Download - Penerapan Good Governance

Transcript

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

DI DINAS PEKERJAAN UMUM

KABUPATEN PANDEGLANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

AGNES RIMBAWAN

NIM. 6661062433

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG – BANTEN

2012

Motto Hidup :

TIDAK ADA YANG BISA

MENGHENTIKAN LANGKAHKU UNTUK

MERAIH APA YANG KU INGINKAN DAN

KU PERJUANGKAN, KECUALI TUHAN...

Skripsi ini ku persembahkan untuk

kedua orang tua ku,

adik-adik ku,

dan teman-temanku seperjuanganku.

ABSTRAK

Agnes Rimbawan, Penerapan Good Governance di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Drs.

Hasuri Waseh S.E, M.Si, Pembimbing II Titi Stiawati S.Sos,M.Si.

Fokus penelitian ini adalah Penerapan Good Governance di Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Pandeglang. Tujuan diterapkannya Good Governance Dalam

rangka menjamin terciptanya pemerintahan yang bersih, jujur dan transparan

sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004, diperlukan program

pembinaan produk hukum daerah yang dapat menjadi media kontrol & akses

masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota

termasuk terwujudnya pemerintahan yang amanah. teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori Agus Dwiyanto, yang terdiri dari enam prinsip yaitu

partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektif dan efisien, kepastian hukum, dan

responsif. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu metode studi

kasus dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data

yang dilakukan oleh peneliti, dalam penerapan good governance di Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang tidak berjalan secara maksimal. Hal ini

karena dalam proses pelaksanaannya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance yang harus diterapkan seperti Tidak adanya partisipasi dari

masyarakat. Bentuk transparansi yang diberikan tidak dapat diterapkan dengan

efektif dan menyeluruh. Akuntabilitas yang diberikan kepada masyarakat masih

belum maksimal dari hasil kinerjanya. Kurangnya kualitas SDM pegawai yang

berpengaruh terhadap kinerja dasn pemberian pelayanan kepada masyarakat tidak

efektif dan efisien. Supremasi hukum yang diharapkan tidak berjalan dengan

efektif. Tidak responsifnya pegawai dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Dan agar good governance bisa diterapkan dengan efektif maka perlu

dilakukan seperti membuka informasi seluas-luasnya kepada masyarakat

mengenai kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang

diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Melakukan sosialisasi kepada

masyarakat tidak melalui media internet saja, tapi dengan menggunakan media

lainnya. meningkatkan pengawasan pada setiap proses pelelangan terhadap

pemenangan tender dan dalam pelaksanaan pembangunan, Lebih meningkatkan

kualitas SDM pegawai Dinas Pekerjaan Umum.

Kata kunci: Penerapan, Good Governance

ABSTRACT

Agnes Rimbawan, The Application of Good Governance at the public work office

of Pandeglang regency. The Study Program Of Public Studi Administration, The

Faculty Of Social And Politics, Sultan Ageng Tirtayasa. The Supervisior I Drs.

Hasuri Waseh S.E, M.Si, The Supervision II Titi Stiawati S.Sos,M.Si.

The focus of this research is the applicatioan of good governance at the public

work office of Pandeglang regency. The purpose of good governance applicatioan

is to guarantee the creation of clean. Hones and transparent governance suitable

for the regulation number 32 the year of 2004 , it is riquired the program of the

program of local law product building which can be the controlling media and the

people’s access in caryying out the governance and the building of town included

to make believable or trusteeship governance. the theory wich is used in this

research is the theory of Agus Dwiyanto which consists of six principles, those are

participation, transparency, accountability, effective and efficient, certainty law

the responsive. The method which is used by the researcher in this study is the

method of case study with of the approach of qualitative. Based on the study result

and the data analysis which have been done by the researcher in the application

of good governance at the public office Pandeglang regency does not run

maximum. it is caused by the procces of implementation which is not suitable with

principles of good governance the should be applied seems like wihout people’s

participation. the from of tansparency which has been given to the people is less

maximum if it is compared with the work ethos. Less quality of the human

resources of the employees influences to the work ethos and the public servies is

not effective and efficient. The irresponsible employees in giving the services to

the public. And that good governance can be implemented effectively it needs to

be done as open information as possible to the public on the activities in the

implementation of development activities organized by the Public Works office.

Outreach to the community not only through internet media, but by using other

media. increased scrutiny on any auction process to award the tender and the

implementation of development, more to improve the quality of human resources

Public Works Offic.

Key word : Application, Good Governance

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin. Tiada kata yang layak terucap selain mengucap

syukur kepada sang pencipta Allah Swt yang tiada henti memberikan segores tinta

semangat dan harapan, hingga akhirnya Skripsi yang sederhana ini dapat

terselesaikan

sesuai dengan harapan. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda,

Ibunda, dan Adik-adikku yang selalu kubanggakan. Skripsi ini aku persembahkan

untuk

kalian yang sangat berarti dalam hidup ini.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

banyak memberikan pengajaran, bantuan, serta dukungan moril dan materil dalam

upaya

penyelesaian penelitian ini yang berjudul ”Penerapan Good Governance Di Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang”. Untuk itu, peneliti sampaikan banyak

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Mia Dwiana, M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

ii

6. Rina Yulianti, S.I.P., M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Drs. Hasuri Waseh. M.Si., Pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan,

motivasi dan semangat bagi peneliti dalam setiap tahapan bimbingan yang telah

dilakukan selama ini

8. Titi Stiawati, S.Sos., M.Si., Pembimbing II yang senantiasa selalu penuh

kesabaran memberikan bantuan, arahan, motivasi, semangat dan selalu

mendukung bagi peneliti dalam setiap tahapan bimbingan yang telah dilakukan

selama ini

9. Listyaningsih, S.Sos. M.Si., Dosen wali Akademik yang senantiasa memberikan

arahan, motivasi dan semangat bagi peneliti dalam setiap tahapan dalam

perkuliahan.

10. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, yang telah membekali

peneliti dengan ilmu pengetahuan yang luar biasa selama perkuliahan.

11. Keluarga besarku yang begitu besar mendukung dan memotivasi peneliti untuk

menyelesaikan Skripsi ini.

iii

12. Teman-taman seperjuanganku yang selalu setia menemani, di saat suka dan duka.

Selain itu, peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan

yang dimiliki, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari

semua pihak. Disisi lain, peneliti juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi

para pembaca.

Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Serang, April 2012

Penulis

Agnes Rimbawan

iv

DAFTAR ISI

Halaman

PERSYARATAN ORISIONALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR .......... ............................................................................... i

DAFTAR ISI ......................... ............................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ......................... ............................................................... vii

DAFTAR TABEL ................... ............................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi .... ...................................................................................... 7

1.3 Pembatasan Masalah............................................................................. 8

1.4 Perumusan Masalah ............................................................................. 8

1.5 Tujuan Penelitian . ................................................................................ 9

v

1.6 Manfaat Penelitian . ................................................................................ 9

1.7 Sistematika Penulisan . ........................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 15

2.1.1. Pengertian Penerapan. ..................................................................... 16

2.1.2. Pemerintahan Yang Baik (Good Governance). .............................. 16

2.1.3. Prinsip-prinsip Good Governance. ................................................. 22

2.2. Kerangka Berfiki & Asumsi Dasar ...................................................... 24

2.2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................ 24

2.2.2 Asumsi Dasar .................................................................................. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian .............................................................................. 29

3.2. Instrumen Penelitian .......................................................................... 30

3.3. Informan Penelitian ........................................................................... 33

3.4. Teknik Analisis Data ......................................................................... 34

3.5. Pengujian Validitas dan Realibitas Data ........................................... 37

3.6. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 38

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 40

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang. ..................................... 40

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang. ................................................................. 42

4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum

vi

Kabupaten Pandeglang. .................................................................. 48

4.1.4 Visi Misi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ............ 56

4.1. Deskripsi Data .................................................................................... 58

4.2.1. Deskripsi Data Penelitian. ............................................................... 58

4.2.2. Data Informan. ................................................................................ 60

4.2.3. Penyajian Data. ................................................................................ 61

4.2.4. Partisipasi. ....................................................................................... 63

4.2.5. Transparansi. ................................................................................... 67

4.2.6. Akuntabilitas. .................................................................................. 70

4.2.7. Efektif dan Efisien. .......................................................................... 76

4.2.8. Kepastian Hukum. ........................................................................... 85

4.2.9. Responsif. ........................................................................................ 88

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 91

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 98

5.2. Saran ...................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Melakukan Penelitian

2. Memberchek

3. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2008

Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kabupaten Pandeglang

4. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum

5. Data Pegawai Dinas Pekerjaan Umum

6. Foto Penelitian

7. Daftar Pertanyaan

8. Berita Acara Penelitian

9. Riwayat Hidup

viii

DAFTAR TABEL

3.5. Waktu Penelitian ................................................................................... 39

4.1.2. Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ....... 43

4.1.3. Tingkat Pendidikan Pegawai Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang ......................................................................... 35

4.1.4. Jumlah Pegawai PNS dan NON PNS di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang ......................................................................... 45

4.1.5. Daftar Informan .................................................................................... 47

ix

DAFTAR GAMBAR

2.2.1 Gambar Kerangka

Berpikir . ........................................................................................... 26

3.4 Gambar Analisis data menurut Miles & Huberman......................................................

36

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada umumnya, saat ini

dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis dan

mempengaruhi birokrasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Salah satu perubahan

lingkungan strategis dimaksud adalah penerapan paradigma Kepemerintahan yang

baik (Good Governance ) yang memberikan nuansa peran dan fungsi yang

seimbang antara pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan prinsip-prinsip yang

mendasarinya antara lain adalah transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Apabila

keseimbangan peran dari ketiga aktor tersebut dapat diterapkan, maka prinsip dasar

dari Good Governance tersebut dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang terkait. Hal

ini juga memudahkan Instansi Pemerintah dalam melaksanakan pemerintahan dan

mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat.

Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan hal yang paling

mengemuka dalam pengelola administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang

dilakukan oleh pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaran pemerintah yang

baik adalah sejalan dengan meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat di

samping adanya pengaruh globalisasi. Pola lama pemerintah tidak sesuai lagi

dengan tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan itu

merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan

1

2

melakukan perubahan-perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan

pemerintah yang baik.

Beberapa dekade terakhir, dalam konteks penyelenggaraan pemerintah baik

di level pusat maupun daerah angin perubahan secara deras menghembus untuk

menciptakan arus tata pemerintahan pada pelaksanaan konsep pemerintahan yang

baik atau dikenal dengan good governance dengan sembilan prinsipnya.

Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses

penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good

and services disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan), sedangkan

praktek terbaiknya disebut “ good governance “ (kepemerintahan yang baik). Agar

“good governance” dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka

dibutuhkan komitmen dan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah, private

sector dan masyarakat. Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi

yang baik dan integritas, profesional serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan

demikian penerapan konsep good governance penyelenggaraan kekuasaan

pemerintah negara merupakan tantangan tersendiri.

Dalam rangka menjamin terciptanya pemerintahan yang bersih, jujur dan

transparan sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004, diperlukan

program pembinaan produk hukum daerah yang dapat menjadi media kontrol &

akses masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota

termasuk terwujudnya pemerintahan yang amanah. Hal ini diwujudkan melalui

kegiatan menyusun kerangka kebijakan penyelenggaraan pemerintah yang bersih

sesuai prinsip-prinsip good governance. Berdasarkan peraturan daerah kabupaten

3

pandeglang nomor 06 tahun 2008 tentang pembentukan, susunan organisasi dan

tata kerja perangkat daerah kabupaten pandeglang. Bagian keenam Dinas Pekerjaan

Umum (paragraf 1) Kedudukan pasal 39, menerangkan bahwa : Dinas Pekerjaan

Umum adalah merupakan unsur pelaksana pemerintah kabupaten, dipimpin oleh

kepala dinas, yang bertanggung jawab kepada bupati melalui sekertaris daerah.

(paragraf 2) Tugas pasal 40, menerangkan bahwa : Dinas Pekerjaan Umum

mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintah daerah

berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang kebinamargaan,

pengairan dan keciptakaryaan.

Konsep pemerintahan yang baik tidak hanya terhenti hanya sebatas tradisi,

namun pada gilirannya kelak akan menjadi sebuah peradaban pemerintahan. hal ini

tentu tidak terlepas dari makna pemerintahan sebagai bentuk organisasi dengan

identitas dinamis dan selalu berubah, seiring dengan waktu yang akan terus menguji

dan membuktikan semakin rentannya umur peradaban itu sendiri. untuk

mewujudkan hal ini tidak saja mutlak peran dominan dari aparat pemerintahn saja,

namun ditemukan sinergis antara tiga komponen dari pemerintah yang baik itu

sendiri, yaitu pemetintah, swata dan masyarakat.

Kesadaran akan pentingnya kerjasama antara tiga komponen tersebut,

merupakan sebuah refleksi dari perubahan masalalu, dimana negara telah gagal

menciptakan sebuah ruang dialog, yang menyebabkan ruang komunikasi tertutup,

sehingga dalam penyelesaian setiap masalah dan kekerasan menjadi strategi politik

dalam mencapai suatu tujuan.

4

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap

pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat

dalam rangka mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara. Dalam

rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban

yang tepat, jelas, dan terukur, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bersih dan

bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Perlu

diperhatikan pula adanya mekanisme untuk meregulasi akutabilitas pada setiap

instansi pemerintah dan memperkuat peran dan kapasitas parlemen, serta

tersedianya akses yang sama pada informasi bagi masyarakat luas.

Konsep pemerintahan yang baik, dalam ruang yang ideal dan sangtatlah

mustahil untuk di implementasikan dalam suatu pemerintahan secara utuh, tidak

memandang apapun atau dimana pun negaranya. Karena memang tidak ada

parameter baku dari keberhasilan pemerintahan yang baik itu sendiri. hanya saja,

titik tekannya lebih kepada bagaimana nilai-nilai pemerintahan yang baik itu bisa

terus dikembangkan oleh pemerintah dan bukan saja untuk mencari kerangka

pertama atau sekedar menjadi proses berfikir dari pemerintah saja, namun dari itu

jauh lebih penting darai nilai-nilai pemerintahan yang baik akan mejadi tradisi dan

membudaya.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur

pemerintahan telah diadakan pendidikan, penataran/kursus yang menyangkut

masalah teknis dan administratif. Hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi

perkembangan volume tugas yang meningkat dengan pesat. Begitu pula dengan

penerapan good governance di pemerintahan Kabupaten Pandeglang yang juga

5

membutuhkan upaya peningkatan yang maksimal agar pemerintahan Kabupaten

Pandeglang terbentuk pemerintahan yang Good Governance.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti dilapangan, ternyata masih

banyak permasalahan yang ada terkait dengan penerapan good governance yang

berdasarkan pada prinsip-prinsipnya, namun peneliti hanya memfokuskan

penelitian pada instansi pemerintah yakni Dinas Pekerjaan Umum Diantaranya

adalah :

1. Tidak transparannya pemerintah dalam penetapan anggaran yang diberikan

kepada setiap Dinas dan penggunaan anggaran yang diberikan. seharunya

masyarakat ikut mengetahui setiap anggaran yang berasal dari APBD,

khususnya penggunaan anggaran Dinas Pekerjaan Umum dalam hal

pengerjaan proyek infrastruktur. (Hasil wawancara dengan Bpk. Dede dan

Ibu siti Nurul/warga).

2. Banyak permasalahan dikarenakan kurang responnya aparatur dalam

memberikan pelayanan terhadap masyarakat, seperti seringnya para

kontraktor yang tidak segera di tanggapi ketika membutuhkan informasi

mengenai prosedur mengurus tagihan proyek. (Hasil wawancara dengan

Bpk. Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat Sunda).

3. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang kontraktor (Bpk.

Ahmad Solehudin dari PT. Mustika Selat Sunda), bahwa terjadi pungutan

liar yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum terhadap pihak ke 3

(kontraktor) yang mengerjakan proyek, dimana terkadang dalam satu proses

6

pengajuan kontrak dinas meminta imbalan kepada pihak ke-3 (kontraktor)

jika kontrak tersebut ingin diproses cepat.

4. Adanya penyalahgunaan wewenang untuk meloloskan tagihan yang

diajukan kontraktor yang sebenarnya dari segi kelengkapan kontrak proyek

diantaranya adalah (kuitansi pembayaran, surat perintah kerja, berita acara

pemeriksaan, berita acara serah terima, berita acara pembayaran, surat

keputusan, fakta integritas, invoice, surat setoran pajak, SPM, SPP, surat

pengantar, kartu kendali, profil perusahaan, jaminan pemeliharaan, profil

ijin perusahaan) belum sesuai atau lengkap, hal ini biasanya terjadi karena

adanya unsur kedekatan atau hubungan kekerabatan antara pihak ke-3

(kontraktor) dengan pegawai dinas yang mengurusi kontrak tagihan

tersebut, dan pada akhirnya kontrak yang semestinya tidak dapat diproses

karena dari segi kelengkapan belum memenuhi aturan, akhirnya tetap

diproses walaupun menyalahi aturan. (Hasil wawancara dengan Bpk.

Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat Sunda).

5. Kontraktor harus menyerahkan sekitar 5% dari jumlah proyeknya yang

berhasil didapatkan, biasanya antara dinas dan pihak ke-3 (kontraktor)

terdapat kesepakatan dimana jika proyek tersebut berhasil, maka kontraktor

harus menyerahkan kurang lebih 5% dari jumlah tagihannya, padahal hal

tersebut menyalahi aturan dan tidak ada dasar hukumnya. (Hasil wawancara

dengan Bpk. Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat

Sunda).

7

Maka berdasarkan latar belakang dari permasalahan tersebut di atas penulis

di dalam pembuatan penelitian ini tertarik untuk mengetahui lebih mendalam

mengenai permasalahan yang sebenarnya tentang “Penerapan Good Governance

Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Dari uraian di atas mengenai Upaya Penerapan Good Governance Di Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, dapat dilihat permasalahan yang terjadi

di dalamnya yaitu:

1. Adanya pungutan liar yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum terhadap

pihak ke 3 (kontraktor) yang mengerjakan proyek. (Hasil wawancara

dengan Bpk. Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat

Sunda).

2. Penyalahgunaan wewenang untuk meloloskan kontraktor yang

sebenarnya dari segi kelengkapan kontrak proyek belum sesuai. (Hasil

wawancara dengan Bpk. Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT.

Mustika Selat Sunda).

3. Kontraktor harus menyerahkan sekitar 5% dari jumlah proyeknya yang

berhasil didapatkan. (Hasil wawancara dengan Bpk. Ahmad Solehudin

atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat Sunda).

8

4. Tidak transparannya pemerintah dalam penetapan anggaran yg diberikan

kepada setiap dinas dan penggunaan anggaran yang diberikan. (Hasil

wawancara dengan Bpk. Dede dan Ibu siti Nurul/warga).

5. Kurang responnya aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat (kontraktor). (Hasil wawancara dengan Bpk. Ahmad

Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat Sunda).

1.3 Batasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa permasalahan yang terdapat pada Penerapan

Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang sangatlah

kompleks, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak dapat melakukan

eksplrolasi terhadap semua masalah pada Hal tersebut, Dalam hal ini peneliti

memfokuskan penelitiannya hanya pada Penerapan Good Governance dengan

melakukan kajian implementasi dan evaluasi.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

diketengahkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimakah Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang ?

2. Hambatan – hambatan apa saja yang ada dalam Proses Penerapan Good

Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang?

9

1.5 Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk,

mengkaji lebih dalam Tentang Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Pandeglang. Bertujuan mengetahui Bagaimanakah Peningkatan

Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang

dan apa saja hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses penerapan Good

Governance Di Dinas pekerjaan Umum tersebut.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan materi-materi

pengajaran mengenai good governance khususnya mengenai

penerapan good governance serta dapat memberikan sumbangan pemikiran

guna melakukan pengembangan penerapan good governance.

b. Manfaat praktis

penelitian tentang Upaya Penerapan Good Governance Melalui Pendidikan

dan Pelatihan bagi Aparatur Pemerintahan Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang adalah memberikan umpan balik (feedback) kepada

Pemerintah Daerah dan juga aparat-aparat terkait yang seharusnya

melakukan kinerja dengan baik. Juga memberikan gambaran kepada

masyarakat bahwa kualitas Pegawai Negeri Sipil akan sangat memberikan

dampak langsung bagi masyarakat terutama dalam hal pelayanan,juga

10

memberikan kesadaran akan pentingnya partisipasi atau peran aktif

masyarakat peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan skripsi yang

bertujuan untuk memudahkan jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi

dari skripsi. Adapun sistematika penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tersusun

atas sistematika sebagai berikut:

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang lingkup dan

kedudukan masalah yang di teliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari

lingkup yang paling umum menukik ke masalah yang paling spesifik, yang

relevan dengan judul skripsi.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah menyebutkan permasalahan yang muncul atau yang ada

pada obyek yang diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi

pendahuluan ke obyek yang diteliti, observasi dan wawancara ke berbagai

sumber sehingga semua permasalahan dapat di identifikasi.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mempermudah dan menghemat penelitian, maka peneliti membatasi dan

merumuskan masalah. Pembatasan masalah mencakup pembatasan lokus dan

fokus penelitian.

11

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah ditetapkan

berdasarkan desain penelitian. Perumusan masalah disusun dengan

memperhatikan maksud dan tujuan penelitian.

1.5 Tujuan penelitian

Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin di capai dengan dilaksanakannya

penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan

penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.

1.6 Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis atau kegunaan terhadap dunia akademik dan

manfaat praktis. Sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

1.7 Sistematika Penulisan

Menjelaskan isi bab per bab dan menjelaskan urutan penulisan skripsi secara

keseluruhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan

dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan memperoleh

konsep penelitian yang jelas.

2.2 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari

deskripsi teori.

12

2.3 Asumsi Dasar

Merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti, dan

akan diuji kebenarannya.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan tentang metode apa yang dipergunakan dalam

penelitian.

3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang utama adalah peneliti sendiri, namun

setelah fokus penelitian menjadi jelas, mungkin akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana, yang diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data

pada sumber data yang lebih luas, dan mempertajam serta melengkapi data hasil

pengamatan dan observasi.

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah pihak yang memberikan informasi berupa lisan

maupun tulisan kepada peneliti. Pemberian informasi biasanya dengan cara

wawancara dengan peneliti.

3.4 Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting

dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri.

13

3.5 Validitas Data

Uji validitas data menjelaskan cara untuk menguji keabsahan data penelitian.

3.6 Tempat dan Waktu

Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian tersebut dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Menjelaskan tentang obyek penelitian yasng meliputi lokasi penelitian secara

jelas, struktur organisasi dari populasi yang telah di tentukan serta hal lain yang

berhubungan dengan obyek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah yang

menggunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang di ungkapkan secara singkat, jelas dan

mudah dipahami.

5.2 Saran

Berisi rekomendasi penelitian terhadap tindak lanjut dari sumbangan penelitian

terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.

Pada bab ini dijelaskan mengenai; Judul Penelitian, Latar Belakang Penelitian,

Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Pendekatan Masalah dan Sistematika Penulisan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi.

LAMPIRAN

Memuat lampiran-lampiran yang dianggap perlu dan relevan, tersusun secara

berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti, yang berhubungan dengan data

penelitian, dan tersusun secara berurutan.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Dengan penggunaan teori akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola

sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan dan alat yang

tepat untuk memperingan pekerjaan. Dalam penulisan skripsi dibutuhkan teori-teori

yang dapat mendukung dan dapat dijadikan sebagai landasan bagi pelaksanaan

praktek penelitian.

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa

istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti

menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori

dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya,

yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Pada

bagian ini dipaparkan teori-teori serta pustaka yang dipakai pada waktu penelitian.

Teori-teori ini diambil dari buku literatur. Teori yang dibahas meliputi teori tentang

good governance dan prinsip-prinsip good governance. Pada bagian ini pula akan

disertakan asumsi dasar peneliti, dimana asumsi dasar tersebut merupakan jawaban

sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti, dan akan diuji kebenarannya.

15

16

2.1.1 Pengertian Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan

adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat

bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan

hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang

diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun

sebelumnya.

2.1.2 Pemerintahan yang baik (good governance)

Pemerintahan yang baik (good governance) sering disebut pada berbagai

event dan pariwisata oleh berbagai kalangan, pengertian good governance bisa

berlainan antara satu dengan yang lain. ada sebagian kalangan mengartikan good

governance sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja lembaga suatu negara,

perusahaan, atau organisasi masyarakat yang sudah memenuhi persyaratan-

persyaratan tertentu. sebagian kalangan lain yang mengartikan good governance

sebagai penerjemahan konkret demokrasi dengan meniscayakan adanya civic

culture sebagai penopang sustanaibilitas demokrasi itu sendiri.

Menurut Hetifah Sj, Sumarto (2003 : 1) dalam bukunya Inovasi, Partisipasi,

dan Good Governance

“Governance di sini diartikan sebagai mekanisme , praktik , dan tata cara

pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah

publik. Dalam konsep Governance , pemerintah hanya menjadi

salah satu aktor dan tidak selalu menjadi faktor paling menentukan.

Implikasinya, peran pemerintah sebagai pembangun maupun penyedia jasa

pelayanan dan infrastuktur akan bergeser menjadi badan pendorong

terciptanya lingkungan yang mampu memfalisitasi pihak lain di komunitas

dan sektor swasta untuk ikut aktif melakukan upaya tersebut”.

17

Masih banyak lagi pengertian good governance yang diberikan oleh

berbagai pihak. namun ringkasnya good governance diartikan sebagai pengelolaan

pemerintahan yang baik, kata “baik” disini dimaksudakan sebagai kaidah-kaidah

tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance.

Menurut Mardiasmo (2004 : 24) pengertian Governance :

“Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik”.

Dan menurut World Bank (1997 : 15) dalam bukunya world development

report menjelaskan good governance sebagai :

“the way state power is used in managing economic and social resources

for development of society”

Dalam hal ini, lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola

sumberdaya sosial dan ekonomi untuk kepentingan masyarakat.

Menurut United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan

good governance sebagai :

“the exercise of political, economic, and administrative authority to manage

a nation’s affair at all levels”.

Dalam hal ini UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi,

administratif, dalam pengelolaan negara.

Menurut Gandung Ismanto Good Governance Dalam Meningkatkan

Pelayanan Publik Di Daerah (2005 : 3), Good Governance adalah :

“Good Governance secara istilah merujuk pada kultur dan stuktur

pemerintahan yang menjalankan kekuasaan didalam suatu negara, tidak

hanya menyangkut lembaga eksekutif, namun seluruh negara yang

menyangkut penyelenggaraan kehidupan bernegara”.

18

Menurut Effendi dalam bukunya The Power Good Corporate Governance (

2009 : 2 )

Good Corporate Governance secara singkat dapat diartikan sebagai

seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah ( valueadded ) bagi para pemangku kepentingan.

Menurut Widodo (2001 : 18) dalam bukunya Good Governance pada era

desentralisasi dan otonomi daerah :

Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata cara pemerintah

dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah

publik. Secara etimologis governance diartikan sebagai kepemerintahan

sehingga masih banyak orang beranggapan bahwa governance merupakan

sinonim dari govermant. jika dipahami lebih dalam maka governance dan

goverment memiliki pengertian dan pemahaman yang berbeda, kalau

goverment “mereka” sedangkan governance adalah “kita”.

Menurut Leach dan Percy-Smith dalam Widodo (2001 : 18) :

Goverment mengandung pengertian seolah hanya politisi dan

pemerintahanlah yang mengatur, memberikan sesuatu, memberikan

pelayanan, sementara sisa dari “kita” adalah penerima yang pasif.

Sementara Governance meleburkan perbedaan antara “pemerintah” dan

yang “diperintah” karena kita semua adalah proses governance.

Dalam proses Governance tidak selalu berjalan dengan apa yang diharapkan

oleh masyarakat dan ditujukan demi kepentingan serta kesejahteraan masyarakat.

Akan tetapi terdapat penyelewengan dana, penyalahgunaan wewenang, kurang

efektif dan efisiennya proses administrasi negara. Hal tersebut yang menyebabkan

terjadinya pemerintahan yang buruk. Untuk menciptakan adanya keadilan sosial

bagi seluruh rakyat indonesia sesuai dengan yang diamanatkan sesuai dengan

pancasila pada sila ke- 5, maka diperlukan adanya kesadaran dari seluruh aparat

pemerintah dan masyarakat untuk bersatu dan mewujudkan negara yang adil serta

sejahtera dalam menciptakan pemerintahan yang baik (good governance).

19

Arti good itu sendiri dalam Good Governance, menurut Lembaga

Administrasi Negara/LAN dalm Widodo (2001 : 6) mengandung dua pengertian :

1. Nilai yang yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan

nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian

tujuan nasional, kemandirian pembangunan berkelanjutan.

2. Aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam

pelaksanaaan tugaasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Melihat dua aspek yang terdapat dalam pengertian good dalam good

governance tersebut maka menurut Lembaga Administrasi Negana/LAN dapat

disimpulkan bahwa good governance berorientasi pada ideal negara yang diarahkan

pada pencapaian tujuan nasional, dan pemerintahan berfungsi secara ideal yaitu

secara efektif dan efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional.

Sebagaimana terdapat dalam pengertian Governance pada kata Good

governance tersebut Lembaga Administrasi Negara (2001 : 1) memiliki pengertian

bahwa governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam

melaksanakan penyedian public goods and sevice

Tjokroamidjojo dalam Widodo (2001 : 34) Governance memiliki arti :

pemerintah menguasai, mengurus dan mengelola.

Untuk itu dibutuhkan adanya suatu penyelengaraan kepemerintahan yang

bertanggung jawab dalam memerintah masyarakat, mengelola pembangunan

masyarakat dan mengurus kepentingan masyarakat pula. sehingga terciptanya

pemerintahan yang baik sesuai dengan harapan masyarakat serta mampu

menjunjung tinggi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.

Good Governance Menurut OECD dan World Bank dalam Suhady dan

Fernanda (2005 : 49) memberikan pengertian yaitu :

20

“Penyelenggaraan manajemen yang solid dan bertanggungjawab yang

sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah

investasi alokasi yang langka, dan penghindaran korupsi baik secara politik

maupun adaministratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan

legal and political frameworks bagi tumbuhnya aktifitas kewirausahaan”.

Dari beberapa pemaparan mengenai good governance diatas terdapat

beberapa unsur penting didalamnya dan saling berkesinambungan. Menurut UNDP

dalm Widodo (2001 : 20) menyebutkan bahwa terdapat tiga macam unsur yaitu :

1. Negara atau Pemerintah

Sektor negara adalah salah satu unsur governance yang didalamnya

termasuk lembaga-lembaga politik dan lembaga-lembaga sektor publik.

Institusi pemerintahan memiliki peran penting dalam melindungi

lingkungan, pemeliharaan ketentraman sosial, ketertiban dan keamanan,

stabilitas ekonnomi, memberikan layanan penyediaan publik dan

memberdayakan rakyat sehingga kesejahteraan rakyat rakyat dapat

terwujud.

2. Sektor Swata

Pasar dan sektor swasta jelas memberikan peran penting dalam

pembangunan pemerintah melalui pendekatan pasar. dengan pendekatan

pasar mampu meningkatkan pembangunan dalam bidang ekonomi dan

mampu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pasar dan

perusahaan itu sendiri.

3. Masyarakat

Terwujudnya pembangunan manusia yang berkelanjutan bukan hanya

tergantung pada negara yang mampu memerintah dengan baik maupun pada

sektor swata yang mampu menyediakan pekerjaan dan penghaasilan, akan

tetapi juga tergantung pada organisasi masyarakat yang berinteraksi

sosialdan politik yang memobilisasi berbagai kelompok di masyarakat untuk

terlibat dalam aktivitas sosial, ekonomi dan politik.

Dari unsur Governance tersebut diatas, maka dibutuhkan adanya hubungan

yang baik antara ketiga unsur tersebut demi terciptanya good governance. Selain

dari ketiga unsur unsur tersebut untuk menciptakan good governance dalam

pemerintahan, dibutuhkan pula adanya pelayanan prima bagi masyarakat atau

publik. karena dalam hal ini publik memiliki kedudukan yang tinggi dalam

21

memperoleh pelayanan dari pemerintah, dan masyarakat berhak memilih diantara

dua mana yang lebih baik dan berhak untuk memberikan pendapat atau keluhan

terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah. belum lagi dengan adanya budaya

patron client yang selama ini menjadi budaya yang melekat dalam pemerintahan,

sehingga menyebabkan buruknya sistem pemerintahan dan pelayanan yang

diberikan kepada publik menjadi berkurang.

Berdasarkan teori atau menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa dalam rangka mewujudkan good governance, maka diperlukannya keikut

sertaan dari seluruh aparat pemerintah maupun masyarakat serta adanya trasparansi

dan pertanggungjawaban dari pemerintah terhadap pelaksanaan penyelengaraan

kegiatan publik. Kedua aspek tersebut sebagai mana yang terdapat pada ciri good

governance yang kemudian dalam Peraturan Pemerintah No, 101 Tahun 2000

disebut sebagai prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.

2.1.3 Prinsip-prinsip Good Governance

Menurut Suhady dan Fernanda (2005 : 56) ada delapan prinsip-prinsip good

governance yang diantaranya adalah :

1. Profesionalitas

2. Akuntabilitas

3. Transparansi

4. Pelayanan Prima

5. Demokrasi

6. Efisiensi

7. Efektifitas

8. Supermasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat

Selain dari beberapa prinsip yang telah dikemukakan diatas terkait dengan

good governance, terdapat pula karakteristik dalam good governance tersebut.

22

Menurut UNDP sebagaimana yang telah dikutip oleh Lembaga Administrasi

Negara (2000 : 7) mengajukan karakteristik good governance yaitu :

1. Participation, Keterlibatan masyarakat dalam pembutan keputusan baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang

dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar

kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

2. Rule of law, kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang

bulu

3. Tranparancy, dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.

Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat

diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

4. Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam

melayani stakeholder

5. Consensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang luas.

6. Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk

memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

7. Efficiency and effectiveness, pengelolaan sumberdaya publik dilakukan

secaraberdayaguna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

8. Accountability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktifitas yang

dilakukan.

9. Strategic vision, penyelenggaraan pemerintahan harus dapat memiliki visi

jauh ke depan.

Sementara itu menurut Agus Dwiyanto dalam bukunya Mewujudkan Good

Governance Melalui Pelayanan Publik (2008 : 79 ) menyatakan bahwa good

governance memiliki enam prinsip sebagai berikut ;

1. Partisipasi

2. Transparansi

3. Akuntabel

4. Efektif dan efesien

5. Kepastian hukum

6. Responsif

Adapun pemaparan dari enam prinsip good governance menurut Agus

Dwiyanto diatas adalah sebagai berikut :

23

1. Partisipasi :

Warga memiliki hak ( dan mempergunakannya ) untuk menyampaikan

pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebajikan publik , baik

secara langsung maupun tidak langsung.

2. Transparansi :

Penyediaan informasi tentang pemerintah(an) bagi publik yang di

jaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat.

3. Akuntabel :

Petanggungjawaban para penentu kebijakan kepada para warga.

4. Efektif dan efesien :

Terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan menggunakan sumber

daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Indikatornya

antara lain:pelayanan mudah,cepat,tepat dan murah.

5. Kepastian hukum :

Hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa pengecualian,hak asasi

manusia di lindungi,sambil tetap memperhatikan nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat.

6. Responsif :

Pekanya para pengelola intansi publik terhadap aspirasi masyarakat.

Dari berbagai prinsip di atas dapat di simpulkan bahwa sistem administrasi

good governance haruslah melibatkan banyak pelaku, jaringan dan institusi di luar

pemerintah untuk mengelola masalah dan kebutuhan publik. Dengan demikian,

dalam penyelesaian masalah dan kepentingan publik selalu melibatkan multi-

stakebolders dan berbagai lembaga yang terkait dengan masalah dan kepentingan

publik itu. stakebolders dalam tata pemerintahan (good governance) tersebut

memiliki kedudukan yang setara dan hanya di ikat oleh suatu jaringan dan prosedur

24

yang serngaja di ciptakan untuk memfasilitasi mereka dalam perumusan,

pelaksanaan, monitoring dan juga evaluasi kebijakan.

2.2 Kerangka Berpikir dan Asumsi Dasar

2.2.1 Kerangka Berpikir

Penelitian tentang Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang ini menggunakan teori Agus Dwiyanto (2008 : 79 ) yang

menyatakan bahwa good governance memiliki enam prinsip yang harus diterapkan

untuk mencapai good governance, yang diantaranya adalah :

1. Partisipasi :

Warga memiliki hak dan mempergunakannya untuk menyampaikan

pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebajikan publik , baik

secara langsung maupun tidak langsung.

2. Transparansi :

Penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik yang di

jaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat.

3. Akuntabel :

petanggungjawaban para penentu kebijakan kepada para warga.

4. Efektif dan efesien :

Terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan menggunakan sumber

daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Indikatornya

antara lain:pelayanan mudah,cepat,tepat dan murah.

5. Kepastian hukum :

Hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa pengecualian,hak asasi

manusia di lindungi,sambil tetap memperhatikan nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat.

6. Responsif :

Pekanya para pengelola intansi publik terhadap aspirasi masyarakat.

25

Dengan mengacunya pada 6

prinsip-prinsip tersebut maka

penerapan good governance di

Dinas PU akan berjalan dengan

baik

Prinsip-Prinsip Good governance

Agus Dwiyanto (2008 : 79)

1. Partisipasi

2. Transparansi

3. Akuntabel

4. Efektif dan efesien

5. Kepastian hukum

6. Responsif

Masalah

1. Terjadi pungutan liar yang dilakukan Dinas PU terhadap pihak ke 3 yang

mengerjakan proyek

2. Adanya Penyalahgunaan Wewenang untuk Meloloskan Kontraktor

3. Kontraktor harus Menyerahkan 5% dari jumlah proyek yang berhasil

4. Tidak transparannya pemerintah dalam penetapan anggaran yg diberikan

kepada setiap dinas dan penggunaan anggaran yang diberikan.

5. Kurang responnya aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat (kontraktor).

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman prinsip-prinsip

didalamnya. Dari prinsip-prinsip ini akan didapat tolak ukur kinerja suatu

pemerintahan. Baik buruknya pemerintahan bisa dinilai ia telah bersinggungan

dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Dan kerangka berfikir

peneliti dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut ini :

Kerangka Berfikir

Gambar 2.2.1

26

2.3 Asumsi Dasar

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas,

peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka

peneliti berasumsi bahwa penelitian Penerapan Good Governance Di

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang dalam realitasnya

ternyata dapat dikatakan masih belum berhasil. Bila kita lihat dari

permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah,

permasalahan yang timbul terhadap penerapan good governance di dinas

pekerjaan umum Kabupaten Pandeglang seperti terjadi pungutan liar yang

dilakukan dinas PU terhadap pihak ke 3 (kontraktor) yang mengerjakan

proyek, adanya penyalahgunaan wewenang untuk meloloskan kontraktor,

kontraktor harus menyerahkan 5% dari jumlah proyek yang berhasil, Tidak

transparannya pemerintah dalam penetapan anggaran yg diberikan kepada

setiap dinas dan penggunaan anggaran yang diberikan. Kurang responnya

aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat (kontraktor).

Permasalahan tersebut pun kemudian dikaji dengan cara

membandingkan permasalahan tersebut dengan teori yang digunakan, guna

mengetahui apakah masalah yang muncul memang benar-benar sebagai

masalah yang bertentangan secara prosedural dan teori, kemudian setelah

diketahui masalah yang bertentangan dengan teori dan prosedur. Peneliti

mencoba mengkaji kembali masalah tersebut untuk kemudian dicarikan

solusi yang tepat untuk menghilangkan masalah tersebut. Setelah masalah

tersebut mendapatkan solusi diharapkan penerapan good governance bisa

berjalan dengan baik, sehingga memberikan feedback yang baik dalam

27

peningkatan mobilisasi organisasi. Tentunya kinerja yang dihasilkan

diharapkan akan sesuai dengan prosedur dan teori.

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ilmiah, metode penelitian di perlukan sebagai frame dalam

melakukan research, analisa data, dan penyajian data sehingga terintegrasi dalam

satu garis pemikiran dan tidak bias. Beberapa tipe penelitian antara lain penelitian

deskriptif, eksplanatif dan eksploratif. Di samping itu ada beberapa jenis penelitian

antara lain penelitian survei, eksperimen, grounded research, kombinasi

pendekatan kualitatif dan kuntitatif dan analisa data sekunder (Singarimbun dan

Effendi : 1999:13).

Metode penelitian menurut Sugiyono adalah cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono 2008:3). Kirk dan Miller

dalam Moeloeng, ( 2001 : 3) menyatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-

orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”

Metode penlitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002:136). Untuk mengetahui

sejauhmana Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pandeglang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam

penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif.

28

29

Selanjutnya pendekatan kualitatif menurut Bagdon dan Taylor dalam

Moleong (2002:3) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati. Dalam

pendekatan kualitatif data yang dihasilkan berbentuk kata, kalimat dan gambar

untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan

mendeskripsikan variabel yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti, dalam

hal ini adalah masalah Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang.

3.2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian tentang Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Pandeglang yang menjadi instrumen utama penelitian adalah

peneliti sendiri. Menurut irawan, dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi

instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Irawan, Prasetya. (2006 : 17 )

Sedangkan menurut Moleong pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan

data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Moleong,

Lexy J. (2005 : Hal. 19) Lain halnya dengan pendapat Bogdan & Taylor dalam

Furchan, (1992: 33), menurutnya:

”Sebagai peneliti kualitatif, tugas peneliti adalah menembus pengertian akal

sehat (commonsense understanding) tentang kebenaran dan kenyataan. Apa

yang kelihatannya keliru atau tidak konsisten menurut perspektif dan logika

anda, mungkin menurut subyek anda tidak demikian. Dan, kendati anda

tidak harus sependapat dengan pandangan subyek terhadap dunia ini, anda

dapat mengetahui, menerima dan menyajikan pandangan mereka itu

sebaimana mestinya”.

30

Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder.

Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan orang-orang

yang diamati dari hasil wawancara dan observasi berperan serta. Sedangkan data-data

sekunder yang didapatkan berupa dokumen tertulis, gambar dan foto-foto.

Adapun alat-alat tambahan yang digunakan dalam pengumpulan datanya terdiri

dari; panduan wawancara, alat perekam (tape recorder), buku catatan dan kamera

digital.

Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari

beberapa teknik, yaitu :

a. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interview) dan yang diwawancarai

(interviewee). Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indept

interview). Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tak

terstruktur. Jika dalam wawancara terstrukur, pewancaraannya menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Maka wawancara tak

terstruktur sangat berbeda dalam hal waktu bertanya dan memberikan respon, yaitu

cara ini lebih bebas iramanya. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu,

tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan, pelaksanaan

tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.

31

Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur pada penelitian ini disusun

bukan berupa daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa poin-poin pokok yang

akan ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat wawancara

berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung secara alami

dan mendalam seperti yang diharapkan dalam penelitian kualitatif. Poin-poin pokok

tersebut terdiri dari:

1. Bagaimana penerapan good governance

2. Penyalahgunaan prosedur

3. Hambatan yang berhubungan dengan penerapan good governance

b. Observasi

Observasi atau yang lebih umum dikenal dengan pengamatan menurut

Moleong adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi

motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

Moleong, (2005:126). Dalam penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang

digunakan adalah observasi berperanserta (observation participant).

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini memanfaatkan teknik

observasi/pengamatan, diantaranya;

Pertama, teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung. Kedua,

memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku

dan kejadian sebagimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga,

memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan

dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung

diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti,

jangan-jangan pada data yang didapatnya ada yang bias. Kelima,

memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit,

32

karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang kompleks

sekaligus. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi

lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat

bermanfaat.

c. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan salah satu sumber data sekunder yang diperlukan

dalam sebuah penelitian. Menurut Guba & Lincoln dokumen adalah setiap bahan

tertulis ataupun film, gambar dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya

permintaan seorang penyidik Moleong, (2005:126). Selanjutnya studi dokumentasi

dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang

diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa

prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto

ataupun dokumen elektronik (rekaman).

3.3. Informan Penelitian

Dalam penelitian mengenai Penerapan Good Governance Di Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang. Penentuan informannya menggunakan

teknik Purposive, yaitu merupakan metode penetapan Informan dengan

berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang

dibutuhkan. Suliyanto (2005 : 103 ).

33

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

1. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pekerjaan Umum

2. Kepala Seksi Pengawasan Jasa Kontruksi Dinas Pekerjaan Umum

3. Staf Dinas Pekerjaan Umum

4. Kontraktor

5. Masyarakat

3.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Dalam menganalisis selama di lapangan peneliti menggunakan model Miles dan

Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai jenuh atau

tidak ada lagi pertanyaan.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

34

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar

kategori dan sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut

3. Conclusion Drawing / verification (Penarikan Kesimpulan)

Pemeriksaan keabsahan data yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Untuk itu teknik triangulasi

yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik triangulasi

sumber.

Triangulasi sumber menurut paton dalam moleong (2005:330) berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal

tersebut dapat dicapai dengan cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan

apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

35

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

( 1992:15), yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap

tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas

dalam analisis data dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.4

Analisis data menurut Miles & Huberman

Sumber : Sugiyono

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan

melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu

tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan

sesudah pengumpulan data.

Data

Collecting

Data

Reduction

Data

Display

Verification

36

3.5 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data

yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti

dengan yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Terdapat dua macam

validitas penelitian, yaitu validitas internal yang berkenaan dengan derajat akurasi

desain penelitian dengan hasil yang dicapai, dan validitas eksternal yang berkenaan

dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada

populasi di mana sampel tersebut diambil.

Sedangkan reliabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan

yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian kuantitatif

reliabilitas berkenaan dengan konsistensi data, di mana bila terdapat peneliti yang

melakukan penelitian pada obyek yang sama, maka akan mendapatkan data yang

sama. Maka dalam penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social

situation) bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat

konsisten dan berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya,

pada penelitian ini dilakukan dengan satu cara, yaitu triangulasi.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat tiga

jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi

teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi teknik

37

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara,

observasi dan dokumentasi.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pandeglang Yang berlokasi di Jalan Graha Pancasila No.2 Pandeglang. Kode Pos

42213. Yang akan diawali pada bulan Agustus tahun 2011 s/d bulan April 2012

sebagian tergambar pada tabel 3.6 berikut :

38

Tabel 3.6

Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Sept

‘11

Okt

‘11

Nov

‘11

Des

‘11

Jan

‘12

Feb

’12

Mar

’12

Apr

’12

1.

Pengajuan

Judul Skripsi

2.

Pengumpulan

Data

3.

Penyusunan

Proposal

4.

Bimbingan dan

Perbaikan

Proposal

5.

Seminar

Proposal

6. Revisi Proposal

7.

Observasi dan

Wawancara

8. Analisis Data

9.

Penyusunan

Hasil Penelitian

10. Sidang Skripsi

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang

1. Kondisi Geoerafis

Kabupaten Pandeglang merupakan Kabupaten di Provinsi Banten yang

berada di ujung Barat Pulau Jawa. Secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak

di antara 60 21’-7010’ Lintang Selatan dan 102048’-106011’ Bujur Timur dengan

luasa wilayah sebesar 274.689,91 hektar atau 2.747 Km2, Secara wilayah

administratif Pandeglang terbagi dalam 31 kecamatan yang meliputi 13 kelurahan

dan 322 desa. Kabupaten Pandeglang termasuk dari salah satu dari 6

Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2003 tentang pembentukan Provinsi Banten dengan cakupan wilayah

sebagai berikut : Kabupaten Serang, Kabupaten Tanggerang, Kabupaten Lebak,

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Cilegon dan Kota Tanggerang. Sedangkan

batas-batas administratif Kabupaten Pandeglang yaitu sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Serang, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda, sebelah

selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Lebak.

39

40

2. Pemerintahan

Diberlakukannya UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,

terdapat peluang dan tantangan yang sangat besar dengan diberikannya tantangan

untuk mengatur kepentingan masyarakat di daerahnya sendiri.

Hal yang paling mendasar dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa

:

Pertama : DPR adalah sebagai Badan Legisltif Daerah dan Pemerintah

Daerah adalah sebagai Badan Eksekutif Daerah.

Kedua : Pemerintahan Daerah terdiri dari Kepala Daerah beserta Perangkat

Daerah lainnya.

Berkenaan dengan hal tersebut, Penyelenggaraan Pemerintah, hubungan

kerja/koordinasi baik intern dinas, unsur pimpinan daerah, orgnisasi sosial politik

dan kemasyarakatan, serta dengan tokoh-tokoh masyarakat, dan sesuai kewenangan

daerah Pandeglang telah mengeluarkan sejumlah Perda tentang Pembentukan dan

susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang.

Dalam pembinaan kemasyarakatan yang meliputi khidupan beragama,

pembangunan dan kehidupan sosial, pembinaan pendidikan, kebudayaan, generasi

muda, olah raga, dan lembaga swadaya masyarakat terus diupayakan untuk menuju

masyarakat yang sejahtera.

41

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang

Gambar 4.1.2

Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang terletak di Jalan Graha

Pancasila.

(Sumber : Penelitian 2012)

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang terletak di jalan Graha

Pancasila No.2. Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana

pemerintah kabupaten, dipimpin oleh kepala dinas, yang bertanggungjawab

kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. Dan Dinas Pekerjaan Umum

mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintah daerah

berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang

kebinamargaan, pengairan dan keciptakaryaan.

42

Tabel 4.1.2

Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang

No Nama Jabatan Jumlah

1 Drs. H. Enan Tosin Kepala Dinas 1

2 Drs. Ade Surahman, M.Si Sekertaris 1

3 Maryati Kepala Sub bagian

Umum dan

Kepegawaian

1

4 Muhadi, S, STP Kepala Sub

Bagian Keuangan

1

5 Andri Pramono. S.ST Kepala Sub

Bagian Evaluasi

Perencanaan &

evaluasi

1

6 Wahyudi, SE. MM Kebid Pengairan 1

7 Amin Fitri Laksa, ST Kasi

Pembangunan &

Peningkatan

1

8 Hasim, SE Kasi Operasi dan

Pemeliharan

1

9 Ir. H. Syarif Hidayat Kepala Bidang

Bina Marga

1

10 Dana Mulyana, ST Kasi Rehabilitasi

& Pemeliharaan

Jalan & Jembatan

1

11 Herdiantoro, BE Kasi

Pembangunan

Jalan & Jembatan

1

12 H. Mubagyo, ST, M.Si Kebid Perkim 1

13 Sobri Kasi Perumahan &

Jalan Lingkungan

1

14 Beni Leo Hartawan, ST Kasi Air Bersih,

Sanitasi &

Drainase

1

43

15 Sehadi, SE Kebid Tata

Bangunan

1

16 Mulyadi Kepala Seksi

Penataan

Bangunan Gedung

1

17 Oom Nurkomah Plt Seksi

Pengawasan Jasa

Kontruksi

1

18 Nana Mulyana, SE Kepala UPT

Workshop

1

19 Mauludinnusi, SE Kasubag TU. UPT

Workshop

1

20 Harun Kepala UPT Wil. I 1

21 Agus Gustiarno, SE Kasubag TU 1

22 Buhari Kepala UPT Wil.

II

1

23 Hikmatullah Kepala UPT Wil.

III

1

24 Ahmad Rifa’i Kepala UPT Wil.

IV

1

25 Madsupi Salkawinata, SE Kasubag TU.

UPT. Wil IV

1

26 Muslim, S.Sos Kepala UPT Wil.

V

1

27 Kasmani Kepala UPT Wil.

VI

1

28 TB. Junaedi Kepala UPT Wil.

VII

1

29 - Staf/pegawai 254

Jumlah 282

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang 2011

44

Berdasarkan tabel 4.1.2 diatas dari sumber data Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang tahun 2011, jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang berjumlah 282.

Tabel 4.1.3

Tingkat pendidikan pegawai Dinas Pekerjaan Umum

KabupatenPandeglang

NO Tingkat

Pendidikan

Jumlah

1 S-2 3

2 S-1 32

3 D.IV 1

4 D.III 7

5 SMA 75

6 SMK 32

7 STM 64

8 ST 8

9 PAKET C 30

10 SMP 20

11 MTS 11

12 SD 29

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang 2011

45

Berdasarkan tabel 4.1.3 diatas dari sumber data Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang tahun 2011, Tingkat pendidikan pegawai di Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang diantaranya adalah tingkat

pendidikan pegawai S2 berjumlah 3 orang pegawai, tingkat pendidikan

pegawai setara S1 berjumlah 32 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai

D.IV berjumlah 1 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai D.III berjumlah

7 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai SMA berjumlah 75 orang

pegawai, tingkat pendidikan pegawai SMK berjumlah 32 orang pegawai,

tingkat pendidikan pegawai STM berjumlah 64 orang pegawai, tingkat

pendidikan pegawai ST berjumlah 8 orang pegawai, tingkat pendidikan

pegawai PAKET C berjumlah 30 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai

SMP berjumlah 20 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai MTS berjumlah

11 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai SD berjumlah 29 orang

pegawai.

46

Tabel 4.1.4

Jumlah pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang yang

PNS dan yang NON PNS

No Pegawai PNS/NON PNS Jumlah

1 PNS 193

2 TKK 30

3 TKS 89

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang 2011

Berdasarkan tabel 4.1.4 diatas dari sumber data Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang tahun 2011, Jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang yang PNS dan NON PNS diantaranya adalah jumlah

pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang yang PNS berjumlah

193 orang pegawai, jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pandeglang yang masih TKK (Tenaga Kerja Kontrak) berjumlah 30 orang pegawai,

jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang yang masih TKS

(Tenaga Kerja Sukarela) berjumlah 89 orang pegawai.

47

1.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pandeglang

Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, terdiri dari :

1. Unsur Pimpinan adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum.

2. Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekertaris yang terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum dan Bagian Kepegawaian.

b. Sub Bagian Keuangan.

c. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

d. Sub Dinas Bina Program, terdiri dari :

1. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari :

1. Bidang Bina Marga terdiri dari :

a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan.

b. Seksi Rehabilitasi dan Peningkatan Jalan dan Jembatan.

2. Bidang Pengairan terdiri dari :

a. Seksi Operasi dan Pemeliharaan

b. Seksi Pembangunan dan Peningkatan

3. Bidang Tata Bangunan terdiri dari :

a. Seksi Pengawasan Gedung

b. Seksi Pengawasan dan Jasa Konstruksi

4. Bidang Perumahan dan Permukiman terdiri dari :

a. Seksi Perumahan dan Jalan Lingkungan

b. Seksi Air Bersih, Sanitase dan Drainase

48

4. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah

daerah di bidang Kebinamargaan, Pengairan Tata Banguna,Perumahan dan

Pemukiman berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas Pekerjaan

Umum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud berdasarkan peraturan

daerah kabupaten pandeglang nomor 06 tahun 2008 tentang pembentukan, susunan

organisasi dan tata kerja perangkat daerah kabupaten pandeglang yang dimaksud

pada ayat (2), menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan perencanaan bidang kebinamargaan, pengairan, tata

bangunan, perumahan dan pemukiman.

2. Perumusan kebijakan teknis bidang kebinamargaan, pengairan, tata

bangunan, perumahan dan pemukiman.

3. Pelaksanaan urusan pemerintah dan pelayanan umum bidang

kebinamargaan, pengairan, tata bangunan, perumahan dan pemukiman.

4. Pembinaan, koordinasi, pengadialan dan pasilitasi pelaksaaan kegiatan

bidang kebinamargaan, pengairan, tata bangunan, perumahan dan

pemukiman.

5. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas pekerjaan umum

6. Peminaan terhadap unit pelaksaan teknis dinas pekerjaan umum

7. Pelaksaan tugas lain yang di berikan oleh bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

49

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada kepala dinas pekerjaan umum. Sekretariat dalam

melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan.

2. Penyelenggaraan pengelolaan administrasi perkantoran, administrasi

keuangan dan administrasi kepegawaian.

3. Penyelenggaraan urusan umum dan perlengkapan, keprotokolan dan

hubungan masyarakat.

4. Penyelenggaraan ketatalaksaan, kearsipan dan perpustakaan.

5. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan, pengadilan, evaluasi dan pelaporan

pelaksaaan kegiatan unit kerja.

6. Pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sub bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang kepala sub

bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris dinas

pekerjaan umum. Dalam melaksanakan fungsinya Sub bagian Umum dan

Kepegawaian adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana kegiatan urusan umum dan pengelolaan administrasi

kepegawaian

2. Penyelengaraan urusan umum dan pengelolaan administraasi kepegawaian.

3. Pelaksaan pengawasan dan evaluasi kegiatan urusan umum dan pengelolaan

administrasi kepegawaian.

Rincian tugas sub bagian umum dan kepegawaian adalah sebagai berikut :

50

1. melaksanakan urusan keprotokolan, hubungan masyarakat , penyiapan

rapat-rapat dinas dan pendokumentasian kegiatan dinas.

2. melaksanakann pengelolaan kearsiapan dan perpustakaan dinas.

3. melaksanakan urusan rumah tangga , ketertiban , keamanan dan kebersihan

di lingkungan kerja.

4. melaksanakan pemeliharaan dan perawatan kendaraan dinas, peralatan dan

perlengkapan kantor dan aset lainnya .

5. melaksanakan penyiapan rencana kebutuhan pengadaan sarana dan

prasarana di lingkungan dinas.

6. melaksanakan pengurusan pengadaan , penyimpanan , pendistribusian dan

inventarias barang-barang inventaris.

7. melaksanakan pengelolaan administari perkantoran.

8. melaksanakan pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan dan pemeliharaan

data dan kartu kepegawaian di lingkungan dinas.

9. melaksanakan penyiapan dan pengusulan pegawai yang akan pensiun, serta

pemberian penghargaan.

10. melaksanakan penyiapan bahan kenaikan pangkat, daftar penilaian

pekerjaan, daftar urut kepangkatan, sumpah/janji pegawai, gaji berkala dan

peningkataan kesejahteraan pegawai.

11. melaksanakan penyiapan pegawai untuk mengikuti pendidikan/pelatihan

kepemimpinan, teknis dan fungsional.

12. melaksanakan penyiapan rencana pegawai yang akan mengikuti ujian

dinas.

51

13. melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kepegawaian dan disiplin

pegawai.

14. melaksanakan penyiapan bahan standar kompetensi pegawai, tenaga teknis

dan fungsional.

15. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan subbagian umum

dan kepegawaian.

16. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Subbagian yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum. Dan

mepunyai tugas sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan pembendaharaan, Verivikasi dan pembukuan

keuangan anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung.

2. Melaksanakan penyusunan realisasi keuangan.

3. Melaksanakan penyusunan laporan keuangan semesteran.

4. Melaksanakan penyusunan laporan keuangan akhir tahun

5. Melaksanakan pengawasan, evaluasi dan pelaporan dalam pengelolaan

keuangan.

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

52

Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh seorang

Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab Kepada Sekretaris

Dinas Pekerjaan Umum. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan adalah

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyusunan kegiatan program dan kegiatan dinas.

2. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran serta dokumen

pelaksanaan anggaran.

3. Pelaksanaan penyusunan pelaporan kegiatan dinas.

4. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan perencanaan.

Rincian tugas Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan adalah

sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan penyusunan rencana strategis dinas.

2. Mengumpulkan bahan-bahan dalam penyusunan program dan kegiatan

dinas.

3. Melaksanakan pengolahan data dalam penyusunan program tahunan dinas.

4. Mengompilasi hasil penyusunan rencana kerja dan anggaran dari masing-masing

unit kerja.

5. Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran masing-masing unit kerja.

6. menyusun laporan pencapaian kinerja dari ikhtisar realisasi kinerja dinas.

7. Melaksanakan pengawasan evaluasi dan melaporkan kegiatan perencanaan.

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

53

Bidang Bina Marga dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada di

bawah dan bertanggungjawab kepada dinas pekerjaan umum. Bidang Bina Marga

mempunyai tugas pokok melaksanakan dan merumuskan kebijakan teknis survey,

investigasi dan desain bina marga, pembangunan prasarana jalan dan pemeliharaan

prasarana jalan dan jembatan. Bidang Bina Marga terdiri dari :

1. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan dipimpin oleh

seorang kepala seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada kepala bidang bina marga. Seksi Pembangunan Peningkatan

Jalan dan Jembatan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan

teknis pembangunan jalan.

2. Seksi Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan dipimpin oleh

seorang kepala seksi yang berada dibawah dan bertangggungjawab

kepada kepala bidang bina maraga. Seksi Rehabilitasi dan Pemeliharaan

Jalan dan Jembatan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan

teknis rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan.

Bidang Pengairan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepala kepal dinas pekerjaan umum. Bidang

Pengairan mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis survey,

investigasi dan desain pengairan, pembangunan sarana pra sarana pengairan dan

rehabilitasi prasarana pengairan. Bidang Pengairan terdiri dari :

1. Seksi Operasi dan Pemeliharaan dipimpin oleh seorang kepala seksi

yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang

54

pengairan. Seksi Operasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas pokok

melaksanakan kebijakan teknis operasi dan pemeliharaan prasarana

pengairan.

2. Seksi Pembangunan dan Peningkatan dipimpin oleh seorang kepala

seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang

pengairan. Seksi Pembangunan dan Peningkatan mempunyai tugas

pokok melaksanakan kebijakan teknis pembangunan dan peningkatan

prasarana pengairan.

Bidang Tata Bangunan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas pekerjaan umum. Bidang Tata

Bangunan mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis survey,

investigasi dan desain tata bangunan, pembangunan gedung, pengawasan dan jasa

konstruksi. Bidang Tata Bangunan terdiri dari :

1. Seksi Banguanan Gedung dipimpinoleh seorang kepala seksi yang

berada dibwah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang tata

bangunan. Seksi Bangunan gedung mempunyai tugas pokok

melaksanakan kebijakan teknis pembangunan gedung.

2. Seksi Pengawasan Jasa Konstruksi dipimpin oleh seorang kepala seksi

yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang tata

bangunan. Seksi Pengawasan Jasa Konstruksi mempunyai tugas pokok

melaksanakan kebijakan taeknis dan jasa konstruksi.

Bidang Perumahan dan Pemukiman dipimpin oleh seorang kepala bidang

yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas pekerjaan umum.

55

Bidang Perumahan dan Pemukiman mempunyai tugas pokok merumuskan dan

meleaksanaan kebijakan teknis penataan perumahaan dan jalan lingkungan, air

bersih, sanitasi dan derainase. Bidang Perumahan dan Pemukiman terdiri dari :

1. Seksi Perumahan dan Jalan Lingkungan dipimpin seorang kepala seksi

yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala Bidang

Perumahan dan Permukiman. Seksi Perumahan dan Jalan Lingkungan

mempunyai tugas pokok merumuskan dan meleaksanaan kebijakan

teknis penataan lingkungan, perumahan dan jalan lingkungan.

2. Seksi Air Bersih, Sanitasi dan Drainase dipimpin seorang kepala seksi

yang berada dibwah dan bertanggungjawab kepada kepala Bidang

Perumahan dan Permukiman. Seksi Air Bersih, Sanitasi dan Drainase

mempunyai tugas pokok merumuskan dan meleaksanaan kebijakan

teknis pengolahan air bersih, sanitasi dan drainase.

4.1.4 Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang :

Visi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang merupakan perangkat daerah

yang berusaha mendukung visi Kabupaten. Dengan menetapkan visi Dinas

Pekerjaan Umum sebagai cara pandang dalam menentukan kebijakan guna

tercapainya visi Kabupaten harus ada dukungan dari semua Stakeholder yang ada di

lingkungan Dinas Pekerjaan Umum.

Dalam usaha mencapai visi Kabupaten diperlukan sumber daya manusia yang

berkualitas, koordinasi yang baik antara perangkat daerah dan sistem administrasi

yang tertib. Untuk itu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang menetapkan

56

visi sementara menunggu visi kabupaten Pandeglang. Visi Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang 2010-2015 yaitu “Tersedianya Lingkungan Pemukiman,

Sarana dan Prasarana Wilayah yang kondusif, efektif dan efisien, menunjang Visi

Kabupaten Pandeglang pada Tahun 2010-2015”.

Misi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, selanjutnya Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang memiliki misi sebagai berikut :

1. Membangun, memelihara lingkungan pemukiman yang sehat, serasi dan

seimbang.

2. Membangun dan memelihara jalan, jembatan dan sarana irigasi antar

kecamatan dan lingkungan pedesaan, termasuk sentra-sentra produksi

pertanian dan kawasan wisata.

3. Membantu pemerintah desa dalam pembangunan pemukiman , sarana dan

prasarana pedesaan.

4. Pengelolaan limbah/persampahan dan pemeliharaan pertamanan.

4.2. Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian mengenai

Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pandeglang. Data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan

penjelasan yang peneliti dapatkan melalui proses wawancara dan observasi

langsung. Dalam penelitian ini, kata-kata dan penjelasan para informan yang

57

diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat dalam

catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan selama proses

wawancara berlangsung.

Selain data berupa kata-kata dan penjelasan dr informan, dalam

penelitian ini juga peneliti menggunakan data-data dari dokumentasi, studi

pustaka dan juga dokumentasi yang sengaja peneliti ambil sendiri melalui

pengamatan langsung. Dokumentasi tersebut bermacam-macam bentuknya,

diantaranya adalah Profil Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, Draf

Kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 14 Tahun 2018 tentang Rincian

Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang.

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan

berperanserta adalah berupa catatan lapangan peneliti dan foto tempat penelitian

dan Aktivitas wawancara peneliti beserta Informan. Alasan peneliti

menggunakan data berupa foto adalah karena foto dapat menghasilkan data

deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah dan

menganalisis obyek yang sedang diteliti melalui segi-segi subyektif.

Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,

berdasarkan teknik analisis data kualitatif data-data tersebut dianalisis selama

penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan

melalui observasi, wawancara, narasi, dan studi dokumentasi dilakukan reduksi

untuk dapat mencari tema dan polanya serta diberi kode-kode pada aspek

tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan

58

pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan katagorisasi. Dalam

menyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan kode yaitu:

1. Kode Q1-Q7 menandakan daftar urut pertanyaan.

2. Kode I1 – I6 menandakan daftar urut informan.

3. Kode S1 – S5 menandakan status informan.

Setelah memberi kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan

masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan

katagorisasi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian di

lapangan dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut. Mengingat

penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak menggeneralisasikan

jawaban penelitian.

4.2.2 Data Informan

Seperti yang telah peneliti kemukakan di bab tiga, bahwa dalam

penelitian mengenai Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang. Dalam pemilihan informan penelitiannya, peneliti

menggunakan teknik Purposive. Adapun informan-informan yang peneliti

tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka (informan) dalam

kesehariannya senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang peneliti

teliti.

59

Informan dalam penelitian ini adalah semua pihak yang Peneliti

anggap mengetahui seluk-beluk masalah yang terjadi di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang. Adapun yang terlibat dan menjadi objek dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1.5

Daftar Informan

No

Kode

Informan

Pembagian Kode

Masing-Masing

Informan

Status Informan

1 1

1

Ibu Maryati Kepala Sub Bagian Umum

dan Kepegawaian

Dinas Pekerjaan Umum

2 1

2

Bpk Oom Nurkomar

Kepala Seksi Pengawasan dan

Jasa Kontruksi

Dinas Pekerjaan Umum

3 1

3

Retna

Staf di Dinas Pekerjaan

Umum

4 1

4 Bpk Ahmad Sholehudin

Kontraktor PT.Mustika Selat

Sunda

5 1

5

(1

5-1

)

Pak dede

Warga

(1

5-2

)

Pa Alam

Warga

(1

5-3

)

Ibu Siti

Warga

Sumber : Penelitian Tahun 2012

4.2.3 Penyajian Data

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.

Penerapan Good Governance dalam penelitian ini dilihat berdasarkan prinsip-prinsip

yang harus diterapkan untuk mencapai good governance menurut Agus

Dwiyanto (2008 :79) yang meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut :

60

1. Partisipasi yaitu warga memiliki hak dan mempergunakannya untuk

menyampaikan pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebijakan

publik , baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Transparansi yaitu penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik

yang di jaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat.

3. Akuntabel yaitu petanggungjawaban para penentu kebijakan kepada para

warga.

4. Efektif dan efesien yaitu terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan

bertanggungjawab. Indikatornya antara lain adalah pelayanan mudah,

cepat, tepat dan murah.

5. Kepastian hukum yaitu Hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa

pengecualian, hak asasi manusia di lindungi, sambil tetap memperhatikan

nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

6. Responsif adalah pekanya para pengelola intansi publik terhadap aspirasi

masyarakat.

Penerapan Good Governance pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pandeglang dapat diketahui berjalan dengan baik berdasarkan tujuh prinsip good

governance yang telah disebutkan. Urutan prinsip good governance diurutkan

berdasarkan prioritas yang peneliti rasa semestinya diutamakan oleh Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang. Masing-masing prinsip tersebut diuraikan

berdasarkan indikator-indikator untuk mempermudah dan memahami aspek-aspek

yang diteliti.

61

4.2.4 Partisipasi

Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembutan keputusan

baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang

dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan

berasosiasi, mengawasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

Partisipasi adalah salah satu prinsip dari good governance, agar good governance

bisa diterapkan dan berjalan. seperti halnya yang terjadi di kantor Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Pandeglang ini, partisipasi masyarakat yang ikut serta dalam

penilaian kinerja pegawai dinas pekerjaan umum tersebut.

Foto wawancara dengan Ibu Maryati Kepala Sub bagian Umum & Kepegawaian

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bentuk partisipasi masyarakat

dalam penilaian kinerja pegawai Dinas Pekerjaan Umum adalah ikut mengawasi

kegiatan dan kinerja yang dilakukan pegawai, biasanya dalam proses pembangunan

baik jalan, gedung, permukiman, pengairan, dan bentuk pembangunan lainnya yang

dilaksanakan dinas PU ini. masyarakat pun bisa melakukan pengaduan langsung

pada dinas PU ini, apabila ada pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan

62

Umum yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat atau

pembangunan yang dulu telah rusak bisa masyarakat adukan kepada Dinas

Pekerjaan Umum untuk bisa diperbaiki, karena tanpa adanya bantuan dan

partisipasi langsung dari masyarakat, pembangunan tidak akan berjalan dengan baik

dan tidak akan sesuai dengan apa yang masyarakat harapkan, Seperti yang

disampaikan oleh 1

1 :

“Biasanya bentuk partisipasi masyarakat terhadap pembangunan

yang dilakukan Dinas PU yaitu berupa pengaduan saja, biasanya

yang ikut berpartisipasi diantaranya adalah wartawan, LSM,

mahasiswa dan masyarakat umum lainnya. Selain itu kami disini juga

sudah tentu melibatkan stakeholder dalam semua aktivitas

perencanaan pembangunan”.

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Namun keterlibatan masyarakat terhadap proses pembangunan yang

diakukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang dalam hal ini hanya

sebatas bentuk pengaduan saja, dengan kata lain masyarakat terlibat ketika proses

pembangunan tersebut sudah berjalan bahkan sudah rampung namun pada tahap

proses pengawasan berjalannya pembangunan masyarakat tidak ikut berpartisipasi

sehingga bentuk pengaduan yang dilakukan oleh masyarakat bisa dikategorikan

terlambat. Seperti yang telah dikemukakan oleh I

5-1 :

“ Kami warga tidak pernah diikut sertakan dalam semua bentuk

kegiatan alur proyek yang dilaksanakan PU, warga hanya tau ketika

proyek tersebut telah berjalan dan diselesaikan”.

(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Dede. 16.30 WIB)

63

Dikatakan demikian karena kemungkinan besar bentuk pembangunan yang

dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum tidak sesuai dengan harapan masyarakat

dikarenakan yang terlibat dari mulai proses perencanaan hingga rampungnya suatu

pembangunan masyarakat tidak diikut sertakan, seharusnya tahap pertisipasi disini

keterlibatan masyarakat pada proses pembangunan sudah dilakukan dari tahap

perencanaan hingga selesainnya proses pembangunan, seperti yang dikemukakan

oleh I

5-3

:

“Wah saya kurang paham dengan alur-alur seperti itu, saya hanya

tau pembangunannya ada, yang saya tau bentuk partisipasi saya

dengan menikmati pembangunannya saja”.

(15 Februari 2012, Rumah kediaman bu siti. 14.00 WIB)

Nampak jelas bahwasannya memang partisipasi yang dilakukan oleh Dinas

Pekerjaan Umum hanya pada stakeholder tertentu yang dianggap ikut andil dalam

proyek pekerjaan, justru warga yang seharusnya menjadi subjek dilakukannya

pembangunan tidak diikutsertakan. Adapun bentuk-bentuk pengaduan yang ingin

masyarakat sampaikan kepada Dinas Pekerjaan Umum dikatakan terlambat dan sia-

sia, karena masyarakat tidak pernah mengetahui kegiatan dan proses pembangunan

yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Tidak adanya koordinasi, informasi

dan kerjasama dari Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat menimbulkan tidak

adanya partisipasi langsung dari masyarakat. Koordinasi, informasi dan kerjasama

dalam kegiatan dan proses pembangunan hanya melibatkan stakeholder dan pihak-

pihak yang terkait yang mempunyai kepentingan dalam proses pembangunan saja

yang diikut sertakan. Dengan kata lain Dinas Pekerjaan Umum telah mengabaikan

partisipasi dari masyarakat yang mempunyai peran penting dalam proses

perencanaan hingga rampungnya suatu proses pembangunan. Dimana Dinas

64

Pekerjaan Umum hanya memberikan hasil dari pekerjaan dan pembangunan yang

dilakukan untuk digunakan dan digunakan oleh masyarakat. tanpa adanya

koordinasi, pengaduan dan pendapat langsung dari masyarakat. Seperti yang telah

dikemukakan oleh I

5-1 :

“Kami sebenarnya kurang mengetahui informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dinas PU , dan kami sebenarnya ingin

mengajukan usulan kepada Dinas PU, tapi kami gak tau mau bilang ke

siapa? kapan pembangunannya? kami tidak tahu. sedangkan banyak sekali

pembangunan jalan, gedung atau fasilitas umum yang harusnya bisa

segera diselesaikan atau diperbaiki oleh Dinas PU”.

(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Dede. 16.30 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, bisa dilihat masyarakat

kurang mengetahui informasi mengenai kegiatan pembangunan yang dilakukan

Dinas Pekerjaan Umum karena dalam setiap kegiatannya dan suatu proses

pembangunan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum tidak pernah melibatkan

masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Masyarakat ingin sekali ikut andil dan

berpartisipasi dalam kegiatan atau pembangunan yang dilakukan Dinas Pekerjaan

Umum, serta banyak sekali usulan-usulan dan pengaduan dari masyarakat karena

masyarakat pun ingin agar setiap pembangunan yang dilakukan dinas Pekerjaan

Umum bisa berjalan dengan baik sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat

serta bisa dirasakan langsung dan bermanfaat untuk kepentingan umum.

Namun pada penerapannya proses pembangunan dalam hal ini penilaian

terhadap partisipasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang

kurang berjalan dengan efektif, dikarenakan ada salah satu unsur partisipasi yang

tidak diterapkan yaitu masyarakat yang tidak terlibat proses partisipasi dari awal

perencanaan pembangunan hingga rampungnya pembangunan. Dan masyarakat

65

pun tidak berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan

pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan

pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam

bentuk materil.

4.2.5 Transparansi

Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses

pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak

yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat

dimengerti dan dipantau. Keterbukaan dalam melakukan segala kegiatan organisasi

dapat berupa keterbukaan informasi dn komunikasi.

Bentuk transparansi yang dilakukan oleh dinas PU ini terhadap masyarakat

dalam kinerja dan kegiatan di lakukan biasanya dalam proses pembangunan, salah

satunya adalah dengan sering mengundang masyarakat setelah proses pengadaan

barang jasa berjalan, ada juga wartawan dan LSM yang ikut proses tersebut. dan

pihak Dinas Pekerjaan Umum juga memberikan informasi langsung mengenai

pembangunan yang dilakukan untuk masyarakat melalui media WEBSITE,

(www.pandeglang.co.id/humas) itu website yang dipakai bila masyarakat ingin

mengetahui tentang proses pembangunan yang dilakukan, seperti yang disampaikan

oleh I

2

:

“ Kami memiliki satu situs resmi yang dapat digunakan masyarakat

untuk melihat dan mengikuti semua perkembangan aktivitas Dinas

Pekerjaan Umum termasuk proses berjalannya satu proyek

pembangunan”.

(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)

66

Bentuk transparasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum memang cukup

baik namun ada beberapa hal yang nampaknya harus diperhatikan guna tercapainya

bentuk transparasi yang akuntabel dan menyeluruh, maksud dari akuntabel disini

seluruh aktivitas yang dipubliksikan kepada masyarakat harus dapat

dipertanggungjawabkan, dimana dalam perjalanan penerapan transparasi akan ada

beberapa kendala yang muncul dari perbedaan pemahaman dan cara pandang

masarakat terhadap satu proses pembangunan yang akan dilaksanakan.

Karena hal itu, jika memang Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang

kemudian menggunakan sistem internet untuk penerapan transparasi kepada

masyarakat, didalamnnya juga diharapkan sebelum penerapan sistem internet

tersebut diadakan terlebih dahulu sosialisasi kepada seluruh masyarakat bagaimana

cara mengakses sistem tersebut juga seharusnya ada satu pelayanan on-line untuk

semua bentuk pengaduan masyarakat khusus untuk semua proses transparasi yang

dilakukan, sehingga sitem yang sudah bagus tersebut akan lebih efektif, seperti

yang diungkapkan oleh I

5-2

:

“ Saya tidak mengetahui bahwa memang PU punya situs internet

untuk masyarakat agar dapat mengakses seluruh kegiatan yang

dilakukan PU, sebelumnya tidak ada pemberitahuan pada masyarakat

juga sosialisasi. Saya pribadi merasa kebijakan tersebut percuma,

karena saya tidak mengerti internet”.

(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Alam. Pandeglang. 17.00 WIB)

Disisi lain ternyata masih terdapat kendala mengenai sistem yang diterapkan

guna tercapainya transparasi yang diberikan Dinas Pekerjaan Umum terhadap

masyarakat, yakni kebijakkan tersebut ternyata tidak menyeluruh maksudnya

masyarakat banyak yang tidak dapat mengakses internet dikarenakan tidak

67

mengerti bagaimana cara pengoprasiannya, sehingga hanya orang-orang tertentu

saja yang dapat mengakses internet dengan situs yang sudah tersedia guna

mengetahui proses transparasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum, seperti

yang dikemukakan oleh I

1

:

“Kami mengakui bahwa kebijakan yang kami terapkan mengenai

situs resmi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang yang

harus dilakukan melalui media internet belum efektif, dikarenakan

banyak masyarakat Pandelang tidak mengerti internet”.

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Pemerintah daerah dalam hal ini mempunyai peran yang sejajar dengan

Dinas Pekerjaan Umum, karena ketertinggalan masyarakat Pandeglang terhadap

teknologi khususnya internet merupakan tanggung jawab kedua belah pihak yang

apabila ini dibiarkan maka Sumber Daya Manusia Pandeglang akan jauh tertinggal

dan semua bentuk informasi yang di berikan untuk masyarakat melalui media

internet tidak akan efektif tersalurkan kepada masyarakat khususnya masyarakat

Pandeglang, seperti yang terjadi pada permasalahan transparasi via internet Dinas

Pekerjaan Umum yang tidak dapat di akses oleh sekelompok masyarakat

dikarenakan ketidak pahaman akan internet. Seperti yang telah dikemukakan oleh

I

5-3

:

“ Saya hanya ingin pemerintah memaparkan semua uang yang digunakan

untuk pembangunan”.

(15 Februari 2012, Rumah kediaman bu siti. 14.00 WIB)

Keinginan masyarakat terhadap bentuk transparansi yang diberikan

Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat tidak dirasakan secara

menyeluruh atau tidak semua masyarakat mengetahui setiap kegiatan yang

68

dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan masyarakat pun tidak mengetahui

anggaran yang dikeluarkan Dinas Pekerjaan Umum untuk setiap kegiatan

dan proses pembangunan, karena Dinas Pekerjaan Umum hanya

memberitahukan setiap kegiatan dan berapa anggaran yang digunakan untuk

suatu pembangunan tersebut melalui media internet, sedangkan masyarakat

yang tidak tahu cara pengoprasiannya tidak dapat merasakan langsung

bentuk transparansi yang diberikan oleh Dinas Pekerjaan Umum kepada

masyarakat. Dan bentuk transparansi yang diberikan oleh Dinas Pekerjaan

Umum pun tidak berjalan dengan efektif.

4.2.6 Akuntabilitas

Akuntabilitas atau pertanggungjawaban merupakan sebuah kewajiban untuk

memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap tindakan dan keputusannya agar

dapat disetujui maupun ditolak atau dapat diberikan hukuman bilamana

diketemukan adanya penyalahgunaan kewenangan. Akuntabilitas atau pertanggung

jawaban yang dilakukan dinas Pekerjaan Umum ini terhadap permasalahan yang

timbul terutama dalam hasil kinerja adalah Dinas Pekerjaan Umum selalu berusaha

sekuat tenaga dalam kegiatan atau kinerja yang dilakukan untuk masyarakat

tentunya Dinas Pekerjaan Umum juga ingin good governance itu bisa diterapkan.

Dinas Pekerjaan Umum akan mempertanggung jawabkan setiap pembangunan atau

hasil dari kinerja yang dinilai kurang baik dan tidak sesuai seperti apa yang

diharapkan oleh masyarakat.

Semuanya itu tergantung dari anggaran atau dana yang diberikan oleh

pemerintah untuk proses pembangunan yang dilakukan, sedangkan anggaran yang

69

ada sangat minim dan terkadang kekurangan dalam proses pembangunan, sehingga

proses pembangunan pun jadi terhambat, seperti yang dikemukakan oleh 1

1

:

“ Banyak juga LSM dan wartawan yang datang untuk

mempertanyakan bagaimana kinerja kami dan bagaimana kami harus

mempertanggung jawabkan hasil kinerja dari kami dan bagai mana

cara penentuan pemerintah pusat memberikan anggaran pembangunn

untuk satu wilayah”.

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Berbicara mengenai bentuk pertanggung jawaban satu pembangunan yang

dilakukan khususnya oleh Dinas Pekerjaan umum nampaknya masih belum

maksimal karena berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara menunjukan

Dinas Pekerjaan Umum masih belum memberikan pertanggungjawabannya dengan

baik terutama pada masyarakat langsung, bisa dibuktikan dengan kondisi jalan dan

bangunan yang baru beberapa bulan dibangun sudah mengalami kerusakan dan

tidak langsung di perbaiki dengan alasan kontrak ada tenggang waktu

dilaksanakannya pemeliharaan kontruksi.

Foto kondisi jalan kabupaten pandeglang

(8 Februari 2012, Jalan kabupaten pandeglang. 13.00 WIB)

70

Bila kita perhatikan lebih detil sebenarnya bentuk pembangunan yang

dilakukanpun bila kita nilai dari segi kualitas tidak memenuhi standar kelayakan

satu kontruksi, dimana satu kontruksi yang seharusnya bisa bertahan bertahun-tahun

justru dalam waktu beberapa bulan sudah mengalami kerusakan. Seperti

yang telah dikemukakan oleh 1

5-2

:

“Yang kami harapkan yaitu jika terjadi kerusakan, Dinas PU segera

memperbaikinya, jangan dibiarkan berlarut-larut dan tidak harus

menunggu lama untuk segera diperbaiki”.

(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Alam. Pandeglang. 17.00 WIB)

Namun bentuk pertangungjawaban yang seharusnya dilakukan pihak Dinas

Pekerjaan Umum mempunyai alasan dapat dilakukan sesuai perjanjian yang tertera

pada kontrak yakni enem bulan setelah proses pembangunan selesai, seperti yang

disampaikan oleh I

4

:

“Kami selaku para kontraktor hanya bekerja sesuai dengan

prosedur dan perjanjian kontrak yang telah disepakati antara kami

dan pihak Dinas Pekerjaan Umum, jika memang ada kerusakan

dalam proyek yang kami lakukan, ya itu diluar tanguung jawab kami,

kan sebelumnya ada tim uji kelayakan ketika proyek tersebut selesai

harusnya jika memang tidak layak ya..itu langsung disampaikan

pada kami, ini kan engga.. hasil penilaian mereka proyek kami

layak-layak saja, jadi apabila ada kerusakan yang tidak sesuai

dengan daya tahan satu bangunan, anda bisa menilai sendiri siapa

yang patut disalahkan”.

(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)

Dalam kontrak memang dikatakan demikian, namun ternyata bentuk

pertanggungjawaban terhadap satu kontruksi yang mengalami kerusakan bukan

perbaikan secara total namun hanya sebatas pemeliharaan (retensi), disini

menunjukan bahwa kualitas pemeliharaan tidak akan sebaik kualitas perbaikan,

71

karena pemeliharaan hanya perawatan yang tidak dilakukan secara utuh, dengan

kata lain bukan mengalami perbaikan. Seperti yang dikemukakan oleh I

2

:

”Bentuk akuntabilitas kami dalam pelaksanaan pembangunan yaitu dengan

cara pemeliharaan secara berkala agar pembangunan tersebut memiliki

kapsitas jangka panjang.”

(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)

Adanya tim uji kelayakan satu kontruksi seharusnya dapat memberikan

pertanggungjawaban secara materil kepada masyarakat bahwa memang

pembangunan yang dilakukan dari segi kelayakan memang patut diberikan

penilaian layak, bukan justru sebaliknya. Nampak jelas bahwa memang stakeholder

yang terlibat dalam proses pembangunan satu kontruksi tidak memberikan

pertanggungjawaban yang baik terhadap TUPOKSI-nya masing-masing, dirasakan

terdapat kejanggalan dalam alur perjanjian dan pengawasan yang dilakukan, seperti

yang disampaikan oleh I

4 :

“Sebenarnya klo bapa ingin tau, semenjak proses penandatanganan

kontrak mulai dari PPTK(Panitia Pelaksana Teknis Kegiatan),

Bendahara, Kepala Dinas dll, kami slalu dimintai uang biar prosesnya

cepat.. selain itu pas proses pelaksanaan proyek pada uji kelayakan

kami juga dimintai sejumlah uang alasan mereka agar proyek ini bias

berjalan lancar, mau tidak mau semua itu harus kami ikuti karena

kami tidak mau urusan dan pekerjaan kami terhambat”.

(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)

Aktivitas seperti yang telah diungkapkan dari hasil wawancara diatas

menunjukan bentuk penyalahgunaan prosedur yang dilakukan Dinas Pekerjaan

Umum, namun ketika dilakukan penelitian lebih dalam ternyata memang aktivitas

seperti ini telah terbiasa dan menjadi keharusan dan bahkan bisa dikatakan satu

prosedur dari tahapan pelaksanaan proyek juga diungkapkan oleh I

4

:

72

“Jadi memang kemarin sempat dipermasalahkan juga saat pilkada

tahun 2011, ada dari salah seorang calon yang tidak terpilih ada yang

menyinggung tentang bentuk pungutan liar terhadap proyek yang

dilakukan oleh kontraktor, memang tidak dapat dipungkiri dilapangan

pungutan liar itu ada atau sering disebut (setoran proyek), yang bukan

hanya di provinsi banten atau kabupaten pandeglang saja, di provinsi-provinsi atau

daerah-daerah lain juga sama bentuk pungutan (setoran

proyek) itu ada. tapi banyak pariatif persentase yang harus disetorkan

oleh pemborong atau kontraktor tersebut yang diserahkan ke dinas atau

pihak pemimpin yang terkait dengan proyek tersebut. terkecuali ada

tender yang benar-benar langsung atau real, itu tidak dikenakan pajak

atau pungutan-pungutan liar yang dilakukan”.

(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)

Kedekatan atau kekerabatan dengan kepala dinas atau kedekatan dengan

pemimpin wilayah tersebut misalnya bupati, walikota atau gubernur dan pihak-pihak

terkait dengan proyek tersebut juga menjadi keterlibatan dalam pemenangan

satu tender, misalkan seorang kontraktor tersebut sebelumnya mempunyai

kedekatan dengan pimpinan wilayah tersebut maka pimpinan wilayah tersebut akan

meminta kepada kepala dinas agar proyek yang diinginkan oleh kontraktor tesebut

bisa di loloskan meskipun PT atau CV yang dari segi kelengkapan kontrak proyek

atau administrasinya belum sesuai atau belum lengkap tapi karena adanya

pembicaraan dari pemimpin wilayah tersebut dengan kepala dinas dan adanya

persentasi dari pembagian hasil bila proyeknya tersebut berhasil, tentunya dengan

perjanjian-perjanjian yang dibuat sebelum proyek itu berjalan.

Nampak sebenarnya permasalahan yang terjadi pada tahapan pelaksanaan

pembangunan satu proyek baik dari penyusunan kontrak hingga tahap pelaksanaan

sedari awal sudah terjadi kecurangan sehingga berakibat pada hasil pembangunan

yang tidak maksimal, bila dijabarkan proses praktek kecurangan tersebut bisa

diketahui sebagai berikut seperti yang disampaikan I

4

:

73

1. Pada proses lelang untuk pemenangan satu tender proyek satu cv harus

mampu membayarkan sejumlah uang kepada dinas agar proyek

tersebut di berikan, dan dalam lelang tersebut terlibat beberapa cv

yang kemudian pihak yang memberikan bayaran tertinggi itulah yang

mendapatkan tender proyek tersebut.

2. Kemudian tahap penyusunan kontrak dimana kontraktor diharuskan

membayar uang pembuatan kontrak sebesar Rp.500.000 ,-. Dan pada

tahap penandatanganan kontrak setiap tanda tangan kami diharuskan

membayar sejumlah uang sesuai dengan jabatannya.

3. Selanjutnya pada proses berjalannya kontrak untuk dicairkan, kami

biasannya dimintai uang oleh dinas PU untuk diberikan pada instansi

lain yang satu jalur mengurusi kontrak dengan alasan agar kontrak

tersebut segera cair.

4. Pada proses pelaksanaan pekerjaan kami pula dimintai sejumlah uang

oleh TIM pemeriksa kelayakan bangunan.

(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)

Alur perjalanan penyalahgunaan prosedur dinas dan pihak ke-3 (kontraktor)

yang akhirnya akan berdampak pada hasil dari pembangunan itu sendiri,

dikarenakan kontraktor merasa sudah banyak uang yang harus dikeluarkan dalam

proses pelaksanaan proyek, sehingga mereka mencari keuntungan dengan cara

mengurangi bahan baku yang digunakan dalam pembangunan sehingga

menghasilkan pembangunan yang tidak berkualitas dan tidak layak sama sekali.

Seperti yang dikemukakan oleh 1

5-1 :

“Kami tidak tahu hubungan antara Dinas PU dengan kontraktor dan apa

yang terjadi dalam proses pembangunan tersebut, yang kami inginkan

hanya pembangunan yang dilakukan bisa layak dan berguna untuk kami,

begitu juga pembangunannya bisa bertahan lama dan tidak cepat rusak...

untuk itu kami berharap agar dinas PU, pemerintah dan pihak-pihak yang

terkait dalam proses pembangunan tersebut bisa bertanggungjawab dengan

apa yang mereka kerjakan”.

(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Dede. 16.30 WIB)

Dari alur penyalahgunaan prosedur Dinas Pekerjaan Umum dan pihak ke-3

(kontraktor), yang terkena dampaknya adalah masyarakat karena pembangunan

74

yang dilakukan dan yang seharusnya bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk

kepentingan umum dalam jangka waktu yang panjang pada kenyataannya tidak

dapat terealisasikan karena kualitas dari hasil pembangunannya itu sendiri tidak

maksimal sehingga akuntabilitas yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum

kepada masyarakat pun tidak berjalan dengan baik dan maksimal.

4.2.7. Efektif dan Efisien

Terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan menggunakan sumber

daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Indikatornya antara lain

adalah pelayanan mudah, cepat, tepat dan murah. Cara yang dilakukan agar dinas

PU ini untuk menciptakan kondisi kinerja yang efektif dan efisien guna

terwujudnya good governance adalah adanya pelatihan-pelatihan khusus terutama

untuk pegawai dan pimpinan yang diantaranya adalah untuk pimpinan (pelatihan

manajemen kepemimpinan), untuk bagian keuangan (pelatihan pengelolaan

keuangan), untuk yang lainnya juga (sertifikasi barang jasa), dan untuk pegawai

lainnya ada pengarahan-pengarahan langsung dari atasan agar kinerja pegawai bisa

berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tidak luput

juga dari kenyamanan yang dirasakan oleh pegawai dalam kinerjanya. Kekompakan

dan kerjasama juga membawa pengaruh yang besar terhadap ke efektipan dan ke

efisienan kinerja yang kami lakukan seperti yang telah diungkapkan oleh I

1 :

“Pelatihan-pelatihan kami berikan pada pegawai agar mereka

mendapatkan kemampuan dan prilaku yang professional dalam

bekerja, namum memang entah terdapat kekurangan atau apa dalam

pelatihan tersebut, karena walaupun pelatihan tersebut diberikan

namun tetap saja masih ada pegawai yang tidak efektif dalam

bekerja”.

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

75

Hambatannya dalam proses penerapan good governance dalam hal efektif

dan efisien di Dinas Pekerjaan Umum ini, salah satunya adalah karakter pegawai

dimana setiap pegawai mempunyai karakter-karakter yang berbeda, terkadang

ketika diberikan pengarahan-pengarahan, memang bisa mereka dengarkan namun

mungkin karena keterbatasan pegawai yang terkadang tidak bisa menerapkannya

atau mengimplementasikannya, karena karakter-karakter pegawai berbeda-beda.

Keterbatasan atau kualitas SDM dimana setiap pegawai yang sudah melaksanakan

pelatihan-pelatihan belum sepenuhnya menerapkan apa yang sudah dipelajarinya

saat pelatihan. Kurangnya kerjasama, terkadang pegawai lebih sibuk dengan

pekerjaan mereka masing-masing sehingga mereka tidak bisa sepenuhnya

membantu pegawai-pegawai lainnya atau teman kerjanya. Seperti yang

dikemukakan oleh I

1 :

“Pendidikan dan pelatihan penting karena disadari bahwa pengembangan

diri pribadi merupakan proses ulang individu. karena dengan pelatihan-pelatihan

pegawai bisa tahu bagaimana pekerjaan yang mereka kerjakan

itu bisa berjalan dengan efektif & efisien atau tidak.. Tentunya pelatihan

pun harus yang sesuai harapan yang dibutuhkan oleh pegawai untuk

mencapai kualitas kinerjanya”.

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Pendidikan dan latihan harus berorientasi pada hasil, dengan kata lain,

apakah pelatihan tersebut sesuai dengan harapan yang menciptakan tenaga kerja

yang dibutuhkan, untuk menjawab setiap pelatihan yang dilakukan diperlukan

program latihan dengan kebutuhan tenaga kerja. Mengembangkan kriteria hasil

dari pelatihan dan demi meraih yang lebih baik, diperlukan evaluasi sehinga

diketahui program latihan apakah sudah efektif atau tidak. Pendidikan dan latihan

76

adalah salah satu pembinaan terhadap pegawai disamping adanya upaya yang lain.

Pendidikan dan latihan merupakan proses belajar dalam rangka meningkatkan

kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugasnya. Seperti yang

dikemukakan oleh I

1

:

Tujuan diadakanya pendidikan dan latihan pada umumnya dalam rangka

pembinaan terhadap tenaga kerja atau pegawai adalah :

a. meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada

organisasi dan masyarakat.

b. Meningkatkan mutu dan kemampuan, serta keterampilan baik dalam

melaksanakan tugasnya maupun kepemimpinanya.

c. Melatih dan meningkatkan mekanisme kerja dan kepekaan dalam

melaksanakan tugas.

d. Melatih dan meningkatkan kerja dalam perencanaan.

e. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja.

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Agar kinerja mencapai sasaran yang ditetapkan, maka latihan harus

mencakup sebuah pengalaman belajar, harus merupakan sebuah kegiatan

organisasional yang direncanakan dan dirancang sebagai jawaban atas

kebutuhan organisasi yang spesifik. Idealnya sebuah latihan harus dirancang

agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan pada saat yang bersamaan

memenuhi kebutuhan individu pegawai. Disamping itu Teladan pimpinan

sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan dan kinerja pegawai yang

efektif dan efisien, karena pimpinan dijadiakan teladan dan panutan oleh para

bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik,

jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang

baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang

77

baik atau kurang disiplin, para bawahan pun akan kurang disiplin. Seperti yang

dikemukakan oleh I3

:

“Pimpinan atau atasan harus memberikan contoh yang baik kepada

bawahan, khususnya mengenai disiplin.. karena salah satu faktor yang

mempengaruhi kedisiplinan pegawai adalah kedisiplinan atasannya”.

(10 april 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 11.00 WIB)

Seorang pemimpin akan secara langsung mempengaruhi prilaku

bawahannya, karena secara tidak langsung sosok seorang pemimpin akan

selalu menjadi perhatian bawahannya, mulai dari sikapnya terhadap bawahan,

sikapnya terhadap sesama teman kerja, sikapnya terhadap pimpinannya yang

lain khususnya sikapnya mengenai kedisiplinan. Walaupun semua sikap

tersebut tidak diajarkan secara langsung oleh seorang pimpinan namun prilaku

seorang pimpinan di lingkungan satu instansi akan secara langsung menjadi

contoh bagi bawahannya.seperti yang diungkapkan oleh I

1

:

“Meningkatkan kualitas disiplin pegawai tidak hanya didapatkan dari

pendidikan dan pelatihan saja, ada satu hal yang amat sangat

mempengaruhi disiplinnya seorang pegawai yakni sikap teladan

seorang pimpinan, mengapa demikian karena pegawai akan secara

langsung mengambil contoh dari prilaku seorang pimpinan”.

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Ketidak disiplinannya pegawai nampaknya sudah menjadi hal yang

biasa dan dapat menjadi maklum dengan alasan yang berbagai macam, ini

sudah tentu menjadi sebuah permasalahan yang kompleks apalagi bila terus

didiamkan akan menjadi satu budaya dan hal kebiasaan. Teladan seorang

pimpinan akan secara langsung berpengaruh terhadap disiplin pegawai serta

efektif dan efisiennya kinerja pegawai, dikatakan demikian karena pegawai

78

akan lebih condong memperhatikan sikap dan prilaku pimpinan yang

kemudian akan diadopsi oleh mereka, akan lebih efektif memberikan

penerapan disiplin secara praktek dibandingkan penerapan disiplin secara teori

yang pegawai dapat dari pelatihan-pelatihan disiplin. Tidak mengatakan

bahwa pelatihan mengenai disiplin kurang efektif namun pegawai akan lebih

cepat menyerap aktifitas seorang pimpinan yang kemudian dijadikan aktifitas

pegawai itu sendiri dikehidupan sehari-hari dikantor.

Teladan seorang pimpinan yang baik akan memberikan dampak yang

baik pula terhadap sikap pegawai dan juga kinerja mereka, faktor

kedisiplinnan juga dapat diperoleh bukan hanya dari pelatihan-pelatihan

kedisiplinan saja namun dapat diperoleh dari sosok seorang pemimpin yang

mempunyai karkter disiplin, karena lebih efektif mengadopsi sifat disiplin dari

mencontoh secara langsung penerapan disiplin tersebut dibandingkan dengan

didapat dari pelatihan yang kebanyakan hanya teori saja.

Balas jasa atau gaji dan kesejahtraan ikut mempengaruhi kedisiplinan

pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai

terhadap organisasi/pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin baik

terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan baik pula. Seperti yang terjadi

apabila seorang pemimpin mempunyai sifat tidak baik pada pegawai atau pelit

akan berdampak pada kinerja pegawai, seperti yang diungkapkan oleh I

3

:

“Waaah.. klo pimpinannya pelit, mungkin saya pribadi menjadi malas

bekerja..hehehe, tp alhamdulillah pimpinan disini tidak ada yang pelit,

yg penting kita bekerja dengan baik..”.

(10 april 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 11.00 WIB)

79

Pemimpin yang mempunyai sifat baik pada pegawai dan tidak pelit

akan mempengaruhi stabilitas kehidupan perekonomian pegawai, jika gaji

yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan hidup pegawai atau ternyata

tidak mencukupi, akan berdampak pada kehidupan pegawai yang juga

mempengaruhi kinerjanya juga disiplin, maka dari itu balas jasa terhadap

kinerja seorang pegawai sangat penting dan berpengaruh terhadap tingkat

disiplin pegawai.

Banyak hal yang bisa diberikan kepada pegawai agar mereka

mempunyai kedisiplinan yang tinggi, tinggal bagaimana stakeholder

menerapkan cara-cara tersebut agar menjadi efektif dan memang benar-benar

diterapkan oleh pegawai, karena berawal dari disiplin semua aspek pekerjaan

maupun tujan satu instansi akan berjalan dengan baik. Disamping itu

kerjasama dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan dan suatu hal yang

harus membudaya dalam setiap diri staf atau pegawai. Dengan kerjasama,

pekerjaan menjadi cepat selesai karena bisa berbagi tugas dengan teman kerja

yang lain. Kerjasama yang baik tidak bisa dilepaskan dari hubungan yang baik

pula antara sesama staf. Seperti salah satu permasalahan keefektifan dan

keefisienan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ini adalah

kurangnya kerjasama, karena terkadang pegawai lebih sibuk dengan pekerjaan

mereka masing-masing sehingga mereka tidak bisa sepenuhnya membantu

pegawai-pegawai lainnya atau teman kerjanya.

Seperti yang dikatakan oleh I3

:

“Kadang-kadang saya suka dibantu teman kerja saya, tapi jika sedang sibuk-sibuknya..

ya saya selesaikan pekerjaan saya senndiri.”

80

(10 april 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 11.00 WIB)

Kesibukan antar pegawai yang terkadang melupakan waktu untuk

salaing membantu sesama teman kerjanya merupakan hal yang sering terjadi

didalam suatu organisasi, karena mereka masing-masing mempunyai

tanggungjawab dari pekerjaannya yang harus segera dikerjakan dan

diselesaikan. Karena itu kerjasama dan saling membantu antar sesama

pegawai pun menjadi berkurang.

Selain itu Dinas Pekerjaan Umum juga memberikan sanksi apabila terdapat

pegawai yang tidak disiplin dan bekerja tidak memberikan kinerja yang efektif,

maka sanksi yang bisa dikenakan terhadap permasalahan yang muncul dalam

kinerja. Seperti yang telah dikemukakan oleh I

2 :

“Bila ada pegawai yang tidak disiplin, kami akan memberikan sanksi

kepada pegawai yang melanggar tersebut. Sanksinya biasanya lebih

mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil”.

(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)

Sanksi tersebut juga sebagai solusi dari Dinas Pekerjaan Umum selain dari

pelatihan-pelatihan yang dilakukan agar kinerja yang diberikan para pegawai

efektif dan efisien. Sehingga good governance di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang dapat diterapkan. Selain itu perlu adanya teguran/evaluasi

yang lebih intensif terhadap pegawai yang melakukan kekeliruan, pelanggaran, atau

penyimpangan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan. Hal ini diperlukan untuk

mendorong tanggung jawab pegawai terhadap tugas yang dibebankan kepadanya,

sehingga dapat meningkatkan kefektifan dan keefisienan kerja pegawai, yang

81

akhirnya juga berimbas pada peningkatan kinerja pegawai. Seperti yang telah

dikemukakan oleh I

2

:

“Sebelum kita melakukan tindakan hukuman ringan, sedang dan berat.

Maka kita sosialisasikan dulu peraturan tersebut (PP No. 53 Tahun 2010)

kepada teman-teman Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ini”.

(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)

Sosialisasi PP No. 53 Tahun 2010 yang telah dilakukan ini berkaitan dengan

penjelasan setiap isi dari peraturan tersebut, mengenai kewajiban dan larangan

PNS. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini kepada kepala Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Pandeglang dapat menginformasikan kepada seluruh

bawahannya agar makna dan pesan-pesan yang ada di dalamnya dapat

tersampaikan dengan baik. Sehingga para PNS yang ada di Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Pandeglang dapat mengetahui dan menjalankan kewajiban dan larangan

PNS.

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut

melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai

akan berkurang. Berat atau ringan sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut

mempengaruhi baik atau buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus

ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara

jelas kepada semua pegawai.

82

4.2.8. Kepastian Hukum

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara

normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu

peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan

logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keraguan dan logis dalam artian ia

menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau

menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian

aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma.

Seperti di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, hukum itu ada bagi

setiap pegawai atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan Dinas Pekerjaan

Umum. Hukum dan sanksi akan diberikan kepada yang melanggar dan tidak

mengikuti prosedur. Seperti yang telah dikemukakan oleh I

1

:

“Yang pasti hukum itu ada, baik untuk pegawai kami maupun pihak-pihak

yang terkait dengan kegiatan kami (kontraktor). Yang melakukan

pelanggaran dan tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan itu akan

ada sanskinya”.

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Dan yang telah dikemukakan oleh I2

:

“Mengenai hukum dan sanksi yang berlaku utuk setiap pegawai atau

kontraktor yang melakukan pelanggaran dan tidak sesuai dengan prosedur.

Kami lebih mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang /Jasa. Dan untuk kontraktor

yang tidak mengikuti prosedur atau melakukan pelanggaran, biasanya

sanksi yang diberikan adalah tidak mendapatkan proyek pembangunan,

tidak dapat dicairkannya anggaran, dan kontrak proyek pun akan

dibatalkan”.

(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)

83

Menurut hasil wawancara diatas, Dinas Pekerjaan Umum memberikan

kepastian hukum terhadap yang melakukan pelanggaran dan yang tidak mengikuti

prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacunya pada Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang /Jasa dan

sanksi-sanksi yang diberlakukan Dinas Pekerjaan Umum mempunyai harapan agar

setiap permasalahan-permasalahan agar bisa menjadi solusi untuk setiap

permasalahan-permasalahan yang terjadi di Pekerjaan Umum.

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian

kekuasaan kelembagaan. berlaku bagi siapapun tanpa pengecualian, hak asasi

manusia di lindungi, sambil tetap memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat, seperti yang telh disampaikn oleh 14 :

“Hukum yang berlaku di Indonesia sudah seharusnya ditegakan, khususnya

dalam hal kecurangan yang terdapat dalam proses pemenangan tender dan

pelaksanaan satu pembangunan pada Dinas Pekerjaan Umum, jika

memang terbukti bersalah hukum lah yang betindak”

(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)

Dan seperti harapan yang dikemukakan oleh 1

5-1 :

“Yang pasti jika diketahui ada pelanggaran harus di proses secara hukum

dan tidak pandang siapa yang akan dihukum bila memang bersalah”

(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Dede. 16.30 WIB)

Keinginan masyarakat dan pihak yang terkait dengan permasalahan yang

timbul di Dinas Pekerjaan Umum, baik dalam proses pembangunan atau pun bentuk

kecurangan yang terjadi berharap hukum itu bisa ditegakkan secara jelas dan tidak

menimbulkan keraguan. Jika diketahui ada pelanggaran harus di proses secara

84

hukum dan tidak pandang siapa yang akan dihukum bila memang bersalah harus

dihukum.

Namun pada penerapannya, pelanggaran- pelanggaran dan penyalahgunaan

prosedur serta masalah-masalah yang timbul di Dinas Pekerjaan Umum masih

terjadi. Seperti yang telah diungkapkan oleh I4

:

“Memang ada hukum dan sanski bagi yang melakukan pelanggaran dalam

proses pemenangan tender dan pelaksanaan pembangunan di Dinas

Pekerjaan Umum, tapi pada kenyataannya.. Bentuk kecurangan dan

penyalahgunaan prosedur itu memang susah dihilangkan”.

(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa memang

Dinas Pekerjaan Umum sudah menerapkan sanski dan hukum yang berlaku bagi

setiap yang melakukan pelanggaran dan tidak mengikuti prosedur. Namun pada

pelaksanaannya, sanski dan hukum tersebut tidak berjalan dengan efektif. Seperti

yang telah diumgkapkan oleh I

4

:

“Kalau hukum dan sanski tersebut bisa diterapkan, mungkin tidak akan ada

lagi bentuk kecurangan dalam masalah kontrak proyek yang terjadi.. Dan

mungkin kontraktor-kontraktor pun takut bila tidak mengikuti prosedur.

Dan saya pribadi ingin agar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

Dinas PU bisa dibuktikan secara hukum, agar saya bisa enak

melaporkannya.”

(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)

Aspek hukum merupakan unsur terpenting untuk mengatasi semua

permasalahan yang ada, seperti yang terjadi pada Dinas Pekerjaan Umum

permasalahan-permasalahan yang terjadi hanya bisa diselesaikan dengan hukum

yang dijalankan secara adil dan efktif, maka dari itu dalam hal ini tingkat kesadaran

dan penegakan hukum harus ditingkatkan, agar tidak adanya lagi pelanggaran-

85

pelanggaran serta niat untuk melanggar prosedur yang telah ditetapkan dan untuk

kepentingan bersama/publik. Agar hukum bisa berjalan dengan efektif serta

kepastian hukum pun bisa dirasakan dan berlaku bagi siapapun tanpa pengecualian,

hak asasi manusia di lindungi, sambil tetap memperhatikan nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat.

4.2.9. Responsif

Pekanya para pengelola intansi publik terhadap aspirasi masyarakat sangat

berpengaruh besar agar dapat terciptanya good governance. Tingkat responsif dari

pegawai dinas PU ini dalam penerapan good governance tidak luput dari

kerjasama langsung dari dan dengan masyarakat serta stakeholder. Agar bisa

diterapkannya good governance di dinas PU ini diharapkan adanya kerjasama

langsung dengan masyarakat. Dengan adanya pengaduan-pengaduan dari

masyarakat terhadap kinerja yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dapat

menjadi motivasi agar kami tercipta satu kesadaran untuk memperbaiki dan

memberikan yang terbaik untuk masyarakat. karena itu adalah bentuk responsif

dari seorang pelayan publik, jadi semua kinerja yang dilakukan hanya untuk

kepentingan publik/masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan oleh 1

1 :

“Kami selalu menyambut hangat masyarakat apablia masyarakat ingin

melakukan pengaduan langsung pada dinas PU ini, apabila ada

pembangunan yang dilakukan oleh kami tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh masyarakat atau pembangunan yang dulu telah rusak bisa

masyarakat adukan kepada kami untuk bisa kami perbaiki.”

(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)

Namun pada penerapannya masyarakat tidak merasakan hal itu, karena

terkadang setiap pegawai yang sedang bekerja sangat sibuk dengan pekerjaan yang

86

mereka kerjakan, sehingga masyarakatpun yang datang ke kantor Dinas Pekerjaan

Umum untuk minta dilayani tidak segera direspon oleh pegawai, karena mereka

terkadang sibuk dengan pekerjaan dan kegiatannya. Seperti yang telah di

kemukakan oleh I

5-3

:

“Saya terkadang menunggu lama kalau datang ke kantor PU, karena

pegawainya banyak yang sibuk, kalau jam setelah istirahat pegawainya

pada sepi dikantornya. kecuali kalau ada saudara atau teman saya yang

bekerja di kantor PU itu pasti saya langsung disambut.”

(15 Februari 2012, Rumah kediaman bu siti. 14.00 WIB)

Hal tersebut yang telah diungkapkan dari hasil wawancara menunujukan

bahwa bentuk responsif di Dinas Pekerjaan Umum masih belum maksimal dan

berjalan dengan baik seperti halnya pada salah satu prinsip good governance yaitu

responsif. Masyarakat merasa petugas dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang datang untuk minta dilayani, seringkali petugas kurang

menanggapi masyarakat dan memberikan pelayanan seringkali tidak menentu

karena kondisi dan situasi di Dinas Pekerjaan Umum. Seperti yang dikemukakan

oleh I

3

:

“Yaah, sebenarnya bukan Cuma di Dinas ini saja, semua dinas juga kalau

udah jam istirahat biasanya para pegawai suka ijin atau pada pulang.

Jujur yah karena :

1. Kalau udah jam istirahat atau siang, suasananya bikin males.

2. Kalau yang lagi banyak kerjaan, biasanya pekerjaannya suka

dibawa kerumahdan di selesaikan di rumah, sehingga

kantorpun kalau siang suka sepi..

Dan kalau saya pribadi sih, kalau ada masyarakat datang ke kantor Dinas

Pekerjaan Umum ini, tergantung pekerjaan saya juga, kalau saya lagi

banyak pekerjaan, ya saya hanya sekedar menyapa dan kembali pada

pekerjaan saya lagi. Kondisi juga memang berpengaruh karena kalau siang

kan kondisinya udah mulai lelah”.

87

(10 april 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 11.00 WIB)

Dari hasil observasi dilapangan memang suasana dan kondisi juga sangat

berpengaruh terhadap pemberian pelayanan atau merespon kedatangan masyarakat.

yang menjadi faktor penyebabnya adalah : kondisi dan situasi, dimana petugas

memberikan pelayanan kepada masyarakat tergantung dari waktu pelayanan.

Biasanya pagi hari keramahan berupa senyuman dan sambutan biasanya sangat

mudah ditemui, namun mulai siang keramahan tersebut mulai turun. karena

stamina petugas dalam melaksanakan pekerjaannya melayani masyarakat mulai

berkurang. Dan sering pegawai yang banyak pekerjaan yang harus dikerjakan tapi

dibawa ke rumah. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap respon dari

pegawai Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat yang datang ke kantor di siang

hari atau jam setelah istirahat.

Adanya unsur kedekatan atau kekerabatan di Dinas Pekerjaan Umum sangat

berpengaruh besar terhadap para pengunjung atau masyarakat yang datang ke

kantor PU tersebut, karena pegawai lebih cenderung menghargai kerabat, keluarga

atau orang yang dikenalnya dari pada masyarakat umum yang tidak pegawai kenal

dan datang hanya untuk minta dilayani. Bentuk responsif dari Dinas Pekerjaan

Umum juga dikatakan kurang cukup baik terutama respon terhadap kontraktor

yang ingin mengetahui informasi mengenai prosedur mengurus tagihan proyek.

Seperti yang telah dikemukakan oleh I4

:

“Biasanya sih Dinas itu melihat dulu siapa yang berkunjung dan

berkepentingan datang ke kantor itu kalau mau melayani atau menanggapi

kami.

(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)

88

Menurut hasil wawancara dengan informan, bentuk pelayanan dinas PU bila

pada jam siang atau setelah istirahat sering sepi dan keramahan pegawai

menyambut dan melayani masyarakat yang datang ke kantor sangat berbeda.

Berdasarkan observasi dilapangan permasalahan tersebut terjadi karena tidak

adanya petugas khusus yang menangani masyarakat, bahkan bagian informasi pun

tidak berjalan sesuai fungsinya, apabila bagian informasi bisa berjalan sesuai

dengan fungsinya maka bagian informasi akan dapat diberdayakan untuk

melaksanakan permasalahan masyarakat termasuk menyambut, menjawab,

melayani dan menanggapi pengaduan dari masyarakat. Dan bentuk pelayanan

terhadap masyarakat yang datang siang atau setelah jam istirahat itu dikarenakan

stamina atau semangat pegawai dalam melaksanakan tugasnya melayani

masyarakat berkurang, hal ini dikarenakan suasana yang kurang nyaman karena

rasa lelah yang dirasakan oleh pegawai setelah mengerjakan pekerjaannya.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah melakukan kegiatan

interpretasi hasil penelitian, interpretasi hasil penelitian merupakan penapsiran

terhadap hasil akhir dalam melakukan pengujian data dengan teori dan konsep para

ahli sehingga bisa mengembangkan teori atau bahkan menemukan teori baru serta

mendeskripsikan dari hasil data dan fakta dilapangan. Peneliti dalam hal ini

menghubungkan temuan hasil penelitian dilapangan dengan dasar operasional yang

telah ditetapkan sejak awal, dalam hal ini adalah teori prinsip good governance

yang diperkenalkan oleh Agus Dwiyanto.

89

Ada enam prinsip yang harus diterapkan agar good governance tersebut

bisa efektif dalam suatu organisasi, yaitu Partisipasi, Transparansi,

Akuntabilitas, Efektif dan Efisien, Kepastian Hukum dan Responsif . Adapun

temuan yang didapatkan dalam penelitian mengenai Penerapan Good Governance

Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut:

Pertama, mengenai partisipasi, bentuk partisipasi masyarakat dalam

penilaian kinerja pegawai Dinas Pekerjaan Umum adalah ikut mengawasi kegiatan

dan kinerja yang dilakukan pegawai, biasanya dalam proses pembangunan baik

jalan, gedung, permukiman, pengairan, dan bentuk pembangunan lainnya yang

dilaksanakan dinas Pekerjaan Umum ini. masyarakat pun bisa melakukan

pengaduan langsung pada dinas PU ini, apabila ada pembangunan yang dilakukan

oleh Dinas Pekerjaan Umum yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

masyarakat atau pembangunan yang dulu telah rusak bisa masyarakat adukan

kepada Dinas Pekerjaan Umum untuk bisa diperbaiki. Namun karena kurangnya

komunikasi dan informasi kepada masyarakat sehingga tidak semua masyarakat

bisa mengikuti kegiatan pembangunan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan

melakukan pengaduan langsung kepada Dinas Pekerjaan Umum.

Kedua, mengenai transparansi, Bentuk transparansi yang dilakukan oleh

dinas Pekerjaan Umum ini terhadap masyarakat dalam kinerja dan kegiatan di

lakukan biasanya dalam proses pembangunan, salah satunya adalah dengan sering

mengundang masyarakat setelah proses pengadaan barang jasa berjalan, ada juga

wartawan dan LSM yang ikut proses tersebut. dan pihak Dinas Pekerjaan Umum

juga memberikan informasi langsung mengenai pembangunan yan g dilakukan

untuk masyarakat melalui media WEBSITE, Namun karena kurangnya sosialisasi

90

yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat mengenai situs resmi

yang digunakan yang didalamnya terdapat informasi mengenai bentuk dan jenis

kegiatan yang dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum ini, maka sistem yang baik ini

tidak berjalan secara menyeluruh, karena hanya sebagian masyarakat saja yang

yang mengetahui sistem ini.

Ketiga, mengenai akuntabilitas, bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan

Dinas Pekerjaan Umum ini terhadap masyarakat adalah Dinas Pekerjaan Umum

selalu berusaha sekuat tenaga dalam kegiatan atau kinerja yang dilakukan untuk

masyarakat tentunya Dinas Pekerjaan Umum juga ingin good governance itu bisa

diterapkan. Namun semuanya itu tergantung dari anggaran atau dana yang

diberikan oleh pemerintah untuk proses pembangunan yang dilakukan, sedangkan

anggaran yang ada sangat minim dan terkadang kekurangan dalam proses

pembangunan, sehingga proses pembangunan pun jadi terhambat. Adapun bentuk

penyalahgunaan prosedur antara Dinas Pekerjaan Umum dengan pihak ke-3

(kontraktor) itu terjadi karena kurangnya kesadaran terhadap pentingnya mengikuti

prosedur dan penerapan sanksi dan hukum yang berlaku.

Keempat, mengenai efektif dan efisien, Cara yang dilakukan agar dinas PU

ini untuk menciptakan kondisi kinerja yang efektif dan efisien guna terwujudnya

good governance adalah adanya pelatihan-pelatihan khusus terutama untuk

pegawai dan pimpinan yang diantaranya adalah untuk pimpinan ada (pelatihan

manajemen kepemimpinan), untuk bagian keuangan ada (pelatihan pengelolaan

keuangan), untuk yang lainnya juga ada (sertifikasi barang jasa), dan untuk

pegawai lainnya ada pengarahan-pengarahan langsung dari atasan agar kinerja

pegawai bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang telah

91

ditetapkan. Tidak luput juga dari kenyamanan yang dirasakan oleh pegawai dalam

kinerjanya. Kekompakan dan kerjasama juga membawa pengaruh yang besar

terhadap ke efektipan dan ke efisienan kinerja. Namun pada penerapannya terdapat

beberapa hambatan yang terjadi diantaranya adalah perbedaan karakter pegawai

dimana setiap pegawai mempunyai karakter-karakter yang berbeda, terkadang

ketika mengikuti pelatihan memang bisa dipelajari, namun pada penerapan dan

pelaksanaannya terkadang sulit untuk bisa diterapkan, karena karakter-karakter

pegawai berbeda-beda. Keterbatasan atau kualitas SDM dimana setiap pegawai

yang sudah melaksanakan pelatihan-pelatihan belum sepenuhnya menerapkan apa

yang sudah dipelajarinya saat pelatihan.

Kerjasama dalam sebuah organisasi adalah suatu hal yang harus

membudaya dalam setiap diri staf atau pegawai. Dengan kerjasama, pekerjaan

menjadi cepat selesai karena bisa berbagi tugas dengan teman kerja yang lain.

Namun pada kenyataannya ada saja diantara pengurus yang tidak sejalan dengan

pengurus lainnya hal tersebut dapat menyebabkan terhambatnya pelaksananaan

organisasi. Kurangnya kerjasama, terkadang pegawai lebih sibuk dengan pekerjaan

mereka masing-masing sehingga mereka tidak bisa sepenuhnya membantu

pegawai-pegawai lainnya atau teman kerjanya.

Teladan seorang pimpinan yang baik akan memberikan dampak yang

baik pula terhadap sikap pegawai dan juga kinerja mereka, faktor

kedisiplinnan juga dapat diperoleh bukan hanya dari pelatihan-pelatihan

kedisiplinan saja namun dapat diperoleh dari sosok seorang pemimpin yang

mempunyai karkter disiplin, karena lebih efektif mengadopsi sifat disiplin dari

mencontoh secara langsung penerapan disiplin tersebut dibandingkan dengan

92

didapat dari pelatihan yang kebanyakan hanya teori saja. Dan itu salah satu

pendukung terwujudnya kinerja pegawai yang efektif dan efisien di Dinas

Pekerjaan Umum ini. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ini

mempunyai sosok pemimpin yang baik dan teladan dalam lingkungan

kerjanya dan banyak memberikan contoh yang baik pada pegawai di Dinas

Pekerjaan Umum ini.

Kelima, mengenai kepastian hukum, yaitu hukum diberlakukan bagi

siapapun tanpa pengecualian, hak asasi manusia di lindungi, sambil tetap

memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Seperti di Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, hukum itu ada bagi setiap pegawai

atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum.

Hukum dan sanksi akan diberikan kepada yang melanggar dan tidak mengikuti

prosedur.

Mengenai hukum dan sanksi yang berlaku utuk setiap pegawai atau

kontraktor yang melakukan pelanggaran dan tidak sesuai dengan prosedur. Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang lebih mengacu pada Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang /Jasa. Dan untuk kontraktor yang tidak mengikuti prosedur atau

melakukan pelanggaran, biasanya sanksi yang diberikan adalah tidak mendapatkan

proyek pembangunan, tidak dapat dicairkannya anggaran, dan kontrak proyek pun

akan dibatalkan.

93

Namun tidak pada penerapannya penyalahgunaan prosedur dan pelanggaran

sulit untuk dihilangkan, maka dari itu dalam hal ini tingkat kesadaran dan

penegakan hukum harus ditingkatkan, agar tidak adanya lagi pelanggaran-pelanggaran

serta niat untuk melanggar prosedur yang telah ditetapkan dan untuk

kepentingan bersama/publik.

Keenam, mengenai responsif, pekanya para pengelola intansi publik

terhadap aspirasi masyarakat sangat berpengaruh besar agar dapat terciptanya good

governance. Tingkat responsif dari pegawai dinas PU ini dalam penerapan good

governance tidak luput dari kerjasama langsung dari dan dengan masyarakat serta

stakeholder. Agar bisa diterapkannya good governance di dinas PU ini diharapkan

adanya kerjasama langsung dengan masyarakat. Dengan adanya pengaduan-

pengaduan dari masyarakat terhadap kinerja yang dilakukan Dinas Pekerjaan

Umum dapat menjadi motivasi agar kami tercipta satu kesadaran untuk

memperbaiki dan memberikan yang terbaik untuk masyarakat.

Namun pada penerapannya masyarakat tidak sepenuhnya merasakan hal itu,

karena terkadang setiap pegawai yang sedang bekerja sangat sibuk dengan

pekerjaan yang mereka kerjakan, sehingga masyarakatpun yang datang ke kantor

Dinas Pekerjaan Umum untuk meminta dilayani dan ingin melakukan pengaduan

tidak segera direspon oleh pegawai, karena mereka terkadang sibuk dengan

pekerjaan dan kegiatannya yang harus mereka kerjakan. Selain itu suasana dan

kondisi juga memberikan pengaruh terhadap respon pegawai dalam memberikan

pelayanan. Dari hasil observasi dilapangan memang suasana dan kondisi juga

sangat berpengaruh terhadap pemberian pelayanan atau merespon kedatangan

masyarakat. yang menjadi faktor penyebabnya adalah dimana petugas memberikan

94

pelayanan kepada masyarakat tergantung dari waktu pelayanan, biasanya pagi hari

keramahan berupa senyuman dan sambutan biasanya sangat mudah ditemui, namun

mulai siang keramahan tersebut mulai turun. karena stamina petugas dalam

melaksanakan pekerjaannya melayani masyarakat mulai berkurang. Maka dari itu

masyarakat pun harus bias memahami kondisi dan suasana para pegawai Dinas

Pekerjaan Umum bila ingin melakukan pengaduan agar bias terjalin komunikasi

yang baik dalam menerima pengaduan dan melakukan pengaduan.

95

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Good governance diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik,

tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance. Penelitian tentang

Penerapan good governance di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ini

menggunakan teori Agus Dwiyanto (2008 : 79 ).

Adapun kesimpulan yang berhasil didapatkan dari hasil penelitian bahwa

Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang

dalam realitasnya ternyata dapat dikatakan masih belum berhasil. Dikarenakan

permasalahan dan hambatan yang timbul terhadap penerapan good governance di

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang seperti kurangnya informasi

mengenai bentuk kegiatan dan pelaksanaan pembangunan yang diberikan Dinas

Pekerjaan Umum kepada masyarakat, kurangnya sosialisasi tentang cara

mengetahui jenis kegiatan dan pelaksanaan pembangunan yang Dinas Pekerjaan

Umum berikan kepada masyarakat melalui media internet, pekerjaan yang

dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dengan kontraktor yang tidak sesuai dengan

prosedur, kurangnya kualitas SDM pegawai Dinas Pekerjaan Umum, lemahnya

supremasi hukum dan tingkat kesadaran akan pelanggaran dan penyalahgunaan

prosedur, serta kurangnya peran bagian humas Dinas Pekerjaan Umum dalam

melayani dan menangani pengaduan dari masyarakat.

95

96

5.2. Saran

Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam Penerapan Good

Governance di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang perlu di sarankan

seperti membuka informasi seluas-luasnya kepada masyarakat mengenai kegiatan

dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang diselenggarakan oleh Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, melakukan sosialisasi kepada masyarakat

tidak hanya melalui media internet saja, tapi dengan menggunakan media lainnya,

misalnya media cetak atau dengan menggunakan papan pengumuman/baliho,

meningkatkan pengawasan pada setiap proses pelelangan terhadap pemenangan

tender dan dalam pelaksanaan pembangunan, memberikan pendidikan dan

pelatihan kepada setiap pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pandeglang, menuntut adanya kesadaran dari pihak Dinas Pekerjaan Umum dan

kontraktor dalam setiap kegiatan pelaksanaan pembangunan serta memaksimalkan

fungsi bagian humas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang.

97

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agus Dwiyanto 2008. Good Governance dan Otonomi Daerah. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.

Agus Dwiyanto 2001. Menguat Peluang dan Tantangan Administrasi.

Yogyakarta : Yeremias T. Keban.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Furchan, 1992. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandung Ismanto 2005. Membangun Good Governance Dalam Meningkatkan

Pelayanan Publik Di Daerah . Fisip, Untirta.

Hetifah Sj. Sumarto 2009. Partisipasi, Inovasi dan Good Governance. Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia.

Muh. Arief Effendi 2009. The Power Of Good Corporate Governance. Jakarta :

Salemba Empat.

Irawan, Prasetya. 2006. Metode Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta, Grasindo.

Moeloeng, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

Singgarimbun, M., Efendi S, 1989, Metode Penelitian Survei. Jakarta, LP3S

Sugiyono, 2008, “Metode Penelitian Pendidikan” , Bandung, Alfabeta.

Suhadi Idup dan Desi Fernanda. 2005, Dasar-dasar Good Govrnance. Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia.

98

Widodo Joko. 2003, Good Governance pada Era Desentralisasi dan Otonomi

Daerah. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

World Bank 1997. world development report. Whasington.

Dokumen

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Barang/Jasa.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2008 tentang

pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah

kabupaten pandeglang.

Sumber lain

Caswa B.S. 2006. Pandeglang 132 tahun (upaya pembangunan menuju berkah).

Pandeglang : Bagian Humas Setda Pemkab Pandeglang.

www. Google.com/Tentang Good Governance. Diakses tgl 25 Oktober 2011. Jam

13:25

www.Google.com/ Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)/Pengertian Penerapan.

Diakses tgl 11 Januari 2012. Jam 20:30

99

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : AGNES RIMBAWAN

Nomor Induk Mahasiswa : 062433

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 26 Agustus 1988

Agama : Islam

Alamat Rumah : Kp. Cadasari Curug, Rt/Rw 02/01, Desa Ciinjuk,

Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.

Pendidikan

1994 – 2000 : SDN Ciinjuk 1 , Cadasari

2000 – 2003 : SMP Negri 1 Karang Tanjung

2003 – 2006 : SMAN 6 Pandeglang

2006 : Tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Negara

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.