Pendahuluan
Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang titik awal
pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini
mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari
prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi
dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
Penerapan PBL di pendidikan kedokteran pertama kali di Mc Master
University Canada pada dekade 1960 akhir. PBL berkembang dengan pesat hingga
sampai juga di Indonesia.
Kendala & solusi
Unsur – Unsur dan
Peranannya
Langkah – Langkah
PBL
Kelbihan dan Kekurangan
Perbedaan Dengan
Kurikulum Lain
Tujuan & Manfaat
Latar Belakang dan
Definisi
Mengapa PBL dilaksanakan di FK untan?
BAB I
Pemicu I
Problem Based Learning
Pemicu I
Program Studi Pendidikan Dokter UNTAN sejak didirikan tahun 2005 telah
menerapkan kurikulum dengan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) / Problem
Based Learning (PBL). Saudara sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter UNTAN akan menjalani pendidikan Saudara menggunakan Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
Klarifikasi dan Identifikasi
PBL
Rumusan masalah
Mengapa PBL dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Dokter UNTAN?
Analisis Masalah
Hipotesis
Fakultas Kedokteran UNTAN melaksanakan PBL karena metode ini
memiliki keunggulan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Learning Issue
Apa itu PBL?
Bagaimana latar belakang munculnya PBL?
Apa tujuan dan manfaat PBL?
Apa kelebihan dan kekurangan PBL?
Bagaimana langkah – langkah pelaksanaan PBL
Apa saja unsur – unsur dalam PBL dan peranannya?
Apa kendala dan solusinya dalam pelaksanaan PBL?
Bagaimana sistem penilaian PBL?
Apa perbedaan PBL dengan kurikulum lain?
Pengertian PBL menurut para ahli
PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
mahasiswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah. (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993).
Metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.(Suradijono,2004)
Latar Belakang
Tahun 1920, Celestine Freinet, seorang guru SD yang kembali dari PD I.
Akibat perang tersebut, ia mengalami luka yang mengganggu pernafasannya
sehingga sulit untuk berbicara.Oleh karena itu ia menciptakan metode
pembelajaran baru yang merupakan ide awal terbentuknya PBL.Setelah
Celestine Freinet meninggal, idenya dengan sangat cepat menyebar ke seluruh
dunia. (David, dkk., 2003)
Tahun 1966, program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh
McMaster University di Kanada
Tahun 1976, Maastrich Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai
institusi pendidikan kedokteran yang kedua yang mengadopsi PBL.
Dalam perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau
sebagian oleh banyak fakultas kedokteran didunia.
Tujuan PBL
Mendapatkan pengetahuan dasar:
- Pengaturan hal-hal yang berguna dalam aplikasi kerja klinik
- Mempermudah mengingat kembali konteks klinik
- Mudah untuk mengembangkan masalah
Mengembangkan kemampuan berargumentasi secara analitis dan ilmiah
dalam mempergunakan pengetahuan
Mengembangkan kemampuan belajar mandiri sebagai kebiasaan
Mendorong pemikiran yang bebas dan kritis
Mendorong kepekaan terhadap keperluan pasien
Mendorong pengintegrasian masalah dari variasi pengetahuan
Manfaat PBL
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
Meningkatkan kemampuan pembelajaran secara langsung
Meningkatkan kemampuan belajar dalam kelompok dan berkomunikasi
Membangun keterampilan dalam berpikir kritis
Meningkatkan kemampuan menganalisis dan menimbang masalah
Meningkatkan kemampuan mengatur waktu
Kelebihan PBL
Membantu mahasiswa belajar yang lebih aktif
Mengajarkan keterampilan memecahkan masalah
Memadukan materi dan lebih terstruktur sehingga materi yang didapatkan
padu atau tidak terkotak-kotak
Belajar secara mendalam sehingga mendapatkan pengetahuan yang lebih
banyak
Melalui diskusi kelompok dapat meningkatkan kerjasama antar individu
Kekurangan PBL
Dosen kurang dapat memberikan informasi atau pengetahuan
Membutuhkan biaya yang lebih banyak dan menyita waktu mahasiswa
Pengetahuan yang diperoleh melalui PBL cenderung tidak terstruktur karena
informasi yang berlebihan
PBL memerlukan sarana perpustakaan, komputer, ruang diskusi, dan lain-lain
yang memadai
Langkah-Langkah PBL
1. Klarifikasi dan definisi masalah
2. Analisis masalah
3. Hipotesis
4. Learning Issue/Isu Pembelajaran
5. Identifikasi masalah yang sudah diketahui
6. Identifikasi sumber yang tepat
7. Pengumpulan informasi secara mandiri
8. Penggabungan informasi yang baru dengan yang lama
9. Pengulangan langkah-langkah sebelumnya jika diperlukan
10. Identifikasi apa yang tidak dipelajari
11. Menarik kesimpulan
12. Pengujian pemahamanan
Unsur-Unsur dalam PBL dan Peranannya
Unsur subjektif
1. Narasumber
Menyusun trigger problem
Sebagai sumber pembelajaran untuk informasi yang tidak ditemukan dalam
sumber pembelajaran bahan cetak atau elektronik
Melakukan evaluasi hasil pembelajaran
2. Fasilitator
Mendorong berpartisipasi
Mendampingi ketua
Mengatur waktu diskusi
Memeriksa catatan sekretaris
Mencegah beralihnya masalah
Memastikan ketepatan sasaran belajar
Memeriksa pemahaman dan menilai
3. Ketua
Memimpin kelompok
Mendorong anggota agar berpartisipasi
Mengatur dinamika kelompok
Mengatur waktu diskusi
Menjamin untuk mengerjakan tugas
Menjamin sekretaris supaya membuat data yang akurat
4. Sekretaris
Mencatat hasil diskusi
Menolong kelompok mengatur ide
Berpartisipasi dalam diskusi
Mencatat sumber yang digunakan
5. Anggota
Mengikuti proses diskusi
Berpartisipasi dalam diskusi
Menghargai dan mendengar pendapat teman
Mengajukan pertanyaan
Meneliti sasaran pembelajaran
Berbagi informasi
Unsur Objektif
1. Teknologi informasi:
Internet sebagai sumber informasi
Komunikasi dan interaksi baik secara langsung maupun via internet (email,
chatroom, dan lain-lain)
2. Pustaka:
Perpustakaan
Jurnal, dan lain-lain
Perbedaan PBL dengan Kurikulum Lain
Teacher centere Student Centered Learning
Pengetahuan ditransfer dari dosen ke mahasiswa
Mahasiswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya
Mahasiswa-mahasiswa menerima pengetahuan secara pasif
Mahasiswa secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan
Lebih menekankan pada penguasaan secara materi
Tidak hanya menekankan pada materi, tetapi juga dalam mengembangkan karakter mahasiswa (life-long learning)
Biasa memanfaatkan media tunggal Memanfaatkan banyak media (multimedia)
Fungsi dosen atau pengajar sebagai Fungsi dosen sebagai fasilitator dan
pemberi informasi utama dan evaluator evaluasi dilakukan secara bersama dengan mahasiswa
Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah
Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan saling berkesinambungan dan terintegrasi
Menekankan pada jawaban yang benar saja
Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan.Kesalahan dinilai dapat menjadi salah satu sumber belajar
Sesuai untuk mengembangkan ilmu dalam satu disiplin saja
Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan interdisipliner
Iklim belajar lebih individualis dan kompetitif
Iklim yang dikembangkan lebih bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif
Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan proses pembelajaran
Mahasiswa dan dosen belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan
Perkuliahan merupakan bagian terbesar dalam proses pembelajaran
Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja, tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan
Sistem Penilaian
Kehadiran 10%
Tugas terstruktur (Catatan Mahasiswa) 20%
Ujian pertengahan (Penilaian Diskusi 30% Kelompok)
Ujian Tulis
Kendala dalam PBL
Mahasiswa gagal menghubungkan atau menggabungkan informasi lama
(pengetahuan yang ada sebelumnya) dan informasi baru.
Kegagalan dalam diskusi karena tidak menggali masalah secara dalam
Dinamika antar perorangan
Keterbatasan sarana dan fasilitas untuk mendukung kerjasama, komunikasi,
dan pencarian informasi
Perubahan paradigma bagi mahasiswa dan dosen
Kesimpulan
Program Studi Kedokteran UNTAN menerapkan kurikulum Problem Based
Learning, karena dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan lebih efektif dan
memiliki lebih banyak keunggulan daripada kurikulum lain.
Pleno I
1. Annissa Ratna Darmila (kelompok 3) : apakah setiap hipotesis harus
menampilkan alasan?
Jawaban : Karena hipotesis hanyalah sebuah dugaan sementara. Alasan
yang kita berikan adalah hasil pemikiran kita semata. Oleh
karena itu, dengan pengetahuan yang kita miliki pada saat
menyusun hipotesis, kita berusaha menduga-duga jawaban dari
rumusan masalah.
2. Rendika Banitriono (kelompok 3) : mengapa di dalam sebagian slide tidak
ditampilkan sumbernya?
Jawaban : Karena ada beberapa kelompok yang lupa mencantumkan
sumber data dalam slide. Ada kelompok yang salah persepsi
bahwa mencantumkan sumber tersebut tidak terlalu penting.
3. Devi Novirianti (kelompok 1): mengapa dosen yang kurang memberikan
informasi dijadikan kekurangan, bukankah itu menjadi kelebihan PBL itu
sendiri?
Jawaban : Sebenarnya dalam hal ini tergantung dari setiap orang, yaitu dari
mana ia melihat pandangan tersebut. Ada pihak yang
berangggapan hal tersebut menjadi kelemahan PBL karena dosen
kurang dapat memberikan informasi. Namun, di lain pihak ini
juga dapat menjadi kelebihan karena lewat hal ini mahasiswa
dituntut untuk lebih aktif dalam mencari informasi atau
pengetahuan.
BAB II
Pemicu II
Fasilitator
Pemicu II
Kendala
Defenisi
aturan
kriteria
fungsi
Peran dan tugas
Mengapa fasilitator
diperlukan di dalam PBL?
Dalam program pendidikan yang menggunakan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah, salah satu peran pengajarnya adalah sebagai fasilitator yang tentunya
dengan berbagai fungsi yang terkait dengan perannya itu.
Klarifikasi dan definisi
Fasilitator
Rumusan Masalah
Mengapa fasilitator diperlukan didalam PBL?
Analisis Masalah
Hipotesis
Fasilitator diperlukan di dalam PBL karena memiliki peranan penting dalam
membimbing dan mengarahan alanya diskusi kelompok.
Learning Issue
1. Apa yang dimaksud fasilitator?
2. Apa sajakah peran fasilitator?
3. Apa saja fungsi fasilitator?
4. Bagaimana kriteria fasilitator yang baik?
5. Apa saja aturan-aturan untuk fasilitator?
6. Apa sajakah kendala yang dihadapi fasilitator?
7. Apa perbedaan fasilitator dan narasumber?
Definisi Fasilitator
Fasilitator berasal dari bahasa Latin “fasilis” yang artinya mempermudah.
Maksudnya, seorang fasilitator pembelajaran bertugas untuk mempermudah
peserta dalam belajar.
An individual who enables groups and organizations to work more
effectively; to collaborate and achieve synergy. She or he is a 'content neutral'
party who by not taking sides or expressing or advocating a point of view
during the meeting, can advocate for fair, open, and inclusive procedures to
accomplish the group's work. (Doyle)
Seseorang yang memberi masukan struktur dan proses untuk berinteraksi
sehingga kelompok dapat menjalankan fungsinya dengan efektif dan membuat
keputusan yang berkualitas; Seorang penolong dan pemberi ijin yang
bertujuannya untuk mendukung yang lain agar mencapai performa yang
sangat baik. (Bens)
Peran Fasilitator
Mengatur kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman.
Memastikan bahwa sebelum mulai setiap kelompok telah memiliki seorang
anggota yang bertugas membaca materi, sementara teman-temannya
mendengarkan, dan seorang anggota yang bertugas mencatat informasi yang
penting sepanjang jalannya diskusi.
Memberikan arahan pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan
kelompok.
Memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri dengan self-
evaluation.
Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan.
Memonitor jalannya diskusi dan membuat catatan tentang berbagai masalah
yang muncul dalam proses belajar, serta menjaga agar proses belajar terus
berlangsung.
Menjaga motivasi pelajar dengan mempertahankan unsur tantangan dalam
penyelesaian tugas dan juga memberikan pengarahan untuk mendorong
pelajar keluar dari kesulitannya.
Membimbing proses belajar pelajar dengan mengajukan pertanyaan yang
tepat pada saat yang tepat.
Mengevaluasi kegiatan belajar pelajar, termasuk partisipasinya dalam proses
kelompok.
Mengevaluasi penerapan PBL yang telah dilakukan
Fungsi Fasilitator
Memfasilitasi dan memberikan bantuan untuk memperlancar proses komunikasi
sekelompok orang yang melakukan kegiatan bersama
Kriteria Fasilitator
Harus memahami penilaian belajar baik dasar penilaian, dan metode penilaian
Harus memiliki dasar pendidikan baik berupa prinsip-prinsipnya ataupun
pelaksanaannya
Dapat mengarahkan dan memacu belajar individual di luar waktu tutorial.
Dapat mengarahkan peran kelompok sehingga lebih efisien
Aturan Fasilitator
Harus mendengarkan dan menyimak ide-ide yang dikemukakan setiap
anggota kelompok.
Tidak memihak terhadap salah satu anggota diskusi
Menyadari bahwa setiap anggota kelompok mempunyai asumsi berbeda dan
semua asumsi tersebut sangat penting
Tidak menghakimi pendapat yang dikemukakan
Harus lebih banyak mencermati dan observasi
Kendala Fasilitator
Apabila terjadi perbedaan pendapat antar anggota kelompok
Solusi
Berusaha tetap netral, sebisa mungkin tidak berpihak pada salah satu pihak
Berusaha memberikan energi positif pada kelompok dan menjaga hubungan
dengan baik pihak bersengketa dengan cara memberikan sudut pandang yang
baik dari satu pihak terhadap pihak lainnya
Mengubah sengketa menjadi proses berunding dengan cara mengerucutkan
ide-ide yang sangat berbeda menjadi satu daftar yang terstruktur
Mengubah perbedaan pendapat menjadi alternatif pemecahan masalah,
sehingga masing-masing pihak tidak merasa dimenangkan atau dikalahkan
Perbedaan Fasilitator dengan Narasumber
Fasilitator Narasumber
pemandu proses jalan diskusi Mempunyai solusi sendiri dalam menghadapi masalah
sebagai pengamat jalannya diskusi mempunyai pengalaman yang sangat luas
tentang masalah yang akan dihadapi
Sebagai pendamping saat diskusi kelompok
mempunyai kecakapan dan keahlian dalam menyampaikan informasi
sebagai sumber informasi
Kesimpulan
Fasilitator diperlukan dalam PBL karena memiliki peranan penting dalam
mengarahkan dan membimbing jalannya diskusi, sehingga diskusi berjalan dengan
efektif dan efisien.
Pleno II
1. Agung Satria Radisu (kelompok 1): Apa yang harus dilakukan oleh fasilitator
yang tidak menguasai masalah tersebut bila ada anggota kelompok diskusi
berbeda pendapat yang sudah memuncak?
Jawaban : Pada kelompok kami (kelompok 2), kami telah mencantumkan
solusi tersebut. Berdasarkan sumber yang kami dapatkan, hal
yang terpenting adalah fasilitator harus tetap bersifat netral.
Karena fasilitator tidak dapat memihak pada salah satu pihak
yang bersengketa. Fasilitator menjembatani dalam penyelesaian
perbedaan pendapat tersebut, dan perbedaan pendapat tersebut
haruslah dikembalikan kepada forum diskusi/anggota diskusi
yang lain, pilihan mana yang mereka pilih. Tetapi hal yang
paling penting adalah pendapat yang dikemukakan harus
berdasarkan sumber yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Siti Aisyah (kelompok 5): Apa perbedaan fungsi dan peran fasilitator? Apa
yang seharusnya mahasiswa lakukan jika fasilitator melakukan pelanggaran?
Apa yang dimaksud dengan transformatif?
Jawaban : Pada hasil diskusi kelompok 2 kami mebedakan antara fungsi
dan peran fasilitator. Sebenarnya hal tersebut sangat mirip dan
agak sulit dibedakan. Namun, berdasarkan sumber yang kami
dapatkan fungsi dan peran tersebut ternyata berbeda. Oleh karena
itu, kami memutuskan untuk membedakan kedua hal tersebut.
Yang seharusnya dilakuka oleh mahasiswa bila fasilitator
melakukan pelanggaran adalh dengan memberikan evaluasi pada
setiap akhir modul. Karena pada setiap akhir modul akan
diberikan evaluasi oleh setiap mahasiswa kepada setiap
fasilitator yang telah mendampingi selama diskusi dijalankan.
Transformatif adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam
hal ini apabila diadakan evaluasi, maka akan didapatkan hasil
yang menunjukkan kemampuan seseorang apakah dia berhasil
atau gagal. Jika seseorang mengalami kegagalan, maka ada
dorongan dalam dirinya untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Inilah tujuan evaluasi sebagai transformator.
3. Solafide B. H. L. (kelompok 6): Apakah fasilitator hanya berbicara untuk
memecah kesunyian?
Jawaban : Peran seorang fasilitator bukan hanya sebagai pemecah
kesunyian saja, bahkan mengatur dinamika kelompok ketika
dalam tegang dengan membimbing menuju diskusi yang baik.
Artinya, ketika diskusi dalam keadaan buntu, maka fasilitator
mengarahkan agar jalan diskusi tidak menyimpang dari inti
pokok pembahasan. Keadaan buntu yang dimaksud disini adalah
ketegangan yang memuncak dan keadaan yang diam sama sekali.
4. Riskawati (kelompok 5) Apa perbedaan subjek dan objek evaluasi ? Apa
yang dimaksud dengan pureoutcome ?
Jawaban:
BAB III
Pemicu III
Evaluasi
Pemicu III
Dalam setiap proses pendidikan tentu dilakukan evaluasi, baik atas peserta
didik (mahasiswa), maupun atas pengajar. Dalam proses evaluasi selalu ada aspek
siapa yang dievaluasi, siapa yang mengevaluasi, apa yang dievaluasi, apa instrumen
evaluasinya, dan apa tujuan masing-masing evaluasi itu.
Klarifikasi dan Definisi
Evaluasi
Instrumen Evaluasi
Rumusan masalah
Mengapa evaluasi perlu dilaksanakan dalam setiap proses pendidikan?
Analisis Masalah
Hipotesis
Evaluasi diperlukan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses pendidikan
Learning Issue
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi?
2. Apa saja tujuan dari evaluasi?
3. Apa fungsi dari evaluasi?
4. Apa saja objek yang dievaluasi?
5. Apa sajakah instrumen evaluasi?
6. Prinsip-prinsip pada evaluasi
7. Apa sajakah jenis-jenis evaluasi?
8. Bagaimana posisi evaluasi dalam sistem pendidikan?
9. Langkah-langkah dalam evaluasi
Definisi
Menurut Joint Committee (1981), evaluasi ialah penelitian yang sistematik
atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek.
Menurut Purwanto dan Atwi Suparman (1999), evaluasi adalah proses
penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel
untuk membuat keputusan tentang suatu program.
Menurut Rutman dan Mowbray (1983), evaluasi adalah penggunaan metode
ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna
untuk proses membuat keputusan.
Prinsip-prinsip Evaluasi
Keterpaduan
Keterlibatan peserta didik
Koherensi
Pedagogis
Akuntabel
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses pembelajaran.
Evaluasi bertujuan untuk menemukan kesulitan pembelajaran dalam
mengikuti pelajaran, yang selanjutnya akan diberikan perlakuan yang tepat,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Tagliante (1996)
Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa
Menentukan tindak lanjut hasil penilaian
Memberikan pertanggungjawaban
Jenis-Jenis Evaluasi
Evaluasi formatif, yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap selesai dipelajari
suatu unit pelajaran tertentu.
Evaluasi sumatif, yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran
suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu.
Evaluasi diagnostik, yakni evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana
diagnose untuk meneliti atau mencari penyebab kegagalan, dimana letak
kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Evaluasi penempatan, yakni evaluasi yang dilaksanakan untuk menempatkan
warga belajar pada suatu program pendidikan dan pelatihan yang sesuai
dengan kemampuannya.
Instrumen Evaluasi
Tes (Kuis, Formatif, Sub Sumatif, Sumatif; Lisan, Tulisan, Perbuatan;
Objektif (Benar-Salah, Pilihan Jamak, Memasangkan, Isian Singkat),
Subjektif (Uraian Bebas, Uraian Terstruktur).
Non-tes (Angket, Jurnal, Rubrik, Observasi, Wawancara, Portofolio)
Objek Evaluasi
1. Input
Mahasiswa
Dosen
Sarana perkuliahan
Materi perkuliahan
Kurikulum
2. Proses
Strategi perkuliahan
Media instruksional
Cara mengajar dosen
Cara belajar mahasiswa
3. Output
hasil belajar mahasiswa
Fungsi Evaluasi
Prognostik:
Posisi evaluasi
Langkah-langkah Evaluasi
a. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan
evaluasi, teknik apa saja yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi,
kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak
digali, dsb)
b. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan
tujuan)
c. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
d. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif,
apakah hendak di olah dengan statistik atau non statistik, apakah dengan
parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software
(misal : SAS, SPSS )
e. Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji
hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa
taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan
tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan
sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh
evaluasi itu.
Kesimpulan
Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses pendidikan karena menjadi tolok
ukur kemampuan seseorang ataupun proses pendidikan dalam keberhasilan maupun
kegagalannya dan dapat dijadikan sebagai perbaikan untuk pengembangan ketingkat
selanjutnya.
Pleno III
1. Andreas Haryono (kelompok 6): Apakah yang dimaksud dengan double blind,
intervensi, randomisasi. Mengapa mengambil sumber dari blog, padahal blog
tersebut berisi argumen-argumen pribadi yang tidak valid?
Jawaban : Double blind adalah studi yang sekurang-kurangnya ada dua
kelompok yang secara terpisah melakukan percobaan medikasi
di waktu yang berbeda, di mana tidak ada satu pun dari
kelompok tersebut yang menyadari percobaan medikasi yang
diberikan.
Intervensi yang dimaksud disini adalah campur tangan dari
fasilitator dalam diskusi kelompok mahasiswa dengan memberi
masukan yang atau kuliah yang mengacu kepada materi.
Randomisasi adalah pengacakan yang bertujuan untuk
meminimkan kerugian akibat subjektivitas.
Pengambilan sumber data dari blog adalah karena kelompok tersebut
kurang teliti dalam menyeleksi informasi yang hendak
DAFTAR PUSTAKA
Top Related