PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN XIII TAHUN 2020
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
TATA KELOLA PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT YANG TIDAK DAPAT DITINDAKLANJUTI GUNA PENINGKATAN MATURITAS PENGAWASAN
INTERN KEMENTERIAN PUPR
DISUSUN OLEH:
NAMA : Bimo Adi Nursanthyasto, ST, MBA
NDH : 06
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI
WILAYAH IV BANDUNG BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2020
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN XIII TAHUN 2020
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK
PERUBAHAN
TATA KELOLA PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT YANG TIDAK DAPAT
DITINDAKLANJUTI GUNA PENINGKATAN MATURITAS PENGAWASAN INTERN KEMENTERIAN PUPR
Disusun oleh :
Bimo Adi Nursanthyasto, ST, MBA
NDH : 06
DISEMINARKAN PADA :
HARI : TANGGAL :
MENTOR COACH PENGUJI
Ir. Widiarto, Sp.1
NIP.196009281988111001
Ir. Lolly Martina Martief, MT
NIP.196001101988032001
Ir. Sugiyartanto, MT
NIP.196111221991031002
PENYELENGGARA KEPALA BALAI DIKLAT PUPR WIL. IV BANDUNG
Hasto Agoeng S. S.ST., M.T.
NIP.196307211992031003
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penuis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta
alam karena berkat rahmat dan hidayah-Nya dapat
menyelesaikan Laporan Rancangan Proyek Perubahan berjudul
“Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat
Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern
Kementerian PUPR” ini. Tidak lupa pula penulis haturkan
terimakasih kepada rekan-rekan di Kementerian PUPR terutama
Inspektorat Jenderal yang telah mendukung, membantu, dan
mendoakan agar rancangan proyek perubahan ini dapat terlaksana dengan baik dan
sukses membawa perubahan ke arah yang lebih baik dalam kegiatan pengawasan di
Kementerian PUPR.
Penulis pun menympaikan hormat dan terima kasih kepada Bapak Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dan Bapak Inspektur Jenderal yang telah membantu untuk
menyelesaian Proyek Perubahan ini. Kepada Pimpinan Lembaga Administrasi Negara
(LAN), Para Widyaiswara, Coach dan Para Narasumber yang telah mengarahkan dan
membimbing dalam pelaksanaan proyek perubahan sampai dengan penyusunan
pelaporan ini hingga selesai.
Kami menyadari bahwa masih perlu banyak belajar untuk bisa menghasilkan hasil
pekerjaan yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran para pembaca sangat
dibutuhkan. Tanpa perlu berpanjang lebar, dengan bangga Penulis persembahkan laporan
rancangan proyek perubahan ini.
Jakarta, Oktober 2020
Bimo Adi Nursanthyasto
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tantangan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR untuk terus meningkatkan kualitas
pengawasan/maturitas pengawasan intern sejalan dengan arahan Presiden RI pada
Pembukaan Rakornas APIP 15 Juni 2020 dimana secara garis besar Inspektorat
Jenderal dituntut untuk fokus kepada pencegahan dan perbaikan tata kelola. Selain itu
hal ini sejalan dengan Misi ke-8 RPJMN 2020 – 2024, dimana pengelolaan pemerintahan
harus dilakukan secara bersih, efektif dan terpercaya. Hal ini pun tidak jauh berbeda
dengan Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR Tahun 2020 – 2024
yaitu meningkatnya kualitas tata kelola Kementerian PUPR melalui diantaranya penilaian
SAKIP dan SPIP;
Salah satu kebijakan perbaikan tata kelola Inspektorat Jenderal yang diusulkan dalam
proyek perubahan ini adalah menyusun ketentuan mengenai tata cara penyelesaian
temuan audit yang tidak dapat ditindaklanjuti guna peningkatan maturitas pengawasan
intern Kementerian PUPR. Sebelumnya Kementerian PUPR belum memiliki payung
hukum yang mengatur tentang penyelesaian temuan audit yang tidak dapat
ditindaklanjuti.
Namun pada akhir Oktober 2020, ketentuan mengenai tata cara penyelesaian temuan
audit yang tidak dapat ditindaklanjuti dapat diwujudkan yang merupakan output jangka
menengah pada propek perubahan ini yang dapat diselesaikan pada jangka pendek.
Tujuan dari adanya ketentuan ini yaitu untuk 1) meingkatkan efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan tindak lanjut hasil audit; 2) Meningkatkan kepercayaan publik terhadap
Kementerian PUPR (Profesional, Transparan dan Akuntabel); dan 3) Meningkatnya level
kapabilititas Itjen PUPR menjadi 3 penuh dan peningkatan nilai SAKIP Inspektorat
Jenderal khususnya berkaitan dengan pemantauan tindak lanjut dan peningkatan.
v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….iii RINGKASAN EKSEKUTIF……………………………………………………………………………..iv DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………...v DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………..vi BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 DESKRIPSI RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN…………………………… 1 1.2 LATAR BELAKANG………………………………………………………………… 2 1.3 PROFIL UNIT ORGANISASI….…………………………………………………... 4 1.4 IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA USG………………….…………….. 5 1.5 GAGASAN PERUBAHAN…………………………………………….…………… 8 1.6 TUJUAN DAN MANFAAT PERUBAHAN……………………………………….. 9 1.7 AREA PROYEK PERUBAHAN…………………………………………………… 9 1.8 RUANG LINGKUP………………………………………………………………..... 11
BAB 2 URAIAN DESKRIPSI DAN PROYEK PERUBAHAN 2.1 TAHAPAN PROYEK PERUBAHAN 2.1.1 Mile Stone Kegiatan…………………………....…………………………… 13 2.1.2 Peta Jaringan………………………….…………………………………….. 14 2.1.3 Tim Proyek Perubahan……………………………………….…………….. 14 2.1.4 Rencana Waktu Pelaksanaan………………………….………………….. 16 2.1.5 Perbandingan Kondisi Awal dan Kondisi yang Diharapkan………….…. 17 2.2 STAKEHOLDER PROYEK PERUBAHAN 2.2.1 Internal Stakeholder……………………………………………….………… 18 2.2.2 Eksternal Stakeholder………………………………….…………………… 18 2.3 RENCANA STRATEGI MARKETING……………….………………………. 18 2.3.1 Stakeholder Maping…………………………….…………………………… 20 2.3.2 Strategi Komunikasi/Marketing…………………….………………………. 21
BAB 3 KRITERIA KEBERHASILAN 3.1 INDIKATOR BERDASARKAN JANGKA WAKTU………..………………… 22 3.1 INDIKATOR BERDASARKAN OUTPUT, OUTCOME DAN IMPACT……. 23 3.3 FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN…………………………………..……… 25
BAB 4 DESKRIPSI DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN 4.1 PEMBENTUKAN TIM EFEKTIF PROYEK PERUBAHAN…………………. 26 4.2 ANALISA KEBUTUHAN PEDOMAN…………………………………………. 27 4.3 PENYUSUNAN KONSEP SE MENTERI PUPR TENTANG TATD….……. 28 4.4 DISEMINASI KONSEP SE MENTERI PUPR TATD……………….………. 28 4.5 FINALISASI KONSEP SE MENTERI PUPR TATD……………..………….. 29 4.6 ANALISA PENINGKATAN MATURITAS PENGAWASAN INTERN
PEMERINTAH………………………………………………………………… 31 4.7 EVALUASI STAKEHOLDER…………………………………………………. 32 4.8 CAPAIAN STRATEGIS/POKOK MATERI SE MENTERI PUPR TENTANG TATA
CARA PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT INSPEKTORAT JENDERAL YANG TIDAK DAPAT DITINDAKLANJUTI ………………………........................ 34
BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN………………………………………………………………….. 36 5.2 SARAN TINDAK LANJUT……………………………………………………. 36
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 38
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal……………………………………… .......... 4 Gambar 1. 2 Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal ............ Error! Bookmark not defined. Gambar 1. 3 Problem Tree…...…………………………………………………………………………7 Gambar 2. 1 Mile Stone Kegiatan............................................................................................. 14 Gambar 2. 2 Peta Jaringan ...................................................................................................... 14 Gambar 2. 3 Tim Proyek Perubahan ........................................................................................ 15 Gambar 2. 4 Rencana Waktu Pelaksanaan .............................................................................. 16 Gambar 2. 5 Stakeholder Maping ............................................................................................. 21 Gambar 4. 1 Pemetaan Stakeholders………………………………………………………………...33 Gambar 4. 2 Evaluasi Stakeholders…………………………………………………………………..34 Gambar 4. 3 Bagan Alur Penyelesaian TATD.............................................................................35
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Proyek Perubahan Berdasarkan Indikator Output, Outcome, dan Impact………………………………...………………………………...………………24
Tabel 4.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan……………………………………………………31
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A :Surat Keputusan Inspektur Jenderal Nomor 33/KPTS/IJ/2020 Tentang
Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan Strategi Peningkatan Tata Kelola Pemantauan Hasil Audit Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
LAMPIRAN B : Kumpulan Hasil Pelaksanaan Proyek Perubahan B.1 Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan B.2 Analisa Kebutuhan Pedoman
B.3 Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
B.4 Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
B.5 Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
LAMPIRAN C : Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pennyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DESKRIPSI RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
Sesuai dengan Permen PAN Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan Fungsional, secara garis besar mengatur:
a. Kewajiban pimpinan instansi untuk melaksanakan tindaklanjut hasil pengawasan
fungsional terhadap instansi pemerintah, baik yang dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) maupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP);
b. Temuan hasil pengawasan yang sulit atau tidak dapat ditindaklanjuti dan memiliki
sebab-sebab yang logis berdasarkan evaluasi kasus dan kondisi, atau telah
diupayakan pelaksanaan Tindak Lanjutnya oleh auditi, dapat dihapuskan dari
temuan hasil pengawasan.
Rekomendasi temuan audit Inspektorat Jenderal belum seluruhnya ditindaklanjuti dan
berpotensi meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Tim Efektif Proyek
Perubahan terdapat beberapa kemungkinan penyebab yang menjadikan temuan audit
tersebut belum ditindaklanjuti atau tidak dapat ditindaklanjuti antara lain:
a. Rekomendasi yang cacat;
b. Temuan hasil audit yang tidak memadai;
c. adanya force majeur;
d. Memiliki alasan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dsb.
Penyelesaian atas temuan audit yang tidak dapat ditindaklanjuti (TATD), hingga saat
ini di Kementerian PUPR belum memiliki payung hukum terkait pedoman mekanisme
penyelesaiannya berupa Peraturan Menteri PUPR. Mekanisme penyelesaian TATD
seharusnya diatur dalam Peraturan Menteri karena sifatnya umum, berisi pengaturan
dan mengikat secara umum.
Berdasarkan kondisi tersebut, dipandang perlu untuk menyusun pedoman Peningkatan
Tata Kelola Pemantauan Hasil Audit Inspektorat Jenderal Di Kementerian PUPR
khususnya terkait TATD.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
2
1.2 LATAR BELAKANG
Sesuai Permen PUPR Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian PUPR, Inspektorat Jenderal mempunyai:
a. Tugas menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian;
b. Fungsi menyelenggarakan pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian terhadap kinerja dan keuangan melalui AREPP (audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya);
c. Tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unsur di
Inspektorat Jenderal melalui Sekretariat Inspektorat Jenderal yang salah satu
fungsinya menyelenggarakan fungsi koordinasi, pengelolaan data, pemantauan
dan evaluasi tindak lanjut hasil pengawasan.
Berdasarkan LAKIP Inspektorat Jenderal Tahun 2018 dan 2019 diketahui bahwa isu
strategis internal Inspektorat Jenderal adalah berkaitan dengan output dan instrumen.
Terkait output, temuan hasil pengawasan belum seluruhnya dipantau dengan baik,
dan salah satu isu strategis terkait instrumen yaitu masih terdapat peraturan mengenai
kegiatan pengawasan yang perlu dimutakhirkan dan SOP yang perlu ditinjau kembali.
Sesuai hasil LAKIP Tahun 2017 prosentasi rekomendasi hasil pengawasan yang
ditindaklanjuti dan tuntas serta tepat waktu adalah 78% dari target yang ditetapkan
80%.
Kemudian berdasarkan hasil pemantauan atas tindak lanjut temuan audit Inspektorat
Jenderal Kementerian PUPR sampai dengan 15 Agustus 2020 jumlah temuan yang
ada adalah sebanyak 848 temuan dan 1488 rekomendasi. Temuan terlama yang
belum dapat ditindaklanjuti pada database adalah tahun 2008 sejumlah 11 temuan
dan jumlah kerugian negara yang belum tuntas adalah sebanyak Rp
31.864.152557,54.
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab yang menjadikan temuan belum
ditindaklanjuti atau tidak dapat ditindaklanjuti antara lain:
a. Rekomendasi yang cacat;
b. Temuan hasil audit yang tidak memadai;
c. Adanya force majeur;
d. Memiliki alasan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dan sebagainya.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
3
Tindak lanjut temuan audit dilakukan dalam rangka menciptakan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan nilai tambah kepada auditi/
organisasi yang menjadi objek audit.
Selain itu tindak lanjut temuan ditujukan dalam rangka peningkatan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Internal Audit Capibility Model
(IACM) Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR yang dievaluasi setiap tahunnya oleh
Menpan dan BPKP. Hingga saat ini maturitas APIP Kementerian PUPR masih berada
pada level 3 dengan catatan.
Peningkatan tata kelola pemantauan atas hasil pengawasan setidaknya mampu
menjadikan maturitas APIP Kementerian PUPR mencapai level 3 integrated tanpa ada
catatan dimana APIP dapat menilai ekonomis, efisiensi, efektifitas suatu kegiatan dan
mampu memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian
intern
Terkait penyelesaian atas temuan khususnya TATD, hingga saat ini Kementerian
PUPR belum memiliki dasar hukum mengenai mekanisme penyelesaian temuan yang
tidak dapat tindaklanjuti. Sebagai referensi, beberapa Kementerian/Lembaga seperti
Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Keuangan, BPKP dan BPK RI telah mengaturnya dalam bentuk peraturan.
Dengan adanya peraturan terkait TATD di Kementerian PUPR diharapkan mampu
mengurangi jumlah temuan, dimana temuan yang belum tuntas per 15 Agustus 2020
adalah 476 temuan dan 814 rekomendasi, artinya perkiraan jumlah temuan yang dapat
dituntaskan adalah sekitar 50% dari total temuan dan jumlah kerugian negara yang
dapat dituntaskan diperkirakan sebesar Rp 3.176.576.991,23.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
4
1.3 PROFIL UNIT ORGANISASI
a. Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal
Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal
b. Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal
Gambar 1. 2 Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
5
1.4 IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA USG
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 583 Permen PUPR
Nomor 13 Tahun 2020, Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi, penyusunan, dan evaluasi atas rencana, program dan anggaran;
b. penyusunan rencana dan pengembangan strategi, serta rencana strategis
pengawasan intern di lingkungan Kementerian;
c. pelaksanaan urusan administrasi keuangan;
d. koordinasi, pengelolaan data, pemantauan, dan evaluasi tindak lanjut laporan hasil
pengawasan;
e. pelaksanaan penyusunan laporan sistem pengendalian intern pemerintah di
lingkungan Inspektorat Jenderal;
f. pelaksanaan urusan administrasi barang milik negara;
g. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, fasilitasi advokasi
hukum, dan pemberian pertimbangan hukum;
h. penyelenggaraan komunikasi publik dan penyusunan kebijakan pengendalian
kepatuhan intern dan manajemen risiko Inspektorat Jenderal;
i. pelaksanaan urusan kepegawaian, penataan dan evaluasi organisasi dan tata
laksana, serta fasilitasi reformasi birokrasi dan pengelolaan jabatan fungsional; dan
j. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Dalam menjalankan fungsinya, masih terdapat beberapa permasalahan di lingkungan
Sekretariat Inspektorat Jenderal yaitu:
a. Pengelolaan data, pemantauan, dan evaluasi tindak lanjut laporan hasil
pengawasan, seperti pemantauan tindak lanjut belum sepenuhnya berjalan
termasuk didalamnya TATD;
b. Penyelenggaraan komunikasi publik dan penyusunan kebijakan pengendalian
kepatuhan intern dan manajemen risiko Inspektorat Jenderal, seperti belum adanya
pedoman pengendalian kepatuhan intern, karena UKI sendiri baru dibentuk dan
arahan Menteri PUPR dalam semester ini fokus pada penyusunan pedoman;
c. Pelaksanaan urusan administrasi Barang Milik Negara seperti penatausahaan
Barang Milik Negara.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
6
Matriks yang digunakan dalam menentukan prioritas pemecahan masalah adalah
dengan metode USG (Urgency, Seriosness, Growth)
No Masalah U S G Total
1. Pengelolaan data, pemantauan, dan evaluasi tindak lanjut laporan hasil pengawasan
5 5 5 15
2. Penyelenggaraan komunikasi publik dan penyusunan kebijakan pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko Inspektorat Jenderal
2 3 3 8
3. Pelaksanaan urusan administrasi Barang Milik Negara
2 2 2 6
4. Sinkronisasi data Perencanaan, Penugasan, dan Pelaporan hasil Pengawasan
2 2 2 6
Keterangan: Berdasarkan Skala Likert 1-5
5 = Sangat Besar
4= Besar
3 = Sedang
2= Kecil
1= Sangat Kecil
Berdasarkan tabel di atas maka permasalahan yang paling mendesak untuk
diselesaikan adalah terkait Pemantauan Tidak Lanjut Hasil Audit khususnya
Pemantauan Hasil Audit Atas Temuan Audit yang Tidak Dapat Diselesaikan (TATD).
Bila dilihat dari tingkat urgensinya/ tingkat kepentingan (dikaitkan dengan waktu yang
tersedia dan desakan waktu untuk memecahkan masalah) maka:
a. Masalah ini cukup mendesak dikarenakan temuan-temuan yang tidak dapat
ditindaklanjuti tidak pernah dipantau dan tidak pernah dibahas pemecahannya. Hal
ini dapat mempengaruhi penilaian pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dan Internal Audit Capibility Model (IACM) yang dievaluasi
setiap tahunnya oleh Menpan dan BPKP;
b. Dilihat dari sisi desakan waktu bila tidak diselesaikan maka terdapat potensi jumlah
temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti semakin besar jumlahnya.
Dilihat dari sisi tingkat keseriusan masalah maka akan mempengaruhi:
a. Reputasi Kementerian PUPR terkait tindak lanjut hasil audit khususnya berkaitan
dengan akuntabilitas dan transparansi tata kelola pemantauan tindak lanjut;
b. Keberhasilan kinerja berkaitan dengan penilaian SAKIP dan IACM.
c. Sistem tata kelola pemantauan di Bagian Pemantauan dan Evaluasi Tindak Lanjut
Hasil Pengawasan, karena jumlah dan nilai temuan akan terus tercatat termasuk
temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
7
Dilihat dari tingkat perkembangan (growth) maka apabila TATD tidak diselesaikan
jumlah temuan akan semakin banyak jumlahnya yang pada akhirnya mempengaruhi
penilaian SAKIP dan IACM. Jumlah temuan TATD yang semakin besar mengakibatkan
usaha/effort untuk menuntaskan/menyelesaikan itu akan semakin besar.
Problem Tree
Gambar 1. 3 Problem Tree
Berdasarkan Problem Tree di atas, yang menjadi target utama untuk dijadikan dalam
proyek perubahan adalah penyelesaian atas temuan audit yang tidak dapat
ditindaklanjuti
Tata Kelola Pementauan Hasil Pengawasan Pada Itjen kurang akuntabel dan transparan
Kinerja Pemantauan dan Hasil Pengawasan Belum Efektif dan Efektif
Belum adanya payung hukum atas Temuan Audit
Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
Institusi (Itjen) belum sepenuhnya memberikan
perhatian penuh atas Temuan Audit Yang Tidak
Dapat Ditindaklanjuti
Kesadaran Auditi untuk melakukan penuntasan
atas temuan masih lemah/kurang
Tersedianya kebijakan berupa ketentuan yang mengatur
penyelesaian Temuan Audit Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti di
Kementerian PUPR
Adanya sistem pemantauan yang terintegrasi dengan Kegiatan
Pengawasan untuk Pemantauan Temuan Audit Yang Tidak Dapat
Ditindaklanjuti dalam suatur Sistem Informasi Itjen
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
8
1.5 GAGASAN DAN KERANGKA PERUBAHAN
Gambar 1.4 Gagasan Perubahan
Gambar 1.5 Kerangka Perubahan
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
9
1.6 TUJUAN DAN MANFAAT PERUBAHAN
1.6.1 Tujuan Jangka Pendek (waktu berakhirnya diklat)
Terwujudnya Konsep SE Menteri PUPR Tentang Tata Cara Penyelesaian Temuan
Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti.
1.6.2 Tujuan Jangka Menengah (1 Tahun)
a. Terwujudnya SE Menteri PUPR;
b. Sosialisasi SE Menteri PUPR;
1.6.3 Tujuan Jangka Panjang (lebih dari 1 tahun)
a. Terwujudnya Peraturan Menteri PUPR Tentang Tata Cara Penyelesaian Temuan
Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti;
b. Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR;
c. Pengembangan sistem informasi yang terintegrasi terkait evaluasi dan monitoring
tindak lanjut temuan Inspektorat Jenderal.
1.6.4 Manfaat Perubahan
a. Adanya kepastian hukum terkait hasil audit Inspektorat Jenderal yang tidak dapat
ditindaklanjuti;
b. Penyelesaian tidak lanjut atas hasil audit yang tidak dapat ditindaklanjuti akan
akuntabel dan lebih efektif serta efisien;
c. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap Kementerian PUPR (Profesional,
Transparan dan Akuntabel).
1.7 AREA PROYEK PERUBAHAN
1.7.1 Rasionalitas
Terkait dengan judul rancangan perubahan dalam tulisan kami, dapat kami
identifikasi isu-isu aktual yang terjadi sebagai berikut:
a. Pencegahan Korupsi.
Pencegahan korupsi masih menjadi isu utama sejalan dengan arahan Presiden
Republik Indonesia kepada Kabinet Indonesia Maju 2020 - 2024, yaitu “Jangan
Korupsi, ciptakan sistem yang menutup celah terjadinya korupsi”
b. Perubahan organisasi Inspektorat Jenderal.
Perubahan organisasi tersebut juga sejalan dengan salah satu unsur dalam
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), yaitu Lingkungan Pengendalian
yang harus diciptakan dan dipelihara sehingga menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan
kerjanya, diantaranya melalui perwujudan peran aparat pengawasan intern
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
10
pemerintah (APIP) yang efektif;
c. Temuan hasil pengawasan belum seluruhnya dipantau dengan baik;
d. Belum adanya dasar hukum mengenai mekanisme penyelesaian temuan yang
tidak dapat tindaklanjuti di Kementerian PUPR;
e. Peningkatan nilai SAKIP dan Maturitas IACM APIP Kementerian PUPR.
1.7.2 Keterkaitan Area Proyek Perubahan dengan Isu Strategis Organisasi
Proyek Perubahan ini memiliki keterkaitan dengan Isu Strategis Organisasi yaitu:
a. Arahan Presiden RI pada Pembukaan Rakornas APIP tanggal 15 Juni 2020
1) Tata kelolanya harus baik, sasarannya harus tepat, prosedurnya harus
sederhana dan tidak berbelit-belit;
2) BPKP, Inspektorat, dan juga LKPP adalah aparat internal pemerintah, harus
fokus ke Pencegahan dan Perbaikan Tata Kelola.
Output dari proyek perubahan ini untuk menjawab arahan Presiden RI dalam
rangka peningkatan kualitas pengawasan yang professional, transparan dan
akuntabel sehingga mewujudkan tata kelola yang baik, tepat dan tidak berbelit-
belit, yaitu dengan menerbitkan Permen PUPR Tentang Penyelesaian Temuan
Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti.
b. Perubahan Organisasi Inspektorat Jenderal sesuai dengan Permen PUPR Nomor
13 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR.
Diharapkan dengan adanya perubahan organisasi menjadi per bidang (SDA, BM,
CK, Perumahan dan SIBB) dapat memudahkan atau lebih fokus terhadap
pemantauan tindak lanjut hasil audit.
c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024
Tujuh Agenda Pembangunan RPJMN IV, dua diantaranya adalah:
1) Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
Pelayanan Dasar, melalui salah satunya adalah peningkatan pengaturan dan
pembinaan dan pengawasan dalam pembangunan;
2) Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik
melalui salah satunya reformasi kelembagaan untuk pelayanan publik
berkualitas dengan isu strategis akuntabilitas kinerja dan pengawasan yang
handal efektif dan berintergrasi.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
11
Diharapkan dengan dua agenda pada RPJMN IV 2020-2024 dapat sejalan dan
mempermudah dalam penyusunan Permen PUPR dimaksud.
d. Renstra Inspektorat Jenderal Tahun 2020-2024
1) Sasaran Strategis, Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Kementerian PUPR,
melalui diantaranya penilaian SAKIP dan SPIP;
2) Sasaran Kegiatan 1, Tingkat Dukungan Manajemen Pengawasan
Kementerian PUPR dengan penilaian indikator salah satunya adalah nilai
implementasi SAKIP dengan bobot 15% dimana didalamnya terkait dengan
pemantauan tindak lanjut terhadap pengawasan;
3) Sasaran Kegiatan 2, Meningkatnya Kualitas Pengawasan Kinerja dan
Keuangan di masing-masing bidang/wilayah Pengawasan Inspektorat
dengan penilaian indikator salah satunya Persentase tindak lanjut
Rekomendasi Laporan Hasil Pengawasan dengan bobot 20 %.
Diharapkan dengan adanya Renstra ini, pelaksanaan penyelesaian TATD dapat
memiliki kontribusi dalam penilaian SAKIP melalui sasaran strategis dan kegiatan
yang ditetapkan.
1.8 RUANG LINGKUP
1.8.1 Internal
Ruang lingkup internal rancangan proyek perubahan meliputi output sebagai berikut:
a. Kajian kebutuhan Pedoman Penyelesaian TATD;
b. Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;
c. Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;
d. Penerapan SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;
e. Pengesahan SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;
f. Sosialisasi SE Menteri PUPR dan Permen PUPR;
g. Pengintegrasian pemantauan TATD dengan tata cara penyelesaian
TATD pada suatu Sistem Informasi Inspektorat
1.8.2 Eksternal
Ruang lingkup eksternal rancangan proyek perubahan meliputi output sebagai
berikut:
a. Public Hearing konsep Permen PUPR;
b. Harmonisasi Permen PUPR dengan Kemenkumham.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
12
Berdasarkan output yang ada maka diharapkan tercapainya outcome yaitu:
a. Terselesaikan atau tuntasnya hasil audit Inspektorat Jenderal yang tidak dapat
ditindaklanjuti (adanya kepastiah hukum);
b. Adanya peningkatan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tindak lanjut hasil
audit Inspektorat Jendera
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
13
BAB II
URAIAN DESKRIPSI DAN RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
2.1 TAHAPAN PROYEK PERUBAHAN
2.1.1 Mile Stone Kegiatan
Proyek perubahan dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu janga pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Simak gambar berikut:
No. Tahapan dan Kegiatan Waktu
A. Jangka Pendek
Terwujudnya Konsep SE Menteri PUPR Tentang Penyelesaian Temuan Audit
Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti.
1 Pembentukan Tim Efektif Proyek
Perubahan Minggu II Agustus 2020
2 Analisa kebutuhan pedoman; Minggu III Agustus 2020
3 Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR Minggu IV Agustus sd Minggu III
September 2020
4 Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR Minggu IV September sd Minggu II
Oktober 2020
5 Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR Minggu III dan IV Oktober 2020
B. Jangka Menengah
1 Pengesahan SE Menteri PUPR Tentang
Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat
Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
Minggu I dan II November 2020
2 Sosialiasasi SE Menteri PUPR Minggu III November sd. Minggu II
Desember 2020
3 Penyusunan Konsep Permen PUPR
Januari sd Februari 2021
4 Diseminasi Konsep Permen PUPR
Maret 2021
5 Public Hearing Konsep Permen PUPR
April 2021
6 Harmonisasi Konsep Permen PUPR
Mei sd Juni 2021
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
14
2.1.2 Peta Jaringan
Gambar 2. 2 Peta Jaringan
2.1.3 Tim Proyek Perubahan
Tim proyek perubahan terdiri atas sponsor, coach, project leader, mentor, dan tim
efektif yang anggotanya merupakan Pejabat Struktural, Auditor, dan Jabatan
Fungsioanal Sekretariat Inspektorat Jenderal yang ditetapkan berdasarkan SK
Inspektur Jenderal Tim Efektif. Simak Gambar 2.3
C. Jangka Panjang
1 Pengesahan Permen PUPR Tentang
Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat
Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
Juli 2021
2 Sosialisasi Permen PUPR Agustus sd September 2021
Gambar 2. 1 Mile Stone Kegiatan
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
15
Gambar 2. 3 Tim Proyek Perubahan
Deskripsi:
a. Tugas Mentor:
1. Memberikan arahan kepada Tim Efektif tentang output yang harus dihasilkan
oleh tim;
2. Memberikan arahan penyusunan strategi proyek perubahan;
3. Memberikan arahan tentang kebutuhan SDM, alat dan prasarana pendukung;
4. Memfasilitasi, membantu dan menjadi inspirator dalam mengatasi kendala
yang muncul selama proses pelaksanaan Proyek Perubahan.
b. Tugas Coach:
1. Monitoring pelaksanaan proyek perubahan;
2. Memberikan masukan dan saran pelaksanaan proyek perubahan;
3. Bersama dengan Mentor memberikan bantuan;
4. Menyelesaikan masalah komunikasi.
c. Tugas Project Leader;
1. Memberikan arahan dan saran dalam pelaksanaan proyek perubahan;
2. Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan proyek perubahan dan
memberikan dukungan penuh secara moril-materiil, teknis administratif serta
ketersediaan anggaran sesuai dengan aturan yang berlaku kepada tim
pelaksana dalam melaksanakan proyek perubahan yang akan dilakukan;
3. Memantau setiap perkembangan dan capaian proyek perubahan sesuai
dengan milestones yang telah ditetapkan.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
16
d. Peran Stakeholder
1. Memberikan masukan terhadap proyek perubahan;
2. Memberi dukungan untuk penerapan proyek perubahan.
3. Tugas dari Tim Efektif
4. Melaksanakan seluruh pelaksanaan proyek perubahan, baik secara teknis
maupun administrasi sesuai dengan aturan yang berlaku;
5. Merencanakan, mengkoordinasikan dan berkoordinasi dengan stakeholder;
6. Melaporkan perkembangan proyek perubahan administrasi dalam
pelaksanaan proyek perubahan.
2.1.4 Rencana Waktu Pelaksanaan
a. Tahun 2020
No. Kegiatan AGS SEP OKT NOP DES
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Terwujudnya Permen PUPR Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
1 Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan
v
2 Analisa kebutuhan pedoman;
v
3 Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR
v v v v
4 Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR
v v v
5 Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR
v v
6 Pengesahan SE Menteri
v v
7 Sosialiasasi SE Menteri
v v v v
b. Tahun 2021
No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan Konsep Permen PUPR
v v
2 Diseminasi Konsep Permen PUPR
v
3 Public Hearing Konsep Permen PUPR
V
4 Harmonisasi Konsep Permen PUPR
v v
5 Pengesahan Permen PUPR
v
8 Sosialisasi Permen PUPR
v v
Gambar 2. 4 Rencana Waktu Pelaksanaan
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
17
2.1.5 Perbandingan Kondisi Awal dan Kondisi yang Diharapkan
a. Kondisi Saat Ini
1) Berdasarkan LAKIP Inspektorat Jenderal Tahun 2018 dan Inspektorat
Jenderal Tahun 2019 diketahui:
a) Isu Strategis Internal Itjen terkait:
(1) Output salah satunya adalah temuan hasil pengawasan belum
seluruhnya dipantau dengan baik;
(2) Instrumen salah satunya, masih terdapat peraturan mengenai kegiatan
pengawasan yang perlu dimutakhirkan dan SOP yang perlu ditinjau
kembali.
b) Isu Strategis Eksternal Inspektorat Jenderal terkait ketaatan salah satunya
adalah masih banyaknya rekomendasi hasil pengawasan yang tidak
ditindaklanjuti tepat waktu.
2) Sesuai hasil LAKIP Tahun 2017 prosentasi rekomendasi hasil pengawasan
yang ditindaklanjuti dan tuntas serta tepat waktu adalah 78% dari target yang
ditetapkan 80%;
3) Kemudian berdasarkan hasil pemantauan atas tindak lanjut temuan audit
Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR sampai dengan 15 Agustus 2020
jumlah temuan yang ada adalah sebanyak 848 temuan dan 1488
rekomendasi. Temuan terlama yang belum dapat ditindaklanjuti pada
database adalah tahun 2008 sejumlah 11 temuan dan jumlah kerugian negara
yang belum tuntas adalah sebanyak Rp 31.864.152557,54.
4) Temuan terlama yang belum dapat ditindaklanjuti pada database adalah tahun
2008 sejumlah 11 temuan;
5) Terdapat beberapa kemungkinan penyebab yang menjadikan temuan belum
ditindaklanjuti atau tidak dapat ditindaklanjuti antara lain rekomendasi yang
cacat, temuan hasil audit yang tidak memadai, terjadi force majeur, memiliki
alasan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, dsb;
6) Tindak lanjut temuan audit dilakukan dalam rangka menciptakan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan nilai tambah kepada auditi/
organisasi yang menjadi objek audit;
7) Hingga saat ini Kementerian PUPR belum memiliki dasar hukum mengenai
mekanisme penyelesaian temuan yang tidak dapat tindaklanjuti;
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
18
8) Sebegai referensi beberapa Kementerian/Lembaga seperti Kementerian
Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Keuangan, BPKP dan
BPK RI telah mengaturnya dalam bentuk peraturan.
b. Kondisi Yang Akan Dicapai/Diharapkan
1) Diterbitkannya Permen PUPR Tentang Penyelesaian Temuan Audit
Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti;
2) Adanya peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindak lanjut hasil
audit;
3) Adanya peningkatan nilai SAKIP Inspektorat Jenderal khususnya berkaitan
dengan pemantauan tindak lanjut dan peningkatan maturitas SPIP;
4) Meningkatkan kepercayaan publik terhadap Kementerian PUPR (Profesional,
Transparan dan Akuntabel).
2.2 STAKEHOLDER PROYEK PERUBAHAN
2.2.1 Internal Stakeholder
a. Inspektur Jenderal;
b. Komite Audit Itjen Kementerian PUPR;
c. Seluruh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Itjen Kementerian PUPR;
d. Kepala Bagian Pelaporan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil Pengawasan;
e. Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian;
f. Kepala Bagian Hukum, Komunikasi Publik dan Kepatuhan Intern;
g. Para Auditor.
2.2.2 External Stakeholder
a. Menteri PUPR;
b. Para Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Kementerian PUPR;
c. Kepala Biro Hukum Kementerian PUPR;
d. Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI)/Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP);
e. Kejaksaan RI.
2.3 RENCANA STRATEGI MARKETING
Strategi Marketing Sector Public pada Proyek Perubahan ini disusun berdasarkan 5
elemen Potter Marketing Mix, yaitu Product, Price, Place, Promotion, dan Customer
(4P 1C) yang dijelaskan sebagai berikut:
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
19
a. Customer
1. Identifikasi Customer/Stakeholders
Identifikasi customers (stakeholders) dilakukan untuk memahami keberadaan,
serta peran dan dukungan masing-masing dalam meningkatkan effektifitas
penyelenggaran tata kelola pemantauan atas tindak lanjut hasil pengawasan.
Berdasarkan keberadaannya, customer dalam Proyek Perubahan ini dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu (1) internal, yaitu
Internal dalam ini Inspektorat Jenderal yang meliputi (1) Sekretaris Inspektorat
Jenderal sebagai project leader, (2) Para Kepala Bagian, (3) Auditor dan Jabata
Fungsional laiinya di Inspektorat Jenderal;
Eksternal, yaitu kelompok yang sifatnya di luar entitas langsungInspektorat
Jenderal antara lain dari BPK, BPKP dan Komite Audit Itjen PUPR.
2. Penggolongan Stakeholder
Primary (pemangku kepentingan utama, mereka yang terkena dampak/pengaruh
terbesar baik positif atau negatif dari tindakan yang dilakukan organisasi),
Secondary (pemangku kepentingan sekunder, mereka yang terkena
dampak/terpengaruh secara tidak langsung dari tindakan yang dilakukan oleh
organisasi) dan Key (pemangku kepentingan kunci, mereka yang mempunyai
pengaruh signifikat di dalam organisasi).
3. Pemetaan Customer/Stakeholders (Partnership)
Proyek Perubahan ini disusun dan dilaksanakan oleh Sekretariat Inspektorat
Jenderal sebagai penanggung jawab pelaksanaan program, yang bertanggung
jawab kepada Inspektur Jenderal sebagai penanggung jawab Program. Para
Inspektur beserta para Kepala Bagian pada Sekretariat Inspektorat Jenderal
sebagai pembantu atasan langsung berkepentingan pada tugas pengaturan dan
pembinaan sehingga sinergi dan kolaborasi menjadi kunci bagi efektivitas
kebijakan ini.
Pemetaan Customer/Stakeholders telah diidentifikasi menurut tingkat pengaruh
(influence/power/pengaruh) dan tingkat kepentingan (interest), dalam hal ini
kelompok internal disebut sebagai kelompok Promoters (memiliki kepentingan
besar terhadap program dan juga kekuatan/power untuk membantu keberhasilan
proyek perubahan). Sedangkan kelompok eksternal terbagi atas 3 tipikal, yakni
Latents (pengaruh kuat, namun kepentingan rendah). Kelompok kedua yakni
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
20
Defenders (pengaruh rendah, kepentingan tinggi) dan yang ketiga Apathetics
(pengaruh rendah dan kepentingan rendah).
b. Product
Merumuskan produk proyek perubahan dengan produk organisasi yang disusun
mengacu kepada Tugas dan Fungsi dari Sekretriat Inspektorat Jenderal, salah
satunya adalah dikeluarkan produk hukum terkait dengan pengaturan temuan audit
yang tidak dapat ditindaklanjuti.
c. Price
Penerapan strategi ini dimaksudkan agar kebijakan pemantauan tindak lanjut hasil
pengawasan ini dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pemantauan
dan tuntasnya temuan audit baik administasi dan kerugian negara.
d. Place
Yang menjadi lokasi penerapan strategi ini pada kantor Inspektorat Jenderal
Kementerian PUPR.
e. Promotion
Melalui kegiatan-kegiatan webinar, forum group discusson, classic meeting, dengan
strategi komunikasi yang ditempuh berdasarkan pemetaan posisi stakeholders.
2.3.1 Stakeholder Maping
Stakeholder maping diperlukan agar peran masing-masing stakeholder diketahui
Gambar 2. 5 Stakeholder Maping
LATENTS:
1. BPK RI/BPKP;2. Komite Audit Itjen PUPR
PROMOTERS:1. Inspektur Jenderal;2. Para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Itjen PUPR;3. Kepala Bagian Pelaporan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil;4. Kepala Bagian HKIKP;5. Kepala Biro Hukum Kementerian PUPR
APATHETICS:
Auditor PUPR
DEFENDERS:1. Menteri PUPR 2. Seluruh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
21
2.3.2 Strategi Komunikasi/Markerting
Berikut beberapa strategi komunikasi pemasaran yang digunakan untuk
mendapatkan dukungan maksimal dari masing-masing stakeholder:
a. Promotion;
Dilakukan melalui diseminasi dengan para unit organisai, audensi publik,
harmonisasi Konsep Permen PUPR dengan Kemenkumham dan sosialisasi
melalui klasikal maupun media online (video conference)
b. Public relation & Publicity;
Publikasi output dipublikasikan melalui website Kementerian PUPR, website Itjen
PUPR
c. Word of Mouth.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
22
BAB III
KRITERIA KEBERHASILAN
Untuk menilai keberhasilan proyek perubahan ini, maka diperlukan beberapa kriteria dan
indikator keberhasilan berdasarkan jangka waktu dan berdasarkan output, outcome dan
impact. Pengelompokan kriteria dibagi berdasarkan jangka waktu yang sebelumnya sudah
dikelompokan di atas.
3.1 INDIKATOR BERDASARKAN JANGKA WAKTU
Kriteria dan indikator keberhasilan berdasarkan jangka waktu dibagi atas:
a. Indikator keberhasilan proyek perubahan dalam jangka pendek, diukur melalui
kriteria sebagai berikut:
1) Terlaksananya seluruh tahapan dalam proses penyusunan Surat Edaran Menteri
Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat
Ditindaklanjuti sebagaimana yang telah ditetapkan pada milestone jangka
pendek seperti:
a) Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan;
b) Analisa kebutuhan pedoman;
Analisa kebutuhan diperoleh berdasarkan masukan dari berbagai
stakeholders dan pihak-pihak lain yang terkait dengan kegiatan audit dan
pemantauan tindak lanjut temuan seperti Komite Audit Inspektorat Jenderal,
c) Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR;
Penyusunan dilakukan oleh Tim Penyusun Surat Edaran yang termasuk
didalamnya Tim Efektif dari proyek perubahan.
d) Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR;
(1) Pada tahap ini dilakukan kepada seluruh Unit Organisasi di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk menerima masukan
dalam rangka penyusunan Konsep SE Menteri PUPR;
(2) Selain itu dilakukan kepada seluruh auditor di Inspektorat Jenderal.
e) Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR.
Finalisasi konsep dilakukan berdasarkan berbagai masukan pada proses
diseminasi
2) Terwujudnya Konsep Surat Edaran Menteri PUPR yang telah disetujui oleh
Inspektur Jenderal dan Pimpinan Unit Organisasi Lainnya.
Penyusunan Surat Edaran ini mengacu kepada beberapa referensi Surat Edaran
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
23
sejenis pada beberapa kementerian dan badan instansi pemerintah seperti pada
Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan RI.
b. Indikator keberhasilan proyek perubahan dalam jangka menengah, diukur melalui
kriteria sebagai berikut:
1) Terwujudnya Surat Edaran Menteri;
2) Terlaksananya Sosialisasi Surat Edaran Menteri PUPR;
3) Adanya kesadaran dari Inspektorat Jenderal dan Unit Organisasi lainnya untuk
menuntaskan temuan-temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti.
c. Indikator keberhasilan proyek perubahan dalam jangka panjang, diukur melalui
kriteria sebagai berikut:
1) Terwujudnya Peraturan Menteri PUPR;
2) Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR;
3) Pegembangan sistem informasi yang terintegrasi terkait evaluasi dan monitoring
tindak lanjut temuan Inspektorat Jenderal.
3.2 INDIKATOR BERDASARKAN OUTPUT, OUTCOME, DAN IMPACT
Kementerian Keuangan mendefinisikan output sebagai suatu produk akhir yang
dihasilkan dari serangkaian proses yang diperuntukkan bagi customer atau target
group agar outcome dapat terwujud, sedangkan outcome adalah keadaan yang ingin
dicapai atau dipertahankan pada penerima manfaat dalam periode waktu tertentu, baik
pada jangka panjang, menengah, maupun pendek (Kemenkeu, 2014). Sementara
impact adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata dari proyek perubahan yang
mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome). Berikut
adalah indikator output, outcome, dan impact yang digunakan pada proyek perubahan
ini.
No. Indikator Benchmark
2019
Target Jangka
Pendek
Target Jangka
Menengah
Target Jangka
Panjang
A. Indikator Output (Keluaran)
1 Terwujudnya Peraturan
Menteri PUPR
Tidak Ada Ada,
Konsep Surat
Edaran yang
disetujui oleh
Inspektur
Jenderal dan
Para Pimpinan
Unor lainnya
Adanya
kebijakan untuk
ditetapkan
dalam SE
Menteri PUPR
Adanya
kebijakan untuk
ditetapkan
dalam Permen
PUPR
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
24
No. Indikator Benchmark
2019
Target Jangka
Pendek
Target Jangka
Menengah
Target Jangka
Panjang
2 Terbangunnya Sistem
Informasi Itjen terkait
pemantauan tindak
lanjut hasil audit yang
tidak dapat
ditindaklanjuti
Tidak ada Pengembangan
program
pemantauan
TATD melalui
Sistem Informasi
Itjen
Ujicoba Sistem
Informasi Itjen
terkait TATD
Sudah ada
Sistem
Informasi terkait
TATD
B. Outcome (Hasil)
Adanya kepastian hukum dalam penyelesaian tidak lanjut atas hasil audit yang tidak dapat
ditindaklanjuti.
Indikator Outcome (Hasil)
1 Adanya kepastian hukum dalam proses penyelesaian TATD
Tidak ada Proses pengusulan Konsep SE
kepada Menteri
Ada Ada
2 Terintegrasinya
penyelesaian TATD
dalam suatu sistem
informasi (Pemantauan
TATD efektif dan
efesien)
Tidak Ada Proses
pengembangan
Terintegrasi Terintegrasi
C. Impact (Dampak)
Meningkatnya kualitas pemantauan penyelesaian TATD, nilai maturitas pengawasan intern dan
nilai SAKIP
Indikator Impact (Dampak)
1 Meningkatnya
partisipasi para unor
untuk menyelesaikan
TATD
Rendah Sedang Tinggi Tinggi
2 Meningkatnya
efektivitas dan efisiensi
Rendah Sedang Tinggi Tinggi
3 Meningkatnya
akuntabilitas
Sedang Sedang Tinggi Tinggi
4 Meningkatnya nilai
maturitas pengawasan
intern
Sedang Sedang Tinggi Tinggi
5 Meningkatnya Nilai
SAKIP
Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Proyek Perubahan Berdasarkan Indikator Output,
Outcome, dan Impact
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
25
3.3 FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
Dalam beberapa proyek perubahan ini terdapat beberapa faktor kunci perubahan
yaitu:
a. Matangnya konsep Surat Edaran dan Peraturan Menteri PUPR Tentang
Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
dengan mempertimbangkan referensi-referensi yang sudah ada dan
menyempurnakannya dengan proses bisnis dan control environment Kementerian
PUPR;
b. Adanya antusiasme, partisipasi, dan feedback konstruktif dari Unor-Unor di
Kementerian PUPR terkait penyusunan konsep Surat Edaran dan Peraturan
Menteri PUPR Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang
Tidak Dapat Ditindaklanjuti;
c. Adanya kesadaran dari Inspektorat Jenderal dan Unit Organisasi lainnya untuk
menuntaskan temuan-temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti;
d. Adanya pengembangan sistem informasi yang terintegrasi terkait evaluasi dan
monitoring tindak lanjut temuan Inspektorat Jenderal.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
26
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
Pelaksanaan proyek perubahan dibagi ke dalam 3 tahapan yaitu: jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. Sebagaimana dikemukakan pada penjelasan
sebelumnya, tahapan jangka pendek terbagi lagi kedalam 5 kegiatan yaitu:
a. Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan;
b. Analisa Kebutuhan Pedoman;
c. Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR;
d. Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR; dan
e. Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR.
Target atau capaian dalam jangka pendek yaitu terwujudnya Konsep SE Menteri PUPR
Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat
Ditindaklanjuti.
4.1 Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan
Tahap ini merupakan kick off dimulainya proyek perubahan dilakukan. Kick off dimulai
dengan dilakukannya rapat bersama antara Sekretaris Inspektorat Jenderal dengan
empat Kepala Bagian di Inspektorat Jenderal. Masing-masing Kepala Bagian
memberikan masukan mengenai proyek perubahan yang di gagas oleh Sekretaris
Inspektorat Jenderal. Beberapa masukan dari masing-masing Kepala Bagian berkisar
mengenai tujuan, manfaat, urgensi dan jangka waktu pelaksanaan serta persiapan
yang harus dilakukan, yaitu:
a. Kepala Bagian Pemantauan dan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil Pengawasan:
Gagasan yang diusulkan oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal dirasa sangat
penting untuk saat ini, dimana berdasarkan pemantauan tindak lanjut temuan hasil
audit, yang memang merupakan tugas dari Bagian Pemantauan dan Evaluasi
Tindak Lanjut Hasil Pengawasan diketahui masih banyak beberapa temuan yang
belum ditindak lanjuti. Adanya ketentuan mengenai TATD dapat menyelesaikan
permasalahan mengenai banyaknya temuan yang belum/tidak dapat
ditindaklanjuti.
b. Kepala Bagian Hukum, Kepatuhan Intern, Komunikasi Publik
Dari sisi hukum, adanya ketentuan ini dapat memberikan kepastian hukum akan
TATD. Selama ini ada kemungkinan para auditi merasa kebingungan akan TATD
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
27
sehingga adanya ketentuan ini dapat membantu auditi dalam menyelesaikan
permasalahan akan TATD.
Dari sisi penyusunan SE Menteri ini, bagian hukum memberikan saran bahwa
apabila ketentuan ini akan menjadi produk hukum maka untuk jangka pendek (3
bulan) kiranya produk yang dihasilkan berbentuk konsep final SE Menteri tentang
TATD sedangkan untuk jangka menengah berbentuk Surat Edaran Menteri.
c. Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan
Adanya ketentuan mengenai ini dapat membantu meningkatkan maturitas
pengawasan intern pemerintah. Hal ini dikarenakan berkaitan erat dengan konsep
peningkatan maturitas SPIP yaitu rancangan pengendalian intern dan penerapan
dari rancangan pengendalian intern. Salah satu pengendalian intern yang
dilakukan oleh Inspektorat Jenderal adalah berkaitan dengan pemantauan tindak
lanjut. Ketentuan terkait TATD dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk
rancangan pengendalian intern.
Selain itu adanya ketentuan TATD serta implementasinya tentu dapat
meningkatkan nilai SAKIP karena penilaian SAKIP salah satunya berkaitan dengan
pemantauan tindak lanjut.
d. Kepala Bagian Kepegawaian dan Umum
Bagian Kepegawaian dan Umum siap mendukung dari sisi administrasi terkait
kegiatan penyusunan ketentuan TATD yang merupakan proyek perubahan di
lingkungan Inspektorat Jenderal.
4.2 Analisa Kebutuhan Pedoman
Dalam melakukan Analisa Kebutuhan Pedoman, Tim Proyek Perubahan meminta
saran dan pendapat atau berdiskusi dengan berbagai pihak/stakeholder seperti:
a. Komite Audit Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR;
b. Para Direktur Jenderal di Kementerian PUPR;
c. Kejaksanaan Agung dalam hal ini Jaksa Agung Muda Intelijen;
d. Badan Pemeriksa Keuangan RI dalam hal ini Kepala Auditorat IV a.
Secara garis besar pendapat dan saran dari berbagai pihak di atas tidaklah jauh
berbeda seperti:
a. Ketentuan mengenai tata cara penyelesaian TATD sangat penting untuk
memberikan kepastian hukum dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
penyelesaian temuan audit yang tidak dapat ditindaklanjuti;
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
28
b. Sudah seharusnya Kementerian PUPR memiliki ketentuan yang mengatur hal ini
seperti halnya di berbagai Kementerian lain.
Berdasarkan berbagai pendapat dan saran tersebut maka Project Leader dan Tim
Efektif sepakat untuk menyusun konsep SE Menteri PUPR Tentang TATD.
4.3 Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR Tentang TATD
Dalam penyusunan SE Menteri terkait penyelesaian TATD, Tim Efektif Proyek
Perubahan dibantu dengan Tim Penyusun SE Menteri TATD. Penyusunan SE Menteri
ini dapat diuraikan sebegai berikut:
a. Identifikasi permasalahan yang selama ini ada berkaitkan dengan tindak lanjut
temuan audit;
Pada tahap ini Tim penyusun mengidentifikasi potensi penyebab temuan yang
belum/tidak dapat ditindaklanjuti.
b. Mempelajari segala referensi peraturan TATD seperti:
1) Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor
62/PER-IRJEN/2017 Tentang Pedoman Penyelesaian Temuan Hasil
Pengawasan Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Di
Lingkungan Kementerian Kelauatan dan Perikanan;
2) Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Nomor SK
79/KP.801/ITJEN-2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dan
Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit Di Lingkungan Kementerian
Perhubungan;
3) Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 237/PMK.09/2016 Tentang Tata Kelola
Pengawasan Intern Di Lingkungan Kementerian PUPR;
4) Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI No 2 Tahun 2017 Tentang
Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan badan Pemeriksa
Keuangan; dan
5) Lain sebagainya.
c. Penyusunan konsep SE Menteri terkait TATD;
d. Legal drafting SE Menteri terkait TATD.
4.4 Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR TATD
Diseminasi dilakukan oleh Tim Penyusun Proyek Perubahan dan Tim Penyusun
Peraturan kepada seluruh Unit Organisasi Kementerian PUPR yang dihadiri oleh para
Sekretaris Unit Organisasi dan personil yang mewakilinya. Diseminasi dipimpin
langsung oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal yang merupakan project leader dari
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
29
proyek perubahan ini. Diseminasi dilakukan setelah dilakukan diskusi terfokus/Focus
Grup Discussion (FGD) dengan seluruh auditor di Inspektorat Jenderal setelah konsep
SE Menteri terbentuk.
Diskusi terfokus dilakukan untuk menjaring masukan dari para auditor terkait konsep
penyelesaian TATD yang sudah terbentuk. Kemudian setelah mendapat beberapa
masukan dilakukan penyempurnaan untuk di diseminasikan. Dalam diseminasi
dipaparkan konsep tata cara penyelesaian TATD. Diseminasi merupakan proses yang
cukup penting untuk mengetaui permasalahan terkait tindak lanjut temuan yang
selama ini terjadi di masing-masing Unit Organisasi.
Beberapa masukan dari diseminasi yaitu secara garis besar diantaranya:
a. Perlu adanya penambahan dasar hukum terkait undang-undang atau ketentuan
keuangan negara;
b. Perlu adanya penambahan kriteria terkait TATD yang berkaitan dengan BMN
seperti temuan aset tanah yang tidak bersertifikat, hibah BMN kepada daerah yang
tak kunjung selesai, temuan terkait BMN yang tidak/belum ditemukan serta lain
sebagainya.
Hasil dari diseminasi dibahas kembali pada diskusi terfokus dengan para auditor
Inspektorat Jenderal untuk membahas perlu tidaknya hasil diseminasi ditambahkan
dalam kosen SE Menteri ini.
Beberapa masukan dari diskusi terfokus yaitu secara garis besar diantaranya:
a. Untuk penambahan dasar hukum maka ditambahkan UU No 17 Tentang Keuangan
Negara dan PP No 38 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian
Negara/Daerah Terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendahara Atau Pejabat Lain;
b. Usulan terkait temuan BMN agar dimasukan ke dalam kriteria TATD, hal ini tidak
dapat dilakukan karena pengaturan BMN telah diatur khusus dalam Peraturan
Menteri Keuangan;
c. Tidak perlu adanya pengelompokan dari TATD seperti cacat rekomendasi, temuan
tidak memadai dan lain sebagainya. Hal ini untuk lebih menyederhanakan SE
Menteri.
4.5 Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR TATD
Tahap ini merupakan tahap akhir dari penyusunan Konsep SE Menteri. Pada tahap ini
konsep SE Menteri yang telah disusun dibahas bersama dengan para Inspektur dan
Inspektur Jenderal untuk mendapatkan beberapa penyempurnaan dan beberapa
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
30
masukan, sebelum diserahkan kepada Biro Hukum untuk diproses lebih lanjut.
Beberapa masukan dari para Inspektur dan Inspektur Jenderal, secara garis besar
diantaranya:
a. Para Inspektur
1) Perlu ada pengaturan yang lebih lanjut mengenai pegawai yang
bertanggungjawab namun berpindah ke instansi lain atau daerah (APBD);
2) Dasar Hukum yang digunakan agar memperhatikan referensi peraturan TATD
yang telah ada di Kementerian/Lembaga lain.
b. Inspektur Jenderal
1) Konsep SE TATD secara subtansi sudah cukup baik, namun seharusnya tidak
mengatur secara rinci teknis tata kelola di lingkungan Inspektorat Jenderal,
karena nantinya berbentuk SE Menteri maka seharusnya sifatnya umum;
2) Tata kelola pengusulan TATD di Unit Organisasi agar diatur lebih jelas dan
perlu adanya keterlibatan Unit Kepatuhan Intern dari masing-masing Unit
Organisasi;
3) Temuan berkaitan dengan kerugian negara seharusnya tetap diatur dalam
konsep SE ini dengan merujuk peraturan/ketentuan yang telah ada;
4) Konsep pedoman TATD ini ada baiknya diintegrasikan dengan Sistem
Informasi Inspektorat Jenderal terkait pemantauan hasil pengawasan.
Berkaitan dengan beberapa masukan di atas Tim Penyusun dan Tim Teknis Proyek
Perubahan melakukan penyempurnaan terhadap konsep SE TATD yang telah ada
untuk selanjutnya dikonsultasikan kembali kepada Inspektur Jenderal.
Setelah para Inspektur dan Inspektur Jenderal menyetujui konsep SE TATD maka
diproses lebih lanjut oleh Biro Hukum untuk dilakukan pembahasan bersama. Dalam
pembahasan dengan Biro Hukum terdapat beberapa masukan yaitu:
a. Dasar hukum dalam Konsep SE Menteri seharusnya hanya sebatas Peraturan
Pemerintah sehingga tidak perlu sampai kepada undang-undang;
b. Beberapa kesalahan redaksional untuk diperbaiki
Penyusunan SE Menteri ini pada prakteknya melebihi dari target yang telah ditetapkan
oleh Project Leader dimana berdasarkan milestone yang telah ditetapkan bahwa pada
milestone jangka pendek output yang dihasilkan berupa konsep final SE Menteri
tentang TATD namun dalam kenyataan sebagia milestone jangka menengah dapat
dicapai yaitu terwujudnya SE Menteri tentang TATD.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
31
Adapun rincian dari setiap tahapan kegiatan dapat dilihat pada tabel:
NO Kegiatan Rencana
Pelaksanaan Realisasi Pelaksanaan
A Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan Minggu ke 2
Agustus 2020 Minggu ke 2 Agustus 2020
1 Rapat Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan 14 Agustus 2020
2 Penerbitan SK Tim Efektif Proyek Perubahan 18 Agustus 2020
3 Penerbitan SK Tim TATD 30 Agustus 2020
B Analisa Kebutuhan Pedoman Minggu ke 3
Agustus 2020 Minggu ke 1 September
2020
1 Analisa kebutuhan Pedoman dengan Komite Audit 3 September 2020
2 Rapat Persiapan Penyusunan Pedoman 4 September 2020
3 Analisa Kebutuhan Pedoman dengan Stakeholder (BPK, KEJAGUNG, Para Direktur Jenderal)
7 September 2020
C Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR Tentang TATD
Minggu ke 4 Agustus sampai
Minggu ke 3 September 2020
Minggu ke 3 sampai Minggu ke 4 September
2020
1 Penyusunan Draft TATD 17 - 19 Sept 2020
2 Diskusi Terfokus dengan para auditor dan Inspektur 22 September 2020
3 Rapat Zoom Perbaikan 28 September 2020
D Diseminasi Konsep SE Menteri PUPR
Minggu ke 4 September
sampai Minggu ke 2 Oktober
2020
Minggu ke 1 sampai Minggu ke 2 Oktober
2020
1 Diseminasi Internal dengan Para Ses 2 Oktober 2020
2 Diskusi Terfokus dengan para auditor, Inspektur dan Inspektur Jenderal
8 Oktober 2020
E Finalisasi Konsep SE Menteri PUPR
Minggu ke 3 sampai Minggu ke 4 Oktober
2020
Minggu ke 3 Oktober 2020
1 Rapat Finalisasi Konsep dengan Biro Hukum 19 - 21 Oktober 2020
Tabel 4.1
Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan
4.6 Analisa Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Pemerintah
Kondisi pada suatu instansi akan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi baik dari
instansi maupun di luar instansi. Untuk mengarahkan pengaruh perubahan yang
terjadi tersebut diperlukan tata kelola (Governance) yang dibangun pihak manajemen
dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam membangun tata kelola yang baik
manajemen harus membangun SPIP dengan mempertimbangkan faktor risiko yang
menghambat/mengganggu jalannya roda instansi dalam melakukan perannya untuk
melaksanakan program-program dan kegiatannya. Proses manajemen inilah yang
dikenal dengan Governance, Risk, and Control (GRS).
Dalam membangun SPIP dalam perjalananya perlu adanya peningkatan dari SPIP itu
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
32
sendiri. Semakin tinggi maturitas (ukuran kualitas) SPIP maka semakin baik pula
kualitas sistem pengendalian intern organisasi itu. Tingkat maturitas penyelenggaraan
SPIP merupakan kerangka kerja yang memuat karakteristik dasar yang menunjukan
tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan.
Ukuran kualitas SPIP dapat dilihat dari kemampuan SPIP dalam mendukung
pencapaian tujuan organisasi, yang dapat diukur dari dua hal yaitu:
a. Aspek desain pengendalian intern (control design);
Aspek ini menyangkut ada tidaknya dan baik tidaknya rancangan pengendalian
intern suatu organisasi. Organisasi yang maturitas sistem pengendaliannya baik
akan memiliki rancangan pengendalian yang tepat dan melaksanakan rancangan
itu secara efektif dalam seluruh aktivitas
b. Aspek penerapan (control implementation).
Penyusunan SE Menteri tentang TATD merupakan salah satu bentuk dari rancangan
pengendalian intern di Inspektorat Jenderal. Hal ini ditujukan dalam rangka
meningkatkan pengawasan intern yang didalamnya terdapat pemantauan atas tindak
lanjut atas temuan hasil audit.
Dalam meningkatkan maturitas pengawasan intern melalui rancangan pengendalian
intern suatu organisasi pun tidaklah cukup. Namun perlu adanya penerapan dari
rancangan pengendalian yang telah disusun. Dalam hal ini maka perlu adanya
implementasi dari SE Menteri tentang TATD
4.7 Evaluasi Stakeholder
Untuk mengevaluasi keterlibatan stakeholder dalam proyek perubahan digunakan
pemetaan kelompok stakeholder (Rabinowitz, 2015) yang membagi kelompok
stakeholder berdasarkan tingkat pengaruh dan tingkat kepentingannya sebagai
berikut:
a. Promoters, memiliki kepentingan besar terhadap Proyek Perubahan dan juga
kekuatan untuk membantu mendorong keberhasilannya;
b. Defenders, memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya
dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi Proyek
Perubahan;
c. Latens, tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam Proyek
Perubahan tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi Proyek Perubahan
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
33
jika mereka menjadi tertarik; dan
d. Apathetics, kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin tidak
mengetahui adanya Proyek Perubahan.
Gambar 4.1 Pemetaan Stakeholders
Sumber (Rabinowitz, 2015)
Terkait pelaksanaan proyek perubahan yang sudah dilaksanakan, evaluasi terhadap
kelompok stakeholder dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kelompok Promoters, merupakan stakeholder kunci dalam proyek perubahan ini,
meliputi Inspektur Jenderal, Para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Inspektorat
Jenderal Kementerian PUPR, Kepala Bagian Pelaporan Evaluasi dan Tindak Lanjut
Hasil Pengawasan Set. Itjen, Kepala Bagian Hukum, Kepatuhan Intern dan
Komunikasi Publik Set. Itjen, serta Kepala Biro Hukum Kementerian PUPR.
Kelompok ini secara intensif perlu dilibatkan karena kelompok ini yang akan
menerima manfaat dari proyek perubahan.
b. Kelompok Defenders, merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap
hasil proyek perubahan ini, akan tetapi tidak membantu banyak dalam penyusunan
dan perwujudan proyek perubahan. Dalam kelompok ini terdapat para Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya. Hasil dari proyek perubahan ini menjadi bagian penting
dalam penuntasan status temuan audit, khususnya yang tidak dapat ditindaklanjuti.
c. Kelompok Latens, merupakan kelompok yang tidak secara khusus terlibat dalam
proyek perubahan akan tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi jika
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
34
kelompok ini tertarik. Termasuk dalam kelompok ini adalah Menteri PUPR, BPK
RI/BPKP, Komite Audit Inspektorat Jenderal PUPR dan Kejaksaan RI yang
berhubungan langsung dengan Kementerian PUPR dan para Auditor di Inspektorat
Jenderal.
d. Kelompok Apathetics, merupakan kelompok yang berkepentingan pada proyek
perubahan ini namun tidak terlibat penuh pada proses penyusunan proyek
perubahan akan tetapi memiliki potensi berpengaruh pada keberlanjutan hasil
proyek perubahan ini. Dalam tahap jangka panjang berkaitan dengan sistem
informasi yang akan dibuat maka Pusat Data dan Informasi nantinya berperan
penting dalam penyediaan dan fasilitasi wadah dari proyek perubahan ini secara
online.
Gambar 4.2 Evaluasi Stakeholders
4.8 Capaian Strategis/Pokok Materi SE Menteri PUPR Tentang Tata Cara
Penyelesaian Temuan Audit Inpsektorat Jenderal Yang Tidak Dapat
Ditindaklanjuti
Pokok materi atau inti dari Surat Edaran Menteri PUPR Tentang Tata Cara
Penyelesaian Temuan Audit Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti yang merupakan output
LATENTS:1. BPK RI/BPKP;2. Komite Audit Itjen PUPR3. Menteri PUPR 4. Kejaksanaan RI5. Auditor Itjen PUPR
PROMOTERS:1. Inspektur Jenderal;2. Para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Itjen PUPR;3. Kepala Bagian Pelaporan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil;4. Kepala Bagian HKIKP5. Kepala Biro Hukum Kementerian PUPR
APATHETICS:Kepala Pusat Data dan Informasi
DEFENDERS:Seluruh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
35
dari proyek perubahan penulis terdiri dari:
a. Ruang Lingkup Surat Edaran Menteri PUPR Tentang Temuan Audit Yang Tidak
Dapat Ditindaklanjuti (TATD) terdiri atas definisi, kriteria, tata kelola usulan TATD,
adn tata kelola penuntasan TATD;
b. Kriteria TATD,
1) Rekomendasi bersifat himbauan;
2) Rekomendasi Kepada Instansi di Luar Kementerian PUPR kecuali yang didanai
dengan DIPA Kementerian PUPR
3) Rekomendasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4) Rekomendasi yang tidak memiliki dampak
5) Rekomendasi atas keadaan force majeur terbatas yang menyebabkan
kerusakan permanen atau hilangnya objek tindak lanjut dan dibuktikan dengan
surat dari instansi yang berwenang
6) dsb.
c. Alur penyelesaian TATD dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah;
Gambar 4.3 Bagan Alur Penyelesaian TATD
Inspektur Jenderal Sekretaris Inspektorat Jenderal Auditi Tim Penyelesaian TATD
Pelaksana
Memantau dan
menerima usulan TATD melalui Sistem Informasi
Inspektorat Jenderal
Ya
Pembahasan dan
Penelitian Usulan TATD
Apakah temuan
merupakan TATD?
Tidak
Menetapkan Status
Temuan yang sebelumnya dilakukan
pembahasan oleh Para Inspektur dan Sekretaris
Inspektorat Jenderal
Mengusulkan TATD
melalui Sistem Informasi Inspektorat Jenderal
setelah diverifikasi UKI
Menindaklanjuti
rekomendasi sesuai Laporan Hasil Audit
Update Status
Temuan
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Tantangan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR untuk terus meningkatkan
kualitas pengawasan/maturitas pengawasan intern sejalan dengan arahan
Presiden RI pada Pembukaan Rakornas APIP 15 Juni 2020 dimana secara garis
besar Inspektorat Jenderal dituntut untuk fokus kepada pencegahan dan perbaikan
tata kelola. Selain itu hal ini sejalan dengan Misi ke-8 RPJMN 2020 – 2024, dimana
pengelolaan pemerintahan harus dilakukan secara bersih, efektif dan terpercaya;
b. Hal ini pun tidak jauh berbeda dengan Rencana Strategis Inspektorat Jenderal
Kementerian PUPR Tahun 2020 – 2024 yaitu meningkatnya kualitas tata kelola
Kementerian PUPR melalui diantaranya penilaian SAKIP dan SPIP;
c. Salah satu kebijakan perbaikan tata kelola Inspektorat Jenderal yang diusulkan
dalam proyek perubahan ini adalah menyusun tata cara penyelesaian temuan audit
yang tidak dapat ditindaklanjuti guna peningkatan maturitas pengawasan intern
Kementerian PUPR;
d. Dalam rangka menjawab tujuan tersebut, hingga akhir Oktober 2020 proyek
perubahan telah menghasilkan output berupa Surat Edaran Menteri PUPR Tentang
Tata Cara Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat
Ditindaklanjuti;
e. Output tersebut merupakan output yang ditetapkan untuk jangka menengah namun
dapat terselesaikan pada jangka pendek;
f. Pencapaian tersebut merupakan hasil dari rangkaian sejumlah rapat koordinasi,
pembahasan dan diseminasi baik dengan stakeholder internal maupun eksternal.
5.2 Saran Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari implementasi proyek perubahan ini, beberapa saran yang
perlu dilakukan:
a. Jangka Menengah
1. Melakukan sosialisasi Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Cara
Penyelesaian atas Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TATD)
kepada seluruh Unit Organisasi di Kementerian PUPR;
2. Mengimplementasikan Surat Edaran Menteri PUPR;
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
37
3. Melakukan uji coba pengimplementasian Sistem Informasi Inspektorat Jenderal
terkait pemantauan TATD;
4. Melakukan evaluasi atas implementasi Surat Edaran Menteri PUPR dan Sistem
Informasi Inspektorat Jenderal terkait pemantauan TATD;
5. Meningkatkan kekuatan hukum dari Surat Edaran Menteri PUPR menjadi
Peraturan Menteri PUPR, dengan menyusun Konsep Peraturan Menteri PUPR
Tentang Penyelesaian Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat
Ditindaklanjuti.
b. Jangka Panjang
a. Pengesahan Peraturan Menteri PUPR Tentang Tata Cara Penyelesaian
Temuan Audit Inspektorat Jenderal Yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti;
b. Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR;
c. Mengintegrasikan pemantauan TATD dengan tata cara penyelesaian TATD
pada suatu Sistem Informasi Inspektorat.
c. Pada setiap tahapan tersebut, keterlibatan seluruh stakeholder perlu dioptimalkan.
Tata Kelola Penyelesaian Temuan Audit yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti Guna Peningkatan Maturitas Pengawasan Intern Kementerian PUPR
38
Daftar Pustaka
Rabinowitz, P. (2015). Encouraging Involvement in Community Work. Dalam Community
Tool Box. Kansas: Work Group for Community Health and Development at the
University of Kansas.
Bappenas, Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jagka Menengah Nasional
2020- 2024 Indonesia Berpenghasilan Menengah Tinggi dan Sejahtera, Adil dan
Berkesinambungan, diakses dari
https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi%20RPJMN%20IV%202020-
2024_Revisi%2028%20Juni%202019.pdf tanggal 25 Agustus 2020, Pukul 19.05
WIB
Suharso, Penilaian Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, diakses dari
https://www.klikharso.com/2016/08/penilaian-maturitas-spip.html tanggal 28
Oktober 2020, Pukul 20.46 WIB
Laporan Hasil Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) atas Penilaian Mandiri Kapabilitas
Level 3 Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun 2019 tanggal 17 Oktober 2019
Top Related