PEMETAAN POTENSI PEMBENTUKAN POS UPAYA KESEHATAN
KERJA TERINTEGRASI DI WILAYAH PUSKESMAS JURANG MANGU
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
RUDITHO PRIYANDI
NIM: 1111101000041
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Juni 2017
Ruditho Priyandi, NIM: 1111101000041
Pemetaan Potensi Pembentukan Pos Upaya Kesehatan Kerja Terintegrasi di
Wilayah Puskesmas Jurang Mangu Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
xviii + 180 halaman, 17 tabel, 11 gambar, 5 lampiran
ABSTRAK
Pekerja pada sektor informal sering terpajan dengan bahaya potensial akibat
lingkungan kerja yang buruk dan umumnya tidak memperoleh pelayanan
kesehatan kerja yang memadai. Pos UKK Terintegrasi merupakan program
pemerintah untuk pekerja sektor informal memperoleh pelayanan kesehatan kerja.
Di Jurang Mangu terdapat beberapa kelompok pekerja, namun tidak terdapat Pos
UKK Terintegrasi.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 hingga Mei 2017 untuk
mengetahui potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Jurang Mangu. FFA
digunakan untuk mengetahui skor faktor pendorong dan skor faktor penghambat
potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi yang terdiri dari: jenis kelompok
pekerja, calon kader, sarana, tempat pembentukan, sumber dana, dan program
kesehatan terintegrasi. Penelitian ini penelitian kualitatif, dengan pengumpulan
data primer melalui FGD, wawancara, dan observasi serta pengumpulan data
sekunder melalui telaah dokumen. Triangulasi sumber dan triangulasi metode
digunakan untuk menvalidasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 Pos UKK Terintegrasi yang
dapat dibentuk yaitu pada IKM Konveksi Jurang Mangu Timur, IKM Konveksi
Jurang Mangu Barat, dan IKM Makanan & Minuman. Potensi pembentukan
terbesar terdapat pada IKM Konveksi Jurang Mangu Timur karena memiliki skor
faktor pendorong yang lebih tinggi dari skor faktor penghambat, dengan memiliki
faktor pendorong terbesar yaitu tempat pembentukan dari warga pekerja dan
program kesehatan yang terintegrasi. Faktor penghambat terbesar adalah belum
adanya keinginan pekerja menjadi kader kesehatan kerja.
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan disarankan untuk membuat juknis
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Penyuluhan kesehatan kerja kepada pekerja
Jurang Mangu oleh Puskesmas Jurang Mangu. Serta pemanfaatan dana desa untuk
memenuhi sarana dan prasarana Pos UKK Terintegrasi.
Daftar bacaan : 87 (1996-2017)
Kata kunci : Kesehatan kerja, Pos UKK Terintegrasi, Pekerja Informal
iv
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, June 2017
Ruditho Priyandi, NIM: 1111101000041
Potential Establishment Mapping of Integrated Occupational Health Care
Post in Jurang Mangu Public Health Center South Tangerang City 2017
xviii + 180 pages, 17 tables, 11 pictures, 5 attachments
ABSTRACT
Workers in the informal sector are often exposed to potential dangers due to
poor working environments and do not get adequate occupational health services.
Integrated OHC Post is a government program for informal sector workers to
obtain occupational health services. In Jurang Mangu there are groups of informal
workers, but there is no Integrated OHC Post in Jurang Mangu.
This research was conducted in June 2016 until May 2017 to find out the
potential of establishing Integrated OHC Post in Jurang Mangu. FFA was used to
obtain the score of driving factors and inhibiting factor of the potential
establishment of Integrated OHC Post which consists of: groups of similar
workers, designated cadre, facilities, place of establishment, funding sources, and
integrated health programs. This is a qualitative research, with primary data
collection through FGD, interview, and observation as well as secondary data
collection through document review. Sources triangulation and methods
triangulation are used to validate data.
The result of the research shows that there are 3 Integrated OHC Posts that
can be established in groups of tailor workers in East Jurang Mangu, groups of
tailor workers in West Jurang Mangu, and groups of Food & Beverage workers.
Groups of tailor workers in East Jurang Mangu has the highest establishment
potential because it owns higher driving factor score than inhibiting factor score,
and also has the greatest driving factor such as establishment place and integrated
health programs. The greatest inhibiting factor is the absence of the worker's
desire to become a health work cadre.
The South Tangerang Health Service Center is advised to provide technical
regulation about Integrated OHC Post establishment. Carry out occupational
health education to workers by Jurang Mangu Public Health Center. And village
funds utilization to fulfill the facilities and infrastructure of Integrated OHC Post.
References : 87 (1996-2017)
Keywords : Occupational health, Integrated OHC Post, Informal worker
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Ruditho Priyandi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 April 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Komplek Deplu Caraka Buana Blok O No. 10 RT 04
RW 007. Tangerang. Banten. 15155
No. HP : 081374303064
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
2011 – 2017 : S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2008 – 2011 : SMA Negeri 63 Jakarta
2005 – 2008 : SMP Negeri 110 Jakarta
1999 – 2005 : SD Cendrawasih Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pemetaan Potensi Pembentukan Pos Upaya Kesehatan Kerja Terintegrasi
di Wilayah Puskesmas Jurang Mangu Kota Tangerang Selatan 2017”. Salawat
serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah
berhasil membawa peradaban umat manusia ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Keluarga tercinta, Mama Aviani Prihantati, Ayah Rasjidi Sabirin, Kakak Novi
Rastianti, Adik Dhanny Firmandi atas doa restu serta dukungan yang diberikan
tanpa mengenal batas waktu hingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan
pendidikan S1;
2. Bapak Prof. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
4. Ibu Dr. Iting Shofwati, ST, M.KKK selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak dr.
Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis agar senantiasa
berupaya melakukan yang terbaik dalam penyelesaian skripsi;
ix
5. Para Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah memberikan banyak ilmu kepada
penulis;
6. Bapak Rosyadi selaku pegawai disperindag, dan Ibu Aisyah selaku ketua
Puskesmas Jurang Mangu, serta seluruh informan yang saya wawancarai;
7. Sahabat Afif, Danti, Tama, Faris, Nana, Ibo, dan Ainil yang selalu
menyemangati, mendukung, dan mendoakan penulis dalam penyelesaian
skripsi ini;
8. Afriyanto yang selalu mengingatkan penulis untuk selalu memberikan yang
terbaik dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam penyelesaian skripsi
ini;
9. Serta seluruh kawan Kesehatan Masyarakat yang telah berjuang menyelesaikan
pendidikan.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap seluruh
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin ya
Rabbal’alamin. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis
harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat kepada penulis dan pembaca.
Jakarta, Juni 2017
Ruditho Priyandi
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii
ABSTRAK .............................................................................................................. iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ............................................................................................. 8
2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
1. Bagi Penulis ................................................................................................ 8
2. Bagi Puskesmas .......................................................................................... 9
3. Bagi Pemerintah Daerah ............................................................................. 9
4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ................................................. 9
F. Ruang Lingkup ............................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 11
xi
A. Kesehatan Kerja ........................................................................................... 11
1. Prinsip Kesehatan Kerja ............................................................................ 12
2. Tujuan Kesehatan Kerja ............................................................................ 12
3. Kesehatan Kerja ........................................................................................ 13
B. Puskesmas .................................................................................................... 14
1. Visi & Misi Puskesmas ............................................................................. 15
2. Tujuan Puskesmas .................................................................................... 17
3. Fungsi Puskesmas ..................................................................................... 17
4. Upaya Pelayanan Puskesmas..................................................................... 20
C. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) Terintegrasi .......................................... 21
1. Alasan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi ............................................. 22
2. Tujuan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi ............................................. 24
3. Manfaat Pos UKK Terintegrasi ................................................................. 26
4. Strategi Pelaksanaan Kegiatan Pos UKK Terintegrasi ............................... 27
D. Penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi ....................................................... 29
1. Persyaratan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi ...................................... 29
2. Persiapan Pos UKK Terintegrasi ............................................................... 30
3. Penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi.................................................... 31
4. Sistem Rujukan Pos UKK Terintegrasi ..................................................... 36
5. Sarana dan Prasarana Pos UKK Terintegrasi ............................................. 38
6. Pembiayaan Pos UKK Terintegrasi ........................................................... 39
E. Tugas dan Fungsi Pemangku Kepentingan ................................................... 39
1. Pusat ......................................................................................................... 39
2. Provinsi .................................................................................................... 40
3. Kabupaten/Kota ........................................................................................ 41
4. Balai Kesehatan Kerja Masyarakat ............................................................ 42
5. Kecamatan ................................................................................................ 42
6. Puskesmas ................................................................................................ 43
xii
7. Desa/Kelurahan atau sebutan lain .............................................................. 43
8. Lintas Sektor............................................................................................. 44
9. Organisasi Profesi ..................................................................................... 44
10. Para Pimpinan Kelompok/lembaga/instansi/organisasi .......................... 44
11. Tokoh/Penggerak Masyarakat ............................................................... 45
12. Dunia Usaha .......................................................................................... 45
13. Kader Pos UKK Terintegrasi ................................................................. 45
F. Pembinaan dan Evaluasi Pos UKK Terintegrasi ........................................... 46
1. Pembinaan ................................................................................................ 46
2. Monitoring dan Evaluasi ........................................................................... 47
3. Pencatatan dan Pelaporan .......................................................................... 52
4. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan ....................................................... 52
G. Force Field Analysis .................................................................................... 54
1. Kegunaan Force Field Analysis ................................................................ 55
2. Langkah-langkah Pelaksanaan FFA .......................................................... 55
H. Kerangka Teori ............................................................................................ 60
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .................................. 61
A. Kerangka Pikir ............................................................................................. 61
B. Definisi Istilah .............................................................................................. 63
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 65
A. Desain Penelitian .......................................................................................... 65
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 65
1. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 65
2. Waktu Penelitian....................................................................................... 65
C. Objek Penelitian ........................................................................................... 66
D. Sumber Data Penelitian ................................................................................ 66
1. Sumber Data Primer.................................................................................. 66
2. Sumber Data Sekunder ............................................................................. 68
xiii
E. Metode Pengumpulan Data........................................................................... 68
1. Metode Pengumpulan Data Primer ............................................................ 69
2. Metode Pengumpulan Data Sekunder ........................................................ 71
F. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 71
1. Smartphone............................................................................................... 72
2. Pedoman Wawancara ................................................................................ 72
3. Pedoman FGD .......................................................................................... 72
4. Lembar Observasi ..................................................................................... 73
G. Validitas Data............................................................................................... 73
1. Triangulasi Metode ................................................................................... 73
2. Triangulasi Sumber ................................................................................... 74
H. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................................... 76
1. Proses Pengolahan Data ............................................................................ 76
2. Proses Analisis Data ................................................................................. 76
BAB V HASIL ....................................................................................................... 79
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 79
B. Gambaran Syarat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi ................................. 80
1. Gambaran Jenis Kelompok Pekerja ........................................................... 80
2. Gambaran Calon Kader Pos UKK Terintegrasi ......................................... 83
3. Gambaran Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi ........................... 91
4. Gambaran Sarana Pos UKK Terintegrasi .................................................. 93
5. Gambaran Sumber Dana Pos UKK Terintegrasi ...................................... 102
6. Gambaran Program Kesehatan yang Terintegrasi .................................... 104
C. Gambaran Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi ............................. 115
1. Gambaran Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur .......................................... 126
2. Gambaran Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat ........................................... 128
xiv
3. Gambaran Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Makanan & Minuman ........................................................ 129
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 132
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 132
B. Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi .............................................. 133
1. Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur............................................................................................................. 143
2. Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat .............................................................................................................. 160
3. Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan & Minuman 166
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 172
A. Simpulan .................................................................................................... 172
B. Saran .......................................................................................................... 173
1. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan ............................................... 173
2. Bagi Puskesmas Jurang Mangu ............................................................... 173
3. Bagi Masyarakat Pekerja Jurang Mangu ................................................. 174
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 175
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Peran Persiapan Pos UKK Terintegrasi .................................................... 30
Tabel 2.2 Jenis Kegiatan Pos UKK Terintegrasi ...................................................... 33
Tabel 2.3 Tingkat Keberhasilan Penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi ................ 49
Tabel 2.4 Tingkat Perkembangan Pos UKK Terintegrasi ......................................... 50
Tabel 3.1 Definisi Istilah ......................................................................................... 63
Tabel 4.1 Triangulasi Metode.................................................................................. 74
Tabel 4.2 Triangluasi Sumber ................................................................................. 75
Tabel 5.1 Gambaran Jenis Kelompok Pekerja ......................................................... 83
Tabel 5.2 Calon Kader Pos UKK Terintegrasi ......................................................... 90
Tabel 5.3 Sarana Pos UKK Terintegrasi ................................................................ 100
Tabel 5.4 Kegiatan Promotif Puskesmas Jurang Mangu ........................................ 106
Tabel 5.5 Kegiatan Preventif Puskesmas Jurang Mangu ........................................ 111
Tabel 5.6 Kegiatan Kuratif Puskesmas Jurang Mangu ........................................... 114
Tabel 5.7 Gambaran Umum Syarat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi di
Kecamatan Jurang Mangu ..................................................................................... 117
Tabel 5.8 Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu Timur .................................................................... 127
Tabel 5.9 Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu Barat ...................................................................... 129
Tabel 5.10 Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
IKM Makanan & Minuman ................................................................................... 130
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alasan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi .................................................... 24
Gambar 2.2 Alur Monitoring dan Evaluasi Pos UKK Terintegrasi ...................................... 48
Gambar 2.3 Alur Pencatatan dan Pelaporan ........................................................................ 53
Gambar 2.4 Kerangka Teori ............................................................................................... 60
Gambar 3.1 Kerangka Pikir ..................................................................................... 61
Gambar 4.1 Smartphone.......................................................................................... 72
Gambar 5.1 Peta Wilayah Puskesmas Jurang Mangu ............................................... 79
Gambar 5.2 Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Timur .......................................................................................................... 92
Gambar 5.3 (a), (b), (c), (d), (e), (f) Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi
Jurang Mangu Timur............................................................................................... 94
Gambar 5.4 (a), (b), (c), (d), (e), (f) Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi
Jurang Mangu Barat ................................................................................................ 97
Gambar 5.5 (a), (b), (c), (d) Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan &
Minuman ................................................................................................................ 99
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman FGD
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Matriks Wawancara dan FGD
Lampiran 4 Matriks Telaah Dokumen
Lampiran 5 Lembar Observasi
xviii
DAFTAR ISTILAH
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BPS : Badan Pusat Statistik
FFA : Force Field Analysis
IKM : Industri Kecil Menengah
ILO : International Labour Organization
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
LSM : Lembaga Sosial Masyarakat
PAK : Penyakit Akibat Kerja
Pos UKK : Pos Upaya Kesehatan Kerja
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
UKBM : Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hak setiap pekerja.
Dalam melakukan pekerjaannya pekerja memerlukan pekerjaan yang
nyaman, kondisi kesehatan prima, dan kondisi lingkungan kerja yang
kondusif. Namun, setiap pekerjaan punya risiko keselamatan dan kesehatan.
Bila risiko keselamatan dan kesehatan tidak dikelola atau dikendalikan
dengan baik dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja yang dapat mengancam setiap pekerja yang tidak terlindungi
dengan baik dari risiko keselamatan dan kesehatan kerja.
Gambaran masalah kesehatan kerja yang mencakup angka kesakitan,
kematian akibat kerja, dan akibat hubungan kerja yaitu setiap 15 detik
seorang pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. ILO mengestimasikan
angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK)
sebanyak lebih dari 1 juta kasus setiap tahun (ILO, 2013).
Menurut data BPJS Ketenagakerjaan (2016) jumlah kecelekaan kerja
dari tahun ke tahun mengalami tren peningkatan 5% hingga 10% setiap
tahunnya. Pada akhir 2015, angka kecelakaan kerja mencapai 105.182 kasus
dari 12,4 juta jumlah pekerja peserta BPJS Ketenagakerjaan. Hasil Riskesdas
2
(2013) menunjukkan 11,0% pekerja mengalami gangguan pendengaran dan
11,9% mengalami sendi otot, serta 52,8% masyarakat memiliki kebiasaan
aktivitas yang kurang, 21,2% memiliki kebiasaan merokok, dan hanya 10,7%
yang memiliki kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah tiap hari.
WHO menggambarkan bahwa untuk potensi bahaya bagi pekerja di
seluruh dunia: 40-50% penduduk dunia berisiko terhadap penyakit atau
kecelakaan sehubungan dengan pekerjaannya, kecelakaan akibat kerja
diperkirakan berjumlah 120 juta per tahun. Lebih dari 200.000 berakibat fatal,
68-157 juta terjadi kasus-kasus baru akibat pemajanan, sekitar 3000
menimbulkan gangguan kulit dan lain-lain. Sementara pelayanan kesehatan
kerja yang memadai diperkirakan baru bisa diberikan pada 20-30% pekerja di
negara maju, sedangkan di negara berkembang hanya 5-10%.
Jumlah angkatan kerja Indonesia makin meningkat dari seluruh
angkatan kerja di Indonesia yang bekerja di sektor informal baik pedesaan
maupun perkotaan. Terdapat 39.641.140 (38%) pekerja formal dan
64.844.340 (62%) pekerja informal (BPS, 2015). Pada umumnya sektor
informal ini mempunyai banyak keterbatasan terutama dalam hal kemampuan
pemeliharaan kesehatan dirinya dan keluarganya. Mereka sering terpajan
dengan bahaya-bahaya potensial akibat lingkungan kerja yang buruk, jam
kerja yang tidak teratur, beban kerja yang terlalu berat namun berpenghasilan
rendah, dan umumnya tidak memperoleh pelayanan kesehatan kerja yang
memadai, sehingga WHO mengkategorikan sebagai “Underprivilledged” dan
”Underserved Working Population” (WHO, 2010).
3
Umumnya pekerja di sektor informal memiliki beban dan waktu kerja
berlebihan. Sementara upah yang diterima pekerja jauh di bawah standar.
Pengusaha sektor informal pada umumnya kurang memperhatikan kaidah
keamanan dan kesehatan kerja (Icohis, 2009). Hasil penelitian Kemenkes RI
menunjukkan, sekitar 74% pekerja hingga saat ini belum terjangkau layanan
kesehatan kerja yang memadai. Menurut penelitian terakhir yang dilakukan
tahun 2013, baru sekitar 26% pekerja di sektor formal yang memiliki
jangkauan layanan kesehatan kerja yang memadai. Cakupan pelayanan
kesehatan kerja di sektor informal hanya mencakup 1% pekerja
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja dinyatakan
bahwa salah satu kegiatan pokok dari pembangunan kesehatan adalah
program upaya kesehatan kerja. Pengertian upaya kesehatan kerja di sini
adalah suatu upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya dan agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
Pelayanan kesehatan kerja tertuju pada tiga hal utama yaitu menjamin
keselamatan dan kesehatan para pekerja, perbaikan organisasi kerja, dan
budaya kerja yang kondusif bagi tercapainya kesehatan dan keselamatan
sewaktu bekerja. Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja, untuk
mencapai tujuan tersebut fokus pelayanan kesehatan kerja adalah promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan tidak mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif. Oleh karena itu, pelaksanaan program upaya kesehatan kerja
4
merupakan hal yang mendesak dan perlu diwujudkan. Untuk itu perlu peran
aktif dari seluruh masyarakat di samping adanya koordinasi dan kolabirasi
dari lintas program, lintas sektor, LSM atau organisasi profesi, dunia
pendidikan, para pengusaha serta para pekerja.
Isu strategis RPJMN 2015-2019 adalah peningkatan status kesehatan
ibu, bayi, balita, remaja, usia produktif dan lansia; peningkatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pengembangan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), pemenuhan sumber daya manusia kesehatan, peningkatan
akses masyarakat pada pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang
berkualitas. Keikutsertaan pekerja sektor informal dalam keanggotaan
jaminan kesehatan dan jaminan ketenagakerjaan melalui BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan berperan dalam mempercepat perwujudan Jaminan
Kesehatan Semesta dan Jaminan Sosial Nasional (Universal Coverage).
Pencapaian universal coverage yang mencakup seluruh penduduk Indonesia
merupakan upaya strategis. Pembiayaan JKN dilakukan berasas gotong
royong dengan sasaran kepesertaan sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI),
Non-PBI ataupun melalui program Indonesia Sehat.
Untuk mendukung terwujudnya upaya kesehatan kerja di sektor
informal, maka diperlukan upaya intergasi penanganan masalah kesehatan
pada pekerja, khususnya pekerja skala usaha mandiri, mikro, dan kecil
melalui pengembangan Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang
ada sesuai kebutuhan. Integrasi tersebut, yaitu program kesehatan kerja
dengan program lainnya, seperti pengendalian penyakit menular dan tidak
5
menular, kesehatan lingkungan, gizi, kesehatan ibu, dan kesehatan
reproduksi.
Di sisi lain, penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara komprehensif
pada usaha sektor informal (skala mandiri/individu, rumah tangga, mikro, dan
kecil) sering dihadapkan dengan berbagai hambatan. Berdasarkan data dasar
Puskesmas Tangerang Selatan, belum terdapat puskesmas yang melaksanakan
kegiatan kesehatan kerja dasar. Dalam rangka pelayanan kesehatan yang
komprehensif dan terintegrasi pada pekerja perlu adanya suatu wadah, yakni
Pos UKK Terintegrasi.
Pos UKK ini diperlukan dalam rangka memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan kerja dasar untuk pekerja, mengingat masih banyak para
pekerja khususnya pekerja sektor informal yang belum mendapat pelayanan
kesehatan kerja dasar. Dimana Pos UKK ini difasilitasi oleh puskesmas
dalam pembentukan dan pembinaannya di wilayah kerjanya (Depkes, 2006).
Berdasarkan Permenkes 100 tahun 2015 tentang Pos UKK Terintegrasi, Pos
UKK termasuk Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan yang
mempunyai tugas wajib untuk melakukan deteksi dini dan diperuntukan
untuk mengatasi permasalahan kesehatan pekerja khususnya pekerja sektor
informal.
Berdasarkan BPS (2016) di provinsi Banten terdapat 231 puskesmas
yang tersebar di seluruh 8 kabupaten/kota yang ada di provinsi Banten. Di
kota Tangerang Selatan terdapat 29 puskesmas yang tersebar pada tujuh
kecamatan. Salah satunya adalah puskesmas Jurang Mangu yang berada di
6
Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Laporan Badan Pusat Statistik
Kota Tangerang Selatan (BPS Tangsel) 2016 menuliskan bahwa kecamatan
yang paling banyak memiliki industri di Tangerang Selatan adalah kecamatan
Pondok Aren. Di kecamatan Pondok Aren terdapat sebanyak 186 industri
pakaian jadi atau konveksi atau penjahit.
Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 142 tahun 2016 tentang
kawasan industri. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola. Pada Bab 2 pasal 3 dinyatakan bahwa
menteri, gubernur, bupati/walikota memiliki kewenangan untuk menentukan
kawasan industri. Di Pondok Aren peresmian wilayah industri konveksi atau
dikenal sebagai kampung UKM konveksi diresmikan pada 16 Mei 2016,
tepatnya pada kelurahan Jurang Mangu.
Data Dasar Puskesmas di Kota Tangerang Selatan tahun 2016
menunjukkan bahwa di daerah puskesmas Jurang Mangu Timur tidak
terdapat Pos UKK Terintegrasi dan juga tidak ada pelayanan kesehatan kerja
yang dilaksanakan. Setelah melakukan hasil studi pendahuluan di puskesmas
Jurang Mangu pada 14 November 2016 diketahui bahwa puskesmas Jurang
Mangu memang belum melaksanakan program UKBM Pos UKK
Terintegrasi. Menyikapi kondisi di atas maka perlu adanya pengelolaan dan
pembinaan khususnya tentang program upaya kesehatan kerja melalui
puskesmas secara terpadu khususnya pada sektor informal guna tercapainya
tujuan dari pelayanan kesehatan kerja. Hasil survei langsung ini telah
7
memotivasi penulis untuk mengangkat penelitian deskriptif yang berjudul
“Pemetaan Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Wilayah
Puskesmas Jurang Mangu Kota Tangerang Selatan 2017” dengan maksud
agar mengetahui pemetaan potensi pembentukan suatu wadah program
kesehatan kerja yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan pekerja secara optimal, sehingga mampu menghasilkan dan
meningkatkan produktivitas kerja yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Pekerjaan di sektor informal berisiko menimbulkan dampak negatif
akibat pekerjaan yaitu kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat
membahayakan status kesehatan dari pekerja yang bekerja. Di antaranya
adalah bahaya yang dapat ditimbulkan akibat peralatan yang digunakan dan
dari faktor pekerja, selain itu lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat
menimbulkan potensi kecelakaan kerja. Namun risiko yang ada pada sektor
informal banyak yang tidak dikendalikan oleh pemberi kerja.
Pada wilayah Puskesmas Jurang Mangu yang pada wilayah kerjanya
terdapat 186 industri kecil menengah (IKM) konveksi tetapi Puskesmas
Jurang Mangu tidak melakukan pelayanan kesehatan kerja dasar. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui “Pemetaan Potensi
Pembentukan Pos UKK Terintegrasi di wilayah Puskesmas Jurang Mangu
Kota Tangerang Selatan Tahun 2017”.
8
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pemetaan potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi di
wilayah Puskesmas Jurang Mangu Kota Tangerang Selatan tahun 2017?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pemetaan potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi di
Wilayah Puskesmas Jurang Mangu Kota Tangerang Selatan tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi yang meliputi,
Jenis Kelompok Pekerja, Calon Kader Pos UKK Terintegrasi, Tempat
Pembentukan Pos UKK Terintegrasi, Sarana Pos UKK Terintegrasi,
Sumber Dana Pos UKK Terintegrasi, dan Program Kesehatan yang
Terintegrasi;
b. Diketahuinya Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Pembentukan
Pos UKK Terintegrasi di wilayah Puskesmas Jurang Mangu;
c. Diketahuinya Pos UKK yang memiliki potensi Pembentukan Pos UKK
Terintegrasi di wilayah Puskesmas Jurang Mangu;
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Sebagai proses belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama masa perkuliahan;
9
b. Memperdalam dan mengembangkan pengetahuan serta menambah
wawasan mengenai program upaya kesehatan kerja pada pekerja sektor
informal;
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan penyelenggaraan program
upaya kesehatan kerja bagi pekerja sektor informal di wilayah kerjanya
3. Bagi Pemerintah Daerah
Sebagai bahan masukan dalam melaksanakan kewajiban pemerintah
sebagai pembina Pos UKK Terintegrasi agar dapat meningkatkan upaya
pemerintah dalam meningkatkan status kesehatan kerja pekerja sektor
informal
4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai program
upaya kesehatan kerja pekerja sektor informal
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jurang Mangu
pada bulan Juni 2016 sampai Juni 2017 dengan jenis penelitian kualitatif.
Telaah dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder. Pedoman
wawancara, pedoman Focus Group Discussion (FGD), lembar observasi dan
Force Field Analysis (FFA) digunakan untuk mengumpulkan data primer.
Wawancara dilakukan dengan delapan informan yang terdiri dari: Pegawai
Disperindag, Kepala IKM Konveksi Jurang Mangu, Kepala Puskesmas
10
Jurang Mangu, Kepala Tata Usaha Puskesmas Jurang Mangu, Pegawai
Bagian UKM Pengembangan Puskesmas Jurang Mangu, dan tiga pengusaha
IKM Makanan & Minuman. FGD dilakukan kepada dua kelompok yaitu
kelompok IKM Konveksi Jurang Mangu Timur dan kelompok IKM Konveksi
Jurang Mangu Barat. Triangulasi sumber dan triangulasi metode digunakan
untuk memvalidasi data.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,
mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau
gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya (Budiono, 2008). Menurut
WHO (2015), sehat merupakan keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental,
dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecatatan.
Kesehatan kerja (Occupational Health) (WHO/ILO, 1995)
adalah suatu layanan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
(fisik, mental & sosial), dan ekonomi yang setinggi-tingginya bagi
pekerja disemua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yg serasi antara pekerjaan dengan manusia
pekerja. Menurut Suma’mur (2010), kesehatan kerja merupakan spesialisasi
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya
baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
12
1. Prinsip Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja untuk dapat dilakukan secara baik harus memiliki prinsip
penyerasian antara (Suma’mur, 2010):
a. Kapasitas Kerja
Kemampuan pekerja yang dipengaruhi oleh status kesehatan, gizi, jenis
kelamin, umur, pendidikan dan keterampilan;
b. Beban Kerja
Beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yaitu
beban fisik, seperti mengangkat, mendorong, mencangkul, berlari,
memikul, dan beban mental;
c. Lingkungan Kerja
Lingkungan di sekitar tempat kerja yang dapat menjadi beban
pekerja, seperti bising, panas, getaran, radiasi, debu, uap, larutan,
bakteri, virus, alat kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh, meja
kerja yang terlalu tinggi/rendah, dll.
2. Tujuan Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut (Manulang, 2011):
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial;
b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja;
13
c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan
tenaga kerja;
d. Meningkatkan produktivitas kerja.
Menurut Suma’mur (2010) tujuan utama kesehatan kerja adalah:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja;
c. Perawatan mempertinggi efisiensi dan produktifitas tenaga kerja;
d. Perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya-bahaya pencemaran
yang ditimbulkan oleh perusahaan;
e. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan dari hasil proses industri.
3. Kesehatan Kerja
Menurut Depkes terdapat 2 upaya kesehatan kerja berdasarkan status
pekerjaan yaitu; formal dan informal:
a. Upaya Kesehatan Kerja Formal
1) Menjadi tanggung jawab pengusaha;
2) Relatif lebih baik dan sudah berjalan dengan pelayanan yang
komprehensif;
3) Menjadi bagian dari SMK3 yang merupakan merupakan bagian
integral dari manajemen perusahaan;
14
4) Peran pemerintah lebih fokus pada pembinaan dan pengawasan
terhadap penerapan regulasi.
b. Upaya Kesehatan Kerja Informal
1) Menjadi tanggung jawab pekerja, majikan atau pemerintah;
2) Masih belum berjalan baik dalam segala aspek;
3) Pelayanan kesehatan masih sama dengan pelayanan kesehatan pada
umumnya;
4) Peran pemerintah menjadi utama dalam pengembangan pelayanan
yang komprehensif.
B. Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004)
puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan
15
tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan
dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).
1. Visi & Misi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004 adalah mewujudkan tercapainya kecamatan
yang sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Masyarakat sehat yang
akan dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator
kecamatan sehat mencakup empat indikator utama, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat
kesehatan penduduk kecamatan. Rumusan visi untuk setiap Puskesmas
harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas, yakni
terwujudnya kecamatan sehat, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
berdasar Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004 adalah mendukung tercapainya misi
pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
16
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat;
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya dalam peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat;
c. Memelihara dan meningkatkan pemerataan, mutu, serta keterjangkauan
pelayanan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar serta memuaskan
masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana
sehingga dapat terjangkau oleh seluruh anggota masyarakat;
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan dengan cara
mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan keilmuan dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
17
pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan Puskesmas mencakup
pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
2. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).
3. Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan
atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah,
keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan
pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang
dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar
dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja
puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan
dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas
Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan
dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).
18
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas
selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya
agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan
situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
19
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas
meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan
rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
disebut antara lain adalah:
1) Promosi kesehatan;
2) Pemberantasan penyakit;
3) Penyehatan lingkungan;
4) Perbaikan gizi;
5) Peningkatan kesehatan keluarga;
6) Keluarga berencana;
7) Kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan
fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk
20
melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri,
memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien,
memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan
pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan
sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.
4. Upaya Pelayanan Puskesmas
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan
kesehatan yang mutlak perlu yang sangat dibutuhkan sebagian besar
masyarakat, serta mempunyai nilai strategis untuk meningkat derajat
kesehatan masyarakat, dilaksanakan secara holistik, terpadu dan
berkesinambungan. Kegiatan ini terdiri dari program kesehatan dasar, yang
harus dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas, dan program kesehatan
pengembangan.
a. Upaya kesehatan wajib, yang terdiri dari:
1) Upaya promosi kesehatan;
2) Upaya kesehatan lingkungan;
3) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana;
4) Upaya perbaikan gizi masyarakat;
5) Upaya pengobatan;
6) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit;
21
7) Unit kesehatan pengembangan.
b. Upaya kesehatan pengembangan, yang terdiri dari:
1) Upaya kesehatan gigi dan mulut;
2) Upaya kesehatan sekolah;
3) Upaya perawatan kesehatan masyarakat;
4) Upaya kesehatan mata;
5) Upaya kesehatan jiwa;
6) Upaya kesehatan usia lanjut;
7) Upaya kesehatan kerja;
8) Upaya kesehatan olah raga;
9) Upaya pembinaan pengobatan tradisional;
10) Pelayanan kesehatan.
C. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) Terintegrasi
Pos UKK merupakan wadah untuk upaya kesehatan berbasis
masyarakat pada pekerja sektor informal yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat pekerja melalui pemberian
pelayanan kesehatan dengan pendekatan utama promotif dan preventif,
disertai kuratif dan rehabilitatif sederhana/terbatas (Kemenkes RI, 2015). Pos
UKK juga merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan kerja yang berada di
tempat kerja dan dikelola oleh pekerja itu sendiri (kader) yang berkoordinasi
dengan Puskesmas (sebagai pembina) dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Pos UKK adalah upaya pemerintah mendekatkan pelayanan kesehatan kerja
22
pada masyarakat pekerja, pos ini dikelola oleh kader kesehatan kerja yang
mempunyai kesadaran dan kemauan mengabdikan diri secara sukarela untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan diri sendiri dan kelompoknya agar
dapat bekerja dengan aman, sehat, dan produktif dalam bekerja.
Pos UKK Terintegrasi adalah Pos UKK yang dalam pelaksanaan
kegiatan dan substansinya dipadukan dengan program atau kegiatan
kesehatan lainnya yang terdapat pada kelompok pekerja dan bentuk peran
serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini, pemantauan faktor
risiko pada penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, pengendalian penyakit
menular dan tidak menular, pengendalian penyakit bersumber binatang, serta
program gizi, kesehatan reproduksi, kesehatan olahraga, kesehatan jiwa,
kesehatan lingkungan, dan PHBS yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik.
1. Alasan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
Beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya pembentukan Pos
UKK Terintegrasi menurut kemenkes RI (2015), yaitu:
a. Setiap tempat kerja memiliki potensi bahaya yang dapat menimbulkan
penyakit dan kecelakaan pada pekerja;
b. Selain perkaitan dengan bahaya di tempat kerja, permasalahan pada
pekerja mencakup masalah kesehatan umum, seperti penyakit menular
langsung, penyakit bersumber binatang, penyakit tidak menular,
masalah gizi, gangguan kesehatan reproduksi, kurangnya
23
aktivitas/latihan fisik, gangguan kesehatan jiwa, kesehatan lingkungan
yang kurang memadai, dan rendahnya PHBS;
c. Pekerja pada usaha sektor informal belum mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memadai dan belum sesuai dengan permasalahan
kesehatan yang dihadapinya mengingat selama ini pelayanan yang
diberikan bersifat umum, belum dikaitkan dengan faktor risiko yang
ada di tempat kerjanya dan waktu pelayanan di Puskesmas bersamaan
dengan waktu kerja sehingga sulit mendapatkan pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan;
d. Perlunya mendekatkan dan meningkatkan akses pelayanan kesehatan
pada usaha sektor informal dengan adanya Pos UKK Terintegrasi;
e. Untuk mendapatkan jaminan kesehatan nasional dan jaminan
ketenagakerjaan, pekerja sektor informal diharapkan menjadi peserta
Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Ketenagakerjaan. Dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam jaminan kesehatan dan jaminan ketenagakerjaan;
f. Dengan pelayanan kesehatan yang terintegrasi di Pos UKK pada
pekerja dengan skema JKN akan meningkatkan derajat kesehatan dan
produktivitas. Jaminan ketenagakerjaan untuk melindungi pekerja dan
menjamin bila terjadi kecelakaan kerja, cidera akibat kerja, dan
penyakit akibat kerja.
Berdasarkan hal di atas, alasan pembentukan Pos UKK Terintegrasi
dapat digambarkan melalui gambar di bawah ini:
24
Gambar 2.1 Alasan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
Sumber: Permenkes 100 tahun 2015 tentang Pos UKK Terintegrasi
Dalam penyelenggaraan Pos UKK dengan pelayanan yang
terintegrasi perlu dilakukan pada Pos UKK yang sudah ada. Bagi
masyarakat pekerja yang akan membentuk Pos UKK, dalam prosesnya
agar mengacu pada pedoman Pos UKK Terintegrasi. Pengembangan Pos
UKK Terintegrasi dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, seperti
pemetaan usaha industri kecil, sedang dan besar; Pos UKK saat ini dan
Posbindu; pelatihan Pos UKK Terintegrasi bersama tim dan pelatihan bagi
dokter, petugas kesehatan puskesmas dan kader; penyusunan KIE untuk
Pos UKK terintegrasi dengan materi substansi masing-masing unit di lintas
program.
2. Tujuan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
Beberapa hal yang merupakan tujuan dari pembentukan Pos UKK
menurut Depkes (2006) dibagi menjadi tujuan umum, dan tujuan khusus,
yaitu:
25
a. Tujuan Umum
Mewujudkan masyarakat pekerja yang sehat dan produktif
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat pekerja tentang kesehatan
kerja;
2) Meningkatkan kemampuan masyarakat pekerja untuk menolong
dirinya sendiri;
3) Meningkatkan pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh
kader, masyarakat pekerja dan tenaga kesehatan yang terlatih
kesehatan kerja;
4) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat pekerja
terhadap risiko dan bahaya akibat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan;
5) Meningkatkan dukungan dari pengambil kebijakan terhadap Pos
UKK;
6) Meningkatkan peran aktif lintas program dan lintas sektor terkait
dalam penyelenggaraan Pos UKK.
Sedangkan tujuan dari pembentukan Pos UKK Terintegrasi menurut
Kemenkes (2015), yaitu:
a. Memberikan pelayanan kesehatan pada pekerja kelompok usaha sektor
informal;
b. Memudahkan petugas kesehatan untuk melakukan pembinaan
kesehatan;
26
c. Lebih mengaktifkan Pos UKK yang sudah ada;
d. Mendekatkan pelayanan kesehatan khususnya pada masyarakat pekerja
sektor informal;
e. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
3. Manfaat Pos UKK Terintegrasi
Manfaat menurut KBBI (2016) adalah guna atau faedah. Manfaat
pembentukan Pos UKK menurut Depkes (2006) terbagi bagi 4 penerima
manfaat, yaitu:
a. Bagi Masyarakat Pekerja
Permasalahan kesehatan kerja dapat dideteksi secara dini, dan
masyarakat pekerja dapat memperoleh pelayanan kesehatan kerja yang
dapat dijangkau
b. Bagi Kader Kesehatan
1) Kader mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan kerja;
2) Kader mendapatkan kebanggaan dapat berkontribusi pada
masyarakat.
c. Bagi Puskesmas
1) Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas;
2) Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas utamanya pemberdayaan
masyarakat.
d. Bagi Sektor Lain
1) Dapat memadukan kegiatan sektornya utamanya yang berkaitan
dengan kesejahteraan;
27
2) Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif
dan efisien.
Sedangkan manfaat pembentukan Pos UKK Terintegrasi yang
disebutkan oleh Kemenkes (2015), yaitu:
a. Pekerja memperoleh kemudahan dalam mendapatkan akses pelayanan
kesehatan yang terpadu;
b. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat pekerja pada kelompok usaha
sektor informal secara lebih efektif dan efisien.
4. Strategi Pelaksanaan Kegiatan Pos UKK Terintegrasi
Menurut Siagian (2004) strategi adalah rencana yang disatukan, luas,
dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis kegiatan
dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa
tujuan utama dari kegiatan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat
oleh pelaksana. Sedangkan menurut Mintzberg (1998) pengertian strategi
sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana (a directed
course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita cita yang
telah ditentukan; sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.
Strategi pelaksanaan kegiatan Pos UKK Terintegrasi menurut Kemenkes
(2015) agar mencapai keberhasilan program, yaitu:
a. Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah, pihak legislatif,
pemerintah daerah serta pemangku kepentingan;
b. Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat (profesi, dunia usaha,
pendidikan) dalam perencanaan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi;
28
c. Peningkatan jejaring kerja dengan melibatkan lintas program, lintas
sektor dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait baik di Pusat
maupun Provinsi, dan Kabupaten/Kota dan puskesmas;
d. Pendekatan integratif pada kelompok masyarakat pekerja;
e. Pemberdayaan masyarakat dengan melakukan survei mawas diri dan
musyawarah masyarakat kelompok pekerja;
f. Menstimulasi ketersediaan sarana dan prasarana di Pos UKK;
g. Peningkatan kemampuan dan keterampilan pada petugas kesehatan
dalam pengendalian faktor risiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja, penyakit menular, penyakit tidak menular, gangguan kesehatan
reproduksi, gangguan kesehatan jiwa, masalah gizi, rendahnya PHBS,
kurangnya latihan/aktivitas fisik dan kebugaran jasmani;
h. Peningkatan upaya promosi kesehatan melalui metode penyuluhan dan
berbagai media komunikasi, informasi dan edukasi;
i. Penyebarluasan informasi, diantaranya melalui kajian berbasis bukti
ilmiah sesuai kearifan lokal, sistem informasi, pengumpulan data hasil
implementasi kegiatan dalam bentuk foto, gambar, data, tulisan, dan
dipublikasikan melalui berbagai media baik lokal, nasional maupun
internasional;
j. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan terintegrasi di Pos UKK dengan
kepersertaan dalam Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS
Kesehatan atau program Indonesia Sehat, dan kepesertaan dalam
Jaminan Ketenagakerjaan;
29
D. Penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi
Penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi diatur dalam lampiran
Permenkes RI No. 100 tahun 2015 tentang Pos Upaya Kesehatan Kerja
Terintegrasi. Berdasarkan peraturan tersebut diketahui bahwa terdapat 6 poin
utama dalam penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi, yaitu: persyaratan
pembentukan, persiapan, penyelenggaraan, sistem rujukan, sarana &
prasarana, serta pembiayaan Pos UKK Terintegrasi.
1. Persyaratan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
Menurut Umar (2011) persyaratan adalah suatu kondisi atau
kemampuan yang harus dipenuhi atau dimiliki oleh sistem, produk,
layanan, hasil, atau komponen untuk memenuhi kontrak, standar,
spesifikasi, atau dokumen resmi lainnya. Persyaratan dalam pembentukan
Pos UKK Terintegrasi pada prinsipnya sama dengan pembentukan Pos
UKK yang ada selama ini, yaitu:
a. Dibentuk harus berasal dari keinginan pekerja sendiri;
b. Dibentuk harus dari jenis pekerjaan yang sama;
c. Dibentuk dalam kelompok pekerja yang sejenis berjumlah 10-50 orang
pekerja;
d. Kader untuk tiap Pos UKK minimal 10% dari jumlah pekerja;
e. Kader berasal dari kelompok pekerja atau masyarakat.
Selain persyaratan di atas, ditambahkan dengan adanya kegiatan
yang dilaksanakan secara terintegrasi.
30
2. Persiapan Pos UKK Terintegrasi
Dalam tahap persiapan, diperlukan beberapa langkah di setiap
tingkatan yang diatur dalam Permenkes 100 tahun 2015, terdapat 3
tingkatan yang memiliki peran dalam persiapan Pos UKK Terintegrasi,
disajikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Peran Persiapan Pos UKK Terintegrasi
Peran Persiapan Pos UKK Terintegrasi
Provinsi Kabupaten/Kota Puskesmas
1) Penyusunan surat
edaran dari
gubernur untuk
memperoleh
komitmen
2) Sosialisasi kepada
kabupaten/kota
3) Menyusun
perencanaan dan
penganggaran dana
dari berbagai
sumber
4) Koordinasi lintas
sektor dan lintas
program terkait
5) Monitoring dan
evaluasi
1) Pengumpulan data dan
informasi besaran
masalah pada pekerja,
jumlah pekerja, jenis
pekerjaan di berbagai
sektor khususnya pada
usaha kecil dan
menengah, sarana
prasarana dan sumber
daya di tingkat
kabupaten/kota. Data
dasar dapat diperoleh
dari BPS atau dinas
koperasi dan
perdagangan,
Puskesmas, profil
kesehatan daerah,
riskesdas dan hasil
surveilans. Informasi
tersebut digunakan
sebagai bahan advokasi
dan sebagai dasar
pembinaan di
kabupaten/kota.
2) Penyusunan surat edaran
kadinkes kabupaten/kota
kepada puskesmas
3) Menyusun perencanaan
dan penganggaran dana
dari berbagai sumber
1) Melakukan sosialisasi di
internal Puskesmas
2) Pembentukan Tim
Kesehatan Kerja yang
ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas
3) Membuat rencana kerja
untuk kegiatan
penyelenggaraan Pos
UKK Terintegrasi
4) Advokasi kepada camat,
kepala desa/lurah,
pamong/tokoh
masyarakat/tokoh
agama, pengusaha untuk
mendapatkan informasi
tentang kegiatan Pos
UKK Terintegrasi serta
koordinasi lintas sektor
5) Survei Mawas Diri
(SMD) untuk
mengumpulkan data
dasar, informasi besaran
masalah pada pekerja,
jumlah pekerja, jenis
pekerjaan di berbagai
sektor khususnya pada
kelompok usaha skala
mandiri dan kecil, saran
prasarana dan sumber
31
Peran Persiapan Pos UKK Terintegrasi
Provinsi Kabupaten/Kota Puskesmas
4) Advokasi kepada kepala
daerah,
pengusaha/majikun,
SKPD tingkat
kabupaten/kota
5) Sosialisasi ke Puskesmas
6) Membuat rencana tindak
lanjut yang dilakukan
oleh Puskesmas dengan
melakukan pertemuan
koordinasi dengan
pekerja, tokoh
masyarakat, dan lintas
sektor terkait untuk
membentuk Pos UKK
Terintegrasi di tempat
kerjanya
7) Monitoring dan evaluasi
daya di tingkat
kecamatan/keluarga/des
a.
6) Melakukan Musyawarah
Masyarakat Desa untuk
menginformasikan
tentang Pos UKK
terintegrasi dan data
besaran masalah pada
pekerja, jumlah pekerja,
jenis pekerjaan di
berbagai sektor
khususnya pada usaha
kecil dan menengah,
serta sarana prasarana.
3. Penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi
a. Pelatihan SDM
Menurut Mathis (2002), pelatihan adalah suatu proses dimana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai
tujuan. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan
organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas.
Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan
pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang
digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Simanjuntak (2005)
mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM
(human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan
32
biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk
membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Dalam rangka
mendukung penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi, diperlukan
pelatihan SDM. Jenis pelatihan dimaksud yang dapat dilakukan pada
Pos UKK terintegrasi, antara lain:
1) Pelatihan Kader Pos UKK Terintegrasi
Menurut Kemenkes RI (2011) pelatihan ini bertujuan untuk
mempersiapkan kader agar dapat menjalankan kegiatan Pos UKK
dengan baik. Pelatihan ini dilaksanakan oleh Petugas
Puskesmas/Kesehatan yang paham akan kesehatan kerja. Berisikan
materi-materi sebagai berikut:
a) Cara melaksanakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PMKD);
b) Teknik/cara melakukan penyuluhan Kesehatan Masyarakat;
c) Dasar-dasar dan Upaya Kerja;
d) Masalah kesehatan pekerja (disesuaikan dengan jenis pekerjaan
setempat);
e) Pembentukan Pos UKK;
f) Penyusunan rencana kerja Pos UKK;
g) Pencatatan dan pelaporan Pos UKK;
h) Materi/pelajaran lain yang dianggap diperlukan pekerja di daerah
masing-masing.
33
2) Pelatihan Sistem Rujukan Kader dalam Skema JKN
b. Organisasi Penggerak
Sebagai organisasi penggerak dalam penyelenggaraan Pos UKK
Terintegrasi adalah sebagai berikut:
1) Penanggungjawab : Kepala desa/Lurah
2) Pembina : Kepala puskesmas
3) Tenaga Pelaksana : Kader (memiliki kemampuan dan kemauan
untuk menggerakkan anggota dan
melaksanakan kegiatan Pos UKK
Terintegrasi)
c. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan di Pos UKK Terintegrasi terdiri dari:
Tabel 2.2 Jenis Kegiatan Pos UKK Terintegrasi
Jenis Kegiatan Pos UKK Terintegrasi
Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif
1) Penyuluhan, konseling
kesehatan kerja,
penyakit tidak menular,
penyakit menular, gizi,
kesehetan jiwa,
kesehatan reproduksi
dan menyusui/ASI,
kesehatan ibu,
kesehatan lingkungan,
(PHBS), kesehatan olah
raga.
2) Penyebarluasan
informasi tentang
kesehatan kerja,
penyakit tidak menular,
penyakit menular, gizi,
kesehatan jiwa,
1) Inventarisasi jenis
pekerjaan agar dapat
mengetahui risiko yang
mungkin timbul (PAK
dan KAK)
2) Pengenalan risiko
bahaya di tempat kerja
3) Penyediaan contoh dan
kepatuhan penggunaan
Alat Pelindung Diri
4) Mendorong upaya
perbaikan lingkungan
kerja seperti perbaikan
aliran udara,
pengolahan limbah,
perbaikan ergonomi
5) Pengamatan jentik di
1) Pelayanan
Pertolongan
Pertama pada
Kecelakaan
(P3K)
Sederhana
2) Pelayanan
Pertolongan
Pertama pada
Penyakit
(P3P)
3) Pelayanan
kuratif yang
dapat
diintegrasikan
dengan
kegiatan
1) Pelayanan
rehabilitatif
berupa
pemulihan
dengan
alat-alat
sederhana
34
Jenis Kegiatan Pos UKK Terintegrasi
Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif
kesehatan reproduksi,
kesehatan ibu,
kesehatan lingkungan,
kesehatan olahraga,
PHBS melalui media
KIE
3) Penimbangan tinggi
badan dan berat badan
4) Aktivitas kebugaran
bagi pekerja
5) Sarasehan intervensi
menuju norma sehat
dalam bekerja
6) Surveilans kesehatan
kerja melalui
pengumpulan data,
pengolahan data,
analisis data, dan
diseminasi sebagai
suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan untuk
menghasilkan informasi
sebagai bahan
pengambilan keputusan
7) Pencatatan dan
pelaporan
lingkungan kerja
6) Membantu pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan
awal dan berkala oleh
petugas kesehatan
7) Deteksi dini penyakit
kusta dan tuberkolosis
8) Deteksi dini penyakit
malaria (bagi pekerja
yang berada di daerah
endemis malaria)
9) Deteksi dini faktor
risiko PTM
10) Deteksi dini Hepatitis,
HIV/AIDS, PMS yang
dilakukan oleh petugas
kesehatan
11) Pemberian imunisasi
TT pada wanita usia
subur
12) Pemberian tablet Fe
pada Ibu hamil dan
pekerja anemia
Puskesmas
keliling
(Pusling)
d. Waktu dan Pelaksana Pos UKK Terintegrasi
1) Waktu Pelaksanaan Pos UKK Terintegrasi
Di Pos UKK oleh kader dilakukan setiap hari dan/atau disesuaikan
dengan kondisi tempat kerja. Pendampingan oleh petugas Puskesmas
minimal dilakukan 1 bulan sekali.
2) Pelaksana Kegiatan Pos UKK Terintegrasi
35
Pelaksana kegiatan Pos UKK Terintegrasi adalah Kader dan Petugas
Kesehatan harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Kader:
Menurut Wijaya (2008) kader adalah orang atau kumpulan orang
yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah
organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai
'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi
tersebut. Menurut Depkes (2006) Kader Pos UKK adalah anggota
masyarakat/kelompok pekerja yang:
(1) Dipilih dari dan oleh masyarakat pekerja setempat;
(2) Dapat membaca dan menulis huruf latin;
(3) Tinggal di lingkungan tempat kerja tersebut;
(4) Mau dan mampu bekerja untuk masyarakat pekerja di
lingkungan secara sukarela;
(5) Memiliki kemauan, kemampuan dan pengetahuan tentang
kesehatan kerja dan mendapatkan pelatihan.
b) Petugas Kesehatan:
Petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan (UU 36, 2014). Petugas kesehatan yang bertugas di Pos
UKK memiliki syarat tambahan yaitu:
36
(1) Mempunyai kompetensi dan kewenangan bidang kesehatan
kerja;
(2) Pengelola program kesehatan kerja yang ditunjuk oleh
Kepala Puskesmas bersama Tim lintas program di Puskesmas
yang terkait dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Pos
UKK.
e. Pelatihan untuk Pengembangan Kegiatan Pos UKK
Jenis pelatihan yang dapat dilakukan untuk kader dan masyarakat
pekerja pada Pos UKK Terintegrasi antara lain:
1) Pelatihan kewirausahaan;
2) Pelatihan perkoperasian;
3) Pelatihan P3K dan P3P;
4) Pelatihan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD);
5) Pelatihan tentang faktor risiko penyakit pada pekerja;
6) Pelatihan perawatan mandiri.
4. Sistem Rujukan Pos UKK Terintegrasi
Sistem rujukan kesehatan menurut Hatmoko (2009) adalah suatu
sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah
yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional
dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
37
a. Mekanisme rujukan:
1) Kriteria penyakit yang harus dirujuk:
a) Penyakit yang sudah diobati selama 2 hari tidak sembuh;
b) Penyakit yang timbul berulang;
c) Penyakit yang tidak mampu diatasi di pos UKK.
2) Kriteria kecelakaan yang harus dirujuk:
a) Kecelakaan yang berat langsung dirujuk;
b) Kecelakaan ringan sesudah diberi P3K tetapi tidak ada perubahan
atau semakin memburuk dalam 2 hari;
c) Kecelakaan yang menimbulkan luka lebar, kotor dan dalam.
b. Cara merujuk:
1) Rujukan dilakukan secara berjenjang sesuai alur dalam sistem
Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS Kesehatan) dan Jaminan
Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan)
2) Penderita diantar sendiri oleh kader
3) Penderita diantar oleh keluarga ke Puskesmas dengan membawa
formulir rujukan dari kader
4) Penderita pergi sendiri ke Puskesmas jika mampu
5) Penyakit/kecelakaan kerja yang tidak bisa ditangani di pos UKK
Terintegrasi dirujuk ke Puskesmas/sarana kesehatan terdekat
c. Alur rujukan:
Tahapan rujukan dari Pos UKK Terintegrasi untuk pelayanan
kesehatan yang bersifat kuratif ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
38
(FKTP) Puskesmas. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut, maka
dirujuk ke Rumah Sakit dalam skema jaminan kesehatan nasional. Balai
Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM) merupakan alternatif rujukan
terutama untuk kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan dimungkinkan mendapat
manfaat jaminan kecelakaan kerja sebagai bagian dari jaminan
ketenagakerjaan. Penetapan kasus kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja dapat dilakukan di Puskesmas.
Dalam kasus keadaan darurat/emergency medik atau kecelakaan
kerja, kader dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit. Formulir rujukan
dari Pos UKK ke Puskesmas harus diisi oleh kader.
5. Sarana dan Prasarana Pos UKK Terintegrasi
Untuk melaksanakan kegiatan Pos UKK Terintegrasi bisa
menggunakan sarana yang tersedia (dalam ruang atau luar ruang) baik
sendiri maupun gabungan dengan usaha lain yang bisa difungsikan untuk
tempat berkumpul dan melakukan kegiatan. Peralatan yang tersedia
sekurangnya, terdiri dari:
a. Meja;
b. Kursi;
c. Timbangan badan;
d. Alat ukur tinggi badan;
e. Tensimeter digital;
f. Alat ukur lingkar perut;
39
g. Lampu senter;
h. Kotak P3K dan isinya (P3K kit);
i. Media KIE;
j. Alat tulis dan buku untuk pencatatan pelaporan;
k. Obat bebas;
l. Contoh APD sesuai dengan jenis pekerjaan;
m. Buku panduan.
6. Pembiayaan Pos UKK Terintegrasi
a. Pembiayaan dapat bersumber dari APBN, APBD dan sumber lain yang
tidak mengikat seperti dari partisipasi masyarakat pekerja dan
pengusaha/swasta sesuai peraturan yang berlaku;
b. Sumber lain, seperti arisan, koperasi, wirausahaan lain atau dana
bergulir.
E. Tugas dan Fungsi Pemangku Kepentingan
1. Pusat
a. Membuat NPSK, modul, pedoman terkait Pos UKK Terintegrasi;
b. Mengembangkan kebijakan dan strategi nasional, modul, pedoman dan
standar dalam penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi;
c. Menggerakkan atau memfasilitasi dalam melaksanakan Pos UKK
Terintegrasi;
d. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis program baik di
Provinsi maupun Kabupaten/Kota;
40
e. Menggalang kemitraan dan forum komunikasi dengan instansi
pemerintah dan LSM/ORMAS untuk mendukung program Pos UKK
Terintegrasi;
f. Melakukan pengaturan dan fasilitasi penanganan kasus rujukan
nasional;
g. Melakukan kajian untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi;
h. Menyelenggarakan pelatihan dan mengupayakan pendidikan bagi
petugas kesehatan guna meningkatkan wawasan, kemampuan analisa
dan pengembangan penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi;
i. Mengembangkan model penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi;
j. Melakukan sosialisasi dan advokasi pada lintas program lintas sektor
dan pemegang kebijakan baik di pusat dan daerah;
k. Menyusun materi media KIE terkait Pos UKK Terintegrasi.
2. Provinsi
a. Melaksanakan kebijakan, peraturan, dan perundangan;
b. Mensosialisasikan NPSK, modul, dan pedoman;
c. Memfasilitasi sarana dan prasarana;
d. Mengembangkan kebijakan, regulasi, dan pedoman terkait
penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi;
e. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam
penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi;
41
f. Melakukan advokasi pada pemangku kebijakan dalam menetapkan
komitmen pelaksanaan upaya kesehatan kerja;
g. Melakukan pelatihan (TOT) pada Petugas Kesehatan untuk
menyelenggarakan Pos UKK Terintegrasi;
h. Menjadi penggerak atau fasilitator dalam pelaksanaan Pos UKK
Terintegrasi;
i. Menjadi penggerak atau fasilitator dalam pelaksanaan Pos UKK
Terintegrasi;
j. Membangun jaringan kemitraan dan forum komunikasi lintas program
dan lintas sektor berskala provinsi;
k. Melakukan pelatihan bagi petugas kabupaten/kota;
l. Supervisi/pembinaan dan monitoring;
m. Stimulasi sarana, prasarana dan media KIE dalam mendukung
pelaksanaan Pos UKK Terintegrasi;
n. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan pedoman teknis terkait
pelaksanaan Pos UKK Terintegrasi sesuai lokal spesifik;
o. Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
3. Kabupaten/Kota
a. Mengembangkan kebijakan, regulasi, dan pedoman terkait
penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi;
b. Melakukan pembinaan Pos UKK bersama Puskesmas;
c. Melakukan koordinasi dengan lintas program di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota;
42
d. Mendorong Puskesmas untuk memberdayakan masyarakat pekerja
usaha sektor informal melaksanakan upaya kesehatan kerja melalui
pembentukan Pos UKK;
e. Melakukan pelatihan bagi petugas puskesmas dan kader Pos UKK
Terintegrasi;
f. Supervisi/pembinaan dan monitoring kepada Puskesmas dan Pos UKK
Terintegrasi;
g. Pengadaan sarana, prasarana, dan media KIE dalam mendukung
pelaksanaan Pos UKK Terintegrasi;
h. Koordinasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor terkait;
i. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4. Balai Kesehatan Kerja Masyarakat
a. Sebagai rujukan Puskesmas dan pemeriksaan laboratorium dalam kasus
penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja;
b. Pemeriksaan lingkungan kerja dasar;
c. Bersama Puskesmas melakukan pelatihan di bidang kesehatan kerja;
d. Melakukan kajian kesehatan kerja.
5. Kecamatan
Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut Pos UKK Terintegrasi
di wilayah kerjanya selaku penanggung jawab wilayah kecamatan serta
melakukan pembinaan dalam mendukung kelestarian kegiatan Pos UKK
Terintegrasi
43
6. Puskesmas
a. Melakukan koordinasi dengan lintas program di Puskesmas;
b. Melakukan pelatihan kader kesehatan kerja;
c. Pelatihan Kader Pos UKK Terintegrasi;
d. Pembentukan Pos UKK Terintegrasi;
e. Pembinaan Pos UKK Terintegrasi;
f. Koordinasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor Terkait;
g. Membuat rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan Pos UKK
Terintegrasi;
h. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pelaksanaan Pos UKK
Terintegrasi;
i. Melakukan pembinaan Pos UKK di wilayah kerjanya;
j. Kegiatan surveilans di tingkat puskesmas dilaksanakan oleh petugas
surveilans dengan serangkaian kegiatan berupa pengumpulan data,
pengolahan, analisis dan interpretasi data penyakit/masalah kesehatan
yang dikumpulkan dari setiap pos UKK;
k. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
7. Desa/Kelurahan atau sebutan lain
a. Membantu memfasilitasi Puskesmas dalam melakukan pemetaan
kesehatan kerja terkait dalam pembentukan Pos UKK Terintegrasi;
b. Mendukung pembentukan Pos UKK Terintegrasi dan turut membina
Pos UKK Terintegrasi yang ada di wilayahnya;
44
c. Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut Pos UKK
Terintegrasi di wilayah kerjanya selaku penanggung jawab wilayah
desa/kelurahan serta melakukan pembinaan dalam mendukung
kelestarian kegiatan Pos UKK Terintegrasi.
8. Lintas Sektor
a. Membina dan mendukung kegiatan di Pos UKK Terintegrasi;
b. Peran lintas sektor dan Kementerian/dinas terkait, antara lain Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil Menengah, Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan, Dinas
Perikanan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota,
camat, lurah, kepala desa, dan jajarannya, LSM, Pemerhati Kesehatan
Kerja)
9. Organisasi Profesi
Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk
menggerakkan Pos UKK.
10. Para Pimpinan Kelompok/lembaga/instansi/organisasi
Mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan Pos UKK Terintegrasi
sesuai dengan minat dan misi kelompok/lembaga/instansi/organisasi
tersebut.
45
11. Tokoh/Penggerak Masyarakat
Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dan
mendukung dengan sumber daya yang dimiliki terhadap penyelenggaraan
Pos UKK Terintegrasi.
12. Dunia Usaha
Mendukung penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi dalam bentuk sarana
dan pembiayaan termasuk berperan aktif sebagai sukarelawan sosial.
13. Kader Pos UKK Terintegrasi
a. Mempersiapkan dan melaksanakan pertemuan tingkat desa;
b. Mempersiapkan dan melaksanakan serta membahas Survei Mawas Diri
bersama petugas Puskesmas/kesehatan dan Lembaga Masyarakat Desa
(LMD);
c. Menyajikan hasil survei mawas diri dalam kelompok pekerja di desa
dalam MMD;
d. Menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan kerja dan kegiatan
penanggulangan yang dipilih pekerja dalam musyawarah pekerja;
e. Menentukan lokasi Pos UKK Terintegrasi;
f. Melaksanakan kegiatan sehari-hari Pos UKK Terintegrasi;
g. Melaksanakan pertemuan tingkat desa;
h. Melaksanakan SMD;
i. Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa;
j. Membentuk Pos UKK Terintegrasi;
k. Membentuk perencanaan kesehatan;
46
l. Melaksanakan penyuluhan kesehatan;
m. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan, P3P, dan P3K;
n. Melaksanakan upaya rujukan;
o. Mencatat dan melaporkan kegiatan Pos UKK;
p. Membina hubungan baik dengan pekerja binaannya, LMD, Petugas
PPL dan Petugas Puskesmas;
q. Mengelola sumber keuangan Pos UKK;
r. Membantu memberdayakan perekonomian pekerja;
s. Membina kemampuan diri;
t. Menginformasikan kepada pekerja untuk ikut serta dalam kepesertaan
BPJS Ketenagakerjaan.
F. Pembinaan dan Evaluasi Pos UKK Terintegrasi
1. Pembinaan
Pos UKK Terintegrasi merupakan jaringan pelayanan kesehatan
yang terkait antara satu dan lainnya secara komprehensif dengan tujuan
menurunkan insiden dan prevalensi penyakit pada pekerja (penyakit
menular, penyakit tidak menular, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan
kerja) sehingga dapat meningkatkan produktivitas pekerja.
Pembinaan program kesehatan terhadap masyarakat pekerja di Pos
UKK Terintegrasi dilakukan oleh Tim Petugas Kesehatan Puskesmas
secara rutin setiap bulan sekali. Dalam melaksanakan pembinaan tersebut
didapatkan informasi perkembangan Pos UKK Terintegrasi dengan
47
mengacu pada indikator keberhasilan sebagai masukan, dasar monitoring
dan evaluasi guna pengambangan kegiatan lebih lanjut.
Pembinaan kelembagaan dan program teknis lain dilakukan oleh
instansi/lembaga yang terkait. Untuk mengoptimalkan dan mengefektifkan
kegiatan pembinaan diperlukan koordinasi antar program dan antar sektor
terkait yang bertanggung jawab sesuai peran, tugas pokok dan fungsi
masing-masing.
Pemerintah daerah harus memperhatikan masalah kesehatan yang
dialami pekerja. Dukungan kebijakan diperlukan untuk memotivasi dan
memfasilitasi organisasi masyarakat/profesi termasuk swasta/dunia usaha
agar terlihat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan pekerja.
2. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang minimal setiap
3 bulan sekali dengan menggunakan cek list. Hasil monitoring dan
evaluasi dapat dipergunakan pemangku kepentingan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
Alur monitoring dan evaluasi dapat digambarkan dalam skema
berikut:
48
Gambar 2.2 Alur Monitoring dan Evaluasi Pos UKK Terintegrasi
Sumber: Permenkes 100 tahun 2015 tentang Pos UKK Terintegrasi
Dalam monitoring dan evaluasi dilakukan penilaian terhadap
pembinaan dan penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi. Penilaian
keberhasilan pembinaan ditujukan untuk petugas kesehatan Puskesmas,
sedangkan keberhasilan penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi ditujukan
kepada kader dan petugas kesehatan dengan rincian kriteria, yaitu:
a. Monitoring dan evaluasi keberhasilan pembinaan oleh petugas
kesehatan, meliputi:
1) Setiap puskesmas minimal mempunyai 1 binaan pos UKK
Terintegrasi yang aktif;
2) Jumlah kelompok pekerja yang memiliki Pos UKK Terintegrasi;
3) Adanya pelatihan/peningkatan kapasitas pada kader;
49
4) Frekuensi pembinaan minimal 1 bulan sekali per Pos UKK
Terintegrasi;
5) Frekuensi pelaksanaan kegiatan promotif, preventif, kuratif;
6) Adanya pencatatan dan pelaporan.
b. Monitoring dan evaluasi keberhasilan penyelenggaraan Pos UKK
Terintegrasi, meliputi:
1) Jumlah kader aktif yang berasal dari pekerja atau masyarakat;
2) Adanya sarana untuk pelaksanaan Pos UKK Terintegrasi;
3) Frekuensi pelaksanaan kegiatan promotif, preventif, dan kuratif;
4) Adanya pembinaan yang terintegrasi dari lintas program dan lintas
sektor;
5) Adanya pencatatan dan pelaporan.
Tingkat keberhasilan penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi dinilai
setiap komponen dengan tiga kriteria yang ada. Artinya bahwa penilaian
keberhasilan aktif, kurang aktif, dan tidak aktif tidak dilakukan untuk
menilai satu Pos UKK, melainkan terhadap masing-masing komponen
sebagai bahan evaluasi dan pembinaan selanjutnya.
Komponen dan tingkat dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.3 Tingkat Keberhasilan Penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi
Komponen Tingkat Keberhasilan
Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
Kader
Tersedia kader
minimal 10% jumlah
pekerja
Tersedia kader Tidak ada kader
Aktivitas
pelayanan
kesehatan
Ada aktivitas
pelayanan kesehatan
terintegrasi minimal
Ada aktivitas
pelayanan
kesehatan
Tidak ada aktivitas
pelayanan
kesehatan
50
Komponen Tingkat Keberhasilan
Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
terintegrasi 1 bulan sekali terintegrasi
minimal sampai 6
bulan sekali
terintegrasi
Aktivitas
promotif dan
preventif
terintegrasi
Ada aktivitas
promotif dan
preventif terintegrasi
minimal 1 bulan
sekali
Ada aktivitas
promotif dan
preventif
terintegrasi
minimal sampai 6
bulan sekali
Tidak ada aktivitas
promotif dan
preventif
terintegrasi
Sarana Pos UKK
Terintegrasi
Tersedia sarana Pos
UKK lengkap sesuai
kebutuhan
Tersedia sarana Pos
UKK tidak lengkap
Belum tersedia
sarana Pos UKK
Pencatatan dan
pelaporan
Pencatatan dan
pelaporan setiap
bulan
Pencatatan dan
pelaporan 3 sampai
6 bulan
Tidak ada
pencatatan dan
pelaporan
Dana
bergulir/jimpitan
Adanya dana bergulir
dan jimpitan
Adanya dana
bergulir dan
jimpitan
Tidak adanya dana
bergulir dan
jimpitan
Tingkat Perkembangan Pos UKK juga diberikan dengan kategori
Mandiri, Purnama, Madya, Pratama dengan kriteria di bawah ini:
Tabel 2.4 Tingkat Perkembangan Pos UKK Terintegrasi
No. Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Frekuensi
penyuluhan
<4 kali/tahun 4-6
kali/tahun
7-8
kali/tahun
>8 kali/tahun
2 Jumlah kader
<10% jumlah
pekerja
<10%
jumlah
pekerja
≥10%
jumlah
pekerja
≥10% jumlah
pekerja
3 Sarasehan
intervensi
<2 kali/tahun Sarasehan
intervensi
2-3
kali/tahun
≥4
kali/tahun
≥4 kali/tahun
4 Penggunaan APD
<30% jumlah
pekerja
30%-60%
jumlah
pekerja
>60%-80%
jumlah
pekerja
>80% jumlah
pekerja
Keterangan:
1) Pos UKK pratama adalah Pos UKKdengan terpenuhinya dua atau lebih kriteria, yaitu frekuensi penyuluhan <4 kali/tahun, jumlah kader <10% jumlah pekerja, sarasehan intervensi <2 kali/tahun, dan penggunaan APD <30% jumlah pekerja
51
2) Pos UKK madya adalah Pos UKK dengan terpenuhinya dua atau lebih kriteria, yaitu frekuensi penyuluhan 4-6 kali/tahun, jumlah kader <10% jumlah pekerja, sarasehan
intervensi 2-3 kali/tahun, dan penggunaan APD 30%-60% jumlah pekerja. 3) Pos UKK purnama adalah Pos UKK dengan terpenuhinya dua atau lebih kriteria, yaitu
frekuensi penyuluhan 7-8 kali/tahun, jumlah kader ≥10% jumlah pekerja, sarasehan intervensi ≥4 kali/tahun, dan penggunaan APD >60% - 80% jumlah pekerja.
4) Pos UKK mandiri adalah Pos UKK dengan terpenuhinya dua atau lebih kriteria, yaitu frekuensi penyuluhan >8 kali/tahun, jumlah kader ≥10% jumlah pekerja, sarasehan intervensi ≥4 kali/tahun, penggunaan APD >80% jumlah pekerja
Dengan demikian berbagai ukuran keberhasilan upaya kesehatan kerja
di Pos UKK Terintegrasi, mencakup:
1) Ukuran keberhasilan keterjangkauan:
Digunakan standar untuk setiap Pos UKK menjangkau 10-50 kader
pekerja dan setiap Pos UKK dikelola oleh 1-5 kader
2) Ukuran keberhasilan pelayanan:
Jumlah dan jenis kegiatan kesehatan yang dilakukan
3) Ukuran tingkat perkembangan:
Dibagi 4 (empat), yaitu Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri;
serta berdasarkan 3 (tiga) kategori keaktifan (Aktif, Kurang Aktif,
dan Tidak Aktif) untuk setiap komponen (kader, aktivitas pelayanan
kesehatan terintegrasi, sarana Pos UKK, pencatatan dan pelaporan,
dan dana bergulir/jimpitan) sebagaimana terdapat dalam tabel di
atas.
Selain penilaian melalui pembinaan dan penyelenggaraan Pos
UKK Terintegrasi dengan kriteria di atas, dalam melakukan monitoring,
dan evaluasi, petugas kesehatan Puskesmas juga menggunakan formulir
Laporan Bulanan Kesehatan Kerja Puskesmas dengan mengacu pada
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Terpadu (SP2TP) sesuai
dengan formulir yang ditetapkan.
52
3. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Pos UKK Terintegrasi
dilakukan secara manual oleh kader dan petugas kesehatan. Petugas
kesehatan mengambil atau menerima data hasil pencatatan Pos UKK
Terintegrasi dan kader.
Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan Pos UKK Terintegrasi
merupakan sumber data yang penting untuk pemantauan dan penilaian
perkembangan kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Laporan hasil kegiatan
bulanan berisikan laporan tingkat perkembangan Pos UKK Terintegrasi
melalui kegiatan surveilans kesehatan kerja. Selanjutnya dilakukan analisis
secara sistematis dan terus menerus serta diinformasikan kepada
penyelenggara program maupun pihak yang bertanggung jawab dalam
kegiatan Pos UKK Terintegrasi.
4. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan secara tertulis sesuai formulir oleh Kader
Pos UKK Terintegrasi dilakukan melalui mekanisme secara berjenjang.
Alur pencatatan dan pelaporan dimulai dari Pos UKK oleh kader dan
dilanjutkan oleh pengelola program kesehatan kerja di Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan ke Kementerian
Kesehatan (Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga). Untuk
Puskesmas dimana Kabupaten/Kota terdapat BKKM, maka Puskesmas
tersebut juga memberikan pelaporan ke BKKM setempat.
Alur pencatatan dan pelaporan dapat digambarkan sebagai berikut:
53
Gambar 2.3 Alur Pencatatan dan Pelaporan
Sumber: Permenkes 100 tahun 2015 tentang Pos UKK Terintegrasi
Kader Pos UKK mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan dengan
pendampingan atau pembinaan dari petugas/pengelola program kesehatan
kerja Puskesmas, seperti kegiatan survei mawas diri kesehatan kerja
(formulir tempat tinggal), survei mawas diri kesehatan kerja (formulir
tempat kerja), data pekerja binaan, dan pengisian formulir pencatatan
status kesehatan pekerja serta pengisian formulir rujukan jika terdapat
kasus yang perlu dirujuk, baik ke Puskesmas ataupun Rumah Sakit. Data
hasil kegiatan dilaporkan ke Puskesmas, dan selanjutnya dilaporkan secara
berjenjang sampai ke pusat (Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan
Olahraga Kementerian Kesehatan) melalui Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpatu (SP2TP).
Petugas puskesmas melakukan pemantauan tempat kerja di wilayah
kerjanya, mengisi formulir pencatatan status kesehatan pekerja dan
formulir pencatatan status kesehatan kerja di Pos UKK di wilayah
kerjanya, formulir rekapitulasi pelaporan, dan formulir laporan bulanan
kesehatan kerja Puskesmas berdasarkan SP2TP. Data hasil kegiatan
tersebut dilaporkan sesuai formulir yang tersedia secara berjenjang.
54
Puskesmas dengan daerah memiliki BKKM untuk berkoordinasi dalam
kegiatan kesehatan kerja, termasuk pencatatan dan pelaporan.
G. Force Field Analysis
Analisis medan daya (Force Field Analysis) merupakan suatu alat
analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam
mencapai suatu sasaran dalam perubahan dan mengidentifikasikan berbagai
sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah. Force field
analysis (FFA) berguna untuk mempelajari situasi yang memerlukan
perubahan. Hal ini didasarkan pada ide bahwa terdapat dua kekuatan yang
saling berhadapan dalam sebuah usaha perubahan. Kekuatan pertama
mendukung perubahan dan kekuatan kedua menolak perubahan. Analisis
tersebut memberikan tawaran yang bisa dilakukan yaitu memperkuat
kekuatan pendukung dan menetralkan kekuatan yang menolak (Supriyanto,
2007).
FFA dikembangkan oleh Kurt Lewin (1951) dan secara luas digunakan
untuk menginformasikan pengambilan keputusan, terutama dalam
perencanaan dan pelaksanaan program manajemen perubahan dalam
organisasi. Analisis ini adalah metode yang kuat untuk mendapatkan
gambaran yang komprehensif dari kekuatan-kekuatan yang berbeda yang
bekerja pada isu perubahan organisasi yang potensial, serta digunakan pula
untuk menilai sumber dan kekuatan mereka.
55
1. Kegunaan Force Field Analysis
Force field analysis adalah alat yang umum yang digunakan untuk
menganalisis faktor yang ditemukan dalam permasalahan yang kompleks.
Sebagai alat untuk mengelola perubahan, FFA membantu mengidentifikasi
faktor yang harus diatasi dan dipantau jika perubahan diharapkan dapat
meraih kesuksesan. FFA adalah kelanjutan alamiah dari problem tree
analysis yang sering digunakan untuk membantu mengidentifikasi tujuan
suatu perubahan kebijakan. FFA digunakan dan diterapkan untuk
melakukan manajemen perubahan. Perubahan dapat berhasil jika kekuatan
pendorong perubahan lebih besar daripada kekuatan penghambat yang
menolak perubahan.
Sasaran utama FFA dalam upaya mempengaruhi kebijakan adalah
menemukan cara untuk mengurangi kekuatan penghambat sekaligus
mencari peluang untuk mendapat keuntungan dari kekuatan pendorong.
Selama proses diskusi FFA diharapkan muncul debat dan dialog diantara
peserta kelompok. Hal ini merupakan bagian penting dalam FFA, dan
diperlukan waktu untuk membahas isu kunci. Temuan dan gagasan bisa
muncul terkait dengan hal yang terkait dengan kepedulian, masalah dan
solusi. Semua proses perlu dicatat dan ditelaah dan selanjutnya dapat
diadakan konsensus tentang aksi atau tindakan di waktu yang akan datang.
2. Langkah-langkah Pelaksanaan FFA
FFA paling tepat dikerjakan oleh suatu kelompok kecil yang terdiri
dari enam hingga delapan orang, dengan menggunakan flip chart atau
56
overhead transparansi sehingga semua peserta dapat melihat proses
pembahasan yang berlangsung (Start dan Hovland, 2009). Pertama yang
perlu dilakukan dalam FFA adalah menyepakati bidang perubahan yang
akan dibahas. Bidang perubahan ini dapat ditulis sebagai sasaran kebijakan
atau tujuan yang ingin dicapai.
Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam FFA (Supriyanto,
2007):
a. Nyatakan Tujuan
Langkah pertama dalam FFA adalah menyatakan tujuan berjalannya
dari suatu kelompok atau organisasi. Pada langkah ini dilakukan
identifikasi situasi kelompok atau organisasi saat ini.
b. Identifikasi Kekuatan Pendorong dan Penghambat
1) Identifikasi kekuatan pendorong dan penghambat
Identifikasi variabel permasalahan yang ditemukan, kemudian susun
dalam kategori penghambat (H) dan pendorong (D) keberhasilan
program.
2) Identifikasi besar kekuatan
Anggota tim harus bena-rbenar memahami masalah dan kondisi
organisasi maupun pesaing. Hasil dari kekuatan pendorong dan
penghambat menentukan posisi strategis dari organisasi.
c. Analisis Kekuatan dan Pemilihan Kekuatan Kunci
1) Menentukan dampak relatif dan tingkat kemudahan dalam
memecahkan kekuatan penghambat
57
Dampak relatif kekuatan penghambat adalah penjumlahan dampak
kekuatan penghambat dan kekuatan tingkat kemudahan penyelesaian
dibagi dua. Kekuatan tingkat kemudahan ditentukan berdasarkan
administrative feasibility, yang mempertimbangkan aspek
ketenagaan, sarana-prasarana, teknologi, dan anggaran yang dimiliki
untuk menyelesaikan kekuatan penghambat;
2) Menentukan dampak relatif dan tingkat kendali kekuatan pendorong
yang terkendali
Dampak relatif kekuatan pendorong adalah penjumlahan dari
dampak kekuatan pendorong pada keberhasilan program ditambah
kekuatan pengendalian manajemen dibagi dua. Kekuatan tingkat
pengendalian didasarkan pada kemampuan manajemen untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian program;
3) Perkirakan kekuatan relatif pendorong dan penghambat
Langkah ini dimaksudkan untuk menguji dan mencari keterkaitan
antar kekuatan. Keterkaitan tersebut menentukan besar tingkat
keterkaitan kekuatan pendorong dan penghambat dalam
menimbulkan masalah pada suatu program;
4) Pilih kekuatan kunci
Kekuatan kunci ditentukan dari nilai total variabel pendorong dan
penghambat. Kekuatan kunci kemudian dilakukan rangking dan
kemudian disajikan dalam Nominal Group Technique atau sumbang
58
saran atau Focus Group Dynamic untuk menyusun rencana strategi.
Dasar penetapan faktor kekuatan kunci adalah sebagai berikut:
a) Ditentukan oleh tingkat kekuatan relatif yang lebih besar;
b) Bila tingkat kekuatan relatif sama, maka dipilih keterkaitan yang
lebih besar;
c) Apabila keterkaitan sama, maka dipilih mudahnya penyelesaian
atau tingkat kendali yang lebih besar untuk variabel penghambat
dan pendorong;
d) Apabila mudahnya penyelesaian atau tingkat kendali juga sama,
maka dipilih dampak keterkaitan yang lebih besar atau tingkat
kekuatan final. Kekuatan final adalah perkalian dari variabel
kekuatan yang dijadikan perhitungan/pertimbangan;
e) Apabila masih sama juga, maka pengambilan keputusan
dilaksanakan berdasarkan pertimbangan (asumsi) tim dalam
menentukan prioritas.
5) Teliti keterkaitan
Pemilihan kekuatan kunci ditentukan dari nilai total variabel
pendorong dan penghambat. Kemudian dilakukan penentuan
peringkat untuk menyusun rencana strategi.
a. Ciptakan Ide Strategis
Ide strategis dapat diperoleh dengan metode curah pendapat,
NGT, dan FGD. Tim perlu menciptakan ide, gagasan, saran, dan
pertimbangan lain untuk menetapkan langkah selanjutnya yang
59
paling cocok dengan kekuatan kunci. Kriteria yang dipergunakan
untuk memilih ide adalah sumber daya yang dimiliki organisasi,
kelayakan teknis/administratif dalam pelaksanaan dan legalitas;
b. Menyusun Sumber Daya Organisasi
Identifikasi sumber daya yang akan digunakan, yakni SDM,
sarana prasarana, dana, teknologi, dan lain-lain;
c. Merencanakan Kegiatan Operasional
Merencanakan kegiatan adalah mengalokasikan sumber daya
dalam rencana kegiatan;
d. Pengorganisasian dan Pengendalian
Membuat rencana pelaksanaan dan pengawasan serta
pengendalian kegiatan, sehingga penyimpangan bisa dihindari
dan keberhasilan dapat ditentukan. Dalam pelaksanaan kegiatan,
koordinasi dan supervisi memegang peran penting dalam
mencegah terjadinya penyimpangan dalam tujuan yang telah
direncanakan.
60
H. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan input, proses, output.
Dengan berlandaskan pada bagian input yang terdapat 5 M (Man, Money
Material, Method, Machines) yang di dalamnya terdapat syarat pembentukan
Pos UKK Terintegrasi (input), proses pembentukan Pos UKK Terintegrasi
(proses), terbentuknya Pos UKK Terintegrasi (output) berdasarkan
Permenkes 100 tahun 2015 tentang Pos UKK Terintegrasi yang digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Teori
61
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Pikir
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
Proses analisis potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi di wilayah
Puskesmas Jurang Mangu dimulai dengan identifikasi hal yang akan diukur,
terdiri dari syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi berdasarkan pedoman
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Pada bagian input (syarat pembentukan)
terdapat 6 hal utama pembentukan Pos UKK Terintegrasi yang wajib ada
sebelum dilakukan tahap proses pembentukan. Data hasil identifikasi tersebut
akan dianalisis berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku dan teori
terkait. Setelah itu dapat diketahui potensi pembentukan Pos UKK
Terintegrasi yang dilihat dari faktor pendorong dan faktor penghambat di
wilayah Puskesmas Jurang Mangu. Lalu dilakukan proses FFA untuk
62
mengetahui skor faktor pendorong dan skor faktor penghambat potensi
pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada setiap IKM di Jurang Mangu.
Terdapat variabel yang tidak diteliti yaitu variabel regulasi lokal dikarenakan
regulasi lokal mengenai Pos UKK Terintegrasi tidak ada di Jurang Mangu.
63
B. Definisi Istilah
Berikut ini merupakan tabel definisi istilah dari variabel–variabel penelitian :
Tabel 3.1 Definisi Istilah
Variabel Definisi Istilah Metode Instrumen Hasil Ukur
Jenis
Kelompok
Pekerja
Sekumpulan pekerja yang
melakukan proses
kegiatan kerja serupa dengan jumlah lebih dari
10 orang pekerja
- Telaah
Dokumen
- Wawancara
- Dokumen IKM di wilayah
Jurang Mangu
- Pedoman Wawancara
Informasi mengenai banyak dan jenis
kelompok pekerja IKM yang ada di
wilayah Jurang Mangu
Calon Kader
Pos UKK
Terintegrasi
Para pekerja IKM yang
bertempat tinggal di
lokasi setempat, serta
memenuhi kriteria seperti: 1. Dapat membaca &
menulis huruf latin
2. Mau dan mampu bekerja untuk
masyarakat pekerja di
lingkungan secara
sukarela 3. Memiliki kemauan,
kemampuan, dan
pengetahuan tentang kesehatan kerja dan
mendapatkan pelatihan
- FGD
- Wawancara
- Pedoman FGD
- Pedoman Wawancara
Informasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kemauan masyarakat
pekerja menjadi kader Pos UKK,
kemampuan dasar calon kader Pos UKK, dan potensi perekrutan kader Pos UKK
Tempat
Pembentukan
Pos UKK
Terintegrasi
Bangunan atau ruang yang dapat digunakan
sebagai tempat
pelaksanaan kegiatan Pos
- FGD - Observasi
- Wawancara
- Pedoman FGD - Pedoman Observasi
- Pedoman Wawancara
Informasi mengenai bangunan atau ruang yang dapat digunakan sebagai tempat
pelaksanaan kegiatan Pos UKK
Terintegrasi.
64
Variabel Definisi Istilah Metode Instrumen Hasil Ukur
UKK Terintegrasi
Sarana dan
Pos UKK
Terintegrasi
Alat-alat yang dapat
digunakan dalam keperluan kegiatan Pos
UKK Terintegrasi
- FGD
- Observasi - Wawancara
- Pedoman FGD
- Pedoman Observasi - Pedoman Wawancara
Informasi ketersediaan sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk keperluan pembentukan Pos UKK
Terintegrasi
Sumber Dana
Pos UKK
Terintegrasi
Potensi asal uang yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan
pembentukan Pos UKK seperti:
1. Dana dari pemerintah
2. Iuaran
- Wawancara - FGD
- Pedoman Wawancara - Pedoman FGD
Informasi ketersediaan sumber dana potensial untuk pembentukan dan
keberlangsungan Pos UKK Terintegrasi.
Program
Kesehatan
yang
Terintegrasi
Kegiatan kesehatan terencana yang dilakukan
puskesmas yang dapat
diintegrasikan untuk
pembentukan Pos UKK Terintegrasi
- Wawancara - Pedoman Wawancara Informasi program-program kesehatan yang dapat diintegrasikan untuk
pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
Potensi
Pembentukan
Pos UKK
Terintegrasi
Kondisi peluang
terbentuknya Pos UKK Terintegrasi dilihat dari
skor faktor penghambatan
dan skor faktor pendorong
menggunakan Force Field Analysis (FFA)
yang ada pada pemenuhan
syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
- Wawancara
(FFA)
- Pedoman Wawancara Informasi mengenai hal-hal yang dapat
menjadi faktor penghambat dan faktor pendorong dalam pembentukan Pos UKK
Terintegrasi
65
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang secara khusus memberikan
teknik untuk memperoleh informasi yang mendalam dan memiliki
kemungkinan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat (Badriah dan Alkaff,
2013) dengan jenis penelitian yang digunakan merupakan deksriptif. Metode
kualitatif pada penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
melalui wawancara mendalam, observasi, dan FGD. Data sekunder yang
diperoleh melalui telaah dokumen untuk mengetahui potensi pembentukan
Pos UKK Terintegrasi di wilayah kerja Puskesmas Jurang Mangu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Jurang Mangu, Dinas Perindustrian
& Perdagangan, dan tempat pekerja industri kecil menengah (IKM) yang
berada di Jurang Mangu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan semenjak Juni 2016 sampai dengan bulan Februari
2017. Pengambilan data dilakukan pada minggu ke 2 bulan Desember
2016 hingga bulan Februari 2017.
66
C. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari orang
objek atau kegiatan yang mampu mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007). Objek penelitian adalah permasalahan yang akan diteliti yaitu syarat
pembentukan Pos UKK Terintegrasi yang terdiri dari: jenis kelompok
pekerja, calon kader, tempat pembentukan, sarana, sumber dana, serta
program kesehatan yang dapat diintegrasi.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian adalah sumber subjek dari tempat mana data
bisa didapatkan. Adapun jenis sumber data penelitian terbagi menjadi dua
yaitu: data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data
yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh
peneliti yang berikaitan dengan variabel. Sedangkan sumber data sekunder
adalah sumber data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari
sumber yang telah ada (Sugiyono, 2009).
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan informan yaitu
orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi tempat
penelitian (Moleong, 2007). Pemilihan informan pada penelitian ini
ditetapkan secara langsung dengan metode purposive dengan tujuan untuk
syarat-syarat utama pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Pemilihan
informan didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
67
peneliti sendiri berdasarkan tujuan dan masalah penelitian. Selain itu
dalam menentukan jumlah informan penelitian dilakukan pembatasan
hingga peneliti menilai data yang dikumpulkan telah memenuhi syarat
kesesuaian (appropriateness), kecukupan (adequacy) serta tidak terdapat
hal baru yang dapat dikembangkan (saturation). Berikut merupakan
informan dalam penelitian:
a. Informan Utama
Informan utama adalah orang yang mengetahui informasi terkait
objek yang sedang diteliti dan terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini, kriteria informan
utama adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang syarat-
syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi serta terlibat langsung
dalam interaksi sosial pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Informan
utama pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur;
2) Pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat;
3) Pekerja IKM Makanan dan Minuman Jurang Mangu;
4) Pegawai Disperindag;
5) Ketua Kampung IKM Konveksi Jurang Mangu;
6) Kepala Puskesmas Jurang Mangu;
7) Kepala UKM Pengembangan;
68
b. Informan Pendukung
Informan pendukung pada penelitian ini merupakan seseorang yang
dapat memberikan informasi terkait objek penelitian secara struktural.
Dalam penelitian ini, yang menjadi informan pendukung adalah orang
yang mengetahui potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Jurang
Mangu. Informan pendukung pada penelitian ini adalah Kepala Tata
Usaha Puskesmas Jurang Mangu
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah dokumen yang berkaitan dengan
keperluan penelitian. Data yang dimaksud berupa dokumen mengenai
pelaksanaan program pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif oleh Puskesmas Jurang Mangu dan dokumen mengenai IKM
di wilayah Jurang Mangu.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data sebagai salah satu bagian yang penting
dalam suatu penelitian. Di dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan
pada sumber data primer dan sumber data sekunder. Kedua sumber data
tersebut dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik atau metode,
sebagai berikut:
69
1. Metode Pengumpulan Data Primer
Dalam penelitian ini, pengumpulan data primer dilakukan dengan
tiga cara, yaitu wawancara, observasi, dan focused group discussion
(FGD). Berikut adalah penjelasannya:
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti memperoleh informasi secara
lisan dari seseorang yang merupakan sasaran penelitian (informan).
Pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengetahui kelompok
pekerja sejenis, calon kader, sumber dana, tempat pembentukan, sarana,
program kesehatan yang terintegrasi, serta potensi pembentukan Pos
UKK Terintegrasi.
Pada pengumpulan data mengenai skor faktor pendorong dan skor
faktor penghambat potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi,
dilakukan dengan cara wawancara dengan teknik Force Field Analysis
(FFA) kepada pihak Puskesmas Jurang Mangu.
Wawancara ini dilakukan secara langsung oleh peneliti yang
mengacu pada pedoman wawancara yang telah disusun terlebih dahulu
sebelumnya untuk memperoleh informasi yang sebenarnya, aktual dan
akurat. Pedoman wawancara yang telah disusun sifatnya tidak kaku,
maksudnya bahwa pedoman tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut
sesuai dengan situasi dan informasi yang diperoleh oleh peneliti saat
melakukan wawancara. Alat bantu lain yang digunakan yaitu alat
70
perekam berupa smartphone untuk merekam isi wawancara agar tidak
ada informasi yang terlewatkan.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan langsung ke
lokasi penelitian untuk mengetahui tempat pembentukan, sarana Pos
UKK Terintegrasi. Observasi akan dibantu dengan smartphone dan
lembar observasi.
c. Focused Group Discussion (FGD)
FGD merupakan suatu proses pengumpulan data atau informasi
yang sistematis dan terarah mengenai suatu permasalahan atau isu
tertentu melalui diskusi kelompok (Irwanto, 2006). FGD dapat
dilaksanakan untuk mendapatkan data kualitatif yang informannya
berkisar 6-12 orang, diarahkan oleh seorang moderator guna
mengetahui persepsi, pendapat, gagasan dan ide sekelompok orang
mengenai suatu hal (Kresno, 2013). FGD pada dasarnya juga dapat
digunakan dalam berbagai ranah tujuan penelitian (Krueger dan Casey,
2000), misalnya:
1) Pengambilan keputusan;
2) Needs assessment;
3) Pengembangan produk atau program;
4) Mengetahui kepuasan pelanggan.
Pada penelitian ini, FGD digunakan untuk mendapatkan data
mengenai calon kader, sumber dana, tempat pembentukan, sarana Pos
71
UKK Terintegrasi. FGD akan dibantu dengan menggunakan pedoman
FGD dan smartphone. Pedoman FGD digunakan untuk mencatat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan informasi yang didapatkan
saat diskusi berlangsung. Smartphone digunakan untuk merekam
diskusi yang dilakukan.
2. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Pengambilan data pada penelitian ini juga disertai dengan menelaah
dokumen. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
dokumen kelompok pekerja sejenis di Jurang Mangu dan pelaksanaan
program kesehatan oleh Puskesmas Jurang Mangu. Berikut ini adalah data
sekunder yang didapatkan dari telaah dokumen, yaitu:
a. Pengajuan Sertifikasi Halal IKM Makanan & Minuman;
b. Revitalisasi Peralatan IKM Konveksi;
c. Kinerja Puskesmas Jurang Mangu 2016;
d. Struktur Organisasi Puskesmas Jurang Mangu;
e. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini terdapat empat instrumen,
diantaranya:
72
1. Smartphone
Peneliti menggunakan smartphone untuk mendokumentasikan
tempat pembentukan, sarana, serta merekam diskusi dan wawancara yang
dilakukan kepada dengan para informan. Smartphone yang digunakan
terdapat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Smartphone
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada
informan untuk mengetahui gambaran kelompok pekerja sejenis, calon
kader, tempat pembentukan, sarana, sumber dana, program kesehatan,
serta potensi pembentukan Pos UKK. Pedoman wawancara terlampir pada
Lampiran
3. Pedoman FGD
Pedoman FGD berisi mengenai panduan pelaksanaa FGD, daftar
pertanyaan yang ditujukan kepada informan untuk mengetahui gambaran
calon kader, tempat pembentukan, sarana serta sumber dana. Pedoman
FGD terlampir pada Lampiran
73
4. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mencatat
pengamatan yang dilakukan pada tempat pembentukan serta sarana.
Lembar observasi terlampir pada Lampiran
G. Validitas Data
Peneliti akan melakukan validasi terhadap data yang diperoleh untuk
menjaga keabsahan dan keakuratan data dari penelitian yang telah dilakukan.
Di dalam penelitian kualitatif, validasi data dilakukan dengan melakukan
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data (Moleong, 2007). Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber.
1. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan melakukan pengecekan pada
hasil penelitian dengan beberapa metode pengumpulan data lainnya dan
pengecekan pada beberapa sumber data dengan metode yang sama
(Moleong, 2007). Hal ini dilakukan untk memperoleh informasi dengan
metode yang berbeda, yaitu: menelaah dokumen, wawancara mendalam,
FGD, dan observasi. Pengambilan data mengenai Kelompok Pekerja
Sejenis dilakukan dengan metode telaah dokumen dan wawancara. Data
mengenai Calon Kader diambil dengan wawancara mendalam dan
pelaksanaan FGD. Data tentang Sumber Dana diambil dengan wawancara
mendalam dan pelaksanaan FGD. Data Tempat Pembentukan, Sarana
74
diambil dengan metode observasi, wawancara mendalam dan pelaksanaan
FGD. Informasi mengenai Program Kesehatan diambil dengan cara
wawancara mendalam dan telaah dokumen. Tabel Triangulasi Metode
yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Triangulasi Metode
Variabel
Metode Pengumpulan Data
Telaah
Dokumen Wawancara Observasi FGD
Kelompok Pekerja Sejenis √ √ - -
Calon Kader - √ - √
Tempat Pembentukan - √ √ √
Sarana - √ √ √
Sumber Dana - √ - √
Program Kesehatan √ √ - -
Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
- √ - -
Keterangan:
√ = Dilakukan
= Tidak dilakukan
2. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan melakukan
pengecekan kembali informasi dan fakta yang diperoleh melalui sumber
lainnya untuk menggali hal yang sama. Misalnya, membandingkan data
hasil observasi atau pengamatan dengan data hasil wawancara,
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan
(Moleong, 2007). Pada penelitian ini triangulasi sumber yang dilakukan
adalah melakukan wawancara dengan informan yang berbeda atau
dibandingkan dengan hasil pelaksanaan FGD dengan informan yang juga
berbeda. Kelompok Pekerja Sejenis dilakukan wawancara dengan dua
75
informan yaitu pegawai disperindag dan ketua perkumpulan IKM konveksi
Jurang Mangu. Syarat pembentukan kedua yaitu Calon Kader dilakukan
pelaksanaan FGD dengan IKM Konveksi Jurang Mangu Timur, IKM
Konveksi Jurang Mangu Barat dan IKM Makanan dan Minuman Jurang
Mangu serta dilakukan wawancara dengan kepala Puskesmas Jurang
Mangu dan Ketua UKM Pengembangan dan Kepala Seksi Kesehatan
Kerja Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Informasi mengenai sumber
dana, tempat pembentukan, sarana dilakukan wawancara dengan 3
informan serta dilakukan FGD dengan pekerja IKM di Jurang Mangu.
Informasi mengenai program kesehatan dilakukan wawancara dengan 3
informan.
Beberapa data yang telah didapat dari sumber yang berbeda,
dideskripsikan dan dikategorisasikan mana pandangan yang sama dan
berbeda. Kemudian, dianalisis sehingga menjadi suatu kesimpulan. Tabel
Triangulasi Sumber yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam Tabel 4.2, sebagai berikut:
Tabel 4.2 Triangluasi Sumber
Informan Variabel
1 2 3 4 5 6 7
Pegawai Disperindag √
Ketua Perkumpulan IKM Konveksi Jurang Mangu √
Pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur √ √ √ √
Pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat √ √ √ √
Pekerja IKM Makanan dan Minuman Jurang Mangu √ √ √ √ √
Kepala Puskesmas Jurang Mangu √ √ √
Kepala UKM Pengembangan Puskesmas √ √ √
Kepala Tata Usaha Puskesmas √ √ √
Keterangan: 1 = Kelompok Pekerja Sejenis
2 = Calon Kader
76
3 = Tempat Pembentukan
4 = Sarana
5 = Sumber Dana
6 = Program Kesehatan
7 = Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
√ = Dilakukan
- = Tidak dilakukan
H. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan Analisis Data dilakukan dari informasi yang telah
didapatkan pada tahap pengumpulan data penelitian ini. Berikut adalah
penjelasannya:
1. Proses Pengolahan Data
Hasil dari FGD dan wawancara mendalam dicatat dalam catatan
lapangan (field notes). Selanjutnya catatan lapangan dikembangkan dengan
cara melengkapinya dengan informasi yang diperoleh dari rekaman,
kemudian dibuat dalam bentuk transkip. Setelah itu dilakukan pengaturan
data, melakukan coding dan mengkategorikan data. Tahan berikutnya
adalah meringkas data menggunakan matriks, menginterpretasikan data
dan menarik kesimpulan.
2. Proses Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari data dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dokumentasi, dan diskusi FGD dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
77
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2013).
Analisis data kualitatif menurut Moleong (2013) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi potensi pembentukan
Pos UKK Terintegrasi di wilayah Puskesmas Jurang Mangu. Analisis data
yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
Colaizzi, yaitu:
a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran
menyeluruh tentang fenomena yang diteliti yaitu pemetaan potensi
pembentukan Pos UKK Terintegrasi di wilayah Puskesmas Jurang
Mangu;
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir
mengenai pemetaan potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi di
wilayah Puskesmas Jurang Mangu yang meliputi, kelompok pekerja
sejenis, calon kader, tempat pembentukan, sarana, sumber dana dan
program kesehatan yang merupakan syarat pembentukan Pos UKK
Terintegrasi. Data yang dianggap penting kemudian dilakukan
pengkodean data;
78
c. Membaca semua gambaran semua informan secara berulang-ulang dari
fenomena yang dialami informan mengenai syarat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi sampai diperoleh pemahaman yang benar;
d. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan
mengelompokkan kata kunci dari para informan mengenai syarat
pembentukan Pos UKK Terintegrasi;
e. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema
dengan membuat kategori-kategori;
f. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan hasil
analisis;
g. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif;
h. Peneliti mengolah data yang didapatkan dari proses FFA sehingga
diperoleh skor faktor pendorong dan faktor penghambat potensi
pembentukan pada setiap IKM yang ada di Jurang Mangu. Skor
diperoleh dari wawancara FFA dengan pihak Puskesmas Jurang
Mangu;
i. Data tersebut ditanyakan selama validasi, lalu gabungkan sehingga
menjadi gambaran yang lengkap.
79
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Jurang Mangu merupakan kelurahan yang terdiri dari kelurahan Jurang
Mangu Barat dan kelurahan Jurang Mangu Timur. Kedua kelurahan tersebut
termasuk pada kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan Banten.
Memiliki luas masing-masing wilayah seluas 2,60 Km2 dan 2,66 Km
2.
Kelurahan Jurang Mangu Barat dan kelurahan Jurang Mangu Timur
termasuk kedalam wilayah kerja Puskesmas Jurang Mangu. Puskesmas
Jurang Mangu menangani kurang lebih 60.000 jumlah penduduk di wilayah
kerjanya. Sebagian besar penduduknya, yaitu sekitar 40.000 orang merupakan
usia produktif. Puskesmas Jurang Mangu bertanggung jawab memberikan
pelayanan kesehatan terhadap warga di wilayah kerjanya.
Gambar 5.1 Peta Wilayah Puskesmas Jurang Mangu
80
Pada wilayah Jurang Mangu terdapat industri kecil menengah (IKM).
IKM yang terdapat di daerah Jurang Mangu didominasi oleh IKM Konveksi
atau pakaian jadi dan juga beberapa IKM Makanan & Minuman. IKM
Konveksi berjumlah sebanyak kurang lebih 134 IKM. Terdapat pemusatan
IKM Konveksi di Jurang Mangu yang dikenal sebagai kampung konveksi,
sedangkan pada IKM Makanan & Minuman tidak terdapat pemusatan.
B. Gambaran Syarat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
Dalam proses pembentukan Pos UKK Terintegrasi diketahui terdapat
syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pembentukan Pos UKK dapat terjadi.
Syarat-syarat tersebut didapatkan dari Permenkes RI No 100 tahun 2015
tentang Pos UKK Terintegrasi. Syarat pembentukan Pos UKK merupakan
input yang dibutuhkan agar dapat terjadinya proses kegiatan Pos UKK
Terintegrasi. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai syarat pembentukan
Pos UKK Terintegrasi yaitu:
1. Gambaran Jenis Kelompok Pekerja
Jenis kelompok pekerja merupakan sekumpulan pekerja yang
melakukan proses kegiatan kerja serupa dengan jumlah lebih dari 10
orang. Untuk mengetahui informasi kelompok pekerja sejenis apa saja
yang ada di wilayah kelurahan Jurang Mangu dilakukan telaah dokumen
tentang jumlah dan jenis IKM serta wawancara kepada informan dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan.
Pada tahap ini, informasi yang diperoleh melalui wawancara kepada
2 informan dan telaah dokumen. Saat melakukan telaah dokumen beberapa
81
data dan informasi diperoleh dari dokumen-dokumen yang diberikan, yaitu
dokumen pengajuan sertifikasi halal untuk mengetahui IKM Makanan &
Minuman dan dokumen revitalisasi alat konveksi untuk mengetahui IKM
Konveksi. Lalu data dilengkapi dengan melakukan wawancara mengenai
jumlah dan jenis IKM yang ada di kelurahan Jurang Mangu.
a. Gambaran Jumlah Kelompok Pekerja Konveksi
Berdasarkan telaah dokumen pemberian alat konveksi yang
didapatkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (disperindag)
Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa terdapat 134 IKM konveksi
yang termasuk ke dalam wilayah Jurang Mangu. 134 IKM Konveksi
tersebut tersebar sebanyak 86 IKM Konveksi di wilayah Jurang Mangu
Timur dan 48 IKM Konveksi di wilayah Jurang Mangu Barat.
Hal tersebut sejalan dengan wawancara yang dilakukan peneliti,
bahwa terdapat banyak IKM Konveksi yang tersebar pada kelurahan
Jurang Mangu Barat dan Jurang Mangu Timur. Berikut pernyataan dari
pihak staff disperindag yang menyatakan bahwa:
“Jadi kalau di Jurang Mangu itu paling banyak ada IKM konveksi,
sampe ada namanya kampung konveksi. Adanya di Jurang Mangu
Timur yang paling banyak, juga ada beberapa di Jurang Mangu Barat.
Di sana ada sekitar ratusan IKM konveksi.” – (IU 20)
Pernyataan tersebut sejalan dengan wawancara yang dilakukan
peneliti terhadap ketua kampung konveksi, bahwa jumlah IKM
Konveksi yang ada di Jurang Mangu yaitu sekitar 100 lebih. Berikut
adalah kutipannya:
82
“Ada banyak mas pengusaha konveksi di sini, kira-kira seratusan
lebih. Di Jurang Mangu Barat ada, di Jurang Mangu Timur juga ada.
Kayaknya banyakan yang di Timur mas. Jaraknya ga jauh-jauh cuman
ya beda jalan aja tapi tetep satu wilayah” – (IU 21)
Lalu untuk mengetahui berapa banyak jumlah pekerja pada IKM
Konveksi dilakukan wawancara kepada informan. Mereka menyatakan
bahwa setiap IKM Konveksi memiliki pekerja lebih dari 8 orang
pekerja. Berikut kutipannya:
“Setiap IKM ya ada banyak pekerjanya sekitar 8 paling sedikit, ada
juga yang sampe 10.” – (IU 20)
“Masing-masing tempat ya ada yang 7, ada yang 8, kalau yang paling
banyak banget ya 15 pekerjanya.” – (IU21)
b. Gambaran Jumlah Kelompok Pekerja Makanan & Minuman
Berdasarkan telaah dokumen pengajuan sertifikasi halal yang
didapatkan dari Disperindag Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa
terdapat 6 IKM makanan dan minuman yang berada pada kelurahan
Jurang Mangu.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan staff Disperindag
juga diketahui ada beberapa IKM Makanan & Minuman yang
menyatakan bahwa:
“Ya kalau selain IKM konveksi ada juga IKM makanan dan minuman,
sesuai data kita sih yang didata berdasarkan yang ikut pengajuan
sertifikasi halal saja” – (IU 20)
Untuk mengetahui jumlah pekerja pada IKM Makanan & Minuman
dilakukan wawancara dengan informan pemilik tempat kerja IKM
Makanan & Minuman. Sehingga dapat diketahui bahwa pada setiap
83
IKM Makanan & Minuman terdapat 7 hingga 9 orang pekerja. Berikut
kutipannya:
“Di sini sih ada 7 orang yang bantu saya ngelola bisnis ini mas” –
(IU14)
“Pegawai di sini ada 9 orang” -(IU15)
Setelah diuraikan dapat diketahui gambaran jenis kelompok pekerja
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Jurang Mangu yang dirangkum
pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Gambaran Jenis Kelompok Pekerja
No. Komponen
Kelompok Pekerja
Konveksi
Jurang Mangu
Timur
Konveksi
Jurang Mangu
Barat
Makanan &
Minuman
1. Jumlah IKM 86 48 6
2. Jumlah Pekerja setiap IKM 8 8 9
3. Jumlah Pekerja 688 384 54
2. Gambaran Calon Kader Pos UKK Terintegrasi
Calon kader Pos UKK Terintegrasi yang dimaksud merupakan para
pekerja IKM yang bertempat tinggal di kelurahan Jurang Mangu, dapat
membaca & menulis serta merupakan bagian dari kelompok pekerja
sejenis. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai informasi tentang hal-
hal yang berkaitan dengan kemauan masyarakat pekerja menjadi kader Pos
UKK, kemampuan dasar calon kader Pos UKK, dan potensi perekrutan
kader Pos UKK
Informasi diperoleh melalui 2 kelompok FGD yang masing-masing
terdiri dari 6 informan utama pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
dan 7 informan utama IKM Konveksi Jurang Mangu Timur, lalu juga
84
dilakukan wawancara kepada 3 informan utama IKM Makanan &
Minuman. Informasi yang akan ditampilkan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kemauan masyarakat pekerja menjadi kader Pos UKK
Terintegrasi, pengetahuan mengenai kesehatan kerja, tugas kader
kesehatan, dan pelayanan kesehatan kerja. Berikut penjabaran mengenai
kondisi calon kader yang berada pada setiap kelompok IKM di Jurang
Mangu:
a. Gambaran Calon Kader Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi
Jurang Mangu Timur
Hasil FGD yang dilakukan pada kelompok informan IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur diketahui bahwa seluruh informan
mengatakan bahwa kesehatan kerja merupakan kondisi sehat saat
melakukan kegiatan pekerjaannya. Hal ini tertera seperti pada kutipan
berikut:
“Ya bisa jadi itu tentang gimana kita kerja tetep sehat mas. Kadang-
kadang kan kita bisa sakit karena kerjanya kelamaan. Sakit kayak pegel
atau pusing sering banget mas” – IU9
Hasil FGD mengenai pengetahuan tentang kader kesehatan yang
ditanyakan pada kelompok informan IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur diketahui bahwa sebagian besar informan mengatakan kader
kesehatan adalah orang yang mengerti tentang masalah kesehatan.
Namun, sebagian lainnya mengatakan bahwa kader kesehatan
merupakan petugas posyandu. Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Orang yang jarang sakit., yang ngerti tentang kesehatan” – IU7
85
Pada kelompok informan IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
diketahui bahwa seluruh informan mengatakan bahwa kader kesehatan
memiliki tugas yang harus mengerti mengenai obat-obatan. Hal ini
tertera pada kutipan berikut:
“Kerjaannya susah karena tentang kesehatan mas. Kan mesti ngerti
obat-obatan” – IU11
Diketahui dari FGD yang dilaksanakan pada kelompok informan
IKM Konveksi Jurang Mangu Timur bahwa seluruh informan
mengatakan bahwa keberadaan kader kesehatan kerja merupakan
kepentingan jika dikaitkan tugasnya seperti kader posyandu. Hal ini
tertera pada kutipan berikut:
“Ibu-ibu posyandu ya emang harus ada mas, tapi kalo kader kesehatan
kerja buat para pekerjanya juga mestinya ada kali mas. Pekerja kan
bisa sakit juga jadi mesti ada yang ngurusin” – IU9
Pada kelompok informan IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
diketahui bahwa seluruh informan mengatakan bahwa pelayanan
kesehatan kerja bagi pekerja merupakan suatu hal yang penting. Hal ini
tertera pada kutipan berikut:
“Menurut saya ni ya mas perhatian pemerintah kurang ke pekerja
konveksi sini kalau tentang kesehatannya, soalnya ya yang diperhatiin
hal lain kayak ibu-ibu hamil aja. Padahal kita pekerjanya kan yang
cari uang buat keluarga kalau ga sehat pas kerja ya pendapatan kita
kurang mas” – IU9
Pada kelompok informan IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
diketahui bahwa seluruh informan mengatakan bahwa mereka tidak
86
mengerti tugas dari kader kesehatan kerja dan kurang paham mengenai
kesehatan. Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Waduh kalau ditawarin gitu saya bingung mas gimana nanti cara jadi
kader kesehatan kerja, ga ngerti mas. Saya juga ga banyak kan mas
waktunya buat ngerjain itu” – IU7
b. Gambaran Calon Kader Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi
Jurang Mangu Barat
Hasil FGD kelompok informan IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat mengenai pengetahuan mereka tentang kesehatan kerja adalah
keadaan sehat saat bekerja atau tidak sakit saat melakukan kegiatan
kerja. Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Kerja pas lagi sehat mas. Ga sakit badan” – IU1
Pada kelompok informan IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
diketahui bahwa sebagaian besar informan mengatakan bahwa kader
kesehatan merupakan orang yang ada di puskesmas. Sebagian lainnya
mengetakan bahwa kader kesehatan merupakan petugas posyandu. Hal
ini tertera pada kutipan berikut:
“Kader kesehatan orang yang tau tentang kesehatan, suka bantu-bantu
di puskesmas. Bantu orang-orang yang ada di puskesmas” – IU2
Hasil FGD tentang persepsi pekerjaan seorang kader kesehatan
yang ditanyakan kepada kelompok informan IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat diketahui bahwa seluruh informan mengatakan tugas
seorang kader kesehatan adalah menolong orang yang sakit menjadi
sehat, dan dipandang sebagai pekerjaan yang baik. Hal ini tertera pada
kutipan berikut:
87
“Ya pekerjaan yang baik dan bagus lah mas kalau tentang kesehatan.
Kan itu baik kalau bisa bantu orang sakit jadi sehat” – IU1
Hasil FGD tentang pentingnya keberadaan seorang kader kesehatan
kerja yang ditanyakan kepada kelompok informan IKM Konveksi
Jurang Mangu Barat diketahui bahwa seluruh informan mengatakan hal
yang serupa tentang penting adanya kader kesehatan kerja. Hal ini
tertera pada kutipan berikut:
“Perlu sih mas. Ya sama aja sih mas kayak yang Pak Nur bilang tadi.
Kita mesti sehat biar kerjaannya cepet selesai” – IU6
Hasil FGD tentang pentingnya pelayanan kesehatan kerja bagi
pekerja yang ditanyakan kepada kelompok informan IKM Konveksi
Jurang Mangu Barat diketahui bahwa seluruh informan mengatakan hal
yang serupa tentang pentingnya pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja.
Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Kalau kesehatan buat pekerja ya perlu mas. Kerja pas sakit tuh ga
enak mas. Banyak salahnya nanti orderan kita ga selesai-selesai. Kalau
pas sehat kan bisa cepet selesai kerjanya jadi ga ngulang ngulang” –
IU3
Hasil FGD tentang keinginan pekerja menjadi kader kesehatan
kerja kepada kelompok informan IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
diketahui bahwa seluruh informan mengatakan hal yang serupa yaitu
mereka kurang mengerti tugas dari kader kesehatan kerja dan beberapa
juga ada yang mengatakan bahwa waktu merupakan salah satu kendala
menjadi kader kesehatan kerja. Hal ini tertera pada kutipan berikut:
88
“Saya ga bisa mas ga ngerti juga gimana yang dilakuin kader
kesehatan itu. Ya saya kan juga kerja mas ini di konveksi baju jadi ga
bisa mas” – IU1
c. Gambaran Calon Kader Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan &
Minuman
Hasil yang didapatkan saat melakukan wawancara kepada IKM
Makanan & Minuman mengenai pengetahuan mereka tentang kesehatan
kerja juga serupa. Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Hmm mungkin maksudnya kesehatan saat bekerja? Iya kira-kira
begitu kali ya.. Kesehatan saat kita bekerja mesti dalam keadaan sehat.
Badan kita sedang tidak sakit” – IU14
Hasil yang didapatkan berdasarkan wawancara kepada informan
dari IKM Makanan & Minuman diketahui bahwa seluruh informan
mengatakan bahwa kader kesehatan merupakan ibu-ibu petugas
posyandu. Hal ini tertara pada kutipan berikut:
“Kalo kader kesehatan ya ibu-ibu yang tugas di posyandu kan mas.
Biasanya suka bantu ngukur berat badan atau tinggi badan. Atau bagi-
bagiin obat. Bulan lalu sih ya dapet obat apa tuh yang biar kakinya ga
jadi gede mas” – IU14
Hasil yang didapatkan berdasarkan wawancara dengan kepada
informan IKM Makanan & Minuman diketahui bahwa tugas seorang
kader kesehatan adalah menimbang berat badan dan membagikan obat.
Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Kerjaan kader kesehatan ya ngadain penimbangan berat badan dan
tinggi badan. Sama ngasihin obat. Saya bulan lalu dapet obat kaki
gajah” – IU15
89
Hasil yang didapatkan berdasarkan wawancara dengan kepada
informan IKM Makanan & Minuman diketahui bahwa keberadaan
kader kader kesehatan kerja cukup diharapkan karena pekerja juga
memerlukan perhatian untuk menjaga kesehatan. Hal ini tertera pada
kutipan berikut:
“Di sini belum kayaknya ada ya kalau buat yang meriksa kesehatan
buat pekerja dan kayaknya sih penting juga” – IU16
Hasil yang didapatkan berdasarkan wawancara dengan kepada
informan IKM Makanan & Minuman diketahui bahwa pelayanan
kesehatan kerja bagi pekerja penting karena setiap orang dapat sakit.
Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Ya kalau pengobatan harus buat semua orang mas. Pekerja juga perlu
karena pas kerja kan bisa gampang sakit mas” – IU14
Hasil yang didapatkan berdasarkan wawancara dengan kepada
informan IKM Makanan & Minuman diketahui bahwa ada beberapa
informan masih bingung mengenai tugas dari kader kesehatan kerja.
Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Kalau saya bisa dan ada waktu sih boleh aja. Tapi sayangnya ga
ngerti gimana caranya, juga waktu saya biasa di sini ada tempat kerja
sama di rumah ngurus anak” – IU16
Dari penjabaran yang telah dilakukan pada bagian ini dapat
diketahui mengenenai keadaan calon kader Pos UKK Terintegrasi dari
3 wilayah yang dapat dirangkum pada Tabel 5.2:
90
Tabel 5.2 Calon Kader Pos UKK Terintegrasi
No. Komponen
Calon Kader Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi
Jurang Mangu
Timur
IKM Konveksi
Jurang Mangu
Barat
IKM Makanan &
Minuman
1
Pengetahuan
Mengenai
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja
merupakan keadaan
sehat saat
melakukan kegiatan
kerja
Kesehatan kerja
adalah kerja saat
sedang sehat tidak
dalam keadaan
sakit
Kesehatan kerja adalah
tidak sakit saat
melakukan kegiatan
kerja
2
Pengetahuan
Mengenai Kader
Kesehatan
Kader kesehatan
merupakan petugas
posyandu atau
orang yang paham
tentang kesehatan
Kader kesehatan
adalah orang yang
berada di
puskesmas atau
pelaksana kegiatan
posyandu
Kader kesehatan
merupakan ibu-ibu
posyandu
3
Pendapat
Mengenai Kader
Kesehatan
Kader kesehatan
memiliki tugas
yang rumit karena
harus berhubungan
dengan obat-obatan
Kader kesehatan
memiliki tugas
yang baik untuk
dapat menolong
orang yang sakit
menjadi sehat.
Kader kesehatan
memiliki kegiatan
penimbangan berat
badan dan
pendistribusian obat
4
Pendapat
Mengenai
Pelayanan
Kesehatan Kerja
Pelayanan
kesehatan kerja
dianggap sebagai
suatu hal yang
penting agar bisa
selalu sehat saat
melakukan kegiatan
kerja
Pelayanan
kesehatan kerja
merupakan suatu
keperluan agar bisa
tetap bekerja secara
sehat
Pelayanan kesehatan
kerja merupakan
pengobatan penting
untuk semua orang
5
Pendapat
Mengenai
Pemberian
Tanggung
Jawab sebagai
Kader
Kesehatan Kerja
Pekerja menolak
diberikan tanggung
jawab sebagai
kader kesehatan
kerja karena tidak
mengerti
pekerjaannya dan
kekurangan waktu
untuk melakukan
hal tersebut
Pekerja tidak
mengerti tugas dari
kader kesehatan
kerja dan beberapa
pekerja juga
mengatakan waktu
merupakan kendala
jika akan menjadi
kader kesehatan
kerja
Kendala waktu dan
kurang nya
pemahaman mengenai
kader kesehatan kerja
menjadi hal penolakan
91
3. Gambaran Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
Tempat pembentukan Pos UKK Terintegrasi adalah bangunan atau
ruang yang dapat dimanfaat untuk pelaksanaan kegiatan Pos UKK
Terintegrasi. Pada bagian ini akan dideskripsikan informasi mengenai
tempat yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan Pos UKK
Terintegrasi. Informasi didapatkan dari hasil FGD dengan para pekerja dan
juga observasi.
a. Gambaran Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur
Hasil yang didapatkan berdasarkan FGD dengan para pekerja IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur dapat diketahui bahwa ada tempat yang
dapat dimanfaatkan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan Pos UKK
Terintegrasi yaitu di ruang kosong yang ada di rumah pak RW. Berikut
adalah pernyataan dari pak RW:
“Kalau ada kegiatan warga ya bisa dilaksanain di halaman rumah,
kalau perlu ruangan ada ruangan kosong ga begitu besar sih tapi
biasanya warga kalau mau naruh barang titipan di situ” – IU 11
Setelah meninjau tempat kediaman pak RW memiliki halaman dan
ruangan untuk mengadakan kegiatan berikut gambar halaman dan
ruangan untuk pengadaan kegiatan Pos UKK Terintegrasi IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur.
92
Gambar 5.2 Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi
Jurang Mangu Timur
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa halaman Pak
RW cukup luas untuk diadakan kegiatan Pos UKK Terintegrasi yaitu
seperti penimbangan berat badan.
b. Gambaran Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM
Konveksi Jurang Mangu Barat
Berdasarkan FGD dengan para pekerja IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat dapat diketahui bahwa tidak terdapat tempat yang dapat
dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan Pos UKK Terintegrasi,
berikut merupakan kutipan mengenai yang didapat saat pelaksanaan
FGD:
“Ga bisa dipake mas halaman rumah saya buat kegiatan ga begitu
luas, kalau ruangan kosong ga dipake palingan barang-barang kiriman
ditaro di situ jadi susah buat dijadiin tempat kegiatan” – IU3
93
c. Gambaran Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM
Makanan & Minuman
Informasi mengenai tempat pembentukan Pos UKK Terintegrasi
IKM Makanan & Minuman didapatkan berdasarkan wawancara dan
observasi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada
yang berkeinginan untuk memberikan tempatnya untuk dimanfaatkan
sebagai tempat pelaksanaan kegiatan Pos UKK. Berikut kutipannya:
“Wah tempat saya jangan deh mas kan saya perlu buat menaruh
kendaraan kalau dipakai buat pelaksanaan kegiatan mau ditaro
dimana kendaraan saya nanti”
4. Gambaran Sarana Pos UKK Terintegrasi
Pada bagian ini akan dipaparkan informasi mengenai gambaran
ketersediaan sarana Pos UKK Terintegrasi yang didapat melalui FGD
dengan pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur dan pekerja IKM
Konveksi Jurang Mangu Barat. Wawancara dilakukan dengan pekerja
IKM Makanan & Minuman. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui
keberadaan sarana dan prasarana yang dapat digunakan dalam
pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
a. Gambaran Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Timur
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada daerah tempat
kerja pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur, diperoleh gambaran
mengenai sarana yang dapat digunakan untuk kegiatan Pos UKK
Terintegrasi. Sarana Pos UKK Terintegrasi yang tersedia di IKM
94
Konveksi Jurang Mangu Timur adalah meja, kursi, timbangan badan,
alat ukur tinggi badan, alat ukur lingkar perut, lampu senter, kotak P3K,
alat tulis dan buku pencatatan. Sedangkan untuk tensimeter digital,
media KIE, contoh APD sesuai jenis pekerjaan dan buku panduan
pelaksanaan Pos UKK Terintegrasi belum tersedia. Berikut hasil
observasi sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur:
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 5.3 (a), (b), (c), (d), (e), (f) Sarana Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
Tersedia meja dan kursi dalam keadaan layak yang dapat
digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Terdapat
95
3 meja dan 5 kursi yang dapat digunakan. Hasil observasi ini didukung
oleh pernyataan salah satu peserta FGD. Berikut kutipannya:
“Ada meja kursi lebih yg ga dipake, kalau ada yang mau minjam ya
boleh. Kalau mau dipake buat kegiatan ya dibawa aja yang penting
warga yang pake tanggungjawab jangan dirusakin” – IU11
Terdapat sebuah alat timbangan berat dan tinggi badan dalam
keadaan baikyang dapat digunakan. Hasil observasi ini didukung oleh
pernyataan salah satu peserta FGD. Berikut kutipannya:
“Saya punya satu alat timbangan yang ga kepake. Masih bisa dipake
cuman di rumah jadi pajangan doang” – IU11
Meteran dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur lingkar
perut. Para pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur memiliki
banyak meteran. Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan peserta
FGD. Berikut kutipannya:
“Kalau ngukur lingkar perut ya biasanya pake meteran. Ada banyak
meteran, masa tukang jahit ga punya meteran” – IU12
Terdapat lampu senter yang masih berfungsi dan dapat digunakan
untuk keperluan kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Hasil observasi ini
didukung oleh pernyataan peserta FGD. Berikut kutipannya:
“Saya punya senter yang jarang dipake, ya palingan buat pas mati
lampu aja, masih bisa nyala kok” – IU12
Terdapat kotak PK3 dan beberapa obat bebas yang ada di
dalamnya. Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan peserta FGD.
Berikut kutipannya:
“Kotak PK3 ada. Kalau isinya ya obat-obatan biasa aja mas. Ga
pernah saya isi lagi obat-obatannya ya yang dipake aja” – IU11
96
Terdapat buku pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan.
Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan peserta FGD. Berikut
kutipannya:
“Buku catatan dan pelaporan ya punya. Saya ada stoknya kalau perlu
bilang aja mas buat kegiatan warga gpp” – IU11
b. Gambaran Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada daerah tempat
kerja pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat, diperoleh gambaran
mengenai sarana yang dapat digunakan untuk kegiatan Pos UKK
Terintegrasi. Sarana Pos UKK Terintegrasi yang tersedia di IKM
Konveksi Jurang Mangu Barat adalah meja, kursi, timbangan badan,
alat ukur lingkar perut, lampu senter, alat tulis dan buku pencatatan.
Sedangkan untuk tensimeter digital, alat ukur tinggi badan, kotak PK3,
media KIE, contoh APD sesuai jenis pekerjaan dan buku panduan
pelaksanaan Pos UKK Terintegrasi belum tersedia. Berikut hasil
observasi sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat:
97
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 5.4 (a), (b), (c), (d), (e), (f) Sarana Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
Tersedia meja dan kursi dalam keadaan layak yang dapat
digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Terdapat
2 meja dan 4 kursi yang dapat digunakan. Hasil observasi ini didukung
oleh pernyataan salah satu peserta FGD. Berikut kutipannya:
“Meja kayu dan kursi yang ga kepake dirumah saya boleh dipake buat
kegiatan, ada di rumah masih bisa dipinjemin kalau ada yang butuh” –
IU4
98
Terdapat sebuah alat timbangan berat badan dalam keadaan baik
yang dapat digunakan. Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan
salah satu peserta FGD. Berikut kutipannya:
“Ada satu alat timbangan berat badan yang ga kepake. Bisa dipake
kalau perlu buat kegiatan” – IU5
Meteran dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur lingkar
perut. Para pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat memiliki
banyak meteran. Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan peserta
FGD. Berikut kutipannya:
“Biasanya pake meteran mas, buat ngukur lingkar perut ya sehari-hari
pake meteran” – IU4
Terdapat lampu senter yang masih berfungsi dan dapat digunakan
untuk keperluan kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Hasil observasi ini
didukung oleh pernyataan peserta FGD. Berikut kutipannya:
“Ada senter kalau mau dipake cuman mungkin baterainya udah abis
mesti diganti” – IU4
Terdapat buku pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan.
Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan peserta FGD. Berikut
kutipannya:
“Buat nyatet ya ada buku catetan saya punya beberapa bisa buat nyatet
banyak hal mas” – IU4
c. Gambaran Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan &
Minuman
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada daerah tempat
kerja pekerja IKM Makanan & Minuman, diperoleh gambaran
mengenai sarana yang dapat digunakan untuk kegiatan Pos UKK
99
Terintegrasi. Sarana Pos UKK Terintegrasi yang tersedia di IKM
Makanan & Minuman adalah meja, kursi, lampu senter, timbangan
badan, alat tulis dan buku pencatatan. Sedangkan untuk, alat ukur tinggi
badan, alat ukur lingkar perut, tensimeter digital, kotak PK3, media
KIE, contoh APD sesuai jenis pekerjaan dan buku panduan pelaksanaan
Pos UKK Terintegrasi belum tersedia. Berikut hasil observasi sarana
Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan & Minuman:
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5.5 (a), (b), (c), (d) Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM
Makanan & Minuman
Tersedia meja dan kursi dalam keadaan layak yang dapat
digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Terdapat
1 meja dan 2 kursi yang dapat digunakan. Hasil observasi ini didukung
oleh pernyataan dari informan wawancara. Berikut kutipannya:
100
“Ya sebagian besar meja dan kursi ya kepake mas buat duduk duduk
atau bikin adonan kan tapi ada yang berlebih itu kalau buat dipinjemin
bisa” – IU16
Terdapat sebuah alat timbangan berat badan dalam keadaan baik
yang dapat digunakan. Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan
dari informan wawancara. Berikut kutipannya:
“Kalau mau pinjam alat berat badan boleh asal jangan sampe rusak
sama dikembalikan ya” – IU16
Terdapat lampu senter yang masih berfungsi dan dapat digunakan
untuk keperluan kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Hasil observasi ini
didukung oleh pernyataan informan wawancara. Berikut kutipannya:
“Ada senter kalau mau dipake cuman mungkin baterainya udah abis
mesti diganti” – IU14
Terdapat buku pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan.
Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan informan wawancara.
Berikut kutipannya:
“Buat nyatet ya ada buku catetan saya punya beberapa bisa buat nyatet
banyak hal mas” – IU14
Berdasarkan penjabaran di atas dapat diketahui bahwa sarana yang
ada dan siap digunakan untuk kegiatan Pos UKK Terintegrasi dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 5.3 Sarana Pos UKK Terintegrasi
No
Sarana Pos UKK
Terintegrasi
(Permenkes 100
tahun 2015)
Ketersediaan Sarana Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi
Jurang Mangu
Timur
IKM Konveksi
Jurang Mangu
Barat
IKM Makanan &
Minuman
1 Meja & kursi
Terdapat 3 meja
dan 5 kursi yang
dapat digunakan
Terdapat 2 meja
dan 4 kursi yang
dapat digunakan
Tersedia 1 meja
dan 2 kursi yang
dapat digunakan
101
No
Sarana Pos UKK
Terintegrasi
(Permenkes 100
tahun 2015)
Ketersediaan Sarana Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi
Jurang Mangu
Timur
IKM Konveksi
Jurang Mangu
Barat
IKM Makanan &
Minuman
untuk kegiatan untuk kegiatan untuk kegiatan
2 Timbangan badan
Terdapat 1 buah
timbangan badan
yang dapat
digunakan
Terdapat 1 buah
timbangan badan
yang dapat
digunakan
Terdapat 1 buah
timbangan badan
yang dapat
digunakan
3 Alat ukur tinggi
badan
Terdapat 1 buah
alat ukur tinggi
badan yang dapat
digunakan
Tidak terdapat alat
ukur tinggi badan
Tidak terdapat
alat ukur tinggi
badan
4 Tensimeter digital Tidak terdapat
tensimeter digital
Tidak terdapat
tensimeter digital
Tidak terdapat
tensimeter digital
5 Alat ukur lingkar
perut
Terdapat meteran
yang dapat
digunakan untuk
alat ukur lingkar
perut
Terdapat meteran
yang dapat
digunakan untuk
alat ukur lingkar
perut
Tidak terdapat
alat ukur lingkar
perut
6 Lampu senter
Terdapat lampu
senter yang dapat
digunakan
Terdapat lampu
senter yang dapat
digunakan
Terdapat lampu
senter yang dapat
digunakan
7 Kotak P3K dan
isinya
Terdapat kotak
P3K dan isinya
namun tidak
lengkap
Tidak terdapat
kotak P3K dan
isinya
Tidak terdapat
kotak P3K dan
isinya
8 Media KIE Tidak terdapat
media KIE
Tidak terdapat
media KIE
Tidak terdapat
media KIE
9 Alat tulis dan buku
pencatatan
Terdapat alat tulis
dan buku
pencatatan yang
dapat digunakan
Terdapat alat tulis
dan buku
pencatatan yang
dapat digunakan
Terdapat alat
tulis dan buku
pencatatan yang
dapat digunakan
10 Contoh APD sesuai
jenis pekerjaan
Tidak terdapat
APD sesuai jenis
pekerjaan
Tidak terdapat
APD sesuai jenis
pekerjaan
Tidak terdapat
APD sesuai jenis
pekerjaan
Dapat diketahui dari tabel tersebut ketersediaan sarana Pos UKK
Terintegrasi dari masing-masing calon tempat pembentukan. Pada IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur terdapat 7 sarana yang telah tersedia
102
untuk pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Sedangkan pada IKM
Konveksi Jurang Mangu Barat terdapat 5 sarana yang telah tersedia
untuk pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Sementara pada IKM
Makanan & Minuman terdapat hanya 4 sarana yang telah tersedia untuk
pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
5. Gambaran Sumber Dana Pos UKK Terintegrasi
Pada bagian ini akan dipaparkan informasi mengenai gambaran
ketersediaan sumber dana pos UKK Terintegrasi. Data diperoleh dari
melakukan wawancara mendalam dengan informan utama dan informan
pendukung di puskesmas Jurang Mangu serta dilakukan FGD pada
kelompok pekerja IKM konveksi Jurang Mangu, dan juga wawancara
dengan pekerja IKM makanan dan minuman.
Hasil yang diperoleh dari wawancara dengan informan utama dan
informan pendukung di puskesmas Jurang Mangu untuk mengetahui
sumber dana dari pemerintah untuk kegiatan UKBM (Pos UKK
Terintegrasi) diketahui bahwa tidak ada dana khusus untuk kegiatan
UKBM, namun pada penggunaan dana kapitasi memang diperuntukan
untuk kegiatan kesehatan seperti penyuluhan dan pengobatan. Hal ini
tertera pada kutipan berikut:
“Tidak ada alokasi khusus untuk UKBM yang ada adalah kegiatan yang
dilaksanakan oleh UKBM tersebut” – IU17
103
a. Gambaran Sumber Dana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi
Jurang Mangu Timur
Berdasarkan dari hasil FGD dengan IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur diketahui bahwa pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
keberatan jika diadakan iuran untuk kegiatan kesehatan kerja. Mereka
berpendapat bahwa kegiatan kesehatan seharusnya gratis disediakan
oleh pemerintah. Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Susah cari uang sekarang. Buat kegiatan kesehatan yang gratis aja” –
IU11
b. Gambaran Sumber Dana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi
Jurang Mangu Barat
Berdasarkan dari hasil FGD dengan IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat diketahui bahwa pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
tidak ingin melakuklan iuran untuk kegiatan kesehatan kerja. Kegiatan
kesehatan sekarang sudah menjadi tanggungan pemerintah. Iuran
kesehatan kerja dirasa hanya akan menambah tanggungan para pekerja.
Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Iuran udah banyak iuran mas, iuran keamanan, iuran kebersihan,
kalau ditambah iuran kesehatan ya duit kita bakal abis buat iuran
doang mas” – IU4
c. Gambaran Sumber Dana Pos UKK Terintegras IKM Makanan &
Minuman
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan IKM Makanan &
Minuman diketahui bahwa pekerja IKM Makanan & Minuman tidak
ingin adanya iuran untuk kegiatan kesehatan kerja. Kegiatan kesehatan
104
seharusnya mendapatkan dana dari pemerintah karena masyarakat
sudah membayar pajak. Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Iuran buat kegiatan apa mas? .... Buat kegiatan kesehatan mah yang
gratis-gratis aja mas. Jalan-jalan sore aja kan udah olah raga mas biar
sehat” – IU17
6. Gambaran Program Kesehatan yang Terintegrasi
Pada bagian ini akan ditampilkan informasi mengenai program
kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas Jurang Mangu dan dapat
diintegrasikan dengan kegiatan Pos UKK Terintegrasi yang diperuntukan
untuk pekerja. Informasi yang ada berasal dari wawancara dengan
informan utama dan informan pendukung serta telaah dokumen. Program
kesehatan yang dapat diintegrasikan berdasarkan dari Permenkes 100
tahun 2015 yng terdiri dari kegiatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
a. Gambaran Kegiatan Promotif Puskesmas Jurang Mangu
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan wawancara dengan informan
utama dan informan pendukung mengenai program promotif yang dapat
diintegrasikan untuk kesehatan kerja para pekerja dapat diketahui
bahwa terdapat konseling gizi, penyuluhan PHBS, pengukuran berat
dan tinggi badan yang memungkinkan untuk dapat diintegrasikan. Hal
ini tertera pada kutipan berikut:
“Ada konseling gizi, konseling ASI, PHBS, senam bersama,
pengukuran berat dan tinggi badan, dsbnya bisa diliat di program kerja
kita... Bisa saja karena kegiatan yang dilakukan tidak terbatas pada
spesifik warga, asalkan masih termasuk wilayah puskesmas Jurang
105
Mangu ya masih mendapatkan kegiatan promotif yang diberikan” –
IU17
Pernyataan tersebeut juga didukung oleh informan pendukung yang
mengatakan bahwa terdapat penyuluhan sebagai bentuk kegiatan
program promotif. Berikut kutipannya:
“Penyuluhan menyusui, PHBS sama apa lagi ya tentang kasih tau info
kesehatan ke masyarakat.... Bisa aja kan ngelakuinnya ke semua
warga” – IP2
Telaah dokumen juga dilakukan untuk mengetahui kegiatan-
kegiatan promotif yang dilakukan oleh puskesmas Jurang Mangu.
Kinerja Puskesmas Jurang Mangu merupakan dokumen yang ditelaah
untuk mengetahui kegiatan promotif yang dilaksanakan. Dapat
diketahui bahwa kegiatan promotif seperti penyuluhan PHBS sudah
dilakukan, penimbangan tinggi serta berat badan, sertapencatatan dan
pelaporan juga sudah dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang Mangu.
Pada tabel ini akan disajikan perbandingan dari jenis kegiatan
promotif Pos UKK Terintegrasi yang harus dilakukan menurut
Permenkes 100 tahun 2015 dengan kegiatan promotif yang telah
dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu yang diperoleh dari hasil
wawancara dan telaah dokumen. Berikut adalah tabel kegiatan promotif
yang dilakukan:
106
Tabel 5.4 Kegiatan Promotif Puskesmas Jurang Mangu
No
Kegiatan Promotif
Pos UKK
Terintegrasi
berdasarkan
Permenkes 100
tahun 2015
Implementasi Kegiatan Promotif oleh
Puskesmas Jurang Mangu Keterangan
1
Penyuluhan
konseling kesehatan
kerja
Penyuluhan konseling kesehatan kerja belum
dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang Mangu
Sudah
dilaksanakan
2 Penyuluhan penyakit
tidak menular
Penyuluhan mengenai penyakit tidak menular
belum dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang
Mangu
Belum
dilaksanakan
3 Penyuluhan penyakit
menular
Penyuluhan penyakit menular dilakukan berupa
penyuluhan mengenai TB Paru, Malaria, Kusta,
Imunisasi, Diare, ISPA, DBD, PMS, HIV/AIDS.
Penyuluhan dilakukan dengan bantuan media
seperti poster atau presentasi. Dilakukan oleh
petugas puskesmas di puskesmas Jurang Mangu.
Dengan sasaran warga Jurang Mangu.
Dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan
puskesmas Jurang Mangu atau ketika ada intruksi
dari dinas kesehatan atau kepala puskesmas
Sudah
dilaksanakan
4 Penyuluhan gizi
Penyuluhan gizi sudah dilakukan kepada ibu-ibu
ataupun ibu hamil tentang bagaimana menjaga
pola makan yang baik pada tahap kembang anak.
Dilakukan oleh petugas puskesmas dengan
beberapa kader posyandu. Biasanya dilakukan
sebulan sekali sekaligus pelaksanaan posyandu.
Sudah
dilaksanakan
5 Penyuluhan
kesehatan jiwa
Penyuluhan kesehatan jiwa belum dilakukan.
Kesehatan jiwa baru dilakukan pada tahap
intervensi yang biasanya dilakukan pada
posyandu lansia
Belum
dilaksanakan
6
Penyuluhan
kesehatan reproduksi
dan menyusui/ASI
Penyuluhan kesehatan reproduksi dan
menyusui/ASI serta kesehatan ibu sudah
dilaksanakan dalam kegiatan oleh UKBM
Posyandu yang dilaksanakan sebulan sekali
Sudah dilaksanakan
7 Penyuluhan
kesehatan ibu
Penyuluhan kesehatan ibu telah dilakukan saat
pelaksanaan Posyandu dilakukan oleh kader
posyandu dan petugas dari puskesmas.
Dilaksanakan sebulan sekali
Sudah
dilaksanakan
8 Penyuluhan
kesehatan
Penyuluhan kesehatan lingkungan (PHBS)
dilakukan berupa kampanye PHBS yang telah
Sudah dilaksanakan
107
No
Kegiatan Promotif
Pos UKK
Terintegrasi
berdasarkan
Permenkes 100
tahun 2015
Implementasi Kegiatan Promotif oleh
Puskesmas Jurang Mangu Keterangan
lingkungan (PHBS) dilaksanakan pada 8 tempat kerja. Diberitahukan
cara untuk mencuci tangan dengan baik sebelum
mengkonsumsi makanan dan minuman serta
untuk menjaga tempat kerja dari sampah yang
tidak diperlukan. Dilakukan oleh petugas
puskesmas. Dilaksanakan sesuai jadwal yang
ditentukan
9 Penyuluhan
kesehatan olah raga
Penyuluhan kesehatan olah raga belum
dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang Mangu
Belum dilaksanakan
10
Penyebarluasan
informasi kesehatan
kerja melalui media
KIE
Belum dilaksanakan penyerbarluasan informasi
kesehatan kerja melalui media KIE oleh
Puskesmas Jurang Mangu
Belum
dilaksanakan
11
Penyebarluasan
informasi penyakit
tidak menular
melalui media KIE
Belum dilaksanakan penyebarluasan informasi
penyakit tidak menular melalui media KIE oleh
Puskesmas Jurang Mangu
Belum
dilaksanakan
12
Penyerbarluasan
informasi penyakit
menular melalui
media KIE
Penyebarluasan informasi mengenai penyakit
menular melalui media KIE telah dilaksanakan
oleh Puskesmas Jurang Mangu. Media KIE yang
digunakan adalah poster mengenai cara
menghilangkan jentik nyamuk di rumah, poster
mengenai pentingnya kegiatan seks yang aman,
serta poster mengenai pertolongan pertama
kepada pasien diare. Poster ditempelkan pada
dinding Puskesmas Jurang Mangu
Sudah
dilaksanakan
13
Penyebarluasan
informasi gizi
melalui media KIE
Media KIE digunakan untuk penyebarluasan gizi,
seperti pentingnya mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang setiap harinya dan
menghindari makan berlebih. Serta poster
mengenai gizi seimbang. Poster terdapat di
Puskesmas Jurang Mangu
Sudah
dilaksanakan
14
Penyebarluasan
informasi kesehatan
jiwa melalui media
KIE
Belum dilaksanakan penyebarluasan informasi
kesehatan jiwa melalui media KIE oleh
Puskesmas Jurang Mangu
Belum
dilaksanakan
15 Penyebarluasan Media KIE yang digunakan dalam penyebarluasan Sudah
dilaksanakan
108
No
Kegiatan Promotif
Pos UKK
Terintegrasi
berdasarkan
Permenkes 100
tahun 2015
Implementasi Kegiatan Promotif oleh
Puskesmas Jurang Mangu Keterangan
informasi kesehatan
reproduksi melalui
media KIE
informasi kesehatan reprduksi adalah poster
mengenai cara menjaga organ intim dan ditujukan
lebih kepada remaja. Terdapat poster di
Puskesmas Jurang Mangu
16
Penyebarluasan
informasi kesehatan
ibu melalui media
KIE
Media KIE yang digunakan dalam penyebarluasan
informasi kesehatan ibu adalah poster mengenai
hal-hal yang dianjurkan agar memiliki masa
kehamilan yang baik. Serta hal apa saja yang
boleh dilakukan kepada anak terkait kesehatan
anak
Sudah dilaksanakan
17
Penyebarluasan
informasi kesehatan
lingkungan melalui
media KIE
Media KIE yang digunakan adalah poster
mengenai keuntungan membersihkan lingkungan
bersama-sama. Yaitu dengan membersihkan
selokan yang kotor atau membuang sampah pada
tempatnya dan menutup genangan air
Sudah
dilaksanakan
18
Penyebarluasan
informasi kesehatan
olah raga melalui
media KIE
Belum dilaksanakan penyebarluasan informasi
kesehatan olah raga melalui media KIE oleh
Puskesmas Jurang Mangu
Belum dilaksanakan
19
Penyebarluasan
informasi PHBS
melalui media KIE
Penyebarluasan informasi PHBS dilakukan
melalui gambaran poster mengenai cara mencuci
tangan yang baik dan benar menggunakan air
mengalir serta cabun cuci tangan sebelum makan
Sudah
dilaksanakan
20
Penimbangan tinggi
badan dan berat
badan
Kegiatan penimbangan tinggi badan dan berat
badan sudah dilaksanakan pada pelaksanaan
Posyandu yang dilaksanakan setiap bulan sekali,
serta jika pasien datang ke Puskesmas untuk
berobat biasanya dilakukan penimbangan tinggi
badan dan berat badan
Sudah dilaksanakan
21 Aktivitas kebugaran
bagi pekerja
Aktivitas kebugaranbagi pekerja belum
dilaksanakan namun kegiatan aktivitas kebugaran
biasanya dilakukan oleh UKBM Posbindu yang
dilaksanakan setiap bulan dua kali yaitu pada
akhir pekan
Belum
dilaksanakan
22
Sarasehan intervensi
menuju norma sehat
dalam bekerja
Belum terdapat pertemuan yang diadakan untuk
melakukan intervensi menuju norma sehat dalam
bekerja ataupun sarasehan intervensi lainnya
Belum dilaksanakan
109
No
Kegiatan Promotif
Pos UKK
Terintegrasi
berdasarkan
Permenkes 100
tahun 2015
Implementasi Kegiatan Promotif oleh
Puskesmas Jurang Mangu Keterangan
23
Surveilans kesehatan
kerja untuk
menghasilkan
informasi sebagai
bahan pengambilan
keputusan
Kegiatan surveilans yang dilakukan berupa
pengawasan harian yang ditargetkan sebanyak 60
kali kepada data yang berikaitan dengan penyakit
menular
Sudah
dilaksanakan
24 Pencatatan dan
pelaporan
Puskesmas Jurang Mangu melakukan pencatatan
dan pelaporan pada setiap kegiatan yang
dilakukan. Pencatatan dan pelaporan juga
dilakukan oleh petugas puskesmas yang bertugas
dipelaksanaan posyandu dan posbindu.
Sudah
dilaksanakan
Dari uraian pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Puskesmas
Jurang Mangu sudah melakukan sebagian besar kegiatan promotif yang
merupakan kegiatan Pos UKK Terintegrasi berdasarkan Permenkes 100
tahun 2015. Terdapat 24 kegiatan promotif yang dianjurkan, sebanyak
15 kegiatan promotif sudah dilakukan oleh puskesmas Jurang Mangu
yaitu: penyuluhan penyakit menular, penyuluhan gizi, penyuluhan
kesehatan reproduksi, penyuluhan kesehatan ibu, penyuluhan kesehatan
lingkungan (PHBS), penyebarluasan informasi penyakit menular,
informasi gizi, informasi kesehatan reproduksi, informasi kesehatan ibu,
informasi kesehatan lingkungan, informasi PHBS melalui media KIE,
penimbangan berat & tinggi badan, aktivitas kebugaran, surveilans
kesehatan, serta pencatatan dan pelaporan.
110
Sedangkan kegiatan promotif yang belum dilaksanakan sebanyak 9
kegiatan yaitu: penyuluhan konseling kesehatan kerja, penyuluhan
penyakit tidak menular, penyuluhan kesehatan jiwa, penyuluhan
kesehatan olah raga, penyebarluasan informasi penyakit tidak menular,
penyebarluasan informasi kesehatan jiwa, penyebarluasan informasi
kesehatan kerja, penyebarluasan informasi kesehatan olah raga melalui
media KIE, dan sarasehan intervensi menuju norma sehat belum
dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu. Jenis kegiatan promotif
tersebut belum dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang Mangu sehingga
tidak memungkinkan untuk pengintegrasian 9 kegiatan promotif
tersebut.
b. Gambaran Kegiatan Preventif Puskesmas Jurang Mangu
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan wawancara dengan informan
utama dan informan pendukung mengenai program preventif yang
dapat diintegrasikan untuk kesehatan kerja para pekerja dapat diketahui
bahwa terdapat pengecekan gula darah dan kolestrol, serta pengamatan
jentik nyamuk yang memungkinkan untuk dapat diintegrasikan. Hal ini
tertera pada kutipan berikut:
“Untuk pencegahan ada kegiatan seperti pengamatan jentik nyamuk,
pemeriksaan gula darah, pemberian imunisasi, dan tablet Fe bagi ibu
hamil.... Sama seperti jawaban saya sebelumnya memungkinkan untuk
dilakukan” – IU17
Untuk mengetahui kegiatan preventif yang dilakukan oleh
Puskesmas Jurang Mangu juga dilakukan telaah dokumen, yaitu
111
dokumen kinerja Puskesmas Jurang Mangu. Dapat diketahui bahwa
kegiatan seperti upaya pengolahan limbah, pengamatan jentik nyamuk,
deteksi dini penyakit kusta dan tuberkolosis, pemberian tablet Fe pada
Ibu hamil sudah dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang Mangu.
Pada tabel ini akan disajikan perbandingan dari jenis kegiatan
preventif Pos UKK Terintegrasi yang harus dilakukan menurut
Permenkes 100 tahun 2015 dengan kegiatan preventif yang telah
dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu yang diperoleh dari hasil
wawancara dan telaah dokumen. Berikut adalah tabel kegiatan preventif
yang dilakukan:
Tabel 5.5 Kegiatan Preventif Puskesmas Jurang Mangu
No
Kegiatan Preventif
Pos UKK
Terintegrasi
berdasarkan
Permenkes 100
tahun 2015
Implementasi Kegiatan Preventif oleh Puskesmas
Jurang Mangu Keterangan
1 Inventarisasi jenis
pekerjaan
Inventarisasi jenis pekerjaan belum pernah dilakukan
oleh Puskesmas Jurang Mangu
Belum dilaksanakan
2 Pengenalan risiko
bahaya di tempat kerja
Pengenalan risiko bahaya belum pernah dilakukan oleh
Puskesmas Jurang Mangu. Pengenalan yang dilakukan
adalah mengenai risiko penyakit menular mengenai
hal-hal apa saja yang dapat menjadi media penularan
penyakit.
Belum
dilaksanakan
3 Penyediaan contoh
APD
Belum ada penyediaan contoh APD Belum
dilaksanakan
4
Upaya perbaikan
pengolahan limbah di
lingkungan kerja
Upaya perbaikan lingkungan kerja yang sudah
dilakukan mengenai pengolahan limbah. Sampah hasil
produksi harus ditempatkan pada tempatnya atau
dimanfaatkan dan diolah kembali jika diperlukan. Hal
tersebut sudah disampaikan oleh petugas Puskesmas.
Sudah
dilaksanakan
5 Upaya perbaikan
aliran udara di
Belum dilaksanakan upaya perbaikan aliran udara di
lingkungan kerja
Belum
dilaksanakan
112
No
Kegiatan Preventif
Pos UKK
Terintegrasi
berdasarkan
Permenkes 100
tahun 2015
Implementasi Kegiatan Preventif oleh Puskesmas
Jurang Mangu Keterangan
lingkungan kerja
6
Upaya perbaikan
ergonomi di
lingkungan kerja
Belum dilaksanakan upaya perbaikan ergonomi di
lingkungan kerja
Belum
dilaksanakan
7 Pengamatan jentik di
lingkungan kerja
Pengamatan jentik di lingkungan kerja sudah dilakukan
yaitu dengan pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang
dilakukan pada 11205 rumah.
Sudah
dilaksanakan
8
Pemeriksaan
kesehatan awal dan
berkala oleh petugas
kesehatan
Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala oleh petugas
kesehatan dilakukan saat pelaksanaan kegiatan
posyandu dan posbindu yang dilaksanakan sebulan
sekali.
Sudah dilaksanakan
9 Deteksi dini penyakit
kusta dan tuberkolosis
Deteksi dini penyakit kusta dan tuberkolosis menjadi
salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada program
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular
Sudah
dilaksanakan
10 Deteksi dini penyakit
malaria
Deteksi dini malaria dilakukan oleh Puskesmas Jurang
Mangu ndengan pemeriksaan darah ABER (Annual
Blood Examine Rate)
Sudah dilaksanakan
11 Deteksi dini PTM Deteksi dini mengenai PTM belum dilakukan oleh
Puskesmas Jurang Mangu
Belum dilaksanakan
12 Deteksi dini hepatitis,
HIV/AIDS, dan PMS
Deteksi dini hepatitis, HIV/AIDS, dan PMS sudah
dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu yang
termasuk dalam program upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular
Sudah
dilaksanakan
13 Pemberian imunisasi
TT pada wanita subur
Pemberian imunisasi TT sudah diberikan pada murid
SMP yang ada di daerah Puskesmas Jurang Mangu
Sudah dilaksanakan
14
Pemberian tablet Fe
pada ibu hamil dan
pekerja anemia
Pemberian tablet Fe (90 tablet) pada ibu hamil sudah
dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu dengan
pencapaian 1982 ibu hamil. Namun pemberian kepada
pekerja anemia belum dilakukan.
Sudah
dilaksanakan
Dari uraian pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Puskesmas
Jurang Mangu sudah melakukan sebagian besar kegiatan preventif yang
merupakan kegiatan Pos UKK Terintegrasi berdasarkan Permenkes 100
113
tahun 2015. Terdapat 14 kegiatan preventif yang dianjurkan, sebanyak
9 kegiatan preventif telah dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu
yaitu: upaya perbaikan pengolahan limbah di lingkungan kerja,
pengamatan jentik di lingkungan kerja, pemeriksaan kesehatan berkala
oleh petugas kesehatan, deteksi dini penyakit kusta & tuberkolosis,
deteksi dini penyakit malaria, deteksi dini PMS, pemberian imunisasi
TT pada wanita subur, dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
Sedangkan terdapat 5 kegiatan preventif yang belum dilakukan yaitu
invetarisasi jenis kerja, pengenalan bahaya di tempat kerja, upaya
perbaikan ergonomi, penyediaan contoh APD, dan deteksi dini PTM.
c. Gambaran Kegiatan Kuratif Puskesmas Jurang Mangu
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan wawancara dengan informan
utama dan informan pendukung mengenai program kuratif yang dapat
diintegrasikan untuk kesehatan kerja para pekerja dapat diketahui
bahwa harus dilakukan diagnosa oleh dokter dan yang memungkinkan
untuk dapat diobati di puskesmas akan diobati bila tidak maka akan
diberikan rujukan. Hal ini tertera pada kutipan berikut:
“Pelayanan kuratif berdasarkan diagnosa dokter, kalau di sini ga ada
alatnya ya biasanya dirujuk ke rumah sakit yang terdaftar.... Bisa saja
kan pekerja juga bisa berobat ke sini” – IU18
Telaah dokumen juga dilakukan untuk mengetahui kegiatan kuratif
yang telah dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu. Berdasarkan
dokumen kinerja Puskesmas Jurang Mangu dapat diketahui bahwa
114
Puskesmas Jurang Mangu telah melakukan beberapa kegiatan kuratif
seperti P3K yang merupakan kegiatn kuratif yang dianjurkan
berdasarkan Permenkes 100 tahun 2015.
Pada tabel ini akan disajikan perbandingan dari jenis kegiatan
kuratif Pos UKK Terintegrasi yang harus dilakukan menurut Permenkes
100 tahun 2015 dengan kegiatan kuratif yang telah dilakukan oleh
Puskesmas Jurang Mangu yang diperoleh dari hasil wawancara dan
telaah dokumen. Berikut adalah tabel kegiatan kuratif yang dilakukan:
Tabel 5.6 Kegiatan Kuratif Puskesmas Jurang Mangu
No
Kegiatan Kuratif
Pos UKK
Terintegrasi
berdasarkan
Permenkes 100
tahun 2015
Implementasi Kegiatan Kuratif oleh Puskesmas
Jurang Mangu Keterangan
1
Pelayanan
Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan
(P3K)
P3K selalu tersedia di Puskesmas Jurang Mangu. Bila
ada kejadian kecelakaan yang terjadi dan dibawa ke
Puskesmas maka akan ditangani
Sudah dilaksanakan
2
Pelayanan
Pertolongan Pertama
pada Penyakit (P3P)
Obat P3P seperti tablet parasetamol, oralit, larutan
rivanol, OBH dan pil kina selalu tersedia di Puskesmas
Jurang Mangu
Sudah
dilaksanakan
3 Kegiatan Puskesmas
Keliling (Pusling)
Puskesmas Jurang Mangu tidak memiliki Puskesmas
Keliling
Belum
dilaksanakan
Dari uraian pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Puskesmas
Jurang Mangu sudah melakukan sebagian besar kegiatan kuratif yang
merupakan kegiatan Pos UKK Terintegrasi berdasarkan Permenkes 100
tahun 2015. Terdapat 3 kegiatan kuratif yang dianjurkan, sebanyak 2
115
kegiatan kuratif sudah dilakukan yaitu: pelayanan P3K dan pelayanan
P3P yang dapat diintegrasikan jika Pos UKK dibentuk di Jurang
Mangu. Kegiatan kuratif yang tidak dapat diintegrasikan adalah
kegiatan Puskesmas Keliling, karena Puskesmas Jurang Mangu tidak
memiliki program kerja Pusling.
d. Gambaran Kegiatan Rehabilitatif
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan wawancara dengan informan
utama dan informan pendukung mengenai program rehabilitatif yang
dapat diintegrasikan untuk kesehatan kerja para pekerja dapat diketahui
bahwa tidak terdapat program rehabilitatif yang direncanakan. Hal ini
tertera pada kutipan berikut:
“Tidak memberikan pelayanan rehabilitatif di puskesmas ini. Mungkin
akan dirujuk” – IU17
Berdasarkan telaah dokumen yang dilakukan, tidak terdapat
kegiatan rehabilitatif yang dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu.
Sehingga dapat diketahui bahwa kegiatan rehabilitatif tidak dapat
diintegrasikan bila Pos UKK dibangun di Jurang Mangu.
C. Gambaran Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
Untuk mengetahui potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi di
wilayah Puskesmas Jurang Mangu dimulai dengan identifikasi hal yang akan
diukur sebagai input, terdiri dari syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi
berdasarkan pedoman pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Pada bagian
tersebut terdapat 6 hal utama yang harus diidentifikasi. Lalu data tersebut
116
dikomunikasikan dengan informan dari Puskesmas dan Dinkes untuk
mengetahui potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi di wilayah
Puskesmas Jurang Mangu.
Berdasarkan dari kelompok pekerja sejenis yang ada di wilayah Jurang
Mangu, dapat diketahui ada 3 IKM yang dapat membentuk Pos UKK
Terintegrasi di wilayah Jurang Mangu, yaitu: IKM konveksi Jurang Mangu
Timur, IKM konveksi Jurang Mangu Barat, dan IKM makanan dan minuman.
Masing-masing dari IKM tersebut akan dilihat potensi pembentukan Pos
UKK Terintegrasi yang dijabarkan pada bagian ini.
Pertama-tama pada bagian ini akan diberikan gambaran umum
mengenai potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada 3 IKM yang
berada di Jurang Mangu. Gambaran umum akan disajikan dalam bentuk tabel
yang berisikan mengenai kondisi syarat pembentukan dari 3 IKM yang
berada di Jurang Mangu. Lalu akan ditambahkan informasi wawancara
dengan Puskesmas dan Dinkes Tangsel mengenai kondisi syarat
pembentukan dari 3 IKM di Jurang Mangu. Berikut ini adalah tabel
Gambaran Umum Poten si Pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Jurang
Mangu:
117
Tabel 5.7 Gambaran Umum Syarat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Kecamatan Jurang Mangu
No Syarat Pembentukan Pos
UKK Terintegrasi
Kondisi Syarat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur
IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat IKM Makanan & Minuman
1 Jenis kelompok pekerja
Memiliki 86 IKM Konveksi yang
pada setiap IKM terdapat paling
banyak 8 orang pekerja
Memiliki 48 IKM Konveksi yang
pada setiap IKM terdapat paling
banyak 8 orang pekerja
Memiliki 6 IKM Makanan &
Minuman yang pada setiap IKM
terdapat 7 hingga 9 orang pekerja
2 Calon kader Pos UKK
Terintegrasi
1. Menganggap kesehatan kerja
merupakan keadaan sehat saat
melakukan pekerjaan
2. Beranggapan bahwa kader
kesehatan merupakan petugas
posyandu
3. Kader kesehatan dianggap
mempunyai pekerjaan yang
rumit karena berhubungan
dengan obat-obatan
4. Kesehatan kerja dianggap
sebagai hal yang penting agar
selalu sehat saat bekerja
5. Pekerja tidak berkeinginan
menjadi kader kesehatan kerja
karena tidak mengerti
kegiatan yang akan dilakukan
sebagai kader kesehatan kerja
dan mempunyai kendala
kekurangan waktu dalam
melakukan hal tersebut
1. Menganggap kesehatan kerja
merupakan kerja saat sedang
sehat bukan pada keadaan
sakit
2. Beranggapan bahwa kader
kesehatan merupakan orang
yang ada di puskesmas atau
orang posyandu
3. Kader kesehatan dianggap
mempunyai pekerjaan baik
karena dapat menolong orang
yang sakit agar menjadi sehat
4. Kesehatan kerja dianggap
sebagai keperluan agar tetap
bekerja secara sehat
5. Pekerja tidak berkeinginan
menjadi kader kesehatan kerja
karena tidak mengerti tugas
dari kader kesehatan kerja dan
mempunyai kendala waktu
jika harus menjadi kader
1. Menganggap kesehatan kerja
merupakan tidak sakit saat
melakukan kegiatan kerja
2. Beranggapan bahwa kader
kesehatan merupakan ibu-ibu
posyandu
3. Kader kesehatan dianggap
mempunyai pekerjaan
penimbangan berat badan dan
pendistribusian obat
4. Kesehatan kerja dianggap
sebagai pengobatan yang penting
untuk semua orang
5. Pekerja tidak berkeinginan
menjadi kader kesehatan kerja
karena kendala waktu dan
kurangnya pemahaman
mengenai kader kesehatan kerja
118
No Syarat Pembentukan Pos
UKK Terintegrasi
Kondisi Syarat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur
IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat IKM Makanan & Minuman
kesehatan kerja
3 Tempat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi
Terdapat rumah Pak RW yang
dapat dimanfaatkan halaman
rumahnya sebagai tempat
kegiatan bagi warga IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur
Tidak terdapat tempat
pembentukan Pos UKK
Terintegrasi di wilayah pekerja
IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat
Tidak terdapat tempat pembentukan
Pos UKK Terintegrasi di wilayah
pekerja IKM Makanan & Minuman
Jurang Mangu
4 Ketersediaan sarana Pos
UKK Terintegrasi
Tersedia 7 sarana Pos UKK
Terintegrasi yaitu: meja, kursi,
timbangan badan, alat ukur tinggi
badan, alat ukur lingkar perut,
lampu senter, kotak P3K, alat
tulis dan buku pencatatan.
Tersedia 5 sarana Pos UKK
Terintegrasi yaitu: meja, kursi,
timbangan badan, alat ukur tinggi
badan, alat ukur lingkar perut,
lampu senter, alat tulis dan buku
pencatatan.
Tersedia 4 sarana Pos UKK
Terintegrasi yaitu: meja, kursi,
lampu senter, timbangan badan, alat
tulis dan buku pencatatan.
5 Sumber Dana Pos UKK
Terintegrasi
Pekerja IKM Konveksi Jurang
Mangu Timur keberatan jika
diadakan iuran untuk kegiatan
kesehatan kerja. Mereka
berpendapat bahwa kegiatan
kesehatan seharusnya gratis
disediakan oleh pemerintah.
Pekerja IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat tidak ingin
melakuklan iuran untuk kegiatan
kesehatan kerja. Kegiatan
kesehatan sekarang sudah
menjadi tanggungan pemerintah.
Iuran kesehatan kerja dirasa
hanya akan menambah
tanggungan para pekerja.
Pekerja IKM Makanan & Minuman
tidak ingin adanya iuran untuk
kegiatan kesehatan kerja. Kegiatan
kesehatan seharusnya mendapatkan
dana dari pemerintah karena
masyarakat sudah membayar pajak.
6 Program Kesehatan yang
Terintegrasi
1. Terdapat 24 kegiatan promotif yang dianjurkan Permenkes 100 tahun 2015, sebanyak 15 kegiatan
promotif sudah dilakukan oleh puskesmas Jurang Mangu yaitu: penyuluhan penyakit menular, penyuluhan
gizi, penyuluhan kesehatan reproduksi, penyuluhan kesehatan ibu, penyuluhan kesehatan lingkungan
(PHBS), penyebarluasan informasi penyakit menular, informasi gizi, informasi kesehatan reproduksi,
119
No Syarat Pembentukan Pos
UKK Terintegrasi
Kondisi Syarat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur
IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat IKM Makanan & Minuman
informasi kesehatan ibu, informasi kesehatan lingkungan, informasi PHBS melalui media KIE,
penimbangan berat & tinggi badan, aktivitas kebugaran, surveilans kesehatan, serta pencatatan dan
pelaporan
2. Terdapat 14 kegiatan preventif yang dianjurkan Permenkes 100 tahun 2015, sebanyak 9 kegiatan preventif
telah dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu yaitu: upaya perbaikan pengolahan limbah di lingkungan
kerja, pengamatan jentik di lingkungan kerja, pemeriksaan kesehatan berkala oleh petugas kesehatan,
deteksi dini penyakit kusta & tuberkolosis, deteksi dini penyakit malaria, deteksi dini PMS, pemberian
imunisasi TT pada wanita subur, dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
3. Terdapat 3 kegiatan kuratif yang dianjurkan Permenkes 100 tahun 2015, sebanyak 2 kegiatan kuratif
sudah dilakukan yaitu: pelayanan P3K dan pelayanan P3P yang dapat diintegrasikan jika Pos UKK
dibentuk di Jurang Mangu. Kegiatan kuratif yang tidak dapat diintegrasikan adalah kegiatan Puskesmas
Keliling, karena Puskesmas Jurang Mangu tidak memiliki program kerja Pusling.
4. Terdapat 1 kegiatan rehabilitatif yang dianjurkan Permenkes 100 tahun 2015, namun Puskesmas Jurang
Mangu belum melaksanakan kegiatan rehabilitatif
120
Setelah mengetahui gambaran umum kondisi syarat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi di Kecamatan Jurang Mangu dilakukan pengkategorian
syarat yang terpenuhi dan tidak terpenuhi sebagai faktor pendorong dan
faktor penghambat pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Dalam menentukan
faktor pendukung dan penghambat dilakukan wawancara dengan informan-
informan di Puskesmas. Mereka juga dilibatkan dalam pemberian skor pada
masing-masing poin faktor pendukung dan penghambat. Berikut hasil
wawancara mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat pembentukan
Pos UKK Terintegrasi:
Terdapat sebanyak 86 IKM Konveksi di wilayah Jurang Mangu Timur.
Masing-masing IKM terdapat pekerja paling banyak sebanyak 8 orang. 48
IKM Konveksi di Jurang Mangu Barat dan 6 IKM Makanan & Minuman.
Pekerja IKM Konveksi mengumpul pada suatu wilayah yaitu wilayah Jurang
Mangu Timur dan Jurang Mangu Barat, sedangkan pekerja IKM Konveksi
Makanan & Minuman menyebar di wilayah Jurang Mangu. Setiap IKM
memiliki jumlah yang sudah mencukupi sesuai dengan syarat pembentukan.
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan oleh informan utama dari
Puskesmas Jurang Mangu yang menyatakan bahwa untuk berdirinya UKBM
diperlukan kelompok masyarakat yang akan membutuhkan layanan UKBM
tersebut agar mendapatkan manfaat dari kegiatan UKBM. Berikut
kutipannya:
“Untuk berdirinya posyandu gitu ya biasanya ada sekolompok ibu-ibu yang
mau diadakan posyandu. Ibu-ibu PKK gitu pada ngumpul terus ngasih tau
kita kalau mereka butuh posyandu” – IU17
121
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan utama lainnya yang
menyatakan diperlukan adanya sekelompok orang dari masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan tambahan atau khusus agar meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat. Sehingga dapat diketahui bahwa jenis
kelompok kerja yang ada merupakan faktor pendorong pembentukan Pos
UKK Terintegrasi. Berikut kutipannya:
“Biasanya kalau UKBM itu ada kelompok masyarakat yang membutuhkan
dan kalau ada keluhan dari masyarakat yang terdengar maka akan dilakukan
peninjauan tempat untuk memberdayakan masyarakat yang membutuhkan
agar terbentuk UKBM, kalau posyandu misalnya itu ada penyuluhan yang
diberikan oleh kita tentang kesehatan ibu dan anak. Nanti kalau mereka
sudah paham akan dicari orang yang mau menjadi kader” – IU18
Skor yang diberikan pada bagian ini adalah 7 dan 5. Skor 7 diberikan
kepada IKM Konveksi Jurang Mangu Timur dan IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat, sedangkan skor 5 diberikan kepada IKM Makanan &
Minuman. Berikut adalah kutipannya:
“Semakin banyak yang sekelompok kerja ya semakin bagus, itu kan bisa jadi
sasaran buat dijadikan pelatihan kader, ya 7 aja buat yang konveksi, 5 buat
yang IKM Makanan & Minuman.” – IU17
Selain itu, persyaratan mengenai pembentukan Pos UKK Terintegrasi
merupakan kondisi calon kader Pos UKK Terintegrasi. Calon kader Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur, IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat, dan IKM Makanan & Minuman menganggap kesehatan kerja
sebagai sebuah kondisi sehat saat bekerja, mereka belum menganggap
kesehatan kerja sebagai upaya agar tetap sehat saat bekerja.
122
Hal tersebut menurut informan utama merupakan penghambat dalam
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Pengetahuan calon kader Pos UKK
tentang kesehatan kerja dikatakan masih minim. Berikut kutipannya:
“Kader-kader ya harus paham apa itu tugas mereka masing-masing. Kayak
kader Posyandu ya harus bener-bener paham tentang kesehatan balita.
Kalau pekerja taunya gitu ya masih kurang lengkap ya. Saya sih 8 aja itu
skornya.” - IU 18
Pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur menganggap bahwa tugas
sebagai kader kesehatan itu rumit karena berhubungan dengan obat-obatan.
Hal tersebut menurut informan utama merupakan penghambat dalam
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Persepsi calon kader mengenai tugas
kader kesehatan dinilai keliru. Berikut kutipannya:
“Kader kesehatan itu tugasnya melakukan kegiatan sederhana yang
menunjang kesehatan. Kayak pengukuran tinggi dan berat badan, pencatatan
tentang kondisi kesehatan masyarakat sama biasanya memberikan informasi
tentang menjaga kesehatan. Kalau dianggap untuk menangani obat-obatan
itu berarti keliru harus diperbaiki. Saya kasih skor 7.” – IU17
Sedangkan pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dan pekerja
IKM Makanan & Minuman menganggap bahwa tugas kader kesehatan
merupakan tugas yang baik. Mereka menganggap kegiatan kader kesehatan
bermanfaat bagi kesehatan. Hal tersebut menurut informan utama merupakan
pendukung dalam pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Persepsi pekerja
mengenai tugas kader kesehatan dinilai positif. Berikut kutipannya:
“Ya kalau dibilang begitu ya bagus berarti pekerja yang di sana punya nilai
positif tentang kader kesehatan. Mendukung lah hal tersebut, saya kasih nilai
9.” – IU17
Pelayanan kesehatan kerja dirasa penting bagi pekerja pada IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur, IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dan
IKM Makanan & Minuman. Mereka beranggapan bahwa pelayanan
123
kesehatan kerja diperlukan agar tetap sehat dalam bekerja. Hal tersebut
menurut informan utama merupakan hal yang mendukung pembentukan Pos
UKK Terintegrasi karena rasa kebutuhan akan pelayanan kesehatan kerja.
Berikut kutipannya:
“Warga pekerja yang membutuhkan pelayanan kesehatan kerja artinya
mendukung dong pembentukannya. Skornya 7” – IU17
Seluruh pekerja pada ketiga IKM belum berkeinginan menjadi kader
kesehatan kerja. Hal ini dikarenakan mereka kurang mengerti mengenai tugas
kader kesehatan kerja dan tidak mempunyai waktu untuk melakukan
kegiatan sebagai kader kesehatan kerja. Hal ini menurut informan utama
merupakan penghambat terbentuknya Pos UKK dikarenakan Pos UKK
membutuhkan kader agar dapat terlaksana. Berikut kutipannya:
“Kalau pekerjanya ga ada yang mau jadi kader ya ga bisa terlaksana dong
kegiatannya. UKBM kan perlu kader agar kegiatannya jalan. Kader mutlak
ada kalau ga ada ya harus diajak warganya agar mau jadi kader. Skornya 9”
– IU 18
Persyaratan mengenai tempat pembentukan Pos UKK Terintegrasi
didapatkan di tempat pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur. Tempat
pak RW dapat dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan Pos UKK Terintegrasi.
Sedangkan pada IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dan IKM Makanan &
Minuman tidak ada.
Hal tersebut menurut informan utama adalah hal yang baik jika ada
tempat pembentukan karena pemerintah tidak menyediakan tempat khusus
untuk pelaksanaan UKBM. Berikut kutipannya:
“Kalau kegiatan posyandu ya biasanya pada ngadain di tempat warga. Dari
puskesmas ya tidak menyediakan tempat khusus mas karena emang ga ada
tempat khususnya. Jadi kalau ada warga yang menyediakan tempatnya ya hal
yang bagus mas. Skornya 8” – IU17
124
Sedangkan pada IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dan IKM
Makanan & Minuman belum terdapat warga yang berkeinginan untuk
menyediakan tempatnya sebagai tempat pelaksanaan Pos UKK Terintegrasi.
Hal ini merupakan penghambat. Berikut kutipannya:
“Kalau ga ada tempat pelaksanaannya ya mesti dicari mas, kalau belum ada
ya berarti penghambat. Skornya ya 8 juga”. – IU 17
Persyaratan mengenai sarana pembentukan Pos UKK Terintegrasi di
IKM Konveksi Jurang Mangu di Jurang Mangu terdapat 7 sarana yang
tersedia dari 11 yang disyaratkan oleh Permenkes 100 tahun 2015. Hal ini
sangat baik karena terdapat 7 sarana utama yang terpenuhi. Sedangkan pada
IKM Konveksi Jurang Mangu barat terdapat 5 sarana dan di IKM Makanan &
Minuman terdapat 4 sarana yang tersedia.
Menurut pernyataan dari informan utama bahwa sarana kegiatan
biasanya disediakan dari warga. Puskesmas hanya menyediakan alat
kesehatan yang dikenakan tarif sesuai tarif pelayanan jika warga
menggunakan alat kesehatan dibantu oleh petugas kesehatan. Berikut
kutipannya:
“Kalau alat-alat ya dari warganya sendiri, biasanya mereka beli patungan
untuk pengadaan barang timbangan berat badan gitu. Atau bisa sumbangan
dari salah satu warganya sih. Cuman dari Puskesmas ya memberikan
petugas UKBM untuk pengoperasian alat kesehatan, mereka biasanya bayar
kalau mau cek kesehatan kaya gula darah kan mesti diganti terus jarum dan
strip nya. Skornya 4 mas” – IU17
Persyaratan mengenai sumber dana Pos UKK Terintegrasi di IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur. Pekerja merasa keberatan jika diberikan
tanggungan iuran utnuk kegiatan kesehatan kerja demikian pula pekerja dari
IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dan IKM Makanan & Minuman yang
125
juga merasa keberatan jika diberikan tanggungan iuran pelaksanaan kegiatan
kesehatan kerja.
Menurut informan utama, iuran dana bagi kegiatan UKBM tidak ada.
Oleh karena itu warga ada baiknya melakukan iuran untuk pelaksanaan
UKBM yang mereka kehendaki. Puskesmas hanya bertindak sebagai
fasilitator yang mengawasi jalannya kegiatan UKBM. Berikut pernyataannya:
“Biasanya mereka iuran mas, ya yang menggunakan jasa UKBM aja. Kalau
iuran tetap biasanya ibu-ibu PKK yang mintain ke ibu-ibu lain iuran buat
posyandu. Kalau ga iuran ya susah gimana mau jalannya kegiatan mereka.
Karena dari Puskesmas ya ga ada anggaran buat kegiatan UKBM. Skornya
5” – IU17
Persyaratan mengenai kegiatan promotif yang terintegrasi dapat
diketahui bahwa terdapat 15 kegiatan promotif, 14 kegiatan preventif, dan 2
kegiatan intervensi yang sesuai dengan Permenkes 100 tahun 2015 telah
dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang Mangu. Hal tersebut dapat
diintegrasikan sesuai dengan kebutuhan kepada pekerja. Target dari kegiatan
tersebut dapat ditambahkan untuk pekerja agar kesehatan kerja juga dapat
diperhatikan.
Hasil wawancara dengan informan utama dari Puskesmas menyatakan
bahwa kegiatan promotif yang dilaksanakan ditujukan bagi semua warga
yang ada di Kecamatan Jurang Mangu. Jadi pengintegrasian dapat dilakukan
Berikut kutipannya:
“Ya kita melaksanakan kegiatan promotif, preventif, intervensi dan apa ya itu
rehabilitatif kan buat semua warga di Jurang Mangu. Jadi kalau pekerjanya
di Jurang Mangu ya mestinya juga sudah merasakan kegiatan promotif yang
kita lakukan. Skornya 8” – IU 17
126
Setelah melakukan penjabaran mengenai faktor pendukung dan
penghambat dari pemenuhan syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
Dilanjutkan dengan pengelompokan faktor pendukung dan faktor penghambat
pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada masing-masing pekerja IKM.
Berikut adalah penjabarannya:
1. Gambaran Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos
UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
Banyak syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur yang sudah terpenuhi. Syarat pembentukan
yang terpenuhi antara lain adalah: terdapat kelompok pekerja dari jenis
pekerjaan yang sama yang berjumlah lebih dari 10 orang pekerja, persepsi
pentingnya kesehatan kerja bagi pekerja, terdapat tempat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi dari warga pekerja, sebagian besar sarana Pos UKK
Terintegrasi sudah tersedia dari warga pekerja, sebagian besar kegiatan
promotif, preventif, dan intervensi yang dipersyaratkan di Permenkes 100
tahun 2015 sudah dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu sehingga dapat
diintegrasikan. Hal-hal tersebut dapat tergolong sebagai faktor pendorong
dalam pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur.
Sedangkan terdapat beberapa syarat yang belum terpenuhi antara
lain: pengetahuan pekerja mengenai kesehatan kerja yang masih minim,
anggapan pekerja mengenai tugas kader kesehatan yang keliru, belum
adanya keinginan pekerja menjadi kader kesehatan kerja, serta
ketidaksediaan pekerja mengadakan iuran untuk kegiatan kesehatan kerja.
127
Hal-hal tersebut dapat tergolong sebagai faktor penghambat dalam
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Faktor pendorong dan penghambat
pembentukan Pos UKK Teringrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.8 Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
No Faktor Pendorong Skor Faktor Penghambat Skor
1
Memiliki 86 kelompok pekerja
konveksi yang mengumpul pada
wilayah Jurang Mangu Timur
7
Pengetahuan pekerja mengenai
kesehatan kerja yang masih minim 8
2
Pekerja menganggap pelayanan
kesehatan kerja sebagai hal yang
penting
7,3
Pekerja mengganggap tugas kader
kesehatan kerja itu susah karena harus
berhubungan dengan obat-obatan
7
3 Terdapat tempat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi dari warga pekerja 8
Belum adanya keinginan pekerja
menjadi kader kesehatan kerja 9
4
Terdapat 7 dari 11 syarat sarana Pos
UKK Terintegrasi yang sudah tersedia
dari warga pekerja
3,5
Ketidaksediaan pekerja mengadakan
iuran untuk kegiatan kesehatan kerja 5
5
Sebagian besar kegiatan promotif,
preventif, dan intervensi yang
dipersyaratkan di Permenkes 100 tahun
2015 sudah dilakukan oleh Puskesmas
Jurang Mangu sehingga dapat
diintegrsikan.
8
Jumlah Skor Faktor Pendukung 33,8 Jumlah Skor Faktor Penghambat 29
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selisih antara faktor
pendukung dan faktor penghambat adalah +4,8. Lebih besar faktor
pendukung daripada faktor penghambat pada potensi pembentukan Pos
UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur. Faktor pendorong
terbesar adalah terdapatnya tempat pembentukan Pos UKK dari warga
pekerja dan program kesehatan yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas
128
Jurang Mangu. Sedangkan faktor penghambat terbesar adalah belum
adanya keinginan pekerja menjadi kader kesehatan kerja.
2. Gambaran Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos
UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
Beberapa syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada IKM
Konveksi Jurang Mangu Barat sudah terpenuhi. Syarat pembentukan yang
terpenuhi antara lain adalah: terdapat kelompok pekerja dari jenis
pekerjaan yang sama yang berjumlah lebih dari 10 orang pekerja, persepsi
positif mengenai tugas kader kesehatan, persepsi pentingnya kesehatan
kerja bagi pekerja, sebagian besar kegiatan promotif, preventif, dan
intervensi yang dipersyaratkan di Permenkes 100 tahun 2015 sudah
dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu sehingga dapat diintegrasikan.
Hal-hal tersebut dapat tergolong sebagai faktor pendorong dalam
pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat.
Sedangkan terdapat beberapa syarat yang belum terpenuhi antara
lain: pengetahuan pekerja mengenai kesehatan kerja yang masih minim,
belum adanya keinginan pekerja menjadi kader kesehatan kerja, sebagian
besar sarana Pos UKK Terintegrasi belum tersedia dari warga pekerja,
tidak adanya tempat pembentukan Pos UKK Terintegrasi dari warga
pekerja, serta ketidaksediaan pekerja mengadakan iuran untuk kegiatan
kesehatan kerja. Hal-hal tersebut dapat tergolong sebagai faktor
penghambat dalam pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Faktor pendorong
dan penghambat pembentukan Pos UKK Teringrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat dapat dilihat pada tabel berikut:
129
Tabel 5.9 Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
No Faktor Pendorong Skor Faktor Penghambat Skor
1
Memiliki 48 kelompok pekerja
konveksi yang mengumpul pada
wilayah Jurang Mangu Barat
7
Pengetahuan pekerja mengenai
kesehatan kerja yang masih minim 8
2 Persepsi positif mengenai tugas kader
kesehatan 9,5
Belum adanya keinginan pekerja
menjadi kader kesehatan kerja 9
3
Pekerja mengganggap pelayanan
kesehatan kerja sebagai hal yang
diperlukan agar tetap sehat
7,3
Tidak adanya tempat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi dari warga pekerja 8
4
Sebagian besar kegiatan promotif,
preventif, dan intervensi yang
dipersyaratkan di Permenkes 100
tahun 2015 sudah dilakukan oleh
Puskesmas Jurang Mangu sehingga
dapat diintegrsikan.
8
Hanya terdapat 5 dari 11 sarana Pos
UKK Terintegrasi yang terpenuhi dari
warga pekerja 3,5
5
Ketidaksediaan pekerja mengadakan
iuran untuk kegiatan kesehatan kerja 5
Jumlah Skor Faktor Pendukung 31,8 Jumlah Skor Faktor Penghambat 33,5
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selisih antara faktor
pendukung dan faktor penghambat adalah -1,7. Lebih besar faktor
penghambat daripada faktor pendukung pada potensi pembentukan Pos
UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat. Faktor pendorong
terbesar adalah persepsi positif mengenai tugas kader kesehatan.
Sedangkan faktor penghambat terbesar adalah belum adanya keinginan
pekerja menjadi kader kesehatan kerja.
3. Gambaran Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos
UKK Terintegrasi IKM Makanan & Minuman
Beberapa syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada IKM
Makanan & Minuman sudah terpenuhi. Syarat pembentukan yang
130
terpenuhi antara lain adalah: terdapat kelompok pekerja dari jenis
pekerjaan yang sama yang berjumlah lebih dari 10 orang pekerja, persepsi
positif mengenai tugas kader kesehatan, persepsi positif mengenai
pentingnya pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja, sebagian besar
kegiatan promotif, preventif, dan intervensi yang dipersyaratkan di
Permenkes 100 tahun 2015 sudah dilakukan oleh Puskesmas Jurang
Mangu sehingga dapat diintegrasikan. Hal-hal tersebut dapat tergolong
sebagai faktor pendorong dalam pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM
Makanan & Minuman.
Sedangkan terdapat beberapa syarat yang belum terpenuhi antara
lain: pengetahuan pekerja mengenai kesehatan kerja yang masih minim,
belum adanya keinginan pekerja menjadi kader kesehatan kerja, sebagian
besar sarana Pos UKK Terintegrasi belum tersedia dari warga pekerja,
tidak adanya tempat pembentukan Pos UKK Terintegrasi dari warga
pekerja, serta ketidaksediaan pekerja mengadakan iuran untuk kegiatan
kesehatan kerja. Hal-hal tersebut dapat tergolong sebagai faktor
penghambat dalam pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Faktor pendorong
dan penghambat pembentukan Pos UKK Teringrasi IKM Makanan &
Minuman dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.10 Faktor Pendorong dan Penghambat Pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Makanan & Minuman
No Faktor Pendorong Skor Faktor Penghambat Skor
1
Memiliki 6 IKM kelompok pekerja
Makanan & Minuman yang tersebar di
wilayah Jurang Mangu
5
Pengetahuan pekerja mengenai
kesehatan kerja yang masih minim 8
2 Persepsi positif mengenai tugas kader
kesehatan 9,5
Belum adanya keinginan pekerja
menjadi kader kesehatan kerja 9
131
No Faktor Pendorong Skor Faktor Penghambat Skor
3 Persepsi positif mengenai pentingnya
pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja 7,3
Tidak adanya tempat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi dari warga pekerja 8
4
Sebagian besar kegiatan promotif,
preventif, dan intervensi yang
dipersyaratkan di Permenkes 100
tahun 2015 sudah dilakukan oleh
Puskesmas Jurang Mangu sehingga
dapat diintegrsikan.
8
Hanya terdapat 4 dari 11 sarana Pos
UKK Terintegrasi yang terpenuhi dari
warga pekerja 4
5
Ketidaksediaan pekerja mengadakan
iuran untuk kegiatan kesehatan kerja 5
Jumlah Skor Faktor Pendukung 29,8 Jumlah Skor Faktor Penghambat 34
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selisih antara faktor
pendukung dan faktor penghambat adalah 4,2. Lebih besar faktor
penghambat daripada faktor pendukung pada potensi pembentukan Pos
UKK Terintegrasi IKM Makanan & Minuman. Faktor pendorong terbesar
adalah persepsi positif mengenai tugas kader kesehatan. Sedangkan faktor
penghambat terbesar adalah belum adanya keinginan pekerja menjadi
kader kesehatan kerja.
132
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:
1. Peneliti menggunakan data sekunder untuk mengetahui jumlah IKM yang ada
di kecamatan Jurang Mangu karena peneliti tidak dapat melakukan
pengambilan data primer. Data sekunder yang digunakan untuk mengetahui
jumlah IKM yang berada di Jurang Mangu tidak dapat diketahui secara tepat
dikarenakan tidak adanya data sekunder (dokumen) yang mengetahui jumlah
seluruh IKM di Jurang Mangu. Sehingga peneliti menggunakan data sekunder
dari disperindag berupa dokumen sertifikasi halal untuk mengetahui jumlah
IKM Makanan & Minuman dan revitalisasi alat konveksi untuk mengetahui
jumlah IKM Konveksi. Dokumen tersebut memungkinkan adanya IKM di
Jurang Mangu yang tidak termasuk ke dalam dokumen tersebut.
2. Pada saat pelaksanaan FGD ada peserta yang sedikit mendominasi. Sehingga
beberapa informan lainnya mengikuti jawaban dari informan tersebut. Banyak
peserta yang menyamakan jawabannya meskipun sudah ditanya pendapat lain
mengenai topik yang didiskusikan. Beberapa pekerja juga terburu-buru dalam
memberikan tanggapan karena mereka harus melanjutkan pekerjaannya.
133
3. Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih objektif dapat menggunakan
teknik analisis selain menggunakan FFA. Penggunaan teknik analisis yang
menggunakan indikator saat pengambilan data skor faktor pendorong dan
faktor penghambat dapat digunakan untuk mendapatkan hasil skor yang lebih
objektif.
B. Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi
Menurut Majid (2007) potensi adalah suatu kemampuan, kesanggupan,
kekuatan ataupun daya yang mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan
lagi menjadi bentuk yang lebih besar. Sedangkan menurut Munroe (2009)
menyatakan bahwa potensi merupakan suatu bentuk sumber daya atau
kemampuan yang cukup besar namun kemampuan tersebut belum tersingkap dan
belum diaktifkan, atau dengan kata lain merupakan kekuatan terpendam yang
belum dimanfaatkan, bakat tersembunyi, atau keberhasilan yang belum diraih
padahal sejatinya mempunyai kekuatan untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pembentukan Pos UKK
Terintegrasi di kecamatan Jurang Mangu dengan mengetahui faktor pendorong
dan faktor penghambat yang mengacu pada pemenuhan syarat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi oleh Permenkes 100 tahun 2015.
Pos UKK merupakan wadah untuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
pada pekerja sektor informal yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat pekerja melalui pemberian pelayanan kesehatan dengan
134
pendekatan utama promotif dan preventif, disertai kuratif dan rehabilitatif
sederhana/terbatas (Kemenkes RI, 2015). Pos UKK juga merupakan suatu wadah
pelayanan kesehatan kerja yang berada di tempat kerja dan dikelola oleh pekerja
itu sendiri (kader) yang berkoordinasi dengan Puskesmas (sebagai pembina)
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya. Pos UKK adalah upaya pemerintah
mendekatkan pelayanan kesehatan kerja pada masyarakat pekerja, pos ini
dikelola oleh kader kesehatan kerja yang mempunyai kesadaran dan kemauan
mengabdikan diri secara sukarela untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
diri sendiri dan kelompoknya agar dapat bekerja dengan aman, sehat, dan
produktif dalam bekerja.
Dalam melakukan analisis pembentukan Pos UKK Terintegrasi dilakukan
identifikasi pemenuhan syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi yang di
dalamnya terdapat 5 unsur manajemen. Menurut Daft (2003) terdapat 5 unsur
manajemen yang merujuk pada faktor utama yang dibutuhkan oleh suatu
organisasi agar dapat berproses secara maksimal yang dikenal dengan istilah 5M
(man, money, machines, method, materials). Pemenuhan kelima unsur tersebut
dibutuhkan agar proses dapat dilakukan dengan baik. Pada pembentukan Pos
UKK Terintegrasi juga dibutuhkan pemenuhan kelima unsur tersebut yang
terdapat pada 6 syarat utama pembentuan Pos UKK Terintegrasi yaitu: kelompok
pekerja sejenis (man), calon kader Pos UKK Terintegrasi (man), tempat
135
pembentukan (materials), sarana (materials/machines), sumber dana (money),
dan program kesehatan yang terintegrasi (method).
Setelah melakukan analisis pemenuhan syarat pembentukan Pos UKK
Terintegrasi dilakukan identifikasi faktor pendorong dan faktor penghambat
pembentukan Pos UKK Terintegrasi menggunakan analisis medan daya (Force
Field Analysis). FFA merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dalam
perubahan dan mengidentifikasikan berbagai sebab yang mungkin serta
pemecahan dari suatu masalah. Analisis FFA mengidentifikasi faktor pendorong
dan penghambat dari perubahan (Supriyanto, 2007). Menurut Pambudi (2013)
faktor pendorong adalah kekuatan yang terus menekan dan mempunyai inisiatif
untuk melakukan perubahan. Sedangkan faktor penghambat adalah kekuatan
yang menolak adanya perubahan dengan menahan atau mengurangi kekuatan
yang mendukung perubahan. Penelitian ini menggunakan analisis FFA untuk
mengetahui faktor penghambat dan pendorong yang memengaruhi potensi
pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Jurang Mangu.
Dari hasil analisis FFA dapat diketahui bahwa potensi pembentukan Pos
UKK Terintegrasi terbesar terdapat pada pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur diikuti IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dan IKM Makanan &
Minuman. IKM Konveksi Jurang Mangu Timur memiliki potensi pembentukan
Pos UKK Terintegrasi terbesar karena memiliki nilai akhir skor faktor pendorong
yang lebih besar daripada faktor penghambat. Sedangkan potensi pembentukan
136
pada pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dan IKM Makanan &
Minuman memiliki nilai akhir skor faktor penghambat yang lebih besar daripada
faktor pendorong. Nilai akhir pada IKM Konveksi Jurang Mangu Timur adalah
+4,8 yang artinya memiliki nilai faktor pendorong yang lebih besar daripada
faktor penghambat. Pada IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dan IKM Makanan
& Minuman terdapat skor -1,7 dan -4,2 yang artinya memiliki nilai faktor
penghambat yang lebih besar daripada faktor pendorong.
Secara keseluruhan yang menjadi faktor pendorong terbesar pada
pembentukan Pos UKK Terintegrasi adalah persepsi positif mengenai tugas
kader kesehatan, ketersediaan tempat pembentukan, dan kegiatan yang dilakukan
puskesmas. Sedangkan faktor penghambat terbesar pada pembentukan Pos UKK
Terintegrasi adalah belum adanya keinginan pekerja menjadi kader kesehatan
kerja, faktor penghambat ini ditemukan pada setiap IKM di Jurang Mangu.
Faktor pendorong yang ditemukan pada setiap potensi pembentukan Pos
UKK Terintegrasi adalah jumlah pekerja IKM yang berjumlah lebih dari 10
orang pekerja serta kegiatan Puskesmas Jurang Mangu yang dapat diintegrasikan
dengan kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Pembahasan mengenai faktor pendorong
yang ditemukan pada setiap potensi pembentukan akan dibahas pada bagian ini
dan sisanya akan dibahas pada setiap bagian IKM.
Jumlah pekerja IKM yang berjumlah lebih dari 10 orang pekerja menjadi
faktor pendorong karena hal ini merupakan calon SDM bagi Pos UKK
Terintegrasi. Hal ini dimaksudkan agar terpenuhinya unsur sumber daya
137
manusia. Sumber daya manusia (SDM) merupakan unsur manajemen yang
sangat penting. Manusia yang merencanakan, melakukan, menggunakan,
melaksanakan dan merasakan hasil daripada manajemen itu (Poerwanto, 2012).
Kemudian, berdasarkan penelitian Silaban (2009), tidak memadainya sumber
daya manusia yang tersedia di organisasi mempengaruhi pencapaian pemenuhan
tujuan. Menurut Rahmawati (2013) jumlah SDM yang besar hendaknya
dijadikan sebagai keunggulan karena jumlah penduduk yang besar apabila dapat
dikembangkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal
pembangunan yang besar yang sangat menguntungkan bagi kegiatan yang
dilakukan.
Kegiatan Pos UKK Terintegrasi yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan
yang dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu merupakan sebuah faktor
pendorong. Hal ini dikarenakan Puskesmas Jurang Mangu telah melakukan
sebagian besar kegatan promotif, preventif, dan intervensi yang merupakan
bagian dari kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Integrasi dapat dirumuskan sebagai
salah satu fungsi untuk memadukan serta menghasilkan dan menyelaraskan
berbagai kepentingan dan kegiatan yang saling berkaitan beserta segenap gerak,
langkah, dan waktu dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang akan
dicapai (Lembaga Administrasi Negara RI, 2008). Sementara itu, Edwin (2002)
mengatakan integrasi merupakan penggabungan dan pengaturan dari masing-
masing elemen/unit yang terpisah yang membentuk harmonisasi dan saling
keterikatan satu sama yang lain. Menurut Depkes (2006) mengenai panduan
138
integrasi di kabupaten kota diketahui bahwa untuk dapat mengintegrasikan
kegiatan harus memperhatikan: pemberdayaan masyarakat, bina suasana, dan
advokasi. Kegiatan promotif, preventif, dan kuratif yang telah dilaksanakan
memerlukan penambahan sasaran kepada pekerja yang selanjutnya akan dibahas
pada bagian program kesehatan Puskesmas Jurang Mangu.
Pada pelaksanaan kegiatan promotif oleh Puskesmas Jurang Mangu
terdapat 9 kegiatan yang belum dilaksanakan sesuai dengan kegiatan promotif
Pos UKK Terintegrasi yang disyaratkan dalam Permenkes 100 tahun 2015, yaitu:
penyuluhan konseling kesehatan kerja, penyuluhan penyakit tidak menular,
penyuluhan kesehatan jiwa, penyuluhan kesehatan olah raga, penyebarluasan
informasi penyakit tidak menular, penyebarluasan informasi kesehatan jiwa,
penyebarluasan informasi kesehatan kerja, penyebarluasan informasi kesehatan
olah raga melalui media KIE, dan sarasehan intervensi menuju norma sehat
belum dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu. Sedangkan jika Pos UKK
Terintegrasi terbentuk, diperlukan pemenuhan terhadap kegiatan promotif yang
belum dilaksanakan. Menurut Dahlan (2012) peningkatan kesehatan (promotif)
pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan mental pekerja senantiasa
dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerjayang sehat
dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan
daya produktifitas tenaga kerja. Menurut Rustandi (2016) kesehatan olah raga
merupakan upaya kesehatan yang memanfaatkan olah raga atau latihan fisik
untuk meningkatkan derajat kesehatan yang dapat dilakukan dengan melakukan
139
kemitraan dan pemberdayaan kesehatan pada kelompok pekerja berbasis
masyarakat pekerja
Penyuluhan konseling kesehatan kerja menurut Juanda (2011) merupakan
salah satu kegiatan bidang kesehatan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tenaga kerja tentang kesehatan, baik kesehatan secara umum
ataupun kesehatan tempat mereka bekerja yang dapat dilakukan dengan cara
ceramah atau seminar yang rutin dilakukan secara berkala ataupun pembuatan
media informasi yang ditempel di dinding pengumuman. Penyuluhan penyakit
tidak menular menurut Abdullah (2014) memiliki tujuan untuk memacu
kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak
menular dengan cara meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
kesadaran, kemampuan, dan kemauan untuk dapat mengatasi masalah penyakit
tidak menular. Pada bagian ini masyarakat yang dimaksud adalah pekerja yang
dapat terkena penyakit tidak menular terutama pada potensi bahaya yang ada.
Menurut Rian (2011) penyuluhan kesehatan jiwa diselenggarakan untuk
mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual/emosional yang
dapat dilakukan dengan memberikan informasi meliputi pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan jiwa, pencegahan dan penanggulangan masalah
psikososial dan gangguan jiwa bagi pekerja.
Penyebarluasan informasi mengenai kesehatan jiwa, penyakit tidak
menular, kesehatan olah raga, dan kehatan kerja melalui media KIE dapat
dilakukan dengan cara menampilkan pesan atau informasi yang ingin
140
disampaikan oleh komunikator, secara media cetak elektronik (TV, radio,
komputer) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah
positif terhadap kesehatannya (Depkes, 2006). Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat bahan bacaan atau bahan peragaan.
Pada pelaksanaan kegiatan preventif oleh Puskesmas Jurang Mangu
terdapat 5 kegiatan yang belum dilaksanakan sesuai dengan kegiatan preventif
Pos UKK Terintegrasi yang disyaratkan dalam Permenkes 100 tahun 2015, yaitu:
inventarisasi jenis kerja, pengenalan bahaya di tempat kerja, upaya perbaikan
ergonomi, penyediaan contoh APD, dan deteksi dini PTM.
Menurut Galandi (2016) inventarisasi adalah semua kegiatan dan usaha
untuk memperoleh data yang diperlukan tentang ketersediaan barang-barang
yang dimiliki dan diurus, baik yang diadakan melalui pembelian menggunakan
anggaran belanja, maupun sumbangan atau hibah untuk diadministrasikan
sebagaimana mestinya menurut ketentuan dan cara yang telah ditetapkan di
masing-masing instansi. Inventarisasi jenis kerja diperlukan untuk dapat
mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Hal
ini dimaksudkan untuk dapat melakukan analisis terhadap risiko yang di hadapi
oleh kalangan pekerja informal. Pengenalan bahaya di tempat kerja menurut
Suprapto (2008) merupakan kegiatan mengidentifikasi segala kondisi ataupun
sumber yang dapat member pengaruh yang merugikan terhadap pekerja.
141
Pengenalan baha di tempat kerja diperlukan agar pekerja mengetahui risiko dari
kegiatan yang dilakukannya. Terdapat bahaya kimia, biologi, fisika, psikologi,
dan fisiologi yang dapat diidentifikasi. Upaya perbaikan ergonomi memiliki
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan
beban kerja tambahan yang dapat dilakukan dengan diagnosis, treatment, dan
follow-up mengenai permasalahan ergonomi yang ada di tempat kerja
(Suma’mur, 2009). Penyediaan contoh APD diperlukan agar pekerja dapat
mengetahui APD apa yang diperlukan untuk melindungi dirinya dari bahaya
(Erwin, 2008). Deteksi dini PTM dilakukan unuk membudayakan gaya hidup
sehat dalam lingkungan yang kondusif dengan cara melakukan pengecekan
terhadap pemeriksaan biokimia oleh petugas kesehatan (Depkes, 2006)
Faktor penghambat yang ditemukan pada setiap IKM adalah pengetahuan
pekerja mengenai kesehatan kerja yang masih minim, belum adanya keinginan
pekerja menjadi kader kesehatan kerja, serta ketidakmauan pekerja mengadakan
iuran bagi kegiatan kesehatan kerja. Hal-hal tersebut menjadi penghambat dalam
pembentukan Pos UKK Terintegrasi karena merupakan ketidakpemenuhan dalam
syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
IKM Konveksi Jurang Mangu Timur memiliki potensi terbesar
pembentukan Pos UKK Terintegrasi karena memiliki jumlah faktor pendorong
terbanyak yaitu 5 faktor pendorong dan juga memiliki faktor pendorong yang
tidak dijumpai di IKM lainnya yaitu tempat pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
142
Sedangkan faktor penghambat yang ditemukan berjumlah 4 faktor penghambat,
dengan penghambat terbesar adalah belum adanya keinginan pekerja menjadi
kader kesehatan kerja.
Setelah diketahuinya faktor pendorong dan penghambat hal yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada
setiap IKM adalah dengan memperbaiki faktor-faktor penghambat dan
mengoptimalkan faktor pendorong. Diketahui belum adanya pelaksanaan
kesehatan kerja oleh Puskesmas dapat dipengaruhi oleh tidak adanya regulasi
lokal, seperti juknis (petunjuk teknis), yang mengarahkan Puskesmas Jurang
Mangu untuk melaksanakan kegiatan kesehatan kerja. Menurut Yuliani (2017)
petunjuk teknis dapat membantu pelaksanaan program agar dapat berjalan
efektif. Oleh karena itu dikarenakan peniliti menyarankan Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan mengembangkan regulasi lokal seperti petunjuk teknis
Pembentukan Pos UKK Terintegrasi untuk dapat mendukung potensi
Pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Jurang Mangu.
Langkah yang dapat dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu untuk
mendukung pembentukan Pos UKK Terintegrasi adalah dengan membentuk tim
kesehatan kerja untuk memberikan pengetahuan mengenai kesehata kerja dan
tugas kader kesehatan kerja serta perekrutan kader potensial di pekerja dalam
suatu kelompok pekerja. Setelah itu dapat dilakukan Survei Mawas Diri yang
merupakan langkah awal dalam pembentukan Pos UKK Terintegrasi yang
digerakkan oleh Petugas Puskesmas bersama Kader Pos UKK Terintegrasi
143
Dengan diketahuinya faktor pendukung dan penghambat pada setiap
potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi dapat dilakukan upaya pemeliharaan
faktor pendorong agar tetap mendukung pembentukan Pos UKK Terintegrasi dan
upaya antisipasi faktor penghambat sehingga tidak menjadi masalah dalam
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Penjelasan mengenai faktor pendorong dan
faktor penghambat potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada setiap IKM
yang ada di Jurang Mangu melalui pemenuhan syarat pembentukan Pos UKK
Terintegrasi akan dijabarkan di bawah ini:
1. Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Timur
Pada potensi pembentukan Pos UKK Terintegrsi IKM Konveksi Jurang
Mangu Timur diketahui terdapat 5 faktor yang mendorong potensi
terbentuknya Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur.
Faktor pendorong tersebut adalah: terdapat kelompok pekerja dari jenis
pekerjaan yang sama yang berjumlah lebih dari 10 orang pekerja, persepsi
positif pentingnya kesehatan kerja bagi pekerja, terdapat tempat pembentukan
Pos UKK Terintegrasi dari warga pekerja, sebagian besar sarana Pos UKK
Terintegrasi sudah tersedia dari warga pekerja, sebagian besar kegiatan
promotif, preventif, dan intervensi yang dipersyaratkan di Permenkes 100
tahun 2015 sudah dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu sehingga dapat
diintegrasikan.
144
Skor terbesar pada potensi pembentukan yang hanya didapatkan pada
IKM Konveksi Jurang Mangu adalah tersedianya tempat pembentukan dari
warga. Hal ini menjadi faktor pendukung karena tempat pembentukan
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan Pos UKK Terintegrasi.
Sedangkan terdapat juga faktor yang menghambat potensi pembentukan
Pos UKK Terintegrasi. Terdapat 4 faktor penghambat yaitu: pengetahuan
pekerja mengenai kesehatan kerja yang masih minim, anggapan pekerja
mengenai tugas kader kesehatan yang keliru, belum adanya keinginan pekerja
menjadi kader kesehatan kerja, serta ketidaksediaan pekerja mengadakan
iuran untuk kegiatan kesehatan kerja.
Skor terbesar pada faktor penghambat adalah belum adanya keinginan
pekerja menjadi kader kesehatan kerja. Faktor penghambat yang ditemukan
hanya pada IKM Jurang Mangu Timur adalah persepsi yang keliru mengenai
tugas kader kesehatan kerja
Faktor pendorong dan faktor pendukung tersebut didapatkan
berdasarkan pemenuhan syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Menurut
Umar (2011) syarat adalah suatu kondisi atau kemampuan yang harus
dipenuhi atau dimiliki oleh sistem, produk, layanan, hasil, atau komponen
untuk memenuhi kontrak, standar, spesifikasi, atau dokumen resmi lainnya.
Sedangkan menurut Thomas (2007) syarat adalah tuntutan yang harus
dipenuhi. Pada penelitian ini syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi
berdasarkan dari Permenkes 100 tahun 2015.
145
Pos UKK Terintegrasi termasuk sebagai suatu program pengembangan
di Puskesmas. Menurut Satria (2012) dalam melaksanakan suatu program
dibutuhkan manajemen untuk menjamin tercapainya tujuan dari program
tersebut. Di dalam manajemen dikenal input proses output dari suatu sistem
atau program yang harus diperhatikan untuk berjalannya program sesuai
dengan tujuannya. Input adalah sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan program agar dapat berjalan ke tahap proses (Heriyati, 2001).
Penjelasan mengenai pemenuhan syarat pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur sehingga dapat menentukan
faktor pendorong dan penghambat potensi pembentukan Pos UKK Teringrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu Timur akan dijabarkan di bawah ini:
a. Kelompok Pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
Salah satu syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi adalah harus
dibentuk dari jenis pekerjaan yang sama serta dibentuk dalam kelompok
pekerja yang sejenis berjumlah minimal 10 orang pekerja.
Terdapat sebanyak 86 IKM Konveksi di Jurang Mangu Timur.
Masing-masing IKM memiliki pekerja paling banyak 8 orang pekerja.
Sehingga dapat diperkirakan di Jurang Mangu Timur terdapat sebanyak
430 pekerja konveksi. Sehingga memiliki calon SDM yang cukup untuk
menjalankan program Pos UKK Terintegrasi. Hal ini sesuai dengan
pembahasan sebelumnya adalah faktor pendorong pembentukan Pos UKK
Terintegrasi.
146
b. Calon Kader Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur
Menurut Wijaya (2008) kader adalah orang atau kumpulan orang yang
dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik
sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai pemihak dan atau membantu
tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut. Kader kesehatan masyarakat
adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk
menanggani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat
setra untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995).
Pada pembentukan Pos UKK Terintegrasi diperlukan kader kesehatan
kerja, dengan beberapa persyaratan seperti kader berasal dari kelompok
pekerja atau masyarakat, memiliki minimal 10% dari jumlah pekerja,
memiliki keinginan membentuk Pos UKK Terintegrasi, dapat membaca
dan menulis huruf latin serta memiliki pengetahuan mengenai kesehatan
kerja. Calon kader Pos UKK Terintegrasi merupakan SDM dari program
Pos UKK Terintegrasi. Perencanaan SDM diperlukan untuk
keberlangsungan program. Perencanaan SDM adalah proses analisis dan
identifikasi yang dilakukan organisasi terhadap kebutuhan akan sumber
daya manusia, sehingga organisasi tersebut dapat menentukan langkah
yang harus diambil guna mencapai tujuannya. Selain itu, pentingnya
diadakan perencanaan SDM ialah organisasi akan memiliki gambaran yang
147
jelas akan masa depan, serta mampu mengantisipasi kekurangan kuantitas
dan kualitas tenaga kerja yang diperlukan (Amaliah, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
memiliki calon kader Pos UKK Terintegrasi yang cukup seperti yang
dijelaskan pada bagian sebelumnya. Sedangkan pada bagian ini akan dilihat
bagaimana keadaan kualitas dan keinginan menjadi kader kesehatan kerja
calon kader Pos UKK Terintegrasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa belum ada keinginan pekerja
menjadi kader kesehatan kerja. Menurut Rianti (2011) ada pengaruh
pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan manfaat menjadi kader kesehatan
terhadap keaktifan menjadi kader posyandu. Purtiantini (2010) juga
mendukung hal tersebut yang menjelaskan bahwa program pemerintah
mendapatkan respon yang baik dari masyarakat jika masyarakat tersebut
memiliki pengetahuan yang baik mengenai manfaat dari program
pemerintah.
Berdasarkan penelitian Suroyo (2007) keikutsertaan seseorang di
dalam suatu aktivitas dalam pengelolaan program UKK di Puskesmas
sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan praktik dari
pelakunya. Pengetahuan terhadap manfaat suatu kegiatan dalam program
akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap yang positif. Selanjutnya
sikap yang positif ini akan mempengaruhi niat seseorang untuk ikut serta
dalam kegiatan. Niat untuk ikut serta suatu kegiatan sangat tergantung
148
kepada seseorang mempunyai sikap atau tidak terhadap kegiatan. Adanya
niat untuk melakukan kegiatan sangat ditentukan oleh pengetahuan dan
sikap apakah kegiatan dilakukan atau tidak, dengan kata lain yaitu
keberhasilan suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh seseorang yang
mempunyai pengetahuan dan sikap yang positif.
Hasil yang didapat mengenai pengetahuan pekerja IKM Konveksi
Jurang Mangu Timur tentang kesehatan kerja merupakan merupakan
keadaan sehat saat melakukan pekerjaan. Sedangkan menurut Notoatmodjo
(2003) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik,
kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah
masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri
pokoknya adalah preventif (pencegahan penyakit) dan promotif
(peningkatan kesehatan). Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja
pedomannya ialah: penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pekerja IKM Konveksi
Jurang Mangu Timur mengenai kesehatan kerja masih kurang karena kerja
masih dipandang sebagai keadaan bukan merupakan upaya untuk menjaga
kesehatan itu sendiri.
Pengetahuan mengenai tugas kader kesehatan kerja menurut pekerja
IKM Konveksi Jurang Mangu adalah mempunyai pekerjaan yang rumit
karena berhubungan dengan obat-obatan. Sedangkan berdasarkan
149
Permenkes 100 tahun 2015 diketahui bahwa terdapat 20 tugas kader Pos
UKK Terintegrasi, dari semua tugas tersebut tidak menyebutkan adanya
keharusan ataupun tugas yang mewajibankan kader kesehatan memahami
mengenai jenis obat-obatan kecuali terhadap obat ringan yang ada pada
P3K. Pemberian kegiatan kuratif yang dianjurkan hanyalah pertolongan
pertama bukan pada pemberian obat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur belum mengetahui tugas
kader kesehatan kerja secara tepat.
Pos UKK Terintegrasi sendiri termasuk kedalam program Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Puskesmas. Program UKBM
Puskesmas ini dapat dilihat sebagai bentuk upaya pemerintah
meningkatkan kemandirian masyarakat terhadap status kesehatannya atau
termasuk dalam pemberdayaan masyarakat. Menurut Widjaja (2006)
pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan
potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan
jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan
mengembangkan diri secara mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama
dan budaya. Sedangkan menurut Suhendra (2008) pemberdayaan
masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara
sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif
dengan keterlibatan semua potensi. Dalam hal ini Pos UKK Terintegrasi
dapat dilihat sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang
150
kesehatan agar dapat mandiri menjaga kesehatannya sendiri terutama
fokusnya adalah masyarakat pekerja.
Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk meningkatkan
pengetahuan dari para calon kader Pos UKK Terintegrasi mengenai
kesehatan kerja dan tugas dari kader kesehatan kerja. Seperti yang
disampaikan oleh Mubarak (2006) mengatakan bahwa dalam memberikan
pendidikan kesehatan agar dapat mencapai tujuan harus memperhatikan
beberapa hal diantaranya yaitu materi atau pesan dan metode yang
disampaikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
masyarakat dalam bahasa kesehariannya, materi tidak terlalu sulit dan
dimengerti oleh sasaran.
Menurut Sugiri (2012) salah satu tugas pokok pemerintah daerah dan
perangkatnya adalah pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian,
perangkat pemerintahan di daerah senantiasa dituntut mengambil peran
yang besar di dalam memberdayakan masyarakat yang ada di wilayahya.
Pentingnya pemberdayaan masyarakat juga didasarkan pada pemikiran
community-based resource manegement (pengelolaan sumberdaya lokal),
yang merupakan suatu sosok manajemen pembangunan yang mencoba
menjawab tantangan pembangunan, yaitu kemiskinan, memburuknya
lingkungan hidup, dan kurangnya partisipasi masyrakat di dalam proses
pembangunan yang menyangkut diri mereka. Pemikiran tersebut
merupakan mekanisme perencanaan people-centerd development
151
(pembangunan yang berorientasi pada manusia) yang menekankan pada
teknologi social learning (pembelajaran sosial) dan strategi perumusan
progam yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengaktualisasikan diri mereka (empowerment).
Penyebarluasan informasi dengan menggunakan media visual seperti
booklet, poster, lembar balik, dan penyuluhan. Penelitian yang dilakukan
Yusyaf (2011) pendidikan kesehatan melalui penyuluhan menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan. Metode
yang digunakan dalam pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dengan
media interaktif seperti presentasi dan poster lembar balik. Hal tersebut
juga didukung oleh penelitian Afrianto (2014) yang mengatakan bahwa
penyuluhan K3 menggunakan media visual dapat memperbaiki
pengetahuan, sikap, dan tindakan pekerja. Menurut Permenkes 100 tahun
2015 mengenai peran pemerintah untuk persiapan Pos UKK Terintegrasi
yakni Dinkes Tangsel dan Puskesmas Jurang Mangu. Mereka memiliki
peran penting sebagai regulator dan fasilitator untuk dapat meningkatkan
pengetahuan pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur mengenai
kesehatan kerja dan kader kesehatan kerja.
c. Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Timur
Tempat pembentukan merupakan tempat kegiatan Pos UKK
Terintegrasi akan dilaksanakan. Tempat pembentukan atau prasarana
152
menurut KBBI adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Tempat
pembentukan Pos UKK Terintegrasi dapat menggunakan dalam ruang atau
luar ruang baik sendiri maupun gabungan dengan usaha lain yang bisa
difungsikan untuk tempat berkumpul dan melakukan kegiatan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat tempat pembentukan yang berasal
dari warga pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur. Tempat
pembentukan ini berasal dari tokoh masyarakat yaitu pak RW. Tokoh
masyarakat menurut Manolang (2013) dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
Menurut Septiani (2011) salah hambatan pelaksanaan UKBM pada
masyarakat adalah tidak adanya tempat yang layak yang dapat digunakan
untuk melakukan kegiatan UKBM. Hanifah (2004) mengatakan
pemberdayaan masyarakat menggunakan prinsip dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Sehingga, untuk kegiatan UKBM sebaiknya menggunakan
tempat kosong yang dimiliki masyarakat sekitar.
Puspitasari (2008) mengatakan tempat pelaksanaan UKBM yang baik
sangat penting untuk keberlangsungan kegiatan UKBM. Tempat yang
sesuai dengan sasaran UKBM harus diperhatikan agar keberlangsungan
UKBM tersebut dapat berjalan dengan baik. Hal ini didukung oleh Rian
(2009) yang menyatakan bahwa kegiatan posbindu di daerah Puncungrejo
terhambat dikarenakan tempat pelaksanaan kegiatannya rusak.
153
d. Ketersediaan Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Timur
Sarana merupakan unsur material yang menurut Putri (2004) adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
atau tujuan. Dengan kata lain sarana lebih ditujukan untuk benda-benda
atau peralatan yang bergerak. Seperti yang disampaikan oleh Sulandri
(2014) dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan material
atau bahan-bahan. Oleh karena itu, material dianggap pula sebagai alat atau
sarana manajemen untuk mencapai tujuan.
Ketersediaan sarana Pos UKK Terintegrasi di IKM Konveksi Jurang
Mangu Timur berasal dari warga pekerja. Terdapat 11 sarana yang
disyaratkan oleh Permenkes 100 tahun 2015. sebanyak 8 sarana sudah
tesedia dari sumbangan warga. Berdasarkan Edwin (2003) pemanfaatan
aset untuk kebaikan kehidupan masyarakat tersebut bagi diri mereka adalah
contoh aspek pemberdayaan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh
Puspitasari (2008) pelaksanaan UKBM masih menggunakan peralatan
sederhana yang berasal dari warga, sedangkan peralatan kesehatan dibawa
oleh bidan puskesmas yang berjaga di posyandu.
e. Sumber Dana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur
Sumber dana Pos UKK Terintegrasi dapat berasal dari iuran warga
atau dana bantuan dari pemerintah ataupun sumber dana lain. merupakan
154
salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Menurut Emerson (1996) uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena
itu sumber dana merupakan alat (money) yang penting untuk mencapai
tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini
akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli
serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Hasil yang ditemukan pada penelitian ini adalah warga enggan
melakukan iuran dikarenakan kebutuhan sehari-hari yang tinggi sehingga
iuran untuk UKBM dirasa tidak terlalu penting. Hal ini bertentangan
dengan hasil penelitian oleh Rian (2009) yang menyatakan bahwa warga
sukarela menyumbang untuk kegiatan UKBM Posyandu dikarenakan
sangat murah dengan manfaat yang besar. Menurut Utami (2008) salah satu
indikasi partisipasi penuh masyarakat terhadap program pemberdayaan
pemerintah akan terwujud bila terdapat iuran dana bagi program tersebut.
Untuk itu diperlukan adanya inisiasi dari pemerintah agar masyarakat dapat
mencapai partisipasi penuh terhadap program pemerintah.
Diketahui juga hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak adanya
dana khusus bagi kegiatan pelaksanaan UKBM. Sementara menurut
Kepmenkes 52 tahun 2015 terdapat target kinerja promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang salah satu target pencapaiannya adalah
155
memanfaatkan 10% dana desa untuk kegiatan UKBM sebesar 50%.
Sehingga peneliti menyarankan untuk memanfaatkan dana desa sebagai
sumber dana bagi kegiatan UKBM Pos UKK Terintegrasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan pengajuan proposal kegiatan Pos UKK Terintegrasi.
f. Program Kesehatan Terintegrasi Puskesmas Jurang Mangu
Pada pelaksanaan program kesehatan yang terintegrasi di Pos UKK
Terdapat program utama yaitu program promotif serta preventif dengan
diikuti pengobatan dan rehabilitatif sederhana. Berdasarkan Emerson
(1996) Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu
tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah
metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu
tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada
sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang
dan kegiatan usaha.
Program-program kesehatan menurut Depkes (2008) adalah rangkaian
upaya yang dilaksanakan sesuai kebijakan pemerintah dalam bidang
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat guna
mencapai kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Program kesehatan
termasuk upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
156
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berawawasan kesehatan.
Berdasarkan Permenkes 100 tahun 2015 diketahui terdapat kegiatan
utama Pos UKK Terintegrasi yaitu kegiatan promotif dan preventif. Namun
terdapat juga kegiatan kuratif dan rehabilitatif sederhana yang dapat
dilakukan. Sebanyak 24 kegiatan promotif, 14 kegiatan preventif, 3
kegiatan kuratif, dan sebuah kegiatan rehabilitatif disyaratkan oleh
Permenkes 100 tahun 2015. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak
15 kegiatan promotif, 9 kegiatan preventif, 2 kegiatan kuratif sudah
dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang Mangu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Puskesmas Jurang Mangu telah melakukan sebagian besar kegiatan
Pos UKK Terintegrasi.
Selanjutnya kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Jurang
Mangu diharapkan dapat diintegrasikan dengan kesehatan kerja. Kegiatan-
kegiatan yang diharapkan dapat diintegrasikan dengan kesehatan kerja
adalah:
1) Kegiatan Promotif
Menurut WHO kegiatan promotif merupakan proses mengupayakan
individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
mereka mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Integrasi kegiatan
promotif adalah salah satu strategi pendekatan untuk memadukan dan
157
menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan yang dimulai dari
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, serta pengawasan, pengendalian
dan penilaian dalam meningkatkan tercapainya hasil pelaksanaan
program-program kesehatan secara efektif dan efisien.
Sebanyak 15 kegiatan promotif sudah dilakukan oleh puskesmas
Jurang Mangu yaitu: penyuluhan penyakit menular, penyuluhan gizi,
penyuluhan kesehatan reproduksi, penyuluhan kesehatan ibu,
penyuluhan kesehatan lingkungan (PHBS), penyebarluasan informasi
penyakit menular, informasi gizi, informasi kesehatan reproduksi,
informasi kesehatan ibu, informasi kesehatan lingkungan, informasi
PHBS melalui media KIE, penimbangan berat & tinggi badan, aktivitas
kebugaran, surveilans kesehatan, serta pencatatan dan pelaporan.
Kegiatan ini diharapkan dapat diintegrasikan dengan kesehatan kerja.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kegiatan promotif dapat
diintegrasikan kepada warga pekerja selama pekerja merupakan bagian
dari kelurahan Jurang Mangu. Sedangkan menurut Depkes (2006)
mengenai panduan integrasi kegiatan promotif di kabupaten kota
diketahui bahwa untuk dapat mengintegrasikan kegiatan promotif harus
memperhatikan: pemberdayaan masyarakat, bina suasana, dan advokasi.
Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk dapat memberdayakan
masyarakat kelurahan Jurang Mangu mengenai pengetahuan kesehatan
kerja, serta adanya bina suasana dengan kelompok UKBM lain seperti
158
Posyandu dan Posbindu mengenai kesehatan kerja, dan advokasi
terhadapat sektor terkait mengenai kesehatan kerja.
2) Kegiatan Preventif
Menurut WHO kegiatan preventif adalah tindakan yang diambil
untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya sesuatu
kejadian yang tidak diinginkan di masa depan. Tindakan preventif
biasanya lebih murah biayanya jika dibandingkan dengan biaya
mengurangi dampak peristiwa buruk yang terjadi. Sedangkan menurut
Putri (2004) preventif adalah tindakan pencegahan terhadap gangguan
yang bisa mengancam pribadi ataupun kelompok.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 9 kegiatan preventif
telah dilakukan oleh Puskesmas Jurang Mangu yaitu: upaya perbaikan
pengolahan limbah di lingkungan kerja, pengamatan jentik di
lingkungan kerja, pemeriksaan kesehatan berkala oleh petugas
kesehatan, deteksi dini penyakit kusta & tuberkolosis, deteksi dini
penyakit malaria, deteksi dini PMS, pemberian imunisasi TT pada
wanita subur, dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil. Kegiatan ini
diharapkan dapat diintegrasikan dengan prinsip kesehatan kerja.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan preventif yang
dilaksanakan dilakukan kepada sasaran yang telah ditetapkan dalam
program Puskesmas Jurang Mangu. Sehingga selama pekerja masih
termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Jurang Mangu, mereka
159
berkesempatan mendapatkan kegiatan preventif. Untuk pengintegrasian
dengan kesehatan kerja diperlukan pemberdayaan masyarakat, bina
suasana dan advokasi. Pemberdayaan masyarakat untuk kegiatan
preventif dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan prinsip
kesehatan kerja kepada masyarakat terkait, serta bina suasana kepada
program UKBM terkait seperti Posbindu dan Posyandu mengenai
prinsip kesehatan kerja. Advokasi dilakukan kepada sektor terkait untuk
adanya integrasi dengan kesehatan kerja.
3) Kegiatan Kuratif
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian
penyakit,atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin (UU, 2009). Sedangkan menurut Samsuddin
(2008) kegiatan kuratif adalah proses menyembuhkan seseorang dari
keadaan sakit secara fisik dan psikis.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 2 kegiatan kuratif
sudah dilakukan yaitu: pelayanan P3K dan pelayanan P3P yang dapat
diintegrasikan jika Pos UKK dibentuk di Jurang Mangu. Untuk dapat
diintegrasikan dengan kesehatan kerja diperlukan adanya kemampuan
dan sarana yang mendukung. Kondisi yang ditemukan adalah pada
pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Timur terdapat kotak P3K namun
160
isinya belum sesuai dengan Permenaker No. PER.15/MEN/VIII/2008.
Diperlukan adanya pemenuhan standar isi kotak P3K. Dapat dilakukan
dengan pengajuan proposal kepada Puskesmas untuk mengisi
kekosongan kotak P3K agar sesuai peraturan. Sedangkan untuk kegiatan
kemampuan menggunakan obat P3K diperlukan pengetahuan umum
mengenai obat umum yang dapat dilakukan dengan pemberian
informasi oleh petugas Puskesmas Jurang Mangu.
2. Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat
Pada potensi pembentukan Pos UKK Terintegrsi IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat diketahui terdapat 4 faktor yang mendorong potensi
terbentuknya Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat.
Faktor pendorong tersebut adalah: terdapat kelompok pekerja dari jenis
pekerjaan yang sama yang berjumlah lebih dari 10 orang pekerja, persepsi
positif mengenai tugas kader kesehatan dan pentingnya kesehatan kerja bagi
pekerja, serta sebagian besar kegiatan promotif, preventif, dan intervensi yang
dipersyaratkan di Permenkes 100 tahun 2015 sudah dilakukan oleh Puskesmas
Jurang Mangu sehingga dapat diintegrasikan. Skor tertinggi yaitu persepsi
positif pekerja terhadap tugas kader kesehatan. Hal ini menjadi faktor
pendorong karena pekerja dinilai menganggap tugas kader kesehatan sebagai
kegiatan yang positif
161
Sedangkan terdapat juga faktor yang menghambat potensi pembentukan
Pos UKK Terintegrasi. Terdapat 5 faktor penghambat yaitu: pengetahuan
pekerja mengenai kesehatan kerja yang masih minim, belum adanya keinginan
pekerja menjadi kader kesehatan kerja, tidak adanya tempat pembentukan Pos
UKK Terintegrasi dari warga pekerja, serta ketidaksediaan pekerja
mengadakan iuran untuk kegiatan kesehatan kerja.
Penjelasan mengenai pemenuhan syarat pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat sehingga dapat menentukan
faktor pendorong dan penghambat potensi pembentukan Pos UKK Teringrasi
IKM Konveksi Jurang Mangu Barat akan dijabarkan di bawah ini:
a. Kelompok Pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
Salah satu syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi adalah harus
dibentuk dari jenis pekerjaan yang sama serta dibentuk dalam kelompok
pekerja yang sejenis berjumlah minimal 10 orang pekerja. Terdapat
sebanyak 48 IKM Konveksi di Jurang Mangu Barat. Masing-masing IKM
memiliki pekerja paling banyak 8 orang pekerja. Sehingga dapat
diperkirakan di Jurang Mangu Barat terdapat sebanyak 250 pekerja
konveksi. Sehingga memiliki calon SDM yang cukup untuk menjalankan
program Pos UKK Terintegrasi. Seperti yang dibahas pada bagian
kelompok pekerja sebelumnya, hal ini merupakan suatu modal yang baik
untuk pelaksanaan kegiatan yakni pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
162
b. Calon Kader Pos UKK Terintegrsi IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat
Pada pembentukan Pos UKK Terintegrasi diperlukan kader kesehatan
kerja, dengan beberapa persyaratan seperti kader berasal dari kelompok
pekerja atau masyarakat, memiliki minimal 10% dari jumlah pekerja,
memiliki keinginan membentuk Pos UKK Terintegrasi, dapat membaca
dan menulis huruf latin serta memiliki pengetahuan mengenai kesehatan
kerja. Calon kader Pos UKK Terintegrasi merupakan SDM dari program
Pos UKK Terintegrasi. Yang merupakan perencanaan SDM kegiatan
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Berdasarkan hasil penelitian IKM
Konveksi Jurang Mangu Barat memiliki calon kader Pos UKK Terintegrasi
yang cukup seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Sedangkan
pada bagian ini akan dilihat bagaimana keadaan kualitas dan keinginan
menjadi kader kesehatan kerja calon kader Pos UKK Terintegrasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat belum berkeinginan pekerja menjadi kader kesehatan kerja.
Seperti yang dijelaskan pada bagian calon kader sebelumnya, hal ini dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan mereka mengenai kesehatan kerja dan tugas
kader kesehatan.
Hasil yang didapat mengenai pengetahuan pekerja IKM Konveksi
Jurang Mangu Barat tentang kesehatan kerja merupakan bekerja saat
sedang sehat dan bukan ketika sakit. Hal ini belum sesuai dengan
163
pengertian kesehatan kerja sebagai upaya untuk menjaga kesehatan
sebelum terjadinya sakit. Ciri pokoknya dalam kesehatan kerja adalah
adalah preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan
kesehatan). Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja pedomannya ialah:
penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah.
Warga pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat beranggapan
bahwa kader kesehatan adalah orang yang ada di puskesmas atau orang
posyandu dan memiliki tugas yang baik yaitu menolong orang yang sakit
agar menjadi sehat. Sebenarnya menurut WHO (1995) kader kesehatan
masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan
dilatih untuk menanggani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat setra untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat
dengan tempat- tempat pemberian pelayanan kesehatan. Menurut
Permenkes 100 tahun 2015 kegiatan utama dari Pos UKK Terintegrasi
adalah kegiatan promotif dan preventif yang merupakan kegiatan yang
ditujukan agar pekerja tidak sakit dan selalu sehat dalam bekerja, bukan
mengobati ketika sudah sakit. Walaupun begitu, warga pekerja
menganggap bahwa pekerjaan kader kesehatan merupakan pekerjaan yang
mulia.
Oleh karena itu peneliti juga menyarankan untuk diberikannya
penyuluhan mengenai kesehatan kerja dan tugas oleh pemerintah agar
164
dapat meningkatkan pengetahuan pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat mengenai kesehatan kerja dan tugas dari kader kesehatan kerja.
c. Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat
Diketahui bahwa belum terdapat tempat pembentukan Pos UKK
Terintegrasi oleh warga pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu Barat. Hal
ini dikarenakan warga tidak mempunyai lahan untuk dipinjamkan sebagai
tempat kegiatan Pos UKK Terintegrasi.
Oleh karena itu peneliti menyarankan warga IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat mengadakan musyawarah untuk penentuan lokasi
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Menurut Mulyana (2008)
musyawarah adalah suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk
memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan
bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut
urusan keduniawian. Hal ini didukung oleh penelitian Anjani (2006)
penentuan tempat kegiatan posyandu ditentukan dengan musyawarah
warga.
d. Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
Ketersediaan sarana Pos UKK Terintegrasi di IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat berasal dari warga pekerja. Terdapat 11 sarana yang
disyaratkan oleh Permenkes 100 tahun 2015. sebanyak 5 sarana sudah
tesedia dari sumbangan warga. Dapat diketahui bahwa lebih banyak sarana
165
yang belum terpenuhi. Bertentangan dengan hasil penelitian Puspitasari
(2008) pelaksanaan UKBM masih menggunakan peralatan sederhana yang
berasal dari warga, sedangkan peralatan kesehatan dibawa oleh bidan
puskesmas yang berjaga di posyandu.
Hal tersebut disebabkan karena warga tidak memiliki sarana yang
dapat dipinjamkan untuk kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Pengadaan
sarana kegiatan Pos UKK Terintegrasi dapat menggunakan sumbangan dari
Puskesmas atau berasal dari dana desa.
e. Sumber Dana Pos UKK Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu
Barat
Sumber dana Pos UKK Terintegrasi dapat berasal dari iuran warga
atau dana bantuan dari pemerintah ataupun sumber dana lain. Merupakan
salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Hasil yang ditemukan pada
penelitian ini adalah warga enggan melakukan iuran dikarenakan
kebutuhan sehari-hari yang tinggi sehingga iuran untuk kesehatan kerja
dirasa tidak terlalu penting.
Respon puskesmas Jurang Mangu terkait dana untuk UKBM adalah
tidak ada dana khusus. Namun terdapat hal yang berbeda disampaikan pada
Kepmenkes 52 tahun 2015 bahwa 10% dana desa dapat dimanfaat untuk
kegiatan UKBM. Warga disarankan mengajukan proposal kegiatan untuk
mendapatkan dana dari pemerintah.
166
f. Program Kesehatan Terintegrasi Puskesmas Jurang Mangu
Pada bagian program kesehatan terintegrasi Puskesmas Jurang Mangu
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat diintegrasikan dengan
memperhatikan pemberdayaan masyarakat, bina suasa, dan advokasi pada
IKM Konveksi Jurang Mangu Barat. Hal ini dilakukan agar dapat
diintegrasikannya kegiatan kesehatan dalam pelaksanaan Pos UKK
Terintegrasi.
3. Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan & Minuman
Pada potensi pembentukan Pos UKK Terintegrsi IKM Makanan dan
Minuman diketahui terdapat 3 faktor yang mendorong potensi terbentuknya
Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan dan Minuman. Faktor pendorong
tersebut adalah: terdapat kelompok pekerja dari jenis pekerjaan yang sama
yang berjumlah lebih dari 10 orang pekerja, persepsi positif mengenai tugas
kader kesehatan, serta sebagian besar kegiatan promotif, preventif, dan
intervensi yang dipersyaratkan di Permenkes 100 tahun 2015 sudah dilakukan
oleh Puskesmas Jurang Mangu sehingga dapat diintegrasikan.
Sedangkan terdapat juga faktor yang menghambat potensi pembentukan
Pos UKK Terintegrasi. Terdapat 6 faktor penghambat yaitu: pengetahuan
pekerja mengenai kesehatan kerja yang masih minim, belum adanya keinginan
pekerja menjadi kader kesehatan kerja, persepsi yang keliru mengenai
pentingnya pelayanan kesehatan kerja, tidak adanya tempat pembentukan Pos
167
UKK Terintegrasi dari warga pekerja, serta ketidaksediaan pekerja
mengadakan iuran untuk kegiatan kesehatan kerja.
Penjelasan mengenai pemenuhan syarat pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Makanan & Minuman sehingga dapat menentukan faktor
pendorong dan penghambat potensi pembentukan Pos UKK Teringrasi IKM
Makanan & Minuman akan dijabarkan di bawah ini:
a. Kelompok Pekerja IKM Makanan & Minuman
Salah satu syarat pembentukan Pos UKK Terintegrasi adalah harus
dibentuk dari jenis pekerjaan yang sama serta dibentuk dalam kelompok
pekerja yang sejenis berjumlah minimal 10 orang pekerja. Terdapat
sebanyak 6 IKM Makanan & Minuman. Masing-masing IKM memiliki
pekerja sekitar 7 hingga 9 orang pekerja. Sehingga dapat diperkirakan di
Jurang Mangu terdapat sebanyak 54 pekerja IKM Makanan & Minuman.
Sehingga memiliki calon SDM yang cukup untuk menjalankan program
Pos UKK Terintegrasi. Seperti yang dibahas pada bagian kelompok pekerja
sebelumnya, hal ini merupakan suatu modal yang baik untuk pelaksanaan
kegiatan yakni pembentukan Pos UKK Terintegrasi.
b. Calon Kader Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan & Minuman
Pada pembentukan Pos UKK Terintegrasi diperlukan kader kesehatan
kerja, dengan beberapa persyaratan seperti kader berasal dari kelompok
pekerja atau masyarakat, memiliki minimal 10% dari jumlah pekerja,
memiliki keinginan membentuk Pos UKK Terintegrasi, dapat membaca
168
dan menulis huruf latin serta memiliki pengetahuan mengenai kesehatan
kerja. Calon kader Pos UKK Terintegrasi merupakan SDM dari program
Pos UKK Terintegrasi. Yang merupakan perencanaan SDM kegiatan
pembentukan Pos UKK Terintegrasi. Berdasarkan hasil penelitian IKM
Makanan & Minuman memiliki calon kader Pos UKK Terintegrasi yang
cukup seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Sedangkan pada
bagian ini akan dilihat bagaimana keadaan kualitas dan keinginan menjadi
kader kesehatan kerja calon kader Pos UKK Terintegrasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja IKM Makanan &
Minuman belum berkeinginan pekerja menjadi kader kesehatan kerja.
Seperti yang dijelaskan pada bagian calon kader sebelumnya, hal ini dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan mereka mengenai kesehatan kerja dan tugas
kader kesehatan.
Hasil yang didapat mengenai pengetahuan pekerja IKM Makanan &
Minuman tentang kesehatan kerja merupakan keadaan tidak sakit saat
bekerja. Hal ini belum sesuai dengan pengertian kesehatan kerja sebagai
upaya untuk menjaga kesehatan sebelum terjadinya sakit. Ciri pokoknya
dalam kesehatan kerja adalah adalah preventif (pencegahan penyakit) dan
promotif (peningkatan kesehatan). Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja
pedomannya ialah: penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah.
Warga pekerja IKM Makanan & Minuman beranggapan bahwa kader
kesehatan adalah orang-orang posyandu dan memiliki tugas menimbang
169
berat badan dan pendistribusian obat. Sebenarnya menurut WHO (1995)
kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menanggani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat setra untuk bekerja dalam hubungan
yang amat dekat dengan tempat- tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Selain itu pelayanan kesehatan dianggap sebagai sarana pengobatan bagi
pekerja. Menurut Permenkes 100 tahun 2015 kegiatan utama dari Pos
UKK Terintegrasi adalah kegiatan promotif dan preventif yang merupakan
kegiatan yang ditujukan agar pekerja tidak sakit dan selalu sehat dalam
bekerja, bukan mengobati ketika sudah sakit.
Oleh karena itu peneliti juga menyarankan untuk diberikannya
penyuluhan mengenai kesehatan kerja dan tugas oleh pemerintah agar
dapat meningkatkan pengetahuan pekerja IKM Makanan & Minuman
mengenai kesehatan kerja dan tugas dari kader kesehatan kerja.
c. Tempat Pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan &
Minuman
Diketahui bahwa belum terdapat tempat pembentukan Pos UKK
Terintegrasi oleh warga pekerja IKM Makanan & Minuman Hal ini
dikarenakan warga tidak mempunyai lahan untuk dipinjamkan sebagai
tempat kegiatan Pos UKK Terintegrasi.
Oleh karena itu peneliti menyarankan warga IKM Makanan &
Minuman mengadakan musyawarah untuk penentuan lokasi pembentukan
170
Pos UKK Terintegrasi. Menurut Mulyana (2008) musyawarah adalah suatu
upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan
(mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam
penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan
keduniawian. Hal ini didukung oleh penelitian Anjani (2006) penentuan
tempat kegiatan posyandu ditentukan dengan musyawarah warga.
d. Sarana Pos UKK Terintegrasi IKM Makanan & Minuman
Ketersediaan sarana Pos UKK Terintegrasi di IKM Konveksi Jurang
Mangu Barat berasal dari warga pekerja. Terdapat 11 sarana yang
disyaratkan oleh Permenkes 100 tahun 2015. sebanyak 4 sarana sudah
tesedia dari sumbangan warga. Dapat diketahui bahwa lebih banyak sarana
yang belum terpenuhi. Bertentangan dengan hasil penelitian Puspitasari
(2008) pelaksanaan UKBM masih menggunakan peralatan sederhana yang
berasal dari warga, sedangkan peralatan kesehatan dibawa oleh bidan
puskesmas yang berjaga di posyandu.
Hal tersebut disebabkan karena warga tidak memiliki sarana yang
dapat dipinjamkan untuk kegiatan Pos UKK Terintegrasi. Pengadaan
sarana kegiatan Pos UKK Terintegrasi dapat menggunakan sumbangan dari
Puskesmas atau berasal dari dana desa.
171
e. Sumber Dana Pos UKK Terintegrsi IKM Makanan & Minuman
Sumber dana Pos UKK Terintegrasi dapat berasal dari iuran warga
atau dana bantuan dari pemerintah ataupun sumber dana lain. Merupakan
salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Hasil yang ditemukan pada
penelitian ini adalah warga enggan melakukan iuran dikarenakan
kebutuhan sehari-hari yang tinggi sehingga iuran untuk kesehatan kerja
dirasa tidak terlalu penting.
Respon puskesmas Jurang Mangu terkait dana untuk UKBM adalah
tidak ada dana khusus. Namun terdapat hal yang berbeda disampaikan pada
Kepmenkes 52 tahun 2015 bahwa 10% dana desa dapat dimanfaat untuk
kegiatan UKBM. Warga disarankan mengajukan proposal kegiatan untuk
mendapatkan dana dari pemerintah.
f. Program Kesehatan Terintegrasi Puskesmas Jurang Mangu
Pada bagian program kesehatan terintegrasi Puskesmas Jurang Mangu
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat diintegrasikan dengan
memperhatikan pemberdayaan masyarakat, bina suasa, dan advokasi pada
IKM Konveksi Jurang Mangu Barat. Hal ini dilakukan agar dapat
diintegrasikannya kegiatan kesehatan dalam pelaksanaan Pos UKK
Terintegrasi.
172
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berikut adalah simpulan pada penelitian ini:
1. Jurang Mangu merupakan suatu kelurahan di kecamatan Pondok Aren.
Kelurahan Jurang Mangu termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Jurang
Mangu. Kelurahan Jurang Mangu terbagi atas 2 wilayah yaitu Jurang Mangu
Barat dan Jurang Mangu Timur. Di Jurang Mangu terdapat 3 kelompok
pekerja industri kecil menengah, yakni pekerja IKM Konveksi Jurang Mangu
Timur, IKM Konveksi Jurang Mangu Barat, dan IKM Makanan & Minuman.
Sedangkan di Jurang Mangu belum terdapat Pos UKK Terintegrasi.
2. Faktor Pendorong dan Penghambat untuk masing-masing potensi
pembentukan Pos UKK Terintegrasi adalah:
a. Faktor Pendorong utama terbesar pada potensi pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Timur adalah adanya tempat
pembentukan dari warga pekerja serta terdapat program kegiatan yang
dilakukan Puskesmas Jurang Mangu. Sedangkan Faktor Penghambat utama
terbesar adalah belum adanya keinginan menjadi kader kesehatan kerja.
b. Faktor Pendorong utama terbesar pada potensi pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat adalah persepsi positif
173
mengenai tugas kader kesehatan. Sedangkan Faktor Penghambat utama
terbesar adalah belum adanya keinginan menjadi kader kesehatan kerja.
c. Faktor Pendorong utama terbesar pada potensi pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Makanan & Minuman adalah persepsi positif mengenai
tugas kader kesehatan. Sedangkan Faktor Penghambat utama terbesar
adalah belum adanya keinginan menjadi kader kesehatan kerja.
3. Urutan potensi pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada IKM di Jurang
Mangu secara berurutan adalah pembentukan Pos UKK Terintegrasi IKM
Konveksi Jurang Mangu Timur dengan skor +4,8, pembentukan Pos UKK
Terintegrasi IKM Konveksi Jurang Mangu Barat dengan skor -1,7,
pembentukan Pos UKK Terintegrsai IKM Makanan & Minuman dengan skor
-4,2.
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan
a. Mengembangkan regulasi lokal terkait pembentukan Pos UKK Terintegrasi
b. Memberikan penyuluhan mengenai prinsip kesehatan kerja kepada
masyarakat pekerja Jurang Mangu
2. Bagi Puskesmas Jurang Mangu
a. Melakukan sosialisai internal mengenai Pos UKK Terintegrasi
174
b. Pembentukan Tim Kesehatan Kerja untuk penyuluhan kesehatan kerja
kepada warga Jurang Mangu
c. Melakukan pertemuan tingkat desa sebagai langkah awal pembentukan Pos
UKK Terintegrasi
3. Bagi Masyarakat Pekerja Jurang Mangu
a. Melakukan musyawarah mengenai pentingnya kesehatan kerja
b. Melakukan musyawarah dan pemanfaatan dana desa untuk mendapatkan
tempat pembentukan dan pemenuhan sarana Pos UKK Terintegrasi
175
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Said. 2009. Implementasi program Kesehatan Kerja di Puskesmas
Cirebon. Skripsi. Unversitas Dipenogoro
Afrianto, Defri. 2014. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Petani Paprika di Desa Kumbo Terkait Penggunaan APD. Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Amaliah, Rifaida. 2008. Pengaruh KompetensiTerhadap Kualitas Penyajian
Laporan Keuangan. Skripsi. Universitas Padjajaran
BPJS Ketenagakerjaan. 2016. Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih
Tinggi. Tersedia: http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-
kecelakaan-kerja-di-Indonesiamasih-tinggi.html [diakses pada 5 Mei 2016]
BPS. 2013. Angkatan Kerja Indonesia. Artikel diakses dari
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973
BPS. 2015. Angkatan Kerja Indonesia. Tersedia:
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973 [diakses pada 6 Mei 2016]
BPS. 2015. Kota Tangerang Selatan dalam Angka.
BPS. 2015. Kota Tangerang Selatan dalam Angka. Tersedia:
http://bappeda.bantenprov.go.id/upload/DALAM%20ANGKA%20KAB-
KOTA/KOTA%20TANGERANG%20SELATAN%20DALAM%20ANGKA%2020
15.pdf [diakses pada 6 Mei 2016]
BPS. 2015. Provinsi Banten dalam Angka.
BPS. 2015. Provinsi Banten dalam Angka. Tersedia:
https://banten.bps.go.id/index.php/publikasi/311 [diakses pada 6 Mei 2016]
Budiono, Sugeng. 2008. Kelelahan Kerja. Semarang: Pustaka Setia
Daft, Richard. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga
Dahlan, Hendriansyah. 2012. Upaya Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Depkes RI. 2006. Pos Upaya Kesehatan Kerja. Katalog
176
Depkes Tangsel. 2014. Data Dasar Puskesmas Tangerang Selatan
Depkes. 2006. Panduan Integrasi Promosi Kesehatan Dalam Program-
Program Puskesmas. Tersedia:
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/563 [diakses pada 8 Mei
2017]
Edwin, Flippo. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Tersedia:
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=3188 [diakses pada 8 Mei 2017]
Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba
Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba
Emerson. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama
Galandi, Fitho. 2016. Inventarsasi Kantor. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hanifah, Hikmawati. 2004. Kepemimpinan dan Pemberdayaan. Jakarta: Rineka
Cipta
Heriyati, Mimin. 2001. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Husni, Lalu. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Icohis, Mansur. 2009. Dinamika Pekerja Sektor Informal. Bandung: Prehalindo
ILO. 2013. Safety and Health at Work. Tersedia:
http://www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--de/index.htm
[diakses pada 5 Mei 2016]
Juanda, Arif. 2011. Penyuluhan Kesehatan Kerja. Jakarta: Bumi
Kemenkes RI. 2010. Bahaya Kesehatan Kerja di Sektor Pekerja Home
Industry. Katalog
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Kader Kesehatan
Kerja. Katalog
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja untuk
Kader Pos UKK. Katalog
177
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Kerja Puskesmas. Katalog
Kemenkes RI. 2013. Riskesdas 2013. Tersedia:
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
[diakses pada 5 Mei 2016]
Kemenkes RI. 2014. Keselamatan & Kesehatan Kerja dalam Angka. Artikel
diakses dari http://www.kesehatankerja.depkes.go.id/berita_det.php?id=26
Kemenkes RI. tahun 2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
Kemenskes RI tahun 2005 tentang Pedoman Promosi Kesehatan di Daerah
Kepmenkes No 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas
Kepmenkes No 38 tahun 2007 tentang kesehatan kerja pekerja di kawasan
industri
Kepmenkes. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019. Tersedia: www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-
2015.pdf [diakses pada 20 Mei 2017]
Kurniawan. 2008. Implementasi Program Kesehatan Kerja Sektor Informal di
Puskesmas Tanjungpinang. Skripsi. Universitas Dipenogoro
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offse
Manolang, Erich. 2013. Peran Tokoh Masyarakat dalam Perencanaan.
Tersedia: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/.../1533 [diakses
pada 19 Mei 2017]
Manulang., M. 2011. Dasar Kesehatan Kerja. Jakarta: Rafi Sarana Perkasa
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Monroe, Rao. 2009. Buyers' Subjective Perceptions of Price. Journal of
Marketing Research
Mubarak, Iqbal. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika
178
Niar, Rahmawati. 2013. Risiko potensial ergonomi pada pekerja industri
pakaian tekstil. Skripsi. Universitas Lampung
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
Pambudi, Aris. 2013. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Sistem
Informasi di Perusahaan. Tersedia:
http://yudha45e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/01/30/faktor-pendukung-dan-
penghambat-penerapan-sistem-informasi-di-perusahaan/ [diakses pada 13 Mei 2017]
Poerwanto, Azhar. 2012. Budaya Perusahaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purtiantini, P. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Program
Pemerintah. Tersedia: http://eprints.ums.ac.id/9535/2/J310080049.pdf [diakses pada
27 Mei 2017]
Puspitasari, Diah. 2008. Community Based Health Service. Tersedia:
www.depkes.go.id/resources/download/.../Indonesia%20Health%20Profile%202014.
pdf [diakses pada 18 Mei 2017]
Rahmawati, Putri. 2013. Analisis Kinerja Pegawai Kantor Dinas Kesehatan.
Skripsi. Universitas Indonesia
Rian, Haryono. 2009. Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu
Lansia. Tersedia: digilib.unimus.ac.id/download.php?id=18671 [diakses pada 19 Mei
2017]
Rianti, Dwi. 2011. Peran Posyandu Dalam Meningkatkan Kualitas Kesehatan
Masyarakat. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/22087/1/Skripsi%20Devi%20Punikasari.pdf [diakses pada 28
Mei 2017]
Rustani, Kartini. 2016. Program/kegiatan Kesehatan Kerja dan Olah Raga.
Bandung: PT Refika Aditama
Satria, Argisraha. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Septiani, Dina. 2011. Hubungan Pengetahuan Tentang Posyandu Dengan
Partisipasi Kader Dalam Kegiatan Posyandu. Tersedia:
download.portalgaruda.org/article.php?article=98421&val=422 [diakses pada 19 Mei
2017]
179
Silaban, A. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Sugiri, L. 2012. Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan. Tersedia:
jurnal.ubl.ac.id/index.php/publica/article/view/404/398 [diakses pada 19 Mei 2017]
Suhendra, Adi. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta
Suma’mur. 2010. Higiene Industri. Bandung: PT Refika Aditama
Suma’mur. 2009. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Bandung: PT Refika
Aditama
Supriyanto, Joko. 2007. Force Field Analysis Sebuah Analisis. Tersedia:
http://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/ffa_makalah.pdf [diakses pada
18 Mei 2017]
Suroyo. 2007. Pelaksanaan Program Upaya Kesehatan Kerja Pada Pos UKK
di Tanjung Pinan. Tersedia: https://media.neliti.com/media/publications/14411-ID-
pelaksanaan-program-upaya-kesehatan-kerja-pada-pos-ukk-di-wilayah-kerja-
puskesem.pdf. [diakses pada 3 Maret 2017]
Tambunan, Harimurti. 2009. Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta: UGM
Thomas, Lickona. 2007. Understanding Public Policy. New Jersey: Pearson
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV
Sagung Seto
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Kerja
Utami, Cristina. 2008. Manajemen Barang Dagangan Dalam Bisnis Riteil.
Malang: Bayumedia
UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja
WHO. 2009. People at risk of safety and health hazard. Tersedia:
http://www.who.int/occupational_health/activities/occupational_work_diseases/en/
[diakses pada 5 Mei 2016]
180
WHO. 2009.People at risk of safety and health hazard. Artikel diakses dari
http://www.who.int/occupational_health/activities/occupational_work_diseases/en/
WHO. 2010. Undetected population of the undesrverd workers. Artikel diakses
dari http://www.aafp.org/news/inside-aafp/20100803ntlconf-rodgers.html
WHO. 2010. Undetected population of the undesrverd workers. Tersedia:
http://www.aafp.org/news/inside-aafp/20100803ntlconf-rodgers.html [diakses pada 5
Mei 2016]
Widjaja. HAW. 2006. Otonomi Desa Merupakan Otnomi Asli Bulat dan Utuh.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Wijaya, Andi. 2008. Partisipasi Masyarakat Sebagai Kader Kesehatan
Jakarta: Gaung Persada Press
Yuliani, Kartika Febri. 2017. Efektivitas Program Pelayanan Kesehatan Gratis
di Kota Bandar Lampung. Skripsi: Universitas Lampung
Yusyaf, Ali. 2011. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Keluarga Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) . Tersedia:
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/viewFile [diakses pada 18 Mei
2017]
LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN PELAKSANAAN FGD
A. Petunjuk umum FGD
1. Mengucapkan salam
2. Melakukan perkenalan dua arah
3. Memberi penjelasan tentang tujuan FGD
4. Menjelaskan bahwa semua pendapat sangat penting dan diharapkan
semua peseta dapat mengeluarkan pendapat dengan bebas.
5. Memberitahukan bahwa dalam melakukan pembicaraan diharapkan
saling bergantian.
B. Pelaksanaan
- Formulir Pencatatan Karakteristik Informan
No Nama Jenis Kelamin Umur Lokasi
Pekerjaan
1
2
3
4
5
6
7
- Formulir Pencatatan Pelaksanaan
Tanggal/Waktu/Tempat :
Pemandu :
Pencatat :
Fasilitator :
Tanggapan Interpretasi
(tempat untuk mencatat)
(tempat untuk mencatat)
No Pertanyaan
1
Keinginan Pekerja Menjadi Kader Pos UKK
1. Bagaimana pendapat anda mengenai kesehatan kerja anda?
2. Apa yang anda ketahui tentang kader kesehatan?
3. Apa pendapat anda mengenai kader kesehatan?
4. Bagaimana pendapat anda mengenai keberadaan kader kesehatan kerja
di wilayah anda?
5. Apa pendapat anda mengenai keperluan pelayanan kesehatan kerja bagi
pekerja?
6. Bagaimana pendapat anda bila diberikan tanggung jawab sebagai kader
kesehatan kerja?
2
Sumber Dana
1. Bagaimana pendapat anda mengenai iuran kegiatan untuk kesehatan
bersama?
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA I
Pemetaan Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Wilayah
Puskesmas Jurang Mangu Tahun 2017
No. :
Hari/Tanggal :
A. Pendahuluan
1) Memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan wawancara dan menjelaskan bahwa kerahasiaan informasi
terjaga
3) Meminta kesediaan informan untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi informan penelitian
4) Melakukan kontrak wawancara dengan informan untuk menentukan durasi
wawancara
5) Setelah informan wawancara menandatangani lembar persetujuan menjadi
informan kemudian akan diwawancarai oleh peneliti dengan merekam isi
pembicaraan
B. Identitas Informan
1) Nama/Inisial Informan
2) Umur
3) Pendidikan terakhir
4) No hp
C. Pertanyaan Wawancara
Jenis Kelompok Pekerja
1. Apa saja IKM yang ada di Jurang Mangu?
2. Bagaimana jumlah IKM di Jurang Mangu (yg disebutkan)?
3. Dimana saja tempat IKM di Jurang Mangu (yg disebutkan)?
4. Berapa banyak jumlah pekerja yang ada pada IKM di Jurang Mangu (yg
disebutkan)?
5. Bagaimana keberadaan perkumpulan atau kelompok pekerja IKM di Jurang
Mangu?
PEDOMAN WAWANCARA II
Pemetaan Potensi Pembentukan Pos UKK Terintegrasi di Wilayah
Puskesmas Jurang Mangu Tahun 2017
No. :
Hari/Tanggal :
A. Pendahuluan
1) Memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan wawancara dan menjelaskan bahwa kerahasiaan informasi
terjaga
3) Meminta kesediaan informan untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi informan penelitian
4) Melakukan kontrak wawancara dengan informan untuk menentukan durasi
wawancara
5) Setelah informan wawancara menandatangani lembar persetujuan menjadi
informan kemudian akan diwawancarai oleh peneliti dengan merekam isi
pembicaraan
B. Identitas Informan
1) Nama/Inisial Informan
2) Umur
3) Pendidikan terakhir
4) No hp
C. Pertanyaan Wawancara
Calon Kader Pos UKK Terintegrasi
1. Bagaimana menurut anda keperluan kesehatan kerja bagi pekerja IKM di Jurang
Mangu?
2. Bagaimana menurut anda potensi kemampuan pekerja IKM di Jurang Mangu
untuk menjadi kader kesehatan kerja?
3. Bagaimana menurut anda potensi keinginan pekerja IKM di Jurang Mangu
untuk menjadi kader kesehatan kerja?
4. Apa saja yang mempengaruhi seseorang ingin menjadi kader kesehatan kerja?
Tempat Pembentukan, Sarana dan Prasarana
1. Bagaimana menurut anda keberadaan tempat melakukan kegiatan UKBM ?
2. Bagaimana menurut anda ketersediaan obat pertolongan pertama (P3K)?
3. Bagaimana menurut anda ketersediaan contoh APD bagi pekerja?
4. Bagaimana menurut anda ketersediaan alat timbangan berat badan dan tinggi
badan?
5. Bagaimana menurut anda ketersediaan meja, kursi, tempat tidur, dan lemari
obat?
6. Bagaimana menurut anda ketersediaan buku pencatatan dan pelaporan?
7. Bagaimana menurut anda ketersediaan buku panduan dan media penyuluhan?
Sumber Dana
1. Bagaimana ketersediaan sumber dana dari pemerintah untuk program UKBM
(Pos UKK)?
Program Kesehatan yg Terintegrasi
1. Apa saja kegiatan promotif yang dilakukan oleh puskesmas?
2. Bagaimana bila kegiatan promotif yang dilakukan diintegrasikan untuk pekerja
juga?
3. Apa saja pelayanan preventif yang dilakukan oleh puskesmas?
4. Bagaimana bila pelayanan preventif yang ada diintegrasikan untuk kesehatan
kerja?
5. Apa saja pelayanan kuratif yang diberikan oleh puskesmas?
6. Bagaimana bila pelayanan kuratif yang ada diintegrasikan untuk kesehatan
kerja?
7. Apa saja pelayanan rehabilitatif yang diberikan oleh puskesmas?
8. Bagaimana bila pelayanan rehabilitatif yang ada diintegrasikan untuk kesehatan
kerja?
Lampiran 3
Matriks FGD IKM Konveksi di Jurang Mangu Barat
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 IU6 Kesimpulan
Calon Kader Pos UKK 1. Apa yang anda
ketahui mengenai
kesehatan kerja?
Kerja pas lagi sehat
mas. Ga sakit
badan
Semangat saat
bekerja. Ga saat
pusing lakuin
kerjaannya.
Menurut saya itu
artinya sehat saat
melakukan
pekerjaan.
Ya sama mas, pas
lagi bekerja kita
dalam keadaan sehat
tidak sakit.
Bekerja dalam
keadaan yang
sehat mas
Kesehatan
kerja hmm
badan kita
tidak sakit saat
kita bekerja
Menganggap
kesehatan
kerja
merupkan
kerja saat
sedang sehat
bukan pada keadaan sakit
2. Apa yang anda
ketahui tentang
kader kesehatan?
Kader kesehatan itu
orang yang ada di
puskesmas. Ya
kegiatannya bantu
bantu orang sakit
yang ada di
puskesmas. Bantu
dokternya
Kader kesehatan
orang yang tau
tentang kesehatan,
suka bantu-bantu di
puskesmas. Bantu
orang-orang yang
ada di puskesmas
Yang biasanya bantu
orang-orang
puskesmas pas
nanganin ibu-ibu
hamil dan anak-anak
kecil. Mereka kerja
bareng orang
posyandu. Istri saya
sempet jadi kader.
Setiap bulan bantuin
orang puskesmas di
posyandu.
Orang yang ngerti
tentang kesehatan
mas. Bisa bantu
orang lain biar sehat.
Orang yang
sehat dan
ngerti cara
bikin orang
lain sehat mas.
Ya pokoknya
dia paham
tentang cara
jadi sehat mas.
Bener kata pak
Doni mas. Istri
saya juga
sempet ikut
kegiatan
posyandu ya itu
dia jadi kader
kesehatan.
Bantu kegiatan
posyandu.
Kader
kesehatan
merupakan
orang yang
ada di
puskesmas
atau orang
posyandu
3. Apa pendapat anda mengenai pekerjaan
seorang kader
kesehatan?
Ya pekerjaan yang baik dan bagus lah
mas kalau tentang
kesehatan. Kan itu
baik kalau bisa
bantu orang sakit
Kerjaan yang sulit, soalnya saya ga
ngerti tentang obat
dan cara biar tetep
jadi sehat ya yang
penting makan
Pekerjaan baik ya penting buat kita
masyarakat jadi tetep
sehat. Susah-susah
gampang asal ngerti
cara ngukur berat dan
Kalau kerjanya apa aja ya saya ga ngerti
mas. Kalo kata pak
Mansur bener
kerjanya gitu ya
bagus berarti
Bagus dan baik mas.
Bagusnya bisa
bantu orang
lain jadi sehat
dan ya itu baik
Asal bisa ngerjainnya
dan berguna
dan
menghasilkan
uang sih bagus
Kader kesehatan
dianggap
mempunyai
pekerjaan baik
karena dapat
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 IU6 Kesimpulan jadi sehat. yang teratur dan
olahraga aja
tinggi anak ya bisa.
Kerja yang penting
kan bisa ngelakuinnya mas
kalau ga bisa susah
nanti harus belajar
lagi.
kerjanya. Mesti
ngerti tentang cara
jadi sehat. Jadi biar bisa bantu orang
sakit jadi sehat
juga kan dapet
pahala kalau
bantu orang lain.
mas. Tapi
susah juga ya
saya ga ngerti tentang
kesehatan sih
mas.
menolong
orang yang
sakit menjadi sehat
4. Bagaimana pendapat
anda mengenai
pentingnya
keberadaan kader
kesehatan kerja di
wilayah anda?
Ya hmm... Kurang
tau mas kalau
tentang itu. Saya ga
tau sih di daerah
sini ada kadernya
atau enggak. Belum
pernah ada yang
ngenalin diri
sebagai kader kesehatan kerja.
Palingan petugas
puskesmas temen
saya aja kenalnya
Di setiap wilayah
ya kudu ada yang
menangani tentang
kesehatan mas.
Perlu penting ada
orang yang
ngurusin tentang
kesehatan kita. Jadi
kan kita tau biar ga sakit gimana.
Oh ya penting buat
ada kader kesehatan
di setiap wilayah mas.
Kita semua kan perlu
hidup selalu sehat,
kalau ga hidup sehat
gimana bisa kerja
untuk cari nafkah kan.
Hmm tapi ga tau di sini ada kader
kesehatan ga ya mas.
Saya sih kurang tau
juga mas tentang ada
ga nya kader
kesehatan di sini.
Kalau penting sih ya
mungkin penting ada
kader kesehatan.
Hmm ya karena biar
masyarakat dijaga kesehatannya
Kader
kesehatan
kerja itu ya
mas penting
adanya buat
jaga kesehatan
kita. Biar kita
tetap kerja
secara sehat dan ga sakit.
Kalau sakit
kan mesti
berobat. Ga
kerja dong
Perlu sih mas.
Ya sama aja sih
mas kayak
yang Pak Nur
bilang tadi.
Kita mesti
sehat biar
kerjaannya
cepet selesai.
Pekerja
menganggap
penting
adanya kader
kesehatan
kerja pada
wilayah
mereka
5. Apa pendapat anda
mengenai keperluan
pelayanan kesehatan
kerja bagi pekerja?
Hmm yang buat
para pekerja kayak
kita ya mas? Ya
perlu sih mas.
Kadang kita juga
perlu dapet obat
yang bikin kita tetep sehat pas
kerja jadi ga
gampang sakit.
Pastinya perlu mas.
Kan kita para
pekerja mesti tetep
sehat. Kadang saya
ngerasa ga sehat ya
saya ke puskesmas.
Kalau dari sana biasa dapet obat sih
mas
Kalau kesehatan buat
pekerja ya perlu mas.
Kerja pas sakit tuh ga
enak mas. Banyak
salahnya nanti
orderan kita ga
selesai-selesai. Kalau pas sehat kan bisa
cepet selesai kerjanya
jadi ga ngulang
Oh, buat kesehatan
setiap orang perlu
mas. Kesehatan buat
kerja ya juga penting
buat kita apalagi
yang kerjanya setiap
hari mas.
Bener mas
saya sama aja
kayak Pak
Iman, emang
perlu buat kita
pekerja itu
kalau ga diperhatiin
kesehatan kita
ya kita
Ya kayak
temen saya
bilang tadi mas
setiap orang
perlu dapet
pelayanan
kesehatan apalagi pekerja
yang setiap hari
kerjanya.
Kesehatan
kerja
dianggap
sebagai
keperluan
agar tetap
bekerja secara sehat
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 IU6 Kesimpulan Kesehatan kan buat
semua orang mas,
ya pekerja mesti diperhatikan juga
dong. Bukan ibu-
ibu dan anak-anak
aja. Nanti siapa
yang cari uang buat
makan mereka
kalau kita ga kerja
mas
ngulang. gampang sakit.
6. Bagaimana pendapat
anda bila diberikan
tanggung jawab
sebagai kader
kesehatan kerja?
Saya ga bisa mas
ga ngerti juga
gimana yang
dilakuin kader
kesehatan itu. YA saya kan juga kerja
mas ini di konveksi
baju jadi ga bisa
mas
Ga sanggup mas
saya jadi kader
kesehatan. Saya
juga ga begitu
ngerti tentang kesehatan kerja
mesti ngapain.
Sama mas dengan
pak Nur saya takut ga
bisa bagi waktunya.
Apalagi pas banyak
orderan saya mesti kerja terus kan mas.
Ga ada waktunya
buat itu
Tanggung jawab ini
kerjaan saya udah
susah mas dipenuhin
kalau ditambah
kegiatan lagi saya ga ngerti gimana bagi
waktu saya kan
mesti buat keluarga
juga.
Ga tertarik
mas buat jadi
kader
kesehatan. Ga
ngerti soalnya gimana
kerjanya.
Saya mah ga
ngerti mas
tentang kader
kesehatan,
cuman bisa kerja ini aja
mas.
Pekerja tidak
berkeinginan
menjadi kader
kesehatan
kerja karena tidak mengerti
tugas dari
kader
kesehatan
kerja dan
memiliki
kendala waktu
Tempat Pembentukan 7. Apakah Anda
bersedia
meminjamkan tempat untuk
kegiatan
pelaksanaan
kesehatan kerja?
Tempat saya mah
selalu penuh mas
buat naro barang -barang
Saya juga ga bisa
mas Ga bisa dipake
mas halaman
rumah saya buat
kegiatan ga begitu
luas, kalau
ruangan kosong
Mana muat mas Saya juga
tidak bsa mas
Sama mas Tidak terdapat
tempat
pembentukan dari warga
pekerja
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 IU6 Kesimpulan
ga dipake
palingan barang-
barang kiriman
ditaro di situ jadi
susah buat
dijadiin tempat
kegiatan
Sarana 8. Apakah Anda
mempunyai sarana
untuk dipinjamkan
dalam pelaksanaan
kesehatan kerja?
(Meja, kursi,
timbangan badan, alat ukur tinggi
badan, tensimeter
digital, alat ukur
lingkar perut, lampu
senter, kotak P3K
dan isinya, media
KIE, alat tulis dan
buku pencatatan,
contoh APD sesuai
jenis pekerjaan)
Meja kayu dan
kursi yang ga
kepake dirumah
saya boleh
dipake buat
kegiatan, ada di
rumah masih
bisa dipinjemin
kalau ada yang
butuh
Biasanya pake
meteran mas,
buat ngukur
lingkar perut ya
sehari-hari pake
meteran
Ada satu
alat
timbangan
berat badan
yang ga
kepake.
Bisa dipake
kalau perlu
buat
kegiatan
Sarana Pos
UKK
Terintegrasi
yang
tersedia di
IKM
Konveksi
Jurang
Mangu
Barat
adalah
meja, kursi,
timbangan
badan, alat
ukur
lingkar
perut,
lampu
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 IU6 Kesimpulan
Ada senter kalau
mau dipake
cuman mungkin
baterainya udah
abis mesti
diganti
Buat nyatet ya
ada buku catetan
saya punya
beberapa bisa
buat nyatet
banyak hal mas
senter, alat
tulis dan
buku
pencatatan.
Sedangkan
untuk
tensimeter
digital, alat
ukur tinggi
badan,
kotak PK3,
media KIE,
contoh
APD sesuai
jenis
pekerjaan
dan buku
panduan
pelaksanaan
Pos UKK
Terintegrasi
belum
tersedia
Sumber Dana 9. Bagaimana pendapat
anda mengenai iuran
Iuran buat kegiatan
apa mas? .... Buat
Kalau buat kegiatan
kesehatan ya saya
Jangan deh mas buat
makan keseharian aja
Yang gratis aja mas
maunya. Kalau iuran
Kesehatan kan
udah dari
Saya mah
setuju mas buat
Pekerja
keberatan
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 IU6 Kesimpulan kegiatan untuk
kesehatan bersama?
kegiatan kesehatan
mah yang gratis-
gratis aja mas. Jalan-jalan sore aja
kan udah olah raga
mas biar sehat.
cari yang gratis aja
mas yang dari
pemerintah. Saya mesti buat anak
saya uangnya lagi
kenaikan kelas
mas.
udah susah. Apalagi
buat kegiatan yang
lain. Kan keperluan banyak mas yang
herus dipenuhin
saya ga punya
banyak uang mas.
pemetintah
mas tanggung
jawab mereka jadi yang
gratis aja mas
keseharian aja
susah
terkadang jadi bagusnya yang
gratis aja mas
mengadakan
iuran
Matriks FGD IKM Konveksi di Jurang Mangu Timur
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU7 IU8 IU9 IU10 IU11 IU12 IU13 Kesimpulan
Calon Kader Pos UKK Terintegrasi 1. Apa yang anda
ketahui mengenai
kesehatan kerja?
Kesehatan kerja
itu hmm apa ya
mas, sehat pas
kita kerja ya? Ya
mungkin gitu
pas kerja mesti
sehat biar
kerjaannya
lancar
Baru denger
mas, kesehatan
yang harus
dijaga agar sehat
saat bekerja mas
Ya bisa jadi itu
tentang gimana
kita kerja tetep
sehat mas.
Kadang-kadang
kan kita bisa sakit
karena kerjanya
kelamaan. Sakit
kayak pegel atau
pusing sering banget mas
Kalo menurut
saya sii.. itu
tentang kita jaga
kesehatan kita
pas kerja. Jadi
pas kerja kita ga
sakit
Saya sih sama
mas jawabannya
sama pak Ludi..
Ya gitu mas biar
tetep sehat pas
bekerja
Itu
kesehatan
saat kita
kerja mas.
Gimana
kondisi kita
saat kita
lagi kerja
Kesehatan kan
artinya badan
kita dalam
keadaan baik
mas, ya kerja
berarti saat
kita ngelakuin
kerjaan.
Berarti
keadaan kuat saat ngelakuin
kerjaan mas
Kesehatan
kerja
merupakan
keadaan sehat
saat
melakukan
pekerjaan
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU7 IU8 IU9 IU10 IU11 IU12 IU13 Kesimpulan 2. Apa yang anda
ketahui tentang
kader kesehatan?
Orang yang
jarang sakit.,
yang ngerti tentang
kesehatan.
Aduh itu hmm
ya kader yang
sehat, orang-orang yang
ngerti tentang
kesehatan mas
Kader kesehatan
ya berarti dia tau
tentang kesehatan. Kader kesehatan
kayak kader
posyandu, itu kan
kader kesehatan
juga ya.. Karena
mereka ngerti
tentang kesehatan
dan bantu
puskesmas ngurus
ibu hamil dan
anak kecil
Iya mas
mungkin itu
kayak ibu-ibu posyandu ya
mas. Yang
ngurus tentang
ibu hamil dan
bayi
Samain aja mas
saya juga gitu ya
orang yang paham tentang
kesehatan lah mas
Jawaban
saya sih
sama mas kayak Pak
Iman. Saya
kurang tau
juga kader
itu apaan
mas, ya
setau saya
mah kalau
kesehatan
berarti ga
sakit. Kader
kesehatan ya orang
yang ga
sakit mas
Kalau
menurut saya
kader kesehatan ya
orang yang
sibuk
ngurusin
tentang
kesehatan mas
Beranggapan
bahwa kader
kesehatan merupakan
petugas
posyandu
3. Apa pendapat
anda mengenai
pekerjaan
seorang kader
kesehatan?
Menurut saya
kader kesehatan
ya kalau
kerjanya di
kesehatan pinter
mas, harus rajin
belajar
Kader kesehatan
ya orang yang
punya ilmu
tentang
kesehatan dan
kerjanya untuk
ngobatin orang
sakit
Ya orang yang
kerjaannya
tentang kesehatan.
Biasanya itu tugas
ibu-ibu mas buat
ngurusin bayi atau
ibu-ibu hamil.
Orang yang
kerja buat
puskesmas
untuk bantu-
bantu jaga
kesehatan
masyarakat di
sini
Kerjaannya susah
karena tentang
kesehatan mas.
Kan mesti ngerti
obat-obatan
Iya mas
kayaknya
susah
karena
mesti ngerti
tentang obat
Pekerjaan
kader
kesehatan ya
kalau bisa
nolong orang
yang sakit dan
jaga kesehatan
sih baik mas.
Kader
kesehatan
dianggap
mempunyai
pekerjaan
rumit karena
berhubungan
dengan obat-
obatan
4. Bagaimana pendapat anda
mengenai
pentingnya
Ya kalau kader kesehatan kayak
posyandu sih ya
penting bagnet
Kader kesehatan kerja itu seperti
apa ya mas.
Belum pernah
Ibu-ibu posyandu ya emang harus
ada mas, tapi kalo
kader kesehatan
Saya sih merasa penting ada
petugas yang
punya tugas
Kalo tugasnya baik untuk jaga
kesehatan pekerja
ya berarti penting
Kader kesehatan
kerja itu
tugasnya
Ya kalo untuk menjaga
kesehatan
pekerja ya
Kader kesehatan
dianggap
penting jika
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU7 IU8 IU9 IU10 IU11 IU12 IU13 Kesimpulan keberadaan kader
kesehatan kerja
di wilayah anda?
mas harus ada di
sini kan banyak
banget ada ibu hamil dan bayi
yang perlu
selalu sehat
denger sih, saya
taunya kader
kesehatan kayak ibu-ibu
posyandu itu
harus ada mas di
daerah sini,
kalau ga ada ya
bisa gawat
kerja buat para
pekerjanya juga
mestinya ada kali mas. Pekerja kan
bisa sakit juga jadi
mesti ada yang
ngurusin
untuk menjaga
kesehatan
pekerja di sini mas. Karena
kita semua kan
bakal lancar
kerjanya pas
sehat
dong mas. Kalo
ga sehat ya ga
bisa kerja
untuk apa
ya mas? Oh
hmm... Kalau gitu
harus ada
dong di sini
kan kita
banyak
pekerjanya
harus ada biar
kita bisa
lancar kerjanya dan
ga gampang
sakit mas
dikaitkan
sebagai kader
posyandu
5. Apa pendapat
anda mengenai
keperluan
pelayanan
kesehatan kerja
bagi pekerja?
Hmm kesehatan
bagi pekerja
mah pasti perlu
mas, kalo ga
dapet itu nanti
kita kurang diperhatikan
dong mas jadi ya
harus ada
Harus ada tuh
mas kalo buat
pekerja jadi
kesehatan
masyarakat di
sini lebih kejaga dan bisa bekerja
lebih baik kalau
ga pernah sakit
Menurut saya ni
ya mas perhatian
pemerintah kurang
ke pekerja
konveksi sini
kalau tentang kesehatannya,
soalnya ya yang
diperhatiin hal lain
kayak ibu-ibu
hamil aja. Padahal
kita pekerjanya
kan yang cari
uang buat
keluarga kalau ga
sehat pas kerja ya
pendapatan kita kurang mas
Iya mas harus
ditambah buat
pekerja juga ada
yang ngurusin
dong mestinya.
Jadi bisa makin maju nih
kampung
konveksi kita
Boleh mas perlu
sih perlu kalau
ada yang
merhatiin
kesehatan kita
saat bekerja kan lebih baik
daripada ngga
Yang pak
Ludi bilang
saya setuju
mas untuk
keperluan
pekerja di sini.
Perhatian
pemerintah
emang harus
buat pekerja
juga mas.
Apalagi kalau lagi musim
sakit gini, kita
mestinya
dapet
perhatian dari
pemerintah
para pekerja
biar sehat
Kesehatan
kerja
dianggap
sebagai hal
yang penting
agar selalu sehat saat
bekerja
6. Bagaimana
pendapat anda
bila diberikan
Waduh kalau
ditawarin gitu
saya bingung
Enggak deh mas
mendingan saya
kerja biasa aja.
Yah nanti waktu
saya berkurang
dong mas. Saya
Iya mas tawarin
yang ngerti aja
saya mah cuman
Haha saya aja ga
ngerti mas
tentang kesehatan
Kurang
paham
tentang
Sama mas
saya juga ga
ngerti gimana
Pekerja tidak
berkeinginan
menjadi kader
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU7 IU8 IU9 IU10 IU11 IU12 IU13 Kesimpulan tanggung jawab
sebagai kader
kesehatan kerja?
mas gimana
nanti cara jadi
kader kesehatan kerja, ga ngerti
mas. Saya juga
ga banyak kan
mas waktunya
buat ngerjain itu
Coba tawarin
yang lainnya aja.
Saya soalnya ga ngerti tentang
sehat. Saya aja
terkadang masih
sering sakit
belum tau itu
bagaimana
tugasnya. Coba tawarin ke istri
saya aja mas dia
siapa tau mau
lulusan SMP.
Saya dari kecil
diajarin orang tua saya ya
tentang
konveksi aja
kalau tentang
kesehatan saya
ngga ngerti mas
jangan saya lah
yang lain aja
kesehatan
mas jadi
jangan saya deh nanti
malah pada
sakit saya
bingung
juga haha
tugas kader
kesehatan
kerja itu. Jadi saya ngga
mau
kesehatan
kerja karena
tidak mengerti kegiatan yang
akan
dilakukan
sebagai kader
kesehatan
kerja dan
mempunyai
kendala
kekurangan
waktu
Tempat Pembentukan
7. Apakah Anda
bersedia
meminjamkan
tempat untuk
kegiatan
pelaksanaan
kesehatan kerja?
Posyandu ya ada
di rumah pak
RW mas
Iya mas di
Rumah Pak RW
biasanya
Sama mas Sama mas Kalau ada
kegiatan warga
ya bisa
dilaksanain di
halaman
rumah, kalau
perlu ruangan
ada ruangan
kosong ga
begitu besar
sih tapi
biasanya
warga kalau
mau naruh
- - Terdapat
tempat
pembentukan
Pos UKK
Terintegrasi di
rumah Pak
RW yang juga
tempat
pembentukan
posyandu
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU7 IU8 IU9 IU10 IU11 IU12 IU13 Kesimpulan
barang titipan
di situ
Sarana 8. Apakah Anda
mempunyai sarana untuk
dipinjamkan
dalam
pelaksanaan
kesehatan kerja?
(Meja, kursi,
timbangan badan,
alat ukur tinggi
badan, tensimeter
digital, alat ukur
lingkar perut, lampu senter,
kotak P3K dan
isinya, media
KIE, alat tulis
dan buku
pencatatan,
contoh APD
sesuai jenis
pekerjaan)
Ada meja kursi
lebih yg ga
dipake, kalau
ada yang mau
minjam ya
boleh. Kalau
mau dipake
buat kegiatan
ya dibawa aja
yang penting
warga yang
pake
tanggungjawab
jangan
dirusakin.
Saya punya
satu alat
timbangan
yang ga
kepake. Masih
bisa dipake
cuman di
Kalau
ngukur
lingkar
perut ya
biasanya
pake
meteran.
Ada
banyak
meteran,
masa
tukang
jahit ga
punya
meteran
Saya
punya
senter
yang
jarang
dipake, ya
palingan
Sarana Pos
UKK
Terintegrasi
yang
tersedia di
IKM
Konveksi
Jurang
Mangu
Timur
adalah
meja, kursi,
timbangan
badan, alat
ukur tinggi
badan, alat
ukur
lingkar
perut,
lampu
senter,
kotak P3K,
alat tulis
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU7 IU8 IU9 IU10 IU11 IU12 IU13 Kesimpulan
rumah jadi
pajangan
doang.
Kotak PK3
ada. Kalau
isinya ya obat-
obatan biasa
aja mas. Ga
pernah saya isi
lagi obat-
obatannya ya
yang dipake
aja
Buku catatan
dan pelaporan
ya punya. Saya
ada stoknya
kalau perlu
bilang aja mas
buat kegiatan
warga gpp
buat pas
mati
lampu aja,
masih
bisa nyala
kok
dan buku
pencatatan.
Sedangkan
untuk
tensimeter
digital,
media KIE,
contoh
APD sesuai
jenis
pekerjaan
dan buku
panduan
pelaksanaan
Pos UKK
Terintegrasi
belum
tersedia.
Sumber Dana 9. Bagaimana
pendapat anda
Ya asal jangan
mahal-mahal lah
Kegiatannya
kayak apa mas?
Kalau iuran mahal
ya jangan mas kan
Yang gratis aja,
kesehatan kan
Susah mas cari
uang sekarang.
Kesehatan
bersama ya
Jangan pake
iuran mas.
Pekerja tidak
menginginkan
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU7 IU8 IU9 IU10 IU11 IU12 IU13 Kesimpulan mengenai iuran
kegiatan untuk
kesehatan bersama?
mas kan buat
kehidupan
sehari-hari aja udah ngepas
mas.
Ga dari
puskesmas aja
kalau tentang kesehatan?
Biasanya ada
suka senam ibu-
ibu di puskesmas
mas
susah cari uang
sekarang. Pake
puskesmas aja obatnya murah
mestinya gratis
mas
Buat kegiatan
kesehatan yang
gratis aja
biasanya sih
udah ada
mas tapi itu ga ada
iurannya
Dari
puskesmasnya
aja untuk adain kan
udah dapet
dana dari
pemerintah
adanya iuran
Matriks Wawancara IKM Makanan & Minuman
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU14 IU15 IU16 Kesimpulan
Kelompok Pekerja Sejenis 1. Ada berapa pegawai
yang Anda miliki?
Di sini sih ada 7 orang yang
bantu saya ngelola bisnis ini
mas
Pegawai di sini ada 9 orang Dulu sih ada banyak mas pegawai
saya lebih dari 10 tapi sekarang
saya kurangin jadi 8 aja mas
Terdapat 7 sampai 9 pegwai
per IKM Makanan &
Minuman
Calon Kader 2. Apa yang anda
ketahui mengenai
kesehatan kerja?
Apa ya itu mas? Hmm mungkin
maksudnya kesehatan saat
bekerja? Iya kira-kira begitu ya
mas.. Kesehatan saat kita
bekerja mesti dalam keadaan sehat. Badan kita sedang tidak
sakit
Kesehatan kerja.. hmm.. bekerja
secara sehat. Bekerja dalam keadaan
sehat.
Ya kesehatan kerja adalah hmm
kesehatan yang harus kita jaga
setiap saat, bekerja misalnya
harus tetap sehat
Menganggap kesehatan kerja
merupakan tidak sakit saat
melakukan kegiatan kerja
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU14 IU15 IU16 Kesimpulan 3. Apa yang anda
ketahui tentang
kader kesehatan?
Kalo kader kesehatan ya ibu-ibu
yang tugas di posyandu kan
mas. Biasanya suka bantu ngukur berat badan atau tinggi
badan. Atau bagi-bagiin obat.
Bulan lalu sih ya dapet obat apa
tuh yang biar kakinya ga jadi
gede mas
Kader kesehatan itu kayak petugas
posyandu. Mereka tau tentang
kesehatan.
Ya kalau kader sih saya tau itu
petugas kesehatan kan.
Menganggap kader kesehatan
merupakan ibu-ibu posyandu
4. Apa pendapat anda
mengenai pekerjaan
seorang kader
kesehatan?
Kerjaannya ya nimbang berat
badan, tinggi badan. Ga terlalu
susah mas kerjanya
Kerjaan kader kesehatan ya ngadain
penimbangan berat badan dan tinggi
badan. Sama ngasihin obat. Saya
bulan lalu dapet obat kaki gajah.
Pekerjaan petugas kesehatan itu
hmm meriksa kesehatan ibu hamil
dan balita. Sama ngasih tau
makanan sehat.
Tugas kader kesehatan adalah
menimbang berat badan dan
membagikan obat
5. Bagaimana pendapat
anda mengenai
pentingnya
keberadaan kader
kesehatan kerja di wilayah anda?
Penting mas kan buat pekerja
juga penting ada petugasnya
jadi kalau pekerja sakit bisa ada
yang nanganin.
Kalo kader kesehatan kerja itu apa
tugasnya? Hmm penting juga, biar
pekerja dapet perhatian kesehatan
dari pemerintah juga
Di sini belum ada ya kalau buat
yang meriksa kesehatan buat
pekerja dan kayaknya sih penting
juga.
Kader kesehatan kerja
diperlulkan untuk menjaga
kesehatan
6. Apa pendapat anda
mengenai keperluan
pelayanan kesehatan
kerja bagi pekerja?
Ya kalau pengobatan harus buat
semua orang mas. Pekerja juga
perlu karena pas kerja kan bisa
gampang sakit mas
Perlu, semua warga perlu dapet
kesehatan. Kan setiap orang bisa
sakit.
Pelayanan kesehatan perlu buat
semua warga. Pekerja juga perlu
dong
Menganggap kesehatn kerja
diperlukan karena setiap orang
dapat sakit
7. Bagaimana pendapat
anda bila diberikan
tanggung jawab
sebagai kader
kesehatan kerja?
Gimana itu tugasnya mas? Sama
kayak kader posyandu ga?
Saya juga ditawarin jadi kader
posyandu, tapi ga jadi mas karena
saya kadang sibuk mesti urus kerjaan
dan di rumah juga ada kerjaan yang
nunggu
Kalau saya bisa dan ada waktu sih
boleh aja. Tapi sayangnya ga
ngerti gimana caranya, juga waktu
saya biasa di sini ada tempat kerja
sama di rumah ngurus anak
Beberapa informan masih
bingung mengenai tugas
dari kader kesehatan kerja
Tempat Pembentukan 8. Apakah Anda
bersedia meminjamkan
Tempat saya ya nga bisa banyak
anak kecil mas
Ya lahan mah buar parkiran keluar
masuk kendaraan mas
Ngga bisa mas dipake tempatnya Tidak ada tempat
pembentukan dari warga
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU14 IU15 IU16 Kesimpulan tempat untuk
kegiatan
pelaksanaan kesehatan kerja?
pekerja
Sarana 9. Apakah Anda
mempunyai sarana
untuk dipinjamkan
dalam pelaksanaan
kesehatan kerja?
(Meja, kursi,
timbangan badan,
alat ukur tinggi
badan, tensimeter digital, alat ukur
lingkar perut, lampu
senter, kotak P3K
dan isinya, media
KIE, alat tulis dan
buku pencatatan,
contoh APD sesuai
jenis pekerjaan)
Ada senter kalau mau
dipake cuman mungkin
baterainya udah abis mesti
diganti
Buat nyatet ya ada buku
catetan saya punya
beberapa bisa buat nyatet
banyak hal mas
Ya sebagian besar meja dan
kursi ya kepake mas buat
duduk duduk atau bikin
adonan kan tapi ada yang
berlebih itu kalau buat
dipinjemin bisa
Kalau mau pinjam alat berat
badan boleh asal jangan
sampe rusak sama
dikembalikan ya
Sarana Pos UKK
Terintegrasi yang tersedia
di IKM Makanan &
Minuman adalah meja,
kursi, lampu senter,
timbangan badan, alat
tulis dan buku pencatatan.
Sedangkan untuk, alat
ukur tinggi badan, alat
ukur lingkar perut,
tensimeter digital, kotak
PK3, media KIE, contoh
APD sesuai jenis
pekerjaan dan buku
panduan pelaksanaan Pos
UKK Terintegrasi belum
tersedia
Sumber Dana 10. Bagaimana pendapat
anda mengenai iuran
kegiatan untuk
kesehatan bersama?
Udah kebanyakan iuran mas, jangan ditambahin.
Kalau iuran jangan mas. Cari yang gratis aja
Ga setuju kalau ada iuran. Pekerja tidak mau melakukan iuran untuk kesehatan kerja
Matriks Wawancara Informan Utama Puskesmas Jurang Mangu
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU17 IU18 Kesimpulan
Sumber Dana 1. Bagaimana ketersediaan
sumber dana dari pemerintah untuk
program UKBM (Pos
UKK)
Sudah memakai dana kapitasi,
sehingga sudah ada alokasi untuk
pelaksanaan kegiatan seperti
promotif dan preventif. Tidak ada
alokasi khusus untuk UKBM yang
ada adalah kegiatan yang
dilaksanakan oleh UKBM tersebut
Menggunakan dana kapitasi ya itu
dana dari pemerintah yang diolah oleh
puskesmas
Tidak ada alokasi dana khusus
untuk kegiatan UKBM, Kegiatan
seperti promotif dan preventif
menggunakan dana kapitasi
Program Kesehatan Yang Terintegrasi
2. Apa saja kegiatan promotif yang dilakukan
?
Ada konseling gizi, konseling ASI, PHBS, senam bersama, pengukuran
berat dan tinggi badan, dsbnya bisa
diliat di program kerja kita
Beberapa yang sudah dilakukan seperti penyuluhan kepada ibu-ibu
hamil untuk selalu check up kondisi
mereka di puskesmas. Gaya hidup
sehat, menyusui juga selalu diberikan
penyuluhan dan juga asupan untuk
bayi baru lahir
Terdapat 7 kegiatn promotif yang dilakukan
3. Bagaimana bila kegiatan
promotif yang dilakukan diintegrasikan untuk
pekerja juga?
Bisa saja karena kegiatan yang
dilakukan tidak terbatas pada
spesifik warga, asalkan masih
termasuk wilayah puskesmas Jurang
Mangu ya masih mendapatkan
kegiatan promotif yang diberikan
Ya semua tindakan penyuluhan
diberikan kepada yang menjadi
sasaran. Jika pekerja menjadi
sasarannya juga, semisal ibu hamil ya
juga dapat penyuluhan
Dapat diintegrasikan asal pekerja
termasuk wilayah kerja Puskesmas
Jurang Mangu
4. Apa saja pelayanan preventif yang dilakukan
oleh puskesmas?
Untuk pencegahan ada kegiatan seperti pengamatan jentik nyamuk,
pemeriksaan gula darah, pemberian
imunisasi, dan tablet Fe bagi ibu
Kegiatan pencegahan seperti pemberian bubuk abate, pemeriksaan
kolestrol yang dilakukan di posbindu,
imunisasi balita
Terdapat 8 kegiatan preventif yang dilakukan.
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU17 IU18 Kesimpulan hamil
5. Apa pendapat anda mengenai pelayanan
preventif yang
diintegrasikan untuk
kesehatan kerja?
Sama seperti jawaban saya
sebelumnya memungkinkan untuk
dilakukan
Sesuai dengan sasaran program yang
sudah ditentukan
Dapat diintegrasikan asal pekerja
termasuk wilayah kerja Puskesmas
Jurang Mangu
6. Apa saja pelayanan
kuratif yang diberikan
oleh puskesmas?
Pengobatan tergantung dari diagnosa
dokter, karena sekarang sistemnya
begitu. Ada banyak poli di sini.
Pelayanan kuratif berdasarkan
diagnosa dokter, kalau di sini ga ada
alatnya ya biasanya dirujuk ke rumah
sakit yang terdaftar.
Kegiatan kuratif yang dilaksanakan
berdasarkan diagnose dokter
7. Apa pendapat anda
mengenai pelayanan kuratif yang
diintegrasikan untuk
kesehatan kerja?
Memungkinkan untuk dilakukan Bisa saja kan pekerja juga bisa berobat
ke sini
Memungkinkan untuk dilakukan.
8. Apa saja pelayanan rehabilitatif yang
diberikan oleh
puskesmas?
Tidak memberikan pelayanan
rehabilitatif di puskesmas ini.
Mungkin akan dirujuk
Tidak ada pelayanan rehabilitatif Tidak melakukan kegiatan
rehabilitatif
9. Apa pendapat anda mengenai pelayanan
rehabilitatif yang
diintegrasikan untuk kesehatan kerja?
Akan diberikan rujukan Tidak ada pelayanan rehabilitatif Tidak melakukan kegiatan rehabilitatif
Potensi Pembentukan Pos UKK 10. Bagaimana pendapat
mengenai keberadaan sejumlah kelompok
Semakin banyak yang
sekelompok kerja ya semakin
bagus, itu kan bisa jadi sasaran
Biasanya kalau UKBM itu ada
kelompok masyarakat yang
membutuhkan dan kalau ada
Merupakan faktor pendorong
dan mempunyai skor 7 untuk
IKM Konveksi dan 5 untuk
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU17 IU18 Kesimpulan
pekerja di Jurang Mangu? Apakah
mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-
10)
buat dijadikan pelatihan kader,
ya 7 aja buat yang konveksi, 5
buat yang IKM Makanan &
Minuman
keluhan dari masyarakat yang
terdengar maka akan dilakukan
peninjauan tempat untuk
memberdayakan masyarakat
yang membutuhkan agar
terbentuk UKBM, kalau
posyandu misalnya itu ada
penyuluhan yang diberikan oleh
kita tentang kesehatan ibu dan
anak. Nanti kalau mereka sudah
paham akan dicari orang yang
mau menjadi kader. Iya mas
skornya sama.
IKM Makanan & Minuman
11. Bagaimana pendapat
mengenai kondisi
pengetahuan pekerja mengenai kader
kesehatan? Apakah
mendukung/menghambat berdirinya Pos UKK? (1-
10)
Kader kesehatan itu tugasnya
melakukan kegiatan sederhana
yang menunjang kesehatan.
Kayak pengukuran tinggi dan
berat badan, pencatatan
tentang kondisi kesehatan
masyarakat sama biasanya
memberikan informasi tentang
menjaga kesehatan. Kalau
dianggap untuk menangani
obat-obatan itu berarti keliru
harus diperbaiki. Saya kasih
skor 7
Kader-kader ya harus paham
apa itu tugas mereka masing-
masing. Kayak kader Posyandu
ya harus bener-bener paham
tentang kesehatan balita. Kalau
pekerja taunya gitu ya masih
kurang lengkap ya. Saya sih 7
aja itu skornya
Merupakan faktor
penghambat dan mendapatkan
skor 7
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU17 IU18 Kesimpulan 12. Bagaimana pendapat
mengenai persepsi
positif tentang tugas
kader kesehatan?
Apakah mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-
10)
Ya kalau dibilang begitu ya
bagus berarti pekerja yang di
sana punya nilai positif
tentang kader kesehatan.
Mendukung lah hal tersebut,
saya kasih nilai 9
Bagus banget itu saya sih 10
mas mendukung banget jadi
gampang diajaknya
Merupakan faktor pendukung
dan mendapatkan skor 9,5
13. Bagaimana pendapat
mengenai pekerja yang
membutuhkan pelayanan
kesehatan kerja? Apakah mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-
10)
Warga pekerja yang
membutuhkan pelayanan
kesehatan kerja artinya
mendukung dong
pembentukannya. Skornya 7
Sama aja mas saya 7 juga Merupakan faktor pendukung
dan mendapatkan skor 7
14. Bagaimana pendapat
mengenai pekerja yang
belum mempunyai
keinginan menjadi kader kesehatan kerja? Apakah
mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-10)
Susah kalau gitu ya saya
skornya 9 juga
Kalau pekerjanya ga ada yang
mau jadi kader ya ga bisa
terlaksana dong kegiatannya.
UKBM kan perlu kader agar
kegiatannya jalan. Kader mutlak
ada kalau ga ada ya harus diajak
warganya agar mau jadi kader.
Skornya 9
Merupakan faktor
penghambat dan mendapatkan
skor 9
15. Bagaimana pendapat mengenai pekerja yang
menyediakan tempat
pelaksanaan kesehatan
Kalau kegiatan posyandu ya
biasanya pada ngadain di
tempat warga. Dari puskesmas
ya tidak menyediakan tempat
UKBM ya ga disediain
tempatnya sama pemerintah,
kalau masyarakat mau
mengadakan UKBM ya
Merupakan faktor pendukung
bila tersedia dengan nilai 8
dan menjadi faktor
penghambat bila tidak
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU17 IU18 Kesimpulan
kerja? Apakah mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-
10)
khusus mas karena emang ga
ada tempat khususnya. Jadi
kalau ada warga yang
menyediakan tempatnya ya hal
yang bagus mas. Skornya 8.
Kalau ga ada tempat
pelaksanaannya ya mesti
dicari mas, kalau belum ada ya
berarti penghambat. Skornya
ya 8 juga
biasanya dari warganya sendiri
yang menyediakan tempat
pembentukannya. Biasanya
ketua perkumpulan yang mau
mengadakan UKBM yang
meminjam tempatnya buat
kegiatan UKBM
tersedia dengan skor 8
16. Bagaimana pendapat mengenai pekerja yang
menyediakan sarana
utnuk kegiatan kesehatan
kerja? Apakah mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-
10)
Kalau alat-alat ya dari
warganya sendiri, biasanya
mereka beli patungan untuk
pengadaan barang timbangan
berat badan gitu. Atau bisa
sumbangan dari salah satu
warganya sih. Cuman dari
Puskesmas ya memberikan
petugas UKBM untuk
pengoperasian alat kesehatan,
mereka biasanya bayar kalau
mau cek kesehatan kaya gula
darah kan mesti diganti terus
jarum dan strip nya. Skornya 4
mas
Alat-alat kegiatan UKBM ya
dari mereka sendiri mas, mereka
beli buat sama-sama. Jadi
tanggungan bersama, atau
biasanya sumbangan dari warga
yang punya. Kalau dana untuk
itu pemerintah ga punya dana
buat sarana kegiatan. 3 kali yam
mas skornya
Merupakan faktor pendukung
bila lebih banyak yang
terpenuhi sedangkan menjadi
faktor penghambat bila lebih
banyak yang tidak terpenuhi
dengan skor 3,5.
17. Bagaiamana pendapat Biasanya mereka iuran mas, Iuran ya dibutuhkan buat warga Merupakan faktor
No
Pertanyaan
Informan Utama
IU17 IU18 Kesimpulan
mengenai pekerja yang tidak mau mengadakan
iuran untuk kesehatan
kerja? Apakah
mendukung/menghambat berdirinya Pos UKK? (1-
10)
ya yang menggunakan jasa
UKBM aja. Kalau iuran tetap
biasanya ibu-ibu PKK yang
mintain ke ibu-ibu lain iuran
buat posyandu. Kalau ga iuran
ya susah gimana mau jalannya
kegiatan mereka. Karena dari
Puskesmas ya ga ada anggaran
buat kegiatan UKBM.
Skornya 5
agar kegiatannya bisa berjalan.
UKBM itu kan program
masyarakat dari, oleh dan untuk
masyarakat jadi masyarakat
yang menggunakan jasanya
harus bisa mandiri membiayai
kegiatan yang mereka lakukan.
Atau biasanya kalau ada
bantuan dana ya dari kepala
daerah atau tokoh di wilayah
tersebut yang berkecukupan
membantu untuk iuran kegiatan
penghambat dengan skor 5
18. Bagaimana pendapat mengenai program
keseshatan yang
dilaksanakan oleh
Puskesmas Jurang Mangu? Apakah
mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-10)
Ya kita melaksanakan
kegiatan promotif, preventif,
intervensi dan apa ya itu
rehabilitatif kan buat semua
warga di Jurang Mangu. Jadi
kalau pekerjanya di Jurang
Mangu ya mestinya juga
sudah merasakan kegiatan
promotif yang kita lakukan.
Skornya 8
Ya kegiatan puskesmas ya
untuk semua warga di wilayah
Puskesmas tersebut. Kalau soal
sasaran siapa aja kan bisa jadi
sasaran program, kayak
penyakit menular kan yang kena
bisa siapa aja. Cuman kalau
ditambah target programnya
biasanya butuh tambahan
personel di kegiatan tersebut
agar bisa diintegrasikan dengan
kesehatan kerja juga butuh
personel tambahan
Merupakan faktor pendukung
dengan skor 8
Matriks Wawancara Informan Pendukung Puskesmas Jurang Mangu
No
Pertanyaan
Informan Pendukung
IP1
Sumber Dana 1. Bagaimana ketersediaan
sumber dana dari pemerintah untuk
program UKBM (Pos
UKK)
Setiap program dapat bantuan dari pemerintah, sekarang kan
dana kapitasi. Kalau buat posyandu juga ada dari pemerintah
tersedia.
Program Kesehatan Yang Terintegrasi
2. Apa saja kegiatan
promotif yang dilakukan
?
Ya setau saya sih ada penyuluhan DBD
3. Bagaimana bila kegiatan promotif yang dilakukan
diintegrasikan untuk
pekerja juga?
Saya kurang tau kalau itu, tapi ya penyuluhan DBD dimana
aja dilakukan penyuluhannya ke warga-warga
4. Apa saja pelayanan preventif yang dilakukan
oleh puskesmas?
Kayak pembagian bubuk abate gitu ya ada ke warga-warga
5. Apa pendapat anda mengenai pelayanan
preventif yang
diintegrasikan untuk
kesehatan kerja?
Kurang tau ya. Tapi dibagikan ke semua warga.
6. Apa saja pelayanan
kuratif yang diberikan
oleh puskesmas?
Ya banyak mas tergantung sakitnya sakit apa. Ada poli anak,
ada poli TB dan sebagainya
7. Apa pendapat anda Para pekerja juga boleh kok saat sakit
No
Pertanyaan
Informan Pendukung
IP1
mengenai pelayanan kuratif yang
diintegrasikan untuk
kesehatan kerja? 8. Apa saja pelayanan
rehabilitatif yang
diberikan oleh
puskesmas?
Di sini ga ada sepertinya
9. Apa pendapat anda mengenai pelayanan
rehabilitatif yang
diintegrasikan untuk kesehatan kerja?
Ga ada
Potensi Pembentukan Pos UKK 10. Bagaimana pendapat
mengenai keberadaan sejumlah kelompok
pekerja di Jurang
Mangu? Apakah mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-
10)
Saya setuju itu skor nya 7
11. Bagaimana pendapat mengenai kondisi
pengetahuan pekerja
mengenai kader kesehatan? Apakah
mendukung/menghambat
Iya itu juga 7
No
Pertanyaan
Informan Pendukung
IP1
berdirinya Pos UKK? (1-10)
12. Bagaimana pendapat
mengenai persepsi
positif tentang tugas kader kesehatan?
Apakah
mendukung/menghambat berdirinya Pos UKK? (1-
10)
-
13. Bagaimana pendapat
mengenai pekerja yang membutuhkan pelayanan
kesehatan kerja? Apakah
mendukung/menghambat berdirinya Pos UKK? (1-
10)
Mendukung ma situ 7 skornya
14. Bagaimana pendapat
mengenai pekerja yang belum mempunyai
keinginan menjadi kader
kesehatan kerja? Apakah mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-
10)
-
15. Bagaimana pendapat mengenai pekerja yang
menyediakan tempat
-
No
Pertanyaan
Informan Pendukung
IP1
pelaksanaan kesehatan kerja? Apakah
mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-
10) 16. Bagaimana pendapat
mengenai pekerja yang
menyediakan sarana utnuk kegiatan kesehatan
kerja? Apakah
mendukung/menghambat
berdirinya Pos UKK? (1-10)
-
17. Bagaiamana pendapat
mengenai pekerja yang tidak mau mengadakan
iuran untuk kesehatan
kerja? Apakah
mendukung/menghambat berdirinya Pos UKK? (1-
10)
-
18. Bagaimana pendapat mengenai program
keseshatan yang
dilaksanakan oleh
Puskesmas Jurang Mangu? Apakah
mendukung/menghambat
-
No
Pertanyaan
Informan Pendukung
IP1
berdirinya Pos UKK? (1-10)
Matrik WawancaraInforman Utama Jumlah Kelompok Pekerja Sejenis
No
Pertanyaan Informan Utama
IU20 IU21 Kesimpulan
Kelompok Pekerja Sejenis 1. Berapa banyak IKM
Konveksi yang ada di
Jurang Mangu?
Jadi kalau di Jurang Mangu itu
paling banyak ada IKM
konveksi, sampe ada namanya
kampung konveksi. Adanya di
Jurang Mangu Timur yang
paling banyak, juga ada
beberapa di Jurang Mangu
Barat. Di sana ada sekitar
ratusan IKM konveksi
Ada banyak mas pengusaha
konveksi di sini, kira-kira
seratusan lebih. Di Jurang
Mangu Barat ada, di Jurang
Mangu Timur juga ada.
Kayaknya banyakan yang di
Timur mas. Jaraknya ga jauh-
jauh cuman ya beda jalan aja
tapi tetep satu wilayah
Terdapat lebih banyak IKM
Konveksi di Jurang Mangu Timur
daripada IKM Konveksi di Jurang
Mangu Barat
2 Setiap IKM Konveksi memiliki berapa pekerja?
Setiap IKM ya ada banyak
pekerjanya sekitar 8 paling
sedikit, ada juga yang sampe
10
Masing-masing tempat ya ada
yang 7, ada yang 8, kalau yang
paling banyak banget ya 15
pekerjanya
Terdapat minimal 8 orang pekerja
pada setiap IKM Konveksi
3. Apakah terdapat IKM
selain IKM Konveksi di Ya kalau selain IKM konveksi
ada juga IKM makanan dan
Terdapat IKM Makanan &
Minuman selain IKM Konveksi
No
Pertanyaan Informan Utama
IU20 IU21 Kesimpulan
Jurang Mangu? minuman, sesuai data kita sih
yang didata berdasarkan yang
ikut pengajuan sertifikasi halal
saja
Lampiran 4
MATRIKS HASIL TELAAH DOKUMEN
No. Aspek yang
diteliti Sumber
Ketersediaan dokumen
Keterangan Tersedia
Tidak
Tersedia
1. Jenis Kelompok
Pekerja
Revitalisasi alat
konveksi √ 1. Terdapat 178 IKM Konveksi di wilayah Pondok Aren
2. Terdapat 86 IKM Konveksi di wilayah Jurang Mangu Timur
3. Terdapat 48 IKM Konveksi di wilayah Jurang Mangu Barat
Pengajuan
sertifikasi halal √ Terdapat 18 IKM Makanan & Minuman di kecamatan Pondok Aren.
Di kelurahan Jurang Mangu terdapat 6 IKM Makanan & Minuman
2. Program
Kesehatan
Kinerja Puskesmas
tahun 2015-2016
√
1. Terdapat 15 kegiatan promotif yang dilaksanakan sesuai
Permenkes 100 tahun 2015 2. Terdapat 9 kegiatan preventif yang dilaksanakan sesuai
Permenkes 100 tahun 2015 3. Terdapat 2 kegiatan kuratif yang dilaksanakan sesuai Permenkes
100 tahun 2015 4. Tidak terdapat kegiatan rehabilitatif
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
IKM Konveksi Jurang Mangu Timur
No. Item Observasi Ada Tidak
Ada Keterangan
Tempat Pembentukan
1.
Bangunan atau ruang yang dapat
digunakan sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan Pos UKK Terintegrasi
√
Terdapat ruangan yang
dapat digunakan sebagai
tempat pelaksanaan
kegiatan Pos UKK
Terintegrasi dari Pak RW
yang juga digunakan
untuk tempat Posyandu
Sarana
2.
Ketersediaan Sarana
a. Meja & kursi √ Terdapat 3 meja dan 5
kursi untuk kegiatan
b. Timbangan badan √ Terdapat 1 buah
c. Alat ukur tinggi badan √ Terdapat 1 buah
d. Tensimeter digital √ Tidak terdapat
e. Alat ukur lingkar perut √ Terdapat banyak
(meteran)
f. Lampu senter √ Terdapat 1 buah
g. Kotak P3K dan isinya
√
Terdapat 1 buah kotak
P3K namun isinya tidak
lengkap
h. Media KIE √ Tidak terdapat
i. Alat tulis & buku pencatatan
√
Terdapat pulpen dan
pensil yang dapat
digunakan serta 3 buah
buku pencatatan
j. Contoh APD √ Tidak terdapat
IKM Konveksi Jurang Mangu Barat
No. Item Observasi Ada Tidak
Ada Keterangan
Tempat Pembentukan
1.
Bangunan atau ruang yang dapat
digunakan sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan Pos UKK Terintegrasi
√
Tidak terdapat tempat
dari warga pekerja
Sarana
2.
Ketersediaan Sarana
a. Meja & kursi √ Terdapat 2 meja dan 4
kursi yang dapat
digunakan
b. Timbangan badan √ Terdapat 1 buah
c. Alat ukur tinggi badan √ Tidak terdapat
d. Tensimeter digital √ Tidak terdapat
e. Alat ukur lingkar perut √
Terdapat banyak
(meteran)
f. Lampu senter √ Terdapat 1 buah
g. Kotak P3K dan isinya √ Tidak terdapat
h. Media KIE √ Tidak terdapat
i. Alat tulis
√
Terdapat pulpen dan
pensil yang dapat
digunakan dan terdapat 3
buah buku pencatatan
j. Contoh APD √ Tidak terdapat
IKM Makanan & Minuman
No. Item Observasi Ada Tidak
Ada Keterangan
Tempat Pembentukan
1.
Bangunan atau ruang yang dapat
digunakan sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan Pos UKK Terintegrasi
√
Tidak terdapat tempat
dari warga pekerja
Sarana
2.
Ketersediaan Sarana
a. Meja & kursi √ Terdapat 1 meja dan 2
kursi yang dapat
digunakan
b. Timbangan badan √ Terdapat 1 buah
No. Item Observasi Ada Tidak
Ada Keterangan
c. Alat ukur tinggi badan √ Tidak terdapat
d. Tensimeter digital √ Tidak terdapat
e. Alat ukur lingkar perut √ Tidak terdapat
f. Lampu senter √ Terdapat 1 buah
g. Kotak P3K dan isinya √ Tidak terdapat
h. Media KIE √ Tidak terdapat
i. Alat tulis
√
Terdapat pulpen dan
pensil yang dapat
digunakan dan terdapat 2
buah buku pencatatan
j. Contoh APD √ Tidak terdapat
Top Related