Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang sama
tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi
permasalannya dapat melibatkan keseluruhan aspek
kehidupan manusia; walaupun, seringkali tidak disadari
kehadirannya sebagai masalah oleh manusia bersangkutan.
Bagi mereka yang tergolong miskin, kemiskinan
merupakan sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan
mereka sehari-hari; karena mereka itu merasakan dan
menjalani sendiri bagaimana hidup dalam kemiskinan.
Walaupun demikian belum tentu mereka itu sadar akan
kemiskinan yang mereka jalani. Kesadaran akan
kemiskinan yang mereka miliki itu; baru terasa pada waktu
mereka membandingkan kehidupan yang mereka jalani
dengan kehidupan orang lain yang tergolong mempunyai
tingkat kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih tinggi.
Kemiskinan juga merupakan sesuatu yang nyata ada
dalam masyarakat bagi mereka yang tergolong tidak
miskin, yaitu dari hasil pengamatan yang telah mereka
lakukan baik secara sadar maupun tidak sadar, mengenai
berbagai gejala sosial yang terwujud dalam
masyarakatnya. Kesadaran akan adanya kemiskinan bagi
mereka yang tidak miskin biasanya terwujud pada waktu Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan
Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
1
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
mereka membandingkan gejala-gejala sosial tersebut di
atas, dengan tingkat kehidupan yang mereka miliki.
Kesadaran akan adanya kemiskinan sebenarnya bukan
hanya berasal dari hasil pengamatan dan pengalaman
mereka saja tetapi juga dari berbagai keterangan yang
telah diperoleh melalui berita-berita yang dibawa oleh
teman atau orang yang dikenalnya dan juga dari berbagai
berita yang ada dalam pasan-pesan yang diterimanya
melalui media komunikasi, dan juga dari ajaran-ajaran
yang ada dalam agama yang dianutnya.
Seringkali pemikiran-pemikiran dan diskusi-diskusi
yang telah diadakan mengenai kemiskinan lebih banyak
menekankan segi-segi emosional dan perasaan yang
diselimuti oleh aspek-aspek moral dan kemanusiaan, atau
juga bersifat partisan karena berkaitan dengan alokasi
sumber daya, sehingga pengertian mengenai hakikat
kemiskinan itu sendiri menjadi kabur. Akibatnya adalah
berbagai usaha penanggulangan masalah kemiskinan
menjadi bersifat sebagian-sebagian atau tidak memenuhi
sasarannya secara tepat.
Tolok-ukur yang lain ialah dinamakan tolok-ukur
kebutuhan relatif per keluarga, yang batasan-batasannya
dibuat berdasarkan kebutuhan minimal yang harus
dipenuhi sebuah keluarga agar dapat melangsungkan
kehidupannya secara sederhana tetapi memadai sebagai
warga masyarakat yang layak. Tercakup dalam tolok-ukur
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
2
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
kebutuhan relatif per keluarga ini ialah kebutuhan-
kebutuhan yang berkenaan dengan biaya sewa rumah dan
mengisi rumah dengan peralatan rumah tangga yang
sederhana tetapi memadai, biaya-biaya untuk memelihara
kesehatan dan untuk pengobatan, biaya-biaya untuk
menyekolahkan anak-anak, dan biaya untuk sandang yang
sewajarnya dan pangan yang sederhana tetapi mencukupi
dan memadai.
Tolok-ukur yang telah dibuat dan digunakan di
Indonesia untuk menentukan besarnya jumlah orang
miskin adalah batasan tingkat pendapatan per waktu kerja
(Rp 30.000,- per bulan atau lebih rendah) yang dibuat pada
tahun 1976/1977. Di samping itu juga ada tolok-ukur yang
dibuat berdasarkan batas minimal jumlah kalori yang di
konsumsi per orang yang diambil persamaannya dalam
beras: yang dinyatakan bahwa kebutuhan minimal per
kapita di desa adalah 320 kilogram beras dan di kota 420
kilogram beras per tahunnya (lihat Sajogyo, 1997).
Berkenaan dengan usaha untuk mengetahui jumlah
dan siapa yang tergolong sebagai orang miskin dengan
menggunakan tolok-ukur seperti tersebut di atas, maka
masalah yang terpenting adalah kesempurnaan dari tolok-
ukur itu sendiri. Sebab kalau tolok-ukur itu kurang
sempurna, maka ada orang-orang yang sebenarnya
tergolong miskin menjadi tidak tergolong sebagai orang
miskin setelah diukur dengan menggunakan tolok-ukur
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
3
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
tersebut atau sebaliknya, ada orang-orang yang
sebenarnya tidak tergolong miskin ternyata digolongkan
sebagai orang miskin setelah diukur dengan tolok ukur
lain.
Walaupun para ahli ilmu-ilmu sosial sependapat bahwa
sebab utama yang melahirkan kemiskinan adalah sistem
ekonomi yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan, tetapi kemiskinan itu sendiri bukanlah
sesuatu gejala yang terwujud semata-mata hanya karena
sistem ekonomi tersebut. Dalam kenyataannya, kemiskinan
merupakan perwujudan dari hasil interaksi yang
melibatkan hampir semua aspek yang dimiliki manusia
dalam kehidupannya. Karena itu kemiskinan dapat dikaji
menurut aspek-aspek yang tampak menyolok, sesuai
dengan bidang ilmu dan luasnya jangkauan pengetahuan
yang dimiliki oleh orang awam atau khalayak ramai. Di
antara satuan-satuan sosial yang tampak batas-batasnya
antara yang satu dengan yang lainnya adalah satuan-
satuan sosial yang terwujud berdasarkan atas perbedaan
kesanggupan untuk memperoleh dan memiliki kekayaan
dan harta benda yang berharga. Sehingga dalam sesuatu
masyarakat terdapat adanya ketidaksamaan kedudukan
sosial di antara sesama warga masyarakat. Ketidaksamaan
tersebut terjalin dalam hampir seluruh kehidupan sosial
warga masyarakat yang bersangkutan yang dapat dilihat
sebagai struktur-struktur yang saling berkaitan secara
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
4
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
menyeluruh dan yang menjadi landasan bagi corak
struktur sosial mesyarakat tersebut. Di antara aspek
struktur sosial yang besar peranannya dalam hal
ketidaksamaan kedudukan sosial tersebut adalah sistem
pelapisan sosial dan sistem pendistribuasian kekuatan
sosial yang ada dalam masyarakat; dan batas-batas
perbedaan sosial ini diperkuat oleh perbedaan asal daerah
dan suku bangsa, ras, jenis kelamin, dan usia.
Dalam kehidupan sosial manusia, dalam masyarakat
manapun, terdapat semacam keteraturan sosial dalam
hubungan-hubungan sosial di antara sesama warga yang
berbeda golongan sosial, identitas sosial dan peranan
sosialnya. Keteraturan sosial itu dimungkinkan karena
adanya kebudayaan yang dimiliki secara bersama oleh
warga masyarakat tersebut. Kebudayaan dilihat sebagai
keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
sebagai makhluk sosial dan isinya adalah model-model
pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk
memahami dan menginterpretasi lingkungan yang
dihadapi, dan untuk mendorong serta menciptakan
tindakan-tindakan yang diperlukan.
Operasionalisasi dan kebudayaan dalam kehidupan
nyata, yaitu yang terwujud dalam struktur-struktur yang
ada dalam masyarakat, hanya dapat dimungkinkan terjadi
karena adanya pranata-pranata sosial yang dimiliki oleh
masyarakat. Begitu juga sistem ekonomi yang model-model
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
5
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
landasannya bersumber pada kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat yang bersangkutan, dapat menjadi
operasional dalam kehidupan sosial yang nyata karena
adanya pranata-pranata sosial. Pranata sosial adalah
sistem antar hubungan peranan-peranan dan norma-norma
yang terwujud sebagai tradisi untuk usaha-usaha
pemenuhan kebutuhan sosial utama, yang dirasakan perlu
oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Dalam
pranata-pranata sosial inilah aspek ekonomi yang
tampaknya seolah-olah berdiri sendiri dalam perwujudan
masalah kemiskinan, sama dengan aspek-aspek lainnya
dan masalah-masalah lainnya, melibatkan berbagai aspek
dan mewujudkan masalah-masalah lainnya.
Pentingnya pengkajian masalah-masalah perkotaan,
dan khususnya masalah kemiskinan di perkotaan, adalah
karena kedudukan kota-kota dalam masyarakat negara
tersusun dalam suatu jaringan yang bertingkat-tingkat dan
merupakan pusat-pusat penguasaan atau pendominasian
bagi pengaturan kesejahteraan, kehidupan warga
masyarakat negara. Bagian yang terbawah dalam sistem
pendominasian yang serupa jaringan yang bertingkat-
tingkat itu adalah pedesaan. Sistem pendominasian yang
berpusat di kota-kota secara bertingkat-tingkat tersebut
bukan hanya melibatkan aspek-aspek ekonomi, sosial dan
komunikasi, dan kebudayaan, karena itu juga, dalam
kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
6
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
mana pun di dunia ini, manusia cenderung untuk
berorientasi ke kota, orang desalah yang berorientasi ke
kota dan bukan orang kota yang berorientasi ke desa.
Karena adanya kecenderungan orientasi pada kota,
kota cenderung untuk tumbuh terus dan menjadi semakin
kompleks karena kota mempunyai potensi untuk
menampung pendatang-pendatang baru dari pedesaan
ataupun dari kota-kota dan tempat-tempat lainnya.
Kemampuan kota untuk menampung pendatang-pendatang
baru untuk dapat hidup dalam wilayahnya adalah karena
corak sistem ekonomi di daerah perkotaan yang lebih
menekankan pada pekerjaan-pekerjaan dalam bidang
industri saja dan produksi barang jadi atau setengah jadi.
Pekerjaan dalam bidang-bidang ini dapat menampung
pekerja-pekerja dengan kemampuan keahlian dalam
teknologi tinggi maupun pekerja-pekerja yang hanya
mengandalkan pada keterampilan dan kekuatan tenaga
kasar tubuhnya. Bidang-bidang industri jasa juga
mempunyai hasil sampingan yang terlipat yang dapat
menciptakan atau mewujudkan berbagai bidang pekerjaan
lain yang baru.
Dengan demikian, di daerah perkotaan, kalau
dibandingkan dengan di daerah pedesaan, lebih banyak
terdapat alternatif-alternatif untuk memperoleh pekerjaan
sesuai dengan kemampuan dan keahlian, dari yang paling
”halus” sampai dengan yang paling ”kasar”, dari yang
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
7
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
paling ”bersih” sampai dengan yang paling ”kotor”, dan
dari yang paling ”bermoral” sampai dengan yang paling
”tidak bermoral”. Sedangkan di daerah pedesaan, yang
penekanan sistem ekonominya pada penghasilan bahan-
bahan makanan dan bahan-bahan mentah (pertanian,
menangkap ikan, meramu hasil hutan) alternatif-alternatif
yang tersedia atau ada dalam sistem ekonomi tersebut
lebih terbatas daripada yang terdapat di perkotaan.
Sehingga ukuran atau tolok-ukur yang dapat dipakai untuk
menentukan kemiskinan di pedesaan juga dapat dibuat
secara lebih sederhana dan dapat mencakup keseluruhan
daerah pedesaan sesuai dengan pengkategorisasian corak
atau tingkat desa yang dibuat.
1.2. Permasalahan
Bagaimana kondisi; ekonomi, sosiokultural, keamanan,
geografis, berkaitan dengan realitas kemiskinan pada
komunitas wilayah pesisir ?
Bagaimana strategi penanggulangan kemiskinan
didasarkan pada potensi dan masalah yang
berkembang di wilayah pesisir ?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui kondisi riel kemiskinan masyarakat
yang menjadi sasaran program pemberdayaan.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
8
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Untuk mengetahui bebagai masalah dan hambatan
dalam pelaksanaan program pemberdayaan.
Untuk menggali, mengidentifikasi potensi lokal dan
daerah yang melandasi kerangka analisis strategi
pemberdayaan.
1.4. Hasil yang diharapkan.
Data-data yang bersifat evaluatif, komparatif terhadap
kondisi riel kemiskinan di wilayah kasus
(nelayan/petani).
Pemetaan situasional masyarakat miskin berdasarkan
karakteristik geografis tertentu (wilayah pesisir).
Implikasi penelitian terhadap sebuah Kerangka analaisis
strategi pemberdayaan.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
9
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
Untuk menyederhanakan pembahasan penelitian ini
digunakan berbagai acuan terutama ukuran kemiskinan
yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) sebagai
berikut :
1. Ukuran kemiskinan makro yaitu perhitungannya
dilakukan melalui pendekatan moneter atas
pendekatan pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan
dasar, dengan konsep kebutuhan minimal untuk
seseorang (kalori yang dikonsumsi) di konvensikan
dalam satuan rupiah.
Miskin dan sangat miskin : Rupiah setara 1.900 –
2.100 kkal/hari + PNM;
Hampir miskin : Rupiah setara 2.100 – 2.300
kkal/hari + PNM.
2. Ukuran kemiskinan mikro yaitu menggunakan 14
variabel kemiskinan terpilih yang memiliki korelasi
kuat dengan ukuran kemiskinan makro diatas. Uji
kelayakan melalui Discrimannt Analysis dan Logistic
Regression Model, Jumlah variabel kemiskinan yang
diuji sebanyak 56 variabel dari data sensus 1999 s/d
2004 menurut acuan BKKBN dari ukuran sejahtera dan
pra sejahtera I sebagai berikut :
a) Keluarga Pra SejahteraPenelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan
Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
10
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secar
minimal seperti kebutuhan akan spritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB. Pada
keluarga Pra Sejahtera kebutuhan dasar belum
seluruhnya terpenuhi yaitu :
Melaksanakan ibadah menurut agama oleh
masing-masing anggota keluarga.
Pada umumnya seluruh anggota keluarga
makan dua kali sehari atau lebih.
Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian
berbeda di rumah, bekerja, sekolah dan
berpergian.
Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin
ber KB dibawa kesarana kesehatan.
b) Keluarga Sejahtera.
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memnuhi kebutuhan sosial
psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan,
KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan
tempat tinggal dan transportasi.
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secar
teratur
Paling kurang sekali seminggu keluarga
menyediakan daging/telur;
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
11
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Seluruh anggota keluarga memperoleh paling
kurang satu stel pakaian pertahun;
Luas lantai rumah paling kurang 8 M persegi
untuk tiap penghuni rumah;
Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan
terakhir dal keadaan sehat;
Paling kurang satu anggota keluarga yang usia
15 tahun keatas berpenghasilan tetap;
Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60
tahun bisa baca tulis huruf latin;
Seluruh anak berumur 5-15 tahun bersekolah
pada saat ini;
Bila anak hidup 2 atau lebih keluarga yang
masih pasangan usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
Berdasarkan ukuran yang digunakan di Indonesia
pada tahun 1977 untuk menentukan besarnya jumlah
orang miskin adalah batasan tingkat pendapatan perwaktu
kerja (30.000,- perbulan atau lebih rendah) selain itu tolak
ukur yang menggunkan batas jumlah minimal kalori yang
dikonsumsi per orang yang diambil persamaannya dalam
beras yang dinyatakan bahwa kebutuhan minimal
perkapita di Desa adalah 320 kilogram beras dan di kota
420 kilogram beras pertahunnya ( Sajgyo, 1977).
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
12
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
BAB IIIMETODOLOGI
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan
penelitiannya, maka jenis studi ini lebih menekankan pada
penelitian yang lebih bersifat pengungkapan fenomena
(explanative research) yang dilaksanakan dengan
pendekatan metode survei, yakni melakukan pengamatan
faktual program penanggulangan kemiskinan. Pendekatan
ini akan menguraikan secara jelas fenomena yang
ditemukan di lapangan melalui penggunaan teknik-teknik
analisis terapan yang sesuai dengan ketersediaan data,
lingkup dan fokus penelitian, untuk dijadikan sebagai
dasar penilaian dan analisis dalam menetapkan program
penanggulangan kemiskinan berdasarkan berdasarkan
pertimbangan aspek kondisi masyarakat dan daerah.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 4 (empat) desa/kelurahan
pada 2 (dua) Kabupaten/Kota yaitu Kota Palu dan
Kabupaten Donggala, dari dua kabupaten dipilih masing-
masing dua kecamatan yaitu Kecamatan Palu Utara dan
Kecamatan Palu Barat dengan Kelurahan Buluri dan
Kelurahan Mamboro mewakili kelurahan di Kota Palu serta
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
13
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Desa Towale Kecamatan Banawa dan Desa Marana
Kecamatan Sindue mewakili Desa di Kabupaten Donggala.
3.3. Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan
data primer. Data sekunder telah dikumpulkan dari
berbagai instansi terkait. sedangkan data primer diperoleh
langsung dari keluarga miskin dari 4 (empat)
desa/kelurahan yang mewakili kota dan desa sebagaimana
yang telah ditetapkan di atas.
Alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data
primer yaitu dengan menggunakan lembar kuesioner serta
dilakukan wawancara secara mendalam (dept interview)
kepada responden kunci atau keluarga masyarakat miskin
setempat.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi meliputi seluruh nelayan miskin yang berada
di wilayah pesisir kota dan desa. Sampel diambil secara
acak sistematis dari seluruh populasi yang ada agar dapat
memberi gambaran yang jelas dari penanggulangan
kemiskinan.
Besarnya sampel yang akan diambil dari populasi
masyarakat miskin di ke empat desa/kelurahan tersebut
adalah antara 5 – 10 %, sesuai kebutuhan data dan analisis
yang akan dilakukan.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
14
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
3.5. Analisis Data
Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan,
maka data yang diperoleh akan dinalisis dengan beberapa
pendekatan, antara lain :
Analisis Deksriptif;
Analisis SWOT.
Selain alat analisi tersebut, tidak menutup
kemungkinan akan digunakan juga alat analisis lain yang
dianggap relevan dengan permasalahan dan hasil akhir
yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
15
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
BAB IVGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1. KELURAHAN BULURI
4.1.1. Orientasi Geografis Kawasan
Kelurahan Buluri secara administratif merupakan
salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan
Palu Barat Kota Palu dengan luas sekitar 1.445 Ha ( 14,45
Km2).
Secara administratif batas wilayah Kelurahan Buluri
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan
Watusampu;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tipo;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Palu; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa
Selatan.
Bila dilihat kedudukan wilayah Kelurahan Buluri
dalam konteks batasan administratif wilayah di atas
menjadikan posisi wilayah ini cukuplah strategis untuk
dikembangkan sebagai wilayah penyangga. Hal ini
dikarenakan secara geografis letak wilayah Kelurahan
Buluri berada di jalur transportasi utama Poros Palu –
Donggala dan berbatasan langsung dengan Teluk Palu.
Secara lebih jelasnya, orientasi geografis wilayah
Kelurahan Buluri dapat dilihat pada Gambar Peta 4.1.Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan
Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
16
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
4.1.2. Kondisi Fisik Dasar
Secara fisik dapat digambarkan bahwa bentuk
permukaan tanah di Kelurahan Buluri lebih didominasi
bentuk Dataran dengan besaran sekitar 85% dari total luas
wilayahnya, lalu diikuti dengan bentuk Perbukitan sekitar
10% dan bentuk Pegunungan sebesar 5%. Sedangkan rata-
rata ketinggian dari permukaan lautnya adalah 25 meter.
Jenis tanah di daerah Kelurahan Buluri mempunyai
kemiripan dengan jenis tanah yang berada di daerah
Kecamatan Palu Barat pada umumnya yakni tergolong
tanah lempung berpasir.
Curah hujan rata-rata sebesar 3,22 mm dengan
kecepatan angin rata-rata sebesar 4,08 knots serta suhu
udara rata-rata sebesar 24,120C dengan kelembaban udara
75,58%.
4.1.3. Kondisi Sosial Kependudukan
Penduduk di Kelurahan Buluri sampai pada akhir
tahun 2005 tercatat sejumlah 2.636 jiwa, yang terdiri atas
1.332 jiwa laki-laki dan 1.304 perempuan, sehingga
diperoleh seks ratio sebesar 102 (BPS, Kecamatan Palu
Barat Dalam Angka Tahun 2005). Dengan luas wilayah
14,45 Km2, maka kepadatan penduduk di daerah ini
sebesar 182 jiwa/Km2.
Jumlah Rumah Tangga (RT) yang mendiami Kelurahan
Buluri sebesar 615 RT/KK dengan rata-rata penduduk per
rumah tangga sebesar 4,29 jiwa. Dari 615 rumah tangga
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
17
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
yang tercatat terdapat 400 rumah tangga yang tergolong
Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai penerima Bantuan
Langsung Tunai (BLT) sesuai data BPS Kota Palu pada
kondisi 31 Mei 2006.
Tingkat kematian dalam kurun waktu 2002 – 2005
relatif tinggi yaitu sebesar 12,33%, dimana jumlah
kelahirannya 73 jiwa (39 jiwa laki-laki dan 34 jiwa
perempuan) dan jumlah kematiannya 9 Jiwa (6 jiwa laki-
laki dan 3 jiwa perempuan).
Selanjutnya dapat pula digambarkan tentang kondisi
penduduk berusia 7 -15 tahun yang masih bersekolah
menurut jenis kelamin di Kelurahan Buluri yaitu 246 jiwa
laki-laki dan 271 jiwa perempuan.
4.1.4. Kondisi Ekonomi
Jenis Bidang mata pencaharian penduduk di
Kelurahan Buluri berdasarkan data BPS Kota Palu Tahun
2005 sangatlah bervariasi sebagaimana diuraikan pada
tabel berikut ini.
Tabel 1. Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Buluri Tahun 2005
No. Jenis Bidang Mata Pencaharian
Jumlah Orang
Prosentase (%)
1. Pertanian 184 6,982. Pertambangan 18 0,683. Industri/Kerajinan 9 0,344. Listrik/Gas 4 0,155. Konstruksi 6 0,236. Perdagangan 28 1,067. Angkutan 67 2,548. Lembaga Keuangan 1 0,049. Jasa 17 0,65
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
18
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
10. Lain-lain 238 9,0311. Belum/Tidak Bekerja 2.064 78,30
Jumlah Total 2.636 100,00Sumber : Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun 2005
Dari uraian di atas terlihat bahwa total penduduk
yang mempunyai mata pencaharian tetap hanya sebesar
572 jiwa atau 21,70%, sementara penduduk lain yang
belum/tidak memiliki pekerjaan sejumlah 2.064 jiwa atau
78,30%. Hal ini bila dibandingkan dengan data tentang
Rumah Tangga Miskin (RTM) penerima BLT sangat
relevan.
4.1.5. Kondisi Perumahan
Berdasarkan data Kecamatan Palu Barat Dalam
Angka Tahun 2005 memperlihatkan pula tentang jumlah
tempat tinggal berdasarkan klsifikasi bangunannya yang
dibagi menjadi tiga kategori yaitu permanen, semi
permanen dan sederhana. Di Kelurahan Buluri terdapat
116 rumah permanen, 209 rumah semi permanen dan 69
rumah sederhana. Bila dijumlahkan hanya diperoleh angka
394 rumah tempat tinggal saja yang ada, sementara jumlah
rumah tangga yang mendiami kelurahan ini sebesar 615
KK, jadi masih terdapat selisih sekitar 221 KK atau rumah
tangga yang belum terdata kondisi tempat tinggalnya.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
19
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
4.1.6. Kondisi Prasarana dan Sarana
Kondisi prasarana dan sarana yang dimaksud dalam
pembahasan ini akan menguraikan jenis fasilitas sosial
berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan
pelayanan umum, serta fasilitas umum yang terdiri atas,
fasilitas transportasi, penerangan, telekomunikasi, sanitasi
dan pemipaan, dan fasilitas persampahan.
A. Fasilitas Sosial
1) Fasilitas Pendidikan; jenis fasilitas pendidikan yang
tersedia di Kelurahan Buluri berupa : Sekolah
Dasar sejumlah 3 (tiga) unit dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) sejumlah 1 (satu) unit.
Untuk Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah
Menengah Umum (SMU) menggunakan fasilitas
pendidikan di daerah sekitarnya.
2) Fasilitas Kesehatan; jenis fasilitas kesehatan yang
tersedia di Kelurahan Buluri berupa : 1 (satu) unit
Puskesmas Pembantu (Pustu) dan 1 (satu) unit Pos
Keluarga Berencana (KB). Sementara untuk tenaga
kesehatan yang ada hanya 2 (dua) orang Mantri
Kesehatan dan 6 (enam) orang dukun bayi.
Fasilitas dan tenaga kesehatannya lainnya tersebar
pada skala Kecamatan Palu Barat.
3) Fasilitas Peribadatan; jenis fasilitas kesehatan
yang tersedia di Kelurahan Buluri berupa : 4
(empat) unit Masjid dan 2 (dua) unit Mushallah.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
20
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
4) Fasilitas Jasa dan Perdagangan; jenis fasilitas jasa
dan perdagangan yang tersedia berupa : 27 buah
kios/warung, 1 (satu) buah usaha industri sedang,
1 (satu) buah usaha industri kecil, 8 (delapan) buah
usaha kerajinan rumah tangga, 8 (delapan) buah
usaha tukang batu/kayu, dan 5 (lima) buah usaha
menyulam/menganyam, serta terdapat 1 (satu) unit
hotel/losmen dengan kapasitas 21 kamar atau
tempat tidur
5) Fasilitas Pelayanan Umum; jenis fasilitas
pelayanan umum yang tersedia berupa : 1 (satu)
buah kantor kelurahan dan 1 (satu) unit balai
pertemuan.
B. Fasilitas Umum
1) Fasilitas Transportasi, jenis fasilitas transportasi
yang tersedia di Kelurahan Buluri berupa :
jaringan jalan dengan kondisi beraspal maupun
jalan tanah (pengerasan), jembatan sebanyak 2
(dua) buah dengan total panjang 144 meter, serta
rambu-rambu dan marka jalan lainnya.
2) Fasilitas Penerangan, jenis fasilitas penerangan
yang tersedia berupa jaringan listrik (PLN) dengan
jumlah pelanggan 537 RT.
3) Fasilitas Telekominikasi, jenis fasilitas
telekomunikasi yang tersedia berupa : jaringan
telepon sebanyak 3 (tiga) STT serta sarana
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
21
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
komunikasi berupa radio dan televisi dengan
jumlah masing-masing 217 buah radio dan 189
buah televisi.
4) Fasilitas Sanitasi dan Pemipaan, jenis fasilitas
sanitasi dan pemipaan yang dimaksud adalah
fasilitas jaringan air bersih, jaringan air kotor cair
dan padat (septictank), serta jaringan drainase. Di
Kelurahan Buluri terdapat jaringan air bersih yang
bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Palu serta jaringan air kotor dan
drainase, namun belum tersedia data secara
tertulis.
5) Faislitas Persampahan, jenis fasilitas persampahan
yang dimaksud berupa bak-bak/kantong sampah,
gerobak sampah, mobil pengangkut sampah,
tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat
pembuangan terakhir (TPA). Seperti halnya
fasilitas sanitasi dan persampahan, di Kelurahan
Buluri untuk beberapa fasilitas persampahan ini
sudah tersedia, namun belum ada data tertulisnya.
4.2. KELURAHAN MAMBORO
4.2.1. Orientasi Geografis Kawasan
Kelurahan Mamboro secara administratif merupakan
salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
22
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Palu Utara Kota Palu dengan luas sekitar 1.817 Ha ( 18,17
Km2).
Secara administratif batas wilayah Kelurahan
Mamboro dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Taipa;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Layana
Indah;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Parigimoutong; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palu.
Bila dilihat kedudukan wilayah Kelurahan Mamboro
dalam konteks batasan administratif wilayah di atas
menjadikan posisi wilayah ini cukuplah strategis untuk
dikembangkan sebagai wilayah penyangga. Hal ini
dikarenakan secara geografis letak wilayah Kelurahan
Mamboro berada di jalur transportasi utama Poros Palu –
Poso dan berbatasan langsung dengan Teluk Palu.
Secara lebih jelasnya, orientasi geografis wilayah
Kelurahan Mamboro dapat dilihat pada Gambar Peta 4.2.
4.2.2. Kondisi Fisik Dasar
Secara fisik dapat digambarkan bahwa bentuk
permukaan tanah di Kelurahan Mamboro lebih didominasi
bentuk Dataran dengan besaran sekitar 85% dari total luas
wilayahnya, lalu diikuti dengan bentuk Perbukitan sekitar
15%. Sedangkan ketinggiannya dari permukaan laut
adalah 0 - 26,5 meter.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
23
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Jenis tanah di daerah Kelurahan Mamboro
mempunyai kemiripan dengan jenis tanah yang berada di
daerah Kecamatan Palu Utara pada umumnya yakni
tergolong tanah lempung berpasir.
Curah hujan rata-rata sebesar 3,22 mm dengan
kecepatan angin rata-rata sebesar 4,08 knots serta suhu
udara rata-rata sebesar 24,120C dengan kelembaban udara
75,58%.
4.2.3. Kondisi Sosial Kependudukan
Penduduk di Kelurahan Mamboro sampai pada akhir
tahun 2005 tercatat sejumlah 7.764 jiwa, yang terdiri atas
4.059 jiwa laki-laki dan 3.705 perempuan, sehingga
diperoleh seks ratio sebesar 110 (BPS, Kecamatan Palu
Utara Dalam Angka Tahun 2005). Dengan luas wilayah
18,17 Km2, maka kepadatan penduduk di daerah ini
sebesar 427 jiwa/Km2.
Jumlah Rumah Tangga (RT) yang mendiami Kelurahan
Mamboroi sebesar 1.292 RT/KK dengan rata-rata
penduduk per rumah tangga sebesar 6,00 jiwa. Dari 1.292
rumah tangga yang tercatat terdapat 507 rumah tangga
yang tergolong Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai
penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) sesuai data BPS
Kota Palu pada kondisi 31 Mei 2006.
Tingkat kematian dalam kurun waktu 2002 – 2005
relatif sangat tinggi yaitu sebesar 81,82%, dimana jumlah
kelahirannya 11 jiwa (6 jiwa laki-laki dan 5 jiwa
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
24
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
perempuan) dan jumlah kematiannya 9 Jiwa (4 jiwa laki-
laki dan 5 jiwa perempuan).
Selanjutnya dapat pula digambarkan tentang kondisi
penduduk menurut agama yang dianut di Kelurahan
Mamboro yaitu Islam sebesar 7.122 jiwa (91,73%), Kristen
Protestan sebesar 32 jiwa (0,41%), Kristen Khatolik
sebesar 198 jiwa (2,55%), dan Hindu sebesar 110 jiwa
(1,42%). Penganut agama Budha tidak ada di wilayah ini,
sementara sekitar 302 jiwa (3,89%) belum tercatat dalam
pendataan sehingga total yang tercatat hanya 7.462 jiwa
yang jelas agama yang dianutnya.
4.2.4. Kondisi Ekonomi
Jenis Bidang mata pencaharian penduduk di
Kelurahan Mamboro berdasarkan data BPS Kota Palu
Tahun 2005 secara eksplisit tidak tersedia datanya, namun
secara implisit dapat dikemukakan bahwa jenis mata
pencaharian sangatlah bervariasi dan masih lebih
didominasi pada bidang pertanian, perdagangan dan jasa.
4.2.5. Kondisi Perumahan
Jumlah bangunan berdasarkan data hasil sensus
tahun 2005 menurut jenis bangunannya di Kelurahan
Mamboro (BPS, Kecamatan Palu Utara Dalam Angka
Tahun 2005) sebesar 1.744 unit, yang terdiri atas : Rumah
Tempat Tinggal sejumlah 1.589 unit (91,11%), Bukan
Tempat Tinggal sejumlah 128 unit (7,34%) dan Bangunan
Campuran sebesar 27 unit (1,55%). Dari 1.589 unit rumah
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
25
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
tempat tinggal terdapat 916 unit (57,65%) rumah lengkap
dan 673 unit (42,35%) rumah tidak lengkap.
4.2.6. Kondisi Prasarana dan Sarana
A. Fasilitas Sosial
1) Fasilitas Pendidikan; jenis fasilitas pendidikan yang
tersedia di Kelurahan Mamboro berupa : Taman
Kanak-Kanak (TK) sejumlah 5 (lima) unit, Sekolah
Dasar sejumlah 5 (lima) unit, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) sejumlah 2 (dua) unit dan
Sekolah Menengah Umum (SMU) sejumlah 2 (dua)
unit.
2) Fasilitas Kesehatan; jenis fasilitas kesehatan yang
tersedia di Kelurahan Mamboro berupa : 1 (satu)
unit Puskesmas dan 1 (satu) unit Polindes.
Sementara untuk tenaga kesehatan yang ada
terdiri atas Tenga Dokter sejumlah 2 (dua) orang,
14 orang Mantri Kesehatan dan 8 (delapan) orang
dukun bayi. Fasilitas dan tenaga kesehatannya
lainnya tersebar pada skala Kecamatan Palu Utara.
3) Fasilitas Peribadatan; jenis fasilitas peribadatan
yang tersedia di Kelurahan Mamboro berupa : 10
unit Masjid, 4 (empat) unit Mushallah dan 1 (satu)
unit Gereja.
4) Fasilitas Jasa dan Perdagangan; jenis fasilitas jasa
dan perdagangan yang tersedia berupa : 1 (satu)
unit pasar dengan frekwensi mingguan, 12 buah
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
26
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
toko, 48 buah kios dan 10 buah warung. Selain itu,
juga tersedia fasilitas lainnya seperti : 13 buah
bengkel motor, 2 (dua) buah service radio/tape, 51
unit usaha tukang batu/kayu, 6 (enam) unit usaha
tukang jahit, 1 (satu) buah usaha tukang emas, 8
(delapan) unit usaha salon, dan 3 (tiga) unit usaha
menyulam mesin.
5) Fasilitas Pelayanan Umum; jenis fasilitas
pelayanan umum yang tersedia berupa : 1 (satu)
buah kantor kelurahan dan 1 (satu) unit balai
pertemuan. Tidak tersaji data yang lengkap
tentang keberadaan dan kondisi fasilitas pelayanan
umum di Kelurahan Mamboro maupun kelurahan-
kelurahan lain di Kecamatan Palu Utara.
B. Fasilitas Umum
1) Fasilitas Transportasi, jenis fasilitas transportasi
yang tersedia di Kelurahan Mamboro berupa :
jaringan jalan dengan kondisi beraspal maupun
jalan tanah (pengerasan), jembatan sebanyak 6
(enam) buah dengan total panjang 13 meter, serta
rambu-rambu dan marka jalan lainnya.
2) Fasilitas Penerangan, jenis fasilitas penerangan
yang tersedia berupa jaringan listrik (PLN) dengan
jumlah pelanggan 676 RT.
3) Fasilitas Telekominikasi, di Kelurahan Mamboro
terdapat jaringan telepon maupun fasilitas untuk
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
27
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
telepon selular, namun belum ada data secara
tertulis yang tercantum dalam Kecamatan Palu
Utara Dalam Angka mengenai keberadaan fasilitas
tekomunikasi ini.
4) Fasilitas Sanitasi dan Pemipaan, jenis fasilitas
sanitasi dan pemipaan yang dimaksud adalah
fasilitas jaringan air bersih, jaringan air kotor cair
dan padat (septictank), serta jaringan drainase. Di
Kelurahan Mamboro terdapat jaringan air bersih
yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Palu serta jaringan air kotor
dan drainase, namun belum tersedia data secara
tertulis.
5) Faislitas Persampahan, jenis fasilitas persampahan
yang dimaksud berupa bak-bak/kantong sampah,
gerobak sampah, mobil pengangkut sampah,
tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat
pembuangan terakhir (TPA). Seperti halnya
fasilitas sanitasi dan persampahan, di Kelurahan
Mamboro untuk beberapa fasilitas persampahan ini
sudah tersedia, namun belum ada data tertulisnya.
4.3. DESA MARANA
4.3.1. Orientasi Geografis Kawasan
Desa Marana secara administratif merupakan salah
satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sindue
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
28
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Kabupaten Donggala dengan luas sekitar 3.680 Ha ( 36,80
Km2).
Secara administratif batas wilayah Desa Marana
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Enu dan Desa
Saloya;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Masaingi;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Parigimoutong; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Secara lebih jelasnya, orientasi geografis wilayah
Desa Marana dapat dilihat pada Gambar Peta 4.3.
4.3.2. Kondisi Fisik Dasar
Secara fisik dapat digambarkan bahwa bentuk
permukaan tanah di Desa Marana terbagi atas tiga bentuk
yang memiliki luas yang saling mendekati, yakni bentuk
dataran dengan besaran mencapai 31%, bentuk perbukitan
dengan besaran 30% dan bentuk pegunungan dengan
besaran 39% dari total luas wilayahnya. Sedangkan rata-
rata ketinggian dari permukaan lautnya adalah 16 meter.
Jenis tanah di daerah Desa Marana mempunyai
kemiripan dengan jenis tanah yang berada di daerah
Kabupaten Donggala pada umumnya yakni tergolong tanah
alluvial dan lempung berpasir. dengan curah hujan rata-
rata sebesar 331 mm sepanjang tahun 2005.
4.3.3. Kondisi Sosial Kependudukan
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
29
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Penduduk di Desa Marana sampai pada akhir tahun
2005 tercatat sejumlah 2.164 jiwa, yang terdiri atas 1.157
jiwa laki-laki dan 1.007 perempuan, sehingga diperoleh
seks ratio sebesar 115 (BPS, Kecamatan Sindue Dalam
Angka Tahun 2005). Dengan luas wilayah 36,80 Km2, maka
kepadatan penduduk di daerah ini sebesar 59 jiwa/Km2.
Jumlah Rumah Tangga (RT) yang mendiami Desa
Maranae sebesar 547 RT/KK dengan rata-rata penduduk
per rumah tangga sebesar 4,00 jiwa. Dari 547 rumah
tangga yang tercatat terdapat 240 rumah tangga yang
tergolong Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai penerima
Bantuan Langsung Tunai (BLT) sesuai data BPS Kabupaten
Donggala pada kondisi tahun 2006.
4.3.4. Kondisi Ekonomi
Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Marana
berdasarkan data Kecamatan Sindue Dalam Angka Tahun
2005 secara eksplisit tidak tersedia datanya, namun secara
implisit dapat dikemukakan bahwa jenis mata pencaharian
sangatlah bervariasi dan masih lebih didominasi pada
bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
Hal ini dapat dilihat dari data pendukung lainnya, seperti
data tentang hasil produksi di wilayah ini.
4.3.5. Kondisi Perumahan
Berdasarkan data Kecamatan Sindue Dalam Angka
Tahun 2005 memperlihatkan pula tentang jumlah tempat
tinggal berdasarkan klsifikasi bangunannya yang dibagi
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
30
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
menjadi empat kategori yaitu permanen, semi permanen,
kayu, dan rumah panggung. Di Desa Maranae terdapat 30
rumah permanen, 101 rumah semi permanen, 208 rumah
kayu, dan 40 rumah panggung. Bila dijumlahkan hanya
diperoleh angka 379 rumah tempat tinggal saja yang ada,
sementara jumlah rumah tangga yang mendiami kelurahan
ini sebesar 547 KK, jadi masih terdapat selisih sekitar 168
KK atau rumah tangga yang belum terdata kondisi tempat
tinggalnya.
4.3.6. Kondisi Prasarana dan Sarana
A. Fasilitas Sosial
1) Fasilitas Pendidikan; jenis fasilitas pendidikan yang
tersedia di Desa Marana berupa : Taman Kanak-
Kanak (TK) sejumlah 2 (dua) unit, Sekolah Dasar
sejumlah 3 (tiga) unit, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) sejumlah 1 (satu) unit dan tidak
terdapat Sekolah Menengah Umum (SMU)/SMK.
2) Fasilitas Kesehatan; jenis fasilitas kesehatan yang
tersedia di Desa Marana berupa : 1 (satu) unit
Polinde dan 1 (satu) unit Pos Keluarga Berencana
(KB). Sementara untuk tenaga kesehatan yang ada
terdiri atas 1 (satu) orang Mantri Kesehatan dan 2
(dua) orang dukun bayi. Fasilitas dan tenaga
kesehatannya lainnya tersebar pada skala
Kecamatan Sindue.
3) Fasilitas Peribadatan; jenis fasilitas peribadatan
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
31
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
yang tersedia di Desa Marana menurut data yang
diperoleh hanya berupa : 4 (empat) unit Masjid.
4) Fasilitas Jasa dan Perdagangan; jenis fasilitas jasa
dan perdagangan yang tersedia berupa : 1 (satu)
unit Toko, dan 29 unit Kios. Selain itu, juga
tersedia fasilitas lainnya seperti : 1 (satu) buah
usaha industri kecil, 1 (satu) buah usaha kerajinan
rumah tangga, 25 unit usaha tukang batu/kayu, 1
(satu) unit usaha tukang jahit, dan 3 (tiga) unit
usaha anyaman tangan.
5) Fasilitas Pelayanan Umum; jenis fasilitas
pelayanan umum yang tersedia berupa : 1 (satu)
buah kantor kelurahan dan 1 (satu) unit balai
pertemuan. Tidak tersaji data yang lengkap
tentang keberadaan dan kondisi fasilitas pelayanan
umum di Desa Marana maupun kelurahan-
kelurahan lain di Kecamatan Sindue.
B. Fasilitas Umum
1) Fasilitas Transportasi, jenis fasilitas transportasi
yang tersedia di Desa Towale berupa : jaringan
jalan dengan kondisi beraspal maupun jalan tanah,
jembatan sebanyak 1 (satu) buah dengan panjang
24 meter, serta rambu-rambu dan marka jalan
lainnya.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
32
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
2) Fasilitas Penerangan, jenis fasilitas penerangan
yang tersedia berupa jaringan listrik (PLN) dengan
jumlah pelanggan 232 RT.
3) Fasilitas Telekominikasi, di Desa Marana belum
terdapat jaringan telepon maupun fasilitas untuk
telepon selular. Sarana komunikasi yang
digunakan berupa Handy Talky (HT) serta radio
sejumlah 67 buah dan televisi sejumlah 15 buah.
4) Fasilitas Sanitasi dan Pemipaan, jenis fasilitas
sanitasi dan pemipaan yang dimaksud adalah
fasilitas jaringan air bersih, jaringan air kotor cair
dan padat (septictank), serta jaringan drainase. Di
Desa Marana belum terdapat jaringan air bersih
yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kabupaten Donggala, selain itu
data tentang jaringan air kotor dan drainase juga
belum tersedia secara tertulis.
5) Faislitas Persampahan, jenis fasilitas persampahan
yang dimaksud berupa bak-bak/kantong sampah,
gerobak sampah, mobil pengangkut sampah,
tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat
pembuangan terakhir (TPA). Seperti halnya
fasilitas sanitasi dan persampahan, di Desa Marana
untuk beberapa fasilitas persampahan ini sudah
tersedia, namun belum ada data tertulisnya.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
33
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
4.4. DESA TOWALE
4.4.1. Orientasi Geografis Kawasan
Desa Towale secara administratif merupakan salah
satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala dengan luas sekitar 348 Ha ( 3,48
Km2).
Secara administratif batas wilayah Desa Towale dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Limboro dan
Selat Makassar;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Salubomba;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Limboro; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Secara lebih jelasnya, orientasi geografis wilayah
Desa Towale dapat dilihat pada Gambar Peta 4.4.
4.4.2. Kondisi Fisik Dasar
Secara fisik dapat digambarkan bahwa bentuk
permukaan tanah di Desa Towale lebih didominasi bentuk
Dataran dengan besaran mencapai 100% dari total luas
wilayahnya. Sedangkan rata-rata ketinggian dari
permukaan lautnya adalah 500 meter.
Jenis tanah di daerah Desa Towale mempunyai
kemiripan dengan jenis tanah yang berada di daerah
Kabupaten Donggala pada umumnya yakni tergolong tanah
alluvial dan lempung berpasir dengan curah hujan rata-
rata sebesar 169,08 mm sepanjang tahun 2005.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
34
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
4.4.3. Kondisi Sosial Kependudukan
Penduduk di Desa Towale sampai pada akhir tahun
2005 tercatat sejumlah 2.365 jiwa, yang terdiri atas 1.198
jiwa laki-laki dan 1.167 perempuan, sehingga diperoleh
seks ratio sebesar 103 (BPS, Kecamatan Banawa Dalam
Angka Tahun 2005). Dengan luas wilayah 3,48 Km2, maka
kepadatan penduduk di daerah ini sebesar 680 jiwa/Km2.
Jumlah Rumah Tangga (RT) yang mendiami Desa
Towale sebesar 535 RT/KK dengan rata-rata penduduk per
rumah tangga sebesar 4,42 jiwa. Dari 535 rumah tangga
yang tercatat terdapat 203 rumah tangga yang tergolong
Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai penerima Bantuan
Langsung Tunai (BLT) sesuai data BPS Kabupaten
Donggala pada kondisi tahun 2006.
Tingkat kematian dalam kurun waktu tahun 2005
relatif cukup tinggi yaitu sebesar 11,54%, dimana jumlah
kelahirannya 52 jiwa dan jumlah kematiannya 6 Jiwa.
4.4.4. Kondisi Ekonomi
Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Towale
berdasarkan data BPS Kecamatan Banawa Dalam Angka
Tahun 2005 dapat diuraikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Jenis Mata Pencaharian di Desa Towale Tahun 2005
No. Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Orang
Prosentase (%)
1. Tani 30 1,272. Pekebun 67 2,833. Peternak 5 0,214. Nelayan 265 11,21
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
35
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
5. Pedagang 18 0,766. Buruh/Lainnya 167 7,067. Belum/Tidak Bekerja 1.813 76,66
Jumlah Total 2.365 100,00Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka Tahun 2005
Dari uraian di atas terlihat bahwa total penduduk
yang mempunyai mata pencaharian tetap hanya sebesar
552 jiwa atau 23,34%, sementara penduduk lain yang
belum/tidak memiliki pekerjaan sejumlah 1.813 jiwa atau
76,66%. Hal ini bila dibandingkan dengan data tentang
Rumah Tangga Miskin (RTM) penerima BLT sangat
relevan.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
36
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
4.4.5. Kondisi Perumahan
Berdasarkan data Kecamatan Banawa Dalam Angka
Tahun 2005 memperlihatkan pula tentang jumlah tempat
tinggal berdasarkan klsifikasi bangunannya yang dibagi
menjadi lima kategori yaitu permanen, semi permanen,
kayu, gubuk dan rumah panggung. Di Desa Towale
terdapat 96 rumah permanen, 185 rumah semi permanen,
184 rumah kayu, 10 rumah gubuk, dan tidak terdapat
rumah panggung. Bila dijumlahkan hanya diperoleh angka
475 rumah tempat tinggal saja yang ada, sementara jumlah
rumah tangga yang mendiami kelurahan ini sebesar 535
KK, jadi masih terdapat selisih sekitar 60 KK yang belum
terdata kondisi tempat tinggalnya.
4.4.6. Kondisi Prasarana dan Sarana
A. Fasilitas Sosial
1) Fasilitas Pendidikan; jenis fasilitas
pendidikan yang tersedia di Desa Towale berupa :
Taman Kanak-Kanak (TK) sejumlah 1 (satu) unit,
Sekolah Dasar sejumlah 3 (tiga) unit, Sekolah
Menengah Umum (SMU)/SMK sejumlah 1 (satu)
unit dan tidak terdapat Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP).
2) Fasilitas Kesehatan; jenis fasilitas
kesehatan yang tersedia di Desa Towale berupa : 1
(satu) unit Puskesmas Pembantu/Polinde dan 1
(satu) unit Pos Keluarga Berencana (KB).
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
37
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Sementara untuk tenaga kesehatan yang ada
terdiri atas 1 (satu) orang Mantri Kesehatan dan 3
(tiga) orang dukun bayi. Fasilitas dan tenaga
kesehatannya lainnya tersebar pada skala
Kecamatan Banawa.
3) Fasilitas Peribadatan; jenis fasilitas
peribadatan yang tersedia di Desa Towale berupa :
3 (tiga) unit Masjid, dan 1 (satu) unit Langgar.
4) Fasilitas Jasa dan Perdagangan; jenis
fasilitas jasa dan perdagangan yang tersedia
berupa : 1 (satu) unit pasar dengan frekwensi
mingguan dan tidak terdapat data tentang jumlah
toko, kios dan warung. Selain itu, juga tersedia
fasilitas lainnya seperti : 5 (lima) buah usaha
industri kecil, 5 (lima) buah usaha kerajinan rumah
tangga, 1 (satu) buah usaha bengkel motor, 1
(satu) buah usaha bengkel sepeda, 3 (tiga) unit
usaha tukang batu/kayu, 1 (satu) unit usaha tukang
jahit, 2 (dua) unit usaha sulaman tangan, dan 2
(dua) unit usaha anyaman tangan.
5) Fasilitas Pelayanan Umum; jenis fasilitas
pelayanan umum yang tersedia berupa : 1 (satu)
buah kantor kelurahan dan 1 (satu) unit balai
pertemuan. Tidak tersaji data yang lengkap
tentang keberadaan dan kondisi fasilitas pelayanan
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
38
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
umum di Desa Towale maupun kelurahan-
kelurahan lain di Kecamatan Banawa.
B. Fasilitas Umum
1) Fasilitas Transportasi, jenis fasilitas
transportasi yang tersedia di Desa Towale berupa :
jaringan jalan dengan kondisi beraspal maupun
jalan tanah (pengerasan), jembatan sebanyak 2
(dua) buah namun tidak terdata panjangnya, serta
rambu-rambu dan marka jalan lainnya.
2) Fasilitas Penerangan, jenis fasilitas
penerangan yang tersedia berupa jaringan listrik
(PLN) dengan jumlah pelanggan 233 RT.
3) Fasilitas Telekominikasi, di Desa Towale
belum terdapat jaringan telepon maupun fasilitas
untuk telepon selular. Sarana komunikasi yang
digunakan berupa Handy Talky (HT) serta radio
sejumlah 67 buah dan televisi sejumlah 15 buah.
4) Fasilitas Sanitasi dan Pemipaan, jenis
fasilitas sanitasi dan pemipaan yang dimaksud
adalah fasilitas jaringan air bersih, jaringan air
kotor cair dan padat (septictank), serta jaringan
drainase. Di Desa Towale terdapat jaringan air
bersih yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kabupaten Donggala serta
jaringan air kotor dan drainase, namun belum
tersedia data secara tertulis.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
39
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
5) Faislitas Persampahan, jenis fasilitas
persampahan yang dimaksud berupa
bak-bak/kantong sampah, gerobak sampah, mobil
pengangkut sampah, tempat pembuangan
sementara (TPS) dan tempat pembuangan terakhir
(TPA). Seperti halnya fasilitas sanitasi dan
persampahan, di Desa Towale untuk beberapa
fasilitas persampahan ini sudah tersedia, namun
belum ada data tertulisnya.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
40
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
BAB VKOMPOSISI DAN RENCANA KERJA TIM
PENELITI
5.1. KOMPOSISI TIM PENELITI
Tim Peneliti yang dibentuk dalam menangani kegiatan
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan
Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi
Masyarakat dan Daerah terdiri atas Tim Tenaga Ahli dan
Tenaga Pendukung lainnya (supporting staff).
Berdasarkan lingkup kegiatan sebagaimana yang
digariskan pada Term of Refetence (TOR) maka dapatlah
diuraikan kebutuhan tenaga ahli yang akan disiapkan
meliputi beberapa bidang, antara lain :
a. Ketua Tim Peneliti (Team Leader)
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Ekonomi Strata
Satu (S1) Jurusan Ekonomi Pembangunan yang
berpengalaman dalam pelaksanaan penelitian di bidang
Sosial Ekonomi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalam memimpin
dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim
peneliti dalam pelaksanaan kegiatan selama 6 (enam)
bulan penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan
selesai..
b. Tenaga Ahli Sosiologi Pedesaan
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Sosiologi
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
41
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
atau Ekonomi Strata Satu (S1) yang berpengalaman
melaksanakan kegiatan dibidang Sosiologi Pedesaan
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
c. Tenaga Ahli Pemetaan/Perencanaan Wilayah
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik
Planologi Strata Dua (S2) yang berpengalaman
melaksanakan kegiatan dibidang Pemetaan dan
Perencanaan Wilayah sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun.
Sementara tenaga pendukung yang turut membantu
pelaksanaan kegiatan penelitian ini antara lain :
Tenaga Anggota Tim Peneliti Balitbangda Propinsi
Sulawesi Tengah, sejumlah 4 (empat) orang;
Tenaga Administrasi, sejumlah 3 (tiga) orang.
5.2. TANGGUNG JAWAB TENAGA AHLI
Adapun Tenaga Ahli dan tanggung jawab dari masing-
masing keahlian yang terlibat dalam kegiatan Penelitian
Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan
Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan
Daerah adalah sebagai berikut :
a. Ketua Tim (Team Leader) Ahli Sosial Ekonomi :
1) Bertanggung jawab atas berjalannya penelitian
secara keseluruhan;
2) Memberi informasi yang kontinyu pada
pengguna jasa mengenai perkembangan dari
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
42
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
pelaksanaan penelitian dalam bentuk laporan-
laporan yang diminta secara insidentil;
3) Pengarahan pelaksanaan penelitian,
mempersiapkan program pekerjaan dan kerangka
kerja yang akan dilaksanakan;
4) Koordinasi kerja antara tenaga ahli yang
terlibat;
5) Penyiapan kegiatan penelitian; meliputi
penyiapan materi, metodologi dan tinjauan teoritis
terhadap pendekatan program upaya
penanggulangan kemiskinan (PPK), pengolahan dan
analisis data dibantu oleh tim ahli, serta aspek-
aspek terkait lainnya.
b. Tenaga Ahli Sosiologi :
1) Mengadakan observasi sosial dan ekonomi pada
kawasan penelitian;
2) Mengadakan pendataan dan analisis situasi
pemerintahan, sosial ekonomi dan potensi pada
kawasan penelitian;
3) Memantau dan menyusun Program Penanggulangan
Kemiskinan (PPK) berdasarkan pertimbangan
terhadap aspek-aspek kondisi masyarakat dan
daerah;
4) Merekomendasikan hasil penelitian bersama
Tenaga Ahli lainnya terkait dengan Program
Penanggulangan Kemiskinan (PPK).
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
43
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
c. Tenaga Ahli Pemetaan/Perencanaan Wilayah :
1) Penyiapan peta-peta kawasan penelitian sebagai
perangkat dan alat analisis berbasis geografis
kawasan;
2) Mengadakan observasi kondisi fisik kawasan
beserta potensi dan kendala yang ada pada kawasan
penelitian;
3) Bersama-sama dengan tenaga ahli lainnya
melakukan analisis dan pemantauan terhadap
Program Penanggulangan Kemiskinan (PPK);
4) Memantau kondisi sarana dan prasarana lingkungan
dan daya dukungnya terhadap aktivitas masyarakat
pada kawasan penelitian;
5.3. RENCANA KERJA TIM PENELITI
Sejak diterimanya Surat Keputusan (SK) Kepala
Balitbangda Propinsi Sulawesi Tengah Nomor :
070/0202.a./Bid.II. tanggal 24 April 2007 tentang
Penetapan Tim Peneliti Penetapan Program
Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan
Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah Tahun Anggaran
2007, Tim Peneliti segera melaksanakan penyesuaian
jadwal rencana kerja yang telah disusun pada saat
pengajuan proposal teknik.
Adalah sangat penting untuk melakukan penjadwalan
rencana kerja tersebut, mengingat pada saat disusun
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
44
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
proposal teknik tersebut hanya bersifat umum belum
terkait dengan penetapan awal kegiatan layanan Tim
Peneliti. Dengan demikian, jadwal yang telah disusun ini
sangat menentukan bagi kelancaran kegiatan penelitian
yang akan dilaksanakan.
5.3.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian senantiasa mengikuti
tahap-tahap pekerjaan dalam bentuk rangkaian yang
lengkap dan utuh. Kegiatan secara keseluruhan adalah
mulai dari tahap persiapan baik penyelesaian administrasi
maupun teknis sampai kepada penyusunan laporan akhir
hasil penelitian setelah diseminarkan dan diterima baik
oleh pemerintah setempat. Guna mencapai hasil tersebut,
maka proses kegiatan penelitian harus melampaui urutan
yang terencana dalam bentuk penyiapan materi,
penjadwalan waktu, organisasi personil dan manajemen
kerja secara keseluruhan.
Sebagai hasil pemahaman dari Term of Reference
(TOR), maka rencana pelakasanaan kegiatan penelitian
Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan
Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan
Daerah dapat dijabarkan dalam tahapan-tahapan sebagai
berikut :
A. Tahap Persiapan Penelitian
Dalam tahap persiapan penelitian ini terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
45
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
a. Penyiapan Administrasi/Dokumen dan Surat Izin Survey
b. Mobilisasi dan pembuatan peta rencana kerja tim
tenaga ahli (job discription);
c. Survey Pendahuluan (preliminary survey)/Inventarisasi
Data PPK;
d. Inventarisasi materi pertanyaan dan penyusunan daftar
pertanyaan (check list questioner);
e. Penyusunan program kerja dan Konsultasi dengan pihak
pengguna jasa;
f. Penjelasan kepada surveyor tentang survey sosio-
kultural dan ekonomi;
g. Penyusunan laporan pendahuluan (Preliminary Report)
dan Seminar;
B. Tahap Survei dan Observasi
Lapangan/Pengumpulan Data
Survei dan observasi mempunyai sasaran untuk
mendapatkan data dan informasi aspek fisik dan aspek non
fisik kawasan penelitian, beberapa tahap survei yang akan
dilaksanakan antara lain :
a. Survei untuk Pemetaan (Peta Tematik Kawasan)
b. Observasi Lapangan terhadap kondisi masyarakat dan
daerah, social-ekonomi, budaya, hokum, gizi, pangan
dan keamanan;
c. Survei Instansional.
C. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Tahap pengelohan dan analisis data dimaksudkan
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
46
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
untuk menyeleksi dan mengolah data sebagai bahan
analisis, yang pada akhirnya digunakan sebagai masukan
penyusunan laporan akhir penelitian.
Pekerjaan pengolahan dan analisis data mencakup
penilaian dan pengukuran faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kawasan penelitian, menilai
kualitas fisik kawasan penelitian, serta komponen-
komponen lain yang perlu dipertimbangkan.
Proses akhir dari tahap pengolahan dan analisis data
adalah menyusun laporan akhir sementara dalam
menetapkan Program Penanggulangan Kemiskinan (PPK)
Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan
Daerah yang paling representatif untuk dijadikan sebagai
acuan atau model pengembangan PPK, khususnya untuk
masyarakat wilayah pesisir.
Dalam proses pelaksanaan pekerjaan, dilakukan
pembagian tugas kerja sesuai dengan keahlian personalia
yang terlibat. Koordinasi kerja sangat diperlukan dalam
proses analisis ini, baik dalam tukar pikiran maupun
diskusi yang sifatnya rutin.
D. Tahap Pelaporan dan Seminar
Tahapan ini merupakan pokok pekerjaan dari seluruh
proses kegiatan penelitian tentang Penetapan Program
Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan
Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah, yaitu terdiri atas
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
47
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
pekerjaan-pekerjaan penyusunan laporan hasil penelitian,
meliputi :
Laporan Pendahuluan;
Laporan Tengahan (Laporan Akhir Sementara);
Laporan Akhir.
Terkait dengan kegiatan tahap pelaporan ini adalah
pelaksanaan seminar dan diskusi terbuka (Public
Discussion) yang dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu
seminar laporan pendahuluan dan seminar laporan akhir
sementara. Tujuan diskusi terbuka ini adalah sebagai
forum partisipatif proses penyusunan hasil penelitian,
disamping merupakan wujud pertanggung jawaban publik
(public accountability).
5.3.2. Jadwal Rencana Kerja Tim Peneliti
Jadwal rencana kerja disusun untuk memberikan arah
bagi tim peneliti dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara tepat waktu
dengan kualitas yang baik serta efisiensi dalam
pelaksanaan tugas dan pembiayaan.
Secara rinci, jadwal kerja sebagaimana tersebut di
atas dituangkan dalam uraian Tabel 3. berikut ini.
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
48
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
49
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.2007. TOR Penelitian P4K Penelitian Penetapan ProgramPenanggulangan Kemiskinan 2007
2. Anonim, 1996, Panduan Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Kantor Menteri Negara Kependudukan BKKBN. Jakarta.
3. Parsudi Suparlan, 1993 Kemiskinan di Perkotaan Bacaan Untuk Antropologi Perkotaan, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
4. Dorojatun Koentjoro Jakti, 1986, Kemiskinan di Indonesia, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
5. Sajogyo, 1982. Bungarampai Perekonomian Indonesia, Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
6. Sherraden Micheael, 2006, Aset Untuk Orang Miskin, Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
7. Yujiro Hayami dan Masao Kikuchi, 1987, Dilemma Ekonomi desa, Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
50
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah
Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah
51
TABEL 3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
PENGGUNA JASA : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah PEKERJAAN : Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarkat dan DaerahLOKASI : Kota Palu dan Kabupaten DonggalaTAHUN ANGGARAN : 2007
NO.
URAIAN PEKERJAAN
Jangka Waktu / Bulan
KETERANGANApril Mei JuniJuli Agustus
September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4I. PERSIAPAN PENELITIAN
Pekerjaan di mulai pada minggu terakhir Bulan April, sesuai SK yang telah dibuat;
Lokasi kegiatan merupakan kawasan pesisir dengan komunitas nelayan yang terletak di Kota Palu (Kelurahan Buluri Kec. Palu Barat, dan Kelurahan Mamboro Kec. Palu Utara) Serta Kabupaten Donggala (Desa Marana Kec. Sindue dan Desa Towale Kec. Banawa Selatan).
1.Penyiapan Administrasi/Dokumen
2.Mobilisasi & Rencana Kerja Tim
3.Inventarisasi Matrei Penelitian
4. Survey Pendahuluan
5.Penyusunan Laporan Pendahuluan
II.SURVEY & OBSERVASI/ PENGUMPULAN DATA
1. Survei untuk Pemetaan2. Observasi Lapangan3. Survei Instansional
III.PENGOLAHAN/ANALISIS DATA
1.Analisis Data Sosial-Kultur-Ekonomi
2. Analisis Data Hukum
3.Analisis Data Pangan dan Gizi
4. Analisis Kondisi Fisik Kawasan
5. Analisis Data Keamanan
IV.PENYUSUNAN LAPORAN DAN SEMINAR
1. Laporan Pendahuluan
2.Seminar Laporan Pendahuluan
3. Laporan Akhir Sementara
4.Seminar Laporan Akhir Sementara
5. Laporan Akhir
Top Related