perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan politik di masa sekarang ini, media massa
memiliki peranan yang sangat vital. Media bukan saja sebagai sumber
informasi politik, melainkan juga kerap menjadi faktor pendorong terjadinya
perubahan politik, karena media massa memiliki kekuatan untuk
membentuk budaya dan wacana politik.
Pada kenyataannya sebuah berita tidak akan pernah bisa benar-benar
objektif dalam proses pemuatannya. Ibnu Hamad mengatakan, hal ini
disebabkan oleh dua faktor. Pertama, karena saat ini politik berada di era
mediasi, yakni hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media
massa. Karena para tokoh politik senantiasa berusaha menarik perhatian
wartawan agar kegiatan politiknya mendapat liputan dari media massa.
Kedua, peristiwa politik baik yang berupa tingkah laku atau pernyataan dari
aktor politiknya itu selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik
itu bersifat rutin. (Ibnu Hamad, 2004:1).
Namun demikian, sebuah kewajiban moral bagi media massa untuk
berusaha menjadi pihak yang netral dalam penyampaian ataupun pemuatan
sebuah materi berita. Pengutamaan pemuatan berita salah satu pihak saja
tentu akan melanggar tugas dasar sebuah media yang harus tetap netral
dalam pemuatan sebuah berita. Dengan kata lain, media harus bersikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
objektif. Kusumaningrat mengungkapkan, “Media massa memang tidak
mungkin untuk bisa bersikap 100% objektif karena berita diproduksi oleh
wartawan yang memiliki latar belakang berbeda-beda, namun berita yang
ditulis harus diupayakan netral dan tidak memihak”. (Kusumaningrat,
2006:54).
Senada dengan yang diungkapan Everette Dennis, “Jurnalisme
objektif bukanlah hal yang mustahil. Misalnya dengan memisahkan fakta
dan opini, memberi prinsip keseimbangan dan keadilan dan melihat
peristiwa dari dua sisi”. (Everette Dennis dalam Siahaan, 2001:61).
Provinsi DKI Jakarta baru saja menggelar pesta demokrasi untuk
memilih gubernur dan wakil gubernur yang akan memimpin DKI Jakarta
untuk periode lima tahun mendatang. Dalam PILKADA 2012 ini ada enam
pasang cagub dan cawagub yang bersaing untuk menjadi gubernur baru
Jakarta. Berikut seluruh nama pasangan cagub dan cawagub yang
mencalonkan diri yang Peneliti himpun dari website resmi KPU Jakarta
(http://www.kpujakarta.go.id) :
1. Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.2. Mayjen (purn) H. Hendardji Soepandji dan Ir. H. Ahmad Riza
Patria, M.B.A.3. Ir. H. Joko Widodo dan Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M.4. Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A dan Prof. Dr. Didik Junaidi
Rachbini.5. Faisal Basri dan Biem T. Benyamin.6. H. Alex Noerdin dan Letjen TNI (Marinir) Purn. H. Nono
September 2012 silam, PILKADA untuk wilayah DKI Jakarta
memasuki putaran ke-2 yang mana telah menyisihkan dua nama kandidat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
terkuat untuk bersaing memperebutkan kursi jabatan DKI 1, yakni pasangan
calon gubernur Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli dan pasangan calon
gubernur Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama.
Bagi Peneliti, ada beberapa alasan memilih tema ini untuk diteliti.
Pertama, pemilihan Jokowi sebagai subjek yang diangkat dalam penelitian
ini karena beliau cukup unik dan berbeda dari calon yang lain. Beliau
dicalonkan oleh parpol pengusungnya PDI-P dan partai Gerindra untuk
maju menjadi salah satu calon gubernur DKI ketika beliau masih aktif
menjabat Walikota Solo dan masih menjalankan tugasnya. Selain masih
menjabat sebagai seorang Walikota, Jokowi juga menjadi salah satu
Walikota yang mempunyai trek record baik dengan kesuksesan beliau
memimpin Kota Solo yang sudah hampir 2 periode ini hingga nanti tahun
2015. Nama beliau mulai diperhitungkan setelah beliau sukses merelokasi
hampir 1000 pedagang kaki lima di wilayah Pasar Legi daerah Banjarsari ke
pasar klithikan Semanggi nyaris tanpa bentrokan yang melibatkan petugas
dan pedagang. Sehingga Peneliti beranggapan bahwa Beliau memiliki
kemampuan istimewa dalam memimpin suatu wilayah.
Alasan yang kedua, pemilihan tanggal 12 Juli – 30 September 2012
karena ini merupakan periode dilaksanakannya Pilgub DKI putaran final
atau putaran kedua yang akan menentukan siapa diantara Fauzi Bowo atau
Joko Widodo yang menjadi Gubernur baru DKI Jakarta nanti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Alasan ketiga, saat ini (2011), Harian Kompas Cetak (bukan versi
digital) memiliki sirkulasi oplah rata-rata 500 ribu eksemplar per hari,
dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang per hari yang
terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia. Dengan oplah rata-rata 500 ribu
eksemplar setiap hari dan mencapai 600 ribu eksemplar untuk edisi Minggu,
Kompas tidak hanya merupakan koran dengan oplah terbesar di Indonesia,
tetapi juga di Asia Tenggara.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_(surat_kabar)#Oplah_dan_Pembaca).
Dengan jumlah oplah sebesar itu, pastilah Kompas memiliki
kredibilitas yang tidak perlu dipertanyakan lagi dan benar-benar menjaga
keobjektivitasan dalam memuat suatu berita.
Maka berdasarkan pemaparan diatas, penulis ingin meneliti
fenomena tersebut, dengan mengangkat judul : Studi Deskriptif Analisis
Isi Objektivitas Berita Calon Gubernur Jokowi Pada Koran Kompas
Selama Putaran ke 2 Periode 12 Juli – 30 September 2012.
Berikut daftar berita yang dimuat di koran Kompas mengenai Pilgub
DKI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 1.1
Daftar Berita Mengenai Jokowi dalam Pilgub DKI selama putaran 2
Periode 12 Juli – 30 September 2012
No Tanggal Hal Judul Berita1 Kamis 12 Juli 2012 I DKI Siapkan Putaran Kedua:
Hasil Hitung Cepat PastikanJokowi Dan Fauzi BowoBertarung
2 Sabtu 15 September 2012 I Warga Sambut KampanyePutaran Kedua
3 Minggu 16 September 2012 I Pemukiman Padat Ditata
4 Kamis 20 September 2012 I KPU Antisipasi Kecurangan
5 Jumat 21 September 2012 I Fauzi Beri Selamat Jokowi:Pelantikan Kepala DaerahTerpilih 7 Oktober
6 Sabtu 22 September 2012 I Harapan Besar Warga Jakarta7 Senin 24 September 2012 I Demokrasi Kian Matang
8 Sabtu 29 September 2012 IV Masyarakat Rindukan Pelayan
9 Minggu 30 September 2012 I Jokowi, Harapan Baru
Ket: Berita yang tersaji diatas diambil dari koran Kompas edisi 12 Juli - 30 September
2012. Namun pada bulan Agustus tidak terdapat berita mengenai pilgub DKI yang
dimuat di koran Kompas.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
“Bagaimanakah Ojektivitas Berita Calon Gubernur Jokowi di Koran
Kompas Selama Putaran ke 2 Periode 12 Juli – 30 September 2012?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apakah Koran Kompas sudah objektif dalam
pemberitaan mengenai Jokowi pada DKI Jakarta 2012 selama
putaran ke 2 mulai tanggal 12 Juli – 30 September 2012.
2. Untuk melengkapi syarat akademik guna memperoleh gelar sarjana
dalam bidang Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. MANFAAT
Manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini adalah:
Manfaat teoritis
Menambah perbendaharaan penelitian di Ilmu Komunikasi
khususnya tentang analisis isi.
Manfaat Praktis
a. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir
dinamis sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam rangka
menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang
terkait dan dapat berguna bagi para pihak yang berminat
terhadap masalah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. KERANGKA PEMIKIRAN DAN TEORI
E.1. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1
Surat Kabar Kompas
Peristiwa Pilgub DKI Jakarta 2012Putaran Ke-2
Proses Produksi Berita Mengenai Jokowi selamaputaran ke 2 Pilgub DKI 2012 di Surat KabarKompas Periode 11 Juli – 30 September 2012
Objektivitas Pemberitaan Koran Kompas TerhadapJokowi selama putaran ke 2 Pilgub DKI 2012 periode
11 Juli – 30 September 2012
Konstruksi KategoriObjektivitas Pemberitaan
Faktualitas
1. Trutha. Faktualb. akurat
2. Relevan
Imparsialitas
1. Berimbang (cover both side)2. Netral
Analisis isi pesan secara kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E.2.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan bentuk aktivitas kehidupan manusia. Sebab
sebagai sorang makhluk sosial, manusia yang hidup dimuka bumi ini
pastilah melakukan komunikasi untuk menyampaikan tujuan ataupun
pesannya kepada si penerima pesan. Tetapi komunikasi bukan hanya
bagaimana proses sebuah pesan disampaikan namun juga ternyata juga
dikonstruksi dan dipengaruhi untuk menimbulkan makna baru di mata
penerima pesan.
Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikann. Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai proses
pengiriman pesan dari komunikator melalui saluran tertentu kepada
penerima pesan. (Onong Uchana Effendy, 2000:28).
Harold Laswell menyatakan untuk menjelaskan komunikasi adalah
dengan menjawab pertanyaan “Who Says What in Which Channel to Whom
with What Effect?”. Ini menunjukkan bahwa komunikasi terdiri atas 5 unsur
yaitu : (a). Komunikator (Source, Sender, Communicator), (b). Pesan
(Message), (c). Saluran (Channel), (d). Komunikan, (Receiver,
Communicant), (e). Efek
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian atau pengiriman sesuatu dapat berupa lambang atau simbol
dalam bentuk informasi, atau dengan kata lain komunikasi itu dapat
dilakukan dengan menggunakan media atau tanpa media. Media yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
digunakan secara umum dibagi dua yaitu menjadi media cetak dan media
elektronik. Penggunaan media dalam komunikasi sebagai proses dalam
penyampaian pesan kepada khalayak disebut dengan komunikasi massa.
Seiring dengan pertumbuhan manusia yang tidak terlepas dari
kebutuhan akan informasi, komunikasi massa menempati urutan yang
sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu saja, secara sederhana
komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa.
Komunikasi massa ini timbul akibat dari komunikasi interpersonal yang
pada umumnya dilakukan dalam bentuk tatap muka yang tidak sebanding
dengan jumlah penduduk yang kian membeludak. Pengiriman pesan yang
biasanya dilakukan dalam bentuk interpersonal tidak dapat menjangkau
khalayak dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cepat. Untuk itu
diperlukan media sebagai jembatan bagi khalayak, artinya pesan yang
disampaikan melaui suatu media dapat diterima banyak orang dan dalam
waktu yang singkat pula, kegiatan semacam ini disebut dengan komunikasi
massa.
Jadi komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui
media massa yang ditujukan kepada khalayak besar dan heterogen. Oleh
karena itu sifat dari komponen yang dimiliki komunikasi massa itu memiliki
ciri khas sebagai berikut:
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah, yang memungkinkantidak terdapatnya arus balik dari komunikan kepada komunikatorsecara langsung.
b. Komunikator pada komuniaksi massa bersifat melembaga(bersifat organisasi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, karena ditujukankepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidakditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu.
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri inimerupakan kemampuan komunikasi massa untuk menumbuhkanpada pihak khalayak dalam menerima pesan yang disebarkan.
e. Komunikasi bersifat heterogen, dan sebagai bentuk komunikasiyang berfungsi untuk menyampaikan informasi, mendidik,menghibur, dan melakukan sosial kontrol. (Effendy 1990:22).
E.2.2. Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan semua proses penyampaian informasi
termasuk fakta-fakta, pendapat, keyakinan dan seterusnya, pertukaran dan
pencarian tentang itu semua dilakukan oleh para partisipan dalam konteks
kegiatan politik yang melembaga. (McQuail dalam Pawito 2001:2)
Sedangkan pakar lain menyebutkan komunikasi politik merupakan
proses dimana kepemimpinan nasional, media dan masyarakat saling
bertukar dan memberi makna terhadap pesan-pesan yang berhubungan
dengan kebijakan publik. (Perloff, 1998:23).
Definisi Perloff di atas mengandung beberapa unsur yakni,
komunikasi politik merupakan sebuah proses. Komunikasi politik tidak
dapat terjadi secara otomatis begitu saja, di dalamnya terdapat serangkaian
kegiatan yang kompleks dan dinamis. Di samping itu, proses tersebut juga
mengandung adanya tarik-menarik pengaruh. Pemerintah mempengaruhi
media dengan menawarkan bahan untuk pemberitaan, sementara media
mendesak para politisi melalui serangkaian mekanisme institusional sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
deadline dan nilai berita. Pada sisi yang lain media juga dapat
mempengaruhi masyarakat, namun masyarakat juga dapat membentuk
agenda media.
Pakar lain pun berpendapat bahwa komunikasi politik merupakan
“public discussion about the allocation of public resources (revenues),
official authority (who is given the power to make legal, legislative and
executive decision), and official sanctions (what the state rewards or
punishes)”. (Denton dan Woodward dalam McNair, 1995 :3).
Dari kesimpulan ini memberikan pengertian bahwa komunikasi
politik merupakan segenap tindakan berupa penyebaran aksi, makna, atau
pesan yang terkait dengan fungsi suatu sistem politik, yang melibatkan
unsur-unsur komunikasi (komunikator, pesan, media, komunikan dan efek).
E.2.3. Jurnalistik
Jurnalistik adalah “istilah yang berasal dari bahasa Belanda
“Journalistik” atau bahasa Inggris Journalism, yang bersumber pada
perkataan “journal” sebagai terjemahan dari bahasa Latin “diurnal” yang
berarti “Surat Kabar” atau setiap hari. (Effendy, 2003: 95).
Jurnalistik merupakan keterampilan atau kegiatan mengelola bahan
berita, mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak
disebarluaskan kepada masyarakat. (Effendy dalam Muhtadi, 1999:26).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Selain pengertian-pengertian dari beberapa ahli diatas, jurnalistik
jika dilihat dari kamus menyatakan bahwa jurnalistik dijelaskan sebagai
“kegiatan untuk menyampaikan, mengedit dan menulis surat kabar, majalah,
atau media cetak lain berkala lainnya”. Dari definisi tersebut, jurnalistik
sebagai kegiatan mengelola berita mulai dari mendapatkan berita sampai
menyebarluaskan kepada khalayak melalui media. (Assegaff, 1991:9)
Dari definisi tersebut, Peneliti memahami bahwa jurnalistik adalah
kegiatan mengelola informasi mulai dari peliputan, mengelola dan
kemudian mempublikasikannya kepada khalayak dengan menggunakan
media.
Pada jaman modern ini, jurnalistik tidak hanya mengelola berita,
tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya,
bukan lagi menyiarkan informasi, melainkan juga mendidik, menghibur dan
mempengaruhi khalayak melakukan kegiatan tertentu.
Secara umum, jurnalistik – pers (media massa) mempunyai fungsi
penting pada masyarakat, yaitu:
a) Fungsi memberikan informasi dan pendidikan massal
Kegiatan jurnalistik menghasilkan produk berupa berita dan
informasi, kejadian – kejadian yang ada di masyarakat yang
memiliki nilai berita dan orang merasa berkepentingan dengan berita
tersebut maka jurnalis berkewajiban meliputnya. Misalnya kejadian
tentang bencana alam, ketokohan seseorang, fenomena yang baru
terjadi ataupun yang lain-lainnya.
Selain fungsinya sebagai media informasi, jurnalistik juga
berfungsi mendidik, tulisan ataupun segala sesuatu yang dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
oleh jurnalistik tentu mengandung muatan edukasi. Misalnya
informasi tentang temuan hasil karya dari seorang ilmuwan, atau
juga informasi kesehatan yang masyarakat wajib untuk
mengetahuinya.
b) Fungsi memberikan hiburan
Para jurnalis akan menulis suatu berita dengan hidup dan
menarik. Mereka menyajikan informasi yang bersifat menhibur
misalnya humor atau berita – berita ringan dimana seseorang tidak
diharuskan berfikir secara tajam ataupun keras untuk memahami
informasi tersebut.
Sebagaimana keberadaan jurnalistik itu sendiri, kehadiran
jurnalistik hanyalah untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan
infomasi. Seseorang yang telah beraktifitas ataupun bekerja pastinya
memberikan refreshing atau hiburan bagi dirinya.
c) Fungsi melakukan pengawasan oleh masyarakat (social
control)
Beberapa jurnalis, yang dalam pencarian informasi
memasuki wilayah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dan mereka
biasanya menggunakan paham kritis. Berita yang disampaikan tidak
sekedar pemindahan informasi dari satu mulut ke telinga lain, tapi
juga menelisik secara mendalam dan membaca muatan yang
terkandung dalam suatu berita. (Samanto, 2002:64)
E.2.4. Surat Kabar
Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang
terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri : terbit secara periodik, bersifat
umum, isinya termasa, atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca
(Effendy, 1989:241).
Sedangkan menurut ahli yang lain, surat kabar yaitu kumpulan
berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran
kertas ukuran plano, terbit secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu satu
kali. (Totok Djuroto, 2004:11).
Surat kabar adalah sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalammedia massa tercetak, berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita,karangan-karangan dan iklan-iklan dan diterbitkan secara berkala bisa SuratKabar, mingguan, bulanan, serta diedarkan secara umum, isinya pun harusaktual juga bersifat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkutpaut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. (Junaedhie,1999:257).
Dari definisi diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa surat kabar
adalah lembaran tercetak yang berisi tentang suatu peristiwa yang terjadi
atau iklan yang terbit secara periodik, bersifat aktual, universal dan
menyangkut human interest.
Istilah pers berasal dari istilah asing, yakni Press, yang berarti
“percetakan” atatu “mesin cetak”. Mesin cetak inilah rupanya yang
memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga orang mengatakan pers itu
untuk maksud persuratkabaran. Dari gambaran tersebut dapat dipahami
adanya dua pengertian umum dari pers.
Pertama, secara sempit pers dimaksudkan sebagai persuratkabaran.
Kedua, secara umum, pers adalah sarana yang menyiarkan prodik
jurnalistik. Pada zaman modern sekarang ini jurnalistik tidak hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar atau
majalah. Dan defenisi pers tidak hanya terbatas pada media cetak, namun
juga media massa jurnalistik.
Secara yuridis formal, menurut UU Pers No. 40 tahun 1999 pasal 1
ayat 1 mendefinisikan pers sebagai berikut:
“Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yangmelaksanakan kegiatan jurnalistik meliput, mencari, memperoleh, memiliki,meyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam betuktulisan, suara, gambar suara dan gambar serta data dan grafik maupun dalambentuk lainnya dalam menggunakan media cetak, media elektronik dansegala jenis saluran yang tersedia.”
Berdasarkan jenis dan wilayah sirkulasi, segmentasi dan pangsa
pasar, pers dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, antara lain:
a. Pers KomunitasPers komunitas memiliki jangkauan wilayah sirkulasi yangsangat terbatas. Biasanya anya mencakup satu atau beberapadesa dalam satu kecamatan. Kebijakan pemberitaan perskomunitas lebih banyak diarahkan untuk mengangkatberbagai potensi dan masalah aktual di desa atau kecamatansetempat. Fungsi lebih banyak dikembangkan pada perskomunitas adalah penyebarluasan informasi dan edukasi.
b. Pers LokalPers lokal hanya beredar di sebuah kota dan sekitarnya.Kebijaksanaan redaksional pers local lebih bertumpu padapengembangan dimensi kedekatan geografis dan kedekatanpsikologi (proximity) dalam segala dimensi dan implikasinya.
c. Pers RegionalPers regional berkedudukan di ibu kota provinsi. Wilayahsirkulasiny meliputi seluruh kota yang terdapat dalamprovinsi tersebut. Dalam situasi normal, kebijakanredaksional pers regional tidak jauh berbeda dengan perslokal. Motivasi dan ambsisi pers regional adalah tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
selamanya menjadi raja di wilayah suatu provinsi. Ini berarti,pers regional masih tetap tidak akan beranjak dari teoriproximity dengan cara membangun dan mengembangkankedekatan geografis dan kedekatan sosiokultural dengankhalayak serta kultur daerahnya. Muncul fenomena menarikketika grup-grup pers regional menerbitkan pers-pers lokalyang ditentukan antara lain menurut kriteria zona wilayah.Pers lokal sengaja diciptakan untuk pada akhirnya dijadikansebagai penyangga atau bahkan menjadi bumber persregional yang menjadi induknya.
d. Pers NasionalPers nasional lebih banyak berkedudukan di ibu kota Negara.Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh provinsi. Kebijakanredaksional lebih banyak menekankan kepada masalah, isu,aspirasi, tuntutan dan kepentingan nasional secarakeseluruhan tanpa memandang sekat-sekat.
e. Pers InternasionalHadir di sejumlah Negara dengan menggunakan teknologisistem cetak jaraj jauh dengan pola pengembangan zona atauwilayah. Wilayah sirkulasi pers internasional lebih banyakterpusat di ibu kota Negara dan beberapa kota besar Negarasetempat yang masuk dalam satelit pengaruhnya, baik secarapolitis maupun secara industry dan bisnis. (Sumandaria,2006:41).
Berita dapat diklasifikan menjadi dua kategori yaitu berita berat
(hard news) dan berita ringan (soft news). Selain itu, berita juga dapat
dibedakan menurut lokasi peristiwanya, yaitu di tempat terbuka dan di
tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita dibagi menjadi
berita diduga dan berita tak terduga. (Sumandiria, 2006:65).
Kriteria umum nilai berita (news value) merupakan acuan yang dapat
digunakan oleh para jurnalis untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan
berita dan memilih mana yang lebih baik. Antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1. Keluarbiasaan (unussualness)
Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Berita bukanlah suatu
peristiwa biasa. Semakin besar peristiwa, maka semakin
besar pula nilai beritanya. Nilai berita luar biasa paling tidak
dapat dilihat dari lima aspek, yakni lokasi peristiwa, jumlah
korban, daya kejut peristiwa, waktu peristiwa, dan dampak
dari peristiwa tersebut.
2. Kebaruan (newness)
Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru.
3. Akibat (impact)
Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu
peristiwa yang tidak jarang berdampak besar dalam
kehidupan masyarakat.
4. Aktual (timeliness)
Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru saja terjadi.
5. Kedekatan (proximity)
Berita adalah kedekatan. Kedekatan disini adalah kedekatan
geografis dan kedekatan psikologos. Kedekatan geografis
menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di
sekitar tempat kita tinggal. Sedangkan kedekatan psikologis
adalah lebih banyak ditentukan oleh keterikatan pikiran,
perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek
peristiwa atau berita.
6. Informasi (information)
Berita adalah informasi. Setiap informasi belum tentu
memiliki nilai berita. informasi yang tidak memiliki nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
berita tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan
media massa. Hanya informasi yang memberi manfaat
kepada khalayak banyak.
7. Konflik (conflict)
Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung
unsur dan sarat dengan dimensi pertentangan.
8. Orang penting (prominence)
Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor,
selebriti dan lain sebagainyabaik dalam kondisi biasa atau
luar biasa.
9. Keterkaitan manusiawi (human interest)
Kadang peristiwa tidak memberikan efek berarti kepada
seseorang, kelompok, atau lebih jauh lagi kepada masyarakat.
Tetapi lebih menimbulkan getaran suasana hati, suasana jiwa
dan alam perasaannya. Apa saja yang dinilai mengandung
minat insani, menimbulkan ketertarikan manusiawi,
mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu merupakan
salah satu contoh keterkaitan manusiawi.
10. Kejutan (surprising)
Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, diluar
dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, dan tidak
diketahui sebelumnya. (Sumandiria, 2006:80-92).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
E.2.5. Objektivitas Berita
Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang
dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik
perhatian pembaca entah karena ia luar biasa, entah karena penting atau
akibatnya, entah pula karena mencakupi human interest, emosi, ketegangan
(Assegaf, 1991:24).
Berdasarkan definisi diatas, fokus dari berita adalah pada hasil
penulisan. Ditegaskan berita yang merupakan fakta haruslah bersifat
objektif, tidak ada pencampuran antara fakta dan opini. Berbeda dengan
Assegaf yang menjelaskan terdapat seleksi dalam penempatan berita, ini
mengisyaratkan sepertinya terdapat subjektivitas. Meskipun demikian
berita-berita yang dihasilkan juga bersifat objektif. Subjektif hanya berlaku
dalam penyeleksian berita yang berkaitan dengan kebijaksanaan redaksional
yang telah ditentukan. Tetapi dalam penulisan berita prinsip objektivitas
tetap dijunjung dan diterapkan.
Objektivitas yang dihubungkan dengan surat kabar khususnya isi
berita adalah melaporkan keadaan senyatanya dan apa adanya, tanpa
dipengaruhi pendapat dan analisis lepas dari perseorangan, tidak memihak,
dan tidak miring sebelah.
Sehingga objektivitas dalam perngertian sempit yaitu hanya
melaporkan apa yang penting untuk dikatakan dan dilakukan. Wartawan
hanya bertindak sebagai penonton dari berita dan mengumpulkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menyajikan fakta. Wartawan tidak terlibat dalam berita, artinya disini
wartawan bertindak sebagai pengamat yang netral. Sehingga dalam
peliputan atau penerbitan berita, sebuah media harus tetap memegang teguh
prinsip-prinsip baku jurnalisme, yakni fairness, balance, dan cover both
side.
Tetapi pada keyataanya, kelaziman objektifitas pemberitaan dalam
jurnalistik di sebuah negara atau sebuah wilayah dapat dipengaruhi beberapa
faktor. Yasmine T. Dabbous dalam International Journal of Communication
Vol 4, 2010, dengan judul Media With a Mission: Why Fairness and
Balance Are Not Priorities in Lebanon’s Journalistic Codes, Lousiana State
University, mengatakan
Commercialism, industrialization, urbanization, and the rise of the
scientific approach in social sciences have all contributed to the
prevalence of the objectivity standard in journalism.
( http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/487/444)
Dapat dijelaskan bahwa komersialisme, industrialisasi, urbanisasi,
dan munculnya pendekatan ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial telah
berkontribusi terhadap kelaziman standar objektivitas dalam jurnalisme.
Sehingga berdasarkan ungkapan tersebut, Peneliti ingin meneliti
apakah hal tersebut juga mempengaruhi pemberitaan Harian Kompas pada
Pilgub DKI Jakarta 2012 ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Objektivitas adalah tindakan atau sikap tertentu terkait dengan
pengumpulan, pengolahan dan penyebarluasan informasi (Morrisan dkk,
2010:65).
Berdasar kerangka objektivitas berita dari Westertahl (1983), berita
harus memenuhi dua kriteria. Pertama, berita harus faktual, yang artinya
berita harus ditulis berdasarkan fakta (factuality) dan kedua, berita harus
tidak berpihak (impartiality). (McQuail dalam Eriyanto, 2011:194).
Gambar 1.2
Kerangka objektivitas berita
Sumber: McQuail dalam Eriyanto, 2011:194
objektivitas
faktualitas imparsialitas
truth relevan berimbang netral
faktual
akurasi
normatif
jurnanistik
khalayak
Real-world
Aksesproporsional
Dua sisi
Non-evaluatif
Non-sensasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Faktual (faktualitas) mengacu pada bentuk laporan, berupa peristiwa
atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada narasumber, dan
tidak memasukkan opini ke dalam laporan, atau setidaknya dapat dibedakan
secara jelas antara fakta dan opini.
Unsur yang menunjang sebuah berita disebut faktual yakni dengan
akurasi (ketepatan) dan relevansi. Akurasi mempunyai makna berhubungan
dengan ketepatan data seperti jumlah, tempat, waktu, nama dan sebagainya
(Siahaan, 2001 :65). Akurasi hanya dapat diperoleh apabila wartawan
melakukan penggalian data dan informasi dengan cermat ketika di lapangan.
Lazimnya untuk memperoleh berita yang akurat, wartawan melakukan
check dan recheck yakni mengkonfirmasi/ menguji kebenaran dan ketepatan
fakta kepada subjek, objek, atau saksi berita yang diyakini mengetahui
persis masalahnya.
Sedangkan relevansi atau kelengkapan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1996:1151) relevan artinya sesuai, selaras, ada kaitannya.
Kesesuaian disini artinya berita menampilkan atau menyampaikan fakta
yang sesuai dan ada kaitannya dengan peristiwa yang terjadi. Tidak
menutup kemungkinan fakta yang didapat melebar ke persoalan lain.
Sehingga fakta tersebut harus berhubungan dengan peristiwa awal yang
diberitakan.
Komponen kedua yang menentukan objektivitas berita adalah sikap
tidak berpihak (imparsialitas). Media tidak boleh berpihak pada salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kubu atau salah satu kelompok tertentu. Imparsialitas terdiri dari dua
indikator yakni mengenai netralitas dan balance.
Netralitas dapat dipahami sebagai sejauh mana sikap wartawan yang
tidak memihak dalam menyajikan berita. (Siahaan, 2001:100). Netralitas
dapat diukur dengan nilai imbang. Nilai imbang yakni menyajikan evaluasi
dua sisi (aspek negatif dan positif) terhadap fakta maupun pihak-pihak yang
menjadi berita secara bersamaan dan proporsional. (Siahaan, 2001: 102).
Kemudian balance dapat dipahami sebagai keseimbangan dalam
penyajian fakta suatu berita. Untuk mengetahui apakah berita tersebut telah
seimbang dalam penyajiannya yakni dengan menggunakan indikator cover
both side. Cover both side dapat dipahami sebagai menyajikan dua/ lebih
gagasan/tokoh atau pihak-pihak yang berlawanan secara bersamaan dan
proporsional.
E.2.6. Analisis Isi
Analisis isi merupakan suatu teknik yang tersistematis untuk
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari
komunikator yang dipilih. (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2004:126)
Sedangkan ahli yang lain menyatakan analisis isi merupakan suatu
teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengidentifikasi secara sistematik dan obyektif karakteristik – karakteristik
khusus dalam sebuah teks. (Krippendorff, 1993:19).
Tujuan dilakukannya analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah
sebagai berikut
a) Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadapisi media.
b) Membuat perbandingan antara isi media dengan realitassosial.
c) Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial danbudaya serta sistem kepercayaan masyarakat.
d) Mengetahui fungsi dan efek media.e) Mengevaluasi media performance.f) Mengetahui apakah ada bias media. (McQuail dalam
Kiryantono, 2007:229-230).
Selain paparan mengenai tujuan analisis isi diatas, beberapa manfaat
dari analisis isi antara lain yakni:
a) Menggambarkan isi komunikasi (describingcommunication content). Hal ini berarti analisis isidapat digunakan untuk mengungkapkan kecenderunganyang ada pada isi komunikasi, baik melalui media cetakatau elektronik.
b) Membandingkan isi media dengan dunia nyata(comparing media content to the real world).
c) Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testinghipothesis of messages charactheristic).
d) Memperkirakan gambaran kelompok tertentu dimasyarakat (assecing the image of particular groups insociety).
e) Mendukung studi efek media massa. (Wimmer danDominick dalam Suryanto 2005:126-127).
Analisis isi kualitatif bersifat sistematis, analitis, tetapi tidak kaku
seperti penelitian kuantitatif. Kategorisasi hanya dipakai sebagai guide,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi lain muncul selama riset
dilakukan.
Ello S. dan Kyngas H (2008), mendefinisikan analisis isi kualitatif
adalah metode penelitian yang dilakukan secara sistematis dan objektif
untuk menggambarkan dan mengukur fenomena.
Selain itu Krippendorf mengungkapkan analisis isi kualitatif,
membantu peneliti untuk mengkaji keajegan isi komunikasi secara
kualitatif, yaitu peneliti komunikasi memaknakan isi komunikasi, membaca
simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam
komunikasi. (Krippendorff, 1991:29).
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
suatu fenomena atau peristiwa. Penelitian ini tidak mengadakan perhitungan
atau dengan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai atau diperoleh
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain
dari kuantifikasi (Rakhmat, 2004:24).
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan-penjelasan (explanation), mengontrol gejala-gejala komunikasi,
mengemukakan prediksi-prediksi, atau menguji teori apapun, tetapi lebih
digunakan untuk mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau
realitas komunikasi terjadi dalam masyarakat (Pawito, 2007:35). Penelitian
kualitatif cenderung lebih menggunakan analisis induktif. Data
dikumpulkan tidaklah untuk mendukung atau menolak hipotesis yang
diajukan sebelum penelitian dimulai (Sutopo, 1988: 11).
2. Konseptualisasi
a) Koran Kompas adalah suatu perusahaan media massa yang besar
dan prestisius di Indonesia dengan motto ”Amanat Hati Nurani
Rakyat” yang didirikan oleh (Alm.) Auwjong Peng Koen, berserta
Jakob Oetama, terbit pertama kali pada tanggal 7 Agustus 1963.
b) Berita mengenai Jokowi putaran ke-2 peroide 12 Juli – 30
September 2012 adalah kumpulan berita terbitan Koran Kompas
yang memuat tentang Joko Widodo selama putaran kedua Pilgub
DKI dalam kurun waktu 12 Juli – 30 September 2012.
c) Berita objektif adalah berita yang hanya terdiri dari fakta, tanpa
dicampuri opini wartawan.
d) Berita yang akurat adalah berita yang telah dilakukan cek dan
ricek (konfirmasi ulang mengenai kebenaran dan ketepatan
informasi kepada subjek, objek atau sumber berita yang diyakini
mengetahui secara pasti masalahnya).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
e) Berita yang relevan adalah berita yang sesuai. Sesuai disini berarti
fakta yang terkandung dalam berita tersebut sesuai dengan berita
awal yang diberitakan dan tidak melebar ke persoalan lain.
f) Berita yang seimbang adalah berita yang secara seimbang
memuat peryataan-pernyataan dari kedua belah pihak yang
berlawanan (cover both side).
g) Berita yang netral adalah berita yang apa adanya, tidak memihak
salah satu kelompok sehingga dapat menciptakan tren positif atau
negatif terhadap suatu peristiwa.
h) Berita yang bebas opini adalah berita yang ditulis sebagaimana
mengenai peristiwa dan pendapat yang didengar dan disaksikan
oleh wartawan, tanpa melibatkan pendapat pribadi dari wartawan/
media massa tersebut.
3. Objek penelitian
Objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sembilan item
teks berita mengenai Joko Widodo di Koran Kompas pada Pilgub DKI
Jakarta 2012 putaran ke-2 periode 12 Juli – 30 September 2012.
4. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah teks berita terkait
pemberitaan Joko Widodo di Koran Kompas pada Pilgub DKI Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2012 putaran ke-2 periode 12 Juli – 30 September 2012 sebanyak
sembilan item berita.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari buku-buku untuk mendukung teori serta laporan dan
naskah-naskah lain untuk mendukung penelitian. Data sekunder
diperoleh dari buku, artikel, dan sumber-sumber lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan data tekstual, dimana data diperoleh dengan metode
dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan teks berita di Surat Kabar Harian
Kompas yang memuat berita mengenai Joko Widodo pada putaran ke-2
periode 12 Juli – 30 September 2012.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah content
analysis. Analisis isi secara sederhana dapat diartikan sebagai metode untuk
mengumpulkan dan menganalisis muatan sebuah teks. Analisis isi berusaha
untuk memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi
sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkandung dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sebuah teks dan memperoleh pemahaman terhadap pesan yang
direpresentasikan.
Untuk melihat seberapa objektif pemberitaan Koran Kompas,
penulis menggunakan pendekatan analisis isi kualitatif. Fokus dalam
penelitian ini adalah teks berita sehingga data penelitian yang diperoleh
berupa teks. Peneliti menggunakan kerangka objektivitas berita dari
Westertahl untuk meneliti apakah berita Kompas sudah memenuhi kriteria
objektif. Adapun langkah yang Peneliti lakukan antara lain:
1). Langkah yang peneliti lakukan yakni dengan membaca dan
menganalisa paragraf per paragraf dari berita yang telah dikumpulkan
sebelumnya. Kemudian setelah melakukan analisa, Peneliti akan mencari
dan kemudian mengelompokkan bagian berita mana saja yang memenuhi
kriteria/ indikator faktualitas dan imparsialitasnya sehingga berita tersebut
dapat dikatakan objektif.
Untuk mencari apakah berita tersebut faktual atau tidak, Peneliti
akan menganalisa paragraf-paragraf dan kalimat yang memenuhi aspek
akurasi dan relevansi. Berita yang Peneliti golongkan ke dalam berita
akurat, yakni berita yang tepat dan sesuai dalam pemberitaannya. Akurasi
dapat dicapai apabila telah melakukan konfirmasi ulang kepada sumber
berita baik itu subjek berita, objek berita ataupun saksi berita yang diyakini
mengetahui secara pasti mengenai fakta peristiwa yang terjadi.
2). Selanjutnya untuk mencari tahu berita tersebut telah relevan atau
tidak, Peneliti menganalisa apakah berita tersebut telah sesuai dengan fakta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
peristiwa yang terjadi. Karena dalam pemuatan sebuah berita, tidak menutup
kemungkinan fakta-fakta yang ditampilkan pada berita telah melebar kepada
topik lain sehingga sudah tidak relevan dengan peristiwa awal yang akan
diberitakan.
3). Untuk mencari tahu apakah berita tersebut telah memenuhi aspek
imparsialitas, maka Peneliti akan menganalisa berita tersebut apakah telah
balance dan netral dalam pemberitaannya.
4). Selanjutnya, untuk mencari aspek balance, Peneliti menganalisa
paragraf per paragraf apakah berita tersebut memuat pernyataan-pernyataan
dari kedua pihak yang berlawanan atau dengan kata lain telah melakukan
cover both side kepada dua pihak.
5). Kemudian untuk mencari tahu apakah berita tersebut telah
memenuhi aspek netralitas, Peneliti akan menganalisa dalam berita tersebut
terdapat opini pribadi wartawan atau tidak, dengan mencari apakah terdapat
kata-kata yang mengisyaratkan bahwa itu merupakan opini pribadi dari
wartawan.
Secara garis besar, sebuah berita yang disebut berita yang objektif
adalah berita yang netral, berimbang dan tidak bercampur dengan opini
(wartawan). Objektif artinya berita yang dibuat selaras dengan kenyataan,
tidak berat sebelah, dan bebas dari prasangka (Kusumaningrat, 2005:54).
Fakta adalah kenyataan yang berlangsung di lapangan (Djuroto,
2004:48). Sedangkan Soehoet berpendapat bahwa fakta merupakan berita
tentang suatu peristiwa yang disaksikan oleh reporter dan mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pendapat orang lain mengenai peristiwa itu sebagaimana didengar oleh
reporter tersebut (Soehoet, 2003:32). Sehingga dapat ditarik kesimpulan
fakta merupakan laporan suatu peristiwa, baik yang disaksikan langsung
oleh wartawan ataupun berdasar kesaksian orang lain yang mengetahui
peristiwa tersebut, tanpa melibatkan opini wartawan.
Jika fakta merupakan kenyataan, maka opini adalah pendapat atau
pandangan tentang sesuatu. Opini sifatnya subjektif karena pandangan atau
penilaian seseorang dengan yang lainnya berbeda. (Abdullah, 2000:14).
Namun, opini bisa menjadi fakta, jika disebutkan narasumbernya, inilah
yang yang disebut fakta pendapat (fact in idea). (Djuroto, 2004:48).
Menurut Patton, dalam metode penelitian kualitatif istilah analisis
menyangkut kegiatan (1) pengurutan data sesuai dengan tahap permasalahan
yang akan dijawab, (2) pengorganisasian data dalam formalitas tertentu
sesuai dengan urutan pilihan dan pengkategorian yang akan dihasilkan, (3)
penafsiran makna sesuai dengan masalah yang harus dijawab. (Moeleong,
2002:103).
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, maka
kegiatan yang dilakukan adalah meneliti kumpulan teks berita di Koran
Kompas berupa paragraf-paragraf yang memberitakan Joko Widodo pada
PILKADA DKI Jakarta 2012. Proses analisa dilakukan dengan meneliti
apakah berita-berita yang terbit di Koran Kompas telah masuk kategori
objektif dengan terpenuhinya dimensi faktualitas dan imparsialitas dalam
berita tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
7. Validitas Data
Bermacam-macam pengujian kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan cara
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan
membercheck. (Sugiyono, 2008:270).
Dalam penelitian ini, untuk memeriksa keabsahan data peneliti
menggunakan teknik ketekunan dalam penelitian. Meningkatkan ketekunan
berarti melakukan pengamatan lebih cermat. Peneliti secara tekun
memusatkan diri pada latar penelitian untuk menemukan ciri-ciri dan unsur
yang relevan dengan persoalan yang diteliti. Peneliti mengamati secara
mendalam teks berita agar data yang ditemukan dapat dikelompokkan sesuai
dengan kategori yang telah dibuat dengan tepat.
Ketekunan pengamatan ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dengan situasi yang relevan dengan persoalan penelitian,
dengan kata lain, peneliti menelaah kembali data-data yang terkait dengan
fokus penelitian sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan.
Sebagai bekal Peneliti untuk meningkatkan ketekunan yakni dengan
membaca dokumentasi, buku-buku dan beberapa artikel di internet
mengenai objektivitas berita.
Top Related