Download - Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

Transcript
Page 1: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

1

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini masalah lingkungan semakin menarik untuk dipelajari seiring

meningkatnya keterkaitan antara aktivitas bisnis dengan lingkungan. Lingkungan

diakui atau tidak diakui memiliki kontribusi yang cukup besar dalam mendukung

aktivitas bisnis perusahaan, di sisi lain, aktivitas bisnis seringkali berdampak pada

penurunan kualitas lingkungan. Hakikat perusahaan yang berorientasi pada laba

menyebabkan penggunaan segala upaya oleh perusahaan untuk meningkatkan laba

demi kelangsungan usahanya, masalah timbul ketika upaya perusahaan tersebut

berdampak negatif terhadap lingkungan dan perusahaan tidak mempedulikannya.

Terdapat dua pandangan terkait ukuran pencapaian kinerja perusahaan.

Pertama, pandangan konvensional yang hanya menggunakan laba sebagai ukuran

kinerja perusahaan. Perusahaan dengan kinerja yang baik adalah perusahaan yang

mampu memperoleh laba maksimal untuk kesejahteraan stockholder. Kedua,

pandangan modern yang bertujuan agar perusahaan tidak hanya mencapai laba

maksimal tetapi juga kesejahteraan sosial dan lingkungannya (Glueck dan Jauch,

1984). Pandangan kedua tersebut muncul akibat timbulnya kesadaran masyarakat

terkait pentingnya pelestarian lingkungan yang menjadi control atas dampak negatif

operasi bisnis terhadap lingkungan (Yuniarti, 1999).

Selama ini perusahaan dianggap sebagai salah satu sumber keuntungan bagi

masyarakat pada umumnya. Keberadaan perusahaan dianggap mampu menyediakan

kebutuhan masyarakat untuk konsumsi maupun penyedia lapangan pekerjaan.

Dengan semakin banyaknya masyarakat bergantung pada perusahaan maka posisi

perusahaan menjadi sangat penting. Dengan banyaknya perusahaan maka dampak

yang ditimbulkan juga besar. Dampak negatif yang paling sering muncul ditemukan

dalam setiap adanya penyelenggaraan operasional usaha perusahaan adalah polusi

suara, limbah produksi, kesenjangan, dan lain sebagainya dan dampak semacam

inilah yang dinamakan Eksternality (Harahap, 1999).

Beberapa kasus kerusakan lingkungan akibat operasi bisnis misalnya PT.

Lapindo Brantas yang aktivitas pengeborannya mengakibatkan semburan lumpur

Page 2: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

2

tiada henti hingga timbul kerusakan alam dan menurunkan kualitas hidup masyarakat

sekitar. Selanjutnya, menurut Bank Dunia, di Indonesia, sekitar 15-20% dari limbah

dibuang secara baik dan sisanya dibuang di sungai. Diperkirakan 85% dari kota-kota

kecil dan lebih dari 50% kota yang berukuran menengah secara resmi membuang

limbah mereka di tempat yang terbuka. Sekitar 75% dari limbah perkotaan dapat

terurai dan dapat digunakan sebagai kompos. Walaupun adanya pasar yang relatif

besar untuk produk-produk daur ulang, hanya sebagian kecil dari limbah tersebut

yang dapat di daur ulang (Bank Dunia, 2003 dalam Ikhsan, 2008).

Akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran perusahaan maupun

organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari lingkungan. Pada dasarnya

konsep akuntansi lingkungan meliputi beberapa faktor antara lain biaya konservasi

lingkungan (diukur dengan nilai satuan uang), keuntungan konservasi lingkungan

(diukur dengan unit fisik), dan keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi

lingkungan (diukur dalam satuan uang) (Ikhsan, 2008). Adapun, tujuan utama

akuntansi lingkungan adalah dipatuhinya perundangan perlindungan lingkungan

untuk menemukan efisiensi yang mengurangi dampak dan biaya lingkungan

(Helvegia, 2001).

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan objek PT Swastisiddhi Amagra,

sebuah perusahaan kelapa sawit di Pekanbaru, Riau. Karakteristik usaha PT.

Swastisiddhi Amagra, aktivitas operasi perusahaan tersebut banyak menghasilkan

limbah. Adapun permasalahan utama yang dihadapi perusahaan adalah

ketidakmampuan dalam pengolahan limbah cair. Sehingga sejak tahun 2011 PT.

Swastisiddhi Amagra bekerja sama dengan perusahaan asal Korea yang bergerak di

bidang energi dalam proses pengolahan limbah cair. Dengan adanya kerjasama ini,

limbah cair perusahaan dapat dengan aman dibuang ke sungai, bahkan disamping itu,

hasil pengolahan limbah juga dapat dimanfaatkan sebagai listrik yang dapat

digunakan kembali untuk operasi perusahaan. Semakin meningkatnya aktivitas

lingkungan yang dilakukan perusahaan membuat perusahaan memutuskan

Page 3: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

3

menerapakan akuntansi lingkungan dalam penyusunan laporan keuangan sejak tahun

2011.

Berdasarkan paparan di atas, persoalan penelitian yang diangkat adalah

identifikasi biaya lingkungan yang telah dilakukan oleh PT Swastisiddhi Amagra

serta bagaimana penerapan akuntansi lingkungan pada PT. Swastisiddhi Amagra?

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menggambarkan

penerapan akuntansi lingkungan yang dilakukan di PT. Swastisiddhi Amagra karena

pada saat ini masih belum banyak penelitian akuntansi lingkungan di perusahaan

kelapa sawit. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada

peneliti dan akademisi berupa best practice untuk penerapan dan pengembangan

penerapan akuntansi lingkungan pada suatu perusahaan. Bagi perusahaan diharapkan

dapat menganalisis cost dalam penelitian ini serta dapat menjadi bahan evaluasi dan

pertimbangan pelaksanaan kebijakan akuntansi lingkungan di masa mendatang.

TINJAUAN TEORITIS

Akuntansi Lingkungan

Akuntansi Lingkungan adalah praktik akuntansi atas dampak, baik moneter

maupun non moneter yang terjadi oleh hasil aktivitas perusahaan yang berpengaruh

pada kualitas lingkungan (Irfan, 2009). Menurut Badan Perlindungan Lingkungan

Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency (US EPA)

akuntansi lingkungan adalah:

“Suatu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk

menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para

stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian

cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang

bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.

Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi

relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya

(Ikhsan, 2008). Tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan antara lain adalah:

1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan.

Page 4: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

4

2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat.

Biaya Lingkungan

Hansen dan Mowen (2007) menyatakan biaya lingkungan adalah biaya-biaya

yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas

lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Maka, biaya lingkungan berhubungan

dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Dengan

definisi ini, biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori: biaya

pencegahan (prevention cost), biaya deteksi (detection cost), biaya kegagalan internal

(internal failure cost), dan biaya kegagalan eksternal (external failure cost).

1. Biaya pencegahan (prevention costs)

Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah atau

sampah yang dapat merusak lingkungan.

Contoh: perencanaan kualitas, tinjauan ulang produk baru, pengendalian proses,

audit kualitas, pelatihan.

2. Biaya deteksi (detection costs)

Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa produk, proses,

dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku

atau tidak.

Contoh: inspeksi dan pengujian kedatangan material, inspeksi dan pengujian

produk dalam proses, inspeksi dan pengujian produk akhir, audit kualitas produk,

pemeliharaan akurasi, evaluasi stok.

3. Biaya kegagalan internal (internal failure costs)

Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah,

tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar.

Contoh: scrap, pengerjaan ulang, analisis kegagalan, pengujian ulang, down

grading.

4. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs)

Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke

lingkungan.

Page 5: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

5

Contoh: jaminan, penyelesaian keluhan, produk dikembalikan.

Manfaat Environmental Accounting

Environmental Accounting dikembangkan untuk berbagai keterbatasan dalam

akuntansi tradisional. Beberapa poin berikut ini dapat menjadi alasan mengapa dan

apa yang dapat diberikan oleh Environmental Accounting dibandingkan dengan

akuntansi manajemen tradisional (Burrit et al. 2002):

1. Meningkatnya tingkat kepentingan ‘biaya terkait lingkungan’. Seiring dengan

meningkatnya kesadaran lingkungan, peraturan terkait lingkungan menjadi

semakin ketat sehingga bisnis harus mengeluarkan investasi yang semakin besar

untuk mengakomodasi kepentingan tersebut. Jika dulu biaya pengelolaan

lingkungan relatif kecil, kini jumlahnya menjadi cukup signifikan bagi

perusahaan. Banyak perusahaan yang kemudian menyadari bahwa potensi untuk

meningkatkan efisiensi muncul dari besarnya biaya lingkungan yang harus

ditanggung.

2. Menyembunyikan biaya lingkungan dalam pos biaya umum (overhead).

Ketidakmampuan akuntansi tradisional menelusuri dan menyeimbangkan

akuntansi lingkungan dengan akuntansi keuangan menyebabkan semua biaya

dari pengolahan limbah, perizinan dan lain-lain digabungkan dalam biaya

overhead sebagi konsekuensinya biaya overhead menjadi ‘membengkak’.

3. Ketidaktepatan alokasi biaya lingkungan sebagai biaya tetap. Karena secara

tradisional biaya lingkungan tersembunyi dalam biaya umum, pada saat

diperlukan, akan menjadi sulit untuk menelusuri biaya sebenarnya dari proses,

produk atau lini produksi tertentu. Jika biaya umum dianggap tetap, biaya limbah

sesungguhnya merupakan biaya variabel yang yang mengikuti volume limbah

yang dihasilkan berbanding lurus dengan tingkat produksi.

4. Ketidaktepatan perhitungan atas volume dan biaya atas bahan baku yang

terbuang. Beberapa sebenarnya biaya limbah, akuntansi tradisional akan

menghitungnya sebagai biaya pengelolaannya, yaitu biaya pembuangan.

Environmental Accounting akan menghitung biaya limbah sebagai biaya

Page 6: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

6

pengolahan ditambah biaya pembelian bahan. Sehingga biaya dikeluarkan lebih

besar daripada biaya yang selama ini diperhitungkan.

5. Tidak dihitungnya keseluruhan biaya lingkungan yang relevan dan signifikan

dalam catatan akuntansi. Banyak sekali biaya yang terkait dengan pengelolaan

lingkungan yang seharusnya diperhitungkan dengan benar agar tidak terjadi

kesalahan pengambilan keputusan. Biaya tersebut umumnya meliputi biaya

pengelolaan limbah, biaya material dan energi, biaya pengembalian material dan

energi dan biaya proses. Penting untuk diketahui bahwa, ketika akuntansi

lingkungan mendukung pengambilan keputusan internal, penerapan akuntansi

lingkungan tidak menjamin setiap tingkat kinerja keuangan atau lingkungan

tertentu.

Pengungkapan Lingkungan Hidup

Pengungkapan lingkungan hidup dibahas dalam tulisan ini karena salah satu

tujuan dari dikembangkannya akuntansi lingkungan adalah sebagai alat komunikasi

perusahaan dengan masyarakat (Ikhsan, 2008). Pengungkapan lingkungan merupakan

salah satu aspek dalam akuntansi lingkungan yang berfungsi memberikan informasi

terhadap publik tentang segala informasi terkait lingkungan yang berhubungan

dengan perusahaan.

Pengungkapan lingkungan atau environmental disclosure adalah pengungkapan

informasi-informasi terkait manajemen dan kinerja lingkungan perusahaan di masa

lalu, masa kini, dan masa datang termasuk dampak ekonomi dari tiap-tiap kebijakan

lingkungan tersebut (Berthelot et al. 2003 dalam Ling 2007).

Menurut Environmental Accounting Guidelines yang diterbitkan oleh Ministry

of the Environment Japan (2005) dalam Ikhsan (2008) pengungkapan lingkungan

meliputi 3 komponen besar:

a) Proses dan Hasil Kegiatan Konservasi Lingkungan

Mengenai pengumpulan hasil dari akuntansi lingkungan, perusahaan

atau organisasi lainnya akan mempersiapkan suatu ringkasan dan keutamaaan

hasil dari kegiatan konservasi lingkungan, suatu penjelasan dari kumpulan hasil

Page 7: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

7

dari akuntansi lingkungan, dan kebijakan yang diaktifkan mengenai masa depan

kegiatan konservasi lingkungan.

b) Item-item yang Membentuk Dasar Akuntansi Lingkungan

1. status

2. Indeks dan standar perhitungan untuk biaya konservasi lingkungan

3. Rincian dari kegiatan konservasi lingkungan dan standar perhitungan

4. Rincian hubungan keuntungan ekonomi

5. Standar Pengumpulan untuk memperkuat akuntansi lingkungan

6. Revisi terhadap pentingnya kebijakan akuntansi lingkungan

c) Hasil yang dikumpulkan dari Akuntansi Lingkungan

1. Biaya konservasi lingkungan

2. Keuntungan konservasi lingkungan

3. Keuntungan ekonomi berhubungan dengan kegiatan konservasi lingkungan

4. Jadwal pernyataan lingkungan

Tujuan Pengungkapan Lingkungan

Secara garis besar tujuan pengungkapan lingkungan atau environmental

disclosure dapat dibedakan menjadi dua, yakni ditinjau dari segi ekonomi (cost-

benefit analysis) dan dari segi sosial (alasan etis dan normatif). Tujuan dari segi

ekonomi artinya perusahaan merasa bahwa pengungkapan lingkungan yang dilakukan

akan memberikan economic benefit tertentu (biasanya diukur dari rasio di laporan

keuangan atau pasar modal). Sementara dari sisi sosial, artinya pengungkapan

lingkungan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab etis perusahaan karena aktivitas

operasi yang berkontribusi terhadap degradasi kualitas lingkungan, maka melalui

pengungkapan lingkungan, perusahaan diharapkan tetap mendapatkan kepercayaan

dari komunitas sekitarnya (Susi, 2009).

Hasil Penelitian Sebelumnya

Sampai Akhir tahun 1997,catatan-catatan hasil penelitian The Institute Survey

of Australian mengindikasikan kurangnya respon pihak produsen terhadap tuntutan

masyarakat. Hanya 4% dari 500 perusahaan besar dunia yang dijadikan sampel telah

Page 8: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

8

memuat informasi yang cukup memadai di bidang lingkungan dalam laporan

keuangan tahunannya. Sementara 19% lainnya hanya membuat laporan namun hanya

dalam catatan-catatan kecil dalam lembaran-lembaran yang tentu saja tidak cukup

memadai untuk dijadikan bahan analisis. Sedangkan 77% dari sampel perusahaan

sama sekali tidak memberikan tempat laporan lingkungan dalam perhatiannya (Media

Akuntansi No 31/Th V/ Desember 1998).

Menurut Tim dalam Kartini (2008), Dari 474 pengguna laporan keuangan yang

dijadikan sampel, 68,7% menyatakan mereka sangat membutuhkan informasi

mengenai lingkungan dalam laporan keuangan. Pihak pemerintah menduduki posisi

pertama yang membutuhkan laporan keuangan, disusul kalangan akademisi dan

kalangan pemegang saham.

Jadi, pengungkapan dan pelaporan akuntansi lingkungan dam bentuk laporan

keuangan dianggap sangat penting. Menurut Saudagaran (2001), environmental

disclosure dapat mempengaruhi pengambilan keputusan para investor.

METODE PENELITIAN

Objek pada penelitian ini adalah PT. Swastisiddhi Amagra. Perusahaan ini

bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang terletak di Pekanbaru. Perusahaan

ini menghasilkan minyak kelapa sawit. Dalam Penelitian ini data yang digunakan

adalah data primer dan data sekunder. Tabel berikut akan menjelaskan mengenai data

yang digunakan dalam penelitian:

Jenis data Data / informasi Sumber

Primer Wawancara Direktur PT. Swastisiddhi Amagra dan staff

akuntan PT. Swatisiddhi Amagra.

sekunder laporan keuangan Akuntan PT. Swastisiddhi Amagra.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan

data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan pengamatan laporan keuangan

dan wawancara secara mendalam dengan pihak PT. Swatisiddhi Amagra. Langkah-

langkah analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 9: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

9

1. Mengumpulkan data-data di perusahaan.

Dari pengumpulan data tersebut peneliti akan melaksanakan penelitian di

perusahaan untuk memperoleh gambaran umum dan meyeluruh tentang biaya-

biaya lingkungan serta kinerja lingkungan perusahaan. Kemudian dilanjutkan

dengan proses pengambilan data, wawancara apabila peneliti masih belum

menemukan jawaban atas penelitian yang dilakukan atau belum paham atas

data yang diperoleh.

2. Mengidentifikasi setiap biaya-biaya lingkungan dalam laporan keuangan dari

hasil wawancara.

Dalam tahap ini, peneliti mengidentifikasi item-item biaya lingkungan yang

dicatat dalam perusahaan. Ini dilakukan karena tidak semua biaya yang ada di

perusahaan merupakan biaya lingkungan.

3. Mengelompokan setiap item biaya-biaya lingkungan yang sudah diidentifikasi

dari hasil wawancara.

Setelah peneliti melakukan identifikasi biaya lingkungan di laporan keuangan,

dengan hasil wawancara maka peneliti menganalisis biaya-biaya terkait

dengan lingkungan.

4. Menganalisis penyajian dan pengungkapan biaya-biaya lingkungan yang

terjadi dalam perusahaan.

Peneliti berusaha mencari tahu penyajian dan pengungkapan biaya-biaya

lingkungan yang ada dalam perusahaan dengan membandingkan dari bukti-

bukti yang ada seperti bukti laporan keuangan dengan metode analisis

deskripsi yang diinterpretasikan atas dasar data yang ada.

5. Menarik kesimpulan

Penarikan kesimpulan harus disesuaikan dengan keseluruhan hasil dari proses

pengumpulan data. Kemudian seluruh temuan penelitian disimpulkan

sehingga diperoleh penjelasan tentang pencatatan biaya lingkungan serta

kinerja lingkungan perusahaan.

Page 10: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

10

Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang ditentukan

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tersebut antara lain sebagai

berikut (Murni, 2001):

1. Identifikasi

Pertama kali perusahaan hendak menentukan biaya untuk pengelolaan biaya

penanggulangan eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan operasional

usahanya adalah dengan mengidentifikasi dampak dampak negatif tersebut.

2. Pengakuan

Elemen-elemen tersebut yang telah diidentifikasikan selanjutnya diakui

sebagai rekening dan disebut sebagai biaya pada saat menerima manfaat dari

sejumlah nilai yang telah dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan tersebut.

Pengakuan biaya-biaya dalam rekening ini dilakukan pada saat menerima

manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan sebab pada saat sebelum

nilai atau jumlah itu dialokasikan tidak dapat disebut sebagai biaya sehingga

pengakuan sebagai biaya dilakukan pada saat sejumlah nilai dibayarkan untuk

pembiayaan pengelolaan lingkungan (PSAK, 2002).

3. Pengukuran

Perusahaan pada umumnya mengukur jumlah dan nilai atas biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan tersebut dalam satuan moneter

yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran nilai dan jumlah biaya yang

akan dikeluarkan ini dapat dilakukan dengan mengacu pada realisasi biaya

yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya, sehingga akan diperoleh

jumlah dan nilai yang tepat sesuai kebutuhan riil setiap periode. Dalam hal ini,

pengukuran yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan pengalokasian

pembiayaan tersebut sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan

sebab masing-masing perusahaan memiliki standar pengukuran jumlah dan

nilai yang berbeda-beda.

Page 11: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

11

4. Penyajian

Biaya yang timbul dalam pengelolaan lingkungan ini disajikan bersama-sama

dengan biaya-biaya unit lain yang sejenis dalam sub-sub biaya administrasi

dan umum. Penyajian biaya lingkungan ini didalam laporan keuangan dapat

dilakukan dengan nama rekening yang berbeda-beda, sebab tidak ada

ketentuan yang baku untuk nama rekening yang memuat alokasi pembiayaan

lingkungan perusahaan tersebut.

5. Pengungkapan

Pada umumnya, akuntan akan mencatat biaya biaya tambahan ini dalam

akuntansi konvensional sebagai biaya overhead yang berarti belum dilakukan

spesialisasi rekening untuk pos biaya lingkungan.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Environmental Cost

Berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh PT. Swastisiddhi Amagra terkait

dengan kinerja akuntansi lingkungan, maka ada beberapa penjelasan yang perlu

diungkapkan terkait dengan cost atau biaya yang terkait dengan penerapan akuntansi

lingkungan. Cost yag dimaksud adalah:

1. Menyewa Eskafator senilai Rp150.000.000,00. Fungsi Eskafator untuk

mengangkat limbah padat yang terdapat di dasar kolam penampungan limbah

cair agar kolam mampu menampung limbah cair lebih banyak.

2. Untuk menjalankan Eskafator perusahaan membutuhkan tenaga ahli yang

mampu menjalankan Eskafator. Tenaga ahli Eskafator yang disewa

perusahaan digaji sebesar Rp24.000.000,00 , dimana terdiri dari 4 tenaga ahli.

Biaya ini dialokasikan ke beban lain-lain.

3. Biaya untuk menguji pengukuran udara yang dihasilkan oleh pihak ke tiga

yang dihasilkan oleh incenerator dan di bebankan pada beban lain-lain sebesar

Rp6.000.000,00.

4. Biaya untuk menguji kelayakan pemeriksaan limbah cair yang dilakukan oleh

pihak ke tiga yang di bebankan pada beban lain-lain sebesar Rp6.000.000,00.

Page 12: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

12

5. Biaya ganti rugi kepada masyarakat akibat kerusakan yang disebabkan oleh

kebocoran limbah sebesar Rp250.000.000,00.

6. Biaya Jamsostek sebesar Rp184.239.200,00.

7. Biaya keselamatan tenaga kerja seperti helm keselamatan dan sepatu sebesar

Rp45.000.000,00.

8. Membeton lahan untuk mengolah jangkos sebesar Rp700.000.000,00.

9. Biaya perbaikan jalan sebesar Rp100.000.000,00

Biaya-biaya yang terkait dengan aktivitas lingkungan sudah diketahui, namun

masing-masing aktivitas belum dikelompokkan sesuai dengan kategori biaya kualitas

lingkungan yang ada. Dari data diatas, peneliti akan mengelompokkan biaya aktivitas

lingkungan sesuai dengan kategori biaya kualitas lingkungan berdasarkan teori

Hansen dan Mowen (2009) yaitu biaya pencegahan (Prevention Cost), biaya

pendeteksian (Detection Cost), biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost), dan

biaya kegagalan eksternal (External Failure Cost). Berikut empat kategori biaya

kualitas lingkungan yang terkait dengan aktivitas di PT. Swastisiddhi Amagra yaitu:

1. Biaya Pencegahan Lingkungan (Enviromental Prevention Cost)

Yaitu biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah

diproduksinya limbah atau sampah yang dapat merusak lingkungan. Biaya

pencegahan lingkungan yang terdapat pada PT. Swastisiddhi Amagra terdiri

dari biaya jamsostek sebesar Rp184.239.200,00, biaya keselamatan karyawan

Rp45.000.000,00, biaya untuk membeton lahan Rp700.000.000,00, biaya

untuk menyewa Eskafator sebesar Rp150.000.000,00 dan biaya perbaikan

jalan sebesar Rp100.000.000,00

2. Biaya Deteksi Lingkungan (Environmental Detection Cost)

Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa

produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar

lingkungan yang berlaku atau tidak. Biaya deteksi lingkungan yang terdapat

pada PT. Swatisiddhi Amagra terdiri dari biaya tenaga ahli Eskafator dengan

biaya Rp24.000.000,00, biaya pemeriksaan kelayakan limbah cair dengan

Page 13: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

13

biaya Rp6.000.000.000,00, dan biaya pemeriksaan pengukuran udara dengan

biaya Rp6.000.000.000,00. Biaya-biaya ini dialokasikan ke beban lain-lain.

3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya

limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke luar. Pada kasus yang terjadi di

PT. Swastidihhi Amagra tidak ditemukan adanya biaya kegagalan yang

menyebabkan kerugian bagi PT. Swastisiddhi Amagra dari aktivitas

lingkungannya.

4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)

Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah

atau sampah ke lingkungan.. Biaya kegagalan eksternal yang terdapat pada

PT. Swatisiddhi Amagra hanya terdiri dari ganti rugi kepada masyarakat

akibat kerusakan yang disebabkan oleh kebocoran limbah sebesar

Rp250.000.000,00.

Berikut ini merupakan perbandingan antara biaya-biaya lingkungan yang

dikeluarkan oleh PT. Swastisiddhi Amagra dengan teori yang ada (Hansen dan

Mowen, 2005):

Tabel 1. Perbandingan biaya antara Hansen dan Mowen dengan PT. Swastisiddhi

Amagra

No. Keterangan Hansen dan Mowen PT. Swastisiddhi

Amagra

1.

Biaya

Pencegahan

a. Mengevaluasi dan memilih

pemasok

b. Mengevaluasi dan memilih alat

untuk mengedalikan polusi

Biaya sewa Eskafator

c. Mendesain produk -

d. Melaksanakan Studi lingkungan Biaya jamsostek dan

keselamatan karyawan

e. Mengaudit resiko lingkungan -

f. Mengembangkan system

manajemen lingkungan

Perbaikan jalan

g. Mendaur ulang produk Biaya beton

Page 14: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

14

h. Memperolehs ertifikasi ISO

14001

-

2. Biaya Deteksi a. Mengaudit aktifitas lingkungan

b. Memeriksa produk dan proses Sewa tenaga ahli

Eskafator

c. Mengembangkan ukuran kinerja

lingkungan

d. Menguji pencemaran Biaya menguji kelayakan

limbah cair

Biaya pemerikasaan

pengukuran udara

e. Memverifikasi kinerja

f. Mengukur tingkat pencemaran

3. Biaya

Kegagalan

Internal

a. Mengoperasikan peralatan

pengendali polusi

b. Mengolah dan membuang

sampah beracun

c. Memelihara peralatan polusi

d. Mendapatkan lisensi fasilitas

untuk memproduksi limbah

e. Mendaur ulang sisa bahan

4. Biaya

Kegagalan

Eksternal

a. Membersihkan danau yang

tercemar

b. Membersihkan minyak yang

tumpah

c. Membersihkan tanah yang

tercemar

d. Menyelesaikan klaim kecelakaan

pribadi yang berhubungan dengan

lingkungan

e. Merestorasi tanah kekeadaan

alamiah

f. Hilangnya penjualan karena

reputasi lingkungan yang buruk

g. Menggunakan bahan baku dan

listrik secara tidak efisien

h. Menerima perawatan medis

karena polusi udara

Page 15: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

15

i. Hilangnya lapangan pekerjaan

karena pencemaran

j. Hilangnya manfaat danau sebagai

tempat rekreasi

k. Rusaknya ekosistem karena

pembuangan sampah padat dan

cair

Pertanggung jawaban

pencemaran lingkungan

Sumber: Internal PT. Swastisiddhi Amagra

Dari hasil identifikasi biaya lingkungan yang telah dilakukan oleh PT.

Swastisiddhi Amagra Laporan biaya lingkungan menurut penelitian Setyaningtyas

dan Andono (2013), penting apabila perusahaan serius memperbaiki kinerja

lingkungan dan mengendalikan biaya lingkungan.

Menurut Setyaningtyas dan Andono (2013), langkah dalam membuat laporan biaya

lingkungan adalah:

1. Memberikan rincian biaya lingkungan menurut klasifikasi.

2. Memasukan rincian biaya tersebut ke dalam laporan biaya lingkungan dan

disertai dengan prosentase pada tiap klasifikasi.

Tabel 2. Klasifikasi dan Laporan Biaya Lingkungan

Persentase Biaya 2010

Aktivitas Biaya

Prosentase

perkategori

Persentase

bedasarkan

biaya

produksi

Biaya Pencegahan

Biaya Jamsostek Rp184.239.200,00

Biaya keselamatan karyawan Rp45.000.000,00

Biaya sewa Eskafator Rp150.000.000,00

Biaya perbaikan jalan Rp100.000.000,00

TOTAL BIAYA PENCEGAHAN Rp479.239.200,00 93% 0,10%

Biaya Pendeteksian

sewa tenaga ahli Eskafator Rp24.000.000,00

biaya menguji kelayakan limbah cair Rp6.000.000,00

biaya pemeriksaan pengukuran udara Rp6.000.000,00

TOTAL BIAYA PENDETEKSIAN Rp36.000.000,00 7% 0,01%

Page 16: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

16

Biaya kegagalan Internal

TOTAL BIAYA KEGAGALAN

INTERNAL

Biaya kegagalan Eksternal

TOTAL BIAYA KEGAGALAN

EKSTERNAL

TOTAL BIAYA LINGKUNGAN Rp515.239.200,00 100% 0,11%

Sumber: Diolah Peneliti

Biaya terbesar ada pada biaya pencegahan yaitu sebesar 93%. Sedangkan

untuk biaya pendeteksian sebesar 7%. Dari prosentase diatas dapat disimpulkan

bahwa pengelolaan lingkungan pada tahun 2010 masih kurang karena kontribusi

perusahaan terhadap kinerja lingkungan bila dilihat dari keseluruhan biaya

lingkungan yang dibebankan ke biaya operasional. Hal ini berarti bahwa perusahaan

telah berkontribusi dengan baik terhadap kinerja lingkungan yang ditunjukan dari

hasil persentase biaya lingkungan yaitu biaya pencegahan yang jauh lebih besar dari

biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.

Tabel 3. Klasifikasi dan Laporan Biaya Lingkungan

Persentase Biaya 2011

Aktivitas Biaya

Persentase

per

kategori

Persentase

berdasarkan

biaya produksi

Biaya Pencegahan

Biaya Jamsostek Rp184.239.200,00

Biaya keselamatan karyawan Rp45.000.000,00

Biaya sewa Eskafator Rp150.000.000,00

Biaya beton Rp700.000.000,00

Biaya perbaikan jalan Rp100.000.000,00

TOTAL BIAYA

PENCEGAHAN Rp1.179.239.200,00 81% 0,25%

Biaya Pendeteksian

sewa tenaga ahli Eskafator Rp24.000.000,00

biaya menguji kelayakan limbah

cair Rp6.000.000,00

biaya pemeriksaan pengukuran

udara Rp6.000.000,00

Page 17: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

17

TOTAL BIAYA

PENDETEKSIAN Rp36.000.000,00 2% 0,01%

Biaya kegagalan Internal

TOTAL BIAYA KEGAGALAN

INTERNAL

Biaya kegagalan Eksternal

pertanggungjawaban pencemaran

lingkungan Rp250.000.000,00

TOTAL BIAYA KEGAGALAN

EKSTERNAL Rp250.000.000,00 17% 0,05%

TOTAL BIAYA

LINGKUNGAN Rp1.215.239.200,00 100% 0,31%

Sumber: Diolah Peneliti

Biaya terbesar ada pada biaya pencegahan yaitu sebesar 81%. Sedangkan

untuk biaya pendeteksian sebesar 2% dan biaya kegagalan internal sebesar 17%. Dari

persentase di atas dapat disimpulkan bahwa biaya lingkungan yang terjadi pada tahun

2011 sebesar 0,31% dari keseluruhan biaya operasional perusahaan. Hal ini berarti

bahwa perusahaan telah berkontribusi dengan baik terhadap kinerja lingkungan akan

tetapi perusahaan mengalami masalah kegagalan eksternal yaitu adanya pencemaran

lingkungan dalam bentuk kebocoran limbah cair yang menyebabkan perusahaan

harus mengeluarkan biaya untuk mengganti kerugian atas pencemaran tersebut

sebesar Rp250.000.000,00. Tetapi secara keseluruhan kinerja lingkungan perusahaan

sudah cukup baik jika ditunjukan dari hasil prosentase biaya lingkungan yaitu biaya

pencegahan yang jauh lebih besar dari biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan

eksternal.

Dari tabel klasifikasi yang telah disajikan, pada kolom persentase

berdasarkan biaya produksi dapat kita lihat, bahwa persentase total biaya lingkungan

terhadap biaya operasional perusahaan adalah sebesar 0,31%. Hal ini menunjukkan

bahwa kontribusi biaya lingkungan di dalam perusahaan masih terlalu kecil, yaitu

sebesar 0,31%, dan sisanya sebesar 99,69% berasal dari aktivitas operasi perusahaan,

dan persentase biaya lingkungan ini sangat kecil dan tidak terlalu signifikan didalam

mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Akan tetapi, perusahaan harus lebih

memperhatikan biaya lingkungan, dalam laporan biaya lingkungan yang memiliki

Page 18: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

18

persentase paling besar adalah biaya pencegahan sebesar 0,25% dan kemudian biaya

kegagalan eksternal sebesar 0,05% lalu disusul oleh biaya deteksi sebesar 0,01%.

Dari hasil persentase ini dapat dijelaskan bahwa kinerja perusahaan masih kurang

baik bagi lingkungan dalam perusahaan maupun lingkungan sekitar perusahaan.

Menurut Setyaningtyas dan Andono (2013) apabila pencegahan dan pendeteksian

terhadap limbah hasil produksi tidak diperbaiki maka lama kelamaan akan semakin

berdampak buruk bagi lingkungan, reputasi perusahaan juga akan semakin turun dan

biaya untuk perbaikan lingkungan yang ditanggung perusahaan juga akan semakin

besar.

Berikut merupakan gambaran biaya kinerja lingkungan oleh PT. Swastisiddhi

Amagra pada tahun 2010 sebagai berikut:

Gambar 1

Klasifikasi Biaya Kualitas Lingkungan 2010

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2010.

Pada tahun 2010, perusahaan melakukan kinerja yang terkait dengan

lingkungan sebesar 0,11%. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat kecil kontribusi

perusahaan terhadap kinerja lingkungan bila dilihat dari keseluruhan biaya

lingkungan yang dibebankan ke biaya operasional. Penerapan akuntansi lingkungan

di PT. Swastisiddhi Amagra pada tahun 2010 sudah dilakukan akan tetapi belum

maksimal, dikarenakan perusahaan masih sebatas mengurangi dampak yang akan

Page 19: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

19

menimbulkan kerugian biaya yang lebih besar lagi, khususnya yang terkait dengan

aktivitas lingkungan.

Gambar 2

Klasifikasi Biaya Kualitas Lingkungan 2011

Sumber: Data sekunder yang diolah 2011.

Sedangkan diagram pada tahun 2011 menunjukan bahwa biaya terbesar ada

pada biaya pencegahan yaitu sebesar 81%. Sedangkan untuk biaya kegagalan

eksternal sebesar 17% dan biaya pendeteksian sebesar 2%. Dari persentase diatas

dapat disimpulkan ternyata pengelolaan lingkungan pada tahun 2011 sudah cukup

besar.

Pada tahun 2011 juga menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan

yang terkait dengan lingkungan adalah sebesar 0,31%. Hal ini menunjukkan bahwa

kontribusi perusahaan terhadap kinerja lingkungan bila dilihat dari keseluruhan biaya

lingkungan yang dibebankan ke biaya operasional sudah cukup besar, akan tetapi

pada tahun 2011 perusahaan mengalami masalah kegagalan eksternal yaitu adanya

pencemaran lingkungan dalam bentuk kebocoran limbah cair yang menyebabkan

perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mengganti kerugian atas pencemaran

tersebut sebesar Rp250.000.000,00.

Page 20: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

20

Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swastisiddhi Amagra

Penerapan akuntansi lingkungan perlu dilakukan sebagai pertanggungjawaban

perusahaan dengan masyarakat yang terkena dampak polusi lingkungan akibat sisa

produksi yang dari perusahaan. PT Swastisiddhi Amagra merupakan salah satu

contoh perusahaan yang menerapkan akuntansi lingkungan. Hal ini dikarenakan

perusahaan PT. Swastisiddhi Amagra bergerak di bidang industri minyak kelapa

sawit dimana proses produksinya menimbulkan limbah cair dan limbah padat yang

dapat merugikan lingkungan sekitar. Untuk mengolah limbah cair dan padat dalam

memproduksi minyak kelapa sawit, perusahaan diwajibkan memiliki insenerator dan

kolam limbah guna menampung limbah cair yang merupakan dasar bagi perusahaan

produksi kelapa sawit. Perusahaan PT. Swastisiddhi Amagra memiliki 7 kolam saat

pertama berdiri yang kemudian pada tahun 2009 menambah jumlah kolamnya

menjadi 9 kolam, dimana 9 kolam ini memiliki fungsi yang berbeda-

beda,diantaranya:

Kolam 1-3: Karena kolam 1-3 masih mengandung COD (Chemical Oxygen

Demand) dengan kadar yang sangat tinggi (50000 mg/ppl) sehingga

masih berbahaya jika langsung dibuang ke sungai.

Kolam 4-6: Kolam 4-6 kandungan COD sudah sedang (<5000 mg/ppl) tetapi masih

berbahaya jika dibuang ke sungai.

Kolam 7-9: Kolam 7-9 kandungan COD sudah rendah (sekitar 250mg/ppl) sehingga

aman jika dibuang ke sungai.

Pada tahun 2011 terjadi kejadian yang luar biasa yang mengakibatkan kerugian

pada PT. Swastisiddhi Amagra yaitu terjadinya kebocoran limbah yang

mengakibatkan kematian ikan yang dianggap Tuhan oleh masyarakat sekitar.

Kebocoran ini terjadi karena kolam nomor 3 dari 9 kolam limbah cair mengalami

kebocoran. Tujuan dibuat kolam limbah adalah untuk menampung limbah cair dari

produksi minyak sawit. Setelah kejadian ini PT. Swastisiddhi Amagra mengalami

kerugian dan mengeluarkan biaya untuk mengganti kerugian yang diderita

masyarakat sebesar Rp250.000.000,00 akibat kebocoran tersebut. Oleh karena itu

Page 21: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

21

limbah cair tidak hanya ditampung ke dalam kolam tetapi juga berfungsi sebagai

aliran listrik yang berguna bagi masyarakat sekitar dan membantu produksi

pembuatan minyak kelapa sawit di PT. Swastisiddhi Amagra. Proses pembuatan

aliran listrik oleh limbah cair dimulai dari Gas metana (CH4) yang terbentuk

karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri pembangkit

metana (methan) atau disebut juga bakteri anaerobik atau bakteri biogas. Hasil

fermentasi oleh bakteri ini mampu mengurangi sampah, yang banyak mengandung

bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4), yang apabila

dibakar dapat menghasilkan energi panas. Gas metana sama dengan gas elpiji

(Liquidified Petroleum Gas/LPG). Perbedaannya adalah gas metana mempunyai satu

atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Metana (CH4) yang jika dialirkan ke genset

bio elektrik akan menjadi energi bagi penerangan, penggerak mesin maupun daya

listrik bagi perkakas rumah tangga. Setelah dibangkitkan gas metana (CH4), sisa

proses fermentasinya adalah bahan pupuk dan penyubur tanaman dan tanah

pertanian. Dengan menempatkan sampah organik secara terpisah, berdasarkan

jenisnya, kemudian dibangkitkan gas metananya dalam digester kedap udara, dengan

bakteri metana atau bakteri anaerob seperti Green Phoskko (GP-7) . Kemudian, gas

(CO2 dan CH4) yang diproduksinya dapat ditampung dalam gas holder di bagian atas

digester. Dengan dialirkan ke inlet genset (generator biogas), gas akan dikonversikan

menjadi energi listrik, dan sisa akhir prosesnya, lumpur sisa hasil pencernaan (slurry)

menjadi pupuk kompos yang baik bagi tanaman (facebook.com/notes/biogas-bio-

elektrik-dan-pupuk). Di samping itu tidak hanya berfungsi sebagai aliran listrik saja

tetapi juga membantu proses fermentasi pada limbah padat.

Page 22: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

22

Sumber gambar: Direktur PT. Swastisiddhi Amagra.

Gambar A adalah gambar bola metan yang berguna utnuk menampung gas metan.

Sedangkan, Gambar B adalah gambar kolam limbah cair.

Selain limbah cair PT. Swastisiddhi Amagra juga menghasilkan limbah padat

berupa Janjangan kosong (Jangkos). Untuk mengolah limbah padat tersebut

perusahaan menggunakan Incenerator. Incenerator adalah penghancuran limbah

organik melalui pembakaran. Dari hasil pembakaran janjangan kosong (jangkos)

tersebut digunakan untuk pupuk.

Akan tetapi penggunaan Incenerator sangat terbatas, karena terdapat peraturan

pemerintah yang mengharuskan PT. Swastisiddhi Amagra untuk mengurangi

pembakaran jankos agar tidak menimbulkan polusi udara yang besar yang dapat

merugikan masyarakat.

Karena penggunaan incenerator terbatas serta jangkos terus bertambah, maka

untuk meningkatkan kinerja didalam pengolahan limbah padat, maka perusahaan

membeli alat bernama Backhus, sehingga limbah tersebut menjadi pupuk untuk dijual

kepada petani. Untuk mengolah jangkos menjadi pupuk yang baik, perusahaan harus

memiliki lahan yang rata agar Backhus dapat mengolah jangkos dengan maksimal.

Langkah yang dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra adalah dengan membeton

sebagian lahannya yang bertujuan sebagai tempat mengolah jangkos menjadi pupuk

serta tempat berjalannya Backhus agar dapat mengolah jangkos dengan maksimal.

Tiap tahun PT. Swastisiddhi Amagra juga bertanggung jawab kepada masyarakat

dengan melakukan perbaikan jalan dikarenakan aktivitas perusahaan di dalam

mengangkut bahan baku menggunakan kendaraan berat yang mengakibatkan

kerusakan jalan di lingkungan masyarakat sekitar.

Pada tahun 2011 PT. Swastisiddhi Amagra mengadakan kerjasama dengan

perusahaan EN3N yang berasal dari Korea. Dalam hal ini PT. Swastisiddhi Amagra

menjadi alat uji coba bagi proyek pengolahan limbah yang dicanangkan oleh

perusahaan Korea tersebut. Jika proyek tersebut berhasil maka EN3N akan

menerapkan sistem pengolahan limbah dalam skala besar. Untuk melakukan uji coba

Page 23: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

23

ini EN3N membuat alat pengepresan yang digunakan untuk mengolah limbah padat

menjadi pelet, dengan kata lain pengolahan limbah PT. Swastisiddhi Amagra bisa

teratasi terlebih lagi pelet hasil pengolahan limbah tersebut bisa dijual ke petani

sekitarnya. Sebagai gantinya PT. Swastisiddhi Amagra menyediakan lahan untuk

membangun asrama sekaligus tempat untuk menampung alat pengepresan tersebut.

Bedasarkan perbandingan hasil wawancara tentang kinerja lingkungan dengan

pengamatan laporan keuangan PT. Swastisiddhi Amagra, tampak bahwa biaya-biaya

lingkungan yang timbul atas kinerja lingkungan yang dilakukan oleh PT.

Swastisiddhi Amagra belum teridentifikasi dalam laporan keuangan. Disamping itu

pendapatan lingkungan (listrik, pupuk, dan pelet) sebagai hasil dari kinerja

lingkungan juga belum teridentifikasi.

Fungsi lain dari akuntansi lingkungan adalah sebagai alat komunikasi dengan

masyarakat tentang kinerja lingkungan perusahaan. PT. Swastisiddhi Amagra juga

hanya mengungkapkan kinerja lingkungan yang sangat rendah. Hal ini tampak pada

Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) yang hanya membahas investasi kebun dan

pabrik biogas, mesin pabrik kompos, pengembangan pabrik. Dalam hal ini minimnya

pengungkapan tersebut karena perusahaan berfokus pada kinerja lingkungan yang

dilakukan dalam rangka menghindari biaya yang lebih besar. Dengan kata lain PT.

Swastisiddhi Amagra tidak berfokus untuk mencari keuntungan ekonomi dari

pemgungkapan lingkungan, maka PT. Swastisiddhi Amagra tidak melakukan banyak

pengungkapan kinerja yang bersifat costly tersebut.

Berikut ini adalah laporan biaya lingkungan tahun 2010 dan 2011.

Tabel 4. Laporan Biaya Lingkungan 2010

Laporan Biaya Lingkungan 2010

Biaya Aktivitas

Lingkungan

Yang

bertanggung

jawab

Pengukuran Disajikan Pengungk

apan Pencatatan

Biaya

Pencegahan

Biaya

jamsostek

bagian

keuangan Rp184.239.200

Beban

Gaji

beban

usaha

Laporan

laba rugi

Biaya

keselamatan

bagian

keuangan Rp45.000.000

Beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

Laporan

laba rugi

Page 24: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

24

karyawan lain-lain

Biaya

menyewa

Eskafator

bagian

keuangan Rp150.000.000

Beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

perbaikan

jalan

bagian

keuangan Rp100.000.000

Beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya Deteksi

Lingkungan

Biaya tenaga

ahli Eskafator

bagian

keuangan Rp24.000.000

beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

pemeriksaan

kelayakan

limbah cair

bagian

keuangan Rp6.000.000

beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

pemeriksaan

kelayakan

limbah udara

bagian

keuangan Rp6.000.000

beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

Kegagalan

Internal

Biaya

Kegagalan

Eksternal

Total Rp515.239.200

Sumber: Diolah Peneliti

Tabel 5. Laporan Biaya Lingkungan 2011

Laporan Biaya Lingkungan 2011

Biaya Aktivitas

Lingkungan

Yang

bertanggung

jawab

Pengukuran Disajikan Pengungkapan Pencatatan

Biaya

Pencegahan

Biaya

jamsostek

bagian

keuangan Rp184.239.200

Beban

Gaji beban usaha

Laporan

laba rugi

Biaya

keselamatan

karyawan

bagian

keuangan Rp45.000.000

Beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya beton

lahan

bagian

keuangan Rp700.000.000

Beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

menyewa

Eskafator

bagian

keuangan Rp150.000.000

Beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

perbaikan

bagian

keuangan Rp100.000.000

Beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

Laporan

laba rugi

Page 25: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

25

jalan lain-lain

Biaya Deteksi

Lingkungan

Biaya tenaga

ahli Eskafator

bagian

keuangan Rp24.000.000

beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

pemeriksaan

kelayakan

limbah cair

bagian

keuangan Rp6.000.000

beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

pemeriksaan

kelayakan

limbah udara

bagian

keuangan Rp6.000.000

beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

Biaya

Kegagalan

Internal

Biaya

Kegagalan

Eksternal

Biaya

kebocoran

limbah

bagian

keuangan Rp. 250.000.000

beban

lain-lain

beban dan

pendapatan

lain-lain

Laporan

laba rugi

total Rp1.215.239.200

Sumber: Diolah Peneliti

Analisis yang dilakukan ini akan memperbandingkan kembali tahap-tahap

yang akan dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra dengan prinsip yang berlaku

secara umum:

1. Pengidentifikasian

Identifikasi yang dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra dalam melakukan

tahapan-tahapan perlakuan biaya lingkungan khususnya pengelolaan limbah

diperlakukan sebagai biaya lain-lain. Biaya lain-lain artinya adalah biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan dalam menangani pengelolaan lingkungan yang

tidak diperlakukan secara khusus dalam rekening laporan keuangan.

2. Pengakuan

PT. Swastisiddhi Amagra mengakui elemen biaya tersebut sebagai biaya lain-

lain pada laporan keuangan. Biaya tersebut digunakan untuk operasional

lingkungan.

3. Pengukuran

PT. Swastisiddhi Amagra dalam mengukur nilai dan jumlah biaya yang

dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan ini dengan acuan realisasi anggaran

Page 26: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

26

periode sebelumnya. PT. Swastisiddhi Amagra mengasumsikan bahwa realisasi

anggaran periode yang lalu merupakan pelajaran pengalaman yang valid untuk

dijadikan sebagai acuan dalam menentukan nilai dan jumlah biaya yang

dikeluarkan dalam pengelolaan lingkungan dalam satu periode tersebut.

4. Penyajian

PT. Swastisiddhi Amagra melakukan penyajian alokasi biaya lingkungan

tersebut secara bersama-sama dengan biaya unit-unit lain yang serumpun.

Penyajian tersebut dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya dalam rekening

biaya lain-lain. Hal ini dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra sebab biaya

pengelolaan lingkungan tersebut dianggap sebagai bagian dari sarana

penunjang produksi sehingga tidak perlu melakukan penyajian secara khusus.

5. Pengungkapan

PT. Swastisiddhi Amagra mengungkapkan pembiayaan akuntansi lingkungan

di dalam laporan keuangan menganut model normatif, artinya pengungkapan

biaya lingkungan tersebut seolah-olah diungkapkan sebagaimana biaya

overhead dalam perusahaan manufaktur sehingga tidak memerlukan penyajian

secara khusus dalam laporan keuangan. Penyajian dalam laporan keuangan

dilakukan dengan menggabungkan biaya yang serumpun yakni beban dan

pendapatan lain-lain.

PENUTUP

Kesimpulan

PT. Swastisiddhi Amagra adalah perusahaan yang bergerak di bidang

penglolaan minyak kelapa sawit. Dalam mengelola biaya yang diakibatkan dari

pengelolaan minyak kelapa sawit, PT. Swastisiddhi Amagra masih menyatukan

biaya-biaya tersebut dalam satu akun. Oleh karenanya penulis mengidentifikasi

biaya-biaya tersebut ke dalam 4 kategori biaya kualitas lingkungan yaitu biaya

pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.

Untuk biaya pencegahan meliputi biaya jamsostek, biaya keselamatan karyawan, dan

biaya menyewa eskafator. Biaya detekesi meliputi biaya tenaga ahli eskafator, biaya

Page 27: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

27

pemeriksaan kelayakan limbah cair, dan biaya pemeriksaan kelayakan limbah udara.

Biaya kegagalan eksternal meliputi biaya kebocoran eskafator.

Setelah melakukan penelitian, pada tahun 2010 penerapan akuntansi

lingkungan di PT. Swastisiddhi Amagra sudah cukup baik hal ini terlihat bahwa biaya

pencegahan lebih besar daripada biaya kegagalan interrnal dan eksternal yang ditinjau

dari laporan biaya lingkungan. Sedangkan pada tahun 2011 penerapan akuntansi

lingkungan sudah cukup baik akan tetapi PT. Swastisiddhi Amagra terlibat masalah

pencemaan lingkungan yaitu matinya ikan yang dianggap Tuhan oleh masyarakat

sekitar. Hal ini mengakibatkan perusahaan harus ganti rugi sebesar

Rp250.000.000,00. Lalu PT. Swastisiddhi Amagra diperiksa oleh pihak ketiga terkait

dengan pengelolaan limbahnya dan ternyata pengelolaan limbah PT. Swastisiddhi

Amagra sudah memenuhi standart kelayakan, hanya saja mungkin dalam pengelolaan

limbah PT. Swastisiddhi Amagra kurang maksimal, sehingga masih terdapat

kebocoran dan berdampak buruk untuk lingkungan dan perusahaan.

Keterbatasan

Di dalam memperoleh data peneliti masih memiliki keterbatasan yaitu

minimnya informasi yang diberikan manajemen yang terkait dalam biaya lingkungan.

Saran

Bedasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas maka peneliti memberikan

saran kepada perusahaan agar perusahaan mengklasifikasikan aktivitas lingkungan ke

dalam empat kategori biaya lingkungan yaitu biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya

kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Dari sini terlihat berapa besar biaya

pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal,

sehingga dapat diketahui mana saja aktivitas yang belum maksimal dan mana yang

perlu dimaksimalkan. Penerapan akuntansi lingkungan yang optimal akan mendorong

perusahaan peduli akan lingkungan dan sosial.

Page 28: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

28

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoi, A.1980. Industrial bond ratings: A new look, Financial Management,

Autumn: 44–51.

Belkaoui, A. 2004. Accounting Theory. Salemba Empat, Jakarta.

Brown, N. dan Deegan, C. 1999. The Public Disclosure of Environmental

Performance Information – A Dual Test of Media Agenda Setting Theory and

Legitimacy Theory, Accounting and Business Research.

Burritt, R., Hahn, T., dan Schaltegger, S. 2002. Towards a Comprehensive

Framework for Environmental Management Accounting — Links Between

Business Actors and Environmental Management Accounting Tools. Australian

Accounting Review. 12:39-50.

Deegan, C.,dan Gordon, B. 1996.A study of the environmental disclosure practices of

Australian corporations, Accounting and Business Research.

Glueck, W.,dan Jauch, L. 1984. Manajemen Strategik dan Kebijaksanaan Perusahaan.

Gray, R., Owen, D., dan Adams, C. 1996.Accounting and Accountability.

Hansen, D. R. dan Mowen. M. M. 2007. Akuntansi Manajerial Jilid 1. Edisi ke tujuh.

Salemba Empat, Jakarta

Harahap, S. S. 1999. Teori Akuntansi. Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Helvegia, T. 2001. Socio Accounting for Environmental. First Edition, Grammarica

press, Journey. , Nixxon Offset. ,UK.

Ikhsan, A. 2008. Akuntansi Lingkungan dan pengungkapannya, Jakarta.

Media Akuntansi.1998.Ikatan Akuntan Indonesia.31(5).

Murni, S. 2001. Akuntansi Sosial: Suatu Tinjauan Mengenai Pengakuan, Pengukuran,

dan Pelaporan Eksternalities dalam Laporan Keuangan. Jurnal Penelitian

Jurnal Akuntansi dan Investasi Jurusan Akuntansi FE UMY.

Naibaho, P.M., 1998. Teknologi pengolahan kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa

Sawit. Medan.

Saudagaran, S. M. 2001. International Accounting: A User Perspective. Cincinnati

Page 29: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

29

Setyaningtyas, I., dan Andono, F. A. 2013. Penerapan Enviromental Cost Accounting

pada PG. Modjopanggoong di Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(1): 1-16.

Susi, 2009, ”Why Firms Disclose Environmental Information? A Literatur Review”,

Jurnal Akuntansi dan Keuangan volume 14, nomor 2, Juli 2009, Fakultas

Ekonomi Universitas Lampung.

Tampubulon, K. 2008, Hubungan Antara Kinerja Lingkungan, Pengungkapan

Lingkungan dan Kinerja Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Yuniati, T. 1998. Akuntansi Lingkungan: Pengidentifikasian, Pengukuran dan

pelaporan. Universitas Negeri Surakarta, Skripsi, tidak dipublikasikan.

Page 30: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

30

LAMPIRAN 1

Laporan Laba Rugi PT. Swastisiddhi Amagra

Sumber: Laporan Keuangan PT. Swastisiddhi Amagra

Page 31: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

31

LAMPIRAN 2

Catatan Atas Laporan Keuangan PT. Swastisiddhi Amagra

Page 32: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

32

Sumber: Laporan Keuangan PT. Swastisiddhi Amagra

LAMPIRAN 3

Foto Bakchus

Sumber : Direktur PT. Swastisiddhi Amagra

LAMPIRAN 4

Foto Pelet

Page 33: Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swasstisiddhi Amarga · 2015. 6. 23. · Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 4 2. ... Sementara dari sisi sosial,

33

Sumber : Direktur PT. Swastisiddhi Amagra

LAMPIRAN 5

Foto Jangkos dan Incenerator

Sumber : Direktur PT. Swastisiddhi Amagra

LAMPIRAN 6

Struktur Organisasi PT. Swastisiddhi Amagra

Komisaris Utama

Direktur Utama

Komisaris

Direktur Direktur

Sumber: Internal PT. Swastisiddhi Amagra