Download - Pembelajaran Berorientasi Kearifan Lokal dan ...

Transcript

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram https://ojs.ikipmataram.ac.id/index.php/jiim

Maret 2021. Vol. 8, No.1 p-ISSN: 2355-6358

e-ISSN: 2774-938X

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021

Pembelajaran Berorientasi Kearifan Lokal dan Kepariwisataan NTB di FSTT Universitas Pendidikan Mandalika 1)Rosmawati, 2)*Yusran Khery, 3)Pahriah, 4)Husnul Hatimah 1,2,3,&4)Program Studi Pendidikan Kimia, FSTT, UNDIKMA, Mataram, NTB. *Corresponding Author e-mail: [email protected] Diterima: Januari 2021; Direvisi: Februari 2021; Dipublikasi: Maret 2021 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan pembelajaran kearifan lokal dan kepariwisataan NTB dan Mengetahui tanggapan mahasiswa Fakultas Sains, Teknik, dan Terapan (FSTT) Universitas Pendidikan Mandalika tentang gagasan pembelajaran sains berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan NTB. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua angket dengan jumlah responden 70 mahasiswa UNDIKMA. Hasil penelitian tingkat penerapan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masih berada pada kategori cukup dengan persentase keterlaksanaan sebesar 52,07 dan hasil penelitian respon terhadap gagasan tentang penerapan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masayarakat Lombok di program studi Pendidikan Kimia UNDIKMA berkategori baik dengan persentase sebesar 61,31. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Responden berkeyakinan bahwa penerapan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masyarakat Lombok akan dapat meningkatkan motivasi belajar dan sikap siswa dalam pembelajaran, serta memberikan bekal yang sangat sesuai dengan kebutuhan lulusan sebagai problem solver dan agen of change di tengah masyarakat yang memiliki keunikan kearifan lokal dan potensi kepariwisataan. Kata kunci: Pembelajaran, Kearifan Lokal, Kepariwisataan

Sitasi: Rosmawati, Khery, Y., Pahriah, Hatimah, H. (2021). Pembelajaran Berorientasi

Kearifan Lokal dan Kepariwisataan NTB di FSTT Universitas Pendidikan Mandalika: Jurnal

Ilmiah IKIP Mataram. 8 (1). 99-110. PENDAHULUAN

Pendidikan dapat meningkatkan kehidupan manusia baik dari segi potensi, spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, dengan kata lain pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pernyataan ini sejalan dengan amanat UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat local genious (Fajarini, 2014:123). Selanjutnya Puguh (2011) mendefinisikan kearifan lokal sebagai pandangan hidup dan ilmu pengetahun serta sebagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 100

dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kearifan lokal atau local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat 3 bahwa kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran harus memperhatikan salah satunya yaitu potensi daerah dan lingkungan tempat tinggal peserta didik. Sebagaimana amanah undang-undang tersebut maka pembelajaran harus berbasis keunggulan lokal. Berdasarkan hal di atas , kearifan lokal dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk menjalankan kurikulum 2013 yang memiliki karakteristik pengaplikasian pendidikan yang diperoleh peserta didik di sekolah pada lingkungan masyarakat. Ini sejajar dengan (Wahyuni, 2015) yang mengatakan bahwa kearifan lokal berkaitan erat dengan pendidikan. Sejalan dengan pendapat Ratna (2016), transmisi kearifan lokal harus memiliki hubungan timbal balik antara jaringan pembelajaran otonom untuk memainkan peran penting dalam pembangunan nasional.

kearifan lokal merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran student centered dripada teacher centered. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suparno dalam (Dedi Rosala, 2016) bahwa belajar bukan sekedar kegiatan pasif menerima materi dari guru, melainkan proses aktif menggali pengalaman lama, mencari dan menemukan pengalaman baru serta mengasimilasi dan menghubungkan antara keduanya sehingga membentuk makna. Selanjutnya Istiawati (2016) berpandangan bahwa kearifan lokal merupakan cara orang bersikap dan bertindak dalam menanggapi perubahan dalam lingkungan fisik dan budaya. Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri, (Wibowo, 2015). Identitas dan Kepribadian tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai.Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik. Harsojo (2013) mengemukakan bahwa, setiap siswa memiliki pengetahuan budaya yang diserap dari lingkungan keluarga dan masyarakat, maka dari itu diharapkan guru mampu menerapkan pendidikan berbasis kearifan lokal dengan cara menyisipkan nilai-nilai bekal bagi mahasiswa calon guru untuk menjadi guru yang profesional, terutama dalam meningkatkan kompetensi pedagogik. Dalam matakuliah keahlian berkarya penting diintegrasikan nilai-nilai karakter agar mahasiswa calon guru nantinya benar-benar menjadi guru yang berkompetensi tidak hanya pedagogik dan profesional saja tetapi juga sosial dan kepribadian.

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri (Wibowo, 2015). Identitas dan Kepribadian tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Selanjutnya Alfian (2013) Kearifan lokal

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 101

diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka. Lokal.

Haryanto (2014) menyatakan bentuk-bentuk kearifan kearifan lokal pada proses pembelajaran di sekolah sebagai upaya untuk melestarikan potensi dan kebudayaan masing-masing daerah. Keahlian berkarya merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekariyaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Kelompok matakuliah ini terdiri atas matakuliah yang relevan, dengan tujuan untuk memperkuat kompetensi keahlian dalam berkarya di masyarakat sesuai keunggulan kompetetif dan komperatif. Pedoman akademik (UNNES, 2010). Matakuliah keahlian berkarya ini akan menjadi lokal adalah Kerukunan beragaman dalam wujud praktik sosial yang dilandasi suatu kearifan dari budaya. Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa budaya (nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus). Nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal meliputi Cinta kepada Tuhan, alam semester beserta isinya,Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, Jujur, Hormat dan santun, Kasih sayang dan peduli, Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, Keadilan dan kepemimpinan, Baik dan rendah hati,Toleransi,cinta damai, dan persatuan. Hal hampir serupa dikemukakan oleh (Wahyudi, 2014).

Pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran student centered dripada teacher centered. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suparno dalam (Dedi Rosala, 2016) bahwa belajar bukan sekedar kegiatan pasif menerima materi dari guru, melainkan proses aktif menggali pengalaman lama, mencari dan menemukan pengalaman baru serta mengasimilasi dan menghubungkan antara keduanya sehingga membentuk makna. Makna tercipta dari apa yang siswa lihat, dengar, rasakan, dan alami. Untuk guru, mengajar adalah kegiatan memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat keterlibatannya. METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif untuk dapat mendeskripsikan tingkat penerapan pembelajaran sains berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan NTB dalam matakuliah-matakuliah keahlian berkarya di FSTT UNDIKMA Mataram, dan respon mahasiswa mengenai gagasan pembelajaran keahlian berkarya yang berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan NTB.

Dengan menggunakan teknik random sampling sederhana, Sampel dari penelitian terdiri dari 70 mahasiswa Fakultas Sains, Teknik dan Terapan Universitas Pendidikan Mandalika Mataram pada tahun akademik 2020-2021 yang mengikuti matakuliah-matakuliah keahlian berkarya yakni mahasiswa semester III dan semester V tahun 2020/2021. Data dikumpulkan dengan metode angket dan wawancara. Instrumen yang digunakan terdiri dari dua angket tertutup. Angket tingkat penerapan pembelajaran keahlian berkarya

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 102

yang berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan NTB terdiri dari 10 item pernyataan. Pilihan tanggapan terhadap item pernyataan yakni tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan selalu. Skor 0, 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut diberikan untuk pilihan jawaban yang bersesuaian. Angket respon mahasiswa mengenai gagasan pembelajaran kimia yang berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan masyarakat Lombok terdiri dari 14 item. Pilihan jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju. Skor 0, 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut diberikan untuk jawaban terhadap pernyataan positif dan sebaliknya pada pernyataan negatif. Setelah data dikumpulkan melalui angket dan observasi, dilakukan wawancara untuk mengkonfirmasi tanggapan responden dan hasil observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan cara menghitung persentase. Deskripsi terhadap hasil analisis data dilakukan dengan mengacu pada persentasi kriteria sebagaimana tersaji pada tabel 1.

Tabel 1. Persentase Kriteria

Persentase Kriteria

81-100 Sangat Baik 61-80 Baik 41-60 Cukup 21-40 Kurang <21 Sangat Kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berupa data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil observasi pembelajaran berbasis kearifan lokal dan kepariwisataan yang dilakukan di FSTT UNDIKMA. Tingkat Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dan Kepariwisataan di Prodi Pendidikan MIPA UNDIKMA

Hasil keterlaksaan angket observasi pembelajaran berbasis kearifan lokal dan kepariwisataan yang dilakukan di Prodi Pendidikan Matematika dan IPA dapat dilihat pada gambar 1 diagram batang sebagai berikut:

Gambar 1 Data Tingkat Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dan

Kepariwisataan di Prodi Pendidikan MIPA UNDIKMA Data tingkat pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan lokal dan

kepariwisataan di Prodi Pendidikan MIPA UNDIKMA diperoleh melalui

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 103

penyebaran konsioner yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan jumlah responden 40 mahasiswa. Berdasarkan Data tingkat pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan lokal dan kepariwisataan di Prodi Pendidikan MIPA UNDIKMA diperoleh skor tertinggi Pendidikan Fisika sebersar 50,31, Pendidikan Kimia sebesar 41,67, Pendidikan Biologi sebesar 50,42 dan skor terendah terdapat pada Pendidikan Matematika 44,56. Dapat dilihat nilai rata-rata keseluruhan sebesar 52,07.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden mengaku perkuliahan bidang kimia cukup dimulai dengan konteks kearifan lokal dan kepariwisataan masyarakat Lombok. Responden mengaku bahwa sebagian besar pembelajaran kimia dimulai dari data hasil percobaan laboratorium yang tersedia di berbagai literatur, teori-teori kimia, dan permasalahan-permasalahan dalam konteks ilmu kimia itu sendiri. Responden memandang bahwa cukup perkuliahan dihubungkan secara praktis dengan konteks dan produk kearifan lokal dan kepariwisataan masyarakat Lombok. Responden menganggap bahwa sebagaian besar meteri perkuliahan dan praktikum terkait ilmu kimia hanya sebatas pengetahuan dan keterampilan kimia yang hanya berguna untuk proses pengajaran kimia ketika mereka akan menjadi sekorang pengajar kimia atau keterampilan yang mungkin berguna jika mereka bekerja di laboratorium. Secara keseluruhan, tingkat penerapan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masih berada pada kategori cukup dengan persentase keterlaksanaan sebesar 52,07. Oleh karena itu, pembelajaran kimia yang berorientasi kearifan lokal di program studi Pendidikan Kimia UNDIKMA masih perlu ditingkatkan.

Hasil penelitian berupa data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil respon mahasiswa terhadap pembelajaran berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan pada matakuliah-matakuliah keahlian berkarya.

Respon Mahasiswa di Prodi Pendidikan MIPA UNDIKMA Terhadap Pembelajaran Berorientasi Kearifan Lokal dan Kepariwisataa pada Matakuliah-Matakuliah Keahlian Berkarya

Hasil keterlaksaan angket respon mahasiswa terhadap pembelajaran berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan pada matakuliah-matakuliah keahlian berkarya yang dilakukan di prodi pendidikan MIPA dapat dilihat pada gambar 2 diagram batang Sebagai berikut:

Gambar 2 Data Respon Mahasiswa di Prodi Pendidikan MIPA UNDIKMA

Terhadap Pembelajaran Berorientasi Kearifan Lokal dan Kepariwisataa pada Matakuliah-Matakuliah Keahlian Berkarya

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 104

Data respon mahasiswa di prodi pendidikan MIPA UNDIKMA terhadap pembelajaran berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataa pada matakuliah-matakuliah keahlian berkarya diperoleh melalui penyebaran konsioner yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan jumlah responden 40 mahasiswa. Berdasarkan data respon mahasiswa di prodi pendidikan MIPA UNDIKMA terhadap pembelajaran berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataa pada matakuliah-matakuliah keahlian berkarya diperoleh skor tertinggi Pendidikan Kimia sebersar 67,05, Pendidikan Matematika sebesar 60,52, Pendidikan Fisika sebesar 59,64 dan skor terendah terdapat pada Pendidikan Biologi 58,03. Dapat dilihat nilai rata-rata keseluruhan sebesar 61,57.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki keyakinan yang baik bahwa pembelajaran berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan masyarakat Lombok akan mampu meningkatkan motivasi belajar kimia mahasiswa. Responden sangat percaya bahwa pembelajaran berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan masyarakat lombok akan dapat memberikan pengalaman memahami konteks, pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, serta sikap positif yang sesuai kebutuhan lulusan dan masyarakat. Responden berpandangan bahwa pembelajaran berorientasi kearifan lokal dan kepariwisataan masyarakat lombok mampu memberi bekal lulusan sebagai problem solver dan agen of change di tengah masyarakat. Secara keseluruhan respon terhadap gagasan tentang penerapan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masayarakat Lombok di program studi Pendidikan Kimia UNDIKMA berkategori baik dengan persentase sebesar 61,57.

Hakikat ilmu Kimia mencakup dua hal, yaitu Kimia sebagai produk dan Kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan Kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut disebut keterampilan proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah. Menurut NA, Mudzakir & Hernani (2013) mengungkapkan, Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Kearifan lokal dapat diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran seperti sosiologi, antropologi, kimia, muatan lokal, seni budaya, bahasa Indonesia ataupun pelajaran yang lainnya. Pelajaran kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat (Subianto et al, 2018). Pembelajaran kimia dapat digunakan sebagai wahana untuk memahami alam, untuk membangun sikap dan nilai, serta untuk meningkatkan keimanan terhadap

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 105

Tuhan Yang Maha Esa (silabus mata pelajaran kimia:2016). Selain meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pelajaran kimia juga diharapkan untuk penguatan pendidikan karakter berbasis keunggulan lokal, mengenalkan dan melestarikan kearifan lokal (Subianto et al, 2018). Dalam penelitian yang dilakukan Saputra (2013) dijelaskan bahwa nilai kearifan lokal dapat disesuaikan melalui tujuh unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan itu adalah bahasa, sistem pengetahuan, agama, sistem mata pencaharian, seni, organisasi sosial, dan sistem peralatan hidup atau teknologi. Berdasarkan ketujuh unsur pokok kebudayaan yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa ilmu pengetahuan sains merupakan salah satu unsur pokok kebudayaan, dan hal ini menunjukan bahwa sains dapat ditemukan dimana saja dan pada saat kapanpun, mulai dari jaman praserajarah, sejarah dan hingga saat ini.

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peserta didik dan pendidik (pendidik) membutuhkan berbagai macam perangkat penunjang agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu perangkat yang mampu menunjang kegiatan belajar di dalam kelas dapat berupa bahan ajar. Dimana pengertian bahan ajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru dan instruktur sekolah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas (Kurniawati, 2015). Bahan ajar memiliki beberapa pengertian, menurut Andi, bahan ajar memiliki perbedaan dengan sumber belajar, dimana bahan ajar adalah bahan jadi yang merupakan hasil ramuan dari bahan-bahan yang diperoleh dari berbagai sumber belajar yang siap disajikan kapada peserta didik, dan secara aktual dirancang secara sadar dan sistematis untuk pencapaian kompetensi peserta didik secara utuh dalam kegiatan pembelajaran walaupun dijual dalam pasar bebas (Suhasdjono, 2014). Sedangkan menurut Suhardjono, pengertian bahan ajar dalam lingkup perkuliahan adalah “materi perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan” (Prastowo, 2013).

Pendidikan berfungsi mengenalkan, memahamkan, dan menjadikan nilai – nilai karakter sehingga mendarah daging dalam kehidupan peserta didik atau siapaun yang terlibat di dalamnya. Kementrian Pendidikan Nasional Badsan Penelitian dan Pengembangan menyatakan, bahwa “Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan diatas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religious, nasionalis, produktif dan kreatif.

Kearifan lokal dapat dijadikan bahan pembelajaran. Dengan menggunakan materi pembelajaran kearifan lokal, peserta didik sedang mempelajari karakter dan keperibadiannya sendiri. Kearifan lokal dapat digunakan sebagai sumber belajar dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, nilai dan keterampilan yang menjadikan siswa berkarakter. Materi-materi kearifan lokal juga dapat dijadikan literature bagi peserta didik, selain itu kaerifan lokal dapat dijadikan sebagai alat untuk mengembangkan nilai-nilai budaya lokal . Kearifan lokal juga sebagai identitas khusus suatu

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 106

tempat atau wilayah yang merupakan nilai-nilai luhur budaya lokal nilai-nilai tersebut semestinya dipelihara dan ditransformasikan dari generasi ke generasi karena kearifan lokal adalah sebuah kearifan yang merupakan nilai-nilai baik yang bermanfaat dan dapat diterapkan oleh siapapun. Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang, pendekatan yang sesuai dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah”( Nashir, 2013).

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri (Wibowo 2015). Identitas dan Kepribadian tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat local genious (Fajarini 2014). Berbagai strategi dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga kebudayaannya. Hal senada juga diungkapkan oleh Alfian (2013) Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan pendapat Alfian itu dapat diartikan bahwa kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa local wisdom (kearifan lokal) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Selanjutnya Istiawati (2016) berpandangan bahwa kearifan lokal merupakan cara orang bersikap dan bertindak dalam menanggapi perubahan dalam lingkungan fisik dan budaya. Suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan yang profan (bagian keseharian dari hidup dan sifatnya biasa-biasa saja). Kearifan lokal atau local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Menurut Rusilowati, dkk (2015) pada penelitiannya yang berjudul “ Natural Disaster

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 107

Vision Learning SETS integrated in Subject of Physics-Based Local Wisdom” menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah laku sehari-hari, serta menggambarkan cara bersikap dan bertindak untuk merespon perubahan-perubahan yang khas dalam lingkungan fisik maupun cultural.

Lokal Haryanto (2014) menyatakan bentuk-bentuk kearifan lokal adalah Kerukunan beragaman dalam wujud praktik sosial yang dilandasi suatu kearifan dari budaya. Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa budaya (nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus). Nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal meliputi Cinta kepada Tuhan, alam semester beserta isinya,Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, Jujur, Hormat dan santun, Kasih sayang dan peduli, Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, Keadilan dan kepemimpinan, Baik dan rendah hati,Toleransi,cinta damai, dan persatuan. Hal hampir serupa dikemukakan oleh (Wahyudi, 2014) kearifan lokal merupakan tata aturan tak tertulis yang menjadi acuan masyarakat yang meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa Tata aturan yang menyangkut hubungan antar sesama manusia, misalnya dalam interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok, yang berkaitan dengan hirarkhi dalam kepemerintahan dan adat, aturan perkawinan antar klan, tata karma dalam kehidupan sehari-hari. (Harsojo, 2013) mengemukakan bahwa, setiap siswa memiliki pengetahuan budaya yang diserap dari lingkungan keluarga dan masyarakat, maka dari itu diharapkan guru mampu menerapkan pendidikan berbasis kearifan lokal dengan cara menyisipkan nilai-nilai kearifan lokal pada proses pembelajaran sebagai upaya untuk melestarikan potensi dan kebudayaan daerah.

Pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran student centered dripada teacher centered. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suparno dalam (Dedi Rosala, 2016) bahwa belajar bukan sekedar kegiatan pasif menerima materi dari guru, melainkan proses aktif menggali pengalaman lama, mencari dan menemukan pengalaman baru serta mengasimilasi dan menghubungkan antara keduanya sehingga membentuk makna. Makna tercipta dari apa yang siswa lihat, dengar, rasakan, dan alami. Untuk guru, mengajar adalah kegiatan memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat keterlibatannya. SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masyarakat Lombok dalam pembelajaran kimia di FSTT UNDIKMA berada pada keategori cukup dengan persentase sebesar 52,07. Respon terhadap gagasan penerapan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masyarakat Lombok di FSTT UNDIKMA berada pada kategori baik dengan persentase sebesar 61,57. Responden berkeyakinan bahwa penerapan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masyarakat Lombok akan dapat

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 108

meningkatkan motivasi belajar dan sikap siswa dalam pembelajaran, serta memberikan bekal yang sangat sesuai dengan kebutuhan lulusan sebagai problem solver dan agen of change di tengah masyarakat yang memiliki keunikan kearifan lokal dan potensi kepariwisataan. SARAN

Perlu dilakukan studi tentang pengembangan pembelajaran kimia berorientasi kearifan lokal dan kepariwasataan masyarakat Lombok yang dapat digunakan secara efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Alfian, Magdalia. (2013). “Potensi Kearifan Lokal dalam Pembentukan Jati Diri dan

Karakter Bangsa”. Prosiding the 5 thn ICSSIS; “ Ethnicity and Globalization”, (di Jogyakarta pada tanggal 13-14 Juni 2013)

Dikti , (2014). Kurikulum Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Fajarini, Ulfah. (2014). Penerapan kearifan lokal dalam pendidikan karakter, Jurnal Sosio Didaktikan, 1 (2), 123-130.

Hairida, H. (2017). Using Learning Science,Environment, Technology and Society(SETS) Local Wisdom and based ColloidsTeaching Material.Journal of Educatio n,Teaching and Learning,2(1), 143-148.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harsojo, Ali. 2013. Membangun Karakter Berkearifan Lokal Dalam Bingkai Pendidikan Persekolahan. Jurnal Pelopor Pendidikan (Volume 4 nomor 1). Hlm. 19-28.

Haryanto, Joko Tri. 2014. “Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan Beragaman pada Komunitas Tengger Malang di Jawa Timur”. Jurnal Analisa Volume 21 No.02 Desember 2014. Hlm,201-213

Istiawati, Fitri Novia. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal Adat Ammatoa dalam Menumbuhkan Karakter Konservasi. Cendekia, 10(1). 1-18

Mannan MN, Sopyan A, Sunarno. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mengembangkan Karakter Positif Siswa SD. Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran Fisika. 2 (2): 141-146

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Muljadi A,J., 2012, Kepariwisataan dan perjalanan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 109

Pornpimon, C., Wallapha, A. & Chusorn Prayuth. (2014). Strategy challenges the local wisdom applications sustainability in schools. Procedia - Social and Behavioral Sciences, Volume 112, 7 February 2014.

Puguh, D. R. 2011. Membangun Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal . (http://www.babinrohis-naketrans,org. Diunduh Tanggal 13 November 2011)

Ratna, N. K. (2015). Estetika Sastra Dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rosala Dedi. 2016. Pembelajaran Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal Dalam Upaya Membangun Pendidikan Karakter Siswa di Sekolah Dasar. RITME Volume 2 No.

Rusman. (2016). Model-Model Pembelajaran (Edisi Kedua), Jakarta: PT RajaGafindo Persada.

Rusilowati, A., Supriyadi, & Widiyatmoko, A. (2015). Natural Disaster Vision Learning SETS Integrated In Subject Of Phycics-Based Local Wisdom. Jurnal pendidikan fisika Indonesia, 11 (1), 42-48

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: PT Alfabet.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabet.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media

Toharudin, U., Kurniawan, I.S. (2017). Sundanese Cultural Values of Local Wisdom: Integrated to Develop a Model of Learning Biology. International Journal of Science: Basic and Applied Research (IJSBAR), 32(1). 29-49. (https://www.researchgate.net/publication/315334887. Diakses pada: Maret, 5, 2018)

UNNES 2010. Pedoman PPL UNNES. Semarang: Unnes Press.

Wahyuni, S. 2015. Developing Science Learning Instruments Based on Local Wisdom to Improve Students’ Critical Thinking Skills. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.11(2):156-161

Wibowo, Agus & Gunawan, (2015). Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Belajar

Wahyudi, Agung. 2014. Implementasi Sekolah Berbasis Kearifan Lokal Di SD Negeri Sendangsari Pajangan. Skripsi. Yogyakarta: UNY.

Widarto. (2013) Panduan Penyusunan Jobsheet Mapel Produktif pada SMK. Slide Presentasi. UNY.

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram | Volume 8, Nomor 1, 2021 110

Zuhdan Kun, Prasetyo. (2013). Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal. Prosiding: Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika, Vol 1 No 1.