2 Pejagatan tahun ajaran 2011/2012. Seluruh siswa kelas
II, baik laki-laki maupun perempuan.
2. Guru
Guru menjadi sumber data dalam tekhnik observasi yang dilakukan
oleh pengamat (observer). Pengamat merupakan teman sejawat yaitu guru-
guru yang mengajar di SDN 2 Pejagatan pada tahun ajaran 2011/2012, baik
dari guru kelas maupun guru mata pelajaran. Peneliti memilih salah satu guru
untuk menjadi pengamat atau observer pada saat pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi.
3. Dokumen
Dokumen menjadi sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini
berkaitan dengan dokumentasi yang dilakukan peneliti. Ada berbagai macam
dokumen yang diperlukan, seperti silabus, rencana pembelajaran, laporan
diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes, laporan
rapat, laporan tugas siswa, bagian- bagian dari buku teks yang digunakan
dalam pembelajaran, hasil karya siswa, dan sebagainya (Wiriaatmadja, 2008)
Dari berbagai macam dokumen, pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dokumen yang meliputi kurikulum, silabus, rencana
pembelajaran, bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam
pembelajaran, nilai ulangan harian siswa, hasil tes membaca siswa, nilai raport
pelajaran Bahasa Indonesia, dan kamera sebagai alat dokumentasi gambar.
D. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto,
2006). Padmono (mengutip pendapat Grundlund) menyatakan Test an
instrument or systematic procedure for measuring a sample of behavior
(Answers the question ”How well does the individual perform-either in
comparison with others in comparison with a domain of performance tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(2009: 6) Diartikan bahwa tes merupakan perangkat yang digunakan untuk
dapat melakukan pengukuran, hal in i ditunjukkan bahwa tes merupakan
instrument untuk mengukur satu sampel perilaku, sehingga tes akan menjawab
seberapa baiknya individu dapat menunjukkan perilaku dibanding dengan
individu lain atau satu domain tertentu dari test tersebut.
Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes kognitif dan tes
psikomotor keterampilan membaca yaitu untuk memahami informasi yang
terkandung dalam wacana mulai dari tingkat ingatan (C1) sampai tingkat
evaluasi (C6) sesuai perkembangan peserta didik dan tes unjuk kerja
(performent) dalam membaca suatu teks bacaan dinilai dengan beberapa
diskriptor. Tes yang dilaksanakan juga untuk mengetahui sejauh mana
pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan dan keberhasilan siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasilnya digunakan sebagai acuan untuk
melihat kemajuan prestasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta untuk
menganalisa dan merefleksi tindakan berikutnya.
b. Angket
Angket (kuesioner) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Ahli lain
menuliskan angket (Questionare) adalah suatu daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh responden dalam mengungkap data tentang keadaan diri,
pengalaman, pendapat, dan kebutuhan (Padmono, 2009). Narbuko dan
Achmadi (2010) mendefinisikan metode kuesioner adalah suatu daftar yang
berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang
akan diteliti.
Jadi dapat disimpulkan bahwa angket adalah sejumlah daftar pertanyaan
tertulis yang harus diisi oleh responden untuk memperoleh informasi atau data
tentang keadaan diri, pengalaman, atau bidang yang diteliti. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dimana responden
tinggal memilih jawaban yang tersedia dan langsung dijawab oleh orang yang
bersangkutan (siswa kelas 2). Angket diberikan kepada siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
mendapatkan data tentang respon siswa terhadap pembelajaran yang
dialaminya, sehingga peneliti dapat menemukan langkah-langkah pembelajaran
secara keseluruhan yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa
kelas dua dengan metode silaba.
c. Observasi
Observasi menurut Supardi, Arikunto, dan Suhardjono adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran (2008). Data yang dikumpulkan dapat berupa
data kuantitatif (nilai) dan data kualitatif (minat/suasana kelas). Observasi
adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan
mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai
(perubahan yang terjadi) baik ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun
akibat sampingannya (Kasbolah, 2001). Arikunto dalam bukunya ”Prosedur
Penelitian” mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata, dalam pengertian
psikologik, observasi (pengamatan) meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra, jadi
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba, dan pengecap (2006). Sukardi (2009) berpendapat bahwa observasi
adalah instrumen lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan, yang
lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta
alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami, dan
keterbatasnnya dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau persepsi
dari subyek yang diteliti.
Peneliti menggunakan observasi partisipan, yaitu jenis observasi yang
pengamatnya terlibat pada sebagian atau seluruh kegiatan yang diamati
(Kasbolah, 2001). Peneliti terlibat langsung dalam penelitian yaitu sebagai
pelaksana kegiatan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan
menggunakan metode silaba. Adapun guru/teman sejawat adalah sebagai
observernya (pengamat) turut mengatur ketenangan maupun ketertiban kondisi
kelas. Observasi yang dilakukan oleh pengamat dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan (observasi sistematis).
Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran yang
dilakukan, sehingga dapat dianalisis untuk pengambilan keputusan.
d. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan (Narbuko dan Achmadi, 2010). Menurut Padmono (2009)
wawancara adalah metode untuk memperoleh respon dengan cara mengajukan
pertanyaan serta tanya jawab sepihak, artinya yang berkepentingan
mengumpulkan data bertanya (interviewer) dan responden menjawab
(interview). Sedangkan wawancara (interview) menurut Arikunto (2006)
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara, misalnya tentang latar belakang murid, perhatian,
maupun sikap terhadap sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara
adalah metode untuk memperoleh respon dengan proses tanya jawab sepihak
secara lisan oleh dua orang atau lebih untuk memperoleh informasi. Teknik ini
digunakan untuk mengumpulkan data dari pengamat tentang penerapan metode
silaba yang dilaksanakan. Peneliti mewawancarai pengamat juga untuk
mendiskusikan bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan maupun yang
perlu peningkatan, sehingga tindakan selanjutnya dapat lebih baik dan
diharapkan dapat memperoleh langkah-langkah penerapan metode silaba yang
diharapkan.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat untuk mengumpulkan data dalam proses penelitian tindakan kelas
ini berupa butir-butir soal tes kognitif dan psikomotor keterampilan membaca,
butir angket siswa, dan lembar observasi penerapan metode silaba serta
pedoman wawancara.
a. Soal Tes Kognitif Membaca
Soal tes d ibuat berdasarkan kisi-sisi yang telah ditentukan. Soal tes
digunakan untuk menguji keterampilan membaca siswa baik membaca nyaring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
maupun membaca dalam hati. Soal tes diberikan setiap akhir siklus dengan
materi yang sesuai, berikut kisi-kisinya.
Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Membaca
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 2/II
St. Kompetensi : 7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca
nyaring dan membaca dalam hati.
Kompt. Dasar : 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan
memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat.
7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat)
yang dibaca dalam hati
Waktu : 10 menit.
Bentuk Soal : Pilihan ganda
Defin isi Konsep : - Membaca merupakan kegiatan reseptif, dimana
seseorang akan mendapatkan suatu informasi dari
kegiatan tersebut.
Defin isi. Operasional : - Tes kognitif membaca digunakan untuk menguji
seberapa besar kecakapan siswa dalam memaknai
simbol-simbol bunyi yang bermakna.
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Keterampilan Membaca
Materi Siklus/
Pertemuan C1 C2 C3 C4 C5 C6
Membaca nyaring teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat.
1/1 2 2 2 2 1 1 10
Menceritakan isi bacaan 1/2 2 2 2 2 1 1 10 Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang dibaca.
1/3 2 2 2 2 1 1 10
Mengajukan pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca 2/1 2 2 2 2 1 1 10
Membaca teks dalam hati 2/2 2 2 2 2 1 1 10 Menceritakan kembali cerita yang dibaca dalam hati 2/3 2 2 2 2 1 1 10
Keterangan: - Instrumen (soal) dan Diskriptor Tes Kognitif Keterampilan
Membaca terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b. Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca
Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 2/II
Waktu : 10 menit.
Bentuk Soal : Penugasan
Defin isi Konsep : - Keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam
membaca nyaring bagi kelas II adalah: 1) membaca
dengan terang dan jelas, 2) membaca dengan penuh
perasaan, ekspresi, dan 3) membaca tanpa tertegun-
tegun, tanpa terbata-bata (Tarigan, 2008: 26).
- Keterampilan mambaca dalam hati menuntut siswa
kelas II SD untuk menguasai: 1) membaca tanpa
gerakan-gerakan bib ir atau kepala, dan 2) membaca
lebih cepat secara dalam hati daripada secara
bersuara.
Defin isi. Operasional : - Tes psikomotor membaca merupakan tes kemampuan peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam membaca teks bacaan yang diperoleh. Penilaianya dilakukan oleh guru sebagai peneliti menggunakan lembar penilaian.
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklius 1
Indikator Soal Tes Aspek penilaian Membaca nyaring teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Bacalah dengan nyaring teks cerita yang kamu dapat dengan lafal dan intonasi yang tepat!
- ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi
Menceritakan isi bacaan
Bacalah dengan nyaring teks bacaan yang kamu dapat dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan ceritakanlah isinya!
- ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - menceritakan isi
Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang dibaca.
Bacalah dengan nyaring teks cerita yang kamu dapat dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan jawablah pertanyaan pak guru!
- ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - menjawab pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklius 2
Indikator Soal Tes Aspek penilaian Mengajukan pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca
Bacalah dengan nyaring teks bacaan yang kamu dapat dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan ajukanlah pertanyaan berdasarkan cerita itu!
- ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - mengajukan pertanyaan
Membaca teks dalam hati
Bacalah dalam hati teks bacaan yang kamu dapat dengan baik dan ungkapkan apa yang kamu baca agar pak guru tahu apa yang kamu baca.
- ketepatan lafal - ketepatan intonasi - kelancaran - ekspresi - menceritakan isi
Menceritakan kembali cerita yang dibaca dalam hati
Bacalah dalam hati teks bacaan yang kamu dapat dengan baik dan ungkapkan apa yang kamu baca agar pak guru tahu apa yang kamu baca.
- kecepatan membaca - ketepatan
mengungkapkan apa yang dibaca
- ekspresi
Ket: - Setiap aspek penilaian dinilai menggunakan lembar penilaian dengan
memberikan skor (1-4) berdasarkan diskriptor yang ditetapkan.
- Instrumen (soal) dan Diskriptor Tes Psikomotor Keterampilan
Membaca terlampir.
c. Butir Angket Siswa
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang respon
siswa terhadap tindakan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
Pemberian angket dilakukan setiap siklus setelah tindakan selesai dilakukan.
Agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar, maka pelaksanaannya serentak
dengan bimbingan guru.
Kisi-Kisi Butir Angket Siswa
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 2/II
Waktu : 10 menit.
Defin isi Konsep : - Manfaat membaca yang dapat diperoleh siswa adalah
mendapatkan informasi/ilmu pengetahuan.
- Tujuan membaca tercapai jika siswa kegiatan / proses
membaca terlaksana dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
- Metode silaba dilaksanakan dengan tujuan untuk
memudahkan peserta didik dalam proses melafalkan
simbol-simbol bunyi, dengan tampilan dalam beberapa
suku kata.
- Penerapan metode silaba dapat dipadukan dengan
pendekatan, teknik, maupun media pembelajaran yang
beragam.
Def. Operasional : - Angket diberikan kepada siswa untuk mendapatkan
data tentang respon siswa terhadap pembelajaran yang
dilalu inya.
- Pengisian angket (tertutup) dilakukan setelah
pembelajaran selesai dengan memilih (melingkari)
alternatif jawaban yang sesuai dengan apa yang siswa
rasakan, dibantu bimbingan guru agar pelaksanaannya
berjalan dengan baik
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Butir Angket Siswa
No Aspek Jumlah Pertanyaan
Pensekoran
1 Manfaat membaca 1
1. pilihan a = skor 1 2. pilihan b = skor 2 3.pilihan c = skor 3 4. pilihan d = skor 4
2 Tujuan membaca 1 3 Proses membaca 2 4 Proses pengenalan suku kata 2
5 Proses perangkaian suku kata menjadi kata
2
6 Proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana 2
7 Proses membaca dengan metode silaba 2
7 Pembelajaran membaca 3 Jumlah 15
Keterangan: - Instrumen (soal) dan Diskriptor Angket Siswa terlampir.
f. Lembar Observasi
Instrumen ini digunakan untuk merekam berbagai kegiatan yang
terjadi selama pembelajaran berlangsung apakah sesuai dengan rencana yang
dilakukan atau memerlukan perbaikan. Pelaksanaan pengamatan bersamaan
dengan pembelajaran atau selama pembelajaran berlangsung pada setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tindakan yang dilakukan. Observasi dilaksanakan dengan memperhatikan
diskriptor yang ada dengan membubuhkan tanda cek untuk memberikan skor
terhadap kenyataan yang tercipta, serta memberikan kritik/saran kedalamnya.
Kisi-Kisi Lembar Observasi
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 2/II
Defin isi Konsep : 1. Peningkatan keterampilan membaca siswa kelas dua
adalah suatu perbuatan untuk meningkatkan kecakapan
anak-anak kelas dua yang memasuki periode
operasional konkrit dan masuk fase semantik untuk
menyelesaikan suatu kegiatan reseptif (mendapatkan
informasi) yang melibatkan sejumlah aktifitas fisik dan
mental secara serentak (melafalkan tulisan, aktivitas
visual, berfikir psikolinguistik dan metakognitif), dalam
melihat rangkaian simbol-simbol bahasa atau tulisan
demi mencapai tujuan membaca tertentu.
2. Penerapan metode silaba ialah suatu perbuatan
menerapkan cara yang teratur berdasarkan pemikiran
yang matang untuk menyelesaikan pekerjaan membaca
demi mencapai maksud dengan cara menjadikan kata
menjadi suku-kata yang merupakan satuan ritmis
terkecil dalam satu arus ujaran dengan vokal biasanya
sebagai puncak kenyaringan dan menjadi konstituen
kata.
3. Langkah-langkah metode silaba (suku kata) adalah: 1)
pengenalan suku-suku kata, 2) perangkaian suku-suku
kata menjadi kata, 3) perangakaian kata menjadi
kelompok kata atau kalimat sederhana.
Def. Operasional : a. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung, dengan cara melingkari angka skor yang
sesuai untuk melakukan penilaian terhadap kecocokan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
antara diskriptor dengan kejadian yang tercipta, serta
menuliskan kritik maupun saran yang membangun dari
pengamat.
b. Observasi terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1) untuk
mengamati kegiatan pembelajaran secara keseluruhan,
dan 2) untuk mengamati proses penerapan metode
silaba sebagai fokus penelitian.
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Lembar Observasi
No Indikator Jmlh
diskriptor lingkari skor
1 2 3 4 1 keterampilan membuka pelajaran 4 1 2 3 4 2 Kegiatan prabaca 3 1 2 3 4 3 pengenalan suku-suku kata 3 1 2 3 4
4 perangkaian suku-suku kata menjadi kata
3 1 2 3 4
5 perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana
3 1 2 3 4
6 Kegiatan membaca dengan metode silaba
3 1 2 3 4
7 interaksi guru dan siswa 2 1 2 3 4 8 motivasi siswa 3 1 2 3 4 9 pengaturan siswa 2 1 2 3 4 10 penggunaan media 2 1 2 3 4 11 penerapan variasi pembelajaran 2 1 2 3 4 12 pelaksanaan kegiatan akhir 3 1 2 3 4 13 Pelaksanaan evaluasi 4 1 2 3 4 14 Penggunaan waktu 3 1 2 3 4
jumlah skor maksimal 40 x 4 = 80
Keterangan: - Instrumen dan Diskriptor Lembar Observasi terlampir.
c. Pedoman Wawancara
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 2/II
Defin isi Konsep : - Membaca yang melibatkan aktivitas fisik dan mental
secara otomatis dapat dinilai melalui interaksi
diantara siswa maupun interaksi dengan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
- Siswa kelas dua dengan karakteristiknya yang
cenderung jujur terhadap apa yang dilihatnya, akan
memberikan data yang sesuai jika diberi kesempatan
untuk menilai temannya sendiri.
Defin isi Operasional : - Pedoman wawancara keterampilan membaca
merupakan salah satu alat pengumpul data yang
lengkap, dimana guru dapat memperoleh data dari
pengamat sekaligus dapat mendiskusikan rencana
pelaksanaan selanjutnya. Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara terp impin agar
pembicaraan menjadi efektif, dan tidak membatasi
berbagai pendapat.
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
No Aspek Jumlah Pertanyaan 1 Kegiatan Awal 2 2 Kegiatan Inti (penerapan metode silaba) 5 3 Kegiatan Akhir 3 Jumlah 10
Keterangan: Hasil wawancara tidak dinilai (diskor), dan merupakan data
pendukung (pelengkap) dalam mengambil suatu keputusan.
E. Uji Validitas Data
Peneliti melakukan Validitas Data dengan menggunakan teknik
triangulasi. Batasan menurut Elliott, triangulasi adalah memeriksa kebenaran
hipotesis, konstruk, atau analisis yang peneliti timbulkan dengan membandingkan
dengan hasil orang lain, misal mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan
situasi yang sama. (Wiriatmadja, 2008: 169). Peneliti mengacu pada 3 teknik
triangulasi yang dikemukakan Sugiyono (2009) yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji validitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi
ini dilakukan berdasarkan tiga sumber, yakni guru sebagai peneliti yang
mempunyai keharusan menilai diri sendiri (self assesment), pengamat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
diminta oleh peneliti, dan siswa yang merupakan sumber data utama dengan
posisi sebagai subyek penelitian.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yang digunakan untuk menguji validitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Jika menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk memastikan data mana yang dianggap benar. atau mungkin semuanya
benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
Faktor waktu yang juga sering mempengaruhi validitas (kredibilitas)
data, membuat peneliti melakukan pengumpulan data dalam rentang waktu
yang berbeda, yaitu dalam pelaksanaan setiap siklus dilakukan tiga tindakan
(treatment) untuk pengumpulan data. Diharapkan dengan triangulasi waktu,
akan mendapatkan data valid yang berujung pada pengambilan keputusan yang
tepat.
F. Analisis Data
Analisis data menggunakan teknik deskriptif dengan didukung data
kualitatif dan data kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif hasilnya
merupakan gambaran secara umum suatu keadaan. Analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisis data tentang interaksi dalam proses pembelajaran, untuk
menganalisis perubahan sikap dan perilaku. Sedangkan analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis data hasil tes/evaluasi hasil belajar yang diperoleh
dari nilai evaluasi dalam tiap siklus. Analisis data secara kuantitatif dilakukan
dengan mencari nilai rata-rata hasil evaluasi dan persentase keberhasilan tiap
siklus (tindakan).
Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Model
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Miles dan
Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sampai tuntas, sehingga datanya sedah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu
data reduction (reduksi dara), data display (penyajian data), dan conclusion
drawing/verification (Penarikan kesimpulan dan verifikasi) (Sugiyono, 2009:
337).
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2009: 338). Berdasarkan petunjuk
tersebut, maka pada reduksi data, setelah peneliti mendapatkan data yang
semakin lama semakin banyak dan kompleks baik dari peneliti sendiri, siswa,
dan observer, peneliti kemudian memusatkan permasalahan dengan
menyederhanakan dan/atau menghilangkan data-data yang tidak perlu untuk
proses selanjutnya.
2. Penyajian Data
Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie
chart, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah dipahami (Sugiyono. 2009: 341). Pada tahap ini, peneliti mengacu pada
data yang diperoleh dari hasil reduksi. Informasi yang diperoleh akan disusun
sedemikian rupa sehingga memberi kemungkinan untuk penarikan kesimpulan
dan verifikasi data.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2009: 345). Tahap verifikasi data,
peneliti menyimpulkan beberapa informasi yang diperoleh sesuai fokus
permasalahan dengan cara menyesuaikan (mengecek) data hasil dari reduksi
dan penyajian data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Aspek yang Diukur Target Cara Mengukur Langkah-langkah Penerapan Metode Silaba
Kriteria B (3,10 – 3,50)
Diamati oleh 3 observer selama pelaksanaan pembelajaran dan dinilai berdasarkan lembar pengamatan.
Kemampuan siswa membaca suatu teks atau bacaan
70% siswa Diukur dari hasil tes psikomotor keterampilan membaca dan dihitung dari jumlah siswa yang dapat memperoleh nilai 70 (sesuai diskriptor penilaian) .
Kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan
70% siswa Diukur dari hasil tes kognitif keterampilan membaca dan dihitung dari jumlah siswa yang dapat memperoleh nilai pada tes tersebut
Gambar 3.3: Indikator Kinerja Penelitian
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, dengan sistem
spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi,
perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan
permasalahan (Kasbolah, 2001). Secara visual rancangan yang d imaksud adalah
seperti berikut.
Gambar 3.4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk, 2008: 16).
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berdasarkan gambar siklus penelitian tindakan kelas di atas, peneliti akan
menerapkan tiga siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari tiga tindakan dan melalui
empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Pada perencanaan langkah yang peneliti lakukan yaitu membuat
instrumen penelitian untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi
selama tindakan berlangsung, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
penutup. Selain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, peneliti juga
menyiapkan media yang digunakan. Media yang digunakan berupa teks bacaan
yang terbuat dari kertas manila yang berisikan bacaan dengan ukuran huruf
yang cukup besar, sehingga siswa tidak kesulitan dalam membacanya.
Peneliti juga menyiapkan alat berupa kamera sebagai alat
dokumentasi. Peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mendokumentasi.
Peneliti juga meminta bantuan teman sejawat untuk melakukan observasi.
Rencana pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tiga siklus dengan tiga
tindakan di setiap siklusnya, dapat peneliti gambarkan dalam tabel berdasarkan
materinya berikut ini.
Tabel 3.7. Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
SK KD Perte- muan
Indikator Materi
7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.
7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat.
1 Membaca nyaring teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Membaca nyaring teks cerita
2 Menceritakan isi bacaan menceritak
an bacaan
3 Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang dibaca.
menjawab pertanyaan
b. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan langkah yang dilakukan peneliti pada kegiatan awal
yaitu melakukan salam, mengajak siswa untuk melakukan doa bersama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mengabsen siswa, melakukan tes penjajagan, apersepsi, dan acuan. Pada
kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan siswa adalah kegiatan pra baca yang
meliputi: a. pengaturan tempat duduk, b. cara memegang buku, dan c. cara
membalik halaman. Kegiatan selanjutnya adalah penerapan metode silaba
dengan berbagai langkah-langkah sebagai berikut.
1) Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata misalnya: a) ba, bi, bu, be, bo,
b) ca, ci, cu, ce, co, c) da, di, du, de, do, dan sebagainya.
2) Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata; a) bo-bi, cu-ci,
da-da, ka-ki, b) bi-bi, ci-ca, da-du, ka-ku, c) ba-ca, ka- ca, du- ka, ku- da,
d) ko-ko, ci-ci, bo- bo, dan sebagainya.
3) Tahap ketiga, perangakaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana; a) ka-ki ku-da, b) ba-ca bu-ku, c) cu-ci ka-ki. d) ku-ku ci-ci
(dan sebagainya).
4) Tahap selanjutnya adalah siswa membaca teks dengan metode silaba
sampai kegiatan penyimpulan materi pembelajaran.
Sedangkan pada kegiatan akhir, yang dilakukan peneliti adalah
menanyakan hal-hal yang belum jelas. Siswa bersama guru melakukan refleksi
serta pemberian kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang
penting. Kemudian siswa mendapatkan evaluasi berupa tes psikomotor dan tes
kognitif membaca. Kegiatan diakhiri dengan salam yang dijawab oleh siswa.
c. Observasi
Observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada saat pembelajaran
berlangsung. Ketika guru pelaksana (peneliti) memfokuskan diri pada
pelaksanaan tindakan, tentu pengamatan terhadap siswa sangat rendah
sehingga peran teman sejawat sebagai observer yang diandalkan untuk
mengamati kegiatan pembelajaran sampai selesai, dengan mengisi lembar
observasi yang telah dibuat. Observasi juga dilakukan terhadap hasil evaluasi
yang dilakukan siswa, sebagai perbandingan maupun proses selanjutnya.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan (Arikunto, dkk, 2009). Menurut Subyantoro refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
merupakan kegiatan mengulas secara kritis (reflektve) tentang perubahan yang
terjadi pada: siswa, guru, dan suasana kelas (2009). Sedangkan Kasbolah
refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi
(penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan
(2001). Jadi kesimpulannya adalah refleksi adalah kegiatan mengulas kembali
apa yang sudah dilakukan (informasi yang diperoleh) melalui kegiatan analisis-
sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan). Setelah dilakukan tindakan,
peneliti mengulas (meninjau) kembali tentang tindakan yang telah dilakukan
untuk mengetahui bagian-bagian yang perlu pembenahan atau perbaikan,
ataupun melakukan pengecekan terhadap data yang meragukan. Kegiatan
refleksi juga dimaksudkan untuk memberikan keputusan (merancang)
pelaksanaan tindakan selanjutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan (planning)
Pada perencanaan siklus kedua ini, peneliti membuat instrumen
penelitian untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dirancang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama siklus
pertama. Rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti dan penutup. Selain itu, peneliti juga menyiapkan media untuk membantu
pembelajaran. Materi pelaksanaan penelitian siklus II yang terdiri dari tiga
tindakan, dapat peneliti gambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.8. Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
SK KD Pertemuan Indikator Materi
7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.
7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat.
1
Mengajukan pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca
Membaca nyaring teks cerita
7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-
2 Membaca teks dalam hati
membaca dalam hati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
25 kalimat) yang dibaca dalam hati
3
Menceritakan kembali cerita yang dibaca dalam hati
membaca dalam hati teks cerita
b. Pelaksanakan
Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti secara umum sama
dengan siklus I, dimana pada kegiatan awal yaitu melakukan salam, mengajak
siswa untuk melakukan doa bersama, mengabsen siswa, melakukan tes
penjajagan, apersepsi, dan acuan. Pada kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan
siswa adalah kegiata pra baca yang meliputi: a. pengaturan tempat duduk, b.
cara memegang buku, dan c. cara membalik halaman. Kegiatan selanjutnya
adalah penerapan metode silaba dengan berbagai langkah-langkah sebagai
berikut.
1) Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata misalnya: a) ba, bi, bu, be, bo,
b) ca, ci, cu, ce, co, c) da, di, du, de, do, dan sebagainya.
2) Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata; a) bo-bi, cu-ci,
da-da, ka-ki, b) bi-bi, ci-ca, da-du, ka-ku, c) ba-ca, ka- ca, du- ka, ku- da,
d) ko-ko, ci-ci, bo- bo, dan sebagainya.
3) Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana; a) ka-ki ku-da, b) ba-ca bu-ku, c) cu-ci ka-ki. d) ku-ku ci-ci
(dan sebagainya).
4) Tahap selanjutnya adalah siswa membaca teks dengan metode silaba
sampai kegiatan penyimpulan materi pembelajaran.
Sedangkan pada kegiatan akhir, yang dilakukan peneliti adalah
menanyakan hal-hal yang belum jelas. Siswa bersama guru melakukan refleksi
serta pemberian kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang
penting. Kemudian siswa mendapatkan evaluasi berupa tes psikomotor dan tes
kognitif membaca. Kegiatan diakhiri dengan salam yang dijawab oleh siswa.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi juga direncanakan sama dengan siklus I, yang
mana dilakukan oleh teman sejawat pada saat pembelajaran berlangsung.
Observasi dilaksanakan melingkari skor berdasarkan diskriptor pada lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
observasi yang telah dibuat. Observasi juga dilakukan terhadap hasil evaluasi
yang dilakukan siswa, sebagai perbandingan maupun proses selanjutnya.
d. Refleksi
Setelah dilakukan tindakan, peneliti melakukan peninjauan kembali
tentang tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui bagian-bagian yang
perlu pembenahan atau perbaikan, ataupun melakukan pengecekan terhadap
data yang meragukan. Kegiatan refleksi juga dimaksudkan untuk memberikan
keputusan (merancang) pelaksanaan tindakan selanjutnya, apakah tindakan
selanjutnya digunakan untuk memperbaiki siklus kedua, atau dihentikan bila
seluruh indikator kinerja sudah tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Pejagatan
Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen. Sekolah ini merupakan satu dari
tiga sekolah tingkat dasar yang ada di Desa Pejagatan, yaitu SD N 1 Pejagatan dan
MI Pejagatan. Lokasi dari ketiga sekolah ini juga saling berdekatan walau tidak
dalam satu kompleks. Lokasi SDN 2 Pejagatan juga tidak jauh dari jalan raya
utama (jalan propinsi) tetapi tempatnya dibatasi oleh aliran sungai dan sedikit
masuk ke dalam, sehingga kebanyakan siswa SD N 2 Pejagatan merupakan anak-
anak desa Pejagatan. Sekolah yang mulai berdiri tahun 1979 ini mempunyai 9
gedung terdiri dari ruang kelas, kantor, dan ruang perpus beserta fasilitasnya.
Pada tahun ajaran 2011/2012 sekolah ini dihuni oleh 14 tenaga pendidik beserta
tenaga kependidikan dan 126 siswa dari kelas satu sampai kelas enam pada tahun
ajaran 2011/2012. Sedangkan jumlah siswa kelas dua adalah 23 siswa, terdiri dari
12 siswa putra, 11 siswa putri.
Berdasarkan data yang ada, siwa kelas II SDN 2 Pejagatan tahun ajaran
2011/2012 memiliki karakteristik yang cukup beragam, dari siswa yang pintar,
periang, pendiam, sampai yang masih sulit mengikuti pembelajaran. Dilihat dari
latar belakang pendidikan kedua orang tua, 60,86% hanya tamat SD, 28,26%
merupakan tamatan SLTP/SMP, dan 8,69% adalah tamatan SMA/MAN,
sedangkan tamatan S1 hanya satu orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
memang latar pendidikan orang tua masih rendah, dan tampak berpengaruh pada
kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anak dan lembaga
sekolah. Padahal orang tua secara otomatis menjadi figur utama anak-anak dalam
segala bidang termasuk membantu dan memotivasi anak untuk belajar. Dokumen
nilai keterampilan membaca siswa kelas II di semester I memperlihatkan bahwa
siswa belum sepenuhnya menguasai keterampilan membaca, dari 23 siswa yang
dinyatakan tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 hanya 7 anak
(30,43 %) dan yang belum tuntas sebanyak 16 anak (69,56%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Latar belakang pekerjaan kedua orang tua siswa juga tidak tinggi.
Sebagian besar para ayah bekerja sebagai buruh (12 dari 23 orang), sementara
yang lainnya bekerja sebagai wiraswasta (5 orang), petani (4 orang) dan karyawan
swasta (2 orang). Para ibu juga sebagian besar hanya sebagai ibu rumah tangga
(17 dari 23 orang), dan yang lainnya bekerja sebagai buruh (2 orang), wiraswasta
dan petani masing-masing satu orang. Latar belakang pekerjaan orang tua juga
merupakan faktor yang logis akan kurangnya perhatian orang tua dari segi biaya
sekolah anak-anak terutama penyediaan fasilitas yang memadai.
Berdasarkan pengalaman peneliti, para siswa saat pembelajaran sulit
untuk dikondisikan tenang dan berkonsentrasi memperhatikan penjelasan materi
dari guru, sehingga guru harus mengulang-ulang materi agar siswa dapat
memahaminya. Mereka juga mudah bosan dan mudah menyerah ketika dibebani
dengan sejumlah tugas akademik yang banyak. Keterampilan dasar yang rata-rata
sudah dikuasai adalah keterampilan berhitung, sementara penguasaan
keterampilan membaca dan menulis tidak jauh berbeda, dari 23 anak, setidaknya
terdapat 4 siswa putri dan 6 siswa putra yang masih kesulitan dalam hubungannya
dengan keterampilan membaca.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Deskripsi Hasil Siklus 1
a. Pertemuan 1
1) Perencanaan
Perencanaan yang dibuat oleh peneliti terd iri dari beberapa
aspek yang saling berkaitan. Aspek pertama yang disiapkan adalah
proses perizinan secara formal melalui surat. Aspek kedua adalah
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup dan dengan segala
kelengkapannya seperti: angket siswa, pedoman observasi, pedoman
wawancara, media pembelajaran, dan kamera sebagai alat dokumentasi.
Peneliti juga meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat.
Cakupan materi yang direncanakan pada Siklus 1 Pertemuan 1
ini adalah dengan standar kompetensi (SK): 7. Memahami ragam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati;
kompetensi dasar (KD): 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat)
dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat, dan indikator:
membaca nyaring teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat dengan
tema ”Binatang”. Jika diperinci kembali, maka perencanaan Siklus 1
Pertemuan 1 adalah: a) RPP dibuat secara tematik dalam satu mata
pelajaran yakni mapel Bahasa Indonesia dengan mengaitkan empat
keterampilan bahasa yang meliputi mendengar, berbicara, membaca dan
menulis. pembelajaran dikemas beberapa metode sederhana dan
mengandalkan LKS untuk meningkatkan keaktifan siswa, b) Tes kognitif
yang diberikan berjumlah 10 butir soal pilihan ganda, c) Tes
keterampilan membaca dilaksanakan memberikan tugas membaca, d)
Angket siswa berjumlah 15 butir dengan tipe pilihan ganda, e)Terdapat 3
pengamat yang akan mengamati jalannya tindakan, f) Media yang
disiapkan adalah media teks bacaan dan disiapkan pula media kartu suku
kata dan kartu kata (terbuat dari kertas manila) yang dipasangkan pada
papan berpaku demi terlaksananya langkah-langkah metode silaba yang
ada.
2) Pelaksanaan
Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 13 Maret 2012 pukul 09.30. Jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran adalah 18 siswa dari 23 siswa. Langkah yang dilakukan
peneliti pada kegiatan awal yaitu melakukan salam, melakukan tes
penjajagan, apersepsi, dan acuan. Tes penjajagan di laksanakan dengan
tanya jawab seputar tema binatang. Apersepsi dilakukan dengan
menyanyikan lagu ”Kupu-Kupu yang Lucu”, dan acuan dilakukan guru
atau peneliti dengan menyampaikan pada siswa tentang materi dan
harapan kepada siswa agar mereka dapat menguasai keterampilan
membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat menggunakan
metode silaba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pada kegiatan inti, siswa duduk dibangkunya masing-masing
dan memperhatikan penjelasan guru tentang pengenalan suku kata
menggunakan media kartu suku kata yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Guru juga mengajak siswa membaca kartu-kartu suku kata
yang diperlihatkan, contohnya:
bu ku ca ko ran mem ba ca
Pembelajaran dilanjutkan kembali yaitu guru memberi contoh
dalam merangkaikan suku kata menjadi kata bermakna menggunakan
papan berpaku sebagai media penempatan kartu kata. Contohnya:
ra pah je je ra pah
Kegiatan masih dilanjutkan dengan penjelasan mengenai
perangkaian kata-kata sampai manjadi kalimat sederhana. Misalnya:
mem-ba-ca An-di bu-ku An-di mem-ba-ca bu-ku
Siswa kemudian diberi kesempatan bekerja bersama teman
sebangku untuk merangkaikan suku-suku kata menjadi kata bermakna
dan merangkaikan kata-kata menjadi kalimat sederhana melalui Lembar
Kerja Siswa. Setelah kurang lebih 10 menit menit siswa selesai, lembar
kerja siswa dibahas bersama-sama. Kegiatan inti yang terakhir adalah
penjelasan tentang cara membaca teks dengan metode silaba. Siswa juga
diberi kesempatan untuk membaca teks bersama-sama, sebelum mereka
nanti akan diuji melalui tes keterampilan membaca.
Pada kegiatan akhir, yang dilakukan peneliti adalah menanyakan
hal-hal yang belum jelas, serta menyimpulkan materi secara singkat.
Selanjutnya siswa melaksanakan evaluasi keterampilan membaca dan tes
kognitif keterampilan membaca. Tes keterampilan membaca dilakukan
dengan cara siswa satu persatu maju membaca bacaan di depan guru,
sedangkan siswa lain mengerjakan tes kognitif serta angket siswa. Cara
tersebut efektif membuat siswa tidak jalan-jalan ataupun bermain ketika
menunggu giliran membaca. Pertemuan diakhiri dengan berdoa bersama
pada pukul 11.15 dan siswa bersalaman dengan guru untuk pulang ke
rumah masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3) Observasi
Observasi yang dilakukan terbagi menjadi 2 macam, yaitu
observasi proses dan observasi hasil pembelajaran. Observasi proses
merupakan observasi terhadap proses pembelajaran yang tercipta dilihat
dari instrument pedoman observasi, hasil wawancara, serta hasil angket
siswa. Sementara observasi hasil merupakan observasi terhadap hasil tes
keterampilan membaca dan tes kognitif sebagai efek dari tindakan yang
dilakukan.
a) Observasi Proses
Berdasarkan hasil observasi terhadap penerapan metode
silaba, empat langkah inti penerapan metode silaba telah dilaksanakan
tetapi pelaksanaannya belum memuaskan. Nilai rata-rata pembelajaran
yang diperoleh belum mencapai target yang diinginkan (KKM 3,10-
3,50). Nilai dari pengamat satu adalah 2,65 dan nilai dari pengamat
kedua 3,10 dan dari pegamat ketiga 2,40, jadi nilai rata-rata
pembelajaran dari ketiga pengamatan tersebut baru mencapai 2,72.
Data lengkap observasi tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 4.1. Hasil Observasi Siklus 1 Pertemuan 1
No Aspek Nilai Pengamat
Rata-rata
1 2 3
1 Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) 4 3 3 3.33
2 Pelaksanaan pemberian materi secara singkat.
3 3 3 3.00
3 Pelaksanaan kegiatan pengenalan suku-suku kata 2 3 2 2.33
4 Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata 3 4 3 3.33
5 Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata 2 3 2 2.33
6 Penjelasan kegiatan pembentukkan suku-kata menjadi kata bermakna. 3 3 2 2.67
7 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna.
2 3 2 2.33
8 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata
3 4 3 3.33
9 Penjelasan kegiatan perangkaian kata 3 3 2 2.67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
menjadi kalimat sederhana
10 Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. 2 3 2 2.33
11 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana.
3 4 2 3.00
12 Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. 3 3 3 3.00
13 Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba
2 4 2 2.67
14 Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa.
3 3 2 2.67
15 Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan 2 3 3 2.67
16 Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran 2 2 2 2.00
17 Penggunaan media dalam pembelajaran 4 3 3 3.33
18 Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran 2 3 2 2.33
19 Penggunaan waktu dalam pembelajaran 2 2 2 2.00
20 Kemampuan guru melaksanakan metode silaba
3 3 3 3.00
JUMLAH SKOR 53 62 48 54.33 NILAI RATA-RATA 2.65 3.10 2.40 2.72
Respon siswa melalui angket yang diberikan, menunjukkan
hasil cukup baik, dengan nilai rata-rata angket sebesar 72,0 (kriteria
baik) mencapai target yang diinginkan (70-79). Nilai tertinggi 88 dan
nilai terendah yang tercatat adalah 55. Jadi terdapat rentang nilai
sebesar 33. Jika melihat rata-rata tiap butir angket, terdapat 5 dari 15
nomor angket (33,3%), yang sudah mencapai kriteria baik.
b) Observasi Hasil
Hasil tes keterampilan membaca dan tes kognitif sebagai efek
pembelajaran yang dilakukan, hasil keduanya belum mencapai target
yang diinginkan. Pada tes keterampilan membaca hanya dua dari
delapanbelas siswa yang dapat mencapai dan/ melampaui target nilai
70. Nilai rata-rata kelas mencapai 52, dengan nilai tertinggi 75 dan
nilai terendah 30.
Tidak jauh berbeda dengan hasil tes Keterampilan membaca,
hasil tes kognitif hanya menempatkan satu siswa yang tuntas (KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
80) dari 18 siswa yang melaksanakan tes. Nilai rata-rata kelas hanya
mencapai 35 dan nilai tertinggi yang dapat ditorehkan siswa ialah 80,
sedangkan nilai terendahnya adalah 20, jadi terdapat rentang nilai
yang cukup tinggi yaitu 60. Peneliti menampilkan analisis nilai
evaluasi dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 4.2. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 1
Nilai Tes Keterampilan Membaca Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan frekuensi keterangan
siswa siswa 100 -
tuntas =3 (16,66%)
- tuntas =1 (5,55%) 90 - -
80 - 1 70 2 -
belum tuntas =17 (94,4%)
60 4
belum tuntas =15 (83,33%)
- 50 6 2 40 4 5 30 2 5 20 - 5 10 - -
Jumlah 18 - 18 Rata-rata 52,0 - 72,25
4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1,
peneliti menyadari bahwa penerapan metode silaba belum sesuai
harapan. Pada langkah 1, pengenalan suku kata guru baru menunjuk 5
siswa untuk membaca suku kata. Pada langkah 2 dan 3 yaitu merangkai
suku kata menjadi kata dan merangkai kata menjadi kalimat dalam LKS
(lembar kerja siswa) siswa mengalami kesulitan, hal ini terjadi karena
siswa belum jelas dan belum terbiasa cara mengerjakan LKS apalagi
hanya dengan teman sebangku. Tetapi peneliti melihat antusias yang
cukup tinggi saat pembahasan LKS siswa berebut ingin mendapatkan
kesempatan merangkaikan kartu suku kata pada papan berpaku. Pada
langkah terakhir yaitu membaca teks dengan metode silaba, media teks
yang dipakai terlalu rapat dan kurang rapi sehingga membingungkan
siswa.
Pada pelaksanaan tes keterampilan membaca, ± 15 siswa yang
membaca teks dengan metode silaba masih mengalami kebingungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
karena penggunaan tanda hubung (-) dalam teks yang terlihat rumit
dengan banyaknya pemenggalan kata dan ukuran hurufnya juga kurang
besar. Sehingga walaupun dapat membantu siswa yang belum lancar
membaca, tetapi membuat bingung siswa yang sudah lancar sehingga
lafal dan intonasi mereka tidak tepat. Banyak siswa yang kurang teliti
dan menyontek saat mengerjakan tes kognitif pilihan ganda. Siswa yang
belum lancar membaca juga hanya asal menjawab.
Solusi yang didapat dari hasil diskusi dengan pengamat antara
lain: a) Penjelasan dan bimbingan guru lebih ditingkatkan pada
pengenalan metode silaba serta cara mengerjakan LKS, b) Pembesaran
dan penyederhanaan teks sistem metode silaba, agar tidak
membingungkan siswa yang membaca, c) Peningkatan pengawasan dan
bimbingan guru dalam tes kognitif agar hasilnya leb ih baik.
b. Pertemuan 2 1) Perencanaan
Perencanaan pertemuan kedua tidak jauh berbeda dengan
perencanaan pertama, yaitu berkoordinasi kepada guru kelas untuk
menentukan waktu pelaksanaan, membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
penutup, menyiapkan berbagai kelengkapan lain seperti: angket siswa,
pedoman observasi, pedoman wawancara, media pembelajaran, dan
kamera sebagai alat dokumentasi. Peneliti juga meminta bantuan kepada
teman sejawat sebagai pengamat. Perbedaan perencanaan terletak pada
materi yang dibawakan. Yakni dengan SK : 7. Memahami ragam wacana
tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati; KD : 7.1
Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan
intonasi yang tepat; serta indikator: Menceritakan isi bacaan dengan
tema “Tumbuhan”.
Berdasarkan pengalaman pertemuan pertama, yang masih
banyak kekurangan, maka rencana perbaikannya adalah: a) Penjelasan
dan bimbingan guru lebih ditingkatkan pada pengenalan metode silaba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
serta cara mengerjakan LKS, b) Pembesaran dan penyederhanaan teks
sistem metode silaba, agar tidak membingungkan siswa yang membaca,
dan c) Peningkatan pengawasan dan bimbingan guru dalam tes kognitif
agar hasilnya lebih baik.
2) Pelaksanaan Pertemuan kedua pada siklus satu terlaksana pada hari Kamis,
tanggal 15 Maret 2012 pukul 09.30. Jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran adalah 21 siswa dari keseluruhan 23 siswa. Pada kegiatan
awal peneliti memberi salam, melakukan tes penjajagan, apersepsi, dan
acuan. Tes penjajagan di laksanakan dengan tanya jawab seputar tema
”Tumbuhan”. Apersepsi dilakukan dengan menyanyikan lagu
”Kebunku”, dan acuan dilakukan guru atau peneliti dengan
menyampaikan pada siswa tentang materi tumbuhan dan harapan kepada
siswa agar mereka dapat menguasai keterampilan membaca nyaring
dengan lafal dan intonasi yang tepat menggunakan metode silaba.
Pada kegiatan inti, siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang pengenalan suku kata, namun guru juga membahas lebih dalam
tentang pola-pola suku kata berdasarkan jumlah hurufnya. Penjelasan
dimulai dari suku-kata yang terdiri dari satu huruf (a, i, u, e, o) sampai
suku kata yang terdiri dari empat huruf (misalnya: sang, song, kang, dll.)
Penjelasan yang lebih dalam agar siswa lebih paham ini, kurang menarik
perhatian dan memberikan peluang bagi siswa bermain-main sendiri
dengan temannya. Melihat kondisi siswa yang sudah tidak mendukung
dan demi menghemat waktu, maka siswa kemudian langsung
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) bersama teman sebangku untuk
merangkaikan suku-suku kata menjadi kata bermakna dan merangkaikan
kata-kata menjadi kalimat sederhana. Sementara penjelasan mengenai
perangkaian suku kata dan kata dilakukan pada siswa yang bertanya atau
belum paham atau mengalami kesulitan saat siswa mengerjakan LKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Kenyataan yang terjadi tentu banyak siswa yang bertanya karena
masih kesulitan sehingga membuat kondisi kelas menjadi semakin gaduh.
Guru juga merasa kewalahan melayani para siswa yang meminta
penjelasan maupun meminta jawaban LKS. Setelah semua siswa selesai
mengerjakan LKS guru langsung membahasnya bersama siswa.
Kegiatan inti yang terakhir adalah penjelasan tentang cara membaca teks
dengan metode silaba yang nanti akan mereka lalui saat tes keterampilan
membaca. Siswa juga diberi kesempatan untuk membaca teks di depan
kelas.
Pada kegiatan akhir, peneliti menanyakan hal-hal yang belum
jelas, serta menyimpulkan materi secara singkat. Selanjutnya siswa
melaksanakan evaluasi keterampilan membaca dan kognitif keterampilan
membaca. Tes keterampilan membaca dilakukan dengan cara 2 siswa
maju membaca bacaan di depan guru. sedangkan siswa lain mengerjakan
tes kognitif dan angket sambil menunggu giliran pada tes keterampilan
membaca yang memerlukan waktu lama. Waktu saat itu juga telah
melebihi alokasinya, walaupun pelaksanaan tes keterampilan membaca
tetap dituntaskan. Pembelajaran benar-benar berakhir pukul 11.15, siswa
berdoa dan segera pulang.
3)Observasi
a) Observasi Proses
Berdasarkan pengamatan penerapan metode silaba dengan
beberapa perbaikan, hasilnya juga belum memuaskan. Nilai rata-rata
pembelajaran yang diperoleh masih belum mencapai target yang
diinginkan. Nilai dari pengamat satu adalah 2,95 dan nilai dari
pengamat kedua mencapai 2,65 dan pegamat ketiga memberikan nilai
rata-rata sampai 2,90, nilai rata-rata pembelajaran dari ketiga
pengamatan tersebut meningkat 0,1 menjadi 2,82. Berikut data dalam
bentuk tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.3. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 2
No Aspek Nilai Pengamat Rata-rata
1 2 3
1 Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) 4 3 3 3.33
2 Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. 3 3 3 3.00
3 Pelaksanaan kegiatan pengenalan suku-suku kata 4 3 3 3.33
4 Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata
3 4 3 3.33
5 Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata 2 2 3 2.33
6 Penjelasan kegiatan pembentukkan suku-kata menjadi kata bermakna. 3 4 3 3.33
7 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna.
3 2 3 2.67
8 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata
4 3 3 3.33
9 Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana 2 2 3 2.33
10 Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. 2 2 2 2.00
11 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana.
3 3 3 3.00
12 Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. 3 3 3 3.00
13 Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba
3 3 3 3.00
14 Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa.
3 3 3 3.00
15 Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan
3 2 3 2.67
16 Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran 2 1 3 2.00
17 Penggunaan media dalam pembelajaran 4 3 3 3.33
18 Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran
2 2 3 2.33
19 Penggunaan waktu dalam pembelajaran 3 2 2 2.33
20 Kemampuan guru melaksanakan metode silaba 3 3 3 3.00
JUMLAH SKOR 59 53 58 56.66 NILAI RATA-RATA 2.95 2.65 2.90 2.83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Hasil angket siswa menunjukkan nilai rata-rata sebesar 77
(kriteria baik) mencapai target yang diinginkan (70-79). Nilai tertinggi
95 dan nilai terendah yang tercatat adalah 52, jadi terdapat rentang
nilai sebesar 43. Jika melihat rata-rata tiap butir angket, terdapat 5
dari 15 nomor angket (33,3%), yang sudah mencapai kriteria baik
sementara yang lainnya masih perlu perhatian. Berikut merupakan
data dalam bentuk tabel.
b) Observasi Hasil
Hasil tes keterampilan membaca dan tes kognitif sebagai
indikator peningkatan keterampilan membaca siswa masih belum
mencapai target yang diinginkan. Tampak analisis nilai dalam bentuk
tabel berikut.
Tabel 4.4. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 2
Nilai Tes Keterampilan Membaca Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan frekuensi keterangan
siswa siswa 100 -
tuntas =10 (47,61%)
- tuntas =2 (9,52%) 90 2 1
80 4 1 70 4 1
belum tuntas =19 (90,47%)
60 4
belum tuntas =11 (52,38%)
6 50 5 4 40 1 6 30 1 - 20 - - 10 - 2
Jumlah 21 - 21 - Rata-rata 66,0 - 50,50 -
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, Nilai rata-rata kelas pada tes
keterampilan membaca adalah 66, dengan nilai tertinggi 95 dan nilai
terendah 35, dengan 10 siswa yang dapat tuntas mencapai dan/
melampaui target nilai 80. Sementara nilai rata-rata kelas tes
kognitif mencapai 50,5 dan hanya menempatkan 2 siswa yang tuntas
(KKM 70) dari 21 siswa yang melaksanakan tes. Nilai tertinggi
yang dapat ditorehkan siswa ialah 90, sedangkan nilai terendahnya
adalah 40, jad i terdapat rentang nilai yang cukup tinggi yaitu 50.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi siklus 1 pertemuan 2, walaupun
hasilnya masih belum sesuai keinginan, tetapi peneliti melihat adanya
beberapa sedikit kenaikan nilai dibanding pertemuan sebelumnya. Nilai
rata-rata observasi meningkat 0,11 poin, nilai rata-rata tes keterampilan
membaca meningkat 1,4 poin, dan nilai rata-rata tes kognitif meningkat
20,5 poin.
Penerapan metode silaba menggunakan siasat LKS yang
dimaksudkan untuk mempermudah dan mengaktifkan siswa ternyata
penerapan di pertemuan kedua hasilnya tidak lebih baik dari pertemuan
pertama dan membuat siswa gaduh dan perlu adanya siasat berupa
permainan. Perbaikan pada teks metode silaba berupa penyederhanaan
teks dan pembesaran huruf cukup berhasil menghilangkan kebingungan
siswa, kebanyakan siswa masih salah itonasi karena tidak memperhatikan
tanda baca sehingga perlu bimbingan guru. Pelaksanaan tes kognitif
sistem pilihan ganda dalam pertemuan kedua juga tidak efektif dimana
masih banyak terjadi kekurangan seperti kurang teliti, saling menyontek
dan asal menjawab. Hal ini membuktikan bahwa peneliti perlu merubah
formatnya menjadi isian singkat.
Hasil diskusi dengan para pengamat mendapatkan beberapa
solusi yaitu: a) Pelaksanaan langkah-langkah metode silaba akan dikemas
dalam bentuk permainan kelompok, b) Tes kognitif yang semula
memakai bentuk pilihan ganda, untuk pertemuan selanjutnya akan
memakai bentuk isian singkat agar siswa tidak asal menjawab soal,
melatih kemampuan menulis, serta meminimalkan praktik mencontek, c)
Perbaikan tampilan media yang masih monoton pada pertemuan
selanjutnya peneliti menampilkan media yang bervariasi dari segi warna
agar siswa tertarik dan tidak mudah bosan, dan d) Penerapan metode
silaba dalam teks yang digunakan saat tes keterampilan membaca juga
coba disempurnakan dengan mengubah tanda hubung (-) menjadi spasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sebagai pemisah antar suku kata, dengan harapan siswa tidak mengalami
kebingungan saat membaca teksnya.
b. Pertemuan 3
1) Perencanaan
Perencanaan siklus 1 pertemuan 3, selain mempersiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) peneliti juga menyiapkan
berbagai kelengkapan lain seperti: angket siswa, pedoman observasi,
pedoman wawancara, media pembelajaran, dan kamera sebagai alat
dokumentasi, serta tidak lupa meminta bantuan teman sejawat sebagai
pengamat. Materi yang akan di bawa dalam setiap pertemuan selalu
berbeda, begitu pula dengan pertemuan ketiga, dimana cakupan
materinya adalah dengan SK : 7. Memahami ragam wacana tulis dengan
membaca nyaring dan membaca dalam hati; KD : 7.1 Membaca nyaring
teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat;
serta indikator: Menjawab pertanyaan berdasarkan teks cerita yang
dibaca dengan tema ”Kesehatan”.
Berikut perencanaan siklus 1 pertemuan 3: a) Pelaksanaan
langkah-langkah metode silaba akan dikemas dalam bentuk permainan
kelompok yang terdiri dari beberapa babak, agar siswa tertarik dan
bersemangat mengikuti pembelajaran yang memang padat sekaligus agar
suasana kelas menjadi kondusif. Permainan babak pertama adalah
langkah penerapan metode silaba tentang pengenalan suku kata, siswa
diminta mencari suku-suku kata dalam sebuah kata. Babak kedua yang
merupakan langkah kedua penerapan metode silaba, siswa diminta
berlomba merangkaikan suku-suku kata acak pada media papan berpaku.
Babak ketiga yang merupakan langkah ketiga metode silaba, siswa
bersama kelompok bermain adu cepat mencari dan merangkaikan kartu
kata menjadi kalimat sederhana.
Babak keempat sebagai tambahan yaitu menjawab pertanyaan
berdasarkan teks; b) Tes kognitif yang semula memakai bentuk pilihan
ganda, untuk pertemuan selanjutnya akan memakai bentuk isian singkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
agar siswa tidak asal menjawab soal, melatih kemampuan menulis, serta
meminimalkan praktik mencontek; c) Perbaikan tampilan media yang
masih monoton pada pertemuan selanjutnya peneliti menampilkan media
yang bervariasi dari segi warna agar siswa tertarik dan tidak mudah
bosan; d) Penerapan metode silaba dalam teks yang digunakan saat tes
keterampilan membaca juga coba disempurnakan dengan mengubah
tanda hubung (-) menjadi spasi sebagai pemisah antar suku kata, dengan
harapan siswa tidak mengalami kebingungan saat membaca teksnya.
1) Pelaksanaan
Pertemuan ketiga terlaksana pada hari Kamis, tanggal 22 Maret
2012 pukul 09.30. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran adalah 20
siswa dari keseluruhan 23 siswa. Pada kegiatan awal Peneliti memberi
salam, melakukan tes penjajagan, apersepsi, dan acuan. Tes penjajagan
di laksanakan dengan tanya jawab seputar tema ”Kesehatan”. Apersepsi
dilakukan dengan menyanyikan lagu ”Aku Anak Sehat”, dan acuan
dilakukan guru atau peneliti dengan menyampaikan pada siswa tentang
materi kesehatan dan harapan kepada siswa agar mereka dapat menguasai
keterampilan membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat
menggunakan metode silaba serta dapat menjawab pertanyaan
berdasarkan cerita yang dibaca.
Kegiatan inti pertama yaitu siswa memperhatikan penjelasan
guru tentang materi secara singkat, selanjutnya siswa mencari teman
yang telah ditunjuk guru untuk membentuk kelompok bermain. Sebelum
permainan babak pertama dimulai, siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang pengenalan suku-suku kata yang menyusun suatu kata sekaligus
aturan mainnya. Di babak ini, siswa harus menyebutkan suku-suku kata
yang menyusun suatu kata yang guru ajukan. Respon siswa pada awal
permainan ini cukup positif, siswa terlihat senang dan lebih mudah
dikondisikan. Permainan dilanjutkan ke babak kedua yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
langkah metode silaba dalam proses perangkaian suku kata menjadi kata
bermakna. Melihat pelaksanaan yang terjadi, babak ini merupakan babak
yang paling seru dan menarik, d imana para siswa yang berlomba
menyusun suku-suku kata acak menjadi sebuah kata bermakna, jika
kelompok dapat mencatat waktu tercepat saat menyusun suku-suku kata
acak menjadi sebuah kata bermakna dialah pemenangnya. Mengingat
waktu yang terbatas, permainan diakhiri sampai babak ketiga dari empat
babak terencana. Babak ini juga cukup menarik dimana siswa beradu
kecepatan dalam merangkai kata-kata yang tersedia menjadi sebuah
kalimat. Sampai babak terakhir, terlihat di papan skor perolehan bintang
yang belum merata, karena terdapat kelompok yang selalu menang
karena hadirnya siswa pandai didalamnya dan ada yang tidak mendapat
bintang sama sekali.
Pada kegiatan akhir, siswa dan guru menyimpulkan materi
secara singkat untuk selanjutnya, siswa melaksanakan evaluasi
keterampilan membaca dan kognitif keterampilan membaca. Tes
keterampilan membaca dilakukan dengan cara 2 siswa maju membaca
bacaan di depan guru. sedangkan siswa lain mengerjakan tes kognitif,
sambil menunggu giliran membaca. Siswa terlihat makin percaya diri
dalam pelaksanaan tes keterampilan membaca yang ketiga ini, walaupun
mereka masih kesulitan ketika guru memberikan pertanyaan tentang teks
yang dibaca. Pelaksanaan tes kognitif dalam bentuk uraian sudah cukup
tertib. Siswa tampak antusias dan serius mengerjakan. Angket diberikan
bersamaan dengan tes kognitif, agar siswa dapat mengerjakannya setelah
selesai tes kognitif. Siswa terlihat cepat mengerjakan angket yang sudah
tidak asing lagi baginya.
3)Observasi
a) Observasi Proses
Berdasarkan pengamatan penerapan metode silaba dengan
siasat permainan, hasilnya cukup memuaskan. Nilai rata-rata
pembelajaran yang diperoleh mencapai target yang diinginkan. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dari pengamat satu adalah 3,25, nilai dari pengamat kedua mencapai
2,95 dan pegamat ketiga memberikan nilai rata-rata sampai 3,10, nilai
rata-rata pembelajaran adalah 3,10. Jika data tertampil dalam bentuk
tabel, maka tampak sebagai berikut.
Tabel 4.5. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 3
No Aspek Nilai Pengamat Rata-
rata 1 2 3
1 Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) 4 3 3 3.33
2 Pelaksanaan pemberian materi secara singkat.
4 3 3 3.33
3 Pelaksanaan kegiatan pengenalan suku-suku kata 4 4 3 3.67
4 Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata 4 4 3 3.67
5 Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata
3 3 4 3.33
6 Penjelasan kegiatan pembentukkan suku-kata menjadi kata bermakna. 4 3 3 3.33
7 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna.
3 4 4 3.67
8 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata 4 4 3 3.67
9 Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana
3 4 3 3.33
10 Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. 4 3 3 3.33
11 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana. 3 4 3 3.33
12 Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. 3 3 3 3.00
13 Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba
3 3 3 3.00
14 Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa.
3 4 3 3.33
15 Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan 4 3 3 3.33
16 Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran 3 2 3 2.67
17 Penggunaan media dalam pembelajaran 4 4 3 3.67
18 Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran 3 3 4 3.33
19 Penggunaan waktu dalam pembelajaran 3 2 3 2.67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
20 Kemampuan guru melaksanakan metode silaba
4 3 3 3.33
JUMLAH SKOR 70 66 63 66.33 NILAI RATA-RATA 3.50 3.30 3.15 3.32
Hasil angket siswa mencapai target yang diinginkan dengan
memperoleh nilai rata-rata sebesar 82. Nilai tertinggi 98 dan nilai
terendah yang tercatat adalah 50. Jika melihat rata-rata tiap butir
angket, terdapat 13 dari 15 nomor angket (89,66%), yang sudah
mencapai kriteria baik dengan menyisakan 2 butir angket yang perlu
perhatian.
b) Observasi Hasil
Hasil tes keterampilan membaca sudah mencapai target yang
diinginkan, dimana nilai rata-rata kelas 76,8, dengan nilai tertinggi 95
dan nilai terendah 50. Terdapat 16 siswa yang tuntas mencapai dan/
melampaui target nilai 70. Sementara hasil tes kognitif belum
mencapai target yang diharapkan, karena nilai rata-rata kelas hanya
mencapai 75,25 dengan menempatkan 13 siswa yang tuntas (KKM
70) dari 20 siswa yang melaksanakan tes. Nilai tertinggi yang dapat
ditorehkan siswa ialah 100, sedangkan nilai terendahnya adalah 40,
jadi terdapat rentang n ilai yang cukup tinggi yaitu 60. Berikut
tampilan data dalam bentuk tabel.
Tabel 4.6. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 3
Nilai Tes Keterampilan Membaca Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan frekuensi keterangan
siswa siswa 100 -
tuntas =16 (80%)
1 tuntas =13
(65%) 90 4 4 80 5 8 70 7 -
belum tuntas =7
(35%)
60 3 belum tuntas =4
(20%)
3 50 1 3 40 - 1 30 - - 20 - - 10 - -
Jumlah 20 - 20 - Rata-rata 76,8 - 75,25 -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti mendapatkan temuan
bahwa siasat permainan cukup efektif untuk penerapan metode silaba di
siswa kelas dua, siswa sangat antusias dan aktif bekerjasama dalam setiap
babak yang dilalui. Kelemahan yang peneliti temui adalah penggunaan
waktu yang melampaui alokasinya. Pada tes keterampilan membaca,
masih banyak siswa yang mengabaikan tanda baca. Pelaksanaan tes
kognitif dengan sistem isian singkat sudah efektif. Hasil diskusi dengan
para pengamat memperoleh beberapa solusi yaitu: Siasat permainan tetap
dipertahankan dan mencari permainan yang lebih efektif agar tidak
melebihi waktu yang dialokasikan.
2. Deskripsi Hasil Siklus 2
a.Pertemuan1
1) Perencanaan
Peneliti mempersiapkan RPP, angket siswa, pedoman observasi,
pedoman wawancara, media pembelajaran, dan kamera sebagai alat
dokumentasi, serta meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat.
Cakupan materi pada siklus 2 pertemuan 1 ini adalah dengan SK : 7.
Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca
dalam hati; KD : 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan
memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat; serta indikator: Menjawab
pertanyaan berdasarkan teks cerita yang d ibaca dengan tema ”Peristiwa”.
Perencanaan siklus 2 pertemuan 1 yaitu: a) Permainan pada
pertemuan ini direncanakan 4 babak. Babak pertama sebagai langkah
penerapan metode silaba tentang pengenalan suku kata, siswa berlomba
menghitung jumlah suku-suku kata dalam sebuah kata, kelompok
tercepat dan yang paling benar menjadi juaranya. Babak kedua yang
merupakan langkah kedua penerapan metode silaba, siswa harus beradu
cepat merangkaikan suku-suku kata acak menjadi kata bermakna agar
menjadi juara. Babak ketiga yang merupakan langkah ketiga metode
silaba, siswa bersama kelompok bermain adu cepat merangkaikan kartu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kata menjadi kalimat sederhana. Babak keempat sebagai tambahan yaitu
kelompok harus berebut membuat pertanyaan berdasarkan jawaban yang
diajukan guru; dan c) Penggunaan media bintang sebagai reward/hadiah
yang cukep efektif saat permainan, di siklus 2 pertemuan 1 ini
dipertahankan dan divariasikan dengan warna yang berbeda;
2) Pelaksanaan
Pertemuan pertama pada siklus kedua terlaksana pada hari
Sabtu, tanggal 21 April 2012 pukul 09.30. Semua siswa hadir dan
mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan awal, peneliti mengucapkan
salam, melakukan tes penjajagan dengan tanya jawab seputar tema
”Peristiwa”, apersepsi dengan menyanyikan lagu ”Ibu Kita kartini”, dan
acuan peneliti dengan menyampaikan pada siswa tentang materi
tumbuhan dan harapan kepada siswa agar mereka dapat menguasai
keterampilan membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat serta
dapat menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca.
Kegiatan inti pertama, siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang materi secara singkat, selanjutnya siswa mencari teman yang
telah ditunjuk guru untuk membentuk kelompok bermain. Sebelum
permainan babak pertama dimulai, siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang pengenalan suku-suku kata yang menyusun suatu kata sekaligus
aturan mainnya. Di babak ini, siswa harus menghitung jumlah suku-suku
kata yang menyusun suatu kata yang guru ajukan dalam lembar
permainan. Respon siswa pada awal permainan ini juga positif, siswa
terlihat antusias menggunakan jemari mereka menghitung suku-suku
kata.
Permainan dilanjutkan ke babak kedua yaitu siswa berlomba
menyusun suku-suku kata acak menjadi sebuah kata bermakna, jika
kelompok dapat mencatat waktu tercepat saat menyusun suku-suku kata
acak menjadi sebuah kata bermakna dialah pemenangnya. Melihat
pelaksanaan yang terjadi, babak ini merupakan babak yang paling seru
dan menarik. Babak ketiga juga cukup menarik dimana siswa beradu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
kecepatan dalam merangkai kata-kata yang tersedia menjadi sebuah
kalimat. Sampai babak terakhir, terlihat di papan skor perolehan bintang
yang belum merata, karena terdapat kelompok yang selalu menang
karena hadirnya siswa pandai didalamnya dan ada yang tidak mendapat
bintang sama sekali. Hadiah berupa skor bintang bagi pemenang dalam
setiap babak permainan cukup efektif menarik antusias siswa untuk
berjuang memperolehnya, terbukti tidak sedikit siswa berebut untuk
menempelkan skor bintang pada papan skor, hingga membuat suasana
kelas menjadi kurang kondusif. Tampaknya guru perlu membuat aturan
permainan agar siswa mudah dikendalikan.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan materi
secara singkat untuk selanjutnya, siswa melaksanakan tes keterampilan
membaca dan tes kognitif. Siswa terlihat makin percaya diri dan sudah
memperhatikan tanda baca saat membaca. Mereka masih kesulitan ketika
guru memberikan pertanyaan tentang teks yang dibaca. Pelaksanaan tes
kognitif dan Angket siswa berjalan dengan baik. Siswa terlihat cepat
mengerjakannya walaupun masih ada kurang lebih 5 siswa yang bertanya
pada guru.
Pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan ini masih
menyita waktu cukup banyak sehingga waktu sampai pelajaran berakhir
juga masih melebihi alokasi yakni sampai pukul 11.10 WIB. Kedepan
tentunya perlu rancangan permainan lebih sederhana tetapi menarik dan
tidak membutuhkan banyak waktu.
3)Observasi
a) Observasi Proses
Berdasarkan pengamatan penerapan metode silaba dengan
siasat permainan, hasilnya cukup memuaskan. Nilai rata-rata
pembelajaran yang diperoleh mencapai target yang diinginkan. Nilai
dari pengamat satu adalah 3,65, nilai dari pengamat kedua 3,45 dan
pegamat ketiga memberikan nilai 3,20, nilai rata-rata pembelajaran
adalah 3,43. Melihat nilai tiap amatan, aspek waktu dan pengaturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kondisi siswa nilainya belum masuk kriteria baik. Jika data
ditampilkan dalam bentuk tabel, maka tampak sebagai berikut.
Tabel 4.7. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 1
No Aspek Nilai Pengamat Rata-
rata 1 2 3
1 Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) 4 3 4 3.67
2 Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. 4 4 3 3.67
3 Pelaksanaan kegiatan pengenalan suku-suku kata
4 4 3 3.67
4 Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata 4 4 3 3.67
5 Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata
4 4 3 3.67
6 Penjelasan kegiatan pembentukkan suku-kata menjadi kata bermakna. 4 4 3 3.67
7 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna.
3 4 3 3.33
8 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata 4 3 4 3.67
9 Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana
3 4 3 3.33
10 Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana. 4 3 3 3.33
11 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana. 4 4 3 3.67
12 Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba. 4 4 3 3.67
13 Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba
4 3 4 3.67
14 Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa. 3 4 3 3.33
15 Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan
4 3 3 3.33
16 Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran 2 3 3 2.67 17 Penggunaan media dalam pembelajaran 4 3 4 3.67
18 Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran
3 3 3 3.00
19 Penggunaan waktu dalam pembelajaran 3 2 3 2.67
20 Kemampuan guru melaksanakan metode silaba 4 3 3 3.33
JUMLAH SKOR 73 69 64 68.66 NILAI RATA-RATA 3.65 3.45 3.20 3.43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hasil angket siswa mencapai target yang diinginkan dengan
memperoleh nilai rata-rata sebesar 83. Nilai tertinggi 97 dan nilai
terendah yang tercatat adalah 62. Jika melihat rata-rata tiap butir
angket, semua sudah yang mencapai kriteria baik.
b) Observasi Hasil
Hasil tes keterampilan membaca sudah baik dengan mencapai
target yang diinginkan, dimana nilai rata-rata kelas 79, dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Terdapat 3 siswa yang belum
tuntas. Di sisi lain, hasil tes kognitif telah melampaui target yang
diharapkan, karena nilai rata-rata kelas mencapai 81 dengan
menempatkan 16 siswa yang tuntas (KKM 80) dari 23 siswa yang
melaksanakan tes. Nilai tertinggi yang dapat ditorehkan siswa ialah
100, sedangkan nilai terendahnya adalah 45, jadi terdapat rentang nilai
yang cukup tinggi yaitu 55. Berikut tampilan data dalam bentuk tabel.
Tabel 4.8. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 1
Nilai Tes Keterampilan Membaca Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan frekuensi keterangan
siswa siswa 100 -
tuntas =20 (86,95%)
1 tuntas =16 (69,56%) 90 5 5
80 8 10 70 7 5
belum tuntas =7
(30,43%)
60 2 belum tuntas =3
(13,04%)
1 50 1 1 40 - 30 - 20 - 10 -
Jumlah 23 - 23 - Rata-rata 79 - 81 -
4) Refleksi
Berdasarkan data observasi, peneliti mendapatkan temuan yakni
siswa sulit d ikendalikan karena berebut pada saat pembagian hadiah
berupa skor bintang, sehingga banyak menyita waktu. Pembentukan
kelompok juga perlu diubah karena kemampuan antar kelompok yang
tidak seimbang sehingga permainan kurang menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Hasil diskusi dengan para pengamat memperoleh beberapa
solusi yaitu: a) Siasat permainan dikembangkan dengan mencari
permainan lain yang serupa agar siswa tidak bosan. b) Adanya penerapan
hukuman agar siswa mudah dan cepat dikondisikan, yaitu memakai kartu
kuning dan kartu merah seperti dalam permainan sepak bola dimana
siswa yang mendapat kartu kuning, harus pulang lebih siang, dan yang
mendapat kartu merah siswa harus mengerjakan suatu tugas dari guru
seperti menyapu, menjawab pertanyaan, atau tugas lain, dan c)
Pembentukan kelompok dirubah kembali agar kemampuan antara
kelompok satu dan yang lainnya merata dan mampu bersaing sehingga
permainan lebih menarik.
b.Pertemuan2
1) Perencanaan
Peneliti mempersiapkan RPP, angket siswa, pedoman observasi,
pedoman wawancara, media pembelajaran, dan kamera sebagai alat
dokumentasi, serta meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat.
Cakupan materi pada siklus 2 pertemuan 2 ini adalah dengan SK : 7.
Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca
dalam hati; KD : 7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat)
yang dibaca dalam hati; serta indikator: membaca teks dalam hati dengan
tema ”Energi”.
Perencanaan siklus 2 pertemuan 2 adalah: a) Permainan pada
pertemuan ini direncanakan 4 babak. Babak pertama, siswa berlomba
mencari kata-kata yang memiliki 3 suku kata, kelompok tercepat dan
yang paling banyak menjadi juaranya. Pada babak kedua, siswa beradu
cepat menyusun 10 suku kata yang tersedia menjadi sebanyak mungkin
kata bermakna. Babak ketiga dilalui siswa bersama kelompok bermain
adu cepat merangkaikan kartu kata menjadi kalimat sederhana. Di babak
keempat siswa membaca puisi dengan metode silaba; dan b) Penerapan
hukuman melalui kartu kuning dan kartu merah seperti dalam permainan
sepak bola dimana siswa yang mendapat kartu kuning, harus pulang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
siang, dan yang mendapat kartu merah siswa harus mengerjakan suatu
tugas dari guru seperti menyapu, menjawab pertanyaan, atau tugas lain,
dan c) Perubahan anggota kelompok bermain agar kemampuan antara
kelompok satu dan yang lainnya merata dan mampu bersaing sehingga
permainan lebih menarik.
2) Pelaksanaan
Pertemuan kedua pada siklus kedua terlaksana di hari Kamis,
tanggal 26 April 2012 pukul 09.30. Dua siswa tidak hadir karena sakit.
Kegiatan awal, d iawali dengan salam, melakukan tes penjajagan dengan
tanya jawab seputar tema ”Energi”, apersepsi dengan menyanyikan lagu
” Aku Anak Sehat”, dan memberikan pengarahan membaca dalam hati
sebagai acuan.
Kegiatan inti pertama, siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang materi secara singkat, selanjutnya siswa mencari teman yang
telah ditunjuk guru untuk membentuk kelompok bermain. Sebelum
permainan babak pertama dimulai, siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang pengenalan suku-suku kata yang menyusun suatu kata sekaligus
aturan mainnya. Di babak ini, siswa mencari kata-kata yang terdiri dari 5
suku kata. Siswa tampak antusias menggunakan jemarinya untuk menjadi
juara. Permainan babak kedua, siswa berlomba menyusun 10 suku kata
acak menjadi sebanyak mungkin kata bermakna dalam waktu 5 menit.
Melihat pelaksanaan yang terjadi, banyak siswa yang kesulitan, tetapi
setelah dibimbing guru siswa dapat menyelesaikannya dengan baik.
Permainan babak ketiga cukup seru, dimana siswa beradu kecepatan
dalam merangkai kata-kata yang tersedia menjadi sebuah kalimat pada
papan berpaku. Sampai babak terakhir, terlihat di papan skor perolehan
bintang yang sudah merata, sehingga pembentukan kelompok sudah
efektif. Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan materi
secara singkat untuk selanjutnya, siswa melaksanakan tes keterampilan
membaca dan tes kognitif. Siswa terlihat sedikit kesulitan saat
mendeklamasikan puisi karena teks harus dibaca dalam hati sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dideklamasikan. Pelaksanaan tes kognitif dan angket siswa berjalan
dengan baik dan lancar. Waktu yang digunakan sudah sesuai alokasi
yang direncanakan.
3) Observasi
a) Observasi Proses
Berdasarkan pengamatan pembelajaran yang terlaksana,
hasilnya sudah memuaskan. Nilai rata-rata pembelajaran yang
diperoleh melampaui target yang diinginkan. Nilai dari pengamat satu
adalah 3,85, nilai dari pengamat kedua 3,30 dan pegamat ketiga
memberikan nilai 3,60, nilai rata-rata pembelajaran adalah 3,58.
Melihat nilai rata-rata tiap amatan, semua sudah masuk kriteria baik.
Jika data ditampilkan dalam bentuk tabel, maka tampak sebagai
berikut.
Tabel 4.9. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 2
No Aspek Nilai Pengamat Rata-
rata 1 2 3
1 Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) 4 4 4 4.00
2 Pelaksanaan pemberian materi secara singkat.
4 3 4 3.67
3 Pelaksanaan kegiatan pengenalan suku-suku kata 3 3 4 3.33
4 Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata
4 4 3 3.67
5 Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata
4 3 4 3.67
6 Penjelasan kegiatan pembentukkan suku-kata menjadi kata bermakna. 4 3 3 3.33
7 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna.
4 3 4 3.67
8 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca beberapa kata 4 3 3 3.33
9 Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana 4 3 3 3.33
10 Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana.
4 3 4 3.67
11 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana.
3 3 3 3.00
12 Penjelasan guru tentang kegiatan 4 3 4 3.67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
membaca teks dalam metode silaba.
13 Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba
4 3 4 3.67
14 Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa.
4 3 4 3.67
15 Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan
4 3 3 3.33
16 Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran
4 3 3 3.33
17 Penggunaan media dalam pembelajaran 4 4 4 4.00
18 Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran
4 3 4 3.67
19 Penggunaan waktu dalam pembelajaran 3 3 3 3.00
20 Kemampuan guru melaksanakan metode silaba
4 3 4 3.67
JUMLAH SKOR 77 63 72 70.67 NILAI RATA-RATA 3.85 3.15 3.60 3.53
Hasil angket siswa sudah melampaui target yang diinginkan
dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 84. Nilai tertinggi dari
siswa 100 dan nilai terendah yang tercatat adalah 55. Peneliti melihat
rata-rata tiap butir angket, semua sudah yang mencapai kriteria baik.
b) Observasi Hasil
Hasil tes keterampilan membaca sudah baik dengan
melampaui target yang diinginkan, dimana nilai rata-rata kelas 80,
dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 55. Terdapat 4 siswa yang
belum tuntas.
Di sisi lain, hasil tes kognitif juga telah melampaui target
yang diharapkan, dengan mencapai 83 dengan menempatkan 11 siswa
yang tuntas (KKM 80) dari 21 siswa yang melaksanakan tes. Nilai
tertinggi yang dapat ditorehkan siswa ialah 100, sedangkan nilai
terendahnya adalah 40, jadi terdapat rentang nilai yang masih tinggi
yaitu 60. Berikut tampilan data dalam bentuk tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 4.10. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 2
Nilai Tes Keterampilan Membaca Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan frekuensi keterangan
siswa siswa 100 3
tuntas =17 (80,95%)
4 tuntas =12 (57,14%) 90 6 6
80 5 2 70 3 7
belum tuntas =9
(42,85%)
60 4 belum tuntas =4
(19,04%)
1 50 - - 40 - 1 30 - - 20 - - 10 - -
Jumlah 83 - 21 - Rata-rata 66,0 - 3 -
4) Refleksi
Berdasarkan data observasi, peneliti mendapatkan keberhasilan
dalam mengendalikan siswa melalui media kartu kuning dan kartu merah
sebagai simbol hukuman. Pembentukan anggota kelompok juga sudah
tepat, dimana antar kelompok sanggup bersaing satu sama lain. Peneliti
masih merasa perlu mengembangkan permainan yang sederhana tetapi
menarik dan efisien waktu. Keterampilan siswa membaca dalam hati juga
masih perlu ditingkatkan karena lebih dari 10 siswa kesulitan dalam
mengungkapkan puisi yang dibaca dalam hati.
Hasil diskusi dengan pengamat memperoleh beberapa solusi
yaitu: a) Siasat permainan masih dikembangkan dengan mencari
permainan sederhana tetapi menarik dan efisien. dan b) Peningkatan
keterampilan membaca dalam hati dilakukan dengan memperbanyak
kesempatan latihan sebelum tampil. serta c) pertemuan selanjutnya akan
digunakan sebagai perbaikan sekaligus pemantapan di berbagai lini.
c.Pertemuan3
1) Perencanaan
Peneliti mempersiapkan RPP, angket siswa, pedoman observasi,
pedoman wawancara, media pembelajaran, dan kamera sebagai alat
dokumentasi, serta meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Cakupan materi pada siklus 2 pertemuan 2 ini adalah dengan SK : 7.
Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca
dalam hati; KD : 7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat)
yang dibaca dalam hati; serta indikator: membaca teks dalam hati dengan
tema ”Peristiwa”.
Rencana siklus 2 pertemuan 3 adalah: a) Siasat permainan masih
dikembangkan dengan mencari permainan sederhana tetapi menarik dan
efisien. Permainan babak pertama siswa mencari kata awalan dengan
suku kata tertentu, babak kedua diisi dengan bermain teka teki silang
metode silaba. Di babak ketiga siswa akan adu cepat merangkaikan kata
menjadi kalimat sederhana dan babak terakhir adalah unjuk keterampilan
membaca dalam hati. b) Peningkatan keterampilan membaca dalam hati
dilakukan dengan memperbanyak kesempatan latihan sebelum tampil.
serta c) pertemuan selanjutnya akan digunakan sebagai perbaikan
sekaligus pemantapan di berbagai lin i.
2) Pelaksanaan Pertemuan ketiga pada siklus kedua terlaksana di hari Rabu,
tanggal 2 Mei 2012 pukul 09.30. Satu siswa tidak hadir karena sakit.
Kegiatan awal, d iawali dengan salam, melakukan tes penjajagan dengan
tanya jawab seputar tema ”Peristiwa”, apersepsi dengan menyanyikan
lagu ”Pancasila”, dan memberikan pengarahan membaca dalam hati
sebagai acuan.
Kegiatan inti pertama, siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang materi secara singkat, selanjutnya siswa mencari teman yang
telah ditunjuk guru untuk membentuk kelompok bermain. Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang permainan babak pertama yaitu
mencari kata yang berawalan suku kata (ba, ta, ca, dll.). Di babak kedua,
siswa bermain teka teki silang (TTS) metode silaba yaitu dengan isian
persuku kata bukan perhuruf seperti TTS biasa. Awalnya siswa kesulitan
tetapi menjadi antusias ketika sudah memahami cara mengerjakannya.
Permainan babak ketiga, secara serentak siswa bersama kelompoknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
beradu kecepatan dalam merangkai kata-kata yang tersedia menjadi
sebuah kalimat pada papan berpaku. Babak terakhir masing-masing
kelompok unjuk keterampilan membaca dalam hati yang sekaligus
sebagai tes keterampilan membaca.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan materi
secara singkat untuk selanjutnya, siswa melaksanakan tes kognitif
membaca dan mengisi angket. Pelaksanaan tes kognitif dan Angket siswa
berjalan dengan tertib dan lancar. Waktu yang digunakan juga sudah
sesuai alokasi yang direncanakan.
3) Observasi
a) Observasi Proses
Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada pertemuan
ketiga disiklus kedua ini, hasilnya semakin memuaskan. Nilai rata-rata
pembelajaran yang diperoleh melampaui target yang diinginkan. Nilai
dari pengamat satu adalah 3,90, nilai dari pengamat kedua 3,85 dan
pegamat ketiga memberikan nilai 3,65, nilai rata-rata pembelajaran
adalah 3,80. Melihat nilai rata-rata tiap amatan, semua langkah sudah
dilaksanakan dan hasilnya sudah maksimal.
Tabel 4.11. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 3
No Aspek Nilai dari Pengamat Rata-
rata 1 2 3
1 Pelaksanaan kegiatan awal (dari salam sampai apersepsi) 4 4 4 4.00
2 Pelaksanaan pemberian materi secara singkat. 4 4 4 4.00
3 Pelaksanaan kegiatan pengenalan suku-suku kata 4 4 4 4.00
4 Pemberian kesempatan siswa membaca suku-suku kata
4 4 4 4.00
5 Pemberian kesempatan siswa mencari suku-suku kata 4 4 4 4.00
6 Penjelasan kegiatan pembentukkan suku-kata menjadi kata bermakna. 4 4 4 4.00
7 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk merangkaikan beberapa suku kata menjadi kata bermakna.
4 4 3 3.67
8 Pemberian kesempatan kepada siswa 4 4 4 4.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
untuk membaca beberapa kata
9 Penjelasan kegiatan perangkaian kata menjadi kalimat sederhana 4 4 3 3.67
10 Kegiatan siswa merangkaikan kata menjadi kalimat sederhana.
4 4 4 4.00
11 Pemberian kesempatan kepada siswa untuk membaca kalimat sederhana.
4 3 3 3.33
12 Penjelasan guru tentang kegiatan membaca teks dalam metode silaba.
4 4 3 3.67
13 Pemberian kesempatan pada siswa untuk membaca teks dengan menggunakan metode silaba
4 4 4 4.00
14 Pemberian bimbingan ataupun perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa.
4 4 4 4.00
15 Pemberian motivasi dalam pembelajaran yang dilakukan
4 4 3 3.67
16 Pengaturan suasana/kondisi pembelajaran
4 3 3 3.33
17 Penggunaan media dalam pembelajaran 4 4 4 4.00
18 Respon siswa terhadap adanya variasi pembelajaran
4 4 3 3.67
19 Penggunaan waktu dalam pembelajaran 4 3 3 3.33
20 Kemampuan guru melaksanakan metode silaba
4 4 4 4.00
JUMLAH SKOR 80 77 72 76.33 NILAI RATA-RATA 4.00 3.85 3.60 3.82
Hasil angket siswa sudah melampaui target yang diinginkan
dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 88. Nilai tertinggi dari
siswa 100 dan nilai terendah yang tercatat adalah 65. Peneliti melihat
rata-rata tiap butir angket, semua sudah mencapai dan atau melampaui
kriteria baik. Jika data ditampilkan dalam bentuk tabel, maka tampak
sebagai berikut.
b) Observasi Hasil
Hasil tes keterampilan membaca sudah baik dengan
melampaui target yang diinginkan, dimana nilai rata-rata kelas 88,
dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55, sehingga rentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
nilainya masih cukup besar yakni 45. Terdapat 1 siswa yang belum
tuntas. Hasil tes kognitif membaca juga telah makin melampaui target
yang diharapkan dengan mencapai 85 dengan menempatkan 17 siswa
yang tuntas (77,27%) dan menyisakan 5 siswa yang belum tuntas
(22,72%). Nilai tertinggi yang dapat dicapai ialah 95, sedangkan nilai
terendahnya adalah 60, jadi terdapat rentang nilai 35. Berikut tampilan
data dalam bentuk tabel.
Tabel 4.12. Analisis Nilai Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 3
Nilai Tes Keterampilan Membaca Tes Kognitif Membaca frekuensi keterangan frekuensi keterangan
siswa siswa 100 6
tuntas =21 (95,45%)
- tuntas =17 (77,27%)
90 7 10 80 5 7 70 3 3
belum tuntas =5
(22,72%)
60 1 belum tuntas =1
(4,54%)
2 50 - - 40 - - 30 - - 20 - - 10 - -
Jumlah 22 - 22 - Rata-rata 88 - 85 -
4) Refleksi
Berdasarkan data observasi, peneliti mendapatkan keberhasilan
dalam melaksanakan permainan yang efektif yakni dilakukan dengan
permainan sederhana, waktu dibatasi lima menit dan dilaksanakan
serentak semua kelompok. Pembentukan anggota kelompok juga sudah
tepat, karena sudah terjadi kompetisi. Keterampilan siswa membaca
nyaring dan membaca dalam hati sudah sesuai indiktor kinerja. Hasil
diskusi dengan pengamat memperoleh beberapa hal yaitu: a) Siasat
permainan yang diterapkan harus disesuaikan dengan langkah metode
silaba. dan b) Peneliti tidak melanjutkan lagi ke siklus berikutnya karena
semua indikator telah terpenuhi serta pertimbangan waktu yang terbatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
1. Perbandingan Hasil Observasi Pembelajaran
a. Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Pengamat
Penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh tiga pengamat dari
siklus satu sampai siklus kedua menghasilkan hasil yang berbeda-beda,
terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Pengamat
Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2
Perte-
muan
Pengamat Rata-
rata
Kri-
teria
Perte-
muan
Pengamat Rata-
rata
Kri-
teria 1 2 3 1 2 3
1 2,65 3,10 2,40 2,72 cukup 1 3,65 3,45 3,20 3,43 baik
2 2,95 2,65 2,90 2,82 cukup 2 3,85 3,30 3,60 3,58 baik
3 3,25 2,95 3,10 3,10 baik 3 3,90 3,85 3,65 3,80 baik
Hasil 2,95 2,90 2,80 2,88 cukup Hasil 3,80 3,53 3,48 3,60 baik
Berdasarkan tabel 4.10. terlihat adanya kenaikan yang cukup
signifikan, dimana terjadi kenaikan 0,72 dari hasil siklus satu 2,88 menjadi
3,60 di siklus kedua.
b. Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Angket
Penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh siswa melalui angket
di setiap pertemuan memberikan data-data yang cukup lengkap terlihat
dalam tabel berikut.
Tabel 4.14. Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Angket
Siklus Nilai angket Rata-rata
Kriteria Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
I 72 77 82 77 cukup II 83 84 88 85 baik
Berdasarkan tabel 4.11, terlihat adanya kenaikan yang cukup baik,
dimana hasil siklus satu 77, naik 0,8 menjadi 85 di siklus kedua.
2. Perbandingan Tes Keterampilan Membaca
a. Perbandingan Tes Psikomotor Keterampilan Membaca
Tes ini dilaksanakan pada setiap pertemuan dan memperoleh data-
data sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Tes Psikomotor Keterampilan Membaca
Berdasarkan gambar 4.1 terlihat adanya peningkatan nilai di setiap
pertemuan. Nilai rata-rata antar siklus meningkat 21,7 poin dari 61.6 di
siklus 1 menjadi 83,3 di siklus 2.
b. Perbandingan Tes Kognitif Keterampilan Membaca
Tes ini dilaksanakan pada setiap pertemuan dan memperoleh data-
data sebagai berikut.
Gambar 4.2 Perbandingan Nilai Tes Kognitif Keterampilan Membaca
Berdasarkan gambar 4.2 terlihat adanya perkembangan nilai di
setiap pertemuan. Pada pertemuan kedua siklus 1 terlihat adanya penurunan
menjadi 50.5. Nilai rata-rata antar siklus meningkat 18 poin dari 65 di siklus
1 menjadi 83 di siklus 2.
0102030405060708090
Siklus 1 Siklus 2
52 66
76.8
61.6
79 83 88 83.3
0
50
100
Siklus 1 Siklus 2
72.25
50.5
75.25 65
81 83 85 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
D. Pembahasan
Penerapan metode silaba dalam peningkatan keterampilan membaca
siswa kelas dua telah dilaksanakan sebanyak enam pertemuan sesuai rencana
pembelajaran. Hasil penelitian telah mencapai target yang diinginkan. Peneliti
telah menemukan langkah-langkah penerapan metode silaba yang dapat
meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SDN 2 Pejagatan Tahun
Ajaran 2011/2012. Pada siklus 1 pertemuan kesatu peneliti menggunakan LKS
untuk menerapkan langkah metode silaba, yang diawali dengan tahap pertama,
yaitu pengenalan suku-suku kata, Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata
menjadi kata, Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana (Mulyati, 2007).
Setelah penggunaan LKS di dua pertemuan, ternyata tidak efektif, siswa
terlihat kesulitan, pasif dan bosan. Di pertemuan ketiga siklus 1 teknik LKS
diganti dengan siasat permainan untuk mengatasi permasalahan dalam
menjalankan langkah-langkah metode silaba. Siasat permainan ternyata sangat
efektif untuk menerapkan metode silaba, siswa terlihat antusias, aktif, dan senang
mengikutinya. Maka siasat ini terus digunakan di pertemuan selanjutnya.
Kreatifitas guru dituntut dalam menciptakan permainan yang sederhana, menarik
dan efisien waktu serta sesuai dengan langkah metode silaba. Oleh karenanya di
siklus kedua, pertemuan 1 sampai pertemuan ketiga, peneliti terus mencari dan
mengembangkan permainan yang sesuai keinginan.
Setelah mengembangkan permainan di beberapa pertemuan, peneliti
mendapatkan pengalaman bahwa agar efektif, permainan harus dilaksanakan
serentak dengan batasan waktu kurang lebih 5 menit setiap babaknya.
Permainan-permainan yang dapat diterapkan yaitu: a. Pada tahap
pengenalan suku-suku kata, dapat disiasati dengan permainan menghitung jumlah
suku kata yang menyusun sebuah kata, mencari kata-kata dengan awalan suku
kata tertentu, dll; b. Pada tahap perangkaian suku-suku kata menjadi kata
bermakna, siswa dapat berlomba merangkaikan suku-suku kata acak menjadi kata
bermakna sesuai gambar atau bermain teka-teki silang metode silaba seperti pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pelaksanaan siklus 2 pertemuan ketiga; c. Di tahap ketiga, tentang perangkaian
kata menjadi kalimat sederhana, siasat permainannya adalah beradu cepat
merangkaikan kartu kata yang tersebar di meja siswa atau beradu cepat
menempelkan kartu kata pada media papan berpaku, ataupun permainan kreatif
lain asalkan sesuai langkah metode silaba.
Berdasarkan data hasil penelitian, Perkembangan keterampilan membaca
siswa kelas II terlihat melalui perbandingan ketuntasan siswa pada tes psikomotor
dan tes kognitif keterampilan membaca dalam diagram berikut.
Gambar 4.3. Diagram Ketuntasan Tes Psikomotor Keterampilan Membaca
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat adanya kenaikan jumlah siswa yang
tuntas. Pada siklus 1 pertemuan satu hanya 3 siswa yang tuntas, ketuntasan
meningkat 7 siswa di pertemuan kedua menjadi 10 siswa. Ketuntasan meningkat
kembali menjadi 20 siswa. Pada pertemuan kedua siklus 2 ketuntasan menurun
menjadi 17 siswa karena keterampilan yang diuji berbeda dengan pertemuan
sebelumnya yakni keterampilan membaca dalam hati. Di pertemuan terakhir
sebanyak 21 siswa dapat tuntas dari 22 siswa yang mengikuti tes.
0
5
10
15
20
25
Siklus 1 siklus 2
3
10
16 20
17 21
15 11
4 3 4 1 tuntas
tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Gambar 4.4. Diagram Ketuntasan Tes Kognitif Keterampilan Membaca
Berdasarkan gambar 4.4 terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas.
Di awal pertemuan siklus 1 hanya ada 1 siswa yang tuntas dan hanya ada
peningkatan 1 siswa di pertemuan kedua, hal ini karena bentuk soal pilihan ganda
membuat siswa tidak teliti dan asal menjawab. Pengubahan bentuk soal menjadi
isian singkat di s iklus 1 pertemuan ketiga sangat efektif hingga terdapat 13 siswa
tuntas. Jumlah ketuntasan meningkat 3 anak menjadi 16 siswa di siklus 2
pertemuan satu. Ketuntasan menurun 4 siswa di pertemuan kedua, tetapi
ketuntasan kembali meningkat pada pertemuan ketiga yakni sebanyak 17 siswa
dinyatakan tuntas dari 22 siswa yang mengikuti tes. Berdasarkan data hasil kedua
tes keterampilan membaca yang meningkat, maka itu artinya metode silaba dapat
meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 SD N 2 Pejagatan sesuai
indikator kinerja. Metode silaba yang diterapkan dengan siasat permainan sangat
cocok bagi siswa-siswi kelas 2 SD N 2 Pejagatan karena siasat permainan yang
bervariasi mampu memotivasi dan menarik perhatian siswa yang mudah bosan
dan menyerah ketika menerima tugas membaca. Siasat permainan memberikan
situasi yang konkrit bagi siswa, sehingga mereka antusias melaksanakan langkah
demi langkah metode silaba. Temuan tersebut selaras dengan pendapat Rahayu
yaitu ”... anak akan mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi
yang konkrit ” (2006:223). Siswa yang berlatih keterampilan membaca dalam
beberapa pertemuan menjadi terbiasa ketika memperoleh tugas membaca, hal ini
sesuai dengan teori yang dituliskan Cronbach bahwa keterampilan yang dipelajari
dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan (Hurlock, 1987: 154).
0
10
20
1 2
13 16
12 17 17 19
7 7 9 5
tuntastidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian tindakan
kelas dengan judul ” Penerapan Metode Silaba dalam Peningkatan Keterampilan
Membaca Siswa Kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012” dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penerapan metode silaba dapat meningkatkan meningkatkan keterampilan
membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan sesuai indikator kinerja;
2. Langkah-langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan
keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan adalah dengan
siasat permainan sebagai berikut: a. Guru memberikan materi secara singkat
sesuai tema; b. Siswa membentuk kelompok bermain, dan mendengarkan
penjelasan aturan permainan; c. Siswa melakukan permainan babak pertama
yang berkaitan dengan suku-suku kata; d. Siswa melanjutkan permainan
babak kedua tentang perangkaian suku-suku kata menjadi kata bermakna; e.
Di babak ketiga, siswa bermain permainan tentang perangkaian kata-kata
acak menjadi kalimat sederhana; f. Babak terakhir, siswa bersama kelompok
membaca teks dengan metode silaba yang sekaligus sebagai tes psikomotor
keterampilan membaca.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan diatas, peneliti memberikan beberapa implikasi
sebagai berikut.
1. Teoritis
Secara teoritis penerapan metode silaba dalam peningkatan keterampilan
membaca merupakan pembenaran konsep dan teori yang ditulis dalam skenario
proses pembelajaran. Pada setiap langkah penerapan metode silaba, terjadi
proses yang sangat penting bagi siswa dalam meningkatkan keterampilan
membaca siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
2. Praktis
a. Penerapan metode silaba dalam peningkatan keterampilan membaca dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan
membaca karena metode ini menampilkan setiap kata menjadi beberapa
suku kata, sehingga beban siswa ketika membunyikan kata-kata menjadi
ringan dan proses selanjutnya yakni memahami bacaan dapat terlaksana.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah diuraikan, dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Gunakanlah metode silaba ini untuk meningkatkan keterampilan
membaca yang sangat berguna bagimu.
b. Bagi Guru
Ciptakanlah permainan yang kreatif dalam menerapkan metode silaba
agar siswa antusias mengikuti pembelajaran; Pakailah media skor bintang di
setiap babak permainannya untuk memotivasi siswa; Pelaksanaan permainan
harus serentak semua kelompok dan dengan batasan waktu kurang lebih 5
menit setiap babaknya.
c. Bagi Lembaga Sekolah
Sebaiknya lembaga sekolah melengkapi sarana dan prasarana sekolah
agar guru dapat menerapkan metode silaba dengan lebih baik dan kreatif untuk
membantu meningkatkan keterampilan membaca siswa.
d. Bagi Peneliti lain
Metode silaba ini baru diterapkan untuk meningkatkan keterampilan
membaca, sehingga peneliti lain dapat mengembangkannya untuk
meningkatkan keterampilan bahasa yang lain seperti keterampilan menulis.
Top Related