i
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FISIKA BANGUNAN – P1
PENCAHAYAAN ALAMI
Oleh: Kelompok 11 Febrilia Ramadani (2412100032)
Alfian Nur Muhammad (2412100037)
Muhammad Abid Abdullah (2412100039)
Sahal Abidy (2412100049)
Muhammad Salman Alfarisi (2412100086)
Nimat Bagus Adiawan (2412100091)
Asisten : Nihlatul Falasifah (2411100032) JURUSAN TEKNIK FISIKA Fakultas Teknoloi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2015
ii
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FISIKA BANGUNAN – P1
PENCAHAYAAN ALAMI
Oleh: Kelompok 11 Febrilia Ramadani (2412100032)
Alfian Nur Muhammad (2412100037)
Muhammad Abid Abdullah (2412100039)
Sahal Abidy (2412100049)
Muhammad Salman Alfarisi (2412100086)
Nimat Bagus Adiawan (2412100091)
Asisten : Nihlatul Falasifah (2411100032) JURUSAN TEKNIK FISIKA Fakultas Teknoloi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2015
iii
ABSTRAK
Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energy
terbarukan yang ada di bumi. Pemanfaatan cahaya matahari
sebagai pecahayaan alami harus dioptimalkan, mengingat wilayah
geografis Indonesia yang terletak di khatulistiwa dan
mendapat cahaya matahari sepanjang tahun. Oleh karena itu,
tujuan dari praktikum fisika bangunan P-1 ini adalah
menentukan kualitas pencahayaan alami pada ruangan P106
jurusan Teknik Fisika. Praktikum ini mengacu pada SNI 03-
2396-2001. Standar kualitas pencahayaan alami suatu ruangan
menurut SNI adalah fl minimum dari TUS harus 1/3d. Dari
hasil perhitungan data, rata-rata nilai fl di kelas dengan
menggunkana rumus Ein/Eout adalah sebesar 0.011. sedangkan
dengan menggunakan rumus pada persamaan 1 diperoleh rata-rata
fl adalah 0.13. Dapat disimpulkan jika kualitas pencahayaan
alami di ruang kelas P-104 masih kurang baik.
Kata kunci: Pencahayaan alami, kuat pencahayaan, faktor langit
iv
ABSTRACT
Sunlight is one of renewable energy on earth. The utilization
of sunlight as a natural lighting should be optimized, given the
geographic regions of Indonesia located at the equator and gets
sunshine all year round. Therefore, the purpose of this practicum
is to determine the quality of natural lighting in the room. This
Practicum is refer to the SNI 03-2396-2001. Standard quality
natural lighting of a room according to SNI is fl minimum of TUS
should be 1 / 3d. From the calculation of the data, the average
value of fl in class with use Ein / Eout is equal to 0.011. Whereas
using the formula in equation 1 gained an average fl was 0.13. It
can be concluded if the quality of natural lighting in classrooms
P-104 is not good enough.
Keywords : Natural lighting , strong lighting , sky factor
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis haturkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta karunianya
sehingga laporan resmi praktikum P1 Fisika Bangunan yang
berjudul “Pencahayaan Alami” ini dapat terselesaikan. Tidak lupa
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada asisten praktikum
yang telah memdampingi dan memberikan bimbingan selama
jalannya praktikum P1 ini.
Semoga laporan resmi praktikum Fisika Bangunan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis khususnya.
Dalam penulisan laporan resmi praktikum ini pastilah masih
terdapat kekurangan. Maka dari itu kritik dan juga saran dari
pembaca akan sangat membantu dalam menjadikan sempurnanya
laporan-laporan praktikum selanjutnya.
Surabaya, Mei 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman Judul ............................................................................ ii
ABSTRAK .................................................................................. iii ABSTRACT ................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR .................................................................. vii DAFTAR TABEL ..................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1 Latar elakang ................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 1 1.3 Tujuan ............................................................................ 2
BAB II ........................................................................................... 3 DASAR TEORI ............................................................................. 3
2.1 Pencahayaan Alami ....................................................... 3 2.2 Faktor Langit ................................................................. 3 2.3 Titik Ukur ...................................................................... 4 2.4 Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik .................... 6 2.5 Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang .................... 6 2.6 Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari .......................... 6 2.7 Klasifikasi Berdasarkan Kuallitas Pencahayaan ............ 8
BAB III ........................................................................................ 10 METODOLOGI .......................................................................... 11
3.1 Alat dan Bahan ............................................................ 11 3.2 Prosedur Percobaan ................................................... 111
BAB IV ........................................................................................ 11 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Error! Bookmark not
defined.3 4.1. Analisa Data .............. Error! Bookmark not defined.3 4.2. Pembahasan ................. Error! Bookmark not defined.
BAB V ......................................................................................... 21 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 21
5.1 Kesimpulan .................................................................. 21 5.2 Saran ............................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 23
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tinggi dan lebar lubang cahaya efektif ................ 4
Gambar 2.2 Penjelasan mengenai TUU, TUS, dan jarak d...... 5
Gambar 2.3 Kompponen faktor pencahayaan alami siang hari 7
Gambar 2.4 Bidang ukur .......................................................... 8
Gambar 4.1 Dimensi jendela belakang .................................... 15
Gambar 4.2 Dimensi jendela depan ......................................... 16
Gambar 4.3 Dimensi jendela samping belakang ...................... 16
Gambar 4.4 Dimensi jendela dekat pintu ................................. 17
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kuat pencahayaan di luar kelas ................................ 13
Tabel 4.2 Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat jendela
belakang ................................................................... 13
Tabel 4.3 Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat jendela
depan ....................................................................... 13
Tabel 4.4 Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat jendela
samping belakang .................................................... 14
Tabel 4.5 Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat jendela
dekat pintu ............................................................... 14
Tabel 4.6 Faktor Langit akibat jendela belakang ..................... 15
Tabel 4.7 Faktor Langit akibat jendela depan .......................... 15
Tabel 4.8 Faktor Langit akibat jendela samping belakang ...... 16
Tabel 4.9 Faktor Langit akibat jendela dekat pintu ................. 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar elakang Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk
mendapatan keadaan lingkungan yang aman nyaman dan
berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan
yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek objek
yang dikerjakan secara jelas dan cepat.
Cahaya matahari sebagai sumber pencahayaan alami
merupakan salah satu sumber energy terbarukan yang sangat
berlimpah di Indonesia. Sebagai Negara yang melimtang dari
barat sampai ke timur di bawah garis khatulistiwa, Negara ini
sangat kaya akan energy yang dihasilkan oleh matahari.
Kondisi geografis ini pula yang membawa pada stabilnya
cahaya matahari yang diterima diseluruh wilayah di Indonesia
sepanjang waktu (Parmonangan Manurung, 2012).
Pencahayaan alami pada ruangan difungsikan untuk
memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya, dan untuk segi
estetika. Kualitas ruang yang tida sesuai dengan fungsi
ruangan berakibat pada tidak berjalan dengan baik kegiatan
yang ada. Ruang dengan cahaya yang sedikit menyebabkan
ruang tersebut menjadi gelap dan dingin. Pencahayaan yang
terlalu terang akan meyebabkan silau dan kurang baik bagi
mata. Kenyamanan berada pada suatu ruangan dapat
diciptakan dari kualitas pencahayaan dalam ruangan tersebut.
Untuk memperoleh kenyamanan visual dalam
ruangan,pencahayaan dapat dirancang untuk menonjolkan
obyek, atau menambah daya tarik khusus dari sudut-sudut
ruang
1.2 Rumusan Masalah Adapun beberapa poin permasalahan dalam pelaksanaan
praktikum ini, yaitu
a. Bagaimana menentukan kualitas pencahayaan alami pada
ruangan?
2
b. Bagaimana membandingkan kualitas pencahayaan suatu
ruangan dengan standar?
1.3 Tujuan Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini, yaitu
a. Mampu menentukan kualitas pencahayaan alami suatu
ruangan. Dapat memahami parameter apa sajakah dari
kamera digital
b. Mampu membandingkan dan menganalisa kualitas
pencahayaan suau ruangan dengan standar yang ada.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang
berasal dari sinar matahari. Pencahayaan alami selain
menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. [1]
Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca
sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Sumber
pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding
dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena
intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor - faktor
yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami
mendapat keuntungan, yaitu:
a. Variasi intensitas cahaya matahari
b. Distribusi dari terangnya cahaya
c. Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar
bangunan
d. Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
2.2 Faktor Langit
Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam
suatu ruangan adalah angka perbandingan tingkat
pencahayaan langsung dari langit di titik tersebut dengan
tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di
lapangan terbuka. [2] Pengukuran kedua tingkat pencahayaan
tersebut dilakukan dalam keadaan sebagai - berikut:
a. Dilakukan pada saat yang sama.
b. Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan
dengan distribusi terang yang merata …dimana-
mana.
c. Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan
seolah-olah tidak ditutup dengan kaca.
4
Suatu titik pada suatu bidang tidak hanya menerima
cahaya langsung dari langit tetapi juga cahaya langit yang
direfleksikan oleh permukaan di luar dan di dalam ruangan.
Perbandingan antara tingkat pencahayaan yang berasal dari
cahaya langit baik yang langsung maupun karena refleksi,
terhadap tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan
terbuka disebut faktor pencahayaan alami siang hari. Dengan
demikian faktor langit adalah selalu lebih kecil dari faktor
pencahayaan alami siang hari. Pemilihan faktor langit
sebagai angka karakteristik untuk digunakan sebagai ukuran
keadaan pencahayaan alami siang hari adalah untuk
memudahkan perhitungan oleh karena fl merupakan
komponen yang terbesar pada titik ukur. 2.3 Titik Ukur
Merupakan titik di dalam ruangan yang keadaan
pencahayaannya dipilih sebagai indikator keadaan
pencahayaan seluruh ruangan. [2]
a. Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang
letaknya pada tinggi 0,75 meter di atas lantai.
Bidang datar tersebut disebut bidang kerja (lihat
gambar 2).
Gambar 2.1 Tinggi dan lebar lubang cahaya efektif[2]
5
b. Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan
pencahayaan yang cukup memuaskan maka Faktor
Langit (fl) titik ukur tersebut harus memenuhi suatu
nilai minimum tertentu yang ditetapkan menurut
fungsi dan ukuran ruangannya.
c. Dalam perhitungan digunakan dua jenis titik ukur:
titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-
tengah antar kedua dinding samping, yang
berada pada jarak 1/3*d dari bidang lubang
cahaya efektif
titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak
0,50 meter dari dinding samping yang juga
berada pada jarak 1/3*d dari bidang lubang
cahaya efektif, dengan d adalah ukuran
kedalaman ruangan, diukur dari mulai bidang
lubang cahaya efektif hingga pada dinding
seberangnya, atau hingga pada "bidang" batas
dalam ruangan yang hendak dihitung
pencahayaannya itu (lihat gambar 3a dan 3b ).
Gambar 2.2 Penjelasan mengenai TUU, TUS, dan jarak d[2]
6
d. Jarak “ d " pada dinding tidak sejajar apabila kedua
dinding yang berhadapan tidak sejajar, maka untuk d
diambil jarak di tengah antara kedua dinding
samping tadi, atau diambil jarak rata-ratanya.
e) Ketentuan jarak "1/3*d" minimum
Untuk ruang dengan ukuran d ≤ 6 meter, maka
ketentuan jarak 1/3*d diganti dengan jarak
minimum, yaitu 2 meter. 2.4 Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik
apabila :
a) pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam
16.00 waktu seternpat terdapat cukup banyak cahaya
yang masuk ke dalam ruangan.
b) distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata
dan atau tidak menimbulkan kontras yang
mengganggu.
2.5 Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan
oleh tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di
lapangan terbuka pada waktu yang sama. Perbandingan
tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan
pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka
ditentukan oleh :
a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya
b) ukuran dan posisi lubang cahaya.
c) distribusi terang langit.
d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur. 2.6 Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan
tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang
tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan
bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran
kinerja lubang cahaya ruangan tersebut. Faktor pencahayaan
alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :
7
Gambar 2.3 Kompponen faktor pencahayaan alami siang
hari[2]
a) Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen
pencahayaan langsung dari cahaya langit.
b) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl)
yakni komponen pencahayaan yang berasal ….dari
refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan
yang bersangkutan.
8
c) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam-frd)
yakni komponen pencahayaan yang …berasal dari
refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dan
cahaya yang masuk ke dalam …ruangan akibat
refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dari
cahaya langit (lihat …gambar1).
Persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami
Gambar 2.4 Bidang ukur[2]
Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh
persamaan berikut ini:
…..1 Dengan:
L : lebar lubang cahaya efektif
H : tinggi lubang cahaya efektif
D : jarak titik ukur ke lubang cahaya
2.7 Klasifikasi Berdasarkan Kuallitas Pencahayaan
Kualitas pencahayaan yang harus dan layak disediakan,
ditentukan oleh :
penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi
beratnya penglihatan oleh mata terhadap aktivitas yang
harus dilakukan dalarn ruangan itu.
9
lamanya waktu aktivitas yang memerlukan daya
penglihatan yang tinggi dan sifat aktivitasnya, sifat
aktivitas dapat secara terus menerus memedukan
perhatian dan penglihatan yang tepat, atau dapat pula
secara periodik dimana mata dapat beristirahat.
Klasifikasi kualitas pencahayaan adalah sebagai
berikut:
Kualitas A: keda halus sekali, pekedaan secara cermat
terus menerus, seperti menggambar detil, menggravir,
menjahit kain warna gelap, dan sebagainya.
Kualitas B: keda halus, pekerjaan cermat tidak secara
intensif terus menerus, seperti menulis, membaca,
membuat alat atau merakit komponen-komponen
kecil, dan sebagainya.
Kualitas C: keda sedang, pekedaan tanpa konsentrasi
yang besar dari si pelaku, seperti pekedaan kayu,
merakit suku cadang yang agak besar, dan sebagainya.
Kualitas D: kerja kasar, pekedaan dimana hanya detil-
detil yang besar harus dikenal, seperti pada guclang,
lorong falu lintas orang, dan sebagainya.
10
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
11
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah sebagai berikut :
Lux meter
Meteran
Kapur
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembuatan Bahan Keramik
Proses dalam pelaksanaan praktikum yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Alat dan ruangan yang akan diukur tingkat
pencahayaan alaminya disiapkan.
b. Tingkat pencahayaan diluar ruangan diukur, tempat
yang diukur langitnya tidak boleh terhalang apapun.
c. Lux meter diposisikan 0.75 m di atas tanah dan
diarahkan ke arah datangnya sinar. Cahaya yang
masuk lux meter tidak boleh terhalang oleh apapun.
Data yang didapat dicatat.
d. Panjang, lebar, tinggi ruangan, dan dimensi semua
jendela ruangan diukur.
e. Intensitas cahaya pada Titik Ukur Utama (TUU)
yaitu sejauh 1/3 D di depan jendela diukur. Tepat di
tengah ruangan. D merupakan panjang ruangan
searah muka jendela.
f. Intensitas cahaya pada Titik Ukur Samping (TUS)
diukur yaitu sejauh sejauh 1/3 D di depan jendela
dan 0.5 m dari kedua tembok samping ruangan.
g. Data yang didapatkan dicatat
h. Nilai fl dari dimensi jendela yang ada dihitung.
12
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
13
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat dperoleh
berbagai macam data pengukuran kuat pencahayaan di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Data yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Kuat pencahayaan di luar kelas
Tabel 4.1 Kuat pencahayaan di luar kelas
No. E1
(Lux)
E2
(Lux)
E3
(Lux)
1 1070 1339 23700
2 1070 1374 23500
3 1084 1388 23900
Erata-rata 8713
Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat jendela
belakang
Tabel 4.2 Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat
jendela belakang
No. TUS1
(Lux)
TUU
(Lux)
TUS2
(Lux)
1 190 320 200
2 190 310 220
3 200 320 220
Erata-rata 196.67 316.67 213.33
Edalam /
Eluar 0.023 0.036 0.024
Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat jendela depan
Tabel 4.3 Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat
jendela depan
No. TUS1
(Lux)
TUU
(Lux)
TUS2
(Lux)
1 30 20 20
14
2 30 20 20
3 30 20 20
Erata-rata 30 20 20
Edalam /
Eluar 0.0034 0.0023 0.0023
Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat jendela
samping belakang
Tabel 4.4 Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat
jendela samping belakang
No. TUS1
(Lux)
TUU
(Lux)
TUS2
(Lux)
1 40 25 190
2 50 25 190
3 50 26 200
Erata-rata 46.667 25.333 193.333
Edalam /
Eluar 0.0053 0.0029 0.022
Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat jendela dekat
pintu
Tabel 4.5 Kuat pencahayaan di dalam ruangan akibat
jendela dekat pintu
No. TUS1
(Lux)
TUU
(Lux)
TUS2
(Lux)
1 21 14 13
2 22 14 14
3 21 14 14
Erata-rata 21.333 14 13.667
Edalam /
Eluar 0.0024 0.0016 0.0016
Dari data tersebut di atas yang sudah didapat kemudian
dibandingkan cara perhitungan untuk mencari nilai factor
langit dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
15
Maka akan diperoleh hasil seperti berikut ini :
Faktor Langit akibat jendela belakang
Tabel 4.6 Faktor Langit akibat jendela belakang
TUS1
(Lux)
TUU
(Lux)
TUS2
(Lux)
FL 0.0618 0.05476 0.0618
Dimensi jendela belakang
Gambar 4.1 Dimensi jendela belakang
Faktor Langit akibat jendela depan
Tabel 4.7 Faktor Langit akibat jendela depan
TUS1
(Lux)
TUU
(Lux)
TUS2
(Lux)
FL 0.065 0.0258 0.065
5.6 m
2.08 m
1.1 m
3.2 m
0.5 m 0.5 m TUS 1 TUU TUS 2
16
Dimensi Jendala Depan
Gambar 4.2 Dimensi jendela depan
Faktor Langit akibat jendela samping belakang
Tabel 4.8 Faktor Langit akibat jendela samping belakang
TUS1
(Lux)
TUU
(Lux)
TUS2
(Lux)
FL -0.0034 -0.011 0.402
Dimensi jendela samping belakang
Gambar 4.3 Dimensi jendela samping belakang
TUS 1 TUU TUS 2
3.2 m
0.5 m 0.5 m
7.09 m
0.67 m
2.74 m
0.7 m
0.5 m 0.5 m
2 m
7.09 m
2 m
17
Faktor Langit akibat jendela dekat pintu
Tabel 4.9 Faktor Langit akibat jendela dekat pintu
TUS1
(Lux)
TUU
(Lux)
TUS2
(Lux)
FL 0.402 -0.011 -0.0034
Dimensi jendela dekat pintu
Gambar 4.4 Dimensi jendela dekat pintu
4.2 Pembahasan
4.2.1 Febrilia Ramadani (2412100032)
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran factor
langit untuk pencahayaan alami pada ruang kelas P-104
Jurusan Teknik Fisika ITS. Dari hasil perhitungan data, rata-
rata nilai fl di kelas dengan menggunkana rumus Ein/Eout
adalah sebesar 0.011. sedangkan dengan menggunakan
rumus pada persamaan 1 diperoleh rata-rata fl adalah 0.13.
perbedaan yang cukup jauh ini bisa diakibatkan karena factor
kesalahan pengukuran maupun dalam perhitungan. Karena
dalam pengukuran menggunakan Luxmeter benda-benda
ytang ada di dalam kelas bisa saja menghalangi pencahayaan
yang masuk ke dalam kelas. Sedangkan dalam perhitungan
menggunakan rumus, kelas dianggap sebagai ruangan
kosong sehingga tidak ada penghalang untuk masuknya
0.5 m 0.5 m
2 m
0.7 m
7.09 m
2 m
18
cahaya. Oleh karena itu terjadi perbedaan yang cukup jauh
antara perhitunhgan dan pengukuran.
4.2.2 Muhammad Salman Alfarisi (2412100086)
Dari hasil perhitungan data, rata-rata nilai fl di kelas
dengan menggunkana rumus Ein/Eout dan dengan
menggunakan rumus pada persamaan 1 diperoleh rata-rata fl
dengan jarak yang cukup jauh. Perbedaan ini disebabkan ada
perbedaan asumsi dari tiap metode yng digunakan. Pada
pengukuran menggunakan luxmeter pengambilan data
berada pada ruangan yang terdapat banyak benda di
dalamnya seperti kursi, meja, dan lainnya dapat menghalangi
cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Sedangkan pada
perhitungan dengan persamaan 1 diasumsikan bahwa
ruangan kosong sehingga tidak ada penghalang cahaya
masuk ke ruangan. Seperti pada kuat pencahayaan di dalam
ruangan akibat jendela belakang, nilai TUU hasil
perbandingan Ein/Eout adalah 0,036 sedangkan hasil
perhitungan rumus sebesar 0.05476. Hal itu lah yang
menyebabkan nilai kedua metode sangat jauh berbeda.
4.2.3 Alfian Nur Muhammad (2412100037)
Praktikum ini dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-
2396-2001. Standar tersebut mengharuskan pengambilan
data fl minimum dari TUS adalah 1/3d. Dari data yang
diperoleh, rata-rata nilai fl dengan menggunakan rumus
Ein/Eout adalah sebesar 0.011. Perolehan nilai yang jauh
berbeda akan kita dapatkan ketika menggunakan rumus pada
persamaan 1 yaitu sebesar 0.13. Hal ini dikarenakan
beberapa faktor. Diantaranya adalah kesalah praktikan saat
pengambilan data, yaitu posisi lux meter yang tidak selalu
berada 0.75 m dari atas tanah. Yang kedua karena adanya
benda-benda didalam ruang kelas tersebut seperti kursi-kursi
dan meja. Keberadaan benda-benda tersebut tentu saja
menghalangi penerimaan cahaya pada lux meter. Dari data-
19
data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pencahayaan
alami pada ruang kelas P-104 kurang mencukupi.
4.2.4 Muhammad Abid Abdullah (2412100039)
Hasil perhitungan fl menggunakan rumus dan nilai dari
pengukuran(Ein/Eout), berturut-turut adalah 0,13 dan 0,011.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pertama posisi matahari menetukan besarnya cahaya yang
masuk kedalam ruangan sehingga ketika dilakukan
pengkuran hasilnya lebih kecil dari hasil dari rumus. Hal
tersebut disebabkan jendela menghadap ke utara sedangkan
posisi matahari pada saat itu berada di sebelah timur
sehingga terhalag oleh baangunan di sebelah timur ruang
praktikum. Kedua pada jendela depan cahaya matahari
terhalang oleh lorong di depan ruangan sehingga apabila
jendela dilihat dari titik pengukuran hanya tampak plafon
lorong dan tidak tampak langit. Dari kedua faktor tersebut
dapat diambil analogi kenapa fl hasil pengukuran lebih kecil
dari nilai hasil fl perhitungan.
4.2.5 Nimat Bagus Adiawan (2412100091) Sedangkan dalam perhitungan menggunakan rumus, kelas
dianggap sebagai ruangan kosong sehingga tidak ada
penghalang untuk masuknya cahaya. Oleh karena itu terjadi
perbedaan yang cukup jauh antara perhitunhgan dan
pengukuran
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh nilai faktor langit berbeda-beda. Dengan
perbandingan menggunakan rumus Ein/Eout, diperoleh rata-
rata nilai fl di ruang P-106 sebesar 0.011. Sedangkan
perhitugan dengan menggunakan rumus pada persamaan (1)
diperoleh rata-rata fl sebesar 0.13. Kedua hasil tersebut
sangat jauh berbeda. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
hal, diantaranya adalah karena kesalahan dalam pengambilan
data.
20
Sebaiknya untuk mengetahui kenyamanan di dalam ruang
P-106 dilakukan perhitungan dengan menggunakan tabel
SNI. Kemudian hasil perhitungan menggunakan tabel SNI
dibandingkan dengan perhitungan menggunakan rumus
perbandingan Ein/Eout dan rumus pada persamaan (1).
Selain itu, hasil perhitungan menggunakan tabel SNI
dibandingkan dengan syarat kenyamanan ruang kelas
berdasarkan standar SNI agar bisa mengetahui ruangan P-
106 sesuai standar kenyamanan yang telah ditetapkan atau
tidak. Karena hal ini akan berpengaruh pada kondisi
kenyamanan orang yang berada di dalam ruangan. Oleh
karena itu, jika kurang sesuai standar kenyamanan SNI
perlu dibantu dengan pencahayaan buatan.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah :
1. fl dari hasil perhitungan dengan menggunaka rumus
Ein/Eout diperoleh sebesar 0.011
2. fl dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
pada persamaan 1 diperoleh sebesar 0.13
5.2 Saran
Sebaiknya untuk mengetahui kenyamanan di dalam ruang
dilakukan perhitungan juga dengan menggunakan tabel SNI.
22
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
23
DAFTAR PUSTAKA
[1] Asisten Laboratorium Vibrastics.2015. “Pencahayaan
Alami”. Jurusan Teknik Fisik, FTI-ITS. Surabaya.
Top Related