Download - PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Transcript
Page 1: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan material urug

kegunaan penambangan penimbunan maupun pemerataan tanah baik

untuk infrastruktur serta penambangan pada umumnya Jawa Timur

khususnya di wilayah Surabaya dan sekitarnya sangat dibutuhkan

mengingat kondisi permukaan tanahnya membutuhkan treatment

sebelum dipergunakan.

Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Muda Mudi

Indonesia (MMI), perusahaan yang bergerak salah satunya dalam bidang

pertambangan yang berpusat di Malang merencanakan usaha

pertambangan tanah urug untuk kepentingan penambangan.

Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai

perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan

yang akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006

tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), kegiatan

pertambangan tanah urug PT MMI di Desa Mojolebak termasuk kategori

kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan Studi AMDAL, sehingga

harus melakukan studi UKL-UPL sebagai bagian dari studi kelayakan

kegiatan proyek dilihat dari aspek lingkungan hidup.

Di samping berbagai dampak positif yang diharapkan, muncul juga

berbagai dampak negatif yang tidak diinginkan terhadap lingkungan

hidup sebagai efek dari kegiatan penambangan tanah urug. Pelaksanaan

penambangan ini harus pula diikuti dengan kegiatan pengelolaan

lingkungan yang diarahkan pada upaya untuk mencegah atau

menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif

agar manfaat yang diperoleh dari kegiatan penambangan dapat

dioptimalkan dan berkelanjutan.

1

Page 2: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

PT MMI memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan

hidup yang dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup

bagi pelaksanaan penambangan sebagai pra penambangan yaitu

penambangan urugan tanah diharapkan akan dapat menimbulkan dampak

penting.

Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses

perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan

lingkungan hidup.

1.2. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL

Maksud dilaksanakannya studi UKL dan UPL penambangan tanah

urug adalah:

Merumuskan tindakan pengelolaan dampak yang mungkin

timbul dan upaya pemantauannya untuk menilai

keberhasilan upaya pengelolaan yang telah dilakukan.

Memberikan informasi kepada instansi dan masyarakat

tentang pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan

sebagai akibat kegiatan yang telah dilaksanakan.

Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

sebagai wujud upaya menunjang konsep penambangan yang

berwawasan lingkungan.

Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL penambangan

tanah urug di dusun Mojolebak desa Mojogeneng kecamatan Jetis

kabupaten Mojokerto ini adalah:

Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup, yang

diprakirakan akan terkena dampak akibat pelaksanaan

kegiatan penambangan.

Mengidentifikasikan kegiatan yang diprakirakan berpotensi

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.

Menyusun dokumen UKL dan UPL sebagai pedoman dalam

melaksanakan pengelolaan dan pemantauan dampak penting

terhadap lingkungan hidup baik bersifat positif maupun

2

Page 3: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

negatif berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan

penambangan yang dimaksud.

Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus

diperhatikan guna mengoptimalkan dampak penting

kegiatan terhadap lingkungan hidup dan saran tindak dalam

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Penyusunan UKL dan UPL penambangan tanah urug ini

memiliki kegunaan sebagai berikut:

Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa

dalam hal ini penambangan tanah urug di dusun Mojolebak

desa Mojogeneng kecamatan Jetis kabupaten Mojokerto,

yaitu untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan

yang diselenggarakan.

Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal

ini Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten

Mojokerto serta institusi pengawas yang berwenang.

1.3. Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusun UKL-UPL

1.3.1. Identitas Pemrakarsa

Nama perusahaan : PT Muda Mudi Indonesia

Alamat : Jalan Emas no. 29 Puwantoro Malang

Telepon/fax : 0341 - 4351261

1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL

Nama Lembaga : Lembaga Pusat Penelitian Lingkungan Hidup

Penelitian : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Alamat : Kampus UWKS Jl. Dukuh Kupang XXV No.54, Dukuh Pakis, Kota SBY, Jawa Timur 60225

Telepon/Fax : (031) 5677577

3

Page 4: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Penanggung jawab: Drs. N. Surenggono, MS.

Jabatan : Kepala

Ketua Tim : Dr. Bambang Riyadi, Th. M.

Anggota Tim :

1. Dr. Agung, SpJ

(Kualitas Udara, Kebisingan, Kesehatan Masyarakat)

2. Ir. Bambang Sriono

(Geologi, Tanah, Tata Ruang, Hidrologi)

3. Dr. Kristina Sedyastuti, MM.

(Ekonomi, Sosial, Budaya, Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat)

1.4. Peraturan dan Perundang - undangan sebagai Acuan UKL dan UPL

Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan landasan

hukum dan pedoman dalam pelaksanaan UKL-UPL pertambangan tanah

urug Mojogeneng Jatis, antara lain :

1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja.

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

4

Page 5: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup

7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

11.Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

12.Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 tentang Tata Cara

Perolehan Tanah Untuk Pengembangan dan Implementasi

Kepentingan Umum.

13.Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Nomor KEP-03/MENKLH/6/1987 tentang Prosedur

Penanggulangan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Hidup

14.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor

KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak

Bergerak

5

Page 6: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1. Nama Kegiatan : Tambang Tanah Urug Quary Mojolebak

2.2. Lokasi Kegiatan : Desa Mojolebak, Kecamatan Jetis

Kabupaten Mojokerto – Jawa Timur

Peta Lokasi Quary Mojolebak dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1.

Titik koordinat lokasi terletak pada:

70 23’ 40” LS 1120 27’ 30” BT

70 23’30” LS 1120 27’ 20” BT

70 23’ 20” LS 1120 27’ 10” BT

70 23’ 10” LS 1120 27’ 0” BT

2.3. Skala Kegiatan

2.3.1.Tipe Tambang : Penambangan Tanah Urug Paras ( PasirKeras)

2.3.2.Keadaan lingkungan di sekitar rencana lokasi Penambangan yang

termasuk ke dalam Desa Mojolebak dideskripsikan sebagai berikut:

Sebelah

Utara :

Kebun campuran,

kebun singkong

Sebelah

Timur : Lombok

6

Page 7: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Sebelah

Selatan : Jati

Sebelah

Barat : Kebun campuran

2.3.3. Areal Kegiatan

Luas

lahan ± 12,3 ha

Wilayah Mojokerto

Jenis Tanah Urug

Desa Mojolebak

2.3.4. Jadwal Kegiatan

Tabel 2-1

Jadwal rencana penambangan dan pengoperasian Tambang Tanah Urug

Kegiatan Tahun 2015

Juli Agustus September Oktober

Tahap Pra Pra Operasional:

1. Survey Sept – Des.

2. Penguasaan lahan Jan - Feb

3. Persetujuan dana Februari

Tahap Pra Operasional:

1. Pekerjaan Enjiniring Maret

2. Pengadaan alat September

3. Persiapan lapangan dan Mei

Sosialisasi warga

7

Page 8: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

4.

Pengukuran rencana

prasarana infrastruktur September

5. Kantor lapangan

6. Test Kebisingan Agustus

7. Test Air September

8. Test Udara Oktober

9. Test Batuan / Tanah Urug Oktober

10. PemasanganTurbine Unit 1 November

11. PemasanganTurbine Unit 2 November

Tahap Operasional:

1. Pengoperasian tambang

November

2. Pengoperasian dan sinkronisasi

November

Kerja

3. Pengoperasian komersial Unit 1 November

4. Pengoperasian komersial Unit 2 November

2.4. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup, dapat dibagi atas 3 (tiga) tahapan, yaitu Tahap

Pra Operasional, Tahap Operasional, Tahap Pasca Operasi.

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan

diringkaskan sebagai berikut:

(1) Tahap Pra-Operasi :

1. Survei Lapangan

2. Pengadaan Lahan

3. Sosialisasi Warga

8

Page 9: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

4. Penambangan Sarana dan Prasarana

5. Mobilisasi Peralatan

6. Pembukaan dan pematangan lahan

7. Penggunaan tenaga kerja

(2) Tahap Operasi :

1. Pengoperasian Tambang

2. Pemeliharaan dan reklamasi tambang

(3) Tahap Pasca Operasi :

1. Pemanfaatan eks Tambang

2.4.1. Rencana Kegiatan Tahap Pra Operasi

2.4.1.1. Survei Lapangan

Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa,

meliputi :

1. Pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi

terkait, penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi Tambang,

2. Pekerjaan survei untuk melakukan pengukuran dan penyelidikan

antara lain penyelidikan mekanika tanah dan hidrogeologi, dengan

pekerjaan sebagai berikut :

• Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat

dalam menentukan elevasi, batas areal tambang, penempatan patok

batas rencana tanah yang akan ditambang, serta menetapkan posisi

patok bench mark sebagai titik dasar survei pekerjaan selanjutnya.

• Penyelidikan mekanika tanah sehingga dapat ditentukan jenis tanah

yang sesuai guna mengetahui jenis material yang bermanfaat dalam

pengurugan.

9

Page 10: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai

peralatan terutama GPS Garmin dengan berbagai perlengkapan lainnya

yang dilakukan oleh tenaga berpengalaman . Adapun untuk survey luas

tanah yang dimaksud adalah untuk petugas survey Dinas ESDM Provinsi

Jawa Timur pada Bulan Juli 2015 yang lalu. Pekerjaan survei dilakukan

pula oleh Team Studi UKL-UPL Tambang yang meliputi pekerjaan: pra

survei, survei dan pengamatan, sampling, interview dan sosialisasi yang

dilaksanakan di dalam tapak tambang dan sekitar tapak tambang yang

dimaksud.

2.4.1.2. Pengadaan Lahan

Lahan untuk Tambang adalah Penduduk setempat Desa Mojolebak

Dusun Mojogeneng. Pada saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

pertanian tadah hujan. Pengadaan lahan melalui proses: pertemuan dengan

masyarakat pengguna lahan, inventarisasi dan klarifikasi luasan dan status

lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai lahan, tanaman di atas lahan

dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan penyerahan ganti rugi atau

kompensasi. Semuanya bisa melalui kontrak sewa maupun pembebasan

lahan.

Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan

lahan PT.Muda Mudi Indonesia. Proses ini dimulai dengan kegiatan public

hearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat yang

lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas lahan,

dan tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara musyawarah

untuk mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku.

Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak Kegiatan

Operasional Tambang (± 12,3 ha).

10

Page 11: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

2.4.1.3 Sosialisasi ke warga

Demi menjaga akan dampak yang tidak diinginkan atas kedua

belah pihak maka sebelumterjadi transaksi baik yang berupa persewaan

maupun jual beli tanah, maka sosialisasi bagi semua pihak akan dilakukan

sebagaimana yang telah dikerjakan sebelumnya.

Demikian juga berkaitan dengan rencana operasi penambangan

yang akan dilakukan sehingga warga khususnya yang tinggal dekat dengan

lokasi tambang akan mendapatkan penjelasan bahkan juga kompensasi

yang berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya

penambangan tersebut.

2.4.1.4. Penambangan Prasarana dan Sarana

Sarana infrastruktur jalan adalah menggunakan sarana jalan yang

pernah dipakai penambangan sebelumnya dengan terlebih dahulu

dilakukan perbaikan dan penambahan pengurugan. Adapun jarak sarana

jalan menuju lokasi tambang dari jalan umum adalah lebih kurang 600

meter sedangkan saat ini kondisi jalan yang ada adalah sepanjang 550m,

jadi masih kurang 50 meter lagi.

2.4.1.5. Mobilisasi Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam penambangan tanah urug Desa

Mojolebak umumnya didatangkan dari luar Kabupaten Mojokerto Provinsi

Jawa Timur. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan Pra

Operasional tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.

Tabel 2-2

Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Pra Operasi

No. Nama Jenis Alat Jumlah (unit)

1. Dump truck / trailer 502 Vibro hammer 1

11

Page 12: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

3 Bulldozer 34 Excavator 55 Motor grader 16 Light truck 17 Water tank truck 28 Water tank 19 Asphalt sprayer 110 Asphalt finisher 111 Water pump 212 Water pass 213 Genset 214 Air compressor 115 Theodolite 2

2.4.1.6. Pembukaan dan Pematangan Lahan

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan yang diperlukan antara

lain meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut :

• Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top

soil) meliputi pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan, batuan

permukaan dan pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk

pembuatan jalan sementara menuju area penempatan material

pembersihan itu sendiri. Khusus top soil akan ditempatkan di

pinggiran lokasi yang selanjutnya digunakan untuk keperluan

landscaping. Selanjutnya untuk pekerjaan operasi penambangan

setelah dilakukan aktifitas tersebut di atas diharapkan untuk

proses operasi produksi operasi penambangan akan berjalan

sesuai dengan rencana dan kriteria jenis tanah urug yang

diharapkan.

12

Page 13: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

2.4.1.7. Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan khususnya pada saat pra

operasi dan operasi diperkirakan 27 orang, dan 10 orang diantaranya

tenaga kerja setempat. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan berasal

dari daerah sekitar tambang yang berdasarkan kriteria keahlian dan

keterampilannya diperkirakan dapat mencapai sekitar 20 orang. Sedangkan

lainnya sekitar 17 orang tenaga kerja berasal dari luar daerah.

Berdasarkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki,

tenaga kerja tersebut dapat dikatagorikan sebagai supervisor, tukang,

mandor, buruh dan personalia. Sedangkan tingkat pendidikannya dapat

bervariasi mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda atau

Diploma, dan Sarjana (S1). Perkiraan jumlah tenaga kerja yang diperlukan

tersebut disajikan pada Tabel 2-5.

Tabel 2-3

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Pra operasi dan operasi

No. Posisi / Keahlian Jumlah (orang)

1 Manajerial 5

2 Supervisi 2

3 Tenaga kerja trampil 20

4 Tenaga kerja kasar 10

2.4.2. Rencana Kegiatan Tahap Operasi

2.4.2.1 Pengoperasian Penambangan Tanah Urug

Secara umum pengoperasian tambang tanah urug ini dalam

pelaksanaanya adalah memakai system operasional kerja yang terlebih

dahulu dibuat jalannya sehingga memudahkan akan operasional

pelaksanaan dan terjadi koordinasi maupun kecepatan kerja yang lebih

efektif dan efisien.

13

Page 14: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Selain daripada itu control pengaturan setiap unit kerja akan selalu

dilaksanakan selaras dengan aktifitas kerja yang dilakukan. Untuk itu

monitoring dan laporan berkala akan dilakukantermasuk juga pengawasan

terhadap kondisi lingkungan yang mungkin ditimbulkan dengan adanya

aktifitas penambangan tersebut sehingga selain dapat mencegah terhadap

akses – akses yang ditimbulkan juga demi mengantisipasi terhadap

dampak yang tidak diinginkan antara lain debu yang ditimbulkan karena

lalu lalangnya kendaraan dan penyelamatan biota air maupun darat.

2.4.3 Kegiatan pada Tahap Operasi

Persiapan akan dilaksanakan dan dimulai dengan operasional kerja

dengan memaksimalkan kinerja alat berat dan tenaga manusia yang

bekerja sebagai operator maupun helper operator saat melaksanakan

tugasnya.

2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi

Masa berlangsungnya operasional Tambang sesuai ijin IUP dan

juga potensi ke depan yang mendukungnya. Dalam Tahap Pasca Operasi,

sumber dampak utama (pemanfaatan lahan eks tambang) dan pengelolaan-

pemantauannya diuraikan lebih lanjut dalam UKL-UPL ini.

2.5. Sumber-Sumber Polutan dan Penanganannya

Dalam rangkaian sistem operasi pemanfaatan tanah urug,

disamping menghasilkan tanah urug, juga dihasilkan material tanah

buangan (limbahyang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sumber-sumber polutan pada Tambang Tanah Urug adalah :

1. Akibat lalu lalang kendaraanpengangkut material tanag urug yang

memiliki daya angkut tonase sekitar 25 -30 ton m3 maka akan

menimbulkan debu dari jalan maupun di lokasi tambang. Oleh

akrena itu untuk mengurangi dampak tersebut di lokaso maupun

kea rah jalan menuju lokasi Kegiatan Operasional selalu dilakukan

14

Page 15: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

penyiraman secara berkala sehingga jalan terpelihara dan debu

yang beterbangan juga sangat berkurang.

2. Secara berkala PT.Muda Mudi Indonesia juga akan menunjuk

petugas khusus untuk memberi bantuan berupa masker maupun

obat – obat yang diperlukan jika ada penduduk di sekitar lokasi

penambangan mengalami gangguan ISPA.

3. Untuk material buangan yang berupa top zoil akan dialokasikan di

tempat yang khusus sehingga pada saat selesai dilakukan reklamasi

maka bagian atas tanahnya akan diurug dengnan tanah top soil

supaya dengan demikian humus tanahnya bisa membantu

pertumbuhan dan lokasi tersebut tetap bisa dimanfaatkan untuk

usaha pertanian bahkan saluran irigasinyapun menjadi

memungkinkan untuk dialirkan karena kondisi tanahnya sudah

berupa tanah rata dengan elevasi yang sudah tidak seperti

sebelumnya.

15

Page 16: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

BAB III

RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1. Komponen Fisik Kimia

3.1.1 Iklim

Wilayah sekitar rencana lokasi Tambang Tanah Urug Mojolebak

termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya membuat

curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya,

karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei -

Oktober, curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah

Barat menyebabkan musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam

bulan Mei – Oktober.

Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi sebagai

stasiun terdekat dengan rencana lokasi tambang yang tercatat selama 10

tahun antara 2000 - 2010, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan

berkisar antara 29,23 - 31,17 OC. Suhu maksimum terjadi pada bulan

Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan Desember sampai

Januari.

Pengumpulan data curah hujan di Indonesia, diperoleh data selama

tahun 1997 – 2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar

antara 68,38 – 264,25 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

Desember dan terendah pada bulan Agustus.

Kelembaban relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi

tergolong tinggi berkisar antara 74.6 % – 85.6 %.

Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara

0,7 knot atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot

atau 1,65 m/det (bulan Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau

0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober (kemarau) arah angin dominan

16

Page 17: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E),Sedangkan pada

musim hujan (Nopember – April) angin berhembus dari arah Timur (E)

dan Tenggara (SE).

Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-

UPL ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1,

menunjukkan arah angin Timur Laut – Barat Daya dan kecepatan 2 – 5

m/s, kelembaban 45 – 65% dan suhu 30 – 320C.

3.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan

Rona lingkungan kualitas udara dan kebisingan, sebagai kondisi

awal sebelum adanya tambang di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1)

dalam kawasan rencana Lokasi tambang, (2) persimpangan Jalan Akses

dengan jalan Raya, dan (3) dalam kawasan pertigaan Mojokerto.

Kondisi kualitas udara yang dinyatakan dalam parameter debu

menunjukkan bahwa pada titik KU-3 (= pemukiman penduduk Desa

Bendung) sudah berada di atas baku mutu maksimum yang

dipersyaratkan oleh PP Nomor 41 Tahun 1999, sedangkan di dua titik

lainnya masih berada di bawah baku mutu. Kadar debu yang terukur di

Mojokerto serta jalan menuju jalan raya ini bersumber dari arus lalu

lintas jalan desa yang dalam kondisi kering, sehingga saat dilintasi oleh

kendaraan sangat mudah mendisversikan debu ke udara ambien. Titik

ukur kualitas udara pada Mojokerto maupun arah menuju lokasi

tambang ini tepat berada di tepi jalan desa sehingga kadar debu yang

terukur juga relatif tinggi. Selengkapnya hasil pengukuran kualitas

udara dapat dilihat pada Tabel 3-1.

Dari parameter tingkat kebisingan, seluruh titik pengamatan

memiliki tingkat kebisingan yang berada di bawah baku mutu

maksimum yang dipersyaratkan untuk masing-masing baku mutu yang

ditetapkan sesuai dengan peruntukkannya. Pada titik (1) memiliki

tingkat kebisingan yang paling rendah dibandingkan dengan dua titik

pantau lainnya, hal ini disebabkan karena pada titik (1) = rencana lokasi

17

Page 18: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

tambang) ini tidak ada kegiatan yang menimbulkan tingkat kebisingan,

kecuali suara-suara yang ditimbulkan dari hembusan angin yang

menggoyang daun. Selengkapnya hasil pengukuran kebisingan dapat

dilihat pada Tabel 3-1.

Tabel 3-1

Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana

pengoperasian tambang dan daerah sekitarnya

No Parameter Satuan KU.1 KU.2 KU.3 Baku mutu1 Kondisi Pengukuran

Cuaca - cerah cerah Cerah -Arah angin - BL BD BD -Kecepatan angin m/s 2 – 4 2 – 5 3 – 5 -Temperatur OC 30 32 32 -udaraKelembaban % 65 46 45 -udara

2 Debu μg/m3 39,31 64,27 274,34 2303 Kebisingan dBA 36,45 50,12 50,04 55 / 70

Keterangan : (lihat Lampiran Teks 2-1)

• KU.1 : Rencana Lokasi tambang

• KU.2 : Jalan Akses menuju ke tambang

• KU.3 : Di pertigaan Mojokerto kota

Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara

Baku Mutu Kebisingan menurut Kepmen LH Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang

Baku Tingkat Kebisingan

Sumber : Lampiran Teks 3-1

18

Page 19: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Tabel 3-2

Kualitas udara di sekitar rencana lokasi Tambang

No Titik Pengukuran Kadar (µg/m3)

Debu SO2 NO2 CO

14 km dari rencana lokasi tambang 126,98 1,0057 6,3945 94,27

2 Desa / dusun terfekat 261,44 0,5106 2,5107 2.232,68

3 Simpang tiga jalan masuk 522,88 6,4527 6,7644 4.798,77

4 Pertigaan Mojokerto 526,32 2,9864 3,2505 6.509,50

5 Pemukiman Jalan Poros 233,92 0,5106 2,6956 1.377,32

Baku mutu*) 230 900 400 30.000

*) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999, tentang

Pengendalian Pencemaran Udara

Hasil pengukuran debu dalam bulan Oktober 2014 pada studi UKL-UPL

ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 – 274,38 (µg/m3)

lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 – 526,32

µg/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di

udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora

tumbuhan yang terbang ditiup angin.

Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi tambang pada 3 (tiga)

titik pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah

36,45– 50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik

pantau di sekitar rencana lokasi tambang adalah 43,8 – 58,9 dBA. Kebisingan ini

bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas disamping suara yang

ditimbulkan oleh binatang (seperti burung) dan suara pepohonan yang gemuruh

ditiup angin.

19

Page 20: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

3.1.3 Fisiografi dan Morfologi

Sistem fisiografi yang berkembang di daerah rencana

penambangan menjadi bagian dari perkembangan tatanan sistem

fisiografi Desa Mojolebak. Secara morfologi kondisi sistim fisiografi

tanah terletak pada satuan topografi bergelombang/berbukit - bukit.

Keberadaan satuan geomorfik topografi bergelombang terletak di

sebelah timur laut dari lajur sungai Brantas.

Perkembangan relief morfologi satuan topografi bergelombang

tersebut dicirikan dengan kemiringan lereng 5-15% miring ke arah

selatan dengan beda tinggi 5-20m. Sungai yang berkembang adalah

Sungai Brantas. S. Brantas merupakan sungai utama yang pola

alirannya mengarah pada desa di Porong maupun di Surabaya.

3.1.4 Geologi

3.1.4.1 Struktur dan Karakteristik

Tanah di Wilayah Kabupaten Mojokerto ditinjau dari

struktur Geologi yang terbanyak adalah dari batuan pembentuk

Aluvium Plistosen, faces sedimen dan pleitosen faces gunung

berapi. Jadi dari aspek struktur karakteristik pembentuknya

menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan endapan alluvium,

endapan ini secara umum merupakan lahan subur untuk usaha

pertanian juga akan memberikan berbagai macam bahan dan

berbagai macam jenis tanah tetapi juga merupakan pembentuk

batuan ini.

3.1.4.2 Tekstur Tanah

Tekstur tanah di Wilayah Kabupaten Mojokerto dibagi

menjadi 2 (dua) macam yaitu tekstur tanah halus seluas27,24%

sedangkan tekstur sedang seluas 76,76% dari total wilayah

Kabupaten Mojokerto. Sedangkan lahan tambang Mojolebak

memiliki tekstur tanah sedang.

20

Page 21: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

3.1.5 Hidrologi

Pola tata air di Kabupaten Mojokerto pada umumnya ditentukan

oleh derasnya curah hujan yang turun. Jumlah mata air / sumber air dan

pola aliran sungai maupun tampungan air/bendungan. Adapun kondisi

di sekitar tambang adalah agak jauh dengan sungai Brantas sebagai

sumber air yang utama. Sehingga apabila terjadi musim kemarau

berkepanjangan akan menjadi kering dan aliran imigrasi beserta sungai

yang dekat lokasi tambang pun tidak mengairi dan debitnya menjadi

sanagat kekurangan sekali (kering) sehingga tanah yang memiliki

ketinggian seperti tanah yang diajukan sebagai tanah yang berbukit

menjadi sukar untuk diairi. Maka dengan dilakukan penambangan

selain materialnya bermanfaat untuk pengurukan tanah, lokasi yang

ditambang kontur ketinggiannya bisa menjadi turun serta memiliki

potensi lebih besar untuk diairi karena ketinggiannya terkurangi.

3.1.6 Air Tanah

Kondisi air tanah yang tersedia cukup memadai, jika mengamati

dari keberadaan sumur-sumur di sekitar konsentrasi penduduk

pinggiran jalan raya Mojolebak, di mana fluktuasi kedalaman air sumur

± 5 – 7 m dari level muka tanah setempat. Pergerakan air tanah di

perkirakan bergerak dari arah Utara, daerah kontur tinggi bergerak ke

Selatan mengikuti dengan keadaan kontur lebih rendah sampai

mencapai alur pengumpul air permukaan dan air tanah yaitu sungai

Mojokertodengan laju pergerakan air tanah berkisar k = 5. 10 −4 cm/dt.

Air hujan yang masuk menjadi air tanah diperkirakan 10 % - 30 %

dari curah hujan tahunan di daerah ini yang besarnya sekitar 2000 mm.

Infiltrasi air hujan menjadi air tanah dipengaruhi oleh kondisi

permukaan daerah recharge. Misalnya 15 % air hujan diperkirakan

menjadi air tanah, maka debit input air tanah dalam sistem air tanah

Tinggian Tutupan yang terjadi adalah setara dengan 0.246 m3/det atau

21

Page 22: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

246 L/det. Dengan faktor keamanan sebesar 1.5, maka debit input air

tanah maksimum sebesar 164 L/det.

Air tanah di wilayah studi terdapat dalam sistem akifer yang

disebut dengan strip thin leaky-multiaquifer system. Dalam sistem

akifer ini aliran air tanah bersifat anisotropik, padamana drawdown

searah strike lebih dominan dibanding drawdown searah dip. Fenomena

ini mengindikasikan bahwa transmisi air lebih banyak terjadi dalam

arah horisontal, sehingga terdapat daerah pengaruh yang searah dengan

strike.

3.1.7 Kualitas Air

Pengamatan terhadap kualitas fisik dan kimia air permukaan

dilaksanakan pada sungai dan aliran air (creek) yang terdapat di dekat

lokasi tambang. Studi yang mencakup 2 titik pengamatan (site

sampling) di dalam areal DAS. Hasil pengukuran kualitas air pada ke

empat lokasi pengamatan tersebut secara lengkap dapat di lihat di

Lampiran Teks 3-3 (hasil analisis laboratorium). Hasil analisis

menunjukkan parameter kualitas airnya masih berada dalam kisaran

yang diperbolehkan menurut baku mutu air golongan B.

3.1.8 Kebijakan Tata Ruang

Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Mojokerto 2010-2020, tapak lokasi tambang di Wilayah yang

diperuntukkan sebagai pendukung penambangan yaitu menghasilkan

material tambang galian C

Dalam skala perencanaan yang lebih rinci, yakni seperti yang

tertuang dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Penyangga “industri”,

tapak lokasi berada pada kawasan pengembangan Kegiatan Operasional

dan industri, meskipun penggunaan lahan ada yang berupa pertanian

rakyat. Kawasan Kegiatan Operasional ini sendiri adalah merupakan

kawasan yang diharapkan dapat mendukung perkembangan industry

22

Page 23: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

mengingat Mojokerto sudah terlewati akses tol yang memudahkan arus

transportasi perdagangan selain juga adanya akses jalan artileri lainnya

yang selama ini dipakai aktifitas roda ekonomi.

Akses jalan primer yang menghubungkan Kota Mojokerto dengan

kota-kota Kecamatan lainnnya maupun sebagai jalan utama untuk lintas

propinsi yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sangat cepat.

3.1.9 Tanah

Pengumpulan data kualitas tanah dilakukan dengan pengambilan

contoh di tapak lokasi tambang dan di lingkungan sekitar lokasi yang

disesuaikan dengan tata guna lahan. Pengambilan contoh terusik

dilakukan dengan menggunakan ring sample dan contoh tanah terusik

dengan cara pemboran pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Sampel

tanah kemudian diambil dan dianalisa di Laboratorium Kualitas Tanah

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Brawijaya Malang.

Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tapak lokasi tambang dan di

lingkungan sekitar tambang dengan menggunakan konsep katena

(toposequen) pada tiga posisi lereng antara lain; (1). Punggung bukit (T

1), (2). Pelembahan (T 2), dan (3). Puncak bukit (T 3).

3.1.10 Status Hara dan Sifat Tanah

Hasil analisis contoh tanah pada beberapa lokasi tapak tambang.

Selengkapnya disajikan pada Tabel 3-3. Hasil analisis tanah kemudian

diberikan harkat jenisnya menurut kriteria dari Pusat Penelitian Tanah.

Tabel 3-3

Hasil analisis contoh tanah pada berbagai lokasi pengambilan sampelLokasi Sampel

No. Parameter Satuan T 1 T 1 T 2 T 2 T 3 T 3

(0-30)(30-60) (0-30)

(30-60) (0-30)

(30-60)

1 Tekstur

23

Page 24: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Pasir % 8.29 6.17 29.63 24.29 23.03 15.16

Debu % 27.68 32.67 24.41 30.37 49.02 25.73

Liat % 47.90 50.55 30.51 33.73 12.88 38.31

PSH % 16.13 10.61 15.45 11.62 15.07 20.81

2 Bulk density g/cm3 1.21 - 1.23 - 1.29 -3 Permeabilitas cm/jam 3.48 - 5.65 - 3.91 -

4 pH H2O - 4.25 4.38 4.32 4.45 4.30 4.85

5 pH KCl - 3.57 3.60 3.62 3.61 3.68 3.64

6 C-organik % 1.45 0.65 0.29 0.93 0.94 0.36

7 N-total % 0.16 0.12 0.17 0.12 0.17 0.13

8 P2O5-total mg/100 g 11.90 10.03 11.26 8.77 15.98 10.65

9 P2O5-tersedia ppm 14.43 14.44 15.24 13.61 15.23 14.46

10 K2O-total mg/100 g 13.52 6.98 2.41 1.95 6.85 2.61

11 K-tukar me/100 g 0.14 0.09 0.06 0.04 0.06 0.07

12 Na-tukar me/100 g 0.18 0.28 0.10 0.11 0.18 0.19

13 Mg-tukar me/100 g 0.74 0.50 1.00 0.30 0.50 0.40

14 Ca-tukar me/100 g 2.71 3.50 2.50 2.65 2.25 2.60

15 Al-tukar me/100 g 2.20 2.40 1.80 1.00 1.00 0.80

16 H-tukar me/100 g 6.70 6.70 4.30 5.80 4.11 5.20

17 KTK me/100 g 29.25 24.91 12.75 16.11 15.62 15.44

18 KB % 12.88 17.56 28.67 19.22 19.16 21.07

Sumber : Data primer hasil analisa laboratorium Kualitas Tanah Desa

Mojolebak

24

Page 25: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Punggung Bukit (T 1) Kedalaman 0-30 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik rendah

(1,45%), kandungan N-total rendah (0,16%), kandungan P2O5 tanah tergolong

rendah (11.90 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong rendah (13.52

mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan rendah (14.43

ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat rendah (0.14

me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.74 me/100 g tanah), kandungan

Magnesium dikelaskan rendah (0,50 me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium

digolongkan rendah (2.71 me/100 g tanah). Kejenuhan basa (KB) dikelaskan

sangat rendah (12.88%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan tinggi

(29.25 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam

(pH H2O = 4.25 ; pH KCl = 3.57). Tekstur tanah tergolong liat.

Punggung Bukit (T 1) Kedalaman 30-60 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat

rendah (0.65%), kandungan N-total rendah (0,12%), kandungan P2O5 tanah

tergolong rendah (10.03 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat

rendah (6.98 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan

rendah (14.44 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat

rendah (0.09 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan sedang (0.28 me/100 g tanah),

kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100 g tanah) dan kandungan

Kalsium digolongkan rendah (3.50 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan

sangat rendah (17.56%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan sedang

(24.91 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam

(pH H2O = 4.38; pH KCl = 3.60). Tekstur tanah tergolong liat.

Pelembahan (T 2) Kedalaman 0-30 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat

rendah (0.29%), kandungan N-total rendah (0,17%), kandungan P2O5 tanah 100

tergolong rendah (11.26 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat

rendah (2.41 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan

rendah (15.20 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat

25

Page 26: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

rendah (0.06 me/g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0,10 me/100 g tanah),

kandungan Magnesium dikelaskan rendah (1.00 me/100 g tanah) dan kandungan

Kalsium digolongkan rendah (2.50 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan

rendah (28.67%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (12.75

me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH

H2O = 4.32; pH KCl = 3.62). Tekstur tanah tergolong lempung liat berpasir.

Pelembahan (T 2) Kedalaman 30-60 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat

rendah (0.93%), kandungan N-total rendah (0,12%), kandungan P2O5 tanah

tergolong sangat rendah (8.77 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong

sangat rendah (1.95 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat

digolongkan rendah (13.60 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium

digolongkan sangat rendah (0.04 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah

(0.11 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan sangat rendah (0.30

me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.65 me/100 g).

Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (19.22%), dengan kapasitas tukar kation

(KTK) dikelaskan rendah (16.11 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH

yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.45; pH KCl = 3.61). Tekstur tanah

tergolong lempung berliat.

Puncak Bukit (T 3) Kedalaman 0-30 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat

rendah (0.94%), kandungan N-total rendah (0,17%), kandungan P2O5 tanah

tergolong rendah (15.98 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat

rendah (6.85 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan

rendah (15.23 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat

rendah (0.06 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.18 me/100 g tanah),

kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100 g tanah) dan kandungan

Kalsium digolongkan rendah (2.25 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan

sangat rendah (19.16%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah

26

Page 27: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

(15.62 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam

(pH H2O = 4.30; pH KCl = 3.68). Tekstur tanah tergolong lempung.

Puncak Bukit (T 3) Kedalaman 30 - 60 Cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat

rendah (0.36%), kandungan N-total rendah (0,13%), kandungan P2O5 tanah

tergolong rendah (10.65 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat

rendah (2.61 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan

rendah (14.46 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat

rendah (0.07 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.19 me/100 g tanah),

kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.40 me/100 g tanah) dan kandungan

Kalsium digolongkan rendah (2.60 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan

rendah (21.07%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (15.44

me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH

H2O = 4.85; pH KCl = 3.64). Tekstur tanah tergolong lempung berliat.

3.1.11 Kesuburan Tanah

Penilaian kesuburan tanah dilakukan menurut kriteria yang

dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT, 1983).

Kriteria ini digunakan karena belum ada baku mutu kualitas tanah dari

instansi yang berwenang. Kriteria yang digunakan ini cukup

representatif karena dibuat secara emperis. Ada lima sifat kimia tanah

penting yang digunakan untuk menilai kesuburan tanah secara

emperik, yaitu : kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB),

P2O5-total, K2O-total dan C-organik. Berdasarkan kriteria tersebut

dilakukan penilaian kesuburan tanah pada lokasi pemantauan dan

hasilnya disajikan pada Tabel 3-4. Hasil penilaian kesuburan tanah

pada lokasi pemantauan menunjukkan bahwa status kesuburan tanah

pada semua lokasi pemantauan adalah rendah.

27

Page 28: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Tabel 3-4

Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan sampel tanah

No. Lokasi Sampel

Sifat Kimia Tanah Status

KesuburanKTK KB P2O5 K2O C-org.

1 T 1 (0-30 cm) Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

2 T 1 (30-60 cm) Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

3 T 2 (0-30 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

4 T 2 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

5 T 3 (0-30 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

6 T 3 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

3.1.12 Erosi Tanah

Hasil pengamatan lapangan dan data hasil analisis contoh

tanah di laboratorium yang berkaitan dengan erosi tanah adalah

tekstur, C-organik, struktur, dan permeabilitas. Variabel-variabel

tersebut nantinya akan menentukan indeks erodibilitas yang

menunjukan nilai kepekaan suatu tanah terhadap kejadian erosi.

Dengan menggunakan rumus Universal Soil Losses Equation (USLE)

maka akan diperoleh nilai pendugaan erosi. Hasil pendugaan besarnya

erosi tanah pada beberapa lokasi pengambilan sampel selengkapnya

disajikan pada Tabel 3-5.

28

Page 29: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Tabel 3-5

Pendugaan besarnya erosi tanah

No.Lokasi

R K LS C x P APemantauan

1 T 1 1215 0.13 0.85 0.9 143.57

2 T 2 1215 0.12 0.45 0.45 57.08

3 T 3 1215 0.10 0.95 0.38 117.27

Keterangan :

R = Erosivitas hujan K = Erodibilitas tanahLS = Panjang lereng dan slope C = Faktor vegetasiP = Faktor pengelolaan A = Erosi (ton/ha/tahun)

3.1.13 Kestabilan Tanah

Kestabilan tanah dapat diartikan sebagai ketahanan tanah

terhadap daya rusak dari luar. Ketahanan tanah menentukan tidak

mudahnya massa tanah dihancurkan oleh air (air hujan dan air

limpasan). Ketahanan tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan

organik, tekstur tanah dan bahan semen lainnya.

Dalam kapasitas kestabililan tanah yang berhubungan

dengan erosi tanah diindikasikan dengan nilai erodibilitas tanah.

Nilai erodibilitas tanah ini dihitung berdasarkan hasil analisis

contoh tanah di laboratirium terhadap data kandungan bahan

organik, tekstur tanah (kandungan pasir, debu, liat, dan pasir sangat

halus), permeabilitas tanah dan struktur tanah.

Kesetabilan tanah dapat juga dinilai dari tingkat bahaya

erosi yang merupakan perkiraan kehilangan tanah maksimum

dibandingkan dengan tebal solum tanahnya pada setiap unit lahan

bila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak

mengalami perubahan.29

Page 30: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Jumlah maksimum tanah hilang dimaksudkan untuk

memprediksi produktivitas lahan tetap lestari. Penentuan tingkat

bahaya erosi akan menggunakan kriteria dari Departemen

Kehutanan (1986) dengan menggunakan pendekatan tebal solum

tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar. Kriteria

tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya

bahaya erosi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3-6.

Ketebalan solum tanah di dalam lokasi Kegiatan

Operasional rata-rata memiliki ketebalan solum lebih dari 90 cm.

Penetapan TBE didasarkan pada pembandingan nilai kedalaman

solum tanah yang dihubungkan dengan erosi maksimum tanah dari

masing-masing lokasi yang menunjukan nilai erosi antara 57.08

hingga 143.57 ton/ha./tahun. Berdasarkan kriteria tingkat bahaya

erosi pada Tabel 3-6 terlihat bahwa tingkat bahaya erosi pada

masing-masing lokasi memiliki tingkat bahaya erosi sedang (S).

Tabel 3-6

Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi

Tebal Solum Erosi Maksimum (ton/ha/th.)

(cm) < 15 15 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480

> 90 SR S S B SB

60 – 90 R B B SB SB

30 – 60 S SB SB SB SB

< 30 B SB SB SB SB

Keterangan :

SR = sangat rendah B = berat R = rendah S = sedang SB = sangat berat

3.2. Komponen Biologi

3.2.1 Flora Darat

30

Page 31: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Keadaan vegetasi yang di rencana areal Tambang dan sekitarnya

terdiri atas hutan sekunder muda (belukar), kebun campuran dan

tanaman pekarangan.

Pada tapak Kegiatan Operasional untuk tingkat semai didominasi

oleh alaban (Vitex pubescens), karamunting gunung (Rhodomyrus

tomentosa), pelawan (Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina),

jamai (Rhodomnia ceneria) dan kujanjing (Pterospernum javanicum).

Untuk tingkat pancang didominasi alaban (Viteks pubescens), pelawan

(Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina), bati-bati (Adina

minutiflora), bengkirai (Trema amboinensis), mahang (Macaranga

hypoleuca) dan jambu-jambuan ( Eugenia sp). Sedang tumbuhan bawah

pada tapak ini didominasi oleh jenis alang-alang, hering, rio-rio,

karamunting kodok, kacang polong. Secara keseluruhan keadaan

vegetasi di areal tapak tambang dari segi keragaman dan potensi tidak

terlalu besar.

Pada areal sekitar tapak tambang untuk vegetasi hutan sekunder

muda (belukar) jenis yang mendominasi juga tidak jauh berbeda yaitu

jenis alaban (Vitex pubescens). Sedang tumbuhan bawah yang

mendominasi yaitu alang-alang, rumput teki, pandan, kerinyuh, hering,

putri malu.

Pada kebun campuran dan tanaman pekarangan terdapat 15 jenis

tanaman yang didominasi oleh jenis karet (Hevea brasilensis),

rambutan (Nephelium lappaceum), petai (Parkia spp), nangka

(Arthocarpus integra). Untuk tumbuhan bawah didominasi oleh orok-

orok, rumput teki, alang-alang, karamunting dan krinyuh.

3.2.2 Flora Air

31

Page 32: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Hasil analisa sampel plankton pada 4 (empat) sampling sites dalam

studi UKL-UPL Tambang memperlihatkan adanya sejumlah genera

fitoplankton yang dijumpai di wilayah studi. Terdapat 3 (tiga) phylum

yang mengkontribusi keanekaragaman hayati planktonik di kawasan

studi, yaitu 6 genera dari phylum Cyanophyta, 7 genera dari phylum

Chlorophyta, dan 3 genera dari phylum Chrysophyta (Lampiran Teks 3-

5). Jenis fitoplankton yang ditemukan dengan jumlah tertinggi adalah

Oscillatoria dari phylum Cyanophyta. Secara kuantitatif phylum

Chlorophyta memperlihatkan keberadaan jumlah sel yang terbanyak

dan jumlah spesies (jenis) tertinggi.

Dari seluruh perhitungan kelimpahan sel planktonik yang

diidentifikasi tersebut dapat dihitung tingkat keanekaragaman hayati

biota planktonik pada setiap stasiun pengamatan.

Nilai keanekaragaman Shannon-Wiener untuk fitoplankton pada

wilayah studi UKL-UPL berkisar dari 1,9914 sampai 3,6405. Dari data

Nilai keanekaragaman pada semua stasiun memperlihatkan tingkat

keanekaragaman hayati masih tergolong baik yang dapat diartikan juga

bahwa kondisi lingkungan perairan yang termasuk belum tercemar.

3.2.3 Fauna Darat

Untuk memperoleh data satwa liar dilakukan pengamatan langsung

(observasi) terhadap satwa liar, selain itu juga berasal dari informasi

penduduk dan data sekunder. Jenis-jenis satwa liar di lokasi paling

sedikit dijumpai 12 jenis Mamalia, Reptila sebanyak 6 jenis, dan Aves

terdapat 23 jenis (Tabel 3-7).

Tabel 3-7

32

Page 33: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Jenis satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL Tambang

No.Nama Indonesia

Nama Spesies atau Famili Statusatau Lokal

Sumber

Mamalia

1 Kera ekor panjang Macaca fascicularis O -

2 Musang Paradoxurus hermaphroditus 0 -

3. Tupai Sundasciurus lowii I -

4. Pelanduk/Kancil Tragulus javanicus I -

5. Babi Sus barbatus I -

6 Landak Hystrix brachyura I -

7 Tringgiling Manis javanica 0 -

8. Hirangan Presbytis melalophos I -

9 Sado Mydaus javanensis I -

10 Tikus Rattus exulans O -

11 Menjangan Cervus unicolor I -

12 Berang-berang Cynogale bennetti I

Reptilia

1 Ular pucuk Trimeresurus albolabris I -

2 Biawak Kalimantan Varanus bornensis I -

3 Biawak bergaris Varanus salvator I -

4 Ular sanca Phyton reticulatus I -

5. Kadal Mabuia multifasciata O -

6. Ular belang Bunarus fasciatus I -

No.Nama Indonesia

Nama Spesies atau FamiliSumber

Statusatau Lokal

33

Page 34: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Aves

1. Pipit/Bondol rawa Lonchura malacca O -

2. Kelayangan Hirundo tahitia O -

3. Punai gading Treron vernans O -

4. Tekukur biasa Streptopelia chinensis O -

5. Ketinjau/Murai batu Copsychus malabaricus I -

6. Burung gereja Passer montanus O -

7. Cinenen belukar Orthotomus atrogularis O -

8. Bubut alang-alang Centropus bengalensis O -

9. Prenjak Abroscopus bengalensis I -

10. Kucica kampung Copsychus saularis I -

11 Tombelet Hemicircus concretus O -

12 Meninting Alcedo meningting O -

13. Burung madu -

merah Aethopyga siparaja 0

14. Karuang Pycnonotus flavescens O -

15. Bambangan coklat Ixobrychus eurhythmus O -

16 Cabak Caprimulgus affinis O -

17 Cekakak kecil Todirhamphus sauctus O -

18. Elang bondol Haliastur indus O -

19. Kutilang Pycnonotus aurigaster O -

20. Kacamata gunung Zosterops montanus O -

21 Cuit Nectarinia jgularis O -

22 Pentet kelabu Lanius schach O -

23. Caladi batu/pelatuk Meiglyptes tristis O -

Keterangan : O = nihil; I = Informasi

34

Page 35: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

3.2.4 Fauna Air

Dari hasil analisa contoh plankton yang telah dilakukan, dalam

wilayah studi UKL-UPL Tambang hanya ditemukan 4 genera, yakni

Castrada luthera, Notholca, Rotaria, dan Floscularia (Lampiran Teks

3-5). Indek keanekaragaman zooplankton semua berada dibawah 1,

kecuali pada satu stasiun (PP-05, s. Mojokerto) indek keanekaragaman

mencapai nilai 2. Data ini memperkuat dugaan kondisi perairan di

wilayah studi yang telah tercemar.

Dari hasil analisa sampel benthos, juga dijumpai keberadaan jenis

zoobenthos secara kuantitatif yang sedikit. Dari hasil analisa hanya

ditemukan 5 genera (Lampiran Teks 3-5), diantaranya Valvata

tricarinata dan Viviparus intertextus. Dari data yang diperoleh dengan

nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,6822 – 1,5644 dapat dikatakan

bahwa perairan di wilayah studi termasuk agak tercemar.

3.3. Komponen Sosial

3.3.1 Kependudukan

Jumlah Penduduk Tahun 2011 - 2013

  Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah Penduduk 1.112.821 1.143.747 1.162.630

Laki 559.793 575.435 585.135

Perempuan 553.028 568.312 577.495Sumber data : BPS Kabupaten Mojokerto, Tahun 2013

  Berdasarkan jenis kelamin maka jumlah penduduk laki-laki lebih

banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Dalam

Tahun 2013 jumlah penduduk laki-laki Kabupaten Mojokerto

sebesar 585.135 jiwa dan jumlah penduduk perempuan

sebesar 577.495 jiwa. Berikut data jumlah penduduk Kabupaten

Mojokerto menurut jenis kelamin untuk tiap kecamatan.

35

Page 36: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Jumlah Penduduk Kabupaten Mojokerto Menurut Jenis Kelamin

No. KecamatanJenis Kelamin Jumlah

PendudukLaki-laki Perempuan 1. Jatirejo 22.751 22.195 44.946 2. Gondang 22.650 22.436 45.086

3. Pacet 30.158 29.979 60.1374. Trawas 15.798 15.869 31.6675. Ngoro 41.704 41.778 83.4826. Pungging 39.580 39.157 78.7377. Kutorejo 33.640 32.816 66.456

8. Mojosari 41.182 40.228 81.4109. Dlanggu 29.528 29.366 58.89410. Bangsal 27.027 26.370 53.39711. Puri 39.984 39.411 79.39512. Trowulan 40.158 39.303 79.46113. Sooko 39.878 39.168 79.04614. Gedeg 31.237 30.859 62.09615. Kemlagi 31.421 31.374 62.79516. Jetis 44.913 43.855 88.76817. Dawarblandong 27.115 27.545 54.660

18. Mojoanyar 26.411 25.786 52.197Jumlah 585.135 577.495 1.162.630

Sumber data : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mojokerto, Tahun 2013

3.3.2 Ekonomi

3.3.2.1 Pendapatan Rumah Tangga

Dari pengamatan di lapangan, sebagian besar responden di Desa

Mojolebak merupakan karyawan swasta perusahaan perkebunan dan

Kegiatan Operasional Tambang. Untuk Desa Bendung sebagian besar

merupakan pekebun karet, kemudian yang lainnya swasta. Sedang

untuk Desa Bendung, sebagian besar responen merupakan pekebun

karet dan pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang merupakan

karyawan Kegiatan Operasional.

36

Page 37: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Penghasilan utama bervariasi antara Rp 300.000,- dan Rp

2.500.000,-. Tertinggi didapatkan di Desa Bendung dan Desa

Mojolebak, sedangkan penghasilan terendah didapatkan di Desa

Bendung.

Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp 400.000,- dan Rp

3.000.000,-. Penghasilan tertinggi didapatkan di Desa Bendung dengan

usahanya berupa pembibitan dan pertanian. Sedangkan penghasilan

terendah di Desa Mojolebak yang hanya Rp 400.000,- dari usaha

menyadap pertanian dan pembibitan.

Pengeluaran rumah tangga tertinggi di desa Mojolebak dan Desa

Bendung sebanyak Rp 1.500.000,- dan terendah terdapat di Desa

Mojolebak dan Desa Bendung sebanyak Rp 300.000,- per bulan.

Pengeluaran rumah tangga tergantung dari penghasilan/pendapatan.

Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi penduduk di

Kabupaten Mojokertocukup terbuka luas. Masyarakat masih dapat

memanfaatkan peluang kerja di bidang penggalian dan Kegiatan

Operasional. Masyarakat juga dapat memanfaatkan peluang pada

sektor-sektor atau bergerak di sektor perdagangan lain lain seperti

warung makan, kios, atau jasa-lain yang merupakan dampak ekonomi

dari keberadaan Kegiatan Operasional limbah padat/lumpur skala besar.

3.3.2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tabel11.2

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MOJOKERTO

Table MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000

    TAHUN 2011 - 2013 (Jutaan Rupiah)

           

    Lapangan Usaha 2011 2012*) 2013**)

    (1) (2) (3) (4)

           

1   PERTANIAN 1863162.4989969 1956272.4989969 2030419.7436218

  1.1 Tanaman Bahan Makanan 942083.94170293 973183.94170293 995798.41702927

  1.2 Tanaman Perkebunan 380542.34900895 400442.34900895 415843.49008952

  1.3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 515276.43179955 556076.43179955 591095.54678073

37

Page 38: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

  1.4 Kehutanan 17441.512321964 17971.512321964 18502.741699166

  1.5 Perikanan 7818.2641635452 8598.2641635452 9179.5480231

2   KEGIATAN OPERASIONAL DAN PENGGALIAN 121074.18091832 128934.18091832 137259.87568037

  2.1 Minyak dan Gas Bumi      

  2.2 Kegiatan Operasional Tanpa Migas      

  2.3 Penggalian 121074.18091832 128934.18091832 137259.87568037

3   INDUSTRI PENGOLAHAN 3074465.7158917 3294634.7158917 3532797.6283538

  3.1 INDUSTRI MIGAS      

  a. Pengilangan Minyak Bumi      

  b. Gas Alam Cair      

  3.2 INDUSTRI TANPA MIGAS 3074465.7158917 3294634.7158917 3532797.6283538

  a. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 1397625.7711128 1500625.7711128 1610338.757757

  b. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Barang Kulit dan Alas kaki 204051.42956956 217151.42956956 231214.77425014

  c. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184734.90613973 197384.90613973 211474.70199184

  d. Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan 826704.69346783 883904.69346783 946806.73989487

  e. Industri Pupuk, Kimia, Barang Dari Karet dan Plastik 189622.80332787 203522.80332787 219241.97880271

  f. Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 113410.76740362 122210.76740362 131763.29156191

  g. Industri Logam Dasar Besi dan Baja 135967.36084454 145667.36084454 156174.61350565

  h. Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 496.22962794501 545.22962794501 583.0237502476

  i. Industri Barang Lainnya 21851.754397762 23621.754397762 25199.746839388

4   LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 77151.628438564 81997.628438564 87458.021501966

  4.1 Listrik 75335.17907642 80135.17907642 85516.646553382

  4.2 Gas      

  4.3 Air Bersih 1816.4493621437 1862.4493621437 1941.3749485839

5   BANGUNAN/PRA OPERASIONAL 122912.14979325 138032.14979325 154473.53838504

6   PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 2150945.0804753 2332035.0804753 2527892.4065164

  6.1 Perdagangan Besar dan Eceran 2111639.8805938 2287639.8805938 2477637.1171704

  6.2 Hotel 23093.643938262 26463.643938262 30362.031529921

  6.3 Restoran 16211.555943269 17931.555943269 19893.257816087

7   PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 294586.48891359 328295.48891359 363113.68114416

  7.1 PENGANGKUTAN 107382.14075487 115088.14075487 123641.69407608

  a. Angkutan Rel      

  b. Angkutan Jalan Raya 106014.22332294 113564.22332294 121974.36153005

  c. Angkutan Laut      

  d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan      

  e. Angkutan Udara      

  f. Jasa Penunjang Angkutan 1367.9174319318 1523.9174319318 1667.3325460346

  7.2 KOMUNIKASI 187204.34815871 213207.34815871 239471.98706807

  a. Pos dan Telekomunikasi 184072.59352556 209672.59352556 235507.1686292

  b. Jasa Penunjang Komunikasi 3131.7546331497 3534.7546331497 3964.8184388747

8   KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 135913.08647626 149049.08647626 163443.33967078

  8.1 Bank 12901.791676675 14148.791676675 15541.34609751

  8.2 Lembaga Keuangan Tanpa Bank 16238.522346929 17828.522346929 19602.854838834

38

Page 39: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

  8.3 Jasa Penunjang Keuangan      

  8.4 Sewa Bangunan 100976.92956164 110766.92956164 121531.29047484

  8.5 Jasa Perusahaan 5795.8428910079 6304.8428910079 6767.8482596

9   JASA-JASA 616892.06169338 657244.06169338 696933.75028532

  9.1 PEMERINTAHAN UMUM 303472.24114249 319359.24114249 334804.1557021

  a. Administrasi Pemerintah dan Pertahanan 303472.24114249 319359.24114249 334804.1557021

  b. Jasa Pemerintah Lainnya      

  9.2 SWASTA 313419.8205509 337884.8205509 362129.59458322

  a. Sosial Kemasyarakatan 103228.73249901 109742.73249901 117353.13076379

  b. Hiburan dan Rekreasi 25842.828484224 29024.828484224 32559.529365023

  c. Perorangan dan Rumahtangga 184348.25956766 199117.25956766 212216.93445441

PDRB DENGAN MIGAS 8457102.8915973 9066494.8915973 9693791.9851596

PDRB TANPA MIGAS 8457102.8915973 9066494.8915973 9693791.9851596

           

Sumber Data : BPS Kabupaten Mojokerto

         

Keterangan : *) Angka diperbaiki **) Angka sementara

         

3.3.2.3 Pertumbuhan Ekonomi

Bidang fisik prasarana masih mendominasi usulan yang masuk

dalam RAPBD 2016 Kabupaten Mojokerto. Terbukti, dari total usulan

anggaran sebesar Rp 748 M, bidang ini menyumbang angka Rp 563 M,

atau sebesar 70% dari total usulan anggaran dari penyelenggaraan

Musrenbang tingkat kecamatan yang sudah dilaksanakan sejak bulan

Februari lalu, total usulan seluruh kecamatan sebesar Rp 748.184 M.

Dengan total kegiatan sebanyak 3604 kegiatan.

Selanjutnya bidang sosial budaya sebanyak 554 kegiatan dengan

anggaran senilai total Rp 72 M dan terakhir bidang ekonomi sebanyak

741 kegiatan sedangkan rencana anggaran senilai total Rp 95 M.Hal ini

merupakan landasan untuk penyusunan KUA dan PPAS serta RAPBD

Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 2016.

           Sementara itu, perihal sektor penting yang memerlukan perhatian

lebih Kabupaten Mojokerto, Isu-isu strategis pembangunan Kabupaten

Mojokerto yang memerlukan sorotan khusus saat ini meliputi

peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, pembangunan dan

39

Page 40: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

pemeiliharaan infrastruktur, revitalisasi pertanian dan pengembangan

Agroindustri, peningkatan industri pariwisata, serta pembangunan

ekonomi.

Para pemangku kepentingan atau stakeholders di tingkat

Kabupaten atau Kota, bisa mematangkan Rancangan Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD), yang disusun berdasar pada kompilasi

seluruh rancangan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renja SKPD). Target utama dari Musrenbang 2015 yaitu untuk

mendapatkan masukan tentang penyempurnaan rancangan awal RKPD

yang memuat rencana prioritas pembangunan daerah serta

pendanaannya. Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan

terhadap RKPD Kabupaten, serta menyepakati prioritas pembangunan.

       Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mojokerto sebesar 6,92%, angka

ini bahkan melebihi pencapaian tingkat Provinsi Jawa Timur yang

sedikit di bawah Kabupaten Mojokerto, yakni sebesar 6,55% dalam

prosentase.Penjelasan tersebut tentu dibarengi dengan fakta statistik

yang menjelaskan bahwa pendapatan perkapita Kabupaten Mojokerto

berangsur-angsur naik per tahunnya, dari Rp 22.515.171 pada 2012

menjadi Rp 25.458.979,23 pada 2013. Prestasi ini juga ditambah

dengan IPM Kabupaten Mojokerto yang juga meningkat tiap tahunnya,

dari 74,42% pada 2012  menjadi 75,26% pada 2013.

       Angka-angka kenaikan tersebut tidak lepas dari perencanaan dan

perhitungan matang, yang direalisasikan untuk pembangunan merata

dan menyeluruh. Beberapa hal yang masuk daftar prioritas

pembangunan tahun ini adalah peningkatan pembangunan infrastruktur

umum, seperti pemeliharaan dan peningkatan sejumlah jalan poros

desa, jalan lingkungan. dengan kerjasama dengan pihak Perhutani

Pasuruan untuk mengembangkan kawasan perekonomian, dengan

anggaran dana mencapai Rp 50 M sebagai bentuk upaya serius Pemkab.

40

Page 41: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

         Sektor yang perlu di bidang kesehatan dalam rancangan

pembangunan dan pengembangannnya. Akses kesehatan dan kualitas

pelayanan atau hospitality akan terus ditingkatkan dengan membangun

unit Puskesmas Rawat Inap lengkap dengan pengadaan mobil

ambulance. Dari sebelumnya 16 Puskesmas Rawat Inap, akan ditambah

lagi 11 Puskesmas Rawat Inap, sehingga totalnya menjadi 27

Puskesmas Rawat Inap. Semakin bagus fasilitas Puskesmas Rawat Inap,

maka akan mengurangi angka rujukan ke RS yang tentu akan

membutuhkan biaya lebih mahal.

          Dari semua sektor pembangunan infrastruktur umum yang

ditargetkan Pemkab, kesejahteraan masyarakat menjadi hal utama yang

harus digaris bawahi. Infrastruktur umum yang nyaman, berbanding

lurus dengan kesejateraan masyarakat. Upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat, akan didukung penuh oleh Pemkab. Program

Bedah Rumah diharapkan akan mampu mengangkat dan memperbaiki

kesejahteraan dan kualitas standar hidup masyarakat Mojokerto.

3.3.3 Kegiatan Kemasyarakatan, Keamanan dan Ketertiban

Menurut responden kegiatan gotong royong masih kuat dilakukan

oleh masyarakat. Kegiatan gotong royong itu antara lain: membersihkan

masjid, membersihkan lingkungan, acara perkawinan, yasinan,

posyandu, selamatan, dan pembangunan desa.

Menurut responden keadaan kegiatan gotong royong ini sama saja

dari dulu sampai sekarang. Hal ini dinyatakan oleh 53,33% dari

responden. Yang menyatakan semakin baik ada 43,33% dari total

responden.

Konflik sosial jarang terjadi, bahkan hampir tidak ada. Tokoh

masyarakat yang berperan dalm menyelesaikan konflik untuk Desa

Mojolebak secara berurutan dari yang terbanyak Ketua RT, Kepala

Desa, Pimpinan Perusahaan, dan Bagian Humas. Untuk Desa

Mojolebak tokoh masyarakat yang berperan adalah Kepala Desa, dan

41

Page 42: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

Ketua RT. Di Desa Mojolebak penyelesaian konflik tokoh yang

berperan utama adalah kepala adat, kemudian baru kepala desa.

Hubungan antar etnis di desa sendiri sangat akrab dan tidak ada konflik,

serta berlangsung harmonis.

3.3.4 Sikap dan Persepsi Masyarakat

Pada persepsi masyarakat ingin diketahui seberapa jauh masyarakat

dalam hal ini responden mengetahui ada rencana Pengoperasian

Tambang. Dari hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan

didapatkan hal-hal sebagai berikut:

• Mayoritas responden di Desa Mojolebak mengetahui rencana

pembangunan Tambang.

• Rencana pembangunan Tambang telah diketahui oleh responden

Desa Mojolebak sekitar 2 tahun yang lalu.

• Mayoritas responden (76,67%) yang memberikan pernyataan

dampak positif pada pengoperasian tambnag ini. Hanya sebanyak 2

responden (6,67%) yang memberikan pernyataan ada dampak

negatif. Diantara 30 responden seluruhnya terdapat 5 responden

atau 16,67% yang menyatakan bahwa selain dampak positif juga

ada dampak negatif.

• Adanya peluang dan kesempatan kerja secara langsung dan tidak

langsung keberadaan tambang, merupakan tanggapan positif dan

harapan dari responden.

• Dampak negatif yang terjadi menurut responden, adanya erosi,

limbah debu, menambah anggaran, dan sebagian kelompok

mementingkan kelompoknya sendiri untuk mengurusi perusahaan.

• Dari 30 orang responden, didapatkan 12 orang responden yang

menyatakan kemungkinan kena dampak dari tambang ini,

sedangkan yang menyatakan tidak ada 17 responden.

42

Page 43: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

• Hanya ada 1 orang responden yang menyatakan bahwa lahan

perkebunannya terkena rencana pembangunan tambang tersebut.

Responden tersebut bersedia diganti rugi, dengan persyaratan ada

musyawarah lebih dahulu antara pemilik tanah dengan perusahaan.

Responden lainnya juga menyarankan, bahwa sebaiknya

penggantian rugi tanah, dimusyawarahkan antara perusahaan dan

pemilik tanah.

3.3.5 Kesehatan Masyarakat

3.3.5.1 Pola Penyakit

Rona lingkungan komponen kesehatan masyarakat digambarkan

dari kejadian kesakitan selama tiga tahun terakhir (2004, 2005 dan

2006). Kejadian kesakitan inik diperoleh dari data sekunder yang

berasal dari Puskesmas Jetis Kabupaten Mojolebak yang wilayah

kerjanya mencakup rencana lokasi pembangunan dan operasional

tambang. Sebagai pertimbangan digunakannya data kesehatan yang

berasal dari puskesmas setempat ini yaitu wilayah ekologis sebaran

polutan udara yang diprediksi dapat mencapai seluruh wilayah kerja

puskesmas. Selengkapnya angka 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja

Puskesmas Jetis Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada tabel 3-8.

Tabel 3-8

Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis,

Kabupaten Mojokerto Tahun 2004, 2005 dan 2006

No Jenis Penyakit

Jumlah Kasus Pada Tahun

2004 2005 2006

1 ISPA 2804 3001 3360

2 Peny. Pulpa dan Jar. Peripikal 2253 2478 2530

3 Hipertensi 1218 1365 1464

43

Page 44: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

4Peny. Rongga Mulut, Kelenjar

850 893 935Ludah, Rahang dan lainnya

5 Rematik 635 699 768

6 Tonsilitis (Amandel) 564 536 672

7 Mag 524 527 572

8 Diare 501 476 550

9 Penyakit Kulit Alergi 429 459 473

10Penyakit Lain pada Saluran

418 481 422Pernapasan Bagian Atas

Sumber : Puskesmas Jetis, 2007

Angka kesakitan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-8, terlihat

bahwa penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas) selalu

menduduki urutan paling banyak selama tiga tahun terakhir. Penyakit

ISPA ini sangat erat hubungannya kondisi kualitas udara, baik di dalam

rumah maupun di luar (udara ambien). Penyakit ISPA ini perlu

diwaspadai peningkatannya seiring dengan operasional tambang, karena

polutan udara yang dapat disebarkan melalui cerobong.

Penyakit lainnya yang diderita oleh masyarakat yang berhubungan

dengan kualitas lingkungan adalah:1) penyakit Diare pada urutan ke 8,

penyakit ini berkaitan dengan terjadinya perubahan kualitas air, karena

operasional tambang juga menimbulkan polusi debu, sehingga

peningkatan kasus penyakit ini juga perlu diwaspadai, 2) penyakit Lain

Pada Saluran Pernafasan Bagian Atas pada urutan ke 10, seperti halnya

ISPA penyakit ini juga lebih banyak disebabkan oleh perubahan

kualitas udara namun bisa juga disebabkan oleh kejadian infeksi kuman,

sehingga peningkatan penyakit ini juga perlu mendapat perhatian.

Sedangkan angka kesakitan yang dikumpulkan langsung melalui

kuesioner menunjukkan bahwa penyakit yang sering diderita adalah flu 44

Page 45: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

dan gatal-gatal pada kulit, penyakit ini bersesuaian dengan angka

kesakitan terbanyak di Puskesmas setempat.

3.3.5.2 Status Gizi

Status gizi masyarakat yang digambarkan dari status gizi bayi di

wilayah kerja Puskesmas Jetis, dapat dikatakan bahwa sebagian besar

bayi / balita di sekitar rencana lokasi pembangunan dan pengoperasian

tambnag memiliki status gizi yang tergolong baik, yaitu sebesar

98,99%, sedangkan sebagian kecil sisanya, yaitu 1,01% memiliki status

gizi buruk. Kondisi ini dalam standar skala kualitas lingkungan

termasuk dalam kategori baik dengan nilai 5.

3.3.5.3 Sanitasi Lingkungan

Kondisi sanitasi perumahan penduduk sekitar lokasi tapak Kegiatan

Operasional rencana pengoperasian tambang dari segi kepadatan hunian

semuanya termasuk dalam kategori tidak pada huni, dengan Pra

Operasional terbanyak adalah semi permanen 87,2%, sedangkan

sisanya 12,8% adalah termasuk dalam kategori permanen. Dari segi

suhu, kelembaban dan kebersihan ruangan juga termasuk baik, yaitu

terasa sejuk dan bersih 89,7% dan sisanya 10,3% keadaan rumah terasa

panas dan cukup bersih, sedangkan segi penerangan rumah 94,9%

termasuk dalam kategori baik, sedangkan sisanya 5,1 % termasuk

dalam kategori kurang. Kondisi sanitasi perumahan ini secara

keseluruhan dalam skala kualitas lingkungan termasuk kategori baik,

dengan nilai 4.

3.3.5.4 Pembuangan Sampah

Dari aspek pengelolaan sampah di sekitar rumah kebanyakan

penduduk mengumpulkannya kemudian dibakar dan ini dilakukan

dengan frekuensi yang sering, sehingga dari aspek pembuangan sampah

penduduk sekitar tapak Kegiatan Operasional dalam skala kualitas

lingkungan termasuk kategori baik dengan nilai 4.

45

Page 46: PEndahuluan Dokumen UKL - UPL

3.3.5.5 Pembuangan Kotoran

Dari aspek penggunaan jamban keluarga / sarana pembaunagn

kotoran manusia 100% penduduk membuang kotorannya ke jamban

keluarga, namun ada 7,7 % penduduk yang menggunakan sarana

jamban umum, sedangkan sisanya 92,3% menggunakan jamban

keluarga milik sendiri. Kondisi demikian dalam skala kualitas

lingkungan termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai 5.

3.3.5.6 Sumber Air Bersih

Sumber air bersih yang sering digunakan oleh penduduk baik untuk

keperluan mandi, cuci dan minum adalah 43,5 % mengambil air dari

sumur gali, 43,7 % dari air sungai dan sisanya 12, 8% menggunakan air

yang berasal dari PDAM. Penduduk yang mengambil air untuk

kebutuhan sehari-hari dari PDAM adalah penduduk yang berada di

Desa Mojolebak yang terutama digunakan untuk keperluan minum,

sedangkan untuk keperluan lainnya kadang-kadang mereka juga

menggunakan air sungai, karena desanya yang berada di tepi sungai.

Kondisi demikian dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam

kategori jelek dengan nilai 2.

46