Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat
serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Laporan WHO
tahun 2012 menekankan 1 dari 3 orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan
darah yang meningkat, dimana kondisi ini menyebabkan sekitar setengah dari semua
kematian karena stroke dan penyakit jantung. Laporan ini diterbitkan setiap tahun
oleh WHO dan berisi data dari 194 negara di berbagai indikator sistem kesehatan,
termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan, dan angka kematian dari berbagai
penyakit, pelayanan kesehatan dan perawatan, investasi keuangan di bidang
kesehatan, serta faktor risiko, dan perilaku yang mempengaruhi kesehatan. 1,2
Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan usia: 1 dari 10 orang berusia 20-
an dan 30-an sampai 5 dari 10 orang di usia 50-an. Prevalensi hipertensi di Asia
Tenggara sebanyak 36% pada orang dewasa. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030
kejadian hipertensi akan meningkat sebanyak 7,3% dari perkiraan tahun 2013. 2,3
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan hasil pengukuran
tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki
hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat antihipertensi. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 2 terbanyak untuk kategori penyakit tidak
menular setelah stroke, jumlahnya mencapai 6,8%. Stroke 15,4%, cidera 6,5%,
1
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
diabetes melitus 5,7%, kanker 5,7%, penyakit saluran nafas bawah kronik 5,1%,
penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%. 4
Prevalensi hipertensi di Puskesmas Kelurahan Joglo I tahun 2012, hipertensi
menduduki peringkat ke-9 dari 10 penyakit terbanyak pada bulan Januari s/d
Desember 2012 yaitu sebanyak 192 kunjungan. Dari hasil survei awal selama 1
minggu mulai dari tanggal 8 Maret s/d 14 Maret 2013 di Puskesmas Kelurahan Joglo
I, sebanyak 14,8% merupakan pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan sebagian
besar penderita hipertensi tidak terkendali berusia ≥ 40 tahun. Di Puskesmas
Kelurahan Joglo I, terapi standar untuk mengatasi hipertensi adalah Captopril 1 x 25
mg. 5
Menurut penelitian, timun (Cucumis sativus) memiliki efek untuk menurunkan
tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek jus timun dalam
menurunkan tekanan darah sehingga dapat digunakan sebagai tambahan pengobatan
terhadap pasien hipertensi tidak terkendali di wilayah kerja Puskesmas Joglo I. 6
I.2. Perumusan masalah
I.2.1. Pernyataan masalah
Masih tingginya angka kejadian hipertensi tidak terkendali pada responden
berusia ≥ 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I, Jakarta Barat.
I.2.2. Pertanyaan masalah
1. Berapa banyak responden berusia ≥ 40 tahun yang datang ke Balai Pengobatan
Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki hipertensi tidak terkendali dengan
2
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
pemberian Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Joglo I?
2. Berapa rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-3 dan hari ke-1
dengan hari ke-5 pada masing-masing kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan
perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa perlakuan jus
timun?
3. Apakah terdapat hubungan rerata selisih tekanan darah antara kelompok Captopril
1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa
perlakuan jus timun?
I.3. Tujuan
I.3.1. Tujuan umum
Diturunkannya angka kejadian hipertensi pada responden berusia ≥ 40 tahun di
wilayah kerja Puskemas Kelurahan Joglo I.
I.3.2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya jumlah responden berusia ≥ 40 tahun yang datang ke Balai
Pengobatan Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki hipertensi tidak
terkendali dengan pemberian Captopril 1 x 25 mg di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Joglo I.
2. Diketahuinya rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-3 dan hari ke-1
dengan hari ke-5 pada masing-masing kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan
perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa perlakuan jus timun.
3. Diketahuinya hubungan rerata selisih tekanan darah antara kelompok Captopril 1
x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa
perlakuan jus timun.
3
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
1.4. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian bagi responden :
Responden dapat mengetahui adanya efektivitas penggunaan tambahan timun pada
hipertensi tidak terkendali dengan Captopril 1 x 25 mg.
Manfaat bagi puskesmas :
Sebagai data atau bahan bagi Puskesmas untuk menentukan program pembinaan atau
penyuluhan tentang hipertensi.
Manfaat penelitian bagi peneliti :
Mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian.
Memperkaya wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada umumnya, terutama
yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan dalam penelitian selanjutnya.
4
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Hipertensi
II.1.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal. Sebagai standar untuk tekanan darah, maka digunakan klasifikasi
hipertensi berdasarkan JNC 7. Diagnosis hipertensi ditegakkan ketika pengukuran
tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. 7, 8
Hipertensi tidak terkendali adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
tingginya tekanan darah (sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 90
mmHg) dimana pasien mengetahui mengenai penyakit hipertensi-nya tersebut dan
sedang menjalani pengobatan dengan obat anti hipertensi. 9
II.2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu: 7
1. Hipertensi primer (hipertensi essensial)
Merupakan jenis hipertensi yang penyebabnya belum dapat diketahui dengan
pasti. Mengenai 95% dari seluruh penderita hipertensi. 7
2. Hipertensi sekunder
5
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penyakit ginjal, feokromositoma,
hiperaldosteronisme primer, koartatio aorta, dan hipertensi dalam kehamilan. 7, 8
II.3. Patofisiologi Hipertensi
Patogenesis dari hipertensi primer adalah multifaktorial. Dalam hal ini, genetik
memegang peranan penting. Masukan garam yang tinggi dan obesitas telah lama
diketahui dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, walaupun faktor-faktor ini
sendiri tidak bermakna dalam meningkatkan tekanan darah menjadi abnormal, akan
tetapi kerjanya sinergistik dengan adanya faktor genetik. 7, 8 Faktor-faktor lain yang
mungkin berhubungan dengan patogenesis hipertensi primer, antara lain:
1. Hiperaktivitas saraf simpatis
Pada tahap awal hipertensi esensial, curah jantung meninggi, sedangkan
tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan oleh karena peningkatan aktivitas
tonus simpatis. Pada tahap selanjutnya, curah jantung kembali normal sedangkan
tahanan perifer meningkat yang disebabkan refleks autoregulasi. Oleh karena
curah jantung meningkat, terjadi konstriksi sfingter prekapiler, yang
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. Oleh
karena peningkatan tahanan perifer pada hipertensi esensial terjadi secara bertahap
dan dalam waktu yang lama, sedangkan proses autoregulasi seharusnya terjadi
dalam waktu yang singkat, diduga terdapat faktor lain disamping faktor
hemodinamik yang berperan terhadap hipertensi esensial. Secara pasti belum
diketahui apakah faktor hormonal atau perubahan anatomis yang terjadi pada
pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan hemodinamik
tersebut diikuti pula kelainan struktural mengenai pembuluh darah dan jantung.
6
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding sedangkan pada jantung terjadi
penebalan dinding ventrikel. 8
2. Sistem renin-angiotensin-aldosteron
Sistem renin-angiotensin-aldosteron berkontribusi terutama dalam
meregulasi tekanan arteri melalui efek vasokonstriktor dari angiotensin II dan efek
mempertahankan Natrium dari aldosteron. Renin disekresikan oleh sel
jukstaglomerulus sebagai respon dari beberapa stimulus, termasuk penurunan
perfusi ginjal, beredarnya katekolamin, peningkatan aktivitas saraf simpatis, dan
hipokalemi. Renin berperan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II
dengan mengaktifkan angiotensin converting enzyme. Angiotensin II merupakan
vasokonstriktor yang sangat poten dan merupakan stimulan untuk dikeluarkannya
aldosteron dari kelenjar adrenal. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama: 8
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. Anti Diuretik Hormone diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
7
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
Mengenai peran sistem renin-angiotensin-aldosteron terhadap timbulnya
hipertensi esensial masih merupakan perdebatan. Hal ini timbul oleh karena pada
kenyataannya 20-30% penderita hipertensi mempunyai renin rendah, 50-60%
golongan renin normal sedangkan golongan tinggi renin hanya pada 15%. 8
3. Defek pada natriuresis
Pada hipertensi esensial, kadar natrium dalam darah dan jaringan lain
meningkat. Hal ini terjadi karena abnormalitas dari pertukaran Na-K dan transpor
lain dari Na. Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan kontraksi otot polos
dari pembuluh darah. Normalnya ekskresi natrium ditingkatkan oleh ginjal
sebagai respon terhadap peningkatan tekanan arterial dan intake natrium. Pada
orang hipertensi, walaupun tekanan darah normal, kemampuan untuk
mengekskresikan natrium berkurang. 8
4. Natrium dan kalsium intraselular
Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu penderita hipertensi
disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium
yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan
(monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur
8
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
(mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara
dengan satu sendok teh. Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium)
merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah
kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan
dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Dengan demikian,
konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan
kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-
buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain.
Pada hipertensi primer, kadar natrium dalam darah dan jaringan lain
meningkat. Hal ini terjadi karena abnormalitas dari pertukaran Na-K dan transpor
lain dari Na. Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan konsentrasi kalsium
sehingga dapat mengakibatkan kontraksi otot polos dari pembuluh darah.
Hipertensi sekunder biasanya diderita oleh orang usia muda tanpa adanya
riwayat keluarga atau yang pertama kali di diagnosa hipertensi pada usia > 50
tahun atau pada orang-orang yang biasanya terkontrol tetapi menjadi refrakter
terhadap terapi. Sedangkan patogenesis dari hipertensi sekunder, antara lain:
1. Penggunaan estrogen
Penggunaan estrogen mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem renin
(peningkatan sintesis renin di hepar)-angiotensin-aldosteron sehingga volume
darah meningkat. Penggunaan kontrasepsi yang berhubungan dengan
hipertensi biasanya pada wanita > 35 tahun, memakai kontrasepsi > 5 tahun
dan obesitas. Biasanya peningkatan tekanan darah akan reversibel bila obat
dihentikan, tapi hal ini butuh waktu beberapa minggu. 8
2. Penyakit ginjal/hipertensi renal
9
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Selain meningkatkan aktivitas sitem renin-angiotensin, diterangkan juga
bahwa ginjal yang rusak memproduksi suatu substrat vasopresor lain selain
renin, gagal untuk memproduksi substansi vasodilator (prostaglandin atau
bradikinin), gagal untuk menginaktivasi substansi vasopresor yang beredar,
dan tidak efektif dalam membuang natrium. Pada nefroblastoma terjadi
sekresi renin yang berlebihan dari jukstaglomerulus. 8
3. Hipertensi endokrin/hipertensi adrenal
Pada hiperaldosteronisme primer, telah jelas hubungan antara aldosteron
dengan retensi natrium dan hipertensi. Pada Cushing syndrome, jumlah besar
glukokortikoid mempunyai efek meretensi natrium serta menginduksi
produksi substrat renin. Pada feokromositoma (tumor medula adrenal),
peningkatan sekresi epinefrin dan norepinefrin menyebabkan stimulasi
reseptor sistem adrenergik yang meningkatkan vasokonstriksi perifer dan
stimulasi pada jantung.
4. Hiperkalsemia
Peningkatan kalsium mempunyai efek vasokonstriksi. Pada beberapa kasus
hipertensi dapat membaik apabila kelebihan kalsium dapat dikoreksi.
5. Coartatio Aorta
Menyebabkan hipertensi akibat dari penyempitan aorta itu sendiri ataupun
karena perubahan dalam sirkulasi renal.
II.4. Klasifikasi Hipertensi
Kategori hipertensi menurut JNC 7 adalah : 7
Kategori Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
10
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi tingkat I 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi tingkat II ≥160 mmHg ≥100 mmHg
II.5. Faktor Risiko Hipertensi Tidak Terkendali 11, 12
Terapi in-adekuat
Penyebab sering gagalnya pengobatan hipertensi adalah rendahnya dosis obat
antihipertensi yang diberikan. Kesalahan ini dapat dihindari jika dokter lebih
memahami tentang obat-obat antihipertensi dan mengikuti rekomendasi sesuai
dengan standar pemberian terapi yang sudah ditetapkan. Pemberian obat
antihipertensi non-kombinasi akan menyebabkan terapi yang inadekuat sehingga
perlu diberikan tambahan obat antihipertensi golongan lainnya yang dapat
menyebabkan rendahnya kepatuhan pasien dalam meminum obat.
Kurangnya kepatuhan pasien
Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi sangat rendah, hal ini
telah diakui secara luas. Hal ini juga sering dianggap oleh banyak dokter sebagai
penyebab utama kegagalan pengobatan.
White-coat effect
Studi menunjukkan ada dampak yang signifikan dari efek white coat (Ketika
tekanan darah di ukur di dalam klinik terjadi peningkatan, tetapi tekanan darah
normal ketika diukur di luar klinik atau secara signifikan rendah) adalah sebagai
hal yang umum pada pasien dengan hipertensi tidak terkendali. Hal ini lebih
sering terjadi pada pasien dengan hipertensi tidak terkendali karena efek ini
11
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
memiliki resiko yang lebih rendah terhadap kerusakan suatu organ dibandingkan
mereka yang tidak memiliki efek white coat. 12
Kurangnya aktifitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik akan meningkatkan risiko kelebihan berat badan, yang
berarti meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi. Mereka yang kurang
beraktivitas cenderung memiliki denyut jantung lebih tinggi dan jantung bekerja
lebih keras untuk memompa darah. Olahraga dapat meningkatkan elastisitas dan
fungsi endotel dengan cara menghambat pembentukan radikal bebas dan
mempertahankan produksi nitrit oksida yang berperan dalam melindungi lapisan
dalam endotel arteri. Keadaan ini dapat memperlambat progresi pembentukan
arteriosklerosis dan dapat menurunkan kejadian hipertensi tidak terkendali.
Tipe olahraga yang dianjurkan untuk mencegah dan mengobati hipertensi tidak
terkendali adalah tipe olahraga aerobik yang dilakukan minimal 3 kali per minggu
dengan durasi 30-60 menit.
Obesitas 13
Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena tambahan
beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras. Obesitas dinyatakan bila
berat badan lebih dari 20% berat badan ideal. Saat ini dugaan yang mendasari
timbulnya hipertensi pada obesitas adalah peningkatan volume plasma dan
peningkatan curah jantung yang terjadi pada obesitas berhubungan dengan
hiperinsulinemia, resistensi insulin dan sleep apnea syndrome, akan tetapi pada
tahun-tahun terakhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana diduga terjadi
perubahan neuro-hormonal yang mendasari kelainan ini.
Hal ini mungkin disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang
berkembang pada tahun-tahun terakhir ini dengan ditemukannya leptin.
12
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Leptin sendiri merupakan asam amino yang disekresi terutama oleh jaringan
adipose. Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu makan dan pengeluaran energi
tubuh melalui pengaturan pada susunan saraf pusat, selain itu leptin juga berperan
pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis,
diuresis dan angiogenesis. Normal leptin disekresi kedalam sirkulasi darah dalam
kadar yang rendah, akan tetapi pada obesitas umumnya didapatkan peningkatan
kadar leptin dan diduga peningkatan ini berhubungan dengan hiperinsulinemia
melalui aksis adipoinsular. Pada penelitian perbandingan kadar leptin pada orang
gemuk (IMT > 27) dan orang dengan berat badan normal (IMT < 127). Kadar
leptin pada orang gemuk lebih tinggi dibandingkan orang dengan berat badan
normal ( 31,3 + 24,1 mg/ml berbanding 7,5 + 9,3 mg/ml). Hiperleptinemia ini
mungkin terjadi karena adanya resistensi leptin. Beberapa teori menjelaskan
resistensi leptin ini telah dikemukakan, diantaranya adalah karena adanya antibodi
terhadap leptin, peningkatan protein pengikat leptin sehingga leptin yang masuk
ke otak berkurang, adanya kegagalan mekanisme transport pada tingkat reseptor
untuk melewati sawar darah otak dan kegagalan mekanisme signal. Hal ini
didukung oleh penelitian Villareal, dkk yang membandingkan efek leptin pada
binatang percobaan dengan berat badan normal, obesitas, dan hipertensi. Dimana
didapatkan adanya kegagalan fungsi leptin pada obesitas dan hipertensi. Secara
klinis efek resistensi leptin ini tergantung dari lokasi dan derajat keparahan
resistensi tersebut. Resistensi pada ginjal akan menyebabkan gangguan diuresis
dan natriuresis, menimbulkan retensi natrium dan air serta berakibat
meningkatnya volume plasma dan curah jantung, selain itu adanya vasokonstriksi
pembuluh darah ginjal dan perangsangan saraf simpatis akan mengaktivasi jalur
RAAS dan menambah retensi natrium dan air. Pada obesitas cenderung terjadi hal
13
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
yang sama, adanya peningkatan volume plasma akan meningkatkan curah jantung
yang berakibat meningkatnya tekanan darah. Sesuai laporan JNC 7, penurunan
berat badan 1 kg dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 1 mmHg.
Alkohol 14
Minum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari
merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi. Wanita dengan hipertensi boleh
minum alkohol tidak lebih dari 1 kali per hari dan pria tidak lebih dari 2 kali.
Konsumsi 10 gram alkohol dapat meningkatan tekanan darah sebanyak 1 mmHg
dan dibutuhkan 2-4 minggu untuk menurunkannya tanpa adanya konsumsi
alkohol. Konsumsi alkohol yang berlebih akan menyebabkan asetaldehida yang
merupakan hasil akhir metabolisme alkohol yang dapat merusak sel-sel hepatosit,
sehingga pada waktu yang lama akan dapat menyebabkan sirosis hepatis yang
bersifat ireversibel, sel-sel hepatosit yang mati digantikan oleh jarigan parut.
Peradangan kronis menyebabkan timbulnya pembengkakan dan edema intertisium
yang bermakna yang dapat menyebabkan kolapsnya pembuluh darah dan
meningkatkan resistensi terhadap aliran darah yang melalui hati, yang
menyebabkan hipertensi dan ascites.
Merokok 15
Sebuah penelitian menemukan bahwa dalam waktu lima menit pengisapan rokok,
tekanan sistolik subjek meningkat secara drastis, rata-rata lebih dari 20 mmHg,
sebelum secara bertahap menurun ke tingkat awal tekanan darah setelah 30 menit.
Hal ini berarti tekanan darah perokok melonjak berkali-kali sepanjang hari.
Peningkatan ini terjadi karena nikotin menyempitkan pembuluh darah sehingga
memaksa jantung untuk bekerja lebih keras. Sebagai hasilnya, kecepatan jantung
dan tekanan darah meningkat. Bahan kimia dalam rokok tembakau juga
14
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
meningkatkan risiko penyakit jantung dengan cara lain. Tembakau dapat
menurunkan suplai oksigen tubuh, menurunkan level HDL dan membuat platelet
darah lebih mungkin untuk tetap bersatu dan membentuk gumpalan yang dapat
memicu serangan jantung atau stroke.
Asupan Natrium berlebih 12
Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi natrium
yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida
(garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium
karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak
lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Berbeda halnya dengan
natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler.
Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak
akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga
cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan
darah. Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio
konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1.
Pada hipertensi primer, kadar natrium dalam darah dan jaringan lain meningkat.
Hal ini terjadi karena abnormalitas dari pertukaran Na-K dan transpor lain dari
Na. Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan konsentrasi kalsium
sehingga dapat mengakibatkan kontraksi otot polos dari pembuluh darah.
15
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Pendidikan terakhir 16
Adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat pendidikan dan
hipertensi tidak terkendali yaitu pada mereka yang berpendidikan akan
mengurangi risiko hipertensi tidak terkendali seperlima dari yang tidak
berpendidikan. Pendidikan sampai universitas mengurangi risiko hipertensi tidak
terkendali sepersepuluh dari yang pendidikannya hanya sekolah dasar atau tidak
bersekolah.
II.6. Golongan Obat Anti Hipertensi
Dikenal lima kelompok obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi
yang dianjurkan oleh JNC 7 yaitu : 17
Diuretik
Penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker)
Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor)
Penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB)
Antagonis kalsium
II.6.1. Diuretik
Mekanisme kerja: Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan
garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu: (1)
Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung yang menyebabkan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah jantung kembali ke
ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh
antihipertensi dari golongan ini adalah Hidroklortiazide, Bendroflumetiazid,
Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide, Triamterene, Amiloride,
Chlorothiazide, Chlorthaldion. 17
16
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
II.6.2. Beta Bloker
Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-blocker
dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain: (1) penurunan frekuensi
denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; (2)
hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan
Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis,
perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan
peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol,
Penbutolol, Labetalol. 17
II.6.3. ACE Inhibitor
Captopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik
untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Mekanisme kerja: secara langsung
menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan
meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang,
berkurangnya natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melalui
bradikinin). Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Captopril, Enalapril,
Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril. 17
II.6.4. Angiotensin II Reseptor Antagonis
Mekanisme kerja: inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1).
Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali
tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. Contoh antihipertensi dari
golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan,
Eprosartan, Zolosartan.
17
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Sebelum mulai memberikan terapi dengan ACEinhibitor atau Angiotensin II
Reseptor Antagonis fungsi ginjal dan kadar elektrolit pasien harus dicek. Monitoring
ini harus terus dilakukan selama terapi karena kedua golongan obat ini dapat
mengganggu fungsi ginjal. Baik ACEinhibitor dan Angiotensin II Reseptor Antagonis
dapat menyebabkan hiperkalemia karena menurunkan produksi aldosteron, sehingga
suplementasi kalium dan penggunaan diuretik hemat kalium harus dihindari jika
pasien mendapat terapi ACEInhbitor atau Angiotensin II Reseptor Antagonis.
Batuk kering yang merupakan efek samping yang dijumpai pada 15% pasien
yang mendapat terapi ACEinhibitor. Angiotensin II Reseptor Antagonis tidak
menyebabkan batuk karena tidak mendegaradasi bradikinin. 17
II.6.5. Calcium channel blocker
Mekanisme kerja: antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot
polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama
menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan
resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila
menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan
Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negatif langsung
pada jantung. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem,
Verapamil, Nifedipine. 17
II.7. Terapi Herbal Antihipertensi
II.7.1. Timun 6, 10
Timun adalah salah satu tanaman tertua yang dibudidayakan dan diyakini
berasal dari dataran utara India, timun termasuk dalam Family Cucurbitaceae,
Cucurbitaceae memiliki lebih dari 750 spesies, dan timun merupakan salah satu
18
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
spesies uang terpenting. Timun dapat tumbuh di lingkungan beriklim sedang dan
tropis, dan umumnya memerlukan suhu antara 60-90 °F / 15-33 °C, karena itulah
timun banyak tersebar di seluruh dunia dan mudah didapatkan. 6,10,18.
Para peneliti telah lama mengetahui adanya kandungan polifenol unik pada
timun yang disebut lignan dan menguntungkan untuk kesehatan. Lignan yang
dikandung oleh timun antara lain lariciresinol, pinoresinol, dan secoisolariciresinol
merupakan lignan yang memiliki sejarah yang kuat dari penelitian terkait dengan
penurunan risiko penyakit kardiovaskuler serta beberapa jenis kanker, termasuk
kanker payudara, rahim, ovarium, dan kanker prostat. 6
Di bagian teratas daftar fitonutrien untuk timun selain lignin yaitu cucurbitacin
serta flavonoid. Ketiga jenis fitonutrien ini berperan sebagai antioksidan, anti-
inflamasi, dan anti-kanker. 6
Tabel II.7.1. Kandungan timun per 100 gram 19
19
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Timun banyak memiliki zat gizi yang berguna oleh tubuh, kalorinya yang
sedikit dan kaya akan serat dapat mengontrol berat badan. Kandungan serat dalam
timun juga dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol serta memberi efek
mengenyangkan. 6
Menurut hasil penelitian dari Food Research Institute, Departement of Food
Microbiology, University of Winconsin, Madison, timun mengandung asam linoleat
terkonjugasi (Conjugated Linoleic Acids/CLA) yang bersifat antioksidan. Antioksidan
berperan mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas penyebab kanker, penyakit
jantung, dan mengurangi kadar lemak dalam tubuh. 6
Kandungan mineral yang terdapat pada timun adalah potasium, magnesium, zat
besi dan fosfor. Karena kandungan potasium, magnesium dan fosfor ini, timun bagus
sebagai obat alami hipertensi, dengan kerja mengikat garam dan mengeluarkannya
bersama urin. Kandungan air yang tinggi juga bersifat diuretik, bekerja meningkatkan
sekresi urin bersama dengan sodium sehingga membantu menurunkan tekanan darah.
6,18,20,21
20
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Penelitian-penelitian klinis memperlihatkan bahwa pemberian suplemen kalium
dapat menurunkan tekanan darah dengan suplementasi diet kalium 60-120 mmol/hari
dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 mmHg dan 2,5 mmHg
pada penderita hipertensi dan 1,8 mmHg serta 1,0 mmHg pada orang normal.
Kandungan air yang tinggi juga bersifat diuretik, bekerja meningkatkan sekresi urin
bersama dengan sodium sehingga membantu menurunkan tekanan darah. 23
II.8. Kerangka Teori
21
HIPERTENSI TIDAK
TERKENDALI
Terapi in-adekuat
Kurangnya kepatuhan
pasien
White-coat effect
Kurangnya aktifitas
fisik
ObesitasAlkohol
Merokok
Asupan Na berlebihan
Pendidikan terakhir
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
BAB III
KERANGKA KONSEP
III.1. Kerangka Konsep
Mempertimbangkan banyaknya kasus hipertensi tidak terkendali di Puskesmas
Kelurahan Joglo I dengan pemberian obat Captopril 1 x 25 mg dan pentingnya
peranan pengobatan hipertensi, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat
penurunan tekanan darah dengan menggunakan jus timun sebagai tambahan dari
terapi Captopril 1 x 25 mg terhadap pasien hipertensi tidak terkendali di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Joglo I.
22
Variabel bebas :Jus timun
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
III.2. Hipotesis
Hipotesis penelitian (Ha): Terdapat rerata selisih tekanan darah antara
pemberian Captopril 1 x 25 mg dengan jus timun dan pemberian Captopril 1 x 25 mg
saja pada penderita hipertensi tidak terkendali.
III.3. Definisi Operasional Variabel
III.3.1.Pemberian Jus Timun dan Captopril 1 x 25 mg (Variabel Bebas)
Definisi : Perlakuan jus timun 100 gram dalam 100 cc air (1 gelas perhari) dan
Captopril 1 x 25 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut
Cara Ukur : Pemberian jus timun dan Captopril 1 x 25 mg oleh peneliti
Alat Ukur : Sphygmomanometer digital merk Omron model HEM-7111 dan
kuesioner
Hasil ukur : Terbagi menjadi dua golongan :
1. Terapi perlakuan : Captopril 1 x 25 mg ditambah dengan jus
timun
2. Terapi pembanding : Captopril 1 x 25 mg
Skala Ukur : Data kategorik, skala nominal
23
Tekanan darah tidak terkendali
dengan Captopril 1 x 25 mg
Variabel tergantung
Rerata selisih tekanan darah
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
III.3.2.Rerata Selisih Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali
dengan Pemberian Jus Timun dan Captopril 1 x 25 mg dengan Penderita
Hipertensi Tidak Terkendali yang hanya diberikan Captopril 1 x 25 mg di Hari
ke-1, ke-3, dan ke-5 (Variabel Tergantung)
Definisi : Menilai rerata selisih tekanan darah setelah perlakuan jus timun pada
penderita hipertensi tidak terkendali yang diukur pada hari ke-1 dan
hari ke-3; hari ke-1 dan hari ke-5
Cara Ukur : Mengukur tekanan darah pada hari ke-1, hari ke-3 dan hari ke-5 sejak
diberikan pengobatan oleh peneliti. Tekanan darah diukur pada lengan
kanan atas saat posisi duduk. Sebelumnya pasien diistirahatkan selama
5 menit
Alat Ukur : Sphygmomanometer digital merk Omron model HEM-7111
Hasil Ukur : Rerata selisih nilai tekanan darah dalam mmHg hari ke-1 dan ke-3, hari
ke-1 dan ke-5 pada penderita hipertensi tidak terkendali dengan
pemberian jus timun dan Captopril 1 x 25 mg dengan penderita
hipertensi tidak terkendali yang hanya diberikan Captopril 1 x 25 mg
Skala Ukur : Data numerik, skala kontinyu
24
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan desain studi uji klinis
eksperimental paralel non-matching dengan random alokasi dimana sebagai variabel
bebas (independent) adalah penderita hipertensi tidak terkendali yang diberikan
Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan sebagai variabel terikat
(dependent) adalah penurunan tekanan darah. Clinical endpoint yang ingin dilihat
adalah pengaruh perlakuan jus timun dan Captopril 1 x25 mg terhadap rerata selisih
25
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
tekanan darah pada penderita hipertensi tidak terkendali yang mengkonsumsi
Captopril 1 x 25 mg.
IV.2. Lokasi & Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Kelurahan Joglo I Jakarta Barat selama enam
hari, yaitu pada tanggal 20 Maret 2013 – 25 Maret 2013.
IV.3. Populasi penelitian
Populasi target : Semua penderita hipertensi tidak terkendali.
Populasi terjangkau : Semua penderita hipertensi tidak terkendali yang datang ke
Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Kelurahan Joglo I pada tanggal 20 Maret –
25 Maret 2013.
Sampel : Semua penderita hipertensi tidak terkendali yang datang ke
Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Kelurahan Joglo I pada tanggal 20 Maret –
25 Maret 2013 yang dipilih secara consecutive non-random sampling yang
memenuhi kriteria inklusi.
IV.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
IV.4.1. Kriteria Inklusi
1. Pasien hipertensi tidak terkendali usia ≥ 40 tahun
2. Pasien mendapat pengobatan Captopril 1 x 25 mg
3. Tidak sedang mengkonsumsi timun
IV.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Drop Out
Pada pasien timbul efek yang tidak diinginkan selama pengobatan
Pasien menolak untuk diteliti lebih lanjut
26
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
2. Loss to follow-up
Pasien tidak dapat dihubungi melalui telepon
Alamat pasien tidak sesuai dengan yang diinformasikan pasien
IV.5. Sampel
IV.5.1. Besar Sampel
Rumus Simpang Baku 24 :
s2=(n1−1 ) s1
2+( n2−1 ) s22
n1+n2−2
Data didapat dari mini survey 10 orang :
n1 = jumlah sampel grup Captopril 1 x 25 mg + jus timun
n2 = jumlah sampel grup Captopril
s1 = standar deviasi grup Captopril 1 x 25 mg + jus timun
s2 = standar deviasi grup Captopril
Standar deviasi tekanan darah Standar deviasi tekanan darah
sistolik hari ke-3: diastolik hari ke-3:
Ss2 = (5−1 ) (3,11)2+(5−1 ) (3,13 )2
5+5−2Sd2 =
(5−1 ) (2,60 )2+(5−1 ) (1,92 )2
5+5−2
Ss = 3,11 Sd = 2,29
Standar deviasi tekanan darah Standar deviasi tekanan darah
sistolik hari ke-5: diastolik hari ke-5:
Ss2 = (5−1 ) (4,32 )2+(5−1 ) ( 4,87 )2
5+5−2Sd2 =
(5−1 ) (2,28 )2+(5−1 ) (5,47 )2
5+5−2
Ss = 4,6 Sd = 4,19
27
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Rumus besar sampel
n1 = n2 = 2[ ( zα+z β ) s( x1−x2 ) ]
2
Keterangan : Simpang baku kedua kelompok, s [dari mini survei 10 orang]
Perbedaan klinis yang diinginkan, x1 – x2
zα [1,96]
zβ[0,842]
Besar sampel tekanan darah Besar sampel tekanan darah
sistolik hari ke-3: diastolik hari ke-3:
n1s = n2s = 2[ (1,96+0,842 ) 3,113,5 ]
2
n1d = n2d = 2[ (1,96+0,842 ) 2,292,1 ]
2
n1s = n2s = 12 n1d = n2d = 21
Besar sampel tekanan darah Besar sampel tekanan darah
sistolik hari ke-5: diastolik hari ke-5:
n1s = n2s = 2[ (1,96+0,842 ) 4,62,1 ]
2
n1d = n2d = 2[ (1,96+0,842 ) 4,193,5 ]
2
n1s = n2s = 69 n1d = n2d = 27
Berdasarkan perhitungan besar sampel dari masing-masing gejala, ditemukan jumlah
besar sampel terbanyak adalah n1 = n2 = 69
Rumus drop-out atau loss to follow-up 21 :
n’ = n
(1−f )
= 568
28
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
0,9= 631
n = besar sampel yang dihitung
n’ = jumlah subjek yang direncanakan diteliti
f = 0,1 (perkiraan proporsi drop-out atau loss to follow-up)
IV.6. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah seluruh pasien yang datang berobat ke Puskesmas pada tanggal
20 Maret 2013 – 25 Maret 2013 yang memenuhi kriteria inklusi yang dipilih secara
consecutive non-random sampling.
IV.7. Tata Cara Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan setelah mendapat ijin dari Kepala Puskesmas Kelurahan
Joglo I. Pasien yang datang berobat ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas
Kelurahan Joglo I pada tanggal 20 Maret 2013 – 25 Maret 2013 diukur tekanan
darahnya dengan alat Sphygmomanometer digital merk Omron model HEM-7111
dengan mengukur tekanan darah pada lengan kanan atas, pasien diukur tekanan
darahnya setelah 5 menit diistirahatkan dan dengan posisi duduk. Lalu pasien
diskrining dengan kuesioner yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti. Bila
memenuhi syarat skrining maka akan dijadikan sampel. Sampel diberi penjelasan
mengenai penelitian yang akan dilakukan, bila bersedia ikut dalam penelitian, maka
sampel akan diminta menandatangani informed consent. Kemudian masing-masing
sampel diberikan terapi tambahan hipertensi secara random alokasi, yaitu :
1. Setiap sampel dengan urutan ganjil yang mendapat terapi Captopril 1 x 25
mg diberi perlakuan jus timun.
29
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
2. Setiap sampel dengan urutan genap hanya mendapat terapi Captopril 1 x 25
mg.
Setelah itu, masing-masing sampel diwawancarai menggunakan kuesioner
evaluasi awal yang berisi tentang pertanyaan faktor-faktor risiko hipertensi tidak
terkendali. Kemudian masing-masing responden dengan urutan ganjil akan diberikan
perlakuan jus timun (Timun 100 gram + 100 cc air matang) oleh peneliti selama 5
hari. Kemudian semua responden baik yang mendapat perlakuan jus timun dan yang
tidak mendapat perlakuan jus timun dinilai dengan kuesioner evaluasi follow-up pada
hari ke-3 dan hari ke-5, serta ditanyakan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
Captopril 1 x 25 mg. Kemudian dihitung selisih perbedaan tekanan darah pada hari
ke-1 dan ke-3, dan selisih perbedaan tekanan darah pada hari ke-1 dan ke-5 pada
masing-masing responden. Responden yang tidak datang kembali untuk kontrol,
dihubungi melalui telepon atau dilakukan kunjungan rumah. Bila responden tidak
memberi respon setelah dihubungi dengan telepon, maka dilakukan kunjungan rumah.
Bila responden tetap tidak dapat dihubungi, maka dimasukkan ke dalam kategori loss
to follow up.
30
Terpenuhi Tidak terpenuhiSampel Tidak ikut penelitian
Random alokasi
Informed consent
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
IV. 8. Alur Penelitian
Alur penelitian
Populasi terjangkau : Pasien penderita hipertensi tidak terkendali yang datang berobat ke Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Kelurahan Joglo I tanggal 20 Maret – 25 Maret 2013
Kriteria inklusi : 1. Pasien hipertensi tidak terkendali usia ≥ 40 tahun dan mendapat pengobatan Captopril 1 x 25 mg
2. Tidak sedang mengkonsumsi timun
31Loss to follow up, drop out,
kriteria eksklusi (+)
Captopril 1 x 25 mg+ timun
Captopril 1 x 25 mg
Evaluasi hari ke-3
Kepatuhan minum obat
Pengukuran tekanan darah
Kepatuhan minum obat
Evaluasi hari ke-5
Rerata selisih tekanan darah
hari ke-1 & ke-3
Rerata selisih tekanan darah
hari ke-1 & ke-3
Kepatuhan minum obat
Pengukuran tekanan darah
Kepatuhan minum obat
Rerata selisih tekanan darah
hari ke-1 & ke-5
Rerata selisih tekanan darah hari
ke-1 & ke-5
Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
IV.9. Instrumen
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Captopril 1 x 25 mg, Jus
timun, Sphygmomanometer digital merk Omron model HEM-7111, dan lembar
kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti.
IV.10. Pengolahan Data
IV.10.1. Analisis Asosiasi
IV.10.1.1. Asosiasi Epidemiologi
Pada penelitian ini, analisis asosiasi epidemiologi didapatkan dengan
penentuan rerata selisih tekanan darah pengobatan hipertensi tidak terkendali pada
32
Ya TidakYa Tidak
Ya Tidak Ya Tidak
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok
Captopril 1 x 25 mg saja.
IV.10.1.2. Asosiasi Statistik T-test independent
Pada penelitian ini, analisis asosiasi statistik yang digunakan adalah dengan
cara uji statistik T-test independent dengan menggunakan perangkat lunak SPSS
versi 18 untuk melihat adakah perbedaan kemaknaan antara variabel bebas yang
berskala kategorik dengan variabel tergantung yang berskala numerik kontinyu.
Prosedur pelaksanaan T-test independent diawali dengan menguji apakah
terdapat variasi di dalam kelompok. Nilai p-value dapat dilihat pada Levene’s
Test, untuk data heterogen (p-value < 0,05) dilihat pada tabel equal variance not
assumed, sedangkan data homogen (p-value ≥ 0,05) dilihat pada tabel equal
variance assumed.
Prosedur pengambilan keputusan untuk T-test independent :
Jika p-value < 0,05, maka hasil penelitian bermakna secara statistik.
Jika p-value ≥ 0,05, maka hasil penelitian tidak bermakna secara
statistic
BAB V
HASIL PENELITIAN
V.1. Bivariat
Pada penelitian ini didapatkan 16 responden yang terdiri dari 3 laki-laki (50,0%)
dan 5 perempuan (50,0%) yang mendapatkan perlakuan jus timun. Usia responden
yang mendapat perlakuan jus timun adalah 56,63 tahun. Semua responden tidak ada
yang sampai ke jenjang universitas. Yang mendapatkan perlakuan jus timun sebanyak
33
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
2 responden (66,7%) lulus SD, 3 responden (60,0%) lulus SMP, dan 3 responden
(42,9%) lulus SMA. Satu orang (100%) dari yang tidak mendapatkan perlakuan jus
timun tidak bersekolah.
Dari 16 responden, terdapat responden yang mengalami overweight dan obesitas
tingkat 1, namun tidak ada responden yang underweight. Sebanyak 8 responden yang
mendapat perlakuan jus timun, 5 responden (83,3%) normoweight, 2 responden (50%)
overweight, dan 1 responden (16,7%) obesitas tingkat 1.
Asupan natrium berlebih terdapat pada 6 responden (50,0%) yang mendapat
perlakuan jus timun dan pada 2 responden (50,0%) yang mendapat perlakuan jus
timun tidak mengkonsumsi natrium secara berlebih. Pada kelompok responden yang
diberi perlakuan jus timun sebanyak 3 responden (33,3%) ber-olahraga minimal 30
menit hampir setiap hari selama seminggu, dan 5 responden (71,4%) tidak ber-
olahraga.
Responden yang merokok di kelompok perlakuan jus timun sebanyak 1
responden (25,0%), dan yang tidak merokok sebanyak 7 responden (58,3%). Pada
kelompok perlakuan jus timun tidak ada responden yang mengkonsumsi alkohol
(.0%), namun pada kelompok tanpa perlakuan jus timun, 1 responden (100%)
mengkonsumsi alkohol.
Diantara 8 responden yang mendapat perlakuan jus timun, 6 responden (50,0%)
mengaku biasa saja saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah, 1 responden (50,0%)
mengaku senang, dan 1 responden (50,0%) mengaku takut. Dari 8 responden (53,5%)
yang diberi perlakuan jus timun, semua patuh terhadap pengobatan obat anti
hipertensi. Pada 8 responden yang tidak diberi perlakuan jus timun 1 responden
(100,0%) tidak patuh terhadap pengobatan obat anti hipertensi.
34
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Pada hari ke-3, responden yang mendapatkan perlakuan jus timun dan tidak
mendapat perlakuan jus timun didapatkan rerata selisih tekanan darah sistolik adalah
3,50 mmHg dan -2,38 mmHg dan rerata selisih tekanan darah diastolik adalah 2,75
mmHg dan -2,00 mmHg. Tiga hari setelah perlakuan jus timun terdapat perbedaan
tekanan darah sistolik yang tidak bermakna (p-value = 0,066) serta perbedaan yang
tidak bermakna (p-value = 0,197) pada tekanan darah diastolik. Terdapat rerata selisih
tekanan darah sistolik dan diastolik pada hari ke-3, perbedaan tersebut berhubungan
secara epidemiologi (rerata selisih = 5,875 dan 4,75).
Pada hari ke-5, responden dengan perlakuan jus timun didapatkan rerata selisih
tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 7,63 mmHg dan -2,13 mmHg. Responden
tanpa perlakuan jus timun rerata selisih tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar
6,38 mmHg dan -2,63 mmHg. Lima hari setelah perlakuan jus timun terdapat
perbedaan tekanan darah sistolik yang bermakna (p-value = 0,008) serta perbedaan
yang bermakna (p-value = 0,048) pada tekanan darah diastolik. Terdapat rerata selisih
tekanan darah sistolik dan diastolik pada hari ke-5, perbedaan tersebut berhubungan
secara epidemiologi (rerata selisih = 9,75 dan 9,00).
V.1.1. Tabel Distribusi Karakteristik Responden Menurut Terapi di Puskesmas
Kelurahan Joglo I Periode 20 Maret 2013 sampai dengan 25 Maret 2013
Variabel
Captopril 1 x 25
mg + Jus Timun
(n= 11)
Captopril 1 x 25
mg
(n= 11)
Umur Pasien
Mean (SD) 56,63 (9,62) 55,25 (10,37)
35
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Median (Min ; Max)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Universitas
Tidak sekolah
Status Gizi (IMT)
Normoweight (IMT 18,5–22,9)
Overweight (IMT 23,0–24,9)
Obesitas tingkat 1 (IMT 25,0–29,9)
Obesitas tingkat 2 (IMT ≥30)
Konsumsi Garam ≥1500 mg/hari
Ya
Tidak
57,50 (41 ; 70)
3 (50,0%)
5 (50,0%)
2 (66,7%)
3 (60,0%)
3 (42,9%)
0 (.0%)
0 (.0%)
5 (83,3%)
2 (50%)
1 (16,7%)
0 (.0%)
6 (50,0%)
2 (50,0%)
55,00 (42 ; 68)
3 (50,0%)
5 (50,0%)
1 (33,3%)
2 (40,0%)
4 (57,1%)
0 (.0%)
1 (100%)
1 (16,7%)
2 (50,0%)
5 (83,3%)
0 (.0%)
6 (50,0%)
2 (50,0%)
bersambung
sambungan
Variabel
Captopril 1 x 25
mg + Jus Timun
(n= 11)
Captopril 1 x 25
mg
(n= 11)
Olahraga
Ya 3 (33,3%) 6 (66,7%)
36
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Tidak
Merokok
Ya
Tidak
Alkohol
Ya
Tidak
White coat effect
Biasa saja
Senang
Takut
Kepatuhan Minum Obat
Patuh
Tidak patuh
Rerata Selisih Tekanan Darah (mmHg)
Rerata selisih sistolik hari ke-1 dan ke-3 (SD)
Rerata selisih diastolik hari ke-1 dan ke-3 (SD)
Rerata selisih sistolik hari ke-1 dan ke-5 (SD)
Rerata selisih diastolik hari ke-1 dan ke-5 (SD)
5 (71,4%)
1 (25,0%)
7 (58,3%)
0 (.0%)
8 (53,3%)
6 (50,0%)
1 (50,0%)
1 (50,0%)
8 (53,3%)
0 (.0%)
3,50 (6,65)
2,75 (8,87)
7,63 (8,36)
6,38 (10,05)
2 (28,6%)
3 (75,0%)
5 (42,7%)
1 (100,0%)
7 (46,7%)
6 (50,0%)
1 (50,0%)
1 (50,0%)
7 (46,7%)
1 (100,0%)
-2,38 (5,04)
-2,00 (4,40)
-2,13 (3,09)
-2,63 (6,07)
bersambung
sambungan
Variabel
Captopril 1 x 25
mg + Jus Timun
(n= 11)
Captopril 1 x 25
mg
(n= 11)
Nilai tengah selisih sistolik hari ke-1 dan ke-3 (Min ; Max) 5,00 (-9 ; 14) -3,50 (-8 ; 4)
37
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
Nilai tengah selisih diastolik hari ke-1 dan ke-3 (Min ; Max)
Nilai tengah selisih sistolik hari ke-1 dan ke-5 (Min ; Max)
Nilai tengah selisih diastolik hari ke-1 dan ke-5 (Min ; Max)
3,00 (-12 ; 20)
9,50 (-8 ; 20)
7,00 (-13 ; 20)
-3,50 (-8 ; 3)
-3,00 (-5 ; 4)
.00 (-12 ; 3)
BAB VI
PEMBAHASAN
38
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
VI.1. Temuan Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, hubungan rerata selisih perbedaan
tekanan darah antara hari ke-1 dengan hari ke-3, dan hari ke-1 dengan hari ke-5
berhubungan secara epidemiologi pada penggunaan tambahan jus timun dan tanpa jus
timun. Secara analisis statistik, didapatkan hubungan bermakna pada rerata selisih
perbedaan tekanan darah sistolik hari ke-1 dengan hari ke-3 , sistolik dan diastolik
hari ke-1 dengan hari ke-5, sedangkan tidak didapatkan hubungan yang bermakna
pada rerata selisih perbedaan diastolik antara hari ke-1 dengan hari ke-3.
Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa dengan
konsumsi timun, sayuran yang tinggi potassium (147 mg/100 g), magnesium (13
mg/100 g), dan phosphor selama 5 hari dapat memberikan efek penurunan tekanan
darah dengan mengikat sodium dan karena kandungan air yang tinggi juga bersifat
diuretik, bekerja meningkatkan sekresi urin bersama dengan sodium sehingga
membantu menurunkan tekanan darah.
VI.2. Keterbatasan Penelitian
VI.2.1. Bias Seleksi
Pada penelitian ini bias seleksi tidak dapat disingkirkan karena cara
pengambilan sampel adalah consecutive non-random sampling. Oleh karena itu,
faktor-faktor risiko dan penyakit mungkin berbeda pada responden dengan jus timun
dan non-responden, sehingga dapat menyebabkan perbedaan hubungan antara faktor
risiko dan penyakit pada subjek penelitian dengan non-subjek.
39
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
VI.2.2.Bias Informasi
Pada penelitian ini bias observasi sudah diminimalisir karena pengukuran
tekanan darah bersifat objektif. Bias pengukuran tidak dapat dihindari karena pada
penelitian ini menggunakan sphygmomanometer digital merk Omron HEM-7111
walaupun sudah dikalibrasi.
VI.2.3 Chance
Chance adalah besarnya peluang untuk diperolehnya hasil penelitian ini secara
kebetulan (memperkirakan besar kesalahan dalam menolak H0). Dapat atau tidak
disingkirkan kemungkinan diperolehnya hasil penelitian ini karena faktor kebetulan,
dinilai dari hasil perhitungan α (kesalahan tipe I) dan β (kesalahan tipe II).
Variable
Nilai α
(pada α =
5%)
Nilai β
(pada β =
20%)
Power
Rerata selisih tekanan darah sistolik hari ke-1
dengan hari ke-3
Rerata selisih tekanan darah diastolik hari
ke-1 dengan hari ke-3
Rerata selisih tekanan darah sistolik hari ke-1
dengan hari ke-5
Rerata selisih tekanan darah diastolik hari
ke-1 dengan hari ke-5
25,02%
61%
2,44%
18,68%
48,8%
27,43%
13%
41,68%
51,2%
72,57%
87%
58,32%
Pada hasil perhitungan chance hari ke-1 dengan hari ke-3 didapatkan hasil
kesalahan tipe 1 (α) sistolik dan diastolik sebesar 25,02% dan 61%, ini menandakan
40
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
hasil penelitian secara kebetulan tidak dapat disingkirkan. Pada hasil perhitungan
chance hari ke-1 dengan hari ke-5 didapatkan hasil kesalahan tipe 1 (α) sistolik 2,44%
yang menandakan bahwa hasil penelitian secara kebetulan dapat disingkirkan
sedangkan kesalahan tipe 1 (α) diastolik sebesar 18,68% menandakan bahwa hasil
penelitian secara kebetulan tidak dapat disingkirkan.
Pada hasil perhitungan chance hari ke-1 dengan hari ke-3 didapatkan hasil
kesalahan tipe 2 (β) sistolik dan diastolik sebesar 48,8% dan 27,43%, ini menandakan
hasil penelitian secara kebetulan tidak dapat disingkirkan. Tetapi pada hasil
perhitungan chance hari ke-1 dengan hari ke-5 didapatkan hasil kesalahan tipe 2 (β)
sistolik dan diastolik sebesar 13% yang menandakan bahwa hasil penelitian secara
kebetulan dapat disingkirkan sedangkan kesalahan tipe dan kesalahan tipe 2 (β)
diastolik sebesar 6% menandakan hasil penelitian secara kebetulan tidak dapat
disingkirkan.
Pada hasil nilai power rerata selisih tekanan darah sistolik dan diastolik hari
ke-1 dengan hari ke-3 adalah 51,2% dan 72,57%, artinya uji hipotesis pada sampel
mempunyai peluang sebesar 51,2% dan 72,57% untuk menemukan perbedaan, apabila
perbedaan tersebut ada dalam populasi.
Pada hasil nilai power rerata selisih tekanan darah sistolik dan diastolik hari
ke-1 dengan hari ke-5 adalah 87dan 58,32%, artinya uji hipotesis pada sampel
mempunyai peluang sebesar 87% dan 58,32% untuk menemukan perbedaan, apabila
perbedaan tersebut ada dalam populasi.
BAB VII
41
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 16 responden dengan tekanan
darah tidak terkendali pada tanggal 20 Maret 2013 s/d 25 Maret 2013. Yang datang ke
Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kelurahan Joglo I, dapat disimpulkan:
1) Jumlah responden yang berusia ≥ 40 tahun yang datang ke Balai Pengobatan
Umum di Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki hipertensi tidak terkendali
dengan pemberian Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun adalah sebesar
8 responden.
2) Rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-3 pada kelompok perlakuan
jus timun dan tanpa perlakuan jus timun adalah :
Sistolik : 3,5 mmHg dan -2,38 mmHg
Diastolik : 2,75 mmHg dan -2,00 mmHg
Rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-5 pada kelompok tambahan
jus timun dan tanpa jus timun adalah :
Sistolik : 7,63 mmHg dan -2,13 mmHg
Diastolik : 6,38 mmHg dan -2,63 mmHg
3) Rerata selisih tekanan darah antara hari ke-1 dengan hari ke-3, dan hari ke-1
dengan hari ke-5 berhubungan secara epidemiologi pada penggunaan tambahan
jus timun dan tanpa jus timun. Secara analisis statistik, didapatkan hubungan
bermakna pada rerata selisih tekanan darah sistolik dan diastolik hari ke-1 dengan
hari ke-5 (p-value = <0,05), sedangkan tidak didapatkan hubungan yang
bermakna pada rerata selisih sistolik dan diastolik antara hari ke-1 dengan hari
ke-3 (p-value = >0,05).
42
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
VII.2. Saran
Setelah mengetahui hasil penelitian ini, maka :
VII.2.1.Masyarakat
Captopril dengan tambahan jus timun memiliki efektivitas yang lebih baik
dibandingkan dengan Captopril tanpa jus timun. Oleh karena itu, masyarakat
dapat menjadikan jus timun sebagai tambahan untuk mengobati hipertensi tidak
terkendali, dengan cara men-jus 100 gram timun kedalam 100cc air matang,
diminum setiap hari sebanyak minimal 1 kali perhari.
VII.2.2.Puskesmas
Penurunan nilai tekanan darah dengan jus timun sebagai tambahan pada terapi
Captopril 1 x 25 mg lebih baik daripada Captopril 1 x 25 mg tanpa jus timun
sehingga Puskesmas dapat menganjurkan kepada pasien untuk menambahkan jus
timun untuk mengobati hipertensi tidak terkendali, dengan cara men-jus 100 gram
timun kedalam 100cc air matang, diminum setiap hari sebanyak 1 kali perhari.
VII.2.3.Peneliti
Memenuhi jumlah sampel berdasarkan perhitungan besar sampel minimal dan
menggunakan plasebo untuk menghindari ketidakseimbangan penilaian ke-2
kelompok antara peserta dan peneliti.
Periode penelitian yang lebih panjang, untuk mendapatkan hasil penelitian yang
lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
43
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
1. WHO-Europe. Denmark: Noncommunicable Diseases. (updated: 2013; cited: 2013
March 14). Available from :
http://www.euro.who.int/en/what-we-do/health-topics/noncommunicable-diseases.
2. Heart.org. Dallas: Statistical Fact Sheet Update 2013. (updated: 2013; cited: 2013
March 14). Available from : http://www.heart.org/idc/groups/heart-public.
3. Global Heart Observatory. Swiss : Raised Blood Pressure, Situation and Trends.
(updated: 2013; cited : 2013 March 14). Available from :
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/
index.html.
4. Depkes2012. Jakarta: Masalah Hipertensi di Indonesia. (updated: 2012 May 16 ;
cited: 2013 March 14). Available from :
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-
indonesia.html.
5. Puskesmas Kelurahan Joglo I. Laporan Tahunan Puskesmas Joglo I Tahun 2012,
Jakarta. 2012
6. The George Mateljan Foundation. Cucumbers. (updated : 2013; cited 2013 March 13).
Available from: http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=foodspice&dbid=42.
7. Mohammad Yogiantoro. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV.Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007:599-603
8. Fauci, Anthony S., dkk. Hypertension.In: Harrison’s Manual of Medicine, 17 th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies, 2008: 693-9.
9. David J., Valory N. Characteristics of Patients with Uncontrolled Hypertension in the
United States. (updated: 2001 August 16; cited : 2013 March 14). Available from:
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa010273.
44
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
10. Karim, Fauziah Rahmah. Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Sativus) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Medan : Repository USU, 2009.
11. PubMed. gov Italy: Risk Factors for Uncontrolled Hypertension in Italy. (updated:
2004 March 18; cited 2013 March 14). Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14973516.
12. Suzanne Oparil, David A. Calhoun. Managing the Patient with Hard to Control
Hypertension; Journal of the AAFP, 1998, March 1, vol. 57, 1007- 14.
13. M.Edial Sanif. Hipertensi dan Obesitas. (updated : 2009 April 2; cited : 2013 March
27) Available from : http://www.jantunghipertensi.com/hipertensi/65.html.
14. Elizabeth Corwin. Buku Saku Patofisiologi Edisi III. Jakarta: EGC, 2009: 664-5
15. Aggie Casey, R.N., M.S., Herbert Benson, M.D. Menurunkan Tekanan Darah.
Panduan Harvard Medical School.
16. Murtagh J. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Hipertensi. (updated:2013;
cited 2013 March 25). Available from: http://ebookbrowse.com/hubungan-antara-
tingkat-pendidikan-dan-hipertensi-pada-wanita-pdf-d411094480/.
17. Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI : Jakarta, 2007.
18. Nutritional Recommendation for Cucumbers. Haifa. 2012
19. Nutrition Facts of Cucumber, Peel, Raw, 100 grams (updated : 2012 March 21; cited
2013 March 14). Available from : http://nutritiondata.self.com/facts/vegetables-and-
vegetable-products/2439/2.
20. Wright, Cl. Herbal medicines as diuretics: a review of the scientific evidence.
(updated: 2007 October 8; cited: 2013 March 14). Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17804183.
45
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya
Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013
21. Intan Nisa. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta : Dunia
Sehat, 2012. Hal 73-5
22. Amran Y dkk,. Pengaruh Tambahan Asupan Kalium Dari Diet Terhadap Penurunan
Hipertensi Sistolik dan Diastolik Tingkat Sedang pada Lanjut Usia, Jakarta : Artikel
Penelitian: Universitas Islam Negeri Syarif Hasanuddin, 2010.
23. Saraswati. S,.Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi, dan
Stroke,
Jogjakarta: A Plus Books, 2009.
24. Sastroasmoro S, Ismael S. Perkiraan Besar Sampel. In : Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis, Madiyono B, Mz SM, Sastroasmoro S, Budirman I, Purwanto SH,
Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto. 2010 : 348 – 82.
25. Sonia N.R. Effect of Cucumber on Blood Pressure Among the Prehypertensive Adults
in A Selected Rural Area Bangalore. Bangalore, 2012.
46
Top Related