perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI
STRATEGI PEMBAHARUAN SOSIAL DI SURAKARTA
1930-1970
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
RETNA ARIYANTI
C0504039
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI STRATEGI
PEMBAHARUAN SOSIAL DI SURAKARTA 1930-1970
Disusun oleh :
RETNA ARIYANTI
C0504039
Telah Disetujui oleh pembimbing :
Pembimbing
Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd
NIP. 195905091985032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih M,Hum
NIP. 195402231986012001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI STRATEGI
PEMBAHARUAN SOSIAL DI SURAKARTA 1930-1970
Disusun oleh :
RETNA ARIYANTI
C0504039
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal.......................
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum (.....................)
NIP. 19540223198601200
Sekretaris Insiwi Febriary Setiasih, SS, MA (.....................)
NIP. 19800227200501200
Penguji I Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd (.....................)
NIP. 195905091985032001
Penguji II Drs. Tunjung Wahadi Sutirto, M.Si (....................)
NIP. 19611225198703100
Dekan,
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A.
NIP. 195303141985061001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : RETNA ARIYANTI
NIM : C0504039
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pendidikan
Muhammadiyah Sebagai Strategi Pembaharuan Sosial Di Surakarta 1930-1970
adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain.
Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari
skripsi tersebut.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan,
Retna Ariyanti
C0504039
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO :
”Penuhilah hidup ini selalu dengan ilmu”
(Retna Ariyanti)
”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu.”
(Surat Al-Baqarah ayat 147)
Allah menentukan rahmatnya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah
mempunyai karunia yang besar.
(Surat Ali- Imran ayat 74)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ibu
Ayahku
Kakak, Adik-adikku, keponakanku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana
Sastra.
Menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dan fasilitas, bimbingan maupun kerjasama dari berbagai pihak, maka
hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Sudarno, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam
perizinan kepada penulis untuk penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
4. Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd selaku pembimbing utama yang telah
banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
5. Drs. Supariadi, M.Hum, selaku pembimbing akademis penulis selama studi di
jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, yang telah dengan sabar dan
disiplin memberikan arahan dan motivasi akademis.
6. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Sejarah, yang telah memberikan bimbingan
dan berbagai bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis.
7. Pimpinan Muhammadiyah Daerah Surakarta yang telah banyak membantu penulis
dalam memberikan informasi-informasi untuk keperluan dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Segenap narasumber dengan kesediaannya telah memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
9. Segenap staf dan karyawan di UPT Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret,
Perpustakaan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa, Perpustakaan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Perpustakaan Lembaga Pustaka Seni Dan Budaya
PDM Surakarta, Arsip dan Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran, Arsip
dan Perpustakaan Sasana Wilapa Kraton Kasunanan Surakarta, Perpustakaan SD
Muhammadiyah I Surakarta, Perpustakaan SMA Muhammadiyah I Surakarta yang
telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam penyediaan dan peminjaman
buku-buku yang diperlukan.
10. Teman-temanku Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta Angkatan 2003, 2004, 2005, 2006, 2007.
11. Bapak dan Ibu, kakak, adikku serta keponakanku yang selalu memberikan kasih
sayang dan semangat dengan tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada
penulis.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan-bantuan baik berupa bantuan materiil, bantuan moril, maupun berupa
bantuan spirituil selama dalam penyusunan skripsi ini sehingga penyusunan skripsi
ini dapat selesai dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Surakarta,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ......................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM ............................................................ xix
ABSTRAK........................................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
F. Metode Penelitian ........................................................................... 13
A. G. Sistematika Penelitian .......................................................... I7
BAB II MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA............................................. 19
A. Gambaran Umum Berdirinya Muhammadiyah..............................
1. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ................................
2. Arti dari lambang Muhammadiyah ............................................
3. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta.....................................................................................
19
19
21
24
B. Proses Terbentuknya Muhammadiyah Cabang Surakarta..............
1. Sejarah Berdirinya SATV ..........................................................
2. Terbentuknya Muhammadiyah Cabang Surakarta ...................
37
27
44
C. Aktivitas Muhammadiyah Cabang Surakarta.................................
1. Bagian Cabang Pendidikan atau Afdeling Onderwijs ..............
2. Dibidang Tabligh .......................................................................
3. Dibidang Kesehatan ..................................................................
4. Kegiatan-kegiatan Muhammadiyah Cabang Surakarta di
Sontohartono ..............................................................................
47
48
48
49
50
BAB III PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA .................... 53
A. Periode Awal Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah Di
Surakarta Tahun 1930-1945 ...........................................................
1. Periode Awal Mula Munculnya Sekolah Muhammadiyah di
Surakarta Tahun 1930 ................................................................
2. Sistem Pendidikan Pesantren ...................................................
3. Perkembangan dan Sistem Pendidikan Yang Ada Pada Masa
Pemerintahan Kolonial Tahun 1930-1942 .............................
53
53
55
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
4. Pendidikan yang di Selenggarakan oleh Keraton Kasunanan
dan Pura Mangkunegaran ..........................................................
5. Masa-masa Perkembangan Awal Persyarikatan
Muhammadiyah di bidang Pendidikan di Surakarta Periode
Tahun 1930-1942 ......................................................................
73
76
B. Pendidikan Muhammadiyah Masa Kependudukan Jepang di
Surakarta Tahun 1942 sampai 1945 ..............................................
1. Kebijakan dan Tujuan Pendidikan di Masa Pemerintahan
Jepang .....................................................................................
2. Berakhirnya Sekolah Jepang ..................................................
3. Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta tahun 1942-
1945 .........................................................................................
90
90
94
95
C. Isi dan Tujuan dari Pendidikan Muhammadiyah ...........................
1. Kurikulum dan Ciri Khusus Sekolah Muhammadiyah yang
Membedakan dengan sekolah lain ...........................................
2. Tujuan berdirinya Sekolah Muhammadiyah ...........................
3. Janji Pelajar dan Pokok Dasar Pendidikan Muhammadiyah ...
4. Metode dan Sistem Belajar yang Digunakan di Sekolah
Muhammadiyah.......................................................................
5. Tantangan-tantangan dan Hambatan yang dihadapi oleh
Sekolah-sekolah Muhammadiyah .......................................
99
99
104
106
113
107
109
D. Pengaruh Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta Tahun 1930-
1945 ...............................................................................................
1. Pengaruh Pendidikan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di
Surakarta tahun 1930 Sampai 1945 ........................................
2. Peranan Persyarikatan Muhammadiyah dalam Membangun
Kemajuan Pendidikan Muhammadiyah bagi Masyarakat
Surakarta tahun 1930 Sampai 1945 ........................................
112
114
120
BAB IV PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DI
SURAKARTA TAHUN 1945-1970............................................
125
A. Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah Tahun 1945 Sampai
1950.........................................................................................
1. Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Pendidikan tahun
1945 sampai 1950 .................................................................
2. Pendidikan Muhammadiyah tahun 1945-1950 ......................
125
125
131
B. Arah Gerak Muhammadiyah dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Tahun 1945-1970 .................................................................
1. Kebijakan Pendidikan 1945-1970 ........................................
2. Kurikulum Pendidikan Sekolah-sekolah
MuhammadiyahTahun 1945-1970.........................................
3. Faktor-faktor Penghambat Perkembangan Sekolah-sekolah
Muhammadiyah Tahun 1945-1970 .......................................
4. Usaha-usaha Pengembangan Pendidikan Muhammadiyah....
134
134
135
148
153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
C. Perkembangan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta
tahun 1945-1970 ......................................................................
1. Pelaksanaan pendidikan Secara Informal ................................
2. Pelaksanaan Pendidikan Secara Non Formal ..........................
3. Pelaksanaan Pendidikan Formal .............................................
4. Teknik Penyelenggaraan Pendidikan di sekolah-sekolah
Muhammadiyah ..................................................................
161
161
162
163
177
D. Perkembangan Masyarakat Surakarta dengan Adanya Pendidikan
Muhammadiyah 1945-1970....................................................
1. Perkembangan Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah
Terhadap Perubahan sosial Msyarakat Surakarta Tahun 1945-
1970............................................................................
2. Peranan Persyarikatan Muhammadiyah dalam Membangun
Kemajuan Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta Tahun
1945-1970 ...........................................................................
179
181
191
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 199
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 203
DAFTAR INFORMAN......................................................................................... 211
LAMPIRAN........................................................................................................... 213
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
TABEL
Tabel 1 : Sekolah-sekolah Kolonial Yang didirikan di Surakarta Tahun
1932................................................................................................
72
Tabel 2 : Sekolah-sekolah Muhammadiyah Cabang Surakarta Tahun
1930-1942.......................................................................................
85
Tabel 3 : Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang
Sekolah Menengah Kejuruan Hingga Tahun 1970........................
160
Tabel 4 : Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang
Sekolah Dasar Hingga Tahun 1970................................................
167
Tabel 5 : Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang
Sekolah Menengah Pertama Hingga Tahun 1970..........................
169
Tabel 6 : Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang
Sekolah Menengah Atas hingga Tahun 1970.................................
170
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
1. Istilah
Abdi Dalem : Pegawai Kerajaan.
Akhlak : Moral, baik, budi perkerti, Suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia
seperti moral, budi pekerti.
Al-Qur’an : Kitab Agama Islam.
Amar Ma’ruf Nahi
Munkar
: Mengajak kepada perintah Allah dan mencegah
larangan-larangan-NYA, mengajurkan kebaikan
dan mencegah kemunkaran.
Bangsawan bumiputera : Keturunan darah bumi, keturunan orang-orang
lahir ningrat (keluarga bangsawan raja asli
pribumi).
Bid’ah : Penambahan hal baru, penyelewengan dari
tradisi, hal-hal baru dalam ibadah yang diadakan,
yang tidak dilaksanakan oleh Rasul selama
hidupnya, tidak termasuk dalam ketentuan-
ketentuan agama yang muni dan asli.
Dai Nippon : Sebutan bagi bangsa Jepang.
Diniyah : Sekolah dengan pelajaran agama Islam saja.
Dualisme : Ajaran yang berdasarkan dua azas yang
berlainan.
Gradualisme : Ajaran yang mempengaruhi sedikit demi sedikit.
Gunsaikanbu : Pemerintah Militer Pusat.
Gunseibu : Pemerintah Militer Daerah.
Gunseikan : Kepala Pemerintahan Militer.
Gunsereikan : Panglima Tentara.
Hakko-Ichiu : Ajaran kesatuan umat manusia dibawah Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Ibtidaiyah : Sekolah Dasar dengan Agama Islam.
Ijtihad : Dalam bidang fiqih (hukum Islam) mengerahkan
seluruh tenaga dan fikiran untuk menyelidiki dan
mngeluarkan hukum-hukum yang terkandung
dalam Al-Qur’an dengan syarat-syarat tertentu.
Khurafat : Dogeng cerita, fiktif, cerita dusta, cerita bikin-
bikinan, kepercayaan yang menyimpang dari
kemurnian agama.
Kweekschool : Sekolah Guru dengan bahasa pengantar Belanda,
lama belajar empat tahun, untuk menjadi guru
HCS dan HIS.
Madrasah : Sebutan bagi sekolah Agama Islam, tempat
proses belajar mengajar ajaran Islam secara
formal yang mempunyai kelas dan kurikulum
dalam bentuk klasikal.
Madrasah Mu’alimin : Sekolah guru agama tingkat tinggi.
Mubaligh : Orang yang menyampaikan ajaran agama kepada
masyarakat.
Muktamar : Forum permusyawaratan tertinggi dalam
Muhammadiyah yang berfungsi untuk
merumuskan garis besar kebijakan organisasi,
memilih dan menetapkan anggota Pimpinan
Pusat, serta merupakan forum
pertanggungjawaban kepengurusan selama lima
tahun sebelumnya.
Nederlands Indie : Hindia Belanda
Normaalschool : Sekolah Guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Osamu Serei : Undang-Undang Pada Masa Jepang
Pangreh Praja : Abdi Kerajaan
Resident : Propinsi
Shidiq : Sifat benar dan jujur.
Syirik : Suatu kebiasaan, tradisi, yaitu kepercayaan
terhadap keampuhan peninggalan-peninggalan
nenek moyang yang diyakini menentukan dan
mempengaruhi jalan kehidupan.
Tanah Wakaf : Bentuk pemberian dengan cara mengalihkan hak
atas kekayaan dan sebagainya kepada orang lain.
Tsanawiyah : Sekolah lanjutan dengan dasar Islam.
Zending : Badan-badan penyelenggara penyebaran agama
kristen.
2. Singkatan
BPUPKI : Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi
Cosakai).
CVO : Cursus Volks Onderwijer (Kursus yang menerima
murid dari Vervolgschool atau Tweede Klasse
dengan lama belajar 1 tahun dan berbahasa
Belanda.
HCS : Hollandsch Chineesche School ( Sekolah Rendah
untuk anak-anak keturunan Cina dengan bahasa
pengantar Belanda lama belajar 7 tahun.
MULO : Meer Uitgebreit Lager Onderwijs. (Sekolah
rendah dengan program yang diperluas dengan
lama belajar 3 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
( Dokuritsu Junbi Inkai).
SKKA : Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas.
SKKP : Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama.
SMA : Sekolah Menengah Atas.
SMEA : Sekolah Menengah Ekonomi Atas.
SMEP : Sekolah Menengah Ekonomi Pertama.
SMP : Sekolah Menengah Pertama.
SMOA : Sekolah Menengah Olahraga Atas.
SPG : Sekolah Pendidikan Guru.
SR : Sekolah Rakyat.
UUPP : Undang-undang Pokok Pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Algemeene Secretarie No.81, den 22 sten Augustus 1914 ...... 213
2 UITTREKSEL uit het Register der Besluiten van den
Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie, Batavia, den
16 den Augustus 1920 (No.40). ..........................................
214
3 UITTREKSEL uit het Register der Besluiten van den
Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie, Batavia, den 2
den September 1921 (No.36). ................................................
215
4 Rechtpersoon Muhammadijah 1941 ................................... 216
5 Surat Keputusan Perubahan Nama Muhammadiyah Cabang
Surakarta menjadi Muhammadiyah Daerah Surakarta ..........
217
6 Pendirian dan Pengelolaan Sekolah Muhammadiyah tidak
Memerlukan Akte Notaris atau bentuk Yayasan Tersendiri ....
218
7 Arsip Mangkunegaran, No. L. 709, “Aturan-aturan Sakeng
Pemerintah Dai Nippon”, Tentang Penggunaan Bahasa
Indonesia di Sekolah.........................................................
222
8 Arsip Mangkunegaran No. 4300, “Pendidikan dan Pengajaran
Indonesia 21 Mei 2605”.....................................................
223
9 Arsip Mangkunegaran No. 1411, “Permohonan Tanah Untuk
keperluan HIS”.........................................................................
225
10 Setifikat SD Muhammadiyah I Surakarta ................................... 228
11 Keadaan Sekolah-sekolah Muhammadiyah Daerah Kotamadya
Surakarta Tahun 1968............................................................
230
12 Keadaan Murid dan Sekolah Muhammadiyah Tahun
1969................................................................................
232
13 Bunyi Pidato K.G.P.A.A Mangkunegaran VII ......................... 238
14 Opgave´ van Openbare Onderwijainrichtingen in het gewest
Soerakarta..........................................................................
241
15 Arsip Mangkunegaran No.871, “Bab Kadarman Dalem”........ 246
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
16 Arsip Mangkunegaran No.1411, “Surat Permintaan Izin Untuk
Memperingati Maulud Nabi”.......................................................
247
17 Pengajaran dan Pendidikan (Berita Officieel), Ketentuan Mata
Pelajaran di HIS.................................................................
248
18 Kepribadian Muhammadiyah (Hasil Muktamar
Muhammadiyah ke-35 di Jakarta........................................
245
19 Gambar Gedung bersama antara SD Muhammadiyah I dan
SMA Muhammadiyah I Surakarta Tahun 1970....................
250
20 Gambar Gedung SMP Muhammadiyah I Surakarta Tahun
1970 ........................................................................................
251
21 Potret An-anak SMP Muhammadiyah I Dalam Mengikuti
Parade Maulud Nabi Tahun 1970........................................
252
22 Potret Anak-anak Yang Mengikuti Pesta Fakir Miskin
Perayaan Idul Adha Tahun 1970..........................................
253
23 Potret Pengurus Muhammadiyah Cabang Surakarta Tahun
1930. .............................................................................
254
24 Potret Pengurus Muhammadiyah Bagian Sekolahan Tahun
1930 ..............................................................................
255
25 Potret K.H. Ahmad Dahlan beserta Nyi. Ahmad Dahlan
(Pendiri Muhammadiyah)....................................................
256
26 Potret Muhammad Amir (Sesepuh Muhammadiyah) dan
Pigura Surat Keputusan diijinkannya Pendirian
Moehammadijah Hindia Timoer ..............................................
257
27 Potret Piala-Piala ................................................................. 258
28 Potret Rekreasi bersama dalam Rangka Kelulusan Kelas 3
SMA dan Kegiatan Keterampilan dalam Rangka Meningkatkan
Mutu Pendidikan Tahun 1970 di SMA Muhammadiyah I
Surakarta .......................................................................
259
29 Piagam Pendirian Perguruan Muhammadiyah ..................... 260
30 Gambar Gedung Sontohartono, tempat Kegiatan
Muhammadiyah...............................................................
261
31 Kegiatan Pemuda Muhammadiyah....................................... 264
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM
Gambar I : Lambang Persyarikatan Muhammadiyah.................... 26
Diagram I : Susunan Persekolahan Menurut Panitia Penyelidik Kemerdekaan Tahun 1947
: Susunan Jenjang Sekolah Menurut Panitia Penyelidik
Kemerdekaan Tahun 1947..........................................
135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
ABSTRAK
Retna Ariyanti, C0504039, 2011, Pendidikan Muhammadiyah Sebagai Strategi
Pembaharuan Sosial Di Surakarta 1930-1970, Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah,
Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penelitian ini membahas tentang Pendidikan Muhammadiyah Sebagai
Strategi Pembaharuan Sosial Di Surakarta 1930-1970. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah (1) Apa yang menjadi latar belakang pembaharuan pendidikan
Muhammadiyah di Surakarta tahun 1930 sampai 1970? (2) Bagaimana bentuk-bentuk
pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di Surakarta? (3) Bagaimana peran
pembaharuan dan pengaruh pendidikan Muhammadiyah terhadap perkembangan
masyarakat di Surakarta? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar
belakang pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di Surakarta tahun 1930 sampai
1970, untuk mengetahui bentuk-bentuk pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta, untuk mengetahui peran pembaharuan dan pengaruh pendidikan terhadap
perkembangan masyarakat di Surakarta.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan
teknik melakukan pengumpulan data. Data selanjutnya dikritik secara intern dan
ekstern. Hasilnya berupa fakta- fakta historis. Fakta ini lalu disusun dalam sebuah
historiografi. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik
studi dokumen, studi pustaka, wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah
didirikan karena kecenderungan masyarakat yang terbelenggu oleh tahayul, bid'ah,
khurafat, kemiskinan dan penderitaan akibat penjajahan. Akibatnya masyarakat hidup
dalam kebodohan, kesengsaraan dan tidak melaksanakan ajaran agama dengan baik
dan benar. Untuk memperbaiki keadaan masyarakat tersebut, Muhammadiyah banyak
melakukan perubahan misalnya mendirikan sekolah-sekolah dengan tujuan
membentuk pribadi muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan
berguna bagi masyarakat. Muhammadiyah mendirikan sekolah dari sekolah dasar
hingga menengah tinggi. Sekolah-sekolah yang berdiri berjalan lancar dan mampu
bersaing dengan sekolah-sekolah lain. Sekolah-sekolah Muhammadiyah diharapkan
mampu menciptakan siswa-siswi yang berkualitas serta berguna bagi bangsa dan
negara. Adanya sekolah Muhammadiyah yang berdiri di Surakarta, masyarakat
mengalami perubahan dalam beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah Persyarikatan Muhammadiyah sebagai lembaga pendidikan
swasta mengalami perkembangan yang cukup baik. Muhammadiyah mampu
menyiapkan perlengkapan pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat lanjutan.
Muhammadiyah masih bisa mengembangkan amal usahanya walaupun dalam masa
penjajahan Belanda, Jepang dan masa kemerdekaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
ABSTRACT
Retna Ariyanti, C0504039, 2011, Muhammadiyah Education as A Social Reform
Strategy in Surakarta 1930 to1970. Departement of Historical Science, Faculty of
Letters and Fine Arts, Sebelas Maret University of Surakarta.
This research discusses about Muhammadiyah Education as A Social Reform
Strategy in Surakarta 1930-1970. The research problems are (1) What is the
background of Muhammadiyah education reform in Surakarta from 1930-1970? (2)
What are the kinds of Muhammadiyah education reform in Surakarta? (3) What are
the reform roles and the impacts of Muhammadiyah education toward the society
development in Surakarta? The aim of this research are to know the background of
Muhammadiyah education reform in Surakarta from 1930-1970, to find out the
kinds of Muhammadiyah education in Surakarta, and to find out the reform roles
and the impacts of Muhammadiyah education toward the society development in
Surakarta.
The method used in this research is a historical method with data collection
technique. The data are subsequently criticized internally and externally. The result
are the historical facts. This facts are then compiled in a historiografy. This research
uses data collection technique with document study, literature study and interview
techniques.
The result of this research show that Muhammadiyah alliance was
established because of the tendency of society fettered by supersition, heresy, myth,
poverty and suffering caused by the colonialism. As a result, the society lived in
ignorance and misery, and did not implement the religion properly and correctly. To
improve that society condition Muhammadiyah has done many changes like building
schools for forming moslem individulity who is noble, competent, self confidence
and useful to the society. Muhammadiyah built school, from elementary school to
high school. The schools runs well and can compete with other schools.
Muhammadiyah schools are expected to be able to create qualified students and
useful for the nation. By the existence of Muhammadiyah schools in Surakarta, the
society experiences changing in religious devotion and in daily life. The conclusion
of this research is that Muhammadiyah alliance as a private education institution has
developed well. Muhammadiyah is able to provide educational equipment from the
basie to advanced level. Muhammadiyah is still able to develop its charitable efforts
although it is either in the Dutch and Japan colonial period or in the period of
independence.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang berdiri sekitar abad 20 dan
terbentuk karena berkeinginan untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia.
Muhammadiyah didirikan pada hari Tarwiyah 8 Dzulhijah 1330 H atau 18
November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta.1 Alasan terbentuknya
Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan berkeinginan untuk membuka
sekolah sendiri yang dikelola dengan baik dan juga didukung oleh organisasi
yang bersifat permanen untuk menghindarkan nasib sebagaimana kebanyakan
pesantren tradisional yang terpaksa ditutup. Terbentuknya Muhammadiyah adalah
untuk menghadapi pengaruh dari barat dan kaum tradisional dengan melakukan
strategi tajdid atau pembaharuan strategi. Maksud dari pembaharuan strategi
adalah berupa pemahaman nilai-nilai Islami yang tidak boleh ditinggalkan dan
tidak boleh dicampuradukan dengan nilai-nilai non Islam, tetapi tidak boleh
bersikap menolak terhadap pengaruh dari luar Islam yang bersifat positif yang
dapat memajukan umat Islam.2
Dapat di gambarkan secara garis besar 2 hal yang ingin dilakukan oleh
K.H. Ahmad Dahlan adalah (1) Melepaskan umat Islam dari pengaruh tahayul,
bid’ah dan churafat (TBC) yang membelenggu umat dari pemahaman tauhid yang
1 Muhammad Amir, 1990, Muhammadiyah Yang Saya Ketahui Sebelum Kelahiran
Muhammadiyah Cabang Surakarta, Surakarta: PDM, halaman 1.
2 Amien Rais, 1998, Visi dan Misi Muhammadiyah, Yogyakarta: Pustaka Suara
Muhammadiyah, halaman 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
benar. (2) Untuk memajukan pendidikan umat Islam dengan memberikan
pengetahuan-pengetahuan Islam dan pengetahuan barat yang kepada golongan
muda. Tujuannya supaya umat Islam dapat hidup sejahtera di dunia. Oleh karena
itu, maka maksud didirikan Muhammadiyah adalah untuk: “Menyebarkan
pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. kepada penduduk bumiputera” dan
“memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”.3 Maksud ini sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Ciri amal usaha Muhammadiyah sejak didirikan tahun 1912 adalah
dibidang pendidikan. Perubahan pendidikan merupakan keadaan amal usaha
Muhammadiyah yang dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran pembaharuan.
Pembaharuan menjadi pilihan dari organisasi Muhammadiyah. Pemikiran
pembaharuan Islam dilaksanakan dengan dimulainya usaha mempertemukan
pemikiran ilmu dengan pemikiran keagamaan yang dilandasi ditegakkannya Al-
Qur’an dan Sunnah yang berisi keteladanan Nabi Muhammad S.A.W. Diharapkan
dengan pemikiran pembaharuan ini akan menimbulkan suatu perubahan-
perubahan yang memiliki kekuatan-kekuatan yang bersumber Al-Qur’an dan
Sunnah.4
Muhammadiyah dalam kegiatannya berusaha menjawab tantangan
pendidikan Belanda dan kegiatan missionaris Kristen dalam rangka wawasan
reformis Muhammad Abduh dan Rasyid Rido dari Mesir. Muhammadiyah juga
merupakan badan yang pertama dan yang paling berhasil diantara banyak badan
3 Soekirjono, “Perkembangan Organisasi Muhammadiyah Dulu Kini Dan Yang akan
Datang”, Langkah Baru Edisi Desember 2007, halaman 7.
4 M.T. Arifin, 1987, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Dunia Pustaka
Jaya, halaman 16-17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Indonesia yang melalui sistem sekolahnya5 yaitu dengan mendirikan banyak
sekolah-sekolah dari mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, Madrasah dengan menggunakan sistem modern tidak
menggunakan sistem pesantren yang menerapkan metode sorongan yaitu sistem
pendidikan dimana seorang santri menghadapi Sang Kyai dengan membawa
kitabnya, kemudian Sang Kyai membacakan teks dan arti dalam kitab itu,
kemudian Si Santri menirukan apa yang dibaca oleh Sang Kyai. Metode lainnya
adalah Bandongan atau Weton yaitu Sang Kyai membaca, mengartikan dan
menerangkan maksud teks dari kitab tertentu dihadapan sejumlah santri dan santri
tidak menirukan apa yang diucapkan oleh Sang Kyai.6
Masa awal berdirinya Muhammadiyah, Pemerintah Belanda mengambil
sikap diskriminatif dengan memberi kelonggaran kepada kalangan missionaris
Kristen lebih banyak termasuk bantuan uang, pemerintah juga melarang banyak
kegiatan missionaris Islam di daerah animisme, sedangkan missionaris Kristen
leluasa masuk dan mengembangkan pengaruhnya.7 Pimpinan Muhammadiyah
K.H. Ahmad Dahlan kemudian mengajukan permohonan kepada Pemerintah
Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum dan di kabulkan dengan surat
ketetapan Pemerintah N0. 81 tanggal 22 Agustus 1914.8 Namun izin ini hanya
berlaku di daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah
5 A. J. S. Reid, 1996, Revolusi Nasional Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
halaman 6.
6 Din Syamsuddin, 1990, Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Panjimas,
halaman 221.
7 Abduddin Nata, 2001, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
halaman 338.
8 Algemeene Secretarie No.81 den 22 sten Augustus 1914.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Yogyakarta saja. Dengan Anggaran Dasarnya dinyatakan maksud dan tujuannya:
a) Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. kepada penduduk
bumiputera didalam Residensi Yogyakarta. b) Memajukan hal Agama Islam
kepada anggota-anggotanya.9
Keputusan dari Pemerintah Hindia Belanda, Muhammadiyah hanya boleh
berkembang di Yogyakarta, akhirnya K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 7 Mei
1921, mengajukan permohonan kembali kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk
mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Dan
permohonan ini dikabulkan dengan Surat Ketetapan Pemerintah N0. 36 tanggal 2
September 1921.10
Hasil keputusan ini, menunjukkan bahwa Muhammadiyah
adalah salah satu gerakan pemurnian Islam di Indonesia yang pertama kali
mendapat pengakuan yang sah sebagai persyarikatan dari Pemerintahan Kolonial
Belanda.11
Selanjutnya Muhammadiyah diizinkan bebas bergerak
mengembangkan gagasan pembaharuannya di seluruh Indonesia. Gagasan
pembaharuan ini disebarluaskan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan murid-muridnya
kebanyak daerah di Indonesia.
Pembaharuan disebut juga dengan Gerakan Modern atau Reformasi
sedangkan pengertiannya adalah sebuah gerakan yang dilakukan untuk
menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Bertujuan
9 Tim, 2005, Profil Muhammadiyah 2005, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, halaman 14.
10 Ibid, halaman 15.
11 Lothrop Stoddarb, 1966, Dunia Baru Islam (terj Muljadi Djojomartono, Jakarta: Panitia
Penerbit Menko Kesejahteraan RI dalam Tim, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Timur,
Jakarta: Depdiknas, 1978, halaman 66.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
supaya umat Islam dapat terbebas dari ketertinggalan, bahkan dapat mencapai
kemajuan setaraf dengan bangsa-bangsa lain.12
Muhammadiyah berusaha
melakukan pembaharuan untuk memurnikan keyakinan agama dari campuran
sistem-sistem tradisional dengan melaksanakan gerakan pembaharuan untuk
membawa agama berjalan harmonis dengan pemikiran rasional modern dengan
kembali pada Al-Qur’an dan keyakinan Islam sesungguhnya. Muhammadiyah
memilihnya lewat jalan pendidikan.13
Melalui bidang pendidikan Muhammadiyah menerapkan cara belajar
agama yang mudah sehingga kalangan awam yang tidak pernah belajar di pondok
pesantren menjadi tertarik untuk belajar agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah
juga memberikan pelajaran ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga terbuka
jalan bagi terciptanya manusia muslim yang cerdas dengan berilmu pengetahuan
dan keterampilan yang berguna bagi masyarakat.14
K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah menggabungkan antara
metode pendidikan model pesantren dengan pendidikan model barat. Pelajaran
yang diambil dari pendidikan pesantren adalah mata pelajaran agama Islamnya,
sedangkan yang diambil dari sistem pendidikan barat adalah mata pelajaran
umumnya serta sistem kelasnya. Sekolah-sekolah yang ingin didirikan oleh
Muhammadiyah tidak dilaksanakan di Surau tetapi didalam gedung dengan
menggunakan kursi, meja, papan tulis. Disamping pelajaran agama yang diberikan
12 Weinata Sarin, 1995, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, halaman 18.
13 Wertheim, W.F, 1999, Masyarakat Indonesia Dalam Transisi (Studi Perubahan
Sosial), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, halaman 163.
14 MT Arifin, op. cit, halaman 147.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dengan cara baru, juga diajarkan huruf latin dan ilmu-ilmu umum seperti
berhitung, ilmu bumi, ilmu tubuh manusia.15
Metode inilah yang diharapkan K.H Ahmad Dahlan untuk kemajuan
masyarakat yang modern, namun masih bersumber dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Selain juga untuk menghadapi adanya tantangan pengaruh sistem Pemerintahan
Kolonial Barat. Karena model pendidikan yang ada ketika itu hanya model
pendidikan pesantren dengan belajar di masjid tanpa meja dan kursi dan hanya
mempelajari agama saja. Hal ini membuat K.H Ahmad Dahlan merasa khawatir
akan perkembangan masyarakat selanjutnya. Disekolah-sekolah yang didirikan
Muhammadiyah mata pelajaran yang diajarkan sama dengan sekolah-sekolah
pemerintah meniru metode rasional barat dan pengajaran agama dimasukkan
dalam mata pelajaran terpisah.16
Melihat perkembangan pembaharuan Muhammadiyah di bidang
pendidikan ini, penulis ingin mengungkap tentang pembaharuan pendidikan
Muhammadiyah di salah satu cabangnya yaitu di Surakarta. Organisasi ini di
Surakarta diresmikan oleh K.H. Ahmad Dahlan beserta Muhammad Husni dan
R.M Prawirowiworo pada tanggal 25 Januari 1922 dan secara resmi diganti
namanya menjadi Muhammadiyah Cabang Surakarta.17
Pada awal berdirinya
15 Djarnawi Hadikusuma, 2002, Aliran Pembaharuan Islam, Yogyakarta: Persatuan,
halaman 64.
16 Wertheim, W.F, op.cit., halaman 164.
17 Syamsi Sumardjo, 1967, Penyuluhan Muhammadiyah dengan Tokoh-Tokohnya Dalam
Kebangunan Islam, Yogyakarta: Mu’alimat Muhammadiyah, halaman 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
bernama SATV (akronim sifat nabi: Sidiq, Amanah, Tablig, Vathonah) setelah
diresmikan baru berubah menjadi Muhammadiyah cabang Surakarta.18
Surakarta dipilih sebagai bahan yang dikaji karena Persyarikatan
Muhammadiyah tetap menempati posisi sebagai lembaga pendidikan Islam yang
cukup mempengaruhi kehidupan masyarakat Surakarta. Hal ini dapat dilihat
banyaknya sekolah-sekolah yang ada di Surakarta baik sekolah negeri maupun
sekolah swasta. Muhammadiyah cabang Surakarta tetap mempertahankan mutu
dan kualitas hasil lulusannnya. Penelitian ini mengkaji tentang perubahan-
perubahan yang dilakukan Muhammadiyah di Surakarta, khususnya di bidang
pendidikan umumnya dari SD, SMP, SMA. Pendidikan yang dilakukan
Muhammadiyah berbasis ajaran agama Islam. Surakarta sendiri adalah sebuah
wilayah Jawa Tengah yang masih memiliki unsur kejawen yang kuat. Unsur-unsur
ini dapat dilihat dari adanya Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Latar
belakang dari institusi dari Keraton dengan pendidikan Muhammadiyah sehingga
penelitian ini menarik untuk dikaji.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi latar belakang pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta tahun 1930 sampai 1970?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta?
18 Muhammad Amir, op., cit., halaman 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Bagaiamana peran pembaharuan dan pengaruh pendidikan Muhammadiyah
terhadap perkembangan masyarakat di Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:
1. Untuk mengetahui latar belakang pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta tahun 1930 sampai 1970.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta.
3. Untuk mengetahui peran pembaharuan dan pengaruh pendidikan
Muhammadiyah terhadap perkembangan masyarakat di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Dengan penelitian yang berjudul Pendidikan Muhammadiyah Sebagai
Strategi Pembaharuan Sosial Di Surakarta 1930-1970 diharapkan bisa
memberikan gambaran tentang latar belakang pembaharuan yang dilakukan oleh
Muhammadiyah khususnya tentang pembaharuan di bidang pendidikan khususnya
di Surakarta dan memberikan gambaran dari proses pelaksanaan pembaharuan dan
dampak yang dihasilkan dari pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
Untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu sejarah khususnya
sejarah perkembangan Islam dalam pendidikan.
2. Manfaat Akademik
Dengan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan
tentang penulisan sejarah Indonesia. Khusunya tentang pembaharuan yang
dilakukan oleh Muhammadiyah dalam bidang pendidikan. Tulisan ini diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dapat memberikan pengetahuan tentang pembaharuan, khususnya pembaharuan
dan perkembangan pendidikan di Surakarta tahun 1930 sampai 1970. Dari hasil
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pendidikan juga bagi para
peneliti lain yang ingin mengembangkan lebih lanjut.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini lebih dulu ditinjau beberapa pustaka yang telah
mengkaji atau meneliti tema-tema sebagai acuan dalam penelitian ini. Diharapkan
dengan tinjauan pustaka akan memberikan rujukan, perbandingan dan bantuan
analisis untuk menelaah permasalahan yang diteliti antara lain adalah buku
karangan M. T. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah yang diterbitakan
oleh Dunia Pustaka Jaya, Jakarta tahun 1987. Buku ini membahas tentang
perkembangan pemikiran pembaharuan dalam Muhammadiyah serta pengaruhnya
terhadap perubahan pendidikan oleh beberapa faktor seperti 1. Muhammadiyah
memiliki pemikiran pembaharauan, 2. Memperbaiki adanya kesenjangan sehingga
antara cita-cita dengan kenyataan dapat dipertemukan, 3. Pengaruh perubahan
tuntutan zaman atas amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, 4. Alat
kelembagaan untuk mengarahkan perubahan di bidang pendidikan menjadi ciri
dari amal usaha Muhammadiyah.
Pengaruh pemikiran pembaharuan ini seperti usaha untuk mengatasi
dikotomi sistem pendidikan model barat dan model pesantren. Menurut
Muhammadiyah kedua model itu tidak akan memberikan kemajuan dan
Muhammadiyah berusaha melakukan perubahan dengan model itu. Pendidikan
Muhammadiyah menyesuaikan diri dengan kerangka sistem Pendidikan Nasional
dengan tetap mempertahankan dari identitas sebagai organisasi Islam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Buku ini bisa digunakan sebagai sumber acuan dalam penulisan ini, karena
dalam buku ini terdapat teori-teori tentang pembaharuan yang dilakukan
Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan sehingga buku ini tepat digunakan
sebagai sumber yang relevan dalam tulisan ini. Namun buku ini memiliki
kelemahan yaitu tidak memberikan contoh sebuah wilayah tentang perkembangan
pembaharuan Muhammadiyah di suatu wilayah.
Buku lain yang digunakan sebagai sumber acuan supaya data menjadi
relevan adalah buku karangan Weinata Sairin, MTH dengan judul Gerakan
Pembaharuan Muhammadiyah yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan Jakarta
tahun 1995. Buku ini menggambarkan awal munculnya pembaharuan Islam ada 3
yaitu kondisi Islam di Jawa, pengaruh gerakan modernis Islam di Timur Tengah,
dan politik Islam pemerintah Belanda. Muhammadiyah melaksanakan
pembaharuan karena keterbelakangan serta kebodohan umat Islam Indonesia
hampir di semua aspek, kemiskinan yang sangat parah yang diderita umat Islam.
Keadaan Indonesia yang parah, karena keadaan pendidikan Islam yang
sudah sangat kuno yaitu sistem pesantren. Muhammadiyah menginginkan
masyarakat dapat memperbaiki kehidupannya dengan bersekolah di
Muhammadiyah. Lulusan dari sekolah Muhammadiyah diharapkan memiliki
sikap hidup yang kukuh secara agama, namun ahli dan padai dibidang keahlian
tertentu. Buku ini menjadi acuan dalam penulisan ini karena menjadi landasan
teori tentang pembaharuan pendidikan dan sebagai bahan perbandingan dengan
data-data yang sudah ada.
Buku karangan Mitsuo Nakamura yang berjudul Bulan Sabit Muncul Dari
Balik Pohon Beringin, tahun 1983 yang diterbitkan oleh Gadjah Mada University
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Press ini berisi tentang awal mula terbentuknya Muhammadiyah diYogyakarta.
Muhammadiyah adalah organisasi yang meneruskan penyebaran Islam yang dulu
dinamakan Islamisasi Jawa, namun Muhammadiyah sejak awal sudah mempunyai
tekad untuk memurnikan ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits
dan lepas dari tahayul, bid’ah, khurafat.
Muhammadiyah terbentuk di wilayah disekitar Keraton sehingga
kebanyakan para anggotanya dari Abdi Dalem Keraton, Muhammadiyah berdiri
dengan tidak membeda-bedakan antara manusia-manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya. Muhammadiyah semakin berkembang dengan
terbentuknya amalan-amalan Muhammadiyah. Buku ini menceritakan tentang
awal mula terbentuknya amalan-amalan Muhammadiyah dan perkembangannya di
Kotagede Yogyakarta.
Buku ini digunakan sebagai bahan kajian tentang awal mula terbentuknya
Muhammadiyah dan perkembangannya di Kotagede Yogyakarta. Buku ini bisa
dijadikan sebagai bahan kajian tambahan penulis tentang awal mula berdirinya
Muhammadiyah. Kelemahan dari buku ini adalah pembahasannya hanya disekitar
wilayah Kotagede Yogyakarta sehingga hanya sempit pembahasannya. Buku ini
lebih menitiberatkan tentang Muhammadiyah dan perkembangannya di Kotagede
terhadap kehidupan masyarakat disana yang akhirnya terbentuk Muhammadiyah
karena semakin terdesaknya masyarakat disana akan kependudukan Pemerintahan
Belanda yang hanya menyebarkan agama Kristen dan hanya memberikan sistem
pendidikan umum tanpa adanya pelajaran agama.
Buku lain yang juga dijadikan pedoman dalam penulisan penelitian ini
adalah buku karangan Amien Rais yang berjudul Moralitas Politik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Muhammadiyah yang diterbitkan oleh Dinamika Yogyakarta tahun 1995. Dalam
buku ini dijelaskan bahwa Muhammadiyah adalah sebuah gerakan tajdid
(pembaharuan). Masalah pembaharuan itu ada 5 hal yaitu pembaharuan Islam,
teologi, dunia dan akhirat, pembaharuan organisasi dan pembaharuan di bidang
etos kerja. Lima pakert tajdid ini dijadikan sebagai acuan kegiatan
Muhammadiayah dan dijadikan pedoman untuk selalu membuat langkah dengan
tetap segar kreatif, inovatif, responsif pada perkembangan zaman. Harus selalu
sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Dari buku ini terdapat bahan yang bisa digunakan sebagai bahan acuan
dalam penelitian ini. Disana dijelaskan tentang bentuk-bentuk pembaharuan yang
dilakukan oleh Muhammadiyah dan bisa mengetahui tentang gambaran penerapan
pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah. Namun dalam setiap penulisan
pastilah mengalami kekurangan seperti kurang spesifik dalam memberikan
contoh.
Tinjauan lain yang digunakan adalah skripsi karya Muhammad Wasil
Azis dengan Nim K.4490024 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta 1997. Judulnya adalah “Perjuangan
Muhammadiyah Dalam Pembaharuan Pendidikan Di Surakarta 1922-1942”.
Skripsi ini berisi tentang keadaan pendidikan masyarakat di Jawa yang mengalami
dikotomi antara pendidikan pesantren dan pendidikan barat. Kedua model
pendidikan ini menggunjan sistem yang berbeda. Pesantren menggunakan sistem
guru-kula sedangkan pendidikan barat menggunakan metode sekolahnya dengan
jenjang klasikal. Adanya dikotomi pendidikan ini melatarbelakangi berdirinya
Muhammadiyah. Untuk menghilangkan dikotomi pendidikan itu Muhammadiyah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
banyak mendirikan banyak sekolahan. Metode digunakan berbeda dengan
lembaga-lembaga pada umumnya.
Dari skripsi ini dapat digunakan sebagai sumber acuan dalam penulisan.
Karya skripsi ini memberikan gambaran tentang keadaan pendidikan di Indonesia
pada masa pesantran dan masa penjajahan Belanda. Usaha-usaha Muhammadiyah
dalam mendirikan sekolah-sekolahnya.
Dari buku-buku yang digunakan dalam tinjauan pustaka ini kesemuanya
bisa digunakan dalam tema penelitian ini, karena buku-buku ini menunjukkan
tentang sebab-sebab kemunculan pembaharuan dan kemudian dipilih
Muhammadiyah sebagai landasan gerakan organisasinya dan pembaharuan yang
dipilih Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan.
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode historis, karena dalam
penelitian ini akan mendiskripsikan dan menganalisis peristiwa masa lampau.19
Nugroho Notosusanto sendiri mengartikan Metode Historis adalah kumpulan
prinsi-prinsip atau aturan yang sistematis, yang dimaksudkan untuk memberikan
bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan untuk penulisan
sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan suatu sintesa dalam bentuk tulisan.20
Langkah-langkah yang dikerjakan dalam Metode Historis yang pertama
melakukan pengumpulan sumber-sumber sejarah atau Heuristik maka unsur
19 Dudung Abdurahman, 1999, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: PT. Logos Wacana
Ilmu, halaman 54.
20 Nugroho Notosusanto, 1978, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, Jakarta,
Yayasan Idayu, Halaman 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dokumen menjadi penting. Dokumen berfungsi untuk menyajikan data-data yang
diperlukan untuk memberikan gambaran tentang fakta-fakta yang ada. Sumber
tertulis yang diperoleh, berupa dokumen yang sejaman sedangkan buku, majalah,
surat kabar membantu menambah informasi dalam penulisan penelitian ini.
Dokumen yang dikumpulkan ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Sumber dokumen yang berupa arsip diperoleh dari Arsip Rekso Pustaka
Puro Mangkunegaran misalnya Arsip Mangkunegaran NO. L 685 tanggal 17 Mei
1927 yaitu Surat Pengurus Muhammadiyah tahun 1927 kepada Kanjeng Gusti
Pengeran Arya Adipati Mangkunegara VII, Arsip Mangkunegaran No. L 709
yaitu tentang “Aturan-aturan Sakeng Pamerentah Dai Nippon”, Arsip
Mangkunegaran No. 1411 mengenai berkas perkumpulan Muhammadiyah tahun
1940 sampai 1950 & arsip Mangkunegaran lainnya. Dari Kantor Balai
Muhammadiyah Surakarta seperti tentang Anggaran Dasar Muhammadiyah,
Anggaran Rumah Tangga, Laporan-laporan Tahunan Muhammadiyah Cabang
Surakarta, Berita Tahoenan Moehammadijah Hindia Timoer, Riwayat Berdirinya
Muhammadiyah Surakarta dll.
Dalam penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber sekunder. Sumber
Sekunder yaitu berupa sumber pelengkap yang berupa buku-buku yang relevan
dengan tema pembaharuan dan pendidikan. Sumber Sekunder diperoleh dari
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Perpustakaan Lembaga Seni
dan Budaya Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta, Perpustakaan
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Pusat UNS, Arsip dan
Perpustakaan Sasana Wilapa Kraton Kasunanan Surakarta. Sumber lain yang
digunakan adalah buku-buku yang sesuai dengan tema penelitian ini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ditambah dengan sumber-sumber yang berasal dari majalah dan melalui media
elektronik seperti internet.
Penelitian ini selain menggunkan sumber dokumen, juga menggunakan
teknik wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperkuat data melalui
keterangan secara lisan dari yang diwawancarai.21
Hasil dari wawancara juga
digunakan untuk membandingkan dengan buku-buku yang sudah ada supaya data
yang diperoleh seobjektif mungkin. Wawancara dilakukan kepada tokoh atau
informan yang dirasa tahu dengan peristiwa atau tema yang dikaji. Di dalam
penelitian ini agar tidak menyimpang dari sasaran tema maka penulisan ini
berusaha menempatkan peran penting Muhammadiyah di dalam melakukan
pembaharuan sedangkan unit analisisnya adalah pendidikan.
Semua data yang telah dikumpulkan kemudian di kritik dengan sumber-
sumber yang ada. Hal ini untuk menentukan otensitas sumber data atau
memberikan kritik ekstern dan mencari keaslian dari sumber-sumber yang ada
dengan menentukan kredibilitas isi informasi yang dikemukan oleh sumber yang
menjadi informasi atau kritik intern. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara
sumber primer berupa arsip, wawancara, dan buku-buku yang relevan dengan
tulisan ini. Penelitian ini bersifat diskriptif yaitu menggambarkan peristiwa-
peristiwa. Dari semua data yang diperoleh dan sudah terkumpul kemudian
dianalisis. Langkah ini sangat penting dalam suatu penelitian supaya penelitian
yang dihasilkan menarik, mudah dipahami oleh semua pihak.
Pengolahan data yang ditempuh dalam penulisan ini adalah dengan
menggunakan metode komparatif yaitu membandingkan antara hasil informasi
21
Koentjaraningrat, 1986, Metode–Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT.
Gramedia, halaman 129.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dari wawancara dengan data hasil observasi dan selanjutnya hasilnya
dibandingkan dengan teori-teori yang ada dalam buku-buku literatur yang di
gunakan supaya memperoleh kesimpulan yang diharapkan dari tema penulisan.
Langkah analisis yang diambil adalah menggunakan analisa deskriptif kualitatif
yaitu menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-ciri khusus dan ciri-ciri umum
yang ada di dalamnya, apabila data-data berupa kasus-kasus dan menekankan
aspek kualitas.22
Penulis berusaha melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta
yang dimunculkan dari data-data yang sudah terseleksi dengan disesuaikan pada
tema yang dibahas yaitu sumber yang diperoleh dengan fakta yang ada. Langkah
yang terakhir adalah membuat tulisan historiografi
2. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini, mengambil lokasi penelitian di
Surakarta. Alasan pengambilan lokasi ini adalah karena masih minimnya
pengetahuan masyarakat tentang perkembangan pendidikan di Surakarta,
khususnya mengenai perkembangan Organisasi Muhammadiyah yang sangat
mengembangkan pendidikan di Surakarta yang berdiri di tahun 1923 hingga saat
ini.
Alasan kedua adalah karena daerah Surakarta merupakan suatu wilayah
Jawa Tengah yang memiliki 2 keraton yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan
Pura Mangkunegaran yang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap
perkembangan kehidupan sosial kemasyarakatan di Surakarta. Kedua keraton ini
masih memiliki unsur-unsur kejawen yang kuat sehingga untuk menyebarkan
pengaruh pembaharuan Muhammadiyah di Surakarta cukup sulit.
22 Ibid, halaman 269-267.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Cara-cara untuk menyebarkan pengaruh pembaharuan di Surakarta cukup
menarik untuk diteliti. Alasan lainnya adalah karena Muhammadiyah dengan
sistem pendidikannya masih bisa tetap bersaing dengan adanya lembaga-lembaga
pendidikan di Surakarta seperti adanya banyak sekolah-sekolah negeri yang
mendapat subsidi dari pemerintah, dan sekolah-sekolah swasta lainnya yang
banyak memperoleh donatur dari banyak pihak seperti Yayasan Kanisius, Regina
Pacis, Santa Yosef, Mikael, Yayasan Kristen Widya Wacana, Bintang Laut,
Kalam Kudus, Marsudirini, Yayasan Warga, Al-Irsyad, Al-Islam, Batik, Yayasan
Islam Diponegoro dll. Banyaknya lembaga pendidikan di Surakarta tidak
membuat Muhammadiyah menjadi mundur melainkan terus tetap maju.
Muhammadiyah tetap berusaha untuk mengembangkan amal usahanya. Usaha
yang dilakukan Muhammadiyah ini bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan digunakan untuk memberikan sedikit gambaran
mengenai penelitian yang berjudul Pendidikan Muhammadiyah Sebagai Strategi
Pembaharuan Sosial Di Surakarta 1930-1970. Adapun sistematika penelitian ini
dibagi menjadi 5 bab yaitu:
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, sistematika penelitian.
Bab II merupakan gambaran umum berdirinya Muhammadiyah, gambaran
tentang latar belakang alasan pembaharuan pendidikan Muhammadiyah, proses
terbentuknya Muhammadiyah Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Bab III berisi mengenai gambaran pendidikan yang ada di Surakarta,
perkembangan pendidikan Muhammadiyah Surakarta, bentuk-bentuk
pembaharuan pendidikan di Surakarta.
Bab IV Berupa Undang-Undang Pendidikan, pengaruh adanya
pembaharuan pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah di Surakarta terhadap
masyarakat Surakarta.
Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB II
MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA
A. Gambaran Umum Berdirinya Muhammadiyah
1. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah lahir sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indonesia
atas dorongan kondisi yang hadir di Indonesia pada awal permulaan abad 20,
antara lain kondisi sosial masyarakat, kebudayaan, keagamaan.1 Muhammadiyah,
berusaha merubah keadaan Indonesia lewat organisasinya yang bergerak pada
bidang pendidikan. Sejak dirintis, Muhammadiyah sudah memilih jalan
organisasinya untuk melakukan perubahan di bidang pendidikan.
Pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan menyadari bahwa
pendidikan Islam sudah sangat kuno. Pendidikan Islam tidak mampu menghadapi
tantangan baru yang dibawa oleh misi Kristen yang mendapat dukungan dari
kekuasaan Kolonial Belanda. Sistem pendidikan yang ingin didirikan oleh K. H
Ahmad Dahlan adalah berusaha menggabungkan sistem pengajaran pesantren
dengan barat yaitu dengan memberikan pengajaran keagamaan juga ilmu umum
dengan menggunakan metode Barat.2 K.H Ahmad Dahlan terjun langsung dan
memandu teman-temannya untuk menembus benteng kebodohan, kemiskinan
umat melalui jalan pendidikan dan sosial.3 K.H. Ahmad Dahlan memilih jalan
1 Weinata Sairin MTH, 1995, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, halaman 23.
2 Almanak Muhammadiyah, 1927, Yogyakarta: Bagian Taman Pustaka, halaman 131-
132.
3 Mohammad Ali, “Memugar Sekolah Muhammadiyah”, Langkah Baru Edisi 1
September 2006, halaman 13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dengan memberikan prioritas yang tinggi di bidang pendidikan karena 2 alasan
yaitu:
(1) Menyangkut konsepsinya tentang realitas umat yang mencerminkan dalam
kondisi perpecahan, kebodohan, kemiskinan.
(2) Usaha pembebasan yang ditempuh K.H. Ahmad Dahlan adalah melalui
pengembangan akal dan ilmu. Setinggi-tingginya pendidikan akal ialah
dengan pendidikan ilmu.4 Keinginan K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan
organisasi yang bisa membantu semua umat ini juga didorong dan diilhami
oleh firman Tuhan dalam Surat Ali Imran ayat 104,
“Wal-takun minkun ummatun yad‟u na ilal khairi wa yakmuru na bil ma‟rufi wa
yanhauna „anil munkari wa ula ika humul munflihu”
Terjemahannya surat itu adalah “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf
dan mencegah yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung”.5
"Ma'ruf": segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan
Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Perluasaan
Muhammadiyah berjalan lancar dan cepat, karena berbagai faktor seperti dari
4 Abdul Munir Mulkhan, 1986, Pesan-pesan 2 Pemimpin Besar Islam di Indonesia (Kyai
Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim Asy’ari), Yogyakarta: Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, halaman 11.
5 Departemen Agama Republik Indonesia, 2004, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Bandung: CV. J-ART, halaman 64.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pribadi K.H. Ahmad Dahlan dalam berpropaganda, selalu memperlihatkan sikap
toleransi dan mengayomi sehingga beliau di kagumi oleh banyak orang.6
2. Arti dari Lambang Muhammadiyah
Gambar I
Lambang Organisasi Muhammadiyah
Sumber: www.muhammadiyah.com
Lambang organisasi Muhammadiyah berupa: “Matahari yang bersinar
putih bersih dan cemerlang, dengan sinarnya sebanyak 12 yang memancar
kesegenap penjuru. Matahari yang menyinari alam semesta, matahari termasuk
salah satu ciptaan Allah SWT yang sinarnya sangat berguna bagi kehidupan
semua makhluk hidup termasuk manusia. Tanpa sinar matahari dunia akan
menjadi gelap gulita. Muhammadiyah akan memberikan cahayanya yang berupa
keyakinan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya
Nabi Muhammad itu adalah pesuruh Allah.
Muhammadiyah menyeru kepada umat manusia agar dengan sadar
bersedia memeluk Agama Islam, pada hakekatnya hati mereka, telah terang
6 Deliar Noer, 1982, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakata:LP3ES,
halaman 87.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
benderang, jauh dari pada kegelapan.7 Dua belas berkas sinar juga berarti bahwa
angka 12 adalah tahun berdirinya Muhammadiyah ditahun 1912. Sinar matahari
berjumlah 12 adalah pencerminan warga Muhammadiyah sebagai orang yang
bertugas mengantarkan sinar iman, terus menerus selama 12 bulan setiap tahun.
Ditengah-tengah matahari tertulis kata Muhammadiyah dalam huruf Arab yang
artinya “pengikut Nabi Muhammad SAW”. Matahari selalu bersinar setiap hari,
bintang bulan terang mengikutinya.
Muhammadiyah ingin umat Islam menjalankan perintah Tuhan dan
menjauhi larangannya. Muhammadiyah yang selalu memancarkan sinarnya
membuat umat Islam untuk meninggalkan hal-hal yang jahat, tahayul, bid‟ah,
khurafat.8 Asas gerak Muhamadiyah adalah bersinar sebagai raja siang yang
menerangi alam dengan diberkati oleh Allah SWT. Pada lingkaran atas yang
mengelilingi tulisan Muhammadiyah terdapat: tulisan berhuruf Arab, berujud
kalimat syahadat tauhid: “Asyhadu ala ila-ha illa Allah” (saya bersaksi
bahwasanya tidak ada Tuhan kecuali Allah), dan pada lingkaran bagian bawah
tertulis kalimat syahadat Rasul “Waasyhadu anna Muhammadan Rasulullahi”
(dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Syahadat yang terlukis
itu memiliki arti, sinar itu kalau datang akan menghidupkan banyak orang dengan
sempurna dan menghilangkan bahaya.9 Kalimat syahadat dengan huruf Arab
berarti perjuangan Muhammadiyah berdasar Tauhid atau Keesaan Tuhan. Warna
7 Mustafa Kamal Pasha, 1984, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta:
Persatuan, halaman 17.
8 Almanak Muhammadiyah, op.cit., halaman 209.
9 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dasar yaitu warna hijau yang segar yang melambangkan kesuburan dan
kesejahteraan, keislaman, perdamaian. Warna Lambang adalah putih yang artinya
suci dan keikhlasan.
Muhammadiyah menurut ketetapan pemerintah Hindia Belanda No. 81
tanggal 22 Agustus 1914 hanya boleh menjalankan organisasinya di Kota
Yogyakarta. Selanjutnya pengurus Muhammadiyah mengajukan surat supaya
Muhammadiyah dapat berkembang di luar Yogyakarta. Pengajuan permohonan di
kabulkan pemerintah Hindia Belanda dengan Surat Ketetapan Pemerintah No.40
tanggal 16 Agustus 1920 yang mengijinkan Muhammadiyah untuk memperluas
gerakannya sekarisidenan Yogyakarta. Setahun kemudian berkat kegigihan dan
upaya para pengurus Muhammadiyah pada waktu itu, maka keluarlah Surat
Ketetapan No.36 tanggal 2 September 1921. Isi dari ketetapan itu adalah
Muhammadiyah diijinkan untuk bergerak dan mengembangkan aktivitasnya diluar
Yogyakarta.10
Surat keputusan dari Pemerintah Hindia Belanda di tahun 1921 tersebut
termuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Mensyahkan berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah di Hindia Belanda
untuk jangka waktu 29 tahun sejak tanggal berdirinya. Persyarikatan ini diberi
hak menjalankan misinya dengan mengadakan berbagai kegiatan dan
menyelenggarakan amal usaha sesuai dengan misi tersebut.
2. Oleh karena Persyarikatan Muhammadiyah Berbadan Hukum Barat, maka di
persamakan kedudukannya dengan bangsa atau orang Belanda didalam dan
diluar pengadilan.
10 Uittreksel: Uit het Register der Besluiten van den Gouverneur Generaal van
Nederlandsch-Indie No. 36 Batavia den 2 den September 1921.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Setiap kali ijin berdirinya habis, masa berlakunya persyarikatan dapat
meminta perpanjangan.11
Permohonan itu isinya mengijinkan Muhammadiyah meluaskan
organisasinya ke seluruh nusantara, maka maksud dan tujuan Muhammadiyah
berubah menjadi:
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Agama Islam di
Hindia Belanda.
2. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan
Agama Islam kepada lid-lidnya.12
Keluarnya Surat Ketetapan Pemerintah No.36 tanggal 2 September 1921.
Yang isinya Muhammadiyah diijinkan untuk bergerak dan mengembangkan
aktivitasnya diluar Yogyakarta, maka banyak kelompok pengajian yang berada di
luar Yogyakarta menggabungkan diri kedalam organisasi Muhammadiyah.
3. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya gerakan pembaharuan
Muhammadiyah di Surakarta yaitu:
a. Keterbelakangan serta kebodohan umat Islam hampir di semua aspek
kehidupan. Keadaan miskin dan bodoh akibat dijajah oleh Belanda serta
pikiran dan jiwa yang terbelenggu dalam adat istiadat yang telah lama ada. Hal
ini karena kehidupan masyarakat tanpa adanya pendidikan yang bisa
memajukan kesejahteraan masyarakat. Lahirnya sekolah-sekolah masa
11 Soekirjono, “Perkembangan Organisasi Muhammadiyah Dulu Kini Dan Yang akan
Datang”, Langkah Baru Edisi Desember 2007, halaman 6.
12 Ari Anshori dkk, 1998, Reaktualisasi Tadjid Muhammadiyah, Surakarta:
Muhammadiyah University Press, halaman 64.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
penjajahan Belanda, hanya bisa menguntungkan penjajah tanpa mengubah
nasib bangsa Indonesia. Awal ditetapkannya Politik Etis pada tahun 1818 yang
menetapkan bahwa pribumi diperbolehkan masuk ke sekolah Belanda.
Pemerintah juga menetapkan peraturan tata tertib yang di perlukan mengenai
sekolah-sekolah bagi penduduk pribumi. Dalam prakteknya, pendirian sekolah-
sekolah ini hanya diadakan untuk memenuhi kepentingan kaum kolonial
Belanda dalam mempersiapkan tenaga kerja pribumi dengan harga murah.13
Kebodohan umat Islam lainnya adalah banyaknya praktek-praktek
bid‟ah, khurafat dan tahayul yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan ini
mereka lakukan untuk menghormati kepercayaan turun temurun yang mereka
peroleh dari nenek moyang mereka. Bid‟ah adalah suatu pekerjaan atau
perkataan yang diada-adakan sesudah masa Rasulullah SAW, tetapi kegiatan-
kegiatan atau perkataan yang mereka lakukan itu tidak pernah dilaksanakan
oleh para sahabat Nabi dan tidak ada dasarnya dalam Al-Qur‟an maupun
Hadits, sedangkan Agama Islam itu sendiri hanya memiliki 2 dasar yaitu Al-
Qur‟an dan Hadits.
Penyakit lainnya adalah khurafat dan tahayul yang berisi hal-hal yang
tidak masuk akal atau perkara-perkara yang sulit untuk dipercaya
kebenarannya, yang saling bertentangan satu sama lain dan tidak terdapat
dalam ajaran Islam. Khurafat dapat diartikan sebagai kepercayaan yang timbul
dari cerita pendek yang tidak ada dasar kebenarannya dari kaidah Agama Islam
dan tidak masuk akal. Pengertian tahayul adalah sebuah kepercayaan yang
timbul karena khayalan seperti menganggap sesuatu seolah-olah memiliki
13 Rahadi, “Pendidikan Untuk Apa?”, Langkah Baru Edisi II November 2001, halaman
21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kekuatan gaib. Khurafat dan tahayul merusak dan mengotori agama yang
mengakibatkan tindak kemusyirikan dalam agama, maka wajib dijauhi.
Musyirik di dalam Islam merupakan dosa besar yang jika di bawa mati tidak
akan diampuni.14
K. H Ahmad Dahlan melihatnya sebagai suatu gejala yang
menonjol yang harus segera diberantas yaitu kerusakan dibidang kepercayaan
agama yaitu adanya bentuk tahayul, bid‟ah, khurafat, kebekuan dalam bidang
hukum fiqih, kemunduran dalam pendidikan Islam dan kemajuan zending
Kristen dan missie Khatolik.
Bentuk-bentuk Bid‟ah dan Khurafat yang biasa dilakukan oleh masyarakat:
1. Selamatan yang dilakukan untuk memperingati meninggalnya seseorang
atau istilah Jawanya adalah mbedah bumi atau Ngesur Tanah yaitu doa-doa
yang dilakukan di malam hari setelah seseorang meninggal dunia atau
dinamakan Tahlil. Tahlil adalah (membaca la ila ha illa Allah) dan
dimaksudkan agar pahala yang didapatkan dari berTahlil bisa dikirimkan
kepada jenazah yang ada dalam kubur. Selamatan hari kematian yang
berupa tahlilah ini dilaksanakan mulai pada hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40,
ke-100, kesetahun, dan dihari ke-1000 meninggalnya seseorang.15
Biasanya
Pelaksanaan upacara juga dilakukan pemotongan hewan kambing.
Pelaksanaan selamatan ini tidak tepat dengan tanggal peringatan kematian
seseorang, karena pelaksanaan hari selamatan dihitung dengan
14 Ibnu Salimi, 1981, Pengantar Kemuhammadiyahan, Surakarta : UMS, halaman 101.
15 Musthafa Kamal Pasha dan Ahmd Adaby, 2005, Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Islam, Yogyakarta: PT. Citra Karsa mandiri, halaman 116.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menggunakan penanggalan Jawa, bukan penanggalan nasional. Pelaksanaan
upacara selamatan lebih cepat dari pada penanggalan Nasional.
Biasanya kegiatan selamatan ini dengan mengundang beberapa
orang untuk berdoa bersama dengan dipimpin oleh seseorang yang
dipercaya bisa memimpin jalannya selamatan atau istilah Jawanya adalah
Kondangan. Tujuan pelaksanaan upacara yang dilaksanakan selama
berbulan-bulan sesudah seseorang meninggal adalah bermaksud untuk
menolong yang meninggal itu, yang mula-mula bertempat tinggal di dalam
kubur hingga kedunia akhirat dengan jalan memberikan doa-doa supaya
perjalanannya keakhirat lancar.16
Hal ini merupakan bentuk bid‟ah yang
harus ditinggalkan dari peribadatan Islam.
2. Selamatan pada waktu seorang ibu mengandung 7 bulan atau istilah
Jawanya adalah Miton atau Tingkep yaitu selamatan bagi seorang wanita
yang hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Peristiwa ini merupakan
peninggalan adat istiadat jawa kuno biasanya diadakan dengan membuat
rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang dikenal dengan nama
cengkir dicampur dengan berbagai bahan-bahan lain seperti buah delima,
buah jeruk dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan
macam upacara nuju bulan ini, tapi pada dasarnya bertujuan sama yaitu
mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam
kandungan.17
Waktu selamtan 7 bulan ini biasanya dilaksanakan sebelum
16 Fischer, H, TH, 1980, Pengantar Anthoropologi Kebudayaan Indonesia, Jakarta:
Pustaka Sarjana, halaman 121.
17 Ibid, halaman 114.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
usia kandungan seorang wanita menginjak 7 bulan. Mitoni hanya
dilaksanakan untuk kelahiran anak pertama dari pasangan suami dan istri.
Persiapan acara selamatan ini sangat lengkap seperti 7 kain atau
Jarik yang berbeda motif dan corak, 7 warna bunga atau bunga tujuh warna,
mata air dari 7 sumur yang berbeda yang digunakan untuk mandi setiap satu
kali gayung disiramkan oleh satu orang, sehingga seorang ibu yang hamil
menerima 7 kali siraman dari 7 orang. Makanan yang diolah harus berjenis
7 macam nama seperti 7 macam sayuran, buah yang digunakan harus 7
macam buah, 7 macam jenis lauk pauk dll.
3. Selamatan pada waktu kelahiran seorang anak. Acara selamatan kelahiran ini
biasanya dilaksanakan setelah 5 hari bayi lahir atau istilahnya sepasar, atau
setelah usia bayi 40 hari atau selapan. Upacara selamatan lainnya adalah
yang dinamakan Tedak Siten merupakan salah satu tradisi Jawa, yaitu
peringatan di mana seorang anak mulai dilatih berjalan dengan menapakkan
kedua kakinya di bumi. Seorang anak yang berusia tujuh lapan (7 x 35 hari)
dimandikan dengan air kembang setaman. Setelah memakai pakaian baru,
sang anak dibimbing ibunya menginjak jadah (semacam nasi ketan tumbuk)
7 warna. Wujud pengharapan orang tua terhadap buah hatinya agar si anak
kelak siap dan sukses menampaki kehidupan yang penuh dengan rintangan
dan hambatan dengan bimbingan orang tuanya, Tedak Siten dapat juga
diartikan wujud penghormatan terhadap tanah air ini yang telah memberikan
banyak hal dalam hidup manusia di bumi ini.18
Upacara ini juga dinamakan
18
Triwidodo, “Tradisi Tedak Siten dan Kaitannya dengan Penghormatan Terhadap
Matahari, Bulan dan Bumi”, www.triwidodo.wordpress.com, 6 Oktober 2010, pulul 09.25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
upacara Turun Tanah. Sebelum usia bayi satu tahun biasanya dilakukan
pemotongan rambut kira-kira bayi berumur tiga bulan.
4. Pengkeramatan terhadap kuburan orang yang dianggap suci yaitu dengan
melakukan ziarah kubur. Maksud dari ziarah itu adalah meminta doa restu
kepada roh yang telah meninggal, misal meminta pengelarisan dalam
berdagang, meminta panjang umur, meminta jodoh, meminta pekerjaannya
lancar dll. Pengkeramatan terhadap pohon-pohon yang dijadikan tempat
meminta sesuatu, ada juga gua yang disembah dll. Tempat-tempat itu di
percaya oleh masyarakat sebagai tempat yang bisa mengabulkan
keinginannya dan keberuntungan dengan jalan pintas.
5. Selamatan pembuatan rumah dengan pembacaan doa-doa atau istilahnya
Jawanya adalah kenduri. Selamatn ini dihadiri oleh beberapa orang yang
berkumpul dalam rumah yang baru selesai dibangun. Membentuk sebuah
lingkaran ditengah-tengah mereka ada nasi dan lauk pauk yang akan
dibagikan, dengan dipimpin oleh seseorang yang dipercaya. Diadakan
pembacaan doa ini diharapakan penghuni rumah selamat dan tidak ada
makhluk-makhluk lain yang mengganggu rumah yang akan mereka tinggali
atau tolak bala dan memperkuat bangunan.19
6. Kepercayaan terhadap jimat. Jimat adalah benda yang dianggap mengandung
kesaktian (dapat menolak penyakit, menyebabkan kebal, dsb). Kepercayaan
terhadap jimat merupakan suatu peninggalan kebudayaan dinamisme.
Sedangkan kepercayaan dinamisme itu sendiri adalah kepercayaan bahwa
19 Anton T Soemantri, “Tradisi Pada Saat Bangun Rumah” www.eramuslim.com, 6
Oktober 2010, Pukul 12.35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan
hidupnya. Benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan tertentu seperti
tulisan mantra, keris, cincin, cincin batu akik, kalung, ikat pinggang, bunga
kering, batu, rambut dll.20
Dipakainya salah satu dari benda-benda ini maka
pemiliknya akan terlindungi dan terpenuhi apa yang diinginkannya. Alasan
mencari jimat ini adalah mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa bekerja
dengan keras. Hal ini merupakan perbuatan yang menyekutukan Tuhan
YME. Orang-orang yang memiliki jimat ini biasanya orang yang tidak
memiliki iman yang kuat dan kurangnya pengetahuan tentang agama.
7. Percaya dengan kekuatan supranatural atau dukun atau ahli-ahli nujun.
Dukun adalah orang yang dianggap tahu segalanya dan bisa memenuhi apa
yang diinginkan oleh orang yang meminta bantuan. Dukun biasanya
memberikan mantra-mantra tertentu dan tindakan-tindakan tertentu. Ada
juga yang harus memberikan imbalan tertentu. Sampai sekarang banyak
orang yang masih datang kedukun untuk meminta sesuatu seperti minta
jodoh, minta dapat pekerjaan, meminta dukun untuk menyantet orang yang
dibenci dll. Praktek magis atau supranatural ini dipelajari dari nenek
moyang bangsa Indonesia. Tindakan perdukunan ini dilakukan seseorang,
apabila mereka merasa menghadapi kesulitan-kesulitan, ketika akan
memulai usaha biasanya meminta tolong kepada dukun atau ahli nujun. Ahli
20 Semokeragon, “Pengalaman Membuang Jimat”, www.kenz.or.id, 06 Oktober 2010,
pukul 12.00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
nujun atau dukun dianggap bisa menjadi perantara orang biasa untuk
meminta pertolongan dari dunia gaib.21
Muhammadiyah berusaha untuk memurnikan ajaran Islam dari pengaruh
praktek tahayul, bid‟ah dan khurafat yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat
sejak lama. Agama Islam yang mempunyai Al-Qur‟an dan Hadits sebagai
dasarnya berusaha untuk melakukan pemurnian agama dari praktek-praktek
tahayul, bid‟ah dan khurafat. Agama Islam itu sendiri berarti Agama Allah yang
di bawa oleh sekalian Nabi sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW dan
diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia
dunia dan akhirat.22
Langkah Muhammadiyah untuk memberantas praktek
tahayul, bid‟ah, khurafat yaitu membersihkan Islam dari pengaruh kebiasaan-
kebiasaan bukan Islam seperti praktek tahayul, bid‟ah, khurafat,
memformulasikan kembali alam fikiran modern, reformasi pendidikan Islam,
mempertahankan Islam dari pengaruh luar, berusaha melepaskan diri dari
belenggu penjajahan.23
b. Kemiskinan yang sangat parah yang diderita umat Islam. Masyarakat masih hidup
dalam kekuasaan Pemerintahan Kolonial Belanda dengan kehidupan yang
sengsara. Masyarakat hanya bermata pencaharian sebagai petani atau hanya
sebagai buruh tani. Pendapatan mereka hanya bisa digunakan untuk makan
seadanya. Kebanyakan penduduk tidak mengeyam pendidikan, mereka hanya
21 Fischer, H, TH, op. cit, halaman 161.
22 Syamsi Sumardjo, 1967, Penyuluhan Muhammadiyah dengan Tokoh-tokohnya Dalam
Kebangunna Islam, Yogyakarta: Mualimat, halaman 4.
23 Tim, 1985, Cita dan Citra Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka Panjimas, halaman 86.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
busa bertani atau buruh tani. Pemerintah Kolonial Belanda menindas dan
menjadikan masyarakat miskin. Mereka mengambil kekayaan alam Indonesia
untuk kemakmuran di Negeri Belanda. Mereka melaksanakan praktek memecah
belah bangsa Indonesia, supaya bangsa Indonesia yang masyarakatnya
kebanyakan bodoh tidak melakukan pemberontakan. Akibatnya kehidupan bangsa
Indonesia sebagai bangsa terjajah menjadi tunduk dan mengabdi kepada bangsa
lain. Hal ini menjadikan masyarakat miskin mematuhi perintah yang diberikan
oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Masyarakat kecil hanya bekerja sebagai buruh
tani, kuli perkebunan, bahkan banyak juga rakyat yang hidup sebagai budak,
untuk melayani kepentingan orang asing.24
Bangsa Belanda mengambil kekayaan
bumi Jawa dengan segala cara seperti dengan melakukan penyerahan-penyerahan
wajib dalam bentuk memberlakukan sistem tanam paksa, memberlakukan
Undang-Undang Agraria dll. Diberlakukannya penyerahan-penyerahan wajib oleh
Pemerintah Kolonial Belanda menyebabkan rakyat menjadi semakin menderita,
miskin bahkan timbul bencana kelaparan. Akibatnya banyak rakyat yang
meninggal. Dalam keadaan yang lemah rakyat dipaksa untuk melakukan
pekerjaan yang diperintahkan oleh pemerintah Kolonial.
c. Keadaan Pendidikan Islam yang sudah sangat kuno, yaitu Sistem Pendidikan
Pesantren. Sistem Pendidikan Pesantren hanya memberikan pelajaran Agama
Islam saja. Akibatnya, hasil lulusan dari pesantren hanya memiliki ilmu agama
saja, tanpa memiliki ilmu pengetahuan yang bisa digunakan untuk menghadapi
perkembangan zaman. Keadaan ini, membuat para pembaharu Islam seperti K.H.
Ahmad Dahlan untuk melaksanakan pembaharuan dalam pendidikan.
24 Tim, 1978, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah, Semarang:
Departemen P dan K, halaman 155.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pembaharuan Muhammadiyah ini dilakukan karena Jawa sudah banyak pengaruh-
pengaruh dari kegiatan Missionaris Kristen. Pengaruh Missionaris Kristen ini
menjadikan tantangan bagi pemimpin-pemimpin muslim untuk melakukan
perubahan. Penyebab pembaharuan lainnya adalah karena di Indonesia terjadi
sistem pendidikan yang dualisme yaitu Sistem Pendidikan Barat dan Sistem
Pendidikan Pesantren. Kedua model pendidikan ini memiliki akar dan kepribadian
yang bertolak belakang. Pesantren merupakan pusat tempat Pendidikan Islam
tetapi mengalami kemunduran karena terisolasi dari perkembangan masyarakat
modern. Pelajaran yang diberikan di pesantren hanya agama Islam saja dan hanya
menggunakan buku-buku dari Mesir untuk agama dan Bahasa Arab.
Kebalikannya di pihak lain adalah Sekolah Model Barat bersifat sekuler
yang mengancam batin para pemuda pribumi, karena dijauhkan dari agama dan
budaya Indonesia. Penyebabnya adalah Sekolah Model Barat hanya memberikan
pelajaran pengetahuan yang bersifat barat yang didasarkan pada situasi dan
kondisi di Eropa. Pendidikan Barat menghasilkan lulusan-lulusan yang berintelek
tinggi namun lemah imannya, karena tidak paham agama. Pendidikan Belanda
hanya memberikan pelajaran umum saja dengan buku-buku yang berasal dari
Belanda. Sekolah hanya untuk mendidik rakyat, bukan untuk mempertinggi taraf
penghidupan rakyat, melainkan untuk kepentingan kaum penjajah juga yaitu
menutupi kebutuhan akan pegawai-pegawai murahan. 25
Tujuan pemakaian buku-buku dari Belanda adalah (1) agar para pemuda
yang belajar jauh dari sejarah bangsanya, (2) supaya tumbuh sebagai generasi
muda yang tidak memiliki nasionalisme atau anti nasionalisme, (3) agar para
25 Djumhur dan Danasuparta, 1976, Sejarah Pendidikan, Bandung: CV. Ilmu, halaman
123.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pemuda tidak merasa memiliki bangsanya sehingga terlepas dari masyarakat dan
kebudayaannya dan tumbuh sebagai manusia yang egois, materialistis yang
bertentangan dengan jiwa bangsa Indonesia. Terjadinya sistem dualisme
pendidikan ini, membuat Muhammadiyah menginginkan untuk menghilangkan
sistem dualisme ini. Muhammadiyah memilihnya dengan cara memadukan 2
sistem pendidikan ini menjadi satu yaitu model pesantren dengan mengambil mata
pelajaran Islam dan model sistem pendidikan barat dengan mengambil sistem
pendidikan umumnya.
Muhammadiyah tidak menyutujui sistem pendidikan dualisme ini,
sekolah-sekolah pemerintah hanya menghasilkan para lulusan yang hanya dapat
memenuhi keperluan administrasi pemerintah atau perusahaan-perusahaan
Belanda, tanpa mempunyai keterampilan ataupun kemampuan dan keberanian
untuk berusaha sendiri ditengah-tengah masyarakat. Untuk sekolah-sekolah di
pesantren hanya bisa menjadi kiai saja. Sedangkan kehidupan terus berlangsung
dengan kenyataan bahwa hidup sehari-hari menuntut keterampilan disamping
pengetahuan agama.
Muhammadiyah berusaha untuk menghadapi diskriminasi pendidikan
orang Belanda dengan membuka lembaga-lembaga pendidikan yang mampu
bersaing dengan lulusan sekolah asing. Dimasukkannya mata pelajaran umum ke
dalam kurikulum pesantren dan mata pelajaran agama ke dalam kurikulum
sekolah umum. Diharapkan dengan cara ini seorang tamatan pesantren atau
sekolah umum muncul sebagai pribadi muslim yang utuh yaitu memiliki ilmu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
akhlak mulia yang baik atau antara otak dan hati mereka sama-sama terisi dengan
hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi hidup mereka nantinya.26
Pendidikan Muhammadiyah sangat mementingkan Tauhid, karena bagi umat
Islam Tauhid merupakan sifat utama yang membedakannya dari agama-agama
lain. Tauhid sebagai sentral dan dasar keyakinan dalam Islam ini menjadi sumber
totalitas sikap dan pandangan hidup umat dalam keseluruhan dimensi
kehidupan.27
Tauhid merupakan pengakuan tentang kepercayaan bahwa tiada Tuhan
selain Allah. Namun kebanyakan masyarakat Jawa salah dalam memberi makna
terhadap Tauhid yaitu sebagian masyarakat Islam masih mempercayai berbagai
peninggalan kepercayaan animisme, Hindu dan Budha yang menyebabkan pada
perbuatan yang syirik. Mereka tidak menyadari bahwa perbuatan mereka
mempersekutukan Tuhan. Menurut kepercayaan masyarakat, bahwa perbuatan
yang mereka lakukan adalah mempertahankan Tauhid. Kecenderungan ini
dilakukan karena kurangnya pengetahuan Agama Islam. Menurut K.H. Ahmad
Dahlan perbuatan ini salah, karenanya beliau ingin memberantas praktek TBC
(Tahayul, Bid‟ah, Khurafat) seperti kebiasaan sihir, pemakaian jimat,
penghormatan kepada keris, pemakaian batu-batu akik yang dianggap membawa
nasib baik bagi pemakainya, penghormatan ditempat-tempat yang keramat dll.
Adanya Tauhid diharapkan masyarakat bisa berubah dari kebiasaan-
kebiasaan itu. Menurut K.H. Ahmad Dahlan untuk mengatasi keadaan
26 Akmal Nasery, 1991, Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, Bandung: Mizan,
halaman 47.
27 Haedar Nashir , “Prespektif Tauhid Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat”, www.
Muhammadiyah.or.id, 6 Oktober 2010, Pukul 13.00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
masyarakat selain dengan Tauhid juga dengan memberikan pengarahan
pendididkan Agama Islam. Dengan pendidikan agama yang diberikan
diharapkan masyarakat bisa mengubah kebiasaan yang buruk dan menjalankan
perintah Tuhan dan menjauhi larangannya sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits.
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah selain
dibidang pendidikan yang sampai saat ini masih dipercayai dan dilakukan oleh
umat Islam ialah:
1. Letak Kiblat Masjid
Kebanyakan arah kiblat masjid-masjid Jawa, menurut K.H. Ahmad Dahlan
tidak menghadap kearah Kabah di Mekah. Beliau masih banyak melihat masjid-
masjid yang berkiblat kearah barat, termasuk Masjid Agung di Kauman
Yogyakarta pada waktu itu. Menurut K.H. Ahmad Dahlan dengan menggunakan
perhitungan Ilmu Falag (ilmu geografi) masjid-masjid itu seharusnya menghadap
kearah barat laut.28
Kiai menyadari untuk mengubah pandangan umat
masyarakat sangatlah sulit, maka perlu dengan hati-hati.
2. Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri
Menurut pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dengan menggunakan perhitungan
ilmu Hisab hari raya Idul Fitri akan jatuh tepat pada tanggal 1 bulan syawal,
dengan munculnya bulan diarah barat.
Keluarnya Surat Ketetapan Pemerintah No.36 tanggal 2 September 1921.
Yang isinya Muhammadiyah diijinkan untuk bergerak dan mengembangkan
aktivitasnya diluar Yogyakarta waktu itu, maka banyak kelompok pengajian yang
berada di luar Yogyakarta menggabungkan diri ke dalam organisasi
28 Abdul Mu‟ti, 2009, Islam Berkemajuan (Kisah Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal, Banten: Al-Wasath, halaman 32-33.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Muhammadiyah. Kelompok pengajian yang ada di Surakarta yang bernama
SATV juga bergabung dengan Muhammadiyah tahun 1922. SATV inilah yang
akhirnya menjadi organisasi Muhammadiyah di Surakarta sampai sekarang.
B. Proses Terbentuknya Muhammadiyah Cabang Surakarta
1. Sejarah Berdirinya SATV
Di dalam sejarah gerakan Islam di Indonesia, Surakarta merupakan salah
satu kota terpenting. Surakartalah lahirnya Sarikat Dagang Islam pada tahun 1905.
gerakan ini merupakan gerakan Islam terorganisir pertama dalam sejarah
Indonesia.29
Organisasi Sarikat Dagang Islam atau SDI didirikan oleh pengusaha
batik Solo yang bernama H. Samanhudi. Alasan didirikan SDI adalah karena H.
Samanhudi terpengaruh oleh Gerakan Jamiyat Khair yang didirikan di Batavia
pada kira-kira tahun 1905. Tujuan organisasi Jamiyat Khair adalah untuk tolong
menolong dan bantu membantu. Organisasi ini didirikan oleh orang-orang Arab
dan orang Sumatera. Organisasi ini dibentuk untuk menghadapi aktivitas
pengusaha-pengusaha dari Cina.30
Sarekat Dagang Islam sendiri awalnya hanya sebuah perkumpulan dagang
yang berdasarkan koperasi dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di
bawah panji-panji Islam, agama yang terbesar dalam masyarakat Indonesia.31
Karena semakin berkembang, SDI berubah menjadi Sarekat Islam pada 10
29Robby Sugara, “Islam Radikal di Solo dari Kelompok Muslim Modernis”,
www.muhammadiyah.co.id, 5 April 2008, pukul 17.51.
30 Robert Van Niel, 1984, Munculnya Elit Modern Indonesia, Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya, halaman 122-123.
31 A.K. Pringgodigdo, 1994, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat,
halaman 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
September 1912. Selama masa-masa awal kemunculan SI selalu mengedepankan
semangat nasionalisme Islam Jawa untuk menggalang dukungan dari kalangan
rakyat. Akibatnya SI sering terlibat dalam gerakan protes baik dengan Pemerintah
Kolonial maupun pihak Keraton Surakarta Hadiningrat.32
Terjadinya gerakan protes SI kepada Keraton Surakarta Hadiningrat,
karena sifat Solo yang mempunyai ikatan kuat dengan tradisi kehidupan Jawa.
Juga karena bertambahnya aktivitas misi Kristen. Penyebab lainnya terjadi
gerakan protes adalah karena terdesaknya orang-orang dagang Islam dengan
pengusaha-pengusaha Cina. Para pengusaha Cina banyak mengambil untung
dengan menerobos kehidupan ekonomi pribumi, akibatnya mereka terpaksa keluar
dari tujuan organisasi yang awalnya hanya bersifat dagang.
Akhirnya SI memasuki kegiatan politik. Bentuk-bentuk protes SI
Surakarta seperti ikut terlibatnya dalam huru hara yang terjadi di Surakarta. Para
anggota SI melakukan pembakaran dan mengganggu ketertiban umum.
Banyaknya protes yang dilakukan SI Surakarta, Residen Surakarta terpaksa
mengambil keputusan untuk mengeluarkan suatu dekrit yang isinya mengurangi
akivitas organisasi SI. Setelah dekrit ini dikeluarkan maka kantor Pusat SI yang
ada di Solo pindah ke Surabaya. Di Surabaya SI memiliki sebuah akte pendirian.33
Di Surakarta kelompok SI ini tetap menempati posisinya dan lebih
cenderung pada gerakan Islam Marxis yang dipimpin oleh Misbach. Gerakan ini
tetap menyuarakan pembelaan pada kaum tertindas yaitu rakyat. Misbach
merupakan salah satu pelopor bangkitanya umat Islam di Solo. Awal kariernya
32 Robby Sugara, op.,cit., halaman 3.
33 Robert Van Niel, op. cit., 126-128.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dimulai dari mengikuti pengajian di Kampung Sewu yang didirikan oleh Kring
Sarekat Islam tahun 1913. Kring sendiri adalah sebuah lingkaran atau kelompok
yang lebih kecil dari cabang atau dibawah cabang.34
Pengajian yang diikuti Misbach ini, didirikan oleh Kring Sarekat Islam.
Pengurus harian Kring ini adalah: Ketuanya ialah M.Ng. Darsosasmito,
Penulisnya ialah M. Kromosigro (R.L. Totosuhardjo), Bendahara oleh M.Ng.
Parikrangkungan (R.T. Prawirodiningrat). Pengurus harian Kring ini
mempertimbangkan bahwa untuk Kampung Sewu perlu diadakan ceramah-
ceramah atau kursus Agama Islam, agar para anggota terutama Pengurus Sarekat
Islam Kring mendapat pengetahuan mengenai persoalan agama dan pokok dasar
ajaran Islam. Pengajian ini juga bertujuan untuk mendalami ajaran Islam dan
membina keimanan serta ketaqwaan kepada Allah SWT. Pengajian ini
dilaksanakan dirumah Raden Ngabei Martosuwignyo (Bupati Anom Raden
Temenggung Sindoeredjo) di Kampung Sewu.
Pengajian Kring Sarekat Islam yang sudah berjalan selama satu tahun,
kemudian pada tahun 1914 pelaksanaan pengajian dipindah ke rumah M.Ng.
Darsosasmito. Di rumah ini diadakan kursus Agama Islam sebagai gurunya adalah
H Misbach dan kursus diadakan setiap setengah bulan sekali. Setelah ceramah H.
Misbach, kemudian membuka kesempatan untuk tanya jawab terutama mengenai
agama selain agama Islam misalnya Kristen, Budha, Theosofi dan Ilmu Klenik
34
Takashi Shiraishi, 2005, Zaman Bergerak (Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926),
Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, halaman 172.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(Kebatinan), ternyata dalam hal ini H. Misbach kurang menguasai persoalan yang
ditanyakan oleh peserta pengajian, sehingga jawabannya tidak memuaskan.35
H. Misbach memberikan saran untuk mendatangkan para pimpinan
Muhammadiyah dari Yogyakarta. Diantara para pimpinan Muhammadiyah yang
diminta datang adalah K.H. Ahmad Dahlan. Tujuan didatangkan K.H. Ahmad
Dahlan adalah untuk memberikan pengajian atau keterangan-keterangan tentang
agama Islam yang belum dipahami oleh para pengikut pengajian.36
Di tahun 1915 tepatnya pada tanggal 15 Januari, Misbach menerbitkan
surat kabar bulanan dengan nama Medan Moeslimin. Surat kabar ini sebagai
langkah permulaan Misbach kedalam pergerakan dan memegang bendera Islam.
Medan Moeslimin isinya selalu membicarakan masalah atau persoalan Agama
Islam secara luas. Di surat kabar ini juga menulis tentang cara memodernisasi
pendidikan agama, agar terus ditekankan. Dari segi kegiatannya, Misbach banyak
memiliki persamaan dengan K.H. Ahmad Dahlan yamg memang dikenal oleh
Misbach.37
Misbach dan beberapa pemimpin pengajian telah merundingkan untuk
mendatangkan pemimpin Muhammadiyah. Peristiwa kedatangan para pemimpin
Muhammadiyah Yogyakarta ini terjadi pada tahun 1916. Untuk menyambut
kedatangan K.H.Ahmad Dahlan, kemudian dibentuk panitia.yang terdiri dari:
35 Muhammad Amir, 1990, Muhammadiyah Yang Saya Ketahui Sebelum Kelahiran
Muhammadiyah Cabang Surakarta, Surakarta: PDM, halaman 1.
36 Tim Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah, op.cit., halaman 69.
37 Takashi Shiraishi, op.cit., halaman 174-177.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a. Ketua : H. Misbach
b. Wakil Ketua : M.Ng. Darsosasmito
c. Penulis 1 dan 2 : M. Harsolumakso dan M.Ng. Parikrangkungan
d. Bendahara : R. Sontohartono
e. Pembantu Umum : M. Sukarno dan M. Sudiono
Pembicaraan panitia mengambil keputusan bahwa ceramah atau kursus
yang diadakan untuk umum dan bertempat dirumah M. Harsolumakso di
Keprabon Tengah Surakarta. Adapun Kiai yang datang dari Yogyakarta adalah
K.H.Ahmad Dahlan, H. Fachruddin, H. Hadjid, Ki Bagus Hadikusumo.38
Kegiatan kursus ceramah ini dilaksanakan dirumah M. Harsolumakso di
Keprabon Tengah Surakarta berjalan lancar dan selalu dikunjungi oleh orang
banyak. Atas keputusan panitia penyambutan kedatangan K.H. Ahmad Dahlan
maka perhimpunan ini diputuskan untuk diganti namanya menjadi
Muhammadiyah Cabang Surakarta. Namun nama Cabang Muhammadiyah belum
boleh dipakai, karena Perhimpunan Muhammadiyah Yogyakarta hanya memiliki
Surat Ketetapan Pemerintah Nomor 81 Tanggal 22 Agustus 1914 dan hanya boleh
berlaku untuk pembentukan di Kota Yogyakarta. Ketetapan ini diperbaharui lagi
dengan Ketetapan No.40, 16 Agustus 1920. Yang isinya Muhammadiyah sebagai
persyarikatan memiliki Badan Hukum yang ditanda tangani oleh C.H. Welter
(Gouvernement Secretaris)39
38 Muhammad Amir, op.cit., halaman 2.
39 UITTREKSEL uit het Register der Besluiten van den Gouverneur Generaal van
Nederlandsch-Indie, Batavia, den 16 den Augustus 1920 (No.40).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Awal berdirinya Cabang Muhammadiyah dilarang oleh Pemerintah
Kolonial Belanda. Terpaksa panitia perhimpunan itu kelihatan berdiri sendiri
tanpa menjadi bagian dari Muhammadyah Yogyakarta. Kring Sarekat Islam ini
memiliki keinginan untuk lebih maju maka timbullah perpecahan di dalam
anggota-anggotanya. Di kalangan anggota yang muda timbul keinginan untuk
memperkuat Kring ini. Atas usul dari K.H. Ahmad Dahlan menganjurkan agar
Cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain.40
Akhirnya
organisasi Islam ini oleh K.H. Ahmad Dahlan diberi nama “Sidiq Amanah
Tabligh Vatonah”. Pembentukan SATV ini terjadi pada tahun 1917. Tersirat dari
namanya tujuan dari SATV ini terutama adalah “memperkuat kebenaran Islam
dan memajukan Islam meniru Muhammadiyah Yogyakarta. Dasar keyakinan
SATV adalah membuat agama “Islam Bergerak” yang juga merupakan slogan
dari SATV. Misbach tampil sebagai mubaligh SATV terkemuka, bukan karena
kata-katanya tetapi karena perbuatannya untuk menggerakkan Islam, mengadakan
pertemuan tabligh, menerbitkan jurnal, mendirikan sekolah, menentang tindakan
melawan wabah penyakit yang merugikan serta semua bentuk-bentuk penindasan.
Aktivitas SATV ini tidak banyak berbeda dengan yang dilakukan oleh
Muhammadiyah Yogyakarta. Sama dengan halnya Muhammadiyah, SATV
mengadakan pertemuan tabligh, mendirikan sekolah Bumiputera modern dengan
memadukan pelajaran keagamaan dan ilmu pengetahuan, mulai menerjemahkan
AL-Qur‟an dan teks-teks keagamaan klasik berbahasa Arab kedalam Bahasa
Jawa. Medan Moesliman dan Islam Bergerak (yang berdiri tahun 1917) menjadi
media propaganda SATV.
40 Tim, 2005, Profil Muhammadiyah Surakarta 2005, Surakarta: PDM, halaman 14-15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Awal berdirinya SATV ini memiliki perbedaan dengan organisasi
Muhammadiyah Pusat dalam 2 hal yaitu (1) Muhammadiyah menempati posisi
strategis ditengah masyarakat keagamaan Yogyakarta sedangkan SATV dipimpin
oleh seorang pedagang batik muslim saleh yang merasa dikhianati oleh pejabat–
pejabat keagamaan dan manipulasi melalui kebohongan, penipuan yang dilakukan
Pemerintah Kapitalis dan missonaris Kristen. (2) Militasi propaganda
Muhammadiyah bergerak atas dasar keyakinan bahwa bekerja untuk
Muhammadiyah berarti hidup sebagai muslim sejati. SATV militasinya berasal
dari ketakutan akan manipulasi dan dari keinginan membuktikan keislaman
mereka melalui perbuatan.41
Dasar dan tujuan dari SATV sama dengan
Muhammadiyah. SATV sendiri merupakan akronim dari sifat nabi yang memiliki
arti sebagai berikut:
1. Sidiq atau jujur yang maksudnya untuk menjadi seorang pemimpin yang baik
pertama-tama diperlukan adanya kejujuran. Tanpa adanya kejujuran, tidak
mungkin seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik.
2. Amanah atau dapat dipercaya yaitu apabila seseorang ingin menjadi seorang
pemimipin yang baik diperlukan adanya sifat amanah, maka tidak mungkin
masyarakat yang dipimpinnya akan menjadi lemah. Karena tanpa adanya sifat
amanah dari seorang pemimpin maka akan menimbulkan bencana di dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. Tabligh atau menyampaikan yaitu sifat selalu menyampaikan atau
mengkomunikasikan pesan-pesan kebenaran dan kebaikan guna membina
41 Takhasi Shiraisi, op.cit., halaman 185.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
umat, tanpa adanya tabligh umat atau rakyat tidak akan mengetahui pesan-
pesan kebenaran dan kebaikan.
4. Vatonah atau cerdas yaitu harus selalu memiliki kecerdasan, kreatifitas,
semangat inovatif dan diharapkan dapat memajukan masyarakat dengan lebih
baik
2. Terbentuknya Muhammadiyah Cabang Surakarta
Adanya nama SATV, organisasi ini diharapkan bisa sesuai dengan
namanya yaitu selalu bisa memberikan suri tauladan dengan mengembangkan
jalan kebenaran dan kebaikan di dalam Agama Islam.42
Di tahun 1918 SATV
mengalami perkembangan dengan sudah mendirikan bagian Tabligh, Sekolahan
dan Taman Pustaka. Pada tahun 1919 SATV mengalami perubahan setelah
masuknya beberapa partai politik di Kota Surakarta seperti Indische Partai,
Insulinde, Sarekat Rakyat dan Budi Utomo. Banyaknya partai politik di Surakarta,
H. Misbach juga menginginkan agar SATV berubah menjadi organisasai politik,
tetapi gagal. Setelah kegagalannya mengubah SATV menjadi berhaluan politik,
akhirnya H. Misbach mengundurkan diri dari SATV. H. Misbach kemudian
memilih masuk Sarekat Islam yang berhaluan marxis atau SI Merah.
Penyebab keluarnya H. Misbach dari SATV, karena beliau berpendapat
bahwa antara komunisme dan Islam keduanya dipandang sebagai kewajiban.
Keduanya bisa digunakan untuk menghormati hak-hak manusia dan bahwa
keduanya berjuang untuk melawan penindasan. Menurut H. Misbach, seseorang
yang tidak menyetujui dasar-dasar komunis, mustahil orang itu sebagai Islam
42 Syukriyanto AR dan Abdul Munir Mulkhan (peny), 1990, Pergumulan Pemikiran
Muhammadiyah, Yogyakarta: SIPRESS, halaman 154.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
sejati, hal ini menurutnya merupakan sebuah dosa besar apalagi kalau orang
memakai Agama Islam sebagai selimut untuk mengayomkan diri sendiri. H.
Misbach memakai semboyan “sama rasa sama rata, komunisme tidak membiarkan
adanya perbedaan nasib dalam hal pangkat dan bangsa dan komunisme
menghendaki juga lenyapnya kelas-kelas manusia.43
Ikutnya Misbach ke dunia politik, maka beliau dianggap banyak
melakukan tindakan yang mempengaruhi masa untuk bertindak anarkhis. Akibat
tindakan yang ditimbulkan Misbach dan anggota-anggotanya membuat Misbach
ditangkap dan dipenjara tahun 1920. Misbach ditangkap sebagian besar
propagandis SATV sudah mulai dipengaruhi oleh Muhammadiyah. Beberapa
anggota Muhammadiyah Yogyakarta menjadi bagian dari Islam Bergerak dan
Medan Moeslimin seperti H. Fachrodin sebagai Hoofdredacteur Medan
Moeslimin, K.H. Ahmad Dahlan sebagai redaktur.
Kedua jurnal ini semakin berkembang dengan perhatian pada persoalan
religius dan semakin moderat dimata penguasa. Pertemuan-pertemuan tabligh
SATV juga semakin berkembang. Pelaksanaan pertemuan tabligh SATV
dimanapun diizinkan penguasa dengan syarat tidak ada lagi propaganda dari
Sarekat Hindia. Setelah keluarnya H. Misbach dari SATV maka di tahun 1920
terjadi perubahan pengurus. Kepengurusan disusun baru dengan mengganti
pengurus-pengurus beserta bagian-bagiannya. Penempatan kepengurusan
berdasarkan keahlian-keahlian masing-masing.
43 A.K. Pringgodigdo, op. cit., halaman 31.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Susunan Pengurus Baru SATV tahun 1920 sebagai berikut:
a. Ketua : K. Moechtar Boechari
b. Wakil Ketua : R. Ng Parikrangkungan
c. Penulis : M. Harsolumakso
d. Bendahara : R. Sontohartono
e. Pembantu-pembantu :
1) R. Ng. Sastrosugondo
2) R.Ng. Wignyodisastro
3) R. Sastrosumarto
4) R. Ng. Samsu Hadiwijoto
5) M. Abuthoyib.
Pada tahun 1921, Muhammadiyah Yogyakarta sudah diijinkan mendirikan
cabang-cabangnya di luar Yogyakarta, namun SATV masih tetap menggunakan
nama SATV.44
Perkumpulan ini walaupun belum berubah nama menjadi Cabang
Muhammadiyah di Surakarta tetapi tetap menerima petunjuk-petunjuk serta
instruksi atau perintah dari Yogyakarta. Setahun kemudian pada tanggal 25
Januari 1922 K.H. Ahmad Dahlan dengan di dampingi oleh Muhammad Husni
dan R.M. Prawirowiworo datang ke Surakarta untuk meresmikan berdirinya
Muhammadiyah Cabang Surakarta. Diresmikannya SATV menjadi cabang dari
Muhammadiyah maka SATV berubah nama menjadi Muhammadiyah Afdeling
Surakarta (Muhammadiyah Cabang Surakarta). Perubahan nama baru ini maka
Muhammadiyah Afdeling Surakarta atau Muhammadiyah Cabang Surakarta bebas
44 Tim, 2005, Sejarah dan Langkah Aisyiyah Kota Surakarta, Surakarta: P.D Aisyiyah,
halaman 22-23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menjalankan pergerakannya. Dasar dan tujuannya yang sama dengan
Muhammadiyah Yogyakarta yaitu sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits.
Susunan pengurus Muhammadiyah Afdeling Surakarta adalah: Ketua M.
Ng. Sastrosugondo, Wakil Ketua M. Moechtar Boechari, Sekretaris M.
Harsolumakso, Bendahara M. Sontohartono.45
Sebelum K.H. Ahmad Dahlan
wafat, masih datang ke Surakarta untuk melakukan beberapa hal. Beberapa
kegiatan penting yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan ditahun 1922 di Surakarta
yaitu:
1) Tanggal 14 November 1922 K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Dahlan memimpin
rapat di SATV.
2) Tanggal 18 November 1922, K.H. Ahmad Dahlan dan M. Ng. Joyosugito
menghadiri rapat ulang tahun ke-10 perayaan berdirinya Muhammadiyah di
kota Surakarta..
3) Pada tanggal 23 November 1922 K.H. Ahmad Dahlan mengadakan rapat
Agama Islam dalam perkumpulan Daerah Dalem di Surakarta.46
Tahun 1923
Muhammadiyah Cabang Surakarta belum mempunyai Surat Ketetapan Resmi
dan baru resmi dibuatkan surat ketetapan pada 1 Juli 1928 dengan Ketetapan
(Besluit) No. 8 yang ditanda tangani oleh Ketua Pimpinana Besar
Muhammadiyah K.H. Ibrahim.
C. Aktivitas Muhammadiyah Cabang Surakarta
Mayoritas pemimpin Muhammadiyah Cabang Surakarta adalah para
pengusaha batik kaya generasi Misbach. Para pengusaha batik ini tidak hanya siap
45 Syamsi Sumardjo, op. cit., halaman 3-4.
46 Tim Proyek Jateng, op. cit., Halaman 73.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
mengumpulkan dana tetapi juga siap menyumbangkan uang mereka sendiri ke
berbagai kegiatan Muhammadiyah Cabang Surakarta seperti penerbitan jurnal
baru, pendirian sekolah Muhammadiyah baru, perpustakaan serta
menyelenggarakan pertemuan tabligh. Selain dari pemimpin-pemimpin
Muhammadiyah, dana yang digunakan berasal dari percetakan. Percetakan ini
didirikan atas inisiatif R. Sontohartono seorang bendahara Muhammadiyah.
Percetakan ini bernama CV. Percetakan Persatuan. Dari hasil percetakan ini
dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan Muhammadiyah Cabang
Surakarta.47
1. Bagian Cabang Pendidikan atau Afdeling Onderwijs
Bagian Cabang Pendidikan ini mendirikan sekolah Muhammadiyah di
Keprabon yang dipimpin oleh Siswosoedirdjo (Guru HIS Kepatihan),
Sastrosugondo dan guru-guru Mamba‟oel „Oeloem. Mamba‟oel „Oeloem adalah
sekolah yang bercirikan Agama Islam dan berada di Masjid Agung Surakarta.
Sekolah ini didirikan atas inisiatif Paku Buwono X dari Kerajaan Kasunanan
Surakarta. Sekolah ini didirikan oleh Patih R. Adipati Sosrodiningrat pada tahun
1906.48
2. Dibidang Tabligh
Kegiatan Tabligh Muhammadiyah Cabang Surakarta ketika awal
berdirinya adalah bertujuan untuk menumbuhkan rasa sebagai bagian dari
Muhammadiyah Pusat. Penggerak utama aktivitas Muhammadiyah Surakarta
47 Tim, 1990, Sejarah Hibab Atau Wasiat Gedung Sontohartono Pusat Kegiatan dan
Lahirnya Muhammadiyah Surakarta, Surakarta: PDM Majlis Wakaf dan Kehartabendaan,
halaman 1.
48 Tim, 2004, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, Surakarta: PT. Aksara
Solopos, halaman 101.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
adalah Moechtar Boechari yang masih muda dan pintar, Moechtar Boechari tidak
hanya bisa membaca tulisan Arab dan menguasai dengan baik teks-teks agama
tetapi juga bisa membaca tulisan Belanda. Aktivitas tabligh yang dilakukan
Moechtar Boechari seperti yang beliau lakukan di kalangan anggota muda abdi
Dalem Kasunanan Surakarta dan di kalangan siswa sekolah HIS (Sekolah Pribumi
Belanda) dan Normal School (Sekolah Latihan Guru Bumiputera) yang sebagian
murid-muridnya merupakan anak-anak priyayi Solo. Aktivitas tabligh ini disebut
Kursus Islam.
Cara-cara tabligh Moechtar Boechari dengan cara persuasif yaitu diskusi-
diskusi yang diadakan cenderung bersifat mengajak atau mengundang para
pendengarnya atau peserta, termasuk orang-orang bukan Islam untuk
berpartisipasi dalam mencari kebenaran bukan sekedar mendengar perintah untuk
di jalankan. Moechtar Boechari menghadapi para peserta dengan penuh
kesabaran, kelembutan dengan tujuan membangun aqidah dan akhlak
pendengarnya. Moechtar Boechari dalam menjalankan aktivitas tabligh
mencontoh cara yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan yaitu dengan cara
menumbuhkan minat masyarakat terhadap Islam, bagaimana menumbuhkan
perasaan gembira, puas dan bangga sebagai orang Islam. Menurutnya seorang
propagandis ialah bagaimana memperoleh kepercayaan dari orang lain.
3. Dibidang Kesehatan
Perkumpulan Muhammadiyah Cabang Surakarta, pada hari Selasa
tanggal 17 Mei 1927 membuka poliklinik mata. Poliklinik ini dibuka untuk
umum. Tempat yang digunakan sebagai poliklinik adalah di rumah Kiai Moechtar
Boechori di Kampung Kauman Tengah. Poliklinik ini dibuka jam 10.00 pagi. Saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pembukaan poliklinik ini, pengurus Muhammadiyah Cabang Surakarta
mengundang Kanjeng Gusti Adipati Arya Mangkunegaran VII.49
4. Kegiatan-kegiatan Muhammadiyah Cabang Surakarta di Sontohartono
Setelah resmi menjadi bagian cabang dari Muhammadiyah Yogyakarta di
tahun 1922, maka pengajian yang dulunya dilaksanakan di rumah Raden Ngabei
Martosuwignyo kemudian dipindah ke rumah (Ndalem) Sontohartono di
Keprabon Tengah. Di Ndalem Sontohartono inilah yang menjadi pusat kegiatan-
kegiatan Muhammadiyah Cabang Surakarta seperti:
1. Khitanan Umum
Khitanan Umum ini diselenggarakan setiap setahun sekali dan biasanya saat
menjelang Hari Raya Idul Adha.
2. Tadarus Al-Qur‟an
Kegiatan Tadarus ini dilaksanakan setiap malam bulan Ramadhan yang diikuti
oleh semua lapisan masyarakat dari manapun yang ingin mengikuti tadarusan.
3. Pesta Fakir Miskin
Pesta ini dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Fitri berupa jamuan makan dengan
gratis.
4. Kantor Pandu Hizbul Wathon
Letak kantor ini dibagian timur Ndalem Sontohartono.
5. Buffet (Toko atau Kedai)
Di paviliun Ndalem Sontohartono bagian timur dibuka Buffet untuk penjualan
atribut-atribut Muhammadiyah misalnya Lencana, duk, kacu Hizbul Wathon,
49 Arsip Mangkunegaran, No. L. 685, “Surat Pengurus Muhammadiyah tahun 1927
Kepada KGPAA MN 7”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
peci, pakaian Hizbul Wathon dll. Buffet ini di kelola oleh H. Abdullah
Hayan.
6. Kantor Pusat Pesatuan Sepak Bola Hizbul Wathon yang memiliki pendukung
banyak.
7. Kantor Pemuda Muhammadiyah di Sontohartono, contoh kegiatannya
misalnya Pemuda Muhammadiyah mengadakan Rapat Umum untuk
membicarakan Halal Bihalal di Sontohartono Keprabon mulai pukul 20.00
wib.50
8. Kantor Siswo Proyo Wanita (Nasyiatul Aisyiyah)
9. Pusat Kegiatan Wanita Sedya Rahayu (Aisyiyah)
10. Bustanul Athfal (Taman Kanak-Kanak)
Di Ndalem Sontohartono inilah pertama munculnya Bustanul Athfal pertama
di Solo. Bagian Ndalem Sontohartono yang digunakan sebagai tempat
pendidikan Taman-Kanak-Kanak ini adalah dibagian Pendopo Sontohartono.
11. Kantor Pusat Wedono Tabligh
Tempat ini digunakan sebagai pusat tempat pertemuan para mubaligh.
12. Konferensi Daerah
Ndalem Sontohartono dulunya digunakan sebagai tempat penyelenggaraan
Konferensi Muhammadiyah Daerah Se Karesidenan Surakarta.
13. Digunakan sebagai Tempat Rapat-Rapat
Pavilium Sontohartono disebelah selatan merupakan tempat untuk rapat-rapat
tokoh-tokoh Muhammadiyah.
50 Darmo Kondo, “Pomoeda Moehammadijah”, Sabtu 19 Januari 1935.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
14. Tempat Pemondokan
Ndalem Sontohartono digunakan sebagai tempat peristirahatan para peserta
konggres.
15. Kursus Tabligh
Diadakan di Ndalem Sontohartono setiap bulan Ramadhan.
16. Didirikan masjid disamping kanan Ndalem Sontohartono.
17. Di sediakan tempat-tempat bagi para pemimpin Muhammadiyah.
18. Tempat diselenggarakannya pengajian Muhammadiyah yang dilaksanakan
setiap hari Jum‟at.
Di masa kepimpinan M. Ng. Sastrosugondo, dan wakilnya M. Moechtar
Boechari cepat mengubah sifat politik dan sosial dari Muhammadiyah Cabang
Surakarta. Ketika diera kepemimipinan H. Misbach, SATV bersifat anti
kemapanan religius dan keanggotaannya sebagain besar adalah pedagang batik.
Sebaliknya sekarang Muhammadiyah diera kepemimpinan Sastrosoegondo dan
Moechtar Boechari menjalin hubungan dengan elemen-elemen progresif badan
religius dan memperluas pengaruhnya dikalangan anggota muda priyayi
Kasunanan.
Muhammadiyah menjadi sebuah organisasi yang dihormati dimasyarakat.
Muhammadiyah Cabang Surakarta aktif dalam lapangan agama, pendidikan,
sosial, namun menghindari politik. Prinsip menghindari politik, maka
perkembangan organisasi ini turut didorong oleh Residen. Residen Belanda
mengizinkan Muhammadiyah Surakarta untuk mengadakan pertemuam-
pertemuan tabligh tanpa penjagaan dari polisi.51
51 Takashi Shiraishi, op. cit., halaman 347-348.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA
A. Periode Awal Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah Di Surakarta
Tahun 1930-1945
1. Periode Awal Mula Munculnya Sekolah Muhammadiyah di Surakarta
Tahun 1930
Program yang dipilih Muhammadiyah sejak didirikan adalah
membersihkan Islam dari pengaruh ajaran yang salah, memperbaharui sistem
pendidikan Islam dan memperbaiki kondisi sosial kaum muslimin. Diantara
program-program yang menjadi tujuan dari Muhammadiyah adalah pendidikan.
Bidang pendidikan merupakan aspek yang sangat menonjol dari pembaharuan
yang dilakukan Muhammadiyah. Ide pembaharuan Muhammadiyah juga
ditekankan pada usaha untuk memurnikan Islam dari pengaruh tradisi dan
kepercayaan lokal. Pengaruh ini bertentangan dengan ajaran Islam sebagai gerakan
pembaharuan Islam. Usaha yang dilakukan Muhammadiyah adalah tetap
konsisten dengan semboyan “kembali pada ajaran yang murni, yakni Al-Qur’an
dan Hadits” sebagai sumber utama ajaran Islam untuk memecahkan persoalan-
persoalan besar yang dihadapi umat Islam dengan mendorong kreatifitas
intelekual.1
1 Muhaimin, 2000, Pembaharuan Islam, Yogyakarta: Pustaka Panjimas, halaman 104.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dibidang pendidikan Muhammadiyah sangat berkeinginan untuk
mencetak “elite” muslim terdidik yang memiliki identitas Islam yang kuat, mampu
memberikan bimbingan dan keteladanan terhadap masyarakat. Pendidikan
Muhammadiyah harus berani menghadapi tantangan kaum elite sekuler
berpendidikan barat yang dihasilkan oleh sekolah-sekolah berpendidikan barat.2
Sistem pendidikan lainnya adalah pola-pola pendidikan di pesantren yang hanya
mengajarkan agama saja. Kedua sistem pendidikan ini sangat bertolak belakang.
Pendidikan barat sama sekali tidak memperhatikan pendidikan Islam.3
Muhammadiyah Sebagai gerakan nasional yang lahir pada masa
penjajahan Belanda selalu mempunyai komitmen yang tinggi untuk membantu
kaum lemah seperti orang-orang miskin, anak yatim piatu dll dan membantu
orang-orang yang tertindas seperti buruh tani, petani yang selalu di tekan dan
dibebani pajak oleh pemerintah kolonial. Muhammadiyah membantu masyarakat
bukan melalui jalur politik praktis tetapi melewati jalur pendidikan, dakwah dan
sosial kemasyarakatan yang didasarkan nilai-nilai dan ajaran Agama Islam.4
2 M. Din Syamsuddin (edt), 1990, Muhammadiyah Kini Dan Esok, Jakarta: Pustaka Panji
Mas, halaman 43.
3 Ari Anshori dkk, 1998, Reaktualisasi Tajdid Muhammadiyah, Surakarta: UMS Press,
halaman 25.
4 Syukriyanto AR dan Abdul Munir Mulkhan (peny), 1990, Pergumulan Pemikiran
Muhammadiyah, Yogyakarta: SIPRESS, halaman 143)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Sistem Pendidikan Pesantren
a. Gambaran Umum Pondok Pesantren
Di masa sebelum terbentuknya organisasi Muhammadiyah di Indonesia
sudah dikenal pendidikan Islam yang dinamakan pesantren. Pondok pesantren
yang diusahakan oleh umat Islam sebagian besar hanya mengajarkan ilmu
agama saja, sedang pengetahuan umum sama sekali tidak pernah diajarkan
kepada santrinya. Komplek penting dalan sebuah pesantren seperti: pondok,
santri, kiai, masjid.
1. Pondok
Pondok adalah asrama bagi para santri yang berada didalam komplek
pesantren. Keadaan pondok terdiri dari kamar-kamar yang digunakan oleh
para santri, biasanya dalam sebuah pondok bentuk dan isi ruangannya sangat
sederhana. Santri tidur diatas lantai tanpa kasur hanya sebuah tikar
sementara papan-papan di pasang didinding untuk menaruh barang-barang
para santri seperti pakaian, alat-alat sholat, Al-Qur’an, buku-buku dll.5
2. Santri
Di pondok pesantren murid disebut santri. Di pesantren para murid datang
sendiri atau diantarkan oleh orang tuanya kepada seorang Kiai. Murid-murid
itu tinggal bertahun-tahun lamanya ditempat Kiai itu.
5 Haidar Putra Daulay, 2001, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan
Madrasah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, halaman 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3. Kyai
Pada umumnya kyai sebagai pendiri pondok pesantren tetap sebagai
pelaksana kegiatan pesantren, sebagai guru bagi santrinya, juga bertanggung
jawab terhadap pondok pesantrennya.6 Kiai merupakan elemen penting
dalam sebuah pondok pesantren.
4. Masjid
Masjid merupakan sarana fisik sebuah pesantren. Biasanya masjid di
kelilingi bangunan tempat tinggal Kyai, asrama atau pondok santri. Di
pesantren tempat belajar yang digunakan adalah di sebuah masjid. Masjid
merupakan tempat yang digunakan untuk mendidik para santri seperti sholat
lima waktu, sembayang Jum’at, pengajaran kitab-kitab.
Dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari di pondok
pesantren, selain di peroleh dari zakat fitrah dari masyarakat, kebanyakan
dari pesantren menguasai lahan pertanian sendiri yang di dapat dari tanah
yang di hibahkan oleh penduduk desa, juga dari raja atau para pengusaha
daerah yang memberi hadiah berupa tanah.7 Tanah-tanah itu digunakan
untuk areal persawahaan, perladangan, tambak ikan. Areal lahan-lahan ini
6 Manfred Ziemek, 1986, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, halaman
100.
7 Ibid, halaman 101.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dikerjakan oleh guru beserta para santri dan hasil panennya dijadikan untuk
pemenuhan kehidupan sehari-hari di pesantren.8
b. Pelajaran-pelajaran dan Kurikulum Pendidikan Pesantren
Pendidikan di dalam pondok pesantren yang diselenggarkan oleh umat Islam ini
tidak mengenal bentuk kelas, tidak ada ujian atau pengontrolan kemajuan santri,
tidak ada hasil nilai studi, tidak ada batas lamanya santri belajar dan tinggal di
pondok pesantren sehingga lama atau tidaknya masa belajar seseorang
ditentukan oleh kemampuannya sendiri, sistem yang dipergunakan menekankan
pada hafalan tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Jam pelajaran di
pesantren pagi dimulai pada pukul 08.00 sampai 10.30, sesudah Dzuhur dan
sesudah Magrib. Perlakuan Kiai sama terhadap para santrinya, tanpa membeda-
bedakan latar belakang sosial ekonomi.9
Cabang-cabang ilmu yang dipelajari terbatas pada ilmu-ilmu agama dan
tata bahasa yang meliputi:
1.) Ilmu fiqih (Hukum Positif) yaitu pelajaran-pelajaran yang mengupas tentang
aturan-aturan dalam menjalankan ibadah puasa, aturan-aturan dalam
menjalankan ibadah zakat, aturan-aturan dalam menjalankan ibadah haji
dsb yang berhubungan dengan Allah SWT.
2.) Ushul Fiqih (teori-teori hukum agama) pelajaran-pelajaran yang mengupas
aturan-aturan tentang pernikahan, aturan-aturan tentang perceraian, aturan-
8 Muhammad Said, 1981, Pendidikan Abad 20 Dengan Latar Belakang Kebudayaanya,
Jakarta: Mutiara, halaman 70.
9Tim, 2007, Praksisi Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: ITD, halaman 56.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
aturan tentang waris-mewarisi dsb yang berhubungan dengan sesama
makhluk.
3.) Hadits yaitu ucapan, sikap, dan tindakan Nabi Muhamad SAW.
4.) Mushalah Hadits adalah teori Hadits yang membahas pengertian dan
istilah-istilah, sejarah, kategori, tingkatan status, kualitas teks, kualitas
periwayatan, kualitas jalur periwayatan, kajian isi teks sejarah, latar
belakang dan implikasinya dalam penetapan hukum Islam.
5.) Ilmu Tauhid yaitu Ke-Esaan Tuhan.
6.) Ilmu mantiq adalah ilmu yang mengajarkan tentang logika yaitu
pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanya akan di capai jika
manusia mengikuti petunjuk Allah SWT.10
7.) Tasawuf Ilmu tasawuf mistik dan etika yang mendominasi dan merupakan
warna dasar dalam pondok pesantren.
8.) Ilmu Tafsir yaitu teori tafsir atau penjelasan tentang Al-Qur’an.
9.) Pengetahuan-pengetahuan tata bahasa yang diajarkan yaitu: Ilmu bahasa
arab termasuk Nahwu (Sintaksis Arab), Sarf (Morfologi), Retorik
balaghah, Sejarah Islam (Tarikh), Pelajaran membaca huruf-huruf Arab
yang ada dalam Al-qur’an tanpa belajar menulis arab. Pelajaran menulis
huruf-huruf Arab yang terkandung di dalam Al-qur’an sama sekali tidak
diajarkan.11
10 Badri Yatim, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
halaman 335.
11 Ibnu Salami, 1981, Pengantar kemuhammadiyahan, Surakarta: UMS, halaman 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
10.) Penanaman akhlak sangat dipentingkan di dunia pesantren. Akhlak kepada
sesama teman, kepada masyarakat sekitar, terlebih-lebih kepada Kiai.
Terhadap sesama teman dijaga betul sehingga tidak timbul sengketa dan
Ukhuwah Islamiah selalu dijaga. Terhadap masyarakat sekitar perlu dijaga,
agar citra pesantren tidak luntur di mata masyarakat, bahkan diusahakan
agar santri menjadi panutan masyarakat. Akhlak terhadap Kiai sangat
diutamakan, sebab dari Kiailah santri memperoleh ilmu pengetahuan.12
11.) Pelajaran membaca Al-Qur’an dengan tajwidnya. Santri mempelajari
huruf-huruf Arab dan menghafal teksnya saja.
12.) Pelajaran-pelajaraan tentang urut-urutan cara mengambil air wudhu yang
benar.
13.) Pelajaran-pelajaran tentang cara melakukan sembayang wajib yang baik
secara berjamaah.
c. Sistem Pengajaran dan Metode Pengajaran di Pesantren
Metode pengajaran di pesantren meliputi Sorongan, badongan, acara-
acara yang membahas masalah di pesantren.
1. Sorongan atau pelajaran individual atau kelompok kecil dalam studi dasar.
Sistem pengajaran ini dinamakan Sorongan yang artinya adalah sistem
dimana seorang santri menghadap Sang Kiai dengan membawa kitab-kitab
12 Haidar Putra Daulay, op.cit., halaman 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
keagamaan yang ingin dipelajarinya, maka santri akan memberikan kitab itu
kepada Kiai dengan cara menyorongkan kitabnya dihadapan Kiai.13
2. Badongan atau weton yaitu Kiai membaca, mengartikan dan menerangkan
maksud teks dari kitab-kitab tertentu dihadapan sejumlah santri dan santri
tidak menirukan apa yang diucapkan oleh Kiai.
3. Acara-acara bersama untuk membahas setiap masalah tingkat tinggi.
Tingkatan pelajaran selanjutnya adalah pelajaran yang tingkatannya lebih
tinggi yang diajarkan langsung oleh Kiai kepada guru-guru muda dan santri
yang terpandai. Santri-santri semua duduk melingkari Kiai dengan kitab yang
sedang dipelajari yang diberikan dalam bahasa Arab, lalu diterjemahkan dan
diterangkan maksudnya. Santri-santri hanya mendengar saja sambil
mengikuti bacaan dan keterangan Kiai dalam bukunya sendiri-sendiri. Pada
sistem ini dinamakan “sistem Halaqah” yaitu pelajaran hanya mendengarkan
saja tanpa menulis catatan apapun.14
Kelebihan dari pondok pesantren adalah tentang pelaksanaan ajaran
Agama Islam selain memberikan ilmu Agama Islam. Santri-santri dididik
mengerjakan sembayang berjama’ah tiap-tiap waktu sembayang wajib dan
dilakukan bersama kiai. Santri juga dididik beramah tamah dan tolong
menolong serta memperkuat ukhuwah Islamiyah dengan tidak memandang asal
13 Tim, op. cit, halaman 69.
14 Mahmud Yunus, 1992, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Mutiara Sumber Widya,
halaman 233.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
usulnya.15
Akibat pendidikan pesantren para santri hanya memiliki semangat
mempelajari agama, sikap fanatik, memegang teguh keyakinan Agama Islam
dan ikhlas dalam setiap amal perbuatannya.
Para santri tidak menguasai ilmu pengetahuan umum menyebabkan: a)
Mudah tertipu oleh berbagai tipu muslihat, terutama dari Pemerintah Kolonial
Belanda serta orang atau golongan yang tidak menyukai Islam. b) Sulit
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang selalu maju dan
berkembang, bersikap kaku dalam memimpin masyarakat.16
K.H. Ahmad
Dahlan berpendapat bahwa anak-anak Islam juga harus tahu dengan masalah-
masalah keduniawian sehingga tetap sejajar dengan orang lain bahkan melebihi
dan tidak menjadi masyarakat yang bodoh.17
Untuk itu maka Beliau
menginginkan perubahan dengan melaksanakan perubahan dalam hal
pendidikan.
3. Perkembangan dan Sistem Pendidikan Yang Ada Pada Masa Pemerintah
Kolonial Tahun 1930-1942
Pendidikan yang diadakan Belanda hanya memberikan pelajaran umum
saja, tanpa pendidikan agama. Para pelajar hanya pandai dalam ilmu-ilmu
keduniawian tanpa mempunyai pedoman hidup yang kokoh, berupa ilmu-ilmu
15 Mahmud Yunus , op.cit, Halaman 233.
16 Mustafa Kamal Pasha dan Chusman Yusuf, 1989, Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Islam, Yogyakarta: Persatuan, halaman 51.
17 Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, 2005, Muhammadiyah Sebagai
Gerakan Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, halaman 19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
keagamaan. Orang-orang Kristen mendirikan sekolah serta gereja ditengah-tengah
perkampungan kaum muslimin dengan maksud supaya penduduk disekitar gereja-
gereja itu tertarik dengan agama Kristen. Para pastur memasuki perkampungan
muslim, kemudian melancarkan pengaruh-pengaruhnya. Puncak dari pengaruh
Belanda adalah politik Kristenisasi yang dilancarkan Gubernur Jenderal Idenburg.
Tujuannnya mengkristenkan penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah
beragama Islam. Masuknya Agama Kristen tidak lepas dari kegiatan penjajahan
Belanda yang disebut dengan ”3G” yaitu Glory, Gold dan Gospel.18
Ketiga G ini sebenarnya menggambarkan motif kedatangan kaum penjajah
ke negeri-negeri jajahannya. Maksud dari motif politik Glory (menang) adalah
sesuatu motif untuk menjajah dan menguasai negeri jajahannya sebagai daerah
kekuasaannya. Motif yang kedua yaitu motif ekonomi atau Gold (Emas,
Kekayaan) yang maksudnya suatu motif untuk mengeksploitasi, memeras dan
mengeruk harta kekayaan negeri jajahan. Motif yang ketiga adalah Gospel yaitu
motif untuk menyebarluaskan ajaran Kristiani kepada anak-anak negeri jajahan
atau motif untuk mengubah agama penduduk.19
Belanda melakukan politik penjajahan bertujuan juga untuk menanamkan
agama Kristen kepada penduduk pribumi. Jalan inilah satu-satunya cara untuk
mengekalkan penjajahannya, Adanya kesamaan keyakinan beragama antara si
penjajah dengan yang terjajah maka semangat untuk memberontak akan padam
18 Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, op.cit., Halaman 20.
19 Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, op.cit, halaman 103.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dengan sendirinya. Belanda melakukan diskriminasi dalam melaksanakan dan
menyelenggarakan pendidikannya antara golongan bangsawan Bumiputera dengan
yang lain. Belanda membeda-bedakan antara anak petani, pegawai rendah,
menengah tinggi, anak kaum ningrat antara orang pribumi dengan anak Cina, anak
Belanda. Tindakan ini dengan tujuan supaya didapatkan hasil lulusan yang
berbeda-beda dan terpecah belah sesuai dengan politik devide et impera (memecah
belah kekuatan kemudian menjajahnya) politik ini bertujuan untuk tidak adanya
semangat persatuan.
Pemerintah Belanda memberikan kenikmatan kepada kaum bangsawan
Bumiputera dan menjadikan para bangsawan Bumiputera sebagai ”tameng” bila
terjadi ketidakpuasan rakyat terhadap penjajah. Tujuan Pemerintah Kolonial
memberikan kemudahan dan prioritas yang tinggi kepada para bangsawan adalah
bertujuan untuk membentuk jurang pemisah antara rakyat dan bangsawan. Dengan
semakin berkuasanya penjajah dan penderitaan yang dirasakan oleh rakyat, maka
timbulnya keinginan dari rakyat untuk memperbaiki nasibnya melalui jalur
pendidikan sehingga bisa memperbaiki status sosialnya.20
Pemerintah Kolonial mendasarkan kebijakannya pada pokok-pokok berikut:
1. Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan
penduduk Bumiputera, dengan maksud supaya Bahasa Belanda menjadi
bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Adanya jalur ini diharapkan dapat
20 Ary H Gunawan, 1986, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bina
Aksara, halaman 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
terpenuhi kebutuhan akan unsur dari lapisan atas serta tenaga terdidik bermutu
tinggi bagi keperluan penjajah belanda
2. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan bumiputera disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.
Corak dan sistem pendidikan dan persekolahan di Hindia Belanda dilaksanakan
berdasarkan dengan 2 pokok dasar itu. Tujuan pendidikan pada zaman Kolonial
antara lain untuk memenuhi keperluan tenaga buruh kasar untuk kepentingan
kaum modal Belanda disamping ada bagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi
tenaga administrasi, tenaga teknik, tenaga pertanian dll yang diangkat sebagai
pekerja-pekerja kelas dua atau kelas tiga dibawah kekuasaan pemerintah
Kolonial.21
Ciri pendidikan Masa Kolonial adalah
1. Sistem dualisme dipisah antara golongan Eropa dan golongan Bumiputera,
bahasa pengantar adalah bahasa melayu untuk menghubungkan sekolah
golongan Eropa dan golongan bumiputera dengan sekolah Belanda diadakan
sekolah peralihan disebut SchakelSchool.
2. Sistem konkordinasi yaitu pendidik didaerah jajahan diarahkan atau disesuaikan
menurut pendidikan yang terdapat di Belanda, mutu perdidikan terjamin
setingkat dengan pendidikan di negeri Belanda.
3. Sentralisasi kebijakan pendidikan zaman kolonial ialah memusatkan segala
urusan pendidikan kepada pemerintah di Jakarta (Batavia) pemerintah kolonial
21 Ibid, halaman 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
mendasarkan atau mempunyai suatu lembaga yang mengurus pendidikan ialah
Departement Van Onderwijs Eeredienst (Departement Pengajaran dan Ibadat)22
Tujuan Pemerintah Belanda mengadakan pendidikan di Indonesia adalah
untuk pembentukan akal dan kecerdasan otak (pikiran saja) sedang perasaan
dan akal budi atau hati nurani yang menjadi pangkal timbulnya akhlak yang
baik sama sekali tidak pernah dihiraukan. Akibat dari Pendidikan barat: (1)
Terbentuknya manusia yang cerdas otaknya tetapi kosong batinnya. (2)
Terbentuknya manusia yang berkepribadian licik, pandai menipu orang lain
tanpa pertimbangan moral. (3) Terbentuknya manusia yang mulai mengingkari
nilai-nilai kesucian agama yang tidak dapat diterapkan dalan kehidupan diabad
modern.23
Pada awalnya Pemerintah Kolonial Belanda yang ada di Indonesia yaitu
ketika zaman VOC, mendirikan sekolah yang bertujuan untuk menyebarkan
agama mereka. Sekolah-sekolah ini didirikan hanya di wilayah yang telah
menerima agama Katolik (dari usaha orang-orang Portugis). Awalnya orang-
orang Belanda merasa “enggan” menyebarkan agamanya di kalangan orang
beragama Islam, takut kalau-kalau akan merugikan perdagangannya.
Pemerintahan Belanda sulit mempertimbangkan antara politik dan ekonomi.
Belanda menganggap yang lebih penting adalah motif religius dalam usaha
menyebarkan agama Kristen. Pendidikan untuk tujuan sekuler, baru timbul
22 H.R Tilaar, 1995, Lima Puluh Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1999
Suatu Analisis Kebijakan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasara Indonesia, halaman 31-32.
23 Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, op.cit., halaman 52.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sekitar tahun 1800 dan muncul karena mendukung kepentingan komersial
pemerintah Belanda.
Pendidikan dimasa Kolonial hanya dijadikan alat untuk memelihara “Pax
Neerlandica” suasana aman dan damai, serasi bagi pertumbuhan perusahaan-
perusahaan Belanda. Pendidikan Belanda hanya bersifat intelektualistis,
asional, lebih berorientasi kepada birokrasi. Hasil pendidikan Belanda ini
menghasilkan orang-orang Indonesia yang berpendidikan Barat, akhirnya
menginginkan untuk menentang Pemerintahan Belanda dan menginginkan
kemerdekaan. Mereka mendirikan organisasi-organisasi yang segera terlibat
dalam masalah politik dengan tuntutan yang lebih luas. Pendidikan yang
diberikan orang-orang Belanda dijadikan senjata atau kekuatan melawan
kekuasaan Belanda. Dalam perkembangan timbulnya kesadaran bersekolah
bagi bangsa Indonesia yang menjelma menjadi sekolah-sekolah partekelir, yaitu
sekolah sekolah swasta yang dicab oleh orang Belanda sebagai Wilde Scholen
(Sekolah Liar) seperti Taman Siswa yang berprinsip Nasional yang didirikan
oleh Ki Hajar Dewantara tahun 1912 dan sekolah-sekolah Muhammadiyah
yang juga berdasarkan Islam.24
Pemerintah Belanda tidak berhasil untuk menghalangi pertumbuhan
“Sekolah Liar” yang berkembang melebihi sekolah pemerintah. Sekolah milik
pemerintah Kolonial memperketat penjagaan untuk sekolah-sekolah liar dengan
tujuan supaya sekolah-sekolah liar tidak menyebarkan “buah pikiran” yang
24 S. Nasution, 2001, Sejarah Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, halaman 151-
153.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
merugikan pemerintahan Belanda. Pendidikan Belanda selalu berhubungan
dengan kepentingan Belanda, walaupun sebenarnya pemerintah Kolonial
menerima tanggung jawab moral atas kesejahteraan bangsa Indonesia. Pada
dasarnya tanah jajahan dipandang sebagai daerah yang direbut dan diduduki
untuk dieksploitasi demi keuntungan penjajah. Pendidikan selama penjajahan
Belanda juga mempunyai keuntungan bagi Bangsa Indonesia.
Keuntungan adanya pendidikan Belanda adalah telah didirikan sejumlah
sekolah yang bermutu tinggi sama dengan di negerinya yaitu sekolah berbahasa
Belanda, maka terbuka jalan bagi mobilitas sosial. Bahasa Belanda membuka
pintu kebudayaan barat dan menghasilkan perbedaan diantara berbagai
golongan sosial. Pengaruh barat mendorong juga bagi pendidikan kaum wanita.
Kebanyakan sekolah yang didirikan pemerintah dan perusahaan Belanda
merupakan alat untuk mobilitas sosial mereka sendiri. Belanda senantisa
berusaha untuk menekan perkembangan bangsa Indonesia dengan menyajikan
pendidikan yang paling sederhana dengan biaya yang rendah serendahnya
untuk kepentingan bangsa Belanda, Bahasa Belanda memperoleh kedudukan
yang penting sejak dijadikan sebagai syarat untuk pengangkatan pegawai
pemerintah dan kelanjutan pendidikan. Ciri politik dan praktik pendidikan
Kolonial Belanda adalah dualisme, kontrol sentral yang kuat, dilaksanakan
prinsip koordinasi, tidak adanya perencanaan pendidikan, pendidikan hanya
sebagai penyedia pegawai.25
25 Ibid, halaman 32-35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pemerintah Kolonial Belanda, menyatakan netral terhadap semua agama
di Indonesia, kenyataannya tidak, karena kebijaksanaan politik Islam Belanda
yang bertujuan melemahkan kekuatan Islam menurut Belanda dengan
berdirinya Muhammadiyah dianggap sebagai suatu ancaman. Keputusan
mengizinkan berdirinya Muhammadiyah sebenarnya tidak tulus, dengan
diizinkannya Muhammadiyah berdiri adalah ingin mendapatkan simpati dan
mengurangi sikap reaksi kaum muslimin terhadap pemerintah Kolonial, juga
karena Muhammadiyah bukan organisasi politik. Pemerintah pernah melarang
Muhammadiyah, guru-guru dilarang mengajar. Batasan ini menunjukkan bahwa
pemerintah selalu ingin mengontrol Muhammadiyah juga organisasi Islam
lainnya.26
Prinsip pendidikan dari penjajah Belanda terhadap pendidikan didaerah
jajahannya:
1. Pemerintah Kolonial berusaha tidak memihak salah satu agama tertentu.
2. Pendidikan diarahkan agar para tamatan menjadi pencari kerja, terutama demi
kepentingan kaum penjajah.
3. Sistem persekolahan disusun berdasakan stratifikasi sosial yang ada dalam
masyarakat.
4. Pendidikan diarahkan untuk membentuk golongan elite sosial Belanda
26 Din Syamsudin (edt ), op.cit., halaman 52.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
5. Dasar pendidikannya adalah dasar pendidikan barat dan berorientasi pada
pengetahuan dan kebudayaan Barat.
Bermula dari prinsip inilah dilakukan politik “pecah belah dan adu domba” dan
diskriminasi sosial berdasarkan strata atau kedudukan. Sikap dan sifat
ketergantungan menjadi pencari kerja bukan pencipta lapangan pekerjaan,
meskipun dengan gaji sedikit. Kesempatan mendapatkan pendidikan diutamakan
kepada anak-anak bangsawan bumiputera serta tokoh-tokoh terkemuka dan
pegawai Kolonial. Diharapkan nantinya mereka akan menjadi kader-kader
pemimpin yang berjiwa kebarat-baratan atau kebelanda-belandaan dan merupakan
kelompok elite yang terpisah dengan masyarakatnya sendiri.27
Mereka menjadi
penyambung tangan-tangan penjajah sebagai upaya Belanda untuk memerintah
secara tidak langsung kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Kaum bangsawan
serta tokoh-tokoh yang telah memperoleh prioritas pendidikan serta kenikmatan
hidup akan selalu mematuhi dan menghormati pemerintah Kolonial Belanda.
Di zaman penjajahan Belanda pengangkatan Bupati didasarkan atas
keturunan disamping dari pendidikan. Di zaman Hindia Belanda hanya anak Lurah
keatas yang boleh memasuki Sekolah Dasar yang mempergunakan Bahasa
Belanda. Ada juga sekolah-sekolah Bumiputera untuk lapisan masyarakat yang
lebih rendah. Di zaman Hindia Belanda sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-
sekolah Muhammadiyah mendidik murid-muridnya untuk berwiraswasta, karena
27 Agus Salim (edt), 2007, Indonesia Belajarlah! (Membangun Pendidikan Indonesia),
Yogyakarta: Tiara Wacana, halaman 201.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
lulusan sekolah-sekolah Muhammadiyah sulit diterima untuk menjadi pegawai
Kolonial.28
Banyak badan pertekelir yang berusaha mendirikan sekolah swasta
kemudian bergabung dalam Mardi Tomo, pendirian organisasi ini bertujuan untuk
memudahkan pendanaan dan mengurus perijinan sebab waktu itu izin pendirian
sekolah-sekolah swasta tsb harus dikeluarkan oleh pemerintah kerajaan dengan
persetujuan pemerintahan Kolonial. Sistem perizinan ini diterapkan, Karena
pemerintah Kolonial khawatir, badan-badan partekelir ini akan bertentangan
dengan tujuan pendidikan yang diterapkan pemerintahan Kolonial.
Muhammadiyah tidak memerlukan izin khusus dari kerajaan tetapi
langsung diberikan izin untuk mendirikan sekolah-sekolah. Hal ini karena
pemerintah Kolonial mempercayai tujuan-tujuan sekolah Muhammadiyah tidak
bertentangan dengan pemerintah. Kebijaksanaan pemerintah sangat mempengaruhi
pendidikan yang dijalankan di Surakarta, sehingga pendidikan yang dijalankan
terkontrol seperti sekolah-sekolah dikelola oleh pemerintah, zending, missi, dan
Muhammadiyah. Sekolah-sekolah negeri berbahasa Belanda antara lain 13 sekolah
Ongko Loro, 2 sekolah Meisjesschool (Sekolah Putri), 7 sekolah persiapan
pendidikan guru bagi sekolah desa (Onderbouw Holland Inlander Kweekschool).
28 Tim UMS, 1989, Muhammadiyah di penghujung Abad 20, halaman 245.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Sekolah-sekolah tersebut berada di daerah Pasar Kliwon, Laweyan, Jebres,
Mangkunegaran, Colomadu, dan Sragen.29
Sekolah-sekolah Neutral berbahasa Belanda Sekolah ini mutunya paling
baik khususnya yang diperuntukkan oleh golongan Bumi putera di Surakarta.
Sekolah-sekolah ini terdiri dari HIS Jongenschool di Mangkubumen, HIS
Meisjesschool di Slompretan, dan Schakelschool (Sekolah Peralihan) di
Penumping. Sekolah-Sekolah yang di kelola oleh Missionaries yaitu sekolah-
sekolah katolik yang berada di Surakarta antara lain adalah satu sekolah MULO,
satu sekolah ELS, dua buah HIS, dua buah Meisjesvervolgschool. Sekolah-sekolah
tersebut tersebar antara lain di Purbayan, Pasar Kliwon, Kemlayan, Jebres.
29 Arsip mangkunegaran, Opgave van Openbare Onderwijainrichtingen in het Gewest
Soerakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 1
Sekolah-sekolah Kolonial yang didirikan di Surakarta tahun 1932
No. Sekolah
1. Holland Inl Kweekschool Margoyudan
4. Holland Inlander School Sidokare
5. Holland Inlander School Jebres
6. Holl Inl Meisjesschool Margoyudan
7. Holl Chin School (HCS) Margoyudan
8. Hoogere Kweekschool Margoyudan
9. Standaardschool Manahan
10. Standaardschool Kalangan
11. Standaardschool Kawatan
12. Standaardschool Gandekantengen
13. Standaardschool Danukusuman
14. Standaardschool Margoyudan
15. Standaardschool Gilingan
16. Schakelschool Margoyudan
17. Muloschool Villa Park
18. Eur Lagere School (ELS) Villa Park
Sumber: Arsip Mangkunegaran, Opgave van Openbare Onderwijainrichtingen in
het Gewest Soerakarta.
Tabel 1 menjelaskan tentang sekolah-sekolah yang didirikan oleh zending di
Surakarta dari tahun 1932. Sekolah-sekolah ini awal berdirinya karena kedatangan
bangsa Belanda dengan motif penyebaran injil atau Theokratis. Sekolah-sekolah
ini didirikan menyebar di wilayah Surakarta. Kegiatan Zending dibuka oleh
perkumpulan Zending yang terdiri dari C. Van Proosdij, Van Ansel, C.J. de
Zomer, G.C.E. de Man, serta Pendeta Bakker.30
30 Ruth Catur S.P, Sejarah Perkembangan Yayasan Sekolah Kristen Widya Wacana
Surakarta Tahun 1970-1996, Surakarta: Skripsi, halaman 19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
4. Pendidikan yang di Selenggarakan oleh Keraton Kasunanan dan Pura
Mangkunegaran
Pada awal berdirinya sekolah-sekolah Muhammadiyah, di Surakarta sendiri
memiliki beberapa sekolah-sekolah yang didirikan selain dari Muhammadiyah.
Sekolah-sekolah itu menjadikan tantangan dalam mengembangkan pendidikan
Muhammadiyah, namun sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat hidup
berdampingan tanpa ada rasa iri dalam menjalankan pendidikannya. Sekolah-
sekolah itu ada yang didirikan oleh para missionaris, zending, dari Keraton
Kasunanan dan Pura Mangkunegaran.
1. Dari Keraton Kasunanan ada sekolah Mambaoel Oelom yang didirikan
dihalaman masjid Agung Surakarta oleh Yayasan Dalem Kasunanan. Sekolah
ini bercirikan agama Islam dibawah pengelolaan penghulu Tafsir Anom.
Metode yang digunakan dalam sekolah ini masih seperti metode pesantren yaitu
belajar di masjid lama belajar disekolah ini 11 tahun. Pendidikan di Mambaoel
Oelom dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu
a. Bagian I kelas 1 sampai kelas 4 termasuk bagian Ibtidiyah
b. Bagian II kelas 5 sampai kelas 8 termasuk bagian Wusta
c. Bagian III kelas 9 sampai kelas 11 termasuk bagian Ngulya
Para guru sekolah Mambaoel Oeloem dari para Abdi Dalem Ulama
(Mualim). Pelajaran-pelajaran yang diberikan di Mambaoel Oelom adalah
Agama Islam, Bahasa Jawa, Bahasa Melayu, Berhitung, Ilmu Hadits. Lulusan
dari Mambaoel Oeloem menjadi punggawa penghulu di kawedanan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menjadi guru agama.31
Ada juga Froberschool Pamardi Puteri berubah menjadi
Pamardi Siwi, juga didirikan Sekolah yang bernama Kasatriyan untuk para
sentana dan abdi dalem.32
Pada awal berdiri Muhammadiyah Surakarta
meminta bantuan guru-guru Mambaoel Oelom untuk mengajar di sekolah-
sekolah Muhammadiyah. Hubungan yang dilakukan antara Kraton Kasunanan
dengan Muhammadiyah lainnya adalah Pakoe Buwono X memberikan
tanahnya untuk Selolah Pertanian (Land Bow School) Muhammadiyah pada
tahun 1935. Alasan raja memberikan tanah adalah karena Muhammadiyah
adalah organisasi yang anti politik tetapi sebuah organisasi yang amal usahanya
untuk kemajuan bangsa. Alasan lainnya adalah raja simpati dengan perjuangan
Muhammadiyah. Pada masa Jepang Land Bow School ditutup oleh Jepang.
Tanah ini menjadi lahan yang kosong sampai tahun 1959. Lahan kosong ini
kemudian dipakai untuk asrama yatim. Bangunan asrama yatim ini kemudian
ambruk terkena badai, maka anak-anak dipindahkan di rumah Ibu Sangidu di
Timuran. Lahan asrama menjadi kosong sampai tahun 1967, kemudian dipakai
untuk SD Muhammadiyah 4, SMP Muhammadiyah 7 Jebres Surakarta.33
2 Pura Mangkunegaran sendiri, ketika Muhammadiyah berdiri di Surakarta
Mangkunegaran sudah memiliki beberapa sekolah. Hal ini karena janji Kanjeng
31 Dwi Ratna, dkk, 1999, Sejarah Kebangkitan Tradisional Surakarta, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
32 Tim, 2004, Dibalik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, Surakarta: PT. Aksara
Solopos, halaman 101.
33 Wawancara dengan Muhammad Amir, 13 Januari 2011, pukul 16.30.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran 7 ketika dilantik. Langkah-
langkah yang diambil beliau adalah dengan menambah jumlah Sekolah Desa
(Sekolah Dasar Kelas Rendah) dan Sekolah Rakyat, membuka Kursus Guru
Desa, Sekolah Putri Kopschool, Siswarini, Sekolah dasar dengan Bahasa
Belanda, Sekolah Menengah Umum Pertama. Langkah ini dilakukan Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran 7, karena sebagai pertanggung
jawaban atas pidatonya pada tanggal 21 Februari 1917, sesaat setelah
penobatannya sebagai Mangkunegaran 7. Isi dari pidatonya adalah:
Saiki wis ora cundhuk karo jamane yen kang juneneng Adipati iku mung
merlokake nggone nengenake kawibawan bae sarta panggaweyan tumrap
pangolahing Praja mung kapasrahake marang para nara Praja. Ing mangka
yen benera ing jaman saiki kang jumeneng Adipai kudu dadi tuladha
tumrap para putra Santana, legium, nara Praja, lan para kawula ing atase
kawekelaning pakaryan lan kautamaning budi. Aku kudu tansah manggalih
lakuning Praja lan melu ngasta (tumindak) dhewe. Kang perlu dak galih
dhisik iku panguripane para kawula cilik kang wiwit biyen tumeka saiki
gawe sugihe Praja Mangkunegaran mangka salawase panguripane tansah
rekasa, bumine kurang pametune amarga saka kekurangan banyu. Para
nara karya uripe tanpa nganggo kabungahan, omahe mung emplek-emplek
kang saru dinulu, ora oleh piwulang lan pamardi kang prayoga sarta ora
ana kang nuntuni. Mula aku kudu ngudi marang kamulyane kawulaku
wong cilik. Kowe kabeh kudu sayuk ambiyantu kalayan temen, padha
anggedhekna kaantepanmu, supaya Praja Mangkunegaran bisa mundhak
raharja sarta kawulaku wong cilik bisa kepenak uripe lan tentrem ayem
atine, ora ngemungake kaya kang wus kelakon, nangin malah luwiha saka
samono, sarta kowe kabeh kudu ambudidaya kalayan anderpati murih
undhaking rasamu: bisa mentas dhewe, bias nganakake ada-ada tumrap
paedahing akeh lan weruh ing wajib, sarta murih undhaking rasamu adil
lan tentrem marang wong cilik.34
34 Suwaji Bastono, 1996, Karya Budaya Mangkunegaran I sampai VIII, Semarang IKIP
Press, halaman 92-93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Organisasi Muhammadiyah yang juga bergerak dibidang pendidikan maka
K.G.P.A.A Mangkunegaran 7 juga memberikan tanah kepada Perkumpulan
Muhammadiyah untuk mendirikan sekolah juga diberikan dana subsidi.35
Tanah
yang diberikan K.G.P.A.A Mangkunegaran untuk H.I.S Muhammadiyah samping
Masjid Al-Wustho Mangkunegaran sudah tidak mencukupi lagi untuk menerima
murid. Gedung sekolah itu memerlukan perluasan dan pembaharuan, akhirnya
pihak Persyarikatan Muhammadiyah mengajukan permohonan untuk meminta
tanah tersebut kepada Pura Mangkunegaran. Surat pengajuan permohonan tanah
dikabulkan oleh Mangkunegaran.36
Masa kependudukan Jepang di Indonesia
sekolah-sekolah yang didirikan di Mangkunegaran membuat peratuan sendiri
mengenai pendidikan dan pengajarannya. Sendi pendidikan dan pengajaran yang
terbaik adalah kodrat, pembawaaan dan kepunyaan anak sendiri dan pendidikan
yang sebaik-baiknya ialah pendidikan yang berdasarkan kebangsaan.37
5. Masa-masa Perkembangan Awal Persyarikatan Muhammadiyah di bidang
Pendidikan di Surakarta Periode Tahun 1930 sampai 1942
Muhammadiyah mengembangkan pendidikannya dengan menggunakan
metode pembaharuan pendidikan. Alasannya Karena pendidikan pada masa itu
sudah memprihatinkan. Masyarakat hidup dalam penderitaan dan belum benar-
35
Ibid, halaman 97.
36 Arsip Mangkunegaran, No. 1411, “Berkas Mengenai Perkumpulan Muhammadiyah
1940-1950.”
37 Arsip Mangkunegaran, No. 4300, “Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
benar mengenal pendidikan agama dengan benar. Sendi pendidikan dan
pengajaran yang terbaik untuk menghadapi kecenderungan tersebut adalah dengan
kodrat, pembawaan dan pendidikan yang sebaik-baiknya yang sesuai dengan
kebangsaan Indonesia. Muhammadiyah berusaha membantu keadaan masyarakat
dengan mengembangkan pembaharuan sehingga masyarakat dapat hidup lebih
baik lagi. Program-program yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah antara lain
adalah:
a. Program Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah
K.H. Ahmad Dahlan menyadari bahwa pendidikan yang ada di Indonesia saat
itu memiliki kelemahan. Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi memandang
tentang Agama Islam yaitu bahwa Pendidikan agama merupakan kewajiban dan
keharusan bagi umat Islam. Untuk terus mempelajari ajaran Tuhan sejak masa
kanak-kanak sampai meninggal untuk itu umat Islam juga memerlukan
peningkatan pengetahuan diri selain dari pendidikan agama yang dapat
digunakan untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya selain dari agama dan
pengetahuan umum.38
Pendidikan yang ada saat itu adalah pendidikan pesantren yang hanya
memberikan pelajaran agama saja. Akibatnya pendidikan itu memiliki
kelemahan, karena tidak adanya pendidikan umum. Pendidikan yang ada
38
Mitsuo Nakamura, 1983, Bulan Sabit Muncul Dari Balik Pohon Beringin, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press halaman 102.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
lainnya adalah model pendidikan yang di bawah oleh penjajah Belanda yaitu
pendidikan model barat yang hanya memberikan pelajaran umum saja.
Tindakan Persyarikatan Muhammadiyah untuk menghadapi dua model
pendidikan yang ada di Indonesia yaitu dengan memadukan 2 bentuk
pendidikan itu, yaitu:
1) Pendidikan pesantren hanya diberikan pelajaran ilmu agama kemudian
dimasukkan pendidikan umum.
2) Pendidikan model barat yang awalnya hanya diberikan ilmu pengetahuan
umum saja kemudian dimasukkan pendidikan agama. Muhammadiyah
menjadi organisasi Islam yang pertama kali mempelopori pembaharuan
dunia pendidikan Islam di Indonesia.39
Muhammadiyah sebagai gerakan dalam mengikuti perkembangan dan
perubahan, selalu berkeinginan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar,
serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang bermanfaat bagi
masyarakat. Muhammadiyah mewujudkan amal usahanya selalu berusaha
bergerak untuk memajukan dan memperbaharui pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut tuntunan Islam.
Muhammadiyah telah mengadakan pembaharuan pendidikan agama dengan jalan
memodernisasi sistem pendidikan, dengan menukar sistem pondok pesantren
dengan sistem pendidikan modern yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang khas agama dan bersifat
39Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, op.cit , halaman 52.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
umum40
Muhammadiyah dalam menjalankan pembaharuan pendidikannya dengan
melakukan 2 segi tindakan: Segi Cita-Cita dan Teknik Penyelenggaraan.
a. Dari Segi Cita-Cita
Muhammadiyah menginginkan antara keilmuan dan pemanfaatannya
secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Muhammadiyah tidak
menginginkan pendidikan yang dikembangkan hanya dari segi moral dan
keagamaan tetapi juga mengembangkan kecerdasan atau intelektual.
Konsekuensi untuk mencapai tujuan pendidikan itu Muhammadiyah
menyempurnakan kurikulum pendidikan Islam dengan memasukkan pendidikan
Agama Islam ke dalam sekolah umum dan pengetahuan sekuler ke dalam
sekolah agama41
Tujuan yang dimaksudkan oleh Muhammadiyah dari perpaduan sistem
pendidikan itu adalah ingin membentuk manusia muslim yang baik budi,
berakhlak mulia, alim dalam agama dan luas pandangan dan faham masalah
keduniawian dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.42
Pendidikan
yang diinginkan Muhammadiyah adalah dengan menghasilkan ide manusia
muslim yang berintelek ulama dan ulama yang intelek berakhlak mulia, percaya
40
Imron Nasri dan A. Hasan Kunia (penyu), 1994, Diseputar Percakapan Pendidikan
Dalam Muhammadiyah, Yogyakarta: Pustaka SM, halaman 46.
41 Din Syamsuddin (edt), op, cit, halaman 43.
42 Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, 1990, Sejarah Pemikiran dan Amal
Usaha, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, halaman 120.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
diri, seorang yang cakap dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.
Dengan pencapaian seseorang muslim yang sudah lulus akidah yang benar,
akhlak yang mulia, cerdas, terampil dan mengabdikan dirinya pada masyarakat.
Mendasari cita-cita pendidikan Muhammadiyah untuk mencerdaskan umat
Islam, memberikan pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam serta
memiliki keterampilan yang memadai untuk memenuhi tuntutan hidup.43
Awalnya umat Islam hanya mementingkan masalah akhrawi (Akherat)
saja, sehingga seakan-akan lupa bahwa perlu juga memperdalam ilmu-ilmu non
agama. Islam sebenarnya memperbolehkan umatnya untuk belajar selain ilmu
agama. Secara garis besar, ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu: 1) al-’ulum
al-shar’iyyah (ilmu-ilmu agama) berupa cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
dapat diperoleh dari para nabi. 2) ’ulum ghair al-shari’yyah berupa cabang-
cabang ilmu non agama yang mendukung kehidupan sehari-hari seperi ilmu
kimia, matematika, kedokteran dll.
b. Dari Segi teknik Penyelenggaraan
Pembaharuan yang dilakukan meliputi yang dilakukan meliputi
metode, alat dan sarana pengajaran, organisasi di sekolah serta evaluasi.44
Nilai-
nilai yang diambil adalah unsur-unsur yang baik dari sistem pendidikan Barat
dan sistem pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil membangun sistem
pendidikan sendiri seperti sekolah agama dengan menyertakan pelajaran
43 Tim, 1985, Cita dan Citra Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka Panjimas, halaman 87.
44 Din Syamsuddin (edt), op, cit, halaman 33.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
sekuler, bermacam-macam sekolah kejuruan dan lain-lain. Cara
penyelenggaraannya proses belajar mengajar tidak lagi dilaksanakan di masjid
atau langgar, tetapi di gedung yang khusus yang dilengkapi dengan meja, kursi
dan papan tulis.45
Cara-cara yang dilakukan dalam segi teknik oleh sekolah Muhammadiyah:
1. Cara mengajar
Muhammadiyah sejak didirikan menggunakan cara mengajar dan cara belajar
dengan menggunakan metode barat yaitu sistem klasikal dimana cara
belajarnya di dalam kelas atau sebuah ruangan khusus yang dilengkapi meja
kursi, papan tulis dan perlengkapan lainnya. Didalamnya terdapat murid laki-
laki dan perempuan yang rata-rata seusia dan dalam jenjang kelas yang sama.
Murid-murid diberi pelajaran oleh guru yang sama, baik pengetahuan umum
dan pengetahuan agama serta menggunakan peraturan yang tegas.
2. Bahan Pelajaran
Format pembaharuan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan tercermin dari
ide dasar yang merupakan cita-cita penyelenggaraan pendidikan seperti yang
diinginkan oleh K.H Ahmad Dahlan yaitu untuk membentuk cendikiawan alim
intelek (Kyai Intelek) dan intelek alim (Intelek Kyai).46
Lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk membentuk
cendikiawan alim intelek atau intelek alim.
45
Tim Pembina AL-Islam, op. cit, halaman 120.
46 Muhaimin, op.cit, halaman 107.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3. Rencana belajar.
Rencana belajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah lama belajarnya harus
diselesaikan oleh masing-masing muridnya dari ketentuan selama jenjang yang
pendidikan yang sedang ditempuh. Setiap tingkatan untuk naik ketingkat
berikutnya, guru-guru melakukan ujian untuk kenaikan kelas. Pada ujian untuk
tingkatan kenaikan kelas bagi murid yng dinyatakan nilai sesuai dengan syarat
ketentuan kenaikan, maka murid akan dinyatakan lulus.47
4. Pendidikan diluar waktu belajar
Dibuatkan asrama khusus untuk membentuk watak murid-murid di sekolah
Muhammadiyah. Asrama I yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan disebut dengan
internaat. Penggabungan antara pondok-pondok Muhammadiyah dan sekolah-
sekolah Muhammadiyah yang direalisasikan dengan di bentuk Madrasah
Mu’alimin.
5. Guru.
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi gerakan pembaharuan Islam
yang modern maka di dalam Muhammadiyah selalu berusaha melakukan
pembaharuan kearah yang lebih baik tetapi tidak melupakan atau menyimpang
dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di dalam sekolah-sekolah Muhammadiyah
diperlukan guru-guru yang memiliki pemikiran pembaharuan sehingga bisa
sejalan dengan asas dan tujuan dari Muhammadiyah dan pendidikan
Muhammadiyah. Guru-guru Muhammadiyah terdiri dari kyai-kyai yang alim
intelek dan priyayi yang intelek alim yang mengikuti paham pembaharuan.
47 Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 10 Juni 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
6. Hubungan guru dan murid.
Muhammadiyah dengan berdasarkan atas perintah dari Al- Qur’an dan Al-
Hadits mewajibkan penghormatan kepada orang yang lebih tua yaitu lebih
menitikberatkan kepada tata kesopanan dan kesusilaan. Model ini sesuai dengan
kepribadian nenek moyang bangsa Indonesia. Murid-murid harus mau
mendengarkan dan mematuhi aturan-aturan yang ada sehingga tercipta suasana
yang tentram.
K.H. Ahmad Dahlan sudah merintis sekolah sebelum berdirinya
Muhammadiyah. Sekolah itu didirikan tahun 1911 di Kauman Yogyakarta. Di
sekolah itu diajarkan ilmu pengetahuan agama dan diajarkan pula ilmu
pengetahuan umum. Setelah organisasi Muhammadiyah berdiri sekolah itu
berganti nama menjadi HIS Met de Qur’an48
untuk Muhammadiyah cabang
Surakarta sejak dirintis sudah memberikan ilmu-ilmu tentang keagamaan kepada
anggotanya yaitu lewat pengajian-pengajian. Di tahun 1930 terdapat sekolah-
sekolah Muhammadiyah seperti di Mangkunegaran, Kleco, Kampung Sewu,
Kauman, Pasar Legi.49
Sekolah-sekolah yang diadakan masih sangat sederhana
sekali sehingga tidak tertata dengan rapi. Sekolah yang diselenggarakan pada
tahun 1930 sampai 1940 masih sederhana dan tidak mengekang murid-muridnya
dengan peraturan yang ketat. Tujuannya adalah mengajarkan Agama Islam sesuai
48 Ibnu Salimi, op. cit, halaman 70
49 Arsip Mangkunegaran, No. 1931, ” Sekolah Muhammadiyah”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dengan Al-Qur’an dan Hadits. Prinsip yang diambil adalah pelan-pelan tetapi
masuk ke hati masyarakat.50
Pada tahun 1931 Pemerintahan Kolonial mengurangi sekolah-sekolah
HIS tetapi pemimpin-pemimpin Muhammadiyah tetap giat dalam mengusahakan
agar sekolah-sekolah Muhammadiyah tetap maju. Akibatnya pemerintahan
Kolonial menyatakan bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah adalah sekolah liar
(Wild School). Hal ini karena kemajuan sekolah-sekolah partikelir dianggap
sebagai ancaman bagi kekuasaan kolonial. Pada tanggal 24 September 1932,
Gubernur Jenderal de Jonge telah mengeluarkan suatu peraturan yang disebut
Ordonansi Sekolah Liar (Wilde Schoolen Ordonantie). Ordonansi Sekolah Liar itu
mengikat atau membatasi kebebasan sekolah nasional. Peraturan itu menggariskan
bahwa untuk mendirikan sekolah swasta. Sekolah partikelir haruslah dengan izin
Gubernemen atau Pemerintah Hindia Belanda. Ordonansi Sekolah Liar 1932 telah
sangat membatasi ruang gerak perguruan nasional.51
Dengan di katakan sebagai
sekolah liar, Muhammadiyah tetap menjalankan misi di bidang pendidikan.
Sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak menyetujui adanya Taizich Ordonantic
Particular Onderwiys dan sekolah-sekolah Muhammadiyah akan berkembang
terus. Hal ini ditetapkan dalam konferensi Muhammadiyah tanggal 18-20
November 1932.52
50 Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 10 Juni 2010.
51 H.R. Tilaar, op.cit., halaman 152.
52 Soekadi H.S, 1970, Pelajaran Kemuhammadiyahan , Surakarta: PP Muhammadiyah,
hal 7-8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 2
Sekolah-sekolah Muhammadiyah Cabang Surakarta Tahun 1930-1942.
No. Nama Sekolah
1. HIS met de Qur’an Mangkunegaran
2. HIS met de Qur’an Darpoyudan
3. Standaardschool Punggawan
4. Standaardschool Kampung Sewu
5. Standaardschool Teloekan
6. Standaardschool Sampangan
7. Volkschool Kauman
8. Volkschool Kampung Sewu
9. Volkschool Sampangan
10. Volkschool Pasar Kliwon
11. Schakel School Ketelan
12. Schakel School Ngadisuryan
13. Schakel School Sebelah Barat Loji Gandrung
14. CVO Kauman
15. HIK Kleco
16. Sekolah Desa Pajang
17. Sekolah Desa Kedoenggoedel
18. Cursus Goeroe Desa Sampangan
19. Normaalschool Krapyak
20. Sekolah Yatim Kampung Sewu
21. NAS Utara Masjid Agung Surakarta
22. Kop School Depan Prodia Surakarta
Sumber: Berita Tahoenan Hindia Timoer Moehammadijah Tjabang Surakarta
Tahun 1930, halaman 35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel di atas menjelaskan sekolah-sekolah yang didirkan Muhammadiyah
cabang Surakarta sebelum di tutup oleh Jepang dan hanya diijinkan beberapa saja
yang berdiri seperti:
1. HIS met de Qur’an terdapat di Mangkunegaran. Tahun 1929 siswanya 220
orang. Kemudian oleh Muhammadiyah diganti menjadi Holland Inlanschool
Muhammadiyah (HIS Sekolah Rakyat berbahasa Belanda yang ditempuh
selama 7 tahun) Mangkunegaran tahun 1935 di Ketelan Surakarta. Kepala
Sekolah yang pertama dari sekolah ini adalah Dwijosukarto. Tujuan dari
didirikan sekolah ini adalah Muhammadiyah ingin memberikan pendidikan
Islam mulai dari dasar. Lama belajar di HIS selama 7 tahun. Mata pelajaran
yang diajarkan di HIS antara lain adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Belanda,
Berhitung, sejarah, ilmu bumi, ilmu alam, menggambar, Ibadah (membaca Al-
qur’an, bacaan sholat, tata cara sholat, arti-arti dari bacaan sholat), tarikh,
aqidah, bahasa Arab dan tulisan Arab, pekerjaan tangan, gerakan badan. Yang
diterima di sekolah Muhammadiyah sudah berusia 6 tahun, pembayaran empat
rupiah. Guru-guru sekolah ini R. Hadisoetirto, R. Soekardjo, R. Soetantio, M.
Soedjadi, M. Agoeslan, M. Soebandar, M. Mahdoen, M. Soepaja dan Soetiti.
2. HIS met de Qur’an di Darpoyudan sekarang menjadi SD Muhammadiyah 2
Kauman. Awalnya hanya ada 4 kelas saja, murid awalnya 64 anak. Guru-guru
antara lain adalah M. Koesban, Mr. Soemastoeti, M. Walidjah.
3. Sekolah yang didirikan lagi adalah Standaardschool (setingkat SD)
Muhammadiyah Mangkunegaran yaitu sekolah rakyat lima tahun yang didirikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
di Punggawan. Kepala sekolah yang I adalah Darmocahyono. StandaardSchool
Mangkunegaran ini awalnya muridnya 188 anak. Guru-gurunya antara lain
adalah M. Soemowijoto, M. Brotosoediro, M. Djojosoekarto, M.
Wiknjosoesiswo, M. Sahil, M. Siswosoedarmo.
4. Standaardschool Kampung Sewu yaitu sekolah 5 tahun yang pada awalnya
muridnya sebanyak 174 anak. Guru-gurunya antara laian adalah M. Seodarmo,
M. Tjokroatmodjo, M. Martono, M. Asnawi.53
5. Standaardschool Teloekan. Tahun 1930 muridnya sebanyak 97 anak, sekolah
ini mempunyai 4 kelas. Guru-gurunya antara lain adalah M. Soekidjo, M.
Soemarso dan M. Soepadi.
6. Standaardschool Sampangan. Sekolah ini mempunyai 3 kelas dengan jumlah
murid 87 anak. Guru-gurunya antara laian adalah M. Siswasoedarmo, M.
Soedarman, M. Daspandi, M. Djojosoerono.
7. Volkschool Muhammadiyah (Sekolah Rakyat Lima Tahun atau SR) yang
didirikan dibeberapa tempat seperti di Kauman, Kampung Sewu, Sampangan,
Pasar Kliwon.
8. Schakel School Muhammadiyah di Ketelan (setingkat SD), kepala sekolah
Jumairi yang didirikan di sebelah Masjid Al-Wustho Mangkunegaran.
9. Schakel School Muhammadiyah di Ngadisuryan, dengan Kepala Sekolah
Sukiman.
53 Tim, 1930, Berita Tahoenan Moehammadijah Hindia Timoer Tjabang Surakarta Tahun
1930, Surakarta: Pengurus Muhammadiyah Cabang Surakarta, halaman 35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
10. Schakel School Muhammadiyah khusus untuk masuk MULO (SMP) yaitu
Setelah Sekolah Rakyat selama 5 tahun ditambah lagi 2 tahun. Sekolah ini
didirikan di sebelah Barat Loji Gandrung.
11. Muhammadiyah Surakarta juga mendirikan CVO (Cursus Volks Onderweys)
sekolah guru yaitu sekolah rakyat 5 tahun di tambah 1 tahun kursus menjadi
guru. Sekolah ini didirikan di Kauman Winongan.
12. HIK (Holland Inland Kweekschool) berdiri pada tanggal 1 Juli 1931 sekolah
untuk guru 6 tahun bagi guru-guru HIS yang didirikan di Kleco.
13. Sekolah Desa yaitu masa belajarnya selama 3 tahun (sekarang setaraf kelas 3
SD) terdapat di Pajang. Awalnya mempunyai 2 kelas dengan jumlah murid 60
anak. Gurunya R. Atmowergono.54
14. Cursus Goeroe Desa mempunyai 2 kelas dengan jumlah muridnya 19 anak.
Guru-gurunya antara lain adalah M. Achmad, M. Djojosoekarto, M.
Siswosoedarmo, M. Asnawi.
15. Sekolah Desa Kedoenggoedel mempunyai 2 kelas dengan jumlah murid 96 anak
dan gurunya bernama M. Siswosoemarto.
16. Normaalschool, sekolah guru 4 tahunan terdapat di Krapyak (Kampungbaru),
sekarang SMP Simpon I. Mempunyai 2 kelas dengan jumlah murid 52 anak.
Guru-gurunya antara lain adalah M. Soedjadi, M. Ng. Sastrosoebroto, R.
Siswasoedirdjo, M. Isa.
54 Ibid, halaman 36.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
17. Muhammadiyah juga mendirikan Sekolah Yatim yang kemudian dinamakan
Madrasah Diniyah. Lama belajar selama 3 jam saja, sekolah ini diperuntukkan
bagi orang-orang yang tidak mampu atau miskin. Guru-gurunya antara lain
adalah M. Darmotjhjono. Muh. Sarido, Soehardi, R. Soekarno, M. Soekidjo, M.
Basoeki, R. Moeljanto. Mereka semua tidak digaji atau diberi honor, mereka
semua bekerja dengan ikhlas.55
Madrasah Diniyah ada di:
a). Diniyah Kampung Sewu. Sekolah ini dilaksanakan pada sore hari.
b). Diniyah Telukan. Sekolah ini dilaksanakan pada sore hari.
c). Diniyah Sampangan. Sekolah ini dilaksanakan pada sore hari.
d). Diniyah Pasar Kliwon. Sekolah ini dilaksanakan pada sore hari.
e). Wustho Mualimin di Sampangan. Nama kepala sekolah yang pertama adalah
Suyuti. Sekolah ini masuk di sore hari. Karena setiap paginya digunakan
untuk Sekolah Rakyat Muhammadiyah.
f). Mualimin Muhammadiyah yang terletak di Sangkrah.
g). Mualimat di Pengulon Kauman. Kepala sekolah yang pertama adalah Ali
Abdul Wahab sekolah ini masuk pagi.
16. NAS (Nasyiatul Aisyiyah School) sekolah ini didirikan diutara masjid Agung
Surakarta. Kepala sekolah yang pertama adalah Umijaroh.
17. Kop School atau Sekolah Kepandaian Putri dimuka laboratorium Prodia
bengkel militer.56
55 Tim, 2005, Sejarah dan Langkah Aisyiyah Kota Surakarta, Surakarta: PD Aisyiyah,
halaman 24.
56 Ibid, halaman 25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Konggres Ke XXIII 1934 memutuskan penggantian nama-nama Belanda menjadi
nama Indonesia misal Normaschool (Sekolah Guru).
B. Pendidikan Muhammadiyah Masa Kependudukan Jepang di Surakarta
Tahun 1942 sampai 1945
Pada masa ini sistem pendidikan diambil alih oleh Pemerintah
Balatentara Jepang dari mulai kebijakan mengenai sistem pendidikan yang
diterapkan, penentuan jenis pelajaran dan jenis sekolah yang diijinkan
menjalankan misi pendidikannya, jenjang kelas, buku-buku yang digunakan.
Semua yang ada hubungannya dengan Belanda di hapus.
1. Kebijakan dan Tujuan Pendidikan di Masa Pemerintahan Jepang
a. Kebijakan Pemerintahan Jepang
Sekolah-sekolah yang ada di Surakarta masih dominan dengan unsur-
unsur sekolah Belanda, namun setelah Belanda dan seluruh Angkatan
Perangnya menyerah tanpa syarat kepada angkatan Perang Jepang di Kalijati
Subang Jawa Barat tanggal 8 Maret tahun 1942. Berakhirlah kekuasaan
Belanda di Indonesia dan Jepang mulai berkuasa di Indonesia pada tahun 1942
sampai 1945. Jepang mengganti semua sistem pemerintahan yang ada di
Indonesia diganti dengan sistem Jepang. Dari mulai bidang pendidikan,
ekonomi, perdagangan dll. Semua yang berhubungan dengan Belanda
dihapuskan dan dilarang.
Semua organisasi di Zaman Jepang mendapat tekanan yang kuat dari
Jepang. Di zaman Jepang ada UU Balatentara Dai Nippon Osaemu Seirei No.
22 yaitu tahun 1944 yang isinya melarang berdirinya sekolah-sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
partekelir. Semua organisasi harus mematuhi Dai Nippon. Sekolah-sekolah
yang didirikan oleh Jepang Sekolah Rakyat (Kokumin Gakho) terbuka untuk
semua penduduk dengan lama pendidikan enam tahun. Sekolah Rakyat
merupakan gabungan dari Neutraal HIS dan Neutraal Schakelschool. Sebagai
lanjutan sekolah rakyat adalah sekolah menengah pertama tiga tahun dan
sekolah menengah atas tiga tahun. Sekolah Guru Dua Tahun (Sato Sikan
Gakho), Sekolah Guru Empat Tahun (Guto Sikan Gakho), Sekolah Guru Enam
Tahun (Koto Sikan Gakho).57
Situasi di Zaman Jepang menyebabkan
terpaksanya hubungan antara pimpinan pusat Muhammadiyah dengan daerah
dan cabang-cabangnya menjadi sulit, begitu juga sekolah-sekolah
Muhammadiyah. Sekolah-sekolah Muhammadiyah tetap melakukan kegiatan
bertabligh dan pembinaan tauhid serta sekolah-sekolah yang dijelmakan dengan
berbagai nama lain, tetap masih berjalan dalam keadaan darurat sekali. K.H.
Mansyur sebagai tokoh terkemuka Muhammadiyah pada waktu itu, kemudian
menerjunkan diri dalam pergerakan nasional dan kemerdekaan sehingga
terkenal menjadi bagian dari Empat Serangkai yaitu Ir. Seokarno, Drs.
Muhammad Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H Mas Mansyur. Tokoh
Muhammadiyah ikut dalam BPUPKI antara lain K.H. Mas Mansyur, Ki Bagus
Hadikusumo, Dr. Sukiman Wiryasanjaya, Prof. Kahar Muzakir.58
57 M. Jumali, dkk, 2004, Landasan Pendidikan, Surakarta: UMS, halaman 139.
58 Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, op. cit, halaman 59.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Di zaman Jepang banyak para ulama dan pemuka agama yang menjadi
opsir PETA (Pembela Tanah Air) bentukan Jepang. Di zaman Jepang ini, para
ulama-ulama banyak yang diangkat menjadi Bupati. Perubahan diperkuat lagi
dengan tidak adanya pemerataan pendidikan. Di zaman pendudukan Jepang,
tidak ada lagi perbedaan antara sekolah dengan bahasa pengantar Jepang dan
dengan pengantar bahasa Daerah. Sekolah swasta harus tunduk kepada
peraturan-peraturan yang mengatur sekolah-sekolah negeri. Banyak sekolah
swasta termasuk sekolah Muhammadiyah yang dijadikan sekolah negeri.
Kenaikan harga beras sejak zaman pendudukan Jepang, membuat banyak petani
dapat menyekolahkan anak-anaknya ke pendidikan yang lebih tinggi. Sejak
zaman pendudukan Jepang terjadi semacam demokrasi didalam pendidikan
yang kemudian diteruskan oleh pemerintah republik Indonesia.59
Rayuan Jepang kepada Indonesia adalah mengatakan bahwa Jepanglah
saudara tuanya Indonesia yang datang untuk mencapai kemakmuran bersama di
Asia Timur Raya dikenal dengan “Hakko Icchiu” dalam dunia pendidikan
ketika itu Jepang melaksanakan beberapa pemaksaan kepada pelajar-pelajar
Indonesia yaitu Setiap pagi harus mengucapkan sumpah setia kepada Kaisar
Jepang dan membentuk Indonesia Baru. Kenyataannya bangsa Indonesia
menjadi miskin dan menderita demi kepentingan Jepang.
59 Tim UMS, op.cit, halaman 245-246.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
b. Tujuan Pendidikan di Masa Jepang
Tujuan pendidikan Jepang tidak banyak diungkapkan, karena
memenangkan perang adalah tujuan utama dari angkatan bersenjata atau
balatentara Jepang, sehingga perhatian terhadap pendidikan sangat sedikit.
Pendidikan Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda. Bahasa Indonesia
menjadi bahasa pengantar resmi, baik di kantor-kantor maupun di sekolah-
sekolah. Bahasa Jepang menjadi bahasa kedua. Selama masa pendudukan
Jepang bahasa Indonesia menjadi berkembang dan lebih modern sehingga
menjadi bahasa pergaulan dan bahasa ilmiah meskipun perhatian terhadap
pendidikan sangat sedikit, tetapi ada dampak positif yang kita peroleh secara
tidak langsung yaitu dipergunakan dan berkembangnya bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar, bahasa pergaulan dan bahasa ilmiah. Lagu Indonesia
Raya boleh dinyanyikan dan tidak boleh menyanyikan lagu Wilhelmina
(Belanda), dan di bolehkan mempelajari dan melagukan lagu kebangsaan Dai
Nippon.60
Secara tujuan pendidikan Jepang di Indonesia adalah sebagai wadah
tersedianya tenaga kerja cuma-cuma yang disebut “romusha”. Jenjang
pendidikan diubah oleh Jepang, semua peraturan diubah. Jepang memaksakan
kepada murid-murid untuk mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran dan
indoktrinasi ketat. Hal ini terbukti dengan pelaksanaan senam upacara disebut
“taiso” dilaksanakan sebelum belajar di mulai yaitu melakukan penghormatan
kepada Kaisar Jepang, menghormati, bendera Jepang dan menyanyikan lagu
60 Arsip Mangkunegaran, No. L. 709, “Aturan-aturan Saking Pemerintah Dai Nippon”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
kebangsaan Jepang yang berjudul Kimigayo.61
Syair lagu Kimigayo sebagai
berikut ”Madziro kifu zino, Kedaka sao, Kokoro notsyu yoi,
Tateto site, Mikuni nitsyu kusyu, O’mina rawa, Kagaya kumiyono,
Yamasakura, Cinni sakini tsutsu, Onina hana, Onina hana.”
Kebijakan yang diterapkan Jepang dibidang pendidikan adalah
menghilangkan diskriminasi dalam menempuh pendidikan. Rakyat dari lapisan
manapun berhak untuk menempuh pendidikan formal dari mulai SD selama 6
tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun.62
Pada masa Jepang sekolah kelas II
serta sekolah sambungan diubah menjadi SD 6 tahun.
2. Berakhirnya sekolah Jepang
Sekolah-sekolah yang di didirikan Belanda pada masa penjajahan Jepang di
Indonesia dihilangkan dan diganti menjadi sekolah yang dikuasai oleh penjajahan
Jepang. Kekuasaan Jepang di Indonesia tidak lama hanya selama 3,5 tahun.
Sekolah dengan menggunakan metode pengajaran Jepang lebih banyak
memberikan kemajuan bagi bangsa Indonesia. Karena dalam pengajaran Jepang,
semua sekolah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, semua
buku pelajaran yang menggunakan Bahasa Belanda diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia.63
Bahasa Indonesia boleh digunakan dan Bahasa Indonesia berkembang
61 Hendri F Isnaeni dan Apid, 2008, Romusha Sejarah Yang Terlupakan, Yogyakarta:
Ombak, halaman 40.
62 Ibid, halaman 42.
63 Tim, 1977, Sejarah Kebangkitan Nasional Jawa Tengah, Jakarta: Dep Dikbud,
halaman 159.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
pusat. Setelah kemerdekaan diproklamasikan sudah tidak berlaku lagi sistem
pengajaran Jepang. Pendidikan yang ada di Surakarta berubah menjadi pendidikan
yang berasal dari lembaga-lembaga pendidikan agama seperti dari organisasi
agama Islam, Katholik, Kristen, Cina. Gedung-gedung sekolah milik penjajah
Belanda dan Jepang berubah menjadi milik pemerintah Indonesia.
Perubahan-perubahan penting pendidikan Jepang bagi bangsa Indonesia.
a. Hapusnya dualisme pengajaran
Berbagai jenis sekolah rendah, yang diselenggarakan pada zaman pemerintahan
Belanda dihapuskan sama sekali yaitu pengajaran barat dan pengajaran
Bumiputera. Dan hanya satu jenis sekolah rendah, untuk semua lapisan
masyarakat yaitu sekolah rakyat 6 tahun atau ”Kokumin Gakkoo”
b. Pemakaian Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa resmi maupun sebagai bahasa
pengantar pada tiap-tiap sekolah. Sekolah itu juga dipakai untuk
memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada rakyat Indonesia. Bahasa Jepang
dijadikan mata pelajaran.64
3. Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta tahun 1942-1945
Pada masa kekuasaan Jepang, Sekolah Muhammadiyah mengalami banyak
penderitaan. Sekolah-sekolah swasta dilarang beroperasi yaitu setelah
dikeluarkannya Osamu Seirei No. 22 tahun 1944 yaitu mengenai penertiban
beroperasinya sekolah-sekolah swasta di seluruh Indonesia termasuk Surakarta.
Kebijakan ini menyebabkan banyaknya sekolah-sekolah swasta yang dilarang
64
Djumhur dan Danasuparta H, 1976, Sejarah Pendidikan, Bandung: Ilmu, halaman 196.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
menyelenggarakan segala aktivitas pendidikannya dan sebagai jaminannya
maka semua gedung-gedung sekolah harus diserahkan kepada pemerintah
setempat. Seperti sekolah Muhammadiyah, Taman Siswa dll.65
Kebijakan
pemerintah Jepang di cabut pada 29 April 1944 dengan mengizinkan sekolah-
sekolah swasta diperbolehkan kembali menjalankan rutinitasnya. Sekolah
Muhammadiyah yang diijinkan beroperasi hanya beberapa saja dan yang
lainnya di tutup pemerintah Jepang. Gedung-gedung bekas sekolah
Muhammadiyah bahkan dipakai untuk sekolah Jepang seperti bekas gedung
Volkschool Muhammmadiyah Kauman, gedung NAS dll. Sekolah yang masih
beroperasi seperti Holland Inlanschool Muhammadiyah (HIS Sekolah Rakyat
berbahasa Belanda yang ditempuh selama 7 tahun) Mangkunegaran Ketelan
Surakarta, Wustho Mualimin di Sampangan, Mualimin Muhammadiyah yang
terletak di Sangkrah, Mualimat di Pengulon Kauman.
Pengurus Muhammadiyah tetap berusaha mempertahankan sekolah-
sekolah Muhammadiyah. Pengurus Muhammadiyah di Zaman Jepang K.H.
Muhammad Idris, Hadi Sunarto, H. Abu Thoyib, Mulyadi Joyomartono,
Hadisiswoyo Siswowijoyo, Marsan, termasuk Pimpinan Bagian Pendidikan dan
Pengajaran Muhammadiyah cabang Surakarta yang diketuai Siswowijoyo
berusaha untuk tetap mempertahankan sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang dapat dipertahankan hanya Sekolah
Dasar Muhammadiyah I dengan kepala sekolah Ngadenan Dasuki dan Sekolah
65 Sasongko Mulyo, 2005, ”Pendidikan Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang ( Kajian
Historis Tentang Pendidikan di Surakarta Pada Tahun 1942 -1945)”, Surakarta: Skripsi, halaman
123.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Dasar Muhammadiyah II di Kauman dipimpin oleh Siti Aminah Zaini. Sebuah
sekolah Guru Muhammadiyah (dulu Mualimin) yang terletak di Simpon dengan
kepala sekolah RS. Harun. Sebuah SMT (Sekolah Menengah Tinggi) malam
hari, karena siang hari untuk Sekolah Dasar Muhammadiyah I Ketelan. SMT ini
dipimpin oleh Sudarno.
Banyak aturan yang diberikan oleh pemerintah Jepang membuat
Pimpinan Muhammadiyah menjadi prihatin atau sedih. Bangsa Jepang
menginginkan seluruh bangsa Indonesia patuh kepada Kaisar Jepang yang
bergelar Tenno Haika. Sekolah-sekolah yang ada di wajibkan untuk memenuhi
semua aturan pemerintah Jepang seperti: Tiap jam 7 pagi semua sekolah dan
guru-gurunya, semua pegawai diwajibkan melakukan Taiso (gerak badan atau
senam untuk memelihara semangat Jepang yang diakhiri menyanyikan lagu
Kimigayo). Lagu ini berisi tentang semangat mengagungkan kerajaan dan
Kaisar Jepang. Setelah itu melakukan penghormatan kepada Tenno Haika
dengan jalan menghadap ke timur arah matahari terbit dan membungkukkan
setengah badan (Sei Kirei).
Sei Kirei inilah yang menjadikan pemimpin Muhammadiyah sangat
mengharamkan kegiatan itu. Membungkukkan badan atau rukuk adalah salah
satu rangkaian upacara menyembah Allah dalam shalat. Menurut
Muhammadiyah ruku tidak boleh dilakukan untuk penghormatan kepada
manusia untuk itu para pemimpin Muhammadiyah yang diketuai oleh Ki Bagus
Hadikusuma mengumumkan pelarangan Sei Kirei dilakukan oleh orang Islam
atau warga Muhammadiyah. Karena menyimpang dari tauhid. Sekolah-sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Muhammadiyah juga dilarang melakukan Sei Kirei.66
Pengumuman
Muhammadiyah mengenai pelarangan Sei Kirei tersebar luas dan ditaati umat
Islam terutama sekolah-sekolah Muhammadiyah, warga Muhammadiyah
karena peristiwa ini pemerintah Jepang menjadi bingung dan merasa cemas.
Akhirnya langkah yang diambil pemerintah Jepang adalah dengan
memanggil Ki Bagus Hadikusuma selaku pemimpin Muhammadiyah. Ki Bagus
Hadikusuma dipanggil oleh Pemerintah Jepang untuk menghadap Gun Saikan
(Gubernur Militer Jepang) yang berkedudukan di Yogyakarta. Semua pemuka,
warga Muhammadiyah khawatir melepas kepergian Ki Bagus Hadikusuma
untuk menemui tentara Jepang. Hal ini karena Jepang terkenal kejam dan sadis.
Ki Bagus Hadikusuma tidak gentar sedikit pun. Ki Bagus Hadikusuma tidak
pernah merasa takut menghadapi Jepang dan akan tetap datang menemui Gun
Saikan walaupun sendirian. Pertemuan antara Ki Bagus dan Gun Saikan
berlangsung. Ki Bagus Hadiksumo menjelaskan dengan tegas, bahwa
melakukan Sei Kirei dilarang dalam Agama Islam. Orang Islam tidak boleh
memberi hormat kepada manusia dengan cara seperti menyembah pada Tuhan.
Mendengar penjelasan Ki Bagus Hadikusuma, Gun Saikan mengangguk-
anggukan kepalanya dan berkata dapat memahami. Hasil pertemuan ini
diputuskan bahwa murid-murid Muhammadiyah kalau memang keberatan,
tidak dipaksa melakukan Sai Kirei.67
66 Djarnawi Hadikusumo, 2002, Aliran Pembaharuan Islam, Yogyakarta : Persatuan,
halaman 96-97.
67 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
C. Isi dan Tujuan dari Pendidikan Muhammadiyah
1. Kurikulum dan Ciri khusus Sekolah Muhammadiyah yang
Membedakan dengan Sekolah Lain
Pendidikan yang dijalankan oleh Muhammadiyah mempunyai misi
yang luar biasa. Muhammadiyah berusaha menanamkan bahwa belajar di
sekolah Muhammadiyah itu mudah dan tidak sulit. Mata pelajarannya di
kemas menarik dan tidak dicampur-campur. Kurikulum menggunakan dua
sistem yaitu sistem pendidikan barat yaitu pelajaran umumnya dengan
memakai bahasa pengantar Belanda dan di tambah pelajaran ciri khusus
Muhammadiyah. Keduanya di ajarkan dalam satu ruangan.
a. Kurikulum Pendidikan Muhammadiyah di Tahun 1930-1945
pendidikan Muhammadiyah memberikan bahan pelajaran berupa ilmu
pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan tentang agama Islam sebagai
bahan pelajaran pokok yang diajarkan bersama-sama. Jenis pelajaran umum
yang diajarkan pada masa penjajahan Belanda dan menggunakan bahasa
pengantar bahasa Belanda adalah: Ned spreken, Ned lezen, Taal, Stellen,
Opstel, Dictee, Vertallen, Rekenen, Hoofdrekenen, Cijferen, Opp. en inb,
Aardrijkskunde, Zingen, Teekenen, Schrijven, Godsdients, Maleisch.68
Mata pelajaran yng diajarkan kepada murid-murid pada masa penjajahan
Jepang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia terdiri antara lain:
68 Tim, “Berita Officieel”, Soera Moehammadijah 4 September 1930 Tahoen XII,
Halaman 352.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
berbicara bahasa Jepang, membaca tulisan Jepang, bahasa, mencatat, cerita
pendek yang ditulis, dikte, menerjemahkan, berhitung, latihan berhitung
diluar kepala, menghitung dengan angka, ilmu bumi, menyanyi, mengarang,
menulis, dan semua buku Belanda diganti dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Pelajaran agama meliputi meliputi Aqidah, Ibadah,
Akhlak, Al-Qur’an, Bahasa Arab. Pembagian jam pelajaran jam 07.30
sampai 08.10, jam 08.10 sampai 08.50, istirahat 20 menit, 09.50 sampai
10.30, 10.30 sampai 11.10, istirahat 20 menit, jam 11.30 sampai 12.15, jam
12.15 sampai 13.00. Pada setiap hari Jum’at diadakan sholat Jum’at dan
semua murid wajib mengikuti dan anak-anak putri memakai kerudung.
b. Ciri Khusus Sekolah Muhammadiyah
Perbedaan dari sekolah Muhammadiyah dengan sekolah lainnya
adalah ciri khusus mata pelajaran agamanya yaitu pelajaran Bahasa Arab
atau Hijaiyah, Ibadah, Aqoid atau Aqidah, Tarikh, Al-Qur’an, Ke-
Muhammadiyahan.69
Jenis pelajaran umum yang diajarkan adalah:
pelajaran ilmu hitung, pelajaran ilmu ukur, pelajaran ilmu alam, pelajaran
ilmu bumi, pelajaran sejarah, pelajaran Bahasa Melayu, Pelajaran Bahasa
Belanda, Pelajaran Bahasa Inggris, pelajaran menggambar, aljabar dll.
Pelajaran agama disamping Al-Qur’an dan Al-Hadits, Bahasa Arab
(Hijaiyah), Ibadah, Aqoid (Aqidah), Tarikh, Al-Qur’an, Ke-
Muhammadiyahan. Pelajaran-pelajaran agama di Muhammadiyah
69 Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 10 Juni 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
merupakan ciri khusus yang membedakan dengan sekolah-sekolah
lainnya. Segi menarik yang lain dari sekolah Muhammadiyah yaitu
pelajaran Bahasa Arab atau Hijaiyah. Di sekolah Muhammadiyah ada
pemisahan Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri
merupakan langkah yang menentukan dalam pandangan kaum
pembaharu. Di pondok pesantren, Bahasa Arab diajarkan sebagai bagian
dari membaca Al-Qur’an: setelah mempelajari alphabet Bahasa Arab dan
cara pengucapan, ayat-ayat Al-Qur’an dipelajari secara urut dan tafsir
ayat-ayat tertentu diberikan dalam Bahasa Jawa. Pengajaran bahasa Arab
tidak diajarkan sebagai bahasa. Sekolah Muhammadiyah mengajarkan
Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri. Metode baru
yang diterapkan oleh sekolah Muhammadiyah adalah mendorong
pemahaman Al-Qur’an dan Hadits secara bebas oleh para pelajar itu
sendiri. Tanya jawab dan pembahasan makna dan ayat tertentu juga
dianjurkan di kelas.70
Mata pelajaran Al-Qur’an mengajarkan cara
membacanya sesuai dengan tajwid, hafalan surat-surat Al-Qur’an,
penafsiran dan terjemahannya.
Ciri khusus pelajaran agama lainnya adalah pelajaran akhlak yang
mengajarkan tentang budi pekerti, mensyukuri nikmat Allah SWT, perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh agama, sifat-sifat terpuji, adab sopan santun. Sekolah-
sekolah Muhammadiyah juga menekankan pengetahuan sejarah Islam (Tarikh) yang
70 Mitsuo Nakamura, op.cit, halaman 108.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
disejajarkan dengan sejarah Indonesia. Dalam mengajar sejarah Islam, kejayaan dan
kesempurnaan periode awal ditekankan dan di bandingkan dengan kemunduran di
dalam periode-periode sesudahnya dari sejarah dunia Islam, termasuk Indonesia.
Penyebaran agama Islam oleh para nabi rosul dan kisah-kisah kepahlawanannya dan
perjuangan dalam menyebarkan agama Islam. Tujuan dari memberikan sejarah
Islam dalam perspektif seperti itu untuk memberikan anggapan orang-orang Islam
sendirilah yang bertanggung jawab atas kemunduran dan kemerosotan itu, sambil
mengajak orang-orang Islam untuk menyadari tanggung jawab mereka dan berjuang
untuk mengembalikan Islam didalam dunia modern.71
Mata pelajaran dikemas dengan menarik yaitu melalui pengajaran
pengetahuan ilmiah praktis. Matematik juga biologi dasar, kimia, dan fisika
diajarkan sebagai bagian ilmu kegunaan (praktis). Biologi dihubungkan dengan
kebersihan dasar, dan ilmu-ilmu pengetahuan alam yang lain serta matematik
diajarkan dalam hubungan dengan pendidikan kejuruan. Dasar atas semua ini ialah
pemikiran agama bahwa manusia, makhluk Tuhan yang dilengkapi dengan akal
pemberian Tuhan yang mampu memahami aturan alam dan sesungguhnya wajib
menggunakannya dengan baik. Peningkatan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari nampaknya menghasilkan pada
pengenalan bermacam-macam pembaharuan teknologi oleh beberapa anggota
Muhammadiyah dalam lapangan kegiatan ekonomi.72
71 Mitsuo Nakamura, op. cit, halaman 109.
72 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Ciri khusus pelajaran agama lainnya adalah pelajaran akhlak yang
mengajarkan tentang Aqidah atau Aqoid adalah pelajaran yang berisi tentang
keimanan seperti Rukun Iman, Rukun Islam, Asmaul Husna, hari kiamat, Tauhid.
Pelajaran ibadah tentang tata cara shalat yang benar, praktek wudhu, doa-doa shalat,
zakat, infaq dll.
Ciri khusus yang membedakan dengan agama lainnya adalah pelajaran ke-
Muhammadiyahan. Yang berisi tentang awal mula berdirinya organisasi
Muhammadiyah dan perkembangan dari tahun ke tahun. Menjelaskan juga tentang
proses masuknya Islam di Indonesia, perkembangannya, para pemimpin
Muhammadiyah, perjuangan Muhammadiyah menghadapi segala tantangan. Tujuan
adanya mata pelajaran ke-Muhammadiyahan adalah menumbuhkan rasa cinta
kepada Muhammadiyah, menumbuhkan rasa kegairahan untuk beramal dan
berjuang dalam Muhammadiyah, menumbuhkan tunas kepemimpinan yang
diharapkan dapat menjadi angkatan penerus dalam Muhammadiyah.
Penentuan kelanjutan jenjang pendidikan berikutnya yang lebih tinggi sesuai
dengan keinginan dari murid juga kemampuan yang dimiliki dari segi nilai dan
materi. Sistem pelajaran yang diterapkan di Muhammadiyah sudah diatur
sedemikian mungkin sehingga waktu belajar bagi murid-murid lebih terjamin. Guru
juga mau mendengarkan dan menampung aspirasi murid-murid sehingga hubungan
guru dan murid terjalin dengan harmonis dan bila ada masalah yang perlu
diselesaikan bersama-sama maka diadakan diskusi. Murid-murid berhak bertanya,
memberikan tanggapan dan solusi dan guru memberikan solusi dengan baik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
tidak merugikan pihak manapun. Hubungan guru dan murid secara akrab bebas
namun bertanggung jawab dan sesuai dengan batas-batas yang wajar.
2. Tujuan berdirinya Sekolah Muhammadiyah
Tujuan K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah
adalah: memberi pendidikan yang memberi bekal untuk melengkapi diri anak didik
dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang memungkinkan untuk dapat berkompetisi
dalam pergaulan hidup yang dapat lebih terbuka dan terus berkembang maju. Dan
Melindungi dari usaha sekularisme dan kristenisasi, dengan perkenalan ilmu agama
Islam yang praktis dan murni.73
Tujuan amalan yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah adalah
menyampaikan ajaran-ajaran kebaikan atau mengajak orang lain untuk bersama-
sama memeluk Agama Islam. Melalui pendidikan Muhammadiyah melaksanakan
dakwah Islamiyah. Lebih tegasnya Muhammadiyah menggariskan tujuan
pendidikan Muhammadiyah sebagai berikut: Mewujudkan manusia muslim
berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri berguna bagi masyarakat dan
negara. Muhammadiyah melalui bidang pendidikan menerapkan belajar agama yang
mudah sehingga kalangan awam yang tidak pernah belajar di pondok pesantren
menjadi tertarik untuk belajar Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah juga
memberikan pelajaran ilmu pengetahuan dan keterampilan sehinggga terbuka jalan
73
Ibnu Salimi, op. cit, halaman 81.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
bagi terciptanya manusia muslim yang cerdas dengan berilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi masyarakat74
Pentingnya Pendidikan yang dilakukan oleh Muhammadiyah pertama,
membangkitkan kesadaran nasional Indonesia melalui corak Islam. Kedua, melalui
sekolah-sekolah Muhammadiyah, ideologi pembaharuan Islam tersebar luas, Ketiga,
meningkatkan penyebaran pengetahuan praktis pengetahuan yang modern75
Ukuran
nasionalisme agama Muhammadiyah terlihat dalam pemakaian bahasa Melayu atau
yang kemudian dikenal sebagai Bahasa Indonesia, sebagai bahasa organisasi.
Bahasa Indonesia telah lama menjadi bahasa perantara dunia orang Islam melayu
sebelum berkembangnya nasionalisme modern. Karena sebagai organisasi nasional,
Muhammadiyah memakai Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kegiatan
organisasi.76
Secara umum fungsi dari pendidikan Muhammadiyah adalah:
a. Meneruskan dan mewariskan nilai-nilai dan norma-norma tradisional yang sesuai
dengan ajaran Agama Islam.
b. Mendorong pembaharuan sosial.
c. Mendorong inovasi bidang materi dan teknologi.
d. Mewujudkan kebersamaan untuk mewujudkan integrasi nasional dan
pembangunan karakter kebangsaan.77
74
MT Arifin, op.cit.,halaman 147.
75Mitsuo Nakamura,op.cit., halaman 105.
76 Ibid, halaman 106.
77 Tim Pembina Al-Islam, op.cit, halaman 195.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
3. Janji Pelajar dan Pokok Dasar Pendidikan Muhammadiyah
Adanya janji pelajar Muhammadiyah, maka semua pelajar Muhammadiyah
harus benar-benar berusaha agar dapat mengantarkan dirinya kecita-cita yang
tinggi dan luhur.
Isi janji pelajar Muhammadiyah Bismillahirrahmanirrahim: Asyhadu alla-ila-ha
illa-lla-h ashadu anna Muhammadan a’buduhuwa Rasululah.
Kami pelajar Muhamamdiyah :
Menjunjung tinggi perintah Allah SWT.
Hormat dan patuh pada orang tua dan guru.
Bersih lahir batin dan teguh hati.
Rajin belajar taat kepada peraturan sekolah, giat bekerja serta beramal.
Berguna bagi masyarakat dan Negara.
Sanggup melangsungkan amal usaha Muhammadiyah.78
Pokok Dasar Pendidikan Muhammadiyah.
1. Tadjid ialah kesedian jiwa berdasarkan pemikiran baru, untuk merubah, cara
berpikir, dan cara berbuat, yang sudah ada demi mencapai tujuan
pendidikan.
2. Kemasyarakatan yaitu antara individu dan masyarakat supaya diciptakan
suasana saling butuh-membutuhkan dan prinsip kemasyarakatan
Muhammadiyah juga bermaksud bergerak untuk kesejahteraan masyarakat.
78 Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, op. cit, halaman 54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
3. Kreativitas yaitu murid-murid Muhammadiyah harus mempunyai kecakapan
atau keterampilan dalam menentukan sikap yang sesuai dan menetapkan
alat-alat yang tepat dalam menghadapi situasi-situasi yang baru. Prinsip
kemajuan dengan maksud Muhammadiyah selalu bergerak ke depan,
melangkah maju ke depan.
4. Aktivitas yaitu murid-murid Muhammadiyah harus mengamalkan semua
yang diketahuinya dan menjadikan pula aktivitas sendiri sebagai salah satu
cara untuk memperoleh pengetahuan baru. Prinsip kegiatan dengan maksud
segala kegiatan yang di lakukan oleh Muhammadiyah selalu berdasar pada
Al- Qur’an dan Hadits.
5. Prinsip optimisme adalah Muhammadiyah selalu bersikap positif dan
semangat untuk melaksanakan cita-citanya. murid-murid Muhammadiyah
harus yakin bahwa segala sesuatu datangnya dari Tuhan, maka pendidikan
akan membawanya mencapai cita-citanya asalkan sesuai dengan ajaran
agama.79
4. Metode dan Sistem Belajar yang Digunakan di Sekolah Muhammadiyah
Muhammadiyah selalu berupaya untuk memberikan pendidikan yang
murni dari ajaran agama Islam. Dalam memberikan ilmu kepada murid-
murid guru selalu berpedoman dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dikembangkan
amal perjuangan pendidikan dengan sumber Qur’an dan Hadits, bersih dari
tahayul, bid’ah dan khurafat, menafsirkan ajaran-ajaran secara modern.
79 Said Muh, 1981, Pendidikan Abad Keduapuluh dengan Latar Belakang Kebudayaan,
Jakarta: Mutiara, halaman 52.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Memperbaharui sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengan
kehendak dan kemajuan zaman, membebaskan umat dari ikatan-ikatan
tradisional, konservatif yang membelenggu kehidupan umat.80
Batasan batasan pembaharuan dari Islam prinsip-prinsip ajaran Islam
yang bersifat mutlak yang tidak mungkin berubah sepanjang zaman, seperti
hukum perzinaan, minuman keras, pergaulan bebas tidak mungkin
diperlunak untuk mengikuti zaman sebab tugas agama Islam untuk
memperbaiki kemerosotan akhlak dan tidak melegalisasikannya.81
Sistem belajar yang dipakai oleh Muhammadiyah adalah pelan-pelan
tetapi mempengaruhi, bersifat mengayomi namun tidak memaksa.
Muhammadiyah menyadari bahwa masyarakat Surakarta kebanyakan masih
mengagungkan budaya kejawen, maka dalam menerapkan pendidikannya
kepada murid-murid selalu halus. Pada awalnya para murid perempuan di
bebaskan mau memakai jilbab atau tidak kesekolah. Muhammadiyah
berusaha memberi pengertian sedikit-demi sedikit kepada para guru
perempuan dan siswi perempuan akan pentingnya memakai jilbab. Dalam
perkembangannya dari tahun ketahun siswi-siswi Muhammadiyah
kebanyakan murid perempuannya memakai jilbab.
80 Amien Rais, 1985, Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan Sosial, Yogyakarta:
P2P2M, halaman 13.
81 Ibid, halaman 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikannya menggunakan
sistem pendidikan yang bersifat kreatif dalam mengintegrasikan tuntutan
idealisme, korektif, modernisasi. Aspek idealisme merupakan substansi dari
pendidikan Muhammadiyah sedangkan aspek korektif dan modernisasi
merupakan instrumennya. Secara idealistik Muhammadiyah konsisten
terhadap upaya menegakkan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Hadits menghilangkan praktek tahayul, bid’ah dan khurafat serta
komitmen terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, aspek korektif adanya
usaha-usaha yang selalu mengembangkan sekolah Muhammadiyah dalam
memenuhi tuntutan modernisasi.82
5. Tantangan-tantangan dan Hambatan yang Dihadapi oleh Sekolah-sekolah
Muhammadiyah
a. Tantangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah
Dalam menjalankan pembaharuannya dibidang pendidikan, K.H.
Ahmad Dahlan mendapat tantangan yang keras dari kaun tradisional. Metode
yang diterapkan oleh Kiai dianggap haram. Beliau mendapat ejekan dari
teman-temannya ada yang menyebutnya kyai kafir, kyai Kristen dll. Usaha
yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam memberikan pengertian
kepada kiai-kiai yang menganggap ajaran K.H. Ahmad Dahlan haram adalah
dengan cara ketika para kiai berkumpul dirumah K.H. Ahmad Dahlan ada
82 Muhaimin, op. cit, halaman 108.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
guru mengaji yang mengejeknya atau Kiai yang mengatakan bahwa
pembaharuan pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah adalah haram.
Kepada guru mengaji yang mengejeknya beliau berkata : ”Maaf
Saudara saya ingin bertanya lebih dahulu, Saudara datang dari Magelang
kesini (Rumah K.H. Ahmad Dahlan) tadi berjalankah atau memakai kereta
api?”. Guru Mengaji menjawab: ”Pakai kereta api Kyai!” ”Kalau begitu nanti
bila saudara pulang, sebaiknya dengan berjalan kaki saja”, kata Kyai.
”Mengapa”, tanya Guru Mengaji itu (keheranan). Kyai Haji Ahmad Dahlan
menjawab: ”Kalau saudara naik kereta api bukankah itu perkakasnya orang
kafir? tetapi mengapa anda-anda ini tetap menaikinya?” Dari jawaban
K.H.Ahmad Dahlan itu, semua yang datang di rumah K.H. Ahmad Dahlan
menjadi diam dan tidak bisa berkata apa-apa.83 Peristiwa di rumah Kiai itulah
akhirnya para kiai-kiai yang menganggap pendidikan Muhammadiyah haram
tidak mencampuri lagi segala perubahan yang dilakukan oleh
Muhammadiyah. Kaum tradisionalis atau Kiai-kiai menolak setiap perubahan,
karena dianggapnya sebagai rongrongan terhadap ajaran agama.
Muhammadiyah selalu memandang perlu adanya perubahan selama
kebiasaan-kebiasaan tersebut dinilai tidak menyimpang dari ajaran yang
benar, tetapi lama kelaman kaum tradisionalis mau menerima ide
pembaharuan Muhammadiyah.
83 Tim, 1985, Cita dan Citra Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka Panjimas, halaman 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
b. Hambatan-hambatan yang dialami oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah.
1. Sebagian besar guru-guru yang mengajar di sekolah Muhammadiyah
adalah guru-guru yang tidak tetap. Hal ini karena awalnya sekolah
Muhammadiyah belum dapat menyediakan tenaga pengajar dari kalangan
Muhammadiyah terutama untuk mengajarkan mata pelajaran bukan
agama. Muhammadiyah mengambil lulusan alumni sekolah yang
didirikan Belanda seperti HIK, Sekolah Normalschool, AMS walaupun
diantaranya kurang mengenal ajaran Agama Islam.84
2. Kesejahteraan kepala sekolah dan guru agama dan guru Kemuham
madiyahan tidak terjamin.
3. Sebagain besar gedung-gedung sekolah Muhammadiyah terlalu sempit,
kurangnya sarana dan prasarana.
4. Kekurangan dana untuk membangun, kekurangan dana untuk
membangun gedung dan sebagainya.
5. Kebanyakan yang masuk sekolah Muhammadiyah sebagai pilihan kedua
yaitu setelah tidak diterima di sekolah negeri.sehingga latar belakang
sosial dan penghayatan agama Islam sangat berbeda antara satu dengan
yang lain. Misalnya penerimaan anak di SMP Muhammadiyah menerima
murid-murid bermacam-macam, adalah yang sudah pandai Qur’an ada
yang belum begitu juga di SMA sehingga terpaksa mengulang-ulang
84 Djarnawi Hadikusumo, op.cit., halaman 96-97.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
menyesuaikan dengan anak-anak yang masih rendah pengetahuan tentang
Islam dan Kemuhammadiyahan.85
Maju mundur suatu amal usaha serta kegiatan Islam pada dasarnya
tergantung pada kesadaran warga anggota Muhammadiyah dan simpatisan
pendukungnya, sedang anggota persyarikatan baik yang berlaku anggota atau
secara apriori menyetujui gerak amal usaha dan ide pengalaman Islam,
pembaharuan gerak dinamika masyarakat Islam dan pembangunan adalah
merupakan komponen aktif dan moment yang ideal dalam berpola pikir Islam
modern, dimana kesadaran berorganisasi dan kesadaran beramal dan berjuang
perlu wadah, dan Muhammadiyah inilah salah satu diantaranya.86
D. Pengaruh Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta
Tahun 1930 Sampai 1945.
Pendidikan merupakan hal penting bagi kemajuan masa datang.
Dengan adanya perkembangan pendidikan menambah kemakmuran rakyat, bangsa
dan negara. Sejak dulu pendidikan menjadi pembahasan yang penting. Tujuan
negara Indonesia melalui pembukaan UUD 1945 berusaha untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan Umum. Secara umum,
pendidikan dijadikan landasan kemajuan sebuah negara. Adanya pendidikan yang
maju, modern maka akan menghasilkan generasi penerus yang mampu bersaing
dengan negara lain dan tidak menjadi bangsa yang bodoh lagi. Kebodohan
85 Imron Nasri dan A. Hasan Kunio ( penyu), op. cit, halaman 49-50.
86 Margono Puspo Suwarno, 2003, Aktualisasi Pendidikan Kemuhammadiyahan dalam
Islam, Yogyakarta: ISMH, halaman 64.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
membuat rakyat Indonesia menderita selama bertahun-tahun sejak dijajah Belanda
selama 3,5 Abad dan penjajah Jepang selama 3,5 tahun.
Pendidikan menjadi instrumen penting dalam perkembangan bangsa.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha memajukan generasi selanjutnya dengan
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang tujuannya untuk mencerdaskan
umat tidak hanya ilmu agama saja tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Sekolah-
sekolah Muhammadiyah dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan semua
kegiatannya telah menciptakan hubungan yang baik dan serasi dengan masyarakat
di sekitarnya, sehingga masyarakat bersedia mendukung segala kegiatan yang
dilakukan oleh Muhammadiyah.
Kepentingan yang berhubungan erat dengan keberhasilan proses belajar
mengajar yaitu terciptanya hubungan yang baik diantara sekolah-sekolah
Muhammadiyah dengan masyarakat Surakarta, telah menunjukkan bukti nyata
yang nampak dalam kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan.
Muhammadiyah beserta para pelajar Muhammadiyah melakukan kegiatan yang
bersifat sosial kemasyarakatan dengan mengadakan pesta fakir miskin yang
dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Adha bagi masyarakat Surakarta. Majunya
amal usaha Muhammadiyah karena di dukung dari kesadaran warga
Muhammadiyah dan simpatisan pendukungnya untuk memajukan
Muhammadiyah.87
87 Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 16 Juni 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
1. Pengaruh Pendidikan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta
tahun 1930 sampai 1945.
Pengaruh Pendidikan karena didukung dari kesadaran warga
Muhammadiyah dan simpatisannya. Masyarakat Surakarta tahun 1930 sampai
1945 mulai mempunyai keyakinan dan sedikit demi sedikit meninggalkan
praktek Tahayul, bid’ah, khurafat. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-
anaknya ke sekolah-sekolah Muhammadiyah dan secara langsung memberi
pengaruh positif terhadap pendidikan Muhammadiyah di Surakarta.
Minat masyarakat Surakarta terhadap pendidikan Muhammadiyah yaitu
adanya pengakuan kualitas sekolah Muhammadiyah. Keterkaitan masyarakat
Surakarta untuk menuntut ilmu di Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang
berkualitas telah mendukung perkembangan sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Perkembangan ini menjadikan Persyarikatan Muhammadiyah lebih serius
dalam mengelola sekolah-sekolah Muhammadiyah supaya berkembang lebih
maju. Pada masa itu para orang tua banyak yang tertarik untuk mengarahkan
anak-anaknya ke sekolah Muhammadiyah, karena terdapat beberapa hal yang
menonjol diantaranya kedisiplinan dan rasa tanggung jawab yang ditanamkan
dalam diri setiap murid sehingga para murid diarahkan untuk meraih prestasi
yang bagus.
Sekolah Muhammadiyah dalam menjalankan peraturannya bersifat tidak
memaksa contohnya siswi perempuan tidak dipaksakan untuk memakai
kerudung, hal ini karena mereka belum terbiasa. Sekolah-sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Muhammadiyah tidak memaksakan tetapi memberi pengertian sedikit demi
sedikit manfaat dari pemakaian kerudung bagi wanita. Muhammadiyah juga
mengadakan kegiatan untuk memperdalam agama yaitu kegiatan murid-murid
Muhammadiyah di bulan Ramadhan tahun 1930 sampai 1945 dan
Muhammadiyah meliburkan sekolah-sekolahnya.
Alasan Muhammadiyah meliburkan sekolah-sekolahnya adalah karena
libur Ramadhan bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah dilakukan sejak
semula Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolahnya, Sejak zaman penjajah
Belanda, juga zaman penjajah Jepang. Sejak zaman Pemerintah RI, mulai dari
Orde lama apalagi sesudah zaman Orde Baru, libur sekolah-sekolah
Muhammadiyah di bulan Ramadhan tetap berjalan. Psikologis dengan
meliburkan sekolah-sekolah Muhammadiyah di bulan Ramadhan, anak-anak
sekolah dapat menghargai atau menghormati kesucian bulan Ramadhan. Dan
hal itu dari segi kejiwaan besar sekali keuntungannya. Libur itu pun sangat
menguntungkan dan justru menambah simpati ummat Islam.88
Pelajaran
sekolah diganti dengan diadakan pengajian sebanyak 24 kali dalam sebulan,
dengan kegiatan pertemuan dan diakhiri dengan ujian. Jika siswa tidak
mengikuti kegiatan ini lebih dari 5 kali pertemuan maka siswa dinyatakan tidak
lulus. Kegiatan ini dimulai pada Pukul 06.00 sampai 08.00, selama bulan puasa
sekolah libur.
88 HAR Fakhruddin, “Kita Meliburkan Sekolah”, Suara Muhammadiyah, tahun ke 59,
Nomor 15, 1979, halaman 3 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Pelajaran yang diberikan selama pengajian bulan ramadhan, yaitu:
1. Pelajaran Tauhid dilaksanakaan 4 kali pertemuan.
2. Pelajaran Fiqih dilaksanakan 4 kali pertemuan.
3. Pelajaran Akhlak dilaksanakan 4 kali pertemuan.
4. Pelajaran Sosiologi dilaksanakan 2 kali pertemuan.
5. Pelajaran nikah, talaq, dan rujuk dilaksanakan 4 kali pertemuan.
6. Pelajaran Tata Negara dilaksanakan 2 kali pertemuan.
7. Menyanyi dilaksanakan 2 kali pertemuan.
8. Retorika dilaksanakan 2 kali pertemuan.
Pergerakan Muhammadiyah ditahun 1930-1945 mengalami kesulitan dalam
mengembangkan amal usahanya dibidang pendidikan. Kesulitan ini disebabkan
karena situasi yang terjadi di Surakarta yaitu adanya Clash I dan Clash II di
Surakarta. Adanya Clash I dan II membuat masyarakat Surakarta menyadari akan
pentingnya pendidikan. Masyarakat akhirnya terdorong untuk mendapatkan
pendidikan yang berkualitas, khususnya menuntut ilmu-ilmu di sekolah-sekolah
swasta keagamaan seperti sekolah Muhammadiyah. Mereka mulai menyadari
belajar supaya bisa lebih berguna lagi bagi bangsa dan negara. Peristiwa sosial
tersebut secara langsung memberi pengaruh positif terhadap pendidikan
Muhammadiyah di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Ketertarikan masyarakat Surakarta terhadap pendidikan Muhammadiyah
tahun 1930-1945 yaitu adanya pengakuan kualitas sekolah Muhammadiyah oleh
masyarakat sebagai sekolah unggulan dimasa itu. Minat masyarakat Surakarta
untuk menuntut ilmu di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berkualitas telah
mendukung perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah dalam mengelola
sekolah-sekolah Muhammadiyah supaya lebih maju.89
Program kerja dari
pimpinan Muhammadiyah Yogyakarta pada masa kepemimpinan K.H. Hisyam
(Pimpinan Muhammadiyah Pusat), program kerjanya adalah usaha-usaha dalam
bidang penididkan, mendapatkan perhatian yang utama. menurut K.H. Hisyam
dengan pendidikan bisa lebih banyak diharapkan membangun kader-kader umat
dan bangsa yang akan meneruskan amal Muhammadiyah.90
Pada masa itu para orang tua banyak yang tertarik untuk mengarahkan
anak-anaknya ke sekolah-sekolah Muhammadiyah, karena beberapa hal yang
menonjol diantaranya kedisiplinan dan rasa tanggung jawab yang ditanamkan
dalam diri setiap murid sehingga para murid tetap diarahkan untuk meraih prestasi
yang bagus. Biaya sekolah di Muhammadiyah cukup terjangkau, awal berdirinya
sekolah Muhammadiyah tidak memungut biaya secara langsung tetapi hanya
menerima sumbangan uang sukarela dari orang tua calon siswa yang ingin masuk
sekolah Muhammadiyah. Mereka bisa membayar sesuai dengan kemampuan uang
yang dimiliki, bahkan Muhammadiyah juga membuka sekolah untuk orang yang
89 Wawancara dengan Muchsinin, tanggal 1 September 2010 .
90 Abdul Mu’ti, op.cit., halaman 103-104.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
miskin yang tidak dipungut biaya sama sekali. Sekitar tahun 1940-an para orang
tua membayar sukarela dengan uang 5 sen saja, kemudian tahun 1945 sekitar Rp 2,
00 saja per bulan. Para siswa yang bersekolah saat itu ada juga yang tidak
beragama Islam. Hal tersebut tidak menjadi masalah sebab yang terpenting adalah
memberikan ilmu yang bermanfaat yang bisa digunakan bagi masa depan dan
supaya menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Para lulusan sekolah Muhammadiyah merasa bangga dan puas bila sudah
menamatkan pendidikan disekolah-sekolah Muhammadiyah. Hasil pendidikan
yang diperoleh dapat digunakan sebagai bekal melanjutkan hidup ke depan dan
melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi. Adanya sekolah Muhammadiyah di
Surakarta sangat berpengaruh dengan kehidupan masyarakat, sikap orang tua
untuk memikirkan masa depan anaknya dan memasukkan anak-anaknya di sekolah
Muhammadiyah. Selain biaya sekolah terjangkau pada saat itu juga keberadaan
sekolah Muhammadiyah tidak hanya di satu wilayah, namun dibeberapa wilayah
di kota Surakarta.
Pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah berusaha untuk
menghasilkan generasi penerus yang tangguh. Perkembangan pendidikan
Muhammadiyah antara tahun 1930 sampai 1945 melalui sekolah-sekolah yang
didirikannya dan dikelola oleh bagian Sekolahan adalah menghadapi kemajuan
kehidupan masyarakat. Sekolah-sekolah Muhammadiyah berusaha untuk
mencurahkan perhatian tenaga, waktu dan pikiran untuk memajukan dunia
pendidikan di Indonesia. Sekolah Muhammadiyah dalam menyelenggarakan
pendidikan mempunyai suatu usaha membentuk manusia dengan dasar nilai agama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
yang kuat dan pengetahuan umum saling seimbang sehingga kedua menjadi
penting. Karena sekolah-sekolah Muhammadiyah berusaha mewujudkan dengan
nilai kebenaran, kebebasan, kemandirian.
Sekolah-sekolah Muhammadiyah bukanlah pendidikan khusus yang
hendak membentuk manusia menjadi lebih hebat dari pada yang lain, tetapi suatu
pendidikan yang mengarahkan manusia untuk berakhlak yang baik dan
berpartisipasi aktif dalam kehiduapan bermasyarakat.91
Sekolah-sekolah
Muhammadiyah mengajarkan pendidikan umum juga pendidikan agama sekaligus.
Tujuannya supaya murid-murid selain pandai dalam nilai-nilai agama juga
pengetahuan umum sehingga akan terbentuk generasi yang berakhlak, disiplin,
pekerja keras dan memiliki tanggung jawab. Bersekolah di Muhammadiyah tidak
hanya belajar di dalam kelas tetapi diluar kelas yaitu mengadakan liburan
contonya adalah muri-murid HIK mengadakan liburan kenaikan kelas. Tujuan
liburan ini adalah melihat keindahan alam dan menikmati kebesaran Tuhan
YME.92
Perkembangan sekolah-sekolah Muhammadiyah tahun 1930-1945 tidak
hanya berpengaruh dari segi pendidikan, tetapi juga berpengaruh dari segi
ekonomi terutama adanya keberadaan sekolah-sekolah yang dikelola Persyarikatan
Muhammadiyah. Masyarakat Surakarta merasa diuntungkan, karena mereka dapat
menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Muhammadiyah dengan biaya yang
91 Hadisiswaja, “Dasar dan Asas Pendidikan Islam”, Soera Moehammadijah 23 Oktober
1931 tahun XIII, halaman 1111.
92 Darmo Kondo, “Excursie Pelajar”, 14 Januari 1937.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
cukup ringan. Sesuai dengan kemampuan yang di miliki serta memperoleh
kualitas pendidikan yang cukup baik, letak sekolah-sekolah Muhammadiyah yang
strategis juga memunculkan banyaknya minat anak-anak untuk bersekolah selain
itu masyarakat yang mencari rejeki dengan berdagang dapat berjualan di warung-
warung sekitar sekolah. Adanya sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat
menambah penghasilan para pedagang yang ada di sekitar sekolah.
Muhammadiyah dalam menjalankan organisasinya dan dalam mengembangkan
pendidikan Muhammadiyah tetap menghormati dan melaksanakan peraturan
pemerintah. Setelah di proklamirkan Proklamasi 17 Agustus 1945, pemerintah
Indonesia mulai memberi isi kepada pendidikan Indonesia.93
2. Peranan Persyarikatan Muhammadiyah dalam Membangun Kemajun
Pendidikan Muhammadiyah bagi masyarakat Surakarta tahun 1930
sampai 1945.
Muhammadiyah melalui lembaga sekolahannya berusaha untuk
membangun dan mengembangkan pendidikan di Surakarta. Muhammadiyah
berusaha untuk menanamkan nilai-nilai luhur keagamaan dan kemanusian dalam
tata kehidupan masyarakat. Nilai-nilai luhur kemanusiaan tercermin dalam sikap
hidup jujur, adil, bertanggung jawab, peduli terhadap kepentingan masyarakat
yang miskin adalah sikap yang senantiasa ditanamkan oleh para pengurus bagian
Sekolahan. Peranan para pengurus Muhammadiyah, para guru dan anggota
Muhammadiyah telah membangkitkan semangat bagi kaum muda. Adanya
93 Djumhur dan Danasuparta, op.cit., halaman 201.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
sekolah Muhammadiyah yang dikelola oleh bagian sekolahan mendorong kaum
muda untuk belajar ke tingkat yang lebih tinggi.
Peranan pendidikan Muhammadiyah bagi masyarakat Surakarta pada tahun
1930-1945 sangat penting, karena para pengurus beserta guru, karyawan sekolah
Muhammadiyah ikut mengambil bagian dalam menjalankan pendidikan di
Surakarta. Bagian Sekolahan mengambil bagian memajukan pendidikan di
Surakarta. Keberadaan sekolah-sekolah Muhammadiyah membentuk masyarakat
dalam memperoleh pendidikan dengan memberi kesempatan kepada siapa saja
untuk masuk ke sekolah Muhammadiyah baik dari keluarga yang mampu dan
keluarga yang kurang mampu.94
Persyarikatan Muhammadiyah harus mampu tampil dalam peran sertanya
untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat. Supaya mendidik kearah masyarakat
yang berkualitas yang mampu menghadapi perubahan zaman, mampu berdiri
sendiri untuk mencapai kehidupan yang mandiri di masyarakat. Dalam
perkembangan tahun 1930-1945, Persyarikatan Muhammadiyah turut serta
membangun kehidupan masyarakat Surakarta melalui sekolahannya. Ini terlihat
semakin bertambah banyaknya murid-murid yang bersekolah di sekolah
Muhammadiyah. Sekolah-sekolah yang dikelola di bawah naungan Persyarikatan
Muhammadiyah menjadi program utama yaitu dalam bidang pendidikan yang di
berikan Muhammadiyah tidak hanya mencerdaskan otak bangsa ini tetapi juga
mendidik akhlak (moralitas) yang berkembang dari dalam hati.
94 Wawancara dengan Rizky Pradana, tanggal 29 September 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Proses perkembangan pendidikan awalnya hanya meliputi 3 hal yaitu
menulis, membaca, berhitung yang tujuannya mencerdaskan intelek (daya pikir)
manusia dengan perkembangan zaman, yaitu dalam akhlak dan juga mendidik,
kecakapan, keterampilan tangan untuk bekerja terampil yang pada prinsipnya
terletak pada kemampuan tangan manusia.95
Terbukti dengan adanya pendidikan
Muhammadiyah telah mendapat kepercayaan dan mendapat tempat dalam
masyarakat Surakarta. Muhammadiyah sejak awal sengaja mengabdikan dalam
bidang pendidikan sebagai salah satu upaya mengembangkan pendidikan kepada
masyarakat Surakarta. Muhammadiyah dapat dikatakan berhasil dalam
mengemban misi pendidikan bagi masyarakat Surakarta pada tahun 1930-1945.
Misi organisasi Muhammadiyah selain dalam bidang pendidikan juga misi
sosial yang ditujukan kepada masyarakat Surakarta. Kegiatan-kegiatan
Muhammadiyah selain kegiatan dalam pendidikan juga kegiatan sosial seperti
pada waktu terjadi bencana banjir di Surakarta Jum’at tanggal 1 Januari 1937
anak-anak Pandu Hizbul Wathon membantu masyarakat baik berupa tenaga
ataupun benda. Tempat-tempat yang terkena bencana banjir seperti Tanjung
Anom, Ngemplak, Sampangan. Pandu Hizbul Wathon lanjung datang ke tempat
bencana banjir untuk memberikan makanan bungkus, uang, menyumbangkan
tenaga mereka dan mencari donasi. Murid-murid HIK Muhammadiyah
95 Arifin, 1993, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, halaman 57.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
menyumbangkan kebaya, kaos, peci, sarung, selendang, kemeja, baju tidur, dan
jas.96
Misi-misi Muhammadiyah lainnya adalah mengadakan pembagain zakat,
pesta fakir miskin yang ditujukan kepada masyarakat. Pengumpulan zakat selain
dilakukan pemungutan oleh murid-murid Muhammadiyah juga meminta
sumbangan kepada pihak lain seperti kepada Kanjeng Gusti Adipati Arya
Mangkunegara ke VII raja dari Pura Mangkunegaran. Tujuan pembagian zakat
adalah untuk kesejahteraan warga Muhammadiyah dan masyarakat.97
Dalam menjalin hubungan yang akrab dengan semua pihak, semua kegiatan
yang akan dilakukan oleh Persyarikatan Muhammadiyah meminta izin kepada
semua pihak, misalnya kepada K.G.P.A.A Mangkunegaran ketika akan
mengadakan kegiatan memperingati Maulud Nabi dengan melaksanakan pawai
keliling sebanyak 500 orang. Pawai ini akan diikuti oleh murid-murid
Muhammadiyah, guru, Pandu Hizbul Wathon, Pemuda Muhammadiyah, dll.98
Muhammadiyah berusaha dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat Surakarta. Muhammadiyah tampil tanpa memberikan
paksaan, tuntutan tetapi Muhammadiyah berusaha untuk membimbing,
mengarahkan, pertumbuham dan perkembangan manusia dari tahap ke tahap
96 Darmo Kondo, “Banjir Di Kota Bengawan”, Senin 4 Januari 1937.
97 Arsip Mangkunegaran, N0. 871, “Bab Kadarman Dalem”.
98 Arsip Mangkunegaran No.1411, “Berkas Mengenai Perkumpulan Muhammadiyah
tahun 1940-1950”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
kehidupan anak didik sampai mencapai titik kemampuan yang optimal.99
Menurut
Muhammadiyah, fungsi pendidikannya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Surakarta masih
dalam jajahan bangsa Jepang sehingga Muhammadiyah dalam mengembangkan
pendidikannya juga mengalami hambatan selain keadaan yang dijajah juga masih
kurangnya sarana dan prasarana dalam mengembangkan pendidikan. Pada intinya
akibat penjajahan membuat rakyat menderita, dan kebebasan berkarya juga
terhambat. Perubahan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah
belum tentu akan didukung oleh pemerintah Jepang.
99Arifin, op.cit., halaman 33.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
125
BAB IV
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DI
SURAKARTA TAHUN 1945-1970
A. Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah Tahun 1945 Sampai 1950
1. Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Pendidikan Tahun 1945 Sampai
1950.
Sistem pendidikan nasional telah dimulai pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia, namun semenjak Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus tahun 1945, sekolah-sekolah yang dibangun pada masa Jepang dilanjutkan
dengan sarana dan prasarana yang seadanya. Pada masa penjajahan Jepang, untuk
menyakinkan bangsa Indonesia. Pemerintahan Jepang membentuk BPUPKI pada
tanggal 29 April 1945.1 Karena dalam perkembangannya BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritsu Junbi Cosakai
dianggap lamban dalam menyusun dasar Negara maka BPUPKI dibubarkan pada
tanggal 7 Agustus 1945 dan diganti menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia atau Dokuritsu Junbi Inkai).2
Jepang berjanji memberikan kemerdekaan pada bangsa Indonesia, namun
pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Di
1Cahyo Budi Utomo, 1995, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan
hingga Kemerdekaan, Semarang: IKIP Press, halaman 206.
2 Ibid, halaman 208.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
125
Indonesia terjadi kekosongan pemerintahan, maka golongan muda mendesak segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia setelah diadakan perumusan teks
Proklamasi dan persiapan untuk menyatakan Indonesia merdeka tepatnya pada
tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan Kemerdekaannya. Akhirnya
Indonesia merdeka sendiri tanpa diberi kemerdekaan oleh Jepang. Untuk
menyempurnakan berdirinya Negara Indonesia yang merdeka dan bebas dari
penjajah, maka salah satu usahanya dari PPKI adalah perbaikan dalam lapangan
pendidikan di Indonesia.
Langkah pertama adalah dimulai dengan membentuk ”Sub Panitia Pendidikan
dan Pengajaran” sebagai ketuanya adalah Ki Hajar Dewantara. Sub Panitia ini
mendapat tugas untuk merumuskan suatu rencana cita-cita dan usaha-usaha
pendidikan atau pengajaran. Hasil dari rumusan ini berisi dasar dan tujuan pendidikan
sebagai berikut: Dalam garis-garis adab perikemanusiaan, seperti terkandung dalam
segala pengajaran agama, maka pendidikan dan pengajaran nasional bersendi agama
dan kebudayaan bangsa serta menuju kearah keselamatan dan kebahagiaan
masyarakat.
Ki Hajar Dewantara selaku menteri PP dan K mengeluarkan ”Instruksi
Umum” yang memerintahkan kepada semua kepala-kepala sekolah dan guru-guru
untuk : Mengibarkan Sang Merah Putih setiap hari di halaman sekolah, menyanyikan
lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”, menghentikan pengibaran bendera Jepang dan
menghapuskan lagu Kimigayo, menghapuskan pelajaran bahasa Jepang serta segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
125
upacara yang berasal dari Pemerintahan Jepang, memberi semangat kebangsaan
kepada semua murid-murid.
Pemerintahan Indonesia yang sudah berdiri pada tahun 1945 berusaha dengan
giat untuk memberi ”isi” baru pada sistem pendidikan Indonesia. Pada tahun 1946
menteri PP dan K (Mr Soewardi) membentuk ”Panitia Penyelidik Pendidikan dan
Pengajaran” yang diketahui Ki Hajar Dewantara.3 Menteri Pendidikan dan
Pengajaran membentuk panitia penyelidik yang tugasnya antara lain adalah
merencanakan struktur pengajaran model baru, menetapkan bahan pelajaran dengan
menimbang keperluan praktis dan menyiapkan rencana belajar untuk setiap sekolah
dan setiap kelas.
Hasil kurikulum ini dinamakan kurikulum SR 1947 yang membedakan 3
macam struktur program yaitu:
1. Sekolah Rakyat dengan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada kelas
rendah.
2. Sekolah Rakyat dengan bahasa Indonesia sebagai pengantar sejak kelas satu.
3. Sekolah Rakyat yang diselenggarakan sore hari terbatas sampai kelas IV, kelas V
dan VI harus masuk pagi.
3 M. Jumali, dkk, 2004, Landasan Pendidikan, Surakarta: UMS Press, halaman 141.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
125
Diagram I
Susunan Jenjang Sekolah Menurut Panitia Penyelidik Kemerdekaan Tahun 1947.
Sumber H.A.R Tilaar, 1995:73
SEKOLAH TINGGI
(4 Sampai 6 Tahun)
SEKOLAH MENENGAH
TINGGI
(3 TAHUN)
SEKOLAH KEJURUAN
MENENGAH
SEKOLAH KEJURUAN
(3 – 6 TAHUN)
SEKOLAH RAKYAT
( 6 TAHUN)
SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA
(3 TAHUN)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
125
Diagram di atas menjelaskan mengenai pembagian jenjang tingkatan sekolah
yang dirumuskan oleh Panitia Penyelidik Kemerdekaan. Jenjang sekolah terdiri dari
tingkat sekolah rakyat atau jenjang sekolah dasar selama 6 tahun. Jenjang berikutnya
adalah sekolah menengah pertama selama 3 tahun, sekolah kejuruan selama 3 sampai
6 tahun. Tingkatan selanjutnya adalah sekolah menengah tinggi atau sekolah
menengah kejuruan selama 3 tahun.
Kurikulum ini masih harus dibenahi, maka tugas baru bagi panitia yang
dibentuk menteri adalah meninjau kembali dasar-dasar isi, susunan dan seluruh usaha
pendidikan atau pengajaran. Panitia pendidikan atau pengajaran melakukan 2
konggres pendidikan maka lahirlah Undang-Undang tentang dasar-dasar Pendidikan
dan Pengajaran untuk seluruh Indonesia yaitu Undang-Undang No 4 tahun 1950
dengan nama Undang-Undang tentang dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di
Sekolah (UUPP) dan disempurnakan menjadi Undang-Undang No 12 tahun 1954
tentang pernyataan berlakunya Undang-Undang No. 4 tahun 1950 dari Republik
Indonesia berisi tentang dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk
seluruh Indonesia.4
Sistem pendidikan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 serta lebih
terperinci dibahas dalam UUD No.4 Tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah yang sifatnya sangat jelas yaitu nasional. Penyelenggaraan
norma-norma pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
4 Wardiman Djojonegoro, 1996, Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia,
Jakarta: Depdikbud, halaman 76.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
125
sebagai berikut: mencerdaskan setiap pendidikan dan pengembangan kebudayaan
pada pandangan hidup sesuai dengan Pancasila. Semua jenjang pendidikan harus
diwujudkan untuk mencapai tujuan negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
Mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Sekolah-sekolah yang ada tetap dilanjutkan setelah Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Dasar-dasar pendidikan mulai disempurnakan. Menteri Pendidikan
yang I yaitu Ki Hajar Dewantara sesudah Proklamasi Kemerdekaan mengeluarkan
“Instruksi Umum” yang menyerukan kepada para guru supaya membuang sistem
pendidikan kolonial dan mengutamakan patriotisme.5 Mengubah semua sistem
pengajaran menjadi lebih demokratis. Rumusan pokok-pokok UU No.4 Tahun 1950
yaitu Pendidikan Masyarakat, Pendidikan Agama sekolah negeri, Sekolah-Sekolah
Swasta (Partikelir) dalam RUU sekolah Partikelir mendapat kedudukan yang khusus
yaitu dengan adanya pasal 13, yang isinya sebagai berikut: Atas dasar kebebasan tiap-
tiap warga negara menganut sesuatu agama atau keyakinan hidup, maka kesempatan
leluasa diberikan untuk mendirikan dan menyelenggarakan sekolah-sekolah
partikelir.
5 Ibid, halaman 75.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
125
1. Pendidikan Muhammmadiyah tahun 1945-1950
Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di Surakarta ikut menyesuaikan
diri dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah. Di masa pemerintah
Jepang juga membuat peraturan yaitu sekolah partekelir dilarang mengajarkan
sesuatu agama atau memberi pendidikan maupun pengajaran yang menyinggung
perasaan orang lain dalam hal agama atau kepercayaannya.6 Pemerintah juga telah
merumuskan UU RI No. 4 Tahun 1950 yang salah satu pasalnya membahas tentang
penyelenggaraan sekolah partekelir (swasta) dalam BAB IX tentang Sekolah
Partekelir Pasal 13 yang isinya: Atas dasar kebebasaan tiap-tiap warga negara
menganut sesuatu agama atau keyakinan hidup, maka kesempatan leluasa diberikan
untuk mendirikan dan menyelenggarakan sekolah-sekolah partekelir.7 Sekolah-
sekolah swasta yang berdiri diijinkan untuk mengembangkan pendidikannya dengan
syarat sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan Nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia sesuai
dengan falsafah Pancasila, menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki keterampilan hidup yang berharkat
dan bermartabat, memiliki jiwa yang mantap dan mandiri serta memiliki tanggung
6 Arsip mangkunegaran No. 4300, tentang “Pendidikan di Indonesia 21 Mei 2605”.
7 Ketetapan UU RI No. 4 tahun 1950.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
125
jawab kemasyarakatan dan rasa kebangsaan agar mampu mewujudkan kehidupan
bangsa yang cerdas.8
Kemerdekaan yang dinikmati belum lama, terjadi lagi peristiwa yang
membuat bangsa Indonesia menderita yaitu datangnya sekutu lagi ke Indonesia
dengan diboncengi NICA. Indonesia harus mengalami penjajahan lagi dari tahun
1945 sampai 1947. Terjadi Revolusi Kemerdekaan yaitu Class I, gerakan
Muhammadiyah juga mengalami dampak dari Class I ini. Penjajah Belanda bergerak
dari Semarang menyerang sampai Sruwel, Ampel, akibatnya gerak langkah
Muhammadiyah untuk berkembang terasa berhenti tidak dapat berkembang karena
para tokoh Muhammadiyah ikut Revolusi.
Tahun 1945 hampir semua tokoh Muhammadiyah terjun membela negara.
Tahun 1946 ibukota RI pindah ke Yogyakarta. Keadaan di Surakarta juga terkena
imbasnya, banyak pemimpin Muhammadiyah yang ikut berjuang dengan membentuk
kelompok-kelompok perjuangan untuk membela negara. Para tokoh Muhammadiyah
yang berjuang dengan mendirikan kelompok-kelompok untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia seperti;
1. Kiai Muhammad Idris membentuk barisan sabilillah dengan H.A Bakri bermarkas
di YPAC. (sekarang menjadi Solo Grand Mall).
8 M. Jumali, dkk, op.cit., Halaman 59.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
125
2. Mulyadi Joyomartono, dr. Muwardi, Surono Wiroharjono, Hadi Sunarto
membentuk barisan banteng yang bermarkas di utara Stadion Maladi (Sekarang
menjadi Man II).
3. Pemuda-pemuda Muhammadiyah tergabung dalam barisan Hizbullah yang
bermarkas di Sie dhio Hoo (Gedung Lowo, Brengosan, Purwosari).9
Di bentuk juga laskar-laskar yang lain seperti Pasindo (Pemuda Sosialis
Indonesia yang dulunya bernama Angkatan Sosialis Muda Indonesia), Laskar Kere,
BPRI (Barisan Pemberontak Indonesia), TP (Tentara Pelajar Indonesia), Laskar
minyak, Lasywil (Laskar Wanita). Peristiwa tahun 1946 adalah pusat pemerintahan
Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta. Akibat dari peristiwa ini sekolah-sekolah
mengalami kesulitan dalam mengembangkan pendidikannya, bahkan murid-murid
Muhammadiyah ikut berperang membela bangsa dan negara. Sekolah-sekolah
Muhammadiyah tahun 1945-1950 antara lain adalah SR (SD) Muhammadiyah 1
Ketelan, SR (SD) Muhammadiyah 2 Kauman, SR (SD) Muhammadiyah 6
Kampungsewu, SMA Muhammadiyah 1, SPG Muhammadiyah (SMP
Muhammadiyah 1).
9 Muhammad Amir, op.cit., halaman 2-3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
125
B. Arah Gerak Muhammadiyah dalam Penyelenggaraan Pendidikannya
tahun 1945 sampai 1970
1. Kebijakan Pendidikan tahun 1945-1970
Dalam menyempurnakan sistem pendidikannya pemerintah mengeluarkan UU
No. 12 Tahun 1954 yaitu menyempurnakan UU No 4 Tahun 1950 yaitu Undang-
Undang Organik yang berlaku sebagai hukum positif di Indonesia adalah Undang-
Undang No. 12 Tahun 1954 berasal dari Undang-Undang No.4 Tahun 1950 tentang
Dasar-Dasar dan Tujuan Pengajaran di Sekolah10
. Didalam UU No.12 tahun 1954
tercantum kalimat bahwa Undang-Undang tersebut dinyatakan bagi seluruh wilayah
negara Republik Indonesia.11
Norma-Norma yang tersirat didalam Undang-Undang12
itu antara lain sebagai berikut: Pembentukan kepribadian sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa sekaligus pengakuan kebebasan dalam memeluk agama. Norma-
normanya antara lain sekolah-sekolah negeri diwajibkan memberikan pelajaran
agama, kebebasan mendirikan sekolah partikelir (swasta) didasarkan pada kebebasan
tiap-tiap warga negara menganut suatu agama atau keyakinan hidup.
Perkembangan selanjutnya adalah penggantian dari kebijakan pokok
tentang Agama di sekolah-sekolah dalam BAB I tentang Agama Pasal I yang
10 Ibid, halaman 142.
11 Wardiman Djojonegoro, op. cit, halaman 102.
12 Hadari Nawawi, 1983, Perundang-Undangan Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia,
halaman 70-74.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
125
isinya mengubah Ketetapan MPRS No.II/ MPRS/1960. Bab II Pasal 2 ayat 3,
dengan menghapus kata “...dengan pengertian bahwa murid-murid berhak tidak
ikut serta, apabila wali murid atau murid dewasa menyatakan keberatannya dan
diganti kalimatnya berbunyi sebagai berikut: “menetapkan pendidikan agama
menjadi mata pelajaran disekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai
universitas-universitas negeri”.13
Maksud dari ketetapan ini adalah semua agama
diakui pemerintah dan diberikan kesempatan yang sama dalam semua
penyelenggaraan ibadahnya dan setiap siswa bebas memilih pelajaran agama
menurut keyakinan sesuai dengan toleransi beragama dan Hak Asasi Manusia.
2. Kurikulum Pendidikan Sekolah-Sekolah Muhammadiyah Tahun 1945
Sampai 1970
Program pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah
bertujuan untuk menanamkan akhlak, budi pekerti, memiliki keahlian yang seimbang
antara ilmu agama dan ilmu umum.
a. Kurikulum Pendidikan Muhammadiyah Tahun 1945 sampai 1970
Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah di
sesuaikan dengan pendidikan kurikuler sekolah negeri dan di tambahi pelajaran
khusus dari Muhammadiyah yaitu pendidikan agama.14
Penerapan pendidikan
kurikuler di sekolah-sekolah Muhammadiyah menggunakan sistem klasifikasi yaitu
13 Surat Ketetapan Tap MPRS-RI No. XXVII/MPRS/1966.
14 Wawancara dengan Muchsinun, tanggal 1 September 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
125
dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan kelas berjenjang. Ciri utama
pendidikan Muhammadiyah adalah terletak pada penyelenggaraan pendidikan
dalam Persyarikatan Muhammadiyah khususnya di Surakarta dan di bagi dalam
pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama dan pendidikan menengah atas.
Pelajaran yang ada di sekolah Muhammadiyah mengikuti kurikulum
pemerintah dan di tambah ciri khusus pelajaran Muhammadiyah. Proses belajar
mengajar yang diterapkan dalam pendidikan Muhammadiyah Surakarta mengikuti
ketentuan kurikulum yang di kehendaki Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
juga di tambah mata pelajaran keagamaan dari Muhammadiyah seperti
Kemuhammadiyahan, Ibadah, Akhlak, Aqidah atau Aqoid, Tarikh, Al-Qur‟an.15
Ciri utama pendidikan Muhammadiyah adalah terletak pada kurikulumnya
yang menjiplak kurikulum pendidikan yang dibuat pemerintah. Di dalam aqidah
perguruan dasar dan menengah Muhammadiyah dinyatakan bahwa yang termasuk
pelajaran wajib yang mencakup 3 hal yaitu:
1. Pendidikan Agama Islam : Ilmu dan penghayatan Agama Islam.
2. Pendidikan kemuhammadiyahan : Pengertian, penghayatan, dan pengalaman
ajaran Islam yang dilaksanakan oleh
Muhammadiyah di samping keorganisasian
Muhammadiyah.
15
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
125
3. Pancasila dan UUD 1945.16
Para guru di sekolah-sekolah Muhammadiyah dalam memberikan
pengajaran selalu mengikuti perubahan dalam kurikulum pendidikan dari
pemerintah dan Majlis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah. Proses belajar
mengajar yang diterapkan dalam pendidikan Muhammadiyah mengikuti ketentuan
kurikulum yang diatur oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kurikulum sekolah-sekolah yang ditetapkan oleh Pemerintah antara lain:
1. Kurikulum SR 1947 meliputi 15 mata pelajaran, yaitu:
Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu hayat, Ilmu
Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Gerak
Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Budi Pekerti, Pendidikan Agama.17
2. Pada tahun 1952 sekolah Muhammadiyah menggunakan kurikulum tahun 1952
yang ditetapkan oleh pemerintah. Kurikulum ini mengarah pada sistem
pendidikan nasional yang mempunyai ciri bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran serta dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran yang berdasarkan ketentuan kurikulum 1952 dari pemerintah
adalah (1) Kurikulum SD Muhammadiyah terdiri dari bidang studi Bahasa
Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu hayat, Ilmu Bumi san
Sejarah beserta ditambah pelajaran agama meliputi Kemuhammadiyahan, Ibadah,
Tarikh, Aqidah atau Aqoid, Akhlak, Al-Qur‟an. (2) Kurikulum SMP
16 Tim, 1985, Cita dan Citra Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka Panjimas, halaman 94.
17 Ibid, halaman 141.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
125
Muhammadiyah terdiri dari bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Bahasa Daerah, Berhitung, Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Hitung
Dagang, Pengetahuan Dagang, Sejarah dan di tambah pelajaran dari
Muhammadiyah antara lain: Kemuhammadiyahan, Ibadah, Aqidah atau Aqoid,
Tarikh, Akhlak, Al-Qur‟an. (3) Kurikulum SMA Muhammadiyah untuk semua
jurusan terdiri atas bidang studi Tata Negara dan Kewarganegaraan, Pendidikan
jasmani, Sejarah, Ekonomi, Ilmu Hayat, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,
Menggambar, Aljabar, untuk jurusan sastra ditambah Bahasa Perancis,
Kesusastraan Indonesia, Sejarah Kebudayaan dan Kesenian, Ilmu Bumi,
Antropologi Budaya, Tata Hukum, Bahasa Kawi, Bahasa Daerah, sedangkan
jurusan Ilmu pasti dan Alam ditambah Ilmu Ukur Sudut, Ilmu Ukur Ruang, Ilmu
Ukur Melukis, Ilmu Alam, Ilmu Mekanika, Ilmu Kimia, Bahasa Jerman, Ilmu
Bumi dan Falak, kemudian untuk jurusan Sosial Ekonomi ditambah Tata Hukum,
Ilmu Bumi Ekonomi, Ilmu Bumi Sosial, Ilmu bangsa-Bangsa, Ilmu Hitung
Dagang, Tata Buku, Bahasa Jerman, Sejarah, Ekonomi. Untuk tambahan
pelajaran ciri khusus Muhammadiyah pelajarannya terdiri antara lain
Kemuhammadiyahan, Ibadah, Aqidah atau Aqoid, Tarikh, Akhlak, Al-Qur‟an.
Kurikulum tahun 1952 disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol
dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.18
18 Rosdiana, “Perjalanan Kurikulum Nasional (Pada Pendidikan Dasar dan Menengah),
www. rosdianablog.blogspot.com, 6 Oktober 2010, Pukul 14.00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
125
3. Tahun 1959 oleh Menteri P dan K Prof. Dr. Prijono disusun rencana pengajaran
disebut Sapta Usaha Tama (7 Ketentuan) meliputi: Penertipan aparatur dan usaha-
usaha Departemen P dan K, Meningkatkan seni dan olahraga, Mengharuskan
usaha halaman, Mengharuskan murid untuk menabung, Mewajibkan adanya usaha
koperasi, Mengadakan kelas masyarakat, Membentuk regu kerja di kalangan SMP
dan SMA. Semua mata pelajaran tetap sama dengan Kurikulum tahun 1952, yang
diperbaiki hanya sistemnya saja. Sistem pendidikan SMP mengalami sedikit
perubahan dalam mata pelajarannya. Pada tanggal 1 Agustus 1962 yaitu mata
pelajaran SMP ditambah 2 mata pelajaran baru yaitu mata pelajaran Ilmu
Administrasi dan Kesejahteraan Keluarga.
Pada tahun 1962 diputuskan bahwa SMA mempunyai satu jenis kelas yang
maksudnya adalah agar setiap pelajar mendapat kesempatan untuk memilih minat
jurusan-jurusan mana yang sesuai bakatnya, karena mulai kelas II mereka telah
dibagi sesuai dengan penggolongan seperti: Jurusan Budaya, Jurusan Sosial, Ilmu
Pasti dan Alam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga memutuskan untuk
meningkatkan Kegiatan seni dan olahraga yaitu Kewajiban mempelajari dan
menyanyikan 6 lagu nasional selain lagu kebangsaan Indonesia Raya. Olahraga
sepakbola dan bola volly merupakan olahraga yang dikembangkan, juga diadakan
pertandingan dan diberi hadiah piala bergilir.19
19 Wawancara dengan Waluyo, tanggal 10 Oktober 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
125
Bidang Usaha halaman (UH) usaha yang dapat dilakukan dihalaman sekolah
atau rumah yang hasilnya dapat dibuat sebagai penambah pangan. Usaha halaman
ini berlaku untuk semua tingkatan sekolah dan kejuruan atau kursus baik negeri
maupun swasta. Bila tidak dilakukan UH akan dikenakan sanksi pencabutan
subsidi pemerintah dan tidak boleh ikut ujian negara. Gerakan menabung pada
bank tabungan pos kantor pos. Kantor pos membantu cara menabung diatur oleh
Departemen P dan K. Dengan tujuan mendidik anak berhemat. Dan koperasi
sekolah supaya dikelola murid dan sebagai tempat menyediakan keperluan murid-
murid.
4. Kurikulum pendidikan berikutnya terjadi perubahan pada tahun 1964. Pemerintah
kembali menyempurnakan sisten kurikulum di Indonesia. Ciri-ciri pokok pikiran
kurikulum 1964 yaitu pemerintah berkeinginan agar rakyar mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Pancawardhana20
yaitu (1) Perkembangan cinta bangsa dan tanah
air, moral nasional, Internasional, Keagamaan meliputi Pendidikan
Kemasyarakatan dan Pendidikan agama. (2) Perkembangan Inteligensi atau
Kecerdasan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung dan
Pengetahuan Alam. (3) Perkembangan Nasional Artistik atau Rasa Keharusan atau
Keindahan Lahir Batin atau Pengembangan Emosional meliputi Seni Musik, Seni
Lukis, Seni Tari dan Seni Sastra. (4) Perkembangan Keprigelan atau Kerajinan
20 Gangsar Utami, “Ngetjakake‟Pantja Wardhana”, Penjebar Semangat, 11 Februari 1961,
halaman 44.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
125
Tangan atau Pengembangan Keahlian meliputi Peternakan atau Pertanian, Industri
Kecil, Koperasi. (5) Perkembangan Jasmani meliputi Pendidikan Jasmaniah dan
Pendidikan Kesehatan.
5. Tahun 1968 Kurikulum Pendidikan tahun 1964 diubah lagi menjadi Kurikulum
1968 dari Program Pancawardhana berubah menjadi Pembinaan Jiwa Pancasila,
Pengetahuan Dasar dan Kecakapam Khusus.21
Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kurikulum ini bertujuan menekankan pendidikan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila Sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, serta keyakinan
beragama. Mata pelajaran dalam Kurikulum tahun 1968 terbagi atas 3 kelompok
untuk SD yaitu Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, Kelompok Pembinaan
Pengetahuan Dasar, Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus. Untuk kurikulum
SMP penjabarannya yaitu (1) Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila meliputi
Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Olah
Raga. (2) Kelompok Pembinaan Pengetahuan Dasar meliputi Bahasa Indonesia,
Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, Ilmu Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi,
Sejarah, Menggambar. (3) Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus meliputi
Administrasi, Kesenian, Prakarya, Pendidikan. Untuk Kurikulum SMA 1968
meliputi (1) Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila terdiri dari Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia. Olahraga. (2) Kelompok Pembinaan
21
Wardiman Djojonegoro, op. cit, halaman 123.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
125
Pengetahuan Dasar meliputi Kelas I terdiri dari Sejarah, Geografi, Ilmu Pasti,
Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi dan Koperasi, Menggambar, Bahasa Inggris.
Kelas II dan III Jurusan Sastra Sosial Budaya meliputi Bahasa dan Kesusasteraan
Indonesia, Mengarang, Sejarah, Geografi, Antropologi Budaya, Ekonomi
Koperasi, Menggambar, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Budaya, Untuk Sastra
Budaya ditambah Bahasa Kawi Daerah, Sejarah Kebudayaan dan Kesenian, Ilmu
Pasti, Untuk Sastra Sosial ditambah Ilmu pasti, Pengetahuan Dagang dan Tata
Buku. Kelas II dan III Jurusan IPA meliputi Aljabar, Analit, Ilmu Ukur Sudut,
Ilmu Ukur Ruang, Fisika, Matematika, Kimia, Biologi, Geografi, Menggambar,
Bahasa Inggris. (3) Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus meliputi
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Kejuruan Agraria (Pertanian, Peternakan,
Perikanan), Kejuruan Teknik (Pekerjaan Tangan dan Perbengkelan). Sekolah-
sekolah Muhammadiyah memakai kurikulum pemerintah di bidang ilmu umum
dan di bidang keagamaan memakai kurikulum yang ditetapkan oleh Majlis
Pendidikan dan Pengajaran Daerah Muhammadiyah. Setiap jenjang kelas
diajarkan tentang pelajaran Kemuhammadiyahan, Ibadah, Aqidah atau Aqoid,
Tarikh, Akhlak, Al-Qur‟an. Semua materi pelajaran agama ditentukan oleh Majlis
Pendidikan dan Pengajaran bersama guru bidang studi masing-masing.22
Lama pendidikan setiap jenjang kelas selama satu tahun. Murid dinyatakan
lulus setelah nilainya sesuai dengan ketentuan nilai. Naik ketingkat pendidikan
22
Wawancara dengan Istiqomah, tanggal 31 Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
125
selanjutnya seperti: setelah taman kanak-kanak bisa ke SD, dari SD langsung ke
SLTP, dari SLTP ke SMA. Setelah lulus dari SMA, bisa melanjutkan ke kursus
atau keperguruan tinggi sedangkan yang tidak melanjutkan bisa langsung bekerja.
Unsur pendukung lainnya dalam pendidikan adalah kepala sekolah, guru,
karyawan dan seluruh warga sekolah. Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya
harus sesuai dengan tuntutan agama Islam yaitu Al-Qur‟an dan Hadits, menjadi
pribadi yang Pancasila-is muslim bagi yang dipimpin, bertanggung jawab, disiplin,
bijaksana. Tugas guru adalah menjadi pembimbing, pembentuk dan pendewasaan
mental dan kepribadian siswa, mematuhi semua peraturan, menjaga nama baik
sekolah dan menjunjung tinggi sebagai guru di sekolah Muhammadiyah yang
bernafaskan Islam. Tugas karyawan mengurusi administrasi dari mulai kesiswaan,
kepegawaian, perlengkapan, surat menyurat dan keuangan, menjaga nama baik
sekolah Muhammadiyah dan menjunjung tinggi Agama Islam. Ketiga unsur
tersebut harus mentaati dan menjalankan seluruh peraturan persyarikatan
Muhammadiyah serta Peraturan Pendidikan Nasional.
b. Pendidikan Ekstra Kurikuler 1945-1970
Persyarikatan Muhammadiyah melalui Majlis Pendidikan dan Pengajaran
Daerah selain menerapkan sistem pendidikan kurikulum juga pendidikan ekstra
kurikuler. Pendidikan ekstra kurikuler mengacu pada kurikulum yang ditetapkan
pemerintah. Mengenai kurikulum ekstra kurikuler diperkuat lagi dengan
dikeluarkannya kurikulun tahun 1964 yang disebutkan dalam program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
125
Pancawardhana pada butir ke lima yang berbunyi perkembangan jasmani meliputi
Pendidikan jasmaniah dan pendidikan Kesehatan.23
Pendidikan ekstra kurikuler ada
yang wajib diikuti ada yang tidak. Kegiatan ekstra kurikuler di sekolah-sekolah
Muhammadiyah antara lain pendalaman Agama Islam, Organisasi, Olahraga.
1. Pendalaman Agama Islam
Kegiatan ekstra ini sangat penting bagi penyelenggaraan sekolah. Sekolah
Muhammadiyah yang khususnya pengajaran Agama Islamnya. Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan seperti Sholat berjamaah, Membaca Al-Qur‟an, Mendengarkan
ceramah mengenai kisah-kisah nabi dan rosul juga makna dari ayat-ayat Al-Qur‟an,
pesantren di bulan Ramadhan, dll. Sholat berjamaah diadakan setiap hari Jum‟at,
Perayaan Hari Raya Idul Adha, dan setiap sholat dhuzur. Tujuan diadakan sholat
berjamaah agar setiap siswa beriman dan rajin beribadah dan setelah sholat biasanya
para siswa mendengarkan ceramah yang berisi tentang ajaran agama, keutamaan
Sholat, kebersamaan dll.
Diadakan ekstra membaca Al-Qur‟an yang bertujuan supaya semua murid
Muhammadiyah bisa membaca Al-Qur‟an dan memahami isinya, Bagi yang belum
bisa membaca akan diberi pelajaran dari mulai awal yaitu mulai Iqro kemudian baru
Al-Qur‟an. Dengan membaca Al-Qur‟an diharapkan siswa-siswi mencintai kitabnya
dan mau mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari.24
Kegiatan pendalaman
23 M. Jumali, dkk, op.cit,. halaman 146.
24 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
125
Agama Islam bentuk usaha dari sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk menanamkan
jiwa keagamaan yang kuat dan jiwa Islam yang kuat. Tujuan sekolah Muhammadiyah
mengadakan kegiatan pendalaman agama adalah:
a. Para siswa-siswi dapat memiliki pribadi Islami yaitu rajin beribadah, cinta pada
Kitab Suci Al-Qur‟an, mau mengamalkan ajaran di dalam agamanya, jiwa yang
rendah hati, suka menolong, rela berkorban, disiplin, tekun, dan berani.
b. Para siswa-siswi diharapkan dapat mendalami ajaran Agama Islam sebagaimana
yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang dituangkan dalam Kitab Suci,
Hadits, Riwayat Nabi.
c. Para siswa-siswi dapat menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari baik
di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Adanya tujuan tersebut Pendidikan Muhammadiyah mengharapkan para
siswanya dapat menjadi Insan Islami yang berkualitas dan beriman baik dalam hal
agama dan pengetahuan umum, sehingga para murid dapat berguna bagi nusa dan
bangsa dan tidak mudah dijajah atau mudah dipengaruhi oleh pengaruh asing yang
tidak sesuai dengan jiwa kepribadian bangsa Indonesia. Mencetak generasi yang
mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi dan mengamalkan ajaran
agama dengan benar.25
25
Wawancara dengan Muchsinun, tanggal 30 Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
125
2. Organisasi
Sekolah-sekolah Muhammadiyah menerapkan pendidikan berorganisasi
gunanya melatih siswa-siswi mandiri, bertanggung jawab dalam mengelola dan
memimpin suatu organisasi. Organisasi yang ada di sekolah Muhammadiyah antara
lain Ikatan Remaja Muhammadiyah yang menjadi anggota adalah anak usia 12 tahun
sampai 24 tahun. Organisasi ini seperti OSIS bila di sekolah negeri, Hizbul Wathon
(berarti Pembela Tanah Air) manfaat dan keuntungan menjadi pandu HW adalah
menjadi orang-orang yang percaya diri, memiliki kepribadian yang baik, akhlaq
utama, luhur budi pekertinya, beriman serta bertaqwa kepada Allah, serta menjadi
warga masyarakat yang berguna. Latihan Hizbul Wathon adalah meliputi baris-
berbaris, bermain tambur dan olahraga, kemudian ditambah dengan PPPK dan
kerohanian, Tapak Suci adalah perguruan yang sejalur yaitu gabungan dari perguruan
Cikauman, Seranoman dan Kasegu. Perguruan Tapak Suci yang terorganisir ini
digunakan sebagai wadah pengkaderan dan wadah silaturahmi para ahli pencak di
lingkungan Muhammadiyah. Secara resmi bernama Tapak Suci pada tanggal 31 Juli
1963. Pada waktu lahirnya Tapak Suci, telah digariskan bahwa: (1) Tapak Suci
berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan, (2) Keilmuan Tapak Suci bersifat Methodis dan
Dinamis, (3) Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan. Kemudian
pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di tahun 1967, Tapak Suci Putera
Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom ke-11 di lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
125
Muhammadiyah. Tapak Suci ditampilkan melalui 4 aspek: mental dan spiritual,
olahraga, seni, dan beladiri.26
Tujuan kegiatan berorganisasi bagi para siswa adalah:
a.) Siswa-siswi dilatih bekerjasama antara semua anggota organisasi baik di
lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
b.) Siswa-siswi diberi kemampuan supaya tanggap dan mandiri dalam menghadapi
berbagai masalah dalam organisasi juga dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus
diperintah sudah tahu posisinya.
c.) Siswa-siswi dilatih mempunyai jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab
terhadap organisasi.
3. Olah Raga
Para siswa sekolah-sekolah Muhammadiyah dalam ekstra olahraga, diberi
kesempatan untuk mengikuti berbagai bidang olah raga yang digemari tanpa ada
paksaan seperti sepak bola, bola volly. Tujuan kegiatan mengembangkan
kejasmanian sehingga antara kegiatan belajar dan olahraga saling berdampingan.
Selain siswa pandai dalam pelajaran tetapi sehat jasmani juga.27
26
Parimin, “Sejarah Tapak Suci”, www. muhammadiyah.com, 5 Agustus 2010, Pukul 09.00.
27 Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966, BAB II, Pasal 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
125
3. Faktor-faktor Penghambat Perkembangan Sekolah-sekolah Muhammadiyah
Tahun 1945 -1970
Perkembangan sekolah-sekolah Muhammadiyah tahun 1940 sampai 1970
mempunyai pengaruh yang cukup penting bagi masyarakat. Majlis Pendidikan dan
Pengajaran Muhammadiyah mengembangkan peranannya guna mengikuti
perkembangan zaman serta memenuhi tuntutan masyarakat pendukungnya tetapi
terdapat hambatan dalam mencapai tujuan tersebut. Hambatan yang dialami dijadikan
sebagai tantangan untuk memajukan sekolah Muhammadiyah.28
a. Faktor-faktor dan tantangan penghambat perkembangan sekolah Muhammadiyah
antara lain adalah:
Faktor pertama adalah banyaknya sekolah Muhammadiyah menjadi pilihan
bagi orang tua yang merupakan anggota dari organisasi Muhammadiyah. Alasan
lainnya, jika anaknya bersekolah di sekolah Muhammadiyah maka anaknya akan
memperoleh ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang sebanding. Anak-anak itu
diharapkan menjadi manusia yang beriman, berakhlak, berilmu pengetahuan umum
tetapi bisa juga berguna bagi orangtua dan bangsa dan negara. Alasan lain masuk ke
sekolah Muhammadiyah adalah karena nilai kelulusan tidak termasuk kriteria masuk
sekolah negeri yaitu mereka masuk sekolah Muhammadiyah setelah tidak diterima di
sekolah negeri, hal ini karena sekolah negeri tidak dapat menampung calon murid
melebihi ruang kelas. Ada anggapan yang diterima di sekolah-sekolah
Muhammadiyah adalah anak-anak yang nilainya rendah, sehingga masyarakat
28 Wawancara dengan Hartoyo, tanggal 10 Juni 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
125
beranggapan sekolah Muhammadiyah mutu pendidikannya jelek. Sekolah yang
awalnya dianggap sebagai sekolah rendahan, namun justru banyak murid-murid yang
berasal tidak hanya dari daerah Surakarta saja tetapi ada juga yang berasal dari luar
Jawa seperti Gorontalo, Makasar dll. Murid-murid hasil pendidikan Muhammadiyah
juga banyak yang menjadi tokoh besar dalam sistem pemerintahan Indonesia seperti
Amien Rais, Din Syamsudin, Syamsul Ma‟arif dll.
Faktor kedua adalah banyaknya pembahasan orang-orang yang negatif tentang
sekolah Muhammadiyah seperti biaya di sekolah Muhammadiyah mahal walaupun
sebenarnya biaya pendidikan sudah disesuaikan dengan tingkat ekonomi orang tua
calon murid. Tersebarnya berita-berita buruk tentang Muhammadiyah, karena
terdapat orang-orang yang tidak menghormati dan menghargai kesepakatan yang
telah ditentukan oleh sekolah Muhammadiyah sehingga permasalahan yang
seharusnya menjadi rahasia menjadi tersebar dilingkungan luas.29
Munculnya isu-isu
ini, karena persaingan sekolah-sekolah yang ada di Surakarta. Hal ini karena di
Surakarta banyak berdiri sekolah-sekolah lain. Kebanyakan murid-murid yang
masuk, karena nilainya tidak masuk ke sekolah negeri. Hal ini diungkap oleh Waluyo
mantan murid Muhammadiyah. Masuk ke SMA Muhammadiyah karena tidak masuk
SMA N I. Pengaruh lainnya adalah karena disuruh orangtua. Para orangtua yakin
sekolah Muhammadiyah adalah sekolah yang baik pada zaman itu.
29
Wawancara dengan Rizky Pradana, tanggal 29 September 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
125
Faktor yang ketiga yaitu tingkat kedisiplinan dalam proses tata krama, disiplin
waktu dan tata cara berpakaian seragam yang telah ditetapkan kurang mendapat
partisipasi atau kerjasama dari para murid. Para murid yang mentaati peraturan
karena keterpaksaan dan bukan karena kesadaran sebagai murid. Bentuk-bentuk
ketidakdisiplinan murid sekolah seperti melarikan diri lompat pagar karena tidak
menyukai salah satu jenis pelajaran, datang kesekolah tidak tepat waktu, kurangnya
kesadaran murid-murid perempuan untuk memakai jilbab (kerudung kepala). Dari
semua ketidakdisiplinaan sedikit-demi sedikit pelanggran tersebut diperbaiki.
Ketidakdisiplinan ini terjadi karena peraturan yang telah disepakati hanya sebagai
simbol tanpa ada tanggapan dan dukungan nyata. Hal ini menimbulkan kesan
sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak bisa mendidik dengan baik siswa dan
siswinya.
Faktor yang keempat yaitu hubungan yang kurang terjalin dengan akrab
antara guru, murid, dan orang tua, karena kurangnya komunikasi hubungan guru dan
murid tidak ada keterbukaan dalam menyukseskan pendidikan yang diajarkan oleh
guru dan keinginan murid, aspirasi murid belum didengarkan. Hubungan tidak baik,
guru menginginkan untuk dihormati sedangkan murid ingin didengar aspirasinya,
kebanyakan dari murid takut mengungkapkan permasalahan yang dihadapi. Untuk
hubungan antara guru dan orangtua murid hanya bersifat resmi. Hubungan itu terjalin
hanya pada peristiwa tertentu seperti pengambilan rapot. Orangtua murid merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
125
tidak dilibatkan dalam menentukan tujuan pendidikan sehingga orangtua kurang
memahami perkembangan anaknya.30
Faktor kelima yaitu adanya ketidakselarasan serta perbedaan pendapat
tentang tata cara proses belajar mengajar. Ada beberapa pengajar yang otoriter dan
ada juga yang sabar dalam penyampaian materi pendidikan sehingga menimbulkan
pertentangan antar sesama tenaga pengajar. Diantara guru tidak ada ketentraman
artinya satu sama lain tidak berjalan dengan kekompakan. Masing-masing merasa
paling benar dalam memberikan bimbingan dan menimbulkan masalah dalam
memberikan bimbingan.
Faktor keenam yaitu adanya ketidaksamaan dalam agama yang dianut oleh
para murid seperti masih sangat nampak unsur kejawen (budaya lokal dalam
masyarakat). Hal ini karena Surakarta memiliki ciri kejawen yang sangat tampak,
kebanyakan Agama Islam yang dianut adalah Islam kejawen, bahkan ada murid yang
bukan beragama Islam. Hal ini menyebabkan sulitnya menanamkan Islam yang sesuai
dengan Al-Qur‟an dan Hadits, sehingga pelajaran mengenai Agama Islam dipelajari
dari awal baik penanaman akhlak, cara sholat yang benar, Al-Qur‟an, Hadits.31
b. Tantangan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah dengan semakin
meluasnya perkembangan zaman adalah:
30 Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 10 Juni 2010.
31 Wawanacara dengan Waluyo, tanggal 10 Oktober 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
125
1. Bersifat ekstrem, Sekolah Muhammadiyah menghadapi semakin kompleknya
perkembangan dunia. Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini
disebabkan semakin banyaknya budaya asing dan pengaruh-pengaruh asing
yang datang. Kemajuan-kemajuan ini ada yang bersifat menguntungkan dan
merugikan bagi warga Muhammadiyah. Dari segi menguntungkan adalah
semakin meluasnya sarana informasi yang canggih lewat media intensif koran,
majalah dll, umat Islam dapat mengetahui banyak hal, seperti tentang
pendidikan, ekonomi, sosial, kesehatan dll. Dari segi negatif media
pengetahuan dan teknologi canggih adalah tersebarlah isu-isu yang jelek
tentang agama, banyaknya aksi asusila, budaya malas, perubahan cara
berpakaian, jenis-jenis makanan dll. Terjadinya perubahan-perubahan ini,
otomatis membuat sekolah-sekolah Muhammadiyah harus menyesuaikan
supaya murid-murid Muhammadiyah tidak kehilangan iman dan bisa
membedakan hal yang positif dan negatif.
2. Dari segi interen, Muhammadiyah akan semakin merasakan kekurangan kader-
kader ulama penerus organisasi. Hal ini disebabkan karena banyak lulusan-
lulusan dari Muhammadiyah yang memilih untuk bekerja di berbagai bidang
dari pada menjadi kader-kader Muhammadiyah.32
32 Syukriyanto AR dan Abdul Munir Mulkan, op.cit, halaman 59.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
125
4. Usaha-usaha Pengembangan Pendidikan Muhammadiyah
Usaha-usaha yang dilakukan Persyarikatan Muhammadiyah melalui Majlis
Pendidikan dan Pengajaran Daerah antara tahun 1950 sampai 1970 cukup banyak, hal
ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan di Surakarta. Karena
Muhammadiyah bertujuan melalui sistem pendidikannya terus berusaha melahirkan
corak dan masyarakat baru dan menggerakkan umat secara langsung atau tidak
langsung bersama-sama menuju kearah terciptanya kehidupan baru sesuai dengan
tujuan Muhammadiyah. Muhammadiyah yakin bahwa Islam mengajarkan untuk
mendidik kader, memikirkan masa depan umat dan memikirkan penerus-penerus
perjuangan Islam, karena Agama Islam bukan hanya syahadat, shalat, puasa, zakat,
haji, tetapi Islam adalah suatu ideologi yang harus diperjuangkan agar diamalkan oleh
masyarakat.33
Perjuangan ideologi yang diperjuangkan Muhammadiyah adalah
sebagaimana yang telah dirumuskan secara singkat di dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah pasal 2 dan 3 sebagai berikut:
Pasal 2 berbunyi persyarikatan ini berazaskan Islam.
Pasal 3 maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi
Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhoi
Allah Subhanahu Wata‟ala.34
33 Soehadi, HS, 1970, Pelajaran Kemuhammadiyahaan, Surakarta: PP Muhammadiyah,
halaman 142.
34 Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 2 dan 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
125
Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta memiliki pengaruh yang besar
terhadap masyarakat sekitarnya. Guna memperoleh hasil yang menggembirakan,
pendidikan Muhammadiyah menerapkan berbagai usaha dalam mengembangkan
pendidikannya. Usaha-usaha yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Usaha yang pertama adalah keseluruhan unit kerja atau melakukan perubahan
dalam kepengurusan organisasi yang diharuskan membuat agenda sebagai tujuan
yang telah disepakati bersama. Dengan agenda yang jelas maka tujuan dari
pendidikan Muhammadiyah akan tercapai. Karena sejak didirikan sekolah
Muhammadiyah menyelenggarakan sistem pendidikannya sesuai dengan Al-
Qur‟an dan Hadits. Lewat setiap ranting atau semua anggota dihimbau agar anak-
anaknya di masukan ke sekolah Muhammadiyah.
2. Usaha yang kedua adalah semua pengurus Muhammadiyah baik pengurus
Persyarikatan, Pengurus Majlis Pendidikan dan Pengajaran Daerah, pengurus
sekolah, guru selalu berusaha bekerjasama memajukan sekolah Muhammadiyah.
Semua dengan giat memberikan bimbingan dan memberi dukungan berupa dana,
tanah, gedung, lapangan sebagai sarana pendidikan.
3. Usaha yang ketiga adalah menjalankan kegiatan keagamaan dengan baik yaitu
dengan melakukan usaha-usaha yang diusahakan Muhammadiyah kepada murid-
muridnya yang bersifat pembaharuan dalam kehidupan bermasyarakat seperti:
berusaha untuk memberantas taklik dan Adzan Qubur, meniadakan kenduri dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
125
kematian, menertibkan zakat dan qurban, melaksanakan shalat „Ied di lapangan,
mempopulerkan tahun hijriah, mengucapkan salam dengan benar.
Usaha ini menjadi perhatian yang utama dalam sekolah Muhammadiyah
karena Muhammadiyah ingin memurnikan Islam dan kembali pada ajaran Al-
Qur‟an dan Hadits, Muhammadiyah tetap menjalankan pendidikannya sesuai
dengan aturan yang ditetapkan pemerintah yaitu sesuai dengan sekolah negeri dan
diberi tambahan ciri khusus pendidikan Muhammadiyah yaitu pelajaran
keagamaan. Kedua kegiatan pendidikan di Muhammadiyah dijalankan sesuai
dengan peraturan, program pendidikan, terencana supaya keduanya berjalan lancar
dan tercapai hasil yang baik.
4. Usaha yang keempat yaitu seluruh aktivitas yang dilakukan para siswa dan
penyelenggara pendidikan dijalankan secara disiplin berdasarkan peraturan yang
telah disepakati dalam sekolah Muhammadiyah. Peraturan tersebut meliputi
keseragaman dalam pemakaian buku pelajaran, ketepatan waktu kegiatan belajar
mengajar dan kewajiban untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah.
Dengan menanamkan kedisiplinan yang baik maka sekolah Muhammadiyah akan
mendapat dukungan yang baik dari masyarakat dan keberlangsungan sekolah
Muhammadiyah akan terus dan terus maju dan berkembang.
5. Usaha yang kelima yaitu langkah-langkah Muhammadiyah dalam mencapai
kualitas anak didiknya supaya menjadi masyarakat Islam yang sebenarnya adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
125
a. Menempatkan aqidah (kepercayaan keyakinan sesuatu yang di yakini dalam
hati, kepercayaan yang dianut orang beragama dalam kehidupan serta
menyiarkan pengetahuan Agama Islam).
b. Mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari segala usaha yang
dilakukan tidak boleh mundur melainkan harus maju dan dikerjakan dengan
penuh semangat untuk mencari ridhoi Allah SWT.35
Langkah ini sudah ada
sejak Muhammadiyah berdiri dan tugas lembaga sekolah untuk menanamkan
kepada murid-muridnya.
6. Usaha yang keenam adalah menciptakan lingkungan pendidikan yang dapat
menjalin interaksi atau hubungan akrab yang intensif antara guru, murid, serta
orangtua murid, masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Langkahnya adalah
menciptakan hubungan yang bersifat kekeluargaan yaitu guru memberikan
kebebasan bagi murid (kebebasan yang bertanggung jawab) untuk mengemukakan
aspirasinya dan guru menanggapi dengan penuh kasih sayang. Guru menjadi
contoh teladan yang baik, guru sebagai orang tua yang kedua, guru juga sebagai
teman yang mau mendengar keluh kesah para murid dan memberikan solusi
berupa nasehat. Sedangkan usaha untuk menjalin hubungan baik antara guru dan
orang tua murid yaitu melibatkan orangtua murid dalam kegiatan-kegiatan sekolah
seperti pengambilan rapot dan rapat-rapat, pesta seni yang bertujuan bagi
kemajuan anak-anaknya di sekolah. Menjalin kerjasama yang baik antara guru,
35 Hamdan Hambali, 2006, Ideologi dan Strategi Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, halaman 142.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
125
murid dan orangtua terlibat dalam kegiatan mempersiapkan pesta miskin setiap
tahun dalam rangka Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idhul Fitri. Ketiga saling
berpartisipasi dari awal hingga selesai penyelenggaraan pesta miskin. Tujuan dari
kegiatan ini adalah saling berbagi dan menanamkan hubungan yang baik antara
guru, murid dan orangtua. Pesta miskin ditujukan untuk masyarakat umum yang
ada di Surakarta.
7. Usaha yang ketujuh yaitu meningkatkan mutu kualitas baik kualitas sekolah dan
kualitas semua tenaga pengajar serta evaluasi terpadu terhadap hasil yang sudah
dicapai. Untuk meningkatkan kualitas pengajar maka dipilih guru yang memiliki
akhlak yang baik, ilmu yang sesuai dengan yang dibutuhkan para murid. Sikap-
sikap yang harus dimiliki oleh guru-guru di sekolah Muhammadiyah adalah: siap
menjalankan perintah Tuhan YME, jiwa pengabdian, ikhlas beramal, memusatkan
segala sesuatu hanya kepada Allah SWT, bersembayang secara aktif, keyakinan
akan kebenaran Agama Islam.36
Adanya kualitas guru yang sesuai dengan jiwa Muhammadiyah maka
pendidikan Muhammadiyah semakin maju. Guru memberikan tugas dan ujian yang
dikerjakan para siswa yang dikerjakan setiap hari, mingguan, bulanan dan tahunan
dengan maksud guru mengetahui perkembangan siswa dalam menerima pelajaran
yang telah diberikan.
36 Tim Cita dan Citra, op. cit, , halaman 96.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
125
Usaha-usaha yang dilakukan Muhammadiyah untuk sekolah-sekolah adalah:
a. Mendirikan gedung-gedung baru meskipun bangunan sekolah sudah banyak
bertambah, tetapi masih belum cukup untuk menampung semua calon murid,
memperluas gedung-gedung yang sudah ada seperti memperluas gedung SD
Muhammmadiyah I.
b. Mengadakan sistem 2 kali yaitu sekolah yang masuk pagi dan sekolah yang masuk
siang, contohnya gedung dari SD Muhammadiyah I di waktu sore hari yaitu mulai
Pukul 15.00 sampai 21.00 di pakai untuk belajar SMA Muhammadiyah I.
8. Usaha kedelapan yang dilakukan Muhammadiyah adalah mengembangkan fungsi
lembaga pendidikan sebagai pusat sumber belajar, latihan di bidang keilmuwan,
keterampilan, apresiasi seni, pengabdian masyarakat. Muhammadiyah
mengadakan lomba tujuh bahasa yang diikuti oleh murid-murid Muhammadiyah.
Tempat penyelenggaraan di gedung SMA Muhammadiyah I ( SD Muhammadiyah
I). Bahasa yang dilombakan antara laian adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Bahasa Belanda, Bahasa Jawa, Bahasa Perancis, Bahasa Jerman, Bahasa Arab dan
lomba disaksikan oleh guru, orang tua, murid-murid Muhammadiyah.
9. Usaha yang dilakukan Muhammadiyah ke sembilan adalah banyak mendirikan
Taman Kanak-Kanak, SD, karena pendidikan di usia dini penting untuk
menanamkan tauhid, menanamkan agama, cinta pada orang tua, cinta pada sanak
saudara, kampung halaman tanah air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
125
10. Usaha yang dilakukan Muhammadiyah ke sepuluh adalah memperbanyak
pendidikan kejuruan (SMK) supaya lulusan yang dihasilkan siap bekerja
langsung atau bisa mendirikan usaha sendiri tidak mengandalkan hanya menjadi
pegawai. Daftar sekolah-sekolah Kejuaruan yang didirkan Muhammadiyah
hingga tahun 1970.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
125
Tabel 3
Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta
Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan hingga tahun 1970
No Nama Sekolah Berdiri Alamat Sekolah
1 1.
STM Muhammadiyah
(SMK Muhammadiyah I)
(Bidang Teknik)
1963 Jl. Gading Kidul No.105 Surakarta. (Jl.Kahayan Joyotakan Serengan)
2. SMEA Muhammadiyah
(SMK Muhammadiyah II)
(Bidang Ekonomi)
1965 Jl. Pasar Legi 7 Surakarta.
(Letjen Parman 9 Kestalan Banjarsari)
3. SPG Muhammadiyah I
(Sekolah Guru)
1952 Jl. Simpon 2 Surakarta
4. SPG Muhammadiyah II 1965 Jl. Hayam Wuruk No. 41 Surakarta
5. SPG Muhammadiyah III 1960 Jl. Pasar Legi 7 Surakarta
6. SMOA Muhammadiyah
(Bidang Olahraga)
1960 Jl. Dr. Moewardi N0.57 Surakarta
7. SKKA Muhammadiyah
(Sekolah Bidang Kesejahteraan Keluarga)
1967 Jl. Kartini No.1 Ketelan Surakarta
8. PGA Muhammadiyah
(Pendidikan Guru Agama)
1967 Slompretan Surakarta
Sumber : Badan Pusat Statistik, 1969, Keadaan Pendidikan Di Surakarta, Surakarta:
BPS, Halaman 79-80 .
Tabel di atas menggambarkan tentang berdirinya sekolah kejuruan di
Surakarta. Tujuan pendirian banyak sekolah kejuruan adalah komitmen dari
Muhammadiyah untuk menyejahterakan masyarakat. Muhammadiyah ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
125
menghasilkan lulusan yang siap kerja. Awalnya Muhammadiyah mendirikan Sekolah
Pendidikan Guru Muhammadiyah, karena masih kurangnya jumlah guru untuk
mengajar. Selanjutnya Muhammadiyah juga mendirikan SPG lagi dan sekolah-
sekolah kejuruan lainnya. Perkembangan sekolah kejuruan Muhammadiyah dari
tahun 1945 hingga 1970 berjumlah 8 sekolah dan menyebar di wilayah Surakarta.
11. Usaha yang ke sebelas adalah menciptakan hubungan baik sehingga timbul rasa
kekeluargaan, rasa kasih sayang terhadap anak didik terhadap sesama manusia dan
kesabaran merupakan faktor utama dalam pendidikan Muhammadiyah.37
C. Perkembangan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta
Tahun 1945 Sampai 1970.
Perkembangan sekolah Muhammadiyah dijalankan oleh para pengurus
Muhammadiyah melalui Bagian Sekolahan dan berubah nama menjadi Majlis
Pendidikan dan Pengajaran Daerah. Langkah-langkah Pelaksanaan pendidikan
Muhammadiyah ada 3 langkah yaitu:
1. Pelaksanaan Pendidikan Secara In Formal
Pendidikan In formal adalah pendidikan yang berlangsung seumur hidup.
Bagi setiap orang dalam mencari dan menghimpun pengetahuan, keterampilan sikap
yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari dan dari pengaruh lingkungan. Dari
pengertian inilah Muhammadiyah bergerak dengan cara memberikan ceramah-
37 Imron Nasri dan A. Hasan Kunia, op. cit, halaman 51.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
125
ceramah keagamaan atau menyelenggarakan kursus-kursus yang mengkaji agama
Islam mengadakan pengajian-pengajian, bakti sosial (membagi makanan dan
pakaian), membantu mendirikan tempat peribadatan, mengadakan tabligh keliling
dari masjid-ke masjid seperti di Keprabon, Panularan, Nataningratan, Jagaprajan dll.38
2. Pelaksanaan Pendidikan Non Formal
Pendidikan yang diselenggarakan secara berkelompok yang dibuat terorganisir
dan sistematis Muhammadiyah memilih jalan dengan menyuruh semua umat Islam,
ketika berkhotbah menggunakan bahasa Arab, mengirimkan ulama-ulama ke berbagai
tempat untuk menyebarkan agama Islam. Muhammadiyah selalu berusaha untuk
memajukan pendidikan yang di selenggarakan secara berkelompok yang dibuat
terorganisir dan sistematis bertujuan supaya Pendidikan Muhammadiyah dapat
memajukan pendidikan di Surakarta, menyebarkan brosur mengenai Agama Islam
dalam setiap kesempatan, mendirikan kelompok-kelompok pengajian yang memiliki
bermacam-macam kegiatan seperti mengaji bersama, bakti sosial dll.39
Dari
pelaksanaan pendidikan non formal ini menghasilkan pembaharuan dalam hal antara
lain:
a. Membiasakan untuk dapat meningkatkan khotbah jum‟at atau khotbah-khotbah
lainnya. Dengan menggunakan Bahasa Arab di samping Bahasa Indonesia dan
Bahasa Daerah.
38 Tim Berita Tahoenan Hindia Timoer, op.cit., halaman 38.
39 Muhammad Wasil Azis, 1997, “Perjuangan Muhammadiyah Dalam Pembaharuan
Pendidikan di Surakarta 1922 sampai 1942”, Surakarta: Skripsi, halaman 259.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
125
b. Mengirimkan ulama-ulama ke daerah-daerah tertentu untuk mengajarkan
pendidikan Agama Islam antara lain Hamka, R. Z. Fanani, Badilah Zuber, A.R.
Fakhrudin, Djarnawi Hadikusuma.
c. Pada zaman penjajahan Belanda, Muhammadiyah mengajukan tuntutan kepada
pemerintah Penjajahan Belanda, supaya mencabut kembali penghapusan hari Raya
Idul Fitri bagi murid-murid sekolah rendah.
d. Membuka adanya kursus atau ceramah-ceramah untuk mengkaji ilmu tentang
agama Islam yang di peruntukkan untuk umum.
e. Meliburkan sekolah-sekolah di lingkungan Muhammadiyah pada hari Jum‟at guna
memberikan kesemptan bagi murid putera untuk melaksanakan sholat Jum‟at.
f. Memeratakan pemakaian jilbab bagi murid-murid perempuan.
3. Pelaksanaan Pendidikan Formal
Sistem pendidikan yang di lembagakan di Muhammadiyah yang berlangsung
secara bertahap kronologis dan bertingkat-tingkat mulai dari sekolah tingkat dasar
sampai tingkat pendidikan tinggi. Dalam sistem pendidikan formal ini,
Muhammadiyah berusaha menerapkan cara belajar yang mudah sehingga kalangan
awam yang sebelumnya tidak pernah belajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah
menjadi tertarik. Sekolah-sekolah Muhammadiyah dipadukan antara pelajaran umum
dan pelajaran agama sehingga tercipta manusia muslim yang cerdas dengan berilmu
pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Muhammadiyah banyak
jasanya dalam memperbaharui pendidikan agama, seperti dengan memberikan
tambahan pengetahuan kepada guru-guru Muhammadiyah. Banyak mendirikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
125
sekolah-sekolah baik dari usaha Muhammadiyah maupun dari bantuan dari pihak
lain.40
Sifat-sifat toleransi Muhammadiyah memungkinkan untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik, tanpa mengalami pertentangan yang hebat dari golongan-
golongan Islam yang berpendirian lain maupun golongan penganut agama lain.
Muhammadiyah banyak mendirikan sekolah-sekolah baik dari tingkat Taman Kanak-
kanak sampai SMA. Sekolah-sekolah yang didirikan dengan usaha Muhammadiyah
adalah dibuat dengan biaya yang di miliki Muhammadiyah baik lahan, bahan
bangunan, perlengkapan dan sekolah dengan usaha swasta pada zaman penjajahan,
sekolah yang berdiri dengan bantuan Pemerintahan Hindia Belanda setelah
kemerdekaan Indonesia banyak anggota-anggota Muhammadiyah atau orang-orang
yang mewakafkan tanah-tanahnya untuk dijadikan areal persekolahan
Muhammadiyah. Untuk membiayai gerak langkah usahanya Muhammadiyah
mendirikan Percetakaan yang bernama Persatuan selain membuka lowongan
pekerjaan juga mencari keuntungan untuk gerak Muhammadiyah41
Dalam mengelola sekolah-sekolahnya Muhammadiyah juga mengalami
kesulitan juga. Namun sekolah-sekolah Muhammadiyah pada tahun 1950-1970 juga
mengalami perkembangan baik. Hal ini terlihat dari perkembangan sekolah-sekolah
Muhammadiyah pada masa itu, terdapatnya peningkatan jumlah murid di sekolah-
40 G. F. Pjper, 1984, Beberapa Studi tentang Sejarah islam di Indonesia tahun 1900-1950,
Jakarta: UI, hal 108-109.)
41 Ibid, halaman 109.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
125
sekolah Muhammadiyah mengakibatkan Muhammadiyah harus menambah dan
mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah yang baru dan tidak didirikan di satu
wilayah tetapi menyebar di wilayah Surakarta.
a. Pendidikan Muhammadiyah berkembang dan menjadi kekuatan dibidang
pendidikan, disebabkan antara lain adalah:
1. Karena tatanan struktur kelembagaan pendidikan dan wewenang yang jelas,
sehingga memudahkan pembinaan dan kontrol terhadap sekolah-sekolah
Muhammadiyah.
2. Adanya keseragaman pemakaian nama sekolah bagi setiap lembaga pendidikan
Muhammadiyah. Semua sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah diubah
namanya menjadi Muhammadiyah, hal ini menunjukkan ciri khas sekolah
Muhammadiyah, bahkan sudah diseragamkan di seluruh Indonesia semua sekolah
dengan nama Muhammadiyah.
3. Sifat fleksibel dari kebijaksanaan organisasai pendidikan Muhammadiyah, yaitu
sejumlah sekolah maju menjadi satu unit pengelolaan seperti SD, SMP, SMA
dalam areal gedung yang sama42
seperti SD Muhammadiyah I seareal dengan
SMA Muhammadiyah I.
Seiring dengan perkembangan zaman sekolah-sekolah Muhammadiyah
mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga jumlah ruang kelas yang
42
Din Syamsudin, op. cit, halaman 45.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
125
dipakai tidak memadai, maka diputuskan untuk Penambahan jumlah sekolah.
Persyarikatan Muhammadiyah melalui Majlis Pendidikan dan Pengajaran Daerah
mendirikan sekolah-sekolah baru baik dari tanah pribadi Muhammadiyah, tanah
wakaf bahkan menyewa. Itu semua dilakukan Muhammadiyah demi masa depan
bangsa Indonesia. Karena banyaknya sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah di
tahun 1950-1970 maka yang dibahas dari Sekolah-sekolah Muhammadiyah hanya 3
sekolah yaitu: yang akan digunakan adalah SD Muhammadiyah 1 Surakarta, SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Pakaian seragam yang dipakai di sekolah Muhammadiyah awalnya belum
diseragamkan. Tentang pemakaian seragam sekolah pada waktu itu tidak menjadi
prioritas yang utama. Masalah pemakain seragam atau baju ke sekolah tidak
dipermasalahkan di sekolah Muhammadiyah. Karena prioritas yang utama bagi
sekolah Muhammadiyah adalah menanamkan budi pekerti, nilai Islami sesuai dengan
Al-Qur‟an dan Hadits. Para murid laki-laki dan perempuan memakai pakaian
seadanya sesuai yang dimiliki. Biasanya anak laki-laki memakai kemeja, jas, dan
bawahan celana pendek atau kain sarung. Sedangkan untuk anak perempuan memakai
kebaya, bawahan kain, sebagain besar belum memakai penutup kepala atau kerudung
dan jarang yang memakai alas kaki. Pemakaian seragam secara serempak terjadi pada
tahun 1965.
c. Perkembangan 3 jenjang Sekolah Formal Muhammadiyah di Surakarta tahun 1950
sampai 1970 antara lain terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
125
Tabel 4
Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang Sekolah Dasar
hingga tahun 1970
No Nama Sekolah Berdiri Alamat
1. SD Muhammadiyah I Ketelan 1935 Jl. Kartini No 1 Ketelan
Banjarsari.
2. SD Muhammadiyah 2 Kauman 1937 Jl. Tri Sula III/I Kauman Pasar
Kliwon.
3. SD Muhammadiyah 3 Nusukan 1958 Jl. Singasari Utara I/13 Nusukan
Banjarsari.
4. SD Muhammadiyah 4 Kadangsapi 1957 Jl. Tentara Pelajar No. 1 Jebres.
5. SD Muhammadiyah 5 Kadipiro 1961 Jl Manunggal II Kragilan
Kadipiro Banjarsari.
6. SD Muhammadiyah 6 Kampung Sewu 1930 Jl R E Martadinata No. 298 Sewu
Jebres.
7. SD Muhammadiyah 7 Joyosuran 1967 Jl Citandui No 2 Joyosuran 06/5
Pasar Kliwon.
8 SD Muhammadiyah 8 Jagalan 1962 Jl Surya No 145 Jagalan
Jebres.
9. SD Muhammadiyah 9 1963 Jl. Dr. Meowardi Surakarta.
10. SD Muhammadiyah 10 Tipes 1966 Jl Pangeran Wijil II No I Tipes
Serengan.
11. SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan 1961 Jl. Songgorunggi No. 23 Bumi Laweyan.
12. SD Muhammadiyah 12 1960 Palugunan Surakarta.
13. SD Muhammadiyah 13 Makam Bergolo 1962 Jl Wisanggeni No 29 Serengan.
14. SD Muhammadiyah 14 Danukusuman 1968 Jl Sri Kuncoro No. 12
Danukusuman 04/06 Serengan.
15. SD Muhammadiyah 15 Sumber 1968 Jl Peajaran No. 4 Sumber
Banjarsari.
16. SD Muhammadiyah 16 Karangasem 1968 Jl. Srikaya No. 5 Karangasem Rt
02 Rw 03 Lawiyan.
17. SD Muhammadiyah 17 1970 Kebonan Surakarta.
18. SD Muhammadiyah 19 Kemlayan 1970 Bedoyo 12 Kemlayan 01 / 05
Serengan.
19. SD Muhammadiyah 20 Sidorejo 1970 Jl. MT Haryono No 20 Sidorejo
Banjarsari.
18 20 SD Muhammadiyah 21 Baluwarti 1970 Jl. Carangan Baluwarti 02/08
Pasar Kliwon.
21. SD Muhammadiyah 22 Sruni
1966 Jl. Samudra Pasai No. 2 Kadipiro
01/XX Banjarsari.
Sumber : Tim, 1972, Pimpinan Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Pengajaran
Daerah Kodya Surakarta, Surakarta: MPP, halaman 43.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
125
Tabel di atas memperlihatkan banyaknya sekolah dasar yang didirikan oleh
Persyarikatan Muhammadiyah. Jumlah sekolah dasar sampai tahun 1970 sebanyak 21
sekolah. Sekolah-sekolah itu tersebar di wilayah Surakarta. Hal ini membuktikan
bahwa Muhammadiyah ingin mengembalikan umat ke jalan Al-Qur‟an dan Hadits
yang dimulai dari pendidikan dasar. Pendidikan yang dimulai dari dasar diharapkan
dapat tertanam nilai-nilai agama sejak kecil. Awalnya sekolah-sekolah yang didirikan
itu tidak memakai urutan nomer dari satu hingga seterusnya, tetapi hanya
menyebutkan tempatnya saja, misalnya SD Muhammadiyah Kauman tanpa ada angka
duanya. Dalam perkembangannya dan semakin banyaknya sekolah yang didirikan
maka sekolah-sekolah itu diberi nomor, namun pemberian nomor tidak bisa diurutkan
berdasarkan tahun berdirinya sekolah itu.
Hal ini karena banyak lahan dari sekolah-sekolah itu yang menyewa dan
sering pindah-pindah. Banyaknya gedung sekolah yang tidak menetap membuat
kesulitan dalam pemberian nomer. Pemberian nomer setelah lahan yang digunakan
untuk sekolah adalah benar-benar milik Persyarikatan Muhammadiyah. Tujuan dari
pemberian nomer adalah untuk memudahkan penyebutan sekolah-sekolah itu,
memudahkan dalam administrasi, memudahkan dalanm segala kegiatan baik
disekolah maupun diluar sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
125
Tabel 5
Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta
Jenjang Sekolah Menengah Pertama hingga tahun 1970
No
Nama Sekolah Tahun
Berdiri
Alamat
1. SKKP Muhammadiyah 1960 Jl. Brigdjen Sudiarto
Surakarta
2. SKKP Muhammadiyah
II
1967 Keprabon Surakarta
3. SMP Muhammadiyah I 1952 Jl. Simpon 2 Surakarta
(Jl. Flores No. I Kampung
Baru Pasar Kliwon)
4. SMP Muhammadiyah III 1960 Jl. Simpon 2 Surakarta
5. SMP Muhammadiyah 6 1957 Jl. Pangeran Mijil II No. 6
Tipes Serengan.
6. SMEP Muhammadiyah 1960 Jl. Pasar Legi 7 Surakarta
7. SMP Muhammadiyah II 1962 Pasar Kliwon
Sumber : Tim, 1988, Laporan Tahunan Muhammadiyah Daerah Kota Madia Surakarta 1987-
1988 , Surakarta: PDM, halaman 139.
Tabel di atas menggambarkan tentang jenjang sekolah menengah pertama di
Surakarta. Sekolah-sekolah tersebut tersebar di wilayah Surakarta. Sekolah yang
didirikan hingga tahun 1970 berjumlah 7 sekolah. Awalnya didirikan SMP
Muhammadiyah I kemudian SMP Muhammadiyah 6 dan seterusnya. Penomoran jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
125
sekolah dari tabel di atas tidak berdasarkan gedung atau lahan yang sudah menjadi
milik Muhammadiyah.
Tabel 6
Perkembangan Sekolah Muhammadiyah Di Surakarta
Jenjang Sekolah Menengah Atas hingga tahun 1970
No. Nama Sekolah Berdiri Alamat Sekolah
1. SMA Muhammadiyah
(SMA Muhammadiyah I)
1946 Jl. Kartini No.1 Surakarta
(Jl. RM Said No. 35
Ketelan 01/09 Banjarsari)
2. SMA Muhammadiyah II 1954 Jl. Yosodipuro No. 95
Mangkubumen Banjarsari.
Sumber : Tim, 1988, Laporan Tahunan Muhammadiyah Daerah Kota Madia Surakarta
1987-1988 , Surakarta: PDM, halaman 139.
Tabel jenjang sekolah menengah atas memperlihatkan bahwa hingga tahun
1970. Muhammadiyah hanya mendirikan 2 sekolah. Hal ini karena kcenderungan
masyarakat yang kebanyakan memilih tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi. Alasan lainnya adalah banyak anak sekolah yang lebih memilih
meneruskan sekolahnya dengan masuk ke sekolah kejuruan. Dari sekolah-sekolah
Muhammadiyah di atas akan dijelaskan 3 sekolah dengan jenjang tingkatan yang
berbeda dan sudah lama berdirinya. Tujuannya adalah untuk menggambarkan
keadaan sekolah-sekolah itu dari mulai berdiri hingga tahun 1970.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
125
1. Perkembangan SD Muhammadiyah I Surakarta.
SD Muhammadiyah berdiri pada tahun 1935, pada awalnya bernama
Mualimin Muhammadiyah, berganti menjadi HIS Muhammadiyah dan kemudian
berubah menjadi SR Muhammadiyah. Tanah yang dipakai untuk bangunan SD ini
berasal dari tanah wakaf Mangkunegara VII.43
Jam pelajaran dimulai pukul 07.30
sampai 13.00 hari libur setiap hari Jum‟at dan mulai pada tahun 1960 Oleh
Presiden Soekarno jam mulai pelajaran diubah menjadi jam 07.00.
Lokasi sekolah Muhammadiyah I terletak di kelurahan Ketelan Kecamatan
Banjarsari. Dengan alamat jalan Kartini No. 1 Surakarta. SD Muhammadiyah I
berstatus swasta bersubsidi Daerah Tingkat I Jawa Tengah sejak tahun 1951. Luas
seluruh lahan sekolah ini 2000 M2 dan luas seluruh bangunan 780 M
2. Selama
sekolah ini berdiri mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan kepala
sekolah:
1.) Periode 1946 sampai 1949 dipimpin oleh Adnan Dasuki
2.) Periode 1949 sampai 1954 dipimpin oleh Samso Hadiwiryatmo
3.) Periode 1954 sampai 1955 dipimpin oleh Hermini
4.) Periode 1955 sampai 1960 dipimpin oleh M. A. Roby
5.) Periode 1960 sampai 1964 dipimpin oleh Muh. Subandi
6.) Periode 1962 sampai 1987 dipimpin oleh Rahmad Syukur.44
43 Suwaji Bastoni, op. cit, halaman 97.
44 Tim, 1989, Program Kerja Sekolah Dasar Muhammadiyah I Surakarta, Surakarta: SD.
Muh I, halaman 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
125
SD Muhammadiyah I mempunyai cita-cita yang luhur dihadapan Allah SWT,
karena ingin berperan serta membentuk generasi muslim yang berakhlak mulia,
berbudi pekerti yang luhur, beriman dan bertaqwa sehingga terwujud masyarakat,
adil dan makmur yang di ridhoi Allah SWT. Visi yang menjadi pedoman sekolah ini
adalah membentuk pribadi yang berakhlak mulia, berkualitas serta berguna bagi
agama, bangsa dan negara. Misi dari sekolah ini adalah Amar ma‟ruf nahi munkar,
ajaran Islam merupakan ciri khusus dan nafas pengembangan sekolah, menunjukkan
identitas jati diri manusia yang berkualitas tetapi tidak meninggalkan kepribadian
bangsa Indonesia.45
2. Perkembangan SMP Muhammadiyah I Surakarta
SMP Muhammadiyah I beralamat di Jalan Flores No. 1 Kampung Baru,
Pasar Kliwon Surakarta berdiri di pada tanggal 1 Agustus 1952 dengan syarat
keputusan Muhammadiyah Pendidikan dan Pengajaran Cabang Surakarta, dengan
menempati luas areal tanah 1979 M2 dengan luas bangunan 1138,5 M
2 dan luas
halaman 750 M2. Sekolah ini berlokasi sebagian di komplek perguruan Simpon dan
sebagaian di Kemlayan, dengan kepala sekolah Hadi Sumarno.46
Di komplek
perguruan Simpon pada waktu itu ditempati tiga sekolah yakni SMP
Muhammadiyah I dan SMP Muhammadiyah III masuk pagi serta SPG
Muhammadiyah I masuk sore. Selanjutnya pada bulan Agustus 1965 sekolah ini
45 Ibid, halaman 1.
46 SMP I Muhammadiyah, www.smpmuhammadiyahI.com, 25 Januari 2010, Pukul: 09.00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
125
berstatus swasta bersubsidi penuh No. SK 5440/B.S/B.1 dengan Kepala Sekolah
Soetoyo yang berstatus guru negeri diperbantukan.47
Sejarah SMP Muhammadiyah I (SMP Simpon I) adalah pertama berdiri
dengan nama Handel School (Sekolah Dagang). Sekolah ini didirikan oleh Mr.
Simphon dari Belanda. Pada tahun 1942 sekolah ini di tutup oleh Jepang. Setelah
merdeka gedung sekolah ini di pakai oleh SMP Muhammadiyah I Surakarta.
Awalnya sekolah ini bernama Normaalschool (Sekolah Guru 4 tahun) di Sangkrah
tahun 1930. Pada tahun 1940 berubah menjadi Madrasah Mualimin Muhammadiyah
Sangkrah terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6 yaitu kelas I, II, III, IV, V, VI dan kelas
VI merupakan kelas Mubalighin.
Tahun 1942 Madrasah Mualimin pindah tempat di Kleco bekas HIK. Tahun
1943 Madrasah Mualimin pindah lagi ke Mesen (yang pernah menjadi bekas SMP
N 8, dan sekarang berubah lagi menjadi ruko). Kedatangan bangsa Jepang di
Surakarta banyak sekali dampaknya seperti gedung tempat Madrasah Mualimin di
Mesen diminta Jepang. Tahun 1944 Madrasah Mualimin pindah lagi ke Jalan
Tembaga Loji Wetan (sekarang menjadi SMK N I Surakarta). Tahun 1946 semua
siswa Mualimin mengikuti perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia atau
Class I di Surakarta. Tahun 1947, para guru Madrasah Mualimin meminta pada
pemerintah supaya diijinkan mendirikan Madrasah Mualimin lagi. Permintaan itu
dikabulkan pemerintah, tetapi tidak lagi di Sangkrah.
47 Surat Keputusan Pemerintah No. SK 5440/B.S/B.I, tanggal 1 Agustus 1965, tentang
Keterangan Status SMP Muhammadiyah I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
125
Pemerintah Republik Indonesia memberikan gedung bekas Handel School
untuk Madrasah Mualimin. Hal ini karena gedung madrasah yang di Sangkrah akan
digunakan sebagai SMEA I Surakarta. Mualimin berubah menjadi Sekolah Guru
Muhammadiyah. Sekolah ini dicampur antara laki-laki dan perempuan. Pada tahun
1952 SGM di ubah menjadi SMP Muhammadiyah I Surakarta atau sering juga di
sebut SMP Simpon. Hal ini karena nama Simpon sudah melekat dengan nama
gedung itu, nama itu menjadi ciri khas, dan menghormati Mr. Simphon yang telah
mendirikan gedung itu. Simpon adalah sebuah kata yang mudah diingat maka pada
zaman Jepang nama Simpon dipakai sebagai nama jalan di depan gedung sekolah
itu. Nama Simpon menjadi melekat dengan SMP Muhammadiyah I, bahkan dengan
nama itu SMP menjadi semakin terkenal dan sering mendapat juara dalam
perlombaan.48
Visi sekolah Muhammadiyah ingin masyarakat Indonesia beragama Islam
yang sebenar-benarnya. Misi adalah melihat kedepan mencari keridhoan Allah
SWT.49
Jam pelajaran dimulai pukul 07.30 sampai 13.00 hari libur setiap hari
Jum‟at dan mulai pada tahun 1960 oleh Presiden Soekarno, jam mulai pelajaran
diubah menjadi jam 07.00.
48Wawancara dengan Muhammad Amir, 13 Januari 2011.
49 Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 10 Juni 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
125
3. Perkembangan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
SMA Muhammadiyah I Surakarta berdiri pada tanggal 1 September 1946,
bertempat di SR Muhammadiyah (sekarang menjadi SD Muhammadiyah 1). Di
Jalan Kartini No.1 Surakarta. Sekolah ini berdiri atas inisiatif Ali Marsaban,
Soetjokro, Noer Bambang dan Soedarno. Kemudian disyahkan oleh Pengurus
Muhammadiyah Surakarta yaitu Kyai Idris, Siswo Sudarmo, Siswowidjojo,
Hadisoenarto dan Soehoed Rais.50
Pada waktu Clas ke II, Sekolah terpaksa ditutup
dan siswanya ikut berjuang di daerah gerilya. Sesudah Clas ke II, sekolah dibuka
lagi, namun namanya berganti menjadi SMA Muhammadiyah Surakarta.
Lokasinya tetap menumpang pada SR Muhammmadiyah Ketelan. Setelah
Clas II sekolah ini menampung siswa dari SMA “Mahasiswa” dan menerima
penggabungan Demobilisant Tentara Pelajar. Kedua penggabungan ini di terima
dengan iklas atas dasar pertimbangan kemanusiaan. Kemudian bernama SMA A
atau B Muhammmadiyah Ketelan, Setelah berdirinya SMA C Muhammadiyah
Pasar Beling (Sekarang SMA Muhammadiyah 2), tahun 1963 setelah SMA Pasar
Beling berkembang tidak hanya bagian C, SMA Muhammadiyah Ketelan diubah
menjadi SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.51
50 SMA Muhammadiyah I, www.smamuhammadiyahI.com, 25 Januari 2010, Pukul 10.00.
51 Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 19 Mei 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
125
Nama Kepala Sekolah sejak berdiri hingga tahun 1970
1. Ali Marsaban Tahun 1944 s/d 1947
2. Mr.Soedarno Tahun 1947 s/d 1948
3. Soemarmo Tahun 1949 s/d 1950
4. Soekamto Prodjotanojo Tahun 1950 s/d 1963
5. R. Kirmadi Hendrosisworo Tahun 1963 s/d 1970
Daftar nama kepala sekolah di atas adalah nama-nama yang berarti maju
perkembangan dan kemajuan SMA Muhammadiyah I. Merekalah yang selalu
mempunyai misi untuk memajukan SMA Muhammadiyah I. Sejak berdiri sekolah ini
memakai gedung yang sama dengan SD Muhammadiyah I, yaitu pagi hari untuk SD,
dan sore hari dari mulai pukul 15.00 sampai 21.00 untuk SMA. Hari libur ditetapkan
setiap hari Sabtu. Sekolah kadang-kadang juga mengajak siswa-siswinya untuk
berlibur diakhir tahun yang tujuannya menambah kreatifitas dan kebersamaan antara
seluruh murid dan guru. Anak-anak yang sekolah kebanyakan berasal dari
orangtuanya merupakan anggota persyarikatan Muhammadiyah, juga ada juga karena
letak sekolah dekat dengan rumah, alasannya lainnya adalah mereka tidak diterima di
sekolah negeri dan sekolah swasta yang bagus saat itu adalah sekolah
Muhammadiyah.52
Anak-anak yang bersekolah di Muhammadiyah tidak hanya
masyarakat di sekitar Surakarta saja tetapi dari luar pulau Jawa juga ada seperti
Gorontalo, Sulawesi. Hal ini karena siapapun boleh masuk sekolah Muhammadiyah
dengan catatan harus mematuhi peraturan yang ada di sekolah. Cara masuk sekolah
52 Wawancara dengan Waluyo, tanggal 10 Mei 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
125
Muhammadiyah adalah membayar uang pembayaran yang ditetapkan, berdasarkan
nilai atau catatan lulus dari sekolah yang terdahulu.53
4. Teknik Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah-Sekolah Muhammadiyah
Dalam menjalankan kemajuan di bidang pendidikan, Muhammadiyah
memiliki visi dan misi yang terus dijalankan hingga sekarang.54
Visinya berbunyi
unggul dalam prestasi luhur dalam budi pekerti, sedangkan misinya adalah
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan bimbingan secara efektif,
menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah,
mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga
dapat dikembangkan secara optimal dan berprestasi, mendorong semangat
pendalaman agama Islam dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
terwujud kehidupan yang Islami, menciptakan kedisiplinan dan persatuan seluruh
warga sekolah
Buku yang di pakai di sekolah-sekolah sebagian besar hanya dimiliki oleh
guru. Siswa-siswi bertugas mencatat dari keterangan guru. Guru juga memberikan
ulangan kepada siswa-siswi setelah beberapa kali pertemuan. Macam evaluasi kepada
murid ada 4 yaitu: ulangan dikerjakan secara kerjasama, ulangan diberitahu, ulangan
tidak diberitahu, Ulangan Umum. Guru-guru yang mengajar di sekolah
53 Ibid.
54 Wawancara dengan Hartoyo, tanggal 10 Juni 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
125
Muhammadiyah selain berasal dari Surakarta ada juga yang berasal dari Kartosuro,
Banyudono tetapi semua guru adalah hasil lulusan dari sekolah Muhammadiyah.55
Sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak hanya menggunakan metode belajar di kelas,
tetapi juga diadakan liburan bersama, setiap 1 tahun sekali adakan kumpul bersama
dan orangtua juga diikutsertakan yaitu acara panggung gembira para murid beraksi di
panggung dan guru juga orangtua murid menyaksikan dengan senang. Para siswa
mempertunjukkan keahlian mereka masing-masing diatas panggung. Peristiwa ini
menambah daya tarik bagi sekolah Muhammadiyah ketika itu. Semua murid harus
menjaga hubungan baik dengan semua murid, guru dan warga sekolah. Saling
toleransi, saling membantu, bekerjasama dengan semua murid, guru, warga sekolah.
Dana untuk mengembangkan sekolah-sekolah Muhammadiyah berasal dari organisasi
Muhammadiyah, para donatur anggota organisasi Muhammadiyah, para pedagang
batik yang menjadi anggota Muhammadiyah, juga dari pemerintah.
Lembaga pendidikan Muhammadiyah dalam gerak usahanya diharapkan dapat
memenuhi fungsi-fungsi antara laian:
1. Alat dakwah ke dalam dan ke luar anggota-anggota Muhammadiyah dan untuk
seluruh anggota masyarakat.
2. Tempat pembibitan kader, yang dilaksanakan secara sistematis dan selektif, sesuai
dengan kebutuhan Muhammadiyah khususnya dan masyarakat pada umumnya.
55
Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 19 Mei 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
125
3. Gerak amal anggota, penyelenggaraan pendidikan diatur secara berkewajiban
terhadap penyelenggaraan dan peningkatan pendidikan. Dan para anggota untuk
menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah Muhammadiyah.
4. Pensyukuran nikmat Tuhan, para pendidik merawat, menerima kebaikan dan
keburukan, memberikan kesempatan, perkembangan dengan sebaik-baiknya
kemampuan anak didik yang masih terpendam, karena hal ini termasuk salah satu
pensyukuran atas nikmat Tuhan.
5. Sumbangan terhadap masyarakat dan negara.
D. Perkembangan Masyarakat Surakarta dengan Adanya Pendidikan
Muhammadiyah 1945-1970.
Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai misi dengan mengadakan kegiatan
dan menyelenggarakan amal usaha dengan baik maka akan tercipta masyarakat yang
baik juga.56
Pendidikan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah merupakan salah
satu langkah masyarakat Surakarta. Semua yang dilakukan Muhammadiyah jika tidak
didukung oleh peran serta masyarakat maka Muhammadiyah juga tidak akan
berkembang. Konsep yang dipilih oleh Muhammadiyah tentang pendidikan
disesuaikan dengan Pancasila dan UUD 1945 dimana tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
Di awal berdirinya Muhammadiyah memadukan antara pendidikan Islam dan
pendidikan barat dengan bertujuan untuk menambah kesadaran nasional masyarakat.
56 Uittreksel: Uit het Register der Besluiten van den Gouverneur Generaal van Nederlandsch-
Indie No. 36 Batavia den 2 den September 1921.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
125
melalui ajaran Islam. Lewat sekolah Muhammadiyah ide pembaharuan bisa
disebarluaskan, dan mempromosikan penggunaan ilmu praktis dan pengetahuan
modern.57
Muhammadiyah mengalami banyak kesulitan dalam mengembangkan misi
pendidikannya di tahun 1945-1970 misalnya di tahun 1959 sampai 1968. Periode ini
terjadi kegoncangan sosial dan politik, sehingga langsung atau tidak langsung
mempengaruhi gerak perjuangan Muhammadiyah. Kesulitan yang dihadapi
Muhammadiyah, juga karena ada kegiatan PKI yang semakin keras dan berani
dimana seluruh kekuatan rakyat Indonesia sibuk mengikuti gerak revolusi 1965,
termasuk di dalamnya Muhammadiyah, ikut tampil memberantas komunis.
Adanya pendidikan Muhammadiyah di Surakarta juga mempengaruhi
kehidupan masyarakat Surakarta. Pendidikan Muhammadiyah Surakarta merupakan
suatu komunitas yang terdapat ditengah lingkungan masyarakat luas sebagai lembaga
pendidikan yang berdasarkan keagamaan. Hal ini terlihat dari keberadaan sekolah
Muhammadiyah yang menyebar di banyak wilayah di Surakarta, tidak hanya
memusat di suatu wilayah. Akibatnya keberadaan sekolah-sekolah Muhammadiyah
tidak dapat lepas dari pengaruh sosial dalam hal ini masyarakat Surakarta.58
Muhammadiyah menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Masyarakat
Surakarta menjadi semakin beriman kepada Agama Islam. Masyarakat semakin
meninggalkan praktek-praktek yang dilarang agama Islam.
57 Mitsuo Nakamura, op. cit, halaman 44.
58 Wawancara dengan Mulyatno, tanggal 30 Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
125
1. Perkembangan Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah Terhadap
Perubahan Sosial Masyarakat Surakarta tahun 1945-1970.
Pada masa ini Surakarta mengalami rezim orde lama dan sedikit orde baru.
Peristiwa-peristiwa yang dialami seperti setelah Clas II, maka Indonesia menata
sistem pemerintahan, kemudian terjadi peristiwa G30S-PKI. Akibat peristiwa ini
mengakibatkan masyarakat khususnya Surakarta menjadi terancam jiwanya. Hal ini
karena ada peraturan yang tidak memeluk lima agama resmi (Islam, Katolik, Kristen,
Hindu, Budha) pada masa orde baru dianggap sebagai pengikut PKI. Keadaan
masyarakat dalam suasana yang memprihatinkan dan masih tertinggal dalam
kemajuan pendidikan.
Muhammadiyah tampil dengan menanamkan rasa cinta dalam masyarakat
yaitu rasa cinta yang tidak berlebihan. Muhammadiyah menginginkan dasar kecintaan
adalah mementingkan pendidikan dengan Islam sebagai dasar pengetahuannanya.59
Semua kegiatan Muhammadiyah pada intinya adalah lembaga pendidikan yang dapat
menjalin kerjasama yang baik dengan semua pihak baik pemerintah atau instansi
swasta lainnya. Sekolah-sekolah Muhammadiyah beserta siswa-siswinya melakukan
kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan seperti dengan mengadakan bakti sosial
dengan membagikan pakaian dan makanan secara gratis, khitanan masal menjelang
perayaan Hari Raya Idul Adha dan pesertanya ditujukan kepada orang-orang yang
59 Hidisiswaya, “Dasar dan Asas Pendidikan Islam”, Soera Moehammadijah, 2 November
1931 tahun XIII, halaman 1112-1113.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
125
tidak mampu, menanamkan budaya hidup saling tolong-menolong. Mengadakan
pasar murah dengan menjual baju-baju yang masih pantas dipakai, beras, minyak dan
keperluan rumah tangga lainnya.
Menanamkan budaya Islam yaitu supaya semua rukun dengan siapa saja
misalnya sekolah Muhammadiyah menerima murid yang tidak hanya beragama Islam
tetapi selain agama Islam diijinkan masuk, mengadakan pentas seni, pesta fakir
miskin setiap tahun. Awal mulanya diadakan pesta fakir miskin adalah petugas
jawatan Agama yang bernama Hadisiswoyo (anggota Muhammadiyah) mengusulkan
kepada Syamsul Rizal (Walikota Surakarta) untuk mengadakan pesta fakir miskin.
Pesta itu dilaksanakan pada malam Hari Raya Idul Fitri. Penyelenggaraan Pesta Fakir
Miskin yang I pada tahun 1947. Pelaksana kegiatan itu adalah Pemuda
Muhammadiyah. Ketua Pelaksana I Pesta Fakir Miskin adalah Usman Amiruddin.
Tempat penyelenggaraan pesta itu di Balaikota. Para Pemuda Muhammadiyah yang
mencari donasi kepada masyarakat yang hidupnya berkecukupan dan yang
menyebarluaskan berita pelaksanaan pesta itu. Pesta ini ditujukan kepada orang-
orang miskin, anak yatim piatu, anak yatim dan gelandangan. Pesta diawali dengan
doa bersama, kemudian ceramah agama, makan bersama, penutup, ketika pulang
peserta pesta diberikan makanan, uang dan pakaian gratis.60
Masyarakat yang terlibat juga banyak seperti masyarakat yang mampu atau
berkecukupan hidupnya akan memberikan sumbangan berupa uang maupun barang-
60 Wawancara dengan Muhammad Amir, 13 Januari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
125
barang untuk mendukung pesta, bakti sosial dengan membagikan pakaian dan
makanan secara gratis. Kepentingan yang berhubungan erat dengan keberhasilan
proses belajar mengajar yaitu terciptanya hubungan yang baik diantara sekolah-
sekolah Muhammadiyah dengan masyarakat Surakarta. Muhammadiyah juga banyak
melakukan kegiatan keagamaan yaitu banyaknya pengajian-pengajian
Muhammadiyah yang dihadiri banyak orang. Muhammadiyah mengajarkan agama
jangan “taklik” (orang-orang kolot yang mengikut-ikut dengan tidak mengetahui
dasar hukum dalam Islam atau “TBC”. Banyaknya peserta pengajian yang datang
karena tertarik dengan tema-tema yang disampaikan oleh para mubaligh
Muhammadiyah.61
Pengajian Muhammadiyah dibagi menjadi 2, yaitu: (1) Umat Ijabah ialah
orang-orang yang sudah beragama Islam dan anggota Muhammadiyah. Banyaknya
pengajian hanya 10-15 orang peseta. Tujuan dari pengajian ini adalah mendalami
cara-cara beragama yang benar sesuai dengan Allah SWT dan Rasul. (2) Umat
Dakwah ialah umat yang belum beragama Islam dan yang sudah beragama Islam.
Tema-tema pengajian berupa tema yangsederhana tetapi isinya membuat tertarik
masyarakat dan menarik simpati masyarakat. Muhammadiyah mengajarkan Al-
Qur‟an dan Hadits dengan akal pikiran.
Tempat-tempat pengajian antara lain: Di bagian Solo Timur pengajian di
pusatkan di rumah Raden Ngabei Parikrangkungan di Kampung Sewu. Di bagian
61 Wawancara dengan Muhammad Amir, 13 Januari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
125
Solo Tengah pengajian di pusatkan di gedung Sontohartono Keprabon Solo dan di
bagian Solo barat pengajian dipusatkan di langgar milik Haji Isa yang sekarang
menjadi Masjid Kota Barat. Peserta pengajian umat Dakwah rata-rata 200 orang dan
peserta pengajian akan lebih banyak lagi ketika perayaan Isra Mi‟rad, Maulud Nabi
Muhammad SAW dll. Peserta pengajian dari semua lapisan masyarakat. Pengajian
yang dilakukan Muhammadiyah untuk masyarakat umum supaya masyarakat mau
datang dan simpati dengan Muhammadiyah.
Kegiatan lainnya adalah pendidikan yang dijalankan Muhammadiyah tetap
mengabdi kepada pemerintah sebagai mitra kerja yang saling membutuhkan juga
semua instruksi dari pemerintahan dilaksanakan sebaik-baiknya. Sekolah
Muhammadiyah juga memiliki sistem pengambilan keputusan yaitu keputusan yang
berhubungan dengan masalah persyarikatan ditentukan oleh Majlis dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan perkembangan pendidikan diputuskan oleh Kepala
Sekolah dan diketahui oleh Majlis pendidikan dan Pengajaran seperti dalam jalur
keuangan. Dalam lembaga Pendidikan Muhammadiyah masalah keuangannya
dijalankan secara sentralistik atau memusat yaitu sistem dimana siswa membayar
kepada petugas tata usaha, kemudian oleh tata usaha disetorkan kepada pegawai
Majlis Pendidikan dan Pengajaran.62
62
Wawancara dengan H.M. Joko, tanggal 10 Juni 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
125
Tujuan dari kegiatan ini semua adalah kepedulian untuk menyenangkan orang
lain dan menjalin kerjasama dengan semua orang.63
Kegiatan yang bersifat
keagamaan mengharapkan semua guru murid mengikuti pengajian umum yang
diselenggarakan oleh Muhammadiyah dan boleh di ikuti oleh semua orang. Tujuan
dari kegiatan ini adalah memperdalam iman Agama Islam dan menambah keakraban
dan kebersamaan. Nilai-nilai pengajian adalah supaya masyarakat mengerti agama
dengan benar dan bisa membedakan perbuatan yang sesuai dengan agama atau di
larang agama. Pengajian Muhammadiyah mengambil tema yang mudah di mengerti
oleh masyarakat seperti tata cara sholat yang benar, tata cara bersilahturahmi, tata
cara penyelenggaraan upacara keagamaan yang sesuai dengan Al-Qur‟an,
memberikan petunjuk dan arahan cara menjalankan agama yang lurus sesuai dengan
tuntunan Al-Qur‟an dan Hadits supaya terhindar dari praktek tahayul, bid‟an dan
khurafat dalam bentuk upacara kematian, upacara pernikahan dll.
Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah yang dapat
digunakan untuk mendukung sekolah-sekolah Muhammadiyah antara lain:64
1. Shalat Ied di lapangan atau di tempat terbuka dengan tujuan lebih dekat dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
63 Wawancara dengan Muhammad Amir, tanggal 11 Juni 2010.
64 Syukriyanto AR dan Abdul Munir Mulkan, op. cit, halaman 118.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
125
2. Pemberian zakat kepada orang-orang yang membutuhkan berupa zakat fitrah,
daging kurban, makanan gratis di pesta miskin ketika Hari Raya Idul Fitri,
memberikan pakaian gratis.
3. Menghilangkan praktek TBC (Tahayul, Bid‟ah, Khurafat) dari ibadah seperti
upacara kematian 7 hari, 40 hari, upacara mitoni dll.
4. Mendirikan kepanduan seperi Hizbul Wathon merupakan tempat yang baik untuk
mendidik anak-anak Muhammadiyah agar kelak menjadi seorang pejuang yang
cinta tanah air dan sekaligus taat pada agama.
5. Mendirikan organisasi kepemudaan seperti IPM atau IRM dengan tujuan untuk
melatih murid Muhammadiyah berorganisasi, mandiri, bekerja sama dan menjalin
silaturahmi yang akrab.
6. Mendirikan organisasi keputrian yaitu Nasyiatul Aisyiyah. Anggota dari NA
adalah remaja putri yang sudah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas dan yang
sedang duduk di bangku perguruan tinggi.
7. Mendirikan organisasi kewanitaan yaitu Aisyiyah. Anggotanya para ibu-ibu.
Kegiatannya antara lain mendirikan banyak Taman Kanak-Kanak dan kegiatan
untuk kesejahteraan Keluarga dan anak-anak, dan sosial lainnya.
8. Menyelenggarakan sekolah Umum dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas.
9. Mengembangkan bermacam pengajian seperti pengajian peringatan Isra‟ Mi‟rad,
Tahun Baru Islam, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha.
10. Kegiatan Dakwah yaitu ikut mengisi kegiatan-kegiatan dakwah dan tabligh setiap
ada pengajiam agama. Kegiatan dakwah dan tabligh di usahakan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
125
menyinggung perasaan dan agama lainnya, disertai dengan kegiatan sosial yaitu
membagi pakaian, membagi makanan secara gratis, menyebar selebaran berisi
kisah-kisah nabi, siaran-siaran agama lewat radio, mengisi rubrik di surat kabar
dll. Tujuan kegiatan tabligh adalah membangkitkan keimanan Islam yang sesuai
dengan ajaran Rasulullah SAW menggiatkan kewajiban beragama dan beramal
shaleh.
11. Memberi isi khotbah atau ceramah dalam sholat Jum‟at yang sesuai dengan
semangat Islam dan pengetahuan tentang Islam. Tema-tema khotbah antara lain
adalah: Ketabahan Rasulullah SAW dari tahun ke tahun, keikhlasan Rasulullah
SAW dalam beramal dan berjuang mengajarkan agama Islam, Uraian dan hikmah
yang di dapat dari sholat, mendoakan semua orang, anjuran atau ajakan-ajakan
untuk beragama yang benar, berbuat baik kepada siapa saja, supaya menuntut ilmu
yang setinggi-tingginya, memperbanyak amal (baik amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat, anak sholeh yang mendoakan orang tuanya), ajakan untuk
menjalankan agama sesuai dengan Tauhid, menjalin ukhuwah Islamiyah,
berakhlak mulia dan bertanggung jawab sebagai umat beragama yang telah
memperoleh kemerdekaan untuk memajukan bangsa dan negara, dan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.65
12. Mendorong Olahraga yaitu lomba olahraga antar sekolah, juga mengikuti lomba-
lomba yang di selenggarakan oleh pemerintah maupun swasta dan kunjungan ke
panti.
65 Dahlan Mgn, “Pusat Pimpinan Muhammadiyah Majis Tabligh”, Soera Moehammadijah,
27 Desember 1958, halaman 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
125
13. Pelayanan Kesehatan mendirikan poliklinik dan pengobatan gratis.
Alumni Muhammadiyah yang sudah menjadi sarjana dan bekerja dalam
berbagai profesi sudah banyak, di perguruan tinggi dan swasta, dihampir setiap
departemen dan instansi di berbagai perusahaan dan dianeka lapangan wiraswasta.
Dari alumni Muhammadiyah ini merupakan potensi kemajuan bagi
Muhammadiyah.66
Dampak positif adanya pendidikan Muhammadiyah dalam ilmu dan teknologi
bagi masyarakat Surakarta:
1. Setiap lulusan Muhammadiyah memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana kehidupan yang penting untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akherat.
2. Setiap lulusan sekolah Muhammadiyah memiliki sifat-sifat ilmuwan yang kritis
terbuka dapat menggunakan daya nalar dengan baik.
3. Setiap lulusan sekolah Muhammadiyah yang memiliki ilmu pengetahuan, dapat
mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki ke masyarakat.
4. Setiap lulusan sekolah Muhammadiyah semakin menggerakkan pendidikan
Muhammadiyah ke arah yang lebih baik, melalui pendidikan maupun kegiatan-
kegiatan yang mendukung kemajuan masyarakat seperti menggerakkan tradisi
keagamaan yang bersifat Islam di seluruh lingkungan masyarakat Muhammadiyah.
66 Ibid, halaman 121.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
125
Dari hasil perpaduan antara pendidikan Islam dan pendidikan barat adalah:
1. Menambah kesadaran nasional bangsa Indonesia melalui ajaran Islam.
2. Melalui sekolah Muhammadiyah ide pembaharuan bisa disebarluaskan.
3. Mempromosikan penggunaan ilmu praktis dan pengetahuan modern.67
Sekolah-sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah mendapat sambutan
yang baik dari masyarakat dan pemerintah. Pendidikan Muhammadiyah berkembang
dan menjadi kekuatan dibidang pendidikan:
1. Karena tatanan struktur kelembagaan pendidikan dan wewenang yang jelas,
sehingga memudahkan pembinaan dan kontrol terhadap sekolah-sekolah
Muhammadiyah.
2. Adanya keseragaman pemakaian nama sekolah bagi setiap lembaga pendidikan
Muhammadiyah
3. Sifat fleksibel dari kebijaksanaan organisasai pendidikan Muhammadiyah, yaitu
sejumlah sekolah maju menjadi satu unit pengelolaan seperti SD, SMP, SMA
dalam areal gedung yang sma.68
Sekolah-sekolah Muhammadiyah telah menghasilkan tamatan yang memiliki
pengetahuan dasar Agama Islam yang cukup tentang ibadah praktis dan yang terkait
67 Mitsuo Nakamura, op. cit, halaman 44.
68 Din Syamsuddin (edt), op. cit, halaman 45.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
125
dengan amalan, namun semakin bertambahnya perkembangan zaman
Muhammadiyah masih harus menghadapi tantangan bagi setiap sekolah
Muhammadiyah yaitu mampukah sekolah Muhammadiyah menggabungkan antara
iman, ilmu dan amal dalam kehidupan sehari-hari, karena ketiganya merupakan sifat
yang menyatu :
1. Mengimankan ilmu dan amal yaitu menjadikan iman sebagai dasar dan sumber
motivasi pengembangan ilmu dan amal.
2. Mengilmukan iman dan amal yaitu menjadikan ilmu sebagai dasar keimanan dan
amal maupun karya seseorang.
3. Mengamalkan iman dan ilmu dalam hubungan sosial sehari-hari.
Dengan ketiga sikap ini dapat melahirkan era masyarakat baru yaitu
kebangkitan umat Islam dan pembaharuan masyarakat Islam.
Hasil pembaharuan pendidikan yang di inginkan Muhammadiyah yaitu
masyarakat yang memiliki:
a. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang sesuai dengan budaya dan
kepribadian bangsa Indonesia.
b. Pengembangan kematangan dalam kehidupan keagamaan yang modern yaitu
mulai hilangnya sifat-sifat tradisional sehingga dapat menyerap budi daya
manusia Indonesia.
c. Pembudiyaan kepribadian masyarakat Surakarta yang dapat menyerap ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan beragama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
125
Target alummni sekolah Muhammadiyah yaitu :
1. Agidah yang lurus.
2. Akhlak karimah (budi pekerti yang terpuji)
3. Akal yang sehat cerdas.
4. Keterampilan
5. Pengabdian masyarakat.
2. Peranan Persyarikatan Muhammadiyah dalam Membangun Kemajuan
Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta tahun 1945-1970.
Peranan Pendidikan Muhammadiyah bagi masyarakat Surakarta pada tahun
1950-1970 sangat penting, karena para pengurus Muhammadiyah berusaha tetap
mengembangkan pendidikannya, apalagi sejak berdirinya keberadaan
Muhammadiyah bersifat ”swasta” yaitu semua pembiayaan yang dikeluarkan
Muhammadiyah diusahakan sendiri oleh Muhammadiyah. Muhammadiyah dituntut
untuk dapat menghadapi dirinya secara otonom, mandiri dan tidak menggantungkan
nasibnya kepada orang lain. Nilai yang melekat dalam diri Muhammadiyah adalah
mendorong inisiatif, kreatif, dan mengedepankan langkah-langkah inovatif. Etos kerja
yang di tanamkan Muhammadiyah kepada anak didiknya yaitu : keswastaan,
kewirausahaan, kewiraswastaan, entrepreneurship, kemandirian, kerja keras.69
69 M. Amin Abdullah, 2000, Dinamika Islam Kultural, Bandung : Mizan, halaman 37.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
125
Usaha Muhammadiyah Surakarta untuk melaksanakan dakwah dan
pembaharuannya sebagai berikut:
1. Mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk
mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
2. Memperteguh iman, menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi
akhlak.
3. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan serta memperluas
ilmu pengetahuan, teknologi, dan penelitian menurut tuntunan Islam.
4. Mempergiat dan menggembirakan tabligh.
5. Menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk membangun dan
memelihara tempat ibadah dan wakaf.
6. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita menurut tuntunan Islam.
7. Membina dan menggerakkan angkatan muda sehingga menjadi manusia muslim
yang berjasa bagi agama, nusa dan bangsa.
8. Membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan ekonomi
dengan ajaran Islam dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.
9. Menggerakkan dan menghidupkan amal tolong menolong dalam kebajikan dan
taqwa dalam bidang kesehatan, sosial, pengembangan masyarakat dan keluarga
sejahtera.
10. Menanam kesadaran agar tuntunan dan peraturan Islam diamalkan dalam
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
125
11. Menumbuhkan dan meningkatkan kekeluargaan Muhammadiyah dan Ukhuwah
Islamiyah.
12. Pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan peran-serta dalam pembangunan
nasional.
13. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan persyarikatan.70
Muhammadiyah bergerak kepada masyarakat Surakarta dengan cara
melindungi membimbing dan mendorong umat Islam di Surakarta untuk memerangi
dan membebaskan dari pengaruh tahayul, bid‟ah, khurafat dan pihak-pihak asing,
kemiskinan sehingga mampu mandiri. Dengan kemandirian yang di miliki oleh umat
Islam maka akan mampu berpartisipasi dalam pembangunan Nasional. Pencapaian
yang diharapkan Muhammadiyah dalam rangka meningkatkan kemandirian dan peran
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan di Surakarta adalah sebagai berikut :
1. Muhammadiyah mengembangkan dunia pendidikan yang harus mampu
melahirkan manusia-manusia yang pekerja yang profesional tidak hanya menjadi
pekerja tetapi mendirikan usaha-usaha baru.
2. Muhammadiyah mampu melahirkan manusia-manusia pejuang yang patriotis yang
berjiwa patriot.
3. Patriotisme haruslah di kontrol dengan baik yaitu antara agama, ilmu, teknologi
supaya tercipta keserasian dengan budaya bangsa.
70 Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
125
Segala rintangan yang dihadapi dijadikan sebagai tantangan ke depan yang
lebih baik. Hal ini terlihat dari sekolah-sekolah Muhammadiyah yang didirikan
semakin berkembang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari tingkat SD, SMP dan
SMA yang didirikan di Surakarta. Keberadaan sekolah-sekolah Muhammadiyah
membantu pemerintah dan meratakan pendidikan di masyarakat. Muhammadiyah
memberi kesempatan kepada siapa saja untuk bersekolah. Melihat hal tersebut maka
Persyarikatan Muhammadiyah harus mampu tampil dalam peran sertanya untuk
mencerdaskam kehidupan bangsa supaya menjadi pendidik kearah masyarakat yang
berkualitas. Muhammadiyah berusaha berlomba-lomba di dalam kebaikan dan
disesuaikan dengan perkembangan zaman.71
Semua sekolah-sekolah Muhammadiyah yang didirikan oleh Muhammadiyah
tidak memerlukan akte notaris atau bentuk Yayasan tersendiri karena setiap sekolah
Muhammadiyah merupakan usaha dibidang keagamaan dan sosial oleh Badan
Hukum Muhammadiyah.72
Sejak awal berdirinya Muhammadiyah sudah mempunyai
Badan Hukum yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Badan
Hukum yang dilaksanakan Muhammadiyah itu disyahkan dengan dikeluarkannya
Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 81 tanggal 22 Agustus 1914
Muhammadiyah mempunyai Badan Hukum. Muhammadiyah sebagai suatu
Persyarikatan mempunyai susunan organisasi yang bertingkat atau vertikal yang
71Tim Berita Tahoenan Hindia Timoer, op.cit., halaman 21.
72 Sajuti Thalib, “Pendirian dan Pengelolaan Sekolah Muhammadiyah Tidak Memerlukan
Akte Notaris atau Bentuk Yayasan Tersendiri”, Surat Permohonan E-6/098/1974, tanggal 12 Juli
1974.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
125
berpusat pada pimpinan pusat. Semua kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh
Muhammadiyah adalah kegiatan dari satu Badan Hukum Muhammadiyah.
Untuk mengoptimalkan kemampuan dalam usaha meningkatkan kualitas
masyarakat. Para Pengurus Muhammadiyah dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di Surakarta melakukan usaha untuk memperluas kegiatannya dengan memindahkan
kantornya ketempat yang lebih luas. Awalnya pusat semua kegiatan Muhammadiyah
Surakarta terpusat di gedung Sontohartono, pada tahun 1955 pindah ke gedung baru
dijalan Teuku Umar No.5 Surakarta (awalnya bekas tempat latihan kuda Ganjaran).
Keberhasilan organisasi Muhammadiyah, dapat berkembang luas hingga sampai
sekarang, karena memiliki kekuatan yang sangat jarang dimiliki untuk organisasi lain
seperti:
1. Motivasinya berdiri Muhammadiyah karena Tuhan Yang Maha Esa dan tidak
terbatas pada ruang dan waktu.
2. Reformasi yang dilakukan Muhammadiyah sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Ketepatan arah gerakan Muhammadiyah yang utama adalah pendidikan.
Program Kerja Pimpinan Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Pengajaran
Daerah Kotamadya Surakarta yang tujuannya untuk kemajuan sekolah-sekolah
Muhammadiyah antara lain:73
73 Tim, 1972, Program Kerja Majlis Pendidikan dan Pengajaran Daerah Kotamadya
Surakarta, Surakarta: MPP, halaman 108.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
125
a. Bidang Sekolah
Penertiban dan peningkatan Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah sebagai
berikut:
1. Penyempurnaan organisasai dan administrasi pada sekolah-sekolah
Muhammadiyah Surakarta.
2. Penertiban dan peningkatan bidang personil, baik mengenai hak dan
kewajibannya.
3. Mengintensifkan pendidikan “Prakarya dan Kejuruan” di sekolah Muhammadiyah.
4. Peningkatan sekolah kejuruan, khususnya kejuruan teknik.
5. Meningkatkan mutu pendidikan Agama dan kemuhammadiyahan termasuk bahasa
Arab.
6. Mengintensifkan pembinaan sekolah.
7. Mengintensifkan pendidikan kepramukaan.
b. Bidang Keuangan
1. Penetapan budget sesuai dengan Peraturan Muhammadiyah.
2. Mengintensifkan pengumpulan Dana Proyek Lokal Pendidikan
Muhammadiyah.
3. Mengusahakan subsidi dari Pemerintah.
4. Berusaha mendapatkan donasi, sumber donasi yang tetap.
5. Memberikan biaya sekolah gratis kepada anak yatim yang di tampung di
yayasan anak yatim piatu milik Muhammadiyah.
c. Bidang pergedungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
125
1. Mengusahakan berdirinya gedung-gedung sekolah baru tahap demi tahap
2. Memperbaiki gedung-gedung sekolah yang telah ada.
3. Menyelesaikan tanah-tanah untuk sekolah-sekolah Muhammadiyah.74
Setelah memahami banyak program Majlis Pendidikan dan Pengajaran
Muhammadiyah, maka dapat di katakan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah sangat
peduli dengan perkembangan pendidikan di Surakarta. Muhammadiyah mempunyai
kedudukan yang cukup kuat di masyarakat Surakarta. Pendidikan Muhammadiyah
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat Surakarta.
Pengabdian di bidang Pendidikan sangat tepat dipilih oleh Muhammadiyah dan lebih
dalam mengembangkan pendidikan keagamaan.
Dalam mengembangkan pendidikannya Majlis Pendidikan dan Pengajaran
sangat mendapat dukungan dari Persyarikatan Muhammadiyah. Dengan menjalankan
program pendidikannya Muhammadiyah berharap bisa mewujudkan masyarakat yang
memiliki dasar Tauhid, tekun ibadah dan taat Kepada Allah SWT, hidup
bermasyarakat dengan baik, taat pada hukum Islam, berdakwah menegakkan dan
menjunjung Islam, meneladani sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW, giat
memajukan persyarikatan sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya75
74 Ibid.
75 Kepribadian Muhammadiyah, Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta tahun
1962.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
125
Untuk mengembangkan seluruh amal usahanya Muhammadiyah Cabang
Surakarta oleh Muhammadiyah Pusat diubah namanya. Supaya lebih bisa maju lagi.
Keputusan ini diambil karena Indonesia sudah merdeka sehingga kebebasan untuk
mengembangkan organisasi tidak perlu mendapat persetujuan pemerintah Kolonial,
juga karena semakin banyaknya anggota yang menjadi bagian dari Muhammadiyah,
supaya amal usaha Muhammadiyah dapat berjalan dengan baik dan supaya namanya
seragam dengan seluruh daerah yang ada organisasi Muhammadiyah. Untuk itu
Muhammadiyah Cabang Surakarta memerlukan sebuah pengelolaan yang lebih baik.
Atas keputusan Persyarikatan Muhammadiyah Yogyakarta dengan berdasarkan Surat
Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. K-030/D-5/66. Dengan
memperhatikan bahwa untuk kepentingan perjuangan persyarikatan dan ketertiban
organisasi, perlu segera mengesahkan berdirinya Muhammadiyah ditempat dibawah
ini: dengan mengingat Anggaran Dasar Muhammadiyah dan Anggaran Rumah
Tangga Muhammadiyah pasal 5, memutuskan mulai tanggal 15 November 1966
menetapkan dan mengesahkan berdirinya Muhammadiyah Daerah Surakarta yang
meliputi Kotamadyta Surakarta.76
Dengan keputusan ini nama Muhammadiyah
Cabang Surakarta menjadi Muhammadiyah Daerah Surakarta, namun masih tetap
berjalan sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits.
76 Tim, 1988, Laporan Tahunan Muhammadiyah Daerah Kota Madia Surakarta 1987-1988,
Surakarta: PDM Kota Madia Surakarta, halaman166.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
199
BAB V
KESIMPULAN
Ide terbentuknya Muhammadiyah di Surakarta adalah keadaan masyarakat
yang masih banyak melakukan praktek-praktek tahayul, bid’ah, khurafat (TBC).
Kecenderungan yang terjadi pada masyarakat Surakarta ini telah menyimpang dari
ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Masyarakat hidup menderita karena penjajah, mereka
miskin harta, miskin pengetahuan agama. Akibatnya masyarakat mencampur-adukan
agama dengan hal-hal yang dilarang oleh agama Islam. Lembaga pendidikan yang
ada yaitu pondok pesantren sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.
Keadaan pendidikan di Surakarta yang miskin dan masih banyak melakukan
kegiatan tahayul, bid’ah, dam khurafat sehingga Muhammadiyah melakukan
pembaharuan pendidikan di Surakarta. Langkah untuk merealisasikan perubahan
yang menjadi tujuan berdirinya Muhammadiyah adalah Muhammadiyah
mengembangkan gerakannya dalam bidang pendidikan. Muhammadiyah mendirikan
banyak sekolah. Lewat sekolah-sekolah yang didirikannya, Muhammadiyah berharap
praktek-praktek yang tidak sesuai dengan agama bisa berkurang.
Awalnya organisasi Muhammadiyah tidak diijinkan menyebarkan ajarannya
ke seluruh Indonesia, tetapi karena para pengurusnya giat berusaha memajukan
Muhammadiyah, akhirnya organisasi ini diizinkan berdiri dan menyebarkan cabang-
cabangnya ke seluruh Indonesia. Ketetapan ini sesuai dengan yang dikeluarkan
pemerintah Hindia Belanda pada 2 September tahun 1921. Di keluarkan ketetapan ini
maka Muhammadiyah semakin memperluas gerakan di bidang pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
200
Muhammadiyah semakin mengusahakan banyaknya cabang untuk menjadi anggota
Muhammadiyah seperti di Surakarta
Kemunculan Muhammadiyah di Surakarta awalnya bernama Kring Sarekat
Islam, kemudian menjadi SATV dan berubah menjadi Muhammadiyah Cabang
Surakarta sejak tahun 1923. Keadaan pendidikan di Surakarta dipengaruhi oleh
banyak hal selain dari keadaan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan dan
kebodohan, penjajahan, peninggalan adat istiadat yang sudah turun-temurun,
kebudayaan yang bersifat kejawen yaitu percaya pada hal-hal gaib, perbedaan agama
yang berkembang, juga adanya dua keraton di Surakarta yaitu Keraton Kasunanan
Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
Muhammadiyah kemudian mengadakan pembaharuan pendidikan dengan
jalan memodernisasi dalam sistem pendidikan. Muhammadiyah menukar sistem
pendidikan pesantren yang kuno dengan sistem pendidikan yang modern yang sesuai
dengan tuntutan dan kehendak zaman. Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah
yang khas agama dan bersifat umum. Mengajarkan agama dengan mudah dipahami,
didaktis, paedagogis selalu prioritas dalam Muhammadiyah. Muhammadiyah
memberikan ilmu-ilmu agama yang sesuai dengan Agama Islam. Lewat sekolah-
sekolahnya Muhammadiyah berharap bisa memajukan pendidikan dan akan
melahirkan penerus-penerus generasi bangsa yang berakhlak mulia.
Perkembangan pendidikan Muhammadiyah merupakan suatu usaha dari
Persyarikatan Muhammadiyah untuk mengembalikan umat ke jalan yang benar.
Langkah-langkah yang diambil oleh Muhammadiyah untuk melakukan pembaharuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
201
antara lain adalah dengan mengganti cara belajar pesantren yang biasanya belajar
dilakukan di masjid sekarang diubah sistem klasikal yaitu belajar di kelas, ada meja,
ada kursi, ada jenjang kelasnya. Murid-murid Muhammadiyah juga mulai dari awal
sudah dididik untuk meninggalkan praktek-praktek yang dilarang oleh agama.
Diajarkan langsung mata pelajaran umum dan mata pelajaran ciri khusus
Muhammadiyah. Mata pelajaran agama merupakan ciri khusus dari Muhammadiyah
yang terdiri dari pelajaran Tarikh, Kemuhammadiyahan, Aqidah, Akhlak, Al-Qur’an,
dan ibadah.
Perubahan yang dilakukan lainnya adalah mengadakan tabligh akbar,
ceramah-ceramah agama, mengadakan pesta fakir miskin, mendirikan masjid,
memperbaiki gedung-gedung sekolah dll. Muhammadiyah berusaha mengubah
praktek-praktek tahayul, bid’ah dan khurafat dengan mengganti sesuai dengan ajaran
agama Islam. Lewat sekolah-sekolah dijadikan media awal perubahan. Perubahan-
perubahan yang dilakukan oleh Muhammadiyah seperti melakukan shalat Ied di
lapangan atau di tempat terbuka, menggiatkan membaca Al-Qur’an kepada murid-
muridnya. Menggiatkan zakat fitrah dan kurban. Menghilangkan praktek-praktek
tahayul, bid’ah dan khurafat yang dilarang oleh agama, menggiatkan membaca salam,
ceramah-ceramah keagamaan, khitanan umum setiap setahun sekali menjelang Hari
Raya Idul Adha bagi masyarakat Surakarta, tadarus Al-Qur’an setiap malam di bulan
Ramadhan dan semua orang boleh ikut dll.
Dalam menjalankan kurikulum pendidikannya Muhammadiyah tetap
menyesuaikan dengan kurikulum dari pemerintah di tambah pelajaran ciri khusus
Muhammadiyah. Murid-murid Muhammadiyah diajarkan untuk berbakti kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
202
masyarakat dengan mengadakan Pesta fakir miskin (Pesta Fakir Miskin setiap Hari
Raya Idul Fitri berupa jamuan makan malam dengan gratis bagi keluarga
Muhammadiyah dan masyarakat di sekitar Surakarta), bakti sosial dll. Mengadakan
lomba-lomba yang dihadiri oleh para wali murid supaya terjalin keakraban antara
guru, murid dan wali murid. Sekolah-sekolah Muhammadiyah bahkan mengadakan
pidato tujuh bahasa. Tujuannya adalah latihan bidang keilmuan bahasa, keberanian,
mengadakan ajang bakat apresiasi seni setiap tahun, setiap siswa-siswi sekolah
menampilkan bakatnya. Adanya pendidikan Muhammadiyah, masyarakat Surakarta
mengalami banyak perubahan dalam kehidupan keagamaannya seperti masyarakat
Surakarta sudah banyak yang menyelenggarakan sholat Ied di lapangan atau tempat
terbuka, murid-murid Muhammadiyah sudah banyak yang memakai jilbab, praktek-
praktek tahayul, bid’ah, khurafat, sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat
Muhammadiyah. Muhammadiyah bergerak tidak hanya membantu pemerintah dalam
bidang pendidikan saja, tetapi juga dibidang kesejahteraan umum masyarakat
Surakarta seperti mendirikan balai-balai pengobatan gratis bagi masyarakat Surakarta.
Top Related