PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE
COOPERATIVE LEARNING
Oleh :
Cece Gosul
NIM.08.21.0838
Email :[email protected]
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
SILIWANGI BANDUNG
2012
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah “ Pembelajaran Menyimak Cerpen Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning “.
Judul tersebut diambil atas permasalahan dalam menyimak yang penulis temukan baik dalam lingkungan sekolah ataupun pada
kehidupan sehari – hari. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A
SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 masih rendah.2) untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode Cooperative Learning terhadap kemampuan
menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun
pelajaran 2011 / 2012.Atas dasar itu, peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut :1)Kemampuan menyimak pada siswa kelas
VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 masih rendah.2) Terdapat
pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode Cooperative Learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada
siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012.
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian
eksperimen pada prinsifnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung
fenomena sebab-akibat.
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :1)Kemampuan menyimak
pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 masih
rendah. Ini terbukti dengan diperolehnya nilai rata – rata pretes sebesar 54,82 karena masih di bawah nilai rata – rata yang
penulis tetapkan, yaitu 60. 2)Rata – rata postes adalah 75,29Nilai postes didapat setelah sampel diberi treatment ( metode
cooperative learning ). Artinya terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari sebelumnya (pretes) sebesar 20,46. 3)Terdapat
pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode Cooperative Learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada
siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. Ini terbukti
dengan diperolehnya harga thitung sebesar 6,912 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95% adalah
2,052 dengan derajat keabsahan db= 27. Hal ini berarti thitung > ttabel atau 6,912 > 2,052.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan secara umum, bahwa Pembelajaran Menyimak Cerpen Dengan
Menggunakan Metode Cooperative Learning baik dan efektif , sehingga mudah dipahami dan mendorong keefektifan siswa
Kata Kunci : Menyimak, Cerpen , Cooperative Learning
PENDAHULUAN
Sekolah menengah pertama merupakan lembaga
pendidikan lanjutan dan sangat menentukan untuk
jenjang pendidikan berikutnya. Oleh sebab itu siswa
harus memiliki modal untuk mencapai keberhasilan
tersebut. Pembelajaran bahasa Indonesia pada
sekolah menengah pertama meliputi empat aspek
keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Peranan keterampilan menyimak dalam
proses pembelajaran sangat penting. Bahkan
merupakan salah satu faktor penentu bagi
keberhasilan belajar seseorang. Tarigan ( 1986 : 61 )
mengemukakan bahwa Sebagian besar pengetahuan
yang diperoleh siswa didapat dengan menyimak.
Menurut Tarigan ( 1986 : 1 ), kegiatan belajar
mengajar tentang bahasa di sekolah formal diarahkan
untuk meningkatkan empat keterampilan berbahasa,
yaitu keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis.
Latihan-latihan menyimak itu sangat perlu diberikan
kepada anak-anak sejak mereka duduk di sekolah
dasar, karena mempunyai nilai formal, yaitu melatih
fungsi pendengaran dan pemusatan perhatian.
Latihan-latihan itu besar sekali artinya untuk
menambah perbendaharaan kosakata dan
bahasa.Latihan-latihan menyimak itu dapat dikatakan
sebagai dasar bagi pengajaran bahasa terutama
bahasa Indonesia. Oleh karena itu latihan-latihan
menyimak harus diajarkan. Inovasi dalam metode
pembelajaran merupakan bagian dari desain
pembelajaran dan dihasilkan dari adanya daya
kreatifitas guru dalam melakukan penelitian terhadap
metode dan teknik yang baik ketika pembelajaran
berlangsung. Penggunaan pendekatan, metode atau
teknik yang baik sangat mempengaruhi hasil akhir
dari kegiatan tersebut. Untuk itu, kegiatan pengajaran
menyimak pun haruslah dilakukan dengan
menggunakan salah satu pendekatan, metode atau
teknik yang cocok.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. sejauh mana kemampuan menyimak pada siswa
kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan
Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran
2011 / 2012 ?
b. Apakah ada pengaruh dari penggunaan metode
Cooperative Learning dalam pembelajaran
menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A
SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari
Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 ?
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kemempuan menyimak pada
siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun
pelajaran 2011 / 2012.
b. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari
penggunaan metode Cooperative Learning dalam
pembelajaran menyimak cerita pendek pada siswa
kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan
Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran
2011 / 2012.
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A
SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari
Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012
masih rendah.
b. Terdapat pengaruh yang signifikan dari
penggunaan metode Cooperative Learning
terhadap kemampuan menyimak cerita pendek
pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun
pelajaran 2011 / 2012.
KAJIAN TEORI DAN METODE
Menurut Susilana (2006 :98), pembelajaran adalah
suatu interaksi antara guru dan siswa dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Beliau juga mengatakan
bahwa pembelajaran merupakan usaha untuk
menjadikan seseorangmelakukan kegiatan belajar. Di
antara dua pandangan di atas, yang terpenting adalah
interaksi yang terjadi antara guru dan siswa, itu harus
seimbang , yakni adanya komunikasi timbale balik
antara siswa dan guru, serta siswa dengan siswa
sehingga lingkungan belajar menjadi tempat yang
paling nyaman untuk belajar bagi setiap siswa.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati
dan memahami sesuatu. (Sudjana, 1989 : 28).
Sedangkan menurut Witherungton (1952), belajar
merupakan suatu pola-pola respon yang berupa
keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau
kepandaian. Rudi Susilana (2006 : 93) berpendapat
bahwa proses belajar terjadi apabila individu
dihadapkan pada situasi dimana ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia
harus mengatasi rintangan-rintangan yang
mengganggu kegiatan yang diinginkan.belajar adalah
memfasilitasi individu untuk menjadi sebagai peserta
belaiar, kebutuhan akan sumber pendorong, situasi
belajar, yang memungkinkan terjadinya kegiatan
belajar
Secara sekilas antara kata mendengar dan kata
mendengarkan dan kata menyimak tidak ada
perbedaan, tetapi bila ditelaah lebih lanjut ternyata
mempunyai makna yang berbeda. Hal ini juga
diungkapkan oleh Tarigan ( 1994 : 27 ) bahwa “
Terdapat perbedaan antara kata mendengar dan
menyimak. Dalam bahasa Inggris mendengarkan
berarti to hear, sedangkan menyimak berarti to listen
atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing yaitu
hearing dan listening”.
Berdasarkan uraian tersebut, mendengar dapat
dibatasi dengan suatu proses menerima bunyi bahasa
dari suatu alat dengar tanpa disertai perhatian dan
pemahaman serta diterima tanpa ada unsur
kesengajaan, sedangkan menyimak dapat dibatasi
sebagai suatu proses mendengar, kemudian mampu
menginterpretasikan lambang-lambang yang
disampaikan secara lisan, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Tarigan (1994 : 28 ) bahwa “
menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang disampaikan
oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Tarigan ( 1994 : 57 ) dalam bukunya “ Menyimak
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”
menyipulkan tujuan menyimak ada delapan, yaitu :
1. Menyimak untuk belajar, yaitu untuk
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran
sang pembicara.
2. Menyimak untuk menikmati, yaitu untuk
mendapatkan kenikmatan terhadap suatu dari
materi yang diujarkan atau didengarkan atau
dipagelarkan.
3. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-
ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-
perasaannya kepada orang lain dengan lancar
dan tepat.
4. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu untuk
menilai apa –apa yang dia simak itu ( baik-
buruk, indah-jelek, dan lain-lain ).
5. Menyimak untuk mengapresiasi, yaitu untuk
menikmati serta menghargai apa-apa yang
disimaknya.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi,
mana bunyi yang membedakan arti dan bunyi
yang tidak membedakan arti.
7. Menyimak untuk memecahkan masalah,
sebab dari sang pembicara dia mungkin
memperoleh banyak masukan berharga.
8. Menyimak untuk meyakinkan dirinya teradap
suatu masalah atau pendapat yang selama ini
dia ragukan.
Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa
cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis
argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi
tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta
relatif pendek). cerpen mempunyai ciri – ciri,
ceritanya pendek, bersifat rekaan ( fiction ), bersifat
naratif, dan memiliki kesan tunggal.
Cerpen sebagai karya fiksi dibangun dari dua
unsur yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya
sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca
karya sastra. Unsur inrtinsik pada cerpen adalah
unsur-unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita. Unsur-unsur tersebut adalah
tema, plot. Penokohan, pelataran, sudut pandang,
bahasa dan moral (amanat). Unsur ekstrinsik adalah
unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu,
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik
juga terdiri dari beberapa unsur, yaitu : Keadaan
subyektif individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya
itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.
Psikologi, baik pengarang maupun pembaca.
Pandangan hidup suatu bangsa.
Cooperative Learning adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “
Cooperative learning “, bahwa metode Cooperative
Learning tidak sama dengan sekedar belajar
kelompok, tetapi ada unsur – unsur dasar yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal – asalan. Roger dan Dafid Johnson
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bias
dianggap Cooperative learning, untuk itu harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong
royong, yaitu :Saling Ketergantungan Positif
;Keberhasilan suatu sangat bergantung pada usaha
setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok
kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
dapat mencapai tujuan mereka.Tanggung Jawab
Perseorangan ; Jika tugas dan pola penilaian dibuat
prosedur metode Cooperative Learning, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan
yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam metode
Cooperative Learning membuat persiapan dan
menyususn tugas sedemikian rupa sehingga masing –
masing anggota kelompok harus melaksanakan
tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya
dalam kelompok bisa dilaksanakan.Tatap
Muka.;Dalam Cooperative Learning setiap kelompok
harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan
para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini
adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekuranganKomunikasi Antar
Anggota.;Unsur ini menghendaki agar para siswa
dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok
juga bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan
proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses
yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk
memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional para siswa.
Evaluasi Proses Belajar ;Pengajar perlu
menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kelompok dan hasil kerjasama
dengan lebih efektif Menurut Winarno Surakhmad (
1989 : 131 ), Metode Penelitian merupakan cara yang
digunakan untuk mencpai suatu tujuan. Misalnya
untuk menguji serangkaian hipotesis dengan teknik-
teknik serta alat-alat tertentu. Untuk menguji
hipotesis dari penelitian ini, peneliti menggunakan
metode penelitian eksperimen. Menurut Sukardi (
2003 : 179 ), metode penelitian eksperimen pada
prinsifnya dapat didefinisikan sebagai metode
sistematis guna membangun hubungan yang
mengandung fenomena sebab-akibat. Agar peneliti
mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan
antara variabel yang ada dalam konteks penelitian
dan apa yang hendak dilakukan oleh seorang peneliti,
oleh karena itu peneliti membuat desain penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain
penelitian model praeksperimen ( Sukardi, 2003 :
184 ).
Untuk memperoleh data penelitian yang lengkap,
penulis menggunakan beberapa teknik penelitian
sebagai berikut :
a. Telaah Pustaka, dengan teknik ini penulis
menggunakan buku-buku yang berkenaan
dengan teknik pembelajaran menyimak. Selain
itu juga menggunakan buku-buku yang
berkaitan dengan keterampilan berbahasa.
Khususnya menyimak dan buku pendukung
lainnya.
b. Penugasan, penulis memberikan tugas kepada
siswa dalam proses belajar mengajar. Tugas
yang dikerjakan siswa yaitu menyimak cerita
pendek yang disajikan oleh penulis dan
kemudian siswa mengerjakan soal latihan yang
penulis berikan.
c. Teknik Tes, teknik tes dilakukan untuk
mengetahui dan mengukur kemampuan
menyimak siswa. Tes dilakukan sebanyak dua
kali. Tes pertama dilakukan sebelum
pembelajaran ( pretes ), dan tes kedua dilakukan
setelah kegiatan pembelajaran ( postes ).
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data ini,
selanjutnya penulis olah untuk menghasilkan suatu
hasil penelitian. Teknik yang penulis gunakan dalam
mengolah data penelitian adalah sebagai berikut :
a. Teknik Analisis, teknik analisis digunakan
uintuk mengolah serta menganalisis data
penelitian mulai dari penyusunan silabus, model
pembelajaran, praktek pelaksanaan sampai pada
hasil proses belajar mengajar.
b. Teknik Uji t, teknik ini digunakan untuk
mengukur keberhasilan proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan cara menghitung hasil tes (
pretes dan postes ) secara statistik. Rumus
statistika digunakan untuk mengetahui
perbedaan nilai antara pretes dan postes, atau
untuk mengetahui taraf signifikan antara pretes
dan postes. Dalam menganalisis data, penulis
menggunakan rumus Distribusi t yang
dikembangkan oleb W.S Gosset pada tahun
1908 ( Usman, 2006:112 ).
Untuk mengetahui nilai thitung penulis
menggunakan rumus penghitung yang dikembangkan
oleh Gosset (Suharsimi, 2006: 306) yaitu
sebagaimana terlihat di bawah ini
a. Menghitung mean deviasi (Md) dengan rumus:
Md = d
𝑛
b. Mengitung nilai kuadrat deviasi dengan rumus:
∑𝑋2𝑑 = ∑𝑑2 −(∑𝑑)2
𝑛
c. Mencari nilai koefisien t atau thitung dengan
rumus: t = 𝑀𝑑
∑𝑥2𝑑
𝑛 (𝑛−1)
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh nilai hasil perhitungan maupun
pengukuran pada siswa kelas VII SMP AL-
RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012 yang berjumlah
54 siswa. Dalam penelitian yang akan dilakukan
peneliti, peneliti mengambil sampel semua anggota
populasi, yaitu siswa kelas VII A SMP AL-
RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012 sebanyak 28
orang. Hal ini berdasarkan pendapat Suharsimi
Arikunto ( 1989 : 100 ). Jika populasi lebih dari 100
siswa, maka sampel dapat diambil 10%, 15%, 25%
atau lebih dan jika kurang dari 100 maka lebih baik
diambil semuanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa
a. Rata – rata nilai pretes adalah 54,82
Rata – rata nilai pretes dapat digunakan
sebagai gambaran awal dari sampel sebelum ada
treatment yaitu berupa variabel terikat ( metode
cooperative learning ).
Tujuan yang pertama dari penelitan ini adalah
untuk mengetahui kemampuan menyimak pada
siswa kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan
Tanjungsari kabupaten Bogor tahun pelajaran
2011 / 2012. Dengan diperolehnya nilai rata –
rata pretes sebesar 54,82, ini membuktikan
bahwa kemampuan menyimak pada siswa kelas
VII A SMP Al-Rustala masih rendah karena
dibawah nilai rata – rata yang penulis tetapkan,
yaitu 60.
b. Rata – rata postes adalah 75,29
Nilai postes didapat setelah sampel diberi
treatment ( metode cooperative learning ).
Artinya terdapat peningkatan hasil belajar siswa
dari sebelumnya (pretes) sebesar 20,46.
c. Mean deviasi ( Md ) adalah 20,46.
d. Jumlah kuadrat deviasi ( x2d ) adalah 6638,96
e. Mencari koefisien t hitung
t hitung = 𝑀𝑑
∑𝑥2𝑑
𝑛 (𝑛−1)
t hitung = 6,912
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dari
penggunaan metode cooperative learning terhadap
kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa
kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari
kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012.
Ho :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
penggunaan metode cooperative learning terhadap
kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa
kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari
kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012.
Hipotesis nol ( Ho ) kemudian di uji dengan
menggunakan uji t. Berdasarkan perhitungan didapat
nilai thitung sebesar 6,912. Dari hasil uji tes didapat
ttabel sebesar 2,052 dengan taraf signifikansi 5% atau
taraf kepercayaan 95% dengan derajat keabsahan ( db
) sebesar 27. Dengan demikian thitung > ttabel , maka
hipotesis nol ( Ho ) ditolak dan hipotesis altenatif
diterima dengan tingkat kepercayaan 95%.
hasil pengujian hipotesis tersebut dapat disimpulkan
bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan dari
penggunaan metode cooperative learning terhadap
kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa
kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari
kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012
SIMPULAN
Simpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan
yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, yaitu :
Apakah ada pengaruh yang signifikan dari
penggunaan metode cooperative learning terhadap
kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa
kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari
kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 ?.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes dan postes yang
dilakukan pada sampel penelitian. Dengan rata – rata
pretes sebesar 54,82 dan rata – rata postes sebesar
75,29 , ini artinya terdapat peningkatan nilai rata –
rata sebesar 20,46.
Berdasarkan statistik diperoleh harga thitung sebesar
6,896 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% atau
tingkat kepercayaan 95% adalah 2,052 dengan
derajat keabsahan ( db ) 27. Hal ini berarti thitung > t
tabel. Dengan demikian terdapat pengaruh yang
signifikan dari penggunaan metode cooperative
learning terhadap kemampuan menyimak cerita
pendek pada siswa kelas VII A SMP Al-Rustala
kecamatan Tanjungsari kabupaten Bogor tahun
pelajaran 2011 / 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lee. 2004. Cooperative Learning. Jakarta :
Grasindo. [1-30]
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian
Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Sukardi. 2003. Metodologi penelitian Pendidikan :
Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT. Bumi
Aksara. P [179-185]
Tarigan, HG. 1994. Menyimak Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa. P
[1-61]
.
Top Related