PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI KOMUNITAS ECO
BUSINESS INDONESIA KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN
PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
OLEH:
KHAIRUL ANAM
1112054000021
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439 H
ABSTRAK
Khairul Anam
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI KOMUNITAS ECO
BUSINESS INDONESIA KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN
PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN
Angka kemiskinan di Indonesia merupakan permasalahan yang terus
membayangi pelaksanaan pembangunan yang ada. Kemiskinan di sini ditandai
dengan adanya pengangguran, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Oleh sebab
itu, apabila kehidupan saat sekarang belum memenuhi kondisi ideal tersebut,
selalu ada dorongan untuk melakukan usaha guna mewujudkan dari pra sejahtera
ke sejahtera.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pelaksanaan, faktor-
faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
program pemberdayaan tenaga kreatif (PETAKA) di Komunitas Eco Business
Indonesia (EBI) Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan.
Metodologi penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif menurut Tylor sebagaimana dikutip Lexi
J.Moleong adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.1
Hasil temuan lapangan yang penulis dapatkan terkait pelaksanaan
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program PETAKA di EBI adalah
dengan cara (1) pelatihan usaha, hal ini berupa pemberian life skill dalam
membuat kerajinan kreatif berbahan dasar sampah dengan metode demontrasi dan
contoh dan menjadi professional trainer. (2) pendampingan dengan metode
sharing yang hal tersebut membuat peserta program PETAKA tetap bisa punya
daya saing. (3) permodalan berupa pemberian fasilitas bahan pembuatan
handycraft dan fasilitasi alat menjahit. (4) jaringan bisnis dengan menggunakan
system quadro heliq yang telah menghasilkan kerjasama dengan Hillo Teen, Bank
Indonesia, Dompet Dhuafa, Nutrifood, BNPT, dan DKPP Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Tangerang Selatan. Adapun faktor pendukung (1) Networking
(2) Kepercayaan Publik dan (3) Reward. Sedangkan faktor penghambat (1)
Quality control (2) tidak ada panduan atau standar operasional prosedur (SOP).
Dengan demikian, pemberdayaan ekonomi masyarakat di Komunitas Eco
Business Indonesia Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan adalah untuk mengupayakan masyarakat agar produktif, kreatif bersumber
dari lingkungan sekitar dalam mengembangkan kehidupannya secara tanggung
jawab terhadap masalah sosial khususnya sampah yang mereka hadapi.
1 Lexi J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2001), Cet.ke-15, h.3.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuh,
Alhamdulillahirobbil, segala puji hanya pada-MU satu-satu zat yang
kusembah Allah SWT. Atas karunia, ridho dan kekuatan dari-NYA lah penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Di Komunitas Eco Bussines Indonesia Kedaung Pamulang Kota
Tangerang Selatan” sebagai syarat dalam memperoleh gelar sarjana Strata Satu
(S-1) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat
dan salam teriring abadi dengan doa keselamatan kepada nabi besar kita, nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak motivasi bimbingan baik
secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini, ucapan terimakasih tersebut penulis tunjukkan kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si Selaku Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Muhtadi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah luar biasa
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini melalui nasehat,
motivasi, dan doa’a yang selalu beliau berikan kepada penulis.
4. Seluruh dosen Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah ihklas mengamalkan ilmunya kepada
penulis.
5. Kedua orang tua ku tercinta, Abi H. Kamaluddin dan Ummi Hj. Surasmi
dengan untaian doa yang telah tiada lelah memberikan dukungan moril
maupun materil, tanggung jawabnya yang besar serta rela berkorban jiwa
dan raga dalam memberikan fasilitas kehidupan demi keberlangsungan
pendidikan dan kesuksesan puteranya. Atas curahan cinta dan kasih
sayang yang tiada putus, mengajarkan penulis untuk selalu kuat, tabah dan
tegas dalam menjalani hidup sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kepada Adek-adek ku tercinta Rukmiati dan Muzakki yang lagi menghafal
al-Qur’an semoga cepat terselesaikan hafalannya 30 Juz, kalian adalah
semangat kaka untuk terus berprestasi dan mengekplor diri.
7. Kepada Arianne Sarah “AMUR” sosok perempuan hebat dan
menginspirasi yang selalu memberikan doa dan motivasi dalam penulisan
secara baik demi kelancaran skripsi ini.
8. Kepada Om Jufriadi, Om H. Alimuni Satrah, Om H. Ahmad Fauzi, Kaka
Hanafi, Om Sudar, dan Tante Hasanah yang telah banyak memberikan
dukungan baik hal tersebut berbentuk materi, motivasi agar penulis tetap
semangat dalam melaksanakan kuliah sampai selesai.
9. Kepada teman-teman Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam
angkatan 2012 Ahmad Firdaus, Nurfikriansyah, Zuyin Arwani, Lilis
Okviyani, Faisal Amin, Nurlaila, Diqu Zarobi Alfadia, Nurdin Arraniri,
Imam Ramadhan, Dwiki Handika, Diwko Maxi, Syachul Hamdi, Idha
Chusaini, Arif Rahman Hadi, Ayu Triana, dan lainnya, terimakasih atas
doa, dukungan motivasi dan kebersamaannya sampai saat ini.
10. Kepada Satgas GAN UIN Jakarta, WikiDPR, Euro Manajement,
Himpunan Mahasiswa Islam, Lentera Huma Berhati, Himpunan
Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Satria Tim Alfa,
Jaring Mahasiswa Lumbung Informasi Rakyat, dan Forum Komunikasi
Mahasiswa Santri Banyuanyar yang telah memberikan penulis space untuk
mengaktualisasikan diri dan berproses menjadi lebih baik.
11. Kepada sahabat dan orang terdekat dengan penulis, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan doa yang telah
diberikan.
12. Kepada Abang sekaligus guru saya Edy Fajar Prasetyo selaku Founder
Eco Business Indonesia, seluruh Ceo-Founder dan ibu-ibu yang terlibat
dalam penelitian ini di Kedaung Pamulang Kota Tangerang Selatan yang
telah membantu penulis dalam proses penelitian.
Harapan dan doa senantiasa panjatkan kepada Allah SWT agar semua
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis terbalas lebih indah. Amin
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang penulis miliki serta
kesulitan dalam melaksanakan penelitian dan penulisan, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarkatuh,
Jakarta, 11 September 2017
Penulis
Khairul Anam
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ......................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 9
D. Metodologi Penelitian ...................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 19
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat................................................................ 1
1. Pengertian Pemberdayaan .......................................................... 1
2. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan .............................................. 27
3. Strategi Pemberdayaan Masyararakat Berkelanjutan.................. 28
4. Tujuan Pemberdayaan ................................................................ 29
B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ................................................ 32
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi .......................................... 32
2. Ekonomi Masyarakat ................................................................. 37
3. Upaya Pemberdayaan Ekonomi ................................................. 38
4. Cakupan Pemberdayaan Ekonomi ............................................. 40
5. Prinsip Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ............................. 41
C. Komunitas ......................................................................................... 44
1. Konsep Komunitas ..................................................................... 44
2. Ciri-Ciri Komunitas ................................................................... 45
3. Pentingnya Komunitas Dalam Pemberdayaan Masyarakat ........ 47
D. Kreativitas ........................................................................................ 49
1. Pengertian Kreativitas ................................................................ 49
2. Ciri-Ciri Kreativitas ................................................................... 51
3. Kreativitas Dalam Pengelolaan Sampah .................................... 51
4. Pegertian Sampah ....................................................................... 53
5. Jenis-Jenis Sampah ..................................................................... 53
6. Sistem Pengelolaan Sampah ...................................................... 54
E. Green Business .................................................................................. 75
1. Green Business dan Dampak Penerapannya ............................... 57
2. Tipe Green Business ................................................................... 58
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil Eco Business Indonesia ........................................................... 60
1. Sejarah Eco Business Indonesia ................................................. 60
2. Visi dan Misi .............................................................................. 61
3. Letak Geografis Eco Business Indonesia ................................... 61
4. Program Eco Business Indonesia ............................................... 61
5. Struktur Eco Business Indonesia ................................................ 64
6. Keanggotaan Eco Business Indonesia ........................................ 65
B. Pengelolaan dan Pengembangan Pendanaan Eco Business
Indonesia .......................................................................................... 65
1. Sumber pendanaan ..................................................................... 65
2. Pengelolaan dan Pengembangan Keuangan ............................... 67
C. Mitra Kerjasama dan Kolaborasi Eco Business Indonesia .............. 68
D. Produk-Produk Eco Business Indonesia .......................................... 69
E. Karya dan Penghargaan .................................................................... 69
BAB IV ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
A. Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi di Eco Business
Indonesia .......................................................................................... 71
1. Proses Perencanaan .................................................................... 72
a. Social Mapping .................................................................... 72
b. Participatory Rural Appraisal ............................................. 74
2. Proses Pelaksanaan ..................................................................... 77
a. Pelatihan Usaha .................................................................... 80
b. Pendampingan ...................................................................... 85
c. Permodalan ........................................................................... 87
d. Jaringan Bisnis ..................................................................... 90
3. Proses Pelembagaan ................................................................. 98
a. Penguatan Sumber Daya Manusia ........................................ 99
b. Pembinaan Kader ................................................................. 100
4. Sistem Pendanaan ....................................................................... 102
a. Penjualan Produk ................................................................. 103
b. Training handycraft .............................................................. 104
c. Membuat Ide-Ide Kreatif ...................................................... 105
5. Proses evaluasi ........................................................................... 107
B. Faktor Pendukung dan Penghambat .................................................. 108
1. Pendukung .................................................................................. 108
2. Penghambat ................................................................................ 110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 111
B. Saran ................................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 113
LAMPIRAN .................................................................................................. 117
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Theoretical Sampling........................................................................ 16
Tabel 2 Tinjauan Pustaka .............................................................................. 20
Tabel 3 Daftar Anggota Komunitas Eco Business Indonesia ......................... 65
Tabel 4 Proses Pemetaan Sosial .................................................................... 74
Tabel 5 Proses Partisipatory Rural Appraisal ............................................... 75
Tabel 6 proses pelaksanaan pemberdayaan ekonomi Komunitas Eco
Business Indonesia ......................................................................................... 95
Tabel 7 hasil pendapatan peserta program pemberdayaan tenaga
kreatif di Komunitas Eco Business Indonesia ............................................... 97
Tabel 8 proses pelembagaan pemberdayaan ekonomi di Komunitas Eco
Business Indonesia ......................................................................................... 106
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Surat Keterangan Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 3 Daftar Wawancara
Lampiran 4 Time Scadule Penelitian Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kemiskinan di Indonesia merupakan permasalahan yang
terus membayangi pelaksanaan pembangunan yang ada. Kemiskinan di
sini ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan dan
ketidakberdayaan. Oleh karena itu, kemiskinan menjadi prioritas utama
dalam pelaksanaan pembangunan nasional serta tidak dapat ditunda
penanggulangannya.2 Hal ini sebagai reaksi terhadap pembangunan
nasional yang memiliki bias-bias kekuasaan yang menempatkan penguasa
dengan kepentingannya pada posisi dominan.
Memberdayakan masyarakat miskin, mengurangi kesenjangan
sosial dan menciptakan tatanan sosial-ekonomi yang benar-benar
berkeadilan harus diakui bukanlah hal yang mudah. Mengingat dalam
pelaksanaan pemberdayaan memungkinkan pelaksanaan pembangunan
yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat
dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi bukan
mobilisasi.3
Pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas teori tentang
bagaimana mengembangkan daerah pedesaan atau masyarakat yang
termarjinalkan tetapi harus mencerminkan pada tindakan masyarakat dan
2 Dwi Pratiwi Kurniawati, dkk., “Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha
Ekonomi:Studi Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto”, Administrasi
Publik (JAP), no.4 (Februari 2013): h. 9. 3 Soetomo, Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),
h.37.
kesadaran diri untuk bisa berperan aktif dalam segala bentuk empowering
yang berkeadilan.
Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat memiliki epistimologis
logis dan sadar dalam kewajiban sosial yang menjadikan sebuah program
pengentasan kemiskinan yang bersifat solutif. Hal ini berbanding lurus
dengan tujuan dari pengembangan masyarakat dalam membangun struktur
dan proses alternatif, didasarkan pada kerjasama bukan konflik4
Kemiskinan atau lebih tepat disebut perangkap kemiskinan
(deprivation trap) menurut Chambers seperti dikutip Bagong Suyanto
dalam bukunya yang berjudul anatomi kemiskinan dan strategi
penanganannya selain berkaitan dengan ketidakmampuan sebuah keluarga
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, juga kerentanan,
ketidakberdayaan, keterisolasian dan kelemahan jasmani. 5
Dalam perspektif pengembangan masyarakat kemiskinan dianggap
sebagai sebuah kondisi ketidakberdayaan relatif sehubungan dengan
kesempatan setiap rumah tangga sebagai basis kekuatan sosial. Lebih
lanjut diasumsikan, terjadinya keterbelakangan suatu komunitas bukan
disebabkan oleh kebodohan dan ketidak mampuan masyarakat terhadap
tekanan struktural yang disebabkan oleh model pembangunan
pertumbuhan yang mengabaikan hak asasi manusia.6
4 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat : Wacana dan Praktek (Jakarta: Prenada
Media Group, 2013), Cet. ke-1, h.51. 5 Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya (Malang:
In-Trans Publishing, 2015), h. 5. 6 Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), h. 175.
Pengalaman selama ini telah banyak mengajarkan bahwa masalah
kemiskinan cenderung makin sulit ditangani karena sering kali diperparah
oleh adanya kesenjangan sosial yang terlampau lebar, dan bahkan
sejumlah kasus diperparah karena adanya perlakuan yang tidak adil, yang
melahirkan marginalisasi.
Kondisi sosial tersebut seperti perubahan dalam jumlah penduduk
dan ideologi yang memperkuat sikap prasangka dan prilaku diskriminasi
terhadap kelompok tertentu. Sikap dan tindakan-tindakan ini pada
umumnya diarahkan pada kelompok yang sudah menderita akibat dampak
negatif dari perubahan sosial yang cepat sehingga bisa menjerumuskan
pada lingkaran kemiskinan.7
Kelemahan dan kekeliruan dari berbagai program penanggulangan
kemiskinan yang dicanangkan adalah bermula dari kebijakan
pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro,
cenderung sentralistik atau terpusat, sehingga tidak peka pada kebutuhan
lokal dan tidak pula peka pada aspirasi sosial masyarakat miskin.
Model pembangunan pro pertumbuhan yang meyakini terjadinya
tricle down effect ternyata tidak mampu mengangkat kesejahteraan
penduduk miskin. Sebaliknya, yang terjadi trickle up effect atau malahan
akan terjadi production squeeze mengingat program pembangunan yang
direncanakan top down, sehingga sering kali tidak sesuai dengan masalah-
masalah ketika dihadapi dan kebutuhan masyarakat bawah yang menjadi
tujuan pembangunan.
7 Abu Huraera, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Bandung:
Humaniora, 2002), Cet. ke-2, h.131-132.
Selain itu, para perencana dan penentu kebijakan yang
menggariskan sasaran pembangunan dan mengalokasikan sumber dana
sering berada di bawah tekanan situasi untuk memproduksi hasil
kuantitatif dalam waktu singkat, sehingga mereka cenderung menekankan
sasaran-sasaran dari atas. Keadaan ini sangat wajar jika program
pembangunan pro pertumbuhan tidak berdampak besar dalam
memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat lapis bawah. Akibatnya,
segmen masyarakat yang miskin tetap dalam kondisi miskin, bahkan ada
yang bertambah miskin, sedangkan kelompok masyarakat yang kaya
bertambah kaya.8
Di sisi lain, berbagai program penanggulangan kemiskinan yang
dikucurkan acapkali juga bersifat karitatif dan memposisikan masyarakat
sebagai objek. Dengan memandang kemiskinan hanya dari aspek ekonomi
saja, maka yang terjadi kemudian permasalahan kemiskinan di berbagai
komunikasi seringkali dianggap serba sama (uniform) dan diyakini dapat
dipecahkan semata-mata hanya dengan mengandalkan pemberian bantuan
usaha, padahal dalam realitasnya belum tentu demikian. 9
Belum adanya kerjasama yang benar-benar terpadu, dan ditambah
lagi orientasi program yang belum bersifat kontekstual, maka bisa
dipahami jika pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan
belum memperlihatkan hasil yang signifikan apabila memperlihatkan daya
ungkit yang benar-benar nyata. Bahkan tidak jarang terjadi, pelaksanaan
8 Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternatif. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Group, 2007), h.96. 9 Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan. (In-Tras Publishing, Malang, 2015),
Cet.ke-3, h.243.
berbagai program penanggulangan kemiskinan yang semula diharapkan
dapat memberdayakan penduduk miskin, ternyata dalam kenyataannya
justru melahirkan bentuk ketergantungan baru dan berbagai bias, pada
akhirnya menyebabkan program yang dicanangkan menjadi tidak efektif.
Paradigma perencanaan dan pemberdayaan masyarakat yang
sentralistik tersebut harus diubah ke arah peningkatan partisipasi
masyarakat lokal secara optimal, mengingat program yang dirancang dari
atas tanpa melibatkan masyarakat. 10 Pendekatan pemberdayaan
masyarakat merupakan salah satu wujud pembangunan alternatif yang
menghendaki agar masyarakat mampu mandiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.11
Hal ini berdasarkan realitas sosial bahwa pada umumnya
masyarakat mendambakan kondisi ideal yang merupakan tekanan
kehidupan dalam keinginannya. Kondisi tersebut menggambarkan sebuah
kehidupan yang di situ kebutuhan-kebutuhan dapat terpenuhi, suatu
kondisi yang tidak lagi diwarnai kekhawatiran hari esok, kehidupan yang
memberi iklim kondusif guna aktualisasi diri dan untuk terwujudnya
proses relasi sosial berkeadilan.12
Oleh sebab itu, apabila kehidupan saat sekarang belum memenuhi
kondisi ideal tersebut, selalu ada dorongan untuk melakukan usaha guna
mewujudkannya. Demikian juga apabila terdapat realitas yang dianggap
10 Kasi Widjajanti, “Model Pemberdayaan Masyarakat”, Ekonomi Pembangunan
12, no.1 (Juni 2011): h.16. 11 Sukmaniar, “Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan
Program Pengembangan Kecamatan (PKK) Pasca Tsunami di Kecamatan Lhoknga
Kabupaten Aceh Besar” (Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan
Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro, 2007), h. 2 12 Soetomo, Pembangunan Masyarakat. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),
Cet.ke-2, h.1
menghambat tercapainya kondisi ideal tersebut, akan mendorong usaha
untuk mengubah dan memperbaikinya.
Berangkat dari problematika komplek tersebut maka diperlukan
suatu sistem pemberdayaan masyarakat bersifat ekslusif dan usaha sebagai
alternatif dalam pegentasan kemiskinan yang hal tersebut menjadi tugas
bersama. Dengan demikian pemberdayaan ekonomi masyarakat harus
dilaksanakan secara optimal dan terarah agar dapat memperbaiki keadaan
ekonomi sekaligus mampu mengangkat kondisi ekonomi masyarakat pra
sejahtera ke sejahtera.
Salah satunya dengan cara memberikan kewenangan dan kekuatan
kepada masyarakat untuk mengakses sumber daya ekonomi yang tersedia
secara optimal, sehingga mereka diharapkan dapat berdaya dalam
memperbaiki kemampuan ekonomi mereka untuk memenuhi kebutuhan
dasar mereka secara mandiri. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di sini
merupakan upaya dalam mendorong perubahan struktural masyarakat
dengan memperkuat kedudukan serta peran ekonomi rakyat dalam
perekonomian.
Menurut Sumodiningrat sebagaimana dikutip oleh Adi Fahrudin,
bahwa pada setiap upaya pemberdayaan masyarakat baik yang dilakukan
pemerintah, dunia usaha, maupun pihak yang peduli kepada masyarakat
harus dipandang sebagai sebuah pemicu untuk menggerakkan kegiatan
ekonomi rakyat. Karena itu, upaya tersebut paling tidak harus memuat
lima hal pokok, yaitu (1) bantuan dana sebagai modal usaha, (2)
pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan
sosial ekonomi rakyat, (3) penyediaan sarana untuk memperlancar
pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat, (4) penguatan
kelembagaan sosial ekonomi masyarakat, (5) dan pengembangan sumber
daya manusia.13
Belakangan ini banyak upaya-upaya pembangunan masyarakat di
tingkat komunitas yang memfokuskan pada pemberdayaan warga
komunitas dengan melakukan power sharing agar masyarakat memiliki
kemampuan dan kesetaraan. Oleh karena itu, semua stakeholder sebagai
pelaku perubahan dalam proses pembangunan berupaya memberdayakan
warga komunitas (dari kurang berdaya menjadi lebih berdaya) baik pada
tingkat individu, keluarga, kelompok sosial, ataupun komunitas guna
mencapai kehidupan yang lebih baik.14
Dalam hal ini, pemberdayaan ekonomi masyarakat telah lama
dilakukan oleh Komunitas Eco Business Indonesia yang dalam aktifitas
dan usahanya mengkolaborasikan 3P. yakni;
1. People merupakan suatu hal yang kental akan nuansa
pemberdayaan, kemanfaatan, dan dirasakan oleh masyarakat.
2. Planet merupakan faktor yang harus disentuh, sebagai bentuk
kepedulian dari Komunitas Eco Business Indonesia melalui
aktivitas usaha berupaya sebisa mungkin terlibat dalam pelestarian
lingkungan.
13 Adi Fahrudin, Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas
Masyaraka (Bandung: Humaniora, 2012), h.89. 14 Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2015), Cet.ke-2, h.89.
3. Profit merupakan keuntungan yang didapat selain untuk
memutarkan aktivitas usaha juga berorientasi pada pengembangan
usaha dan upaya penyebaran pemberdayaan.
Kegiatan Komunitas Eco Business Indonesia bernilai ekonomis
dan dipadukan dengan sisi pemberdayaan masyarakat dalam setiap produk
yang dihasilkan sehingga terciptanya kesinambungan antara konsep 3P di
atas. Unsur pemberdayaan tersebut menjadi jalan efektif untuk
mengentaskan masalah sosial khususnya kemiskinan, ketertinggalan
pendidikan, dan perbaikan kondisi lingkungan.
Di samping itu, sebagai komunitas yang terorganisir dengan baik
Eco Business Indonesia mempunyai program-program unggulan seperti
program Sadar Lingkungan (DARLING), Pemberdayaan Tenaga Kreatif
(PETAKA), Cerdas Luar Biasa Kreatif (CLBK), Sedekah Lingkungan
Hidup (SELUNDUP), dan Produk Olahan EBI Menarik (POLEMIK).
Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan, faktor pendukung
dan penghambat di masyarakat setempat, maka dari kelima program di
atas penulis tertarik mengambil program PETAKA sebagai fokus
penelitian. PETAKA merupakan program pionir pemberdayaan
masyarakat sehingga bisa memiliki keahlian dan dapat menunjang
produktivitas aktivitas keseharian masyarakat yang diberdayakan.
Dari uraian di atas penulis menuangkan bahasan ini dalam sebuah
skripsi dengan judul : Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di
Komunitas Eco Business Indonesia Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang Kota Tangerang Selatan.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, peneliti
membatasi konsep-konsep yang tercantum dalam judul agar dapat
menghasilkan pembahasan yang sistematis, terarah, jelas, dan
fokus. Maka dalam skripsi ini peneliti membatasi pada
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program
pemberdayaan tenaga kreatif (PETAKA).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di
atas, perlu adanya penysunan suatu perumusan masalah dalam
penelitian ini, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan ekonomi
masyarakat melalui program PETAKA yang dilaksanakan
oleh Komunitas Eco Business Indonesia.
b. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program
PETAKA di Komunitas Eco Business Indonesia Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan ekonomi
masyarakat melalui program PETAKA yang dilaksanakan
oleh Komunitas Eco Business Indonesia.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan
pendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
program PETAKA di Komunitas Eco Business Indonesia
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan.
2. Manfaat
a. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman peneliti
secara langsung di lapangan melalui penelitian ini,
khususnya tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat
melalui program PETAKA yang dilakukan oleh Komunitas
Eco Business Indonesia di Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang Kota Tangerang Selatan.
b. Menjadi sebuah acuan alternatif dalam pendekatan
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
c. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi stakeholder
Komunitas Eco Business Indonesia dalam menjalankan
aktivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Tylor sebagaimana dikutip oleh
Lexi J. Moleong adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang dan prilaku yang
diamati.15
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis akan
menghimpun data, mengolah data, dan menganalisis data secara kualitatif
dengan tujuan memperoleh jawaban dari penelitian tentang pemberdayaan
ekonomi masyarakat melalui program PETAKA yang menjadi penelitian
di Komunitas Eco Business Indonesia Kedaung Pamulang Kota Tangerang
Selatan yang diajukan menjadi penelitian.
1. Bentuk dan Jenis Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan, yang
didukung oleh observasi dan wawancara sebagai pelengkap.
Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif, data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data
tersebut dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau
memo dan dokumentasi resmi lainnnya.16 Yang semua hal tersebut
ada korelasinya dengan program PETAKA di Komunitas Eco
Business Indonesia.
15 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2007), Cet. ke-15, h.3. 16 Burhan Bugin, Analisis Penentian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet. ke-2, h.39.
2. Jenis Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Yaitu data yang menjadi primer dalam penelitian ini
adalah hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
bersumber dari founder, pembina/tutor, staff, dan peserta
program Komunitas Eco Business Indonesia.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang bersumber dari buku Young Social
Indonesia, media massa (seperti surat kabar, majalah jurnal)
dan media elektronik, seperti internet di situs resmi
Komunitas Eco Business Indonesia di www.ebibag.com.
c. Teknik Penentuan Responden
Penentuan responden ini didasarkan oleh
pertimbangan tertentu, seperti keterbatasan waktu, tenaga,
dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang
besar dan jauh. Adapun cara dalam penentuan sampel,
penulis menggunakan cara purposive sampling.
Hal ini dilakukan dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tinjauan tertentu. Dalam buku
metode penelitian oleh Sugiono menjelaskan bahwa
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.17
Dalam hal ini penulis mengambil sampel
berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap peserta
program PETAKA yang merupakan subjek paling banyak
mengandung ciri-ciri yang terdapat dalam populasi dan
penentuan karakteristik populasi dengan cermat di dalam
studi yang dilakukan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Komunitas Eco Business
Indonesia Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan. Adapun beberapa pertimbangan peneliti
melakukan penelitian di lokasi tersebut yaitu:
a. Adanya informasi yang peneliti dapatkan dari founder
Komunitas Eco Business Indonesia mengenai program-
program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang kreatif
secara ekslusif di Kedaung Pamulang Kota Tangerang
Selatan.
b. Lokasi Komunitas Eco Business Indonesia yang tidak
begitu jauh dari tempat tinggal peneliti, sehinggga
menghemat waktu dan biaya.
17 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2012),h.126
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai 28 Desember 2016 sampai
30 April 2017. Dengan catatan penelitian ini akan berakhir jika
data-data yang diperlukan dalam penelitian telah rampung dan
dirasa cukup. Sedangkan hal-hal yang lainnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari penelitian ini, penulis
melakukan penelitian langsung ke Komunitas Eco Business
Indonesia, cara ini dilakukan menggunakan teknik pengumpulan
data, antara lain:
a. Dokumentasi
Berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-
barang tertulis. Di dalam penelitian melalui dokumentasi
peneliti berusaha menyelidiki benda-benda yang tertulis
seperti: buku-buku, data-data jurnal, notulen anggaran dan
pendidikan lain-lain. Dengan menggunakan dokumentasi
peneliti dapat mengumpulkan data tertulis mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dilakukan
untuk mengambil data tentang pemberdayaan ekonomi
masyarakat melalui program PETAKA di Komunitas Eco
Business Indonesia terhadap masalah yang diteliti.
b. Observasi
Alat pengumpulan data yang digunakan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala
yang diteliti.18 Selain itu observasi merupakan kegiatan
pengamatan, peninjauan secara cermat tentang kejadian
atau peristiwa yang terjadi disuatu tempat tertentu. Dengan
demikian penulis diharapkan dapat memperoleh data
tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
program PETAKA yang sesuai dengan penelitian secara
komprehensif.
Penulis melakukan observasi dengan mendatangi
Komunitas Eco Business Indonesia terutama melalui hal-
hal yang menjadi objek penelitian ini, peneliti juga melihat
dan mengikuti kegiatan PETAKA.
c. Wawancara
Adalah metode interview mencakup cara yang
digunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas
tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian
secara lisan dan seseorang responden dengan bercakap
berhadapan muka dengan orang itu.19 Wawancara
dilakukan kepada founder, pembina/tutor, staff, dan peserta
program Komunitas Eco Business Indonesia yang menjadi
18 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian (Jakarta: Bumi
Aksara, 1999), h.70. 19 Koenjaningrat, Metode-Metode Peneltian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia,
1980), Cet. Ke-3, h.162.
objek dari pelaksanaan pemberdayaan ekonomi masyarakat
melalui program PETAKA. Untuk memudahkan
pemahaman akan sistem wawancara yang dilakukan berikut
penulis sajikan dalam bentuk theoretical sampling, yakni;
Tabel 1. Theoretical Sampling Penentuan Informan
No. Informan Informasi yang dicari Jumlah
1 Founder
Gambaran latar belakang sejarah
Komunitas Eco Business Indonesia,
visi, misi, struktur, sumber dana,
pelaksanaan pemberdayaan ekonomi
melalui program PETAKAdan faktor-
faktor pendukung dan penghambat.
1
2 Staf
Pelaksanaan pemberdayaan ekonomi
melalui program PETAKA, faktor-
faktor pendukung dan penghambat dan
dokumentasi.
2
3 Peserta
program
Pemahaman program PETAKA, proses
sosilisasi, proses daur ulang, produk
kerajinan, peran pemerintah setempat,
manfaat ekonomi, dampak perubahan,
dan faktor pendukung dan penghambat.
3
Jumlah 6
Dari wawancara yang dilakukan tersebut bertujuan untuk
memperoleh gambaran-gambaran dan informasi yang memungkinkan
tentang kegiatan Komunitas Eco Business Indonesia dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat khusunya dalam konteks pelaksanaan program
PETAKA.
6. Instrumen dan Alat Bantu Peneliti
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih
dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
data pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program
PETAKA di Komunitas Eco Business Indonesia agar menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen terpenting dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
menggunakan alat bantu untuk mengumpulkan data seperti
handpone, dan kamera.
Dalam menggunakan data-data penulis membutuhkan alat
bantu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat
yang digunakan:
a. Alat perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat
wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses
pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat
jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data,
alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat
izin dari subjek untuk menggunakan alat tersebut pada saat
wawancara berlangsung.
b. Kamera
Kamera berguna sebagai alat bantu untuk
mengambil gambar pada saat berjalannya kegiatan yang
dilakukan oleh Komunitas Eco Business Indonesia
khususnya yang berkaitan dengan program PETAKA.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses pengumpulan data dan
mengurutkan kedalam pola, pengelompokan data tersebut untuk
kemudian di analisa agar mendapat kesimpulan berdasarkan data
yang ada. Yaitu dengan menggunakan data bersifat deskriptif untuk
mendapatkan gambaran kongkrit tentang pemberdayaan ekonomi
masyarakat melalui program PETAKA yang dilakukan oleh
Komunitas Eco Business Indonesia. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif deskriptif. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa subjek ini adalah kegiatan
menganalisis dan meliputi kegiatan reduksi data, reduksi yaitu
mengalisa suatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau
menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya
yang lebih sederhana.20
8. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki
kriteria:
a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, hal ini dapat dicapai
dengan jalan membandingkan data hasil wawancara,
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya
dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang
diberikan oleh founder Komunitas Eco Business Indonesia
dengan staf dan membandingkan dokumen dengan unit
analisis.
20A. Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya:
Arkola, 1994), Cet. ke-1 h.124.
b. Ketekunan atau pengamatan bermaksud menemukan ciri-
ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari
jawaban sesuai rumusan masalah saja. Misalnya peneliti
membandingkan jawaban stakeholder dengan jawaban dari
objek atau partisipan program PETAKA di Komunitas Eco
Business Indonesia.
c. Kepastian dengan pemeriksaan auditor dalam hal ini adalah
dosen pembimbing. Disini pemastian bahwa suatu itu
objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa
orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan
seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman
seseorang itu objektif sedangkan jika disepakati oleh
beberapa orang barulah dikatakan obektif.21
E. Tinjaun Pustaka
Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis
melakukan kajian terhadap beberapa karya ilmiah yang relevan dengan
topik penulisan. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mereview dan
membandingkan isi skripsi ini dengan skripsi milik orang lain yang isinya
hampir menyerupai. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan ini penulis
21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung, PT Remaja Rosda
Karya, 2011), Cet.Ke-29, h. 330-338.
menggunakan karya ilmiah yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 2. Tinjauan Pustaka
Judul dan Penulis Metode Hasil
Perbedaan
Dengan
Penelitian
Pemberdayaan
ekonomi masyarakat
melalui kerajinan
tempurung kelapa:
studi di Dusun
Santan Guwosari
Panjangan Bantul
disusun oleh Merla
Liana Herawati
Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah
dan Komunikasi
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
2014
Pendekatan
penelitian yang
peneliti lakukan
adalah jenis
penelitian
kualitatif
Pemberdayaan
ekonomi masyarakat
yang dilakukan oleh
oleh produsen
kerajinan tempurung
kelapa dalam
meningkatkan
perekonomian
masyarakat adalah
pemberdayaan yang
mengacu pada
pendekatan
pengentasan
kemiskinan melalui
produksi kerajinan
yang berfungsi untuk
membangun dan
mengembangkan
potensi dalam
mensejahterakan dari
segi ekonomi ataupun
sosial
Untuk
membedakan
skripsi penulis
dengan skripsi ini
terdapat pada
prinsip dari
pemberdayaan
ekonomi dalam
pelaksanaannya,
sehingga tidak
hanya perubahan
dari pra sejahtera
ke sejahtera, akan
tetapi juga harus
mengedepankan
bagaimana
pemberdayan
ekonomi
mengutamakan
akan pentingnya
pemberdayaan dan
lingkungan
menjadi salah satu
yang utama
Pemberdayaan
ekonomi masyarakat
lokal melalui
kerajinan perak oleh
koperasi produksi
pengusaha perak
Yogyakarta di
Kotagede disusun
oleh Nimayah
Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah
dan Komunikasi
Universitas Islam
Pendekatan
penelitian
mengenai
kerajinan perak
sebagai sarana
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
menggunakan
pendekatan
deskriptif kualitatif
Strategi
pemberdayaan
ekonomi masyarakat
lokal yang dilakukan
oleh KP3Y dalam
meningkatkan
perekonomian
masyarakat terhadap
anggota atau para
pengrajin perak
dengan cara (1)
menciptakan keadaan
yang memungkinkan
potensi masyarakat
berkembang
Untuk
membedakan
skripsi penulis
dengan skripsi ini
terdapat pada
subjek penelitian,
tempat dan sistem
pengelolaan dari
program
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
tersebut
Judul dan Penulis
Metode
Hasil
Perbedaan
Dengan
Penelitian
Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
2015
Pemberdayaan
masyarakat: studi
kasus kegiatan bank
sampah di
Perumahan Bukit
Pamulang Indah RW
09 dan 13 Tangerang
Selatan disusun oleh
Bunga Nur
Mawaddah
Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah
dan Ilmu
Komunikasi
Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2013
Penelitian ini
menggunakan
metode kualitatif.
Yaitu pengamatan,
wawancara, atau
penelaahan
dokumen
(2) memperkuat
potensi ekonomi
masyarakat yang
dimiliki masyarakat
untuk memanfaatkan
peluang-peluang
ekonomi (3)
mengembangkan
ekonomi masyarakat
juga memiliki arti
melindungi
masyarakat dan
mencegah terjadinya
persaingan yang tidak
seimbang
Bentuk partisipasi
dalam kegiatan Bank
Sampah Melati
Bersih telah
memberikan
pengaruh yang baik
dan positif terhadap
partisipasi warga
sebagai wujud
tanggung jawab
terhadap ligkungan
sendiri, dan telah
membangun
kepercayaan, potensi,
kreativitas serta
partisipasi
masyarakat warga
Bukit Pamulang
Indah dalam kegiatan
Bank Sampah dengan
pengaruh-pengaruh
yang dirasakan oleh
warga
Untuk
membedakan
skripsi penulis
dengan skripsi ini
terdapat pada
variabel dan fokus
penelitian yang
telah dilakukan,
penelitian penulis
memfokuskan
pada pelaksanaan
dan faktor
pendukung dan
penghambat dari
proses
pemberdayaan
ekonomi tersebut,
sedangkan
penelitian yang
dilakukan oleh
saudari Bunga Nur
Mawaddah adalah
peranan dengan
adanya Bank
Sampah terhadap
fakta lingkungan
yang sangat efektif
Judul dan Penulis
Metode
Hasil
Perbedaan
Dengan
Penelitian
Peran BTM dalam
pemberdayaan
ekonomi masyarakat
di Desa Talun
Kecamatan Talun
Kabupaten
Pekalongan disusun
oleh Fadhilah
Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah
dan Komunikasi
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
2014
Penelitian ini
menggunakan
metode kualitatif
dengan pendekatan
deskripstif analisis.
Dengan metode
kualitatif, peneliti
mengkaji,
membuka,
menggambarkan
atau menguraikan
dengan apa
adanya.
Peran BTM dalam
pemberdayakan
ekonomi masyarakat
mempunyai implikasi
sangat baik dalam
peningkatan ekonomi
masyarakat.
Pemberdayaan yang
dilakukan oleh BTM
adalah sebagai bentuk
penyediaan modal
usaha. Adapun
temuan terakhir
adalah berkaitan
dengan kendala yang
dihadapi (1)
berdirinya BTM
sebagai lembaga
ekonomi
Muhammadiyah di
tengah masyarakat
NU memberikan
pandangan berbeda
dapat menimbulkan
konflik (2) rendahnya
tingkat pendidikan
Untuk
membedakan
skripsi penulis
dengan skripsi ini
terdapat pada
media yang di
gunakan dalam
pelaksanaan
pemberdayaan
ekonomi, tidak
mengangkat isu
agama/firqoh
dalam
pemberdayaan
ekominya
sehingga secara
tidak langsung,
fakta tersebut
menjadi sebuah
kekhasan
tersendiri dalam
proses
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
Sumber : Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini berdasarkan buku panduan
pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.22 Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini penulis
membagi ke dalam lima bab, yakni:
22 Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan
Disertasi (Jakarta: CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), Cet. ke-2, h.11
BAB I : Pendahuluan
Pada Bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi tentang beberapa pengertian dan penjelasan yaitu:
Pemberdayaan Masyarakat, (pengertian, tahapan kegiatan
pemberdayaan, pendekatan pemberdayaan masyarakat, strategi
pemberdayaan berkelanjutan, tujuan pemberdayaan, indikator
pemberdayaan, dan pemberdayaan sebagai proses),
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (pengertian, ekonomi
masyarakat, upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, cakupan
pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan prinsip pemberdayaan
ekonomi masyarakat), Kemiskinan (pengertian, ciri-ciri
kemiskinan, ukuran-ukuran kemiskinan, dan faktor-faktor
kemiskinan), Komunitas (konsep komunitas, ciri-ciri komunitas,
dan pentingnya komunitas dalam pemberdayaan), Kreativitas
(pengertian, dimensi-dimensi kreativitas, ciri-ciri kreativitas,
pentingya kreativitas, dan kreativitas dalam pengelolaan sampah)
dan Lingkungan (kebersihan, sampah, jenis-jenis sampah, sistem
pengelolaan sampah, dan faktor yang mempengaruhi sampah).
BAB III : Gambaran Umum Objek Penelitian
Profil Komunitas Eco Business Indonesia, pengelolaan dan
pengembangan pendanan Komunitas Eco Business Indonesia,
mitra kerjasama dan kolaborasi Komunitas Eco Business
Indonesia, produk-produk Komunitas Eco Business Indonesia,
dan karya-karya/penghargaan.
BAB IV : Analisis Temuan Lapangan
Pelaksanaan pemberdayaan ekonomi di Komunitas Eco
Business Indonesia dan faktor pendukung dan penghambat
pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh Komunitas Eco
Business Indonesia di Kedaung Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan.
BAB V : Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan secara singkat berdasarkan
hasil dari pelaksanaan penelitian dan saran-saran yang menjadi
penutup dari pembahasan skripsi ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau
keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan
dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan
dengan kamampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa
saja yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.23
Pemberdayaan diharapkan masyarakat yang kurang berdaya menjadi
masyarakat yang berdaya dan kuat dengan menggali serta
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain
pemberdayaan adalah untuk mencapai tujuan akhir yang disebut
dengan masyarakat sejahtera dan mandiri sehingga mempunyai
kekuatan hidup atas potensi dirinya.24
Selain pengertian di atas tersebut penulis kemukakan
pengertian pemberdayaan menurut beberapa ahli yang kredibel
diantaranya sebagai berikut:
Menurut Jim Ife pemberdayaan artinya memberikan sumber
daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan, kepada warga
untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa
23 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT
Refika Aditama, 2010), Cet.ke-4, h.57. 24 Owin Jamasy, Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan
(Jakarta: Belantik, 2004), Cet.ket-1, h.108.
depannya sendiri dan berpartipasi dalam dan memengaruhi kehidupan
dari masyarakatnya.25
Selanjutnya menurut Sumodiningrat pemberdayaan adalah
meningkatkan kemampuan atau kemandirian masyarakat dalam
kerangka pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat
dapat dilihat dari sudut pandang: Pertama, penciptaan suasana iklim
yang memungkinkan masyarakat berkembang; Kedua, peningkatan
kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan
dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun
sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah; Ketiga,
perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang
saling menguntungkan.26
Chambers mendefnisikan sebagaimana dikutip oleh Zubaedi
pemberdayaan adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial.27
Dari pengertian di atas, terlihat bahwa makna pemberdayaan itu
bukan hanya satu interpretasi saja, tetapi bisa lebih dari satu
interpretasi, dimana interpretasi yang satu dengan yang lainnya belum
tentu sama. Hal ini dapat dibayangkan apabila kita membandingkannya
dengan variasi pembangunan yang ada, dimana masing-masing
25 Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Group, 2007), Cet.ke-1, h.98. 26 Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan (Jakata: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.235. 27 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktek. (Jakarta: Prenada
Media Group, 2013), Cet.ke-1, h.24-25.
pembangunan dapat memunculkan bentuk dan tujuan pemberdayaan
yang berbeda seperti beberapa perspekif para tokoh terkait yang
membidanginya di atas.
Dari pengertian di atas dapat penulis menyimpulkan
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah usaha dan upaya untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat demi terwujudnnya
masyarakat yang berkeadilan, mandiri, dan berperan aktif dalam hal
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
2. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan
Dalam perspektif Aziz sebagaimna dikutip Abu Huraerah dalam
bukunya yang berjudul pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat merinci tahapan-tahapan yang seharusnya dilalui dalam
melakukan pemberdayaan. Pertama, membantu masyarakat dalam
menemukan masalahnya. Kedua, melakukan analisis terhadap
permasalahan tersebut secara mandiri (partisipatif). Kegiatan ini
biasanya dilakukan dengan cara curah pendapat, membentuk
kelompok-kelompok diskusi, dan mengadakan pertemuan warga secara
priodik. Ketiga, menentukan skala prioritas masalah, dalam arti
memilah dan memilih tiap masalah yang paling mendesak untuk
diselesaikan. Keempat, mencari penyelesaian masalah yang sedang
dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam
masyarakat. Kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Keenam, mengevaluasi
seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh
mana keberhasilan dan kegagalannya.28
3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan
Dalam pekerjaan sosial, pengertian klien yang perlu di
empowerment mencakup individu, keluarga kelompok, organisasi dan
masyarakat. Sudah tentu strategi dan teknik empowerment yang
digunakan berbeda-beda sesuai dengan kliennya. Namun begitu, secara
garis besar, strategi dan teknik empowerment dilihat dari tiga bentuk
intervensi tersebut adalah intervensi mikro, mezzo, dan intervensi
makro.
Intervensi mikro ditujukan kepada individu dan keluarga,
intervensi mezzo ditunjukkan kepada kelompok-kelompok kecil
sedangkan intervensi makro ditujukan kepada organisasi dan
masyarakat. Namun begitu, ada beberapa ahli yang menganggap
bahwa empowerment umumnya dilakukan secara kolektif sehingga
strateginya juga harus bersifat kolektif.29
Zuzanne Kindervatter mengemukakan lima strategi pendekatan
yang perlu ditempuh dalam rangka pelaksanaan proses pemberdaayaa
yaitu:
a. Need oriented yaitu pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan.
b. Endegenous yaitu pendekatan yang berorientasi pada kondisi dan
kenyataan yang ada di masyarakat.
28 Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Bandung:
Humaniora, 2011), Cet.ke-2, h.102. 29 Adi Fahrudin dkk., Pemberdayaan, Partispasi dan Penguatan Kapasitas
Masyarakat (Bandung: Humaniora, 2011), h.18-19.
c. Self reliance yaitu pendekatan yang berorientasi pada penciptaan
rasa mampu diri, percaya diri sendiri dan mandiri.
d. Ecologically sound yaitu pendekatan yang tidak megabaikan aspek
lingkungan.
e. Based on structural transformation yaitu pendekatan yang
berorientasi pada perubahan struktur dan sistem.30
4. Tujuan Pemberdayaan
Beragam upaya yang telah dilakukan dan pengalaman dalam hal
pembangunan yang selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama
pada mutu hidup manusia, baik secara fiskal, mental, ekonomi,
maupun sosial budayanya maka tujuan dari pemberdayaan dapat
dirumuskan sebagai berikut;
a. Perbaikan Pendidikan
Dalam arti bahwa pemberdayaan harus dirancang sebagai
suatu bentuk pendidikan untuk lebih baik. Perbaikan pendidikan
yang dilakukan melalui pemberdayaan, tidak terbatas pada
perbaikan materi, perbaikan metode, perbaikan menyangkut tempat
dan waktu, serta hubungan fasilitator dan penerima manfaat, tetapi
yang lebih penting adalah perbaikan pendidikan harus mampu
menumbuhkan semangat belajar seumur hidup.
b. Perbaikan Aksebilitas
Dengan tumbuh dan berkembangnya semangat belajar
seumur hidup, diharapkan akan memperbaiki asksebilitas,
30 Fahrudin dkk., Pemberdayaan, Partispasi dan Penguatan Kapasitas
Masyarakat, h.76.
utamanya tentang aksebilitas dengan sumber informasi atau
inovasi, sumber pembiayaan, penyedia produk, peralatan, dan
lembaga pemasaran.
c. Perbaikan Tindakan
Dengan berbekal perbaikan dan pendidikan aksebilitas
dengan beragam sumber daya yang lebih baik, diharapkan akan
terjadi tindakan-tindakan semakin lebih baik.
d. Perbaikan Kelembagaan
Dengan perbaikan kegiatan atau tindakan yang dilakukan,
diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk
pengembangan jejaring kemitraan usaha.
e. Perbaikan Usaha
Perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan
aksebilitas, kegiatan, dan perbaikan kelembagaan diharapkan akan
memperbaiki bisnis yang dilakukan.
f. Perbaikan Pendapatan
Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan,
diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang
diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
g. Perbaikan Lingkungan
Perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki
lingkungan (fisik dan sosial).
h. Perbaikan Kehidupan
Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik,
diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga
dan masyarakat.
i. Perbaikan Masyarakat
Keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh
lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapakan akan
terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.31
Selain itu, menurut Ginanjar Kertasasmita seperti yang dikutip
oleh Tantan Hermansyah dan Muhtadi dalam upaya pemberdayaan
dapat dilihat dari tiga sisi yaitu:
a. Pemungkinan (enabling)
Yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi kemasyarakatan berkembang secara optimal, harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural
yang menghambat.
b. Penguatan (empowering)
Yaitu memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya secara mandiri.
31 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Perspektif Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta,2015), Cet.ke-3, h.111-112.
c. Perlindungan (protecting)
Yaitu harus melindungi masyarakat lemah agar tidak
tertindas oleh kelompok kuat dan yang lemah, sehingga
menghilangkan segala bentuk diskriminasi dan dominasi.32
B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi
Adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan
penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk
mendapatkan gaji atau upah yang memadai, dan penguatan masyarakat
utuk memperoleh informasi, pengetahuan, dan keterampilan, yang
harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya
sendiri, maupun dari aspek kebijakannya.33
Pembedaayaan ekonomi diperuntukkan sebagai upaya
meningkatkan kemampuan yang diperintah sebagai konsumen agar
berfungsi sebagai penanggung dari dampak negatif petumbuhan,
membayar resiko salah urus, pemikul beban pembangunan, kegagalan
program, dan akibat kerusakan lingkungan.34 Oleh sebab itu,
pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi yaitu:
a. Menciptakan keadaan yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang.
32 Tantan Hermansyah dan Muhtadi, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat
Dalam Islam (Bogor: Titian Nusa Press, 2010), Cet.ke-1, h.5-6. 33 Erni Febrina Harahap, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi
Untuk Mewujudkan Ekonomi Nasional Yang Tangguh dan Mandiri”, Manajemen dan
Kewirausahaan III, no.2 (Mei 2012): h.82-83. 34 Adon Nasrullah dan Jamaludin. Sosiologi Pembangunan (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2016), h.148.
b. Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki masyarakat untuk
memanfaatkan peluang-peluang ekonomi.
c. Mengembangkan ekonomi rakyat juga memiliki arti melindungi
rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang.35
Sejalan dengan pengertian di atas jika dikomparasikan dari
berbagai tulisan Sumodiningrat konsep pemberdayaan ekonomi dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Perekonomian rakyat adalah perekonomian diselenggarakan oleh
rakyat. perekonomian diselenggarakan oleh rakyat adalah bahwa
perekonomian nasional yang berakar pada potensi dan kekuasaan
masyarakat secara luas untuk menjalankan roda perekonomian
mereka sendiri.
b. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan
ekonomi kuat, besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam
mekanisme pasar yang benar. Karena kendala pengembangan
ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka pemberdayaan
ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural.
c. Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahan dari
ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke
ekonomi kuat, dari ekonomi subsistem ke ekonomi pasar, dari
ketergantungan ke kemandirian.
d. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan
peningkatan produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang
35 Mubyanto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT (Yogyakarta: Aditya Media,
1998), h.28-29.
sama, dan hanya memberikan suntikan modal sebagai stimulan,
tetapi harus dijamin adanya kerjasama dan kemitraan yang erat
antara yang telah maju. dengan yang masih lemah dan belum
berkembang.
e. Kebijakannya dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah
pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset
produksi (khususnya modal), memperkuat posisi transaksi dan
kemitraan usaha ekonomi rakyat, pelayanan pendidikan dan
kesehatan, penguatan industri kecil, mendorong munculnya
wirausaha baru, dan pemerataan spasial.
f. Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup peningkatan akses
bantuan modal usaha, peningkatan akses pengembangan sumber
daya manusia, dan peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang
mendukung langsung sosial ekonomi masyarakat lokal.36
Adapun halnya menurut perspektif Musa Asy’ari dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat bahwa institusi-institusi
keagamaan perlu mendorong, dan mungkin memberikan kesempatan
kepada para pemeluknya, supaya berlatih dan mempersiapkan dirinya
untuk memilih peluang menjadi wirausaha, dengan memberikan
pelatihan-pelatihan sebagai bekal untuk mampu bersaing di dunia
wirausaha. Adapun program binaan berkelanjutan dapat dilakukan
melalui beberapa tahapan yaitu:
36 Erni Febrina Harahap, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi
Untuk Mewujudkan Ekonomi Nasional Yang Tangguh dan Mandiri”, Manajemen dan
Kewirausahaan III, no.2 (Mei 2012): h.86-87.
a. Pelatihan Usaha
Melalui pelatihan ini, peserta diberikan pemahaman terhadap
konsep-konsep kewirausahaan, dengan segala macam
permasalahan yang ada di dalamnya. Tujuan dari pelatihan usaha
adalah memberikan wawasan yang lebih menyeluruh dan aktual,
sehingga dapat menumbuhkan motivasi terhadap peserta,
disamping diharapkan peserta memiliki pengetahuan teoritis dan
kiat-kiat tertentu dalam mengembangkan wirausaha.
b. Pendampingan
Pada tahap ini, yaitu ketika usaha itu dijalankan maka calon
wiraswasta akan didampingi oleh tenaga pendamping yang
profesional, yang berfungsi sebagai pengarah maupun sekaligus
pembimbing, sehingga kegiatan usaha yang digelutinya, benar-
benar mampu berhasil dikuasai.
c. Pemagangan
Pemagangan yang dilakukan oleh peserta di perusahaan yang
berkaitan dengan rencana usaha yang akan dipilihnya kelak.
Penanganan ini sangat perlu, karena suasana dan realitas usaha
memiliki karakteristik yang berbeda dengan dunia pendidikan atau
kegiatan di luar usaha. Tanpa pengenalan terhadap realitas usaha
secara intens dan empirik, maka akan menyulitkan bagi seseorang
yang akan memulai usahanya.
d. Permodalan
Merupakan salah satu faktor penting dalam dunia usaha
khususnya berkaitan dengan modal finansial, tetapi bukan yang
terpenting. Untuk mendapatkan dukungan finansial yang cukup
stabil, perlu adanya hubungan kerja sama yang baik dengan
lembaga keuangan, baik perbankan maupun dana bantuan yang
disalurkan melalui kemitraan usaha lain.
e. Jaringan Bisnis
Dengan melalui berbagai tahapan pembinaan yang konsisten,
sistematis dan berkelajutan, maka untuk melahirkan wirausaha
sejati tinggal menunggu waktu. Proses selanjutnya perlu dibentuk
networking bisnis yang saling melengkapi, memperkuat dan
memperluas pasar.37
Sementara berdasarkan perspektif Swarsono dalam Rintuh,
Cornelis dan Miar mengatakan bahwa pemberdayaan ekonomi
kerakyatan mengandung maksud pembangunan ekonomi sebagian
besar masyarakat Indonesia sebagai agenda utama pembangunan
nasional sehingga langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar
pertumbuhan ekonomi rakyat berlangsung dengan cepat. Dengan
adanya pemberdayaan ekonomi masyarakat maka diharapkan dapat
meningkatkan kehidupan masyarakat kearah kehidupan yang lebih
baik.38
37 Musa Asy’ari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi (Yogyakrta:
Lesfi, 1997), h.141-144. 38 Rintuh, dkk., Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat (Yogyakarta: BPFE, 2005),
h.84.
Oleh karena itu, ahli ekonomi mengemukakan bahwa sasaran
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang minimal dan harus
mengutamakan apa yang disebut keperluan mutlak, syarat minimum
untuk memenuhi kebutuhan pokok serta kebutuhan dasar.39
Secara sederhana dapat penulis ambil benang merah dari
pengertian pemberdayaan ekonomi adalah suatu daya kekuatan yang
diharapkan dapat meningkatkan kehidupan masyarakat kearah
kehidupan yang lebih baik dan terciptanya masyaarakat yang ideal.
2. Ekonomi Masyarakat
Konsep ekonomi masyarakat menurut Adi Sasono adalah
kegiatan ekonomi yang dilakukan orang banyak dengan skala kecil-
kecil, dan bukan kegiatan ekonomi yang dikuasai oleh beberapa orang
perusahaan dan skala besar.40
Sehingga konsep ekonomi rakyat mencerminkan dari rakyat oleh
rakyat untuk rakyat. Rakyat selaku pembangunan ini merupakan proses
panjang yang memerlukan kesungguhan hati dan keseriusan.41
Dalam kontek yang sederhana, ekonomi rakyat merupakan strategi
bertahan hidup yang dikembangkan oleh penduduk masyarakat miskin,
baik di kota maupun di desa-desa.42
39 Suryana, Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan (Jakarta:
Salemba Empat, 2006), h.6. 40 Adi Sasono, Rakyat Bangkit Bangun Martabat (Jakarta: Pustaka Alvabeta,
2008), Cet.ke-1, h.65. 41 Gumawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, Membangun Indonesia Dari
Desa: Pemberdayaan Desa Sebagai Kunci Kesuksesan Pembangunan Ekonomi Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat (Yogyakarta: Media Pressindo, 2016), h.179. 42 Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT. (Yogyakarta: Aditya Media,
1996), h.4.
Adapun Meningkatkan kesejahteraan ekonomi merupakan
kegiatan dalam pemberdayaan di masyarakat. Ekonomi dapat diartikan
sebagai upaya dalam mengelola rumah tangga. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan hidup melalui tiga kegiatan utama yaitu:
produksi, distribusi, dan konsumsi. Pemenuhan hidup dengan kendala
terbatasnya sumber daya, erat kaitannya dengan upaya meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan.43
Dengan demikian membangun ekonomi rakyat harus berarti
meningkatkan kemampuan rakyat dengan cara mengembangkan dan
memberdayakannya. Upaya menggerakkan sumber daya untuk
mengembangkan potensi rakyat ini akan meningkatkan produktivitas
rakyat baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang ada
disekitarnya.
3. Upaya Pemberdayaan Ekonomi
Ada beberapa upaya yang harus dilakukan agar pemberdayaan
ekonomi masyarakat dapat terwujud, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Efektivitas dan Efesiensi Program Pemberdayaan
Untuk efektivitas dan efisiensi, ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, mengingat pemberdayaan sebagai paradigma
baru dalam pembangunan. Beberapa hal tersebut antara lain;
Pertama, perlu ada kesamaan paham mengenai konsep
pemberdayaan, sebab pada akhir-akhir ini berbagai program atau
43 Gumawan Sumodingrat, Membangun Perekonomian Rakyat (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998), h.24.
proyek pembangunan diberi lebel pemberdayaan, walaupun
sebenarnya justru mengingkari makna pemberdayaan; Kedua,
perlu ada koordinasi antar lembaga dan bahkan dalam gerakan
pemberdayaan ini, sebab ditengarai ada banyak kegiatan atau
proyek yang saling tumpang tindih dan mirip satu sama lain
dengan nama yang berbeda.44
b. Penguasaan Faktor Produksi
Aspek ini perlu mendapat perhatian dalam kerangka
pemberdayaan ekonomi rakyat. Sebab pada dasarnya penguatan
ekonomi rakyat adalah penguatan pemilikan atas faktor-faktor
produksi. Tanpa memasuki aspek ini, maka pemberdayaan
ekonomi rakyat, hanya akan menyentuh permukaannya saja.
c. Penguatan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia dalam rangka
pemberdayaan ekonomi rakyat harus mendapat penanganan yang
serius. Sebab sumber daya manusia adalah unsur paling
fundamental dan menjadi lokomotif tersendiri dalam penguatan
ekonomi rakyat.
d. Spesifikasi Lokasi dan Permasalahan
Kesalahan yang paling fatal yang selama ini dilakukan adalah
adanya anggapan bahwa permasalahan mendasar masyarakat
tunadaya adalah permasalahan modal, oleh sebab itu setiap
program pemberdayaan selalu ada komponen bantuan modal
44 Erni Febrina Harahap, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi
Untuk Mewujudkan Ekonomi Nasional Yang Tangguh dan Mandiri”, Manajemen dan
Kewirausahaan III, no.2 (Mei 2012): h.93.
bergulir. Padahal anggapan hal tersebut tidak selalu benar.
Akibatnya, banyak program-program pemberdayaan ekonomi
rakyat yang hasilnya tidak menyentuh permasalahan pokoknya.45
4. Cakupan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Menurut Michael Sherraden sebagaimana dikutip oleh Ismet
Firdaus dan Ahmad Zaky dalam bukunya yang berjudul pengalaman
al-Qur’an tentang pemberdayaan dhuafa; pengembangan ekonomi
setidakya mencakup tiga bidang pengembangan. Yaitu:
a. Aset Manusia
Aset manusia menjadi sangat penting karena ini berkaitan
erat dengan pengembangan kualitas sumber daya manusianya.
b. Pengembangan Aset Modal Keuangan
Cakupan ini menjadi penting karena tidak bisa dipungkiri,
keuangan menjadi hal yang sangat vital, uang bisa diibaratkan
menjadi mobilisasi suatu kegiatan. Karena dengan adannya
pengembangan aset modal keuangan, ini dapat mempermudah
bidang produksi, distribusi, perdagangan, maupun jasa pada
program pemberdayaan ekonomi yang sedang dilakukan.
c. Pengembangan Aset Sosial
Aset sosial menurut Michael Sherraden meliputi keluarga,
teman, koneksi atau jaringan sosial dalam bentuk dukungan
emosional, informasi, dan akses yang lebih mudah dalam
45 Erni Febrina Harahap, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi
Untuk Mewujudkan Ekonomi Nasional Yang Tangguh dan Mandiri”, Manajemen dan
Kewirausahaan III, no.2 (Mei 2012): h.95.
pekerjaan, kredit dan tipe aset lainnya. sosial aset ini dapat dirubah
manjadi social capital utuk meningkatkan kesejahteraan.46
5. Prinsip Pemberdayan Ekonomi Masyarakat
Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan bagian dari
pemberdayaan masyarakat, karena itu konsep pemberdayaan ekonomi
masyarakat dengan konsep pengembangan masyarakat secara umum
tidak jauh berbeda serta tidak terlepas dari konsep besar dari
masyarakat.
Menurut Oneng Nurul Bariyah dalam bukunya yang berjudul
total quality management zakat: prinsip dan praktik pemberdayaan
ekonomi itu memiliki enam prinsip yang bersifat adaptif terhadap
masyarakat, yaitu:
a. Potensi Lokal
Masyarakat miskin dengan karakternya memiliki potensi
masing-masing. Begitu pula dengan kondisi wilayah, potensi
ekonomi yang ada, serta kemampuan yang dimiliki. Bagi
masyarakat miskin di wilayah pertanian, misalnya perlu adanya
pengembangan potensi lokal. Artinya, pengembangan ekonomi
lokal sesuai dengan karakter dimana masyarakat tinggal dapat lebih
mudah untuk melakukan pengembangan.
b. Berbasis Masyarakat
Pembangunan berbasis masyarakat adalah pembangunan
yang tertumpu pada pengembangan potensi sumber daya
46 Ismet Firdaus, dkk., Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa
(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. ke-1, h.277.
masyarakat atas dasar keahlian yang dimiliki tanpa unsur
pemaksaan dan birokrasi.47 Dalam istilah lain disebut pula
grassroots development strategy yaitu strategi pembangunan
ekonomi rakyat yang tertumpu pada akar rumput yang terpusat
pada manusia (grassroots based people centered).
Pemberdayaan yang bersifat dari bawah (bottom up)
merupakan suatu bentuk pemberdayaan yang lebih menekankan
pada penggalian potensi masyarakat. Dalam hal ini masyarakat
dicoba untuk mengembangkan potensi dan berusaha memecahkan
masalah secara kooperatif berdasarkan kemauan dan kemampuan
menolong diri sendiri (self help).
c. Berbasis Kelanjutan
Program pemberdayaan yang dilakukan hendaknya
berkesinambungan, bukan sementara. Program yang dilakukan
bersifat jelas, terukur, dan terencana sehingga tidak berhenti dalam
waktu tertentu melainkan berkesinambungan. Program ekonomi
yang berkesinambungan akan membangun kemandirian
masyarakat dan meningkatkan produktivitas.
Sebaliknya, program ekonomi yang terputus atau sementara
menimbulkan kemandekaan, sehingga masyarakat miskin akan
tetap pada kemiskinannya, bahkan mungkin bisa bertambah sulit.
47 Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat: Prinsip dan Praktik
Pemberdayaan Ekonomi (Ciputat: Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), Cet.ke-1, h.229.
d. Halal dan Thayyib
Umat islam memerintahkan umatnya agar mencari usaha
dengan cara dan bersumber dari sesuatu yang diperbolehkan
agama. Dari usaha yang dilakukan, manusia akan mendapat
penghasilan dan keuntungan sebagai gambaran dari nilai kerja
manusia. Bentuk pekerjaan yang halal dan thayyib yaitu setiap
usaha yang memegang teguh prinsip syari’at. Prinsip syari’at
dalam berdagang misalnya: jujur, tidak berbohong, barang-barang
yang diperjualbelikan halal, tidak melakukan penipuan dan lainnya.
Semua yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak
lain. Sementara pekerja jujur yaitu pekerja yang memegang teguh
aturan-aturan berlaku seperti disiplin serta komitmen dalam
melaksanakan amanah yang diembannya.
e. Ramah Lingkungan
Sumber daya alam merupakan tempat manusia mencari
penghidupan dan tempat manusia menikmati masa istirahat.
Keramahtamahan manusia terhadap alam akan memberi dampak
positif bagi lingkungan dimana manusia tinggal.
Sebaliknya, eksploitasi besar-besaran yang dilakukan
manusia tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam berdampak
bagi kehancuran kehidupan karena akan mendatangkan musibah
baik bagi manusia maupun bagi mahluk lainnya. Usaha yang
ramah lingkungan antara lain dilakukan dengan upaya
memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.48
C. Komunitas
1. Konsep Komunitas
Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang
terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan
bersama (communities of commont interest), baik yang bersifat
fungsional maupun yang mempunyai teritorial. Istilah community
dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Akan tetapi
istilah komunitas dalam batas-batas tertentu dapat menunjuk pada
warga sebuah dusun (dukuh atau kampung), desa, kota, suku, atau
bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok
besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga
merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-
kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut
komunitas.49
Adapun dalam perspektif sosiologis komunitas adalah warga
setempat yang dapat membedakan dari masyarakat lebih luas (society)
melalui kedalaman perhatian bersama (a community of interest) atau
oleh tingkat interaksi yang tinggi. Para anggota komunitas mempunyai
48 Bariyah, Total Quality Management Zakat: Prinsip dan Praktik
Pemberdayaan Ekonomi, h.231. 49 Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2015), Cet.ke-2, h.1-2.
kebutuhan bersama (common needs). Jika tidak ada kebutuhan bersama
itu bukan suatu komunitas.50
2. Ciri-Ciri Komunitas
Definisi komunitas sangat problematis, dan dari banyak definisi
yang telah dikemukakan di atas sudah gamblang. Komunitas
dimengerti sebagai suatu bentuk organisasi sosial dengan lima ciri
terkait berikut:
a. Skala Manusia
Sebagai lawan dari struktur-struktur yang besar, tidak
bersifat pribadi dan terpusat, komunitas melibatkan interaksi-
interaksi pada suatu skala yang mudah dikendalikan dan digunakan
oleh indivdu-individu. Jadi, skala terbatas pada orang yang saling
mengenal atau dapat dengan mudah untuk saling berkenalan
apabila diperlukan, dan di mana interaksi-interaksi sedemikian
rupa sehingga mudah diakses oleh semua.
Struktur-struktur berukuran cukup kecil sehingga orang
mampu memiliki dan mengendalikannya, dengan itu membuka
pintu bagi pemberdayaan yang jujur. Tidak ada bilangan sakti yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi ukuran komunitas,
walaupun yang jelas dapat diterapkan kepada pengelompokan-
pengelompokan sampai beberapa ribu. Ciri ini, meskipun
50 Nasdian, Pengembangan Masyarakat, h.2-3
demikian, menyampingkan pengelompokan-pengelompokan yang
sangat besar.51
b. Identitas dan Kepemilikan
Bagi kebanyakan orang, kata komunitas akan memasukkan
sebentuk perasaan memiliki atau perasaan diterima dan dihargai
dalam lingkup kelompok tersebut. Hal ini menyebabkan
penggunaan istilah anggota komunitas, konsep keanggotaan
memiliki arti memiliki, penerimaan oleh yang lain dan kesetiaan
kepada tujuan-tujuan kelompok. Karena itu, komunitas adalah
lebih dari sekedar suatu kelompok yang dibentuk untuk kemudahan
administratif, tetapi memiliki beberapa ciri dari sebuah
perkumpulan atau perhimpunan ke dalam mana orang termasuk
sebagai anggota dan dimana perasaan memiliki ini penting dan
dengan jelas diakui.
c. Kewajiban-Kewajiban
Keanggotaan dari sebuah organisasi membawa baik hak
maupun tanggung jawab, dan sebuah komunitas juga menuntut
kewajiban tertentu dari para anggotanya. Terdapat harapan bahwa
orang akan berkontribusi kepada kehidupan komunitas dengan
berpartisipasi paling sedikit dari beberapa kegiatan-kegiatannya,
dan bahwa mereka akan berkontibusi kepada pemeliharaan struktur
komunitas.
51 Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Cet.ke-2, h.191.
d. Gemeinscheft
Sebuah komunitas akan memungkinkan orang berinteraksi
dengan sesamanya dalam keragaman peran lebih besar, yang
peran-peran tersebut kurang dibeda-bedakan dan bukan
berdasarkan kontrak untuk mendorong interaksi-interaksi dengan
yang lain sebagai seluruh warga ketimbang sebagai peran atau
kategori yang terbatas dan tetap.
e. Kebudayaan
Suatu komunitas menyediakan sebuah kesempatan bagi suatu
penangkal terhadap fenomena kultur masal. Kebudayaan
masyarakat modern diproduksi dan dikonsumsi pada tingkat
massal, yang terlalu sering mengakibatkan keseragaman.
Suatu komunitas memungkinkan pemberian nilai, produksi
dan ekspresi dari suatu kebudayaan lokal atau berbasis masyarakat,
yang mempunyai ciri-ciri unik berkaitan dengan komunitas
bersangkutan, sehingga memungkinkan orang untuk menjadi
produsen aktif dari kultur tersebut ketimbang konsumen pasif,
dengan hal tersebut akan mendorong kepada keanekaragaman di
antara komunitas maupun partisipasi yang berbasis lebar.52
3. Pentingnya Komunitas Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Komunitas merupakan konsep paling penting serta
kepeduliannya bersifat holistik. Keunggulan pendekatan komunitas
adalah adanya partisipasi yang tinggi dari warga dalam pengambilan
52 Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi, h.193-194.
keputusan dan pelaksanaan tindakan, adanya penelaahan masalah-
masalah secara komprehensif dan menghasilkan perubahan yang
didasari pengertian, dukungan moral pelaksanaan oleh seluruh warga.53
Hal ini dikarenakan komunitas bersifat konsisten dengan
model-model pemberdayaan untuk perubahan, karena ia menyediakan
suatu kerangka bagi masyarakat untuk mengambil keputusan yang
efektif. Ia juga konsisten dengan suatu perspektif HAM, karena hak
dan kewajiban diterapkan dengan orang lain, paling sering dalam
kegiatan keseharian dan pada tingkat komunitas. Komunitas juga
konsisten dengan suatu perspektif berbasis kebutuhan-kebutuhan
karena ia memungkinkan orang menjadi lebih mudah mendefinisikan
dan menyuarakan kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi yang
dirasakan.54
Suatu justifikasi lebih lanjut bagi pemasukan komunitas kedalam
suatu perubahan sosial, mengingat ia berperan sebagai sebuah visi
yang kuat bagi masyarakat untuk bertindak dan membangun kembali
masyarakat yang kuat.
Selain itu, dalam kontek ini keberadaan aktivis pemberdayaan
masyarakat ikut berperan penting dalam pengembangan kemampuan
keanggotaan masyarakat, keorganisasian, dan kelembagaan yang sudah
ada. Mereka secara individual maupun bersama-sama menjalankan
53 Adi Fahrudin dkk., Pemberdayaan, Partispasi dan Penguatan Kapasitas
Masyarakat (Bandung: Humaniora, 2011), h.143. 54 Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Cet.ke-2, h.190.
peran masing-masing dalam mengatasi masalah, merumuskan dan
mewujudkan kegiatan tujuan yang diinginkan.55
Pola kegiatan sosial seperti ini dalam pemahaman lebih luas bisa
dikategorikan sebagai community capacity building (pembangunan
kapasitas) karena di dalamnya menekankan sejumlah indikator sebagai
berikut:
a. Memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan
penghidupan yang berkelanjutan.
b. Adanya pendekatan multi disiplin lintas sektoral dalam merancang
dan melaksanakan program.
c. Menekankan perubahan dan inovasi kelembagaan dan teknologi.
d. Menekankan kepada perlunya pembangunan modal sosial melalui
uji coba dan pembelajaran.
e. Menekankan pengembangan keterampilan dan kinerja dari individu
dan lembaga.56
D. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu.57
55 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik (Jakarta: Prenada
Media Group, 2013), Cet.ke-11, h.172. 56 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, h.172. 57 Trisno Yuwono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Arkola, 2010)
h.330.
Sementara kreativitas sebagaimana yang dikemukakan Elizabert
Hurlock adalah suatu kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan
sebelumnya tidak dikenal pembuatannya. Ia berupa kegiatan imajinatif
atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan perangkuman. Ia mungkin
mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang
diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan
lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi
baru. Ia harus mempunyai maksud atau tujuan bukan fantasi semata,
walaupun merupakan hasil yang sempurna lengkap. Ia mungkin dapat
berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin
bersifat prosedural atau metodologis.58
Adapun menurut Abraham Maslow sebagaimana dikutip Julias
Chandra kreativitas secara lebih luas. Ia mengatakan: dari seorang
usahawan, saya belajar bahwa mendirikan sebuah perusahaan dengan
suka-duka seorang wiraswasta, adalah tindakan yang kreatif. Dari
seseorang olahragawan, saya belajar bahwa melakukan terobosan yang
jitu dan mungkin juga dengan gerakan akrobatis, adalah juga tindakan
kreatif. Kadang tindakan si usahawan dan olahragawan tersebut bisa
terasa sama kenanya, sama estetisnya, sehingga ibarat sepotong soneta,
jiwa kreatif dari bidang usaha dan bidang olahraga yang terpisah cukup
jauh itu, juga sama.59
58 Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2002),
h. 4. 59 Julius Candra, Kreativitas; Bagaimana Menanam, Membangun, dan
Mengembangkannya (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet.ke-1, h.13-14
Dari pengertian di atas dapat diambil sebuah benang merah
bahwa kreativitas adalah sebuah tindakan berfikir imajinatif melalui
proses mental dari keinginan yang besar dan disertai komitmen yang
menghasilkan gagasan-gagasan baru, bersifat asli, independen, dan
bernilai.
2. Ciri-ciri Kreativitas
Merupakan ciri kreativitas yang berhubungan dengan
kemampuan berfikir seseorang, dengan kemampuan berfikir kreatif.
Makin kreatif seseorang ciri-ciri tersebut makin dimiliki. Adapun ciri
tersebut meliputi (1) kelancaran, (2) orisinalitas, (3) elaborasi, dan (4)
perincian. 60
3. Kretivitas dalam Pengelolaan Sampah
Tindakan kreatif kita masing-masing bukan hanya dari dan untuk
diri sendiri tetapi merupakan suatu panggilan. Mengingat kreativitas
memicu kebebasan dalam kepribadian kita. Ketika kehidupan tidak
lagi terhimpit oleh beban atau bahaya yang mengancam kelangsungan
hidup, maka mulailah kita berfikir dan bertindak kreatif. Selain itu,
semangat kreatif juga menuntaskan sesuatu atau menghadirkan
keselesaian.61
Adapun korelasi kreativitas dengan pengelolaan sampah kalau
kita tinjau dari dimensi kreativitas khsusunsya pada aspek person,
prosses, press, dan product dapat dijelaskan bahwa person menjadi
60 Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah; Petunjuk
Bagi Para Guru dan Orang Tua, h.51 61 Julius Candra, Kreativitas; Bagaimana Menanam, Membangun, dan
Mengembangkannya (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet.ke-1, h.174-178.
agent of change dalam medorong seseorang untuk berpartisipasi aktif
dalam suatu tindakan kreatif. Maksudnya adalah ketika seseorang
menemukan sebuah sampah atau bahkan timbunan sampah yang terus
menumpuk dan kurang diperhatikan atau bahkan tidak dikelola dengan
baik, maka harus ada tindakan kreatif yang bisa mewujudkan sampah
menjadi berkah bukan musibah.
Salah satu upaya dalam mengatasi persampahan ini bisa
dilakukan dengan program 3R (Reduce, Reuse, dan Recyle). Program
tersebut merupakan salah satu alternatif sistem pengelolaan sampah
dalam skala luas dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-sehari.
Reduce adalah proses mengurangi sampah dengan pemakaian
atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Reuse adalah kegiatan
penggunaan dan memanfatkan kembali barang-barang yang sudah
tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru secara baik. Sedangkan
Recyle adalah memanfatkan kembali sampah setelah mengalami proses
pengolahan atau daur ulang kembali menjadi barang baru.
Oleh sebab itulah, sampah dengan suatu tindakan kreatif bisa
menjadi suatu yang bernilai ekonomis dan dapat meningkatkan
perekonomian karena produk-produk hasil olahan dari sampah tersebut
menjelma sebuah karya-karya kreatif yang bisa diperjual belikan
karena hasil pegelolaan yang profesional dan baik.
4. Pengertian Sampah
Adalah buangan berupa bahan padat yang menyerupai polutan
umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan,
membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan nilai sumber daya,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air, dan berbagai akibat
negatif lainnya.62
5. Jenis-Jenis Sampah
Berdasarkan sifarnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Sampah Organik
Yaitu sampah yang bisa membusuk karena aktivitas mikro
organisme, dengan demikian pengelolaannya menghendaki
kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam
pembuangannya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan
antara lain, gas metan, gas H2S yang bersifat beracun bagi tubuh.
Selain beracun H2S juga berbau busuk, jadi penumpukan sampah
yang membusuk tidak dibernarkan. Di negara yang sedang
berkembang seperti indonesia sampah kebanyakan terdiri dari
sampah ini.63
b. Sampah Anorganik
Yaitu sampah yang tidak atau sulit membusuk, biasanya
terdiri atas kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet, dan lainya
yang tidak dapat membusuk atau sulit membusuk. Sampah ini
62 Yul H Bakar, Teknologi Penanganan dan Pemanfataan Sampah (Jakarta: PT.
Waca Utama Pramesti, 1986), Cet. ke-1, h.7. 63 Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2007), Cet.ke-7, h.53.
apabila memungkinkan sebaiknya di daur ulang sehingga dapat
bermanfaat kembali, baik melalui suatu proses atau secara
langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan
proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil
dari pembakaran itu masih memerlukan penanganan lebih lanjut.64
6. Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan
dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara,
pengumpulan, pemindahan, pemrosesan, dan pembuangan sampah)
yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat
seperti teknik (engenering), perlindungan alam (conversation),
keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya, serta
mempertimbangkan sikap masyarakat. 65
a. Persyaratan Teknis Pengelolaan Sampah
1) Pada tahap penimbunan sampah, persyaratan teknis yang
diperlukan agar tahap ini dapat berhasil adalah pengertian
individu penghasil sampah, letak geografis, kondisi musim,
frekuensi pengumpulan, dan perundang undangan.
2) Penyimpanan sampah, yang perlu diperhatikan adalah nilai-
nilai kesehatan masyarakat dan estetik; penanganan di tempat
pemukiman, penyimpanan setempat, pengumpulan sampah
64 Slamet, Kesehatan Lingkungan, h.53. 65 Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori
dan Aplikasi (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h.277.
yang terdiri atas jenis pengumpulan sampah, jenis sistem
pengumpulan sampah, dan peralatan yang digunakan.66
b. Pengelolaan Sampah Menurut Sumbernya
Sampah yang ada di permukaan bumi ini berasal dari
beberapa sumber berikut:
1) Pemukiman Penduduk
Sampah di suatu pemukiman penduduk biasanya
dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga rumah tangga yang
dalam suatu bangunan atau asrama terdapat di desa atau di
kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan
bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah,
sampah kering, abu, atau sampah sisa tumbuhan.
2) Tempat Umum dan Perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan
banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk
juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari
tempat semacam ini dapat berupa sisa-sisa makanan, sampah
kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan
terkadang sampah berbahaya.
3) Saran Layanan Masyarakat Milik Pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara
lain tempat hiburan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat
layanan kesehatan, kompeleks militer, gedung pertemuan,
66 Mubarak dan Chayatin, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi,
h.278.
pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat ini
biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4) Industri Berat dan Ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri akan dan
minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat
pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri
lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan
mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya
sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah
khusus, dan sampah berbahaya.
5) Pertanian
Sampah yang dihasilkan dari tanaman atau binatang.
Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah
menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah
membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.67
E. Green Business
1. Green Business dan Dampak Penerapannya
Greening business adalah pengelolaan lingkungan yang
terpadu yang meliputi pengembangan struktur organisasi, sistem
dan budidaya dalam suatu kompetensi hijau dengan cara
menerapkan dan mentaati seluruh peraturan tentang pengelolaan
67 Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungaan (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), Cet.ke-1, h.63-64.
lingkungan, termasuk pengelolaan bahan baku, pengolahan
limbah, penggunaan sumberdaya alam yang efektif, penggunaan
teknologi produksi yang menghasilkan limbah minimal serta
menerapkan komitmen kesadaran lingkungan bagi seluruh
karyawan dalam organisasinya.
Gilbert mendefinisikan bahwa kegiatan green business
sebagai aktivitas yang dilakukan dengan tujuan mengurangi
dampak ekologis negatif dan langsung bermanfaat terhadap
lingkungan alam.
Sedangkan menurut Koester green business seperti bisnis
lain yang bertujuan untuk menciptakan keuntungan dengan terus
beroperasi. Perbedaannya terletak pada nilai Koester green
business yang memperhatikan nilai keberlanjutan dan juga
SDM.68
Dari definisi diatas tersebut menunjukkan bahwa Koester
green business tidak hanya focus terhadap lingkungan alam saja,
namun lebih dari itu konsep Koester green business berkaitan
dengan sustainability secara menyeluruh. Sustainability diartikan
sebagai hidup dan melakukan bisnis dengan cara yang tidak
mengkikis potensi untuk generasi mendatang berdasarkan triple
bottom line (TBL) atau manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sustainability adalah sebuah konsep bisnis
68 Nuning Kristiani, “Analisis Perbedaan Penerapan Praktik Green Business
Terhadap Fungsi Bisnis Berdasarkan Faktor Demografis Perusahaan : Studi Persepsi Pada
UMKM Yogyakarta”, Eksekutif III, no. 2 (2 Desember 2012): 193-194.
yang memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan
komunitas sosial sekaligus meningkatkan keuntungan.
2. Tipe Green Business
a. Responsible Waste Management
Sangat perlu adanaya menerapkan recyle dalam kontek
menarik bungkus atau kemasan ke dalam perusahaan dan
mengolahnya sehingga memperpanjang rantai dan
menerapkan ragam utilisasi bahan, mengingat mengelola
limbah dan mengeluarkan atau membuang setelah memenuhi
tingkat keamanan untuk menjaga pencemaran lahan, air, dan
udara adalah sebuah keharusan bagi siapapun.
b. Bisnis Jasa Lingkungan
Sebuah kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab
dengan menjaga keaslian, kelestarian lingkungan, dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk (eco-tourism), selain
dari itu, terdapat juga pengelolaan sampah secara baik untuk
kemanfaatan yang lebih baik ( waste manajement) bagi
masyarakat dan lingkungan.
c. Membayar Jasa Lingkungan
Ekosistem memberi manfaatan yang dikenal sebagai
jasa, tentang mulai dari air, simpanan karbon dan keragaman
hayati hingga kenikmatan estetis, membayar jasa lingkungan
ini untuk tujuan konservasi, berdasarkan prinsip bahwa siapa
yang menghasilkan jasa tersebut harus dikompensasi. Oleh
sebab itu, skema yang bisa diterapkan adalah dengan
merestorasi dan ketersediaan barang dan jasa lingkungan
yang berkelannutan.69
6969 Endah Murniningtyas, Green Business : Konsep Arah Kebijakan (Kementerian
BAPPENAS, 2015) h.5-9.
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil Komunitas Eco Business Indonesia
1. Sejarah Komunitas Eco Business Indonesia
Edy fajar Prasetyo adalah seorang pemuda yang memiliki hobi
berniaga sejak sekolah dasar. Ia tumbuh dan berkembang di
lingkungan yang mestimulus dirinya untuk senantiasa berkompetisi.
Dilahirkan dari pasangan Tupon Amat Iksan dan Ratna Nirmala
Ningsih. Baginya setiap pribadi sudah dikaruniakan Allah SWT
dengan ke kelebihan yang dimilikinya untuk bisa menjadi lebih baik
terlepas dari latar belakang, silsilah keluarga, kemampuan secara
materi ataupun faktor eksternal lainnya.70 Ia yakin enterpenership
adalah salah satu sarana tercepat untuk bisa menebarkan efek
kebermanfaatan secara masif.
Tahun 2013 adalah saat dimana proses pertama kalinya
Komunitas Eco Business Indonesia muncul kepermukaan. Berawal
dari adanya momentum penciptaan wirausaha baru Bank Indonesia
yang bertemakan “Green Enterpeneur” .
Komunitas Eco Business Indonesia adalah konsep usaha yang
mengolaborasikan unsur 3P (People, Planet, dan Profit). Produk yang
dihasilkan adalah aneka kerajinan hasil pemanfaatan waste material
atau bahan yang sudah tidak terpakai.
70 Akbar Rabbani, dkk., Young Social Enterpreneurship: Kami Berani Berbeda.
(Ciputat: Dompet Dhuafa, 2014), Cet.ke-1, h.48-64.
2. Visi dan Misi
Idealisme Komunitas Eco Business Indonesia untuk bisa
menebar manfaat banyak diwujudkan dengan cara mengaplikasikan
mekanisme green enterpreneurship yang berorietasi pada simbolis 3P
(planet, people, dan profit) sesuai dengan visi dan misi yang telah
dicanangkan, yaitu:
Visi:
Mewujudkan generasi hijau global yang mandiri secara finansial.
Misi:
Enterpreneurship green education (edukasi hijau dan Kewirausahaan)
Community empowerment (pemberdayaan masyarakat) kontribusi dan
empati perwujudan pelestarian lingkungan.
3. Letak Geografis Komunitas Eco Business Indonesia
Berdasarkan sumber dari buku profil Komunitas Eco Business
Indonesia yang penulis kutip dan hasil wawancara secara ekslusif
dengan founder bahwa Komunitas Eco Business Indonesia beralamat
di Gang Swadaya RT. 005 / 001 Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang Kota Tangerang Selatan.
4. Program Komunitas Eco Business Indonesia
a. YUK DARLING (YUK saDAR LINGkungan)
YUK DARLING merupakan Program edukasi lingkungan
berupa sosialisasi kepada masyarakat mulai usia dini hingga
dewasa agar memiliki empati terhadap lingkungan di sekitarnya.
Teringat salah satu gurunya, Uwa Uto, begitulah beliau biasa
dipanggil yang membentuk KANCIL (Komunitas Anak Cinta
Lingkungan) di daerahnya, menginspirasi sang founder untuk bisa
menginisiasi dan menularkan semangat serta kepedulian akan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan kepada generasi kita.
Adapun proses edukasi ini dilakukan melalui aktivitas seminar,
workshop, green campaign, exhibition, maupun gerakan sosial
media.
b. PETAKA (PEmberdayaan TenAga KreAtif)
PETAKA merupakan program pionir pemberdayaan
masyarakat agar memiliki keahliah (soft skill) yang diharapkan
dapat menunjang produktivitas aktivitas keseharian masyarakat
yang diberdayakan. Fokus pemberdayaan adalah dengan
memberikan pelatihan dan coaching pembuatan prakarya
handycraft pemanfaatan limbah yang memiliki nilai ekonomis
tinggi kepada masyarakat.
c. SELUNDUP (SEdekah LingkUngan hiDUP)
Komunitas Eco Business Indonesia berupaya ikut
berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan. Memanfaatkan
kembali dan memperpanjang usia pakai dari berbagai limbah yang
ada, dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Selain esensi
tersebut yang kami kontribusikan, ada bentuk manifestasi lain
berupa SP “Profit Sharing With Planet” dengan menyisihkan
sebagian dari profit kepada bumi kita melalui berbagai kampanye
dan program.
d. CLBK (Cerdas Luar Biasa Kreatif)
CLBK merupakan program pengintegrasian unsur pendidikan
dan kesehatan melalui media sampah, salah satunya home scholing
teras belajar Komunitas Eco Business Indonesia (EBI) bersama
Isbanban (SERAMBI) dimana setiap anak yang belajar cukup
membayar iuran dengan sampah.
Konsep home schooling iuran sampah merupakan program
pendidikan yang di pelopori memanfaatkan permasalahan sampah,
dimana setiap adik-adik yang belajar setiap pekannya wajib
membawa sampah plastik sebagai tiket masuk belajar, dengan total
murid 80 orang dan didukung oleh 40 orang sebagai relawan
pengajar.
e. POLEMIK (Produk OLahan Ebi MenarIK)
POLEMIK merupakan berbagai karya kerajinan limbah
plastik yang diproduksi melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat. Adapun produk yang dihasilkan berupa lukisan ramah
lingkungan, tas, dompet, aksesoris, dan aneka sofenir.
Semua hal tersebut menjadi acuan bagi Komunitas Eco
Business Indonesia. Perwujudan generasi hijau adalah suatu hal
yang mungkin dapat dicapai melalui SAMPAH yaitu “Selalu Akan
Mudah Apabila Ada Harapan” dan diselaraskan dengan
pengimplementasian prinsip 3M “Mulai dari hal yang terkecil,
Mulai dari diri sendiri, Mulai dari sekarang”.
5. Struktur Komunitas Eco Business Indonesia
Struktur Komunitas Eco Business Indonesia disusun dengan
pola tertentu dan mempunyai tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI )
masing-masing sesuai dengan garis-garis keorganisasian yang sudah
ditentukan. Adapun struktur dari Komunitas Eco Business Indonesia
adalah sebagai berikut:
Gambar 1.
Struktur Komunitas Eco Business Indonesia
Sumber : Buku profil Komunitas Eco Business Indonesia
Dari struktur di atas dapat penulis simpulkan bahwa Edy Fajar
Prasetyo selaku founder dari Komunitas Eco Business Indonesia
bertanggung atas keberlangsungan program dan langkah-langkah
Founder
Edy Fajar Prasetyo
Ceo-Founder
Alfiatus Syifa
Ceo-Founder
Ida Ayu Calvandis
Ceo-Founder
Nadya Ahsanul
Ceo-Founder
Omi Eli
Ceo-Founder
Hindy Imas
kedepan yang telah terkonsepkan sebelumnya, ia dibantu oleh
beberapa Ceo Founder yang dibentuk berdasarkan kesepakatan
bersama.
6. Keanggotaan Komunitas Eco Business Indonesia
Berikut beberapa daftar anggota Komunitas Eco Business
Indonesia yang berada di Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang
Kota Tangerang Selatan yang dapat penulis himpun:
Tabel 3. Daftar Anggota Komunitas Eco Business Indonesia
No. Nama Alamat
1 Oma Eli Gang Swadaya I RT. 05/01 Kelurahan Kedaung
2 Nepi Gang Swadaya I RT. 01/71 Kelurahan Kedaung
3 Iroh Gang Swadaya I RT. 05/05 Kelurahan Kedaung
4 Rusdah Gang Swadaya II RT.05/11 Kelurahan Kedaung
5 Nur Mukti Gang Swadaya I RT. 05/05 Kelurahan Kedaung
6 Yeti Hendartoyo Gang Swadaya VI RT. 03/05 Kelurahan Kedaung
7 Erna Suyudi Gang Swadaya I RT. 01/05 Kelurahan Kedaung
8 Awalinah Gang Swadaya I RT. 05/01 Kelurahan Kedaung
9 Nina Sujiana Gang Swadaya III RT. 01/01 Kelurahan Kedaung
10 Rosanah Gang Swadaya II RT. 05/01 Kelurahan Kedaung
Sumber : Buku profil Komunitas Eco Business Indonesia
B. Pengelolaan dan Pengembangan Pendanaan Eco Business Indonesia
1. Sumber Pendanaan
Pelaksanaan setiap program yang dilakukan oleh Komunitas
Eco Business Indonesia ditopang oleh tiga sumber pendapatan utama
yaitu:
a. Penjualan Produk
Pendapatan Komunitas Eco Business Indonesia diperoleh
dari produk yang terjual dari hasil kreativitas pengurus dan anggota
mengolah sampah plastik menjadi tas, sajadah, lukisan, souvenir,
gantungan, dan tikar adalah bahan produk yang siap jual. Semua
pengerjaan dilakukan secara manual atau konvensional dan tahap
finishing menggunakan mesin jahit. Founder dari Komunitas Eco
Bussines Indonesia menyatakan:
“Kami mengusung sebuah konsep 3P dari profitnya kita
mendapatkan penjualan dari produk, lukisan dari sampah
dan konsultan. Jadi secara branding kita fokusnya adalah
Eco Business Indonesia ke Green Community and
Empowering Counsultant.”71
b. Training Handycraft
Adalah pendapatan didapatkan dari sisi trainer yang
dilakukan oleh pengurus dan anggota Komunitas Eco Business
Indonesia dengan beberapa instansi, corporate, dan komunitas
yang melakukan kolaborasi atau kerjasama untuk pemberian
pelatihan dan sharing tentang program yang telah sukses
dilaksanakan oleh Komunitas ini. Seperti yang disampaikan oleh
founder itu sendiri sebagai berikut:
“Selain dari sisi produk yang mereka dapatkan dari
penghasilan juga dari sisi trainernya mereka menjadi
professional trainer, mereka mempunyai dua skill yakni
kreatifitas up cycle dan professional trainer dan menjadi tim
kami ketika ada projek dari KLHK atau corporate ketika
turun untuk melakukan duplikasi program mereka adalah
contoh-contoh role model yang telah berhasil kami gunakan
pendekatan lalu ini ditularkan kebanyak pihak dan mereka
mempunyai tingkatan skill tersendiri.”72
c. Membuat Ide-ide kreatif dan Inovasi Baru
Kreatif dan inovatif adalah karakteristik personal yang
terpatri kuat dalam diri seseorang tidak terkecuali oleh pengurus
71 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco Business
Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB 72 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco Business
Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
dan anggota dari Komunitas Eco Business Indonesia karena kalau
hanya stagnan maka komunitas ini tidak berkembang dan tidak
progresif. Oleh sebab itu, segala cara digunakan untuk
mendatangkan pundi-pundi kas termasuk dengan mengandalkan
ide-ide kreatif dan inovasi baru, seperti kegiatan panggung
inspirasi yang dilaksanakan pada 13 Februari 2017 lalu yang
bertempat di Banten House Cafe. Sebagaimana yang disampaikan
oleh founder ketika wawancara dilaksanakan seperti berikut:
“Jadi komunitas ini muncul ingin menggeser merubah dan
paradigma bahwa sebuah yayasan atau kegiatan sosial itu
harus selalu menadahkan tangan minta, ngak kan, kita juga
bisa mandiri kok.”73
2. Pengelolaan dan Pengembangan Keuangan
Salah satu fokus yang menjadi pilot Komunitas Eco Business
Indonesia adalah peningkatan pengelolaan keuangan serta memperkuat
eksistensi dari komunitas ini, mengingat keuangan adalah ruh akan
segala program dan target untuk perwujudan setiap program yang telah
menjadi planning.
Adapun dalam pengembangan dana yang dilakukan oleh
Komunitas Eco Business Indonesia dengan pemekaran program, yang
awalnya adalah PETAKA, dikembangkan ke program lainnya seperti
DARLING dan CLBK untuk melakukan subsidi silang dan siklus
keuangan, sehingga uang yang dimiliki tidak stagnan dan program
lainnya bisa berjalan. Seperti yang disampaikan oleh founder
sebagaimana berikut:
73 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco Business
Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
“Pastinya, bentuk pengembangannya adalah yang sudah kita buat
di program ke lima program yang kita bangun, jadi PETAKA kan
itu banyak, PETAKA salah satu program kan, tapi pemekaran
program nya itu di DARLING dan CLBK, kita saling subsidi
silang. Ketika CLBK perlu kita masukkan, beli lemari dan lain-
lain. Jadi intinya siklus keuangannya itu bergulir secara parsial
gitu dan simultan. Mana yang memiliki kebutuhan urgen kita
kasih dari hasil yang kita dapat income.” 74
C. Mitra Kerjasama dan Kolaborasi Eco Business Indonesia
Dalam membangun jaringan dan mitra kerjasama bisnis terhadap
ibu-ibu yang dilakukan oleh Komunitas Eco Business Indonesia di
Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan adalah
dengan menggunakan system Quadro Heliq (akademisi, bisnis,
pemerintah, komunitas) sebagai yang di sampaikan oleh founder itu
sendiri seperti berikut:
“Beberapa pihak lain secara langsung atau tidak karena masih
terbatasnya pada circle yang ada kami berfokus pada, inti 4
elemen sih, yang dikena dengan quadro heliq namanya
akademisi, bisnis, governace, community keempat elemen
tersebut menjadi mitra elemen kita semua baik secara langsung
maupun tidak langsung. Semua yang masih relevan dengan
kegiatan kita.”75
Sehingga dengan adanya sistem yang diterapkan dalam pelaksaaan
dan penguatan jaringan ini menghasilkan beberapa komunitas, corporate,
pemerintah, dan akademisi. beberapa mitra kerjasama tersebut diantaranya
adalah Hilo Teen, Bank Indonesia, Dompet Dhuafa, Nutrifood, Forum
Indonesia Muda (FIM), Universitas Mercubuana, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Universitas Indonesia, Univesitas Negeri Jakarta, Universitas
74 Wawancara Pribadi dengan Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco Business
Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB 75 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco Business
Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
Galuh, Universitas Brawijaya, Universitas Veteran Jakarta, Universitas
Djuanda, Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), dan DKPP
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang Selatan.
D. Produk-Produk Komunitas Eco Business Indonesia
Ada beberapa produk unggulan yang mejadi hasil prakarya yang
dibuat oleh Komunitas Eco Business Indonesia diantaranya adalah tas,
dompet, lukisaan, baju karnaval, tikar, sajadah, dan semua tersebut
diproduksi berdasarkan kebutuhan. Sehingga setiap yang diproduksi
menyesuaikan dengan pangsa pasar untuk bisa challenge dengan produk
pasaran lainnya.
E. Karya dan Penghargaan
Berikut beberapa hasil capaian dan torehan prestasi yang telah
dilakukan oleh Komunitas Eco Business Indonesia dalam perjalanannya
memberdayakan masyarakat pra sejahtera ke sejahtera melalui beberapa
program, diantara adalah;
1. Wirausaha Mapan 2013.
2. BI Preneur 2013.
3. Participant APEC Unthinkable Expo Bali 2013.
4. Participant Global Entrepreneurship Week 2013 oleh bersama wakil
presiden Republik Indonesia.
5. Social Entrepreneur Dompet Dhuafa 2014.
6. Summer School Delegation “Energy From Waste”.
7. With Anwerpt University Belgium in Indonesia 2015.
8. Wirausaha Muda KOPINDO 2015.
9. Best of The Best Community Kementrian Perindustrian 2016.
10. Student Achievement Award UIN Jakarta2015.
11. 3rd Winner Social Caterory Asean Leader Preneur Conference
Malaysia 2015.
12. Mahasiswa PTAIN se-Indonesia apresiasi pendidikan islam oleh
Bapak Menteri Agama Republik Indonesia 2015.
13. Wirausaha Muda Mandiri Sosial Jakarta 2016.
14. Guest Speaker Eco Preneur KMILT Bangkok Thailand.
BAB IV
ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
Pemberdayaan menurut Sumodiningrat sebagaimana dikutip
Ambar Teguh tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target
masyarakat mampu untuk mandiri, meski jauh dijaga agar tidak jatuh.76
Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa
proses belajar hingga mencapai status mandiri.
Meskipun demikian dalam rangka mencapai kemandirian tersebut
tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara
terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.
Hal ini mengingat proses pelaksanaan pemberdayaan ekonomi
merupakan upaya peningkatan dengan cara mengembangkan dan
mendinamisasikan potensinya. Masudnya adalah dalam mengembangkan
masyarakat dapat dilihat dari kemampuan yang dimilikinya. 77
Oleh karena itu, pelaksanaan pemberdayaan ekonomi yang
dilakukan Komunitas Eco Business Indonesia melalui program PETAKA
agar dapat bergerak bersama dengan tujuan mensejajarkan pra sejahtera
memiliki kemampuan lebih tinggi dari sebelumnya.
Sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti dengan beberapa responden yang berada di Komunitas Eco
Business Indonesia, maka dapat dianalisa beberapa proses pelaksanaan,
faktor pendukung dan penghambat program PETAKA dalam
76 Ambar Teguh Sulistyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 82 77 Mubyarto, Ekonomi Rakyat, Program IDT dan Demokrasi Indonesia
(Yogyakarta: Aditya Media, 1996), h.37
mendampingi masyarakat khususnya ibu-ibu yang menjadi objek dari
program tersebut.
A. Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi di Komunitas Eco Business
Indonesia
1. Proses Perencanaan
Untuk mengoptimalkan program PETAKA sebagai langkah
konkrit pemberdayaan ekonomi masyarakat harus memiliki beberapa
langkah perencanaan dalam pengimplementasianya secara baik. Hal ini
dikarenakan perencanaan merupakan proses mendefinisikan tujuan dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi dan merupakan
poses terpenting dari semua fungsi-fungsi lain pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrol.78 Adapun perencanaan dari program
PETAKA di Komunitas Eco Business Indonesia adalah sebagaimana
berikut:
a. Social Mapping
Social mapping adalah teknik untuk membuat gambar
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dilaksanakan pada 2013,
sehingga menghasilkan gambaran potensi lokal akan keadaan
masyarakat yang berada di Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang Kota Tangerang Selatan. Setelah assessment melalui
social mapping maka dibentuklah program PETAKA oleh
Komunitas Eco Business Indonesia sesuai dengan kondisi
geografis dan peluang di tempat tersebut sebagaimana yang
78 Muhtadi dan Tentan Hermansyah, Manajemen Pengembangan Masyarakat
(Ciputat: UIN Press Jakarta, 2013), Cet.ke-1, h. 41.
disampaikan oleh Edy Fajar Prasetyo selaku founder ketika
wawancara ini berlangsung seperti berikut:
“Ini adalah langkah awal untuk penentuan ketepatan dari
setiap program. Oleh sebab itu, saya dan pengurus lainnya
melakukan pemetaan awal agar program yang dilaksanakan
tidak sia-sia dan mubadzir”.79
Selaras dengan Edy Fajar Prasetyo berikut hasil wawancara yang
dilakukan dengan Hindy Imas selaku staf di Komunitas Eco Business
Indonesia:
“Dari awal pasti pendekatan ke tokoh-tokoh setempat kan,
biar kita bisa diterima ke masyarakat. Akhirnya melakukan
pendekatan ke RT, RW terus yang kita sasarkan ibu-ibu, kita
pendekatan ke ibu-ibu juga setelah melakukan pendekatan
dan akhirnya semua setuju diadakan pelatihan, jadilah di
Kedaung itu menjadi tempat PETAKA kita. Dalam hal ini
yang pasti kita memahami terlebih dahulu tempat dimana
akan dilaksanakan program PETAKA dengan memahami
kondisi sosio kultur yang ada di Kelurahan Kedaung biasanya
kita dan pada umumnya di sebut dengan social mapping dan
PRA, dengan cara tersebut bisa memahami dan mengenal
kondisi Kelurahan Kedaung secara keseluruhan”.80
Untuk mempermudah pemahaman secara komprehensif
tentang proses social mapping yang dilakukan oleh Komunitas Eco
Business Indonesia penulis sajikan dalam bentuk tabel
sebagaimana berikut:
79 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB 80 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB
Tabel 4. Proses Pemetaan Sosial
No. Kegiataan Waktu Partisipan Metode Output Kendala
1 Penentuan
wilayah
20
Februari
2013
Pengurus
Komunitas
Eco
Business
Indonesia
Observasi
Memahami
Kelurahan
Kedaung
sebagai
tempat
program
secara utuh
Sulitnya
menjalin
komunikasi
awal dengan
pihak
setempat
2
Pendekatan
dan jalin
komunikasi
12
Maret
2013
Edi Fajar
Prasetyo,
Ketua RW
05 dan
Ketua RT
03
Personal
contact
Memahami
secara baik
akan
rencana
EBI
Sulitnya
dalam
memobilisasi
masyarakat
3
Pengumpulan
data sosio,
ekonomi dan
budaya
22
Maret
2013
Ketua RW
05, Ketua
RT 03 dan
Ibu-Ibu di
Kelurahan
Kedaung
Dengan
memanfaa
tkan data
yang
tersedia di
Kelurahan
kedaung
Memahami
akan
kondisi
sosio,
ekonomi
dan budaya
di
Kelurahan
Kedaung
Antusiasme
dari
masyarakat
Kelurahan
Kedaung
masih minim
b. Participatory Rural Appraisal (PRA)
Undang-undang nomer 6 tahun 2014 tentang desa
menjelaskan tentang semangat gotong royong dalam rangka
pemanfaatan sumber daya alam demi tercapainya peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan, maka salah satu
pendekatan yang cukup relevan dalam melakukan pengkajian
kondisi wilayah di Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan adalah pendekatan partipatory rural appraisal
(PRA). Pendekatan ini cukup handal untuk mengidentifikasi
potensi, permasalahan serta merumuskan alternatif solusi yang
tepat secara partisipatif.
Terkait dengan pendekatan PRA yang dilakukan Komunitas
Eco Business Indonesia, salah seorang founder menyampaikan
bahwa:
“Untuk dari segi perencanaannya di awal kita melakukan
pemetaan dulu sebetulnya, secara kajian teoritisnya nanti bisa
dicari salah satu tool nya PRA (Participatory Rural
Appraisal), jadi kita melihat nih potensi yang ada di
masyarakat, jadi singkat cerita si masyarakat yang menjadi
terberdayakan oleh program PETAKA ini kita sengaja
rancang gimana caranya permasalahan sampah yang ada di
sekitar mereka menjadi peluang gitu, nah akhirnya kita
jadikan mereka-mereka itu tenaga-tenaga kreatif yang
memunculkan ide, peluang, benefit-benefit dari keadaan
sampah justru dari mereka”.81
Untuk memahami secara utuh proses perencanaan yang dilakukan
oleh Komunitas Eco Business Indonesia melalui pendekatan PRA berikut
penulis sajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 5. Proses Participatory Rural Appraisal
No. Kegiataan Waktu Partisipan Metode Output Kendala
1 Pemetaan
Wilayah
29
Maret
2013
Pengurus
Komunitas
Eco
Business
Indonesia,
Ketua RW
05, Ketua
RT 03 dan
Ibu-Ibu di
Kelurahan
Kedaung
Rapid
rural
appraisal
(RRA)
Pembuatan
peta sumber
daya, dan
diagram venn.
Sulitnya
menkordinir
masyarakat
kesuatu
tempat yang
sama
2
Analisis
keadaan
dengan
SWOT
17
April
2013
Pengurus
Komunitas
Eco
Business
Indonesia, Ketua RW
05, Ketua
Focus
Group
Discussion
(FGD)
Pembentukan
strategi bagi
para
stakeholder
dalam penetapan
Program
Kurangnya
responsif
masyrakat
di
Kelurahan
Kedaung
81 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
RT 03 dan
Ibu-Ibu di
Kelurahan
Kedaung
kedepan
3
Laporan
rekomenda
si program
8 Mei
2013
Ketua RT
03 dan
Pengurus
Komunitas
Eco
Business
Indonesia
Diskusi
kelompok
Pembentukan
Program
Pemberdayaan
PETAKA
Masih
minimnya
kesadaran
bersama
untuk
melaksanak
an program
tersebut
secara baik
Dengan demikian, goal dari PRA adalah program PETAKA adalah
sampah yang berada di sekitar tempat tinggal masyarakat Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan dapat menunjang
produktivitas aktivitas keseharian masyarakat yang diberdayakan. Fokus
kegiatan adalah pemberian pelatihan dan coaching pembuatan prakarya
handycraft pemanfaatan limbah yang memiliki nilai ekonomis tinggi di
masyarakat. Founder Komunitas Eco Business Indonesia menyatakan:
“Musyawarah menjadi media kita setiap dalam mengambil keputusan,
apapun bentuknya kami pasti selalu musyawarahkan dulu biar semua
pengurus mengetahui tindakan yang akan kita lakukan bersama. Tidak
terkecuali dalam hal perencanaan, semua ini adalah hasil berdasarkan
pembicaraan bersama dan menghasilkan langkah-lengkah kedepan
yang kami harapkan bisa mewujudkan dari visi yang kita usung.
Bahkan kami telah menggambarkan secara bersama masyarakat pula
khususnya ibu-ibu disana seperti pembuatan peta sumber daya,
langkah-langkah kedepan yang harus kita ambil secara bersama yang
semua pelaksanaannya dari program PETAKA”.82
82 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
Dua metode yang digunakan dalam pelaksanaan Program PETAKA
oleh Komunitas Eco Business Indonesia berhasil melibatkan warga untuk
berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mereka
mengatasinya.83
2. Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan adalah salah satu tahap yang paling penting
dalam program pemberdayaan masyarakat. Sesuatu yang sudah
direncanakan dengan baik bisa melenceng dalam pelaksanaanya di
lapangan apabila tidak ada kerjasama antara petugas, warga
masyarakat, maupun kerjasama antara warga.84 Sebagaimana
disampaikan oleh Hindy Imas selaku staf berikut:
“Yang jelas tadi, programnya diawal adalah sosialisasi
mengajak mereka partisipatif, lebih aktif dan cenderung aktif
dari kita. Kita hanya sebagai sumbu apinya tapi yang
menghidupkan dan menjaga api tersebut tetap menyala adalah
mereka sendiri. Setelah sosialisasi kita lihat dan seleksi alam
mana yang atensinya tinggi dan tingkat partisipasinya cukup
besar ke kami itu yang kami jaga terus.” 85
Program PETAKA yang dilaksanakan oleh Komunitas Eco
Business Indonesia sebagai bentuk follow up terhadap rencana yang
telah di buat sebelumnya. Kegiatan tidak lugas pada batasan regulasi
yang ajek, karena lebih mengedepankan fleksibelitas untuk
menghindari benturan dan bertolak belakang dengan kultur masyarakat
yang berada di Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan atau bahkan tidak relevan dengan kebiasaan
83 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Pembangunan Kesejahteraan
Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h.24. 84 Adi, Pemikiran-Pemikiran Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h.24. 85 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB
masyarakat yang ada. Sebagaimana dikemukakan oleh founder
Komunitas Eco Business Indonesia itu sendiri berikut:
“Dari segi pergerakan memang tidak saklek pada batasan
peraturan yang ajek, yang harus begini dan begitu itu ngak, jadi
kita lebih fleksibel di masyarakat, karena ketika kita di
masyarakat itu kan masih banyak benturan. Dalam artian apa
yang kita rencanakan mungkin bertolak belakang dengan kultur
setempat, tidak relevan dengan kebiasaan masyarakat yang ada,
jadi kita luwes saja”.86
Semenjak berdirinya Komunitas ini melalui program PETAKA
telah mengorganisasi masyarakat khususnya kaum ibu-ibu berjumlah
10 orang sebagai objek program, sebagaimana disampaikan oleh
Hindy Imas selaku staf berikut:
“Untuk sekarang binaan kita melalui program PETAKA ini ada
10 ibu-ibu yang dari setiap kegiatan mereka selalu kita libatkan
baik hal tersebut dari swasta, kampus, atau bahkan dari
pemerintah yang kerap kali menggunakan jasa kita untuk
memberikan pelatihan pembuatan kerajinan dari sampah”.87
Ketika berdahadapan dengan masyarakat Komunitas Eco
Business Indonesia menggunakan dua pendekatan, yaitu; (a)
pendekatan yang manusiawi, maksudnya adalah ketika turun
kemasyarakat bukan seolah-olah mengintervensi dan memberikan
semua solusi atas semua masalah, akan tetapi harus merendahkan hati
dan turunkan ego emosional untuk belajar bersama masyarakat; (b)
pendekatan opinion leader pendekatan yang dilakukan untuk
mendapatkan penerimaan yang baik oleh masyarakat di Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan karena tokoh
86 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB 87 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB
mempunyai peran dan pengaruh sentral di wilayah tersebut.
sebagaimana dikemukakan oleh founder Komunitas Eco Business
Indonesia seperti berikut:
“Ada banyak disiplin ilmu yang sebenarnya kita bisa
implementasikan ketika di masyarakat dan lagi-lagi kita turun
itu sebisa mungkin jangan kenakan baju kepandaian kita lah,
jadi itu di tinggalkan dulu kita masuk dengan benar-benar botol
kosong. Kita turun ke masyarakat bukan seolah mengintervensi
dan memberikan semua solusi atas masalah mereka. Tetapi kita
rendahkan hati kita, turunkan ego dan emosional kita, kita
belajar sama mereka. Gimana caranya masyarakat itu membaur
dan kita juga berinteraksi dengan baik di masyarakat. Terus kita
dekati tokoh masyarakat setempat, misalnya tokoh yang
mempunyai power entah itu ketua RT, kalau ketua RT tidak
punya power mungkin ada sesepuh, ustad dan lainnya, dari situ
kita akhirnya masuk. Ketika kepalanya sudah ikut itu lebih
memudahkan kita untuk mengajak bawahannya, ekornya. Kalau
kultur di masyarakat itu manut aja sih ketika key person itu
sudah terbuka dan menjaring kerjasama yang baik yang lain
akan ngikut”.88
Sementara itu, beberapa usaha pemberdayaan ekonomi yang
dilakukan oleh Komunitas Eco Business Indonesia sebagaimana teori
pemberdayaan ekonomi Musa Asy’ari bahwa pemberdayaan ekonomi
masyarakat khususnya institusi-institusi keagamaan perlu mendorong
dan memberikan kesempatan kepada para pemeluknya, supaya berlatih
dan mempersiapkan dirinya untuk memilih peluang menjadi
wirausaha, dengan memberikan pelatihan-pelatihan sebagai bekal
untuk mampu bersaing di dunia wirausaha. Selain itu, program binaan
berkelanjutan dapat dilakukan melalui beberapa tahapan seperti;
pelatihan usaha, pendampingan, pemagangan, permodalan, dan
88 Wawancara pribadi dengan Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
jaringan bisnis.89 Terkait dengan hal tersebut akan penulis uraikan
secara komprehensif sebagaimana berikut:
a. Pelatihan Usaha
Melalui pelatihan usaha, ibu-ibu yang terlibat dalam
program PETAKA dapat memberikan sebuah pemahaman yang
utuh tentang pembuatan prakarya handycraft yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Keterampilan ini tidak dapat dipelajari dari buku
karena hanya dengan keuletan dan kemauan tinggi bisa
melakukannya. Pelatihan berlansung dua kali dalam seminggu
sampai peserta program dinilai sudah cakap dengan rata-rata
perhari bisa menghasilkan dua dompet cantik. Sebagaimana
disampaikan oleh Ibu Rusdah selaku peserta program PETAKA
Komunitas Eco Business Indonesia menyatakan:
“Pertama susah, karena saya ikut pelatihan seminggu dua kali
jadi abis pelatihan itu saya di rumah mengulang lagi seperti
ini, sekarang sudah lihai, bahkan ketika ada orderan kalau
untuk sekarang berapupun jumlahnya insyaallah bisa”.90
Selaras dengan di atas menurut Ibu Nepi selaku peserta
Program PETAKA di Komunitas Eco Business Indonesia berkata
bahwa:
“Awalnya diberikan pelatihan dua kali seminggu, karena
namanya juga baru ya harus sesering mungkin kata Mas Edy
di rumah pak RT. setelah itu, satu bulan dan dari kami
banyak yang bisa maka cara belajarnya bukan diajari lagi tapi
89 Musa Asy’ari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi (Yogyakrta:
Lesfi, 1997), h.141-144. 90 Wawancara Pribadi dengan Ibu Rusdah (Peserta Program PETAKA
Komunitas Eco Business Indonesia), Kedaung, Senin 17 Februari 2017 Pukul 14.16 WIB
ibu-ibu belajar bersama sesama ibu-ibu dan waktunya juga
sesuai dengan waktu kami kosong”.91
Dalam pelaksanaan pelatihan ada dua fokus yang menjadi
ciri khas dari pelatihan usaha dalam rangka perwujudan
masyarakat yang ideal melalui program PETAKA.
1) Life Skill
Life skill atau kecakapan hidup adalah berbagai
kecakapan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan
berprilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya
sehari-hari secara efektif.92
Pemberian life skill terhadap ibu-ibu peserta program
di Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan mendorong mereka lebih kreatif menghasilkan
beberapa kerajinan tangan (handy craft) seperti; tas, lukisan,
bros, baju karnafal, sejadah, dan lainnya yang semua itu
terbuat dari sampah plastik. Hindy Imas selaku staf di
Komunitas Eco Business Indonesia menjelaskan tujuan
program PETAKA sebagaimana berikut:
“Tujuannya jelas ya, untuk mensejajarkan ibu-ibu
binaan yang dilakukan oleh EBI demi terwujudnya
masyarakat sejahtera terutama dalam peningkatan
91 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nepi (Peserta Program PETAKA Komunitas
Eco Business Indonesia), Kedaung, Senin 12 Februari 2017 Pukul 18.08 WIB 92 Departemen Pendidikan Nasional, Pendidikan Kecakapan Hidup Untuk
Mencegah HIV dan AIDS (Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Departemen
Pendidikan Nasional, 2007), h. 72.
ekonomi keluarga melalui media sampah yang dikelola
dengan baik untuk sebuah kerajinan tangan”.93
Selain itu, terkait dengan produk yang dihasilkan
melalui program ini sebagaimana disampaikan oleh Ibu Iroh
selaku peserta program PETAKA di Komunitas Eco Business
Indonesia yakni;
“Banyak ya, hasil kerajinan yang dihasilkan oleh saya
atau ibu-ibu yang lain setelah diberikan pelatihan, ada
tas, dompet, gantungan, bahkan ibu pernah membuat
baju karnaval yang pernah dipesan”.94
Informan ini didukung dengan informasi yang
diberikan kepada penulis oleh Ibu Nepi sebagaimana berikut:
“Kalau kerajinan banyak mas, yang berbahan dari
bungkus kopi, minuman sachet, kantong kresek dan
sebagainya membuat tas, dompet, gantungan, intinya
tergantung permintaan kami buatkan sehingga setiap
barang kita ciptakan tidak sia-sia”.95
Upaya ini berfokus pada individu, sehingga
kreativitas tersebut menunjukkan kemampuan dalam diri
seseorang berkaitan dengan bakat. Selain itu, pada dimensi
kreativitas ini adalah berkaitan dengan dimensi produk
maksudnya kreativitas yang berfokus pada produk atau apa
yang dihasilkan oleh individu baik suatu yang original atau
elaborasi yang inovatif.96
93 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB 94 Wawancara Pribadi dengan Ibu Iroh (Peserta Program PETAKA Komunitas
Eco Business Indonesia), Kedaung, Senin 21 Februari 2017 Pukul 15.18 WIB 95 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nepi (Peserta Program PETAKA Komunitas
Eco Business Indonesia), Kedaung, Senin 12 Februari 2017 Pukul 18.08 WIB 96 S.C. Utami munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak di
Sekolah (Jakarta: Grasindo, 1999), h.88-90.
Dengan adanya pengembangan kreatifitas tersebut
melalui pelatihan dalam peningkatan life skill untuk semakin
mengasah kreativitas peserta program tersebut sebagai peran
utama dalam pemberdayaan pada hakikatnya adalah untuk
memperkuat daya (kemampuan dan posisi tawar) agar
masyarakat semakin mandiri. Dalam hal ini merupakan
pemberdayaan ekonomi masyarakat harus mendapat
penanganan yang serius. Sebab sumber daya manusia adalah
unsur paling fundamental dan menjadi lokomotif tersendiri
dalam penguatan ekonomi rakyat. Sebagaimana disampaikan
oleh Hindy Imas selaku staf Komunitas Eco Business
Indonesia berikut:
“Kalau kita lebih ke soft skill dan jaringan ya, walaupun
juga menyediakan bahan pembuatannya hasil
kerjasama dengan beberapa pihak, karena disitu kita
pikir menjadi hal penting dan tidak boleh tidak ada jika
ingin menjalin pemberdayaan yang bersifat
kesimbungan”.97
Oleh karena itu, pemberdayaan dapat diartikan
sebagai proses penguatan kapasitas. Penguataan kapasitas di
sini adalah penguatan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
individu, kelembagaan, maupun sistem atau jejaring antar
individu dan kelompok atau organisasi sosial, serta pihak dari
luar sistem masyarakatnya sampai di aras global. 98
97 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB 98 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Perspektif Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2015), Cet.ke-3, h.70.
2) Professional Trainer
Pengembangan individu adalah upaya untuk
memperbaiki atau mengembangkan mutu karakteristik
pribadi agar lebih efektif dan efisien, baik dalam entitasnya
maupun dalam lingkup global. Pengembangan kapasitas
pribadi, meliputi pengembangan kapasitas kepribadian,
kapasitas di dunia kerja, dan pengembangan ke
profesionalan.99
Sejalan dengan uraian di atas kegiatan professional
trainer menjadi nilai plus dari kegiatan PETAKA itu sendiri,
karena dengan menjadi professional trainer peserta dari
program ini diedukasi dan dilatih melalui program latihan
yang baik dan efektif untuk membantu mereka mempunyai
dua skill baik dari aspek kreativitas upcycle dan professional
trainer. Hal ini selaras dengan pernyataan dari founder
Komunitas Eco Business Indonesia berikut:
"Salah satu yang disampaikan adalah pengolahan
sampahnya itu, selain dari sisi produk yang mereka
dapatkan dari penghasilan juga dari sisi trainer nya
mereka menjadi professional trainer dan menjadi tim
kami ketika ada projek dari KLHK atau corporate
ketika turun untuk melakukan duplikasi program,
mereka adalah contoh-contoh role model yang telah
berhasil kami gunakan pendekatan lalu ini ditularkan
kebanyak pihak dan mereka mempunyai tingkatan skill
tersendiri”.100
99 Mardikanto dan Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik, h.70 100 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
Dengan hal tersebut mengindikasikan bahwa ibu-ibu binaan
Komunitas ini bisa menjadi role model dan bisa menularkan
kembali pada masyarakat di sekitarnya atau yang membutuhkan
dengan asas kolaborasi antara potensi alam dengan inovasi
sekreatif mungkin yang bisa diciptakan untuk membuka suatu
peluang. Dengan begitu banyaknya sumber daya yang kita miliki,
seharusnya iklim social entrepreneur terutama di negeri ini akan
jauh lebih berkembang.
b. Pendampingan
Dalam hal ini, pendamping berusaha menggali potensi
sumber daya manusia dan alam sekaligus mengembangkan
kesadaran anggota masyarakat tentang kendala maupun
permasalahan yang dihadapi, selanjutya pendamping mau
menerima dan memberi informasi dari berbagai sumber kepada
masyarakat untuk dijadikan rumusan dalam penanganan dan
pelaksanaan berbagai program serta alternatif-alternatif pemecahan
masalah, terakhir pendamping berusaha memberi pengarahan
tentang penggunaan berbagai teknik, strategi, dan pendekatan
dalam pelaksanaan program.101
Adapun yang dilakukan oleh Komunitas Eco Business
Indonesia adalah memperkuat potensi dan kemampuan yang telah
dimiliki peserta program PETAKA untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dan minat-minat dari mereka yang bersifat tumbuh
101 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktek (Jakarta: Prenada
Media Group, 2013), Cet. ke-1, h.51
secara swadaya dan berkelanjutan (suitainable) sehingga tahan
terhadap berbagai goncangan dalam hidup khususnya pada aspek
ekonomi.
Oleh karena itu, partisipasi aktif dari masyarakat
merupakan bagian yang penting dari semua proses pendampingan
yang dilakukan oleh komunitas ini dalam bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Sebagaimana yang disampaikan Oma
Eli selaku staf di Komunitas Eco Business Indonesia sebagaimana
berikut:
“Setiap pekannya kita berkumpul selain ada kegiatan
pengajaran lain, terus kita berikan informasi tentang
pengembangan produk, kita kenalkan dengan internet dan
mereka dibantu untuk pemasarannya, jadi tidak stop
saja”.102
Adapun menurut Edy Fajar Prasetyo selaku founder dari
Komunitas Eco Business Indonesia terkait dengan pendampingan
pada program PETAKA sebagaimana berikut:
“Gimana prosesnya, gimana caranya, kita ajak mereka terus
setiap pekannya kita kenalkan dengan internet sehingga
mengenali cara pemasaran online, bahkan dalam waktu
dekat kita juga akan upgrade dari kemampuan berkreasi
lebih tinggi dengan diberikan pendampingan pembuatan
gambar kartun dari plastik dan ini memang memakan waktu
lama untuk bisa expert”.103
Dengan adanya peran pendampingan ini dapat membantu
masyarakat khususnya ibu-ibu yang berada di Kelurahan Kedaung
Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan dalam memperbaiki
102 Wawancara Pribadi dengan Oma Eli, (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia), Ciputat , Senin 21 Maret 2017 Pukul 14.31 WIB 103 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
penyelesaian masalah sosial yang sedang dihadapi dan membuat
keputusan-keputusan secara tepat dalam rangka mewujudkan cita-
cita hidup mereka yang lebih bermutu.
c. Permodalan
Aspek ini menjadi salah satu faktor yang sangat penting
dalam dunia enterpreneurship, karena dengan modal finansial yang
stabil maka akan mudah mewujudkan visi dari target sebelumnya.
mengingat dalam hal ini menjadi faktor penting di dunia usaha
khususnya berkaitan dengan modal finansial, tetapi bukan yang
terpenting. Untuk dukungan finansial yang cukup stabil, perlu
adanya hubungan kerjasama yang baik dengan lembaga keuangan,
baik perbankan maupun bantuan yang disalurkan melalui
kemitraan usaha lain.104 Sebagaimana disampaikan oleh Oma Eli
selaku staf Komunitas Eco Business Indonesia berikut:
“Modal menjadi penggerak utama dari kami, sehingga kami
selalu berusaha bagaimana caranya dengan kondisi yang
kami hadapi dan tempuh, seperti kerjasama, berprestasi
untuk menjadi modal dan penggerak EBI, karena diam
tidak bisa menyelesaikan masalah, apalagi hanya
berkomentar dan mencari-cari alasan jauh lebih baik jika
kita mulai berkerja”.105
Selaras dengan hal tersebut, menurut Ibu Nepi bahwa
modal sebagai penggerak dari program PETAKA adalah hal yang
penting, EBI memberikan fasilitasi secara cuma-cuma sebagaimana
di sampaikan seperti berikut:
104 Musa Asy’ari, Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi (Yogyakarta:
Lesfi, 1997), h.144. 105 Wawancara Pribadi dengan Oma Eli, (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia), Ciputat , Senin 21 Maret 2017 Pukul 14.31 WIB
“Ibu malah di berikan bungkusan plastik dari teman-teman
EBI, namun jika tidak ada dari sana saya punya inisiatif
sendiri untuk mencari sendiri ke warung kopi yang berada
di sebelah rumah karena memang saya sudah pesan
sebelumnya”.106
Adapun pelaksanaan program PETAKA yang dilakukan
oleh Komunitas Eco Business Indonesia dalam hal permodalan
adalah sebagai berikut:
1) Fasiltasi Bahan Pembuatan Handycraft
Failitasi bahan pembuatan handycraft merupakan
upaya memberikan kemudahan kepada peserta program
PETAKA dalam upcycle untuk pembuatan Produk kreatif
olahan tangan terampil para ibu-ibu hebat berbasis home
industry dengan pengembangan kreativitas dan inovasi yang
semua tersebut berbahan dasar dari sampah plastik yang
sudah disortir dengan baik.
Adapun sumber dari bahan mentah untuk diolah
menjadi barang jadi adalah dari kegiatan Serambi (teras
belajar EBI bersama Isbanban), supporting Hilo, dan
Nutrifood. Sebagaimana disampaikan oleh founder dari
Komunitas Eco Business Indonesia berikut:
“Hilo kami menjadi representasi kemaren, di Hilo ada
istilah green leader kan, EBI itu menjadi salah satu
kontingen Banten diantara beberapa provinsi lain dan
kita rutin menjalani kolaborasi seperti ada namanya
hilo artivity, Jadi mengelola sampah kemasan Hilo
106 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nepi (Peserta program PETAKA
Komunitas Eco Business Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB
dan produk Nutrifood untuk menjadi barang recycling
itu kami info dan terlibat di situ juga”.107
2) Fasiltasi Alat Menjahit
Fasilitasi alat menjahit merupakan sebuah upaya
untuk mempermudah langkah dari program PETAKA dalam
pelaksanaannya, hal ini mengingat tersedianya fasilitas
memadai pasti akan memudahkan langkah untuk mencapai
target dan harapan yang diinginkan. Sebagaimana dikatakan
oleh Oma Eli selaku staf Komunitas Eco Business Indonesia
sebagaimana berikut:
“Iya, kita beli mesin jahit satu, muncul tuh asumsinya,
kita nanti mau persiapkan mau beli mesin, mesin jahit
untuk masing-masing belajar dan sudah jika
kemudian baik kita akan coba setiap ibu dapat satu
mesin jahit, Jadi untuk menopang dan menunjang
aktivitas produksi dan stimulan mereka biar ide
kreativitas mereka jalan terus”.108
Sedangkan menurut Ibu Iroh yang juga peserta
program PETAKA Komunitas Eco Business Indonesia
sebagaimana berikut:
“Untuk saya sih mas sampai sekarang belum pernah
mengeluarkan modal untuk program ini, kecuali pas
awal ketika menyuruh jahitin hasil kerajinan saya ke
tukang jahit karena untuk di awal tidak punya alat
jahit sendiri, tapi untuk sekarang sudah tidak lagi
karena di EBI sudah mempunyai sendiri mesin
jahitnya”.109
107 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB 108 Wawancara Pribadi dengan Oma Eli, (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia), Ciputat , Senin 21 Maret 2017 Pukul 14.31 WIB 109 Wawancara Pribadi dengan Ibu Iroh, (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia), Ciputat , Senin 21 Februari 2017 Pukul 15.18 WIB
d. Jaringan bisnis
Dengan melalui berbagai tahapan pembinaan secara
konsisten, sistermatis, dan berkelanjutan, maka akan melahirkan
wirausaha sejati tinggal menunggu waktu. Proses selanjutnya perlu
dibentuk networking yang saling melengkapi, memperkuat dan
memperluas pasar.110
Secara empiris diakui, masalah yang lebih besar dan lebih
sulit akan muncul di masyarakat sebab keberhasilan sebuah
program biasanya akan menimbulkan keinginan dan kebutuhan
baru yang lebih tinggi dari keiginan dan kebutuhan yang lalu.
Untuk memenuhi semakin meningkatknya kebutuhan warga
tentunya memerlukan upaya dan sumber daya yang lebih banyak.
Sementara tidak semua masyarakat memiliki sumber daya yang
mendukung. Oleh karena itu, keterbatasan ataupun kelebihan,
keberhasilan ataupun kegagalan perlu dibagi kepada pihak lain
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran.
Dengan pertimbangan seperti itu, maka upaya
mengembangkan jaringan bagi Komunitas Eco Business Indonesia
menjadi alternatif dalam menjawab keterbatasan dan kekurangan
dari peserta program PETAKA dalam memenuhi kebutuhanya. Hal
ini didasari alasan bahwa jaringan sangat bermanfaat untuk:
1) Menambah jumlah dan mutu sumber daya.
2) Meningkatkan kekuatan daya tawar.
110 Musa Asy’ari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi (Yogyakrta:
Lesfi, 1997), h.141-144
3) Mengubah ancaman dan persaingan menjadi saling
membantu dan saling melengkapi.
4) Mengurangi terjadinya tumpang tindih.
5) Meningkatkan efektivitas dan efesiensi.
Adapun cara membangun mitra bisnis ibu-ibu yang
dilakukan pemberdayaan ekonomi oleh Komunitas Eco Business
Indonesia di Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan adalah dengan menggunakan system Quadro
Heliq (akademisi, bisnis, pemerintah, dan komunitas) sebagaimana
yang di sampaikan oleh founder itu sendiri seperti berikut:
“Beberapa pihak lain secara langsung atau tidak mitra
karena masih terbatasnya pada cirle yang ada kami
berfokus pada 4 elemen sih, yang dikenal dengan quadro
heliq namanya, akademisi, bisnis, governace, community ke
empat elemen tersebut menjadi mitra elemen kita semua
baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua yang
masih relevan dengan kegiatan kita.111
Adapun Sebagaimana disampaikan oleh Hindy Imas selaku
staf Komunitas Eco Business Indonesia terkait dengan sistem
penguatan relasi sebagaimana berikut:
“Satu metode sih buat kami, silaturrahmi. Tapi kalau dalam
konteks bisnisnya ada metode yang tepat. Jadi tim itu di
bagi menjadi dua. Jadi ada yang bertugas menjadi
fundlainer : orang yang di depan yang selalu muncul di
depan yang sengaja di buat dengan di polakan dia yang
selalu maju untuk menjalani kolaborasi, negosiasi, dan
segala macamnya. Ada lagi tim yang tugasnya backman:
jadi di balik layar, ngurusi produksi, mentori ibu-ibu,
membangun komunikasi relasi relawan, dan segala macam.
kadang silaurrahmi caranya itu adalah benar banget”.112
111 Wawancara Pribadi dengan Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB 112 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB
Sehingga dengan adanya sistem yang diterapkan dalam
pelaksanaan dan penguatan jaringan seperti komunitas, bisnis,
pemerintah, dan akademisi menghasilkan beberapa mitra kerjasama
sebagaimana berikut:
1) Hilo Teen
Adalah mitra kerjasama Komunitas Eco Business
Indonesia menjadi salah satu kontingen Banten diantara
beberapa Provinsi lain dan rutin menjalani kolaborasi dan
kemitraan, seperti pada program hilo artivity sejak 2016.
komunitas ini menjadi pengelola sampah kemasan Hilo Teen
untuk menjadi barang recycling yang semua hal tersebut
disinergiskan dengan program PETAKA dengan peserta
program ibu-ibu di Kelurahan Kedaung Kecamatan
Pamulang Kota Tangerang Selatan.
2) Bank Indonesia
Adalah mitra terdepan dalam hal pembinaan,
mengingat sejak 2013 Komunitas Eco Business Indonesia
banyak mendapatkan supporting dan akses oleh Bank
Indonesia. Walaupun secara simultan tidak begitu Nampak,
namun awal mulanya berdiri Bank Indonesia banyak
berkontribusi yang tentunya semua hal tersebut selalu
mengedepankan skala prioritas adalah dengan program
PETAKA.
3) Dompet Dhuafa
Adalah mitra pada aspek pendampingan menjadi
wirausaha sosial yang dikonsep dengan social enterpneur
academy Dompet Dhuafa dalam memulai dan mengelola
usaha, social entrepreneur academy adalah sebuah program
yang digulirkan Dompet Dhuafa sejak enam tahun lalu. Ia
muncul untuk mendukung keberadaan wirausaha sosial yang
ingin terus bertumbuh kembang memajukan masyarakat,
utamanya kaum marjinal di Indonesia melalui berbagai
program seperti kelas wirausaha, seminar, training, social
trip, pameran, hingga camp.
4) Nutrifood
Adalah bentuk kerjasama yang dilakukan Komunitas
Eco Business Indonesia dengan Nutrifood pada aspek
pengelolaan sampah kemasan Nutrifood untuk menjadi
barang recycling yang semua tersebut disinergiskan dengan
program PETAKA seperti halnya yang telah dilakukan
dengan Hilo sejak 2015 sampai sekarang.
5) Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT)
Adalah bentuk kerjasama yang dilakukan Komunitas
Eco Business Indonesia dengan pihak BNPT untuk
memberikan pelatihan dan berbagi spirit inspirasi tentang
PETAKA terhadap warga Lembaga Pemasyarakatan
(LAPAS) Kelas II B Sentul. Hal ini sebagai salah satu cara
BNPT untuk peningkatan life skill dan menyangkut
penguatan kemampuan yang bersifat efektif dan tepat
sasaran. Kegiatan ini dilaksanakan setiap seminggu sekali
selama enam bulan terhitung sejak 6 Maret 2017 lalu.
6) DKPP Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Tangerang Selatan
Adalah peran secara langsung Dinas terkait di Kota
Tangerang Selatan pada aspek penguatan infrastruktur. Yakni
alokasi bantuan peralatan kebersihan walaupun pada dasarnya
dari pihak Dinas terkait tidak optimal. Sebagaimana
penjelasan founder dari Komunitas Eco Business Indonesia
pada peneliti seperti berikut:
“Bukan kita tidak boleh menafikan pemerintah tetapi
secara pergerakan sebenarnya kita begerak saja
terlepas ada yang membantu atau tidak selama kita
mempunyai visi dan niatkan yang baik insyaallah
pasti ada jalan. Baik dari pemerintah, non pemerintah,
namun jadikan momentum peluang saja. Gerakan kita
mungkin cukup terdengar gaungnya sehingga
pemerintah inchas disitu kan”.113
Sistem penguatan networking yang dilakukan
Komunitas Eco Business Indonesia dengan program
PETAKA menunjukkan pentingnya jejaring antar pemangku
kepentingan, bahkan jejaring telah berkembang menjadi
113 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
sumber daya yang harus terus menerus dikembangkan demi
terwujudnya tujuan efektivitas organisasi atau individu.114
Selain itu, Untuk memudahkan pemahaman kita tentang
pelaksanaan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Komunitas Eco
Business Indonesia penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagaimana
berikut:
Tabel 6. Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi
Komunitas Eco Business Indonesia
No. Kegiataan Partisipan Metode Output Kendala
1 Pelatihan
usaha
Ibu-ibu di
kelurahan
Kedaung
Demontrasi
dan contoh
Memiliki life
skill dan menjadi
professional
trainer
Komunikasi
tidak
berjalan
lancar
2 Pendampingan
Ibu-ibu di
Kelurahan
Kedaung
Sharing
Aktualisai
potensi peserta
program
PETAKA
Minimnya
partisipasi
dari Ibu-ibu
di
Kelurahan
Kedaung
3 Permodalan
Ibu-ibu di
kelurahan
Kedaung
Fasilitasi
bahan
pembuatan
handycraft
dan fasilitasi
alat menjahit
Terciptanya
peserta program
PETAKA yang
handal dan
punya daya saing
tinggi
Rendahnya
akses
permodalan
dan pasar
4 Jaringan bisnis
Ibu-ibu di
Kelurahan
Kedaung
System
quadro heliq
Menghasilkan
kerjasama
dengan Hillo
Teen, Bank
Indonesia,
Dompet Dhuafa,
Nutrifood,
BNPT, dan
DKPP Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan Kota Tangerang
Selatan
Mentalitas
yang kurang
baik dan
terbatasnya
sarana dan
prasana
114 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Perspektif Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2015), Cet.ke-3, h.72.
Dengan demikian, hasil dari proses pelaksanaan
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan tenaga
kreatif (PETAKA) oleh Komunitas Eco Business Indonesia dapat
memberikan dampak positif yang dirasakan oleh ibu-ibu di Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan meliputi:
meningkatkan pendapatan atau penghasilan dan dapat membantu
perekonomian keluarga. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan
Ibu Rusdah selaku peserta program PETAKA di Komunitas Eco
Business Indonesia sebagaimana berikut:
“Awalnya sih tidak percaya mas, bahwa sampah bisa diolah
menjadi bentuk lain, namun setelah ikut pelatihan dua minggu
saya baru percaya dan bisa membuat kerajian dari sampah itu,
bahkan banyak tetangga-tetangga pada mesen, bulan ramadhan
kemaren saya dapat pesanan hampir kurang lebih dua juta
rupiah. Bahkan didukung suami, dia pulang kerja bukannya
bawa makanan malah bawa sampah ini.” 115
Menurut Ibu Nepi selaku peserta program PETAKA di
Komunitas Eco Business Indonesia terkait dengan dampaknya
sebagaimana berikut:
“Kalo perubahan alhamdulillah sudah bisa membantu
perekonomian keluarga, sehingga sekarang bukan hanya suami
yang berpenghasilan ibu juga berpenghasilan dengan menjual
kerjinan dan alhamdulillah juga jika ada undangan untuk
memberikan materi berbagi ilmulah dengan yang lain”.116
115 Wawancara pribadi dengan Ibu Rusdah (Peserta Program PETAKA
Komunitas Eco Business Indonesia), Kedaung, Senin 17 Februari 2017 Pukul 14.16 WIB 116 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nepi (Peserta program PETAKA Komunitas
Eco Business Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20 WIB
Adapun menurut Ibu Iroh selaku peserta program PETAKA
di Komunitas Eco Business Indonesia terkait dengan dampaknya
sebagaimana berikut:
“Perubahan sih kalau secara besar tidak begitu, Cuma adanya
program ini bisa menutupi pengeluaran keluarga dan nambah
tabungan dikit untuk biaya pendidikan anak selebihnya
perubahan yang lain sepertinya belum ada”. 117
Pencapaian di atas merupakan dampak riil dari adanya
program PETAKA dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat
yang dilakukan oleh Komunitas Eco Business Indonesia di Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
Selain dari itu, berikut penulis sajikan tabel hasil pendapatan
peserta program PETAKA sebelum dan sesudah mengikuti program
tersebut, yakni;
Table 7. Hasil Pendapatan Peserta Program Pemberdayaan
Tenaga Kreatif di Komunitas Eco Business Indonesia
No. Nama Sebelum Sesudah
1 Oma Eli 700.000 2.170.000
2 Nepi 1.850.000 3.500.000
3 Iroh Tidak Ada 700.000
4 Rusdah 670.000 2.700.000
5 Nur Mukti Tidak Ada 2.900.000
6 Yeti Hendartono 1.000.000 3.000.000
7 Erna Suyudi 2.750.000 4.100.000
8 Awalinah 900.000 2.800.000
9 Nina Sujiana 1.700.000 2.700.000
10 Rosanah 2.750.000 3.500.000
Sumber : Wawancara pribadi dengan peserta program
Dari tabel di atas dapat penulis simpulkan bahwa dampak secara
ekonomi dapat diukur dengan pendapatn secara finansial terhadap
117 Wawancara Pribadi dengan Ibu Iroh (Peserta program PETAKA Komunitas
Eco Business Indonesia) FEB UIN Jakarta, 21 Februari 2017 Pukul 15.18 WIB
peserta program, adapun untuk pendapatan tetinggi adalah Ibu Erna
Suyudi 4.100.000 sedangkan pedangkan pendapat terendah adalah ibu
Iroh sebesar 700.000 adapun rata-rata dari pendapatan dari peserta
program PETAKA di Komunitas Eco Business Indonesia Kelurahan
Kedaung Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan setelah
adanya program adalah 2.807.000.
3. Proses Pelembagaan
Proses pelembagaan merupakan pelaksanaan program yang
berorientasi pemberdayaan sehingga berdampak pada proses
berkelanjutan tersebut bukan hal yang mudah. Banyak di temukan
bahwa suatu program atas bantuan atau asistensi dari pemerintah
maupun non pemerintah memang dapat berhenti setelah program dari
luar tersebut dihentikan.
Tahapan pelembagaan inilah adalah tahapan khusus yang
dilakukan dalam rangka membangun aspek kemandirian atau
keberlanjutan. Dimana tahapan ini seringkali terabaikan oleh sejumlah
perencana dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Padahal agar program tersebut dapat berjalan berkesinambungan
dan memberikan manfaat kepada masyarakat secara jangka panjang,
serta menjamin bahwa progam itu tetap berjalan walaupun asistensi
dari pemerintah, LSM maupun dari badan usaha sudah selesai harus
dengan baik dan benar. secara eksplisit ada tahapan secara khsusus
untuk membangun dimensi keberlanjutan dari program atau aktivitas
lokal yang ada disana.118
Adapun program PETAKA yang dilakukan oleh Komunitas Eco
Business Indonesia merupakan program yang jelas, terukur, dan
terencana sehingga tidak berhenti dalam waktu tertentu melainkan
berkesinambungan. Program pemberdayaan ekonomi yang
berkesinambungan akan membangun kemandirian masyarakat dan
meningakatkan produktivitas.
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh Komunitas Eco Business
Indonesia dalam proses pelembagaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam program harus di bangun kelembagaan lokal yang
kuat sebagai mata rantai yang akan melanjutkan kegiatan
pemberdayaan yang sudah dilakukan melalui stimulan dari pihak
luar.
Hal ini karena kelembagaan yang kuat akan memelihara
kesinambungan dan manfaat program. Penguatan kelembagaan
lokal dapat dilaksanakan melalui penguatan sumber daya manusia
sebagai pengelolaan program tersebut.119
Sejalan dengan perspektif di atas, bahwa penguatan
kelembagaan yang bersifat suitainable oleh Komunitas Eco
Business Indonesia telah terlaksana dan sudah menjadi hukum
118 Muhtadi dan Tantan Hermansyah, Manajemen Pengembangan Masyarakat
Islam. (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), Cet.ke-1, h. 50. 119 Muhtadi dan Hermansyah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam,
h.51.
mutlak untuk peserta dari program PETAKA seperti halnya (1)
pendampingan pemahaman digitalisasi (2) pendampingan pada
aspek quality control (3) penguatan soft skill. Sebagaimana
disampaikan oleh Hindy Imas selaku staf Komunitas Eco Business
Indonesia sebagaimana berikut:
“Dua hal yang selalu menjadi prioritas kita agar program ini
bisa berjalan untuk kedepannya, SDM dan pelibatan banyak
orang karena ini karena dua itu mau tidak mau ya harus
dilakukan karena jika tidak maka ya kita tidak akan
bertahan lama. SDM adalah bagaimana cara kita
menciptakan produk yang bagus sesuai dengan permintaan,
sedangkan untuk pelibatan banyak orang atau kita sebutnya
kader untuk melanjutka program-program ini kedepan”.120
Sedangkan menurut fouder Komunitas Eco Business Indonesia
dalam kontek pelembagaan program PETAKA sebagaimana berikut:
“Setiap pekannya kita berkumpul selain ada kegiatan
pengajaran lain terus kita berikan informasi tentang
pengembangan produk, kita kenalkan dengan internet dan
mereka bantu untuk pemasarannya, jadi tidak stop saja, dan
salah satu yang disampaikan adalah pengolahan sampahnya
itu selain dari sisi produk yang mereka dapatkan dari
penghasilan juga dari sisi trainer nya mereka menjadi
professional trainer”.121
b. Pembinaan Kader
Kader ini menjadi ujung tombak yang akan meneruskan
program PETAKA setelah masa penghapusan jejak pihak luar yang
membantunya. Pembinaan yang profesional dan cakap adalah
bentuk tanggung jawab dari pemberi program untuk mewujudkan
120 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB 121 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
kemanfaatan yang berjangka panjang.122 Dalam pembinaan kader
yang dilakukan oleh Komunitas Eco Business Indonesia ada dua
cara yakni;
1) Bacth
Bacth merupakan sistem pengkaderan yang bersifat
angkatan karena eksistensinya sangat penting dan sebagai inti
pergerakan organisasi. Oleh karenanya regenerasi
kepemimpinan akan sehat apabila ditopang keberadaan
kader-kader yang berkualitas, selain akan menjadikan
organisasi bergerak dinamis, juga formasi kepemimpinannya
akan segar dan energik. Sebagaimana penjelasan founder dari
Komunitas Eco Business Indonesia seperti berikut:
“Kita buat batch per batch dan kita akan menggeser
orientasinya kalau tadinya business social
entrepreneurship, tapi untuk mengajak orang untuk
terlibat yang kita usung adalah nuansa kebersamaan
dan nuansa primordial”.123
Selain itu, menurut Hindy Imas selaku staf di Komunitas
Eco Business Indonesia tentang proses pelembagaan pada aspek
kaderisasi sebagaimana berikut:
“Dalam pelembagaan, kita menggunkan metode pada
penguatan sumber daya manusia, pembinaan kader
masyarakat, dan sumber pendanaan. Karena dari
ketiga tersebut menurut kita adalah satu kesatuan
yang tidak boleh terpisahkan, jadi ya kami laksanakan
122 Muhtadi dan Tantan Hermansyah, Manajemen Pengembangan Masyarakat
Islam (Ciputa: UIN Jakarta Press, 2013), Cet.ke-1, h.51-52 123 Wawancara Pribadi dengandi Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
saja dan Alhamdulillah nya ibu-ibu binaan kami
masih terus jalan sampai sekarang”.124
2) Membuka Cabang di Berbagai Daerah Indonesia
Dengan mengelola potensi kerelawanan dan
kedermawanan, kekuatan bangsa akan lahir dari semangat
juang para pemuda yang aktif dan masif membangun
daerahnya. Berdasarkan hal tersebut Creative Village
(CREAVILL) dan Komunitas Eco Business Indonesia
berkolaborasi sejak 25 April 2017 untuk bersama-sama
menyebarkan semangat kerelawanan, pemberdayaan, dan
social entrepreneurship ke seluruh Nusantara dan
memfasilitasi teman-teman yang ingin membangun
daerahnya dan menjadi penggerak inspiratif yang berdedikasi
tinggi.
Sehingga dalam hal ini para kader yang dibentuk
menjadi ujung tombak untuk meneruskan program tersebut
setelah masa penghapusan jejak dari pihak luar yang
membantunya.125
c. Sistem Pendanaan
Sumber pendanaan program PETAKA tidak hanya
bergantung pada pemberian dari pihak luar yang bersifat sementara
dan tidak permanen. Tetapi mekanisme pendanaan ini harus di buat
124 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB 125 Tantan Hermansyah dan Muhtadi, Dasa-Dasar Dalam Pengembagan
Masyarakat Islam (Bogor: Titian Nusa Press, 2010), Cet.ke-1, h.63
secara permanen. Oleh karena itu, model-model pendanaan
alternatif harus di buat selama program tersebut dilaksanakan.126
Adapun dalam konteks Komunitas Eco Business Indonesia
sistem pendanan adalah sebagai berikut:
1) Penjualan Produk
Penujalan produk adalah pendapatan dari produk yang
terjual dari hasil kreativitas pengurus dan anggota Komunitas
Eco Business Indonesia yang berbentuk seperti tas, sejadah,
lukisan dari sampah plastik, souvenir, gantungan, dan tikar
yang semua hal tersebut di buat secara konvensional dengan
tahap finishing melalui mesin jahit, sebagaimana disampaikan
oleh founder dari Komunitas Eco Business Indonesia seperti
berikut:
“Kami mengusung sebuah konsep 3P dari profitnya
kita mendapatkan penjualan dari produk, lukisan dari
sampah, dan konsultan. Jadi secara branding kita
fokusnya adalah Eco Business Indonesia ke Green
Community and Empowering Counsultant”.127
Sedangkan menurut Hindy Imas selaku staf di
Komunitas Eco Business Indonesia sebagai berikut:
“Kalau pemasukan dari EBI sendirikan dari penjualan
hasil barang produk kita, sama hasil kayak pelatihan-
pelatihan kek gitu, jadi biasanya sih yang paling sih
pelatihan karena pelatihan kan kita tidak modal
bahan-bahan yang terlalu banyak, nah kalau untuk
126 Muhtadi dan Tantan Hermansyah, Manajemen Pengembangan Masyarakat
Islam. (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), Cet.ke-1, h.52 127 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
gimana agar sustainable Selama produksi bantu
mereka pemasaran”.128
2) Training Handycraft
Training handycraft adalah pendapatan yang diperoleh
dari sisi trainer oleh pengurus dan anggota Komunitas Eco
Business Indonesia dengan beberapa instansi, corporate, dan
komunitas yang melakukan kolaborasi untuk pemberian
pelatihan dan sharing duplikasi program yang telah sukses
dilaksanakan oleh komunitas ini. Seperti yang disampaikan
oleh founder itu sendiri sebagai berikut:
“Selain dari sisi produk yang mereka dapatkan dari
penghasilan juga dari sisi trainer nya mereka menjadi
profesional trainer dan menjadi tim kami ketika ada
projek dari KLHK atau corporate untuk melakukan
duplikasi program, mereka adalah contoh-contoh role
model yang telah berhasil kami gunakan pendekatan
lalu ini ditularkan kebanyak pihak dan mereka
mempunyai tingkatan skill tersendiri”.129
Apadapun Menurut Ibu Nepi selaku Peserta program
PETAKA Komunitas Eco Business Indonesia sebagaimana
berikut:
“Yang ibu dapatkan dua mas, uang sama keterampilan.
Uang hasil dari penjualan kerajinan Ibu dan
keterampilan mebuat kerajinan seperti sekarang, kalau
ibu sendiri juga pernah diundang berangkat dari EBI
juga untuk memberi materi dan dari situ ibu juga dapat
uang, apalagi kalau lagi KKN UIN setiap minggu kami
pasti diudang untuk memberi materi juga”.130
128 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB 129 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB 130 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nepi (Peserta program PETAKA Komunitas
Eco Business Indonesia) Kedaung, 12 Februari 2017 Pukul 18.08 WIB
3) Membuat Ide-ide Kreatif dan Inovasi Baru
Kreatif dan inovatif adalah karakteristik personal yang
terpatri kuat dalam diri seseorang tidak terkecuali oleh
pengurus dan anggota dari Komunitas Eco Business
Indonesia karena kalau hanya stagnan maka komunitas ini
tidak berkembang dan tidak progresif. Oleh sebab itu, segala
cara digunakan untuk mendatangkan pundi-pundi kas
termasuk dengan mengandalkan ide-ide kreatif dan inovasi
baru, seperti yang telah terlaksana kegiatan panggung
inspirasi pada 13 Februari 2017 lalu bertempat di Banten
House Café. Sebagaimana yang disampaikan oleh founder
ketika wawancara dilaksanakan seperti berikut:
“Komunitas ini muncul ingin menggeser merubah
paradigma bahwa sebuah Yayasan atau kegiatan sosial
itu harus selalu menadahkan tangan minta, ngak kan,
kita juga bisa mandiri kok”.131
Adapun dalam pengembangan dana yang dilakukan oleh
Komunitas Eco Business Indonesia adalah dengan pemekaran
program, yang awalnya adalah PETAKA dikembangkan ke
program lainnya seperti DARLING dan CLBK untuk melakukan
subsidi silang dan siklus keuangan, sehingga uang yang dimiliki
tidak stagnan dan program yang lain bisa berajalan. Seperti halnya
yang disampaikan oleh founder sebagaimana berikut:
“Pastinya, bentuk pengembangannya adalah yang sudah kita
buat di program ke lima program yang kita bangun, jadi
131 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
PETAKA kan itu banyak, PETAKA salah satu program kan,
tapi pemekaran program nya itu di DARLING dan CLBK,
kita saling subsidi silang. Ketika CLBK perlu kita masukkan,
beli lemari dan lain-lain. Jadi intinya siklus keuangannya itu
bergulir secara parsial gitu dan simultan. Mana yang
memiliki kebutuhan yang urgen kita kasih dari hasil yang kita
dapat income”.132
Untuk memudahkan pemahaman kita tentang pelembagaan
pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Komunitas Eco
Business Indonesia penulis sajikan dalam bentuk tabel
sebagaimana berikut:
Tabel 8. Proses Pelembagaan Pemberdayaan Ekonomi di Komunitas Eco
Business Indonesia
No. Kegiataan Partisipan Metode Output Kendala
1
Penguatan
sumber Daya
Manusia
(SDM)
Peserta
program dan
pengurus EBI
Melalui
Pendidikan/p
elatihan non
formal dan
metode
proaktif
Terciptanya
peserta
program
PETAKAyang
ahli di bidang
Handycraft
dan menjadi
professional
trainer
Karakter,
perserta
program
PETAKA,
dan
kurangnya
konsepsi
tentang SDM
2 Pembinaan
kader
Peserta
program,
pengurus EBI,
dan tokoh
masyarakat
(opinion
leader)
Bacth dan
pembukaan
cabang di
berbagai
daerah di
Indonesia
Adanya
anggota baru
dan fresh
sebagai
penerus dari
program
PETAKA, dan
pengembanga
n anggota
program
PETAKA
keseluruh
indonesia
Belum
adanya
panduan yang
ajek dalam
proses
kaderisasi dan
kurangnya
kesiapan
pengurus EBI
dalam
kemampuan
pelaksanaan
dan
kontinuitas
3 Sistem
pendanaan
Peserta
program,
pengurus EBI,
Penjualan
produk,
training
Income atau
pendapatan
bagi peserta
Etos peserta
program
PETAKA dan
132 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
mitra, dan
tokoh
masyarakat
(opinion
leader)
handycraft,
dan membuat
ide-ide
kreatif
program
PETAKA dan
Komunitas
Eco Business
Indonesia
Belum
maksimalnya
penjualan
produk
upcycle
4. Proses Evaluasi
Evaluasi dapat pula dilakukan terhadap proses dan hasil
implementasi program PETAKA oleh Komunitas Eco Business
Indonesia, artinya bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan akhir
kegiatan. Tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui sejauh
mana pencapaian tujuan, apa faktor penghambat, pendukung, dan
langkah apa yang diambil guna perbaikan lebih lanjut.133
Adapun dalam konteks progam PETAKA di Komunitas Eco
Business Indonesia proses dan pelaksanaan evaluasinya adalah dengan
diskusi, jajak pendapat, dan sharing antara pengurus dan peserta
program PETAKA. Seperti halnya yang disampaikan oleh founder
sebagaimana berikut:
“Untuk arah PETAKA, biasanya kita lebih kearah diskusi,
lebih kearah jajak pendapatlah, dan sharing, bagaimna ibu-
ibu progresnya, ada kekurangannya, kebutuhannya apa, kita
jaring aspirasinya langsung”.134
Sedangkan menurut Hindy Imas selaku staf di Komunitas Eco
Business Indonesia sebagai berikut:
“Sederhana sih metode yang kita gunakan dan kita sesuaikan
dengan kondisi masyarakat, jadi tergatung dengan kebutuhan
pas di lapangan saja, untuk yang kita telah laksanakan saat ini
133 Muhtadi danTantan Hermansyah, Manajemen Pengembangan Masyarakat
Islam (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), Cet.ke_1, h.52-53. 134 Wawancara Pribadi dengan Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
jajal pendapat dan diskusi kecil dari ibu-ibu kita masukan apa
yang kurang dan lainnya, seperti itu sih saat ini”.135
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Ekonomi Di
Komunitas Eco Business Indonesia
Sudah barang tentu, pelaksanaan pemberdaayaan ekonomi yang
ingin meningkatkan taraf hidup juga memperhitungkan berbagai faktor
pendukung dan penghambat yang kemungkinan akan dihadapi. Perihal
tersebut dapat berasal dari masyarakat sendiri maupun dari ruang lingkup
yang lebih makro, permasalahan yang berkaitan dengan ruang lingkup
kepentingan lokal dengan kepentingan yang lebih luas, termasuk
kepentingan nasional.136 Oleh karena itu, berkaitan dengan faktor
pendukung dan penghambat yang terjadi di Komunitas Eco Business
Indonesia khususnya perihal program PETAKA akan penulis uraikan
sebagaimana berikut:
1. Pendukung
Aktivitas yang terjadi dalam Komunitas Eco Business
Indonesia dalam program PETAKA telah banyak mendapat reward
baik dari organisasi filantropi, pemerintah bahkan dipercaya untuk
berbagi ilmu dengan kiat-kiat nya mengorganisir Komunitas Eco
Business Indonesia kepada para peserta didik di sekolah maupun di
universitas. Semua itu tidak lepas dari sinergisitas antara pengurus dan
anggota program yang saling bergantung satu sama lain, saling
mengisi, dan saling melengkapi bagi perkembangan dan eksistensi
135 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB 136 Soetomo, Pembangunan Masyarakat Merngkai Sebuah Kerangka.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet. ke-2, h. 350-352
Komunitas ini. Dengan hal tersebut penulis bisa konklusikan bahwa
faktor pendukungnya adalah adanya networking yang kuat, reward,
dan kepercayaan publik (trust) yang sudah tumbuh terhadap
Komunitas Eco Business Indonesia.
2. Penghambat
Dalam pelaksanaan program PETAKA yang menjadi Kendala
atau penghambat adalah Pertama: Quality Control, merupakan sistem
controlling terhadap produk yang dihasilkan oleh peserta program
PETAKA karena ketidaksamaan dalam kualitas dan bentuknya, namun
semua itu bisa terurai dengan cara ketidaksamaan tersebut dijadikan
ciri khas tersendiri dan fokus keahlian dari masing-masing peserta
program. Seperti halnya yang disampaikan oleh founder sebagaimana
berikut:
“Kalau untuk di PETAKA sementara itu sih, dari segi kasus
nya quality control nya, kadang ada suatu produk yg dibuat
dengan satu ibu yang lain tidak sama, karena memang kan
bukan skala pabrik, kalau pabrik kan sudah di setup semuanya
sama, karena ini adalah tangan-tangan manusia, ya akhirnya
kita jadikan ciri khas saja, misalnya ibu A jago produk A, ibu B
jagonya bikin produk B dia terus bangun kedalaman yang dia
C”.137
Sedangkan menurut Hindy Imas selaku staf di Komunitas Eco
Business Indonesia sebagai berikut:
“Kendalanya sekarang paling menyamakan hasil kerajinan dari
ibu yang kesatu ke yang lain, karena disini cara pembuatannya
secara konvensional, jadi itu yang menjadi kendala sekarang,
yang lain juga ada pemasaran yang belum begitu maksimal”.138
137 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB 138 Wawancara Pribadi dengan Hindy Imas (Staf Komunitas Eco Business
Indonesia) FEB UIN Jakarta, 16 Mei 2017 Pukul 16.20. WIB
Kedua: tidak ada panduan atau standar operasional prosedur
(SOP), hal ini menjadi penghambat ketika Komunitas Eco Business
Indonesia bergerak di lapangan mengingat tidak ada panduan yang
tetap, sehingga lebih mengandalkan intuisi dalam melakukan
pergerakannya. Seperti halnya yang disampaikan oleh founder
sebagaimana berikut:
“Kadang ketika bergerak di lapangan tidak mengikuti panduan
yang saklek, juklak jukliknya kita pake intuisi saja, gini-gini, itu
adalah menjadi PR buat kita, Alangkah lebih baiknya kita
menggunakan SOP nya nanti, Mungkin melalui skripsi ini juga
menjadi bahan masukan dan bahan pembuatan redaksional yang
baik”.139
139 Wawancara Pribadi dengan Edy Fajar Prasetyo (Founder Komunitas Eco
Business Indonesia) Kedaung, Minggu 21 Maret 2017 Pukul 20.19 WIB
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menyimpulkan :
1. Pelaksanaan program pemberdayaan tenaga kreatif (PETAKA) di
Komunitas Eco Business Indonesia telah memberikan pengaruh
positif terhadap peningkatan perekonomian peserta program yang
berada di Kelurahan Kedaung Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan.
2. Komunitas Eco Business Indonesia telah berhasil merubah
mindshet dari peserta program PETAKA dengan cara pandang
terhadap sampah bisa menjadi berkah apabila kita memodifikasi
untuk kerajinan yang mempunyai nilai kreatifitas tinggi.
3. Komunitas Eco Business Indonesia berhasil membangun
kepercayaan, potensi, kreativitas serta partisipasi ibu-ibu yang
tergabung dalam program PETAKA dengan pengaruh-pengaruh
yang dirasakan oleh warga setempat secara riil.
B. Saran
1. Perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah setempat untuk
mengembangkan lebih lanjut program PETAKA kesegala penjuru
sebagai langkah solutif dalam pengentasan kemiskinan yang berada
di Kota Tangerang Selatan pada umumnya.
2. Perlu adanya sistem dan pola kerja secara profesional dan tertulis
oleh Komunitas Eco Business Indonesia untuk menunjukkan
profesionalitas dari komunitas untuk khalayak publik.
3. Perlu adanya pengkaderan yang lebih sistematis dan berkelanjutan
dalam menjaga eksistensi dari Komunitas Eco Business Indonesia
ke daerah-daerah lain di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Achmadi dan Narbuko, Cholid, Metodelogi Penelitian (Jakarta:
Bumi Aksara, 1999.
Adi, Rukminto, Isbandi, Pemikiran-Pemikiran Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002.
Asep Usman Ismail, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial. Tangerang
Selatan: Lenteta Hati, 2012.
Asy’ari, Musa, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi
(Yogyakrta: Lesfi, 1997.
Bakar, Yul H Teknologi Penanganan dan Pemanfataan Sampah .
Jakarta: PT. Waca Utama Pramesti, 1986.
Bariyah, Nurul, Oneng, Total Quality Management Zakat: Prinsip dan
Praktik Pemberdayaan Ekonomi. Ciputat: Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012.
Bugin, Burhan, Analisis Penentian Kualitatif . Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003.
Candra, Julius, Kreativitas; Bagaimana Menanam, Membangun, dan
Mengembangkannya. Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Chayatin, Nurul dan Mubarak, Iqbal Wahid, Ilmu Kesehatan
Masyrakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika, 2009.
Depertemen Agama, Tafsir al-Quran Tematik: Pelestarian Lingkungan
Hidup (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009).
Dwi Pratiwi Kurniawati, Bambang Supriyono, Imam Hanafi, (jurnal)
Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi:Studi Pada Badan
Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto. Jurusan Administrasi Publik,
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang.
Elizabeth B, Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga,
2002.
Fadhilah, Amir dan Syamsir, Sosiologi Pedesaan. Jakata: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Fahrudin, Adi dkk., Pemberdayaan, Partisipasi, dan Penguatan
Masyarakat. Bandung: Humaniora, 2011.
Hermansyah, Tantan dan Muhtadi, Manajemen Pengembangan
Masyarakat Islam. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013.
Huraerah, Abu, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat
Bandung: Humaniora, 2011.
Ismail, Usman, Asep, Zaky, Ahmad dan Firdaus, Ismet dkk,
Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa. Jakarta: Dakwah Press,
2008.
Jamasy, Owin, Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan
Kemiskinan. Jakarta: Belantik, 2004.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 12, Nomer 1, Juni 2011,
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 2, Program
Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang Mei 2012.
KBBI Of Line diakses tanggal 8 November 2016 Pukul 08.28 WIB
Koenjaningrat, Metode-Metode Peneltian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia, 1980.
Moleong, Lexi J. , Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2007.
Mubyanto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT. Yogyakarta: Aditya
Media, 1998.
Muhtadi, dan Hermansyah, Tantan, Dasar-Dasar Pengembangan
Masyarakat Dalam Islam. Bogor: Titian Nusa Press, 2010.
Munandar, Utami, S.C, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah. Jakarta: Grasindo, 1999.
Nasdian, Tonny, Fredian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2015), Cet.ke-2.
Nasrullah, Adon dan Jamaludin. Sosiologi Pembangunan. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2016.
Nasrullah, Akbar, dkk., Young Social Enterpreneurship: Kami Berani
Berbeda. Ciputat: Dompet Dhuafa, 2014.
Nasuhi, Hamid dkk, Pedoman Penulisna Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis,
dan Disertasi. Jakarta: CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Partanto Pius A dan Al-Barry, M. Dahlan Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arkola, 1994.
Qardhawi, Yusuf, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban .
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001.
Rintuh, Cornelis, Miar, Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Yogyakarta:
BPFE, 2005.
Sasono, Adi, Rakyat Bangkit Bangun Martabat. Jakarta: Pustaka
Alvabeta, 2008.
Slamet, Soemirat, Juli, Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2007), Cet.ke-7.
Soebianto, Poerwoko dan Mardikanto, Totok, Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta, 2015.
Soetomo, Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012).
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.
Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
Sukmaniar, (tesis) Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dala
Pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan (PKK) Pasca Tsunami di
Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Program Pasca Sarjana Magister
Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro, Semarang,
2007.
Sumantri, Arif Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010.
Sumodingrat, Gumawan, Membangun Perekonomian Rakyat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Suryana, Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan .
Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Suyanto, Bagong, Anatomi Kemiskinan. Malang : In-Tras Publishing,
2015.
Tesoriero, Frank dan Ife, Jim, Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014.
Wulandari, Ari dan Sumodinigrat, Gumawan, Membangun Indonesia
Dari Desa: Pemberdayaan Desa Sebagai Kunci Kesuksesan Pembangunan
Ekonomi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat . Yogyakarta: Media
Pressindo, 2016.
Yuwono, Trisno, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Arkola,
2010.
Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternatif . Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media Group, 2007.
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Nama : Edy Fajar Prasetyo
Jabatan : Founder
Tempat Wawancara : Kedaung
Tanggal : 21 Maret 2017
Waktu Wawancara : 20.19 WIB
Umur : 25 tahun
A. PROSES PERENCAANAAN
1. Bagaimana Latar Belakang Dibuatnya Program PETAKA ?
Jadi, pertama kali program itu dibentuk PETAKA yang memiliki
Pemberdayaan tenaga kreatif, disini kita melihat ada
permasalahan di masyarakat sampah yang menjadi rekor utama
tapi ada disparitas ekonomi di lingkungan masyarakat dengan
adanya kemajemukan masyarakat sangat terlihat memang banyak
yang lahir dan berada di ekonomi menengah ke bawah, tapi
disitu ketingannya tinggi banget yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin.
Singkat cerita kita tinggal di lingkungan sekitar kampus civitas
akademika, idealnya masyarakat yang kurang mampu menengah
ke bawah itu terkena dampak baik terpapar akan keberadaan kita,
jadi dalam konsep ekonominya tricle down effect yang atas tuh
meneteskan ke bawah, bagaimana caranya tuh penyemarataan
yang baik, porsinya di bagi gitu.
2. Bagaimana Perencaaan Program PETAKA, Mungkin Bisa Di
Gambarkan ?
Untuk dari segi perencanaannya diawal kita melakukan pemetaan
dulu sebetulnya, secara kajian teoritisnya nanti bisa dicari salah
satu tool nya PRA (Participatory Rural Appraisal), jadi kita
melihat nih potensi yang ada di masyarakat, jadi singkat cerita si
masyarakat yang menjadi terberdayakan oleh program PETAKA
ini kita sengaja dirancang gimana caranya permasalahan sampah
yang ada disikitar mereka menjadi sebuah manfaat gitu, nah
akhirnya kita jadikan mereka-mereka itu tenaga-tenaga kreatif
memunculkan ide, peluang, benefit-benefit dari keadaan sampah
justru dari mereka.
3. Apa tujuan dari program PETAKA ?
Program PETAKA berusaha menjadi mediator untuk merangkul
yang di bawah dengan cara mengajak dan melibatkan masyarakat
dalam cycle ekonomi yang di bangun, dengan prinsip
memberikan kail bukan ikannya agar masyarakat terdidik. Yang
diberikan adalah skill nya untuk bergerak bersama. Yang
tujuannya adalah untuk mensejajarkan yang pra sejahtera
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
4. Siapa yang terlibat dalam proses perencanaan program PETAKA
Yang terlibat para penguru EBI, warga khsusnya ibu di
Kelurahan Kedaung, dan beberapa tokoh masyarakat seperti Pak
RT 05 dan ustad setempat.
5. Apa metode yang digunakan dalam proses perencanaan program
PETAKA?
Ketika di masyarakat dan lagi-lagi kita turun itu sebisa mungkin
jangan kenakan baju kepandaian kita lah, jadi itu di tinggalkan
dulu kita masuk dengan benar-benar botol kosong. Kita turun ke
masyarakat bukan seolah mengintervensi dan memberikan semua
solusi atas masalah mereka. Tetapi kita rendahkan hati kita, turun
ego dan emosional kita, kita belajar bersama mereka. Gimana
caranya masyarakat itu membaur dan kita juga berinteraksi
dengan baik di masyarakat, awalnya kita memang di tolak
bahkan ini adalah lokasi yang kedua sebelumnya kita di Jombang
hanya dua orang yang terlibat, akhirnya kita evaluasi, apasih
yang salah, bentuk pendekatan kita. Dalam dunia antrolpologi
ada istilah epik dan emik, yang kita ambil adalah bukan kita
serba tau dengan masalah mereka tapi kita pancing nih mereka
mempunyai kegelisahan dan kegundahan, kekurangan di daerah
mereka, lalu kita stimulasi agar mereka yang memunculkan
keresahannya dan memberikan gagasan solusinya sendiri kita
hanya sebagai fasilitator.
Jadi yang kita lakukan untuk mendapatkan penerimaan yang
bagus kita dekati tokoh masyarakat setempat, misalnya tokoh
yang mempunyai power entah itu ketua RT, kalau ketua RT tidak
punya power mungkin ada sesepuh, ustad dari situ kita akhirnya
masuk. Ketika kepalanya sudah ikut, itu lebih memudahkan kita
untuk mengajak bawahannya, ekornya. Kalau kultur
dimasyarakat kita itu manut aja sih ketika key person itu sudah
terbuka dan menjaring kerjasama yang baik yang lain akan
ngikut.
6. Apa hasil dari proses tersebut ?
Musyawarah menjadi media kita setiap dalam mengambil
keputusan, apapun bentuk nya kami pasti selalu musyarawahkan
dulu biar semua pengurus mengetahui tindakan yang akan kita
lakukan bersama. Tidak terkecuali dalam hal perencanaan, semua
ini adalah hasil berdasarkan pembicaraan bersama dan
menghasilkan langkah-lengkah kedepan yang kami harapkan bisa
mewujudkan dari visi yang kita usung bersama.
Bahkan kami telah menggambarkan secara bersama masyarakat
pula khususnya ibu-ibu di sana seperti pembuatan peta sumber
daya langkah-langkah kedepan yang harus kita ambil secara
bersama yang semua itu pelaksanaan dari progrom PETAKA.
7. Berapa kali pertemuan yang dilaksanakan dalam proses perencanaan
program PETAKA ?
Kami bagi ke beberapa tahap yang semua itu kami lakukan dalam
perencanaan ini, dengan hal tersebut mempermudah gerak kami
dalam segala upaya kedepan, awalnya abang lakukan dua kali
seminggu karena intensitasnya sangat dibutuhkan namun setelah
semua dikira sudah tidak harus sll demikian maka untuk waktu
fleksibel tergantung kebutuhan dan apa yang sekiranya bisa kita
laksanakan bersama-sama.
B. PROSES PELAKSANAAN
1. Bagaimana tahapan/mekanisme pelaksanaan program PETAKA ?
Bentuk follow up nya itu dari segi pergerakan memang tidak
saklek pada batasan peraturan yang ajek yang harus begini dan
begitu itu ngak, jadi kita lebih fleksibel di masyarakat karena
ketika kita di masyarakat itu kan masih banyak benturan. Dalam
artinya apa yang kita rencanakan mungkin bertolak belakang
dengan kultur setempat, tidak relevan dengan kebiasaan
masyarakat yang ada, jadi kita luwes saja.
2. Bagaimana cara sosialisasi/mengenalkan program PETAKA pada
masyarakat?
Yang jelas tadi, programnya di awal adalah sosialisasi mengajak
mereka partisipatif, lebih aktif dan cenderung aktif dari kita. Kita
hanya sebagai sumbu apinya tapi yang menghidupkan dan
menjaga api tersebut tetap menyala adalah mereka sendiri.
Setelah sosialisasi kita liat dan seleksi alam mana yang atensinya
tinggi dan tingkat partisipasinya cukup besar ke kami itu yang
kami jaga terus.
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap program PETAKA ?
Untuk pertama sih, seperti biasa kurang mendapat respon, namun
seiring berjalannya waktu pelan-pelan warga bisa menerima
dengan baik karena telah mengetahui manfaat dari program
PETAKA secara keseluruhan.
4. Seperti apa pendampingan EBI terhadap masyarakat melalui program
PETAKA ?
Gimana prosesnya, gimana caranya, kita ajak mereka terus
setiap pekannya, misalkan setiap pekannya kita berkumpul selain
ada kegiatan pengajaran lain terus kita berikan informasi tentang
pengembangan produk, kita kenalkan dengan internet dan mereka
bantu untuk pemasarannya, jadi tidak stop saja. Salah satu yang
disampaikan adalah pengolahan sampahnya itu selain dari sisi
produk yang mereka dapatkan dari penghasilan juga dari sisi
trainer nya mereka menjadi professional trainer, mereka
mempunyai dua skill yakni kreatifitas up cycle dan professional
trainer dan mereka menjadi tim kami ketika ada projek dari
KLHK atau corporate ketika turun untuk melakukan duplikasi
program mereka adalah contoh-contoh rule model yang telah
berhasil kami gunakan pendekatan lalu ini ditularkan kebanyak
pihak dan mereka mempunyai tingkatan skill tersendiri.
5. Adakah produk yang dihasilkan oleh masyarakat dengan adanya
program PETAKA ?
Tas dompet, lukisan, tikar, sajadah, lukisan, Cuma kita bikinnya
berdasarkan kebutuhan kita membuat variasinya banyak, Cuma
kan apakah itu yang di cari dari konsumen, apakah itu yang
menghasilkan keuntungan, jadi kita balik lagi, yang dicari itu
apa? Yang banyak itu souvenir, dompet kecil, itu yang kita
fokuskan, tapi kalau di challage dengan yang lain. Kita sempat
dapat order baju untuk anak-anak, kita bikin untuk karnaval, jadi
banyak variannya dari sampah.
6. Bagaimana cara pemasaran hasil kerajinan dan kreativitas dari
program PETAKA ?
Impian yang kami bangun adalah dengan mempunyai seller
center yang secara khusus menjual kerajinan ataupun olahan dari
sampah, namun itu membutuhkan budget yang besar, ini adalah
harapan kita kedepan semoga saja bisa terealisasi. Sehingga untuk
saat ini cara penjualannya lebih banyak melalui website kami dan
berdasarkan pesanan.
7. Seperti apa pendampingan yang dilakukan oleh Komunitas Eco
Business Indonesia melalui program PETAKA ?
Yang kita rencanakan mungkin bertolak belakang dengan kultur
setempat, tidak relevan dengan kebiasaan masyarakat yang ada,
jadi kita luwes saja. Yang jelas tadi, programnya di awal adalah
sosialisasi mengajak mereka mengajak partisipatif dan lebih aktif
dari kita. Kita hanya sebagai sumbu apinya tapi yang
menghidupkan dan menjaga api tersebut tetap menyala adalah
mereka sendiri.
8. Pihak mana saja yang terlibat dalam program PETAKA ?
Kalo Secara langsung mitra belum ada namun secara tidak
langsung itu banyak karena di EBI juga sempat tergabung dalam
beberapa forum misalkan Forum Indonesia Muda, Forum
Wirausaha Muda Mandiri, Forum Dispora Kota Tangsel, Dinas
Pemuda dan Olahraga Banten, beberapa pihak yang mengetahui
pergerakan latar belakang EBI dan mereka biasanya akan sangat
senang men support kita. Secara tidak langsung terkadang sangat
berpengaruh pada kita ketika memerlukan resource kita kontak
dan bangun media yang baik gitu.
Kalau secara langsungnya lebih ke arah pada lembaga-lembaga
tedekat sih. Contoh misalkan kampus UIN, lalu pihak kelurahan
setempat, dan beberapa pihak lain secara tidak langsung.
9. Bagaimana peran Dinas terkait di Kota Tanggerang Selatan ?
Yang relevan mungkin DKPP Dinas Kebersihan dan Pertamanan
karena lingkungan, kalau secara langsung kemaren sempat
terlibat juga ketika ada program penguatan infrastruktur, jadi
kami mendapat alokasi bantuan peralatan kebersihan kemaren,
jadi sebenarnya bagaimana ya, Bukan kita tidak boleh
menafikkan pemerintah tetapi secara pergerakan sebenarnya kita
begerak saja terlepas ada yang membantu atau tidak selama kita
mempunyai visi dan niatan yang baik insyaallah pasti ada jalan.
Baik dari pemerintah, non pemerintah, namun jadikan
momentum peluang saja. Gerakan kita mungkin cukup terdengar
gaungnya sehingga pemerintah inchas disitu kan, adapun secara
langsung secara forum kita sering dilibatkan forum kepemudaan,
forum kepeloporan, forum yang ada kaitannya dengan
lingkungan dan sampah.
10. Apa hasil yang telah dicapai dari program PETAKA ?
Mereka dapatkan dari penghasilan juga dari sisi trainer nya,
mereka menjadi professional trainer dan kerajinan-kerajinan
yang telah dibuat dan dipasarkan.
11. Bagaima cara untuk menjaga kebersinambungan dari pelaksanaan
program PETAKA ?
Membuat PETAKA itu gampang, namun PR nya adalah
mempertahankan, oleh karena itu kita melihat potensi yang lain,
jujur untuk menggerakkan ini kita perlu effort perlu upaya
apalagi kita perlu ruang dan market nya sedikit spesifik, salah
satu jalan keluarnya adalah nanti kita bisa petakan, nanti
PETAKA ini secara program berjalan namun secara komunitas
bisa sangat heterogen, okelah di Tangsel sudah mengetahui
PETAKA nya sampah plastik, di DKI komunitas yang dijadikan
media PETAKA nya adalah herti kultur, tanaman hias, oh di Bali
salah satu handycraft dari sabut kelapa misalkan, itu yang paling
relevan yang kita juga dibentuk untuk lebih idealnya
Banyak aspek kedepannya seperti itu, termasuk kemaren salah
satu forum mengembangkan bentuk digitalnya, jadi kalo tau
gojek kita sudah tau titik dimana TPS, dimana Bank Sampah,
pemulung, mungkin akan kita bawa juga nih. Kita akan petakan
PETAKA yang ada dengan basis data, ini kedepan sih tapi
sementara yang kita bangun adalah seperti itu harapan kita ingin
menjadi yang lebih baik dari hari ini kan, manfaatnya lebih luas.
C. PROSES PELEMBAGAAN
1. Bagaimana penguatan program PETAKA sehingga bisa bersifat
berkelanjutan ?
Satu metode sih buat kami, silaturrahmi. Tapi kalau dalam
kontek bisnisnya ada metode yang tepat. Jadi tim itu di bagi
menjadi dua. Jadi ada yang bertugas menjadi fundlainer : orang
yang di depan yang selalu muncul di depan yang senagaja di buat
dengan dipolakan dia yang selalu maju untuk menjalani
kolaborasi, negosiasi, dan segala macamnya itu adalah abang.
Ada lagi tim yang tugasnya backman: jadi di balik layar, ngurusi
produksi, mentori ibu-ibu, membangun komunikasi relasi
relawan, dan segala macam. Kadang silaurrahmi caranya itu
adalah benar banget. Jadi kita open karena kita tidak akan dikenal
jika tidak memperkenalkan diri sendiri dalam setiap kesempatan
apapun dengan niat yang baik bukan berarti untuk sombong atau
sebagainya, karena yang di bangun bukan individu akan tetapi
sudah dikerjakan, kami mempresent kami ini siapa? Kami EBI
Bag dalam setiap macam dalam forum yang kami ikut sertakan,
dan ini menjadi sebuah kekuatan luar biasa (the power of mooth)
jadi kekuatan dari mulut ke mulut itu informasi luar biasa,
terlepas alhamdulillahnya kita juga sering dapat publisitas media
secara gratis di liput atau apa? Itu yang dapat sering
mengenalkan kita dengan orang-orang, oh EBI itu ada dan EBI
itu fokus di bidang lingkungan.
2. Adakah sistem pembinaan kader masyarakat dan bagaimana
tahapannya ?
Bulan lalu evaluasi kita belum konsen di regenerasi, nah ini kita
mulai memikirkan karena timnya juga terbatas, kita buat bacth
per bacth dan kita akan menggeser orientasinya kalau tadinya
business social entrepreneurship, tapi untuk mengajak orang
untuk terlibat yang kita usung adalah nuansa kebersamaan dan
nuansa primordial, jadi abang berkaca pada temen yang di Garut,
mereka mempunyai komunitas berdaya kreatif mengajak
pemuda-pemuda di Garut membangun desanya, jadi tanpa perlu
banyak alasan, tanpa perlu mencari kesamaan lo pemuda Garut,
lo mau bangun desa lo, lo gabung dengan komunitas kita. Itu
salah satu yang akan kita ramu dengan tim.
3. Bagaimana cara menjalin jejaring atau mitra kerjasama ?
karena masih terbatasnya pada circle yang ada kami berfokus
pada empat elemen sih, yang dikenal dengan quadro heliq
namanya akademisi, bisnis, governace, community. Keempat
elemen tersebut menjadi mitra elemen kita semua baik secara
langsung maupun tidak langsung. Semua yang masih relevan
dengan kegiatan kita.
4. Bagaimana sistem pendanaan/permodalan program PETAKA sehingga
bisa eksis sampai sekarang ?
Kami mengusung sebuah konsep 3P dari profitnya kita
mendapatkan penjualan dari produk, yang paling baru kita
dapatkan lukisan dari sampah dan konsultan. Jadi secara
branding kita fokusnya adalah Eco Bussines Indonesia ke green
community and empowering counsultand. Jadi itu yang kita
sudah usung, jadi untuk beberapa CSR perusahaan kita buat ini
program profesional, lo mau membangun projek sosial untuk
program CSR perusahaan lo hiring kita, kita jadi pihak ke tiga
nanti kita eksekusi di lapangan. Kita venue dari situ selain dari
penjualan produk. Adapun yang lain kita membuat ide-ide dan
inovasi yang baru. Jadi ini komunitas ini muncul ingin
menggeser merubah paradigma bahwa sebuah yayasan atau
kegiatan sosial itu harus selalu menadahkan tangan minta, ngak
kan, kita juga bisa mandiri kok
5. Siapa saja yang terlibat dalam proses pelembagaan dari program
PETAKA ?
Peserta program dan pengurus menjadi kunci utama dalam
pelaksanaan pelembagaan untuk kami, karena sesuai dengan pola
pembuatan mitra kerjasama, jadi kan tidak bisa terlepas dari dua
itu seperti yang kami telah lakukan kerjasama degan creative
village yang berada di Garut, ini bertujuan ke arah jangka
panjang dan diharapkan umur dari EBI sendiri bisa panjang pula
dan lebih banyak orang mengetahuinya akan keberadaan kami.
6. Model apa yang digunakan dalam proses pelembagaan program
PETAKA ?
Kalo berbicara model sih, kita menggunakan pendekatan Melalui
Pendidikan atau pelatihan non formal dan metode proaktif, selain
itu kita juga mengenai sistem pendanan harus benar-benar bagus.
7. Apa hasil dari proses pelembagaan program PETAKA ?
Untuk hasil sih, adanya peserta program PETAKA yang ahli
dibidang handycraft, kalo pada kaderisasi adanya anggota baru
yang mungkin bisa lebih baik atau sebaiknya dan tentunya juga
pendapatan.
D. PROSES EVALUASI
1. Apa metode yang digunakan dalam proses evaluasi program PETAKA
?
Tentunya adakan, monitoring dan evaluasi walaupun terkadang
secara informal, ketika ada event, eksibisi, bazar ataupun yang
sebagainya. Kita liat nih seberapa pengaruh feedback pada kita
bazar atau beberapa tempat, keterlibatan kita dari effort yang
dikeluarkan dari hasil yang didapatkan sepadan atau tidak? Kalau
tidak kita akan mencari spesifikasi bazar atau eksibisi dari pada
kita ikut capek-capek tidak dapat apa-apa, informalnya sih,
apasih kekurangan ketika kita workshop edukasi itu sendiri.
Untuk arah PETAKA, biasanya kita lebih kearah diskusi, lebih
kearah jajak pendapatlah, sharing, bagaimana ibu-ibu
progresnya, ada kekurangannya, kebutuhannya apa? Kita jaring
aspirasinya langsung. Ibu-ibu kesulitan harus menunggu barang
yang di produksi finishing nya ke tukang jahit, karena finishing
produk ke tukang jahit kan, gimna solusinya ? ya kita beli mesin
jahit mesin jahit satu, muncul tuh asumsinya, kita nanti mau
persiapakn mau beli mesin, mesin jahit untuk masing-masing
belajar dan sudah jika kemudian baik kita akan coba setiap ibu
dapat satu mesin jahit, Jadi untuk menopang dan menunjang
aktivitas produksi dan stimulan mereka biar ide kreativitas
mereka jalan terus. Jadi hal-hal kecil sepeti itulah yang saya
evaluasi. Kadang ketika bergerak dilapangan tidak mengikuti
pandauan yang saklek, juklak jukliknya kita pake intuisi saja,
gini gini, Itu adalah menjadi PR buat kita, Alangkah lebih
baikknya kita menggunakan SOP nya nanti, Mungkin melalui
skripsi ini juga menjadi bahan masukan dan bahan pembuatan
redaksional yang baik.
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat program PETAKA ?
Untuk kendalan saat ini di program PETAKA quality control
(barang yang di buat oleh satu ibu tidak sama dengan yang lain)
karena bukan skala pabrik kan, kalau di pabrik setup semuanya
sama.
3. Bagaimana problem solvingnya ?
karena ini tangan manusia jadi kami jadikan ciri khas saja,
Misalkan ibu A jagonya bikin produk itu yaudah ibu itu konsen
di situ, ibu B jagonya di situ yaudah mereka konsen di situ.
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Nama : Nepi
Jabatan : Peserta Program
Tempata Wawancara : Kedaung
Tanggal : 12 Februari 2017
Waktu Wawancara : 18.08 WIB
Umur : 38 tahun
1. Apa yang Ibu ketahui tentang program PETAKA yang dilaksanakan oleh
EBI ?
Kalau sepengetahuan ibu program PETAKA itu, pemberian
keterampilan kepada para ibu-ibu yang berada di sini untuk mengisi
waktu luang untuk memanfaatkan sampah di lingkungan sekitar
menjadi sebuah yang bernilai, intinya bisa mendapatkan uang lah
mas dari kegiatan itu. Awalnya sih kami kurang pecaya kalau
sampah di sekitar bisa dimanfaatkan kembali, namun setelah
diberikan pelatihan baru kami yakin kalo sampah juga bisa
menghasilkan.
2. Bagaimana proses sosialisasi ke warga, sehingga mereka bisa menerima
kehadiran EBI?
Berinteraksi langsung kepada warga dan melakukan perkenalan
dengan contoh yang telah mereka buat dari sampah menjadi dompet
kalau yang dicontohkan ketika melakukan sosialisasi.
3. Kapan saja Ibu mengikuti kegiatan tersebut ?
Awalnya diberikan pelatihan dua kali seminggu, karena namanya
juga baru ya harus sesering mungkin kata Mas Edy di rumah pak RT
setelah itu, satu bulan dan dari kami banyak yang bisa, maka cara
belajarnya bukan diajari lagi tapi ibu-ibu belajar bersama-sama dan
waktunya juga sesuai dengan waktu kami kosong.
4. Berapa besar modal yang dikeluarkan ibu untuk melaksanakan program
PETAKA di dalam kehidupan sehari-hari ?
Tidak ada mas, ibu malah di berikan bungkusan plastik dari teman-
teman EBI, namun jika tidak ada dari sana saya punya inisiatif
sendiri untuk mencari sendiri ke warung kopi yang berada di sebelah
rumah karena memang saya sudah pesan sebelumnya.
5. Bagaimana proses daur ulang atau pemanfaatan sampah menjadi
handycraft/kerajinan tangan?
Hmm… kalau daur ulang sampah ke barang kerajinan yang ibu tahu
cara pembuatannya semua memang dilibatkan, sehingga menjadi
kesempatan untuk menambah pengetahuan dan penghasilan juga loh
karena harga dari kerajinan tas sampah plastik ini lumayan paling
murah 180.000 ribu juga bisa lebih tergantung dari besaran dan
kesulitan.
6. Kerajinan apa yang sudah dibuat oleh EBI dalam melakukan daur ulang ?
Kalau kerajinan banyak mas, yang berbahan dari bungkus kopi,
minuman saset, kantong kresek dan sebagainya membuat tas,
dompet, gantungan, intinya tergantung permintaan kami buatkan
sehingga setiap barang kita ciptakan tidak sia-sia.
7. Adakah bantuan atau sumbangan yang diberikan oleh pemerintah setempat
?
Ada, kemaren ketika EBI menang lomba wirausaha muda dari
Pemerintah Tangsel dapat uang pembinaan, uang dari situ katanya
mau diberikan mesin jahit, karena selama ini kami harus ke tukang
jahit jika ingin menyelesaikan dompet, tas dan lainnya yang kami
buat.
8. Apa manfaat ekonomi yang Ibu dapatkan dari program tersebut ?
Yang ibu dapatkan dua mas, uang sama keterampilan. Uang hasil
dari penjulan kerajinan seperti sekarang, kalau ibu sendiri juga
pernah diundang berangkat dari EBI juga untuk memberi materi dan
dari situ ibu juga dapat uang, apalagi kalau lagi KKN UIN setiap
minggu kami pasti diudang untuk memberi materi juga.
9. Perubahan apakah yang dirasakan oleh Ibu setelah mengikuti program
PETAKA ?
kalo perubahan alhamdulillah sudah bisa membantu perekonomian
keluarga, sehingga sekarang bukan hanya suami yang berpenghasilan
Ibu juga berpenghasilan dengan menjual kerajian dan Alhamdulillah
juga jika ada undangan untuk memberikan materi berbagi ilmu lah
dengan yang lain.
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanan program
PETAKA yang dilaksanakan oleh EBI menurut Ibu ?
Faktor pendukungnya seperti adanya fasilitas pembuatan kerajinan
dan faktor penghambantnya karena mungkin lebih kearah kualitas
bagus tidak nya hasil kerajinan sampah seperti tas dan lain-lain,
karena yang membuat beda-beda.
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Nama : Ibu Iroh
Jabatan : Peserta Program
Tempat Wawancara : Kedaung
Tanggal : 21 Februari 2017
Waktu Wawancara : 15.18 WIB
Umur : 41 tahun
1. Apa yang Ibu ketahui tentang program PETAKA yang dilaksanakan oleh
EBI ?
Untuk pertama kali ada pergenalan dari program, memang sudah
dijelaskan tentang program ini, jadi yang saya pahami sih PETAKA
itu, kegiatan pemberdayaan para ibu-ibu dengan cara diberikan
pelatihan dari sampah plastik yang tujuannya itu untuk memberikan
penghasilan tambahan.
2. Bagaimana proses sosialisasi ke warga, sehingga mereka bisa menerima
kehadiran EBI?
Pertamanya kita diberitahukan Pak RT 05 bahwa ada anak muda
yang katanya dari EBI yang masih kuliah di UIN ingin melakukan
pengabdian, disitu tuh kita disuruh kumpul, nah minggu berikutnya
ada beberapa dari mereka ketempat pak RT dan kami saling
perkenalan satu sama lain dengan mereka.
3. Kapan saja Ibu mengikuti kegiatan tersebut ?
Kalau saya ikut kegiatan sejak dari awal pelatihan diberikan, dulunya
kami mengikuti pada hari sabtu dan minggu atau seminggu dua kali
dari teman-teman EBI, namun kegiatan pengrajinan dilaksanakan di
rumah masing-masing, hasilnya dikumpulkan di EBI untuk dijualin
walaupun saya sendiri jualin juga.
4. Berapa besar modal yang dikeluarkan ibu untuk melaksanakan program
PETAKA di dalam kehidupan sehari-hari ?
Untuk saya sih mas sampai sekarang belum pernah mengeluarkan
modal untuk program ini, kecuali pas awal ketika menyuruh jahitin
hasil kerajinan saya ke tukang jahit karena untuk di awal tidak punya
alat jahit sendiri, tapi untuk sekarang sudah tidak lagi karena di EBI
sudah mempunyai sendiri mesin jahitnya.
5. Bagaimana proses daur ulang atau pemanfaatan sampah menjadi
handycraft/kerajinan tangan?
Kalo dari awal saya dan ibu-ibu yang lain memang dilatih sambil
praktek langsung cara memanfaatkan sampah itu dek dirumah Pak
RT, setelah pelatihan tersebut saya bisa menghasilkan dua dompet
perhari jika tidak ada kesibukan atau tanggungan yang lain.
6. Kerajinan apa yang sudah dibuat oleh EBI dalam melakukan daur ulang ?
Banyak ya, hasil kerajinan yang dihasilkan oleh saya dan ibu-ibu
yang lain setelah diberikan pelatihan, ada tas, dompet, gantungan,
bahkan ibu pernah membuat baju karnaval yang pernah dipesan.
7. Adakah bantuan atau sumbangan yang diberikan oleh pemerintah setempat
?
Ada, dari Pemkot Tangsel berbentuk barang, ada juga yang uang
karena dari EBI itu pernah memenangkan lomba yang diadakan dari
sana pada tahun kemaren.
8. Apa manfaat ekonomi yang Ibu dapatkan dari program tersebut ?
Saya senang sekali dengan adanya PETAKA karena bisa
menghasilkan kerajina, dari kerajinan tersebut saya juga bisa
berpenghasilan sehingga saya tidak selalu bergantung pada
penghasilan suami yang hanya menjadi karyawan swasta.
9. Perubahan apakah yang dirasakan oleh Ibu setelah mengikuti program
PETAKA ?
Perubahan sih kalau secara besar tidak begitu, Cuma adanya program
ini bisa menutupi pengeluaran keluarga dan nambah tabungan dikit
untuk biaya pendidikan anak selebihnya perubahan yang lain
sepertinya belum ada.
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
PETAKA yang dilaksanakan oleh EBI menurut Ibu ?
Faktor pendukung ada prasana yang diberikan oleh teman-teman
EBI, sedangkan faktor penghambatnya kalau saya pribadi sih ngerasa
tidak ada hambatan.
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Nama : Ibu Rusdah
Jabatan : Peserta Program
Tempat Wawancara : Kedaung
Tanggal : 21 Februari 2017
Waktu Wawancara : 13.45 WIB
Umur : 49 tahun
1. Apa yang Ibu ketahui tentang program PETAKA yang dilaksanakan oleh
EBI ?
Menurut saya PETAKA itu kegiatan yang berupaya untuk
peningkatan keterampilan warga dengan diberikan pelatihan
memaksimalkan sampah dalam bentuk karya-karya untuk
mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera dari sebelumnya, kalau
kata si Edy itu biar sama-sama berdaya gitu.
2. Bagaimana proses sosialisasi ke warga, sehingga mereka bisa menerima
kehadiran EBI ?
Dengan cara memperkenalkan diri ketika kami pas dikumpulin oleh
Pak RT dengan membawa contoh hasil dari kerajinan darinya untuk
di beritahukan kepada ibu-ibu yang hadir baik manfaat dalam hal
mendapatkan keuntungan dari hasil pelatihan yang itu semua ketika
proses sosialisasi bertujuan dalam bentuk pengabdian dan
pemberdayaan warga.
3. Kapan saja Ibu mengikuti kegiatan tersebut ?
Kegiatan itu sendiri untuk diawal ditaruh pada sabtu mingu ketika
ibu-ibu tidak ada kegiatan, kegiatannya juga dua kali seminggu,
awalnya sih ibu permulaannya sih susah, saya ikut pelatihan
seminggu dua kali, jadi abis pelatihan itu di rumah ulang lagi, nah
seperti ini sekarang sudah lihai. Semua itu dilaksanakan selama dua
minggu.
4. Berapa besar modal yang dikeluarkan ibu untuk melaksanakan program
PETAKA dalam kehidupan sehari-hari ?
Modal sih paling pas masih di awal ketika di bawa ketukang jahit
karena di EBI dan saya sendiri belum punya, tapi sekarang tidak lagi,
selain itu ada juga tapi kecil modalnya seperti beli resleting intinya
yang berkaitan dengan tas lah dan dompet, karena kalau yang lain
tidak begitu butuh modal cukup plastik kita rajut sudah jadi.
5. Bagaimana proses daur ulang atau pemanfaatan sampah menjadi
handycraft/kerajinan tangan?
Sampah nya kita pilah berdasarkan jenis bungkus yang ingin kita
bentuk apakah tas, dompet atau yang lainnya. Dari situ kita baru
akan membuat anyaman dari plastik sampah yang sudah kita pilah.
Kalau belum biasa sih susah dalam proses ini, tapi setelah itu kalo
udah biasa tidak akan lagi, pokoknya butuh keuletan lah ya namanya
juga kerajinan.
6. Kerajinan apa yang sudah dibuat oleh EBI dalam melakukan daur ulang ?
Ada dompet seperti ini, tas, gantungan, juga bisa berupa tempat tisu,
keset dan lainnya.
7. Apakah ada bantuan atau sumbangan yang diberikan oleh pemerintah
setempat ?
Untuk itu ada pastinya, tapi sepengetahuan saya itu didapat setelah
kita ikut lomba yang diwakili oleh mas Edy namun membawa nama
EBI, kalau ngak salah pada lomba kewirausahaan muda dari
Pemerintah Tangsel.
8. Apa manfaat ekonomi yang Ibu dapatkan dari program tersebut ?
Adanya PETAKA berpengaruhnya positif bagi ekonomi, karena saya
awalnya seorang pengintal ijuk maklum lah namanya juga buruh
pengintal ijuk tidak seberapa penghasilannya bahkan tidak cukup
untuk kebutuhan sehari-hari, Karena setiap memintal hanya di beri
uang 50.000 rupiah itupun tidak menentu, makanya saya sangat
bersyukur.
9. Perubahan apakah yang dirasakan oleh Ibu setelah mengikuti program
PETAKA ?
Awalnya sih tidak percaya mas, bahwa sampah bisa diolah menjadi
bentuk lain, namun setelah ikut pelatihan dua minggu saya baru
percaya dan bisa membuat kerajian dari sampah itu, bahkan banyak
tetangga-tetangga pada mesen, bulan ramadhan kemaren saya dapat
pesanan hampir kurang lebih dua juta rupiah. Bahkan didukung
suami, dia pulang kerja bukan bawa makanan malah bawa sampah
ini.
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
PETAKA yang dilaksanakan oleh EBI menurut Ibu ?
Yang mendukung karena kami ibu-ibu diberi bahan untuk
pembuatan tas, dompet dan lainnya sehingga tidak usah mencari
sendiri walaupun juga terkadang mencari sendiri, untuk yang
menjadi penghambat sampai saat ini kurangnya memaksimalkan
penjualan sehingga pendapatan kami naik turun tergantung
permintaan pasar.
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Nama : Hindy Imas
Jabatan : Staf
Tempat Wawancara : Gedung FEB UIN Jakarta
Tanggal : 16 Mei 2017
Waktu Wawancara : 16.20 WIB
Umur : 23 tahun
E. PROSES PERENCAANAAN
8. Bagaimana Latar Belakang Dibuatnya Program PETAKA ?
Sebetulnya mind program dari EBI itu kan PETAKA, awal kita
berdiri membuat PETAKA, kita kan pemberdayaan masyarakat
kan, otomatis dari ibu-ibu yang belum mempunyai skill kita latih
agar mempunyai skill untuk menjahit dan macam-macamnya
akhirnya sekarang bisa membuat tas, di situ kan baik, mind intinya
itu EBI.
9. Bagaimana Perencaaan Program PETAKA, Mungkin Bisa Di
Gambarkan ?
Dalam hal ini yang pasti kita memahami terlebih dahulu tempat
dimana akan dilaksanakan program PETAKA dengan memahami
kondisi sosio kultur yang ada di Kelurahan Kedaung biasanya kita
dan pada umumnya di sebut dengan social mapping dan PRA,
dengan cara tersebut bisa memahami dan mengenal kondisi
Kelurahan Kedaung secara keseluruhan.
10. Apa tujuan dari program PETAKA ?
Tujannya jelas ya, untuk mensejajarkan ibu-ibu binaan yang
dilakukan oleh EBI demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
terutama dalam peningkatan ekonomi keluarga melalui media
sampah yang dikelola dengan baik untuk sebuah kerajinan tangan.
11. Siapa yang terlibat dalam proses perencanaan program PETAKA
Untuk sekarang, binaan kita melalui program PETAKA ini ada 10
ibu-ibu yang dari setiap kegiatan mereka selalu kita libatkan baik
hal tersebut dari swasta, kampus, atau bahkan dari pemerintah yang
kerap kali menggunakan jasa kita untuk memberikan pelatihan
pembuatan kerajinan dari sampah.
12. Apa metode yang digunakan dalam proses perencanaan program
PETAKA?
Dari awal pasti pendekatan ke tokoh-tokoh setempat kan, biar kita
bisa diterima ke masyarakat. Akhirnya melakukan pendekatan ke
RT, RW terus yang kita sasarkan ibu-ibu, kita pendekatan ke ibu-
ibu juga setelah melakukan pendekatan dan akirnya semua setuju
diadakan pelatihan, jadilah di Kedaung itu menjadi tempat
PETAKA kita.
13. Apa hasil dari proses tersebut ?
Kita bisa memahami Kelurahan Kedaung sebagai tempat program
secara utuh, baik hal itu yang namanya kondisi sosi ekonomi dan
budaya di tempat itu.
14. Berapa kali pertemuan yang dilaksanakan dalam proses perencanaan
program PETAKA ?
Sebetulnya tidak lama waktu yang digunakan dalam proses
perencanan ini, kurang lebih satu bulan setelah minta ketemu Pak
RT 05, minta izin dan lain sebagainya baru setelah itu PETAKA
dilaksanakan di situ karena sudah di dukung dan mendapat izin.
F. PROSES PELAKSANAAN
12. Bagaimana tahapan/mekanisme pelaksanaan program PETAKA ?
Kalau dari PETAKA itu sendiri memang tahapan awalnya kita latih
para ibu-ibunya karena memang tidak tau tentang pembuatan
kerajinan dari sampah plastik dari tim EBI, selain itu kita juga
menyuruh memperaktekkan di rumah agar semakin menguasai dan
terlatih.
13. Bagaimana cara sosialisasi/mengenalkan program PETAKA pada
masyarakat?
Yang jelas tadi, programnya di awal adalah sosialisasi mengajak
mereka mengajak partisipatif, lebih aktif dan cendrung aktif dari
kita. Kita hanya sebagai sumbu apinya, tapi yang menghidupkan
dan menjaga api tersebut tetap menyala adalah mereka sendiri.
Setelah sosialisasi kita liat dan seleksi alam mana yang atensinya
tinggi dan tingkat partisipasinya cukup besar ke kami itu yang kami
jaga terus.
Ada banyak disiplin ilmu yang sebernarnya kita bisa
implementasikan ketika di masyarakat dan lagi-lagi kita turun itu
sebisa mungkin jangan kenakan baju kepandaian kita lah, jadi itu di
tinggalkan dulu kita masuk dengan benar-benar botol kosong. Kita
turun ke masyrakat bukan seolah mengintervensi dan memberikan
semua solusi atas masalah mereka. Tetapi kita rendahkan hati kita,
turunkan ego dan emosional kita, kita belajar sama mereka.
Gimana caranya masyarakat itu membaur dan kita juga berinteraksi
dengan baik di masyarakat.
14. Bagaimana respon masyarakat terhadap program PETAKA ?
Untuk awal memang kurang bisa meyakinkan masyarakat, bahkan
ada yang bilang tidak waktu untuk kegiatan-kegiatan seperti itu,
namun setelah bisa melebur secara baik dengan masyarakat
khususnya ibu-ibu melalui pak RT seperti kita sampaikan respon
baik dan mereka antusias akan setiap kegiatan yang kita berikan
buat mereka.
15. Seperti apa pendampingan EBI terhadap masyarakat melalui program
PETAKA ?
Kalau pendampingan kita lebih ke soft skill dan jaringan ya
walaupun juga dari kami menyedikan bahan pembuatannya hasil
kerjasama dengan beberapa pihak, karena disitu kami fikir menjadi
hal penting dan tidak boleh tidak ada jika ingin menjalin
pemberdayaan yang bersifat kesimbungan.
16. Adakah produk yang dihasilkan oleh masyarakat dengan adanya
program PETAKA ?
Hasil kita sih, dompet, gantungan, kalau PETAKA lebih ke arah
seperti itu, kemaren penginnya bisa membuat lukisan dari sampah
plastik namun karena belum terealiasi pelatihan tersebut, jadi ibu-
ibu hanya bisa menghasilkan seperti itu.
17. Bagaimana cara pemasaran hasil kerajinan dan kreativitas dari program
PETAKA ?
Dalam kegiatan pemasaran saat ini hanya mengandalakan dua cara
pemasaran, yakni dengan cara online dengan cara pemesanan di web
kami dan dengan melakukan pemasaran manual seperti pesanan mulut
ke mulut, dan bazar, namun kalau itung-itung lebih banyak penjualan
off online sekitar 60 %.
18. Pihak mana saja yang terlibat dalam program PETAKA ?
Banyak sih ya yang telibat dalam program PETAKA karena
memang mengedepankan kolaborasi baik dengan antar komunitas,
pemerintah, swasta ataupun juga dunia pendidikan. Untuk saat ini
kalau dari komunitas ada dari wirausaha muda, Forum Indonesia
Muda, kalo kampus ada dari teman-teman mahasiswa UIN Jakata,
Universitas Indonesia, dan masih banyak lainnya, kalau dari
pemrintah dari Kelurahan Kedaung, sedangkan untuk swasta dari
Nutrifood, Bank Indonesia dan Hilo Teen.
19. Bagaimana peran Dinas terkait di Kota Tanggerang Selatan ?
Jika diawal tidak begitu dilihat ya, karena memang hasil dan
dampak dari yang dilakukan belum begitu maksimal, namun
belakangan ini karena sudah sangat terlihat baik prestasi, ibu-ibu
binaan yang semakin produktif dan berpenghasilan, sudah
mendapat respon baik malah kita selalu dilibatkan dalam beberapa
kegiatan, baik dari Kelurahan Kedaung ataupun dari Pemkot.
20. Apa hasil yang telah dicapai dari program PETAKA ?
Nah, disinikan kadang masyarakat merasa minder kan, namun di
satu sisi ketika mereka diberikan soft skill tadi mereka ada
pride/kebanggaan. Contoh sewaktu-waktu ada workshop tentang
pengolahan limbah, kami memiliki expert di bidang itu
audiensinyakan sangat beragam ada yang mungkin dosen, praktisi,
entah pejabat si pejabat ini dengan rela hati dan merendahkan hati
mereka, mereka menerima pengajaran dari ibu-ibu rumah tangga
tadi yang notabene dari segi intelektual pendidikannya jauh di
bawah audien mereka, tetapi mereka dengan terbuka menerima
pengajaran tersebut dan disisi lain si ibu-ibu merasa bangga “oh
saya yang lulus SD kok bisa ngajar tim dosen, ngajarain pejabat,
ngajarin orang-orang swasta, oang-orang PNS dan segala macam”
jadi, itu dua hal yang kami bangun dan itu menjadi salah satu betuk
penjagaan juga selain dari segi finansial juga dari segi moralitas
tadi.
21. Bagaima cara untuk menjaga kebersinambungan dari pelaksanaan
program PETAKA ?
Banyak aspek kedepannya, termasuk kemaren salah satu forum
mengembangkan bentuk digitalnya, jadi kalo tau gojek kita sudah
tau titik dimana TPS, dimana bank sampah, pemulung, mungkin
akan kita bawa juga nih. Kita akan petakan PETAKA yang ada
dengan basis data, ini kedepan sih tapi sementara yang kita bangun
adalah jejaring dan penguatan sumber daya seperti itu, harapan kita
ingin menjadi yang lebih baik dari hari ini kan, manfaatnya lebih
luas.
G. PROSES PELEMBAGAAN
8. Bagaimana penguatan program PETAKA sehingga bisa bersifat
berkelanjutan ?
Dua hal yang selalu menjadi prioritas kita agar program ini bisa
berjalan untuk kedepannya, SDM dan pelibatan banyak orang
karena kedua sisi ini mau tidak mau ya harus dilakukan, karena jika
tidak maka ya kita tidak akan bertahan lama. SDM adalah
bagaimana cara kita menciptakan produk yang bagus sesuai dengan
permintaa, sedangkan untuk pelibatan banyak orang atau kita
sebutnya kader untuk melanjutka program-program ini kedepan.
9. Adakah sistem pembinaan kader masyarakat dan bagaimana
tahapannya ?
Di EBI untuk sistem pengkaderan dilakukan dengan cara batch
atau seperti angkatan gitu, hal ini untuk mengektifkan peran dan
pemaksimalan yang ada, dari situ telah ada teman-teman yang
mengabdikan diri bersama kami dalam pemberdayaan masyarakat
dan juga menjadi tenaga pengajar juga sesuai dengan yang mereka
minati dan ahli dimananya.
10. Bagaimana cara menjalin jejaring atau mitra kerjasama ?
Satu metode sih buat kami, silaturrahmi. Tapi kalau dalam kontek
bisnisnya ada metode yang tepat. Jadi tim itu di bagi menjadi dua.
Jadi ada yang bertugas menjadi fundlainer, orang yang di depan
yang selalu muncul di depan yang sengaja dibuat dengan dipolakan
dia yang selalu maju untuk menjalani kolaborasi, negosiasi, dan
segala macamnya. Ada lagi tim yang tugasnya backman, jadi di
balik layar ngurusi produksi, mentori ibu-ibu, membangun
komunikasi relasi relawan, dan segala macam. Kadang silaurrahmi
caranya itu adalah benar banget.
11. Bagaimana sistem pendanaan/permodalan program PETAKA
sehingga bisa eksis sampai sekarang ?
Kalau pemasukan dari EBI sendiri kan dari penjualan hasil barang
produk kita, sama hasil kayak pelatihan-pelatihan kek gtu, jadi
biasanya sih yang paling lumayan pelatihan, karena pelatihan kan
kita tidak modal bahan-bahan yang terlalu banyak, nah kalau untuk
gimana agar sustainable Selama produksi bantu mereka pemasaran.
12. Siapa saja yang terlibat dalam proses pelembagaan dari program
PETAKA ?
Yang terlibat ada sih, seperti Ibu-Ibu binaan, pengurus EBI dan
lainnya yang semua itu terlibat secara aktif dengan PETAKA, jika
yang lainnya seperti tokoh masyarakat biasanya kearah
mempermudah dalam kordinasi saja.
13. Model apa yang digunakan dalam proses pelembagaan program
PETAKA ?
Dalam proses pelembagaan , kita menggunkan metode pada
penguatan sumber daya manusia, pembinaan kader masyarakat, dan
sumber pendanaan. Karena dari ketiga tersebut menurut kita adalah
satu kesatuan yang tidak boleh terpisahkan, jadi ya kami
laksanakan saja dan Alhamdulillah nya ibu-ibu binaan kami masih
terus jalan sampai sekarang.
14. Apa hasil dari proses pelembagaan program PETAKA ?
Untuk saat ini sih hasil dari pelembagaan tersebut adalah PETAKA
yang masih berjalan dengan baik dan ini menjadi andalan kita di
EBI, sehingga dengan itu ibu-ibu binaan yang kita lakukan tetap
bisa berjalan.
H. PROSES EVALUASI
4. Apa metode yang digunakan dalam proses evaluasi program PETAKA
?
Sederhana sih metode yang kita gunakan dan kita sesuaikan dengan
kondisi masyarakat, jadi tergantung dengan kebutuhan pas di
lapangan saja, untuk yang kita telah laksanakan saat ini jajal
pendapat dan diskusi kecil dari ibu-ibu, kita masukan apa yang
kurang dan lainnya, seperti itu sih saat ini.
5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat program PETAKA ?
Kendalanya sekarang paling menyamakan hasil kerajinan dari ibu
yang satu ke yang lain, karena disini cara pembuatannya secara
konvensional, jadi itu yang menjadi kendala sekarang, yang lain
juga ada pemasaran yang belum begitu maksimal.
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Nama : Oma Eli
Jabatan : Staf
Tempat Wawancara : Ciputat
Tanggal : 21 Maret 2017
Waktu Wawancara : 14.31 WIB
Umur : 51 tahun
I. PROSES PERENCAANAAN
15. Bagaimana Latar Belakang Dibuatnya Program PETAKA ?
Banyak alasan sih, yang menjadi pemicu sehingga sampai terbentuk
komunitas ini, salah satunya ya karena sampah yang tidak dikelola
dengan baik yang berada di lingkungan sekitar kami, sehingga
dengan menjadi masalah bersama tempat kami.
16. Bagaimana Perencaaan Program PETAKA, Mungkin Bisa Di
Gambarkan ?
Tentunya ya kita pahami dulu dunk daerah tersebut baru kita bisa
melakukan tindakan selanjutnya, dalam hal ini yang kami lakukan
adalah pemetaan dengan Tanya-tanya ke yang tau daerah tersebut
secara menyeluruh. Untuk kami menanyakan ke pak RT dan tokoh
masyarakat saja.
17. Apa tujuan dari program PETAKA ?
Yang pasti dengan adanya program PETAKA kami sangat berharap
bisa mengurangi sampah dengan pemanfaatan untuk hal yang positif
dan juga bisa mengangkat kehidupan perekonomian dari para ibu-ibu
yang terlibat dalam program ini.
18. Siapa yang terlibat dalam proses perencanaan program PETAKA ?
Untuk yang terlibat dalam program ini banyak ya, tapi yang paling
utama ibu-ibu yang berada di Kelurahan Kedaung yang seringkali
ikut serta dalam beberapa program lain di luar, seperti bazar,
training, dan lainnya. Yang terntunya masih ada sangkut pautnya
dengan program PETAKA.
19. Apa metode yang digunakan dalam proses perencanaan program
PETAKA?
Untuk pertama ya, kami dulu melakukan pendekatan ke beberapa
tokoh yang di berpengaruh, bahkan kami juga pernah melakukan
pendekatan dalam proses ini dari pintu ke pintu ke ibu-ibu untuk
memperkenalkan produk yang kami hasilkan namun namun kurang
respon bahkan kami juga sempat ditolak.
20. Apa hasil dari proses tersebut ?
Hasil yang kami dapat tentunya berkaitan langsung dengan tempat
program PETAKA dilangsungka, contohnya kami bisa memahami
secara geografis Kelurahan Kedaung, sosio kultur, dan cara-cara
tertentu untuk melakukan pendekatan sehingga kami bisa diterima
dengan baik.
21. Berapa kali pertemuan yang dilaksanakan dalam proses perencanaan
program PETAKA ?
Tidak tau ya, saya lupa untuk berapa kalinya, mungkin adek bisa
tanyakan ke Mas Edy karena dia yang tau, mungkin dia masih ingat
berapa kali pertemuan dari awal sampai program tersebut terlaksana.
J. PROSES PELAKSANAAN
22. Bagaimana tahapan/mekanisme pelaksanaan program PETAKA ?
Setelah melakukan perencanaa sesuai dengan kondisi lapangan, kami
melakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dari ibu-ibu
yang berada di Kelurahan Kedaung untuk bisa mengolah sampah
yang tidak ada manfaat disulap menjadi hal yang mempunyai daya
jual.
23. Bagaimana cara sosialisasi/mengenalkan program PETAKA pada
masyarakat?
Dulu, dalam proses pengenalan program PETAKA juga dari pintu ke
pintu, namun selain itu juga ada cara yang kami lakukan dengan
mengumpulkan ibu-ibu di daerah setempat untuk kami perkenalkan
dengan karya yang kami telah lakukan di rumah Pak RT, namun dari
dua cara itu yang paling langsung kena dampaknya adalah cara
nomer dua.
24. Bagaimana respon masyarakat terhadap program PETAKA ?
Macam-macam ya, ada juga yang memandang sebelah mata terhadap
kami, karena namanya juga mengelola sampah untuk kita bentuk
kerajinan dan menghasilkan uang seolah menjadi hal yang kurang
meyakinkan, tapi ada juga yang merespon positif ketika kami ajak
sekali langsung dan antusia. Untuk ini tergantung dari ibu-ibu yang
disana ya.
25. Seperti apa pendampingan EBI terhadap masyarakat melalui program
PETAKA ?
Setiap pekannya kita berkumpul selain ada kegiatan pengajaran lain,
terus kita berikan informasi tentang pengembangan produk, kita
kenalkan dengan internet dan mereka dibantu untuk pemasarannya,
jadi tidak stop saja.
26. Adakah produk yang dihasilkan oleh masyarakat dengan adanya
program PETAKA ?
Produk dari program ini tas, dompet, souvenir, ada juga lukisan dari
sampah, dan masih banyak yang lainnya, biasa kami produksi lebih
banyak sesuai dengan permintaan para pembeli.
27. Bagaimana cara pemasaran hasil kerajinan dan kreativitas dari program
PETAKA ?
Untuk pemasaran yang kami lakukan melalui online dan tidak online
juga, kalau di online kami manaruh di website EBI sedangkan untuk
tidak onlinenya biasa melalui pesenan ke tempat EBI atau ke ibu peserta
program PETAKA, tapi juga melaui bazar atau pameran ketika kami
diminta terlibat.
28. Pihak mana saja yang terlibat dalam program PETAKA ?
Kami banyak melibatkan komunitas lain seperti, Creavil, kalau mas
Edy juga gabung ke FIM, terus pemerintah Tangsel pastinya terlibat
bahkan memberikan apresiasi pada EBI, dan juga kampus-kampus
yang sengaja menngundang kami untuk tukar pikiran tentang yang
kami telah dan sedang dilakukan.
29. Bagaimana peran Dinas terkait di Kota Tanggerang Selatan ?
Kalau boleh jujur untuk pertama sih tidak ada peran sama sekali,
namun setelah kami ikut beberap lomba nasional seperti yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dan kami banyak diberitakan baik di
TV, Koran, majalah dan lainnya baru dari situ ada peran sedikit dari
pemerintah Tangsel dengan pemberian bantuan barang kebutuhan
EBI, sampai sekarang peran it uterus berjalan dan semakin baik.
30. Apa hasil yang telah dicapai dari program PETAKA ?
Pencapaian sampai saat in sih, pada peningkatan keahlihan peserta
program dari yang sebelumnya tidak atau apa-apa cara
memanfaatkan dengan baik dengan adanya program PETAKA
Alhamdulillah sangat berubah, terus pastinyapenghargaan ya yang
mengakui bahwa yang dilakukan EBI itu sangat baik dan juga bisa
jadi contoh untuk yang lain.
31. Bagaimana cara untuk menjaga kebersinambungan dari pelaksanaan
program PETAKA ?
Kalau dalam hal ini, terus memperkuat SDM dari peserta program
PETAKA dengan hal itu mereka itu menjadi inisinator lah untuk
terus melanjutkan program ini, terus kami melakukan banyak
perekrutam untuk relawaan yang punya jiwa sosial untuk terlibat dan
aktif di EBI khususnya mengelola program PETAKA ini.
K. PROSES PELEMBAGAAN
15. Bagaimana penguatan program PETAKA sehingga bisa bersifat
berkelanjutan ?
Ada beberapa cara untuk terus menjaga keberalangsungan dari
program PETAKA, diantara nya yang telah kami lakukan kita buat
kerjasa dengan beberapa lembaga ya agar ini tidak selalu bergantung
dan cepat mandiri, terus kami juga melakukan penguatan
kemampuan dari anggota program ini agar bisa mengtasi masalah
sendiri.
16. Adakah sistem pembinaan kader masyarakat dan bagaimana
tahapannya ?
Untuk sampai saat ini pengkaderan masih kurang baik, karena
sampai saat ini yang terlibat aktif di program PETAKA hanya ibu-
ibu peserta program itu, kalaupun ada seperti relawan itu hanya
bersifat waktu tertentu yang dilakukan EBI sesuai dengan kebutuhan
atau kegiatan yang akan dilakukan.
17. Bagaimana cara menjalin jejaring atau mitra kerjasama ?
Kerjasama sangat penting ya untuk menjaga keberlangsungan dari
EBI dan program PETAKA kedepan, makanya kami lebih cara
kerjasama dengan antar komunitas, perusahaan, pemerintah dan
dunia pendidikan juga yang satu visi dengan kami tentunya.
18. Bagaimana sistem pendanaan/permodalan program PETAKA
sehingga bisa eksis sampai sekarang ?
Modal menjadi penggerak utama dari kami, sehingga kami selalu
berusaha bagaimana caranya dengan kondisi yang kami hadapi dan
tempuh, seperti kejasama, berprestasi, untuk menjadi modal dan
penggerak EBI, karena diam tidak bisa menyelesaikan masalah,
apalagi hanya berkomentar dan mencari-cari alasan jauh lebih baik
jika kita mulai bekerja.
19. Siapa saja yang terlibat dalam proses pelembagaan dari program
PETAKA ?
Pastinya ibu-ibu peserta program PETAKA, pak RT setempat, dan
tentunya pengurus dari EBI ya, yang pasti semua tersebut yang
terlibat secara aktif dalam program ini.
20. Model apa yang digunakan dalam proses pelembagaan program
PETAKA ?
Untuk model sendiri, kami lebih fokuskan pada pelembagaan ini
lebih fokus pada sumberdaya manusia itu pasti, aja juga pada ranah
pendanaan, dan pembinaan yang tidak boleh di tinggalkan.
21. Apa hasil dari proses pelembagaan program PETAKA ?
Alhamdulillah ya, dengan adanya proses pelembagaa ini ibu-ibu
peserta program PETAKA sampai saat ini masih berlangsung bahkan
kami sangat berharap ini bisa terus menerus seperti ini, biar
ekonomi mereka semakin baik dan tidak selalu begantung pada
suaminya.
L. PROSES EVALUASI
6. Apa metode yang digunakan dalam proses evaluasi program PETAKA
?
Yang biasa dilakukan dalam evaluasi ya kita bentuk tukar pikiran
aja, saling jajal pendapat satu sama lain, dan ini biasanya kami
laukan setelah akhir kegiatan sehingga tidak ada jangka tertentu.
7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat program PETAKA ?
Yang paling penting dan menjadi kendala sampai saat ini, masih
ketergantungan peserta program PETAKA dalam memasarkan
hasilnya berdasarkan permintaa atau pesananan, sehingga untuk
pendapatan sendiri tidak menentu untuk setiap bulannya jika jumlah
tiap bulan.
TIME SCHEDULE PENELITIAN SKRIPSI
“PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI ECO BUSSINES
INDONESIA KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN PAMULANG
TANGERANG SELATAN”
TAHUN AKADEMIK 2017 M/1437 H
Note:
1. Penelitian lapangan akan dilakukan setiap minggu 2 kali di hari wekend
selama 1 bulan dengan catatan jika data yang dibutuhkan sudah terpenuhi.
2. Semua jadwal penelitian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan
Stakeholder Eco Bussines Indonesia (EBI).
3. Waktu bisa bersifat tentatif dan menyesuaikan dengan kondisi lapanagan.
N
O
.
Uraian Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Keterangan Februari Maret
Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi Lapangan Peneliti
2 Perancangan sistem
pengumpulan data
Peneliti
3 Pelaksanaan pengumpulan
data tahap I
Founder
4 Pelaksanaan pengumpulan
data tahap II
Staf EBI
5 Pelaksanaan pengumpulan
data tahap III
Staf EBI
6 Pelaksanaan pengumpulan
data tahap IV
Peserta program
7 Analisa hasil temuan
lapangan
Peneliti
8 dokumentasi PR EBI
9 Penyusunan laporan tugas
akhir
Peneliti
LAMPIRAN GAMBAR KEGIATAN KOMUNITAS ECO BUSINESS
INDONESIA
Sharing tentang berbagai konten program Kreatif kami dan beragam upcyle
product di Wirausaha Mandiri Expo stand 26 Kategori Sosial di Square Bogor
Eco Business Indonesia as A Green & Community Empowering Consultant on
Final Presentation Wirausaha Muda Mandiri kategori Sosial Spirit People, Planet,
Profit
Panggung Inspirasi muda mudi Banten-ekspresi Cintamu untuk Banten,
Bersamaan dengan launching "Banten House". Panggung inspirasi untuk anak
muda mudi Banten.
Tergabung bersama para pakar lainnya meliputi aspek Keagamaan, Wawasan
Kebangsaan, Psikologi dan Kewirausahaan bersama BNPT RI
Eco Business Indonesia Menjadi salah satu representasi praktisi Green Preneur
bersama entitas lainnya di Tangerang Selatan
Eco Business Indonesia bersama rekanan Karang Taruna Pekat mendapat support
kelengkapan alat kebersihan dari dinas pemuda dan olahraga Tangerang Selatan
Eco Business Indonesia menjadi salah satu gerakan positif kategori lingkungan
yang mendapat apresiasi Provinsi Banten
Persiapan Implementasi program BPJS iuran sampah bersama Klinik kesehatan
Reni Jaya Pamulang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada Momentum sumpah pemuda 1928-2016, Eco Business menjadi salah satu
penerima apresiasi Pemuda Berprestasi Tingkat Nasional kategori Pemuda
Pelopor Nasional Bidang SDA oleh Kemenpora Republik Indonesia delegasi
Provinsi Banten
Sharing and peduli bersama HGC Tangerang dan Eco Business Indonesia melalui
program CSR Hilo Green
di Home Schooling iuran sampah (Serambi) dengan Isbanban
Kolaborasi dengan KKN MELODI di desa Sodong Kecamatan Tigaraksa
Kabupaten Tangerang
Kolaborasi dengan kelompok KKN SEMARAK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
.
Acara BAKCANG yang akan diadakan antara lain pengenalan sejarah bakcang,
babak bincang berkolaborasi dengan Hilo Green Community Jakarta di Kelurahan
Pejagalan
Antusiasme peserta workshop dalam membuat barang-barang
Expo Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Be a part of Creative
Industry Dalam rangka kegiatan Kementerian Perindustrian Book Fair 2016
Eco Business Indonesia mengisi Seminar nasional ekonomi kreatif, yang
diselenggarakan oleh HIMA Manajemen Unigal tahun 2016
Workshop perilaku ramah lingkungan yang diselenggaran oleh Kementerian
Ligkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Tim Eco Business Indonesia mendapat kesempatan sharing dan berbagi
Keterampilan Pemanfaatan Limbah Bersama para peserta Pelatihan
Pengembangan Usaha Mikro dan Lingkungan hidup
Silaturahmi Tim EBI, Tim Isbanban dan rekan rekan Karang taruna Pekat untuk
persiapan sekaligus sosialisasi Grand Launching Taman Baca Skema Sampah
"Serambi with Isbanban
Antusiasme peserta dalam kegiatan green booster dengan induk program
PETAKA di Taman Prestasi
EBI berkolaborasi dengan About Tangerang yang mewadahi kegiatan Gerakan
Pungut Sampah
Kolaborasi rekan rekan HMJ S1 Akuntansi UPN Veteran Jakarta yang
memberikan kesempatan kepada eco business indonesia menjadi salah satu dewan
juri pada agenda LOMBA ECOPRENEUR 2015 "Kontes Daur Ulang Produk"
Anggota EBI melakukan pengayaman plastik untuk pembuatan tas dan dompet
yang didampingi oleh Edy Fahar Prasetyo selaku founder EBI
Tim EBI tampak teliti memberikan pengarahan kepada para mahasiswa UPN
Veteran Jakarta melalui kegiatan Creative Preneurship
Anggota EBI melakukan pengayaman plastik untuk pembuatan tas dan dompet
sebagai salah satu keahlian dan keterampilannya
Delegasi dari Dosen dan Mahasiswa dari Universitas Antwerp Belgia, Universitas
Islam Negeri Syarif Kasim Riau, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim Malang, dan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta studi banding ke Eco Business Indonesia
Momentum Eco Business Indonesia MOU Social Entrepreneur Academy Dompet
Dhuafa
Kesempatan dan kepercayaan yang di berikan green edutainment Eco Business
Indonesia featuring Hilo Teen
Foto bersama anggota program PETAKA dan Edy Fajar Prasetyo selaku founder
dari EBI setelah pelatihan perdana pembuatan kerajinan dari sampah
Top Related