Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo III Kecamatan Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
1
PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASAR PENGALAMAN
SISWA DI KELAS V SDN TONDOMULO III KEC. KEDUNGADEM
KAB. BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Patekur, S.Pd
SDN Tondomulo III Kedungadem
Desa Tondomulo, Kec. Kedungadem, Kab. Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstark : Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD pada umumnya kegiatan menulis karangan
belum menghasilkan suatu karangan yang baik, karena karangan dapat dinyatakan baik, jika dapat
memenuhi beberapa kriteria, antara lain penggunaan ejaan, kosa kata, kalimat yang efektif dengan
paragraf yang padu, serta dapat dipahami/dimengerti oleh pembaca. Pembelajaran bahasa Indonesia
yang biasa digunakan adalah metode ceramah dan pemberian tugas. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini akan digunakan metode diskusi, agar ada perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran, sehingga
karangan siswa mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Kemampuan siswa V
di SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam membuat
karangan masih masih kurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan nilai pada materi tentang
mengarang yang menyebutkan bahwa dari 23 siswa, yang dinyatakan tuntas dalam belajar hanya 10
anak atau 43 % saja, sedangkan 13 anak atau 57 % siswa dinyatakan tidak tuntas dalam belajar,
karena nilai yang diperoleh masih di bawah KKM, yaitu 70. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa dengan menerapkan
metode diskusi. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan
berdasarkan pengalaman siswa setelah menerapkan metode diskusi. Data yang diperoleh setelah
menerapkan metode diskusi adalah pada siklus I kesesuaian judul memiliki nilai rata-rata 72,00; tata
bahasa memiliki nilai rata-rata 73,00; ejaan memiliki nilai rata-rata 73,00; struktur kalimat memiliki
nilai rata-rata 76,00; kosa kata memiliki nilai rata-rata 74,00. Dari hasil kelima indikator tersebut
dapat diambil nilai rata-rata keseluruhan siklus pertama adalah 74,00. Dan pada siklus II data yang
diperoleh adalah kesesuaian judul memiliki nilai rata-rata 83,00; tata bahasa memiliki nilai rata-rata
84,00; ejaan memiliki nilai rata-rata 83,00; struktur kalimat memiliki nilai rata-rata 83,00; kosa kata
memiliki nilai rata-rata 84,00. Dari hasil kelima indikator tersebut dapat diambil nilai rata-rata
keseluruhan siklus pertama adalah 83,00. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka
disarankan kepada guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya tidak dilakukan secara
monoton dengan metode ceramah tetapi dapat dilakukan dengan metode diskusi, bermain peran,
demonstrasi dan sebagainya dengan menggunakan pembelajaran yang inovatif. Metode diskusi dalam
penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa
Indonesia hendaknya dilakukan secara terpadu agar mencakup semua aspek kebahasaan.
Kata Kunci: kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman, metode diskusi
Pada hakikatnya belajar bahasa
adalah belajar berkomunikasi, baik secara
lisan maupun tulisan, serta ekspresi. Bahasa
memungkinkan manusia untuk saling
berhubungan (komunikasi), saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari orang lain,
memahami orang lain, menyatakan diri dan
meningkatkan kemampuan intelektual.
Kemampuan menulis merupakan
salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis
yang bersifat produktif, artinya kemampuan
menulis ini merupakan kemampuan yang
menghasilkan tulisan. Menulis adalah
kegiatan yang memerlukan kemampuan
berbahasa yang bersifat kompleks. Menulis
merupakan salah satu kemampuan yang perlu
dimiliki oleh siswa sekolah dasar. Memiliki
kemampuan menulis memungkinkan siswa
untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan
dan pengalaman ke berbagai pihak, terlepas
dari ikatan ruang dan waktu. Pada umumnya
ilmu pengetahuan, berbagai kejadian,
berbagai penemuan dapat kita peroleh
melalui tulisan.
Dalam penulisan kita harus berusaha
menyampaikannya dalam kata-kata.
183
184 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
Penyampaian yang berupa kata-kata inilah
yang banyak tidak dikuasai oleh seorang
murid Sekolah Dasar, karena sebagian besar
murid Sekolah Dasar tidak menguasai /
memahami kosa kata yang didengar.
Perbendaharaan kata atau kosa kata
seseorang dapat ditambah dengan banyaknya
mereka berkomunikasi, baik secara lisan
maupun tulisan.
Kemampuan-kemampuan yang
diperlukan untuk menulis karangan dapat
diperoleh melalui proses panjang.
Kemampuan menulis mulai ditanamkan di
tingkat SD, dimulai dengan pengenalan
lambang-lambang bunyi, kemudian kegiatan
pengembangan kosa kata. Penguasaan kosa
kata siswa SD kelas V hendaknya sekitar
6.000 kata (Alim, 1996:10).
Pengalaman di lapangan selama ini
menunjukkan bahwa banyak siswa SD yang
mengalami kesukaran menyatakan pendapat,
mengekspresikan, dan menulis buah pikiran
atau pendapatnya. Pelajaran mengarang
untuk siswa di SD pada umumnya lebih
difokuskan pada kegiatan sehari-hari atau
pengalaman yang dialami oleh siswa di
sekitar lingkungannya. Oleh karena itu siswa
dituntut untuk mampu menuangkan pikiran,
gagasan, atau ide-idenya dalam bentuk suatu
karangan. Kemampuan dasar untuk
menggunakan bahasa Indonesia sebagai
sarana komunikasi dan peningkatan ilmu
belum mencapai standar minimal. Tujuan
umum dalam pengajaran bahasa dan sastra
Indonesia di antaranya adalah siswa mampu
menulis karangan secara runtut.
Salah satu tujuan khusus lingkup
penggunaan bahasa dalam pengajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SD adalah siswa
mampu menuliskan informasi sesuai dengan
konteks keadaan. Siswa SD diharapkan
mampu membuat karangan sesuai informasi
yang diperoleh.
Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di SD pada umumnya kegiatan
menulis karangan belum menghasilkan suatu
karangan yang baik, karena karangan dapat
dinyatakan baik, jika dapat memenuhi
beberapa kriteria, antara lain penggunaan
ejaan, kosa kata, kalimat yang efektif dengan
paragraf yang padu, serta dapat
dipahami/dimengerti oleh pembaca.
Hal ini merupakan masalah yang
sering dihadapi oleh guru dalam
pembelajaran menulis karangan di SD.
Penulisan karangan di SD pada umumnya
lebih difokuskan pada kegiatan sehari-hari,
atau pengalaman yang dialami, tetapi pada
kenyataanya kegiatan menulis karangan
berdasar pengalaman hasil yang diperoleh
masih rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi
masalah tersebut di atas. Di antaranya adalah,
1) kurangnya kosa kata/perbendaharaan kata
yang dimiliki siswa, sehingga penggunaan
kosa-kata dalam karangan masih rendah, 2)
kurangnya keberanian untuk menyampaikan
gagasan/ide-ide, sehingga kemampuan
menuangkan ide/gagasan dalam karangan
masih rendah, 3) kurangnya keberanian
untuk menyampaikan pengalaman yang
pernah dialami kepada orang lain, sehingga
kemampuan menulis karangan berdasar
pengalaman masih rendah.
Pembelajaran bahasa Indonesia yang
biasa digunakan adalah metode ceramah dan
pemberian tugas. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini akan digunakan metode
diskusi, agar ada perbaikan-perbaikan dalam
pembelajaran, sehingga karangan siswa
mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Kemampuan siswa V di SDN
Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.
Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
dalam membuat karangan masih masih
kurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan
perolehan nilai pada materi tentang
mengarang yang menyebutkan bahwa dari 23
siswa, yang dinyatakan tuntas dalam belajar
hanya 10 anak atau 43 % saja, sedangkan 13
anak atau 57 % siswa dinyatakan tidak tuntas
dalam belajar, karena nilai yang diperoleh
masih di bawah KKM, yaitu 70.
Berdasarkan data data di atas, maka
metode diskusi merupakan salah satu cara
yang akan digunakan pada penelitian ini agar
anak didik lebih optimal dalam
mengungkapkan gagasan dalam bentuk
kalimat. Diharapkan dengan metode diskusi,
anak didik dapat menerima gagasan dari
anggota diskusi sehingga gagasan yang
terbentuk dalam kalimat-kalimat dapat
dituangkan dalam karangan.
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
185
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis mangajukan judul ―penerapan
metode diskusi sebagai upaya meningkatkan
kemampuan menulis karangan berdasar
pengalaman siswa di kelas V SDN
Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.
Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018‖
Rumusan Masalah
Dari berbagai masalah yang ada
dalam pembelajaran menulis karangan, maka
secara operasional permasalahan tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah metode diskusi dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan berdasar
pengalaman siswa di kelas V SDN
Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.
Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan akhir dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
menulis karangan berdasar pengalaman siswa
melalui metode diskusi di kelas V SDN
Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.
Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tindakan
kelas ini adalah :
1. Manfaat praktis:
a. Bagi Siswa: Meningkatkan kemampuan
menulis karangan berdasar pengalaman
b. Bagi Guru: Memperoleh alternatif
metode dalam pembelajaran bahasa
Indonesia
c. Bagi Sekolah: Meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis
karangan
d. Bagi peneliti: Memperoleh
wawasan/temuan baru yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis
karangan.
2. Manfaat teoretis:
a. Hasil penelitian yang berupa laporan
bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, karena penelitian ini
berangkat dari teori-teori.
b. Apabila penelitian menunjukkan hasil
yang positif akan menunjang teori-teori
yang sudah ada.
KAJIAN PUSTAKA
Variabel dalam penelitian tindakan kelas
ini memiliki relasi dengan banyak pengertian
dan referensi. Topik-topik yang terkait dengan
variabel penelitian dalam laporan ini adalah
kemampuan menulis karangan berdasar
pengalaman siswa, metode diskusi, dan
peningkatan kecakapan siswa dalam menulis
karangan. Lebih terperinci, kemampuan
menulis karangan berdasar pengalaman siswa,
akan dijelaskan kajian pustaka yaitu
pengertian tema, mengarang (kata, kalimat,
kerangka karangan, paragraf, ejaan dan tanda
baca serta jenis-jenis karangan), dan
pengalaman siswa. Sedangkan dalam metode
diskusi akan dijelaskan beberapa kajian
pustaka yaitu pengertian metode, macam-
macam metode, dan pengertian diskusi.
Peningkatan kemampuan akan dijelaskan
kajian pustaka tentang pengertian kemampuan
dan peningkatan. Masing-masing pengertian
tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
A. Kemampuan Menulis Karangan
Berdasar Pengalaman Siswa
1. Tema
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1990:921) tema adalah pokok
pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan,
dipakai sebagai dasar mengarang,
menggubah sajak dsb). Dengan demikian,
tema merupakan gagasan dasar tempat
beradanya topik. Dalam proses penulisan
karangan, tema merupakan gagasan dasar
yang menjadi tumpuan topik karangan.
2. Mengarang
Menurut A.Widyamartaya
(1990:9) mengarang adalah kegiatan yang
kompleks. Mengarang dapat kita pahami
sebagai ―keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikan melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami tepat seperti yang
dimaksud pengarang ― (definisi Akademi
kepengarangan, A. Widyamartaya, 1990:9)
186 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
Sementara itu masih dalam A.
Widyamartaya, (1990:9) disebutkan tiga
bidang dalam kegiatan mengarang, yaitu zat
(subtance), siasat (strategi), dan gaya (style).
Zat atau substansi dalam kegiatan
mengarang adalah unsur-unsur atau bagian-
bagian integral atau bahan-bahan
pembentuk karangan. Siasat atau strategi
adalah tindakan-tindakan yang kita atur
langkah demi langkah untuk mencapai suatu
maksud. Sedangkan yang dimaksud dengan
gaya adalah penampilan dari hasil karangan
tersebut beserta corak penuturan yang
mendatangkan daya guna, yaitu sanggup
menyampaikan pengalaman batin dengan
efek sebesar-besarnya. Gaya (style)
menyangkut ejaan, diksi, perhubungan kata,
susunan kalimat, majas/kiasan, aspek,
pengharkatan, susunan paragraf,
perhubungan paragraf, penyajian, dan
perwajahan.
Gambar 1. Diagram Unsur-unsur,
Siasat, dan Gaya
Gambar 2. Diagram Unsur-unsur Mengarang
dan Saling Kaitannya.
Ada pun kegiatan mengarang
sangat erat dengan berbagai unsur dalam
mengarang. Yaitu kata, pilihan kata,
kalimat, kerangka karangan, paragraf, dan
ejaan. Semua unsur-unsur ini hendaknya
terdapat dalam setiap karangan sehingga
menghasilkan karangan yang baik dan dapat
dipahami isinya oleh pembaca.
a. Kata
Sebuah kata akan mendukung
terbentuknya kalimat efektif apabila kata itu
memiliki kesanggupan untuk mewadahi
gagasan yang akan diungkapkan penutur
dengan tepat dan memiliki kesanggupan
untuk menimbulkan kembali gagasan itu
dengan tepat pula pada benak (pikiran atau
perasaan) mitra tutur (Suparno, 2007:2.4).
Jadi kata merupakan unsur penyusun
kalimat yang berfungsi sebagai label bagi
pengalaman yang berhubungan dengan
suatu hal atau tindakan.
Mengingat adanya kemudahan dan
kesukaran yang ada pada siswa SD
berkenaan penggunaan kata, maka
sebaiknya dalam penyusunan karangan
untuk bacaan digunakan kata-kata yang
dikuasai siswa .
b. Pilihan kata
Suatu karangan merupakan media
komunikasi antara penulis dan pembaca.
Komunikasi tersebut hanya akan
berlangsung dengan baik selama pembaca
mengartikan kata dan rangkaian kata-kata
sesuai dengan maksud penulis. Karena itu
kita perlu berhati-hati dalam memilih
kata-kata yang dipergunakan dalam
tulisan.
Dalam memilih kata ada dua
persyaratan pokok yang harus
diperhatikan, yaitu ketepatan dan
kesesuaian. Persyaratan ketepatan
menyangkut makna, aspek logika kata-
kata; kata-kata yang dipilih harus secara
tepat mengungkapkan apa yang ingin
diungkapkan. Sedangkan persyaratan
kesesuaian menyangkut kecocokan antara
kata-kata yang dipakai dengan
kesempatan/situasi dan keadaan pembaca
( Akhadiah, 1988:83).
c. Kalimat
Langkah-langkah
Kerangka
Karangan
Pola-pola
Teknik-teknik
Dsb.
Zat Sias
at
Gay
a
IDE
PENGARANG
MASYARAKAT
PEMBACA
Bentuk bentuk :
1. Penceritaan
2. Pelukisan
3. Pemaparan
4. Perbincangan
Segi segi : 1. Azaz
2. Aturan
3. Teknik
4. Rangka
5. Langkah
Aspek-aspek :
1. Kosakata
2. Gramatika
3. Retorika
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
187
Bloomfield dalam John Lyons
(1995:169) mendefinisikan kalimat
sebagai ―Sesuatu bentuk bahasa bebas,
yang oleh karena suatu konstruksi
gramatikal tidak termasuk dalam suatu
bentuk bahasa yang lebih besar‖. Jadi
kalimat adalah satuan deskripsi bahasa
yang paling besar. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990:380) kalimat
adalah kesatuan ujar yang
mengungkapkan suatu konsep pikiran dan
perasaan.
Dari semua pernyataan di atas
dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah
susunan kata yang memiliki arti atau
makna. Kalimat dibagi dalam beberapa
jenis yaitu:
(1) Kalimat Tunggal: Kalimat yang
terdiri atas S-P, S-P-O, S-P-K, dan S-
P-O-K
(2) Kalimat Majemuk Setara: Kalimat
yang terdiri atas S1 – P1 – S2-P2, S1-
S2-P-O, S-P1-P2-O dan S-P-O1-O2
(3) Kalimat Majemuk Bertingkat:
Kalimat yang terdiri dari : S: (s-p) –
P, S-P-O: (s-p), S-P-O-K:(s-p)
Untuk tingkat SD sebaiknya
disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Dalam suatu karangan kalimat bukan
sekedar untaian kata yang berstruktur dan
mengandung gagasan atau pesan. Kalimat
dalam karangan adalah kalimat yang
hidup, kalimat yang dapat berinteraksi
dengan pembaca. Kalimat dalam karangan
adalah kalimat yang mewakili penulis.
Kalimat demikian itulah yang disebut
kalimat efektif.
Jika dilihat dari segi bentuk dan
proses terjadinya, kalimat membentuk
struktur atau pola yang terdiri dari unsur-
unsur yang teratur. Kalimat yang polanya
salah menurut tata bahasa, jelas tidak
efektif. Namun kalimat yang menurut tata
bahasa betul polanya belum tentu efektif
(Razak, 1985 :3).
d. Kerangka Karangan
Menurut Suparno (2007:3.8)
kerangka karangan (out line) adalah
kerangka tulis yang menggambarkan
bagian-bagian atau butir-butir isi karangan
dalam tataan yang sistematis. Karena
tataannya yang sistematis itu, kerangka
karangan sudah menggambarkan organisasi
isi karangan.
Beberapa manfaat kerangka karangan
yang baik adalah:
(1) Memungkinkan kita mengarang
secara terarah karena isi kerangka
sebenarnya menggambarkan arah
sebuah karangan.
(2) Untuk menghindari kerja ulang.
(3) Memungkinkan kita dapat
memasukkan dan menempatkan
materi tulisan yang baru kita temukan
dalam bab atau sub bab tertentu.
(4) Memungkinkan kita dapat bekerja
lebih fleksibel dari segi penyelesaian
hasil karangan.
e. Paragraf
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1990:648) paragraf adalah
bagian bab dalam suatu karangan (biasanya
mengandung ide pokok dan dimulai
penulisannya dengan garis baru); alinea.
Menurut A. Widyamartaya (1990:32)
paragraf adalah sekelompok kalimat yang
saling berkaitan dan yang mengembangkan
satu gagasan. Sedangkan paragraf menurut
Mustakim (1994:112) adalah istilah lain dari
alinea yang dapat diberi pengertian sebagai
suatu bentuk pengungkapan gagasan yang
terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat.
Dari ketiga definisi tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa paragraf
merupakan untaian kalimat, bagian dari
karangan yang berisi gagasan atau gagasan
dasar yang diungkapkan dalam kalimat
topik dan sejumlah gagasan pengembang
yang diungkapkan dalam kalimat-kalimat
pengembang. Paragraf juga dapat disebut
alinea. Bentuk penulisan paragraf dibedakan
atas :
(1) Penanda Paragraf.
Untuk mengidentifikasikan sebuah
paragraf maka digunakan penanda
paragraf.
(a). Paragraf ditandai dengan permulaan
kalimat yang menjorok ke dalam,
kira-kira lima atau tujuh spasi mesin
ketik.
188 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
Gambar 3. Paragraf Menjorok ke Dalam
(b). Perenggangan juga dapat digunakan
untuk menandai paragraf.
Gambar 4. Paragraf Merenggang
(c). Gabungan (menjorok dan
peregangan)
Gambar 5. Paragraf Gabungan
(2) Jenis-jenis Paragraf (Suparno, 2007:3.22) kriteria yang
lazim digunakan dalam penjenisan
paragraf adalah posisi atau tempat
kalimat topik dalam paragraf. Berdasar
kriteria tersebut ada tiga jenis yang perlu
kita ketahui. Tiga jenis paragraf tersebut
adalah:
(a) Paragraf deduktif yaitu paragraf
yang memiliki kalimat topik pada
bagian awal paragraf dan kalimat –
kalimat pengembang setelah
kalimat topik. Hal ini berarti
gagasan dasar dikemukakan lebih
dulu dan gagasan-gagasan
pengembang isi paragraf
dikemukakan kemudian.
(b) Paragraf induktif yaitu paragraf
yang memiliki kalimat topik pada
bagian akhir paragraf. Hal ini
berarti bahwa informasi dalam
paragraf diawali dengan gagasan-
gagasan pengembang dan diakhiri
dengan gagasan dasar.
(c) Paragraf kombinasi antara deduktif
dan induktif, yaitu paragraf yang
memiliki dua kalimat topik yang
ditempatkan pada bagian awal dan
bagian akhir. Dua kalimat topik itu
memiliki gagasan dasar yang sama,
hanya redaksi pengungkapannya
berbeda. Kalimat-kalimat
pengembang berada di antara dua
kalimat topik itu.
(3) Syarat-Syarat Paragraf yang baik
Mustakim (1994:115)
menyebutkan bahwa paragraf yang baik
hendaknya memenuhi dua kriteria yaitu
kesatuan (kohesi) dan kepaduan
(koherensi).
(a) Kesatuan (kohesi): Suatu paragraf
hendaknya hanya mengandung satu
gagasan utama yang diikuti
beberapa gagasan pengembangan
atau penjelas.
(b) Kepaduan (koherensi): Kepaduan
suatu paragraf dapat diketahui dari
susunan kalimat yang sistematis,
logis, dan mudah dipahami.
Kepaduan dapat diwujudkan dengan
menggunakan sarana pengait kalimat
dalam paragraf yang berupa:
(a) Penggantian.
Penggantian merupakan sarana pengait
kalimat dalam paragaraf yang berupa
penyulihan atau penggantian dengan
menggunakan kata ganti, kata penunjuk
atau kata lain yang mempunyai ciri
yang tersirat pada kalimat sebelumnya.
Kata ganti yang dapat dipakai adalah
dia, kalian, mereka, dan ia. Sedangkan
kata penunjuk adalah kata-kata yang
sejenis ini, itu, di atas, di bawah, dan
sebagainya.
(b) Pengulangan.
Pengulangan merupakan sarana pengait
atau pengikat kalimat dalam paragraf
yang dilakukan dengan cara mengulang
bagian kalimat sebelumnya.
(c) Penghubung antarkalimat.
Penghubung antarkalimat merupakan
ungkapan yang digunakan untuk
menghubungkan antara kalimat yang
satu dan kalimat yang lain dalam
sebuah paragraf. Beberapa ungkapan
itu misalnya: oleh karena itu, oleh
sebab itu, meskipun begitu, namun,dan
sebagainya.
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
189
f. Ejaan dan Tanda Baca
Penggunaan bahasa Indonesia
secara baik dan benar dalam tulis menulis
harus ditunjang oleh penerapan peraturan
ejaan yang berlaku dalam Bahasa
Indonesia, yaitu Ejaan Yang
Disempurnakan. Ejaan dan pungtuasi
(tanda baca) berperan sampai batas-batas
tertentu, menggantikan beberapa unsur
non bahasa yang diperlukan untuk
memperjelas gagasan atau pesan. Yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan
ejaan dan tanda baca adalah:
(1) Pemakaian huruf dan penulisan
huruf
(2) Penulisan kata
(3) Penulisan unsur serapan
(4) Tanda baca
3. Jenis-Jenis Karangan
Dari sudut bentuk wacana karangan dibagi
menjadi empat yaitu:
a. Deskripsi
Deskripsi atau pemerian merupakan
sebuah bentuk tulisan yang bertalian
dengan usaha para penulis untuk
memberikan perincian – perincian dari
objek yang sedang dibacakan ( Keraf,
1981:93) Dengan demikian dapat
disimpulkan karangan deskripsi adalah
bentuk karangan yang berupa pemaparan
atau penggambaran dengan kata-kata
secara jelas dan terperinci.
b. Eksposisi
Eksposisi atau pemaparan adalah salah
satu bentuk tulisan atau retorika yang
berusaha untuk menerangkan dan
menguraikan suatu pokok pikiran, yang
dapat memperluas pandangan atau
pengetahuan seseorang yang membaca
uraian tersebut (Keraf, 1981:93). Dapat
disimpulkan bahwa eksposisi merupakan
bentuk karangan yang berupa uraian
(paparan) tentang maksud dan tujuan.
c. Argumentasi
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika
yang berusaha untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat orang lain, agar mereka itu
percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis
atau pembicara (Keraf, 1983:3). Jadi
bentuk karangan yang dapat memberi
alasan untuk memperkuat suatu pendapat
atau gagasan merupakan argumentasi.
d. Narasi :
Narasi merupakan suatu bentuk wacana
yang berusaha mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak
seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu (Keraf,
1983:135). Dengan demikian yang
dimaksud dengan narasi adalah bentuk
karangan yang berupa penceritaan suatu
cerita atau kejadian.
Pada karangan siswa sekolah dasar
diharapkan dapat membentuk salah satu
dari jenis karangan tersebut di atas.
Namun pada penelitian ini jenis karangan
berdasar pengalaman siswa difokuskan
pada bentuk karangan narasi.
4. Pengalaman Siswa
Pengalaman adalah sesuatu yang
pernah dialami, (dijalani, dirasai,
ditanggung) Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990:19). Dari definisi tersebut
disimpulkan bahwa pengalaman siswa
adalah sesuatu yang pernah dialami atau
dirasakan oleh siswa dalam hidupnya.
Jadi yang dimaksud dengan
kemampuan menulis karangan berdasar
pengalaman siswa adalah kecakapan siswa
dalam menuangkan gagasasan secara tertulis
tentang sesuatu yang pernah dialami agar
dapat dipahami oleh orang lain atau
pembaca.
B. Metode Diskusi
1. Pengertian Metode
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1990:580) metode artinya
cara yang teratur dalam berpikir baik-
baik untuk mencapai maksud. Upaya
untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata, agar tujuan yang telah disusun
dapat tercapai secara optimal, disebut
metode (Sanjaya, 2008:126). Jadi
metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, bisa terjadi dalam satu strategi
190 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
pembelajaran digunakan beberapa
metode. Berdasar pengertian tersebut
diatas maka pengertian metode adalah
suatu cara yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan.
2. Macam-macam Metode
Dalam mengajarkan Bahasa
Indonesia digunakan multi metode. Yang
dimaksud dengan multi metode yaitu
berbagai macam metode pengajaran.
Macam-macam metode yang kita kenal
adalah brain storming atau sumbang
saran, tanya jawab, ceramah, diskusi,
demonstrasi/peragaan dll. Pada materi
tertentu banyak digunakan metode
ceramah, sedangkan materi lain banyak
digunakan metode diskusi. Oleh karena
itu pada penelitian ini metode diskusi
yang digunakan adalah metode diskusi
kelompok
3. Diskusi
Diskusi berasal dari Bahasa
Latin yaitu discutio atau discusium yang
artinya tukar pikiran. Diskusi pada
dasarnya merupakan suatu bentuk tukar
pikiran yang teratur dan terarah, baik
dalam kelompok kecil maupun dalam
kelompok besar dengan tujuan untuk
mendapat suatu pengertian, kesepakatan
dan keputusan bersama mengenai suatu
masalah (Tarigan, 1997:7.13).
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa diskusi
adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar
pikiran mengenai sesuatu masalah.
Berdiskusi artinya bertukar pikiran. Ada
pun syarat-syarat yang harus
diperhatikan untuk melakukan diskusi
adalah:
a. ada masalah yang dibicarakan.
b. ada seseorang sebagai ketua diskusi
c. ada peserta sebagai anggota diskusi.
d. setiap anggota mengemukakan
pendapatnya dengan teratur.
e. kalau ada kesimpulan atau keputusan
harus disetujui oleh semua anggota.
Diskusi yang sifatnya melibatkan
sejumlah massa sehingga terjadi interaksi
massa, adalah diskusi yang bentuknya
berupa: diskusi panel, simposium,
seminar, lokakarya, dan brain storming.
4. Metode Diskusi
Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa metode diskusi adalah suatu
metode pembelajaran yang membagi
siswa dalam bentuk kelompok untuk
melakukan tukar pikiran dalam
memecahkan masalah.
Mengingat jumlah siswa dalam
satu kelas cukup banyak, maka untuk
melibatkan individu , diskusi kelompok
lebih tepat. Selain untuk mencapai
efektivitas belajar, diskusi kelompok juga
dapat menghilangkan kejemuan siswa
belajar. Dengan diskusi kelompok dapat
pula diciptakan iklim yang memudahkan
penerimaan bahan pelajaran serta dapat
meningkatkan taraf berpikir siswa.
Diskusi kelompok juga lebih
memungkinkan siswa untuk memiliki
pengalaman yang lebih luas dan beraneka,
karena pengetahuan yang diperoleh dari
berdiskusi belum tentu didapat dari
membaca atau mendengarkan penjelasan
guru. Melalui diskusi kita pun dapat
belajar cara orang lain berpikir dan
memecahkan masalah.
Dalam berdiskusi peserta dapat
menguji argumentasi yang melandasi
gagasan sendiri atau gagasan yang
dilontarkan dalam diskusi. Peserta dapat
bertukar pikiran secara konstruktif.
5. Penerapan Metode Diskusi dalam
Pembelajaran Mengarang
Metode diskusi dalam
pembelajaran mengarang dilakukan untuk
melatih siswa mengungkapkan
gagasannya kepada anggota kelompok
sehingga dapat memudahkan siswa dalam
menuangkan gagasan dalam bentuk
tulisan. Setelah mendengarkan atau
membaca kalimat yang diungkapkan oleh
teman atau anggota kelompoknya
diharapkan siswa termotivasi dalam
menuangkan gagasannya dalam bentuk
kalimat baik secara lisan atau tulisan,
sehingga gagasan terpendam dalam diri
siswa akan tergali dengan sendirinya
tanpa dorongan dari orang lain. Tujuan
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
191
utama metode ini bukan hanya sekedar
hasil belajar, tetapi yang lebih penting
adalah proses belajar.
C. Kerangka Berpikir
Berangkat dari realita di lapangan,
yang menunjukkan begitu besarnya masalah
yang dihadapi siswa dalam mengarang, dan
demikian banyaknya unsur yang harus
dikuasai, agar karangan mereka
memuaskan, maka perlu dilakukan upaya
konkret oleh pendidik dalam memecahkan
masalah tersebut. Guru setidaknya
melakukan suatu proses dan terobosan
membentuk forum dan metode diskusi yang
efektif untuk bertukar pikiran guna
merangsang kecakapan dan keaktivan anak
dalam menulis karangan.
Kerangka berpikir dalam penelitian
ini, secara sederhana disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 2.1, Kerangka Berpikir Penelitian
Variabel
bebas
Variabel tergantung Kriteria keberhasilan
Metode diskusi
Kemampuan menulis karangan berdasar
pengalaman siswa
Adanya peningkatan kecakapan siswa dalam
menulis karangan, hasil
karangan yang baik
D. Hipotesis Penelitian
Ada pun hipotesis dalam penelitian
ini adalah ―metode diskusi, dapat
meningkatkan kemampuan menulis
karangan berdasar pengalaman siswa kelas
V SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran
2017/2018‖.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan, oleh karena itu penelitian ini
dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana tindakan dalam
memecahkan masalah dalam pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan yang
inovatif untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Penelitian ini dilakukan sendiri
langsung oleh peneliti sebagai pengajar
(guru) dalam pembelajaran di kelas,
layaknya proses belajar pada umumnya.
Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh
data yang seobjektif mungkin demi
kevalidan data yang diperlukan.
A. Subjek, Setting, dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek yang
akan dikenai tindakan adalah seluruh
siswa kelas V, SDN Tondomulo, Kec.
Kedungadem Kab. Bojonegoro Tahun
Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah
siswa 23 anak.
2. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V
SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran
2017/2018. Kelas .
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
dilakukan pada semester satu tahun
pelajaran 2017/2018.
B. SASARAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui kemampuan menulis karangan
berdasar pengalaman melalui metode
diskusi. Keberhasilan penelitian pada
masing-masing siklus sesuai dengan kriteria
keberhasilan/pencapaian target, ada pun
kriteria pencapaian target penelitian masing-
masing siklus dapat peneliti gambarkan
sebagai berikut :
1) Siswa dinyatakan tuntas dalam belajar
jika memperoleh nilai ≥70
2) Siswa dinyatakan tidak tuntas dalam
belajar apabila memperoleh nilai < 70
3) Rata-rata kelas ≥75
4) Ketuntasan belajar siswa ≥75
C. Model Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan model Penelitian Tindakan.
Arikunto menjelaskan, penelitian tindakan
adalah penelitian tentang hal-hal yang
192 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
terjadi di masyarakat atau kelompok
sasaran, dan hasilnya langsung dapat
dikenakan pada masyarakat yang
bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama
dalam penelitian tindakan adalah adanya
partisipasi dan kolaborasi antara peneliti
dengan anggota kelompok sasaran.
Penelitian tindakan adalah salah satu
strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk
proses pengembangan inovatif yang ―dicoba
sambil jalan‖ dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah. Dalam prosesnya,
pihak—pihak yang terlibat dalam kegiatan
tersebut dapat saling mendukung satu sama
lain (Arikunto, 2006:90).
Penelitian tindakan akan dilakukan
melalui tahapan, sebagai berikut :
Tahap 1 :
Menyusun rancangan tindakan
(perencanaan), yang menjelaskan apa,
mengapa, kapan, dimana, oleh siapa,
dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan.
Tahap 2 :
Pelaksanaan tindakan, yaitu
implementasi atau penerapan isi
rancangan di dalam kancah, yaitu
mengenakan tindakan di kelas.
Tahap 3 :
Pengamatan. Guru atau peneliti
melakukan pengamatan balik terhadap
apa yang terjadi, ketika tindakan
berlangsung. Sambil melakukan
pengamatan balik ini, guru pelaksana
mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi.
Tahap 4 :
Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan
untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah terjadi. Refleksi dilakukan ketika
guru pelaksana sudah selesai melakukan
tindakan, kemudian berhadapan dengan
subjek penelitian (dalam hal ini siswa-
siswa yang diajar), untuk bersama-sama
mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan. Termasuk ketika guru
mengatakan hal-hal yang dirasakan
sudah berjalan baik, dan bagian mana
yang belum. Di samping itu, juga sangat
penting artinya jika siswa yang dikenai
tindakan mengemukakan pendapat
tentang apa yang dialami, serta adanya
kemungkinan usul penyempurnaanya.
Menurut Kemmis & Mc Taggart dalam
Arikunto (2006:97) model penelitian
tindakan yang dimaksud
menggambarkan adanya empat langkah
(dan pengulangannya). Keempat
langkah tersebut merupakan satu siklus
atau putaran, artinya sesudah langkah
keempat, lalu kembali kesatu, dan
seterusnya.
Gambar 6. Bagan Siklus Tindakan
D. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
yang dipilih yaitu model siklus yang
dilakukan secara berulang dan
berkelanjutan (siklus spiral); artinya
semakin lama diharapkan semakin
meningkat perubahan/pencapaian hasilnya.
Model siklus mengikuti rencana tindakan,
pengamatan (observasi), dan refleksi.
Sesuai dengan model tersebut di atas
maka langkah kegiatan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Persiapan
(1) Mengidentifikasi masalah tentang
kemampuan siswa dalam menulis
karangan
Perencanaan
SIKLUS I
Perencanaan
Pengamatan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan
Menyimpu
lkan Hasil Penelitian
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
193
(2) Merumuskan permasalahan secara
operasional, relevan dengan rumusan
masalah
(3) Merumuskan hipotesis tindakan,
dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode diskusi untuk
meningkatkan kemampuan menulis
karangan berdasar pengalaman
(4) Merencanakan pembelajaran yang
akan diterapkan dalam pembelajaran
(5) Menentukan materi pokok
pembelajaran
(6) Mengembangkan skenario
pembelajaran
(7) Menyiapkan sumber dan media
pembelajaran
(8) Menyusun alat evaluasi
(9) Mengembangkan format penilaian
(10) Mengembangkan format observasi
b. Rencana Tindakan
(1) Mengorganisasikan siswa
(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
(3) Mengajak siswa berkunjung ke
perpustakaan sekolah selama 10
menit sebagai bentuk pengalaman
siswa yang merupakan kegiatan rutin
setiap minggu
(4) Menyampaikan materi pembelajaran
tentang ejaan dan kerangka karangan
(5) Membacakan sebuah paragraf dari
penggalan karangan yang berdasar
pengalaman
(6) Membentuk siswa dalam beberapa
kelompok
(7) Setiap anggota kelompok membuat
satu kerangka karangan
(8) Setiap kelompok mendiskusikan
kerangka karangan untuk diurutkan
(9) Setiap kelompok mengembangkan
kerangka karangan yang telah
diurutkan menjadi paragraf yang
padu
(10) Setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusi yang berbentuk
karangan
c. Pengamatan
(1) Mencatat temuan-temuan saat
siswa melakukan diskusi
(2) Analisis hasil yang diperoleh oleh
siswa. Dalam hal ini yang dianalisis
adalah: hasil karangan siswa dalam
kelompok dan proses diskusi yang
dilakukan siswa. Hasil karangan
yang dinilai ada beberapa aspek
antara lain : kesesuaian isi dengan
judul, tata bahasa, ejaan, pilihan
struktur, dan kosa kata. Sedang
proses diskusi dinilai dengan
penilaian kinerja siswa
d. Refleksi
(1) Melakukan evaluasi terhadap hasil
temuan-temuan selama proses
pembelajaran
(2) Melaksanakan pertemuan dengan
teman sejawat untuk mediskusikan
temuan-temuan yang diperoleh
dalam proses belajar mengajar
(3) Melakukan revisi untuk perbaikan-
perbaikan pada siklus selanjutnya
2. Siklus 2
a. Persiapan
1) Menyusun RPP
2) Menentukan metode pembelajaran
3) Menyusun media
4) Menyusun instrument penilaian
b. Rencana tindakan
(1) Mengorganisasikan siswa
(2) Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
(3) Menyampaikan materi
pembelajaran tentang
pengembangan kerangka karangan
(4) Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok
(5) Salah satu anggota kelompok
menceritakan tentang
pengalamannya
(6) Bernyanyi bersama lagu ― Pergi
Belajar ―
(7) Setiap kelompok menentukan judul
karangan berdasar pengalaman
(8) Setiap kelompok membuat
kerangka karang berdasar
pengalamannya
(9) Setiap kelompok mengembangkan
kerangka karangan menjadi
paragraf yang padu
(10) Setiap kelompok menyerahkan
hasil karangan
194 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
(11) Semua siswa membuat karangan
berdasarkan pengalaman sebanyak
dua paragraf
(12) Semua siswa menyerahkan hasil
karangan
c. Pengamatan
(1) Mencatat temuan-temuan yang ada
selama pembelajaran
(2) Analisis produk karangan siswa
baik kelompok maupun individu
serta penilaian kinerja siswa
d. Refleksi
(1) Melakukan evaluasi terhadap hasil
temuan-temuan selama proses
pembelajaran
(2) Melaksanakan pertemuan untuk
mendiskusikan dengan teman
sejawat tentang temuan-temuan
yang diperoleh dalam pembelajaran
(3) Melakukan kesimpulan hasil
penelitian
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang dipergunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya mudah dan hasilnya baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis
sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto,1998:151). Instrumen yang
digunakan untuk menjaring data tentang
kemampuan mengarang berdasar
pengalaman siswa adalah instrumen yang
memuat aspek-aspek yang menunjukkan
ciri-ciri keberhasilan anak dalam membuat
karangan berdasar pengalaman, dengan
menggunakan skor perolehan yang berdasar
bobot yang telah ditentukan.
Dalam pengisian skor siswa
dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat
kemampuan siswa dalam menulis karangan
berdasar pengalaman, sesuai unsur-unsur
yang ditentukan. Instrumen ini digunakan
dalam setiap siklus. Instrumen lain yang
digunakan untuk penelitian ini terdapat pada
lampiran.
F. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data observasi. Observasi
yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan
sebagai instrumen. Format yang disusun
berisi item-item tentang kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi
( Arikunto, 2006 : 229).Data yang telah
dicatat, dilakukan pertimbangan, kemudian
diadakan penilaian ke dalam suatu skala
bertingkat, seperti nilai skor, dan penilaian
atas reaksi / interpretasi skor.
Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah hasil kerja siswa dalam
bentuk karangan dan proses kinerja siswa.
Untuk mendapatkan data yang diperoleh
peneliti menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Menyediakan pedoman penilaian
beserta rubrik penilaiannya
b) Memberikan tes kepada seluruh
subjek penelitian
c) Mengumpulkan hasil karangan siswa
dan lembar pengamatan kinerja siswa
d) Menghitung skor dengan
menggunakan rumus
%100umSkorMaksim
JumlahSkorN
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis data penelitian
deskriptif, yaitu model analisis statistik
dengan proses pengolahan data yang
sederhana, dan dapat dinalar secara
gamblang (Arikunto, 2006:239). Apabila
datanya telah terkumpul, maka lalu
diklasifikasikan menjadi dua kelompok
data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk
angka-angka, dan data kualitatif yang
dinyatakan dalam kata-kata atau simbol.
Data angka-angka (kuantitatif) yang
diperoleh dari instrumen dijumlahkan atau
dikelompokkan sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan. Data kualitatif
yang berbentuk kata-kata, akan digunakan
untuk menyertai dan melengkapi gambaran
yang diperoleh dari analisis data kuantitatif.
Kegiatan yang terpenting dalam
pelaksanaan analisis data adalah mengolah
skor menjadi nilai. Ada pun tahap
analisisnya adalah sebagai berikut:
a) Menyusun tabel frekuensi untuk tiap-
tiap indikator
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
195
Menghitung mean (M) dengan rumus
n
fxM x 100%
M mean/nilai
f frekuensi
x nilai
n jumlah siswa
b) Menafsirkan hasil kerja siswa untuk
menentukan kemampuan siswa.
Menurut Nurgiyantoro (1987:364)
untuk menentukan tingkat
kemampuan siswa dapat digunakan
kriteria pada tabel berikut :
Tabel 3.1, Penentuan Kemampuan Siswa
dalam Menulis Karangan
Berdasar Pengalaman. No. Skor Nilai Keterangan
1. 10 100 Sempurna
2. 9 90 Baik sekali
3. 8 80 Baik
4. 7 70 Cukup
5. 6 60 Sedang
6. 5 50 Hampir sedang
7. 4 40 Kurang
8. 3 30 Kurang sekali
9. 2 20 Buruk
10. 1 10 Buruk sekali
H. JADWAL PENELITIAN
Tabel: 3.2 Jadwal Penelitian No Tahap Waktu
1 Tahap Awal 31 Oktober 2015
2 Siklus I 7 Nopember 2015
3 Siklus II 14 Nopember 2015
4 Pelaporan Mulai 16 s/d 23 Nopember
2015
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. SIKLUS PERTAMA
Pada siklus pertama, peneliti
mengorganisasikan siswa dalam kelompok
besar yang terdiri dari 4–6 orang. Ada
empat kegiatan yang dilakukan pada siklus
pertama yaitu merancang kegiatan,
melaksanakan kegiatan, menganalisis data,
dan refleksi.
1. Rancangan Kegiatan
Siklus pertama dilaksanakan satu kali
pertemuan, selama 3 jam pelajaran atau 3
x 35 menit. Pada siklus pertama ini
peneliti menyampaikan materi sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah
dipersiapkan. Tujuan pembelajaran pada
pertemuan ini adalah menulis karangan
berdasarkan pengalaman dengan
memperhatikan pilihan kata dan
penggunaan ejaan dengan topik tentang
perpustakaan. Pada pertemuan ini juga
dipersiapkan media pembelajaran yang
berupa: contoh karangan berdasar
pengalaman dari majalah anak, ruang
perpustakaan sebagai sarana untuk
menambah pengalaman siswa, format-
format penilaian dan lembar observasi.
Tugas siswa adalah menyusun
kerangka karangan dengan cara setiap
anggota diskusi menyumbangkan satu
kalimat untuk dapat dijadikan sebagai
kerangka karangan dan mengembangkan
menjadi paragraf yang padu sehingga
membentuk suatu karangan.Bentuk
penilaian pada siklus pertama ini adalah
penilaian unjuk kerja siswa secara
kelompok yang berupa karangan dengan
penilaian tiap indikator sesuai skor pada
rubrik penilaian.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Siklus pertama dilaksanakan pada
tanggal 7 Nopember 2015 dengan waktu 3
jam pelajaran beberapa hal penting yang
dilakukan pada proses pembelajaran
adalah sebagai berikut.
(a) mengajak siswa berkunjung ke
perpustakaan secara bergiliran.
(b) siswa mengamati dan memperhatikan
contoh karangan berdasarkan pengalaman.
(c) siswa secara berkelompok membuat
kerangka karangan kemudian
mengembangkannya menjadi paragraf
yang padu.
(d) guru mengklarifikasi jika ada
permasalahan membuat kerangka
karangan serta mengamati kinerja siswa
dalam diskusi kelompok.
(e) siswa mempresentasikan hasil kerja di
depan kelas.
(f) menyimpulkan materi pembelajaran.
196 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
Dalam pelaksanaannya guru
berpedoman pada skenario pembelajaran
yang telah dirancang sebelumnya.
3. Hasil Analisis Data
Data yang diperoleh pada siklus
pertama adalah data hasil karangan siswa
kelas V secara kelompok. Data tersebut
adalah nilai rata-rata tiap indikator yang
telah ditentukan. Indikator yang dimaksud
adalah kesesuaian judul memiliki nilai rata-
rata 72,00; tata bahasa memiliki nilai rata-
rata 73,00; ejaan memiliki nilai rata-rata
73,00; struktur kalimat memiliki nilai rata-
rata 76,00; kosa kata memiliki nilai rata-
rata 74,00.
Dari hasil kelima indikator tersebut
dapat diambil nilai rata-rata keseluruhan
siklus pertama adalah 74,00. Berdasarkan
nilai rata-rata tersebut maka pada siklus
pertama ini ada peningkatan jika dibanding
dengan nilai rata-rata pada kondisi awal
yang hanya mencapai 64,00. Namun
peningkatannya masih kurang dari target
yang ditetapkan, sehingga penelitian ini
perlu dilanjutkan ke siklus kedua untuk
mencapai hasil maksimal sesuai target yang
telah ditentukan.
4. R e f l e k s i
Ada beberapa hal yang ditemukan
selama proses pada siklus pertama
berlangsung, antara lain: (a) siswa sangat
antusias mendapat giliran mengunjungi
perpustakaan, (b) masih ada beberapa siswa
yang belum mampu mengeluarkan gagasan
secara tertulis, (c) setelah membuat
kerangka karangan dengan berdiskusi,
siswa mulai menemukan kemudahan dalam
menyusun kerangka karangan, (d) guru
kekurangan waktu untuk menyelesaikan
tahapan skenario pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena guru lebih banyak
membimbing siswa untuk membuat
kerangka karangan.
Kekurangan-kekurangan yang
ditemukan pada pelaksanaan proses
pembelajaran pada siklus ini, baik
kekurangan dari aspek siswa maupun
kekurangan dari aspek guru diupayakan
untuk dapat diperbaiki dengan tujuan
mengoptimalkan pembelajaran untuk
mendukung peningkatan kemampuan siswa
dalam menulis karangan berdasarkan
pengalaman.
B. SIKLUS KEDUA Berdasarkan hasil siklus pertama
disusun rancangan kegiatan untuk siklus
kedua. Pada siklus kedua siswa
diorganisasikan dalam kelompok kecil
yang berjumlah dua orang sehingga siswa
lebih aktif dalam membuat kerangka
karangan berdasar pengalaman. Pada
siklus kedua ini bentuk pengalaman siswa
digali dengan cara menyanyikan lagu
berjudul ‖Pergi Belajar‖. Pada siklus kedua
ini masing-masing kelompok juga
mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Selain membuat karangan secara kelompok
siswa juga membuat karangan secara
individu untuk mengetahui kemampuannya
dalam menulis karangan berdasarkan
pengalaman. Ada empat kegiatan yang
dilakukan pada siklus kedua adalah
merancang kegiatan, melaksanakan
kegiatan, menganalisis data, dan refleksi.
1. Rancangan Kegiatan
Materi yang disampaikan pada siklus
kedua ini sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah dipersiapkan. Untuk menghindari
waktu yang tidak sesuai maka pada RPP
ditulis penggunaan waktu untuk tahapan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada
siklus kedua sama dengan siklus pertama
yaitu menulis karangan berdasar
pengalaman dengan memperhatikan
pilihan kata dan penggunaan ejaan. Media
yang dipersiapkan pada siklus ini sama
dengan siklus pertama hanya ditambah
dengan foto-foto pribadi yang dimiliki
siswa.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Siklus kedua dilaksanakan pada
tanggal 14 Nopember 2015 selama tiga
jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Beberapa
hal penting yang dilakukan pada proses
pembelajaran siklus ini adalah: guru
mengorganisasikan siswa menjadi
beberapa kelompok kecil yang terdiri dua
orang, dalam diskusi kelompok siswa
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
197
membuat karangan dengan topik pergi
belajar.
Secara individual siswa membuat
karangan berdasar pengalaman masing-
masing. Guru mengklarifikasi jika ada
permasalahan saat siswa membuat
karangan dan melakukan pengamatan
terhadap hasil kerja siswa. Setelah selesai
mengarang guru menentukan hasil
karangan yang baik untuk dibacakan
siswa di depan kelas.
3. Hasil Analisis Data
Data yang diperoleh pada siklus kedua ini
adalah nilai rata-rata tiap indikator pada
karangan siswa secara kelompok maupun
individu. Berdasar data yang diperoleh
nilai rata-rata tiap indikator secara
kelompok adalah 64 sedang nilai rata-rata
tiap indikator secara individu memperoleh
74. Berdasar kedua nilai rata-rata tiap
indikator baik secara kelompok maupun
individu maka dapat disimpulkan bahwa
hasil perolehan pada siklus kedua
mencapai nilai rata-rata 83. Perolehan
nilai rata-rata tiap indikator pada siklus II
ada peningkatan jika dibanding dengan
nilai rata-rata tiap indikator siklus I yang
memiliki rata-rata 74.
4. R e f l e k s i
Ada beberapa hal yang dilakukan
selama proses siklus kedua berlangsung,
antara lain: (a) melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang hal-hal yang belum
dikuasai siswa seperti mengungkapkan
gagasan / ide secara tertulis dalam bentuk
kalimat dengan struktur kalimat yang
tepat, (b) menanyakan kesulitan-kesulitan
yang ditemui siswa kemudian guru
menjelaskan, (c) siswa senang dengan
pelajaran mengarang secara diskusi hal ini
dapat dibuktikan dengan keaktifan dalam
berdiskusi, (d) melakukan tukar pendapat
dengan observer tentang metode yang
digunakan dalam penelitian in, (e) siswa
tampak termotivasi untuk membuat
karangan sendiri setelah menyelesaikan
tugas kelompok.
Pada proses siklus kedua ini, siswa
menunjukkan kemajuan dalam melakukan
diskusi kelompok, lebih mudah menggali
dan menemukan ide atau tema karangan
berdasarkan pengalaman.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasar hasil observasi yang
dilakukan peneliti pada penelitian tindakan
kelas yang berjudul ‖Peningkatan Kemampuan
Menulis Karangan Berdasar Pengalaman
Siswa melalui Metode Diskusi di Kelas V
SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.
Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018‖
siswanya berjumlah 23 orang.
Penelitian yang dilakukan ini
dimulai dengan tes karangan berdasar
pengalaman untuk mengetahui kondisi awal
siswa. lebih jelasnya diperinci pada tabel
berikut ini.
Tabel 5.1. Tes Karangan Siswa Berdasarkan
Pengalaman Tahap Awal No Nama Siswa Aspek Jumla
h
Nilai
Rata-
rata
Ketuntasan
K J TB E SK KK T BT
1 Denni Indra K 50 50 55 60 50 265 53 √
2 Abdul Malik F 60 50 50 60 60 270 54 √
3 Aries Prasetya D 75 70 70 75 70 360 72 √
4 Ardik Dwi Y 50 50 60 50 60 270 54 √
5 Auliyah Budhi P 50 50 50 50 50 250 50 √
6 Bima Eka P 50 60 60 50 60 280 56 √
7 Dendi Dwi S 70 75 70 70 75 360 72 √
8 Diana Safitri 60 60 50 60 60 290 58 √
9 Dita Novianti 60 70 70 70 75 345 69 √
10 Indra Maulana S 70 75 70 75 70 360 72 √
11 Putri Nur L 70 70 80 75 80 375 75 √
12 Rany Vendra K 60 50 60 60 55 285 57 √
13 Risma Bayu T 60 70 75 70 75 350 70 √
14 Riki Adrianto N 70 75 80 75 70 370 74 √
15 Rosali Dewi A 60 60 50 60 60 290 58 √
16 Ricky Pratama 50 60 60 50 60 280 56 √
17 Reyvaldo A. 60 70 75 75 70 350 70 √
18 Risma Nuramin 50 50 50 60 50 260 52 √
19 Samsul Nur R 60 50 50 50 60 270 54 √
20 Santi Hayati 75 70 70 80 70 365 73 √
21 Aura Imam A 80 75 75 80 70 380 76 √
22 Anisa Faradila R 60 60 60 65 50 295 59 √
23 M. Abdul Majid 75 80 80 80 75 390 78 √
Jumlah 1425 1450 1470 1500 1475 7310 1462 1
0
13
Rata-rata (%) 62 63 64 65 64 318 64 4
3
57
Keterangan
KJ = Kesesuaian Judul
TB = Tata Bahasa
E = Ejaan
SK = Struktur Kalimat
KK = Kosa Kata
T = Tuntas
BT = Belum Tuntas
Tabel 5.2. Rata-rata Nilai Tiap Indikator
(Kondisi Awal) No Indikator Nilai
1 Kesesuaian Judul 62
2 Tata Bahasa 63
3 Ejaan 64
4 Struktur Kalimat 65
5 Kosa kata 64
Rata-rata Nilai 64
A. Siklus Pertama
1. Rancangan Kegiatan
198 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
Pada siklus pertama ini peneliti
melakukan beberapa persiapan sesuai
dengan rancangan yaitu mempersiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan
model pembelajaran yang akan digunakan,
media yang berupa karangan berdasar
pengalaman yang diambil dari majalah anak
serta persiapan pengorganisasian siswa agar
proses pembelajaran berjalan lancar.
Penelitian ini menggunakan metode diskusi
oleh karena itu pengorganisasian siswa
sangat perlu diperhatikan. Pada
pembelajaran siklus ini siswa mengarang
secara kelompok dengan topik tentang
perpustakaan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus pertama
dilakukan pada tanggal 7 Nopember 2017
dengan menggunakan waktu 3 x 35 menit
atau 3 jam pelajaran dengan jumlah siswa
sebanyak 23 orang. Siswa diajak berkunjung
ke perpustakaan kemudian melakukan
diskusi dengan kelompok. Keaktifan siswa
sangat baik saat mendapat giliran
menyumbangkan sebuah kalimat yang akan
digunakan untuk membuat kerangka
karangan.
Siklus pertama ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh peningkatan
kemampuan siswa menulis karangan
berdasar pengalaman dengan menggunakan
metode diskusi. Hasil yang diperoleh pada
siklus pertama adalah penilaian secara
individu dan kelompok. Peningkatan yang
akan diukur adalah dari hasil kondisi awal
siswa sebelum dikenai tindakan dan hasil
siklus pertama setelah dilakukan tindakan.
3. Pengamatan/Observasi
Hasil observasi adalah aktivitas
guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Ada pun data yang dihasilkan dalam
pengamatan ini adalah pada kegiatan awal
telah melaksanakan sesuai dengan kegiatan
yang terdapat pada perencanaan (RPP).
Pada kegiatan ini sebagian besar guru telah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan pada RPP. Aspek yang masih
kurang adalah kurang optimalnya
penggunaan alokasi waktu. Guru
melaksanakan pembelajaran melebihi
waktu yang telah ditentukan dalam RPP.
Guru banyak membantu siswa untuk
membuat kerangka karangan. Di samping
itu siswa masih banyak bertanya tentang
kalimat yang dibuat dalam membuat
kerangka karangan sudah benar atau
belum. Kekurangan yang ditemukan juga
adalah masih ada siswa yang enggan
menyumbangkan kalimat untuk
mempercepat proses mengarang. Berikut
kami sajikan hasil nilai rata-rata tiap
indikator yang diperoleh pada siklus ini
seperti yang terlihat pada Tabel berikut.
Tabel 5.3. Tes Karangan Kelompok
Berdasarkan Pengalaman Siklus I No Nama Siswa Aspek Jumlah
Nilai Rata-rata K J TB E SK KK
1 Kelompok A 60 70 70 65 75 340 68
2 Kelompok B 70 75 80 80 75 380 76
3 Kelompok C 70 75 70 65 70 350 70
4 Kelompok D 60 50 60 70 60 300 60
Jumlah 260 270 280 280 280 1370 274
Rata-rata (%) 65 68 70 70 70 318 64
Tabel 5.4. Tes Karangan Siswa Berdasarkan
Pengalaman Siklus I No Nama Siswa Aspek Jumla
h
Nilai
Rata-
rata
Ketuntasan
K J TB E SK KK T B
T
1 Denni Indra K 60 60 60 70 70 320 64 √
2 Abdul Malik F 70 60 60 75 70 335 67 √
3 Aries Prasetya D 85 80 70 90 80 405 81 √
4 Ardik Dwi Y 60 60 75 70 75 340 68 √
5 Auliyah Budhi P 60 60 65 65 60 310 62 √
6 Bima Eka P 65 75 75 65 70 350 70 √
7 Dendi Dwi S 75 80 80 75 80 390 78 √
8 Diana Safitri 75 75 60 65 75 350 70 √
9 Dita Novianti 70 80 80 75 80 385 77 √
10 Indra Maulana S 80 90 80 75 70 360 72 √
11 Putri Nur L 70 70 80 80 90 390 78 √
12 Rany Vendra K 70 60 65 65 65 325 65 √
13 Risma Bayu T 70 80 80 75 75 380 76 √
14 Riki Adrianto N 85 90 90 90 80 435 87 √
15 Rosali Dewi A 70 75 65 70 70 350 70 √
16 Ricky Pratama 60 65 70 60 70 325 65 √
17 Reyvaldo A. 70 80 80 90 80 400 80 √
18 Risma Nuramin 60 60 65 70 60 315 63 √
19 Samsul Nur R 70 65 60 65 70 330 66 √
20 Santi Hayati 80 75 80 90 80 405 81 √
21 Aura Imam A 100 90 85 90 85 450 90 √
22 Anisa Faradila R 75 70 70 75 65 305 71 √
23 M. Abdul Majid 85 90 90 95 85 445 89 √
Jumlah 1665 1690 1685 1740 1705 8400 1690 15 8
Rata-rata (%) 72 73 73 76 74 365 74 65 35
Berdasar data tersebut di atas
disajikan Tabel 5.4, yang menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan belajar siswa dari
kondisi awal sebelum memperoleh tindakan
dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus
pertama. Pada tahap awal hanya 43 %
sedangkan pada siklus I meningkat menjadi
65%
Tabel 5.5. Keaktifan Siswa Dalam Diskusi No A
s
p
e
k
Nila
i
Jum
lah
Sis
wa
Persentas
e (%)
1 K
e
rj
a
s
a
m
a
B 10 43 %
C 4 17 %
K 9 40 %
2 P
a
rt
is
i
p
B 11 48 %
C 7 30 %
K 5 22 %
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
199
a
si
3 G
a
g
a
s
a
n
/I
d
e
B 9 40 %
C 4 17 %
K 10 43 %
4 K
i
n
e
rj
a
B 8 35 %
C 8 35 %
K 7 30 %
Rubrik
Penilaian : I.
Kerjasam
a :
B = Mampu
bekerjasama dengan
teman dalam
menyelesaikan
masalah
C = Kurang mampu
bekerjasama dengan
teman dalam
menyelesaikan
masalah
K = Tidak mampu
bekerjasama dengan
teman dalam
menyelesaikan
masalah
II.
Partisipasi
:
B = Aktif memberi
ide kepada
kelompok dalam
menyelesaikan
masalah
C = Tidak aktif
memberi ide kepada
kelompok dalam
menyelesaikan
masalah
K = Tidak memberi
ide kepada
kelompok dalam
menyelesaikan
masalah III.
Gagasan /
Ide :
B =
Ma
mp
u
me
mbe
ri
gag
asa
n /
ide
dala
m
men
yele
saik
an
mas
alah
C = Kurang mampu
memberi gagasan /
ide dalam
menyelesaikan
masalah
K = Tidak mampu
memberi gagasan /
ide dalam
menyelesaikan
masalah
Kegiatan menulis ini sulit
diterapkan pada anak yang memiliki
kecerdasan kurang, karena mereka tidak
mampu menggali pikiran/gagasan untuk
dituangkan dalam bentuk tulisan. Meskipun
telah melakukan kegiatan mengulang
pengalaman seperti berkunjung ke
perpustakaan.
Metode diskusi membantu anak
lebih cepat menyelesaikan karangan. Hasil
karangan yang dilakukan dalam bentuk
kelompok menjadi lebih baik, karena daya
imajinasi anak diungkapkan secara bersama
dengan teman sebaya. Menulis karangan
dengan metode diskusi akan memudahkan
anak untuk belajar mengawali
mengungkapkan gagasan/ide dalam bentuk
tulisan. Metode diskusi dapat memberikan
kualitas yang baik dalam menulis karangan.
200 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
Penelitian ini menghadapi kendala
pada waktu pembelajaran artinya jika waktu
pembelajaran yang sempit kita sangat sulit
untuk mencapai hasil maksimal. Kegiatan
menulis karangan sebaiknya diberi waktu
yang cukup untuk mencapai hasil yang
maksimal. Dari segi positif waktu yang
cukup memberi peluang pada anak untuk
menuliskan gagasan/ide namun dari segi
negatifnya dengan waktu yang banyak akan
menyita waktu pelajaran yang lain.
4. Refleksi
Pada siklus pertama siswa tidak
senang saat guru menjelaskan tujuan
pembelajaran. Mereka menganggap bahwa
menulis karangan adalah sesuatu yang sulit
dilakukan. Hal ini dibuktikan dari hasil
pengamatan kinerja siswa bahwa yang
mendapat nilai B hanya 35%, nilai C ada
35%, dan nilai K ada 30 % . Oleh karena itu
mereka tampak tidak senang begitu
mendapat pembelajaran menulis karangan.
Saat kegiatan siklus pertama mulai
dilakukan mereka dengan seksama
mengikuti langkah – langkah yang harus
dilakukan. Setahap demi setahap telah
mereka lakukan kemudian tampak ada rasa
kebanggaan saat mereka menyelesaikan
karangan bersama kelompok. Berdasarkan
hasil pengamatan dan data-data yang
diperoleh dan disajikan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pada siklus I terjadi
peningkatan kemampuan siswa dalam
menulis karangan berdasarkan pengalaman,
tetapi peningkatan tersebut belum
memenuhi target keberhasilan
pembelajaran. Untuk itu, peneliti bersama
dengan observer memutuskan untuk
melanjutkan pada siklus II
B. Siklus Kedua
1. Rancangan Kegiatan Persiapan siklus kedua hampir
sama dengan siklus pertama, yaitu
mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan model pembelajaran yang
akan digunakan, media yang berupa
karangan berdasar pengalaman yang diambil
dari majalah anak serta persiapan
pengorganisasian siswa agar proses
pembelajaran berjalan lancar. Perbedaan
pada siklus kedua ada pada
pengorganisasian siswa. Pada siklus kedua
siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang
terdiri dua sampai tiga orang serta mengajak
siswa menyanyikan lagu ‖Pergi Belajar‖
untuk mengingatkan pengalaman pada saat
berangkat ke sekolah.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan siklus kedua pada
tanggal 14 Nopember 2015 dengan
menggunakan waktu 3 x 35 menit atau 3
jam pelajaran. Pada kegiatan ini siswa sudah
tampak mengetahui langkah-langkah yang
perlu dilakukan dalam menulis sebuah
karangan berdasar pengalaman. Hal ini
terlihat saat guru memberikan tugas
mengarang bersama kelompok kecilnya.
Keaktifan siswa dalam kelompok sangat
baik sebelum mereka dikenai tindakan.
3. Pengamatan /Observasi
Hasil observasi terhadap kegiatan
guru dalam pengelolaan pembelajaran
adalah guru telah melakukan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan pada Rencana
Pelaksanaan Pelaksanaan (RPP). Guru
memberikan waktu yang cukup kepada
siswa untuk membuat karangan berdasar
pengalaman dengan topik pergi belajar.
Pada siklus kedua ini siswa lebih senang
dalam menulis karangan karena sudah
mengetahui tahap mengarang dengan benar
sehingga perhatian pada pilihan struktur
kata dan penggunaan ejaan lebih tepat.
Siklus kedua ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh peningkatan
kemampuan siswa menulis karangan
berdasar pengalaman dengan menggunakan
metode diskusi dari siklus pertama ke siklus
dua. Hasil penilaian yang diperoleh pada
siklus kedua ini adalah penilaian kelompok
dan penilaian individu. Berikut kami sajikan
Tabel untuk mengetahui penilaian
kelompok dan penilaian individu yang
dilakukan pada siklus kedua.
Tabel 5.6. Tes Karangan Kelompok
Berdasarkan Pengalaman Siklus II No Nama Siswa Aspek Jumlah
Nilai
Rata-
rata K J TB E SK KK
1 Kelompok
A
70 75 80 75 75 425 85
2 Kelompok
B
80 80 90 100 85 435 87
3 Kelompok
C
80 90 80 75 75 400 80
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
201
4 Kelompok
D
75 70 75 80 80 380 76
Jumlah 305 315 325 330 315 1640 328
Rata-rata (%) 76 79 81 83 79 410 82
Tabel 5.7. Tes Karangan Siswa Berdasarkan
Pengalaman Siklus II
No Nama Siswa Aspek Jumla
h
Nilai
Rata-
rata
Ketuntasan
K J TB E SK KK T BT
1 Denni Indra
K
70 75 70 75 80 370 74 √
2 Abdul Malik
F
80 70 70 90 80 390 78 √
3 Aries
Prasetya D
100 90 90 100 90 470 94 √
4 Ardik Dwi Y 70 70 85 75 90 390 78 √
5 Auliyah
Budhi P
70 70 75 75 70 360 72 √
6 Bima Eka P 70 80 75 70 80 375 75 √
7 Dendi Dwi S 85 100 90 80 100 455 91 √
8 Diana Safitri 80 90 70 70 80 390 78 √
9 Dita Novianti 80 90 100 80 90 440 88 √ 10 Indra
Maulana S
100 100 90 80 80 450 90 √
11 Putri Nur L 80 75 90 90 100 425 85 √ 12 Rany Vendra
K
75 70 70 70 70 355 71 √
13 Risma Bayu
T
80 90 90 90 80 430 86 √
14 Riki Adrianto
N
100 100 100 100 90 490 98 √
15 Rosali Dewi
A
75 80 70 80 90 395 79 √
16 Ricky
Pratama
70 70 70 70 70 350 70 √
17 Reyvaldo A. 80 100 90 100 90 460 92 √ 18 Risma
Nuramin
70 70 75 70 70 355 71 √
19 Samsul Nur R 80 70 70 70 80 360 72 √ 20 Santi Hayati 100 85 90 100 100 475 95 √ 21 Aura Imam A 100 100 95 100 100 495 99 √ 22 Anisa
Faradila R
85 80 80 85 70 400 80 √
23 M. Abdul
Majid
100 100 100 100 100 500 100 √
Jumlah 1900 1925 1905 1920 1950 9580 1916 23 0
Rata-rata (%) 83 84 83 83 84 417 83 10
0
0
Tabel 5.8. Keaktifan Siswa Dalam Diskusi No Aspek Nilai Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 Kerjasama B 17 74 %
C 6 26 %
K - 0 %
2 Partisipasi B 19 83 %
C 4 17 %
K - 0 %
3 Gagasan/Ide B 19 83 %
C 4 17 %
K - 0%
4 Kinerja B 20 87 %
C 3 13%
K - 0%
4. Refleksi
Pada siklus kedua kendala yang
terjadi tidak ada dan kesulitan hanya
terdapat pada anak-anak tertentu yang
memiliki kecerdasan kurang. Di dalam kelas
yang sedang diteliti ini ada dua orang anak
yang memiliki kerdasan kurang. Hal ini
tidak menjadi kendala yang berarti untuk
melaksanakan tugas apa yang harus
dilakukan dan mampu membuat kerangka
karangan dari kegiatan yang sama saat pergi
ke sekolah.
Siswa sudah banyak yang
menunjukkan kesukaannya pada
pembelajaran mengarang. Hal ini
ditunjukkan pada sikap mereka saat
mendapat tugas mengarang dengan
kelompok kecil dan dapat dibuktikan pada
hasil pengamatan kinerja siswa yang
mendapat nilai B ada 87% dan mendapat
nilai C ada 13% . Mereka segera
membentuk kelompok dan menanyakan
tema apa yang akan dibuat karangan.
Kemudian segera menulis karangan sesuai
petunjuk. Berdasarkan hasil pengamatan
dan data-data yang telah terkumpul, maka
diputuskan bahwa pembelajaran dicukupkan
hanya sampai pada siklus II saja, karena
dinyatakan telah berhasil dan sesuai dengan
target yang ditentukan.
C. Pembahasan
1. Siklus I
Kemampuan siswa dalam menulis
karangan selalu mengalami peningkatan di
setiap tahap atau siklus. Hal itu terbukti
dengan meningkatnya kemampuan siswa
dalam menulis karangan dari tahap awal ke
siklus I. Berikut data peningkatan
kemampuan siswa dalam menulis karangan
pada setiap indikator penilaian.
Tabel 5.9. Peningkatan Rata-rata tiap
indikator No Indikator Tahap
Awal
Siklus I Peningkatan
1 Kesesuaian
Judul
62 72 10
2 Tata Bahasa 63 73 10
3 Ejaan 64 73 9
4 Struktur
Kalimat
65 76 11
5 Kosa kata 64 74 10
Rata-rata Nilai 64 74 10
Berdasar data tersebut di atas, yang
menunjukkan adanya peningkatan pada tiap
indikator antara rata-rata nilai dari kondisi
awal sebelum memperoleh tindakan dengan
nilai rata-rata pada siklus pertama.
Tabel 5.10. Peningkatan Ketuntasan
Belajar Siswa No Tahap Jumlah Siswa
Tuntas
Persentase
1 Tahap Awal 10 43
2 Siklus I 15 65
3 Peningkatan 5 Siswa 22%
Berdasar tabel tersebut diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pada siklus
202 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202
pertama terdapat peningkatan kemampuan
menulis karangan berdasar pengalaman
sebesar 22 %. Peningkatan tersebut belum
memenuhi KKM yang telah ditetapkan
yaitu dengan persentase katuntasan sebesar
75%. Hal ini perlu dilanjutkan ke siklus II.
2. Siklus II
Kemampuan siswa dalam menulis
karangan berdasarkan pengalaman pada
siklus II juga mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan pada tahap awal dan
pada siklus I. Berikut adalah hasil
rekapitulasi peningkatan kemampuan
siswa dalam mengarang berdasarkan
pengalaman
Tabel 5.11. Peningkatan Rata-rata tiap
indikator No Indik
ator
Tahap
Awal
Siklus
I
Siklus
II
Peningkatan
1 Keses
uaian
Judul
62 72 83 21 dari tahap awal, dan 11
dari siklus I
2 Tata
Bahas
a
63 73 84 21 dari tahap awal, dan 11
dari siklus I
3 Ejaan 64 73 83 19 dari tahap awal, dan 10
dari siklus I
4 Strukt
ur
Kalim
at
65 76 83 18 dari tahap awal, dan 7
dari siklus I
5 Kosa
kata
64 74 84 20 dari tahap awal, dan 10
dari siklus I
Rata-rata
Nilai
64 74 83 19 dari tahap awal, dan 9
dari siklus I
Tabel 5.12. Peningkatan Ketuntasan Belajar
Siswa No Tahap Jumlah
Siswa
Tuntas
Persentase
1 Tahap Awal 10 43
2 Siklus I 15 65
3 Siklus II 23 100
4 Peningkatan dibanding tahap awal 13 Siswa 57 %
5 Peningkatan dibanding siklus I 8 Siswa 35%
Berdasar tabel tersebut di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pada siklus pertama
terdapat peningkatan kemampuan menulis
karangan berdasar pengalaman sebesar 23 %,
antara siklus pertama dan kedua terdapat
peningkatan kemampuan menulis karangan
berdasar pengalaman sebesar 35 %. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
terjadi peningkatan signifikan dan lebih tinggi
daripada yang diperkirakan. Dengan demikian
pada penelitian tindakan kelas ini dapat
dihentikan.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas
maka dapat disimpulkan bahwa metode
diskusi dapat meningkatkan kemampuan
menulis karangan berdasar pengalaman siswa
kelas V SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018.
Nilai karangan siswa dengan metode
diskusi ini terbukti meningkat dari kondisi
awal sampai dengan siklus II dengan uraian
sebagai berikut: kesesuaian judul dari 62
menjadi 83; tata bahasa dari 63 menjadi 84;
ejaan dari 64 menjadi 83; struktur kalimat dari
65 menjadi 83; dan kosa kata dari 64 menjadi
84. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus I
sebesar 22% dan dari siklus I ke siklus II
sebesar 35 %. Secara keseluruhan terjadi
peningkatan sebesar 57 %. Hal ini telah
melebihi dari target yang ditentukan.
Diskusi yang efektif dilakukan
dengan kelompok yang beranggotakan 4-6
orang. Peran guru dalam kegiatan diskusi
kelompok sebagai fasilitator sehingga siswa
akan lebih aktif dalam memecahkan masalah
sangat menentukan. Metode diskusi juga dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam
menuangkan gagasan secara tertulis.
B. SARAN
1. Bagi Guru
Pembelajaran Bahasa Indonesia
hendaknya tidak dilakukan secara monoton
dengan metode ceramah tetapi dapat
dilakukan dengan metode diskusi, bermain
peran, demonstrasi dan sebagainya dengan
menggunakan pembelajaran yang inovatif.
Metode diskusi dalam penelitian ini dapat
dijadikan sebagai alternatif pembelajaran
Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa
Indonesia hendaknya dilakukan secara
terpadu agar mencakup semua aspek
kebahasaan.
2. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
sumber informasi bagi peneliti lain,
khususnya yang berkenaan dengan
perkembangan pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam penulisan karangan.
Penelitian ini kami rasa masih perlu
ditingkatkan, sehingga tidak ada salahnya
jika ada peneliti lain mampu
mengembangkan penelitian ini untuk subjek
Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem
Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018
203
lain, guna peningkatan dalam proses
pembelajaran menulis karangan berdasar
pengalaman siswa.
3. Bagi sekolah
Hasil dari penelitian ini kami
harapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu tolak ukur untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menulis
karangan. Sehingga dapat digunakan untuk
mengembangkan bakat siswa dalam
kegiatan menulis. Kegiatan menulis
merupakan salah satu kegiatan yang dapat
digunakan sekolah untuk meningkatkan
mutu siswa dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti.dkk. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. 1988. Erlangga Jakarta.
Alim, Djeniah. 1996. Lancar Berbahasa
Indonesia 3 : Petunjuk Guru SD kelas
5. Depdikbud. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka. Cipta, Jakarta.
Lyon, John.DiIndonesiakan oleh I Soetikno.
1995. Pengantar Teori Linguistik.
Gramedia . Jakarta.
Muliono, Anton dkk. 1990. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan
Berbahasa : Panduan Ke arah
Kemahiran Berbahasa. Gramedia.
Jakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Penilaian Dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra
BPFE. Yogyakarta.
Poerwadarminta, W.J.S..1984. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Balai
Pustakan.Jakarta.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif Struktur,
Gaya dan Variasi.Gramedia. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran:
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media,
Jakarta.
Santosa, Puji dkk. 2007. Materi dan
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi
Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta.
Tarigan, Djago.1997. Kependidikan
Keterampilan Berbahasa.DepDikBud.
Universitas Terbuka Jakarta.
Top Related