Download - Penerapan manajemen risiko djpbn

Transcript
Page 1: Penerapan manajemen risiko djpbn

1

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

UKI DITJEN PERBENDAHARAANJakarta, 2014

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Page 2: Penerapan manajemen risiko djpbn

2Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Outline

1. Dasar Pelaksanaan2. Konsep Dasar3. Tujuan dan Manfaat Manajemen Risiko4. Penerapan Manajemen Risiko pada KPPN5. Struktur Manajemen Risiko6. Proses Manajemen Risiko7. Dokumentasi Manajemen Risiko8. Pelaporan Manajemen Risiko

2

Page 3: Penerapan manajemen risiko djpbn

3

• PMK Nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan

• Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-34/PB/2013 tentang Tata Kelola Kepatuhan Internal di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan

• Kontrak Kinerja Kemenkeu-Two Kanwil Ditjen Perbendaharaan tahun 2014 berisi Sasaran Strategis yang menjadi dasar identifikasi risiko tingkat Unit Pemilik Risiko (UPR)

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dasar Pelaksanaan

3

Page 4: Penerapan manajemen risiko djpbn

4

KONSEP DASAR RISIKO

Risiko merupakan peristiwa yang belum terjadi (sudut pandang futuristik/masa depan), sehingga bersifat belum pasti terjadi dan merupakan kemungkinan akan terjadi (uncertainty).

Risiko selalu ada dan mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.

Risiko apabila terjadi membawa dampak negatif bagi organisasi.

Level Risiko diukur dari kombinasi level kemungkinan terjadinya (probabilitas) dan level dampak negatif yang ditimbulkan (konsekuensi).

Sumber risiko bisa berasal dari lingkungan internal maupun eksternal organisasi.

Konsep Dasar

KONSEP MANAJEMEN RISIKO Merupakan aktivitas untuk mengelola risiko.

Bertujuan mengamankan dan memperbesar peluang pencapaian tujuan organisasi.

Berisi sistem dan serangkaian aktivitas yang terstruktur.

Dilakukan secara terus menerus (continuous and ongoing process) dan melekat pada keseluruhan aktivitas (embeded on activity).

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan 4

Page 5: Penerapan manajemen risiko djpbn

5

Manfaat dan TujuanTUJUAN Mengantisipasi dan menangani segala bentuk risiko secara efektif dan efisien Mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko serta memantau kinerja

manajemen risiko Mengintegrasikan proses manajemen risiko ke dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi kinerja

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Tujuan dan Manfaat

MANFAAT Menghindarkan terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan dalam bentuk

keluhan maupun keberatan dari para pemangku kepentingan (stakeholder); Memberikan perlindungan kepada unit Eselon I sebagai akibat kegagalan

manusia, proses, dan sistem; dan Meningkatkan efisiensi, reputasi, tingkat kepercayaan dari para pemangku

kepentingan (stakeholder). Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang risiko yang dihadapi

organisasi. Mengurangi kejadian “mengejutkan” yang memerlukan biaya besar. Meningkatkan manajemen sumber daya. Meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan keputusan. Membentuk organisasi yang lebih perhatian dan memiliki persiapan yang

lebih matang dalam menghadapi risiko.

5

Page 6: Penerapan manajemen risiko djpbn

6Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Penerapan Manajemen Risiko pada KPPN

Lampiran III KEP-34/PB/2013Pedoman Pengelolaan Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan

Posisi Kanwil Ditjen Perbendaharaan Unit Pemilik Risiko (UPR) pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah seluruh unit

eselon II baik di tingkat pusat maupun kantor vertikal. Struktur UPR terdiri dari Pemilik Risiko (pimpinan UPR/Kakanwil); Koordinator

Manajemen Risiko (satu atau lebih pejabat eselon III lingkup Kanwil ); Administrator Manajemen Risiko (satu atau lebih pejabat eselon IV lingkup Kanwil).

Posisi KPPN KPPN selaku unit kerja di lingkup Kanwil, memiliki perwakilan dalam struktur UPR baik

selaku Koordinator dan/atau Administrator Manajemen Risiko. Peran KPPN menjadi penting karena pelaksanaan proses bisnisnya merupakan core

layanan Ditjen Perbendaharaan sehingga risikonya menjadi penting untuk dimitigasi/ditangani.

Dengan demikian, KPPN perlu turut mendukung pelaksanaan manajemen risiko Perbendaharaan dengan turut aktif memetakan risikonya dalam penyusunan profil risiko Kanwil Ditjen Perbendaharaan.

6

Page 7: Penerapan manajemen risiko djpbn

7

KOMITE MANAJEMEN RISIKO1. Ketua Komite (Pimpinan eselon I)2. Anggota Komite, merangkap Ketua MR (satu pejabat eselon II)3. Anggota Komite (satu pejabat eselon II)

KETUA MANAJEMEN RISIKO

UNIT PEMILIK RISIKO

Direktorat/Sekretariat Ditjen Perbendaharaan

• Pemilik Risiko (pimpinan es. II)

• Koordinator Manajemen Risiko (es. III)

• Administrator Manajemen Risiko (es. IV)

UNIT PEMILIK RISIKO

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharan

• Pemilik Risiko (pimpinan es. II)

• Koordinator Manajemen Risiko (es. III)

• Administrator Manajemen Risiko (es. IV)

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Struktur Manajemen Risiko

7

Page 8: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Proses Manajemen Risiko

1. Penetapan Kontekslatar belakang, ruang lingkup, tujuan, dan lingkungan pengendalian

2. Identifikasi Risikomengidentifikasi risiko, waktu, sebab, dan proses terjadinya peristiwa risiko

3. Analisis risikomencermati risiko dan tingkat pengendalian serta menilai risiko

4. Evaluasi risikodilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai penanganan risiko

5. Penanganan risikomengidentifikasi opsi penanganan risiko dan memilih opsi terbaik

6. Monitoring dan reviumemastikan penanganan dan langkah-langkah lanjutan yang diperlukan

7. Komunikasi dan konsultasidilakukan terus menerus dengan cara mengembangkan metode komunikasi dan pelaporan kepada stakeholder internal maupun eksternal

8

Page 9: Penerapan manajemen risiko djpbn

TUJUAN:

Membuktikan adanya identifikasi & asessment risiko yang sistematis

Mengembangkan database pengetahuan organisasi

Memberi rencana tanggapan & perlakuan kepada pengambil keputusan

Memfasilitasi pelaksanaan pemantauan dan penilaian penerapan manajemen risiko

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko

9

Page 10: Penerapan manajemen risiko djpbn

• Formulir Penetapan Konteks• Formulir Identifikasi Risiko, Analisis Risiko,

dan Evaluasi Risiko• Formulir Rencana Penanganan Risiko• Formulir Monitoring Penanganan• Formulir Pelaporan Hasil Monitoring

Kepdirjen No. KEP-34/PB/2013, Lampiran III, Pedoman Pengelolaan Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko (2)

10

Page 11: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko

Penetapan Konteks Proses manajemen risiko diawali dengan penyusunan konteks.

Konteks merupakan upaya untuk menentukan: penetapan tujuan, stakeholder terkait dan kriteria.

Penetapan tujuan digunakan sebagai baseline sudut pandang identifikasi risiko.

Identifikasi stakeholder terkait akan berpengaruh pada pertimbangan pelaksanaan mitigasi risiko.

Penyusunan kriteria secara spesifik akan menjadi baseline analisis risiko dalam hal penetapan gradasi level risiko.

Penetapan konteks menjadi batasan dalam pelaksanaan proses manajemen risiko.

Konteks secara umum menjadi landasan bagi pelaksanaan seluruh tahapan dalam proses manajemen risiko.

Proses manajemen risiko tidak boleh keluar dari konteks yang telah ditetapkan.

11

Page 12: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko

Identifikasi Risiko Risiko adalah segala sesuatu kejadian yang berpotensi untuk menghambat, menunda

atau menggagalkan pencapaian tujuan organisasi.

Risiko diukur dalam 2 dimensi, yaitu:

Kemungkinan terjadinya (frekuensi/likelihood)

Akibat negatif yang ditimbulkannya (konsekuensi/dampak)

Pokok acuan dalam mengidentifikasi risiko adalah tujuan organisasi yang mengacu pada Sasaran Strategis (SS).

Semua SS harus diidentifikasi risiko-nya, yakni semua risiko apa saja yang melekat.

Cara untuk mengidentifikasi risiko:

Menegasikan IKU;

Analisis kegiatan rutin terkait SS;

Imaginatif thinking.

12

Page 13: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko

Kriteria Risiko

Kriteria risiko merupakan suatu ukuran yang menjadi standar untuk menentukan level suatu risiko.

Level risiko terdiri atas: Tinggi (3), Sedang (2) dan Rendah (1). Kriteria risiko dibuat per-risiko. Satu risiko memiliki 2 kriteria, yaitu kriteria konsekuensi dan kriteria

frekuensi/probabiliti. Metode untuk menyusun kriteria ada 2, yaitu:

Kuantitatif, menggunakan angka numeris sebagai patokan ukuran tinggi rendahnya. Kualitatif, menggunakan pernyataan kata-kata sebagai suatu patokan untuk

menyatakan tinggi rendahnya. Metode penyusunan kriteria bersifat mutually exclusive (pilih salah satu). Jika

menggunakan metode kualitatif, maka metode kuantitatif tidak diisi (dikosongkan). Risiko memiliki 2 dimensi yang terkombinasi, yaitu konsekuensi dan frekuensi. Level Risiko diukur dari level konsekuensi dan level frekuensi.

13

Page 14: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko

Analisis Risiko

Proses analisis risiko:

1. Dilakukan dengan estimasi menggunakan sudut pandang ke depan selama jangka waktu 1 (satu) periode/time horizon 6 (enam) bulan.

2. Analisis terhadap estimasi :

a. Seberapa besar kemungkinan satu risiko terjadi : Level Frekuensi/Probabiliti

b. Seberapa besar dampak yang akan ditimbulkan dari risiko : Level Konsekuensi.

3. Pertimbangan estimasi level frekuensi dan konsekuensi mempertimbangkan sistem pengendalian yang ada.

Analisis risiko adalah proses untuk menentukan level risiko .

Tujuan analisis risiko:

1. Mengetahui profil dan peta risiko yang ada;

2. Digunakan dalam proses evaluasi dan strategi penanganan risiko.

14

Page 15: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko

Evaluasi Risiko

Risiko yang telah teridentifikasi dan telah ditentukan levelnya harus dikelola dan dimitigasi.

Tidak semua risiko akan diberi langkah mitigasi.

Untuk itu perlu ditentukan mana risiko yang perlu ditangani lebih lanjut dan mana yang tidak perlu diberi langkah penanganan risiko.

Evaluasi risiko merupakan langkah untuk menilai signifikansi dari masing-masing risiko dalam lingkup satu UPR.

Evaluasi risiko dijabarkan dalam bentuk prioritisasi (pengurutan/pemeringkatan) risiko.

Risiko diurutkan dari risiko dengan peringkat pertama hingga peringkat terakhir.

Hasil evaluasi risiko akan menjadi dasar bagi pelaksanaan langkah rencana mitigasi risiko.

15

Page 16: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko

Rencana Penanganan Risiko

Prinsip Penanganan Risiko

1. Penanganan risiko merupakan langkah memberikan action tertentu terhadap risiko dengan level tertentu

2. Prinsip penanganan risiko adalah untuk menurunkan level risiko.

3. Penanganan risiko didasarkan pada penyebab risiko.

4. Tidak semua risiko yang teridentifikasi akan diberikan langkah mitigasi.

5. Mempertimbangkan sumber daya organisasi.

6. Rencana penanganan risiko harus disusun dengan jelas, spesifik, dan terarah yang meliputi: target, jadwal, dan penanggung jawabnya.

Pilihan Penanganan

1. Menghindari risiko (not doing an activity);

2. Menurunkan dampak risiko (damage control);

3. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko (preventive action);

4. Membagi risiko (involving other party).

5. Menerima risiko (no action taken).

16

Page 17: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Dokumentasi Manajemen Risiko

Monitoring & Reviu

1. Merupakan kegiatan untuk mengamati dan memantau:a. Proses manajemen risiko secara keseluruhan.b. Pelaksanaan rencana penanganan risiko.c. Kondisi risiko dalam organisasi.

2. Dilakukan secara terus-menerus sepanjang masa time horizon.

3. Risiko dijaga agar memiliki trend menurun atau stabil.

4. Perlu dicermati apakah ada risiko baru yang berpotensi muncul dalam organisasi, yang sebelumnya tidak masuk dalam risk register.

5. Setiap akhir time horizon perlu dinilai efektivitas dan kesuksesan langkah penanganan risiko, dengan melihat kesenjangan/deviasi.

6. Penilaian aktivitas penanganan risiko ditindaklanjuti dengan umpan balik berupa langkah korektif atau rekomendasi perbaikan.

17

Page 18: Penerapan manajemen risiko djpbn

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

Pelaporan Manajemen Risiko

Merupakan media komunikasi dan konsultasi yang berkesinambungan kepada para pemangku kepentingan.

Pelaporan disampaikan secara berjenjang dari Unit Pemilik Risiko sampai Menteri Keuangan setelah berakhirnya time horizon Manajemen Risiko (semesteran).

Menjadi sarana umpan balik untuk menentukan arah strategis manajemen risiko.

Ketua Manajemen Risiko

Menteri Keuangan

Unit Pemilik Risiko

Laporan Profil dan Peta Risiko

Laporan Monitoring &

Reviu

Kompilasi seluruh laporan

18

Page 19: Penerapan manajemen risiko djpbn

Terima Kasih

Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan 19