Download - PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

Transcript
Page 1: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI PENGADILAN AGAMA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

(Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

SAFIRA MAHARANI NIM. 1111044100045

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M

Page 2: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum
Page 3: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum
Page 4: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

iv

ABSTRAK

Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum Di Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama). Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015 M. xii + 102 halaman + 61 lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum dalam menerapkan

hermeneutika hukum pada putusan perkara harta bersama, serta mengetahui apakah yang menjadi alasan hakim dalam memutus perkara harta bersama tanpa merujuk pada Kompilasi Hukum Islam.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menekankan pada kualitas dengan pemahaman deskriptif pada putusan pengadilan tersebut. Pendekatan yang penulis lakukan menggunakan pedekatan empiris yang mana pengetahuan didasarkan atas berbagai fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dan observasi. Sumber data diperoleh melalui studi kepustakaan yang didukung dengan wawancara kepada hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur. Adapun pengelolaan bahan hukum dilakukan dengan cara deduktif yaitu menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang kongkret yang dihadapi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Majelis Hakim dalam memutus perkara harta bersama telah menerapkan teori hermenutika hukum sebagai salah satu alternatif dalam pertimbangan hukumnya, hal ini didukung dengan hakim sebagai penafsir harus dapat memahami tiga trilogy pemahaman hermeneutika hukum yaitu teks, konteks, dan kontekstualisasi. Oleh karena itu ketika hakim melihat dan memahami perkara tersebut sudah tidak relevan dengan ketentuan pada teks Undang-undang, maka dalam hal ini hakim boleh melakukan interpretasi terhadap teks, artinya hakim tidak hanya memahami hukum secara tekstual namun juga lebih mempertimbangkan aspek kontekstual yang bersifat sosiologis. Dan menjunjung tinggi agar setiap putusan yang ditetapkan dapat terpenuhinya tujuan hukum (Kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan) bagi para pihak.

Kata Kunci : Penerapan Hermeneutika Hukum. Penyelesaian Sengketa Harta Bersama Perkara Nomor: 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks

Pembimbing : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Daftar Pustaka : Tahun 1958 sampai Tahun 2012

Page 5: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum
Page 6: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan segala petunjuk dan

kemudahan kepada penulis. Sehingga atas karunia pertolongan-Nya lah penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada

Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para umat-Nya.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk motivator terbesar sepanjang

perjalanan hidup penulis, terkhusus kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs.

Ahmad Zawawi, MH. dan Ibunda Sahlah Zulfikah beserta adik-adikku terkasih

dan tercinta Muthia Rahmah dan Saiful Umam yang tiada lelah dan bosan

memberikan motivasi, bimbingan, kasih sayangnya serta do’a, begitu juga

keluangan waktu dan senyumannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan

rahmat dan kasih sayang kepada mereka semua.

Dalam penulisan skripsi ini, sedikit banyaknya hambatan dan kesulitan

yang penulis hadapi, akan tetapi syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah-

Nya, kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik

langsung maupun tidak langsung segala hambatan dapat diatasi, sehingga pada

akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan demikian, sudah

sepatutnya pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.

Page 7: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

vii

2. H. Kamarusdiana, S.Ag., MH., dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag., selaku Ketua

Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.

3. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan dan memotivasi

selama membimbing penulis.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen terutama bapak Arip Purkon, S.HI., MA., Dr.

Mamat S. Burhanuddin, MA. Dan Ibu Dr. Hj. Azizah, MA. Yang telah

meluangkan waktu untuk berbagi ilmu pengetahuan mengenai hermeneutika

hukum. Beserta Staf pengajar pada lingkungan Program Studi Ahwal al-

Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada

penulis dari awal bangku kuliah sampai pada akhirnya penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap jajaran Staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum dan Perpustakaan Utama terutama yang telah membantu penulis

dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Dr. Drs. H. Chazim Maksalina, MH., selaku Wakil Ketua Pengadilan Agama

Jakarta Timur yang telah membantu dan membimbing penulis selama

melakukan wawancara. Serta Drs. Jajat Sudrajat, SH., MH., selaku hakim

Pengadilan Agama Jakarta Timur yang memutus perkara yang penulis rintis,

yang senantiasa telah memberikan waktu untuk bisa diwawancarai dan

Page 8: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

viii

bimbingannya serta arahan, nasehat dan saran selama penulis melakukan

wawancara.

7. Kasih sayang dan kebersamaan penulis sampaikan kepada kedua sahabat

seperjuangan saudari Epi Yulianti dan Lilis Sumiyati yang senantiasa

memberikan semangat, canda dan tawanya melewati suka duka selama

dibangku perkuliahan serta kesabaran dan kesetiannya menemani dari awal

bertemu sampai pada penulis dapat menyelesaikan skripsi.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis di Peradilan Agama Tahun 2011

lainnya, Andi Asyraf Rahman, Ahmad Farhan, Hendrawan, M. Nazir, M.

Saekhoni, Rahmatullah Tiflen, M. Fathin, Burhanatud Dyana, Arisa, Azizah,

Nadia NS, Kamelia Sari, Mujahidah, Triana Aprianita, Juniati Harahap, Vemi

Zauhara, Gusti Fajrina, Robi’ah yang terus memberikan motivasi dan

semangat kepada penulis.

9. Kawan-kawan seatap (kost bungong jumpo) Nailil Farohah, Yonita Syukra,

Aini Yunianingtias yang memberikan support, hiburan dan saran keilmuan

selama penulisan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan Double Degree Ilmu Hukum Tahun 2014 yang

sudah senantiasa menjadi tempat berbagi ilmu dan waktunya.

11. Semua teman-teman Peradilan Agama Angkatan 2011 dan KKN LEBAH

2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kenangan

indah penulis yang tidak dapat terlupakan bersama kalian semuanya.

Page 9: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

ix

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas balas jasa dan dukungannya,

hanya doa semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan

yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelsaikan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk kesempatan skripsi ini.

Jakarta, 25 Mei 2015

Penulis

Page 10: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN BIMBINGAN ..................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................... 8

E. Review Studi Terdahulu .............................................................. 9

F. Metode Penelitian ..................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HERMENEUTIKA HUKUM

A. Pengertian Hermeneutika Hukum .............................................. 16

B. Hermeneutika Hukum Sebagai Alternatif Metode Penemuan

Hukum ...................................................................................... 19

C. Metode Ijtihad Dalam Hukum Islam ......................................... 29

D. Kedudukan Hakim .................................................................... 39

Page 11: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

xi

E. Kedudukan Mujtahid ................................................................ 44

BAB III PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM PADA PUTUSAN

PENGADILAN AGAMA

A. Pendekatan Hermeneutika ......................................................... 48

B. Pertimbangan Hakim Dalam Penerapan Hermeneutika Hukum

Pada Putusan Pengadilan Agama .............................................. 57

1. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor:

1159/Pdt.G/2013/PA.JT ...................................................... 57

2. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor

1934/Pdt.G/2013/PAJT ........................................................ 59

C. Analisis Penulis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Dalam

Penerapan Hermeneutika Hukum .............................................. 61

1. Perkara Nomor: 1159/Pdt.G/2013/PA.JT ............................. 61

2. Perkara Nomor: 1934/Pdt.G/2013/PA.JT ............................. 65

BAB IV IMPLEMENTASI HERMENEUTIKA HUKUM PADA PUTUSAN

HARTA BERSAMA PERKARA NO. 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks

A. Penerapan Hermeneutika Hukum

1. Duduk Perkara .................................................................... 68

2. Pertimbangan Hukum ........................................................... 77

3. Amar Putusan ....................................................................... 83

B. Analisis Penulis ......................................................................... 84

Page 12: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 94

B. Saran ........................................................................................ 96

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat Mohon Kesediaan Pembimbing Skripsi

2. Surat Permohonan Data Wawancara Ke PA Bekasi

3. Surat Permohonan Data Wawancara Ke PA Jakarta Timur

4. Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara dari PA Jak-Tim

5. Hasil Wawancara dengan Hakim PA Jak-Tim

6. Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua PA Jak-Tim

7. Hasil Wawancara dengan Dosen dan Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum

8. Hasil Wawancara dengan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum

9. Putusan Nomor 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks

10. Dokumentasi Gambar Melakukan Wawancara

Page 13: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberagaman permasalahan manusia yang mengikuti zaman

semakin hari semakin kontemporer, sehingga tidak mungkin tercangkup

dalam suatu peraturan perundang-undangan secara tuntas dan jelas. Karena

pada hakikatnya manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan mempunyai

kemampuan yang terbatas sehingga undang-undang yang dibuatnya

tidaklah lengkap dan tidak sempurna untuk mencakup keseluruhan

permasalahan manusia dalam kehidupannya. Untuk itu, tidak ada

peraturan perundang-undangan yang lengkap selengkap-lengkapnya atau

jelas sejelas-jelasnya.1

Ketentuan Undang-undang yang berlaku umum dan bersifat

abstrak, tidak dapat diterapkan begitu saja secara langsung pada peristiwa

konkret. Oleh karena itu, ketentuan undang-undang harus diberi arti,

dijelaskan atau ditafsirkan dan disesuaikan dengan peristiwanya untuk

diterapkan pada peristiwa itu. Peristiwa hukumnya harus dicari terlebih

1 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,

2010), h. 48

Page 14: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

2

dahulu dari peristiwa konkretnya, kemudian undang-undangnya ditafsirkan

untuk dapat diterapkan.2

Setiap undang-undang bersifat statis dan tidak dapat mengikuti

perkembangan kemasyarakatan sehingga menimbulkan ruang kosong yang

perlu diisi. Tugas mengisi ruang kosong itulah, dibebankan kepada para

hakim dengan melakukan penemuan hukum melalui metode interpretasi

atau konstruksi dengan syarat bahwa dalam menjalankan tugasnya

tersebut, tidak boleh mendistorsi maksud dan jiwa undang-undang atau

tidak boleh bersikap sewenang-wenang.3 Dikarenakan dalam Undang-

undang tidak lengkap, maka dari itu harus dicari dan diketemukan

hukumnya dengan memberikan penjelasan, penafsiran atau melengkapi

peraturan perundang-undangannya.4

Untuk mengatasi problematika kontemporer saat ini, yang

terkadang dalam Undang-undang diketemukan kurang relevan dengan

kondisi kekinian, maka dengan demikian muncullah beberapa alternative

metode penemuan hukum oleh hakim berupa interpretasi hukum dan

konstruksi hukum, pada prinsipnya masih relevan digunakan hakim hingga

saat ini. Akan tetapi, perlu diketahui terdapat suatu penemuan hukum yang

lain yang bisa dipergunakan hakim dalam praktik peradilan sehari-hari,

2 Sudikno Mertokusumo dan A. Pilto, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), h. 12

3 Andi Zainal Abidin, Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama, (Bandung: Alumni, 2006), h. 33

4 Pontang Moerad, B.M., Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan, (Bandung:

Alumni, 2006) h. 86

Page 15: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

3

dan metode tersebut disebut dengan hermeneutika hukum sebagai

alternative metode penemuan hukum baru oleh hakim yang berdasarkan

pada interpretasi teks hukum.

Mengenai hermeneutika hukum dapat diartikan sebagai suatu

metode interpretasi teks hukum atau metode memahami sesuatu terhadap

suatu naskah normatif.5

Dahulu hermeneutika berkembang di dunia barat, dan banyak

dibicarakan dalam filsafat abad XX, hal ini berawal dari perhubungan

penafsiran kitab suci orang Yahudi dan Kristen sebelum akhirnya

berkembang menjadi sebuah kajian filsafat. Apalagi keyakinan teologis

umat Kristen mengenai Bibel, mereka menyakini bahwa Bibel mempunyai

beberapa penulis yang mendapat inspirasi dari roh kudus seperti Markus,

Yohannes, Matius dan sebagainya. Kenyataan ini kemudian

mempengaruhi struktur keimanan umat Kristen untuk tidak mengatakan

Bibel sebagai Kalam Tuhan, maka dari itu para teolog Kristen memerlukan

hermeneutika untuk memehami teks.

Farid Esack mengatakan bahwa adapun istilah hermeneutika yang

merupakan hal yang baru dalam tradisi keilmuan Islam, praktek

hermeneutika dapat dilihat dari maraknya kegiatan interpretasi dalam

wacana keilmuan Islam di bawah payung disiplin ilmu yang juga dikenal

dengan Ilmu Tafsir. Lain hal dengan penjelasan dari Hasan Hanafi yang

mengatakan bahwa hermeneutika tidak hanya berusaha menyelami

5Ahmad Rifa’i, Metode Penemuan Hukum Yang Sesuai dengan Karakteristik, (Jakarta,

Sinar Grafika, 2011), h. 88

Page 16: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

4

kandungan makna literal sebuah teks tetapi juga berusaha menggali makna

yang tersembunyi dibalik teks dengan mempertimbangkan horizon yang

melingkupi teks, pengarang dan pembaca.6

Di Indonesia praktik peradilan, untuk metode hermeneutika hukum

tidak banyak atau jarang sekali digunakan sebagai metode penemuan

hukum, hal ini disebabkan begitu dominannya metode interpretasi dan

konstruksi hukum yang sangat legalistik formal, sebagai metode penemuan

hukum yang telah mengakar cukup lama dalam system peradilan di

Indonesia. Atau dapat pula sebagian besar hakim belum familiar dengan

metode ini, sehingga jarang atau sama sekali tidak menggunakannya

dalam praktik peradilan, padahal esensi hermeneutika hukum terletak pada

pertimbangan triangle hukumnya, yaitu suatu metode menginterpretasikan

teks hukum yang tidak semata-mata melihat teksnya saja semata, tetapi

juga konteks hukum itu dilahirkan, serta bagaimanakah kontekstualisasi

atau penerapan hukumnya di masa kini dan masa mendatang.7

Dan dari banyaknya perkara yang ditangani Pengadilan pada

kenyataannya tidak sedikit ada beberapa hakim yang sudah berani untuk

menggunakan hermeneutika hukum dalam putusannya dan salah satunya

mengenai penerapan harta bersama yang dikolerasikan dengan

hermeneutika hukum di dalamnya, dikarenakan dalam realita sering

6 Hasan Hanafi, Dialog Agama dan Revolusi, terj. Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Tim

Pustaka Firdaus, 1991), h. 1

7 Ahmad Rifa’i, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.89

Page 17: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

5

dijumpai terjadinya percekcokan suami istri dalam rumah tangga yang

tidak sedikit berujung pada putusan perceraian di Pengadilan dan tidak

diherankan pada saat atau telah berakhirnya sebuah perkawinan yang

sering disengketakan tidak jauh dari permasalahan harta bersama yang

biasa juga dikenal dengan harta gono gini, maka dari itu ada beberapa

yang perlu terlebih dahulu diketahui yaitu dapat membedakan antara harta

bawaan dan harta bersama yang sering kali disalah mengertikan oleh

masyarakat yang awam atas hukum, harta bersama adalah harta kekayaan

yang diperoleh selama perkawinan diluar hadiah atau warisan, maksudnya

adalah harta yang didapat atas usaha mereka sendiri selama masa ikatan

perkawinan.8

Menurut Drs. Fachtur Rahman (Ilmu Mawaris :42), memberikan

definisi bahwa harta bersama (gono-gini) adalah harta milik bersama dari

suami istri yang diperoleh keduanya selama berlangsungnya perkawinan

dimana keduanya bekerja untuk kepentingan hidup berumah tangga. Dan

harta bersama dapat juga diqiyaskan sebagai syirkah karena dapat

dipahami bahwa istri juga dapat dihitung pasangan (kongsi) yang bekerja,

meskipun tidak ikut bekerja dalam pengertian yang sesungguhnya. Yang

dimaksudkan adalah pekerjaan istri seperti mengurus rumah tangga,

memasak, mencuci, mengasuh anak dan keperluan lainnya.

8 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet.-3,

1998), h. 200.

Page 18: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

6

Di berbagai daerah di tanah air sebenarnya juga dikenal istilah-

istilah lain yang sepadan dengan pengertian harta gono-gini (di Jawa).

Hanya, diistilahkan secara beragam dalam hukum adat yang berlaku di

masing-masing daerah. Misalnya di Aceh, harta gono-gini diistilahkan

dengan haeruta sihareukat; di Minangkabau masih dinamakan

harta suarang nan babagi; di Madura dinamakan guna ghana; di Sunda

digunakan istilah guna-kaya; di Bali disebut dengan druwe gabro; dan di

Kalimantan digunakan istilah barang perpantangan.9

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis

mendeskripsikan sebagai permasalahan yang menarik untuk dibahas lebih

meneliti agar ada kolerasi antara yang terjadi dalam lapangan ataupun

dilihat dari segi kepustakaannya, oleh karena itu penulis mengangkat ini

sebagai sebuah penelitian dengan judul “PENERAPAN

HERMENEUTIKA HUKUM DI PENGADILAN AGAMA DALAM

PENYELESAIAN SENGKETA” (Studi Analisis Putusan Pengadilan

Agama Bekasi Tentang Harta Bersama).

A. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu permasalahan yang terkait

dengan judul yang sedang dibahas. Masalah-masalah yang sudah tertuang

pada subbab latar belakang diatas, maka dari itu penulis memaparkan

9 Ismail Muhammad Syah, Pencaharian Bersama Suami Istri, (Jakarta: Bulan bintang,

1965), h. 18.

Page 19: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

7

beberapa permasalahan yang ditemukan sesuai dengan bagian latar

belakang penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Bagaimana konstribusi hermeneutika hukum dalam

penyelesaian harta bersama akibat perceraian pada putusan di

Pengadilan Agama Bekasi?

2. Bagaimana cara penerapan hermeneutika hukum oleh hakim di

Penngadilan Agama Bekasi dalam suatu putusan perkara?

3. Apa yang menjadi acuan tinjauan yurisprudensi dalam

permasalahan perkara harta bersama?

4. Apa yang dijadikan pertimbangan bagi hakim dapat melakukan

hermeneutika hukum pada putusan yang dihadapi?

5. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan hermeneutika hukum

sebagai alternatif metode penemuan hukum baru dalam putusan

di Penngadilan Agama Bekasi?

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam hal ini penulis akan membatasi masalah penelitian agar

masalah dalam judul proposal lebih terfokus dan spesifik, diantaranya

adalah:

a. Hermeneutika Hukum dibatasi pada penafsiran hakim

terhadap Kompilasi Hukum Islam.

Page 20: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

8

b. Pengadilan Agama dibatasi pada kota Bekasi di Jalan Ahmad

Yani No. 10 dan Pengadilan Agama Jakarta Timur di Jalan

Raya PKP No. 24 Kelapa Dua Wetan, Ciracas.

c. Perkara Nomor 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks. dibatasi dengan

permasalahan mengenai sengketa harta bersama akibat

perceraian. Antara Trileya Noverisda Binti Rivai Risma

sebagai Penggugat dan Mochsirsyah Bin Mochtarudin sebagai

Tergugat. Dan beberapa sample putusan yang menerapkan

hermeneutika

d. Data yang di teliti dibatasi pada data tahun 2008 dan 2013.

2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana dasar hukum dalam menggunakan hermeneutika

hukum pada putusan perkara harta bersama?

2. Bagaimana alasan hakim dalam putusan perkara penyelesaian

sengketa harta bersama tanpa merujuk kepada Kompilasi

Hukum Islam ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian skripsi ini, yaitu

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dasar hukum dalam menerapkan hermeneutika

hukum pada putusan perkara harta bersama

Page 21: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

9

2. Untuk mengetahui seperti apa alasan hakim dalam memutus

perkara harta bersama dan tidak merujuk pada Kompilasi Hukum

Islam.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan-

kepentingan pihak-pihak, di antaranya:

1. Bagi para akademisi, agar penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

bahan tambahan khazanah ilmu pengetahuan.

2. Bagi masyarakat, supaya penelitian ini dapat memberikan

pengetahuan baru dan terpenuhinya rasa keadilan.

3. Bagi para hakim agar lebih berani dan mau lebih melakukan

hermeneutika dalam penemuan hukum yang baru namun juga

tidak sewenang-wenang.

D. Review Studi Terdahulu

1. Skripsi Hamzah Ikat, Penyelesaian Harta Bersama Akibat

Perceraian Perspektif Hukum Islam (Studi Putusan Nomor:

393/Pdt.G/PA.Tng), prodi SAS, 2009. Skripsi ini membahas

pertimbangan Majelis hakim pada putusan ini hanya menerapkan

apa yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam sepanjang

sudah dijelaskan atau disesuaikan dengan kasus dan baru

kemudian hakim menafsirkan pasal tersebut. Perbedaannya

dalam penulisan skripsi penulis ialah penulis mengungkapkan

bagaimana penerapan suatu hermeneutika hukum di Pengadilan

Page 22: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

10

Agama Bekasi dalam penyelesaian harta bersama akibat

perceraian pada putusan yang terkait.

2. Skripsi M. Beni Kurniawan, Pembagian Harta Bersama

Berdasarkan Konstribusi Dalam Perkawinan (Analisis Putusan

Nomor: 618/Pdt.G/2012/PA.Bkt), prodi SAS, 2014. Skripsi ini

membahas pembagian harta bersama berdasarkan konstribusi

adalah pembagian harta bersama dengan menilai besaran

konstribusi para pihak. Dalam arti jika pihak isteri mempunyai

jasa atau konstribusi yang lebih banyak dari suami maka ia

berhak mendapatkan 2/3 dari harta bersama dan pihak suami

hanya mendapat 1/3 dari harta bersama. Dan hakim dalam

putusan ini mengesampingkan ketentuan pasal 97 KHI,

perbedaannya dengan penulisan skripsi penulis adalah dalam

penulisan ini lebih menitikberatkan pada penerapan penyelesaian

sengketa harta bersama menggunakan metode penemuan hukum

baru yaitu hermeneutika hukum.

3. Skripsi Marlianta, Penyelesaian Gugatan Harta Bersama Pasca

Perceraian Di Pengadilan Jakarta Selatan, prodi SAS, 2014.

Skripsi ini membahas mengenai penyelesaian yang dilakukan

hakim dalam memeriksa gugatan harta bersama pasca perceraian

di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan dalam

pertimbangannya hakim tetap menyesuaikan dengan peraturan

yang termuat yaitu Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, yaitu

Page 23: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

11

membagi sama rata harta bersama antara bekas suami dan istri

selama masa perkawinan. Sedangkan berbeda halnya dalam

penulisan penulis yaitu membahas tindakan hakim dalam berani

menerapkan suatu putusan menggunakan terobosan hermeneutika

hukum tanpa merujuk KHI, dan ini digunakan sebagian hakim

untuk mengesampingkan ketetapan Undang-undang yang telah

ada.

E. Metode Penelitian

Penelitian dapat berhasil dengan baik atau tidak tergantung dari

data yang diperoleh, juga didukung oleh proses pengolahan yang

dilakukan terhadap permasalahan. Metode penelitian dianggap paling

penting dalam menilai kualitas hasil penelitian. Hal ini wajib harus ada

dan tidak dapat dipisahkan lagi dari apa yang dinamakan keabsahan

penelitian. Maka dari itu dipergunakan untuk membuat terang suatu

penelitian secara lengkap.

Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang

dilakukan dengan memakai pendekatan empiris yang mana

pengetahuan didasarkan atas berbagai fakta yang diperoleh

dari hasil penelitian dan observasi.10

10 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta, 2010), h.19

Page 24: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

12

2. Jenis Penelitian

Dalam jenis penelitian ini secara lebih spesifik menggunakan

metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode

deskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang

baik, jelas, dan dapat memberikan data seteliti mungkin

tentang obyek yang diteliti.11

3. Kriteria dan Sumber Data

Jenis - jenis data dalam penulisan skripsi ini yaitu kualitatif

dan terbagi menjadi dua yaitu :

a. Data Primer

Data yang diperoleh melalui penelitian lapangan melalui

wawancara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian ini terutama hakim-hakim yang berwenang dalam

menangani putusan perkara Nomor 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah bahan pustaka yang berisikan

informasi tentang bahan primer12 biasa didapatkan dari

peraturan perundang-undangan13, Al-Qur’an, Hadis, data-data

resmi dari instansi pemerintah yang berwenang, buku-buku

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press,1986), h. 43

12 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) h. 35

13 Johny Ibrahim, Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif, Edisi Revisi Cet 4, (Malang : Bayumedia Publishing, 2008), h. 302

Page 25: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

13

literature, internet, karangan ilmiah, jurnal, makalah umum dan

bacaan lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan, mengolah dan

menyajikan bahan-bahan yang diperlukan, maka dilakukan

pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi

Untuk penelitian ini, penulis memfokuskan untuk

melakukan observasi pada objek yang dimaksudkan yaitu pada

Pengadilan Agama Bekasi yang terletak di Jalan Ahmad Yani

No. 10.

b. Penelitian Wawancara (Interview)

Melalui penelitian ini, dilakukan wawancara kepada

pihak-pihak yang terkait dan majelis hakim yang menyidangi

perkara putusan Nomor 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks. dengan

Ketua Majelis Hakim Drs. Jajat Sudrajat, SH,. MH. dan Wakil

Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur Drs. H. Chazim

Maksalina, MH, dan para dosen. Wawancara ini menggunakan

metode bebas dan terstruktur kemudian penulis kaji dan penulis

jadikan referensi untuk memperkuat data.

c. Studi Dokumentasi (document research)

Melalui studi ini untuk dapat menelaah bahan-bahan atau

data-data yang diambil dari dokumentasi dan berkas yang

Page 26: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

14

mengatur tentang pemeriksaan putusan yang terkait masalah

harta bersama pada putusan perkara Nomor:

1006/Pdt.G/2008/PA.Bks.

d. Studi Pustaka (library Research)

Melalui studi pustaka ini dikumpulkan data yang

berhubungan dengan penulisan skripsi ini yaitu dari Kompilasi

Hukum Islam, Undang-undang No. 1 Tahun 1974, Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman. Pengelohan data studi pustaka dilakukan dengan

cara dibaca, dikaji dan dikelompokkan sesuai dengan pokok

masalah yang terdapat dalam skripsi ini.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini perlu adanya suatu uraian mengenai susunan

dari penulisan yang dibuat agar pembahasan teratur dan terarah pada

pokok permasalahan yang sedang dibahas. Untuk itu penulisan ini akan

dibagi ke dalam 5 (lima) bab yaitu :

BAB I Berisi pendahuluan yang memuat latar belakang,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, studi review, metode

penelitian, metode analisis data, sistematika penulisan.

BAB II Penulis menguraikan tentang pengertian hermeneutika

hukum, hermeneutika hukum sebagai alternatif metode

Page 27: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

15

penemuan hukum, metode ijtihad dalam hukum Islam,

kedudukan hakim, kemudian kedudukan mujtahid

BAB III Penulis membahas mengenai penerapan hermeneutika

hukum pada putusan di Pengadilan Agama, kemudian

penulis juga melakukan analisis terhadap putusan-putusan

Pengadilan Agama yang menggunakan hermeneutika

hukum.

BAB IV Dalam bab ini penulis akan memaparkan duduk perkara,

pertimbangan hukum beserta amar putusan tekait Perkara

Nomor 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks pada penerapan

hermeneutika hukum dalam penyelesaian sengketa harta

bersama dan terakhir penulis akan menganalisis putusan

tersebut.

BAB V Pada bab akhir ini penulis akan memberikan kesimpulan

yang disertai dengan saran-saran. Demikianlah sistematika

penulisan ini, mudah-mudahan penulisan ini dapat

dimengerti dan bermanfaat.

Page 28: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HERMENEUTIKA HUKUM

A. Pengertian Hermeneutika Hukum

Akar kata hermeneutika berasal dari istilah Yunani dari kata

hermeneuien, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia yang

berarti “interpretasi” dan perkataan hermeneutika adalah pengindonesiaan dari

kata bahasa inggris hermeneutics. Kata ini aslinya berasal dari bahasa

Yunani, yakni dari kata kerja hermeneuein yang mempunyai tiga bentuk

makna dasar. Ketiga bentuk ini menggunakan bentuk kata kerja dari

hermeneuein. Pertama, mengungkapkan kata-kata, kedua, menjelaskan

sebuah situasi dan ketiga, menerjemahkan. Dari ketiga pengertian diatas

dimaksudkan bahwa hermeneutika merupakan usaha untuk beralih dari

sesuatu yang gelap ke sesuatu yang lebih terang.14

Dalam ilmu hukum, Henry Cambell Black mengartikan hermeneutika

sebagai “The science of art of consrtruction and interpretation. By the phrase

“legal hermeneutic” is understood the systematic body of rules which are

14 Richard E. Palmer, Hermeneutic, Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey,

Heidegger, and Gadamer, (Evanston: Northwestern University Press, 1969), diterjemahkan oleh: Masnur Hery & Damanhuri Muhammad, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 14-15

Page 29: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

17

recognized as applicable to the conctruction and interpretation of legal

writings”.15

Pengertian hermeneutika menurut Card Breaten adalah “The science

of reflecting on how a word or an event in a past and culture many

understand and become existentially meaningful in our present situation”

(Ilmu yang merefleksikan tentang sesuatu kata atau event yang ada pada masa

lalu untuk dapat dipahami dan secara eksistensial dapat bermakna dalam

konteks kekinian).16

Menurut terminiologi hukum karya L.P.M. Ranuhandoko menyatakan

bahwa hermeneutics adalah ilmu susunan kalimat dalam bidang hukum.17

Begitu juga Hasan Hanafi mengemukakan pengertian hermeneutika

merupakan ilmu interpretasi. Alat untuk menafsirkan, alat untuk memahami,

dan alat untuk menjalankan.18

Friederich August Wolf dalam karyanya Vorlesung uber die

Enzyklopadie der Altertumsswissenschaft mendefinisikan hermeneutika

sebagai ilmu tentang kaidah yang dengannya makna tanda-tanda dikenali.

Menurutnya kaidah-kaidah itu berbeda dengan objek, makanya muncullah

15 Henry Cambell Black, Black’s Law Dictionary, 6th ed, (USA: West Publishing, 2004) h. 55.

16 Card Breaten, History of Hermeneutics, (Philadelphia: From Press, 1966), h. 131

17 L.P.M. Ranuhandoko, Terminiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996) h. 321

18 Hasan Hanafi, Hermeneutic, Liberation and Revolution, (Dar Kebaa Bookshop), diterjemahkan oleh Jajat Hidayatul. F dan Neila Meutia. D, edisi Indonesia: Bongkar Tafsir, Liberalisasi, Revolusi, Hermeneutik, (Yogyakarta: Pustaka Utama, 2003) h. 1,3

Page 30: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

18

hermeneutika untuk puisi, sejarah dan hukum. Dan setiap kaidah akan dicapai

melalui praktik, dengan demikian wolf mengatakan hermeneutika pada

dasarnya adalah sebuah praktik ketimbang sebagai usaha teoritis. Yang

seharusnya hermeneutika diartikan sebagai sebuah kumpulan kaidah.19

E. Sumaryono mendefinisikan hermeneutika merupakan sebuah

proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi tahu dan

mengerti. Dimana hermeneutika juga sebagai cara interpretasi terhadap teks

yang disesuaikan dengan konteksnya.20

Hermeneutika hukum dalam definisi secara umum adalah ajaran

filsafat mengenai hal mengerti atau memahami sesuatu atau dapat dikatakan

sebuah metode interpretasi (penafsiran) terhadap sesuatu atau teks. Kata

sesuatu atau teks disini dapat berupa: teks hukum, peristiwa hukum, fakta

hukum, dokumentasi resmi Negara, naskah-naskah kuno, ayat-ayat hukum

(ahkam) dalam kitab suci, ataupun dapat berupa pendapat dan hasil ijtihad

para ahli hukum (doktrin).21

Hermeneutika atau penafsiran adalah ciri khas manusia, karena

manusia tak dapat membebaskan diri dari kecendrungan dasarnya untuk

19 Richard E. Palmer, Hermeneutic, Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey,

Heidegger, and Gadamer, diterjemahkan oleh: Masnur Hery & Damanhuri Muhammad, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi. h. 91

20 E.Sumaryono, Hermenutika, Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1999) h. 23-24

21 Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Interpretasi Teks, (Yogyakarta: UII Press, 2005) h. 44

Page 31: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

19

memberi makna terhadap sesuatu. Manusia adalah mahluk yang mampu

memberi makna realitas, dan dalam hal ini bahasa memegang peranan

sentralnya.22

Hukum adalah realitas dan realitas hukum dapat berwujud dalam

berbagai bentuk baik tertulis maupun tidak tertulis. karena realitas hukum

merupakan sebuah kebenaran menjadi keniscayaan yang tidak terbantahkan.

Hermeneutika hukum menempatkan pencarian kebenaran dan keadilan

menjadi sebuah kehakekatan dengan menggunakan tafsir atas teks. Theo

Huijbers membagi tiga bentuk penafsiran dalam upaya menafsirkan undang-

undang yaitu penafsiran penambah, penafsiran pelengkap dan penafsiran

budaya.23 Ketiga bentuk penafsiran tersebut akan mendekatkan penemuan

hukum dalam perspektif hermeneutika hukum.

B. Hermeneutika Hukum Sebagai Alternatif Metode Penemuan Hukum

Dalam praktik tidak jarang dijumpai ada beberapa peristiwa yang

belum diatur dalam hukum atau perundang-undangan, atau meskipun sudah

diatur tetapi tidak lengkap atau tidak jelas. Oleh karena itu peraturan hukum

yang tidak jelas harus dijelaskan dan yang kurang lengkap harus dilengkapi

dengan jalan menemukan hukumnya agar aturan hukumnya dapat diterapkan

terhadap peristiwanya. Dengan demikian, pada hakikatnya semua perkara

22 F. Budi Hardiman, Melampui Positivisme Dan Modernisme Diskursus Filsafat Tentang Metode Ilmiah Dan Problem Modernitas, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 44-48

23 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1995) h. 133-135.

Page 32: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

20

membutuhkan metode penemuan hukum agar aturan hukumnya dapat

diterapkan secara tepat terhadap peristiwanya, sehingga dapat diwujudkan

putusan hukum yang mengandung aspek keadilan, kepastian hukum dan

kemanfaatan.

Istilah penemuan hukum biasa dikenal dengan Rechtvinding (law

making), yang diartikan bahwa bukan hukumnya tidak ada, tetapi hukumnya

sudah ada, namun masih perlu digali dan diketemukan. Hukum tidak selalu

berupa kaidah (das sollen) baik tertulis ataupun tidak, tetapi dapat juga berupa

perilaku atau peristiwa (das sein).24

Begitu juga Paul Scholten berpendapat mengenai penemuan hukum

ialah sesuatu yang lain dari pada hanya penerapan peraturan-peraturan pada

peristiwanya, dimana kadang-kadang atau sering terjadi bahwa peraturannya

harus ditemukan, baik dengan jalan interpretasi maupun dengan jalan analogi

ataupun rechtvervijning (pengkonkretan hukum).25

Penemuan hukum tidak lagi hanya didasarkan pada hal memahami

tetapi juga telah bergeser ke depan seiring dengan diskursus tentang

memahami secara hermeneutis. Van Tongeren mengemukakan ciri-ciri hukum

24 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum Yang Pasti dan

Berkeadilan, (Yogyakarta: UII Press, 2006), h. 31

25 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), (Jakarta: Kencana, 2009), h. 146

Page 33: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

21

sebagaimana juga dikutip oleh Dr. Drs. Chazim Maksalina, MH.26

Diantaranya adalah: pertama, Undang-undang selalu memiki sedikit ciri yang

umum. Oleh karena itu, undang-undang harus ditafsirkan untuk dapat

diterapkan dalam kejadian-kejadian konkret. Kedua, dalam praktik hukum,

penafsiran tidak semata-mata penerapan, penerjemahan atau rekonstruksi,

melainkan setiap penafsiran selalu menambahkan sesuatu kepada material

awalnya. Ketiga, memahami secara yuridis bahwa penerapan suatu naskah

terintegrasi dengan penjelasannya. Jika hakim harus menerapkan undang-

undang maka ia akan mencari arti hakiki (jadi telah memahami undang-

undang itu), maka Undang-undang itu telah ditafsirkan dan diterapkan.

Kajian hermeneutika hukum mempunyai dua makna sekaligus.

Pertama, hermeneutika hukum dapat dipahami sebagai metode interpretasi

atas teks-teks hukum. Interpretasi yang benar terhadap teks hukum harus

selalu berhubungan dengan isi atau kaidah hukum, baik yang tersurat maupun

yang tersirat. Kedua, hermeneutika hukum mempunyai kolerasi dengan teori

penemuan hukum. Hal ini ditunjukkan dengan kerangka lingkaran spiral

hermeneutika, yaitu proses timbal balik antara kaidah dan fakta. Dalam

hermeneutika seseorang harus mengkualifikasi fakta dalam bingkai kaidah

dan menginterpretasi kaidah dalam bingkai fakta.

26 Chazim Maksalina, Penerapan Hermeneutika Hukum Dalam Perspektif Penemuan Hukum Pada Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, (Disertasi S3 Bidang Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana, Universitas Islam Bandung, 2014)

Page 34: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

22

Hermeneutika pada dasarnya merupakan suatu metode untuk

menafsirkan simbol berupa teks atau sesuatu yang diperlakukan sebagai teks

untuk dicari arti dan maknanya. Metode hermeneutika ini menuntut adanya

kemampuan untuk menafsirkan masa lalu yang tidak dialami, kemudian

dibawa ke masa sekarang.27

Pada sebuah teks tidak harus dipahami berdasarkan ide si pengarang

melainkan berdasarkan materi yang tertera dalam teks itu sendiri. Seseorang

harus menafsirkan teks berdasarkan apa yang dimiliki saat ini (vorable), apa

yang dilihat (vorsicht), dan apa yang akan diperoleh kemudian (vorgriff).

Kunci utama hermeneutika terletak pada penafsirnya. Dalam kajian

hermeneutik tidak ada penafsiran yang tepat atau keliru, benar atau salah.

Yang ada hanyalah upaya yang bervariasi untuk mendekati teks dari

kepentingan dan motivasi yang berbeda. Dengan demikian maka sangat logis

bila secara konseptual hermeneutic mengisyaratkan bahwa pada hakikatnya

tidak ada suatu teks yang tidak dapat ditafsirkan.28

Sebagai sebuah metode penafsiran, hermeneutika terdiri atas tiga

bentuk atau model. Pertama, hermeneutika objektif yang dikembangkan

tokoh-tokoh klasik, khususnya Friedrick Schleirmacher, Wilhelm Dilthey, dan

Emilio Betti, menurut model ini, penafsiran berarti memahami teks

27 Fahruddin Faiz, Hermeneutika Qur’ani: Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi,

(Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2002), h. 9

28 K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX, (Jakarta: Gramedia, 1981), h. 232.

Page 35: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

23

sebagaimana yang dipahami pengarangnnya, sebab apa yang disebut teks

ialah ungkapan jiwa pengarangnya, sehingga apa yang disebut makna atau

tafsiran atasnya tidak didasarkan atas kesimpulan pembaca melainkan

diturunkan dan bersifat instruktif.29

Kedua, hermeneutika subjektif yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh

modern khususnya Hans-Georg Gadamer dan Jarques Derida. Menueut model

ini, hermeneutika bukan usaha menemukan makna objektif yang dimaksud

penulis seperti yang diasumsikan model hermeneutika objektif melainkan

memahami apa yang tertera dalam teks itu sendiri.30

Ketiga, hermeneutika pembebasan yang dikembangkan oleh tokoh-

tokoh muslim kontemporer khususnya Hasan Hanafi dan Farid Esack.

Menurut model ini, hermeneutika tidak hanya berarti ilmu interpretasi atau

metode pemahaman tetapi lebih dari itu adalah aksi.

Dalam keilmuan hukum terdapat beberapa teori penemuan hukum

yang sudah familiar di implementasikan pada beberapa putusan hukum dalam

praktik di Pengadilan sebagai acuan untuk penerapan dan penegakan hukum,

diantaranya adalah interpretasi hukum, konstruksi hukum, begitu pula

perlunya dikemukakan berkembangnya hemeneutika hukum saat ini untuk

29 Josef Bleicher, Contemporary Hermeneutics, (London; Routlege & Kegan Paul, 1980), h.

29. 30 Arip Purkon, Article Pendekatan Hermeneutika dalam Kajian Hukum Islam, (Jakarta: FSH UIN Jakarta), h. 187. Diakses tanggal 05 Mei 2015, 16.00 WIB. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=175989&val=328&title=Pendekatan%20Hermeneutika%20dalam%20Kajian%20Hukum%20Islam.

Page 36: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

24

menjadi lirikan sebagai alternatif penemuan hukum baru bagi hakim dalam

penginterpretasian teks hukum. Demikian juga disimpulkan oleh James

Robinson mengenai fungsi dan tujuan hermeneutika yaitu untuk memperjelas

sesuatu yang tidak jelas supaya lebih jelas. 31

Eksistensi penemuan hukum tidak bisa terlepas dari suatu sistem,

dengan demikian Van Eikema Hommes, membagi dua sistem penemuan

hukum yang dibedakan menjadi penemuan hukum heteronom (Typisch

logicitisch) dan penemuan hukum otonom (Materiel juridisch). Melihat posisi

hakim di Indonesia yang menganut sistem penemuan hukum heteronom di

mana hakim tidak diberi kesempatan untuk berkreasi atau melakukan

penilaian. Karena penemuan hukum di sini dianggap sebagai kejadian yang

tekhnis dan kognitif, yang mengutamakan undang-undang. Dengan kata lain

kedudukan hakim hanya sebagai penyambung lidah atau corong dari Undang-

undang, sehingga ia tidak dapat mengubah kekuatan hukum undang-undang.

Berbeda halnya ketika membahas penemuan hukum otonom yang mana

memposisikan hakim tidak lagi dipandang sebagai corong atau terompetnya

undang-undang, tetapi sebagai pembentuk hukum yang secara mandiri

memberi bentuk pada isi undang-undang dan menyesuaikannya dengan

kebutuhan atau perkembangan masyarakat. Tetapi apabila dilihat pada

realitanya saat ini, Indonesia terdapat juga penemuan hukum yang mempunyai

31 Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum. Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Interpretasi

Teks, h. 45

Page 37: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

25

unsur otonom yang kuat, karena hakim seringkali harus menjelaskan atau

melengkapi Undang-undang menurut pandangannya sendiri.32

Pada proses penemuan hukum, yang banyak dilakukan oleh hakim

perlu dibedakan menjadi dua hal, yaitu tahap sebelum pengambilan putusan

(ex ante) dan tahap sesudah pengambilan putusan (ex post). Dalam perspektif

teori penemuan hukum modern, yang terjadi sebelum pengambilan putusan

disebut “heuristika”, yaitu proses mencari dan berpikir yang mendahului

tindakan pengambilan putusan hukum. Pada tahap ini berbagai argumen pro

dan kontra terhadap suatu putusan tertentu ditimbang-timbang antara satu dan

lainnya, kemudian ditemukan mana yang paling tepat. Untuk menemukan

hukum yang terjadi sesudah putusan disebut “legitimasi”, dan hal ini

berkenaan dengan pembenaran dari putusan yang sudah diambil. Apabila

suatu putusan hukum tidak dapat diterima oleh forum hukum, maka putusan

itu berarti tidak memperoleh legitimasi. Konsekuensinya, premis-premis yang

baru harus diajukan, dengan tetap berpegang pada penalaran ex ante untuk

meyakinkan forum hukum tersebut agar putusan tersebut dapat diterima. 33

Disinilah arti penting hermeneutika hukum digunakan para hakim

dalam rangka menemukan makna hukum. Penemuan makna hukum oleh

32 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum Yang Pasti dan

Berkeadilan, Op.,cit h. 38-40 33 M. Syamsudin, Konstruksi Baru Budaya Hukum Hakim Berbasis Hukum Progresif,

(Jakarta: Kencana, 2012), h. 74.

Page 38: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

26

hakim tidak hanya semata-mata hanya penerapan peraturan-peraturan hukum

terhadap peristiwa konkret, akan tetapi sekaligus penciptaan hukum dan

pembentukkan hukumnya. Tugas aparat hukum juga tidak dapat dilepaskan

dari melakukan interpretasi atas teks hukum atau peraturan perundang-

undangan yang dijadikan dasar pertimbangannya serta interpretasi atas

peristiwa dan fakta hukumnya sendiri.34

Pendekatan hermeneutika, umumnya membahas pola hubungan

segetiga (triadic) antara teks (hukum), si pembuat teks (author), dan penafsir

teks (reader). Dalam hermeneutika, seorang penafsir (hermeneut) dalam

memahami sebuah teks, baik itu teks kitab suci maupun teks umum (termasuk

hukum), dituntut untuk tidak sekedar melihat apa yang ada pada teks, tetapi

lebih kepada apa yang ada di balik teks. 35

Penemuan hukum oleh hakim dilakukan dalam rangka tugas dan

kewenangan dalam memeriksa dan memutus suatu perkara yang dihadapkan

kepadanya. Penemuan hukum oleh hakim dianggap yang mempunyai wibawa.

Hasil penemuan hukum oleh hakim merupakan hukum yang mempunyai

kekuatan mengikat sebagai hukum karena dituangkan dalam putusan.36

34 Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Interpretasi

Teks, Op, Cit., h. 49-50

35 Khaled M. Abou El-Fadl, Atas Nama Tuhan dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif, diterjemahkan oleh: R. Cecep Lukman Yasin, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 8

36 Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, h. 5

Page 39: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

27

Ketentuan yuridis formal telah mengatur eksistensi penemuan hukum

yang termuat pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009,

dikatakan bahwa: “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti

dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat”. Yang selanjutnya disebutkan mengenai penjelasan dalam pasal

ini bahwa ketentuan ini dimaksudkan agar putusan hakim dan hakim

konstitusi sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Meringkas dari maksud ketersiratan dalam ketentuan diatas, hakim

mempunyai kewajiban atau hak untuk melakukan penemuan hukum agar

putusan yang diambilnya dapat sesuai dengan hukum dan rasa keadilan dalam

masyarakat. Dikarenakan posisi hakim yang merupakan perumus dan penggali

dari nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, maka hakim harus terjun

ke tengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan, dan mampu

menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Dengan demikian, hakim akan dapat memberikan putusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat37 dan terwujudlah terpenuhinya

kepastian hukum.

Selanjutnya beranjak dari Pasal 5 ayat (1) dalam Pasal 10 ayat (1)

disebutkan bahwa: “Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa,

37 Yudha Bhakti Adhiwisastra, Penafisran Dan Konstruksi Hukum, (Bandung: Alumni, 2000),

h.7

Page 40: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

28

mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa

hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan

mengadilinya”. Maksud dari ketentuan pasal ini memberikan makna kepada

hakim sebagai organ utama dalam suatu pengadilan dan sebagai pelaksana

kekuasaan kehakiman yang dianggap memahami hukum, untuk menerima,

memeriksa, mengadili suatu perkara, sehingga wajib hukumnya bagi hakim

untuk menemukan hukumnya dengan menggali hukum yang tidak tertulis

untuk memutuskan suatu perkara berdasarkan hukum sebagai seorang yang

bijaksana dan bertanggung jawab.

Menurut Bagir Manan, ada beberapa asas yang dapat diambil dari

ketentuan pasal diatas, diantaranya yaitu:38

1. Untuk menjamin kepastian hukum bahwa setiap perkara yang diajukan ke

pengadilan akan diputus.

2. Untuk mendorong hakim melakukan penemuan hukum

3. Sebagai pelambang kebebasan hakim dalam memutus perkara

Apabila dihadapkan dengan adanya kekosongan hukum atau

kekosongan Undang-undang, maka hakim berpegang pada asas ius curia

novit, dimana hakim dianggap tahu akan hukumnya.39

38 A. Mukhsin Asyrof, Asas-Asas Penemuan Hukum Dan Penciptaan Hukum Oleh Hakim

Dalam Proses Peradilan, Majalah Hukum Varia Peradilan Edisi No. 252 November, 2006, (Jakarta: IKAHI, 2006), h. 84

Page 41: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

29

C. Metode Ijtihad Dalam Hukum Islam

Hukum Islam atau juga disebut fiqih Islam merupakan hukum yang

mendasarkan pada ketentuan-ketentuan yang sudah diturunkan Alllah SWT

kepada Nabi dan Rasulnya Muhammad SAW yang diperuntukkan bagi umat

manusia sampai akhir zaman. Fiqih didefinisikan sebagai ilmu yang diperoleh

dengan menggunakan pikiran dan ijtihad.40 Sedangkan hukum Islam menurut

T.M. Hasbi Ash Shiddieqy sebagaimana dikutip oleh Ismail Muhammad Syah

dirumuskan sebagai koleksi daya upaya para ahli hukum untuk menerapkan

syari’at atas kebutuhan masyarakat.41

Pada dasarnya hukum Islam dibedakan menjadi dua kelompok.

Pertama, hukum Islam yang bersifat absolute, universal, dan permanen, tidak

berubah dan tidak dapat dirubah. Hukum Islam yang termasuk bagian ini

adalah hukum Islam yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadis mutawatir

yang penunjukannya telah jelas. Kedua, hukum Islam yang bersifat relatif,

tidak universal dan tidak permanen. Pada batas-batas tertentu, hukum Islam

dalam bentuk seperti ini dapat berubah sesuai situasi dan kondisi. Hukum

39Jazim Hamidi, Penerapan Asas-Asas Umum Penyelengaraan Pemerintahan Yang Layak

(AAUPPL) Di Lingkungan Peradilan Administrasi Indonesia, ( Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), h. 90

40Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta: UII Press,2005), h. 1-2.

41 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 19

Page 42: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

30

Islam yang masuk ke kelompok ini adalah hukum-hukum yang dihasilkan

melalui proses ijihad.42

Dalam mendefinisikan kata “ijtihad” diartikan dengan berbeda-beda

pandangan, sesuai dilihat sepanjang pemakaiannnya, berikut ini penjelasan

ditinjau dari etimologi, kata ijtihad berasal dari kata jahada. Ada dua bentuk

masdar yang dapat terbentuk dari kata jahada, yaitu: pertama, kata jahd, yang

mengandung arti kesungguhan. Arti ini sejalan dengan firman Allah dalam

surat Al-An’am:109

انهممأي دهوا باهللا جمأقسو Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan. Kedua, kata juhd dengan arti adanya kemampuan yang didalamnya

terkandung makna sulit, berat, dan susah, sesuai kejelasan ayat berikut:

مهدهون إلا ججدلا ي ينالذو قاتدي الصف ننيمؤالم نم نيعطوون المزلمي ينالذ منهم سخر الله منهم ولهم عذاب أليمفيسخرون

Orang-orang (munafik) yang mencela orang-orang mukmin yang member sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) kecuali sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. (Surat At-Taubah: 79)

Perubahan kata dari jahada menjadi ijtahada mengandung beberapa

arti, diantaranya ialah, li al-mubalaghah, yaitu menunjukan penenekanan. Dan

42 Yusuf al-Qaradawi, Al-Ijtihad fī al-Sharī’ah al-Islamiyyah ma‘a Nazarah Tahliliyyah fī al-

Ijtihad al-Mu‘asir (Kuwayt: Dar al-Qalam, 1985), h. 205

Page 43: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

31

ada juga makna lain ijtihad secara bahasa yaitu At-Thaqah yang berarti

tenaga, kuasa dan daya.43

Adapun kata ijtihad secara terminiologi, terdapat beberapa definisi

yang dikemukakan ulama, yang pada umumnya menunjukkan pengertian

yang sama, dan diantaranya satu sama lain saling melengkapi, berikut ini

definisi ijtihad, pertama, menurut Ibnu As-Subki:44

يعركم شبح يل الظنيصحتل عسالو هياغ الفقفرتاس Pengerahan kemampuaan seorang ahli fiqih untuk menghasilkan

hukum syara’ yang bersifat dzanni.

Kedua, Muhammad Abau Zahrah:45

يةتها التفصيلدلقيه وسعه في استنباط األحكام العملية من أبذل الف Pengerahan kemampuan seorang ahli fiqih untuk menggali hukum-

hukum (syara’) yang bersifat ‘amaliyyah dari dalil-dalil yang bersifat terperinci.

Ketiga, Al-Amidi:46

يحس من استفراغ الوسع في طلب الظن بشيء من األحكام الشرعية بحيثزجفس العالن .هيد فاملزي نع

Pengerahan kemampuan secara maksimum, dalam menemukan hukum syara’ yang bersifat dzanni, sehingga merasa tidak mampu menghasilkan lebih dari kemauan tersebut.

43 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 243

44 Tajuddin Abdul Wahhab bin As-Subki, Jam’ Al-Jawami', (Semarang: Toha Putra), h. 379

45 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Al-Fiqh, (Qahirah: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958). h. 357

46 Al-Amidi, Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, 1984, Juz IV), h. 162.

Page 44: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

32

Nicholas P. Aghnides dalam bukunya, The background Introduction to

Muhammedan Law menyatakan bahwa:

The world ijtihad means literally the exertion of great efforts in order

to the a thing. Technically it is defined as “the putting forth of every effort in

order to determine with a degree of probability a question of syari’ah “if

follows from the definitions that a person would not be exercising ijtihad if he

arrived at an opinion while he felt that he could exert himself still more in the

investigation he is carrying out. This restriction, if comformed to, would mean

the realization of the utmost degree of thoroughness. By extention, ijtihad also

means the opinion rendered. The person exercising ijtihad is called mujtahid

and the question he is considering is called mujtahid-fih. 47

Perkataan ijtihad berarti berusaha dengan sungguh-sungguh

melaksanakan sesuatu. Secara tekhnis diartikan “mengerahkan setiap usaha

untuk mendapatkan kemungkinan kesimpulan tentang suatu masalah

syari’ah”. Dari definisi ini maka seseorang tidak akan melakukan ijtihad

apabila dia telah mendapat suatu kesimpulan sedangkan dia merasa bahwa dia

dapat menyelidiki lebih dalam tentang apa yang dikemukakannya.

Pembatasan ini akan berarti suatu penjelmaan bagi suatu penyelidikan yang

sedalam-dalamnya. Jika diperluas artinya maka ijtihad berarti juga pendapat

47 Nicolas P. Aghnides, The Background Introduction To Muhammedan Law, New York:

published by the Ab, “ Sitti Sjamsijah”. (publishing coy Solo, Java, with the authority- license of Columbia University Press), h. 95

Page 45: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

33

yang dikemukakan. Orang yang melakukan ijtihad dinamakan mujtahid dan

persoalan yang dipertimbangkannya dinamakan mujtahid fih.

Disamping pengertian ijithad diatas tersebut, para pakar hukum Islam

memberikan batasan pengertian ijtihad dalam arti sempit dan luas. Menurut

pengertian dalam arti sempit yaitu ijtihad hanya menjalankan qiyas atau

membandingkan suatu hukum dengan hukum yang lain. Sedangkan dalam arti

luas, ijtihad adalah mempergunakan segala kesanggupan untuk

menegeluarkan hukum syara’ dari kitabullah dan hadis atau usaha maksimal

dalam melahirkan hukum-hukum syariat dari dasar-dasarnya melalui

pemikiran dan penelitian yang serius.48

Ijtihad sebagai sebuah konsep yang menggambarkan usaha maksimal

dalam penalaran, sehingga menghasilkan pendapat pribadi yang orisinil.49

Dengan demikian untuk dapat memenuhi suatu ijtihad, berikut ini unsur dari

ijtihad, diantaranya ialah:

1. Pengerahan kemampuan nalar secara maksimum dari orang yang

berpredikat sebagai mujtahid

2. Menggunakan metode istinbath (penggalian hukum)

3. Objek ijtihad adalah dalil-dalil syara’ yang terperinci

48 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2006), h.160

49 Hasan Ahmad Mar’i, Al-Ijtihad fi Syari’ah al-Islamiyyah, (Cairo: Dar al-Ma’arif, 1976), h. 8

Page 46: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

34

4. Tujuan ijtihad adalah untuk menemukan hukum syara’ yang berkaitan

dengan masalah-masalah ‘amaliyyah (bukan yang berkaitan dengan

masalah akidah atau akhlak)

5. Hukum syara’ yang ditemukan tersebut bersifat dzanni (kuat dugaan;

relative), bukan yang bersifat qath’i (pasti benar; absolute).

Saat ini, ijtihad dalam rangka pembaharuan hukum Islam bukan saja

menjadi kebutuhan, tetapi sudah menjadi sunnatullah yang tidak bisa

ditinggalkan dalam menghadapi arus globalisasi. Dengan dilaksanakannya

ijtihad dalam menyelesaikan segala masalah hukum yang timbul, diharapkan

hukum Islam tetap eksis dan dapat mengikuti perkembangan zaman serta tetap

diperlukan oleh umat Islam dalam mengatur kehidupannya.

Sehubungan dengan hal ini, Yusuf Al-Qardhawi mengemukakan

sebagaimana dikutip oleh Dr. H. Abdul Manan, S.H bahwa dengan

menghormati dan menghargai hasil-hasil dan karya ijtihad para ulama

terdahulu dalam berbagai bidang hukum Islam, saat ini sangat diperlukan

ijitihad dengan metode baru untuk menyelesaikan berbagai masalah yang

dahulu belum ada. Sebagaimana diketahui bahwa masing-masing zaman

memiliki persoalannya sendiri-sendiri. Zaman sekarang sudah terjadi

perubahan yang luar biasa akibat majunya industri, ilmu pengetahuan dan

teknologi, komunikasi dan transportasi yang menyebabkan dunia yang besar

ini menjadi sempit, tidak jelas lagi batas-batasnya. Untuk menyikapi masalah

ini, dahulu para ulama sudah berani menyatakan adanya prinsip “taqayyun al-

Page 47: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

35

fatwa bi taqayyun az-zaman” (berubahnya fatwa karena adanya perubahan

zaman), tentu prinsip ini harus terus dipegang dan dilaksanakan dalam rangka

pengembangan dan pembaharuan hukum Islam. Agar hukum-hukum yang

diijtihadkan menjadi bermanfaat bagi kehidupan manusia.50

Keberadaan ijtihad ditompang oleh banyak dalil, baik ayat – ayat Al-

Qur’an maupun sunnah, antara lain pada surat An-Nisa’ ayat 59:

منكم فإن تنازعتم في ياأيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمرمتول إن كنسالرو إلى الله وهدء فريش مؤم اآلتواليو ون باللهنر ذلخ ريخ ك

وأحسن تأويلا “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”

Pada ayat di atas Allah memerintahkan untuk mengembalikan masalah

yang menjadi objek perbedaan pendapat kepada Allah dan Rasul-nya. Cara

yang ditempuh tentulah dengan cara berijtihad memahami kandungan makna

dan prinsip-prinsip hukum yang terdapat pada ayat Al-Qur’an dan hadis,

kemudian menerapkannya pada persoalan yang sedang dihadapi.

Adapun landasan ijtihad yang berasal dari hadis, seperti suatu riwayat

yang menceritakan antara Rasulullah dan Mu’az bin Jabal, ketika dahulu

Rasulullah mengutus Mu’az menjadi hakim di Yaman.

50 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam Di Indonesia, h. 166

Page 48: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

36

ر ومن عب ارثالح نع نوأبي ع نة عبعش نعرمع نب فصاحثندي حن أخابالمغرية بن شعبة عن أناس من أهل حمص من أصحاب معاذ بن جبل أن رسول

سو هليع لى اللهص ن قالاللهماذ اإلى اليعث معبأن ي ادا أرلم ق«لمت في إذا كيضفي كتاب فإن لم تجد«، قال: أقضي بكتاب الله، قال: »عرض لك قضاء؟

فإن لم تجد في سنة «م، قال: فبسنة رسول الله صلى اهللا عليه وسل ، قال:»الله؟قال: أجتهد رأيي، ولا آلو » رسول الله صلى اهللا عليه وسلم، ولا في كتاب الله؟

مد لله الح«فضرب رسول الله صلى اهللا عليه وسلم بيده على صدره، وقال: فقي وولالذسر ول اللهسي رضرا يمل ول اللهس51رواه ابو داود)»(ر

“Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar dari Syu'bah dari Abu 'Aun dari Al Harits bin 'Amru anak saudara Al Mughirah bin Syu'bah, dari beberapa orang penduduk Himsh yang merupakan sebagian dari sahabat Mu'adz bin Jabal. Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam ketika akan mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda: "Bagaimana engkau memberikan keputusan apabila ada sebuah peradilan yang dihadapkan kepadamu?" Mu'adz menjawab, "Saya akan memutuskan menggunakan Kitab Allah." Beliau bersabda: "Seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Kitab Allah?" Mu'adz menjawab, "Saya akan kembali kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam." Beliau bersabda lagi: "Seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam serta dalam Kitab Allah?" Mu'adz menjawab, "Saya akan berijtihad menggunakan pendapat saya, dan saya tidak akan mengurangi." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam menepuk dadanya dan berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada utusannya Rasulullah untuk melakukan apa yang membuat senang Rasulullah."

Dari hadis di atas, terdapat hirarki hadis yang melegitimasi ijtihad

Mu’az bin Jabal dalam menangani perkara, yaitu:

1. Al-Qur’an

2. As-Sunnah

51 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Al-Maktabah Al-‘Ashriyah), Juz III, h. 303

Page 49: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

37

3. Ijtihad

Kemudian, hadis riwayat Abu Hurairah mengatakan bahwa:

عبأ ني هريلى اهللا ال: ق الة قرص ول اللهسقول: ري لمسو هليع كمإذا ح دهتإذا اجو ،انرأج فله ابفأص دهتفاج مطأاحلاكا فاخ .رأج 52فله

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda:“ jika seorang hakim hendak memutuskan suatu perkara, kemudian ia berjihad dan ijtihadnya benar, maka ia mendapat dua pahala, tetapi jika ia berjihad, kemudian hasil ijtihadnya salah, maka ia mendapat satu pahala”.

Seseorang dalam berijtihad terdapat dua hal yang menjadi fokus untuk

menyimpulkan hukum dari sumber-sumbernya dan upaya menerapkan hukum

itu secara tepat terhadap suatu kasus yaitu; pertama, ijtihad istimbathi yang

memusatkan kepada sumber-sumber hukum Islam diantaranya Al-Qur’an dan

as-Sunnah, yang dilakukan baik dengan pendekatan kebahasaan maupun

pendekatan tujuan hukum (maqasid asy-syariah). Kedua, ijtihad tathbiqi

dilakukan untuk mengantarkan seorang penerap hukum kepada penerapan

hukum secara tepat dalam suatu kasus, objek kajiannya meliputi perbuatan

manusia dengan segala kondisi dan perubahannya.53

Dalam pembahasan ijihad terkadung juga dua kelompok wilayah

ijtihad, diantaranya adalah; 1) hukum-hukum yang didasarkan atas nash yang

52 Abu Abdurahman Ahmad bin syu’aib bin Ali Al-khurasani An-Nasa’I, As-Sunan Al-Kubro,

(Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2001), h. 396 53 Amrullah Ahmad, dkk, Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1996) h. 118

Page 50: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

38

tidak qath’i (zhanni), dan 2) hukum-hukum yang sama sekali tidak ada

landasan nash-nya, baik dari Al-Qur’an maupun sunnah.

Begitu juga eksestensi ijtihad dalam hukum Islam menurut para ulama

memiliki pembatasan penggalian hukum, apabila menurut Imam Syafi’I

membatasi hukum dalam menggali hukum hanya dari nash Al-Qur’an dan

sunnah melalui cara qiyas saja, dan tidak memakai metode penalaran hukum

yang berdasarkan metode al-istihsan atau al-mashlahah mursalah.54

Para imam mazhab lainnya mempunyai pandangan berbeda dalam

memaknai pengertian ijtihad secara luas. Mereka menggunakan istilah ijtihad

untuk menggambarkan penalaran hukum (ar-ra’y) melalui metode al-qiyas

dan metode istinbath hukum lainnya. Dalam hal ini, mereka memahami

penalaran hukum tidak terbatas hanya pada pengertian al-qiyas, yaitu adanya

kasus-kasus hukum yang memiliki nash yang dapat dijadikan landasan hukum

terhadap kasus-kasus yang tidak ada nash-nya, dengan cara menyamakan

hukum keduanya, karena adanya kesamaan ‘illah. Sekalipun tidak ada acuan

nash-nya tetap dapat dilakukan penalaran hukum. Menurut Imam As-Syafi’i

bahwa ijtihad menggunakan penalaran hukum ialah melakukan penemuan

hukum yang dipandang paling dapat menghasilkan kemaslahatan dan yang

paling mendekati semangat pensyariatan hukum Islam. Dari segi metodenya,

ijtihad dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

54 Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Ar-Risalah, (Beirut: Al-Maktabah Al-‘Ilmiyyah, 2005),

h. 477

Page 51: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

39

1. Al-ijtihad Al-Bayani, yaitu suatu kegiatan ijtihad yang bertujuan

untuk menjelaskan hukum-hukum syara’ yang terdapat dalam nash

Al-Qur’an dan sunnah.

2. Al- ijtihad Al-Qiyasi, yaitu kegiatan ijtihad untuk menetapkan

hukum–hukum syara’ atas peristiwa-peristiwa hukum yang tidak

ada nash Al-Qur’an maupun hadisnya, dengan cara meng-

qiyaskannya kepada hukum-hukum syara’ yang ada nash-nya.

3. Al-ijtihad Al-istishlahi, yaitu kegiatan ijtihad untuk menetapkan

hukum syara’ atas peristiwa-peristiwa hukum yang tidak ada nash-

nya, baik dari Al-Qur’an maupun sunnah, melalui cara penalaran

berdasarkan prinsip al-istishlah (kemaslahatan).55

D. Kedudukan Hakim

Dinamika dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi konflik antara

individu dengan lainnya. Untuk dapat menyelesaiakan persoalan yang terjadi

sering kali diperlukan campur tangan institusi khusus yang memberikan

penyelesaian imparsial (secara tidak memihak). Fungsi ini lazimnya

dijalankan oleh suatu lembaga yang disebut dengan lembaga peradilan, yang

berwenang untuk melakukan pemeriksaan, penilaian dan memberi keputusan,

wewenang ini disebut dengan “kekuasaan kehakiman” yang dalam praktiknya

dilaksanakan oleh “hakim”.

55 Rahmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 103-104.

Page 52: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

40

Kata hakim dalam bahasa arab disebut juga qadhi, secara normatif

menurut Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman disebutkan bahwa Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung

dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan

peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus

yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.

Pengertian hakim terdapat dalam Pasal 1 butir 8 KUHAP yang

menyebutkan bahwa hakim adalah pejabat peradilan Negara yang diberi

wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili.

Kedudukan hakim telah diberikan tempat pada konstitusi Negara kita

sesuai dengan amandemen ketiga UUD Tahun 1945, Pasal 24 ayat (1)

ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Pada ajaran Islam telah terdapat beberapa golongan kriteria hakim,

diantaranya yaitu: dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk

surga. Satu golongan berbuat adil dalam keputusan hukumnya, maka mereka

masuk surga, yang satu golongan mengetahui keadilan tetapi menyeleweng

dengan sengaja, maka mereka masuk neraka. Dan yang satu golongan

memutuskan perkara tanpa ilmu tetapi mereka malu mengatakan ‘aku tidak

Page 53: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

41

tahu’, maka mereka juga masuk neraka. Hal ini selaras dengan bunyi hadis

Rasulullah yakni:56

الحق ىف الجنة، قاض عمل بر وقاض ىف : قاضيان ىف النا القضاة ثلاثةارفج احلق ملقاض عو ،ةنىف الج وفه اءهقض معتى مقاض قضار، وىف الن كا فذالد

علم واستحيا ان يقول انى ال اعلم فهو ىف النار. بغير

Dalam hal penyelesaian perkara yang dilakukan hakim dalam proses

pengambilan keputusan, menuntut para hakim harus mandiri dan bebas dari

pengaruh pihak manapun, termasuk dari pemerintah. Untuk pengambilan

keputusan, para hakim hanya terikat pada fakta-fakta yang relevan dan kaidah

hukum yang menjadi atau dijadikan landasan yuridis keputusannya. Hakim

dituntut untuk memilih aturan hukum yang akan diterapkan, kemudian

menafsirkannya untuk menentukan atau menemukan suatu bentuk perilaku

yang tercantum dalam aturan itu serta menemukan pula kandungan maknanya

guna menetapkan penerapannya, dan menafsirkan fakta-fakta yang ditemukan

untuk menentukan apakah fakta-fakta tersebut termasuk ke dalam makna

penerapan aturan hukum tersebut. Dengan demikian, melalui penyelesaian

perkara konkret dalam proses peradilan dapat terjadi juga penemuan hukum.57

56 Muhammad Salam Madkur, Al-Qadha Fil Islam, (Cairo: Darun Nahdhah al-Arabiyah), di

terjemahkan oleh Imran. A.M, Peradilan Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), h. 24 57 B. Arief Sidharta, Peranan Praktisi Hukum Dalam Perkembangan Hukum Di Indonesia,

(Bandung: Pusat Penelitian Perkembangan Hukum Lembaga Penelitian UNPAD No. 1, 1999), h. 15-17

Page 54: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

42

Keputusan hakim yang tidak adil bahkan dapat mengakibatkan

penderitaan lahir dan batin yang dapat membekas bagi para pihak yang

bersangkutan sepanjang perjalanan hidupnya.58

Dalam sistem hukum Indonesia, terlihat bahwa hakim atau badan

peradilan mempunyai peran yang penting dalam penemuan hukum melalui

putusan-putusannya, yang pada akhirnya penemuan hukum oleh hakim akan

membentuk hukum baru yang kekuatannya setara dengan Undang-undang

yang dibuat oleh pembentuk Undang-undang, dan jika putusan tersebut diikuti

oleh hakim-hakim selanjutnya, maka akan menjadi yurisprudensi, yang sudah

tentu mempengaruhi cara pikir maupun cara pandang hakim lain dalam

mengadili dan memutuskan perkara yang sama atau hampir sama.59

Berbicara konteks pembuatan putusan hakim, hermeneutika hukum

mempunyai setidak-tidaknya dua makna sekaligus yaitu: pertama,

hermeneutika hukum dapat dipahami sebagai ‘metode interpretasi atas teks-

teks hukum’ atau ‘metode memahami terhadap suatu naskah normatif’; kedua,

hermeneutika hukum juga mempunyai relevansi dengan teori penemuan

hukum.

Terkait dengan yang pertama, interpretasi yang benar terhadap teks

hukum itu harus selalu berhubungan dengan isi (kaidah hukumnya) baik yang

58 Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,2002), h. 25

59 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 10-12

Page 55: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

43

tersurat maupun yang tersirat atau antara bunyi hukum dengan semangat

hukum. Oleh karena itu, menurut Gadamer ada tiga persyaratan yang harus

dipenuhi oleh seorang penafsir atau interpreter, yaitu memenuhi subtilitas

intelligendi (ketepatan pemahaman), subtilitas explicandi (ketepatan

penjabaran), dan subtilitas aplicandi (ketepatan penerapan). Selanjutnya,

terkait dengan yang kedua (teori penemuan hukum), hermeneutika hukum

ditampilkan dalam kerangka pemahaman ‘lingkaran spiral hermeneutik’,

yakni proses timbale balik antara kaidah dan fakta-fakta.60

Adapun metode interpretasi atau penafsiran yang dapat digunakan oleh

penafsir dan sekaligus juga sebagai perangka atau alat bantu dalam

memperkaya penafsiran secara hermeneutic. Diantaranya terbagi menjadi

sebelas (11) kelompok yaitu: Interpretasi gramatikal, interpretasi historis,

interpretasi sistematis, interpretasi sosiologis atau teleologis, interpretasi

komparatif, interpretasi futuristic, interpretasi restriktif, interpretasi ekstensif,

interpretasi otentik, interpretasi interdisipliner, interpretasi multidisipliner. 61

Pada saat penjatuhan putusan, hakim harus memperhatikan serta

mengusahakan semaksimal mungkin agar jangan sampai putusan tersebut

memungkinkan timbulnya perkara baru. Selain itu, hakim dalam setiap

perkara yang diajukan kepadanya harus membantu justitiabelen dengan

60 M. Syamsudin, Konstruksi Baru Budaya Hukum Hakim Berbasis Hukum Progresif, h. 74

61 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 127

Page 56: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

44

berusaha melaksanakan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan,

sehingga akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada Pengadilan,

yang berakibat semakin berwibawanya lembaga peradilan.

E. Kedudukan Mujtahid

Menurut Nadiah Syarif Al-‘umari, sesungguhnya mujtahid itu adalah

seorang faqih (ahli hukum Islam) yang mengerahkan segala daya dan

kemampuannya untuk mendapatkan status hukum syara’.62

Pada hakikatnya, mujtahid itu menempati posisi Nabi di tengah-tengah

umat dalam rangka menyampaikan risalah islamiyah (muballigh), penyikap

(kasyif), penjelas (mubayyin), dan penggali (mustanbit), penjelas hukum

syar’i yang belum ada atau tidak dijelaskan secara tekstual baik di dalam Al-

Qur’an maupun sunnah.63

Seorang mujtahid dituntut untuk melaksanakan fungsinya dalam

berijtihad dan membekali dirinya dengan beberapa persyaratan, baik

persyaratan umum ataupun utama, berikut diantaranya:

1. Persyaratan Umum

a. Baligh, seorang mujtahid diperlukan kematangan berpikir.

b. Berakal

c. Memilki bakat kemampuan nalar yang tinggi untuk memahami

konsep-konsep yang pelik dan abstrak

62 Nadiah Syarif Al-‘umari, Al-ijtihad fi al-islami, (Beirut: Muassasah Ar-risalah, 1986), h. 57

63 Ahmad Mukri Aji, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd, (Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2010), h. 25

Page 57: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

45

d. Memiliki keimanan yang baik.

2. Persyaratan Utama

a. Memahami bahasa arab

b. Memahami Al-Qur’an secara mendalam termasuk yang berkaitan

dengan ayat-ayat hukum.

c. Memahami ilmu ushul fiqih.

d. Memahami sunnah termasuk hadis-hadis yang berkaitan dengan

hukum syara’

e. Memahami tujuan-tujuan persyariatan hukum (maqashid asy-syari’ah)

Para ulama ushul fiqih telah mengklarifikasikan tingkat dan peringkat

seorang mujtahid dari yang tertinggi sampai terendah, diantaranya sebagai

berikut:

1) Mujtahid Mutlak atau juga disebut mujtahid al-mustaqil yaitu seorang

mujtahid yang maampu menggali hukum-hukum syari’at dari sumber

pokok, al-Qur’an dan as-sunnah. Dan mereka terdiri dari ulama yang

telah memenuhi semua syarat ijtihad dan mempunyai otoritas untuk

mengkaji hukum langsung dari al-Qur’an dan as-sunnah. Yang

termasuk dalam tingkatan ini ialah Ja’far ash-Shidiq, Abu Hanifah,

Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal.

2) Mujtahid Muntasib atau juga disebut mujtahid ghair al-mustaqil, yaitu

seorang mujtahid yang melakukan ijtihadnya dengan memilih

metodologi istinbath hukum seorang imam mazhab mutlak.

Page 58: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

46

3) Mujtahid Mazhab ialah mujtahid yang mengikuti kepada imam

mazhabnya.

4) Mujtahid Murajjih ialah mujtahid yang melakukan tarjih di antara

beberapa pendapat mujtahid sebelumnya, dengan tujuan untuk

mengetahui pendapat mana yang didukung oleh riwayat yang lebih

shahih, atau pendapat mana yang didukung oleh dalil dan argument

yang lebih kuat.64

Dibawah tingkatan mujtahid adalah muttabi’ (orang yang ber-ittiba’),

dan ittiba’ artinya menerima pendapat orang lain dengan mengetahui dasar

hukumnya. Kemudian setelah muttabi’ adapula muqallid (orang yang

bertaqlid), maksud taqlid adalah menerima dan mengikuti pendapat orang lain

dengan tidak mengetahui argument apa dan dari mana dasar hukumnya.65

Sehubungan dengan penemuan hukum seorang mujtahid yang

melakukan ijtihad dalam ruang pembaharuan hukum Islam masih perlu

dilakukan teus menerus guna mengisi kekosongan hukum, sebab tidak

mungkin ijtihad ulama terdahulu dapat mencakup semua hal secara mendetail

ketentuan hukum masa sekarang. Apalagi saat ini frekuensi perubahan tingkah

laku manusia sangat tinggi jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

64 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, h. 315

65 Muhammad Amin Suma, Ijtihad Ibn Taimiyyah Dalam Bidang Fiqih Islam, (Jakarta: INIS: 1991), h. 45

Page 59: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

47

Melaksanakan ijtihad tidak boleh menyimpang dari prinsip-prinsip

kemaslahatan dan harus sesuai dengan tujuan syariat. Karena hakikat tujuan

dari hukum Islam adalah untuk mewujudkan kesejahteraan di dunia dan

kebahagian di akhirat bagi umat manusia. Maka, prinsip hukum yang harus

dikedepankan adalah kemaslahatan yang berasaskan kepada keadilan dan

kemanfaatan. Oleh karenanya, peranan para mujtahid apabila menghadapi hal-

hal yang belum diatur oleh nash, maka ia harus menggunakan ijtihad dalam

artian lebih luas dari qiyas (analogi), agar kebutuhan masyarakat kepada

hukum dapat terpenuhi.66

66 Abdul Manan, Refomasi Hukum Islam Di Indonesia, h. 230

Page 60: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

48

BAB III

PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM PADA PUTUSAN

PENGADILAN AGAMA

1. Pendekatan Hermeneutika

Pendekatan hermeneutika mengasumsikan bahwasanya setiap bentuk

dan produk perilaku antar manusia itu (termasuk produk hukum baik in

abstracto maupun in concreto) akan selalu ditentukan oleh interpretasi yang

dibuat dan disepakati para pelaku yang tengah terlibat dalam proses itu, yang

tentu saja akan memberikan keragaman maknawi pada fakta yang sedang

dikaji sebagai objek. Simbol teori ini menggunakan strategi metodologi to

learn from the people mengajak, menggali dan meneliti makna hukum dari

perspektif penegak hukum yang terlibat dan pengguna dan/ atau pencari

keadilan.67 Pendekatan hermeneutika dapat dilakukan dengan berbagai varian,

diantaranya adalah:

a. Pencapaian Tujuan Hukum

Tujuan hukum harus dapat tercapai dan terpenuhi dalam suatu

putusan, diantaranya harus terkadung asas keadilan, asas kepastian hukum dan

asas kemanfaatan.

67 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalah, (Jakarta:

Huma, 2002), h. 105

Page 61: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

49

1. Kepastian hukum

Kepastian hukum yang dituangkan dalam putusan hakim merupakan

hasil yang didasarkan pada fakta-fakta persidangan yang relevan secara

yuridis dan disertai dengan pertimbangan. Hakim selalu dituntut untuk dapat

menafsirkan makna Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang

dijadikan dasar untuk diterapkan. Penerapan hukum harus sesuai dengan

kasus yang terjadi, sehingga hakim dapat mengkonstruksi kasus yang diadili

secara utuh, bijaksana dan objektif.

2. Keadilan

Keadilan harus terwujud dan terpenuhi bagi para pihak. Dan sisi

keadilan juga mempertimbangkan hukum yang hidup di masyarakat, yang

terdiri dari kebiasaan dan ketentuan hukum yang tidak tertulis.

3. Kemanfaatan

Putusan hakim akan mencerminkan kemanfaatan, manakala hakim

tidak saja menerapkan hukum secara tekstual belaka dan hanya mengejar

keadilan semata, akan tetapi juga mengarah pada kemanfaatan bagi

kepentingan pihak-pihak yang berperkara dan kepentingan masyarakat pada

umumnya. Artinya hakim dalam menerapkan hukum, hendaklah

mempertimbangkan hasil akhirnya nanti, apakah putusan hakim tersebut

membawa manfaat atau kegunaan para pihak.

Berbagai perkara perdata yang menjadi kewenangan Peradilan Agama,

hakim dalam memeriksa dan memutus perkara tidak selamanya terpaku pada

Page 62: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

50

satu asas saja.68 Dalam praktik peradilan, sangat sulit bagi seorang hakim

untuk mengakomodir ketiga asas tersebut dalam satu putusan. Dan

menghadapi keadaan ini, hakim harus memilih salah satu dari ketiga asas

tersebut untuk memutuskan suatu perkara dan tidak mungkin ketiga asas

tersebut dapat tercakup sekaligus dalam satu putusan.69 Disamping itu, hakim

harus memperhatikan pertimbangan hukum dengan nalar yang baik.

4. Kemaslahatan

Varian pendekatan hermeneutika yang digunakan selanjutnya adalah

kemaslahatan dilihat berdasarkan penelitian yang cermat dan akurat sehingga

tidak meragukan bahwa hal itu bisa mendatangkan manfaat dan

menghindarkan mudarat.

5. Sosiologis

Sosiologi hukum menekankan kajian pada law in action, melihat

hukum dalam kenyataannya, hukum sebagai tingkah laku manusia. Dan

menggunakan pendekatan empiris yang bersifat deskriptif.

Tolak ukur suatu efektivitas hermeneutika hukum pada putusan

Pengadilan Agama terlihat dalam beberapa putusan yang dihasilkan.

Sebagaimana pada putusan di Pengadilan Agama Bekasi dan Jakarta Timur

68 Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12 No. 3/03 September 2012, Mewujudkan Kepastian

Hukum, Keadilan Dan Kemanfaatan Dalam Putusan Hakim Di Peradilan Perdata oleh Fence M. Wantu (Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo), h. 487.

69 Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur Dr. Drs. H.

Chazim Maksalina,M.H, di Pengadilan Agama Jakarta Timur, 01 April 2015.

Page 63: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

51

hermeneutika hukum sudah diterapkan oleh beberapa hakim, diantaranya

termuat dalam putusan perkara nomor: 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks dan perkara

nomor: 1934/Pdt.G/2013/PA.JT tentang harta bersama kemudian perkara

nomor: 1159/Pdt.G/2013/PA.JT tentang hadhanah.

Berikut beberapa alasan kontekstual terhadap putusan Pengadilan

Agama yang terkandung hermeneutika hukum. Pertama, Putusan perkara

nomor: 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks mengandung unsur pendekatan

hermeneutika hukum ditinjau dari tujuan hukum, yaitu keadilan. Hal ini

berdasarkan pada pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa dalam

pembagian harta bersama harus berimbang dalam hal konstribusi suami dan

isteri selama berumah tangga baik memperoleh, menjaga, mengelola dan

membelanjakan harta. Kedua, untuk perkara nomor: 1934/Pdt.G/2013/PA.JT

tentang harta bersama, unsur pendekatan hermeneutika hukum ditinjau dari

sisi kepastian hukum, keadilan dan kemaslahatan. Hal ini berdasarkan

pembuktian dalam perolehan harta bersama dibuktikan dengan saham milik

Termohon (isteri) lebih besar dari Pemohon (suami). Ketiga, pada perkara

nomor: 1159/Pdt.G/2013/PA.JT tentang hadhanah, unsur pendekatan

hermeneutika hukum ditinjau dari sisi kepastian hukum, keadilan dan

kemaslahatan. Hal ini berdasarkan pertimbangan faktor keselamatan jasmani

dan rohani serta perkembangan bagi pendidikan anak yang sangat signifikan

dan sebagai tujuan mendasar pemeliharaan anak.

Page 64: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

52

Atas penjabaran diatas, penulis menyimpulkan bahwa keefektivan

hermeneutika hukum pada putusan Pengadilan Agama diatas, ternyata dalam

putusannya para hakim hanya berdominan pada penggunaan kepastian hukum,

keadilan dan kemaslahatan sebagai pendekatan hermeneutika hukum dan juga

menjadi salah satu sisi pertimbangan hukum dari setiap putusan yang

ditetapkan.

Membicarakan pendekatan hermeneutika hakikatnya merupakan

pendekatan untuk memahami objek, yakni produk perilaku manusia yang

berinteraksi atau berkomunikasi dengan sesamanya, dari sudut pelaku aksi

interaksi itu sendiri yang disebut aktor, yaitu tatkala mereka itu tengah terlibat

atau melibatkan diri di dalam proses social, termasuk proses-proses social

yang relevan dengan permasalahan hukum.70

Bagaimana juga dalam diri hakim sudah diemban suatu amanah agar

peraturan perundang-undangan diterapkan secara benar dan adil, dan apabila

penerapan peraturan perundang-undangan akan menimbulkan ketidakadilan,

maka hakim wajib berpihak pada keadilan (moral justice) dan

mengesampingkan hukum atau peraturan perundang-undangan (legal

justice).71

70 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya, h. 101-

102. 71 Bagir Manan, Wajah Hukum di Era Reformasi, (Bandung: Citra Aditya Bakhti, 2000), h.

263

Page 65: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

53

Demikian juga dalam melakukan penemuan hukum menggunakan

metode hermeneutika hukum, hakim sebagai penafsir akan dituntut untuk

lebih memahami sumber hukum secara dinamis, tidak kaku, bukan secara

tekstual saja akan tetapi juga memahami konteks yang ada. Hermeneutika

merupakan sebagai salah satu alat memperkaya dan mempertajam sebuah

pemahaman pasal dan ayat-ayat hukum dalam memutuskan suatu kasus.

Ketika sudah mengimplementasikan hal tersebut, maka dengan demikian

berarti hakim secara langsung juga sudah melakukan ijtihadiyyah terhadap

perkara yang ditanganinya.

Untuk menerapkan hermeneutik ini diperlukan keberanian hakim

dalam melakukan suatu terobosan hukum dengan tidak menutup kemungkinan

melakukan pengesampingan pasal dalam pertimbangan hukumnya. Karena

dalam menyelesaikan persengketaan itu sebenarnya bukan aturan hukum yang

terdapat dalam Undang-undang, kebiasaan, traktat, yurisprudensi, doktrin,

melainkan ketentuan hukum yang lahir dari penilaian hakim.

Pada saat membaca suatu teks hal ini bukanlah merupakan kegiatan

mekanis, karena seorang yuris dalam tugasnya sebagai penafsir hanya dapat

berkembang sepenuhnya jika ia mempunyai sifat-sifat khas, seperti:

menguasai kenyataan dan kebutuhan masyarakatnya, memiliki rasa

kemasyarakatan yang peka, memiliki rasa keseimbangan, menyadari hal-hal

yang esensial dalam suatu masalah, kesediaan untuk mengkongkritkan dan

memberi nuansa dalam hubungan antara teks dan peristiwa konkret. Di

Page 66: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

54

karenakan suatu teks itu tidak mungkin sempurna dan mampu menampung

seluruh konteks. Oleh karena itu, tidak pernah penafsiran itu tidak dilakukan.

Semua pembacaan dan semua cara mendengarkan kata-kata yang diucapkan

membutuhkan penafsiran.72

Menurut Gadamer, metode hermeneutika hukum pada hakikatnya

sangat berguna, tatkala seorang hakim menganggap dirinya berhak untuk

menambah makna orisinal dan teks hukum. Bahkan menurut Charter,

pengalaman hakim pada saat menemukan hukum dalam praktik di Pengadilan

memberikan dukungan bagi konsepsi pragmatis dan interpretasinya. Dengan

kata lain, penggunaan dan penerapan hermeneutika hukum sebagai teori dan

metode penemuan hukum baru akan sangat membantu para hakim dalam

memeriksa serta memutus perkara di Pengadilan.73

Berdasarkan pernyataaan Kraneburg bahwa seorang penegak hukum

jangan terjebak dalam optic hukum positif semata, tetapi harus membuka hati

dan pikirannya terhadap perkembangan masyarakat. Dengan demikian,

menjalani hukum sebaiknya tidak sekedar dipandang dari sudut legalistik-

positivistik dan fungsional an sich, namun juga secara natural memiliki watak

kebenaran dan berkeadilan sosial. Sebagaimana bunyi pancasila sebagai

72 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, h. 115-116. 73 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalah, (Jakarta:

HUMA, 2002) h. 64

Page 67: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

55

filosofische grondslag, maka akan ditemukan bahwa keadilan sosial (social

justice) menjadi prinsip penting dalam sistem hukum kita.74

Hakim sebagai pemutus dalam persidangan dan ketika hasil putusan

tersebut menggunakan hermeneutika hukum, maka sebisa mungkin dapat

memuaskan para pihak dan paling utama harus dilandaskan pada menyelami

rasa keadilan dalam masyarakat, memberikan rasa keadilan bagi para

pencari keadilan dan hakim dituntut untuk tidak hanya sekedar menjadi

corong Undang-undang.75 Karena melihat kondisi kekinian hakim sebagai

penegak hukum dan sekaligus juga sebagai penafsir harus cermat untuk

memahami konteks peristiwa hukum yang melatarbelakanginya.

Selaras dengan pernyataan menurut Oliver Wendell holmes bahwa

hakim adalah corong Undang-undang dan juga bertugas sebagai alat

perubahan sosial dengan mengikuti perkembangan zaman, namun melihat

kondisi kekinian sepertinya hal tersebut tidak efektif kembali apabila terus

menerus dijadikan pedoman, karena disaat sekarang permasalahan seakan-

akan sudah terlalu komplek dan kontemporer, oleh sebab itu dibutuhkan

hingga dituntut seorang hakim memiliki keberanian dan menerobos

Undang-undang untuk mengambil keputusan yang tentunya berbeda dengan

74 https://blog.djarumbeasiswaplus.org/hendra/tag/hukum/Di akses tanggal 05 Mei 2015/

16.05 WIB.

75 Wawancara pribadi dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Drs. Jajat Sudrajat,

SH.,MH, di Pengadilan Agama Jakarta Timur, 26 Maret 2015.

Page 68: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

56

teks Undang-undang yang ada.76 Dan tidak menapik bahwa hakim-hakim di

Indonesia sedikit banyaknya masih dominan terhadap sistem hukum Eropa

Kontinental, akan tetapi tetap saja dalam pengambilan suatu putusan

diutamakan hakim harus dapat memberikan tujuan hukum, termasuk salah

satunya ialah memberikan keadilan bagi para pencari keadilan.77

Berbagai macam perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan

Agama, dan beberapa putusan yang dihasilkan sudah memberikan

keleluasaan bagi para hakim untuk melakukan ijtihad lebih luas dan

mendalam. Hal demikian disebabkan karena perkara yang masuk sudah

kekinian dan mengikuti permasalahan yang sangat kontemporer sesuai

dengan zaman yang berkembang, sehingga tidak mengherankan apabila

beberapa putusan di Pengadilan Agama sudah menerapkan teori penemuan

hukum. hal ini sudah terdapat pada beberapa putusan Pengadilan Agama

yang menggunakan hermeneutika hukum yaitu putusan di Pengadilan

Agama Bekasi dan Jakarta Timur. Berikut penulis sajikan dua putusan yang

memuat penerapan hermeneutika hukum yang digunakan hakim dalam

menafsirkan putusan dan juga sebagai penilaian terhadap penerapan

hermeneutika hukum.

76 Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur Dr. Drs. H.

Chazim Maksalina,MH, di Pengadilan Agama Jakarta Timur, 01 April 2015. 77 Wawancara pribadi dengan Dosen dan Serketaris Program Studi Ilmu Hukum, Arip

Purkon, S.HI., MA, di Ruang Program Studi Fakultas Syariah dan Hukum, 04 April 2015.

Page 69: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

57

A. Pertimbangan Hakim Dalam Penerapan Hermeneutika Hukum Pada

Putusan Di Pengadilan Agama

1. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor:

1159/Pdt.G/2013/PA.JT tentang Hadhanah

Dalam putusan Nomor 1159/Pdt.G/2013/PA.JT tersebut, Majelis

Hakim memberikan pertimbangan hukum untuk menyelesaikan perkara

hadhanah dengan menyatakan terdapat kecocokan antara bukti-bukti yang

terlampir dengan kesaksian para saksi di depan persidangan. Selain itu juga

hakim mempertimbangkan secara seksama mengenai pergeseran hak asuh

anak jatuh terhadap bapak, yang menjadi faktor disini ialah dengan

memperhatikan faktor keselamatan jasmani dan rohani serta perkembangan

bagi pendidikan anak.

Sesungguhnya hakikat hak hadhanah (pemeliharaan) terhadap anak

yang belum mumayyiz adalah hak ibunya sesuai dengan Pasal 105 ayat (1)

Kompilasi Hukum Islam, kecuali terbukti bahwa ibu telah melalaikan

kewajiban terhadap anak, maka dengan itu hak tersebut dapat dicabut sesuai

ketentuan dalam Pasal 49 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun 1974. Namun

perlu diperhatikan kembali bahwa hak hadhanah (pemeliharaan) terhadap

anak bukan semata-mata memperhatikan kepentingan orang tua, akan tetapi

harus memperhatikan kepentingan anak sendiri sesuai pada Pasal 41 huruf (a)

Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan jo. Pasal 2 huruf (b)

Page 70: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

58

Undang-undang No. 23 Tahun 2002 jo Undang-undang No. 35 Tahun 2014

tentang Perlindungan Anak.

Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa hadhanah bagi anak yang

belum mumayyiz hak asuh jatuh kepada ibu.78 Akan tetapi pada KHI tidak

ada kejelasan aturan yang mengatur mengenai perpindahan hak hadhanah dan

kasus seperti ini dapat ditemukan dalam fikih klasik, yang mana hakim

menggunakannya menjadi dasar hukum dalam pertimbangan hukumnya,

sebagaimana termuat pada kitab Khasiyah Muqhnil Muhktaj, Juz III hal. 459

berbunyi “Apabila salah seorang dari mereka akan pindah, maka pihak ayah

lebih berhak mengasuhnya dari pada ibu”. Begitu juga Majelis Hakim

menyebutkan terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan

tugas hadhanah, diantaranya: berakal sehat, merdeka, beragama Islam,

memelihara kehormatan, amanah, tinggal dikota/ desa tertentu, tidak bersuami

baru. Apabila kurang satu diantara syarat-syarat tersebut gugurlah hak

hadhanah dari tangan ibu.79

Sesuai pernyataan yang terdapat dalam lampiran putusan, Majelis

Hakim berkesimpulan bahwa pada prinsipnya hadhanah adalah terjaminnya

kepentingan masa depan anak itu sendiri baik rohani maupun jasmani. Dan

untuk hak ibu dalam mengasuh dapat bergeser apabila syarat-syarat yang

ditentukan oleh hukum syari’at tidak terdapat lagi dalam diri ibu. Maka

78 Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam 79 Dilihat dari putusan Nomor 1159/Pdt.G/2013/PA.JT, h. 32 dari 36 hal.

Page 71: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

59

dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat (suami)

dipandang layak dalam hal pengasuhan dan pemeliharaan anak tersebut oleh

sebab itu gugatan Penggugat dapat dikabulkan. Namun Tergugat sebagai ibu

kandungnya tetap diberi waktu dan diperbolehkan bertemu dan menyalurkan

kasih sayangnya kepada anak tersebut.

2. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor:

1934/Pdt.G/2013/PA.JT tentang Harta Bersama

Pada dasarnya putusan itu dituntut untuk menciptakan keadilan, dan

untuk itu hakim melakukan penilaian dan pemeriksaan berdasarkan peristiwa

dan fakta-fakta. Hal ini dapat dilakukan melalui pembuktian,

mengklarifikasikan antara yang penting atau tidak, dan menanyakan kembali

kepada para pihak mengenai keterangan para saksi dan fakta-fakta yang ada.

Maka dalam putusan hakim yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan

hukumnya, sehingga dapat dinilai apakah putusan yang dijatuhkan cukup

memenuhi alasan yang objektif atau tidak.80

Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim dalam perkara Nomor

1934/Pdt.G/2013/PA.JT terhadap tuntutan harta bersama. Majelis Hakim

menimbang dan menetapkan harta bersama untuk Pemohon dan Termohon

berupa sebidang tanah yang berdiri rumah di Jl. Swadaya No.53 Rt.08/06,

Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur dan 1 unit mobil

Merk Daihatsu, Type Terios, warna hitam metalik, Nomor Polisi: B 1929

80 R. Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata, Cet. IV (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 79

Page 72: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

60

TFZ, dibagi antara Pemohon dangan Termohon dengan pembagian 35% untuk

Pemohon dan 65% untuk Termohon. Dan menyatakan objek harta bersama

berupa tanah seluas 800 m2 yang terletak di Rt. 01/05, Cisalada, Ciampea

udik, Bogor, Jawa Barat. Tidak ditemukan dan dinyatakan ditolak.

Majelis Hakim menyatakan setelah mendengar pernyataan dari

Termohon dan para pihak saksi dari Termohon bahwa mengenai penghasilan

Pemohon selaku suami tidak jelas sedangkan Termohon bekerja di Jakarta

Golf Club dengan penghasilan yang jelas, gaji Termohon pada tahun 2010

berjumlah Rp. 2.100.000 (dua juta seratus ribu) sedangkan untuk sekarang

(2013) penghasilan Termohon sebulan sekitar Rp. 7.000.000 (tujuh juta

rupiah), maka dengan demikian Majelis Hakim berpendapat, Termohon lebih

banyak sahamnya dalam perolehan harta bersama. Meskipun di dalam

ketentuan Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam berbunyi: “Janda atau duda cerai

hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak

ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan”, akan tetapi mengenai hal ini

Majelis hakim menimbang atas ketentuan yang dimaksud tersebut

dikesampingkan, karena tidak adil apabila diterapkan dan dibagi demikian,

berdasarkan asas precedent Majelis Hakim menggunakan yurisprudensi

Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 266K/AG/2010 tanggal 12 Juli

2010 sebagai salah satu acuan dalam pertimbangannya, yang mana tidak

membagi harta bersama dengan masing-masing seperdua.

Page 73: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

61

B. Analisis Penulis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Dalam Penerapan

Hermeneutika Hukum

1. Perkara Nomor: 1159/Pdt.G/2013/PA.JT tentang hadhanah

Pada putusan Nomor: 1159/Pdt.G/2013/PA.JT diketahui bahwa

antara Penggugat (Suami) dan Tergugat (isteri) sudah dikaruniai anak laki-

laki pada tanggal 17 September 2005 dari hasil pernikahan mereka, dan para

pihak meminta agar Majelis Hakim dapat menentukan dengan bijak untuk

pemegang hak pengasuhan dan pemeliharaan atas anak tersebut.

Dalam hal putusan tersebut telah ditemukan fakta bahwa ibu terbukti

melalaikan kewajibannya terhadap anak tersebut. Selama anak Penggugat

dan Tergugat berada dalam pengasuhan Tergugat, ternyata Tergugat tidak

perhatian dan bertanggung jawab terhadap anak laki-laki Penggugat dan

Tergugat, dimana Tergugat tidak pernah memperhatikan kesehatan anak

Penggugat dan Tergugat sehingga mengakibatkan anak tersebut sering sakit

apabila sedang bersama Tergugat. Dan Tergugat tidak pernah peduli

terhadap pendidikan anak Penggugat dan Tergugat, Tergugat dalam hal

mendidik anak selalu secara keras, dimana Tergugat sering memarahi dan

berkata-kata secara keras terhadap anak Penggugat dan Tergugat, sehingga

anak tersebut selalu merasa ketakutan dan tertekan setiap kali bertemu

dengan Tergugat, dimana hal tersebut tidak baik bagi perkembangan

kejiwaan anak Penggugat dan Tergugat.

Page 74: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

62

Menurut keterangan diatas, penulis sependapat dengan Majelis

Hakim dalam amar putusan ini, yang menetapkan anak laki-laki dari

Penggugat dan Tergugat berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan

Penggugat selaku ayah kandung. Dan Majelis Hakim dengan

kebijaksanaanya mengizinkan pihak Tergugat untuk tetap mencurahkan dan

menyalurkan kasih sayangnya dan tidak mengurangi hak dan kewajiban

Tergugat selaku ibu kandung anak tersebut.

Menurut hemat penulis, dalam hal ini Majelis Hakim sudah dapat

melihat dan menangkap gambaran dari setiap fakta yang melatarbelakangi

peristiwa diatas. Dan tetap mengejar prinsip keadilan dan kemaslahatan agar

Penggugat dan Tergugat keduanya sama-sama memiliki hak pengasuhan

yang sama rata dan tentunya tidak memihak untuk satu pihak saja. Dengan

seperti ini jiwa anak akan tetap merasa bahwa kesehariannya kedua orangtua

tetap hadir dihidupnya walaupun kenyataannya kondisi pernikahan orang

tua sudah terputus karena perceraian dan anak masih belum mengerti

keadaan yang terjadi karena usianya masih sangat dini. Termasuk juga

dalam kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku

selama ayah dan ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga

berlanjut setelah terjadinya perceraian.

Hadhanah yang dimaksudkan dalam diskursus ini adalah kewajiban

orang tua untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-

baiknya. Sesuai pasal 41 huruf (a) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

Page 75: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

63

akibat putusnya perkawinan karena perceraian baik ibu maupun bapak tetap

berkewajiban memelihara dan mendidik anaknya semata-mata berdasarkan

kepentingan anak. Pemeliharaan ini termasuk mengenai masalah ekonomi,

pendidikan, dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok si anak.81

Begitu juga dalam hal pendidikan dan pengajaran yang

memungkinkan anak tersebut menjadi manusia yang mempunyai

kemampuan dan dedikasi hidup yang dibekali dengan kemampuan dan

kecakapan sesuai dengan pembawaan bakat anak tersebut yang akan

dikembangkannya di tengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai landasan

hidup dan penghidupannya setelah ia terlepas dari tanggung jawab orang

tua.82

Mengenai amar putusan tersebut, penulis berpendapat bahwa terdapat

ketidaksesuaian terhadap ketentuan Undang-undang yang berlaku, dimana

Majelis Hakim meninggalkan maksud dari Pasal 105 KHI. Dan Hakim lebih

mempertimbangkan fakta secara seksama mengenai pergeseran hak asuh

anak jatuh terhadap bapak, sebagaimana kejelasan didukung dalam kitab

kifayatul Ahyar Juz II disebutkan syarat-syarat bagi orang yang akan

melaksanakan tugas hadhanah dan apabila kurang dari satu syarat-syarat

tersebut maka gugurlah hadhanah bagi si ibu, diantaranya adalah berakal

81 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1977), h. 235

82 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,

(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 263

Page 76: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

64

sehat, berakal sehat, merdeka, beragama Islam, memelihara kehormatan,

amanah, tinggal dikota/ desa tertentu, tidak bersuami baru.83 Dan dalam

pertimbangannya hakim lebih memperhatikan faktor keselamatan jasmani

dan rohani serta perkembangan bagi pendidikan anak maka dari itu

Penggugat dipandang layak dalam hal pengasuhan dan pemeliharaan anak

tersebut oleh sebab itu gugatan Penggugat dapat dikabulkan sebagai hak

pemegang hadhanah terhadap anak tersebut.

Menurut hemat penulis, pertimbangan hakim terhadap putusan

Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor: 1159/Pdt.G/2013/PA.JT

sudah menalarkan putusan tersebut secara hermeneutika, diantaranya hakim

tidak hanya memperhatikan satu sisi fakta saja namun juga hakim sebagai

penafsir boleh mengesampingkan kedudukan pasal yang termasuk tekstual

terhadap kontekstual suatu permasalahan yang telah jelas kedudukannya.

Dan disaat putusan yang dihadapkan kepada hakim tersebut mengharuskan

hakim tidak hanya terpaku pada ketentuan teks hukum saja, tetapi juga

menyelami konteks hukum yang ada, maka dengan keadaan demikian hakim

akan dituntut melakukan ijtihad dalam perkaranya untuk menghasilkan

putusan yang seadil-adilnya.

83 Dilihat dari Putusan Nomor: 1159/Pdt.G/2013/PA.JT. h. 32 dari 36 hal.

Page 77: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

65

2. Perkara Nomor 1934/Pdt.G/2013/PA.JT tentang harta bersama

Berdasarkan pada Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam mengatur

tentang pembagian harta bersama bagi pasangan suami isteri yang telah

bercerai. Dan pada Pasal tersebut menyatakan bahwa bagi janda atau duda

yang cerai hidup masing-masing berhak mendapatkan seperdua dari harta

bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.

Berbeda dengan putusan yang penulis temukan dalam perkara nomor

1934/Pdt.G/2013/PA.JT, bahwa hakim memberikan bagian harta bersama

tidak sesuai dengan peraturan yang disebutkan. Dalam hal ini hakim

Pengadilan Agama Jakarta Timur memberikan putusan dengan cara

membagi harta bersama kepada Pemohon (suami) sebesar 35% bagian

sedangkan bagi Termohon (isteri) 65% bagian.

Adapun dalam putusan ini tuntutan Pemohon untuk pembagian

harta bersama selama perkawinan diantaranya adalah sebidang tanah

diatasnya berdiri rumah di Jl. Swadaya No.53 Rt.08/06, Kelurahan

Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo, Kota Jakarta Timur. Dan 1 unit mobil

Merk Daihatsu, Type Terios F700RG TX MT, warna hitam metalik, No

Rangka: MHKG2CJ2JAK029052, No. Mesin DBM6518, atas nama

Termohon, Nomor Polisi: B 1929 TFZ. Dan dari keseluruhan harta telah

disebutkan bahwa harta tersebut dibeli Termohon dari uang tabungan

pribadi Termohon yang dikumpulkan dengan susah payah sebelum

Page 78: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

66

Termohon menikah dengan Pemohon. Akan tetapi Majelis Hakim dengan

kebijakan atas pertimbangannya memutus agar hasil dari harta bersama

diatas dibagi menjadi bagian Pemohon adalah 35% dan Termohon 65%

bagian.

Sesuai pertimbangan tersebut, penulis sangat setuju dengan putusan

Majelis hakim dalam menetapkan harta bersama tidak membagi seperdua

bagian sama rata antara suami dan isteri. Karena melihat kembali dari aturan

Kompilasi Hukum Islam Pasal 1 huruf (f), dimana penggunaan kata syirkah

disamakan dengan pengertian harta bersama disebutkan bahwa “Harta

kekayaan dalam perkawinan atau Syirkah adalah harta yang diperoleh baik

sendiri-sendiri atau bersama suami-isteri selama dalam ikatan perkawinan

berlangsung selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan

terdaftar atas nama siapapun”.

Menurut penulis mengenai amar putusan pembagian harta bersama,

Majelis Hakim telah menggunakan dan menerapkan teori hermeneutika

hukum, disinilah hakim sudah memahami suatu peristiwa hukum atau fakta

hukum, maksudnya tidak memahami hukum hanya secara tekstual saja

namun juga lebih mempertimbangkan aspek konstektual yang bersifat

sosiologis, serta membaginya secara proporsional dan juga berdasarkan

seberapa banyak kontribusi dalam menghasilkan harta bersama tersebut.

Dan Majelis Hakim juga menggunakan yurisprudensi Mahkamah Agung

Republik Indonesia No. 266K/AG/2010 tanggal 12 Juli 2010 sebagai acuan

Page 79: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

67

untuk tidak membagi harta bersama dengan masing-masing seperdua, oleh

karena itu Majelis hakim menimbang atas ketentuan Pasal 97 Kompilasi

Hukum Islam dikesampingkan, karena tidak adil apabila diterapkan dan

dibagi demikian.

Pertimbangan hukum yang dilakukan Majelis Hakim secara tidak

sama rata dalam pembagian harta bersama juga sudah melihat aspek

sosiologis beserta kenyataan yang terjadi karena bagaimanapun seorang

hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan

rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat sesuai Pasal 5 ayat (1) Undang-

undang Nomor 48 Tahun 2009.

Pada setiap pengambilan keputusan suatu perkara yang termasuk

kasuistik maka diperlukanlah ijtihad hakim dalam putusan tersebut dan

melihat bagaimana hakim melakukan pertimbangan hukum yang sesuai

dengan ketentuan Undang-undang yang terkait akan tetapi tidak menutup

kemungkinan hakim berani untuk mengesampingkan Pasal namun tetap

harus jelas hal apa yang melatarbelakanginya sehingga muncullah alasan

tersebut.

Page 80: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

68

BAB IV

IMPLEMENTASI HERMENEUTIKA HUKUM PADA PUTUSAN

HARTA BERSAMA PERKARA NOMOR: 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks

A. Penerapan Hermeneutika Hukum

1. Duduk Perkara

Perkara yang terjadi antara PENGGUGAT ASLI, Umur 48

tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jl.

Lumbu Timur, II A No. 21 RT. 002, RW 033, Kelurahan Bojong,

Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi, dalam hal ini memberikan

kuasa kepada Darwis D. Marpaung, SH., N. Horas Maruti tua Siagian,

SH., Hefnizal, SH., dan Gindo Liberty, SH. Advokat, pengacara dan

penasehat hukum “Darwis, Horas & Associates”. Melawan

TERGUGAT ASLI, Umur 53 tahun, Agama Islam, Pekerjaan

Karyawan BUMN, Tepat tinggal di JI. Gugus Depan Raya No. 141

RT. 002, RW. 004, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu,

Kota Bekasi,

Pihak Penggugat (isteri) dan Tergugat (suami) telah

melangsungkan pernikahan di Pontianak pada tanggal 09 Oktober

1981 dan dari hasil perkawinan tersebut Penggugat dan Tergugat telah

dikaruniai tiga orang anak diantaranya bernama Rahmawaty utami,

Genesia Citra Merdekawaty, Fajar Imani. Kemudian pada tanggal 01

Page 81: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

69

Agustus 2008 Penggugat mengajukan gugatan harta bersama terhadap

Tergugat dan sebelumnya Pengadilan Agama Bekasi juga telah

mengabulkan cerai gugat pada tanggal 18 Maret 2008, sehingga

perkawinan antara Penggugat dan Tergugat menjadi putus, sesuai

dengan Nomor Perkara: 1364/Pdt.G/2007/PA.Bks. Namun dalam

pengajuan permohonan cerai gugat dan putusannya tersebut tidak

disertakan dengan pengajuan gugatan harta bersama, sehingga tidak

diherankan memunculkan sengketa harta bersama diantara para pihak

di kemudian hari.

Adapun objek sengketa harta bersama berupa:

1) 1 (satu) unit Rumah Tinggal beserta isinya yang terletak di Perum

Bumi Bekasi Baru, Jl. Gugus Depan Raya No. 141 RT. 002 RW

004. Kelurahan Pengasinan, Kecamaatan Rawa Lumbu, Bekasi,

Jawa Barat;

2) 1 (satu) unit Rumah Toko (RUKO) dengan luas 75 M2 (tujuh

puluh lima meter bujur sangkar) terletak di Pengasinan,

Kecamatan Rawa Lumbu, Kotamadya Bekasi, Jawa Barat, dengan

sertifikat Hak Milik No. 6385 a/n Penggugat Asli.

3) 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2006 dengan Nomor Polisi

B.2920 a/n Tergugat Asli.

4) Tabungan/Deposito pada Bank Mandiri atas nama Tergugat.

5) Tabungan/Deposito pada Bank Central Asia a/n. Tergugat.

Page 82: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

70

6) Tabungan /Deposito pada Bank BNI a/n. Tergugat

Menurut Penggugat bahwa Penggugat berhak 50% dari harta

bersama dan 50% lagi menjadi hak Tergugat. Namun apabila tidak

dapat dibagi secara natura /fisik, maka dapat dilakukan penjualan

lelang melalui Kantor Lelang Negara. Dan hasil dari penjualan lelang

tersebut dibagi kepada Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi.

Namun, Tergugat telah memberikan jawaban yang pada pokoknya dan

menyanggah atau menolak atas gugatan Penggugat asli dan

menyatakan:

1. Gugatan Penggugat mengatakan perceraian dalam kondisi normal

tetapi bagi Tergugat perceraiannya merupakan hal

ketidaknormalan dikarenakan Tergugat melakukan penyelewengan

berkali-kali dan Penggugat menyatakan sejak tahun 2003 dan

terakhir di Bayuwangi diikuti pengakuan menikah sirri dengan

sopir kantor yang sudah memiliki istri dan anak, sedangkan

Penggugat masih terikat perkawinan yang sah secara hukum

Negara dan agama dengan Tergugat. Serta adanya usaha

pembunuhan terencana Penggugat terhadap Tergugat sebanyak 2

(dua) kali.

2. Dari hasil perkawinannya Penggugat dan Tergugat dikaruniai tiga

orang anak Rahmawaty Utamie (23 tahun, telah menikah), Ganesia

Page 83: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

71

Citra Merdekawaty (21 tahun, Mahasiswi), Fajar Imani (13 tahun,

Pelajar). Dua orang anak tinggal bersama Tergugat selain satu

yang telah menikah. Selama ini Penggugat tidak mengurusi anak-

anak dan Penggugat hanya mencari kesenangan sendiri dengan

melakukan penyelewengan atau zina sebagaimana bukti

pernyataan Penggugat yang disampaikan saat permohonan talak.

Padahal anak-anak masih butuh biaya untuk pendidikan dan masa

depannya namun Penggugat telah menghamburkan sebagian besar

harta bersama.

3. Perhiasan berupa 1 (satu) set Mutiara Putih; 1 (satu) set Mutiara

Cokelat; 2 (dua) set Gelang Tangan; 6 (enam) buah Gelang

Keroncong; 3 (tiga ) buah Gelang Keroncong; 1 (satu) set Kalung

Abhu Dhabi; 1 (satu) set Kalung Permata warna – warni; 1 (satu)

set hadiah Perkawinan berupa Cincin, Gelang, dan Kalung ;

dituntut Penggugat pada dasarnya hanya sia-sia. Perhiasan yang

saat ini dituntut adalah perhiasan yang berada dalam satu tas yang

Penggugat kembalikan kepada Tergugat saat Penggugat ditangkap

oleh pihak Polsek Bekasi Timur. Hal ini juga dibuktikan dengan

kesaksian anak-anak dan saat penyerahan tas perhiasan tersebut

Pengggugat berpesan agar perhiasan tersebut disimpan demi

kepentingan anak-anak sekolah atau masa depan.

Page 84: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

72

4. Rumah tinggal di JI. Gugus Depan Raya No. 141 Rt. 002/004,

Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Bekasi, rumah

tersebut dibeli dari uang warisan orang tua Tergugat.

5. Ruko seluas 75 m2 terletak di Pasar Rawalumbu, dibeli berdasar

hasil usaha Tergugat dan ruko ini dipersiapkan dan diperuntukkan

keperluan biaya sekolah anak-anak di masa pensiun Tergugat.

Walaupun memang sertifikat ruko atas nama Penggugat.

6. Mobil Kijang Inova tahun 2005 dengan nomor polisi 2920 atas

nama Mochsirsyah yang digunakan untuk bekerja dan mencari

nafkah guna menafkahi Penggugat dan ketiga anak Tergugat.

7. Tabungan bank Tergugat pada awalnya memang bersaldo 560 juta

rupiah, akan tetapi karena penyelewengan yang dilakukan

Penggugat dan ia tidak mengakuinya, maka Tergugat melaporkan

kasus perzinahan ke Kepolisian Bayuwangi serta menyelidiki

lokasi-lokasi untuk mencari bukti otentik, dan hal ini cukup

menguras tabungan Tergugat untuk proses penyidikan

berlangsung.

8. Uang iddah dan mut’ah sejak sidang perceraian/thalak Tergugat

sudah menolak, apalagi Penggugat yang menginginkan adanya

perceraian. Terbukti dengan adanya pengakuan Penggugat tentang

pernikahan sirinya, namun faktanya Penggugat pada petitum

gugatannya justru sangat menuntut uang nafkah iddah dan mut’ah,

Page 85: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

73

akan tetapi Tergugat tetap pada pendiriannya untuk menolak

memberikan uang nafkah iddah dan mut’ah.

Setelah Tergugat menolak gugatan Penggugat, kemudian

Tergugat kembali menggugat Penggugat Asli atas harta Tergugat yang

dilarikan dan diberikan kepada suami sirrinya. Diantaranya:

1. Uang tunai (tabanas BNI nomor : 133.000009355.901 dan

133.000009355.902 cabang Luwuk , Sulawesi Tengah) dimana

baik modal dan hasil keuntungan dari Week End Cafe yang

dibangun dari tahun 2000, hingga akhirnya tutup usaha pada April

2008 semuanya dimasukkan ke dalam rekening Penggugat ;

2. Uang hasil stockist multilevel UFO dengan nomor SG 1308, baik

modal dan hasil keuntungan juga dimasukkan kedalam rekening

Penggugat ;

3. Hasil dagangan kain dan baju Tergugat yang mencapai ratusan juta

rupiah juga dimasukkan kedalam rekening Penggugat ;

4. Rekening BNI nomor : 0042816474 cabang Banyuwangi, BNI

nomor rekening : 0029255265 cabang Bekasi, dan BCA cabang

Banyuwangi dengan nomor rekening : 1800451272 adalah

rekening Penggugat yang semua isinya adalah dari penghasilan

Tergugat dari hasil usaha yang lain ;

Dari poin 1 s/ d 4 adalah sebagian harta yang diberikan oleh

Page 86: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

74

Tergugat kepada Penggugat, sedangkan Penggugat memberikan

perhiasan emas dan uang kepada suami sirinya berupa :

1. 1 unit rumah di Banyuwangi dengan perabotan rumah tangga

lengkap yang dicuri penggugat dari rumah tergugat di

Banyuwangi;

2. Perhiasan emas yang dipersiapkan untuk masa depan anak-anak

dititipkan kepada suami sirinya ;

3. 1 ekor sapi piaraan ;

4. 1 unit sepeda motor tahun 2006 ;

5. 1 counter hp atas nama Eva Celluler ;

Semua diberikan oleh Penggugat kepada suami sirrinya yang

dimana sumber uang tersebut dari hasil jerih payah Tergugat. Dan

perlu diketahui bahwa Penggugat pernah memberikan pernyataan

bahwa ia tidak ingin menuntut harta gono-gini dan hal itu sudah

ditandatangani langsung oleh Penggugat namun sekarang Penggugat

mengingkari pernyataan tersebut dengan mengajukan gugatan gono-

gini melalui pengacara Darwis, Horas dan rekan-rekan sungguh ini

tidak beralasan, disini dapat terlihat pula kelicikan dari Penggugat

dengan menuntut harta goni-gini dan mengingkari pernyataanya

sendiri, sama saja Penggugat telah mempermainkan hukum dan

agama.

Page 87: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

75

Atas jawaban Tergugat tersebut Penggugat mengajukan replik

yang pada intinya Penggugat tetap dengan dalil-dalil dan pendirian

penggugat semula dan menolak semua dalil jawaban Tergugat

sebagaimana yang telah tercantum dalam surat gugatan, kecuali

terhadap hal-hal yang diakui secara tegas kebenarannya.

Atas replik Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan

Duplik yang pada intinya Tergugat tetap dengan dalil-dalil

jawabannya.

Berdasarkan dalil-dalil gugatannya Penggugat telah

mengajukan alat bukti berupa fotokopi Salinan Putusan Pengadilan

Agama Bekasi No. 1364/Pdt.G/2007/PA.Bks tanggal 05 Februari

2008, fotokopi Akta Cerai No. 214/AC/2008/PA/Bks tanggal 18 Maret

2008, fotokopi Sertifikat Tanah Hak Milik No. 6385 an. Penggugat

Asli. Namun dari pihak Tergugat Asli tidak mengajukan alat bukti-

bukti untuk meneguhkan dalil-dalil jawabannya.

Disamping itu hakim merasa tercukupi segala alat bukti yang

diperlukan dalam persidangan, kemudian atas gambaran yang telah

dijelaskan tentang objek perkara diatas, maka Majelis Hakim

Pengadilan Agama Bekasi telah mengadakan pemeriksaan setempat

pada tanggal 19 Agustus 2009 dan dari hasil pemeriksaan setempat

tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1. 1 (satu) set Mutiara Putih ;

Page 88: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

76

2. 1 (satu) set Kalung Permata warna-warni ;

3. 1 (satu) unit Rumah Tinggal luas tanah 149 m2 dan luas bangunan

153 m2 terletak di Perum Bumi Bekasi Baru, Jl. Gugus Depan

Raya No. 141 RT 002 RW. 004. Kelurahan Pengasinan,

Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa - Barat dengan batas-batas

sebagai berikut :

Sebelah Barat : Rumah bapak Situngkir ;

Sebelah Utara : Jl. Gugus Depan ;

Sebelah Timur : Rumah Ibu Suwarji ;

Sebelah Selatan : Rumah bapakDidid / Ipung ;

4. 1 (satu) unit Rumah Toko (RUKO) luas tanah 75 m2 terletak di

Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Kotamadya Bekasi,

Propinsi Jawa Barat, dengan Sertifikat Hak Milik No. 6385 a/n

Penggugat dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat : Ruko ;

Sebelah Utara : Jl. Dasa Darma 5 ;

Sebelah Timur : Ruko ;

Sebelah Selatan : Indomart ;

5. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2005 dengan Nomor Polisi

B 2920 BY a/n Tergugat

Page 89: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

77

Penggugat atau kuasa hukumnya dan Tergugat atau kuasa

hukumnya telah mengajukan kesimpulan yang pada pokoknya

Penggugat tetap dengan dalil gugatan dan repliknya, dan Tergugat

tetap dengan dalil jawaban dan dupliknya.

Penggugat dalam kesimpulan akhirnya menyampaikan pada

pokok inti bahwa Penggugat akan tetap menuntut gugatan harta

bersama, nafkah iddah dan mut’ah kepada Tergugat. Berdasarkan hal

tersebut Tergugat berkeberatan atas tuntutan harta bersama, nafkah

iddah dan mut’ah yang diajukan oleh Penggugat tersebut.

2. Pertimbangan Hukum

Pertimbangan hakim terhadap perkara sengketa harta bersama

dimulai dari tahap-tahap pemeriksaan yang meliputi: gugatan

Penggugat, jawaban Tergugat, replik, duplik dan pembuktian.

Pertimbangan hakim dalam suatu putusan tentunya dilihat dari faktor

pembuktian yang telah terbukti kebenarannya sesuai dengan

keterangan dalil yang diperkuat para pihak. Dasar hukum yang dirujuk

dalam putusan ini ialah Kompilasi Hukum Islam Pasal 97 dinyatakan

bahwa Penggugat dan Tergugat masing-masing berhak mendapatkan

½ (seperdua) dari harta bersama. Adapun dasar pertimbangan hakim

yang dipakai dalam menyelesaikan sengketa harta bersama Nomor:

1006/Pdt.G/2008/PA.Bks adalah:

Page 90: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

78

Berdasarkan pasal 49 ayat (1) huruf (a) dan ayat (2) beserta

penjelasannya angka (10) Undang-undang No. 7 Tahun 1989 yang

telah diubah dengan Undang-undang 3 Tahun 2006 perkara a quo

merupakan kompetensi absolut Pengadilan Agama, oleh karena itu

Pengadilan Agama Bekasi berwenang untuk memeriksa dan

menyelesaikan perkara tersebut.

Dan sesuai ketentuan pasal 130 ayat (1) HIR, Majelis Hakim

telah berusaha mendamaikan Penggugat Konvensi dan Tergugat

Konvensi agar dalam menyelesaikan gugatannya diselesaikan secara

musyawarah kekeluargaan, tetapi tidak berhasil, lalu dibacakan

gugatan Penggugat Konvensi yang isinya tetap dipertahankan

Penggugat Konvensi.

Selama masa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat

sudah memperoleh harta bersama berupa:

1. 1 (satu) unit Rumah Tinggal beserta isinya yang terletak di Perum

Bumi Bekasi Baru, Jl. Gugus Depan Raya No. 141 RT. 002 RW

004. Kelurahan Pengasinan, Kecamaatan Rawa Lumbu, Bekasi,

Jawa Barat;

2. 1 (satu) unit Rumah Toko (RUKO) dengan luas 75 M2 (tujuh puluh

lima meter bujur sangkar) terletak di Pengasinan, Kecamatan Rawa

Lumbu, Kotamadya Bekasi, Jawa Barat, dengan sertifikat Hak

Milik No. 6385 a/n Penggugat Asli.

Page 91: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

79

3. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2006 dengan Nomor Polisi

B.2920 a/n Tergugat Asli

4. Tabungan/Deposito pada Bank Mandiri atas nama Tergugat ;

5. Tabungan/Deposito pada Bank Central Asia a/n. Tergugat.

6. Tabungan /Deposito pada Bank BNI a/n. Tergugat

Dan untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya Penggugat telah

mengajukan alat-alat bukti di persidangan, yaitu berupa alat bukti

tertulis P.1, P.2, P.3. terhadap alat bukti tersebut Majelis Hakim

berpendapat bahwa alat bukti P.1, P.2, P.3 tersebut merupakan

fotokopi sah dari suatu akta otentik, sehingga memenuhi syarat

materill dan harus dinyatakan dapat diterima. Akan tetapi berbeda

halnya dengan Tergugat yang tidak mengajukan bukti-bukti dalam

persidangan untuk meneguhkan dalil-dalil jawabannya.

Demi membuktikan atas gambaran yang telah dijelaskan

tentang objek perkara diatas, maka Majelis Hakim telah melakukan

sidang pemeriksaan setempat (decentie) pada tanggal 19 Agustus 2009

dan ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1. 1 (satu) set Mutiara Putih ;

2. 1 (satu) set Kalung Permata warna-warni ;

3. 1 (satu) unit Rumah Tinggal luas tanah 149 m2 dan luas bangunan

153 m2 terletak di Perum Bumi Bekasi Baru, Jl. Gugus Depan

Page 92: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

80

Raya No. 141 RT 002 RW. 004. Kelurahan Pengasinan,

Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa - Barat dengan batas-batas

sebagai berikut :

Sebelah Barat : Rumah bapak nama pemilik;

Sebelah Utara : Jl. Raya Gugus Depan ;

Sebelah Timur : Rumah Ibu nama pemilik ;

Sebelah Selatan : Rumah bapak nama pemilik ;

4. 1 (satu) unit Rumah Toko (RUKO) luas tanah 75 m2 terletak di

Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Kotamadya Bekasi,

Propinsi Jawa Barat, dengan Sertifikat Hak Milik No. 6385 a/n

Penggugat dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat : Ruko ;

Sebelah Utara : Jl. Dasa Darma 5 ;

Sebelah Timur : Ruko ;

Sebelah Selatan : Indomart ;

5. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2005 dengan Nomor Polisi

B 2920 BY a/n Tergugat

Keterangan bukti yang diketemukan menyatakan baik

mengenai poin No. 1 dan 2 diatas, Majelis Hakim telah menemukan

langsung di tempat kejadian atas objek perhiasan yang dimaksud dan

hanya menemukan perhiasan pada poin No. 1 dan 2, dan untuk yang

lainnya tidak dapat diketahui. Namun tetap saja terhadap barang

Page 93: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

81

perhiasan tersebut Penggugat tidak menjelaskan status barang, dari

siapa dan dalam rangka apa. Selanjutnya poin No. 3 diatas, rumah

tinggal tersebut dibeli dari uang warisan orang tua Tergugat dan

diperoleh Tergugat sebesar Rp. 7.000.000 (tujuh juta rupiah) pada

tahun 1997. Apabila merujuk berdasarkan pasal 1 huruf (f) Kompilasi

Hukum Islam disebutkan bahwa “Harta kekayaan dalam perkawinan

adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami

isteri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung, selanjutnya

disebut harta bersama”. Kemudian kejelasan pada poin no. 4 diatas

terbukti bahwa ruko seluas 75 m2 dibeli berdasarkan hasil usaha

Tergugat dan ruko tersebut dipersiapkan untuk keperluan biaya anak

setelah Tergugat pensiun walaupun memang diakui oleh Tergugat

bahwa sertifikat ruko tersebut benar atas nama Penggugat. Kemudian

mengenai poin No. 5 diatas, bahwa mobil kijang inova tahun 2006

memang benar dibeli Tergugat dan digunakan untuk bekerja dan

mencari nafkah untuk menafkahi Penggugat dan ketiga anaknya dan

memenuhi kebutuhan mereka. Namun dalam hal ini baik Penggugat

atau Tergugat tetap dibebani pembuktian, sesuai dengan ketermuatan

pada Pasal 163 HIR. Sehingga disini akan terlihat sejauh mana pihak

Penggugat dan Tergugat benar-benar membuktikan segala dalil-dalil

jawaban atas bantahan mereka.

Page 94: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

82

Pertimbangan Majelis Hakim dalam putusan ini, Majelis

Hakim berpendapat mengenai keadilan berimbang dalam pembagian

harta bersama dan tidak selalu diartikan sama besar atau sama nilai

sebagaimana bunyi pasal 97 Kompilasi Hukum Islam tersebut di atas,

tetapi juga harus berimbang dalam hal kontribusi, memperoleh,

menjaga, mengelola dan membelanjakan harta dalam rumah tangga,

sehingga ketentuan pasal tersebut tidak selalu harus dilaksanakan

sebagaimana bunyi pasal itu sendiri, akan tetapi penerapan pasal

tersebut harus diukur oleh rasa keadilan dalam rumah tangga, dimana

kontribusi suami atau isteri dalam hal memperoleh, menjaga,

mengelola dan membelanjakan harta dalam rumah tangga (harta

bersama) akan sangat berpengaruh terhadap rasa keadilan dalam hal

terjadinya pembagian harta bersama manakala pembagian dimaksud

akan merupakan suatu keharusan dalam penyelesaian sengketa harta

bersama.

Dan berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tersebut,

Majelis Hakim menyatakan bahwa tidak adil jika ketentuan pada pasal

97 Kompilasi Hukum Islam diterapkan secara tekstual dalam kasus

perkara a quo, dengan demikian Majelis Hakim menetapkan bahwa

bagian Penggugat (isteri) tersebut sebesar 1/3 bagian dan Tergugat

(suami) mendapat 2/3 bagian.

Page 95: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

83

3. Amar Putusan

Berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim

memutuskan harta bersama Penggugat dan Tergugat adalah:

Dalam Konvensi

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Konvensi sebagian ;

2. Menetapkan harta-harta berupa :

2.1. Satu set Mutiara Putih ;

2.2. Satu set Kalung Permata warna-warni ;

2.3. Satu unit rumah tinggal luas tanah 149 m2 dan luas

bangunan 153 m2 terletak di Perum Bumi Bekasi Baru,

J1. Gugus Depan Raya No. 141 RT 002 RW. 004.

Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi,

Jawa–Barat.

2.4. Satu unit rumah toko (Ruko) luas tanah 75 m2 terletak di

Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Kotamadya

Bekasi, Propinsi Jawa Barat, dengan Sertifikat Hak Milik

No. 6385 a/n. Penggugat

2.5. Satu unit Mobil Kijang Inova Tahun 2005 dengan Nomor

Polisi B 2920 BY a/n. Tergugat.

3. Menetapkan Penggugat Konvensi mendapat 1/3 (satu per tiga)

bagian dan Tergugat Konvensi mendapat 2/3 (dua per tiga)

bagian dari harta bersama tersebut.

Page 96: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

84

4. Menolak dan menyatakan tidak dapat diterima (NO) gugatan

Penggugat Konvensi selebihnya ;

Dalam Rekonvensi

1. Menyatakan gugatan balik Penggugat Rekonvensi tidak dapat

diterima (NO).

Dalam Konvensi – Rekonvensi

- Membebankan kepada Penggugat Konvensi/Tergugat

Rekonvensi untuk membeyar biaya perkara sebesar Rp.

2.151.000,- (Dua juta seratus lima puluh satu ribu rupiah);

B. Analisis Penulis

Berdasarkan pada putusan perkara Nomor:1006/Pdt.G/2008/

PA.Bks, dalam putusan tersebut terjadi sengketa dan melibatkan antara

Penggugat (isteri) dengan Tergugat (suami), dimana mengenai putusan

ini hakim Pengadilan Agama Bekasi yang memutuskan perkara

tersebut membagi harta bersama 1/3 untuk Penggugat (isteri) dan 2/3

untuk Tergugat (suami).

Pada realita fakta yang ditemukan dan membuktikan bahwa

sebagian besar harta bersama didapat dari dominan hasil kerja keras

Tergugat selaku sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban

untuk menafkahi Penggugat dan ketiga anaknya, namun disayangkan

keberadaan Penggugat dalam keluarga tidak dapat dilakukan

Page 97: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

85

sepenuhnya seperti halnya mengayomi anak-anak selayaknya sebagai

teladan seorang ibu dan juga Penggugat telah merusak kepercayaan

Tergugat selaku suami yang mana Penggugat terbukti telah mengakui

melakukan penyelewengan yaitu dengan melangsungkan pernikahan

sirri dengan laki-laki lain, padahal kondisi rumah tangga Penggugat

dan Tergugat masih terikat secara sah menurut agama dan Negara.

Apabila diteliti kembali dalam putusan Pengadilan Agama

Bekasi ini, menurut penulis Majelis Hakim telah mengesampingkan

Pasal 97 KHI dengan kata lain tidak memutuskan pembagian harta

bersama dengan ½ bagian untuk masing-masing suami dan isteri.

Maka dari itu hasil dari putusan harta bersama ini hakim Pengadilan

Agama Bekasi membagi 1/3 bagian untuk Penggugat dan 2/3 untuk

Tergugat. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan hukum yang di

dukung dengan fakta-fakta yang ada sebagai tolak ukur untuk

menentukan besar bagian masing-masing suami isteri. Dikarenakan

dalam realita istri (Penggugat) telah banyak menggunakan serta

membelanjakan harta bersama tersebut secara sepihak dan tidak

proporsional, hanya demi memenuhi kepentingannya sendiri tanpa

adanya izin dan di luar sepengetahuan suami (Tergugat). Berikut juga

mengenai perebutan kepemilikan harta terlihat jelas, peran Tergugat

selama perkawinan sangat bertanggung jawab untuk menafkahi

Page 98: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

86

kehidupan anak-anaknya beserta rumah tangganya. Dan kedudukan

Tergugat sebagai kepala rumah tangga sangat memahami posisinya

yang mempunyai kewajiban dan bertanggung jawab penuh atas

kelangsungan hidup keluarganya. Tergugat adalah pemimpin dalam

rumah tangga sebagaimana termuat dalam surat An-nisa’ ayat 34

berbunyi:

الرجال قوامون علي النساء بما فضل الله بعضهم علي بعضArtinya: kaum laki-laki itu adalah pimpinan bagi kaum

wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita).

Pada perkara ini terdapat ketidaksenadaan alur cerita antara

Penggugat dan Tergugat mengenai kejelasan atas keterangan posita

dan petitum, dimana dalam berumah tangga Tergugatlah yang lebih

dominan dan berperan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah

tangganya. Dan keberadaan Penggugat (isteri) sebagai ibu rumah

tangga dan juga berproaktif dalam kegiatan Ibu Ketua Ikatan Istri

Karyawan (IIKA) yang juga sering menggelar dan mengikuti kegiatan

keagamaan, sudah seharusnya dapat memahami bagaimana sepatutnya

menjadi seorang isteri dan ibu yang layak bagi suami dan ketiga

anaknya, namun disayangkan pada kenyataannya Penggugat justru

melakukan nikah sirri (poliandri), padahal faktanya bahwa Penggugat

masih menjadi isteri yang sah secara agama dan Negara. Hal ini

Page 99: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

87

didukung pada realita terjadi bahwa Penggugat sebagai isteri dan

selaku ibu tidak dapat menjaga diri dan menjaga harta suami sampai-

sampai Penggugat berani membelanjakan sebagian harta suami dan

harta bersama secara sepihak untuk kepentingan suami sirrinya.

Padahal secara jelas sudah disebutkan disuatu hadis, ketika suami

pergi bekerja, seorang istri harus dapat menjaga dirinya dan menjaga

pula harta suaminya, sebagaimana ketentuan dalam Pasal 90 KHI

disebutkan bahwa “Isteri turut bertanggung jawab menjaga harta

bersama maupun harta suami yang ada padanya”. Oleh karena itu tidak

adil sekiranya hakim menerapkan Pasal 97 tersebut tanpa

mempertimbangkan kenyataan fakta-fakta yang ada dan diakui oleh

Penggugat.84

Sebagaimana wawancara penulis dengan Majelis Hakim yang

memutus perkara ini dikatakan bahwa dalam memutus perkara

tersebut sudah diterapkannya teori hermeneutika hukum sebagai

alternative pertimbangan hukum atas perkara ini, dalam artian telah

memahami suatu peristiwa hukum atau fakta hukum, maksudnya tidak

memahami hukum hanya secara tekstual saja namun juga lebih

mempertimbangkan aspek konstektual yang bersifat sosiologis, serta

84 Wawancara pribadi dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Drs. Jajat Sudrajat,

SH.,MH, di Pengadilan Agama Jakarta Timur, 26 Maret 2015.

Page 100: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

88

membaginya secara proporsional dan juga berdasarkan seberapa

banyak kontribusi dalam menghasilkan harta bersama tersebut.85

Penulis berpendapat atas keputusan pembagian harta bersama

tersebut sudah seharusnya diputuskan demikian, meskipun diketahui

bahwa hakim berkedudukan sebagai corong Undang-undang yang

harus tunduk pada teks Undang-undang dan hanya dapat menerapkan

segala aturan yang tertulis, namun jika pada kenyataan dalam

konteksnya mengharuskan hakim tersebut untuk mengesampingkan

aturan dan teks hukum yang ada, maka hakim tersebut dinyatakan

telah berani beranjak dan menerobos Undang-undang. Apabila seperti

ini berarti hakim sudah melakukan ijtihad hukum dalam putusannya

agar tujuan hukum bagi para pihak dapat terpenuhi. Dan juga

didukung dengan hadirnya teori keadilan distributif yaitu memberikan

kepada setiap orang apa yang menjadi haknya berdasarkan jasa-jasa

atau kontribusinya.

Sesungguhnya mengenai perkara sengketa pembagian harta

bersama yang diajukan kepada hakim Pengadilan Agama termasuk

bersifat kasuistik, induktif, kontekstual dan empiris yang kemudian

85 Wawancara pribadi dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Drs. Jajat Sudrajat,

SH.,MH, di Pengadilan Agama Jakarta Timur, 26 Maret 2015.

Page 101: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

89

disebut hukum kasuistis.86 Untuk menghadapi perkara yang sifatnya

kasuistik, maka disini sangat diperlukan kemampuan seorang hakim

dalam melihat kasus, bentuk hukum yang cocok untuk diterapkan,

karena bagaimana juga hakim sebagai penerap hukum, tidak cukup

dengan penguasaan hukum belaka, tetapi juga mempunyai

kemampuan untuk menerapkannya secara benar. Sebagaimana

penjelasan yang diuraikan oleh Ibnu Qayyim dalam kitabnya Ath-

Thuruq al- Hukmiyah dan kitab I’lamul Muwaqqi’in yang hakikatnya

mengingatkan seseorang apabila memilih seorang hakim perlunya

dilihat dua hal yaitu, penguasaan hukum dan ketajaman pandangannya

dalam melihat kasus dan latar belakangnya, serta mempunyai

kemampuan dalam membedakan mana pernyataan yang benar dan

yang bohong, yang hak dan yang bathil.87 Begitu juga apabila seorang

hakim menghadapi perkara seperti ini maka hakim diperbolehkan

untuk melakukan hermeneutika hukum sebagai alat untuk

mempertajam penafsirannya terhadap suatu pasal dalam Undang-

undang yang jelas sudah tidak relevan digunakan dalam perkara

tersebut.

86 Wawancara pribadi dengan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Dr. Hj. Azizah, MA, di

Ruang Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, 08 April 2015. 87 Satria Effendi M. Zein, Ijtihad dan Hakim Pengadilan Agama, Jurnal Mimbar Hukum

Aktualisasi Hukum Islam No. 10 Thn IV 1993, (Jakarta: PT Intermasa, 1993) h. 49

Page 102: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

90

Menurut hemat penulis bahwa hakim pada putusan ini telah

tepat dan adil dengan menentukan 1/3 bagian untuk Penggugat dan 2/3

bagian untuk Tergugat dan juga menerapkan teori hermeneutika

hukum pada putusan tersebut, hal ini terlihat jelas bahwa hakim

memahami hukum tidak hanya secara tekstual, namun juga lebih

mempertimbangkan aspek kontekstual. Dan telah mengesampingkan

peraturan perundang-undangan yang terkait beserta tidak

menggunakannya sebagai dasar pertimbangan hukum sesuai Undang-

undang sepanjang memang dalam pasal pada Undang-undang tersebut

tidak lagi relevan dengan perkembangan dan kondisi kekinian, maka

hal tersebut diperbolehkan.

Pada hakikatnya hakim harus dapat melakukan penemuan

hukum dalam memahami dan mengikuti perkembangan dan nilai-nilai

yang terdapat dalam masyarakat. Dan penemuan hukum melalui

hermeneutika hukum dapat diketahui dengan cara hakim telah

memahami dan memeriksanya dengan teliti maksud dan makna atas

ketersiratan dan ketersuratan pada tiga lingkaran yaitu teks, konteks

dan kontekstualisasi. Dan juga melihat fakta hukum yang ada, namun

tetap melakukan konsideran pada legalitas formal yuridis yang terkait,

Page 103: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

91

hal ini bisa dilakukan ketika rasa pencarian tujuan hukumnya tidak

terpenuhi.88

Hukum Islam telah memberikan wadah untuk melakukan

suatu penemuan hukum, selain dapat merujuk dalam Kitabullah (Al-

Qur’an) dan As-sunnah (hadis) dapat juga menggunakan ijtihad.

Dengan lapangan ijtihad inilah para mujtahid termasuk pula hakim

dapat memutus suatu perkara dan menerapkannya menggunakan

penemuan hukum dalam Islam ini. Dengan semakin banyak

pengalaman mengadili perkara, semakin tinggi daya tatbiqi seorang

hakim, seperti janji Allah yang akan tetap memberikan kebaikannya

terhadap seorang hakim saat berijtihad, sekalipun hakim tersebut

melakukan kesalahan dalam memutus perkaranya, yaitu:

عبأ ني هريال: قلة قار كمقول: إذا حي لمسو هليلى اهللا عص ول اللهسر 89فله أجر. أطخأاحلاكم فاجتهد فأصاب فله أجران، وإذا اجتهدا ف

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ jika seorang hakim hendak memutuskan suatu perkara, kemudian ia berjihad dan ijtihadnya benar, maka ia mendapat dua pahala, tetapi jika ia berjihad, kemudian hasil ijtihadnya salah, maka ia mendapat satu pahala”.

88 Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur Drs. Dr. H.

Chazim Maksalina,MH, di Pengadilan Agama Jakarta Timur, 01 April 2015.

89 Abu Abdurahman Ahamad bin syu’aib bin Ali Al-khurasani An-Nasa’I, As-Sunan Al-Kubro, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2001), h. 396

Page 104: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

92

Begitu juga diperkuat dengan suatu hadis yang terjadi pada

zaman Rasulullah, ketika Muadz bin Jabal diutus Rasul untuk menjadi

hakim di Yaman dan Muadz memberikan jalan keluar yaitu dengan

melakukan ijtihad dalam hal penyelesaian perkara beserta menemukan

hukumnya. Dapat dipahami maksud dari hadis tersebut bahwa hakim

harus menggali dengan pikirannya untuk menemukan hukum baik

bersumber dari Al-Qur’an, hadist atau ijtihad dalam menangani kasus

yang dihadapkan kepadanya dan ditanganinya, sehingga tujuan hukum

bagi para pihak dapat terpenuhi. Karena sudah Sepatutnya hakim

dalam melakukan ijtihad harus disesuaikan dahulu dengan

perkembangan zaman90 seperti halnya disebutkan dalam kaidah

fiqhiyah:

احلكم يتغير باألزمنة و األمكنة و األحوالHukum itu berubah mengikuti perkembangan zaman, tempat

dan keadaan

Karena suatu hukum tidak mungkin menjamin keadilan jika

materinya sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak

sesuai lagi dengan tuntutan zaman.91 Sebagaimana juga didukung

dalam ketentuan yuridis formal pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009, dimuat bahwa: “Hakim dan hakim konstitusi

90 Wawancara pribadi dengan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Dr. Hj. Azizah, M.A, di Ruang Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, 08 April 2015.

91 Article Penegakan Hukum oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, Diakses pada tanggal 17

April 2015, 12.00 WIB. http://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf.

Page 105: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

93

wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Demikian juga diatur pada

pasal 229 KHI dikatakan bahwa: “Hakim dalam menyelesaikan

perkara-perkara yang diajukan kepadanya, wajib memperhatikan

sungguh-sungguh nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat,

sehingga putusannya sesuai dengan rasa keadilan”.

Demikian atas putusan hakim Pengadilan Agama Bekasi yang

telah memutus perkara sengketa harta bersama dengan melakukan

penemuan hukum menggunakan hermeneutika hukum dalam

penyelesaian sengketa harta bersama dan mencurahkan ijtihadnya

dalam putusan diatas dan patut dicontoh untuk hakim-hakim lain,

dikarenakan telah berani beranjak dan menerobos Undang-undang,

sehingga dapat memenuhi tujuan hukum bagi para pihak.

Page 106: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dari bab I sampai bab IV, pada akhirnya

penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Dasar hukum dalam menggunakan hermeneutika hukum pada putusan

perkara harta bersama ini yaitu menyatakan Pasal 97 Kompilasi Hukum

Islam “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari

harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian

perkawinan”, dikesampingkan disebabkan kedudukan pasal yang dalam

hal ini termasuk tekstual terhadap kontekstual suatu permasalahan yang

telah jelas kedudukannya. Karena seharusnya seseorang dalam memahami

hermeneutika hukum sudah sepatutnya tidak hanya memahami hukum

hanya secara tekstual saja namun juga lebih mempertimbangkan aspek

konstektual yang bersifat sosiologis, sebagaimana juga posisi Majelis

Hakim sebagai penafsir harus dapat melihat dengan teliti dan dapat

membedakan hermeneutik tidak hanya sekedar suatu penafsiran tetapi

juga melampaui dari suatu tafsir artinya harus memahami tiga triologi

yaitu teks, konteks, dan kontekstualisasi. Dan ketika hakim akan

menggunakan hermeneutika maka terdapat batasannya yaitu dilakukan

saat penerapan aturan yang terkait sudah dianggap tidak relevan lagi untuk

Page 107: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

95

dipergunakan dalam permasalahan kekinian yang dihadapi, oleh karena itu

diperlukan sekali peran hakim dengan keberaniannya untuk melampaui

serta menerobos dan beranjak dari ketentuan Pasal dalam Undang-undang.

Meskipun sesungguhnya acuan peraturan pembagian harta bersama sudah

jelas termuat dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 97. Tetapi hakim

mempunyai kewenangan untuk melakukan ijtihad disetiap perkara yang

bersifat kasuistis.

2. Terdapat beberapa alasan hakim dalam putusan perkara penyelesaian

sengketa harta bersama ini tanpa merujuk kepada Kompilasi Hukum Islam

yaitu dengan melihat sisi fakta yang terjadi sebagaimana didukung pada

keterangan bukti tertulis dan keterangan saksi, kemudian Majelis hakim

juga melihat sisi keadilan sebagai salah satu tujuan hukum dalam

memutus perkara ini. Dimana faktanya adalah istri (Penggugat) telah

banyak menggunakan harta dari harta-harta bersama tersebut secara

sepihak dan tidak proporsional, hanya demi memenuhi kepentingannya

sendiri tanpa adanya izin dan di luar pengetahuan suami (Tergugat)

disamping itu beban tanggung jawab yang dipikul suami terhadap anak-

anaknya sementara suami (tergugat) sudah pensiun dan sebagiannya

mengandalkan kepada harta bersama tersebut. Dalam hal ini hakim

dituntut untuk dapat berani mengambil putusan yang berbeda dengan

normatif Undang-undang, apabila diketemukan Pasal yang sudah tidak

sesuai dengan perubahan sosial di masyarakat. Oleh karenanya tidak adil

Page 108: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

96

sekiranya hakim menerapkan Pasal 97 tersebut tanpa mempertimbangkan

kenyataan fakta-fakta yang ada dan diakui oleh Penggugat. Dengan

demikian hakim diperkenankan melakukan hermeneutika hukum pada

putusan perkara tersebut, sehingga pada perkara kasuistik ini pembagian

harta bersama tidak harus masing-masing mendapatkan bagian 50%

berikut disertai dengan segala pertimbangan yang matang, jelas dan teliti,

demi terwujudnya keadilan untuk kedua para pihak.

B. Saran

Bagi hakim Pengadilan Agama, hendaknya hakim tidak hanya

berpijak pada Undang-undang, melainkan juga memperhatikan nilai-nilai

hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Terutama terhadap

perkara kasuistik, sudah seharusnya dari setiap putusan yang dihasilkan dapat

terpenuhinya tujuan hukum bagi para pihak.

Dan semoga dengan semakin berkembangnya setiap permasalahan

dalam perkara di Pengadilan Agama menjadikan para hakim dapat ikut serta

untuk memberanikan hati nuraninya mempertimbangkan dan memutus

perkara yang dihadapkannya seadil mungkin, dengan merefleksikan salah satu

metode penemuan hukum yaitu hermeneutika hukum.

Page 109: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

97

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu Abdurahman bin Syu’aib bin Ali Al-khurasani An-Nasa’I, As-Sunan Al-

Kubro, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2001. Ahmad, Amrullah, dkk, Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Gema

Insani Press, 1996. Aji, Ahmad Mukri, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2010. Al-Amidi, Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam, Beirut: Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, 1984, Juz

IV.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, Cet 4, April, 2012.

Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), Jakarta: Kencana, 2009.

______________ , Menguak Tabir Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Al-Qaradawi, Yusuf, Al-Ijtihad fī al-Sharī’ah al-Islamiyyah ma‘a Nazarah Tahlīliyyah fī al-Ijtihad al-Mu‘asir Kuwayt: Dar al-Qalam, 1985.

Al-‘umari, Nadiah Syarif, Al-ijtihad fi al-islami, Beirut: Muassasah Ar-risalah, 1986.

Aghnides, Nicolas P., The Background Introduction To Muhammedan Law, New York: published by the Ab, “ Sitti Sjamsijah”. Publishing coy Solo, Java, with the authority- license of Columbia University Press.

Basyir, Ahmad Azhar, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), Yogyakarta: UII Press, 2005.

Bertens, K., Filsafat Barat Abad XX, Jakarta: Gramedia, 1981.

Bleicher, Josef, Contemporary Hermeneutics, London; Routlege & Kegan Paul, 1980.

Page 110: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

98

Bhakti Adhiwisastra, Yudha, Penafisran Dan Konstruksi Hukum, Bandung: Alumni, 2000.

Breaten, Card, History of Hermeneutics, Philadelphia: From Press, 1966.

Cambell Black, Henry, Black’s Law Dictionary, 6th ed, USA: West Publishing, 2004

Dawud, Abu, Sunan Abu Dawud, Beirut: Al-Maktabah Al-‘Ashriyah, Juz III.

E. Palmer, Richard, Hermeneutic, Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer, Evanston: Northwestern University Press, 1969, diterjemahkan oleh: Masnur Hery & Damanhuri Muhammad, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

El-Fadl, Khaled M. Abou, Atas Nama Tuhan dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif, diterjemahkan oleh: R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004.

Esack, Farid, Qur’an Liberation and Pluralism: An Islamic Perspective of

Interreligious Solidarity Agains Oppression, Oxford: Oneworld, 1997. E.Sumaryono, Hermenutika, Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1999. Faiz, Fahruddin, Hermeneutika Qur’ani: Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi,

Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2002.

Hardiman, F. Budi, Melampui Positivisme Dan Modernisme Diskursus Filsafat Tentang Metode Ilmiah Dan Problem Modernitas, Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Hamidi, Jazim, Penerapan Asas-Asas Umum Penyelengaraan Pemerintahan Yang

Layak (AAUPPL) Di Lingkungan Peradilan Administrasi Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.

____________ , Hermeneutika Hukum. Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Interpretasi Teks, Yogyakarta, UII Press, 2005. Hanafi, Hasan, Dialog Agama dan Revolusi, terj. Tim Pustaka Firdaus, Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1991.

____________ , Hermeneutic, Liberation and Revolution, Dar Kebaa Bookshop, diterjemahkan oleh Jajat Hidayatul. F dan Neila Meutia. D, edisi Indonesia:

Page 111: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

99

Bongkar Tafsir, Liberalisasi, Revolusi, Hermeneutik, Yogyakarta: Pustaka Utama, 2003.

Hardiman, F. Budi, Melampui Positivisme Dan Modernisme Diskursus Filsafat Tentang Metode Ilmiah Dan Problem Modernitas, Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Ibrahim, Johny, Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif, Edisi Revisi, Cet-4, Malang : Bayu Media Publishing, 2008.

Khalaf, Abdul Wahab, Ilm Ushul Al-Fiqh, Kairo: Dar Al-Qalam, 1978. Kamil, Ahmad dan M. Fauzan, Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi, Jakarta:

Prenada Media, 2004.

Lubis, Suhrawardi K., Etika Profesi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Maksalina, Chazim. Penerapan Hermeneutika Hukum Dalam Perspektif Penemuan Hukum Pada Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, (Disertasi S3 Bidang Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana, Universitas Islam Bandung, 2014)

Manan, Abdul, Reformasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.

Manan, Bagir, Wajah Hukum di Era Reformasi, Bandung: Citra Aditya Bakhti, 2000. Mar’i, Hasan Ahmad, Al-Ijtihad fi Syari’ah al-Islamiyyah, Cairo: Dar al-Ma’arif,

1976. Mertokusumo, Sudikno, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Liberty,

2010.

Mertokusumo, Sudikno dan A. Pilto, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

Page 112: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

100

Moerad, Pontang, B.M., Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan, Bandung: Alumni, 2006.

Muiz, A. Niamullah dan J.M.S Baljon, Tafsir Qur’an Muslim Modern mengenai perbedaan pandangan antara umat Islam dan Kristen dalam meyakini kitab sucinya masing-masing, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991.

Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Ar-Risalah, Beirut: Al-maktabah Al-‘Ilmiyyah, 2005.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Ranuhandoko, L.P.M., Terminiologi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Rifa’i, Ahmad, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif,

Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet.-3,

1998. Sidharta, B. Arief, Peranan Praktisi Hukum Dalam Perkembangan Hukum Di

Indonesia, Bandung: Pusat Penelitian Perkembangan Hukum Lembaga Penelitian UNPAD No. 1, 1999.

Suma, Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taimiyyah Dalam Bidang Fiqih Islam, Jakarta:

INIS, 1991. Sutiyoso, Bambang, Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum Yang

Pasti dan Berkeadilan, Yogyakarta: UII Press, 2006. Soeroso, R., Praktik Hukum Acara Perdata, Cet. IV, Jakarta: Sinar Grafika, 2004. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press,1986.

Sopyan, Yayan, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta, 2010.

Syah, Ismail Muhammad, Pencaharian Bersama Suami Istri, Jakarta: Bulan bintang, 1965.

Page 113: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

101

__________________ , Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Prenada

Media, 2006.

Syamsudin, M. Konstruksi Baru Budaya Hukum Hakim Berbasis Hukum Progresif, Jakarta: Kencana, 2012.

Wahhab, Tajuddin Abdul bin As-Subki, Jam’ Al-Jawami', Semarang: Toha Putra.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Wignjosoebroto, Soetandyo, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalah, Jakarta: Huma, 2002.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990.

Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Al-Fiqh, Qahirah: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958.

Zainal Abidin, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama, Bandung: Alumni,

2006.

Perundang-Undangan

Instruksi Presiden R.I No.1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam

Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Kitab Undang-undang Acara Pidana

Sumber Internet Article Penegakan Hukum oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, Diakses pada

tanggal 17 April 2015, jam 12.00 WIB. http://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf.

Page 114: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

102

Purkon, Arip, Article Pendekatan Hermeneutika dalam Kajian Hukum Islam, Jakarta: FSH UIN Jakarta. Diakses tanggal 05 Mei 2015, 16.00 WIB. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=175989&val=328&title=Pendekatan%20Hermeneutika%20dalam%20Kajian%20Hukum%20Islam.

https://blog.djarumbeasiswaplus.org/hendra/tag/hukum/ Diakses tanggal 05 Mei

2015, jam 16.05 WIB.

Jurnal

Asyrof, A. Mukhsin, Asas-Asas Penemuan Hukum Dan Penciptaan Hukum Oleh Hakim Dalam Proses Peradilan, Majalah Hukum Varia Peradilan Edisi No. 252 November, 2006, Jakarta: IKAHI, 2006.

M. Zein, Satria Effendi, Ijtihad dan Hakim Pengadilan Agama, Jurnal Mimbar

Hukum Aktualisasi Hukum Islam No. 10 Thn IV 1993, Jakarta: PT Intermasa, 1993.

Fence M. Wantu, Mewujudkan Kepastian Hukum, Keadilan Dan Kemanfaatan Dalam Putusan Hakim Di Peradilan Perdata, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12 No. 3/03 September 2012, Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Hasil Penelitian Wawancara pribadi dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Drs. Jajat

Sudrajat, SH.,MH., di Pengadilan Agama Jakarta Timur, 26 Maret 2015. Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur Dr. Drs.

H. Chazim Maksalina, MH., di Pengadilan Agama Jakarta Timur, 01 April 2015.

Wawancara pribadi dengan Dosen dan Serketaris Program Studi Ilmu Hukum, Arip

Purkon, S.HI., MA., di Ruang Program Studi Fakultas Syariah dan Hukum, 04 April 2015.

Wawancara pribadi dengan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Dr. Hj. Azizah, MA.,

di Ruang Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, 08 April 2015. Putusan Perkara Nomor: 1006/ Pdt.G/ 2008/ PA.Bks

Putusan Perkara Nomor: 1934/ Pdt.G/ 2013/ PA.JT

Putusan Perkara Nomor: 1159/ Pdt.G/ 2013/ PA.JT

Page 115: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum
Page 116: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum
Page 117: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum
Page 118: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum
Page 119: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

HASIL WAWANCARA

Nama Lengkap : Drs. Jajat Sudrajat, SH., MH

NIP : 19671221993031002

Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur

1. Apakah pengertian harta bersama dalam pandangan bapak ?

Menurut saya, mengenai harta bersama tetap mengacu pada Undang-undang

dalam hal ini yaitu Kompilasi Hukum Islam, pengertian harta bersama adalah harta

yang diperoleh selama masa perkawinan baik oleh suami maupun oleh isteri ataupun

oleh kedua-duanya sejak terjadinya akad nikah.

2. Bagaimana cara untuk memastikan pemisahan harta tersebut merupakan suami maupun

isteri dalam putusan ini?

Dalam perkara gugatan harta bersama maka ntuk memastikan pemisahan harta

bersama yaitu melalui pembuktian baik itu dengan surat ataupun saksi, dari pembuktian

tersebut dapat diketahui apakah harta yang di sengketakan tersebut termasuk harta

bersama atau bukan harta bersama.

3. Bagaimana upaya hakim dalam membuktikan kebenaran harta-harta yang berada pada

suami ataupun isteri sebagai harta bersama?

Untuk membuktikan kebenaran harta-harta objek sengketa harta bersama dapat

diketahui melalui pembuktian sejauh mana para pihak yang bersengketa dapat

membuktikan dalil-dalilnya.

4. Mengapa putusan hakim dalam perkara ini lebih menitikberatkan kontsribusi suami lebih

dominan atau lebih besar untuk mendapatkan pembagian harta?

Pada putusan ini, tidak an sich kepada konstribusi saja tetapi juga tanggung

jawab yang menjadi beban suami, termasuk masalah anak, sebenarnya dalam

pertimbangan hukumnya ada hal yang tidak dimunculkan bahwa pada realitanya

penggugat sudah lebih dahulu menggunakan sebagian dari harta bersama secara

sepihak dan tidak secara proporsional.

5. Apa dasar hukum hakim memutuskan 1/3 untuk penggugat konvensi dan 2/3 untuk

tergugat konvensi?

Page 120: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

Pada dasarnya mengenai pembagian harta bersama telah diatur secara jelas

dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 97, namun demikian hakim di perbolehkan untuk

melakukan contra legem terhadap ketentuan Undang-undang. Hakim tidak selalu harus

menjadi corong Undang-undang, dalam perkara a quo hakim melakukan terobosan

hukum terhadap ketentuan Pasal 97 tersebut yaitu dengan menentukan pembagian harta

bersama 1/3 untuk istri (penggugat) dan 2/3 untuk suami (tergugat), hal ini di dasarkan

kepada fakta-fakta yang ada sebagai tolak ukur untuk menentukan besar bagian masing-

masing suami isteri. Dimana faktanya adalah istri (penggugat) telah banyak

menggunakan harta dari harta-harta bersama tersebut secara sepihak dan tidak

proporsional, hanya demi memenuhi kepentingannya sendiri tanpa adanya izin dan di

luar pengetahuan suami (tergugat) disamping itu beban tanggung jawab yang dipikul

suami terhadap anak-anaknya sementara suami (tergugat) sudah pensiun dan

sebagiannya mengandalkan kepada harta bersama tersebut. Oleh karenanya tidak adil

sekiranya hakim menerapkan Pasal 97 tersebut tanpa mempertimbangkan kenyataan

fakta-fakta yang ada dan diakui oleh penggugat.

6. Dalam ajaran filsafat dikenal dengan hadirnya hermeneutika hukum untuk dapat

memahami suatu peristiwa hukum atau fakta hukum, maksudnya tidak memahami hukum

hanya secara tekstual saja namun, juga lebih mempertimbangkan aspek konstektual yang

bersifat sosiologis, apakah menurut bapak putusan perkara ini tepat menggunakan

hermeneutika hukum?

Menurut saya, putusan perkara ini sudah seharusnya diterapkan demikian.

Karena apabila memahami melalui hermenutika tersebut adalah sebuah kajian filsafat

dan untuk itu untuk menerapkan konteks hukum tidak harus lansung pada Undang-

undang, harus diketahui bahwa Undang-undang bukan hukum, Undang-undang setelah

diterapkan dalam pertimbangan hukum dan menjadi sebuah putusan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap sesuai dengan diktum yang termuat bahwa Penggugat Konvensi

mendapatkan 1/3 bagian dan Tergugat Konvensi mendapatkan 2/3 bagian.

7. Apakah menurut bapak dalam putusan perkara Nomor: 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks sudah

memenuhi rasa keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan?

Page 121: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

Hakim harus bisa mencapai tujuan hukum yaitu mengejar keadilan dan dengan

keluarnya putusan maka akan terwujudlah kepastian hukum dan dari hal tersebutlah

didapatkan kemanfaatan.

8. Apakah dampak yang diterima para pihak atas putusan perkara ini?

Hal tersebut dapat dilihat apakah dari para pihak akan melakukan upaya hukum

setelah putusan pada Pengadilan Tingkat Pertama atau tetap menerima putusan

tersebut, dan apabila para pihak ada yang mengajukan upaya hukum berarti pihak

tersebut belum puas dengan putusan yang ditetapkan.

9. Berapakah jumlah perkara yang bapak pernah putuskan menggunakan hermeneutika

hukum?

Jumlah perkara yang pernah di putuskan menggunakan hermeneutika hukum

selama saya menjadi ketua majelis hakim terdapat dua putusan dan selama menjadi

hakim anggota hanya satu putusan saja.

10. Adakah kelebihan dan kekurangan untuk penerapan hermeneutika hukum?

Kelebihannya adalah mencapai rasa keadilan dengan dasar tidak memahami

hukum hanya secara tekstual saja namun, juga lebih mempertimbangkan aspek

konstektual yang bersifat sosiologis. Dan kekurangannya ialah belum terdapatnya legal

skill dalam diri hakim tersebut dan kurangnya pemahaman hakim terhadap hermeneutic

dikarenakan masih kurang familiarnya pemahaman mengenai metode penemuan hukum

seperti ini.

11. Bagaimana pendapat bapak tentang hermeneutika hukum?

Pendapat saya tentang hermeneutika hukum adalah memahami hukum tidak

hanya secara tekstual saja namun, juga lebih mempertimbangkan aspek konstektual yang

bersifat sosiologis. Dan harus dapat menyelami rasa keadilan.

12. Apabila membicarakan hermeneutika, maka dalam hal ini hakim sebagai penafsir harus

dapat memahami dan membedakan tiga lingkaran di dalamnya yaitu teks, konteks, dan

kontekstualisasi, lalu bagaimana menurut pandangan bapak membedakannya?

Memahami dan menafsirkan teks Undang-undang hakim sebagai penafsir harus

paham atas konteksnya, karena antara teks dan konteks saling berkaitan, apalagi untuk

Page 122: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

menerobos Undang-undang walaupun hakim dikatakan sebagai corong Undang-undang

namun jika pada kenyataan dalam konteksnya mengharuskan, maka tidak apa apabila

hakim tersebut harus menerobos Undang-undang.

13. Apa landasan dan dasar hukum hakim dalam pengambilan putusan suatu perkara dengan

menggunakan hermeneutika hukum?

1) Menyelami rasa keadilan dalam masyarakat.

2) Memberikan rasa keadilan bagi para pencari keadilan.

3) Hakim dituntut untuk tidak hanya sekedar menjadi corong Undang-undang.

14. Apa akibat yang dihasilkan apabila pertimbangan hukum melalui hermeneutika bagi para

pihak yang berperkara?

Hasil untuk para pihak ialah dapat memberikan rasa keadilan.

15. Apakah, jika melalui metode hermeneutika hukum sudah dapat dikatakan terpenuhinya

tujuan hukum untuk para pihak dalam putusan yang ada?

Sesuai merujuk dengan pengertian pada No.6 dan pemahaman tiga lingkaran

dalam ajaran hermeneutic pada No.12 maka suatu tujuan hukum dapat terpenuhi melalui

metode hermeneutika hukum dengan syarat, penafsir harus menguasai dan mempunyai

wawasan terhadap metode hermeneutika hukum.

Jakarta, 26 Maret 2015

Narasumber Pewawancara

(Drs. Jajat Sudrajat, SH., MH) (Safira Maharani)

Page 123: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

HASIL WAWANCARA

Nama Lengkap : Dr. Drs. H. Chazim Maksalina, M.H

NIP : 196112271991031002

Jabatan : Wakil Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur

1. Bagaimana pendapat bapak tentang hermeneutika hukum?

Menurut saya, hermenutika dapat dimaknai dengan metode interpretasi atas teks-

teks hukum dan ia juga mempunyai relevansi dengan teori penemuan hukum baru.

Sesuai dengan kekiniaan hermeneutika dianggap penting dalam ranah hukum walaupun

kehadirannya sebagai cabang filsafat ilmu yang baru namun apabila di tengok lagi

dalam Islam hal ini dapat disejajarkan dengan pemahaman ta’wil. Pada sejarahnya hal

ini berawal dari ajaran umat Kristen dan berasal dari suatu teks kitab suci “injil”.

Pada ilmu Al-Qur’an di kenal ada beberapa pemahaman ayat yaitu:

a. Ayat Muhkamat yaitu ayat yang sudah jelas ketentuannya dalam Al-Qur’an

b. Ayat Mutasabihat yaitu ayat yang mananya masih samar dan masih perlu

penafsiran.

Hermeneutic tidak hanya sekedar suatu penafsiran tetapi juga melampaui dari

suatu tafsir artinya harus memahami tiga triologi yaitu teks, konteks, dan

kontekstualisasi.

2. Apabila membicarakan hermeneutika, maka dalam hal ini hakim sebagai penafsir harus

dapat memahami dan membedakan tiga lingkaran di dalamnya yaitu teks, konteks, dan

kontekstualisasi, lalu bagaimana menurut pandangan bapak/ ibu membedakannya?

Membedakan tiga lingkaran, seorang penafsir harus dapat memahami dan

meneliti kejelasan antara teks yang berarti Undang-undangnya sebagai aturan yang

Page 124: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

tetap dan berkekuatan hukum kemudian konteks ialah produk hukum yang ada baik

berupa putusan atau yurisprudensi dan dalam kontekstualisasi ini akan di kolerasikan

antara kejelasan teks dan konteks sesuai atau tidak dengan fakta yang ada.

3. Perkara apa saja yang sudah diputus bapak di Pengadilan Agama menggunakan

hermeneutika hukum?

Iya, saya pernah memutus perkara wakaf menggunakan metode hermeneutika

hukum.

4. Kapan suatu hermeneutika hukum itu dapat di gunakan?

Ketika teks hukum yang terkait tidak dapat dikatakan tepat dan sesuai dengan

apa yng telah termuat dalam konteksnya maksudnya adalah dalam hal ini boleh hakim

sebagai penafsir mengesampingkan kedudukan pasal yang dalam hal ini termasuk

tekstual terhadap kontekstual suatu permasalahan yang telah jelas kedudukannya.

5. Apakah perkara yang di putuskan hakim menggunakan hermeneutika hukum dapat

dijadikan sebagai alternatif dalam pertimbangan hukum?

Iya, hakim dalam suatu perkara dapat memutuskan menggunakan hermeneutika

hukum sebagai alternatif dalam pertimbangan hukum, namun perlu di kembalikan lagi

pada kondisinya apakah hakim tersebut mempunyai keberanian untuk menerobos

Undang-undang atau beranjak dari ketentuan Undang-undang yang ada, manakala di

ketahui bahwa Negara Indonesia dalam sistem hukumnya termasuk Eropa kontinental

yang masih dominan tekstualnya.

6. Bagaimana cara hakim dapat melakukan penemuan hukum dan mengetahui bahwa suatu

perkara itu termasuk metode penemuan hukum? Adakah ciri-cirinya?

Page 125: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

Mengenai penemuan hukum melalui hermeneutika hukum, dapat diketahui

dengan cara hakim telah memahami dan memeriksanya dengan teliti maksud dan makna

atas ketersiratan dan ketersuratan pada tiga lingkaran yaitu teks, konteks dan

kontekstualisasi. Dan lebih melihat fakta hukum yang ada dari pada sesuai dengan

legalitas formal namun, rasa pencarian tujuan hukumnya tidak terpenuhi.

7. Bagaimana pertimbangan hukum yang dilakukan hakim dalam memaknai teks hukum

menggunakan hermeneutika hukum?

Pertimbangan hukum yang dilakukan dengan melihat aspek sosiologis beserta

kenyataan yang terjadi karena bagaimanapun seorang hakim wajib menggali, mengikuti,

dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dan

jikalau tidak bisa memenuhi ketiga tujuan hukum setidaknya ada pada putusan tersebut

didalamnya terkandung dan memenuhi tujuan hukum bagi para pihak.

8. Apa akibat yang dihasilkan apabila pertimbangan hukum melalui hermeneutika bagi para

pihak yang berperkara?

Apabila atas hasil pertimbangan hukum melalui hermeneutika yang diperoleh

para pihak tidak puas maka mereka bisa mengajukan upaya hukum, karena

bagaimanapun itu adalah hak mereka dan pengadilan tidak boleh membatasinya.

9. Apakah jika melalui metode hermeneutika hukum sudah dapat dikatakan terpenuhinya

tujuan hukum untuk para pihak dalam putusan yang ada?

Dalam metode hermeneutika hukum produk hukum yang dihasilkan belum tentu

dapat membuahkan terpenuhinya tujuan hukum, dikarenakan sulit untuk mewujudkan

kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan dalam satu produk hukum, maka dari itu

Page 126: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

harus di klarifikasikan yang paling pokok dan ini dapat saja menimbulkan kontroversi

diantara tokoh dan penganut fanatiknya dalam mengedepankan tujuan hukum.

Menegok teori Hans Kelsen (teori murni) memandang bahwa hukum itu

memenuhi dan menjamin ketertiban dan itu akan terwujud apabila terdapat kepastian

hukum. Namun apabila terdapat beberapa yang lebih menjunjung keadilan maka ia akan

mengesampingkan kepastian hukum termasuk Pasal. Dan menurut Oliver Wendell

holmes mengatakan bahwa hakim adalah corong Undang-undang dan juga bertugas

sebagai alat perubahan sosial dengan mengikuti perkembangan zaman.

10. Apakah ada keterkaitan antara ijtihad dalam ushul fiqih dengan hermenutika?

Iya antara ijtihad dalam ushul fiqih dan hermeneutika mempunyai kolerasi

dimana ijtihad melakukan upaya dan berusaha dengan kerja keras dalam menggali

hukum begitu juga hermeneutika yaitu memahami hukum tidak hanya secara tekstual

akan tetapi juga mempertimbangkan aspek kontekstual yang bersifat sosiologis.

Dan dalam metode interpretasi atau penafsiran terdapat 11 kelompok,

diantaranya: Interpretasi gramatikal, interpretasi historis, interpretasi sistematis,

interpretasi sosiologi/teleologis, interpretasi komparatif, interpretasi futuristic,

interpretasi restriktif, interpretasi ekstensif, interpretasi otentik, interpretasi

interdisipliner, interpretasi multidisipliner.

11. Bagaimana pemahaman bapak mengenai ijtihad dalam ushul fiqih dengan ijtihad hakim

dalam putusan?

Dalam ushul fiqih dikenal dengan hadirnya penggalian hukum, dan di bagi

menjadi dua yaitu:

Page 127: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

a. Ijtihad diartikan melakukan kerja keras untuk berpikir mengeluarkan hukum dari

dalil-dalil Al-Qur’an dan hadis yang tidak terdapat di dalamnya.

b. Istinbath diartikan mengeluarkan atau mengambil kesimpulan hukum yang sudah

terdapat ketentuannya dalam Al-Qur’an.

Ijtihad hakim dalam putusan yaitu bagaimana hakim melakukan pertimbangan

hukum yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang terkait akan tetapi tidak

menutup kemungkinan hakim berani untuk mengesampingkan Pasal namun tetap harus

jelas hal apa yang melatarbelakanginya sehingga muncullah alasan tersebut.

Jakarta, 05 April 2015

Narasumber Pewawancara

(Dr. Drs. H. Chazim Maksalina, MH) (Safira Maharani)

Page 128: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

HASIL WAWANCARA

Nama : Arip Purkon, S.HI,.M.A.

Jabatan : Dosen dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

1. Apabila membicarakan hermeneutika, maka dalam hal ini hakim sebagai penafsir harus

dapat memahami dan membedakan tiga lingkaran di dalamnya yaitu teks, konteks, dan

kontekstualisasi, lalu bagaimana menurut pandangan bapak membedakannya?

Dalam hermeneutika, secara mendasar terdapat tiga lingkaran yang harus di

kritisi yaitu teks, penulis dan pembaca. Dalam hal ini, harus jelas putusan hukumnya,

kemudian hakim sebagai pembuat putusan, dan orang yang dituju oleh hukum (para

pihak). Apabila membicarakan hermeneutic maka disini hakim juga harus melihat

konteks yang ada. Contohnya di jumpai dalam suatu putusan bisa saja pemahaman

hakim salah atau bisa juga pemahamannya benar hanya saja pengungkapannya salah.

2. Kapan suatu hermeneutika hukum itu dapat di gunakan?

Suatu hermeneutika hukum itu dapat digunakan ketika dalam masalah-masalah

yang tidak terkait masalah qath’i atau diluar masalah qath’i. misalnya masalah

pemberian warisan kepada ahli waris non muslim. Karena sudah tercantum dalam nash

dan qath’i maka hal ini akan menimbulkan masalah, karena menurut pandangan ulama

yang qath’i itu tidak bisa dikontekstualkan, contoh lain seperti masalah nafkah, dalam

hal ini hanya suami yang punya kewajiban atas itu, terutama di kalangan ulama, selama

itu penafsiran maka tidak masalah dan selama itu juga permasalahan yang ada bukan

termasuk qath’i maka hermeneutika bisa digunakan.

Page 129: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

3. Apakah perkara yang di putuskan para hakim di Pengadilan Agama menggunakan

hermeneutika hukum dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pertimbangan hukum?

Perkara yang di putuskan para hakim di Pengadilan Agama dapat menggunakan

hermeneutika hukum dan dijadikan sebagai alternatif dalam pertimbangan hukum.

Karena pada dasarnya sistem hukum Indonesia mirip dengan hukum Eropa Kontinental

dan hukumnya selalu mengacu pada teks Undang-undang, dan hakim juga sulit beranjak

dari Undang-undang tersebut, contohnya kasus pencurian uang yang haya senilai

Rp. 2000, namun apabila melihat kembali sudah seharusnya diberlakukan sesuai dengan

Undang-undang. Dan hakim dituntut bisa menggali putusan secara kontekstual sesuai

dengan kebutuhan.

4. Bagaimana cara hakim dapat melakukan penemuan hukum dan mengetahui bahwa suatu

perkara itu termasuk metode penemuan hukum? Adakah ciri-cirinya?

Salah satunya dapat diketahui penggunaan hermeneutika dengan tiga lingkaran

yaitu teks, penulis dan pembaca. Jadi tidak bersifat tekstual dan dilihat dari masalah

yang melatarbelakanginya, diperhatikan juga fakta dan konteks. Namun dalam

realitanya yang masih menjadi kendala yaitu dalam penerapannya adakah berbenturan

dengan tekstual dan apakah si hakim berani untuk beranjak memutuskan menggunakan

hermeneutika.

5. Adakah batasan untuk seorang hakim dalam menggunakan hermeneutika hukum?

1. Apabila bersinggungan dengan hukun Islam dan terdapat nash qath’i maka ini akan

sulit. Contoh: memutuskan anak kandung tidak mendapatkan warisan dan hal ini

jelas melanggar nash.

Page 130: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

2. Ketika teks Undang-undang menghendaki seperti ini, maka harus dilihat dahulu

apakah hakim boleh berbeda dari teks hukum tersebut.

6. Apakah jika melalui metode hermeneutika hukum sudah dapat dikatakan terpenuhinya

tujuan hukum untuk para pihak dalam putusan yang ada?

Terdapat kemungkinan yang terjadi, yaitu:

- Iya, begitu dianalisis kontekstualisasinya dengan demikian dapatlah terwujud adil

sebagai salah satu tujuan hukum

- Tidak, keberadaan adil akan menjadi tidak jelas, dikarenakan dalam sistem hukum

anglo saxon yaitu apabila tidak ada teks hukum maka tidak ada juga kepastian

hukum, begitu juga suatu kepastian hukum dapat terwujud apabila terdapat teks

hukum.

7. Apakah pengertian harta bersama dalam pandangan bapak ?

Dalam literatur fiqih, Al-Qur’an, dan sunnah, tidak ada hukum yang spesifik

membahas masalah pembagian harta. Lahirnya konsep harta gono gini bermula dari

adat istiadat seperti halnya orang bersyarikat (kerja sama) dan hasilnya dibagi dua

sistem ini sama dengan yang dimaksudkan mudharabah, dan kehadiran Pasal 97 ini

berasal dari masalah adat istiadat yang terjadi. Dan untuk definisi harta bersama dimuat

dalam Undang-undang bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan itu

disebut harta bersama

8. Bagaimana cara untuk memastikan pemisahan harta suami maupun isteri dalam suatu

putusan?

Harta harus bisa di klarifikasi dengan jelas.

Page 131: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

9. Bagaimana cara untuk membuktikan kebenaran harta-harta yang berada pada suami

ataupun isteri?

Membuktikannya dengan melakukan pengecekan atas keberadaan dan

kepastiannya.

10. Apabila diketemukan dalam suatu amar putusan dinyatakan bahwa pembagian harta

bersama untuk isteri sebagai Penggugat mendapat 1/3 bagian dan suami sebagai Tergugat

mendapat 2/3 bagian, dengan alasan bahwa perilaku Penggugat yang sudah lebih dahulu

menggelapkan sebagian harta, membelanjakan (pemborosan harta) dengan menjual harta

milik bersama secara sepihak dan mengambil uang tabungan. Apakah ini dapat dikatakan

tepat? Apabila tidak mengapa?

Sudah tepat dengan menggunakan kontekstual, dan putusan-putusan seperti ini dapat

menjadi dua bagian pandangan, di satu sisi terbilang bagus, di sisi lain menjadi

kontroversi.

1. Apabila iya, hal ini akan menjadi solusi kebuntuan hukum.

2. Tidak, karena dapat memunculkan kontroversi yang disebabkan menyimpang terlalu

jauh dari teks sehingga dapat menimbulkan masalah yaitu kepada hakim dan

etikanya, jika demikian maka akan dilakukan penyelidikan.

Hal seperti ini positifnya ialah adanya kepastian hukum akan tetapi masih terbilang

kaku. Hakim melakukan secara proposional (jikalau benar terdapat bukti yang kuat)

11. Apakah menurut bapak apabila bunyi amar putusan seperti yang dimaksudkan pada

pertanyaan No. 10 dapat memenuhi rasa keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan?

Membicarakan suatu keadilan hal ini sulit diartikan karena masih bersifat

relative, hakim disini melihat keadilan secara konstektual bukan tekstual. Dan untuk

Page 132: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

kepastian hukum terlalu sulit karena diwujudkan dalam bentuk teks Undang-undang.

Kemudian kemanfaatannya bisa saja terjadi.

12. Dalam ajaran filsafat dikenal dengan hadirnya hermeneutika hukum untuk dapat

memahami suatu peristiwa hukum atau fakta hukum, maksudnya tidak memahami hukum

hanya secara tekstual saja namun, juga lebih mempertimbangkan aspek konstektual yang

bersifat sosiologis, apakah menurut bapak putusan perkara ini tepat menggunakan

hermeneutika hukum?

Iya tepat menggunakan hermeneutika hukum, apalagi telah melihat fakta bukan

hanya dengan mempertimbangkan aspek yang bersifat sosiologis saja, maksudnya

adalah turut melihat fakta masyarakat dalam artian (istri telah membelanjakan sebagian

harta suami) dan juga bersifat filosofis yang mengacu pada normative.

13. Apakah dampak yang diterima para pihak atas putusan perkara ini apabila menggunakan

hermeneutika hukum?

Dampak yang dapat terjadi ialah munculnya perdebatan baru atau bisa jadi ada

para pihak yang mengajukan gugatan, melihat pembuktian yang diketemukan adalah

istri telah melakukan pembelanjaan harta milik suami maupun milik bersama. Dan

sebagian para pihak merasa tidak terima atau tidak puas dengan putusan yang diputus

sebelumnya.

14. Adakah kelebihan dan kekurangan untuk penerapan hermeneutika hukum?

Indonesia menganut sistem hukum Eropa Kontinental, maka masih dominan

tekstualnya, apalagi menggunakan hermeneutic maka dapat mengundang terjadinya

kontroversi dikarenakan terlihat jelas berbeda dari Undang-undang. Selanjutnya untuk

kepastian hukum dapat dikatakan kurang terjamin. Dan hermeneutic bagus digunakan,

namun bisa memunculkan gugatan baru dan menyalahi tekstual yang ada.

Page 133: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

15. Bagaimana cara membedakan ijtihad dalam ilmu ushul fiqih dan ijtihad hakim dalam

putusan?

Ijtihad dalam ilmu ushul fiqih adalah mengkaji suatu hukum syariah, dalam arti

kata membahas akademisi lebih luas maksudnya adalah menggunakan teori normative

yang melihat pada Al-Qur’an dan sunnah.

Ijtihad hakim dalam putusan yaitu memutuskan suatu perkara melihat dari

Undang-undang dan fakta yang terjadi.

16. Disaat seperti apakah seorang mujtahid dan hakim dapat melakukan suatu ijtihad untuk

menyelesaikan suatu perkara sengketa?

Seorang mujtahid dapat melakukan ijtihad disaat ia mengkaji Al-Qur’an dan

sunnah, dan ketika terdapat permasalahan yang memerlukan jawaban.

Seorang hakim dapat melakukan ijtihad disaat terdapat perkara yang harus

diputus

Jakarta, 04 April 2015

Narasumber Pewawancara

(Arip Purkon, S.HI., M.A.) (Safira Maharani)

Page 134: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Dr. Hj. Azizah, M.A.

Jabatan : Dosen Fakultas Syariah dan Hukum

Hari/Tanggal : Rabu, 08 April 2015

1. Bagaimana pendapat ibu tentang hermeneutika hukum?

Menurut saya, hermeneutika adalah suatu penafsiran

2. Apabila membicarakan hermeneutika, maka dalam hal ini hakim sebagai penafsir harus

dapat memahami dan membedakan tiga lingkaran di dalamnya yaitu teks, konteks, dan

kontekstualisasi, lalu bagaimana menurut pandangan ibu membedakannya?

Dalam penafsiran seseorang itu boleh melakukan dan menggunakan penafsiran,

namun tetap tidak boleh jauh dari teks dan konteks yang sudah ada. Sejauh tidak

menyalahi aturan pokok, dan menurut saya, jika hal itu untuk penafsiran maka tidak

masalah. Untuk saat ini hakim tidak saja terfokus pada teks Undang-undang yang ada

namun juga bisa menggunakan yurisprudensi. Karena hakim mempunyai kewenangan

dalam melihat kondisi Undang-undang tidak memadai lagi dan tentu ada alasan

mengapa hakim menggunakan yurisprudensi.

3. Apakah perkara yang di putuskan para hakim di Pengadilan Agama menggunakan

hermeneutika hukum dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pertimbangan hukum?

Tergantung dahulu bagaimana kasus tersebut, karena suatu hermeneutika bisa

digunakan hanya pada saat permasalahan itu tergolong kasuistis saja.

4. Adakah batasan untuk seorang hakim dalam menggunakan hermeneutika hukum?

Hendaknya dalam menggunakan hermeneutika yang menjadi rujukan utama

terlebih dahulu sebagai aturan pokoknya ialah mengacu kepada Al-Qur’an dan sunnah,

Page 135: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

perkembangannya ijtihadi itu dibolehkan karena terdapat landasan kuat dari Al-Qur’an

dan sunnah.

5. Apakah jika melalui metode hermeneutika hukum sudah dapat dikatakan terpenuhinya

tujuan hukum untuk para pihak dalam putusan yang ada?

Apabila melalui hermeneutika sendiri tidak bisa, akan tetapi jika itu diposisikan

untuk pelengkap atau penunjang maka itu bisa menjadikan terpenuhinya tujuan hukum.

6. Untuk melihat kondisi kekinian dalam sengketa harta bersama, apakah tepat untuk tetap

memutus pembagian harta dengan presentase 50% untuk suami dan 50% untuk isteri?

Berbicara harta bersama harus ada kesepakatan diawal dahulu, apakah

penghasilan yang dihasilkan termasuk harta bersama atau tidak, apabila ingin menjadi

harta bersama maka harus sesuai dengan saham yang ditanam dalam perkawinan,

misalkan saham yang ditanam isteri lebih besar maka presentase yang diberikan untuk

isteri sebagai harta bersama juga harus besar. Jadi menurut saya, harta bersama tidak

harus setengah untuk suami dan setengah untuk istri, namun harus sesuai dengan saham

yang ditanamkan.

7. Dalam membicarakan sengketa harta bersama, bagaimana cara untuk memastikan

pemisahan harta suami maupun isteri dalam suatu putusan ?

Pemisahan dapat dilakukan dengan pembuktian, seperti pembuktian dalam

bentuk tertulis dan secara lisan dan perlu adanya akta otentik, misalnya surat mobil,

akta tanah, surat rumah, surat wasiat.

8. Apabila diketemukan dalam suatu amar putusan dinyatakan bahwa pembagian harta

bersama untuk isteri sebagai Penggugat mendapat 1/3 bagian dan suami sebagai Tergugat

mendapat 2/3 bagian, dengan alasan bahwa perilaku Penggugat yang sudah lebih dahulu

Page 136: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

menggelapkan sebagian harta, membelanjakan (pemborosan harta) dengan menjual harta

milik bersama secara sepihak dan mengambil uang tabungan. Bagaimana pendapat ibu?

Apabila seperti ini maka hal itu di luar tanggung jawab suami untuk memberi

nafkah dan pemborosan yang dilakukan isteri bukan untuk keseharian rumah tangga

melainkan ia menggunakannya untuk berfoya-foya demi kepentingannya sendiri. Dengan

demikian hermeneutika dapat diguanakan karena melihat bahwa sengketa di atas

sifatnya termasuk kasuistik. Dan mengenai si isteri telah melakukan poliandri saja hal ini

sudah termasuk durhaka terhadap suami apalagi diketahui isteri sebagai Penggugat

masih terikat dan sah secara agama dan Negara. Kemudian juga disinggung dalam

Islam perbuatan ini dapat dikenakan hukuman ta’zir dan ini termasuk perbuatan fahisya

yang tergolong perbuatan keji. Dan tidak ada satupun ayat Al-Qur’an dan hadis yang

memperbolehkan perempuan melakukan poliandri, apabila ia melakukan poliandri maka

ini akan mempersulit status dan kedudukan keturunannya.

9. Bagaimana pendapat ibu memandang pertimbangan hakim pada putusan perkara ini

sudah tepat atau belum?

Iya, ini dapat dikatakan tepat karena permasalahannya termasuk kasuistik

dengan diperkuat alasan bahwa isteri terbukti telah membelanjakan (pemborosan)

sebagian harta bersama dan harta suami.

10. Apakah menurut ibu apabila bunyi amar putusan seperti yang dimaksudkan pada

pertanyaan no. 8 dapat memenuhi rasa keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan?

Iya bunyi amar putusan seperti yang dimaksudkan pada pertanyaan no. 8 dapat

memenuhi rasa keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.

Page 137: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

11. Dalam ajaran filsafat dikenal dengan hadirnya hermeneutika hukum untuk dapat

memahami suatu peristiwa hukum atau fakta hukum, maksudnya tidak memahami hukum

hanya secara tekstual saja namun, juga lebih mempertimbangkan aspek konstektual yang

bersifat sosiologis, apakah dalam putusan perkara diatas ibu setuju menggunakan

hermeneutika hukum?

Iya saya setuju apabila hermeneutika hukum diartikan untuk tidak memahami

hukum hanya secara tekstual saja namun, juga lebih mempertimbangkan aspek

konstektual yang bersifat sosiologis.

12. Apakah dampak yang diterima para pihak atas putusan perkara ini apabila menggunakan

hermeneutika hukum?

Menurut saya, hakim memutuskan berdasarkan bukti yang telah ada, baik bukti

tertulis maupun dari saksi-saksi dan saksi yang dihadirkan adalah bukan saksi palsu dan

juga alat bukti tertulis yang diberikan tersebut otentik sifatnya. Dan saya setuju atas

pembagian harta yang diberikan untuk para pihak sesuai presentase yang sudah

dipertimbangkan.

13. Dalam suatu putusan, hakim sebagai mujtahid harus dapat melakukan ijtihad, bagaimana

pendapat ibu memahami kekolerasian antara keduanya dalam mengkontekstualkan suatu

permasalahan kekinian?

Untuk melakukan ijtihad harus disesuaikan dahulu dengan perkembangan zaman

seperti halnya disebutkan dalam kaidah fiqhiyah:

كم يتغري باالزمنة و االمكنة و االحوالاحلHukum itu berubah mengikuti perkembangan zaman, tempat dan keadaan

14. Dalam kasus seperti apakah seorang hakim diwajibkan untuk berijtihad?

Page 138: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

Hakim harus dapat melakukan ijtihad terhadap kasus-kasus yang langka dengan

begitu hakim termasuk telah melakukan “bahsul juhdi”, dimana ia melakukan usaha

dengan sungguh-sungguh dan ditambah adanya keterangan saksi-saksi dan pebuktian

otentik. Dengan hadis:

كمإذا ح دهتإذا اجو ،انرأج فله ابفأص دهتفاج مفاخطا احلاك رأج فله

Hal ini untuk meperkuat hakim apabila hakim dianggap keliru ketika memutuskan

perkara dalam pandangan manusia namun karena ia telah berijtihad maka hakim tetap

diberi satu pahala.

Jakarta, 08 April 2015

Narasumber Pewawancara

(Dr. Hj. Azizah, M.A.) (Safira Maharani)

Page 139: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

1

P U T U S A N

Nomor : 1006/Pdt.G/2008/PA.Bks

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Agama Bekasi yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan majelis telah menjatuhkan putusan

sebagai berikut dalam perkara antara :

NAMA PENGGUGAT ASLI, Umur 48 tahun, Agama Islam, Pekerjaan ibu

rumah tangga, Tempat tinggal di JI. Lumbu Timur, II A No. 21 RT. 002,

RW. 033 Kelurahan Bojong, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 25 Juni 2008 yang terdaftara di

Kepaniteraan Pengadilan Agama Bekasi Nomor : 146/1006/2008 tanggal 1

Agustus 2008 memberikan kuasa kepada DARWIS D. MARPAUNG, SH.,

N. HORAS MARULI TUA SIAGIAN, SH., HEFNIZAL, SH. dan

GINDO LIBERTY, SH. Advokat, Pengacara dan Penasehat Hukum pada

Kantor Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum "Darwis, Horas &

Associates" yang berkantor di Jalan Bakti No. 23, Kelurahan Cililitan Besar,

Kecamatan Keramat Jati, Jakarta Timur, selanjutnya disebut

PENGGUGAT;

L A W A N

NAMA TERGUGAT ASLI, Umur 53 tahun, Agama Islam, Pekerjaan

Karyawan BUMN, Tepat tinggal di JI. Gugus Depan Raya No. 141 RT. 002,

RW. 004, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi,

selanjutnya disebut TERGUGAT ;

Pengadilan Agama tersebut di atas :

- Telah membaca dan mempelajari berkas perkara ;

- Telah mendengan keterangan Penggugat dan Tergugat ;

- Telah meneliti bukti tertulis ;

Page 140: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

2

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Penggugat berdasarkan suratnya tanggal 01 Agustus

2008 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bekasi dengan register No.

1006/Pdt.G/2008/PA.Bks tanggal 01 Agustus 2008 telah mengajukan Gugatan Harta

Bersama dengan dalil-dalil sebagai berikut :

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat telah melangsungkan Pernikahan di Pontianak

(Kalimantan Barat) pada tanggal 09 Oktober 1981 dan telah di catatatkan pada

KUA Kecamatan Pontianak dengan Nomor : 459/17/198/X/1981 ;

2. Bahwa dari hasil Perkawinan antara Penggugat dan Tergugat diperoleh 3 (tiga)

orang anak yaitu :

1. NAMA ANAK KE-1 lahir tanggal 20 February 1985 ;

2. NAMA ANAK KE-2 lahir tanggal 17 Agustus 1985 ;

3. NAMA ANAK KE-3 lahir tanggal 22 January 1995 ;

3. Bahwa selama Masa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat Penggugat telah

memperoleh harta /barang berharga balk berupa Hibah maupun hadiah yang saat

ini berada dibawah kekuasaan Tergugat antara Lain :

1. 1.(satu) set Mutiara Putuh ;

2. 1 (satu) set Mutiara Cokelat ;

3. 2 (dua) set Gelang Tangan ;

4. 6 (enam) buah Gelang Keroncong ;

5. 3 (tiga ) buah Gelang Keroncong ;

6. 1 (satu) set Kalung Abhu Dhabi ;

7. 1 (satu) set Kalung Permata warna – warni ;

8. 1 (satu) set hadiah Perkawinan berupa Cincin, Gelang, dan Kalung ;

4. Bahwa sesuai Pasal 87 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam secara tegas dinyatakan

sebagai berikut "Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta

yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah

penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain dalam

Page 141: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

3

Perjanjian Perkawinan" ;

5. Bahwa sesuai dengan Pasal 87 ayat 2 secara tegas dinyatakan sebagai berikut

"Suami Isttri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum

atas harta masing-masing berupa Hibah, hadiah sodaqah atau lainnya” ;

6. Bahwa sesuai dengan Pasal 87 ayat 1 dan ayat 2 Kompilasi Hukum Islam

tersebut Penggugat memohon kehadapan Majelis Hakim agar menghukum

Tergugat agar menyerahkan harta/barang berharga milik Penggugat, sesuai

dengan Point 3 (tiga) tersebut diatas kepada Penggugat ;

7. Bahwa selama masa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat telah diperoleh

harta bersama antara lain :

1. 1 (satu) unit Rumah Tinggal beserta isinya yang terletak di Perum Bumi

Bekasi Baru, JI. Gugus Depan Raya No. 141 RT 002/RW 004, Kelurahan

Pengasinan , Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat ;

2. 1 (satu) unit Rumah Toko (RUKO) dengan luas 75 M2 (tujuh puluh lima

meter bujur sangkar) yang terletak di Desa Pengasinan, Kecamatan Rawa

Lumbu, Kotamadya Bekasi, Propinsi Jawa Barat, Sertifikat Hak Milik No.

6385 a/n. Trielya Noverisda ;

3. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2006 dengan Nomor Polisi B. 2920

BY a/n. Mochsirsyah ;

4. Tabungan/Deposito pada Bank Mandiri atas nama Tergugat ;

5. Tabungan/Deposito pada Bank Central Asia a/n. Tergugat. Tabungan

/Deposito pada Bank BNI a/n. Tergugat ;

9. Bahwa sesuai pasal 92 Kompilasi Hukum Islam secara tegas menyatakan sebagai

berikut "Suami atau Istri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan

menjual atau memindahkan harta bersama" ;

10. Bahwa berdasarkan Penetapan Pengadiian Agama Bekasi Nomor :

1364/Pdt.G/2007/PA Bekasi tanggal 18 Maret 2008 menyatakan Bahwa

Perkawinan antara, Penggugat dan Tergugat telah terjadi Perceraian ;

Page 142: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

4

11. Bahwa sesuai dengan Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam secara tegas dinyatakan

sebagai berikut "Janda atau Duda Cerai hidup masing masing berhak seperdua

dari harta sepanjang tidak ditentukan lain dalam Perjanjian Perkawinan",

berdasarkan hal tersebut Penggugat memohon kehadapan majelis hakim yang

memeriksa perkara Aquo agar menetapkan seperdua dari harta bersama adalah

merupakan bagian/hak dari Penggugat ;

12. Bahwa sejak terjadinya Perceraian antara Penggugat dan Tergugat berdasarkan

Penetapan Pengadilan Agama Bekasi tersebut, Penggugat tidak memperoleh

nafkah Iddah serta Mut'ah ;

13. Bahwa sesuai dengan Pasal 152 Kompilasi Hukum Islam secar tegas dinyatakan

sebagai berikut "bekas istri berhak mendapat nafkah Iddah dari bekas suaminya

kecuali bila istri nusyuz". Maka berdasarkan Pasal tersebut diatas Penggugat

memohon agar Tergugat memberikan Nafkah I'ddah sebesar Rp. 3.000.000 (tiga

juta rupiah) /Bulan ;

14. Bahwa sesuai dengan Pasal 149 ayat a Kompilasi Hukum Islam secara tegas

dinyatakan sebagai berikut "Bilamana perkawinan putus karena talak maka bekas

suami wajib memberikan Mut'ah yang layak kepada bekas istrinya baik berupa

uang atau benda kecuali bekas istri tersebut qobla dukhul", berdasarkan pasal

tersebut di atas Penggugat memohon kehadapan Majelis Hakim yang memeriksa

perkara aquo agar menghukum Tergugat memberikan Mut'ah kepada Penggugat

senilai Rp. 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah) ;

13. Bahwa sesuai dengan Pasal 158 ayat b Kompilasi Hukum Islam secara tegas

dinyatakan sebagai berikut "Mut'ah wajib diberikan oleh bekas suami dengan

syarat Percerian itu atas kehendak Suami", maka berdasarkan Pasal 158 ayat b

Kompilasi Hukum Islam tersebut Penggugat memohon kehadapan Majelis Hakim

yang memeriksa perkara agar menghukum Tergugat memberikan Mut'ah kepada

Penggugat senilai Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) ;

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas Penggugat memohon kehadapan Majelis Hakim

Page 143: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

5

yang memeriksa perkara Aquo agar memutus sebagai berikut :

1. Menyatakan Harta/barang berharga berupa :

- 1.(satu) set Mutiara Putih ;

- 1 (satu) set Mutiara Cokelat ;

- 2 (dua) set Gelang Tangan ;

- 6 (enam) buah Gelang Keroncong ;

- 3 (tiga ) buah Gelang Keroncong ;

- 1 (satu) set Kalung Abhu Dhabi ;

- 1 (satu) set Kalung Permata warna-warni ;

- 1 (satu) set hadiah Perkawinan berupa Cincin, Gelang, dan Kalung ;

Adalah merupakan hak/ Milik Penggugat

2. Menghukum Tergugat agar segera menyerahkan barang-barang tersebut diatas

kepada Penggugat meski ada upaya banding, serta Kasasi ;

3. Menyatakan barang-barang berharga berupa :

1. (satu) unit Rumah Tinggal beserta isinya yang terletak di Perum Bumi Bekasi

Baru, J1. Gugus Depan Raya No. 141 RT 002 RW. 004. Kelurahan

Pengasinan , Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi , Jawa –Barat ;

2. 1 (satu) unit Rumah Toko (RUKO) dengan luas 75 M2 (tujuh puluh lima

meter bujur sangkar) terletak di Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu,

Kotamadya Bekasi, Propinsi Jawa Barat, dengan Sertifikat Hak Milik No.

6385 a/n Trielya Noverisda ;

3. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2006 dengan Nomor Polisi B. 2920

a/n Mochsirsyah ;

4. Tabungan/Deposito pada Bank Mandiri a/n Tergugat ;

5. Tabungan/Deposito pada Bank Central Asia a/n Tergugat ;

6. Tabungan/Deposito pada Bank BNI a/n Tergugat ;

Adalah merupakan harta bersama yang diperoleh selama Perkawinan ;

4. Menetapkan 50 % dari harta bersama tersebut adalah merupakan Hak/bagian dari

Page 144: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

6

Penggugat ;

5. Memerintahkan agar Tergugat segera menyerahkan 50 % dari harta bersama

tersebut kepada Penggugat meski ada upaya Banding Kasasi ;

6. Menetapkan/memerintahkan Tergugat agar memberikan uang I'ddah kepada

Penggugat sebesar Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah) /bulannya ;

7. Menetapkan agar Tergugat memberikan Mut'ah senilai Rp. 50.000.000,- (lima

pulh juta rupiah) kepada Penggugat ;

8. Menghukum Tergugat agar membayar segala biaya yang ditimbulkan dalam

perkara ini ;

Atau : apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon Putusan yang seadil-adilnya

(Ex Aquo Et Bono) ;

Menimbang, bahwa pada persidangan yang telah ditetapkan, Penggugat dan

Tergugat hadir di persidangan, Majelis Hakim telah berupaya mendamaikan

keduanya agar dalam menyelesaikan masalah harta bersama tersebut ditempuh secara

musyawarah kekeluargan, tetapi usaha tersebut tidak berhasil, dan pada Januari 2009

telah dilakukan Mediasi berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun

2008 tetapi tidak berhasil ;

Menimbang, bahwa dibacakan gugatan Penggugat yang isinya tetap

dipertahankan Penggugat ;

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah

memberikan jawaban yang pada pokoknya sebagai berikut :

1. Sanggahan/penolakan atas gugatan Trielya Novarisda binti Rivai Risna sejumlah

14 point tersebut dapat kami jelaskan sebagai berikut :

a) Gugatan sebagaimana disampaikan Penggugat jika perceraian dalam kondisi

normal atau cekcok rumah tangga maupun tidak ada kesesuaian, tetapi

perceraian Tergugat merupakan hal yang tidak normal karena Penggugat

melakukan penyelewengan berkali-kali sebagaimana pernyataan Penggugat

sejak tahun 2003 dan terakhir di Banyuwangi diikuti dengan pengakuan

Page 145: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

7

menikah siri dengan sopir kantor yang sudah memiliki istri dan anak,

sedangkan Penggugat masih terikat perkawinan yang sah secara hukum

negara dan hukum agama dengan Tergugat. Serta usaha pembunuhan secara

terencana terhadap Tergugat yang berlangsung 2 (dua) kali. Yang pertama

tidak dilaporkan ke pihak kepolisian, tetapi yang kedua dilaporkan kepada

pihak Rt & Rw setempat serta pihak kepolisian Polsek Bekasi Timur. Bukti

dari pihak kepolisian Polsek Bekasi Timur terlampir ;

b) Dari perkawinan antara Tergugat dan Penggugat menghasilkan 3 (tiga) orang

anak yaitu :

- Rahmawaty Utamie (Wanita, 23 tahun, telah menikah) ;

- Ganesia Citra Merdekawaty (Wanita, 21 tahun, Mahasiswi) ;

- Fajar Imani (Pria 13 tahun Pelajar) ;

Satu telah menikah dan 2 (dua) tinggal bersama Tergugat. Selama ini

Penggugat tidak mengurus anak-anak dan hanya mencari kesenangan sendiri

serta melakukan penyelewengan/zinah sebagaimana bukti pernyataan

Penggugat yang pernah disampaikan pada saat permohonan talak, padahal

anak-anak butuh biaya sekolah dan untuk masa depan. Harta yang tersisa saat

ini akan Tergugat serahkan kepada anak-anak. Penggugat telah

menghamburkan sebagian besar harta bersama ;

c) Berdasarkan PP No. 10 tahun 1983 yang disempurnakan dengan PP No. 45

tahun 1990 mengubah ketentuan pasal 8 sebagai berikut :

- Diantara ayat (3) dan ayat (4) lama disisipkan satu ayat yang dijadikan ayat

(4), yang berbunyi sebagai berikut :

"Pembagian gaji kepada bekas istri tidak diberikan apabila alasan

perceraian disebabkan karena istri berzinah".

- Dalam hukum Islam bagi orang yang berzinah, maka harus di hukum rajam

sampai mati ;

- Penggugat sudah berkali-kali melakukan penyelewengan dan berzinah,

Page 146: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

8

bahkan yang terakhir di Banyuwangi Penggugat mengaku telah menikah

siri sedangkan secara hukum negara dan hukum Islam Penggugat masih

terikat perkawinan yang sah dengan Tergugat ;

- Sebagai Ibu Ketua Ikatan Istri Karyawan (IIKA) yang puluhan tahun

lamanya, bahkan sebagai Ibu ketua Dharma Wanita unsur perhubungan di

Banyuwangi serta sebagai wanita muslim yang sering menggelar dan

mengikuti kegiatan keagamaan, sepatutnya mengetahui PP 45 tahun 1990

dan hukum agama dalam hal perzinahan. Terlebih lagi menikah siri dengan

laki-laki lain (poliandri) sebelum lepas dari pernikahan yang sah secara

hukum negara dan hukum agama. Tetapi pada kenyataannya Penggugat

justru melakukan nikah siri dalam keadaan sadar dan mengetahui resiko

menikah siri yang dilakukan berarti tanggung jawab materi dan non materi

akan berpindah kepada swami sirinya dan Penggugat tidak lagi memiliki

hak untuk menuntut kepada Tergugat karena telah mengingkari komitmen

perkawinan ;

- Perhiasan sebagaimana yang dituntut Penggugat pada dasarnya hanya sisa-

sisa, perhiasan yang sebelumnya telah diambil oleh Penggugat. Perhiasan

yang saat ini dituntut adalah perhiasan yang berada dalam satu tas yang

Penggugat kembalikan kepada Tergugat pada saat Penggugat ditangkap

oleh pihak kepolisian Polsek Bekasi Timur, sedangkan tas perhiasan

Penggugat berjumlah lebih dari satu, yang artinya apa yang dituntut pada

saat ini adalah sisa dari perhiasan yang dimiliki oleh Penggugat. Hal ini

dapat dibuktikan dari kesaksian anak-anaknya atau dari daftar kekayaan

dari pihak KPKPN milik Tergugat. Selain itu, Pada saat penyerahan tas

perhiasan tersebut Penggugat berpesan kepada Tergugat bahwa perhiasan

tersebut harap disimpan demi kepentingan anak-anak sekolah ataupun

untuk masa depan anak-anak. Perlu diketahui, bahwa selama 26 tahun

perkawinan Penggugat tidak pernah membelikan emas ataupun perhiasan

Page 147: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

9

bagi Tergugat maupun anak-anaknya ;

- Tuntutan Penggugat terhadap rumah tinggal di JI. Gugus Depan Raya No.

141 Rt. 002/004, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Bekasi

sangat tidak beralasan karena rumah tersebut dibeli dari uang warisan

orang tua Tergugat dan diawasi oleh kakak kandung Tergugat, hal ini dapat

dibuktikan melalui kesaksian tetangga sekitar rumah Tergugat ;

- Ruko seluas 75 m2 terletak di Pasar Rawalumbu, dibeli berdasar hasil usaha

Tergugat dan ruko ini dipersiapkan dan diperuntukkan keperluan biaya

sekolah anak-anak di masa pensiun Tergugat, mengingat anak laki-laki

Tergugat dan Penggugat masih berusia 13 tahun, sedangkan Tergugat akan

pensiun 1 tahun lagi. Sertifikat ruko memang atas nama Penggugat,

dikarenakan pada saat proses sertifikasi anak-anak masih belum dewasa ;

- Mobil Kijang Innova tahun 2005 dengan nomor polisi 2920 atas nama

Mochsirsyah yang digunakan untuk bekerja dan mencari nafkah guna

menafkahi Penggugat dan ketiga anak Tergugat yang membutuhkan

makan, pakaian dan biaya sekolah ;

- Tabungan bank Tergugat pada awalnya memang bersaldo 560 juta rupiah,

tetapi karena penyelewengan yang dilakukan Penggugat dan tidak

mengakuinya walaupun ketiga pembantu rumah tangga telah menceritakan

kebenarannya serta pengakuan anak nomor tiga yaitu Fajar Imani, maka

Tergugat melaporkan kasus perzinahan dan nikah siri Penggugat ke

Kepolisian Banyuwangi untuk mengungkap kasus zinah dengan

menanyakan/menyelidiki 3 orang pembantu, 3 orang tukang becak yang

suka mengantar Penggugat, 1 orang satpam rumah dan menyisir 86 hotel di

Banyuwangi guna mencari daftar nama Penggugat dan suami sirinya

sebagai bukti, dan hal ini cukup menguras isi tabungan Tergugat selama

proses penyidikan berlangsung ;

- Mengenai uang mut'ah dan iddah sejak sidang perceraian/thalak Tergugat

Page 148: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

10

sudah menolak, apalagi Penggugat yang menginginkan adanya perceraian.

Terbukti dengan adanya pengakuan Penggugat tentang pernikahan sirinya ;

- Hutang-hutang Penggugat yang dilunasi oleh Tergugat di kantor baik

cabang Banyuwangi maupun kantor pusat berjumlah ± Rp. 10. 000.000.

Hutang-hutang tersebut ditagih dan dilunasi oleh Tergugat setelah adanya

keputusan cerai yang sah dari pengadilan agama kota Bekasi pada tanggal

18 Maret 2008. Hutang-hutang tersebut dilunasi oleh Tergugat dengan

adanya potongan gaji Tergugat dari perusahaan pada bulan Juli 2008 ;

- Demikian penolakan atas gugatan Penggugat, dan pada kesempatan ini

Tergugat kembali menggugat Trielya Novarisda binti Rivai Risna atas

harta Tergugat yang dilarikan dan diberikan kepada suami sirinya, yang

berupa :

1. Uang tunai (tabanas BNI nomor : 133.000009355.901 dan

133.000009355.902 cabang Luwuk , Sulawesi Tengah) dimana baik

modal dan hasil keuntungan dari Week End Cafe yang dibangun dari

tahun 2000, hingga akhirnya tutup usaha pada April 2008 semuanya

dimasukkan ke dalam rekening Penggugat ;

2. Uang hasil stockist multilevel UFO dengan nomor SG 1308, baik modal

dan hasil keuntungan juga dimasukkan kedalam rekening Penggugat ;

3. Hasil dagangan kain dan baju Tergugat yang mencapai ratusan juta

rupiah juga dimasukkan kedalam rekening Penggugat ;

4. Rekening BNI nomor : 0042816474 cabang Banyuwangi, BNI nomor

rekening : 0029255265 cabang Bekasi, dan BCA cabang Banyuwangi

dengan nomor rekening : 1800451272 adalah rekening Penggugat yang

semua isinya adalah dari penghasilan Tergugat dari hasil usaha yang

lain ;

- Dari poin 1 s/ d 4 sebagian harta yang diberikan oleh Tergugat kepada

Penggugat, sedangkan Penggugat memberikan perhiasan emas dan uang

Page 149: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

11

kepada suami sirinya berupa :

- 1 unit rumah di Banyuwangi dengan perabotan rumah tangga lengkap

yang dicuri penggugat dari rumah tergugat di Banyuwangi ;

- Perhiasan emas yang dipersiapkan untuk masa depan anak-anak

dititipkan kepada suami sirinya ;

- 1 ekor sapi piaraan ;

- 1 unit sepeda motor tahun 2006 ;

- 1 counter hp atas nama Eva Celluler ;

Semua diberikan oleh Penggugat kepada suami sirinya yang dimana sumber

uang tersebut dari hasil jerih payah tergugat ;

d) Upaya teror dan upaya untuk memeloroti harta benda Tergugat yang

dilakukan oleh Penggugat terus berlangsung. Hingga koleksi barang antik

milik Tergugat berupa 2 buah samurai milik Tergugat di jual oleh Penggugat

di JI. Surabaya, Jakarta Selatan yang menurut pengakuan Penggugat dijual

seharga Rp. 1.000.000,- per samurai. Sedangkan Tergugat menyimpan

samurai tersebut sebagai simpanan barang berharga untuk dijual sebagai

kebutuhan pendidikan ataupun masa depan anak-anak. Upaya teror penggugat

yang menempuh jalur dukun juga menjadi salah satu upaya Penggugat untuk

meneror Tergugat dengan perantara tetangga ataupun yang dilakukan oleh

Tergugat sendiri. Terbukti dengan temuan catatan kalimat-alimat/mantra yang

ditulis tangan oleh Penggugat yang ditemukan oleh anaknya sendiri di dalam

tas Penggugat (bukti terlampir) ;

e) Pernyataan Penggugat yang tidak ingin menuntut harta gono-gini pada poin 2

didalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh Penggugat sendiri juga

terlampir. Sekarang Penggugat mengingkari pernyataan tersebut dengan

gugatan gono-gini melalui pengacara Darwis, Horas dan rekan-rekan sungguh

tidak beralasan, disini dapat terlihat pula kelicikan dari Penggugat dengan

menuntut harta goni-gini dan mengingkari pernyataanya sendiri, sama saja

Page 150: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

12

Penggugat telah mempermainkan hukum dan agama ;

f) Demikian sanggahan atas gugatan Penggugat dan kuasa hukumnya. sebagai

bahan pertimbangan majelis hakim, pada dasarnya Penggugat serakah dan

mau menguasai semua harta benda yang dimiliki oleh Tergugat dari

penghasilan Tergugat selama ini dengan mengabaikan hak dan kebutuhan

anak-anaknya demi kepentingan perzinahannya ;

g) Untuk sebagai bukti apa yang disampaikan Tergugat, mohon majelis hakim

meminta bukti-bukti baik tertulis ataupun berupa foto copy atau record

rekening bank Ppenggugat yang telah disampaikan diatas tadi dan kemudian

bukti kwitansi pembelian rumah, motor yamaha mio tahun 2006, counter hp

Eva Celluler, dan bukti pembelian seekor sapi milik Penggugat yang

diserahkan kepada suami siri Penggugat ;

h) Kelicikan Penggugat terlihat dengan memasukkan rumah tinggal hasil warisan

orang tua Tergugat, sementara sertifikat tanah warisan orang tua Penggugat di

Pontianak dengan hak milik nomor : 5793 di kelurahan Parit Tokaya

Pontianak Selatan (Kalimantan Barat) seluas 645 m2 dan termasuk dalam

harta kekayaan Tergugat dengan nomor registrasi KPKPN 5637 ;

i) Mengingat Tergugat lebih banyak bertugas diluar kota (ke daerah-daerah),

dimohon majelis hakim dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan

seadil-adilnya dan sesuai dengan peraturan pemerintah dan agama yang dianut

oleh Tergugat dalam waktu dekat ;

Menimbang, bahwa atas jawaban Tergugat tersebut, Penggugat mengajukan

Replik pada intinya Pnggugat menolak semua dalil jawaban Tergugat :

Menimbang, bahwa atas Replik Penggugat tersebut Tergugat telah

mengajukan Duplik yang pada pokokny Tergugat tetap dengan dalil-dalil awabannya;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalil gugatannya Penggugat

telah mengajukan bukti photo copy surat yang bermaterai cukup dan telah dicocokan

dengan aslinya berupa :

Page 151: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

13

1. P1, Photo copy Salinan Putusan Pengadilan Agama Bekasi No.

1364/Pdt.G/2007/PA.Bks tanggal 05 Februari 2008 ;

2. P2, Photo cpy Akta Cerai No. 214/AC/2008/PA/Bks tanggal 18 Maret 2008 ;

3. P3, Photo copy Sertipakat Tanah Hak Milik No. 6385 an. Trilya Novarisda ;

Menimbang, bahwa terhadap bukti-bukti tersebut Tergugat tidak membantah-

nya dan terhadap bukti P.3 Tergugat menyatakan bahwa Sertipikat aslinya ada pada

Tergugat ;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalil jawabannya Tergugat telah

tidak mengajukan bukti-bukti ;

Menimbang, bahwa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang objek

perkara, maka Majelis Hakim Pengadilan Agama Bekasi telah mengadakan

pemeriksaan setempat pada tanggal 19 Agustus 2009 dan dari hasil pemeriksaan

setempat tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1. 1 (satu) set Mutiara Putih ;

2. 1 (satu) set Kalung Permata warna-warni ;

3. 1 (satu) unit Rumah Tinggal luas tanah 149 m2 dan luas bangunan 153 m2

terletak di Perum Bumi Bekasi Baru, J1. Gugus Depan Raya No. 141 RT 002

RW. 004. Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa - Barat

dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Barat : Rumah bapak Situngkir ;

- Sebelah Utara : Jl. Gugus Depan ;

- Sebelah Timur : Rumah Ibu Suwarji ;

- Sebelah Selatan : Rumah bapakDidid / Ipung ;

4. 1 (satu) unit Rumah Toko (RUKO) luas tanah 75 m2 terletak di Pengasinan,

Kecamatan Rawa Lumbu, Kotamadya Bekasi, Propinsi Jawa Barat, dengan

Sertifikat Hak Milik No. 6385 a/n Trilya Novarisda dengan batas-batas sebagai

berikut :

- Sebelah Barat : Ruko ;

- Sebelah Utara : Jl. Dasa Darma 5 ;

Page 152: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

14

- Sebelah Timur : Ruko ;

- Sebelah Selatan : Indomart ;

5. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2005 dengan Nomor Polisi B 2920 BY

a/n Mochsirsyah ;

Menimbang, bahwa untuk meringkas uraian putusan ditunjuk kepada berita

acara persidangan perkara ini yang merupakan kesatuan tidak terpisahkan dari

putusan ;

Menimbang, bahwa Penggugat dan Tergugat telah mengajukan kesimpulan

yang pada pokoknya Penggugat tetap dengan dalil gugatan dan repliknya, dan

Tergugat tetap dengan dalil jawaban dan dupliknya ;

Menimbang, bahwa untuk meringkas uraian putusan ditunjuk kepada berita

acara persidangan perkara ini yang merupakan kesatuan tidak terpisahkan dari

putusan ;

TENTANG HUKUMNYA

DALAM KONVENSI

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat Konvensi

sebagaimana diuraikan dalam duduk perkaranya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 49 ayat (1) huruf (a) dan ayat (2)

beserta penjelasaanya angka (10) Undang-undang No. 7 Tahun 1989 yang telah

diubah dengan Undang-undang 3 Tahun 2006 perkara a quo merupakan konpetensi

absolut Pengadilan Agama, oleh karena itu Pengadilan Agama berwenang untuk

memeriksa dan menyelesaikan gugatan Penggugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil Penggugat Konvensi yang tidak

dibantah Tergugat Konvensi terbukti Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi

berdomisili di wilayah hukum Pengadilan Agama Bekasi, maka dengan mendasarkan

kepada pasal 118 ayat (1) HIR, Pengadilan Agama Bekasi berwenang memeriksa dan

menyelesaikan gugatan Penggugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan pasal 130 ayat (1) HIR, Majelis Hakim

Page 153: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

15

telah berusaha mendamaikan Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi agar dalam

menyelesaikan gugatannya diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan, tetapi

tidak berhasil, lalu dibacakan gugatan Penggugat Konvensi yang isinya tetap

dipertahankan Penggugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa gugatan Penggugat Konvensi pada pokonya adalah

tentang gugatan harta bersama, nafkah iddah dan Mu’ah ;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan tentang

gugatan Penggugat Konvensi tersebut, Majelis Hakim perlu terlebih dahulu

pertimbangkan mengenai hubungan hukum antara Penggugat Konvensi dengan

Tergugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil Penggugat Konvensi yang tidak

dibantah Tergugat Konvensi, diperkuat bukti (P.1 dan P.2) terbukti bahwa Penggugat

Konvensi dengan Tergugat Konvensi telah menikah pada 09 Oktober 1981 yang

tercatat di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Barat dengan Kutipan Akta

Nikah No. 453/17/198/X/1981 tanggal 16 Oktober 1981, dan telah bercerai di

Pengadilan Agama Bekasi berdasarkan Akta Cerai No. 214/AC/2008/PA/Bks tanggal

18 Maret 2008, oleh karena itu Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi

mempunyai kwalitas sebagai pihak-pihak dalam perkara ini ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi pada petitum gugatannya angka 1

telah mohon agar menyatakan harta/barang berharga berupa : 1 (satu) set Mutiara

Putih, 1 (satu) set Mutiara Cokelat, 2 (dua) set Gelang Tangan, 6 (enam) buah

Gelang Keroncong, 3 (tiga ) buah Gelang Keroncong, 1 (satu) set Kalung Abhu

Dhabi, 1 (satu) set Kalung Permata warna-warni dan 1 (satu) set hadiah Perkawinan

berupa Cincin, Gelang, dan Kalung Adalah merupakan hak/Milik Penggugat ;

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat Konvensi tersebut Tergugat

Konvensi telah memberikan jawaban yang pada pokoknya bahwa perhiasan yang

dituntut Penggugat Konvensi pada dasarnya hanya sisa-sisa, sebelumnya telah

diambil oleh Penggugat Konvensi. Perhiasan yang saat ini dituntut adalah perhiasan

Page 154: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

16

yang berada dalam satu tas. Perhiasan Penggugat Konvensi berjumlah lebih dari satu.

Apa yang dituntut saat ini adalah sisa dari perhiasan yang dimiliki Penggugat

Konvensi. Selain itu, Pada saat penyerahan tas perhiasan tersebut Penggugat

Konvensi berpesan kepada Tergugat Konvensi bahwa perhiasan tersebut harap

disimpan demi kepentingan anak-anak sekolah ataupun masa depan anak-anak ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi untuk

meneguhkan masing-masing dalil gugatan dan dalil jawabannya telah tidak

mengajukan bukti-bukti, baik surat maupun saksi-saksi, akan tetapi dari dalil jawaban

Tergugat Konvensi Majelis Hakim menilai bahwa Tergugat Konvensi mengakui

bahwa memang ada barang perhiasan seperti didalilkan Penggugat Konvensi, akan

tetapi Tergugat Konvensi menolak bahwa barang perhiasan tersebut merupakan milik

Penggugat Konvensi sebagai hasil dari hadiah ;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah melakukan pemeriksaan setempat,

dan dari hasil pemeriksanaan setempat yang dilaksankan pada tanggal 19 Agustus

2009 Majelis Hakim hanya menemukan perhisan berupa : 1 (satu) set Mutiara Putih

dan 1 (satu) set Kalung Permata warna-warni (objek gugatan poin 3.1 dan 3.7 gugatan

Penggugat) ;

Menimbang, bahwa terhadap barang perhiasan tersebut Majelis Hakim

menilai, bawa disamping karena Penggugat Konvensi tidak dapat membuktikan

tentang status barang perhiasan tersebut sebagai hadiah, juga karena Penggugat

Konvensi tidak menyebutkan barang perhiasan tersebut sebagai hadiah dari siapa dan

dalam rangka apa, oleh karena itu maka tuntutan Penggugat Konvensi tersebut harus

dinyatakan ditolak ;

Menimbang, bahwa Tergugat Konvensi dalam jawabannya tidak membantah

atau mengakui tentang adanya barang perhiasan tersebut tetapi bukan sebagai milik

Penggugat Konvensi dan Majelis Hakim telah menyatakan bahwa barang perhiasan

tersebut bukan milik Penggugat Konvensi sebagai hadiah seperti tersebut diatas, oleh

karena itu Majelis Hakim berpendapat bahwa barang perhiasan tersebut merupakan

Page 155: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

17

harta bersama antara Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi yang diperoleh

selama masa perkawinan ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas

dan dengan mendasarkan kepada pasal 1 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, Majelis

Hakim hanya akan menetapkan bahwa barang perhiasan berupa : 1 (satu) set Mutiara

Putih dan 1 (satu) set Kalung Permata warna-warni (objek gugatan poin 3.1 dan 3.7

gugatan Penggugat) adalah sebagai harta bersama antara Penggugat Konvensi dengan

Tergugat Konvensi;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi pada petitum gugatannya angka 2

telah mohon agar menghukum Tergugat Konvensi untuk segera menyerahkan

barang-barang tersebut diatas kepada Penggugat Konvensi meski ada upaya banding

serta kasasi ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan tersebut Majelis Hakim berpendapat

bahwa karena tuntutan tersebut disamping tidak didukung oleh posita gugatan, juga

tuntutan tersebut terkait erat (assesoir) dengan tuntutan sebelumnya, maka terhadap

tuntutan Penggugat tersebut juga harus ditolak ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi pada petitum gugatannya angka 3

telah mohon agar menyatakan barang-barang berharga berupa :

a. (satu) unit Rumah Tinggal beserta isinya yang terletak di Perum Bumi Bekasi

Baru, J1. Gugus Depan Raya No. 141 RT 002 RW. 004. Kelurahan Pengasinan ,

Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi , Jawa –Barat. Dengan batas-batas :

- Sebelah Barat : Rumah Bapak Situngkir ;

- Sebelah Utara : Jalan Raya Gugus Depan ;

- Sebelah Timur : Rumah Ibu Suwarji ;

- Sebelah Selatan : Rumah bapak Didi / Ipung ;

b. 1 (satu) unit Rumah Toko (RUKO) dengan luas 75 M2 (tujuh puluh lima meter

bujur sangkar) terletak di Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Kotamadya

Bekasi, Propinsi Jawa Barat, dengan Sertifikat Hak Milik No. 6385 a/n. Trielya

Page 156: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

18

Noverisda. Dengan batas-batas :

- Sebelah Barat : Ruko ;

- Sebelah Utara : Jl. Dasa Darma 5 ;

- Sebelah Timur : Ruko ;

- Sebelah Selatan : Indomart ;

c. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2006 dengan Nomor Polisi B 2920 BY

a/n Mochsirsyah ;

d. Tabungan/Deposito pada Bank Mandiri a/n Tergugat ;

e. Tabungan/Deposito pada Bank Central Asia a/n Terguga ;

f. Tabungan/Deposito pada Bank BNI a/n Tergugat ;

Adalah merupakan harta bersama yang diperoleh selama Perkawinan ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Penggugat Konvensi tersebut Majelis

Hakim akan mempertibangkan satu persatu dalam pertimbangan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa tentang tuntutan poin 3 huruf (a), rumah tinggal beserta

isinya yang terletak di Perum. Bumi Bekasi Baru, J1. Gugus Depan Raya No. 141 RT

002 RW. 004. Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, dengan

batas-batas seperti tersebut di atas ;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan

tentang tuntutan Penggugat Konvensi mengenai isi dari rumah tersebut ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi dalam gugatannya tidak menjelas-

kan/menyebutkan tentang apa-apa saja yang dimaksud dengan isi dari rumah tersebut,

sehingga tidak jelas bagi Majelis Hakim apa yang dituntut oleh Penggugat Konvensi

dalam gugatannya tersebut, maka gugatan tersebut harus dinyatakan kabur/tidak jelas

(obcuur libel), oleh karena itu gugatan Penggugat Konvensi tentang isi rumah

tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima (NO), maka harus dikesampingkan ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Penggugat Konvensi tentang rumah

tersebut, Tergugat Konvensi telah memberikan jawaban yang pada pokoknya bahwa

rumah tersebut dibeli dari uang warisan orang tua Tergugat Konvensi, dan dalam

Page 157: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

19

Repliknya Penggugat Konvensi menyatakan bahwa rumah tersebut diperoleh dan

ditempati pada tahun 1990, sedangkan warisan yang diperoleh Tergugat Konvensi

sebesar Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah) adalah pada tahun 1997 ;

Menimbang, bahwa karena dalil gugatan Penggugat Konvensi diantah

Tergugat Konvensi, maka berdasarkan pasal 163 HIR Penggugat Konvensi dibebani

beban pembuktian ;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil gugatannya tersebut, Penggugat

Konvensi telah tidak mengajukan bukti-bukti dengan alasan, bahwa karena bukti

rumah tersebut berupa Sertipikat rumah ada pada penguasaan Tergugat Konvensi, dan

terhadap pernyataan Penggugat Konvensi tersebut Tergugat Konvensi membenar-

kannya, bahwa Sertipikat rumh tersebut ada pada Tergugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi dalam Repliknya membantah dalil

Tergugat Konvensi bahwa rumah tersebut dibeli dari hasil warisan orang tua Tergugat

Konvensi, maka berdasarkan pasal 163 HIR Tergugat Konvensi pula dibebani beban

pembuktian ;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil bantahannya, Tergugat

Konvensi telah tidak mengajukan bukti-bukti, sehingga dalil Tergugat Konvensi

tentang bahwa rumah tersebut dibeli dari hasil uang warisan orang tua Tergugat

Konvensi tidak didukung dengan bukti-bukti ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas Msjelis

Hakim berpendapat, bahwa meskipun Penggugat Konvensi tidak dapat membuktikan

dalilnya tersebut, akan tetapi karena Penggugat Konvensi menyatakan bahwa bukti

Sertipikat dari rumah tesebut ada pada penguasaan Tergugat Konvensi dan Tergugat

Konvensi di muka persidangan telah membenarkan pernyataan Penggugat Konvensi

tersebut, sementara itu terhadap dalil Tergugat Konvensi bahwa rumah tersebut dibeli

dari uang warisan orang tua Tergugat Konvensi, Tergugat Konvensi tidak dapat

membuktikannya, maka dalil Penggugat Konvensi tersebut harus dinyatakan terbukti,

dan dalil bantahan Tergugat Konvensi harus dinyatakan tidak terbukti, maka harus

Page 158: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

20

dikesampingkan. Oleh karena itu maka rumah tersebut harus dinyatakan sebagai harta

bersama antara Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa tentang tuntutan poin 3 huruf (b), 1 (satu) unit Rumah

Toko (RUKO) dengan luas 75 M2 (tujuh puluh lima meter bujur sangkar) terletak di

Pengasinan, dengan batas-batas seperti tersebut d atas ;

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat Konvensi tersebut Tergugat

Konvensi telah memberikan jawaban yang pada pokoknya, bahwa Ruko seluas 75 m2

terletak di Pasar Rawalumbu, dibeli berdasar hasil usaha Tergugat Konvensi dan ruko

tersebut dipersiapkan dan diperuntukkan untuk keperluan biaya sekolah anak-anak di

masa pensiun Tergugat Konvensi. Sertifikat ruko memang atas nama Penggugat

Konvensi ;

Menimbang, bahwa dari jawaban Tergugat Konvensi tersebut Majelis Hakim

menilai bahwa Tergugat Konvensi mengakui bahwa selama perkawinan antara

Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi telah diperoleh harta berupa satu

unit Ruko seluas 75 m2 terletak di Pasar Rawalumbu sebagaimana tersebut di atas ;

Menimbang, bahwa meskipun dalil Penggugat tersebut telah diakui Tergugat

Konvensi, namun Penggugat Konvensi untuk meneguhkan dalil gugatannya tersebut

telah mengajukan bukti P.3 (berupa photo copy Sertipikat - Tanda Bukti Hak) yang

terhadap bukti P.3 tersebut Tergugat Konvensi tidak membantah dan mengakui

bahwa aslinya ada pada Tergugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa tentang keberatan Tergugat Konvensi bahwa rumah

tersebut dibeli berdasar hasil usaha Tergugat Konvensi dan dipersiapkan untuk masa

depan anak-anak, Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa dalam pasal 1 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam

disebutkan, bahwa “Harta kekayaan dalam perkawinan adalah harta yang diperoleh

baik sendiri-sendiri atau bersama suami isteri selama dalam ikatan perkawinan

berlangsung, selanjutnya disebut harta bersama”;

Menimbang, bahwa dengan mendasarkan kepada pasal 1 huruf (f) Kompilasi

Page 159: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

21

Huku Islam tersebut di atas Majelis Hakim berperdapat, bahwa dalam hal adanya

harta bersama tidak mempersoalkan siapa yang mendapatkan harta tersebut, selama

harta tersebut diperoleh dalam masa perkawinan dan bukan merupakan harta bawaan,

waris atau hadiah, maka harta tersebut merupakan harta bersama ;

Menimbang, bahwa dengan mendasarkan kepada pertimbngan-pertimbangan

tersebut di atas Majelis Hakim berpendapat, bahwa telah nyata terbukti bahwa rumah

tersebut merupakan harta bersama antara Penggugat Konvensi dengan Tergugat

Konvensi ;

Menimbang, bahwa tentang tuntutan poin 3 huruf (c), 1 (satu) unit Mobil

Kijang Inova Tahun 2006 dengan Nomor Polisi B 2920 BY a/n Mochsirsyah ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Penggugat Konvensi tersebut

Tergugat Konvensi memberikan jawaban yang pada pokoknya bahwa Mobil Kijang

Innova tahun 2005 dengan nomor polisi B 2920 BY a/n. Mochsirsyah digunakan

untuk bekerja dan mencari nafkah guna menafkahi Penggugat Konvensi dan ketiga

anak Tergugat Konvensi yang membutuhkan makan, pakaian dan biaya sekolah ;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil gugatannya Penggugat

Konvensi tidak mengajukan bukti-bukti, akan tetapi dari dalil jawaban Tergugat

Konvensi tersebut Majelis Hakim menilai bahwa Tergugat Konvensi mengakui

adanya mobil tersebut, atau bahwa selama perkawinan antara Penggugat Konvensi

dengan Tergugat Konvensi telah diperoleh sebuah Mobil Kijang Innova tahun 2005

dengan nomor polisi B 2920 BY a/n. Mochsirsyah, disamping itu Tergugat Konvensi

mengakui bahwa surat mobil tersebut ada pada Tergugat Konvensi. Oleh karena itu

Majelis Hakim dengan mendasarkan kepada pasal 1 huruf (f) Kompilasi Hukum

Islam, menetapkan bahwa sebuah Mobil Kijang Innova tahun 2005 dengan nomor

polisi B 2920 BY adalah sebagai harta bersama antara Penggugat Konvensi dengan

Tergugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa tentang tuntutan poin 3 huruf (d, e dan f), Tabungan

deposito pada Bank Mandiri, Bank Central Asia dan pada ank BNI semua atas nama

Page 160: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

22

Tergugat Konvensi;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan tersebut Majelis Hakim berpendapat

bahwa karena Penggugat Konvensi tidak menyebutkan bank-bank tersebut

berkedudukan dimana dan berapa jumlah uang yang ditabungkan/didepositokan, dan

juga karena Penggugat Konvensi tidak mengajukan bukti-bukti, meskipun dalam

jawabannya Tergugat Konvensi menyebutkan bahwa pada awalnya tabungan bank

tersebut bersaldo sebesar Rp. 560,- Juta rupiah, akan tetapi Tergugat Konvensi juga

tidak menjelaskan pada bank mana Tergugat Konvensi menabung/mendepositokan

uang tersebut. Oleh karena itu Majelsi Hakim menilai bahwa tuntutan Penggugat

Konvensi tersebut kabur atau tidak jelas (Obcuur libel), sehingga tuntutan tersebut

harus dinyatakan tidak dapat diterima (NO), maka harus dikesampingkan ;

Menimbang, bahwa berdasakan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas

Majelis Hakim berkesimpulan bahwa yang menjadi harta bersama antara Penggugat

Konvensi dengan Tergugat Konvensi adalah berupa :

1. 1 (satu) set Mutiara Putih ;

2. 1 (satu) set Kalung Permata warna-warni ;

3. 1 (satu) unit rumah tinggal luas tanah 149 m2 dan luas bangunan 153 m2 terletak

di Perum Bumi Bekasi Baru, J1. Gugus Depan Raya No. 141 RT 002 RW. 004.

Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa – Barat dengan

batas-batas :

- Sebelah Barat : Rumah bapak Situngkir ;

- Sebelah Utara : Jl. Gugus Depan ;

- Sebelah Timur : Rumah Ibu Suwarji ;

- Sebelah Selatan : Rumah bapak Didi / Ipung ;

4. 1 (satu) unit rumah toko (Ruko) luas tanah 75 m2 terletak di Pengasinan,

Kecamatan Rawa Lumbu, Kotamadya Bekasi, Propinsi Jawa Barat, dengan

Sertifikat Hak Milik No. 6385 a/n. Trilya Novarisda dengan batas-batas :

- Sebelah Barat : Ruko ;

Page 161: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

23

- Sebelah Utara : Jl. Dasa Darma 5 ;

- Sebelah Timur : Ruko ;

- Sebelah Selatan : Indomart ;

5. 1 (satu) unit Mobil Kijang Inova Tahun 2005 dengan Nomor Polisi B 2920 BY

a/n. Mochsirsyah ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi pada petitum gugatannya angka 4

telah mohn agar menetapkan 50 % dari harta bersama tersebut adalah merupakan

Hak/bagian dari Penggugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa atas tuntutan Penggugat Konvensi tersebut Tergugat

Konvensi telah memberikan jawaban yang pada pokoknya bahwa Tergugat Konvensi

keberatan harta tersebut dibagi dengan Penggugat Konvensi karena Penggugat

Konvensi telah banyak menghambur-hamburkan harta baik berupa uang tunai, barang

perhiasan dan barang lainnya, semasa Penggugat Konvensi dengan Tergugat

Konvensi masih terikat dalam perkawinan, disamping itu harta-harta yang ada adalah

diperuntukan bagi biaya pendidikan dan masa depan anak-anak, mengingat Tergugat

Konvensi akan pensiun satu tahun lagi, sementara anak laki-laki Tergugat Konvensi

dan Penggugat Konvensi masih berusia 13 tahun ;

Menimbang, bahwa terhadap dalil keberatan Tergugat Konvensi tersebut

Penggugat Konvensi membantahnya, oleh karena itu berdasarkan pasal 163 HIR

Tergugat Konvensi dibebani beban pembuktian ;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil keberatan tersebut Tergugat

Konvensi telah tidak mengajukan bukti-bukti, sehingga dalil keberatan tersebut harus

dinyatakan tidak terbukti, maka harus dikesampingkan ;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat bahwa anak tidak

mempunyai hak terhadap harta orang tuanya selama orang tuanya masih hidup.

Namun demikian anak mempunyai hak dari orang tuanya untuk mendapatkan

pengasuhan dan pemeliharaan serta pertumbuhan jasmani, rohani, kecerdasan dan

pendidikan agamanya (vide pasal 45 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 jo pasal 77

Page 162: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

24

ayat (3) Kompilasi Hukum Islam) ;

Menimbang, bahwa dalam harta bersama Majelis Hakim berpendapat,

bahwa masing-masing suami isteri mempunyai hak penuh atau hak sempurna untuk

berbuat terhadap bagiannya, dan masing-masing suami atau isteri tidak dapat

memaksakan salah satunya untuk mengalihkan atau memberikan bagiannya itu

kepada siapapun, kecuali atas keinginannya atau kemauannya sendiri tanpa paksaan

dari salah satunya (Vide pasal 92 Kompilasi Hukum Islam) ;

Menimbang, bahwa dalam pasal 97 Kompilasi Hukum Islam disebutkan

bahwa “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta

bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan”;

Menimbang, bahwa namun demkian Majelis Hakim berpendapat bahwa

keadilan berimbang dalam hal pembagian harta bersama tidak selalu harus diartikan

sama besar atau sama nilai sebagaimana bunyi pasal 97 Kompilasi Hukum Islam

tersebut di atas, tetapi pula harus berimbang dalam hal kontribusi, memperoleh,

menjaga, mengelola dan membelanjakan harta dalam rumah tangga, sehingga

ketentuan pasal tersebut tidak selalu harus dilaksanakan sebagaimana bunyi pasal itu

sendiri, akan tetapi penerapan pasal tersebut harus diukur oleh rasa keadilan dalam

rumah tangga, dimana kontribusi suami atau isteri dalam hal memperoleh, menjaga,

mengelola dan membelanjakan harta dalam rumah tangga (harta bersama) akan

sangat berpengaruh terhadap rasa keadilan dalam hal terjadinya pembagian harta

bersama manakala pembagian dimaksud akan merupakan suatu keharusan dalam

penyelesaian sengketa harta bersama ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi semata-mata hanya sebagai ibu

rumah tangga, yang adanya sejumlah harta dalam rumah tangga antara Penggugat

Konvensi dengan Tergugat Konvensi murni merupakan hasil sepenuhnya Tergugat

Konvensi, tanpa adanya kontribusi dari Penggugat Konvensi. Sementara disamping

itu kondisi Tergugat Konvensi yang setahun lagi akan menjalani pensiun, sementra

ketiga anak Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi semuanya ada pada

Page 163: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

25

tanggung jawab Tergugat Konvensi, anak-anak Penggugat Konvensi dan Tergugat

Konvensi masih sangat membutuhkan biaya, terlebih salah satu dari anak Penggugat

Konvensi dan Tergugat Konvensi ada yang baru berumur 13 tahun, yang tentunya

masih sangat panjang perjalanan anak tersebut untuk mendapatkan pendidikan dan

bekal masa depannya yang pada gilirannya hal tersebut akan menjadi tanggung jawab

dan kewajiban Tergugat Konvensi selaku ayahnya, sehingga hal tersebut logis dan

patut untuk dijadikan sebagai pertimbangan guna mengukur rasa keadilan dalam hal

membagi harta bersama antara Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas

Majelis Hakim berpendapat, bahwa tidak adil jika ketentuan pasal 97 Kompilasi

Hukum Islam tersebut di atas diterapkan secara tektual dalam kasus perkara a quo,

Oleh karena itu menolak petitum gugatan Penggugat Konvensi tersebut dan Majelis

Hakim menetapkan bahwa bagian Penggugat Konvensi dari harta bersama tersebut

adalah sebesar 1/3 bagian dan Tergugat Konvensi adalah sebesar 2/3 bagian,

sebagaimana tersebut dalam diktum putusan ini ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi pada petitum gugatannya angka 5

telah mohon agar memerintahkan Tergugat Konvensi untuk segera menyerahkan 50

% dari harta bersama tersebut kepada Penggugat Konvensi meski ada upaya

banding atau kasasi ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan tersebut Majelis Hakim berpendapat

bahwa karena tuntutan tersebut disamping tidak didukung oleh posita gugatan, juga

untuk menjamin kepastian hukum Majelis Hakim berpendapat bahwa tuntutan

Penggugat Konvensi tersebut harus ditolak ;

Menimbang, bahwa meskipun Penggugat Konvensi dalam petitum

gugatannya tidak mohon agar Tergugat Konvensi dihukum untuk memberikan hak

Penggugat Konvensi dari harta bersama antara Penggugat Konvensi dengan Tergugat

Konvensi kepada Penggugat Konvensi, akan tetapi demi untuk menjamin kepastian

dan adanya perlindungan hukum, maka Majelis Hakim dengan mendasarkan kepada

Page 164: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

26

petitum subsider “apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang

seadil-adilnya” dan karena objek perkara semuanya ada pada penguasaan Tergugat

Konvensi. Oleh karena itu Majelis Hakim menghukum Tergugat Konvensi untuk

membagi harta bersama tersebut kepada Penggugat Konvensi sebesar 1/3 (satu per

tiga) bagian dan Tergugat Konvensi mendapat 2/3 (dua per tiga) bagian, atau apabila

tidak dapat dibagi secara natura/fisik, agar dilakukan penjualan lelang melalui Kantor

Lelang Negara dan hasil penjualan lelang tersebut dibagi kepada Penggugat Konvensi

dan Tergugat Konvensi, masing-masing mendapat bagian sebagaimana tersebut di

atas ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi pada petitum gugatannya angka 6

telah mohon agar memerintahkan Tergugat Konvensi untuk memberikan uang I'ddah

kepada Penggugat Konvensi sebesar Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah)per /bulan ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan tersebut Tergugat Konvensi telah

memberikan jawaban yang pada pokoknya Tergugat Konvensi menolak untuk

memberikan uang Iddah kepada Penggugat Konvensi disebabkan karena Penggugat

telah melakukan perselingkuhan dan telah melakukan pernikahan siri ketika antara

Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi masih terikat dalam perkawinan

yang sah ;

Menimbang, bahwa atas jawaban Tergugat Konvensi tersebut Penggugat

dalam Repliknya membantah dalil jawaban Tergugat Konvensi tersebut ;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil jawabannya tersebut Tergugat

telah tidak mengajukan bukti-bukti, akan tetapi Majelis Hakim dari bukti P.1 (berupa

Salinan Putusan Pengadilan) menemukan fakta, bahwa dalam putusan tersebut

Penggugat Konvensi telah dinyatakan terbukti mempunyai hubungan dengan laki-laki

lain dan telah melakukan pernikahan sirri ketika antara Penggugat Konvensi dengan

Tergugat Konvensi masih terikat dalam perkawinan yang sah. Oleh karena itu Majelis

Hakim dengan mendasarkan kepada bukti P.1 tersebut, maka dalil Tergugat Konvensi

tersebut harus dinyatakan terbukti dan Penggugat Konvensi harus dinyatakan telah

Page 165: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

27

berbuat Nusyuz (durhaka terhadap suami) ;

Menimbang, bahwa dalam pasal 149 huruf (b) dan pasal 152 Kompilasi

Hukum Islam disebutkan, bahwa : “Bilama perkawinan putus karena talak, maka

bekas suami wajib memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri selama

dalam Iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam

keadaan tidak hamil” ;

Menimbang, bahwa dengan mendasarkan kepada pasal 149 huruf (b)

tersebut di atas, dihubungkan dengan pertimbangan sebelumnya, dimana Penggugat

Konvensi telah dinyatakan Nusyuz, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa

Penggugat Konvensi tidak berhak untuk mendapatkan nafkah Iddah dari Tergugat

Konvensi, sehingga gugatan Penggugat Konvensi tersebut harus dinyatakan ditolak,

sebagaimana tersebut dalam diktum putusan ini ;

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi pada petitum gugatannya angka 7

telah mohon agar memerintahkan Tergugat Konvensi untuk memberikan Mut’ah

kepada Penggugat Konvensi sebesar Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan tersebut Tergugat Konvensi telah

memberikan jawaban yang pada pokoknya Tergugat Konvensi menolak untuk

memberikan Mut’ah kepada Penggugat Konvensi disebabkan karena Penggugat

Konvensi telah melakukan perselingkuhan dan telah melakukan pernikahan siri ketika

antara Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi masih terikat dalam

perkawinan yang sah ;

Menimbang, atas jawaban Tergugat Konvensi tersebut Penggugat Konvensi

dalam Repliknya membantah dalil jawaban Tergugat Konvensi tersebut ;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil jawabannya tersebut Tergugat

Konvensi telah tidak mengajukan bukti-bukti, akan tetapi Majelis Hakim dari bukti

P.1 (berupa Salinan Putusan Pengadilan) menemukan fakta, bahwa dalam putusan

tersebut Penggugat Konvensi telah dinyatakan terbukti mempunyai hubungan dengan

laki-laki lain dan telah melakukan pernikahan sirri ketika antara Penggugat Konvensi

Page 166: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

28

dengan Tergugat Konvensi masih terikat dalam perkawinan yang sah, oleh karena itu

dalil Tergugat Konensi tersebut harus dinyatakan terbukti dan Penggugat Konvensi

harus dinyatakan Nusyuz (durhaka terhadap suami) ;

Menimbang, bahwa dalam pasal 149 huruf (b) dan pasal 152 Kompilasi

Hukum Islam disebutkan, bahwa : “Bilama perkawinan putus karena talak, maka

bekas suami wajib memberikan Mut’ah yang layak kepada isterinya, baik berupa

uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut qabla ad-dukhul”;

Menimbang, bahwa nusyuznya seorang bekas istri tidak menghalangi bekas

isteri tersebut untuk mendapatkan Mut’ah dari bekas suaminya, oleh karena itu

meskipun Penggugat Konvensi telah dinyatakan nusyuz Penggugat Konvensi berhak

untuk mendapatkan Mut’ah dari Tergugat Konvensi ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Mut’ah Penggugat Konvensi tersebut

Majelis Hakim berpendapat terlalu besar, hal ini didasarkan kepada karena Majelis

Hakim tidak mengetahui berapa besar penghasilan Tergugat Konvensi. Oleh karena

itu Majelis Hakim secara ex oficio akan menentukan besaran Mut’ah yang harus

diberikan Tergugat Konvensi kepada Penggugat Konvensi berdasarkan kelayaan dan

kepatutan, yaitu sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah), sebagaimana tersebut

dalam diktum putusan ini ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas

maka gugatan Pengggat Konvensi dikabulkan untuk sebagian dan dinyatakan ditolak

dan tidak dapat diterima (NO) untuk selebihnya ;

DALAM REKONVENSI

Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi mengajukan gugatan balik

terhadap Tergugat Rekonvensi sebagai berijkut :

1. Uang tunai (tabanas BNI nomor : 133.000009355.901 dan 133.000009355.902

cabang Luwuk, Sulawesi Tengah) dimana baik modal dan hasil keuntungan dari

Week End Cafe yang dibangun dari tahun 2000, hingga akhirnya tutup usaha

pada April 2008 semuanya dimasukkan kedalam rekening Tergugat Rekonvensi ;

Page 167: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

29

2. Uang hasil stockist multilevel UFO dengan nomor SG 1308, baik modal dan hasil

keuntungan juga dimasukkan kedalam rekening Tergugat Rekonvensi ;

3. Hasil dagangan kain dan baju Penggugat Rekonvensi yang mencapai ratusan juta

rupiah juga dimasukkan kedalam rekening Tergugat Rekonvensi ;

4. Rekening BNI nomor : 0042816474 cabang Banyuwangi, BNI nomor rekening :

0029255265 cabang Bekasi, dan BCA cabang Banyuwangi dengan nomor

rekening : 1800451272 adalah rekening Tergugat Rekonvensi yang semua isinya

adalah dari penghasilan Penggugat Rekonvensi dari hasil usaha yang lain ;

Dari poin 1 s/ d 4 sebagian harta yang diberikan oleh Penggugat Rekonvensi

kepada Tergugat Rekonvensi, sedangkan Tergugat Rekonvensi memberikan

perhiasan emas dan uang kepada suami sirinya berupa :

- 1 unit rumah di Banyuwangi dengan perabotan rumah tangga lengkap yang

dicuri Tergugat Rekonvensi dari rumah tergugat di Banyuwangi ;

- Perhiasan emas yang dipersiapkan untuk masa depan anak-anak dititipkan

kepada suami sirinya ;

- 1 ekor sapi piaraan ;

- 1 unit sepeda motor tahun 2006 ;

- 1 counter hp atas nama Eva Cellule ;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan tersebut Majelis Hakim berpendapat

bahwa karena Penggugat Rekonvensi tidak menyebutkan berapa jumlah tabungan

pada Bank BNI dan bank BCA tersebut, dan juga karena Penggugat Rekonvensi dan

Tergugat Rekonvensi tidak mengajukan bukti-bukti, oleh karena itu Majelis Hakim

menilai bahwa tuntutan Penggugat Konvensi tersebut kabur atau tidak jelas (Obcuur

libel) sehingga tuntutan tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima (NO), maka

harus dikesampingkan ;

Menimbang, bahwa terhadap hal-hal yang telah dipertimbangkan dalam

pertimbangan Konvensi sepanjang yang berkaitan dengan pertimbangan Rekonvensi

dianggap menjadi pertimbangan dalam Rekonvensi ;

Page 168: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

30

DALAM KONVENSI - REKONVENSI

Menimbang, bahwa Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi dalam petitum

gugatannya angka 8 telah mohon agar menghukum Tergugat Konvensi/Penggugat

Rekonvensi untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini ;

Menimbang, bahwa perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka

berdasar pasal 89 ayat (1) Undang-undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah

dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 biaya perkara dibebankan kepada

Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi, oleh karena itu menolak petitum angka 8

gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi dengan membebankan biaya

perkara kepada Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi sejulah seperti tersebut

dalam diktum putusan ini ;

Mengingat segala peraturan perundang-undangan yang barlaku dan hukum

syara yang berkaitan dengan perkara ini ;

M E N G A D I L I

DALAM KONVENSI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Konvensi sebagian ;

2. Menetapkan harta-harta berupa :

2.1. Satu set Mutiara Putih ;

2.2. Satu set Kalung Permata warna-warni ;

2.3. Satu unit rumah tinggal luas tanah 149 m2 dan luas bangunan 153 m2 terletak

di Perum Bumi Bekasi Baru, J1. Gugus Depan Raya No. 141 RT 002 RW.

004. Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa – Barat

dengan batas-batas :

- Sebelah Barat : Rumah bapak Situngkir ;

- Sebelah Utara : Jl. Gugus Depan ;

- Sebelah Timur : Rumah Ibu Suwarji ;

- Sebelah Selatan : Rumah bapak Didi / Ipung ;

2.4. Satu unit rumah toko (Ruko) luas tanah 75 m2 terletak di Pengasinan,

Page 169: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

31

Kecamatan Rawa Lumbu, Kotamadya Bekasi, Propinsi Jawa Barat, dengan

Sertifikat Hak Milik No. 6385 a/n. Trilya Novarisda dengan batas-batas :

- Sebelah Barat : Ruko ;

- Sebelah Utara : Jl. Dasa Darma 5 ;

- Sebelah Timur : Ruko ;

- Sebelah Selatan : Indomart ;

2.5. Satu unit Mobil Kijang Inova Tahun 2005 dengan Nomor Polisi B 2920 BY

a/n. Mochsirsyah ;

Adalah harta bersama antara Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi;

3. Menetapkan Penggugat Konvensi mendapat 1/3 (satu per tiga) bagian dan

Tergugat Konvensi mendapat 2/3 (dua per tiga) bagian dari harta bersama tersebut

pada diktum angka 3 (tiga) tersebut di atas ;

4. Menghukum Tergugat Konvensi untuk membagi/memberikan bagian Penggugat

Konvensi kepada Penggugat Konvensi dari harta bersama tersebut sebesar 1/3

(satu per tiga) bagian, atau apabila tidak dapat dibagi secara natura, agar

dilakukan penjualan lelang di Kantor Lelang Negara dan hasilnya dibagi 1/3 (satu

per tiga) bagian untuk Penggugat Konvensi dan 2/3 (dua per tiga) bagian untuk

Tergugat Konvensi ;

5. Menghukum Tergugat Konvensi untuk memberikan Mut’ah kepada Pengggat

Konvensi sejumlah Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah) ;

6. Menolak dan menyatakan tidak dapat diterima (NO) gugatan Penggugat Konvensi

selebihnya ;

DALAM REKONVENSI

1. Menyatakan gugatan balik Penggugat Rekonvensi tidak dapat diterima (NO) ;

DALAM KONVENSI - REKONVENSI

- Membebankan kepada Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk

membeyar biaya perkara sebesar Rp. 2.151.000,- (Dua juta seratus lima puluh

satu ribu rupiah) ;

Page 170: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

32

Demikianlah putusan ini dijatuhkan di Bekasi pada hari Kamis tanggal 15

Oktober 2009 M/26 Syawwal 1430 H, oleh kami Drs. JAJAT SUDRAJAT, S.H.

selaku Ketua Majelis, Dra. SARBIATI, SH., MH. dan Dra. Hj. SA’DIATI, SH.

selaku Hakim-Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu juga dibacakan Ketua

Majelis tersebut dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri Hakim-Hakim

Anggota tersebut juga, M. ALI AVRIDDY, SH. selaku Panitera Pengganti,

Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi dan Tergugat Konvensi/Penggugat

Rekonvensi.

Ketua Majelis,

ttd.

Drs. JAJAT SUDRAJAT, S.H.

Hakim Anggota, Hakim Anggota,

ttd. ttd.

Dra. SARBIATI, SH., MH. Dra. Hj. SA’DIATI, SH.

Panitera Pengganti,

ttd.

M. ALI AVRIDDY, SH.

Perincian Biaya Perkara :

1. Biaya Pendaftaran ………………………….. Rp. 30.000,-

2. Biaya panggilan …………………………….. Rp. 750.000,-

3. Biaya Pemeriksaan Setenpat ……………….. Rp. 1.360.000,-

4. Biaya Redaksi ……………………………… Rp. 5.000,-

5. Materai ………………………………………Rp. 6.000,-

J u m l a h Rp. 2.151.000,-

Bekasi, 2 April 2015 Untuk salinan yang sama bunyinya Oleh Panitera Pengadilan Agama Bekasi,

A. Djudairi Rawiyan, SH.

Page 171: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

Foto bersama Drs. Jajat Sudrajat, SH., MH. Selaku hakim Pengadilan Agama Jakarta

Timur, tanggal 26 Maret 2015.

Page 172: PENERAPAN HERMENEUTIKA HUKUM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30711/1/SAFIRA... · iv ABSTRAK Safira Maharani. NIM 1111044100045. Penerapan Hermeneutika Hukum

Foto bersama Dr. Drs. H. Chazim Maksalina, MH.. Selaku Wakil Ketua Pengadilan Agama

Jakarta Timur, tanggal 01 April 2015.