PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAIAGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI AGREGAT
HALUS PADA CAMPURAN BETON
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :DWI AFRIYANI
NIM :140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN2017
i
PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAIAGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI AGREGAT
HALUS PADA CAMPURAN BETON
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARATUNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
Disusun oleh :DWI AFRIYANI
NIM :140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAIAGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI AGREGAT
HALUS PADA CAMPURAN BETON
Disusun Oleh :
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
Pembimbing I
Mahfud, S.Pd.MT19661102 199303 1 005
Pembimbing II
Drs. Sunarno, M.Eng.NIP. 19640413 199003 1 015
Penguji I
Karmila Achmad, S.T., MTNIP. 19790317 2007012 017
Penguji II
Mersyanti, ST.MTNIDN. 0030017710
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Drs. Sunarno, M.Eng.19640413 199003 1 015
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Afriyani
Tempat/Tgl Lahir : Balikpapan, 2 April 1996
NIM : 140309240892
Menyatakan bahwa proposal tugas akhir yang berjudul “PEMANFAATAN
BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN PASIR PALU
SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan
merupakan hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan,
kecuali dalam kutipan yang kami sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, Juni 2017
Mahasiswa,
DWI AFRIYANINIM : 140309240892
Dwi Afriyani
NIM : 140309240892
iv
Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Syamsuddin dan Suasa
Saudaraku dan Saudariku yang kusayangi
Edy Sofyan, Ely, Achmad Jumadil, Linda, Fajar, Fauzi dan Nur Anisa
Sahabat-sahabatku terkasih
Dan seseorang yang selalu mendampingiku
Beserta teman-teman kelas 3ts1 yang aku banggakan
v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Dwi Afriyani
NIM : 140309240892
Program Studi : Teknik Sipil
Judul TA : Pemanfaatan Batu Lokal Semoi sebagai Agregat Kasar
dan Pasir Palu sebagai Agregat Halus pada Campuran
Beton
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih medis atau
format-kan, mengelola dalam bentuk pengkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Balikpapan
Pada Tanggal : 02 Juni 2017
Yang Menyatakan
DWI AFRIYANINIM :140309240892
vi
ABSTRACK
In the effort to utiizetion local material, Semoi local rock’s as a newalternative in the technology of concrete. The appropriateness of these localmaterial have not been identified. The purpose of this research are to informationrelated to Compressive strength of concrete by using Semoi local material’s. Thusthe title of Thesis is “Ultizetion of Semoi local rock’s as coarse aggregate andPalu sand as fine aggregate of mix concrete”
On the planning of concrete in this researsch using the method SNI 03-2834-2000 and types of research form the experiment from mix concrete of Semoilocal rock and Palu sand. This reseasch was conducted in civil engineeringlaboratory of polytechnic country of Balikpapan. The time in this research march-june 2017. The number of test objects is 18 samples with 2 variations of mixconcrete used is Semoi local rock with Palu sand and Palu gravel with Palu sand.
From the test results obtained by compressive strength Palu gravel withPalu sand and Semoi local rock with Palu sand get average compressive strengthresult 267,47 kg / cm² or quality of concrete K267,47 and 276,02 kg/cm² orquality of concrete K276,02. The compressive strength results have increased by34.57% and 36.37% of the planned K175 concrete quality. The compressivestrength outweighs the concrete planning of K 175. This shows the compressivestrength of concrete by using material Palu gravel with Palu sand and Semoilocal rock and Palu sand meet planning of K175 concrete.
Keyword : Semoi local rock, Palu Gravel, Compressive Strength, Palu Sand
vii
ABSTRAK
Dalam upaya pemanfaatan material batu lokal Semoi sebagai alternatife barudalam teknologi beton. Untuk kelayakan material lokal ini sebagai materialbangunan belum dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkaninformasi terkait kuat tekan beton dengan menggunakan material lokal Semoi.Dengan demikian judul Tugas Akhir ini adalah “ Pemanfaatan Batu Lokal Semoisebagai Agregat Kasar dan Pasir Palu sebagai Agregat Halus pada CampuranBeton”.
Pada perencanaan campuran beton dalam penelitian ini menggunakanmetode SNI 03-2834-2000 dan jenis penelitian berupa eksperimen dari campuranbeton material batu lokal Semoi dan pasir Palu. Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan. Waktu yang digunakandalam penelitian ini yaitu bulan Maret – Juni 2017. Jumlah benda uji adalah 18sampel dengan 2 variasi campuran beton yang digunakan yaitu batu lokal Semoidengan pasir Palu dan kerikil Palu dengan pasir Palu.
Dari hasil pengujian diperoleh kuat tekan dengan material kerikil Paludengan pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu mendapatkan hasil kuattekan rata-rata 267,47 kg/cm² atau mutu beton K267,47 dan 275,02 kg/cm² ataumutu beton K275,02. Hasil kuat tekan tersebut mengalami peningkatan sebesar34,57% dan 36,37% terhadap mutu beton K175 yang sudah direncanakan. Hal inimenunjukkan kuat tekan beton dengan menggunakan material kerikil Palu denganpasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu memenuhi perencanaan betonK175.
Kata kunci : Batu lokal Semoi, Kerikil Palu, Kuat Tekan Beton, Pasir Palu
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyusun laporan Tugas
Akhir dengan judul “ Pemanfaatan Batu Lokal Semoi sebagai Agregat Kasar dan
Pasir Palu sebagai Agregat Halus pada Campuran Beton.
Penulisan Proposal Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan kurikulum guna menyelesaikan studi Diploma pada jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Balikpapan.
Selama penyusunan Proposal Tugas Akhir ini penyusun banyak menerima
kritik dan saran, dukungan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang
senantiasa sangat bermanfaat tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Ramli, S.E., M.M. selaku Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Bapak Drs. Sunarno, M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Balikpapan.
3. Bapak Mahfud, S.Pd.MT., selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.
4. Bapak Drs. Sunarno, M.Eng., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.
5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah mengajari kami selama di
Politeknik Negeri Balikpapan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan
materi, serta selalu menjadi penyemangat.
7. Sahabat-sahabat tercinta dan teman spesial yang selalu memberikan support
dan selalu membantu selama penyusunan proposal ini.
8. Teman-teman kelas seperjuangan yang selalu memberikan bantuan selama
penyusunan Proposal Tugas Akhir ini hingga selesai.
9. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu, yang
telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan Proposal Tugas Akhir ini hingga selesai.
ix
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah karya yang sempurna dan
masih banyak ditemui kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan
masukan yang membangun sangat diharapkan.
Balikpapan, Juni 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN.............................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton Secara Umum ......................................................................................... 4
2.2 Beton Normal.................................................................................................... 4
2.3 Sifat-sifat pada Beton........................................................................................ 5
2.3.1 Kemudahan Pekerjaan (Workability) ........................................................ 6
2.3.2 Pemisahan Kerikil (Segregation) ................................................................ 6
2.3.3 Pemisahan Air (Bleeding) ........................................................................... 6
2.4 Batu Lokal Semoi ............................................................................................. 6
2.5 Material Penyusun Beton .................................................................................. 7
2.5.1 Semen Portland .............................................................................................. 7
2.5.2 Agregat Halus ................................................................................................ 8
xi
2.5.3 Agregat Kasar .............................................................................................. 10
2.5.4 Air ............................................................................................................... 11
2.6 Gradasi Agregat .............................................................................................. 12
2.7 Persyaratan Beton ........................................................................................... 13
2.8 Mix Design ...................................................................................................... 13
2.9 Kuat Tekan Beton ........................................................................................... 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penlitian ................................................................................................. 16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 16
3.3 Peralatan dan Bahan yang digunakan ............................................................. 17
3.3.1 Peralatan ..................................................................................................... 17
3.3.2 Bahan Uji ..................................................................................................... 19
3.3.3 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 19
3.4 Pemeriksaan Agregat Halus........................................................................... 20
3.4.1 Pengujian Gradasi Agregats menurut SNI 03-1968-1990 ........................... 21
3.4.2 Pengujian Berat Isi Agregat ......................................................................... 21
3.4.3 Pengujian Kadar Air Agregat menurut SNI 03-1971-1990 ......................... 22
3.4.4 Pengujian Kadar Lumpur ............................................................................. 23
3.4.5 Pengujian Berat Jenis & Penyerapan air menurut SNI 03-1970-1990......... 23
3.5 Pemeriksaan Agregat Kasar........................................................................... 25
3.5.1 Pengujian Gradasi Agregat menurut SNI 03-1968-1990............................. 25
3.5.2 Pengujian Berat Isi Agregat ......................................................................... 26
3.5.3 Pengujian Kadar Air Agregat menurut SNI 03-1971-1990 ......................... 27
3.5.4 Pengujian Kadar Lumpur ............................................................................. 27
3.5.5 Pengujian Berat Jenis & Penyerapan air menurut SNI 03-1970-1990......... 28
3.5.6 Pengujian Tes Abrasi (Keausan).................................................................. 29
3.6 Perencanaan Campuran Beton ....................................................................... 29
3.6.1 Uji Slump menurut SNI 03-1972-1990........................................................ 30
3.6.2 Pembuatan Benda Uji .................................................................................. 31
3.6.3 Penamaan Benda Uji.................................................................................... 31
3.7 Perawatan Benda Uji ..................................................................................... 32
3.8 Pengujian Kuat Tekan Beton ......................................................................... 32
xii
3.9 Analisa Data dan Kesimpulan........................................................................ 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum ............................................................................................................. 33
4.2 Hasil Pengujian Agregat Halus ...................................................................... 33
4.2.1 Hasil Pengujian Gradasi Pasir Palu.............................................................. 33
4.2.2 Hasil Pengujian Berat Isi ............................................................................. 34
4.2.3 Hasil Pengujian Kadar Air ........................................................................... 35
4.2.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur.................................................................... 36
4.2.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air......................................... 36
4.2.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Palu) ........................... 37
4.3 Hasil Pengujian Agregat Kasar (Kerikil Palu) ............................................... 38
4.3.1 Hasil Pengujian Gradasi Kerikil Palu .......................................................... 39
4.3.2 Hasil Pengujian Berat Isi ............................................................................. 40
4.3.3 Hasil Pengujian Kadar Air ........................................................................... 41
4.3.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur.................................................................... 41
4.3.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air......................................... 42
4.3.6 Hasil Pengujian Tes Abrasi (Keausan) ....................................................... 43
4.3.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar (Kerikil Palu)........................ 43
4.4 Hasil Pengujian Agregat Kasar (Batu Lokal Semoi) ..................................... 44
4.4.1 Hasil Pengujian Gradasi Batu Lokal Semoi................................................. 44
4.4.2 Hasil Pengujian Berat Isi ............................................................................. 46
4.4.3 Hasil Pengujian Kadar Air ........................................................................... 47
4.4.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur.................................................................... 47
4.4.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air......................................... 48
4.4.6 Hasil Pengujian Tes Abrasi (Keausan) ........................................................ 49
4.4.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar (Batu Lokal Semoi) .............. 49
4.5 Hasil Pengujian Bahan ................................................................................... 50
4.6 Pengujian Nilai Slump .................................................................................... 51
4.7 Pembuatan Benda Uji ..................................................................................... 51
4.8 Perawatan Benda Uji....................................................................................... 51
4.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan ........................................................................... 52
xiii
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 55
5.2 Saran ............................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 56
LAMPIRAN......................................................................................................... 57
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.2 Gambar Alir Penelitian 20
Gambar 4.1 Batas Gradasi Pasir Palu 35
Gambar 4.2 Batas Gradasi Kerikil Palu 39
Gambar 4.3 Batas Gradasi Batu Lokal Semoi 45
Gambar 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton BN dan BNBL 54
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Hasil uji pasir Palu 9
Tabel 2.2 Batas-batas Gradasi Agregat Halus 12
Tabel 2.3 Batas-batas Gradasi Agregat Kasar 13
Tabel 2.4 Hubungan antara Umur dan Kuat Tekan Beton 15
Tabel 3.1 Waktu Penelitian 16
Table 3.2 Penamaan Benda Uji 31
Tabel 4.1 Pengujian Gradasi Butir Halus Pasir Palu 33
Tabel 4.2 Pengujian Berat Isi Pasir Palu 35
Tabel 4.3 Kadar Air Pasir Palu 35
Tabel 4.4 Kadar Lumpur Pasir Palu 36
Tabel 4.5 Berat Jenis dan Penyerapan air Pasir Palu 37
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Palu) 38
Tabel 4.7 Pengujian Gradasi Butir Halus Kerikil Palu 39
Tabel 4.8 Pengujian Berat Isi Kerikil Palu 40
Tabel 4.9 Kadar Air Kerikil Palu 41
Tabel 4.10 Kadar Lumpur Kerikil Palu 41
Tabel 4.11 Berat Jenis dan Penyerapan air Kerikil Palu 42
Tabel 4.12 Hasil Tes Abrasi Kerikil Palu 43
Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Kerikil Palu) 43
Tabel 4.14 Pengujian Gradasi Butir Halus Batu Lokal Semoi 45
Tabel 4.15 Pengujian Berat Isi Batu Lokal Semoi 46
Tabel 4.16 Kadar Air Batu Lokal Semoi 47
Tabel 4.17 Kadar Lumpur Batu Lokal Semoi 47
Tabel 4.18 Berat Jenis dan Penyerapan air Batu Lokal Semoi 48
Tabel 4.19 Hasil Tes Abrasi Batu Lokal Semoi 49
Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Batu Lokal Semoi) 49
Tabel 4.21 Perencanaan Campuran Beton 50
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 7 Hari 52
Tabel 4.23 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 7 Hari 52
xvi
Tabel 4.24 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 14 Hari 53
Tabel 4.25 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 14 Hari 53
Tabel 4.26 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 28 Hari 53
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 28 Hari 53
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Mix Design 57
Lampiran 2. Pengujian Bahan 59
Lampiran 3. Material Bahan 76
Lampiran 4. Material Alat 77
Lampiran 5. Pengujian Agregat 80
Lampiran 6. Pelaksanaan Pengujian Nilai Slump 92
Lampiran7. Pelaksanaan Pembuatan Beton 94
Lampiran 8. Perawatan Beton 96
Lampiran 9. Pelaksanaan Pengujian Beton 97
Lampiran 10. Lembar Asistensi dan Revisi 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi
bangunan. Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan dibandingkan
dengan bahan lainnya, antara lain mudah dibentuk, mempunyai sifat tahan korosi,
bahan baku penyusun mudah didapat, tahan lama, tahan terhadap api, tidak
mengalami pembusukan. Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan
beton sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya.
Salah satu material pembentuk beton adalah agregat. Agregat ialah butiran
material yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah atau dapat pula diperoleh dengan cara memecah batu alam.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan suatu alternatif baru dalam
teknologi beton dengan menggunakan produk lokal. Pemanfaatan material lokal
dalam perencanaan campuran beton menjadi hal yang sangat penting dengan
mempertimbangkann ketersediaan material dan keunggulan teknis yang dimiliki.
Penelitian ini menggunakan agregat lokal yang selain mudah dieksploitasi, juga
jaraknya relatif dekat dibandingkan harus mendatangkan dari luar Kalimantan.
Dalam penelitian ini akan digunakan agregat kasar lokal yang ada di wilayah
Semoi Dua yaitu batu lokal Semoi. Semoi merupakan salah satu desa di
kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur,
Indonesia. Agregat halus dalam campuran beton ini ialah pasir Palu. Batu lokal
Semoi dan pasir Palu ini belum ada yang menelitinya. Dengan demikian penulis
mengangkat masalah dalam tugas akhir dengan judul “PEMANFAATAN BATU
LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI
AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON”
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Berapakah kuat tekan beton menggunakan material kerikil Palu dengan
pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu sebagai agregat pada
campuran beton ?
2. Bagaimanakah pengaruh kerikil Palu dengan pasir Palu dan batu lokal
Semoi dengan pasir Palu terhadap campuran beton ?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Semen yang digunakan adalah semen Tonasa.
2. Perencaan beton meggunakan K 175.
3. Agregat kasar yang digunakan adalah batu lokal Semoi yang terpapar
sinar matahari dan terkena hujan, berwarna abu-abu.
4. Agregat halus yang digunakan adalah pasir Palu.
5. Air yang digunakan adalah air PDAM Kota Balikpapan.
6. Benda uji berupa kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm.
7. Jumlah seluruh benda uji kuat tekan adalah 18 benda uji.
8. Umur beton yang diuji adalah 7, 14 dan 28 hari.
9. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri
Balikpapan.
10. Metode perancangan yang digunakan adalah SNI 03-2834-2000.
1.4 Tujuan Penelitian
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas , maka tujuan penelitian ini :
1. Mendapatkan kuat tekan beton menggunakan material kerikil Palu
dengan pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu sebagai
agregat pada campuran beton.
2. Mengetahui pengaruh kerikil Palu dengan pasir Palu dan batu lokal
Semoi dengan pasir Palu terhadap campuran beton.
3
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Memberikan informasi terkait kuat tekan beton dengan menggunakan
kerikil Palu dengan pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu
sebagai agregat pada campuran beton.
2. Diharapkan dapat menunjukkan bahwa pembuatan beton dengan bahan
pengganti batu lokal Semoi dan pasir Palu dapat meningkatkan kualitas
beton sehingga diperoleh kuat tekan beton optimal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum Beton
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971), beton
didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,
agregat kasar, semen portland dan air (aditif).
Menurut SNI-03-2847-2000, pengertian beton adalah campuran antara
semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Agregrat
diperoleh dari hasil sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran
secara alamiah atau dapat pula diperoleh dengan cara memecah batu alam.
Beton dapat diklarifikasikan menjadi 3 kategori umum :
1. Beton Ringan (Light Weight Concrete)
Beton ringan mempunyai berat 1800 kg/m3. Pada beton ini terdapat
banyak sekali agregat yang diterapkan misalnya agregat sintesis (agregat
alam) yang diproses atau dibentuk sehingga berubah karakteristik
mekanisnya.
2. Beton Normal (Normal Weight Concrete)
Beton yang mempunyai berat 2400 kg/m3 dan mengandung pasir, krikil
alam dan batu pecah sebagai agregat.
3. Beton Berat (Heavy Weight Concrete)
Beton ini selalu digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi yang
beratnya > 3200 kg/m3.
2.2 Beton Normal
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3
sampai 2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau
tanpa dipecah. (SNI-03-2847-2002).
Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan
kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh
5
bahan-bahan pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), factor air semen
dan zat tambahan bila diperlukan.
Adapun Kelebihan dari beton adalah :
1. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik serta mempunyai sifat
tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
2. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan
dengan cetakan yang dapat dipakai berulang kali sehingga lebih
ekonomis.
3. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama retak
maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
4. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang
pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
Kekurangan dari beton antara lain :
1. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah
retak.
2. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu,
sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retakan akibat
terjadinya perubahan suhu.
3. Beton yang sudah dibuat sulit untuk diubah.
4. Beton bersifat getas/rapuh sehingga harus dihitung dan diteliti secara
seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
2.3 Sifat-sifat pada Beton
Pada saat segar atau sesaat setalah dicetak, beton bersifat plastis dan mudah
untuk dibentuk. Sedangkan pada saat keras, beton memiliki kekuatan yang cukup
untuk menerima beton. Sifat beton segar yang baik sangat mempengaruhi
kemudahan pengerjaan sehingga menghasilkan beton dengan berkualitas baik.
Sifat-sifat beton antara lain :
6
2.3.1 Kemudahan Pekerjaan (Workability)
Workability merupakan ukuran dari tingkat kemudahan atau kesulitan
adukan untuk diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan yang mengandung unsur-
unsur seperti jumlah air pencampur, kandungan semen, gradasi campura pasir-
kerikil, bentuk butiran agregat kasar dan cara pemadatan serta alat pemadatan.
Perbandingan bahan-bahan maupun sifat bahan-bahan ini secara bersamasama
mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar.
2.3.2 Pemisahan kerikil (Segregation)
Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton
dinamakan segregasi. Segregasi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
campuran kurang semen, terlalu banyak air, besar ukuran agregat maksimum lebih
dari 40 mm dan permukaan butir agregat kasar, semakin kasar permukaan butir
agregat. Untuk mengurangi kecenderungan terjadinya segregasi maka dapat
dicegah dengan cara tinggi jatuh diperpendek, penggunaan air sesuai dengan
syarat, ukuran agregat sesuai dengan syarat
dan pemadatan baik.
2.3.3 Pemisahan Air (Bleeding)
Kecenderungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru
dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-
butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan membentuk
selaput. Bleeding dipengaruhi oleh susunan butir agregat, banyaknya air,
kecepatan hidrasi dan proses pemadatan. Bleeding dapat dikurangi dengan cara
memberi lebih banyak semen, memberi air sesedikit mungkin dan menggunakan
butir halus lebih banyak.
2.4 Batu Lokal Semoi
Batu Lokal Semoi merupakan batu alam, semua bahan yang menyusun
kerak bumi dan merupakan suatu agregat mineral yang telah mengeras akibat
proses secara alami seperti membeku, pelapukan, mengendap dan adanya proses
kimia.
7
Batu lokal Semoi adalah batu yang berasal dari bukit tinggi di Semoi,
Penajam Pasir Utara. Batuan ini memiliki ukuran mulai dari 4 mm hingga tak
terhingga. Penduduk sekitar menggunakan batu ini sebagai pondasi maupun akses
jalan ke ladang. Batu ini diperoleh dengan cara manual, yaitu digali dan
dipecahkan. Batu lokal yang digunakan dalam penelitian ini adalah batuan yang
sudah dipecahkan, ditumpuk dan terpapar sinar matahari maupun hujan. Warna
batu ini coklat dan abu-abu.
2.5 Material Penyusun Beton
Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar dan halus
serta dengan atau tanpa bahan tambah, di mana setiap bahan penyusun
mempunyai fungsi dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada
beton adalah kuat tekan, bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada
umumnya juga baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri
dari kualitas bahan penyusun, nilai faktor air semen, gradasi agregat, ukuran
maksimum agregat, cara pengerjaan (pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan
perawatan) serta umur beton (Tjokrodimuljo, 1996).
2.5.1 Semen Portland
Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling
klinker (yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata
antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid besi),
dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk halus
ini bila dicampur dengan air, selang beberapa waktu dapat menjadi keras dan
digunakan sebagai bahan ikat hidrolis.
Pada umumnya semen berfungsi sebagai campuran untuk mengikat pasir
dan kerikil agar terbentuk beton serta mengisi rongga-rongga diantara butir-butir
agregat. Komponen semen portland terdiri dari :
a. Trikalsium Silikat(C3S)
b. Dikalsium Silikat(C2S)
c. Trikalsium Aluminat (C3A)
d. Tetrakalsium Aluminoferit (C3AF)
8
Jenis-jenis semen Portland menurut SNI 15-2049-2004 membagi semen
portland menjadi 5 jenis, yaitu :
a. Jenis I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya.
b. Jenis II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikat terjadi.
d. Jenis VI, semen Portland yang dalam penggunaannya memerluka kalor
hidrasi rendah.
e. Jenis V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
2.5.2 Agregat halus
Agregat halus adalah agregat yang butir-butiranya lebih kecil dari 4,80 mm,
adapun agregat halus berupa disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh
langsung dari sungai atau tanah galian atau dari pemecah batu. Harus mempunyai
bentuk yang baik, bersih, keras dan gradasinya baik. (Kardiyono Tjokrodimuljo).
Agregat halus adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm. Agregat
halus berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang
dihasilkan dari alat pemecah batu. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan
menjadi 3 macam yaitu :
a. Pasir galian, merupakan pasir yang tajam, bersudut, berpori, dan bebas
dari kandungan garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari kotoran
tanah.
b. Pasir sungai, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena
gesekan.
c. Pasir laut, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan
serta banyak mengandung garam. (Tjokrodimuljo,1996).
9
Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi syarat yang telah
ditetapkan. Dalam Teknologi beton, ilmu bahan bangunan syarat-syarat agregat
halus sebagai berikut :
a. Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2
b. Kekal tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika di uji dengan
larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, jika
dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18%
c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0.06 mm)
d. Tidak mengandung zat organis terlalu banyak yang dibuktikan dengan
percobaan warna dengan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairan di atas
endapan agregat halus tidak boleh lebih gelap dari pada warna
standar/pembanding.
e. Modulus halus butir antara 1,50-3,80 dan dengan variasi butir sesuai
standar gradasi
f. Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat halus harus
tidak reaktif terhadap alkali
g. Agregat halus dari laut/pantai, boleh dipakai boleh dipakai asalkan
dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Pasir merupakan bahan pengisi yang dipakai bersama bahan pengikat dan air
untuk membentuk campuran yang padat dan keras. Pasir yang dimaksud adalah
butiran mineral yang keras dan besar butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm.
Dalam penelitian ini pasir yang digunakan berasal dari Palu.
Dari penelitian Karmila Achmad pada “pasir Kandilo dan kerikil Petangis
sebagai material local tanah” telah menguji beberapa pasir salah satunya yaitu
pasir Palu. Hasil uji pasir Palu pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Hasil uji pasir Palu
Sumber : Penelitian Karmila Achmad.
1 Berat Jenis 2,5 – 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,50 Memenuhi syarat
2 SSD 2,5 – 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,51 Memenuhi syarat
3 Berat Satuan 1,50 - 1,80 (SNI 03-4804-1998) 1,80 Memenuhi syarat
4 Daya Serap Air 0,5% - 1% (SNI 03-1970-1990) 2,64 Tidak memenuhi syarat
5 Kandungan Lumpur 5% (PUBI-1992) 0,43 Memenuhi syarat
6 Gradasi Mhb 1,5 - 3,8 (SNI 03-1968-1990) 2,38 Memenuhi syarat
KetNo Jenis Uji Syarat Hasil Uji
10
Berat jenis pasir Palu adalah 2,50 gr/cm3. Berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD) sebesar 2,51 gr/cm3. Berdasarkan syarat yang telah ditentukan
makan pasir Palu memenuhi syarat yaitu 2,5 gr/cm3 - 2,7 gr/cm3. Berat satuan
1,80 gr/cm, memenuhi syarat 1,50 – 1,80. Daya serap air pasir palu tidak
memenuhi syarat 0,5%-1% yaitu sebesar 2,64. Kandungan lumpur 0,43%
memenuhi syarat lebih kecil dari 5%. Modulus halus butir 2,38 yang berarti
memenuhi syarat yaitu 1,5 – 3,8.
2.5.3 Agregat Kasar
Menurut SNI 03-2847-2002 yang dimaksud dengan agregat kasar adalah
agregat yang berukuran lebih besar dari 5 mm sampai 40 mm. Agregat kasar
merupakan jenis agregat dengan ukuran butiran lebih dari 5 mm atau agregat yang
butirannya dapat tertahan pada ayakan 4,75 mm. Agregat kasar untuk beton dapat
berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari pemecahan manual maupun dari mesin.
Jenis agregat agregat kasar yang umum adalah:
a. Batu pecah alami. Bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami
yang digali. Batu ini dapat berasal dari gunung berapi, jenis sedimen,
atau jenis metamorf. Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi
terhadap beton, batu pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan
dan pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.
b. Kerikil alami. Kerikil diperoleh dari proses alami, yaitu dari pengikisan
tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil
memberikan kekuatan yang lebih rendah daripada batu pecah, tetapi
memberikan kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi (Nawy, E. G.
1990).
Agregat kasar yang akan digunakan harus memenuhi syarat yang telah
ditetapkan. Dalam Teknologi beton, ilmu bahan bangunan syarat-syarat agregat
kasar sebagai berikut :
a. Butir-butirnya keras dan tidak berpori. Indeks kekerasan ≤ 5 %. Bila
diuji dengan bejana Rudeloff atau Los Angeles.
11
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan). Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang
hancur maksimum 18%.
c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
lebih dari 1%.
d. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali.
e. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20%.
f. Modulus halus butir antara 6-7,10 dan dengan variasi butir sesuai standar
gradasi.
g. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil
antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak
bersih antar tulangan atau bekas tulangan.
2.5.4 Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan
untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas antar butir-butir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Kandungan air yang rendah
menyebabkan beton sulit dikerjakan (tidak mudah mengalir), dan kandungan air
yang tinggi menyebabkan kekuatan beton akan rendah serta betonnya porous.
Air yang digunakan sebagai campuran tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton. Dalam
pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut
(Standar SK SNI S-04-1989-F. Spesifikasi Bahan Bangunan) :
a. Tidak harus bersih
b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang lainnya yang
dapat dilihat visual. Benda-benda ini tidak boleh lebih dari 2 gram/liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
d. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. Khusus untuk
beton pra-tegang kandungan klorida tidak boleh lebih dari 0,05 gram per
liter.
e. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
12
Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan,
tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna
permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab
utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika perawatan cukup lama.
Sumber air pada penelitian ini adalah air PDAM Kota Balikpapan.
2.6 Gradasi agregat
Gradasi agregat ialah distriusi ukuran butiran dari agregat. Sebagian
pernyataan gradasi dipakai nilai persentase dari berat butiran yang tertinggal atau
lewat di dalam suatu susunan ayakan. Susunan ayakan itu ialah ayakan dengan
lubang : 76,2 mm; 63,5 mm; 50,8 mm; 38,1 mm; 25,4 mm; 19,1 mm; 12,7 mm;
9,5 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,19 mm; 0,59 mm; 0,297 mm; 0.149 mm; 0.075
mm 76 mm; 38 mm; 19 mm; 9,6 mm; 4,80 mm; 2,40 mm; 1,20 mm; 0,60 mm;
0,30mm dan 0,15 mm.
Table 2.2 Batas-batas Gradasi Agergat Halus
Sumber : SNI-03-2834-2000
Jenis agregat halus ada 4 zona yaitu
Zona I = Kasar
Zona II = Agak kasar
Zona III = Agak halus
Zona IV = Halus
No Kasar (I) Agak kasar (II) Agak halus (III) Halus (IV)
10 3/8 in 100 100 100 100
4,8 4 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 8 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 16 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 30 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 50 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 100 0-10 0-10 0-10 0-15
Lubang
ayakan
(mm)
Persen berat butir yang lewat ayakan
Jenis agregat halus
13
Table 2.3 Batas-batas gradasi agergat kasar
Ukuran ayakan (mm)
Persen berat butir yang lewat ayakan
dengan butir maksimum (%)
10 mm 20 mm 40 mm
4,76 0 10 0 10 0 5
9,52 50 85 30 60 10 40
19 100 100 95 100 37 70
38,1 100 100 100 100 95 100
Sumber : SNI-03-2834-2000
Ukuran lubang ayakan 38,1 mm; 19,1; 9,52; dan 4,75 memiliki persentase
lolos komulatif berurutan sebesar 95-100%, 35-70% 30-10% dan 0-5 %.
2.7 Persyaratan Beton
Persyaratan umum beton menurut SNI 03-2834-2000 yang harus dipenuhi :
1. Proposi campuran beton harus menghasilkan beton yang memenuhi
persyaratan berikut:
a. Kekentalan yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan,
pemadatan, dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan
menutup permukaan secara serba sama (homogen);
b. Keawetan;
c. Kuat tekan;
d. Ekonomis;
2. Beton yang dibuat harus menggunakan bahan agregat normal tanpa
bahan tambah.
2.8 Mix Design (Perencanaan Campuran)
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat beton dalah perencanaan campuran
(mix design), yaitu pemilihan bahan-bahan yang memadai, serta menentukan
proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton ekonomis dengan
kualitas yang baik. Kriteria utama mix design, yaitu kekuatan tekan beton dan
hubungannya dengan factor air semen dan kemudahan Pengerjaan.
14
Langkah perhitungan mix design telah tertuang dalam SK SNI 03-2834-2000
meliputi :
a. Kadar air agregat,
b. Berat jenis & penyerapan agregat,
c. Berat isi agregat, dan
d. Analisa Saringan (Gradasi).
2.9 Kuat Tekan beton
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu dari mesin uji tekan beton. Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting
dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton
ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air
dan berbagai jenis campuran. Perbandingan dari air semen merupakan faktor
utama menentukan kekuatan beton. Semakin rendah perbandingan air semen,
semakin tinggi kuat tekannya.
Nilai kuat tekan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
f’c = 𝑃
𝐴
Dimana :
f’c = Kuat tekan beton (MPa)
P = Beban maksimum/beban runtuh (kN)
A = Luas penampang benda uji (𝑐𝑚2)
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kuat tekan beton, yaitu:
1. Faktor Air Semen
Jumlah air untuk campuran beton pada umumnya dihitung berdasarkan
nilai perbandingan antara berat air dan berat semen Portland pada campuran
adukan, dan pada peraturan beton Indonesia (PBI-1971) dikenal dengan
istilah faktor air semen yang disingkat dengan fas, sedangkan peraturan
pengganti (SNI 03-2847-2002) disebut rasio air semen yang disingkat
dengan ras, atau water cement ratio (wer). Pada umumnya makin besar nilai
fas, makin besar pula jumlah air yang digunakan pada campuran beton,
15
berarti adukan beton makin encer dan mutu beton akan makin turun/rendah,
sebaliknya makin kecil nilai fas, makin tinggi kuat tekan beton yang
dihasilkan.
2. Umur Beton
Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur
beton tersebut. Karena beton ini termasuk bahan yang sangat awet (ditinjau
dari pemakaiannya), maka sebagai standar kuat tekan akan ditetapkan waktu
beton berumur 28 hari. Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan mencapai
65%, pada umur 14 hari mencapai 88% dan 100% dari kuat tekan umur 28
hari. Menurut PBI-1971, hubungan antara umur dan kekuatan tekan beton
dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.4 Hubungan antara Umur dan Kuat Tekan Beton
Umur (Hari) Kuat tekan beton (%)
3 40
7 65
14 88
21 95
28 100
90 120
365 135
Sumber : PBI-1971
3. Jumlah dan Jenis Semen
Jumlah kandungan semen yang digunakan pada adukan akan
berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Jenis semen juga berpengaruh
terhadap kuat tekan beton. Semen Portland yang dipakai untuk struktur
harus mempunyai kualitas tertentu yang telah ditetapkan agar dapat
berfungsi secara efektif. Jenis Portland semen yang digunakan ada 5 jenis
yaitu : I, II, III, IV, V.
4. Pekerjaan Perawatan (Curing)
Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu
pasca pembukaan bekisting agar optimasi kekuatan beton dapat dicapai
mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan ini berupa
pencegahan atau mengurangi kehilangan/penguapan air dari dalam beton
yang ternyata masih diperlukan untuk kelanjutan proses hidrasi.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan metode ekperimen. Tahap
awal pelaksanaan penelitian berupa pemeriksaan bahan meliputi pemeriksaan atau
pengujian terhadap bahan agregat kasar dan halus, setelah pemeriksaan bahan
dilakukan dan memenuhi standart maka dilanjutkan dengan pembuatan benda uji.
Bahan agregat kasar yang digunakan adalah batu lokal Semoi dan agregat halus
menggunakan pasir Palu.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri
Balikpapan. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bulan Maret – Juni
2017. Pada bulan maret mengumpulkan data dan studi literature mengenai
penelitian tersebut. Persiapan alat dan bahan pada awal bulan april dan
pemeriksaan bahan dilaksanakan pada tanggal 10 -14 April 2017. Pada minggu
ketiga bulan april melakukan perencanaan campuran selanjutnya di minggu
keempat pembuatan benda uji. Perawatan benda uji dilakukan pada bulan mei.
Benda uji di uji kuat tekan pada umur 7, 14 dan 28 hari setelah pembuatan benda
uji. Analisa data dan kesimpulan pada minggu pertama dan kedua.
Table 3.1 Waktu Pekerjaan
Maret
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Pengumpulan Data & Studi Literatur
2 Persiapan Alat dan Bahan
3 Pemeriksaan Bahan
4 Perencanaan Campuran
5 Pembuatan Benda Uji
6 Perawatan Benda Uji
7 Pengujian Benda Uji
8 Analisa Data dan Kesimpulan
No Uraian April Mei Juni
Bulan
17
3.3 Peralatan dan Bahan yang digunakan
Dalam pemeriksaan benda uji maupu pembuatan benda uji dibutuhkan
peralatan dan bahan sebagai berikut :
3.3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian berasal dari Laboratorium
Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan. Alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan beton normal ini antara lain :
a. Ayakan, alat ini terbuat dari baja, untuk ayakan batu mempunyai ukuran
lubang berurutan : 76,2 mm; 63,5 mm; 50,8 mm; 38,1 mm; 25,4 mm;
19,1 mm; 12,7 mm; 9,5 dan pan. Sedangkan untuk ayakan pasir
mempunyai ukuran lubang berurutan : 4,76 mm; 2,38 mm; 1,19 mm;
0,59 mm; 0,297 mm; 0.149 mm; 0.075 mm dan pan. Cara pemakaian
dengan cara di susun dari atas melalui ukuran lubang besar
kemudian kebawah sekain kecil, dan paling bawah adalah pan (tempat
penampung sisa ayakan). Alat ini berfungsi sebagai penguji gradasi
agregat kasar dan agregat halus;
b. Mesin pengguncang saringan (sieveshaker), alat ini digunakan unruk
pemisah agregat sesuai dengan ukuran saringan;
c. Piknometer, alat ini digunakan untuk mengukur berat jenis SSD (Surface
Saturated Dry), berat jenis kering, berat jenis jenuh dan penyerapan
agregat halus, piknometer ini mempunyai kapasitas 1000 cc;
d. Timbangan, timbangan yang di gunakan adalah timbangan digital yang
mempunyai kapasitas 15 kg dan timbangan manual dengan kapasitas 20
kg dengan ketelitian 0,1% dari benda contoh;
e. Talam Logam, talam logam anti karat ini berfungsi sebagai wadah benda
uji;
f. Gelas Ukur, digunakan untuk mengukur takaran air yang akan di pakai
pada campuran beton;
g. Kerucut Abram’s, disebut dengan kerucut terpancung beserta wadah
pelat dan tongkat penusuk baja digunakan untuk pengujian slump
pada pembuatan adukan beton, dengan ukuran diameter atas 10 cm,
bawah 20 cm,dan tinggi 30 cm;
18
h. Oven, alat ini berfungsi untuk mengeringkan semple agregat halus
dan agregat kasar. Suhu oven dapat diatur sampai (110 ± 5)ºC;
i. Tongkat Baja, tongkat ini memiliki ukuran diameter 16 mm, alat ini
digunakan untuk pengujian slump serta proses pemadatan campuran
dalam cetakan silinder beton.;
j. Bak Perendam, bak ini digunakan untuk merendam benda uji;
k. Alat Uji Kuat Tekan Beton, alat ini digunakan sebagai alat uji tekan
terhadap benda uji beton;
l. Cetakan Kubus, benda ini terbuat dari baja, digunakan untuk
mencetak benda uji dengan ukuran 15 cm x 15cm x 15 cm;
m. Mesin Pengaduk Beton (concrete Mixer), alat pengaduk beton ini
digunakan untuk mencapur bahan adukan beton. Kapasitas alat ini 0,125
m3 dengan kecepatan 20-30 rpm;
n. Los Angeles, alat ini berfungsi untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
batu lokal Semoi yang dihubungkan dengan kekerasan dan kekuatan;
o. Penggaris, digunakan untik mengukur nilai slump;
p. Talam, digunakan sebagai wadah agregat kasar dan agregat halus.
q. Alat pemisah contoh;
r. Desikator;
s. Kuas, untuk membersihkan sisa-sisa dari agregat yang tertinggal pada
talam, cawan dan sebagainya;
t. Sendok/cetok;
u. Cawan;
v. Bejana tempat air;
w. Keranjang kawat; dan
x. Stopwach.
19
3.3.2 Bahan Uji
Bahan yang digunakan dalam pembuatan beton ringan ini meliputi :
a. Semen berfungsi sebagai bahan pengisi & pengikat pada campuran
beton;
b. Agregat Kasar yang digunakan adalah Batu lokal Semoi;
c. Agregat Halus yang digunakan pasir Palu;
d. Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air yang
digunakan adalah air PDAM Kota Balikpapan.
3.3.3 Diagram Alir Penelitian
Dalam penelitian ini mengikuti alir sebagai berikut :
Uji:
Kadar Air
Berat Jenis &
Penyerapan
Berat Isi
Analisa Saringan
Tes Abrasi
Uji:
Kadar Air
Berat Jenis &
Penyerapan
Berat Isi
Analisa Saringan
Tahap II
Air
Tahap I
Mulai
Persiapan Alat dan Bahan
Semen Agregat
Halus
Agregat
Kasar
A
Pengumpulan Data & Studi Literatur
20
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.4 Pemeriksaan Benda Uji Agregat Halus
Sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi kuat tekan beton yang dihasilkan
sehingga, sebelumnya dilakukan rancang campur (mix design) beton, harus
diketahui beberapa sifat agregat berikut : bentuk dan tekstur, ukuran dan gradasi,
kadar air, berat jenis dan berat satuan atau bobot isi.
Ya
Perencanaan Campuran
Tidak Uji Slump
Syarat 10±2 ?
Tahap III
A
Pembuatan Campuran
Analisa Data
Selesai
Pembuatan Benda Uji
Perawatan Benda Uji Tahap IV
Tahap V Pengujian Benda Uji
Tahap VI
Kesimpulan Tahap VII
21
3.4.1 Pengujian Gradasi Agregat menurut SNI 03-1968-1990
Gradasi dan keseragaman diameter pasir sebagai agregat halus lebih
diperhitungkan daripada agregat kasar, karena sangat menentukan sifat pengerjaan
dan sifat kohesi campuran adukan beton. Pasir sangat menentukan pemakaian
semen dalam pembuatan beton. Analisis saringan agregat menentuan persentase
berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka
persentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Alat yang digunakan, yaitu
timbangan, satu set saringan, oven, alat pemisah contoh, mesin pengguncang
saringan, kuas, sendok dan lain-lain.
Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut :
a. Benda uji dikeringkan dalam oven, dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai
berat tetap.
b. Benda uji disaring melalui susunan saringan paling besar ditempatkan
paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin selama 15
menit.
c. Persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
dihitung terhadap berat total benda uji setelah disaring.
d. Hasil analisa saringan dalam pengujian gradasi agregat, diwujudkan
dalam bentuk grafik. Selanjutnya digunakan sebagai acuan perencanaan
adukan beton.
3.4.2 Pengujian Berat Isi Agregat Halus
Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan volume
yang ditempatinya. Hal ini dapat digunakan untuk mempermudah perhitungan
campuran beton bila kita menimbang agregat dengan ukuran volume, karena
umumnya agregat tersebut dalam keadaan padat, sedangkan pada kenyataan pada
saat penimbangan agregat tidak dilakukan dengan wadah untuk penakaran
sehingga satuan volume agregat berada dalam keadaan gembur, sehingga
diperlukan adanya faktor konversi (faktor pengali).
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat isi agregat halus (pasir
Palu). Berat satuaan pasir adalah perbandingan antara berat pasir dengan volume
22
alat ukur. Unit weight diperoleh dengan memasukkan pasir ke dalam alat ukur
yang telah diketahui volumenya sehingga berat pasir dapat diketahui.
Prosedur pengujian berat isi agregat halus sebagai berikut :
a. Agregat sesudah direndam selama 24 jam, permukaannya disapu dengan
lap basah.
b. Timbang kotak takar kosong.
c. Timbang kotak takar berisi air penuh.
d. Isi masing-masing kotak takar dengan benda uji dalam 3 lapisan sama
tebal, dimana tiap lapisan ditusuk sebanyak 25 kali. Cara ini disebut
Rodding.
e. Ratakan muka bahannya dengan tangan atau mistar.
f. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.
g. Kosongkan kotak takar dan isi lagi dengan benda uji yang dimasukkan
dengan singkup dan tinggi tidak lebih dari 2 inci (2”) diatas kotak takar.
Cara ini disebut Shoveling.
h. Ratakan muka benda uji dengan tangan atau mistar.
i. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.
3.4.3 Pengujian Kadar Air Agregat menurut SNI 03-1971-1990
Metode ini sebagai acuan untuk menentukan besarnya kadar air agregat.
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan dalam keadaan kering, yang dinyatakan dalam persen. Peralatan
yang digunakan antara lain : timbangan, oven, talam logam tahan karat.
Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut :
a. Timbang dan catat berat talam (𝑊1).
b. Masukkan benda uji ke dalam talam dan kemudian berat talam dan
benda uji ditimbang. Catat beratnya (𝑊2).
c. Hitunglah berat benda uji 𝑊3 = 𝑊2 − 𝑊1 .......................................... (3.8)
d. Keringkan contoh benda uji berserta talam di dalam oven pada suhu
(110±5)ºC.
e. Setelah kering timbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (𝑊4).
f. Hitunglah berat benda uji kering 𝑊5 = 𝑊4 − 𝑊1 .............................. (3.9)
23
g. Kemudian hitung kadar air agregat 𝑊3−𝑊5
𝑊5 x 100%....................... (3.10)
3.4.4 Pengujian Kadar Lumpur Agregat
Pasir adalah salah satu bahan dasar beton sebagai agregat halus. Pasir yang
digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi beberapa persyaratan, salah
satunya adalah pasir harus bersih. Pasir dapat dikatakan bersih dan dapat dipakai
bila tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Lumpur
adalahbagian dari pasir yang lolos dari ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
lebih dari 5% maka pasir harus dicuci terlebih lebih dahulu. Syarat-syarat agregat
halus harus sesuai dengan PBI NI-2, 1971.
Kadar lumpur pasir dihitung dengan Persamaan 3.15.
Kadar lumpur =𝑊3
𝑊1x 100% ....................................................................... (3.15)
dengan :
𝑊1 = berat awal pasir (gram)
𝑊3= berat pasir akhir (gram)
3.4.5 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air menurut SNI 03-1970-1990
Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam
merencanakan campuran adukan beton, karena dengan mengetahui variabel
tersebut dapat dihitung volume pasir yang diperlukan.
Tujuan dari pengujian ini untuk mendapatkan :
a. Berat Jenis, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering
dengan volume pasir total.
b. Berat jenis jenuh kering permukaan , yaitu perbandingan antara berat
pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.
c. Berat jenis semu, yaitu perbandingan antara berat pasir kering dengan
volume butir pasir.
d. Penyerapan, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan
berat pasir kering.
24
Nilai-nilai yang ingin diketahui di atas dihitung dengan persamaan (3.11) – (3.12).
Berat jenis curah = 𝐵𝑘
(𝐵+500−𝐵𝑡) ............................................................ (3.11)
Berat jenis jenuh kering muka = 500
(𝐵+500−𝐵𝑡) ...................................... (3.12)
Berat jenis semu = 𝐵𝑘
(𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡) .............................................................. (3.13)
Penyerapan = (500−𝐵𝑘)
𝐵𝑘 x 100% ........................................................... (3.14)
Peralatan yang digunakan antara lain : timbangan, piknometer, kerucut
terpancung, batang penumbuk, saringan No. 4 (4,75 mm), oven, talam, cawan dan
lain-lain. Benda uji adalah agregat yang lolos saringan nomor 4 (4,75 mm),
diperoleh dari alat pemisah contoh agregat atau cara penempatan sebanyak 500 gr.
Prosedur pengujian dilaksanakan sebagai berikut :
a. Mengeringkan benda uji dalam oven selama 2 jam, kemudian dinginkan
pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4) jam;
b. Buang air perendam dengan hati-hati, tebarkan agregat diatas talam,
keringkan di udara panas dengan cara membolak-balikkan benda uji.
Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenih;
c. Membuang air perendam dan mengeringkan benda uji di udara panas
sampai tercapai keadaan jenuh kering permukaan.
d. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji
ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk
sebanyak 25 kali, angkat kerucut, keadaan kering permukaan jenuh
tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak;
e. Setelah kondisi keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram
benda uji ke dalam piknometer, masukkan air suling sampai mencapai
90% isi piknometer, putar sambil di guncang sampai tidak terlihat
gelembung udara di dalamnya;
f. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penysuaian
perhitungan kepada suhu standar 25ºC;
g. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas;
h. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram
(Bt);
25
i. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)ºC
sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator;
j. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk);
k. Tentukan berat poknometer berisi air penuh dan ukur suhu air gunakan
penyesuaian dengan suhu standar 25ºC (B).
3.5 Pemeriksaan Agregat Kasar
Untuk mengetahui lulus atau tidaknya benda uji maka dilakukan pengujian
terbahadap benda uji. Adapun beberapa tahapan pemeriksaan benda uji agregat
halis pasir Palu sebagai :
3.5.1 Pengujian Gradasi Agregat menurut SNI 03-1968-1990
Gradasi pada kerikil sebagai agregat kasar menentukan sifat pengerjaan dan
sifat kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat kasar sangatlah
diperhatikan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi
diameter butiran kerikil, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus
kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan
kerikil. Alat yang digunakan, yaitu timbangan, satu set saringan, oven, alat
pemisah contoh, mesin pengguncang saringan, kuas, sendok dan lain-lain.
Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut :
a. Benda uji dikeringkan dalam oven, dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai
berat tetap.
b. Benda uji disaring melalui susunan saringan paling besar ditempatkan
paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin selama 15
menit.
c. Persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
dihitung terhadap berat total benda uji setelah disaring.
d. Hasil analisa saringan dalam pengujian gradasi agregat, diwujudkan
dalam bentuk grafik. Selanjutnya digunakan sebagai acuan perencanaan
adukan beton.
26
3.5.2 Pengujian Berat Isi Agregat Kasar
Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan volume
yang ditempatinya. Hal ini dapat digunakan untuk mempermudah perhitungan
campuran beton bila kita menimbang agregat dengan ukuran volume, karena
umumnya agregat tersebut dalam keadaan padat, sedangkan pada kenyataan pada
saat penimbangan agregat tidak dilakukan dengan wadah untuk penakaran
sehingga satuan volume agregat berada dalam keadaan gembur, sehingga
diperlukan adanya faktor konversi (faktor pengali).
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat isi agregat kasar (batu
lokal Semoi). Berat satuan kerikil adalah perbandingan antara berat kerikil dengan
volume alat ukur. Unit weight diperoleh dengan memasukkan kerikil ke dalam
alat ukur yang telah diketahui volumenya, sehingga berat kerikil dapat diketahui.
Prosedur pengujian berat isi agregat kasar sebagai beirkut :
a. Agregat sesudah direndam selama 24 jam, permukaannya disapu dengan
lap basah.
b. Timbang kotak takar kosong.
c. Timbang kotak takar berisi air penuh.
d. Isi masing-masing kotask takar dengan benda uji dalam 3 lapisan sama
tebal, dimana tiap lapisan ditusuk sebanyak 25 kali. Cara ini disebut
Rodding.
e. Ratakan muka bahannya dengan tangan atau mistar.
f. Timbang kotak takar yang berissi benda uji.
g. Kosongkan kotak takar dan isi lagi dengan benda uji yang dimasukkan
dengan singkup dan tinggi tidak lebih dari 2 inci (2”) diatas kotak takar.
Cara ini disebut Shoveling.
h. Ratakan muka benda uji dengan tangan atau mistar.
i. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.
27
3.5.3 Pengujian Kadar Air Agregat menurut SNI 03-1971-1990
Metode ini sebagai acuan untuk menentukan besarnya kadar air agregat.
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan dalam keadaan kering, yang dinyatakan dalam persen. Peralatan
yang digunakan antara lain : timbangan, oven, talam logam tahan karat.
Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut :
a. Timbang dan catat berat talam (𝑊1).
b. Masukkan benda uji ke dalam talam dan kemudian berat talam dan
benda uji ditimbang. Catat beratnya (𝑊2).
c. Hitunglah berat benda uji 𝑊3 = 𝑊2 − 𝑊1 .......................................... (3.1)
d. Keringkan contoh benda uji berserta talam di dalam oven pada suhu
(110±5)ºC.
e. Setelah kering timbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (𝑊4).
f. Hitunglah berat benda uji kering 𝑊5 = 𝑊4 − 𝑊1 .............................. (3.2)
g. Kemudian hitung kadar air agregat 𝑊3−𝑊5
𝑊5 x 100%......................... (3.3)
3.5.4 Pengujian Kadar Lumpur Agregat
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur
dalam pasir maupun krikil. Prosedur pengujian kandungan lumpur untuk agregat
adalah sebagai berikut :
a. Krikil kering oven ditimbang beratnya (W1).
b. Krikil dicuci diatas ayakan No. 200 (W2).
c. Krikil yang tertinggal diatas ayakan dipindahkan ke dalam wadah dan
dimasukkan ke dalam oven selama 1 x 24 jam.
d. Krikil dikeluarkan dari oven dan ditimbang (W3).
3.5.5 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air menurut SNI 03-1969-1990
Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam
merencanakan campuran adukan beton, karena dengan mengetahui variabel
tersebut dapat dihitung volume pasir yang diperlukan.
28
Tujuan dari pengujian ini untuk mendapatkan :
e. Berat Jenis, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering
dengan volume pasir total.
f. Berat jenis jenuh kering permukaan , yaitu perbandingan antara berat
pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.
g. Berat jenis semu, yaitu perbandingan antara berat pasir kering dengan
volume butir pasir.
h. Penyerapan, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan
berat pasir kering.
Prosedur pengujian berat jenis agregat kasar sebagai berikut :
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan;
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai berat
tetap; sebagai catatan, bila penyerapan dan berat harga jenis digunakan
dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan air
aslinya, maka tidak perlu digunakan pengeringan dengan oven;
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk);
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang, umtuk butiran yang besar pengeringan harus
satu persatu;
f. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj);
g. Letakan benda uji didalam keranjang, gincangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air
(Ba) dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu
standar (25ºC);
h. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat
dan ringan;
i. Menghitung berat jenis curah, benda jenis jenuh kering muka, berat jenis
semu dan penyerapan beratnya menggunakan rumus-rumus berikut :
29
Berat jenis curah = Bk
(Bj−Ba) ..................................................................... (3.4)
Berat jenis jenuh kering muka = Bj
(B−Ba) ................................................ (3.5)
Berat jens semu = Bk
(Bk−Ba) ..................................................................... (3.6)
Penyerapan =(Bj−Bk)
Bk 𝑥 100% ............................................................ (3.7)
3.5.6 Pengujian Tes Abrasi (Keausan)
Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7
mm) terhadap berat semula, dalam persen. Peralatan untuk pengujian ini, yaitu
mesin abrasi Los Angeles, saringan No. 12 (1,7 mm), timbangan, bola-bola baja
dan oven.
Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :
b. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam
pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles.
c. Menyiapkan material sebanyak 5000 gr.
d. Masukkan bola-bola baja dan krikil ke dalam mesin Los Angeles.
e. Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30-35 rpm sebanyak 500
putaran, lalu benda uji dikeluarkan dan disaring dengan ukuran saringan
No. 12.
f. Menimbang kerikil yang tertahan pada saringan No. 12, kemudian cuci
kerikil sampai bersih.
g. Keringkan dalam oven selama 24 jam.
h. Hitung berat kering kerikil dan hitnglah presentase keausan.
3.6 Perencanaan Campuran Beton
Pada penelitian perencanaan campuran beton mengacu pada standar SNI 03-
2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. Pembuatan
adukan beton, yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai, serta
menentukan proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang
ekonomis dengan kualitas yang baik.
30
Perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data
sifat-sifat bahan yang akan digunakan dalam produksi beton;
2. Susunan campuran beton diperoleh dari perencanaan ini harus
dibuktikan melalui campuran coba yang menujukkan bahwa proporsi
tersebut dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.
3.6.1 Uji Slump menurut SNI 03-1972-1990
Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka slump beton. Slump
ditetapkan sesuai kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh beton yang mudah
dituangkan, dipadatkan dan diratakan. Angka slump menggambarkan sifat
kelecakan (workability) beton segar. Peralatan uji slump ialah cetakan dari logam,
tongkat pemadat, pelat logam, sendok cekung dan mistar.
Prosedur pengujian slump pada beton sebagai berikut :
a. Kerucut Abrams diletakkan di atas bidang alas yang rata dan tidak
menyerap air.
b. Kerucut diisi adukan beton sambil ditekan supaya tidak bergeser.
c. Adukan beton diisikan dalam 3 lapis, masing-masing diatur supaya sama
tebalnya (1/3 tinggi kerucut Abrams).
d. Setiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang penusuk sebanyak 25 kali.
e. Lapis terakhir dilebihkan pengisiannya, setelah dipadatkan lalu diratakan
dengan menggelindingkan batang penusuk di atasnya.
f. Segera setelah permukaan atas beton diratakan, cetakan diangkat dengan
kecepatan 3-7 detik, diangkat lurus vertikal.
g. Seluruh proses dari awal sampai selesainya pengangkatan cetakan tidak
boleh lebih lama dari 2,5 menit.
h. Letakkan cetakan di samping beton yang diuji slump nya (boleh
diletakkan dibalik posisinya) dan ukur nilai slump: penurunan
permukaan atas beton pada posisi titik tengah permukaan atasnya.
i. Jika terjadi kegagalan slump (tidak memenuhi kisaran slump yang
disyaratkan keruntuhan benda uji termasuk keruntuhan geser), maka
31
pengujian diulang maksimal 3 kali, jika masih gagal maka beton
dinyatakan tidak memenuhi syarat dan ditolak.
j. Nilai Slump = Tinggi cetakan dikurang tinggi rata-rata benda uji
3.6.2 Pembuatan Benda Uji
Benda uji yang dibuat pada penelitian ini benda uji dengan bentuk kubus
dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm untuk menghitung kuat tekan pada beton.
Benda uji yang dibuat sebanyak 9 benda uji.
Prosedur pembuatan benda uji sebagai berikut :
1. Menyiapkan dan menimbang bahan-bahan campuran adukan beton
sesuai dengan mix design.
2. Beri air pada molen terlebih dahulu sebelum memasukkan campuran
beton.
3. Mencampurkan bahan-bahan tersebut dan mengaduknya sampai
campuan homogen dengan cara dimasukkan ke dalam molen secara
berurutan. Mulai dari air, pasir, batu gunung Semoi dan semen.
4. Setelah adukan homogen, tuangkan adukan beton ke dalam cetakan
kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm hingga penuh saambil
dipadatkan.
5. Pada setiap adukan dilakukan uji slump. Pengujian ini bertujuan untuk
menentukan nilai slump beton segar, sehingga dapat diketahui tingkat
kemudahan pengerjaannya (workability).
3.6.3 Penamaan Benda Uji
Penamaan benda uji dilakukan setelah adukan beton di tuang kedalam
cetakan kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Adapun fungsi dari penamaan
benda uji ini untuk membedakan masing-masing benda uji. Penamaan benda uji
dapat dilihat pada table 3.2.
Table 3.2 Penamaan Benda Uji
7 Hari 14 Hari 28 Hari
1 Beton Normal dengan Batu Lokal Semoi BNBL1-BNBL3 BNBL4-BNBL6 BNBL7-BNBL9
2 Beton Normal BN1-BN3 BN4-BN6 BN7-BN9
No NamaKeterangan
32
3.7 Perawatan Beton
Perawatan beton dilakukan setelah benda uji mongering dan dilepas dari
cetakan agar kelembapan pada beton tetap terjaga dengan baik. Bertujuan agar
proses pengerasan pada beton bekerja secara optimal. Adapun cara melakukan
perawatan beton direndam dalam bak yang berisi air selama masa perawatan.
Pada umumnya perawatan mencegah pengeringan yang biasa menyebabkan
kekurangan air yang dibutuhkan untuk proses pengerasan pada beton. Pada
penelitian benda uji diangkat sehari sebelum pengujian benda uji tekan beton yang
akan dilakukan.
3.8 Pengujian Kuat Tekan Beton menurut SNI 03-1974-1990
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Tujuannya untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang benar. Kuat
tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan
oleh mesin tekan. Alat yang digunakan adalah timbangan digital dan Compression
Testing Machine (CTM).
Prosedur pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut :
1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris;
2. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik;
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah
beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji;
4. Catat hasil beban maksimum.
3.9 Analisa Data dan Kesimpulan
Analisa hasil perhitungan dapat dilakukan setelah data-data telah diolah.
Data-data yang didapat mulai dari awal penelitian, saat penelitian sampai akhir
penelitian. Hasil penelitian dibahas lebih rinci lagi pada bab IV.
Kesimpulan dari hasil data penelitian akan dibahas pada bab V beserta saran
untuk lebih dapat menyempurnakan hasil dari Tugas Akhir.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan yang terdiri dari hasil
pengujian bahan dan hasil pngujian beton dengan Mix Design yang mengacu pada
Metode Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000). Data dan hasil
perhitungan pengujian pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, gambar
dan grafik untuk dianalisa. Bahan yang diuji, yaitu pasir Palu, batu lokal Semoi
dan kerikil Palu.
4.2 Hasil Pegujian Agregat Halus
Pengujian agregat halus yang dilakukan pada penelitian ini meliputi, gradasi
butir halus agregat, berat isi, kadar air, kadar lumpur berat jenis dan penyerapan
air. Berikut ini hasil penelitian pasir Palu :
4.2.1 Hasil Pegujian Gradasi Pasir Palu
Tujuan dari pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah perentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang
diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel dan grafik. Hasil pengujian gradasi spasir
Palu dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Gradasi Butir Halus Pasir Palu
No. mm gram % Tertinggal Lolos
1" 25,4 0,00 0,00 0,00 100
3/4" 19,1 13,13 1,32 1,32 98,68
3/8" 9,5 32,96 3,31 4,63 95,37
4 4,76 48,43 4,87 9,50 90,50
8 2,38 96,09 9,66 19,15 80,85
16 1,19 118,47 11,90 31,06 68,94
30 0,59 190,89 19,18 50,24 49,76
50 0,297 215,10 21,61 71,85 28,15
100 0,149 136,43 13,71 85,56 14,44
200 0,075 123,51 12,41 97,97 2,03
PAN 20,16 2,03 100 0,00
995,17 273,32
2,73
Lubang SaringanPasir Palu
Tertinggal Komulatif
Modulus Halus Saringan Pasir Palu, Fm
34
Gambar 4.1. Batas Gradasi Pasir Palu
Pada tabel 4.2 dapat dilihat hasil dari pengujian gradasi butir halus pasir
Palu di dapatkan modulus halus butir pasir Palu adalah 2,73. Kemudian hasil
tersebut dimasukan pada grafik gradasi agregat halus dan sesuai dengan syarat
standart yang ditetapkan untuk MHB agregat halus dengan kisaran 1,5 - 3,8 maka
untuk nilai MHB pasir Palu termasuk dalam kategori memenuhi syarat. Untuk
hasil pengujian gradasi pasir Palu setelah di cocokan dengan zona gradasi yang
terdapat pada SNI 03-2834-2000 terdapat 4 zona gradasi pasir (zona 1, zona 2,
zona 3, zona 4) dan hasil dari uji bahan tersebut masuk dalam zona 4 seperti
terlihat pada gambar 4.1.
4.2.2 Hasil Pegujian Berat isi
Pengujian berat isi pasir Palu dilakukan dengan 2 cara, yaitu rodding dan
cara shoveling. Cara rodding dilakukan dengan cara menusuk-nusuk pasir Palu
sebanyak 25 kali tusukan dalam kotak takar dengan 3 lapisan sama tebal,
sedangkan cara shoveling dilkakukan tanpa ditusuk-tusuk pada pasir Palu. Hasil
pengujian berat isi pada Pasir Palu dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
10
30
59
90
100 100 100
0 8
35
55
75
90
100
14.44
28.15
49.76
68.94
80.8590.5
95.37
98.68
0
20
40
60
80
100
120
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19
Kom
ula
tif L
olo
s S
ari
ngan
Lubang Ayakan
Batas Gradasi Pasir (Sedang) No. 2
Batas Atas Zona 2 Batas Bawah Zona 2 Batas Pasir Palu
35
Tabel 4.2 Pengujian Berat Isi Pasir Palu
Dari hasil pengujian berat isi pasir Palu diatas berat isi pasir Palu yang
dilakukan dengan cara rodding lebih besar dari berat isi dengan cara shoveling,
yaitu 1,427 gr/cm³, sedangkan berat isi dari Pasir Palu dengan cara shoveling
sebesar 1,313 gr/cm³. Hal ini disebabkan karena adanya tusukan-tusukan yang
dilakukan pada cara rodding sebanyak 25 kali yang mengakibatkan volume
menjadi lebih padat dan berat isi menjadi lebih besar dibandingkan dengan cara
shoveling yang dilakukan tanpa di tusuk. Sehingga dalam mix design nilai berat isi
yang digunakan adalah dengan cara rodding. Berat isi dari pasir Palu memenuhi
syarat ASTM C33 karena persyaratan berat isi agregat tidak boleh kurang dari 1,2
gr/cm³.
4.2.3 Hasil Pegujian Kadar Air
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh angka persentase kadar
air yang terkandung pada pasir Palu. Hasil pengujian kadar air yang terkandung
pada pasir Palu disajikan pada tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Kadar Air Pasir Palu
Rodding Shoveling
A Berat Kotak Takar (gr) 2815 2815
B Berat Kotak Takar + Air (gr) 5920 5920
C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 7315 6955
D Berat Bersih Sampel (A - B) (gr) 4500 4140
E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 3154,13 3154,13
F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,427 1,313
1 (gr) 2 (gr) 3 (gr)
A Berat Cawan + Pasir Basah (W2) 89,56 96,87 96,92
B Berat Pasir Basah (W2-W1) 76,14 83,54 83,44
C Berat Cawan + Pasir Kering Oven (W3) 86,14 93,24 92,91
D Berat Air (A-C) 3,42 3,63 3,71
E Berat Cawan Kosong (W1) 13,42 13,33 13,18
F Berat Pasir Kering (B-E) 72,72 79,91 79,73
G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 4,70 4,54 4,65
H Kadar Air Rata-rata (%)
Sampel PasirUraian
4,633
36
Pada tabel 4.3 dapat dilihat hasil dari pengujian kadar air pada pasir Palu
sebesar 4,633%. Presentase kadar air pada pasir Palu cukup tinggi namun masih
memenuhi syarat SNI 03-1971-1990 karena syarat kadar air bernilai ≤ 5%. Kadar
air yang terkandung pada pasir Palu cukup tinggi dikarenakan sehari sebelum
pengambilan sampel cuaca sedang hujan.
4.2.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan persentase kandungan kadar
lumpur dalam pasir tersebut. Hasil pengujian kadar lumpur yang terkandung pada
pasir Palu terdapat pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Kadar Lumpur Pasir Palu
Kadar lumpur pasir yang disyaratkan menurut Standar Nasional Indonesia
tahun 2002 yaitu ≤ 5%. Apabila kadar lumpur ≤ 5 %, maka pasir harus dicuci
terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpurnya sebelum digunakan dalam
campuran adukan beton. Berdasarkan pada tabel diatas hasil kadar lumpur yang
terkandung pada pasir Palu adalah 0,662%, maka pasir Palu dapat digunakan
dalam perencanaan campuran beton tanpa harus dicuci terlebih dahulu.
4.2.5 Hasil Pegujian Berat Jenis dan Penyerapan air
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat jenis curah (Bulk Specific
Grafity), berat jenis jenuh permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent Specific
Gravity) dan penyerapan (Absorption) pada pasir Palu. Adapun rumus-rumus
yang digunakan untuk menghitung berat jenis adalah sebagai berikut :
- Berat jenis curah =Bk
(B + 500 – Bt) ............................................................... (4.1)
- Berat jenis jenuh kering permukaan =500
(B + 500 - Bt) ................................. (4.2)
- Berat jenis semu =Bk
(B + Bk - Bt) ................................................................... (4.3)
Uraian Sampel Pasir Palu
Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 984,73
Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 978,21
Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 6,52
Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 0,662
37
- Penyerapan air = 500 - Bk
Bk ........................................................................... (4.4)
Dimana :
Bk = Berat pasir kering oven (gr)
500 = Berat pasir jenuh kering muka (gr)
Bt = Berat piknometer berisi pasir dan air (gr)
B = Berat piknometer berisi air (gr)
Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air pada pasir Palu dapat dilihat
pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5 Berat Jenis dan Penyerapan air Pasir Palu
Dari Tabel diatas hasil berat jenis jenuh kering permukaan yaitu 2,50 yang
dimana hasil tersebut memenuhi syarat dari SNI 03-1970-1990 yaitu 2,5 - 2,7.
Pada penyerapan air jenuh kering muka didapatkan hasil 8,60%, persyaratan
penyerapan air sebesar ≤ 5%. Hal ini dikarenakan sehari sebelum pengambilan
sampel cuaca sedang hujan. Hal ini dapat mempengaruhi proporsi air pada mix
design. Oleh karena itu, pada saat pencampuran dan pengecoran beton
mencampurkan air sedikit demi sedikit agar campuran pada beton tidak menjadi
encer.
4.2.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Palu)
Setelah semua pengujian pasir Palu dilakukan dan didapat data-data
pengujian secara keseluruhan dan dirangkum dalam tabel 4.6 rekapitulasi hasil
pengujian agregat halus (pasir Palu) sebagai berikut :
Benda Uji Pasir Palu
Berat Pasir Kering oven (gr) (Bk) 460,42
Berat Pasir Jenuh Kering Muka 500 gr 500
Berat Piknometer Pasir dan Air (gr) (Bt) 1535
Berat Piknometer berisi Air (gr) (B) 1235
Berat Jenis Curah (Bk/(B+500-Bt)) 2,30
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (500/(B+500-Bt)) 2,50
Berat Jenis Semu (Bk/(B+Bk-Bt)) 2,87
Penyerapan Air Jenuh Kering Muka % ((500-Bk)/Bk*100%) 8,60
38
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Palu)
Hasil rekapitulasi pengujian pasir Palu ialah :
a. Pengujian berat jenis memiliki presentase nilai 2,50 pada SSD yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat minimum nilai, yaitu 2,5 - 2,7.
Sedangkan pada penyerapan air tidak memenuhi syarat karena hasil
pengujian penyerapan air diapat nilai sebesar 8,60 persyaratan pada
penyerapan air ialah ≤ 5%. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi proporsi
air pada mix design.
b. Pada pengujian berat isi didapatkan presentase nilai 1,427% yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat berat isi ialah ≥ 1,2% menurut ASTM
C33.
c. Pengujian kadar air memiliki presentase nilai sebesar 4,633% yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat presentase kadar air ialah ≤ 5%.
d. Pengujian kadar lumpur didapatkan presentse nilai 0,662% memenuhi
syarat dikarenakan syarat kadar lumpur ialah ≤ 5%.
e. Pengujian gradasi MHB memiliki nilai 2,73 memenuhi syarat dikarenakan
batas minimum nilai gradasi pasir ialah 1,6 – 3,8.
4.3 Hasil Pegujian Agregat Kasar (Kerikil Palu)
Pengujian agregat kasar yang dilakukan pada penelitian ini meliputi, gradasi
butir halus agregat, berat isi, kadar air, kadar lumpur, berat jenis dan penyerapan
air. Berikut ini hasil penelitian kerikil Palu :
No. Jenis Uji Syarat Hasil Uji Ket.
1 Berat Jenis
SSD 2,5 - 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,50 Memenuhi syarat
Penyerapan Air ≤ 5% (SNI 03-1970-1990) 8,60 Tidak memenuhi syarat
2 Barat Isi ≥ 1,2% (ASTM C33) 1,427 Memenuhi syarat
3 Kadar Air ≤ 5% (SNI 03-1971-1990) 4,633 Memenuhi syarat
4 Kadar Lumpur ≤ 5% (PUBI-1992) 0,662 Memenuhi syarat
5 Gradasi Mhb 1,6 - 3,8 (SNI 03-2834-2000) 2,73 Memenuhi syarat
39
4.3.1 Hasil Pegujian Gradasi kerikil Palu
Tujuan dari pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah perentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang
diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel dan grafik. Hasil pengujian gradasi kerikil
Palu dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7 Gradasi Butir Halus Kerikil Palu
Gambar 4.2. Batas Gradasi Kerikil Palu
No. mm gram % Tertinggal Lolos
1,5" 38,1 0,00 0,00 0,00 100
1" 25,4 159,91 3,22 3,22 96,78
3/4" 19,1 1274,59 25,64 28,85 71,15
3/8" 9,5 2976,15 59,86 88,71 11,29
4 4,76 530,94 10,68 99,39 0,61
8 2,38 27,38 0,55 99,94 0,06
16 1,19 0,75 0,02 99,96 0,04
30 0,59 0,05 0,00 99,96 0,04
50 0,297 1,08 0,02 99,98 0,02
100 0,149 0,33 0,01 99,98 0,02
PAN 0,075 0,77 0,02 100,00 0,00
4971,95 620,00
Modulus Halus Saringan Kerikil, Fm 6,20
KerikilLubang Saringan
Tertinggal Komulatif
5
40
70
100 100
0
10
35
95100
0.61
11.29
71.15
100 100
0
20
40
60
80
100
120
4.8 9.6 19 38 76
Kom
ula
tif L
olo
s S
ari
ng
an
Lubang Saringan
Batas Gradasi Kerikil atau Koral ukuran maksimum 40 mm
Batas Atas Zona 3 Batas Bawah Zona 3 Batas Kerikil Palu
40
Pada tabel 4.7 dapat dilihat hasil dari pengujian gradasi butir halus kerikil
Palu di dapatkan modulus halus butir kerikil Palu adalah 6,20. Kemudian hasil
tersebut dimasukan pada grafik gradasi agregat kasar dan sesuai dengan syarat
standart yang ditetapkan untuk MHB agregat kasar dengan kisaran 5,0 - 8,0 maka
untuk nilai MHB kerikil Palu termasuk dalam kategori memenuhi syarat. Untuk
hasil pengujian gradasi kerikil Palu setelah di cocokan dengan zona gradasi yang
terdapat pada SNI 03-2834-2000 terdapat 3 zona gradasi (zona 1, zona 2, zona 3)
dan hasil dari uji bahan tersebut masuk dalam zona 3 yaitu seperti terlihat pada
gambar 2.
4.3.2 Hasil Pegujian Berat isi
Pengujian berat isi kerikil Palu dilakukan dengan 2 cara, yaitu rodding dan
cara shoveling. Cara rodding dilakukan dengan cara menusuk-nusuk kerikil Palu
sebanyak 25 kali tusukan dalam kotak takar dengan 3 lapisan sama tebal,
sedangkan cara shoveling dilkakukan tanpa ditusuk-tusuk pada kerikil Palu. Hasil
pengujian berat isi pada kerikil Palu dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8 Pengujian Berat Isi Kerikil Palu
Dari hasil pengujian berat isi kerikil Palu diatas yang dilakukan dengan cara
rodding lebih besar dari berat isi dengan cara shoveling, yaitu 1,509 gr/cm³,
sedangkan berat isi dari kerikil Palu dengan cara shoveling sebesar 1,314 gr/cm³.
Hal ini disebabkan karena adanya tusukan-tusukan yang dilakukan pada cara
rodding sebanyak 25 kali yang mengakibatkan volume menjadi lebih padat dan
berat isi menjadi lebih besar dibandingkan dengan cara shoveling yang dilakukan
tanpa di tusuk. Sehingga dalam mix design nilai berat isi yang digunakan adalah
dengan cara rodding. Berat isi dari kerikil Palu memenuhi syarat ASTM C33
karena persyaratan berat isinya tidak boleh kurang dari 1,2 gr/cm³.
Rodding Shoveling
A Berat Kotak Takar (gr) 6070 6070
B Berat Kotak Takar + Air (gr) 15915 15915
C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 22520 20400
D Berat Bersih Sampel (A - B) (gr) 16450 14330
E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 10904,83 10904,83
F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,509 1,314
Kerikil Palu
41
4.3.3 Hasil Pegujian Kadar Air
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh angka persentase kadar
air yang terkandung pada kerikil Palu. Hasil pengujian kadar air yang terkandung
pada kerikil Palu disajikan pada tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9 Kadar Air Kerikil Palu
Pada tabel 4.9 dapat dilihat hasil dari pengujian kadar air pada kerikil Palu
sebesar 1,446%. Presentasi kadar air pada kerikil Palu memenuhi syarat SNI 02-
1971-1990 karena syarat kadar air bernilai ≤ 5%.
4.3.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan persentase kandungan kadar
lumpur dalam agregat tersebut. Hasil pengujian kadar lumpur yang terkandung
pada kerikil Palu terdapat pada tabel 4.10 sebagai berikut :
Tabel 4.10 Kadar Lumpur Kerikil Palu
Kadar lumpur pasir yang disyaratkan menurut Standar Nasional Indonesia
tahun 2002 yaitu ≤ 1%. Apabila kadar lumpur ≤ 1 %, maka kerikil Palu harus
dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpurnya sebelum digunakan dalam
campuran adukan beton. Berdasarkan pada tabel diatas hasil kadar lumpur yang
terkandung pada kerikil Palu adalah 2,357%, maka kerikil Palu sebelum
digunakan dalam perencanaan campuran beton harus dicuci terlebih dahulu.
1 (gr) 2 (gr) 3 (gr)
A Berat Cawan + Agregat Basah (W2) 98,20 106,80 103,50
B Berat Agregat Basah (W2-W1) 85,30 93,10 90,20
C Berat Cawan + Agregat Kering Oven (W3) 97,00 105,46 102,21
D Berat Air (A-C) 1,20 1,34 1,29
E Berat Cawan Kosong (W1) 12,90 13,70 13,30
F Berat Agregat Kering (B-E) 84,10 91,76 88,91
G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 1,43 1,46 1,45
H Kadar Air Rata-rata (%)
Uraian
1,446
Sampel Kerikil
Uraian Sampel Kerikil
Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 1000,85
Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 977,26
Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 23,59
Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 2,357
42
4.3.5 Hasil Pegujian Berat Jenis dan Penyerapan air
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat jenis curah (Bulk Specific
Grafity), berat jenis jenuh permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent Specific
Gravity) dan penyerapan (Absorption) pada kerikil Palu. Adapun rumus-rumus
yang digunakan untuk menghitung berat jenis adalah sebagai berikut :
- Berat jenis curah = Bk
(Bj - Ba) ....................................................................... (4.5)
- Berat jenis jenuh kering permukaan = Bj
(Bj - Ba)........................................ (4.6)
- Berat jenis semu = Bk
(Bk - Ba) ........................................................................ (4.7)
- Penyerapan air = Bj - Bk
Bk x 100%............................................................... (4.8)
Dimana :
Bk = Berat benda uji kering oven (gr)
Bj = Berat benda uji jenuh kering permukaan (gr)
Ba = Berat benda uji jenuh kering permukaan dalam air (gr)
Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air pada kerikil Palu dapat dilihat
pada tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11 Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu
Dari Tabel diatas hasil berat jenis jenuh kering permukaan yaitu 2,70 yang
dimana hasil tersebut memenuhi syarat dari SNI 03-1970-1990 yaitu 2,5 - 2,7.
Pada penyerapan air jenuh kering muka didapatkan hasil 1,01%, hasil tersebut
memenuhi syarat, persyaratan penyerapan air sebesar ≤ 5%.
Kerikil
Berat Benda Uji Kering oven (gr) (Bk) 4970
Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) (Bj) 5020
Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan dalam air (gr) (Ba) 3161
Berat Jenis Curah (Bk/(Bj-Ba)) 2,67
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Bj/(Bj-Ba)) 2,70
Berat Jenis Semu (Bk/(Bk-Ba)) 2,75
Penyerapan Air % ((Bj-Bk)/Bk*100%) 1,01
43
4.3.6 Hasil Pegujian Tes Abasi (Keausan)
Hasil Tes Abrasi (keausan) pada kerikil Palu dapat dilihat pada tabel 4.12
sebagai berikut.
Tabel 4.12 Hasil Tes Abrasi Kerikil Palu
Pengujian tes abrasi tersebut menggunakan berat dan gradasi type B, dimana
lewat ayakan no. ¾” – ½” yang masing-masing jumlah berat agregat 2500 gram.
Jumlah berat agregat keseluruhan yaitu 5000 gram, setelah di tes abrasi
menggunakan alat Los Angeles kemudian disaring ayakan no.12 berat agregat
yaitu 4140 gram. Hasil pengujian batu lokal Semoi ini sebesar 17,20%, hasil ini
memenuhi syarat SNI 2417-2008, yaitu ≤ 50%.
4.3.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar (Kerikil Palu)
Setelah pengujian kerikil Palu dilakukan dan didapat data-data pengujian,
kemudian data-data tersebut dirangkum dalam tabel 4.13 rekapitulasi hasil
pengujian kerikil Palu sebagai berikut :
Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Pengujian Kerikil Palu
Lewat Tertinggal A B C
1 1/2" 1" 1250
1" 3/4" 1250
3/4" 1/2" 1250 2500
1/2" 3/8" 1250 2500
3/8" 1/4" 2500
1/4" No.4 (4,75) 2500
Jumlah Bola 12 11 8
Berat Agregat (A) 5000 5000 5000
Berat Trtahan di atas
Ayakan No.12 (B)4140
Nilai Keausan %
((A-B)/A*100%) 17,20
Diameter Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gram)Ket.
No. Jenis Uji Syarat Hasil Uji Ket.
1 Berat Jenis
SSD 2,5 - 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,70 Memenuhi syarat
Penyerapan Air ≤ 5% (SNI 03-1970-1990) 1,01 Memenuhi syarat
2 Barat Isi ≥ 1,2% (ASTM C33) 1,509 Memenuhi syarat
3 Kadar Air ≤ 5% (SNI 03-2461-2002) 1,446% Memenuhi syarat
4 Kadar Lumpur ≤ 1% (SNI 03-2461-2002) 2.357% Tidak memenuhi syarat
5 Gradasi Mhb 5,0 - 8,0 (SNI 03-2834-2000) 6,20 Memenuhi syarat
6 Tes Abrasi ≤ 50% (SNI 2417-2008) 17,20% Memenuhi syarat
44
Hasil rekapitulasi pengujian kerikil Palu ialah :
a. Pengujian berat jenis memiliki presentase nilai 2,70 pada SSD yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat minimum nilai, yaitu 2,5 - 2,7. Dan
pada penyerapan air dengan nilai 1,01% memenuhi syarat karena
persyaratan pada penyerapan air ialah ≤ 5%.
b. Pada pengujian berat isi didapatkan presentase nilai 1,509% yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat berat isi ialah ≥ 1,2% menurut ASTM
C33.
c. Pengujian kadar air memiliki presentase nilai sebesar 1,446% yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat presentase kadar air ialah ≤ 5%.
d. Pengujian kadar lumpur didapatkan presentse nilai 2,357% tidak
memenuhi syarat dikarenakan syarat kadar lumpur pada agregar kasar
ialah ≤ 1%. Sehingga kerikil Palu dicuci terlebih dahulu sebelum
digunakan dalam pencampuran adukan beton.
e. Pengujian gradasi MHB memiliki nilai 6,20 memenuhi syarat dikarenakan
batas minimum nilai gradasi pasir ialah 5,0 – 8,0.
f. Pengujian Tes Abrasi memiliki nilai 17,20% memenuhi syarat dikarenakan
syarat nilai tes abrasi ialah ≤ 50%.
4.4 Hasil Pegujian Batu Lokal Semoi
Pengujian agregat kasar yang dilakukan pada penelitian ini meliputi, gradasi
butir halus agregat, berat isi, kadar air, kadar lumpur, berat jenis dan penyerapan
air. Berikut ini hasil penelitian batu lokal Semoi :
4.4.1 Hasil Pegujian Gradasi Batu Lokal Semoi
Tujuan dari pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah perentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang
diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel dan grafik. Hasil pengujian gradasi batu
lokal Semoi dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut :
45
Tabel 4.14 Gradasi Butir Halus Batu Lokal Semoi
Gambar 4.3. Zona Gradasi Batu Lokal Semoi
Pada tabel 4.14 dapat dilihat hasil dari pengujian gradasi butir halus batu
lokal Semoi di dapatkan modulus halus butir batu lokal Semoi adalah 6,82.
Kemudian hasil tersebut dimasukan pada grafik gradasi agregat kasar dan sesuai
dengan syarat standart yang ditetapkan untuk MHB agregat kasar dengan kisaran
No. mm gram % Tertinggal Lolos
1,5" 38,1 0,00 0,00 0,00 100
1" 25,4 716,97 14,52 14,52 85,48
3/4" 19,1 2657,94 53,81 68,33 31,67
3/8" 9,5 1558,99 31,56 99,89 0,11
4 4,76 0,95 0,02 99,91 0,09
8 2,38 0,28 0,01 99,92 0,08
16 1,19 0,20 0,00 99,92 0,08
30 0,59 0,30 0,01 99,93 0,07
50 0,297 0,22 0,00 99,93 0,07
100 0,149 0,34 0,01 99,94 0,06
PAN 0,075 2,97 0,06 100,00 0,00
4939,16 682,35
Modulus Halus Saringan Batu Lokal Semoi Fm 6,82
Batu Lokal SemoiLubang Saringan
Tertinggal Komulatif
5
40
70
100
0
10
35
95100
0.09 0.11
31.67
85.48
100
0
20
40
60
80
100
120
4.8 9.6 19 38 76
Ko
mu
lati
f L
olo
s S
ari
ng
an
Lubang Saringan
Batas Gradasi Kerikil atau Koral ukuran maksimum 40 mm
Batas Atas Zona 3 Batas Bawah Zona 3 Batas Batu Lokal Semoi
46
5,0 - 8,0 maka untuk nilai MHB batu lokal Semoi termasuk dalam kategori
memenuhi syarat. Untuk hasil pengujian gradasi batu lokal Semoi setelah di
cocokan dengan zona gradasi yang terdapat pada SNI 03-2834-2000 terdapat 3
zona gradasi (zona 1, zona 2, zona 3) dan hasil dari uji bahan tersebut masuk
dalam zona 3 yaitu seperti terlihat pada gambar 4.3.
4.4.2 Hasil Pegujian Berat isi
Pengujian berat isi batu lokal Semoi dilakukan dengan 2 cara, yaitu rodding
dan cara shoveling. Cara rodding dilakukan dengan cara menusuk-nusuk batu
lokal Semoi sebanyak 25 kali tusukan dalam kotak takar dengan 3 lapisan sama
tebal, sedangkan cara shoveling dilakukan tanpa ditusuk-tusuk pada batu lokal
Semoi. Hasil pengujian berat isi pada batu lokal Semoi dapat dilihat pada tabel
4.15 sebagai berikut :
Tabel 4.15 Pengujian Berat Isi
Berat isi batu lokal Semoi dilakukan dengan cara rodding lebih besar dari
berat isi dengan cara shoveling, yaitu 1,371 gr/cm³, sedangkan berat isi dari batu
lokal Semoi dengan cara shoveling sebesar 1,254 gr/cm³. Hal ini disebabkan
karena adanya tusukan-tusukan yang dilakukan pada cara rodding sebanyak 25
kali yang mengakibatkan volume menjadi lebih padat dan berat isi menjadi lebih
besar dibandingkan dengan cara shoveling yang dilakukan tanpa di tusuk.
Sehingga dalam mix design nilai berat isi yang digunakan adalah dengan cara
rodding. Berat isi dari batu lokal Semoi memenuhi syarat ASTM C33 karena
persyaratan berat isinya tidak boleh kurang dari 1,2 gr/cm³.
Rodding Shoveling
A Berat Kotak Takar (gr) 6070 6070
B Berat Kotak Takar + Air (gr) 15915 15915
C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 21020 19750
D Berat Bersih Sampel (A - B) (gr) 14950 13680
E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 10904,83 10904,83
F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,371 1,254
Semoi
47
4.4.3 Hasil Pegujian Kadar Air
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh angka persentase kadar
air yang terkandung pada batu lokal Semoi. Hasil pengujian kadar air yang
terkandung pada batu lokal Semoi disajikan pada tabel 4.16 sebagai berikut :
Tabel 4.16 Kadar Air Batu Lokal Semoi
Pada tabel 4.15 dapat dilihat hasil dari pengujian kadar air pada batu lokal
Semoi sebesar 0,784%. Presentasi kadar air pada batu lokal Semoi memenuhi
syarat SNI 02-1971-1990 karena syarat kadar air bernilai ≤ 5%.
4.4.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan persentase kandungan kadar
lumpur dalam agregat tersebut. Hasil pengujian kadar lumpur yang terkandung
pada batu lokal Semoi terdapat pada tabel 4.17 sebagai berikut :
Tabel 4.17 Kadar Lumpur Batu Lokal Semoi
Kadar lumpur agregat kasar yang disyaratkan menurut Standar Nasional
Indonesia tahun 2002 yaitu ≤ 1%. Apabila kadar lumpur ≤ 1 %, maka agregat
kasar harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpurnya sebelum
digunakan dalam campuran adukan beton. Berdasarkan pada tabel diatas hasil
kadar lumpur yang terkandung pada batu lokal Semoi adalah 1,0%, maka batu
lokal Semoi sebelum digunakan dalam perencanaan campuran beton harus dicuci
terlebih dahulu.
1 (gr) 2 (gr) 3 (gr)
A Berat Cawan + Agregat Basah (W2) 81,47 90,19 90,50
B Berat Agregat Basah (W2-W1) 68,57 76,49 77,20
C Berat Cawan + Agregat Kering Oven (W3) 80,94 89,66 89,83
D Berat Air (A-C) 0,53 0,53 0,67
E Berat Cawan Kosong (W1) 12,90 13,70 13,30
F Berat Agregat Kering (B-E) 68,04 75,96 76,53
G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 0,78 0,70 0,88
H Kadar Air Rata-rata (%)
Sampel Batu Lokal Semoi
0,784
Uraian
Uraian Sampel Batu Lokal Smeoi
Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 835,48
Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 827,17
Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 8,31
Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 1,0
48
4.4.5 Hasil Pegujian Berat Jenis dan Penyerapan air
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat jenis curah (Bulk Specific
Grafity), berat jenis jenuh permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent Specific
Gravity) dan penyerapan (Absorption) pada batu lokal Semoi. Adapun rumus-
srumus yang digunakan untuk menghitung berat jenis adalah sebagai berikut :
- Berat jenis curah = Bk
(Bj - Ba) ........................................................................ (4.9)
- Berat jenis jenuh kering permukaan = Bj
(Bj - Ba)...................................... (4.10)
- Berat jenis semu = Bk
(Bk - Ba) ..................................................................... (4.11)
- Penyerapan air = Bj - Bk
Bk x 100%............................................................ (4.12)
Dimana :
Bk = Berat benda uji kering oven (gr)
Bj = Berat benda uji jenuh kering permukaan (gr)
Ba = Berat benda uji jenuh kering permukaan dalam air (gr)
Hasil berat jenis dan penyerapan air pada batu lokal Semoi dapat dilihat
pada tabel 4.18 sebagai berikut :
Tabel 4.18 Berat Jenis dan Penyerapan Air Batu Lokal Semoi
Dari Tabel diatas hasil berat jenis jenuh kering permukaan yaitu 2,55 yang
dimana hasil tersebut memenuhi syarat dari SNI 03-1970-1990 yaitu 2,5 - 2,7.
Pada penyerapan air jenuh kering muka didapatkan hasil 1,40%, hasil tersebut
memenuhi syarat, persyaratan penyerapan air sebesar ≤ 5%.
Batu Lokal Semoi
Berat Benda Uji Kering oven (gr) (Bk) 4943,97
Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) (Bj) 5015
Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan dalam air (gr) (Ba) 3045,60
Berat Jenis Curah (Bk/(Bj-Ba)) 2,51
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Bj/(Bj-Ba)) 2,55
Berat Jenis Semu (Bk/(Bk-Ba)) 2,60
Penyerapan Air % ((Bj-Bk)/Bk*100%) 1,44
49
4.4.6 Hasil Pegujian Tes Abasi (Keausan)
Hasil Tes Abrasi (keausan) pada batu lokal semoi dapat dilihat pada tabel
4.19 sebagai berikut.
Tabel 4.19 Hasil Tes Abrasi Batu Lokal Semoi
Pengujian tes abrasi tersebut menggunakan berat dan gradasi type A, dimana
lewat ayakan no. 1 ½ - ½ yang masing-masing jumlah berat agregat 1250 gram.
Jumlah berat agregat keseluruhan yaitu 5000 gram, setelah di tes abrasi
menggunakan alat Los Angeles kemudian disaring ayakan no.12 berat agregat
yaitu 3450 gram. Hasil pengujian batu lokal Semoi ini sebesar 31%, hasil ini
memenuhi syarat SNI 2417-2008, yaitu ≤ 50%.
4.4.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar (Batu Lokal Semoi)
Setelah pengujian batu lokal Semoi dilakukan dan didapat data-data
pengujian, kemudian data-data tersebut dirangkum dalam tabel 4.20 rekapitulasi
hasil pengujian batu lokal Semoi sebagai berikut :
Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Pengujian Batu Lokal Semoi
Lewat Tertinggal A B C
1 1/2" 1" 1250
1" 3/4" 1250
3/4" 1/2" 1250 2500
1/2" 3/8" 1250 2500
3/8" 1/4" 2500
1/4" No.4 (4,75) 2500
Jumlah Bola 12 11 8
Berat Agregat (A) 5000 5000 5000
Berat Trtahan di atas
Ayakan No.12 (B)3450
Nilai Keausan %
((A-B)/A*100%) 31,0
Berat dan Gradasi Benda Uji (gram)Ket.
Diameter Ayakan
No. Jenis Uji Syarat Hasil Uji Ket.
1 Berat Jenis
SSD 2,5 - 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,55 Memenuhi syarat
Penyerapan Air ≤ 5% (SNI 03-1970-1990) 1,40 Memenuhi syarat
2 Barat Isi ≥ 1,2% (ASTM C33) 1,371 Memenuhi syarat
3 Kadar Air ≤ 5% (SNI 03-2461-2002) 0,784% Memenuhi syarat
4 Kadar Lumpur ≤ 1% (SNI 03-2461-2002) 1,0% Memenuhi syarat
5 Gradasi Mhb 5,0 - 8,0 (SNI 03-2834-2000) 6,82 Memenuhi syarat
6 Tes Abrasi ≤ 50% (SNI 2417-2008) 31% Memenuhi syarat
50
Hasil rekapitulasi pengujian batu lokal Semoi ialah :
a. Pengujian berat jenis memiliki presentase nilai 2,55 pada SSD yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat minimum nilai, yaitu 2,5 - 2,7. Dan
pada penyerapan air dengan nilai 1,40% memenuhi syarat karena
persyaratan pada penyerapan air ialah ≤ 5%.
b. Pada pengujian berat isi didapatkan presentase nilai 1,371% yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat berat isi ialah ≥ 1,2% menurut ASTM
C33.
c. Pengujian kadar air memiliki presentase nilai sebesar 0,784% yang
memenuhi syarat dikarenakan syarat presentase kadar air ialah ≤ 5%.
d. Pengujian kadar lumpur didapatkan presentse nilai 1,0% tidak memenuhi
syarat dikarenakan syarat kadar lumpur pada agregar kasar ialah ≤ 1%.
Sehingga batu lokal Semoi dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan
dalam pencampuran adukan beton.
e. Pengujian gradasi MHB memiliki nilai 6,82 memenuhi syarat dikarenakan
batas minimum nilai gradasi pasir ialah 5,0 – 8,0.
f. Pengujian Tes Abrasi memiliki nilai 31,0% memenuhi syarat dikarenakan
syarat nilai tes abrasi ialah ≤ 50%.
4.5 Hasil Pegujian Bahan
Pada penelitian ini menggunkan Mix Design Metode Standar Nasional
Indonesa (SNI 03-2834-2000). Berikut adalah rencana perencanaan beton :
Tabel 4.21 Perencanaan Campuran Beton
Mix design tersebut digunakan untuk 9 sampel BN dan 9 sampel BNBL
yang akan diuji pada 7, 14 dan 28 hari. Dimana BN yang merupakan nama benda
uji pengulangan untuk variasi beton normal dengan menggunakan agregat pasir
BN 9,37 17,14 5,6 36,40 - 9
BNBL 9,37 17,46 5,6 - 35,22 9
18Jumlah Sampel
Campuran Beton
VariasiSemen
(kg)
Pasir Palu
(kg)Air (kg)
Kerikil Palu
(kg)
Batu
Lokal
Jumlah
Sampel
51
Palu dan kerikil palu dan BNBL untuk variasi beton normal dengan menggunakan
agregat pasir Palu dan batu lokal Semoi. Untuk rincian perhitungan mix design
dapat dilihat pada lampiran no.2.
4.6 Pegujian Nilai Slump
Pengujian nilai slump dilakukan pada adukan beton yang diambil langsung
dari tempat pengadukan beton, karena pengadukan dilakukan secara manual.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kelecakan beton. Hal ini mempunyai
pengaruh terhadap kemudahan dalam pengerjaan beton (workability).
Pada umumnya nilai slump 10 ± 2 cm, sedangkan nilai slump yang didapat
dilapangan ada 4 kali adukan beton yang dimana adukan beton pertama untuk 6
sampel adalah 120 mm, pada adukan kedua untuk 3 sampel adalah 110 mm, pada
adukan ketiga untuk 6 sampel adalah 110 mm dan pada adukan keempat untuk 3
sampel adalah 120 mm. Sehingga nilai slump rata-rata pada adukan beton adalah
115 mm, hasil ini memenuhi persyaratan.
4.7 Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji penelitian ini menggunakan benda uji berupa kubus
dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Selain itu, benda uji yang akan digunakan
pada penelitian ini memiliki 2 variasi umur yaitu 3, 14 dan 28 hari, serta memiliki
2 variasi material campuran dengan jumlah 18 sampel yang dimana tiap masing-
masing memiliki 3 sampel.
4.8 Perawatan Benda Uji
Beton yang sudah dicetak dibiarkan mengering selama ± 24 Jam, kemudian
dilepas dari cetakan dan setelah itu dilakukan perawatan beton selama sehari
sebelum waktu pengujian kuat tekan beton dengan cara perendaman beton dalam
bak perendaman agar beton tetap lembab. Setelah sehari sebelum waktu pengujian
kuat tekan beton dikeluarkan agar mengering sebelum waktu pengujian kuat tekan
beton.
52
4.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 7, 14 dan 28 hari.
Alat yang digunakan adalah timbangan elektrik dan Compression Testing
Machine (CTM). Pengujian kuat tekan ini untuk mengetahui kuat tekan beton dari
material pasir Palu, kerikil Palu dan batu lokal Semoi. Adapun rumus-rumus yang
digunakan untuk menghitung kuat tekan beton adalah sebagai berikut :
- Luas Penampang = sisi x sisi ............................................ (4.13)
- Beban Maksimum = Beban (Kn) x 102 ............................. (4.14)
- Kuat Tekan (kg/cm²) = Beban Maksimum
Luas Penampang ................................ (4.15)
- Kuat Tekan (Mpa) = Kuat Tekan (kg/cm²)
10 x 0,83.................. (4.16)
- Estimasi Kuat Tekan 28 Hari = Kuat Tekan (kg/cm²)
Faktor Koreksi Hari .............................. (4.17)
- Estimasi Kuat Tekan 28 Hari = Kuat Tekan (Mpa)
Faktor Koreksi Hari ............................... (4.18)
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 7 Hari
Tabel 4.23 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 7 Hari
(kg/cm²) (kg/cm²)
1 BN1 12 225 8,37 640 290,13 0,65 446,36
2 BN2 12 225 8,56 280 126,93 0,65 195,28
3 BN3 12 225 8,47 570 258,40 0,65 397,54
225,16 346,39
Faktor
Koreksi
Hari
Slump
(Cm)
Rata-rata
26
April
2017
No.
3 Mei
2017
Luas
Penampang
(Cm²)
Beban
(Kn)
Nama
Variasi
Estimasi Kuat
Tekan 28 Hari
Kuat
TekanTgl
Test
Berat
Sampel
(Kg)
Tgl
Cor
(kg/cm²) (kg/cm²)
1 BNBL1 11 225 8,39 480 217,60 0,65 334,77
2 BNBL2 11 225 8,44 480 217,60 0,65 334,77
3 BNBL3 11 225 8,49 750 340,00 0,65 523,08
258,40 397,54Rata-rata
No. Nama
Variasi
Tgl
Cor
Tgl
Test
Slump
(Cm)
Luas
Penampang
(Cm²)
Berat
Sampel
(Kg)
Beban
(Kn)
Faktor
Koreksi
Hari
Estimasi Kuat
Tekan 28 Hari
Kuat
Tekan
27
April
2017
4 Mei
2017
53
Tabel 4.24 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 14 Hari
Tabel 4.25 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 14 Hari
Tabel 4.26 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 28 Hari
Tabel 4.27 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 28 Hari
(kg/cm²) (kg/cm²)
1 BN4 12 225 8,37 780 353,60 0,88 401,82
2 BN5 12 225 8,56 990 448,80 0,88 510,00
3 BN6 12 225 8,47 680 308,27 0,88 350,30
370,22 420,71
Slump
(Cm)
Luas
Penampang
(Cm²)
Berat
Sampel
(Kg)
Beban
(Kn)
Kuat
Tekan
Faktor
Koreksi
Hari
Estimasi Kuat
Tekan 28 Hari
26
April
2017
11
Mei
2017
Rata-rata
No. Nama
Variasi
Tgl
Cor
Tgl
Test
(kg/cm²) (kg/cm²)
1 BNBL4 11 225 8,39 700 317,33 0,88 360,61
2 BNBL5 11 225 8,44 610 276,53 0,88 314,24
3 BNBL6 11 225 8,49 780 353,60 0,88 401,82
315,82 358,89
Faktor
Koreksi
Hari
Estimasi Kuat
Tekan 28 Hari
Rata-rata
Beban
(Kn)
Kuat
TekanNo. Nama
Variasi
Tgl
Cor
Tgl
Test
Slump
(Cm)
Luas
Penampang
(Cm²)
Berat
Sampel
(Kg)
27
April
2017
12
Mei
2017
(kg/cm²) (kg/cm²)
1 BN7 11 225 8,58 300 136,00 1,00 136,00
2 BN8 11 225 8,55 660 299,20 1,00 299,20
3 BN9 11 225 8,61 810 367,20 1,00 367,20
267,47 267,47
No. Nama
Variasi
Tgl
Cor
Tgl
Test
Slump
(Cm)
Luas
Penampang
(Cm²)
Berat
Sampel
(Kg)
Faktor
Koreksi
Hari
Estimasi Kuat
Tekan 28 HariBeban
(Kn)
Kuat
Tekan
26
April
2017
24
Mei
2017
Rata-rata
(kg/cm²) (kg/cm²)
1 BNBL7 12 225 8,39 640 290,13 1,00 290,13
2 BNBL8 12 225 8,44 600 272,00 1,00 272,00
3 BNBL9 12 225 8,49 580 262,93 1,00 262,93
275,02 275,02
Faktor
Koreksi
Hari
Estimasi Kuat
Tekan 28 Hari
27
April
2017
25
Mei
2017
Rata-rata
Luas
Penampang
(Cm²)
Berat
Sampel
(Kg)
Beban
(Kn)No.
Nama
Variasi
Tgl
Cor
Tgl
Test
Slump
(Cm)
Kuat
Tekan
54
Dapat dilihat pada tabel tersebut hasil dari pengujian kuat tekan beton
normal menggunakan kerikil Palu dan pasir Palu dengan batu lokal Semoi dan
pasir Palu umur 7, 14 dan 28 hari. Pada umur 7 hari kuat tekan beton rata-rata
keikil Palu dan pasir Palu yaitu 346,39 kg/cm². Pada umur 14 hari kuat tekan rata-
rata yaitu 420,71 kg/cm² dan pada umur beton 28 hari kuat tekan rata-rata yaitu
267,47 kg/cm². Sedangkan pada umur 7 hari kuat tekan beton rata-rata batu lokal
Semoi dan pasir Palu yaitu 397,54 kg/cm². Pada umur 14 hari kuat tekan rata-rata
yaitu 358,89 kg/cm² dan pada umur beton 28 hari kuat tekan rata-rata yaitu 275,02
kg/cm².
Adapun grafik yang menjelaskan perhitungan kuat tekan beton normal
menggunakan material pasir Palu dan kerikil Palu dengan beton normal
menggunakan material pasir Palu dan batu lokal Semoi mengambil nilai rata-rata
setiap variasi sebagai berikut :
Gambar 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton BN dan BNBL
Dapat dilihat pada gambar 4.4 perbandingan kuat tekan beton BN dan
BNBL kuat tekan yang lebih baik yaitu kuat tekan BNBL, karena pada pengujian
kuat tekan umur 7 dan 28 hari BNBL lebih tinggi dibandingkan dengan BN. Dari
hasil kuat tekan BN umur 7, 14 dan 28 hari berturut-turut mengalami peningkatan
terhadap mutu beton K175 yaitu sebesar 49,48%, 58,40% dan 34,57%. Sedangkan
pada hasil kuat tekan BNBL umur 7, 14 dan 28 hari berturut-turut mengalami
peningkatan yaitu sebesar 55,98%, 51,24% dan 36,37%. Hal ini menunjukkan
bahwa kuat tekan beton dari BN dan BNBL memenuhi dari rencana mutu beton
K175 yang sudah direncanakan.
BN BNBL
7 hari 346.39 397.54
14 hari 420.71 358.89
28 hari 267.47 275.02
0.0050.00
100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00
Ku
at
Tek
an
Bet
on
55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
2. Kuat tekan beton rata-rata menggunakan material kerikil Palu dengan pasir
Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu sebagai agregat pada
campuran beton yaitu 267,47 kg/cm² atau mutu beton K267,47 dan 275,02
kg/cm² atau mutu beton K275,02.
3. Pengaruh kerikil Palu dengan pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir
Palu terhadap campuran beton dapat dilihat dari kuat tekan yang
dihasilkan mengalami penigkatan sebesar 34,57% dan 36,37% terhadap
mutu beton K175 yang sudah direncanakan.
5.2 Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan adapun beberapa saran
yang dapat diberikan pada masa yang akan datang sebagai berikut :
3. Diharapkan pada pencampuran beton lebih diperhatikan lagi agar
campuran beton merata sehingga beton yang dihasilkan dapat
meningkatkan kuat tekan beton nantinya.
4. Apabila memadatkan adukan beton pada cetakan dapat diteliti dan
dicermati agar benda uji tidak poros.
5. Pada saat pengujian kuat tekan beton diperhatikan kembali dan diteliti
agar benda uji masuk ke dalam alat dengan posisi yang tepat sehingga
kuat tekan yang diperoleh dapat maksimal.
56
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Karmila. (2015). Pasir Kandilo dan Kerikil Petangis sebagai material
lokal Tanah Grogot dalam Campuran Beton. Jurnal Media Teknik
Sipil. Politeknik Negeri Balikpapan
Anonim (1971). Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Bandung.
SNI, 03-1968-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Analisis Saringan Agregat
halus dan kasar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.
SNI, 03-1969-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.
SNI, 03-1971-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Kadar Air Agregat. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional BSN.
SNI, 03-1972-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Slump Beton. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional BSN.
SNI, 03-2847-2000. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Norma. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.
Tjokrodimuljo, 1996. (1996). Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil. Yogyakarta:
Fakultas Universitas Gadjah Mada.
57
Lampiran 1. Mix Design
Perencanaan Campuran Beton Kerikil Palu
Tabel/Grafik/ Ket.Perhitungan
1 Kuat tekan yang disyaratkan (benda uji silinder/kubus) 14,53 Mpa2 Deviasi standar 73 Nilai tambah (margin) 11,48 Mpa4 Kekuatan rata - rata yang ditargetkan 26,01 Mpa5 Jenis semen Semen Tonasa6 Jenis agregat : -kasar Batu Pecah
halus Alami7 Faktor air semen bebas 0,68 Faktor air semen maksimum ditetapkan 0,6 mm9 Slump 60-180 mm
10 Ukuran agregat maksimum 40 mm11 Kadar air bebas 185 kg/m²12 Jumlah semen 308,33 kg/m²13 Jumlah semen maksimum ditetapkan 308,33 kg/m²14 Jumlah semen minimum Tabel 4 275 kg/m²15 Faktor air semen yang disesuaikan 0,616 Susunan besar butir agregat halus Grafik 4 No.217 Susunan agregat kasar atau gabungan Grafik 9 No.318 Persen agregat halus % 33 %19 Berat jenis relative, agregat (kering permukaan) 2,59720 Berat isi beton 2274 kg/m²21 Kadar agregat gabungan 1780,667 kg/m²22 Kadar agregat halus 587,620 kg/m²23 Kadar agregat kasar 1193,047 kg/m²24 Proporsi campuran
Semen 308,333 kg/m²Air 185,000 kg/m²Agregat Halus 587,620 kg/m²Agregat kasar 1193,047 kg/m²
25 Koreksi CampuranAir 203,041 kgAgregat halus 563,329 kgAgregat kasar 1198,296 kg
No Uraian Nilai
Volume Kubus 0,0034Campuran 1 sampelSemen 1,041Air 0,685Pasir Palu 1,901Kerikil Palu 4,044
58
Perencanaan Campuran Beton Batu Lokal Semoi
Tabel/Grafik/ Ket.Perhitungan
1 Kuat Tekan yang disyaratkan (benda uji kubus) 14,53 Mpa2 Deviasi Standar 73 Nilai tambah (margin) 11,48 Mpa4 Kekuatan rata-rata yang ditargetkan 26,01 Mpa5 Jenis Semen Semen Tonasa6 Jenis Agregat : Kasar Batu Pecah Semoi
: Halus Alami7 Faktor Air Semen bebas 0,68 Faktor Air Semen Maksimum 0,6 mm9 Slump 60-180 mm
10 Ukuran agregat maksimum 40 mm11 Kadar air bebas 185 kg/m²12 Jumlah semen 11:08 308,33 kg/m²13 Jumlah semen maksimum 11:07 308,33 kg/m²14 Jumlah semen minimum Tabel 4 275 kg/m²15 Faktor air semen yang disesuaikan 0,616 Susunan besar butir agregat halus Grafik 4 No.217 Susunan agregat kasar atau gabungan Grafik 9 No.318 Persen agregat halus % 33 %19 Berat jenis relative, agregat (kering permukaan) 2,53020 Berat isi beton 2235 kg/m²21 Kadar agregat gabungan 1741,667 kg/m²22 Kadar agregat halus 574,750 kg/m²23 Kadar agregat Kasar 1166,917 kg/m²24 Proporsi campuran :
Semen 308,333 kg/m²Air 185,000 kg/m²Agregat Halus 574,750 kg/m²Agregat Kasar 1166,917 kg/m²
25 Koreksi CampuranAir 215,396 kgAgregat Halus 515,969 kgAgregat Kasar 1159,301 kg
UraianNo. Nilai
Volume Kubus 0,0034Campuran 1 sampelSemen 1,041Air 0,727Pasir Palu 1,741Batu Lokal Semoi 3,913
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
59
HASIL PEMERIKSAANANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 13 April 2017
No mm gram % Tertinggal Lolos1" 25,4 0,00 0,00 0,00 100
3/4" 19,1 13,13 1,32 1,32 98,683/8" 9,5 32,96 3,31 4,63 95,37
4 4,76 48,43 4,87 9,50 90,508 2,38 96,09 9,66 19,15 80,85
16 1,19 118,47 11,90 31,06 68,9430 0,59 190,89 19,18 50,24 49,7650 0,297 215,10 21,61 71,85 28,15100 0,149 136,43 13,71 85,56 14,44
200 0,075 123,51 12,41 97,97 2,03
PAN 20,16 2,03 100,00 0,00Total 995,17 273,32
LubangSaringan
Modulus Halus Butir 2,73
Pasir PaluTertinggal Komulatif
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 13 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
60
HASIL PEMERIKSAANANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 13 April 2017
No mm gram % Tertinggal Lolos1,5" 38,1 0,00 0,00 0,00 1001" 25,4 159,91 3,22 3,22 96,78
3/4" 19,1 1274,59 25,64 28,85 71,153/8" 9,5 2976,15 59,86 88,71 11,29
4 4,76 530,94 10,68 99,39 0,618 2,38 27,38 0,55 99,94 0,06
16 1,19 0,75 0,02 99,96 0,0430 0,59 0,05 0,00 99,96 0,0450 0,297 1,08 0,02 99,98 0,02
100 0,149 0,33 0,01 99,98 0,02
PAN 0,77 0,02 100,00 0,00Total 4971,95 620,00
Kerikil PaluTertinggal Komulatif
LubangSaringan
Modulus Halus Butir 6,20
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 13 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
61
HASIL PEMERIKSAANANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 13 April 2017
No mm gram % Tertinggal Lolos1,5" 38,1 0,00 0,00 0,00 1001" 25,4 716,97 14,52 14,52 85,48
3/4" 19,1 2657,94 53,81 68,33 31,673/8" 9,5 1558,99 31,56 99,89 0,11
4 4,76 0,95 0,02 99,91 0,098 2,38 0,28 0,01 99,92 0,0816 1,19 0,20 0,00 99,92 0,0830 0,59 0,30 0,01 99,93 0,0750 0,297 0,22 0,00 99,93 0,07
100 0,149 0,34 0,01 99,94 0,06
PAN 2,97 0,06 100,00 0,00Total 4939,16 682,35
Lubang Batu Lokal SemoiSaringan Tertinggal Komulatif
Modulus Halus Butir 6,82
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 13 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
62
HASIL PEMERIKSAANBERAT ISI AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017
No Pengujian Batu Lokal SemoiA Berat Kotak Takar (gr) 2815B Berat Kotak Takar + Air (gr) 5920C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 6955D Berat Bersih Sampel (A - C) (gr) 4140E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 3154,13F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,3131,427
2815592073154500
3154,13
Rodding Shoveling
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 12 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
63
HASIL PEMERIKSAANBERAT IS AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017
No Pengujian Kerikil PaluA Berat Kotak Takar (gr) 6070B Berat Kotak Takar + Air (gr) 15915C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 20400D Berat Bersih Sampel (A - C) (gr) 14330E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 10904,83F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,3141,509
10904,83
2252016450
607015915
Rodding Shoveling
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 12 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
64
HASIL PEMERIKSAANBERAT ISI AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017
No Pengujian Batu Lokal SemoiA Berat Kotak Takar (gr) 6070B Berat Kotak Takar + Air (gr) 15915C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 19750D Berat Bersih Sampel (A - C) (gr) 13680E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 10904,83F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,2541,371
Shoveling6070
15915
Rodding
10904,831495021020
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 12 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
65
HASIL PEMERIKSAANKADAR AIR AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017
Sampel 1 (gr) Sampel 2 (gr) Sampel 3 (gr)A Berat Cawan + Pasir Basah (W2) 89,56 96,87 96,62B Berat Pasir Basah (W2-W1) 76,14 83,54 83,44C Berat Cawan + Pasir Kering Oven (W3) 86,14 93,24 92,91D Berat Air (A-C) 3,42 3,63 3,71E Berat Cawan Kosong (W1) 13,42 13,33 13,18F Berat Pasir Kering (B-E) 72,72 79,91 79,73G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 4,70 4,54 4,65H Kadar Air Rata-rata (%)
No UraianBerat (gr)
4,633
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 12 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
66
HASIL PEMERIKSAANKADAR AIR AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017
Sampel 1 (gr) Sampel 2 (gr) Sampel 3 (gr)A Berat Cawan + Agregat Basah (W2) 98,20 106,80 103,50B Berat Agregat Basah (W2-W1) 85,30 93,10 90,20C Berat Cawan + Agregat Kering Oven (W3) 97,00 105,46 102,21D Berat Air (A-C) 1,20 1,34 1,29E Berat Cawan Kosong (W1) 12,90 13,70 13,30F Berat Agregat Kering (B-E) 84,10 91,76 88,91G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 1,43 1,46 1,45H Kadar Air Rata-rata (%)
Berat (gr)UraianNo
1,446
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 12 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
67
HASIL PEMERIKSAANKADAR AIR AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017
Sampel 1 (gr) Sampel 2 (gr) Sampel 3 (gr)A Berat Cawan + Agregat Basah (W2) 81,47 90,19 90,50B Berat Agregat Basah (W2-W1) 68,57 76,49 77,20C Berat Cawan + Agregat Kering Oven (W3) 80,94 89,66 89,83D Berat Air (A-C) 0,53 0,53 0,67E Berat Cawan Kosong (W1) 12,90 13,70 13,30F Berat Agregat Kering (B-E) 68,04 75,96 76,53G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 0,78 0,70 0,88H Kadar Air Rata-rata (%)
No
0,784
Berat (gr)Uraian
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 12 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
68
HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (Lolos Ayakan No. 200)
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 12 April 2017
No Uraian Pasir Palu1 Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 984,732 Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 978,213 Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 6,524 Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 0,662
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 13 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
69
HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR (Lolos Ayakan No. 200)
Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 12 April 2017
No Uraian1 Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr2 Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr3 Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr4 Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100%
Kerikil Palu1000,85977,2623,592,357
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 13 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
70
HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR (Lolos Ayakan No. 200)
Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 12 April 2017
No Uraian Batu Lokal Semoi1 Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 835,482 Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 827,173 Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 8,314 Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 1,0
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 13 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
71
HASIL PEMERIKSAANBERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 15 April 2017
No Uraian Pasir Palu1 Berat Pasir Kering oven (gr) (Bk) 460,422 Berat Pasir Jenuh Kering Muka 500 gr 500,003 Berat Piknometer Pasir dan Air (gr) (Bt) 1535,004 Berat Piknometer berisi Air (gr) (B) 1235,005 Berat Jenis Curah (Bk/(B+500-Bt)) 2,306 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (500/(B+500-Bt)) 2,507 Berat Jenis Semu (Bk/(B+Bk-Bt)) 2,878 Penyerapan Air Jenuh Kering Muka % ((500-Bk)/Bk*100%) 8,60
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 16 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
72
HASIL PEMERIKSAANBERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 15 April 2017
No Uraian Kerikil Palu1 Berat Benda Uji Kering oven (gr) (Bk) 4970,002 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) (Bj) 5020,003 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan dalam air (gr) (Ba) 3161,004 Berat Jenis Curah (Bk/(Bj-Ba)) 2,675 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Bj/(Bj-Ba)) 2,706 Berat Jenis Semu (Bk/(Bk-Ba)) 2,757 Penyerapan Air Jenuh Kering Muka % ((500-Bk)/Bk*100%) 1,01
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 16 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
73
HASIL PEMERIKSAANBERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 15 April 2017
No Uraian Batu Lokal Semoi1 Berat Benda Uji Kering oven (gr) (Bk) 4943,972 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) (Bj) 5015,003 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan dalam air (gr) (Ba) 3045,604 Berat Jenis Curah (Bk/(Bj-Ba)) 2,515 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Bj/(Bj-Ba)) 2,556 Berat Jenis Semu (Bk/(Bk-Ba)) 2,607 Penyerapan Air Jenuh Kering Muka % ((500-Bk)/Bk*100%) 1,44
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 16 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
74
HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN TES ABRASION BY LOS ANGELES MACHINE
(AASTHO T-96-74*)
Asal Bahan : Kerikil PaluBerat Sampel : 5000 gramDi Tes Oleh : 16 April 2017Jumlah Bola Besi : 11Kecepatan Mesin : 33 RPMJumlah Putaran : 500 putaran
KetLewat Tertinggal A B C
1 1/2" 1" 12501" 3/4" 12503/4" 1/2" 1250 25001/2" 3/8" 1250 2500
3/8" 1/4" 2500
1/4" No.4 (4.75) 2500Jumlah Bola 12 11 8Berat Agregat (A) 5000 5000 5000Berat Trtahan di atas Ayakan No.12(B) 4140Nilai Keausan % ((A-B)/A*100%) 17,20
Diameter Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gr)
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 17 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id
75
HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN TES ABRASION BY LOS ANGELES MACHINE
(AASTHO T-96-74*)
Asal Bahan : Batu Lokal SemoiBerat Sampel : 5000 gramDi Tes Oleh : 16 April 2017Jumlah Bola Besi : 11Kecepatan Mesin : 33 RPMJumlah Putaran : 500 putaran
KetLewat Tertinggal A B C
1 1/2" 1" 12501" 3/4" 12503/4" 1/2" 1250 25001/2" 3/8" 1250 2500
3/8" 1/4" 2500
1/4" No.4 (4.75) 2500Jumlah Bola 12 11 8Berat Agregat (A) 5000 5000 5000Berat Trtahan di atas AyakanNo.12 (B) 3450Nilai Keausan % ((A-B)/A*100%) 31,00
Diameter Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gr)
Laporan
Sajali, A.md
Balikpapan, 17 April 2017Peneliti
Dwi AfriyaniNIM : 140309240892
76
Lampiran 3
Material Bahan
Berikut ini adalah foto-foto material pencampuran adukan beton yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berkut :
Pasir Palu Batu Lokal Semoi Semen Tonasa
Kerikil Palu Air
77
Lampiran 4.
Material Alat
Berikut ini adalah foto-foto material peralatan yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai berikut :
Satu Set Saringan Timbangan Berat Jenis Sieve Shaker
Oven Los Angeles Compression TestingMachine (CTM)
78
Timbangan ElektrikKetelitian 0.1%
Timbangan ElektrikKetelitian 0.1%
Gerobak
Kuas Sarung Tangan Meteran
Kerucut dan Tongkat Baja Cetakan Kubus Ember
79
Wadah (Pelat Baja) Talam Cawan
Kotak Takar
80
Lampiran 5
Pengujian Agregat
Berikut ini adalah foto-foto proses pengujian agregat yang digunakan dalam
campuran adukan beton sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus dan Agregat Kasar
Timbang Kotak Takar Kosongdan Berisi Air Penuh
Berat Isi dengan cara Roddingditusuk sebanyak 25 kali
Berat Isi dengan cara Shoveling Ratakan Muka Benda Uji
81
Timbang Kotak Takar Berisi Benda Uji
82
2. Pemeriksaan Gradasi Butir Halus Agregat Halus dan Kasar
Menyiapkan 1 set Saringan sesuaiNo. Lubang Saringan
Timbang Agregat Halus seberat 1 kgkemudian dioven
Timbang Agregat Kasar seberat 5 kgkemudian dioven
Masukkan Benda Uji ke dalamSaringan
83
Saring benda uji dengan alat SieveShaker
Timbang Benda Uji yang tertahanpada Saringan
84
3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus dan Agregat Kasar
Timbang Berat Cawan Kosong Masukkan Benda Uji ke dalamCawan kemudian di Timbang
Oven Sampel selama 24 jam dalamsuhu 110ºC
Masukkan Benda Uji ke dalamCawan kemudian di Timbang
85
4. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus dan Agregat Kasar
Oven Sampel 500gr selama 24jamdalam suhu 110ºC
Timbang Sampel Kemudian Cucisampel diatas ayakan No. 200
Oven Sampel yg telah dicuciselama 24jam dalam suhu 110ºC
Timbang Sampel yang telah dioven
86
5. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Oven Sampel yg telah dicuciselama 2jam dalam suhu 110ºC
Rendam Sampel dalam air selama24jam
Tebarkan Sampel Agregat Halusdiatas talam keringkan diudara
panas
Timbang piknometer Kosong
87
Timbang Piknometer berisi AirPenuh
Setelah kondisi SSD masukkan500gram Agregat Halus ke dalam
piknometer
Isi Air pada Piknometer berisiSampel dan guncang
Isi Penuh Air pada Piknometer
88
Diamkan Sampel selamaTimbang Piknometer Berisi Air penuh
dan Sampel
Lab Sampel Agregat Kasar denganKain Penyerap
Timbang Sampel Agregat Kasar JenuhKering Permukaan
89
Letakkan Sampel didalam keranjangpada Timbangan Berat Jenis
Masukkan Keranjang ke dalam Air
Tentukan Berat Sampel Agregat Kasar didalam Air
90
6. Pengujian Tes Abrasi (Keausan) Agregat Kasar
Pisahkan Sampel Sesuai Kelompokdengan Berat Total 5000gr
Masukkan bola-bola Baja danSampel kedalam Mesin
Nyalakan mesin Los Angeles putarsebanyak 500 putaran
Keluarkan Sampel kemudian SaringSampel dengan Saringan No.12
91
Cuci Sampel yang tertahansaringan No.12
Oven Selma 24 jam
Timbang Sampel yang tertahanSaringan No.12
92
Lampiran 6
Pelaksanaan Pengujian Nilai Slump
Berikut ini adalah foto-foto proses pengujian nilai Slump dengan campuran beton
sesuai mix design yang telah dibuat :
Basahi cetakan kerucutterpancung dan pelat
Isi kerucut sampai penuh dengan 3 lapisan, setiaplapis ditusuk sebanyak 25 kali
Ratakan permukaan bendauji dengan tongkat
Angkat cetakanperlahan-lahan tegak
lurus ke atas
Balik cetakan danletakkan perlahan-lahan
disamping benda uji
93
Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan tinggi cetakan dengan tinggibenda uji
94
Lampiran 7
Pelaksanaan Pembuatan Beton
Berikut ini adalah foto-foto pelaksanaan pembuatan beton :
Air Semen Agregat Halus (Pasir Palu)
Siapkan dan timbang bahan-bahan campuran adukan beton mix design
Agregat Kasar (Kerikil Palu) Agregat Kasar (Batu Lokal Semoi)
Siapkan dan timbang bahan-bahan campuran adukan beton mix design
95
Campur bahan-bahantersebut dan aduk sampai
campuran homongen
Uji Slump setiap adukanBeton
Siapkan cetakan kubusyang telah dioles oli
Tuangkan adukan beton ke dalamcetakan kubus dengan 3 lapisan
sebanyak 25 tusukan setiap lapisan
Beri Penamaan pada BendaUji
96
Lampiran 8
Perawatan Beton
Berikut ini adalah foto-foto pelaksanaan perawatan beton :
Buka cetakan sehari setelahpembuatan benda uji
Rendam benda uji dalam bak yang berisi airpenuh
97
Lampiran 9
Pelaksanaan Pengujian Beton
Berikut ini adalah foto-foto pelaksanaan pengujian beton :
Letakkan benda uji pada mesin uji tekansecara centris
Jalankan mesin uji tekan lakukanpembebanan hingga benda uji hancur
Keluarkan benda uji dan catat hasil uji tekan
Top Related